PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING...

88
PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING ETAWAH SEBAGAI BAHAN PENGIKAT PADA PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL SECARA GRANULASI BASAH SKRIPSI Oleh : Shoffiya Amaliya NIM. 11141020000056 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2018 M

Transcript of PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING...

Page 1: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT

KAMBING ETAWAH SEBAGAI BAHAN PENGIKAT PADA

PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL SECARA

GRANULASI BASAH

SKRIPSI

Oleh :

Shoffiya Amaliya

NIM. 11141020000056

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2018 M

Page 2: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT

KAMBING ETAWAH SEBAGAI BAHAN PENGIKAT PADA

PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL SECARA

GRANULASI BASAH

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

Oleh :

Shoffiya Amaliya

NIM. 11141020000056

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2018 M

Page 3: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

ii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Shoffiya Amaliya

NIM : 11141020000056

Tanda Tangan :

Tanggal : 14 September 2018

Page 4: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

II AL,.\i\,I ;\N PERSETUJUAN PEIVI BIN{BING

Nama : Shoftiya Arnaliya

NtM : 1i 1,11020000056

Judul Skripsi : Pengaruh Penggunaan Gelatin dari Kulit Kambing Etawah

sebagai Bahan Pengikat pada Pembuatan Tablet Parasetarnol

Secara Granulasi Basah

Diset'rjui oleh :

Pembimbing Il

Dr. Zilhadia. M.Si.. Apt Yuni Anssraeni, NI.Farm.. ArrtNiP.197308222A08012007 NIP.198310282009012008

MengetahLu,

Kepala Program Studi FarrnasiF akultas Iimu I.-es ehatair

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pembimbing I

ry)

A)3/ \J'tlnDr. Nurmeilis. M.Si.. .4.p!,NIP. 1 97407302005012003

iii IJIN Syarif Flirlayatullah Jakarta

Page 5: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

HALAMAN PBNGESAHAN

Nama : Shoffiya Amaliya

NIM : 11141020000056

Program Studi : Fannasi

Judul Skripsi : Pengaruh Penggunaan Gelatin dari Kulit Kambing Etawah

sebagai Bahan Pengikat pada Pembuatan Tablet Paraselamol

Secara Granulasi Basah

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai

bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana

Farmasi pada Program Studi Farmasi, Fakultas IImu Kesehatan Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

DEWAN PENGUJ)

Pembirnbing 1

Pembimbing 2

Pengr-rji I

Penguji 2

Ditetapkan diTanggal

Dr. Zilhadia, M.Si., Apt.

YLLni Anggraeni, lv{.Faru., Apt.

Drs. Umar Nlansur. M.Sc., Apt.

Ofa Sr,rzanti Betha. NI.Si.. ,^pt.

Ciputat14 September 2018

M,Q&4' )

tA-,---,

+{-}fl* )

\\

iv UIN Syarif I{idayatullah Jakarta

Page 6: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

v UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama : Shoffiya Amaliya

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Pengaruh Penggunaan Gelatin dari Kulit Kambing Etawah

sebagai Bahan Pengikat pada Pembuatan Tablet Parasetamol

Secara Granulasi Basah

Telah diekstraksi gelatin dari kulit kambing Etawah pada penelitian sebelumnya.

Berdasarkan hasil uji karakteristik, gelatin kulit kambing Etawah dapat dijadikan

sebagai eksipien pada sediaan farmasi. Pada penelitian ini, gelatin kulit kambing

Etawah digunakan sebagai bahan pengikat pada pembuatan tablet parasetamol

secara granulasi basah dengan konsentrasi 2%, 3%, dan 4%. Hasil evaluasi

menunjukkan peningkatan konsentrasi gelatin kulit kambing Etawah menyebabkan

peningkatan pada nilai kekerasan, waktu hancur yang lebih lama, dan penurunan

pada nilai kerapuhan tablet parasetamol yang dihasilkan (p<0,05). Pada konsentrasi

3%, gelatin kulit kambing Etawah menghasilkan tablet yang bermutu baik dengan

nilai kekerasan 15,07 ± 0,67 Kp, waktu hancur 3,71 ± 1,00 menit, nilai kerapuhan

0,62%, kadar parasetamol di menit ke-30 pada uji disolusi yaitu 99,78 ± 0,94%.

Kemudian setelah dibandingkan, tablet yang menggunakan gelatin kulit kambing

Etawah sebagai bahan pengikat memiliki waktu hancur lebih cepat dan lebih mudah

terdisolusi dibanding tablet yang menggunakan gelatin sapi sebagai bahan pengikat

(p<0,05).

Kata kunci : Gelatin, kulit kambing, kambing Etawah, formulasi, tablet parasetamol.

Page 7: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Name : Shoffiya Amaliya

Department : Pharmacy

Title : The Effect of Using Gelatin from Etawa Goat Skin as Binding Agent

in Paracetamol Tablet Formulation by Wet Granulation.

A study about extracting gelatin from Etawa goat skin has previously been

done. According to the characteristic test in the study, gelatin from Etawa goat skin

fulfills the characteristics as excipient in pharmaceutical preparations. In this study,

Etawa goat skin gelatin is used as binding agent in paracetamol tablet formulation

by wet granulation with 2%, 3%, and 4% concentration. Evaluation shows higher

concentration of Etawa goat skin gelatin increases the hardness factor, causes

longer disintegration time, as well as decrease in friability factor of the produced

paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa goat skin gelatin helps

producing good quality tablets with hardness factor of 15.07 ± 0.67 Kp,

disintegration time of 3.71 ± 1.00 minute, friability factor of 0.62%, and the

remaining amount of paracetamol after 30 minutes into dissolution test is 99.78 ±

0.94%. Comparison with tablets using bovine gelatin as binding agent shows that

tablets using Etawa goat skin gelatin as binding agent have shorter disintegration

time and are more dissoluble (p≤0.05).

Keywords: Gelatin, goat skin, Etawa goat, formulation, paracetamol tablet.

Page 8: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur senantiasa penulis

panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan kasih sayang-Nya yang

begitu berlimpah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh

Penggunaan Gelatin dari Kulit Kambing Etawah sebagai Bahan Pengikat

pada Pembuatan Tablet Parasetamol Secara Granulasi Basah” yang telah

diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi Program

Studi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta. Sholawat serta salam senantiasa juga tercurah kepada Nabi

Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan juga pengikut yang setia kepada

beliau hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini bukan

hanya hasil dari usaha sendiri, melainkan banyak bantuan dari segala pihak hingga

penulisan skripsi ini bisa selesai dengan baik. Semoga Allah senantiasa membalas

segala kebaikan dan mencurahkan rahmat-Nya kepada :

1. Kedua orang tua, Papah H. Moehtsani Isnen, S.T yang ketampanannya serupa

artis Hollywood, Mamah Hj. Suprihatin, S.E yang kesabaran dan

dukungannya tidak terbatas, adik-adik tersayang Shoffira Fathiya dan

Ardhani Dzaky Aryasatya, atas segala kasih sayang, semangat, motivasi, doa,

dukungan moral dan materil yang selalu dicurahkan untuk penulis, sehingga

penulis tetap kuat dalam menyelesaikan penelitian ini dan juga studi di

Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Zilhadia, M.Si., Apt selaku pembimbing I dan Ibu Yuni Anggraeni,

M.Farm., Apt selaku pembimbing II yang telah mencurahkan ilmu,

bimbingan, tenaga, waktu, kesabaran, kepercayaan dan arahannya kepada

penulis selama proses penelitian sampai selesainya proses penulisan skripsi

sehingga dapat selesai dengan baik.

3. Bapak Christwina Yoseph Nugroho, selaku Manager Team F3 dan

pembimbing PKL, serta Ibu Nonny Berthy Imelda M selaku officer

formulation, yang telah memberikan kesempatan, bantuan, bimbingan, saran,

arahan, support, kebaikan, dan ilmu yang luar biasa banyaknya selama

Page 9: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

penulis melakukan penelitian di Laboratorium Formulasi Departemen R&D

PT Kalbe Farma Cikarang.

4. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt. selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan arahan selama perkuliahan.

7. Ibu/Bapak Dosen dan Staf Akademika Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Operator dan admin, khususnya Tim F3 pada bagian formulasi Departemen

R&D PT Kalbe Farma Cikarang, Mas Agung Krisna Dwipayana, Mas M.

Probo Aji Sudrajat, Teh Rizka Auliani Wahyono, Mas Irpan Permana Sidik,

Pak Tedjo Rachmanto, Mas M. Ali Sadikin, Mas Farhan Miftah Fauzi, dan

lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, yang telah membantu penulis

secara teknis, memberikan saran serta arahan dalam melaksanakan penelitian

ini.

9. Keluarga besar Mbah Gimin yang selalu menaruh harapan besar kepada

penulis, sehingga mendorong penulis selalu berusaha menjadi pribadi yang

lebih baik.

10. Sahabat yang selalu ada untuk mendukung, membantu, dan memotivasi

kapanpun penulis merasa lelah, Sheila Sabrina, Syifa Rizkia Arumawati,

Seavhira Dianmurdedi, Deani Nurul Mubarika, Annisa Ulfa Mutiara, Farah

Maulidiyah, Eka Chandra Yuliana, Hanifah Ralis, Yasmin Arief Fathin

Syafwatullah, dan Najla Luthfiyyah.

11. Rekan setim pada bimbingan skripsi, terimakasih atas masukan, bantuan,

kesabaran, dan semangat selama masa penelitian hingga penyusunan skripsi.

12. Teman-teman farmasi khususnya Angkatan 2014 kelas BD yang telah

memberikan sebuah persahabatan, kekeluargaan, dan persaudaraan selama

perkuliahan berlangsung.

Page 10: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

13. Dan kepada semua pihak yang banyak membantu penulis dalam penelitian

dan penyusunan skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung yang

tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis berharap kepada Allah SWT agar membalas segala kebaikan semua

pihak yang telah membantu. Penulis menyadari dalam penelitian dan penulisan

skripsi ini terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kalangan akademis, khususnya bagi

mahasiswa farmasi, masyarakat pada umumnya dan bagi perkembangan ilmu

pengetahuan.

Ciputat, 14 September 2018

Shoffiya Amaliya

NIM. 11141020000056

Page 11: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv

ABSTRAK ......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii

DAFTAR TABEL.............................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 4

1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5

2.1. Gelatin ....................................................................................... 5

2.1.1. Definisi .......................................................................... 5

2.1.2. Bahan Baku Gelatin ...................................................... 5

2.1.3. Tipe Gelatin ................................................................... 6

2.1.4. Isolasi Gelatin ................................................................ 6

2.1.4.1. Proses Penyiapan Bahan Baku ........................ 6

2.1.4.2. Proses Penyiapan Larutan Curing ................... 7

2.1.4.3. Proses Produksi Gelatin .................................. 7

2.1.5. Kegunaan Gelatin .......................................................... 10

2.2. Kambing Etawah ....................................................................... 11

2.2.1. Definisi .......................................................................... 11

2.2.2. Karakteristik Kambing Etawah ..................................... 12

2.3. Tablet......................................................................................... 13

2.3.1. Definisi .......................................................................... 13

2.3.2. Metode Pembuatan ........................................................ 13

2.3.3. Bahan Tambahan ........................................................... 15

2.3.3.1. Bahan Pengisi .................................................. 15

2.3.3.2. Bahan Pengikat................................................ 15

2.3.3.3. Bahan Pelincir ................................................. 16

2.3.3.4. Adsorben ......................................................... 17

2.3.3.5. Pemanis ........................................................... 17

2.3.3.6. Pengharum....................................................... 17

2.3.4. Evaluasi ......................................................................... 17

2.3.5. Monografi Bahan ........................................................... 18

BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 24

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 24

Page 12: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.2. Alat dan Bahan .......................................................................... 24

3.2.1. Alat ................................................................................ 24

3.2.2. Bahan ............................................................................. 25

3.3. Tahapan Penelitian .................................................................... 25

3.3.1. Penyiapan Sampel ......................................................... 25

3.3.2. Ekstraksi dan Pembuatan Lembaran Gelatin ................ 25

3.3.3. Formula Tablet .............................................................. 26

3.3.4. Pembuatan Tablet .......................................................... 27

3.3.5. Evaluasi Granul ............................................................. 28

3.3.5.1. Kecepatan Alir Granul .................................... 28

3.3.5.2. Pemeriksaan Sudut Diam ................................ 29

3.3.5.3. Uji Kompresibilitas ......................................... 29

3.3.5.4. Kadar Lembab Granul ..................................... 30

3.3.5.5. Distribusi Ukuran Partikel............................... 30

3.3.6. Evaluasi Tablet .............................................................. 31

3.3.6.1. Uji Organoleptik Tablet .................................. 31

3.3.6.2. Keseragaman Bobot ........................................ 31

3.3.6.3. Keseragaman Ukuran ...................................... 32

3.3.6.4. Kekerasan Tablet ............................................. 32

3.3.6.5. Kerapuhan Tablet ............................................ 32

3.3.6.6. Waktu Hancur ................................................. 32

3.3.6.7. Uji Disolusi ..................................................... 33

3.3.7. Analisa Data .................................................................. 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 34

4.1. Hasil Pembuatan Gelatin Kulit Kambing Etawah ..................... 34

4.2. Hasil Pembuatan Tablet Parasetamol ........................................ 35

4.2.1. Evaluasi Granul ............................................................. 38

4.2.2. Evaluasi Tablet .............................................................. 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 50

5.1. Kesimpulan ............................................................................... 50

5.2. Saran .......................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 51

Page 13: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Alir Proses Penyiapan Bahan Baku Gelatin ................. 7

Gambar 2.2 Diagram Alir Proses Produksi Gelatin ........................................ 10

Gambar 4.1 Gelatin Kulit Kambing Etawah ................................................... 34

Gambar 4.2 Larutan Gelatin dengan Konsentrasi : a) 2%; b) 3%; dan

c) 4% ............................................................................................ 35

Gambar 4.3 Larutan Bahan Pengikat : a) Gelatin Kulit Kambing Etawah;

b) Gelatin Sapi ............................................................................. 36

Gambar 4.4 Massa Granul Tablet Parasetamol ............................................... 36

Gambar 4.5 Kurva Distribusi Ukuran Partikel ................................................ 40

Gambar 4.6. Tablet Parasetamol ...................................................................... 42

Page 14: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Formula Tablet ................................................................................. 27

Tabel 3.2 Hubungan Kecepatan Alir dengan Sifat Aliran Serbuk ................... 29

Tabel 3.3 Hubungan Sudut Istirahat dengan Sifat Aliran Serbuk .................... 29

Tabel 3.4 Hubungan Persen Kompresibilitas dengan Sifat Aliran Serbuk ...... 30

Tabel 3.5. Syarat Penyimpangan Bobot Rerata dalam Persen .......................... 32

Tabel 4.1 Hasil Evaluasi Kecepatan Alir, Sudut Diam, Kompresibilitas, dan

Kadar Lembab Granul ...................................................................... 39

Tabel 4.2 Hasil Evaluasi Distribusi Ukuran Partikel ....................................... 40

Tabel 4.3 Hasil Evaluasi Organoleptik Tablet ................................................. 42

Tabel 4.4 Hasil Evaluasi Keseragaman Bobot, Keseragaman Ukuran, dan

Kekerasan Tablet .............................................................................. 43

Tabel 4.5 Hasil Evaluasi Kerapuhan, Waktu Hancur, dan Disolusi Tablet ..... 45

Page 15: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Alat-alat dan Bahan-bahan Penelitian ......................... 56

Lampiran 2. Data Evaluasi Distribusi Ukuran Partikel Granul ..................... 57

Lampiran 3. Data Evaluasi Kompresibilitas Granul ...................................... 57

Lampiran 4. Data Evaluasi Kecepatan Alir, Sudut Diam, dan Kadar

Lembab Granul.......................................................................... 57

Lampiran 5. Data Evaluasi Keseragaman Bobot Tablet ................................ 58

Lampiran 6. Data Evaluasi Keseragaman Ukuran Tablet ............................. 58

Lampiran 7. Data Evaluasi Kekerasan Tablet ............................................... 59

Lampiran 8. Data Evaluasi Kerapuhan Tablet ............................................... 59

Lampiran 9. Data Evaluasi Waktu Hancur Tablet ......................................... 59

Lampiran 10. Perhitungan Konsentrasi Standar dan Sampel Uji Disolusi ...... 60

Lampiran 11. Data Evaluasi Disolusi Tablet ................................................... 60

Lampiran 12. Data Statistika Evaluasi Kekerasan Tablet ............................... 60

Lampiran 13. Data Statistika Evaluasi Waktu Hancur Tablet ......................... 62

Lampiran 14. Data Statistika Evaluasi Disolusi Tablet ................................... 64

Lampiran 15. Certificate of Analysis (COA) Paracetamol .............................. 66

Lampiran 16. Certificate of Analysis (COA) Amylum .................................... 67

Lampiran 17. Certificate of Analysis (COA) Lactose Monohydrate ............... 68

Lampiran 18. Certificate of Analysis (COA) Gelatin Sapi .............................. 69

Lampiran 19. Certificate of Analysis (COA) Sodium Starch Glycolate .......... 70

Lampiran 20. Certificate of Analysis (COA) Magnesium Stearate ................. 71

Lampiran 21. Certificate of Analysis (COA) Colloidal Silicon Dioxide ......... 72

Lampiran 22. Sertifikat Halal Gelatin Sapi ..................................................... 73

Page 16: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gelatin adalah suatu zat yang diperoleh dari hidrolisis parsial kolagen

dari kulit, jaringan ikat putih, dan tulang hewan (Depkes RI, 2014). Bahan

baku utama yang digunakan dalam produksi gelatin adalah tulang hewan

ternak, kulit sapi, dan daging babi. Beberapa sumber alternatif lain untuk

memperoleh gelatin meliputi unggas dan ikan (GMIA, 2012). Dalam

penggunaan secara keseluruhan, gelatin yang beredar di dalam negeri hampir

90% adalah gelatin impor yang diketahui diproduksi dari bahan baku kulit

babi maupun dari tulang dan kulit sapi (Said dkk, 2011).

