Aktivitas Antiparkinson Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma ...
PENGARUH RASIO EKSTRAK TEMULAWAK/POLIETILEN ...repository.usd.ac.id/11469/2/138114136_full.pdfvii...
Transcript of PENGARUH RASIO EKSTRAK TEMULAWAK/POLIETILEN ...repository.usd.ac.id/11469/2/138114136_full.pdfvii...
-
PENGARUH RASIO EKSTRAK TEMULAWAK/POLIETILEN GLIKOL
(PEG) 6000 DALAM SISTEM DISPERSI PADAT DENGAN METODE
PELELEHAN-PELARUTAN TERHADAP DISOLUSI KURKUMIN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Kendhi Swandanu
NIM : 138114136
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
i
Halaman Judul
PENGARUH RASIO EKSTRAK TEMULAWAK/POLIETILEN GLIKOL
(PEG) 6000 DALAM SISTEM DISPERSI PADAT DENGAN METODE
PELELEHAN-PELARUTAN TERHADAP DISOLUSI KURKUMIN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Kendhi Swandanu
NIM : 138114136
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kurpersembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus sang teladan pribadiku
Bapak, Mama yang senantiasa mendukung dalam doa dan pengharapan
Sahabat
Dan Almamater tercinta
Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia
Roma 8: 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas bimbingan, berkat,
dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pengaruh
Rasio Ekstrak Temulawak/Polietilen Glikol (PEG) 6000 dalam Sistem Dispersi
Padat dengan Metode Pelelehan-Pelarutan Terhadap Disolusi Kurkumin”
dengan baik untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi. Selama
proses yang dijalani, penulis telah melalui tahap dari penyusunan proposal,
penelitian, hingga penyusunan naskah skripsi ini. Terlepas dari itu, penulis tidak
melakukannya sendirian, sehingga penulis hendak mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Aris Widayati, M.Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
2. Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing atas
segala dorongan, masukan, saran selama proses penyusunan naskah dan
penelitian.
3. Ibu Beti Pudyastuti, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji atas masukan dan
saran selama penyusunan proposan dan naskah skripsi.
4. Ibu Dina Christin Ayuning Putri, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji atas
masukan dan saran selama penyusunan proposal dan naskah skripsi.
5. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt. selaku dosen penguji atas masukan
dan saran selama penyusunan proposal dan naskah skripsi.
6. Dr.rer.nat. Yosi Bayu Murti, M.Si., Apt. atas pemberian baku standar
kurkumin untuk digunakan pada penelitian ini
7. Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt. atas pembiayaan penelitian ini sehingga
penelitian dapat berjalan dengan baik
8. Bapak Musrifin, Bapak Wagiran, Bapak Bima, selaku laboran atas arahan
dan dukungan selama penelitian
9. Bapak Surandaru, Mama Wahyu Sriharini yang selalu mendukung dalam
doa dan memberikan dorongan serta semangat sehingga mampu melewati
proses skripsi dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
viii
Penulis menyadari bahwa naskah ini masih belum sempurna sehingga
penulis mohon maaf atas segala hal yang masih perlu disempurnakan melalui saran
yang membangun. Sebagai penutup, penulis berharap agar karya penelitian ini
dapat memberi kontribusi dan manfaat bagi pengetahuan dan masyarakat. Terima
kasih
Yogyakarta, 7 Juni 2017
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ix
PENGARUH RASIO EKSTRAK TEMULAWAK/POLIETILEN GLIKOL
(PEG) 6000 DALAM SISTEM DISPERSI PADAT DENGAN METODE
PELELEHAN-PELARUTAN TERHADAP DISOLUSI KURKUMIN
Kendhi Swandanu
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, Kampus III Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman,
Yogyakarta, Indonesia 55282
Telp. (0274) 883037, Fax. (0274) 886529
ABSTRAK
Kurkumin merupakan salah satu komponen aktif dalam temulawak
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) yang memiliki potensi pada aktivitas farmakologis.
Kurkumin termasuk dalam obat BCS (Biopharmaceutical Classification System)
kelas II di mana kelarutannya dalam air rendah namun memiliki permeabilitas
membran yang tinggi sehingga disolusi menjadi rate limiting step bioavailabilitas
oral kurkumin.
Metode yang dipilih untuk meningkatkan disolusi obat yaitu pembuatan
dispersi padat. Pembawa yang digunakan adalah polietilen glikol (PEG) 6000.
Metode dispersi padat yang digunakan adalah pelelehan-pelarutan. Pembuatan
dispersi padat dilakukan dengan variasi rasio ekstrak temulawak dan PEG 6000
sebesar 1:2, 1:4 dan 1:9. Karakterisasi dispersi padat dengan uji drug load, uji
kelarutan dan uji disolusi. Uji disolusi dispersi padat kurkumin dilakukan dengan
alat uji disolusi tipe 2 (dayung/paddle) dan penetapan kadar kurkuminoid dilakukan
dengan spektrofotometer UV-Visible. Perbandingan hasil disolusi dilihat dengan
nilai dissolution efficiency.
Pembuatan dispersi padat dapat meningkatkan kelarutan dan disolusi
kurkumin dibandingkan dengan campuran fisiknya (p
-
x
DISSOLUTION OF CURCUMIN BASED ON TEMULAWAK
EXTRACT/POLYETHYLENE GLYCOL (PEG) 6000 RATIO IN SOLID
DISPERSION SYSTEM WITH MELTING-SOLVENT METHOD
Kendhi Swandanu
Faculty of Pharmacy
University of Sanata Dharma, Kampus III Paingan, Maguwoharjo, Depok,
Sleman, Yogyakarta, Indonesia 55282
Telp. (0274) 883037, Fax. (0274) 886529
ABSTRACT
Curcumin is one of the active component in Temulawak (Curcuma
xanthorrhiza Roxb.) that proven to have pharmacological potential. Curcumin
classified in Biopharmaceutical Classification System (BCS) Class II with low
solubility in water but highly permeable in cell membrane. Therefore, dissolution
becoming the rate limiting step of curcumin oral bioavailability.
Solid dispersion preparation was chosen to enhance drug dissolution.
Polyethylene glycol was used as a carrier in solid dispersion system. The solid
dispersion was prepared using melting-solvent method in different ratios as follows
1:2, 1:4 and 1:9. Solubility testing and dissolution testing was used as the solid
dispersion characterization. USP apparatus type II (paddle) was used as dissolution
testing instrument. Spectrophotometer UV-visible was chosen to determine
concentration of curcuminoid. The dissolution was interpret using dissolution
efficiency (DE).
