PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf ·...

118
PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica C 95) - HPMC E-5 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Reka Sudi NIM : 078114036 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

Transcript of PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf ·...

Page 1: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI

PADAT SPRAY DRIED ISOLAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT

(Curcuma domestica C 95) - HPMC E-5

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Reka Sudi

NIM : 078114036

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA2011

Page 2: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

ii

PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSIPADAT SPRAY DRIED ISOLAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT

(Curcuma domestica C 95) - HPMC E-5

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Reka Sudi

NIM : 078114036

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA2011

Page 3: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

iii

Page 4: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

iv

Page 5: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Keberhasilan adalah guru yang terburuk, sebab akanmenggoda orang pintar untuk berpikir bahwa ia tidak akanpernah mengalami kegagalan.”

(Bill Gates)

“Rata-rata panjang pensil tujuh inci, sedangkan karet penghapusnyacuma setengah inci. Renungkan itu disaat Anda tidak lagi berpikiroptimis”

(Robert Brault)

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yang Maha Penolong

Papa dan Mama tersayang,

Adik-adikku tersayang, Hera dan Desion Sudi,

Teman-teman dan almamaterku

Tanpa mereka aku bukan siapa-siapa

Page 6: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

vi

Page 7: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

vii

Page 8: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

viii

PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, kasih dan

pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Proporsi Drug load Terhadap Disolusi Dispersi Padat Spray Dried

Isolat Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica C 95) - HPMC E-5”. Skripsi

ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Strata Satu Program Studi Ilmu Farmasi (S.Farm.).

Selama masa perkuliahan hingga penelitian dan penyusunan skripsi,

penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik berupa bimbingan,

doa, dorongan, nasehat maupun sarana dan prasarana. Pada kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt., selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, saran, nasehat, dan menanggung seluruh biaya

penelitian.

3. Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Pendamping

atas segala arahan, saran dan bimbingannya.

Page 9: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

ix

4. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt., selaku Dosen Penguji yang telah bersedia

menguji dan memberikan kritik, saran serta arahan kepada penulis.

5. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt., selaku Dosen Penguji yang telah bersedia

menguji dan memberikan kritik, saran serta arahan kepada penulis.

6. Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt., atas pemberian eksklusif kurkumin

baku.

7. Colorcon Asia Pacific Pvt. Ltd atas pemberian HPMC E-5.

8. Pak Musrifin, Pak Wagiran, Pak Iswandi, Pak Agung, Pak Yuwono, Mas

Bimo, Mas Ottok, Pak Parlan, Mas Kunto, Mas Sigit, Pak Pardjiman, Pak

Heru, Pak Timbul dan segenap satpam atas bantuan dan kelancaran yang

telah diberikan dalam pelaksanaan penelitian ini.

9. Pak Bambang, Mas Sigit, dan Mas Jink selaku laboran Laboratorium

Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, atas

bantuan, kerjasama dan pengetahuan baru yang telah diberikan selama

penulis melakukan penelitian khususnya dalam pengoperasian spray dryer.

10. Eka Permatasari, Evina dan Oki Christina selaku teman seperjuangan

dalam penelitian atas bantuan, dukungan, dan persahabatannya selama ini.

11. Lia Natalia Setiomulyo dan I Gusti Ngurah Agung Windra Wartana Putra

atas bantuan dan diskusinya tentang statistik.

Page 10: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

x

12. Rekan-rekan seperjuangan di laboratorium, Benny, Katrin, Pace, Siwi,

Ayu, Manda, Yoga, Cyntia, Septi, Fanny, Yemima atas semangat dan

bantuan yang telah diberikan.

13. Bapak Djoko, Ibu Veronika Mardjanti, Elan, Trisiana Sarwastuti, Astri,

atas bantuannya selama ini.

14. Teman-teman FST ’07 dan seluruh teman-teman Farmasi atas

kebersamaan, kecerian, dan persahabatannya selama ini.

15. Rahayu selaku sahabat baik ku atas doa, semangat, bantuan, dan

persahabatannya selama ini.

16. Semua pihak dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu per

satu, yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi

perkembangan ilmu farmasi khusunya dan kemajuan ilmu pengetahuan pada

umumnya.

Penulis

Page 11: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL.....................................................................................

HALAMAN JUDUL........................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...............................................

HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................

HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.............................................

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...........................................................

PRAKATA.......................................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

DAFTAR TABEL............................................................................................

DAFTAR GAMBAR........................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................

INTISARI.........................................................................................................

ABSTRACT.....................................................................................................

BAB I PENGANTAR.......................................................................................

A. Latar Belakang...........................................................................................

1. Perumusan masalah...............................................................................

2. Keaslian penelitian................................................................................

3. Manfaat penelitian................................................................................

B. Tujuan Penelitian.......................................................................................

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA...............................................................

A. Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Rhizhome).......................

B. Kurkumin...................................................................................................

C. HPMC E-5.................................................................................................

D. Dispersi Padat............................................................................................

E. Spray Drying..............................................................................................

F. Uji Disolusi................................................................................................

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

xi

xiv

xv

xvi

xvii

xviii

1

1

5

5

6

6

7

7

7

10

11

14

14

Page 12: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

xii

1. Pengertian disolusi................................................................................

2. Uji disolusi............................................................................................

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi.........................

4. Cara untuk mengungkapkan hasil uji disolusi......................................

G. Spektrofotometri Visibel...........................................................................

H. Validasi Metode Penelitian........................................................................

I. Landasan Teori..........................................................................................

J. Hipotesis ...................................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................

A. Jenis dan Rancangan Penelitian.................................................................

B. Variabel Penelitian....................................................................................

C. Definisi Operasional..................................................................................

D. Alat Penelitian...........................................................................................

E. Bahan Penelitian........................................................................................

F. Tata Cara Penelitian...................................................................................

1. Pembuatan dispersi padat isolat ekstrak rimpang kunyit - HPMC E-

5.............................................................................................................

2. Pembuatan serbuk campuran fisik isolat ekstrak rimpang kunyit -

HPMC E-5............................................................................................

3. Pembuatan larutan baku kurkumin.......................................................

a. Pembuatan larutan stok kurkumin.................................................

b. Pembuatan larutan intermediate kurkumin....................................

4. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum (λmaks)................

5. Pembuatan kurva baku..........................................................................

6. Pembuatan medium disolusi (cairan lambung buatan tanpa pepsin)....

7. Uji disolusi............................................................................................

8. Penetapan kadar kurkumin dengan spektrofotometri visibel................

9. Validasi metode analisis.......................................................................

G. Analisis Hasil.............................................................................................

14

15

15

16

17

18

22

24

25

25

25

26

27

28

28

28

29

29

29

29

30

30

30

31

31

31

32

Page 13: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

xiii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................

A. Isolat Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica C 95).....................

B. Pembuatan Dispersi padat Isolat Ekstrak Rimpang Kunyit – HPMC E-

5.................................................................................................................

C. Pembuatan Serbuk Campuran Fisik Isolat Ekstrak Rimpang Kunyit –

HPMC E-5.................................................................................................

D. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum (λmaks)..................

E. Pembuatan Kurva Baku.............................................................................

F. Validasi Metode Analisis...........................................................................

1. Akurasi..................................................................................................

2. Presisi....................................................................................................

3. Linieritas...............................................................................................

4. Limit of Detection (LOD)......................................................................

G. Uji Disolusi................................................................................................

H. Hubungan Proporsi Drug load Terhadap Disolusi Kurkumin...................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................

A. Kesimpulan................................................................................................

B. Saran .........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................

LAMPIRAN.....................................................................................................

BIOGRAFI PENULIS......................................................................................

34

34

34

36

37

39

42

42

43

44

44

45

47

59

59

59

60

65

100

Page 14: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I.Tabel II.

Tabel III.

Tabel IV.

Tabel V.

Tabel VI.

Tabel VII.

Tabel VIII.Tabel IX.Tabel X.

Tabel XI.

Kriteria rentang recovery yang dapat diterima........................Rentang koefisien variasi (KV) yang masih dapatditerima....................................................................................Kriteria keberterimaan yang disarankan untuk mengevaluasilinieritas metode.......................................................................Parameter-parameter analisis yang diperlukan dalam validasimetode......................................................................................Komposisi formula pembuatan dispersi padat ekstrakrimpang kunyit-HPMC E-5......................................................Data pengukuran absorbansi seri larutan baku kurkumin danpersamaan kurva baku..............................................................Kriteria keberterimaan yang disarankan untuk mengevaluasilinieritas metode.......................................................................Data % recovery.......................................................................Hasil koefisien variasi metode.................................................Hasil perhitungan persentase kurkumin terdisolusi dalamdispersi padat dan serbuk campuran fisik ekstrak rimpangkunyit – HPMC E-5.................................................................Data disolusi kurkumin dari dispersi padat isolat ekstrakrimpang kunyit-HPMC E-5 dengan berbagai proporsi drugload..........................................................................................

19

20

21

22

29

40

414343

46

49

Page 15: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Gambar 2.Gambar 3.Gambar 4.

Gambar 5.

Gambar 6.

Gambar 7.

Struktur kimia kurkumin..........................................................Proses degradasi kurkumin......................................................Struktur kimia Hidroksipropil Metilselulosa...........................Kurva baku kurkumin kadar kurkumin vsserapan......................................................................................Hubungan waktu terhadap persentase kurkumin terdisolusipada dispersi padat dan serbuk campuran fisik ekstrakrimpang kunyit-HPMC E-5 dengan drug load (a) 2%, (b) 1%dan (c) 0,66%...........................................................................Hubungan persentase kurkumin terdisolusi vs waktu padadispersi padat ekstrak rimpang kunyit – HPMC E-5................................................................................................Profil persentase kurkumin terdisolusi.....................................

8911

41

47

5457

Page 16: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Lampiran 2

Lampiran 3Lampiran 4Lampiran 5Lampiran 6

Lampiran 7

Lampiran 8

Lampiran 9

Lampiran 10

Lampiran 11

Lampiran 12

Lampiran 13

Lampiran 14

Lampiran 15Lampiran 16

Lampiran 17Lampiran 18

Tabel hasil penimbangan baku kurkumin dan contoh perhitungankadar larutan baku kurkumin..........................................................Tabel Data pengukuran rerapan seri larutan baku kurkumin danpersamaan kurva baku kurkumin....................................................Gambar kurva baku........................................................................Data validasi metode analisis.........................................................Contoh Perhitungan Drug load......................................................Data Penimbangan Serbuk Kunyit dan HPMC E-5 UntukPembuatan Dispersi Padat..............................................................Data Contoh Perhitungan Serbuk Kunyit dan HPMC E-5 yangHarus Ditimbang Untuk Pembuatan Serbuk CampuranFisik................................................................................................Tabel persen kurkumin terdisolusi dan cara perhitungannya padaserbuk dispersi padat isolat ekstrak rimpang kunyit – HPMC E-5......................................................................................................Tabel persen kurkumin terdisolusi pada serbuk campuran fisikisolat ekstrak rimpang kunyit–HPMC E-5.....................................Uji normalitas data disolusi kurkumin dengan drug load0,66%,1% dan 2%........................................................................Data nilai signifikansi disolusi kurkumin pada dispersi padatdan serbuk campuran fisik............................................................Hasil uji normalitas proporsi drug load dan persentase kurkuminterdisolusi dalam waktu 60 menit...................................................Uji korelasi Spearman proporsi drug load dan persentasekurkumin terdisolusi dalam waktu 60 menit..................................Hasil uji regresi linear antara proporsi drug load dengan disolusikurkumin.......................................................................................Gambar spray dryer dan alat uji disolusi.......................................Pernyataan jaminan keaslian bahan kurkumin standar hasilsintesis............................................................................................Certificate of Analysis serbuk kunyit.............................................Hasil scaning panjang gelombang maksimum...............................

65

67687073

74

76

80

84

87

88

89

90

9192

939495

Page 17: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

xvii

INTISARI

Rimpang tanaman kunyit mengandung senyawa aktif farmakologis yaitukurkumin yang memiliki keterbatasan dalam hal kelarutannya dalam air.Permasalahan kelarutan kurkumin ini dapat diatasi dengan pembuatan dispersipadat.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang bertujuan untukmengetahui pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi dispersi padat spraydried isolat ekstrak rimpang kunyit – HPMC E-5. Proporsi drug load yangdigunakan adalah 0,66%, 1% dan 2%.

Uji disolusi yang dilakukan menggunakan alat disolusi tipe paddle padamedium cairan lambung buatan tanpa pepsin pH 1,2. Kadar kurkumin dinyatakansebagai persentase kurkumin yang terdisolusi. Hasil yang didapat diuji statistikmenggunakan uji korelasi Spearman dan analisis regresi linear untuk mengetahuikorelasi dan hubungan antara drug load terhadap disolusi dispersi padat isolatekstrak rimpang kunyit.

Dari hasil uji disolusi diketahui bahwa dispersi padat menghasilkandisolusi yang lebih baik dibandingkan dengan serbuk campuran fisik. Dispersipadat dengan proporsi drug load 0,66% memberikan profil disolusi yang lebihtinggi dibandingkan dengan proporsi drug load 1% dan 2%. Secara statistikterdapat korelasi yang bermakna antara peningkatan proporsi drug load terhadapdisolusi kurkumin, yaitu dengan nilai signifikansi < 0,05.

Kata kunci : kurkumin, isolat ekstrak rimpang kunyit, dispersi padat, spray dried,HPMC E-5, drug load

Page 18: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

xviii

ABSTRACT

Curcumin was active constituent derived from turmeric rhizomes whichhas limited solubility in water. The limited of curcumin solubility can be solvedby made it into solid dispersion.

This research was experimental research. The aim of this research is toknow the effect of drug load proportion to dissolution of spray dried soliddispersion of isolate turmeric rhizome extract – HPMC E-5. In this research, soliddispersion and physical mixture were made with proportion 2%, 1% and 0,66%.

Dissolution apparatus type II (paddle) and simulated gastric fluid withoutpepsin as medium used in dissolution test. Concentration of curcumin expressedas percentation of curcumin dissolved. The result were analyzed by usingSpearman correlation and linear regresion analysis to know the correlation andeffect of drug load proportion of solid dispersion isolate turmeric rhizome extractto curcumin dissolution.

The result showed that solid dispersion has better dissolution than physicalmixture. Solid dispersion with drug load 0,66% showed the highest dissolutionprofile of curcumin between the other proportion. Statistically, there wassignificant correlation between drug load increase and curcumin dissolution, withsignificant value < 0,05.

Key words: curcumin, isolate turmeric rhizome extract, solid dispersion, spraydried, HPMC E-5, drug load

Page 19: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman yang

banyak digunakan sebagai obat tradisional di Indonesia. Pada umumnya bagian

tanaman kunyit yang banyak digunakan adalah bagian rimpang. Rimpang kunyit

banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat sakit perut, antidiare, obat

peluruh empedu (kolagoga) dan penenang (sedativa) (Rukmana, 1999).

Rimpang tanaman kunyit mengandung senyawa berkhasiat yang

bertanggung jawab terhadap respon biologis yaitu, kurkumin [1,7-bis-(4’-

hidroksi-3’-metoksifenil)-1,6-heptadiena-3,5-dion] (Sharma, Gescher dan

Steward, 2005). Kurkumin banyak digunakan sebagai pewarna alami pada

makanan, obat-obatan, kosmetik dan tekstil (Tonnesen dan Karlsen, 1985).

Kurkumin merupakan komponen terbesar dari kurkuminoid, yaitu sebesar 50–60

% (Kris, 2006) dan kurkumin murni sangat sulit diperoleh langsung dari rimpang

kunyit karena sering kali tercampur dengan dua turunannya, yaitu

desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin (Donatus, 1994), sehingga

sering kadar total kurkuminoid dihitung sebagai persen kurkumin. Maka dari itu,

beberapa penelitian baik fitokimia maupun farmakologi lebih ditekankan pada

kurkumin (Kris, 2006).

Page 20: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

2

Kurkumin telah diketahui banyak memiliki aktivitas farmakologis seperti

antioksidan (Sharma, 1976), antiinflamasi (Srimal dan Dhawan, 1973) dan

antikarsinogenik (Kuttan, Bhanumathy, Nirmala dan George, 1985). Namun

kurkumin memiliki keterbatasan, yaitu tidak stabil dalam larutan (Tonnesen dan

Karlsen, 1985). Stabilitas kurkumin dalam larutan sangat dipengaruhi oleh pH,

pada pH asam kurkumin sangat stabil, sedangkan dalam suasana basa kurkumin

mudah terhidrolisis dan terdegradasi (pada pH 7-10) menjadi asam ferulat dan

feruloilmetana, dimana feruloilmetana akan membentuk produk kondensasinya

berupa aseton dan vanilin, yang ditunjukkan dengan warna larutan yang berwarna

kuning kecoklatan (Tonnesen dan Karlsen, 1985). Stabilitas kurkumin dalam

larutan juga telah diteliti pada pH fisiologis, yaitu pH 7,2 yang menunjukkan

adanya hidrolisis kurkumin menjadi trans-6-(4’-hidroksi-3-metoksifenil)-2,3-

diokso-5-heksenal (Wang, dkk., 1997).

Selain itu, kurkumin memiliki permasalahan dalam hal kelarutannya

yang sangat rendah dalam air (Leung dan Kee, 2009). Kurkumin praktis tidak

larut dalam air baik pada pH asam maupun netral, hal ini membuat

bioavailabilitas kurkumin setelah pemberian oral sangat rendah. Banyak strategi

yang telah dilakukan untuk meningkatkan bioavailabilitas oral kurkumin, yaitu

dengan meningkatkan kelarutan dan laju disolusi kurkumin dalam formulasinya.

