PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI EKSTRAK … · Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari...
Transcript of PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI EKSTRAK … · Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari...
PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI EKSTRAK
BUNGA ROSELLA TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
MINUMAN FUNGSIONAL PISANG-ROSELLA
MUHAMAD RIVQI ZAELANI
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Penambahan
Konsentrasi Ekstrak Bunga Rosella terhadap Aktivitas Antioksidan Minuman Fungsional
Pisang-Rosella adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi
ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor. Bogor, November 2014
Muhamad Rivqi Zaelani
I14100045
ABSTRAK
MUHAMAD RIVQI ZAELANI. Pengaruh Penambahan Konsentrasi Ekstrak
Bunga Rosella terhadap Aktivitas Antioksidan Minuman Fungsional Pisang-
Rosella. Dibimbing oleh EVY DAMAYANTHI.
Bunga rosella dan buah pisang memiliki potensi sebagai bahan dasar
minuman fungsional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari
penambahan berbagai konsentrasi ekstrak bunga rosella terhadap aktivitas
antioksidan minuman fungsional pisang-rosella. Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimental, yang terdiri dari 2 tahap. Tahap pertama merupakan
penelitian pendahuluan untuk mempelajari konsistensi minuman dengan berbagai
rasio pisang dan ekstrak rosella secara kualitatif. Tahap kedua merupakan penelitian
utama untuk mempelajari pengaruh konsentrasi ekstrak rosella terhadap sifat fisik,
kimia, dan organoleptik minuman fungsional. Pembuatan minuman pisang ini
dicampur dengan ekstrak rosella yang terdiri dari 3 taraf, yaitu 15%, 20%, dan 25%.
Hasil penelitian menunjukkan kisaran kandungan kalium dan natrium dari ketiga
perlakuan sebesar 85.85-99.66 mg/100 g dan 20.18-28.85 mg/100 g. Aktivitas
antioksidan pada ketiga perlakuan sebesar 604.47-790.92 mg vit C/100 g (AEAC).
Kandungan total fenol pada ketiga perlakuan sebesar 685.17-927.52 mg TAE/100
g. Pemilihan formula terpilih berdasarkan beberapa kriteria penilaian. Kriteria
penilaian tersebut adalah nilai keseluruhan hedonik, aktivitas antioksidan, dan total
fenol pada produk. Formula terpilih dalam penelitian ini adalah produk dengan
konsentrasi ekstrak rosella sebesar 20%.
Kata kunci: antioksidan, bunga rosella, kalium, minuman fungsional, pisang
ABSTRACT
MUHAMAD RIVQI ZAELANI. Additional influences of concentration extract
rosella flower to antioxidant activity in banana-rosella functional drink. Supervised
by EVY DAMAYANTHI.
Rosella flower and banana are highly potential as major component in
functional drink making process.The aim of this research was to study the additional
effects of rosella flower extract in various concentration toward antioxidant activity
in banana-rosella functional drink. This research was experimental research,
consisted of two stages. The first stage was preliminary research to learn about
liquid consistency various banana and rosella extract ratio qualitatively. The second
stage was main research to study the influence of extract rosella concentration on
physical, chemical and organoleptic properties. There are three standards used in
banana-rosella drink making process, 15%, 20% and 25%. The result showed a
range of potassium and sodium content of the three treatments were 85.85-99.66
mg/100 g and 20.18-28.85 mg/100 g. Antioxidant activity in the third treatment was
604.47-790.92 mg vit C/100 g (AEAC) and the content of a total of phenol on third
treatment was 685.17-927.52 mg TAE/100 g. The determination of the selected
formula was based on some criteria, those are total value of hedonic levels,
antioxidant activity, and total phenol content on product. The selected formula in
this research is a product with 20% concentration of the rosella extract.
Key words: antioxidant, banana, functional drink, potassium, rosella flower
PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI EKSTRAK
BUNGA ROSELLA TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
MINUMAN FUNGSIONAL PISANG-ROSELLA
MUHAMAD RIVQI ZAELANI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Pengaruh Penambahan Konsentrasi Ekstrak Bunga Rosella
terhadap Aktivitas Antioksidan Minuman Fungsional Pisang-
Rosella
Nama : Muhamad Rivqi Zaelani
NIM : I14100045
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Evy Damayanthi, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Rimbawan
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Shalawat serta salam penulis
sampaikan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi
penerang dan suri tauladan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan
sejak bulan Mei 2014 ini ialah pengembangan produk, dengan judul Pengaruh
penambahan konsentrasi ekstrak bunga rosella terhadap aktivitas antioksidan
minuman fungsional pisang-rosella.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Ir Evy Damayanthi MS selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah banyak memberikan bimbingan, saran, dan dukungan dalam penulisan
karya ilmiah ini.
2. Bapak Dr. Rimbawan selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan, saran, dan pengalaman dalam menjalani studi.
3. Ibu Dr. Ir. Sri Anna Marliyati MS selaku dosen pemandu seminar dan penguji
yang telah memberikan nasehat dan evaluasi terhadap penulisan karya ilmiah
ini.
4. Kedua orangtua tercinta (Sukardi dan Eti Suryati), kakak dan adik tersayang
(Upit Puspitawati, Titin Suhartini, Yuyun Yuningrum, Nurul Ainy), serta
seluruh keluarga atas kasih sayang, doa, nasihat, dukungan, semangat, dan
pengertian kalian sehingga penulis dapat terus berjuang dalam menyelesaikan
skripsi ini dengan sebaik mungkin.
5. Pak Mashudi, Ibu Rizqi, Ibu Antin, Pak Taufik dan Ibu Endang atas bantuannya
dalam proses penelitian.
6. Kirana Fajar Rahmah sebagai pendamping penelitian yang paling setia dalam
berjalannya penelitian ini.
7. Kepada para saudara Ats Tsabat yang telah berjuang bersama dan saling
mendoakan dari SMA, serta keluarga KASKEMAH BEM FEMA.
8. Sahabat-sahabat tersayang yang telah memberikan bantuan dan motivasinya :
Kirana Fajar Rahmah, Riana Pangestu Utami, Ramadhini, M Enra Sujanawan,
Putu Rossi Tya Lestari, Ramadhani.
9. Rekan-rekan seperjuangan yang telah membantu penulis dalam melakukan
penelitian: Kadek, Novi, Imelda, Ine, Rizky Ichwansyah, Rizki A. Thoif,
Zahra, dan Evi.
10. Keluarga besar Gizi Masyarakat 47 seperjuangan yang penuh semangat, kakak-
kakak GM44, GM45, GM46, adik-adik GM 48, GM 49, dan semua pihak yang
tidak bisa disebutkan satu persatu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, November 2014
Muhamad Rivqi Zaelani
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR LAMPIRAN iv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODOLOGI 2
Waktu dan Tempat 2
Alat dan Bahan 2
Prosedur Penelitian 3
Rancangan Percobaan 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Formulasi Minuman 6
Sifat Fisik Minuman 6
pH (keasaman) 6
Warna 7
Sifat Kimia Minuman 9
Kadar air dan abu 9
Kadar kalium dan natrium 10
Total fenol dan aktivitas antioksidan 11
Sifat Organoleptik Minuman 13
Pemilihan Produk Minuman Terpilih 16
Karakteristik produk minuman terpilih 16
Kandungan gizi produk terpilih per takaran saji 16
SIMPULAN DAN SARAN 17
Simpulan 17
Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 18
LAMPIRAN 22
RIWAYAT HIDUP 34
iv
DAFTAR TABEL
1 Persentase ekstrak rosella 3
2 Contoh komposisi bahan pembuatan minuman pisang-rosella 4
3 Pengaruh rasio konsentrasi ekstrak rosella terhadap pH pada minuman
pisang-rosella 7
4 Pengaruh rasio konsentrasi ekstrak rosella terhadap pengukuran warna
dengan kromameter pada minuman pisang-rosella 8
5 Pengaruh rasio konsentrasi ekstrak rosella terhadap kadar air dan kadar
abu pada minuman pisang-rosella 9
6 Pengaruh rasio konsentrasi ekstrak rosella terhadap kadar kalium dan
natrium pada minuman pisang-rosella 10
7 Pengaruh rasio konsentrasi ekstrak rosella terhadap total fenol dan
aktivitas antioksidan minuman pisang-rosella 11
8 Pengaruh rasio konsentrasi ekstrak rosella terhadap uji hedonik minuman
pisang-rosella 13
9 Pengaruh rasio konsentrasi ekstrak rosella terhadap persentase penerimaan
minuman pisang-rosella 14
10 Pengaruh rasio konsentrasi ekstrak rosella terhadap rata-rata nilai mutu
hedonik minuman pisang-rosella 15
11 Kandungan gizi produk minuman pisang-rosella per 200 g 17
DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir pembuatan minuman pisang-rosella 4
2 Produk minuman pisang-rosella 6
3 Produk terpilih (ekstrak rosella 20%) 16
DAFTAR LAMPIRAN
1 Uji mutu hedonik 22
2 Uji hedonik 23
3 Dokumentasi penelitian 24
4 Prosedur analisis penelitian 25
5 Hasil uji statistik 29
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dewasa ini telah diketahui bahwa salah satu zat aktif yang bermanfaat bagi
kesehatan adalah antioksidan. Antioksidan adalah komponen dalam pangan yang
melindungi sel tubuh dari bahaya yang disebabkan oleh radikal bebas (ADA 2010).
Secara umum, senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan berkaitan erat dengan
manfaatnya bagi kesehatan, termasuk perlindungan dari serangan penyakit. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Vinson dan kawan-kawan menunjukkan bahwa
lebih dari 100 jenis makanan mengandung antioksidan, termasuk sayuran, buah-
buahan, kacang-kacangan, rempah-rempah, minyak, dan minuman (Winarsi 2011).
Salah satu bahan yang memiliki kandungan antioksidan adalah bunga
rosella. Bunga rosella memiliki kandungan antioksidan tinggi yang mampu
menangkap radikal bebas penyebab kanker (Mangan 2009). Sementara itu gossy
peptin anthocyanin dan glucoside hisbiscin yang terkandung di dalamnya dapat
mencegah tekanan darah tinggi (Purwaningrum et al. 2008; Mangan 2009).
Selain bunga rosella, buah pisang juga mengandung antioksidan. Selain
antioksidan yang tinggi terkandung dalam pisang, pisang juga memiliki kadar
kalium yang tinggi dibandingkan buah segar lainnya (Selby 2005). Kalium
merupakan salah satu zat gizi mikro yang dapat mempengaruhi tekanan darah pada
tubuh seseorang. Menurut Muliyati et al. (2011), seseorang yang mengonsumsi
makanan berkalium tinggi akan mengurangi terjadinya hipertensi. Keefektifan
makanan kaya akan sumber kalium dalam menurunkan tekanan darah sudah
dilakukan oleh banyak penelitian (Kumar et al. 2012).
Buah pisang kaya akan vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan
(Suyanti & Supriyadi 2008). Oleh karena itu, buah pisang dapat diolah atau
dimanfaatkan menjadi produk makanan ataupun minuman kesehatan. Begitu juga
bunga rosella yang telah dimanfaatkan sebagai salah satu bahan dasar pembuatan
produk minuman (Hastuti 2012). Dengan kata lain, bunga rosella dan buah pisang
dapat dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan minuman fungsional.