The use of solid dispersion system with 1:2, 1:4 and 1:9 ratio enhance the
solubility and dissolution rate of curcumin than its’ physical mixture (p value
-
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... ii
PENGESAHAN SKRIPSI BERJUDUL ............................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. v
PERNYATAAN PUBLIKASI ........................................................................... vi
PRAKATA ........................................................................................................ vii
ABSTRAK ......................................................................................................... ix
ABSTRACT ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................................xi
DAFTAR TABEL ..............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xv
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
METODE PENELITIAN
Verifikasi Metode Analisis ...................................................................... 4
Pembuatan Dispersi Padat ........................................................................ 4
Pembuatan Serbuk Campuran Fisik ......................................................... 5
Uji drug load ............................................................................................ 5
Uji kelarutan ............................................................................................. 5
Uji disolusi ............................................................................................... 5
Penetapan Kadar Kurkumin Terdisolusi .................................................. 6
Analisis Hasil Uji Kelarutan dan Uji Disolusi ......................................... 6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Verifikasi metode analisis ........................................................................ 7
Uji drug load ............................................................................................ 9
Uji kelarutan ............................................................................................. 9
Uji disolusi ................................................................................................ 11
KESIMPULAN .................................................................................................... 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xii
SARAN ................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16
LAMPIRAN ......................................................................................................... 19
BIOGRAFI PENULIS ......................................................................................... 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Hasil perhitungan parameter akurasi dan presisi .................................... 8
Tabel II. Hasil uji drug load campuran fisik (CF) dan dispersi padat (DP) ........ 9
Tabel III. Hasil uji kelarutan campuran fisik (CF) dan dispersi padat (DP) ........ 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kurva Baku Kurkumin dalam Medium Disolusi (n=3) ..................... 7
Gambar 2. Perbandingan Kelarutan Dispersi Padat dan Campuran Fisik (n=3) .. 10
Gambar 3. Kurva Rata-Rata Persen Terdisolusi (%) vs Waktu (menit) dan Nilai
Dissolution efficiency Menit ke-120 ................................................... 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of Analysis (COA) ekstrak temulawak dari PT.
Phytochemindo Reksa .............................................................. 19
Lampiran 2. Penentuan panjang gelombang maksimum ................................... 20
Lampiran 3. Verifikasi metode analisis: akurasi dan presisi .............................. 24
Lampiran 4. Summary output regression statistics untuk kurva baku medium
disolusi .......................................................................................... 25
Lampiran 5. Kurva baku metanol ....................................................................... 25
Lampiran 6. Summary output regression statistics untuk kurva baku metanol . 26
Lampiran 7. Perhitungan bahan pada pembuatan dispersi padat dan campuran fisik
tiap rasio ........................................................................................ 26
Lampiran 8. Pembuatan dispersi padat .............................................................. 26
Lampiran 9. Statistika uji kelarutan ................................................................... 28
Lampiran 10. Uji Disolusi .................................................................................. 31
Lampiran 11. Statistika uji disolusi dispersi padat dan campuran fisik ............. 34
Lampiran 12. Statistika uji disolusi perbedaan rasio dispersi padat .................. 37
Lampiran 13. Proses pembuatan dispersi padat ................................................. 38
Lampiran 14. Alat uji disolusi tipe dayung ........................................................ 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
1
PENDAHULUAN
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan tanaman asli
Indonesia (endogenous plant) yang sering digunakan pada industri makanan lokal
serta memiliki beberapa manfaat farmakologis. Komponen yang terdapat dalam
temulawak yaitu Xantorizol sebagai komponen utama dan kurkuminoid (Sumiwi
and Sidik, 2008). Kurkuminoid merupakan senyawa yang dikenal memiliki banyak
manfaat untuk kesehatan. Kurkuminoid terdiri dari kurkumin, demetoksikurkumin
dan bis-demetoksikurkumin (Goel et al., 2008). Kurkumin telah dibuktikan dalam
beberapa penelitian memiliki berbagai macam aktivitas antara lain antioksidan
(Rosidi et al., 2016), antiinflamasi (Ferreira et al., 2015), hepatoprotektor (Devaraj
et al., 2010), antibakteri (Mohammed and Habil, 2015) serta terapi pada penyakit
Alzheimer (Yao and Xue, 2014). Manfaat-manfaat tersebut menyebabkan
kurkumin banyak diminati sebagai pengobatan alami. Namun, hal yang menjadi
penghambat utama kurkumin sebagai obat oral adalah kurangnya kelarutan
kurkumin dalam air yang dikarenakan memiliki kelarutan dalam air sebesar 11
ng/mL (Tonnesen, Masson and Loftsson, 2002). Kurkumin termasuk ke dalam obat
Biopharmaceutical Classification System (BCS) kelas II yang memiliki kelarutan
dalam air yang rendah namun memiliki permeabilitas membran yang tinggi. Untuk
itu, kelarutan menjadi kendala utama dalam bentuk sediaan oral (Fudholi, 2013).
Untuk obat-obatan yang termasuk dalam BCS kelas II, disolusi menjadi parameter
utama atau rate limiting step dalam menentukan bioavailabilitas (ketersediaan
hayati) oral (Wang et al., 2015).
Beberapa teknik dalam meningkatkan disolusi obat telah dilakukan, antara
lain kosolvensi (Kharwade et al., 2012), pembentukan garam (Serajuddin, 2007),
dan teknik mikronisasi. Selain teknik yang telah disebutkan, terdapat cara lain yang
dapat digunakan untuk meningkatkan disolusi yaitu dengan pembuatan dispersi
padat. Komponen penyusun dispersi padat adalah obat hidrofobik dalam matriks
atau pembawa yang bersifat hidrofilik. Mekanisme peningkatan kelarutan yang
terjadi pada dispersi padat antara lain peningkatan luas permukaan kontak zat
dengan matriks pembawanya karena terdapat luas permukaan yang cukup besar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
menjadikan bentuk amorf serta peningkatan pembasahan dengan kontak langsung
obat dengan matriks (Mogal et al., 2012). Kestabilan dispersi padat ditentukan oleh
pembawa yang digunakan. Pembawa yang digunakan pada penelitian ini adalah
polietilen glikol 6000 (PEG 6000) dengan alasan memiliki nilai titik lebur kecil,
bersifat hidrofilik, memiliki toksisitas yang rendah (Afifi, 2015) serta memiliki
tingkat solidifikasi atau pemadatan yang cepat (Bley et al., 2010). Metode yang
digunakan untuk pembuatan dispersi padat adalah melting-solvent method atau
pelelehan-pelarutan. Metode pelelehan-pelarutan dilakukan dengan melarutkan
bahan obat terlebih dahulu dalam pelarut yang sesuai, kemudian dicampur dengan
hasil pelelehan pembawa (Leuner and Dressman, 2000).
Pembuatan dispersi padat dilakukan dengan beberapa rasio tertentu.
