PENGARUH PEMBERIAN SERTIFIKASI -...
-
Upload
truongcong -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of PENGARUH PEMBERIAN SERTIFIKASI -...
PENGARUH PEMBERIAN SERTIFIKASI
QUALIFIED INTERNAL AUDITOR (QIA) DAN
PENGALAMAN KERJA AUDITOR INTERNAL TERHADAP
KEMAMPUAN DALAM MENDETEKSI FRAUD
(Studi Empiris pada Perusahaan di Jakarta)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk memenuhi syarat-syarat untuk meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
SYAHRONI ROMADHONI
NIM: 1 0 6 0 8 2 0 0 2 6 8 4
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Syahroni Romadhoni
NIM : 106082002684
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan
saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat, maka skripsi ini dianggap gugur
dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan
serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian
hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 21 Februari 2011
Syahroni Romadhoni
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Curriculum Vitae
I. DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Syahroni Romadhoni
Nama Panggilan : Roni
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/05 Mei 1988
Alamat : Gg. Sarmili Rt.001 Rw.07 No.30
Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan 12240
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Status : Menikah
Hobi : Membaca, Mendengarkan Musik
e-mail : [email protected]
Telepon : 021-7155 2119 / 0819 0895 3253
II. PENDIDIKAN FORMAL
SDN 17 Jakarta, Lulus Tahun 2000
SMP Al-Fajar Jakarta Lulus Tahun 2003
SMK Al-Fajar Jakarta, Jurusan Akuntansi, Lulus Tahun 2006
S1 UIN Syarif Hidayatullah, Jurusan Akuntansi, Lulus Tahun 2011
ii
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
- Kursus Komputer di SMK Al-Fajar Jakarta, Ms. Word, Excel, Power
Point, Lulus Tahun 2006
- Pelatihan Perakitan Komputer di Kelurahan Kebayoran Lama Utara,
Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) Tahun 2007
- Pelatihan Kewirausahaan dan Internet, Lembaga Pengkajian
Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) Madani, Tahun 2009
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
- Wakil Ketua Rohis SMK Al-Fajar Jakarta, Tahun 2005
- Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMK Al-Fajar, Departemen
Beladiri, Tahun 2004
- Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Akuntansi, Departemen Sosial dan
Agama (SOSAG), Periode 2008-2009
- Sekretariat Orang Tua Bimbingan Terpadu (ORBIT), Periode 2009-2010
- Sekretariat Rukun Tetangga (RT) 001 Rw.07, Periode 2009-2012
- Petugas Sensus Penduduk Tahun 2010
V. PENGALAMAN KERJA
- Magang di PT. Asuransi Jiwa CAR, Dept. Underwriting 2004
- Editor di Penerbit Zikrul Hakim Rawamangun 2006
- Tutor Bimbingan Belajar di Lembaga Pendidikan Universal 2007
- Tutor Kesetaraan Paket B dan C di PKBM Negeri 26 Bintaro 2008
iii
EFFECT OF CERTIFICATION QUALIFIED INTERNAL AUDITOR (QIA)
AND WORK EXPERIENCE OF INTERNAL AUDITORS
THE ABILITY TO DETECT FRAUD
(Empirical Study of Companies In Jakarta)
ABSTRACT
The main purpose of this study is to examine the certification effect of Qualified Internal Auditors (QIA) and work experience on the ability of internal
auditors to detecting fraud. The method which is used in this resereach is convenience sampling (collection of data based on convenience). The sample in this study is the team leader, supervisor, and members of the internal audit firm
located in Jakarta by 43 respondens. The data used primary data that taken directly from the respondents to the questionnaire technique. The quality test of
data which used in this study is validity test of using the Pearson Correlation and reliability test used Cronbach Alpha and hypothesis test that used the coefficient of determination (R2), F test, t test.
The results of this study indicate that the variables of QIA certification and work experience of internal auditors have a significant effect to the ability to
detect fraud with a significance value of 0.000 < 0.05.
Keywords: QIA, experience, ability to fraud, fraud, internal auditors
iv
PENGARUH PEMBERIAN SERTIFIKASI QUALIFIED INTERNAL
AUDITOR (QIA) DAN PENGALAMAN KERJA AUDITOR INTERNAL
TERHADAP KEMAMPUAN DALAM MENDETEKSI FRAUD
(Studi Empiris pada Perusahaan di Jakarta)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pemberian sertifikasi qualified internal auditor (QIA) dan pengalaman kerja auditor internal
terhadap kemampuan dalam mendeteksi fraud. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah convenience sampling (pengambilan data berdasarkan kemudahan). Sampel dalam penelitian ini adalah para ketua tim, supervisor, dan
anggota audit internal perusahaan yang berada di wilayah DKI Jakarta sebanyak 43 responden. Pengumpulan data menggunakan data primer yaitu data yang
diambil langsung dari responden dengan teknik kuesioner. Uji kualitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas dengan menggunakan Pearson Correlation dan uji reliabilitas menggunakan Cronbach Alpha serta uji hipotesis
dengan menggunakan koefisien determinasi (R2), uji F, uji t. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pemberian
sertifikasi QIA dan pengalaman kerja auditor internal berpengaruh signifikan terhadap kemampuan dalam mendeteksi fraud dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05
Kata kunci: qia, pengalaman, kemampuan fraud, kecurangan, auditor internal
v
KATA PENGANTAR
يم رح رحمن ال سم اهلل ال ب
Segala puji hanya milik Allah SWT yang tidak membutuhkan siapapun,
dengan kuasa-Nya seluruh alam semesta ini berada dalam keseimbangan.
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW,
sahabat, serta para pengikutnya hingga akhir zaman yang setia membawa risalah
kebenaran di muka bumi ini.
Sekian tahun menempuh perkuliahan, akhirnya dengan terselesaikannya
skripsi ini penulis berada pada gerbang akhir proses pendidikan Sarjana pada
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dan penulis ingin memberikan skripsi ini sebagai suatu penghormatan dan
tanda bakti khusus kepada pejuang-pejuang - ku yaitu kedua orangtua-ku
tercinta, Ibunda Isnaeni dan Ayahanda Suhaimi, yang telah mendidik,
membesarkan dan senantiasa menyertaiku dengan segala pengorbanan materi dan
sokongan motivasi yang tiada henti kepada penulis serta mendo’akan penulis
dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Ucapan terima kasih juga penulis
ucapkan kepada Adik-adik ku tersayang, Anfal Raya dan Annisa(alm) yang
takkan pernah berakhir meski kau telah tiada, namun engkau tetap di benak ku....
tunggulah syahid ku tiba menyambangi untuk bertemu bersama kembali. Kepada
Isteri-ku Tercinta Nur Maini, yang telah menemaniku selama proses skripsi
vi
dengan penuh kesabaran, pengertian, serta dukungan yang sangat berharga dan tak
ternilai. Kau isteriku yang terbaik. Satu lagi, Buah Hati ku yang memberikan
motivasi yang tak ternilai, Ayah dan Bunda sangat rindu dan menanti akan
kelahiran-mu untuk mempersiapkan engkau menjadi pribadi muslim(ah) yang
tangguh.
Dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya kepada seluruh pihak yang telah
memberikan dukungan, moril maupun materil, yang secara langsung maupun
tidak langsung dari awal perkuliahan hingga tersusunnya skripsi ini, antara lain
kepada :
1. Bpk. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bpk. DR. Amilin, SE., Ak., M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang
telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya kepada penulis.
3. Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang
telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.
4. Ibu Rahmawati, SE.,MM, selaku Ketua Jurusan Akuntansi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Yessi Fitri, SE.,Ak.,M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh staf pengajar yang ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, khususnya di
Jurusan Akuntansi. (Yaa Allah muliakanlah guru-guru kami dan muliakanlah
seluruh keturunan mereka)
vii
7. Seluruh karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan segenap ilmu dan bantuan serta pengalaman
berharga kepada penulis selama ini, khusunya Ibu Siska, Ibu Dewi, Bpk.
Rahmat, Bpk Sugeng, dll.
8. Ibu Yus, Ibu dr. Anna Uyainah Zn, Sp.PD, Drs. H. Ali Hamzah, M.Pd,
Dra. Hj. Maryam, Dra. Hj. Ubaidah, yang telah mendonaturkan dana kepada
penulis. Semoga amal Bapak dan Ibu mendapatkan ganjaran dari Allah SWT,
mudah-mudahan penulis dapat mengikuti jejak Bapak dan Ibu sekalian.
9. Drs. Sunarto, S.Pd, Cing Edi, Cing Tatah yang telah membantu dalam proses
perkuliahan hingga selesai.
10. Teman-teman Akuntansi E UIN SyaHid Jakarta ‘06 : Tompra, Alul, JheJhe,
Zezen, Intan, Ifah, Tami, Silvi, Weni, Filla, Astri, Chici, Youra, Izul, Tofan,
Ajat, Tomy Riyadi, serta seluruh teman Jurusan Akuntansi angkatan ‘06 yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas kebersamaan dalam suka, duka
perkuliahan, keceriaan, kebersamaan, kekompakan, persahabatan, cerita dan
pengalaman yang indah selama ini serta membantu penyelesaian studi penulis.
Akhir kata, besar harapan penulis akan kritik dan saran yang konstruktif
demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga tulisan ini dapat menambah
khazanah keilmuan dan bermanfaat bagi para pembaca. Amin.
Wassalamu’alaikum wr. Wb
Jakarta, Februari 2011
Peneliti
Syahroni Romadhoni
viii
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................ i
ABSTRACT .............................................................................................................. iii
ABSTRAK ................................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................................viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................... 14
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ruang Lingkup Audit Internal ............................................................ 17
1. Pengertian Audit ......................................................................... 17
2. Pengertian Audit Internal ............................................................ 19
3. Pengertian Auditor Internal ......................................................... 23
4. Perbedaan Antara Auditor Internal dan Auditor Eksternal ......... 28
5. Peran Auditor Internal ................................................................. 32
2.2 Sertifikasi ........................................................................................... 40
ix
2.3 Pengalaman Kerja Auditor Internal .................................................. 45
2.4 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 47
2.5 Lingkup Pendeteksian Fraud ............................................................ 49
2.6 Keterkaitan Antarvariabel dan Perumusan Hipotesis ....................... 52
2.7 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 56
3.2 Metode Penentuan Sampel ................................................................ 56
3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................... 57
3.4 Metode Analisis ................................................................................. 57
1. Uji Kualitas Data ........................................................................ 58
2. Uji Asumsi Klasik ...................................................................... 59
3. Uji Asumsi Hipotesis ................................................................. 61
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ................................................. 64
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ....................................... 68
1. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 68
2. Karakteristik Profil Responden ..................................................... 69
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ............................................................ 72
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................................ 72
x
2. Hasil Uji Kualitas Data .................................................................. 73
3. Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................................ 75
4. Hasil Uji Hipotesis ........................................................................ 78
C. Pembahasan ........................................................................................ 82
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 85
B. Implikasi ............................................................................................. 86
C. Keterbatasan ....................................................................................... 87
D. Saran ................................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 89
LAMPIRAN .............................................................................................................. 92
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Kasus Kecurangan di Indonesia dan Luar Negeri ................................ 2
2.1 Perbedaan Auditor Internal dan Eksternal ........................................... 29
2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 50
3.1 Kriteria Korelasi ................................................................................... 59
3.2 Operasional Variabel Penelitan ............................................................ 66
4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian ........................................................ 68
4.2 Data Sampel Penelitian ........................................................................ 69
4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............... 70
4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ..... 70
4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan dalam
Penugasan Audit ................................................................................... 71
4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja ......... 72
4.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................................................ 73
4.8 Hasil Uji Validitas ................................................................................ 73
4.9 Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................ 75
4.10 Hasil Uji Multikolonieritas ................................................................... 76
4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi .......................................................... 79
4.12 Hasil Uji Statisitik t .............................................................................. 80
4.13 Hasil Uji Statisitik F ............................................................................. 81
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 55
4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ........................... 77
4.2 Grafik Scatter Plot ............................................................................. 78
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1. Surat Izin Penelitian .................................................................................... 92
2. Lembar Kuesioner Penelitian ...................................................................... 95
3. Skor Jawaban Responden ............................................................................100
4. Hasil Uji Regresi Berganda .........................................................................105
5. Hasil Uji Kualitas Data ...............................................................................108
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, akan mengakibatkan
persaingan yang semakin meningkat dan kompleks. Hal tersebut
mengakibatkan semakin rumitnya masalah-masalah yang dihadapi oleh
manajemen perusahaan dalam menjalankan fungsi pengendalian dan
pengawasan terhadap kegiatan perusahaan. Agar tercapai pelaksanaan
pengawasan yang efektif, diperlukan suatu struktur pengawasan yang baik,
sehingga dapat membantu pencapaian tujuan perusahaan.
Dalam perkembangan yang terjadi adalah suatu perubahan yang tidak
dapat dihindari setiap zaman, perubahan yang terus-menerus terjadi yang
merupakan fenomena dalam kehidupan makhluk hidup di dunia. Dengan
kondisi tersebut negara menghadapi tantangan yang makin lama makin sulit
untuk dapat terselesaikan. Sementara bangsa Indonesia kini sedang
merebaknya penyakit berdimensi ekonomi, politik, kultur, moral, agama
bahkan sampai pada berbagai macam jenis penyakit yang terus menggrogoti
segala aspek kehidupan masyarakat pada saat ini, yaitu masalah korupsi,
kolusi dan nepotisme (KKN). Ketiga hal tersebut dapat dikategorikan ke
dalam bentuk kecurangan.
Berikut ini beberapa skandal yang menjadi fenomena dan dapat kita
pertanyakan keberadaan auditor internal atas kecurangan yang terjadi.
2
Tabel 1.1
Kasus Kecurangan di Indonesia dan Luar Negeri
Tahun Kasus Kecurangan
2001 Eksekutif Enron (Perusahaan Energi) melakukan manipulasi pembukuan melalui Arthur Anderson yang menyebabkan mark-up laba Enron terdongkrak US$ 1
milyar untuk menyesatkan para investornya, yang sesungguhnya adalah bangkrut.