Penggunaan bahan baku kulit babi untuk memperoleh gelatin tentunya

menimbulkan masalah bagi masyarakat di Indonesia yang mayoritas

beragama Islam. Hal ini disebabkan di dalam agama Islam, terdapat larangan

untuk mengonsumsi semua bagian dari tubuh babi, karena hukumnya adalah

haram. Sebagaimana yang tertulis pada Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 173

yang berbunyi :

Yang artinya adalah “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu

bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut

(nama) selain Allah ... .”

Selain permasalahan tersebut, sering terjadinya wabah penyakit BSE

(Bovine Spongiform Encephalopathy) atau penyakit sapi gila (mad cow) pada

sapi, menjadi faktor pendorong perlunya pencarian bahan baku pengganti.

Salah satu bahan baku pengganti yang berpotensi besar adalah kulit kambing.

Hal ini dikarenakan kulit kambing kaya akan komponen utama dalam

memproduksi gelatin, yaitu kolagen (Said dkk., 2014).

Pada penelitian sebelumnya, Zilhadia et al (2018) telah

mengembangkan gelatin yang diekstraksi dari kulit kambing Etawah.

Page 17: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

2 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berdasarkan hasil uji karakteristik, gelatin kulit kambing Etawah dapat

dijadikan sebagai eksipien pada sediaan farmasi. Menurut Rowe dkk (2006),

gelatin berfungsi sebagai bahan baku pembuatan cangkang kapsul (kapsul

keras dan kapsul lunak), pelapis (coating agent), pembentuk film (film-

former), gelling agent, suspending agent, peningkat viskositas, dan bahan

pengikat pada pembuatan tablet. Pada penelitian ini, gelatin kulit kambing

Etawah digunakan sebagai bahan pengikat pada pembuatan tablet

parasetamol secara granulasi basah.

Tablet dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat yang

mengandung satu atau lebih zat aktif dengan atau tanpa bahan pengisi

(Depkes RI, 1995). Tablet adalah bentuk obat yang paling luas diterima

masyarakat karena berbagai keuntungan, seperti kemudahan pemberian dosis

yang akurat, bahan yang digunakan tidak mengandung alkohol (alkohol

seringkali digunakan untuk meningkatkan kelarutan dan stabilitas bentuk

lain), dan komposisi tablet dapat segera disesuaikan dalam berbagai dosis zat

aktif. Keuntungan tablet lainnya adalah mudah dibawa, bentuk kompak, lebih

ekonomis bila dibandingkan obat lain dan mudah diberikan (Siregar, 2008).

Zat aktif yang digunakan pada penelitian ini adalah parasetamol.

Parasetamol mempunyai sifat alir dan kompresibilitas yang kurang baik

sehingga pada tabletasi secara cetak langsung selalu terjadi "capping”. Oleh

karena itu, sebelum pembuatan tablet, parasetamol perlu dijadikan granul

dengan metode granulasi basah (wet granule) dengan penambahan bahan

pengikat (binder) sehingga dapat memperbaiki kompresibilitas dan

meningkatkan fluiditas (Voigt, 1994).

Selain zat aktif, dalam pembuatan tablet diperlukan bahan-bahan

tambahan yaitu bahan pengisi, pengikat, penghancur, pelicin dan pewarna.

Bahan tambahan memegang peranan penting dalam pembuatan tablet,

diantaranya bahan pengikat. Bahan pengikat diperlukan dalam formulasi

bentuk sediaan tablet untuk memberikan kekompakan dan daya tahan tablet.

Bahan pengikat menjamin penyatuan partikel-partikel serbuk di dalam butir-

butir granulat (Voigt, 1994).

Page 18: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bahan pengikat yang digunakan pada penelitian ini adalah gelatin kulit

kambing Etawah. Pemilihan gelatin didasarkan pada penggunaannya yang

luas dalam formulasi tablet sebagai bahan pengikat. Gelatin larut dalam air

sehingga mempermudah proses pembuatan dan tablet yang terbentuk

memiliki kekerasan yang baik. Keuntungan lain dari penggunaan gelatin

adalah cara pembuatannya yang cukup sederhana. Kenaikan konsentrasi

gelatin sebagai bahan pengikat dapat meningkatkan kekerasan dan

menurunkan kerapuhan (Wade, 1994).

Pemilihan konsentrasi gelatin kulit kambing Etawah didasarkan pada

konsentrasi optimal gelatin sebagai bahan pengikat dalam pembuatan tablet

pada penelitian sebelumnya. Menurut penelitian Okoye (2009), penggunaan

gelatin pada konsentrasi 2-4%, menghasilkan tablet yang memiliki waktu

hancur 1,24 sampai 6,61 menit, sementara syarat waktu hancur tablet yang

baik adalah kurang dari 15 menit (Depkes RI, 1979). Kemudian nilai

kerapuhan tablet yang dihasilkan yaitu pada rentang 0,70% sampai 0,75%,

sementara syarat nilai kerapuhan tablet yang baik adalah kurang dari 1%

(Lachman, 1994). Lalu menurut penelitian Girhepunje (2009), penggunaan

gelatin pada konsentrasi 2% dan 4%, menunjukkan kadar parasetamol di

menit ke-30 pada uji disolusi memiliki nilai 96,85% dan 83,92%, sementara

syarat persen disolusi tablet parasetamol adalah tidak kurang dari 80% jumlah

yang tertera pada etiket (Depkes RI, 2014). Oleh karena itu pada penelitian

ini, konsentrasi gelatin kulit kambing Etawah yang digunakan sebagai bahan

pengikat adalah 2-4%. Lalu pada penelitian ini digunakan juga gelatin sapi

yang berfungsi sebagai bahan pengikat pembanding dengan konsentrasi yang

sama dengan konsentrasi gelatin kulit kambing Etawah, yaitu 2-4%.

Page 19: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengaruh perbedaan konsentrasi gelatin kulit kambing

Etawah terhadap sifat fisik tablet parasetamol yang terbentuk?

2. Pada konsentrasi berapa gelatin kulit kambing Etawah sebagai bahan

pengikat menghasilkan tablet parasetamol yang bermutu baik?

3. Bagaimanakah perbedaan karakteristik tablet yang terbentuk

menggunakan gelatin kulit kambing Etawah sebagai bahan pengikat

dibandingkan dengan gelatin sapi sebagai bahan pengikat?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi gelatin kambing Etawah

terhadap sifat fisik tablet parasetamol yang terbentuk.

2. Mengetahui konsentrasi gelatin kulit kambing Etawah sebagai bahan

pengikat dalam pembuatan tablet parasetamol yang bermutu baik.

3. Mengetahui perbedaan karakteristik tablet parasetamol yang terbentuk

menggunakan gelatin kulit kambing Etawah dibandingkan dengan gelatin

sapi sebagai bahan pengikat.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi

pengaruh perbedaan konsentrasi gelatin kulit kambing Etawah terhadap sifat

fisik tablet parasetamol yang terbentuk, informasi konsentrasi gelatin kulit

kambing Etawah sebagai bahan pengikat yang dapat membuat tablet

parasetamol bermutu baik, serta informasi terkait perbedaan karakteristik

tablet parasetamol yang terbentuk bila menggunakan gelatin kulit kambing

Etawah sebagai bahan pengikat tablet dibandingkan dengan menggunakan

gelatin sapi sebagai bahan pengikat tablet.

Page 20: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gelatin

2.1.1. Definisi

Kata “gelatin” dalam Bahasa Inggris berasal dari Bahasa Prancis

yaitu gelatine, dalam Bahasa Italia yaitu gelatina, dan dalam Bahasa

Latin yaitu gelata, yang memiliki arti beku, menggumpal dan kaku.

Pembuatan gelatin untuk dikonsumsi pertama kali dipatenkan oleh

Arney pada tahun 1846, dengan membuat gelatin menjadi serbuk yang

dapat dicampurkan pada makanan (Bogue, 1922).

Gelatin adalah komponen protein yang dapat larut yang diperoleh

melalui hidrolisis parsial kolagen. Kolagen merupakan komponen

utama yang terdapat dalam tulang, kartilago dan kulit hewan. Jika

kolagen didihkan, strukturnya menjadi rusak secara permanen dan

menghasilkan gelatin. Oleh karena adanya sejumlah besar rantai

samping yang hidrofil dalam gelatin, maka gelatin dalam air

membentuk gel (Katili, 2009).

Sifat fisik dan kimia gelatin sangat dipengaruhi oleh jenis hewan,

umur hewan, tipe kolagen, metode pembuatan, karakteristik kolagen

dan proses perlakuan (temperatur, waktu, dan pH) (Juliasti dkk., 2015).

2.1.2. Bahan Baku Gelatin

Gelatin dapat dibuat dari berbagai sumber kolagen. Tulang atau

kulit sapi, kambing, babi, dan ikan adalah sumber gelatin (GMIA,

2012). Gelatin yang bersumber dari mamalia berasal dari kolagen yang

terdapat pada jaringan ikat dan tulang. Sedangkan gelatin yang

diperoleh dari kulit dan tulang ikan umumnya merupakan limbah.

Limbah dari pengolahan ikan setelah filleting 75% dari berat total

tangkapan. Sekitar 30% dari limbah tersebut terdiri kulit dan tulang

dengan kandungan kolagen tinggi yang dapat digunakan untuk

menghasilkan gelatin. Hasil rendemen dan kualitas gelatin dipengaruhi

tidak hanya oleh spesies atau jaringan dari bahan baku tetapi juga oleh

Page 21: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

proses ekstraksi, yang mungkin tergantung pada pH, suhu, dan waktu

selama pra-perlakuan dan ekstraksi (Mariod, 2013).

2.1.3. Tipe Gelatin

Perubahan kolagen menjadi gelatin dihasilkan dengan ektraksi

kolagen dengan air panas setelah perlakuan perendaman dalam larutan

asam atau basa kemudian menghasilkan gelatin tipe A dan gelatin tipe

B (Yuliani, 2014). Gelatin yang diperoleh melalui proses asam dikenal

sebagai gelatin tipe A dan gelatin yang diperoleh melalui proses basa

dikenal sebagai gelatin tipe B (GMIA, 2012).

Pemilihan kondisi hidrolisis bergantung pada umur hewan

sumber bahan baku. Untuk hewan dengan umur yang relatif tua (<2

tahun) digunakan kondisi basa. Dan untuk hewan yang lebih muda (1-

2 tahun) kondisi asam lebih disarankan karena memiliki proses yang

cepat. Jika bahan baku berupa kulit babi yang memiliki banyak lemak

digunakan kondisi asam untuk menghindari saponifikasi (Schrieber dan

Gareis, 2007).

2.1.4. Isolasi Gelatin

Isolasi gelatin terdiri dari tiga tahap utama yaitu pra-perlakuan

bahan baku gelatin, ekstraksi, pemurnian dan pengeringan gelatin

(Wolf, 2003).

2.1.4.1. Proses Penyiapan Bahan Baku

Berdasarkan Petunjuk Teknis Penyamakan Kulit yang

dikeluarkan oleh BBKKP Yogyakarta (2008), penyiapan

bahan baku gelatin diawali dengan penimbangan kulit

kambing mentah, lalu dilakukan perendaman (soaking)

menggunakan air dan teepol. Selanjutnya dilakukan

pembuangan daging (fleshing) dengan mesin fleshing, dan

dilakukan proses buang bulu (unhairing) dengan air, 3%

natrium sulfida dan 2% kapur. Proses terakhir yaitu dilakukan

netralisasi dengan air dan 2% HCOOH hingga pH kulit

berkisar antara 7-7.5, sehingga didapatkan kulit kambing tanpa

Page 22: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

7 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bulu yang bersifat netral. Diagram alir proses penyiapan bahan

baku gelatin dapat dilihat pada Gambar 2.1 (BBKKP, 2008).

Gambar 2.1. Diagram Alir Proses Penyiapan Bahan Baku

Gelatin (BBKKP, 2008)

Metode pencabutan bulu menggunakan bahan kimia

bertujuan untuk memudahkan dan mempercepat proses

pembuangan bulu, sehingga waktu yang dibutuhkan lebih

singkat dan menghasilkan kulit yang lebih bersih. Penggunaan

Ca(OH)2 atau kapur yang bersifat alkalis mampu melepas bulu

dengan cara membelah dan membuka ikatan fiber, sehingga

memungkinkan bulu beserta epidermis, protein non-kolagen,

dan substansi perekat lainnya dilepaskan dari kulit. Kemudian

penambahan Na2S yang bersifat reduksi lemah bertujuan

Page 23: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

8 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

meningkatkan kemampuan Ca(OH)2 dalam mempercepat

proses pencabutan bulu (Oetojo, 1995).

2.1.4.2. Proses Penyiapan Larutan Curing

Larutan curing berdasarkan tipe gelatin dapat dibuat

menjadi 2 jenis, yakni larutan curing asam dan basa. Larutan

curing asam menggunakan bahan dasar asam klorida atau

asam asetat (CH3COOH 0,5 M) (v/v) untuk hidrolisis asam

sedangkan larutan curing basa menggunakan kalsium

hidroksida (Ca(OH)2 100 g/L) (b/v) atau natrium hidroksida

(NaOH) untuk hidrolisis basa. (Said dkk., 2011).

Pada hidrolisis secara asam, asam klorida (HCl) adalah

larutan asam yang paling baik dan paling umum digunakan

karena memiliki banyak kelebihan dibandingkan jenis asam

lainnya. Asam klorida mampu mengubah serat kolagen lebih

banyak dan lebih cepat tanpa mempengaruhi kualitas gelatin

yang dihasilkan (Kurniadi, 2009).