Penentuan rasio dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan. Pada penelitian
Patil dan Gaikwad (2011) didapatkan peningkatan pada profil disolusi obat
gliclazide dengan pembuatan dispersi padat menggunakan metode pelelehan
(fusion method) dengan perbandingan 1:1, 1:3 dan 1:5 masing-masing 90,43%,
92,97% dan 97,93%. Terlihat bahwa semakin banyak pembawa maka semakin
tinggi peningkatan disolusi, maka pada penelitian ini digunakan rasio ekstrak dan
pembawa sebesar 1:2, 1:4 dan 1:9. Rasio tersebut mengacu pada penelitian
Prasanthi, Rao dan Manikiran (2010) yang membuat dispersi padat lasidipin dengan
pembawa PEG 6000. Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pengaruh rasio
dispersi padat ekstrak temulawak dengan PEG 6000 terhadap disolusi kurkumin.
METODE PENELITIAN
Bahan Penelitian
Standar baku kurkumin (diisolasi oleh Dr.rer.nat. Yosi Bayu Murti, M.Si.,
Apt.), ekstrak temulawak (PT. Phytochemindo Reksa) dengan kadar kurkuminoid
minimal 15,06%, metanol p.a. (Merck), etanol teknis, akuades, cangkang kapsul
keras ukuran 00 (Kapsulindo Nusantara), polietilen glikol 6000 sebagai pembawa,
Sodium Lauryl Sulphate (SLS) (Merck) dan Sodium Dihydrogen Phosphate
Dihydrate/NaH2PO4.2H2O (Merck).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
Alat Penelitian
Alat gelas (Pyrex Iwaki), neraca analitik (Mettler Toledo), hotplate
magnetic stirrer (Wilten & Co), water bath (Gerhardt), makropipet (Socorex),
mikropipet (Socorex), pH meter (Wissenschaftlich-Technische-Werkstatten pH
3310 SET), orbital shaker (Innova 2100), alat uji disolusi tipe dayung (Guoming
RC-6D), centrifuge (Gemmy PLC-05), mortir dan stamper, ayakan no. mesh 50,
dan spektrofotometer UV-Visibel (Shimadzu UV-1800).
Pembuatan larutan baku kurkumin
1. Larutan stok kurkumin (konsentrasi 1000 µg/mL)
Kurkumin ditimbang seksama sebanyak 1,0 mg, dimasukkan
kedalam effendorf dan diencerkan dengan metanol p.a sebanyak 1 ml
terlindung cahaya. Larutan kurkumin yang didapat memiliki konsentrasi
sebesar 1 µg/mL.
2. Larutan intermediet (konsentrasi 10 µg/mL)
Larutan stok kurkumin 0,1 ml diambil kemudian dimasukkan dalam
labu takar 10,0 ml dan diencerkan dengan metanol p.a hingga batas tanda,
terlindung cahaya. Larutan kurkumin yang didapat memiliki konsentrasi
0,01 µg/mL.
3. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum (λ maks)
Larutan intermediet kurkumin diambil sebanyak 0,25 ml; 1,5 ml dan
3 ml kemudian diencerkan dengan medium disolusi (dapat fosfat pH 6,0
dan sodium lauryl sulphate 0,5%) pada labu takar 10,0 ml. Larutan ini
diukur absorbansinya pada panjang gelombang antara 400-600 nm,
kemudian dibaca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang
antara 400 – 600 nm.
4. Pembuatan kurva baku
Dari larutan intermediet kurkumin kemudian diencerkan dengan
konsentrasi 0,54 µg/mL, 1,07 µg/mL, 2,15 µg/mL, 3,23 µg/mL, 4,31
µg/mL, 5,38 µg/mL. Larutan ini diukur absorbansinya pada panjang
gelombang maksimum. Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali. Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
dihitung menggunakan regresi linier sehingga diperoleh persamaan kurva
baku.
Verifikasi Metode Analisis
1. Penetapan parameter linearitas
Parameter linearitas didapatkan dengan nilai koefisien korelasi (r) dari
persamaan regresi linear tiga replikasi kurva baku. Konsentrasi yang
digunakan yaitu 0,01 µg/mL; 0,02 µg/mL; 0,04 µg/mL; 0,09 µg/mL; 0,17
µg/mL; 0,22 µg/mL; 0,43 µg/mL; 0,53 µg/mL; 1,07 µg/mL; 2,15 µg/mL;
3,23 µg/mL; 4,31 µg/mL; 5,38 µg/mL; 6,46 µg/mL. Replikasi dilakukan
sebanyak tiga kali dan dihitung persamaan regresi linear nya untuk
mendapatkan nilai r.
2. Penetapan parameter akurasi dan presisi
Parameter akurasi ditetapkan dengan nilai perhitungan perolehan kembali,
sedangkan parameter presisi ditetapkan dengan nilai perhitungan koefisien
variasi. Konsentrasi larutan baku kurkumin dibuat sebanyak 3 konsentrasi
yang berbeda (0,54; 3,23; dan 5,38 µg/mL). Replikasi dilakukan sebanyak
3 kali.
Pembuatan Dispersi Padat Ekstrak Temulawak-PEG 6000
Dispersi padat ekstrak temulawak – PEG 6000 dibuat dengan menimbang
serbuk ekstrak temulawak dan PEG 6000 masing-masing sebesar perbandingan 1:2,
1:4 dan 1:9 dengan bobot total sebesar 5 gram. Ekstrak temulawak terlebih dahulu
dilarutkan dengan etanol dan bersamaan dengan itu PEG 6000 dilelehkan dalam
cawan porselen pada water bath dengan suhu 60 oC. Setelah itu larutan kurkumin
tersebut dimasukkan dalam cawan porselen yang telah berisi lelehan PEG. Setelah
pelarut etanol menguap, campuran kemudian didiamkan selama 5 menit dan
didinginkan menggunakan penangas es agar didapatkan suatu padatan. Padatan
tersebut kemudian dihancurkan dengan cara digerus lalu diayak dengan ayakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
nomor mesh 50 kemudian disimpan dengan dimasukkan dalam desikator untuk
dilakukan uji berikutnya.
Pembuatan Serbuk Campuran Fisik
Serbuk campuran fisik dibuat dengan cara menimbang serbuk ekstrak
temulawak dan PEG 6000 yang sebelumnya telah dihaluskan dan diayak dengan
perbandingan 1:2, 1:4 dan 1:9. Serbuk ekstrak temulawak dan PEG 6000 dicampur
dengan lembut hingga homogen menggunakan mortir dan stamper, kemudian
diayak dengan ayakan nomor mesh 50 kemudian dimasukkan dalam desikator
untuk uji berikutnya.
Uji Drug Load
Uji drug load dilakukan dengan cara menimbang sebanyak 25 mg serbuk
dispersi padat dan campuran fisik kemudian dilarutkan dalam 25 mL metanol p.a.
dan dianalisis dengan spektrofotometer UV-Visibel pada panjang gelombang 425
nm.
