PENGARUH PRESENTASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL, DAN...
-
Upload
hoangkhanh -
Category
Documents
-
view
249 -
download
0
Transcript of PENGARUH PRESENTASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL, DAN...
PENGARUH PRESENTASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL, DAN AFINITAS MEDIA SOSIAL TERHADAP KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MAHASISWA PENGGUNA INSTAGRAM
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Faradila Yunan Mutiara 11140700000072
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1439 H/2018 M
PENGARUH PRESENTASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL, DAN
AFINITAS MEDIA SOSIAL TERHADAP KESEJAHTERAAN
SUBJEKTIF PADA MAHASISWA PENGGUNA INSTAGRAM
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Faradila Yunan Mutiara
NIM: 11140700000072
Pembimbing:
Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si
NIP. 19720823 1999903 1 002
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “PENGARUH PRESENTASI DIRI, DUKUNGAN
SOSIAL DAN AFINITAS MEDIA SOSIAL TERHADAP
KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF MAHASISWA PENGGUNA
INSTAGRAM” telah diajukan dalam sidang munaqasah Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18 Juli 2018.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Program Strata 1 (S1) di Fakultas Psikologi.
Jakarta, 18 Juli 2018
Sidang Munaqasah
Dekan/ Wakil Dekan/
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si NIP. 19680614 199704 1 001 NIP. 19720823 199903 1 002
Anggota
Desi Yustari Muchtar, M.Psi, Psikolog Drs. Akhmad Baidun, M.Si NIP. 19821214 200801 2 006 NIP. 19640814 200112 1 001
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 18 Juli 2018
FaradilaYunan Mutiara NIM : 11140700000072
iv
v
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
B) Juni 2018
C) Faradila Yunan Mutiara
D) Pengaruh Presentasi Diri, Dukungan Sosial, dan Afinitas Media Sosial terhadap
Kesejahteraan Subjektif pada Mahasiswa Pengguna Instagram
E) xiv + 103 halaman + lampiran
F) Individu yang memiliki kesejahteraan subjektif yang tinggi ditandai dengan
timbulnya emosi positif dan hilangnya emosi negatif. Kesejahteraan subjektif yang
tinggi dapat membawa pengaruh yang positif terhadap bagaimana individu dalam
menggunakan media sosial Instagram. Penelitian ini bertujuan untuk menguji
pengaruh presentasi diri, dukungan sosial, dan afinitas media sosial terhadap
kesejahteraan subjektif mahasiswa pengguna Instagram.
Menggunakan pendekatan kuantitatif, populasi penelitian ini yaitu
mahasiswa pengguna Instagram di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sampel
penelitian sebanyak 241 mahasiswa pengguna Instagram di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Pengambilan sampel yang dilakukan menggunakan non
probability sampling dengan teknik accidental sampling. Alat ukur penelitian ini,
The Flourishing Scale (FS) dan Scale of Positive and Negative Affect (SPANE)
yang dikembangkan Diener & Diener (2009), lalu The Self Presentation on
Facebook Questionnaire (SPFBQ) oleh Michikyan, Dennis & Subrahmanyam
(2015), selanjutnya Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS)
oleh Zimet et al (1988), dan Social Media Affinity Scale (SMA Scale) Gerlich,
Browning & Westermann (2010). Uji validitas instrumen menggunakan
Confirmatory Factor Analysis (CFA). Uji hipotesis penelitian ini menggunakan
analisis regresi berganda.
Berdasarkan hasil uji hipotesis mayor, kesimpulan pertama yang diperoleh
dari penelitian ini, terdapat pengaruh yang signifikan antara presentasi diri,
dukungan sosial, dan afinitas media sosial terhadap kesejahteraan subjektif pada
mahasiswa. Kemudian, berdasarkan hasil uji hipotesis minor terdapat empat varibel
yang nilai koefisien regresinya signifikan, yaitu; presentasi diri, family support,
significant other support, dan redeeming value.
Berdasarkan hasil, penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan
variabel lain seperti jenis kelamin, agama dan spiritualitas, dan kepribadian.
Sedangkan berdasarkan temuan pada variabel presentasi diri terdapat pengaruh
yang signifikan dengan arah negatif terhadap kesejahteraan subjektif. Sehingga
penulis menyarankan mahasiswa tidak terlalu berlebihan ketika mengekspos
tentang diri, memberikan ekspektasi yang tinggi kepada orang lain dan lainnya, agar
menampilkan presentasi diri yang tidak berlebihan.
G) Bahan bacaan: 2 buku + 52 jurnal + 2 artikel + 2 skripsi
vi
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) June 2018
C) Faradila Yunan Mutiara
D) The Influence of Self-Presentation, Social Support, and Social Media Affinity
on Subjective Well-being to Students College of Instagram Users
E) xiv + 103 pages + attachments
F) Individuals who have high subjective well-being are characterized by the
emergence of positive emotions and loss of negative emotions. High subjective
well-being can have a positive influence on how individuals use Instagram social
media. This study aims to examine the effect of self-presentation, social support,
and social media affinity on subjective well-being of students using Instagram.
Using a quantitative approach, the population of this study is 29,604 college
students who use Instagram at Syarif Hidayatullah Islamic State University, with
the number of Instagram users not yet defined. The research sample was 241
students using Instagram at the Syarif Hidayatullah Islamic State University in
Jakarta. Sampling is using non probability sampling with accidental sampling
technique. The measuring instrument of this study, The Flourishing Scale (FS) and
Scale of Positive and Negative Affect (SPANE) developed by Diener & Diener
(2009), then The Self Presentation on Facebook Questionnaire (SPFBQ) by
Michikyan, Dennis & Subrahmanyam (2015), then Multidimensional Scale of
Perceived Social Support (MSPSS) by Zimet et al (1988), and Social Media
Affinity Scale (SMA Scale) by Gerlich, Browning & Westermann (2010). Test
instrument validity using Confirmatory Factor Analysis (CFA). Hypothesis testing
of this study uses multiple regression analysis.
Based on the results of the major hypothesis test, the first conclusion
obtained from this study, there is a significant effect between self-presentation,
social support, and social media affinity for subjective well-being of college
students. Then, based on the results of the minor hypothesis test there are four
variables with significant regression coefficient values, self-presentation, family
support, significant other support, and redeeming value.
Based on the results, further research can consider other variables such as
gender, religion and spirituality, and personality. While based on the findings on
the self presentation variable there is a significant influence with negative direction
on subjective well-being. So the writer recommends that college students not be too
excessive when exposing about themselves, giving high expectations to others, so
that present their self that are not excessive.
G) Reading material: 2 books + 52 journals + 2 articles + 2 theses
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, walaupun masih jauh dari
kesempurnaan. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW beserta pengikutnya.
Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, oleh karena itu izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta periode 2014-2019, beserta jajarannya.
2. Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si, sebagai pembimbing dari mulai semprop
hingga skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan, arahan, dan saran dalam proses penyusunan skripsi ini.
3. Seluruh dosen dan staff Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani perkuliahan dan
menyelesaikan skripsi ini.
4. Ayahanda Hasnan Mahatmantong, Ibunda Tri Yuli Hariningsih, Kakak
Faradiba Yunan Permata dan adik Faradina Yunan Az-Zahra sebagai tempat
pulang hati ini dan peneduh dikala teriknya perhelatan hidup ini. Terima
kasih.
viii
5. Sahabat penulis Atikah Dwi Frugani, Nisa Sa’adatu Fitrya, Khansa
Khairunnisa, Tina Deviana, Rifda Riski Nanda, Adzillah Izmi Syahida, Putri
Nuraini dan Diah Lestari. Juga sahabat penulis di kostan, Dhea Alda Mutya,
Arfah Naila “Bela” dan Hanina Maulidha. Hidup tidak akan benderang tanpa
tawa dan perkelahian kita. Terima kasih.
6. Para senior terbaik, Ka Muhammad Dwirifqi, Ka Hendra Nur Sucipto dan Ka
Kaffa Merdeka,serta senior lain yng tidak dapat penulis sebukan satu persatu.
Terima kasih telah menuntun dalam langkah kerasnya perskripsian dan telah
membuka mata dan hati penulis untuk lebih sungguh-sungguh dalam hidup
maupun dalam belajar.
7. Pihak terkait yang tidak mungkin disebutkan satu per satu. Tidak ada
perkenalan tanpa sebuah alasan. Terima kasih kepada semua orang yang
pernah berbagi sesuatu dengan penulis dan telah membantu membentuk
pribadi penulis sehingga memiliki kekuatan agar skripsi ini bisa rampung.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Akhir
kata, sangat besar harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat yang
besar, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca dan
berkeinginan untuk mengeksplorasinya lebih lanjut.
Jakarta, 22 Juni 2018
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv ABSTRAK .............................................................................................................. v ABSTRACT .......................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1-18 1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1 1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................................... 15
1.2.1 Pembatasan Masalah .............................................................................. 15 1.2.2 Perumusan Masalah ............................................................................... 16
1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ....................................................... 17 1.3.1 Tujuan Penelitian ................................................................................... 17 1.3.2 Manfaat Penelitian ................................................................................. 18
BAB 2 LANDASAN TEORI ......................................................................... 20-42 2.1 Kesejahteraan Subjektif ................................................................................... 20
2.1.1 Definisi Kesejahteraan Subjektif ........................................................... 20 2.1.2 Dimensi Kesejahteraan Subjektif ........................................................... 21 2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Subjektif ............................ 22 2.1.4 Pengukuran Kesejahteraan Subjektif ..................................................... 25
2.2 Presentasi Diri .................................................................................................. 27 2.2.1 Definisi Presentasi Diri .......................................................................... 27 2.2.2 Dimensi Presentasi Diri ......................................................................... 30 2.2.3 Pengukuran Presentasi Diri .................................................................... 30
2.3 Dukungan Sosial .............................................................................................. 31 2.3.1 Definisi Dukungan Sosial ...................................................................... 31 2.3.2 Dimensi Dukungan Sosial ...................................................................... 32 2.3.3 Pengukuran Dukungan Sosial ................................................................ 33
2.4 Afinitas Media Sosial ....................................................................................... 34 2.4.1 Definisi Afinitas Media Sosial ............................................................... 34 2.4.2 Dimensi Afinitas Media Sosial .............................................................. 35 2.4.3 Pengukuran Afinitas Media Sosial ......................................................... 36
2.5 Kerangka Berpikir ............................................................................................ 36 2.6 Hipotesis Penelitian .......................................................................................... 42
x
BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................. 44-60 3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ........................................ 44 3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .................................................. 44 3.3 Instrumen Pengumpulan Data .......................................................................... 46 3.4 Uji Validitas Konstruk ..................................................................................... 50
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Kesejahteraan Subjektif .................................... 52 3.4.2 Uji Validitas Konstruk Presentasi Diri .................................................. 53 3.4.3 Uji Validitas Konstruk Dukungan Sosial ............................................... 55
3.4.3.1 Uji Validitas item family support .............................................. 55 3.4.3.2 Uji Validitas item friend support ............................................... 56 3.4.3.3 Uji Validitas item significant other support .............................. 57
3.4.4 Uji Validitas Konstruk Afinitas Media Sosial ....................................... 58 3.4.4.1 Uji Validitas item redeeming value ........................................... 58 3.4.4.2 Uji Validitas item shared interest .............................................. 59 3.4.4.3 Uji Validitas item business & organizations ............................. 60
3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................................ 60
BAB 4 HASIL PENELITIAN ....................................................................... 64-73 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ................................................................ 64 4.2 Hasil Analisis Deskriptif .................................................................................. 65
4.2.1 Kategorisasi Skor Variabel .................................................................... 66 4.3 Uji Hipotesis Penelitian.................................................................................... 67
4.3.1 Pengujian Proporsi Varians Independen Variabel ................................. 73 BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI dan SARAN .......................................... 76-83 5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 76 5.2 Diskusi ............................................................................................................. 76 5.3 Saran ................................................................................................................. 82
5.3.1 Saran Teoritis ......................................................................................... 82 5.3.2 Saran Praktis .......................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ..... ......................................................................................85 LAMPIRAN .......................................................................................................... 91
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor skala likert ... ....................................................................... 47 Tabel 3.2 Blue print alat ukur Kesejahteraan Subjektif .................................. 47 Tabel 3.3 Blue print alat ukur Presentasi Diri ................................................ 48 Tabel 3.4 Blue print alat ukur Dukungan Sosial............................................. 49 Tabel 3.5 Blue print alat ukur Afinitas Media Sosial ..................................... 50 Tabel 3.6 Muatan faktor Kesejahteraan Subjektif .......................................... 53 Tabel 3.7 Muatan faktor Presentasi Diri ......................................................... 54 Tabel 3.8 Muatan faktor family support ......................................................... 55 Tabel 3.9 Muatan faktor friend support .......................................................... 56 Tabel 3.10 Muatan faktor significant other support ......................................... 57 Tabel 3.11 Muatan faktor redeeming value ...................................................... 58 Tabel 3.12 Muatan faktor shared interest ......................................................... 59 Tabel 3.13 Muatan faktor business & organizations ........................................ 60 Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian ........................................................... 64 Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskriptif ................................................................ 68 Tabel 4.3 Norma Kategorisasi Skor Varibael ................................................. 66 Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel ............................................................. 67 Tabel 4.5 Model Summary Analisis Regresi .................................................. 68 Tabel 4.6 Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV ........................ ... 69 Tabel 4.7 Koefisien Regresi ........................................................................... 70 Tabel 4.8 Model Summary Proporsi Varians Tiap IV Terhadap DV ............. 74
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ............................................................... 42
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran1 Kuesioner ................................................................................ 91 Lampiran2 Hasil CFA ............................................................................... 99 Lampiran3 Hasil Uji Regresi ................................................................... 107
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Subjective Well-being (SWB) atau disebut kesejahteraan subjektif sangat penting
dimiliki setiap individu, karena hidup yang baik merupakan hidup yang memiliki
fokus pada kriteria seperti mencintai sesama, menyenangkan, atau memiliki
wawasan tentang kualitas hidup, hal tersebut ada dalam konsep kesejahteraan
subjektif. Seseorang yang memiliki kesejahteraan subjektif yang tinggi, akan
merasakan perasaan yang menyenangkan dan sedikit memiliki emosi negatif,
sebaliknya individu yang memiliki kesejahteraan subjektif rendah cenderung
merasakan ketidakpuasan terhadap hidup, mengalami sedikit kegembiraan, dan
kerap merasakan emosi negatif seperti kemarahan dan kecemasan (Diener, 2000).
Kesejahteraan subjektif juga dapat disebut sebagai derajat penilaian
individu secara keseluruhan terhadap kualitas hidupnya (Veenhoven dalam Suh,
2000). Sementara itu kesejahteraan subjektif dapat dilihat dari dua dimensi, yakni
dimensi kognitif dan dimensi afektif. Melalui sisi kognitif, individu yang memiliki
kesejahteraan subjektif tinggi adalah individu yang merasa puas dalam hidupnya,
sedangkan dari sisi afektif individu yang memiliki kesejahteraan subjektif tinggi
adalah yang memiliki emosi senang dan selalu bersyukur (Myers & Diener,
1995). Kesejahteraan terdiri dari penilaian kognitif terhadap keseluruhan kepuasan
hidup dan refleksi afektif yang ditunjukkan oleh seringnya pengalaman pengaruh
positif dan jarang terjadinya pengalaman negatif (Diener, Suh, Lucas, & Smith,
2
1999). Oleh karena itu, terdapat tiga struktur kesejahteraan (kepuasan hidup,
pengaruh positif, dan pengaruh negatif) yang mewakili evaluasi subjektif
seseorang terhadap kehidupannya yakni, disebut sebagai kesejahteraan subjektif.
Memiliki kesejahteraan subjektif yang tinggi mencerminkan individu
berpikiran positif dalam hidup dan cenderung bahagia. Dalam konteks
kebahagiaan atau happiness, telah diperdebatkan definisinya oleh para ilmuwan,
maka dari itu kesejahteraan subjektif dijadikan istilah ilmiah untuk kebahagiaan
(Diener, Scollon & Lucas 2003). Diener juga menggunakan serta memperjelas
istilah kesejahteraan subjektif ini sebagai sinonim dari kebahagiaan (Snyder &
Lopez, 2007). Tiga domain utama kehidupan yang dikaitkan dengan kebahagiaan,
yakni hubungan sosial, kesehatan dan pekerjaan (Lyubomirsky, King, & Diener,
2005). Sementara itu interaksi antara ketiga domain ini, hubungan sosial
tampaknya menjadi penentu kebahagiaan yang paling penting, karena manusia
adalah makhluk sosial (Doğan, U & Adıgüzel, A, 2017). Pada “zaman now” saat
ini, hubungan sosial yang dilakukan oleh individu mempunyai berbagai bentuk,
selain melalui tatap muka atau face-to-face interaction, juga dapat dengan bantuan
teknologi berupa media sosial.
Newman dan Newman (dalam Mierzwa & Jurjewicz, 2016) mengatakan
manfaat yang diidentifikasi kesejaheraan subjektif dalam media sosial adalah
peningkatan kontak sosial dengan keluarga dan teman serta kemampuan untuk
mengembangkan hubungan baru melalui media sosialnya. Salah satu media sosial
yang paling diminati saat ini adalah Instagram. Instagram sendiri adalah aplikasi
seluler (iOS dan Android) yang memungkinkan pengguna untuk mengunggah foto
3
menjadi gambar yang menarik secara visual, yang kemudian dapat dibagikan
dengan follower di Instagram.
Melalui penelitian sebelumnya bahwa hampir setengah (46,6%) foto yang
di unggah pada Instagram masuk dalam kategori Selfies and Friends (Hu,
Manikonda & Kambhampati, 2014). Foto dengan konten wajah didalamnya
diketahui akan mengundang feedback berupa lebih banyak likes dan comment
pada foto individu, dibandingkan dengan foto yang tidak terdapat wajah di
dalamnya seperti foto food, fashion, atau quotes (Bakhshi, Shamma & Gilbert,
2014). Lalu feedback berupa likes dan comment pada foto akan meningkatkan
kesejahteraan pada individu ketimbang dengan foto yang mempunyai lebih sedikit
likes dan comment (Valkenburg, Peter & Schouten, 2006). Lainnya, Obi, AN
(2014) menjelaskan frekuensi penggunaan Facebook dan total aktivitas online
meninggkatkan kesejahteraan individu, dalam hal emosional, kualitas hidup dan
hubungan sosial.
Selain itu untuk melihat kesejahteraan subjektif penggunaan Instagram
bukanlah hal yang tidak terduga karena kenyamanan paling penting yang
ditawarkan kepada individu melalui Instagram adalah memfasilitasi hubungan
sosial (Doğan, U & Adıgüzel, A, 2017). Di Indonesia sendiri, menjadi negara
dengan pengguna Instagram terbesar se-Asia Pasifik. Berdasarkan 700 pengguna
aktif bulanan atau disebut Monthly Active User (MAU) yang diraup oleh
Instagram secara global, 45 juta penggunanya berasal dari Indonesia (Bohang F
K, 2017). Melalui survei yang dilakukan Pew Research Center diketahui
berdasarkan usia, sekitar separuh pengguna media sosial (51%) yang berusia (18-
4
24) tahun mengatakan sulit untuk meninggalkan media sosialnya. Lalu secara
khusus, sebanyak 81% mengatakan mengunjungi Instagram setiap hari, dengan
55% melaporkan melakukannya beberapa kali dalam sehari (Smith & Anderson,
2018).
Menurut Seligman (1998), ilmu Psikologi bukan hanya studi tentang
kelemahan dan kerusakan, namun psikologi juga studi tentang kekuatan dan
kebajikan. Individu yang memiliki kesejahteraan subjektif juga merupakan
individu yang sehat dan optimis (Diener, 2000). Disisi lain penulis menemukan
dampak negatif kesejahteraan subjektif dalam media sosial, penelitian sebelumnya
oleh Lup, Trubh, dan Rosenthal (2015) yang mengatakan terdapat hubungan
positif antara penggunaan Instagram dengan simptom depresi. Depresi sendiri
menghambat kesejahteraan subjektif karena seringnya timbul emosi negatif.
Lainnya, pengguna Facebook dapat merusak kesejahteraan subjektif pada
affecttive well-being individu (Verduyn, et al, 2015). Penggunaan media sosial
juga dihubungkan dengan kebahagiaan yang rendah.
Penggunaan media sosial secara positif signifikan dengan technostress.
Individu yang menggunakan sejumlah besar teknologi pada umumnya telah
ditemukan memiliki tingkat technostress yang lebih tinggi (Brooks, 2015).
Konsisten dengan literatur stres, tingkat technostress yang lebih tinggi dikaitkan
dengan kebahagiaan yang lebih rendah. Juga, The Happiness Research Institute
(dalam Çolak & Doğan, 2016) menyimpulkan bahwa individu yang tidak
menggunakan Facebook selama satu minggu memiliki kebahagiaan tingkat tinggi
5
pada akhir pekan dan mulai berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang lebih
banyak dan lebih menikmati kehidupan sosial mereka.
