Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi .../Pengaruh...Pengaruh penggunaan tepung...

29
Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci new zealand white jantan Jurusan/Program Studi Peternakan Disusun Oleh : Eko Prasetiya H.0505026 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi .../Pengaruh...Pengaruh penggunaan tepung...

Page 1: Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi .../Pengaruh...Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci new zealand

Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam ransum terhadap

produksi karkas kelinci

new zealand white jantan

Jurusan/Program Studi Peternakan

Disusun Oleh : Eko Prasetiya

H.0505026

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

Page 2: Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi .../Pengaruh...Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci new zealand

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelinci merupakan salah satu ternak yang potensial, dapat dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan daging untuk masyarakat. Usaha peternakan kelinci di Indonesia belum dapat berkembang dengan cepat dibanding peternakan unggas atau ruminansia lain, karena kurangnya informasi di masyarakat bahwa daging kelinci memiliki kualitas yang lebih baik dibanding daging unggas atau ternak lain.

Ternak kelinci merupakan salah satu komoditas peternakan yang memiliki kualitas daging dengan kandungan protein 21 % lebih tinggi dibandingkan dengan daging sapi yang mengandung 20 %, domba atau kambing 18 % dan ayam 19,5 %. Struktur seratnya lebih halus dengan warna dan bentuk menyerupai daging ayam (Kartadisastra, 2001). Menurut Sarwono (2008) daging kelinci mengandung protein tinggi, kandungan lemak dan kolesterol sangat sedikit.

Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kelangsungan hidup ternak dan biaya terbesar yang dikeluarkan dalam usaha peternakan adalah untuk pakan sekitar 60-70 %. Oleh karena itu, upaya penurunan biaya pakan merupakan suatu keharusan dan salah satu limbah tanaman perkebunan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan seperti kulit buah kakao (Murtisari, 2005).

Limbah dari tanaman kakao berupa kulit buah, secara fisik beratnya dapat

mencapai sekitar 74% dari berat satu buah kakao, sehingga potensi limbah ini cukup

besar sebagai bahan pakan ternak. Potensi kakao di Jawa Tengah pada tahun 2006

mencapai 2.784 ton dengan menggunakan lahan seluas 7.732 ha (Deptan, 2006).

Buah kakao terdiri dari 74% kulit buah, 2% daging biji dan 24% biji. Kulit buah

kakao merupakan limbah yang potensial, dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak

karena kandungan nutrientnya. Kandungan nutrient yang terdapat dalam kakao adalah

protein kasar 7,17%; serat kasar 22,42%; lemak 0,9%; Ca 0,02% dan P 0,14%

(Guntoro, 2006). Apabila tidak dimanfaatkan maka jumlah nutrient yang terdapat

dalam kulit buah kakao akan terbuang sia-sia khususnya di Jawa Tengah sebagai

berikut : 74% kulit buah dari total 2784 ton (Deptan, 2006), sebesar 2060 ton. Kulit

buah dengan kandungan protein kasar 7,17% dari 2060 ton, jadi jumlah

keseluruhannya 147,70 ton protein kasar per tahun dalam keadaaan basah, sedangkan

dalam bentuk bahan kering 132,93 ton yang terbuang apabila tidak dimanfaatkan.

Kulit buah kakao sebagai pakan ternak yang potensial dapat diberikan secara

langsung maupun melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Kulit buah kakao dapat

Page 3: Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi .../Pengaruh...Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci new zealand

dijadikan pakan pengganti hijauan makanan ternak sebesar 30-40% (Anonimus,

2001).

Kelemahan kulit buah kakao sebagai bahan pakan diantaranya adalah mudah

busuk, sehingga diperlukan pengawetan, dengan cara fermentasi. Tujuan fermentasi

disamping untuk pengawetan juga dapat untuk meningkatkan protein kasar dan

palatabilitas karena mengubah aroma lebih baik dari bahan asli. Sesuai pendapat

Winarno dan Fardiaz (1980) bahwa pakan yang mengalami fermentasi biasanya

mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dibanding bahan aslinya.

Menurut (Sunanto, 1994 cit Anonimus 2008) kulit buah kakao yang diberikan

secara langsung pada ternak justru akan menurunkan berat badan ternak, sebab

kandungan protein kulit buah kakao rendah, sedangkan kandungan lignin dan

selulosanya tinggi. Oleh karena itu sebaiknya sebelum digunakan sebagai pakan

ternak perlu difermentasi terlebih dahulu untuk menurunkan kandungan lignin yang

sulit dicerna oleh hewan dan untuk meningkatkan nilai nutrisi, tapi ada batasan

penggunaannya, karena mengandung seyawa anti nutrisi theobromin.

Penambahan pakan limbah kakao sebanyak 100 – 200 gram/ekor/hari mampu

meningkatkan pertumbuhan kambing muda sebesar 119 gram/ekor/hari

dibandingkan jika hanya diberikan hijauan makanan ternak (HMT), pertumbuhan

hanya mencapai 64 gram/ekor/hari (Anonimus, 2008).

B. Rumusan Masalah

Pakan merupakan salah satu faktor utama dalam pemeliharaan kelinci yang

perlu diperhatikan. Pemilihan pakan alternatif yang berkualitas, tanpa bersaing

dengan kepentingan manusia, sangat dibutuhkan. Kulit buah kakao merupakan

limbah tanaman perkebunan yang potensial, yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan

pakan ternak. Kulit buah kakao merupakan salah satu bahan pakan alternatif, dengan

kandungan protein kasar 7,17 %; serat kasar 22,42 %; lemak 0,9 %; Ca 0,02 %; dan

P 0,14 % (Guntoro, 2006). Proses fermentasi perlu dilakukan untuk meningkatkan

protein dan menurunkan serat kasar. Fermentasi dengan menggunakan Aspergillus

Page 4: Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi .../Pengaruh...Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci new zealand

niger, diharapkan kandungan nutrien yang ada di dalam kulit buah kakao dapat

optimal, sehingga kebutuhan nutrien kelinci akan terpenuhi.

Atas dasar permasalahan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dengan Aspergilus niger

terhadap produksi karkas kelinci New Zealand White jantan.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi

dengan Aspergilus niger dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci

New Zealand White jantan.

2. Mengetahui tingkat penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi yang

tepat sebagai pakan alternatif kelinci New Zealand White jantan.

Page 5: Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi .../Pengaruh...Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci new zealand

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kelinci

Menurut Kartadisastra (1997), sistematika kelinci sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Sub Phylum : Vertebrata

Class : Mammalia

Ordo : Lagomorpha

Family : Leporidae

Sub Family : Leparine

Genus : Lepus

Species : Lepus negricollis

Kelinci termasuk jenis ternak pseudo-ruminant, yaitu herbivora yang tidak

dapat mencerna serat kasar secara baik. Fermentasi pakan terjadi di coecum,

merupakan 50% dari seluruh kapasitas saluran pencernaan (Sarwono, 2008).

Rasa daging kelinci tidak jauh berbeda dengan daging ayam, serat-

seratnya lembut, warnanya putih dan tidak berlendir (Sarwono, 1995).