Uji Kelarutan
Uji kelarutan dilakukan dengan cara menimbang dispersi padat dan
campuran fisik sebanyak 25 mg kemudian dilarutkan dalam 25 ml dapar fosfat pH
6,0 menggunakan erlenmeyer dan diaduk menggunakan orbital shaker dengan
kecepatan 75 rpm selama 48 jam di suhu ruangan (25o C) terlindung dari cahaya.
Sampel kemudian disaring dan diambil 5 mL untuk dianalisis dengan
spektrofotometer UV-Visibel pada panjang gelombang 431 nm. Replikasi
dilakukan sebanyak 3 kali. Hasil yang didapatkan kemudian dianalisis dengan Real
Statistics Microsoft Excel untuk melihat signifikansi tiap rasio formula.
Uji Disolusi
Uji disolusi dilakukan dengan alat uji disolusi tipe dayung. Medium yang
digunakan adalah dapar fosfat pH 6,0 dan sodium lauryl sulphate (SLS) 0,5%.
Kecepatan putar dayung diatur 75 rpm dan suhu diatur 37±0,5oC. Volume medium
disolusi yang digunakan adalah 500 ml. Kapsul yang digunakan adalah kapsul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
cangkang keras ukuran 00. Sebelum dilakukan disolusi, pada kapsul diberi
pemberat lebih dulu agar kapsul tenggelam. Sampel disolusi diambil sebanyak 1
mL pada menit ke-10, 15, 30, 45, 60, 90 dan 120. Setelah sampel diambil diganti
dengan 1 mL medium yang baru pada suhu yang sama. Dilakukan replikasi
sebanyak 3 kali.
Penetapan Kadar Kurkumin Terdisolusi dengan Spektrofotometri Visibel
Sampel sebanyak 1 ml diambil dan di-centrifuge untuk menghilangkan
endapan di dalam cuplikan dengan kecepatan 6000 rpm selama 5 menit kemudian
diencerkan ke dalam labu takar 5 ml dan diukur absorbansinya pada
spektrofotometer UV-visibel kemudian ditetapkan kadarnya.
Analisis Hasil Uji Kelarutan dan Disolusi
Uji statistik dilakukan dengan aplikasi real statistic yang dipasang pada
Microsoft Excel. Uji normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk. Unpaired-T-
test digunakan untuk data terdistribusi normal dan Mann Whitney Test untuk data
terdistribusi tidak normal pada perbedaan kelarutan dan profil disolusi dispersi
padat dengan campuran fisik. Perbedaan profil disolusi kurkumin antara dispersi
padat dengan campuran fisik digunakan nilai DE120. Untuk melihat signifikansi
pengaruh rasio ekstrak dan pembawa terhadap disolusi kurkumin digunakan
ANOVA untuk data terdistribusi normal dan Uji Kruskal-Wallis untuk data
terdistribusi tidak normal. Taraf kepercayaan yang digunakan sebesar 95%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh rasio ekstrak
temulawak dan PEG 6000 dalam sistem dispersi padat terhadap disolusi
kurkumin.Metode yang digunakan pada pembuatan dispersi padat adalah metode
pelelehan-pelarutan.
Metode pelelehan-pelarutan digunakan untuk pembawa yang memiliki titik
leleh yang rendah namun memiliki kemampuan solidifikasi atau pemadatan yang
cepat. Metode ini memiliki keuntungan yaitu meningkatkan homogenitas obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
dalam pembawa serta mengurangi jumlah pelarut yang digunakan dibandingkan
dengan metode penguapan pelarut.
Verifikasi Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada metode
analisis kurkumin dengan spektrofotometri UV-Visibel yang divalidasi oleh
Sharma et al. (2012).
1. Linearitas
Pengukuran linearitas dilihat dengan koefisien korelasi (r).
Pengukuran dilakukan dengan membuat 14 seri konsentrasi baku kurkumin
dengan konsentrasi 0,01 µg/mL; 0,02 µg/mL; 0,04 µg/mL; 0,09 µg/mL;
0,17 µg/mL; 0,22 µg/mL; 0,43 µg/mL; 0,53 µg/mL; 1,07 µg/mL; 2,15
µg/mL; 3,23 µg/mL; 4,31 µg/mL; 5,38 µg/mL; 6,46 µg/mL. Hasil uji
linearitas yang didapat (r) untuk kurkumin pada medium disolusi sebesar
0,998, hal tersebut telah memenuhi persyaratan AOAC (2002) tentang
linearitas yang baik yaitu > 0,99.
Gambar 1. Kurva korelasi konsentrasi dengan absorbansi (n=3)
y = 0.1307x + 0.0015
R² = 0.9963
r = 0,998
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
0 2 4 6 8
Ab
sorb
an
si
Konsentrasi (µg/mL)
Kurva Baku Kurkumin dalam Medium Disolusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
2. Akurasi dan presisi
Pengukuran akurasi dapat dilihat dari kedekatan konsentrasi terukur
dengan konsentrasi sebenarnya, sedangkan pengukuran presisi dapat dilihat
dari nilai coefficient of variation (CV). Kedekatan konsentrasi dihitung
dengan cara menghitung banyaknya analit yang didapatkan kembali setelah
9 kali pengukuran pada 3 tingkat konsentrasi yang berbeda, sedangkan
presisi diukur dari analisis 9 kali pengukuran kadar dengan 3 konsentrasi
yang berbeda. Konsentrasi yang digunakan untuk mengukur akurasi dan
presisi yaitu 0,54; 3,23 dan 5,38 µg/mL.
Tabel I. Hasil Perhitungan Parameter Akurasi dan Presisi
Keterangan
Konsentrasi
teoritis
(µg/mL)
Konsentrasi
perhitungan
(µg/mL)
Perolehan
kembali
(%)
CV (%)
Rendah
Rep I 0,54 0,53 98,84
0,83 Rep II 0,54 0,54 100,26
Rep III 0,54 0,53 98,84
Sedang
Rep I 3,23 3,29 102,01
1,83 Rep II 3,23 3,35 103,67
Rep III 3,23 3,42 105,80
Tinggi
Rep I 5,38 5,58 103,71
2,42 Rep II 5,38 5,82 108,11
Rep III 5,38 5,83 108,26
Berdasar hasil perhitungan yang terdapat pada Tabel I, dapat dilihat
nilai perolehan kembali berada pada rentang 98,84-108,26%. Hasil tersebut
masih memenuhi persyaratan yang diberikan oleh AOAC (2016) tentang
perolehan kembali untuk sampel dengan konsentrasi 1 µg/mL, yaitu 80-
110%. Nilai CV yang didapat menunjukkan hasil sebesar 0,83-2,42%. Hasil
tersebut masih memenuhi persyaratan dari AOAC (2016) tentang nilai CV
yaitu sebesar 11% untuk konsentrasi 1 µg/mL. Setelah didapatkan nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
linearitas, akurasi dan presisi, dapat disimpulkan bahwa metode yang
digunakan valid dan dapat dipakai untuk penelitian ini.