Minuman fungsional merupakan salah satu pangan fungsional yang dapat
dikonsumsi dan memiliki manfaat bagi tubuh manusia. Potensi yang dimiliki oleh
berbagai minuman fungsional harus selalu dikembangkan terutama untuk
peningkatan kesehatan masyarakat. Salah satu potensi yang dimiliki oleh minuman
fungsional adalah khasiat untuk kesehatan dan kebugaran (Widowati 2011; Winarti
& Nurdjanah 2005). Herold (2007) mengemukakan bahwa tren minuman
fungsional sedang diminati oleh konsumen karena dipercaya berkhasiat bagi
kesehatan. Menurut Nirmala (2012), masyarakat masa kini menjaga kesehatan
dengan cara mengonsumsi makanan dan minuman sehari-hari. Minuman
merupakan salah satu bentuk pangan fungsional yang dirasa praktis dan
mengandung zat aktif pangan lebih banyak daripada makanan yang diolah.
Sejak lama pemanfaatan olahan bahan pangan menjadi makanan dan
minuman dipergunakan dalam memenuhi kebutuhan zat gizi yang diperlukan
tubuh. Selain itu, pembuatan minuman dengan bahan dasar tertentu juga dapat
meningkatkan diversifikasi pangan. Di sisi lain, pisang dan bunga rosella
merupakan bahan pangan yang masih belum dioptimalkan pemanfaatannya di
2
Indonesia dan mempunyai potensi di bidang kesehatan. Oleh karena itu, pembuatan
minuman dengan bahan dasar pisang dan bunga rosella dapat menjadi minuman
fungsional yang diduga bisa menjadi obat antihipertensi dan dapat meningkatkan
diversifikasi pangan.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mempelajari pembuatan dan penambahan berbagai konsentrasi ekstrak
bunga rosella terhadap aktivitas antioksidan pada minuman fungsional pisang-
rosella.
Tujuan Khusus
1. Mempelajari pembuatan minuman fungsional pisang rosella.
2. Menganalisis pengaruh penambahan ekstrak bunga rosella terhadap sifat
fisik (pH dan warna), sifat kimia (kadar air, abu, natrium, kalium, total
fenol, dan aktivitas antioksidan), dan sifat organoleptik minuman fungsional
pisang-rosella.
3. Menentukan formula minuman fungsional pisang-rosella yang terbaik.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan alternatif solusi dalam
mengonsumsi makanan sebagai obat, khususnya pada penderita hipertensi. Selain
itu, diharapkan penelitian ini mampu memberikan kontribusi positif terhadap
masyarakat, pemerintah, dan perusahaan yang bergerak di bidang industri pangan
agar dapat menyediakan produk sesuai dengan permasalahan gizi yang ada.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2014
di Laboratorium Pengolahan Pangan, Laboratorium Penilaian Organoleptik, dan
Laboratorium Kimia dan Analisis Makanan Program Studi Ilmu Gizi, Departemen
Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Laboratorium PAU, Departemen Ilmu
Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian, yaitu alat pembuatan minuman
pisang-rosella, analisis sifat fungsional dan kimia minuman pisang-rosella. Alat
yang digunakan dalam pembuatan minuman pisang-rosella adalah timbangan,
3
blender, baskom, pisau, gelas plastik, kukusan, panci, timbangan analitik, dan
timbangan. Alat yang digunakan dalam analisis sifat fisik dan kimia adalah tanur
pengabuan, cawan porselen, desikator, penjepit cawan, oven, dan timbangan
analitik, instrumen AAS, alat-alat gelas khusus untuk analisis AAS, hot plate atau
penangas uap, oven, desikator, kertas saring Whatman No. 42, erlenmeyer, labu
takar, tabung reaksi, pH meter, dan alat penguji warna merk MINOLTA CR 310.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan yang
digunakan dalam pembuatan minuman, serta bahan-bahan untuk analisis sifat fisik
dan kimia. Bahan utama yang digunakan untuk pembuatan minuman adalah pisang
ambon dan kelopak bunga rosella yang diperoleh dari Pasar Anyar dan penjual
rosella, Bogor. Bahan-bahan lainnya dalam pembuatan minuman adalah air, gula
(sukralosa), dan garam.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dibagi ke dalam dua tahap, yaitu tahap pertama merupakan
penelitian pendahuluan dan tahap kedua merupakan penelitian utama. Penelitan
pendahuluan terdiri dari trial and error untuk mempelajari terkait konsistensi
minuman dengan berbagai rasio pisang dan ekstrak rosella secara kualitatif.
Penelitian utama untuk mempelajari pengaruh konsentrasi ekstrak rosella terhadap
sifat fisik (pH dan warna), kimia (kadar air, abu, natrium, kalium, aktivitas
antioksidan, dan total fenol), dan organoleptik (hedonik, mutu hedonik, dan
persentase penerimaan) minuman fungsional pisang-rosella. Kemudian melakukan
pemilihan produk dan menganalisis kandungan gizi produk terpilih.
1. Formulasi pembuatan minuman
Formulasi pada pembuatan minuman ini didasarkan pada konsistensi cairan
minuman pisang-rosella yang dihasilkan dan konsentrasi dari ekstrak bunga rosella.
Berdasarkan kekentalan cairan minuman yang dihasilkan dari perbandingan buah
pisang dan ekstrak rosella yang digunakan (1:1, 1:2, dan 1:5), maka diperoleh
kekentalan yang diinginkan, yaitu pada perbandingan buah pisang dan ekstrak
rosella sebesar 1:5. Pada Tabel 1 dapat dilihat persentase ekstrak rosella.
Tabel 1 Persentase ekstrak rosella
Bahan Ekstrak Rosella
15% (b/v) 20% (b/v) 25% (b/v)
Bunga rosella (g) 150 200 250
Air (ml) 1000 1000 1000
Kemudian menentukan konsentrasi dari ekstrak bunga rosella dan
didapatkan konsentrasi mulai dari 15%, 20%, dan 25%. Pemberian ekstrak rosella
dibagi ke dalam 3 taraf, yaitu (F1) ekstrak rosella 15%, (F2) ekstrak rosella 20%,
dan (F3) ekstrak rosella 25%. Batas bawah diestimasi telah mengandung
antioksidan dan dapat mempertahankan warna minuman. Ekstrak rosella tersebut
dibuat dengan cara masing-masing bunga rosella direndam dalam air sebanyak
1000 ml dan dipanaskan selama 10 menit (Hastuti 2012), kemudian hasilnya
disaring. Konsistensi cairan dan konsentrasi tersebut dihasilkan dari proses trial-
4
error untuk mencari ketahanan warna cairan minuman yang tepat. Pada Tabel 2
dapat dilihat contoh komposisi bahan pembuatan minuman fungsional pisang-
rosella
Tabel 2 Contoh komposisi bahan pembuatan minuman pisang-rosella
Bahan Berat (g) Persentase (%)
Ekstrak rosella 200 83.3
Pisang 40 16.7
Sukralosa 0.02 0.01
Garam 0.12 0.05
2. Pembuatan minuman pisang-rosella
Proses pembuatan minuman pisang dimulai dari pemilihan pisang dengan
kualitas yang baik. Kemudian pisang yang telah dipilih, dicuci, dan dibersihkan,
lalu dikupas. Kemudian pisang dipotong sebesar 1 ruas jari, lalu diblansir dengan
menggunakan uap panas selama 8 menit. Setelah itu, pisangdan ekstrak rosella
(masing-masing konsentrasi mulai 15%, 20%, dan 25%) dimasukkan ke dalam
blender. Kemudian dicampurkan dengan garam dan sukralosa, lalu dilakukan
pemanasan, dan dimasukkan dalam kemasan gelas plastik.
Gambar 1 Diagram alir pembuatan minuman pisang-rosella
3. Analisis fisik dan kimia dari setiap formula
Setiap formulasi produk akan dilakukan analisis fisik dan kimia. Analisis
fisik yang dilakukan, yaitu pada aspek pH dan warna. Analisis kimia yang diamati
pada penelitian ini adalah kadar air, kadar abu, kalium, natrium, total fenol, dan
Pisang dipilih dengan
mutu baik
Pembersihan dan pengupasan
Pencampuran pisang dengan ekstrak bunga
Rosella di dalam blender
Diitambahkan sukralosa dan garam, lalu Dilakukan pemanasan
Dituang dalam wadah gelas
tertutup
Minuman pisang-rosella
Bunga rosella ditimbang dan dibersihkan
dengan air mengalir, kemudian direbus
dengan air selama 10 menit
(pada setiap konsentrasi 15%, 20%, dan 25%)
Disaring hingga menghasilkan air
ekstrak rosella, lalu ditiriskan.
Dilakukan pengirisan dan
pengukusan (blansir) 8 menit,
5
aktivitas antioksidan. Analisis fisik dan kimia setiap produk dilakukan dengan dua
ulangan.
Pengujian pH menggunakan pH meter (Maitimu et al. 2012) dan pengujian
warna mengggunakan chromameter (Misnawi 2011; Santoso, Basito, Rahadian
2013). Penetapan kadar air dan kadar abu dengan metode SNI 01 2891 1992 (Uji
makanan dan minuman), penetapan kadar kalium dan natrium dengan metode
Spektrofotometri Serapan Atom atau Atomic Absorbance Spektrofotometri (AAS)
(Nielsen 2010), penentuan total fenol dengan metode Folin-Ciocalteu (Malangngi
et al. 2012), penentuan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (Molyneux
2004), dan analisis proksimat lengkap kandungan gizi pada produk terpilih (AOAC
1980). Seluruh prosedur analisis disajikan pada lampiran 4.
4. Uji sifat organoleptik minuman
Tahapan selanjunya menguji sifat organoleptik formula minuman pisang
menggunakan uji hedonik dan uji mutu mutu hedonik (Susiwi 2009). Uji
organoleptik dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan atau kelayakan suatu
produk agar dapat diterima oleh panelis (konsumen). Uji ini dilakukan oleh 39
orang panelis semi terlatih. Parameter yang diuji pada uji hedonik (uji kesukaan),
meliputi warna, aroma, tekstur, dan rasa dari produk yang dihasilkan. Metode
hedonik ini, panelis diminta memberikan penilaian berdasarkan tingkat kesukaan.
Skor yang digunakan adalah 1 (sangat tidak suka), 2 (tidak suka), 3 (biasa), 4 (suka),
dan 5 (sangat suka).
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua kali ulangan, yaitu dengan
menambahkan ekstrak bunga rosella ke dalam minuman pisang dengan 3 taraf
perlakuan sebagai berikut: 15%, 20%, dan 25%. Peubah respon dari penelitian ini
adalah sifat fisik, kimia, dan organoleptik minuman pisang-rosella. Model linier
rancangan tersebut adalah sebagai berikut :
Yij = µ + Ti + εij
Keterangan :
Yij = Peubah respon minuman karena pengaruh formula minuman
perlakuan ke- i dengan ulangan ke-j
µ = Nilai rataan umum
Ti = Pengaruh formula minuman pada taraf ke-i terhadap peubah
respon
i = Taraf konsentrasi ekstrak rosella (i=15%, 20%, dan 25%)
j = Ulangan (j = 1, 2)
εij = Kesalahan penelitian karena pengaruh taraf ke-i peubah respon
pada ulangan ke-j
6
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan Micrososft Excel 2013.
Data hasil uji organoleptik hedonik dan mutu hedonik dianalisis dengan uji statistik
menggunakan uji Kruskal-Wallis. Data dari persentase penerimaan produk, analisis
sifat fisik, dan kimia, selanjutya akan dilakukan uji ragam (ANOVA) yang
selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan apabila terdapat pengaruh yang signifikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Formulasi Minuman
Bahan yang digunakan dalam pembuatan minuman ini terdiri dari bahan
utama dan bahan tambahan. Bahan utama yang digunakan adalah buah pisang dan
ekstrak bunga rosella, sedangkan bahan tambahan berupa garam dan sukralosa.
