digilib.uns.ac.id/Pengaruh... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BIOLOGI DAN SIKAP PEDULI...
Transcript of digilib.uns.ac.id/Pengaruh... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BIOLOGI DAN SIKAP PEDULI...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH MODEL SCIENCE TECHNOLOGY SOCIETY
DISERTAI TEKNIK MIND MAP TERHADAP HASIL BELAJAR
BIOLOGI DAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN SISWA DI SMAN
COLOMADU
SKRIPSI
Oleh:
ITA WIDYA YANTI
NIM K4308093
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGARUH MODEL SCIENCE TECHNOLOGY SOCIETY
DISERTAI TEKNIK MIND MAP TERHADAP HASIL BELAJAR
BIOLOGI DAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN SISWA DISMAN
COLOMADU
Oleh:
ITA WIDYA YANTI
NIM K4308093
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Ita Widya Yanti. K4308093. PENGARUH MODEL SCIENCE TECHNOLOGY
SOCIETY DISERTAI TEKNIK MIND MAP TERHADAP HASIL
BELAJAR BIOLOGI DAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN SISWA DI
SMAN COLOMADU. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Januari 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:(1) Pengaruh model
pembelajaran Science Technology Society disertai teknikMind Map terhadap hasil
belajar Biologi siswa kelas X SMAN Colomadu Tahun Pelajaran 2011/2012, (2)
Pengaruh model pembelajaran Science Technology Society disertai teknikMind
Map terhadap sikap peduli lingkungan siswa kelas X SMAN Colomadu Tahun
Pelajaran 2011/2012.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (Quassy
Experimental Research) dengan menggunakan The Randomized Control Group
Posttest Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA
Negeri ColomaduTahun Pelajaran 2011/2012. Teknik pengambilan sampel
dilakukan dengan cara cluster random sampling. Sampel dalam penelitian ini
adalah kelas X.6 sebagai kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran
ceramah bervariasi dan praktikum disertai rangkuman sederhana dan kelas X.2
sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Science
Technology Society disertai Teknik Mind Map. Teknik pengumpulan data
menggunakandokumentasi, lembar observasi, angket, dan tes. Teknik analisis data
menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial menggunakan uji-t (t-
test) untuk menguji hipotesis dengan bantuan SPSS 16.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Ada pengaruh secara
signifikan Science Technology Society disertai Teknik Mind Map terhadap hasil
belajar Biologi siswa kelas X SMAN Colomadu Tahun Pelajaran 2011/2012
dengan nilai signifikan ranah kognitif 0,000; ranah psikomotor 0,000; dan ranah
afektif 0,019, (2) Ada pengaruh secara signifikan model pembelajaran Science
Technology Society disertai Teknik Mind Map terhadap sikap peduli lingkungan
kelas X SMAN Colomadu Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan nilai
signifikan0,002.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Science Technology Society (STS), Teknik Mind
Map, Hasil Belajar, Sikap Peduli Lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Ita Widya Yanti. K4308093.”THE INFLUENCE OF SCIENCE
TECHNOLOGY SOCIETY MODEL WITH MIND MAP TECHNIQUE TO
BIOLOGY LEARNING ACHIEVEMENT AND ENVIRONMENTAL
ATTITUDES AT SMAN COLOMADU”.Thesis. Surakarta: Teacher Training and
Education Faculty. Sebelas Maret University. Januari 2013.
This research aimed to determine: (1) The effect of Science Technology
Society (STS) model with Mind Maptechniqueto Biology learning achievement
grade 10th
of at SMAN Colomadu Academic Year 2011/2012, (2) The effect of the
application of STS model with Mind Map technique to environmental attitudes of
10th
of students at SMAN Colomadu Academic Year 2011/2012.
This research was Quasy Experimental Research used The Randomized
Control Group Posttest Design.The population of this research were all students of
SMA Colomadu Academic Year 2011/2012.The sample of this research was by
cluster random sampling. The samples for this research was grade 10th.
6as the
control classes with using various oral model with simple summary practice and
grade 10th.
2 as experimental class are using the STS learning model with the Mind
Map technique.The data collection techniques is by documentation techniques,
observation sheets, questionnaires, and tests. The technique of data analysis using
the descriptive statistics and the inferential statistics withusing t-test to test the
hypothesis with the succor of SPSS 16.
Based on the research can be concluded: (1) There is a significant effect of
STS model with Mind Map technique toBiology learning achievement grade 10th
at
SMAN Colomadu Academic Year2011/2012 with cognitive significant value 0000;
psychomotor domain 0.000, and affective domain 0.019 (2) There is significant
effect of STS model with Mind Map technique on environmental attitudes of grade
10th
at SMAN Colomadu Academic Year 2011/2012 with significant value 0.002.
Keywords: Science Technology Society (STS) Model, Mind Map Technique,
Learning Achievement, Environmental Attitudes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
”Wa man jaahada fa-innamaa yujaahidu linafsihi.”
“Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu adalah
untuk dirinya sendiri.”.
(QS. Al-Ankabut: 6)
“Yaa ayyuhal-ladziina aamanushbiruu washoobiruu.”
“Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu.”
(QS. Ali-Imron: 200)
”Berangkat dengan penuh keyakinan. Berjalan dengan penuh
keikhlasan.Istiqomah dalam menghadapi cobaan.”
(Penulis)
”Senyum tidak hanya akan menampilkan wajah yang cerah, namun juga
menghangatkan jiwa.”
(Penulis)
”Optimis, Karena Hidup Terus Mengalir Dan Kehidupan Terus Berputar.”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Dalam naungan Ridhlo Allah SWT, kupersembahkan karya ini untuk:
Ibundaku tersayang, yang selalu sabar menuntunku. Terima kasih yang tak
terbatas untuk segala doa, menemani setiap langkah dan selalu ada
disampingku, dukungan serta kasih sayang yang tiada terkira.
Ayahanda tersayang, yang selalu memberikan nasehatnya. Terima kasih atas
segala pengorbanan yang telah bapak berikan, yang senantiasa
membahagiakanku, memberikan segala sesuatu yang aku inginkan.
Adekku ”Desy Ratna Juwita” tersayang, terima kasih atas segala pengertian,
dukungan, doa, serta kasih sayang yang tiada hentinya.
Kakak sepupuku ”Pudy Astuti”tersayang, terima kasih atas segala pengertian,
dukungan, doa, serta kasih sayang yang tiada hentinya.
“Safitri Restu Widyawati Nasution”,terimakasih atas doa dan semangatnya.
Ibu Suciati yang selalu sabar dalam memberiku arahan dan bimbingan. Terima
kasih atas semangat, motivasi, dukungan, serta ilmu yang telah ibu berikan.
Bapak Joko Ariyanto yang selalu sabar dalam memberiku arahan dan
bimbingan. Terima kasih atas semangat, motivasi, dan masukan yang telah ibu
berikan.
Ibu Sri Widoretno yang selalu memberikan nasehatnya.
Ibu Triut Susilaningsih yang selalu memberikan motivasi, dorongan, nasehat,
kasih sayang, doa, serta ketulusan. Terima kasih atas semua yang ibu berikan.
Siswa-siswi kelas X.2, X.3, dan X.6 SMAN Colomadu yang telah membantu
dalam penelitian ini.
Teman-teman kos “Wisma Latansa”, Mbak Clara, Sherestu, Sari,dan Putri atas
kebersamaan kita selama ini.
Iva Yuni Listiani,teman seperjuanganku. Sukses selalu.
Arti, Whelly, Rida, Pinkan, Ria, Diana. The Jack Family terima kasih atas
kebersamaan dan keceriaan serta perjuangan selama ini.
Gama, Ferry, Dani, Aji, Parmi, Cuwi, Valent, Putri, Purwo, Hantyan, Devi
teman satu bimbingan terimakasih atas kebersamaan dan kesabaran yang
tercurah selama ini.
Teman-temanPendidikan Biologi 2008, terima kasih atas kebersamaan dan
perjuangan yang tak akan terlupakan.
Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang atas segala
rahmat, hidayah serta inayah-Nya. Atas kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “PENGARUH MODEL
SCIENCE TECHNOLOGY SOCIETY DISERTAI TEKNIK MIND MAP
TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DAN SIKAP PEDULI
LINGKUNGAN SISWA DI SMAN COLOMADU”.
Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari prasyarat
untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Biologi, Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa penulisan skripsi dapat terselesaikan dengan baik atas bantuan,
bimbingan, serta pengarahan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi PendidikanBiologi, Jurusan Pendidikan Matematika
Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Ibu Dr. Suciati Sudarisman, M.Pdselaku Pembimbing I, yang selalu
memberikan motivasi, pengarahan, dan bimbingan dalam menyusun skripsi
ini.
5. Bapak Joko Ariyanto, S.Si, M.Siselaku Pembimbing II, yang selalu
memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran dalam menyusun skripsi ini.
6. Kepala SMA Negeri Colomadu, yang telah memberikan kesempatan dan
tempat guna pengambilan data dalam penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
7. Wakasek Kurikulum SMA Negeri Colomadu, yang telah memberikan ijin
penelitian.
8. Bu Triut Susiloningsih, S.Pdselaku guru Biologi kelas X.2, X.3, dan X.6SMA
Negeri Colomadu yang telah membantu saat jalannya penelitian.
9. Siswakelas X.2, X.3, dan X.6SMA Negeri Colomaduyang telah bersedia
berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
10. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca umumnya.
Surakarta, Januari 2013
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................. ii
HALAMAN PENGAJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK ........................................................................... vi
HALAMAN ABSTRACT ........................................................................ vii
HALAMAN MOTTO ............................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... ix
KATA PENGANTAR .............................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xx
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................ 9
A. Kajian Teori ......................................................................... 10
1. Belajar dan Pembelajaran Biologi ................................... 10
a) Belajar Biologi ........................................................... 10
b) Pembelajaran Biologi ................................................. 12
2. Teori-teori Belajar ........................................................... 14
a. Teori Belajar Konstruktivisme ................................... 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
b. Teori Belajar Bermakna David Ausubel .................... 16
c. Teori Belajar Sosial Vygotsky ................................... 17
d. TeoriPerkembangan Kognitif Piaget .......................... 19
3. Model Pembelajaran Science Technology Society .......... 20
a. Pengertian Model Pembelajaran Science Technology
Society ........................................................................ 20
b. Tahap-tahap Model Pembelajaran Science Technology
Society ........................................................................ 26
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran
Science Technology Society ........................................ 30
d. Implikasi Model Pembelajaran Science Technology
Societyterhadap Hasil Belajar dan Sikap Peduli
Lingkungan ................................................................ 31
4. Teknik Mind Map ............................................................ 34
a. TeknikMindMap ......................................................... 34
b. Langkah-langkah membuat Teknik Mind Map .......... 37
c. Keunggulan dan Kekurangan TeknikMind Map ........ 38
d. Implikasi Teknik Mind Map terhadap Hasil Belajar
dan Sikap Peduli Lingkungan ..................................... 38
5. Hasil Belajar .................................................................... 40
6. Sikap Peduli Lingkungan ................................................ 44
B. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................. 48
C. Kerangka Berpikir ................................................................ 49
D. Hipotesis .............................................................................. 53
BAB III METODEPENELITIAN .......................................................... 54
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 54
1. Tempat Penelitian............................................................ 54
2. Waktu Penelitian ............................................................. 54
B. Rancangan Penelitian ........................................................... 55
C. Populasi dan Sampel ............................................................ 56
1. Populasi Penelitian .......................................................... 56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
2. Sampel Penelitian ............................................................ 56
D. Teknik Pengambilan Sampel ............................................... 57
E. Pengumpulan Data ............................................................... 57
1. Variabel Penelitian .......................................................... 57
2. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 58
F. Validasi Instrumen Penelitian .............................................. 60
1. Uji Validitas .................................................................... 60
2. Uji Reliabilitas ................................................................ 62
3. Analisis Butir Soal .......................................................... 64
G. Analisis Data ........................................................................ 66
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 67
A. Deskripsi Data ...................................................................... 67
1. Deskripsi DataHasil Belajar Biologi Siswa .................... 67
a. Hasil Belajar Ranah Kognitif .................................... 67
b. Hasil Belajar Ranah Psikomotor ............................... 70
c. Hasil Belajar Ranah Afektif ...................................... 75
2. Deskripsi Sikap Peduli Lingkungan Siswa ..................... 79
B. Pengujian Prasyarat Analisis ............................................... 81
1. Uji Keseimbangan ........................................................... 81
2. Uji Normalitas ................................................................. . 82
3. Uji Homogenitas ............................................................. 83
C. Uji Hipotesis ........................................................................ 85
1. Uji Hipotesis Pertama ..................................................... 85
2. Uji Hipotesis Kedua ........................................................ 86
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ......................................... 87
1. Hipotesis Pertama............................................................ 87
a. Hasil Belajar Biologi Ranah Kognitif ......................... 88
b. Hasil Belajar Biologi Ranah Psikomotor .................... 91
c. Hasil Belajar Biologi Ranah Afektif ........................... 94
2. Hipotesis .......................................................................... 96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .............................. 100
A. Simpulan .............................................................................. 100
B. Implikasi .............................................................................. 100
1. Implikasi Teori ................................................................ 100
2. Implikasi Praktis ............................................................. 100
C. Saran .................................................................................... 101
1. Bagi Guru ........................................................................ 101
2. Bagi Institusi ................................................................... 101
3. Bagi Peneliti Lain ............................................................ 102
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 103
LAMPIRAN .............................................................................................. 104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 2.1 Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget ................................. 19
Tabel 2.2 Tahap Model Pembelajaran Science Technology Society............. 27
Tabel 2.3 Perbedaan Model Pembelajaran Science Technology Society dan
Pembelajaran Sains Lainnya .......................................................... 30
Tabel 3.1 Rancangan Ramdomized Subjects Posttest Only Control Design.. 55
Tabel 3.2 Skor Penilaian Berdasarkan Skala Likert ...................................... 59
Tabel 3.3 Rangkuman Uji Validitas Hasil Tes Try Out Siswa ...................... 62
Tabel 3.4 Koefisien Korelasi ......................................................................... 63
Tabel 3.5 Rangkuman Uji Reliabilitas Hasil Tes Try Out Siswa .................. 63
Tabel 3.6 Rangkuman Uji Taraf Kesukaran Hasil Tes Try Out Siswa .......... 64
Tabel 3.7 Rangkuman Uji Daya Pembeda Hasil Tes Try Out Siswa ............ 66
Tabel 4.1 Distribusi Hasil Belajar Biologi Siswa Ranah Kognitif ............... 68
Tabel 4.2Deskripsi Hasil Belajar Biologi Siswa Ranah Kognitif .................. 69
Tabel 4.3 Distribusi Hasil Belajar Biologi Siswa Ranah Psikomotor
Melalui Angket .............................................................................. 70
Tabel 4.4 Deskripsi Hasil Belajar Biologi Siswa Ranah Psikomotorik
Melalui angket ............................................................................... 71
Tabel 4.5 Distribusi Hasil Belajar Biologi Siswa Ranah Psikomotor
Melalui Observasi .......................................................................... 73
Tabel 4.6 Deskripsi Hasil Belajar BiologiSiswa Ranah Psikomotorik
Melalui Observasi .......................................................................... 74
Tabel 4.7 Distribusi Hasil Belajar Biologi Siswa Ranah Afektif ................. 76
Tabel 4.8 Deskripsi Hasil Belajar Biologi Siswa Ranah Afektif ................... 77
Tabel 4.9 Nilai Rata-rata Hasil Belajar Biologi ............................................. 78
Tabel 4.10 Distribusi Sikap Peduli Lingkungan Siswa .................................. 79
Tabel 4.11 Deskripsi Sikap Peduli Lingkungan Siswa .................................. 80
Tabel 4.12 Hasil Uji Keseimbangan Nilai Ulangan Harian ........................... 82
Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Biologi Siswa ....................... 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas Sikap Peduli Lingkungan Siswa ................ 83
Tabel 4.15 Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar Biologi Siswa ................... 84
Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas Sikap Peduli Lingkungan Siswa............. 84
Tabel 4.17Hasil Uji Pengaruh Model Pembelajaran Science
Technology Society disertai Teknik Mind Map Terhadap Hasil
Belajar Biologi ............................................................................. 86
Tabel 4.18 Hasil Uji Pengaruh Model Pembelajaran Science
Technology Society disertai TeknikMind Map Terhadap
Sikap Peduli Lingkungan ............................................................. 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Keterkaitan antara Science Technology Society ........................ 23
Gambar 2.2 Tahap Model PembelajaranScience Technology Society .......... 26
Gambar 2.3 Domain Model Pembelajaran Science Technology Society ...... 32
Gambar 2.4 Teknik Mind Map ..................................................................... 35
Gambar 2.5 Paradigma Theory of Planned Behaviour ................................. 47
Gambar 2.6 Skema Kerangka Berpikir Penelitian ........................................ 52
Gambar 3.1 Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian............................ 54
Gambar 3.2 Skema Paradigma Penelitian .................................................... 55
Gambar 4.1. Perbandingan Distribusi Hasil Belajar Biologi Ranah Kognitif
Siswa Kelas Kontrol dengan Eksperimen ................................. 68
Gambar 4.2. Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Biologi RanahKognitif
Siswa Kelas Kontrol dengan Eksperimen ................................. 69
Gambar 4.3.Perbandingan Distribusi Hasil Belajar Biologi Siswa Ranah
Psikomotor Siswa Kelas Kontrol dengan Eksperimen............. 71
Gambar 4.4. Perbandingan Rata-rata Hasil BelajarBiologiSiswa Ranah
Psikomotorik Kelas Kontrol dengan Kelas Ekperimen ............ 72
Gambar 4.5. Perbandingan Distribusi Hasil Belajar Biologi Siswa Ranah
Psikomotor Siswa Kelas Kontrol dengan EksperimenMelalui
Angket ....................................................................................... 73
Gambar 4.6. Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Biologi Siswa Ranah
Psikomotor Siswa Kelas Kontrol dengan EksperimenMelalui
Observasi .................................................................................. 74
Gambar 4.7. Perbandingan Distribusi Hasil Belajar Biologi Siswa Ranah
Afektif Siswa Kelas Kontrol dengan Eksperimen .................... 76
Gambar 4.8. Perbandingan Distribusi Hasil Belajar Biologi Siswa Ranah
Afektif Siswa Kelas Kontrol dengan Eksperimen ................... 77
Gambar 4.9. Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas
Kontrol dengan Eksperimen ...................................................... 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
Gambar 4.10. PerbandinganDistribusi Sikap Peduli Lingkungan Siswa
Kelas Kontrol dengan Eksperimen .......................................... 80
Gambar 4.11. Perbandingan Rata-rata Sikap Peduli Lingkungan Siswa Kelas
Kontrol dengan Eksperimen .................................................... 81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1. InstrumenPenelitian ................................................................... 107
a. Silabus Kelas Eksperimen ...................................................... 108
b. Silabus Kelas Kontrol ............................................................. 114
c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen......... 120
d. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ............... 147
e. Kisi-kisi Angket Sikap Peduli Lingkungan ............................ 176
f. Angket Sikap Peduli Lingkungan ........................................... 177
g. Lembar Jawab Angket Sikap Peduli Lingkungan .................. 181
h. Kisi-kisi Angket Psikomotorik .............................................. 182
i. Angket Ranah Psikomotorik................................................... 183
j. Lembar Jawab Angket Psikomotorik ..................................... 186
k. Lembar Observasi Afektif Kelas Eksperimen ........................ 187
l. Lembar Observasi Afektif Kelas Kontrol ............................... 194
m. Lembar Observasi Psikomotor Kelas Eksperimen ................. 200
n. Lembar Observasi Psikomotor Kelas Kontrol ........................ 210
o. Lembar Observasi Keterlaksanaan Sintaks ............................ 216
p. Kisi-kisi Soal Kognitif ........................................................... 225
q. Soal Kognitif .......................................................................... 226
r. Kunci Jawaban Soal Kognitif ................................................. 237
s. Lermbar Jawab Soal Kognitif ................................................. 238
t. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ................................. 239
u. Lembar Kerja Siswa Kelas Kontrol ........................................ 257
Lampiran 2. Analisis Instrumen ..................................................................... 269
a. Surat Keterangan Validasi ...................................................... 270
b. Uji Validitas, Reliabilitas, Taraf Kesukaran, dan Daya
Pembeda Butir Soal Kognitif.................................................. 273
c. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Psikomotor ................. 284
d. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Sikap Peduli
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
Lingkungan ............................................................................ 287
e. Rangkuman Hasil Try Out ...................................................... 292
Lampiran 3. Data Hasil Penelitian ................................................................. 293
a. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif................... 294
b. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotor
Melalui Angket ....................................................................... 304
c. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotor
Melalui Lembar Observasi ..................................................... 310
d. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif
Melalui Lembar Observasi ..................................................... 314
e. Daftar Nilai Sikap Peduli Lingkungan Siswa Melalui
Lembar Angket ....................................................................... 318
f. Distribusi dan Deskripsi Data ................................................. 326
g. Dokumen Hasil Belajar Siswa Kelas X .................................. 330
h. Hasil Observasi Keterlaksanaan SintaksModel
Pembelajaran Science Technology Society ............................. 337
Lampiran 4.Analisis Data............................................................................... 346
a. Uji Normalitas Data Dokumen Tiap Kelas dalam Populasi ... 347
b. Uji Homogenitas Data Dokumen dalam Populasi .................. 348
c. Uji KeseimbanganData Dokumen dalam Populasi ................ 348
d. Uji Normalitas HasilBelajar Siswa Ranah Kognitif,
Psikomotorik, Afektif dan Sikap Peduli Lingkungan ............ 349
e. Uji Homogenitas Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif,
Psikomotorik, Afektif dan Sikap Peduli Lingkungan ............ 354
f. Uji Hipotesis Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif,
Psikomotorik, Afektif dan Sikap Peduli Lingkungan ............ 355
g. Rangkuman Uji Normalitas,Homogenitas, dan Hipotesis
Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif,Psikomotorik, Afektif
dan Sikap Peduli Lingkungan ................................................. 358
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
Lampiran 5. Surat-surat Perijinan .................................................................. 362
a. Surat Permohonan Izin Penelitian .......................................... 363
b. Surat Permohonan Ijin Penyusunan Skripsi ........................... 369
c. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ...................... 370
Lampiran 6.Dokumentasi Penelitian .............................................................. 371
a. Dokumentasi Try Out ............................................................. 372
b. Dokumentasi Kelas Eksperimen............................................. 373
c. Dokumentasi Kelas Kontrol ................................................... 376
d. Dokumentasi Evaluasi ............................................................ 379
Lampiran 7 Tabel Distribusi F, Tdan Lilliefors ............................................. 380
a. Tabel Distribusi F dan T ......................................................... 381
b. Tabel Distribusi Lilliefors....................................................... 384
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi telah berkembang dengan pesat sehingga saat ini
banyak hasil Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang dapat
digunakan bagi kepentingan masyarakat. Hasil perkembangan ini
membawa berbagai dampak bersifat positif dan negatif terhadap hampir
setiap aspek kehidupan. Di dalam kehidupan sehari-hari dampak negatif
perkembangan IPTEK yang semakin pesat saat ini dan di masa yang akan
datang telah memunculkan permasalahan yang semakin kompleks
terutama masalah rendahnya kualitas lingkungan. Oleh karenanya perlu
adanya sumber daya manusia yang memiliki kepedulian yang tinggi
terhadap lingkungan.
Pendidikan merupakan salah satu sarana yang efektif untuk
meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia melalui
proses pembelajaran. Pendidikan mampu mendukung pembangunan di
masa mendatang, khususnya menghasilkan peserta didik yang berkualitas,
yaitu manusia mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan
yang dihadapinya. Idealnya pendidikan diarahkan bukan hanya pada
penguasaan konsep-konsep ilmiah, tetapi siswa dituntut memiliki sikap
positif terhadap sains dan teknologi khususnya sikap peduli lingkungan
dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak
perkembangan sains dan teknologi. Pendidikan merupakan wahana yang
strategis dalam upaya menumbuhkembangkan sikap peduli lingkungan.
Hal ini relevan dengan tujuan pembelajaran IPA di SMA yaitu
untuk memperoleh kompetensi lanjut ilmu pengetahuan dan teknologi
serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif, dan mandiri
sesuai standar isi (Permendiknas No. 22 tahun 2006). Berkaitan dengan hal
tersebut, maka idealnya pembelajaran IPA khususnya Biologi ditujukan
agar cara siswa mampu mengkonsruksi sendiri pengetahuannya sehingga
Biologi bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan berupa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi merupakan
suatu penemuan. Siswa didorong untuk dapat menemukan sendiri sebagian
atau seluruh materi yang akan dipelajari dengan cara menghubungkan atau
mengaitkan informasi itu dengan pengetahuan yang telah dimilikinya.
Pembelajaran IPA Biologi seyogyanya berorientasi pada hakikat
sains yang mengandung empat hal yaitu produk, proses, sikap, dan
teknologi melalui keterampilan proses (Rustaman, 2005: 91). Sains
sebagai produk berarti bahwa dalam sains terdapat fakta-fakta, prinsip-
prinsip, dan teori-teori yang sudah diterima kebenarannya. Aspek produk
atau kognitif merupakan ketercapaian belajar siswa dalam pemahaman dan
penguasaan konsep dan materi pembelajaran. Kemampuan kognitif
berorientasi pada kemampuan berpikir yang mencakup kemampuan
intelektual sederhana sampai kemampuan intelektual tingkat tinggi. Sains
sebagai proses berarti bahwa sains merupakan suatu proses untuk
mendapatkan suatu pengetahuan. Aspek proses atau psikomotor terlihat
dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.
Aunurrahman (2009: 54) mengungkapkan bahwa siswa melalui
keaktifannya akan dapat terus menerus mengembangkan kemampuan dan
keterampilan motoriknya untuk mencapai tingkatan-tingkatan kemampuan
dan keterampilan motorik yang lebih tinggi melalui proses belajar atau
latihan yang dilakukan. Sains sebagai sikap berarti bahwa dalam sains
terkandung sikap tekun, terbuka, jujur dan objektif. Aspek sikap atau
afektif dapat dilihat siswa dengan berbagai tingkah laku seperti
perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, peduli, motivasi belajar,
menghargai guru dan teman, kebiasaan belajar serta hubungan sosial
siswa. Sains sebagai teknologi berarti bahwa sains mempunyai keterkaitan
dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senada dengan yang
diungkapkan Rustaman (2005: 91) bahwa untuk memahami sains secara
utuh, pembelajaran siswa tidak hanya mempelajari aspek produk (kognitif)
saja, tetapi juga harus mempelajari aspek proses (psikomotorik), sikap
(afektif) dan teknologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Dalam rangka mengoptimalkan penguasaan IPA khususnya
Biologi, seyogyanya tidak sekedar sajian konsep dan informasi tetapi
harus menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah, sehingga dapat membantu siswa
untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dirinya
sendiri dan alam sekitar. Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa
pembelajaran IPA Biologi lebih menekankan pada pendekatan
keterampilan proses sehingga siswa menemukan fakta-fakta, membangun
konsep-konsep, teori, dan sikap ilmiah yang diharapkan dapat berpengaruh
positif terhadap hasil belajar siswa.
Namun demikian, penguasaan IPA siswa Indonesia masih jauh dari
harapan. Berdasarkan studi Programme for Internasional Student
Assessmentn (PISA, 2003) kemampuan siswa usia 15 tahun dalam
membaca (reading literacy), matematika (mathematics literacy), dan IPA
(scientific literacy) masih rendah. Literasi sains siswa Indonesia berada
pada kelompok bawah dengan rata-rata nilai komponen literasi sains
adalah 395 berada di bawah skala kemampuan yang menempatkan
Indonesia pada peringkat ke-38 dari 41 negara di bawah negara Thailand
yang memiliki rata-rata nilai 436 menempati posisi ke-32, tetapi tidak
terpaut jauh dari siswa negara Brasil (390), dan Tunisia (385. Sementara
data PISA (2006) dari 57 negara peserta, literasi sains siswa Indonesia
berada pada posisi ke-50 dengan skor rata-rata 393 (Hayat dan Yusuf,
2010: 323). Hasil studi PISA (2009) menunjukkan Indonesia menduduki
peringkat capaian sains ke-60 dari 65 peserta (Pusat Penilaian Pendidikan
Balitbang Kemdikbud, 2011). Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan
bahwa Indonesia masih ketinggalan jauh dalam bidang penguasaan sains
dibandingkan negara-negara lain. Tingkat kemampuan siswa Indonesia
umumnya hanya mampu mengingat fakta, terminologi dan hukum sains
serta menggunakan pengetahuan sains yang bersifat umum dalam
mengambil dan mengevaluasi kesimpulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Rendahnya penguasaan sains juga terjadi di tingkat sekolah, siswa
belum mampu menggunakan literasi sains sebagai alat untuk menguasai
ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari sehingga
siswa belum dapat mengkaitkan konsep Biologi untuk memecahkan
masalah lingkungan dimasyarakat berkaitan dengan pemanfaatan produk-
produk teknologi. Berdasarkan hasil observasi di SMAN Colomadu,
menunjukkan bahwa nilai siswa cenderung masih di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran Biologi. Guru hanya
mengedepankan aspek produk dibandingkan aspek proses dan sikap.
Kondisi tersebut menjadikan pembelajaran hanya berorientasi pada
pencapaian hasil belajar kognitif saja, akibatnya siswa kurang terlibat
langsung dalam kegiatan diskusi, presentasi, observasi, dan praktikum.
Kenyataan di lapangan siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu
mengaplikasikan konsep yang dimiliki jika menemui masalah dalam
kehidupan nyata. Penguasaan IPA lemah, sehingga sebagian besar siswa
kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan
bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan atau diaplikasikan
pada situasi baru. Hal ini mengakibatkan hasil belajar Biologi di tingkat
sekolah dinilai belum mencapai target yang diharapkan.
Hasil observasi secara empiris di lapangan mengidentifikasikan
pembelajaran Biologi masih didominasi oleh metode ceramah bervariasi,
sehingga siswa hanya mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari
guru tanpa melibatkan siswa secara keseluruhan. Efektifitas siswa dapat
dikatakan mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang
dianggap penting. Guru menjelaskan Biologi hanya sebatas produk dan
sedikit proses. Salah satu penyebab yang menjadikan alasannya adalah
padatnya materi yang harus dibahas dan diselesaikan sesuai tuntutan
kurikulum. Pembelajaran Biologi kurang mengembangkan literasi sains
dan sikap kepedulian lingkungan terutama dalam memecahkan
permasalahan yang ada. Selain itu, siswa juga masih mengalami kesulitan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
dalam proses pengorganisasian materi. Hal ini terlihat pada catatan siswa
yang kurang sistematis, sehingga sulit dipahami.
Fakta lain yang ditemukan di lapangan terkait pembelajaran
Biologi adalah sikap peduli lingkungan masih rendah. Hal tersebut terlihat
pada kondisi lingkungan sekolah yang kotor, gersang, dan kurang terawat.
Sikap peduli lingkungan siswa penting untuk dikembangkan. Oleh karena
persoalan lingkungan adalah hal yang sangat penting, maka sikap peduli
lingkungan yang diperoleh siswa sebagai hasil dari kegiatan dalam proses
belajar, diharapkan dapat meningkatkan kepedulian siswa terhadap
kelestarian lingkungan. Proses pembelajaran Biologi yang dilakukan guru
selama ini belum mengarah pada upaya pembentukan perilaku siswa yang
peduli lingkungan. Guru dituntut kompeten dalam mengemas
pembelajaran dengan pemahaman dan pengalaman belajar yang aplikatif,
yaitu mengarah pada pembentukan kepedulian siswa terhadap pelestarian
lingkungan. Sikap peduli siswa pada lingkungan yang tertanam sejak dini,
diharapkan akan dibawa terus hingga mereka dewasa. Dengan demikian,
lingkungan sekolah yang ditata dan dikelola dengan baik, diharapkan akan
menjadi wahana efektif pembentukan perilaku peduli lingkungan.
Berpijak pada kenyataan tersebut, maka perlu dicari alternatif
pembelajaran Biologi yang dapat mengakomodasi antara ilmu
pengetahuan dengan teknologi dalam kehidupan sehari-hari, agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai dengan hasil yang optimal. Biologi sebagai
salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk
memahami konsep dan proses sains melalui keterampilan proses sains
(KPS). KPS ini meliputi: keterampilan mengamati (observasi),
menafsirkan pengamatan (interpretasi), menggelompokkan (klasifikasi),
meramalkan (prediksi), berkomunikasi, berhipotesis, merencanakan
percobaan, menerapkan konsep atau prinsip, dan mengajukan pertanyaan
(Rustaman, 2005:93-98). Salah satu langkah pembenahan terhadap
permasalahan pembelajaran Biologi adalah menerapkan pembelajaran
berpusat pada siswa. Pembelajaran berpusat pada siswa akan lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
meningkatkan hasil belajar dan sikap kepedulian lingkungan siswa dalam
menghadapi persaingan global, kreatif dan tekun mencari peluang untuk
memperoleh kehidupan yang layak dan tabah andaikata mengalami
kegagalan dalam berusaha.
Salah satu model pembelajaran Biologi yang dapat mengaitkan
antara sains dan teknologi serta manfaatnya bagi masyarakat melalui
model pembelajaran STS. Model pembelajaran STS dengan sintaks yang
meliputi pendahuluan, pembentukan konsep, aplikasi konsep, pemantapan
konsep, dan evaluasi, sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran Biologi
dalam rangka mempersiapkan siswa menghadapi tantangan permasalahan
era globalisasi. Dengan demikian, siswa siap untuk memanfaatkan hasil-
hasil teknologi. Oleh karena siswa sudah dibekali sejak awal tentang
pendidikan sains dan teknologi, maka diharapkan dapat menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan model pembelajaran STS adalah
membentuk individu yang memiliki literasi sains dan teknologi serta
memiliki kepedulian terhadap masalah-masalah yang berkembang
dimasyarakat dan lingkungannya (Poedjiadi, 2007: 113).
Model pembelajaran STS akan efektif apabila dipadukan dengan
teknik pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran STS disertai dengan
Mind Map dalam pembelajaran Biologi dapat digunakan dalam upaya
mengkonstruksi materi dengan baik. Model STS disertai dengan Mind
Map mengintegrasikan peta pikiran ke dalam sistem penyajian materi
pembelajaran secara terpadu. Kegiatan tersebut mengkondisikan siswa
menggunakan pemikiran otak kiri dan kanan secara menyeluruh untuk
dapat menyelesaikan permasalahan yang ditemui dan mengkonstruk
konsep-konsep secara mandiri dengan bimbingan guru. Siswa akan
menggali pengetahuannya sendiri secara aktif melalui eksperimen dan
kegiatan brainstorming. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran
STS disertai dengan teknik Mind Map diharapkan siswa aktif dan kreatif
dalam memperoleh pengetahuan Biologi menjadi individu yang memiliki
literasi sains dan teknologi serta kepedulian terhadap masyarakat sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
dapat meningkatkan hasil belajar Biologi dan meningkatkan sikap peduli
lingkungan.
Bertolak dari latar belakang yang diuraikan di atas dan dalam
rangka meningkatkan kualitas pembelajaran IPA khususnya pada mata
pelajaran Biologi maka perlu dilakukan penelitian dengan judul:
“PENGARUH MODEL MSCIENCE TECHNOLOGY SOCIETY
DISERTAI TEKNIK MIND MAP TERHADAP HASIL BELAJAR
BIOLOGI DAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN SISWA DI SMAN
COLOMADU”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang
telah diuraikan maka permasalahan umum dalam penelitian ini bagaimana
pengaruh model pembelajaran STS disertai teknik Mind Map terhadap
hasil belajar Biologi dan sikap peduli lingkungan siswa kelas X SMAN
Colomadu Tahun Pelajaran 2011/2012. Permasalahan umum tersebut
dapat dirinci sebagai berikut:
A. Apakah ada pengaruh model pembelajaran STS disertai teknik Mind
Map berpengaruh terhadap hasil belajar Biologi kelas X SMAN
Colomadu Tahun Pelajaran 2011/2012?
B. Apakah ada pengaruh model pembelajaran STS disertai Teknik Mind
Map berpengaruh terhadap sikap peduli lingkungan siswa kelas X
SMAN Colomadu Tahun Pelajaran 2011/2012?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan
pengaruh model pembelajaran STS disertai teknik Mind Map terhadap
hasil belajar Biologi dan sikap peduli lingkungan siswa kelas X SMAN
Colomadu Tahun Pelajaran 2011/2012. Secara khusus tujuan penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui:
1. Pengaruh model pembelajaran STS disertai teknik Mind Map terhadap
hasil belajar Biologi siswa kelas X SMAN Colomadu Tahun Pelajaran
2011/2012.
2. Pengaruh model pembelajaran STS disertai teknik Mind Map terhadap
sikap peduli lingkungan siswa kelas X SMAN Colomadu Tahun
Pelajaran 2011/2012.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara
lain:
1. Bagi Siswa
a. Meningkatkan hasil belajar (ranah kognitif, ranah afektif, dan
ranah psikomotor) siswa dalam pembelajaran Biologi.
b. Meningkatkan sikap peduli lingkungan siswa terhadap lingkungan
hidupnya terutama dalam pembelajaran Biologi.
c. Memberikan suasana belajar yang kondusif dan variatif
d. Memberikan paradigma baru bahwa biologi merupakan suatu mata
pelajaran yang memberikan ketrampilan proses, menumbuhkan
sikap ilmiah dan melatih penguasaan konsep yang tidak sekedar
mengingat atau menghafal.
2. Bagi Guru
a. Menambah wawasan tentang model pembelajaran yang efektif
dalam mencapai tujuan pembelajaran pada pokok bahasan
Pencemaran Lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
b. Memberikan solusi terhadap kendala pelaksanaan pembelajaran
Biologi khususnya terkait dengan hasil belajar siswa pada ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.
3. Bagi Institusi
a. Meningkatkan sumber daya pendidikan sehingga menghasilkan
output yang berkualitas, dan dapat meningkatkan mutu pendidikan
di Indonesia.
b. Menambah kepustakaan dalam bidang pendidikan dan menjadi
acuan untuk diteliti lebih lanjut di jenjang pendidikan yang berbeda
4. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti lain dapat menambah kepustakaan dalam bidang
pendidikan dan menjadi acuan untuk diteliti lebih lanjut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Belajar dan Pembelajaran Biologi
a) Belajar Biologi
Belajar adalah istilah kunci yang sangat vital dalam setiap usaha
pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak akan pernah ada
pendidikan. Terdapat berbagai pendapat mengenai istilah belajar. Belajar
merupakan suatu proses yang di dalamnya terdapat interaksi baik antar
individu maupun dengan lingkungannya sehingga membentuk suatu
pengalaman tertentu yang mampu menghasilkan perubahan tingkah laku
berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau pengertian. Belajar
dapat berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai
bentuk perubahan untuk mencapai satu tujuan (Aunurrahman, 2009:35;
Slameto, 2003:2). Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Slameto
(1995:2), bahwa belajar adalah usaha seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang pokok
konsepnya adalah alam dengan segala isinya. Carin dan Evan (1990)
menyatakan bahwa sains mengandung empat unsur utama yaitu produk,
proses, sikap, dan teknologi. Sains sebagai produk bahwa dalam sains
terdapat fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan teori-teori yang sudah ada diterima
kebenarannya. Sains sebagai proses merupakan suatu proses untuk
menghasilkan pengetahuan ilmiah. Sains sebagai sikap berarti bahwa dalam
sains terkandung sikap tekun,terbuka, jujur, dan obyektif. Sains sebagai
teknologi berarti bahwa sains mempunyai keterikatan dan digunakan dalam
kehidupan sehari-hari (Rustaman, 2005:90).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Sains memiliki empat unsur utama seperti penjelasan di atas, maka
ketika belajar sains siswa perlu mengalami empat unsur tersebut. Siswa
dalam belajar sains seharusnya tidak hanya belajar produk saja, tetapi juga
harus belajar aspek proses, sikap, dan teknologi agar siswa dapat benar-
benar memahami sains secara utuh. Guru ketika menyiapkan pengalaman
belajar siswa, tidak hanya menekankan pada aspek produk saja, tetapi juga
kepada aspek proses, sikap, dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-
hari.
Belajar sains merupakan suatu proses konstruktif yang
menghendaki partispasi aktif siswa (Dahar, 2011:152). Belajar sains tidak
hanya belajar dalam wujud pengetahuan deklaratif berupa fakta, konsep,
prinsip, hukum tetapi juga belajar tentang pengetahuan prosedural berupa
cara memperoleh informasi, cara sains dan teknologi bekerja, kebiasaan
bekerja ilmiah, dan keterampilan berpikir (Wenno, 2008:5). Guru dalam
menciptakan siswa belajar sains mengupayakan agar seluruh aktivitas
pembelajaran benar-benar dapat mendorong proses pembelajaran siswa aktif
dalam kegiatan penemuan dan pengolahan informasi melalui kegiatan
mengamati, mengukur, mengajukan pertanyaan, mengklasifikasi,
memecahkan masalah dan sebagainya. Belajar akan lebih bermakna jika
anak mengalami apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya.
Pembelajaran yang berorientasi pada penggunaan materi terbukti dalam
kompetensi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak
memecahkan persoalan dalam jangka panjang (Trianto, 2010:12).
Hal ini relevan dengan tujuan pembelajaran IPA atau sains di SMA
adalah untuk memperoleh kompetensi lanjut ilmu pengetahuan dan
teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif, dan
mandiri sesuai standar isi (Permendiknas No. 22 tahun 2006). Pencapaian
tujuan pembelajaran biologi IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip
saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
diharapkan menjadi wahana siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di
dalam kehidupan sehari-hari.
b) Pembelajaran Biologi
Proses pembelajaran menurut Hamalik (2010:57) merupakan suatu
kombinasi meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai
tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang optimal. Pernyataan tersebut
selaras dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
pasal 1 ayat 20 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar.
Pelaksanaan pembelajaran yang paling sederhana pada
kenyataannya, selalu terkait erat dengan interaksi antara guru dan siswa.
Proses pembelajaran siswa berhubungan dengan bahan ajar, sumber belajar,
media, sarana prasarana belajar, iklim sekolah, dan lingkungan
(Sa’ud, 2008:166). Trianto (2010:17) menambahkan bahwa konsep
pembelajaran pada hakekatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk
membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber
belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Berbagai
pengertian tentang pembelajaran tersebut mengindikasikan bahwa dalam
pembelajaran terjadi interaksi dua arah antara guru dan peserta didik,
dimana keduanya terjadi komunikasi yang intens dan terarah menuju pada
suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pembelajaran Biologi menekankan pada pemberian pengalaman
langsung. Pembelajaran sains yang diberikan di sekolah akan menghasilkan
berbagai produk sains yang terdiri dari atas dari fakta, konsep, prinsip, teori
hukum dan postulat sedangkan proses sains akan menghasilkan berbagai
keterampilan yang dapat meningkatkan berbagai aktivitas dan kreativitas
siswa, misalnya keterampilan memprediksi, mengobservasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
mengeksplanasi, dan keterampilan menentukan apa yang akan diukur dan
diamati. Rustaman (2008: 4) menambahkan bahwa pembelajaran sains
(Biologi) sejak kurikulum 1975 sampai kurikulum berbasis kompetensi
meminta siswa untuk mengembangkan kemampuannya melalui penggunaan
metode ilmiah, kegiatan praktikum, pendekatan keterampilan proses,
pelaksanaan eksperimen, inkuiri, dan pendekatan lainnya termasuk
pendekatan konsep. Hal tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa Biologi
hendaknya melibatkan penggunaan tangan dan alat atau manipulatif.
Pendekatan konsep dalam bentuk sudah jadi, tetapi dengan rumusan konsep
yang berupa working definition yang memberikan batas kedalaman dan
keluasannya. Dengan demikian, pembelajaran Biologi di lapangan tidak
diberikan dalam bentuk definisi, sebab tidak akan terjadi proses berfikir
apabila siswa belajar Biologi dengan mendapat definisinya langsung.
Pada pembelajaran Biologi memerlukan keterampilan intelektual
dan keterampilan fisik ketika siswa berupaya untuk menerapkan gagasan
mereka pada situasi baru. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suciati (2011)
yang mengatakan bahwa pembelajaran Biologi hendaknya berbasis hands
on, mind on, dan heart on activities agar pembelajaran biologi tidak
kehilangan ruhnya sebagai sains sehingga siswa perlu dibantu untuk mampu
mengembangkan sejumlah pengetahuan yang menyangkut kerja ilmiah dan
pemahaman konsep serta aplikasinya. Pembelajaran Biologi di SMA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri
dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari (Astuti, 2009:122).
Proses pembelajaran Biologi harus fleksibel, bervariasi, dan
memenuhi standar. Proses pembelajaran juga harus interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik. Hal ini sesuai dengan amanat Peraturan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
salah satu standar yang harus dikembangkan adalah standar proses. Standar
proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai
kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses
pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses ini
berlaku untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal,
baik pada sistem paket maupun pada sistem kredit semester. Standar proses
meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses
pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan
efisien.
Pembelajaran Biologi akan berlangsung dengan baik jika guru
memiliki kompetensi substansi pembelajaran dimana guru menguasai materi
yang akan disampaikan, dan kompetensi metodologi pembelajaran dimana
guru menguasai metode pembelajaran sesuai dengan kebutuhan materi ajar.
Apabila metode pembelajaran tidak menarik, maka transfer ilmu
pengetahuan dari guru kepada siswa menjadi kurang maksimal. Peran utama
guru dalam pembelajaran biologi adalah memberikan pengalaman dan
memperkaya pengetahuan siswa dengan mengeksplorasi lingkungan dengan
proses pembelajaran yang sesuai.
2. Teori-teori Belajar
Teori belajar merupakan penjelasan mengenai bagaimana belajar atau
bagaimana informasi diproses dalam pikiran siswa (Trianto, 2010:27). Teori
belajar menaruh perhatian pada hubungan diantara variabel-variabel yang
menentukan hasil belajar.
a) Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut teori konstruktivisme dalam pembelajaran konstruktivis
penambahan pengetahuan baru dilakukan oleh siswa sendiri, melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
pemberian rangsangan berupa masalah-masalah dari dunia nyata yang
relevan dengan kebutuhan siswa (Mudjiman, 2006:25). Siswa belajar
sebagai pemikir, bukan hanya sebagai penerima pasif pengetahuan.
Pembelajaran ini menekankan pada keterampilan proses belajar, tidak
semata-mata kepada hasil belajar.
Belajar adalah suatu usaha pemberian oleh siswa kepada
pengalamannya melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju pada
pembentukan struktur kognitif. Pembelajaran diusahakan dapat memberikan
kondisi terjadinya pembentukan struktur kognitif secara optimal pada diri
siswa. Karakteristik pembelajaran yang dilakukan untuk mengkonstruksi
pengetahuan siswa dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) membebaskan
siswa dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta lepas yang sudah
ditetapkan, memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan ide-
idenya secara luas; 2) menumbuhkembangkan ketertarikan siswa untuk
menghubungkan gagasannya, kemudian mengformulasikan gagasannya
tersebut untuk membuat kesimpulan; 3) guru bersama-sama siswa mengkaji
pesan-pesan penting bahwa dunia adalah kompleks, dimana terdapat
bermacam-macam pandangan tentang kebenaran yang datangnya dari
interpretasi; 4) guru mengakui bahwa proses belajar dan penilaiannya
merupakan suatu usaha yang komplek sukar dipahami, tidak teratur, dan
tidak mudah dikelola (Budiningsih, 2005:65).
Peranan guru dalam pembelajaran kontruktivis yaitu: memilih dan
mengendalikan proses belajar dan mengajar, memberikan dukungan selektif
terdapat interpretasi yang dikemukakan siswa,baik mengenai isi maupun
cara atau sikap dalam memberikan interpretasi. Guru membuat para siswa
sadar dan bertanggungjawab dalam proses belajar mereka
(Dahar, 2011:166). Para siswa akan berusaha melibatkan diri dalam proses
konseptual dengan memperhatikan bimbingan guru dan kerjasama dengan
teman sekelas. Mereka berusaha mengkonstruksi pengetahuan tentang
materi yang sudah dipelajari. Mereka juga berusaha menerima dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
menerapkan kebiasaan baik yang disarankan guru atau ditiru dari teman-
teman sekelas, seperti kebiasaan mau bertanya dengan bahasa yang baik dan
benar, menolong orang lain, menghargai pendapat orang lain, jujur, rendah
hati, tidak mau menang sendiri, tidak egois, walaupun dalam menciptakan
kebiasaan itu diperlukan waktu yang lama.
b) Teori Belajar Bermakna David Ausubel
Inti dari teori Ausubel tentang belajar adalah belajar bermakna yang
terbagi dalam dua dimensi, yaitu: 1) berhubungan dengan cara informasi
atau materi pembelajaran yang disajikan kepada siswa; 2) menyangkut
bagaimana cara siswa mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang
berupa fakta-fakta, konsep, dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat
oleh siswa (Dahar, 2011:94).
Ausubel mengatakan bahwa proses belajar bermakna terjadi jika
seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimilikinya
dengan pengetahuan baru. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap
memperhatikan stimulus, memahami makna stimulus, menyimpan, dan
menggunakan informasi yang sudah dipahami. Informasi baru
diasimilasikan pada konsep-konsep yang relevan yang sudah ada pada
struktur kognitifnya. Bila tidak ada usaha untuk mengasimilasikan
pengetahuan baru pada konsep-konsep relevan yang ada pada struktur
kognitifnya, maka akan terjadi belajar hafalan. Kenyataannya guru dan
bahan ajar sangat jarang menolong siswa untuk menggunakan konsep-
konsep yang relevan dalam mengasimilasikan pengetahuan baru pada
struktur kognitifnya sehingga siswa hanya terjadi belajar hafalan.