Hasil survei pada 10 orang mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
pada bulan November 2017 diketahui bahwa sebanyak 8 dari 10 orang
mengatakan mudah iri, dan tertekan ketika terlalu sering menggunakan Instagram.
Secara khusus, hal ini diperkuat dengan penelitian Krasnova, et al (2015)
menunjukkan bahwa konsumsi informasi pada media sosial dikaitkan dengan
perasaan iri yang tidak diinginkan, yang pada gilirannya terkait secara negatif
dengan kesejahteraan subjektif pada dimensi kognitif dan afektif pengguna.
Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa media sosial dalam hal ini
Instagram dapat dikaitkan secara positif dan negatif dengan kesejahteraan
subjektif. Temuan yang kontradiktif ini, kemudian menimbulkan pertanyaan
pada penulis, apakah mahasiswa yang menunjukkan kebahagiaan pada Instagram,
memiliki perasaan kebahagiaan yang sesungguhnya. Sehingga penulis tertarik
untuk melihat kesejahteraan subjektif mahasiswa pengguna Instagram.
Kesejahteraan subjektif sendiri dapat diartikan sebagai analisis ilmiah bagaimana
individu melakukan evaluasi terhadap kehidupannya, yang melibatkan reaksi
emosional individu terhadap sejumlah peristiwa kehidupan, suasana hati, serta
penilaian terhadap kepuasan hidup, kebermaknaan, dan kepuasan pada domain
spesifik dari kehidupan. Jadi, kesejahteraan subjektif menyangkut studi tentang
apa yang orang awam sebut sebagai kebahagiaan atau kepuasan (Diener, Oishi, &
Lucas, 2003).
6
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan subjektif, seperti
jenis kelamin, kepribadian, spritualitas, religiusitas, dan masih banyak lagi.
Namun, pada penelitian ini penulis tertarik untuk melihat pengaruh presentasi diri,
dukungan sosial, dan afinitas media sosial terhadap kesejateraan subjektif.
Penelitian oleh Kim dan Lee (2011) mengatakan terdapat efek positif langsung
dari presentasi diri (self presentation) yang positif pada kesejahteraan subjektif
pengguna Facebook, sehingga dapat kita simpulkan bahwa kebahagiaan pengguna
Facebook akan meningkat ketika menjaga dan meneguhkan citra diri yang positif
melalui presentasi diri. Ada kemungkinan bahwa tindakan presentasi diri yang
positif dapat mencerminkan kecenderungan orang untuk memiliki keyakinan
positif atas diri individu, dimana memperoleh manfaat psikologis mengenai
peningkatan diri individu (Robins & Beer, 2001).
Melalui hal diatas dapat kita lihat bahwa kesejahteraan subjektif dapat
dipengaruhi oleh presentasi diri. Kini semakin bergesernya konsep gaya hidup
yang berkembang, fungsi media sosial juga mengalami perubahan. Saat ini media
sosial menjadi salah satu ajang untuk mengekspresikan perasaan atau pikiran
kepada orang lain, momen yang di posting merupakan momen yang dapat
menunjang citra diri sebagai bentuk dari presentasi diri individu dalam media
sosial. Presentasi diri merupakan proses dimana individu mencoba untuk
membentuk apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya dan apa yang dirinya
pikirkan tentang diri sendiri (Goffman, 1959).
Ketika berinteraksi dengan orang lain, perhatian individu tertuju pada
bagaimana orang akan menilai diri individu dengan baik. Lalu individu akan
7
berusaha mengontrol bagaimana orang lain berfikir mengenai dirinya, sehingga
perlu melakukan impression management, yaitu usaha utuk mengatur kesan yang
orang lain tangkap mengenai kita baik secara disadari maupun tidak disadari
(Schlenker, 1980). Sebagai bagian dari impression managemen, kita melakukan
presentasi diri seperti yang kita inginkan dengan bebagai macam tujuan.
Secara spesifik individu mencoba menampilkan identitas yang berbeda
dari dirinya di dalam situasi yang berbeda pula (Kowalsky & Leary 1990).
Sehingga, terdapat 2 strategi umum di dalam mencapai sasaran presentasi diri.
Pertama ingratiation, istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku yang
dimotivasi oleh keinginan untuk diterima dan disukai. Ketika individu ingin
disukai atau diterima, akan berusaha menampilkan yang terbaik, contohnya
dengan cara banyak memberikan senyum, menganggukan kepalanya,
memperlihatkan ekspresi menyetujui dan kalau perlu akan menolong,
memberikan pujian dan bahkan menjilat. Kedua self-promotion, yaitu suatu istilah
yang digunakan untuk menggambarkan perilaku yang dimotivasi oleh suatu
keinginan untuk lebih dari individu lain dan dihormati karena kompetensi yang
dimiliki (Jones & Pittman, 1982). Ketika individu ingin dihormati berdasarkan
kompetensinya, akan berusaha memberikan kesan kepada orang lain dengan cara
membicarakan diri sendiri, dan memperlihatkan pengetahuan, status dan
eksploitasi.
Erving Goffman (1959) mencontohkan seperti, mengapa Anda berpakaian
seperti yang Anda lakukan? Apakah Anda memiliki kesan? Suatu style yang ingin
anda gunakan? Bagaimana Anda menata rambut Anda? Sama hal nya dengan
8
presentasi diri pada pengguna Instagram. Seperti, berapa banyak jumlah followers
anda? berapa banyak like anda dalam satu foto? seberapa sering anda membuat
video Instastories? atau apakah anda ingin menjadi seorang selebgram (seorang
yang terkenal dari Instagram)? Namun tidak semua perilaku publik ditentukan
oleh presentasi diri. Meskipun demikian, kebanyakan orang sangat memahami
bahwa perilaku publik akan mempengaruhi tampilan cara orang lain melihat diri
individu, misalnya menghabiskan waktu terlalu banyak hanya untuk memutuskan
pakaian untuk dibeli. Hal ini sangat berdampak pada para pengguna Instagram,
dimana para pengguna Instagram akan melakukan presentasi diri untuk dapat apa
yang menjadi kebutuhan (needs) dari penggunanya. Orang dapat memutuskan
gambar apa yang ingin ditampilkan di Instagram dengan mengunggah foto atau
video berbeda yang menyoroti karakteristik tertentu untuk mempertahankan kesan
positif di depan orang lain (Ellison, Heino & Gibbs, 2006). Individu membentuk
profil diri dan kepribadian pada Instagram, dengan cara mengatur diri individu
menjadi seperti apa keinginannya, bagaimana dunia tempat tinggal individu,
keinginan dan hubungan dengan orang lain secara subjektif melalui berbagi
informasi.
Presentasi diri yang dilakukan secara online, merupakan presentasi diri
yang dilakukan individu dalam konteks online, bukan melalui tatap muka secara
langsung, dalam hal menciptakan kesan atau memberikan kesan pada orang lain
(Rui & Stefanone, 2013). Selanjutnya presentasi diri online menurut Michikyan et
al (2014) yakni individu dapat menampilkan berbagai aspek yang berbeda dari
diri (self) dalam berinteraksi di jejaring sosial. Maka salah satu cara individu
9
mempresentasikan diri tidak hanya melalui cara berinteraksi langsung (face-to-
face) dengan orang lain. Michikyan et al (2014) dalam penelitiannya pada
Facebook, diri individu yang ditampilkan dapat berupa real self, ideal self,
maupun false self. Real self atau menampilkan diri yang sebenarnya, ideal self
atau menampilkan berupa keinginan atau harapan yang ingin dibentuk oleh
penggunanya, dan dapat juga menampilkan false self dari dirinya atau tidak
sepenuhnya benar akan dirinya sebagai wujud presentasi diri.
Selain presentasi diri hal lain yang turut mempengaruhi kesejahteraan
subjektif adalah dukungan sosial (social support). Dihubungkan dengan
kesejahteraan subjektif, yakni interaksi sosial, juga merupakan salah satu faktor
penentu kesejahteraan subjektif itu sendiri. Dalam Linely et al (2004) Pavot dan
Diener menyebutkan bahwa dukungan sosial merupakan salah satu faktor dari
kesejahteraan subjektif. Dukungan sosial menjadi penting dan menarik untuk
diperbincangkan karena didalamnya mencakup hal yang memiliki korelasi kepada
suatu yang posistif seperti kesejahteraan (Siedlecki et al, 2013).
Çolak & Doğan (2016) menyatakan dukungan sosial memprediksi
kebahagiaan secara positif dan signifikan, kurangnya dukungan sosial
menyebabkan individu menjadi tidak bahagia. Sementara individu yang memiliki
pengalaman positif akan merasa diakui, memiliki, dapat menjadi diri sendiri,
merasa dihargai, dan memiliki hidup yang bermakna. Ada konsensus umum
bahwa dukungan sosial berhubungan positif dengan kesejahteraan subjektif,
bahkan beberapa menyarankan bahwa dukungan sosial diperlukan untuk
kesejahteraan subjektif (Baumeister & Leary, 1995). Dukungan sosial dianggap
10
dapat mempromosikan kesejahteraan dengan mempengaruhi emosi, kognisi dan
perilaku dengan cara mendorong pengaruh positif (Cohen & Lakey, 2000).
Dukungan sosial sendiri merupakan suatu proses hubungan yang terbentuk
dari individu yang akan menimbulkan persepsi bahwa seseorang merasa dicintai,
dihargai dan disayangi, dan dengannya dapat memberikan bantuan pada individu
lain yang mengalami tekanan dalam kehidupannya, menurut Weiss (dalam
Cutrona, 1987). Berbicara mengenai dukungan sosial, kuantitas dan kualitas
dalam dukungan sosial juga perlu diperhatikan karena setiap orang memiliki
anggapan atau persepsi yang berbeda tentang jumlah dukungan sosial yang
diperlukan, bisa jadi seseorang memerlukan benyak orang lain untuk
mendukungnya tetapi dapat pula hanya menginginkan satu orang saja untuk
mendukungnya (Sarason, 1983).
Dukungan sosial tak cukup pada persoalan kuantitas saja namun juga
memperhatikan kualitas dari dukungan itu sendiri. Hal ini merujuk pada ketepatan
seseorang dalam memberikan dukungan, karena ketepatan tersebut yang nantinya
akan dirasakan oleh individu yang membutuhkan dukungan. Jika di rasa tepat
maka akan dianggap memuaskan dan sebaliknya, jika dirasa tidak tepat maka
akan dianggap tidak dapat memuasakan bahkan dianggap tidak perlu (Sarason,
1983).
Sementara itu Zimet, Dahlem, Zimet dan Farley (1988) mengenalkan
dukungan sosial dengan perceived support atau dukungan sosial yang dirasakan,
dimana inividu mempersepsikan dukungan sosial itu tersedia dan cukup terpenuhi
oleh individu yang membutuhkan. Pada Gülaçti (2010), dukungan sosial yang
11
dirasakan menjadi sumber daya dukungan ketika individu membutuhkan, dapat
diidentifikasi dalam perspektif kualitatif subjektif dan dapat diukur, juga
dilaporkan bahwa dukungan sosial yang dirasakan lebih menentukan daripada
dukungan sosial yang diterima pada kesehatan mental.
Sejalan dengan dukungan sosial yang terdapat di media sosial tidak dapat
dilakukan secara nyata (enacted support), namun dengan perceived support
individu dapat merasakan bagaimana adanya dukungan sosial dari keluarga,
teman dan seseorang yang istimewa melalui media sosial.
Dalam lingkungan sosial masyarakat, teman merupakan sumber penting
dari support emosional dan praktis, dengan demikian dianggap sebagai elemen
kunci dari kebahagiaan (Myers D G, 2000). Sementara itu pertemanan dalam
media sosial, seperti Instagram, mungkin akan lebih mudah untuk berteman
dengan orang lain, karena dapat dengan mudah mengikuti siapa saja yang
memiliki akun Instagram. Penelitian yang dilakukan oleh Atikah, Ranu, dan
Kamila (2017), dukungan sosial pada media sosial menjelaskan proporsi varians
yang signifikan dari kesejahteraan subjektif, serta menunjukkan bahwa dukungan
sosial pada media sosial menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
kesejahteraan subjektif. Media sosial telah mengubah cara individu berinteraksi
satu sama lain dengan menyediakan platform online untuk keterlibatan sosial.
Teori selektivitas sosioemosional (Carstensen, 1987, 1992) mengatakan
bahwa tujuan sosial berubah seiring bertambahnya usia. Seiring bertambahnya
usia, keinginan individu untuk berinteraksi dengan kenalan dan tingkat kepuasan
dari interaksi akan menurun. Dengan demikian, individu secara selektif
12
mengurangi jaringan sosialnya, memusatkan waktu dan energi pada kontak sosial
yang lebih dekat secara intim, seperti teman dekat dan keluarga. Namun, tidak
jelas apakah jumlah individu dalam jaringan sosial lebih kecil karena pilihan atau
keadaan. Adapun perbedaan dalam kontak sosial dan tujuan sosial ini
menunjukkan bahwa mungkin ada perbedaan usia dalam bagaimana orang
menjalani pengalaman, atas dukungan sosial dan kesejahteraan subjektifnya.
Gonzales & Hancock (2010) mengemukakan dengan hanya melihat dan
menunjukkan tampilan koneksi 'teman', sejumlah besar teman Facebook bisa
menunjukkan pengguna akan koneksi sosial individu dan dapat meningkatkan
kesejahteraan subjektif. Melihat usia mahasiswa dengan usia (18-24) tahun
dimana lebih tertarik dalam pertemanan yang luas bukan yang secara mendalam.
Penelitian terdahulu mengenai pengguna Facebook, dengan melihat (secara
visual) jumlah teman yang banyak, mungkin terlihat luas dalam jaringan
pertemanan bukan untuk tujuan mengembangkan hubungan yang serius atau
mendalam. Terutama bagi pengguna Facebook dengan jumlah teman Facebook
yang sangat banyak, banyak dari 'teman' ini mungkin tidak lebih dari sekelompok
besar penonton pasif untuk konten yang ditampilkan di halaman Facebook.
Karena itu, jumlah teman Facebook mungkin memiliki hubungan positif dengan
dukungan sosial hanya sampai pada titik tertentu dan mungkin merupakan asosiasi
negatif di luar hal tersebut (Kim & Lee, 2011). Oleh karena itu, dapat diasumsikan
bahwa, jumlah teman pada Instagram akan memiliki hubungan dengan dukungan
sosial yang persepsikan. Umpan balik (feedback) positif yang diterima oleh
13
pengguna media sosial merupakan salah satu bentuk dari dukungan sosial pada
media sosial terhadap penggunanya.
Salah satu penjelasan mengenai efek penggunaan media sosial terhadap
kesejahteraan subjektif menurut Ellison, Steinfield, dan Lampe (2007),
mengatakan bahwa pengguna Facebook dapat membantu mengatasi hambatan
yang dihadapi oleh mahasiswa yang memiliki kepuasan terhadap diri yang rendah.
Studi lain menemukan bahwa hubungan positif terkait kesejahteraan
subjektif dan penggunaan Facebook secara keseluruhan dan Instagram (Pittman &
Reich, 2016). Penggunaan media sosial dapat ditemukan dalam afinitas media
sosial. Gerlich, Browning dan Westermann (2010), menyatakan afinitas media
sosial sebagai ketertarikan (menyangkut kepercayaan, dan penggunaan) terhadap
media sosial. Penggunaan media sosial oleh (Krasnova H, 2014) dijelaskan
menjadi salah satu faktor bagi kesejahteraan subjektif.
Dalam penggunaan media sosial tidak ditemukan adanya perbedaan
gender di antara pria dan wanita. Selain itu, menunjukkan juga media sosial
sebagai alat yang bagus untuk digunakan dalam dunia pembelajaran, baik untuk
mahasiswa maupun pengajar. Gerlich, Browning dan Westermann (2010)
mengkategorikan penggunaan afinitas media sosial ke dalam tiga kategori yakni
redeeming value, shared interest, dan business & organizations. Pertama,
redeeming value, dapat diartikan sebagai pentingnya nilai yang dimiliki dalam diri
pribadi individu ketika menggunakan media sosial. Kedua, shared interest,
diartikan sebagai suatu pengalaman dan kegiatan berbagi (share) minat antar
pengguna media sosial.
14
Ketiga, business & organizations, merupakan kemampuan penggunaan
media sosial dalam mengelompokkan pengguna lainnya kedalam kelas,
komunitas, atau organisasi tertentu. Lopez (2014) melihat individu dengan afinitas
media sosial yang tinggi akan lebih dipengaruhi oleh pemakaian media sosial
yang tinggi daripada individu dengan afinitas media sosial yang lebih rendah,
individu yang memiliki afinitas media sosial yang tinggi menggunakan media
sosial sebagai tempat medapatkan informasi.
Tujuan penggunaan media sosial mungkin termasuk, tetap berhubungan
dengan teman, belajar tentang peristiwa baru dan terkini, menghabiskan waktu
luang, konformitas, berkomunikasi dengan orang lain, untuk kesenangan, berbagi
foto dan video, menyatakan pendapat, bertemu orang baru, mencari dan membeli
barang (belanja online). Menurut Valkenburg, Peter, dan Schouten (2006), alasan
peningkatan penggunaan ini karena mudah dan murah digunakan. Selain yang
disebutkan di atas, individu yang memiliki masalah dalam lingkungan keluarga
dan memiliki orientasi ke arah media sosialnya akan peduli tentang diri sendiri
dan dapat mengekspresikan diri (Çalışkan & Özbay, dalam Doğan & Adıgüzel,
2017).
Wang (2011) mengungkapkan bahwa mahasiswa dipengaruhi oleh media
sosial. Media sosial itu menarik, karena tidak hanya memberikan mahasiswa
dunia yang lain untuk mendapatkan teman, juga menyediakan cara yang baik
untuk melepaskan tekanan. Dalam media sosial dan aplikasi di mana individu
menghabiskan sebagian besar waktu untuk memainkan peran dalam periode
15
perkembangan individu. Terutama, remaja dan mahasiswa menggunakan media
sosial secara intensif (Tektaş, 2014).
Penulis memutuskan untuk menggunakan variabel presentasi diri,
dukungan sosial, dan afinitas media sosial sebagai faktor yang mungkin
mempengaruhi kesejahteraan subjektif dalam konteks mahasiswa pengguna
Instagram. Sehingga penulis memutuskan untuk menggunakan Pengaruh
presentasi diri, dukungan sosial, dan afinitas media sosial terhadap
kesejahteraan subjektif mahasiswa pengguna Instagram sebagai judul
penelitian.
1.2 Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, penulis membatasi ruang lingkup
masalah penelitian ini pada pengaruh variabel bebas (presentasi diri, dukungan
sosial, dan afinitas media sosial) terhadap variabel terikat (kesejahteraan
subjektif). Adapun batasan tiap variabel adalah:
1. Kesejahretaan subjektif yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan
analisis ilmiah bagaimana individu melakukan evaluasi terhadap
kehidupannya, yang melibatkan reaksi emosional individu terhadap sejumlah
peristiwa kehidupan, suasana hati, serta penilaian idnvidu terhadap kepuasan
hidup, kebermaknaan, dan kepuasan pada domain spesifik dari kehidupan.
Jadi, kesejahteraan subjektif menyangkut studi tentang apa yang orang awam
sebut sebagai kebahagiaan atau kepuasan (Diener, Oishi, & Lucas, 2003).
16
2. Presentasi diri yang digunakan dalam penelitian ini adalah presentasi diri
online yakni, bagaimana individu mempresentasikan dirinya dengan berbagai
aspek yang berbeda dari self atau diri seperti real self, ideal self dan false self
dalam berinteraksi di jejaring media sosial (Michikyan, et.al, 2014).
3. Dukungan Sosial adalah persepsi mengenai bantuan atau dukungan yang
bersumber oleh terdekat individu meliputi keluarga, teman, dan seseorang
yang spesial (Zimet, Dahlem, Zimet, dan Farley, 1988) dengan dimensi yakni,
Family Support, Friend Support, dan Significant Other Support.
4. Afinitas Media Sosial adalah ketertarikan (menyangkut kepercayaan, dan
penggunaan) terhadap media sosial. Dengan dimensi yakni, Redeeming Value,
Shared Interest, dan Business & Organizations (Gerlich, Browning, dan
Westermann, 2010).
5. Sampel dalam penelitin ini adalah Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta berusia (18-24) tahun pengguna Instagram.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis
mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh presentasi diri, dukungan sosial (family support, friend
support, dan significant other support), dan afinitas media sosial (redeeming
value, shared interest, dan business & organiztions) terhadap kesejahteraan
subjektif?
2. Ada pengaruh yang signifikan presentasi diri terhadap kesejahteraan subjektif?
17
3. Ada pengaruh yang signifikan family support pada variabel dukungan sosial
terhadap kesejahteraan subjektif?
4. Ada pengaruh yang signifikan friend support pada variabel dukungan sosial
terhadap kesejahteraan subjektif?
5. Ada pengaruh yang signifikan signifikan other support pada variabel
dukungan sosial terhadap kesejahteraan subjektif?
6. Ada pengaruh yang signifikan redeeming value pada variabel afinitas media
sosial terhadap kesejahteraan subjektif?