Adapun cara peningkatan kelarutan kurkumin yang dapat dilakukan adalah

dengan pembentukan kompleks kurkumin-fosfolipid (Maiti, Mukherjee, Gantait,

Saha, dan Mukherjee, 2007), kompleksasi kurkumin dengan siklodekstrin

Page 21: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

3

(Tonnesen, Masson dan Loftsson, 2002), pembentukan nanokristal (Onoue, dkk.,

2010) dan dispersi padat (Paradkar, Ambike, Jadhav, dan Mahadik, 2004). Dalam

penelitian ini akan dilakukan peningkatan kelarutan kurkumin melalui

pembentukan dispersi padat.

Dispersi padat adalah dispersi satu atau lebih bahan aktif dalam matriks

pembawa hidrofilik yang inert pada tingkat molekular sehingga dapat

meningkatkan kelarutan. Dengan pembuatan dispersi padat, partikel obat akan

berada dalam bentuk amorf atau terdistribusi secara halus (fines) sehingga lebih

mudah larut dibandingkan dengan bentuk kristalnya. Pembuatan dispersi padat

dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain: metode peleburan, metode

penguapan pelarut dan metode peleburan-pelarutan (Chiou dan Riegelman, 1971).

Pembuatan dispersi padat dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

metode penguapan pelarut dimana dalam proses ini digunakan spray dryer

sebagai alat untuk memperoleh serbuk kering dan untuk menghasilkan partikel

obat dalam keadaan amorphous. Proses pengeringan ini dilakukan dengan cara

menyemprotkan massa cair (dapat berupa larutan, emulsi atau suspensi) dengan

atau tanpa bahan tambahan pada medium kering yang panas (udara) (Sriningsih,

Kadarsih, dan Sumaryono, 2009).

Hydroxypropylmethylcellulose (HPMC) merupakan polimer hidrofil,

turunan selulosa yang dapat meningkatkan hidrofilisitas kristal obat dan

mempunyai kemampuan tinggi membentuk dispersi padat dengan beberapa

macam obat yang kelarutannya rendah dalam air (Sonali, Tejal, Vaishali, dan

Page 22: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

4

Tejal, 2010). Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa HPMC dapat

digunakan sebagai pembawa dalam pembuatan dispersi padat, seperti yang

dilaporkan oleh Dabbagh dan Taghipour (2007) bahwa HPMC dapat digunakan

sebagai bahan pembawa untuk meningkatkan karakteristik fisikokimia ibuprofen

sedangkan Koester, Mayorga, dan Bassani (2003) menggunakan HPMC untuk

meningkatkan laju disolusi carbamazine.

Pada penelitian ini digunakan HPMC E-5 yang memiliki viskositas 5 cps

sebagai bahan pembawa untuk pembuatan dispersi padat isolat ekstrak rimpang

kunyit. HPMC dengan viskositas rendah memiliki kelarutan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan HPMC yang memiliki viskositas yang tinggi (Bee dan

Rahman, 2010). Sifat hidrofilik HPMC inilah yang dimanfaatkan untuk

meningkatkan kelarutan kurkumin yang rendah dalam air.

Dalam penelitian ini, akan diteliti seberapa besar pengaruh proporsi drug

load terhadap disolusi kurkumin pada dispersi padat isolat ekstrak rimpang kunyit

- HPMC E-5 yang dibandingkan dengan serbuk campuran fisik isolat ekstrak

rimpang kunyit – HPMC E-5. Waard, Hinrichs, Visser, Bologna, dan Frijlink

(2008) melaporkan bahwa adanya peningkatan drug load maka akan menurunkan

laju disolusi, sedangkan dengan adanya penurunan drug load maka akan

meningkatkan laju disolusi. Pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi

kurkumin pada dispersi padat dan serbuk campuran fisik isolat ekstrak rimpang

kunyit – HPMC E-5 diuji melalui statistik dengan uji korelasi dan analisis regresi

linear.

Page 23: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

5

1. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan

yaitu bagaimana pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi dispersi padat

ekstrak rimpang kunyit – HPMC E-5?

2. Keaslian penelitian

Sejauh penelusuran dan pengetahuan penulis, penelitian mengenai

Pengaruh Proporsi Drug load Terhadap Disolusi Dispersi Padat Spray dried

Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica C 95)– HPMC E-5 belum pernah

dilakukan di lingkungan penelitian Universitas Sanata Dharma maupun di luar

lingkungan penelitian Universitas Sanata Dharma. Adapun penelitian tentang

pengaruh drug load terhadap disolusi dispersi padat kurkumin yang pernah

dilakukan antara lain:

a. Karakterisasi Dispersi Padat Kurkumin - PVP yang Diperoleh Melalui Spray

drying (Paradkar, dkk., 2004).

b. Efek Interaksi Antara Obat - Pembawa Terhadap Disolusi Tablet Dispersi

Padat (Srinarong, Kouwen, Visser, Hinrichs, dan Frijlink, 2009).

Namun dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan, belum pernah yang

menggunakan bahan pembawa HPMC E-5 untuk pembuatan dispersi padat isolat

ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica C 95).

Page 24: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

6

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

informasi mengenai hubungan antara proporsi drug load dengan disolusi

kurkumin.

b. Manfaat metodologis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

menambah informasi mengenai metode peningkatan kelarutan obat-obatan yang

lipofilik melalui pembentukan dispersi padat dengan metode spray drying.

c. Manfaat praktis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

alternatif formulasi bagi obat-obat yang bersifat lipofil.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh proporsi drug

load terhadap disolusi dispersi padat spray dried ekstrak rimpang kunyit – HPMC

E-5.

Page 25: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

7

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Rhizhome)

Ekstrak adalah sediaan sari pekat tumbuh-tumbuhan atau hewan yang

diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing bahan obat,

menggunakan pelarut yang cocok, diuapkan semua atau hampir semua dari

pelarutnya dan sisa endapan atau serbuk diatur untuk ditetapkan standarnya

(Ansel, 1985).

Rimpang kunyit mengandung zat warna kurkuminoid, yaitu suatu

senyawa diarylheptanoid 3 - 4 % yang terdiri dari kurkumin, dihidrokurkumin,

desmetoksikurkumin dan bidesmetoksikurkumin. Minyak atsiri 2 – 5 % terdiri

dari seskuiterpen dan turunan fenilpropana yang meliputi turmeron, ar-turmeron,

α- dan β-turmeron, curlon, curcumol, atlanton, turmerol, β-bisabolen, β-

sesquiphellandren, zingiberen, arcurcumene, dan humulen. Selain mengandung

minyak atsiri, rimpang kunyit juga mengandung arabinosa, fruktosa, glukosa, pati,

tanin dan damar serta mineral, yaitu Mg, Mn, Fe, Cu, Ca, Na, K, PB, Co, Al, dan

Bi (Sudarsono, 1996).

B. Kurkumin

Kurkumin [1,7-bis-(4-hidroksi-3-metoksifenil)-1,6-heptadiena-3,5-dione]

merupakan senyawa polifenol hidrofobik alami yang terkandung dalam rimpang

Page 26: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

8

tanaman kunyit (Curcuma longa L.) (Onoue, dkk., 2010). Kurkumin telah

diketahui memiliki berbagai macam aktivitas farmakologi seperti antiinflamasi

(Srimal dan Dhawan, 1973), antikarsinogenik (Kuttan, dkk., 1985) dan

antioksidan (Sharma, 1976).

Gambar 1. Struktur kimia kurkumin

Tanaman kunyit memiliki senyawa berkhasiat obat yang disebut

kurkuminoid. Kurkuminoid terdiri atas 50-60 % kurkumin, desmetoksikurkumin,

dan bisdesmetoksikurkumin (Kris, 2006). Kurkumin merupakan komponen

terbesar dari kurkuminoid dan kurkumin murni sangat sulit diperoleh langsung

dari rimpang kunyit karena sering kali tercampur dengan dua turunannya, yaitu

desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin (Donatus, 1994), sehingga

sering kadar total kurkuminoid dihitung sebagai % kurkumin. Karena alasan

tersebut beberapa penelitian baik fitokimia maupun farmakologi lebih ditekankan

pada kurkumin (Kris, 2006).

Kurkumin berupa kristal berwarna kuning jingga terang dengan berat

molekul 368,37 g/mol. Kurkumin memiliki rumus molekul C21H20O6 dan titik

lebur 183°C (Aggarwal, dkk., 2006). Larutan kurkumin memiliki warna yang

tidak konstan hal ini tergantung degradasi atau pelarutnya. Pada larutan dengan

pH asam larutan kurkumin berwarna kuning, tetapi akan berubah warna menjadi

merah kecoklatan atau merah tua dalam larutan basa (Tonnesen dan Karlsen,

Page 27: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

9

1985). Kurkumin praktis tidak larut dalam air baik pada pH asam maupun netral

dan eter, akan tetapi larut dalam pelarut organik seperti etanol, dimetilsulfoksida

dan aseton (Sharma dkk, 2005). Kurkumin stabil pada temperatur tinggi

(Stankovic, 2004) dan dalam larutan dengan pH asam, tetapi tidak stabil dalam

kondisi basa dan kondisi terang (adanya cahaya) (Tonnesen dan Karlsen, 1985).

Stabilitas larutan kurkumin sangat dipengaruhi oleh pH. Pada suasana

asam kurkumin relatif stabil, tetapi akan secara cepat terdegradasi pada suasana

basa. Menurut Tonnesen dan Karlsen (1985), kurkumin mengalami degradasi

pada pH 7-10 menjadi asam ferulat dan feruloilmetana. Feruloilmetana secara

cepat membentuk produk kondensasinya yang ditunjukkan dengan warna larutan

yang berwarna kuning sampai kuning kecoklatan. Hidrolisis feruloilmetana

menghasilkan senyawa aseton dan vanilin yang jumlahnya meningkat terus

seiring dengan lamanya waktu inkubasi.

Gambar 2. Proses degradasi kurkumin (Tonnesen dan Karlsen, 1985)

Page 28: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

10

Studi lain mengenai instabilitas kurkumin juga pernah dilakukan oleh

Wang dkk. (1997), yang menguji kestabilan kurkumin pada pH fisiologis (pH

7,2). Hasil studi ini menunjukkan bahwa 90% kurkumin terdekomposisi dalam

waktu 30 menit. Trans-6-(4-hidroksi-3-metoksifenil)-2,4-dioxo-5-heksenal

diprediksi sebagai produk degradasi terbanyak dan vanilin, asam ferulat,

feruloilmetan diidentifikasi sebagai produk degradasi minor.

Kurkumin memiliki absorbsi maksimum (λmaks) dalam metanol pada

430 nm dengan range hukum Lambert Beer’s berkisar antara 0,5 hingga 5 µg/mL

bila diukur dengan menggunakan spektrofotometer (Prasad, 1997). Dalam aseton,

kurkumin mengabsorpsi pada panjang gelombang 415 hingga 420 nm (Agarwal,

dkk., 2006).

C. HPMC E-5

Hidroksipropil metilselulosa (HPMC) merupakan selulosa eter nonionik

yang berupa serbuk berwarna putih atau putih kekuningan. Nama lain dari HPMC

adalah hypromellose, methocel, methylcellulose propylene glycol ether. HPMC

biasa digunakan sebagai bahan pelapis (coating agent), agen pendispersi, agen

pengelmulsi, penstabil emulsi, foaming-agent, modified-release agent, thickening

agent, bahan pengikat pada pembuatan tablet, peningkat laju disolusi (dissolution

enhancer) (Bee dan Rahman, 2010), sehingga dalam penelitian ini digunakan

HPMC sebagai pembawa untuk meningkatkan kelarutan.

Page 29: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

11

Gambar 3. Struktur kimia Hidroksipropil Metilselulosa

HPMC berupa serbuk yang tidak berbau dan tidak berasa. HPMC larut

dalam air dingin, asam asetat glasial, etanol, metanol dan propilen glikol, kurang

larut dalam aseton dan praktis tidak larut dalam air panas, etilen glikol dan toluen

(Anonim, 2010).

Larutan HPMC berwarna transparan, namun ketika dipanaskan pada

temperatur tertentu larutan HPMC akan menjadi keruh dan membentuk larutan

yang viskos seperti gel. Namun akan kembali menjadi larutan yang jernih kembali

setelah didinginkan. Kelarutan HPMC bervariasi bergantung pada viskositasnya.

HPMC dengan viskositas kecil maka memiliki kelarutan yang lebih tinggi (Bee

dan Rahman, 2010).

D. Dispersi Padat

Dispersi padat adalah campuran yang homogen dari satu atau lebih bahan

aktif dalam matriks hidrofilik dengan tujuan untuk meningkatkan bioavailabilitas

oral dari bahan obat yang sukar larut (Serajudin, 1999). Definisi lain menurut

Page 30: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

12

Chiou dan Riegelman (1971) bahwa dispersi padat adalah dispersi satu atau lebih

bahan aktif dalam pembawa yang inert atau matriks pada keadaan padat.

Sistem dispersi padat dapat dibuat dengan cara:

1. Metode peleburan (fusion method)

Metode peleburan kadang dikenal sebagai metode pelelehan (melt

method) (Lewis, 2009). Keuntungan utama dari metode ini adalah sederhana dan

ekonomis. Dispersi padat dibuat dengan cara memanaskan antara campuran fisik

obat dan pembawa yang larut air secara langsung hingga keduanya meleleh dan

bercampur jadi satu. Campuran yang meleleh tersebut didinginkan di dalam ice

bath dan akan segera membeku. Padatan yang telah terbentuk tersebut

dihancurkan, diserbuk dan diayak (Sharma, 2009).

2. Metode pelarutan (solvent method)

Pada metode pelarutan (solvent method), dispersi padat dibuat dengan

cara melarutkan campuran fisik dua komponen zat padat dalam pelarut yang biasa

digunakan umumnya pelarut organik, lalu diikuti penguapan pelarut (Sharma,

2009). Pencampuran pada tingkat molekuler lebih disukai, karena akan

menghasilkan sifat-sifat disolusi yang optimal (Lewis, 2009).

Dengan menggunakan metode pelarutan, formulator menghadapi dua

tantangan. Tantangan pertama, yaitu kesulitan dalam hal pencampuran antara obat

dan matriks dalam satu larutan, dimana kedua bahan yang dicampur tersebut

memiliki polaritas yang berbeda secara signifikan. Untuk memperkecil ukuran

partikel obat dalam dispersi padat, obat dan pembawa harus terdispersi dalam

Page 31: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

13

pelarut sebagai partikel yang sehalus mungkin (Lewis, 2009), sedangkan

tantangan kedua adalah mencegah pemisahan fase misalnya kristalisasi yang

terjadi pada obat atau matriks, selama penguapan pelarut(Lewis, 2009).

Untuk mengeringkan larutan, dapat digunakan spray drying. Larutan

didispersikan menjadi partikel yang sangat halus dengan bantuan udara panas.

Karena ukuran partikel yang terbentuk sangat halus maka akan mempercepat

penguapan pelarut dan dispersi padat dapat terbentuk dalam beberapa detik. Spray

drying biasanya menghasilkan obat dalam keadaan amorphous, bagaimanapun

juga kadang-kadang dalam prosesnya sistem ini dapat menghasilkan obat dalam

bentuk kristal (Lewis, 2009).

Keuntungan metode pelarutan ini adalah dekomposisi obat atau bahan

pembawa oleh adanya panas dapat dicegah karena pada metode ini hanya

dibutuhkan temperatur rendah untuk menguapkan pelarut organik, sedangkan

kerugian dari metode pelarutan adalah persiapannya membutuhkan biaya yang

tinggi, kesulitan dalam menghilangkan pelarut cair dengan sempurna, pemilihan

pelarut yang mudah menguap yang lazim digunakan dan kesulitan dalam

menghasilkan bentuk kristal (Sharma, 2009).

3. Metode gabungan pelelehan dan pelarutan (solvent-fusion method)

Cara pembuatan sistem dispersi padat dengan metode gabungan ini

adalah dengan melarutkan bahan obat terlebih dahulu dalam pelarut yang cocok,

kemudian dicampur dengan hasil pelelehan pembawa, tanpa menguapkan

pelarutnya.

Page 32: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

14

E. Spray drying

Spray drying merupakan aplikasi dari metode penguapan pelarut (solvent

evaporation method) dalam pembuatan dispersi padat. Spray drying merupakan

teknik umum yang digunakan dibidang farmasi untuk menghasilkan serbuk kering

yang diperoleh dari fase cair (Guterres, dkk, 2009). Proses pengeringan ini

dilakukan dengan cara menyemprotkan massa cair (dapat berupa larutan, emulsi

atau suspensi) dengan atau tanpa bahan tambahan pada medium kering yang

panas (udara). Melalui kontak panas dari aliran udara kering panas, cairan yang

telah diatomisasi dengan menggunakan roda berputar atau nozzle akan menguap

dengan cepat dan menghasilkan massa berupa padatan atau serbuk. Walaupun

proses penguapan memerlukan suhu yang tinggi, kualitas produk yang dihasilkan

tidak terpengaruh karena proses penguapan berlangsung sangat cepat (Sriningsih,

Kadarsih dan Sumaryono, 2004).

Teknik pengeringan dengan spray dryer banyak digunakan untuk

menggranulasi serta digunakan untuk mengubah sifat-sifat biofarmasetik, seperti

laju disolusi obat-obatan yang kelarutannya rendah dalam air (Shaw, 1997).

F. Uji Disolusi

1. Pengertian disolusi

Disolusi didefinisikan sebagai proses melarutnya suatu zat kimia atau

senyawa obat dari sediaan padat ke dalam suatu medium tertentu (Martin, 1990).

Laju disolusi suatu obat adalah kecepatan perubahan dari bentuk padat menjadi

Page 33: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

15

terlarut dalam medianya setiap waktu tertentu. Jadi disolusi menggambarkan

kecepatan obat larut dalam media disolusi (Banakar, 1992).

2. Uji disolusi

Uji ini dimaksudkan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan

disolusi yang tertera pada masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan

kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Persyaratan

disolusi tidak berlaku untuk kapsul gelatin lunak kecuali dinyatakan dalam

masing-masing monografi. Jenis alat uji disolusi yang dipakai ada dua tipe, yaitu

tipe dayung dan keranjang (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan

RI, 1995).

Uji disolusi bertujuan untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh

sejumlah obat dalam tablet yang larut dalam suatu medium di bawah kondisi

tertentu sebagai uji in vitro. Uji disolusi ini dimaksudkan sebagai langkah awal

untuk mengevaluasi ketersediaan hayati bahan obat (Abdou, Hanna, dan

Muhammad, 2000).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi

a. Ukuran partikel obat. Luas permukaan obat dapat ditingkatkan

dengan cara mengurangi ukuran partikel. Disolusi terjadi pada permukaan solut

(obat), sehingga semakin besar luas permukaan maka laju disolusi obat akan

semakin cepat (Shargel, Wu-Pong dan Yu, 2005).

b. Bentuk kristal dan amorf. Obat yang susunan molekulnya

berbentuk amorf biasanya lebih mudah larut dari pada bentuk kristalnya sehingga

Page 34: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

16

lebih cepat diabsorpsi. Hal ini karena bentuk amorf terdiri dari molekul-molekul

yang tersusun secara tidak beraturan sehingga ikatan antar molekulnya mudah

diputus dengan adanya desakan dari molekul lain, misalnya molekul air,

sedangkan obat dalam bentuk kristal lebih stabil karena molekul-molekulnya

tersusun beraturan. Obat dengan bentuk amorf karena susunannya tidak beraturan

maka menyebabkan sifatnya menjadi metastabil sehingga mudah berinteraksi

untuk mencapai kondisi stabilnya. Maka dari itu selama penyimpanan, obat lebih

baik disimpan dalam bentuk kristal, lalu saat diformulasi menjadi bentuk sediaan

baru diubah menjadi bentuk amorf supaya kelarutannya tinggi sehingga akan

cepat terabsorpsi dan bioavailabilitas meningkat (Aulton, 2002).

c. Faktor uji disolusi in vitro. Suhu medium dalam percobaan

dikendalikan pada keadaan konstan, umumnya dilakukan pada suhu 37°C, sesuai

dengan suhu tubuh manusia. Kenaikan suhu akan menaikkan energi kinetik

molekul, sehingga akan meningkatkan kecepatan disolusi (Shargel, Wu-Pong dan

Yu, 2005). Kecepatan pengadukan akan mempengaruhi kecepatan pelarutan obat,

semakin cepat pengadukan maka gerakan medium akan semakin cepat sehingga

dapat meningkatkan kecepatan disolusi.

4. Cara untuk mengungkapkan hasil uji disolusi

a. Metode klasik. Metode ini menunjukkan jumlah zat aktif yang

terlarut pada waktu t, yang kemudian dikenal dengan T20, T50, T90 dan

sebagainya. Metode ini hanya menyebutkan satu titik saja, sehingga proses yang

Page 35: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

17

terjadi di luar (sebelum dan sesudah) titik tersebut tidak diketahui. Titik tersebut

menyatakan jumlah zat aktif yang terlarut pada waktu tertentu (Khan, 1975).

b. Metode Khan. Metode ini dikenal dengan konsep dissolution

efficiency (DE). DE merupakan parameter untuk menggambarkan kemampuan

pelepasan obat dari suatu medium pada rentang waktu tertentu yang diasumsikan

sebagai berikut:

DE = x 100

(Banakkar, 1992).

c. Jumlah zat aktif yang melarut dalam media pada waktu tertentu.

Misalnya t30%, artinya dalam waktu 30 menit, zat aktif yang terlarut dalam media

adalah x % atau x mg/ml (Shargel, Wu-Pong, Yu, 2005).

G. Spektrofotometri Visibel

Spektrofotometri visibel merupakan analisis spektroskopik yang

menggunakan sumber radiasi elektromagnetik sinar tampak (380-780 nm) dengan

menggunakan instrumen spektrofotometer. Radiasi elektromagnetik pada rentang

panjang gelombang 380-780 nm merupakan radiasi yang dapat dilihat indera

penglihatan manusia sehingga disebut cahaya tampak (visible) (Mulja dan

Suharman, 1995).

Prinsip kerja spektrofotometri adalah berdasarkan atas interaksi antara

radiasi elektromagnetik dengan materi. Materi dapat berupa atom, ion atau

molekul, sedangkan radiasi elektromagnetik merupakan salah satu jenis energi

Page 36: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

18

yang ditransmisikan dalam ruang dengan kecepatan tinggi. Interaksi antara

molekul yang mempunyai gugus kromofor dan radiasi elektromagnetik pada

daerah ultraviolet dan sinar tampak (200-800 nm) akan menghasilkan spektra

serapan elektronik. Spektra serapan ini dapat digunakan untuk analisis kuantitatif

karena jumlah radiasi elektromagnetik yang diserap ada hubungannya dengan

jumlah molekul penyerap (Skoog, West dan Holler, 1994).

Pada analisis kuantitatif, pengukuran serapan dilakukan pada panjang

gelombang maksimum. Panjang gelombang maksimum merupakan panjang

gelombag dimana suatu senyawa memberikan absorbansi maksimum. Pada

panjang gelombang maksimum, perubahan absorbansi untuk tiap satuan

konsentrasi paling besar sehingga akan didapat kepekaan analisis yang maksimal

(Mulja dan Suharman, 1995).

Sebagai pelarut spektrofotometri dapat digunakan semua cairan yang

sesuai dapat diperoleh dalam bentuk murni yang tidak atau hanya sedikit

menunjukkan absorbsi sendiri serta dapat melarutkan dengan mudah senyawa

yang hendak dianalisis. Yang terutama digunakan adalah air, etanol, metanol,

asetonitril, sikloheksana dan heksana (Roth dan Baschke,1994).

H. Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap

parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan

bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita,

Page 37: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

19

2004). Metode analisis instrumen merupakan metode yang terpilih dan memadai

untuk mengantisipasi persoalan analisis yaitu sangat kecilnya kadar senyawa yang

akan dianalisis dan kompleksnya matriks sampel yang akan dianalisis (Mulja dan

Suharman, 1995). Maka dari itu diperlukan parameter-parameter sebagai pedoman

kesahihan metode analisis, antara lain:

1. Kecermatan (Accuracy)

Akurasi atau kecermatan metode analisis adalah ukuran yang

menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang

sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery)

analit yang ditambahkan. Kriteria kecermatan sangat tergantung kepada

konsentrasi analit dalam matriks sampel dan pada keseksamaan metode (RSD)

(Harmita, 2004).

Tabel I.Kriteria rentang recovery yang dapat diterima (Anonim, 2004)% kandungan zat aktif Rata-rata recovery yang dapat diterima

≥ 10≥ 1

0,1 – 1< 0,1

98 – 102%90 – 110%80 – 120%75 – 125%

Akurasi untuk kadar obat yang besar adalah 95-105%, sedangkan untuk

bioanalisis rentang recovery yang masih dapat diterima, yaitu 80-120% (Mulja

dan Hanwar, 2003).

2. Keseksamaan (Precision)

Keseksamaan atau presisi adalah ukuran yang menunjukkan derajat

kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual

dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang

Page 38: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

20

diambil dari campuran homogen. Presisi biasanya dinyatakan dalam koefisien

variasi (KV). Suatu metode dapat dinyatakan memiliki presisi yang baik apabila

memiliki KV < 2 % tetapi kriteria ini fleksibel tergantung dari kondisi analit yang

diperiksa, jumlah sampel dan kondisi laboratorium (Harmita, 2004).

Tabel II. Rentang koefisien variasi (KV) yang masih dapat diterima(Anonim, 2004)

Analit pada matrik sampel KV (%)≥ 10% ≤ 2

1,0 – 10% ≤ 50,1 – 1,0% ≤ 10

< 0,1% ≤ 20

3. Selektivitas (Spesifisitas)

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang

hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya

komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel.

Selektivitas metode ditentukan dengan cara membandingkan hasil

analisis sampel yang mengandung cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa

asing lainnya atau pembawa plasebo dengan hasil analisis sampel tanpa

penambahan bahan-bahan tadi. Penyimpangan hasil jika ada merupakan selisih

dari hasil uji keduanya (Harmita, 2004).

4. Linearitas dan rentang

Linearitas merupakan kemampuan suatu metode (pada rentang tertentu)

untuk mendapatkan hasil uji yang secara langsung proporsional dengan

konsentrasi (jumlah) analit di dalam sampel sehingga memberikan nilai koefisien

korelasi yang lebih besar daripada nilai koefisien korelasi pada tabel statistik.

Page 39: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

21

Rentang adalah jarak antara level terbawah dan teratas dari metode analisis yang

telah dipakai untuk mendapatkan presisi, linearitas dan akurasi yang bisa diterima

(Mulja dan Hanwar, 2003).

Tabel III. Kriteria keberterimaan yang disarankan untuk mengevaluasilinearitas metode (Rohman, 2009)

Uji Level* Kisaran** Kriteria keberterimaanPengujian 5 50% - 150% r ≥ 0,999; intersep –y ≤ 2,0%Disolusi 5-8 10% – 150% r ≥ 0,99; intersep –y ≤ 5,0%Pengotor 5 LOQ – 2% r ≥ 0,98

* level disini menunjukkan level konsentrasi yang berbeda, kalau 5 level berartimerujuk pada 5 konsentrasi yang berbeda

** kisaran terhadap target konsentrasi

5. LOD (Limit of Detection) dan LOQ (Limit of Quantitation)

LOD adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi

yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko. LOQ

adalah kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria

akurasi dan presisi. LOD dan LOQ dapat dihitung secara statistik melalui garis

regresi linier dari kurva kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama dengan nilai b

pada persamaan garis regresi linier y = a + bx, sedangkan simpangan baku

blangko sama dengan simpangan residual (Sy / x). LOD dapat dihitung

menggunakan rumus LOD = sedangkan LOQ = (Harmita, 2004).

Parameter analitik yang diperlukan untuk validasi dapat bervariasi

bergantung pada tipe prosedur analitik. The United States Pharmacopeia 30 The

National Formulary 25 (2007) membedakan metode analisis menjadi empat

kategori dan masing-masing kategori memiliki persyaratan parameter validasi

yang berbeda-beda, yaitu:

Page 40: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

22

a. Kategori I, merupakan prosedur analisis kuantitatif untuk menentukan

kadar komponen utama bahan obat atau zat aktif (termasuk bahan

pengawet) dalam sediaan farmasi.

b. Kategori II, merupakan prosedur analisis untuk menganalisis senyawa

pengotor atau produk hasil degradasi yang ada dalam sediaan farmasi.

c. Kategori III, merupakan prosedur analisis untuk menentukan karakteristik

penampilan suatu sediaan farmasi seperti kecepatan disolusi dan kecepatan

pelepasan obat.

d. Kategori IV, mencakup tes identifikasi.

Tabel IV. Parameter-parameter analisis yang diperlukan dalam validasimetode (Anonim, 2007)

Kategori IIParameteranalisis

Kategori IKuantitatif Batas tes

KategoriIII

KategoriIV

Akurasi Ya Ya * * TidakPresisi Ya Ya Tidak Ya TidakSpesifitas Ya Ya Ya * YaLOD Tidak Tidak Ya * TidakLOQ Tidak Ya Tidak * TidakLinieritas Ya Ya Tidak * TidakRange Ya Ya * * Tidak

*= mungkin diperlukan, tergantung pada sifat spesifik tes

I. Landasan Teori

Kunyit merupakan tanaman obat tradisonal Indonesia yang kaya akan

manfaat. Bagian tanaman kunyit yang banyak dimanfaatkan dalam pengobatan

adalah rimpangnya. Rimpang kunyit mengandung senyawa berkhasiat aktif yaitu

kurkuminoid.

Page 41: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

23

Kurkuminoid mengandung tiga turunannya, yaitu kurkumin,

desmetoksikurkumin dan bidesmetoksikurkumin. Kurkumin merupakan

komponen terbesar dari kurkuminoid sehingga kadar total kurkuminoid sering

dihitung sebagai % kurkumin.

Kurkumin memiliki permasalahan dalam hal kelarutannya. Kurkumin

tidak larut dalam air baik pada pH asam maupun netral serta kestabilannya sangat

dipengaruhi oleh pH lingkungan dan paparan cahaya. Hal ini dapat membuat

efektivitas terapetik kurkumin menjadi berkurang apabila diformulasikan dalam

sediaan cair.

Banyak strategi yang telah dilakukan untuk meningkatkan kelarutan

kurkumin diantaranya adalah derivatisasi struktur kimia kurkumin, kompleksasi

atau interaksi dengan makromolekul seperti gelatin, polisakarida, protein dan

siklodekstrin. Peningkatan kelarutan kurkumin juga dapat dilakukan melalui

pembentukan dispersi padat sehingga partikel kurkumin terdispersi dalam ukuran

molekular yang pada akhirnya akan meningkatkan kelarutan dan laju disolusinya.

Dispersi padat dapat dibuat dengan menggunakan metode spray drying untuk

menghilangkan pelarut yang ada secara cepat dan membentuk partikel dalam

keadaan amorf sehingga kelarutannya lebih tinggi.

HPMC E-5 merupakan polimer turunan selulosa yang memiliki sifat

mudah larut dalam air, sehingga dapat meningkatkan hidrofilisitas obat-obat yang

kelarutannya rendah dalam air. Dalam penelitian ini dilakukan peningkatan

Page 42: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

24

hidrofilisitas senyawa lipofil, yaitu kurkumin dengan pembuatan dispersi padat

isolat ekstrak rimpang kunyit dengan bahan pembawa HPMC E-5.

Drug load merupakan jumlah kurkumin yang terkandung dalam

keseluruhan total kurkumin dan pembawa. Semakin tinggi nilai drug load

menunjukkan bahwa semakin banyak obat yang terkandung dalam dispersi padat

sedangkan jumlah pembawa yang ada semakin sedikit sehingga disolusi obat

menjadi lebih rendah.

Untuk melihat pengaruh proporsi drug load terhadap laju disolusi dispersi

padat isolat ekstrak rimpang kunyit – HPMC E-5 dianalisis melalui uji korelasi

dan analisis regresi linear.

J. Hipotesis

Proporsi drug load mempengaruhi disolusi kurkumin, dimana semakin

besar proporsi drug load diperkirakan semakin lambat disolusi kurkumin.

Page 43: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam jenis penelitian

eksperimental karena dalam penelitian ini subyek uji diberi perlakuan, yaitu

dengan pembentukan dispersi padat ekstrak rimpang kunyit.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah proporsi drug load pada

dispersi padat ekstrak rimpang kunyit - HPMC E-5, yaitu 2%, 1% dan 0,66%.

2. Variabel tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah persentase kurkumin

yang terdisolusi.

3. Variabel pengacau terkendali

Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini, yaitu:

a. Paparan cahaya dikendalikan dengan menggunakan wadah terlindung cahaya

(ditutup alumunium foil).

b. Kelembaban saat penyimpanan dikendalikan dengan penyimpanan di

desikator yang diberi silika gel sebagai penyerap lembab.

4. Variabel pengacau tidak terkendali

Page 44: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

26

Variabel pengacau tidak terkendali dalam penelitian ini adalah

kelembaban ruangan.

C. Definisi Operasional

1. Kurkumin adalah senyawa polifenol hidrofobik alami yang terkandung dalam

rimpang tanaman kunyit (Curcuma domestica) dengan kandungan kurkumin

sebesar 60% dari total kurkuminoid 97,20%.

2. Isolat ekstrak rimpang kunyit adalah serbuk yang diperoleh dari hasil

ekstraksi kering rimpang tanaman kunyit (Curcuma domestica Rhizome)

dengan kandungan kurkuminoid sebesar 97,20%.

3. Dispersi padat isolat ekstrak rimpang kunyit – HPMC E-5 adalah dispersi

isolat ekstrak rimpang kunyit dalam HPMC E-5 1%, 2% dan 4% yang dibuat

dengan metode spray drying.

4. Spray drying adalah proses penghilangan pelarut dengan cara

menyemprotkan campuran isolat ekstrak rimpang kunyit - larutan HPMC E-5

dengan konsentrasi drug load 0,66%, 1%, dan 2% pada medium kering yang

panas (udara) sehingga massa cair berubah menjadi partikel padat yang

ukuran dan bentuknya sama.

5. HPMC E-5 adalah bahan pembawa yang berupa serbuk putih, tidak berbau,

larut dalam etanol 70%.

Page 45: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

27

6. Drug load adalah kurkumin yang terkandung dalam keseluruhan total antara

pembawa dan kurkumin. Drug load yang digunakan dalam penelitian ini

adalah 2%, 1% dan 0,66%.

7. Uji disolusi adalah uji yang dilakukan menggunakan alat disolusi tipe paddle

dengan medium cairan lambung buatan tanpa pepsin (pH 1,2) sebanyak 900

ml, pada suhu 37 ± 0,5°C, kecepatan putaran paddle 50 ± 1 rpm, untuk

mengetahui jumlah kurkumin terlarut pada medium dalam rentang waktu

tertentu.

8. Waktu pengambilan cuplikan pada menit ke 5, 10, 20, 30, 45, 60, 90, 120,

150 dan 180 dengan jumlah cuplikan yang diambil sebanyak 5 mL.

9. Kadar kurkumin dinyatakan sebagai persentase kurkumin yang terdisolusi.

D. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spray dryer

(LabPlant – London), spektrofotometer UV-VIS (Perkin-Elmer Lambda 20),

dissolution tester (Sotax), neraca analitik (OHAUS PAJ1003 - USA, Sartorius BP

221S - Germany), micropipete (Socorex, Propette), magnetic strirer ( Labinco

BV–Netherlands) , pH indikator universal (Merck), alat-alat gelas (Pyrex-

Germany), desikator, mortir, dan stamper.

Page 46: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

28

E. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk baku

kurkumin hasil sintesis (pemberian ekslusif dari Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S.,

Apt.), serbuk isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcumae domestica C 95) yang

mengandung kadar kurkuminoid di atas 95% (PT. Phytochemindo Reksa -

Jakarta), metanol p.a (Merck-Germany), Methocel E5 Premium LV

Hydroxylpropyl Methylcelulose (Colorcon Asia Pacific Pvt. Ltd - Singapore),

akuades (PT. Brataco - Yogyakarta), etanol teknis 70% (PT. Brataco - Bekasi),

kapsul cangkang keras gelatin No.00 (PT. Brataco Chemika).

F. Tata Cara Penelitian

1. Pembuatan dispersi padat isolat ekstrak rimpang kunyit - HPMC E-5

Dispersi padat isolat ekstrak rimpang kunyit - HPMC E-5 dibuat dengan

menimbang serbuk isolat ekstrak rimpang kunyit yang setara dengan 40 mg

kurkumin kemudian dilarutkan dalam 250 mL etanol 70%. Campuran ini

kemudian ditambahkan ke dalam HPMC E-5 konsentrasi 2%, 4% dan 6% dalam

pelarut etanol dan diaduk dengan menggunakan magnetic stirer hingga homogen.

Larutan kurkumin - HPMC E-5 dihilangkan pelarutnya dengan menggunakan

spray dryer dengan kondisi pengoperasian: suhu “inlet”, 110°C; suhu “outlet”, 70

± 2°C; pump speed, 4 ml/menit, tekanan pompa, 2,5 mbar; ukuran “nozzle”, 1

mm. Serbuk dispersi padat isolat ekstrak rimpang kunyit - HPMC E-5 yang

diperoleh ditimbang sebanyak 190 mg kemudian dimasukkan dalam cangkang

Page 47: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

29

kapsul keras ukuran 00. Proses ini diusahakan dilakukan dalam ruangan dengan

RH 50 dan terlindung dari cahaya.

Tabel V. Komposisi formula pembuatan dispersi padat isolat ekstrakrimpang kunyit-HPMC E-5

HPMC E-5 (gram) Kurkumin dalam etanol 125 mL(mg)

Drug load (%)

2 40 24 40 16 40 0,66

2. Pembuatan serbuk campuran fisik isolat ekstrak rimpang kunyit -

HPMC E-5

Serbuk campuran fisik dibuat dengan cara menimbang serbuk isolat

ekstrak rimpang kunyit dan HPMC E-5 yang sebelumnya telah di ayak dengan

ayakan No. mesh 60. Jumlah serbuk isolat ekstrak rimpang kunyit dan HPMC E-5

yang dicampurkan ditimbang sesuai dengan jumlah dispersi padat yang diperoleh.

Serbuk isolat ekstrak rimpang kunyit dengan HPMC E-5 dicampur hingga

homogen dalam mortir. Serbuk campuran fisik kemudian dimasukkan ke dalam

kapsul cangkang keras No.00.

3. Pembuatan larutan baku kurkumin

a. Pembuatan larutan stok kurkumin. Sebanyak 10,0 mg serbuk

kurkumin ditimbang lebih kurang seksama, dimasukkan ke dalam labu ukur 25,0

ml dan diencerkan dengan metanol p.a hingga tanda dan simpan dalam wadah

terlindung cahaya.

b. Pembuatan larutan intermediate kurkumin. Sebanyak 1,0 ml

larutan stok kurkumin diambil, dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 ml dan

Page 48: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

30

diencerkan dengan metanol p.a hingga tanda dan simpan dalam wadah terlindung

cahaya.

4. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum (λmaks)

Larutan intermediate kurkumin diambil sebanyak 0,4 ml, 0,8 ml, 1,2 ml

dan masing-masing diencerkan dengan metanol p.a hingga volume tepat 10,0 ml.

Larutan ini diukur absorbansinya pada panjang gelombang antara 400 – 600 nm,

kemudian lakukan proses scanning pada spektrofotometer. Panjang gelombang

dicari yang memberikan serapan maksimum.

5. Pembuatan kurva baku

Larutan intermediate kurkumin diambil sebanyak 0,4 ml; 0,6 ml; 0,8 ml;

1,0 ml; 1,2 ml dan masing-masing diencerkan dengan metanol p.a sampai volume

10,0 ml. Seri kadar larutan ini diukur serapannya pada panjang gelombang

maksimum. Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali. Data yang diperoleh dihitung

menggunakan program regresi linear sehingga diperoleh persamaan kurva baku

yang dapat digunakan untuk menentukan kadar kurkumin hasil disolusi. Dari tiga

kali replikasi, dipilih kurva baku yang memiliki nilai r ≥ 0,99 (Rohman, 2009).

6. Pembuatan medium disolusi (cairan lambung buatan tanpa pepsin)

Larutkan natrium klorida P sebanyak 2,0 g ke dalam 7,0 ml asam klorida

p.a. dan encerkan dengan aquadest hingga 1000 ml. Larutan dibuat hingga pH ±

1,2.

Page 49: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

31

7. Uji disolusi

Uji disolusi dilakukan terhadap dispersi padat isolat ekstrak rimpang

kunyit - HPMC E-5 dan serbuk campuran fisik ekstrak rimpang kunyit - HPMC

E-5 dalam kapsul cangkang keras menggunakan alat disolusi tipe dayung (padlle)

dengan kecepatan putar 50 ± 1 rpm. Medium disolusi terdiri dari 900 ml cairan

lambung buatan tanpa pepsin dengan pH 1,2. Temperatur selama pengujian 37 ±

0,5°C. Sebanyak 5 ml cuplikan diambil pada interval waktu tertentu, yaitu setelah

5, 10, 20, 30, 45, 60, 90, 120, 150, dan 180 menit. Setiap kali pengambilan

cuplikan, medium yang hilang diganti dengan yang baru dengan jumlah yang

sama.

8. Penetapan kadar kurkumin dengan spektrofotometri visibel

Cuplikan yang telah diambil 5 mL kemudian diukur dengan

menggunakan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang serapan

maksimum. Kadar kurkumin yang terlepas dalam uji disolusi dihitung dengan

menggunakan persamaan kurva baku. Kadar kurkumin yang tersolusi dinyatakan

sebagai persentase kurkumin terdisolusi.

9. Validasi metode analisis

Sebanyak 0,4; 0,8; dan 1,2 mL larutan intermediet dipipet, masing-

masing dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 mL dan diencerkan dengan metanol

p.a hingga tanda. Serapan diukur pada panjang gelombang serapan maksimum

kemudian dihitung kadarnya menggunakan persamaan kurva baku. Replikasi

dilakukan sebanyak tiga kali menggunakan tiga seri konsentrasi.

Page 50: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

32

a. Penetapan parameter akurasi. Recovery dihitung dari kadar terukur

dibandingkan dengan kadar teoritis dikalikan dengan 100%.

Perolehan kembali (P) = % recovery =tungkadarterhi

urkadarterukx 100%

b. Penetapan parameter presisi. Presisi metode analisis dinyatakan

dengan nilai koefisien variasi yang dihitung dengan cara berikut:

KV =terukurkadarratarata

terukurkadarsimpangan

__

__

x 100%

c. Penetapan parameter linearitas. Linearitas metode yang dapat

diterima jika nilai r ≥ 0,99 (Rohman, 2009).

d. Penetapan parameter Limit of Detection (LOD). LOD dapat

dihitung dengan menggunakan rumus:

LOD =

Dimana Sy/x adalah simpangan baku residual dan b adalah nilai slope.

G. Analisis Hasil

Perbedaan disolusi kurkumin pada dispersi padat dan serbuk campuran

fisik isolat ekstrak rimpang kunyit – HPMC E-5 diuji dengan menggunakan

unpaired-t-test untuk data yang berdistribusi normal dan uji Mann-Whitney untuk

data yang berdistribusi tidak normal, sedangkan untuk melihat pengaruh proporsi

drug load terhadap disolusi kurkumin pada menit ke-60 diuji dengan

menggunakan uji korelasi Spearman dan regresi linear dengan taraf kepercayaan

Page 51: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

33

95% serta dibuat kurva hubungan pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi

kurkumin.

Page 52: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

34

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Isolat Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica C 95)

Serbuk kunyit yang digunakan dalam penelitian ini merupakan serbuk

isolat ekstrak kering rimpang kunyit yang diperoleh dari PT. Phytochemindo

Reksa. Serbuk isolat ekstrak rimpang kunyit ini berupa serbuk berwarna kuning

jingga, tidak larut dalam air, kandungan air sebesar 1,50% dan mengandung

kurkuminoid sebesar 97,20%.

B. Pembuatan Dispersi Padat Isolat Ekstrak Rimpang Kunyit – HPMC E-5

Pembuatan dispersi padat ini bertujuan untuk memodifikasi kelarutan

kurkumin. Dispersi padat dalam penelitian ini dibuat melalui metode penguapan

pelarut. Peningkatan kelarutan dan disolusi pada sistem dispersi padat dapat

terjadi karena adanya pengurangan ukuran partikel zat aktif hingga tingkat

molekular, efek solubilisasi dari bahan pembawa yang larut air serta terbentuknya

struktur amorphous zat aktif dalam bahan pembawa.

Serbuk dispersi padat isolat ekstrak rimpang kunyit – HPMC E-5

disiapkan dengan cara melarutkan masing-masing bahan yaitu serbuk isolat

ekstrak rimpang kunyit dan HPMC E-5 ke dalam etanol 70%. Tujuan

digunakannya etanol 70% sebagai pelarut karena baik kurkumin maupun HPMC

E-5 larut dalam etanol 70%, selain itu etanol mudah menguap dan relatif tidak

Page 53: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

35

toksik jika dibandingkan dengan pelarut orgnik lainnya. Larutan serbuk kunyit

dalam etanol dan larutan HPMC E-5 dalam etanol dicampur dengan menggunakan

magnetic stirer hingga homogen.

Larutan serbuk kunyit - HPMC E-5 dihilangkan pelarutnya dengan

menggunakan spray dryer dengan suhu inlet sebesar 110°C dan suhu outlet

sebesar 70 ± 2° C. Suhu inlet dan outlet ini diperoleh dari hasil orientasi. Pada

suhu inlet 110°C dihasilkan serbuk dispersi padat yang tidak lengket (sticky).

Suhu outlet merupakan suhu yang tidak tetap namun pada suhu inlet 110°C akan

menghasilkan suhu outlet yang berkisar pada range suhu 70 ± 2° C. Pump speed

yang digunakan dalam pembuatan dispersi padat isolat ekstrak rimpang kunyit –

HPMC E-5 ini adalah sebesar 4 mL/ menit. Pump speed perlu diatur agar larutan

isolat ekstrak rimpang kunyit-HPMC E-5 dapat disedot dan disemprot sehingga

menghasilkan serbuk kurkumin yang berbentuk amorphous.

Proses spray drying yang dilakukan menggunakan ukuran nozzle 1 mm.

Setelah seluruh larutan serbuk kunyit – HPMC E-5 habis tersedot, serbuk dispersi

padat yang terbentuk dikumpulkan. Pengambilan serbuk diusahakan dilakukan

dalam ruangan dengan RH 50, hal ini bertujuan agar serbuk kurkumin hasil spray

drying tidak kembali lagi ke bentuk awalnya, yaitu bentuk kristal. Kurkumin yang

terkandung dalam serbuk kunyit berbentuk kristal dan dengan adanya proses

penghilangan pelarut secara cepat menggunakan medium udara panas maka

kurkumin akan berada dalam bentuk amorphous. Molekul dalam bentuk

amorphous memiliki kelarutan yang lebih tinggi dalam air dibandingkan dengan

Page 54: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

36

bentuk kristalnya. Hal ini dikarenakan bentuk amorphous terdiri atas molekul-

molekul yang tersusun tidak beraturan sehingga ikatan antar molekulnya mudah

diputus oleh molekul lain. Bentuk amorphous memiliki energy state yang tinggi

atau dengan kata lain sifatnya metastabil karena susunan molekulnya tidak

beraturan sehingga molekul yang berbentuk amorphous memiliki kecenderungan

untuk berinteraksi dengan molekul lain untuk mencapai kondisi stabilnya. Adanya

sedikit air baik itu air dari medium maupun udara akan membuat molekul bentuk

amorphous akan dengan cepat menyerap air sehingga sifatnya berubah menjadi

kristal. Maka dari itu perlu adanya pengontrolan Relative Humidity (RH) ruangan

dan RH penyimpanan.

Keseluruhan proses baik dari pencampuran bahan hingga proses spray

drying diusahakan agar terlindung dari cahaya. Hal ini disebabkan karena

kurkumin yang terkandung dalam serbuk kunyit dapat mengalami degradasi

fotokimia seperti yang pernah dilaporkan oleh Tonnesen dan Karlsen (1986)

bahwa kurkumin dalam pelarut organik (etil asetat, kloroform, metanol dan

asetonitril) mengalami degradasi dengan adanya paparan sinar UV dan sinar

tampak.

C. Pembuatan Serbuk Campuran Fisik Isolat Ekstrak Rimpang

Kunyit - HPMC E-5

Serbuk campuran fisik dibuat dengan cara menimbang serbuk isolat

ekstrak rimpang kunyit dan HPMC E-5 sesuai dengan hasil perhitungan dari hasil

Page 55: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

37

dispersi padat yang diperoleh. Kemudian serbuk kunyit dan HPMC E-5 dicampur

dalam mortir hingga homogen dan dimasukkan ke dalam kapsul untuk diuji

disolusi. Penentuan proporsi drug load 0,66%, 1% dan 2% dilakukan dengan

menentukan jumlah kurkumin dan HPMC E-5 yang diinginkan dalam sistem

dispersi padat. Dalam penelitian ini jumlah kurkumin yang diinginkan adalah

sebesar 40 mg dan jumlah HPMC E-5 yang diinginkan adalah sebanyak 2 g, 4 g

dan 6 g. Maka alasan dipilihnya proporsi drug load 0,66%, 1%, dan 2% karena

untuk efisiensi penimbangan dari kurkumin maupun HPMC E-5.

Serbuk campuran fisik dibuat sebagai kontrol yaitu, untuk melihat

adakah perbedaan disolusi kurkumin yang diformulasi dalam bentuk dispersi

padat dengan kurkumin yang dibuat dengan pencampuran fisik biasa. Serbuk

campuran fisik digunakan sebagai pembanding dan untuk mengetahui adakah

perubahan susunan molekul kurkumin dari bentuk kristal menjadi bentuk

amorphous saat pembentukan sistem dispersi padat. Untuk lebih meyakinkan

bahwa serbuk dispersi padat yang dihasilkan benar-benar berbentuk amorphous

maka perlu dilakukan analisis thermal dengan Differential Scanning Calorimetry

(DSC) dan penetapan pola difraksi sinar X. Namun dalam penelitian ini tidak

dilakukan kedua pemeriksaan ini.

D. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum (λmaks)

Panjang gelombang serapan maksimum (λmaks) adalah panjang

gelombang saat suatu senyawa dalam hal ini kurkumin menghasilkan serapan

Page 56: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

38

yang paling besar. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum kurkumin

ini bertujuan untuk melihat pada panjang gelombang berapakah kurkumin yang

dilarutkan dalam metanol p.a menghasilkan absorbansi yang paling maksimal.

Panjang gelombang serapan maksimal yang diperoleh ini nantinya digunakan

untuk penetapan kadar kurkumin hasil uji disolusi.

Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang serapan maksimum agar

dengan adanya sedikit perubahan kecil dari kadar larutan yang akan dianalisis

dapat memberikan perbedaan hasil serapan yang besar. Dengan demikian,

sensitivitas metode akan semakin meningkat. Spektra serapan disekitar panjang

gelombang serapan maksimum relatif datar sehingga pada kondisi ini hukum

Lambert-Beer dapat terpenuhi dan apabila dilakukan pengukuran ulang atau

replikasi, kemungkinan terjadinya kesalahan yang disebabkan oleh pengukuran

ulang dan faktor lain menjadi kecil (Skoog, dkk, 1998).

Penetapan panjang gelombang serapan maksimum dilakukan dengan cara

mengukur panjang gelombang dari seri baku kurkumin dengan tiga kadar yang

berbeda, yaitu pada kadar terendah 1,584 x 10-3 mg/mL, kadar tengah 3,168 x 10-3

mg/mL dan kadar tertinggi 4,752 x 10-3 mg/mL. Tujuan dari pengukuran pada tiga

seri baku ini adalah untuk memastikan apakah setiap kadar memiliki serapan

maksimum pada panjang gelombang yang sama.

Penentuan panjang gelombang serapan maksimum kurkumin dilakukan

pada rentang panjang gelombang 400 – 600 nm. Rentang panjang gelombang ini

dipilih untuk melihat apakah ada pergeseran panjang gelombang serapan

Page 57: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

39

maksimum yang didapat dibandingkan dengan panjang gelombang serapan

maksimum teoritis kurkumin, yaitu 421 nm (Kaewnopparat, 2009).

Hasil pengukuran panjang gelombang serapan maksimum ketiga seri

baku kurkumin (Lampiran 18) menunjukkan bahwa baik pada kadar terkecil

(1,584 x 10-3 mg/mL), kadar tengah (3,168 x 10-3 mg/mL) maupun kadar tertinggi

(4,752 x 10-3 mg/mL) memberikan panjang gelombang yang sama, yaitu 421,6

nm.

Panjang gelombang yang diperoleh dalam penelitian ini berbeda 0,6 nm

dari panjang gelombang serapan maksimum kurkumin teoritis, yaitu 421 nm.

Menurut Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (1995) bahwa

perbedaan selisih panjang gelombang serapan maksimum antara hasil percobaan

dengan hasil teoritis tidak boleh lebih dari 2 nm. Maka dari itu panjang

gelombang yang diperoleh dalam penelitian ini sudah memenuhi persyaratan

panjang gelombang serapan maksimum yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal

Pengawasan Obat dan Makanan (1995). Panjang gelombang serapan maksimum

421,6 nm digunakan selanjutnya untuk pengukuran absorbansi larutan baku

kurkumin maupun sampel yang akan dianalisis.

E. Pembuatan Kurva Baku

Kurva baku dibuat agar diperoleh persamaan yang nantinya dapat

digunakan untuk menghitung kadar kurkumin yang terdisolusi. Kurva baku

diperoleh dengan cara membuat lima seri kadar dari tiga replikasi larutan baku

Page 58: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

40

kurkumin dan kelima seri kadar diukur pada panjang gelombang serapan

maksimum hasil pengukuran yaitu 421,6 nm. Seri kadar baku dibuat dengan kadar

1,584 x 10-3 mg/mL; 2,376 x 10-3 mg/mL; 3,168 x 10-3mg/mL; 3,96 x 10-3

mg/mL; dan 4,752 x 10-3 mg/mL. Kelima seri kadar baku ini dipilih berdasarkan

hasil orientasi sebelumnya, dimana dipilih kadar seri baku yang memberikan

serapan pada rentang 0,2 hingga 0,8.

Dari hasil pengukuran seri larutan baku kurkumin, diperoleh data sebagai

berikut.

Tabel VI. Data pengukuran absorbansi seri larutan baku kurkumin danpersamaan kurva baku

Kurva baku I Kurva baku II Kurva baku IIIKadar(mg/mL)

AbsorbansiKadar(mg/mL)

AbsorbansiKadar(mg/mL)

Absorbansi

1,584 . 10-3

2,376. 10-3

3,168. 10-3

3,96 . 10-3

4,752 . 10-3

0,2360,3290,4610,5980,705

1,584 . 10-3

2,376. 10-3

3,168 10-3

3,96 . 10-3

4,752 . 10-3

0,2050,3820,4250,5890,685

1,584 . 10-3

2,376. 10-3

3,168. 10-3

3,96 . 10-3

4,752 . 10-3

0,2070,3330,4170,5600,697

A = -0,017B = 152,3990r = 0,9981

A =-9,6 x 10-3

B = 147,3485r = 0,9878

A = -0,04B = 152,3990r = 0,9966

Persamaan kurva baku:Y = Bx + AY = 152,3990x – 0,017

Persamaan kurva baku:Y = Bx + AY = 147,3485x – 0,0096

Persamaan kurva baku:Y = Bx + AY = 152,3990x – 0,04

Berdasarkan data pada tabel VI. maka diperoleh tiga buah persamaan

kurva baku yang berbeda. Dari ketiga persamaan kurva baku tersebut dipilih

persamaan kurva baku yang paling linier. Linieritas dinyatakan sebagai koefisien

korelasi yang dilambangkan dengan huruf r.

Page 59: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

41

Tabel VII. Kriteria keberterimaan yang disarankan untuk mengevaluasilinieritas metode (Rohman, 2009)

Uji Level* Kisaran** Kriteria keberterimaanPengujian 5 50% - 150% r ≥ 0,999; intersep –y ≤ 2,0%Disolusi 5-8 10% – 150% r ≥ 0,99; intersep –y ≤ 5,0%Pengotor 5 LOQ – 2% r ≥ 0,98

Menurut Rohman (2009) bahwa untuk uji disolusi kriteria keberterimaan

koefisien korelasi (r), yaitu ≥ 0,99. Dari ketiga koefisien korelasi dari masing-

masing kurva baku diketahui bahwa koefisien korelasi semua persamaan kurva

baku ≥ 0,99. Ini menunjukkan bahwa semua persamaan kurva baku telah

memberikan hubungan korelasi yang baik antara kadar kurkumin dengan serapan.

Persamaan kurva baku yang dipilih adalah persamaan kurva baku I,

yaitu Y= 152,3990x – 0,017 dengan nilai r = 0,9981. Persamaan ini dipilih karena

persamaan kurva baku I memberikan nilai r yang paling besar dibandingkan

dengan nilai r pada dua kurva baku yang lainnya. Diharapkan dengan dipilihnya

persamaan kurva baku yang memiliki nilai r yang paling besar maka akan

memberikan korelasi yang baik pula antara kadar kurkumin dan serapan.

Gambar 4. Kurva baku kadar kurkumin vs serapan

Page 60: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

42

Dari kurva baku kadar kurkumin vs serapan terlihat bahwa seiring

dengan meningkatnya kadar kurkumin dalam larutan maka serapannya juga

meningkat secara proporsional. Hal ini karena hubungan korelasi yang terjadi

antara kadar kurkumin dengan serapan adalah linier.

F. Validasi Metode Analisis

Uji disolusi termasuk dalam metode analisis kategori III (Anonim, 2007).

Kategori III mensyaratkan parameter validasi metode presisi, sedangkan

parameter-parameter yang lain mungkin diperlukan, tergantung pada sifat spesifik

tes. Pada penelitian ini parameter validasi yang digunakan, yaitu:

1. Akurasi

Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil

analisis dengan kadar analit yang sebenarnya dan dinyatakan sebagai persen

perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Mulja dan Hanwar (2003)

memberikan batas % recovery yang masih dapat diterima untuk uji bioanalisis,

yaitu 80 - 120%. Tabel VIII menunjukkan rentang recovery yang diperoleh dalam

penelitian ini adalah 93,48 – 98,41%. Rentang recovery ini sudah masuk dalam

rentang recovery yang dipersyaratkan, yaitu 80 – 120%, sehingga dapat dikatakan

bahwa metode penetapan kadar kurkumin secara spektrofotometri visibel telah

memenuhi persyaratan akurasi.

Page 61: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

43

Tabel VIII. Data % recovery

Replikasi AbsorbansiKadarteoritis

(mg/mL)

Kadarterukur

(mg/mL)

%recovery

(%)

Rata-rata %recovery

(%)0,236 1,584 x 10-3 1,6601 x 10-3 104,800,205 1,584 x 10-3 1,4567 x 10-3 91,96I0,207 1,584 x 10-3 1,4698 x 10-3 92,79

96,52

0,461 3,168 x 10-3 3,1365 x 10-3 99,010,425 3,168 x 10-3 2,9003 x 10-3 91,55II0,417 3,168 x 10-3 2,8478 x 10-3 89,89

93,48

0,705 4,752 x 10-3 4,7376 x 10-3 99,700,685 4,752 x 10-3 4,6063 x 10-3 96,93III0,697 4,752 x 10-3 4,6851 x 10-3 98,59

98,41

2. Presisi

Presisi atau keseksamaan suatu metode analisis dinyatakan sebagai

koefisien variasi (KV). Menurut Anonim (2004) bahwa untuk nilai KV yang

masih dapat diterima untuk sampel dengan kadar 0,1–1,0 % adalah ≤ 10 %.

Berdasarkan pengukuran pada tiga replikasi seri larutan baku dengan kadar

1,6601x10-3 mg/mL; 3,1365x10-3 mg/mL; dan 4,7376x10-3 mg/mL diperoleh nilai

CV berturut-turut 7,44; 5,19 dan 1,41. Hasil ini menunjukkan bahwa presisi dari

metode analisis kurkumin secara spektrofotometri visibel telah memenuhi

persyaratan presisi atau keseksamaan.

Tabel IX. Hasil koefisien variasi metodeKadar (mg/mL)

Replikasi I Replikasi II ReplikasiIIIX SD CV (%)

1,6601x10-3 1,4567x10-3 1,4698x10-3 1,5289x10-3 1,1384x10-4 7,443,1365x10-3 2,9003x10-3 2,8478x10-3 2,9615x10-3 1,5378x10-4 5,194,7376x10-3 4,6063x10-3 4,6851x10-3 4,6763x10-3 6,6088x10-5 1,41

Page 62: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

44

3. Linieritas

Linearitas merupakan kemampuan suatu metode (pada rentang tertentu)

untuk mendapatkan hasil uji yang secara langsung proporsional dengan

konsentrasi (jumlah) analit di dalam sampel. Linieritas dinyatakan sebagai

koefisien korelasi (r), dimana semakin besar nilai r maka semakin baik korelasi

antara kadar dan serapan.

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan maka diperoleh nilai r,

0,9981. Nilai r ini sudah memenuhi persyaratan keberterimaan koefisien korelasi

untuk uji disolusi menurut Rohman (2009), yaitu r ≥ 0,99. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa metode penetapan kadar kurkumin terdisolusi secara

spektrofotometri visibel memiliki korelasi yang baik antara kadar kurkumin

dengan serapan yang diperoleh.

4. Limit of Detection (LOD)

LOD adalah jumlah analit terkecil yang ada dalam sampel yang masih

dapat dideteksi oleh metode analisis. Hasil pengukuran LOD yang dilakukan

diperoleh nilai LOD sebesar 2,46 x 10-5 mg/mL, maka kadar minimal kurkumin

yang harus terkandung dalam sampel agar tetap dapat terdeteksi oleh metode ini

adalah ≥ 2,46 x 10-5 mg/mL.

Kadar yang digunakan dalam pengukuran sampel dalam penelitian ini

telah melewati kadar LOD sehingga kemungkinan kadar tersebut dapat terdeteksi

oleh metode analisis. Nilai LOD dalam penelitian ini hanya sebagai tambahan

informasi, karena metode analisis kategori III tidak mempersyaratkan parameter

Page 63: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

45

LOD. Namun agar kadar kurkumin dalam dispersi padat yang dibuat dapat

dideteksi oleh metode analisis maka perlu dilakukan perhitungan nilai LOD

terlebih dulu.

G. Uji Disolusi

Uji disolusi dilakukan untuk memperoleh gambaran pelepasan kurkumin

yang dibuat dalam dispersi padat maupun serbuk campuran fisik ke dalam

medium disolusi. Melalui uji disolusi maka dapat diperkirakan waktu yang

dibutuhkan oleh sejumlah obat (kurkumin) dalam kapsul untuk larut dalam suatu

medium pada kondisi tertentu.

Uji disolusi dilakukan menggunakan alat disolusi tipe II (paddle),

dengan menggunakan medium cairan lambung buatan tanpa pepsin dengan pH 1,2

(Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995). Pengujian

dilakukan pada menit ke 5, 10, 20, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180 menit dan pada

suhu medium 37 ± 0,5°C dengan kecepatan putaran paddle 50 rpm. Cuplikan

diambil sebanyak 5 mL dan setelah pengambilan cuplikan ke dalam medium

disolusi ditambahkan dengan medium disolusi yang baru dengan jumlah yang

sama. Cuplikan yang telah diambil selanjutnya diukur absorbansinya dengan

menggunakan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang maksimum,

421,6 nm.

Data hasil uji disolusi dispersi padat dan serbuk campuran fisik isolat

ekstrak rimpang kunyit – HPMC E-5 dapat dilihat pada tabel X.

Page 64: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

46

Tabel X. Hasil perhitungan persentase kurkumin terdisolusi dalam dispersipadat dan serbuk campuran fisik isolat ekstrak rimpang kunyit – HPMC E-5

Rata-rata kurkumin terdisolusi (%)(X±SD)

Menitke-

DP drugload 2%

SCF drugload 2%

DP drugload 1%

SCF drugload 1%

DP drugload 0,66%

SCF drugload 0,66%

5 0,77 ± 0,17 1,87 ± 1,59 2,07 ±0,27 1,32 ± 0,34 3,47 ± 0,42 1,90 ± 0,45

10 1,02 ± 0,32 1,04 ± 0,35 2,38 ± 0,35 1,26 ± 0,23 3,28 ± 0,10 2,67 ± 0,97

20 1,02 ± 0,21 1,06 ± 0,27 2,58 ± 0,43 1,37 ± 0,42 3,31 ± 0,24 1,93 ± 0,50

30 1,19 ± 0,32 1,27 ± 0,43 2,73 ± 0,39 1,23 ± 0,19 3,44 ± 0,34 2,44 ± 0,70

45 1,34 ± 0,45 1,34 ± 0,23 2,47 ± 0,20 1,30 ± 0,31 3,76 ± 0,10 2,25 ± 0,98

60 1,63 ± 0,93 1,30 ± 0,43 2,62 ± 0,23 1,28 ± 0,27 3,99 ± 0,06 2,73 ± 0,97

90 1,87 ± 0,70 1,77 ± 0,94 2,75 ± 0,21 1,43 ± 0,53 5,27 ± 0,78 3,92 ± 2,42

120 2,01 ± 0,89 1,75 ± 0,59 3,02 ± 0,15 1,32 ± 0,34 6,56 ± 1,92 2,83 ± 0,95

150 2,03 ± 1,17 1,69 ± 0,41 3,35 ± 0,27 1,59 ± 0,54 5,66 ± 0,62 2,93 ± 1,07

180 2,15 ± 1,32 1,90 ± 0,49 3,35 ± 0,35 1,78 ± 0,63 5,24 ± 0,45 3,57 ± 0,75

Keterangan : DP = Dispersi Padat

SCF = Serbuk Campuran Fisik

Dari hasil pengukuran persentase kurkumin terdisolusi tiap waktu

diperoleh nilai Standar Deviasi (SD) yang tinggi. Hal ini mungkin disebabkan

karena metode analisis yang digunakan terlalu kasar sehingga perlu dilakukan

validasi metode analisis dan penetapan kadar dengan menggunakan alat yang

sensitifitasnya lebih tinggi seperti High Performance Liquid Chromatography

(HPLC) agar hasil yang diperoleh lebih valid.

Saat pengujian disolusi terhadap dispersi padat maupun serbuk campuran

fisik isolat ekstrak rimpang kunyit - HPMC E-5 diketahui bahwa hingga menit ke-

180 serbuk tidak seluruhnya habis terdisolusi. Pada menit ke-180 serbuk dispersi

padat maupun serbuk campuran fisik belum terbasahi seluruhnya. Hal ini

disebabkan karena HPMC membentuk lapisan seperti gel yang membuat penetrasi

Page 65: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

47

air ke dalam serbuk menjadi sulit, sehingga proses disolusi menjadi lebih lambat.

Maka dapat diketahui bahwa HPMC E-5 kemungkinan dapat digunakan sebagai

bahan pembawa untuk obat-obatan controlled release.

H. Hubungan Proporsi Drug load Terhadap Disolusi Kurkumin

Berdasarkan hasil pengukuran persentase kurkumin yang terdisolusi

dalam dispersi padat dan serbuk campuran fisik isolat ekstrak rimpang kunyit –

HPMC E-5 dapat dibuat kurva hubungan antara waktu disolusi terhadap

persentase kurkumin yang terdisolusi masing-masing proporsi drug load yang

ditunjukkan pada gambar 5.

Gambar 5a

Page 66: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

48

Gambar 5bs

Gambar 5c

Gambar 5. Kurva hubungan waktu terhadap persentase kurkuminterdisolusi pada dispersi padat dan serbuk campuran fisik isolat ekstrak

rimpang kunyit-HPMC E-5 dengan drug load (a) 0,66%, (b) 1% dan (c) 2%

Page 67: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

49

Untuk menganalisis data perbedaan disolusi kurkumin pada dispersi

padat dan serbuk campuran fisik isolat ekstrak rimpang kunyit - HPMC E-5 dapat

digunakan analisis statistik. Unpaired-t-test digunakan untuk menganalisis data

yang berdistribusi normal sedangkan untuk data yang berdistribusi tidak normal

digunakan uji Mann-Whitney. Hasil uji dinyatakan dengan nilai p yang

menyatakan nilai signifikansi perbedaan.

Tabel XI. Data disolusi kurkumin dari dispersi padat isolat ekstrak rimpangkunyit-HPMC E-5 dengan berbagai proporsi drug load

Rata-rata kurkumin terdisolusi (%)

Menitke-

Dispersi padat drugload 0,66%

Dispersi padat drugload 1%

Dispersi padat drugload 2%

5 3,47 ± 0,42 (*) 2,07 ±0,27(*) 0,77 ± 0,17

10 3,28 ± 0,10 2,38 ± 0,35(*) 1,02 ± 0,32

20 3,31 ± 0,24(*) 2,58 ± 0,43(*) 1,02 ± 0,21

30 3,44 ± 0,34 2,73 ± 0,39(*) 1,19 ± 0,32

45 3,76 ± 0,10 2,47 ± 0,20(*) 1,34 ± 0,45

60 3,99 ± 0,06(*) 2,62 ± 0,23(*) 1,63 ± 0,93

90 5,27 ± 0,78 2,75 ± 0,21(*) 1,87 ± 0,70

120 6,56 ± 1,92(*) 3,02 ± 0,15(*) 2,01 ± 0,89

150 5,66 ± 0,62(*) 3,35 ± 0,27(*) 2,03 ± 1,17

180 5,24 ± 0,45(*) 3,35 ± 0,35(*) 2,15 ± 1,32

(*) = menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan serbuk campuran fisik

(p<0,05)

Untuk melihat ada tidaknya perbedaan disolusi kurkumin pada dispersi

padat dengan serbuk campuran fisik isolat ekstrak rimpang kunyit-HPMC E-5

maka dilakukan pengujian statistik. Dari hasil uji statistik, diperoleh nilai p > 0,05

pada disolusi kurkumin menit ke 10, 30, 45, dan 90. Nilai p > 0,05 menunjukkan

bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada disolusi kurkumin dengan drug

load 0,66% yang diformulasi dalam bentuk dispersi padat dan serbuk campuran

Page 68: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

50

fisik. Dilihat dari gambar 5a maka dapat diketahui bahwa profil disolusi dispersi

padat lebih tinggi dibandingkan dengan serbuk campuran fisik namun diketahui

terdapat SD yang overlapping pada menit ke-10, 30 dan 90 dan secara statistik

diperoleh nilai p > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa pembuatan dispersi padat

isolat ekstrak rimpang kunyit-HPMC E-5 dengan drug load 0,66% memberikan

peningkatan disolusi kurkumin yang tidak signifikan dibandingkan dengan serbuk

campuran fisik.

Dari gambar 5a dapat dilihat bahwa peningkatan disolusi dispersi padat

dengan proporsi drug load 0,66% mengalami fluktuasi. Pada menit ke 120 hingga

menit ke 180 terjadi penurunan persentase kurkumin yang terdisolusi. Hal ini

dapat disebabkan karena lapisan gel yang melapisi serbuk dispersi padat

kemungkinan semakin tebal sehingga menyebabkan sulitnya air untuk menembus

lapisan gel tersebut. Proporsi drug load yang kecil, yaitu 0,66% menunjukkan

bahwa semakin banyak jumlah HPMC E-5 yang terkandung dalam sistem dispersi

padat. Jumlah HPMC E-5 yang banyak ini menyebabkan penyerapan air ke dalam

sistem dispersi padat tiap replikasi berbeda. Pada tiap replikasi ketebalan lapisan

gel yang terbentuk berbeda-beda, sehingga penulis tidak dapat mengontrol

penyerapan air yang sangat sedikit akibat pembentukan lapisan gel tersebut. Maka

dari itu pada drug load 0,66% SD-nya sangat tinggi.

Hasil uji statistik untuk perbedaan disolusi kurkumin pada dispersi padat

dan serbuk campuran fisik dengan proporsi drug load 1% diperoleh nilai p < 0,05

dari menit ke 5 hingga menit ke-180. Nilai p < 0,05 menunjukkan bahwa ada

Page 69: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

51

perbedaan yang signifikan antara disolusi kurkumin yang diformulasikan dalam

bentuk dispersi padat dengan disolusi serbuk campuran fisik. Maka dapat

diketahui bahwa dengan pembentukan dispersi padat isolat ekstrak rimpang

kunyit - HPMC E-5 dengan drug load 1% dapat memberikan peningkatan disolusi

kurkumin yang signifikan dibandingkan dengan serbuk campuran fisiknya.

Dari gambar 5b dapat dilihat bahwa ada penurunan persentase disolusi

kurkumin pada menit ke-30 sampai menit ke-45. Hal ini kemungkinan disebabkan

oleh adanya proses swelling pada HPMC E-5 ketika kontak dengan air, sehingga

membentuk lapisan tipis yang menyerupai gel. Lapisan ini dapat mempengaruhi

penetrasi air yang masuk ke dalam partikel serbuk dispersi padat sehingga

menyebabkan proses pelepasan zat aktif menjadi tertunda.

Pada gambar 5c dapat dilihat bahwa profil disolusi dipersi padat lebih

tinggi dibandingkan dengan serbuk campuran fisik namun dari gambar juga

terlihat adanya overlapping SD dispersi padat dan serbuk campuran fisik. Hal ini

berarti dengan pembuatan dispersi padat dengan drug load 2% maka akan

memberikan peningkatan disolusi kurkumin yang tidak signifikan.

Dari hasil uji statistik untuk disolusi kurkumin pada dispersi padat dan

serbuk campuran fisik isolat ekstrak rimpang kunyit - HPMC E-5 dengan proporsi

drug load 2%, diperoleh nilai signifikansi p > 0,05 untuk seluruh waktu pengujian

disolusi. Nilai p > 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna

antara disolusi kurkumin yang diformulasikan dalam bentuk dispersi padat dengan

disolusi kurkumin dalam serbuk campuran fisik. Maka dari hasil uji statistik ini

Page 70: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

52

dapat diketahui bahwa pembentukan dispersi padat isolat ekstrak rimpang kunyit-

HPMC E-5 memberikan peningkatan disolusi kurkumin yang tidak signifikan

dibandingkan dengan serbuk campuran fisik.

Dispersi padat dengan proporsi drug load 2% tidak memberikan

peningkatan kelarutan yang signifikan bagi kurkumin bila dibandingkan dengan

serbuk campuran fisik, hal ini disebabkan karena semakin besar proporsi

kurkumin yang terkandung dalam sistem dispersi padat maka proporsi pembawa

yang ada semakin sedikit. HPMC E-5 merupakan polimer hidrofilik yang dapat

meningkatkan kelarutan obat-obatan lipofilik seperti kurkumin. Namun apabila

jumlah HPMC E-5 sedikit maka disolusi kurkumin menjadi semakin kecil.

Jika dibandingkan dengan serbuk campuran fisik, dispersi padat

memberikan profil disolusi yang lebih baik. Hal ini disebabkan karena dengan

pembentukan dispersi padat, kurkumin yang molekulnya bersifat kristal diubah

menjadi bentuk amorphous dengan bantuan spray dryer. Pada saat proses spray

drying, kurkumin yang awalnya berbentuk kristal dengan adanya penghilangan

pelarut (etanol 70%) yang secara cepat sehingga membuat molekul kurkumin

tidak sempat menata dirinya dan molekulnya tersusun tidak beraturan dan menjadi

bentuk amorphous.

Bentuk amorphous memiliki energy state yang besar dan untuk membuat

kondisinya stabil maka bentuk amorphous memiliki kecenderungan untuk

menyerap air dengan cepat, baik air dari udara maupun dari medium yang ada.

Maka dari itu ketika dispersi padat kontak dengan air maka obat yang terdispersi

Page 71: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

53

dalam matriks akan lebih cepat larut. Jadi kurkumin yang diformulasikan dalam

dispersi padat akan dengan mudah melarut dalam medium disolusi dibandingkan

dengan kurkumin yang diformulasikan dalam serbuk campuran fisik karena dalam

serbuk campuran fisik kurkumin masih berada dalam bentuk kristal.

Pada serbuk campuran fisik, karena tidak diberi perlakuaan apapun maka

kurkumin yang ada dalam sistem tersebut molekulnya masih berbentuk kristalin.

Bentuk kristalin memiliki susunan molekul yang teratur dan rapat, sehingga

membuat molekul air sulit untuk masuk. Maka dari itu disolusi kukumin pada

dispersi padat isolat ekstrak rimpang kunyit-HPMC E-5 memiliki profil yang

lebih tinggi dibandingkan dengan serbuk campuran fisik.

Pembentukan dispersi padat juga menghasilkan ukuran partikel yang

kecil, karena saat pembentukan dispersi padat serbuk telah terlebih dahulu

didispersikan dalam pelarut yang sesuai dan ketika dilakukan proses spray maka

dispersi tersebut akan melewati nozzle dengan ukuran yang kecil sehingga

dihasilkan partikel yang fines (halus). Ukuran partikel juga berpengaruh terhadap

disolusi obat. Menurut Aulton (2002), dengan semakin kecilnya ukuran partikel

maka luas permukaan spesifiknya akan semakin besar sehingga luas kontaknya

dengan medium akan semakin besar dan kemungkinan partikel akan terbasahi

sempurna akan semakin besar dengan demikian akan mempercepat disolusinya.

Page 72: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

54

Gambar 6. Hubungan persentase kurkumin terdisolusi vs waktu padadispersi padat isolat ekstrak rimpang kunyit – HPMC E-5

Dari ketiga kurva hubungan persentase kurkumin terdisolusi terhadap

waktu diketahui bahwa dispersi padat dengan drug load 0,66%, 1% dan 2%

menghasilkan profil disolusi kurkumin yang lebih baik dibandingkan dengan

serbuk campuran fisik dengan proporsi drug load yang sama. Dispersi padat

dengan drug load yang semakin kecil yaitu, dengan proporsi drug load 0,66%

memberikan disolusi yang lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi drug load

1% dan 2%. Hal ini dikarenakan semakin kecil proporsi drug load maka jumlah

pembawa yang ada dalam sistem semakin banyak jika dibandingkan dengan

jumlah pembawa yang terkandung dalam dispersi padat dengan proporsi drug

load yang besar, sehingga dispersi padat dengan proporsi drug load yang kecil

akan menghasilkan disolusi yang lebih tinggi.

Page 73: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

55

Pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi kurkumin dilihat melalui

jumlah kurkumin yang terlarut dalam media disolusi pada menit ke-60. Dipilih

waktu 60 menit karena seperti yang dilaporkan Kaewnopparat (2009), bahwa laju

disolusi kurkumin murni dan serbuk campuran fisik kurkumin dapat diabaikan

dan kurang dari 1% kurkumin murni dan serbuk campuran fisik yang terlarut,

sedangkan kurkumin yang diformulasikan dalam dispersi padat menunjukkan

peningkatan laju disolusi dalam 60 menit.

Untuk pengujian normalitas data digunakan uji Shapiro-Wilk karena data

yang diuji jumlahnya kurang dari 50. Berdasarkan hasil uji Shapiro-Wilk, nilai

signifikansi (p) untuk drug load adalah 0,007 sedangkan nilai signifikansi untuk

persentase kurkumin terdisolusi dalam waktu 60 menit adalah 0,318. Menurut

Dahlan (2009), apabila nilai p < 0,05 menunjukkan bahwa kelompok data

mempunyai distribusi tidak normal. Dari hasil uji Shapiro-Wilk maka diketahui

bahwa dari dua variabel yang diteliti ternyata ada satu variabel yang memiliki

nilai signifikansi atau p< 0,05 yang menunjukkan bahwa distribusi data tidak

normal.

Untuk melihat korelasi antara proporsi drug load terhadap persentase

kurkumin terdisolusi dalam dispersi padat isolat ekstrak rimpang kunyit – HPMC

E5 maka digunakan uji korelasi Spearman. Dipilih uji Spearman karena data yang

diperoleh memiliki distribusi tidak normal.

Berdasarkan hasil statistik dengan korelasi Spearman maka diperoleh

nilai koefisien korelasi (nilai r) proporsi drug load terhadap persen kurkumin

Page 74: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

56

terdisolusi adalah -0,887. Jika nilai r yang didapat berada pada rentang 0,80 –

1,000 ini berarti terdapat korelasi yang sangat kuat antara variabel yang diuji.

Nilai p < 0,05 menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna diantara

variabel yang diuji (Dahlan, 2009).

Nilai koefisien korelasi (r) -0,887 menunjukkan bahwa ada korelasi yang

kuat antara proporsi drug load dengan disolusi kurkumin. Nilai p < 0,005

menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara proporsi drug load

dengan disolusi kurkumin. Arah korelasi yang bertanda negatif (-) menujukkan

bahwa korelasi yang terjadi antar variabel adalah berlawanan arah, artinya

semakin besar nilai satu variabel maka semakin kecil variabel lainnya. Sehingga

dapat diketahui bahwa semakin besar proporsi drug load maka semakin kecil

persentase kurkumin terdisolusi dan sebaliknya semakin kecil proporsi drug load

maka semakin besar persentase kurkumin terdisolusi. Hal ini sesuai dengan yang

dilaporkan oleh Waard, dkk. (2008) bahwa semakin besar proporsi drug load

maka semakin sedikit obat yang terlarut. Besarnya proporsi drug load

menunjukkan bahwa semakin sedikit jumlah pembawa hidrofilik dalam hal ini

HPMC E-5 yang ada dalam sistem dispersi padat sehingga akan memperlambat

disolusi kurkumin.

Page 75: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

57

Gambar 7. Profil persentase kurkumin terdisolusi

Untuk melihat hubungan antara proporsi drug load terhadap disolusi

kurkumin maka dilakukan analisis regresi linear. Dari profil persentase kurkumin

terdisolusi diatas dapat diketahui bahwa semakin besar proporsi drug load maka

semakin kecil persentase kurkumin yang terdisolusi. Berdasarkan hasil pengujian

antara proporsi drug load dengan persentase kurkumin terdisolusi maka diperoleh

persamaan regresi linier yaitu y = -1,550x + 4,606. Persamaan ini memiliki nilai

signifikansi pada ANOVA < 0,05, sehingga persamaan ini layak digunakan untuk

meramalkan persentase kurkumin yang terdisolusi apabila drug load ditingkatkan

atau diturunkan dari proporsi drug load yang diteliti. Nilai Adjusted R Square

yang diperoleh sebesar 0,694, hal ini berarti bahwa persamaan tersebut mampu

menjelaskan 69,4% persentase disolusi kurkumin yang diramalkan, sedangkan

30,6% lainnya ditentukan oleh variabel lain yang tidak diteliti.

Maka dari penelitian ini dapat diketahui bahwa ada korelasi antara

proporsi drug load dengan disolusi kurkumin. Korelasi diantara keduanya adalah,

Page 76: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

58

dengan semakin tingginya proporsi drug load maka semakin kecil disolusinya, hal

ini karena jumlah HPMC E-5 yang terkandung dalam dispersi padat semakin

sedikit dengan demikian kurkumin yang terdisolusi hanya sedikit. Proporsi drug

load yang kecil, menunjukkan jumlah HPMC E-5 yang banyak sehingga disolusi

kurkumin akan semakin besar.

Page 77: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

59

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa

peningkatan disolusi kurkumin yang paling baik terjadi pada dispersi padat isolat

ekstrak rimpang kunyit-HPMC E-5. Dispersi padat dengan drug load 0,66%

memberikan profil disolusi yang lebih tinggi, dan dari uji disolusi diperoleh

bahwa disolusi kurkumin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah HPMC

E-5 dalam dispersi padat.

B. Saran

1. Perlu melihat glass transition temperature dari serbuk dispersi padat dan

serbuk campuran fisik dengan menggunakan Differential Scanning

Calorimetry (DSC).

2. Serbuk dispersi padat kurkumin-HPMC E-5 dapat dikembangkan menjadi

sediaan controlled released.

Page 78: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

60

DAFTAR PUSTAKA

Abdou, H.M., Hanna, S., dan Muhammad, N., 2000, Dissolution, in Remingtong(Ed), The Science and Practice of Pharmacy, 20th edition, UniversityScience of Philadelphia, Philadelphia, pp. 654-660.

Aggarwal, B.B., Bhatt, I.D., Ichikawa, H., Ahn, K.S., Sethi, G., Sandur, S.K.,dkk., 2006, Curcumin – Biological and Medicinal Properties,http://www.indsaff.com/10%20Curcumin%20biological.pdf, diaksestanggal 19 Agustus 2010.

Anonim, 2004, Guidelines For The Validation Of Analytical Methods For ActiveConstituent, Agricultural And Veterinary Chemical Products,http://www.apv,a.gov.au, diakses pada tanggal 23 Oktober 2010

Anonim, 2007, The United States Pharmacopeia 30th The National Formulary25th, United States Pharmacopeal Convention, inc. New York.

Ansel, 1985, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat, diterjemahkanoleh Farida Ibrahim, hal. 616-619, UI Press, Jakarta.

Aulton, M.E., 2002, Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design, Secondedition, Churchill Livingstone, New York, pp. 239.

Banakar, U.M., 1992, Pharmaceutical Dissoluting Testing, Marcel Dekker, Inc.,New York, pp. 289-195.

Bee, T., dan Rahman, M., 2010, A Review of Major technologies,Pharmaceutical Technology, Vol.34, No.9.

Chiou, W.L. dan Riegelman, S., 1971, Pharmaceutical Applications of SolidDispersions Systems, J. Pharm. Sci., 60(9), 1281-1302.

Dabbagh, M.A., dan Taghipour, B., 2007, Investigation of Solid DispersionTechnique in Improvement of Physicochemical Characteristic ofIbuprofen Powder, Iranian. J. Pharm. Sci., 3(2): 69-76.

Dahlan, M. S., 2009, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, hal.157, 164,Salemba Medika, Jakarta

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995, FarmakopeIndonesia, jilid IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, JakartaDonatus, 1994

Page 79: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

61

Donatus, I.A., 1994, Antaraksi Kurkumin Dengan Paracetamol: Kajian TerhadapEfek Farmakologi dan Toksikologi, Disertasi, 176-181, UniversitasGadjah Mada, Yogyakarta.

Guterres,S.S., Beck, R.C.R., Pohlmann, A.R., 2009, Spray drying Technique ToPrepare Innovative Nanoparticulated Formulations For DrugAdministration: A Brief Overview, Brazillian Journal of Physics, 39,205-209.

Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya,Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol.1, No.3, 117-135.

Kaewnopparat, N., Kaewnopparat, S., Jangwang, A., Maneenaun, D., Chuchome,T., Panichayupakaranant, P., 2009, Increased Solubility, Dissolution andPhysicochemical Studies of Curcumin-Polyvinylpyrrolidone K-30 SolidDispersions, http://www.waset.org/journals/waset/v55/v55-40.pdf,diakses tanggal 19 Agustus 2010.

Khan, K. A., 1975, The Concept of Dissolution Efficiency, Journal of Pharm.Pharmacol, Vol. 27, No.I, 48-49.

Koester,L. S., Mayorga, P., dan Bassani, V.L., 2003, Carbamazine/ βCD/HPMCSolid Dispersions. I. Influence of Spray-Drying Process and βCD /HPMC on the Drug Dissolution Profile, Drug Development andIndustrial Pharmacy, Vol. 29, No.2, pp. 139-144.

Kris, 2006, Kunyit, Si Kuning yang Kaya Manfaat,http://itd.unair.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=592&Itemid=1, diakses tanggal 26 Desesmber 2010

Kuttan, R., Bhanumathy, P., Nirmala, K. dan George, M. C., 1985, PotentialAnticancer Activity of Turmeric (Curcuma longa), Cancer Lett, 29 (2),197-202

Leung, M.H.M., dan Kee, T.W., 2009, Effective Stabilization of Curcumin byAssociation to Plasma Proteins Human Serum Albumin and Fibrinogen,Langmuir, 25 (10), 5773-5777.

Lewis, S., Dhirendra, K.,Undupa, N., dan Atin, K., 2009, Solid Dispersions: AReview, Pak. J. Pharm. Sci., 22(2), 234-246.

Maiti, K., Mukherjee, K., Gantait, A., Saha, B.P., Mukherjee, P.K., 2007,Curcumin-Phospolipid Complex: Preparation, Therapeutic Evaluationand Pharmacokinetic Study in Rats, Int. J. Pharm., 330, 155-163.

Page 80: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

62

Martin, A., Swarbrick, J., dan Cammarata, A., 1983, Farmasi Fisik, Edisi III, hal845, UI Press.

Mulja, H.M., dan Suharman, 1995, Analisis Instrumental, Airlangga UniversityPress, Surabaya, pp. 26-33.

Mulja, M., dan Hanwar, D., 2003, Prinsip-Prinsip Cara Berlaboratorium yangBaik (Good Laboratory Practice), Majalah Farmasi Airlangga, Vol. IIINo.2, 71-76.

Onoue, S., Takahashi, H., Kawabata, Y., Seto, Y., Hatanaka, J., Timmermann, B.,dkk., 2010, Formulation Design and Photochemical Studies onNanocrystal Solid Dispersion of Curcumin With Improved OralBioavailability, J.Pharm. Sci., 99, 1871-1881.

Paradkar, A., Ambike, A.A., Jadhav, B.K., Mahadik, K.R., 2004, Characterizationof Curcumin-PVP Solid Dispersion Obtained by Spray drying, Int. J.Pharm., 271, 281-286.

Prasad, N.S., 1997, Spectrophotometric Estimation of Curcumin, Indian Drugs,34(4), 227-228.

Rohman, A., 2009, Kromatografi Untuk Analisis Obat, Cetakan I, Graha Ilmu,Yogyakarta, pp. 227.

Roth, H.J., dan Blaschke, G., 1994, Pharmaceutical Analysis, diterjemahkan olehSarjoko Kisman dan Slamet Ibrahim, Gadjah Mada University Press,Yogyakarta, pp. 359-361

Rukmana, R., 1999, Kunyit, 13, 17-18, Kanisius, Yogyakarta.

Serajudin, A.T., 1999, Solid Dispersion of Poorly Water-Soluble Drugs: EarlyPromises, Subsequent Problems, and Recent Breakthroughs, J. Pharm.Sci., 88, 1058-1066.

Shargel, L., Wu-Pong, S., dan Yu, A. B. C., 2005, Applied Biopharmaceutics &Pharmacokinetics, 5th Edition, Mc Graw Hill Companies, Singapore, pp.417.

Sharma, D., Soni, M., Kumar, S., Gupta, G.D., 2009, Solubility Enhancement –Eminent Role in Poorly Soluble Drugs, Research J. Pharm. and Tech.,2(2), 220-224.

Sharma, O. P., 1976, Antioxidant activity of Curcumin and Related Compounds,Biochem. Pharmacol., 25 (15), 1811-1812

Page 81: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

63

Sharma, R. A., Gescher, A. J., dan Steward, W. P., 2005, Curcumin: The Story SoFar, Eur. J. Cancer, 41, 1955-1968.

Shaw, F.V., 1997, Spray drying as an Alternative Granulation Technique,Handbook of Pharmaceutical Granulation Technology, Vol.81,p. 75-76,

Sinha, S., Ali, M., Baboota, S., Ahuja, A., Kumar, A., dan Ali, J., 2010, SolidDispersion as an Approach for Bioavailability Enhancement of PoorlyWater-Soluble Drug Ritonavir,

Skoog, D.A., West, D.M., Holler, F.J., 1994, Analytical Chemistry, AnIntroduction, 6th Ed, Saunders Collage Publishing, Philadelphia, pp. 403-407.

Sonali, D., Tejal, S., Vaishali, T., dan Tejal, G., 2010, Silymarin-SolidDispersions: Characterization and Influence of Preparation Methods onDissolution, Acta Pharm, 60, 427-443.

Srimal, R. C. dan Dhawan, B. N., 1973, Pharmacology of Diferuloylmethane(Curcumin), a non-steroidal anti-inflamatory agent, J. Pharm.Pharmacol., 25 (6), 447-52.

Srinarong, P., Kouwen, S., Visser, M. R., Hinrichs, W. L. J., dan Frijlink, H.W.,2009, Effect of Drug-Carrier Interaction on Dissolution Behavior ofSolid Dispersion Tablets, Pharmaceutical Development and Technology,1-9.

Sriningsih, Kadarsih, S., dan Sumaryono, W., 2004, Pengeringan Sari BuahMengkudu Secara Spray drying, Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia,Vol.2, No.1, 18-20.

Stankovic, I., 2004, Curcumin, Chemical and Technical Assessment, 61st JECFA.

Sudarsono, 1996, Tumbuhan Obat, PPOT, UGM, Yogyakarta, p.56.

Tonnesen, H. H. dan Karlsen, J., 1985, Studies on Curcumin and Curcuminoids;V. Alkaline Degradation of Curcumin, Z. Lebensm Unters Forsch, 180,132-134

Tonnesen, H.H., Masson, M., dan Loftsson, T., 2002, Studies of Curcumin andCurcuminoids. XXVII. Cyclodextrin Complexation: Solubility, Chemicaland Photochemical Stability, Int. J. Pharm., 244, 127-135.

Waard, H., Hinrichs, W.L., Visser, M.R., Bologna, C., Frijlink, H.W., 2008,Unexpected Differences in Dissolution Behavior of Tablets Prepared

Page 82: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

64

From Solid Dispersions With a Surfactant Physically Mixed orIncorporated, Int. J. Pharm., 349, 66-73

Wang, Y. J., Pan, M. H., Cheng, A. L., Lin, L. I., Ho, Y. S., Hsieh, C. Y., dkk.,1997, Stability of Curcumin in Buffer Solutions and Characterization ofIts Degradation Products, J. Pharm. Biomed. Anal., 15 (12), 1867-1876.

Page 83: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

65

LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel hasil penimbangan baku kurkumin dan contohperhitungan kadar larutan baku kurkumin

Penimbangan baku kurkumin

Replikasi I

Berat kertas 0,1332 gram

Berat kertas + zat 0,1433 gram

Berat kertas + sisa 0,1334 gram

Berat zat 0,0099 gram

Perhitungan Kadar Larutan Baku Kurkumin

Serbuk kurkumin dilarutkan dalam metanol p.a hingga volume 25,0 mL

Larutan stok kurkumin = = 0,3960 mg/mL

Diambil 1,0 mL larutan stok kurkumin, diencerkan dengan metanol p.a hingga

volume 10,0 mL

Larutan intermediet = 1 mL x 0,3960 mg/mL = c x 10,0 mL

c = 0,0396 mg/mL

Perhitungan Kadar Seri Larutan Baku Kurkumin

1. Dari larutan intermediet diambil 0,4 mL kemudian diencerkan dengan

metanol p.a hingga volume tepat 10,0 mL, sehingga diperoleh kadar:

0,4 mL x 0,0396 mg/mL = c x 10,0 mL

c = 1,584 x 10-3 mg/mL = 1,5840 µg/mL

Page 84: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

66

2. Dari larutan intermediet diambil 0,6 mL kemudian diencerkan dengan

metanol p.a hingga volume tepat 10,0 mL, sehingga diperoleh kadar:

0,6 mL x 0,0396 mg/mL = c x 10,0 mL

c = 2,376 x 10-3 mg/mL = 2,3760 µg/mL

3. Dari larutan intermediet diambil 0,8 mL kemudian diencerkan dengan

metanol p.a hingga volume tepat 10,0 mL, sehingga diperoleh kadar:

0,8 mL x 0,0396 mg/mL = c x 10,0 mL

c = 3,168 x 10-3 mg/mL = 3,1680 µg/mL

4. Dari larutan intermediet diambil 1,0 mL kemudian diencerkan dengan

metanol p.a hingga volume tepat 10,0 mL, sehingga diperoleh kadar:

1,0 mL x 0,0396 mg/mL = c x 10,0 mL

c = 3,96 x 10-3 mg/mL = 3,9600 µg/mL

5. Dari larutan intermediet diambil 1,2 mL kemudian diencerkan dengan

metanol p.a hingga volume tepat 10,0 mL, sehingga diperoleh kadar:

1,2 mL x 0,0396 mg/mL = c x 10,0 mL

c = 4,752 x 10-3 mg/mL = 4,7520 µg/mL

Page 85: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

67

Lampiran 2. Tabel Data Pengukuran Serapan Seri Larutan Baku Kurkumindan persamaan kurva baku kurkumin

AbsorbansiKadar(mg/mL) Intermediet I Intermediet II Intermediet III

1,584 x 10-3 0,236 0,205 0,2072,376 x 10-3 0,329 0,382 0,3333,168 x 10-3 0,461 0,425 0,4173,960 x 10-3 0,598 0,589 0,5604,752 x 10-3 0,705 0,685 0,697

Persamaan kurva baku

Kurva baku Koefisien korelasi dan regresi Persamaan garis linierI A = -0,017

B = 152,3990r = 0,9981

Y = 152,3990 X -0,017

II A = -0,0096B = 147,3485r = 0,9878

Y = 147,3485 X – 0,0096

III A = -0,04B =152,3990r =0,9966

Y = 152,3990 X – 0,04

Page 86: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

68

Lampiran 3. Gambar kurva baku

Kurva Baku I

Kurva Baku II

Page 87: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

69

Kurva Baku III

Page 88: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

70

Lampiran 4. Data validasi metode analisis

Data dan Contoh Perhitungan Perolehan Kembali

Replikasi AbsorbansiKadarteoritis

(mg/mL)

Kadarterukur

(mg/mL)

%recovery

(%)

Rata-rata %recovery

(%)0,236 1,584 x 10-3 1,6601 x 10-3 104,800,205 1,584 x 10-3 1,4567 x 10-3 91,96I0,207 1,584 x 10-3 1,4698 x 10-3 92,79

96,52

0,461 3,168 x 10-3 3,1365 x 10-3 99,010,425 3,168 x 10-3 2,9003 x 10-3 91,55II0,417 3,168 x 10-3 2,8478 x 10-3 89,89

93,48

0,705 4,752 x 10-3 4,7376 x 10-3 99,700,685 4,752 x 10-3 4,6063 x 10-3 96,93III0,697 4,752 x 10-3 4,6851 x 10-3 98,59

98,41

Contoh perhitungan perolehan kembali (replikasi I)

Kadar terukur merupakan kadar yang diperoleh dengan cara memasukkan nilai

serapan dari hasil pengukuran ke dalam persamaan kurva baku.

Perhitungannya adalah sebagai berikut:

Y = 152,3990 X – 0,017

a. Absorbansi (Y) = 0,236

0,236 = 152,3990 X – 0,017

X = 1,6601 x 10-3 mg/mL

b. Absorbansi (Y) = 0,461

0,461 = 152,3990 X – 0,017

X = 3,1365 x 10-3 mg/mL

c. Absorbansi (Y) = 0,705

0,705 = 152,3990 X – 0,017

X = 4,7376 x 10-3 mg/mL

Page 89: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

71

Contoh perhitungan % recovery

% recovery =tungkadarterhi

urkadarterukx 100%

Replikasi I

% recovery = x 100% = 104,80%

% recovery = x 100% = 99,01%

% recovery = x 100% = 99,70%

Rata-rata % recovery = = 101,17%

Rentang % recovery = 93,48% - 101,17%

Dua replikasi lain dihitung dengan cara yang sama.

Data dan Contoh Perhitungan Koefisien Variansi (CV)

Kadar (mg/mL)

Replikasi I Replikasi II Replikasi IIIX SD

CV

(%)

1,6601x10-3 1,4567x10-3 1,4698x10-3 1,5289x10-3 1,1384x10-4 7,44

2,2704x10-3 2,6181x10-3 2,2966x10-3 2,3950x10-3 1,9363x10-4 8,08

3,1365x10-3 2,9003x10-3 2,8478x10-3 2,9615x10-3 1,5378x10-4 5,19

4,0355x10-3 3,9764x10-3 3,7861x10-3 3,9327x10-3 1,3032x10-4 3,31

4,7376x10-3 4,6063x10-3 4,6851x10-3 4,6763x10-3 6,6088x10-5 1,41

Page 90: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

72

Perhitungan CV

CV = x 100%

1. CV = x 100% = 7,44%

2. CV = x 100% = 8,08%

3. CV = x 100% = 5,19%

4. CV = x 100% = 3,31%

5. CV= x 100% = 1,41%

Perhitungan Limit of Detection (LOD)

Kadar

(mg/mL)SD

1,584 x 10-3

2,376 x 10-3

3,168 x 10-3

3,960 x 10-3

4,752 x 10-3

1,2523 x 10-3

LOD =

=3990,152

0012523,03x= 2,46 x 10-5 mg/mL

Page 91: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

73

Lampiran 5. Contoh Perhitungan Drug load

HPMC E-5 (mg) Kurkumin (mg) Drug load (%b/b)

2000 40 2

4000 40 1

6000 40 0,66

Jumlah kurkumin yang akan diuji sebesar 40 mg.

HPMC E-5 yang digunakan adalah 2000 mg, 4000 mg dan 6000 mg.

Drug load = x 100%

a. Drug load dengan bahan pembawa HPMC E-5 2000 mg adalah:

Drug load = x 100% = 1,96% ≈ 2%

b. Drug load dengan bahan pembawa HPMC E-5 4000 mg adalah:

Drug load = x 100% = 0,99 ≈1%

c. Drug load dengan bahan pembawa HPMC E-5 6000 mg adalah:

Drug load = x 100% = 0,66%

Page 92: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

74

Lampiran 6. Data Penimbangan Serbuk Kunyit dan HPMC E-5 UntukPembuatan Dispersi Padat

Pembuatan dispersi padat ekstrak rimpang kunyit – HPMC E-5 dengan drug

load 1%

a. Penimbangan serbuk kunyit

Serbuk kunyit yang harus ditimbang jika yang diharapkan didalam

serbuk kunyit tersebut mengandung 40 mg kurkumin dengan jumlah persen

kehilangan 80% (hasil orientasi) maka serbuk kunyit yang harus ditimbang

sebanyak: 350,8772 mg

Replikasi 1(gram)

Replikasi 2(gram)

Replikasi 3(gram)

Berat alumunium foil 0,3081 0,1701 0,2025Berat alumunium + serbukkunyit

1,7127 1,5768 1,6080

Berat alumunium + sisa 0,3091 0,1731 0,2046Berat serbuk kunyit 1,4036 1,4037 1,4034

b. Penimbangan HPMC E-5

Replikasi 1(gram)

Replikasi 2(gram)

Replikasi 3(gram)

Berat alumunium foil 0,3099 0,3061 0,3419Berat alumunium + HPMCE-5

16,3103 16,3037 16,3442

Berat alumunium + sisa 0,3102 0,3072 0,3441Berat zat 16,0001 16,0001 16,0001

Page 93: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

75

c. Dispersi padat hasil spray drying

Replikasi 1(gram)

Replikasi 2(gram)

Replikasi 3(gram)

Berat alumunium 0,5855 0,6178 0,6328Berat alumunium + serbukdispersi padat

3,2810 3,5216 4,5115

Berat serbuk dispersi padat 2,6955 2,9038 3,8787

Masing – masing dispersi padat dibuat untuk 4 kapsul maka serbuk dispersi padat

hasil spray drying untuk satu kapsul adalah:

Replikasi 1 = = 0,673875 g = 673,875 mg

Replikasi 2 = = 0,72595 g = 725,95 mg

Replikasi 3 = = 0,969675 g = 969,675 mg

Page 94: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

76

Lampiran 7. Data Contoh Perhitungan Serbuk Kunyit dan HPMC E-5 yangHarus Ditimbang Untuk Pembuatan Serbuk Campuran Fisik

Contoh pembuatan serbuk campuran fisik dengan drug load 1%.

a. Replikasi 1

% kehilangan = x 100%

= x 100%

= 84,51 %

Jumlah serbuk kunyit yang ditimbang untuk pembuatan dispersi padat = 1,4036 g

Hasil serbuk dispersi padat = 2,6955 g

Jumlah serbuk kunyit yang yang hilang = 1,4036 x 84,51 % = 1,1862 g

Maka jumlah serbuk kunyit yang terdapat dalam serbuk dispersi padat hasil spray

dried

= 1,4036 g – 1,1862 g

= 0,2174 g = 217,4 mg

Serbuk kunyit yang digunakan mengandung 97,20% kurkuminoid dan didalam

kurkuminoid mengandung 60% kurkumin maka jumlah kurkumin yang terdapat

di dalam serbuk dispersi padat hasil spray drying:

= 217,4 mg x 0,6 x 0,9720

= 126,7877 mg

Karena dalam formula pembuatan dispersi padat masing-masing dikalikan dengan

4 maka kurkumin yang ada dalam satu formula = = 31,6970 mg

Pada uji disolusi serbuk dispersi padat diambil sebanyak 190 mg.

Kurkumin yang ada dalam 190 mg serbuk dispersi padat adalah:

= x 31,6970 mg = 8,9370 mg

Jumlah serbuk kunyit yang harus ditimbang

= 8,9370 mg : 0,9720 ; 0,6

= 15,3241 mg

Page 95: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

77

Maka serbuk campuran fisik kurkumin-HPMC E5 drug load 2% dibuat dengan

menimbang:

- Serbuk kunyit = 15,3241 mg

- HPMC E5 = 190 mg – 15,3241 mg

= 174,6759 mg

b. Replikasi 2

% kehilangan = x 100%

= x 100%

= 83,32 %

Jumlah serbuk kunyit yang ditimbang untuk pembuatan dispersi padat = 1,4037 g

Hasil serbuk dispersi padat = 2,9038 g

Jumlah serbuk kunyit yang yang hilang = 1,4037 x 83,32 % = 1,1696 g

Maka jumlah serbuk kunyit yang terdapat dalam serbuk dispersi padat hasil spray

dried

= 1,4037 g – 1,1696 g

= 0,2341 g = 234,1 mg

Serbuk kunyit yang digunakan mengandung 97,20% kurkuminoid dan didalam

kurkuminoid mengandung 60% kurkumin maka jumlah kurkumin yang terdapat

di dalam serbuk dispersi padat hasil spray drying:

= 234,1 mg x 0,6 x 0,9720

= 136,5271 mg

Karena dalam formula pembuatan dispersi padat masing-masing dikalikan dengan

4 maka kurkumin yang ada dalam satu formula = = 34,1318 mg

Pada uji disolusi serbuk dispersi padat diambil sebanyak 190 mg.

Kurkumin yang ada dalam 190 mg serbuk dispersi padat adalah:

= x 34,1318 mg = 8,9332 mg

Jumlah serbuk kunyit yang harus ditimbang

Page 96: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

78

= 8,9332 mg : 0,9720 ; 0,6

= 15,3176 mg

Maka serbuk campuran fisik kurkumin-HPMC E5 konsentrasi 2% dibuat dengan

menimbang:

- Serbuk kunyit = 15,3176 mg

- HPMC E5 = 190 mg – 15,3176 mg

= 174,6824 mg

c. Replikasi 3

% kehilangan = x 100%

= x 100%

= 77,71 %

Jumlah serbuk kunyit yang ditimbang untuk pembuatan dispersi padat = 1,4034 g

Hasil serbuk dispersi padat = 3,8787 g

Jumlah serbuk kunyit yang yang hilang = 1,4034 x 77,71 % = 1,0906 g

Maka jumlah serbuk kunyit yang terdapat dalam serbuk dispersi padat hasil spray

dried

= 1,4034 g – 1,0906 g

= 0,3128 g = 312,8 mg

Serbuk kunyit yang digunakan mengandung 97,20% kurkuminoid dan didalam

kurkuminoid mengandung 60% kurkumin maka jumlah kurkumin yang terdapat

di dalam serbuk dispersi padat hasil spray drying:

= 312,8 mg x 0,6 x 0,9720

= 182,4250 mg

Karena dalam formula pembuatan dispersi padat masing-masing dikalikan dengan

4 maka kurkumin yang ada dalam satu formula = = 45,6063 mg

Pada uji disolusi serbuk dispersi padat diambil sebanyak 190 mg.

Page 97: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

79

Kurkumin yang ada dalam 190 mg serbuk dispersi padat adalah:

= x 45,6063 mg = 8,9362 mg

Jumlah serbuk kunyit yang harus ditimbang

= 8,9362 mg : 0,9720 ; 0,6

= 15,3227 mg

Maka serbuk campuran fisik kurkumin-HPMC E5 konsentrasi 2% dibuat dengan

menimbang:

- Serbuk kunyit = 15,3227 mg

- HPMC E5 = 190 mg – 15,3227 mg

= 174,6773 mg

Perhitungan jumlah serbuk kunyit dan HPMC E-5 yang harus ditimbang untuk

pembuatan serbuk campuran fisik dengan drug load 2% dan 0,66% dihitung

dengan cara yang sama seperti diatas.

Page 98: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

80

Lampiran 8. Tabel persen kurkumin terdisolusi dan cara perhitungannya pada serbuk dispersi padat isolat ekstrak rimpang

kunyit – HPMC E-5

Tabel pengukuran absorbansi kurkumin masing-masing drug load

Menitke-

Absorbansi dispersi padat dengandrug load 2%

Absorbansi dispersi padat dengandrug load 1%

Absorbansi dispersi padat dengandrug load 0,66%

Replikasi1

Replikasi2

Replikasi3

Replikasi1

Replikasi2

Replikasi3

Replikasi1

Replikasi2

Replikasi3

5 0,003 0,01 0,001 0,012 0,019 0,012 0,024 0,016 0,017

10 0,02 0,002 0,013 0,023 0,013 0,021 0,017 0,016 0,018

20 0,015 0,005 0,015 0,029 0,016 0,021 0,017 0,015 0,02

30 0,025 0,017 0,007 0,031 0,022 0,02 0,019 0,015 0,022

45 0,033 0,021 0,008 0,021 0,023 0,017 0,021 0,023 0,022

60 0,057 0,023 0,006 0,023 0,026 0,019 0,025 0,024 0,024

90 0,058 0,024 0,024 0,026 0,027 0,021 0,047 0,033 0,033

120 0,068 0,024 0,026 0,03 0,026 0,03 0,074 0,039 0,04

150 0,077 0,029 0,014 0,038 0,033 0,03 0,049 0,039 0,037

180 0,085 0,031 0,014 0,038 0,033 0,03 0,04 0,04 0,032

Page 99: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

81

Tabel perhitungan persentase kurkumin terdisolusi masing-masing drug load

Menitke-

Drug load 2% Drug load 1% Drug load 0,66%

%kurkuminterdisolusi

%kurkuminterdisolusi

%kurkuminterdisolusi

%kurkuminterdisolusi

%kurkuminterdisolusi

%kurkuminterdisolusi

%kurkuminterdisolusi

%kurkuminterdisolusi

%kurkuminterdisolusi

5 0,71 0,96 0,64 1,92 2,38 1,92 3,95 3,18 3,28

10 1,32 0,68 1,07 2,64 1,98 2,51 3,28 3,18 3,37

20 1,14 0,78 1,14 3,04 2,18 2,51 3,28 3,09 3,57

30 1,50 1,21 0,86 3,17 2,58 2,45 3,47 3,09 3,76

45 1,78 1,36 0,89 2,51 2,64 2,25 3,67 3,86 3,76

60 2,64 1,43 0,82 2,64 2,84 2,38 4,05 3,95 3,95

90 2,68 1,46 1,46 2,84 2,91 2,51 6,17 4,82 4,82

120 3,03 1,46 1,54 3,11 2,84 3,11 8,78 5,40 5,50

150 3,36 1,64 1,11 3,63 3,31 3,11 6,37 5,40 5,21

180 3,64 1,71 1,11 3,63 3,31 3,11 5,50 5,50 4,72

Tabel rata-rata dan nilai SD %kurkumin terdisolusi masing-masing drug load

Menitke-

rata-rata % kurkuminterdisolusi drug load 2%

SD rata-rata % kurkuminterdisolusi drug load 1%

SD rata-rata % kurkuminterdisolusi drug load 0,66%

SD

5 0,77 0,17 2,07 0,27 3,47 0,42

10 1,02 0,32 2,38 0,35 3,28 0,10

20 1,02 0,21 2,58 0,43 3,31 0,24

Page 100: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

82

30 1,19 0,32 2,73 0,39 3,44 0,34

45 1,34 0,45 2,47 0,20 3,76 0,10

60 1,63 0,93 2,62 0,23 3,99 0,06

90 1,87 0,70 2,75 0,21 5,27 0,78

120 2,01 0,89 3,02 0,15 6,56 1,92

150 2,03 1,17 3,35 0,27 5,66 0,62

180 2,15 1,32 3,35 0,27 5,24 0,45

Contoh perhitungan kadar kurkumin dalam dispersi padat isolat ekstrak rimpang kunyit – HPMC E-5 dengan drug load 2%

Misalnya pada menit ke-5, nilai absorbansi = 0,003

Y = 152,3990 X – 0,017

0,003 = 152,3990 X – 0,017

X = 0,00013123 mg/mL

Kadar kurkumin dalam 5 mL medium disolusi, adalah:

= 0,00013123 mg/mL x 5 mL

= 0,00065615 mg

Kadar kurkumin dalam 900 mL medium disolusi, adalah:

= 0,00065615 mg x 900 mL / 5mL

Page 101: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

= 0,1181 mg

% kurkumin terdisolusi = x 100% = 0,71%

Untuk perhitungan % kurkumin terdisolus dua proporsi drug load yang lain dihitung dengan cara yang sama.

Page 102: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

84

Lampiran 9. Tabel persen kurkumin terdisolusi pada serbuk campuran fisik isolat ekstrak rimpang kunyit – HPMC E-5

Tabel pengukuran absorbansi kurkumin masing-masing drug load

Menitke-

Absorbansi serbuk campuran fisikdengan drug load 2%

Absorbansi serbuk campuran fisikdengan drug load 1%

Absorbansi serbuk campuran fisikdengan drug load 0,66%

Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3

5 0,002 0,086 0,018 0 0,009 0 0,008 0 0

10 0,004 0,009 0,023 0 0,006 0 0 0,02 0,012

20 0,005 0,013 0,02 0 0,011 0 0,009 0 0

30 0,005 0,023 0,028 0 0,005 0 0 0,013 0,012

45 0,018 0,016 0,028 0 0,008 0 0,018 0,001 0

60 0,007 0,02 0,031 0 0,007 0 0 0,015 0,019

90 0,009 0,061 0,028 0 0,014 0 0,021 0,05 0

120 0,013 0,043 0,04 0 0,009 0 0,001 0,017 0,019

150 0,027 0,021 0,043 0 0,016 0,005 0,025 0,012 0,003

180 0,029 0,028 0,052 0 0,019 0,011 0,011 0,025 0,024

Page 103: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

85

Tabel perhitungan persentase kurkumin terdisolusi masing-masing drug load

Menitke-

Drug load 2% drug load 1% Drug load 0,66%

%kurkuminterdisolusi

%kurkuminterdisolusi

%kurkuminterdisolusi

%kurkuminterdisolusi

%kurkuminterdisolusi

%kurkuminterdisolusi

%kurkuminterdisolusi

%kurkuminterdisolusi

%kurkuminterdisolusi

5 0,68 3,67 1,25 1,12 1,72 1,12 2,41 1,64 1,64

10 0,75 0,93 1,43 1,12 1,52 1,12 1,64 3,57 2,80

20 0,79 1,07 1,32 1,12 1,85 1,12 2,51 1,64 1,6485

30 0,79 1,43 1,61 1,12 1,45 1,12 1,64 2,89 2,80

45 1,25 1,18 1,61 1,12 1,65 1,12 3,38 1,74 1,64

60 0,86 1,32 1,71 1,12 1,59 1,12 1,64 3,09 3,47

90 0,93 2,78 1,61 1,12 2,05 1,12 3,67 6,46 1,64

120 1,07 2,14 2,03 1,12 1,72 1,12 1,74 3,28 3,47

150 1,57 1,36 2,14 1,12 2,18 1,45 4,05 2,80 1,93

180 1,64 1,61 2,46 1,12 2,38 1,85 2,70 4,05 3,95

Page 104: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

86

Tabel rata-rata dan SD % kurkumin terdisolusi

Menitke-

rata-rata % kurkuminterdisolusi drug load 2%

SD rata-rata % kurkuminterdisolusi drug load 1%

SD rata-rata % kurkuminterdisolusi drug load 0,66%

SD

5 1,87 1,59 1,32 0,34 1,90 0,45

10 1,04 0,35 1,26 0,23 2,67 0,97

20 1,06 0,27 1,37 0,42 1,93 0,50

30 1,27 0,43 1,23 0,19 2,44 0,70

45 1,34 0,23 1,30 0,31 2,25 0,98

60 1,30 0,43 1,28 0,27 2,73 0,97

90 1,77 0,94 1,43 0,53 3,92 2,42

120 1,75 0,59 1,32 0,34 2,83 0,95

150 1,69 0,41 1,59 0,54 2,93 1,07

180 1,90 0,49 1,78 0,63 3,57 0,75

Page 105: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

87

Lampiran 10. Uji normalitas data disolusi kurkumin dengan drug load0,66%,1% dan 2%

Hipotesis

H1 : data normal

Ho : data tidak normal

Ho ditolak bila nilai p > 0,05

Uji normalitas data disolusi kurkumin dengan drug load 0,66%

Data disolusikurkumin menit ke-

P (Shapiro-Wilk)Dispersi padat Serbuk campuran fisik

5 0,229 0,00010 0,942 0,77820 0,771 0,00030 0,852 0,12345 0,942 0,09860 0,000 0,37890 0,000 0,827120 0,050 0,192150 0,293 0,803180 0,000 0,127

Apabila kedua nilai p yang diperoleh > 0,05 maka Ho ditolak, berarti distribusidata normal.

Uji normalitas data disolusi kurkumin dengan drug load 1%

Data disolusikurkumin menit ke-

P (Shapiro-Wilk)Dispersi padat Serbuk campuran fisik

5 0,000 0,00010 0,357 0,00020 0,745 0,00030 0,325 0,00045 0,637 0,00060 0,856 0,00090 0,314 0,000120 0,747 0,590150 0,747 0,590180 0,747 0,825

Apabila kedua nilai p yang diperoleh > 0,05 maka Ho ditolak, berarti distribusidata normal.

Page 106: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

88

Uji normalitas data disolusi kurkumin dengan drug load 2%

Data disolusi kurkuminmenit ke-

P (Shapiro-Wilk)Dispersi padat Serbuk campuran fisik

5 0,400 0,34510 0,760 0,49320 0,000 0,98330 0,897 0,40245 0,938 0,29160 0,641 0,90990 0,000 0,710120 0,086 0,179150 0,434 0,503180 0,437 0,059Apabila kedua nilai p yang diperoleh > 0,05 maka Ho ditolak, berarti distribusidata normal.

Jika data berdistribusi normal maka digunakan uji komparatif yaitu, uji T-tidakberpasangan dan jika data berdistribusi tidak normal digunakan uji Mann-Whitney.

Lampiran 11. Data nilai signifikansi disolusi kurkumin pada dispersi padatdan serbuk campuran fisik

Disolusi menit ke- Signifikansi (p)Drug load 0,66% Drug load 1% Drug load 2%

5 0,046 0,043 0,35410 0,393 0,046 0,96420 0,046 0,046 0,82530 0,116 0,046 0,79545 0,114 0,046 0,99260 0,046 0,046 0,61390 0,507 0,046 0,825120 0,039 0,016 0,693150 0,028 0,016 0,669180 0,046 0,036 0,782

Parameter Nilai Interpretasip < 0,05

>0,05

Terdapat perbedaan yangbermakna antara duavariabel yang diujiTidak terdapat perbedaanyang bermakna antara duavariabel yang diuji

Page 107: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

89

Lampiran 12. Hasil uji normalitas proporsi drug load dan persentasekurkumin terdisolusi dalam waktu 60 menit

Page 108: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

90

Lampiran 13. Uji korelasi Spearman proporsi drug load dan persentasekurkumin terdisolusi dalam waktu 60 menit

Parameter Nilai Interpretasi

Kekuatankorelasi (r)

0,000 – 0,1990,20 – 0,3990,40 – 0,5990,60 – 0,790,80 – 1,000

Sangat lemahLemahSedangKuatSangat kuat

Nilai p

p < 0,05

p > 0,05

Terdapat korelasi yang bermakna antaradua variabel yang diujiTidak terdapat korelasi yang bermaknaantara dua variabel yang diuji

Arah korelasi

+ (positif)

-(negatif)

Searah, semakin besar nilai satu variabelsemakin besar pula nilai variabel lainnyaBerlawanan arah, semakin besar nilaisatu variabel, semakin kecil nilai variabellainnya

Page 109: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

91

Lampiran 14. Hasil uji regresi linear antara proporsi drug load dengandisolusi kurkumin

Page 110: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

92

Lampiran 15. Gambar spray dryer dan alat uji disolusi

Spray dryer

(untuk membuat serbuk dispersi padat)

Alat uji disolusi tipe 2 (paddle)

Page 111: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

93

Lampiran 16. Pernyataan jaminan keaslian bahan kurkumin standar hasilsintesis

Page 112: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

94

Lampiran 17. Certificate of Analysis serbuk kunyit Curcuma domestica C 95

Page 113: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

95

Lampiran 18. Hasil scaning panjang gelombang maksimum

Intermediet I, konsentrasi rendah (1,584 x 10-3 mg/mL)

Intermediet I, konsentrasi tengah (3,168 x 10-3 mg/mL)

Page 114: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

96

Intermediet I, konsentrasi tinggi (4,752 x 10-3 mg/mL)

Intermediet II, konsentrasi rendah (1,584 x 10-3 mg/mL)

Page 115: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

97

Intermediet II, konsentrasi tengah (3,168 x 10-3 mg/mL)

Intermediet II, konsentrasi tinggi (4,752 x 10-3 mg/mL)

Page 116: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

98

Intermediet III, konsentrasi rendah (1,584 x 10-3 mg/mL)

Intermediet III, konsentrasi tengah (3,168 x 10-3 mg/mL)

Page 117: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

99

Intermediet III, konsentrasi tinggi (4,752 x 10-3 mg/mL)

Page 118: PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI …repository.usd.ac.id/17493/2/078114036_Full.pdf · PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT

100

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi yang berjudul “PengaruhProporsi Drug Load Terhadap DisolusiDispersi Padat Spray Dried Isolat EkstrakRimpang Kunyit (Curcuma domestica C 95) -HPMC E-5” ini bernama lengkap Reka Sudi,dilahirkan di Lahat pada tanggal 7 September1989. Penulis merupakan putri sulung daripasangan Bapak Sudi dan Ibu Eva, dan memilikidua adik yang bernama Hera Sudi dan DesionSudi. Penulis telah menyelesaikan masa studinyadi TK Santo Yosef Lahat (1994-1995), SD SantoYosef Lahat (1995-2001), SLTP Santo YosefLahat (2001-2004), SMA Santo Yosef Lahat(2004-2007) dan melanjutkan kuliah di FakultasFarmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta(angkatan 2007). Selama menjadi mahasiswa,

penulis pernah aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi kemahasiswaan,diantaranya menjadi anggota BEMF Farmasi Divisi Kesejahteraan Mahasiswaperiode 2007-2008 dan panitia TITRASI (2008). Selain itu penulis juga pernahmenjadi asisten Praktikum Farmakologi Dasar (2010).