Prinsip teori belajar Ausubel dalam mengajar sebagai berikut:
1) pengaturan awal yang mengarahkan siswa ke materi yang akan dipelajari
dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi yang
berhubungan yang dapat digunakan untuk membantu menanamkan
pengetahuan baru; 2) diferensiasi progresif merupakan proses penyusunan
konsep dengan cara mengajarkan konsep yang paling inklusif, kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
konsep kurang inklusif, dan terakhir hal- hal yang paling khusus; 3) belajar
superordinat, terjadi bila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya;
4) penyesuaian integratif, untuk mencapai tujuan integratif, materi pelajaran
hendaknya disusun untuk menggerakkan hierarki-hierarki konseptual ke atas
dan ke bawah selama penyajian informasi.
Berdasarkan teori Ausubel, dalam membantu siswa menanamkan
pengetahuan baru dari suatu materi, sangat diperlukan konsep-konsep awal
yang sudah dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep yang akan
dipelajari. Apabila dikaitkan dengan model pembelajaran berdasarkan
masalah, dimana siswa mampu mengerjakan permasalahan yang autentik
sangat memerlukan konsep awal yang sudah dimiliki siswa sebelumnya
untuk suatu penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata
(Trianto, 2010:38).
c) Teori Belajar Sosial Vygotsky
Menurut Vygotsky, perolehan pengetahuan dan perkembangan
kognitif seseorang seturut dengan teori sosiogenesis (Budiningsih, 2005:
100). Artinya pengetahuan dan perkembangan kognitif individu berasal dari
sumber-sumber sosial di luar dirinya. Hal ini bukan berarti individu bersikap
pasif dalam perkembangan kognitifnya, tetapi Vygotsky menekankan peran
aktif individu dalam mengkonstruksi pengetahuannya.
Vygotsky mengungkapkan pentingnya faktor-faktor sosial dalam
belajar. Selama belajar terdapat saling pengaruh antara bahasa dan tindakan
dalam kondisi sosial (Dahar, 2011:152). Teori ini lebih menekankan pada
aspek sosial dari pembelajaran. Proses pembelajaran akan terjadi jika anak
menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas ini masih berada
dalam jangkauan mereka disebut dengan zone of proximal development,
yakni daerah tingkat perkembangan sedikit di atas daerah tingkat
perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang
lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan dan kerjasama antar
individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
individu tersebut (Trianto, 2010: 39). Ide penting dari Vigotsky adalah
scaffolding yakni pemberian bantuan kepada anak selama tahap-tahap awal
perkembangan dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan
kesempatan pada anak untuk mengambil alih tanggungjawab yang semakin
besar segera setelah anak dapat melakukannya.
Berdasarkan pada teory Vygotsky di atas, terdapat beberapa
keuntungan jika: 1) anak memperoleh kesempatan yang luas untuk
mengembangkan potensinya melalui belajar dan berkembang;
2) pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan
potensial daripada tingkat perkembangan aktual; 3) pembelajaran lebih
diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan
intermental daripada kemampuan intramental; 4) anak diberi kesempatan
yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah
dipelajari dengan pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan untuk
melakukan tugas-tugas dan memecahkan masalah; 5) proses belajar dan
pembelajaran merupakan suatu proses mengkonstruksi pegetahuan atau
makna baru (Budiningsih, 2005:104).
Berdasarkan teori Vygotsky, maka dalam kegiatan pembelajaran
hendaknya anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan
zona perkembangan proximalnya atau potensi melalui belajar dan
berkembang. Guru menyediakan berbagai jenis bantuan dan tingkatan
bantuan (help/ cognitive scaffolding) yang dapat memfasilitasi anak agar
dapat memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Bantuan dapat dalam
bentuk contoh, pedoman, bimbingan orang lain atau teman yang lebih
kompeten. Anak yang telah mampu belajar sendiri perlu ditingkatkan
tuntutannya, sehingga tidak perlu menunggu anak yang berada di bawahnya.
Perlu pemahaman yang tepat tentang karakteristik siswa dan budayanya
sebagai pijakan dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
d) Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Menurut Piaget, kegiatan belajar terjadi sesuai dengan pola tahap-
tahap perkembangan tertentu dan umur seseorang. Pola dan tahap-tahap
perkembangan ini bersifat hierarkis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan
tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap
kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi
empat, dimana pada setiap tahapannya memiliki ciri dan disesuaikan dengan
umurnya. Tahap - tahap perkembangan kognitif dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Tahap Perkiraan Usia Kemampuan-kemampuan Utama
Sensorimotor Lahir sampai
usia 2 tahun
Terbentuknya konsep ”kepermanenan obyek”
dan kemajuan gradual adari perilaku reflektif ke
perilaku yang mengarah pada tujuan
Praoperasional 2 sampai 7
tahun
Perkembangan kemampuan menggunakan
simbol-simbol untuk menyatakan obyek-obyek
dunia. Pemikiran masih egosentris dan sentris.
Operasi konkret 7 sampai 11
tahun
Perbaikan dalam kemampuan untuk berpikir
secara logis. Kemampuan-kemapuan baru
termasuk penggunaan operasi-operasi yang dapat
balik. Pemikiran tidak lagi sentris tetapi
desentrasi, dan pemecahan masalah tidak begitu
dibatasi oleh keegosentrisan.
Operasi formal 11 sampai
dewasa
Pemikiran abstrak dan mungkin dilakukan.
Masalah-masalah dapat dipecahkan melalui
penggunaan eksperimentasi sistematis.
(Sumber: Trianto, 2010:29)
Makin bertambahnya umur seseorang, maka makin kompleks
susunan syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Piaget juga
mengatakan bahwa perkembangan kognitif akan terjadi jika melalui proses
asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi (Budiningsih, 2005:36). Proses
asimilasi merupakan proses pengintegrasian atau penyatuan informasi baru
kedalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu. Proses
akomodasi merupakan proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi
yang lain. Sedangkan proses ekuilibrasi adalah proses menyeimbangkan
antara lingkungan luar dengan struktur kognitifnya agar seseorang dapat
terus mengembangkan dan menambah pengetahuannya sekaligus menjaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
stabilitas mental dalam dirinya. Tanpa proses ekuilibrasi perkembangan
kognitif seseorang akan mengalami gangguan dan tidak teratur, misalnya
tampak pada caranya berbicara tidak runtut, berbelit-belit, terputus-putus,
tidak logis dan sebagainya.
Implikasi penting dari teori Piaget dalam model pembelajaran
adalah: 1) memusatkan perhatian pada berpikir atau proses mental anak,
tidak sekedar pada hasilnya; 2) keterlibatan aktif dalam kegiatan
pembelajaran, anak didorong untuk menemukan sendiri pengetahuan; 3)
memaklumi adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan
perkembangan. Sedangkan implikasi dalam proses pembelajaran adalah saat
guru memperkenalkan informasi-informasi yang melibatkan siswa
menggunakan konsep-konsep, memberikan waktu yang cukup untuk
menemukan ide-ide dengan menggunakan pola berpikir normal (Trianto,
2010:31).
3. Model Pembelajaran Science Technology Society
a) Model Pembelajaran Science Technology Society
Menurut Wenno (2008:2) sains merupakan ilmu pokok yang
konsepnya adalah alam dengan segala isinya. Sains sebagai proses/ metode
penyelidikan yang meliputi cara berpikir, sikap, langkah-langkah kegiatan
saintis untuk memperoleh produk sains atau ilmu pengetahuan ilmiah,
misalnya observasi, pengukuran, merumuskan dan menguji hipotesis,
mengumpulkan data, bereksperimen, dan prediksi. Sains bukan hanya
sekedar bekerja, melihat dan berpikir, melainkan ”science as a way of
knowing”. Artinya sains sebagai proses juga dapat meliputi kecenderungan,
sikap tindakan, keingintahuan, kebiasaan berpikir, dan seperangkat
prosedur. Sementara nilai-nilai sains berhubungan dengan tanggungjawab
moral, nilai-nilai sosial, manfaat sains untuk sains dan kehidupan manusia,
serta sikap dan tindakan. Sunar (2011: 9) mengemukakan tujuan dari
pembelajaran sains adalah untuk mengembangkan sejumlah pengetahuan
yang menyangkut kerja ilmiah dan pemahaman serta aplikasinya yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
mendalam tentang alam sekitarnya dengan mendudukkan siswa sebagai
pusat perhatian dalam interaksi aktif dengan teman (tutor age), lingkungan
(environment), dan narasumber lainnya.
Menurut Fishcher, teknologi merupakan keseluruhan upaya yang
dilakukan oleh masyarakat (manusia) untuk mengadakan benda-benda agar
memperoleh kenyamanan dan makanan bagi manusia itu sendiri.
Aikenhead berpendapat, teknologi merupakan studi tentang man-made-
word, artinya berhubungan dengan kreasi atau perekayasaan alam dan
solusi dari dan untuk manusia dalam mengahadapi masalah-masalah dan
tantangan dari lingkungan/ alam. Hunt & Solomon (1983) menambahkan
bahwa teknologi merupakan keahlian (craft), mesin-mesin besar (big
machine) atau teknologi tinggi dan proses keterampilan. Berbagai
pengertian tentang teknologi tersebut mengindikasikan bahwa teknologi
merupakan suatu keahlian, artinya melibatkan keterampilan fisik (tangan)
dan memerlukan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan perancangan,
pengembangan, dan membuahkan hasil yang bermanfaat untuk pemecahan
masalah yang dihadapi.
Masyarakat adalah kumpulan individu yang yang menjalin
kehidupan bersama sebagai satu kesatuan yang besar saling membutuhkan
dan memiliki struktur sosial. Aikenhead (1991:10) memberikan batasan
bahwa society is the social milieu. Masyarakat mengandung pengertian
lingkungan pergaulan sehari-hari, teknologi, pranata sosial, aspek-aspek
sosial budaya, dan nilai-nilai yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat.
Model pembelajaran merupakan rencana, pola atau pengaturan
kegiatan guru dan peserta didik yang menunjukkan adanya interaksi antar
unsur-unsur yang terkait dalam pembelajaran yakni guru, peserta didik dan
media termasuk bahan ajar atau materi subyeknya (Poedjiadi, 2007:119).
Model pembelajaran adalah pendekatan pembelajaran yang di dalamnya
mencangkup tujuan, sintaks, lingkungan, dan sistem pengelolaan
(Arends, 2001:7). Terdapat tahapan-tahapan atau langkah-langkah (syntax)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
dalam model pembelajaran yang relatif tetap dan pasif untuk menyajikan
materi pembelajaran secara berurutan. Merujuk pada Trianto (2010: 23),
model pengajaran memiliki empat kriteria/ ciri khusus sebagai berikut:
1) rasional teoritis yang dsusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
Model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang
luas dan menyeluruh; 2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana
siswa belajar (tujuan pembelajaran yang dicapai). Model pembelajaran
dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajaran, sintaks, dan sifat
lingkungan belajar; 3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model
berhasil dilaksanakan. Sintaks dari suatu model pembelajaran menunjukkan
dengan jelas kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh guru atau siswa;
4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran tercapai.
Setiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan
lingkungan yang berbeda-beda. Berdasarkan ciri-ciri tersebut maka, dalam
mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) harus dipilih model
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dengan
mempertimbangkan hal-hal berikut: materi pembelajaran, tingkat
perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia.
Kehadiran Science Technology Society (STS) tahun 1985
diperkenalkan di Bandung hanya ditekankan bahwa STS tidak perlu
dijadikan suatu mata pelajaran tersendiri karena pokok bahasan dalam
pembelajaran sains sudah terlalu padat. STS cukup dijadikan pendekatan
saja dalam pembelajaran sains yang mengacu pada Garis- Garis Besar
Program Pengajaran dan pokok bahasan yang sesuai saja. Di dalam konteks
pembelajaran ini STS ditempatkan sebagai model pembelajaran karena
melalui penelitian-penelitian yang cukup lama menggunakan hasil
penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi diperoleh kesimpulan bahwa STS
sebagai pendekatan dapat menjangkau siswa yang berkemampuan rendah
dalam kelas yang dirasa lebih menarik, nyata dan aplikatif sehingga STS
dijadikan suatu model pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Model pembelajaran STS berasal dari bahasa Inggris ”Science
Technology Society” yang disebut juga Sains Teknologi Masyarakat (STM)
yang pada awalnya dikemukakan oleh John Ziman dalam bukunya
Teaching and Learning about Science and Society. Pembelajaran Science
Technology Society berarti menggunakan teknologi sebagai penghubung
antara sains dan masyarakat (Poedjiadi, 2007:99). Merujuk berbagai
pengertian di atas dapat diketahui bahwa STS merupakan suatu model
pembelajaran yang terfokus pada isu-isu sosial yang terjadi di rumah,
sekolah, masyarakat yang sama pentingnya dengan masalah global terhadap
seluruh umat manusia. Secara kontekstual STS dapat dikaitkan dengan
asumsi bahwa sains, teknologi, dan masyarakat memiliki keterkaitan timbul
balik, saling isi-mengisi, saling tergantung, saling mempengaruhi dan
mendukung dalam mempertemukan antara permintaan dan kebutuhan
manusia serta membuat kehidupan masyarakat lebih baik dan mudah
(Wenno, 2008:51-52). Keterkaitan antara Sains, Teknologi, dan Masyarakat
dapat dilihat pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Interaksi antara Sains, Teknologi, dan Masyarakat
(Sumber: Wenno, 2008:54).
Teknologi lahir karena adanya kebutuhan manusia pada jaman
purba. Sains berawal dari adanya sifat ingin tahu manusia. Kehadiran
teknologi dan sains pada awalnya tidak ada kaitan sama sekali. Namun
dalam perkembangannya sains dan teknologi memiliki kaitan yang sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
erat, perkembangan sains mengakibatkan perkembangan teknologi.
Penemuan teknologi berwujud terciptanya alat-alat baru maupun
penyempurnaan dari alat-alat lama. Penemuan maupun penyempurnaan alat
berdampak pula pada penemuan dan pengembangan sains. Sains berbeda
dengan teknologi, namun antara sains dan teknologi berkaitan erat.
Perkembangan teknologi dan perkembangan sains sejak abad ke-17
hingga sekarang menunjukkan bahwa ada kalanya teknologi merupakan
suatu pemicu perkembangan sains, dan ada kalanya perkembangan sains
berdampak terciptanya kemajuan teknologi. Kaitan antar sains dan
teknologi merupakan kaitan yang saling menguntungkan. Kaitan antara
teknologi dan masyarakat sudah jelas, karena teknologi terlahir oleh adanya
kebutuhan masyarakat. Penggunaan produk teknologi memerlukan
kesiapan dari masyarakat pengguna produk tersebut. Masyarakat pengguna
produk teknologi yang kurang siap akan berdampak kegunaan atau manfaat
produk teknologi kurang optimal.
Kaitan antara sains dan masyarakat, sains bila dikaitkan dengan
kesiapan masyarakat pengguna produk teknologi, maka sains merupakan
komponen yang dapat membantu meningkatkan kesiapan pengetahuan
masyarakat terhadap produk teknologi. Sains juga berperan dalam
meningkatkan pemahaman masyarakat tentang gejala alam dalam
kehidupan sehari-hari mereka. Sains yang dipahami dan dihayati
peranannya dalam kehidupan masyarakat, akan mampu meningkatkan
kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya yang pada akhirnya akan
dapat meningkatkan kesejahteraan bersama. Dapat disimpulkan bahwa
adanya suatu perubahan teknologi akan dapat menyebabkan perubahan
sosial, begitu pula sebaliknya. Hal ini berarti ada jaringan hubungan antara
sains, teknologi dan sistem-sistem sosial yang saling pengaruh
mempengaruhi. Artinya dalam suatu pembelajaran sains selain menekankan
pada pemahaman konsep sains, juga diperlukan melibatkan pemahaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
siswa terhadap hasil produk teknologi yang terkait, serta manfaatnya bagi
masyarakat.
Berdasarkan pengertian STS sebagaimana diungkapkan di bagian
sebelumnya, maka dapat diungkapkan bahwa yang menjadi tujuan
pendekatan STS ini secara umum sebagaimana diungkapkan oleh
Poedjiadi (2007:113) sebagai berikut: 1) agar peserta didik memahami
kaitan antara sains teknologi dan masyarakat; 2) agar peserta didik
memahami dampak positif dan negatif produk teknologi yang dirasakan
oleh manusia; 3) memahami model pembelajaran sains teknologi dan
masyarakat bagi mereka yang berminat mencobanya; 4) membentuk
individu yang memiliki literasi sains dan teknologi serta memiliki
kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungannya.
b) Tahap - Tahap Model Pembelajaran Science Technology Society
Tahapan model pembelajaran STS yang dikemukakan oleh
Poedjiadi (2007: 126), dapat disajikan pada Gambar 2.2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Gambar 2.2 Tahap Model Pembelajaran STS
(Sumber: Poedjiadi, 2007:126)
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Tahapan model pembelajaran STS yang dikemukakan oleh (Wenno,
2008: 56) dapat disajikan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Tahap Model Pembelajaran STS
No Fase Perilaku Guru
1. Pendahuluan: inisiasi/
invitasi/apersepsi/
eksplorasi terhadap
siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai dan memberi motivasi belajar dan
guru mengekplorasi gagasan-gagasan siswa
tentang konsep-konsep sains yang akan dipelajari,
dengan mengemukakan masalah masalah aktual
yang ada di masyarakat.
2. Pembentukan konsep Guru melakukan pemusatan yang terarah pada
konsep yang akan dipelajari siswa dalam
mengajukan pertanyaan terbuka kepada siswa.
Siswa melakukan kegiatan- kegiatan untuk lebih
mengenal material-material yang digunakan
mengeksplorasi konsep. Selanjutnya siswa
mempresentasikan dalam bentuk diskusi.
3. Aplikasi Konsep Guru mengajak siswa mengkomunikasikan
gagasan yang diperoleh dari analisis informasi
yang didapat, menyusun suatu model, memberikan
penjelasan, meninjau, dan mendiskusikan solusi
yang diperoleh dan menentukan beberapa solusi.
4. Pemantapan Konsep Guru berfungsi sebagai fasilitator dan mediator
pembelajaran untuk mengubah miskonsepsi siswa
menuju konsep ilmiah dengan jalan menyajikan
bukti-bukti berdasarkan pandangan para ilmuwan.
5. Pelaksanaan Evaluasi Guru melakukan evaluasi tentang pencapaian
indikator hasil belajar dan keberhasilan program
(Sumber: Wenno, 2008:56)
Kekhasan dari model ini adalah bahwa pada pendahuluan
dikemukakan isu-isu atau masalah yang ada di masyarakat yang dapat
digali siswa. Tahap ini disebut juga inisiasi, atau mengawali, memulai , dan
dapat pula disebut invitasi yaitu undangan agar siswa memusatkan
perhatian pada pembelajaran. Apersepsi dalam dilakukan dengan
mengaitkan peristiwa yang telah diketahui dengan materi yang akan
dibahas sehingga akan tampak kesinambungan pengetahuan karena diawali
dengan hal-hal telah diketahui siswa sebelumnya yang ditekankan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
keadaan yang ditemui dalam keadaan sehari-hari. Pada pendahuluan ini
guru mengekplorasi siswa melalui pemberian tugas secara berkelompok
untuk memecahkan masalah atau isu yang ada di masyarakat sehingga guru
mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa. Hasil eksplorasi yang
dilakukan guru siswa dapat melakukan pembentukan konsep.
Proses pembentukan konsep (tahap 2) dapat dilakukan melalui
berbagai pendekatan dan metode. Misalnya pendekatan keterampilan
proses, pendekatan sejarah, pendekatan kecakapan hidup, metode
demonstrasi, eksperimen di laboratorium, diskusi kelompok, bermain peran
dan lain-lain. Pada akhir pembentukan konsep diharapkan melalui
konstruksi dan rekonstruksi siswa menemukan konsep-konsep yang benar
atau merupakan konsep-konsep para ilmuwan.
Berbekal pemahaman konsep yang benar siswa melakukan analisis
isu atau penyelesaian masalah yang disebut aplikasi konsep
(tahap 3). Adapun konsep- konsep yang telah dipahami siswa dapat
diaplikasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Guru mengajak siswa
mengkomunikasikan gagasan yang diperoleh dari analisis informasi yang
didapat, menyusun suatu model, memberikan penjelasan, meninjau, dan
mendiskusikan solusi yang diperoleh dan menentukan beberapa solusi.
Selama proses pembentukan konsep, penyelesaian masalah (tahap 2
dan tahap 3) guru perlu meluruskan kalau dan miskonsepsi selam kegiatan
berlangsung. Kegiatan ini disebut proses pemantapan konsep. Guru perlu
melakukan pemantapan konsep sebagaimana tampak pada alur
pembelajaran (tahap 4) melalui penekanan pada konsep-konsep kunci yang
penting melalui penekanan pada konsep-konsep. Pemantapan konsep perlu
dilaksanakan pada akhir pembelajaran karena konsep-konsep kunci yang
ditekankan pada akhir pembelajaran akan memiliki retensi lebih lama
dibanding kalau tidak dimantapkan.
Tahap terakhir adalah adalah evaluasi, setelah guru melaksanakan
pemantapan konsep dan merasa yakin bahwa konsep tersebut dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
dipahami oleh siswa dengan benar. Tahap penilaian ini merupakan tahap
yang penting untuk mengetahui berhasil tidaknya suatu pembelajaran pada
materi yang telah dipelajari. Penilaian dapat diberikan berupa tes tertulis
atau pertanyaan secara lisan. Tahap ini mengakhiri rangkaian pembelajaran
menggunakan model STS (Poedjiadi, 2007: 127;130).
Model pembelajaran STS menurut National Science Teachers
Association (NSTA) (2006) umumnya memiliki karakteristik sebagai
berikut: 1) identifikasi masalah-masalah setempat yang memiliki
kepentingan dan dampak; 2) penggunaan sumber daya masyarakat dan
lingkungan sebagai bahan informasi dan pemecahan masalah; 3) siswa aktif
turut serta dalam pemecahan masalah; 4) belajar dapat dilakukan di luar
kelas, tidak harus selalu di dalam kelas sebagaimana mestinya; 5) terfokus
pada dampak sains teknologi yang dirasakan siswa; 6) sains tidak hanya
terfokus berisi konsep-konsep saja melainkan juga proses, baik proses
penemuan, pengembangan dan pengendalian; 7) penekanan pada
keterampilan proses dimana siswa dapat menggunakannya dalam
memecahkan masalah; 8) penekanan pada kesadaran karier yang berkaitan
dengan sains dan teknologi; 9) turut serta sebagai warga negara dalam
pemecahan masalah yang ada di masyarakat; 10) mengidentifikasi
bagaimana sains dan teknologi berdampak di masa depan; 11) siswa
memiliki kebebasan otonomi dalam proses belajar (Yager, 2009: 187-188).
NASTA (2006) merangkum perbedaan antara pembelajaran sains
dengan model pembelajaran STS dan pembelajaran sains lainnya seperti
tersaji pada Tabel 2.3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Tabel 2.3 Perbedaan Pembelajaran Model Pembelajaran STS dan
Pembelajaran Sains Lainnya.
No Pembelajaran model STS Non STS
1 Berpusat pada siswa Berpusat pada guru
2 Individual dan personal; mengakui
keragaman siswa
Kelompok instruksi umumnya ditujukan
pada siswa rata-rata.
3 Menggunakan sumber daya yang ada
di lingkungan
Disarankan pada bab-bab dalam buku teks
4 Kerja labolatoruim dari sumber lokal
untuk memecahkan masalah.
Kerja labolatorium dari buku teks dan
sesuai dengan buku petunjuk kerja
labolatorium.
5 Siswa dianggap sebagai pencari
informasi.
Siswa dipandang sebagai penerima
informasi
6 Guru membangun pengalaman siswa.
Diasumsikan bahwa belajar yang baik
adalah belajar dari pengalamannya
sendiri.
Guru tidak membangun individu siswa,
diasumsikan bahwa belajar lebih efisien
disajikan secara terorganisir, mudah
memahami informasi
7 Guru dan siswa merencanakan
instruksi yang dihadapi masyarakat
serta berusaha menjawab
permasalahan tersebut
Guru merencanakan instruksi mereka
menggunakan panduan kurikulum dan
buku pelajaran yang ditentukan
8 Guru dan siswa terkait dalam tujuan
penataan dan strategi yang dalam
pembelajaran
Tujuan tidak dibahas dan tidak digunakan
untuk penilaian
(Sumber : Yager, 2009:16)
c) Kelebihan dan Kekurangan Science Technology Society
Kelebihan model pembelajaran STS adalah: 1) model pembealajaran
ini dapat diterapkan pada berbagai displin ilmu, namun perlu memilih tema
yang tepat yang diambil pada silabus mata pelajaran;
2) mengembangkan aspek kognitif melalui pengembangan keterampilan
intelektual; 3) dapat mengembangkan keterampilan emosional dan spiritual;
4) model ini lebih visual dan atau nyata terkait dengan kompleks
masyarakat sehingga mudah dicerna dibanding konsep yang abstrak;
5) dapat meningkatakan kreativitas siswa; 6) dapat meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungannya; 7) dapat memudahkan
peserta didik dalam mengaplikasikan konsep-konsep yang dipelajari untuk
kebutuhan masyarakat, dan memiliki kecenderungan untuk mau
berpartisipasi dalam kegiatan menyelesaikan masalah di lingkungannya;
8) membantu guru mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk
dapat merancang pengalaman belajar yang akan membuat ilmu
pengetahuan yang relevan kepada siswa (Dass, P.M. & Yager, R.E.,
2009:106).
Kekurangan dari model pembelajaran Science Technology Society
adalah: 1) memakan waktu yang lebih lama dibanding dengan
menggunakan model yang lain; 2) bagi guru tidak mudah mencari masalah/
isu pada tahap pendahuluan yang terkait dengan topik yang dibahas atau
dikaji karena hal ini memerlukan wawasan yang luas dari guru untuk
melatih tanggap terhadap masalah lingkungan; 3) guru perlu menguasai
materi terkait dengan konsep dan proses sains yang dikaji selama
pembelajaran; 4) penyusunan perangkat penilaian memerlukan usaha untuk
mempelajari secara khusus, misalnya untuk menilai kreativitas seseorang.
d) Implikasi Model Pembelajaran Science Technology Society terhadap
Hasil Belajar dan Sikap Peduli Lingkungan
Ditinjau dari tuntutan Kurikulum 2004, penerapan model
pembelajaran STS dalam pembelajaran dapat mengembangkan hasil belajar
siswa yakni, keterampilan kognitif, keterampilan afektif dan keterampilan
psikomotorik. Adapun keenam ranah yang terlibat dalam model
pembelajaran STS menurut Yager dan Mc Comark (1989) disajikan pada
Gambar 2.3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Gambar 2.3 Domain Model Pembelajaran STS
(Sumber: Yager, 2009:193)
Enam ranah atau domain dalam gambar di atas dapat dijelaskan dan
dimplementasikan dalam proses pembelajaran dengan spesifikasi tujuan
atau kompetensi dari masing masing domain tersebut antara lain: 1) domain
konsep, diambil dari bidang ilmu tertentu dan merupakan kekhasan dari
masing-masing bidang ilmu; 2) domain proses, belajar menggunakan
keterampilan ilmuwan bagaimana memperoleh konsep dalam bidang
tertentu; 3) domain kreativitas, mencangkup lima perilaku individu yakni:
a) kelancaran. Perilaku ini merupakan kemampuan seseorang dalam
menunjukkan banyak ide untuk menyelesaikan masalah-masalah;
b) flexibilitas, seseorang kreatif yang flexibel mampu menghasilkan
berbagai macam ide di luar ide yang biasa dilakukan orang; c) originality,
seseorang yang memiliki originalitas dalam mencobakan suatu ide
memiliki kekhasan yang berbeda dibandingkan dengan individu yang lain,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
d) elaborasi, sesorang yang memiliki kemampuan elaborasi mampu
menerapkan ide-ide secara terperinci; e) sensitivitas, kemampuan kreatif
terakhir ini adalah peka terhadap masalah yang ada di lingkungannya; 4)
domain Aplikasi konsep, menggunakan konsep dalam situasi yang baru; 5)
domain sikap, mengembangkan perasaan yang lebih positif mengenai
mencangkup kebesaran Tuhan, menghargai hasil penemuan para ilmuan
dan pemuan teknologi itu sendiri, namun menyadari kemungkinan adanya
dampak negatif produk teknologi dan peduli terhadap masyarakat misalnya
menjaga kelestarian lingkungan; 6) domain hubungan, melaksanakan
tindakan nyata apabila terjadi sesuatu dalam lingkunganya yang
memerlukan peran sertanya (Poedjiadi, 2007:131-132).
Alasan keenam domain yaitu konsep, proses, aplikasi, kreativitas,
sikap dan hubungan perlu dikembangkan tiap individu dalam pendidikan di
Indonesia antara lain: 1) meningkatkan keterampilan kognitif dan dapat
bersaing di tingkat internasional secara positif karena memilki etos kerja
yang tinggi; 2) melatih keterampilan proses siswa, diharapkan siswa selalu
merancang proses-proses yang perlu dilakukan untuk mencapai produk-
produk ilmiah; 3) aplikasi dalam kehidupan sehari-hari akan membuat
siswa merasa bahwa belajar di sekolah bermanfaat bagi dirinya maupaun
lingkungannya; 4) kreativitas perlu menyertai keterampilan kognitif,
afektif, dan psikomotor seseorang, karena dengan selalu cepat tanggapan
pada situasi sekelilingnya; 5) sikap yang antara lain mencangkup
kebesaran Tuhan sebagai pencipta alam dan semua mahkluk dan berniat
untuk berbuat baik selama ia masih hidup; 6) menyadari manfaat yang telah
dipelajarinya bagi lingkungannya (Poedjiadi, 2007: 131-132).
Belajar Biologi dengan model pembelajaran STS memungkinkan
siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran dan dapat menampilkan
peranan sains, teknologi, dan masyarakat dalam kehidupan masyarakat.
Melalui model pembelajaran STS peserta didik tidak hanya sekedar
memahami konsep dan prinsip tetapi peserta didik harus memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
kemampuan untuk berbuat sesuatu dengan menggunakan konsep dan
prinsipnya yang telah dipahami, misalnya dalam percobaan di labolatorium.
Percobaan yang dilakukan siswa dalam kegiatan pembelajaran menuntut
siswa untuk bersikap ilmiah. Sikap ilmiah yang dikembangkan siswa terjadi
ketika setelah melakukan kegiatan pembelajaran, misalnya setelah
melakukan percobaan. Sikap ilmiah siswa setelah melakukan percobaan
antara lain sikap peduli. Sikap peduli yang ditunjukkan siswa setelah
melakukan percobaan adalah sikap peduli lingkungan terhadap alat dan
bahan setelah percobaan. Sikap ini dapat diwujudkan siswa misalnya
mencuci, mengeringkan, merapikan, meletakkan alat percobaan pada
tempatnya. Sikap peduli ini berasal dari niat/ keyakinan normatif untuk
merespon terhadap suatu obyek di lingkungan sekitarnya. Tujuan dari
pembelajaran STS ialah untuk membentuk individu yang memiliki literasi
sains dan teknologi serta memiliki kepedulian terhadap masalah masyarakat
dan lingkungan.
Melalui model ini guru mengajak siswa untuk terlibat aktif baik
secara fisik maupun mental dalam belajarnya. Guru memberi kesempatan
pada siswa untuk untuk berinteraksi langsung dengan obyek belajar,
mengamati, mengembangkan pertanyaan, menghubungkan fakta dengan
sumber pengetahuan, mengambil kesimpulan dan mengkomunikasikan.
Dengan demikian akan melatih siswa untuk meningkatkan hasil belajar
baik dari ranah kognitif, psikomotorik dan afektif serta meningkatkan sikap
peduli terhadap lingkungan yang besar sehingga siswa dapat
mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajari untuk kebutuhan
masyarakat, mau berpartisipasi dalam menyelesaikan permasalahan sosial
di lingkungannya.
4. Teknik Mind Map
a) Teknik Mind Map ( Peta Pikiran)
Teknik Mind Map (Peta Pikiran) merupakan salah satu teknik
mencatat yang dikembangkan oleh Dr. Tony Buzan pada awal tahun 1970-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
an dengan mendasarkan pada riset tentang bagaimana kerja otak.Teknik
Mind Map merupakan salah satu teknik mencatat yang kreatif, efektif, dan
secara harfiah akan memetakan pikiran kita (Buzan, 2007: 4). Alamsyah
(2009: 20) menambahkan Teknik Mind Map merupakan salah satu teknik
visual yang dapat menyelaraskan proses belajar dan cara alami otak. Teknik
Mind Map dirancang berdasarkan bagaimana otak memproses informasi.
Otak mengambil informasi dari berbagai tanda, baik gambar, bunyi, aroma,
pikiran, maupun perasaan. Teknik Mind Map merupakan metode
mempelajari konsep, konsep ini didasarkan pada cara kerja otak kita
menyimpan informasi. Catatan yang dihasilkan menggambarkan pola
gagasan yang saling berkaitan pada cabang- cabangnya sehingga catatan
dalam bentuk Teknik Mind Map memungkinkan otak memahami ulang
gagasan dalam wacana secara utuh dan menyeluruh. Konsep ini didasarkan
pada cara kerja otak kita menyimpan informasi. Hasil penelitian Buzan
(2005) menunjukkan otak kita tidak menyimpan informasi dalam kotak-
kotak sel syaraf yang terjejer rapi melainkan dikumpulkan pada sel-sel
syaraf yang bercabang- cabang yang apabila dilihat sekilas seperti cabang-
cabang pohon seperti pada Gambar 2.4
Gambar 2.4 Teknik Mind Map
(Sumber : Cheng, 2010: 238)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Berbagai pengertian tentang Teknik Mind Map mengindikasikan
bahwa Teknik Mind Map merupakan salah satu teknik mencatat yang
mengembangkan gaya belajar visual. Teknik Mind Map memadukan dan
mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang.
Teknik Mind Map memungkinkan otak menggunakan semua gambar dan
asosiasinya dalam pola radial dan jaringan sebagaimana otak dirancang,
seperti yang secara internal selalu digunakan otak. Adanya keterlibatan
kedua belahan otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan
mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara
verbal. Teknik Mind Map merupakan bentuk pencatatan yang yang dapat
mengakomodir berbagai masalah penyajian kembali informasi (recalling)
informasi yang telah dipelajari. Tujuan dari penggunaan Teknik Mind Map
adalah untuk membuat catatan yang lebih efektif sehingga dapat digunakan
untuk meningkatan daya ingat sehingga dari hasil catatan siswa dapat
membantu para guru untuk memberikan pembelajaran yang sesuai dengan
kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh siswa.
Pencatatan dengan Teknik Mind Map yang efektif akan
mendatangkan manfaat bagi kehidupan sehari-hari, manfaat dari Mind Map
antara lain: 1) memberi pandangan menyeluruh pokok masalah atau area
yang luas; 2) memungkinkan kita merencanakan rute atau membuat
pilihan-pilihan dan mengetahui kemana kita akan pergi dan dimana kita
pergi; 3) mengumpulkan sejumlah besar data disatu tempat; 4) mendorong
memecahkan masalah dengan membiarkan kita melihat jalan-jalan
terobosan kreatif baru; 5) menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna, dan
diingat (Cheng, 2011: 2). Buzan (2008:6) menambahkan manfaat lain dari
Mind Map sebagai berikut: 1) menghemat waktu, memungkinkan
menghemat waktu membaca kata yang hanya relevan, mengemat waktu
mencatat kata yang relevan, menghemat waktu meninjau catatan pikiran
yang dipetakan; 2) memungkinkan untuk menyusun dan menjelaskan
pikiran; 3) menghasilkan ide baru; 4) memperbaiki ingatan dan konsentrasi;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
5) merangsang otak dan menyenangkan; 6) merencana; 7) berkomunikasi;
8) menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Teknik Mind Map menurut Alamsyah (2009:25) memiliki elemen-
elemen sebagai berikut: 1) pusat pikiran utama., pusat peta pikiran ini
merupakan ide tau gagasan utama; 2) cabang utama, merupakan cabang
tingkat pertama yang langsung memancar dari pusat peta pikiran; 3)
cabang, pancaran dari cabang utama; 4) kata, setiap cabang berisi satu kata
kunci (keyword) yang tersebut ditulis di atas cabang; 5) gambar, tidak ada
aturan baku tentang penggunaan gambar karena gambar bersifat subyektif.
b) Langkah- Langkah membuat Teknik Mind Map
Pembuatan Teknik Mind Map hendaknya menggunakan pensil
warna atau spidol agar dapat memvisualisasikan ide dengan baik.
Menggunakan kertas putih yang polos, imajinasi dan otak kita sendiri.
Buzan (2007: 15) menuliskan langkah-langkah teknik Mind Map pada para
siswa sebagai berikut: 1) mulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi
panjangnya diletakkan mendatar. Memulai dari tengah memmberi
kebebasan bagi otak untuk menyebar kesegala arah dan untuk
mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami; 2) gunakan gambar
atau foto untuk ide sentral. Sebuah gambar bermakna seribu kata dan
membantu menggunakan imajinasi. Gambar sentral akan lebih menarik,
membuat kita tetap fokus, membantu berkonsentrasi, dan mengaktifkan
otak kita; 3) gunakan warna. Bagi otak, warna sama dengan gambar, warna
membuat teknik Mind Map lebih hidup, menambah energi kepada
pemikiran kreatif, dan menyenangkan; 4) hubungkan cabang utama dengan
cabang-cabang pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tingkat
tiga ke tingkat dua dan satu, dan seterusnya. Otak bekerja asosiasi. Otak
senang mengaitkan dua (atau tiga, atau empat) hal sekaligus.
Menghubungkan cabang-cabang, akan membuat siswa mudah mengingat
dan mengerti; 5) buat garis melengkung, bukan garis lurus. Garis yang
lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
organis, seperti cabang- cabang pohon akan jauh menarik bagi mata; 6)
gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Kata kunci tunggal memberi
banyak daya dan flexibilitas kepada teknik Mind Map; 7) gunakan gambar.
Seperti gambar sentral, setiap gambar bermakna seribu kata. Bila
mempunyai 10 gambar diteknik Mind Map, teknik Mind Map sudah setara
dengan 10.000 kata catatan.
c) Keunggulan dan Kekurangan Teknik Mind Map
Teknik Mind Map memiliki keunggulan sebagai berikut: 1) dapat
melihat gambaran secara menyeluruh dengan jelas; 2) dapat melihat
detilnya tanpa kehilangan benang merahnya antar topik; 3) terdapat
pengelompokkan informasi; 4) menarik perhatian mata dan tidak
membosankan; 5) memudahkan kita berkonsentrasi; 6) proses
pembuatannya menyenangkan karena melibatkan gambar-gambar, warna-
warna, dan lain-lain; 7) mudah mengingatnya karena ada penanda-penanda
visualnya; 8) dapat menumbuhakan kreativitas siswa; 9) dapat melibatkan
aktivitas siswa dalam proses berpikir tidak hanya mendengar dan mencatat
saja (Alamsyah, 2009: 23-24).
Kekurangan teknik Mind Map sebagai berikut: 1) hasil catatan dari
Mind Map hanya dapat dibaca oleh pembuatnya sendiri; 2) teknik Mind
Map cenderung hanya cocok dipakai orang dengan gaya belajar visual
karena teknik ini memerlukan konversi kode antara materi dalam bentuk
simbol-simbol; 3) membutuhkan waktu yang lama; 4) memerlukan banyak
peralatan dan warna; 5) membutuhkan imajinasi dan kreatifitas yang tinggi
untuk menghasilkan teknik Mind Map yang baik. Semakin banyak berlatih
hal ini bisa diatasi, disamping guru memberikan lingkungan yang positif
dan motivasi bagi anak.
d) Implikasi Teknik Mind Map terhadap Hasil Belajar dan Sikap Peduli
Lingkungan
Kegiatan mengajar siswa mendapatkan pertambahan materi baik
berupa informasi mengenai teori, gejala, fakta, maupun kejadian-kejadian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Informasi yang diperoleh akan diolah oleh siswa. Proses pengolahan
informasi melibatkan kerja system otak, sehingga informasi yang diperoleh
dan telah diolah akan menjadi ingatan. Mencatat merupakan salah satu
usaha untuk meningkatkan daya ingat otak. Tujuan pencatatan adalah untuk
membantu mengingat informasi yang tersimpan dalam memori tanpa
mencatat dan mengulangi informasi , siswa hanya mampu mengingat
sebagian kecil materi yang diajarkan.
Model pembelajaran STS merupakan model yang sesuai apa yang
dikehendaki oleh konstruktivisme. Di dalam penerapannya, kendala
ketidakjelasan pemecahan isu-isu/ masalah sosial dan sikap peduli
lingkungan siswa yang kadang muncul. Banyak siswa yang tidak
merasakan manfaat pekerjaan labolatorium atau kerja lapangan ialah karena
mereka tersita oleh pembuatan catatan atau pencatatan pelaksanaan
aktivitas dengan sedikit atau tidak ada usaha untuk memfokuskan pada
obyek-obyek atau kejadian yang sedang mereka pelajari, demikian pada
konsep, prinsip, teori mereka pada saat kegiatan pembelajaran. Hal ini
dapat dibatasi dengan meminta mereka mengkonstruksi teknik Mind Map.
Teknik Mind Map adalah teknik meringkas bahan yang akan
dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi dalam teknik verbal
ke dalam gambar sehingga mudah memahaminya. Teknik Mind Map sangat
bermanfaat untuk memahami materi, terutama materi yang diberikan secara
verbal yang dapat membantu merekam, memperkuat, dan mengingat
kembali informasi yang telah dipelajari. Adanya keterlibatan kedua belahan
otak maka akan memudahkan sesorang untuk mengatur dan mengingat
segala bentuk informasi, baik tertulis maupun secara verbal. Adanya
kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam
menyerap informasi yang diterima. Teknik Mind Map ini dapat
mengungkapkan apa yang sudah dimiliki siswa sebelum melakukan
praktikum, apa yang mereka peroleh selama praktikum dan apa yang
mereka lakukan dengan data yang diperoleh dan pengetahuan apa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
disimpulkan dari kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran STS.
Melalui penggunaan Teknik Mind Map potensi hasil belajar (kognitif,
psikomotor dan afektif) dan sikap peduli lingkungan akan meningkat.
5. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kebulatan pola tingkah laku. Pola tingkah
laku tersebut terlihat pada pembuatan reaksi dan sikap peserta didik secara fisik
maupun mental. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu
proses belajar yaitu perubahan. Oleh karena itu, seseorang yang melakukan
aktivitas belajar dan memperoleh perubahan dalam dirinya dengan memperoleh
pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar (Rusyan, 2000: 79).
Perubahan tingkah laku yang terjadi dalan hasil belajar menurut
Slameto (1995:3-5) memiliki ciri-ciri: a) perubahan terjadi secara sadar;
b) perubahan dalam belajar bersifat kontinyu fungisional; c) perubahan dalam
belajar bersifat positif dan aktif; d) perubahan bukan bersifat sementara,
e) perubahan bertujuan dan terarah; f) perubahan mencangkup seluruh aspek
tingkah laku.
Sistem pendidikan nasional merumuskan tujuan kurikuler maupun
tujuan instruksional pembelajaran menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah,
yaitu ranah afektif, ranah kognitif, dan ranah psikomotorik (Sudjana, 2010: 22).
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan untuk berpikir atau
keterampilan mental termasuk dalam kemampuan menghafal, memahami
mengaplikasikan, menganalisis, kemampuan mensintesis dan mengevaluasi.
Ranah afektif mencakup watak, minat, sikap, emosi dan perasaan untuk
mewujudkan suatu nilai dalam diri siswa. Ranah psikomotorik berkaitan
dengan penguasaan keterampilan fisik mulai dari gerakan refleksif hingga
menunjukkan komunikasi non-decursif seperti gerakan ekspresif dan gerakan
interpretatif (Reeves, 2006:295). Fungsi utama tujuan-tujuan dalam ranah
psikomotorik untuk mengembangkan kekuatan otot dan koordinasi (Jacobsen et
al, 2009:91).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Ranah kognitif, afektif dan psikomotorik saling berkaitan antara satu
dengan yang lainnya dan tidak dapat terpisahkan karena merupakan komponen
penyusun sains. Keadaan itu menyebabkan penilaian tidak boleh hanya
diambil dari hasil kognitif saja namun penilaian siswa juga harus menyeluruh
yang melibatkan penilaian perkembangan psikomotor dan afektif agar semua
hasil belajar benar dapat diketahui (Adeyemi & Merry, 2009:24-25).
Hakikat hasil belajar biologi adalah untuk dapat memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari. Kiat menguasai disini mengisyaratkan harus
menjadi siswa tidak sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing) tentang
konsep IPA, melainkan harus menjadikan siswa untuk mengerti dan memahami
(to understand) konsep-konsep tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu
konsep dengan konsep lain (Wahyudi, 2002:389).
Sesuai dengan kurikulum 1994, proses belajar mengajar menekankan
pada pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA. Pembelajaran
biologi berbasis keterampilan proses merupakan pembelajaran yang
mengembangkan berbagai keterampilan seperti: mengamati, mengelompokkan,
menafsirkan, meramalkan, mengajukan pertanyaan, berhipotesis, melakukan
percobaan, dan mengkomunikasikan hasil percobaan. Melalui keterampilan
siswa dapat memiliki pengalaman beraktivitas yang melibatkan mind on, hands
on, dan hearts on, dan dapat dikembangkan berbagai sikap ilmiah, seperti:
kesabaran, kejujuran, ketelitian, tenggang rasa, dan lain-lain (Suciati, 2010).
Kenyataannya hanya sebagian kecil guru yang sudah melaksanakan proses
belajar mengajar dengan mengembangkan keterampilan proses, masih lebih
banyak yang melaksanakannya karena diduga keterampilan proses tidak dirasa
perlu untuk dikembangkan dalam pembelajaran IPA. Oleh karena itu, dalam
merancang pembelajaran Biologi erat kaitannya dengan pengembangan
keterampilan proses karena rancangan belajar harus sesuai dengan hakekat
sains yaitu: produk, proses, dan sikap.
Berdasarkan pernyataan di atas, perlu mengukur keterampilan proses
dalam proses pembelajaran. Keterampilan proses melibatkan keterampilan-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
keterampilan kognitif dan intelektual, manual, dan sosial. Kemampuan kognitif
terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan
pikirannya. Keterampilan manual terlibat dalam keterampilan proses karena
melibatkan penggunaan alat dan bahan pengukuran, penyusunan atau perakitan
alat. Sedangkan keterampilan sosial dimaksudkan bahwa mereka berinteraksi
dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan
keterampilan proses, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan.
Keterampilan Proses Sains (KPS) terdiri dari sejumlah keterampilan
yang satu sama lain sebenarnya tak dapat dipisahkan, namun ada penekanan
khusus dalam masing-masing keterampilan proses tersebut. Rustaman
dkk,.(2005, 96-98) menyatakan bahwa keterampilan proses meliputi:
a) melakukan pengamatan, yang terdiri dari: menggunakan indera penglihatan,
pembau, pendengar, pengecap, peraba pada waktu mengamati suatu obyek
pengamatan dan menggunakan fakta yang relevan dan memadai dari hasil
pengamatan; b) menafsirkan pengamatan (interpretasi), meliputi: kegiatan
mencatat setiap hasil pengamatan, menghubungkan hasil pengamatan dengan
konsep yang ada, dan menemukan pola atau keteraturan dari suatu seri
pengamatan; c) mengelompokkan (klasifikasi) yang berupa mencari perbedaan,
mengontraskan ciri-ciri mencari kesamaan, membandingkan, dan mencari
dasar penggolongan; d) meramalkan (memprediksi dengan mengajukan
perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan sesuatu
kecenderungan atau pola yang sudah ada; e) berkomunikasi, yang terdiri dari:
membaca grafik, tabel atau diagram dari hasil percobaan, menggambarkan data
empiris dengan grafik, tabel, atau diagram juga termasuk berkomunikasi, dan
menyusun serta menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas;
f) berhipotesis, yaitu menyatakan hubungan antara dua variabel , atau
mengajukan perkiraan penyebab sesuatu terjadi; g) merencanakan percobaan
atau penyelidikan dengan menentukan alat dan bahan, merancang percobaan,
menentukan variabel kontrol dan variabel bebas, menentukan apa yang diamati,
diukur atau ditulis, serta menetukan cara dan langkah kerja; h) menerapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
konsep atau prinsip dengan menjelaskan suatu peristiwa baru (misalnya banjir)
dengan menggunakan konsep yang dimiliki dan dipahami; i) mengajukan
pertanyaan, yaitu meminta penjelasan, tentang apa, mengapa, bagaimana, atau
menanyakan latar belakang hipotesis.
Hasil belajar diakibatkan oleh adanya kegiatan evaluasi belajar (tes)
dan evaluasi belajar dilakukan karena adanya kegiatan belajar. Baik buruknya
hasil belajar sangat bergantung dari pengetahuan dan perubahan tingkah laku
dari individu yang bersangkutan terhadap apa yang dipelajarinya. Jadi hasil
belajar bilogi siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perolehan
perubahan diri yang menyatakan sebagai perubahan tindak-tanduk baru yang
utuh terpadu sebagai integrasi dari abilitas-abilitas dan ranah-ranah nalar
(kognitif), budi pekerti (afektif), dan gerak-gerik (psikomotor). Ranah kognitif
yaitu pengetahuan yang dicapai siswa pada mata pelajaran biologi setelah
mengalami proses pengajaran di sekolah dari hasil tes atau ujian yang diberikan
setelah melewati proses belajar pada akhir rumusan tertentu, ranah afektif yaitu
perubahan sikap peserta didik setelah mengalami proses belajar, sedangkan
ranah psikomotor yaitu perubahan tingkah lau peserta didik setelah mengalami
proses belajar.
Hasil belajar yang meliputi ranah kogitif, ranah psikomotor, dan ranah
afektif akan tercapai apabila telah memenuhi standar kompetensi dalam
penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan dan keterampilan. Standar kompetensi lulusan pada satuan
pendidikan SMA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006
bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak
mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
akan tercapai apabila siswa telah memenuhi standar kompetensi lulusan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
6. Sikap Peduli Lingkungan
Sikap merupakan kecenderungan afeksi suka tidak suka pada suatu
obyek sosial (Muhajirin,1992:75). Johnson & Johnson (2002:168) mengartikan
bahwa sikap sebagai: ’’an attitude is a positive or negative reaction to a
person, object, or idea”. Dijelaskan bahwa sikap adalah reaksi positif atau
negatif seseorang terhadap obyek atau ide. Harvey dan Smith (1991:164),
mendefinisikan bahwa sikap sebagai kesiapan merespon secara konsisten
dalam bentuk positif terhadap obyek atau situasi. Hal tersebut diperkuat oleh
pernyataan Eagly & Chaiken (1993:1) bahwa sikap adalah ”psichologycal
tendency that is expressed by evaluating a particular entity with some degree of
favor or disfavor”. Sikap adalah kecenderungan untuk mengevaluasi dengan
derajad suka atau tidak suka. Berdasarkan keempat pendapat mengenai
pengertian sikap, dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan reaksi sesorang
dalam menghadapi suatu obyek. Obyek siswa di sekolah adalah terutama
adalah sikap siswa terhadap sekolah, terhadap mata pelajaran, dan sikap siswa
terhadap proses pembelajaran(Widoyoko, 2009:113-114).
Menilai sikap seseorang terhadap obyek tertentu dapat dilakukan
dengan melihat respon yang teramati dalam menghadapi obyek yang
bersangkutan. Menurut Eagly & Chaiken (1993: 10) struktur sikap terdiri dari
tiga komponen yang saling menunjang, yaitu: cognitive responses, affective
responses, dan behavior responses. Mar’at (1994: 13), menggunakan ketiga
istilah komponen respon dengan istilah kognisi, afeksi, dan konasi. Cognitive
responses berkaitan dengan apa yang diketahui orang terhadap obyek sikap.
Respon kognitif merupakan representasi apa yang diketahui, dipahami, dan
dipercayai oleh individu pemilik sikap. Komponen kognisi berkenaan denga
pengetahuan, pemahaman maupun keyakinan tentang obyek. Affective
responses berkaitan dengan perasaan atau emosi seseorang berkaitan dengan
obyek sikap. Komponen kognisi Respon afektif merupakan perasaan yang
menyangkut aspek emosional. Komponen afeksi ini menunjukkan arah sikap
yaitu positif atau memihak (favorable) dan negatif (unfavorable). Behavior
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
responses berkaitan dengan tindakan yang muncul dari seseorang ketika
menghadapi obyek sikap Respon tingkah laku (behavior) merupakan
kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh
seseorang. Komponen ini meliputi bentuk perilaku yang tidak hanya dapat
dilihat secara langsung, akan tetapi meliputi bentuk perilaku yang berupa
pernyataan atau perkataan yang diucapkan sesorang terhadap obyek sikap.
Berdasarkan berbagai batasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah
tendensi mental yang diwujudkan dalam bentuk pengetahuan, perasaan, dan
tingkah laku kearah positif maupun negatif terhadap suatu obyek
(Widoyoko, 2009: 114).
Etika merupakan ajaran yang berisikan aturan tentang bagaimana
manusia harus hidup baik sebagai manusia. Etika dipahami sebagai ajaran yang
berisikan perintah atau larangan tentang baik buruknya perilaku manusia, yaitu
perintah yang harus dipatuhi dan larangan yang harus dihindari
(Keraf, 2002: 2). Berdasarkan pengertian di atas, etika dapat dipahami sebagai
pedoman bagaimana manusia harus hidup, dan bertindak sebagai orang yang
baik. Etika memberi petunjuk, orientasi, arah bagimana harus hidup baik
dengan manusia.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 1
menetapkan bahwa ”Lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan mahkluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta mahkluk hidup lainnya”. Manusia merupakan
makhluk yang paling maju, yang memiliki akal budi dan kehendak bebas,
namun manusia hanya merupakan salah satu lapisan kehidupan yang
berlangsung di bumi ini, dan tidak lebih dari itu. Manusia dapat mempengaruhi
lingkungannya, dan sebaliknya, lingkungan juga pasti mempengaruhi manusia.
Apabila lingkungan rusak maka kehidupan manusia akan terancam, dan pada
akhirnya bisa punah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Etika lingkungan merupakan disiplin ilmu yang berbicara mengenai
norma dan kaidah moral manusia yang mengatur tingkah laku manusia yang
berhubungan dengan alam serta nilai dan prinsip moral yang menjiwai perilaku
manusia dalam berhubungan dengan alam tersebut. Etika lingkungan hidup
juga berbicara mengenai relasi diantara semua kehidupan alam semesta, yaitu
antara manusia dengan manusia yang mempunyai dampak pada alam dan
antara manusia dengan mahkluk lain atau dengan alam secara keseluruhan.
Fokus utama perhatian etika lingkungan bagaimana manusia bertindak atau
bagaimana perilaku manusia terhadap lingkungan hidup (Keraf, 2009:26).
Sikap dan perilaku seseorang terhadap lingkungan sangat ditentukan
oleh bagaimana pandangan seseorang terhadap lingkungan tersebut. Menurut
Ajzen (2001) kajian untuk mempelajari sikap terhadap perilaku sesorang
terhadap lingkungan salah satunya melalui Theory of Planned Behavior).
Theory of Planned Behavior adalah teori yang menjelaskan bagaimana sikap
memprediksi perilaku yang direncanakan atau konsultatif (Ajzen, 2005). Teori
ini juga dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara tindakan dan
alasan (Karyanto, P., 2011:3). Diasumsikan bahwa manusia adalah mahkluk
yang rasional dan menggunakan informasi-informasi yang mungkin baginya.
Theory of Planned Behavior berfokus pada niat perilaku, indikasi kesiapan
individu untuk melakukan perilaku tertentu. dan niat perilaku ditentukan oleh 3
hal, yaitu: 1) sikap terhadap perilaku (behavior attitude) merupakan prediktor
perilaku yang lebih baik. Sikap terhadap perilaku mengacu pada penilaian
positif atau negatif perilaku tersebut; 2) norma subyektifnya (subjective norm),
adalah keyakinan seseorang tentang bagaimana orang-orang yang mereka
sayangi mengenali perilakunya (yang dipersoalkan); 3) keyakinan dirinya
untuk menampilkan suatu perilaku (perceived behavior control), niat seorang
untuk berperilaku tertentu juga dipengaruhi oleh keyakinan dirinya bahwa ia
dapat dengan mudah menampilkan perilaku tersebut. Ajzen (1991)
menambahkan bahwa niat untuk melakukan perilaku adalah penentu langsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
dari perilaku tersebut (Liebe, 2011:111). Paradigma Theory of Planned
Behavior dapat dilustrasikan sebagai berikut:
Gambar 2.5 Paradigma Theory of Planned Behavior
(Sumber: Karyanto, P., 2011:3)
Theory of Planned Behavior telah diterapkan pada berbagai macam
domain perilaku yang luas dalam rangka untuk lebih memahami cara individu
berperilaku (Sommer, 2011:91). Teori ini adalah salah satu teori psikologi
sosial yang baik sehubungan memprediksi perilaku manusia. Premis utamanya
adalah keputusan perilaku adalah hasil dari proses beralasan dimana perilaku
dipengaruhi oleh sikap, norma, dan kontrol perilaku (Smith et, 2007).
Keputusan dapat digunakan karena mirip dengan sikap perilaku. Sebuah
keputusan adalah komitmen khusus untuk melakukan tindakan. Keputusan
dapat dianggap sebagai titik awal dari suatu tindakan atau perilaku.
Berdasarkan Theory of Planned Behavior, keputusan sikap peduli lingkungan
dapat dianalisa. Kepedulian manusia terhadap alam muncul bukan sebagai
prinsip abstrak dalam kerangka hak dan kewajiban. Kepedulian manusia
terhadap alam bukan juga pula muncul sebagai sebuah tuntutan yang lahir dari
pertimbangan kepentingan manusia. Etika kepedulian lingkungan muncul
dalam relasi manusia dengan alam. Hal ini sesuai model pembelajaran STS
terhadap Theory of Planned Behavior yakni relasi manusia dengan alam adalah
harmonis, penuh persahabatan, dan dijiwai oleh semangat, merawat,
memelihara, dan membesarkan alam (Keraf, 2009:140-141). Sikap peduli
lingkungan yang dimiliki manusia sebagai hasil dari proses belajar dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
meningkatkan kepedulian manusia akan kelestarian daya dukung dari alam
lingkungannya.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Penelitian Kholifah Mustami. (2009) dengan judul ”Pengaruh Synectics
dipadu Mind Map terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif, Sikap Kreatif,
dan Penguasaan Materi Biologi” menunjukkan bahwa model
pembelajaran Synectics sangat cocok dipadukan dengan Mind Map pada
pembelajaran sains terutama Biologi untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif, sikap kreatif, dan penguasaan materi biologi.
2. Penelitian Asri Widowati. (2010) dengan judul ”Pengaruh Mind Map
terhadap Kemampuan Kognitif dan Kreatifitas Siswa dalam Pembelajaran
Sains Meaningfully” menunjukkan bahwa Mind Map dapat meningkatkan
kemampuan kognitif dan kreatifitas siswa dalam pembelajaran sains
meaningfully dengan Mind Map.
3. Penelitian Yakobus Bustami (2010) dengan judul ”Upaya peningkatan
Hasil Belajar Siswa Melalui Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (
STM) pada Subpokok Bahasan Pencemaran Air” menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat sangat signifikan memberikan pengaruh baik dalam
meningkatkan hasil belajar siswa pada subtopik pencemaran air.
4. Penelitian Puji Harmisih. (2008) dengan judul penelitian ” Profil
Ketuntasan Belajar ditinjau dari Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
( STM) dan Discovery terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 18 Surakarta” menunjukkan bahwa: (1) Mapping ketuntasan
belajar siswa berdasarkan Standar ketuntasan Batas Minimal (SKBM) dari
sekolah dengan ditunjukkan dengan prosentase sebagai berikut: untuk
kelas kontrol, eksperimen 1 (STM), dan eksperimen 2 (Discovery)
berturut-turut adalah 65%, 97%, dan 90% menurut SKBM pemerintah
adalah 7,5% untuk kelas kontrol, 50% untuk kelas eksperimen 1 (STM),
dan 12,5% untuk kelas eksperimen 2 (Discovery), (2) ada pengaruh yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
signifikan penggunaan pendekatan pembelajaran terhadap nilai belajar
Biologi siswa, (3) pendekatan pembelajaran STM efektif digunakan untuk
meningkatkan hasil belajar biologi pada pokok bahasan sistem ekskresi
manusia.
5. Penelitian Lussana R.D. (2009) dengan judul ”Pembelajaran Student
Team Achievement Divisions (Stad) dan Group Investigation (Gi) pada
Materi Pokok Ekosistem Ditinjau dari Sikap Peduli Lingkungan Siswa
(Studi Kasus pada Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Sukoharjo)” menunjukkan
bahwa : (1) penggunaan model STAD menghasilkan prestasi belajar yang
lebih baik dibandingkan dengan model GI, (2) sikap peduli lingkungan
siswa dapat mempengaruhi prestasi belajar Biologi khususnya pada
konsep ekosistem tentang kelestarian lingkungan yang diperlukan sikap
peduli lingkungan yang tinggi untuk mempelajarinya, (2) terdapat interaksi
penggunaan model pembelajaran dan sikap peduli lingkungan terhadap
prestasi belajar siswa.
6. Penelitian Andi A.P. (2011) ”The Influence of Mind Mapping Learning
Method on the Academic Achievement Increase of 8th Grade Student of
SMP Khadijah Surabaya” menunjukan bahwa model belajar Mind
Mapping berpengaruh meningkatkan prestasi belajar siswa. Jumlah siswa
kelompok eksperimen mengalami peningkatan adalah 100%.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang melibatkan
partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran. Kualitas proses
pembelajaran perlu ditingkatkan untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih
baik sehingga siswa perlu dibantu untuk mampu mengembangkan sejumlah
pengetahuan yang menyangkut kerja ilmiah dan pemahaman konsep serta
aplikasinya. Model pembelajaran yang inovatif sangat dibutuhkan dalam
pembelajaran biologi yang dapat melibatkan siswa seoptimal mungkin baik
secara intelektual , emosional, maupun spriritual karena pembelajaran biologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
menekankan pada keterampilan proses yang memungkinkan siswa terlibat
secara aktif, sehingga rasa ingin tahu, motivasi dan aktifitas siswa akan
meningkat. Hal tersebut sesuai paradigma student dominated learning, dimana
peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar yang diwujudkan
dengan adanya keterlibatan didalam aktivitas belajar. Siswa berperan sebagai
obyek dan subyek pembelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator
dalam pembelajaran.
Pembelajaran biologi yang masih terpusat pada guru menyebabkan
siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan kurang menimbulkan semangat
dalam belajar, seperti siswa cenderung bosan, tidak memperhatikan guru, siswa
kurang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, serta siswa belum dapat
mengkaitkan konsep biologi untuk memecahkan masalah lingkungan di
masyarakat yang berkaitan dengan pemanfaatan produk-produk teknologi. Hal
tersebut menyebabkan masih rendahnya hasil belajar biologi dan rendahnya
sikap peduli lingkungan. Sikap peduli lingkungan akan muncul dalam diri
siswa apabila selama proses belajar di dalam kelas, guru membangun pola
interaksi dan komunikasi yang lebih menekankan pada proses pembentukan
pengetahuan secara aktif oleh siswa. Dengan demikian, diperlukan solusi
model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar dan sikap
peduli lingkungan siswa.
Model pembelajaran Science Technology Society berpandangan bahwa
siswa yang memiliki literasi sains dan teknologi adalah yang memiliki
kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan konsep-konsep sains,
mengenal produk teknologi beserta dampaknya, mampu menggunakan produk
teknologi dan memeliharanya, kreatif membuat hasil teknologi yang
disederhanakan dan mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai.
Pembelajaran Science Technology Society siswa diajak berperan aktif dalam
mengemukakan isu-isu yang ada di masyarakat, pembentukan/ pengembangan
konsep, aplikasi konsep, pemantapan konsep oleh guru, evaluasi dari guru pada
akhir pembelajaran. Model pembelajaran Science Technology Society dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
dapat meningkatkan kreativitas siswa serta model ini lebih visual dan atau
nyata terkait dengan kompleks masyarakat sehingga mudah dicerna dibanding
konsep yang abstrak. Pembelajaran Science Technology Society juga dapat
mengembangkan keterampilan intelektual, keterampilan emosional, dan
spiritual sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik kognitif, afektif
dan psikomotor serta sikap peduli terhadap lingkungan.
Pengetahuan atau konsep yang telah diperoleh siswa dalam proses
pembelajaran ini, perlu adanya konsruksi di dalam struktur kognitif siswa.
Penggunaan teknik Mind Map dapat membantu siswa memberi pandangan
menyeluruh pokok masalah atau area yang luas, dapat melihat detilnya tanpa
kehilangan benang merahnya antar topik, terdapat pengelompokkan informasi,
menarik perhatian mata dan tidak membosankan, memudahkan kita
berkonsentrasi, proses pembuatannya menyenangkan karena melibatkan
gambar-gambar, warna-warna, dan lain-lain, mudah mengingatnya karena ada
penanda-penanda visualnya, dapat menumbuhkan kreativitas yakni mendorong
siswa memecahkan masalah dengan membiarkan melihat jalan-jalan terobosan
kreatif baru, dapat melibatkan aktivitas siswa dalam proses berpikir tidak hanya
mendengar dan mencatat saja.
Bertolak dari latar belakang di atas, penulis menginovasikan model
pembelajaran Science Technology Society disertai teknik Mind Map pada saat
penarikan kesimpulan diharapkan dapat melibatkan peran aktif siswa dalam
pembelajaran bermakna, melatih keterampilan intelektual, emosional, spiritual
maupun keterampilan proses yang memiliki literasi sains dan teknologi serta
kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungannya. Dengan demikian model
pembelajaran Science Technology Society disertai teknik Mind Map akan
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dan sikap peduli lingkungan. Secara
sederhana kerangka pemikiran dan skema paradigma dalam penelitian dapat
dilihat pada Gambar 2.6 berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Gambar 2.6 Skema Kerangka Berpikir Penelitian
Kondisi Ideal Pembelajaran Biologi
1. Pembelajaran sains melatih penguasaan knsep
dan sikap ilmiah
2. Model pembelajaran efektif
3. Siswa sistematis dalam pengorganisasian materi
4. Rendahnya keterlibatan aktif siswa dalam
kegiatan pembelajaran.
5. Pembelajaran biologi mampu menumbuhkan
sikap peduli lingkungan siswa dalam kehidupan
sehari-hari.
6. Siswa dapat mengkaitkan konsep biologi untuk
memecahkan masalah lingkungan di masyarakat
yang berkaitan dengan pemanfaatan produk-
produk teknologi.
Akar Permasalahan
Pembelajaran biologi belum melibatkan peran aktif siswa dalam
mengkaitkan sains dengan masyarakat melalui teknologi
Model Science Technology Society
disertai Teknik Mind Map
Kelebihan Model STS
1. melibatkan peran aktif siswa dalam
kegiatan pembelajaran
2. membentuk siswa memiliki literasi
sains dan teknologi serta
kepedulian terhadap masyarakat
dan lingkungannya
3. mengembangkan keterampilan
intelektual, emosional, dan
spiritual
4. lebih visual dan atau nyata terkait
dengan kompleks masyarakat
sehingga mudah dicerna dibanding
konsep yang abstrak
5. meningkatkan kreativitas siswa
6. membantu guru mengembangkan
keterampilan proses siswa
Kelebihan Teknik Mind Map
1. dapat melihat gambaran secara
menyeluruh dengan jelas 2. dapat menumbuhakan kreativitas
siswa
3. dapat melihat detilnya tanpa kehilangan benang merahnya antar
topik
4. terdapat pengelompokkan informasi 5. menarik perhatian mata dan tidak
membosankan
6. merangsang otak 7. melibatkan aktivitas siswa dalam
proses berpikir tidak hanya mendengar
dan mencatat saja 8. mudah mengingatnya karena ada
penanda-penanda visualnya
9. pembuatannya menyenangkan karena melibatkan gambar-gambar, warna-
warna, dan lain-lain
Target
Hasil Belajar Biologi yang meliputi:
Kognitif : Pengetahuan dan Nilai
Psikomotorik : Keterampilan dan Pemecahan Masalah
Afektif : Sikap Peduli Lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran, maka hipotesis
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Ada pengaruh model pembelajaran STS disertai teknik Mind Map dalam
pembelajaran Biologi terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X semester
II SMANi Colomadu Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Ada pengaruh model pembelajaran STS disertai teknik Mind Map dalam
pembelajaran Biologi terhadap sikap peduli lingkungan siswa kelas X
semester II SMAN Colomadu Tahun Pelajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMAN Colomadu Tahun Pelajaran
2011/2012. Alamat di Jl. Fajar Indah, Baturan, Colomadu Karanganyar.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Pelajaran
2011/2012. Pelaksanaan penelitian akan dilakukan secara bertahap dengan
tahap-tahap sebagai berikut:
No Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
2011 2012
Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli
1 Tahap persiapan
Pengajuan judul
Penyusunan proposal
Penyusunan instrumen
Seminar proposal
Perijinan penelitian
2 Tahap pelaksanaan
Uji coba instrument
Pengambilan data
3 Tahap penyelesaian
Pengolahan data
Penyusunan skripsi
Gambar 3.1 Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi exsperimental
research) karena peneliti tidak dapat mengontrol dan memanipulasi semua
variabel yang relevan. Rancangan penelitian menggunakan desain ramdomized
subjects posttest only control design yang digambarkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Rancangan Ramdomized Subjects Posttest Only Control Design
Kelompok Treatment Posttest
Eksperimen (R) X Y2
Kontrol (R) - Y2
(Sumber: Darmadi, 2011:182)
Keterangan:
X : Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen yaitu model
pembelajaran Science Technology Society disertai teknik Mind Map
Y2 : Test akhir yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelas kontrol
(R) : Random assignment (pemilihan kelompok secara random)
Keterkaitan antara variabel bebas yang berupa model pembelajaran
Science Technology Society disertai teknik Mind Map dan model pembelajaran
konvensional yaitu ceramah bervariasi dengan eksperimen disertai rangkuman
sederhana terhadap variabel terikat yang berupa sikap peduli lingkungan dan hasil
belajar siswa pada ranah kognitif, psikomotor, dan afektif tertuang dalam
paradigma penelitian seperti Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Skema Paradigma Penelitian
X
X1
X2
Y1
Y2
Y1
Y2
X1Y1
X1Y2
X2Y1
X2Y2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Keterangan:
X = Model pembelajaran
X1 = Model pembelajaran konvensional yaitu model ceramah bervariasi
dan eksperimen disertai rangkuman sederhana
X2 = Model pembelajaran Science Technology Society disertai teknik Mind
Map
Y1 = Hasil Belajar Biologi
Y2 = Sikap Peduli Lingkungan
X1Y1 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran biologi menggunakan model
konvensional yaitu model ceramah bervariasi dan eksperimen disertai
rangkuman sederhana
X1Y2 = Sikap peduli lingkungan siswa pada pembelajaran Biologi
menggunakan model konvensional yaitu model ceramah bervariasi
dan eksperimen disertai rangkuman sederhana
X2Y1 = Hasil belajar siswa pada pembelajaran Biologi menggunakan model
Science Technology Society disertai teknik Mind Map
X2Y2 = Sikap peduli lingkungan siswa pada pembelajaran Biologi
menggunakan model Science Technology Society disertai teknik Mind
Map
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 61). Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X di SMAN Colomadu Tahun
Pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari tujuh kelas.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian yang mewakili populasi (Arikunto,
2006:130). Karena terdapat berbagai alasan tidak semua hal yang
diinginkan atau dikendalikan dapat diteliti, sehingga penelitian hanya
dilakukan terhadap sampel tidak terhadap populasi. Dalam hal ini sampel
harus representatif, yaitu sampel benar-benar mencerminkan populasi
sehingga hasil penelitian yang diperoleh dapat digeneralisasikan terhadap
populasi (Suwarto & Slamet, 2007:87). Kelompok sampel pada populasi
dalam penelitian adalah individu yang terdapat pada rumpun siswa kelas X
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
semester II SMAN Colomadu Tahun Pelajaran 2011/2012. Sampel penelitian
ini adalah dua kelas dari tujuh kelas yang terdapat dalam populasi. Pembagian
kedua kelas tersebut antara lain:
a) Kelas eksperimen (model pembelajaran Science Technology Society
disertai teknik Mind Map).
b) Kelas kontrol (model pembelajaran konvensional yaitu model ceramah
bervariasi dan eksperimen disertai rangkuman sederhana).
D. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random
sampling karena populasi yang akan diuji terkelompok dalam kelas-kelas. Sampel
dipilih secara acak dimana setiap anggotanya memiliki karakteristik yang hampir
sama (Darmadi, 2011:49). Sampel dalam penelitian ini diambil dari kelas X yang
terdiri dari 7 kelas kemudian dilakukan pemilihan secara acak dan diambil 2 kelas
sebagai kelas eksperimen dan sebagai kelas kontrol. Selanjutnya kedua kelas
tersebut diuji keseimbangan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut
seimbang atau tidak. Uji keseimbangan pada penelitian ini menggunakan uji-t.
Hasil pengambilan sampel diperoleh kelas X.6 sebagai kelas kontrol dan kelas
X.2 sebagai kelas eksperimen.
E. Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang menjadi sumber objek pengamatan dan
sebagai faktor yang berperan dalam peristiwa yang diteliti. Terdapat dua
macam variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
a) Variabel Bebas (independent variable)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(Sugiyono, 2011:39). Variabel bebas penelitian ini adalah:
1) Model pembelajaran Science Technology Society disertai teknik Mind
Map
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
2) Model pembelajaran konvensional yaitu model ceramah bervariasi dan
eksperimen disertai rangkuman sederhana.
b) Variabel Terikat
1) Hasil belajar siswa
Hasil belajar Biologi siswa kelas X SMAN Colomadu Tahun Pelajaran
2011/2012 yang meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotorik.
2) Sikap peduli lingkungan
Sikap peduli lingkungan siswa kelas X SMAN Colomadu Tahun
Pelajaran 2011/2012 di dalam kehidupan sehari-hari terutama di
lingkungan sekolah.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a) Tes
Tes merupakan prosedur sistematik dimana individual yang di tes
dihadapkan pada suatu set stimuli jawaban yang dapat ditunjukkan dalam
angka. Pertanyaan dalam tes dapat berupa tes tertulis maupun lisan. Tes
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes pencapaian (tes
prestasi) yang digunakan untuk mengukur hasil belajar pada ranah kognitif
yaitu menyangkut penguasaan dan kemampuan para peserta didik setelah
melalui proses belajar mengajar dalam selang waktu tertentu
(Darmadi, 2011:97). Tes berupa tes objektif yaitu bentuk pilihan ganda.
b) Dokumentasi
Teknik dokumentasi dilakukan dengan mengumpukan data,
mengambil catatan-catatan dan menelaah dokumen yang ada yang dimiliki
kaitan dengan objek penelitian. Teknik dokumentasi pada penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan data sekunder berupa nilai ujian semester
ganjil siswa kelas X SMAN Colomadu Tahun Pelajaran 2011/2012 yang
digunakan untuk mengetahui keseimbangan hasil belajar Biologi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif pada kelas kontrol dan
kelas perlakuan.
c) Angket
Angket merupakan cara pengumpulan data dengan menggunakan
daftar isian atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun
sedemikian rupa sehingga calon responden hanya tinggal mengisi atau
menandainya dengan mudah dan cepat. Angket digunakan untuk
mengambil data sikap peduli lingkungan siswa setelah kegiatan
pembelajaran. Pengukuran sikap peduli lingkungan menggunakan angket
dalam bentuk checklist yaitu bentuk angket dimana pengisi angket tinggal
memberi tanda check (√) pada kolom yang telah disediakan. Skor
penilaian angket menggunakan skala Likert yang dapat dilihat pada Tabel
3.2.
Tabel 3.2 Skor Penilaian Berdasarkan Skala Likert (Sudjana, 2010:81).
Pernyataan Sikap Nilai
Pernyataan positif Pernyataan negatif
Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Tidak Berpendapat (TB)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
5
4
3
2
1
1
2
3
4
5
d) Observasi
Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian yang digunakan
untuk mengukur tingkah laku individu dalam suatu proses kegiatan.
Observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar, misalnya
tingkah laku siswa pada waktu belajar, partisipasi siswa dalam proses
pembelajaran, penggunaan alat peraga pada waktu mengajar serta
keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran. Observasi dilakukan
pada saat proses kegiatan itu berlangsung (Sudjana, 2010: 84-85). Teknik
observasi ini digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah psikomotorik
dan afektif. Observasi dilakukakan dengan observasi sistematis, dimana
observasi dilakukan oleh pengamat (observer) dengan menggunakan
pedoman sebagai instrumen pengamatan. Observer melakukan checklist
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
(√) pada lembar observasi. Skala yang digunakan pada lembar observasi
adalah skala Likert dalam (Arikunto, 2002: 180) sebagai berikut:
1) Pernyataan Positif
SS : jawaban sangat setuju dengan skor 5
S : jawaban setuju dengan skor 4
TB : jawaban tidak berpendapat dengan skor 3
TS : jawaban tidak setuju dengan skor 2
STS : jawaban sangat tidak setuju dengan skor 1
2) Pernyataan Negatif
SS : jawaban sangat setuju dengan skor 1
S : jawaban setuju dengan skor 2
TB : jawaban tidak berpendapat dengan skor 3
TS : jawaban tidak setuju dengan skor 3
STS : jawaban sangat tidak setuju dengan skor 4
F. Validasi Instrumen Penelitian
Sebelum digunakan, instrumen penelitian diujicobakan (try out) terlebih
dahulu untuk menguji validitas dan reabilitas item soal dan daya pembeda soal.
1) Validitas
Validitas merupakan derajad ketepatan ketepatan antara data yang terjadi
pada obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti
(Sugiyono, 2011: 267). Sebuah instrument dapat dikatakan valid apabila
instrumen tersebut dapat memberikan gambaran tentang data secara benar
sesuai dengan kenyataan atau keadaan sesungguhnya. Sebuah tes dikatakan
valid jika test itu dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur
(Arikunto, 2009: 58-59). Validitas instrument dalam penelitian ini berupa:
a) Validitas isi (content validity)
Validasi isi bagi sebuah instrumen apabila instrumen tersebut
disusun berdasarkan isi materi pelajaran yang ada dievaluasi. Sebuah tes
dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu
yang sejajar dengan materi pelajaran yang diberikan. Merujuk pada
Darmadi (2011: 117), validitas isi untuk instrument tersebut, pada
umumnya ditentukan melalui pertimbangan para ahli (judgment expert)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
bidang studi untuk memberikan pertimbangan apakah item pertanyaan
dalam test tersebuttelah mewakili isi atau substansi yang hendak diukur.
b) Validitas konstrak (construct calidity)
Validitas konstrak sebuah instrumen menunjuk pada suatu kondisi
yang disusun berdasarkan konstrak aspek-aspek kejiwaan yang seharusnya
dievaluasi. Sebuah test dikatakan memiliki validitas konstrak apabila
butir-butir soal mengukur instrumen yang berbentuk tes hasil belajar pada
ranah kognitif yang menjadi tujuan instruksional atau indikator. Pengujian
validitas konstrak dengan cara analisis statistik (Budiyono, 2003: 65).
Validitas butir soal dan butir angket dihitung dengan menggunakan rumus
koefisien Product moment dari Karl Pearson menurut Arikunto (2010: 78).
Rxy =
}}{{2222 yyNxxN
yxxyN
Keterangan :
Rxy : koefisien korelasi antara x dan y
n : cacah subyek yang dikenai tes (instrumen)
X : skor untuk butir ke-i
Y : skor total (dari subyek try out)
Jika harga ruv < r tabel, maka korelasi tidak signifikan sehingga item
pertanyaan dikatakan tidak valid. Sebaliknya, jika ruv > r tabel maka item
pertanyaan dinyatakan valid.
Acuan penilaian validitas dari butir soal atau item menurut Riduwan
(2004:98) adalah:
0,8 – 1,00 : Sangat Tinggi (ST)
0,6 – 0,799 : Tinggi (T)
0,4 – 0,599 : Cukup (C)
0,2 – 0.399 : Rendah (R)
0,00- 0,199 : Sangat Rendah (SR)
Uji validitas tes try out soal analitis di SMAN Colomadu secara lengkap
disajikan pada Tabel 3.3 dan selengkapnya pada Lampiran 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tabel 3.3 Rangkuman Uji Validitas Hasil Tes Try Out Siswa
Instrumen Penelitian Jumlah
Item
Keputusan Uji Validitas
Valid Invalid
Tes Kognitif 60 42 18
Angket Psikomotor 25 21 4
Angket Sikap Peduli Lingkungan 40 35 5
Tabel diatas menunjukkan bahwa hasil perhitungan uji validitas tes
kognitif menunjukkan item yang valid sebanyak 42 soal sedangkan untuk item
yang tidak valid (invalid) sebanyak 18 soal. Hasil uji validitas angket sikap
peduli lingkungan menunjukkan item yang valid sebanyak 40 soal dan item yang
tidak valid (invalid) sebanyak 5 soal. Hasil uji validitas angket psikomotor
menunjukkan item yang valid sebanyak 25 soal dan item yang tidak valid
(invalid) sebanyak 4 soal.
2) Reliabilitas
Reliabel artinya dapat dipercaya. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf
reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap
apabila diteskan berulang-ulang. Dengan kata lain jika para siswa diberikan tes
yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada
dalam urutan atau rangking yang sama dalam kelompoknya
(Arikunto, 2009: 60). Merujuk pada Darmadi (2011: 127) untuk menghitung
reliabilitas instrumen tes hasil belajar dalam bentuk obyektif bentuk pilihan
ganda diukur menggunakan rumus Kuder Richardson (KR-20) sebagai berikut:
2
2
111 S
pqS
n
nr
Keterangan:
r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
n = Banyaknya item
S = Standar deviasi dari tes
p = Proporsi siswa yang menjawab item dengan benar
q = Proporsi siswa yang menjawab item dengan salah (1 – p)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
∑pq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
Sedangkan untuk menghitung indeks reliabilitas item angket dalam
penelitian ini menggunakan rumus Alpha dari Cronbach (Arikunto, 2009: 109).
Rumus koefisien reliabilitas Alfa Croncbach menurut Budiyono (2003: 70) yaitu:
2
2
11 11 St
si
n
nr
Keterangan:
r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
n = Banyaknya item
∑Si2 = Jumlah varians skor tiap-tiap item
St2 = Varians total
Acuan ketentuan koefisien korelasi dapat dilihat dalam Tabel berikut:
Tabel 3.4 Koefisien Korelasi
Hasil uji reliabelitas tes try out kognitif, angket sikap peduli
lingkungan, dan angket psikomotorik belajar siswa secara lengkap disajikan
pada Tabel 2.9 dan selengkapnya pada Lampiran 2.
Tabel 3.5 Rangkuman Uji Reliabilitas Hasil Tes Try Out Siswa.
Instrumen Penelitian Jumlah
Item
Indeks
Reliabilitas Keputusan Uji Reliabilitas
Tes Kognitif 60 1.015 Sangat tinggi
Angket Psikomotor 25 0.718 Tinggi
Angket Sikap Peduli
Lingkungan
40 0.827 Sangat tinggi
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil uji reliabilitas tes
kognitif diperoleh r11 = 1.015 yang berarti bahwa koefisien reliabilitas soal tes
kognitif sangat tinggi. Hasil uji reliabilitas angket sikap peduli lingkungan
Koefisien korelasi Kriteria realibilitas
0,81 < r < 1,00 Sangat tinggi
0,61 < r < 0,80 Tinggi
0,41 < r < 0,60 Cukup
0,21 < r < 0,40 Rendah
0,00 < r < 0,21 Sangat rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
diperoleh r11 = 0.827 hal ini berarti koefisien reliabilitas angket sikap peduli
lingkungan sangat tinggi. Hasil uji reliabilitas angket psikomotorik diperoleh r11 =
0.718 hal ini berarti koefisien reliabilitas angket psikomotorik tinggi. Berdasarkan
hasil uji reliabilitas dapat diketahui bahwa instrumen penelitian sangat reliabel
untuk digunakan.
3) Analisis Butir Soal
a) Taraf Kesukaran
Arikunto (2010: 207-210) menyatakan bahwa soal yang baik adalah
soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Bilangan yang
menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal dinyatakan dalam Indeks
Kesukaran (P). Indeks Kesukaran (P) diperoleh dengan rumus sebagai
berikut :
sJ
B P
Keterangan :
P : Indeks Kesukaran
B : Jumlah jawaban yang benar yang diperoleh siswa dari suatu item
JS : Jumlah selurus siswa peserta tes
Klasifikasi indeks kesukaran soal sebagai berikut :
Soal dengan 0,00 ≤ P < 0,30 : soal sukar
Soal dengan 0,30 ≤ P < 0,70 : soal sedang
Soal dengan 0,70 ≤ P < 1,30 : soal mudah
(Arikunto, 2009: 210)
Hasil uji taraf kesukaran tes try out kognitif secara lengkap
disajikan pada Tabel 3.6 dan selengkapnya pada Lampiran 2.
Tabel 3.6 Rangkuman Uji Taraf Kesukaran Hasil Tes Try Out Siswa.
Instrumen
Penelitian
Jumlah
Soal
Item
yang
dibuang
Item
yang
dipakai
Indeks kesukaran
Sukar Sedang Mudah
Tes
Kognitif 60 20 40 15 17 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Berdasarkan Tabel 3.6 di atas dapat diketahui hasil uji taraf
kesukaran dari 40 soal yang dipakai, diperoleh 15 soal yang mempunyai
indeks kesukaran sukar, 17 soal dengan indeks kesukaran sedang, dan 8 soal
dengan indeks kesukaran mudah
b) Daya Pembeda
Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi (pintar) dengan siswa
berkemampuan kurang (bodoh). Soal yang baik memiliki kemampuan untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan
siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Perbedaan jawaban benar dari
siswa yang berkemampuan rendah dengan siswa berkemampuan tinggi
disebut Indeks Diskriminasi (ID). ID diperoleh dengan rumus
(Arikunto, 2010: 213-214) sebagai berikut:
Keterangan :
J : Jumlah peserta tes
JA : Jumlah peserta kelompok atas
JB : Jumlah peserta kelompok bawah
BA : Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB : Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda menurut Arikunto (2010: 218) adalah
sebagai berikut:
D : 0.00 – 0.20 : jelek (poor)
D: 0.20 – 0.40 : cukup (satisfactory)
D: 0.40 – 0.70 : baik (good)
D: 0.70 – 1.00 : baik sekali (excellent)
D: Negatif : semua butir soal yang mempunyai D negatif dibuang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Hasil uji daya beda tes Try Out kognitif secara lengkap disajikan
pada Tabel 3.7 dan selengkapnya pada Lampiran 2.
Tabel 3.7 Rangkuman Uji Daya Beda Hasil Tes Try Out Siswa.
Instrumen
Penelitian
Jumlah
Soal
Item
yang
dipakai
Daya Pembeda
Jelek Cukup Baik Baik
Sekali
Negat
if
Tes
kognitif 60 40 15 12 13 - -
Berdasarkan Tabel 3.7 diketahui hasil uji daya pembeda dari 40
soal yang dipakai, diperoleh 15 soal dengan daya pembeda jelek, 12 soal
dengan daya pembeda cukup dan 13 soal dengan daya pembeda baik.
G. Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik
deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif untuk mendeskripsikan
atau menggambarkan data variabel terikat tentang hasil belajar siswa dan sikap
peduli lingkungan. Statistik inferensial independen digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian menggunakan uji-t (t-test). Sebelum dilakukan uji hipotesis
diperlukan uji prasyarat yaitu uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov dan uji homogenitas menggunakan uji Levene’s dengan bantuan SPSS
16.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah nilai hasil belajar
Biologi dan sikap peduli lingkungan siswa pada materi pencemaran lingkungan.
Hasil belajar yang diukur meliputi 3 ranah yaitu ranah kognitif, ranah
psikomotor, serta ranah afektif. Data hasil belajar Biologi siswa ranah kognitif
diperoleh dari nilai tes tertulis yang berupa tes objektif bentuk pilihan ganda
(multiple choice) biasa, sedangkan ranah psikomotor diperoleh dari angket dan
lembar observasi, dan ranah afektif diperoleh dari lembar observasi. Data sikap
peduli lingkungan siswa diperoleh dari angket bentuk pilihan ganda. Penelitian
ini melibatkan sebanyak 64 siswa dari dua kelas X SMAN Colomadu
Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012, yaitu kelas X.2 dan X.6. Kelas X.2
sebagai kelompok eksperimen dengan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Science Technology Society disertai teknik Mind Map dengan
jumlah sampel sebanyak 31 siswa. Kelas X.6 sebagai kelompok kontrol dengan
pembelajaran menggunakan model ceramah bervariasi dan eksperimen disertai
rangkuman sederhana dengan jumlah sampel sebanyak 33 siswa. Data-data
tersebut diambil dari kelas kontrol dan kelas eksperimen yang kemudian
dianalisis secara statistik menggunakan uji t (t test).
1. Deskripsi Data Hasil Belajar Biologi Siswa
Data hasil belajar Biologi siswa terdiri dari ranah kognitif, ranah
psikomotor, dan ranah afektif. Berikut adalah distribusi dan deskripsi data
penelitian hasil belajar Biologi siswa.
a. Hasil Belajar Biologi Ranah Kognitif
Distribusi hasil belajar Biologi siswa ranah kognitif disajikan pada
Tabel 4.1 dan Gambar 4.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Tabel 4.1 Distribusi Hasil Belajar Biologi Siswa Ranah Kognitif
Interval Nilai Nilai Tengah Frekuensi
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
48-53 50,5 7 1
54-59 56,5 8 1
60-65 62,5 12 10
66-71 68,5 4 10
72-77 74,5 2 7
78-83 80,5 0 2
Jumlah 33 31
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.1 dapat dibuat
histogram perbandingan distribusi hasil belajar Biologi ranah kognitif kelas
kontrol dan kelas eksperimen seperti pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Histogram Perbandingan Distribusi Hasil Belajar Biologi Hasil
Ranah Kognitif Kelas Kontrol dengan Kelas Eksperimen
Berdasarkan Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 menunjukkan bahwa
frekuensi kelas kontrol terbesar terletak pada nilai 60 sampai nilai 65 dan nilai
tengah 62,5. Frekuensi kelas eksperimen terbesar terletak pada nilai 60 sampai
nilai 65 dengan nilai tengah 62,5 dan pada nilai 66 sampai nilai 71 nilai tengah
3
8
7
0
1
10
0
2
4
6
8
10
12
60,5 64,5 68,5
Fre
ku
ensi
Nilai Tengah
y
Kelas kontrol
Kelas eksperimen
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
68,5. Hal ini menunjukkan bahwa tingkatan nilai untuk kelas eksperimen lebih
tinggi daripada kelas kontrol.
Deskripsi hasil belajar Biologi ranah kognitif disajikan pada Tabel
4.2 dan Gambar 4.2.
Tabel 4.2 Deskripsi Hasil Belajar Biologi Ranah Kognitif
Hasil Statistik Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Rata-rata 60,00 68,00
Standar deviasi 6,95 6,55
Variansi 48,34 42,92
Minimum 48,00 48,00
Maksimum 73,00 78,00
Median 60,00 68,00
N 33,00 31,00
.
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.2 dapat dibuat histogram
perbandingan rata-rata hasil belajar Biologi ranah kognitif kelas kontrol dan
kelas eksperimen seperti pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Histogram Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Biologi Ranah
Kognitif Kelas Kontrol dengan Kelas Eksperimen
Berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata
nilai kognitif siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
56
58
60
62
64
66
68
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
68
60
Ra
ta-r
ata
Ha
sil
Bel
aja
r B
iolo
gi
Ra
na
h
Ko
gn
itif
x
y
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Standar deviasi dan variansi pada kelas eksperimen juga lebih tinggi daripada
kelas kontrol artinya tingkat keragaman dari nilai rata-rata pada kelas
eksperimen lebih besar. Median atau nilai tengah pada kelas eksperimen juga
lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.
b. Hasil Belajar Biologi Ranah Psikomotorik
Distribusi hasil belajar Biologi siswa ranah psikomotor melalui
metode angket. Angket disusun dalam bentuk skala Likert dimana terdapat
pernyataan dan diikuti oleh lima respons yang menunjukkan tingkatan, antara
lain: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Berpendapat (TB), Tidak Setuju
(TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skor untuk pernyataan positif dan
negatif adalah kebalikanya. Angket hasil belajar ranah psikomotorik disusun
dalam jumlah 20 butir soal yang mencakup aspek-aspek ranah psikomotorik
meliputi: peniruan/imitasi (P1), memanipulasi (P2), ketepatan (P3), artikulasi
(P4), dan pengalaman (P5). Distribusi hasil belajar ranah psikomotorik
menggunakan metode angket disajikan pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.3.
Tabel 4.3 Distribusi Hasil Belajar Biologi Siswa Ranah Psikomotor
Nilai Nilai Tengah Frekuensi Kelas
Kontrol
Frekuensi Kelas
Eksperimen
68-72 70 4 1
73-77 75 9 2
78-82 80 10 8
83-87 85 5 12
88-92 90 4 7
93-97 95 1 1
Jumlah 33 31
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.3 dapat dibuat
histogram perbandingan distribusi hasil belajar Biologi siswa ranah
psikomotor kelas kontrol dan kelas eksperimen seperti pada Gambar 4.3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Gambar 4.3 Histogram Perbandingan Distribusi Hasil Belajar Biologi
Ranah Psikomotorik Kelas Kontrol dengan Kelas Eksperimen
Berdasarkan Tabel 4.3 dan Gambar 4.3 menunjukkan bahwa
frekuensi kelas kontrol terbesar terletak pada nilai 78 sampai nilai 82 dan nilai
tengah 80. Frekuensi kelas eksperimen terbesar terletak pada nilai 83 sampai
nilai 87 dan nilai tengah 79. Nilai kelas kontrol hanya mencapai nilai tengah
79, sedangkan nilai kelas eksperimen mencapai nilai tengah 85 sehingga
terlihat persebaran nilainya merata. Hal ini menunjukkan bahwa tingkatan
nilai untuk kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Deskripsi hasil belajar ranah psikomotorik menggunakan metode
angket disajikan pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.4.
Tabel 4.4 Deskripsi Hasil Belajar Biologi Siswa Ranah Psikomotorik
Hasil Statistik Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Rata-rata 79,75 83,96
Standar deviasi 6,52 5,18
Variansi 42,56 26,83
Minimum 68,00 72,00
Maksimum 97,00 95,00
Median 78,00 84,00
N 33,00 31,00
3
8
7
0
1
10
0
2
4
6
8
10
12
60,5 64,5 68,5
Fre
ku
ensi
Nilai Tengah
y
Kelas kontrol
Kelas eksperimen
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.4 dapat dibuat
histogram perbandingan rata-rata hasil belajar Biologi ranah psikomotorik
kelas kontrol dan kelas eksperimen seperti pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Histogram Perbandingan Rata-Rata Hasil Belajar Biologi
Ranah Psikomotorik Kelas Kontrol dengan Kelas Eksperimen
Berdasarkan Tabel 4.4 dan Gambar 4.4 menunjukkan bahwa rata-rata
nilai psikomotorik siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas
kontrol. Standar deviasi dan variansi pada kelas eksperimen lebih tinggi
daripada kelas kontrol, artinya tingkat keragaman pada kelas eksperimen lebih
besar. Median atau nilai tengah kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas
kontrol.
Selain menggunakan metode angket, data hasil belajar biologi ranah
psikomotorik diperoleh melalui metode observasi. Observer melakukan
pengamatan terhadap kegiatan siswa yang bersifat keterampilan atau skill
dengan menggunakan lembar observasi. Keterampilan-keterampilan yang
diamati meliputi: keterampilan merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
merancang percobaan, melakukan percobaan, mengamati,
menginterpretasikan data, mengkomunikasikan, dan menyimpulkan yang
dilaksanakan selama proses pembelajaran. Distribusi hasil belajar ranah
77
78
79
80
81
82
83
84
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
83,96
79,75
Ra
ta-r
ata
Ha
sil B
ela
jar
Bio
log
i
Ra
na
h P
sik
om
oto
rik
x
y
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
psikomotorik menggunakan metode observasi disajikan pada Tabel 4.5 dan
Gambar 4.5
Tabel 4.5 Distribusi Hasil Belajar Biologi Siswa Ranah Psikomotor
Interval Nilai Nilai Tengah Frekuensi
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
44-50 47 4 0
51-57 54 5 0
58-64 61 14 0
65-71 68 5 6
72-78 75 3 12
79-85 82 2 9
86-92 89 0 4
Jumlah 33 31
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.5 dapat dibuat
histogram perbandingan distribusi hasil belajar Biologi siswa ranah
psikomotor kelas kontrol dan kelas eksperimen seperti pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5 Histogram Perbandingan Distribusi Hasil Belajar Biologi
Ranah Psikomotorik Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Berdasarkan Tabel 4.5 dan Gambar 4.5 menunjukkan bahwa
frekuensi kelas kontrol terbesar terletak pada nilai 58 sampai nilai 64 dan nilai
tengah 61. Frekuensi kelas eksperimen terbesar terletak pada nilai 72 sampai
4 5
14
5
3 2
0 0 0
6
12
9
0
2
4
6
8
10
12
14
16
47 54 61 68 75 82
Fre
ku
ensi
Nilai Tengah
Kelas kontrol
Kelas eksperimen
y
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
nilai 78 dan nilai tengah 75. Nilai kelas kontrol hanya mencapai nilai tengah
61, sedangkan nilai kelas eksperimen mencapai nilai tengah 75 sehingga
terlihat persebaran nilainya merata. Hal ini menunjukkan bahwa tingkatan
nilai untuk kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Deskripsi hasil belajar ranah psikomotorik menggunakan metode
lembar observasi disajikan pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.6.
Tabel 4.6 Deskripsi Hasil Belajar Biologi Ranah Psikomotorik
Hasil Statistik Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Rata-rata 62,37 77,42
Standar deviasi 9,45 5,93
Variansi 89,43 35,10
Minimum 44,44 68,18
Maksimum 83,33 88,64
Median 61,11 77,27
N 33,00 31,00
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.6 dapat dibuat
histogram perbandingan rata-rata hasil belajar Biologi ranah psikomotorik
kelas kontrol dan kelas eksperimen seperti pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Histogram Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Biologi
Ranah Psikomotorik Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
0
20
40
60
80
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
77.42
62.37
Ra
ta-r
ata
Ha
sil
Bel
aja
r R
an
ah
Psi
ko
mo
tori
k
x
y
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Berdasarkan Tabel 4.6 dan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa rata-
rata nilai psikomotorik siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas
kontrol. Standar deviasi dan variansi pada kelas eksperimen lebih tinggi
daripada kelas kontrol, artinya tingkat keragaman pada kelas eksperimen lebih
besar. Median atau nilai tengah kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas
kontrol.
Berdasarkan Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 diperoleh rata-rata nilai
psikomotorik siswa yang dihitung mengacu formula perhitungan pemerintah
dalam menentukan kelulusan Ujian Nasional (UN) dengan cara
menggabungkan nilai produk memiliki bobot 60%, sementara nilai proses
berbobot 40% dan dirata-rata. Perhitungan nilai rata-rata nilai psikomotor
sebagai berikut : a) nilai rata-rata psikomotor kelas eksperimen : (nilai rata-
rata angket x 60%) + (nilai rata-rata LO x 40%) = (87,96x60%) +
(77,42x40%) = 83,74, b) nilai rata-rata psikomotor kelas kontrol:( nilai rata-
rata angket x 60%) + (nilai rata-rata LO x 40%)= (79,75x60%) +(62,37x40%)
= 72,79. Hal itu menunjukkan bahwa rata-rata nilai psikomotorik siswa pada
kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
c. Hasil Belajar Biologi Ranah Afektif
Hasil belajar Biologi ranah afektif dalam penelitian ini diperoleh
dengan observasi siswa melalui pengamatan sikap siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Penilaian ranah afektif ini menggunakan lembar observasi yang
disusun berdasarkan indikator yang ada dalam Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model pembelajaran yang berbeda
pada setiap sampel kelas yang digunakan. Nilai yang diperoleh siswa
kemudian dikonversikan ke dalam skala 1-100.
Deskripsi data penelitian hasil belajar Biologi ranah afektif pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen disajikan secara ringkas pada
Tabel 4.7 serta Gambar 4.7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Tabel 4.7 Distribusi Hasil Belajar Biologi Ranah Afektif
Interval Nilai Nilai Tengah Frekuensi
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
52-56 54 2 0
57-61 59 7 6
62-66 64 10 3
67-71 69 9 8
72-76 74 4 6
77-81
82-86
79
84
1
0
6
2
Jumlah 33 31
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.7 dapat dibuat
histogram perbandingan distribusi hasil belajar Biologi ranah afektif kelas
kontrol dan kelas eksperimen seperti pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Histogram Perbandingan Distribusi Hasil Belajar Biologi Ranah
Afektif Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Berdasarkan Tabel 4.7 dan Gambar 4.7 menunjukkan frekuensi kelas
kontrol terbesar terletak pada nilai 62 sampai nilai 66 dan nilai tengah 64.
Frekuensi kelas eksperimen terbesar terletak pada nilai 67 sampai nilai 71 dan
3
8
7
0
1
10
0
2
4
6
8
10
12
60,5 64,5 68,5
Fre
ku
ensi
Nilai Tengah
y
Kelas kontrol
Kelas eksperimen
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
nilai tengah 69. Hal ini menunjukkan bahwa tingkatan nilai untuk kelas
eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Deskripsi hasil belajar ranah afektif menggunakan lembar observasi
disajikan pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.8.
Tabel 4.8 Deskripsi Hasil Belajar Biologi Ranah Afektif
Hasil Statistik Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Rata-rata 66,00 70,00
Standar deviasi 7,25 9,27
Variansi 34,22 60,75
Minimum 52,00 57,00
Maksimum 77,00 81,00
Median 65,91 70,45
N 33,00 31,00
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.8 dapat dibuat
histogram perbandingan rata-rata hasil belajar Biologi ranah afektif kelas
kontrol dan kelas eksperimen seperti pada Gambar 4.8.
Gambar 3.6 Histogram Perbandingan Rata-Rata Hasil Belajar Biologi
Ranah Afektif Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Berdasarkan Tabel 3.8 dan Gambar 3.8 menunjukkan bahwa rata-rata
nilai afektif siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Standar deviasi dan variansi pada kelas kontrol lebih tinggi daripada kelas
64
65
66
67
68
69
70
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
70
66
Rata
-rata
Hasi
l B
elaja
r R
an
ah
Aek
tif
y
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
eksperimen, artinya tingkat keragaman pada kelas kontrol lebih besar.
Keragaman tersebut dapat dilihat juga dari rentang nilai maksimum dan
minimum pada kelompok kontrol yang lebih besar dibandingkan kelompok
eksperimen. Median atau nilai tengah kelas eksperimen lebih tinggi daripada
kelas kontrol.
Nilai rata-rata hasil belajar meliputi ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik secara ringkas disajikan pada pada Tabel 4.9 dan Gambar 4.9 .
Tabel 4.9 Nilai Rata-rata Hasil Belajar Biologi
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.9 dapat dibuat
histogram perbandingan rata-rata hasil belajar Biologi kelas kontrol dan
kelas eksperimen seperti pada Gambar 4.9.
Gambar 4.9 Histogram Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Biologi Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen.
Berdasarkan Tabel 4.9 dan Gambar 4.9 menunjukkan bahwa rata-
rata hasil belajar Biologi siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada
60
72.79
66 68
83.74
70
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Kognitif Psikomotorik Afektif
Nil
ai
ra
ta-r
ata
Ha
sil B
ela
jar B
iolo
gi
Rata-rata Kelas Kontrol
Rata-rata Kelas Eksperimen
y
x
Ranah Hasil Belajar Rata-rata
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Kognitif 60,00 68,00
Psikomotorik 72,79 83,74
Afektif
(observasi)
66,00 70,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
kelas kontrol baik dari ranah kognitif, ranah psikomotorik maupun ranah
afektif. Berdasarkan hal tersebut menunjukan bahwa penerapan model
pembelajaran Science Technology Society disertai teknik Mind Map mampu
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Deskripsi Data Sikap Peduli Lingkungan Siswa
Data sikap peduli lingkungan diukur melalui uji kemampuan siswa
melalui tes tertulis dalam bentuk angket. Angket disusun dalam bentuk skala
Likert dimana terdapat pernyataan dan diikuti oleh lima respons yang
menunjukkan tingkatan, antara lain: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak
Berpendapat (TB), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skor
untuk pernyataan positif dan negatif adalah kebalikanya. Nilai yang diperoleh
siswa kemudian dikonversikan ke dalam skala 1-100. Hasil perhitungan
distribusi sikap peduli lingkungan disajikan pada Tabel 4.10 dan Gambar 4.10.
Tabel 4.10 Distribusi Sikap Peduli Lingkungan Siswa
Interval Nilai Nilai Tengah Frekuensi
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
59-62 60,5 3 0
63-66 64,5 8 1
67-70 68,5 7 10
71-74 72,5 11 14
75-78 76,5 4 4
79-82 80,5 0 2
Jumlah 33 33
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.10 dapat dibuat
histogram perbandingan distribusi sikap peduli lingkungan siswa kelas kontrol
dan kelas eksperimen seperti pada Gambar 4.10.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Gambar 4.10 Histogram Perbandingan Distribusi Sikap Peduli Lingkungan
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen.
Berdasarkan Tabel 4.10 dan Gambar 4.10 menunjukkan bahwa
frekuensi kelas kontrol terbesar terletak pada nilai 71 sampai nilai 74 dan nilai
tengah 72,5. Frekuensi kelas eksperimen terbesar terletak pada nilai 71 sampai
nilai 74 dan nilai tengah 72,5. Hal ini menunjukkan bahwa tingkatan nilai
untuk kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Hasil deskripsi sikap peduli lingkungan siswa disajikan pada Tabel
4.11 dan Gambar 4.11.
Tabel 4.11 Deskripsi Sikap Peduli Lingkungan
Hasil Statistik Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Rata-rata 69,09 72,09
Standar deviasi 4,21 3,29
Variansi 17,18 10,49
Minimum 59,33 66,00
Maksimum 75,33 80,00
Median 70,00 72,00
N 33,00 31,00
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.11 dapat dibuat
histogram perbandingan rata-rata sikap peduli lingkungan kelas kontrol dan
kelas eksperimen seperti pada Gambar 4.11.
3
8 7
0 1
10
0
2
4
6
8
10
12
60,5 64,5 68,5
Fre
ku
ensi
Nilai Tengah
y
Kelas kontrol
Kelas eksperimen
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Gambar 4.11 Histogram Perbandingan Rata-Rata Sikap Peduli Lingkungan
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Berdasarkan Tabel 4.11 dan Gambar 4.11 menunjukkan bahwa rata-
rata nilai sikap peduli lingkungan siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi
daripada kelas kontrol. Standar deviasi dan variansi pada kelas kontrol lebih
tinggi daripada kelas eksperimen, artinya tingkat keragaman pada kelompok
kontrol lebih besar. Median atau nilai tengah pada kelas eksperimen juga lebih
tinggi dibandingkan kelas kontrol.
B. Pengujian Prasyarat Analisis
Pengujian prasyarat secara statistik perlu dilakukan sebagai prasyarat
analisis perbedaan dua perlakuan dengan uji t (t-test). Penelitian ini menggunakan
beberapa uji persyaratan analisis diantaranya : uji kesimbangan, uji normalitas,
dan uji homogenitas. Hasil dari masing-masing uji persyaratan ini akan
disampaikan pada uraian berikut:
1. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan ini dilakukan untuk mengetahui bahwa sampel
berasal dari populasi yang sama dan homogen. Data yang digunakan untuk uji
keseimbangan ini diambil dari nilai ulangan harian Biologi kedua semester
67.5
68
68.5
69
69.5
70
70.5
71
71.5
72
72.5
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
72.09
69.09
Ra
ta-r
ata
Sik
ap
Ped
ili L
ing
ku
ng
an
y
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
ganjil tahun pelajaran 2011/2012 pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Perhitungan uji keseimbangan pada penelitian ini menggunakan uji t atau t test.
Kriteria pengujiannya adalah nilai ulangan antara dua kelas yang digunakan
dalam penelitian dinyatakan setara dan homogen jika jika signifikasi (sig) lebih
besar dari taraf signifikasi, yaitu 0,05. Sebaliknya, apabila signifikasi (sig)
lebih kecil dari taraf signifikasi maka dinyatakan tidak setara. Hasil uji
keseimbangan siswa secara lengkap disajikan pada Lampiran 4 dan secara
ringkas disajikan pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12. Hasil Uji Keseimbangan Nilai Ulangan Harian
Uji Keseimbangan Sig Kriteria Keputusan Uji H0
Nilai ulangan
harian
Uji t 0,073 Sig > 0,05 Diterima, setara
Levene 0,984 Sig > 0,05 Diterima, homogen
Berdasarkan data hasil perhitungan uji t di atas dapat diketahui bahwa
nilai uji-t sebesar 0,073 dan uji Levene sebesar 0,984. Kedua nilai tersebut lebih
besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa kedua kelas mempunyai kemampuan
awal yang sama atau setara dan homogen, sehingga dapat disimpulkan bahwa
semua sampel tersebut berasal dari populasi yang seimbang dan homogen.
2. Uji Normalitas
Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui data dari masing-
masing kelas kontrol dan kelas eksperimen berasal dari populasi yang
berdistribusi normal atau tidak. Salah satu syarat uji-t (t-test) adalah data
berdistribusi normal. H0 dinyatakan bahwa data berdistribusi normal. H1
dinyatakan bahwa data tidak berdistribusi normal. Uji normalitas data sikap
peduli lingkungan dan hasil belajar Biologi siswa pada ranah kognitif,
psikomotor, dan afektif untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan α = 0,05 dan dibantu program
SPSS 16. Jika nilai sig. dari uji normalitas lebih besar dari α (sig. > 0,05) maka
H0 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa data terdistribusi normal. Hasil
uji normalitas disajikan pada Tabel 4.13 dan Tabel 4.14 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Biologi Siswa
a. Test Distribution is Normal
Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas Sikap Peduli Lingkungan
Kelas Kolmogorov-
Smirnov N Sig.
Hasil
Keterangan Keputusan
Kontrol 0,752 33 0,623 Sig. > 0,05 Normal
Eksperimen 0,648 31 0,795 Sig. > 0,05 Normal
a. Test Distribution is Normal
Pengolahan data tersebut menunjukan bahwa nilai (sig.) > 0,05 pada
setiap kelas X SMA Negeri Colomadu, sehingga H0 diterima dan dapat
dinyatakan bahwa data tersebut berdistribusi normal.
3. Uji Homogenitas
Syarat lain dari uji-t (t-test) adalah data yang digunakan adalah data
yang homogen. Homogen berarti bahwa data antar kelas eksperimen dan kelas
kontrol mempunyai variansi yang sama atau homogen. Homogenitas data sikap
peduli lingkungan dan data hasil belajar yang meliputi tiga ranah yaitu ranah
kognitif, psikomotorik dan afektif menggunakan uji Levene’s dengan α = 0,05
dengan bantuan program SPSS 16. H0 dinyatakan bahwa tiap kelas memiliki
variansi yang sama (homogen). H1 dinyatakan bahwa tiap kelas tidak memiliki
variansi yang sama. Keputusan untuk uji ini adalah jika nilai sig. dari uji
normalitas lebih besar dari α (sig.> α) maka H0 diterima sehingga dapat
dikatakan bahwa data homogen. Hasil uji homogenitas hasil belajar Biologi
Ranah Hasil
Belajar
Kelas Kolmogorov-
Smirnov
N Sig. Hasil
Keterangan Keputusan
Kognitif Kontrol 0,655 33 0,785 Sig. > 0,05 Normal
Eksperi
men
0,738 31 0,648 Sig. > 0,05 Normal
Psikomotor
(Angket)
Kontrol 0,701 33 0,710 Sig. > 0,05 Normal
Eksperi
men
0,580 31 0,889 Sig. > 0,05 Normal
Psikomotor
(Lembar
Observasi)
Kontrol 0,740 33 0,644 Sig. > 0,05 Normal
Eksperi
men
0,567 31 0,905 Sig. > 0,05 Normal
Afektif
(Lembar
Observasi)
Kontrol 0,609 33 0,852 Sig. > 0,05 Normal
Eksperi
men
0,650 31 0,792 Sig. > 0,05 Normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
disajikan pada Tabel 4.15 dan uji homogenitas sikap peduli lingkungan dapat
disajikan pada Tabel 4.16.
Tabel 4.15 Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar Biologi
Berdasarkan Tabel 4.15 menunjukkan bahwa nilai (sig) > 0,05
sehingga keputusan uji H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semua sampel
berasal dari populasi yang variansinya homogen.
Hasil uji homogenitas sikap peduli lingkungan dapat disajikan
pada Tabel 4.16.
Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas Sikap Peduli Lingkungan Sikap Peduli
Lingkungan F Sig. Keterangan Keputusan
SPL 3,315 0,073 Sig. > 0,05 Homogen
Berdasarkan Tabel 4.16 menunjukkan bahwa nilai (sig) > 0,05
sehingga keputusan uji H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semua sampel
berasal dari populasi yang variansinya homogen.
Persyaratan uji hipotesis penelitian untuk data sikap peduli
lingkungan dan hasil belajar Biologi dapat menggunakan uji t karena sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang
homogen. Oleh karena itu, pengujian hipotesis penelitian secara parametrik
melalui uji t dapat dilakukan.
Ranah Hasil
Belajar
F Sig. Keterangan Keputusan
Kognitif 0,640 0,427 Sig > 0,05 Homogen
Psikomotorik
(angket)
1,300 0,259 Sig > 0,05 Homogen
Psikomotorik
(lembar
observasi)
3,520 0,065 Sig > 0,05 Homogen
Afektif
(lembar
observasi)
3,404 0,070 Sig > 0,05 Homogen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
C. Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji-t (t-
test). Data sikap peduli lingkungan dan hasil belajar Biologi yang meliputi tiga
ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik pada penelitian dinyatakan
normal dan homogen, sehingga prasyarat uji-t telah terpenuhi. Kriteria yang
digunakan dalam pengambilan keputusan hipotesis adalah tingkat signifikasi (α)
= 0,05 yaitu H0 ditolak jika signifikasi probabilitas (sig) < α (0,05). Hal ini
berarti jika signifikasi probabilitas (sig) < 0,05 maka hipotesis nihil (H0) ditolak
dan sebaliknya jika signifikasi probabilitas (sig) > 0,05 maka hipotesis nihil
diterima.
Hipotesis penelitian ini dinyatakan bahwa ada pengaruh antara model
pembelajaran Science Technology Society disertai teknik Mind Map terhadap
sikap peduli lingkungan dan ada pengaruh antara model pembelajaran Science
Technology Society disertai teknik Mind Map terhadap hasil belajar Biologi siswa
kelas X SMA Negeri Colomadu tahun pelajaran 2011/2012. Hasil belajar Biologi
dan sikap peduli lingkungan masing-masing akan diuji apakah model
pembelajaran Science Technology Society disertai teknik Mind Map berpengaruh
terhadap hasil belajar Biologi dan sikap peduli lingkungan.
1. Hipotesis Pertama
Hipotesis untuk pengujian pengaruh model pembelajaran Science
Technology Society disertai teknik Mind Map terhadap hasil belajar Biologi
siswa dinyatakan dengan H0 yang menunjukkan bahwa perolehan nilai hasil
belajar rata-rata antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen tidak berbeda
nyata dan H1 yang menunjukkan bahwa perolehan rata-rata hasil belajar antara
kelas kontrol dengan kelas eksperimen berbeda nyata. Hasil dari uji hipotesis
tersebut disajikan pada Tabel 4.17.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Tabel 4.17 Hasil Uji Pengaruh model pembelajaran Science Technology
Society disertai teknik Mind Map Terhadap Hasil Belajar Biologi
Variabel
(Ranah Hasil Belajar)
T Df Sig Keputusan Uji
Kognitif 4,614 62 0,000 sig < 0,05
H0 ditolak
Psikomotorik
(angket)
2,847 62 0,002 sig < 0,05
H0 ditolak
Psikomotorik
(observasi)
7,847 62 0,000 sig < 0,05
H0 ditolak
Afektif
(observasi)
2,409 62 0,019 sig < 0,05
H0 ditolak
Berdasarkan Tabel 4.17 menunjukkan bahwa hasil keputusan uji
(sig) < 0,05 sehingga H1 diterima, hal ini berarti perolehan rata-rata nilai hasil
belajar antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen berbeda nyata. Rata-rata
nilai hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa kelas
kontrol. Berdasarkan pada perbedaan nilai rata-rata tersebut dapat diketahui
bahwa model pembelajaran Science Technology Society disertai teknik Mind
Map berpengaruh positif terhadap hasil belajar Biologi siswa.
2. Hipotesis Kedua
Hipotesis untuk pengujian pengaruh model pembelajaran Science
Technology Society disertai teknik Mind Map terhadap sikap peduli lingkungan
dinyatakan dengan H0 yang menunjukkan bahwa perolehan nilai sikap peduli
lingkungan rata-rata antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen tidak
berbeda nyata dan H1 yang menunjukkan bahwa perolehan rata-rata nilai sikap
peduli lingkungan antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen berbeda
nyata. Hasil dari uji hipotesis tersebut disajikan pada Tabel 4.18.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Tabel 4.18 Hasil Uji Pengaruh Model Science Technology Society disertai
teknik Mind Map terhadap Sikap Peduli Lingkungan
Variabel t Df Sig Keputusan Uji
Sikap Peduli Lingkungan 3,187 62 0,002 sig < 0,05
H0 ditolak
Berdasarkan Tabel 4.18 menunjukkan bahwa hasil keputusan uji
(sig) < 0,05 sehingga H1 diterima, hal ini berarti perolehan rata-rata nilai sikap
peduli lingkungan antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen berbeda nyata.
Rata-rata nilai sikap peduli lingkungan siswa kelas eksperimen lebih tinggi
daripada siswa kelas kontrol. Berdasarkan pada perbedaan nilai rata-rata
tersebut dapat diketahui bahwa model Science Technology Society disertai
teknik Mind Map berpengaruh positif terhadap sikap peduli lingkungan.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Hipotesis Pertama
Berdasarkan keputusan uji maka H1 diterima, hal ini berarti ada
pengaruh model model Science Technology Society disertai teknik Mind Map
terhadap hasil belajar siswa yang meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif,
ranah psikomotor, dan ranah afektif. Hal tersebut ditunjukkan dari (sig) < 0,05,
dan didukung dari nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih besar
daripada kelas kontrol.
Berdasarkan uraian tersebut model pembelajaran Science
Technology Society disertai teknik Mind Map memberikan kontribusi yang
baik terhadap hasil belajar Biologi baik ranah kognitif, psikomotorik, dan
afektif. Hal tersebut dikarenakan model Science Technology Society disertai
teknik Mind Map pada dasarnya mengembangkan berbagai ranah, yaitu ranah
konsep, proses, kreativitas, sikap, aplikasi, dan keterkaitan dimana ranah-ranah
tersebut lebih sering disebut dengan ranah kognitif, psikomotor, dan afektif.
Ketiga ranah tersebut dikembangkan melalui tahapan-tahapan yang ada dalam
sintaks model pembelajaran. Melalui model Science Technology Society
disertai teknik Mind Map siswa terlibat aktif baik secara fisik dan mental
dalam belajarnya yang menekankan pada keterampilan yang dimiliki siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
untuk menemukan konsep dari materi yang diajarkan dalam pembelajaran
sedangkan siswa dengan ceramah bervariasi dan eksperimen disertai
rangkuman sederhana masih cenderung pasif dan tidak fokus terhadap proses
pembelajaran. Interaksi yang diperoleh seseorang dalam pembelajaran di
sekolah dilakukan untuk mencapai suatu tujuan dan hasil belajar yang optimal.
Berikut pembahasan mengenai hasil belajar Biologi dari ranah kognitif, ranah
psikomotor, dan ranah afektif.
a. Hasil Belajar Biologi Ranah Kognitif
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan untuk berpikir
atau keterampilan mental termasuk dalam kemampuan menghafal,
memahami mengaplikasikan, menganalisis, kemampuan mensintesis dan
mengevaluasi (Reeves, 2006: 295). Hasil analisis statistik menunjukkan
bahwa model Science Technology Society disertai teknik Mind Map
berpengaruh nyata terhadap hasil belajar ranah kognitif siswa. Hal tersebut
ditunjukkan dari perhitungan statistik nilai (sig.) < 0,05 dan nilai rata-rata
hasil belajar Biologi siswa ranah kognitif kelas eksperimen lebih tinggi dari
kelas kontrol. Hal ini dikarenakan pada kelompok eksperimen melalui
model Science Technology Society disertai teknik Mind Map, siswa terlibat
aktif dalam pembelajaran, seperti: merumuskan masalah, merumuskan
hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan, menganalisis data,
kemudian menarik kesimpulan dalam bentuk teknik Mind Map. Sedangkan
pada kelas kontrol pembelajaran menggunakan model pembelajaran
konvensional yaitu ceramah bervariasi dengan eksperimen disertai
rangkuman sederhana. Siswa hanya cenderung mendengarkan dan
memperhatikan penjelasan dari guru tanpa melibatkan siswa secara
keseluruhan. Keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran melalui
penemuan, menjadikan daya ingat siswa menjadi lebih lama dan
penguasaan konsep siswa lebih kuat, sehingga siswa tidak akan mudah lupa.
Nilai rata-rata pada kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan
adalah 68,00, sedangkan nilai rata-rata pada kelas kontrol setelah diberikan
perlakuan adalah 60,00. Hal ini disebabkan karena siswa yang menerapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
model Science Technology Society disertai teknik Mind Map diajak untuk
lebih aktif dalam mempelajari materi pencemaran lingkungan yang
mencakup ciri-ciri lingkungan yang tercemar, macam-macam pencemaran
lingkungan, macam-macam sumber pencemaran lingkungan, faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan, serta berbagai upaya
perbaikan lingkungan yang tercemar sehingga pengetahuan yang diperoleh
siswa dapat disimpan lebih lama dalam memorinya. Melalui pembelajaran
ini siswa dihadapkan pada permasalahan yang ada di lingkungan sekitar
tempat tinggalnya, dimana tempat tinggal sebagian besar siswa berada
dikawasan industri sehingga siswa mampu menerima dan memahami materi
pembelajaran serta mampu memecahkan permasalahan yang ada di
lingkungan sekitarnya dengan cara mengkonstruk pengetahuannya melalui
kegiatan belajar mengajar dengan menjalani serangkaian proses
pembelajaran yang melibatkan peran aktif dari siswa sendiri. Hal itu sesuai
dengan teori belajar konstruktivisme. Menurut teori konstruktivisme dalam
pembelajaran konstruktivis penambahan pengetahuan baru dilakukan oleh
siswa sendiri, melalui pemberian rangsangan berupa masalah-masalah dari
dunia nyata yang relevan dengan kebutuhan siswa (Mudjiman, 2006: 25).