7. Ada pengaruh yang signifikan shared interest pada variabel afinitas media
sosial terhadap kesejahteraan subjektif?
8. Ada pengaruh yang signifikan business & organizations pada variabel afinitas
media sosial terhadap kesejahteraan subjektif?
9. Dari variabel penelitian yang dianalisis manakah yang memiliki pengaruh
paling besar dan signifikan terhadap kesejahteraan subjektif?
10. Berapakah proporsi varians dari tiap variabel yang dianalisis terhadap
kesejahteraan subjektif?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyan penelitian yang
telah penulis rumuskan sebelumnya. Oleh karena itu tujuan dan manfaat dalam
penelitian ini sangat berkaitan erat dengan pertanyaan penelitian, yakni:
1. Apakah ada pengaruh presentasi diri, dukungan sosial (family support, friend
support, dan significant other support), dan afinitas media sosial (redeeming
18
value, shared interest, dan business & organiztions) terhadap kesejahteraan
subjektif?
2. Ada pengaruh yang signifikan presentasi diri terhadap kesejahteraan subjektif?
3. Ada pengaruh yang signifikan family support pada variabel dukungan sosial
terhadap kesejahteraan subjektif?
4. Ada pengaruh yang signifikan friend support pada variabel dukungan sosial
terhadap kesejahteraan subjektif?
5. Ada pengaruh yang signifikan signifikan other support pada variabel
dukungan sosial terhadap kesejahteraan subjektif?
6. Ada pengaruh yang signifikan redeeming value pada variabel afinitas media
sosial terhadap kesejahteraan subjektif?
7. Ada pengaruh yang signifikan shared interest pada variabel afinitas media
sosial terhadap kesejahteraan subjektif?
8. Ada pengaruh yang signifikan business & organizations pada variabel afinitas
media sosial terhadap kesejahteraan subjektif?
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, manfaat penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan teori dari
psikologi sosial yang diaplikasikan dalam dunia maya atau online. Selain itu
diharapkan dapat membantu menerangkan faktor psikologis apa saja yang dapat
berpengaruh secara signifikan terhadap kesejahteraan subjektif mahasiswa
19
pengguna Instagram. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai referensi bagi
penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk meningkatkan kesejahteraan
subjektif seluruh mahasiswa, salah satunya berupa membuat kegiatan rancangan
program dalam meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya
kesejahteraan subjektif.
20
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Kesejahteraan Subjektif
2.1.1 Definsi Kesejahteraan Subjektif
Kesejahteraan Subjektif adalah penilaian kognitif terhadap keseluruhan kepuasan
hidup dan refleksi afektif kebahagiaan yang ditunjukkan oleh seringnya
pengalaman positif dan jarang terjadinya pengalaman negatif (Diener, Suh, Lucas
& Smith, 1999). Sementara Veenhouven (dalam Diener, 1994) menjelaskan
bahwa kesejahteraan subjektif merupakan tingkat di mana seseorang menilai
kualitas kehidupannya sebagai sesuatu yang diharapkan dan merasakan emosi
yang menyenangkan.
Kesejahteraan subjektif menunjukkan kepuasan hidup dan evaluasi
terhadap domain kehidupan yang penting seperti pekerjaan, kesehatan, dan
hubungan. Juga termasuk emosi, seperti keceriaan dan keterlibatan, dan
pengalaman emosi yang negatif, seperti kemarahan, kesedihan, dan ketakutan
yang sedikit. Dengan kata lain, kebahagiaan adalah nama yang diberikan untuk
pikiran dan perasaan yang positif terhadap hidup seseorang. Menurut Andrew dan
Withey (dalam Diener, 1994) mengatakan bahwa kesejahteraan subjektif
merupakan evaluasi kognitif dan sejumlah tingkatan perasaan positif atau negatif
seseorang.
Dalam penelitian ini kesejahteraan subjektif dijelaskan sebagai analisis
ilmiah bagaimana individu melakukan evaluasi terhadap kehidupannya, yang
21
melibatkan reaksi emosional individu terhadap sejumlah peristiwa kehidupan,
suasana hati, serta penilaian individu terhadap kepuasan hidup, kebermaknaan,
dan kepuasan pada domain spesifik dari kehidupan. Jadi, kesejahteraan subjektif
menyangkut studi tentang apa yang orang awam sebut sebagai kebahagiaan atau
kepuasan (Diener, Oishi, & Lucas, 2003). Kesejahteraan subjektif terbagi dalam
dua dimensi, yakni kognitif dan afektif dari diri individu. Dimensi kognitif
mencakup analisis mengenai bagaimana individu mengevalusi kehidupannya baik
secara global maupun secara spesifik. Semantara dimensi afektif mencakup reaksi
emosional individu dalam kehidupannya, yakni banyaknya emosi positif dan
kurangnya emosi negatif.
2.1.2 Dimensi Kesejahteraan subjektif
Menurut Diener dan Oishi (2005) terdapat dua dimensi dasar kesejahteraan
subjektif, yaitu dimensi kognitif dan afektif. Dimensi kognitif mencangkup
evaluasi terhadap kepuasan hidup secara global dan evaluasi terhadap kepuasan
domain tertentu. Sedangkan dimensi afektif mencangkup evaluasi terhadap
keberadaan emosi positif dan evaluasi terhadap keberadaan emosi negatif.
Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Dimensi kognitif dari kesejahteraan subjektif adalah evaluasi terhadap
kepuasan hidup individu. Evaluasi tersebut dapat dikategorikan menjadi
evaluasi umum (global) dan evaluasi khusus (domain tertentu). Berikut ini
penjelasan lebih lanjut mengenai kedua penilaian tersebut.
Evaluasi terhadap kepuasan hidup secara global, yaitu evaluasi individu
terhadap kehidupannya secara menyeluruh. Penilaian umum ini
22
merupakan penilaian individu yang bersifat reflektif terhadap kepuasan
hidupnya (Diener & Oishi, 2005).
Evaluasi terhadap kepuasan domain tertentu, yaitu penilaian yang dibuat
individu dalam mengevaluasi domain tertentu dalam kehidupannya, seperti
kesehatan fisik dan mental, pekerjaan, rekreasi, hubungan sosial,
kehidupan dengan pasangan dan kehidupan dengan keluarga (Diener &
Oishi, 2005).
2. Dimensi afektif dari kesejahteraan subjektif merefleksikan pengalaman dasar
yang terjadi dalam hidup seseorang. Dimana dimensi tersebut dikategorikan
menjadi evaluasi terhadap emosi positif dan emosi negatif.
Evaluasi terhadap keberadaan afek positif. Afek atau emosi yang
menyenangkan merupakan bagian dari kesejahteraan subjektif karena
merefleksikan reaksi individu yang dianggap penting bagi individu
tersebut karena hidupnya berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan
(Diener & Oishi, 2005).
Evaluasi terhadap keberadaan afek negatif. Afek negatif termasuk suasana
hati dan emosi yang tidak menyenangkan serta merefleksikan respon
negatif yang dialami oleh individu dalam hidup, kesehatan, tiap kejadian
yang terjadi dan pada lingkungan sekitar (Diener & Oishi, 2005).
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Subjektif
Ada beragam faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif individu
23
1. Faktor Internal:
Jenis Kelamin
Eddington dan Shuman (2008) menyatakan penemuan menarik mengenai
perbedaan jenis kelamin dan kesejahteraan subjektif. Wanita lebih banyak
mengungkapkan afek negatif dan depresi dibandingkan dengan pria, dan lebih
banyak mencari bantuan terapi untuk mengatasi gangguan ini, namun pria dan
wanita mengungkapkan tingkat kebahagiaan global yang sama. Lebih lanjut,
Shuman menyatakan bahwa hal ini disebabkan karena wanita mengakui
adanya perasaan tersebut sedangkan pria menyangkalnya. Sementara Diener
(2009) menyatakan bahwa secara umum tidak terdapat perbedaan
kesejahteraan subjektif yang signifikan antara pria dan wanita. Namun wanita
memiliki intensitas perasaan negatif dan positif yang lebih banyak
dibandingkan pria.
Kepribadian
Tatarkiewicz (dalam Diener 1984) menyatakan bahwa kepribadian merupakan
hal yang lebih berpengaruh pada kesejahteraan subjektif dibandingkan dengan
faktor lainnya. Hal ini dikarenakan beberapa variabel kepribadian
menunjukkan kekonsistenan dengan kesejahteraan subjektif. Campbell (dalam
Diener, 1984) menunjukkan bahwa kepuasan terhadap diri merupakan
prediktor kepuasan terhadap hidup.
24
Presentasi Diri
Kim dan Lee (2011) menemukakan terdapat efek positif langsung dari
presentasi diri yang positif pada kesejahteraan subjektif, demikian
kebahagiaan pengguna media sosial akan meningkat ketika menjaga dan
meneguhkan citra diri positif melalui presentasi diri. Ada kemungkinan bahwa
tindakan presentasi diri yang positif dapat mencerminkan kecenderungan
orang untuk memiliki keyakinan positif atas diri sendiri, makaakan
memperoleh manfaat psikologis mengenai peningkatan diri individu (Robins
& Beer, 2001).
2. Faktor Eksternal:
Dukungan Sosial
Pavot dan Diener menyebutkan bahwa dukungan sosial merupakan salah satu
faktor dari kesejahteraan subjektif (Linely et al, 2004). Dukungan sosial
menjadi penting karena di dalamnya mencakup hal yang memiliki korelasi
kepada suatu yang posistif seperti kesejahteraan (Siedlecki et al., 2013).
Agama dan Spiritualitas
Secara umum orang yang religius cenderung untuk memiliki tingkat
kesejahteraan yang lebih tinggi, dan lebih spesifik (Diener 2009). Partisipasi
dalam pelayanan religius, afiliasi, hubungan dengan Tuhan, dan berdoa
dikaitkan dengan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi. Ellison (dalam
Eddington & Shuman, 2008), menyatakan bahwa setelah mengontrol faktor
usia, penghasilan, dan status pernikahan responden, kesejahteraan subjektif
25
berkaitan dengan kekuatan yang berelasi dengan Yang Maha Kuasa, dengan
pengalaman berdoa, dan dengan keikutsertaan dalam aspek keagamaan.
Pengalaman keagamaan menawarkan kebermaknaan hidup, termasuk
kebermaknaan pada masa krisis, menurut Pollner (dalam Eddington &
Shuman, 2008). Taylor dan Chatters (dalam Eddington & Shuman, 2008)
menyatakan agama juga menawarkan pemenuhan kebutuhan sosial seseorang
melalui keterbukaan pada jaringan sosial yang terdiri dari individu yang
memiliki sikap dan nilai yang sama.
Media Sosial
Penggunaan media sosial dapat ditemukan dalam afinitas media sosial.
Gerlich, Browning dan Westermann (2010), menyatakan afinitas media sosial
sebagai ketertarikan (menyangkut kepercayaan, dan penggunaan) terhadap
media sosial. Penggunaan media sosial oleh (Krasnova H, 2014) dijelaskan
menjadi salah satu faktor bagi kesejahteraan subjektif.
2.1.4 Pengukuran Kesejahteraan Subjektif
Kesejahteraan subjektif telah diukur dengan berbagai macam cara dalam berbagai
penelitian. Tidak ada satu skala yang secara khusus digunakan atau lebih baik dari
pada skala yang lain. Banyak skala yang ada menggunakan satu item dengan
kategori respon yang berbeda. Dalam kajian literatur yang penulis lakukan,
menemukan beberapa alat ukur untuk mengukur kesejahteraan subjektif, yaitu:
26
1. SWLS (Satisfaction With Life Scale).
Alat ukur ini dikembangkan oleh Diener, Emmons, Larsen, dan Griffin (1985).
Alat ukur ini terdiri dari lima item untuk mengukur nilai individu mengenai
kepuasan hidupnya.
2. PANAS (Positive Affect Negative Affect Schedule).
Alat ukur ini dikembangkan oleh Watson, Clark dan Tellegen (1988). Alat ini
digunakan untuk mengukur tingkat afek positif dan afek negatif individu yang
terdiri dari 20 item.
3. The Flourishing Scale.
Alat ukur ini dikembangkan oleh Diener et al (2009), digunakan untuk mengukur
kesejahteraan subjektif. Skala ini terdiri dari 8 item (α = 0,87) yang
menggambarkan aspek penting dari fungsi manusia berkaitan dengan pemenuhan
individu atau aktualisasi diri.
4. SPANE (Scale of Positive and Negative Experience)
Alat ukur ini untuk mengukur perasaan positif dan negatif terlepas dari asal,
tingkat gairah, atau sifat dalam budaya barat di mana sebagian skala telah
diciptakan yang terdiri dari 12 item, dimana untuk mengukur komponen afektif
positif terdiri dari 6 item dan negatif terdiri dari 6 item (Diener et al., 2009).
Penelitian ini menggunakan 2 alat ukur yaitu, Flourishing Scale (FS) dan
Scale of Positive and Negative Experience (SPANE) yang dikembangkan oleh
Diener, et al (2010). Alasan penggunaan skala tersebut karena ingin melihat
kepuasan hidup individu secara kognitif dan afektif, dimana Flourishing Scale
(FS) untuk mengukur komponen kognitif yang berkaitan dengan pemenuhan
27
individu atau aktualiasi diri dan Scale of Positive and Negative Experience
(SPANE) untuk mengukur komponen afektif, yakni afek positif dan afek negatif.
2.2 Presentasi Diri
2.2.1 Definisi Presentasi Diri
Fungsi paling dasar presentasi diri adalah mendefinisikan sifat situasi sosial
(Goffman, 1959). Presentasi diri ini pertama kali dikenalkan oleh Erving Goffman
(1959) dalam bukunya yang berjudul Presentation of Self in Every Day Life,
mencatat bahwa kehidupan sosial sangat terstruktur. Selanjutnya Goffman (1959)
menjelaskan tentang bagaimana kita menampilkan kesan baik yang akan kita
sampaikan kepada orang lain seperti penampilan teatrikal. Diatas panggung
teatrikal pemain diharuskan menampilkan kesan yang baik bagi penontonnya.
Psikologi sosial menamai istilah presentasi diri dengan istilah yang lebih umum
dikenal dengan manajemen kesan (impression manajemen).
Presentasi diri yang juga dikenal sebagai impression management adalah
perilaku yang digunakan untuk meregulasi kesan orang lain terhadap diri individu
(Goffman, 1959). Presentasi diri merupakan usaha secara sengaja untuk bertindak
dengan cara tertentu yang menciptakan kesan khusus tentang diri. Tujuan dasar
dari presentasi diri adalah menata interaksi agar mendapatkan hasil yang kita
inginkan (Taylor & Sears, 2009). Menurut Myers (1987), presentasi diri adalah
ungkapan diri yang ditunjukkan dalam bentuk lain agar membuat orang lain
menyukai kesan pada dirinya atau sebuah kesan yang cocok untuk suatu rencana
tertentu.
28
Bentuk presentasi diri kini mempunyai berbagai bentuk, salah satunya
presentasi diri melalui media sosial, yakni presentasi diri online. Presentasi diri
online sendiri merupakan presentasi diri yang dilakukan individu bukan dalam
konteks bertatap muka secara langsung atau faca-to-face interaction, melainkan
dalam konteks online untuk menciptakan kesan atau mengesankan orang lain (Rui
& Stefanone, 2013). Presentasi diri online dikatakan oleh Michikyan et.al. (2014)
adalah menampilkan diri individu dengan berbagai aspek yang berbeda dari self
atau diri seperti real self, ideal self dan false self dalam berinteraksi di jejaring
media sosial. Michikyan et. al (2014) menemukan dalam penelitiannya pada
Facebook, orang tidak hanya menampilkan real self atau dirinya yang sebenarnya;
ataupun ideal self berupa keinginan atau harapan yang diingkan individu;
melainkan juga false self dari dirinya yaitu diri yang tidak sepenuhnya benar
sebagai wujud presentasi diri.
Salah satu tempat individu melakukan presentasi diri yakni Instagram.
Pada Instagram, orang dapat memutuskan gambar apa yang ingin ditampilkan
dengan mengunggah foto atau video berbeda yang menyoroti karakteristik
tertentu untuk mempertahankan kesan positif di depan orang lain (Ellison, Heino
& Gibbs, 2006).
Dalam penelitian ini presentasi diri yang digunakan adalah presentasi diri
online oleh Michikyan et.al. (2014), alasannya karena bisa saja apa yang
ditampilkan seseorang dalam dunia online-nya khususnya pengguna Instagram
dalam penelitian ini bukan sepenuhnya diri yang sebenarnya atau bisa jadi
memang dirinya yang sebenarnya yang bisa berpengaruh terhadap interakasinya
29
baik secara online maupun offline. Oleh karena itu penulis ingin
mengaplikasikannya untuk mahasiswa pengguna Instagram.
Menurut Subrahmanyam dan Šmahel (2010), presentasi diri online
difasilitasi oleh beberapa hal, antara lain :
1. Nicknames (usernames)
Nicknames atau Usernames dapat menyampaikan informasi mengenai jenis
kelamin pada penggunanya, contohnya “prettygurl245”.
2. A/s/l code
Age/sex/location ini adalah informasi yang paling dasar untuk menunjukan suatu
identitas pada lingkungan internet, biasanya individu yang online di chat rooms
menjadikan a/s/l code sebagai kode untuk menanyakan identitas pada pengguna
lain.
3. Avatar
Biasanya avatars digunakan oleh pengguna permainan online sebagai identitas
atau persona, yang dimana dapat disesuaikan sesuai dengan kriteria atau wujud
yang diinginkan penggunanya. Avatars dapat dibentuk oleh beberapa cara,
misalnya seperti animasi berbentuk manusia.
4. Foto dan video
Foto dan video dapat digunakan sebagai presentasi diri online, dimana dengan
sangat mudah untuk di unggah pada blogs, social networking profiles, dan di
berbagai situs lainnya.
30
2.2.2 Dimensi Presentasi Diri
Menurut Manago, Graham, Greenfield, dan Salimkhan (2008) penggunaan
jejaring sosial sebagai interaksi sosial melibatkan presentasi yang berbeda dari diri
atau self. Sama halnya menurut Michikyan et.al. (2014) bahwa apa yang
ditampilkan individu pada jejaring sosialnya seperti Facebook bisa jadi aspek
yang berbeda dari diri yang sebenarnya.
Adapun dimensi presentasi diri menurut Michikyan et.al. (2014) adalah
sebagai berikut :
1. Real Self, merupakan perasaan sebenarnya yang muncul karena termotivasi
oleh atribut internal, seperti menampilkan diri apa adanya di Instagram.
2. Ideal Self, merupakan diri ideal yang dipahami dalam atribut ideal seperti
aspirasi, harapan dan keinginan diri yang mungkin melibatkan baik versi
negatif ataupun positif dari diri, seperti menunjukkan keinginan diri yang
diharapkan di Instagram.
3. False Self, merupakan perasaan ataupun tindakan yang tidak benar bagi diri
sendiri dan dilandaskan atas alasan yang berbeda, seperti deception
(menyajikan informasi yang tidak sepenuhnya benar), exploration (mencoba
berbagai hal yang berbeda dari diri) dan impress others (mengesankan orang
lain sesuai dengan yang diharapkan).
2.2.3 Pengukuran Presentasi Diri
Pada penelitian ini, penulis akan menggunakan alat ukur yang diadaptasi oleh
Michikyan et.al. (2014), yakni The Self Presentation on Facebook Questionnaire
(SPFBQ) yang berjumlah 17 item, untuk mengukur presentasi diri individu secara
31
online. Dengan menggunakan pengukuran ini, didapatkan informasi tentang
presentasi diri online pada pengguna Facebook, lalu alat ukur ini nantinya akan
diadapasi agar sesuai untuk mengukur presentasi diri secara online pada
mahasiswa pengguna Instagram.
2.3 Dukungan Sosial
2.3.1 Definisi Dukungan Sosial
Zimet, Dahlem, Zimet dan Farley (1988) menggambarkan dukungan sosial
sebagai diterimanya dukungan yang diberikan oleh orang terdekat individu
meliputi dukungan keluarga, dukungan pertemanan, dan dukungan dari orang
yang spesial yang berada disekitar individu. Semenatara, Barrera (1986)
menyebutkan tiga istilah konsep yang terkait dengan dukungan sosial. Pertama,
social emeddedness, yaitu banyaknya hubungan yang terjadi antar individu
dengan significant others yang mungkin akan menawarkan bantuan. Konsep ini
berlawanan dengan social isolation. Dalam konsep ini menunjukkan bahwa
individu memiliki banyak teman, sahabat, anggota keluarga, rekan kerja, kolega,
teman sejawat yang dapat dijadikan sumber untuk mendapatkan dukungan sosial.