Uji Drug Load Campuran Fisik dan Dispersi Padat
Pengujian drug load dilakukan untuk mengetahui kadar kurkuminoid
sebenarnya pada rasio yang digunakan serta mengetahui kehilangan obat pada
proses pembuatan sistem. Hasil dari uji drug load dapat dilihat pada Tabel II.
Tabel II. Hasil Uji Drug Load Campuran Fisik (CF) dan Dispersi Padat (DP)
Sampel
(n=3) CF 1:2 CF 1:4 CF 1:9 DP 1:2 DP 1:4 DP 1:9
112,79 104,97 94,46 105,51 84,72 66,26
106,47 93,87 91,77 103,09 105,17 68,71
101,87 97,24 100,58 107,22 91,81 66,26
x̄ ± SD (%) 107,01 ±
5,49
98,69 ±
5,69
95,60 ±
4,52
105,27 ±
2,08
93,90 ±
10,38
67,08 ±
1,41
CV (%) 5,13 5,76 4,73 1,97 11,06 2,11
Tabel II menunjukkan nilai persen perolehan kembali (% recovery) dari uji
drug load. Nilai % recovery yang diharapkan yaitu sebesar 100%. Pada tabel
terdapat ketidaksesuaian nilai drug load dengan drug load sebenarnya. Hal tersebut
dapat disebabkan oleh terjadinya kehilangan saat proses pembuatan sediaan. Selain
itu dapat dilihat bahwa rasio 1:9 lebih kecil dibandingkan dengan drug load lainnya.
Hal tersebut dapat dikarenakan terjadinya ketidakstabilan pada kurkumin karena
pengaruh hidrolisis yang terjadi karena sediaan masih mengandung molekul air.
Semakin tinggi PEG yang digunakan maka semakin mudah sediaan menyerap
molekul air di sekitarnya karena PEG bersifat higroskopis.
Uji Kelarutan Campuran Fisik dan Dispersi Padat
Uji kelarutan dilakukan untuk mengetahui dan membandingkan antara
kelarutan campuran fisik dengan dispersi padat pada dapar fosfat pH 6,0 tanpa ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
penambahan sodium lauryl sulphate (SLS) 0,5%. Hasil dari uji kelarutan dapat
dilihat pada Tabel III.
Tabel III. Hasil Uji Kelarutan Campuran Fisik (CF) dan Dispersi Padat (DP)
Sampel (n=3) DP 1:2 CF 1:2 DP 1:4 CF 1:4 DP 1:9 CF 1:9
0,75 0,38 0,86 0,07 1,44 0,44
0,71 0,30 0,88 0,07 1,34 0,39
0,65 0,30 0,88 0,04 1,34 0,40
x̄ ± SD (%) 0,70 ±
0,05
0,33 ±
0,04
0,87 ±
0,01
0,06 ±
0,02
1,37 ±
0,06
0,41 ±
0,03
CV (%) 6,56 13,48 1,34 26,57 6,74 4,35
Peningkatan 2,1 kali 14,5 kali 3,3 kali
Keterangan: SD = standar deviasi, CF = campuran fisik, DP = dispersi padat
Berdasarkan data tersebut, terjadi peningkatan kelarutan antara dispersi
padat dibandingkan dengan campuran fisik. Peningkatan yang terjadi masing-
masing sebesar 2,1 kali, 14,5 kali dan 3,3 kali untuk rasio 1:2, 1;4 dan 1:9.
Perbandingan hasil kelarutan antara dispersi padat dan campuran fisik dapat dilihat
pada gambar 2.
Gambar 2. Perbandingan Kelarutan Dispersi Padat dan Campuran Fisik
Peningkatan kelarutan paling besar terjadi pada rasio 1:4. Setelah diuji statistik
dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kelarutan yang signifikan pada
0.700.87
1.37
0.330.06
0.41
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1.4
1:2 1:4 1:9
Ko
nse
ntr
asi
(µg/m
L)
Perbandingan Kelarutan Dispersi Padat dan Campuran Fisik
Dispersi Padat Campuran Fisik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
dispersi padat dibandingkan dengan campuran fisik (p0,05). Selain itu
dilakukan uji statistik pada peningkatan tiap rasio. Setelah dilakukan uji statistik
didapatkan bahwa peningkatan tiap rasio berbeda secara signifikan dengan nilai p
sebesar 0,02 (p
-
12
Persamaan Noyes-Whitney menunjukkan faktor-faktor yang dapat
meningkatkan laju disolusi obat dengan kelarutan yang rendah, dimana dM/dt
adalah laju disolusi. Pada persamaan tersebut, S menunjukkan luas permukaan zat
padat, kemudian h yang menunjukkan tebal lapisan difusi, Cs adalah konsentrasi
senyawa pada larutan dengan kondisi jenuh pada suhu uji sedangkan C merupakan
konsentrasi zat terlarut dalam bulk solution pada waktu t (Sinko, 2006).
Pada penelitian ini pembuatan dispersi padat berperan pada peningkatan
pembasahan zat aktif sehingga konsentrasi jenuh akan meningkat. Jika konsentrasi
jenuh meningkat maka laju disolusi akan meningkat. Selain itu, pembuatan dispersi
padat juga dapat mengecilkan ukuran partikel sehingga laju disolusi juga akan
meningkat. Hasil uji disolusi dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Kurva Rata-Rata Persen Terdisolusi (%) vs Waktu (menit) (A). Rasio
1:2; (B). Rasio 1:4; (C). Rasio 1:9; dan (D). Nilai Dissolution efficiency Menit ke-120
Keterangan *: Uji statistik tidak berbeda secara signifikan (p>0,05)
Pelepasan obat terjadi ketika kapsul mulai pecah pada menit ke-4 hingga
menit ke-120. Waktu yang digunakan sesuai dengan penelitian Tran et al (2015)
yaitu dari menit ke-0 hingga 120 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
Kurva pada gambar 3 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan disolusi pada
ketiga rasio dispersi padat dibandingkan dengan campuran fisik. Profil disolusi
antara 1:4 dan 1:9 memiliki kemiripan yaitu pada menit ke-10 obat telah terlepas ±
87%. Berdasarkan hasil tersebut pelepasan obat terjadi secara fast release.
Berdasarkan kurva pada gambar 3 juga dapat diihat bahwa terjadi penurunan pada
dispersi padat 1:9. Hal tersebut dapat disebabkan oleh tercapainya titik jenuh pada
sediaan sehingga tidak dapat terdisolusi lebih tinggi lagi. Selain itu, sudah tidak ada
lagi sampel yang tersisa dalam chamber disolusi sehingga disolusi tidak dapat
meningkat lebih tinggi lagi.