2.1.4.3. Proses Produksi Gelatin

Proses produksi gelatin menggunakan metode dari

Ockerman dan Hansen (2000), terdapat 2 metode hidrolisis,

yakni hidrolisis asam dan hidrolisis basa. Langkah awal yang

dilakukan yaitu memasukkan bahan baku kulit ke dalam

wadah yang berisi larutan curing asam atau basa sesuai

konsentrasi yang telah ditentukan, hingga seluruh permukaan

kulit terendam dengan sempurna. Selanjutnya rendaman

disimpan selama beberapa waktu pada lemari pendingin suhu

± 5-10°C. Selama hidrolisis bahan baku kulit sesekali

dilakukan pengadukan (Ockerman dan Hansen, 2000).

Setelah hidrolisis selesai, bahan baku kulit dicuci

beberapa kali hingga bersih dan kondisinya mendekati suasana

netral (pH ± 6-7,5). Bahan baku kulit ditiriskan dan ditimbang

sebagai berat awal bahan baku untuk penentuan nilai

rendemen. Bahan baku kemudian dimasukkan ke dalam

Page 24: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

9 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

erlemenyer dan ditambah dengan air suling hingga terendam

dengan sempurna. Diberi penutup aluminium foil kemudian

dimasukkan ke dalam water bath untuk menjalani proses

ekstraksi (Ockerman dan Hansen, 2000).

Proses ekstraksi kulit secara keseluruhan berlangsung

selama 9 jam pada suhu antara 60-70°C. Kemudian dilakukan

2 kali penyaringan untuk menghasilkan fraksi gelatin cair.

Langkah selanjutnya yaitu dilakukan pemengakatan di dalam

oven dengan suhu 70°C selama 2 jam. Gelatin cair kemudian

didinginkan dalam lemari pendingin suhu ± 5-10°C sampai

berubah menjadi gel. Selanjutnya dituang pada loyang dan

dikeringkan di dalam oven suhu 60°C selama 18-20 jam

hingga fraksi gelatin cair membentuk disebut gelatin padat.

Lapisan gelatin padat digiling dengan blender hingga

membentuk serbuk dan selanjutnya ditimbang untuk

menentukan nilai rendemen. Serbuk gelatin selanjutnya

dikemas dengan plastik klip untuk dilakukan uji kualitas

(Ockerman dan Hansen, 2000). Diagram alir proses produksi

gelatin dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Page 25: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

10 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.2. Diagram Alir Proses Produksi Gelatin

(Ockerman dan Hansen, 2000)

2.1.5. Kegunaan Gelatin

Sebagai salah satu bahan tambahan pangan, gelatin merupakan

bahan yang paling banyak digunakan. Aplikasinya di industri sangat

luas, yaitu digunakan pada industri kosmetik, farmasi dan fotografi.

Penggunaanya yang sangat banyak di berbagai bidang ini disebabkan

karena fungsinya sangat membantu terciptanya produk- produk pangan

maupun non-pangan dengan kualitas yang lebih baik (Jaswir, 2007).

Gelatin digunakan untuk berbagai keperluan industri karena

memiliki sifat yang khas yaitu dapat berubah secara reversible dari

bentuk sol ke gel, mengembang dalam air dingin, dapat membentuk

Page 26: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

11 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

film, mempengaruhi viskositas suatu bahan, dan dapat melindungi

sistem koloid. Pada suhu 71C gelatin mudah larut dalam air dan

membentuk gel pada suhu 49C. gelatin memiliki sifat larut air

sehingga dapat diaplikasikan untuk keperluan berbagai industri

(Setiawati, 2009).

Produksi gelatin dalam jumlah yang besar oleh industri farmasi

digunakan terutama sebagai pembentuk kapsul cangkang lunak maupun

keras dan sebagai pembuat tablet, pelapis tablet, granulasi, enkapsulasi,

dan mikroenkapsulasi (GMIA 2012). Penggunaan gelatin tersebut

membantu untuk menghindari terjadinya oksidasi dan membuat produk

lebih baik. Gelatin dengan nilai bloom strength yang berkisar antara 0-

140 dapat digunakan untuk mikroenkapsulasi pada vitamin A, D dan E.

Kapsul gelatin (gel-caps) secara umum digunakan untuk

mengenkapsulasi berbagai jenis makanan, suplemen, dan obat-obatan.

Selain itu, gelatin juga sering diaplikasikan sebagai bahan tambahan

pada formulasi produk-produk farmasi, mencakup vaksin, sebagai

pengikat (binder) pada tablet (Mariod, 2013).

2.2. Kambing Etawah

2.2.1. Definisi

Kambing Etawah adalah kambing yang didatangkan dari India, yang

disebut juga dengan kambing Jamunapari/Jamunpari. Kambing ini

berasal dari daerah Chakarnagar, di seberang sungai Yamuna, Distrik

Etawah, Uttar Pradesh, India (UPSBDB, 2012). Oleh karena berasal

dari Distrik Etawah, kambing Jamunapari dapat disebut juga sebagai

kambing Etawah. Sejak tahun 1953, kambing Etawah diimpor ke

Indonesia dan diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia. Di

Indonesia, kambing Etawah dikawin-silangkan dengan kambing lokal,

contohnya dengan Kambing Kacang dan Kambing Kaligesing,

sehingga menghasilkan Kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE

berukuran sama dengan Kambing Etawah, namun lebih adaptif

terhadap lingkungan Indonesia.

Page 27: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

12 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2.2. Karakteristik Kambing Etawah

Kambing Etawah adalah salah satu kambing yang paling

produktif dengan hasil susu 250-375 liter dalam jangka waktu laktasi

160 sampai 200 hari. Pada usia 12 bulan, berat badan kambing Etawah

sekitar 34-45 kg. Sedangkan bobot kambing dewasa berkisar antara 65-

80 kg. Perkembangan kambing Etawah sangat cepat dengan kenaikan

berat badan 80-110 gram/hari selama usia 0-3 bulan, serta kenaikan

berat badan 70-100 gram dari usia 3-12 bulan dengan pemberian

makanan semi intensif. Kambing ini dikenal sebagai "ratu kambing"

karena penampilannya yang megah (UPSBDB, 2012)

Kambing Etawah termasuk kambing yang berukuran besar serta

memiliki kaki yang lebar dan panjang. Warna tubuhnya didominasi

warna putih dengan bercak coklat yang kadang terlihat pada telinga,

leher dan kepala. Tubuh kambing Etawah panjang dan terdapat

sejumput rambut di bagian belakang paha, yang fungsinya melindungi

bagian ambing dari duri tajam yang mungkin terdapat pada semak-

semak saat kambing Etawah mencari makanan (UPSBDB, 2012).

Ciri khas kambing Etawah adalah hidungnya yang cembung

dengan rahang bawah lebih panjang daripada rahang atas, sehingga

memberikan penampilan seperti wajah burung beo. Rahang bawah

yang lebih rendah mempermudah kambing Etawah untuk mencari

makanan, karena dapat mengambil dedaunan tanpa melukai wajah.

Bagian telinga kambing Etawah sangat panjang (27-32 cm), berbentuk

terlipat dan tergantung. Telinga yang panjang ini melindungi mata

kambing Etawah dari duri semak belukar saat mencari makanan.

Kambing Etawah memiliki ekor yang pendek dan melengkung ke atas.

Tanduknya panjang, berukuran 16-25 cm dan terdapat pada kambing

Etawah jantan maupun betina (UPSBDB, 2012).

Page 28: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

13 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3. Tablet

2.3.1. Definisi

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau

tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat

digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa (Depkes RI, 1995).

Sediaan tablet memiliki beberapa keunggulan dibandingkan

dengan bentuk sediaan farmasi yang lain. Tablet merupakan suatu

sediaan utuh dan praktis diberikan secara oral dengan dosis yang tetap

dan variasi yang minimal. Tablet merupakan bentuk sediaan oral

dengan biaya produksi paling murah, juga paling ringan dan paling

kompak. Bentuk sediaan ini paling mudah ditelan dengan resiko kecil

untuk tertinggal di tenggorokan. Bentuk sediaan ini menjamin stabilitas

kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi dari zat aktif yang

dikandungnya (Lachman et al, 1986).

Sediaan tablet juga memiliki beberapa kekurangan yang dapat

membatasi suatu obat dibentuk menjadi sedian tablet. Obat dengan sifat

sulit dibasahkan, melarut dengan lambat, jumlah dosis sedang sampai

besar, absorpsi optimum disaluran cerna, atau kombinasi dari sifat-sifat

ini bisa sulit untuk diformulasikan dan diproduksi menjadi tablet

dengan bioavailabilitas yang cukup (Lachman et al, 1986).

2.3.2. Metode Pembuatan

Terdapat beberapa metode dalam pembuatan tablet, namun

metode yang relatif lebih sering digunakan adalah metode granulasi

basah, granulasi kering, dan metode cetak langsung (Depkes, 1995).

Pemilihan metode pembuatan tablet tergantung dari sifat bahan aktif,

oleh karena itu kestabilan fisikokimia dari bahan aktif menjadi

pertimbangan utama dalam tahap awal formulasi sediaan tablet.

Metode pembuatan tablet dengan cara cetak langsung adalah

pencetakan bahan obat atau campuran bahan obat-obatan pembantu

berbentuk serbuk tanpa proses pengolahan awal. Oleh karena itu,

metode ini dinilai sangat memuaskan dimana kebutuhan akan kerja

relatif lebih rendah sehingga lebih ekonomis daripada pencetakan

Page 29: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

14 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan metode granulasi. Selain ekonomis, laju pelepasan bahan aktif

dari sediaan tablet cetak langsung umumnya lebih cepat karena pada

saat hancur, bahan aktif akan langsung dibebaskan dari massa tablet

dalam bentuk partikel bebas karena tidak berada dalam granul (Ansel,

1989).

Pembuatan tablet dengan granulasi kering dilakukan dengan cara

menekan massa serbuk pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet

besar yang belum berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak hingga

diperoleh granul dengan ukuran pertikel yang diinginkan. Metode ini

digunakan pada keadaan di mana dosis efektif bahan obat terlalu tinggi

untuk cetak langsung dan bahan obatnya peka terhadap pemanasan dan

kelembaban sehingga tidak dapat diproses secara granulasi basah.

Metode ini juga digunakan khususnya untuk bahan-bahan yang tidak

stabil dengan adanya air, misalnya asetosal (Ansel, 1989).

Granulasi basah adalah metode yang dilakukan dengan cara

membasahi massa tablet menggunakan larutan pengikat sampai

terdapat tingkat kebasahan tertentu, lalu digranulasi. Prinsip

granulasinya adalah menciptakan ikatan antara partikel melalui

penggumpalan massa dengan penambahan pengikat basah yang diikuti

dengan pengeringan setelah gumpalan massa digranulasi (Depkes RI,

1995). Tujuan utama granulasi basah adalah untuk meningkatkan sifat

alir, mengurangi porositas bahan, memudahkan kompresi, menjaga

keseragaman pencampuran massa tablet, mengurangi debu,

meningkatkan pembasahan tablet, serta meningkatkan waktu disolusi

(Ansel, 1989)

Obat dengan dosis besar dan memiliki sifat aliran atau

kompresibilitas yang kurang baik, dapat diperbaiki sifat alirannya atau

kompresibilitasnya dengan teknik granulasi basah agar dapat dicetak

menjadi tablet. Teknik ini mencegah segregasi partikel dan

meningkatkan disolusi obat yang tidak larut air dengan menggunakan

pelarut dan pengikat yang sesuai (Lieberman et al., 1989).

Page 30: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

15 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Beberapa kerugian teknik granulasi basah adalah banyaknya

tahapan poduksi sehingga dibutuhkan tempat yang luas dengan suhu

dan kelembaban yang terkendali. Selain itu dibutuhkan peralatan yang

mahal dan waktu yang lama. Kemungkinan kehilangan massa granul

selama proses produksi besar dan peluang kontaminasi lebih besar

dibandingkan dengan teknik kempa langsung (Lieberman et al, 1989).

2.3.3. Bahan Tambahan

Bahan tambahan atau bahan pembantu pembuatan tablet dapat

diartikan sebagai zat-zat yang memungkinkan suatu obat atau bahan

obat yang memiliki beberapa sifat khusus untuk dibuat menjadi suatu

sediaan yang cocok satu sama lain yang dapat memperbaiki sediaan

obat, dengan mempertimbangkan efek obat, kinerja obat, organoleptis,

sifat kimia obat, dan kemungkinan pengembangan jenis sediaan lain.

Adapun zat-zat tambahan dalam sediaan tablet meliputi:

2.3.3.1. Bahan Pengisi

Bahan pengisi diperlukan sebagai pemenuhan

kecukupan massa tablet, dan berfungsi untuk memperbaiki

daya kohesi sehingga dapat dikempa atau untuk memacu

aliran. Di samping sifatnya harus netral secara kimia dan

fisiologis, bahan pengisi juga sebaiknya memiliki sifat dapat

dicerna dengan mudah. Adapun contoh bahan pengisi yang

umum digunakan antara lain laktosa, pati, kalsium fosfat

dibasa, dan mikrokristalin selulosa (Depkes, 1995; Voigt,

1994)

2.3.3.2. Bahan Pengikat

Bahan pengikat adalah bahan tambahan yang diperlukan

untuk memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu

granulasi dan memberikan sifat kohesif yang telah ada pada

bahan pengisi sehingga dapat membentuk struktur tablet yang

kompak setelah pencetakan dan meningkatkan daya tahan

tablet, oleh karena itu bahan pengikat menjamin penyatuan

beberapa partikel serbuk dalam sebuah butiran granulat. Bahan

Page 31: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

16 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pengikat dapat ditambahkan ke dalam bahan yang akan dicetak

dalam bentuk kering, cairan, atau larutan, tergantung pada

metode pembuatan tablet (Depkes, 1995).

2.3.3.3. Bahan Pelincir

Bahan pelincir dapat memenuhi berbagai fungsi yang

berbeda, sehingga banyak dikelompokkan menjadi bahan

pengatur aliran (glidant), bahan pelincir (lubricant) dan bahan

pemisah hasil cetakan (antiadherent) (Voigt, 1994).

Bahan pengatur aliran atau glidant berfungsi untuk

memperbaiki daya luncur dan daya gulir bahan yang akan

dicetak, karena itu menjamin terjadinya keteraturan aliran dari

corong pengisi ke dalam lubang cetakan. Glidan juga berfungsi

untuk mengurangi penyimpangan massa, memperkecil

gesekan sesama partikel, dan meningkatkan ketepatan takaran

tablet. Contoh zat yang dapat digunakan sebagai glidan yaitu

talk, kalsium/magnesium stearat, asam stearat, PEG, pati, dan

aerosil.

Bahan pelincir atau lubricant berfungsi untuk

mengurangi gesekan logam (stempel di dalam lubang ruang

cetak) dan gesekan tablet dengan logam, serta memudahkan

pengeluaran tablet dari mesin pencetak. Pada umumnya

lubrikan bersifat hidrofobik sehingga cenderung menurunkan

kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu

kadar lubrikan yang berlebihan harus dihindarkan. Contoh

lubrikan antara lain talk, kalsium atau magnesium stearat,

asam stearat, PEG, pati, dan paraffin.

Bahan pemisah hasil cetakan (antiadherent) adalah

bahan yang berfungsi untuk mencegah lekatnya bahan yang

dikempa pada permukaan stempel atas. Contoh bahan ini

adalah talk, amilum maydis, Cab-O-Sil, natrium lauril sulfat,

kalsium/magnesium stearat.

Page 32: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

17 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3.3.4. Adsorben

Adsorben adalah bahan yang dimaksudkan untuk

melindungi zat aktif atau bahan berkhasiat dari pengaruh

kelembaban, membantu meningkatkan homogenitas

campuran, menghindari lembab akibat reaksi antara bahan

dalam sediaan tablet. Yang termasuk bahan ini misalnya

aerosil, avicel, magnesium oksida, magnesium karbonat,

laktosa, bentonit, dan kaolin (Voigt, 1994).

2.3.3.5. Pemanis

Pemanis adalah bahan yang digunakan untuk menutupi

atau memperbaiki rasa tidak enak dari bahan lain dalam

sediaan, misalnya sukrosa, manitol, sorbitol.