Kedua, enacted support, merupakan ketersediaan dukungan sosial yang
sebenarnya. Konsep ini berkenaan dengan adanya tindakan nyata ketika individu
diberi bantuan. Dengan kata lain individu memugkinkan memiliki jarinagn
pertemanan yang banyak dan luas, namun tidak semua teman yang dimilikinya
memberikan bantuan atau dukungan secara nyata. Lalu ketiga, perceived support,
merupakan penilaian kognitif bahwa individu tersebut terhubung dengan orang
lain. Dukungan ini merupakan persepsi bagaimana dukungan sosial itu tersedia
32
dan cukup terpenuhi oleh individu yang membutuhkan. Individu mungkin
memiliki banyak teman yang menawarkan dukungan, namun terkadang dukungan
itu dinilai tidak bermanfaat atau diberikan secara tidak konsisten.
Caplan (1974) mengartikan dukungan sosial sebagai sebuah sistem yang
terdiri dari agregat sosial yang terus memberikan individu kesempatan untuk
mendapatkan sebuah feedback tentang diri sendiri dan untuk sebuah validasi dari
harapan individu terhadap orang lain. Sedangkan Cobb (1967) mengartikan
dukungan sosial sebagai sebuah informasi yang mengarahkan seseorang untuk
percaya bahwa sebenarnya ia diperhaatikan, dihargai, dicintai, memiliki jaringan
komunikasi dan juga memilliki kewajiban bersama yang harus dipenuhi.
Dari beberapa definisi di atas, penelitian ini akan menggunakan definisi
dukungan sosial menurut Zimet, Dahlem, Zimet, dan Farley (1988) yakni,
persepsi mengenai bantuan atau dukungan yang bersumber oleh orang terdekat
individu meliputi keluarga, teman, dan seseorang yang spesial.
2.3.2 Dimensi Dukungan Sosial
Adapun dimensi dukungan sosial menurut Zimet, Dahlem, Zimet, dan Farley
(1988), adalah:
1. Family Support (Dukungan keluarga), merupakan sumber bantuan atau
dukungan yang diberikan oleh keluarga terhadap individu seperti membantu
dalam membuat keputusan maupun kebutuhan secara emosional, seperti
memperoleh pemecahan masalah memalui keluarga dan memperoleh
dukungan dan bantuan emosional dari keluarga.
33
2. Friend Support (Dukungan Teman), merupakan sumber bantuan atau
dukungan yang diberikan oleh teman individu seperti membantu dalam
kegiatan tiap hari maupun bentuan dalam bentuk lainnya, seperti mendapatkan
bantuan dari teman, memperoleh strategi coping yang efektif dalam
menyelesaikan masalah individu melalui teman, dan berbagi kesulitan
bersama teman.
3. Significant Other Support (Dukungan Orang yang Istimewa), merupakan
sumber bantuan atau dukungan yang diberikan oleh seseorang yang berarti
(orang yang spesial) dalam hidup individu diamana akan membuat individu
merasa nyaman dan dihargai, seperti, merasa dihargai dan dipercayai, dan
merasa bahwa orang lain bisa nyaman berada bersama individu.
2.3.3 Pengukuran Dukungan Sosial
Dalam beberapa penelitian terdapat beberapa instrument yang di gunakan untuk
mengukur dukungan sosial, yaitu:
1. Interpersonal Support Evaluation List (ISEL) yang dikembangkan oleh
Dunkel-Schetter, C. Folkman, S., & Lazarus, R. S. (1987). Alat ukur ini terdiri
dari 40 item yang mengukur 4 dimensi. Item ISEL mencakup dimensi tangible
support, belonging support, self-esteem support dan appraisal support,
belonging support, self-esteem support dan appraisal support. Alat ukur ini
memiliki skala likert 4 poin yang berkisar dari “Sangat Tidak Sesuai” sampai
“Sangat Sesuai”
2. Social Support Questionnaire (SSQ). Alat ukur ini dikembangkan oleh
Sarason, I. G., Levine, H.M., Basham, R.B. (1983) Alat ukur ini terdiri dari 27
34
item dengan 5 poin skala likert. Alat ukur ini mengukur tipe kebutuhan
dukungan sosial (emotional, interpersonal, dan material) dan selanjutnya
mengevaluasi kepuasan dukungan sosial yang diterima. Setiap item dinilai
dengan 5 poin tipe skala Likert berkisar dari tidak sama sekali (1), hampir
tidak sama sekali (2), sedikit (3), banyak (4), dan banyak sekali (5).
Dalam penelitian ini, penulis mengukur dukungan sosial dengan
menggunakan alat ukur yang diadaptasi dari Zimet, Dahlem, Zimet, dan Farley
(1988), yang mengemukakan 3 (tiga) komponen dukungan sosial yang di sebut
sebagai Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), adapun
komponen tersebut yaitu: Family Support (Dukungan keluarga), Friend Support
(Dukungan Teman), dan Significant Other Support (Dukungan Orang yang
Istimewa). Alat ukur ini memiliki 12 item dengan model skala likert yang
menggunakan skala dari 1 = Sangat Tidak Setuju, 2 = Tidak Setuju, 3 = Setuju,
dan 4 = Sangat Setuju.
2.4 Afinitas Media Sosial
2.4.1 DefinisiAfinitasMedia Sosial
Menurut Kaplan A dan Haelein M (2010) mendefinisikan media sosial sebagai
sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun diatas dasar fondasi
teknologi Web 2.0, dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran oleh
penggunanya. Istilah dari “Web 2.0” digunakan secara khusus untuk menjelaskan
teknologi semacam wikis, weblogs, dan media internet lainnya. web 2.0 penting
untuk media sosial karena mampu mempercepat pertumbuhan dari media sosial.
Lainnya, media sosial didefinisikan sebagai situs web yang tidak hanya
35
menampilkan daftar koneksi sosial seseorang yang diartikulasikan secara visual,
tetapi juga menyediakan fitur teknologi (contoh: Profil publik) di mana pengguna
dapat menampilkan dirinya kepada orang lain (Boyd & Ellison, 2007). Definisi
media sosial juga datang dari Walter & Riviera (2004) yang mengatakan media
sosial sebagai hubungan yang ada antara jaringan orang.
Lalu menurut Varinder Taprial dan Priya Kanwar (2012), adalah media
yang digunakan oleh individu agar menjadi sosial atau menjadi sosial secara
daring dengan cara berbagi isi, berita, foto dan lainnya dengan orang lain. Kaplan
A dan Haelein M (2010) juga menuturkan terdapat enam jenis media sosial:
proyeksi kolaborasi, blog dan microblogs, komunitas konten, situs jaringan sosial,
dan virtual game.
Untuk melihat penggunaan media sosial akan digunakan afinitas media
sosial oleh Gerlich, Browning, dan Westerman (2010) Gerlich, Browning dan
Westermann (2010), yang menyatakan afinitas media sosial sebagai ketertarikan
(menyangkut kepercayaan, dan penggunaan) terhadap media sosial. Dalam
penggunaan media sosial tidak ditemukan adanya perbedaan gender di antara pria
dan wanita. Selain itu, menunjukkan juga media sosial sebagai alat yang bagus
untuk digunakan dalam dunia pembelajaran, baik untuk mahasiswa maupun
pengajar.
2.4.2 Dimensi Afinitas Media Sosial
Adapun dimensi afinitas media sosial menurut Gerlich, Browning, dan
Westermann (2010), adalah:
36
1. Redeeming Value, merupakan nilai yang terdapat dalam diri pribadi individu
ketika menggunakan media sosial, seperti nilai pribadi dari pengguna media
sosial.
2. Shared Interest, merupakan suatu pengalaman dan kegiatan berbagi (share)
minat antar pengguna media sosial, seperti pengalaman dan berbagi minat
antar pengguna media sosial.
3. Business & Organizations, merupakan kemampuan penggunaan media sosial
dalam mengelompokkan pengguna lainnya kedalam kelas, komunitas, atau
organisasi tertentu, seperti kemampuan dari pengguna media sosial
(Instagram) untuk mengelompokkan pengguna dalam kelasnya.
2.4.3 Pengukuran Afinitas Media Sosial
Dalam penulisan ini menggunakan alat ukur berupa Social Media Affinity Scale
(SMA Scale) oleh Gerlich, Browning, dan Westermann (2010), yang mengukur
terhadap penggunaan, kepercayaan, dan frekuesi responden tentang media sosial
dalam hal ini Instagram secara umum. Total item pada alat ukur SMA Scale ini
berjumlah 13 item untuk mengukur 3 dimensi yakni, Redeeming Value, Shared
Interests, dan Business & Organizations pada pengguna media sosial Instagram.
Alat ukur ini memiliki 13 item dengan model skala likert yang sembilan
dinyatakan positif dan empat dalam negatif.
2.5 Kerangka Berpikir
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh presentasi diri, dukungan
sosial, dan afinitas media sosial terhadap kesejahteraan subjektif pada mahasiswa
pengguna Instagram. Tiga domain utama kehidupan yang dikaitkan dengan
37
kebahagiaan, yakni hubungan sosial, kesehatan dan pekerjaan (Lyubomirsky,
King, & Diener, 2005). Sementara itu interaksi antara ketiga domain ini,
hubungan sosial tampaknya menjadi penentu kebahagiaan yang paling penting,
melihat saat ini maraknya terjadi hubungnan sosial memalui media sosial salah
satunya Instagram. Ada kemungkinan bahwa tindakan presentasi diri yang positif
dapat mencerminkan kecenderungan orang untuk memiliki keyakinan positif atas
diri, akan memperoleh manfaat psikologis mengenai peningkatan diri (Robins &
Beer, 2001). Menurut Rui dan Stefanone (2013) presentasi diri yang dilakukan
individu dalam konteks online, bukan melalui tatap muka secara langsung atau
face-to-face interaction, dalam hal menciptakan kesan atau memberikan kesan
pada orang lain. Melalui Instagram presentasi diri terjadi secara online, dimana
individu harus melakukan presentasi atas dirinya, demi menampilkan apa yang
ingin individu bentuk untuk profil dirinya.
Presentasi diri online menurut Michikyan et.al. (2014) yakni individu
dapat menampilkan berbagai aspek yang berbeda dari diri (self) dalam
berinteraksi di jejaring media sosial. Michikyan et.al (2014) juga menemukan
dalam penelitiannya pada Facebook, aspek yang ditampilkan individu dapat
berupa real self, ideal self, danfalse self, yakni mencakup perasaan asli dari
individu yang menggunakan media sosial, laludiri yang dapat dipahami dalam hal
atribut ideal (contoh: Aspirasi, harapan, dan keinginan) dan mungkin melibatkan
versi negatif dan positif, dan terakhir, diriyang tidak sesuai dengan individu
sesungguhnya dengan berbagai macam alasan terjadinya.
38
Selain presentasi diri, ada dukungan sosial yang turut mempengaruhi
kesejahteraan subjektif. Dalam Linely et al (2004) Pavot dan Diener menyebutkan
bahwa dukungan sosial merupakan salah satu faktor dari kesejahteraan subjektif.
Dukungan sosial menjadi penting dan menarik untuk diperbincangkan karena di
dalamnya mencakup hal yang memiliki korelasi kepada suatu yang posistif seperti
kesejahteraan (Siedlecki et al, 2013).
Dukungan sosial sendiri menurut Zimet, Dahlem, Zimet, dan Farley
(1988) yakni diterimanya (perceived) dukungan yang diberikan keluarga, teman,
dan orang spesial yang berada disekitar individu. Perceived social support juga
didefinisikan sebagai keseluruhan kesan seseorang tentang apakah jaringan
sosialnya cukup mendukung atau tidak. Dengan kata lain, dukungan sosial yang
dirasakan adalah nilai estimasi diri seseorang (Sorias, dalam Gülaçti, 2010).Zimet,
Dahlem, Zimet, dan Farley (1988) mengemukakan tiga aspek dukungan sosial
yakni, bersumber dari keluarga (family support), dari teman (friend support), dan
terakhir bersumber dari orang yang istimewa (significant others support).
Pertama, family support (dukungan keluarga), merupakan persepsi bantuan atau
dukungan yang bersumber dari keluarga terhadap individu seperti membantu
dalam membuat keputusan maupun kebutuhan secara emosional. Gülaçti (2010)
menyatakan dukungan sosial dapat didefinisikan sebagai dukungan yang
bersumber dari keluarga, teman, tetangga dan lembaga yang meningkatkan
dinamika psikologis, dan membantu individu dalam aspek afektif, fisik, dan
kognitif. Melalui perspektif individu, tempat di mana interaksi sosial dimulai
adalah keluarga.
39
Kedua, Friend Support (Dukungan Teman), merupakan persepsi bantuan
atau dukungan yang bersumber dari teman individu seperti membantu dalam
kegiatan keseharian maupun bentuan dalam bentuk lainnya. Dengan adanya
pertumbuhan dan perkembangan, interaksi sosial individu meluas menuju
lingkungan terdekatnya. Pada masa anak, di samping interaksi keluarga, interaksi
individu dengan lingkungan sekolah dan lingkungan sosialnya mulai semakin
penting. Pada mahasiswa sumber dukungan teman juga dapat menjadi penting,
karena beberapa mahasiswa tinggal di kostan yang jauh dari keluarga demi lebih
dekat menuju kampus, demikian terlepas dari orang tua, teman menjadi tempat
untuk mendapatkan kenyamanan. Terakhir adalah Significant Other Support
(Dukungan Orang yang Istimewa), merupakan persepsi mengenai bantuan atau
dukungan yang bersumber dari seseorang yang berarti (orang yang spesial) dalam
hidup individu diamana akan membuat individu merasa nyaman dan dihargai.
Dukungan sosial juga diklaim dapat memberi individu kemampuan
mengatasi masalah kesehatan, mengurangi depresi, meningkatkan kompetensi
individu dalam masa yang penuh stres, memiliki efek positif secara keseluruhan
dan keseimbangan emosional, persepsi menilai sendiri, kepuasan hidup dan
kesejahteraan psikologis (Sorias, dalam Gülaçti, 2010).
Dalam Kim (2014) menemukan sebuah studi tindak lanjut oleh Kraut, et al
(2002), efek positif penggunaan internet terhadap kehidupan sosial dan well-
being. Rae dan Lonborg (2015) juga menemukan bahwa pemakaian Facebook
menaikkan level kesejahteraan subjektif diantara para penggunanya, yang
mengakses Facebook untuk menjaga hubungan yang telah ada (bukan untuk
40
mencari teman baru), agar tetap berhubungan dengan teman yang juga
menggunakannya.
Penggunaan media sosial sendiri memiliki pengaruh terhadap kesejateraan
subjektif pada individu, hal ini dibuktikan oleh salah satu penjelasan mengenai
efek penggunaan media sosial terhadap kesejahteraan subjektif menurut Ellison,
Steinfield, dan Lampe (2007), mengatakan bahwa pengguna Facebook dapat
membantu mengatasi hambatan yang dihadapi oleh mahasiswa yang memiliki
kepuasan terhadap diri yang rendah.
Penggunaan media sosial dapat ditemukan dalam afinitas media sosial.
Gerlich, Browning dan Westermann (2010), menyatakan afinitas media sosial
sebagai ketertarikan (menyangkut kepercayaan, dan penggunaan) terhadap media
sosial. Penggunaan media sosial oleh (Krasnova H, 2014) dijelaskan menjadi
salah satu faktor bagi kesejahteraan subjektif.
Gerlich, Browning, dan Westermann (2010) membagi afinitas media sosial
menjadi 3 komponen yakni, redeeming value, interest, dan business &
organizations. pertama, redeeming value yang merupakanpentingnya nilai yang
dimiliki dalam diri pribadi individu ketika menggunakan media sosial. kedua,
shared interest adalah suatu pengalaman dan kegiatan berbagi (share) minat antar
pengguna media sosial. ketiga, business & organizations adalah kemampuan
penggunaan media sosial dalam mengelompokkan pengguna lainnya kedalam
kelas, komunitas, atau organisasi tertentu.
Melalui asumsi diatas penulis memutuskan menggunakan platform
Instagram untuk mencari pengaruh presentasi diri, dukungan sosial, dan afinitas
41
media sosial terhadap kesejahteraan subektif pada mahasiswa. Pertanyaan yang
mungkin muncul mengenai alasan dalam pemilihan sampel yakni pada mahasiswa
yang menggunakan Instagram, terkait dengan pemaparan pada fenomena yang
terjadi di media sosial saat ini seperti yang telah dijelaskan dalam bab
sebelumnya. Instagram memiliki efek yang besar terhadap individu pada usia
mahasiswa (18-24) tahun, terutaman di Indonesia yang merupakan negara dengan
pengguna Instagram terbesar se-Asia Pasifik.
Melalui hal ini dapat kita lihat bahwa kesejahteraan subjektif dapat
dipengaruhi oleh hal seperti presentasi diri, dukungan sosial, maupun afinitas
media sosial. Maraknya komunikasi melalui online atau dengan menggunakan
media sosial, sehingga kesejahteraan subjektif kemungkinan juga dipengaruhi
oleh media sosial. Secara ringkas, model penelitian ini dapat dilihat pada bagan
kerangka berpikir berikut:
42
Presentasi Diri
Dukungan Sosial:
Afinitas Media Sosial
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
2.6 Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis ingin melihat apakah tingkat kesejahteraan subjektif
pada mahasiswa yang merupakan dependent variable, bergantung pada tinggi
rendahnya skor pada independent variable yang ditetapkan dalam penelitian ini
yaitu presentasi diri, dukungan sosial, dan afinitas media sosial.
Hipotesis merupakan asumsi penelitian terhadap suatu permasalahan yang
masih harus diujikan. Berdasarkan kerangka berfikir penelitian di atas, maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Kesejahteraan
Subjektif
Redeeming Value
Significant Other Support
Friend Suport
Family Support
Shared Interest
Business & Organizations
43
Hipotesis Mayor :
H1: Ada pengaruh yang signifikan dari presentasi diri, dimensi dukungan sosial
(family support, friend support dan significant other support), dan dimensi
afinitas media sosial (redeeming value, shared interest, dan business&
organizations) terhadap kesejahteraan subjektif.
Sedangkan hipotesis minor dalam penelitian ini, yaitu:
H2: Ada pengaruh yang signifikan presentasi diri terhadap kesejahteraan subjektif
H3: Ada pengaruh yang signifikan family support pada variabel dukungan sosial
terhadap kesejahteraan subjektif
H4: Ada pengaruh yang signifikan friend support pada variabel dukungan sosial
terhadap kesejahteraan subjektif
H5: Ada pengaruh yang signifikan signifikan other support pada variabel
dukungan sosial terhadap kesejahteraan subjektif
H6: Ada pengaruh yang signifikan redeeming value pada variabel afinitas media
sosial terhadap kesejahteraan subjektif
H7: Ada pengaruh yang signifikan shared interest pada variabel afinitas media
sosial terhadap kesejahteraan subjektif
H8: Ada pengaruh yang signifikan business & organizations pada variabel afinitas
media sosial terhadap kesejahteraan subjektif.
44
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa berusia (18-24) tahun pengguna
Instagram, yang merupakan Mahasiswa/i Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Pada penelitian ini sampel berjumlah 241 orang.
Pengambilan sampel menggunakan non-probability sampling, alasan pemilihan
teknik ini adalah karena kemungkinan terpilihnya sampel dari setiap anggota
populasi tidak dapat dipastikan, dengan teknik pengambilan sampel yang
digunakan yaitu accidental sampling, dimana instrument atau kuesioner ini akan
diberikan kepada mahasiswa yang penulis temui pada saat penelitian berlangsung
dengan menggunakan kusioner offline dan kusioner online dalam bentuk
googleforms.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Adapun variabel penelitian ini, yaitu Kesejahteraan subjektif yang dijadikan
sebagai variabel terikat (Dependent Variabel). Sedangkan presentasi diri,
dukungan sosial, dan afinitas media sosial akan dijadikan sebagai variabel bebas
(Independent Variabe). Adapun definisi operasional tiap variabel dalam peneltian
ini adalah:
1. Kesejahretaan subjektif yang dimaksud dalam penelitian ini analisis ilmiah
bagaimana individu melakukan evaluasi terhadap kehidupannya, yang
melibatkan reaksi emosional individu terhadap sejumlah peristiwa kehidupan,
45
suasana hati, serta penilaian terhadap kepuasan hidup, kebermaknaan, dan
kepuasan pada domain spesifik dari kehidupan. Jadi, kesejahteraan subjektif
menyangkut studi tentang apa yang orang awam sebut sebagai kebahagiaan
atau kepuasan (Diener, Oishi, & Lucas, 2003). Adapun dimensi kesejahteraan
subjektif meliputi, kognitif dan afektif:
Dimensi kognitif berupa evaluasi terhadap kepuasan hidup individu.
Evaluasi tersebut dapat dikategorikan menjadi evaluasi umum (global)
dan evaluasi khusus (domain tertentu).
Dimensi afektif berupa pengalaman dasar yang terjadi dalam hidup
seseorang. Dimana dapat dikategorikan menjadi evaluasi terhadap
keberadaan afek positif dan evaluasi terhadap afek negatif.
2. Presentasi diri yang digunakan dalam penelitian ini adalah presentasi diri
online yakni, bagaimana individu mempresentasikan dirinya dengan berbagai
aspek yang berbeda dari self atau diri seperti real self, ideal self dan false self
dalam berinteraksi di jejaring media sosial (Michikyan, et.al, 2014).