Pada penelitian Singh et al. (2013) hasil dari uji disolusi dispersi padat
kurkumin dan PEG 6000 menggunakan metode hot melt dengan rasio 1:6
menunjukkan obat telah terlepas sebanyak 98,78% pada menit ke-10 namun
mengalami penurunan drastis hingga mencapai 10% pada menit ke-90. Hal tersebut
menunjukkan tercapainya kondisi jenuh dalam medium disolusi. Rasio 1:6
merupakan rasio yang paling baik pada penelitian tersebut. Pada penelitian ini rasio
1:4 da 1:9 menunjukkan kondisi yang sama yaitu tercapainya kondisi jenuh. Namun
yang membedakan adalah pada rasio 1:9 persen terdisolusi mulai turun pada menit
ke-120. Mekanisme peningkatan laju disolusi dipengaruhi oleh konsentrasi dalam
kondisi jenuh. Jika konsentrasi jenuh meningkat maka laju disolusi semakin tinggi.
Pada peneitian Madhavi et al. (2011) menunjukkan terjadi peningkatan disolusi
kurkumin dari 16% menjadi 70% setelah dibuat dispersi padat dengan metode
penguapan pelarut. Berdasarkan penelitian tersebut PEG 6000 terbukti dapat
meningkatkan laju disolusi. Pada penelitian ini, yang membedakan adalah metode
yang digunakan, yaitu metode pelelehan pelarutan. Profil yang didapatkan berbeda
dikarenakan metode yang digunakan berbeda. Pada metode pelelehan-pelarutan
didapatkan nilai persen terdisolusi yang lebih besar dibandingkan metode yang
digunakan oleh penelitian lain tersebut karena obat dilarutkan pada pelarut yang
sesuai lebih dulu.
Setelah itu dilakukan perhitungan nilai Dissolution Efficiency (DE) pada
menit ke-120. Dissolution efficiency adalah perbandingan antara luas di bawah
kurva profil disolusi dengan luas segiempat seratus persen zat aktif larut dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
medium pada waktu tertentu (Fudholi, 2013). Nilai DE120 kemudian diuji statistik
untuk mengetahui signifikansi. Pada penelitian didapatkan nilai DE120 untuk
dispersi padat masing-masing 60,40%; 89,02% dan 92,23% untuk rasio 1:2, 1:4 dan
1:9. Peningkatan dissolution efficiency antara dispersi padat dengan campuran fisik
masing-masing 1,4 kali, 1,6 kali dan 1,6 kali untuk rasio 1:2, 1:4 dan 1:9. Setelah
dilakukan uji statistik didapatkan bahwa antara dispersi padat dan campuran fisik
terdapat perbedaan yang signifikan (p0,05). Pada rasio 1:4 ekstrak yang digunakan lebih banyak
dibandingkan rasio 1:9. Oleh karena itu rasio 1:4 dipilih sebagai rasio yang dapat
dikembangkan lagi karena rasio 1:4 memiliki nilai drug load yang lebih besar
dibandingkan dengan rasio dispersi padat 1:9.
Untuk mengetahui pengaruh proporsi ekstrak terhadap disolusi kurkumin
maka dilakukan uji statistik pada nilai DE antar formula dispersi padat. Nilai DE
antar dispersi padat diuji dengan Uji Kruskal-Wallis dan didapatkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan (P
-
15
signifikan dibandingkan dengan campuran fisik (p
-
16
DAFTAR PUSTAKA
Afifi, S., 2015. Solid Dispersion Approach Improving Dissolution Rate of
Stiripentol: A Novel Antiepileptic Drug. Iranian Journal of Pharmaceutical
Research, 14 (4), 1001–1014.
AOAC, 2002, AOAC Guidelines for Single Laboratory Validation of Chemical
Method for Dietary Supplements and Botanicals.
AOAC, 2016, AOAC Guidelines for Single Laboratory Validation of Chemical
Methods for Dietary Supplements and Botanicals.
Bley, H., Fussnegger, B., and Bodmeier, R., 2010. Characterization and Stability of
Solid Dispersions Based on PEG/Polymer Blends. International Journal of
Pharmaceutics, 390 (2), 165–173.
British Pharmacopeia, 2011, British Pharmacopeia, The British Pharmacopeia
Commission, London
Devaraj, S., Ismail1, S., Ramanathan, S., Marimuthu, S., and Fei, Y.M., 2010.
Evaluation of The Hepatoprotective Activity of Standardized Ethanolic
Extract of Curcuma xanthorrhiza Roxb. Journal of Medicinal Plants Research,
4 (23), 2512–2517.
Ferreira, V.H., Nazli, A., Dizzell, S.E., Mueller, K., and Kaushic, C., 2015. The
Anti-Inflammatory Activity of Curcumin Protects The Genital Mucosal
Epithelial Barrier from Disruption and Blocks Replication of HIV-1 and HSV-
2. PLoS ONE, 10 (4), 1–18.
Fudholi, A., 2013, Disolusi & Pelepasan in Vitro, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 137-
143.
Goel, A., Kunnumakkara, A.B., and Aggarwal, B.B., 2008. Curcumin as
‘Curecumin’: From Kitchen to Clinic. Biochemical Pharmacology, 75 (4),
787–809.
Kharwade, M., Mahitha, K., Subrahmanyam, C.V.S., and Babu, P.R.S., 2012.
Cosolvency – An Approach for the Solubility Enhancement of Lornoxicam, 5
(8), 4204–4206.
Leuner, C. and Dressman, J., 2000. Improving Drug Solubility For Oral Delivery
Using Solid Dispersions. European Journal of Pharmaceutics and
Biopharmaceutics.
Mogal, S.A., Gurjar, P.N., Yamgar, D.S., and Kamod, A.C., 2012. Solid Dispersion
Technique for Improving Solubility of Some Poorly Soluble Drugs. Der
Pharmacia Lettre, 4 (5), 1574–1586.
Mohammed, N. a and Habil, N.Y., 2015. Evaluation of Antimicrobial Activity of
Curcumin Against Two Oral Bacteria. Science Publishing Group, 3 (17), 18–
21.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
Patil, M.P. and Gaikwad, N.J., 2011. Characterization of Gliclazide-Polyethylene
Glycol Solid Dispersion and Its Effect on Dissolution. Brazilian Journal of
Pharmaceutical Sciences, 47 (1), 161–166.
Prasanthi, N.L., Rao, N.R., and Manikiran, S.S., 2010, Studies on Dissolution
Enhancement of Poorly Water Soluble Drug Using Water Soluble Carriers,
Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 3(2), 95-97
Rahman, S., Telny, T., Ravi, T., and Kuppusamy, S., 2009, Role of Surfactant and
pH in Dissolution of Curcumin, Indian Journal of Pharmaceutical Sciences,
71(2), 139.
Rosidi, A., Khomsan, A., Setiawan, B., Riyadi, H., and Briawan, D., 2016.
Antioxidant Potential of Temulawak (Curcuma xanthorrhiza roxb). Pakistan
Journal of Nutrition, 15 (6), 556–560.