Melalui isu-isu lingkungan yang berkembang saat ini serta
didukung dengan adanya permasalahan yang ada pada lingkungan sekitar
tempat tinggalnya siswa mempunyai ketertarikan untuk mengikuti model
pembelajaran Science Technology Society disertai teknik Mind Map dengan
teratur melalui arahan yang diberikan oleh guru, model pembelajaran ini
pada dasarnya membantu siswa untuk mengaitkan antara sains dan
teknologi dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat
sehingga literacy sains siswa diharapkan dapat meningkat. Suatu proses
mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat
dalam stuktur kognitif seseorang akan membuat siswa merasa apa yang
dipelajari tersebut bermakna, sehingga siswa tidak merasa usahanya untuk
belajar tidak sia-sia. Hal tersebut Relevan dengan teori belajar Ausubel yang
menyatakan bahwa bahan pelajaran yang dipelajari haruslah bermakna,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
proses belajar bermakna terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan
pengetahuan yang telah dimilikinya dengan pengetahuan baru.
Model pembelajaran Science Technology Society disertai teknik
Mind Map merupakan salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan
teori belajar perkembangan kognitif Piaget. Menurut Piaget kegiatan belajar
terjadi sesuai dengan pola tahap-tahap perkembangan tertentu dan umur
seseorang. yang harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang
tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Siswa
kelas X SMA telah memasuki tahap operasi formal yang memiliki
kemampuan pemikiran abstrak dan murni simbolis. Masalah-masalah dapat
dipecahkan melalui penggunaan eksperimentasi sistematis.
Model pembelajaran Science Technology Society disertai teknik
Mind Map sangat membantu siswa dalam mengorganisasikan pengetahuan
yang diperoleh melalui teknik Mind Map. Teknik Mind Map merupakan
salah satu teknik mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan
memetakan pikiran kita (Buzan, 2007: 4). Teknik Mind Map dirancang
berdasarkan bagaimana otak memproses informasi Otak mengambil
informasi dari berbagai tanda, baik gambar, bunyi, aroma, pikiran, maupun
perasaan. Pembelajaran dengan teknik Mind Map akan membuat siswa
lebih mudah dalam memahami materi yang diberikan. Tteknik Mind Map
merupakan metode mempelajari konsep, konsep ini didasarkan pada cara
kerja otak kita menyimpan informasi. Catatan yang dihasilkan
menggambarkan pola gagasan yang saling berkaitan pada cabang-
cabangnya sehingga catatan dalam bentuk teknik Mind Map memungkinkan
otak memahami ulang gagasan dalam wacana secara utuh dan menyeluruh.
Konsep ini didasarkan pada cara kerja otak kita menyimpan informasi. Hasil
penelitian Buzan (2005) menunjukkan otak kita tidak menyimpan informasi
dalam kotak-kotak sel syaraf yang terjejer rapi melainkan dikumpulkan
pada sel-sel syaraf yang bercabang- cabang yang apabila dilihat sekilas
seperti cabang-cabang pohon.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Berbeda dengan kelas eksperimen pada kelas kontrol diberikan
model ceramah bervariasi dan eksperimen disertai rangkuman sederhana.
Pada pembelajaran ini siswa masih cenderung memanfaatkan guru sebagai
transfer informasi. Siswa cenderung pasif dan lebih banyak melakukan
kegiatan dengan duduk dan diam di tempat saja. Hanya sebagian siswa yang
mau mencatat materi yang diberikan oleh guru. Model pembelajaran seperti
ini ternyata membuat siswa merasa bosan dan jenuh dalam mengikuti
kegiatan belajar, dan akhirnya mengganggap pelajaran biologi itu kurang
menarik dan susah, sehingga penguasaan materi kurang optimal. Siswa
cenderung tidak bersemangat dan kurang berpartisipasi dalam kegiatan
belajar mengajar, sehingga menjadikan suasana kelas lebih cenderung pasif.
Pembelajaran belum terpusat pada siswa (student centered), yang terbukti
ketika guru memberikan kesempatan untuk bertanya hanya sebagian kecil
siswa yang berani bertanya.
Setelah dilakukan pengujian hasil belajar siswa yang diperoleh
melalui serangkaian proses pembelajaran baik dalam kelas eksperimen
maupun kelas kontrol diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa model
pembelajaran Science Technology Society disertai teknik Mind Map
memberikan perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dengan
model pembelajaran. Hal ini berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan
antara model pembelajaran Science Technology Society disertai teknik Mind
Map terhadap hasil belajar biologi ranah kognitif. Data pada Tabel 3.2
menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran
Science Technology Society disertai teknik Mind Map lebih efektif dalam
meningkatkan hasil belajar Biologi siswa dibandingkan dengan model
ceramah bervariasi dan eksperimen disertai rangkuman sederhana.
b. Hasil Belajar Biologi Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik berkaitan dengan penguasaan keterampilan
fisik mulai dari gerakan refleksif hingga menunjukkan komunikasi non-
decursif seperti gerakan ekspresif dan gerakan interpretatif
(Reeves, 2006: 295). Fungsi utama tujuan-tujuan dalam ranah psikomotorik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
untuk mengembangkan kekuatan otot dan koordinasi
(Jacobsen et al, 2009: 91). Penilaian hasil belajar ranah psikomotorik
dalam penelitian ini diperoleh melalui metode angket dan metode observasi.
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh model
pembelajaran Science Technology Society disertai teknik Mind Map
terhadap hasil belajar Biologi ranah psikomotorik. Hal tersebut ditunjukkan
dari perhitungan statistik pada Tabel 3.16 menunjukkan bahwa sig hasil
belajar ranah psikomotor sebesar 0,259. Sig ini lebih kecil jika
dibandingkan dengan taraf signifikasi, yaitu 0,259<0,05 sehingga H0
ditolak, artinya ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata hasil belajar
biologi ranah psikomotor antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Rata-
rata nilai psikomotor melalui angket yaitu 83,96 pada kelas eksperimen
sedangkan 79,75 pada kelas kontrol, dengan selisih rata-rata yaitu 4,21,
sedangkan yang diperoleh dari metode observasi yaitu 62,37 pada kelas
kontrol dan 77,42 pada kelas eksperimen, dengan selisih rata-rata yaitu
15,05. Hasil belajar ranah psikomotorik melalui lembar observasi dan
angket pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.
Hasil belajar pada ranah psikomotor diperoleh dari hasil
pengukuran melalui angket yang diberikan kepada siswa setelah diberikan
perlakuan atau treatment sedangkan pengukuran hasil belajar ranah
psikomotor melalui observasi dilakukan ketika pembelajaran Biologi
berlangsung . Hasil belajar ranah psikomotor mengembangkan ketrampilan
dasar hingga kompleks. Keterampilan merumuskan masalah terlihat pada
saat siswa merumuskan masalah yang ada dalam wacana pada LKS yang
telah dibagikan. Siswa mengembangkan kemampuan untuk
mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan mereka dengan ide-ide dan
konsep-konsep ilmiah, serta hubungan-hubungan kuantitatif yang mengarah
pada penyelidikan. Keterampilan merumuskan hipotesis terlihat ketika
siswa merumuskan hipotesis dari masalah yang telah dirumuskan siswa
sebelumnya. Keterampilan merancang percobaan terlihat pada saat siswa
merancang percobaan dengan menentukan tujuan, alat dan bahan, dan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
kerja sekaligus membuat sketsa gambar rancangan percobaan.
Keterampilan melakukan percobaan terlihat pada saat siswa melakukan
percobaan berdasarkan rancangan percobaan yang telah mereka buat. Selain
itu, siswa juga akan terampil dalam mengamati. Siswa akan mengamati
perubahan-perubahan yang terjadi saat percobaan berlangsung. Saat siswa
merancang dan melakukan penyelidikan ilmiah, siswa mampu
mengembangkan kemampuan-kemampuan seperti: pengamatan sistematik,
melakukan pengukuran cermat, dan mengidentifikasi serta mengontrol
variabel. Keterampilan interpretasi terlihat saat siswa melakukan investigasi
pengamatan pada objek percobaan. Siswa akan menjelasan berdasarkan apa
yang mereka amati, dan pada saat mereka mengembangkan keterampilan-
keterampilan kognitif, mereka akan dapat membedakan penjelasan dan
penelitian dan mampu menyusun hubungan berdasarkan pada bukti dan
argumen logis. Selain itu, siswa juga terampil dalam membuat kesimpulan
dalam bentuk teknik Mind Map. Terampil dalam mengkomunikasikan
terlihat pada saat siswa mempresentasikan hasil percobaan dan kesimpulan
dalam bentuk teknik Mind Map. Selain mampu mengkomunikasikan
dengan baik, siswa juga mengembangkan kemampuan untuk menjadi
pendengar yang baik dan menghargai penjelasan-penjelasan yang diajukan
siswa lain. Terbuka dan menghargai ide-ide dan penjelasan-penjelasan yang
berbeda, dengan kata lain keterampilan sosial mereka pun akan terlatih pada
saat siswa terlibat dalam keterampilan proses dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil uji t dalam uji hipotesis dapat dijelaskan
bahwa penerapan model pembelajaran Science Technology Society disertai
teknik Mind Map mempunyai peran yang nyata terhadap pencapaian hasil
belajar ranah psikomotor. Hal ini didukung dengan rataan nilai psikomotor
pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa siswa yang menggunakan model
pembelajaran Science Technology Society disertai teknik Mind Map lebih
tinggi dibandingkan dengan rataan nilai psikomotor pada siswa yang
menggunakan model pembelajaran ceramah bervariasi dan praktikum
disertai rangkuman sederhana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Tingkatan ranah psikomotor menurut Rustaman (2005: 51-54)
meliputi 5 aspek yaitu peniruan/imitasi, memanipulasi, ketepatan, artikulasi,
dan pengalaman. Kelima aspek tersebut saling melengkapi dan berkaitan
antara satu dengan yang lainnya mulai dari tingkat dasar hingga tingkatan
yang kompleks. Aspek-aspek tersebut dikembangkan melalui serangkaian
kegiatan belajar dan lebih banyak terlihat pada saat melakukan kegiatan
praktikum. Kedua kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama-sama
diberikan kegiatan praktikum agar siswa lebih memahami mengenai materi
yang diajarkan, sehingga apa yang mereka pelajari tersebut menjadi lebih
bermakna ketika mereka dapat melakukan atau mendemonstrasikan
pengetahuan yang mereka peroleh dalam kehidupan nyata. Namun
perbedaannya pada kelas eksperimen siswa merancang sendiri percobaan
yang dilakuan dan diarahkan untuk membuat suatu produk yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada disekitar
lingkungannya, yang dapat digunakan untuk kedepannya. Jadi faktor inilah
yang menyebabkan adanya perbedaan yang signifikan model pembelajaran
Science Technology Society disertai teknik Mind Map terhadap hasil belajar
biologi pada ranah psikomotor antara kelas eksperimen dengan kelas
pembanding atau kelas kontrol.
c. Hasil Belajar Biologi Ranah Afektif
Ranah afektif (affective domain) adalah ranah yang berkaitan
dengan sikap, minat, perhatian, emosi, penghargaan, proses internalisasi,
dan pembentuk karakteristik diri. Fokus utama ranah afektif adalah
pengembangan sikap-sikap dan nilai-nilai. Jadi hasil belajar Biologi ranah
afektif merupakan perubahan sikap peserta didik setelah mengalami proses
belajar.
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil
belajar melalui lembar observasi kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas
kontrol model pembelajaran Science Technology Society disertai teknik
Mind Map berpengaruh nyata terhadap hasil belajar ranah afektif siswa.
Secara statistik ditunjukkan dari nilai (sig.) < 0,05. Hal ini terjadi karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
model Science Technology Society mampu menumbuhkan dan
mengembangkan sikap ilmiah seperti: teliti, tanggung jawab, disiplin, dan
kerja sama melalui kegiatan pembelajaran yang menekankan pada metode
ilmiah.
Hasil belajar pada ranah afektif siswa diperoleh dari hasil
pengukuran melalui lembar observasi ranah afektif. Hasil belajar ranah
afektif merupakan sikap yang diharapkan saat melakukan proses
pembelajaran. Tipe hasil belajar afektif tampak pada sikap siswa dengan
berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin,
motivasi belajar, menghargai guru dan teman, kebiasaan belajar serta
hubungan sosial. Berdasarkan hasil uji hipotesis dapat dijelaskan bahwa
penerapan model pembelajaran model pembelajaran Science Technology
Society disertai teknik Mind Map mempunyai peran yang berarti terhadap
pencapaian hasil belajar ranah afektif.
Hasil observasi proses pembelajaran pada kelas eksperimen
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa dapat berperan aktif dalam proses
pembelajaran. Hal ini disebabkan dalam kegiatan pembelajaran siswa
dibimbing untuk melakukan berbagai tingkah laku dalam pembelajaran
seperti mengamati video, berdiskusi, melakukan praktikum, hingga
membuat kesimpulan dalam bentuk teknik Mind Map. Melalui berbagai
serangkaian kegiatan tersebut siswa mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
sehingga siswa mencoba berusaha untuk mencari tahu. Rasa ingin tahu yang
kuat inilah yang mendorong siswa untuk berusaha memperoleh dan
menggali informasi melalui kegiatan diskusi dan interaksi dengan teman
dalam kelompoknya. Hal ini Relevan dengan teori belajar Vigotsky yang
menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu pengembangan
pengertian melalui proses scaffolding, yaitu pemberian bantuan pada tahap
awal, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan tanggung jawab
sepenuhnya ketika siswa sudah mampu.
Berbeda dengan kelas kontrol siswa dalam kelas ini cenderung
pasif, siswa tidak mempunyai keinginan yang kuat untuk memperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
informasi lebih sehingga dapat mengeksplorasikan pengetahuannya secara
lebih luas. Hal tersebut terlihat dari perbedaan rata-rata nilai afektif yang
diperoleh siswa dalam kelas eksperimen yang menggunakan model
pembelajaran model pembelajaran Science Technology Society disertai
teknik Mind Map dan kelas kontrol. Rata-rata nilai afektif siswa yang
menggunakan model pembelajaran Science Technology Society disertai
teknik Mind Map lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata nilai
afektif pada siswa yang menggunakan model pembelajaran ceramah
bervariasi dan praktikum disertai rangkuman sederhana. Rata-rata nilai
afektif kelompok eksperimen adalah 70,00 sedangkan rata-rata nilai afektif
untuk kelompok kontrol adalah 66,00.
Berdasarkan hasil perhitungan dari ketiga ranah hasil belajar
menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran
Science Technology Society disertai teknik Mind Map mampu
meningkatkan ketiga ranah hasil belajar, sehingga dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran Science Technology Society disertai teknik Mind Map
lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Hipotesis Kedua
Berdasarkan keputusan uji maka H1, hal ini berarti ada pengaruh
model pembelajaran Science Technology Society disertai teknik Mind Map
terhadap sikap peduli lingkungan. Hal tersebut ditunjukkan dari (sig) < 0,05,
selain itu didukung dari nilai rata-rata sikap peduli lingkungan yaitu 69,09
pada kelas kontrol dan 72,09 pada kelas eksperimen, dengan selisih rata-rata
yaitu 3,00. Rata-rata nilai sikap peduli lingkungan siswa yang diperoleh
kelas eksperimen dengan model pembelajaran Science Technology Society
disertai teknik Mind Map lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang
menggunakan pembelajaran konvensional yaitu ceramah bervariasi dan
eksperimen disertai rangkuman sederhana. Hal yang sama juga terjadi pada
hasil penelitian yang dilakukan oleh Lussana Rossita Dewi (2009) yang
menunjukkan terdapat beda rataan antara sikap peduli lingkungan katergori
tinggi denga sikap peduli lingkungan dengan kategori rendah dikarenakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
siswa dengan sikap peduli lingkungan rendah mempunyai pengetahuan
yang kurang akan perlunya menjaga lingkungan agar tetap bersih dan
lestari. Masalah lingkungan sebenarnya adalah masalah bagaimana sifat dan
hakekat manusia terhadap lingkungan hidupnya. Manusia baru mengetahui
dan memahami gejala pencemaran oleh tingkah laku keliru masa lalu, masih
memerlukan kondisi dan situasi tertentu agar terlaksana pelestarian
kemampuan lingkungan hidup manusia. Mereka yang sekarang masih
merusak lingkungan dapat disebut salah didik. Pendidikan harus diarahkan
kepada pembentukan sikap dan perilaku sadar akan kelestarian dan
peningkatan kualitas lingkungan. Hal tersebut dikarenakan melalui model
pembelajaran Science Technology Society disertai teknik Mind Map, guru
mengajak siswa untuk terlibat aktif baik secara fisik dan mental dalam
belajarnya. Siswa diajak aktif berpikir mengenali masalah, mengungkapkan
gagasan-gagasan pemecahan masalah, merancang percobaan sendiri untuk
menjawab masalah yang dihadapi, melakukan percobaan untuk mencari
jawaban masalah yang dihadapi sampai pada penyusunan kesimpulan.
Proses pemecahan masalah dikaitkan dengan permasalahan sehari-hari
siswa, artinya siswa memiliki kesempatan untuk belajar memecahkan
masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa yang
memecahkan masalah yang mewakili kejadian-kejadian nyata
mengakibatkan siswa akan terlibat dalam perilaku berpikir.
Model model pembelajaran Science Technology Society disertai
teknik Mind Map membentuk individu yang memiliki literasi sains dan
teknologi serta memiliki kepedulian terhadap masyarakat dan
lingkungannya karena siswa tidak hanya menghafal materi tetapi siswa
mampu mengkaitan sains dengan masyarakat melalui teknologi sehingga
menemukan suatu konsep dari materi yang diajarkan melalui proses-proses
dalam belajarnya. Model model pembelajaran Science Technology Society
disertai teknik Mind Map tidak hanya menekankan tentang apa yang
dipelajari tetapi bagaimana siswa harus belajar. Guru hanya berperan
sebagai fasilitator dan membimbing jalannya diskusi maupun dalam proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
penyelidikan serta memberikan konfirmasi yang cukup pada materi yang
disampaikan siswa agar tidak terjadi kesalahan konsep materi, sehingga
materi tidak hanya disampaikan dengan penjelasan panjang lebar tetapi juga
mengembangkan kreativitas siswa saat siswa mampu menemukan sendiri
suatu konsep atau pengetahuan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
(Dass, P.M. & Yager, R.E.:2009) menyatakan bahwa Science Technology
Society dapat meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan
lingkungannya, dapat memudahkan peserta didik dalam mengaplikasikan
konsep-konsep yang dipelajari untuk kebutuhan masyarakat, dan memiliki
kecenderungan untuk mau berpartisipasi dalam kegiatan menyelesaikan
masalah di lingkungannya, dan membantu guru mengembangkan
keterampilan yang diperlukan untuk dapat merancang pengalaman belajar
yang akan membuat ilmu pengetahuan yang relevan kepada siswa.
Bentuk kegiatan dalam pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Science Technology Society disertai teknik Mind Map
meliputi: a) siswa merumuskan masalah yang ada dalam wacana pada LKS
yang telah dibagikan, dalam hal ini siswa diajak aktif berpikir mengenali
masalah, mengungkapkan gagasan-gagasan pemecahan masalah, b)
merumuskan hipotesis dari masalah yang telah dirumuskan siswa, c) siswa
merancang percobaan dengan menentukan tujuan, alat dan bahan, dan cara
kerja sekaligus membuat sketsa gambar rancangan percobaan, d) siswa
melakukan percobaan sesuai dengan rancangan percobaan yang telah
dibuat, e) siswa mengumpulkan dan menganalisis data dengan cara
melakukan investigasi pengamatan pada objek percobaan, memasukkan
data hasil percobaan dalam bentuk tabel, kemudian menganalisis data hasil
percobaan, g) siswa membuat kesimpulan dalam bentuk teknik Mind Map.
Sikap peduli lingkungan siswa akan terbentuk apabila seseorang
mempunyai keinginan untuk merubah perilakunya. Ajzen (2001:371-376)
menyatakan bahwa untuk membentuk dan menumbuhkan suatu kebiasaan
berperilaku terdiri dari 3 hal yaitu sikap berperilaku (behavioural attitude),
norma subjektif (subjective norm), dan kontrol perilaku (perceived
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
behavioural control). Sikap peduli lingkungan siswa dalam materi
pencemaran lingkungan akan terbentuk jika siswa mengetahui tiga hal
tersebut sehingga menimbulkan suatu kebiasaan pada siswa untuk mampu
menjaga dan melestarikan lingkungan yang ada disekitarnya. Suatu
kebiasaan ini tidak mudah untuk ditumbuhkan dalam diri seseorang karena
harus membutuhkan waktu yang tidak sedikit agar orang menjadi sadar
akan keadaan lingkungannya saat ini. Berdasarkan pada hasil perhitungan
dan analisis yang telah dijabarkan di atas, dapat disimpulkan bahwa
beberapa faktor inilah yang mungkin menyebabkan adanya perbedaan yang
signifikan model pembelajaran Science Technology Society disertai teknik
Mind Map terhadap sikap peduli lingkungan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh model pembelajaran
Science Technology Society disertai teknik Mind Map dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Ada pengaruh secara signifikan model pembelajaran Science Technology
Society disertai teknik Mind Map terhadap hasil belajar Biologi.
2. Ada pengaruh secara signifikan model pembelajaran Science Technology
Society disertai teknik Mind Map terhadap sikap peduli lingkungan siswa.
B. IMPLIKASI
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian secara teoritis dapat digunakan sebagai bahan kajian
dan referensi pada penelitian sejenis.
2. Implikasi Praktis
a. Bagi Siswa
1) Dapat membangun imej pada siswa bahwa dalam pembelajaran IPA
khususnya biologi memberikan pengalaman secara nyata melalui
keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran guna meningkatkan
keaktifan belajar, sikap peduli lingkungan, dan hasil belajar siswa dalam
bidang studi Biologi.
2) Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran agar
penguasaan konsep dapat dikuasai dengan baik dan hasil belajar siswa
meningkat.
b. Bagi Guru
Memberikan masukan mengenai inovasi terhadap model
pembelajaran yang diberikan, terutama dalam meningkatkan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran IPA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
c. Bagi Kebijakan Institusi
1) Sebagai acuan dalam pengembangan kurikulum sekolah
2) Untuk mengembangkan profesi guru terutama dalam hal inovasi
pembelajaran
d. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan kajian lebih dalam mengenai penelitian yang
berfokus pada hasil belajar dan sikap peduli lingkungan melalui model
pembelajaran Science Technology Society disertai teknik Mind Map.
C. SARAN
1. Kepada Guru
a. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, sebaiknya guru menerapkan
model pembelajaran Science Technology Society disertai teknik Mind Map
karena model pembelajaran ini sudah terbukti dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
b. Dengan model pembelajaran Science Technology Society disertai teknik
Mind Map sangat efektif khususnya dalam materi pencemaran karena
model pembelajaran ini sudah terbukti mengatasi rendahnya sikap peduli
lingkungan siswa.
c. Dalam menerapkan model pembelajaran Science Technology Society
disertai teknik Mind Map ini diharapkan guru dapat menguasai kelas
dengan baik agar pembelajaran dapat berlangsung efektif.
d. Guru sebaiknya menggunakan waktu seefektif mungkin dalam
mengajarkan materi dengan model pembelajaran Science Technology
Society disertai teknik Mind Map agar sesuai rencana.
e. Guru harus selalu memotivasi siswa dalam menerapkan model
pembelajaran pembelajaran Science Technology Society disertai teknik
Mind Map agar siswa tetap fokus dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
2. Kepada Institusi
a. Model pembelajaran Science Technology Society disertai teknik Mind Map
dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam kebijakan
pengembangan kurikulum sekolah, khususnya pada pembelajaran IPA di
SMA.
b. Dapat digunakan dalam mengembangkan profesi guru, terutama dalam
memberikan inovasi pembelajaran.
c. Dapat digunakan sebagai pengembangan suatu proses pembelajaran
sehingga dapat meningkatkan output yang berkualitas.
3. Kepada Peneliti Lain
a. Agar dapat dilakukan penelitian sejenis dengan kajian lebih dalam bukan
hanya sekedar mengukur aspek sikap saja tetapi junga mengukur norma
subjektif, dan kontrol perilaku yang dirasakan mengenai sikap peduli
lingkungan yang mengacu pada Theory of Planned Behaviour.
b. Agar dapat dilakukan penelitian sejenis dengan kajian lebih dalam
pengaruh penerapan Science Technology Society disertai teknik Mind Map
dalam pembelajaran Biologi terhadap hasil belajar dan sikap peduli
lingkungan siswa sehingga mendapatkan hasil yang lebih baik karena
dalam penelitian ini masih terdapat keterbatasan karena siswa belum
memahami sepenuhnya tentang langkah-langkah dalam pembuatan teknik
Mind Map.