3. Dukungan sosial adalah persepsi mengenai bantuan atau dukungan yang
bersumber oleh orang terdekat individu meliputi keluarga, teman, dan
seseorang yang spesial (Zimet, Dahlem, Zimet, & Farley, 1988). Adapun
dimensi dukungan sosial meliputi family support, friend support, dan
significant other support:
Family Support (Dukungan keluarga) adalah persepsi bantuan yang
bersumber dari keluarga terhadap individu seperti membantu dalam
membuat keputusan maupun kebutuhan secara emosional.
46
Friend Support (Dukungan Teman) adalah persepsi bantuan yang
bersumber dari teman individu seperti membantu dalam kegiatan
keseharian maupun bentuan dalam bentuk lainnya.
Significant Other Support (Dukungan Orang yang Istimewa) adalah
perspsi bantuan yang bersumber dari seseorang yang berarti dalam hidup
individu seperti membuat individu merasa nyaman dan dihargai.
4. Afinitas Media Sosial adalah Ketertarikan (menyangkut kepercayaan, dan
penggunaan) terhadap media sosial (Gerlich, Browning dan Westermann,
2010). Adapun dimensi afinitas media sosial meliputi redeeming value, shared
interest, dan business & organizations:
Redeeming Value merupakan nilai pribadi yang dimiliki oleh para
pengguna media sosial, ketika menggunakan media sosial.
Shared Interest merupakan pengalaman dan berbagi minat antar
pengguna media sosial.
Business & Organizations merupakan kemampuan penggunaan media
sosial dalam mengelompokkan pengguna lainnya kedalam kelas,
komunitas, atau organisasi tertentu.
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner. Kuesioner yang
digunakan pada penelitian ini berbentuk skala model Likert, yaitu sangat setuju
(SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Subjek diminta
untuk memilih salah satu dari tiap pilihan jawaban yang menunjukan kesesuaian
pernyataan yang diberikan dengan keadaan yang dirasakan oleh subjek. Model
47
skala Likert ini terdiri dari pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif
(unfavorable). Perhitungan skor tiap pilihan jawaban adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Bobot Nilai Jawaban Skala Likert Kategori Favorable Unfavorable
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
Instrument pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas empat alat
ukur, yaitu: alat ukur kesejahteraan subjektif, alat ukur presentasi diri, alat ukur
dukungan sosial, dan alat ukur afinitas media sosial.
1. Kesejahteraan Subjektif
Mengukur kesejahteraan subjektif digunakan 2 alat ukur yakni, (FS) Flourishing
Scale dan SPANE (Scale of Positive and Negative Experience) yang diaptasi oleh
Ed Diener dan Robert Biswas-Diener (2009). Pertama, FS (Flourishing Scale)
terdiri dari 8 item dengan respon jawaban menggunakan skala likert untuk
mengukur komponen kognitif. Kedua, SPANE (Scale of Positive and Negative
Experience) yang berjumlah 12 item untuk mengukur komponen afektif positif
terdiri dari 6 item dan afek negatif terdiri dari 6 item. Adapun blue print dari skala
kesejahteraan subjektif ini dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut :
Tabel 3.2 Blue Print Alat Ukur Kesejahteraan Subjektif
Dimensi Indikator Nomor Item Jumlah
Kognitif Evaluasi kepuasan hidup secara global 1, 2, 3, 4 4
Evaluasi kepuasan hidup secara domain tertentu 5, 6, 7, 8 4
Afektif
Afek Positif 9, 11, 13, 15,
18, 20 6
Afek Negatif 10*, 12*, 14*,
16*, 17*, 19* 6
Total Item 20
Ket: (*) unfavorable
48
2. Presentasi Diri
Alat ukur berupa Self Presentation on Facebook Questionnaire (SPFBQ)
didapatkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Michikyan, Dennis dan
Subrahmanyan (2014) terhadap presentasi diri online pengguna Facebook. Item
pada alat ukur SPFBQ ini berjumlah 17 item untuk mengukur presentasi diri
online yang digunakan oleh Michikyan et. al (2014) dalam penelitiannya pada
pengguna Facebook. Penelitan kali ini, penulis menggunakan teknik modifikasi
alat ukur dengan menambahkan 5 item, sehingga total menjadi item 22 serta akan
diadaptasi untuk pengguna Instagram. Adapun Blue print alat ukur presentasi diri
online dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.3 Blue Print Alat Ukur SPFBQ
Dimensi Indikator Nomor Item Jumlah
False Self Menunjukkan diri yang berbeda di
Instagram dengan di dunia nyata
1, 2, 3, 4, 10, 11, 12,
13, 14, 15 10
Real Self Menampilkan diri apa adanya di
Instagram 5, 6, 7, 8, 9 5
Ideal Self Menunjukkan keinginan diri yang
diharapkan di Instagram
16, 17, 18, 19, 20, 21,
22 7
Total Item 22
3. Dukungan Sosial
Dalam penelitian ini, penulis mengukur dukungan sosial dengan menggunakan
alat ukur yang diadaptasi dari Zimet, Dahlem, Zimet, dan Farley (1988), yang
mengemukakan 3 (tiga) komponen dukungan sosial yang di sebut sebagai
Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), adapun dimensi
tersebut adalah: Family Support (Dukungan keluarga), Friend Support (Dukungan
Teman), dan Significant Other Support (Dukungan Orang yang Istimewa). Alat
49
ukur ini memiliki 12 item dengan model skala likert yang menggunakan skala dari
1 = Sangat Tidak Setuju, 2 = Tidak Setuju, 3 = Setuju, dan 4 = Sangat Setuju.
Tabel 3.4 Blue Print Alat Ukur Dukungan Sosial
Dimensi Indikator Nomor
Item Jumlah
Family
Support
Memeperoleh pemecahan masalah memalui
keluarga 3, 8, 11
4 Memeperoleh dukungan dan bantuan emosional
dari keluarga 4
Friend
Support
Mendapatkan bantuan dari teman 6,7
4 Memeperoleh strategi coping yang efektif dalam
menyelesaikan masalah individu melalui teman 12
Berbagi kesulitan bersama teman
9
Significant
Other Support
Merasa dihargai dan dipercayai 2, 10
4 Merasa orang lain bisa nyaman berada bersama
individu 1, 5
Total Item 12
4. Afinitas Media Sosial
Alat ukur berupa Social Media Affinity Scale (SMA Scale) didapatkan
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gerlich, Browning, dan Westermann
(2010), terhadap penggunaan, kepercayaan, dan frekuesi responden tentang media
sosial. Total item pada alat ukur SMA Scale ini berjumlah 13 item untuk
mengukur 3 aspek yakni, Redeeming Value, Shared Interests, dan Business &
Organizations pada pengguna media sosial Instagram. Alat ukur ini memiliki 13
item dengan model skala likert yang sembilan dinyatakan positif dan empat dalam
negatif, serta menggunakan skala dari 1 = Sangat Tidak Setuju, 2 = Tidak Setuju,
3 = Setuju, dan 4 = Sangat Setuju.
Adapun Blue print alat ukur afinitas media sosialdapat dilihat pada tabel
3.5 berikut:
50
Tabel 3.5 Blue Print Alat Ukur Afinitas Media Sosial
Dimensi Indikator Nomor Item Jumlah
Redeeming Value Nilai pribadi dari pengguna media sosial
(Instagram)
2*, 4*, 5, 6, 9*,
10*12 7
Shared Interest Pengalaman dan berbagi minat antar pengguna
media sosial (Instagram) 1, 3, 8 3
Business &
Organizations
Kemampuan dari pengguna media sosial
(Instagram) untuk mengelompokkan pengguna
dalam kelasnya
7, 11, 13 3
Total Item 13
Ket: (*) unfavorable
3.4 Uji Validitas Konstruk
Sebelum melakukan analisis data, penulis melakukan pengujian terhadap validitas
instrumen yang dipakai. Untuk menguji validitas konstruk alat ukur yang
digunakan dalam penelitian ini, penulis menggunakan Confirmatory Faktor
Analysis (CFA). Sebagai prosedur konfirmasi, CFA merupakan metode untuk
menilai validitas konstruk pengukuran, bukan sarana untuk pengurangan data.
Validitas konstruk didukung jika struktur faktor skala konsisten dengan konstruksi
instrumen yang akan diukur. Konfirmasi hipotesis struktur faktor yang paling
memadai adalah dengan teknik analisis faktor konfirmatori.
Dalam analisis faktor konfirmatori, struktur faktor secara eksplisit
dihipotesiskan dan diuji untuk cocok dengan struktur kovarians dari variabel yang
diukur. Pendekatan ini juga memungkinkan untuk menguji model fit faktor.
Meskipun pendekatan ini berguna untuk konfirmasi teori, prosedur CFA
memberikan pedoman untuk "model pemangkasan" atau model modifikasi, yang
dapat menunjukkan perubahan dalam struktur faktor yang diusulkan. Dengan
demikian, prosedur konfirmasi dapat digunakan untuk merevisi dan
51
menyempurnakan instrumen dan struktur faktorial (Floyd & Widaman, 1995).
Adapun logika CFA adalah sebagai berikut (Umar, 2012) :
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan
secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk
mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran
terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas tiap
itemnya.
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap
subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes
bersifat unidimensional.
3. Dengan data yang tersedia, dapat diestimasi matriks korelasi antar item yang
seharusnya diperoleh jika memang unidimensional. Matriks korelasi ini
disebut sigma (Σ), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data empiris,
yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar (unidimensional) maka
tentunya tidak ada perbedaan antara matriks Σ dan matriks S, atau bisa juga
dinyatakan dengan Σ - S = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi
square. Jika hasil chi square tidak signifikan (p > 0,05), maka hipotesis nihil
tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat
diterima bahwa item ataupun sub tes instrument hanya mengukur satu faktor
saja.
5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau
tidak mengukur apa yang hendak di ukur, dengan menggunakan t-test. Jika
52
hasil t-test tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sebaiknya item yang demikian di drop.
Dalam penelitian kali ini, penulis menggunakan taraf kepercayaan 95%
sehingga item yang dikatakan signifikan adalah item yang memiliki t-value
lebih dari 1,96 (t > 1,96).
6. Terakhir, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan
faktornya negatif, maka item tersebut harus di drop. Sebab hal ini tidak sesuai
dengan sifat item, yang bersifat positif (favorable). Adapun pengujian analisis
CFA seperti ini dilakukan dengan menggunakan software LISREL 8.70.
3.4.1 Uji Validitas Skala Kesejahteraan Subjektif
Penulis menguji apakah ke 20 item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur kesejahteraan subjektif. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square =
1094.79 df = 170, P-value = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.151, oleh sebab itu,
penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh
model fit dengan Chi-square= 111.86, df = 90, P-value = 0.05915, RMSEA =
0.032.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model
dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor yaitu kesejateraan subjektif. Kemudian penulis melihat apakah item
tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus
menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan
53
dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.6
dibawah ini:
Tabel 3.6
Muatan Faktor Kesejahteraan Subjektif No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan
1 0.57 0.04 13.79 Valid
2 0.44 0.03 12.88 Valid
3 0.55 0.03 15.82 Valid
4 0.42 0.03 13.87 Valid
5 0.59 0.04 15.21 Valid
6 0.60 0.03 18.21 Valid
7 0.56 0.03 17.82 Valid
8 0.48 0.03 13.98 Valid
9 0.96 0.04 22.26 Valid
10 0.51 0.03 16.03 Valid
11 0.21 0.04 5.96 Valid
12 0.46 0.03 13.61 Valid
13 0.60 0.03 17.64 Valid
14 0.41 0.04 11.32 Valid
15 0.96 0.04 26.13 Valid
16 0.48 0.04 13.09 Valid
17 0.56 0.04 12.77 Valid
18 0.73 0.04 20.74 Valid
19 0.39 0.04 9.45 Valid
20 0.45 0.03 14.46 Valid
3.4.2 Uji Validitas Skala Presentasi Diri
Penulis menguji apakah ke 22 item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur presentasi diri. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 1843.20, df =
209, P-value = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0,180, oleh sebab itu, penulis
melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
dengan Chi-square = 132.22, df = 108, P-value = 0.05668, RMSEA = 0.031.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model
dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
54
faktor yaitu presentasi diri. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan
apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.7 dibawah ini:
Tabel 3.7
Muatan Faktor Presentasi Diri No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan
1 0.50 0.04 12.20 Valid
2 0.40 0.04 9.51 Valid
3 0.50 0.04 12.33 Valid
4 0.46 0.04 12.69 Valid
5 0.49 0.04 12.31 Valid
6 -0.37 0.05 -6.70 Tidak Valid
7 0.18 0.05 4.40 Valid
8 -0.01 0.05 0.13 Tidak Valid
9 0.51 0.05 11.13 Valid
10 0.35 0.04 8.64 Valid
11 0.66 0.04 17.27 Valid
12 0.65 0.04 16.32 Valid
13 0.45 0.04 11.80 Valid
14 0.68 0.04 17.90 Valid
15 0.48 0.04 13.67 Valid
16 0.35 0.04 8.17 Valid
17 0.42 0.05 8.28 Valid
18 0.24 0.04 5.79 Valid
19 0.30 0.05 6.05 Valid
20 0.17 0.05 3.67 Valid
21 0.32 0.04 7.84 Valid
22 0.51 0.04 14.57 Valid
Berdasarkan tabel 3.7 penulis melihat muatan faktor dari item, apakah ada
yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui item 6 dan item 8 terdapat
muatan faktornya negatif. Setelah dilihat nilai t bagi koefisien muatan faktor,
diketahui bahwa item 6 memiliki t > 1.96, sehingga akan item 6 dan ietm 8 akan
didrop.
55
3.4.3 Uji Validitas Skala Dukungan Sosial
3.4.3.1 Uji Validitas Item Family Support
Penulis menguji apakah ke 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur Family Support. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 37.71, df = 2, P-value =
0.00000, dan nilai RMSEA = 0.271, oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square =
0.07, df = 1, P-value = 0.79151, RMSEA = 0.000.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model
dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor yaitu family support. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan
apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.8 dibawah ini:
Tabel 3.8
Muatan Faktor Family Support No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan
3 0.94 0.07 12.89 Valid
4 0.85 0.06 14.73 Valid
8 0.82 0.07 11.88 Valid
11 0.75 0.05 14.66 Valid
Berdasarkan tabel 3.8 penulis melihat muatan faktor dari item, apakah ada
yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item yang
muatan faktornya negatif. Setelah dilihat nilai t bagi koefisien muatan faktor
seluruh item valid karena t > 1.96, sehingga tidak ada item yang didrop.
56
3.4.3.2 Uji Validitas Item Friend Support
Penulis menguji apakah ke 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur Friend Support. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 32.47, df = 2, P-value =
0.00000, dan nilai RMSEA = 0.256, oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square =
0.18, df = 1, P-value = 0.67055, RMSEA = 0.000.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model
dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor yaitu friend support. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan
apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.9 dibawah ini:
Tabel 3.9
Muatan Faktor Friend Support No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan
6 0.78 0.07 11.52 Valid
7 0.70 0.07 10.55 Valid
9 0.96 0.07 14.01 Valid
12 0.72 0.05 13.97 Valid
Berdasarkan tabel 3.9 penulis melihat muatan faktor dari item, apakah ada
yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item yang
muatan faktornya negatif. Setelah dilihat nilai t bagi koefisien muatan faktor
seluruh item valid karena t > 1.96, sehingga tidak ada item yang didrop.
57
3.4.3.3 Uji Validitas Item Significant Other Support
Penulis menguji apakah ke 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur Significant Other Support. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square =
56.81, df = 2, P-value = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.338, oleh sebab itu,
penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh
model fit dengan Chi-square = 0.14, df = 1, P-value = 0.71023, RMSEA = 0.000.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model
dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor yaitu significant other support. Kemudian penulis melihat apakah item
tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus
menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan
dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.10
dibawah ini:
Tabel 3.10
Muatan Faktor Significant Other Support No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan
1 0.88 0.06 14.36 Valid
2 0.90 0.06 14.59 Valid
5 0.91 0.05 18.66 Valid
10 0.92 0.05 18.44 Valid
Berdasarkan tabel 3.10 penulis melihat muatan faktor dari item, apakah
ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item yang
muatan faktornya negatif. Setelah dilihat nilai t bagi koefisien muatan faktor
seluruh item valid karena t > 1.96, sehingga tidak ada item yang didrop.
58
3.4.4 Uji Validitas Skala Afinitas Media Sosial
3.4.4.1 Uji Validitas Item Redeeming Value
Penulis menguji apakah ke 7 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur Redeeming Value. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 155.08, df = 14,
P-value = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.205, oleh sebab itu, penulis melakukan
modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-
square = 10.25, df = 9, P-value = 0.33042, RMSEA = 0.024.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model
dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor yaitu redeeming value. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan
apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.11 dibawah ini:
Tabel 3.11
Muatan Faktor Redeeming Value No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan
2 0.74 0.12 6.29 Valid
4 0.51 0.10 5.14 Valid
5 0.43 0.07 6.39 Valid
6 0.16 0.06 5.29 Valid
9 0.60 0.09 6.86 Valid
10 0.19 0.06 3.37 Valid
12 0.11 0.07 1.65 Tidak Valid
Berdasarkan tabel 3.11 penulis melihat muatan faktor dari item, apakah
ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item yang
muatan faktornya negatif. Setelah dilihat nilai t bagi koefisien muatan factor,
59
terdapat satu item yang tidak valid karena karena t > 1.96, yakni item 12, sehingga
item 12 akan didrop.
3.4.4.2 Uji Validitas Item Shared Interest
Penulis menguji apakah ke 3 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur shared interest. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor, ternyata item fit, dengan Chi-square = 0.00, df = 0, P-value =
1.00000, dan nilai RMSEA = 0.000.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model
dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor yaitu shared interest. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan
apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.12 dibawah ini:
Tabel 3.12
Muatan Faktor Shared Interest No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan
1 0.50 0.07 7.62 Valid
3 0.82 0.11 7.62 Valid
8 0.72 0.10 7.62 Valid
Berdasarkan tabel 3.12 penulis melihat muatan faktor dari item, apakah
ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item yang
muatan faktornya negatif. Setelah dilihat nilai t bagi koefisien muatan faktor
seluruh item valid karena t > 1.96, sehingga tidak ada item yang didrop.
60
3.4.4.3 Uji Validitas Item Business & Organizations
Penulis menguji apakah ke 3 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur business & organizations. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata item fit, dengan Chi-square = 0.00,
df = 0, P-value = 1.00000, dan nilai RMSEA = 0.000.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model
dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor yaitu business & organizations. Kemudian penulis melihat apakah item
tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus
menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan
dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.13
dibawah ini:
Tabel 3.13
Muatan Faktor Business & Organizations No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan
1 1.11 0.36 3.10 Valid
3 0.52 0.17 3.10 Valid
8 0.21 0.07 3.10 Valid
Berdasarkan tabel 3.13 penulis melihat muatan faktor dari item, apakah
ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item yang
muatan faktornya negatif. Setelah dilihat nilai t bagi koefisien muatan faktor
seluruh item valid karena t > 1.96, sehingga tidak ada item yang didrop.
3.5 Teknik Analisis Data
Dalam rangka menguji hipotesis penelitian, penulis menggunakan analisis regresi
berganda. Dalam hal ini yang dijadikan DV (variabel yang dianalisis variannya)
adalah kesejahteraan subjektif, sedangkan yang dijadikan IV (prediktor) adalah
61
presentasi diri, dukungan sosial, dan afinitas media sosial.Setelah melakukan
analisis faktor dengan metode Confirmatory Factor Analysis (CFA), maka akan
didapatkan data variabel yang berupa true-score yang selanjutnya dijadikan input
untuk dianalisis dengan regresi berganda.
Karena dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian hipotesis dengan
analisis statistik, maka hipotesis penelitian yang ada diubah menjadi hipotesis
nihil. Hipotesis nihil inilah yang akan diuji dalam analisis statistik nantinya. Pada
penelitian ini digunakan analisis regresi berganda di mana terdapat lebih dari satu
variabel bebas untuk memprediksi variabel terikat. Pada penelitian ini terdapat
tujuh independent variable (variabel bebas) dan satu dependent variable (variabel
terikat). Adapun persamaan regresi berganda untuk penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Y’ = a + b1X1 +b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e
Keterangan:
Y‟ = Nilai prediksi Y (Kesejahteraan Subjektif)
a = interception (konstanta)
b = koefisien regresi untuk masing-masing X
X1 = Presentasi Diri
X2 = Family Support
X3 = Friend Support
X4 = Significant Other Support
X5 = Reedeming Value
X6 = Shared Interest
X7 = Business & Organizations
e = Residu
Melalui analisis regresi berganda ini akan diperoleh nilai R2,
yaitu
koefisien determinasi yang menunjukan besarnya proporsi (presentase) varians
62
dari dependent variable yang bisa dijelaskan oleh bervariasinya independent
variable secara keseluruhan.