Serajuddin, A.T.M., 2007. Salt Formation to Improve Drug Solubility. Advanced
Drug Delivery Reviews, 59 (7), 603–616.
Sharma, K., Agrawal, S.S., and Gupta, M., 2012. Available online
http://www.ijddr.in Covered in Official Product of Elsevier , The Netherlands
Development and Validation of UV Spectrophotometric Method for The
Estimation of Curcumin in Bulk Drug and Pharmaceutical Dosage Forms, 4
(2), 375–380.
Singh, D.P., Jayanthi, C., Hanumanthachar, K.J., and Bharathi, G., 2013.
Enhancement of Aqueous Solubility of Curcumin by Solid Dispersion
Technology. World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 2(5),
4109-4120
Sinko, P.J., 2006, Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika, edisi 5, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 423-445.
Sumiwi, S.A. and Sidik, 2008. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) botany,
etnobotany, chemistry, pharmacology and there benefit, 27–28.
Tonnesen, H.H., Masson, M., and Loftsson, T., 2002, Studies of Curcumin and
Curcuminoid. XXVII. Cyclodextrin Complexation: Solubility, Chemical and
Photochemical Stability, International Journal of Pharmaceutics, 244(1-2),
127-135
Tran, K.A., Tran, T., Vo, T.V., Tran, T.V., Tran, P.H., 2015, Investigation of Solid
Dispersion Methods to Improve the Dissolution Rate of Curcumin,
International Conference on Biomedical Engineering in Vietnam, 46, 293-297
Wang, Y., Yu, C., Gan, Z., and Xie, Z., 2015. Preparation and in Vitro Dissolution
of Curcumin Tablets, (Ic3me), 516–522.
Wang, Y.J., Pan, M.H., Cheng, A.L., Lin, L.I., Ho, Y.S., Hsieh, C.Y., and Lin, J.K.,
1997. Stability of Curcumin in Buffer Solutions and Characterization of Its
Degradation Products. Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
15 (12), 1867–1876.
Yao, E.C. and Xue, L., 2014. Therapeutic Effects of Curcumin on Alzheimer ’ s
Disease, (December), 145–159.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of Analysis (COA) ekstrak temulawak dari PT.
Phytochemindo Reksa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
Lampiran 2.Penentuan panjang gelombang maksimum
1. Hasil overlay spectrum scanning panjang gelombang maksimum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
2. Scanning panjang gelombang maksimum pada konsentrasi rendah
(0,5382 µg/mL)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
3. Scanning panjang gelombang maksimum pada konsentrasi sedang
(3,2292 µg/mL)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
4. Scanning panjang gelombang maksimum pada konsentrasi tinggi
(6,4584 µg/mL)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
Lampiran 3. Verifikasi metode analisis: akurasi dan presisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
Lampiran 4. Summary output regression statistics untuk kurva baku medium
disolusi
Lampiran 5. Kurva baku metanol
dengan: a = -0,006
b = 0,1591
r = 0,998
y = 0,1591x – 0,006
y = 0.1591x - 0.006
R² = 0.9973
00.10.20.30.40.50.60.70.80.9
1
0 2 4 6
Ab
sorb
an
si
Konsentrasi (µg/mL)
Kurva Baku Kurkumin dalam Metanol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
Lampiran 6. Summary output regression statistics untuk kurva baku metanol
Lampiran 7. Perhitungan bahan pada pembuatan dispersi padat dan
campuran fisik tiap rasio
Tiap rasio akan dibuat dispersi padat dan campuran fisik sebanyak total 5
gram. Rincian jumlah ekstrak temulawak dan PEG 6000 yang digunakan dapat dilihat
pada tabel:
Rasio Ekstrak temulawak (g) PEG 6000 (g)
1:2 1,667 3,333
1:4 1,000 4,000
1:9 0,500 4,500
Lampiran 8. Pembuatan dispersi padat
1. Penimbangan bahan dalam pembuatan dispersi padat tiap rasio
Rasio Ekstrak temulawak (g) PEG 6000 (g)
1:2 1,680 3,342
1:4 1,008 4,002
1:9 0,493 4,509
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
2. Perhitungan rendemen dispersi padat tiap rasio
Rumus perhitungan rendemen = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑔𝑟𝑎𝑚) x 100%
Rasio dispersi padat
1:2 1:4 1:9
Berat akhir 3,430 3,532 3,583
Berat total 4,378 4,510 4,533
Yield 78,346 % 78,315 % 79,043 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
Lampiran 9. Statistika uji kelarutan
1. Uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui normalitas dispersi padat dan
campuran fisik rasio 1:2
2. Uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui normalitas dispersi padat dan
campuran fisik rasio 1:4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
3. Uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui normalitas dispersi padat dan
campuran fisik rasio 1:9
Berdasarkan uji normalitas, untuk data yang terdistribusi normal dilanjutkan
dengan unpaired T-test sedangkan untuk data yang terdistribusi tidak normal
dilanjutkan dengan Uji Mann-Whitney.