2002 Adam Rustam pengelola investasi PT. Larasindo Jaya
Agritama yang didalamnya terdapat nama Qurnia Subur Alam Raya (QSAR) menghanguskan dana Rp 500 miliar
atas 6.000 invesornya.
2002 WorldCom yang dipimpin oleh Bernard L. Madoff telah melakukan penggelembungan keuntungan sebesar US$ 3,85 milyar antara periode Juni 2001 sampai dengan Maret
2002, dengan memasukkan angka tersebut ke dalam pos investasi yang seharusnya menjadi biaya operasi normal.
Kasus ini menjadi satu tragedi terbesar dalam sejarah kehancuran finansial.
2004 Skandal Bank Global, membuat malu regulator dan menyengsarakan nasabahnya. Hal ini diakibatkan ulah
pemiliknya yang membobol banknya sendiri, per September 2004 bank ini tampak kokoh dengan rasio CAR
44,84% dan tidak sampai sebulan rasio CAR-nya minus 39%. Aset senilai Rp 1,8 triliun, sebanyak Rp 1,123 trilin berupa surat berharga dan setelah diperiksa hanya ada
Rp200 miliar. Akibatnya nasabah kehilangan uang tidak kurang dari Rp500 juta/nasabah dan sebanyak 411 rekening
dengan nilai Rp434,27 miliar tak dijamin pemerintah.
2008 Kerugian atas 5.000 nasabah atas penggelapan dana oleh PT Antaboga Delta Sekuritas (ADS) dan Bank Century, yang masing Rp1,378 triliun dan Rp1,12 triliun. Dana ini
menurut pihak kepolisian yang bekerjasama dengan PPATK, sebesar Rp 276,7 triliun mengalir ke Robert
Tantular, Rp 248,144 miliar ke Anton Tantular, dan Rp853,971 miliar mengalir ke Hartawan Alwi.
2009 PT Sarijaya Permana Sekuritas (SPS) dengan komisaris
utama Herman Ramli melakukan penggelapan dana nasabah sebesar Rp 245 miliar. Selain nasabah, karyawan pun menjadi korban karena pembayaran gaji yang
tersendat. Selain itu, kasus ini memakan korban jiwa, Afwan S.H., kepala cabang SPS Sudirman mengakhiri
hidupnya dengan cara gantung diri di garasi mobilnya.
Sumber: (Tunggal, 2010).
3
Kecurangan dapat dilakukan oleh karyawan, biasanya didesain secara
langsung merubah kas atau aset lainnya demi keuntungan pribadi karyawan
tersebut. Kemudian kecurangan juga dapat dilakukan oleh pihak manajemen
yang lebih tidak tampak kecurangannya daripada kecurangan yang dilakukan
oleh karyawan, karena sering kali kecurangan semacam ini tidak terdeteksi
sampai terjadinya kerusakan atau kerugian besar yang menyulitkan
perusahaan. Maka dari itu setiap perusahaan dituntut untuk mewujudkan
pengelolaan yang baik (Good Governance) juga pengendalian intern bagi
setiap perusahaan. Pengendalian intern bagi suatu perusahaan (terutama yang
sudah go public) merupakan suatu keharusan untuk menciptakan manajemen
yang baik.
Untuk menjaga dan memelihara keefektifan pengendalian, maka
perusahaan biasanya memerlukan suatu bagian khusus yang disebut audit
internal. Bagian audit internal dalam pelaksanaannya memerlukan sumber
daya manusia yang telah dipilih secara objektif dan mempunyai kualifikasi
sesuai dengan kompetensinya, terampil, cakap dan yang lebih penting lagi
memiliki integritas dan kejujuran. Bagian ini bertugas mengawasi dan
mengevaluasi keefektifan setiap aktivitas pengendalian yang ada dalam
perusahaan dan menjaga agar seluruh prosedur dan ketentuan yang berlaku di
perusahaan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Tujuan audit internal menurut Tugiman (2004) adalah membantu semua
anggota manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka dengan cara
menyajikan analisis, penilaian, rekomendasi dan komentar-komentar penting
4
mengenai kegiatan mereka. Audit internal berhubungan dengan semua tahap
kegiatan perusahaan, sehingga tidak hanya terbatas pada pemeriksaan terhadap
catatan-catatan akuntansinya saja, tetapi juga harus memahami permasalahan-
permasalahan dan kebijakan manajemen.
Auditor internal berbeda dengan auditor eksternal atau akuntan publik.
Hal ini berkaitan dengan klien yang dihadapi oleh masing-masing auditor
tersebut. Akuntan publik yang profesional dapat menarik diri dari suatu
perjanjian ketika merasa meragukan integritas dan independensi terhadap
manajemen. Namun auditor internal yang profesional menghadapi berbagai
dilema dan kasus yang rumit. Auditor internal memiliki satu klien yakni
manajemen dari perusahaan yang dinaunginya. Sehingga tidak salah apabila
auditor internal dikatakan suatu profesi yang unik, karena auditor internal
sering dikatakan mata telinga dari pimpinan dimana auditor tersebut berada.
Untuk itu, auditor internal perlu meningkatkan kualitas kinerjanya agar dapat
menghasilkan informasi pengawasan yang dapat digunakan untuk mendeteksi
terjadinya risiko bisnis dikemudian hari.
Globalisasi yang membawa liberalisasi pada segala bidang, termasuk
liberalisasi ekonomi hendaknya memacu profesi internal audit untuk lebih
responsif terhadap kebutuhan manajemen dalam rangka tetap kompetitif di
pasar bisnis. Tidak hanya dalam teknis dan standar profesi saja, tetapi juga
dalam pengaruh kegiatannya terhadap bidang ekonomi dan sosial secara
keseluruhan. Mereka semestinya harus bersiap-siap menghadapi lingkungan
baru dan sudah saatnya memikirkan apa yang harus diperbaiki baik secara
5
internal maupun eksternal. Di era globalisasi, auditor internal akan
menghadapi tantangan yang lebih berat sehingga adaptasi yang inovatif perlu
dilakukan terhadap kultur, struktur, dan sistem.
Harapan manajemen bahwa profesi internal audit dapat membantu
terciptanya siklus akuntansi, pengendalian manajemen dan kinerja operasional
perusahaan yang tertata serta terlaksana dengan baik, sehingga pihak
manajemen maupun audittee dapat melaksanakan dampak positif dari peran
audit internal. Berbagai penilaian dan persepsi negatif sering ditujukan
terhadap fungsi internal audit. Audittee sering kali merasa bahwa keberadaan
divisi internal audit hanya akan mendatangkan cost yang lebih besar dibanding
benefit yang akan diterima. Auditor internal dianggap masih jauh peranannya
untuk dapat menjadi seorang konsultan internal (yang merupakan ekpresi
tertinggi dalam peran pengawas internal).
Sering kali usulan perubahan atau rekomendasi dari audit internal masih
dianggap menyulitkan dan merugikan audittee, bahkan terkesan formalitas dan
cenderung mengabaikan tingkat kesulitan atau kendala yang akan dihadapi
oleh audittee nantinya atas pelaksanaan saran dari bagian audit internal
tersebut dengan kata lain, usulan yang diberikan auditor internal kepada
audittee sering kali lebih banyak konsepnya dibanding penerapannya.
Formalitas peran auditor internal lebih disebabkan karena internal audit saat
ini masih belum memiliki rencana induk pengawasan (master plan of
controlling) yang baik dan perencanaan audit yang masih belum terintegrasi,
sehingga proses audit dan temuannya sering tampak “dibuat-buat”. Pada
6
akhirnya banyak sekali dijumpai sikap tidak optimis dari audittee akan peran
dan tanggung jawab bagian audit internal.
Chamber’s (2004), mengungkapkan aspek perilaku dalam pemeriksaan
(behavioral aspects of auditing), yaitu bahwa konflik peran secara psikologis
yang dialami pemeriksa intern kemungkinannya adalah melekat dalam peran
(fungsi) pemeriksa intern itu sendiri. Di satu pihak ia berusaha memberikan
nasihat, tetapi di pihak lain ia sebagai polisi (“policeman”). Hal ini pada
gilirannya akan menimbulkan krisis identitas tersendiri bagi si pengawas
internal. Bahkan menurut Courtemanche, banyak dijumpai individu yang
merasa kurang senang dalam melaksanakan perannya sebagai auditor internal.
Auditor internal merupakan suatu profesi yang memerlukan dukungan
dari pihak manajemen maupun audittee, yang perlu ditunjang oleh ilmu
pengetahuan dan keterampilan. Dengan adanya perubahan di berbagai bidang
serta tuntutan yang lebih tinggi dari pemakai jasa auditor internal, maka
profesi audit internal perlu mengidentifikasi, mengembangkan,
mempertahankan, serta menyempurnakan pengetahuan dan keterampilan yang
akan dijadikan modal untuk menjalankan peran dan tanggung jawabnya
sebagai seorang konsultan manajemen. Berbagai usaha perbaikan dan
peningkatan mutu serta untuk mengembalikan kepercayaan pemakai (user)
akan profesi internal audit telah dilakukan, diantaranya melalui pengadaan
seminar-seminar tentang peran dan tanggung jawab internal audit bagi
perusahaan termasuk juga dengan didirikannya subuah Yayasan Pendidikan
7
Internal Audit (YPIA) oleh Hiro Tugiman yang tidak lain untuk “mencetak”
para auditor internal yang berkualitas dan diakui secara profesional.
Di samping permasalahan yang telah dikemukan di atas, masalah yang
juga tidak jarang dihadapi auditor internal adalah menyangkut persoalan tidak
adanya dukungan pihak top executive perusahaan terhadap orientasi hasil
pekerjaan audit internal. Sering kali timbul selisih pendapat antara top
executive dengan auditor internal akan sesuatu hal yang sifatnya sangat teknis
menyangkut operasional perusahaan. Untuk mengantisipasi kejadiaan ini,
maka perlu adanya suatu penyamaan persepsi terlebih dahulu mengenai
“objek” yang akan diaudit atau yang akan dicarikan jalan pemecahannya.
Persepsi top executive terhadap fungsi internal audit sangat penting untuk
mengurangi kesenjangan (gap) antara keinginan/kepentingan top executive
dengan auditor internal. Harus ada suatu kerjasama yang baik dan harmonis
antara top executive dengan auditor internal. Fungsi auditor internal akan
dapat berjalan dengan efektif apabila memperoleh dukungan yang positif dari
top executive selaku pengelola kegiatan operasional perusahaan sehari-hari.
Dalam mencapai profesionalisme, auditor internal harus memenuhi
spesifikasi dan kualitas yang menjadi tolak ukur dari profesi tersebut. Auditor
internal yang memenuhi spesifikasi dan kualifikasi yang telah ditetapkan akan
mendapat sertifikasi. Sertifikasi ini merupakan suatu pengakuan atas
kemampuan yang dimilikinya, sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan
efisien dan efektif.
8
Dalam tulisannya Hery (2009), dalam bidang profesi audit internal,
khususnya di Indonesia, ada 2 (dua) jenis sertifikasi yang relatif diakui, yaitu
sertifikasi yang bersifat lokal dan internasional. Yang bersifat lokal adalah apa
yang disebut dengan Qualified Internal Auditor, dengan gelar QIA.
Sedangkan yang bersifat internasional adalah apa yang disebut dengan
Certified Internal Auditor, dengan gelar CIA.
Sertifikasi auditor internal dapat diperoleh setelah auditor internal
melalui serangkaian pendidikan yang ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan dan profesionalisme auditor internal. Di Amerika, auditor internal
yang telah menjalani pendidikan tersebut mendapatkan Certified Internal
Auditor (CIA), sedangkan di Indonesia adalah Qualified Internal Auditor
Internal (QIA).
Proses untuk memperoleh sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA)
ini berbeda dengan proses sertifikasi akuntan publik. Auditor internal harus
melalui beberapa tahap pendidikan dan lulus dalam serangkaian ujian. Hal ini
perlu dilakukan melihat latar belakang pendidikan dan pengetahuan dari
auditor internal ini beragam.
Pentingnya sertifikasi QIA dinyatakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
(2001) dalam Standar Profesional Akuntan Publik Seksi 300 tentang Standar
Pekerjaan Lapangan, secara khusus diketengahkan pada Seksi 322 (PSA
Nomor 33) yang mengatur tentang Pertimbangan Auditor atas Fungsi Audit
Intern dalam Audit Laporan Keuangan pada paragraf 9 (Kompetensi Auditor
Internal). Pada waktu menentukan kompetensi Auditor Internal, auditor harus
9
memperoleh atau memutakhirkan informasi dari audit tahun sebelumnya
mengenai faktor- faktor berikut:
a. Tingkat pendidikan, dan pengalaman profesional auditor internal.
b. Ijazah profesional dan pendidikan profesional berkelanjutan.
c. Kebijakan, program, dan prosedur audit.
d. Praktik yang bersangkutan dengan penugasan auditor internal.
e. Supervice dan review terhadap aktivitas auditor internal.
f. Mutu dokumentasi dalam kertas kerja, laporan dan rekomendasi.
g. Penilaian atas kinerja auditor internal.
Sertifikasi QIA merupakan sertifikasi untuk auditor internal di Indonesia
dalam melakasanakan pekerjaannya. Para pemegang sertifikat QIA, seperti
halnya pemegang sertifikasi internasional (Certification in Control Self
Assessment, Certified Information System Auditor) dan sertifikasi lain yang
diberikan oleh institusi dari 36 negara di dunia, dinyatakan telah lulus
(disetarakan) part IV Certified Internal Auditor.
Audit dikatakan berhasil apabila auditor internal memiliki kemampuan
profesional dalam melakukan audit yaitu dapat menilai semua kegiatan
perusahaan guna membantu manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan.
Kemampuan profesional auditor internal tidak hanya memiliki pengetahuan
yang cukup tetapi harus didukung dengan kesesuaian sikap yang positif
dengan standar yang ditetapkan dalam melakasanakan pekerjaannya.
Dalam Standar Profesional Audit Internal (2004), disebutkan ciri-ciri
kemampuan profesional auditor internal, yaitu:
10
a. Ketaatan pada kode etik,
b. Pengetahuan dan kecakapan,
c. Hubungan antarmanusia dan komunikasi,
d. Pendidikan berkelanjutan, dan
e. Ketelitian profesional.