Kelinci New Zealand White merupakan ras kelinci albino, yang tidak

mempunyai pigmen bulu, sehingga bulunya berwarna putih mulus, padat, tebal

dan agak kasar kalau diraba, matanya menonjol dan berwarna merah, mempunyai

sifat coprophagy yaitu aktifitas mengkonsumsi fesesnya sendiri pada pagi hari.

Keunggulan dari kelinci New Zealand White yaitu pertumbuhannya cepat, karena

itu cocok diternakan sebagai penghasil daging. Bobot kelinci dewasa dapat

mencapai sekitar 4,5-5 kg per ekor. Jumlah anak yang dilahirkan rata-rata

berjumlah 50 ekor per tahun (Sarwono, 2008).

Ciri-ciri kelinci lokal antara lain : bentuk dan berat badannya kecil, sekitar

1,5 Kg, warna bulu bervariasi antara putih, hitam, belang. Kelinci lokal diduga

berasal dari hasil kawin silang yang tidak terkontrol dari generasi ke generasi

(Whendrato dan Madyana, 1983).

B. Pakan Kelinci

Page 6: Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi .../Pengaruh...Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci new zealand

Pakan kelinci terdiri dari 2 macam yaitu konsentrat dan hijauan.

Konsentrat mempunyai kandungan Serat Kasar lebih rendah daripada hijauan

(Williamson dan Payne, 1993). Sehingga konsentrat lebih mudah dicerna.

Konsentrat dalam peternakan kelinci berfungsi untuk meningkatkan nilai

gizi pakan dan mempermudah penyediaan pakan. Konsentrat sebagai ransum

diberikan sebagai pakan tambahan atau pakan penguat, kalau pakan pokoknya

hijauan (Sarwono, 2008).

Konsentrat merupakan pakan penguat berkonsentrasi tinggi berupa

campuran bahan pakan yang terdiri dari 60% TDN dan berperan menutup

kekurangan nutrien yang belum terpenuhi nutrien. Jumlah pemberian konsentrat

dalam formulasi ransum kelinci adalah 1/3 dari bahan kering ransum

(Siregar,1994)

Menurut Siregar (1994), hijauan diartikan sebagai pakan yang

mengandung serat kasar atau bahan tidak tercerna yang relatif tinggi. Jenis pakan

hijauan ini antara lain rumput-rumputan, leguminosa, dan limbah pertanian

(misal: jerami padi, pucuk tebu, dan daun jagung). Menurut Sarwono (2008)

hijauan antara lain rumput lapangan, limbah sayuran (daun kangkung, sawi,

wortel, lobak, daun singkong ), daun lamtoro, daun turi, daun petai, daun pepaya,

dan lain – lain.

C. Kulit Buah Kakao Fermentasi

Menurut pendapat Winarno dan Fardiaz (1980) bahwa pakan yang

mengalami fermentasi biasanya mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dibanding

bahan asalnya. Kulit buah kakao mengandung protein kasar 7,17 %; serat kasar

22,42 %; lemak 0,9 %; Ca 0,02 %; dan P 0,14 % (Guntoro, 2006). Proses

fermentasi dilakukan untuk meningkatkan kandungan protein dan menurunkan

serat kasar. Fermentasi dengan menggunakan Aspergillus niger, diharapkan

kandungan nutrien yang ada di dalam kulit buah kakao dapat optimal, sehingga

kebutuhan nutrien kelinci akan terpenuhi (Anonimus, 2008).

Kulit buah kakao mengandung alkaloid theobromin (3,7-

dimethlxantine) yang merupakan faktor pembatas pada pemakaian limbah kakao

sebagai pakan ternak. Kandungan theobromin sbb : kulit buah (0,17 - 0,20 %) ;

Page 7: Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi .../Pengaruh...Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci new zealand

kulit biji (1,80 - 2,10%) ; biji (1,90 – 2,0 %) (Wong, dkk, 1988 disitasi BPTP-

Sulsel). Kulit buah kakao kandungan gizinya terdiri dari bahan kering (BK) 88%,

protein kasar (PK) 8%, serat kasar (SK) 40,1%, dan TDN 50,8% dan

penggunaannya oleh ternak ruminansia 30-40% (Anonimus, 2001).

Fermentasi merupakan proses metabolik dengan bantuan enzim dari

mikrobia (jasad renik) untuk melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa dan reaksi

kimia lainnya, sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu subtrat organik

dengan menghasilkan produk tertentu, dan menyebabkan terjadinya perubahan

sifat bahan tersebut (Winarno dan Fardiaz, 1980).

Medium fermentasi dibagi menjadi dua yaitu fermentasi medium padat

dan fermentasi medium cair. Fermentasi medium padat merupakan proses

fermentasi dimana medium yang digunakan tidak larut tetapi cukup mengandung

air untuk keperluan mikroorganisme, sedangkan fermentasi medium cair adalah

proses fermentasi yang substratnya larut atau tersuspensi didalam fase cair

(Hardjo, et. al., 1989).

Aspergillus niger merupakan kapang termasuk ke dalam genus

Aspergillus, famili Eurotiaceae, ordo Eutiales, sub-klas Plectomycetetidae, kelas

Ascomycetes, sub-divisi Ascomycotina dan divisi Amastigmycota (Hardjo, et. al.,

1989).

Aspergillus niger berwarna hitam coklat atau ungu coklat. Kapang ini

mempunyai bagian yang khas yaitu hifanya berseptat, spora yang bersifat

aseksual, mempunyai sifat aerob, sehingga dalam pertumbuhannya memerlukan

oksigen dalam jumlah yang cukup. Aspergillus niger termasuk mikroba mesofilik

dengan pertumbuhan maksimum pada suhu 35 oC – 37 oC. Derajad keasaman

(pH) untuk pertumbuhan mikroba ini adalah 2-8,8 tetapi pertumbuhannya akan

lebih baik pada kondisi asam atau pH yang rendah (Fardiaz, 1989).

D. Bobot Potong

Bobot Potong yaitu bobot kelinci hidup yang lazim untuk dipotong dan

telah dipuasakan selama 6 - 10 jam. Bobot potong ternak ditentukan oleh bobot

hidupnya, bobot hidup dipengaruhi oleh konsumsi pakan. Bobot potong akan

berpengaruh terhadap besarnya penimbunan lemak tubuh, persentase karkas dan

Page 8: Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi .../Pengaruh...Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci new zealand

kualitas daging. Kenaikan bobot potong cenderung meningkatkan persentase

karkas, yang diikuti dengan kenaikan persentase tulang dan daging (Soeparno dan

Sumadi 1991).

Tingginya konsentrasi protein dalam pakan dan aras pemberian pakan bisa

meningkatkan kadar lemak dan menurunkan kandungan air tubuh atau karkas,

tetapi tidak mempengaruhi persentase protein. Pengaruh protein atau rasio protein

/ energi akan lebih besar pada ternak ruminansia dan nonruminansia muda yang

sedang tumbuh dengan cepat, terutama pada pakan yang tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan pertumbuhan jaringan (Soeparno 1994).