Formulasi yang dilakukan untuk pembuatan minuman ini terdiri dari rasio
perbandingan jumlah pisang dan taraf ekstrak rosella yang digunakan. Pemilihan
rasio jumlah buah pisang dan air ekstrak rosella yang digunakan adalah dengan
perbandingan 1:5. Berdasarkan rasio tersebut menunjukkan konsistensi minuman
yang sesuai, yaitu cair. Kemudian untuk taraf konsentrasi rosella ditentukan dengan
estimasi akan bertahan dalam memberikan warna pada minuman. Ketiga taraf
tersebut adalah ekstrak rosella 15%, 20%, dan 25%. Berdasarkan taraf konsentrasi
15% itu sudah dapat mempertahankan warna merah pada minuman, karena jika
taraf konsentrasi 10% tidak dapat mempertahankan warna merah. Sedangkan pada
taraf konsentrasi 25% dijadikan taraf konsentrasi sebagai batas atas, karena warna
yang dihasilkan cenderung pekat dan hampir gelap. Bahan tambahan yang berupa
sukralosa dan garam ditambahkan sebanyak 0.01% dan 0.05% (Nirmala 2012) dari
total minuman. Sukralosa dan garam diberikan sebagai pemberi dan pemantap rasa
pada minuman.
Gambar 2 Produk minuman pisang-rosella
Sifat Fisik Minuman
pH (keasaman)
Pembuatan minuman pisang-rosella ini memiliki keasaman atau pH pada
hasil akhir pembuatannya. Pengukuran keasaman pada ketiga formulasi minuman
7
akan dilakukan. Berikut merupakan data hasil pengukuran pH pada ketiga minuman
yang akan disajikan pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3 Pengaruh rasio konsentrasi ekstrak rosella terhadap pH pada minuman
pisang-rosella
Konsentrasi rosella pH ekstrak rosella pH pada minuman pisang-rosella
15% 2.57 3.30a
20% 2.51 3.14b
25% 2.46 2.95c
Keterangan :
Huruf yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang nyata (p<0.05)
Berdasarkan Tabel 3 pengukuran pH pada minuman di atas menunjukkan
bahwa terjadi penurunan pH ketiga minuman dengan penambahan ekstrak rosella.
Hasil pengukuran pH pada minuman dengan konsentrasi ekstrak rosella 15%
didapatkan hasil sebesar 3.30. Hasil pengukuran pH pada minuman dengan
konsentrasi ekstrak rosella 20% sebesar 3.14 dan pada pH minuman dengan
konsentrasi ekstrak rosella 25% sebesar 2.95. Ketiga hasil pengukuran pH pada
minuman selanjutnya dilakukan uji ragam. Hasil uji tersebut menerangkan bahwa
terdapat pengaruh yang nyata (p<0.05) pada penambahan ekstrak rosella terhadap
pH minuman dan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) antara penambahan
ekstrak rosella terhadap pH minuman yang dihasilkan.
Terlihat dari tabel pengukuran pH minuman dapat disimpulkan bahwa
produk minuman yang dihasilkan tergolong asam dengan kisaran pH 3. Menurut
Trisnanto dalam Gaaniyati (2011), berdasarkan pH-nya, minuman dengan pH
kurang dari 4.6 disebut acidic juice. Merujuk kepada nilai pH ekstrak rosella murni
yang dibandingkan dengan nilai dari pH pada produk minuman jadi, terlihat bahwa
terjadi penurunan pH pada ekstrak rosella murni dan pH pada minuman dengan
perbedaan konsentrasi. Hal ini menunjukkan bahwa sumber dari rasa asam karena
adanya penambahan ekstrak rosella yang menjadikan minuman menjadi asam.
Minuman dengan pH yang asam diduga dapat mempertahankan kandungan
bahan aktif yang terdapat di dalamnya, sehingga dapat mengoptimalkan manfaat
atau kekuatan dari bahan aktif tersebut. Penelitian Sari et al. (2005); Hayati et al.
(2012); Hwang dan Ki (2013) menunjukkan bahwa pada pH dibawah 4.5 dapat
menstabilkan warna antosianin. Namun, konsumsi minuman asam perlu
diperhatikan dengan hati-hati, dikarenakan minuman asam dapat menyebabkan
beberapa kerugian, seperti erosi gigi. Proses demineralisasi enamel adalah rusaknya
hidroksi apatit gigi yang merupakan komponen utama enamel akibat proses kimia
(Gaaniyati 2011).
Warna
Produk minuman yang telah dihasilkan dilakukan uji sifat fisik, yaitu berupa
uji warna. Uji warna dilakukan untuk melihat deskripsi warna yang dihasilkan dan
melihat adanya pengaruh dari taraf yang diberikan pada warna yang dihasilkan.
Berikut hasil uji sifat fisik warna dapat dilihat pada Tabel 4.
Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa pada warna produk dengan konsentrasi
ekstrak rosella 15% memiliki nilai Hue sebesar 10.74, berdasarkan diagram Munsel
nilai pada kisaran ini memiliki warna Red-Purple (RP) atau merah-keunguan.
8
Begitu pula dengan warna produk dengan konsentrasi ekstrak rosella 20% dan
produk dengan konsentrasi ekstrak rosella 25% yaitu memiliki nilai Hue sebesar
11.98 dan 13.69. Berdasarkan nilai Hue tersebut terlihat bahwa penambahan
berbagai ekstrak Rosella pada minuman mengakibatkan semakin meningkatnya
nilai Hue sehingga mendekati nilai batas atas Red-Purple (RP) pada diagram
Munsel. Namun uji beda menggunakan uji ragam menunjukkan tidak adanya
pengaruh yang nyata (p>0.05) dengan perbedaan penambahan berbagai konsentrasi
ekstrak rosella terhadap nilai Hue pada minuman.
Tabel 4 Pengaruh rasio konsentrasi ekstrak rosella terhadap pengukuran warna
dengan kromameter pada minuman pisang-rosella
Konsentrasi
rosella
L a b Hue Croma Penampakan
visual
15% 30.08a 18.84a 3.56a 10.74a 19.17a Merah pudar
20% 26.86a 21.01a 4.47a 11.98a 21.48a Merah Cerah
25% 33.73a 27.25a 6.70a 13.69a 28.07a Merah pekat
Keterangan :
Huruf yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang nyata (p<0.05)
Minuman produk dengan konsentrasi ekstrak rosella 20% memiliki nilai L
(kecerahan) terkecil dan produk dengan konsentrasi ekstrak rosella 25% memiliki
nilai L yang terbesar. Nilai kecerahan ini merupakan tingkat kecerahan pada skala
0 (putih) hingga 100 (gelap) (Polat & Caliskan 2008); (Crissoto et al. 2010). Setiap
perlakuan tidak memiliki pengaruh yang nyata (p>0.05) terhadap nilai L
(kecerahan), ini bisa terjadi karena minuman yang dihasilkan tidak berupa minuman
dengan larutan yang homogen (suspensi).
Berdasarkan nilai kromatik yang dipengaruhi oleh nilai a dengan kisaran -a
(hijau) hingga +a (merah) dan nilai b dengan kisaran –b (biru) hingga +b (kuning),
menghasilkan nilai C terbesar pada formula produk dengan konsentrasi ekstrak
rosella 25% dan nilai terkecil pada produk dengan konsentrasi ekstrak rosella 15%.
Walaupun terjadi kenaikan warna atau kepekatan warna dengan ditambahkannya
ekstrak rosella mulai yang terkecil pada formula produk dengan konsentrasi ekstrak
rosella 15% hingga penambahan berbagai ekstrak rosella yang terbesar pada
formula dengan konsentrasi ekstrak rosella 25%, perlakuan perbedaan penambahan
berbagai konsentrasi ekstrak rosella pada minuman ini tidak berpengaruh nyata
(p>0.05) pada warna kromatik tersebut. Peningkatan kepekatan warna pada setiap
penambahan berbagai konsentrasi ekstrak rosella ini diduga karena peningkatan
kadar antosianin dan penurunan pH yang mempengaruhi warna pada setiap produk
(Supiyanti et al. 2010).
Peningkatan antosianin ini dapat terlihat dari peningkatan warna dalam
produk yang semakin pekat dengan peningkatan nilai kromatiknya. Berdasarkan
keadaan pH pada Tabel 4 terlihat bahwa penambahan konsentrasi ekstrak rosella
akan menurunkan nilai pH. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kristie (2008), bahwa peningkatan pH akan mengakibatkan memudarnya warna
antosianin yang dihasilkan. Di samping itu penelitian Ali et al. (2013) menunjukkan
bahwa meningkatnya konsentrasi antosianin pada ekstrak rosella menghasilkan
warna yang semakin pekat.
9
Sifat Kimia Minuman
Minuman pisang-rosella merupakan produk minuman yang dibuat berbahan
dasar buah pisang dan ekstrak rosella. Kombinasi dari buah pisang dan bunga
rosella ini diharapkan bisa menjadi minuman fungsional yang bermanfaat. Analisis
kandungan gizi produk minuman ini meliputi kadar air, kadar abu, kadar
kalium,dan kadar natrium. Selain itu, dilakukan pula analisis terhadap aktivitas
antioksidan yang terkandung dalam minuman yang dapat mendapat mereduksi
radikal bebas yang dinyatakan dalam AEAC (Ascorbic Acid Equivalent Antioxidant
Capacity).
Kadar air dan abu
Air merupakan komponen terbesar dalam pembuatan produk minuman,
kadar abu dapat mempresentasikan seberapa besar kandungan mineral padasebuah
produk pangan. Berikut merupakan hasil pengujian kadar air dan kadar abu dalam
produk minuman pisang-rosella.
Tabel 5 Pengaruh rasio konsentrasi ekstrak rosella terhadap kadar air dan kadar
abu pada minuman pisang-rosella
Konsentrasi rosella Kadar Air (bb) Kadar Abu (bk)
15% 95.15%a 3.31%a
20% 95.05%a 2.49%a
25% 95.14%a 3.42%a
Keterangan :
Huruf yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang nyata (p<0.05)
Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui kadar air untuk formula produk
dengan konsentrasi ekstrak rosella 15% sebesar 95.15%, formula produk dengan
konsentrasi ekstrak rosella 20% sebesar 95.05%, dan formula produk dengan
konsentrasi ekstrak rosella 25% sebesar 95.14%. Kadar air yang tinggi pada produk
terjadi karena bentuk produk adalah minuman, kemudian pengenceran yang terjadi
dari penambahan ekstrak rosella yang lebih tinggi dari pada pisang yang
dicampurkan. Perbandingan pisang dan ekstrak rosella adalah 1:5. Hasil uji ragam
dengan menggunakan ANOVA menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang nyata
(p>0.05) yang disebabkan oleh perlakuan yang diberikan.
Kadar air dalam minuman ini termasuk tinggi, hingga mencapai 95%. Hal
ini karena sampel berasal dari produk cair, sehingga kadar air dapat mempengaruhi
mutu dan kualitas produk. Menurut Angkasa (2011), kadar air berpengaruh
terhadap mutu dan daya simpan suatu produk, makin tinggi kadar air suatu bahan
makin mudah rusak.