Apabila kelima syarat tersebut dipenuhi maka kemampuan profesional
akan semakin tinggi. Hal ini akan memberikan kontribusi yang besar guna
membantu manajemen dalam pengendalian intern.
Melaporkan hasil audit kepada manajemen merupakan bagian yang
terpenting dan menantang dari pekerjaan seorang auditor internal. Manajemen
membelanjakan dana yang tidak sedikit untuk membiayai satuan audit
internal.
YPIA (2001:1), menyatakan bahwa laporan audit internal merupakan
satu-satunya produk audit internal, sehingga sering dikaitkan dengan kinerja,
kompetensi, dan profesionalisme audit. Di mata auditor internal, laporan
merupakan suatu gangguan, karena mengkonsumsi terlalu banyak waktu dari
kelompok audit untuk menulisnya, mengedit dan menerbitkannya.
Kejelasan suatu laporan audit berawal dari pikiran penulisnya dan
berakhir pada pikiran pembacanya. Tanggapan pembacalah yang pada
akhirnya menjadi ukuran bagi kualitas sebuah laporan. Laporan audit internal
bukan memberikan uraian tentang auditor internal, proses pemeriksaan atau
konsep audit, melainkan menguraikan tentang dunia auditee.
11
Paradigma baru internal audit mengharuskan terjadinya perubahan
pandangan keahlian auditor internal yang tidak hanya terbatas pada akuntansi
dan keuangan yang sempurna tetapi juga mulai menguasai manajemen secara
umum. Hal ini membawa perubahan secara perlahan- lahan di Indonesia. Di
mana beberapa departemen audit internal baik perusahaan negara, daerah dan
swasta meminta anggotanya memiliki sertifikasi QIA.
Sertifikasi QIA merupakan elemen dari profesionalisme seorang auditor
internal, sertifikasi QIA akan meningkatkan kemampuan profesionalnya.
Dalam hal ini kemampuan profesional merupakan kriteria untuk mengukur
keberhasilan auditor internal untuk melaksanakan tanggung jawab audit.
Semakin tinggi kemampuan profesional auditor internal akan semakin baik
hasil audit yang dilakukan, maka semakin berkualitas laporan audit internal
yang dihasilkannya.
Pengalaman dan pemahaman seorang auditor akan jenis dan karakteristik
kecurangan akan sangat membantu dalam hal penyusunan dan pelaksanaan
prosedur pemeriksaan. Ada kecenderungan pihak penyaji laporan keuangan
akan menyembunyikan kecurangan yang terjadi, untuk itu diperlukan auditor
internal yang benar-benar berpengalaman sesuai dengan bidang pemeriksaan
yang menjadi tugasnya.
Pengalaman yang lebih akan menghasilkan pengetahuan yang lebih.
Boner dan Walker (1994) dalam Herliansyah dan Ilyas (2006), mengatakan
bahwa peningkatan pengetahuan yang muncul dari pelatihan formal sama
bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus. Oleh karena itu,
12
pengalaman kerja telah dipandang segai suatu faktor penting bagi auditor
internal dalam mendeteksi fraud. Auditor yang rendah akan pengalaman
auditnya, memungkinkan mengabaikan informasi yang tidak relevan dan akan
kesulitan dalam mendeteksi fraud, terutama yang nilainya kecil, padahal
auditor harus memiliki kemampuan untuk mendeteksi fraud walaupun hanya
berjumlah kecil.
Dengan kata lain, kompleksitas tugas yang dihadapi sebelumnya oleh
seorang auditor internal akan menambah pengalaman serta pengetahuannya.
Sehingga akan menjadikan auditor internal itu sendiri handal dalam
mendeteksi fraud.
Akuntan memiliki hubungan yang unik dengan pengguna jasanya jika
dibandingkan dengan profesi lainnya. Profesi lain mendapatkan penugasan
dari pengguna jasa dan bertanggung jawab juga kepadanya, sementara akuntan
mendapat penugasan dan memperoleh fee dari perusahaan yang menerbitkan
laporan keuangan, namun bertanggung jawab kepada pengguna laporan
keuangan. Hubungan yang unik ini sering kali menempatkan akuntan pada
situasi-situasi dilematis, oleh sebab itu sangat penting bagi akuntan untuk
melaksanakan audit dengan kompeten dan tidak bias (Arens dan Loebbecke,
2000) dalam Purnamasari, (2006:3).
Penelitian mengenai pengalaman auditor pernah dilakukan oleh
Herliansyah dan Ilyas (2006), untuk menguji pengalaman auditor terhadap
penggunaan bukti dalam audit judgement. Hasil analisis menunjukkan bahwa
13
pengalaman auditor memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penggunaan
bukti dalam audit judgement.
Penelitian berikutnya yaitu Edy Herman (2009), meneliti pengalaman
dan skeptisme profesional auditor untuk mendeteksi kecurangan. Dalam hal
ini kemampuan mendeteksi kecurangan, dibutuhkan pengalaman dan
skeptisme profesional auditor.
Dari kedua peneliti tersebut, baik dari penelitian Herliansyah dan Ilyas
(2006), dan penelitian Edy Herman (2009), dengan melakukan pembedaan
sebagai berikut:
1. Sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) yang juga berperan dalam
kemampuan mendeteksi fraud.
2. Penelitian saat ini melakukan penelitian pada perusahaan-perusahaan
yang ada di Jakarta, yang sebelumnya dilakukan pada Kantor Akuntan
Publik (KAP).
Sedangkan persamaan dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah pada variabel independen yaitu, pengalaman auditor. Berdasarkan
uraian tesebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti pengalaman kerja
auditor internal dan pemberian sertifikasi QIA pada kemampuan dalam
mendeteksi fraud. Untuk itu penelitian ini diberi judul “Pengaruh Pemberian
Sertifikasi Qualified Internal Auditor dan Pengalaman Kerja Auditor
Internal Terhadap Kemampuan dalam Mendeteksi Fraud (Studi Empiris
pada Perusahaan di Jakarta)”.
14
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka permasalahan yang
akan diangkat adalah:
1. Apakah sertifikasi QIA berpengaruh terhadap kemampuan dalam
mendeteksi fraud?
2. Apakah pengalaman kerja Auditor Internal berpengaruh terhadap
kemampuan dalam mendeteksi fraud?
3. Apakah Sertifikasi QIA dan pengalaman kerja Auditor Internal
berpengaruh secara simultan terhadap kemampuan dalam mendeteksi
fraud?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini
memiliki tujuan. Adapun tujuan penelitan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk menguji dan mengetahui sejauh mana pengaruh
pemberian sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) dan pengalaman
kerja terhadap kemampuan dalam mendeteksi fraud.
2. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak,
diantaranya:
15
a. Bagi Profesi Auditor Internal
Menambah referensi guna meningkatkan profesionalisme dan
kemampuan dalam mendeteksi kecurangan (fraud) yang terjadi dalam
melaksanakan tugasnya sebagai auditor internal.
b. Bagi Perusahaan
Memberikan gambaran terhadap kemampuan auditor internal yang ada
atas kontribusi yang diberikan dalam meningkatkan profitabilitas
perusahaan. Sehingga dapat selektif dalam merekrut auditor internal
atau mengikut sertakan auditor internal yang ada.
c. Bagi Asosiasi Organisasi Profesi
Sebagai referensi tambahan guna meningkatkan pengetahuan secara
up-todate yang dikomunikasikan kepada auditor internal, agar
senantiasa mengeksplorasi pengetahuan dan kemampuannya.
d. Bagi Penelitian Selanjutnya
Menambah referensi dengan memberikan gambaran dan bukti empiris
mengenai kemampuan deteksi kecurangan yang mungkin terjadi dan
faktor- faktor yang mempengaruhinya.
e. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta
pemahaman tentang perbandingan antara teori dengan aplikasi yang
sebenarnya mengenai audit internal. Selain itu, penelitian ini untuk
memenuhi persyaratan dalam menempuh ujian Sarjana Ekonomi pada
16
Fakultas Ekonomi dan Bisnis program studi Akuntansi pada
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ruang Lingkup Audit Internal
1. Pengertian Audit
Menurut Agoes (2007:3), audit adalah suatu pemeriksaan yang
dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen,
terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta
catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya. Tujuan audit
adalah untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut.
Definisi audit yang sangat terkenal adalah definisi yang berasal dari
ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts) yang mendefinisikan
auditing sebagai suatu proses sistematik untuk menghimpun dan
mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang
berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat
kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah
ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang
berkepentingan (Halim, 2003:1).
Menurut STAN (2007), secara umum audit dapat diartikan sebagai
aktivitas pengumpulan dan pengujian data, yang dilakukan oleh pihak
yang kompeten dan independen, dalam rangka menentukan kesesuaian
18
informasi yang diaudit dengan standar/kriteria yang telah ditetapkan, untuk
disampaikan kepada para pihak yang membutuhkan/berkepentingan.
Dari definisi tersebut, dapat diuraikan 7 elemen yang harus
diperhatikan dalam melaksanakan audit, yaitu:
a. Proses yang sistematik
Auditing merupakan rangkaian proses dan prosedur yang bersifat
logis, terstruktur dan terorganisir.
b. Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara obyektif.
Proses sistematik yang dilakukan tersebut, merupakan proses untuk
menghimpun bukti yang mendasari asersi yang dibuat oleh individu
maupun entitas.
c. Asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi.
Asersi merupakan suatu pernyataan, atau suatu rangkaian pernyataan
secara keseluruhan, oleh pihak yang bertanggung jawab atas
pernyataan tersebut.
d. Menentukan tingkat kesesuaian (degree of correspondence).
Hal ini berarti menghimpun dan mengevaluasi bukti dimaksudkan
untuk menentukan dekat tidaknya atau sesuai tidaknya asersi dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
e. Kriteria yang ditentukan.
Kriteria yang ditentukan merupakan standar pengukur untuk
mempertimbangkan (judgment) asersi atau representasi.
19
f. Menyampaikan hasil-hasilnya
Hal ini berarti hasil audit dikomunikasikan melalui laporan tertulis
yang mengindikasikan tingkat kesesuaian antara asersi dan kriteria
yang telah ditentukan.
g. Para pemakai yang berkepentingan
Para pemakai yang berkepentingan merupakan para pengambil
keputusan yang menggunakan dan mengandalkan temuan yang
diinformasikan melalui laporan audit, dan laporan lainnya.
Dari definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa audit merupakan
suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara objektif mengenai informasi tingkat kesesuaian antara tindakan atau
peristiwa ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan. Hasil dari proses
tersebut kemudian dilaporkan kepada pihak yang membutuhkan, dimana
audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten di bidangnya.
2. Pengertian Audit Internal
Menurut Amrizal (2004), audit internal adalah suatu penilaian, yang
dilakukan oleh pegawai perusahaan yang terlatih mengenai ketelitian,
dapat dipercayainya, efisiensi, dan kegunaan catatan-catatan (akuntansi)
perusahaan, serta pengendalian intern yang terdapat dalam perusahaan.
Tujuannya adalah untuk membantu pimpinan perusahaan (manajemen)
dalam melaksanakan tanggungjawabnya dengan memberikan analisa,
penilaian, saran, dan komentar mengenai kegiatan yang diaudit.
20
Definisi audit internal menurut Konsorsium Organisai Profesi
Auditor Internal (2004), adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang
independen dan obyektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah
dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu
organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang
sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas
pengelolaan risiko, pengendalian, dan proses governance. Kegiatan-
kegiatan tersebut membantu organisasi yang bersangkutan mencapai
tujuan-tujuannya dengan mengevaluasi dan memperbaiki efektivitas
proses manajemen risiko, pengendalian, dan tata kelola (governance)
melalui pendekatan yang teratur dan sistematik.
Kegiatan assurance meliputi kegiatan penilaian bukti-bukti oleh
seorang auditor internal secara objektif sebagai dasar pemberian opini atau
kesimpulan yang independen mengenai suatu proses, sistem, dan
sebagainya. Sifat dan lingkup kegiatan assurance ditentukan oleh auditor
internal. Namun di samping auditor internal sebagai penilai, terdapat pihak
lain yang terlibat dalam kegiatan assurance, yaitu pemilik proses yang
dinilai (process owner) dan pengguna hasil penilaian (the user). Dengan
demikian terdapat tiga pihak yang terlibat dalam penugasan.
Kegiatan konsultasi pada dasarnya adalah kegiatan pemberian
saran/advis, dan biasanya dilakukan berdasarkan permintaan khusus dari
klien. Sifat dan lingkup kegiatan konsultasi tergantung pada kesepakatan
antara auditor internal dengan klien. Dalam kegiatan konsultasi terdapat
21
dua pihak yang terlibat, yaitu auditor internal sebagai pihak yang
memberikan advis dan klien yang meminta/menerima advis. Dalam
melakukan kegiatan konsultasi ini, auditor internal tetap dituntut untuk
memelihara objektivitas dan tidak menerima limpahan tanggung jawab
fungsi manajerial dari klien.
Audit internal ini dilakukan oleh seseorang yang berasal dari dalam
organisasi yang bersangkutan yang disebut sebagai auditor internal. Untuk
menjamin kelancaran tugas guna memperoleh suatu hasil yang
memuaskan secara independen dan objektif, auditor internal diberi
wewenang yang jelas dalam menjalankan tugasnya serta menempati
kedudukan khusus dalam struktur organisasi. Hal ini menekankan bahwa
auditor internal bertanggung jawab kepada pimpinan organisasi secara
langsung.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dijelaskan bahwa:
a. Auditor internal merupakan suatu aktivitas penilaian yang dilakukan
oleh pegawai organisasi itu sendiri.
b. Walaupun penilaian dilakukan oleh organisasi, namun sifat penilaian
yang dilakukan haruslah independen dan objektif.
c. Auditor internal bertanggung jawab kepada manajemen oganisasi
Sedangkan definisi audit internal yang dikemukakan oleh Sawyer
(2005) adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang
dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda
22
dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan
operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) resiko yang dihadapi
perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal
serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; (4)
Kriteria operasi yang memuaskan telah terpenuhi; (5) sumber daya telah
digunakan secara efisien dan ekonomis; dan (6) tujuan organisasi telah
dicapai secara efektif – semua dilakukan dengan tujuan untuk
dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi
dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.
