PENGARUH SELF-EFFICACY, KOMPLEKSITAS TUGAS, TEKANAN...
Transcript of PENGARUH SELF-EFFICACY, KOMPLEKSITAS TUGAS, TEKANAN...
PENGARUH SELF-EFFICACY, KOMPLEKSITAS TUGAS,
TEKANAN KETAATAN, PERSEPSI ETIS, DAN
INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP AUDIT JUDGMENT
(STUDI EMPIRIS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI DKI
JAKARTA DAN TANGERANG)
SKRIPSI
Diajukan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat - Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Bayu Dwi Cahyanto
NIM: 11150820000018
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/ 2019 M
i
PENGARUH SELF-EFFICACY, KOMPLEKSITAS TUGAS,
TEKANAN KETAATAN, PERSEPSI ETIS, DAN
INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP AUDIT JUDGMENT
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta dan Tangerang tahun
2019)
SKRIPSI
Diajukan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat – Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Bayu Dwi Cahyanto
NIM : 11150820000018
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I
Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., M,Si., QIA., BKP., CRMP
NIP: 197306152005011009
Pembimbing II
Wilda Farah, M.Si., Ak., CPA., CA., BKP
NIP: 198303262009122005
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/ 2019 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini 8 April 2019 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Bayu Dwi Cahyanto
2. NIM : 11150820000018
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Self-Efficacy, Kompleksitas Tugas,
Tekanan Ketaatan, Persepsi Etis, dan Independensi
Auditor terhadap Audit Judgment (Studi Empiris
pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta dan
Tangerang)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke
tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 April 2019
1. Drs. Abdul Hamid, MBA., Ak., CPA., CA. ( )
NIP. 196205021993031003 Penguji II
2. Atiqah, SE., M.Si., Ak. ( )
NIP. 198201202009122004 Penguji II
iii
LEMBAR PENYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Bayu Dwi Cahyanto
NIM : 11150820000018
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa ide pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan bertanggung jawab atas karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar penyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian penyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 29 April 2019
Bayu Dwi Cahyanto
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, Selasa 22 Oktober 2019 telah dilakukan Uji Skripsi atas mahasiswa/i:
Nama : Bayu Dwi Cahyanto
No. Induk Mahasiswa : 11150820000018
Jurusan : Akuntansi
Judul Skripsi : Pengaruh Self-Efficacy, Kompleksitas
Tugas, Tekanan Ketaatan, Persepsi Etis,
dan Independensi Auditor terhadap Audit
Judgment (Studi Empiris pada Kantor
Akuntan Publik di DKI Jakarta dan
Tangerang).
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa/I
tersebut dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 22 Oktober 2019
1. Fitri Damayanti, SE., M. Si
NIP: 19810731 200604 2 003 Ketua
2. Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., M. Si.,
CA., QIA., BKP., CRMP
NIP: 19730615 200501 1 009 Sekretaris
3. Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak., MBA., CPA
NIP: 19620502 199303 1 003 Penguji Ahli
4. Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., M. Si.,
CA., QIA., BKP., CRMP Pembimbing I
NIP: 19730615 200501 1 009
5. Wilda Farah, M. SI., Ak., CPA., CA., BKP
NIP: 19830326 200912 2 005 Pembimbing II
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI PRIBADI
1. Nama : Bayu Dwi Cahyanto
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Juni 1997
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Alamat : Jl. H. Natsir RT 003/06 No.87, Ciledug,
Kota Tangerang 15153
5. Telepon : 0819-0889-4779
6. E-mail : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SDN 02 Paninggilan Utara 2003-2009
2. MTsN 27 Jakarta 2009-2012
3. MAN 10 Jakarta 2012-2015
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015-2019
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Pramuka MTsN 27 Jakarta 2009-2011
2. Pramuka MAN 10 Jakarta 2012-2015
3. Basket MAN 10 Jakarta 2012-2013
4. SDI & Qiraat 2012-2015
5. Ikatan Remaja Masjid Ats-Tsalasannur 2012-sekarang
6. MENWA UIN Jakarta 2015
vi
IV. PELATIHAN DAN WORKSHOP
1. Pelatihan Zahir Business Management Software.
2. Workshop Anti Corruption Clearing House oleh KPK.
3. Workshop Kewirausahaan oleh FISIP dan HIPMI-PT Banten.
4. Workshop Accounting Research & Challenge Accounting Education In
The World oleh Program Studi Akuntansi UIN Jakarta.
5. Workshop Audit Simulation by Accounting Student Association UIN
Jakarta.
6. Company visit ke KPK.
V. LATAR BELAKANG
1. Ayah : Supriyanto
2. Ibu : Tuti Dwi Yati
3. Posisi : Anak Pertama dari Dua Bersaudara
vii
THE EFFECT OF SELF-EFFICACY, TASK COMPLEXITY,
OBEDIENCE PRESSURE, ETHICAL PERCEPTION, AND
THE INDEPENDENCE OF AUDITORS TO AUDIT
JUDGMENT
(Empirical Studies at Publik Accountant Office in DKI Jakarta
and Tangerang)
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the influence of self-efficacy, task
complexity, obedience pressure, ethical perception, and the independence’s
auditor on audit judgment. This research used primary data obtained by
distributing questionnaires to independent auditors in DKI Jakarta and
Tangerang whom work in Public Accountants Firm (KAP) listed on KAP
Directory issued by Indonesian Institute of Public Accountants (IAPI) on 2019.
The sampling process was done used convenience sampling. 165 questionnaires
were distributed, total returned questionnaires were 150. The analysis method
used to examine the hypothesis of this research is multiple regression analysis
method.
The result of this research indicate that task complexity have significant on
audit judgment, whereas self-efficacy, obedience pressure, ethical perception, and
independence have not significant on audit judgment.
Keywords: Self-Efficacy, Task Complexity, Obedience Pressure, Etchical
Perception, Independence, Audit Judgment
viii
PENGARUH SELF-EFFICACY, KOMPLEKSITAS TUGAS,
TEKANAN KETAATAN, PERSEPSI ETIS, DAN
INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP AUDIT JUDGMENT
(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta dan
Tangerang)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh self-efficacy,
kompleksitas tugas, tekanan ketaatan, persepsi etis, dan independensi auditor
terhadap audit judgment. penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh
dengan menyebarkan kuesioner kepada auditor independen di DKI Jakarta dan
Tangerang yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang tercatat di
Direktori KAP yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
tahun 2019. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode convenience
sampling. Kuesioner yang disebar berjumlah 165 kuesioner, jumlah kembali
kuesioner 150. Metode analisis untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi
berganda.
Hasil dari penelitian ini dapat menunjukkan bahwa kompleksitas tugas
berpengaruh terhadap audit judgment, sedangkan self-efficacy, tekanan ketaatan,
persepsi etis, dan independensi auditor tidak berpengaruh terhadap audit
judgment.
Kata Kunci: Self-efficacy, Kompleksitas Tugas, Tekanan Ketaatan, Persepsi
Etis, Independensi, Audit Judgment.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb
Puji syukur kehadirat Allah swt atas segala rahmat yang dilimpahkan-Nya
sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan
judul “Pengaruh Self-Efficacy, Kompleksitas Tugas, Tekanan Ketaatan,
Persepsi Etis, dan Independensi Auditor terhadap Audit Judgment (Studi
Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta dan Tangerang”. Tak lupa
shalawat dan salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad saw yang telah
membawa kita dari zaman kegelapan hingga ke zaman yang terang benderang
seperti sekarang ini.
Penulis membuat skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Akuntansi Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak
mungkin akan terwujud apabila tanpa ada bantuan dari berbagai pihak, melalui
kesempatan ini izinkan penulis menyampaikan ucapan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua Orang tua-ku, Ibu Tuti Dwi Yati dan Bapak Supriyanto yang tak henti-
hentinya memberikan semangat baik materil maupun non-materil, dan doa
tulus ikhlas sehingga memberikan penulis semangat dalam penyusunan
skripsi ini hingga penulis yakin dapat menyelesaikannya dengan baik.
2. Adikku Bagas Ade Pangestu yang selalu membawa moodbooster kakanya di
rumah dan adik ter-rajin dalam segala hal.
x
3. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., M.Si., Ak., CA., BKP., QIA selaku Dosen
Pembimbing I dalam pembuatan skripsi yang telah meluangkan waktunya
untuk selalu memberikan referensi, saran, dan semangat untuk penulis selama
ini.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Sekaligus selaku dosen Akuntansi
Intermediet.Ibu Fitri Damayanti, M.Si. Selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Yusro Rahma, SE., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
selalu memberikan perhatian dan motivasi mahasiswa bimbingannya di setiap
semesternya.
6. Ibu Wilda Farah, M.Si., Ak., CPA., CA., BKP selaku Pembimbing II skripsi
dan dosen audit favorit yang sudah meluangkan waktu untuk selalu
memperhatikan anak bimbingannya, memberikan motivasi dan tak henti-
hentinya berbagi pengalaman ilmu akuntansi dan auditnya.
7. Bapak Bambang Triwibagyo, MBA selaku Dosen Studi Kelayakan Bisnis dan
Wilda Farah, SE., CPA selaku dosen yang berperan dalam menginspirasi saya
perihal judul penelitian ini.
8. Umumnya seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis yang tidak dapat saya
sebutkan satu per satu.
9. Khususnya seluruh Dosen Jurusan Akuntansi yang tidak dapat saya sebutkan
satu persatu.
xi
10. Mahasiswa Akuntansi Angkatan 2015 yang selalu men-support segala hal,
baik itu sharing, pengalaman, pekerjaan dan tidak henti-hentinya membangun
keakraban.
11. Mahasiswa Akuntansi Kelas A angkatan 2015 yang sekiranya 3 tahun lebih
kita jalanin tiap semester yang penuh dengan tantangan ini baik dosen
maupun matakuliahnya.
12. The Gengges (Adibayu Saputra, Achmad Rifai, Fachriza Fayyad Fauzan)
yang telah melewati hari-hari bersama baik itu di Line, di Kampus, dan
dimanapun selalu ada waktu untuk saling support dan sharing ilmunya.
13. Sahabat saya Desty Sunjani selaku teman dari MTs yang selalu sabar
mendengar keluh kesah saya dan membantu dalam segala hal.
14. Teman MTs dan MAN Saya di UIN Jakarta Alfiyah, Rizkya, Qori, Fitria,
Kamal, Irsyad, Riana, Lila, Dinda, Nabila, Desty dan lain-lain yang tidak saya
sebutkan yang selalu mendoakan keberhasilan teman-temannya dan support
segala hal.
15. Pramuka MAN 10 yang selalu support alumni-alumninya kapanpun dan
dimanapun.
16. Remaja Masjid Ats-Tsalasannur yang selalu men-share perihal ilmu agama
dan nasihat ilmunya.
17. Teman seperjuangan sebulan di Desa Tanjungsari Kelompok Kerja Nyata
KINANDARI 184 (Reza, Farhan, Acil, Syafaat, Tibi, Agus, Firas, Dibah,
Winna, Bella, Denis, Zizah, Ajeng, April, Oji, Desti, Rida, Hilwah, Egi).
xii
18. Senior Auditor KAP Suganda Akna Suhri dan rekan: Ka Ratu, Ka Naya, Ka
Andes, Ka Damar, Bang Teddy, Alif, Ferdinand, Ka Fenty, Ka Nina, Ka
Givari yang telah memberi ilmu dan pengalaman praktik audit kepada peneliti
dan teman sepermagangan Vivi, Genoveva Tama, Indah, Nada, Wicak, Pia
Pak Acep.
19. Semua pihak yang telah terlibat dan mendukung keberhasilan skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Di akhir kata, semoga Allah subhanawata’ala melimpahkan Rahmat-Nya
dan membalas semua hal kebaikan mereka. Penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari sempurna, karena terbatasnya kemampuan dan pengalaman
penulis. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan penulis
terima dengan senang hati.
Harapan penulis, semoga dengan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak terutama pembaca sehingga dapat memahami segala hal yang
tertuang dalam skripsi ini dan menjadi referensi untuk peneliti selanjutnya, serta
untuk semua pihak yang berkepentingan.
Wassamualaikum WarrahmatullahiWabarakaatuhu.
Jakarta, 30 Agustus 2019
Bayu Dwi Cahyanto
xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................................ ii
LEMBAR PENYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 17
C. Pembatasan Masalah .................................................................................. 18
D. Perumusan Masalah ................................................................................... 20
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 20
F. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 21
BAB II ................................................................................................................... 23
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 23
A. Tinjauan Teori ............................................................................................ 23
1. Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory).................................... 23
2. Teori Perilaku yang Direncanakan (Theory Of Planned Behaviour) ..... 26
3. Teori Perkembangan Moral (Moral Development Theory) .................... 31
4. Teori Atribusi ......................................................................................... 33
B. Tinjauan Literatur....................................................................................... 34
1. Self-Efficacy ........................................................................................... 34
2. Kompleksitas Tugas ............................................................................... 36
3. Tekanan Ketaatan ................................................................................... 38
xiv
4. Persepsi ................................................................................................... 40
5. Etika ........................................................................................................ 42
6. Etika Profesi Akuntan ............................................................................ 44
7. Kode Etik Akuntan Publik ..................................................................... 45
8. Independensi ........................................................................................... 49
9. Audit Judgment ...................................................................................... 51
C. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 61
D. Pengembangan Hipotesis ........................................................................... 67
1. Pengaruh self-efficacy terhadap audit judgment .................................... 67
2. Pengaruh kompleksitas tugas terhadap audit judgment.......................... 67
3. Pengaruh tekanan ketaatan terhadap audit judgment ............................. 68
4. Pengaruh persepsi etis terhadap audit judgment .................................... 68
5. Pengaruh independensi auditor terhadap audit judgment ....................... 70
6. Pengaruh Self-Efficacy, kompleksitas Tugas, Tekanan Ketaatan, Persepsi
Etis, dan Independensi Auditor Secara Simultan Terhadap Audit Judgment 70
E. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 72
BAB III ................................................................................................................. 74
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 74
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 74
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 74
1. Populasi dan Sampel .............................................................................. 74
C. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 75
D. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 75
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................. 76
1. Variabel Independen ............................................................................... 76
2. Variabel Dependen ................................................................................. 79
F. Metode Analisis Data ................................................................................. 89
1. Statistik Deskriptif .................................................................................. 89
2. Uji Kualitas Data .................................................................................... 89
3. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 90
4. Uji Hipotesis ........................................................................................... 92
BAB IV ................................................................................................................. 96
xv
GAMBARAN UMUM DAN PEMBAHASAN ................................................... 96
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian .......................................................... 96
1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 96
2. Karakteristik Responden ........................................................................ 97
B. Hasil Instrumen Penelitian ....................................................................... 101
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................................................ 101
2. Hasil Uji Kualitas Data ......................................................................... 103
3. Hasil Uji Asumsi Klasik ....................................................................... 107
4. Hasil Uji Hipotesis ............................................................................... 110
C. Pembahasan .............................................................................................. 115
BAB V ................................................................................................................. 127
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 127
A. Kesimpulan .............................................................................................. 127
B. Implikasi ................................................................................................... 128
C. Keterbatasan ............................................................................................. 129
D. Saran ......................................................................................................... 130
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 131
LAMPIRAN ........................................................................................................ 139
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitisn Terdahulu ............................................................................. 61
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ..................................................................... 81
Tabel 4.1 Nama-nama Kantor Akuntan Publik ..................................................... 96
Tabel 4.2 Karakteristik Data Responden .............................................................. 98
Tabel 4.3 Deskripitif Responden........................................................................... 98
Tabel 4.4 Hasil Uji Statistik Deskriptif ............................................................... 101
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Self-Efficacy.......................................... 103
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Kompleksitas Tugas .............................. 104
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Tekanan Ketaatan .................................. 104
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Etis .......................................... 105
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Independensi ......................................... 105
Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Variabel Audit Judgment ................................... 106
Tabel 4.11 Hasil Uji Reliabilitas ......................................................................... 106
Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Data ................................................................. 107
Tabel 4.13 Hasil Uji Multikolinieritas ................................................................ 108
Tabel 4.14 Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ..................................... 110
Tabel 4.15 Hasil Uji Statistik F ........................................................................... 111
Tabel 4.16 Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) .......................................................... 112
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Theory of Planned Behaviour ................................................ 28
Gambar 2.2 Organizational Behavior ................................................................... 41
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 73
Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas .......................................................... 109
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Surat Penelitian Skripsi .................................................................... 139
Lampiran II Surat Keterangan ............................................................................. 146
Lampiran III Kuesioner Penelitian ...................................................................... 153
Lampiran IV Identitas & Jawaban Responden ................................................... 168
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan bisnis yang terjadi sekarang ini menyebabkan
meningkatnya kepercayaan publik terhadap laporan keuangan suatu entitas
bisnis sebagai penyedia informasi, baik itu untuk pihak internal seperti
manajemen perusahaan maupun pihak eksternal seperti investor, kreditur, dan
pemerintah. Laporan keuangan memiliki banyak fungsi yakni secara umum
untuk melihat kondisi keuangan pada suatu entitas bisnis. Seperti untuk
manajemen di suatu entitas yang menggunakan laporan keuangan sebagai
suatu tolak ukur perkembangan perusahaan dan dalam pencapaian usaha yang
telah ditargetkan dari seluruh kegiatan entitas bisnis selama 1 (satu) periode,
serta mengetahui kendala (risiko) apa saja yang dihadapi entitas bisnis
tersebut, sehingga manajemen dapat membuat kebijakan-kebijakan untuk
mengelola kendala tersebut (Efriyanti et al., 2012).
Selain dari sisi pihak internal, kebutuhan akan informasi dari laporan
keuangan yakni untuk pihak eksternal yang memiliki beberapa kepentingan
dan berhubungan langsung dengan pembiayaan di suatu entitas tersebut.
Sebagai contoh adalah seorang investor yang menanamkan modalnya pada
entitas dan investor selalu ingin tahu apakah modal yang mereka berikan telah
digunakan dengan tepat, dengan adanya laporan keuangan yang baik seorang
investor akan merasa yakin terhadap bisnis yang entitas itu jalankan dan tidak
merasa keberatan untuk menanamkan modalnya kembali, sehingga entitas
bisnis dapat lebih mudah untuk mengembangkan bisnisnya dengan modal
tambahan dari investor tersebut.
Salah satu syarat dari perusahaan yang ingin go public yakni untuk
mendapatkan suntikan dana yang berasal dari penjualan saham dan menjadi
perusahaan terbuka yang kepemilikannya dapat dimiliki semua kalangan
yaitu memiliki laporan keuangan yang telah di audit oleh akuntan publik
sebagaimana yang telah diatur dalam persyaratan pencatatan saham di BEI
(BEI, 2010).
Dikarenakan perkembangan bisnis yang cukup pesat dan laporan
keuangan merupakan suatu konsumsi sehari-hari para pelaku bisnis, dan
sebelum dipublish laporan keuangan ini harus di audit oleh pihak eksternal
yang dinilai paling independen yakni akuntan publik atau auditor eksternal
untuk meyakinkan para pengguna laporan keuangan bahwa laporan keuangan
ini handal dan relevan. Ketentuan mengenai akuntan publik di Indonesia
diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 dan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/KMK/PMK.01/2008.
Terjadinya peningkatan akan kebutuhan audit atas laporan keuangan
juga berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan masyarakat atas profesi
auditor. Profesi auditor merupakan pihak yang dianggap independen dan
obyektif dalam menilai laporan keuangan tersebut serta memiliki peranan
sosial penting terkait dengan tugas yang diembannya. Pihak auditor yang
menjunjung independensi dan obyektifitas yang tinggi sebagai suatu sifat
profesional yang harus ada pada diri seorang auditor tersebut di dalam
3
melaksanakan tugas pengauditannya. Karena tugas auditor adalah
melaksanakan audit atas laporan keuangan sebuah entitas serta hasil akhir
adalah memberikan opini atau pendapat atas kewajaran di dalam laporan
keuangan entitas tersebut dan melihat apakah entitas tersebut secara konsisten
telah menerapkan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Sebagai profesi yang melaksanakan kegiatan pengauditan, auditor
bekerja bukan hanya untuk klien (auditee) saja, tetapi pihak luar dari entitas
yang mana mereka juga mempunyai peran penting atas usaha yang berjalan
tersebut untuk mengambil sebuah keputusan bisnis. Sehingga dalam hal ini,
auditor dipercaya harus memiliki kompetensi yang cukup sehingga mampu
mempertahankan kepercayaannya dengan klien dan para pengguna laporan
keuangan di luar entitas yang sedang diauditnya.
Profesi seorang auditor tidak terlepas dari sebuah kontroversi. Dalam
hal tersebut, terkadang seorang auditor bekerja tidak sesuai dengan standar
profesional auditor, melainkan sesuai dengan keinginan atasan atau klien
sehingga auditor lebih condong untuk menguntungkan pihak klien dan
terbatas dalam pekerjaan pengauditannya akibat dari tekanan atasan. Contoh
kasus yang terjadi pada bulan Mei tahun 2015, dunia akuntansi dikejutkan
oleh kasus yang terjadi pada perusahaan Toshiba atas skandal akuntansi
internal dan harus merevisi perhitungan laba dalam tiga tahun terakhir. Pada
saat pengumuman yang tidak disangka setelah di investigasi secara
menyeluruh bahwa perusahaan Toshiba ini telah gagal dalam mencapai target
keuntungan bisnis sejak tahun 2008 yang pada saat itu diketahui sedang
4
terjadi krisis global. Krisis yang membuat perusahaan asal Jepang itu
membuat Toshiba melakukan suatu kebohongan melalui accounting fraud
senilai 1,22 Miliar USD. Tindakan ini dilakukan dengan melatarbelakangi
laba yang dihasilkan tidak sesuai dengan realita. Pada akhir tahun 2015,
Toshiba telah merugi sebesar 8 Miliar USD. Terbongkarnya kasus ini di awali
saat audit pihak ketiga melakukan investigasi internal terhadap keuangan
perusahaan, berdasarkan informasi tersebut diketahui bahwa manajemen
perusahaan menetapkan target laba yang tidak realistis sehingga terpaksa
harus berbohong dengan memanipulasi data laporan keuangan. Pada saat itu
Kantor Akuntan yang memeriksa Toshiba adalah Ernest & Young (EY)
dengan mengeluarkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Kantor
Akuntan Ernest & Young bahkan tidak dapat mendeteksi adanya kecurangan
pada laporan keuangan perusahaan Toshiba sehingga EY mengeluarkan opini
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) (integrity-indonesia.com). Hal inilah yang
menunjukkan bahwa audit tidak menunjukkan judgment dengan baik, dengan
memberikan opini WTP tanpa mendeteksi lebih dalam mengenai kecurangan
yang dilakukan entitas tersebut. Seharusnya standar profesional auditor
tersebut digunakan para auditor sebagai bentuk pertanggungjawaban profesi
kepada masyarakat agar judgment yang diberikan oleh auditor dapat
bermanfaat.
Kasus lain yang terjadi pada bulan September tahun 2018 yang
menimpa PT Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP Finance) dan Deloitte
Indonesia, kasus ini dianalisis oleh Pusat Pembinaan Profesi Keuangan
5
(P2PK) dengan mencari pokok permasalahan dan menyimpulkan terdapat
indikasi pelanggaran terhadap standar profesi akuntan. Terkait dengan audit
yang dilakukan oleh kedua akuntan publik atas laporan keuangan PT SNP
Finance tahun buku 2012 hingga 2016. Pada hasil pemeriksaan menunjukkan
bahwa Akuntan Publik Merliyana dan Marlinna belum sepenuhnya mematuhi
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit umum
atas laporan keuangan PT SNP Finance. P2PK mencatat belum adanya
kewajaran asersi keterjadian dan asersi pisah batas akun pendapatan dan
pembiayaan, pelaksanaan prosedur yang belum memadai terkait proses
deteksi risiko kecurangan dan skeptisme profesional dalam perencanaan dan
pelaksanaan audit. Selain itu sistem pengendalian mutu (SPM) yang dimiliki
KAP Satrio Bing, Eny dan Partner mengandung kelemahan karena belum
dapat melakukan pencegahan yang tepat atas ancaman kedekatan karena
keterkaitan cukup lama antara personel senior (manajer tim audit) dalam
perikatan pada klien yang sama untuk periode yang cukup lama, hal tersebut
berdampak pada skeptisme profesional (Kontan.co.id/news/kasus-snp-
finance).
Beberapa kasus gagal audit di atas menunjukkan skandal antara
akuntan publik di kantor akuntan publik dengan perusahaan yang bisa
dikatakan memiliki pangsa pasar yang cukup kuat di Indonesia telah
menimbulkan skeptisme masyarakat mengenai ketidakmampuan profesi
akuntan dan membuka skeptisme baru mengenai bagaimana kinerja auditor
eksternal selama ini dalam menentukan pertimbangan dan opini (Putra dan
6
Rani, 2016). Oleh karena itu keahlian dan kompetensi dari seorang auditor
harus selalu ditingkatkan, mengingat perkembangan bisnis yang saat ini
semakin maju serta adanya beberapa perubahan yang terjadi terhadap standar
dan kode etik yang mengikatnya.
Suatu pertimbangan yang berasal dari seluruh kegiatan bisnis yang
terjadi dalam kurun waktu 1 (satu) tahun di audit oleh para akuntan publik
hanya dalam waktu 1 (satu) hingga 3 (tiga) bulan. Proses audit yang terbilang
cukup singkat ini membuat auditor tidak dapat memeriksa kebenaran atas
seluruh transaksi dari proses bisnis, melainkan hanya beberapa transaksi yang
dijadikan sebagai sampel pengauditan. Oleh karena itu perlu beberapa
pertimbangan khusus bagi auditor dalam melakukan proses audit, baik itu
ketika menerima perikatan dengan klien, membuat perencanaan audit, serta
ketika akan mengeluarkan suatu opini audit. Pertimbangan khusus ini disebut
dengan Audit judgment.
Judgment merupakan suatu proses yang terus menerus dalam perolehan
informasi (termasuk umpan balik dari tindakan sebelumnya), pilihan
bertindak atau tidak bertindak dan penerimaan informasi lebih lanjut.
Kedatangan informasi bukan hanya mempengaruhi pilihan, tetapi juga
mempengaruhi cara pilihan tersebut dibuat (Jamilah et al., 2007). Oleh karena
itu, cara pandang auditor dalam menanggapi informasi harus berhubungan
dengan tanggung jawab dan risiko audit yang akan dihadapi oleh auditor
sehubungan dengan judgment yang dibuatnya.
7
Pentingnya peran auditor dan kepercayaan publik yang besar terhadap
profesi akuntan publik mengharuskan auditor untuk memperhatikan audit
judgment yang dihasilkannya. Audit judgment salah satunya dibutuhkan
ketika auditor telah mengumpulkan bukti-bukti dalam waktu berbeda dan
mengintegrasikan informasi dari bukti-bukti tersebut. Jika seorang auditor
memberikan judgment yang kurang tepat, maka akan berpengaruh terhadap
ketepatan opini akhir mengenai kewajaran laporan keuangan (Putra dan Rani,
2016). Seperti yang tertuang di Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
seksi 341 dalam Jamilah et al., (2007) bahwa dalam menjalankan proses
audit, audit akan memberikan pendapat dengan judgment berdasarkan
kejadian-kejadian yang pernah terjadi di masa lalu, masa kini dan di masa
yang akan datang.
Cakupan tugas dari tanggung jawab yang lebih luas menuntut auditor
untuk paham pada prinsip yang tertuang dalam Kode Etik Profesi Akuntan
Publik yakni prinsip integritas, obyektivitas, kompetensi profesional, sikap
kehati-hatian, kerahasiaan, dan perilaku profesional yang harus tertanam
dalam diri auditor (IAPI, 2019:4). Sebagai jasa profesional, auditor dituntut
untuk memiliki sikap independen yakni sebagai pemeriksa profesional yang
menyediakan jasanya kepada masyarakat umum terutama dalam bidang audit
atas laporan keuangan yang dibuat oleh entitas yang diperiksanya. Oleh sebab
itu, dalam pemberian judgment terhadap laporan keuangan, auditor
diharapkan dapat menjaga dan mempertahankan independensinya sedemikian
rupa sehingga pendapat, kesimpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari
8
hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak pihak manapun.
Sedangkan pada prinsip obyektivitas seorang auditor dilakukan dengan cara
menghindari subjektivitas laporan keuangan, benturan kepentingan, atau
pengaruh yang tidak layak dari pihak manapun dalam pertimbangan
profesional maupun pertimbangan bisnis lainnya (Agoes, 2017:72).
Dalam melakukan tugas audit, auditor harus mengevaluasi berbagai
alternatif informasi dalam jumlah yang relatif banyak untuk memenuhi
standar pekerjaan lapangan yaitu bukti audit kompeten yang cukup, diperoleh
melalui pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang di audit.
Melihat pentingnya peran akuntan publik, maka sewajarnya pula profesi
akuntan menuntut adanya kemampuan dalam memproses informasi untuk
menemukan judgment auditor pada sebuah penugasan audit (Putri dan
Laksito, 2013).
Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 8
tahun 2010 tercantum karakteristik kualitatif dari sebuah informasi yang
dibagi menjadi dua, yaitu kualitas utama yang terdiri dari relevansi
(relevance), ketepatan (faithful), dan kualitas pendukung yang terdiri dari
perbandingan (comparability), pengujian (verifiability), ketepatan waktu
(timeliness), dan dapat dimengerti (understandability). Agoes (2017:4)
berpendapat bahwa, diperlakukannya jasa pihak ketiga untuk dilakukan
pemeriksaan laporan keuangan oleh akuntan publik independen agar bisa
dipertanggungjawabkan atas laporan yang disajikan kepada pihak luar dapat
9
dipercaya. Dalam hal ini, auditor pula harus memenuhi standar-standar seperti
standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan, standar-
standar inilah yang tercantum pula pada standar audit yang telah ditetapkan
dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) (IAPI
2011:150.1-150-2) dalam Agoes (2017:57).
Menurut Kamus Terjemahan Inggris – Indonesia (1997) judgment
merupakan arti dari pendapat, keputusan, dan sebuah pertimbangan. Jika kita
kaitkan dengan audit, maka audit judgment sendiri merupakan suatu
pertimbangan yang dapat mempengaruhi dokumentasi bukti dan keputusan
pendapat yang dibuat oleh seorang auditor ketika penugasan audit
berlangsung. Dalam pembuatan judgment ini auditor mempunyai kesadaran
bahwa suatu pertanggungjawaban merupakan faktor yang sangat penting
karena penilaiannya akan dimintai keterangan. Judgment mengacu pada aspek
kognitif dalam proses pengambilan keputusan dan mencerminkan perubahan
dalam evaluasi, opini, dan sikap (Hasnidar, 2018). Bisa dikatakan pula
kualitas dari judgment ini menunjukkan seberapa baik kinerja seorang auditor
dalam melakukan tugasnya.
Judgment yang dibuat oleh auditor merupakan indikator bahwa kualitas
pekerjaan auditor dapat dilihat dari kualitas judgment dan keputusan yang
diambil, sehingga sebuah keputusan atau pertimbangan yang dilakukan oleh
auditor sangatlah berpengaruh dalam pekerjaan yang dilakukan.
Pertimbangan dan keputusan yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan
kualitas yang baik begitu pula sebaliknya (Komalasari dan Hernawati, 2015).
10
Banyak faktor yang mempengaruhi sikap auditor dalam memberikan
judgment, baik bersifat teknis maupun non-teknis. Aspek perilaku individu
merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pembuatan audit
judgment (Arifuddin, 2014). Hal inilah yang menjadi fokus perhatian dari
para praktisi akuntansi ataupun akademisi. Namun demikian, menurut Meyer
dan Rigsby (2001) dalam Kuang (2010) meningkatnya perhatian tersebut
tidak diimbangi dengan pertumbuhan penelitian di bidang akuntansi perilaku
di mana terdapat banyak sekali penelitian yang tidak menjadikan fokus utama
akuntansi keperilakuan itu dilakukan.
Cara pandang auditor berpengaruh dalam menanggapi informasi yang
berhubungan dengan tanggung jawab dan risiko audit yang akan dihadapi
oleh auditor tersebut sehubungan dengan judgment yang dibuatnya. Faktor-
faktor yang mempengaruhi persepsi atau cara pandang auditor dalam
menanggapi dan mengevaluasi informasi ini antara lain meliputi faktor
pengetahuan, perilaku auditor, pengalaman serta kompleksitas tugas (Jamilah
et al., 2007). Beberapa faktor yang mempengaruhi audit judgment yang dikaji
dalam penelitian ini adalah self-efficacy, kompleksitas tugas, tekanan
ketaatan, persepsi etis, dan independensi auditor.
Self-efficacy sendiri berasal dari teori kognitif sosial, yang
diperkenalkan oleh Bandura (1986) yang menyatakan kinerja individu tidak
hanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan mereka tetapi juga dipengaruhi
oleh faktor motivasi (personal self-efficacy). Self-efficacy merupakan
penilaian individu terhadap keyakinan diri akan kemampuannya dalam
11
menjalankan tugas sehingga memperoleh hasil yang sesuai dengan yang
diharapkan (Mukhid, 2009). Individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi
cenderung akan memiliki kinerja yang baik pula untuk mengerjakan beberapa
tugasnya (Wijayantini et al., 2014). Sedangkan individu yang memiliki self-
efficacy rendah cenderung menghindari tugas dan situasi yang sulit untuk
dilampaui karena keterbatasan kemampuan yang mereka miliki (Sanusi et al.,
2018). Sehingga dapat disimpulkan bahwa seorang auditor yang memiliki
self-efficacy yang tinggi akan kemampuan yang dimilikinya, ketika
mengerjakan berbagai macam pekerjaan dan tanggung jawab, ia dapat dengan
mudah melaksanakan pekerjaan tersebut termasuk keakuratan dalam
pemberian judgment (Suardikha dan Budiartha, 2017).
Beberapa penelitian sebelumnya telah menguji pengaruh dari self-
efficacy terhadap audit judgment. Penelitian yang dilakukan oleh Iskandar et
al., (2011) yang menyatakan bahwa auditor dengan self-efficacy yang tinggi
berpengaruh terhadap kinerja audit judgment ketimbang auditor yang
memiliki self-efficacy yang rendah. Hal ini didukung oleh penelitian
sebelumnya seperti penelitian Sanusi et al., (2018), Suwandi (2015) dan
Suardikha dan Budiartha (2017) yang menyatakan secara positif self-efficacy
berpengaruh terhadap audit judgment, karena auditor yang memiliki self-
efficacy tinggi akan yakin dan percaya dapat mengerjakan tugas audit dengan
sebaik-baiknya. Namun penelitian yang dilakukan oleh Tatiwakeng (2013)
dan Nadhiro (2010) bahwa self-efficacy tidak berpengaruh terhadap audit
judgment, hal tersebut karena self-efficacy dan kinerja dipengaruhi oleh
12
imbalan atas kemampuannya, jika imbalan diberikan rendah, maka self-
efficacy yang tinggi tidak berpengaruh terhadap kinerjanya.
Faktor lain yang mempengaruhi pemberian judgment yang dilakukan
auditor adalah kompleksitas tugas. Penelitian yang dilakukan oleh Restu dan
Indriantoro (2000) dalam Prasita dan Priyo (2007) menyebutkan kompleksitas
tugas audit didasarkan pada persepsi individu tentang kesulitan suatu tugas
audit. Persepsi ini menimbulkan kemungkinan bahwa suatu tugas audit sulit
bagi seseorang, namun mungkin juga mudah bagi orang lain. Semakin
kompleks tugas yang dihadapi oleh seorang auditor maka akan semakin sulit
baginya untuk memberikan penilaian yang cepat dan akurat. Bonner (1994)
dalam penelitian Hasnidar (2018) mengemukakan ada tiga alasan yang cukup
mendasar mengapa pengujian terhadap kompleksitas tugas untuk sebuah
situasi audit perlu dilakukan. Pertama, kompleksitas tugas ini diduga
berpengaruh signifikan terhadap kinerja seorang auditor. Kedua, sarana dan
teknik pembuatan keputusan dan latihan tertentu diduga telah dikondisikan
sedemikian rupa ketika para peneliti memahami keganjilan pada kompleksitas
tugas audit. Ketiga, pemahaman terhadap kompleksitas tugas dari sebuah
tugas tertentu dapat membantu manajemen audit perusahaan dalam
menemukan solusi terbaik bagi staf audit dan tugas audit yang akan dihadapi
auditor. Dari berbagai pernyataan penelitian di atas, dapat dikatakan bahwa
kompleksitas tugas mempengaruhi audit judgment.