E. Berat dan Persentase Karkas

Karkas adalah bagian tubuh dari ternak potong setelah pemotongan

dikurangi kepala, darah serta organ dalam, dan untuk sapi, kerbau, domba dan

kambing juga dikurangi kaki dari corpus dan tarsus ke bawah serta kulit. Untuk

ayam, paru-paru dan ginjal termasuk karkas. Berat karkas mempunyai hubungan

erat dengan komponen karkas yaitu tulang, daging dan lemak (Soeparno, 1994).

Persentase karkas adalah berat karkas dibagi dengan berat hidupnya dan

dikalikan 100 %. Berat karkas biasanya berat dari karkas dingin atau karkas layu

(Soeparno, 1994).

Kelinci yang lambat tumbuhnya mengandung protein tinggi dan rendah

kadar lemaknya dibandingkan dengan kelinci yang cepat tumbuhnya. Berat karkas

ternak kelinci yang baik berkisar antara 40-52 % dari berat hidupnya

(Kartadisastra 1997).

Faktor yang mempengaruhi berat karkas yaitu besar tubuh kelinci, jenis

kelinci, sistem pemeliharaan, kualitas bibit, macam dan kualitas pakan, kesehatan

ternak, perlakuan sebelum pemotongan (Kartadisastra, 1997).

F. Berat dan Persentase Non Karkas

Non karkas merupakan hasil pemotongan ternak selain karkas dan lazim

disebut offal. Non karkas terdiri dari bagian yang layak (offal edible) dan

tidak layak dimakan (offal non edible). Bagian non karkas pada kelinci

merupakan seluruh bagian yang meliputi darah, kepala, kedua kaki depan, kedua

Page 9: Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi .../Pengaruh...Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci new zealand

kaki belakang, ekor dan organ dalam yang sudah dipisahkan dari karkas yang

bersangkutan (Soeparno, 1994).

Persentase non karkas merupakan angka banding antara berat non karkas

(darah, kepala, kedua kaki depan, ekor, jeroan dan kedua kaki belakang) dengan

berat potong kelinci yang bersangkutan kemudian dikalikan 100 persen. Bahwa

persentase non karkas berbanding terbalik dengan persentase karkas. Semakin

tinggi persentase non karkas semakin rendah persentase karkas (Soeparno 1994).

Berat karkas ternak kelinci berkisar antara 40 - 52 % dari berat badan

hidupnya dan persentase non karkasnya berkisar 48 - 60 % (Kartadisastra 1997).

Menurut Soeparno (1994), bahwa perlakuan nutrisional mempunyai

pengaruh berbeda terhadap berat non karkas. Berat non karkas juga dapat

mempengaruhi berat karkas, apabila berat non karkas semakin meningkat maka

perolehan berat karkas yang dihasilkan akan semakin menurun. Hal ini terjadi

karena jumlah non karkas yang dihasilkan lebih banyak daripada jumlah karkas

dari ternak tersebut. Pola pertumbuhan organ seperti hati, ginjal, dan saluran

pencernaan menunjukkan adanya variasi, sedangkan organ yang berhubungan

digesti dan metabolisme menunjukan perubahan berat yang besar sesuai dengan

status nutrisionalnya.

G. Berat Daging

Daging adalah semua jaringan hewan bersama produk hasil

pengolahannya yang sesuai untuk dimakan dan tidak menimbulkan gangguan

kesehatan bagi yang memakannya. Otot adalah jaringan yang mempunyai struktur

dan mempunyai fungsi utama sebagai penggerak. Karena fungsinya sebagai

penggerak, maka jumlah jaringan ikat ini berhubungan dengan kealotan daging.

Otot-otot yang berasosiasi dengan tulang yaitu otot-otot yang berhubungan

dengan tulang, sering disebut otot skeletal. Otot skeletal merupakan sumber utama

dari jaringan otot daging. Perubahan biokemis dan biofisis pada konversi otot

menjadi daging diawali pada saat penyembelihan ternak. Faktor yang

mempengaruhi kondisi ternak sebelum pemotongan akan mempengaruhi tingkat

Page 10: Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi .../Pengaruh...Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci new zealand

konversi otot menjadi daging, dan juga mempengaruhi kualitas daging yang

dihasilkan (Soeparno, 1994).

H. Rasio Daging dan Tulang

Rasio daging dan tulang adalah angka pembanding untuk mengetahui

seberapa banyak daging yang dihasilkan daripada tulangnya. Rasio daging dan

tulang merupakan perbandingan antara berat daging dengan berat tulang dari

kelinci. Perbandingan daging dan tulang dipengaruhi oleh dua komponen yaitu

bobot daging dan bobot tulang karkas (Soeparno, 1994).

Pada umumnya, pertumbuhan individual tulang, otot dan lemak

mengikuti pola pertumbuhan distroproksimal (Black, 1983

cit Soeparno, 1994), dan depot lemak mengalami proses kedewasaan terakhir.

Variasi pola pertumbuhan komponen utama karkas, yaitu tulang, otot, lemak,

selain dipengaruhi oleh status gizi, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti

genotipe dan status fisiologi ternak. Menurut NRC (1981) menyatakan bahwa,

rasio daging dan tulang untuk karkas kelinci berkisar antara 2,8 – 3,7.

Page 11: Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi .../Pengaruh...Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci new zealand

III. MATERI DAN METODE

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dengan judul pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao

fermentasi dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci New Zealand White

jantan dilaksanakan selama 7 minggu, yaitu pada tanggal 3 Agustus sampai 13

September 2009 di Balai Pembibitan dan Budidaya Ternak Non Ruminansia, jalan

Balekambang lor no. 3, Surakarta. Analisis pakan dilakukan di Laboratorium Biologi

Tanah Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Ternak

Ternak kelinci yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kelinci

Keturunan New Zealand White jantan sebanyak 16 ekor berumur ± 2 bulan

dengan bobot badan 851,25 ± 81,45 g. Bobot awal kelinci yang digunakan untuk

penelitian keseluruhan dapat dilihat pada lampiran 10.

2. Pakan

Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsentrat (bekatul,

tepung ikan, menir jagung, BR1, premix), hijauan berupa rumput lapang dan

tepung kulit buah kakao fermentasi. Air minum diberikan secara ad libitum.

Kebutuhan nutrien kelinci keturunan New Zealand White Jantan, kandungan

nutrien bahan ransum penyusun ransum dan susunan pakan beserta kandungan

nutrien ransum, dapat dilihat pada Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3. Hasil analisis

pakan perlakuan untuk penelitian dapat dilihat pada lampiran 11, lampiran 12, dan

lampiran 13.

Tabel 1. Kebutuhan nutrien untuk kelinci masa pertumbuhan.

Page 12: Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi .../Pengaruh...Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci new zealand

No Nutrien Kebutuhan 1 DE (MJ/kg)1) 11 - 13 2 Protein Kasar (%)2) 12-16 3 Lemak (%)1) 2-4 4 Serat kasar (%)2) 12-20

Sumber : 1) Kartadisastra (2001) 2) de Blass dan Wiseman ( 1998 ) Tabel 2. Kandungan Nutrien Bahan Pakan Penyusun Ransum Perlakuan

No Bahan ransum BK (%)

ABU (%)

DE (MJ/kg)

PK (%)

SK (%)

LK (%)

1. 2. 3.