Dari penjelasan tersebut secara keseluruhan dapat disimpulkan
bahwa audit internal merupakan suatu rangkaian proses dan teknis dimana
karyawan suatu perusahaan mencari kepastian atas keakuratan informasi
keuangan dan jalannya operasi sesuai dengan yang ditetapkan. Di samping
meningkatkan keandalan informasi dan memastikan dipatuhinya kebijakan
manajemen, lingkup pekerjaan audit internal yang meliputi perlindungan
terhadap harta perusahaan dan penilaian terhadap apakah penggunaan
sumber daya telah dilakukan secara ekonomis dan efisien. Dengan
demikian sangatlah jelas bahwa audit internal telah menjadi suatu alat
yang dominan bagi pimpinan perusahaan untuk memantau dan mengawasi
jalannya kegiatan operasional perusahaan.
3. Pengertian Auditor Internal
Pada mulanya, audit hanya terbatas pada kegiatan menguji,
mencocokan dan membuat laporan mengenai kewajaran laporan keuangan
23
suatu perusahaan. Dalam tahap ini, audit lebih banyak berperan pada
bidang finansial dimana bertujuan menemukan dan mencegah kecurangan
serta menemukan dan mencegah kesalahan. Auditor internal seluruh dunia
melakukan pekerjaan mereka secara berbeda, tergantung pada lingkup
audit yang diinginkan manajemen senior. Akibatnya, sulit mendefinisikan
berbagai aktivitas yang dilakukan auditor.
Menurut Mulyadi (2008:29), auditor internal adalah auditor yang
bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan
swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan
prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipenuhi,
menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi,
menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta
menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai organisasi.
Menurut Tunggal (2008:2), konsorsium organisasi profesi auditor internal
di indonesia mendefinisikan internal audit adalah kegiatan assurance dan
konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk
memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi.
Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui
suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan
meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian, dan proses
governance.
Institute of Internal Auditors dalam Boynton and Kell (2003), telah
menetapkan lima standar praktik pemeriksaan yang mengikat anggota-
24
anggotanya, yang meliputi masalah independensi, keahlian profesional,
ruang lingkup pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan audit, dan pengelolaan
departemen auditing internal. Norma pemeriksaan tersebut merupakan
indikator yang menentukkan kualitas jasa auditor internal dalam
melaksanakan praktik pemeriksaan. Kalau dikaitkan dengan tugas auditor
internal yang melakukan penilaian atas efektivitas pengendalian intern
perusahaan, semakin lengkap indikator tersebut dipatuhi oleh auditor
internal, semakin berkualitaslah hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh
auditor internal dan semakin meningkatkan pengendalian intern yang
berlaku dalam perusahaan.
Institute of Internal Auditors (2001), mendefinisikan audit internal
sebagai fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam perusahaan
untuk mempelajari dan mengevaluasi berbagai aktivitasnya sebagai
layanan bagi perusahaan. Audit internal adalah kegiatan penilaiaan yang
bebas dalam organisasi dan dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi,
keuangan, dan kegiatan operasional lainnya, dengan tujuan untuk
membantu semua anggota manajemen dan melaksanakan tanggung jawab
mereka dengan cara menyajikan, analisis, penilaian rekomendasi,
bimbingan, dan komentar-komentar penting mengenai kegiatan-kegiatan
tersebut Audit internal merupakan suatu alat bantu manajemen dalam
meningkatkan efektivitas intern perusahaan yang memberikan analisis,
rekomendasi, bimbingan serta informasi yang berhubungan dengan
aktivitas yang diperiksanya, melalui riview informasi, ketaatan terhadap
25
kebijakan, penggunaan sumber-sumber, serta riview program yang telah
dilaksanakan.
Definisi di atas jika diartikan sebagai berikut, auditor internal adalah
suatu aktivitas yang independen, objektif, memberikan jaminan dan
konsultasi yang dibuat untuk memberikan nilai serta meningkatkan operasi
suatu organisasi. Auditor internal membantu suatu organisasi untuk
mencapai tujuannya dengan membawa pendekatan yang sistematis dan
disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan keefektifan sistem
informasi akuntansi. auditor internal adalah profesi yang dinamis dan
berkembang yang mengantisipasi perubahan di dalam struktur organisasi,
profesi dan teknologi. Profesionalisme dan komitmen yang unggul
dilakukan di dalam kerangka kerja pelaksanaan yang telah ditetapkan oleh
The Institute of Internal Auditors.
Definisi terbaru tersebut bisa diketahui betapa auditor internal sudah
berkembang dan berubah dari hanya proses reperforming controls menjadi
suatu aktivitas yang memberikan nilai bagi perusahaan. Auditor internal
membentuk perusahaan dengan memeriksa sistem informasi akuntansi
tersebut Auditor internal diharapkan mampu membantu mengantisipasi
perubahan di dalam lingkungan usahanya dan melalui peran mereka,
perusahaan mampu menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan yang
berubah. Tidak hanya itu saja, auditor yang dulunya hanya melakukan
pemeriksaan terhadap laporan keuangan historis, sekarang auditor
berkepentingan untuk memberikan nilai yang berguna bagi perusahaan
26
untuk masa sekarang dan juga yang akan datang. Auditor diharapkan
mampu memberikan saran dan kontribusi bagi manajemen perusahaan atas
keputusan yang akan diambilnya dimasa yang akan datang juga dilibatkan
dalam perencanaan keputusan strategis perusahaan.
Pengertian tersebut mengandung beberapa hal, yaitu:
a. Internal menunjukkan bahwa auditing adalah dikerjakan dalam suatu
organisasi oleh para internal auditor.
b. Fungsi penilaian independen membuat auditing menjadi jelas bahwa
tidak ada keterbatasan atau rintangan pada pertimbangan auditor.
c. Ditetapkan menyatakan bahwa entitas secara khusus memberikan
kewenangan terhadap fungsi internal audit.
d. Menguji dan mangevaluasi menjelaskan sifat internal auditing pertama
mencari fakta dan evaluasi hasil.
e. Aktivitas menunjukan bahwa seluruh aktivitas organisasi berada dalam
lingkup internal audit, dan
f. Jasa kepada organisasi mengindikasikan bahwa internal auditing ada
untuk membantu atau memberi manfaat kepada organisasi.
Sistem pengendalian intern merupakan faktor yang menentukan
dapat dipercaya atau tidaknya laporan yang dihasilkan perusahaan. Dengan
demikian perlu adanya konsep-konsep yang mendasarinya, yaitu tanggung
jawab manajemen, jaminan yang memadai, metode pengolahan data dan
keterbatasan pengendalian. Auditor internal adalah proses pemeriksaan
audit yang dilakukan oleh bagian auditor internal terhadap pelaksanaan
27
keuangan perusahaan dan pelaksanaan kebijakan perusahaan sehingga
dapat dipercaya (Irawati, Yuke, dan Thio Anastaia Petrolina Mukhlasin
2008:6).
Dari beberapa ciri penting di atas, dapat disimpulkan bahwa ada 3
elemen fundamental auditor internal, yaitu:
a. Seorang auditor harus independen.
b. Auditor bekerja mengumpulkan bukti (evidence) untuk mendukung
pendapatnya.
c. Hasil pekerjaan auditor adalah laporan (report).
Jadi, kesimpulan dari keseluruhan penjelasan tersebut adalah audit
internal dilakukan oleh auditor internal yang profesional dan memiliki
pemahaman secara mendalam mengenai budaya kerja, sistem, dan
kegiatan operasional perusahaan. Aktivitas audit internal memberikan
jaminan bahwa pengendalian internal yang dijalankan perusahaan telah
cukup memadai untuk memperkecil terjadinya risiko, dan menjamin
bahwa kegiatan operasional perusahaan telah berjalan secara efektif dan
efisien, serta memastikan bahwa sasaran dan tujuan perusahaan telah
tercapai. Aktivitas audit internal yang dijalankan secara efektif akan
menjadi sesuatu yang sangat berharga di mata manajemen.
4. Perbedaan Antara Auditor Internal dan Auditor Eksternal
Aktivitas auditor internal dan auditor eksternal bisa jadi tumpang
tindih dalam hal penelaahan kecukupan kontrol pada fungsi akuntansi,
namun perbedaan antara kedua bidang ini jauh lebih banyak daripada
28
kesamaannya akibat adanya tujuan yang berbeda. Tanggung jawab auditor
eksternal adalah memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan,
yang bertujuan menentukan kewajaran penyajian posisi keuangan
perusahaan dan hasil untuk periode tersebut. Mereka juga meyakinkan
bahwa laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum Generally Accepted Accounting Principles (GAAP)
dan diterapkan secara konsisten dengan tahun sebelumnya, bahwa aktiva
telah diamankan dengan semestinya.
Dalam menjalankan tanggung jawab mereka secara efektif dan
bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah operasional
perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan kontrol serta
efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan. Auditor internal memiliki
peran yang penting dalam semua hal yang berkaitan dengan pengelolaan
perusahaan dan resiko terkait dalam menjalankan usaha. Penelaah internal
atas kontrol di bidang akuntansi merupakan hal yang penting, dan auditor
internal haruslah terlibat dalam hal ini, kerugian akibat proses produksi
yang salah, perekayasaan, pemasaran atau pengelolaan persediaan bisa jadi
lebih besar dibandingkan kerugian akibat kelemahan di bidang keuangan.
Audit eksternal memiliki fokus yang sempit, sementara auditor internal
memiliki ruang lingkup yang komprehensif.
Auditor eksternal tidak terlalu memperhatikan kecurangan atau
pemborosan yang tidak memiliki dampak yang signifikan, atau tidak
material terhadap laporan keuangan, di lain pihak auditor internal sangat
29
memperhatikan pemborosan dan kecurangan dari manapun sumbernya dan
sedikit apapun jumlahnya. Tabel berikut ini menyajikan tentang perbedaan
auditor internal dan eksternal.
Tabel 2.1
Perbedaan Auditor Internal dan Eksternal
No. Auditor Internal Auditor Eksternal
1 Merupakan karyawan perusahaan
Merupakan orang yang independen diluar perusahaan
2 Melayani kebutuhan organisasi, meskipun
fungsinya harus dikelola perusahaan
Melayani pihak ketiga yang memerlukan informasi
keuangan yang dapat diandalkan
3 Fokus pada kejadian-kejadian
di masa depan dengan mengevaluasi kontrol yang
dirancang untuk meyakinkan pencapaian tujuan organisasi
Fokus pada ketetapan dan
kemudahan pemahaman dari kejadian-kejadian masa lain
yang dinyatakan dalam laporan keuangan
4 Langsung berkaitan dengan pencegahan kecurangan dalam
segala bentuknya atau perluasan dalam setiap
aktivitas yang ditelaah
Sekali-kali memperhatikan pencegahan dan pendektesian
kecurangan secara umum, namun akan memberikan
perhatian lebih bila kecurangan tersebut akan mempengaruhi laporan keuangan secara
material
5 Menelaah aktivitas secara terus-menerus
Menelaah catatan-catatan yang mendukung laporan keuangan
secara periodik, biasanya satu tahun sekali
Sumber: (Sawyer's, 2005:7)
Sedangkan menurut Hery (2009), perbedaan utama antara audit
internal dengan audit eksternal adalah:
1. Audit internal: dilakukan oleh auditor internal yang merupakan orang
dalam perusahaan (pegawai perusahaan).
30
Audit eksternal: dilakukan oleh auditor eksternal (akuntan publik)
yang merupakan orang luar perusahaan.
2. Audit internal: pihak luar perusahaan menganggap auditor internal
tidak independen (in-appearance).
Audit eksternal: auditor eksternal adalah pihak yang independen.
3. Audit internal: tujuan pemeriksaan adalah untuk membantu
manajemen dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan
memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan
yang diperiksanya.
Audit eksternal: tujuan pemeriksaan adalah untuk memberikan
pendapat (opini) mengenai kewajaran laporan keuangan yang disusun
oleh manajemen perusahaan (klien).
4. Audit internal: laporan auditor internal tidak berisi opini mengenai
kewajaran laporan keuangan, tetapi berupa temuan audit mengenai
bentuk penyimpangan, kecurangan, kelemahan struktur pengendalian
intern, beserta saran-saran perbaikan (rekomendasi).
Audit eksternal: laporan auditor eksternal berisi opini mengenai
kewajaran laporan keuangan, selain itu juga berupa management letter
yang berisi pemberitahuan kepada pihak manajemen klien mengenai
kelemahan-kelemahan dalam sistem pengendalian intern beserta saran
perbaikannya.
5. Audit internal: pemeriksaan berpedoman pada Internal Auditing
Standards yang ditentukan oleh Institute of Internal Auditors, atau
31
pada Norma Pemeriksaan Internal yang ditentukan BPKP untuk
pengawasan internal dalam lingkungan BUMN/BUMD.
Audit eksternal: pemeriksaan berpedoman pada Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI(.
6. Audit internal: pemeriksaan internal dilakukan lebih rinci dan
memakan waktu sepanjang tahun, karena auditor internal mempunyai
waktu yang lebih banyak di perusahaannya.
Audit eksternal: pemeriksaan eksternal dilakukan secara acak
(samping), mengingat terbatasnya waktu dan audit fee.
7. Audit internal: penanggung jawab pemeriksaan intern tidak harus
seorang registered accountant.
Audit eksternal: pemeriksaan eksternal dipimpin oleh (penanggung
jawabnya adalah) seorang akuntan publik yang terdaftar dan
mempunyai nomor register.
8. Audit internal: tidak memerlukan client representation letter.
Audit eksternal: sebelum menyerahkan laporannya, auditor eksternal
terlebih dahulu harus meminta client representation letter.
32
9. Audit internal: auditor internal tertarik pada kesalahan-kesalahan yang
material maupun yang tidak material.