Adapun untuk mendapatkan nilai R2, digunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
R2 = Proporsi varians yang bisa dijelaskan oleh keseluruhan
independent variable
SSreg = Sum of Square Regression (jumlah kuadrat regresi yang dapat
dihitung jika koefisien regresi telah diperoleh)
SSy = Sum of Square Y (jumlah kuadrat dari dependent variable)
Selanjutnya R2 dapat diuji signifikansinya seperti uji signifikansi pada F-
test. Selain itu juga, uji signifikansi bisa juga dilakukan dengan tujuan melihat
apakah pengaruh dari independent variable terhadap dependent variable
signifikan atau tidak. Pembagi disini adalah R2 itu sendiri dengan df-nya
(dilambangkan „k‟), yaitu sejumlah independent variable yang dianalisis
sedangkan penyebutnya (1-R2) dibagi dengan df-nya (N-k-1) dimana N adalah
total sampel. Untuk df dari pembagi sebagai numerator sedangkan df penyebut
sebagai denumerator. Jika dirumuskan, maka:
⁄
⁄
Keterangan:
R2 = Proporsi varians
k = Banyaknya independent variable
N = Ukuran sampel
Adapun langkah berikutnya menguji signifikansi pengaruh tiap
independent variable terhadap dependent variable. Hal ini dilakukan melalui uji t
63
(t-test) terhadap setiap koefisien regresi. Jika nilai t > 1,96 maka berarti
independent variable. yang bersangkutan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap dependent variable, dan sebaliknya.
Adapun rumus t-test yang digunakan adalah :
Keterangan:
bi = Koefisien regresi ke-i
Sbi = Standart Error Estimate dari bi
64
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Subjek Penelitian
Total sampel pada penelitian ini berjumlah 241 orang yang merupakan
mahasiswa/i pengguna Instagram di UIN Syarif Hidayatullah yang termasuk
dalam kelompok usia emerging adults. Dalam tahapan perkembangan, emerging
adults berusia sekitar (18-24) tahun (Papalia, Feldman & Martorell, 2012).
Tahapan ini biasanya ditandai dengan masuknya individu ke jenjang perkuliahan.
Berikut adalah gambaran umum subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia,
intensitas, dan durasi menggunakan Instagram.
Tabel 4.1
Subjek Penelitian: Subjek Jumlah Responden Presentase
Jenis Kelamin
Laki-laki
72
29,88%
Perempuan 169 70,12%
Total Responden 241 100%
Usia
18 tahun
19 tahun
20 tahun
21 tahun
22 tahun
23 tahun
24 tahun
Total Responden
7
21
30
90
70
13
10
241
2,90%
8,71%
12,45%
37,35%
29,04%
5,40%
4,15%
100%
Intensitas Menggunakan Instagram
1-3 Kali Sehari
3-6 Kali Sehari
>6 Kali Sehari
Total Responden
58
81
102
241
24,07%
33,64%
42,32%
100%
Durasi Menggunakan Instagram
<1 Jam Sehari
1-3 Jam Sehari
>3 Jam Sehari
Total Responden
74
99
68
241
30,70%
41,08%
28,22%
100%
65
Berdasarkan data pada tabel diatas dapat diketahui bahwa dari jumlah
sampel sebanyak 241 orang, terdapat sampel dengan jenis kelamin laki-laki
sebanyak 72 orang atau 29,88% dan sampel perempuan sebanyak 169 orang atau
70,12%. Dengan komposisi umur yakni, 18 tahun sebanyak 7 orang atau 2,90%,
19 tahun sebanyak 21 orang atau 8,71%, 20 tahun sebanyak 30 orang atau
12,45%, 21 tahun sebanyak 90 orang atau 37,35%, 22 tahnu sebanyak 70 orang
atau 37,35%, 23 tahun sebanyak 13 orang atau 5,40%, dan 24 tahun sebanyak 10
orang atau 4,15%.
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Hasil analisis deskriptif adalah hasil yang memberikan gambaran data penelitian.
Dalam hasil analisis deskriptif ini akan disajikan nilai minimum, maksimum,
mean dan standar deviasi variabel penelitian. Gambaran hasil analisis deskriptif
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2
Hasil Analisis Deskriptif Variable Min Max Mean S. D Variance
Kesejahteraan Subjektif 25.17 76.11 50 9.37753 87.938
Presentasi Diri 14.89 85.99 50 9.14342 83.602
Family Support 25.58 62.36 50 9.21203 84.862
Friend Support 19.86 66.63 50 9.13854 83.513
Significant Other Support 17.07 63.37 50 9.64176 92.964
Redeeming Value 22.48 73.31 50 8.54696 73.050
Shared Interest 15.17 67.73 50 8.07416 65.192
Business & Organizations 13.04 68.97 50 9.29626 86.421
Berdasarkan data pada tabel 4.2 diatas dapat diketahui pertama bahwa nilai
minimum dari variable kesejahteraan subjektif memiliki nilai minimum = 25.17
dan nilai maksimum = 76.11, mean = 50 dan SD = 9.377. Kedua, presentasi diri
66
memiliki nilai minimum = 14.89 dan nilai maksimum = 85.99, mean = 50 dan SD
= 9.143. Ketiga, family support memiliki nilai minimum = 25.58 dan nilai
maksimum = 62.36, mean = 50, SD = 9.212. Keempat, friend support memiliki
nilai minimum = 19.86 dan nilai maksimum = 66.63, mean = 50, SD =
9.138.Kelima, significant other support memiliki nilai minimum = 17.07 dan nilai
maksimum = 63.37, mean = 50, SD = 9.641. Keenam, redeemiing value memiliki
nilai minimum = 22.48 dan nilai maksimum 73.31, mean = 50, SD = 8.546.
Ketujuh, shared interest memiliki nilai minimum = 15.17 dan nilai maksimum
67.73, mean = 50, SD = 8.074. Kedelapan, business & organizations memiliki
nilai minimum = 13.04 dan nilai maksimum 68.97, mean = 50, SD = 9.296
4.2.1 Kategorisasi Skor Variabel
Setelah melakukan deskripsi statistik dari tiap variabel penelitian, maka hal yang
perlu dilakukan adalah pengkategorisasian terhadap data penelitian dengan
menggunakan standar deviasi dan mean dari t-score. Dalam hal ini, ditetapkan
norma pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3
Norma Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Norma Kategori
X < Mean Rendah
X ≥ Mean Tinggi
Uraian mengenai gambaran kategori skor variabel berdasarkan tinggi dan
rendahnya tiap variabel disajikan pada tabel 4.4 di bawah ini
67
Tabel 4.4
Kategorisasi Skor Variabel
Variabel Frekuensi %
Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Kesejahteraan Subjektif 130 111 53.9 46.1
Presentasi Diri 107 134 44.4 55.6
Family Support 123 118 51.0 49.0
Friend Support 160 81 66.4 33.6
Significant Other Support 149 92 61.8 38.2
Redeeming Value 96 145 39.8 60.2
Shared Interest 151 90 62.7 37.3
Business & Organizations 129 112 53.5 46.5
Berdasarkan data pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa skor pada variabel
kesejahteraan subjektif cenderung rendah. Skor pada variabel presentasi diri
cenderung tinggi. Skor pada variabel family support cenderung rendah juga pada
variabel friend support skor cenderung rendah dan pada variabel significant other
support cenderung rendah juga. Selanjutnya, skor pada variabel redeeming value
cenderung tinggi, namun skor pada variabel shared interest dan variabel business
& organizations cenderung rendah.
4.3 Uji Hipotesis Penelitian
Selanjutnya, uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh tiap independent
variable terhadap dependent variable dalam penelitian ini, analisisnya dilakukan
dengan teknik multiple regression analysis. Data yang dianalisis ialah faktor skor
atau true score yang diperoleh dari hasil analisis faktor. Lalu penulis
memindahkan skala faktor skor tersebut menjadi T score dengan berdasarkan
rumus yang telah dipaparkan sebelumnya. Alasan penulis menggunakan T score
ini ialah untuk menghindari dampak negatif dari kesalahan pengukuran dan juga
agar tidak ada responden yang mendapatkan nilai negatif. Pada tahapan ini penulis
menguji hipotesis dengan multiple regression analysis dengan menggunakan
68
software SPSS 16.0. Dalam melakukan analisis regresi, ada 3 hal yang dilihat,
yaitu melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen varians dependent
variable yang dijelaskan oleh independent variable, kedua apakah secara
keseluruhan independent variable berpengaruh secara signifikan terhadap
dependent variable, kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien
regresi dari tiap independent variable. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
beberapa tahapan. Langkah pertama penulis melihat besaran R2 untuk mengetahui
berapa persen varians dependent variable yang dijelaskan oleh independent
variable. Selanjutnya untuk tabelyang berisi R2, dapat dilihat pada tabel 4.5
berikut ini:
Tabel 4.5
Model Summary Analisis Regresi
Model R R Square Adjusted R
square
Std. Error of the
Estimate
1 .584 .342 .322 7.72289
Berdasarkan data pada tabel 4.5 dapat di lihat diperolehan R2 sebesar
0,342 atau 34,2%. Artinya proporsi varians dari kesejahteraan subjektif dijelaskan
oleh presentasi diri, dukungan sosial (family support, friend support, dan
significant other support) dan afinitas media sosial (redeeming value, shared
interest, dan business & organizations) sebesar 34,2%, sedangkan 65,8% lainnya
dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini. Langkah kedua penulis
menganalisis dampak dari seluruh independent variable terhadap dependent
variable.
Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.6
69
Tabel 4.6
Anova Pengaruh Keseluruhan Independent VariableTerhadap Dependent
Variable Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 7208.297 7 1029.757 17.265 .000
Residual 13896.821 233 59.643
Total 21105.118 240
a. Dependent Variable : Kesejahteraan Subjektif
b. Predictors : (Constant), Presentasi Diri, Family Support, Friend Support, Significant
Other Support, Redeeming Value, Shared Interest, dan Business & Organizations
Berdasarkan pada table 4.6, diketahui bahwa nilai sig. pada kolom paling
kanan adalah sebesar 0.000. dengan demikian diketahui bahwa nilai sig.<0.05,
maka hipotesis nol (nihil) yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan
dari dimensi presentasi diri, dukungan sosial (family support, friend support, dan
significant other support), dan afinitas media sosial (redeeming value, shared
interest, dan business & organizations) terhadap kesejahteraan subjektif ditolak.
Artinya, ada pengaruh yang signifikan dari presentasi diri, dukungan sosial
(family support, friend support, dan significant other support), dan afinitas media
sosial (redeeming value, shared interest, dan business & organizations) terhadap
kesejahteraan subjektif.
Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi dari tiap independent
variable. Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang
dihasilkan, dapat dilihat melalui kolom Sig. (kolom keenam). Jika Sig.< 0.05
maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap
kesejahteraan subjektif, begitupun sebaliknya. Adapun besarnya koefisien regresi
70
dari tiap independent variable terhadap kesejahteraan subjektif dapat dilihat pada
tabel 4.7 berikut ini.
Tabel 4.7
Koefisien Regresi
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 15.014 5.208 2.883 .004
PRESENTASI DIRI -.167 .057 -.163 -2.951 .003*
FAMILY SUPPORT .441 .062 .433 7.082 .000*
FRIEND SUPPORT .033 .066 .043 .667 .505
SIGNIFICANT OTHER
SUPPORT .122 .058 .125 2.115 .035*
REDEEMING VALUE .180 .061 .164 2.441 .003*
SHARED INTEREST .012 .077 .010 2.967 .877
BUSINESS &
ORGANIZATIONS .068 .064 .068 1.066 .287
a. Dependent Variable: Kesejahteraan Subjektif
Ket: (*) signifikan
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui persamaan regresi sebagai
berikut: Kesejahteraan Subjektif = 15.014 – 0.167 (presentasi diri) + 0.441
(family support) + 0.033 (friend support) + 0.122 (significant other support) +
0.180 (redeeming value) – 0.012 (shared interest) + 0.068 (business &
organizations).
Berdasarakan tabel 4.7 signifikansi tiap independet variable dilihat dari
nilai Sig. Nilai Sig. < 0.05 menunjukkan bahwa koefisien regresi yang dihasilkan
signifikan. Hasil yang didapat menunjukkan empat koefisien regresi yang
signifikan, yakni presentasi diri, family support, significant other support, dan
redeeming value. Sedangkan tiga variabel lainnya yaitu friend support, shared
interest, dan business & organizations tidak menunjukkan nilai koefisien regresi
yang signifikan.
71
Adapun penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada tiap
independet varible sebagai berikut:
1. Variabel Presentasi Diri
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.167 dengan nilai signifikansi 0.003
(Sig. < 0.05). Hal ini bermakna bahwa H01 yang menyatakan “tidak ada pengaruh
yang signifikan dari presentasi diri terhadap kesejahteraan subjektif” ditolak.
Artinya ada pengaruh yang signifikan dari presentasi diri terhadap kesejahteraan
subjektif. Koefisien bertanda negatif artinya semakin tinggi presentasi diri, maka
semakin rendah kesejahteraan subjektif pada mahasiswa.
2. Variabel Falmily Support
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.441 dengan nilai signifikansi 0.000
(Sig. < 0.05). Hal ini bermakna bahwa H02 yang menyatakan “tidak ada pengaruh
yang signifikan dari family support terhadap kesejahteraan subjektif” ditolak.
Artinya ada pengaruh yang signifikan dari family support terhadap kesejahteraan
subjektif. Koefisien bertanda positif artinya semakin tinggi family support, maka
semakin tinggi kesejahteraan subjektif pada mahasiswa.
3. Variabel Friend Support
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.033 dengan nilai signifikansi 0.505
(Sig. < 0.05). Hal ini bermakna bahwa H03 yang menyatakan “tidak ada pengaruh
yang signifikan dari friend support terhadap kesejahteraan subjektif” diterima.
72
Dapat diartikan bahwa friend support tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kesejahteraan subjektif pada mahasiswa.
4. Variabel Significant Other Support
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.122 dengan nilai signifikansi 0.035
(Sig. < 0.05). Hal ini bermakna bahwa H04 yang menyatakan “tidak ada pengaruh
yang signifikan dari significant other support terhadap kesejahteraan subjektif”
ditolak. Artinya ada pengaruh yang signifikan dari significant other support
terhadap kesejahteraan subjektif. Koefisien bertanda positif artinya semakin tinggi
significant other support, maka semakin tinggi kesejahteraan subjektif pada
mahasiswa.
5. Variabel Redeeming Value
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.180 dengan nilai signifikansi 0.003
(Sig. < 0.05). Hal ini bermakna bahwa H05 yang menyatakan “tidak ada pengaruh
yang signifikan dari redeeming value terhadap kesejahteraan subjektif” ditolak.
Artinya ada pengaruh yang signifikan dari redeeming value terhadap
kesejahteraan subjektif. Koefisien bertanda positif artinya semakin tinggi
redeeming value, maka semakin tinggi kesejahteraan subjektif pada mahasiswa.
6. Variabel Shared Interest
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.012 dengan nilai signifikansi 0.877
(Sig. < 0.05). Hal ini bermakna bahwa H06 yang menyatakan “tidak ada pengaruh
yang signifikan dari shared interest terhadap kesejahteraan subjektif” diterima.
Dapat diartikan bahwa shared interest tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kesejahteraan subjektif pada mahasiswa.
73
7. Variabel Business & Organizations
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.068 dengan nilai signifikansi 0.287
(Sig. < 0.05). Hal ini bermakna bahwa H07 yang menyatakan “tidak ada pengaruh
yang signifikan dari business & organizations terhadap kesejahteraan subjektif”
diterima. Dapat diartikan bahwa business & organizations tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kesejahteraan subjektif pada mahasiswa.
4.3.1 Pengujian Proporsi Varians Independent Variable
Penulis ingin mengetahui bagaimana sumbangan proporsi varians dari setiap
independent variable terhadap dependent variable. Berikut ini akan disajikan
tabel dimana dalam tabel tersebut terdiri atas kolom pertama (model) adalah
independent variable yang dianalisis satu persatu, kolom ketiga (R Square)
merupakan penambahan varians dependent variable dari tiap independent
variable yang dianalisis satu persatu tersebut, kolom keenam (R square change)
merupakan nilai murni varians dependent variable dari tiap independent variable
yang dianalisis satu persatu, kolom ketujuh (F change) adalah nilai F hitung bagi
independent variable yang bersangkutan, kemudian kolom df ialah derajat
kebebasan atau taraf nyata bagi independent variable yang bersangkutan dan df
terdiri atas numerator dan denumerator. Lalu yang terakhir adalah kolom
signifikansi (Sig. F change). Besarnya proporsi varians pada orientasi masa depan
dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini:
74
Tabel 4.8
Model Summary Proporsi Varians Tiap Independent Variable Terhadap
Dependent Variable
Model
R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R
Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 0.130 0.017 0.013 9.31759 0.017 4.089 1 239 0.044
2 0.532 0.283 0.277 7.97514 0.266 88.233 1 238 0.000
3 0.538 0.289 0.280 7.95562 0.007 2.169 1 237 0.142
4 0.554 0.307 0.295 7.87238 0.018 6.039 1 236 0.015
5 0.580 0.337 0.323 7.17769 0.030 10.556 1 235 0.001
6 0.582 0.338 0.321 7.72515 0.002 0.546 1 234 0.461
7 0.584 0.342 0.322 7.772289 0.003 1.137 1 233 0.287
Predictors: (Constant), presentasi diri, family support, freind support, significant
other support, redeeming value, shared interest
Berdasarkan data pada tabel 4.8 dapat disampaikan informasi sebagai berikut:
1. Variabel presentasi diri memberikan sumbangan sebesar 1,7% terhadap
varians kesejahteraan subjektif. Sumbangan tersebut signifikan dengan F
change = 4.089 dan df1 = 1 dan df2 = 239 dengan Sig. F Change = 0.044 (Sig.
F Change < 0.05).
2. Variabel family support memberikan sumbangan sebesar 26,6% terhadap
varians kesejahteraan subjektif. Sumbangan tersebut signifikan dengan F
change = 88.233 dan df1 = 1 dan df2 = 238 dengan Sig. F Change = 0.000
(Sig. F Change < 0.05).
3. Variabel friend support memberikan sumbangan sebesar 0,7% terhadap
varians kesejahteraan subjektif. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F
change = 2.169 dan df1 = 1 dan df2 = 237 dengan Sig. F Change = 0.142 (Sig.
F Change > 0.05).
4. Variabel significant other support memberikan sumbangan sebesar 1,8%
terhadap varians kesejahteraan subjektif. Sumbangan tersebut signifikan
75
dengan F change = 6.039 dan df1 = 1 dan df2 = 236 dengan Sig. F Change =
0.015 (Sig. F Change < 0.05).
5. Variabel redeeming value memberikan sumbangan sebesar 3,0% terhadap
varians kesejahteraan subjektif. Sumbangan tersebut signifikan dengan F
change = 10.556 dan df1 = 1 dan df2 = 235 dengan Sig. F Change = 0.001
(Sig. F Change < 0.05).
6. Variabel shared interest memberikan sumbangan sebesar 0,2% terhadap
varians kesejahteraan subjektif. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F
change = 0.546 dan df1 = 1 dan df2 = 234 dengan Sig. F Change = 0.461 (Sig.
F Change > 0.05).
7. Variabel business & organizations memberikan sumbangan sebesar 0,3%
terhadap varians kesejahteraan subjektif. Sumbangan tersebut tidak signifikan
dengan F change = 1.137 dan df1 = 1 dan df2 = 233 dengan Sig. F Change =
0.287 (Sig. F Change > 0.05).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat empat
dari tujuh independent variable, yaitu presentasi diri, family support, significant
other support, dan reedeming value yang memberikan sumbangan terhadap
varians kesejahteraan subjektif secara signifikan jika dilihat dari besarnya R2 yang
dihasilkan.
76
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian maka kesimpulan yang dapat diambil
dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Ada pengaruh yang signifikan secara
keseluruhan dari presentasi diri, family support, friend support, significant other
support, redeeming value, shared interest, dan business & organizations terhadap
kesejahteraan subjektif. Terdapat empat variabel independen yang signifikan
pengaruhnya terhadap kesejahteraan subjektif mahasiswa pengguna Instagram
yaitu presentasi diri, family support, significant other support, dan redeeming
value. Sementar tiga variabel independen lainnya tidak signifikan dengan
penelitian ini yakni, friend support, shared interest, dan business & organizations.
5.2 Diskusi
Pada bagian ini, penulis membahas diskusi hasil penelitian sebagaimana telah
dipaparkan sebelumnya. Dalam mendiskusikan hasil penelitian ini, penulis
melakukan perbandiangan dengan hasil penelitian terdahulu atau teori yang terkait
dan relevan dengan hasi penelitian. Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang
telah dipaparkan sebelumnnya, diperoleh hasil bahwa secara umum mahasiswa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki tingkat kesejahteraan subjektif dengan
kategori rendah.
Hasil analisis regresi secara keseluruhan pada penelitian menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh dari presentasi diri, dukungan sosial (family support,
77
friend support, dan significant other support), dan afinitas media sosial
(redeeming value, shared interest, dan business & organizations) terhadap
kesejahteraan subjektif mahasiswa pengguna Instagram. Akan tetapi, ketika
dilakukan uji signifikansi dari setiap dimensi, terdapat empat dari tujuh variabel
yang nilai koefisien regresinya signifikan berpengaruh terhadap kesejahteraan
subjektif mahasiswa, yaitu; presentasi diri, family support, significant other
support, danredeeming value.