Rumput Lapangan1)

Konsentrat 1)

TKBKF1)

88,82 92,93 90,36

15,14 13,22 5,43

10,992) 12.143)

12.023)

11,81 16,28 17,21

22,19 12,10 12,45

2,07 5,67 1,90

Sumber data: 1) Hasil analisis Laboratorium Biologi Tanah UNS (2009) 2) DE (rumput)

= 4370 – 79 (%SK) x (4,2 J/ 1000) (NRC,1981) 3) Berdasarkan hasil perhitungan DE = %TDN x 44 x (4,2 J/ 1000) ( Hartadi,1990 ) TDN = 77,07 – 0,75(PK) + 0,07(SK) (Tambunan. et. a.l , 1997) cit. Andriyani (2006)

Tabel 3. Susunan Ransum dan Kandungan Nutrien Ransum Perlakuan

Perlakuan No

Bahan Pakan P0 P1 P2 P3

1 Rumput Lapangan 60 60 60 60 2 Konsentrat 40 30 20 10 3 TKBKF - 10 20 30 1 2 3 4 5

Jumlah Kandungan Nutrien BK (%) DE (MJ/Kg) PK (%) SK (%) LK (%)

100

90,46 11,45 13,60 18,15 3,51

100

90,21 11,44 13,69 18,19 3,13

100

89,95 11,43 13,78 18,22 2,76

100

89,69 11,42 13,88 18,26 2,38

Sumber data : Dari tabel perhitungan tabel 2 dan 3 3. Kandang dan peralatannya

Penelitian ini menggunakan kandang battery berjumlah 16 buah dengan

ukuran p x l x t = ( 0,5 x 0,5 x 0,5 ) m 3 , dan setiap kandang berisi 1 ekor kelinci

dan 1 kandang karantina untuk kelinci yang sakit. Bahan yang digunakan untuk

membuat kandang adalah bambu, kayu dan kawat kasa.

Peralatan kandang yang digunakan meliputi tempat pakan dan minum yang

terbuat dari plastik 16 buah dan ditempatkan pada tiap kandang, thermometer

Page 13: Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi .../Pengaruh...Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci new zealand

ruang untuk mengukur suhu dalam dan luar ruangan kandang, timbangan yang

digunakan yaitu timbangan Kitchen Scale dengan kapasitas 5 Kg dengan

kepekaan 2 gram untuk menimbang kelinci, pakan, timbangan digital Electrolic

Scale kapasitas 3 Kg dengan kepekaan 1 gram untuk menimbang tepung kulit

buah kakao fermentasi konsentrat dan karkas, perlengkapan lain meliputi sapu

untuk membersihkan kandang, ember untuk menyiapkan minum kelinci dan sabit

untuk mencacah rumput, alat-alat tulis untuk mencatat dan peralatan lain. Denah

kandang dan temperatur kandang dapat dilihat pada lampiran 8 dan lampiran 9.

C. Persiapan Penelitian

1. Persiapan kandang

Kandang dengan tempat pakan dan minum, terlebih dahulu dibersihkan,

baru kemudian dilakukan pengapuran pada dinding dan alas kandang. Kandang

disemprot dengan menggunakan desinfektan formades dengan dosis 4 ml dalam 1

liter air. Tempat pakan dan minum dicuci hingga bersih kemudian direndam

dalam desinfektan formades dengan dosis 4 ml dalam 1 liter air, lalu dikeringkan

di bawah sinar matahari setelah kering di masukan ke dalam kandang.

2. Pembuatan tepung kulit buah kakao fermentasi

Proses aktifasi Aspergilus niger adalah sebagai berikut :

· Menyiapkan 10 liter air steril dan bebas kaporit

· Memasukkan larutan gula pasir 100 g, urea 50 g, dan NPK 50 g ke dalam air.

· Setelah diaduk rata, memasukkan 50 ml bibit aspergilus niger ke dalam

larutan lalu diaduk sampai rata.

· Kemudian Aerasi larutan dengan menggunakan aerator selama 24-36 jam.

Setelah selesai larutan siap digunakan sebagai starter.

Proses pembuatan Tepung Kulit Buah Kakao Fermentasi (TKBKF) adalah

sebagai berikut :

· Kulit buah kakao di cuci bersih, kemudian dicacah menjadi partikel lebih kecil

(2 cm) selanjutnya dijemur selama 24 jam (kira-kira kadar air 30-40%).

· Menempatkan cacahan kulit buah kako dalam wadah fermentasi. Menebarkan

kulit buah kakao setebal 10 cm kemudian menyiram dengan larutan

Aspergilus niger menggunakan sprayer.

Page 14: Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi .../Pengaruh...Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci new zealand

· Menumpukkan kembali bahan dengan ketebalan yang sama, kemudian

menyiram dengan larutan Aspergilus niger menggunakan sprayer hingga

bahan basah.

· Menutup kulit buah kakao dengan plastik dan proses fermentasi selama 6

hari.

· Setelah warna cacahan kulit buah kakao menjadi kecoklatan, tidak berbau, dan

berbau manis, maka fermentasi berhasil.

· Setelah proses fermentasi berakhir kulit buah kakao fermentasi (TKBKF)

dijemur dibawah sinar matahari selama 2-3 hari.

· Setelah kering kulit buah kakao fermentasi digiling hingga menjadi tepung.

3. Persiapan kelinci

Kelinci yang dipergunakan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan

keseragaman bangsa, jenis kelamin, umur dan bobot badan. Kelinci sebanyak 16

ekor dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan, tiap kelompok perlakuan terdiri dari 4

ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 1 ekor, kelinci diberi obat cacing terlebih

dahulu yaitu Vermyzin dengan dosis 1,25 g/kg bobot badan.

4. Pencampuran bahan pakan untuk ransum

Pencampuran bahan ransum dilakukan sesuai bagian bahan penyusun

ransum hasil perhitungan pada Tabel 3. Pencampuran dilakukan secara manual

dengan cara meletakkan bagian terbesar pada bagian paling bawah kemudian

terus-menerus diikuti bagian yang lebih kecil dan diaduk sampai rata.

D. Cara Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao

fermentasi (TKBKF) terhadap produksi karkas kelinci New Zealand White jantan

yang dilakukan secara eksperimental.

2. Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah

dengan 4 macam perlakuan (P1, P2 dan P3) dengan P0 sebagai kontrol. Kelinci

yang digunakan berjumlah 16 ekor, jumlah sampel yang dipotong untuk

mengetahui produksi karkasnya berjumlah 8 ekor, dimana tiap perlakuan diambil

Page 15: Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi .../Pengaruh...Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci new zealand

2 ekor sebagai sampel secara acak. Perlakuan yang diberikan adalah penggunaan

(TKBKF) tepung kulit buah kakao fermentasi masing-masing sebagai berikut :

P0 = 60 % Hijauan + 40 % Konsentrat + 0 % TKBKF

P1 = 60 % Hijauan + 30 % Konsentrat + 10 % TKBKF

P2 = 60 % Hijauan + 20 % Konsentrat + 20 % TKBKF

P3 = 60 % Hijauan + 10 % Konsentrat + 30 % TKBKF

3. Peubah Penelitian

Peubah yang diukur dalam penelitian ini meliputi :

a. Bobot Potong

Bobot potong merupakan bobot kelinci sebelum dipotong. Bobot potong

diperoleh dengan cara menimbang kelinci sebelum dilakukan penyembelihan

setelah dipuasakan selama 7 jam. Bobot potong dinyatakan dalam gram per

ekor.

b. Berat Karkas

Bobot karkas yaitu bobot bagian tubuh kelinci setelah dikurangi bobot

kulit, kepala, kaki, ekor serta bobot semua organ dalam serta darah. Bobot

karkas dinyatakan dalam g per ekor.

c. Persentase Karkas

Persentase karkas diperoleh dengan membagi bobot karkas dengan bobot

potong dikalikan 100 %.

d. Berat Non Karkas

Berat non karkas diperoleh dengan cara menimbang seluruh bagian non

karkas (kepala, kulit, keempat kaki, jeroan dan testis) dari kelinci yang

bersangkutan. Berat non karkas dinyatakan dalam g/ekor.

e. Persentase Non Karkas

Persentase non karkas dihitung dengan cara membagi berat seluruh

bagian non karkas dengan bobot potong kelinci yang bersangkutan kemudian

dikalikan 100 %.

f. Berat Daging

Page 16: Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi .../Pengaruh...Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci new zealand

Berat daging diperoleh dengan cara menimbang daging kelinci bagian

(dada, punggung, kaki depan, dan kaki belakang) yang sudah dipisahkan.

Berat daging dinyatakan dalam gram/ekor.

g. Rasio Daging dan Tulang

Rasio daging dan tulang dari perbandingan berat daging dan berat

tulang pada karkas.

4. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 7 minggu, dengan masa adaptasi 1

minggu. Jumlah pemberian ransum adalah 8% dari bobot badan kelinci (de Blass

dan Wiseman, 1998). Konsentrat diberikan jam 07.00 WIB, sedangkan rumput

lapangan jam 09.00 WIB dan 16.00 WIB.

Pengambilan data sebagai berikut :

a. Pemuasaan

Kelinci dipuasakan selama 7 jam sebelum dilakukan pemotongan.

Menurut Kartadisastra (1997), pemuasaan dilakukan selama 6-10 jam

bertujuan untuk mengosongkan bagian isi perut (usus) sehingga kulit dan otot-

ototnya menjadi lemas karena peningkatan kandungan glikogen. Disamping

itu, perlakuan ini akan meningkatkan proporsi daging terhadap bobot

hidupnya (presentase karkas).

b. Penyembelihan

Penyembelian dilakukan dengan memotong leher tepat pada trachea,

vena jugularis, arteri carotis dan oesophagus. Setelah penyembelihan selesai,

kelinci langsung digantung dengan kaki belakang di bagian atas agar

pengeluaran darah lancar dan untuk mempermudah pengulitan.

c. Pengulitan

Pengulitan segera dilakukan dengan cara kering atau tanpa air. Hal yang

pertama dilakukan yaitu memisahkan bagian kepala, kedua kaki depan pada

sendi korpus dan ekor pada bagian pangkal. Kemudian menyayat kulit pada

kedua kaki belakang secara melingkar di pergelangannya sampai melalui

bagian paha dan anus. Kulit dikupas dan perlahan-lahan ditarik ke bawah

hingga seluruh kulit terlepas dari kelinci.

Page 17: Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi .../Pengaruh...Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci new zealand

d. Pengeluaran jeroan (eviserasi)

Pengeluaran jeroan dengan cara menyayat terlebih dahulu bagian perut

secara membujur mulai dari titik pusar ke arah dada, kemudian ke arah ekor.

Setelah itu dikeluarkan seluruh jeroan dengan tangan dan memotong kaki

belakang pada sendi tarsus.

e. Pemisahan daging dengan tulang (deboning)

Pemisahan daging dengan tulang dilakukan setelah memperoleh karkas

kelinci yang bersangkutan. Seluruh daging dipisahkan dari seluruh bagian

tulangnya.

E. Cara Analisis Data

Semua data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan

analisa variansi berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah untuk

mengetahui adanya pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati. Model

matematika yang digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Yij = nilai pengamatan pada satuan perlakuan ke-i ulangan ke-j

µ = nilai tengah perlakuan ke-i

ti = pengaruh perlakuan ke-i

€ij = kesalahan (galat) percobaan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j

(Yitnosumarto, 1993).

F.

Yij = µ + ti + €ij

Page 18: Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi .../Pengaruh...Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci new zealand

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Bobot Potong

Rerata bobot potong kelinci New Zealand White jantan pada masing-masing perlakuan

disajikan pada tabel 4. sebagai berikut :

Tabel 4. Rerata bobot potong (g)

Ulangan Perlakuan 1 2

Rerata

P0 1500 1497,5 P1 1215 1316,0 P2 1404 1245,0 P3 1027

1495 1417 1086 1232 1129,5

Rerata bobot potong yang diperoleh pada penelitian ini yaitu P0, P1, P2 dan P3 masing-

masing adalah 1497,5; 1316,0; 1245,0 dan 1129,5 g. Hasil analisis variansi pengaruh

perlakuan terhadap bobot potong menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata (P>0,05),

(lampiran 1).

Bobot Potong yaitu bobot kelinci sebelum dipotong dan telah dipuasakan selama 7 jam.

Bobot potong ternak ditentukan oleh bobot hidupnya, bobot hidup dipengaruhi oleh konsumsi

pakan. Bobot potong akan berpengaruh terhadap besarnya penimbunan lemak tubuh,

persentase karkas dan kualitas daging. Kenaikan bobot potong cenderung meningkatkan

persentase karkas, yang diikuti dengan kenaikan persentase tulang dan daging.

Tabel 4 menunjukkan bahwa penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam

ransum kelinci New Zealand White jantan memberikan pengaruh terhadap bobot potong yang

cenderung menurun, hal ini disebabkan tepung kulit buah kakao fermentasi mengandung anti

nutrisi theobromin yang akan mengganggu penyerapan nutrisi dan serat kasar yang tinggi, hal

ini masih bisa ditolerir oleh kelinci, namun setelah uji statistik menunjukkan hasil yang

berbeda tidak nyata. Menurut Soeparno (1994) bahwa tingginya konsentrasi protein dalam

pakan dan aras pemberian pakan bisa meningkatkan kadar lemak dan menurunkan kandungan

karkas, tetapi tidak mempengaruhi persentase protein. Pengaruh protein atau rasio protein /

energi akan lebih besar pada ternak ruminansia dan nonruminansia muda yang sedang tumbuh

dengan cepat, terutama pada pakan yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

pertumbuhan jaringan.

Page 19: Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi .../Pengaruh...Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci new zealand

Menurut Sarwono (2008) walaupun kelinci memiliki caecum yang besar, ternyata tidak

mampu mencerna bahan-bahan organik dan serat kasar dari hijauan sebanyak yang dapat

dicerna oleh ternak ruminansia murni. Daya cerna dalam mengkonsumsi hijauan daun

mungkin hanya 10 %. Dilaporkan oleh Anonimus (2001) bahwa, penggunaan kulit buah kakao

fermentasi oleh ternak ruminansia maksimal 30-40 %. Disebabkan kulit buah kakao terdapat

faktor pembatas dalam penggunaannya yaitu zat anti nutrisi theobromin, merupakan senyawa

heterosiklik yang diduga dapat menyebabkan gangguan proses pencernaan.

B. Berat Karkas

Rerata berat karkas kelinci New Zealand White jantan pada masing-masing perlakuan

disajikan pada tabel 5. sebagai berikut :

Tabel 5. Rerata berat karkas (g)

Ulangan Perlakuan 1 2

Rerata

P0 747 722,5 P1 527 599,0 P2 636 560,5 P3 435

698 671 485 565 500,0

Rerata berat karkas yang diperoleh pada penelitian ini (P0, P1, P2 dan P3) masing-

masing adalah 722,5; 599,0; 560,5; dan 500,0 g. Hasil analisis variansi pengaruh perlakuan

terhadap berat karkas menunjukkan berbeda tidak nyata (P>0,05), (lampiran 2).

Karkas adalah bagian tubuh dari ternak potong setelah pemotongan dikurangi kepala,

darah serta organ dalam, dan untuk sapi, kerbau, domba dan kambing juga dikurangi kaki dari

corpus dan tarsus ke bawah serta kulit. Untuk ayam, paru-paru dan ginjal termasuk karkas

(Soeparno, 1994).

Faktor genetik mempengaruhi laju pertumbuhan dan komposisi tubuh yang meliputi

distribusi berat, dan komposisi kimia komponen karkas. Umur, berat hidup dan kadar laju

pertumbuhan juga dapat mempengaruhi komposisi karkas. Proporsi tulang, otot dan lemak

sebagai komponen utama karkas (Soeparno, 1994).

Faktor yang mempengaruhi berat karkas yaitu besar tubuh kelinci, jenis kelinci, sistem

pemeliharaan, kualitas bibit, macam dan kualitas pakan, kesehatan ternak, perlakuan sebelum

pemotongan (Kartadisastra, 1997).

Page 20: Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi .../Pengaruh...Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci new zealand

Berat karkas pada penelitian ini menunjukan hasil yang berbeda tidak nyata dikarenakan

bobot potong yang diperoleh (P1, P2, P3) lebih rendah dari perlakuan control (P0). Bahwa

berat karkas sangat dipengaruhi oleh bobot potongnya, sehingga berat karkas yang dihasilkan

tergantung dari bobot potong dari kelinci yang bersangkutan. Hal ini dikuatkan oleh Nurhayati

et. al., (2005) cit Robertus (2007), bahwa produksi karkas erat kaitannya dengan bobot hidup

atau bobot potong, semakin bertambah bobot hidup seekor ternak maka produksi karkas juga

akan meningkat.

Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi yang berbeda tidak nyata,

diduga disebabkan kandungan serat kasar yang tinggi dan terdapat anti nutrisi theobromin

yang menyebabkan gangguan pencernaan. Menurut Soeparno (1994) bahwa konsumsi protein

dan tipe ternak juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan komposisi karkas. Ditambahkan

oleh Soeparno (1994) faktor yang menyebabkan tidak adanya pengaruh aras protein pakan

terhadap komposisi karkas antara lain, yaitu pebedaan aras protein pakan yang relatif kecil,

berat potong yang tinggi. Ditambahkan Searle et. al., (1972) yang disitasi oleh Soeparno

(1994) pengaruh protein atau rasio protein/energi akan lebih besar pada ternak ruminansia dan

nonruminansia muda yang sedang tumbuh dengan cepat, terutama pada pakan yang tidak

cukup untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan jaringan. Ternak yang tumbuh lambat

membutuhkan lebih sedikit energi dan lebih banyak protein per kg pertambahan berat hidup.

C. Persentase Karkas

Rerata persentase karkas kelinci New Zealand White jantan pada masing-masing

perlakuan disajikan pada tabel 6. sebagai berikut :

Tabel 6. Rerata persentase karkas (%)

Ulangan Perlakuan 1 2

Rerata

P0 49,80 48,24 P1 43,37 45,55 P2 45,29 44,97 P3 42,98

46,68 47,73 44,65 46,61 44,79

Page 21: Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi .../Pengaruh...Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci new zealand

Rerata jumlah persentase karkas yang diperoleh pada penelitian ini yaitu P0, P1, P2 dan

P3 masing-masing adalah 48,24 ; 45,55 ; 44,97 dan 44,79 %. Hasil analisis variansi pengaruh

perlakuan terhadap persentase karkas menunjukkan berbeda tidak nyata (P>0,05), (lampiran

3).

Persentase karkas adalah berat karkas dibagi dengan berat hidupnya dan dikalikan 100 %.

Berat karkas biasanya berat dari karkas dingin atau karkas layu (Soeparno, 1994). Persentase

karkas yang dihasilkan dalam penelitian ini sudah sesuai dengan pendapat Kartadisastra

(1997) bahwa, berat karkas ternak kelinci yang baik berkisar antara 40-52 % dari berat

hidupnya.

Faktor genetik mempengaruhi laju pertumbuhan dan komposisi tubuh yang meliputi

distribusi berat, dan komposisi kimia komponen karkas. Faktor nutrisi, Umur, berat hidup dan

kadar laju pertumbuhan juga dapat mempengaruhi komposisi karkas. Proporsi tulang, otot dan

lemak sebagai komponen utama karkas (Soeparno, 1994).

Semakin tinggi bobot hidup dan berat karkas yang dihasilkan, berpengaruh pada

peningkatan persentase karkas yang dihasilkan. Dalam penelitian ini persentase karkas yang

dihasilkan relatif sama, karena bobot hidup maupun berat karkas yang dihasilkan relatif sama,

sehingga tidak berpengaruh pada persentase karkas yang dihasilkan dan menunjukan hasil

yang berbeda tidak nyata. Menurut Soeparno (1994) bahwa persentase karkas merupakan

perbandingan antara bobot karkas dengan bobot hidup dan dikalikan 100 %. Berat karkas

dipengaruhi langsung oleh bobot karkas dan bobot potong.

Hasil penelitian yang diperoleh bahwa persentase karkas yang diperoleh 44,79 – 48,24 %

hampir sama dengan penelitian Robertus (2007) bahwa persentase karkas kelinci berkisar

antara 43,92 - 48, 12 % dengan pakan perlakuan ampas teh, sedangkan hasil penelitian

Prasetyo (2007) lebih rendah, bahwa persentase karkas kelinci berkisar 36,30 – 41,03 %

dengan pakan perlakuan campuran onggok, bakhasi ayam petelur dan konsentrat.

D. Berat Non Karkas

Rerata berat non karkas kelinci New Zealand White jantan pada masing-masing perlakuan

disajikan pada tabel 7. sebagai berikut :

Tabel 7. Rerata berat non karkas (g)

Page 22: Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi .../Pengaruh...Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci new zealand

Ulangan Perlakuan 1 2

rerata

P0 753 775,0 P1 688 717,0 P2 768 684,5 P3 592

797 746 601 667 629,5

Rerata berat non karkas yang diperoleh pada penelitian ini yaitu P0, P1, P2 dan P3

masing-masing adalah 775,0; 717,0; 684,5 dan 629,5 g. Hasil analisis variansi pengaruh

perlakuan terhadap berat non karkas menunjukkan berbeda tidak nyata (P>0,05), (lampiran 4).

Non karkas merupakan hasil pemotongan ternak selain karkas dan lazim disebut offal.

Non karkas terdiri dari bagian yang layak (offal edible) dan tidak layak dimakan (offal non

edible). Bagian non karkas pada kelinci merupakan seluruh bagian yang meliputi darah,

kepala, kedua kaki depan, kedua kaki belakang, ekor dan organ dalam yang sudah dipisahkan

dari karkas yang bersangkutan (Soeparno, 1994).

Menurut Soeparno (1994), bahwa perlakuan nutrisional mempunyai pengaruh berbeda

terhadap berat non karkas. Berat non karkas juga dapat mempengaruhi berat karkas, apabila

berat non karkas semakin meningkat maka perolehan berat karkas yang dihasilkan akan

semakin menurun. Hal ini terjadi karena jumlah non karkas yang dihasilkan lebih banyak

daripada jumlah karkas dari ternak tersebut.

Soeparno (1994) menyatakan bahwa, pola pertumbuhan organ seperti hati, ginjal, dan

saluran pencernaan menunjukkan adanya variasi, sedangkan organ yang berhubungan digesti

dan metabolisme menunjukan perubahan berat yang besar sesuai dengan status nutrisional dan

fisiologis ternak.

E. Persentase Non Karkas

Rerata persentase non karkas kelinci New Zealand White jantan pada masing-masing

perlakuan disajikan pada tabel 8. sebagai berikut :

Tabel 8. Rerata persentase non karkas (%)

Ulangan Perlakuan 1 2

rerata

P0 50,20 51,76 P1 56,63 54,45 P2 54,71

53,32 52,27 55,35 55,03

Page 23: Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi .../Pengaruh...Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci new zealand

P3 57,02 53,39 55,20

Rerata persentase non karkas yang diperoleh pada penelitian ini P0, P1, P2 dan P3

masing-masing adalah 51,76; 54,45; 55,03 dan 55,20 %. Hasil analisis variansi pengaruh

perlakuan terhadap berat non karkas menunjukkan berbeda tidak nyata (P>0,05), (lampiran 5).

Persentase non karkas merupakan angka banding antara berat non karkas (darah, kepala,

kedua kaki depan, ekor, jeroan dan kedua kaki belakang) dengan berat potong kelinci yang

bersangkutan kemudian dikalikan 100 %. Ditambahkan oleh Soeparno (1994), bahwa

persentase non karkas berbanding terbalik dengan persentase karkas. Semakin tinggi

persentase non karkas semakin rendah persentase karkas.

Kadar laju pertumbuhan relatif beberapa komponen non karkas hampir sama dengan laju

pertumbuhan tubuh (Berg, et. al., 1976 cit Soeparno 1994). Ditambahkan oleh (Forrest et. al.,

1975 cit Soeparno 1994) menyatakan bahwa nutrisi juga mempengaruhi persentase non karkas

terhadap berat hidup. Presentase karkas terhadap berat hidup biasanya meningkat sesuai

dengan peningkatan berat hidup, tetapi persentase bagian non karkas seperti kulit, darah,

lambung dan usus kecil dan hati menurun. Jadi, ternak muda sebagian besar tersusun dari

bagian – bagian tubuh tersebut dibandingkan dengan ternak tua dan lebih besar.

Persentase non karkas yang dihasilkan dalam penelitian ini berkisar 51,76 – 55,20 %,

hampir sama dari penelitian Robertus (2007) bahwa persentase non karkas kelinci berkisar

51,84 - 56,08 %. Menurut Kartadisastra (1997) bahwa, persentase karkas ternak kelinci

berkisar antara 40 - 52 % dari berat badan hidupnya dan persentase non karkasnya berkisar 48

- 60 %.

F. Berat Daging

Rerata berat daging kelinci New Zealand White jantan pada masing-masing perlakuan

disajikan pada tabel 9. sebagai berikut :

Tabel 9. Rerata berat daging (g)

Ulangan Perlakuan 1 2

Rerata

P0 519 496,5 P1 363 407,0 P2 431 384,0 P3 291

474 451 337 388 339,5

Page 24: Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi .../Pengaruh...Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci new zealand

Rerata berat daging yang dihasilkan pada penelitian ini P0, P1, P2 dan P3 untuk masing-

masing adalah 496,5; 407,0; 384,0 dan 339,9 gram. Hasil analisis variansi pengaruh perlakuan

terhadap berat daging menunjukkan berbeda tidak nyata (P>0,05), (lampiran 6).

Daging adalah semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahannya yang sesuai

untuk dimakan dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya

(Soeparno, 1994).

Otot adalah jaringan yang mempunyai struktur dan mempunyai fungsi utama sebagai

penggerak. Karena fungsinya sebagai penggerak, maka jumlah jaringan ikat ini berhubungan

dengan kealotan daging. Otot-otot yang berasosiasi dengan tulang yaitu otot-otot yang

berhubungan dengan tulang, sering disebut otot skeletal. Otot skeletal merupakan sumber

utama dari jaringan otot daging.

Perubahan biokemis dan biofisis pada konversi otot menjadi daging diawali pada saat

penyembelihan ternak. Faktor yang mempengaruhi kondisi ternak sebelum pemotongan akan

mempengaruhi tingkat konversi otot menjadi daging, dan juga mempengaruhi kualitas daging

yang dihasilkan (Soeparno, 1994).

Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kako fermentasi berbeda tidak nyata, diduga

disebabkan kandungan protein pakan perlakuan hampir sama, sedangkan serat kasar tinggi

serta kandungan anti nutrisi theobromin yang menghambat penyerapan nutrisi, sehingga

asupan nutrien yang masuk sedikit, maka protein yang diubah menjadi jaringan ikat

berkurang, menyebabkan jumlah daging yang dihasilkan rendah. Menurut Soeparno (1994)

bahwa jumlah nutrien yang tersedia berbeda diantara pakan. Peningkatan atau penurunan

konsumsi pakan berhubungan dengan kualitas pakan yang tersedia, sehingga dapat

mempengaruhi karakteristik dan kualitas daging. Pengaruh dari pakan yang berbeda komposisi

atau kualitasnya terhadap kualitas daging bervariasi karena adanya variasi dari faktor lain

seperti umur, spesies, bangsa, jenis kelamin, bahan aditif, berat potong atau berat karkas, laju

pertumbuhan, konformasi, tipe ternak dan perlakuan sebelum dan setelah pemotongan.

G. Rasio Daging dan Tulang (Meat Bone Ratio)

Rerata rasio daging dan tulang kelinci New Zealand White jantan pada masing-masing

perlakuan disajikan pada tabel 10. sebagai berikut :

Page 25: Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi .../Pengaruh...Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci new zealand

Tabel 10. Rerata rasio daging dan tulang

Ulangan Perlakuan 1 2

Rerata

P0 2,27 2,19 P1 2,21 2,13 P2 2,10 2,18 P3 2,02

2,11 2,05 2,27 2,19 2,10

Rerata rasio daging dan tulang yang dihasilkan pada penelitian ini P0, P1, P2 dan P3

masing-masing adalah 2,19; 2,13; 2,185 dan 2,10. Hasil analisis variansi pengaruh perlakuan

terhadap persentase karkas menunjukkan berbeda tidak nyata (P>0,05). Hasil analisis variansi

pengaruh perlakuan terhadap berat daging menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata

(P>0,05), (lampiran 7).

Rasio daging dan tulang adalah angka pembanding untuk mengetahui seberapa banyak

daging yang dihasilkan daripada tulangnya. Rasio daging dan tulang merupakan perbandingan

antara berat daging dengan berat tulang dari kelinci. Perbandingan daging dan tulang

dipengaruhi oleh dua komponen yaitu bobot daging dan bobot tulang karkas. Rasio

pertumbuhan diferensial adalah : (1) atas dasar berat, komponen tubuh mencapai kedewasaan

dengan urut-urutan tulang, otot, dan lemak; (2) sejalan dengan kenaikan berat tubuh kosong,

berat masing-masing komponen meningkat, sedangkan proporsi tulang karkas menurun, lemak

meningkat, dan otot hampir konstan, dan (3) komposisi karkas tidak tergantung pada umur dan

latar belakang nutrisi (Tulloh, 1964 cit Soeparno, 1994). Pada umumnya, pertumbuhan

individual tulang, otot dan lemak mengikuti pola pertumbuhan distroproksimal (Black, 1983

cit Soeparno, 1994), dan depot lemak mengalami proses kedewasaan terakhir. Variasi pola

pertumbuhan komponen utama karkas, yaitu tulang, otot, lemak, selain dipengaruhi oleh status

gizi, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti genotipe dan status fisiologi ternak. Menurut

NRC (1981), menyatakan bahwa rasio daging dan tulang untuk karkas kelinci berkisar antara

2,8 – 3,7.

Page 26: Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi .../Pengaruh...Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci new zealand

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian dan pembahasan bahwa penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi sampai taraf 30 % tidak meningkatkan produksi karkas (bobot potong, berat karkas, persentase karkas, berat non karkas, persentase non karkas, berat daging, rasio daging dan tulang) kelinci New Zealand White jantan.

B. Saran

Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan kulit buah kakao fermentasi dengan tingkat pemberian yang berbeda dari penelitian ini.

Page 27: Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi .../Pengaruh...Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci new zealand

DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, K.A. 2006. Pengaruh Penggunaan Ampas Bir dalam Ransum Terhadap

Performan Kelinci New Zealand White Jantan. Skripsi S1 Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.

Anonimus. 2001. Pemanfaatkan Limbah Kakao Sebagai Pakan Kambing. Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Lembar Informasi Pertanian (Liptan).

Anonimus. 2008. Direktorat Budidaya Tanaman Rempah 2008. Media Komunikasi Putra

Pakkat. de Blass, C. dan J. Wiseman. 1998. The Nutrition of The Rabbit. CABI Publishing. New

York. Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. PAU IPB dengan LSI IPR Bogor. Guntoro, S, 2006. Petunjuk Teknis Pengolahan Limbah Perkebunan Untuk Pakan. Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali. Denpasar. Guntoro, S., Sriyanto, N. Suyasa, dan I.M. Rai Yasa, 2006. Pengaruh Pemberian Limbah

Kakao Olahan Terhadap Pertumbuhan Sapi Bali. Jurnal Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali.

Hardjo, S.S., N. S. Indrasti, B. Tajuddin. 1989. Biokenveksi Pemanfaatan Limbah

Industri Pertanian. Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi. IPB. Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A. D. Tillman., 1990. Tabel Komposisi Pakan untuk

Indonesia. Gadjah Mada Unervisity Press. Yogyakarta. Kartadisastra. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius.

Yogyakarta.

., 2001. Beternak Kelinci Unggul. Kanisius. Yogyakarta.

Murtisari, T. 2005. Pemanfaatan Limbah Pertanian Sebagai Pakan Untuk Menunjang Agribisnis Kelinci. Dalam : lokarya nasional potensi dan peluang pengembangan usaha kelinci. Bandung: 30 september 2005.

NRC. 1981. Nutritional Energetics Domestic Animals and Glossary of Energy Terms.

National Academy Press. Washington, D.C.

Page 28: Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi .../Pengaruh...Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci new zealand

Prasetyo, A. 2007. Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok, Bakhasi Ayam Petelur dan Konsentrat Dalam Ransum Terhadap Karkas Kelinci Lokal jantan. Skripsi Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Robertus, Y. W., 2007. Pengaruh Penggunaan Ampas Teh (Camellia Sinensis) dalam

Ransum Terhadap Produksi Karkas Kelinci New Zealand White Jantan. Laporan Penelitian Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.

Sarwono, B., 1995. Beternak Kelinci Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sarwono, B., 2008. Kelinci Potong dan Hias. Agromedia Pustaka. Jakarta. Siregar, S. B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta. Soeparno dan Sumadi. 1991. Pertambahan Berat Badan, Karkas dan Komposisi Kimia

Daging Sapi Kaitannya dengan Bangsa dan Macam Pakan Penggemukan. Jurnal Ilmiah Penelitian Ternak Grati. Vol. 2. No. 1.

Soeparno, 1994. Ilmu Dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta. Statistik Perkebunan Indonesia tahun 2006-2008. 2006. Direktorat Jendral Perkebunan.

Departemen Pertanian. Jakarta. Tambunan, R. D, I. Harris, Muhtarudin. 1997. Pengaruh Penggunaan Ransum Dengan

Berbagai Tingkat Daun Lamtoro (Leucaena Leucocephala) Terhadap Komponen Kelinci Jantan Lokal. Dalam Jurnal Penelitian. Lampung.

Whendrato, I. dan Madyana, I. M. 1983. Beternak Kelinci Secara Populer. Eka Offset.

Semarang. Williamson G. And W. J. A. Payne, 1993. Pengantar Peternakan di Daerah tropis.

Terjemahan oleh : IGN Djiwa Darmadja. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Winarno, F. G. dan D. Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. PT. Gramedia.

Jakarta.

Yitnosumarto, S., 1993. Perancangapn Percobaan Analisis dan Interprestasinya. Gramedia Pustaka Utama. Yogyakarta.

Page 29: Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi .../Pengaruh...Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci new zealand