Audit eksternal: auditor eksternal hanya tertarik pada kesalahan-
kesalahan yang material, yang dapat mempengaruhi keawajaran
laporan keuangan.
Dari penjabaran tersebut di atas, dapat disimpulkan mengenai
perbedaan antara kedua auditor tersebut dimana tujuan dilaksanakannya
audit, pelaksana dari tugas pengauditan yakni auditor internal dilakukan
oleh bagian dari perusahaan tersebut. Sedangkan auditor eksternal harus
benar-benar tidak terikat oleh klien dan fokus auditor internal mengarah
kepada aktivitas masa yang akan datang dan melakukan pencegahan fraud
meskipun dalam jumlah kecil, sedangkan auditor eksternal tidak sebatas
pada aktivitas masa itu dan hanya memperhatikan tindak kecurangan yang
material.
5. Peran Auditor Internal
Peran yang dimainkan oleh Auditor Internal menurut Messier,
William F., Glover, Steven M., dan Prawitt, Douglas F. (2006:515-517)
dibagi menjadi dua kategori utama yaitu: jasa assurance dan jasa
konsultasi.
a. Jasa Assurance
33
Jasa assurance melibatkan penilaian objektif auditor internal atas bukti
untuk memberikan pendapat independen atau kesimpulan mengenai
suatu proses, sistem atau subjek masalah lain, jenis dan lingkup
perikatan assurance ditentukan oleh auditor internal, secara umum
terdapat tiga pihak yang terlibat dalam jasa assurance: (1) pemilik
proses, (2) auditor internal, dan (3) pengguna.
b. Jasa Konsultasi
Jasa konsultasi berbentuk pemberian saran dan umumnya dilakukan
atas permintaan khusus dari klien perikatan. Jenis dan lingkup
perikatan konsultasi memerlukan persetujuan dengan klien perikatan.
Jasa konsultasi umumnya melibatkan dua pihak: (1) auditor internal,
dan (2) klien perikatan. Ketika melaksanakan jasa konsultasi, auditor
internal harus menjaga objektivitasnya dan tidak memegang tanggung
jawab manajemen.
Sedangkan menurut Effendi (2006), ada 2 hal yang dapat
dilakukan oleh audit internal untuk dapat berperan dalam
meningkatkan kinerja perusahaan yaitu; Value added internal auditing
dan Risk Based Internal Auditing. Hal itu dijelaskan pada penjelasan di
bawah ini:
1) Value Added Internal Auditing (Internal auditing dengan
memberikan nilai tambah)
34
Value added adalah suatu audit dalam rangka peningkatan
profitabilitas serta kepuasan pelanggan. Audit internal perlu
menjaga hubungan baik dengan pihak audittee melalui monitoring
tindak lanjut serta menerima umpan balik (feed back) yang
dilakukan oleh audittee, ruang lingkup dari Value Added Internal
Auditing meliputi:
1. audit sistem informasi
2. audit kepatuhan
3. audit laporan keuangan
4. audit kinerja
2) Risk Based Internal Audit (Internal Audit Berdarkan Resiko)
Lebih difokuskan terhadap masalah parameter risk assesment yang
diformulasikan berdasarkan risk based audit plan. Manfaat yang
akan diterima audit internal jika menggunakan risk based audit
approach. Antara lain, auditor internal akan lebih efisien dan
efektif dalam melakukan audit. Sehingga bisa meningkatkan
kinerja auditor internal. Terdapat tiga aspek dalam risk based
auditing yaitu penggunaan faktor risiko (risk factor) dalam audit
planning, identifikasi independent risk dan assesment, dan
partisipasi dalam inisiatif risk management and processes.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peran dari auditor
internal adalah memberikan pendapat yang objektif dan independen
35
kepada klien atas bukti-bukti yang ada. Setelah itu memberikan saran atas
pendapat tersebut dalam rangka meningkatkan profitabilitas dan kepuasan
klien.
Menurut Hery (2009:107), keseluruhan tujuan pemeriksaan intern
adalah untuk membantu segenap anggota manajemen dalam
menyelesaikan tanggung jawab mereka secara efektif, dengan memberi
mereka analisis, penilaian, saran dan komentar yang objektif mengenai
kegiatan/hal-hal yang diperiksa. Untuk mencapai keseluruhan tujuan ini,
maka auditor internal harus melakukan beberapa aktivitas sebagai berikut:
a. Memeriksa dan menilai baik buruknya pengendalian atas akuntansi
keuangan dan operasi lainnya.
b. Memeriksa sampai sejauh mana hubungan para pelaksana terhadap
kebijakan, rencana dan prosedur yang telah ditetapkan.
c. Memeriksa sampai sejauh mana aktiva perusahaan
dipertanggungjawabkan dan dijaga dari berbagai macam bentuk
kerugian.
d. Memeriksa kecermatan pembukuan dan data lainnya yang dihasilkan
oleh perusahaan.
e. Menilai prestasi kerja para pejabat/pelaksana dalam menyelesaikan
tanggung jawab yang telah ditugaskan.
Kemudian Hery (2009), menetapkan beberapa tujuan utama
pemeriksaan intern adalah untuk meyakinkan:
a. Keandalan Informasi
36
Pemeriksa internal harus meninjau keandalan (reliabilitas dan
integritas) berbagai informasi finansial dan pelaksanaan pekerjaan atau
operasi, serta berbagai cara yang dipergunakan untuk mengidentifikasi,
mengukur, mengklasifikasi, dan melaporkan informasi.
b. Kesesuaian dengan Kebijaksanaan, Rencana, Prosedur dan Peraturan
Perundang-undangan
Pemeriksa internal harus meninjau sistem yang telah ditetapkan untuk
memastikan kesesuaiannya untuk memastikan kesesuaiannya dengan
berbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur, ketentuan perundang-
undangan dan peraturan yang dimiliki. Jadi pemeriksa intern
bertanggung jawab dalam menentukan apakah sistem tersebut telah
mencukupi dan efektif serta apakah berbagai kegiatan yang
diperiksanya benar-benar telah memenuhi persyaratan yang
diperlukan.
c. Perlindungan terhadap Harta
Pemeriksa internal harus meninjau berbagai alat atau cara yang
digunakan untuk melindungi harta terhadap berbagai jenis kerugian
seperti kerugian yang diakibatkan oleh pencurian, kegiatan yang ilegal
atau tidak pantas dan, bila dipandang perlu, memverifikasi keberadaan
dari suatu harta atau aktiva. Pada saat memverifikasi keberadaan suatu
harta, pemeriksa harus mempergunakan prosedur pemeriksaan yang
sesuai dan tepat.
d. Penggunaan Sumber Daya secara Ekonomis dan Efisien
37
Pemeriksa yang berhubungan dengan keekonomisan dan efisiensi
penggunaan sumber daya haruslah mengidentifikasi berbagai keadaan
seperti:
1) fasilitas-fasilitas yang tidak dipergunakan sepenuhnya,
2) pekerjaan yang tidak produktif,
3) berbagai prosedur yang tidak dapat dibenarkan berdasarkan
pertimbangan biaya, dan
4) terlalu banyak atau sedikitnya jumlah staf.
e. Pencapaian Tujuan
Pemeriksa internal haruslah menilai pekerjaan, operasi, atau program
untuk menilai apakah hasil yang dicapai telah sesuai dengan tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan, dan apakah pekerjaan, operasi, atau
program tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan rencana.
Kebutuhan akan pengambilan keputusan yang cepat dan akurat,
persaingan yang ketat, serta pertumbuhan dunia usaha menuntut dukungan
penggunaan teknologi. Dalam era globalisasi dan era informasi ini, kunci
sukses bagi organisasi terletak pada kemampuannya dalam memanfaatkan
teknologi informasi. Sebagai konsultan internal, keberhasilan auditor
internal sangat tergantung pada kemampuan dalam memberikan nilai
tambah bagi organisasi melalaui pemanfaatan teknologi informasi secara
efektif.
Keberhasilan auditor internal juga sangat tergantung pada
kemampuannya dalam mengelola resiko. Auditor internal diharapkan
38
dapat mengembangkan cara-cara yang proaktif dalam mengantisipasi
resiko yang dapat menghambat tercapainya tujuan perusahaan.
Pemahaman atas penilaian resiko akan meningkatkan kualitas fungsi audit
internal. Karena setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu
diliputi dengan berbagai resiko, maka manajemen resiko yang efektif akan
sangat diperlukan. Penting bagi auditor internal untuk memahami masalah
manajemen resiko yang ditimbulkan dari globalisasi, sehingga resiko
global ini nantinya akan dapat dikelola secara lebih baik dan
komprehensif.
Pertumbuhan usaha tidak akan terjadi tanpa kesediaan perusahaan
untuk mau menerima resiko yang baru; tujuan perusahaan tidak akan
tercapai jika perusahaan tidak berani menempatkan asset-nya di bidang
yang beresiko, dan usaha tidak akan berkembang tanpa kesediaan
perusahaan untuk mau mengambil resiko dalam bersaing. Resiko-resiko
ini mau tidak mau harus ditempuh perusahaan dalam pasar global yang
penuh dengan persaingan. Auditor internal akan menganalisa setiap proses
bisnis kunci secara rinci dan fokus terhadap kegiatan operasional
perusahaan yang mengandung resiko. Pemanfaatan atas fungsi audit
internal akan dapat memperkecil resiko global. Resiko global ini
ditimbulkan dari berbagai faktor, dan masing-masingnya harus
diidentifikasi serta dievaluasi, auditor internal harus dapat menentukan
mana dari resiko-resiko ini yang sifatnya dapat dikendalikan dan mana
yang tidak dapat dikendalikan.
39
Efektifitas audit internal dalam mencegah, mendeteksi, dan
mengoreksi tindakan kecurangan (fraud) yang terjadi dilingkungan
perusahaan juga sangat relevan dengan tuntutan reposisi peran auditor
internal. Sebagaimana kita ketahui, bahwa tindakan kecurangan otomatis
akan merugikan perusahaan baik dalam bentuk kehilangan harta
perusahaan maupun “pengikisan” terhadap sistem dan budaya kerja
perusahaan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa auditor
internal memiliki peran sebagai penilai dari proses manajemen secara
independen meskipun mereka bekerja pada perusahaan tersebut, dan harus
mampu memberikan rekomendasi atas permasalahan yang dihadapi oleh
perusahaan yang menjadikan audit internal memiliki nilai tambah yang
positif dan menjadi pihak yang membantu manajemen dalam
melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. Peran auditor internal
dapat dikatakan berhasil apabila auditor internal mampu mengelola resiko
yang terjadi pada perusahaan, hal ini tentu harus didukung oleh perusahaan
untuk menerima resiko-resiko yang baru dalam bersaing.
B. Sertifikasi
Agar dapat menjalankan fungsinya secara efektif, auditor internal harus
dibekali dengan pengetahuan tertentu. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh
dari pengalaman maupun pendidikan. Selain pendidikan formal yang telah
dimiliki, auditor internal harus mengikuti pendidikan tertentu sesuai dengan
bidang tugasnya. Selain itu, dia juga harus meng-update pengetahuannya
40
setiap saat dengan pendidikan yang dikenal dengan istilah Pendidikan Profesi
Berkelanjutan (PPL). Sebagaimana pada auditor eksternal (akuntan publik)
yang mengenal istilah Pendidikan Profesi Berkelanjutan (PPL), maka dalam
lingkungan auditor internal atau SPI pun dikenal hal serupa. Pendidikan bagi
auditor internal atau SPI harus dilakukan secara bertingkat (berjenjang) dan
kontinyu. Di Amerika Serikat PPL bagi auditor intenal disebut Continuing
Professional Development (CPD). Dalam PPL tersebut diatur pengetahuan apa
saja yang harus dimiliki auditor internal dapat melakukan tugas pemeriksaan,
pengawasan, dan pengendalian secara efektif. Disamping PPL, di lingkungan
profesi auditor dikenal juga istilah sertifikasi, yaitu pengakuan kemampuan
profesional bagi profesi tertentu yang dapat dijadikan sebagai persyaratan
untuk melakukan praktik profesi tertentu pada suatu tempat tertentu. PPL dan
sertifikasi ibarat saling berhubungan ibarat dua sisi mata uang yang tak dapat
dipisahkan.
Untuk dapat diberikan sertifikasi seseorang harus memiliki pengetahuan
tertentu dan mengikuti ujian. Sertifikasi untuk auditor eksternal di Indonesia
dinamakan BAP (Bersertifikat Akuntan Publik) yang dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI). Untuk memperolah sertifikasi tersebut seseorang
harus mengikuti Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP). Sedangkan di
Amerika Serikat sertifikasi untuk akuntan publiknya dinamakan Certified
Public Accountant (CIA), yang dikeluarkan oleh AICPA. Sertifikasi bagi
auditor internal di Amerika Serikat dinamakan Certified Internal Auditor
(CIA), yang dikeluarkan olah Institute of Internal Auditors (IIA). Sertifikasi
41
ini menunjukkan kompetensi seseorang terhadap prinsip-prinsip audit internal
untuk dapat melakukan praktik audit internal yang diakui (diterima) tidak
hanya oleh dunia usaha di Amerika Serikat tetapi juga dunia internasional.
Untuk dapat memperoleh sertifikasi tersebut, seorang auditor internal harus
mengikuti pendidikan dan membuat suatu laporan (report) selama 80 jam PPL
yang dinamakan Continuing Professional Development (CPD) setiap dua
tahun. 40 jam diambil sebelum ujian CIA dan 40 jam lagi setelah ujian.
Tujuan sertifikasi tersebut di samping sebagai prasyarat suatu profesi, juga
untuk mengantisipasi pemberlakuan pasar bebas. Bagi audito r internal
sertifikasi tersebut di atas merupakan kualitas tertinggi yang harus dicapai
agar dapat menjalankan fungsi yang lebih optimal, sehingga dapat dijadikan
benchmark atau tujuan bagi peningkatan kualitas SDMnya. Untuk dapat
mencapai tujuan tersebut diperlukan upaya yang sistematis dan kerja keras
yang berkelanjutan.