2.3.3.6. Pengharum

Pengharum adalah bahan yang digunakan untuk

menutupi aroma tidak enak dari bahan lain dalam sediaan dan

menutupinya dengan aroma lain.

2.3.4. Evaluasi

Evaluasi mutu dalam proses pembuatan tablet dilakukan terhadap

bahan baku, granul, dan tablet yang diproleh untuk menjamin mutu

produk yang dihasilkan. Evaluasi terhadap granul meliputi penetapan

kandungan lembab, penetapan kecepatan aliran, distribusi ukuran

partikel, pemeriksaan bobot jenis sejati, pemeriksaan bobot jenis

mampat, dan penetapan kadar zat aktif dalam granul. Evaluasi terhadap

tablet meliputi penampilan tablet, keseragaman bobot, keseragaman

kandungan, keseragaman ukuran, kekerasan tablet, friksibilitas,

friabilitas, waktu hancur, penetapan kadar zat aktif, dan uji disolusi

(Lachman et al, 1986).

Page 33: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

18 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3.5. Monografi Bahan

1. Paracetamol (Depkes, 2014; Anonim, 2016)

Nama Kimia : 4’-Hidroksiasetanilida [103-90-2]

Rumus Molekul : C8H9NO2

Berat Molekul : 151,16

Pemerian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit

pahit.

Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium

hidroksida 0,1 N; mudah larut dalam etanol.

Jarak Lebur : Antara 168°-172°

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus

cahaya. Disimpan dalam suhu ruang,

dihindarkan dari kelembapan dan panas.

Kegunaan : Analgesik dan antipiretik

Dosis : Oral = 0,5–1 gram setiap 4–6 jam hingga

maksimum 4 gram per hari.

2. Amylum (Rowe, 2006)

Nama Kimia : Starch [9005-25-8]

Rumus Molekul : (C6H10O5)n ; n = 300-1000

Pemerian : Tidak berwarna dan hambar, halus, serbuk

berwarna putih yang terdiri dari butiran bulat

atau ovoid yang sangat kecil. Ukuran dan

bentuknya khas untuk setiap varietas botani.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol dingin (95%) dan

dalam air dingin. Starch mengembang seketika

dalam air sekitar 5-10% pada suhu 37°C.

pH : 5,5-6,5 pada 2% b/v dispersi cair pati jagung

pada suhu 25°C.

Page 34: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

19 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Stabilitas : Amilum yang tidak dipanaskan, stabil jika

terlindungi dari kelembaban tinggi.

Penyimpanan : Disimpan dalam wadah kedap udara di tempat

sejuk dan kering.

Kegunaan : Glidan, diluen pada tablet dan kapsul; bahan

penghancur pada tablet dan kapsul; bahan

pengikat tablet.

Konsentrasi : 3-15% b/b sebagai bahan penghancur pada tablet.

3. Lactose Monohydrate (Depkes, 2014; Rowe, 2006; Wade, 1994)

Nama Kimia : Laktosa [63-42-3]

Rumus Molekul : C12H24O12

Berat Molekul : 360,31

Titik Leleh : 201°-202°C

Pemerian : Serbuk putih, mengalir bebas.

Kelarutan : Mudah larut dalam air secara perlahan-lahan;

praktis tidak larut dalam etanol.

Stabilitas : Pertumbuhan jamur dapat terjadi pada kondisi

lembab (80% kelembapan relatif dan

selebihnya). Laktosa dapat mengembang

menjadi warna coklat, yang dipercepat oleh

kondisi hangat dan lembab.

Inkompatibilitas : Reaksi kondensasi tipe Maillard mungkin terjadi

antara laktosa dengan senyawa kelompok amina

primer yang membentuk warna coklat atau

kuning kecoklatan. Laktosa juga inkompatibel

dengan asam amino, aminofilin, amfetamin, dan

lisinopril.

Page 35: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

20 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat di tempat yang

dingin dan kering.

Kegunaan : Bahan pengikat; diluen untuk inhaler serbuk

kering; pengikat tablet; diluen pada tablet dan

kapsul.

Konsentrasi : 65-85% sebagai pengisi pada tablet.

4. Gelatin (Rowe, 2006)

Sinonim : Byco; Cryogel; gelatine; Instagel; Solugel.

Nama Kimia : Gelatin [9000-70-8]

pH : Tipe A = 3,8 – 6,0

Tipe B = 5,0 -7,4

Titik Leleh : Melunak pada 150°C

Pemerian : Gelatin berwarna agak kuning, bening dan rapuh;

praktis tidak berbau dan tidak berasa, serta dapat

berbentuk lembaran dan butiran tembus pandang,

atau sebagai serbuk.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam aseton, kloroform,

etanol (95%), eter, dan metanol. Larut dalan

gliserin, asam dan basa, meskipun asam dan basa

kuat menyebabkan pengendapan. Gelatin larut

dalam air panas, membentuk jeli, atau gel, pada

pendinginan hingga 35-40 C.

Stabilitas : Gelatin kering stabil di udara. Larutan gelatin

juga stabil dalam waktu lama jika disimpan

dalam kondisi dingin dan steril. Gelatin dapat

disterilkan dengan sterilisasi panas kering.

Inkompatibilitas : Gelatin bereaksi dengan aldehida dan gula

aldehida, polimer anionik dan kationik,

elektrolit, ion logam, plasticizers, pengawet, dan

surfaktan. Gelatin dapat diendapkan oleh

alkohol, kloroform, eter, garam merkuri, dan

Page 36: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

21 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

asam tanat. Gel dapat dicairkan oleh bakteri

kecuali diawetkan.

Penyimpanan : Disimpan dalam wadah kedap udara di tempat

sejuk dan kering.

Kegunaan : Bahan penyalut; pembentuk film; gelling agent;

suspending agent; bahan pengikat tablet; bahan

peningkat viskositas.

5. Sodium Starch Glycolate (Rowe, 2006)

Nama Kimia : Sodium carboxymethyl starch [9063-38-1]

pH : 3,0-5,0

Pemerian : Serbuk putih, tidak berbau, hambar, bebas

mengalir. Pharmacopeia Europe 2005 menyata-

kan bahwa primojel terdiri dari butiran oval atau

bulat, berdiameter 30-100 mm, dengan butiran

kurang sferis berkisar antara 10-35 mm.

Kelarutan : Sedikit larut dalam etanol (95%); praktis tidak

larut dalam air. Pada konsentrasi 2% b/v,

primojel terdispersi dalam air dingin dan

mengendap dalam bentuk lapisan yang sangat

terhidrasi.

Stabilitas : Sifat fisik glikolat pati natrium tidak berubah

sampai 3-5 tahun jika disimpan pada suhu dan

kelembaban sedang.

Inkompatibilitas : Asam askorbat.

Penyimpanan : Sodium Starch Glycolate stabil dan harus

disimpan dalam wadah yang tertutup dengan

Page 37: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

22 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

baik untuk melindungi dari kelembaban dan

suhu, yang dapat menyebabkan pengeringan.

Kegunaan : Disintegrant pada kapsul dan tablet.

Konsentrasi : 2-8% sebagai disintegrant tablet, dengan

konsentrasi optimum 4%.

6. Magnesium Stearate (Depkes, 2014; Rowe, 2006)

Nama Kimia : Octadecanoic acid magnesium salt [557-04-0]

Rumus Molekul : [CH3(CH2)16COO]2Mg

Berat Molekul : 591,34

Titik Leleh : 117-150°C

Pemerian : Serbuk halus, putih dan voluminus; bau lemah

khas; mudah melekat di kulit; bebas dari butiran.

Kelarutan : Tidak larut dalam air, etanol, dan eter.

Stabilitas : Magnesium stearat bersifat stabil.

Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan asam kuat, basa, dan garam

besi. Hindari pencampuran dengan bahan

pengoksidasi kuat. Magnesium stearat tidak

dapat digunakan pada produk yang mengandung

aspirin, beberapa vitamin, dan kebanyakan

garam alkaloid.

Penyimpanan : Disimpan pada wadah tertutup rapat dan kering.

Kegunaan : Lubrikan pada kapsul dan tablet.

Konsentrasi : 0,25-5% sebagai lubrikan tablet.

7. Colloidal Silicon Dioxide (Rowe, 2006)

Nama Kimia : Silica [7631-86-9]

Rumus Molekul : SiO2

Berat Molekul : 60,08

pH : 3,5-4,4 (4% b/v dispersi cair)

Pemerian : Sebuah fumed silika submicroscopic dengan

ukuran partikel sekitar 15 nm. Berbentuk serbuk

amorf ringan, bebas, berwarna kebiruan-tidak

berwarna, tidak berasa.

Page 38: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam pelarut organik, air, dan

asam, kecuali asam hidrofluorat; larut dalam

larutan panas alkali hidroksida. Membentuk

dispersi koloid dengan air.

Stabilitas : Aerosil bersifat higroskopik namun menyerap

sejumlah besar air tanpa mencair. Bila digunakan

dalam sistem berair pada pH 0-7,5, aerosil efektif

dalam meningkatkan viskositas suatu sistem.

Namun, pada pH lebih dari 7,5, sifat peningkatan

viskositas dari aerosil berkurang; dan pada pH

yang lebih besar dari 10,7 kemampuan ini hilang

seluruhnya karena aerosil larut membentuk

silikat.

Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan preparat diethylstilbestrol.

Penyimpanan : Disimpan pada wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Adsorben; anticaking agent; penstabil emulsi;

glidan; suspending agent; disintegrant tablet;

penstabil suhu; bahan peningkat viskositas.

Konsentrasi : 0,1-0,5% sebagai glidan tablet.

Page 39: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

24 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Bulan Desember 2017 sampai Juli 2018

bertempat di Laboratorium Kimia Obat Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan

Laboratorium Formulasi Departemen R&D PT Kalbe Farma Cikarang.

3.2. Alat dan Bahan

3.3.1. Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu baskom

plastik, kantong plastik, gunting, alumunium foil, cetakan gelatin [Lion

Star], timbangan analitik [Mettler Toledo], magnetic stirrer, hot plate

[Cimarec], erlenmayer [Schott Duran], beaker glass [Iwake], labu ukur

[Pyrex], gelas ukur [Pyrex], pH meter [Metrohm], pH indikator

universal [Merck], termometer digital [Gizmo], kertas saring, vacuum

filtration [Ulvac DTC-21], water bath [Eyela], lemari pendingin

[Liebherr], oven [Memmert], kertas perkamen, turbomixer [Eurostar],

lumpang dan alu, mesh ukuran 30, nampan tahan panas, mesin ayak

[Quadrocomill U5], statis, corong gelas [Herma], kertas grafik, tap

density meter [STAV], cube mixer [Erweka], sieve shaker [Retsch],

disintegration tester [Erweka], mesin pencetak tablet single punch

[Manesty F3], jangka sorong digital [Mitutoyo], stopwatch [Casio],

tablet hardness tester [Erweka], friabilator tester [Erweka], moisture

halogen analyzer [Mettler Toledo], spektrofotometer UV-Vis [Agilent

Technologies], alat uji disolusi tipe dayung [Phama Test], dan spuit

[Terumo].

Page 40: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

25 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain

kulit kambing Etawah, air suling, natrium sulfida (Na₂S) [VWR

Chemicals], kalsium hidroksida (Ca(OH)₂) [Merck], asam klorida

(HCl) [JT Baker], paracetamol [Anqiu Lu’an Pharmaceutical], amylum

[PIM Pharmaceuticals], lactose monohydrate [DFE Pharma], gelatin

kulit kambing Etawah, gelatin sapi [Rousselot], sodium starch glycolate

[Yung Zip Chemical], magnesium stearate [PACI Asia Pacific],

colloidal silicon dioxide [Cabot Blue Star Chemical], kalium

dihidrogen fosfat (KH2PO4) [Merck], dan natrium hidroksida (NaOH)

[Merck].

3.3. Tahapan Penelitian

3.3.1. Penyiapan Sampel

Bahan baku yang digunakan adalah kulit kambing Etawah berusia

1 tahun yang diperoleh dari Rumah Potong Bang Kitul, Cinere, Kota

Depok, Jawa Barat. Selanjutnya bahan baku ini dikemas dalam kantong

plastik dan disimpan di dalam freezer.

3.3.2. Ekstraksi dan Pembuatan Lembaran Gelatin

Proses ekstraksi gelatin dari kulit kambing dilakukan

menggunakan metode perlakuan asam Zilhadia, et al (2018) dengan

sedikit modifikasi. Pertama, kulit kambing dibersihkan dari kotoran dan

lemak yang masih tersisa di bagian kulit. Kulit dicuci menggunakan air

mengalir. Kulit yang sudah bersih kemudian dibilas dengan sedikit air

suling. Kulit yang sudah bersih, dipotong-potong menjadi bagian kecil.

Selanjutnya, kulit yang akan digunakan untuk proses ekstraksi

ditimbang sebagai berat basah. Lalu dilakukan proses pembuangan bulu

dengan metode kimia. Kulit direndam menggunakan campuran natrium

sulfida dan kalsium hidroksida yang telah dilarutkan di dalam labu ukur

500 ml menggunakan air suling. Perendaman dilakukan hingga bulu

yang terdapat di kulit mudah dicabut. Setelah bulu-bulu yang terdapat

pada bagian kulit dihilangkan, kulit dinetralkan dengan air mengalir

Page 41: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

hingga memiliki pH 6-7. Selanjutnya, kulit bebas bulu yang telah netral

dipotong kecil-kecil untuk memperluas permukaan kulit yang

diekstraksi (± 1x1 cm) dan ditimbang sebagai berat basah. Lalu

dilakukan proses hidrolisis dengan larutan asam klorida yang disiapkan

dalam konsentrasi 4%. Kulit yang sudah dipotong kecil-kecil, direndam

dalam larutan HCl selama 48 jam pada suhu 5°C, dan sesekali diaduk

untuk memaksimalkan proses hidrolisis. Langkah selanjutnya adalah

penetralan kulit dengan menggunakan air mengalir hingga pH kulit

menjadi netral (6-7). Kulit yang sudah netral dibilas menggunakan air

suling hingga kulit terendam seluruhnya. Proses pembilasan dilakukan

selama 30 menit dengan pengadukan menggunakan magnetic stirer

pada hot plate untuk memastikan kulit bebas pengotor dari proses

penetralan. Lalu kulit diangkat dan ditimbang untuk menentukan

penambahan berat kulit setelah proses hidrolisis. Kemudian kulit

diekstraksi dengan air suling pada suhu 60-70°C selama 9 jam. Ekstrak

yang telah didapatkan lalu disaring dengan kertas saring dengan

bantuan vacuum filtration dilakukan untuk menghilangkan kotoran

yang terdapat dalam ekstrak gelatin. Filtrat yang telah diperoleh

dipekatkan di dalam oven pada suhu 70°C selama 2 jam. Kemudian,

filtrat tersebut didinginkan pada suhu ruang dan untuk selanjutnya

dimasukkan ke dalam lemari pendingin sampai filtrat membentuk gel.

Selanjutnya, gel gelatin dituang pada wadah untuk dikeringkan dalam

oven pada suhu 60°C hingga terbentuk lembaran gelatin yang kering

dan transparan. Lembaran gelatin yang terbentuk kemudian ditimbang

sebagai berat kering dan disimpan dalam wadah yang tertutup rapat.

3.3.3. Formula Tablet

Tablet parasetamol dibuat 6 formula, dengan 3 formula

pembanding dan 3 formula uji. Tujuan dibuatnya formula pembanding

yaitu untuk membandingkan karakteristik tablet yang dihasilkan dari

kedua bahan bahan pengikat yang digunakan, yaitu gelatin kulit

kambing Etawah dan gelatin sapi. Formula untuk membuat tablet

parasetamol dengan bobot 650 mg pertablet disajikan pada Tabel 3.1.

Page 42: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

27 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 3.1. Formula Tablet

No. Nama Bahan Formula

Ket. PI PII PIII UI UII UIII

1 Paracetamol 500 500 500 500 500 500 mg

2 Amylum 10 10 10 10 10 10 %

3 Lactose Monohydrate 5,5 4,5 3,5 5,5 4,5 3,5 %

4 Gelatin Sapi 2 3 4 - - - %

5 Gelatin Kambing Etawah - - - 2 3 4 %

6 Sodium Starch Glycolate 4 4 4 4 4 4 %

7 Magnesium Stearate 1 1 1 1 1 1 %

8 Colloidal Silicon Dioxide 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 %

Masing-masing formula tablet dibuat sebanyak 500 tablet dengan

memperhitungkan jumlah tablet yang diperlukan untuk evaluasi yang

akan dilakukan.

3.3.4. Pembuatan Tablet

Proses pembuatan tablet dilakukan menggunakan metode

granulasi basah berdasarkan literatur Ansel (2013) dan Voigt (1994),

dengan sedikit modifikasi.

Penimbangan

Masing-masing bahan ditimbang seksama sesuai dengan berat

yang telah ditentukan.

Pembuatan Larutan Bahan Pengikat

Pada penelitian ini digunakan bahan pengikat tablet yaitu gelatin

kulit kambing Etawah dan gelatin sapi. Dalam membuat larutan bahan

pengikat, persen yang digunakan yaitu b/b atau perbandingan terhadap

berat tablet. Pelarut yang digunakan untuk melarutkan gelatin adalah

air suling yang sebelumnya dipanaskan di atas hotplate sampai

memiliki suhu 70°C. Gelatin dilarutkan ke dalam 50 ml air suling panas

dan dihomogenkan menggunakan turbomixer sampai melarut

sempurna.

Pencampuran Fase Dalam

Zat aktif (paracetamol), bahan pengisi (lactose monohydrate), dan

disintegran (amylum) dicampur sampai homogen menggunakan

lumpang dan stamper.

Page 43: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

28 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pembuatan Massa Granul

Larutan bahan pengikat sebanyak 50 ml ditambahkan ke dalam

campuran fase dalam. Kemudian disiapkan 10 ml air suling untuk

membilas larutan bahan pengikat yang masih tersisa. Campuran fase

dalam diaduk hingga terbentuk massa granul yang baik, yaitu ditandai

dengan bila massa granul dikepal lalu dipatahkan tidak ada massa yang

rontok.

Pengeringan Granul

Granul dikeringkan di dalam oven bersuhu 60-70°C sampai nilai

kadar lembab berkisar antara 2,5-3%.

Pengayakan Kering

Setelah pengeringan, granul diayak menggunakan mesin ayak

Quadrocomill U5 dengan mesh berukuran 2108 µm dan impeller

(baling-baling) berbentuk bulat. Kecepatan mesin ayak diatur pada

kecepatan 1000-2500 rpm.

Penambahan Fase Luar

Setelah pengayakan kering dan evaluasi granul, bahan-bahan fase

luar, yaitu : sodium starch glycolate-disintegrant; magnesium stearate-

lubrikan; dan colloidal silicon dioxide-glidan dicampurkan bersama

granul sampai homogen menggunakan cube mixer.

Pencetakan Tablet

Tablet dicetak dengan bobot masing-masing tablet 650 mg

menggunakan mesin pencetak tablet single punch Manesty F3, serta

punch berukuran 13 mm.

3.3.5. Evaluasi Granul

3.3.5.1. Kecepatan Alir Granul

Sejumlah 30 g granul dimasukkan ke dalam alat ukur

sudut diam (corong kaca) yang bagian bawahnya ditutup.

Kemudian tutup dibuka dan dibiarkan granul mengalir

seluruhnya dari corong, dimana granul ditampung

menggunakan kertas grafik. Dicatat waktu yang dibutuhkan

Page 44: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

granul untuk mengalir menggunakan stopwatch. Hasil

kecepatan alir yang didapat dihubungkan dengan sifat aliran

serbuk menurut Aulton (1988).

Tabel 3.2. Hubungan Kecepatan Alir dengan Sifat Aliran

Serbuk (Aulton, 1988) Kecepatan Alir (gram/detik) Sifat Alir

> 10 Sangat baik

4-10 Baik

1,6-4 Sukar

1,6 Sangat sukar

[Sumber : Aulton, 1988]

3.3.5.2. Pemeriksaan Sudut Diam

Sejumlah 30 g granul dimasukkan ke dalam alat ukur

sudut diam (corong kaca) yang bagian bawahnya ditutup.

Kemudian tutup dibuka dan dibiarkan granul mengalir

seluruhnya dari corong, dimana granul ditampung

menggunakan kertas grafik. Selanjutnya diameter dasar granul

dan tinggi kerucut yang terbentuk diukur menggunakan jangka

sorong digital. Lalu diukur sudut diam dengan rumus :

𝑡𝑎𝑛 𝛼 =ℎ

𝑟

Dimana : α : Sudut diam

h : Tinggi tumpukan granul

r : Jari-jari tumpukan granul

Kemudian sudut istirahat dihubungkan dengan sifat aliran

serbuk menurut Aulton (1988).

Tabel 3.3. Hubungan Sudut Istirahat dengan Sifat Aliran

Serbuk

Sudut Diam (α) Sifat Alir

< 25 Sangat baik

25-30 Baik

30-40 Sukar

>40 Sangat buruk

[Sumber : Aulton, 1988]

3.3.5.3. Uji Kompresibilitas

Uji kompresibilitas bertujuan untuk menentukan sifat

alir massa tablet saat membentuk massa yang stabil dan

Page 45: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

30 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kompak bila diberikan tekanan (Lachman et al, 1994).

Pengujian dilakukan dengan menimbang granul sebanyak 25

g, lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml, dan diamati

volumenya (V0). Lalu gelas ukur diletakkan pada alat tap

density meter dengan pengetukan sebanyak 1000 kali dan

diamati volumenya (Vt). Kemudian dihitung persen

kompresibilitas menggunakan rumus :

% Kompresibilitas = 1 - 𝑉𝑡

𝑉0 × 100%

Kemudian persen kompresibilitas dihubungkan dengan sifat

aliran serbuk menurut Aulton (1988).

Tabel 3.4. Hubungan Persen Kompresibilitas dengan

Sifat Aliran Serbuk Kompresibilitas (%) Sifat Alir

5-15 Sangat Baik

12-17 Baik

18-22 Cukup

23-33 Kurang

34-38 Sangat Kurang

>38 Sangat Buruk

[Sumber : Aulton, 1988]

3.3.5.4. Kadar Lembab Granul

Ditimbang seksama 5,0 g granul, lalu dimasukkan ke

dalam alat moisture halogen analyzer dengan pengaturan suhu

105°C. Persyaratan granul yang baik memiliki nilai kandungan

lembab 2-5% (Voigt, 1994).

3.3.5.5. Distribusi Ukuran Partikel

Distribusi ukuran partikel sangat penting untuk

memperoleh granul yang kompak dan tidak mudah hancur.

Distribusi ukuran partikel diperoleh dengan metode

pengayakan dengan menggunakan alat yang disebut sieving

analyzer (Voigt, 1994). Masing-masing ayakan pada sieving

analyzer disusun berturut-turut mulai dari yang teratas adalah

mesh 18, 20, 40, 60, 80 dan 120. Kemudian 25 gram granul

dimasukkan ke dalam alat sieving analyzer. Alat dihidupkan,

Page 46: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

31 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kemudian granul yang didapat pada masing-masing ayakan

ditimbang lalu dihitung persen bobot granul pada masing-

masing ayakan dan dibuat kurva antara persen bobot granul

(sumbu y) dengan ukuran ayakan (sumbu x).

Syarat : Distribusi ukuran partikel sisa < 10 %.

3.3.6. Evaluasi Tablet

3.3.6.1. Uji Organoleptik Tablet

Terhadap 20 tablet dilakukan pengujian penampilan

(mengkilap atau kusam), tekstur permukaan (halus atau kasar),

warna yang tidak seragam serta adanya kecacatan pada tablet.

Tekstur permukaan diamati melalui raba dan visual (Depkes

RI, 1979).

3.3.6.2. Keseragaman Bobot

Berdasarkan Farmakope Indonesia III (1979), sediaan

tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman

bobot yang ditetapkan sebagai berikut : Ditimbang 20 tablet,

kemudian dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang

satu-persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-

masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih

besar dari nilai yang ditetapkan pada kolom A, dan tidak ada

satupun tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-

ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B.

Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10

tablet dengan persyaratan tidak ada satu tablet pun yang

bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang

ditetapkan kolom A dan tidak satu tablet pun yang bobotnya

menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan

kolom B.

Page 47: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

32 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 3.5. Syarat Penyimpangan Bobot Rerata dalam

Persen

Bobot Rerata

Penyimpangan Bobot

Rerata dalam Persen

A B

25 mg atau kurang 15 30

26 mg sampai dengan 150 mg 10 20

151 mg sampai dengan 300 mg 7,5 15

Lebih dari 300 mg 5 10

[Sumber : Depkes RI, 1979]

3.3.6.3. Keseragaman Ukuran

Diameter dan tebal tablet diukur masing-masing pada 5

tablet menggunakan jangka sorong dan mikrometer. Kecuali

dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan

tidak kurang dari empat per tiga tebal tablet (Depkes RI, 1995).

3.3.6.4. Kekerasan Tablet

Pemeriksaan kekerasan tablet dilakukan dengan alat

Tablet Hardness Tester dengan cara alat tersebut diatur sesuai

diameter dan jumlah tablet yang diuji. Menurut Sulaiman

(2007), syarat kekerasan tablet konvensional adalah 4-10 Kp.

3.3.6.5. Kerapuhan Tablet

Sebanyak 20 tablet yang telah dibersihkan, ditimbang

terlebih dahulu (a gram). Kemudian dimasukkan dalam

Friabilator Tester dengan kecepatan 25 putaran per-menit

sebanyak 100 kali putaran. Kemudian tablet-tablet tersebut

dikeluarkan, dibersihkan dan ditimbang kembali (b gram).

Tablet yang baik memiliki nilai kerapuhan kurang dari 1%

(Lachman et al, 1994).

3.3.6.6. Waktu Hancur

Tablet diletakkan dalam setiap enam tube keranjang, dan

melalui penggunaan peralatan mekanis, keranjang dinaik-

turunkan dalam cairan perendam dengan siklus 29-32 kali

turun naik per menit. Untuk tablet yang tidak bersalut, tablet

bukal dan tablet sub lingual, menggunakan air yang dijaga

Page 48: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

33 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pada temperatur 37°C (Ansel, 1989). Tablet yang baik

mempunyai waktu hancur kurang dari 15 menit (Depkes RI,

1979).

3.3.6.7. Uji Disolusi

Uji disolusi dan penetapan kadar menggunakan metode

yang tercantum dalam Farmakope Indonesia Edisi V, 2014.

Medium dapar fosfat dengan pH 5,8 sebanyak 900 ml

dimasukkan ke dalam labu disolusi, pengaduk dayung diatur

pada kecepatan 50 rpm. Tablet ditimbang dan dimasukkan ke

dalam setiap enam labu disolusi. Suhu labu dipertahankan

37°C ± 0,5°C. Kemudian 5 ml sampel diambil pada menit ke-

30 dan diukur serapannya dengan spektrofotometer UV-Vis

pada panjang gelombang maksimum parasetamol yaitu 243

nm. Dalam waktu 30 menit parasetamol harus larut tidak

kurang dari 80% dari jumlah yang tertera pada etiket (Depkes,

2014). Metode analisis yang digunakan adalah metode satu

titik (One Point Method) menggunakan larutan standar

parasetamol dengan konsentrasi 11,112 µg/ml.

3.3.7. Analisa Data

Dari beberapa evaluasi yang diujikan, dilakukan uji stastistik

pada data hasil evaluasi kekerasan tablet, waktu hancur, dan uji disolusi

menggunakan program pengolahan data statistik SPSS 25.0 untuk

melihat adanya perbedaan yang bermakna pada masing-masing

formula. Pengujian diawali dengan mencari nilai normalitas dan

homogenitas. Bila nilai normalitas dan atau homogenitas p>0,05 maka

dapat disimpulkan data terdistribusi normal dan homogen, sedangkan

data dinyatakan tidak terdistribusi normal dan tidak homogen bila

p<0,05. Data yang terdistribusi normal dan homogen lalu dilanjutkan

dengan uji ANOVA One-Way. Jika data terdistribusi tidak normal dan

atau tidak homogen, maka pengujian dilanjutkan dengan uji Kruskal-

Wallis. Kemudian dilakukan uji post hoc yaitu dengan uji LSD dan atau

uji Mann-Whitney (Dahlan, 2014).

Page 49: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

34 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pembuatan Gelatin Kulit Kambing Etawah

Gelatin terbagi menjadi dua tipe berdasarkan proses pengolahannya,

yaitu gelatin tipe A dan tipe B. Gelatin yang diperoleh melalui proses asam

dikenal sebagai gelatin tipe A dan gelatin yang diperoleh melalui proses basa

dikenal sebagai gelatin tipe B (GMIA, 2012). Pada penelitian ini, gelatin yang

dihasilkan menggunakan larutan asam klorida 4% sebagai larutan curing,

sehingga termasuk gelatin tipe A. Pemilihan asam klorida sebagai larutan

curing karena asam klorida memiliki kemampuan mengubah serat kolagen

lebih banyak dan lebih cepat tanpa mempengaruhi kualitas gelatin yang

dihasilkan (Kurniadi, 2009).

Gambar 4.1. Gelatin Kulit Kambing Etawah

Gelatin kulit kambing Etawah yang dihasilkan kemudian diuji

organoleptiknya mengacu pada pemerian gelatin menurut Farmakope

Indonesia V tahun 2014. Pemerian gelatin adalah lembaran, kepingan atau

potongan, atau serbuk kasar sampai halus; kuning lemah atau coklat terang;

warna bervariasi tergantung ukuran partikel. Larutannya berbau lemah seperti

kaldu (Depkes RI, 2014).

Organoleptik gelatin dari kulit kambing Etawah dengan hidrolisis asam

klorida 4% adalah berbentuk serbuk, berwarna coklat terang dan berbau khas

lemah. Gelatin yang dihasilkan sudah memenuhi syarat pemerian gelatin

menurut Farmakope Indonesia V.

Page 50: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

35 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.2. Hasil Pembuatan Tablet Parasetamol

Gelatin kulit kambing Etawah yang telah selesai diproduksi kemudian

digunakan sebagai bahan pengikat pada pembuatan tablet parasetamol secara

granulasi basah. Selain gelatin kulit kambing Etawah, digunakan pula gelatin

sapi sebagai formula pembanding. Pada pembuatan granul, gelatin memiliki

mekanisme kerja yaitu mempengaruhi gaya kohesi dan adhesi pada massa

serbuk. Penambahan larutan gelatin yang mempunyai viskositas tinggi akan

menyebabkan granul yang terbentuk setelah pengeringan menjadi mengeras

(Voigt, 1994).

Konsentrasi gelatin yang digunakan adalah sebesar 2%, 3%, dan 4%.

Pada penelitian ini konsentrasi 1% tidak digunakan karena setelah dilakukan

uji pendahuluan, tablet parasetamol yang menggunakan gelatin kulit kambing

Etawah dengan konsentrasi 2% memiliki nilai kerapuhan sebesar 1,19%.

Sementara syarat nilai kerapuhan tablet adalah kurang dari 1% (Voigt, 1994).

Oleh karena itu, pada penelitian ini hanya menggunakan seri konsentrasi

gelatin sebesar 2%, 3%, dan 4%, baik pada formula uji yang menggunakan

gelatin kulit kambing Etawah sebagai bahan pengikat, maupun formula

pembanding yang menggunakan gelatin sapi sebagai bahan pengikat.