4. Signifikansi kelarutan dispersi padat dan campuran fisik rasio 1:2
dengan F-Test dilanjutkan dengan Unpaired T-test
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
30
5. Signifikansi kelarutan dispersi padat dan campuran fisik rasio 1:4
dengan Uji Mann-Whitney
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
6. Signifikansi kelarutan dispersi padat dan campuran fisik rasio 1:9
dengan Uji Mann-Whitney
Lampiran 10. Uji disolusi
1. Massa sampel kapsul uji disolusi
Sampel Rep I (g) Rep II (g) Rep III (g) Rata-rata (g) SD
DP 1:2 503 501 500 501 1,53
CF 1:2 502 501 500 501 1,00
DP 1:4 504 500 501 501 2,08
CF 1:4 500 504 504 502 2,31
DP 1:9 500 502 500 501 1,15
CF 1:9 504 500 503 502 2,08
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
2. Contoh hasil data uji disolusi
a. Dispersi padat 1:9
b. Campuran fisik 1:9
Keterangan: C = konsentrasi, D = zat terdisolusi
Menit
ke
Replikasi I Replikasi II Replikasi III
Rata-rata D
(%) ± SD C
(µg/mL)
C
(µg/500
mL)
D
(%)
C
(µg/mL)
C
(µg/500
mL)
D
(%)
C
(µg/mL)
C
(µg/500
mL)
D
(%)
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 ± 0,00
10 8,97 4485,46 89,05 9,35 4676,74 92,84 9,28 4638,49 92,09 91,33 ± 2,01
15 9,47 4734,12 93,98 9,51 4753,25 94,36 9,39 4695,87 93,22 93,86 ± 0,58
30 9,58 4791,51 95,12 9,51 4753,25 94,36 9,54 4772,38 94,74 94,74 ± 0,38
45 9,77 4887,15 97,02 9,62 4810,64 95,50 9,58 4791,51 95,12 95,88 ± 1,00
60 9,89 4944,53 98,16 9,70 4848,89 96,26 9,70 4848,89 96,26 96,90 ± 1,10
90 10,00 5001,91 99,30 9,89 4944,53 98,16 9,89 4944,53 98,16 98,54 ± 0,66
120 9,70 4848,89 96,26 9,74 4868,02 96,64 9,74 4868,02 96,64 96,52 ± 0,22
Menit
ke
Replikasi I Replikasi II Replikasi III
Rata-rata D
(%) ± SD C
(µg/mL)
C
(µg/500
mL)
D
(%)
C
(µg/mL)
C
(µg/500
mL)
D
(%)
C
(µg/mL)
C
(µg/500
mL)
D
(%)
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 ± 0,00
10 8,05 4026,40 55,67 8,17 4083,78 56,46 8,13 4064,65 56,20 56,11 ± 0,40
15 9,05 4523,72 62,54 9,12 4561,97 63,07 9,24 4619,36 63,87 63,16 ± 0,67
30 9,47 4734,12 65,45 9,58 4791,51 66,25 9,62 4810,64 66,51 66,07 ± 0,55
45 9,70 4848,89 67,04 9,85 4925,40 68,10 9,89 4944,53 68,36 67,83 ± 0,70
60 9,85 4925,40 68,10 9,93 4963,66 68,63 9,97 4982,79 68,89 68,54 ± 0,40
90 10,12 5059,30 69,95 10,50 5250,57 72,59 10,54 5269,70 72,86 71,80 ± 1,61
120 10,69 5346,21 73,92 11,07 5537,49 76,56 11,04 5518,36 76,30 75,59 ± 1,46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
3. Perhitungan Area Under Curve (AUC) dan Dissolution Efficiency (DE)
Perhitungan AUC dilakukan dengan metode trapezoid dan perhitungan nilai
dissolution efficiency dilakukan dengan rumus berikut:
𝐷𝐸 = ∫(𝑌𝑑𝑡
𝑌100 𝑡)
𝑡
0
𝑥 100%
Dimana, DE merupakan nilai dissolution efficiency pada waktu t, Ydt
merupakan luas di bawah kurva zat aktif terlarut pada waktu t, dan Y100
merupakan luas segiempat 100% zat aktif pada medium selama waktu t.
a. Contoh hasil perhitungan AUC dan DE dispersi padat 1:9
Menit
ke
Replikasi I Replikasi II Replikasi III Rata-rata DE SD
AUC DE AUC DE AUC DE
0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
10 445.24 44.52 464.22 46.42 460.43 46.04 45.66 1.00
15 457.58 60.19 468.02 62.15 463.27 61.58 61.31 1.01
30 1418.30 77.37 1415.45 78.26 1409.76 77.78 77.80 0.44
45 1441.09 83.60 1424.00 83.82 1424.00 83.50 83.64 0.16
60 1463.87 87.10 1438.24 86.83 1435.39 86.55 86.83 0.28
90 2961.92 90.98 2916.35 90.29 2916.35 90.10 90.46 0.46
120 2933.44 92.68 2922.04 92.07 2922.04 91.93 92.22 0.40
b. Contoh hasil perhitungan AUC dan DE campuran fisik 1:9
Menit
ke
Replikasi I Replikasi II Replikasi III Rata-rata DE SD
AUC DE AUC DE AUC DE
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
10 278,34 27,83 282,31 28,23 280,98 28,10 28,05 0,20
15 295,53 38,26 298,83 38,74 300,16 38,74 38,58 0,28
30 959,97 51,13 969,89 51,70 977,82 51,97 51,60 0,43
45 993,69 56,17 1007,57 56,86 1011,54 57,12 56,72 0,49
60 1013,52 59,02 1025,42 59,73 1029,39 60,00 59,58 0,51
90 2070,68 62,35 2118,29 63,36 2126,22 63,62 63,11 0,67
120 2157,95 64,75 2237,29 66,16 2237,29 66,36 65,76 0,88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
Lampiran 11. Statistika uji disolusi dispersi padat dan campuran fisik
1. Uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui normalitas dispersi padat dan
campuran fisik rasio 1:2
2. Uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui normalitas dispersi padat dan
campuran fisik rasio 1:4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
3. Uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui normalitas dispersi padat dan
campuran fisik rasio 1:9
Berdasarkan uji normalitas didapatkan bahwa semua data tidak terdistribusi
normal. Oleh karena itu, uji statistik dilanjutkan dengan Uji Mann-Whitney
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
4. Signifikansi nilai DE120 dispersi padat dan campuran fisik rasio 1:2
dengan Uji Mann-Whitney
5. Signifikansi nilai DE120 dispersi padat dan campuran fisik rasio 1:4
dengan Uji Mann-Whitney
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
37
6. Signifikansi nilai DE120 dispersi padat dan campuran fisik rasio 1:9
dengan Uji Mann-Whitney
Lampiran 12. Statistika uji disolusi perbedaan rasio dispersi padat
1. Uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui normalitas dispersi padat rasio 1:2,
1:4 dan 1:9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
38
Berdasarkan hasil uji normalitas didapatkan bahwa data terdistribusi tidak
normal. Oleh karena itu, uji statistik dilanjutkan dengan Uji Kruskal-
Wallis
2. Signifikansi dispersi padat rasio 1:2, 1:4 dan 1:9 dengan Uji Kruskal-
Wallis
Lampiran 13. Proses Pembuatan Dispersi Padat
Lampiran 14. Alat uji disolusi tipe dayung
Pelarutan
ekstrak
Dimasukkan lelehan
pembawa
Pelarut
diuapkan
Didinginkan kemudian
dikerok dan digerus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
39
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul “Pengaruh Rasio Ekstrak
Temulawak/Polietilen Glikol (PEG) 6000 dalam Sistem
Dispersi Padat dengan Metode Pelelehan-Pelarutan terhadap
Disolusi Kurkumin” memiliki nama lengkap Kendhi Swandanu,
lahir di Yogyakarta, 14 September 1995 dan merupakan anak dari
Surandaru dan Wahyu Sriharini. Penulis menyelesaikan studi di
TK Dharma Rini (1999-2001), SD Kanisius Gayam (2001-2007),
SMP Negeri 15 Yogyakarta (2007-2010), SMA Negeri 9
Yogyakarta (2010-2013), setelah itu melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama masa studi, penulis pernah aktif berperan
pada kegiatan kemahasiswaan antara lain TITRASI 2014 sebagai anggota divisi bandzen,
Pelepasan Wisuda II 2014 sebagai anggota divisi perlengkapan dan Pharmacy 3 on 3 2015
sebagai koordinator divisi perlengkapan. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum
Formulasi Teknologi Sediaan Farmasi (2016) dan Analisis Farmasi (2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI