PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR, INTENSITAS MORAL...
Transcript of PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR, INTENSITAS MORAL...
PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR, INTENSITAS MORAL,
DAN LOCUS OF COMMITMENT TERHADAP INTENSI MELAKUKAN
WHISTLEBLWOING
(SURVEI AUDITOR KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI DKI JAKARTA)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
Edwina Indah Pratiwi
1113082000060
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
i
PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR, INTENSITAS MORAL,
DAN LOCUS OF COMMITMENT TERHADAP INTENSI MELAKUKAN
WHISTLEBLWOING
(SURVEI AUDITOR KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI DKI JAKARTA)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
Edwina Indah Pratiwi
1113082000060
Di bawah Bimbingan:
Pembimbing
Dr. Yusar Sagara M.Si., Ak., CA,. CMA.,CPMA., CGMA., ACMA., CACP
NIDN: 2009058601
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
ii
Pengaruh Profesionalisme Auditor, Locus of
Commitment, Intensitas Moral Terhadap Intensi
Melakukan Whistleblowing (Survei Auditor Kantor
Akuntan Publik di DKI Jakarta)
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari Rabu, 8 Mei 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Edwina Indah Pratiwi
2. NIM : 1113082000060
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi :
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa/i tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 Mei 2017
1. Dra. Abdul Hamid Ceba, MBA., Ak., CPA ( )
NIDN : 0020566202 Penguji I
2. Atiqah, SE., M.Si ( )
NIDN : 2020018201 Penguji II
iii
Pengaruh Profesionalisme Auditor, Locus of
Commitment, Intensitas Moral Terhadap Intensi
Melakukan Whistleblowing (Survei Auditor Kantor
Akuntan Publik di DKI Jakarta)
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari Selasa, 27 Agustus 2019 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Edwina Indah Pratiwi
2. NIM : 1113082000060
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi :
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiwa/i
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Agustus 2019
1. Yesi Fitri, S.E., M.Si., Ak., CA ( )
NIP. 19760924 200604 2 002 Ketua
2. ( )
NIDN. 2009058601
3. Dr. Rini M.Si., Ak., CA ( )
NIP. 19760315 200501 2 002 Penguji Ahli
Dr. Yusar Sagara M.Si., Ak., CA,.
CMA.,CPMA., CGMA., ACMA., CACP Sekretaris
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Edwina Indah Pratiwi
NIM : 1113082000060
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas
karya ini.
Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai
sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Edwina Indah Pratiwi
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 27 Februari 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agam : Islam
Anak ke- dari : 2 dari 2 bersaudara
Alamat : Jalan Mirah V Blok T/15 1 RT02/05,
Kel. Sawah Baru Kec. Ciputat
Kota Tangerang Selatan, Banten, 15413
Telepon : 081321928002
Email : [email protected]
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
2001 – 2007 : SD Negeri VI Ciputat
2007 – 2010 : SMP Negeri 250 Jakarta
2010 – 2013 : SMA Negeri 46 Jakarta
2013 – 2019 : S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
2008 - 2009 : Ketua OSIS SMP Negeri 250 Jakarta
2010 - 2012 : Anggota OSIS SMA Negeri 46 Jakarta
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Drs. A. Syolwin Syofian
2. Ibu : Eny Indarwati
3. Alamat : Jalan Mirah V Blok T/15 1 RT02/05,
Kel. Sawah Baru Kec. Ciputat
Kota Tangerang Selatan, Banten, 15413
vi
THE EFFECT OFAUDIOTRS PROFESSIONALISM, MORAL INTENSITY,
AND LOCUS OF COMMITMENT TOWARD WHISTLEBLOWING
INTENTION
(AUDITOR SURVEY OF PUBLIC ACCOUNTANT FIRM IN DKI JAKARTA)
ABSTRACT
This study aimed to explain the effect of the independent variables auditors
professionalism, moral intensity and locus of commitment to the variables
dependent is the whistleblowing intention. Respondents in this study were an
auditor in public accounting firm in Jakarta.
This study was a quantitative research. Data collection methods use in this
study was a quaesionnaire. The analysis technique used to test the hyphotesis in
this study was used multuolereression analysis with the help of SPSS software
version 22. The sample in this study was determined by using a purposive
sampling method with the number of samples obtained as many as 125 samples.
The result of this study were partially auditors profesionalism, moral
intensity, and locus of commitmnent significant effect on the whistleblowing
intention.
Keywords :Auditors Professionalism, Moral Intensity, Locus of
Commitment, Whistleblowing Intention
vii
PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR, INTENSITAS MORAL,
DAN LOCUS OF COMMITMENT TERHADAP INTENSI MELAKUKAN
WHISTLEBLWOING
(SURVEI AUDITOR KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI DKI JAKARTA)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen, yaitu
profesionalisme auditor, intensitas moral, dan locus of commitment terhadap
variabel dependen yaitu intensi untuk melakukan whistleblwoing. Responden
dalam penelitian ini adalah auditor di Kantor Akuntan Publik di Wilayah DKI
Jakarta.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Metode pengumpulan
data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Teknik analisis data
yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis
regresi berganda dengan bantuan software spss versi 22. Sampel dalam penelitian
ini ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah
sampel yang diperoleh sebanyak 125 sampel.
Hasil dari penelitian ini adalah secara parsial profesionalisme auditor,
intensitas moral dan locus of comitment berpengaruh secara signifikan terhadap
intensi untuk melakukan whsitleblowing.
Kata kunci : Profesionalisme Auditor, Intensitas Moral, Locus of Commitment,
Whistleblowing.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta‟ala yang telah
memberikan rahmat serta karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan tugas akhir skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Profesionalisme
Auditor, Intensitas Moral, dan Locus of Commitment Terhadap Intensi Melakukan
Whistleblowing (Survei Auditor Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)”.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memnuhi syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa bukan tanpa masalah dan hambatan dalam
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada
pihak yang telah membantu, di antaranya:
1. Kedua orang tuaku yang tercinta yaitu Bapak Syolwin Syofian dan Ibu Eny
Indarwati serta kakak-kakakku (Edwin Nur Syofian dan Fitri Haryani) yang
telah banyak memberikan doa dan dukungannya kepada penulis baik secara
moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis.
2. Ibu Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., MA selaku Rektor UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Amilin, M.Si., Ak., CA., BKP., QIA., CRMP., selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Fitri Damayanti SE., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Dr. Yusar Sagara M.Si., Ak., CA,. CMA.,CPMA., CGMA., ACMA.,
CACP selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan
waktunya yang sangat berharga untuk membimbing penulis selama menyusun
ix
skripsi. Terima kasih atas segala masukan, motivasi dan nasihat yang telah
diberikan selama ini.
7. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM., selaku dosen pembimbing
akademik yang telah memberikan banyak nasihat, motivasi, dan masukan
selama perkuliahan di UIN Jakarta.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang
sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang
bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
9. Seluruh Staff Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
penulis dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
10. Seluruh bagian dari Kantor Akuntan Publik (KAP) yang mendukung penulis
dengan mengizinkan penulis menyebar kuesioner di KAP mereka serta
mendoakan kelancaran pembuatan skripsi ini.
11. Keluarga besar Akuntansi B dan teman-teman akuntansi angkatan 2013,
terima kasih atas kenangan belajar bersama dan semangatnya selama ini.
12. Sahabat dari awal perkuliahan, Agi dan Izil yang telah menjadi partner di
masa perkuliahan, yang selama ini selalu memberikan support, selalu setia
menemani, berbagi suka duka, berbagi cerita, ilmu dan perhatian terbaiknya
kepada penulis. Miss you guys!
13. Sahabat “jalan-jalan” Sita dan Muthia yang selama ini selalu ada sebagai
tempat berkeluh kesah, yang selalu memberikan dukungan, semangat dan
motivasi untuk istiqamah menyelesaikan skripsi.
14. Teman aeri-ku, Anis a.k.a Mas Cahyo yang selama ini memberikan semangat
dan support untuk penulis.
15. Teman seperjuangan yang lain Kawe, Cika, dan Citra yang saling support,
dan membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan.
16. Teman perjuangan skripsi Mar‟atun yang sudah banyak membantu dan
memberikan dukungan kepada penulis kapan pun dan diman pun.
x
17. Teman-teman KKN MENTARI, Umi Tika, Bian, Reres, Ina, Dayat, Ridho,
Singgih, Kak Yaqin, Eko, Bang Zamzam, Erik yang telah memberikan
dukungan dan memberikan peengalaman berharga kepada penulis.
18. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu, semoga seluruh bantuan yang
diberikan mendapat balasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran dan masukan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jakarta, Agustus 2019
Penulis
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJI KOMPREHENSIF ................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................. vi
ABSTRAK .................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 12
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 12
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 15
A. Tinjauan Literatur ............................................................................. 15
1. Teori Perilaki Terencana (Theory Planned Behavior) ................... 15
2. Profesionalisme Auditor .............................................................. 21
a. Pengertian Profesionalisme ................................................... 21
b. Konsep Profesionalisme ......................................................... 23
3. Locus of Commitment ................................................................ 26
4. Intensitas Moral .......................................................................... 29
5. Whistleblowing ............................................................................ 31
B. Penelitian Sebelumnya ..................................................................... 34
C. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 41
D. Hipotesis .......................................................................................... 42
xii
1. Pengaruh Profesonalisme Auditor Pada Intensi
Melakukan Whistleblowing .......................................................... 42
2. Pengaruh Intensitas Moral Pada Intensi Melakukan
Whistleblowing ............................................................................ 44
3. Pengaruh Locus of Commitment Pada Intensi
Melakukan Whistleblowing ......................................................... 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 49
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 49
B. Metode Penentuan Sampel ................................................................ 49
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 50
1. Penelitian Pustaka (Library Research) ........................................ 50
2. Penelitian Lapangan (Field Research) ......................................... 50
D. Metode Analisis Data ....................................................................... 51
1. Statistik Deskriptif ...................................................................... 51
2. Uji Kualitas Data ........................................................................ 52
3. Uji Asumsi Klasik ...................................................................... 54
4. Pengujian Hipotesis .................................................................... 57
E. Operasional Variabel ......................................................................... 60
1. Profesionalisme Auditor .............................................................. 60
2. Intensitas Moral ........................................................................... 60
3. Locus of Commitment ................................................................. 61
4. Intensi Melakukan Whistleblowing .............................................. 62
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 64
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................. 64
1. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 64
2. Karakteristik Profil Responden ................................................... 66
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian .......................................................... 70
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ....................................................... 70
2. Hasil Uji Kualitas Data ............................................................... 71
3. Hasil Uji Asumsi Klasik ............................................................. 74
4. Hasil Uji Hipotesis ..................................................................... 80
xiii
C. Pembahasan ...................................................................................... 84
1. Pengaruh Profesonalisme Auditor Pada Intensi
Melakukan Whistleblowing ......................................................... 84
2. Pengaruh Intensitas Moral Pada Intensi Melakukan
Whistleblowing ............................................................................ 86
3. Pengaruh Locus of Commitment Pada Intensi
Melakukan Whistleblowing .......................................................... 87
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 89
A. Kesimpulan ...................................................................................... 89
B. Keterbatasan ..................................................................................... 90
C. Saran ................................................................................................ 90
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 92
LAMPIRAN ................................................................................................ 97
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Sanksi Pembekuan Izin Akuntan Publik oleh Kementrian
Kuangan Republik Indonesia Periode 2018-2019 ........................ 2
Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya ............................................................... 34
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian ................................................. 63
Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian .............................................................. 65
Tabel 4.2 Data Distribusi Sampel ............................................................... 65
Tabel 4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ....... 66
Tabel 4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ...................... 67
Tabel 4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir ....... 67
Tabel 4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan ............ 68
Tabel 4.7 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja .. 69
Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik Deskriptif ...................................................... 70
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Profesionalisme Auditor ............................... 71
Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Intensitas Moral ............................................ 72
Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Locus of Commitment ................................... 73
Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas Whistleblowing ............................................ 73
Tabel 4.13 Hasil Uji Reliabilitas .................................................................. 74
Tabel 4.14 Hasil Uji Multikolinieritas ......................................................... 75
Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas .................................................................. 78
Tabel 4.16 Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Uji Glejser ............ 80
Tabel 4.17 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ......................................... 81
Tabel 4.18 Hasil Uji Signifikansi Simultan (F) ............................................ 82
xv
Tabel 4.19 Hasil Uji Parsial (t) .................................................................... 83
Tabel 4.20 Hasil Pengujian Hipotesis .......................................................... 88
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Conceptual Framework of Theory Planned Behavior ............ 20
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran .................................................. 41
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ................. 76
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram .......... 77
Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Grafik
Scatterplot .................................................................................. 79
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Penelitian Skripsi ......................................................... 97
Lampiran 2 Surat Keterangan dari KAP ................................................... 99
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian ............................................................. 103
Lampiran 4 Daftar Jawaban Responden .................................................... 112
Lampiran 5 Output Hasil Pengujian Data ................................................. 127
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Munculnya beberapa kasus dan skandal menimbulkan kembali
skeptisme masyarakat mengenai ketidak mampuan profesi akuntan dalam
menjaga independensi. Sorotan tajam diarahkan pada perilaku auditor ketika
berhadapan dengan klien yang dipersepsikan gagal menjalankan perannya
sebagai auditor independen. Oleh karena itu auditor harus melihat sifat, saat
dan lingkup pekerjaan dalam membuat suatu pertimbangan (Kreshastuti,
2014). Sehingga harus memperhatikan faktor-faktor seperti ukuran dan
kerumitan entitas yang akan diaudit, pengalaman auditor mengenai entitas
dan pengetahuannya tentang bisnis entitas yang bersangkutan. Seorang
auditor memiliki tanggung jawab untuk mendapatkan dan mengvaluasi
bukti audit mengenai asersi berbagai kegiatan dan kejadian secara ekonomi
untuk melihat keterkaitan antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan dan mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak berkepentingan
dalam bentuk laporan keuangan. Laporan inilah yang akan digunakan oleh
auditor untuk menyampaikan pernyataan atau pendapatnya atas kewajaran
laporan keuangan kepada stakeholder. Auditor juga dituntut untuk
menjunjung tinggi nilai-nilai etika yang telah di tetapkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI). Untuk menjadi seorang profesional, akuntan
2
diharapkan berperilaku etis dalam setiap pekerjaan yang dilakukan. Perilaku
etis seorang akuntan profesional sangat penting dalam penentuan status dan
kredibilitas profesi di bidang akuntansi (Chan dan Leung, 2006).
Tabel 1.1
Sanksi Pembekuan Izin Akuntan Publik oleh Kementrian Kuangan
Republik Indonesia Periode 2018-2019
Sumber : http://pppk.kemenkeu.go.id
Tabel 1.1 menunjukkan selama tahun 2018 sampai dengan 2019
terdapat beberapa Akuntan Publik yang diberikan sanksi berupa pembekuan
izin oleh mentri keuangan untuk memberikan jasa-jasa asurans dan non
asurans meliputi jasa audit atas laporan keuangan, jasa riviu, dan jasa
asurans lainnya, dan jasa non asurans meliputi jasa selain asurans berkaitan
dengan akuntansi, keuangan, dan manajemen sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Akuntan publik tersebut mendapat sanksi berupa
pembekuan izin untuk memberikan jasa-jasa ausran dan non asusran dalam
beberapa waktu yang telah ditentukan oleh mentri keuangan. Sanksi yang
No Nama Akuntan
Publik
Nomor
Registrasi
Keputusan Mentri Keuangan
1. Binsar HB Gultom AP.1234 KMK Nomor 388/KM.1/2019
2. Kasner Sirumapea AP.0563 KMK Nomor 312/KM.1/2019
3. I Gede Auditta P.P. AP.1229 KMK Nomor 240/KM.1/2019
4. Heri Mardani - KMK Nomor 662/KM.1/2018
5. Armandias - KMK Nomor 742/KM.1/2018
6. Anwar - KMK Nomor 818/KM.1/2018
7. Hussen Shahab - KMK Nomor 819/KM.1/2018
8. Indra Soesetiawan AP.0139 KMK Nomor 2/KM.1/2019
9. Hasan Salipu AP.0666 KMK Nomor 4/KM.1/2019
10. Amril Saputra AP.0903 KMK Nomor 192/KM.1/2019
11. Sugeng Wirjaseputra AP.0644 KMK Nomor 202/KM.1/2019
12. Purboyo Adhi
Purnomo AP.1254 KMK Nomor 234/KM.1/2019
13. Didik Wahyudiyanto AP.0502 KMK Nomor 437/KM.1/2019
3
dibebankan kepada Akuntan Publik timbul akibat Akuntan Publik tidak
memenuhi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang berlaku.
Menteri keuangan melalui Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK)
mempunyai kewenangan melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
Akuntan Publik (AP) dan Kantor Akuntan Publik (KAP) sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik (Pasal 49),
Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2015 tentang Praktik Akuntan
Publik, dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 154/PMK.01/2017
tentang Pembinaan dan Pengawasan Akuntan Publik. (Merdeka, 2019)
Sejumlah skandal keuangan perusahaan terkemuka juga
menyebabkan profesi auditor menjadi sorotan banyak pihak. Hal ini
dikarenakan auditor memilki kontribusi dalam banyak kasus mengenai
kebangkrutan perusahaan. Profesionalisme auditor seolah dijadikan
kambing hitam dan harus memikul tanggung jawab pihak lain yang
seharusnya bertanggung jawab atas kegagalan itu. Munculnya pandangan
seperti itu bukan tanpa alasan. Alasan yang mendasarinya adalah laporan
keuangan perusahaan yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian, justru
mengalami kebangkrutan setelah opini tersebut dipublikasikan (Kreshastuti,
2014).
Pada awal triwulan tahun 2017 muncul isu terjadinya fraud
akuntansi di British Telecom. Perusahaan raksasa Inggris ini mengalami
fraud akuntansi di salah satu lini usahanya di Italia. Kasus fraud di British
Telecom berdampak kepada akuntan publiknya yaitu Price Waterhouse
4
Coopers (PwC) yang merupakan kantor akuntan publik ternama di dunia
dan termasuk the bigfour. Fraud akuntansi ini gagal dideteksi oleh PwC.
Justru fraud berhasil dideteksi oleh pelapor pengaduan (whistleblower) yang
dilanjutkan dengan akuntansi forensik oleh KPMG. Modus fraud akuntansi
yang dilakukan British Telecom adalah membesarkan penghasilan
perusahaan melalui perpanjangan kontrak yang palsu dan invoice-nya serta
transaksi yang palsu dengan vendor. Praktik fraud ini sudah terjadi sejak
tahun 2013. Dorongan untuk memperoleh bonus (tantiem) menjadi stimulus
fraud akuntansi ini (Warta Ekonomi, 2017)..
Dampak fraud akuntansi penggelembungan laba ini menyebabkan
British Telecom harus menurunkan GBP530 juta dan memotong proyeksi
arus kas selama tahun ini sebesar GBP500 juta untuk membayar utang-
utang yang disembunyikan (tidak dilaporkan). Selain itu, berdampak juga
pada pemegang saham dan investor yang mengalami kerugian dimana harga
saham British Telecom anjlok seperlimanya ketika British Telecom
mengumumkan koreksi pendapatannya sebesar GBP530 juta di bulan
Januari 2017 (Warta Ekonomi, 2017).
Persepsi publik terhadap ketidak percayaannya terhadap profesi
audit akan bertambah karena kasus ini merupakan kasus kedua yang
menyeret nama besar kantor akuntan publik PwC. Kasus lain yang ikut
membuat citra buruk PwC sebagai akuntan publik adalah kasus yang terjadi
di perusahan Tesco. Tesco merupakan perusahaan grocery retailer yang
didirikan di Inggris pada tahun 1919 oleh Jack Cohen. Tesco merupakan
5
perusahaan retail terbesar ketiga di dunia jika diukur dari profit dan
merupakan terbesar kedua setelah Walmart jika dilihat dari pendapatannya.
Tesco menemukan adanya overstatement yang dilakukan terhadap
besarnya laba yang dilaporkan tersebut yang dilaporkan pada laporan
keuangan interim di bulan Oktober. Tesco kemudian menunjuk Deloitte
untuk melakukan review independen dan komprehensif terkait hal tersebut.
Kantor Akuntan Publik yang biasa digunakan jasanya oleh perusahaan
adalah PwC. Deloitte telah menyelesaikan investigasinya dan menemukan
bahwa laba perusahaan dilaporkan lebih tinggi 118 Juta Poundsterling pada
tengah tahun pertama. Tesco juga menyebutkan bahwa laba perdagangan
tahunannya adalah sebesar 2,4 Milyar Poundsterling, lebih rendah 400 Juta
Poundsterling dibandingkan dengan jumlah yang telah diprediksi
sebelumnya. Skandal manipulasi laporan keuangan yang diduga dilakukan
Tesco adalah dengan melakukan overstatement terhadap laba yang
dilaporkan pada laporan tengah tahunan perusahaan. Tesco melaporkan laba
sebesar 263 Juta Poundsterling lebih tinggi dari laba yang seharusnya
dilaporkan oleh perusahaan. Manipulasi tersebut melibatkan pengakuan
pendapatan yang lebih cepat serta penundaan pengakuan biaya. Sehingga
menghasilkan laba yang lebih tinggi dari yang seharusnya dilaporkan. PwC
sebagai auditor eksternal dianggap lalai terhadap penugasan auditnya dan
dinilai tidak mampu dalam mendeteksi kecurangan yang terjadi, hingga
akhirnya ditemukan oleh seorang whistleblower (Warta Ekonomi, 2017).
6
Kasus lain yang juga menimbulkan dampak menurunnya
kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor terjadi di Indonesia.
Belum lama ini Otoritas Jasa Kuangan (OJK) menjatuhkan sanksi
administratif kepada dua akuntan publik (AP) dan satu kantor akuntan
publik (KAP). AP Marlinna dan AP Merliyana Syamsul serta KAP Satrio,
Bing, Eny (SBE) dan Rekan yang juga merupakan partner dari Kantor
Akuntan Publik Delloite ini dinilai tidak memberikan opini yang sesuai
dengan kondisi sebenarnya dalam laporan keuangan tahunan audit milik PT
Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP Finance) (Kompas, 2018).
Kasus ini bermula SNP Finance diketahui menerima fasilitas kredit
modal kerja dari 14 bank. Salah satu dan yang paling besar berasal dari PT
Bank Mandiri (Persero) Tbk. SNP Finance sendiri telah 20 tahun menjadi
nasabah Bank Mandiri. Namun, pada 2016, perusahaan mengajukan
restrukturisasi kredit. Para debitur percaya dan menyalurkan kredit kepada
SNP Finance karena awal pembayaran dari SNP Finance lacar dan juga
telah menganalisis kesehatan keuangan SNP Finance melalui laporan
keuangannya, yang diaudit oleh kantor akuntan publik ternama, yaitu
Deloitte. Namun ternyata terjadi pemalsuan data dan manipulasi laporan
keuangan yang dilakukan oleh manajemen SNP Finance. Diantaranya
adalah membuat piutang fiktif melalui penjualan fiktif. Piutang itulah yang
dijaminkan kepada para krediturnya, sebagai alasan bahwa nanti ketika
piutang tersebut ditagih uangnya akan digunakan untuk membayar utang
kepada kreditor. Untuk mendukung aksinya tersebut, SNP Finance
7
memberikan dokumen fiktif yang berisi data customer Columbia. Sangat
disayangkan bahwa Deloitte sebagai auditornya gagal mendeteksi adanya
skema kecurangan pada laporan keuangan SNP Finance tersebut. Deloitte
malah memberikan opini wajar tanpa pengecualian pada laporan keuangan
SNP Finance. (Kompas, 2018).
Dengan menjunjung tinggi sikap profesionalisme, diharapkan
seorang auditor dapat mendetaksi terjadinya segala bentuk kecurangan.
Walaupun dapat mendekteksi adanya fraud, tidak semua auditor berani
untuk mengungkapkan jika terjadinya pelanggaran (Sagara, 2013). Namun,
banyak diantara individu yang mengetahui adanya tindak pelanggaran diam
dan tidak melakukan sesuatu. Tindakan diam atas segala bentuk kecurangan
bertentangan dengan sikap profesionalisme seorang auditor dimana harus
memegang teguh prinsip independensi. Salah satu faktor yang
mempengaruhi tindakan diam terhadap kecurangan adalah kurangnya
regulasi untuk melindungi seseorang yang ingin mengungkapkan
kecurangan (Sagara, 2013).
Para regulator berusaha mengembalikan kepercayaan masyarakat
terhadap profesi akuntansi. Di Indonesia, Pedoman Sistem Pelaporan dan
Pelanggran (SPP) atau Whistleblowing System (WBS) diterbitkan oleh
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) pada 10 November 2008.
Peraturan tersebut mewajibkan para akuntan untuk melaporkan kecurangan
manajemen kepada pihak pembuat kebijakan yang sesuai. Whitsleblowing
merupakan sebuah proses kompleks yang melibatkan faktor-faktor pribadi
8
dan organisasi. Di dalam Pedoman Sistem Pelaporan tersebut walaupun
belum terdapat peraturan perundangan secara komperhensif mengatur
mengenai Whistleblowing System, Indonesia memiliki beberapa peraturan
yang menangani pelaporan pelanggaran dan perlindungan pelapor. Salah
satunya diatur dalam UU No. 31 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UU
No.13 Tahun 2006 Mengenai Perlindungan Saksi dan Korban. UU tersebut
memberikan perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, harta bendanya,
serta bebas dari ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang akan
diberikan. Kemudian ditindak lanjuti dengan peraturan pemerintah nomor
44 tahun 2008 tentang pemberian kompensasi, restitusi, dan bantuan kepada
saksi dan korban. Whistle-blowing adalah pelaporan yang dilakukan oleh
anggota organisasi aktif maupun nonaktif mengenai pelanggaran, tindakan
ilegal atau tidak bermoral kepada pihak di dalam maupun di luar organisasi
(Khan, 2009)
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Miceli dan Near (1988),
tipikal yang berkecenderungan melakukan whistleblowing adalah yang
menduduki jabatan profesional, mempunyai reaksi positif tehadap
pekerjaanya, lebih lama melayani (lama bekerja, usia, dan jumlah tahun
sampai saat pensiun) mempunyai kinerja baik, mempunyai kelompok kerja
yang lebih besar dan mendapatkan „tanggung jawab‟ dari yang lain untuk
menyatakan whistleblowing.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan
tindakan whistleblowing intensitas moral. Menurut Jones (1991) intensitas
9
moral mempengaruhi seseorang dalam proses pengambilan keputusan.
Seseorang yang memiliki intensitas moral tinggi cenderung melaporkan
pelanggaran yang terjadi karena merasa memiliki tanggung jawab untuk
melaporkannya. Sebaliknya, seseorang yang memiliki intensitas moral yang
rendah tidak merasa memiliki tanggung jawab untuk melakukan pelaporan
ketika pelanggaran itu terjadi. Dalam penelitian yang dilakukan Urumsah et
al (2018), seserorang yang memiliki intensitas moral tinggi akan berperilaku
berdasarkan apa yang diyakini benar. Jika ada sesuatu yang tidak benar atau
tidak adil, maka akan merasa memiliki kewajiban untuk melaporkan
pelanggaran tersebut sebagai bentuk tanggung jawab moralnya. Sehingga
semakin tinggi intensitas moral seseorang, semakin tinggi pula niat untuk
melakukan tindakan whistleblowing.
Intensi untuk melakukan tindakan whsitleblwoing juga di pengaruhi
oleh faktor lingkungan sekitar. Dalam Abdullah (2017) komitmen terhadap
organisasi merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada
organisasi dan proses berkelanjutan dimana anggota organisasi
mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta
kemajuan yang berkelanjutan serta komitment yang mucul bukan hanya
bersifat loyal pasif, tetapi juga melibatkan hubungan yang aktif dengan
organisasi kerja yang memiliki tujuan memberikan segala usaha demi
keberhasilan organisasi yang besangkutan. Menurut Junger et al (2007)
dalam Taylor dan Curtiz (2010) komitmen organisasi kontras dengan
komitmen dengan rekan kerja yang melibatkan rasa dari tanggung jawab,
10
keandalan dan kesiapan terhadap rekan kerja dalam organisasi. Seseorang
akan berkomitment terhadap sesuatu, jika orang tersebut kurang
berkomitmen terhadap organisasinya, ada kemungkinan dia berkomitmen
kepada hal lain seperti berkomitmen terhadap rekan kerja. Taylor dan Curtiz
(2010) juga mengungkapkan bahwa ketika seseorang ingin melakukan
tindakan whistleblowing akan menimbang kemungkinan membahayakan
organisasi atau rekan kerjanya. Jika tidak melakukan tindakan pelaporan
maka akan berdampak pada keberlangsungan organisasi tersebut disisi lain
jika melakukan tindakan pelaporan akan menyebabkan kerusakan pada
rekan kerjanya. Dalam Dinc et al. (2017) mengungkapkan bahwa mereka
yang melakukan tindakan whistleblowing percaya dengan melaporkan
adanya suatu kecurangan merupakan cara mereka menujukan bahwa mereka
berkomitmen terhadap organisasi tersebut. Whistleblowing yang biasa
terjadi di lingkungan kerja dapat dilakukan oleh pihak internal atau
eksternal dari lingkungan kerja. Whistleblowing internal dilakukan oleh
pihak intern perusahaan yang berusaha untuk mengungkap tindakan tidak
etis yang terjadi dalam perusahaan dimana tempat ia bekerja.
Whistleblowing eksternal dilakukan oleh pihak diluar perusahaan. Dapat
pula terjadi jika whistleblower internal tidak mendapat dukungan yang
mereka inginkan dari atasannya atas tindakan tidak etis yang terjadi,
sehingga mereka menggunakan sarana eksternal untuk melaporkan
kesalahan yang ada Sim et al., (1998) menyatakan bahwa whistleblowing
11
eksternal dipengaruhi oleh organisasi ataupun karakteristik intrapersonal
(Jalil, 2014).
Sejumlah penelitian mengenai intensi seseorang untuk melakukan
whistleblowing telah dilakukan baik di luar maupun dalam negeri. Pada
umumnya, penelitian-penelitian tersebut menggunakan sampel dari berbagai
kalangan seperti akuntan profesional yang bekerja di perusahaan, internal
dan eksternal auditor serta mahasiswa yang sedang menyelesaikan
kuliahnya dijurusan akuntansi. Penelitian yang dilakukan oleh Taylor dan
Curtis (2010) meneliti teori pengaruh lapisan di tempat kerja (Layers of
Workplace Influence Theory) dikalangan eksternal auditor Amerika. Curtis
dan Taylor meneliti efek dari berbagai pengaruh lapisan tempat kerja untuk
menjelaskan intensi melakukan whistleblowing melalui dua faktor yaitu
kemungkinan pelaporan dan ketekunan dalam pelaporan. Shawver (2011)
melakukan penelitian mengenai intensi melakukan whistleblowing pada
orang-orang yang berprofesi sebagai akuntan, manajemen, analis, konsultan
dan internal auditor melalui faktor-faktor penentu pengambilan keputusan
moral. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah identifikasi masalah etika,
alasan untuk membuat pertimbangan moral dan motivasi seseorang untuk
memilih melakukan tindakan whistleblowing.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Profesionalisme Auditor, Intensitas
Moral, dan Locus of Commitment Terhadap Intensi Akuntan Publik
Melakukan Whistleblowing”
12
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
sebagai berikut:
1. Variabel Profesionalisme Auditor menggunakan beberapa dimensi
diharapkan memberikan gambaran lebih sikap profesionalisme
seorang audior.
2. Populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja si Kantor
Akuntan Publik di Wilayah DKI Jakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dibahas diatas, maka
masalah yang dapat penulis rumuskan sebagai berikut:
1. Apakah profesionalisme auditor berpengaruh signifikan terhadap
intensi melakukan whistleblowing?
2. Apakah intensitas moral berpengaruh signifikan terhadap intensi
melakukan whistleblowing?
3. Apakah locus of commitment berpengaruh signifikan terhadap intensi
melakukan whistleblowing?
C. Tujuan Penelitian
Agar penelitian ini jelas, maka tujuan yang dicapai adalah untuk
mengetahui:
1. Pengaruh signifikan profesionalisme auditor terhadap intensi
melakukan whistleblowing.
13
2. Pengaruh signifikan intensitas moral terhadap intensi melakukan
whistleblowing.
3. Pengaruh signifikan locus of commitment terhadap intensi melakukan
whistleblowing.
D. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan manfaat,
diantaranya :
1. Manfaat teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi peneliti dan dapat memberikan kontribusi pada
pengembangan literatur maupun penelitian di bidang akuntansi.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi untuk
menambah informasi dan ilmu pengetahuan bagi seluruh pihak di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya
Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Pemerintah, dengan adanya penelitian ini
diharapkan pemerintah dapat memberikan kepastian perlindungan
hukum yang lebih kuat bagi seorang whistleblower. Sehingga
mereka tidak memiliki ketakutan saat akan mengungkapkan suatu
tindak kecurangan.
b. Manfaat Bagi Profesi Auditor, dengan adanya penelitian ini
diharapkan meningkatkan nilai profesionalisme auditor sehingga
14
tidak ditemukan lagi kasus yang melibatkan profesi auditor.
Dengan profesionalime yang tinggi diharapkan intensi untuk
melakukan tindak whistleblowing merupakan bagian bentuk
tanggung jawab terhadap profesi yang menjunjung tinggi perlaku
etis.
c. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan informasi tambahan bagi pembaca. Penelitian
ini juga akan memberikan manfaat bagi masyarakat sebagai
dokumentasi ilmiah untuk perkembangan ilmu pengetahuan
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior)
Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior)
merupakan perluasan dari Theory of Reasoned Action (TRA) yang
dikembangkan oleh Icek Ajsen dan Martin Fishbein (1980). Ajzen
(1991) mengembangkan Theory Planned Behaviour dengan
menambah konstruk yang belum ada di Theory of Reasoned Action
yaitu persepsi konrol perilaku (perceived behavioral control). Theory
Planned Behaviour bertujuan untuk memprediksi dan memahami
dampak niat berperilaku, mengidentifikasi strategi untuk merubah
perilaku serta menjelaskan perilaku nyata manusia. Dalam hubungan
ini Theory Planned Behaviour diasumsikan bahwa manusia yang
bersifat rasional akan menggunakan informasi yang ada secara
sistematik kemudian memahami dampak perilakunya sebelum
memutuskan untuk mewujudkan perilaku tersebut (Zarania,2016).
Teori perilaku terencana (Theory Planned Behaviour) secara
eksplisit mengenal kemungkinan bahwa banyak perilaku yang tidak
semuanya di bawah kontrol penuh individu. Dalam Theory Planned
Behaviour, perilaku yang ditampilkan individu timbul karena adanya
intensi untuk berperilaku. Intensi individu untuk menampilkan suatu
16
perilaku adalah kombinasi dari sikap untuk menampilkan perilaku
tersebut dan norma subjektif. Sikap individu terhadap perilaku
meliputi kepercayaan mengenai suatu perilaku, evaluasi terhadap hasil
perilaku, norma subjektif, kepercayaan-kepercayaan normatif dan
motivasi untuk patuh. Ajzen (1991) mendefinisikan bahwa intensi
merupakan pencerminan dari tiga faktor utama yaitu sikap terhadap
perilaku, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku (Saud, 2016).
Selanjutnya, Theory Planned Behaviour menjelaskan bahwa
niat individu untuk berperilaku dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:
a. Sikap terhadap perilaku (Attitude Toward The Behavior)
Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk mendekat
atau menghindar, merespon positif atau negatif berbagai
keadaan sosial. Individu akan bertindak sesuai dengan sikap
yang ada dalam dirinya terhadap suatu perilaku. Sikap
terhadap perilaku yang dianggap positif, nantinya akan
dijadikan pilihan individu untuk membimbingnya dalam
berperilaku di kehidupannya. Hal ini menunjukkan bahwa
individu yang percaya bahwa suatu perilaku dapat memberikan
hasil yang positif maka individu tersebut memiliki sikap positif
terhadap perilaku tersebut dan sebaliknya, jika individu
meyakini bahwa suatu perilaku dapat memberikan hasil yang
negatif maka individu tersebut memiliki sikap negatif terhadap
perilaku tersebut.
17
Semakin individu memiliki penilaian bahwa suatu
perilaku akan menghasilkan konsekuensi positif maka individu
akan cenderung bersikap favorable terhadap perilaku tersebut,
sebaliknya semakin individu memiliki penilaian bahwa suatu
perilaku menghasilkan konsekuensi negatif maka individu
akan cenderung bersikap unfavorable terhadap perilaku
tersebut.
Menurut Ajzen (2006) Attitude toward the behavior
ditentukan oleh kombinasi antara belief individu tentang
konsekuensi positif dan atau negatif dari perilaku yang
dimunculkan (behavioral beliefs) dengan nilai subyektif
seseorang terhadap konsekuensi berperilaku tersebut (outcome
evaluation). Sikap yang dimiliki oleh seseorang terhadap
perilaku didasari oleh belief seseorang terhadap konsekuensi
(outcome) yang akan dihasilkan. Belief merupakan pernyataan
subyektif seseorang yang sesuai dengan pemahaman diri dan
lingkungannya (Rohmah, 2017)
b. Norma Subyektif (Subjective Norm)
Ajzen dan Fishbein (1975) mendefinisikan norma
subyektif sebagai persepsi individu mengenai apakah orang-
orang yang penting baginya akan mendukung atau tidak untuk
melakukan suatu perilaku tertentu dalam kehidupannya. Lebih
lanjut, norma subyektif juga diartikan oleh Feldman (1995)
18
sebagai persepsi tentang tekanan sosial dalam melaksanakan
perilaku tertentu. Sehingga timbul kesadaran bagi individu
untuk dapat mengatasi tekanan sosial yang diterima atas
perilakunya.
Semakin individu mempersepsikan bahwa rujukan
sosialnya merekomendasikan untuk melakukan suatu perilaku
makan individu akan cenderung merasakan tekanan sosial
untuk melakukan perilaku tersebut, sebaliknya semakin
individu mempersepsikan bahwa rujukan sosialnya
merekomendasikan untuk tidak melakukan suatu perilaku
maka individu akan cenderung merasakan tekanan sosial untuk
tidak melakukan perilaku tersebut. Norma subjektif ditentukan
oleh kombinasi antara belief seseorang tentang setuju dan atau
tidak setuju seseorang atau kelompok yang dianggap penting
bagi individu terhadap suatu perilaku (normative beliefs), dan
motivasi individu untuk mematuhi anjuran tersebut (motivation
to comply) (Rohmah 2017).
c. Persepsi kontrol perilaku (Perceived Behavioral Control)
Kontrol perilaku mengacu pada persepsi-persepsi
individu akan kemampuannya untuk menampilkan perilaku
tertentu. Ajzen (1991) mengemukakan bahwa kontrol perilaku
menjadi faktor penentu intensi yang sangat penting ketika
seseorang telah memilki pengalaman sebelumnya akan
19
perilaku yang akan ditampilkan merupakan perilaku yang
asing atau baru bagi seseorang, kontrol perilaku akan
memberikan kontrol prediktif yang rendah bagi intensi untuk
berperilaku dalam model Theory Planned Behaviour.
Persepsi kontrol perilaku sebagai fungsi yang
didasarkan oleh keyakinan yang disebut sebagai keyakinan
kontrol, yaitu keyakinan individu mengenai ada atau tidak
adanya faktor yang mendukung atau menghambat individu
untuk melakukan suatu perilaku. Keyakinan ini didasarkan
pada pengalaman masa lalu serta informasi dari pengalaman
orang lain (Ajzen, 1991).
Ajzen (1991) menjelaskan bahwa semakin individu
merasakan banyak faktor pendukung dan sedikit faktor
penghambat untuk dapat melakukan suatu perilaku, maka lebih
besar kontrol yang mereka rasakan atas perilaku tersebut dan
sebaliknya, jika semakin sedikit individu merasakan faktor
pendukung dan banyak faktor penghambat untuk dapat
melakukan suatu perilaku, maka individu cenderung
mempersepsikan diri sulit untuk melakukan perilaku tersebut
(Saud, 2016).
20
Gambar 2.1
Conceptual Framework of Theory Planned Behavior
Sumber: Ajzen (1991)
Variabel profesionalisme auditor merepresentasikan komponen
sikap terhadap perilaku. Kekuatan profesional auditor akan
membentuk keyakinan pada diri sendiri bahwa profesi yang sedang
dikerjakan memberikan hal yang baik bagi individu. Seseorang yang
memiliki profesionalime yang kuat cenderung selalu mematuhi kode
etik dan norma-norma yang berlaku dengan tujuan untuk menghindari
pelanggaran yang mungkin terjadi di masa depan yang dapat
membahayakan profesinya. Dengan demikian mereka dapat
termotivasi untuk melindungi profesinya dengan melaporkan
pelanggaran etika.
Variabel intensitas moral merepresentasikan komponen
persepsi kontrol perilaku. Seorang individu tidak dapat mengontrol
perilaku sepenuhnya dibawah kendali individu tersebut atau dalam
suatu kondisi dapat sebaliknya seorang individu dapat mengontrol
perilakunya dibawah kendali individu tersebut.
21
Variabel locus of commitment merepresentasikan komponen
norma subyektif. Individu yang percaya bahwa individu yang cukup
berpengaruh terhadapnya akan mendukung ia untuk melakukan
tingkah laku maka hal ini akan menjadi tekanan sosial bagi individu
tersebut. Seseorang yang berkomitmen tinggi terhadap organisasi
kemungkinan akan bertindak mengidentifikasi dalam menanggulangi
situasi yang dapat membahayakan organisasi demi menjaga reputasi
dan kelangsungan organisasi. Namun komitmen yang kuat terhadap
organisasi sangat kontras dengan komitmen rekan kerja. Dalam situasi
tertentu timbul konflik kepentingan antara organisasi dan sesama
rekan kerja yang kemungkinan menimbulkan tekanan yang
berlawanan sehingga dapat menciptakan tekanan sosial bagi seseorang
untuk berperilaku dengan cara yang berbeda.
2. Profesionalisme Auditor
a. Pengertian Profesionalisme
Secara harfiah kata profesionalisme berasal dari kata profesi.
Profesi berasal dari kata profession (Inggris) yang berasal dari Bahasa
Latin profesus yang berarti mampu atau ahli dalam suatu bentuk
pekerjaan. Dalam Webster’s New World Dictionary ditemukan bahwa
profesi merupakan suatu pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi,
dalam liberal art’s atau scince dan biasanya meliputi pekerjaan mental
yang ditunjang oleh kepribadian dan sikap profesional.
22
Dalam Kamus Basar Bahasa Indonesia, profesionalisme
didefinisikan sebagai mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang
merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional. Arens et al.
(2008) mendefinisikan profesionalisme sebagai tanggung jawab
individu untuk berperilaku yang lebih baik dari sekedar mematuhi
undang-undang dan peraturan masyarakat yang ada (Abdullah, 2017).
Profesionalisme juga merupakan elemen dari motivasi yang
memberikan sumbangan pada seseorang agar mempunyai kinerja
tugas yang tinggi. Menurut pengertian umum, seseorang dikatakan
profesional jika memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian
untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan
suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standard baku di bidang
profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya dengan
mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan.
Menurut Tjiptohadi dalam Noor (2005), profesionalisme dari
pengertian bahasanya bisa mempunyai beberapa makna. Pertama,
profesionalisme berarti suatu keahlian, mempunyai kualifikasi
tertentu, berpengalaman sesuai bidang keahliannya, atau memperoleh
imbalan karena keahliannya. Seseorang bisa dikatakan professional
apabila telah mengikuti pendidikan tertentu yang menyebabkan
mempunyai keahlian atau kualifikasi khusus. Kedua, pengertian
profesionalisme merujuk pada suatu standar pekerjaan yaitu prinsip-
prinsip moral dan etika profesi. Prinsip-prinsip moral, seperti halnya
23
norma umum masyarakat, mengarahkan akuntan agar berperilaku
sesuai dengan tatanan kehidupan seorang profesional. Ketiga,
profesional berarti moral. Kadar moral seseorang yang membedakan
antara auditor satu dengan auditor lainnya. Moral seseorang dan sikap
menjunjung tinggi etika profesi bersifat sangat individual (Sagara,
2013).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
profesionalisme merupakan keahlian tertentu dari suatu profesi
dengan kualifikasi untuk melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan
prinsip moral dimana menjunjung tinggi etika profesi yang berlaku.
b. Konsep Profesionalisme
Menurut Hall (1968) dalam Febrianty (2012), ada lima konsep
mengenai profesionalisme, yaitu (1) komunitas afiliasi (community
affiliation), (2) kebutuhan autonomi (autonomy demand), (3)
keyakinan terhadap peraturan sendiri (self regulation), (4) dedikasi
terhadap profesi (dedication), (5) kewajiban social (sosial obligation).
Profesionalisme terdiri dari dua aspek yaitu aspek struktural dan aspek
sikap. Aspek struktural yang karakteristiknya merupakan bagian dari
pembentukan sekolah penelitian, pembentukan asosiasi profesional
dan pembentukan kode etik. Sedangkan aspek sikap atau
perilakuberkaitan dengan pembentukan jiwa profesionalisme.
Komunitas afiliasi (community affiliation) yaitu hubungan
yang dibangun melalui ikatan profesi sebagai suatu acuan, yang di
24
dalamnya terdapat organisasi formal dan kolega-kolega informal
sebagai sumber ide utama pekerjaan. Sehinggaterbangun kesadaran
profesi melalui ikatan profesi tersebut (Febrianty 2012).
Kebutuhan autonomi (autonomy demand) yaitu pandangan
bahwa dibutuhkan suatu kemandirian dalam melaksanakan tugas
profesional. Kemandirian yang dimaksud disini adalah pengambilan
keputusan sendiri tanpa ada tekanan dan pihak lain (pemerintah, klien
dan pihak yang bukan anggota profesi). Akan sulit mewujudkan
kemandirian dalam pelaksanakan tugas ketika berada dalam tekanan
dan pihak luar atau pengawasan secara ketat. Dalam situasi khusus
dibutuhkan kebebasan untuk melakukan yang terbaik menurut
karyawansebagai wujud kemandirian. Profesional cenderung
mengendalikan kerja dan pengetahuan teoritis mereka agar terhindar
adanya intervensi dan luar (Febrianty 2012).
Keyakinan terhadap peraturan sendiri (self regulation)
merupakan keyakinan bahwa yang benar-benar memahami sebuah
profesi adalah anggota profesi itu sendiri, bukan orang di luar profesi
tersebut. Keyakinan ini didasarkan pada asumsi bahwa sebuah profesi
dilandasi oleh pengetahuan dan kompetensi profesional masing-
masing. Profesional diasumsikan mempunyai pengetahuan teoritis
yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang berdasar pada
pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam praktik (Febrianty
2012).
25
Dedikasi terhadap profesi (dedication) direalisasikan pada
kesungguhan dalam menggunakan pengetahuan dan keahlian yang
dimiliki secara profesional. Sikap dedikasi merupakan sikap kerja
yang penuh totalitas dengan komitmen pribadi yang kuat, keteguhan
dalam melaksanakan tugas profesionalnya meskipun imbalan atau
kompensasi ektrinsik berkurang. Sikap dedikasi lebih mengutamakan
aspek kepuasan rohani dibanding kepuasan atau imbalan materiil
(Febrianty 2012).
Kewajiban sosial (sosial obligation) merupakan pandangan
bahwa sebuah profesi memiliki peran penting dan bermanfaat bagi
masyarakat dan profesional. Profesi yang paling sukses akan meraih
status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para
anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap
layanan yang mereka berikan bagi masyarakat. Seorang professional
memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan sosialnya, sehingga
harus bekerja berdasarkan komitmen profesional (Febrianty 2012).
Menurut Kalber. L dan Forgaty (1995), seseorang yang
profesional harus didasari dengan beberapa hal, yaitu : (1) dedikasi
terhadap profesi, dimana akan merasa senang dan terdorong melihat
dedikasi serta idealisme teman profesinya serta memiliki komitmen
yang tinggi terhadap profesi ; (2) tanggung jawab profesi, dimana
akan merasa memiliki tanggung jawab profesi yang tinggi bagi
26
kesejahteraan masyarakat luas ; (3) tuntutan mandiri ; (4) percaya
pada pengaturan sendiri ; (5) perkumpulan profesi.
Seorang auditor bisa dikatakan profesional apabila telah
memenuhi dan mematuhi standar-standar kode etik yang telah
ditetapkan oleh IAI, antara lain: a) prinsip-prinsip yang ditetapkan
oleh IAI yaitu standar ideal dari perilaku etis yang telah ditetapkan
oleh IAI seperti dalam terminologi filosofi, b) peraturan perilaku
seperti standar minimum perilaku etis yang ditetapkan sebagai
peraturan khusus yang merupakan suatu keharusan, c) inteprestasi
peraturan perilaku tidak merupakan keharusan, tetapi para praktisi
harus memahaminya, dan d) ketetapan etika seperti seorang akuntan
publik wajib untuk harus tetap memegang teguh prinsip kebebasan
dalam menjalankan proses auditnya, walaupun auditor dibayar oleh
kliennya.
3. Locus of Commitment
Menurut Aranya et. al (1981) dalam Elias (2008) komitmen
organisasi didefinisikan sebagai perpaduan antara sikap dan perilaku
yang menyangkut tiga sikap yaitu rasa mengidentifikasikan dengan
tujuan organisasi, rasa keterlibatan dengan tugas organisasi dan rasa
kesetiaan pada organisasi. Pernyataan tersebut didukung oleh
Greenberg dan Baron (2003) dalam Elias (2008) bahwa komitmen
organisasi didefinisikan sebagai derajat dimana karyawan terlibat
dalam organisasinya dan berkeinginan untuk tetap menjadi
27
anggotanya, dimana didalamnya mengandung sikap kesetiaan dan
kesediaan karyawan untuk bekerja secara maksimal bagi organisasi
tempatnya bekerja.
Komitmen organisasi adalah suatu keadaan di mana seorang
karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-
tujuannya serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu
(Robbins, 2003). Menurut Larkin (1990) komitmen organisasi adalah
kekuatan dan identifikasi seseorang dan keterlibatannya di dalam
organisasi tertentu. Wiener (1982) mendefinisikan komitmen
organisasi sebagai dorongan dari dalam diri individu untuk dapat
berbuat sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan organisasi sesuai
dengan tujuan dan lebih mengutamakan kepentingan organisasi.
Menurut Mathis dan Jackson (2001) dalam Armansyah (2002)
komitmen organisasi adalah tingkat kepercayaan dan penerimaan
tenaga kerja terhadap tujuan organisasi dan mempunyai keinginan
untuk tetap ada di dalam organisasi tersebut.
Komitmen organisasi menyiratkan hubungan pegawai dengan
perusahaan atau organisasi secara aktif, karena karyawan yang
menunjukkan komitmen tinggi terhadap organisasi memiliki
keinginan utuk memberikan tenaga dan tanggung jawab yang lebih
dalam menyokong kesejahteraan dan keberhasilan organisasi
tempatnya bekerja. Sama seperti organisasi lainnya, kantor akuntan
28
publik berusaha untuk mengembangkan kekuatan budaya organisasi
yang didasarkan pada komitmen organisasi.
Penelitian yang dilakukan Hewstone dan Willis (2002) dalam
Taylor dan Curtis (2010) menunjukkan bahwa seseorang bekerja sama
dengan anggota kelompok mereka dari pada anggota kelompok lain.
Dengan demikian kesetiaan seorang karyawan terhadap organisasi
patut untuk dipertanyakan, apakah mereka lebih berkomitmen
terhadap perusahaan atau pada rekan kerjanya di perusahaan. Dalam
situasi khusus, misalnya seorang rekan kerja melakukan tindakan yang
tidak etis demi kepentingan pribadi dan melanggar standar akan
menciptakan tekanan bagi individu untuk berpikir dan berperilaku
dengan cara yang berbeda. Jika pelanggaran standar tidak dilaporkan,
kemungkinan besar organisasi akan menerima dampak negatif dari
pelanggaran tersebut. Di sisi lain, jika pelanggaran dilaporkan maka
rekan kerja akan menerima dampak negatif dari organisasi secara
langsung. Situasi tersebut dapat mendorong seseorang untuk untuk
bertindak atas nama teman mereka, tanpa memikirkan kesejahteraan
organisasi secara keseluruhan. Sebelum melakukan pelaporan,
seseorang akan menimbang bahaya untuk organisasi dari tidak adanya
pelaporan pelanggaran dari pada bahaya bagi rekan kerja dari adanya
pelaporan pelanggaran.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk meneliti hubungan
antara komitmen organisasi dan intensi untuk melakukan
29
whistleblowing. Near dan Micheli (1985) dalam Taylor dan Curtis
(2010) menunjukkan bahwa whistleblower internal akan menunjukkan
tingkat loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan saat mengambil
keputusan untuk melaporkan. Penelitian juga dilakukan oleh Sims dan
Keenan (1998) serta Mesmer-Magnus dan Viswesvaran (2005) dalam
Taylor dan Curtis (2010) yang menelti hubungan antara komitmen
organisasi dengan whistleblowing. Hasil penelitian menunjukkan tidak
adanya hubungan yang signifikan antara komitmen organisasi dengan
whistleblowing. Sehingga dapat disimpulkan komitmen organisasi
tidak bisa sepenuhnya menjelaskan intensi untuk melakukan
whistleblowing tanpa pertimbangan pelengkap dari komitmen rekan
kerja. Taylor dan Curtis (2010) mengusulkan teori locus of
commitment untuk menjelaskan pengaruh komitmen organisasi dan
komitmen rekan kerja terhadap intensi untuk melakukan
whistleblowing. Dengan demikian locus of commitment dapat
didefinisikan sebagai pedoman untuk seseorang dalam
mempertahankan loyalitasnya apabila mengalami sebuah dilema etis
antara berkomitmen untuk organisasi atau rekan.
4. Intensitas Moral
Intensitas Moral adalah sebuah konstruk yang mencakup
karakteristik-karakteristik yang merupakan perluasan dari isu-isu yang
terkait dengan isu moral utama dalam sebuah situasi yang akan
mempengaruhi persepsi individu mengenai masalah etika dan intensi
30
keperilakuan yang dimilikinya. Jones (1991) dalam Novius (2011)
mengidentifikasi bahwa intensitas moral yang mempengaruhi proses
pengambilan keputusan seseorang dan tingkat intensitas moral yang
bervariasi.
Intensitas moral bersifat multidimensi dan komponen-
komponen bagiannya merupakan karakteristik dari isu-isu moral.
Jones (1991) dalam Shawver (2011) mengidentifikasi bahwa ada
enam elemen intensitas moral yang mempengaruhi proses
pengambilan keputusan meliputi:
a. Besaran konsekuensi (Magnitude of Consequences), didefinisikan
sebagai jumlah kerugian (atau manfaat) yang dihasilkan oleh
pengorbanan (atau pemanfaatan) dari sebuah tindakan moral..
b. Konsensus Sosial (Social Consensus), didefinisikan sebagai
tingkat kesepakatan sosial bahwa sebuah tindakan dianggap salah
atau benar.
c. Probabilitas Efek (Probability of Effect) merupakan sebuah fungsi
bersama dari kemungkinan bahwa tindakan tertentu akan secara
aktual mengambil tempat dan tindakan tersebut akan secara aktual
menyebabkan kerugian (manfaat) yang terprediksi.
d. Kesegeraan Temporal (Temporal Immediacy) adalah jarak atau
waktu antara pada saat terjadi dan awal mula konsekuensi dari
sebuah tindakan moral tertentu (waktu yang makin pendek
menunjukkan kesiapan yang lebih besar).
31
e. Konsentrasi Efek (Concentration of Effect) adalah sebuah fungsi
infers dari jumlah orang yang mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh sebuah tindakan yang dilakukan. Orang-orang yang memiliki
perasaan kepentingan yang tertinggi akan bertindak secara amoral
yang akan menghasilkan konsentrasi efek tinggi.
f. Kedekatan (Proximity) adalah perasaan kedekatan (sosial, budaya,
psikologi atau fisik) yang dimiliki oleh pembawa moral (moral
agent) untuk si pelaku dari kejahatan (kemanfaatan) dari suatu
tindakan tertentu. Konstruk kedekatan ini secara intuitif dan
alasan moral menyebabkan seseorang lebih peduli pada orang-
orang yang berada didekatnya (secara sosial, budaya, psikologi
ataupun fisik) daripada kepada orang-orang yang jauh darinya.
5. Whistleblowing
Elias (2008) mengatakan bahwa whistleblowing adalah
pelaporan oleh anggota dari suatu organisasi (sekarang atau terdahulu)
mengenai praktek ilegal, imoral, dan haram yang dilakukan oleh orang
atau organisasi yang mungkin dapat mengakibatkan suatu tindakan.
Sedangkan whistleblowing menurut KNKG di dalam Pedoman Sistem
Pelaporan Pelanggaran adalah pengungkapan tindakan pelanggaran
atau pengungkapan perbuatan yang melanggar hukum, perbuatan tidak
etis atau tidak bermoral atau perbuatan lain yang dapat merugikan
organisasi atau pemangku kepentingan, yang dilakukan oleh karyawan
atau pimpinan organisasi terhadap pimpinan organisasi atau lembaga
32
lain yang dapat mengambil tindakan atas pelanggaran tersebut. Orang
yang melakukan tindakan whistleblowing disebut dengan
whistleblower (Sagara, 2013).
Isu mengenai whistleblowing telah ada sejak akhir tahun 1960-
an dan berkembang hingga saat ini. Perkembangan tersebut
disebabkan oleh beberapa hal (Rothschild dan Miethe,1999) dalam
Jalil (2013). Pertama, adanya pergerakan dalam perekonomian yang
berhubungan dengan peningkatan kualitas pendidikan, keahlian dan
kepedulian sosial dari para pekerja. Kedua, keadaan ekonomi sekarang
telah memberi informasi yang intensif dan menjadi penggerak
informasi. Ketiga, akses informasi dan kemudahan berpublikasi
menuntun whistleblowing sebagai fenomena yang tidak bisa dicegah
atas pergeseran perekonomian yang ada.
Elias (2008) mengatakan bahwa whistleblowing dapat terjadi
dari dalam (internal) maupun luar (eksternal). Internal whistleblowing
terjadi ketika seorang karyawan mengetahui kecurangan yang
dilakukan karyawan lainnya kemudian melaporkan kecurangan
tersebut kepada atasannya. Dan eksternal whistleblowing tergadi
ketika seorang karyawan mengetahui kecurangan yang dilakukan
perusahaan lalu memberitahukannya kepada masyarakat karena
kecurangan itu akan merugikan masyarakat. Miceli dan Near (2002)
mengatakan bahwa kebanyakan whistleblower pertama kali
mengungkapkan penemuannya kepada internal perusahaan sebelum
33
melaporkannya kepada publik. Lewis (2005) mengatakan bahwa
whistleblowing dapat dipandang sebagai bagian dari stragtegi untuk
menjaga dan meningkatkan kualitas. Dari pandangan pemberi kerja,
pekerja yang pertama kali melapor kepada menajernya atas
pelanggaran yang teradi dapat memberi kesempatan perusahaan untuk
memperbaiki masalah tersebut sebelum berkembang semakin rumit.
Mesmer-Magnus dan Viswesvaran (2005) melakukan meta-analisis
terhadap 26 studi tentang whistleblowing dan menyimpulkan bahwa
whistleblowers seharusnya memiliki kinerja yang baik, beredukasi
tinggi berkedudukan sebagai pengawas, dan moral reasoning yang
lebih tinggi dibandingkan seorang pengawas fraud yang tidak aktif
(Elias, 2008). Namun pengungkapan pelanggaran pada umumnya
menimbulkan konskuensi yang tidak diinginkan oleh pengungkap
pelanggaran tersebut, seperti kehilangan pekerjaan ancaman balas
dendam, dan isolasi dalam bekerja dennane el al, 1996) dalam (Chiu,
2007)
Dalam kasus whistleblowing kebanyakan dan para karyawan
yang mengetahui adanya kecurangan tidak melakukan tindakan apa-
apa. Hal tersebut dikarenakan adanya ancaman pembalasan yang dia
terima. Menanggapi hal tersebut, negara Australia, Kanada, Perancis,
India, Jepang, Selandia Baru, Inggris, dan Amerika Serikat sudah
membuat Undan-Undang mengenai perlindungan terhadap pelapor
atau whistleblower Indonesia sudah memiliki Undan-Undang
34
mengenai saksi dan korban, yaitu Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2006. Lembaga yang berwenang menangani perlindungan saksi dan
korban bemama LPSK. Awalnya Undang-undang ada di Indonesia
belum maksimal karena terdapat permasalahan, yaitu Pertama,
terkait dengan rumusan pengertian pengertian kunci, seperti
pengertian mengenai whistleblower yang juga memiliki pengertian
yang luas, yaitu pelapor dan juga pelapor pelaku. Dalam revisi UU
No 13/2006 diperlukan penegasan pengertian yang ada, khususnya
pengertian-pengertian yang belum dicantumkan dalam UU No
13/2006. Kedua, perbaikan rumusan pasal undang-undang mengenai
kelembagaan, kewenangan yang menyangkut substansi penjabaran
dari tugas dan fungsi LPSK, dan hubungan/koordinasi antar lembaga
(khususnya penegak hukum) dalam melaksanakan perlindungan.
Dengan demikian, hubungan dan koordinasi antar lembaga tidak lagi
terlalu menjadi hambatan untuk mengimplementasikan praktik
pelaporan dan perlindungan whistleblower.
B. Penelitian Sebelumnya
Adapun hasil-hasil penelitian sebelumnya dari penelitian-penelitian
terdahulu mengenai topic yang berkaitan dengan penelitian ini, dapat dilihat
dalam tabel 2.1
35
Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya
No. Peneliti Tahun Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Sri Wahyuni dan
Nur Asia Hamid
(2018)
Profesionalism and
Moral Intensity of
Auditors On
Whistleblwoing
Intenstion On Makassar
Public Accountant
Office
Variabel
independen
Profesionalisme
Auditor dan
Intensitas Moral
Variabel
dependen intensi
melakukan
whistleblwoing
Responden
auditor eksternal
yang bekerja di
KAP
Variabel
Independen
Locus of
Commitment
Profesionalisme Auditor
dan Intensitas Moral
Memiliki Pengaruh yang
Tinggi Terhadap Intensi
Melakukan Whistleblowing
2. Eka Haryani dan
Adhitya Putra (2018)
Pengaruh Komitmen
Profesional,
Lingkungan Etika,
Intensitas Moral,
Personal Cost,
Terhadap Intensi Untuk
Melakukan
Whistleblowing Internal
(Studi Empiris Pada
Organisasi Perangkat
Variabel
Independen
Komitmen
Profesional,
Intensitas Moral
Variabel
Dependen
Intensitas
Melakukan
Whistleblowing
Variabel
Independen
Personal
CostResponden
yang Digunakan
Organisasi
Perangkat
Daerah
Kabupaten
Bengkalis
Profesionalisme
Perpengaruh Terhadap
Intensi Melakukan
Whistleblowing
Lingkungan Etika
Perpengaruh Terhadap
Intensi Melakukan
Whistleblowing
Bersambung pada halaman selanjutnya
36
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti Tahun Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Daerah Kabupaten
Bengkalis)
Intensitas Moral
Perpengaruh Terhadap
Intensi Melakukan
Whistleblowing
Personal Cost Perpengaruh
Terhadap Intensi
Melakukan Whistleblowing
3 Dekar Urumsah,
Briyan Effin S,
Aditya Pandu W.
(2018)
Whistle-blowing
Intention: The Effects of
Moral Intensity,
Organizational
Commitment, and
Professional
Commitment
Variabel
Independen
Intensitas Moral,
Komitmen
Organisasi, dan
Komitmen
Profesional
Variabel
Dependen
Whistleblowing
Responden
yang
Digunakan
Pegawai
Pemerintah
Provinsi D.I.Y
Intensitas Moral dan
Profesional Komitment
berpengaruh secara
signifikan terhadap Intensi
Melakukan Whistleblowing
Komitmen Organisasi tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap Intensi
Melakukan Whistleblowing
4. Hamonangan
Siallagan, Abud
Rohman, Indira
The Effect of
Professonal
Commitment, Attitude,
Subjective Norms And
Variabel
Independen
Profesionalisme
Auditor
Variabel
Independen
Sikap, Norma
Subyektif dan
Profesionalisme Auditor
Tidak Memiliki Pengaruh
Signifikan Terhadap
Intensi Melakukan
Besambung pada halaman selanjutnya
37
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti Tahun Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Januarti Muhammad
Din (2017)
Perceived Behaviour
Control On
Whistleblowing
Intention
Variabel
Dependen Intensi
Melakukan
Whistleblowing
Kontrol
Perilaku
Responden
yang
Digunakan
Auditor Internal
(Inpektorat
Sumatera
Utara)
Whistleblowing
Sikap, Norma Subjektif
dan Kontrol Perilaku
Memiliki Pengaruh
Signifikan Terhadap
Intensi Melakukan
Whistleblowing
5. M. Wahyu Abdullah
(2017)
Determinan Intensi
Auditor Melakukan
Tindakan
Whistleblowing dengan
Perlindungan Hukum
sebagai Variabel
Moderasi
Variabel
Komitmen
Organisasi dam
Sikap
Profesionalisme
Variabel
Dependen
Intensitas
Melakukan
Whistleblowing
Variabel
Personal Cost
of Reporting
Variabel
Tingkat
Kecurangan dan
Keseriusan
Variabel
Moderasi
Perlindungan
Hukum
Responden
yang Digunakan
keseriusan kecurangan dan
sikap profesionalisme
berpengaruh positif dan
signifikan
komitmen organisasi dan
personal cost of reporting
berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap
intensi auditor melakukan
tindakan whistle-blowing.
Variabel Moderasi hukum
hanya mampu memoderasi
tingkat keseriusan
kecurangan dan tidak
Bersambung pada halaman selanjutnya
38
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti Tahun Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Audiotr di
Inspektorat
Provinsi
Sulawesi
Selatan
mampu memoderasi
komitmen organisasi,
personal cost of reporting
dan sikap profesionalisme
terhadap intensi auditor
melakukan tindakan
whistle-blowing
6. Maria Mediatrix
Ratna Sari dan
Dodik Ariyanto
(2017)
Determinan Tindakan
Whistleblowing Variabel
Independen
Profesionalisme
Auditor,
Komitment
Organisasi,
Intensitas Moral
Responden
yang
Digunakan
Mahasiswa
PPAk Fakultas
Ekonomi dan
Bisnis di
Universitas
Udayana
Profesionalisme,
Komitmen Organisasi, dan
Intensitas Moral
Berpengaruh Positif
Terhadap Niat Akuntan
untuk Melakukan
Whistleblowing
7. Khanifah, Atieq,
Maeni (2017)
The Intention of
Whistleblowing : The
Effect of Profesional
Commitments,
Organizational
Committments, Legal
Variabel
Independen
Profesionalisme,
Komitmen
Organisasi dan
Intensitas Moral
Variabel
Dependen Legal
Protection,
Penghargaan,
Tingkat
Keagamaan
Profesionalisme, reward,
level of religion, moral
intensity berpengaruh
terhadap intensitas
melakukan whistleblowing
Organizational
commitement dan legal
Bersambung pada halaman selanjutnya
39
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti Tahun Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Protection, Reward,
Level of Religiousity,
and Moral Intensity of
Internsl Auditor
Variabel
Dependen Intensi
Melakukan
Whistleblowing
Responden
Merupakan
Internal Auditor
Kantor Pajak
Semarang
protection teidak memiliki
pengarih terhadap
intensitas melakukan
whistleblowing
8. Hengky Latan,
Christian M. Ringle,
Charbel Jose
Chiappetta Jabbour
(2016)
Whistleblowing
Intentions Among
Public Accountants
in Indonesia: Testing
for the Moderation
Effects
Variabel
Dependen
Intensitas
Melakukan
Whistleblowing
Responden yang
digunakan
auditor eksternal
yang bekerja di
KAP
Variabel
Indenpenden
attitude toward
whistleblowing,
perceived
behavioral
control,
independence
commitment,
personal
responsibility
for reporting,
and personal
cost of
reposting
Variabel
pemoderasi
organisasional
attitude toward
whistleblowing, perceived
behavioral control,
independence commitment,
personalresponsibility for
reporting, and personal
cost of reposting
berpengaruh terhadap
intensi melakukan
whistleblowing
organisasional support,
term norma, dan intensitas
moral secara parsial dapat
meningkatkan pengaruh
niat untuk melakukan
whistleblowing
Bersambung pada halaman selanjutnya
40
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti Tahun Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
organisasional
support, term
norma, dan
intensitas moral
9. Fitri Yani Jalil
(2014)
Pengearuh Komitmen
Profesional dan
Sosialisasi Antisipatif
Mahasiswa Audit
Terhadap Perilaku
Whistleblwoing
Variabel
Independen
Komitmen
Profesional
Variabel
Dependen
Perilaku
Terhadap
Whistleblowing
Variabel
Independen
Sosialisasi
Antisipatif
Responden
yang Digunakan
Mahasiswa
Akuntansi
Bidang Auditing
Profesionalisme
Komitmen Berpengaruh
Signifikan Tehadap
Whistleblowing
Sosialisasi Antisipatif
Tidak Berpengaruh
Tehadap Whistleblowing
10. Yusar Sagara (2013) Profesionalisme
Internal Auditor dan
Intensi Melakukan
Whistleblowing
Variabel
Independen
Profesional
Auditor
Variabel
Dependen
Intensitas
Melakukan
Whistleblowing
Tidak
Menggunakan
Variabel
Independen,
Intensitas Moral
dan Locus of
Commitment
Responden
yang Digunakan
auditor internal
perusahaan
Profesionalisme internal
auditor dimensi afiliasi
komunitas, kewajiban
sosial, dedikasi terhadap
pekerjaan, keyakinan
terhadap peraturan sendiri
atau profesi, berpengaruh
negatif, sedangkan dimensi
mandiri berpengaruh
positif Tehadap
Whistleblowing
41
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka Pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 2.2
Skema Kerangka Pemikiran
Bersambung pada halaman berikutnya
Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi melakukan
Whistleblowing untuk mengungkapkan suatu kecurangan
Fenomena adanya kecurangan dalam dunia bisnis yang melibatkan
profesi auditor
Variabel Independen Variabel Dependen
Profesionalisme Auditor
(Attitude Toward
Behavior)
Intensi Melakukan
Whistleblowing
Locus of Commitment
(Subjective Norm)
Basis Teori: Theory of Planned of Behavior
Intensitas Moral
(Perceived Behavioral
Control)
42
Gambar 2.1 (Lanjutan)
D. Hipotesis
1. Pengaruh Profesionalisme Auditor Pada Intensi Melakukan
Whistleblwoing
Menurut Aranya Pollack et al., (1981) dalam Taylor and Curtis
(2010) menyatakan bahwa identitas profesional adalah sebuah
komponen identitas sosial seseorang yang merupakan gagasan bahwa
seseorang mengklasifikasikan diri sendiri berdasarkan profesinya.
Mendefinisikan identitas profesional sebagai kekuatan seseorang
dengan keterlibatannya dalam sebuah profesi. Identitas profesional
merepresentasikan sikap dalam dalam konsep teori perilaku terencana
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran
Regresi Berganda
Metode AnalisisRegresi
43
(theory of planned behaviour). Sikap adalah keadaan dalam diri
manusia yang dapat menggerakkan manusia untuk bertindak atau tidak
bertindak.
Penelitian yang dilakukan oleh Sagara (2013) menyatakan
bahwa profesionalisme auditor berpengaruh signifikan terhadap
intensitas melakukan whistleblowing. Penelitian ini di dukung oleh
Abdullah (2017) semakin tinggi tingkat profesionalisme maka akan
semakin tinggi intensi melakukan tindakan whistleblowing. Sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Urumsah et al., (2018) identitas
profesional adalah sebuah komponen identitas sosial seseorang yang
merupakan gagasan bahwa seseorang mengklasifikasikan diri sendiri
berdasarkan profesinya. Oleh karena itu jika ada hambatan yang
menghalangi pekerjaan untuk bekerja secara profesional atau adanya
tindakan yang mencemarkan profesinya individu tersebut akan
berusaha kembali ke jalur yang benar sesuai dengan etika
profesionalisme yang ada. Ketika menemukan kecurangan yang
dilakukan oleh rekan kerja, seseorang yang memiliki sikap
profesionalisme tinggi akan melaporkan tindakan tersebut (melakukan
tindakan whistleblowing). Hal ini dianggap dapat merugikan
organisasinya dan menggap hal tersebut sebagai tannggung jawab
untuk keberhasilan organisasi yang menaunginya.
Di dukung juga dengan penelitian yang dilakukan Nur dan
Hamid (2018) bahwa seseorang yang memiliki sikap profesionalisme
44
yang tinggi cenderung selalu menganut kode etik dan norma yang
berlaku dengan tujuan menghindari pelanggaran yang mungkin akan
terjadi di masa depan yang dapat membahayakan profesinya. Dengan
demikian mereke termotivasi untuk melindungi profesi mereka dengan
melaporkan pelanggaran etika. Penelitian yang dilakukan oleh Sari dan
Dodik (2017), Hariyani dan Adhitya (2018) serta Jalil (2014) semakin
tinggi profesionalisme, maka akan semakin tinggi niat seseorang untuk
melakukan whistleblowing.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis alternatif sebagai
berikut :
H1 : Profesionalisme Auditor berpengaruh signifikan terhadap
intensi melakukan whistleblowing.
2. Pengaruh Intensitas Moral Terhadap Intensi Melakukan
Whistleblowing
Menurut Novius dan Arifin (2008) dalam Nur dan Hamid
(2018), intensitas moral adalah sesuatu yang berkaitan dengan masalah
moral yang akan mempengaruhi penilaian etika seseorang dan niat
orang tersebut dalam bertindak. Dalam Hariyani dan Putra (2018)
intensitas moral adalah sebuah konstruk yang mencakup karakteristik-
karakteristik yang merupakan perluasan dari isu-isu yang terkait
dengan isu moral utama dalam sebuah situasi yang akan
mempengaruhi presepsi individu mengenai masalah etika dan intensi
45
keprilakuan yang dimilikinya. Jones (1991) dalam Taylor dan Curtis
(2010) intensitas moral merupakan salah satu komponen dari proses
pengambilan keputusan yang etis. Terdapat beberapa elemen yang
dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan, meliputi ;
besaran konsekuensi, konsensus sosial, probabilitas efek, kesegaran
temporan kontrasi efek, kedekatan. Apabila seorang akuntan memiliki
moral yang baik, maka akuntan akan melakukan pertimbangan yang
matang sebelum menilai baik atau buruk suatu kasus. Apabila
whistleblowing memang perlu dilakukan dengan alasan untuk kebaikan
dari suatu organisasi atau perusahaan dan juga karena tanggung jawab
profesi atas organisasi atau perusahaan tempatnya bekerja maka
akuntan akan memutuskan untuk melakukan pelaporan
Penelitian yang dilakukan Taylor dan Curtis (2010)
menunjukan bahwa komitmen seseorang terhadap penilaian moral
pribadinya, merupakan penentu yang signifikan dari kedua keputusan
awal yaitu identitas profesional dan komitmen organisasi untuk
melaporkan perilaku tidak etis dari orang lain di tempat kerja. Sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Urumsah et al.,(2018) intensitas
moral merupakan perasaan kuat atau lemah (bahagia atau sedih)
sebagai dampak dari perilaku apakah itu baik ataupun buruk, salah
atau benar, dan adil atau tidak adil. Seseorang yang memiliki intensitas
moral yang tinggi akan lebih cenderung untuk melaporkan tindakan
pelanggaran yang terjadi dikarenakan mereka memiliki rasa tanggung
46
jawab untuk melaporkannya. Sebaliknya apabila intensitas moral
seseorang rendah maka dia tidak memiliki rasa tanggung jawab untuk
melaporkan tindakan pelanggaran yang terjadi. Latan et al., (2016)
juga mengungkapkan bahwa intensitas moral dapat meningkatkan
hubungan antara tingkat masalalu individu dengan niat untuk
melaporkan. Intensitas moral merupakan salah hal penting dalam
pengendalian prilaku. Penelitian lain yang mendukung hasil penelitian
ini adalah Nur (2018), Haryani dan Adhitya (2017) dan Khanifah
(2017).
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis alternatif sebagai
berikut :
H2 : Intensitas Moral berpengaruh signifikan terhadap intensi
melakukan whistleblowing.
3. Pengaruh Locus of Commitment Terhadap Intensi Melakukan
Whistleblowing
Taylor dan Curtis (2010) mendefinisikan locus of commitment
sebagai arah kesetiaan seseorang ditujukan ketika mengalami dilema
antara komitmen organisasi dengan komitmen rekan kerja yang saling
bertentangan satu sama lain. Komitmen organisasi menyiratkan
hubungan pegawai dengan perusahaan atau organisasi secara aktif.
Karyawan yang menunjukkan komitmen tinggi terhadap organisasi
memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan tanggung jawab
47
yang lebih dalam menyokong kesejahteraan dan keberhasilan
organisasi tempatnya bekerja. Komitmen yang kuat terhadap
organisasi kontras dengan komitmen kolega (rekan kerja), yang
meliputi rasa tanggung jawab, kehandalan dan kesiapan untuk
mendukung rekan-rekan dalam sebuah organisasi.
Dalam keadaan tertentu hubungan dari kedua komitmen bisa
saling bertentangan. Misalnya salah satu rekan melakukan tindakan
yang tidak etis. Hal ini dapat memicu konflik kepentingan antara
tekanan dari kekuatan yang berlawanan sehingga menciptakan tekanan
bagi seseorang untuk berpikir dan berperilaku dengan cara yang
berbeda. Jika sebuah tindakan pelanggaran tidak dilaporkan maka
perusahaan akan menderita kerugian. Di sisi lain, jika pelanggaran
dilaporkan maka rekan kerja akan menerima dampak negatif berupa
sanksi dari manajemen perusahaan atas pelanggaran yang dilakukan.
Dengan demikian hubungan antara kedua komitmen yang saling
bertentangan ini akan menimbulkan dilema bagi seseorang untuk
menentukan arah komitmennya hingga mempengaruhi intensi
seseorang untuk melaporkan pelanggaran yang terjadi dalam
organisasinya.
Penelitian yang dilakukan Sari dan Dodik (2017) berkomitmen
terhadap organisasi berarti berkeyakinan pada tujuan organisasi, nilai-
nilai serta kemauan untuk bekerja keras demi reputasi organisasi.
Seseorang yang berkomitmen tinggi terhadap organisasi akan lebih
48
memikirkan tujuan dan keberlangsungan organisasinya dari pada
tujuan atau kepentingan individu dari rekan kerjanya. Oleh karena itu
apabila seseorang berkomitmen tinggi terhadap organisasi, maka dia
bisa saja menjadi whistleblower dengan tujuan yang baik terhadap
organisasinya. Menariknya terdapat perbedaan pada penelitian
Urumsah (2018), Abdullah (2017), dan Khanifah el al.(2017) yang
menunjukkan bahwa individu berkomitmen terhadap organisasi tidak
berpengaruh terhadap intensi untuk melakukan whistleblowing.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis alternatif sebagai
berikut :
H3 : Locus of Commitment berpengaruh signifikan terhadap
intensi melakukan whistleblowing.
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas
yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen
profesionalisme auditor, intensitas moral, locus of comiitment terhadap
variabel dependen intensi melakukan whistleblowing. Jenis penelitian ini
merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau lebih. Dalam
penelitian ini, data diambil dari sejumlah sampel yang ada dalam populasi.
Populasi penelitian ini adalah auditor yang bekerja di kantor akuntan publik
(KAP) yang berada di wilayah DKI Jakarta.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada kantor
akuntan publik di wilayah DKI Jakarta. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini dalam pemilihan sampel adalah pemilihan sampel bertujuan
(purposive sampling), dengan teknik berdasarkan pertimbangan (judgement
sampling) yang merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang
informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu
(umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian). Berikut
adalah kriteria dalam penentuan sampel :
50
1. Sampel merupakan auditor yang bekerja pada seluruh Kantor
Akuntan Publik (KAP) yang berada di wilayah DKI Jakarta.
2. Auditor yang bekerja di KAP DKI Jakarta, yang mempunyai
Nomor Regristrasi Ak maupun tidak, dan pernah melaksanakan
pekerjaan di bidang auditing.
3. Auditor yang mempunyai pengalaman kerja minimal satu tahun.
Dipilih mempunyai pengalaman satu tahun, karena telah memiliki
waktu dan pengalaman untuk beradaptasi serta menilai kinerja dan
kondisi lingkungan kerjanya.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data yang sesuai dengan tujuan penelitian
maka dibutuhkan suatu metode pengumpulan data. Metode pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan dua
meetode penelitian, yaitu :
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang
sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, internet, dan
perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian
lapangan, peneliti memperoleh data langsung dari pihak pertama (data
primer). Pada penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah
51
akuntan publik yang berkerja pada KAP di wilayah Jakarta. Peneliti
memperoleh data dengan mengirimkan kuesioner kepada KAP secara
langsung ataupun melalui perantara. Data primer diperoleh dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang telah terstruktur dengan tujuan
untuk mengumpulkan informasi dari akuntan publik yang berkerja
pada KAP di wilayah DKI Jakarta sebagai responden dalam
penelitian. Sumber data dalam penelitian ini adalah skor masing-
masing indikator variabel yang diperoleh dari pengisian kuesinor yang
telah dibagikan kepada akuntan publik yang berkerja pada KAP di
wilayah Jakarta.
D. Metode Analisi Data
Setelah kuesioner yang dikirimkan kepada responden kembali, maka
langkah selanjutnya adalah menganalisis data dengan metode analisis yang
sesuai untuk digunakan. Dengan memberikan dan menjumlahkan bobot
jawaban pada masing-masing pertanyaan untuk masing-masing variabel.
Metode analisis data ini menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data,
uji asumsi klasik dan uji hipotesis sebagai berikut :
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif ini digunakan untuk memberikan gambaran
mengenai demografi responden penelitian. Data demografi tersebut
antara lain: jabatan, lama pengalaman kerja, keahlian khusus, lama
menekuni keahlian khusus tersebut, latar belakang pendidikan, serta
52
gelar profesional lain yang menunjang bidang keahlian. Alat analisis
data ini disajikan dengan mengundang tabel distribusi frekuensi yang
memaparkan kisaran aktual, rata-rata dari standar deviasi. Analisis
statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara
menggambarkan sampel data yang dikumpulkan dalam kondisi
sebenarnya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku umum
dan generasisasi. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, varian, maksimum, sum, range kurtosis, dan skewness
(kemencengan distribusi). Disamping itu juga digunakan untuk
menyimpulkan dan mempresentasikan karakteristik dari data yang
digunakan (Ghozali,2016).
2. Uji Kualitas Data
Kualitas data penelitian ditentukan oleh kualitas intrusmen yang
digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen yang valid adalah alat
ukur yang digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan dapat
digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Suatu penelitian
akan menghasilkan kesimpulan yang bias jika datanya kurang valid dan
kurang realibel. Untuk itu diperlukan uji kualitas data agar data yang
akan digunakan valid dan reliabel. Terdapat dua jenis pengujian yang
dilakukan dalam penelitian ini :
53
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid
tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan suatu
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2016). Untuk
mengukur validitas dapat dikatakan dengan melakukan korelasi
antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau
variabel. Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan
Pearson Correlation yaitu dengan cara menghitung jumlah korelasi
antara nilai yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan kuesioner.
Apabila pearson correlation yang didapat memiliki nilai dibawah
0,05 itu menunjukkan bahwa data yang diperoleh valid..
b. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner
yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu
kuesioner dikatakan dikatakan reliabilitas atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu (Ghozali, 2016). Kriteria pengujian realibilitas
dilakukan dengan menggunakan pengujian Cronbach Alpha (a)
karena insttrumen penelitian ini berbentuk kuesioner. Suatu
variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha
> 0,70 yang menunjukkan data yang digunakan reliabel.
54
3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik alat analisis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis regresi berganda. Sebelum melakukan pengujian
regresi, terdapat beberapa asumsi yang harus yang harus dipenuhi agar
data yang akan dimasukkan dalam model regresi telah memenuhi
ketentuan dan syarat dalam regresi. Uji asumsi klasik dalam penelitian
ini mencakup uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji
heterodkedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Dalam penelitian ini menggunakan analisis
grafik untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi secara
normal atau tidak. Hal ini dilakukan karena salah satu asumsi
dalam penggunaan statistik parametik adalah multivariate
normality, yaitu asumsi bahwa setiap variabel dan semua
kombinasi linear dari variabel berdistribusi normal. Untuk
mendeteksi normalitas digunakan analisis grafik dengan grafik
histogram dan normal Probability Plot (P-Plot) ataupun
menggunakan uji statistik (Ghozali, 2016).residual akan berbanding
dengan garis diagonal. Jika dustribusi data residual normal, maka
garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti
garis diagonalnya.
55
Analisis data diawali dengan melihat tampilan grafik
histogram dan grafik P-Plot. Melalui grafik histogram dapat
melihat apakah data pengamatan pola distribusi yang mendeteksi
distribusi normal, yaitu pola lonceng yang tidak melenceng ke kiri
ataupun ke kanan. Sedangkan menurut grafik P-Plot , dapat melihat
penyebaran titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal.
Apabila menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, dan
sebaliknya apabila data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak
mengikuti arah garis maka tidak memenuhi asumsi normalitas.
Selain menggunakan uji grafik, penelitian ini menyertakan
penggunaan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-
S). Uji statistik ini dilakukan untuk menghindari kesesatan secara
visual dalam membaca grafik. Data terdistribusi normal atau
tidaknya, dapat diketahui dengan melihat nilai probabilitas asymp.
sig dari hasil pengujian Kolmogorov-Sminorv. Nilai residual
terstandarisasi dapat dikatakan berdistribusi normal apabila nilai
probabilitas asymp. Sig lebih besar dari 5% atau > 0,05 (Ghozali,
2016).
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah
variabel dalam model regresi ditemukan adanya kolerasi antara
variabel bebas (independen). Model regersi yang baik seharusnya
56
tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Apabila dalam
analisis ditemukan adanya multikolonieritas maka nilai estimasi
koefisien regresi akan tidak sesuai dengan substansi, sehingga
dapat menyesatkan interpretasi. Deteksi ada atau tidaknya
multikolonieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari besaran
VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance. Regresi bebas dari
multikolonieritas jika nilai VIF < 10 dan nilai Tolerance > 0,10
(Ghozali, 2016).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah
pada model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari
residual satu pengamatan tetap, maka disebut homoskedastisitas
dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas karena data ini dapat
mempunyai data yang dapat mewakili berbagai ukuran (kecil,
sedang, dan besar). Model regresi yang baik adalah
homoskedastisitas (Ghozali, 2016). Untuk mengetahui ada atau
tidaknya heteroskedastisitas, dalam penelitian ini menggunakan
grafik scatterplot. Pada grafik scatterplot dapat dilihat pola
tertentu. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada
membentuk pola tertentu (bergelombang, melebar kemudian
menyempit) maka hal itu mengidikasi telah terjadi
heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik
57
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2016).
Sama halnya dengan uji normalitas, analisis grafik pada uji
heteroskedastisitas juga memiliki kelemahan yang signifikan.
Jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting pada grafik
scatterplot (Ghozali, 2016). Oleh sebab itu diperlukan uji statistik
yang lebih dapat menjamin keakuratan hasil. Uji statistik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji glejser. Menurut Gujarati
(2003) dalam Ghozali (2016), uji glejser dilakukan dengan
meregresi nilai signifikansi lebih besar dari α (5%) maka tidak
terdapat heteroskedastisitas dan sebaliknya jika lebih kecil dari α
(5%) maka terdapat masalah heteroskedastisitas.
4. Pengujian Hipotesis
Pada penelitian ini penulis menggunakan tiga variabel
independen dan satu variabel dependen. Metode analisis yang
digunakan adalah model regresi berganda (multiple regression), yaitu
regresi yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Yang digunakan untuk
menguji H1, H2, H3 dengan pendekatan interaksi yang bertujuan untuk
memenuhi ekspetasi penelitian mengenai pengaruh profesionalisme
auditor, intensitas moral, dan locus of commitment terhadap intensitas
58
melakukan whistleblowing. Persamaan regresinya adalah sebagai
berikut :
Keterangan :
Y = Intensitas Melakukan Whistleblowing
α = Konstanta
β1 = Koefisien Regresi dari X1
β2 = Koefisien Regresi dari X2
β3 = Koefisien Regresi dari X3
X1 = Profesionalisme Auditor
X2 = Intensitas Moral
X3 = Locus of Commitment
e = Kesalahan Pengganggu (error)
untuk membuktikan kebenaran uji hipotesis, digunakan uji statistik
terhadap output yang dihasilkan oleh model regresi berganda, uji
statistik ini meliputi :
a. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan
variabel dependen dalam output spss. Nilai Koefisien determinasi
terletak pada tabel Model Summary dan tertulis Adjusted R Square.
Nilai Adjusted R Square yang kecil berbarti kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat
terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti semakin kuat kemampuan
59
variabel independen dapat menjelaskan fluktuasi variabel dependen
(Ghozali, 2016).
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk membuktikan apakah variabel-
variabel independen secara simultan mempunyai pengaruh terhadap
variabel dependen. Uji F dilakukan dengen tujuan untuk menguji
keseluruhan variabel independen terhadap satu variabel dependen
secara bebas dengan signifikan sebesar 0,05 dapat disimpulkan
(Ghozali, 2016).
1) Jika nilai signifikan < 0,05 maka Ha diterima dari Ho
ditolak, ini berarti menyatakan bahwa seluruh variabel
mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel
dependen atau terikat.
2) Jika nilai signifikan > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho
diterima, ini berarti menyatakan bahwa seluruh variabel
tidak mempunyai pengaruh secsra simultan terhadap
variabel dependen atau terikat
c. Uji Parsial (Uji t)
Uji parsial digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dalam hal ini nilai
signifikan t < 0,05 (5%) maka hasilnya signifikan atau Ha diterima,
60
berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen
secara individual terhadap dependen (Ghozali, 2016).
E. Operasional Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel
yang digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya.
1. Profesionalisme Auditor (X1)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah
profesionalisme internal auditor. Profesionalisme internal auditor
menggunakan konsep dari Kalbers dan Forgathy (1995). Yang dimana
terdapat 5 dimensi untuk menilai profesionalisme, yaitu:
a. Afiliasi dengan komunitas
b. Dedikasi terhadap pekerjaan
c. Tuntutan untuk mandiri
d. Keyakinan terhadap peraturan profesi
e. Kepentingan sosial
Pengukuran dalam variabel independen ini menggunakan
kuisioner yang dimana penilaiannya menggunakan skala Likert lima
poin. Dengan poin 1 (satu) merepresentasikan “sangat tidak setuju”
dan poin 5 (lima) merepresentasikan “sangat setuju”
2. Intensitas Moral (X2)
Intensitas moral terbentuk dari timbulnya perasaan untuk
bereaksi terhadap perilaku tidak etis. Jones (1991) menunjukkan bahwa
61
perilaku etis individu mungkin bergantung pada keputusan yang telah
diambil. Jones menegaskan bahwa kekuatan atau intensitas faktor-
faktor kemungkinan mempengaruhi niat individu untuk melaporkan
perilaku tidak etis. Untuk mengukur intensitas moral auditor, persepsi
auditor terhadap keseriusan perilaku etis dan tanggung jawab auditor
untuk melaporkan perilaku yang tidak etis.
Pengukuran dalam variabel independen ini menggunakan
kuisioner yang dimana penilaiannya menggunakan skala Likert lima
poin. Dengan poin 1 (satu) merepresentasikan “sangat tidak serius atau
tidak bertanggung jawab” dan poin 5 (lima) merepresentasikan “sangat
serius atau bertanggung jawab”.
3. Locus of Commitment (X3)
Locus of commitment merupakan arah kesetiaan seseorang
ditujukan ketika mengalami dilema antara kedua komitmen yang saling
bertentangan satu sama lain. Atau dengan demikian dapat didefinisikan
sebagai derajat tingkat dimana seorang anggota merasakan suatu
perasaan, pengertian, serta kesetiaan kepada organisasinya. Pengukuran
locus of commitment dalam penelitian ini menggunakan gagasan umum
dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Taylor dan Curtis
(2010).
Responden akan diminta untuk menanggapi pernyataan yang
menegaskan komitmen pada organisasi dan komitmen terhadap sesama
rekan kerja. Setiap pernyataan yang disajikan menggunakan skala
62
Likert 5 poin. Poin 1 merepresentasikan “Sangat Tidak Setuju” dan
poin 5 merepresentasikan “Sangat Setuju”
4. Intensitas Melakukan Whistleblowing (Y)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah intensi
melakukan whistleblowing. Intensi untuk melakukan whistleblowing
merupakan salah satu bentuk dari keseriusan dalam suatu situasi,
tanggung jawab untuk melaporkan pelanggaran dan dampak negatif
yang akan diterima sebagai akibat pelaporan tersebut.
Pengukuran dalam variabel independen ini menggunakan
kuisioner yang dimana penilaiannya menggunakan skala Likert lima
poin. Dengan poin 1 (satu) merepresentasikan “sangat tidak setuju” dan
poin 5 (lima) merepresentasikan “sangat setuju”.
63
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
No. Variabel Indikator Butir
Pertanyaan
Skala
Penguku
ran
1. Profesionalis
me Auditor
(X1)
Sumber :
Kalbers dan
Forgathy
(1995)
Komunitas afiliasi 1-4 Skala
Ordinal Kewajiban sosial 5-8
Dedikasi terhadap
pekerjaan
9-12
keyakinan terhadap
peraturan profesi
13-16
kemandirian 17-20
2. Intensitas
Moral (X2)
Sumber :
Shawver,
Tara (2011)
Masalah etika 25-26 Skala
Ordinal Nilai moral 27
Intensi Etik 28
Bahaya yang
ditimbulkan
29, 30, 31,
32
Hal lain yang
menjadi tekanan
33, 34
3. Locus of
Commitment
(X3)
Sumber :
Taylor dan
Curtis (2010)
Komitmen pada
organisasi dan
komitmen terhadap
sesama rekan kerja
35, 36, 37 Skala
Ordinal
4. Intensitas
Melakukan
Whistleblowi
ng (Y)
Sumber :
Taylor dan
Curtis (2010)
Melaporkan
kecurangan
38, 39 Skala
Ordinal
Pelaporan dengan
tujuan tertentu
40,
Pelaporan kepada
atasan
41,42
Sumber : Diolah dari berbagai sumber penelitian
64
BAB IV
HASIL DAN PENELITIAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap auditor yang bekerja di KAP
yang berada di wilayah DKI Jakarta meliputi 5 wilayah yaitu Jakarta
Utara, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan.
Auditor yang berpartisipasi pada penelitian ini terdiri dari patner,
supervisior, manager, auditor senior dan auditor junior.
Pengumpumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran
kuesioner penelitian secara langsung ke KAP yang berada di wilayah
DKI Jakarta dan penyebaran kuesioner penelitian secara tidak langsung
dengan media online menggunkan form goole.doc. penyebaran
kuesioner dengan media online dilakukan untuk mempermudah proses
pengumulan data terutama karena waktu auditor yang terbatas. Daftar
pertanyaan yang terdapat di dalam form google.doc tersebut telah
disesuaikan dengan kebutuhan penelitian proses perizinan, penyebaran
dan pengembalian kuesioner ini dilaksanakan mulai tanggal 16
September 2018 sampai dengan 28 Oktober 2018.
Kuesioner yang disebarkan peneliti sebanyak 120 buah dan
jumlah kuesioner kembali sebanyak 107 buah atau 89,2%, kuesioner
65
yang tidak kembali sebanyak 13 buah atau 10,8%, hal ini mungkin
dikareakan waktu auditor yang terbatas. Kuesioner yang dapat diolah
berjumlah 103 buah atau 85,9%, sedangkan kuesioner yang tidak dapat
diolah karena tidak memenuhi kriteria sebagai sampel dan tidak terisi
secara lengkap oleh respondem sebanyak 4 buah atau 3,3% Gambaran
mengenai data sampel disajikan pada tabel 4.1
Table 4.1
Data Sampel Penelitian
No Keterangan Jumlah Presentase
1. Jumlah kuesioner yang disebar 120 100%
2. Jumlah kuesioner yang kembali 107 89,2%
3. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 13 10,8%
4. Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah 4 3,3%
5. Jumlah kuesioner yang dapat diolah 103 85,9%
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.2
Data Distribusi Sampel Penelitian
No. Nama Kantor Akuntan Publik Wilayah Kuesioner
Dikirim
Kuesioner
Dikembalikan
1. KAP Hartanto Grace Karunawan Jakarta Selatan 10 8
2. KAP Mirawati Sensi Idris Jakarta Selatan 10 5
3. KAP Armen Budiman dan
Rekan
Jakarta Selatan 5 5
4. KAP Dra. Erimurni Jakarta Selatan 10 9
5. KAP Rama Wendra Jakarta Selatan 17 15
KAP Junaedi, Chairuln dan
Subyakto
Jakarta Selatan 5 5
6. KAP Jamaludin, Ardi, Sukimto
dan Rekan
Jakarta Pusat 10 10
7. KAP Wijanarko dan Rekan Jakarta Pusat 8 5
8. KAP Erfan dan Rakhmawan Jakarta Timur 10 10
9 KAP Drs. Abror Jakarta Timur 7 5
10 KAP Dra. Suhartati Jakarta Timur 5 5
11. KAP Faisal Riza, Ak., CA.,
CPA
Jakarta Barat 10 10
12. KAP Safril dan Pangki Jakarta Utara 5 5
13 Google.doc 8 8
Sumber: data primer yang diolah
66
2. Karakteristik Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah akuntan publik yang
bekerja di KAP wilayah DKI Jakarta. KAP tersebut tersebar di lima
wilayah yaitu Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta
Pusat dan Jakarta Barat. Auditor yang menjadi responden adalah
auditor yang memiliki pengalaman minimal 1 tahun atau pernah
melakukan proses audit. Berikut ini adalah deskripsi mengenai
identitas responden dalam penelitian ini yang terdiri dari jenis kelamin,
posisi terakhir, usia, dan pengalaman kerja responden.
a. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.3 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi
responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.3
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 42 40,8 40,8 40,8
Perempuan 61 59,2 59,2 100,0
Total 103 100,0 100,0
Sumber : data primer yang diolah
Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sebanyak 61 orang atau 59,2%
responden didominasi oleh jenis kelamin perempuan dan sisanya
sebesar 42 orang atau 40,8% responden berjenis kelamin laki-laki.
67
b. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.4 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi
responden berdasarkan usia.
Tabel 4.4
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid < 25 Tahun 62 60,2 60,2 60,2
25-30 Tahun 35 34,0 34,0 94,2
31-35 Tahun 4 3,9 3,9 98,1
36-40 Tahun 1 1,0 1,0 99,0
41-45 Tahun 1 1,0 1,0 100,0
Total 103 100,0 100,0
Sumber : data primer yang diolah
Table 4.4 menunjukkan responden yang bekerja pada
Kantor Akuntansi Publik pada usia lebih dari 30 tahun sebesar
5,8%, yang berusia 25-30 tahun sebesar 3,4%. Mayoritas
responden yang bekerja pada Kantor Akuntansi Publik berusia
kurang dari 25 tahun atau 60,2%.
c. Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir
Tabel 4.5 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi
responden berdasarkan posisi terakhir.
Tabel 4.5
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Auditor Junior 67 65,0 65,0 65,0
Auditor Senior 31 30,1 30,1 95,1
68
Supervisor 4 3,9 3,9 99,0
Manager 1 1,0 1,0 100,0
Total 103 100,0 100,0
Sumber : data primer yang diolah
Tabel 4.5 diatas, diperoleh informasi bahwa mayoritas
responden adalah adalah auditor junior sebanyak 67 orang atau
65%. Sedangkan responden yang menduduki jabatan lainnya yaitu
Manajer 1 orang atau 1%, supervisor 4 orang atau 3,9% dan
auditor senior 31 orang atau 30,1%. Hal ini dikarenakan semakin
tinggi tingkat jabatan auditor, maka semakin tinggi juga tingkat
kesibukannya.
d. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.6 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi
responden berdasarkan tingkat pendidikan.
Tabel 4.6
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan
Terakhir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid D3 19 18,4 18,4 18,4
S1 82 79,6 79,6 98,1
S2 2 1,9 1,9 100,0
Total 103 100,0 100,0
Sumber : data primer yang diolah
Bedasarkan table 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berpendidikan terakhir Strata Satu (S1) dengan jumlah
82 responden atau 79,6%. Sisanya terdiri dari responden dengan
69
pendidikan terakhir Diploma III (D3) sebanyak 19 responden atau
sebesar 18,4% dan sebanyak 2 responden berpendidikan terakhir
Strata 2 (S2) atau sebesar 1,9%.
e. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Tabel 4.7 berikut ini adalah menyajikan hasil uji deskriptif
responden berdasarkan pengalaman kerja
Tabel 4.7
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid < 3 Tahun 70 68,0 68,0 68,0
3-6 Tahun 29 28,2 28,2 96,1
6-10 Tahun 4 3,9 3,9 100,0
Total 103 100,0 100,0
Sumber : data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa
mayoritas responden sebanyak 68% atau sekitar 70 auditor kantor
akuntansi publik memiliki masa kerja lebih dari 3 tahun, sisanya
sebanyak 28,2% atau 29 auditor kantor akuntansi publik memiliki
masa kerja 3-6 tahun dan sebanyak 3,9% atau auditor kantor
akuntansi publik memiliki pengalaman kerja 6-10 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa auditor yang menjadi responden pada
penelitian ini telah memiliki pengalaman dalam melakukan proses
audit di suatu entitas sehingga dapat relevan untuk memberikan
informasi dalam penelitian ini.
70
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Varaibel yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi
Profesionalisme Auditor, Intensitas Moral, dan Locus of Commitment
terhadap intensi melakukan Whsitleblowing akan diuji secara statistik
deskriptif seperti yang terlihat dalam tabel 4.8 sebagai berikut.
Tabel 4.8
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
X1 (Profesionalisme Auditor) 103 69 120 89,83 10,470
X2 (Intensitas Moral) 103 24 40 32,17 3,660
X3 (Locus of Commitment) 103 27 60 43,23 5,820
Y (Whistleblowing) 103 14 25 20,04 2,501
Valid N (listwise) 103
Sumber : data primer yang diolah
Tabel 4.8 menjelaskan bahwa pada variabel Profesionalisme
Auditor jawaban minimum responden sebesar 69 dan maksimum
sebesar 120 dengan rata-rata total jawaban 89,83 dan standar deviasi
sebesar 10,470. Variabel Intensitas Moral jawaban minimum
responden sebesar 24 dan maksimum sebesar 40 dengan ratra-rata
total jawaban 32,17 dan standar deviasi sebesar 3,660. Variabel Locus
of Commitment jawaban minimum responden sebesar 27 dan
maksimum sebesar 60 dengan rata-rata total jawaban 43,23 dan
standar deviasi sebesar 5,820. Sedangkan, pada variabel intensi
melakukan whistleblowing jawaban minimum responden sebesar 14
71
dan maksimum sebesar 25 dengan rata-rata total jawaban 20,04 dan
standar deviasi sebesar 2,501.
Nilai standar deviasi untuk setiap variabel lebih kecil dari nilai
rata-rata (mean) mengartikan bahwa standar eror dari penelitian ini
rendah sehingga penentuan variabel yang digunakan dalam penelitian
ini baik untuk diteliti lebih lanjut
2. Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya
suatu kuesioner. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
Pearson Corelation, pedoman suatu model dikatakan valid jika
tingkat signifikansinya dibawah 0,05. Tabel berikut menunjukkan
hasil uji validitas dari empat variabel yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu Profesionalisme Auditor (PA), Intensitas Moral
(IM), Locus of Commitment (LOC), dan Intensi melakukan
Whistleblowing (WB) dengan 103 sampel responden.
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Profesionalisme Auditor
Nomor
Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig. (2-Tailed) Keterangan
PA_1 0,460** 0,000 Valid
PA_2 0,485** 0,000 Valid
PA_3 0,616** 0,000 Valid
PA_4 0,458** 0,000 Valid
PA_5 0,546** 0,000 Valid
PA_6 0,640** 0,000 Valid
PA_7 0,566** 0,000 Valid
72
PA_8 0,546** 0,000 Valid
PA_9 0,610** 0,000 Valid
PA_10 0,608** 0,000 Valid
PA_11 0,497** 0,000 Valid
PA_12 0,500** 0,000 Valid
PA_13 0,433** 0,000 Valid
PA_14 0,385** 0,000 Valid
PA_15 0,430** 0,000 Valid
PA_16 0,360** 0,000 Valid
PA_17 0,217* 0,028 Valid
PA_18 0,315** 0,001 Valid
PA_19 0,433** 0,000 Valid
PA_20 0,214* 0,030 Valid
Sumber : data primer yang diolah
Tabel 4.9 menunjukkan variabel Profesionalisme Audiotr
mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai
signifikan lebih kecil dari 0,05.
Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas Intensitas Moral
Nomor
Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig. (2-Tailed) Keterangan
IM_1 0,711** 0,000 Valid
IM_2 0,688** 0,000 Valid
IM_3 0,800** 0,000 Valid
IM_4 0,512** 0,000 Valid
IM_5 0,707** 0,000 Valid
IM_6 0,707** 0,000 Valid
IM_7 0,603** 0,000 Valid
IM_8 0,543** 0,000 Valid
IM_9 0,339** 0,000 Valid
IM_10 0,339** 0,000 Valid
Sumber : data yang diolah
Tabel 4.10 menunjukkan variabel Intensitas Moral mempunyai
kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikan
lebih kecil dari 0,05.
73
Tabel 4.11
Hasil Uji Validitas Locus of Commitment
Nomor
Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig. (2-Tailed) Keterangan
LOC_1 0,885** 0,000 Valid
LOC_2 0,893** 0,000 Valid
LOC_3 0,892** 0,000 Valid
Sumber : data primer yang diolah
Tabel 4.11 menunjukkan variabel Locus of Commitment bahwa
dapat dikatakan valid karena nilai signifikan dari data tersebut kurang
dari 0,05.
Tabel 4.12
Hasil Uji Validitas Intensi Melakukan Whistleblowing
Nomor
Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig. (2-Tailed) Keterangan
WB_1 0,828** 0,000 Valid
WB_2 0,802** 0,000 Valid
WB_3 0,874** 0,000 Valid
WB_4 0,650** 0,000 Valid
WB_5 0,719** 0,000 Valid
Sumber : data prier yang diolah
Tabel 4.12 menunjukkan variabel Intensi Melakukan
Whistleblowing mempunyai kriteria valid untuk semua item
pertanyaan dengan nilai signifikan lebih kecil dari 0,05.
b. Hasil Uji Reliabilitas
Uji realibilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari
instrumen penelitian. Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan
74
reliabel jika nilai Cronbach Alpha berada diatas 0,70. Tabel 4.13
menunjukkan hasil uji reliabilitas untuk empat (4) variabel
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 4.13
Hasil Uji Reliabilitas
No. Variabel Cronbach‟s
Alpha
Keterangan
1. Profesionalisme Auditor 0,814 Reliabel
2. Intensitas Moral 0,794 Reliabel
3. Locus of Commitement 0,865 Reliabel
4. Intensi Melakukan
Whistleblwoing
0,829 Reliabel
Sumber : data primer yang diolah
Tabel 4.13 menunjukkan nilai cronbach’s alpha untuk
variabel Profesionalisme Auditor sebesar 0,814, Intensitas Moral
sebesar 0,794 , variabel Locus of Commitement sebesar 0,865 dan
variabel Intensi Melakukan Whistleblwoing sebesar 0,829. Dengan
demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa pernyataan dalam
kuesioner penelitian ini reliabel karena memiliki nilai cronbach’s
alpha lebih besar dari 0,70. Hal ini menunjukkan bahwa setiap item
pertanyaan yang digunakan akan memperoleh data yang konsisten
apabila pertanyaan tersebut diajukan kembali maka akan diperoleh
jawaban yang relatif sama dengan jawaban sebelumnya.
3. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.
75
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen.
Tabel 4.14
Hasil Uji Multikolonieritas
Sumber : data yang diolah
Berdasarkan tabel 4.14 terlihat bahwa nilai tolerance > 0,10
dan nilai varianced inflation factor (VIF) < 10 untuk semua variabel.
Hal ini dapat dilihat dalam tabel, nilai tolerance untuk variabel
profesionalisme auditor sebesar 0,639, variabel intensitas moral
sebesar 0,256, dan variabel locus of commitment sebesar 0,319. Selain
itu, nilai VIF untuk variabel profesionalisme auditor sebesar 1,565,
variabel intensitas moral sebesar 3,907, dan variabel Locus of
commitment sebesar 3,132. Suatu model regresi dikatakan bebas dari
masalah multikolonieritas apabila memiliki nilai tolerance lebih besar
dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10. Dengan demikian, dari hasil
tersebut dapat dikatakan bahwa model persamaan regresi terbebas dari
masalah multikolonieritas antar variabel independen dan dapat
digunakan dalam penelitian ini.
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 X1 (Profesionalisme Auditor) ,639 1,565
X2 (Intensitas Moral) ,256 3,907
X3 (Locus of Commitment) ,319 3,132
a. Dependent Variable: Y (Intensi Melakukan Whsitleblowing)
76
b. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam
suatu model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau
keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Dalam penelitian
ini, pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan analisis
grafik dan analisis statistik.
1) Uji Normalitas dengan Grafik
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
Sumber : data primer yang diolah
Berdasarkan gambar 4.1 di atas, grafik p-plot, menunjukkan
bahwa penyebaran data (titik) menyebar di sekitas garis diagonal
77
dan mengikuti garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data
berdistribusi normal atau model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram
Sumber : data primer yang diolah
Berdasarkan gambar 4.2 di atas, grafik histogram
membentuk kurva seperti lonceng dan tidak menceng ke kanan
ataupun ke kiri. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi telah
memenuhi asumsi klasik normalitas.
78
2) Uji Normalitas dengan Statistik
Tabel 4.15
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Sumber : data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.15 dapat terlihat bahwa hasil uji
Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan nilai signifikansi lebih besar
dari 0,05 yaitu sebesar 0,200 (Sig > α). Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa data residual terdistribusi secara normal
sehingga model penelitian ini memenuhi uji asumsi klasik
normalitas.
c. Hasil Uji Heteroskedatisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu
pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual dari
79
suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Dalam
penelitian ini uji heteroskedastisitas menggunakan grafik
scatterplot dan uji glejser.
1) Uji Heteroskedastisitas dengan Grafik
Gambar 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Grafik Scatterplot
Sumber : data primer yang diolah
Berdasarkan Gambar 4.3, grafik scatterplot memperlihatkan bahwa
data tersebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y dan
tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa model regresi tidak terjadi
heteroskedastisitas, sehingga model regresi layak digunakan.
80
2) Uji Heteroskedastisitas dengan Statistik
Tabel Uji 4.16
Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Uji Glegser
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -,118 ,556 -,213 ,832
X1 (Profesionalisme
Auditor) -,001 ,009 -,019 -,153 ,879
X2 (Intensitas Moral) ,021 ,022 ,187 ,952 ,344
X3 (Locus of
Commitment) -,007 ,047 -,026 -,149 ,882
a. Dependent Variable: Abs_res2
Berdasarkan tabel 4.16. dapat dilihat bahwa sig. variabel
profesionalisme auditor terhadap absolut residual sebesar 0,879,
variabel intensitas moral terhadap absolut residual sebesar 0,344,
variabel locus of commitment terhadap absolut residual sebesar
0,882. Hasil ini menunjukkan bahwa setiap masing-masing
variabel memiliki nilai probabilitas yang lebih besar dari nilai
alpha (sig. > 0,05), maka dapat di pastikan model regresi tidak
mengandung gejala heteroskedastis.
4. Hasil Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti
meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh
terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, pada penelitian ini R
81
Square yang digunakan adalah R Square yang sudah disesuaikan
atau Adjusted R Square (Adjusted R2) karena disesuaikan dengan
jumlah variable yang digunakan dalam penelitian. Nilai Adjusted
R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen
ditambahkan kedalam model. Berikut ini disajikan hasil uji
koefisien determinasi.
Tabel 4.17
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,960a ,921 ,918 ,714
a. Predictors: (Constant), X3 (Locus of Commitment), X1
(Profesionalisme Auditor), X2 (Intensitas Moral)
b. Dependent Variable: Y (Intensi Melakukan Whsitleblowing)
Sumber : data primer yang diolah
Tabel 4.17 diatas diketahui bahwa nilai R Square sebesar
91,8% yang diperoleh dari nilai R Square 0,921. Sedangkan tingkat
pengaruh variabel independent yaitu profesionalisme auditor,
intensitas moral, dan locus of commitment secara bersama terhadap
intensi melakukan whsitleblowing ialah sebesar 91,8% dan sisanya
8,2% dipengaruhi oleh faktor lain di luar ketiga variabel
independent dalam penelitian ini. Angka tersebut dapat dilihat dari
tabel 4.17 dimana Adjusted R Square yang diperoleh adalah
sebesar 0,918 atau 91,8%.
82
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel 4.18, jika nilai
probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat
digunakan untuk mempredeksi variabel independent atau dengan
kata lain variabel independent secara bersama tidak berpengaruh
terhadap variabel dependent. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih
besar dari 0,05 maka model regresi tidak dapat digunakan untuk
mempredeksi variabel independent atau dengan kata lain variabel
independent secara bersama berpengaruh terhadap variabel
dependen
Tabel 4.18
Hasil Uji Statistik F Variabel Y dan X
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 587,332 3 195,777 383,706 ,000b
Residual 50,513 99 ,510
Total 637,845 102
a. Dependent Variable: Y (Intensi Melakukan Whsitleblowing)
b. Predictors: (Constant), X3 (Locus of Commitment), X1 (Profesionalisme Auditor), X2 (Intensitas
Moral)
Berdasarkan tabel 4.18 menunjukkan bahwa nilai F hitung
sebesar 383,706 dengan nilai sig. 0,000. Nilai signifikansi lebih
kecil dari α (0,000 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa semua
variabel independen yaitu profesionalisme auditor, intensitas
moral, dan locus of commitmnet berpengaruh secara simultan
terhadap intensi melakukan whistleblowing.
83
c. Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t)
Uji t dilakukan untuk melihat seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi
variable dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05. Hasil uji
t ditunjukan dalam Tabel 4.19.
Tabel 4.19
Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,927 ,870 1,065 ,289
X1 (Profesionalisme Auditor) -,031 ,013 -,082 -2,316 ,023
X2 (Intensitas Moral) ,249 ,035 ,400 7,149 ,000
X3 (Locus of Commitment) ,950 ,074 ,645 12,881 ,000
a. Dependent Variable: Y (Intensi Melakukan Whsitleblowing)
Sumber : data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.19 menunjukkan bahwa nilai
Unstandardized Coefficients (Beta) atau koefisien variabel
profesionaliame auditor sebesar – 0,031 dengan signifikansi 0,023.
Nilai signifikansi lebih kecil dari α (0,023 < 0,05). Jadi dapat
disimpulkan bahwa H1 diterima yang artinya profesionalsime auditor
berpengaruh signifikan terhadap intensi melakukan whistleblowing.
Adapun nilai beta yang dihasilkan negatif sebesar 0,031 menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh megatif antara profesionalisme auditor
dengan intensi melakukan whitleblowing. Sementara itu variabel
intensitas moral dan locus of commitment memiliki nilai
84
Unstandardized Coefficients (Beta) atau koefisien sebesar 0,249 dan
0,950 dengan signifikansi 0,000 dan 0,000. Nilai tersebut lebih kecil
dari α (0,000 < 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa H2 dan H3
diterima yang artinya intensitas moral berpengaruh signifikan terhadap
intensi melakukan whistleblowing dan locus of commitment
berpengaruh signifikan terhadap intensi melakukan whistleblowing.
5. Pembahasan
a. Pengaruh Profesionalisme Auditor Pada Intensi Melakukan
Whistleblwoing
Berdasarkan tabel 4.19 menunjukkan bahwa nilai
Unstandardized Coefficients (Beta) atau koefisien variabel
profesionaliame auditor sebesar – 0,031 dengan signifikansi 0,023.
Nilai signifikansi lebih kecil dari α (0,023 < 0,05). Jadi dapat
disimpulkan bahwa H1 diterima yang artinya profesionalsime
auditor berpengaruh signifikan terhadap intensi melakukan
whistleblowing.
Adapun nilai beta yang dihasilkan negatif sebesar 0,031
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara
profesionalisme auditor dengan intensi melakukan whitleblowing.
Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Taylor dan Curtis (2010) bahwa identitas profesional adalah
sebuah komponen identitas sosial seseorang yang merupakan
gagasan bahwa seseorang mengklasifikasikan diri sendiri
85
berdasarkan profesinya. Mendefinisikan identitas profesional
sebagai kekuatan seseorang dengan keterlibatannya dalam sebuah
profesi. Didukung pula dengan penelitian yang dilakukan oleh
Abdullah (2017) dan Urumsah et al., (2018) identitas profesional
adalah sebuah komponen identitas sosial seseorang yang
merupakan gagasan bahwa seseorang mengklasifikasikan diri
sendiri berdasarkan profesinya. Mendefinisikan identitas
profesional sebagai kekuatan seseorang dengan keterlibatannya
dalam sebuah profesi
Mengacu pada penelitian Sagara (2013) menyatakan bahwa
profesionalisme auditor berpengaruh signifikan terhadap intensitas
melakukan whistleblowing. Dengan beberapa dimensi yang
memiliki pengaruh negatif terhadap intensi melakukan
whistleblowing. Dalam penelitian tersebut menunjukkan
profesionalisme tinggi yang dimiliki auditor tidak akan
mempengaruhi tingginya intensi auditor untuk melakukan
whistleblowing yang disebabkan beberapa faktor lain dapat
mempengaruhinya. Di dukung juga dengan penelitian yang
dilakukan Nur (2018) bahwa seseorang yang memiliki sikap
profesionalisme yang tinggi cenderung selalu menganut kode etik
dan norma yang berlaku dengan tujuan menghindari pelanggaran
yang mungkin akan terjadi di masa depan yang dapat
membahayakan profesinya. Dengan demikian mereka termotivasi
86
untuk melindungi profesi mereka dengan melaporkan pelanggaran
etika.
b. Pengaruh Intensitas Moral Terhadap Intensi Melakukan
Whistleblowing
Berdasarkan tabel 4.19 menunjukkan bahwa nilai
Unstandardized Coefficients (Beta) atau koefisien variabel intensitas
moral sebesar 0,249 dengan signifikansi 0,000. Nilai signifikansi
lebih kecil dari α (0,000 < 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa H2
diterima yang artinya intensitas moral berpengaruh signifikan
terhadap intensi melakukan whistleblowing.
Penelitian yang dilakukan oleh Taylor dan Curtis (2010)
menunjukan bahwa komitmen seseorang terhadap penilaian moral
pribadinya, merupakan penentu yang signifikan dari kedua keputusan
awal yaitu identitas profesional dan komitmen organisasi untuk
melaporkan perilaku tidak etis dari orang lain di tempat kerja. Sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Urumsah et al.,(2018)
seseorang yang memiliki intensitas moral yang tinggi akan lebih
cenderung untuk melaporkan tindakan pelanggaran yang terjadi
dikarenakan mereka memiliki rasa tanggung jawab untuk
melaporkannya. Latan et al., (2016) juga mengungkapkan bahwa
intensitas moral dapat meningkatkan hubungan antara tingkat
masalalu individu dengan niat untuk melaporkan.
87
c. Pengaruh Locus of Commitment Terhadap Intensi Melakukan
Whistleblowing
Berdasarkan tabel 4.18 menunjukkan bahwa nilai
Unstandardized Coefficients (Beta) atau koefisien variabel
profesionaliame auditor sebesar 0,950 dengan signifikansi 0,000. Nilai
signifikansi lebih kecil dari α (0,000 < 0,05). Jadi dapat disimpulkan
bahwa H3 diterima yang artinya locus of commitment berpengaruh
signifikan terhadap intensi melakukan whistleblowing.
Penelitian Taylor dan Curtis (2010) mendukung hasil penelitian
ini, bahwa locus of commitment berpengaruh signifikan terhadap
intensi melakukan pelaporan. Penelitian yang dilakukan Sari dan
Ariyanto (2017) Berkomitmen terhadap organisasi berarti
berkeyakinan pada tujuan organisasi, nilai-nilai serta kemauan untuk
bekerja keras demi reputasi organisasi. Seseorang yang berkomitmen
tinggi terhadap organisasi akan lebih memikirkan tujuan dan
keberlangsungan organisasinya dari pada tujuan atau kepentingan
individu dari rekan kerjanya. Oleh karena itu apabila seseorang
berkomitmen tinggi terhadap organisasi, maka dia bisa saja menjadi
whistleblower dengan tujuan yang baik terhadap organisasinya.
Urumsah et al., (2018) mengungkapkan bahwa seseorang yang
memiliki komitmen kuat terhadap organisasinya akan cenderung
melakukan apa saja untuk kepentingan organisasi tersebut.
Sebaliknya, jika whistleblowing diasosiasikan dengan suatu prilaku
88
maka akan merusak nama baik organisasi. Selain itu terdapat
pengaruh komitmen organisasi terhadap intensi melakukan
whistleblowing tidak berkrja yaitu ketiadaan jaminan sebagai seorang
whistleblower dari organisasi sehingga ada rasa enggan untuk
melaporkan kecurangan.
Tabel 4.20
Hasil Pengujian Hipotesis
No. Hipotesis Hasil
Pengujian
1. H1 : Profesionalisme Auditor → Intensi Melakukan
Whistleblowing
Diterima
2. H2 : Intensitas Moral → Intensi Melakukan
Whistleblowing
Diterima
3. H3 : Locus of Commitment → Intensi Melakukan
Whistleblowing
Diterima
89
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Profesionalisme
Auditor, Intensitas Moral, dan Locus of Commitment terhadap Intensi
Melakukan Whsitleblowing. Responden dalam penelitian ini berjumlah 103
auditor yang tersebar di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di
Jakarta penelitian ini menggunakan kuesioner fisik dan google form.
Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian yang
telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan uji regresi
berganda, maka dapat diambil kesimpulan berikut:
1. Profesionalisme Auditor (X1) berpengaruh signifikan terhadap Intensi
Melakukan Whistleblowing. Hasil penelitian ini mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Sagara (2013), Nur (2018), Abdullah (2017), dan
Urumsah et al., (2018) yang menemukan bahwa profesionalisme
auditor berpengaruh signifikan terhadap Intensi Melakukan
Whistleblowing
2. Intensitas Moral (X2) berpengaruh signifikan terhadap Intensi
Melakukan Whistleblowing. Hasil penelitian ini mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Nur (2018), Urumsah et al., (2018) dan Latan et
al,. (2016) yang menemukan bahwa intensitas moral berpengaruh
signifikan terhadap Intensi Melakukan Whistleblowing.
90
3. Locus of Commitment (X3) berpengaruh signifikan terhadap Intensi
Melakukan Whistleblowing. Hasil penelitian ini mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Sari dan Ariyanto (2017) yang menemukan
bahwa locus of commitment berpengaruh signifikan terhadap Intensi
Melakukan Whistleblowing.
B. Keterbatasan
Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yang mungkin
dapat melemahkan hasilnya. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Jarangnya jurnal yang membahas tentang variabel Locus of
Commitment sebagai dasar penelitian.
2. Sulitnya peneliti untuk menyebarkan data karena terdapat beberapa
Kantor Akuntansi Publik yang tidak bersedia untuk mengisi kuesioner.
3. Ruang lingkup penelitian ini hanya dilakukan di DKI Jakarta sehingga
hasil penelitian ini terbatas generalisasinya.
4. Peneliti hanya menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data
penelitian, bukan berupa hasil wawancara langsung atau observasi
lapangan sehingga kesimpulan diambil hanya berdasarkan pada data
yang dikumpulkan secara tertulis sehingga mempengaruhi kualitas data
itu sendiri.
C. Saran
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan peneliti baik secara
pengetahuan maupun pengalaman secara teoritis maupun praktis. Penelitian
91
ini dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian yang
lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan mengenai beberapa
hal diantaranya:
1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambahkan lebih banyak
literatur yang relevan dengan topik penelitian.
2. Penelitian selanjutnya yang tertarik dengan topik serupa, sebaiknya
melakukan penelitian dengan menambahkan variabel lain diluar
penelitian ini.
3. Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat memperluas daerah survei tidak
hanya pada satu wilayah saja, sehingga hasil penelitian memiliki
kemampuan generalisasi yang lebih luas.
Peneliti selanjutnya disarankan untuk mendapatkan data berupa
wawancara dari beberapa auditor yang menjadi responden penelitian agar
bisa mendapatkan data yang lebih nyata dan bisa keluar dari pertanyaan-
pertanyaan kuesioner yang mungkin terlalu sempit atau kurang
menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.
92
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Wahyudi. “Determinan Intensi Auditor Melakukan Tindakan
Whistle-Blowing dengan Perlindungan Hukum Sebagai Variabel
Moderasi”. Ekuitas Jurnal Ekonomi dan Keuangan No. 32a. 2017.
Ajzen, Icek. “The Theory of Planned Behavior”. Organizational Behavior and
Human Decision Processes, 50: 179-211. 1991.
. “Atitudes, Personality, and Behaviour, Edisi Kedua”. Newyork:
Open University Press. 2005.
. “Constructing a TPB Questionnaire: Conceptual and Methodological
Considerations”. 2006.
Ajzen, I., & Fishbein, M. “Understanding attitudes and predicting social
behavior”. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall. 1980.
Amelia, Xenia. “Pengaruh Intensitas Moral, Komitment Profesional, Komitmen
Organisasi, dan Sensitivitas Etis Terhadap Whistleblowing (Studi Kasus
Pada Perusahaan Unilever Di Kota Payakumbuh, Bukit Tinggi, dan
Padang)”. JOM Fekon, Vol. 5 Edisi 1. Januari-Juni 2018.
Andi Novius &Arifin. “Perbedaan Persepsi Intensitas Moral Mahasiswa
Akuntansi dalam Proses Pembuatan Keputusan Moral (Studi Survei pada
Mahasiswa Akuntansi SI, Pendidikan Profesi Akuntansi (PPA) Universitas
Diponegoro Semarang)
Aranya, N., J. Pollock, and J. Amernic. “An Examination of Profesional
Commitment in Public Accounting”. Accounting Organization and
Society Vol. 6 No.4. 1981
Arens dan Loebbecke. “Auditing Pendekatan Terpadu”. Edisi Indonesia. Penerbit
Salemba Empat, Jakarta. 2003.
Chan, S. and Leung, P. "The effects of accounting students' ethical reasoning and
personal factors on their ethical sensitivity". Managerial Auditing Journal,
Vol. 21 No. 4, pp. 436-457. 2006.
Chiu, R.K., “Ethical Judgment and Whistleblowing Intention: Examining the
Moderating Role of Locus of Control”. Journal of Business Ethic, 43.
2003.
Dinc, M. Sait, Cemil Kuzey, and Ali H. G. “Accountants‟ Whistleblowing
Intention : The Impact of Affective Organisational Commitment”.
International Journal of Business Governance and Ethics, 13(1), 15. 2018.
93
Elias, R.,Z. “Auditing Students Profesional Commitment and Anticipatory
Socialization and Their Relationship to Whistleblowing”. Managerial
Auditing Journal Vol. 23 No. 3. 2008.
Fauzia, Mutia. “OJK Jatuhkan Sanksi terhadap Akuntan Publik dan Auditor SNP
Finance”. www.ekonomi.kompas.com. Jakarta. 2018. (diakses pada
Oktober 2018).
Febrianty. “Pengaruh Profesionalisme Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat
Materialitas Audit atas Laporan Keuangan”. Jurnal Ekonomi dan
Informasi Akuntansi, Vol. 2(2) Hal. 1-24. 2012.
Fishbein, M., & Ajzen I. “Belief, Attitude, Intention, and Behaviour: An
Introduction to Theory and Research.”. 1975.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23”,
Edisi 8, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2016.
Hall, Richard. “Professionalism and Bureaucratization”. American Sociological
Review, 33: 92-104. 1968.
Hall, Mattew, Smith David, Langfield-Smith Kim. “Accountans‟ Commitment to
Their Profession: Multiple Dimensions of Professional Commitment and
Opportunuties for Future Research”. Behavior Research in Accounting, p.
89. 2005.
Hariyani, Eka dan Adhitya Agri Putra. “Pengaruh Komitmen Profesional,
Lingkungan Etika, Intensitas Moral, Personal Cost Terhadap Intensi untuk
Melakukan Whistleblowing Internal (Studi Empiris Pada Opd Kabupaten
Bengkalis)”. Jurnal Akuntansi, Keuangan dan Bisnis Vol. 11 No.2. Riau.
November 2018.
Husniati, Sri. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensi untuk Melakukan
Whistleblowing Internal (Studi Empiris Pada Satuan Angkatan Kerja
Perangkat Daerah Kabupaten Rokan Hulu). JOM Fekon, Vol. 4 No. 1.
Riau. Februari. 2017.
Ikatan Akuntan Indonesia. “Standar Profesional Akuntan Publik”. Salemba
Empat, Jakarta. 2004.
Jalil, Fitri Yani. “Pengaruh Komitmen Profesional Auditor terhadap Intensi
Melakukan Whistleblowing Locus of Control sebagai Variabel
Pemoderasi”. Simposium Nasional Akuntansi Manado XVI. 2013.
Jalil, Fitri Yani. “Pengaruh Komitmen Profesional dan Sosialisasi Antipatif
Mahasiswa Audit Terhadap Perilaku Whistleblowing”. Esensi Jurnal
Bisnis dan Managemen Vol. 4 No.2. Jakarta. Agustus 2014.
94
Jones, Jennifer J. “Earning Manajement During Import Felief Investigations”.
Journal of Accounting Research Vol. 29 No. 2. 1991.
Kalbers, Lawrencce P. And Forgarty, Timothi J. “Professionalism and Its
Consequences: A Study of Internal Auditors”. Auditing: A Journal of
Practice and Theory, 14: 64-86. 1995.
Kreshastuti, Destriana Kurnia. “Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
Intensi Auditor Untuk Melakukan Tindakan Whistleblowing (Studi
Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Semarang)”. Diponegoro Journal
Of Accounting. 3(2) 1-15. 2014.
Khan, M. A. “Auditors and Whistleblowing Law”. Accountant Today: 12- 22.
2009.
Khanifah, Atieq A. Alfie, Maeni. “The Intention of Whistleblowing: The Effect of
Profesional Commitments, Organizational Commitment, Legal Protection,
Reward, Level of Religiousity, and Moral Intensity of Internal Auditor
(Case study at Primay Tax Office in Semarang)”. Advances in Social
Science, Education and Humanities Research (ASSEHR), volume 140, 3rd
Annual International Seminar and Conference on Global Issues. 2017.
KNKG. “Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran-SPP (Whistleblowing System-
WBS)”. Komite Nasional Kebijakan Governance. Jakarta. 2008.
Kreshastuti, Destriana Kurnia, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Intensi Auditor Untuk Melakukan Tindakan Whistleblowing”. Universitas
Diponegoro. Diponegoro Journal Of Accounting Volume 3 Nomor 2.
2014.
Lai, C.Tsung and C.P. Chen. "Moral Intensity and Organizational Commitment:
Effects on Whistleblowing Intention and Behavior". European Business
Ethics Network Ireland Research Conference, June 8-10, 2010.
Latan, Hengky, Christian M. Ringel, and Charbel J. C. Jabbour. “Whsitleblowing
Intentions Among Public Accountants in Indonesia: Testing for the
Moderation Effects”. Journal of Business Ethics, Springer, vol. 152(2), p.
573-588. 2016.
Lewis, David. “the Contents of Whsitleblowing/Confidential Reporting
Procedures in The UK”. Employee Relation Vol. 28 No.1. 2005.
Mesmer-Magnus, Jessica R. And Viswesvaran, Chockalingam. “Whistleblowing
in Organization: A Examination of Correlates of Whistleblowing
Intenstion, Action and Relation. Journal of Business Ethic Vol. 52, p. 277-
297. 2005.
95
Miceli, M. P., & Near, J. P “Does Type of Wrong Doing Affect the
Whistleblowing Process?”. Business Ethics Quarterly 14(2), 2019-242.
2004.
. “Individual and Situational Correlates of Whistleblowing”.
Personnel Psychology, 41(2), 267-281. 1988.
Noho, Surafli. “Perlindungan Hukum Terhadap Whistleblower Berdasarkan UU
No.31 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban”. Lex Crime
Vol. V No. 5. Juli 2016.
Nur, Sri Wahyuni dan Nur Asia Hamid. “Professionalism and Moral Intensity of
Auditor on Whistleblowing Intention on Makassar Public Accountant
Office”. International Journal Economics Management and Social Science
Vol 1, p. 128-132. September 2018.
Priantara, Diaz. “Ketika Skandal Fraud Akuntansi Menerpa British Telcom dan
PwC”. www.wartaekonomi.co.id. Jakarta. 2017. (diakses pada Agustus
2017).
Putra, Dwi Aditya. “Sanksi Pembekuan Izin Akuntan Publik Auditor Garuda
Indonesia Berlaku 27 Juli 2019”. www.merdeka.com. Jakarta. 2019.
(diakses pada Agustus 2019).
Ramli, Nur Ainna and Hengky Latan. “Determinants of Capital Stucture and Firm
Financial Perfomance- A PLS- SEM Approach : Evidence from Malaysia
and Indonesia”. The Quarterly Review of Economics and Finance. 2018.
Rohmah, Thinni Nurul. “Aplikasi Theory of Planned Behaviour dalam
Membangkitkan Niat Pasien untuk Melakukan Operasi Katarak”. Jurnal
Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 5 Nomor 1. Januari-Juni 2017.
Sagara, Yusar. “Profesionalisme Auditor dan Intensi Melakukan
Whistleblowing”. Jurnal Liquidity Vol. 2 No.1 Hal. 34-44. 2013.
Sari, Mariana Mediatrix Ratna, dan Dodik Ariyanto. “Determinan Tindakan
Whistleblowing”. Jurnal ekonomi dan Pariwisata. Bali Vol. 12 No. 1.
Februari 2017.
Saud, Ilham Maulana. “Pengaruh Sikap dan Persepsi Kontrol Perilaku Terhadap
Niat Whistleblowing Internal-Eksternal dengan Persepsi Dukungan
Organisasi Sebagai Variabel Pemoderasi”. Jurnal Akuntansi dan Investasi,
Vol. 17 No. 2 Hlm: 209-2019. Juli 2016.
Schultz, J.J., dan Karen L. Hooks. “The Effect of Relationship and Reward on
Reports of Wrongdoing”. A Journal of Practice & Theory, Vol. 17 No.2.
1998.
96
Shawver, T. “The Effects of Moral Intensity and Whistleblowing Behaviors of
Accounting Professionals”. Journal of Forensic & Investigative
Accounting Vol.3 Issue 2, Special Issue. 2011.
Siallagan, H, A. Rohman, I. Januarti, M. Din. “The Effect of Professional
Commitment, Atittude, Subjective Norm, and Perceived Behavior Control
On Whistleblowing Intention”. Internasional Journal of Civil Engineering
Technology (IJCIET) Vol. 8, Issue 8 p. 508-519. Agustus 2017.
Sinaga, Marfin. “Analisis Pengaruh Profesionalisme Terhadap Tingkat
Materialitas dalam Proses Pengauditann Laporan Keuangan”. Diponegoro
Journal of Accounting Vol.1, No.2. 2012.
Taylor, Eileen Z., and Mary B. Curtis. “An Examination of the Layers of
Workplace Influence in Ethical Judgment: Whistleblowing Likelihood and
Perseverance in Public Accounting”. Journal of Business Ethics, 93. 2010.
Urumsah, Dekar, Briyan Effin S., Aditya P. W. “Whistle-blowing Intenstion: The
Effect of Moral Intensity, Organizational Commitment, and Professional
Commitment”. Jurnal Akuntansi Vol. XXII No. 03. September 2018.
Zanaria, Yulita. “Pengaruh Profesionalisme Audit, Intensitas Moral untuk
Melakukan Tindakan Whistleblowing (Studi pada KAP di Indonesia)”.
Syariah Paper Accounting FEB UMS Hal. 569-577. Metro. 2016.
http://pppk.kemenkeu.go.id/in/sanksi (diakses pada 1 September 2019)
97
LAMPIRAN 1
SURAT PENELITIAN SKRIPSI
98
99
LAMPIRAN 2
SURAT KETERANGAN DARI
KANTOR AKUNTAN PUBLIK
100
101
102
103
LAMPIRAN 3
KUESIONER PENELITIAN
104
KUESIONER
PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR, INTENSITAS
MORAL, LOCUS OF COMMITMENT TERHADAP INTENSI
MELAKUKAN WHISTLEBLOWING
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2018
105
Hal : Permohonan Pengisian Kuesioner Jakarta, Agustus 2018
Kepada
Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i Responden
Ditempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswa Program
Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saya:
Nama : Edwina Indah Pratiwi
NIM : 111308000060
Fakultas/Jurusan : Ekonomi dan Bisnis/Akuntansi
Bermaksud melakukan penelitian ilmiah untuk penyusunan skripsi dengan judul
“Pengaruh Profesional Auditor, Intensitas Moral, dan Locus of Commitment
Terhadap Intensi Melakukan Whistleblowing”.
Untuk itu, saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i
untuk menjadi responden dengan mengisi lembar kuesioner ini secara lengkap dan
sebelumnya saya meminta maaf telah mengganggu waktu bekerja
Bapak/Ibu/Saudara/i. Data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk
kepentingan penelitian dan tidak digunakan sebagai penilaian kinerja di tempat
Bapak/Ibu/Saudara/i bekerja, sehingga kerahasiaan akan saya jaga sesuai etika
penelitian.
Informasi yang diperoleh atas partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i merupakan
faktor kunci untuk mengetahui pengaruh sifat Profesional Auditor, Locus of
Commitment, dan Intensitas Moral Terhadap Intensi Melakukan Whistleblowing.
Dimohon untuk membaca setiap pertanyaan secara
hati-hati dan menjawab dengan lengkap semua
pertanyaan.
Tidak ada jawaban yang salah atau benar dalam
pilihan anda, yang penting memilih jawaban yang
sesuai pendapat anda.
Demikian, terimakasih atas perhatian Bapak/Ibu/Saudara/i yang telah berkenan
meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini.
Hormat Saya,
Dosen Pembimbing Peneliti
Yusar Sagara Edwina Indah Pratiwi
106
Nomor : ……..…. (diisi oleh peneliti)
IDENTITAS RESPONDEN
Nama Auditor : …………………………………….. (boleh tidak diisi)
Nama KAP : ……………………………………..
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Umur : < 25 Tahun 41-45 Tahun
25-30 Tahun 46-50 Tahun
31-35 Tahun >50 Tahun
36-40 Tahun
Jabatan : Auditor Junior Manager
Auditor Senior Partner
Supervisor
Pendidikan Terakhir : D3 S2
S1 S3
Pengalaman Kerja : < 1 Tahun 3-6 Tahun
2-3 Tahun > 6 Tahun
107
1. Variabel Profesionalisme
Berilah tanda (X) pada pernyataan dibawah ini sesuai dengan penilaian
anda, dimana :
1= Sangat Tidak Setuju (STS) 3= Netral (N) 5= Sangat Setuju (SS)
2= Tidak Setuju (TS) 4= Setuju (S)
No. Pernyataan STS TS N S SS
1 2 3 4 5
Komunitas Afiliasi
1. Saya berlangganan dan membaca secara rutin
auditing dan publikasi profesi lainnya
2. Saya selalu berpartisipasi dalam pertemuan
para internal auditor
3. Saya mendukung adanya organisasi ikatan
auditor
4. Saya sering mengajak rekan-rekan seprofesi
untuk bertukar pendapat tentang masalah
yang ada baik dalam atu organisasi maupun organisasi lain
Kewajiban Sosial
5. Profesi sebagai auditor merupakan profesi
yang penting di masyarakat
6. Profesi sebagai auditor meupakan satu-
satunya profesi yang menciptakan tranparansi
dalam masyarakat
7. Profesi sebagai auditor merupakan profesi
yang dapat dijadikan dasar kepercayaan di
masyarakat
8. Jika terdapat kelemahan dalam indenpendensi auditor maka akan merugikan masyarakat
Dedikasi Terhadap Pekerjaan
9. Saya medapat kepuasan batin deangan berprofesi sebagai auditor
10. Saya ikut terlibat secara emosional terhadap KAP dimana saya bekerja
11. Mudah mengetahui jenis pekerjaan apa yang
sedang saya lakukan
12. Saya akan tetap teguh pada profesi sebagai
auditor meskipun saya mendapat tawaran pekerjaan lain dengan imbalan yang lebih
besar
108
No. Pernyataan STS TS N S SS
1 2 3 4 5
Keyakinan Terhadap Peraturan Profesi
13. Standar perilaku profesional auditor tidak
berlaku sama di setiap KAP
14. Auditor memiliki cara yang dapat diandalkan untuk menilai kompetensi auditor lain
15. Ikatan profesional auditor harus memiliki kekuatan untuk pelaksanaan standar audito
16. Pemeriksaan atas laporan keuangan untuk menyatakan mendapatkan kewajaran laporan
keuangan hanya dapat dilakukan oleh ekternal
auditor
Kemandirian
17. Saya merencanakan dan menemukan hasil audit saya berdasarkan fakta yang saya temui
dalam proses pemeriksaan
18. Dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangn saya tidak berada di bawah tekanan
manajemen
19. Dalam menentukan pendapatan atas laporan
keuangan saya tidak mendapat tekanan dari siapa pun
20. Kesimpulan hasil audit saya bukan karena
menuruti keinginan atasan
109
2. Variabel Intensitas Moral
Berilah tanda (X) pada pernyataan dibawah ini sesuai dengan penilaian anda,
dimana :
1= Sangat Tidak Setuju (STS) 3= Netral (N) 5= Sangat Setuju (SS)
3. 2= Tidak Setuju (TS) 4= Setuju (S)
Dari kasus ini anda diminta untuk menentukan tindakan yang akan diambil
dengan cara memberikan tanda checklist pada pernyataan setelah kasus:
Adita dalah seorang akuntan pada perusahaan X. CEO perusahaan tersebut
meminta agar anda mengurangi perkiraan untuk kredit macet dalam rangka
meningkatkan pendapatan dilaporkan, dengan alasan bahwa ini adalah praktek
yang umum di industri saat-saat yang sulit. Secara historis, perusahaan membuat
laporan yang sangat konservatif terhadap piutang ragu-ragu, bahkan di tahun yang
buruk. Permintaan CEO akan membuat ini menjadi salah satu yang paling
konservatif atau sederhana. Karena informasi tersebut, akuntan diperintahkan
untuk membuat penyesuaian.
Silakan menilai permintaan yang dibuat oleh CEO menggunakan item berikut:
No. Pernyataan STS TS N S SS
1 2 3 4 5
21. Permintaan CEO adalah etis
22. Situasi diatas melibatkan masalah etika
23. Anda selaku akuntan tidak harus
melakukan tindakan yang diusulkan.
24. Kemungkinan rekan-rekan saya akan
melaporkan permintaan ini
25. Bahaya keseluruhan (jika ada) terjadi
sebagai akibat dari menyetujui
penyesuaian piutang ragu-ragu akan
menjadi kecil.
26. Ada kemungkinan yang sangat kecil
apabila menyetujui penyesuaian piutang
ragu-ragu aka nmenyebabkan kerusakan.
27. Menyetujui penyesuaian piutang ragu-
ragu tidak akan menimbulkan bahaya
dalam waktu dekat.
28. Menyetujui penyesuaian piutang ragu-
ragu akan merugikan sangat sedikit
orang.
110
No. Pernyataan STS TS N S SS
1 2 3 4 5
29. Kebanyakan orang akan setuju bahwa
menyetujui penyesuaian piutang ragu-
ragua dalah salah.
30. Jika atasan anda adalah teman pribadi,
menyetujui penyesuaian piutang ragu-
ragu tetaplah salah
3. Variabel Locus of Commitment
Berilah tanda (X) pada pernyataan dibawah ini sesuai dengan penilaian anda,
dimana :
1= Sangat Tidak Setuju (STS) 3= Netral (N) 5= Sangat Setuju (SS)
2= Tidak Setuju (TS) 4= Setuju (S)
No. Pernyataan STS TS N S SS
1 2 3 4 5
31. Saya lebih berkomitmen untuk
organisasi/perusahaan saya dari pada
individu dengan siapa saya bekerja (rekan
kerja).
32. Saya lebih bertanggung jawab untuk
keberhasilan dan going concern
organisasi / perusahaan saya dari pada
keberhasilan pribadi rekan-rekan saya.
33. Saya lebih mengenali perusahaan/
organisasi saya dari pada rekan kerja
saya.
111
4. Variabel Intensi Melakukan Whistleblowing
Berilah tanda (X) pada pernyataan dibawah ini sesuai dengan penilaian anda,
dimana :
1= Sangat Tidak Setuju (STS) 3= Netral (N) 5= Sangat Setuju (SS)
2= Tidak Setuju (TS) 4= Setuju (S)
No. Pernyataan STS TS N S SS
1 2 3 4 5
34. Apabila menemukan kecurangan /
penyimpangan, anda tidak akan memberi
tahu siapa pun.
35. Apabila menemukan kecurangan /
penyimpangan anda akan memberitahu
rekan anda.
36. Apabila menemukan kecurangan /
penyimpangan anda akan melaporkan
kepada seseorang pada tingkat yang sama
untuk menggabungkan diri dan
melakukan serangan.
37. Apabila menemukan kecurangan/
penyimpangan anda akan melaporkan
kepada seseorang di tingkat atas.
38. Apabila menemukan kecurangan /
penyimpangan anda akan melaporkan
sampai ketingkat setinggi-tingginya untuk
mendapatkan tindakan memuaskan.
112
LAMPIRAN 4
JAWABAN RESPONDEN
113
JAWABAN RESPONDEN
VARIABEL PROFESIONALISME AUDITOR
Bersambung pada halaman berikutnya
No PA_1 PA_2 PA_3 PA_4 PA_5 PA_6 PA_7 PA_8 PA_9 PA_10 PA_11 PA_12 PA_13 PA_14 PA_15 PA_16 PA_17 PA_18 PA_19 PA_20
1 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 3 4 5 4
2 2 3 3 4 4 4 4 4 2 2 2 3 4 4 3 3 3 3 3 4
3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 5 4 4 3 4 3 3
4 5 5 5 4 5 4 2 5 2 4 5 5 5 3 3 3 2 3 3 5
5 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4
6 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 5 5 4 4
7 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4
8 4 2 5 5 5 5 5 5 3 3 2 5 4 4 4 4 4 4 4 5
9 3 3 3 3 3 4 4 4 3 2 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4
10 4 4 5 3 4 5 5 5 3 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4
11 3 5 4 3 4 3 2 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4
12 3 3 5 4 3 3 1 2 3 4 3 2 4 4 4 4 3 4 3 4
13 4 3 3 4 4 2 3 4 3 2 4 5 3 3 3 3 3 3 3 3
14 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4
15 3 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4
16 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 5 5 4 4
17 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4
18 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4
19 3 4 5 5 5 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4
20 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 2 4 4 4 3 4 3 4
21 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 2 4 4 4 3 4 5 4
22 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 2 3 4 4 4 4 3 4
23 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3
114
JAWABAN RESPONDEN
VARIABEL PROFESIONALISME AUDITOR
Bersambung pada halaman berikutnya
No PA_1 PA_2 PA_3 PA_4 PA_5 PA_6 PA_7 PA_8 PA_9 PA_10 PA_11 PA_12 PA_13 PA_14 PA_15 PA_16 PA_17 PA_18 PA_19 PA_20
24 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 2 3 3 4 4 4 4 4
25 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4
26 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 2 4 3 4 3 4 4 4
27 3 4 5 5 5 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4
28 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4
29 4 3 5 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 4
30 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 2 4 5 5 5 4 4 4
31 3 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4
32 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 2 4 3 5 4 4 4 4 4 4
33 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4
34 3 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4
35 2 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4
36 3 2 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4
37 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 4 4 4 4 4 4
38 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4
39 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 1 4 4 4 4 4 3 4
40 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5
41 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5
42 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4
43 3 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
44 3 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 5 5 4
45 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 1 3 3 3 3 3 3 4
46 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4
115
JAWABAN RESPONDEN
VARIABEL PROFESIONALISME AUDITOR
Bersambung pada halaman berikutnya
No PA_1 PA_2 PA_3 PA_4 PA_5 PA_6 PA_7 PA_8 PA_9 PA_10 PA_11 PA_12 PA_13 PA_14 PA_15 PA_16 PA_17 PA_18 PA_19 PA_20
47 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 5 5 5 4 4 4
48 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 5 4 4 4 5 5
49 2 3 4 4 4 5 5 5 4 2 3 4 2 5 4 4 4 4 4 5
50 4 4 4 4 4 4 4 4 5 2 3 4 1 5 4 4 4 4 4 4
51 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4
52 3 4 4 4 4 5 5 4 4 3 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4
53 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
54 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4
55 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4
56 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 3 5 5 4
57 3 4 5 5 5 4 4 5 5 4 4 4 3 5 5 5 3 5 5 4
58 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 3 5 5 5
59 3 4 5 5 5 5 5 5 4 3 3 4 3 5 5 5 3 5 5 3
60 3 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 3 5 5 4
61 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 3 3 4
62 4 3 3 4 4 2 3 4 3 2 4 5 3 5 5 5 3 5 5 3
63 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 3 3 3 3 4 4 4
64 3 3 5 4 3 3 1 2 3 4 3 2 4 5 5 5 4 5 5 4
65 3 5 4 3 4 3 2 4 3 3 4 3 3 5 5 5 5 5 4 3
66 4 4 5 3 4 5 5 5 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4
67 3 4 4 4 5 5 4 5 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4
68 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 5 5 4 4 3 3 4
69 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 5 5 5 3 4 4 4
116
JAWABAN RESPONDEN
VARIABEL PROFESIONALISME AUDITOR
Bersambung pada halaman berikutnya
No PA_1 PA_2 PA_3 PA_4 PA_5 PA_6 PA_7 PA_8 PA_9 PA_10 PA_11 PA_12 PA_13 PA_14 PA_15 PA_16 PA_17 PA_18 PA_19 PA_20
70 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4
71 4 4 2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 5 4 4
72 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 2 4 3 4 4 4 5 5 3 4
73 4 3 5 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 5 5 4
74 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 2 3 4 4 3 3 3 4
75 3 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4
76 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4
77 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 5 4
78 5 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4
79 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 3 5 4 4
80 4 4 5 3 4 5 5 5 4 4 4 4 3 5 5 5 5 5 5 4
81 4 3 3 4 4 2 3 4 3 2 4 5 3 4 4 4 4 3 4 4
82 3 4 4 4 5 5 4 5 4 4 3 4 4 5 5 5 5 4 5 4
83 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 3 4 4 4
84 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 5 5 5 5 5 5 4
85 3 3 5 4 3 3 1 2 3 4 3 2 4 5 4 5 4 4 5 4
86 4 4 2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4
87 2 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4
88 3 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 2 5 5 5 5 4 5 4
89 3 2 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 5 4 5 4 4 5 4
90 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4
91 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4
92 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4
117
JAWABAN RESPONDEN
VARIABEL PROFESIONALISME AUDITOR
No PA_1 PA_2 PA_3 PA_4 PA_5 PA_6 PA_7 PA_8 PA_9 PA_10 PA_11 PA_12 PA_13 PA_14 PA_15 PA_16 PA_17 PA_18 PA_19 PA_20
93 3 4 5 5 5 4 4 5 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4
94 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4
95 3 4 5 5 5 5 5 5 4 3 4 3 3 5 5 4 4 4 5 4
96 2 3 5 5 5 4 4 5 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4
97 4 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4
98 3 3 4 5 5 4 3 4 2 2 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4
99 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4
100 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 5 5 5 4 4 5 3
101 2 4 5 5 5 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5
102 2 3 4 2 2 4 4 4 3 4 4 5 3 5 5 5 5 5 5 4
103 2 3 3 3 3 2 3 4 3 2 3 3 3 5 4 4 4 5 5 4
118
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL
INTENSITAS MORAL
Bersambung pada halaman berikutnya
No. IM_1 IM_2 IM_3 IM_4 IM_5 IM_6 IM_7 IM_8 IM_9 IM_10
1 4 5 4 3 4 5 4 3 3 4
2 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3
3 5 4 4 3 4 3 3 4 4 3
4 3 3 3 2 3 3 4 4 4 4
5 3 4 4 3 4 4 4 5 2 2
6 4 4 4 5 5 4 4 4 3 3
7 4 4 4 4 4 4 5 5 3 4
8 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4
9 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4
10 4 4 4 4 4 4 5 5 3 4
11 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4
12 4 4 4 3 4 3 4 4 2 3
13 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4
14 4 4 4 4 3 3 3 4 2 4
15 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3
16 4 3 4 5 5 4 5 4 4 3
17 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2
18 4 4 4 3 3 3 3 3 2 4
19 4 4 4 3 4 3 5 4 3 3
20 4 4 4 3 4 3 5 4 4 4
21 4 4 4 3 4 5 4 5 4 4
22 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3
23 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4
24 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4
25 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
26 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4
27 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4
28 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3
29 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4
30 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4
31 4 4 3 3 3 3 4 3 4 5
32 5 4 4 4 4 4 4 4 3 2
33 5 5 4 5 5 4 5 4 4 4
34 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
35 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3
36 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4
37 3 4 4 4 4 4 4 4 5 5
38 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4
39 4 4 4 4 4 3 3 5 4 4
40 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3
41 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5
42 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
43 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
119
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL
INTENSITAS MORAL
Bersambung pada halaman berikutnya
No. IM_1 IM_2 IM_3 IM_4 IM_5 IM_6 IM_7 IM_8 IM_9 IM_10
44 4 4 4 4 5 5 5 4 3 4
45 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4
46 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
47 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4
48 4 5 4 4 4 5 4 4 3 4
49 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
50 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
51 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
52 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3
53 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
54 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5
55 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3
56 5 5 5 3 5 5 5 5 4 4
57 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5
58 5 5 5 3 5 5 5 5 4 4
59 5 5 5 3 5 5 5 5 4 4
60 5 5 5 3 5 5 5 5 4 4
61 4 4 4 4 3 3 4 5 5 5
62 5 5 5 3 5 5 5 5 4 4
63 3 3 3 3 4 4 5 5 4 4
64 5 5 5 4 5 5 5 5 2 3
65 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4
66 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4
67 3 3 3 3 4 4 4 5 4 3
68 5 5 4 4 3 3 3 4 3 4
69 5 5 5 3 4 4 4 3 4 3
70 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4
71 3 4 4 3 5 4 4 4 3 2
72 4 4 4 5 5 3 4 3 3 2
73 3 3 4 3 5 5 4 4 4 4
74 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4
75 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5
76 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
77 3 4 4 3 4 5 4 4 4 3
78 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4
79 4 5 4 3 5 4 4 4 3 4
80 5 5 5 5 5 5 5 5 3 4
81 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4
82 5 5 5 5 4 5 5 3 4 3
83 5 5 4 3 4 4 2 4 4 4
84 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4
85 5 4 5 4 4 5 4 4 2 3
86 3 4 4 4 3 4 3 3 3 2
120
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL
INTENSITAS MORAL
No. IM_1 IM_2 IM_3 IM_4 IM_5 IM_6 IM_7 IM_8 IM_9 IM_10
87 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3
88 5 5 5 5 4 5 5 3 4 4
89 5 4 5 4 4 5 3 4 4 4
90 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
91 5 5 5 5 5 5 5 4 3 3
92 5 4 4 4 5 5 3 3 5 5
93 4 4 4 4 3 4 4 3 5 4
94 5 4 5 4 4 5 4 4 5 5
95 5 5 4 4 4 5 3 4 4 4
96 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4
97 4 4 4 4 4 5 5 3 3 3
98 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4
99 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3
100 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4
101 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
102 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4
103 5 4 4 4 5 5 3 4 2 3
121
JAWABAN RESPONDEN
VARIABEL LOCUS OF COMMITMENT
Bersambung pada halaman selanjutnya
122
JAWABAN RESPONDEN
VARIABEL LOCUS OF COMMITMENT
Bersambung pada halaman berikutnya
123
JAWABAN RESPONDEN
VARIABEL LOCUS OF COMMITMENT
124
JAWABAN RESPONDEN
VARIABEL INTENSI MELAKUKAN WHISTLEBLOWING
Bersambung pada halaman selanjutnya
125
JAWABAN RESPONDEN
VARIABEL INTENSI MELAKUKAN WHISTLEBLOWING
Bersambung pada halaman selanjutnya
126
JAWABAN RESPONDEN
VARIABEL INTENSI MELAKUKAN WHISTLEBLOWING
127
LAMPIRAN 5
OUTPUT HASIL PENGUJIAN DATA
128
Karakteristik Profil Responden
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 42 40,8 40,8 40,8
Perempuan 61 59,2 59,2 100,0
Total 103 100,0 100,0
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Umur
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid < 25 Tahun 62 60,2 60,2 60,2
25-30 Tahun 35 34,0 34,0 94,2
31-35 Tahun 4 3,9 3,9 98,1
36-40 Tahun 1 1,0 1,0 99,0
41-45 Tahun 1 1,0 1,0 100,0
Total 103 100,0 100,0
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Terakhir
Jabatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Auditor Junior 67 65,0 65,0 65,0
Auditor Senior 31 30,1 30,1 95,1
Superior 4 3,9 3,9 99,0
Manager 1 1,0 1,0 100,0
Total 103 100,0 100,0
129
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid D3 19 18,4 18,4 18,4
S1 82 79,6 79,6 98,1
S2 2 1,9 1,9 100,0
Total 103 100,0 100,0
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Pengalaman Kerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2-3 Tahun 70 68,0 68,0 68,0
3-6 Tahun 29 28,2 28,2 96,1
> 6 Tahun 4 3,9 3,9 100,0
Total 103 100,0 100,0
130
HASIL UJI VALIDITAS PROFESIONALISME AUDITOR
131
HASIL UJI VALIDITAS INTENSI MORAL
132
HASIL UJI VALIDITAS LOCUS OF COMMITMENT
133
HASIL UJI VALIDITAS INTENSI MELAUKAN WHISTLEBLOWING
134
HASIL UJI RELIABILITAS PROFESIONALISME AUDITOR
135
HASIL UJI RELIABILITAS PROFESIONALISME AUDITOR
136
HASIL UJI RELIABILITAS INTENSITAS MORAL
137
HASIL UJI RELIABILITAS INTENSITAS MORAL
138
HASIL UJI RELIABILITAS LOCUS OF COMMITMENT
139
HASIL UJI RELIABILITAS INTENSI MELAKUKAN
WHISTLEBLOWING
140
HASIL UJI ASUMSI KLASIK
1. Hasil Uji Multikolinearitas
2. Hasil Uji Normalitas
141
142
3. Hasil Uji Heteroskedastisitas
143
HASIL UJI REGRESI BERGANDA
1. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
2. Hasil Uji Simultan (F)
3. Hasil Uji Parsial (t)