Dalam pelaksanaan tugas auditnya, auditor terkadang memiliki tekanan
dalam proses ketaatan. Hal ini dapat ditemui dari banyaknya tekanan yang
13
diberikan atasan, pihak entitas (auditee), maupun sesama rekan kerjanya agar
auditor tersebut berperilaku menyimpang dari standar profesi yang ada ketika
melaksanakan tugas yang dihadapi sangat kompleks. Temuan yang dilakukan
Lord dan Dezoort (2001) terdapat pengaruh dari tekanan yang dilakukan
atasan pada konsekuensi yang memerlukan biaya seperti tuntutan hukum,
hilangnya profesionalisme dan hilangnya kepercayaan publik terhadap profesi
auditor. Sehingga auditor yang kurang dalam hal profesional akan memiliki
potensi untuk berperilaku disfungsional (misalnya: memprioritaskan
kepentingan entitas (auditee) yang diauditnya (Kusumawati dan Syamsuddin,
2018). Hasil penelitian Jamilah et al., (2007), dan Yustrianthe (2012) juga
mengindikasikan bahwa terdapat pengaruh tekanan dari atasan pada judgment
yang diberikan auditor.
Yendrawati dan Mukti (2015) menyatakan bahwa tekanan ketaatan
berpengaruh signifikan terhadap audit judgment. Tekanan yang diberikan dari
atasan kepada auditor dengan maksud agar auditor tersebut menjalankan
perintah sesuai keinginan atasan atau klien. Bertolakbelakang dengan
penelitian yang dilakukan oleh Daljono (2012) dan Anderasari (2017) yang
menyatakan bahwa tekanan ketaatan tidak berpengaruh terhadap audit
judgment.
Faktor lain yang mempengaruhi judgment auditor adalah persepsi etis.
Persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan
(penerimaan) langsung dari sesuatu atau merupakan proses seseorang
mengetahui beberapa hal melalui panca indera. Sedangkan etika diartikan
14
sebagai sebuah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, serta tentang
hak dan kewajiban moral (akhlak).
Pangesti dan Setyowati (2018) mengartikan persepsi sebagai proses
dalam pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu,
setiap individu dapat memberikan arti secara beragam terhadap realitas
objektif meskipun objeknya sama. Profesi akuntan publik sering dihadapkan
pada dilema etis dari setiap jasa yang ditawarkan. Situasi konflik dapat terjadi
ketika seorang auditor harus membuat profesional judgment dengan
mempertimbangkan sudut pandang moral. Situasi konflik atau dilema etis
merupakan sebuah tantangan bagi profesi akuntan publik, oleh karena itu
mutlak diperlukan kesadaran etis yang tinggi yang menunjang sikap dan
perilaku etis dari seorang akuntan publik dalam menghadapi situasi konflik
tersebut (Daljono, 2012).
Dalam penelitian yang dilakukan Pangesti dan Setyowati (2018)
persepsi etis menunjukkan berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas
audit judgment yang diberikan auditor. Sejalan dengan penelitian Putri dan
Laksito (2013) yang menyatakan bahwa standar atribut kualitas audit salah
satunya yaitu standar etika yang tinggi, audit yang berkualitas sangat penting
untuk menjamin akuntan melakukan tanggung jawabnya kepada pengguna
atau yang mengandalkan kredibilitas laporan keuangan yang di audit, dengan
menegakkan etika yang tinggi.
Faktor lain yang mempengaruhi audit judgment adalah independensi
auditor. Di dalam standar audit yang telah ditetapkan dan disahkan oleh
15
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) tahun 2011, standar umum yang
kedua berbunyi: “Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan auditor”. Standar ini
mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi
apapun, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.
Artinya berarti auditor tidak dibenarkan apabila memihak kepada kepentingan
siapapun dan tidak dikendalikan apapun dalam hal menyampaikan
pendapatnya. Dalam penelitian Mauludy et al., (2017) yang menyatakan
bahwa kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap auditor
independen sangatlah penting bagi perkembangan profesi akuntan publik.
Kepercayaan masyarakat akan menurun apabila terdapat bukti bahwa
independensi sikap auditor ternyata berkurang. Oleh karena itu untuk menjadi
independen, seorang auditor harus secara intelektual jujur. Untuk diakui pihak
lain sebagai pihak yang independen, ia harus bebas dari setiap kewajiban
terhadap kliennya dan tidak mempunyai suatu kepentingan dengan kliennya,
apakah itu manajemen perusahaan atau pemilik.
Penelitian yang dilakukan oleh Persadi (2012) menyatakan bahwa
independensi memiliki pengaruh terhadap judgment yang diambil auditor,
yakni auditor tidak boleh memposisikan diri atau pertimbangannya dibawah
kelompok apapun dan siapapun. Independensi, integritas, dan objektivitas
auditor mendorong pihak ketiga untuk menggunakan laporan keuangan yang
tercakup dalam laporan auditor dengan rasa yakin dan percaya sepenuhnya.
Auditor eksternal yang memiliki sikap independensi akan bersikap jujur dan
16
mempertahankan fakta-fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif, tidak
memihak dalam memutuskan dan menyatakan pendapat.
Audit Judgment merupakan kegiatan yang sangat dibutuhkan oleh
auditor dalam melaksanakan tugasnya terutama dalam mengaudit laporan
keuangan dari suatu perusahaan. Bisa dikatakan audit judgment tersebut
tergantung pada perolehan bukti dan pengembangan bukti tersebut sehingga
menghasilkan keyakinan yang muncul dari kemampuan auditor dalam
menjelaskan bukti-bukti yang diuraikan. Semakin akurat audit judgment yang
dihasilkan oleh auditor maka kualitas dari hasil auditnya akan semakin
meningkat (Drupadi dan Sudana, 2015).
Agoes (2017:56-57) mengartikan judgment sebagai sepuluh standar
audit yang harus dilaksanakan dan merupakan kebijakan dari seorang auditor
berkaitan dengan pertimbangan yang harus dilakukan dalam pelaksanaan
auditnya dan laporan hasil auditnya nanti. Proses judgment tergantung dari
asal informasi, karena setiap langkah dalam proses judgment akan muncul
sebuah pertimbangan, pilihan, dan keputusan baru setiap ada informasi baru
yang datang. Kedatangan informasi bukan hanya mempengaruhi pilihan tetapi
juga mempengaruhi cara pilihan tersebut dibuat (Suardikha dan Budiartha,
2017).
Penelitian ini merupakan pengembangan dari hasil penelitian Jamilah
et al., (2007) tentang pengaruh gender, tekanan ketaatan dan kompleksitas
tugas terhadap audit judgment yang dilakukan oleh Akuntan Publik di
Provinsi Jawa Timur. Peneliti juga mencoba mengangkat variabel yang
17
diduga mempunyai pengaruh terhadap audit judgment, yaitu self-efficacy,
persepsi etis, dan independensi. Peneliti mengangkat variabel tersebut karena
masih sangat sedikit penelitian yang mengangkat keyakinan dalam diri
auditor dalam memberikan pendapatnya ataupun judgment, khususnya untuk
cakupan wilayah DKI Jakarta dan Tangerang. Sampel dalam penelitian ini
adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di DKI
Jakarta dan Tangerang dengan periode penelitian tahun 2019.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah yang
hendak diteliti dalam penelitian ini adalah terkait beberapa kondisi yang
dihadapi oleh akuntan publik selaku akuntan eksternal dari perusahaan,
misalnya:
1. Proses pemberian judgment yang dilakukan akuntan publik dipengaruhi
oleh faktor teknis maupun non-teknis. Salah satu faktor teknis adalah
adanya pembatasan ruang lingkup dan waktu audit. Sedangkan non-teknis
seperti aspek-aspek perilaku seorang auditor secara individu. Dalam
pengimplementasiannya, terkadang beberapa auditor kurang efektif dan
efisien dalam menghasilkan judgment di setiap proses audit berlangsung.
2. Akuntan publik yang memiliki sikap kurang yakin atas kemampuannya
untuk mengerjakan audit dengan benar sehingga judgment yang diberikan
kurang tepat.
3. Kecenderungan bahwa tugas audit merupakan tugas yang banyak
menghadapi persoalan, sulit, tidak terstruktur dan membingungkan, jika
18
kesulitan tugas lebih besar daripada kemampuan untuk menyelesaikannya
maka akan terjadi penurunan kinerja dari akuntan publik tersebut dalam
hal pengambilan judgment.
4. Akuntan publik seringkali dihadapkan dengan tekanan yang timbul baik
dari atasan, maupun pihak auditee yang bisa saja akuntan publik berbuat
perilaku disfungsional dan melanggar kode etik akuntan publik dalam hal
pengambilan judgment.
5. Akuntan publik digambarkan sebagai profesi dan jasa yang sangat penting
bagi keberlangsungan hidup perusahaan yang diauditnya, sering kali
pandangan mengenai etika akuntan publik tersebut dipertanyakan karena
judgment yang dihasilkannya menyangkut kepentingan berbagai pihak,
baik dalam perusahaan maupun luar perusahaan yang membutuhkan
untuk pengambilan keputusan bisnis.
6. Akuntan publik secara profesional harus menjunjung sikap
independensinya dengan kata lain dalam pemberian keputusan akuntan
publik tidak boleh memihak kepada siapapun.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pembatasan masalah
yang akan diteliti dalam penelitian ini diantaranya:
1. Menguji apakah terdapat pengaruh dari self-efficacy, kompleksitas tugas,
tekanan ketaatan, persepsi etis, dan independensi auditor terhadap audit
judgment.
19
Dari berbagai banyak permasalahan yang dihadapi akuntan publik,
kecuali akuntan pendidik . Penelitian ini hanya fokus pada 5 (lima) faktor
yang mempengaruhi audit judgment yang diambil auditor yakni self-
efficacy, kompleksitas tugas, tekanan ketaatan, persepsi etis, dan
independensi auditor. Self-efficacy itu sendiri merupakan sebuah
keyakinan yang dimiliki seseorang dikarenakan kemampuan yang
dimilikinya dalam hal menghasilkan keputusan. Kompleksitas tugas
diartikan sebagai banyaknya tugas, sulitnya tugas, dan beragamnya tugas
yang dihadapi seseorang guna meningkatkan kinerja dalam menentukan
sebuah keputusan. Sedangkan tekanan ketaatan diartikan sebagai
munculnya tekanan yang akan dihadapi seseorang baik dari dalam
lingkungan maupun dari luar lingkungan seseorang itu berada. Persepsi
etis diartikan sebagai pandangan seseorang mengenai etika yang
muncul.dan memberikan pedoman dalam hal berhubungan moral kepada
sesama, serta independensi merupakan suatu sikap yang ada pada diri
seseorang dengan tidak memiliki kepentingan pribadi di atas kepentingan
umum dalam menghasilkan suatu keputusan yang berkualitas.
2. Hanya pada profesi akuntan publik, terutama akuntan publik di DKI
Jakarta dan Tangerang.
Dari sekian banyak profesi yang ada, penelitian ini hanya berfokus
pada profesi akuntan publik saja kecuali akuntan pendidik di DKI Jakarta
dan Tangerang.
20
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
penulis membuat perumusan permasalahan dalam penelitian ini yang dapat
menjadi pokok permasalah dalam penelitian ini pula, agar dapat mencapai
sasaran dalam penyusunannya, peneliti membatasi masalah-masalah yang
akan dikemukakan sebagai berikut:
1. Apakah self-efficacy berpengaruh terhadap audit judgment?
2. Apakah kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgment?
3. Apakah tekanan ketaatan berpengaruh terhadap audit judgment?
4. Apakah persepsi etis berpengaruh terhadap audit judgment?
5. Apakah independensi berpengaruh terhadap audit judgment?
6. Apakah self-efficacy, kompleksitas tugas, tekanan ketaatan, persepsi etis,
independensi auditor memiliki pengaruh terhadap audit judgment?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris tentang:
1. Pengaruh self-efficacy tehadap audit judgment.
2. Pengaruh komplekstitas tugas terhadap audit judgment.
3. Pengaruh tekanan ketaatan terhadap audit judgment.
4. Pengaruh persepsi etis terhadap audit judgment.
5. Pengaruh independensi terhadap audit judgment.
6. Pengaruh self-efficacy, kompleksitas tugas, tekanan ketaatan, persepsi
etis, independensi auditor terhadap audit judgment.
21
F. Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan
ini, yaitu:
1. Manfaat Teoritis (Bagi pengembangan akademik)
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai kontribusi pada
pengembangan teori, terutama yang berkaitan dengan auditing dan
akuntansi perilaku.
2. Manfaat Praktis (Operasional)
a. Bagi auditor dan Kantor Akuntan Publik (KAP), sebagai
pertimbangan bagi auditor eksternal untuk dapat lebih bersikap dalam
berbagai situasi, serta membangkitkan naluri profesionalnya dalam
memberikan jasa-jasa audit bagi masyarakat luas.
b. Badan Regulasi Akuntan Publik (Institut Akuntan Publik Indonesia),
agar dapat berperan lebih aktif dalam melakukan pengawasan atas
perilaku auditor eksternal dalam melaksanakan standar profesionalnya
serta diharapkan dapat memberikan kontribusi secara langsung dalam
rangka pengembangan dan peningkatan kualitas profesi akuntan
Indonesia.
c. Pengguna jasa audit, agar dapat memahami perilaku profesional dan
etika berprofesi seorang auditor, terutama yang berkaitan dengan
pengambilan keputusan.
22
d. Masyarakat, pengguna eksternal yang mana sebagai sarana informasi
tentang perilaku auditor serta dapat menambah wawasan pada bidang
akuntansi.
e. Peneliti, sebagai penambah wawasan dan referensi mengenai auditing
agar diperoleh hasil yang bermanfaat bagi peneliti di masa yang akan
datang dan juga dapat juga menambah pengetahuan peneliti tentang
perilaku auditor.
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory)
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) dikembangkan oleh
Bandura (1986) yang menurutnya manusia tidak dilengkapi dengan
perilaku dasar dari bawaan lahir, tetapi semua yang di dapat sehingga
terbentuk perilaku (behavior) yang dimilikinya berasal dari pembelajaran
(learning). Manusia ketika lahir ke dunia memang tidak ada bakat atau
bahkan tidak terlihat bakatnya, tetapi secara alami bakat bawaan lahir
tersebut bisa dikembangkan melalui pembelajaran (Susanto, 2015).
Dalam teori kognitif sosial (social cogntive theory), menunjukkan
bahwa manusia akan menetapkan sebuah kerangka untuk pemahaman,
prediksi, dan tanggung jawab dari apa yang dilakukan individu. Teori ini
mengidentifikasikan bahwa manusia sebagai human agency yang
memiliki kapasitas untuk mengarahkan diri sendiri melalui kontrol
terhadap proses berpikir, motivasi, dan tindakan diri sendiri bisa
dikatakan proses terciptanya kognitif (pengetahuan) bukan semata
kegiatan otak untuk berpikir tetapi juga proses memberikan pengaruh,
dikarenakan pikiran manusia bersifat umum (generatif), kreatif, proaktif
dan self-reflective, bukan hanya reaktif saja (Mukhid, 2009).
24
Menurut Bandura (1986) dalam Hasnidar (2018), teori kognitif
sosial merupakan proses mengamati dan meniru perilaku, sikap orang
lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Oleh karena itu, teori
pengetahuan tentang sosial ini sebenarnya bisa diterapkan secara umum
dalam semua lini pendidikan sosial, komunikasi, informasi, dan
instruksional di lingkungan formal maupun informal.
Dengan digunakannya teori sosial kognitif ini diharapkan individu
untuk selalu mengenal dan memprediksi perilaku individu itu sendiri dan
kelompok serta mengidentifikasi metode-metode yang tepat untuk
mengubah perilaku tersebut. Teori ini erat kaitannya dengan
pembelajaran seorang menjadi pribadi yang lebih baik. Teori ini pula
memilki makna bahwa terdapat kegiatan seperti belajar (learning),
memiliki pengetahuan (knowledge), pengalaman pribadi (personal
experience), karakteristik individu (personal characteristic) dalam
berinteraksi kepada sosial yang harus dimiliki oleh setiap individu
maupun kelompok (Hasnidar, 2018).
Teori Bandura ini merumuskan mekanisme-mekanisme kognitif
mengatur dirinya sendiri yang terkait dengan upaya-upaya yang ada pada
diri seseorang individu untuk mencapai tingkat kinerja yang mereka
yakini (Mukhid, 2009). Khususnya, self-efficacy (kemampuan diri), atau
keyakinan seseorang apakah dia bisa melakukan tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tingkat kinerja pada tugas tertentu.
Kemampuan diri difokuskan pada penentuan tujuan sebagai cara pokok
25
untuk mengatur perilaku seseorang, namun memungkinkan faktor-faktor
lain yang memberi pengaruh.
Alasan peneliti menggunakan sosial cognitive theory karena sesuai
dengan tema penelitian yang akan diteliti yaitu perilaku seseorang
mengenai rasa kepercayaan diri seseorang yang timbul karena adanya
niat dari dalam diri individu (self-efficacy). Dengan diterapkannya
mekanisme kognitif dan motivasional yang meliputi penentuan tujuan,
ekspektasi dan meningkatkan penggunaan strategi-strategi untuk dapat
memecahkan suatu permasalahan yang berkualitas tinggi sehingga
membantu individu memiliki rasa percaya diri (confident) dalam
mengantisipasi hasil yang nantinya akan sukses atau gagal. Kemampuan
diri individu yang memiliki kepekaan terhadap keadaan-keadaan
emosional di awal (keadaan sebelum kinerja tugas), dan dapat meredakan
keadaan emosional tersebut secara sedikit demi sedikit dihindari selama
kinerja tugas itu berlangsung. Terakhir, mereka yang yakin akan
kemampuan dalam dirinya untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan
kemampuannya terlebih dahulu. Sehingga, ketika auditor memiliki self-
efficacy yang tinggi di dalam dirinya, akan berpengaruh terhadap
judgment yang dihasilkan saat proses audit berlangsung, karena terdapat
keyakinan terhadap dirinya untuk menghasilkan judgment yang
berkualitas.
26
2. Teori Perilaku yang Direncanakan (Theory Of Planned Behaviour)
Pada dasarnya setiap individu berperilaku dengan segala
pertimbangan rasional yang ada di dalam dirinya sebelum melakukan dan
menerima sesuatu baik dari dalam maupun dari luar diri individu itu
sendiri (Ajzen, 2005). Setiap perilaku yang dibuat individu sangatlah
beragam karena ada rasa keinginan untuk melakukan sesuatu dan
menyusun sebuah rencana untuk melakukannya. Maka, sebuah keinginan
itu akan semakin kuat apabila timbul kekuatan dari niat untuk
menampilkan sesuatu perilaku (Jogiyanto, 2007:29). Berdasarkan
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa adanya niat adalah sebuah
keinginan atau rencana seseorang untuk berbuat suatu perilaku atau
tindakan tertentu, oleh karena itu manusia perlu merencanakan segala
tindakan baik itu yang bersifat antisipatif maupun berbagai macam
bentuk pengendalian di dalam diri individu itu sendiri maka lahirlah
Theory Planned Behavior (Teori perilaku yang direncanakan).
Teori perilaku yang direncanakan (theory of planned behavior)
merupakan perluasan dari theory of reasoned action (TRA) yang
diperkenalkan dan dikembangkan oleh Ajzen (1985) dengan
menambahkan sebuah konstruk yang disebut sebagai pengendalian dari
perilaku persepsian (perceived behavioral control) yaitu untuk mengatur
pengendalian terhadap perilaku dari individu yang dibatasi akan
kekurangan-kekurangan dan keterbatasan atas kekurangan sumber daya
yang digunakan untuk berperilaku, karena dalam melakukan sesuatu hal
27
tidak semuanya di bawah kontrol penuh individu (Jogiyanto, 2007:61-
63). Konsep yang di usulkan Ajzen ini bertujuan untuk memperbaiki
kekuatan prediksi dari teori TRA dengan memasukkan kontrol yang
dipersepsikan. Tujuan dan manfaat dari teori ini adalah untuk
meramalkan dan memahami pengaruh-pengaruh motivasi perilaku, baik
kemauan individu itu sendiri maupun bukan kemauan dari individu
tersebut.
Besar kemungkinan adanya hubungan langsung antara kontrol
perilaku persepsian (perceived behavioral control) dengan perilaku.
Kinerja dari suatu perilaku tergantung tidak hanya dari motivasi untuk
dapat melakukannya, tetapi juga kontrol yang cukup terhadap perilaku
yang dilakukan. Dengan demikian, kontrol perilaku persepsian
(perceived behavioral control) dapat mempengaruhi perilaku secara
langsung. Hubungan ini ditunjukkan oleh panah yang dapat
menghubungkan kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral
control) langsung ke perilaku (behavioral). Apabila semua perilaku dapat
dikendalikan secara penuh oleh individu maupun kelompok, maka
Theory Planned Behavior (TPB) kembali menjadi Theory of Reasoned
Action (TRA) (Ajzen, 2012).
28
Gambar 2.1 Model Theory of Planned Behaviour
Sumber: Ajzen, 1991
Banyak faktor yang dapat mengganggu hubungan antara niat dan
perilaku, keberhasilan atas suatu kinerja dan perilaku itu sendiri
tergantung dari kemampuan seseorang untuk mengontrol faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi perilaku. Walaupun kontrol kemauan
(volitional control) adalah salah satu yang penting dalam mempengaruhi
perilaku dibandingkan dengan faktor-faktor yang lain, keterbatasan-
keterbatasan personal dan hambatan-hambatan eksternal juga dapat
mengganggu kinerja dan perilaku Ajzen (1988) dalam Hasnidar et al.,
(2018). Ajzen mencoba menyediakan suatu kerangka konseptual untuk
membahas permasalahan dari kontrol kemauan yang kurang lengkap
dengan manambahkan sebuah konstruk yaitu kontrol perilaku persepsian
(perceived behavioral control).
Perlu digarisbawahi bahwa teori perilaku yang direncanakan tidak
secara langsung berhubungan dengan jumlah dari kontrol yang
sebenarnya dimiliki seseorang, tetapi teori ini lebih mempertimbangkan
Sikap terhadap
perilaku
Kontrol perilaku
persepsian
Norma subjektif Niat perilaku Perilaku
29
pengaruh-pengaruh yang mungkin terjadi dari kontrol perilaku yang
dipersepsikan dalam pencapaian tujuan-tujuan perilaku. Jika niat
menunjukkan keinginan seseorang untuk mencoba perilaku tertentu,
kontrol persepsian lebih kepada mempertimbangkan beberapa hal yang
realistik dan mungkin terjadi di kemudian hari.
Theory of planned behavior (TPB) menunjukkan bahwa suatu
tindakan manusia diarahkan oleh tiga macam kepercayaan yang diambil
oleh individu. Ketiga kepercayaan tersebut diantaranya:
a. Kepercayaan perilaku (behavioral beliefs) yaitu kepercayaan tentang
kemungkinan terjadinya perilaku. Di TRA ini disebutkan dengan
sikap (attitude) terhadap perilaku.
b. Kepercayaan normatif (normative beliefs), yaitu kepercayaan tentang
ekspektasi normatif dari orang lain dan motivasi untuk menyetujui
ekspektasi tersebut. Di TRA ini disebut dengan norma-norma
subjektif sikap (subjective norms) terhadap perilaku.
c. Kepercayaan kontrol (control beliefs) yaitu kepercayaan tentang
keberadaan faktor-faktor yang akan memfasilitasi atau merintangi
kinerja dari perilaku dan kekuatan persepsian dari faktor-faktor yang
mendukung atau menghambat perilakunya. Di TRA konstruk ini
belum ada dan ditambahkan di TPB sebagai perceived behavioral
control.
Secara keseluruhan, kepercayaan-kepercayaan perilaku akan
membentuk suatu sikap, bisa itu positif maupun negatif terhadap perilaku
30
kepercayaan normatif yang menghasilkan tekanan sosial atau norma
subyektif dan kepercayaan kontrol akan memberikan kontrol perilaku
persepsian (Ajzen, 2012). Bersamaan dengan sikap terhadap perilaku
subjektif dan kontrol perilaku persepsian, maka akan menimbulkan niat
perilaku (behavioral intention) dan selanjutnya terbentuk sebuah perilaku
(behavior).
Seperti yang telah dijelaskan mengenai teori perilaku yang
direncanakan, dalam berperilaku seseorang diarahkan oleh beberapa hal
atau kepercayaan. Begitu pula dengan seorang auditor dalam berperilaku
secara konteks membuat judgment, akan dipengaruhi hal-hal demikian.
Di dalam penelitian ini variabel yang terkait dengan TPB salah
satunya adalah independensi. Independensi merupakan sikap yang dapat
mempengaruhi hasil judgment pada diri seorang auditor. Keyakinan yang
ada dalam diri auditor terlepas dari gangguan orang lain serta tidak
memihak pada apapun dalam menghasilkan judgment. Hasil penelitian
Alamri et al., (2017) menyatakan bahwa independensi berpengaruh
terhadap judgment seorang auditor internal yang menunjukkan bahwa
auditor internal mampu menjaga sikap independensinya selama
melakukan pemeriksaan dan membuat judgment.
Intervensi akan peristiwa menurut teori TPB pula dapat
menghasilkan perubahan dalam tindakan atau persepsi kontrol perilaku,
dengan efek bahwa tindakan sebenarnya tidak lagi memungkinkan
prediksi yang akurat dari perilaku individu. Tekanan ketaatan baik yang
31
diberikan oleh atasan maupun auditee dan kompleksitas dari sebuah
tugas audit yang diemban merupakan dorongan eksternal yang diterima
oleh auditor. Seorang auditor memiliki kepercayaan bahwa akan ada hal-
hal baik yang memfasilitasi maupun hal-hal yang merintanginya dalam
membuat judgment secara profesional. Dalam hal ini, tekanan ketaatan
dan kompleksitas tugas audit tersebut menjadi hal yang dapat merintangi
auditor untuk menghasilkan judgment secara profesional (Hasnidar et al.,
2018).
3. Teori Perkembangan Moral (Moral Development Theory)
Teori perkembangan moral yang sering dipakai dalam penelitian
tingkat etika adalah model Kohlberg tahun 1971. Teori ini mempunyai
pandangan bahwa penalaran moral merupakan landasan perilaku etis.
Menurut Kohlberg (1971), tahapan perkembangan moral merupakan
ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan
perkembangan penalaran moralnya. Kohlberg melakukan penelitian
berdasarkan kasus dilema moral untuk mengamati perbedaan perilaku
individu dalam menyikapi persoalan moral yang sama. Kemudian ia
membuat klasifikasi atas respon dari setiap individu ke dalam enam tahap
yang berbeda. Terdapat tiga tahapan perkembangan moral, yaitu tahapan
pre-conventional, tahapan conventional dan tahapan post-conventional.
Pada tahap pertama yakni pre-conventional yaitu tahapan yang
paling rendah, individu akan cenderung bertindak karena tunduk dan
takut pada hukum yang ada. Selain itu individu pada level moral ini juga
32
akan memandang kepentingan pribadinya sebagai hal yang utama dalam
melakukan suatu tindakan. Pada tahap kedua yakni conventional,
individu mulai memiliki dasar pertimbangan moral yang berkaitan
dengan pemahaman hukum, aturan sosial di masyarakat, kewajiban, dan
keadilan dalam lingkungan sosialnya. Pada dasarnya individu dalam
tahap ini mulai membentuk moral reasoning dalam dirinya dengan
menaati peraturan seperti aturan etika, kode etik profesi untuk
menghindari perilaku disfungsional.
Sementara itu pada tahap tertinggi (post-conventional), individu
telah menunjukkan kematangan moral manajemen yang lebih tinggi.
Kematangan moral merupakan dasar pertimbangan individu saat
menyikapi isu-isu etis terkait perilaku pertanggungjawaban sosial pada
orang lain, berdasarkan tanggung jawab sosial, individu atau auditor yang
mempunyai moral reasoning tinggi diharapkan tidak akan melakukan
perilaku yang menyimpang serta potensi berperilaku disfungsional dalam
tugas audit dalam karena tindakannya dilakukan dengan berkaca pada
kode etik profesi (Hasnidar et al., 2018).
Keterkaitan antara teori perkembangan moral dengan variabel
penelitian ini dikarenakan seorang auditor harus tunduk terhadap kode
etik profesi yang berlaku sehingga terkadang timbul dilema etika ketika
tugas menjadi kompleks dan beragam, tekanan ketaatan yang muncul
dari 2 (dua) sisi yakni atasan dan klien (auditee), lunturnya sikap
independensi ketika auditor memiliki kepentingan lain diluar
33
pekerjaannya mengaudit, sehingga diperlukan moral reasoning sebagai
dasar pertimbangan auditor dalam menyikapi isu-isu tanggung jawab dan
menghindari dari perilaku menyimpang lainnya ketika masa penugasan
audit berlangsung.
4. Teori Atribusi
Menurut Fritz Heider (1958) sebagai pencetus dari teori atribusi
yang menyatakan bahwa teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan
tentang perilaku seseorang mengenai proses bagaimana menentukan
penyebab dan motif tentang perilaku seseorang. Oleh karena itu teori ini
mengacu tentang bagaimana seseorang menjelaskan penyebab perilaku
orang lain atau dirinya sendiri yang akan ditentukan dari internal
misalnya sifat, persepsi, karakter, sikap dan lain-lain, ataupun eksternal
misalnya tekanan situasi atau keadaan tertentu yang akan memberikan
pengaruh terhadap perilaku individu (Luthans, 2005).
Perilaku yang disebabkan secara internal (disposisional) adalah
perilaku yang diyakini berada dibawah kendali pribadi dari diri individu
yang bersangkutan seperti sifat dan persepsi diri. Perilaku secara
eksternal dilihat sebagai hasil dari sebab sebab luar yaitu keterpaksaan
seseorang berperilaku sedemikian dikarenakan situasi yang sulit dan
memungkinkan untuk melakukan sesuatu diluar kontrol perilaku individu
dalam pekerjaan dan adanya tekanan yang memaksa seseorang untuk
melakukan tindakan tertentu pula (Bima, 2010).
34
Keterkaitan antara teori atribusi dengan variabel di dalam penelitian
ini yakni self-efficacy, kompleksitas tugas, tekanan ketaatan, persepsi etis
dan independensi auditor. Self-efficacy memberikan dorongan keyakinan
ketika seseorang itu memiliki kemampuan untuk mengerjakan suatu hal
yang berkaitan dengan audit, kompleksitas tugas terjadi karena beragam
dan sulitnya tugas audit yang dihadapi auditor ketika masa penugasan
audit berlangsung,tekanan ketaatan yang di alami auditor ketika tekanan
itu muncul dari 2 (sisi) yakni atasan dan auditee dimana nantinya akan
memunculkan dilema dalam penerapan Standar Profesi Akuntan Publik
(SPAP) dikarenakan persepsi etis dari seorang auditor adalah mereka
yang mampu menjaga suatu prinsip moral dan pelaksanaan aturan-aturan
yang memberi pedoman dalam berhubungan dengan klien, masyarakat,
anggota dan sesama profesi serta pihak yang berkepentingan lainnya
(Daljono, 2012).
B. Tinjauan Literatur
1. Self-Efficacy
Self-efficacy dinyatakan sebagai kepercayaan atau keyakinan
seseorang bahwa dia dapat menjalankan sebuah tugas pada tingkat
tertentu, merupakan salah satu dari beberapa faktor yang mempengaruhi
aktivitas pribadi terhadap pencapaian tugas (Bandura, 1986; Hasnidar et
al., 2018). Bisa dikatakan pula, self-efficacy (efikasi diri) merupakan
persepsi atau keyakinan tentang kemampuan yang ada pada diri sendiri
seseorang (Nadhiro, 2010).
35
Bandura (1993) menyatakan bahwa self-efficacy adalah kepercayaan
seseorang untuk dapat menjalankan sebuah tugas pada tingkat tertentu,
yang mempengaruhi aktivitas seseorang terhadap pencapaian tujuan.
Selanjutnya hubungan ini akan menunjukkan hubungannya dengan kinerja
yang dimiliki seseorang (Locke dan Latham, 1990; Hasnidar et al., 2018).
Menurut Stajkovic dan Luthans (1998a) dalam Hasnidar (2018)
menyatakan bahwa self-efficacy adalah konstruksi motivasi yang
mempengaruhi pilihan aktivitas, tingkatan pencapaian, ketekunan, dan
kinerja seseorang dalam berbagai konteks. Oleh karena itu, self-efficacy
mewakili faktor-faktor yang dimiliki individu yang menurut teori kognitif
sosial berpengaruh pada kinerja penilaian seseorang.
Menurut Suardikha dan Budiartha (2017) self-efficacy yang dimiliki
individu dapat dilihat dari tingkat (level), keluasan (generality), kekuatan
(strenght). Pada level tingkat tertentu adakalanya individu yang memiliki
self-efficacy tinggi akan merasa kesulitan pada tingkatan level yang
berbeda-beda. Bisa saja terdapat individu dengan self-efficacy tinggi pada
tugas yang mudah dan sederhana atau sebaliknya pada tugas-tugas yang
rumit dan membutuhkan kompetensi yang tinggi. Individu yang memiliki
self-efficacy yang tinggi cenderung memilih tugas yang tingkat
kesukarannya sesuai dengan kemampuannya.
Dapat peneliti simpulkan bahwa yang dimaksud self-efficacy
merupakan wujud rasa percaya diri seseorang dalam menjalankan sebuah
tugas pada tingkatan tertentu. Self-efficacy diduga menjadi salah satu
36
faktor yang mempengaruhi aktifitas pribadi untuk mencapai tujuan dari
tugas tersebut.
2. Kompleksitas Tugas
Jamilah et al., (2007) mengartikan kompleksitas tugas adalah
sulitnya suatu tugas yang disebabkan oleh terbatasnya kapabilitas, daya
ingat, dan kemampuan seseorang untuk mengintegrasikan masalah yang
dimiliki oleh seorang pembuat keputusan. Pada saat auditor selaku
pembuat keputusan tidak mampu untuk mengintegrasikan masalah yang
dimiliki, maka akan berpengaruh terhadap pemberian audit judgment.
Akuntan publik selalu dihadapkan dengan tugas-tugas yang sangat
kompleks, berbeda-beda dan saling terkait satu dengan lainnya. Semakin
kompleks tugas seorang auditor, maka hal ini dapat mempengaruhi
judgment yang akan diberikan (Putra dan Rani, 2016). Mereka yang
sedang dilanda tugas yang sangat sulit membutuhkan lebih banyak
kemampuan individu untuk menyelesaikannya. Jika kesulitan tugas lebih
besar daripada kemampuan individu, akan memicu adanya kekhawatiran
akan terjadinya kegagalan di dalam penyelesaian tugas, maka akan
berakibat pada penurunan motivasi dan usaha untuk menyelesaikan tugas
sehingga kinerjanya menurun. Penurunan kinerja ini juga akan berdampak
pada kualitas audit judgment yang dihasilkan, sehingga semakin tinggi
kompleksitas tugas maka audit judgment yang dihasilkan cenderung
kurang tepat (Raiyani dan Saputra, 2014).
37
Menurut Bonner (1994) dalam penelitian Jamilah et al., (2007)
proses pengolahan informasi terdiri dari tiga tahapan, yaitu input, proses,
dan output. Pada tahap input dan proses, kompleksitas tugas meningkat
seiring bertambahnya faktor-faktor yang memberikan tanda berupa
informasi (cues). Terdapat perbedaan antara pengertian banyaknya cues
yang diadakan (number of cues available) dengan banyaknya cues yang
terolah (number of cues processed). Dengan banyaknya cues yang ada,
seorang decision maker harus senantiasa berusaha melakukan pemilahan
terhadap cues-cues tersebut (meliputi upaya penyeleksian dan
pertimbangan-pertimbangan) dan kemudian mengintegrasikannya ke
dalam suatu pendapat (judgment). Keputusan tersebut bisa diberikan
segera, bila banyak cues yang diamati tidak meninggalkan batas-batas
kemampuan dari seorang decision maker (Jamilah et al., 2007).
Chung dan Monroe (2001) dalam Prasita dan Priyo (2007)
mengemukakan argumen bahwa kompleksitas tugas dalam pengauditan
dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya:
a. Banyaknya informasi yang tidak relevan dalam aliran informasi
tersebut tidak konsisten dengan kejadian yang akan diprediksikan.
b. Adanya ambiguitas yang tinggi, yaitu beragamnya hasil (outcome) yang
diharapkan oleh klien dari kegiatan pengauditan.
Terkait dengan kegiatan pengauditan, tingginya kompleksitas tugas
pada saat kegiatan audit berlangsung, dapat menyebabkan auditor
berperilaku disfungsional dikemudian hari sehingga menyebabkan
38
penurunan kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment (Pangesti dan
Setyowati, 2018).