Gambar 4.2. Larutan Gelatin dengan Konsentrasi : a) 2%; b) 3%; dan c) 4%

Pembuatan tablet parasetamol dimulai dengan proses penimbangan

bahan yang akan digunakan dalam proses granulasi. Kemudian langkah

selanjutnya adalah membuat larutan binder (bahan pengikat), yaitu gelatin

kulit kambing Etawah dan gelatin sapi. Pada pembuatan larutan binder,

gelatin dilarutkan pada air suling bersuhu 70°C dan diaduk menggunakan

turbomixer selama 15 menit. Alasan digunakan air suling bersuhu 70°C

sebagai pelarut gelatin, karena gelatin larut dalam air panas (Rowe, 2006).

Namun ada sedikit perbedaan teknis dalam melarutkan gelatin kulit kambing

Page 51: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

36 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Etawah dengan gelatin sapi. Gelatin kulit kambing Etawah lebih mudah larut

di dalam air suling bersuhu 70°C dan tidak sensitif terhadap perubahan suhu

yang terjadi, sedangkan gelatin sapi sangat sensitif terhadap perubahan suhu.

Sehingga saat melarutkan gelatin sapi, larutan gelatin sapi harus diletakkan di

atas hotplate yang terjaga suhunya sekitar 70°C, karena pada suhu di bawah

70°C, gelatin sapi sukar larut dalam air suling.

Gambar 4.3. Larutan Bahan Pengikat : a) Gelatin Kulit Kambing

Etawah; b) Gelatin Sapi

Proses selanjutnya adalah granulasi basah, yaitu metode yang dilakukan

dengan cara membasahi massa tablet (fase dalam) menggunakan larutan

pengikat sampai terdapat tingkat kebasahan tertentu, lalu digranulasi (Depkes

RI, 1995). Bahan yang termasuk fase dalam pada penelitian ini yaitu

paracetamol sebagai zat aktif, amylum sebagai bahan penghancur, dan lactose

monohydrate sebagai bahan pengisi. Ketiga bahan tersebut digranulasikan

menggunakan mortir dan stamper dan ditambahkan larutan gelatin sebagai

bahan pengikat. Granulasi dilakukan hingga terbentuk massa granul yang

baik, yaitu terbentuk massa granul yang memiliki karakteristik apabila

dikepal lalu dipatahkan, tidak terdapat massa yang rontok (Soedirman, 2010).

Pada semua formula, terbentuk massa granul yang baik sesuai dengan

karakteristik tersebut.

Gambar 4.4. Massa Granul Tablet Parasetamol

Page 52: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

37 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya massa granul dikeringkan menggunakan Oven bersuhu

70°C hingga memiliki nilai kadar lembab sebesar 2,5-3%. Menurut Niazi

(2009), nilai kadar lembab dalam pembuatan tablet parasetamol berkisar

antara 1-1,5% dan menurut Voigt (1994), persyaratan granul yang baik

memiliki nilai kandungan lembab 2-5%. Setelah dilakukan uji pendahuluan,

massa granul yang memiliki nilai kadar lembab berkisar antara 1-1,5% terlalu

kering, sehingga menyebabkan tablet yang dicetak menjadi capping, yaitu

keadaan tablet yang mengalami pemisahan pada bagian atas atau bawah dari

bagian utamanya (Banker dan Anderson, 1986). Oleh karena itu, rentang nilai

kadar lembab dinaikkan menjadi 2,5-3% untuk menghindari terjadinya

capping pada proses pencetakan tablet. Pengecekan nilai kadar lembab

dilakukan menggunakan alat Moisture Halogen Analyzer.

Setelah mencapai nilai kadar lembab yang sesuai, granul kering lalu

diayak menggunakan mesin ayak Quadrocomill U5 dengan kecepatan 1000-

2500 rpm, mesh ukuran 2108 dan impeller (baling-baling) berbentuk round

atau bundar. Proses ayak kering dilakukan sampai granul kering tidak bersisa

di dalam mesh. Pemilihan ukuran mesh didasarkan pada ukuran granul yang

diinginkan. Ukuran granul tidak boleh terlalu kecil atau halus dan tidak boleh

terlalu besar atau kasar. Granul yang terlalu halus akan menimbulkan

permasalahan dalam pencetakan tablet, yaitu capping (terlepas sebagian) atau

lamination (tablet tampak berlapis-lapis) (Noorrizka et al, 2018). Oleh karena

itu dipilih mesh ukuran 2108, karena secara organoleptik granul yang

dihasilkan tidak terlalu kasar, maupun terlalu halus.

Granul yang sudah diayak kemudian berlanjut kepada proses campur

massa, yaitu mencampur massa granul dengan bahan-bahan fase luar.

Langkah pertama yang dilakukan pada proses campur massa adalah

mencampur terlebih dahulu colloidal silicon dioxide sebagai glidan, dengan

sodium starch glycolate sebagai bahan penghancur. Hal ini dikarenakan

colloidal silicon dioxide merupakan bahan yang berbentuk serbuk amorf

ringan (Rowe, 2006), sehingga mudah berterbangan bila tidak dicampur

dengan bahan lain terlebih dahulu. Selanjutnya campuran tersebut diayak

menggunakan mesh 30 yang bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel

Page 53: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

38 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

serbuk colloidal silicon dioxide. Sebelum dicampurkan, magnesium stearat,

sebagai lubrikan, juga perlu diayak menggunakan mesh 30 untuk memastikan

bahwa partikel serbuk magnesium stearat homogen dan tidak terdapat

gumpalan serbuk. Kemudian campuran ketiga bahan tersebut ditambahkan ke

dalam massa granul dan dikocok menggunakan mesin Cube Mixer sampai

homogen. Setelah melewati proses campur massa, didapatkan massa siap

cetak.

Sebelum berlanjut ke proses pencetakan tablet, massa granul siap cetak

terlebih dahulu dievaluasi untuk memastikan bahwa tablet yang akan dicetak

sesuai yang diharapkan. Evaluasi granul yang dilakukan antara lain waktu

alir, pemeriksaan sudut diam, uji kompresibilitas, kadar lembab, dan

distribusi ukuran partikel granul. Pembahasan hasil evaluasi granul dibahas

pada sub-bab selanjutnya.

Proses selanjutnya yaitu pencetakan tablet menggunakan Mesin Cetak

Manesty F3. Massa siap cetak dimasukkan ke dalam hopper, kemudian

dicetak menjadi tablet menggunakan punch ukuran 13 mm dan berbentuk

bulat shallow-convex. Sebelum memulai proses cetak tablet secara automatis,

dilakukan cetak tablet secara manual terlebih dahulu untuk menyesuaikan

bobot, tebal, dan kekerasan tablet. Bobot per-tablet diatur 650 mg ± 5%, tebal

tablet berkisar antara 4,3 – 5,5 mm, dan kekerasan tablet yang diatur berkisar

antara 10-16 Kp. Parameter tersebut berdasarkan pada literatur Farmakope

Indonesia (1995 dan 2014) serta Ansel (1989) yang akan dibahas lebih lanjut

pada sub-bab selanjutnya.

4.1.1. Evaluasi Granul

Massa granul yang siap cetak sebelum berlanjut ke proses

pencetakan tablet, harus dievaluasi terlebih dahulu untuk menjamin

mutu produk yang dihasilkan (Lachman et al, 1986). Evaluasi granul

yang dilakukan meliputi kecepatan alir, pemeriksaan sudut diam, uji

kompresibilitas, kadar lembab, dan distribusi ukuran partikel granul.

Page 54: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

39 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.1. Hasil Evaluasi Kecepatan Alir, Sudut Diam,

Kompresibilitas, dan Kadar Lembab Granul

Formula

Jenis Evaluasi

Kecepatan

Alir (g/s)

Sudut Diam

(°)

Kompresibilitas

(%)

Kadar Lembab

(%)

PI 10,60 29,13 17,78 2,48

PII 10,90 27,17 17,39 2,67

PIII 11,81 27,63 22,92 2,93

UI 10,60 29,13 17,39 2,48

UII 10,90 27,17 17,39 2,67

UIII 11,81 27,63 19,15 2,93

Keterangan : PI (gelatin sapi 2%); PII (gelatin sapi 3%); PIII (gelatin sapi 4%); UI

(gelatin kulit kambing Etawah 2%); UII (gelatin kulit kambing Etawah 3%); UIII

(gelatin kulit kambing Etawah 4%).

Evaluasi kecepatan alir, pemeriksaan sudut diam, dan

kompresibilitas granul berfungsi untuk mengetahui sifat alir granul

yang dihasilkan. Sifat alir granul sangat penting dalam proses

pencetakan tablet, karena apabila granul mempunyai sifat alir yang baik

maka pengisian pada ruang kempa menjadi konstan sehingga dihasilkan

tablet yang mempunyai bobot seragam (Parrott, 1971). Berdasarkan

hasil dari hasil evaluasi kecepatan alir dan sudut diam granul,

menunjukkan bahwa semua formula memiliki sifat alir granul yang

baik, karena memenuhi syarat kecepatan alir granul yaitu lebih dari 10

gram/detik dan syarat sudut diam granul yaitu antara 25-30° (Aulton,

1998). Sedangkan berdasarkan hasil evaluasi kompresibilitas granul,

semua formula memiliki nilai sifat alir dengan kategori cukup baik

(Aulton, 1998). Meski nilai kompresibilitas granul cukup besar, namun

granul dapat terkonsolidasi dengan cepat pada die saat proses

pencetakan. Hal ini dibuktikan dengan bobot tablet yang dihasilkan

pada semua formula memiliki bobot yang seragam, maka dapat

disimpulkan bahwa granul pada semua formula memiliki sifat alir yang

baik meski memiliki nilai kompresibilitas yang cukup besar.

Evaluasi yang berikutnya adalah evaluasi kadar lembab granul.

Evaluasi ini berfungsi untuk mencegah lembab dari granul yang dapat

mempercepat pertumbuhan mikroba dan jamur (Voigt, 1994). Selain

itu, kadar lembab merupakan salah satu parameter mutu yang penting

karena akan menentukan daya tahan dan daya simpan produk tersebut.

Dari hasil evaluasi dapat terlihat bahwa semua formula memenuhi

Page 55: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

40 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

syarat kadar lembab granul yang baik, yaitu 2-5% (Voigt, 1994). Hasil

tersebut didapat berdasarkan metode yang dilakukan, yaitu 5,0 gram

granul dimasukkan ke dalam alat Moisture Halogen Analyzer dengan

pengaturan suhu 105°C. Pemanasan pada suhu 105°C mengakibatkan

kandungan air kristal pada senyawa hidrat menguap. Pada formula,

bahan yang merupakan senyawa hidrat adalah Lactose Monohydrate.

Sehingga hasil evaluasi yang didapat kurang sesuai, karena air kristal

yang berasal dari Lactose Monohydrate turut menguap. Oleh karena

tablet yang dihasilkan memiliki daya simpan yang baik, maka hasil

tersebut dapat ditoleransi.

Tabel 4.2. Hasil Evaluasi Distribusi Ukuran Partikel

Keterangan : PI (gelatin sapi 2%); PII (gelatin sapi 3%); PIII (gelatin sapi 4%); UI

(gelatin kulit kambing Etawah 2%); UII (gelatin kulit kambing Etawah 3%); UIII

(gelatin kulit kambing Etawah 4%).

Keterangan : PI (gelatin sapi 2%); PII (gelatin sapi 3%); PIII (gelatin sapi 4%); UI

(gelatin kulit kambing Etawah 2%); UII (gelatin kulit kambing Etawah 3%); UIII

(gelatin kulit kambing Etawah 4%).

Gambar 4.5. Kurva Distribusi Ukuran Partikel

0

5

10

15

20

25

30

35

40

0 500 1000 1500 2000

Fra

ksi

(%

)

Ukuran Partikel (µm)

Kurva Distribusi Ukuran Partikel

PI

PII

PIII

UI

UII

UIII

Page 56: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

41 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Evaluasi granul yang terakhir adalah evaluasi distribusi ukuran

partikel. Distribusi ukuran partikel serbuk dapat mempengaruhi

kerapuhan tablet dan daya mengalir serbuk yang dapat mempengaruhi

bobot tablet rata-rata, variasi bobot, dan waktu hancur tablet. Serbuk

halus diperlukan untuk mengisi ruang kosong antar partikel yang

terbentuk oleh partikel-partikel yang lebih besar, serta membantu

pembentukan ikatan fisik yang berperan sebagai jembatan antar partikel

yang lebih besar. Hasil distribusi ukuran partikel yang baik adalah

mengandung tidak lebih dari 10% fines atau serbuk halus, dan kurvanya

mengikuti kurva normal distribusi ukuran partikel yang berbentuk

lonceng (Lachman, 1994). Serbuk halus dalam jumlah besar (lebih dari

10%) akan menimbulkan permasalahan dalam pencetakan tablet, yaitu

capping (terlepas sebagian) atau lamination (tablet tampak berlapis-

lapis) (Noorrizka et al, 2018). Serbuk halus adalah partikel serbuk yang

melewati mesh 80 dengan ukuran partikel kurang dari 180 µm (Depkes

RI, 2014). Berdasarkan hasil yang didapat, semua formula

menunjukkan distribusi ukuran partikel yang mengandung lebih dari

10% serbuk halus dan kurva yang terbentuk tidak berbentuk lonceng.

Hal ini dapat disebabkan ukuran mesh yang digunakan pada proses

pengayakan kering berukuran kurang besar, sehingga masih

menghasilkan partikel granul yang berukuran kecil. Selain itu adanya

partikel colloidal silicon dioxide yang berukuran 15 nm (<180 µm) dan

partikel sodium starch glycolate yang berukuran 30-100 µm (<180 µm),

menyebabkan persentase fines yang terdapat pada massa granul

menjadi besar (Rowe, 2006). Oleh karena tablet yang dihasilkan pada

semua formula tidak terjadi capping maupun laminating, maka hasil

evaluasi distribusi ukuran partikel dapat ditoleransi.

4.1.2. Evaluasi Tablet

Setelah dilakukan proses pencetakan tablet parasetamol

menggunakan Mesin Cetak Manesty F3, proses selanjutnya yaitu

evaluasi tablet hasil cetak. Evaluasi yang dilakukan meliputi uji

Page 57: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

42 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

organoleptik, kekerasan tablet, keseragaman ukuran, keseragaman

bobot, kerapuhan, waktu hancur, dan uji disolusi tablet.

Tabel 4.3. Hasil Evaluasi Organoleptik Tablet

Jenis

Evaluasi

Formula

PI PII PIII UI UII UIII

Organoleptik

Bentuk

Warna

Rasa

Bau

Bulat

Putih

Pahit

Sedikit

berbau

Bulat

Putih

Pahit

Sedikit

berbau

Bulat

Putih

Pahit

Sedikit

berbau

Bulat

Putih

Pahit

Sedikit

berbau

Bulat

Putih

Pahit

Sedikit

berbau

Bulat

Putih

Pahit

Sedikit

berbau

Keterangan : PI (gelatin sapi 2%); PII (gelatin sapi 3%); PIII (gelatin sapi 4%); UI

(gelatin kulit kambing Etawah 2%); UII (gelatin kulit kambing Etawah 3%); UIII

(gelatin kulit kambing Etawah 4%).

Gambar 4.6. Tablet Parasetamol

Evaluasi yang pertama adalah pemeriksaan organoleptik meliputi

bentuk, warna, rasa, bau, penampilan (mengkilap atau kusam), tekstur

permukaan (halus atau kasar), warna yang tidak seragam, serta adanya

kecacatan pada tablet (Depkes RI, 1979). Pemeriksaan organoleptik

penting dilakukan karena warna yang tidak seragam dan adanya

kecacatan pada tablet selain dapat menurunkan nilai estetikanya juga

dapat menimbulkan persepsi adanya ketidakseragaman kandungan dan

kualitas produk yang buruk (Ansel, 1989). Hasil pemeriksaan 20 tablet

dari semua formula menunjukkan bahwa tablet yang dihasilkan

berbentuk bulat, berwarna putih, berasa pahit, sedikit berbau khas

gelatin, berpenampilan mengkilap, bertekstur halus, memiliki warna

yang seragam, serta tidak ada kecacatan pada tablet. Dari hasil tersebut

menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan organoleptik tablet parasetamol

telah memenuhi syarat.