Selain kadar air, analisis kadar abu pun dilakukan. Kadar abu merupakan
bagian yang erat hubungannya dengan kandungan mineral dalam suatu produk atau
bahan pangan (Angkasa 2011). Dapat diketahui kadar abu untuk formula produk
dengan konsentrasi ekstrak rosella 15% sebesar 3.31%, formula produk dengan
konsentrasi ekstrak rosella 20% sebesar 2.49%, dan formula produk dengan
konsentrasi ekstrak rosella 25% sebesar 3.42%. Hasil uji ragam dengan
menggunakan ANOVA menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang nyata
(p>0.05) yang disebabkan oleh perlakuan yang diberikan.
10
Kadar kalium dan natrium
Kalium dan natrium merupakan zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh
manusia. Peranan kedua zat gizi mikro tersebut menjadi salah satu bagian
terpenting dalam kinerja tekanan darah dalam tubuh. berikut merupakan hasil
pengujian kadar kalium dan natrium dalam produk minuman pisang-rosella.
Tabel 6 Pengaruh rasio konsentrasi ekstrak rosella terhadap kadar kalium dan
natrium pada minuman pisang-rosella
Konsentrasi rosella Kadar Kalium (mg/100 g) Kadar Natrium (mg/100 g)
15% 93.48a 28.85a
20% 85.85a 20.18a
25% 99.66a 24.24a
Keterangan :
Huruf yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang nyata (p<0.05)
Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa kadar kalium pada formula produk
dengan konsentrasi ekstrak rosella 15% sebesar 93.48 mg/100 g, formula produk
dengan konsentrasi ekstrak rosella 20% sebesar 85.85 mg/100 g, dan formula
produk dengan konsentrasi ekstrak rosella 25% sebesar 99.66 mg/100 g. Kadar
kalium yang terkandung dalam minuman bersumber pada kandungan kalium pada
buah pisang, karena berat atau jumlah pisang yang dijadikan bahan dasar
pembuatan minuman ini jumlahnya sama pada setiap formula. Hasil uji ragam
dilakukan terhadap kadar kalium minuman dengan menggunakan ANOVA yang
menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang nyata (p>0.05) yang disebabkan
oleh perlakuan yang diberikan.
Sedangkan untuk kadar natrium diketahui bahwa kadar natrium pada
formula produk dengan konsentrasi ekstrak rosella 15% sebesar 28.85 mg/100 g,
formula produk dengan konsentrasi ekstrak rosella 20% sebesar 20.18 mg/100 g,
dan formula produk dengan konsentrasi ekstrak rosella 25% sebesar 24.24 mg/100
g. Kadar natrium yang terkandung dalam minuman bersumber pada kandungan
natrium pada buah pisang dan garam yang diberikan sebagai pemantap rasa, karena
berat atau jumlah pisang dan garam yang diberikan pada pembuatan minuman ini
jumlahnya sama pada setiap formula. Hasil uji ragam dilakukan terhadap kadar
natrium dalam minuman dengan menggunakan ANOVA yang menunjukkan bahwa
tidak terdapat pengaruh yang nyata (p>0.05) yang disebabkan oleh perlakuan yang
diberikan.
Kadar natrium pada produk minuman ini termasuk rendah jika
dibandingkan dengan produk minuman komersial. Kadar natrium yang terkandung
dalam minuman rata-rata sebesar 24 mg/100 ml. Menurut Gaaniyati (2011),
kandungan mineral, khususnya natrium dalam produk komersial rata-rata sebesar
39.57 mg/100 ml. Menurut BPOM (2011) menyatakan bahwa batas klaim minuman
sangat rendah natrium adalah memiliki persyaratan tidak lebih dari 0.04 g per 100
g produk, sehingga pada produk minuman ini dapat diklaim sebagai minuman yang
sangat rendah natrium karena mengandung natrium sebesar 0.024 g per 100 g
produk minuman.
Kadar kalium lebih besar daripada kadar natrium dalam produk minuman
ini. Menurut FDA, konsumsi bahan pangan yang merupakan sumber kalium yang
baik dan rendah natrium bisa menurunkan resiko darah tinggi dan stroke. Kalium
11
juga dapat menjaga kenormalan cairan didalam tubuh dan keseimbangan elektrolit
dalam sel. Namun, pada minuman ini belum memenuhi syarat sebagai minuman
sumber kalium atau tinggi kalium menurut BPOM (2011)
Total fenol dan aktivitas antioksidan
Uji total fenol dilakukan untuk melihat seberapa besar kandungan bahan
aktif yang terdapat dalam suatu bahan pangan (Malangngi 2012), sedangkan
aktifitas antioksidan pada minuman pisang rosella untuk melihat persentase
kemampuannya (Molyneux 2004), kemudian melihat besar kemampuan mereduksi
radikal bebas yang setara dengan vitamin C (AEAC) (Ascorbic Acid Equivalent
Antioxidant Capacity).
Tabel 7 Pengaruh rasio konsentrasi ekstrak rosella terhadap total fenol dan aktivitas
antioksidan minuman pisang-rosella
Konsentrasi
rosella Total Fenol (mg TAE/100 g)
Aktivitas Antioksidan
(%) AEAC (mg vit C/100 g)
15% 685.17a ± 73.518 33.28a±1.951 604.47a ± 279.414
20% 825.77a ± 44.384 41.29a±1.829 790.92a ± 343.299
25% 927.52a ± 368.767 30.26a±3.779 719.08a ± 61.423
Keterangan :
Huruf yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang nyata (p<0.05)
Berdasarkan Tabel 7 di atas diperoleh bahwa rata-rata kadar total fenol
terkecil terdapat pada produk dengan konsentrasi ekstrak rosella 15%, yaitu sebesar
685.17 mg TAE/100 g. Rata-rata kadar total fenol pada produk dengan konsentrasi
ekstrak rosella 20% sebesar 825.77 mg TAE/100 g dan rata-rata kadar total fenol
pada produk dengan konsentrasi ekstrak rosella 25% memiliki rata-rata kadar total
fenol tertinggi, yaitu sebesar 927.52 mg TAE/100 g. Hasil yang diperoleh
dinyatakan sebagai ekuivalen standar asam tanat (Tanat Acid Equivalent/TAE).
Selanjutnya dilakukan uji ragam terhadap kadar total fenol pada ketiga formula
minuman. Hasil uji ragam menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi ekstrak
rosella tidak memberikan pengaruh yang nyata (p>0.05) pada kadar total fenol
minuman tersebut. Akan tetapi dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa penambahan
konsentrasi ekstrak rosella akan meningkatkan kadar total fenol yang terkandung di
dalam minuman.
Fenol merupakan kelompok senyawa kimia yang ditemukan sangat luas
pada tanaman. Senyawa ini memiliki ciri khas yakni memiliki gugus fenol pada
molekulnya, dan berperan dalam memberi warna pada tumbuhan. Senyawa fenol
antara lain terdiri dari flavonoid dan asam fenolat (Wrasiati et al. 2011). Antosianin
merupakan bagian dari senyawa dalam flavonoid yang dapat memberikan efek
warna merah pada tanaman (Einbond et al. 2003; Raghvendra et al. 2011). Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Eveline et al. (2014) menunjukkan bahwa dalam
bunga rosella terdapat kandungan senyawa fenolik. Hal ini juga dikemukakan oleh
Alfian & Susanti (2012); Puspitowati et al. (2012); bahwa pada uji adanya senyawa
fenolik pada bunga rosella memberikan hasil yang positif.
Kekuatan mereduksi yang setara dengan vitamin C (AEAC) untuk formula
produk dengan konsentrasi ekstrak rosella 15% menunjukkan bahwa produk
memiliki rata-rata kekuatan mereduksi setara dengan 604.47 mg vit C/100 g dan
12
rata-rata aktivitas antioksidan sebesar 33.28%. Formula produk dengan konsentrasi
ekstrak rosella 20% menunjukkan bahwa produk memiliki rata-rata kekuatan
mereduksi setara dengan 790.92 mg vit C/100 g dan rata-rata aktivitas antioksidan
sebesar 41.29%. Formula produk dengan konsentrasi ekstrak rosella 25%
menunjukkan bahwa produk memiliki rata-rata kekuatan mereduksi setara dengan
719.08 mg vit C/100 g dan rata-rata aktivitas antioksidan sebesar 30.26%. Hasil uji
ragam menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi ekstrak rosella yang diberikan
tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap nilai AEAC produk minuman. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Permana et al. 2012 dalam minuman fungsional
bubuk kulit buah manggis mempunyai nilai AEAC sebesar 1 972 mg vit C/ 100 g.
Hal ini menunjukkan bahwa minuman pisang-rosella memliki nilai yang lebih
rendah. Tetapi jika dibandingkan dengan minuman bekatul awet yang memiliki
nilai AEAC sebesar 28.74 mg vit C/ 100 g pada penelitian yang dilakukan oleh
Damayanti et al. 2010, minuman pisang-rosella memiliki nilai AEAC yang lebih
besar.
Penelitian yang dilakukan oleh Widyanti et al. (2014) menunjukkan bahwa
kandungan antioksidan dapat memberikan efek terhadap penurunan tekanan darah
sebagai antihipertensi secara tidak langsung. Hal ini juga ditunjukkan oleh
penelitian Sulastri & Liputo (2011) menunjukkan bahwa konsumsi antioksidan
dapat mempengaruhi salah satu ekspresi gen yang dapat mempengaruhi tekanan
darah pada masyarakat Minangkabau.
Peningkatan nilai AEAC (Ascorbic Acid Equivalent Antioxidant capacity)
sebagai kemampuan yang setara dengan vitamin C dalam mereduksi radikal bebas
terlihat pada peningkatan konsentrasi ekstrak rosella yang diberikan, namun terjadi
penurunan pada produk dengan konsentrasi ekstrak rosella 25%. Hal ini berbeda
dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, bahwa peningkatan aktivitas
antioksidan dapat dilakukan dengan cara meningkatkan konsentrasi dalam sampel
minuman (Angkasa 2011). Hal ini juga dinyatakan oleh Lin et al. (2010) yang
menyatakan bahwa kemampuan menangkal radikal bebas dari ekstrak methanol
daun Perilla frutescens bergantung pada dosis atau konsentrasi ekstrak, semakin
tinggi konsentrasi semakin tinggi kemampuannya.
Penurunan hasil aktivitas antioksidan yang diakibatkan oleh lamanya proses
pemanasan karena perbedaan profil gelatinasi pati pada minuman pisang-rosella
dipengaruhi oleh keadaan asam (pH) pada setiap minuman. Profil gelatinisasi
tersebut mempengaruhi nilai viskositas (kekentalan) minuman yang dihasilkan,
karena proses pemasakan minuman hanya dilakukan oleh kondisi visual
(penglihatan) untuk menentukan viskositas yang diinginkan. Menurut Hung et al.
(2013); Vatanasuchart et al. (2012); Arvanitoyannis et al. (2008) buah pisang
mengandung pati yang terakumulasi di dalamnya.
Menurut Amin (2013), pH mempengaruhi proses gelatinisasi pada
amilopektin dan amilosa pada granula pati yang mempengaruhi suhu gelatinisasi
dan viskositas. Yulianto (2007) juga menyatakan bahwa tingkat viskositas dalam
nilai keasaman yang lebih rendah dari pH 4.5 dapat menyebabkan ketidakstabilan
(mudah terdegradasi). Ketidakstabilan tersebut diduga terjadi karena adanya
kesalahan dalam menentukan tingkat viskositas yang diinginkan pada proses
pemasakan, sehingga pada pemasakan produk minuman yang paling asam pada
konsentrasi ekstrak rosella 25% menjadi lebih lama yang kemudian menyebabkan
adanya peningkatan suhu pada proses pemasakan produk tersebut. Peningkatan
13
suhu dalam proses pemasakan minuman menjadikan efektifitas aktivitas
antioksidan dalam produk berkurang, sehingga menurunkan nilai aktivitas
antioksidan pada produk yang mempunyai tingkat keasaman lebih tinggi. Hal ini
juga dinyatakan oleh penelitian Angkasa (2011) yang menyatakan bahwa
antioksidan sensitif terhadap kenaikan suhu dan oksidasi sehingga berpengaruh
terhadap terjadinya penurunan aktivitas antioksidan.
Sifat Organoleptik Minuman
Dilakukan uji organoleptik pada produk minuman. Uji organoleptik
dilakukan pada panelis semi terlatih sebanyak 39 orang dan dilakukan 2 kali
pengulangan. Uji organoleptik ini dilakukan untuk mengetahui minuman yang
paling disukai oleh para panelis. Terdapat beberapa atribut yang digunakan dalam
penilaian uji organoleptik diantaranya adalah warna, aroma, tekstur, dan rasa. Nilai
keseluruhan diperoleh dari hasil penjumlahan setiap atribut aroma, tekstur, warna,
dan rasa dengan memberikan bobot pada masing-masing atribut tersebut. Bobot
untuk atribut aroma dan warna adalah 0.3 dan bobot untuk tekstur dan rasa adalah
0.2. Pemilihan bobot ini didasarkan pada atribut yang lebih dominan dalam daya
tarik dari produk minuman yang dibuat (berdasarkan pertimbangan peneliti).
Tabel 8 Pengaruh rasio konsentrasi ekstrak rosella terhadap uji hedonik minuman
pisang-rosella
Konsentrasi
rosella
Aroma Tekstur Warna Rasa Keseluruhan
15% 4a 3c 3a 3a 3c
20% 4a 4a 4a 3b 4a
25% 4a 4b 4a 2c 3b
Keterangan :
Huruf yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0.05)
a. Aroma
Berdasarkan Tabel 8 untuk atribut aroma terlihat bahwa nilai modus
penilaian uji hedonik untuk produk dengan konsentrasi ekstrak rosella 15% adalah
4, produk dengan konsentrasi ekstrak rosella 20% adalah 4, dan produk dengan
konsentrasi ekstrak rosella 25% adalah 4. Hasil tersebut menunjukkan kisaran nilai
adalah 4. Nilai ini menunjukkan bahwa kisaran tingkat hedonik panelis adalah suka.
Hasil pengujian nonparametrik menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi pada
ketiga formulasi tidak memberikan perbedaan yang nyata (p>0.05) terhadap
penilaian atribut aroma.
b. Tekstur
Berdasarkan atribut tekstur terlihat bahwa nilai modus penilaian uji
hedonik produk dengan konsentrasi ekstrak rosella 15% adalah 3, produk dengan
konsentrasi ekstrak rosella 20% adalah 4, dan produk dengan konsentrasi ekstrak
rosella 25% adalah 4. Hasil tersebut menunjukkan kisaran nilai rata-rata dari 3
hingga 4. Nilai ini menunjukkan bahwa kisaran tingkat hedonik panelis mulai dari
biasa hingga suka. Hasil pengujian nonparametrik menunjukkan bahwa perbedaan
konsentrasi pada ketiga formulasi memberikan perbedaan yang nyata (p<0.05)
terhadap penilaian atribut tekstur.
14
c. Warna
Berdasarkan atribut warna terlihat bahwa nilai modus penilaian uji hedonik
produk dengan konsentrasi ekstrak rosella 15% adalah 3, produk dengan
konsentrasi ekstrak rosella 20% adalah 4, dan produk dengan konsentrasi ekstrak
rosella 25% adalah 4. Hasil tersebut menunjukkan kisaran nilai rata-rata dari 3
hingga 4. Nilai ini menunjukkan bahwa kisaran tingkat hedonik panelis mulai dari
biasa hingga suka. Hasil pengujian nonparametrik menunjukkan bahwa perbedaan
konsentrasi pada ketiga formulasi tidak memberikan perbedaan yang nyata
(p>0.05) terhadap penilaian atribut warna.
d. Rasa
Berdasarkan atribut rasa terlihat bahwa nilai modus penilaian uji hedonik
produk dengan konsentrasi ekstrak rosella 15% adalah 3, produk dengan
konsentrasi ekstrak rosella 20% adalah 3, dan produk dengan konsentrasi ekstrak
rosella 25% adalah 2. Hasil tersebut menunjukkan kisaran nilai rata-rata dari 2
hingga 3. Nilai ini menunjukkan bahwa kisaran tingkat hedonik panelis mulai dari
tidak suka hingga biasa. Hasil pengujian nonparametrik menunjukkan bahwa
perbedaan konsentrasi pada ketiga formulasi memberikan perbedaan yang nyata
(p<0.05) terhadap penilaian atribut rasa.
e. Keseluruhan
Berdasarkan nilai modus keseluruhan yang diperoleh untuk produk dengan
konsentrasi ekstrak rosella 15% adalah 3, produk dengan konsentrasi ekstrak rosella
20% adalah 4, dan produk dengan konsentrasi ekstrak rosella 25% adalah 3. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa kisaran nilai rata-rata dari 3 hingga 4. Nilai ini
menunjukkan bahwa kisaran nilai keseluruhan hedonik panelis mulai dari biasa
hingga suka. Hasil pengujian nonparametrik menunjukkan bahwa perbedaan
konsentrasi pada ketiga formulasi memberikan perbedaan yang nyata (p<0.05)
terhadap nilai keseluruhan hedonik.
Dilihat dari sebaran hasil uji hedonik dapat diketahui persentase penerimaan
panelis terhadap produk. Persentase penerimaan panelis merupakan perbandingan
jumlah panelis yang memilih nilai skala 3 (biasa), 4 (suka), dan 5 (sangat suka)
terhadap total panelis. Persentase penerimaan panelis terhadap produk minuman
disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Pengaruh rasio konsentrasi ekstrak rosella terhadap persentase penerimaan
minuman pisang-rosella
Konsentrasi
rosella
Aroma Tekstur Warna Rasa
15% 92.5%a 84.5%a 58%a 74.5%b
20% 96%a 93.5%a 93.5%b 63%ab
25% 89.5%a 97.5%a 89.5%b 37.5%a
Keterangan :
Huruf yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang nyata (p<0.05)
Berdasarkan aroma minuman persentase penerimaan yang paling tinggi
adalah produk dengan konsentrasi ekstrak rosella 20% yaitu sebesar 96%,
sedangkan produk dengan konsentrasi ekstrak rosella 25% yaitu sebesar 89.5% dan
produk dengan konsentrasi ekstrak rosella 15% yaitu sebesar 92.5%. Berdasarkan
atribut tekstur persentase penerimaan dari yang paling tinggi hingga paling rendah
15
adalah produk dengan konsentrasi ekstrak rosella 25% sebesar 97.5%, produk
dengan konsentrasi ekstrak rosella 20% sebesar 93.5%, dan produk dengan
konsentrasi ekstrak rosella 15% sebesar 84.5%. Berdasarkan atribut warna
persentase penerimaan yang paling tinggi adalah produk dengan konsentrasi ekstrak
rosella 20% sebesar 93.5%, sedangkan produk dengan konsentrasi ekstrak rosella
15% dan produk dengan konsentrasi ekstrak rosella 25% sebesar 58% dan 89.5%.
Berdasarkan atribut rasa persentase penerimaan yang paling tinggi adalah produk
dengan konsentrasi ekstrak rosella 15% sebesar 74.5%, sedangkan produk dengan
konsentrasi ekstrak rosella 20% dan produk dengan konsentrasi ekstrak rosella 25%
adalah sebesar 63% dan 37.5%.
Dilihat dari hasil uji ragam diketahui bahwa penambahan berbagai
konsentrasi ekstrak rosella memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase
penerimaan panelis pada atribut warna dan rasa (p<0.05), tetapi tidak memberikan
pengaruh yang nyata (p>0.05) terhadap persentase penerimaan panelis pada atribut
aroma dan tekstur.
Seluruh atribut penilaian organoleptik selanjutnya dilakukan uji nilai mutu
hedonik untuk melihat asumsi deskripsi panelis. Berikut merupakan hasil dari uji
nilai mutu hedonik yang disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10 Pengaruh rasio konsentrasi ekstrak rosella terhadap rata-rata nilai mutu
hedonik minuman pisang-rosella
Konsentrasi Rosella Aroma Tekstur Warna Rasa
15% 4a 4c 3a 4a
20% 4a 4a 2a 2b
25% 4a 4b 2a 1c
Keterangan :
Huruf yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0.05)
Berdasarkan Tabel 10, nilai modus mutu hedonik minuman untuk atribut
aroma memiliki nilai 4. Hal ini menunjukkan bahwa aroma dari produk minuman
ini beraroma harum. Nilai modus mutu hedonik pada atribut tekstur memiliki
kisaran nilai sebesar 4. Hal ini menunjukkan bahwa tekstur dari produk minuman
ini bertekstur halus. Nilai modus mutu hedonik pada atribut warna memiliki kisaran
nilai sebesar 2 hingga 3. Hal ini menunjukkan bahwa warna dari produk minuman
antara pekat hingga biasa. Nilai modus mutu hedonik pada atribut rasa memiliki
kisaran nilai sebesar 1 hingga 4. Hal ini menunjukkan bahwa rasa dari produk
minuman tersebut antara sangat asam hingga manis.
Kemudian dilakukan uji non-parametrik untuk hasil dari seluruh mutu
hedonik tersebut. Tidak terdapat pengaruh yang nyata (p>0.05) pada penambahan
berbagai konsentrasi ekstrak rosella terhadap mutu hedonik pada atribut aroma dan
warna minuman, sedangkan untuk hasil uji pada atribut tekstur dan rasa terdapat
perbedaan yang nyata (p<0.05) pada penambahan berbagai konsentrasi ekstrak
rosella.
16
Pemilihan Produk Minuman Terpilih
Produk terpilih memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Kriteria
yang diberikan pada proses pemilihan produk terpilih pada penelitian ini adalah
aktivitas antioksidan, uji hedonik (keseluruhan), dan total fenol pada minuman
(berdasarkan pertimbangan peneliti). Pada kriteria total fenol, produk minuman
yang memiliki kadar total fenol terbesar yaitu pada produk minuman dengan
konsentrasi ekstrak rosella 25%. Untuk kriteria aktivitas antioksidan, terlihat bahwa
aktivitas antioksidan terbesar ada pada produk minuman dengan konsentrasi 20%.
Berdasarkan efektifitas dari aktivitas antioksidan, maka yang dijadikan sebagai
produk terpilih adalah produk minuman pisang-rosella dengan konsentrasi ekstrak
rosella sebesar 20%. Selain itu produk tersebut mempunyai nilai keseluruhan
hedonik yang paling disukai.
Gambar 3 Produk terpilih (ekstrak rosella 20%)
Karakteristik produk minuman terpilih
Produk terpilih pada penelitian ini adalah produk dengan konsentrasi
ekstrak rosella 20%. Produk minuman dengan konsentrasi ekstrak rosella 20%
merupakan produk minuman yang memiliki kadar natrium terendah yaitu sebesar
20.18 mg/100 g, aktivitas antioksidan tertinggi yaitu sebesar 41.29% atau setara
dengan 790.92 mg vit C/100 g. Selain itu warna dari minuman tersebut memiliki
kepekatan atau kecerahan yang cukup. Dilihat dari nilai keseluruhan hedonik,
minuman dengan konsentrasi ekstrak rosella 20% ini memiliki nilai keseluruhan
(hedonik) tertinggi, yaitu memiliki nilai modus 4 atau dapat diartikan disukai.