3. Tekanan Ketaatan
Jamilah et al., (2007) menyatakan bahwa tekanan ketaatan
merupakan kondisi dimana seorang auditor dihadapkan pada sebuah
dilema dalam penerapan Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP). Entitas
auditee atau pimpinan dapat saja menekan auditor untuk melanggar
standar profesi akuntan publik. Hal ini, tentunya akan menimbulkan
tekanan pada diri seorang auditor untuk menuruti atau tidak menuruti diri
dari kemauan auditee maupun pimpinannya. Oleh sebab itu, seorang
auditor seringkali dihadapkan kepada situasi dilema dalam penerapan
SPAP untuk pengambilan keputusan yang dibuatnya (Daljono, 2012).
Kekuasaan auditee dan atasan seperti partner salah satunya dapat
menyebabkan auditor dihadapkan pada situasi konflik, dimana auditor
berusaha untuk memenuhi tanggung jawab profesionalnya tetapi disisi lain
dituntut pula untuk mematuhi perintah dari entitas yang diperiksa maupun
dari atasannya (Pangesti dan Setyowati, 2018).
Diharapkan karena banyaknya tekanan yang ditemui oleh auditor,
baik dalam menghadapi atasan dan entitas yang seringkali terjadi konflik
kepentingan, auditor tidak menyimpang dari standar audit yang berlaku
umum. Auditor yang sering berhadapan dengan keputusan yang hasilnya
tidak cukup oleh kode etik maupun oleh standar akuntansi yang berlaku.
Pertimbangan pertama dalam keputusan yakni etika, walaupun seringkali
39
melibatkan berbagai macam konflik kepentingan. Terdapat dua konflik
kepentingan yaitu real conflict dan latent conflict. Real Conflict adalah
konflik yang mempunyai pengaruh pada masalah judgment yang ada,
sedangkan Latent conflict adalah konflik yang bisa mempengaruhi
judgment di masa yang akan datang (Jamilah et al., 2007). Contoh konflik
yang kedua bisa terjadi pada auditor yang penghasilannya didominasi oleh
salah satu klien yang besar. Meskipun pada saat itu kondisi tersebut tidak
menyulitkan, tetapi suatu waktu bisa terjadi diperlukan adanya
penyesuaian negatif terhadap laba. Klien dalam kondisi tersebut dapat
menolak penyesuaian ini dengan mengancam akan pindah ke auditor lain
(Muawanah, 2001; Jamilah et al., 2007).
Dapat peneliti simpulkan bahwa tekanan ketaatan auditor adalah
tekanan yang diterima oleh auditor dalam menghadapi atasan dan auditee
untuk melakukan tindakan yang menyimpang dari standar profesi akuntan
publik. Jika seorang auditor mendapatkan tekanan dari atasan maka audit
judgment yang diambil akan tidak akurat karena dalam menghasilkan
suatu judgment, auditor mendapatkan perintah yang cenderung memnuhi
keinginan atasan walaupun bertentangan dengan standar profesional
akuntan publik. Auditor dengan tipe ini tidak akan mau mengambil risiko
karena menentang perintah atasan dan auditee dan auditor akan
berperilaku disfungsional (Drupadi dan Sudana, 2015). Indikator variabel
tekanan ketaatan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan
40
perintah dari atasan dan keinginan auditee untuk menyimpang dari standar
profesional auditor (Lord dan DeZoort, 2001; Jamilah et al., 2007).
4. Persepsi
Persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan
(penerimaan) langsung dari sesuatu atau merupakan proses seseorang
mengetahui beberapa hal melalui panca indera. Bisa dikatakan pula
persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh
individu.
Robbins dan Judge (2013:166) menyatakan bahwa persepsi
didefinisikan sebagai suatu proses dimana individu-indivdu
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi
makna kepada lingkungan tempat mereka berada. Perbedaan persepsi yang
berbeda pada objek yang sama dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor.
Sejumlah faktor tersebut beroperasi untuk membentuk dan terkadang
mengubah persepsi. Faktor-faktor ini bisa terletak dalam diri pembentuk
persepsi, dalam diri objek ataupun target yang diartikan atau dalam
konteks situasi di mana persepsi tersebut dibuat. Faktor-faktor tersebut
dapat dilihat dalam gambar 2.1:
41
Gambar 2.2 Organizational Behavior
Sumber : Stephen Robins, 2013
Pandangan persepsi yang dikemukakan Robbins dan Judge (2013)
mengartikan persepsi sebagai proses dimana individu mengatur dan
menginterpretasi kesan-kesan sensoris mereka guna memberi arti bagi
lingkungan sekitar mereka
Irwanto (2002:71) mengartikan persepsi adalah proses diterimanya
rangsang (objek, kualitas, hubungan antargejala, maupun peristiwa) yang
kemudian disadari dan dimengerti. Oleh karena itu, setiap individu dapat
memberikan arti secara berbeda kepada realitas objektif meskipun
objeknya sama.
Dapat peneliti simpulkan berdasarkan penjelasan di atas bahwa
persepsi merupakan suatu proses dimana individu mengorganisasikan,
menginterpretasikan dan memberi arti pada stimulus berdasarkan
pengalaman dan bersifat individual atau pribadi.
Faktor-faktor dalam diri pelaku
persepsi: sikap, motif, minat,
pengalaman, dan harapan
Faktor-faktor dalam
situasi: waktu, keadaan
kerja dan keadaan sosial
Faktor-faktor dalam diri target:
sesuatu yang baru, gerakan,
ukuran, latar belakang,
kedekatan dan kemiripan
Persepsi
42
5. Etika
Menurut Keraf (2005:14) etika berasal dari kata Yunani yaitu ethos,
yang bentuk jamaknya adalah ta etha berarti “adat istiadat” atau
“kebiasaan”. Dalam pengertian ini etika berkaitan dengan kebiasaan hidup,
baik pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok
masyarakat. Ini berarti etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup,
aturan hidup, dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu
orang ke orang lain atau dari satu generasi ke generasi lain. kebiasaan ini
terungkap dalam perilaku berpola yang terus berulang sebagai sebuah
kebiasaan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia etika memiliki tiga arti, salah
satunya adalah nilai mengenai benar dan salah yang di anut oleh suatu
golongan masyarakat. Etika memuat nilai-nilai moral yang diyakini benar.
Nilai adalah pencerminan kualitas yang berguna dan bermakna penting.
Etika sebagai ajaran moral pada umumnya tidak tertulis. Namun bagi
suatu organisasi profesi, perilaku dituangkan dalam aturan tertulis yang
disebut dengan kode etik. Terdiri dari dua macam etika menurut Keraf
(2009:20-21) diantaranya adalah etika deskriptif dan etika normatif. Etika
deskriptif adalah etika yang berusaha meneropong secara kritis dan
rasional sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia
dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai, etika deskriptif memberikan
fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku atau
sikap yang akan diambil. Sedangkan etika normatif adalah etika yang
43
berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku ideal yang
seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang
bernilai, etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma
sebagai dasar dan kerangka tindakan apa yang akan dilakukan.
Manfaat dari adanya etika dalam hidup menurut Qahar (2012) yaitu,
dapat membantu suatu pendirian dalam beragam pandangan dan moral,
dapat membantu membedakan mana yang tidak boleh dirubah dan mana
yang boleh dirubah, dapat membantu seseorang untuk menentukan
pendapatnya, dan dapat menjembatani semua dimensi atau nilai-nilai yang
ada dalam kehidupan sehari-hari.
Daljono (2012) menyatakan bahwa persepsi etis merupakan suatu
prinsip moral dan pelaksanaan aturan-aturan yang memberi pedoman
dalam berhubungan dengan klien, masyarakat, anggota, dan sesama
profesi serta pihak yang berkepentingan lainnya.
Dapat peneliti simpulkan persepsi etis disini manunjukkan bahwa
akuntan publik yang profesional dalam menjalankan tugasnya pasti
memiliki pedoman-pedoman yang mengikat seperti Kode Etik Profesi
Akuntan Publik di Indonesia. Sehingga dalam melaksanakan aktivitasnya
akuntan publik memiliki arah yang jelas dan dapat memberikan keputusan
yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak-pihak yang
menggunakan hasil keputusan auditor.
Profesi akuntan publik sering dihadapkan pada dilema etis dari
setiap jasa yang ditawarkan. Situasi konflik dapat terjadi ketika seorang
44
akuntan publik harus membuat professional judgment dengan
mempertimbangkan sudut pandang moral. Situasi konflik atau dilema etis
merupakan tantangan bagi profesi akuntan publik, untuk itu mutlak
diperlukan kesadaran etis yang tinggi, yang menunjukkan bahwa sikap dan
perilaku etis akuntan publik dalam menghadapi situasi konflik tersebut
(Pangesti dan Setyowati, 2018).
6. Etika Profesi Akuntan
Menurut Qohar (2012), etika profesi adalah kesanggupan untuk
secara seksama berupaya memenuhi kebutuhan pelayanan profesional
dengan kesungguhan, kecermatan, dan keseksamaan dalam mengupayakan
pengarahan keahlian dan kemahiran berkeilmuan dalam rangka
pelaksanaan kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para
warga masyarakat yang membutuhkannya.
Dapat peneliti simpulkan bahwa etika profesi adalah suatu sikap
hidup dalam menjalankan kehidupan dengan penuh tanggung jawab atas
semua tindakan dan keputusan yang telah diambil, serta memiliki keahlian
dan kemampuan sebagai perwujudan seseorang itu sanggup menjalan
profesinya.
Prinsip-prinsip etika profesi menurut Qohar (2012) sebagai berikut:
a) Tanggung Jawab
Maksud dari prinsip tanggung jawab disini adalah selama pelaksanaan
pekerjaan yang dilakukan dan terhadap hasil yang akan diperoleh kelak,
45
serta dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau
masyarakat pada umumnya.
b) Keahlian
Prinsip ini menuntut tenaga profesi untuk membagikan apa saja yang
dimiliki dan kepada siapa saja yang memang menjadi haknya.
c) Otonomi
Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan diberi
kebebasan dalam menjalankan profesinya.
Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat
harus memiliki kode etik yang merupakan seperangkat prinsip-prinsip
moral dan mengatur tentang perilaku profesional (Widaryanti, 2007).
Terutama pada profesi Akuntan, tanpa adanya etika profesi, akuntan tidak
akan ada, karena fungsi akuntansi adalah sebagai penyedia informasi untuk
proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis. Para pelaku
bisnis ini diharapkan memiliki integritas dan kompetensi yang tinggi
(Abdullah dan Halim, 2002).
7. Kode Etik Akuntan Publik
Kode etik pada prinsipnya merupakan sistem dari prinsip-prinsip
moral yang diberlakukan dalam suatu kelompok profesi yang ditetapkan
secara bersama (Widaryanti, 2007). Kode etik tersebut dibuat untuk
dijadikan sebagai aturan tindakan etis bagi para anggota profesi yang
bertujuan menjaga reputasi serta kepercayaan masyarakat agar profesi
dapat tetap eksis dan survive (Hamzah dan Paramitha, 2008).
46
Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) sebagai organisasi profesi
di Indonesia memiliki kode etik yang mengikat para anggotanya, salah
satu hal yang membedakan profesi Akuntan Publik dengan profesi lainnya
adalah tanggung jawab profesi Akuntan Publik dalam melindungi
kepentingan publik (IAPI, 2019). Dalam menjalankan praktik profesinya,
Akuntan Publik harus patuh pada prinsip dasar etika profesional bagi
setiap Akuntan Publik atau Certified Public Accountant of Indonesia
(CPA) sebagaimana dimuat dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik
Indonesia tahun 2019, yaitu:
a. Integritas, yaitu sebuah prinsip yang menetapkan kewajiban bagi setiap
Akuntan Publik atau CPA untuk bersikap tegas dan jujur dalam semua
hubungan profesional dan hubungan bisnisnya. Integritas juga berarti
berterus terang dan selalu mengatakan yang sebenarnya. Setiap
Akuntan Publik atau CPA tidak boleh secara terkait dengan berbagai
laporan, berbagai pernyataan, komunikasi atau informasi lain ketika
mereka meyakini bahwa informasi tersebut terdapat:
1) Mengandung suatu kesalahan yang material atau pernyataan yang
menyesatkan;
2) Pernyataan atau informasi yang diberikan secara tidak hati-hati;
atau
3) Penghilangkan informasi yang seharusnya diungkapkan, sehingga
akan menyesatkan.
47
b. Obyektivitas, yaitu prinsip yang menetapkan kewajiban bagi semua
Akuntan Publik atau CPA untuk tidak membiarkan bias, benturan
kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak dari pihak-pihak lain,
yang dapat mengurangi pertimbangan profesional atau bisnisnya.
Setiap Akuntan Publik atau CPA mungkin dihadapkan pada situasi-
situasi yang dapat mengganggu obyektivitasnya. Namun, tidak
mungkin mendefinisikan dan memberikan rekomendasi untuk seluruh
situasi yang dihadapi oleh para Akuntan Publik atau CPA. Setiap
Akuntan Publik atau CPA tidak boleh melakukan suatu kegiatan
profesional atau pemberian jasa jika terjadi bias terhadap suatu
keadaan atau hubungan yang menyebabkan atau dapat memberi
pengaruh yang berlebihan terhadap suatu pertimbangan profesional
mereka dalam kaitannya dengan jasa atau kegiatan tersebut.
c. Kompetensi Profesional dan sikap cermat dalam kehati-hatian, yaitu
memiliki pengetahuan dari keahlian profesional pada tingkat yang
diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja akan
menerima jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan
praktik, peraturan, dan metode pelaksanaan pekerjaan, serta bertindak
sungguh-sungguh dan sesuai dengan metode pelaksanaan pekerjaan
dan standar profesional yang berlaku.
d. Kerahasiaan, yaitu sebuah prinsip yang mewajibkan semua Akuntan
Publik atau CPA untuk tidak melakukan hal-hal berikut:
48
1) Mengungkapkan informasi kepada pihak luar kantor atau entitas
pemberi kerja, informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari
suatu hubungan profesional dan hubungan bisnis tanpa diberikan
kewenangan yang memadai dan spesifik, kecuali jika terdapat
kewajiban secara hukum atau hak profesional untuk
mengungkapkannya, dan
2) Menggunakan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari
suatu hubungan profesional dan hubungan bisnis untuk keuntungan
pribadi atau pihak-pihak ketiga.
e. Perilaku profesional, yaitu prinsip yang menetapkan kewajiban bagi
setiap Akuntan Publik atau CPA untuk mematuhi setiap ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta menghindari setiap
tindakan yang diketahui atau seharusnya diketahui oleh Akuntan
Publik atau CPA tersebut akan mendeskreditkan profesi. Hal ini
termasuk tindakan-tindakan, yang menurut pihak ketiga yang memiliki
informasi yang memadai dan rasional, setelah menimbang semua fakta
dan keadaan tertentu yang tersedia bagi Akuntan Publik atau CPA pada
waktu itu, besar kemungkinan dapat disimpulkan bahwa tindakan
tersebut mengakibatkan pengaruh negatif terhadap reputasi yang baik
dari profesi tersebut. Serta dalam memasarkan dan mempromosikan
diri dari pekerjaannya, setiap Akuntan Publik atau CPA dilarang
mencemarkan nama baik profesi. Setiap Akuntan Publik atau CPA
harus bersikap jujur dan dapat dipercaya.
49
8. Independensi
Standar profesional akuntan publik dan kode etik akuntan Indonesia,
terdapat pernyataan yang diungkapkan pada bagian standar umum kedua,
yaitu dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor, serta dimuat dalam
PSA No. 4 (SA Seksi 220) bagian pertama yang menyatakan bahwa
bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi karena ia
melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan dalam
hal ia berpraktik sebagai auditor intern) dan dilanjutkan pada bagian kedua
yang menyatakan bahwa kepercayaan masyarakat umum atas independensi
sikap auditor independen sangat penting bagi perkembangan profesi
akuntan publik, serta dilanjutkan pada bagian ketiga yang menyatakan
bahwa profesi akuntan publik telah menetapkan dalam kode etik akuntan
publik, agar anggota profesi menjaga dirinya dari kehilangan persepsi
independensi di masyarakat.
Independensi auditor menurut Agoes (2017:59) adalah sikap yang
diharapkan dari auditor untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam
pelaksanaan tugasnya yang bertentangan dengan prinsip integritas dan
objektivitas sehingga melanggar kode etik akuntan publik yang berlaku.
Selain itu, ia juga mengkategorikan independensi kedalam tiga aspek,
yaitu: independensi dalam kenyataan (Independence in fact) dan
independensi dalam penampilan. Independensi dalam kenyataan ada
apabila akuntan publik berhasil mempertahankan sikap yang tidak bias
50
selama audit, sedangkan independensi dalam penampilan (Independence in
appearance) adalah hasil persepsi pihak lain terhadap independensi
akuntan publik. Selanjutnya independen dalam hal pemikiran
(Independence in mind) adalah suatu keadaan pikiran yang memungkinkan
pengungkapan suatu kesimpulan tanpa terkena pengaruh yang dapat
mempromosikan penilaian profesional, serta memungkinkan seseorang
individu bertindak berdasarkan integritas, serta menerapkan objektivitas
dan skeptisme profesional.
Menurut Mautz dan Sharaf (1985:205) dalam Hasnidar (2018) yang
menekankan tiga dimensi dari independensi sebagai berikut:
a. Programming independence adalah kebebasan (bebas dari
pengendalian atau pengaruh orang lain, misalnya dalam bentuk
pembatasan) untuk memilih teknik dan prosedur audit dan beberapa
dalamnya teknik dan prosedur audit itu diterapkan.
b. Investigative independence adalah kebebasan (seperti yang telah
diartikan) untuk memilih area, kegiatan, hubungan pribadi, dan
kebijakan manajerial yang akan diperiksa. Ini berarti tidak boleh ada
sumber informasi yang legitimate (sah) yang tertutup bagi auditor.
c. Reporting independence adalah kebebasan (seperti telah diartikan)
untuk menyajikan fakta yang terungkap dari pemeriksaan atau
pemberian rekomendasi atau opini sebagai hasil pemeriksaan.
Independensi menghindari hubungan yang mungkin mengganggu
objektivitas auditor di kemudian hari, sedangkan di dalam modul BPKP
51
(1998) dalam Hasnidar (2018) mengartikan objektivitas sebagai bebasnya
seorang dari pengaruh pandangan subjektif pihak-pihak lain
berkepentingan sehingga dapat mengemukakan pendapat apa adanya.
Menurut Cohen et al., (2011) independensi sangat penting dalam
memastikan integritas proses pelaporan keuangan. Independen berarti
seseorang auditor tidak bisa dipengaruhi, artinya seorang auditor tidak
diperbolehkan memihak pada siapapun saat proses audit berlangsung.
Akuntan publik selaku auditor eksternal diharapkan selalu berlaku
jujur dalam dirinya untuk mempertimbangkan fakta dan adanya
pertimbangan objektif yang tidak memihak dalam merumuskan dan
menyatakan opininya.
9. Audit Judgment
Audit judgment merupakan suatu kegiatan yang selalu dibutuhkan
oleh seorang auditor dalam melaksanakan tugas audit. Menurut Jamilah et
al., (2007) bahwa audit judgment diperlukan karena audit tidak dilakukan
terhadap seluruh bukti. Bukti inilah yang digunakan untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan auditee sehingga dapat dikatakan bahwa
audit judgment ikut menentukan hasil dari pelaksanaan audit. Sehingga
audit judgment menurut Susetyo (2009) merupakan kebijakan auditor
dalam menentukan pendapat mengenai hasil auditnya yang mengacu pada
penentuan suatu gagasan, pendapat atau perkiraan tentang suatu objek,
status atau peristiwa lainnya.
52
Hogarth dan Einhorn (1992) mengartikan judgment sebagai proses
kognitif yang merupakan perilaku seseorang dalam pemilihan keputusan.
Judgment merupakan suatu proses yang terus menerus dalam perolehan
informasi (termasuk umpan balik dari sebuah tindakan sebelumnya),
pilihan untuk bertindak atau tidak bertindak, penerimaan informasi secara
lebih lanjut. Menurut Hogarth dan Einhorn (1992), judgment merupakan
suatu kegiatan yang selalu dibutuhkan oleh auditor dalam melaksanakan
audit laporan keuangan suatu entitas. Judgment dalam audit tergantung
pada kualitas dari keyakinan yang diperoleh melalui pengumpulan dan
pengembangan bukti-bukti. Sementara itu, pengumpulan serta
pengembangan bukti-bukti tersebut memerlukan upaya analisis atas fakta-
fakta yang melatarbelakangi asersi yang sedang di audit.
Kualitas kinerja audit seorang auditor dapat dinilai dari kualitas
judgment dan keputusan yang dihasilkan (Drupadi dan Sudana, 2015).
Menurut Bonner dan Sprinkle (2002) menyatakan bahwa ada tiga variabel
yang mempengaruhi kinerja (audit judgment), yaitu: variabel orang,
variabel tugas, dan variabel lingkungan. Variabel orang termasuk atribut
yang dimiliki seseorang sebelum melakukan tugas seperti pengetahuan
tentang tugas, organisasi, kemampuan, kepercayaan diri, gaya kognitif,
instrinsik motivasi, dan nilai-nilai budaya. Variabel tugas termasuk faktor-
faktor yang bervariasi baik di dalam dan di luar tugas seperti kompleksitas,
format presentasi, pengolahan dan respon modus siaga. Sementara itu,
variabel lingkungan meliputi semua kondisi, dan pengaruh keadaan sekitar
53
seseorang yang melakukan tugas tertentu seperti tekanan waktu, tekanan
ketaatan, dan akuntabilitas.
Audit judgment merupakan suatu pertimbangan yang mempengaruhi
dokumentasi bukti dan keputusan pendapat yang dibuat oleh seorang
auditor (Pangesti dan Setyowati, 2018). Dalam pembuatan audit judgment
ini auditor mempunyai kesadaran bahwa suatu pertanggungjawaban
merupakan faktor yang cukup penting karena penilaiannya akan ditinjau
dan dimintai keterangan. Audit judgment mengacu pada aspek kognitif
dalam proses pengambilan keputusan dan mencerminkan perubahan dalam
mengevaluasi, memberikan opini, dan bersikap (Jamilah et al., 2007)..
Menurut Mulyadi (2002), audit judgment diperlukan pada empat
tahap dalam proses audit atas laporan keuangan, yaitu penerimaan
perikatan, perencanaan audit, pelaksanaan audit dan pelaporan audit.
Sedangkan, menurut Jamilah et al., (2007) mengartikan audit judgment
adalah kebijakan auditor menentukan pendapat mengenai hasil auditnya
yang mengacu pada pembentukan suatu gagasan, pendapat atau perkiraan
tentang suatu objek, peristiwa, status, atau jenis peristiwa lainnya.
Indikator yang dipakai dalam variabel audit judgment ini, yaitu
penentuan tingkat materialitas, dan perekayasaan transaksi (Jenkins dan
Haynes, 2003; Hasnidar, 2018). Indikator ini digunakan untuk menentukan
judgment yang dihasilkan.
54
a. Proses Audit Judgment
Judgment dari seorang auditor diperlukan karena audit tidak
dilakukan terhadap seluruh bukti, karena akan memakan waktu yang
panjang dan biaya yang tidak sedikit, sehingga tidak efisien. Bukti
inilah yang akan digunakan untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan. Audit judgment diperlukan empat tahap dalam proses audit
atas laporan keuangan, yaitu saat penerimaan perikatan, perencanaan
audit, pelaksanaan audit, dan pelaporan audit (Mulyadi, 2010:96).
Penjelasan mengenai proses audit judgment tersebut dijelaskan
oleh Hasnidar (2018) sebagai berikut:
1) Penerimaan Perikatan
Saat auditor menerima suatu perikatan audtt, maka harus
melakukan audit judgment terhadap beberapa hal yaitu integritas
manajemen, independensi, objektivitas, kemampuan untuk
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan kecermatan dan
yang pada akhirnya diambil keputusan menerima atau tidak suatu
perikatan audit.
2) Perencanaan Audit
Pada tahap perencanaan audit ini, auditor harus mengenali
risiko-risiko dan tingkat materialitas suatu saldo akun yang telah
ditetapkan. Judgment pada tahap ini digunakan untuk menentukan
prosedur-prosedur audit yang selanjutnya dilaksanakan, karena
55
judgment pada tahap awal audit ditentukan berdasarkan
pertimbangan pada tingkat materialitas yang diramalkan.
3) Pelaksanaan Pengujian Audit
Dalam kaitannya dengan laporan keuangan, judgment yang
diputuskan oleh auditor akan berpengaruh terhadap opini sesorang
auditor mengenai kewajaran laporan keuangan. Ada berbagai faktor-
faktor pembentuk opini seorang auditor mengenai kewajaran atas
laporan keuangan kliennya, yaitu keandalan sistem pengendalian
intern klien, kesesuaian transaksi akuntansi dengan prinsip akuntansi
berterima umum, ada tidaknya pembatasan audit yang dilakukan
oleh klien dan konsisten pencatatan transaksi akuntansi. Karenanya,
dapat dikatakan bahwa judgment merupakan aktivitas pusat dalam
melaksanakan pekerjaan audit.
4) Pelaporan Audit
Ketetapan Judgment yang dihasilkan oleh auditor dalam
menyelesaikan pekerjaan auditnya memberikan pengaruh signifikan
terhadap kesimpulan akhir (opini) yang akan dihasilkannya.
Sehingga secara tidak langsung juga akan mempengaruhi tepat atau
tidak tepatnya keputusan yang akan diambil oleh pihak luar
perusahaan yang mengandalkan laporan keuangan auditan yang
digunakan sebagai acuannya.
56
b. Tingkatan Audit Judgment
Menurut Jamilah et al., (2007) dalam Hasnidar (2018)
menyebutkan bahwa berdasarkan tingkatnya, audit judgment yang
ditetapkan auditor dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut:
1) Judgment auditor mengenai tingkat materialitas.
Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal, baik
secara individual atau keseluruhan adalah penting bagi kewajarann
dalam penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia, sedangkan beberapa hal lainnya
adalah tidak penting. Materialitas memberikan suatu pertimbangan
penting dalam menentukan jenis laporan audit mana yang tepat
untuk diterbitkan dalam suatu kondisi tertentu (IAI, 2011;
Hasnidar, 2018).
Financial Acoounting Standard Board (FASB) No. 2 dalam
Boynton et al., (2002:200) mendefinisikan materialitas sebagai
besarnya suatu penghapusan atau salah saji informasi akuntansi
yang dipandang dari keadaan-keadaan yang melingkupinya,
memungkinkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang yang
mengandalkan pada informasi menjadi berubah atau dipengaruhi
oleh penghilangan atau salah saji tersebut. Definisi di atas
mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan (1) keadaan-
keadaan yang berhubungan dengan satuan usaha (perusahaan
57
klien), dan (2) informasi yang diperlukan oleh mereka yang akan
mengandalkan pada laporan keuangan yang telah di audit.
Implementasinya, merupakan suatu judgment yang cukup
sulit untuk memutuskan beberapa materialitas sebenarnya dalam
suatu situasi tertentu. SPAP SA seksi 312 menyebutkan bahwa
pertimbangan auditor mengenai tingkat materialitas merupakan
pertimbangan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor
atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan yang memadai
dan yang akan meletakan kepercayaan atas laporan keuangan.
Materialitas dan risiko audit dipertimbangkan oleh auditor
pada saat perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan keuangan
berdasarkan pendapat dari Arens et al., (2012:319), yaitu:
a) Menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas
b) Mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas
ke segmen-segmen
c) Mengestimasikan total salah saji gabungan
d) Membandingkan salah saji gabungan dengan pertimbangan
pendahuluan atau yang di revisi tentang materialitas
e) Membandingkan salah saji gabungan dengan pertimbangan
pendahuluan atau yang direvisi tentang materialitas
2) Judgment auditor mengenai tingkat risiko audit
Seorang auditor akan melaksanakan tugas audit, dihadapkan
pada risiko audit yang dihadapinya sehubungan dengan judgment
58
yang ditetapkannya. Dalam merencanakan audit, auditor harus
menggunakan pertimbangannya dalam menentukan tingkat risiko
audit yang cukup rendah dan pertimbangan awal mengenai tingkat
materialitas dengan suatu cara yang diharapkan, dalam keterbatasan
bawaan dalam proses audit, dapat memberikan bukti audit yang
cukup untuk mampu untuk mencapai keyakinan memadai bahwa
laporan keuangan bebas dari salah saji material (IAI, 2011:312).
Judgment auditor mengenai risiko audit dan materialitas bersama
dengan hal-hal lain, diperlukan dalam menentukan sifat, saat, dan
lingkup prosedur audit serta dalam mengevaluasi hasil prosedur
tersebut.
3) Judgment auditor mengenai going concern
Kegagalan dalam mendeteksi kemungkinan ketidakmampuan
klien untuk mencapai going concern-nya suatu entitas yang sedang
di audit, seperti kasus Enron dan WorldCom, menimbulkan social
cost yang besar bagi auditor karena tingkat kepercayaan
masyarakat menjadi menurun. Statement of Audit Standards (SAS)
No. 59 yang dikeluarkan oleh The American Institute of Certified
Public Accountants (AICPA) tahun 1998, merupakan pernyataan
dari badan regulasi audit untuk merespon keputusan going concern.
SAS No. 59 menuntut auditor harus mempertimbangkan apakah
terdapat keraguan yang substansial pada kemampuan entitas terus
berlanjut sebagai usaha yang going concern untuk periode waktu
59
yang layak pada setiap penugasan audit. Secara umum SAS 59
membahas tentang going concern akan tetapi memberikan definisi
operasional going concern. Sedangkan keputusan going concern
merupakan hal yang sulit, sehingga keputusan ini harus diambil
oleh auditor yang memiliki keahlian yang memadai. Dengan kata
lain keputusan auditor mengenai going concern membutuhkan
judgment auditor yang berpengalaman, SAS No. 59 menuntut
auditor untuk memperhatikan rencana, strategi, dan kemampuan
manajemen klien untuk mengatasi kesulitan keuangan bisnis.
Auditor juga harus menilai keadaan dan kejadian lain dalam
organisasi klien, dan juga berkaitan dengan perusahaan, perusahan
lain dalam sektor industri yang sama dan keadaan ekonomi secara
umum. Auditor harus terus memonitor semua kejadian yang
mempengaruhi keadaan keuangan kliennya, bahkan sebelum
terdapat tingkat kesulitan yang signifikan pada keuangan klien.
Auditor harus memperhatikan semua faktor yang terkait dengan
entitas pada saat akan mengambil keputusan tentang going
concern. Evaluasi kritis ini penting untuk memungkinkan auditor
membuat penilaian yang akurat tentang kemampuan klien untuk
mempertahankan operasinya. Jika auditor mempunyai kesimpulan
terhadap keraguan yang substansial tentang kelangsungan hidup
suatu entitas, SAS No 59 meminta auditor untuk
60
mempertimbangkan pengaruhnya terhadap laporan keuangan dan
apakah pengungkapan going concern tersebut sudah mencukupi.
61
C. Penelitian Terdahulu
Adapun hasil-hasil penelitian dari peneliti-peneliti terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat
dilihat dari tabel 2.1
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti (Tahun) Judul Peneliti Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Alamri, Fitria, Grace B.
Nagoi, dan Jantje
Tinongan (2017)
Pengaruh Keahlian,
Pengalaman, Kompleksitas
Tugas, dan Independensi
Terhadap Audit Judgment
Auditor Internal pada
Inspektorat Provinsi
Gorontalo
Terdapat variabel
independen berupa
kompleksitas
tugas, dan
independensi,
serta variabel
dependen yaitu
audit judgment.
Tidak terdapat
variabel
independen berupa
self-efficacy,
tekanan ketaatan,
dan persepsi etis.
Sistem independensi
dan kompleksitas
tugas berpengaruh
positif terhadap
audit judgment,
sedangkan
pengalaman dan
keahlian tidak
berpengaruh
(ditolak)
Bersambung pada halaman berikutnya
62
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Nama Peneliti (Tahun) Judul Peneliti Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
2. Hasnidar. Mediaty, and
Andy Kusumawati (2018)
The Effect of Self-Efficacy
and Obedience Pressure On
Audit Judgment By Using
Task Complexity and Moral
Rasioning as The Moderating
Variable
Terdapat variabel
independen berupa
self-efficacy,
tekanan ketaatan,
kompleksitas
tugas, dan variabel
dependen adalah
audit judgment
Tidak adanya
variabel
independen berupa
persepsi etis dan
independensi, dan
menambahkan
variabel moderasi
yaitu moral
reasoning
Self-efficacy dan
tekanan ketaatan,
berpengaruh
terhadap audit
judgment,
kompleksitas tugas
dan moral reasoning
memoderasi antara
self-efficacy dan
tekanan ketaatan.
3. Suardikha dan Budiartha
(2017)
Kemampuan Gender
Memoderasi Pengaruh Self-
efficacy dan Kompleksitas
Tugas pada Audit Judgment.
Terdapat variabel
independen berupa
self-efficacy, dan
kompleksitas
tugas, dan audit
judgment.
Tidak ada variabel
independen berupa
tekanan ketaatan,
persepsi etis,
independensi
auditor.
Semakin tinggi self-
efficacy maka
semakin baik audit
judgment, dan
semakin tinggi
kompleksitas tugas
maka semakin
rendah audit
judgment
Bersambung pada halaman selanjutnya
63
Tabel 2.1 (lanjutan)
No Nama Peneliti (Tahun) Judul Peneliti Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
4. Dea Bilgis Pangesti dan
Widhy Setyowati (2018)
Pengaruh Persepsi Etis,
Pengalaman Auditor,
Tekanan Ketaatan, dan
Kompleksitas Tugas terhadap
Kualitas Audit Judgment
Terdapat Variabel
independen berupa
persepsi etis,
tekanan ketaatan,
kompleksitas
tugas dan variabel
dependen yaitu
audit judgment
Tidak terdapat
variabel
independen berupa
self-efficacy dan
independensi
auditor. Peneliti
menambahkan
variabel
pengalaman
auditor
Persepsi etis
berpengaruh positif,
pengalaman tidak
berpengaruh,
tekanan ketaatan
berpengaruh, dan
kompleksitas tugas
tidak berpengaruh
terhadap variabel
dependen yaiu audit
judgment
5. Siti Jamilah, Zaenal
Fanani, Grahita
Chandararin (2007)
Pengaruh Gender, Tekanan
Ketaatan, dan Kompleksitas
Tugas terhadap Audit
Judgment
Terdapat variabel
independen berupa
tekanan ketaatan,
kompleksitas
tugas, dan Audit
Judgment
Tidak ada variabel
independen self-
efficacy, persepsi
etis, dan
independensi.
Gender dan
kompleksitas tugas
tidak berpengaruh
terhadap audit
judgment sedangkan
tekanan ketaatan
berpengaruh secara
signifikan terhadap
audit judgment.
Bersambung pada halaman selanjutnya
64
Tabel 2.1 (lanjutan)
No Nama Peneliti (Tahun) Judul Peneliti
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
6. Rossa Komalasari dan
Erna Hernawati (2015)
Pengaruh Independensi,
Kompleksitas Tugas, dan
Gender Terhadap Audit
Judgment
Terdapat variabel
independen berupa
independen,
kompleksitas
tugas dan variabel
dependen berupa
audit judgment
Tidak adanya
variabel
independensi yaitu
self-efficacy,
tekanan ketaatan,
independensi, dan
menambahkan
variabel
independen berupa
gender
Secara parsial
independensi,
kompleksitas tugas,
gender berepngaruh
terhadap audit
judgment.
7. Suwandi (2015) Pengaruh Self-Efficacy,
Kecerdasan Emosional,
Tekanan Ketaatan, dan
Kompleksitas Tugas terhadap
Audit Judgment auditor
Terdapat variabel
self-efficacy,
kompleksitas
tugas, tekanan
ketaatan, dan audit
judgment
Tidak adanya
variabel persepsi
etis, independensi
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
self-efficacy,
emotional quotient,
tekanan ketaatan dan
kompleksitas tugas
mempengaruhi
penilaian audit
seorang auditor
Bersambung pada halaman selanjutnya
65
Tabel 2.1 (lanjutan)
No Nama Peneliti (Tahun) Judul Peneliti Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
8. Bima Cinintya Pratama
(2018)
Auditor Independency as
Antecedents of Ethical
Perception on Auditor
Judgment: Study of Public
Accounting Firm Auditors
Terdapat variabel
independen berupa
independensi
auditor, persepsi
etis, dan audit
judgment
Tidak adanya
variabel
independen berupa
self-efficacy,
kompleksitas
tugas, tekanan
ketaatan
Persepsi etis
berpengaruh
terhadap audit
judgment, semakin
tinggi etika persepsi
profesional maka
judgment auditor
semakin tinggi pula.