Menurut YPIA (2008), QIA (Qualified Internal Auditor) adalah gelar
kualifikasi dalam bidang internal auditing, yang merupakan simbol kualitas
dan professionalisme individu yang menyandang gelar tersebut. Gelar QIA
merupakan pengakuan bahwa penyandang gelar telah memiliki pengetahuan
dan ketrampilan yang sejajar dengan kualifikasi internal auditor tingkat
internasional.
QIA diberikan oleh suatu Dewan Sertifikasi yang terdiri dari atas pakar
maupun praktisi senior dalam bidang internal auditing. Saat ini YP1A adalah
42
satu-satunya lembaga yang diberi kepercayaan oleh Dewan Sertitikasi untuk
menyelenggarakan pendidikan dan ujian sertifikasi QIA.
Gelar QIA diberikan kepada para kandidat yang telah lulus dari ±20
jenis ujian yang diselenggarakan dalam lima tingkat pendidikan sebagai
berikut :
Sumber: www.ypia.co.id (2008)
Melalui Surat Edaran Kepala BPKP Nomor : SE-80/K/1988, tanggal 26
Januari 1988, jenjang dalam auditor SPI dibagi menjadi Pelaksana, Ketua
Tim, Pengawas, dan Penaggung jawab. Masing-masing jenjang harus
memiliki pendidikan minimal yang dipersyaratkan. Berikut ini diuraikan
penjelasan singkat mengenai tugas dan pengetahuan yang harus dimiliki untuk
tiap jenjang SPI:
1. Pelaksana
Pelaksana bertugas untuk:
43
a. Melaksanakan prosedur prosedur audit berdasarkan program audit
yang telah disusun.
b. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan tugas dalam kerja audit.
c. Memiliki pengetahuan mengenai Dasar-dasar Auditing.
d. Memiliki pengetahuan Peraturan Perundang-undangan serta
Komunikasi dan Psikologi dalam Audit.
e. Memiliki pengetahuan/pemahaman dasar mengenai kegiatan yang
diperiksa seperti pengetahuan produksi, pembelian, pemasaran,
perkreditan dan lain- lain.
2. Ketua Tim
Ruang lingkup Ketua Tim meliputi antara lain persiapan, pelaksanaan dan
menyusun laporan hasil audit. Selain itu fungsi dari ketua tim juga
membimbing dan mereview hasil pekerjaan para pelaksana. Untuk dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik, di samping pengetahuan yang harus
dimiliki pelaksana; Ketua Tim harus mendapatkan tambahan
pengetahuann lain, yaitu pengetahuan tentang Pemeriksaan Pengelolaan,
Sampling Statistik Dalam Audit dan Pengelolaan Tugas Audit.
3. Pengawas
Pengawas bertugas menilai pekerjaan yang berkaitan dengan penyusunan
program audit, pelaksanaan audit dan laporan hasil audit, serta membahas
hasil audit dengan pimpinan obyek yang diperiksa. Dalam kaitan dengan
44
tugas tersebut di atas pengawas harus mengetahui apa tugas yang dimiliki
oleh pelaksana dan Ketua Tim. Di samping itu seorang pengawas juga
harus memiliki tambahan pengetahuan mengenai Pengelolaan Tugas Audit
dan Pengetahuan Dasar Mengenai Kebijaksanaan Pemerintah Di Bidang
Pengawasan.
4. Penanggung Jawab
Penanggung jawab adalah pimpinan tertinggi unit organisasi pengawasan.
Penaggung jawab bertugas untuk mengendalikan pelaksanaan audit dan
mambahas masalah yang prinsipil dari hasil audit dengan pimpinan
tertinggi obyek yang diperiksa. Untuk dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik, di samping harus mengetahui pengetahuan yang dimiliki
pelaksana, Ketua Tim dan Pengawas; penanggung jawab juga harus
mendapatkan pengetahuan tambahan mengenai kebijaksanaan pemerintah
di bidang pengawasan dan pengetahuan mengenai pengelolaan tugas audit.
Dalam Hery (2009) Kurikulum Pendidikan dan Pelatihan
Pengetahuan yang diberikan dalam pendidikan ini terdiri dari pengetahuan
audit, pengetahuan pengelolaan tugas audit dan pengetahuan bidang yang
diaudit. Pengetahuan pemeriksaan terdiri dari:
a. Dasar-Dasar Auditing
b. Pemeriksaan Pengelolaan
c. Komunikasi dan Psikologi dalam Audit
d. Sampling Statistik dalam audit
45
Pengetahuan pengelolaan tugas audit terdiri dari:
a. Pengelolaan tugas audit
b. Kebijaksanaan pemerintah di bidang pengawasan
Pengetahuan bidang yang diperiksa terdiri dari:
a. Perundang-Undangan
b. Bidang kegiatan yang diperiksa
Bidang-bidang yang diaudit beraneka ragam dan masing-masing
memerlukan pemahaman secara tersendiri. Oleh karenanya pengetahuan
mengenai bidang-bidang yang diperiksa ini akan diberikan sebagai mata
pelajaran pilihan. Setiap peserta dapat memilih pengetahuan mengenai bidang-
bidang yang diaudit yang akan dipelajarinya, sesuai dengan kebutuhannya.
C. Pengalaman Kerja Auditor Internal
Menurut Suraida (2005), pengalaman audit adalah pengalaman auditor
dalam melakukan audit laporan keuangan, baik dari segi lamanya waktu
maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani. Pengalaman kerja telah
dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja auditor
(Sularso dan Na’im, 1999; Bonner, 1990; Davis, 1997; Jeffrey, 1992; dalam
Sasongko, Basuki, dan Hendaryatno, (2007:11). Pengalaman auditor akan
semakin berkembang dengan bertambahnya pengalaman audit, diskusi
mengenai audit dengan rekan sekerja, pengawasan dan review oleh akuntan
senior, mengikuti program pelatihan dan penggunaan Standar Auditing.
46
Menurut Christiawan (2005), pengalaman auditor internal akan terus
meningkat seiring dengan semakin lamanya profesi audit internal dilakukan
serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang diaudit. Lamanya
audit yang pernah dilakukan akan menambah dan memperluas
pengetahuannya di bidang akuntansi dan auditing yang pernah diterimanya
saat pendidikan formal dan pelatihan.
Menurut Herliansyah ( 2006), mempelihatkan bahwa seseorang dengan
lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang memiliki lebih banyak hal yang
tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan suatu pemahaman
yang baik mengenai peristiwa-peristiwa. Maka, dengan adanya pengalaman
kerja yang semakin lama, diharapkan auditor dapat semakin baik dalam
pendeteksian yang terjadi dalam perusahaan.
Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, akuntan harus
menjalani latihan teknis yang cukup luas, termasuk dimilikinya pendidikan
umum yang sepadan. Asisten muda yang baru memasuki pekerjaan
pemeriksaan harus memperoleh pengalaman profesionalnya dengan supervisi
dan pengkajian ulang (review) hasil pekerjaannya secara memadai oleh
atasannya yang lebih berpengalaman.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa,
pengalaman kerja akan menambah pengetahuan dan memperluas pengetahuan
dalam melaksanakan tugas profesinya, kompleksitas transaksi yang terjadi di
tempatnya bekerja memberikan kelebihan pengetahuan dibandingkan dengan
auditor yang hanya menangani transaksi perusahaan yang lebih sedikit. Ini
47
berarti auditor yang memiliki pengalaman yang lebih banyak akan lebih
mampu dalam mendeteksi fraud.
D. Lingkup Pendeteksian Fraud
1. Pengertian Fraud
Menurut Tunggal (2000), fraud secara singkat dinyatakan sebagai
suatu penyajian yang palsu atau menyembunyikan fakta yang material
yang menyebabkan seseorang memiliki sesuatu. Berdasarkan pengertian
tersebut dapat diambil kesimpulan mengenai definisi fraud yaitu salah satu
bentuk perbuatan kejahatan (illegal act), kecurangan dapat dilakukan siapa
saja yang memiliki insentif atau di bawah tekanan (pressure) yang
memberikan alasan untuk melakukan fraud, memiliki kesempatan
(opportunity), yaitu pelaku memiliki alasan rasional (pembenaran) atas
tindakan kecurangan tersebut. Kemudian kecurangan bisa terjadi di mana
saja, yaitu di perusahaan bisnis, pada organisasi pemerintah, bahkan pada
suatu lembaga sosial. Fraud adalah suatu bentuk tindakan menutupi
(concealment), tidak jujur (deceitful), suatu pengkhianatan terhadap
amanah (violation of trust).
2. Unsur-unsur fraud
Menurut tunggal (2000), kecurangan terdiri dari 7 unsur yang apabila
tidak terdapat salah satu dari ketujuh unsur tersebut, maka tidak ada
kecurangan yang dilakukan. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:
a. Harus terjadi penyajian yang keliru
48
b. Dari suatu masa lampau atau sekarang
c. Faktanya bersifat material
d. Dilakukan secara sengaja atau tanpa adanya perhitungan
e. Dengan maksud, tujuan atau niat untuk menyebabkan suatu pihak
beraksi
f. Pihak terluka harus beraksi terhadap kekeliruan penyajian
mengakibatkan kerugian.
3. Pendeteksian Kecurangan
Ramaraya (2008), menyatakan bahwa pendeteksian kecurangan
bukan merupakan tugas yang mudah dilaksanakan oleh auditor, di literatur
yang ada beberapa faktor yang teridentifikasi yang menjadikan
pendeteksian kecurangan menjadi sulit dilakukan, sehingga auditor gagal
dalam usaha mendeteksi kecurangan tersebut. Faktor- faktor penyebab
tersebut diantaranya: karakteristik terjadinya kecurangan, standar
pengauditan mengenai pendeteksian kecurangan, lingkungan pekerjaan
audit yang mengurangi kualitas audit, metode dan prosedur audit yang
tidak efektif dalam pendeteksian kecurangan. Identifikasi atas faktor-
faktor penyebab, menjadi dasar untuk kita memahami kesulitan dan
hambatan auditor menjalankan tugasnya dalam mendeteksi kecurangan.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan tersebut, bahwa
kecurangan dapat dilakukan oleh siapa saja, kondisi apa saja, di mana saja,
49
memiliki kesempatan, dan adanya pembenaran tindakan tersebut. Fraud
yang terjadi harus terdapat unsur-unsur hingga dapat dikategorikan fraud.
Kemampuan seorang auditor internal dalam mendeteksi fraud bukan
merupakan hal yang mudah dan harus terus ditingkatkan setiap saat. Dan
faktor- faktor yang menyebabkan seorang auditor gagal dalam mendeteksi
fraud harus diidentifikasi yang menjadi dasar pelaksanaan tugas
profesionalnya serta lebih meningkatkan kewaspadaan dalam tindak fraud
yang terjadi.
E. Penelitian Terdahulu
Pada penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya,
diantaranya yaitu:
50
Tabel 2.2
Tabel Penelitian Terdahulu
Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Variabel
yang Diteliti
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian (Kesimpulan)
Edy Herman (2009)
Pengaruh Pengalaman dan Skeptisme Profesional Auditor Terhadap Pendeteksian Kecurangan
1. Pengalaman auditor (X1) 2. Skeptisme profesional
auditor (X2) 3. Pendeteksian
kecurangan (Y)
Sampel: auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di wilayah DKI Jakarta Metode multiple regression
Pengalaman (X1) dan skeptisme profesional auditor (X2) secara simultan berpengaruh signifiikan terhadap pendeteksian kecurangan (Y). Variabel skeptisme profesional (X2) memiliki nilai standardized coefficients beta terbesar (0,613) yang berarti variabel skeptisme profesional (X2) paling dominan.
Ismayanti (2009)
Pengaruh Keahlian dan Tanggung Jawab Auditor Internal Terhadap Kemampuan Mendeteksi Kecurangan serta Pencegahan Tindak Kecurangan (Fraud)
1. Keahlian auditor internal (X1)
2. Tanggung jawab auditor internal (X2)
3. Kemampuan mendeteksi kecurangan (Y)
Sampel: senior auditor internal, junior auditor internal, supervisor, manajer pada perusahaan di Jakarta dan peserta sertifikasi YPIA Metode anlisis jalur
Keahlian auditor internal (X1) dan tanggung jawab auditor internal (X2) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan (Y). Variabel keahlian auditor internal (X1) dan tanggung jawab auditor internal (X2) hanya menjelaskan kemampuan mendeteksi kecurangan (Y) sebesar 38,7%
Bersambung ke halaman berikutnya
51
Tabel 2.2 (Lanjutan)
Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Variabel
yang Diteliti
Metodologi
Penelitian Hasil Penelitian (Kesimpulan)
Suzy Novianti (2007)
Skeptisme, Profesionalisme Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan
1. Skeptisme auditor (X1) 2. Profesionalisme auditor
internal (X2) 3. Mendeteksi kecurangan
(Y)
Sampel: Auditor yang bekerja pada KAP di Jakarta
Profesionalisme Auditor (X2) berpengaruh positif dalam mendeteksi kecurangan (Y). skeptisme auditor tidak berpengaruh positif dalam mendeteksi kecurangan.
Santi Yustini (2009)
Pengaruh Peran Komite Audit dan Auditor Internal dalam Pendeteksian Kecurangan
1. Peran komite audit (X1) 2. Peran auditor internal
(X2) 3. Pendeteksian
kecurangan (Y)
Sampel: anggota (IKAI) dan auditor internal pada perusahaan publik dan swasta di Jakarta metode regresi berganda
Variabel peran komite audit dan auditor internal secara individu maupun bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pendeteksian kecurangan
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
52
F. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
1. Variabel pemberian sertifikasi QIA dengan kemampuan dalam
mendeteksi fraud
Sertifikasi QIA merupakan kriteria dari profesionalisme auditor
internal. Dimana kemampuan dalam mendeteksi kecurangan juga
merupakan bagian dari program pendidikan sertifikasi QIA dan
menunjukkan kompetensi serta profesionalisme auditor internal.
Sertifikasi QIA akan meningkatkan kemampuan professional auditor
internal. Semakin tinggi kemampuan professional auditor internal maka
akan semakin baik kemampuan dalam mendeteksi kecurangan dan
semakin baik pula hasil audit yang dilakukan atau dengan kata lain
semakin berkualitas laporan audit internal yang dihasilkannya (Hery:
2009).