Pertama, berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa variabel
presentasi diri berpengaruh secara signifikan dengan arah negatif terhadap
kesejahteraan subjektif. Proporsi varians sebesar 1,7% dan koefisien regresi -
0.167, dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat presentasi diriakan semakin
rendah tingkat kesejahteraan subjektif yang dimiliki mahasiswa, begitupun
sebaliknya. Michikyan et.al (2014), menyebutkan presentasi diri sebagai,
bagaimana individu mempresentasikan dirinya dengan berbagai aspek yang
berbeda dari self atau diri seperti real self, ideal self dan false self dalam
berinteraksi di jejaring media sosial. Artinya mahasiswa yang menampilkan diri
yang tinggi pada jejaring media sosial Instagram, merasakan tingkat kepuasan
yang rendah ataupun merasa tidak bahagia. Penelitian ini berbanding terbalik
dengan sebelumnya oleh Baumeister, Tice & Hutton (1989) mengatakan individu
dengan kepuasan yang tinggi akan cenderung mempresentasikan diri yang apa
adanya, namun hal tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian ini.
Kedua, melalui hasil analisis data, diketahui bahwa variabel family support
berpengaruh secara signifikan dengan arah positif terhadap kesejahteraan
78
subjektif. Proporsi varians sebesar 26,6% dan memiliki koefisien regresi sebesar
0.441 sehingga dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat family support maka
semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan subjektif pada mahasiswa, begitupun
sebaliknya. Pada Zimet, Dahlem, Zimet, dan Farley (1988), family support
merupakan persepsi dukungan yang bersumber dari keluarga terhadap individu
seperti membantu dalam membuat keputusan maupun kebutuhan secara
emosional. Mahasiswa yang merasakan mendapat dukungan melalui keluarganya
cenderung lebih puas ataupun sejahtera. Sementara mahasiswa yang tidak
merasakan mendapat dukungan dari kelurganya cenderung sulit dalam
menentukan pilihan, dan emosinya kurang stabil, cenderung tidak merasa puas
ataupun sejahtera.Wetzel (2007), dan Prianti, I (2012) mengatakan terdapat
hubungan yang positif perceived social support terhadap kesejahteraan subjektif
pada mahasiswa. Namun, berbanding terbalik dengan penelitian sebelumnya oleh
Otrar dan Argın (dalam Çolak & Doğan, 2016), yang menyatakan komunikasi
tidak memuaskan dalam keluarga adalah faktor yang mendorong penggunaan
media sosial. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa ketika dukungan
sosial dari keluarga menurun, mahasiswa beralih ke media sosial untuk
mendapatkan kepuasan. Perbedaan hasil dalam hal ini, mungkin dikarenakan
penggunan alat ukur kesejahteraan subjektif yang berbeda.
Ketiga, berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa variabel friend
support pengaruhnya tidak signifikan terhadap kesejahteraan subjektif. Hasil ini
sejalan dengan penelitian oleh Gülaçti (2010) yang mengatakan tidak ada
pengaruh friend support terhadap kesejahteraan subjektif pada mahasiswa.
79
Penjelasan melalui Çolak dan Doğan (2016) mendukung hasil penenlitian ini,
bahwa meskipun media sosial memungkinkan individu untuk membentuk
lingkaran sosial secara virtual, namun kekhawatiran mengenai ketulusan dan
kredibilitas hubungan pengguna media sosial memberikan sebuah fakta bahwa
melalui media sosial tidak memberikan rasa kelengkapan dibandingkan melalui
kontak langsung (face-to-face interaction) yang akhirnya menyebabkan
penurunan tingkat dukungan sosial yang dirasakan oleh mahasiswa. Sementara
itu, berbanding terbalik dengan penelitian ini, (Diener & Seligman, 2002)
mengungkapkan bahwa individu dengan dukungan sosial, memiliki banyak teman
dan membangun hubungan positif dengan orang lain cenderung lebih bahagia.
Keempat, melalui hasil analisis penelitian diketahui bahwa variabel
significant other support pengaruhnya signifikan dengan arah positif terhadap
kesejahteraan subjektif. Lalu memiliki proporsi varians sebesar 1,8% dan
memiliki koefisien regresi sebesar 0.122 sehingga dapat diartikan bahwa semakin
tinggi tingkat significant other support pada mahasiswa maka semakin tinggi pula
tingkat kesejahteraan subjektif yang dimiliki mahasiswa, begitupun sebaliknya.
Zimet, Dahlem, Zimet, dan Farley (1988), mengatakan significant other support
merupakan persepsi bantuan atau dukungan yang bersumber dari seseorang yang
berarti (orang yang spesial) dalam hidup individu dimana akan membuat individu
merasa nyaman dan dihargai. Artinya ketika mahasiswa merasakan mendapatkan
dukungan dari seseorang yang berarti, cenderung memiliki tinggkat kepuasan atau
kesejahteraan yang tinggi. Temuan ini sejalan dengan penelitian oleh Gallagher, E
N dan Vella-Brodrick, D A (2008) bahwa hanya dimensi family support dan
80
significant other support dari tiga dimensi dukungan sosial yang signifikan
dengan kesejahteraan subjektif dimana, family support signifikan dengan negative
affect dan significant other support signifikan dengan positive affect. Selain itu
Malkoç dan Yalçin (2015) mengemukakan bahwa dukungan sosial yang dirasakan
dari keluarga, teman, dan orang lain yang istimewa secara signifikan berkontribusi
terhadap kesejahteraan subjekttif.
Kelima, berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa variabel
redeeming value berpengaruh secara signifikan dengan arah positif terhadap
kesejahteraan subjektif. Lalu memiliki proporsi varians sebesar 3,0% dan
koefisien regresi sebesar 0.180 sehingga dapat diartikan bahwa semakin tinggi
tingkat redeeming value pada mahasiswa maka semakin tinggi pula tingkat
kesejahteraan subjektifnya, begitupun sebaliknya. Gerlich, Browning, dan
Westermann (2010), menyatakan redeeming value sebagai nilai yang dimiliki
dalam diri individu ketika menggunakan media sosial. Artinya mahasiswa
cenderung lebih puas dan bahagia ketika penggunaan media sosial dijadikan
sebagai alat komunikasi yang efektif dan sebagai penyaluran informasi mengenai
pengalaman mahasiswa. Hasil ini menunjukkan redeeming value hanya satu
dimensi dari afinitas media sosial yang secara signifikan mempengaruhi
kesejahteraan subjektif pada mahasisiwa pengguna Instagram di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Ini sejalan dengan penelitan oleh Miao, Y (2016), dimana
hanya variabel redeeming value yang signifikan dari dua dimensi lainnya afinitas
media sosial yang secara positif mempengaruhi niat kedatangan seseorang pada
suatu acara.
81
Keenam, berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa variabel shared
interest pengaruhnya tidak signifikan terhadap kesejahteraan subjektif. Gerlich,
Browning dan Westermann (2010) mengartikan shared interest sebagai suatu
pengalaman dan kegiatan berbagi (share) minat antar pengguna media sosial. Hal
ini menunjukkan bahwa penggunaan Instagram sebagai wadah untuk berbagi
pengalaman dan minat dari mahasiswa tidak mempunyai pengaruh terhadap
kesejahteraan subjektif mahasiswa. Instagram mungkin tidak digunakan oleh
mahasiswa yang ingin menyalurkan pengalaman dan minat sebagai suatu
kepuasan atau kebahagiaan.
Terakhir, berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa variabel business
& organizations pengaruhnya tidak signifikan terhadap kesejahteraan subjektif.
Dalam Gerlich, Browning dan Westermann (2010) mengemukakan business
&organizations sebagai kemampuan penggunaan media sosial dalam
mengelompokkan pengguna lainnya kedalam kelas, komunitas, atau organisasi
tertentu.
Ada beberapa hal yang menjadi keterbatasan yang harus dipertimbangkan
ketika mengevaluasi hasil penelitian ini. Pertama, teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini kurang dapat mengeneralisasikan hasil penelitian. Adapun
pengambilan sampel dilakukan di satu kampus saja, yang mungkin tidak mewakili
mahasiswa pada umumnya. Kedua, faktor kesejahteraan subjektif pada penelitian
ini hanya terbatas pada variabel presentasi diri, dukungan sosial dan afinitas
media sosial. Dengan demikian kemungkinan terdapat variabel atau faktor lain
yang dapat berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif. Penulis menyadari
82
kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian yang telah dilakukan ini, sehingga
dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk melengkapi kekurangan dan keterbatasan
penelitian ini.
5.3 Saran
Berdasarkan penelitian ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
didalamnya. Maka dari itu, penulis memiliki beberapa saran untuk bahan
pertimbangan sebagai penyempurna penelitian selanjutnya yang terkait dengan
penelitian serupa, yaitu beruapa saran teoritis dan saran praktis.
5.3.1 Saran Teoritis
Bagi penulis yang tertarik dan berminat pada permasalahan yang sama,
disarankan untuk :
1. Pada penelitian ini, independent variable secara bersama memberikan
sumbangan sebesar 34,2% terhadap dependent variable (kesejahteraan
subjektif), sisanya yakni 65,8% dipengaruhi oleh variabel di luar penelitian.
Penelitian selanjutnya dapat meneliti variabel lain seperti jenis kelamin,
agama dan spiritualitas, dan kepribadian.
2. Untuk penelitian yang akan datang perlu memperluas lokasi, kriteria dan usia
pengambilan sampel karena studi ini terbatas hanya dilakukan di satu kampus.
Dimana mungkin tidak mewakili mahasiswa pada umumnya, seperti pengguna
Instagram pada remaja dan rentang usia lain yang masih aktif menggunakan
Instagram, dengan jumlah sampel yang lebih luas dan lebih besar agar lebih
representatif.
83
5.3.2 Saran Praktis
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan sebagai berikut:
1. Pada penelitian ini temuan variabel presentasi diri terdapat pengaruh yang
signifikan dengan arah yang negatif terhadap kesejahteraan subjektif. Artinya
semakin tinggi presentasi diri, maka semakin rendah kesejahteraan subjektif
pada mahasiswa. Dengan presentasi diri yang tidak berlebihan, seperti tidak
berlebihan mengekspos tentang diri, tidak memberikan ekspektasi yang tinggi
kepada orang lain, tidak menampilkan informasi yang tidak benar dan menjadi
orang lain untuk memuaskan followers pada akun Instagramnya. Hal tersebut
dapat meningkatkan kebahagiaan pada mahasiswa.
2. Pada penelitian ini temuan variabel family support terdapat pengaruh yang
signifikan dengan arah yang positif terhadap kesejahteraan subjektif. Artinya
semakin tinggi family support, maka semakin tinggi kesejahteraan subjektif
pada mahasiswa. Dengan demikian penulis menyarankan bahwa keluarga
hendaknya tetap memberikan dukungan pada mahasiswa. Dukungan dapat
diberikan berupa dukungan emosional seperti perhatian, kasih sayang yang
cukup, kepedulian, juga dukungan yang berupa saran dan arahan akan
meningkatkan kesejahteraan pada mahasiswa.
3. Pada penelitian ini temuan variabel significant other support terdapat
pengaruh yang signifikan dengan arah yang positif terhadap kesejahteraan
subjektif. Artinya semakin tinggi significant other support, maka semakin
tinggi kesejahteraan subjektif pada mahasiswa. Hal ini dapat dijadikan bahan
masukkan yang positif bagi significant other untuk dapat memperhatikan
84
faktor yang dapat meningkatkan kesejahteraan subjektif, yakni melalui
hadirnya significant other disaat mahasiswa membutuhkan, dapat berbagi suka
duka, dapat memberikan kenyamanan, serta peduli dengan apa yang
mahasiswa rasakan. Tersedianya kenyamanan, kepedulian, dan hal lain dari
significant other seperti teman spesial, dosen, psikolog, dan lainnya dapat
membawa kebahagiaan pada mahasiswa.
4. Pada penelitian ini temuan variabel redeeming value terdapat pengaruh yang
signifikan dengan arah yang positif terhadap kesejahteraan subjektif. Artinya
semakin tinggi redeeming value, maka semakin tinggi kesejahteraan subjektif
pada mahasiswa. Ketika mahasiswa menggunakan Instagram sesuai dengan
nilai pribadi dalam diri, maka kesejateraan subjektif akan menigkat. Sehingga
penulis menyarankan sebaiknya mahasiswa perlu mengikuti akun yang sesuai
dengan nilai dalam diri dan positif serta menggunakan Instagram dengan
bijak. Seperti mengunggah dan mengikuti konten positif serta tidak
menggunakan media sosial secara berlebihan.
85
DAFTAR PUSTAKA
Aprianti, I (2012). Hubungan antara perceived social support dan psychological
well-being pada mahasiswa perantau tahun pertama di Universitas
indonesa.
Atikah, Ranu & Kamila (2017). When your happiness comes from your social
media: social support dari media sosial sebagai prediktor bagi subjective
well-being mahasiswa. Jakarta.
Baumeister, Tice & Hutton (1987). Self‐presentational motivations and
personality differences in self‐esteem. American Psychological
Association, 497-529.
Baumeister, R F & Leary, M R (1995). The need to belong: desire for
interpersonal attachments as a fundamental human motivation.
American Psychological Association, 497-529.
Bakhshi, S., Shamma, D. A., & Gilbert, E. (2014). Faces engage us: Photos with
faces attract more likes and comments on instagram. In Proceedings of
The 32nd Annual ACM Conference on Human Factors in Computing
Systems.
Bohang, F K (2017). Indonesia, pengguna instagram terbesar se-Asia Pasifik.
http://tekno.kompas.com/read/2017/07/27/11480087/indonesia-pengguna-
instagram-terbesar-se-asia-pasifik. Diunggah pada tanggal 5 Desember
2017.
Carstensen, L L (1992). Social and emotional patterns in adulthood: support for
socioemotional selectivity theory. Psychology and Aging, 7(3), 331-338.
Cutrona, C E & Russell, D W (1987). The provisions of social relationships and
adaptation to stress. Advances in Personal Relationships, 37-67.
Çolak, T. S., & Doğan, U. (2016). Does the use of social media ensure social
support and happiness?. International Online Journal of Educational
Sciences, 8(4).
Lakey, B., & Cohen, S. (2000). Social support and theory. Social Support
Measurement and Intervention: A Guide for Health and Social Scientists,
29-52.
Diener, E. D., Emmons, R. A., Larsen, R. J., & Griffin, S. (1985). The
satisfaction with life scale. Journal of Personality Assessment, 49(1), 71-
75.
86
Diener. (2000). Subjective well-being: the science of happiness and a proposal
for a national index. American Psychological Association. DOI:
10.1037//0003-066X.55.1.34
Diener, E., Suh, E M., Lucas, R E., & Smith, H L (1999). Subjective well-being :
three decades of progress. American Psychological Association.
Diener, E., Lucas, R E., & Oishi, S (2003). Personality, culture, and subjective
well-being: emotional and cognitive evaluations of life. DOI: 10.1146
Diener, E., Suh, E., & Oishi, S. (1997). Recent findings on subjective well-being.
Indian Journal of Clinical Psychology.
Diener, E & Oishi, S (2005). The nonobvious social psychology of happiness.
Psychological Inquiry, 16(4), 162-167.
Diener, et al (2010). New well-being measures: short scales to assess
flourishing and positive and negative feelings. Social Indicators
Research, 97(2), 143-156.
Diener, E., & Seligman, M. E. (2002). Very happy people. Psychological
science, 13(1), 81-84.
Doğan, A. E. U., & Adıgüzel, A. (2017). Sources of test anxiety: a qualitative
approach. Children, 8(27).
Ellison NB, Heino R, Gibbs J. (2006). Managing impressions online: self
presentation processesinthe online dating environment. Journal of
Computer-Mediated Communication. DOI:10.1111/j.1083-
6101.2006.00020
Ellison, N. B., Steinfield, C., & Lampe, C. (2007). The benefits of Facebook
“friends:” social capital and college students‟ use of online social
network sites. Journal of Computer‐Mediated Communication, 12(4),
1143-1168.
Fajrina, H N (2016). Ada 22 Juta pengguna aktif Instagram dari Indonesia.
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20160623112758-185-140353/a
da-22-juta-pengguna-aktif-instagram-dari-indonesia/. Diunduh pada
tanggal 5 Desember 2017
Floyd, F. J., & Widaman, K. F. (1995). Factor analysis in the development and
refinement of clinical assessment instruments. Psychological
Assessment, 7(3), 286.
87
Gallagher, E. N., & Vella-Brodrick, D. A. (2008). Social support and emotional
intelligence as predictors of subjective well-being. Personality and
Individual Differences, 44(7), 1551-1561.
Gerlich, R. N., Browning, L., & Westermann, L. (2010). The social media affinity
scale: implications for education. Contemporary Issues in Education
Research, 3(11), 35.
Goffman, E. (1959). The presentation of self in everyday life. Trad. it. La vita
Quotidiana. New York: Doubleday.
Gonzales, A., & Hancock, J T. (2010) Mirror, mirror on my Facebook wall:
effects of exposure to Facebook on self-esteem. Cyber Psychology,
Behavior & Social Networking. DOI:10.1089/cyber.2009.0411
Gülaçtı, F. (2010). The effect of perceived social support on subjective well-
being. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 2(2), 3844-3849.
Hu, Y., Manikonda, L., & Kambhampati, S. (2014). What we Instagram: a first
analysis of Instagram photo content and user types. In Icwsm.
Jones, E. E., & Pittman, T. S. (1982). Toward a general theory of strategic self-
presentation. Psychological Perspectives on The Self, 1(1), 231-262.
Kaplan, A. M., & Haenlein, M. (2010). Users of the world, unite! the
challenges and opportunities of social media. Business Horizons, 53(1),
59-68.
Kim, J., & Lee, J. E. R. (2011). The Facebook paths to happiness: effects of
the number of Facebook friends and self-presentation on subjective
well-being. Cyber Psychology, Behavior, and Social Networking, DOI:
10.1089/cyber.2010.0374.
Kim, H. (2014). Enacted social support on social media and subjective well-
being. International Journal of Communication, 8, 21.
Krasnova, H (2014). The impact of social media use on subjective well-being of
adolescents. Application for the Angelo Dalle Molle Foundation Prize.
Kowalski, R. M., & Leary, M. R. (1990). Strategic self-presentation and the
avoidance of aversive events: antecedents and consequences of self-
enhancement and self-depreciation. Journal of Experimental Social
Psychology, 26(4), 322-336.
Lopez, W. J. (2014). Word of mouth vs. expert reviews: compared using need
for cognition and social media affinity (Doctoral dissertation).
88
Lyubomirsky, S., King, L., & Diener, E. (2005). The benefits of frequent
positive affect: does happiness lead to success?. Psychological
Bulletin, 131(6), 803.
Malkoç, A., & Yalçin, İ. (2015). Relationships among resilience, social support,
coping, and psychological well-being among university studentss. Türk
Psikolojik Danışma ve Rehberlik Dergisi, 5(43).
Miao, Y. (2016). The role of social media as a constraint negotiation resource:
implication for collegiate women's sporting event attendance (Doctoral
Dissertation, Clemson University).
Michikyan, M., Dennis, J & Subrahmanyam, K (2014). Can u guess who i am:
real, ideal, and false self-presentation on Facebook among emerging
adults. Emerging Adults, 1-10, DOI: 10.1177/216769681453442
Myers, D. (1987). Anonymity is part of the magic: individual manipulation of
computer-mediated communication contexts. 251-266.
Myers, D. G., & Diener, E. (1995). Who is happy?. Psychological Science, 6(1),
10-19.
Myers, D G (2000). The funds, friends, and faith of happy people. American
Psychological Association, DOI: 10.1037//0003-066X.55,1.56.
Papalia, D. E., Feldman, R. D., & Martorell, G. (2012). Experience human
development.
Pavot, W. & Diener E. (2004). Findings on subjective well-being: applications
to public policy, clinical interventions, and education. Positive Psychology
In Practice, 679-692. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Pavot, W., & Diener, E. (2004). The subjective evaluation of well-being in
adulthood: findings and implications. Ageing International, 29(2), 113-
135.
Pittman, M., & Reich, B. (2016). Social media and loneliness: why an Instagram
picture may be worth more than a thousand Twitter words. Computers
in Human Behavior, 155-167.
Rae, J. R., & Lonborg, S. D. (2015). Do motivations for using Facebook moderate
the association between Facebook use and psychological well-
being?. Frontiers in psychology, 6, 771.
89
Robins, R W & Beer J R (2001). Positive illusions about the self: short-term
benefits and long-term costs. American Psychological Association.
DOI: 10.1037//0O22-3514.80.2.340
Rui, J., & Stefanone, M. A. (2013). Strategic self-presentation online: a cross-
cultural study. Computers in Human Behavior, 29(1), 110-118.