9. Drupadi dan Sudana
(2015)
Pengaruh Keahlian Auditor,
Tekanan Ketaatan dan
Independensi pada Audit
Judgment
Terdapat variabel
tekanan ketaatan,
independensi,
audit judgment
Tidak adanya
variabel self-
efficacy,
kompleksitas
tugas, tugas,
persepsi etis.
Menggunakan
regresi berganda
Keahlian auditor dan
independensi
berpengaruh positif
pada audit judgment,
sedangkan tekanan
ketaatan
berpengaruh negatif
pada audit judgment
Bersambung pada halaman berikutnya
66
Tabel 2.1 (lanjutan)
No Nama Peneliti (Tahun) Judul Peneliti Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
10. Sanusi, Zuraidah., Takiah
M. I., Gary S. M.,
Norman M. S (2018)
Effect of Goal Orientation,
Self-Efficacy and Task
Complexity on The Audit
Judgment Performance of
Malaysian Auditors
Terdapat variabel
independen berupa
Self-Efficacy dan
kompleksitas
tugas, dan variabel
dependen yaitu
audit judgment
Tidak ada variabel
independen berupa
tekanan ketaatan,
persepsi etis, dan
independensi
auditor.
Oritentasi tujuan
lebih berpengaruh
terhadap audit
judgment Self-
efficacy memediasi
hubungan antara
orientasi tujuan
ketika sebuah tugas
audit kurang
kompleks ketimbang
yang yang lebih
kompleks
Sumber: Diolah dari Berbagai Referensi
67
D. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh self-efficacy terhadap audit judgment
Menurut Bandura (2006) self-efficacy dinyatakan sebagai kepercayaan
atau keyakinan seseorang bahwa dia dapat menjalankan sebuah tugas pada
tingkat dan target tertentu, adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
aktivitas pribadi terhadap pencapaian tugas. Seseorang yang percaya dan
yakin bahwa dapat menjalankan tugas yang kompleks secara rutin,
berkelanjutan, dan bersinergi akan mempengaruhi orang itu untuk mencapai
tujuannya. Adanya self-efficacy yang terdapat dalam diri seorang auditor
menandakan bahwa terdapat keyakinan terhadap judgment yang diambil
oleh auditor tersebut tanpa adanya keraguan dan kebimbangan untuk
mencapai tujuan tertentu. Suardikha dan Budiartha (2017) menandakan
bahwa self-efficacy yang semakin tinggi maka akan berdampak pada
kehandalan seorang auditor dalam memberikan judgment yang dibuatnya.
Oleh sebab itu, peneliti merumuskan hipotesis kesatu dalam penelitian ini
sebagai berikut:
H1: Self-efficacy berpengaruh terhadap audit judgment
2. Pengaruh kompleksitas tugas terhadap audit judgment
Menurut Bonner dan Sprinkle (2002), kompleksitas tugas menurunkan
usaha atau motivasi seseorang, meningkatkan atau menurunkan usaha yang
diarahkan untuk pengembangan strategi, dan mengakibatkan menurunnya
kinerja jangka pendek atau jangka panjang. Kompleksitas tugas merupakan
tugas yang tidak terstruktur, membingungkan dan sulit (Sanusi et al., 2007).
68
Dengan adanya tugas yang kompleks akan mendorong seorang auditor
untuk melakukan tugasnya tidak semudah yang dibayangkan dan ini akan
berpengaruh pada judgment yang dibuatnya. Sehingga peneliti merumuskan
hipotesis kedua dalam penelitian ini sebagai berikut:
H2: Kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgment
3. Pengaruh tekanan ketaatan terhadap audit judgment
Tekanan ketaatan menurut Jamilah et al., (2007) merupakan kondisi di
mana seorang auditor dihadapkan pada sebuah dilema dalam penerapan
standar profesi auditor. Entitas (auditee) atau pimpinan yang bisa sewaktu-
waktu menekan auditor untuk melanggar standar profesi auditor. Hal ini
tentunya akan menimbulkan tekanan pada diri auditor untuk menuruti atau
tidak menuruti diri atas kemauan dari auditee maupun pimpinannya. Oleh
sebab itu, seorang auditor seringkali dihadapkan kepada situasi dilema
dalam penerapan standar profesinya dalam pengambilan keputusan. Dalam
penelitian Putri dan Laksito (2013) menunjukkan bahwa tekanan ketaatan
berpengaruh negatif terhadap audit judgment, hal ini berarti bahwa auditor
dengan tekanan ketaatan yang lebih kecil akan memberikan audit judgment
yang berkualitas. Oleh karena itu, peneliti merumuskan hipotesis ketiga
dalam penelitian ini sebagai berikut:
H3: Tekanan ketaatan berpengaruh terhadap audit judgment
4. Pengaruh persepsi etis terhadap audit judgment
Robbins dan Judge (2013:168) mengartikan persepsi sebagai proses di
mana individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris
69
mereka guna memberi arti bagi lingkungan tempat mereka berada. Akuntan
yang profesional dalam menjalankan tugasnya pasti memiliki pedoman yang
mengikat seperti kode etik Akuntan Indonesia. Sehingga dalam
melaksanakan aktivitasnya akuntan publik memiliki arah yang jelas dan
dapat memberikan keputusan yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan
kepada pihak-pihak yang menggunakan hasil keputusan yang auditor buat.
Putri dan Laksito (2013) menyatakan bahwa kualitas audit salah
satunya yaitu standar etika yang tinggi. Audit yang berkualitas sangat
penting untuk menjamin akuntan melakukan tanggung jawabnya kepada
para pengguna atau yang mengandalkan kredibilitas laporan keuangan yang
di audit, dengan menegakkan etika yang tinggi, Daljono (2012) menyatakan
bahwa persepsi etis merupakan suatu prinsip moral dan pelaksanaan aturan-
aturan yang memberikan pedoman dalam berhubungan dengan klien,
masyarakat, anggota, sesama profesi serta pihak yang berkepentingan
lainnya. Seorang auditor dalam membuat keputusan pasti menggunakan
lebih dari satu pertimbangan rasional yang didasarkan pada pemahaman
etika yang berlaku dan membuat keputusan yang adil (fair) serta tindakan
yang diambil itu harus mencerminkan kebenaran atau keadaan yang
sebenarnya (Pangesti dan Setyowati, 2018). Berdasarkan ulasan di atas
maka dapat dirumuskan hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah:
H4: Persepsi etis berpengaruh terhadap audit judgment
70
5. Pengaruh independensi auditor terhadap audit judgment
Faktor lain yang dapat mempengaruhi audit judgment yaitu
independensi. Sesuai dengan standar audit yang telah ditetapkan oleh IAPI
(IAPI, 2011:150.1-150.2; Agoes, 2017:57), standar umum kedua mengenai
independensi yang menyatakan “Dalam semua hal yang berhubungan
dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan
oleh auditor”. Kode Etik Profesi Akuntan Publik (2019) menyatakan bahwa
terdapat 2 (dua) kriteria independensi yakni independensi dalam pemikiran
dan penampilan. Oleh karena itu, Independensi harus dijunjung tinggi oleh
seorang auditor, jika akuntan tidak independen, prosedur apapun yang
dilaksanakan tidak akan sesuai dengan standar audit yang ditetapkan oleh
IAPI, dan ia akan terhalang dalam menyatakan pendapat atas laporan
keuangan (Mauludy et al., 2017). Pernyataan tersebut disetujui oleh
penelitian Drupadi dan Sudana (2015) dan Suhayati (2016) yang
menyatakan bahwa judgment yang diputuskan oleh auditor dipengaruhi oleh
independensi auditor. Berdasarkan ulasan di atas maka peneliti merumuskan
hipotesis kelima sebagai berikut:
H5: Independensi auditor berpengaruh terhadap audit judgment
6. Pengaruh Self-Efficacy, kompleksitas Tugas, Tekanan Ketaatan,
Persepsi Etis, dan Independensi Auditor Secara Simultan Terhadap
Audit Judgment
Faktor non teknis dari pemberian judgment oleh seorang auditor yang
dijadikan perhatian dalam penelitian ini diantaranya self-efficacy atau
71
keyakinan seseorang apakah dengan kemampuannya ia miliki akan mampu
untuk memberikan judgment yang berkualitas, kompleksitas tugas berkaitan
dengan banyaknya tugas yang diemban auditor yang mengakibatkan ketika
seorang auditor memiliki daya ingat, kapabilitas yang rendah akan
mempengaruhi kinerjanya untuk pemberian judgment, tekanan ketaatan
yang terkadang menjadi dilema etis dari profesi auditor dikarenakan tekanan
itu muncul dari 2 (dua) sisi yakni atasan dan klien (auditee), persepsi etis
merupakan pertimbangan moral seseorang ketika dilema etis (konflik etis)
itu terjadi, dikarenakan seorang auditor merupakan kepercayaan publik yang
memegang amanah publik untuk bekerja sesuai standar akuntan publik yang
berlaku, sedangkan independensi merupakan suatu standar yang harus
dipegang teguh oleh seorang auditor ketika menjalankan tugas pengauditan,
untuk tidak berpihak kepada siapapun dan kepentingan apapun diluar
jasanya dalam mengaudit entitas yang diauditnya. Ini terbukti dalam
penelitian oleh beberapa peneliti yakni Jamilah et al., (2007), Pangesti dan
Setyowati (2018), dan Hasnidar (2018) yang menyatakan aspek non teknis
dari audit judgment ini berpengaruh simultan terhadap audit judgment.
Maka dapat dirumuskan hipotesis keenam sebagai berikut:
H6 : Self-efficacy, kompleksitas tugas, tekanan ketaatan, persepsi etis,
dan independensi auditor secara simultan berpengaruh terhadap
audit judgment
72
E. Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini, peneliti membuat kerangka pemikiran yang dapat
digambarkan sebagai berikut
:
bersambung ke halaman selanjutnya
Kepercayaan publik yang mengganggap
bahwa akuntan publik merupakan suatu
profesi yang memiliki sifat profesional
yang tinggi dalam menilai laporan
keuangan suatu entitas yang diauditnya,
dimana auditor memiliki keterbatasan
dalam pekerjaannya untuk menghasilkan
suatu report audit yang handal, oleh
karena itu diperlukan judgment di setiap
proses audit sebagai parameter bahwa
auditor telah bekerja sesuai standar
profesional yang berlaku.
Basis Teori: Kognitif Sosial, Teori Perilaku yang Direncanakan), Teori
Perkembangan Moral,dan Teori Atribusi
Self-Efficacy (X1)
Audit Judgment
(Y)
Kompleksitas Tugas (X2)
Tekanan Ketaatan (X3)
Pengaruh Self-efficacy, Kompleksitas Tugas, Tekanan Ketaatan, Persepsi Etis,
Pengalaman, dan Independensi terhadap Audit Judgment
Akuntan Publik diharapkan saat
menghasilkan suatu judgment yang akurat,
handal, dan berkualitas, didalam dirinya
ditanamkan rasa kepercayaan diri atas
kemampuan yang dimiliki dikarenakan
terkadang tugas yang dihadapi semakin
kompleks, munculnya juga tekanan yang
timbul dari atasan maupun auditee yang
mengkibatkan pada dilema etis dan prinsip
moral auditor terganggu, yang terkadang
pula mengabaikan sikap independensi.
GAP
Persepsi Etis (X4)
Independensi (X5)
73
Gambar 2.3 (Lanjutan)
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
Metode Analisis: Regresi Berganda
Hasil Pengujian dan
Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi,
Keterbatasan, dan Saran
74
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini dirancang
untuk menguji pengaruh variabel independen yaitu self-efficacy, kompleksitas
tugas, tekanan ketaatan, persepsi etis, dan independensi auditor terhadap
variabel dependen yaitu audit judgment. agar penelitian ini mendapatkan hasil
yang maksimal, maka ruang lingkup dalam penelitian ini adalah kantor
akuntan publik (KAP) yang berada di DKI Jakarta dan Tangerang.
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian merupakan keseluruhan elemen yang akan
dijadikan wilayah generalisasi. Elemen populasi adalah keseluruhan subyek
yang akan diukur, yang merupakan unit yang diteliti. Dapat disimpulkan
bahwa populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda
alam yang terdapat di sekitarnya meliputi seluruh karakteristik sifat yang
dimiliki oleh subyek dan obyek tersebut (Sekaran, 2016). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan
Publik (KAP) di wilayah DKI Jakarta dan Tangerang.
75
C. Metode Penentuan Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode
convenience sampling yaitu metode pengambilan sampel yang dapat
dikatakan cukup mudah, karena peneliti dapat mendapatkan data (sampel)
yang diinginkan dari anggota populasi yang dengan senang hati
memberikannya (Sekaran, 2016). Penggunaan metode pemilihan sampel ini
dengan tujuan untuk mengantisipasi jika tidak didapatkannya sampel yang
dimaksud sebelumnya. Sampel yang dipilih adalah auditor yang bekerja
sebagai tenaga profesional pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di DKI
Jakarta dan Tangerang dan bersedia dimintai waktu untuk keperluan
penelitian.
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data pada penelitian, peneliti menggunakan
metode penelitian lapangan (field research), dimana data utama penelitian ini
diperoleh langsung dari pihak pertama (data primer). Pada penelitian ini, yang
menjadi subjek penelitian adalah auditor eksternal yang bekerja pada kantor
akuntan publik (KAP). Peneliti memperoleh data dengan mengirimkan
kuesioner kepada kantor akuntan publik secara langsung dan menggunakan
fasilitas google form untuk auditor yang tidak terjangkau oleh peneliti. Data
primer diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah
terstruktur dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi dari auditor yang
bekerja pada KAP sebagai responden dalam penelitian.
76
Sumber data dalam penelitian ini adalah skor masing-masing indikator
variabel yang diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah dibagikan kepada
auditor yang bekerja di KAP sebagai responden.
E. Operasional Variabel Penelitian
Pada penelitian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel
yang digunakan berikut dengan operasional dengan cara pengukurannya.
1. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah self-efficacy,
kompleksitas tugas, tekanan ketaatan, persepsi etis, dan independensi yang
selanjutnya dijelaskan sebagai berikut:
a. Self-efficacy (X1)
Self-efficacy didefinisikan sebagai kepercayaan atau keyakinan
dalam diri seorang auditor akan kemampuan mereka dalam
menjalankan dan menyelesaikan sebuah tugas tertentu pada suatu
tingkatan tertentu. Bandura (2006). Pengukuran variabel self-efficacy
dengan menggunakan pernyataan yang diadopsi dari kuesioner pada
penelitian Chung et al., (2001) dan Monica (2018) dengan modifikasi
dan diukur menggunakan skala ordinal (likert) 5 poin dari sangat tidak
setuju (1), tidak setuju (2), cukup setuju (4), setuju (4), dan sangat
setuju (5) (Ghozali, 2018).
b. Kompleksitas Tugas (X3)
Kompleksitas tugas adalah tugas yang terdiri atas bagian-bagian
yang banyak, berbeda-beda, serta saling terkait satu sama lain (Engko
77
dan Gudono, 2007). Tugas-tugas tersebut bisa saja dianggap sulit oleh
sebagian individu. Persepsi individu tentang kesulitan suatu tugas
disebabkan oleh terbatasnya kapabilitas dan daya ingat serta
kemampuan untuk mengintegrasikan masalah yang dimiliki seorang
dalam membuat suatu keputusan. Dalam penelitian ini, pengukuran
variabel kompleksitas tugas dengan menggunakan pernyataan yang
diadopsi dari kuesioner pada penelitian Putra dan Rani (2016)
penambahan dari Hasnidar (2018) yakni alat bantu, dengan modifikasi
dan diukur menggunakan skala ordinal (skala likert) 5 poin dari sangat
tidak setuju (1), tidak setuju (2), cukup setuju (3), setuju (4), dan sangat
setuju (5) (Ghozali, 2018).
c. Tekanan ketaatan (X2)
Tekanan ketaatan yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini
adalah jawaban atau tanggapan responden terhadap adanya tekanan
untuk mengikuti atau melaksanakan perintah dari seorang atasan
maupun klien yang tidak sesuai dengan Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP) (Zulaikha, 2006). Variabel tekanan ketaatan diukur
dengan menggunakan pernyataan yang diadopsi dari kuesioner pada
penelitian Jamilah et al., (2007) dengan modifikasi dan diukur
menggunakan skala ordinal (likert) 5 poin dari sangat tidak setuju (1),
tidak setuju (2), cukup setuju (3), setuju (4), dan sangat setuju (5)
(Ghozali, 2018).
78
d. Persepsi Etis (X4)
Persepsi etis merupakan suatu prinsip moral dan pelaksanaan
aturan-aturan yang memberi pedoman dalam berhubungan dengan
klien, masyarakat, anggota dewan dan sesama profesi serta pihak yang
berkepentingan lainnya. Variabel ini diukur dengan pernyataan Daljono
(2012) yang mengukur kedelapan kode etik yang termuat dalam prinsip
Kode Etik Profesi Akuntan Publik yakni (tanggung jawab profesi,
kepentingan umum (publik), integritas, objektivitas, kompetensi dan
sikap kehati-hatian, kerahasiaan, perilaku profesional serta standar
teknis) dan diukur menggunakan skala ordinal (skala likert) 5 poin dari
sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), cukup setuju (3), setuju (4), dan
sangat setuju (5) (Ghozali, 2018).
e. Independensi (X5)
Independensi adalah sikap yang harus dimiliki oleh auditor yang
berarti bebas, tidak dalam pengaruh pihak lain (intervensi), tidak dalam
kepentingan lain selain audit yang sedang dijalankannya (Arens et al.,
2008:132). Independensi sendiri termasuk standar audit yakni standar
umum yang harus dipegang teguh oleh auditor sebagai ciri khas
tersendiri. Dari sifat independensi ini membantu auditor dalam
pengambilan judgment-nya, semakin tinggi tingkat independensi
seorang auditor maka judgment yang diambil semakin akurat. Dalam
hal ini unsur variabel indikatornya, yaitu sebagai berikut:
79
1) Independensi Dalam Pemikiran
Independensi dalam pemikiran merupakan sikap kejujuran di dalam
diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta-fakta dan adanya
pertimbangan objektif, tidak memihak di dalam merumuskan dan
menyatakan pendapatnya.
2) Independensi Dalam Penampilan
Independensi dalam penampilan merupakan ketaatan akuntan
publik kepada sejumlah aturan yang ditetapkan oleh organisasi
profesi guna menampilkan citra independensi akuntan publik di
mata masyarakat, dirumuskan dengan pendekatan “sejumlah
batasan” (IAPI, 2019).
Dalam penelitian ini variabel independensi diukur dengan
menggunakan pernyataan yang diadopsi dari kuesioner pada penelitian
Suhayati (2016) dengan modifikasi dan diukur menggunakan skala
ordinal (skala likert) 5 poin dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2),
cukup setuju (3), setuju (4), dan sangat setuju (5) (Ghozali, 2018).
2. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah audit judgment yang
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Audit Judgment (Y)
Pertimbangan audit (audit judgment) diidentifikasikan sebagai
kebijakan auditor dalam menentukan pendapat mengenai hasil auditnya
yang mengacu pada pembentukan suatu gagasan, pendapat atau
80
perkiraan tentang suatu objek, peristiwa, status atau jenis peristiwa lain
(Jamilah et al., 2007). Dalam penelitian ini audit judgment diukur
menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh (Hasnidar, 2018) dan
diukur menggunakan skala ordinal (skala likert) 5 poin dari sangat
rendah (1), rendah (2), cukup tinggi (3), tinggi (4), dan sangat tinggi (5)
(Ghozali, 2018).
81
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
No Variabel Indikator No. Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran
1. Self-
Efficacy
(X1)
(Chung et
al., 2001dan
Monica,
2018)
1. Keyakinan bahwa saya
memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan tugas audit.
2. Keyakinan bahwa dengan
saya melakukan tugas audit
yang sesuai dengan
kemampuan saya, dapat
meningkatkan kinerja saya.
3. Keyakinan bahwa saya
dapat mengatasi tantangan
yang akan terjadi ketika
masa penugasan
berlangsung.
4. Keyakinan saya bahwa
dengan persiapan dan
strategi yang matang akan
memudahkan cara saya
dalam masa penugasan
audit.
5. Keyakinan terhadap
kemampuan judgment yang
saya miliki untuk
merencanakan dan
melaksanakan tindakan
yang mengarah pada tujuan
penugasan audit yang
sedang saya dihadapi
6. Keyakinan bahwa saya
mampu untuk melakukan
tugas khusus pada tingkatan
tertentu akan membuat
kinerja saya meningkat.
7. Bahwa saya mengetahui
keterbatasan yang ada pada
diri saya dan berusaha
perbaiki sehingga tidak
menurunkan kinerja.
8. Perlunya memberi motivasi
pada diri sendiri apabila
1
2
3
4
5
6
7
8
Skala Ordinal
Bersambung pada halaman berikutnya
82
Tabel 3.1 (Lanjutan)
No Variabel Indikator No. Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran
rasa kepercayaan diri
menurun.
9. Perlunya orang sekitar
untuk memberikan motivasi
apabila rasa kepercayaan
diri saya menurun.
10. Saya memahami dengan
baik tugas yang diberikan.
11. Dapat menjalankan tugas
dengan baik bahkan jika
tugas menjadi kompleks.
12. Tetap bersikap tenang
ketika menghadapi
hambatan di dalam masa
penugasan dan berusaha
mencapai tujuan.
13. Meningkatkan potensi
dalam diri mengenai
pekerjaan saya sebagai
auditor melalui pendidikan
dan pelatihan.
14. Selalu memprioritaskan
tugas mana yang lebih
mudah dipahami dan akan
saya kerjakan lebih dahulu
9
10
11
12
13
14
Skala Ordinal
2. Kompleksit
as Tugas
(X2)
(Putra dan
Rani, 2016
dan
Hasnidar,
2018)
1. Mengetahui kejelasan
tugas yang harus saya
kerjakan terlebih dahulu
2. Memahami alasan
mengapa saya
mengerjakan tugas yang
bermacam-macam.
3. Sejumlah tugas yang
berhubungan dengan
seluruh fungsi
pemeriksaan yang ada
sangatlah tidak jelas.
4. Selalu dapat mengetahui
dengan jelas bahwa suatu
tugas telah dapat saya
selesaikan.
15
16
17
18
Skala Ordinal
Bersambung pada halaman berikutnya
83
Tabel 3.1 (Lanjutan)
No Variabel Indikator No. Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran
5. Selalu dapat mengetahui
dengan jelas bahwa saya
harus mengerjakan suatu
tugas khusus.
6. Sangatlah jelas bagi saya
cara mengerjakan setiap
jenis tugas yang harus
saya lakukan.
7. Dengan adanya deskripsi
jabatan, menunjukkan apa
yang harus saya kerjakan
dalam setiap penugasan
audit.
8. Dengan banyaknya
wewenang yang saya
miliki membuat saya
bingung untuk memilih
prioritas mana yang harus
dahului.
9. Dengan banyaknya jenis
tugas yang saya hadapi
saya akan berperilaku
disfungsional.
10. Alat bantu dalam
menyelesaikan tugas
sangat mempengaruhi
kinerja saya.
19
20
21
22
23
24
3. Tekanan
Ketaatan
(X3)
(Jamilah et
al., 2007)
1. Saya tidak ingin
mendapatkan masalah
dengan auditee jika tidak
memenuhi keinginannya
untuk berperilaku
menyimpang dari standar
profesional.
2. Saya akan menuruti
keinginan auditee
walaupun bertentangan
dengan standar
profesional auditor.
25
26
Skala Ordinal
Bersambung pada halaman berikutnya
84
Tabel 3.1 (Lanjutan)
No Variabel Indikator No. Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran
3. Saya tidak akan menentang
keinginan auditee untuk
berperilaku menyimpang.
4. Saya tidak ingin
mendapatkan masalah
dengan atasan saya jika
tidak menuruti
keinginannya untuk
menyimpang dari standar
profesional.
5. Saya akan menaati perintah
atasan karena saya ingin
terus bekerja walaupun
harus bertentangan dengan
standar profesional.
6. Saya akan menaati perintah
atasan walaupun saya akan
memiliki beban moral
karena bertentangan
dengan standar profesional.
7. Saya akan menentang
perintah atasan dan
memilih keluar dari
pekerjaan jika saya dipaksa
untuk melakukan hal yang
bertentangan dengan
standar profesional.
8. Saya akan menentang
perintah atasan karena
secara moral telah
menegakkan
profesionalisme.
27
28
29
30
31
32
4. Persepsi
Etis
(X4)
(Daljono,
2012)
1. Dalam melaksanakan
tanggung jawab sebagai
profesional, saya harus
senantiasa menggunakan
pertimbangan moral dan
profesional yang saya
miliki.
33
Skala Ordinal
Bersambung pada halaman berikutnya
85
Tabel 3.1 (Lanjutan)
No Variabel Indikator No. Butir
Pertanyaan Skala
Pengukuran
2. Saya memiliki kewajiban
untuk senantiasa bertindak
kepada publik dengan cara
menghormati kepercayaan
publik dan menunjukkan
komitmen atas
profesionalisme.
3. Saya harus bersikap jujur
dan berterus terang tanpa
harus mengorbankan
rahasia penerima jasa dan
bukan untuk kepentingan
pribadi.
4. Saya harus menjaga
obyektivitas dan bebas dari
benturan kepentingan
dalam pemenuhan
kewajiban profesional.
5. Saya harus melakukan jasa
profesional dengan berhati-
hati, kompetensi dan tekun
serta berkewajiban untuk
mempertahankan
pengetahuan dan
keterampilan yang saya
miliki.
6. Saya harus menghormati
kerahasiaan informasi yang
diperoleh selama
melakukan jasa profesional
audit dan tidak boleh
memakai atau
mengungkapkan informasi
tersebut tanpa persetujuan
kecuali bila ada hukum
untuk mengungkapkan.
7. Saya harus berperilaku
konsisten sesuai dengan
34
35
36
37
38
39
Bersambung pada halaman berikutnya
86
Tabel 3.1 (Lanjutan)
No Variabel Indikator No. Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran
reputasi profesi yang baik
dan menjauhi tindakan
yang dapat
mendeskreditkan profesi
saya.
8. Saya harus melaksanakan
jasa profesional sesuai
dengan standar teknis dan
standar profesionalnya
yang relevan.
40
5. Independen
si (X6)
(Suhayati,
2016)
Independensi dalam Fakta
1. Auditor senantiasa selalu
jujur dalam perkataan dan
perbuatan berdasarkan
kode etik akuntan publik.
2. Auditor menyatakan
pendapat berdasarkan
hasil audit dan bukan
rekayasa.
3. Auditor bertanggung
jawab atas semua kinerja
yang telah terlaksana.
4. Auditor menyatakan
kebebasan dalam berfikir
dan berpendapat.
5. Auditor selalu bersifat
netral.
6. Auditor membuat
rekomendasi harus sesuai
dengan kondisi dan fakta
yang harus diperbaiki.
7. Auditor menggunakan
kata-kata yang bisa
dipahami oleh klien.
8. Auditor memberikan
penilaian dan saran tanpa
ada rasa wajib
memodifikasi fakta dan
dampak.
41
42
43
44
45
46
47
48
Skala Ordinal
Bersambung pada halaman berikutnya
87
Tabel 3.1 (Lanjutan)
No Variabel Indikator No. Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran
9. Auditor senantiasa
menjaga nama baik
profesi.
10. Auditor berhubungan
langsung dengan
masyarakat sekitar dan
mensosialisasikan tentang
profesinya.
11. Auditor tidak
memperhitungkan besaran
komisi hasil audit dengan
kinerja proses audit.
12. Auditor menimbang untuk
menyatukan kepentingan
pribadi dengan
kepentingan usaha klien.
13. Audit dilakukan terhadap
klien yang tidak
mempunyai hubungan
kepentingan dengan
auditor.
14. Auditor menggunakan
advertasi atau bentuk
solitasi lainya untuk
mendapatkan klien.
15. Auditor menetapkan
pendapat atas laporan
audit berdasarkan hasil
auditnya.
49
50
51
52
53
54
55
6. Audit
Judgment
(Y)
(Hasnidar et
al., 2018)
1. Seberapa besar keinginan
saudara sebagai auditor
untuk meyakini bahwa
perusahaan yang saudara
audit dinilai sehat dan
diyakini memliki
kompetensi yang tinggi
serta layak untuk
dipercaya.
2. Seberapa besar keinginan
saudara sebagai auditor
56
57
Skala Ordinal
Bersambung pada halaman berikutnya
88
Tabel 3.1 (Lanjutan)
untuk memperluas
sampel bukti audit yang
akan dievaluasi untuk
peralatan kantor di suatu
Perusahaan.
3. Seberapa besar keinginan
saudara selaku auditor
untuk merekomendasikan
perusahaan yang sedang
anda audit untuk
membuat penyesuaian
salah satu akun yang
diindikasikan sangat
material keberadaannya.
4. Seberapa besar keinginan
saudara sebaga auditor
untuk mengaudit
perusahaan yang baru
pertama kali anda audit
dan belum diketahui
kompetensi apa saja yang
dimiliki perusahaan
tersebut.
5. Seberapa besar keinginan
saudara selaku auditor
untuk memperluas
pengujian atas indikasi
perekayasaan atas
transaksi yang ditemukan
di perusahaan anda audit.
6. Seberapa besar keinginan
saudara sebagai auditor
untuk merekomendasikan
pengujian perusahaan
yang sedang anda audit
untuk membuat
penyesuaian atas
transaksi yang terjadi.
58
59
60
61
Sumber diolah dari berbagai referensi
89
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik
deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi)
(Ghozali, 2018:19).
2. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid apabila pertanyaan pada
kuesioner tersebut mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2018:51). Suatu instrumen
penelitian dikatakan valid apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Bila r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid
2) Bila r hitung < r tabel, maka dinyatakan tidak valid
b. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner
dikatakan reliabel atau handal apabila jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali,
2018:45).
90
Ghozali (2018:46) menyebutkan bahwa pengukuran reliabilitas dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1) Repeated Measure atau pengukuran ulang, disini seseorang
akan diberikan pertanyaan yang sama pada waktu yang
berbeda, dan kemudian dilihat apakah orang itu tetap konsisten
dengan jawabannya atau tidak.
2) One Shot atau pengukuran sekali saja, disini pengukurannya
hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan
pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban
pertanyaan.
Kriteria pengujian dengan menggunakan Cronbach Alpha (α). Suatu
variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach Alpha >
0,70 (Nunnally, 1994) dalam (Ghozali, 2018:46).
3. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka
peneliti melakukan uji normalitas, uji multikolonieritas dan uji
heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan sebagai prasyarat
untuk melakukan analisis data. Uji normalitas dilakukan sebelum data
diolah berdasarkan model-model penelitian yang diajukan. Uji
normalitas data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data dalam satu
variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan
91
layak untuk membuktikan model-model penelitian tersebut adalah data
distribusi normal. Uji normalitas yang digunakan adalah uji
Kolmogrov-Smirnov (Sugiyono, 2013:257).
Data dikatakan normal, apabila nilai signifikan lebih besar 0,05
pada (P >0,05). Sebaliknya, apabila nilai signifikan lebih kecil dari 0,05
pada (P <0,05), maka data dikatakan tidak normal.
b. Uji Multikolonieritas
Pengujian multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah pada
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
di antara variabel independen (Ghozali, 2018:107). Deteksi ada atau
tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari
besarnya VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance. Regresi bebas
dari multikolonieritas jika nilai VIF <10 dan nilai tolerance >0,10
(Ghozali, 2018:107).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan
yang lain. jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas
(Ghozali, 2018:137).
92
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dengan
melakukan uji grafik plot, uji park, uji glejser, dan uji white
(Ghozali, 2018:137-138). Pengujian di dalam penelitian ini dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik plot yakni scatterplot.
Jika ada pola tertentu, maka diindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas. Tetapi jika tidak ada pola yang jelas serta titik-
titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka
tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2018:139).
4. Uji Hipotesis
Dalam upaya menjawab permasalahan dalam penelitian ini maka
dilakukan analisis regresi linier berganda (Multiple Linier Regression).
Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan
variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen
(variabel penjelas atau variabel bebas). Dengan tujuan untuk mengestimasi
atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai-nilai variabel dependen
berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Ghozali, 2018:98).
Untuk regresi yang variabel independennya terdiri atas dua atau
lebih, regresinya disebut juga regresi berganda. Oleh karena variabel
independen di atas mempunyai variabel yang lebih dari dua, maka regresi
dalam penelitian ini disebut regresi berganda.
Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh variabel independen atau bebas yaitu Self-
Efficacy (X1), Kompleksitas Tugas (X2), Tekanan Ketaatan (X3), Persepsi
93
Etis (X4), dan Independensi (X5) terhadap variabel dependen atau terikat
adalah Audit Judgment (Y).
Y1 = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Keterangan:
Y1= Audit Judgment
α = Konstanta
b = Koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun
penurunan variabel terikat (Y) yang didasarkan pada variabel bebas
(X)
X1 = Self-efficacy
X2 = Kompleksitas Tugas
X3 = Tekanan Ketaatan
X4 = Persepsi Etis
X5 = Independensi
e = Error term (tingkat kesalahan penduga dalam penelitian)
a. Uji Koefisien Determinasi (Uji Adjusted R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya digunakan untuk
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah
antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil menunjukkan kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen sangat terbatas. Jika nilai R2 mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi
94
yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen (Ghozali,
2018:97).
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik f)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
yang dimasukkan model mempunyai pengaruh secara bersama-
sama atau simultan terhadap variabel dependen. Uji f juga berguna
untuk mengetahui model yang digunakan layak (fit) untuk
memprediksi variabel dependen (Y).
Dasar pengambilan keputusan dalam pengujian ini adalah dengan
melihat nilai signifikansi yang didapat <0,05 (α = 5%) maka model
regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen
yang menandakan bahwa semua variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen atau
dengan kata lain hipotesis diterima (Ghozali, 2018:98).
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui hubungan masing-
masing variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat.
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel
bebas secara individual terhadap variabel terikat digunakan tingkat
signifikan sebesar 5% (0,05). Kriteria yang digunakan adalah
sebagai berikut:
95
1) Apabila nilai signifikansi t <0,05, maka Ho akan ditolak,
artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara semua
variabel independen terhadap variabel dependen.
2) Apabila nilai signifikansi t >0,05, maka Ho akan diterima,
artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara semua
variabel independen terhadap variabel dependen.
(Ghozali, 2018:66).
96
BAB IV
GAMBARAN UMUM DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada 22 (dua puluh dua) Kantor
Akuntan Publik (KAP) yang ada di wilayah DKI Jakarta dan Tangerang.
Penelitian ini menganalisis tentang pengaruh self-efficacy, kompleksitas
tugas, tekanan ketaatan, persepsi etis, dan independensi auditor terhadap
Audit Judgment yang berada di KAP wilayah DKI Jakarta dan
Tangerang. Dari 22 (dua puluh dua) kantor akuntan publik tersebut ada
beberapa KAP yang termasuk the big four, dan terdapat pula KAP
menengah ke bawah dan beberapa ada yang berafiliasi dengan KAP
asing dengan jumlah responden sebanyak 150 orang auditor.
Tabel 4.1
Nama-Nama Kantor Akuntan Publik
No Nama Kantor Akuntan Publik
1. Suganda Akna Suhri & Rekan
2. Rama Wendra Cabang Gading Serpong, Tangerang
3. Rama Wendra Cabang Mampang, Jakarta Selatan
4. Husni, Mucharam, Rasyidi dan Rekan
5. Abdul Hamid dan Rekan
6. Bharata, Arifin, Mumajad dan Sayuti
7. Grant Thorton Indonesia
8. Chatim, Atjeng, Sugeng dan Rekan
9. Erfan dan Rakhmawan
10. Razikun Tarkosunaryo
11. A. Kadir Rahman, Drs., Ak., M.M.
12. Irfan, Abdulrahman Hasan Salipu Dan Darmawan Bersambung ke halaman selanjutnya
97
Tabel 4.1 (lanjutan)
No Nama Kantor Akuntan Publik
13. Gatot Permadi, Azwir, Azwir dan Abimail
14. Chaeroni, Drs., dan Rekan
15. Moore Stephen Indonesia
16. S. Mannan, Ardiansyah dan Rekan
17. Hendri Manalu
18. Agus Ubaidillah dan Rekan
19. Deloitte Indonesia
20. Yanuar dan Riza
21. Bambang Sudaryono, Drs., dan Rekan
22. KPMG Sumber: Data Primer yang Diolah, 2019
Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner secara
langsung kepada responden dan menyebarkan secara online dengan
fasilitas google form untuk responden yang sulit dijangkau. Penyebaran di
mulai dari pertengahan Juli hingga awal Agustus 2019. Kuesioner
diberikan dan diterima kembali oleh peneliti dengan waktu yang sudah
ditentukan serta menyesuaikan dengan jadwal kerja KAP yang dituju.