QIA (Qualified Internal Auditor) adalah gelar kualifikasi dalam
bidang internal auditing, yang merupakan simbol kualitas dan
professionalisme individu yang menyandang gelar tersebut. Gelar QIA
merupakan pengakuan bahwa penyandang gelar telah memiliki
pengetahuan dan ketrampilan yang sejajar dengan kualifikasi internal
auditor tingkat internasional (YPIA: 2008).
Berdasarkan dari penjelasan tersebut, dalam penelitian ini akan
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ha1 : Pemberian sertifikasi QIA berpengaruh signifikan terhadap
kemampuan dalam mendeteksi fraud.
53
2. Variabel pengalaman auditor internal dengan kemampuan dalam
menteteksi fraud
Herman (2009) meneliti pengalaman auditor, menurut Herman
seorang dengan pengalaman lebih pada suatu bidang kajian tertentu,
mempunyai lebih banyak hal yang disimpan dalam ingatannya. Oleh
karena itu, dengan bertambahnya pengalaman auditing, jumlah
kecurangan yang diketahui oleh auditor diharapkan akan bertambah.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dalam penelitian ini akan dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
Ha2 : Pengalaman auditor internal berpengaruh signifikan terhadap
kemampuan dalam mendeteksi fraud.
G. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini ingin membuktikan apakah terdapat pengaruh antara
pemberian sertifikasi QIA dan pengalaman kerja auditor internal terhadap
kemampuan dalam mendeteksi fraud. Awal penelitian ini dilakukan dengan
mengamati seluruh perusahaan yang ada di wilayah DKI Jakarta dan
menyeleksi perusahaan-perusahaan yang memiliki auditor internal. Dalam
proses penyeleksian ini digunakan teknik convineince sampling yaitu memilih
perusahaan sampel berdasarkan kemudahan. Selanjutnya dari sampel yang
terpilih, peneliti menetapkan sebagai lokasi penelitian. Adapun variabel
endogen yaitu pemberian sertifikasi QIA dan pengalaman kerja auditor
internal. Selain itu, penelitian ini juga melibatkan satu variabel eksogen yaitu
54
kemampuan dalam mendeteksi fraud. Selanjutnya, data diperoleh dengan cara
menyebar kuesioner yang akan menjadi data primer.
Kerangka penelitian teoretis dalam model simultan ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
55
Gambar 2.1
Kerangka Penelitian
X1
Sertifikasi QIA
X2
Pengalaman Kerja
Y
Kemampuan Dalam
Mendeteksi Fraud
Fraud di Indonesia dan
Luar Negeri
Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas b. Uji Reabilitas
Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolonieritas b. Uji Heteroskedastisitas
c. Uji Normalitas
Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi b. Uji F Statistik
c. Uji t Statistik
Interpretasi
Kesimpulan dan Saran
56
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau
lebih. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen,
yaitu pemberian sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) dan pengalaman
kerja auditor internal terhadap variabel dependen, yaitu kemampuan dalam
mendeteksi fraud. Populasi dari penelitian ini adalah auditor internal pada
perusahaan yang ada di DKI Jakarta.
B. Metode Penentuan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
convenience sampling, yaitu istilah umum yang mencakup variasi luasnya
prosedur pemilihan responden. Convenience sampling berarti unit sampling
yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur,
dan bersifat kooperatif (Hamid, 2007:30). Metode convenience sampling
digunakan karena peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel dengan
cepat dari elemen populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti. Responden
yang digunakan dalam penelitian ini adalah staf auditor internal yang bekerja
pada perusahaan yang ada di DKI Jakarta. Jadi, sampel ditentukan
berdasarkan kemudahan dan kebutuhan bagi peneliti.
57
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu
penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder
(Indriantoro dan Supomo, 2002:150). Peneliti memperoleh data yang
berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal,
skripsi, directory Yayasan Pendidikan Internal Auditor (YPIA) 2010,
internet dan perangkat lain yang berkaitan dengan kemampuan dalam
mendeteksi fraud.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan, peneliti
memperoleh data langsung dari pihak pertama (data primer). Pada
penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah auditor internal yang
masih aktif bekerja pada perusahaan yang ada di wilayah DKI Jakarta.
Pengumpulan data kuisioner dilakukan dengan teknik personally
administered questionnaires, yaitu kuisioner disampaikan dan
dikumpulkan langsung oleh peneliti (Indriantoro dan Supomo, 2002:154).
D. Metode Analisis
Metode analisis data menggunakan uji kualitas data, uji asumsi klasik dan uji
hipotesis.
58
1. Uji Kualitas Data
Instrumen penelitian ini adalah instrumen kuesioner yang valid dan
reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang
valid dan reliabel.
a. Uji Validitas
Pengujian validitas dilakukan untuk membuktikan sejauh mana data
yang terdapat dalam kuesioner dapat mengukur apa yang seharusnya
diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan suatu yang akan diukur. Pengujian
validitas dilakukan dengan bantuan program SPSS Versi 17 dengan
metode Pearson Correlation. Jika korelasi antara skor masing-masing
butir pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikansi di
bawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid dan
sebaliknya.
b. Uji Reliabilitas
Setelah melakukan validitas instrumen penelitian tahap selanjutnya
adalah mengukur reliabilitas data dan instrumen penelitian, reliabilitas
mengukur konsistensi dari data yang dikumpulkan. Kuesioner
dikatakan reliabel (handal) jika jawaban seseorang terhadap pernyataan
adalah konsisten dari waktu ke waktu (Ghozali, 2005). Uji reliabilitas
hanya dapat dilakukan setelah suatu instrumen telah dipastikan
instrumennya. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini untuk
menunjukan tingkat reliabilitas konsistensi internal. Teknik yang
59
digunakan dalam penelitian ini adalah alpha crobach karena
menggunakan jenis data likert.
Penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS versi 17 di
dalam menghitung alpha cronbach untuk menginterpretasikan nilai
alpha yang diperoleh, digunakan kriteria korelasi menurut Sugiono
(2003) yaitu :
Tabel 3.1
Kriteria Korelasi
Range Korelasi
0,00 – 0,200 Sangat Rendah
0,02 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Tinggi
0,80 – 0,100 Sangat Tinggi
2. Uji Asumsi Klasik
Adapun pengujian yang dilakukan diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antarvariabel
independen.
60
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikoloneritas di dalam
model regresi dapat dilihat dari:
1. Nilai tolerance atau lawannya
2. Variance Inflation Factor (VIF)
Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi, nilai
cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolonieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai
VIF > 10. (Ghozali, 2005)
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varians pada pengamatan
tersebut tetap, maka disebut “homoskedastisitas” dan jika berbeda
disebut “heteroskedastisitas.” Model regresi yang baik adalah
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Gozali, 2005).
c. Uji Normalitas
Uji Normalitas memiliki tujuan untuk menguji apakah variabel
dalam sebuah model regresi, variabel independen, variabel dependen,
atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi
yang baik adalah distribusi data normal mendekati normal. Deteksi
normalitas dengan penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari
grafik. Dasar pengambilan keputusan, jika data menyebar di sekitar
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi
61
mengikuti asumsi normalitas, sedangkan jika data jauh dari garis
diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas
(Santoso, 2002:214).
3. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model
regresi berganda. Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi
besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen
yang sudah diketahui besarnya (Santoso, 2004:163). Model ini digunakan
untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap
variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam
suatu persamaan linier (Indriantoro dan Supomo, 2002:211). Variabel
independen terdiri dari pemberian sertifikasi Qualified Internal Auditor
(QIA) dan Pengalaman Kerja Auditor Internal. Sedangkan variabel
dependennya adalah kemampuan dalam mendeteksi fraud.
Adapun rumus persamaan regresi berganda yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Keterangan:
Y : Kemampuan Dalam Mendeteksi Kecurangan
X1 : Pengalaman Kerja Auditor Internal
X2 : Sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA)
a : Konstanta
62
b : Koefisien
e : Error
pengujian hipotesis dilakukan melalui:
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk menentukan
seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel
dependen, maka perlu diketahui nilai koefisien determinasi (Adjusted
R-Square). Jika Adjusted R-Square adalah sebesar 1 berarti fluktuasi
variable dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel dependen.
Nilai adjusted R-Square berkisar hampir 1, berarti semakin kuat
kemampuan variabel independen untuk dapat menjelaskan variabel
dependen. Sebaliknya, jika nilai adjusted R-Square semakin mendekati
angka 0 berarti semakin lemah kemampuan variabel independen
menjelaskan fluktuasi independen (Gozali, 2001:82).
b. Uji Statistik F
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Uji statistik F
digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen
yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap
variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05 (Ghozali,
2005:84). Menurut Santoso (2004:120) dasar pengambilan keputusan
adalah sebagai berikut:
63
1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau
Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel
independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel dependen atau terikat.
2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau
Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel
independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen atau terikat.
c. Uji t-statistik
Uji t-statistik menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh masing-masing variabel independen secara individual
terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05
(Ghozali, 2005:84).
Menurut Santoso (2004:168) dasar pengambilan keputusan adalah
sebagai berikut:
1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau
Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau
bebas tidak mempunyai pengaruh secara individual terhadap
variabel dependen atau terikat.
2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau
Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen
64
atau bebas mempunyai pengaruh secara individual terhadap
variabel dependen atau terikat.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemampuan dalam
mendeteksi fraud sebagai variabel dependen sedangkan pemberian sertifikasi
QIA dan pengalaman kerja internal auditor sebagai variabel independen.
Dalam bagian ini, penelitian menguraikan definisi operasional dan pengukuran
masing-masing variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel bebas dan mempengaruhi
variabel lain (dependen). Variabel independen dalam penelitian ini
adalah sertifikasi QIA dan pengalaman kerja auditor internal.
a. Sertifikasi QIA (X1)
QIA (Qualified Internal Auditor) adalah gelar kualifikasi
dalam bidang internal auditing, yang merupakan simbol kualitas dan
professionalisme individu yang menyandang gelar tersebut. Gelar
QIA merupakan pengakuan bahwa penyandang gelar telah memiliki
pengetahuan dan ketrampilan yang sejajar dengan kualifikasi internal
auditor tingkat internasional (YPIA: 2008). Setiap responden diminta
untuk menjawab 5 (lima) butir pertanyaan yang berkaitan dengan 5
poin penilaian dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), kurang
setuju (3), setuju (4) sampai sangat setuju (5).
65
b. Pengalaman Kerja Auditor Internal (X2)
Pengalaman merupakan rentang yang telah digunakan oleh
auditor internal terhadap pekerjaan atau tugas di dalam mengaudit.
Penggunaan pengalaman ini didasarkan pada asumsi bahwa tugas
yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk
belajar melakukannya dengan baik. Untuk mengukur pengalaman
digunakan instrumen yang dikembangkan oleh Taufik (2008).
Instrumen ini terdiri dari 11 (sebelas) butir pertanyaan. Responden
diminta untuk memberikan tanggapan dengan menjawab pertanyaan
yang berkaitan dengan 5 poin penilaian dari sangat tidak setuju (1),
tidak setuju (2), kurang setuju (3), setuju (4) sampai sangat setuju
(5).
2. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah variabel tidak bebas atau yang
dipengaruhi variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini ada lah
kemampuan dalam mendeteksi kecurangan. Kecurangan adalah salah saji
atau hilangnnya jumlah atau pengugkapan dalam laporan keuangan yang
disengaja. Pengukuran kemampuan pendeteksian kecurangan dilakukan
dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Herman
(2009), melalui 10 (sepuluh) pertanyaan. Jawaban tanggapan tersebut
dirancang dengan skala ordinal, dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju
(2), kurang setuju (3), setuju (4) sampai sangat setuju (5).
66
Tabel 3.2
Operasional Variabel Penelitian
Variabel Sub
Variabel Indikator
No. Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran Pemberian Sertifikasi
QIA
(X₁) (Sumber:
Hery (2009))
Singkronisasi dengan
kemampuan
1. Kemampuan deteksi fraud secara akurat
2. Menghindari tindakan yang merugikan perusahaan
3. Sensitifitas akan fraud 4. Menjunjung
efektivitas dan efisiensi
5. Value added atas pemegang QIA
1 2
3 4 5
Ordinal
Pengalaman Kerja
Auditor Internal
(X₁) (Sumber:
Taufik (2008))
Kemampuan audit dan lamanya
kerja
1. Pengalaman auditor internal
2. Rentang waktu kerja sebagai auditor internal
3. Rekomendasi yang diharapkan perusahaan
4. Kepercayaan penugasan audit
5. Kemampuan deteksi kecurangan
6. Prospek karir 7. Kemampuan dalam
menganalisis dan mengatasi masalah
8. Kemudahan dalam mendeteksi kekeliruan dan penyelesaiannya
9. Kecenderungan sikap 10. Memudahkan dalam
penyusunan dan pelaksanaan prosedur
11. Penentuan kemampuan
6 7 8 9
10
11 12
13
14
15
16
Ordinal
Bersambung ke halaman berikutnya
67
Tabel 3.2 (Lanjutan)
Variabel Sub Variabel Indikator No. Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran Kemampuan
dalam Mendeteksi
Fraud (Y)
(Sumber: Herman (2009))
Pemahaman dan
pengetahuan fraud
1. Identifikasi indikator fraud
2. Tingkat materialitas 3. Memahami jenis-
jenis fraud 4. Kemampuan yang
memadai oleh auditor internal
5. Standar pengauditan 6. Kewaspadaan
terhadap SPI 7. Assesmen secara
seksama 8. Partisipasi auditor
internal dalam mendesain aktifitas pencegahan dan pendeteksian fraud
17
18 19
20
21 22
23
24
Ordinal
68
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap auditor yang bekerja pada
perusahaan yang berada di wilayah Jakarta. Auditor yang berpartisipasi
dalam penelitian ini meliputi ketua tim, supervisor, dan anggota.
Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner
penelitian secara langsung kepada responden yang bekerja pada
perusahaan di wilayah Jakarta. Penyebaran serta pengembalian kuesioner
dilaksanakan mulai tanggal 25 Desember 2010 hingga 30 Januari 2011.