Sarason, I G., Levine, H M., Basham, R B & Sarason, B R (1983). Assesing
social support: the social support questionaire. Journal of Personality
and Social Psychology, 44(1), 127-139.
Schlenker, B. R. (1980). Impression management: the self-concept, social
identity, and interpersonal relations. 168-233.
Seligman, M. E. (1998). What is the good life. American Psychological
Association Monitor, 29(10), 2.
Seligman, M. E. P., & Csikszentmihaly, M (2000). Positive psychology: an
introduction. American Psychological Association, DOI: 10.1037//0003-
066x.55.1.5
Siedlecki, K. L., Salthouse, T. A., Oishi, S., & Jeswani, S. (2014). The
relationship between social support and subjective well-being across
age. Social Indicators Research, 117(2), 561-576.
Solomon, D (2013). Moving on from Facebook : using Instagram to connect with
undergraduates and engage in teaching and learning.
http://crln.acrl.org/index.php/crlnews/article/view/8991/9770. Diunduh
pada tanggal 5 Desember 2017.
Subrahmanyam, K., & Smahel, D. (2010). Digital youth: the role of media in
development. Springer Science & Business Media.
Umar, J. (2012). Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, II(2),
115-116. ISSN: 2089-6247.
Valkenburg, P. M., Peter, J., & Schouten, A. P. (2006). Friend networking sites
and their relationship to adolescents' well-being and social self-
esteem. Cyber Psychology & Behavior, 9(5), 584-590.
Wang, Q., Chen, W., & Liang, Y. (2011). The effects of social media on college
students.
Watson, D., Clark, L. A., & Tellegen, A. (1988). Development and validation of
brief measures of positive and negative affect: the PANAS
scales. Journalof Personality and Social Psychology, 54(6), 1063.
90
Widiartanto, Y H (2015). Remaja pilih mana, Facebook atau Instagram?.
http://tekno.kompas.com/read/2015/10/21/15440037/Remaja.Pilih.Mana.F
acebook.atau.Instagram. Diunduh pada tanggal 5 Desember 2017.
Winarno E, 2017. Medsosmu harimaumu: antisipasi dampak negatif media sosial
demi terwujudnya keluarga berketahanan.
https://www.kompasiana.com/mistered/medsosmu- harimaumu-antisipasi-
dampak-negatif-media-sosial-demi-terwujudnya- keluarga-
berketahanan 599573d576168148ce05a212. Diunduh pada tanggal 5
desember 2017.
Wong, W. K. W. (2012). Faces on Facebook: a study of self-presentation and
social support on Facebook. Discovery-SS Student E-Journal, 184-214.
Zimet, G. D., Dahlem, N. W., Zimet, S. G., & Farley, G. K. (1988). The
multidimensional scale of perceived social support. Journal of
Personality Assessment, 52(1), 30-41.
91
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
KUESIONER
Assalamu‟alaikum Wr. Wb
Saya adalah mahasiswa Program Strata-1 Psikologi Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang saat ini sedang melakukan penelitian
sebagai bagian dari skripsi. Oleh karena itu kami mengharapkan bantuan Anda
untuk dapat mengisi angket ini.
Dalam menjawab angket ini tidak ada jawaban salah atau benar, maka
Anda bebas menentukan jawaban yang paling sesuai dengan diri Andadan tidak
ada kaitannya sama sekali dengan penilaian jabatan. Setiap jawaban yang Anda
berikan akan terjamin kerahasiaannya dan hanya dipakai untuk kepentingan
penelitian ini saja.
Mohon baca petunjuk pengisian terlebih dahulu. Setelah selesai
mengisi angket ini mohon diteliti kembali jawaban Anda agar tidak ada
pernyataan yang tidak terjawab atau terlewati.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb
Jakarta, Mei 2018
Hormat kami,
Faradila Yunan
92
Data Responden
Inisial : .....................................................
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Usia :
Pendidikan : SD/SMP/SMA/DIPLOMA/S1
Fakultas / Jurusan / Universitas :
Lama Menggunakan Instagram :
a. < 6 bulan
b. 6 – 12 bulan
c. > 12 bulan
Intensi Mengugunakan Instagram :
a. 1 – 3 kali per hari
b. 3 – 6 kali per hari
c. Lebih dari 6 kali per hari
Durasi Mengunakan Instagram (akumulasi):
a. < 1 jam per hari
b. 1 – 3 jam per hari
c. >3 jam per hari
Akun Sosial Media Selain Intagram (boleh lebih dari satu):
a. Facebook
b. Twitter
c. Path
d. Lainnya, sebutkan …..
Nama akun Instagram (wajib diisi)::
Jumlah followers akun Intagram (wajib diisi):
Jumlah foto Unggah pada akun Instagram (tidak termasuk yang di Archive) :
Jumlah likes terbanyak yang pernah di dapat pada salah satu foto :
93
PETUNJUK PENGISIAN
Kuesioner ini berisi pernyataan, tidak ada jawaban benar atau salah. Sebelum
mengisi pernyataan tersebut, baca dan pahamilah terlebih dahulu, kemudian
berikan tanda checklist(√) pada salah satu dari keempat kolom disamping kanan
pernyataan.
Adapun pilihan kolom disamping pernyataan sebagai berikut :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Pilihlah pernyataan yang paling menggambarkan diri Anda dengan
memberikan tanda checklist(√) pada salah satu dari keempat kolom disamping
kanan pernyataan.
Contoh :
No Pernyataan Pilihan jawaban
STS TS S SS
1 Saya terlibat dan tertarik pada kehidupan saya
sehari-hari saya. √
Pernyataan diatas menunjukkan bahwa :
Anda setuju dengan pernyataan bahwa “Saya terlibat dan tertarik pada
kehidupan saya sehari-hari saya.”
BAGIAN KESATU
Pernyataan di bawah ini menggambarkan bagaiamana Anda menilai diri
Anda saat ini. Gunakan skala berikut untuk menunjukkan tingkat kesesuaian
atau ketidaksesuaian dengan kondisi Anda pada setiap pernyataan. (STS =
Sangat Tidak Setuju, TS= Tidak Setuju, S= Setuju, SS= Sangat Setuju)
No Pernyataan Pilihan jawaban
STS TS S SS
1 Saya menjalani hidup yang terarah dan bermakna.
2 Hubungan sosial yang saya miliki bermanfaat bagi
saya.
3 Dalam kegiatan saya sehari-hari, saya selalu
terlibat aktif di dalamnya.
4 Saya aktif berkontribusi pada kebahagiaan dan
kesejahteraan yang dialami orang lain.
5 Saya memiliki kompetensi dan kemampuan dalam
menjalani kegiatan yang penting bagi saya.
6
Saya adalah orang yang baik dan menjalani
kehidupan yang baik.
94
No. Pernyataan Pilihan Jawaban
STS TS S SS
7 Saya optimis terhadap masa depan saya.
8 Orang lain menghormati diri saya.
9 Saya merasa hal-hal positif terjadi dalam hidup
saya.
10 Pikiran saya dipenuhi dengan pikiran-pikiran
negatif.
11 Saya mengharapkan hal baik akan terjadi dalam
hidup saya.
12 Saya sering merasa hal buruk telah terjadi dalam
hidup saya.
13 Saya merasa nyaman dengan kehidupan saya saat
ini.
14 Selama sebulan terkahir, saya merasa tidak
nyaman dengan diri saya.
15 Saya menjalani hidup dengan perasaan bahagia.
16 Kondisi yang saya alami dalam kehidupan sangat
menyedihkan.
17 Saya takut untuk menghadapi masa depan.
18 Saya menjalani hari dengan riang setiap harinya.
19 Saya orang yang mudah tersinggung.
20 Saya merasa puas dengan kehidupan saya saat ini.
BAGIAN KEDUA
Kuesioner ini berisi pernyataan, tidak ada jawaban benar atau salah.
Sebelum mengisi pernyataan tersebut, baca dan pahamilah terlebih dahulu,
kemudian berikan tanda checklist(√) pada salah satu dari keempat kolom
disamping kanan pernyataan.
Adapun pilihan kolom disamping pernyataan sebagai berikut :
STS : Sangat Tidak Sesuai
TS : Tidak Sesuai
S : Sesuai
SS : Sangat Sesuai
No Pernyataan Pilihan Jawaban
STS TS S SS
1
Terkadang, saya mencoba untuk menjadi orang lain
dibanding dengan menjadi diri sendiri diunggahan
Instagram yang saya lakukan.
2
Saya benar-benar menjadi orang yang sangat
berbeda antara kehidupan nyata dan dunia maya.
95
No Pernyataan Pilihan Jawaban
STS TS S SS
3 Saya mengunggah informasi yang tidak benar-benar
menggambarkan diri saya di akun Instagram.
4 Terkadang, saya menjaga image di unggahan
Instagram yang saya lakukan.
5
Saya memiliki pandangan yang baik terhadapdiri
saya dan Instagram adalah tempat bagi saya untuk
menunjukkannya.
6 Gambaran diri saya di dunia maya sama dengan
gambaran diri saya di kehidupan nyata.
7
Saya sangat memahami apa yang saya inginkan
dalam hidup dan Instagram adalah tempat untuk
mengungkapkan pandangan dan keyakinan yang
saya miliki.
8
Cara saya menampilkan diri di Instagram adalah
gambaran diri saya yang sebenarnya di kehidupan
nyata.
9
Saya bangga terhadap hal-hal yang telah saya capai
sehingga saya menunjukkannya pada orang lain
melalui unggahan Instagram saya.
10
Melalui Instagram, saya dapat menjelajahi berbagai
aspek dari diri saya lebih banyak dari apa yang saya
bisalakukan di dunia nyata.
11 Saya mengedit foto saya di profil Instagram agar
saya terlihat lebih baik ataupun berbeda.
12 Saya merasa bahwaada banyak sisi lain dari diri
saya yang saya tunjukkan di akun Instagram.
13 Saya membandingkan diri saya dengan orang lain
di Instagram.
14 Saya mencoba untuk membuat orang lain terkesan
dengan foto-foto yang saya unggah di Instagram.
15 Saya hanya menunjukkan sifat-sifat dari diri saya
yang disukai oleh orang lain.
16 Saya mengunggah apapun di akun Instagram saya
untuk menunjukkan apa yang saya inginkan.
17
Dalam akun Instagram, saya tetap menjadi diri
sayasendiri namun sekaligus menunjukkan juga apa
yang saya inginkan
18
Saya menunjukkan yang saya inginkan pada akun
Instagram tanpa mempedulikan perkataan ataupun
penilaian yang diberikan orang lain.
19
Saya memiliki standar tersendiri ketika
mengunggah apapun di Instagram agar dapat
menunjukkan sisi positif dari diri saya.
96
No Pernyataan Pilihan Jawaban
STS TS S SS
20 Saya membuat Instastories yang sesuai dengan apa
yang saya inginkan.
21
Saya hanya mengunggah sesuatu yang
menunjukkan sisi positif dari diri saya yang ingin
saya perlihatkan di akun Instagram.
22
Saya mengunggah hal-hal yang saya sukai
meskipun hal tersebut bukan apa yang umum saya
lakukan.
BAGIAN KETIGA
Pernyataan di bawah ini menggambarkan bagaiamana Anda menilai diri
Anda saat ini. Gunakan skala berikut untuk menunjukkan tingkat kesesuaian
atau ketidaksesuaian dengan kondisi Anda pada setiap pernyataan. (STS =
Sangat Tidak Sesuai, TS= Tidak Sesuai, S= Sesuai, SS= Sangat Sesuai)
No Pernyataan Pilihan Jawaban
STS TS S SS
1 Ada seseorang yang istimewa dan selalu ada
ketika saya sedang membutuhkannya.
2 Ada seseorang yang istimewa yang dapat
berbagi suka dan dukadengan saya.
3 Saya memiliki keluarga yang sungguh-sungguh
untuk dapat membantu saya
4 Saya mendapatkan dukungan emosional yang
saya butuhkan dari keluarga saya.
5 Saya memiliki orang yang istimewa yang dapat
memberikan kenyamanan bagi saya.
6 Teman-teman saya sungguh-sungguh ketika
berusaha membantu saya.
7 Saya dapat mengandalkan teman-teman saya
ketika sesuatu yang tidakdiinginkan terjadi.
8 Saya dapat berbicara tentang masalah yang saya
alami dengan keluarga saya.
9 Saya memiliki teman-teman yang dapat berbagi
suka dan duka dengansaya.
10 Ada seseorang yang istimewa dalam hidup saya
yang peduli dengan apa yang saya rasakan.
11 Keluarga saya bersedia membantu saya dalam
melakukan pengambilan keputusan.
12 Saya dapat menceritakan masalah yang saya
alami kepada teman-teman saya.
97
BAGIAN KEEMPAT
Pernyataan di bawah ini menggambarkan bagaiamana Anda menilai diri
Anda saat ini. Gunakan skala berikut untuk menunjukkan tingkat kesesuaian
atau ketidaksesuaian dengan kondisi Anda pada setiap pernyataan. (STS =
Sangat Tidak Sesuai, TS= Tidak Sesuai, S= Sesuai, SS= Sangat Sesuai)
No. Pernyataan Pilihan Jawaban
STS TS S SS
1
Instagram adalah media yang bagus untuk kita
gunakan agar kita dapat tetap berhubungan
satu sama lain.
2 Bagi saya, Instagram hanya membuang-buang
waktu saja.
3
Instagram memungkinkan orang yang
memiliki kesamaan minat untuk tetap saling
terhubung.
4
Bermain Instagram sangat menghabiskan
waktu yang terlalu banyak untuk mengurus
ataupun membaca apa yang adadisana.
5
Bagi saya, memiliki akunInstagram adalah hal
yang penting karena sayadapat menceritakan
tentang diri sendiri maupun aktivitas yang saya
jalani.
6
Saya suka melihat dan membaca unggahan
yang dilakukan oleh teman-teman atau
anggota keluarga saya di akun Instagram
mereka.
7
Kita dapat menggunakan informasi yang
ditemukan di Instagram untuk membuat
keputusan mengenai hal-hal tertentu yang kita
inginkan.
8
Instagram adalah media yang bagus untuk
membangun komunitas secara online di mana
orang-orang yang memiliki minat ataupun sifat
yang sama dapat saling terhubung.
9 Instagram hanya berguna untuk iseng-iseng
saja.
10 Saya tidak peduli apa yang dilakukan orang
lain di akun Instagramnya.
11
Kehadiran Instagram dapat menggambarkan
berkembangnya kebutuhan akan rasa
kebersamaan di antara orang-orang yang
menggunakannya
98
12
Instagram dapat menjadi alat komunikasi yang
efektif di lingkungan pertemanan saya di
kampus.
13
Instagram memiliki potensi besar untuk
digunakan dalam bidang bisnis seperti
pemasaran ataupun popularitas individu
99
LAMPIRAN 2
HASIL OUTPUT CFA
A. Kesejahteraan Subjektif
UJI VALIDITAS KONSTRUK SWB DA NI=20 NO=241 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X11 X13 X15 X18 X20 X10 X12 X14 X16 X17 X19 PM SY FI=SWB.COR MO NX=20 NK=1 LX=FR TD=SY ME=UL LK SWB FR TD 14 11 TD 16 2 TD 4 3 TD 16 15 TD 17 16 TD 17 11 TD 18 16 TD 20 15 TD 10 8 TD 19 9 TD 17 15 TD 18 17 TD 10 2 TD 17 14 TD 16 1 TD 18 15 FR TD 19 15 TD 11 1 TD 19 6 TD 5 3 TD 18 10 TD 2 1 TD 7 1 TD 5 4 TD 20 10 TD 8 7 TD 8 6 TD 7 6 TD 19 12 TD 12 3 TD 20 11 TD 20 12 TD 20 9 FR TD 20 1 TD 18 5 TD 6 5 TD 10 7 TD 18 8 TD 10 6 TD 6 4 TD 4 2 TD 17 7 TD 17 8 TD 17 2 TD 17 5 TD 17 10 TD 14 3 TD 8 4 TD 15 11 TD 14 5 FR TD 13 5 TD 13 9 TD 14 2 TD 12 2 TD 19 18 TD 19 7 TD 15 10 TD 13 8 TD 18 13 TD 12 9 TD 9 3 TD 9 1 TD 18 1 TD 10 1 TD 20 13 TD 20 14 TD 9 5 FR TD 19 17 TD 14 10 TD 11 2 TD 11 10 TD 11 8 TD 19 13 TD 20 19 TD 19 16 TD 18 3 TD 16 11 TD 12 1 TD 13 1 TD 16 5 PD OU SS TV MI
100
Gambar path diagram pengujian CFA konstruk kesejahteraan subjektif.
101
B. Presentasi Diri
UJI VALIDITAS KONSTRUK PRESENALL DA NI=22 NO=241 MA=PM LA X5 X6 X7 X8 X9 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X1 X2 X3 X4 X10 X11 X12 X13 X14 X15 PM SY FI=PRESENALL.COR MO NX=22 NK=1 LX=FR TD=SY ME=UL LK PDALL FR TD 4 2 TD 15 14 TD 14 13 TD 14 2 TD 15 13 TD 14 4 TD 4 3 TD 8 6 TD 7 2 TD 3 2 TD 7 6 TD 7 4 TD 20 13 TD 22 11 TD 10 7 TD 15 4 TD 10 8 FR TD 13 2 TD 5 3 TD 8 3 TD 3 1 TD 10 4 TD 6 4 TD 5 4 TD 8 2 TD 16 8 TD 7 3 TD 17 3 TD 6 3 TD 10 2 TD 13 10 TD 2 1 TD 14 7 TD 19 17 TD 20 10 FR TD 14 10 TD 14 5 TD 6 2 TD 9 2 TD 5 2 TD 16 6 TD 21 18 TD 14 11 TD 14 6 TD 17 7 TD 14 1 TD 10 5 TD 12 10 TD 20 6 TD 21 9 FR TD 8 4 TD 13 7 TD 13 5 TD 4 1 TD 9 4 TD 22 10 TD 11 9 TD 19 16 TD 9 7 TD 8 7 TD 17 5 TD 5 1 TD 10 3 TD 10 6 TD 10 9 TD 7 5 TD 15 9 TD 16 9 FR TD 12 2 TD 18 8 TD 15 7 TD 20 3 TD 20 7 TD 20 8 TD 21 8 TD 13 4 TD 22 4 TD 11 5 TD 17 1 TD 17 6 TD 19 3 TD 9 3 TD 7 1 TD 21 15 TD 15 5 TD 15 10 TD 19 6 TD 17 9 TD 20 5 FR TD 16 4 TD 20 4 TD 9 1 TD 22 9 TD 11 2 TD 18 12 TD 19 13 TD 21 2 TD 16 2 TD 11 1 TD 11 6 TD 11 10 PD OU SS TV MI
102
Gambar path diagram pengujian CFA konstruk item presentasi diri.
C. Dukungan Sosial
Family Support
UJI VALIDITAS KONSTRUK FAMILY DA NI=4 NO=241 MA=PM LA X3 X4 X8 X11 PM SY FI=FAMILY.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY ME=UL LK FAMILY FR TD 3 1 PD OU SS TV MI
103
Gambar path diagram pengujian CFA konstruk item family support.
Friend Support
UJI VALIDITAS KONSTRUK FRIEND DA NI=4 NO=241 MA=PM LA X6 X7 X9 X12 PM SY FI=FRIBENAR.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY ME=UL LK FRIEND FR TD 2 1 PD OU SS TV MI
Gambar path diagram pengujian CFA konstruk item friend support.
104
Significant OtherSupport
UJI VALIDITAS KONSTRUK SIGNIFICANT DA NI=4 NO=241 MA=PM LA X1 X2 X5 X10 PM SY FI=SIGBENAR.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY ME=UL LK SIGNIFI FR TD 2 1 PD OU SS TV MI
Gambar path diagram pengujian CFA konstruk item significant other
support.
D. Afinitas media Sosial
Redeeming Value
UJI VALIDITAS KONSTRUK REDEEMING DA NI=7 NO=241 MA=PM LA X2 X4 X5 X6 X9 X10 X12 PM SY FI=RVSMAUN.COR MO NX=7 NK=1 LX=FR TD=SY ME=UL LK REDEEMI FR TD 7 3 TD 4 3 TD 7 4 TD 2 1 TD 7 2 PD OU SS TV MI
105
Gambar path diagram pengujian CFA konstruk item redeeming value.
Shared Interest
UJI VALIDITAS KONSTRUK SISMA DA NI=3 NO=241 MA=PM LA X1 X3 X8 PM SY FI=SISMA.COR MO NX=3 NK=1 LX=FR TD=SY ME=UL LK SISMA PD OU SS TV MI
Gambar path diagram pengujian CFA konstruk item shared interest
106
Business & Organizations
UJI VALIDITAS KONSTRUK BOSMA DA NI=3 NO=241 MA=PM LA X7 X11 X13 PM SY FI=BOSMA.COR MO NX=3 NK=1 LX=FR TD=SY ME=UL LK BOSMA PD OU SS TV MI
Gambar path diagram pengujian CFA konstruk item business &
organizations.
107
LAMPIRAN 3
HASIL UJI REGRESI
108
PROPORSI VARIANS