2. Karakteristik Responden
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini,
kuesioner yang dibagikan berjumlah 100 eksemplar dan adapun melalui
media online dengan menggunakan fasilitas google form yang masuk
berjumlah 65 berdasarkan jumlah auditor dari 22 (dua puluh dua) KAP di
DKI Jakarta dan Tangerang. Gambaran karakteristik data kuesioner dapat
dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:
98
Tabel 4.2
Karakteristik Data Kuesioner
Identifikasi Sampel Jumlah Persentase
Total kuesioner yang
disebar
165 100%
Total kuesioner yang
tidak dikembalikan
15 9%
Total kuesioner yang
dikembalikan
150 91%
Total kuesioner yang
tidak diisi lengkap
0 0%
Total Kuesioner yang
dapat diolah
150 91%
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2019
Total kuesioner yang dikembalikan dan dapat diolah untuk data
sebanyak 150 kuesioner yaitu 91% dari total kuesioner yang disebar.
Untuk 9% dari total kuesioner yang tidak dikembalikan dikarenakan sudah
lewat dari batas waktu untuk dikumpulkan. Sedangkan deskriptif
responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3, sebagai
berikut:
Tabel 4.3
Deskriptif Responden
Deskriptif Keterangan Frekuensi Persentase
Jumlah Sampel 150 100%
Jenis Kelamin Pria 103 69%
Wanita 47 31%
Umur Responden < 25 tahun 74 49%
25– 35 tahun 66 44%
36– 50 tahun 7 5%
> 50 tahun 3 2%
Pendidikan Terakhir DIII 35 23%
DIV/ S1 115 77%
S2 0 0%
S3 0 0%
Pengalaman (Lamanya)
Bekerja
< 3 tahun 75 50%
3 – 6 tahun 64 43%
Bersambung kehalaman selanjutnya
99
Tabel 4.3 (lanjutan)
Deskriptif Keterangan Frekuensi Persentase
7 – 10 tahun 6 4%
> 10 tahun 5 3%
Rata-rata Jumlah Penugasan 1 – 5 tugas 82 55%
6 – 10 tugas 42 28%
11 – 15 tugas 16 11%
> 15 tugas 10 6%
Jabatan di KAP Junior Auditor 77 51%
Senior Auditor 73 49% Sumber: Data Primer yang Diolah, 2019
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui responden yang
terjaring dalam sampel penelitian ini adalah responden yang berjenis
kelamin laki-laki berjumlah 103 orang (69%) dan wanita berjumlah 47
orang (31%). Menunjukkan bahwa responden yang mendominasi dalam
penelitian ini berjenis kelamin laki-laki.
Pada tabel 4.3, untuk responden yang berdasarkan umur didapatkan
bahwa responden yang berumur kurang dari 25 tahun berjumlah 74 orang
(49%), untuk responden yang berumur 25–35 tahun berjumlah 66 orang
(44%), untuk responden yang berumur 35–50 tahun berjumlah 7 orang
(5%), dan untuk responden berumur lebih dari 50 tahun berjumlah 3 orang
(2%). Menunjukkan bahwa responden yang mendominasi dalam penelitian
ini adalah mereka yang berumur kurang dari 25 tahun.
Pada tabel 4.3, untuk responden yang diklasifikasikan berdasarkan
pendidikan terakhir yang ditempuh, bahwa responden yang lulusan DIII
berjumlah 35 orang (23%), dan responden yang lulusan DIV atau Strata
Satu (S1) berjumlah 115 orang (77%), sedangkan yang lulusan S2 dan S3
100
berjumlah 0 orang. Menunjukkan bahwa responden yang mendominasi
dalam penelitian ini adalah mereka yang berpendidikan Strata Satu (S1).
Pada tabel 4.3, untuk responden yang berdasarkan pengalaman
(lamanya) bekerja kurang dari 3 tahun berjumlah 75 orang (50%), untuk
responden yang lama bekerja 3 sampai 6 tahun berjumlah 64 orang (43%),
untuk respoden yang lama bekerja 7 sampai 10 tahun berjumlah 6 orang
(4%), untuk responden yang lama bekerja lebih dari 10 tahun berjumlah 5
orang (3%). Menunjukkan bahwa responden yang mendominasi dalam
penelitian ini adalah mereka yang memiliki pengalaman bekerja kurang
dari 3 tahun.
Pada tabel 4.3, untuk responden dengan rata-rata jumlah penugasan
audit dalam satu tahun 1 sampai 5 tugas per tahun berjumlah 82 orang
(55%), 6 sampai 10 tugas per tahun berjumlah 42 orang (28%), 11 sampai
15 tugas per tahun berjumlah 16 orang (11%), dan lebih dari 15 tugas per
tahun berjumlah 10 orang (6%). Menunjukkan bahwa responden yang
mendominasi dalam penelitian ini adalah mereka yang memiliki rata-rata
jumlah penugasan 1 sampai 5 tugas pertahun.
Pada tabel 4.3, untuk responden berdasarkan jabatan atau posisi di
KAP mendapatkan hasil bahwa untuk responden yang berada pada posisi
sebagai Junior Auditor 77 orang (51%), untuk responden yang berada pada
posisi Senior Auditor berjumlah 73 orang (49%). Menunjukkan bahwa
responden yang mendominasi dalam penelitian ini adalah mereka yang
101
bekerja sebagai Junior Audit di Kantor Akuntan Publik (KAP) tempat
mereka bekerja.
B. Hasil Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Penelitian statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif
suatu data yang dapat dilihat dari maksimum, minimum, nilai rata-rata
(mean) dan standar deviasi (Ghozali, 2018:19). Pada instrumen penelitian
ini akan menggambarkan nilai dari hasil pengujian statistik deskriptif
antara variabel self-efficacy, kompleksitas tugas, tekanan ketaatan, persepsi
etis dan independensi terhadap audit judgment. Hasil pengujian tersebut
dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.4
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistic N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
SE
KT
TK
PE
IND
AJ
150
150
150
150
150
150
30
20
8
24
42
15
70
50
40
40
75
30
56.93
35.76
23.76
32.89
59.91
22.58
6.669
5.395
6.982
4.805
7.882
3.826 Sumber: Data Primer yang Diolah, 2019
Berdasarkan tabel di atas menjelaskan bahwa jumlah responden (N)
yang valid dan dapat diproses lebih lanjut sebanyak 150 responden. Nilai
minimum menunjukkan hasil akumulasi paling rendah dari masing-masing
jawaban responden pada tiap variabel, sedangkan nilai maksimum
menunjukkan nilai akumulasi tertingginya. Mean (nilai rata-rata)
menunjukkan nilai rata-rata keseluruhan jawaban pada setiap elemen
102
variabel dan standar deviasi pada penelitian ini digunakan untuk menilai
tingkat dispersi atau persebaran rata-rata atas jawaban dari seluruh
responden.
Dalam tabel di atas menunjukkan bahwa pada variabel self-efficacy
minimum jawaban responden sebesar 30 dan nilai maksimum sebesar 70
dengan rata-rata jawaban sebesar 56,93 dan standar deviasi sebesar 6,669.
Pada variabel kompleksitas tugas menunjukkan minimum jawaban
responden sebesar 20 dan nilai maksimum sebesar 50 dengan nilai rata-
rata jawaban sebesar 35,76 dan standar deviasi sebesar 5,395. Pada
variabel tekanan ketaatan minimum jawaban responden sebesar 8 dan
jawaban maksimum sebesar 50 dengan rata-rata jawaban sebesar 23,76
dan standar deviasi sebesar 6,982. Pada variabel persepsi etis minimum
jawaban responden sebesar 24 dan jawaban maksimum sebesar 40 dengan
rata-rata jawaban sebesar 32,89 dan standar deviasi jawaban sebesar 4,805.
Pada variabel independensi minimum jawaban responden sebesar 42 dan
maksimum jawaban sebesar 75 dengan rata-rata jawaban sebesar 59,91
dan standar deviasi jawaban sebesar 7,882. Sedangkan pada variabel audit
judgment jawaban minimum sebesar 15 dan maksimum jawaban sebesar
30 dengan rata-rata jawaban sebesar 22,58 dan standar deviasi sebesar
3,826.
103
2. Hasil Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan dalam
kuesioner tersebut mampu mengungkapkan suatu yang diukur pada
kuesioner tersebut.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson
Correlation. Pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat
signifikansinya di bawah 0,05, maka butir pertanyaan tersebut dapat
dikatakan valid.
Tabel 4.5
Hasil Uji Validitas Variabel Self-Efficacy
Nomor Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig
(2-Tailed)
Keterangan
SE_1 0,814 0,000 VALID
SE_2 0,711 0,000 VALID
SE_3 0,717 0,000 VALID
SE_4 0,639 0,000 VALID
SE_5 0,726 0,000 VALID
SE_6 0,704 0,000 VALID
SE_7 0,628 0,000 VALID
SE_8 0,632 0,000 VALID
SE_9 0,555 0,000 VALID
SE_10 0,695 0,000 VALID
SE_11 0,705 0,000 VALID
SE_12 0,766 0,000 VALID
SE_13 0,798 0,000 VALID
SE_14 0,600 0,000 VALID
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2019
Tabel 4.5 menunjukkan hasil validitas variabel self-efficacy
mempunyai kriteria valid untuk semua butir pertanyaan dengan nilai sig
<0,05.
104
Tabel 4.6
Hasil Uji Validitas Variabel Kompleksitas Tugas
Nomor Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig
(2-Tailed)
Keterangan
KT_1 0,511 0,000 VALID
KT_2 0,587 0,000 VALID
KT_3 0,659 0,000 VALID
KT_4 0,528 0,000 VALID
KT_5 0,593 0,000 VALID
KT_6 0,625 0,000 VALID
KT_7 0,621 0,000 VALID
KT_8 0,670 0,000 VALID
KT_9 0,689 0,000 VALID
KT_10 0,582 0,000 VALID Sumber: Data Primer yang Diolah, 2019
Tabel 4.6 menunjukkan hasil uji validitas kompleksitas tugas
mempunyai kriteria valid untuk semua butir petanyaan dengan nilai sig
<0,05.
Tabel 4.7
Hasil Uji Validitas Variabel Tekanan Ketaatan
Nomor Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig
(2-Tailed)
Keterangan
TK_1 0,653 0,000 VALID
TK_2 0,841 0,000 VALID
TK_3 0,854 0,000 VALID
TK_4 0,785 0,000 VALID
TK_5 0,805 0,000 VALID
TK_6 0,834 0,000 VALID
TK_7 0,430 0,000 VALID
TK_8 0,617 0,000 VALID Sumber: Data Primer yang Diolah, 2019
Tabel 4.7 menunjukkan hasil uji validitas tekanan ketaatan
mempunyai kriteria valid untuk semua butir pertanyaan dengan nalai
sig <0,05.
105
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Etis
Nomor Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig
(2-Tailed)
Keterangan
PE_1 0,829 0,000 VALID
PE_2 0,821 0,000 VALID
PE_3 0,843 0,000 VALID
PE_4 0,835 0,000 VALID
PE_5 0,892 0,000 VALID
PE_6 0,837 0,000 VALID
PE_7 0,890 0,000 VALID
PE_8 0,871 0,000 VALID
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2019
Pada tabel 4.8 menunjukkan hasil uji validitas persepsi etis
mempunyai kriteria valid untuk semua butir pertanyaan dengan nilai sig
<0,05.
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Variabel Independensi
Nomor Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig
(2-Tailed)
Keterangan
IND_1 0,743 0,000 VALID
IND_2 0,734 0,000 VALID
IND_3 0,711 0,000 VALID
IND_4 0,659 0,000 VALID
IND_5 0,719 0,000 VALID
IND_6 0,729 0,000 VALID
IND_7 0,751 0,000 VALID
IND_8 0,701 0,000 VALID
IND_9 0,730 0,000 VALID
IND_10 0,742 0,000 VALID
IND_11 0,567 0,000 VALID
IND_12 0,484 0,000 VALID
IND_13 0,699 0,000 VALID
IND_14 0,580 0,000 VALID
IND_15 0,652 0,000 VALID
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2019
106
Pada tabel 4.9 menunjukkan hasil uji validitas independensi
mempunyai kriteria valid untuk semua butir pertanyaan dengan nilai sig
<0,05.
Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas Variabel Audit Judgment
Nomor Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig
(2-Tailed)
Keterangan
AJ_1 0,569 0,000 VALID
AJ_2 0,689 0,000 VALID
AJ_3 0,761 0,000 VALID
AJ_4 0,705 0,000 VALID
AJ_5 0,723 0,000 VALID
AJ_6 0,740 0,000 VALID
Sumber: Data yang Diolah, 2019
Tabel 4.10 menunjukkan hasil uji validitas variabel audit
judgment mempunyai kriteria valid untuk semua butir pertanyaan
dengan nilai sig <0,05.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menilai konsistensi dari
instrumen penelitian, instrumen dikatakan reliabel jika nilai cronbach
alpha di atas 0,7 (Nunnally, 1994; Ghozali, 2018).
Tabel 4.11
Hasil Uji Reliablitas
Variabel Cronbach Alpha Status
Self-Efficacy (X1) 0,735 Reliabel
Kompleksitas Tugas (X2) 0,740 Reliabel
Tekanan Ketaatan (X3) 0,838 Reliabel
Persepsi Etis (X4) 0,771 Reliabel
Independensi (X5) 0,736 Reliabel
Audit Judgment (Y) 0,780 Reliabel Sumber: Data Primer yang Diolah, 2019
107
Dari tabel 4.10 memperlihatkan cronbach alpha seluruh item
pertanyaan adalah lebih dari 0,7 yang berarti semua pertanyaan yang
berhubungan dengan self-efficacy, kompleksitas tugas, tekanan
ketaatan, persepsi etis, dan independensi dinyatakan konsisten atau
reliabel.
3. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji-
parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Dalam uji Kolmogorov-
Smirnov (K-S) jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka data
berdistribusi normal, namun jika probabilitas lebih kecil dari 0,05,
maka data berdistribusi tidak normal.
Tabel 4.12
Hasil Uji Normalitas
Unstandardized
Residual
N
Normal ParametersXX
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences Absolute
Positive
Negative
Test Statistic
Asymp. Sig. (2-tailed)
150
.0000000
3.12155947
0,70
0,70
-0.61
0.70
0.71 Sumber: Data Primer yang Diolah, 2019
Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan metode
Kolmogrov-Smirnov diketahui hasil signifikansi dari uji normalitas
sebesar 0,71 di mana hasil tersebut lebih besar dari taraf siginifikansi
108
0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa uji tes normalitas pada
penelitian ini adalah terdistribusi normal.
b. Hasil Uji Multikolinieritas
Pengujian multikolinieritas ini bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Multikolinieritas dapat dilihat dengan menganalisis
matrik korelasi variabel-variabel independen. Hasil pengujian
multikolinieritas adalah sebagai berikut:
Tabel 4.13
Hasil Uji Multikolinieritas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
SE
KT
TK
PE
IND
.425
.424
.571
.411
.362
2.352
2.358
1.753
2.434
2.759 a. Dependent Variabel: AJ
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2019
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa masing-masing variabel
mempunyai nilai tolerance mendekati angka 1 dan nilai variance
inflation factor (VIF) disekitar angka 1. Dapat dikatakan self-efficacy
mempunyai nilai tolerance 0,425 dan nilai VIF 2,352, kompleksitas
tugas mempunyai nilai tolerance 0,424 dan nilai VIF 2,358, tekanan
ketaatan memiliki nilai tolerance 0,571 dan nilai VIF 1,753, persepsi
etis memiliki nilai tolerance 0,411 dan nilai VIF 2,434, dan yang
terakhir independensi memiliki nilai tolerance 0,362 dan nilai VIF
2,759. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi
109
tidak terdapat problem multikolinieritas karena nilai tolerance di atas
0,10 dan nilai VIF (variance inflation factor) di bawah 10.
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual atau
pengamatan yang lain. Heterokedastisitas menunjukkan bahwa variasi
variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Pada heteroskedastisitas
kesalahan yang terjadi tidak secara acak tetapi menunjukkan hubungan
yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel.
Berdasarkan hasil pengolahan data, maka hasil Scatterplot dapat
dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2019
Dalam gambar scatterplot di atas, menunjukkan tidak adanya
heteroskedastisitas karena titik-titik menyebar secara acak di atas dan
di bawah angka nol pada sumbu Y sehingga tidak membentuk suatu
110
pola tertentu. Dengan demikian model regresi layak digunakan
sebagai penelitian (Ghozali, 2018:139)
4. Hasil Uji Hipotesis
a. Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk menentukan seberapa
besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen, maka
perlu diketahui nilai koefisien determinasi (Adjusted R-Square).
Adapun hasil uji determinasi Adjusted R2.
Tabel 4.14
Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .578 .334 .311 3.175
a. Predictors: (Constant), IND, PE, TK, KT, SE
b. Dependent Variable: AJ Sumber: Data Primer yang Diolah, 2019
Hasil pengujian pada tabel 4.14 menunjukkan besarnya koefisien
korelasi berganda (R), koefisien determinasi (R Square), dan koefisien
determinasi yang disesuaikan (Adjusted R Square). Berdasarkan tabel
model summaryb di atas diperoleh bahwa nilai koefisien korelasi
berganda (R) sebesar 0,578. Ini menunjukkan bahwa variabel self-
efficacy, kompleksitas tugas, tekanan ketaatan, persepsi etis, dan
independensi mempunyai hubungan yang kuat. Hasil pada tabel di atas
juga menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R Square)
sebesar 0,334 dan nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan
(Adjusted R Square) sebesar 0,311. Hal ini berarti 31,1% dari audit
111
judgment bisa dijelaskan oleh variabel independen (self-efficacy,
kompleksitas tugas, tekanan ketatan, persepsi etis, dan independensi).
Sedangkan sisanya (100%-31,1% = 68,9%), dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak ada di dalam penelitian ini seperti tekanan anggaran
waktu, pengetahuan auditor, kompetensi auditor, keahlian auditor, dan
pengalaman auditor.
b. Hasil Uji Statistik f
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah model yang
digunakan sudah signifikan. Apabila nilai signifikansi <0,05, maka
dapat dinyatakan model yang digunakan sudah signifikan. Di bawah
ini merupakan hasil dari uji statistik F untuk penelitian ini disajikan
sebagai berikut:
Tabel 4.15
Hasil Uji Statistik F
ANOVAa
Model Sum Of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
1 Regression
Residual
Total
728.664
1451.876
2180.540
5
144
149
145.733
10.082
14.454 .000b
a. Dependent Variable: AJ
b. Predictors: (Constant) IND, PE, TK, KT, SE
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2019
Dalam tabel Anova di atas diperoleh hasil nilai Fhitung sebesar
14.454 dengan tingkat signifikansi 0,000, karena nilai probabilitas
(0,000) jauh lebih kecil 0,05 maka model regresi ini dapat dipakai
untuk memprediksi pengaruh self-efficacy, kompleksitas tugas, tekanan
112
ketaatan, persepsi etis, independensi auditor secara simultan (bersama-
sama) berpengaruh terhadap audit judgment.
c. Hasil Uji Secara Parsial (Uji t)
Uji statistik t berguna untuk menguji pengaruh dari masing-
masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen.
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel
independen secara parsial terhadap variabel dependen dapat dilihat
pada tingkat signifikansi 0,05. Hasil uji statistik t dapat dilihat pada
tabel 4. , jika nilai signifikan <0,05 maka Ha diterima, sedangkan jika
nilai signifikan >0,05 maka Ha ditolak (Ghozali, 2018:66).
Tabel 4.16
Hasil Uji Secara Parsial (Uji t)
Coefficientsb
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Beta
t Sig
B Std.
Error
1 (Constant)
SE
KT
TK
PE
IND
3.365
.063
.235
.017
.090
.065
2.404
.060
.074
.049
.084
.055
.109
.331
.032
.113
.134
1.400
1.048
3.172
.353
1.062
1.183
.164
.297
.002
.725
.290
.239 a. Dependent Variable: AJ
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2019
Berdasarkan hasil pengujian tabel 4.16 di atas, angka signifikansi
yang menunjukkan nilai <0,05 yaitu, variabel kompleksitas tugas. Hal
ini menunjukkan secara parsial variabel tersebut memiliki pengaruh
terhadap variabel dependen. Sedangkan untuk variabel self-efficacy,
tekanan ketaatan, persepsi etis, dan independensi menunjukkan angka
113
signifikansi >0,05 sehingga variabel-variabel tersebut secara parsial
tidak mempengaruhi variabel dependen maka dapat diperoleh
persamaan model sebagai berikut:
Y1 = 3.365 + 0,063X1 + 0,235X2 + 0,017X3 + 0,090X4+ 0,065X5 + e
Keterangan:
Y1 = Audit Judgment
X1 = Self-Efficacy
X2 = Kompleksitas Tugas
X3 = Tekanan Ketaatan
X4 = Persepsi Etis
X5 = Independensi
e = Error Term (tingkat kesalahan pendugaan dalam
penelitian)
1) Pengaruh Self-Efficacy Auditor terhadap Audit Judgment
Hasil uji hipotesis pada tabel 4.16 menunjukkan bahwa tingkat
signifikansi pada variabel self-efficacy sebesar 0,297. Hal ini berarti
penelitian ini tidak mendukung hipotesis pertama (H1), karena
tingkat signifikansi yang dimiliki oleh variabel self-efficacy >0,05.
2) Pengaruh Kompleksitas Tugas Auditor terhadap Audit
Judgment
Hasil uji hipotesis pada tabel 4.16 menunjukkan bahwa tingkat
signifikansi pada variabel kompleksitas tugas sebesar 0,002. Hal ini
berarti penelitian mendukung hipotesis kedua (H2), karena tingkat
signifikansi yang dimiliki oleh variabel kompleksitas tugas <0,05.
114
3) Pengaruh Tekanan Ketaatan Auditor terhadap Audit Judgment
Hasil uji hipotesis pada tabel 4.16 menunjukkan bahwa tingkat
signifikansi pada variabel tekanan ketaatan sebesar 0,725. Hal ini
berarti penelitian tidak mendukung hipotesis ketiga (H3), karena
tingkat signifikansi yang dimiliki oleh variabel tekanan ketaatan
>0,05.
4) Pengaruh Persepsi Etis Auditor terhadap Audit Judgment
Hasil uji hipotesis pada tabel 4.16 menunjukkan bahwa tingkat
signifikansi pada variabel persepsi etis sebesar 0,290. Hal ini
berarti penelitian ini tidak mendukung hipotesis keempat (H4),
karena tingkat signifikansi yang dimiliki oleh variabel persepsi etis
>0,05.
5) Pengaruh Independensi Auditor terhadap Audit Judgment
Hasil uji hipotesis pada tabel 4.16 menunjukkan bahwa tingkat
signifikansi pada variabel independensi sebesar 0,239. Hal ini
berarti penelitian ini tidak mendukung hipotesis kelima (H5),
karena tingkat signifikansi yang dimiliki oleh variabel
independensi >0,05.
115
C. Pembahasan
1. Pengaruh Self-Efficacy Terhadap Audit Judgment
Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan metode regresi
berganda pada tabel 4.16 menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh
self-efficacy terhadap audit judgment. Hasil uji statistik t dari metode
tersebut menunjukkan bahwa self-efficacy memiliki tingkat signifikan
sebesar 0,297 atau bisa dikatakan nilainya lebih besar dari 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis pertama (H1) tidak didukung. Dapat
diartikan pula dalam penelitian ini self-efficacy secara parsial tidak dapat
mempengaruhi judgment seorang auditor senior maupun manajemen audit
yang menjadi responden di dalam penelitian ini.
Berdasarkan hasil tersebut, menunjukkan bahwa hasil dalam
penelitian ini bisa dikatakan bertolak belakang dengan teori yang ada.
Pada teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang diperkenalkan oleh
Bandura (1986) yang merumuskan bahwa terdapat mekanisme-mekanisme
kognitif untuk mengatur dirinya sendiri terkait upaya yang ada pada diri
individu untuk mencapai tingkatan kinerja yang mereka yakini, terkhusus
self-efficacy yakni kemampuan diri atau keyakinan seseorang apakah dia
bisa melakukan tindakan yang diperlakukan untuk mencapai tingkatan
kinerja pada tugas tertentu atau tidak. Sehingga ketika seorang auditor itu
memiliki keyakinan untuk mampu mengerjakan tugas yang sulitpun ketika
tertanam di dalam dirinya sebuah keyakinan bahwa ia mampu
mengerjakannya karena atas dasar untuk pencapaian tujuan yang akan
116
diraih. Auditor yang memiliki self-efficacy yang tinggi pada dirinya akan
berpengaruh terhadap judgment yang dihasilkan karena terdapat keyakinan
di dalam dirinya bahwa ia mampu menghasilkan judgment yang
berkualitas.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Nadhiro (2010)
dan Tatiwakeng (2013) yang menyatakan bahwa self-efficacy tidak
berpengaruh terhadap audit judgment hal ini mungkin terjadi karena
peneliti ini hanya melihat dari aspek keyakinan dalam diri auditor saja,
sedangkan peneliti mengembangkan indikator yang ditambah dari
penelitian Hasnidar (2018) yang lebih melihat dari aspek keyakinan diri
dan pemahaman tugas audit oleh auditor. Sedangkan hasil ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasnidar (2018) yang menyatakan
bahwa terdapat pengaruh antara self-efficacy dengan audit judgment,
dikarenakan respondennya adalah auditor BPK RI Perwakilan Sulawesi
Tenggara yang memang usia auditor yang mendominasi adalah 36-45
tahun dan lamanya bekerja lebih dari 10 tahun sebagai auditor itu
sebabnya hipotesis yang diajukan diterima. Sama halnya dengan peneliti
lain seperti Sanusi et al., (2018) dan Suwandi (2015) yang membuktikan
terdapat pengaruh antara self-efficacy dengan audit judgment.
Berdasarkan hasil penelitian ini, di dukung pula oleh penelitian
Monica (2018) yang menyatakan bahwa hubungan yang tidak signifikan
antara self-efficacy dengan audit judgment dikarenakan seorang auditor
tidak memiliki keyakinan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan yang sulit,
117
kurang kemampuan untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan
dan auditor kurang yakin untuk dapat bekerja secara efektif dalam
pemberian judgment yang optimal.
Jika dilihat dari karakteristik responden pada tabel 4.3 dari aspek
umur, kelompok umur auditor yang mendominasi adalah usia <25 tahun
sebanyak 74 orang atau sebesar 49%. Pada jenjang pendidikan yang
mendominasi adalah strata satu (S1) sebanyak 115 orang sebesar 77%.
Sedangkan dari segi pengalaman responden yang bekerja sebagai auditor
yang lebih mendominasi <3 tahun sebanyak 75 orang atau 50% atau bisa
dikatakan lebih dominan junior auditor yang menjadi sampel dalam
penelitian ini. Berdasarkan karakteristik responden tersebut, maka hal ini
bisa menjadikan faktor yang membuat hipotesis yang diajukan ditolak,
dikarenakan kurangnya pengalaman akan tugas audit dan sifat keraguan
atas kemampuan yang mereka miliki dalam melakukan tugas-tugas yang
sulit, sehingga auditor lebih memilih untuk menghindari pekerjaan yang
sulit tersebut dan menyerahkan tugasnya ke senior auditor yang lebih
mengerti, serta rendahnya motivasi dalam pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
2. Pengaruh Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment
Hasil pengujian hipotesis menggunakan regresi berganda, pada tabel
4.16 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara kompleksitas tugas
terhadap audit judgment. Hasil uji statistik t dari metode tersebut
menunjukkan bahwa kompleksitas tugas memiliki tingkat signifikan
118
sebesar 0,002 yang nilainya lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa hipotesis kedua (H2) didukung.
Dikatakan dalam teori kognitif sosial bahwa self-efficacy adalah
kepercayaan diri seseorang bahwa ia mampu menjalankan tugas pada
tingkatan tertentu yang mempengaruhi aktivitas pribadi seseorang dalam
pencapaian tujuan (Bandura, 1993) dalam. Tugas audit disini dapat
dimaknai dengan seberapa kompleksnya suatu tugas yang auditor hadapi
maka kualitas kinerja auditor itu pula akan meningkat pula (Libby, 1993).
Jika dilihat karakteristik responden yang memiliki rata-rata
penugasan dalam audit sebanyak 1-5 tugas per tahun sebanyak 82 orang
atau sebesar 55% dan sisanya 45% menghadapi tugas lebih dari 5 tugas
yang diemban. Berdasarkan dari karakteristik responden tersebut, maka hal
ini bisa saja menjadi faktor yang membuat hipotesis ini diterima. Dimana
hal ini berarti auditor telah mampu mengoptimalkan diri mereka untuk
dapat bekerja dengan baik disertai kejelasan tugas (job description) serta
alat bantu yang ada ketika masa penugasan audit berlangsung.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Yustrianthe (2012), Komalasari dan Hernawati (2015), Putra dan Rani
(2016), yang menunjukkan terdapat pengaruh signifikan antara
kompleksitas tugas dengan audit judgment. Hal ini dikarenakan terdapat
dua komponen yang terdapat di kompleksitas tugas yaitu kesulitan tugas
dan struktur tugas. Tugas yang lebih kompleks akan menuntut auditor
untuk mengembangkan dan meningkatkan kompetensinya. Apabila
119
terdapat tantangan di setiap tugas yang dihadapi auditor, itu semua akan
membentuk sikap kehati-hatian dan mempelajari situasi yang dihadapinya.
Hal inilah yang membuat auditor akan memberikan judgment yang
berkualitas.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Jamilah et al., (2007), dan Handani et al., (2014) yang
menyatakan bahwa kompleksitas tugas tidak berpengaruh terhadap audit
judgment hal ini dikarenakan ketika auditor profesional dihadapkan
dengan tugas yang kompleks mereka bisa memberikan judgment yang
handal dan berkualitas dan mengetahui tantangan yang akan dihadapi
ketika tugas audit yang kompleks itu dilaksanakan.
3. Pengaruh Tekanan Ketaatan Terhadap Audit Judgment
Hasil pengujian hipotesis menggunakan regresi berganda, pada tabel
4.17 menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara variabel tekanan
ketaatan terhadap audit judgment, hasil uji statistik t dari metode tersebut
menunjukkan bahwa tekanan ketaatan memiliki tingkat signifikan sebesar
0,725, yang nilainya lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
hipotesis ketiga (H3) tidak didukung.
Hasil pengujian yang menunjukkan tidak terdapat pengaruh antara
tekanan ketaatan dengan audit judgment secara empiris dibuktikan.
Meskipun diperoleh arah tekanan ketaatan ini positif. Hal ini dapat
dinyatakan bahwa tekanan ketaatan dapat meningkat apabila responden
dalam hal ini auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) di
120
DKI Jakarta dan Tangerang tidak memenuhi keinginan klien untuk
menyimpang dari standar profesional jika tidak ingin bermasalah dengan
klien (auditee), berarti auditor akan menaati keinginan auditee walaupun
bertentangan dengan standar profesional yang telah ditetapkan IAPI. Tidak
berhenti pada tekanan dari auditee saja, terdapat pula tekanan dari atasan
auditor itu sendiri yang memberikan tekanan berupa pekerjaan yang
sesegera mungkin diselesaikan, karena terdapat keterbatasan waktu untuk
pelaporan audit itu dikeluarkan. Hal inilah yang menjadikan dilema di
dalam diri auditor itu sendiri terkait tekanan yang ia terima ketika masa
penugasan berlangsung (Pangesti dan Setyowati, 2018).
Dilihat dari karakteristik responden pada tabel 4.3 dari aspek
kelompok umur yang mendominasi adalah <25 tahun sebanyak 74 orang
atau sebesar 49%. Untuk pengalaman yang mendominasi adalah mereka
yang memiliki pengalaman <3 tahun sebanyak 75 orang atau sebesar 50%.
Dan rata-rata penugasan masih berkisar 1–5 tugas sebanyak 82 orang atau
sebesar 55%, atau bisa dikatakan bahwa responden yang mendominasi
dalam penelitian ini adalah junior auditor yang mana belum memiliki
tingkat tekanan yang tinggi ketika masa penugasan audit berlangsung.
Berdasarkan dari karakteristik responden tersebut, maka hal ini yang
menjadikan bahwa hipotesis yang diajukan ditolak.
Bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasnidar
(2018) yang menyatakan bahwa berpengaruhnya tekanan ketaatan apabila
dikaitkan dengan teori perilaku yang direncanakan (TPB) dapat
121
menghasilkan perubahan dalam tindakan atau persepsi, dengan efek bahwa
perubahan dalam tindakan sebenarnya tidak lagi memungkinkan prediksi
yang akurat dari perilaku individu itu sendiri, yang menunjukkan pula
adanya tekanan baik dari auditee ataupun atasan secara eksternal bisa
mempengaruhi perilaku ataupun tindakan auditor untuk menghasilkan
suatu judgment.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Daljono (2012) dan Anderasari (2017) yang menyatakan bahwa tekanan
ketaatan tidak berpengaruh terhadap audit judgment, dikarenakan
banyaknya tekanan yang dihadapi auditor ketika masa penugasan audit
berlangsung, tidak mempengaruhi pengambilan judgment (keputusan).
Semakin tinggi tekanan yang menerpa auditor, maka tidak akan
mempengaruhi ketepatan judgment yang dibuat dikarenakan auditor
berusaha untuk memenuhi tanggung jawab profesionalnya meskipun disisi
lain dituntut untuk mematuhi perintah dari entitas yang diperiksa maupun
atasannya.
Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Laksito
(2013), Handani et al., (2014), Nuarsih dan Mertha (2017) yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara tekanan ketaatan
dengan audit judgment. Hal ini disebabkan karena adanya tekanan yang
diterima auditor dari atasan maupun klien yang bertentangan dengan
standar akuntansi akan menyebabkan penilaian audit yang tidak
independen dan auditor dapat melakukan pekerjaan dengan pertimbangan
122
dalam penyelesaian tugas yang kurang baik. Tekanan ini pula akan
menjadi pemicu dan motivator bagi auditor untuk melakukan audit yang
kurang mengandalkan pada materialitas audit dan dapat berpotensi
melakukan penyimpangan ketika proses audit itu berlangsung.
4. Pengaruh Persepsi Etis Terhadap Audit Judgment
Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan metode regresi
berganda, pada tabel 4.16 menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh
antara persepsi etis terhadap audit judgment. Hasil uji statistik t dari
metode tersebut menunjukkan bahwa persepsi etis memiliki tingkat
signifikan sebesar 0,290 yang nilainya lebih besar dari 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis keempat (H4) tidak didukung.
Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Amrizal
(2014) dan Operasianti et al., (2015) yang menyatakan terdapat pengaruh
antara persepsi etis dengan audit judgment. Hasil penelitian ini didukung
oleh penelitian Mu’alifah (2018) yang menunjukkan bahwa persepsi etis
tidak mempengaruhi judgment auditor, dikarenakan auditor tidak
sepenuhnya melaksanakan jasa yang relevan dan tidak ada kepercayaan
diri yang dibangun dalam sikap jujur, berani, bijaksana dan tanggung
jawab guna memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang handal.
Etika yang harus dimiliki oleh auditor dalam melakukan audit judgment
juga sangat diperlukan, melihat situasi konflik yang dapat terjadi ketika
seorang akuntan publik harus membuat profesional judgment dengan
mempertimbangkan sudut pandang moral.
123
Dilihat dari karakteristik responden dari aspek umur, kelompok usia
yang mendominasi adalah <25 tahun sebanyak 74 orang atau 49%. Pada
jenjang pendidikan yang mendominasi adalah strata satu (S1) sebanyak
115 orang atau sekitar 77%. Sedangkan pengalaman responden yang
bekerja sebagai auditor yang mendominasi berusia <3 tahun sebesar 75
orang atau 50%, atau bisa dikatakan bahwa responden yang mendominasi
dalam penelitian ini adalah junior auditor yang mana masih belum terjadi
dilema etis atau konflik kepentingan pada level tinggi, yakni ketika auditor
harus memikirkan untuk tidak condong ke satu pihak sedangkan
kepentingan publik (umum) harus juga diperhatikan ketika masa
penugasan audit berlangsung. Hal inilah yang menyebabkan hipotesis
ditolak.
Armanda dan Ubaidilah (2014) menyatakan bahwa etika dalam
pandangan kegiatan profesi tidak berpengaruh terhadap audit judgment
dikarenakan tinggi rendahnya etika yang dimiliki auditor tidak akan
mempengaruhi auditor dalam pembuatan audit judgment. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa dengan berpegang teguh pada etika serta
memahaminya, auditor tidak akan melanggar kode etik yang sudah
ditetapkan dan agar mampu menghadapi tekanan yang dapat muncul dari
dirinya atau pihak luar.
5. Pengaruh Independensi Terhadap Audit Judgment
Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan metode regresi
berganda pada tabel 4.16 menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh
124
antara independensi terhadap audit judgment. Hasil uji statistik t dari
metode tersebut menunjukkan bahwa independensi memiliki tingkat
signifikan sebesar 0,239 yang nilainya lebih besar dari 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis kelima (H5) tidak didukung.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Drupadi dan Sudana (2015), Alamri et al., (2017) Hasnidar (2018)
yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara independensi yang
dimiliki auditor dengan audit judgment. Hasil penelitian oleh Hasnidar
(2018), responden yang mendominasi dalam penelitiannya adalah senior
audit yang bekerja sudah >10 tahun di BPK RI Provinsi Sulawesi
Tenggara, mereka yang sudah berpengalaman dalam audit dan tentu
menjaga sikap independensi yang dimiliki.
Dilihat dari karakteristik responden dari aspek umur, kelompok umur
<25 tahun mendominasi sebanyak 74 orang atau sebesar 49%. Pada
jenjang pendidikan lebih mendominasi jenjang strata satu sebanyak 115
orang atau sebesar 77%. Sedangkan untuk pengalaman bekerja sebagai
auditor yang mendominasi ialah ia yang memiliki pengalaman <3 tahun
sebanyak 75 orang atau 50%, atau bisa dikatakan bahwa responden yang
mendominasi dalam penelitian ini adalah junior auditor yang mana belum
memiliki tingkat independensi yang tinggi ketika masa penugasan audit
berlangsung. Berdasarkan dari karakteristik responden tersebut, maka hal
ini bisa saja menjadi faktor yang membuat hipotesis yang diajukan ditolak.
125
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Yuliani (2012) yang menyatakan tidak ada pengaruh antara independensi
auditor dengan audit judgment, hal ini bisa disebabkan penelitian
dilakukan pada akuntan publik di Kantor Akuntan Publik (KAP) memiliki
masa dalam pelaksanaan audit, sehingga memungkinkan tingkat
independensi mengalami penurunan untuk menjaga nama baik dan untuk
tetap digunakan sebagai pemeriksa dalam suatu perusahaan.
6. Pengaruh Self-Efficacy, Kompleksitas Tugas, Tekanan Ketaatan,
Persepsi Etis, dan Independensi Auditor Secara Simultan
Berpengaruh Terhadap Audit Judgment
Hasil pengujian hipotesis menggunakan regresi berganda dengan
melihat hasil uji statistik f, dari metode tersebut menunjukkan bahwa nilai
pada kolom Sig. sebesar 0,000 yang nilainya lebih kecil dari 0,05 (5%).
Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis keenam (H6) didukung. Hal
tersebut menunjukkan bahwa self-efficacy, kompleksitas tugas, tekanan
ketaatan, persepsi etis, dan independensi auditor secara simultan
berpengaruh terhadap audit judgment.
Dalam penelitian ini faktor non teknis yakni yang terdapat di dalam
diri dari seorang auditor dalam pemberian judgment diantaranya, self-
efficacy atau keyakinan seseorang dengan kemampuannya ia miliki akan
mampu untuk memberikan judgment yang berkualitas dan akurat,
kompleksitas tugas berkaitan dengan banyaknya tugas yang diemban
auditor yang mengakibatkan ketika seorang auditor memiliki daya ingat,
126
kapabilitas yang rendah akan mempengaruhi kinerjanya untuk pemberian
judgment, tekanan ketaatan yang terkadang menjadi dilema etis dari
profesi auditor dikarenakan tekanan itu muncul dari 2 (dua) sisi yakni
atasan dan klien (auditee), persepsi etis merupakan pertimbangan moral
seseorang ketika dilema etis (konflik etis) itu terjadi, dikarenakan seorang
auditor merupakan kepercayaan publik yang memegang amanah publik
untuk bekerja sesuai standar akuntan publik yang berlaku, sedangkan
independensi merupakan suatu standar yang harus dipegang teguh oleh
seorang auditor ketika menjalankan tugas pengauditan, untuk tidak
berpihak kepada siapapun dan kepentingan apapun diluar jasanya dalam
mengaudit entitas yang diauditnya. Ini terbukti dalam penelitian oleh
beberapa peneliti yakni Jamilah et al., (2007), Pangesti dan Setyowati
(2018), dan Hasnidar (2018) yang menyatakan aspek non teknis dari audit
judgment ini berpengaruh simultan terhadap audit judgment.
127
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk menguji pengaruh self-
efficacy, kompleksitas tugas, tekanan ketaatan, persepsi etis dan independensi
auditor terhadap audit judgment. Responden dalam penelitian ini berjumlah
150 responden yang berprofesi sebagai akuntan publik yang bekerja di Kantor
Akuntan Publik wilayah DKI Jakarta dan Tangerang. Berdasarkan data yang
telah dikumpulkan dan dilakukan pengujian dengan hasil menggunakan
software olah data SPSS 24. Berikut kesimpulannya:
1. Self-efficacy tidak berpengaruh terhadap audit judgment. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nadhiro (2010),
Tatiwakeng (2013), dan Monica (2018).
2. Kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgment. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yustrianthe
(2012), Komalasari dan Hernawati (2015), dan Putra dan Rani (2016).
3. Tekanan ketaatan tidak berpengaruh terhadap audit judgment. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Daljono
(2012) dan Anderasari (2017).
4. Persepsi etis tidak berpengaruh terhadap audit judgment yang diambil
oleh auditor. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Mu’alifah (2018).
128
5. Independensi auditor tidak berpengaruh terhadap audit judgment. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliani
(2012).
6. Self-efficacy, kompleksitas tugas, tekanan ketaatan, persepsi etis, dan
independensi auditor secara simultan berpengaruh terhadap audit
judgment. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Jamilah et al.,
(2007), Pangesti dan Setyowati (2018), dan Hasnidar (2018).
B. Implikasi
Kantor Akuntan Publik (KAP) memiliki tanggung jawab terhadap
entitas yang diperiksanya terkait hasil pemeriksaan yang dilakukan. Dengan
pemberian judgment yang tepat akan membuat suatu proses audit itu berjalan
baik sebagai mestinya dan tidak ada keraguan di dalam diri auditor untuk
memberikan judgment. Faktor yang mempengaruhi judgment yang diambil
auditor itu berasal tidak hanya dari teknis tetapi pula perhatiannya terhadap
non-teknis. Dalam hal ini non-teknis itu bisa berasal dari dalam diri auditor
maupun yang berasal dari luar diri auditor itu sendiri.
Keyakinan di dalam diri seorang auditor diperlukan untuk mengasah
seberapa mampu seorang auditor itu memberikan judgment yang baik dan
tepat. Banyaknya tugas akan membuat auditor lebih terbiasa dalam
melakukan tugasnya dan tahu caranya menghadapi apabila ada tantangan
yang timbul di setiap penugasannya. Tekanan dari klien dan atasan membuat
auditor merasa dilema ketika bersinggungan dengan Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) dikarenakan sikap independensi auditor yang tidak
129
boleh memihak harus tetap dijaga meskipun tekanan itu muncul. Pada
persepsi etis menganggap bahwa auditor harus taat pada kode etik akuntan
publik sehingga dalam melaksanakan aktivitasnya akuntan publik memiliki
arah yang jelas dan dapat memberikan keputusan atau judgment yang tepat
dan dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak-pihak yang menggunakan
hasil keputusan auditor. Terakhir, independensi auditor adalah sikap
profesional yang harus dimiliki seorang auditor ketika melaksanakan tugas
pengauditan, sikap ini membawa auditor tidak berada di dalam pengaruh
atasan maupun klien (auditee) untuk memberikan hasil pendapatnya.
C. Keterbatasan
Penulis menyadari adanya keterbatasan pengetahuan serta pengalaman
yang dimiliki penulis, baik secara teoritis maupun praktis. Dijabarkan bahwa
keterbatasan tersebut diantaranya:
1. Penyebaran kuesioner yang dilakukan belum merata di seluruh Kantor
Akuntan Publik (KAP) wilayah di DKI Jakarta dan Tangerang.
2. Penulis belum memasukkan semua variabel lain yang sesuai dengan topik
penelitian, seperti faktor lain yang mempengaruhi audit judgment,
contohnya: tekanan anggaran waktu, pengetahuan auditor, kompetensi
auditor, keahlian audtor, dan pengalaman auditor.
3. Penulis tidak membahas secara mendalam terkait karakteristik dari
responden.
4. Responden yang mendominasi dalam penelitian ini adalah Senior Audit
yang memiliki umur kurang dari 25 tahun, dan pengalaman bekerja
130
sebagai auditor kurang dari 3 tahun, serta rata-rata penugasan yang
dihadapi masih 1 sampai 5 tugas audit per tahun.
D. Saran
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan dan
meningkatkan hasil penelitian dengan beberapa masukan, diantaranya:
1. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penyebaran kuesioner
secara merata pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di wilayah
DKI Jakarta dan Tangerang, guna mendapatkan hasil yang maksimal.
2. Peneliti selanjutnya yang akan mengembangkan penelitian ini disarankan
untuk menambahkan variabel lain yang sesuai dengan topik yang akan
diteliti seperti: tekanan anggaran waktu, pengetahuan auditor, kompetensi
auditor, keahlian auditor, dan pengalaman auditor.
3. Disarankan untuk mempertimbangkan aspek karakteristik dari responden
dalam penelitian selanjutnya, yaitu pengalaman bekerja sebagai auditor,
karena hal tersebut akan memperkaya bahasan dalam penelitian.
Selanjutnya penambahan untuk karakteristik jabatan seorang auditor yang
lebih merata.
131
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Syukry dan Abdul Halim. “Pengintegrasian Etika dalam Pendidikan
dan Riset Akuntansi”. Kompak, STIE YO. 2002.
Academia.Edu/8432013/pengertian-etika-dan-profesi-hukum. Diakses Tanggal 30
Agustus 2019.
Agoes, Sukrisno. “Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh
Akuntan Publik”, Buku 1, Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat. 2017.
Ajzen, Icek. “Attitudes, Personality, and Behavior Second Edition”. New York:
Open University Press. 2005.
Ajzen, Icek. “From Intentions to Actions: A Theory of Planned Behavior. In J.
Kuhl & J. Beckmann (Eds.), Action- Control: From Cognition to Behavior
and Human Decision Process, Vol. 50. Hal 179-211. 1985.
Ajzen, Icek. “Organizational Behaviour and Human Decision Process: The
Theory of Planned Behavior. In P. A. M. Langem A. W. Kruglanski & E. T
Higginds (Eds.)”. Handbook of Theories of Social Psychology. Vol. 01. Hal
439-459. 2012.
Alamri, Fitria, Grace B. Nagoi dan Jantje Tinongan. “Pengaruh Keahlian,
Pengalaman, Kompleksitas Tugas, dan Independensi terhadap Audit
Judgment Auditor Internal pada Inspektorat Provinsi Gorontalo”. Jurnal
EMBA. Vol. 05, No. 2. Hal 593-601. 2017.
Amrizal. “Analisis Kritis Pelanggaran Kode Etik Profesi Akuntan Publik di
Indonesia”. Jurnal Liquidity, Vol. 03, No. 01. Hal 36-45. 2014.
Anderasari, Verzia. “Pengaruh Gender, Independensi, Tekanan Ketaatan,
Pengalaman Auditor, Keahlian Auditor, dan Persepsi Etis Terhadap Audit
Judgment”. Naskah Publikasi Akuntansi FEB. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. 2017.
Arens Alvin A., Elder, Randal J., Beasley, Mark S. “Auditing dan Pelayanan
Verifikasi: Pendekatan Terpadu (Judul Asli: Auditing Assurance Service-
Integrested Approach 10th
Edition)”. Edisi Revisi, Jilid 1. Penerjemah Tim
Dejacarta Jakarta: Indeks. 2008.
Arens, A., Randal J. Ekler., Mark S. Beasley. ”Auditing and Assurance Services:
An Integrated Approach 14th
Edition”. New Jersey: Prentice-Hall. 2012.
132
Arifuddin. “The Effect of Performance Insective on Audit Judgment By Using The
Effort As The Intervening Variable and The Task Complexity as The
Moderating Variable”. IJABER, Vol. 12, No. 04. Hal 1305-1314. 2014.
Armanda, Ranggi dan Ubaidillah. “Pengaruh Etika Profesi, Pengetahuan,
Pengalaman, dan Independensi Terhadap Auditor Judgement Pada Bahan
Pemeriksaan Keuangan (BPK) Perwakilan Sumatera Selatan”. Jurnal
Manajemen dan Bisnis Sriwijaya. Vol. 12, No. 02. Hal 1-16. 2014.
Bandura, A. “Guide for Constucting Self-Efficacy Scales” in F. Pajares & T.
Urdan (Eds.). “Self-Efficacy Beliefs of Adolescents”. Greenwich: CT:
Information Age Publishing. Vol. 05. PP 307-337. 2006.
Bandura, A. “Social Foundations of Thought and Action: A Social Cognitive
Theory”. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall. 1986.
Bandura. “Perceived Self-Efficacy in Cognitive Development and Functioning”.
Journal of Educational Psychologist. Vol. 28, No.02. Hal 117-148. 1993.
BEI. “Pencatatan di BEI”. Diakses pada 24 Agustus 2019 dari
http://www.idx.co.id/id/beranda/informasi/bagiperusahaan/bagaimanamenjadi
perusahaantercatat.aspx. 2010.
Bell, B. S. and Kozlowski, S. W. “Goal Orientation and Ability: Interactive
Effects on Self-Efficacy, Performance, and Knowledge”. Journal of Applied
Psychology, Vol. 87, No. 3. Hal 497-505. 2002.
Bima, Bayu Aji.”Analisis Dampak Locus of Control, Gaya Kepemimpinan, dan
Komitmen Organisasi pada Kinerja Auditor”. Accounting Analysis Journal.
Vol. 01, No. 01. Hal 7-14. 2010.
Bonner, S. E and Sprinkle, G. B. “The Effect of Monetary Incentive on Effort and
Task Complexity on an Audit Judgement: Theoris, Evidence, and Framework
of Research”. Accounting, Organization and Society. Vol. 27, No. 5. Hal 303-
345. 2002.
Bonner, S. E. “A Model of The Effects of Audit Task Complexity, Accounting
Organizations”. Society Journal. Vol. 19, No. 3. Hal 213-234. 1994.
Boynton, William C. Johnson., Raymond N. and Kell, Walter G. “Modern
Auditing”. Edisi Ketujuh Jilid 1. Jakarta: Erlangga. 2002.
BPKP. “Modul Diklat Peningkatan Kemampuan APFP Provinsi di Yogyakarta”.
Unit Pengelolaan Pendidikan dan Latihan Pengawasan Perwakilan DPRD di
Yogyakarta. 1994.
133
Chen, G., Gullu, S. M., Whiteman, J. and Kilcullen, R. N. “Examination of
Relationships among Trait-Like Individual Differences, State-Like Individual
Differences, and Learning Performance”. Journal Of Applied Psychology,
Vol. 65, No. 06, Hal 835-847. 2000.
Chung, J. dan G. S. Monroe. “A Research Note on The Effect of Gender and Task
Complexity on Audit Judgment”. Journal of Behavioral Research. Vol. 13. PP
111-125. 2001.
Cohen, Jeffrey R., Lisa Milici Gaynor, Ganesh Krishnamoorthy, and Arnold M.
Wright. “The Impact on Auditor Judgment of CEO Influence on Audit
Committee Independence”. Auditing: A Journal of Practice and Theory. Vol.
30, No. 04. Hal 89-100 2011.
Daljono, Seni Fitriani. “Pengaruh Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas,
Pengetahuan, dan Persepsi Etis Terhadap Audit Judgment”. Jurnal
Akuntansi. Vol. 1, No. 1. 2012.
Drupadi, MJ dan I Putu Sudana. “Pengaruh Tekanan Ketaatan dan Independensi
pada Audit Judgment”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol. 12
No.03. Hal 623-655. 2015.
Efriyanti, Farida, Retno Anggraini dan Yunus Fiscal. “Analisis Kinerja Laporan
Keuangan sebagai Dasar Investor dalam Menanamkan Modal Pada PT.
Bukit Asam TBK”. Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol. 03, No. 02. Hal 299-
316. 2012.
Engko, Cecilia dan Gundono. “Pengaruh Kompleksitas Tugas dan Locus of
Control terhadap Hubungan antara Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan
Kerja Auditor”. Vol. 11, No. 02, Hal 105-124. 2007.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25
Edisi 9”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2018.
Hamzah, A dan Paramitha. “Perbedaan Perilaku Etis dan Tekanan Kerja
Perspektif Gender dalam Audit Judgment Laporan Keuangan Historis dan
Kompleksitas Tugas”. Jurnal Ilmiah Akuntansi. Vol. 07, No. 01. 2008.
Handani, Rachmat., Zirman., dan Yuneira Anisma. “Pengaruh Ketaatan,
Independensi, kompleksitas tugas dan etika terhadap audit judgment”. JOM-
FEKON. Vol. 1. No. 2. 2014.
Hasnidar, Mediaty, Andi K. “The Effect of Self-Efficacy and Obedience Pressure
On Audit Judgment By Using Task Complexity and Moral Reasoning as The
Moderating Variable”. International Journal Of Advanced Research (IJAR).
Vol. 06. No. 10. Hal 238-248. 2018.
134
Hasnidar. “Pengaruh Self-Efficacy, Tekanan Ketaatan dan Independensi Auditor
terhadap Audit Judgment dengan Kompleksitas Tugas dan Moral Reasoning
sebagai Variabel Moderasi”. Tesis Universitas Hasanuddin Makassar. 2018.
Hogarth, R. M and H. J. Einhorn. ”Order Effects in Belief Updating: The Belief
Adjustment Mode”. Cognitive Psychology 24:1-55. 1992.
https://integrity-indonesia.com/id/blog/2017/09/14/skandal-keuangan-perusahaan-
toshiba/. Diakses Tanggal 15 Juni 2019.
https://Kontan.co.id/news/kasus-snp-finance-sri-mulyani-resmi-jatuhkan-sanksi-
ke-deloitte-indonesia.html. Diakses 23 Mei 2019.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). “Standar Profesional Akuntan Publik 31 Maret
2011”. Jakarta: Salamba Empat. 2011.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). “Standar Profesi Akuntan Publik
(SPAP) Edisi Mei 2009”. 2011.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). “Kode Etik Profesi Akuntan Publik
Efektif Pet 1 Juli 2019”. 2019.
Irwanto. “Psikologi Umum”. Jakarta: PT Prenhallindo. 2002.
Iskandar, Takiah Mohd, dan Sanusi, Mohd Zuaraidah. “Assesing The Effect of
Self-Efficacy and Task Complexity On Internal Control Audit Judgment”.
AAMJAF, Vol. 1 pp: 29-52. 2011.
Jamilah, S., Fanani, Z., dan Chandarin, G. “Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan
dan Kompleksitas Tugas terhadap Audit Judgment”. Simposium Nasional
Akuntansi X Universitas Hasanuddin Makassar, Hal 26-28. 2007.
Jenskins. J. Gregory and C. M. Haynes. “The Persuasiveness of Client Prefrences:
An Investigation of Impact of Preference Timing and Client Credibility”.
Auditing: Journal of Practice and Theory. Vol. 22, No. 1. Hal 143-154. 2003.
Jogiyanto.”Metodologi Penelitian dan Bisnis : Salah Kaprah dan Pengalaman-
Pengalaman”. Yogyakarta: BPFE. 2007.
Kbbi.co.id/arti-kata/etika. Diakses Tanggal 29 Agustus 2019.
Kbbi.co.id/arti-kata/persepsi. Diakses Tanggal 28 Agustus 2019.
Keraf, Gerys. “Diksi dan Gaya Bahasa”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
2005.
135
Keraf, Sonny. “Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya”. Yogyakarta: Pustaka
Filsafat. 2009.
Kohlberg, L. “Essay on Moral Development, Vol. I: The Philosophy of Moral
Development”. Herper & Row: San Fransisco. 1971
Komalasari, Rossa dan Erna Hernawati. “Pengaruh Independensi, Kompleksitas
Tugas, dan Gender terhadap Audit Judgment”. Jurnal Neo-bis Vol. 9, No.2.
2015.
Kuang, Ming Tan. “Analisis Perkembangan Riset Akuntansi Keperilakuan Studi
Pada Jurnal Behavioral Research in Accounting (1998-2003)”. Jurnal
Akuntansi, Vol. 02 No. 02, Hal 122-133. 2010.
Kusumawati, Andi and Syamsuddin. “The Effect of Auditors Quality to
Professional Sceptisme and its Relationship to Audit Quality”. International
Journal of Law and Management. Emerald Insight. 2018.
Libby, R. and Luft, J. “Determinants of Judgment Performance in Accounting
Setting: Ability, Knowledge, Motivation, and Environment”. Accounting,
Organization and Society. Vol. 18, No. 05. Hal 425-500. 1993.
Lord, Alan T. dan F. Todd Dezoort. “The Impact of Commitment and Moral
Reasoning on Auditors Responses to Social Influence Pressure”. Accounting
Organizations and Society 26, Hal 1-13. 2001.
Luthans, F. “Organizational Behavior Seventh Edition”. New York: McGraw-
Hill, Inc. 2005.
Mauludy, M. I. A., Evi L. H., dan Christy N. P. P. “Analisis Kasus Pelanggaran
Standar Profesional Akuntan Publik Oleh KAP Winata”. Prosiding Seminar
Nasional dan Call For Paper Ekonomi dan Bisnis. Jember. Hal. 196-201.
2017.
Meyer, M. and J. T. Rigsby. “Descriptive Analysis of The Content and
Contribution of Behavioral Research In Accounting 1989-1998”. Accounting
Journal. 2001.
Monica, Anggun Nilla. “Pengaruh Self-Efficacy, Locus Of Control, PengalamaN
Auditor dan Skeptisme Profesional Terhadap Audit Judgment”. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. 2018.
Muawanah, U. “Perilaku Auditor dalam Situasi Konflik Audit: Peran Locus of
Control, Komitmen Profesi, dan Kesadaran Etis”. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia. Vol. 04, No. 02:133-150. 2001.
136
Mu’alifah, Anis. “Pengaruh Tekanan Ketaatan, Pengalaman Auditor, Skeptisme,
Insentif Kerja, dan Persepsi Etis Terhadap Audit Judgment”. Naskah
Publikasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2018.
Mukhid, Abdul. “Self-Efficacy (Perspektif Teori Kognitif Sosial dan Implikasinya
terhadap Pendidikan)”. Tadris. Vol. 04 No. 02. 2009.
Mulyadi. “Auditing: Edisi Keenam”. Jakarta: PT Salemba Empat Patria. 2002.
Mulyadi. “Sistem Akuntansi: Edisi Ke-4”. Jakarta: PT Salemba Empat Patria.
2010.
Nadhiro, Siti Asih. “Pengaruh Kompleksitas Tugas, Orientasi Tujuan dan Self-
Efficacy Terhadap Kinerja Auditor dalam Pembuatan Audit Judgment (Studi
Pada Kantor Akuntan Publik di Semarang)”. Universitas Diponegoro:
Semarang. 2010.
Nuarsih, Putu dan I Made Mertha. “Pengaruh Kompleksitas Tugas, Tekanan
Ketaatan, dan Senioritas Auditor pada Auditor Judgment”. Universitas
Udayana. E-Jurnal Akuntansi. Vol. 20, No. 1. Hal 144-172. 2017.
Operasianti, SA., Hendra Gunawan, dan Mey Maemunah. ”Pengaruh Insentif
Kerja, Persepsi Etis, dan Skeptisme Profesional terhadap Audit Judgment
(Survey pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung)”. Prosiding
Akuntansi Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Sosial Humaniora). 2014.
Pangesti, DB dan Widhy Setyowati. “Pengaruh Persepsi Etis, Pengalaman
Auditor, Tekanan Ketaatan, dan Kompleksitas Tugas terhadap Kualitas Audit
Judgment”. Prosiding Seminar Nasional Multi Disiplin Ilmu Unisbank. 2018.
Persadi. “Judgment Auditor Eksternal Berdasarkan Independensi dan Objektifitas
Auditor Internal”. Accounting Analysis Journal. 2012.
Prasita, Andin dan Hadi Priyo. “Pengaruh Kompleksitas Audit dan Tekanan
Anggaran Waktu Terhadap Kualitas Audit dengan Moderasi Pemahaman
Terhadap Sistem Informasi”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Fakultas Ekonomi
Universitas Kristen Satya Wacana, edisi September. 2007.
Pratama, Bima C. “Auditor Independency as Antecendents of Ethical Perception
on Auditor Judgment: Study of Public Accounting Firm Auditors”. Jurnal
Ilmiah Akuntansi. Vol. 16, No.01. Hal 34-36. 2018.
Putra, AMT dan Puspita Rani. “Pengaruh Gender, Kompleksitas Tugas,
Pengalaman Auditor dan kompetensi Profesional Terhadap Audit
Judgement”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 05. No. 02 Oktober. FE
Universitas Budi Luhur. ISSN:2252 7141. 2016
137
Putri, PA dan Herry Laksito. “Pengaruh Lingkungan Etika, pengalaman auditor,
dan Tekanan ketaatan terhadap kualitas audit judgment di Semarang”.
Diponogoro Journal Of Accounting. Vol. 02. No. 02. Hal 1-11. 2013.
Raiyani, Nih Luh Kadek Puput dan I. D. G Dharma Saputra. “Pengaruh
Kompetensi, Kompleksitas Tugas, dan Locus of Control terhadap Audit
Judgment”. Jurnal Akuntansi. Vol. 6, No. 3. 2014.
Restuningdiah, N. dan Indriantoro, N. “Pengaruh Partisipasi Terhadap Kepuasan
Pemakai dalam Pengembangan Ssitem Informasi dengan Kompleksitas
Tugas, Kompleksitas Sistem, dan Pengaruh Pemakai Sebagai Moderating
Vaiabel”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 3 No. 2. Hal 119-133. 2000.
Robbins, Stephen P dan Judge, Timothy A. “Organizational Behaviour Edition
15”. New Jersey: Pearson Education. 2013.
Sanusi, Z. M., Takiah, M. I., dan June, M. L. Poon. “Effect of Goal Orientation
and Task Complexity on Audit Judgment Performance”. Malaysian
Accounting Review. Vol. 6, No. 2. 2007.
Sanusi, Z. M., Takiah, M. I., Gary S. M, dan Saleh, N. M. “Effect Of Goal
Orientation, Self-Efficacy and Task Complexity On The Audit Judgment
Perfomance Of Malaysian Auditors”. Accounting, Auditing and
Accountabillity Journal, Emerald Insight. 2018.
Sekaran, Uma. “Research Methodes for Business – A Skill Building Approach”.
United Kingdom: John Wiley and Sons. 2016.
Stajkovic, A. D., & Luthans, F. “Self-Efficacy, and Worke-Related Performance:
A Meta-Analysis”. Phsycological Bulletin, 124. PP 240-261. 1998a.
Suardikha, I Made Sadha dan Ketut Budiartha. “Kemampuan Gender Memoderasi
Pengaruh Self-Efficacy dan Kompleksitas Tugas pada Audit Judgment”.
Jurnal Vol. 12, No. 3. 2017.
Sugiyono. “Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta”. 2013.
Suhayati, Eli. “Pengaruh Independensi Akuntan Publik dan Audit Judgment
Terhadap Opini Akuntan Publik”. Jurnal Eksis. Vol. 12, No. 1. Hal. 3214-
3345. 2016.
Susanto, Irwan. “Akseptansi Teknologi Informasi Komunikasi: Pendekatan Social
Cognitive Theory”. Jurnal Fokus Bisnis, Vol. 14, No. 01. 2015.
138
Susetyo, Budi. “Pengaruh Pengalaman Audit terhadap Pertimbangan Auditor
dengan Kredibilitas Klien sebagai Variabel Moderating”. Tesis Universitas
Diponegoro Semarang. 2009.
Suwandi. “Pengaruh Self-Efficacy, Kecerdasan Emosional, Tekanan Ketaatan
dan Kompleksitas Tugas terhadap Auditor Judgment (Studi Empiris pada
KAP di Pekanbaru, Padang, dan Batam)”. JOM FEKON, Vol. 02, No.01.
2015.
Tatiwakeng, Cindy Westefina. “Pengaruh Efikasi Diri, Kompleksitas Tugas, dan
Audit Judgment terhadap Kualitas Audit Judgment Auditor Internal
Pemerintah. Jurnal Online (Tesis)”. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
2013.
Widaryanti. “Etika Bisnis dan Etika Profesi Akuntan”. Jurnal Fokus Ekonomi.
Vol. 02, No. 01. Hal 1-10. 2007.
Wijayantini, Ayu Sinta, Adi Yuniarta dan Anantawikrama Tungga Atmadja.
“Pengaruh Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas dan Self-Efiicacy
Terhadap Audit Judgment”. E-Journal S1 Akuntansi Universitas Pendidikan
Ganesha Jurnal Akuntansi Program S1. Vol, 2. No. 1. 2014.
Willy, J.M dan Darsyah, M.D. “Kamus Inggris- Indonesia, Indonesia- Inggris”.
Surabaya: Arkola. 1997.
Yendrawati, Reni dan Mukti, Dheane Kurnia. “Pengaruh Gender, Pengalaman
Auditor, Kompleksitas Tugas, Tekanan Ketaatan Kemampuan Kerja dan
Pengetahuan Auditor terhadap Audit Judgment”. Jurnal Inovasi dan
Kewirausahaan, Vol. 4, No. 1. Hal 1-8. 2015.
Yuliani, Nur Laila. “Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas, Independensi,
Pengetahuan dan Pengalaman Auditor pada Audit Judgment”. Jurnal
Akuntansi, Vol. 05, No. 03. Hal 40-53. 2012.
Yustrianthe, Rahmawati Hanny. “Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Audit
Judgment Auditor Pemerintah ”. Jurnal Dinamika Akuntansi, Vol. 4, No. 2.
Hal 72-82. 2012.
Zulaikha. “Pengaruh Interaksi Gender, Kompleksitas Tugas dan Pengalaman
Auditor terhadap Audit Judgment”. Simposium Nasional Akuntansi IX.
Padang. 2006.
139
Lampiran I Surat Penelitian Skripsi
LAMPIRAN
LAMPIRAN I
SURAT PENELITIAN SKRIPSI
140
141
142
143
144
145
146
Lampiran II Surat Keterangan
LAMPIRAN II
SURAT KETERANGAN
147
148
149
150
151
152
153
Lampiran III Kuesioner Penelitian
LAMPIRAN III
KUESIONER PENELITIAN
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH SELF-EFFICACY, KOMPLEKSITAS TUGAS, TEKANAN
KETAATAN, PERSEPSI ETIS, DAN INDEPENDENSI AUDITOR
TERHADAP AUDIT JUDGMENT STUDY EMPIRIS PADA KANTOR
AKUNTAN PUBLIK DKI JAKARTA DAN TANGERANG
(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta dan Tangerang)
Oleh:
Bayu Dwi Cahyanto
NIM: 11150820000018
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M/ 1440 H
Hal: Permohonan Pengisian Kuesioner Jakarta, 15 Juli 2019
Bapak/Ibu/Sdr/I Responden
Di Tempat
Dengan Hormat,
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswa Program Strata
Satu (S1) Universitas islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saya:
Peneliti : Bayu Dwi Cahyanto
NIM : 11150820000018
Fak/Jur/Smtr : Ekonomi dan Bisnis/Akuntansi/VIII
bermaksud melakukan penelitian ilmiah untuk penyusunan skripsi dengan judul
“Pengaruh Self-Efficacy, Kompleksitas Tugas, Tekanan Ketaatan, Persepsi
Etis, dan Independensi terhadap Audit Judgment”.
Untuk itu saya meminta kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i untuk menjadi responden
dengan mengisi lembar kuesioner ini secara lengkap dan sebelumnya saya mohon
maaf telah mengganggu waktu bekerja Bapak/Ibu/Sdr/i. Data yang diperoleh
hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak digunakan sebagai
penilaian kinerja di tempat Bapak/Ibu/Sdr/i bekerja, sehingga kerahasiaannya
akan saya jaga sesuai dengan etika penelitian.
Apabila diantara Bapak/Ibu/Sdr/i terdapat kritik dan saran dari penelitian ini,
dapat menghubungi saya melalui email [email protected]
Atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i yang meluangkan waktu untuk mengisi dan
menjawab semua pertanyaan dalam penelitian ini, saya sampaikan terima kasih.
Dosen Pembimbing Hormat Saya,
Peneliti
Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP Bayu Dwi Cahyanto.
156
DATA RESPONDEN
Berilah tanda checklist ( √ ) pada alternatif yang bapak/ibu pilih :
1. Nama Auditor : ……………………………………………
(boleh tidak diisi)
2. Nama KAP : ……………………………………………
3. Alamat KAP : ……………………………………………
4. Jenis kelamin :
5. Usia Responden :
6. Pendidikan Terakhir :
7. Pengalaman Kerja :
(tahun)
8. Rata-rata jumlah :
penugasan audit
dalam 1 tahun
9. Jabatan Profesi : :
Laki-laki
Perempuan
< 25 tahun
36-50 tahun
25-35 tahun
< 3 tahun
> 10 tahun
7-10 tahun
3-6 tahun
11-15 tugas
> 15 tugas
Senior Audit
> 50 tahun
Junior Auditor
DIII
S2
S3
D IV/ S1
6-10 tugas
1-5 tugas
157
Petunjuk: Mohon Bapak/ Ibu/ Saudara memberikan pendapat atas
pertanyaan-pertanyaan berikut, sesuai dengan tingkat kemungkinan dengan
memberikan tanda silang (X) pada kolom pilihan:
1 = Sangat Tidak Setuju (STS) 3 = Cukup Setuju (CS) 5 = Sangat Setuju (SS)
2 = Tidak Setuju (TS) 4 = Setuju (S)
A. Self-Efficacy (Efikasi Diri) (X1)
No Pernyataan
Alternatif Jawaban
1 2 3 4 5
STS TS CS S SS
Keyakinan Diri
1. Saya yakin bahwa saya
memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan tugas audit yang
sedang saya hadapi hingga
akhir masa penugasan.
2. Saya yakin dengan tugas yang
saya selesaikan dengan
kemampuan yang saya miliki,
bisa membuat kinerja saya
meningkat.
3. Saya yakin dapat mengatasi
tantangan apapun yang akan
terjadi ketika masa penugasan
audit berlangsung.
4. Saya yakin dengan persiapan
dan strategi yang matang, akan
mempermudah cara saya dalam
masa penugasan audit.
5. Saya yakin atas kemampuan
judgment yang saya miliki
untuk merencanakan dan
melaksanakan tindakan yang
mengarah pada tujuan
penugasan audit yang sedang
saya hadapi.
6. Saya yakin dengan saya mampu
menyelesaikan sebuah tugas
khusus pada tingkatan tertentu,
akan membuat kinerja yang saya
miliki meningkat.
158
No Pernyataan
Alternatif Jawaban
1 2 3 4 5
STS TS CS S SS
7. Saya tahu keterbatasan yang ada
di dalam diri saya dan
secepatnya saya perbaiki
sehingga tidak menurunkan
kinerja saya.
8. Saya perlu memotivasi diri
apabila rasa kepercayaan diri
saya menurun.
9. Saya perlu orang sekitar saya
untuk memberikan motivasi
kepada saya ketika rasa
kepercayaan diri saya menurun.
Memahami Tugas
10. Saya selalu memahami dengan
baik tugas yang diberikan
kepada saya.
11. Saya dapat menjalankan tugas
audit dengan baik bahkan jika
tugas audit menjadi kompleks.
12. Saya tetap bersikap tenang
ketika menghadapi hambatan di
dalam masa penugasan dan
berusaha mencapai tujuan audit.
13. Saya perlu meningkatkan
potensi dalam diri saya
mengenai pekerjaan saya
sebagai auditor dengan
pendidikan dan pelatihan
sehingga apabila saya
menemukan tugas yang sulit
dapat terselesaikan.
14. Saya selalu memprioritaskan
tugas mana yang lebih mudah
dipahami oleh saya, dan saya
kerjakan terlebih dahulu.
159
B. Kompleksitas Tugas (X2)
No Pernyataan
Alternatif Jawaban
1 2 3 4 5
STS TS CS S SS
Kejelasan Tugas
1. Selalu jelas bagi saya tugas
mana yang harus dikerjakan.
2. Alasan tidak jelas bagi saya,
mengapa saya harus
mengerjakan bermacam-macam
tugas dalam masa penugasan
audit.
3. Sejumlah tugas yang
berhubungan dengan seluruh
fungsi pemeriksaan yang ada
sangatlah tidak jelas atau
membingungkan.
4. Saya selalu dapat mengetahui
dengan jelas bahwa suatu tugas
telah dapat saya selesaikan
5. Saya selalu dapat mengetahui
dengan jelas bahwa saya harus
mengerjakan suatu tugas khusus.