Kandungan gizi produk terpilih per takaran saji (200 g)
Produk terpilih selanjutnya dilakukan analisi terhadap kandungan gizi yang
terkandung di dalamnya. Berikut merupakan kandungan gizi yang terkandung
dalam produk minuman pisang-rosella per 200 g.
Berdasarkan Tabel 11, diketahui bahwa kandungan terbesar pada produk
minuman terpilih adalah air yaitu sebesar 190 gram. Kandungan energi pada produk
ini memiliki energi yang rendah, yaitu sebesar 36 Kal. Kandungan protein, lemak,
karbohidrat, dan serat kasar sebesar 0.5 gram, 0.02 gram, 8.7 gram, dan 0.05 gram.
Sedangkan kandungan mineral dalam minuman, yaitu kalium dan natrium sebesar
171.7 mg dan 40.36 mg. Kandungan total fenol sebesar 1 651.55 mg TAE dan
kekuatan antioksidan setara dengan 1 581.84 mg vit C.
17
Tabel 11 Kandungan gizi produk minuman pisang-rosella per 200 g
Komponen Satuan Jumlah
Energi Kal 36
Air g 190
Abu g 0.6
Protein g 0.5
Lemak g 0.02
Karbohidrat g 8.7
Serat kasar g 0.05
Kalium mg 171.7
Natrium mg 40.36
AEAC mg vit. c 1 581.84
Total Fenol Mg TAE 1 651.55
Konsumsi makanan kalium lebih tinggi dibandingkan dengan kadar natrium
dapat menutunkan terjadinya hipertensi (Muliyati et al. 2011). Penelitian Novadela
& Karbito (2012) menunjukkan bahwa pemberian minuman teh rosella dapat
menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada pasien hipertensi. Kandungan
antioksidan di dalamnya diduga dapat memberikan efek positif terhadap penurunan
tekanan darah. Konsumsi minuman pisang-rosella diharapkan bisa menjadi
minuman fungsional antihipertensi.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penambahan berbagai konsentrasi ekstrak rosella terhadaphasil
organoleptik dan mutu organoleptik berdasarkan uji nonparametrik menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) terhadap atribut aroma dan
warna, sedangkan pada atribut tekstur, rasa, dan nilai keseluruhan terjadi perbedaan
yang nyata (p<0.05). Berdasarkan uji ragam yang dilakukan pada sifat fisik (pH dan
warna), sifat kimia (kadar air, abu, kalium, natrium, total fenol, dan aktivitas
antioksidan), dan persentase penerimaan, terlihat bahwa tidak ada pengaruh yang
nyata (p>0.05) antara penambahan berbagai konsentrasi ekstrak rosella terhadap
nilai warna, kadar air, abu, kalium, natrium, total fenol, aktivitas antioksidan, serta
persentase penerimaan aroma dan tekstur. Tetapi terdapat pengaruh yang nyata
(p<0.05) antara penambahan berbagai konsentrasi ekstrak rosella terhadap nilai pH,
persentase penerimaan hedonik atribut warna dan rasa.
Pembuatan minuman pisang-rosella terbaik menggunakan rasio antara
pisang dan air esktrak rosella sebesar 1:5 dengan konsentrasi ekstrak rosella 20%.
Formula terpilih ini didasarkan pada perpaduan antara nilai keseluruhan hedonik
dan aktivitas antioksidan terbaik yang terdapat pada minuman. Produk terpilih ini
mempunyai kandungan kalium sebesar 171.7 mg/100 g, natrium sebesar 20.18
mg/100 g, total fenol sebesar 825.77 mg TAE/100 g, dan adanya aktivitas
antioksidan sebesar 41.29% yang setara dengan 790.92 mg vit C/100 g produk.
18
Produk minuman ini diduga dapat dijadikan sebagai minuman pencegah hipertensi
(antihipertensi).
Saran
Penelitian produk minuman pisang-rosella ini merupakan penelitian untuk
mencari formulasi terbaik, sehingga masih banyak aspek penilaian yang belum
diketahui. Produk minuman ini masih belum memiliki bentuk yang baik, sehingga
perlu adanya penelitian tentang pengaruh emulsifier terhadap produk minuman ini
untuk memperbaiki tampilannya. Selain itu, produk minuman ini memiliki kadar
air (aw) yang tinggi, sehingga ada kecenderungan untuk terjadinya pertumbuhan
bakteri. Produk ini juga merupakan produk alami yang belum terdapat penambahan
pengawet makanan di dalamnya, sehingga masih perlunya penelitian lanjutan
tentang pengujian umur dan daya simpan dari produk minuman ini. Produk
minuman ini juga sebaiknya dilakukan uji in vitro atau in vivo pada daya inhibisi
sebagai antihipertensi untuk melihat adanya pengaruh terhadap penurunan
hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
[ADA] American Dietetic Association. 2010. Antioxidants.
[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 1980. Official Method of
Analysis of Association of Official Analytical Chemist. Ed ke-13. AOAC inc,
Airlington.
Alfian R, Susanti H. 2012. Penetapan kadar fenolik total ekstrak metanol kelopak
bunga rosella merah (Hibiscus sabdariffa Linn) dengan variasi tempat
tumbuh secara spektrofotometri. Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol 2 (1): 73-
80.
Ali F, Ferawati, Arqomah R. 2013. Ekstraksi zat warna dari kelopak bunga rosella
(study pengaruh konsentrasi asam asetat dan asam sitrat). Jurnal Teknik
Kimia. 19(1): 26-34.
Amin NA. 2013. Pengaruh suhu fosforilasi terhadap sifat fisikokimia pati tapioka
termodifikasi [skripsi]. Makassar (ID): Universitas Hasanuddin.
Angkasa D. 2011. Pengembangan minuman fungsional sumber serat dan
antioksidan dari daun hantap [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Arvanitoyannis IS, Mavromatis AG, Grammatikaki-Avgeli G, Sakellariou M.
2008. Banana: cultivars, biotechnological approaches and genetic
transformation. Int. J. Of Food Science and Technology. 43:1871-
1879.doi:10.11 11/j.1365-2621.2008.01766.x
[BPOM] Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2011. Keputusan Kepala Badan
Pengawasan Obat dan Makanan Tentang Acuan Label Gizi Produk Pangan.
Jakarta (ID): BPOM RI.
Crissoto CH, Bremer V, Ferguson L, Crissoto GM. 2010. Evaluating quality
attributes of four fresh fig (Ficus carical.) cultivars harvested at two maturity
stages. HortScience. 45(4): 707-710.
19
Damayanthi E, Kustiyah L, Khalid M, Farizal H. 2010. Aktivitas antioksidan
bekatul lebih tinggi daripada jus tomat dan penurunan aktivitas antioksidan
serum setelah intervensi minuman kaya antioksidan. J. Gizi dan Pangan.
5(3): 205-210.
Einbond LS, Reynertson KA, Luo XD, Basile MJ, Kennelly EJ. 2003. Anthocyanin
antioxidants from edible fruits. Food Chemistry. 84(2004): 23-28.
doi:10.1016/S0308-8146(03)00162-6.
Eveline, Cahyana AH, Widjojo JR. 2014. Pengaruh jenis ampas rosella (Hibiscus
sabdariffa l.) dan metode hidrolisis terhadap komponen pangan fungsional.
Prosiding SNST . 1(1): 16-21.
Gaaniyati F. 2011. Aspek gizi dan pH berbagai minuman komersial [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Hastuti ND. 2012. Pembuatan minuman fungsional dari madu dan ekstrak rosella
(Hibiscus sabdariffa Linn.). Jurnal Teknologi Pangan. 3(1): 30-63.
Hayati EK, Budi US, Hermawan R. 2012. Konsentrasi total senyawa antosianin
ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.): pengaruh temperatur
dan pH. Jurnal Kimia. 6(2): 138-147.
Herold. 2007. Formulasi minuman fungsional berbasis kumis kucing (Orthosiphon
aristatusbl. Miq) yang didasarkan pada optimasi aktivitas antioksidan, mutu
citarasa dan warna [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hung PV, Cham NTM, Truc PTT. 2013. Characterization of Vietnamese banana
starch and its resistant starch improvement. IFRJ. 20(1): 205-211.
Hwang ES, Ki KN. 2013. Stability of the anthocyanin pigment extracted from
aronia (Aronia melancocarpa). Korean J. Food Sci. Technol. 45(4): 416~421.
Kumar KPS, Bhowmik D, Duraivel S, Umadevi M. 2012. Traditional and
Medicinal Uses of Banana. J. of Pharmacognosy and Phytocchemistry. 1(3):
51-63.
Kristie A. 2008. Efek pencampuran ekstrak zat warna kayu secang dengan beberapa
sumber antosianin terhadap kualitas warna merah dan sifat antimikrobanya
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Lin ES, Ju Chou H, Kuo P-L, Huang YC. 2010. Antioxidant and antiproliferative
activities of methanolic extracts of Perilla frutescens. Journal of Medicinal
Plants Research. 4(6): 477-483.
Maitimu CV, Legowo AM, Al-Baari AN. 2012. Parameter keasaman susu
pasteurisasi dengan penambahan ekstrak daun aileru (Wrightia caligria). J.
Aplikasi Teknologi Pangan. 1(1): 7-11.
Malangngi LP, Sangi MS, Paendong JJE. 2012. Penentuan kandungan tanin dan uji
aktivitas antioksidan ekstrak biji buah alpukat (Persea americanaMill.). J.
MIPA Unsrat Online. 1(1): 5–10.
Mangan Y.2009. Solusi Sehat Mencegah & Mengatasi Kanker. Jakarta (ID):
Agromedia Pustaka.
Misnawi. 2011. Pengaruh fruktosa dan tepung tapioka terhadap sifat fisik dan
organoleptik cokelat batangan. J. Penelitian Kopi dan Kakao. 27(3): 216-229.
Molyneux P. 2004. The Ude of stable Free radical diphenylpicrylhydrazyl (DPPH)
for estimating antioxidant activity. Songklanakarin J. Sci. Technol. 26(2):
211-219.
Muliyati H, Syam A, Sirajuddin S. 2011. Hubungan pola konsumsi natrium dan
kalium serta aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan
20
di RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Media Gizi Masyarakat
Indonesia. 1(1): 46-51.
Nielsen SS. 2010. Food Analysis Fourth Edition. New York (US): Springer.
Nirmala LC. 2012. Pengaruh intervensi minuman emulsi ready to drink minyak
bekatul-cokelat terhadap profil lipid plasma mahasiswa obes [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Novadela NIT, Karbito. 2012. Pengaruh pemberian teh rosellaterhadap tekanan
darah lansia dengan hipertensi. J. Kesehatan. 3(1): 15-20.
Permana AW, Widayanti SM, Prabawati S, Setyabudi DA. 2012. Sifat antioksidan
bubuk kulit buah manggis (Garcinia mangostanal.) instan dan aplikasinya
untuk minuman fungsional berkarbonasi. J. Pascapanen. 9(2): 88-95.
Polat AA, Caliskan O. 2008. Fruit characteristics of table fig (Ficus carica) cultivars
in subtropical climate conditions of the Mediterranean region. NZJCHS. 36:
107-115.
Purwaningrum CR, Rohmiati Z, Sadek NF, Haji DE, Wahyudi A. 2008. Pembuatan
La Rossa Syrup minuman herbal alami kaya antioksidan. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Puspitowati OH, Ulfah M, Sasmito E. 2012. Uji aktivitas imunostimulator fraksi
airdari ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffaL.) terhadap
proliferasi sel limfosit mencit galur swiss secara in vitrobeserta identifikasi
kandungan kimianya. J. Ilmu Farmasi & Farmasi Klinik. 9(2): 23-31.
Raghvendra, Sharma V, Shakya A, Hedaytullah MD, Arya GS, Mishra A, Gupta
AD, Pachpute AP, Patel D. 2011. Chemical and potential aspects of
anthocyanins a water soluble vacuolar flavonoid pigments: a review. Int. J.
of Pharmacutical Sciences Review and Research. 6(1): 28-33.
Santoso EB, Basito, Rahadian D. 2013. Pengaruh penambahan berbagai jenis dan
konsentrasi susu terhadap sifat sensoris dan sifat fisikokimia puree labu
kuning (Cucurbita moschata). J. Teknosains Pangan. 2(3): 15-26.
Sari P, Agustina F, Komar M, Unus, Fauzi M, Lindriati T. 2005. Ekstraksi dan
stabilitas antosianin dari kulit buah duwet (Syzygium cumini). J Teknologi dan
Industri Pangan. 16(2): 142-148.
Selby A. 2005. Makanan Berkhasiat. Jakarta (ID): Erlangga.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 1992. Uji makanan dan minuman. Jakarta (ID):
BSN RI.
Sulastri D, Liputo NI. 2011. Konsumsi antioksidan dan ekspresi gen eNOS3Alel-
786T>C pada penderita hipertensi etnik Minangkabau. MKB. 43(1): 1-9.
Supiyanti W, Wulansari ED, Kusmita L. 2010. Uji aktivitas antioksidan dan
penentuan kandungan antosianin total kulit buah manggis (Garcinia
mangostana L). Majalah Obat Tradisional. 5(2): 64-70.
Susiwi S. 2009. Penilaian Organoleptik. Bandung (ID): Universitas Pendidikan
Indonesia.
Suyanti, Supriyadi A. 2008. Pisang, Budi Daya, Pengolahan, dan Prospek Pasar
(edisi revisi). Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Vatanasuchart N, Niyomwit B, Wongkrajang K. 2012. Resistant starch content, in
vitro starch digestibility and physico-chemical properties of flour and starch
from Thai bananas. Maejo Int. J. Sci. Technol. 6(2): 259-271.
Widowati S. 2011. Potensi dan status minuman tradisional sebagai pangan
fungsional. Seminar Nasional Pangan Fungsional. Hlm 84-89.
21
Widyanti IK, Padaga MC, Wuragil DK. 2014. Pengaruh terapi Water Soluble
Extract (WSE) yogurt susu kambing terhadap kadar Malondialdehyde
(MDA) dan gambaran histopatologi jantung tikus (Rattus norvegicus) model
hipertensi induksi Deoxycorticosterone Acetate (DOCA)-Salt. Student
Journal Universitas Brawijaya. 1(4): 1-13.
Winarsi H. 2011. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas: Potensi dan Aplikasinya
dalam Kesehatan. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Winarti C dan Nurdjanah N. 2005. Peluang tanaman rempah dan obat sebagai
sumber pangan fungsional. Jurnal Litbang Pertanian. 24(2): 47-55.
Wrasiati LP, Hartati A, Yuarini DAA. 2011. Kandungan senyawa bioaktif dan
karakteristik sensoris ekstrak simplisia bunga kamboja (Plumeria sp.). J.
Biologi. 15(2): 39-43.
Yulianto K. 2007. Pengaruh konsentrasi natrium hidroksida terhadap viskositas
natrium alginat yang diekstrak dari Sargassum duplicatum J.G. Agardh
(phaeophyta). Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. 33: 295-306.
22
LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji mutu hedonik
UJI ORGANOLEPTIK
Nama :………………….. Tanggal :
Jenis Kelamin : L/P No Hp :
Produk : Minuman Pisang-Rosella
Di hadapan Anda disajikan sampel Minuman Pisang-Rosella. Berikan penilaian
Anda terhadap aroma, tekstur, warna, dan rasa dengan instruksi sebagai berikut:
1. Cicipilah sampel yang akan diuji.
2. Netralkan lidah dengan air putih sebelum mencicipi sampel yang
berikutnya, tunggu beberapa saat hingga benar-benar terasa netral.
3. Nyatakan pilihan Anda dengan memberi nilai dari 1 sampai 5 pada kolom
yang disediakan, sesuai dengan kategori nilai yang ada di bawah tabel.
4. Mohon TIDAK MEMBANDINGKAN antar sampel.
Uji Mutu Hedonik
Indikator Nomor Sampel
131 219 199 312 991 332
Aroma
Tekstur
Warna
Rasa
Berikut merupakan keterangan dari kategori penilaian untuk diberikan:
-aroma : -tekstur : -warna : -Rasa
Sangat wangi : 5 -sangat halus : 5 -sangat cerah : 5 -Sangat manis : 5
Wangi : 4 -halus : 4 -cerah : 4 -Manis : 4
Biasa : 3 -biasa : 3 -biasa : 3 -Biasa : 3
Apek : 2 -kasar : 2 -gelap : 2 -Asam : 2
Sangat apek : 1 -sangat kasar : 1 -sangat gelap : 1 -Sangat asam : 1
Komentar dan saran:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Terima kasih
23
Lampiran 2 Uji hedonik
UJI ORGANOLEPTIK
Nama :………………….. Tanggal :
Jenis Kelamin : L/P No Hp :
Produk : Minuman Pisang-Rosella
Di hadapan Anda disajikan sampel Minuman Pisang-Rosella. Berikan penilaian
Anda terhadap aroma, tekstur, warna, dan rasa dengan instruksi sebagai berikut:
1. Cicipilah sampel yang akan diuji.
2. Netralkan lidah dengan air putih sebelum mencicipi sampel yang
berikutnya, tunggu beberapa saat hingga benar-benar terasa netral.
3. Nyatakan pilihan Anda dengan memberi nilai dari 1 sampai 5 pada kolom
yang disediakan, sesuai dengan kategori nilai yang ada di bawah tabel.
4. Mohon TIDAK MEMBANDINGKAN antar sampel.
Uji Hedonik
Indikator Nomor Sampel
131 219 199 312 991 332
Aroma
Tekstur
Warna
Rasa
Berikut merupakan keterangan dari kategori penilaian untuk diberikan:
-sangat suka : 5
-suka : 4
-biasa : 3
-tidak suka : 2
-sangat tidak suka : 1
Komentar dan saran:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Terima kasih
24
Lampiran 3 Dokumentasi penelitian
25
Lampiran 4 Prosedur analisis penelitian
1. Prosedur pengamatan pH (nilai keasaman) (Maitimu, Legowo, Al-Baarri
2012)
Prosedur pengukuran adalah pH meter dinyalakan dan dicuci dengan
aquades, lalu dilap menggunakan kertas hisap. Pengukuran pH dilakukan
dengan memasukkan elektroda ke dalam minuman, kemudian dibaca nilai
pH yang tertera. Setiap kali pH meter selesai digunakan maka elektrodanya
dibersihkan seperti pada tahap awal pengukuran pH (Hadiwiyoto dalam
Maitimu, Legowo, Al-Baarri 2012)
2. Prosedur pengamatan terhadap warna (Misnawi 2011); (Santoso, Basito,
Rahadian 2013)
Produk atau sampel diletakkan pada tempat contoh dan dilakukan
pengukuran terhadap nilai L*, a* dan b*. Sebelum melakukan pengukuran
sampel, colourimeter terlebih dahulu dikalibrasi sesuai dengan petunjuk dan
spesifikasi alat. Pengukuran nilai L* menunjukkan tingkat kecerahan yang
merupakan kisaran warna hitam sampai putih. Nilai a* menunjukkan tingkat
kemerahan, sedangkan nilai b* menunjukkan tingkat kekuningan.
3. Prosedur analisis kadar air dan abu (SNI 01 2891 1992)
- Kadar Air
a. Timbang dengan seksama 1g-2g cuplikan pada sebuah botol timbang
bertutup yang sudah diketahui bobotnya. Untuk contoh berupa cairan,
botol timbang dilengkapi dengan pengaduk dan pasir kuarsai kertas
saring berlipat;
b. Keringkan pada oven suhu 105"C selama 3 jam;
c. Dinginkan dalam eksikator;
d. Timbang, ulangi pekerjaan ini hingga diperoleh bobot tetap.
Perhitungan:
Kadar air= W x 100%
W1
Dimana:
W adalah bobot cuplikan sebelum dikeringkan, dalam g;
W1 adalah kehilangan bobot setelah dikeringkan, dalam g.
- Kadar Abu
a. Timbang dengan seksama 2g-3g contoh ke dalam sebuah cawan
porselen (atau platina) yang telah diketahui bobotnya, untuk contoh
cairan uapkan di atas penangas air sampai kering;
b. Arangkan di atas nyala pembakar, lalu abukan dalam tanur listrik pada
suhu maksimum 550̊C sampai pengabuan sempurna (sekali-kali pintu
tanur dibuka sedikit, agar oksigen bisa masuk);
c. Dinginkan dalam eksikator, lalu timbang sampai bobot tetap.
Perhitungan:
Kadar abu=W1-W2 x 100%
W
Dimana:
26
W adalah bobot contoh sebelum diabukan, dalam g;
W1 adalah bobot contoh + cawan sesudah diabukan, dalam g;
W2adalah bobot cawan kosong, dalam g
4. Prosedur analisis mineral natrium dan kalium metode Spektrofotometri
Serapan Atom atau Atomic Absorbance Spektrofotometri (AAS) (Nielsen
2010)
Sampel yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak lebih kurang 5 g
dalam erlenmeyer
Ditambahkan H2SO4 10 ml dan HNO310ml dalam ruang asam dan
dibiarkan semalam
Erlenmeyer berisi larutan sampel dipanaskan perlahan-lahan sampai
berwarna gelap
Ke dalam erlenmeyer ditambahkan 5 ml HNO3dan pemanasan
dilanjutkan sampai warna tidak gelap lagi
Kemudian sampel ditambahkan akuades lalu didinginkan
Kemudian larutan disaring kedalam labu takar 50 ml dan ditera
dengan air bebas ion
Larutan siap diukur dengan spektrofotometri serapan atom dengan λ
yang sesuai dengan masing-masing mineral
27
5. Prosedur pengujian total fenol (Malangngi et al. 2012)
6. Prosedur pengujian aktivitas antioksidan (Molyneux 2004)
7. Prosedur analisis proksimat produk terpilih a. Kadar Air: sebanyak 1 gram sampel ditimbang dalam cawan.masukkan ke dalam
oven suhu 1050C, selama 8 jam, lalu timbang. Kadar air dihitung dengan rumus :
Kadar air = Bobot sample (segar-kering) x 100%
Bobot sample segar
b. Kadar Abu: sebanyak 1gram sample ditempatkan dalam cawan porselain lalu
dibakar sampai tidak berasap, kemudian diabukan dalam tanur suhu 600 0C selama
4 jam. lalu timbang.
Kadar Abu = Bobot Abu x 100%
Bobot sample
c. Kadar Lemak Kasar: Sebanyak 2 gram sample disebar di atas kapas yang beralas
kertas saring dan digulung membentuk thimble, lalu dimasukkan ke dalam labu
soxhlet. Kemudian ekstraksi selama 6 jam, dengan pelarut lemak berupa heksan
sebanyak 150 ml. Lemak yang terekstrak, kemudian dikeringkan dalam oven pada
suhu 100 0C selama 1 jam.
Kadar lemak = Bobot lemak terekstrak x 100%
Bobot sampel
Sebanyak 0,1 mL ekstrak metanol dimasukkan dalam tabung reaksi
Ditambah 0,1 mL reagen Folin
Ciocalteu 50%
Lalu ditambah 2 mL larutan Na2CO3 2%
Selanjutnya campuran disimpan dalam ruangan gelap selama 30 menit
Dibaca absorbansi pada λ = 750 nm dengan spektrofotometer
UV-VIS
Hasilnya diplotkan tehadap kurva standar asam tanat yang dipersiapkan dengan cara sama
Sebanyak 5 ml ekstrak diambil 100 µl ekstrak sampel ditera dengan air bebas
ion sampai volume 1 ml, dicampur dengan vorteks
Ditambahkan 1 ml larutan DPPH 0.5 mM, dicampur dengan vorteks
Ditambahkan 3 ml air bebas ion, kemudian dicampur dengan vorteks
vorteks
Dibaca absorbansi pada λ = 517 nm pada menit ke-30 setelah
penambahan larutan DPPH
28
d. Kadar protein kasar: Sebanyak 0.25 gram sample, dimasukkan dalam labu kjeldahl
100 ml dan tambahkan selenium 0.25 gram dan 3 ml H2SO4 pekat. Kemudian
lakukan destruksi (pemanasan dalam keadaan mendidih) selama 1 jam, sampai
larutan jernih.setelah dingin tambahkan 50ml aquadest dan 20 ml NaOH 40%, lalu
didestilasi. Hasil destilasi ditampung dalam labu Erlenmeyer yang berisi campuran
10 ml H3BO3 2% dan 2 tetes indicator Brom Cresol Green-Methyl Red berwarna
merah muda. Setelah volume hasil tampungan (destilat) menjadi 10 ml dan
berwarna hijau kebiruan, destilasi dihentikan dan destilasi dititrasi dengan HCL
0,1 N sampai berwarna merah muda. Perlakuan yang sama dilakukan juga terhadap
blanko. Dengan metode ini diperoleh kadar Nitrogen total yang dihitung dengan
rumus:
%N = (S-B)x NHCL x 14 x 100%
w x 1000
ket. S : volume titran sample (ml); B: volume titran blanko (ml); w : bobot sample
kering (mg). Kadar protein diperoleh dengan mengalikan kadar Nitrogen dengan
Faktor perkalian untuk berbagai bahan pangan berkisar 5,18 - 6,38 (AOAC, 1980).
e. Kadar Serat Kasar : Sebanyak 1 gram sample dilarutkan dengan 100 ml H2SO4
1.25%, dipanaskan hingga mendidih lalu dilanjutkan dengan destruksi selama 30
menit.kemudian saring dengan kertas saring dan dengan bantuan corong
Buchner.residu hasil saringan dibilas dengan 20 - 30 ml air mendidih dan dengan
25 ml air sebanyak 3 kali. Residu didestruksi kembali dengan NaOH 1.25% selama
30 menit. Lalu saring dengan cara seperti di atas dan di bilas berturut-turut dengan
25 ml H2SO4 1.25% mendidih, 25 ml air sebanyak tiga kali dan 25 ml
alkohol.residu dan kertas saring dipindahkan ke cawan porselain dan dikeringkan
dalam oven 1300C selama 2 jam.setelah dingin residu beserta cawan porselain
ditimbang(A), lalu dimasukkan dalam tanur 6000C selama 30 menit, didinginkan
dan ditimbang kembali.(B)
Ket . Bobot serat kasar = W - W0
W = bobot residu sebelum dibakar dalam tanur
= A - (bobot kertas saring + cawan) : A : bobot residu + kertas sarimg +cawan
W0= bobot residu setelah dibakar dalam tanur
= B - (bobot cawan) : B : bobot residu + cawan
Kadar serat Kasar = bobot serat kasar x 100%
Bobot sample
f. Kadar Karbohidrat: Kadar karbohidrat total ditentukan dengan metode
carbohidrat by difference yaitu : 100% - (kadar air + abu + protein +
lemak). Kadar protein N free menunjukkan besarnya kandungan karbohidrat
yang dapat dicerna dari suatu bahan pangan. Dotentukan dengan cara 100%
- (kadar air + abu + lemak + protein + serat kasar).
29
Lampiran 5 Hasil uji statistik
1. Hasil uji ragam terhadap pH minuman ANOVA
pH
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .106 2 .053 208.049 .001
Within Groups .001 3 .000
Total .107 5
pH
Duncan
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Rosella 25% 2 2.9800
Rosella 20% 2 3.0675
Rosella 15% 2 3.2950
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
2. Hasil uji ragam terhadap warna (fisik) minuman ANOVA
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
L Between Groups 47.158 2 23.579 1.594 .338
Within Groups 44.377 3 14.792
Total 91.534 5
A Between Groups 76.307 2 38.153 5.775 .094
Within Groups 19.820 3 6.607
Total 96.127 5
B Between Groups 10.423 2 5.211 4.249 .133
Within Groups 3.679 3 1.226
Total 14.102 5
Croma Between Groups 85.157 2 42.578 5.676 .096
Within Groups 22.504 3 7.501
Total 107.660 5
Hue Between Groups 8.845 2 4.423 2.129 .266
Within Groups 6.232 3 2.077
Total 15.077 5
30
3. Hasil uji ragam terhadap kadar air dan abu pada minuman ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
KadarAbu Between Groups .000 2 .000 .132 .881
Within Groups .003 3 .001
Total .003 5
KadarAir Between Groups .012 2 .006 .916 .489
Within Groups .019 3 .006
Total .031 5
4. Hasil uji ragam terhadap kadar natrium dan kalium pada minuman ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
KadarNa Between Groups 75.215 2 37.608 2.479 .231
Within Groups 45.505 3 15.168
Total 120.721 5
KadarKalium Between Groups 191.284 2 95.642 1.721 .318
Within Groups 166.675 3 55.558
Total 357.959 5
5. Hasil uji ragam terhadap total fenol dan aktivitas antioksidan minuman ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
TotalFenol Between Groups 59234.336 2 29617.168 .620 .595
Within Groups 143366.472 3 47788.824
Total 202600.808 5
(AEAC) Aktivitas Antioksidan
Between Groups 35373.360 2 17686.680 .266 .783
Within Groups 199703.168 3 66567.723
Total 235076.528 5
(%) Aktivitas Antioksidan
Between Groups 129.994 2 64.997 9.080 .053
Within Groups 21.474 3 7.158
Total 151.468 5
31
6. Hasil uji nonparametrik terhadap hedonik minuman Ranks
Perlakuan N Mean Rank
Aroma Rosella 15% 78 119.01
Rosella 20% 78 126.65
Rosella 25% 78 106.85
Total 234
Tekstur Rosella 15% 78 96.79
Rosella 20% 78 134.18
Rosella 25% 78 121.53
Total 234
Warna Rosella 15% 78 125.37
Rosella 20% 78 123.56
Rosella 25% 78 103.57
Total 234
Rasa Rosella 15% 78 171.99
Rosella 20% 78 105.38
Rosella 25% 78 75.12
Total 234
Keseluruhan Rosella 15% 78 106.15
Rosella 20% 78 134.24
Rosella 25% 78 112.12
Total 234
Test Statisticsa,b
Aroma Tekstur Warna Rasa Keseluruhan
Chi-Square 3.966 14.353 5.430 89.959 9.346
Df 2 2 2 2 2
Asymp. Sig. .138 .001 .066 .000 .009
a. Kruskal Wallis Test
a. Grouping Variable: Perlakuan
32
7. Hasil uji ragam terhadap persentase penerimaan minuman ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
PenerimaanWarna Between Groups 1512.333 2 756.167 46.296 .006
Within Groups 49.000 3 16.333
Total 1561.333 5
PenerimaanAroma Between Groups 42.333 2 21.167 2.352 .243
Within Groups 27.000 3 9.000
Total 69.333 5
PenerimaanTekstur Between Groups 177.333 2 88.667 2.728 .211
Within Groups 97.500 3 32.500
Total 274.833 5
PenerimaanRasa Between Groups 1434.333 2 717.167 10.812 .043
Within Groups 199.000 3 66.333
Total 1633.333 5
Penerimaan Warna
Duncan
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
Rosella 15% 2 58.0000
Rosella 25% 2 89.5000
Rosella 20% 2 93.5000
Sig. 1.000 .395
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Penerimaan Rasa
Duncan
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
Rosella 25% 2 37.5000
Rosella 20% 2 63.0000 63.0000
Rosella 15% 2 74.5000
Sig. .052 .253
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
33
8. Hasil uji nonparametrik terhadap mutu hedonik minuman
Ranks
Perlakuan N Mean Rank
Aroma Rosella 15% 78 119.01
Rosella 20% 78 126.65
Rosella 25% 78 106.85
Total 234
Tekstur Rosella 15% 78 96.79
Rosella 20% 78 134.18
Rosella 25% 78 121.53
Total 234
Warna Rosella 15% 78 125.37
Rosella 20% 78 123.56
Rosella 25% 78 103.57
Total 234
Rasa Rosella 15% 78 171.99
Rosella 20% 78 105.38
Rosella 25% 78 75.12
Total 234
Test Statisticsa,b
Aroma Tekstur Warna Rasa
Chi-Square 3.966 14.353 5.430 89.959
Df 2 2 2 2
Asymp. Sig. .138 .001 .066 .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Perlakuan
34
RIWAYAT HIDUP
Muhamad Rivqi Zaelani merupakan anak pertama dari pasangan Sukardi
dan Eti Suryati. Lahir di Jakarta 13 Desember 1991. Penulis menempuh pendidikan
SMA di SMA Negeri 90 Jakarta. Selanjutnya melanjutkan studi di Institut Pertanian
Bogor pada tahun 2010 melalui jalur undangan seleksi masuk IPB (USMI).
Selama perkuliahan, penulis aktif di beberapa organisasi meliputi anggota
dari UKM Tarung Drajat IPB, Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi 2012 (anggota
divisi keprofesian), Gizi Peduli 2011, serta Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Ekologi Manusia (Kepala Departemen Kajian Strategis dan Advokasi Mahasiswa).
Beberapa penghargaan yang pernah diraih antara lain sebagai Juara 2 Lomba
Nasyid tingkat Asrama TPB IPB (2010), Juara 1 Lomba Sepak Bola tingkat Asrama
Putra TPB IPB (2010), dan Juara 1 Lomba Debat Politik Ceria BEM TPB IPB
(2011).
Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Ilmu Bahan Makanan
dan mata kuliah Evaluasi Nilai Gizi (2013), serta mata kuliah Kulinari dan Gizi
(2014). Bulan Juli-Agustus 2013 penulis mengikuti Kuliah Kerja Profesi (KKP)
yang bekerja sama dengan PT Arutmin Indonesia di Desa Hilir Muara, Kecamatan
Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Penulis juga pernah
melaksanakan Internship Dietetic (ID) dengan kasus penyakit dalam (Diabetes
Melitus tipe 2, komplikasi TB Paru, dan Haemaptoe), kasus bedah (Appendix
Perforasi Peritonitis), dan kasus anak (Dengue Hemorrhagic Fever) di Rumah
Sakit Umum Daerah Cibinong, Bogor.