Page 58: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

43 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.4. Hasil Evaluasi Keseragaman Bobot, Keseragaman

Ukuran, dan Kekerasan Tablet

Formula

Jenis Evaluasi

Keseragaman

Bobot (mg)

Keseragaman

Ukuran (mm)

Kekerasan

Tablet (Kp)

PI 650,37 ± 1,61 4,76 ± 0,02 13,25 ± 1,03

PII 650,36 ± 1,04 4,73 ± 0,01 14,30 ± 1,06

PIII 650,09 ± 0,94 4,75 ± 0,03 15,24 ± 0,48

UI 649,85 ± 1,31 4,76 ± 0,01 13,50 ± 0,93

UII 650,16 ± 1,22 4,73 ± 0,03 15,07 ± 0,67

UIII 650,62 ± 1,16 4,73 ± 0,01 15,71 ± 0,66

Keterangan : PI (gelatin sapi 2%); PII (gelatin sapi 3%); PIII (gelatin sapi 4%); UI

(gelatin kulit kambing Etawah 2%); UII (gelatin kulit kambing Etawah 3%); UIII

(gelatin kulit kambing Etawah 4%); NP : Nilai Penerimaan.

Evaluasi selanjutnya yaitu evaluasi keseragaman bobot yang

bertujuan untuk memastikan bahwa setiap tablet mengandung obat

dengan jumlah yang tepat (Depkes RI, 1979). Berdasarkan hasil yang

didapat dari 10 tablet setiap formula, terlihat bahwa semua formula

telah memenuhi persyaratan keseragaman bobot, yaitu tidak ada satu

tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata

dengan penyimpangan sebesar 5% (Depkes RI, 1979).

Selanjutnya dilakukan evaluasi keseragaman ukuran, yaitu

dengan mengukur ketebalan tablet. Ketebalan tablet berhubungan

dengan proses pembuatan tablet. Oleh karena itu ketebalan tablet perlu

dikontrol sampai perbedaan 5% dari rata-rata. Pengontrolan ketebalan

tablet diperlukan agar tablet dapat diterima dengan baik oleh konsumen

dan dapat mempermudah pengemasan (Ansel, 1989). Berdasarkan hasil

yang diperoleh menunjukkan bahwa semua formula memenuhi syarat

evaluasi keseragaman ukuran.

Evaluasi yang selanjutnya dilakukan yaitu evaluasi kekerasan

tablet. Evaluasi ini bertujuan untuk memastikan tablet yang dihasilkan

memiliki kekuatan atau kekerasan tertentu agar tahan terhadap berbagai

guncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan, dan transportasi

(Parrot, 1971). Menurut Sulaiman (2007), syarat kekerasan tablet

konvensional adalah 4-10 Kp. Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg

masih dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu hancur

dan disolusi yang dipersyaratkan (Sulaiman, 2007). Oleh karena itu,

Page 59: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

44 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pada penelitian ini dipilih rentang kekerasan tablet, yaitu 10-16 Kp,

karena mempertimbangkan nilai kerapuhan dan waktu hancur tablet

yang dihasilkan. Dari hasil evaluasi yang diperoleh menunjukkan

bahwa semua formula memenuhi syarat kekerasan tablet yang baik.

Kemudian semakin tinggi konsentrasi larutan gelatin, baik gelatin kulit

kambing Etawah maupun gelatin sapi, menyebabkan semakin tinggi

pula nilai kekerasan tablet yang diperoleh. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Wade (1994), yaitu kenaikan konsentrasi gelatin sebagai

bahan pengikat dapat meningkatkan kekerasan dan menurunkan

kerapuhan. Berdasarkan analisa statistik dengan uji ANOVA One-Way

yang dilakukan, peningkatan konsentrasi gelatin kulit kambing Etawah

menunjukkan perbedaan yang bermakna pada nilai kekerasan tablet

dengan nilai 0,000 (p<0,05). Hasil ini dilanjutkan dengan uji post-hoc

yaitu uji LSD yang menunjukkan pada konsentrasi 2% dan 3%, serta

pada konsentrasi 2% dan 4% gelatin kulit kambing Etawah

menghasilkan tablet yang memiliki perbedaan kekerasan yang

bermakna, sementara pada konsentrasi 3% dan 4% menunjukkan

perbedaan yang tidak bermakna. Secara umum disimpulkan bahwa

peningkatan konsentrasi gelatin kulit kambing Etawah dapat

meningkatkan kekerasan tablet dengan perbedaan yang signifikan. Lalu

berdasarkan uji Kruskal Wallis pada formula pembanding, perbedaan

konsentrasi gelatin sapi menunjukkan perbedaan yang bermakna pada

nilai kekerasan tablet dengan nilai 0,000 (p<0,05). Hasil ini dilanjutkan

dengan uji post-hoc yaitu uji Mann-Whitney yang menunjukkan pada

konsentrasi 2%, 3% dan 4%, gelatin sapi menghasilkan perbedaan nilai

kekerasan tablet yang bermakna. Sehingga disimpulkan bahwa

peningkatan konsentrasi gelatin sapi dapat meningkatkan kekerasan

tablet dengan perbedaan yang signifikan. Kemudian berdasarkan

analisa statistik dengan membandingkan dua formula yang memiliki

konsentrasi yang sama antara formula uji dan formula pembanding,

menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna dengan nilai UI-

PI=0,582; UII-PII=0,069; UIII-PIII=0,087 (p>0,05). Dari data tersebut

Page 60: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

45 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dapat disimpulkan bahwa pada konsentrasi 2%, 3%, dan 4%, gelatin

kulit kambing Etawah memiliki karakteristik yang hampir sama dengan

gelatin sapi dalam mempengaruhi kekerasan tablet yang dihasilkan.

Tabel 4.5. Hasil Evaluasi Kerapuhan, Waktu Hancur, dan

Disolusi Tablet

Formula

Jenis Evaluasi

Kerapuhan Tablet

(%)

Waktu Hancur

(menit)

Disolusi

(%)

PI 0,64 1,93 ± 0,13 96,00 ± 3,96

PII 0,68 3,60 ± 0,45 93,08 ± 1,44

PIII 0,74 5,78 ± 1,13 95,47 ± 3,06

UI 1,19 1,65 ± 0,06 99,43 ± 1,35

UII 0,62 3,71 ± 0,55 99,78 ± 0,94

UIII 0,55 3,86 ± 0,11 95,98 ± 0,97

Keterangan : PI (gelatin sapi 2%); PII (gelatin sapi 3%); PIII (gelatin sapi 4%); UI

(gelatin kulit kambing Etawah 2%); UII (gelatin kulit kambing Etawah 3%); UIII

(gelatin kulit kambing Etawah 4%).

Evaluasi kerapuhan tablet berfungsi untuk memastikan tablet

yang dihasilkan memiliki ketahanan terhadap goncangan selama proses

pengangkutan dan penyimpanan. Selain itu tablet yang mudah rapuh

dan pecah akan menimbulkan variasi pada bobot tablet tablet dan

keseragaman dosis obat (Banker dan Anderson, 1986). Hasil yang

diperoleh menunjukkan pada formula uji, formula UI memiliki nilai

kerapuhan yang tinggi, yaitu 1,19%. Nilai tersebut tidak memenuhi

syarat kerapuhan tablet menurut Lachman (1994), yaitu kurang dari 1%.

Hal tersebut disebabkan pada konsentrasi 2%, larutan gelatin kulit

kambing Etawah belum mampu menciptakan daya rekat yang kuat,

sehingga tablet yang terbentuk bersifat rapuh (Parrot, 1971). Kemudian

pada formula uji, hasil yang diperoleh menunjukkan penurunan nilai

kerapuhan tablet seiring bertambahnya konsentrasi gelatin kulit

kambing Etawah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wade (1994), yaitu

kenaikan konsentrasi gelatin sebagai bahan pengikat dapat

meningkatkan kekerasan dan menurunkan kerapuhan. Selanjutnya pada

formula pembanding yang menggunakan gelatin sapi sebagai bahan

pengikat tablet, menunjukkan kenaikan nilai kerapuhan tablet seiring

bertambahnya konsentrasi gelatin sapi. Namun kenaikan nilai

Page 61: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kerapuhan pada formula pembanding tidak terlalu jauh berbeda,

sehingga masih dapat ditoleransi.

Evaluasi waktu hancur dilakukan untuk mengetahui seberapa

cepat waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di dalam tubuh.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, semua formula memenuhi syarat

waktu hancur tablet konvensional, yaitu kurang dari 15 menit (Depkes

RI, 1979). Namun berdasarkan review jurnal yang dilakukan, menurut

penelitian Chandrasekaran (2011) dan Indriyani (2007) yang

membandingkan sifat fisik dari beberapa tablet parasetamol yang ada

di perdagangan, menunjukkan bahwa rata-rata waktu hancur tablet

parasetamol adalah selama 5 menit. Oleh karena itu, pada penelitian ini

dipilih waktu 5 menit sebagai syarat waktu hancur maksimum. Dari

hasil yang diperoleh menunjukkan peningkatan konsentrasi larutan

gelatin, baik pada formula uji maupun pembanding, menyebabkan

meningkatnya waktu hancur pada tablet yang dihasilkan. Hasil ini

dianalisa secara statistik dengan uji Kruskal Wallis pada formula uji,

yang menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi gelatin kulit

kambing Etawah menyebabkan perbedaan yang bermakna pada waktu

hancur tablet dengan nilai 0,004 (p<0,05). Hasil ini dilanjutkan dengan

uji post-hoc yaitu uji Mann-Whitney yang menunjukkan pada

konsentrasi 2% dan 3%, serta pada konsentrasi 2% dan 4% gelatin kulit

kambing Etawah menghasilkan tablet yang memiliki perbedaan waktu

hancur yang bermakna, sementara pada konsentrasi 3% dan 4%

menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Sehingga secara umum

dapat disimpulkan bahwa peningkatan konsentrasi gelatin kulit

kambing Etawah menghasilkan tablet yang memiliki waktu hancur

yang lebih lama dengan perbedaan yang signifikan. Lalu berdasarkan

uji Kruskal Wallis pada formula pembanding, perbedaan konsentrasi

gelatin sapi menunjukkan perbedaan yang bermakna pada waktu hancur

tablet dengan nilai 0,001 (p<0,05). Hasil ini dilanjutkan dengan uji

post-hoc yaitu uji Mann-Whitney yang menunjukkan pada konsentrasi

2%, 3% dan 4%, gelatin sapi menghasilkan perbedaan waktu hancur

Page 62: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tablet yang bermakna. Sehingga dapat disimpulkan peningkatan

konsentrasi gelatin sapi menghasilkan tablet yang memiliki waktu

hancur yang lebih lama dengan perbedaan yang signifikan. Kemudian

berdasarkan analisa statistik dengan membandingkan dua formula yang

memiliki konsentrasi yang sama antara formula uji dan formula

pembanding, menunjukkan perbedaan yang bermakna pada konsentrasi

2% dengan nilai 0,001 dan konsentrasi 4% dengan nilai 0,004 (p<0,05).

Sedangkan pada konsentrasi 3%, gelatin kulit kambing Etawah

memiliki perbedaan yang tidak bermakna terhadap gelatin sapi dengan

nilai 0,720 (p>0,05). Sehingga secara statistik dapat disimpulkan bahwa

tablet yang menggunakan gelatin kulit kambing Etawah sebagai bahan

pengikat tablet, hancur lebih cepat di dalam tubuh bila dibandingkan

tablet yang menggunakan gelatin sapi sebagai bahan pengikat tablet,

dengan perbedaan yang signifikan pada konsentrasi 2% dan 4%.

Perbedaan ini disebabkan oleh karakteristik gelatin sapi yang memiliki

daya ikat yang lebih kuat dibanding gelatin kulit kambing Etawah.

Menurut Ritschel (1975), penambahan bahan pengikat yang

mempunyai daya ikat yang kuat akan menyebabkan tablet yang

terbentuk memiliki kekerasan yang lebih tinggi dan sulit terdisintegrasi.

Evaluasi yang selanjutnya dilakukan adalah uji disolusi. Uji

disolusi berguna untuk mengetahui seberapa banyak obat yang melarut

dalam medium asam atau basa (lambung dan usus halus) (Ansel, 1989).

Pada penelitian ini medium yang digunakan adalah dapar fosfat 5,8.

Kemudian alat yang digunakan pada evaluasi ini adalah alat disolusi

tipe dayung yang diatur kecepatan pengaduknya pada 50 rpm dan suhu

labu dipertahankan 37°C ± 0,5°C. Sebanyak 6 tablet dari setiap formula

diuji, kemudian pada menit ke-30, larutan sampel dicuplik untuk

selanjutnya diukur kadarnya menggunakan Spektrofotometer UV-Vis

pada panjang gelombang maksimum parasetamol, yaitu 243 nm

(Depkes RI, 2014). Berdasarkan hasil yang didapat, semua formula

memenuhi syarat uji disolusi, yaitu tidak ada satu pun tablet yang

kadarnya kurang dari 80% (Depkes, 2014). Namun bila dibandingkan,

Page 63: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

48 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kadar parasetamol pada formula uji lebih mendekati 100% dibanding

kadar tablet pada formula pembanding, sehingga dapat disimpulkan

bahwa tablet yang menggunakan gelatin kulit kambing Etawah sebagai

bahan pengikat tablet, lebih mudah terdisolusi di dalam tubuh bila

dibandingkan dengan tablet yang menggunakan gelatin sapi sebagai

bahan pengikat tablet. Hasil tersebut kemudian dianalisa statistik

dengan uji ANOVA One-Way, dan terlihat bahwa perbedaan

konsentrasi gelatin kulit kambing Etawah menunjukkan perbedaan

yang bermakna pada disolusi tablet dengan nilai 0,000 (p<0,05). Hasil

ini dilanjutkan dengan uji post-hoc yaitu uji LSD yang menunjukkan

pada konsentrasi 3% dan 4%, serta pada konsentrasi 2% dan 4% gelatin

kulit kambing Etawah menghasilkan tablet yang memiliki perbedaan

disolusi yang bermakna, sementara pada konsentrasi 2% dan 3%

menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Sehingga secara umum

dapat disimpulkan bahwa perbedaan konsentrasi gelatin kulit kambing

Etawah menghasilkan perbedaan yang signifikan pada kemampuan

tablet untuk terdisolusi di dalam tubuh. Lalu berdasarkan uji ANOVA

One-Way pada formula pembanding, perbedaan konsentrasi gelatin sapi

menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna pada disolusi tablet

dengan nilai 0,234 (p>0,05). Hasil ini dilanjutkan dengan uji post-hoc

yaitu uji Mann-Whitney yang menunjukkan pada konsentrasi 2%, 3%

dan 4%, gelatin sapi menghasilkan perbedaan disolusi tablet yang tidak

bermakna. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa penggunaan

gelatin sapi pada konsentrasi 2%, 3%, dan 4% menghasilkan tablet yang

memiliki kemampuan terdisolusi yang hampir sama di dalam tubuh.

Kemudian berdasarkan analisa statistik dengan membandingkan dua

formula yang memiliki konsentrasi yang sama antara formula uji dan

formula pembanding, menunjukkan perbedaan yang bermakna pada

konsentrasi 2% dengan nilai 0,020 dan konsentrasi 3% dengan nilai

0,000 (p<0,05). Sedangkan pada konsentrasi 4%, gelatin kulit kambing

Etawah memiliki perbedaan yang tidak bermakna terhadap gelatin sapi

dengan nilai 0,378 (p>0,05). Sehingga secara statistik dapat

Page 64: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

49 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

disimpulkan bahwa tablet yang menggunakan gelatin kulit kambing

Etawah sebagai bahan pengikat tablet, lebih mudah terdisolusi di dalam

tubuh bila dibandingkan tablet yang menggunakan gelatin sapi sebagai

bahan pengikat tablet, dengan perbedaan yang signifikan pada

konsentrasi 2% dan 3%. Perbedaan ini disebabkan pada formula uji

yang memakai gelatin kulit kambing Etawah, menunjukkan waktu

hancur yang lebih cepat, sehingga menghasilkan tablet yang lebih

mudah terdisolusi. Hal ini turut didukung oleh pernyataan Shargel

(2005) yang menyatakan bahwa kecepatan tablet untuk hancur di dalam

tubuh mempengaruhi disolusi obat.