6. Sangatlah jelas bagi saya cara
mengerjakan setiap jenis tugas
yang harus saya lakukan selama
ini
Job Description dan Alat Bantu
7. Deskripsi jabatan menunjukkan
apa yang harus dikerjakan dalam
setiap penugasan audit
8. Dengan banyaknya wewenang
yang saya miliki membuat saya
bingung untuk memilih prioritas
mana yang harus di dahului
9. Bagi saya, banyaknya jenis tugas
yang saya hadapi, saya akan
berperilaku disfungsional
10.
Alat bantu dalam menyelesaikan
tugas sangat mempengaruhi
kinerja saya
160
C. Tekanan Ketaatan (X3)
No Pernyataan
Alternatif Jawaban
1 2 3 4 5
STS TS CS S SS
Tekanan Entitas
1. Saya tidak ingin mendapatkan
masalah dengan auditee jika
saya tidak memenuhi
keinginan auditee untuk
berperilaku menyimpang dari
standar profesional.
2. Saya akan menuruti keinginan
auditee walaupun bertentangan
dengan standar profesional
auditor.
3. Saya tidak akan menentang
keinginan auditee untuk
berperilaku menyimpang.
Tekanan Atasan
4. Saya tidak ingin mendapatkan
masalah dengan atasan saya
jika tidak menuruti
keinginannya untuk
menyimpang dari standar
profesional.
5. Saya akan menaati perintah
atasan karena saya ingin terus
bekerja walaupun harus
bertentangan dengan standar
profesional.
6. Saya akan menaati perintah
atasan walaupun saya akan
memiliki beban moral karena
bertentangan dengan standar
profesional.
7. Saya akan menentang perintah
atasan dan memilih keluar dari
pekerjaan saya jika saya
dipaksa untuk melakukan hal
yang bertentangan dengan
standar profesional.
8. Saya akan menentang perintah
atasan karena secara moral
telah berhasil menegakkan
profesionalisme.
161
D. Persepsi Etis (X4)
No
Pernyataan
Alternatif Jawaban
1 2 3 4 5
STS TS CS S SS
1. Dalam melaksanakan tanggung
jawab sebagai profesional, saya
harus senantiasa menggunakan
pertimbangan moral dan
profesional yang saya miliki.
2. Saya memiliki kewajiban
untuk senantiasa bertindak
kepada publik dengan cara
menghormati kepercayaan
publik dan menunjukkan
komitmen atas
profesionalisme.
3. Saya harus bersikap jujur dan
berterus terang tanpa harus
mengorbankan rahasia
penerima jasa dan bukan
untuk kepentingan pribadi.
4. Saya harus menjaga
obyektivitas dan bebas dari
benturan kepentingan dalam
pemenuhan kewajiban
profesional.
5. Saya harus melakukan jasa
profesional saya dengan
berhati-hati, kompetensi dan
tekun serta berkewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan
dan keterampilan yang saya
miliki.
6. Saya harus menghormati
kerahasiaan informasi yang
diperoleh selama melakukan
jasa profesional audit dan tidak
boleh memakai atau
mengungkapkan informasi
tersebut tanpa persetujuan,
kecuali bila ada persetujuan
profesional dan hukum untuk
mengungkapkannya.
162
No Pernyataan
Alternatif Jawaban
1 2 3 4 5
STS TS CS S SS
7. Saya harus berperilaku
konsisten sesuai dengan
reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat
mendeskreditkan profesi saya.
8. Saya harus melaksanakan jasa
profesional sesuai dengan
standar teknis dan standar
profesional yang relevan.
E. Independensi (X5)
No Pernyataan
Alternatif Jawaban
1 2 3 4 5
STS TS CS S SS
Independensi Dalam Pemikiran
1. Auditor senantiasa selalu jujur
dalam perkataan dan perbuatan
berdasarkan kode etik akuntan
publik
2. Auditor menyatakan pendapat
berdasarkan hasil audit dan
bukan rekayasa
3. Auditor bertanggung jawab
atas semua kinerja yang telah
terlaksana
4. Auditor menyatakan kebebasan
dalam berfikir dan berpendapat
untuk membuat laporan audit.
5. Auditor selalu bersifat netral
terhadap klien
6. Auditor membuat rekomendasi
harus sesuai dengan kondisi
dan fakta yang harus diperbaiki
7. Auditor menggunakan kata-
kata yang bisa dipahami oleh
klien.
163
No Pernyataan
Alternatif Jawaban
1 2 3 4 5
STS TS CS S SS
8. Auditor memberikan penilaian
dan saran tanpa ada rasa wajib
memodifikasi fakta dan
dampak.
Independensi Penampilan
9. Auditor harus menjaga nama
baik profesi
10. Auditor berhubungan
langsung dengan masyarakat
sekitar dan mensosialisasikan
tentang profesinya
11. Auditor tidak
memperhitungkan besaran
komisi hasil audit, dengan
kinerja proses audit
12. Auditor menimbang untuk
menyatukan kepentingan
pribadi dengan kepentingan
usaha klien
13. Audit dilakukan terhadap
klien yang tidak mempunyai
hubungan kepentingan
dengan auditor
14. Auditor menggunakan
advertensi atau bentuk solitasi
lainnya untuk mendapatkan
klien
15. Auditor menetapkan pendapat
atas laporan audit
berdasarkan hasil auditnya.
164
F. Audit Judgment (Y)
Petunjuk: Mohon Bapak/ Ibu/ Saudara memberikan pendapat atas
pertanyaan-pertanyaan berikut, sesuai dengan tingkat kemungkinan
dengan memberikan tanda silang (X) pada kolom pilihan:
1 = Sangat Rendah (SR) 3 = Cukup Tinggi (CT) 5 = Sangat Tinggi (ST)
2 = Rendah (R) 4 = Tinggi (T)
*Kasus 1 : Dalam hal penentuan tingkat materialitas
Anda diminta menjadi anggota tim dalam mengaudit laporan
keuangan pada suatu perusahaan ABC, untuk laporan keuangan tahun
2018 yang menunjukkan nilai aset sebesar Rp. 130 miliar, dengan saldo
peralatan kantor pada akhir periode sebesar Rp. 13 miliar. Pada saat
mengevaluasi bukti audit, untuk sampel peralatan kantor yang diperiksa,
ditemukan adanya ketidaksesuaian antara pencatatan peralatan dengan
hasil pemeriksaan fisik peralatan yang berjumlah Rp. 1,3 juta.
Sebelum membuat suatu judgment atas review bukti tersebut,
auditee meminta Bpk/Ibu/Sdr untuk tidak mempermasalahkan hal tersebut
karena mereka beranggapan jumlah tersebut sangatlah tidak material.
Bapak/Ibu/Sdr diminta memberikan pertimbangan untuk masing-masing
situasi berikut:
165
No Pertanyaan
Alternatif Jawaban
1 2 3 4 5
SR R CT T ST
1 Jika selama ini Perusahaan
ABC merupakan perusahaan
yang dinilai sehat dan diyakini
memiliki kompetensi yang
tinggi dan layak untuk
dipercaya, maka seberapa besar
keinginan Bpk/Ibu/Sdr untuk
tidak menerima
permintaannya?
2 Seberapa besar keinginan Bpk/
Ibu/ Sdr untuk memperluas
sampel bukti audit yang akan
dievaluasi untuk peralatan
kantor?
3 Seberapa besar keinginan
Bpk/Ibu/Sdr merekomendasi
perusahaan ABC untuk
membuat penyesuaian
peralatan kantor dalam laporan
keuangannya?
*Kasus 2: Upaya perekayasaan transaksi
Perusahaan retail modern ternama di Jakarta melakukan belanja
tahunan yakni membeli sejumlah komputer dan alat tulis kantor untuk
menambah kinerja pelayanan perusahaan tersebut dengan mengambil dari
perusahaan XYZ yang sudah menjadi pemasok sejak 5 tahun yang lalu.
Karena kedekatan hubungan klien dengan perusahaan pemasok, maka
Bpk/Ibu/Sdr melakukan evaluasi mengenai pencatatan transaksi antar
pihak terkait.
Sebelum mengevaluasi bukti audit berkenaan dengan pembelian
komputer dan alat tulis kantor, dilakukan survei untuk mengetahui harga
pasar. Ternyata harga pasar komputer dengan merek CCC hanya Rp.
166
4.800.000,- perunit, lebih rendah daripada harga beli dari pemasok yaitu
Rp. 5.500.000,- perunit. Ketika dikonfirmasikan kepada auditee, mereka
beralasan bahwa barang yang diperoleh dari perusahaan XYZ tersebut
sudah pasti dapat diyakini mutu dan layanan purna jualnya daripada
membeli diperusahaan lain dengan harga yang lebih murah. Waktu
ditanyakan kepada karyawan perusahaan lain di lingkup perusahaan yang
sama, ternyata komputer yang mereka pakai juga diperoleh dari
perusahaan yang sama.
Ketika akan mengevaluasi bukti atas transaksi antar grup tersebut,
auditee berusaha untuk meyakinkan bahwa hal tersebut tidaklah
berdampak besar terhadap kinerja keuangan perusahaan mereka. Padahal
dalam hal ini kelihatannya ada sesuatu yang berusaha disembunyikan oleh
auditee dan perusahaan pemasoknya. Bapak/Ibu/Sdr diminta memberikan
pertimbangan untuk masing-masing situasi berikut:
No
Pertanyaan
Alternatif Jawaban
1 2 3 4 5
SR R CT T ST
1 Perusahaan retail tersebut adalah
perusahaan yang baru pertama
kali Bpk/ibu/Sdr audit, karena
itu belum dapat diyakini
kompetensi manajemennya,
maka seberapa besar keinginan
Bpk/Ibu/Sdr untuk tidak
mengikuti permintaannya?
2 Seberapa besar keinginan
Bapak/ Ibu/ Sdr untuk
memperluas pengujian atas
indikasi perekayasaan transaksi
tersebut?
167
No
Pertanyaan
Alternatif Jawaban
1 2 3 4 5
SR R CT T ST
3. Seberapa besar keinginan
Bpk/Ibu/Sdr merekomendasikan
penguji Perusahaan Retail untuk
membuat penyesuaian atas
selisih harga beli computer
tersebut dalam laporan
keuangannya.
Terima kasih atas kesediaan Bapak/ibu untuk mengisi kuesioner ini.
168
Lampiran IV Identitas & Jawaban Responden
LAMPIRAN IV
IDENTITAS DAN JAWABAN RESPONDEN
169
A. Identitas Responden
No Jenis Kelamin Umur Pendidikan Pengalaman Kerja Rata-rata
penugasan Jabatan
1. 1 1 2 1 1 1
2. 1 1 2 1 1 1
3. 2 1 2 1 1 1
4. 2 1 2 1 1 1
5. 2 1 2 1 1 1
6. 1 1 2 1 1 1
7. 1 1 2 1 2 1
8. 2 2 2 2 2 2
9. 1 2 2 2 4 2
10. 2 1 2 1 1 1
11. 2 1 2 1 1 1
12. 2 2 2 2 1 2
13. 2 1 2 1 1 1
14. 2 2 2 2 1 2
15. 1 2 2 2 2 2
16. 2 1 1 1 1 1
17. 2 2 2 2 2 2
18. 2 2 2 2 2 2
19. 1 4 2 2 2 2
20. 1 2 2 2 4 2
21. 1 3 2 2 1 2
22. 2 1 2 1 1 1
170
No Jenis Kelamin Umur Pendidikan Pengalaman Kerja Rata-rata
penugasan Jabatan
23. 2 1 2 1 1 1
24. 2 1 2 1 1 1
25. 1 1 2 1 1 1
26. 2 1 2 1 1 1
27. 2 1 2 1 1 1
28. 1 1 2 1 1 1
29. 2 1 2 1 2 1
30. 1 1 1 1 1 1
31. 1 2 2 2 3 2
32. 2 2 2 2 3 2
33. 2 2 2 2 4 2
34. 1 1 2 1 1 1
35. 1 1 1 1 1 1
36. 1 1 2 1 1 1
37. 1 1 2 1 1 1
38. 2 2 2 2 3 1
39. 1 1 2 1 2 1
40. 1 1 2 1 1 1
41. 1 1 2 1 1 1
42. 1 2 2 2 1 2
43. 1 1 1 1 2 1
44. 1 2 2 2 3 2
45. 1 1 2 2 1 1
46. 1 2 2 2 4 2
171
No Jenis Kelamin Umur Pendidikan Pengalaman Kerja Rata-rata
penugasan Jabatan
47. 1 2 2 2 1 2
48. 1 1 2 1 1 1
49. 2 1 2 1 1 1
50. 1 1 2 1 1 1
51. 1 1 2 1 1 1
52. 1 1 2 1 1 1
53. 1 1 2 1 1 1
54. 1 1 2 1 1 1
55. 1 1 2 1 1 1
56. 1 1 2 1 2 1
57. 2 1 2 1 2 1
58. 2 1 1 1 1 1
59. 2 1 2 1 1 1
60. 2 1 2 1 1 1
61. 1 1 1 1 1 1
62. 2 2 2 2 2 2
63. 1 2 2 2 2 2
64. 1 1 1 1 1 1
65. 2 1 1 1 1 1
66. 1 2 2 2 3 2
67. 1 2 2 2 3 2
68. 1 3 2 2 3 2
69. 2 1 2 1 1 1
70. 2 2 2 2 1 2
172
No Jenis Kelamin Umur Pendidikan Pengalaman Kerja Rata-rata
penugasan Jabatan
71. 1 2 2 2 2 2
72. 2 2 2 2 3 2
73. 1 2 2 2 2 2
74. 1 2 2 2 2 2
75. 1 2 2 3 2 2
76. 1 3 2 4 3 2
77. 1 3 2 3 3 2
78. 1 3 2 4 3 2
79. 2 3 2 4 3 2
80. 2 3 2 4 3 2
81. 2 2 2 3 2 2
82. 2 2 2 2 2 2
83. 1 4 2 4 4 2
84. 1 2 2 2 4 2
85. 1 2 2 2 4 2
86. 1 4 2 3 4 2
87. 2 1 2 1 1 1
88. 2 2 2 2 2 2
89. 1 1 1 1 1 1
90. 2 1 2 1 1 1
91. 2 1 2 1 1 1
92. 2 2 1 2 2 2
93. 2 2 1 2 2 2
94. 1 1 2 1 1 1
95. 1 1 2 1 1 1
173
No Jenis Kelamin Umur Pendidikan Pengalaman Kerja Rata-rata
penugasan jabatan
96. 2 1 2 1 1 1
97. 2 1 2 1 1 1
98. 1 2 2 1 2 2
99. 1 2 2 2 4 2
100. 2 1 2 1 1 1
101. 1 1 2 1 1 1
102. 1 2 2 2 1 2
103. 1 2 2 2 2 2
104. 1 1 2 1 1 1
105. 1 1 1 1 1 1
106. 1 2 1 2 2 2
107. 1 2 2 3 2 2
108. 1 1 2 1 1 1
109. 1 1 2 1 1 1
110. 1 1 2 1 1 1
111. 1 1 2 1 2 2
112. 1 1 2 1 1 1
113. 2 1 2 1 1 1
114. 1 1 2 1 2 2
115. 1 1 1 1 1 1
116. 1 2 2 1 1 2
117. 1 1 1 1 1 1
118. 1 2 1 3 2 2
174
No Jenis Kelamin Umur Pendidikan Pengalaman Kerja Rata-rata
penugasan jabatan
119. 1 2 2 2 2 2
120. 1 2 2 2 1 2
121. 2 1 1 1 1 1
122. 2 2 2 2 2 1
123. 1 1 1 1 1 1
124. 1 2 2 2 2 1
125. 1 2 2 2 3 1
126. 1 1 2 1 1 1
127. 1 1 2 1 1 1
128. 1 2 2 3 3 2
129. 1 2 2 2 1 2
130. 1 2 2 2 2 2
131. 1 2 2 2 1 2
132. 1 2 2 2 1 2
133. 1 2 2 2 1 2
134. 1 2 2 2 2 2
135. 1 2 2 2 2 2
136. 1 2 1 2 1 2
137. 1 2 2 2 1 2
138. 1 2 2 2 2 2
139. 1 2 1 2 2 2
140. 1 2 2 2 2 2
141. 1 1 2 1 1 1
142. 1 2 1 2 4 2
143. 1 2 2 2 2 2
175
No Jenis Kelamin Umur Pendidikan Pengalaman Kerja Rata-rata
penugasan jabatan
144. 1 2 1 2 2 2
145. 1 2 2 2 1 2
146. 1 2 2 2 2 2
147. 1 2 2 2 3 2
148. 1 1 2 1 1 1
149. 1 2 2 2 2 2
150. 1 1 2 1 1 1
176
A. Jawaban Responden
No SE_1 SE_2 SE_3 SE_4 SE_5 SE_6 SE_7 SE_8 SE_9 SE_10 SE_11 SE_12 SE_13 SE_14
1. 4 4 4 5 3 4 4 4 3 5 3 4 5 4
2. 4 4 5 5 3 4 5 3 3 4 4 5 5 5
3. 3 4 4 5 4 4 5 5 3 4 4 4 5 4
4. 4 4 4 5 3 4 4 5 5 4 3 4 4 4
5. 4 4 3 4 3 4 4 4 3 2 3 3 4 3
6. 3 4 3 4 3 3 4 3 2 3 3 3 4 4
7. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4
8. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
9. 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3
10. 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4
11. 3 4 3 5 4 5 4 2 4 3 3 2 5 5
12. 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
13. 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5
14. 4 4 5 5 3 4 5 3 3 4 4 5 5 5
15. 4 4 4 5 3 4 4 5 5 4 3 4 4 4
16. 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
17. 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
18. 5 5 3 5 5 4 4 5 5 4 4 4 5 5
19. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
20. 5 5 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 5 5
21. 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5
177
No. SE_1 SE_2 SE_3 SE_4 SE_5 SE_6 SE_7 SE_8 SE_9 SE_10 SE_11 SE_12 SE_13 SE_14
22. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
23. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
24. 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5
25. 4 3 4 3 4 3 3 4 5 4 4 5 3 4
26. 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 4 3 5 4
27. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5
28. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
29. 5 5 5 5 4 5 5 4 3 5 5 4 5 5
30. 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4
31. 5 5 5 3 4 5 5 5 3 3 4 5 5 5
32. 4 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4 4 4 4
33. 4 4 4 3 4 3 5 5 4 5 3 4 3 3
34. 5 5 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3
35. 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3
36. 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
37. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4
38. 4 3 5 4 4 5 4 3 2 5 4 2 3 4
39. 4 3 5 3 4 5 4 3 3 4 5 4 3 4
40. 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4
41. 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3
42. 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
43. 4 3 4 5 5 5 3 4 3 5 4 3 4 4
44. 4 3 4 3 4 3 4 3 5 3 5 4 5 4
178
No. SE_1 SE_2 SE_3 SE_4 SE_5 SE_6 SE_7 SE_8 SE_9 SE_10 SE_11 SE_12 SE_13 SE_14
45. 4 4 3 4 4 3 3 5 4 2 4 3 4 3
46. 4 4 5 5 5 4 3 4 4 5 3 4 3 3
47. 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5
48. 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5
49. 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4
50. 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4
51. 5 5 3 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5
52. 4 4 3 3 4 3 5 5 4 3 3 4 3 4
53. 4 4 3 3 4 3 5 5 4 4 5 5 4 3
54. 4 4 3 3 4 3 5 4 3 4 4 3 3 4
55. 4 4 4 4 4 4 5 5 5 3 3 3 4 5
56. 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4
57. 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4
58. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
59. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
60. 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3
61. 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3
62. 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
63. 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
64. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
65. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
66. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
67. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
68. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
179
No. SE_1 SE_2 SE_3 SE_4 SE_5 SE_6 SE_7 SE_8 SE_9 SE_10 SE_11 SE_12 SE_13 SE_14
69. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
70. 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 5 3
71. 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4
72. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
73. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
74. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
75. 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
76. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
77. 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
78. 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
79. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
80. 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4
81. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
82. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
83. 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5
84. 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4
85. 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4
86. 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5
87. 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4
88. 4 3 4 5 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4
89. 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 3 3 5 4
90. 5 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 4 5 4
91. 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 3
180
No. SE_1 SE_2 SE_3 SE_4 SE_5 SE_6 SE_7 SE_8 SE_9 SE_10 SE_11 SE_12 SE_13 SE_14
92. 5 4 5 3 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5
93. 4 3 5 3 4 3 5 4 4 5 3 5 5 5
94. 4 4 4 4 4 5 3 5 5 4 3 4 5 5
95. 4 5 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 5 5
96. 4 3 4 4 4 5 5 5 4 3 3 3 5 5
97. 4 4 5 4 4 3 3 4 4 5 3 4 4 4
98. 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4
99. 5 5 5 5 4 4 3 4 5 5 4 5 5 5
100. 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
101. 4 4 5 4 3 3 5 3 4 3 2 4 4 4
102. 4 4 4 5 4 5 4 5 2 3 3 3 4 5
103. 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3
104. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
105. 4 5 3 4 3 3 3 5 5 4 3 3 3 3
106. 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3
107. 4 4 4 3 4 5 4 4 3 3 5 4 4 4
108. 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4
109. 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3
110. 3 3 3 4 3 4 4 4 5 5 4 4 4 4
111. 4 4 3 4 5 4 3 4 4 5 4 4 5 5
112. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4
113. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
114. 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5
115. 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4
181
No. SE_1 SE_2 SE_3 SE_4 SE_5 SE_6 SE_7 SE_8 SE_9 SE_10 SE_11 SE_12 SE_13 SE_14
116. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
117. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
118. 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4
119. 4 3 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4 3
120. 4 3 3 5 3 2 4 3 3 4 4 4 4 4
121. 4 4 3 4 4 4 4 4 5 5 4 3 4 4
122. 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5
123. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
124. 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5
125. 5 5 5 5 5 5 5 5 2 2 3 5 5 2
126. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
127. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
128. 4 5 4 5 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3
129. 3 3 3 3 4 4 4 5 4 3 3 2 3 3
130. 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4 5 5
131. 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4
132. 3 3 3 3 4 4 4 5 4 3 3 2 3 3
133. 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
134. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4
135. 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4
136. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
137. 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
138. 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5
182
No. SE_1 SE_2 SE_3 SE_4 SE_5 SE_6 SE_7 SE_8 SE_9 SE_10 SE_11 SE_12 SE_13 SE_14
139. 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4
140. 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 5 4
141. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
142. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5
143. 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4
144. 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5
145. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
146. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
147. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4
148. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
149. 5 5 5 5 4 3 4 5 4 5 5 5 5 3
150. 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5
183
No KT_1 KT_2 KT_3 KT_4 KT_5 KT_6 KT_7 KT_8 KT_9 KT_10
1. 4 2 2 3 4 4 5 3 1 4
2. 4 3 2 4 3 3 3 2 2 5
3. 5 2 2 3 4 4 4 4 3 5
4. 4 2 2 4 4 4 4 3 3 4
5. 3 2 2 3 4 3 4 2 2 3
6. 3 3 2 3 3 4 2 3 2 2
7. 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4
8. 4 3 2 4 4 4 4 2 2 4
9. 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4
10. 3 3 4 3 3 3 4 2 3 5
11. 3 2 2 4 4 2 5 3 2 4
12. 4 2 4 4 4 4 3 2 3 3
13. 4 4 4 4 4 4 3 2 3 2
14. 4 3 2 4 3 3 3 2 2 5
15. 4 2 2 4 4 4 4 3 3 4
16. 4 4 4 3 4 4 3 2 3 4
17. 4 4 4 3 4 4 3 2 3 4
18. 5 3 3 4 3 3 4 2 2 2
19. 5 2 2 4 4 4 5 2 2 3
20. 5 2 2 4 4 4 5 2 2 4
21. 4 4 3 4 3 3 5 5 4 5
184
No. KT_1 KT_2 KT_3 KT_4 KT_5 KT_6 KT_7 KT_8 KT_9 KT_10
22. 4 2 2 4 4 4 3 2 2 2
23. 4 2 2 3 3 3 4 2 2 2
24. 4 4 2 4 4 4 4 2 2 4
25. 5 4 4 4 5 3 4 1 4 4
26. 3 3 2 4 4 4 4 2 2 4
27. 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3
28. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
29. 5 2 2 5 5 5 5 2 2 3
30. 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4
31. 4 3 3 4 4 5 5 3 2 4
32. 4 4 3 4 3 3 4 2 2 3
33. 3 3 2 3 4 4 4 4 4 3
34. 4 2 2 4 3 4 4 1 2 3
35. 3 3 4 3 2 3 2 3 3 4
36. 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4
37. 4 4 4 3 4 3 4 3 3 5
38. 3 4 5 3 4 3 4 4 3 5
39. 4 3 4 5 4 3 4 3 4 3
40. 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4
41. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
42. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
43. 3 4 3 4 5 3 4 3 4 2
44. 4 3 4 2 3 1 4 3 5 4
185
No. KT_1 KT_2 KT_3 KT_4 KT_5 KT_6 KT_7 KT_8 KT_9 KT_10
45. 4 3 4 3 3 4 5 3 2 4
46. 5 5 4 4 3 4 5 4 4 5
47. 4 4 4 5 4 5 5 4 5 4
48. 4 4 4 5 4 4 5 4 5 5
49. 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4
50. 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4
51. 4 3 2 4 4 4 4 3 3 3
52. 3 2 2 3 3 2 3 4 4 4
53. 3 2 2 3 3 2 3 4 3 3
54. 3 2 2 3 3 2 3 3 4 3
55. 5 2 2 4 4 4 4 4 4 4
56. 4 2 2 5 4 4 2 2 2 2
57. 4 2 2 5 4 4 2 2 2 2
58. 5 3 3 4 3 3 4 4 4 4
59. 5 3 3 4 3 4 4 4 4 4
60. 3 4 4 3 3 3 3 2 4 4
61. 3 4 4 3 3 3 3 2 4 4
62. 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3
63. 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3
64. 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4
65. 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4
66. 4 2 3 3 4 3 3 3 3 3
67. 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
68. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
186
No. KT_1 KT_2 KT_3 KT_4 KT_5 KT_6 KT_7 KT_8 KT_9 KT_10
69. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
70. 4 3 2 4 4 4 4 4 3 4
71. 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4
72. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
73. 4 4 2 4 3 4 3 2 3 4
74. 4 4 2 4 3 4 3 2 3 4
75. 4 4 2 4 3 4 3 2 3 4
76. 4 4 2 4 3 4 3 2 3 4
77. 4 4 2 4 3 4 3 2 3 4
78. 4 4 2 4 3 4 3 2 3 4
79. 4 4 2 4 3 4 3 2 3 4
80. 4 4 2 4 3 4 3 2 3 4
81. 4 4 2 4 3 4 3 2 3 4
82. 4 4 2 4 3 4 3 2 3 4
83. 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3
84. 5 3 3 3 3 4 4 4 4 4
85. 5 3 3 3 3 4 4 4 4 4
86. 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3
87. 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5
88. 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5
89. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
90. 5 2 3 4 4 4 4 3 1 4
187
No. KT_1 KT_2 KT_3 KT_4 KT_5 KT_6 KT_7 KT_8 KT_9 KT_10
91. 4 1 5 4 5 5 5 5 4 5
92. 4 3 2 4 5 4 5 1 5 3
93. 5 1 1 5 4 5 5 3 2 5
94. 5 3 2 3 4 4 4 3 4 5
95. 3 4 4 5 4 4 4 2 1 5
96. 4 3 2 4 4 4 4 2 2 3
97. 4 3 2 3 3 3 3 3 3 4
98. 5 1 1 4 4 5 3 2 2 5
99. 4 1 2 4 4 4 5 1 4 5
100. 4 3 2 4 4 4 4 4 2 4
101. 3 3 2 3 3 4 4 4 2 5
102. 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4
103 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4
104. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
105. 3 2 2 3 1 3 4 4 3 3
106. 5 2 2 4 3 3 5 2 2 4
107. 4 3 3 3 4 5 5 2 4 4
108. 5 2 1 4 4 3 3 1 3 1
109. 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4
110. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
111. 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4
112. 3 3 4 2 3 1 2 2 2 3
188
No. KT_1 KT_2 KT_3 KT_4 KT_5 KT_6 KT_7 KT_8 KT_9 KT_10
113 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5
114. 4 4 5 5 4 3 4 4 4 4
115. 4 3 3 5 4 4 4 5 1 5
116. 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4
117. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
118. 3 1 1 3 3 3 2 2 1 3
119. 5 4 4 5 5 4 3 3 5 4
120. 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4
121. 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4
122. 4 2 3 5 5 5 5 5 5 5
123. 4 2 2 5 5 4 4 2 4 2
124. 5 2 2 5 5 5 5 5 1 1
125. 5 5 3 5 5 5 3 2 4 4
126. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
127. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
128. 4 2 2 4 3 4 4 2 1 2
129. 3 4 2 3 4 4 4 5 4 4
130. 5 3 5 5 4 5 5 5 5 3
131. 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4
132. 3 4 2 3 4 4 4 5 4 4
133. 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3
134. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
135. 4 1 2 5 5 4 4 4 4 4
136. 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5
189
No. KT_1 KT_2 KT_3 KT_4 KT_5 KT_6 KT_7 KT_8 KT_9 KT_10
137. 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4
138. 5 4 4 4 4 5 3 3 3 5
139. 4 2 2 5 3 4 4 4 3 3
140. 4 3 3 5 5 4 5 2 1 3
141. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
142. 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5
143. 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4
144. 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5
145. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
146. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
147. 5 4 2 5 5 5 5 2 1 4
148. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
149. 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5
150. 4 3 4 4 5 4 3 1 3 5
190
No. TK_1 TK_2 TK_3 TK_4 TK_5 TK_6 TK_7 TK_8
1. 2 1 1 3 1 1 1 1
2. 2 1 2 2 3 2 5 4
3. 3 2 1 2 3 2 2 3
4. 2 1 4 4 4 2 2 4
5. 3 2 2 2 2 2 3 2
6. 4 2 1 3 3 3 3 3
7. 2 2 2 2 2 2 3 2
8. 2 2 2 2 2 2 2 2
9. 4 3 4 3 4 3 4 3
10. 1 1 1 2 2 2 3 1
11. 2 2 2 2 2 2 3 3
12. 3 2 3 3 3 2 2 3
13. 3 2 2 4 2 2 3 3
14. 2 1 2 2 3 2 5 4
15. 2 1 4 4 4 2 2 4
16. 4 2 2 2 4 3 2 3
17. 4 2 2 2 4 3 2 3
18. 4 2 2 2 4 3 2 3
19. 1 1 1 1 1 1 4 4
20. 1 1 1 1 1 1 4 4
21. 5 1 5 1 1 1 4 1
22. 4 2 2 2 2 2 4 4
23. 4 2 2 2 2 2 4 4
191
No. TK_1 TK_2 TK_3 TK_4 TK_5 TK_6 TK_7 TK_8
24. 2 2 2 2 2 4 2 2
25. 1 4 1 1 4 4 5 1
26. 2 1 1 1 5 5 5 2
27. 1 1 1 1 1 3 3 1
28. 4 4 4 4 4 4 4 4
29. 2 2 3 2 2 3 3 2
30. 2 1 1 1 5 5 5 2
31. 3 3 2 2 2 3 2 3
32. 4 3 3 4 3 3 3 4
33. 3 3 1 3 3 2 1 3
34. 1 1 2 1 2 4 4 1
35. 4 4 4 4 3 3 3 4
36. 4 4 4 5 5 4 5 4
37. 5 4 4 4 5 5 5 5
38. 4 3 3 2 3 4 2 4
39. 4 3 4 3 4 2 4 4
40. 4 2 4 2 3 3 3 4
41. 4 4 3 4 4 3 3 4
42. 4 4 4 4 4 4 4 4
43. 3 3 5 3 2 3 4 3
44. 4 3 4 3 2 4 3 4
45. 4 5 3 4 3 2 4 4
46. 4 5 3 3 4 4 3 4
47. 4 5 5 4 5 4 5 4
192
No. TK_1 TK_2 TK_3 TK_4 TK_5 TK_6 TK_7 TK_8
48. 5 4 5 4 4 4 5 5
49. 4 4 4 3 4 3 4 4
50. 4 4 3 4 3 4 3 4
51. 3 1 1 1 1 1 1 3
52. 3 4 3 4 4 3 3 4
53. 3 4 3 4 4 3 3 4
54. 3 4 3 4 4 3 3 4
55. 2 2 2 2 2 2 5 4
56. 2 1 1 2 2 2 5 5
57. 2 1 1 2 2 2 5 5
58. 4 2 2 3 3 3 2 3
59. 4 2 2 3 3 3 2 3
60. 3 3 1 4 3 3 2 2
61. 2 2 1 4 3 3 2 2
62. 4 2 2 2 2 2 3 3
63. 4 2 2 2 2 2 3 3
64. 2 2 2 2 2 2 1 1
65. 2 2 2 2 2 2 1 1
66. 4 4 4 2 2 2 2 2
67. 3 3 3 3 3 3 3 3
68. 4 4 4 4 4 4 4 4
69. 3 3 3 3 3 3 3 3
70. 3 2 2 3 3 3 3 3
71. 2 2 2 3 3 3 2 2
193
No. TK_1 TK_2 TK_3 TK_4 TK_5 TK_6 TK_7 TK_8
72. 2 2 2 2 2 2 2 2
73. 2 2 2 3 3 3 3 3
74. 2 2 2 3 3 3 3 3
75. 2 2 2 3 3 3 3 3
76. 2 2 2 3 3 3 3 3
77. 2 2 2 3 3 3 3 3
78. 2 2 2 3 3 3 3 3
79. 2 2 2 3 3 3 3 3
80. 2 2 2 3 3 3 3 3
81. 2 2 2 3 3 3 3 3
82. 2 2 2 3 3 3 3 3
83. 4 4 4 4 3 4 4 4
84. 3 4 4 4 4 4 4 4
85. 3 4 4 4 4 4 4 4
86. 4 4 4 4 3 4 4 4
87. 5 5 5 5 3 4 4 4
88. 4 4 4 4 4 4 5 4
89. 4 1 1 1 2 2 5 4
90. 4 1 1 1 1 1 5 5
91. 1 1 1 1 2 2 2 2
92. 2 2 1 1 4 2 4 4
93. 1 1 1 3 3 3 4 3
94. 2 2 2 3 3 2 4 2
95. 5 1 1 1 1 1 4 5
194
No. TK_1 TK_2 TK_3 TK_4 TK_5 TK_6 TK_7 TK_8
96. 2 2 2 2 2 2 3 3
97. 4 1 1 3 1 1 4 4
98. 1 1 1 1 1 1 5 1
99. 5 1 1 1 1 1 5 5
100. 4 2 2 2 2 1 4 4
101. 2 2 2 2 2 2 4 4
102. 5 1 2 3 3 3 3 3
103. 3 4 4 3 5 4 5 4
104. 5 5 5 5 5 5 5 5
105. 3 1 1 5 1 1 5 1
106. 1 1 1 1 1 1 5 1
107. 3 4 3 3 3 3 4 3
108. 1 2 1 2 2 1 3 4
109. 4 3 3 3 3 3 3 4
110. 3 3 3 3 3 3 3 3
111. 4 2 4 5 5 4 4 5
112. 3 3 3 3 3 3 3 3
113. 5 5 5 3 4 4 4 4
114. 4 5 4 3 5 4 3 4
115. 5 1 1 1 2 2 2 1
116. 4 4 4 5 5 5 5 5
117. 4 3 4 4 3 4 4 3
195
No. TK_1 TK_2 TK_3 TK_4 TK_5 TK_6 TK_7 TK_8
118. 3 1 1 3 1 1 4 4
119. 4 3 4 4 3 5 4 3
120. 4 4 2 4 4 4 3 4
121. 2 2 3 4 3 4 4 4
122. 3 2 1 1 3 4 4 4
123. 3 2 1 1 1 2 1 3
124. 1 1 1 1 1 1 5 1
125. 3 1 5 5 3 2 5 5
126. 3 3 3 3 3 3 3 3
127. 3 3 3 3 3 3 3 3
128. 2 2 2 2 1 2 4 4
129. 3 3 2 3 2 3 3 3
130. 4 4 5 5 4 4 5 5
131. 4 5 4 4 4 4 5 5
132. 3 3 2 3 2 3 3 3
133. 3 3 3 4 3 3 3 3
134. 1 1 1 1 1 1 1 1
135. 2 1 1 1 2 1 3 2
136. 2 3 5 5 4 5 5 5
137. 5 5 5 5 5 5 5 5
138. 5 5 5 4 4 4 4 3
139. 4 2 4 3 3 3 3 3
140. 1 1 1 1 1 1 5 4
141. 4 4 4 4 4 4 4 4
196
No. TK_1 TK_2 TK_3 TK_4 TK_5 TK_6 TK_7 TK_8
142. 4 5 5 4 4 4 5 5
143. 5 4 4 4 4 4 5 5
144. 5 4 5 5 5 4 5 5
145. 4 4 4 4 4 4 4 4
146. 4 4 4 4 4 4 4 4
147. 1 1 1 1 1 1 5 5
148. 5 5 5 5 5 5 5 5
149. 4 5 1 3 2 2 5 5
150. 3 3 1 1 1 1 5 5
197
No. PE_1 PE_2 PE_3 PE_4 PE_5 PE_6 PE_7 PE_8
1. 4 5 5 4 4 5 4 5
2. 5 4 5 5 5 5 5 5
3. 3 4 3 4 5 5 4 4
4. 4 4 4 4 4 4 4 4
5. 3 3 3 4 4 4 4 3
6. 4 4 4 4 4 4 4 4
7. 4 4 4 4 4 4 4 4
8. 4 4 4 4 4 4 4 4
9. 3 4 3 4 3 4 3 4
10. 4 4 5 5 5 5 5 5
11. 4 4 4 4 4 4 4 4
12. 4 5 5 4 5 4 4 5
13. 3 3 4 4 4 5 5 4
14. 5 4 5 5 5 5 5 5
15. 4 4 4 4 4 4 4 4
16. 3 3 3 3 3 3 3 3
17. 3 3 3 3 3 3 3 3
18. 3 3 3 3 3 3 3 3
19. 4 4 4 4 4 4 4 4
20. 4 4 4 4 4 4 4 4
21. 5 5 4 4 5 5 5 5
22. 4 4 4 4 4 4 4 4
23. 4 4 4 4 4 4 4 4
24. 4 4 4 4 4 4 4 4
198
No. PE_1 PE_2 PE_3 PE_4 PE_5 PE_6 PE_7 PE_8
25. 5 5 5 5 5 5 5 5
26. 5 5 5 5 5 5 5 5
27. 5 5 5 5 5 5 5 5
28. 4 4 4 4 4 4 4 4
29. 5 5 4 5 5 5 5 5
30. 5 4 5 4 5 4 5 4
31. 4 5 5 5 5 5 4 4
32. 4 4 5 3 4 3 4 5
33. 2 4 4 4 4 4 4 3
34. 4 4 5 5 5 5 5 5
35. 4 3 3 3 3 3 3 3
36. 4 5 5 4 5 5 5 4
37. 4 4 5 5 4 4 4 4
38. 5 3 5 3 5 4 4 3
39. 5 4 4 4 5 4 3 4
40. 4 4 3 3 4 3 4 4
41. 4 4 4 4 4 5 5 5
42. 4 4 4 4 3 3 4 3
43. 4 3 4 3 4 3 4 3
44. 4 3 4 3 4 5 4 3
45. 2 4 3 5 3 2 3 4
46. 5 4 4 4 5 4 5 4
199
No. PE_1 PE_2 PE_3 PE_4 PE_5 PE_6 PE_7 PE_8
47. 5 4 5 5 5 5 5 4
48. 4 3 4 5 4 5 5 4
49. 4 4 4 4 4 4 4 4
50. 4 4 3 4 3 4 4 4
51. 4 4 4 4 5 5 4 4
52. 4 3 3 4 3 3 4 3
53. 4 3 3 4 3 3 4 4
54. 4 4 4 3 3 4 3 4
55. 4 4 4 4 4 4 4 4
56. 4 3 3 3 4 5 4 4
57. 4 3 3 4 4 5 4 4
58. 3 3 4 4 4 4 4 4
59. 3 3 4 4 4 4 4 4
60. 3 3 3 3 3 3 3 4
61. 3 3 3 3 3 3 3 4
62. 4 4 4 4 4 4 4 4
63. 4 4 4 4 4 4 4 4
64. 4 4 4 4 4 4 4 4
65. 4 4 4 4 4 4 4 4
66. 3 3 3 3 3 3 3 3
67. 3 3 3 3 3 3 3 3
68. 3 3 3 3 3 3 3 3
69. 3 3 3 3 3 3 3 3
70. 4 4 3 4 4 4 4 4
200
No. PE_1 PE_2 PE_3 PE_4 PE_5 PE_6 PE_7 PE_8
71. 3 3 4 4 4 4 3 3
72. 3 4 4 4 4 4 3 3
73. 4 4 4 4 4 4 4 4
74. 4 4 4 4 4 4 4 4
75. 4 4 4 4 4 4 4 4
76. 4 4 4 4 4 4 4 4
77. 4 4 4 4 4 4 4 4
78. 4 4 4 4 4 4 4 4
79. 4 4 4 4 4 4 4 4
80. 4 4 4 4 4 4 4 4
81. 4 4 4 4 4 4 4 4
82. 4 4 4 4 4 4 4 4
83. 4 4 4 4 4 4 4 4
84. 4 4 4 4 4 4 4 4
85. 4 4 4 4 5 4 4 5
86. 4 4 4 4 4 4 5 4
87. 4 5 5 5 5 4 5 4
88. 4 4 4 4 4 4 4 4
89. 4 4 5 3 3 5 4 5
90. 5 5 5 5 5 5 5 5
91. 5 5 4 5 5 4 5 4
92. 4 5 5 5 5 5 5 5
201
No. PE_1 PE_2 PE_3 PE_4 PE_5 PE_6 PE_7 PE_8
93. 5 4 3 5 5 5 5 5
94. 5 5 5 5 5 5 5 5
95. 5 4 5 5 5 5 4 5
96. 5 4 4 5 4 4 5 5
97. 4 4 4 4 4 4 4 4
98. 5 5 5 5 5 5 5 5
99. 5 5 4 4 5 4 4 4
100. 5 4 4 4 4 4 4 4
101. 4 4 4 4 4 5 4 5
102. 4 4 4 4 4 3 4 4
103. 4 3 4 3 4 5 4 4
104. 5 5 5 5 5 5 5 5
105. 5 5 5 4 5 5 5 5
106. 5 5 5 5 5 5 5 5
107. 3 5 4 3 4 2 4 3
108. 5 4 4 4 4 4 4 4
109. 3 3 4 4 4 3 3 3
110. 3 3 3 3 3 3 3 3
111. 4 4 3 5 4 4 3 4
112. 3 3 3 3 3 3 3 3
113. 4 5 5 5 5 5 5 5
114. 5 4 5 4 4 4 5 4
115. 5 5 5 5 5 5 5 5
116. 4 5 4 4 4 4 4 4
202
No. PE_1 PE_2 PE_3 PE_4 PE_5 PE_6 PE_7 PE_8
117. 4 4 3 4 3 3 3 3
118. 4 4 4 4 4 4 4 4
119. 4 3 5 4 4 5 3 4
120. 4 3 4 4 5 3 4 4
121. 5 5 5 5 5 5 5 5
122. 5 5 5 5 5 5 5 5
123. 4 4 4 4 4 5 4 5
124. 5 5 5 5 5 5 5 5
125. 5 5 5 5 5 5 5 5
126. 3 3 3 3 3 3 3 3
127. 3 3 3 3 3 3 3 3
128. 4 4 4 4 4 4 4 4
129. 3 3 3 3 3 3 3 3
130. 5 5 5 5 5 5 5 5
131. 4 5 5 4 5 5 4 5
132. 3 3 3 3 3 3 3 3
133. 3 3 3 3 3 3 3 3
134. 5 5 5 5 5 5 5 5
135. 5 4 4 5 4 5 5 5
136. 5 5 5 5 5 5 5 5
137. 5 5 5 5 5 5 5 5
203
No. PE_1 PE_2 PE_3 PE_4 PE_5 PE_6 PE_7 PE_8
138. 5 4 5 4 4 4 4 5
139. 4 4 4 4 4 3 4 4
140. 4 5 5 5 5 5 5 4
141. 4 4 4 4 4 4 4 4
142. 5 4 4 4 5 5 5 5
143. 4 5 4 4 5 4 5 4
144. 5 4 4 5 5 5 5 5
145. 4 4 4 4 4 4 4 4
146. 4 4 4 4 4 4 4 4
147. 5 5 5 5 5 5 5 5
148. 5 5 5 5 5 5 5 5
149. 5 5 5 5 5 5 5 5
150. 5 5 5 5 5 5 5 5
204
No. IND_
1
IND_
2
IND_
3
IND_
4
IND_
5
IND_
6
IND_
7
IND_
8
IND
_9
IND _
10
IND_
11
IND
_12
IND
_13
IND
_14
IND
_15
1. 4 5 5 4 4 5 4 4 5 5 3 2 4 2 4
2. 4 4 5 4 4 5 5 4 4 3 2 4 4 4 5
3. 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 2 3 3 3 3
4. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
5. 3 4 4 3 3 4 4 4 5 2 2 2 3 3 3
6. 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 4 2 2
7. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
8. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
9. 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4
10. 5 5 5 3 3 5 5 4 5 5 3 5 5 5 5
11. 4 4 5 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4
12. 4 4 4 4 5 5 4 5 5 5 4 4 3 3 5
13. 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4
14. 4 4 5 4 4 5 5 4 4 3 2 4 4 4 5
15. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
16. 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
17. 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
18. 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
19. 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 2 2 5 5
20. 5 4 4 4 4 5 4 4 4 3 2 2 4 3 4
21. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 2 5
22. 4 4 4 4 4 4 4 3 5 3 2 3 4 3 3
23. 4 4 4 4 4 4 4 3 5 3 2 3 4 3 3
205
No. IND_
1
IND_
2
IND_
3
IND_
4
IND_
5
IND_
6
IND_
7
IND_
8
IND
_9
IND _
10
IND_
11
IND
_12
IND
_13
IND
_14
IND
_15
24. 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 2 2 4
25. 5 5 5 4 4 5 5 3 5 5 4 2 3 2 4
26. 4 5 4 4 4 5 4 3 4 4 4 2 3 2 4
27. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 1 5 1 5
28. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
29. 4 5 5 2 4 4 3 4 5 2 3 2 4 3 5
30. 5 4 5 4 5 4 5 3 4 4 4 1 3 2 4
31. 4 4 4 3 5 5 5 5 4 4 2 4 3 4 5
32. 4 5 5 4 5 3 4 3 4 5 4 3 3 3 4
33. 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4
34. 5 5 5 5 5 5 5 4 5 3 3 4 4 4 5
35. 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4
36. 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5
37. 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 3 4
38. 5 4 3 3 2 4 3 3 2 4 2 4 3 4 4
39. 4 3 4 5 3 3 3 4 5 4 3 5 4 4 3
40. 4 5 5 5 5 5 5 3 5 3 3 3 4 4 4
41. 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4
42. 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4
43. 4 3 3 4 4 5 2 4 3 4 3 5 3 2 4
44. 5 4 2 3 1 4 4 4 4 3 4 3 4 2 4
45. 4 3 4 3 5 2 4 4 3 2 4 3 2 4 3
46. 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5
47. 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5
48. 5 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5
206
No. IND_
1
IND_
2
IND_
3
IND_
4
IND_
5
IND_
6
IND_
7
IND_
8
IND
_9
IND _
10
IND_
11
IND
_12
IND
_13
IND
_14
IND
_15
49. 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4
50. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
51. 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 3 5 3 5
52. 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3
53. 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3
54. 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3
55. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
56. 4 4 4 3 4 3 3 5 4 4 4 2 4 3 5
57. 4 4 4 3 4 3 3 5 4 4 4 2 4 3 5
58. 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4
59. 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4
60. 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 2 3 2 3
61. 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 2 3 2 3
62. 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4
63. 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4
64. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4
65. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4
66. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
67. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
68. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
69. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
70. 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 2 3 3 4
71. 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
72. 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
73. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
207
No. IND_
1
IND_
2
IND_
3
IND_
4
IND_
5
IND_
6
IND_
7
IND_
8
IND
_9
IND _
10
IND_
11
IND
_12
IND
_13
IND
_14
IND
_15
74. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
75. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
76. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
77. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
78. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
79. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
80. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
81. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
82. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
83. 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4
84. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4
85. 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
86. 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4
87. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
88. 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4
89. 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 1 4 4 3 5
90. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 2 4 4 5
91. 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4
92. 4 5 4 5 5 5 5 5 5 3 2 2 2 3 4
93. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 2 3 3 5 3
94. 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4
95. 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
96. 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 3 4 3 4
97. 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 3 3 4 3 4
98. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 3 5
208
No. IND_
1
IND_
2
IND_
3
IND_
4
IND_
5
IND_
6
IND_
7
IND_
8
IND
_9
IND _
10
IND_
11
IND
_12
IND
_13
IND
_14
IND
_15
99. 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 3 5
100. 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4
101. 4 4 4 4 4 5 4 5 4 2 1 2 4 2 1
102. 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4
103 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4
104. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
105. 5 5 3 4 4 3 5 5 5 5 3 2 2 2 5
106. 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1
107. 4 4 3 5 4 3 3 3 4 5 3 4 4 4 4
108. 3 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 2 2 2 4
109. 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4
110. 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
111. 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5
112. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3
113. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
114. 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4
115. 3 3 3 3 3 3 3 3 5 3 2 5 3 2 3
116. 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4
117. 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 5 4
118. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
119. 5 4 4 5 4 3 3 3 4 4 5 5 3 4 3
120. 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4
121. 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4
122. 5 5 4 5 5 5 4 3 4 5 5 5 3 4 4
123. 4 4 3 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5
209
No. IND_
1
IND_
2
IND_
3
IND_
4
IND_
5
IND_
6
IND_
7
IND_
8
IND
_9
IND _
10
IND_
11
IND
_12
IND
_13
IND
_14
IND
_15
124. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
125. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 3 5
126. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
127. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
128. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
129. 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
130. 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4
131. 5 4 5 4 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4
132. 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
133. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
134. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
135. 4 5 4 4 4 4 3 4 3 5 4 4 5 5 4
136. 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
137. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
138. 3 5 4 4 5 5 5 4 5 3 4 5 4 4 4
139. 4 4 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 5 5 5
140. 4 5 4 4 5 4 5 5 5 4 4 1 5 3 4
141. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
142. 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4
143. 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 5
144. 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5
145. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
146. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
147. 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 1 5 3 5
148. 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4
210
No. IND_
1
IND_
2
IND_
3
IND_
4
IND_
5
IND_
6
IND_
7
IND_
8
IND
_9
IND _
10
IND_
11
IND
_12
IND
_13
IND
_14
IND
_15
149. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5
150. 5 5 5 5 3 5 5 1 5 5 4 1 5 3 4
211
No. AJ_1 AJ_2 AJ_3 AJ_4 AJ_5 AJ_6
1. 3 3 3 3 4 4
2. 5 2 2 2 2 2
3. 3 4 3 4 4 3
4. 2 3 2 3 3 3
5. 3 3 3 2 3 3
6. 2 3 3 2 4 4
7. 4 3 3 2 3 3
8. 4 4 2 4 2 2
9. 3 4 3 3 4 3
10. 3 3 3 3 3 3
11. 2 2 2 4 4 4
12. 4 3 4 4 4 4
13. 3 3 3 3 3 3
14. 5 2 2 2 2 2
15. 2 3 2 3 3 3
16. 3 4 4 3 3 3
17. 3 4 4 3 3 3
18. 3 4 4 3 3 3
212
No. AJ_1 AJ_2 AJ_3 AJ_4 AJ_5 AJ_6
19. 5 5 5 5 5 5
20. 5 5 5 5 5 5
21. 4 3 2 4 3 5
22. 4 3 3 2 3 4
23. 4 3 3 2 3 4
24. 3 4 5 3 4 5
25. 3 4 4 3 4 4
26. 2 2 2 4 4 4
27. 3 3 3 5 5 5
28. 4 4 4 4 4 4
29. 4 5 5 5 5 3
30. 3 3 3 3 4 4
31. 2 4 4 3 5 5
32. 4 3 3 5 4 5
33. 4 4 4 5 5 5
34. 3 3 3 4 5 5
35. 4 4 4 3 4 4
36. 4 3 3 4 4 4
37. 4 3 4 5 5 5
38. 5 4 3 2 4 4
39. 4 3 4 5 4 4
40. 4 4 4 4 4 3
213
No. AJ_1 AJ_2 AJ_3 AJ_4 AJ_5 AJ_6
41. 4 4 4 4 4 4
42. 4 4 4 5 5 5
43. 4 3 4 4 3 4
44. 4 3 5 4 3 4
45. 2 3 4 2 3 2
46. 4 4 4 2 2 3
47. 5 4 5 5 4 4
48. 5 4 5 5 4 3
49. 4 4 4 4 4 4
50. 4 4 4 4 3 3
51. 5 2 2 2 4 3
52. 3 3 3 3 2 3
53. 3 2 3 3 3 3
54. 3 3 3 2 1 3
55. 3 3 3 3 3 3
56. 4 3 3 2 5 4
57. 4 3 3 4 5 4
58. 4 4 4 2 3 3
59. 4 4 4 2 3 3
60. 3 4 4 5 4 4
61. 3 4 4 5 4 4
62. 3 5 4 5 4 4
63. 3 5 4 5 4 4
64. 3 4 4 4 4 4
214
No. AJ_1 AJ_2 AJ_3 AJ_4 AJ_5 AJ_6
65. 3 4 4 4 4 4
66. 4 4 3 3 3 3
67. 3 3 3 3 3 3
68. 3 3 3 3 3 3
69. 3 3 3 3 3 3
70. 2 4 4 4 4 4
71. 3 4 4 5 4 4
72. 4 4 3 2 3 3
73. 3 4 3 4 4 4
74. 3 4 3 4 4 4
75. 3 4 3 4 4 4
76. 3 4 3 4 4 4
77. 3 4 3 4 4 4
78. 3 4 3 4 4 4
79. 3 4 3 4 4 4
80. 3 4 3 4 4 4
81. 3 4 3 4 4 4
82. 3 4 3 4 4 4
83. 5 5 5 4 4 4
84. 5 5 5 5 5 5
85. 5 5 5 5 5 5
86. 5 5 5 5 4 4
215
No. AJ_1 AJ_2 AJ_3 AJ_4 AJ_5 AJ_6
87. 5 5 5 4 4 4
88. 4 3 4 5 4 4
89. 3 3 3 3 3 3
90. 4 4 5 1 5 5
91. 4 4 5 5 5 5
92. 2 4 3 2 4 3
93. 5 5 5 5 5 5
94. 4 4 4 5 5 5
95. 5 1 2 5 5 5
96. 4 3 3 4 4 4
97. 3 3 3 3 5 2
98. 2 2 3 5 5 3
99. 5 5 5 5 5 5
100. 2 2 3 4 4 4
101. 5 3 4 3 4 4
102. 4 5 4 4 4 4
103. 4 4 4 3 4 4
104 5 5 5 5 5 5
105. 1 3 4 3 4 4
106. 2 5 5 1 5 5
107. 4 3 3 3 4 4
108. 2 2 2 5 5 5
109. 3 3 4 3 4 3
110. 3 5 3 3 4 3
216
No. AJ_1 AJ_2 AJ_3 AJ_4 AJ_5 AJ_6
111. 4 3 4 3 4 4
112. 3 3 3 3 3 3
113. 5 5 5 4 4 4
114. 4 4 4 4 4 5
115. 5 4 3 3 3 4
116. 5 4 4 4 4 5
117. 4 4 4 4 4 4
118. 1 4 4 3 4 4
119. 5 4 4 5 4 4
120. 5 4 3 3 4 4
121. 3 4 3 5 5 5
122. 4 4 5 5 5 5
123. 2 3 5 4 4 3
124. 5 5 5 3 5 5
125. 2 5 4 5 3 4
126. 3 3 3 3 3 3
127. 3 3 3 3 3 3
128. 3 5 5 5 4 4
129. 3 3 3 3 3 3
130. 5 5 5 4 4 5
131. 4 4 4 4 4 5
132. 3 3 3 3 3 3
217
No. AJ_1 AJ_2 AJ_3 AJ_4 AJ_5 AJ_6
133. 3 3 3 3 3 3
134. 5 5 5 1 1 1
135. 4 5 5 5 5 4
136. 4 4 5 5 5 4
137. 1 5 4 1 5 5
138. 4 5 5 5 5 4
139. 5 4 4 4 4 5
140. 5 5 5 4 4 4
141. 4 4 4 4 4 4
142. 4 4 4 4 5 4
143. 5 5 5 4 4 5
144. 5 5 4 4 5 5
145. 4 4 4 4 4 4
146. 4 4 4 4 4 4
147. 5 5 5 5 5 5
148. 5 4 5 5 5 5
149. 5 5 5 5 5 5
150. 4 4 4 4 5 4
218
LAMPIRAN V
OUTPUT HASIL PENELITIAN
219
Uji Deskriptif Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
SE 150 30 70 56.93 6.669
KT 150 20 50 35.76 5.395
TK 150 8 40 23.76 6.982
PE 150 24 40 32.89 4.805
IND 150 42 75 59.91 7.882
AJ 150 15 30 22.58 3.826
Valid N
(listwise)
150
220
UJI VALIDITAS
A. Self-Efficacy (X1)
Correlations
SE_1 SE_2 SE_3 SE_4 SE_5 SE_6 SE_7 SE_8 SE_9 SE_10 SE_11 SE_12 SE_13 SE_14
TOTAL_
SE
SE_1 Pearson
Correlation
1 .738** .573** .470** .598** .485** .479** .483** .372** .536** .598** .622** .617** .391** .814**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
SE_2 Pearson
Correlation
.738** 1 .418** .526** .426** .456** .434** .427** .339** .408** .422** .540** .549** .283** .711**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
SE_3 Pearson
Correlation
.573** .418** 1 .449** .518** .480** .467** .307** .278** .500** .473** .584** .526** .384** .717**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
SE_4 Pearson
Correlation
.470** .526** .449** 1 .403** .496** .299** .327** .239** .417** .306** .405** .574** .311** .639**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .003 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
SE_5 Pearson
Correlation
.598** .426** .518** .403** 1 .540** .371** .515** .415** .452** .567** .463** .494** .299** .726**
221
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
SE_6 Pearson
Correlation
.485** .456** .480** .496** .540** 1 .459** .460** .228** .374** .441** .387** .555** .490** .704**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .005 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
SE_7 Pearson
Correlation
.479** .434** .467** .299** .371** .459** 1 .416** .207* .286** .385** .456** .488** .386** .628**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .011 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
SE_8 Pearson
Correlation
.483** .427** .307** .327** .515** .460** .416** 1 .471** .316** .315** .408** .393** .256** .632**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .002 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
SE_9 Pearson
Correlation
.372** .339** .278** .239** .415** .228** .207* .471** 1 .419** .320** .345** .330** .284** .555**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .003 .000 .005 .011 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
SE_1
0
Pearson
Correlation
.536** .408** .500** .417** .452** .374** .286** .316** .419** 1 .560** .542** .458** .428** .695**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
222
SE_1
1
Pearson
Correlation
.598** .422** .473** .306** .567** .441** .385** .315** .320** .560** 1 .614** .543** .308** .705**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
SE_1
2
Pearson
Correlation
.622** .540** .584** .405** .463** .387** .456** .408** .345** .542** .614** 1 .633** .400** .766**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
SE_1
3
Pearson
Correlation
.617** .549** .526** .574** .494** .555** .488** .393** .330** .458** .543** .633** 1 .577** .798**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
SE_1
4
Pearson
Correlation
.391** .283** .384** .311** .299** .490** .386** .256** .284** .428** .308** .400** .577** 1 .600**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .002 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
SE Pearson
Correlation
.814** .711** .717** .639** .726** .704** .628** .632** .555** .695** .705** .766** .798** .600** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
223
B. Kompleksitas Tugas (X2)
Correlations
KT_1 KT_2 KT_3 KT_4 KT_5 KT_6 KT_7 KT_8 KT_9 KT_10
TOTAL_
KT
KT_1 Pearson
Correlation
1 .114 .086 .472** .362** .516** .428** .126 .184* .221** .511**
Sig. (2-tailed) .164 .294 .000 .000 .000 .000 .125 .024 .006 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
KT_2 Pearson
Correlation
.114 1 .582** .130 .116 .207* .064 .287** .462** .351** .587**
Sig. (2-tailed) .164 .000 .113 .157 .011 .436 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
KT_3 Pearson
Correlation
.086 .582** 1 .098 .286** .133 .225** .436** .531** .317** .659**
Sig. (2-tailed) .294 .000 .234 .000 .106 .006 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
KT_4 Pearson
Correlation
.472** .130 .098 1 .546** .589** .389** .161* .128 .120 .528**
Sig. (2-tailed) .000 .113 .234 .000 .000 .000 .049 .118 .142 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
KT_5 Pearson
Correlation
.362** .116 .286** .546** 1 .543** .469** .205* .253** .142 .593**
Sig. (2-tailed) .000 .157 .000 .000 .000 .000 .012 .002 .083 .000
224
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
KT_6 Pearson
Correlation
.516** .207* .133 .589** .543** 1 .455** .265** .173* .277** .625**
Sig. (2-tailed) .000 .011 .106 .000 .000 .000 .001 .034 .001 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
KT_7 Pearson
Correlation
.428** .064 .225** .389** .469** .455** 1 .396** .245** .324** .621**
Sig. (2-tailed) .000 .436 .006 .000 .000 .000 .000 .002 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
KT_8 Pearson
Correlation
.126 .287** .436** .161* .205* .265** .396** 1 .539** .360** .670**
Sig. (2-tailed) .125 .000 .000 .049 .012 .001 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
KT_9 Pearson
Correlation
.184* .462** .531** .128 .253** .173* .245** .539** 1 .346** .689**
Sig. (2-tailed) .024 .000 .000 .118 .002 .034 .002 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
KT_1
0
Pearson
Correlation
.221** .351** .317** .120 .142 .277** .324** .360** .346** 1 .582**
Sig. (2-tailed) .006 .000 .000 .142 .083 .001 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
KT Pearson
Correlation
.511** .587** .659** .528** .593** .625** .621** .670** .689** .582** 1
225
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
C. Tekanan Ketaatan (X3)
Correlations
TK_1 TK_2 TK_3 TK_4 TK_5 TK_6 TK_7 TK_8 TOTAL_TK
TK_1 Pearson
Correlatio
n
1 .547** .541** .373** .385** .441** .175* .336** .653**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000 .000 .032 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150
TK_2 Pearson
Correlatio
n
.547** 1 .726** .647** .685** .717** .186* .339** .841**
Sig. (2-
tailed)
.000
.000 .000 .000 .000 .023 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150
TK_3 Pearson
Correlatio
n
.541** .726** 1 .686** .714** .679** .223** .341** .854**
226
Sig. (2-
tailed)
.000 .000
.000 .000 .000 .006 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150
TK_4 Pearson
Correlatio
n
.373** .647** .686** 1 .715** .643** .148 .319** .785**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000
.000 .000 .072 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150
TK_5 Pearson
Correlatio
n
.385** .685** .714** .715** 1 .742** .076 .342** .805**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000
.000 .353 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150
TK_6 Pearson
Correlatio
n
.441** .717** .679** .643** .742** 1 .209* .414** .834**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000 .000
.010 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150
227
TK_7 Pearson
Correlatio
n
.175* .186* .223** .148 .076 .209* 1 .585** .430**
Sig. (2-
tailed)
.032 .023 .006 .072 .353 .010
.000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150
TK_8 Pearson
Correlatio
n
.336** .339** .341** .319** .342** .414** .585** 1 .617**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
.000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150
TK Pearson
Correlatio
n
.653** .841** .854** .785** .805** .834** .430** .617** 1
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
228
D. Persepsi Etis (X4)
Correlations
PE_1 PE_2 PE_3 PE_4 PE_5 PE_6 PE_7 PE_8 TOTAL_PE
PE_1 Pearson
Correlatio
n
1 .618** .648** .611** .706** .630** .733** .702** .829**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150
PE_2 Pearson
Correlatio
n
.618** 1 .691** .683** .706** .550** .673** .695** .821**
Sig. (2-
tailed)
.000
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150
PE_3 Pearson
Correlatio
n
.648** .691** 1 .628** .750** .658** .696** .678** .843**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000
.000 .000 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150
229
PE_4 Pearson
Correlatio
n
.611** .683** .628** 1 .716** .651** .730** .697** .835**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000
.000 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150
PE_5 Pearson
Correlatio
n
.706** .706** .750** .716** 1 .729** .788** .690** .892**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000
.000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150
PE_6 Pearson
Correlatio
n
.630** .550** .658** .651** .729** 1 .720** .744** .837**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000 .000
.000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150
PE_7 Pearson
Correlatio
n
.733** .673** .696** .730** .788** .720** 1 .734** .890**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000 .000 .000
.000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150
230
PE_8 Pearson
Correlatio
n
.702** .695** .678** .697** .690** .744** .734** 1 .871**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
.000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150
TOTAL_
PE
Pearson
Correlatio
n
.829** .821** .843** .835** .892** .837** .890** .871** 1
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
E. Independensi (X5)
Correlations
IND_
1
IND_
2
IND_
3
IND_
4
IND_
5
IND_
6
IND_
7
IND_
8
IND_
9
IND_
10
IND_
11
IND_
12
IND_
13
IND_
14
IND_
15 TOTAL_IND
IND_1 Pearson
Correlation
1 .675*
*
.577*
*
.501*
*
.487*
*
.603*
*
.604*
*
.471*
*
.522*
*
.556*
*
.270*
*
.200* .480*
*
.307*
*
.492*
*
.743**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .014 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
231
IND_2 Pearson
Correlation
.675** 1 .618*
*
.469*
*
.547*
*
.660*
*
.675*
*
.427*
*
.641*
*
.507*
*
.247*
*
.081 .477*
*
.240*
*
.487*
*
.734**
Sig. (2-
tailed)
.000
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .002 .322 .000 .003 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
IND_3 Pearson
Correlation
.577** .618*
*
1 .451*
*
.654*
*
.590*
*
.667*
*
.408*
*
.580*
*
.448*
*
.229*
*
.143 .451*
*
.270*
*
.372*
*
.711**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .005 .081 .000 .001 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
IND_4 Pearson
Correlation
.501** .469*
*
.451*
*
1 .514*
*
.542*
*
.545*
*
.356*
*
.504*
*
.455*
*
.287*
*
.208* .341*
*
.231*
*
.448*
*
.659**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .011 .000 .004 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
IND_5 Pearson
Correlation
.487** .547*
*
.654*
*
.514*
*
1 .548*
*
.610*
*
.551*
*
.574*
*
.472*
*
.306*
*
.197* .331*
*
.301*
*
.387*
*
.719**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .015 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
IND_6 Pearson
Correlation
.603** .660*
*
.590*
*
.542*
*
.548*
*
1 .697*
*
.487*
*
.604*
*
.442*
*
.145 .187* .440*
*
.262*
*
.456*
*
.729**
232
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000 .000
.000 .000 .000 .000 .076 .022 .000 .001 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
IND_7 Pearson
Correlation
.604** .675*
*
.667*
*
.545*
*
.610*
*
.697*
*
1 .499*
*
.653*
*
.477*
*
.231*
*
.124 .411*
*
.267*
*
.457*
*
.751**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000 .000 .000
.000 .000 .000 .004 .129 .000 .001 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
IND_8 Pearson
Correlation
.471** .427*
*
.408*
*
.356*
*
.551*
*
.487*
*
.499*
*
1 .541*
*
.453*
*
.341*
*
.291*
*
.492*
*
.376*
*
.463*
*
.701**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
IND_9 Pearson
Correlation
.522** .641*
*
.580*
*
.504*
*
.574*
*
.604*
*
.653*
*
.541*
*
1 .505*
*
.270*
*
.154 .484*
*
.183* .438*
*
.730**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
.000 .001 .061 .000 .025 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
IND_1
0
Pearson
Correlation
.556** .507*
*
.448*
*
.455*
*
.472*
*
.442*
*
.477*
*
.453*
*
.505*
*
1 .519*
*
.338*
*
.495*
*
.354*
*
.511*
*
.742**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
.000 .000 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
233
IND_1
1
Pearson
Correlation
.270** .247*
*
.229*
*
.287*
*
.306*
*
.145 .231*
*
.341*
*
.270*
*
.519*
*
1 .386*
*
.427*
*
.459*
*
.349*
*
.567**
Sig. (2-
tailed)
.001 .002 .005 .000 .000 .076 .004 .000 .001 .000
.000 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
IND_1
2
Pearson
Correlation
.200* .081 .143 .208* .197* .187* .124 .291*
*
.154 .338*
*
.386*
*
1 .384*
*
.603*
*
.174* .484**
Sig. (2-
tailed)
.014 .322 .081 .011 .015 .022 .129 .000 .061 .000 .000
.000 .000 .033 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
IND_1
3
Pearson
Correlation
.480** .477*
*
.451*
*
.341*
*
.331*
*
.440*
*
.411*
*
.492*
*
.484*
*
.495*
*
.427*
*
.384*
*
1 .425*
*
.400*
*
.699**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
.000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
IND_1
4
Pearson
Correlation
.307** .240*
*
.270*
*
.231*
*
.301*
*
.262*
*
.267*
*
.376*
*
.183* .354*
*
.459*
*
.603*
*
.425*
*
1 .292*
*
.580**
Sig. (2-
tailed)
.000 .003 .001 .004 .000 .001 .001 .000 .025 .000 .000 .000 .000
.000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
IND_1
5
Pearson
Correlation
.492** .487*
*
.372*
*
.448*
*
.387*
*
.456*
*
.457*
*
.463*
*
.438*
*
.511*
*
.349*
*
.174* .400*
*
.292*
*
1 .652**
234
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .033 .000 .000
.000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
IND Pearson
Correlation
.743** .734*
*
.711*
*
.659*
*
.719*
*
.729*
*
.751*
*
.701*
*
.730*
*
.742*
*
.567*
*
.484*
*
.699*
*
.580*
*
.652*
*
1
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
F. Audit Judgment (Y)
Correlations
AJ_1 AJ_2 AJ_3 AJ_4 AJ_5 AJ_6 TOTAL_AJ
AJ_1 Pearson Correlation 1 .319** .391** .236** .127 .231** .569**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .004 .121 .004 .000
N 150 150 150 150 150 150 150
AJ_2 Pearson Correlation .319** 1 .715** .265** .308** .324** .689**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150
AJ_3 Pearson Correlation .391** .715** 1 .336** .391** .381** .761**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150
235
AJ_4 Pearson Correlation .236** .265** .336** 1 .534** .499** .705**
Sig. (2-tailed) .004 .001 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150
AJ_5 Pearson Correlation .127 .308** .391** .534** 1 .726** .723**
Sig. (2-tailed) .121 .000 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150
AJ_6 Pearson Correlation .231** .324** .381** .499** .726** 1 .740**
Sig. (2-tailed) .004 .000 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150
AJ Pearson Correlation .569** .689** .761** .705** .723** .740** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 150 150 150 150 150 150 150
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
236
UJI RELIABILITAS
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 150 80.6
Excludeda 36 19.4
Total 186 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.801 6
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
TOTAL_SE 174.90 431.513 .691 .735
TOTAL_KT 196.07 473.263 .703 .740
TOTAL_TK 208.07 526.632 .287 .838
TOTAL_PE 198.94 519.211 .571 .771
TOTAL_IND 171.93 389.344 .694 .736
TOTAL_AJ 209.25 551.828 .562 .780
237
UJI ASUMSI KLASIK
1. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 150
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 3.12155947
Most Extreme Differences Absolute .070
Positive .070
Negative -.061
Test Statistic .070
Asymp. Sig. (2-tailed) .071c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
238
2. Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 3.365 2.404 1.400 .164
SE .063 .060 .109 1.048 .297 .425 2.352
KT .235 .074 .331 3.172 .002 .424 2.358
TK .017 .049 .032 .353 .725 .571 1.753
PE .090 .084 .113 1.062 .290 .411 2.434
IND .065 .055 .134 1.183 .239 .362 2.759
a. Dependent Variable: AJ
239
3. Uji Heteroskedastisitas
240
UJI HIPOTESIS
1. Regresi Linier Berganda
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 IND,
TK,
SE,
KT,
PEb
. Enter
a. Dependent Variable: AJ
b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .578a .334 .311 3.175
a. Predictors: (Constant), IND, PE, TK, KT, SE
b. Dependent Variable: AJ
241
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 728.664 5 145.733 14.454 .000b
Residual 1451.876 144 10.082
Total 2180.540 149
a. Dependent Variable: AJ
b. Predictors: (Constant), IND, TK, SE, KT, PE
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.365 2.404 1.400 .164
SE .063 .060 .109 1.048 .297
KT .235 .074 .331 3.172 .002
TK .017 .049 .032 .353 .725
PE .090 .084 .113 1.062 .290
IND .065 .055 .134 1.183 .239
a. Dependent Variable:_AJ
242