Page 65: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

50 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Penambahan konsentrasi gelatin kulit kambing Etawah tidak

mempengaruhi keseragaman bobot dan ukuran tablet, namun

meningkatkan nilai kekerasan, menurunkan nilai kerapuhan,

menyebabkan waktu hancur yang lebih lama, dan menunjukkan perbedaan

yang bermakna pada disolusi tablet parasetamol yang dihasilkan (p<0,05).

2. Gelatin kulit kambing Etawah pada konsentrasi 3% menghasilkan tablet

yang bermutu baik dengan dengan nilai kekerasan 15,07 ± 0,67 Kp, waktu

hancur 3,71 ± 1,00 menit, nilai kerapuhan 0,62%, kadar parasetamol di

menit ke-30 pada uji disolusi yaitu 99,78 ± 0,94%.

3. Tablet yang menggunakan gelatin kulit kambing Etawah sebagai bahan

pengikat memiliki waktu hancur lebih cepat dan lebih mudah terdisolusi

dibanding tablet yang menggunakan gelatin sapi sebagai bahan pengikat

dengan perbedaan yang bermakna pada konsentrasi 2% dan 4%

berdasarkan hasil evaluasi waktu hancur tablet, serta pada konsentrasi 2%

dan 3% berdasarkan hasil evaluasi disolusi tablet (p<0,05).

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat stabilitas tablet

yang dihasilkan dengan metode pembuatan yang sama.

Page 66: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

51 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah NM, N.K, ME, Azhar, A, Fazilah. 2014. Poultry as an Alternative Source

of Gelatin. Health and the Environment Journal Vol. 5, No. 1, 37-49.

Anonim. 2016. ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 50. Jakarta : ISFI

Penerbitan.

Ansel, Howard C., et al. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV.

Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Ansel, Howard C., et al. 2013. Bentuk Sediaan Farmasetis dan Sistem

Penghantaran Obat Edisi 9. Jakarta : EGC.

Aulton, M. E. 1988. Pharmaceutics : The Science of Dosage Form Design. New

York : Churchill Livingstone Inc.

Banker, G.S., Anderson, N.R. 1986. The Theory and Practice of Industrial

Pharmacy 3rd Edition. Philadelphia : Lea and Febiger.

BBPKKP. 2008. Petunjuk Teknis Penyamakan Kulit. Yogyakarta : Departemen

Perindustrian.

Bogue, Robert Herman. 1922. The Chemistry and Technology of Gelatin and Glue,

First Edition. London: McGraw-Hill Book Company, Inc.

Chandrasekaran, A. R. et al. 2011. Post-market In Vitro Equivalency Evaluation of

Paracetamol Tablets in Kedah, Malaysia. Kedah : Internasional Journal of

Pharmaceutical Sciences and Nanotechnology.

Dahlan, M. Sopiyudin. 2014. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan :

Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat, Dilengkapi Aplikasi Menggunakan

SPSS, Edisi 6. Jakarta : Epidemiologi Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). 1979. Farmakope

Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). 1995. Farmakope

Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). 2014. Farmakope

Indonesia Edisi V. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Page 67: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

52 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Girhepunje, Kundlik. 2009. A Novel Binding Agent for Pharmaceutical

Formulation from Cassia roxburghii Seeds. Gujrat : Internasional Journal of

Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, Vol. 1, Suppl. 1.

GMIA. 2012. Gelatin Handbook. Amerika : Gelatin Manufacturers Institute of

America.

Grobben, A. H. dkk., 2003. Industrial Production of Gelatin, Progress in

Biotechnology Volume 23, Chapter V. Di dalam W.Y. Aalbersberg dkk. (ed).

Industrial Proteins in Perspective. Elsevier. ISBN: 978-0-444-51394-6

(eBook).

Indriyani, Vincilia. 2007. Perbandingan Bioavaibilitas antara Tablet Biogesic® dan

Tablet Pamol® dengan Tablet Parasetamol Generik pada Kelinci Putih Jantan.

Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.

Jaswir, I. 2007. Memahami Gelatin. Diambil kembali dari

http://www.beritaiptek.com

Juliasti, Radia dkk. 2015. Pemanfaatan Limbah Tulang Kaki Kambing Sebagai

Sumber Gelatin Dengan Perendaman Menggunakan Asam Klorida. Dalam

Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 4. Semarang: Indonesian Food

Technologists.

Katili, A. S. 2009. Struktur dan Fungsi Protein Kolagen. Jurnal Pelangi Ilmu

Volume 2 Nomor 5, 1-11.

Kurniadi, H. 2009. Kualitas Gelatin Tipe A dengan Bahan Baku Tulang Paha Ayam

Broiler pada Lama Ekstraksi yang Berbeda. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Lachman, L. , H. A. Lieberman, and J. L. Kanig., 1986. The Teory and Practice of

Industrial Pharmacy. Philadelphia : Lea & Febiger.

Lachman, L., H. A. Lieberman., dan J. L. Kanig., 1994. Teori dan Praktik Farmasi

Industri Volume II Edisi III. Jakarta : UI Press.

Lieberman, H.A., Rieger, M.M., dan Banker, G.S. 1989. Pharmaceutical Dosage.

Forms: Disperse System Volume 2. New York: Marcell Dekker Inc.

Mariod, A. A dan H. F. Adam. 2013. Review: gelatin, source, extraction and

industrial applications. Acta Sci. Pol., Technol. Aliment. 12(2), 135-147.

Page 68: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

53 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Niazi, Sarfaraz K. 2009. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing

Formulations : Compressed Solid Products Volume One Second Edition.

New York : Informa Healthcare USA, Inc.

Noorrizka, Gusti dkk. 2018. Pengaruh Prosentase Fines Terhadap Kualitas Tablet

Parasetamol. Surabaya : Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.

Ockerman, H.W dan Hansen, C.L. 2000. Animal By Product Processing and

Utilization. USA : CRC Press.

Oetojo, Bambang dkk. 1995. Penelitian Proses Pengapuran - Pembuangan Bulu

Menurut Methoda Herfeld. Majalah Kulit, Karet, dan Plastik, 10 (20), 20-29.

Okoye, E. I., et al. 2009. Comparative Study of Some Mechanical and Release

Properties of Paracetamol Tablets Formulated with Cashew Tree Gum,

Povidone and Gelatine as Binders. Nigeria : African Journal of Biotechnology

Vol. 9 (16), pp. 3970-3973.

Parrot, Eugene L. 1971. Pharmaceutical Technology, Fundamental Pharmaceutics.

Minneapolis : Burgess Publishing Company.

Ritschel, W. A. Dan Scheffler, L. R. 1975. Effects of Binding Agents on

Dissolution of Sulfadiazin Experimental Tablet and Bioavaibility in Rabbits.

Pharm Ind, 37, 571-577.

Rowe, R. C., P. J. Sheskey dan M. E. Quinn. 2006. Handbook of Pharmaceutical

Excipients Fifth Edition. USA : Pharmaceutical Press and American

Pharmacists Association.

Said, Muhammad Irfan dkk. 2011. Karakteristik Gelatin Kulit Kambing yang

Diproduksi Melalui Proses Asam dan Basa. Makassar : Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin.

Said, Muhammad Irfan dkk. 2014. Pengaruh Perendaman Kulit dalam Larutan

Asam Asetat Terhadap Sifat-sifat Gelatin Berbahan Baku Kulit Kambing

Bligon. Makassar: Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.

Schrieber, Reinhard dan Herbert Gareis. 2007. Gelatine Handbook : Theory and

Industrial Practice. Jerman: WILEY-VCH Verlag GmbH & Co.

Setiawati, I. H. 2009. Karakterisasi Mutu Fisika Kimia Gelatin Kulit Ikan Kakap

Merah (Lutjanus Sp.) Hasil Proses Perlakuan Asam. Skripsi. Bogor: Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.

Page 69: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

54 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Shargel, L., Wu Pong, S., dan Yu, A. B. C. 2005. Applied Biopharmaceutics &

Pharmacokinetics 5th Edition. Boston : McGraw Hill.

Siregar, Charles. J. P., dan Saleh Wikarsa. 2008. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet

: Dasar-dasar Praktis. Jakarta : EGC.

Soedirman, Iskandar dkk. 2010. Efek Penambahan Polivinil Pirolidon Terhadap

Disolusi Tablet Parasetamol. Purwokerto : Universitas Muhammadiyah

Purwokerto.

Sulaiman, T. N. S. 2007. Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet. Yogyakarta :

Pustaka Laboratorium Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi UGM.

UPSBDB. 2012. Uttar Pradesh : Domestik Animal Diversity. India : Uttar Pradesh

State Biodiversity Board.

Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V. Yogyakarta : Gajah

Mada University Press.

Wade, Ainley dan Paul J. Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients

Second Edition. London : The Pharmaceutical Press.

Wolf, F. A. de. 2003. Collagen and Gelatin, Progress in Biotechnology Volume 23,

Chapter V. Di dalam W.Y. Aalbersberg dkk. (ed). Industrial Proteins in

Perspective. Elsevier.

Yuliani. 2014. Analisis Rendemen dan Sifat Fisika-Kimia Gelatin Kulit Ikan

Tenggiri (Acanthocybium solandri) yang Diproduksi dengan Metode Asam.

Kalimantan Timur: ISBN: 978-602-19421-0-9.

Zilhadia, et. al. 2018. Characterization and Functional Properties of Gelatin

Extracted from Goatskin. Jakarta : International Food Research Journal

25(1): 275-281.

Page 70: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

55 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LAMPIRAN

Page 71: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

56 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Gambar Alat-alat dan Bahan-bahan Penelitian

Kambing Etawah Lembaran Gelatin

Mesin Cetak Tablet Single Punch

Manesty F3

Punch dan Die

Alat Uji Disolusi Tipe Dayung Spektrofotometer UV-VIS

Page 72: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

57 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Data Evaluasi Distribusi Ukuran Partikel Granul

Lampiran 3. Data Evaluasi Kompresibilitas Granul

Lampiran 4. Data Evaluasi Kecepatan Alir, Sudut Diam, dan Kadar Lembab Granul

Page 73: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

58 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Data Evaluasi Keseragaman Bobot Tablet

Lampiran 6. Data Evaluasi Keseragaman Ukuran Tablet

Page 74: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

59 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Data Evaluasi Kekerasan Tablet

Lampiran 8. Data Evaluasi Kerapuhan Tablet

Lampiran 9. Data Evaluasi Waktu Hancur Tablet

Page 75: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

60 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Perhitungan Konsentrasi Standar dan Sampel Uji Disolusi

Konsentrasi sampel = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔)

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑢𝑚 (𝑚𝑙) =

500 𝑚𝑔

900 𝑚𝑙 = 0,556 mg/ml = 555,56 µg/ml

Agar konsentrasi standar sama dengan konsentrasi sampel, maka dalam labu ukur

100 ml dilarutkan parasetamol standar sebanyak :

Jumlah parasetamol standar = Konsentrasi sampel (mg/ml) × volume pelarut (ml)

= 0,556 mg/ml × 100 ml = 55,56 mg

Pengenceran Sampel → 1 ml . 555,56 µg/ml = 50 ml . x µg/ml

x = 11,112 µg/ml

Pengenceran Standar → 1 ml . 555,56 µg/ml = 50 ml . x µg/ml

x = 11,112 µg/ml

Lampiran 11. Data Evaluasi Disolusi Tablet

Lampiran 12. Data Statistika Evaluasi Kekerasan Tablet

Perbandingan Variasi Kosentrasi Gelatin Kulit Kambing Etawah terhadap

Kekerasan Tablet

Uji Normalitas Uji Homogenitas

Uji ANOVA One-Way

Page 76: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

61 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji Post Hoc - LSD

Perbandingan Variasi Kosentrasi Gelatin Sapi terhadap Kekerasan Tablet

Uji Normalitas Uji Homogenitas

Uji Kruskal Wallis

Uji Post Hoc – Mann Whitney

PI-PII PII-PIII PI-PIII

Perbandingan Kekerasan Tablet yang Menggunakan Gelatin Kulit Kambing

Etawah dan Gelatin Sapi pada Konsentrasi 2%

Page 77: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

62 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Perbandingan Kekerasan Tablet yang Menggunakan Gelatin Kulit Kambing

Etawah dan Gelatin Sapi pada Konsentrasi 3%

Perbandingan Kekerasan Tablet yang Menggunakan Gelatin Kulit Kambing

Etawah dan Gelatin Sapi pada Konsentrasi 4%

Lampiran 13. Data Statistika Evaluasi Waktu Hancur Tablet

Perbandingan Variasi Kosentrasi Gelatin Kulit Kambing Etawah terhadap Waktu

Hancur Tablet

Uji Normalitas Uji Homogenitas

Uji Kruskal Wallis

Uji Post Hoc – Mann Whitney

UI-UII UII-UIII UI-UIII

Page 78: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

63 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Perbandingan Variasi Kosentrasi Gelatin Sapi terhadap Waktu Hancur Tablet Uji Normalitas Uji Homogenitas

Uji Kruskal Wallis

Uji Post Hoc – Mann Whitney

PI-PII PII-PIII PI-PIII

Perbandingan Waktu Hancur Tablet yang Menggunakan Gelatin Kulit Kambing

Etawah dan Gelatin Sapi pada Konsentrasi 2%

Perbandingan Waktu Hancur Tablet yang Menggunakan Gelatin Kulit Kambing

Etawah dan Gelatin Sapi pada Konsentrasi 3%

Perbandingan Waktu Hancur Tablet yang Menggunakan Gelatin Kulit Kambing

Etawah dan Gelatin Sapi pada Konsentrasi 4%

Page 79: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

64 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 14. Data Statistika Evaluasi Disolusi Tablet

Perbandingan Variasi Kosentrasi Gelatin Kulit Kambing Etawah terhadap Disolusi

Tablet

Uji Normalitas Uji Homogenitas

Uji ANOVA One-Way

Uji Post Hoc – LSD

Perbandingan Variasi Kosentrasi Gelatin Sapi terhadap Disolusi Tablet

Uji Normalitas Uji Homogenitas

Page 80: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

65 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji ANOVA One-Way

Uji Post Hoc – LSD

Perbandingan Disolusi Tablet yang Menggunakan Gelatin Kulit Kambing Etawah

dan Gelatin Sapi pada Konsentrasi 2%

Perbandingan Disolusi Tablet yang Menggunakan Gelatin Kulit Kambing Etawah

dan Gelatin Sapi pada Konsentrasi 3%

Perbandingan Disolusi Tablet yang Menggunakan Gelatin Kulit Kambing Etawah

dan Gelatin Sapi pada Konsentrasi 4%

Page 81: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

66 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 15. Certificate of Analysis (COA) Parasetamol

Page 82: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

67 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 16. Certificate of Analysis (COA) Amylum

Page 83: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

68 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 17. Certificate of Analysis (COA) Lactose Monohydrate

Page 84: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

69 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 18. Certificate of Analysis (COA) Gelatin Sapi

Page 85: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

70 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 19. Certificate of Analysis (COA) Sodium Starch Glycolate

Page 86: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

71 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 20. Certificate of Analysis (COA) Magnesium Stearate

Page 87: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

72 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 21. Certificate of Analysis (COA) Colloidal Silicon Dioxide

Page 88: PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN DARI KULIT KAMBING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47575/1/SHOFFIYA... · paracetamol tablets (p≤0.05). In 3% concentration, Etawa

73 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 22. Sertifikat Halal Gelatin Sapi