Peneliti mengambil sampel sebanyak 11 (sebelas) perusahaan dari
keseluruhan perusahaan yang berada di wilayah Jakarta, dengan peta
distribusi yang terlihat dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1
Data Distribusi Sampel Penelitian
No. Nama Perusahaan Kuisioner
dikirim Kuisioner
dikembalikan
1. PT. Jasa Raharja Putera 5 3
2. Bank Kalsel 3 3
3. PT. Konavi 5 4
4. PT. Wika 5 3
5. PT. PLN 5 4
6. PT. Bhaktimulyo Adilanggeng 7 7
Bersambung pada halaman selanjutnya
69
No. Nama Perusahaan Kuisioner
dikirim
Kuisioner
dikembalikan
7. PT. Bumi Aksara Group 10 9
8. PT. PGN (Persero) Tbk 5 5
9. PT. Emekon 7 5
10. PT. PDAM 5 4
11. PT. Pertamina 5 4
Total 60 51
Sumber: Data Primer
Kuesioner yang disebarkan berjumlah 60 buah dan jumlah kuesioner
yang kembali adalah sebanyak 51 kuesioner atau 85%. Kuesioner yang
tidak kembali sebanyak 9 buah atau 15%. Kuesioner yang dapat diolah
berjumlah 43 buah atau 72%, sedangkan kuesioner yang tidak dapat diolah
karena tidak diisi secara lengkap oleh responden sebanyak 8 buah atau
13%. Gambaran mengenai data sampel ini dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Data Sampel Penelitian
No. Keterangan Auditor Persentase
1. Jumlah kuesioner yang disebar 60 100%
2. Jumlah kuesioner yang kembali 51 85%
3. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 9 15%
4. Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah 8 13%
5. Jumlah kuesioner yang dapat diolah 43 72%
Sumber: Data primer yang diolah
2. Karakteristik Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah auditor internal yang bekerja
pada perusahaan di Jakarta. Berikut ini adalah deskripsi mengenai identitas
responden penelitian yang terdiri dari jenis kelamin, pendidikan terakhir,
jabatan dalam penugasan audit, dan pengalaman kerja responden.
70
a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.3 berikut menunjukkan hasil uji deskripsi responden
berdasrkan jenis kelamin.
Tabel 4.3
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Pria 36 83.7 83.7 83.7
Wanita 7 16.3 16.3 100.0
Total 43 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sekitar 36 orang atau
83,7% responden didominasi oleh jenis kelamin pria, dan sisanya
sebesar 7 orang atau 16,3% responden berjenis kelamin wanita.
b. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir
Tabel 4.4 menunjukkan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan pendidikan terakhir.
Tabel 4.4
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid S2 6 14.0 14.0 14.0
S1 28 65.1 65.1 79.1
D3 8 18.6 18.6 97.7
SMA 1 2.3 2.3 100.0
Total 43 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
71
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berpendidikan terakhir Strata Satu (S1) dengan jumlah 28
responden atau 65,1%. Sisanya sebanyak 8 orang atau 18,6%
berpendidikan terakhir Diploma III (D3), sebanyak 6 orang atau 14%
berpendidikan terakhir Strata Dua (S2) dan sebanyak 1 orang atau
2,3% berpendidikan terakhir SMA.
c. Deskripsi responden berdasarkan jabatan dalam penugasan audit
Tabel 4.5 menunjukkan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan jabatan dalam penugasan audit.
Tabel 4.5
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan dalam
Penugasan Audit
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ketua Tim 7 16.3 16.3 16.3
Supervisor 16 37.2 37.2 53.5
Anggota 20 46.5 46.5 100.0
Total 43 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.5 diatas diperoleh informasi bahwa
mayoritas responden sebanyak 20 orang atau sebesar 46,5%
menduduki posisi sebagai Anggota. Responden yang menduduki
jabatan sebagai supervisor sebanyak 16 orang atau 37,2% dan sisanya
adalah ketua tim sebanyak 7 orang atau sekitar 16,3%.
72
d. Karakteristik responden berdasarkan pengalaman kerja
Tabel 4.4 menunjukkan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan pengalaman kerja.
Tabel 4.6
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid < 1 Tahun 10 23.3 23.3 23.3
1-3 Tahun 21 48.8 48.8 72.1
> 3 Tahun 12 27.9 27.9 100.0
Total 43 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas
responden atau sebanyak 48,8% atau sekitar 21 auditor memiliki
pengalaman bekerja 1-3 tahun, 23,3% atau sekitar 10 auditor memiliki
pengalaman kerja kurang dari 1 tahun dan sisaya 27,9% atau sekitar 12
auditor memiliki pengalaman di atas 3 tahun.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi
pemberian sertifikasi QIA, pengalaman kerja auditor internal, dan
kemampuan dalam mendeteksi fraud akan diuji secara statistik deskriptif
seperti yang terlihat dalam tabel 4.7.
73
Tabel 4.7
Hasil Uji Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
QIA 43 10 25 20.42 2.9296
PKA 43 17 52 42.67 6.5818
KMF 43 10 40 32.40 5.3414
Valid N (listwise) 43
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.7 menjelaskan bahwa pada variabel pemberian sertifikasi
QIA jawaban minimum responden sebesar 10 dan maksimum sebesar 25,
dengan rata-rata total jawaban 20,42 dan standar deviasi sebesar 2,9296.
Variabel pengalaman kerja auditor internal jawaban minimum responden
sebesar 17 dan maksimum sebesar 52, dengan rata-rata total jawaban
42,67 dan standar deviasi sebesar 6,5818. Pada variabel kemampaun
dalam mendeteksi fraud minimum jawaban responden sebesar 10 dan
maksimum sebesar 40, dengan rata-rata total jawaban 32,40 dan standar
deviasi sebesar 5,3414.
2. Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Uji Validitas
Tabel 4.8 menunjukkan hasil uji validitas dari tiga variabel yang
digunakan.
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas
Butir
Pernyataan
Pearson
Corelation
Sig
(2-Tailed)
Keterangan
QIA1 0,669** 0,000 Valid
QIA2 0,806** 0,000 Valid
QIA3 0,763** 0,000 Valid
Bersambung ke halaman selanjutnya
74
Tabel 4.8 (lanjutan)
Butir
Pernyataan
Pearson
Corelation
Sig
(2-Tailed)
Keterangan
QIA4 0,709** 0,000 Valid
QIA5 0,719** 0,000 Valid
PKA1 0,488** 0,001 Valid
PKA2 0,612** 0,000 Valid
PKA3 0,651** 0,000 Valid
PKA4 0,751** 0,000 Valid
PKA5 0,768** 0,000 Valid
PKA6 0,743** 0,000 Valid
PKA7 0,838** 0,000 Valid
PKA8 0,750** 0,000 Valid
PKA9 0,634** 0,000 Valid
PKA10 0,803** 0,000 Valid
PKA11 0,833** 0,000 Valid
KMF1 0,879** 0,000 Valid
KMF2 0,866** 0,000 Valid
KMF3 0,800** 0,000 Valid
KMF4 0,857** 0,000 Valid
KMF5 0,754** 0,000 Valid
KMF6 0,801** 0,000 Valid
KMF7 0,770** 0,000 Valid
KMF8 0,750** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.8 menunjukkan variabel pemberian sertifikasi QI ِ A
(QIA), pengalaman kerja auditor internal (PKA), dan kemampuan
dalam mendeteksi fraud (KMF) memiliki kriteria valid untuk setiap
item pernyataan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal ini
berarti bahwa semua item pernyataan yang digunakan dalam penelitian
ini mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur pada kuesioner
tersebut.
b. Hasil Uji Reliabilitas
Tabel 4.9 menunjukkan hasil uji reliabilitas untuk tiga variabel
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.
75
Tabel 4.9
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’s
Alpha Keterangan
Pemberian Sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA)
0,787 Reliabel
Pengalaman Kerja Auditor
Internal 0,769 Reliabel
Kemampuan dalam Mendeteksi Fraud
0,790 Reliabel
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.9 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel
pemberian sertifikasi qualified internal auditor sebesar 0,787,
pengalaman kerja auditor internal sebesar 0,769, serta kemampuan
dalam mendeteksi fraud sebesar 0,790. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena
mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang digunakan akan
mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti bila pernyataan
itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang relatif sama dengan
jawaban sebelumnya.
3. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Multikolonieritas
Tabel 4.10 menunjukkan hasil uji multikolonieritas untuk tiga
variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.
76
Tabel 4.10
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -1.950 2.259 -.863 .393
QIA .426 .162 .234 2.628 .012 .427 2.340
PK .601 .072 .741 8.329 .000 .427 2.340
a Dependent Variable: KMK
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.10 diatas terlihat bahwa nilai tolerance
mendekati angka 1 dan nilai variance inflation factor (VIF) disekitar
angka 2 untuk setiap variabel, yang ditunjukkan dengan nilai tolerance
0,427 dan 0,427 serta VIF sebesar 2,340 dan 2,340 untuk variabel
pemberian sertifikasi qualified internal auditor, dan pengalaman kerja
auditor. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model persamaan
regresi tidak terdapat problem multiko dan dapat digunakan dalam
penelitian ini.
b. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau
keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang
baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.
77
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
Observed Cum Prob
1.00.80.60.40.20.0
Exp
ecte
d C
um P
rob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: KMK
Sumber: Data primer yang diolah
Gambar 4.1 memperlihatkan penyebaran data yang berada
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, ini
menunjukkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi
normalitas.
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Gambar 4.2 menjunjukkan hasil uji heteroskedastisitas. Deteksi
ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan
ZPRED.
78
Gambar 4.2
Grafik Scatterplot
Regression Standardized Predicted Value
210-1-2-3-4
Reg
ressio
n S
tan
dard
ized
Resid
ual
3
2
1
0
-1
-2
-3
Scatterplot
Dependent Variable: KMK
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan gambar 4.2, grafik scatterplot menunjukkan bahwa
data tersebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan
tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut. Hal
ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model persamaan
regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi
kemampuan dalam mendeteksi fraud berdasarkan variabel yang
mempengaruhinya, yaitu pemberian sertifikasi qualified internal
auditor, dan pengalaman kerja auditor internal.
4. Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis
regresi berganda (multiple regression analysis), yaitu:
79
a. Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi ditunjukkan pada tabel 4.11 berikut.
Tabel 4.11
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .930a .865 .858 2.01184
a. Predictors: (Constant), QIA, PKA
b. Dependent Variable: KMF
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.11 menunjukkan nilai R sebesar 0,930 atau 93%. Hal ini
berarti bahwa hubungan atau korelasi antara faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan dalam mendeteksi fraud adalah kuat
karena berada di atas 0,5. Nilai Adjusted R Square sebesar 0,858 atau
85,8%, ini menunjukkan bahwa variabel kemampuan dalam
mendeteksi kecurangan yang dapat dijelaskan oleh variabel pemberian
sertifikasi qualified internal auditor, dan pengalaman kerja auditor
adalah sebesar 85,8%, sedangkan sisanya sebesar 0,142 atau 14,2%
(1-0,858) dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak disertakan
dalam model penelitian ini, seperti penelitian terkait dengan tindak
kecurangan, presure atau tekanan pihak manajemen, dan salary yang
tidak atau kurang memuaskan.
80
b. Hasil Uji Statistik t
Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut ini.
Tabel 4.12
Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -1.950 2.259 -.863 .393
QIA .426 .162 .234 2.628 .012
PKA .601 .072 .741 8.329 .000
a. Dependent Variab le: KMF
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil Uji Hipotesis 1: Pengaruh pemberian sertifikasi qualified
internal auditor terhadap kemampuan dalam mendeteksi fraud.
Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.12, variabel pemberian
sertifikasi qualified internal auditor mempunyai tingkat signifikansi
sebesar 0,012. Hal ini berarti menerima Ha1 sehingga dapat dikatakan
bahwa pemberian sertifikasi qualified internal auditor berpengaruh
secara signifikan terhadap kemampuan dalam mendeteksi fraud karena
tingkat signifikansi yang dimiliki variabel pemberian sertifikasi
qualified internal auditor lebih kecil dari 0,05.
Hasil Uji Hipotesis 2: Pengaruh pengalaman kerja auditor
terhadap kemampuan dalam mendeteksi fraud.
Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.12, variabel pengalaman
kerja auditor internal mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,000.
Hal ini berarti menerima Ha2 sehingga dapat dikatakan bahwa
81
pengalaman kerja auditor berpengaruh secara signifikan terhadap
kemampuan dalam mendeteksi fraud karena tingkat signifikansi yang
dimiliki variabel risiko audit lebih kecil dari 0,05.
Berdasarkan tabel 4.12, maka diperoleh model persamaan regresi
sebagai berikut.
Keterangan:
Y = Kemampuan dalam mendeteksi fraud
X₁ = Pemberian sertifikasi Qualified Internal Auditor
X₂ = Pengalaman kerja auditor
e = Error
c. Hasil Uji Statistik F
Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut.
Tabel 4.13
Hasil Uji Statistik F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1036.379 2 518.190 128.03 .000a
Residual 161.900 40 4.047
Total 1198.279 42
a. Predictors: (Constant), QIA, PKA
b. Dependent Variable: KMF
Sumber: Data primer yang diolah
Y = -1,950 +0,426X₁-0,601X₂+e
82
Hasil Uji Hipotesis 3: Pengaruh pemberiaan sertifikasi qualified
internal auditor dan pengalaman kerja auditor terhadap
kemampuan dalam mendeteksi fraud.
Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.13 nilai F diperoleh
sebesar 128,03 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat
signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha3 diterima, sehingga dapat
dikatakan bahwa pemberian sertifikasi qualified internal auditor
berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kemampuan
dalam mendeteksi fraud.
C. Pembahasan
1. Pengaruh pemberian sertifikasi qualified internal auditor terhadap
kemampuan dalam mendeteksi fraud
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel
pemberian sertifikasi qualified internal auditor 0,012 < 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa pemberian sertifikasi qualified internal auditor
berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan dalam mendeteksi
fraud. Hal ini dikarenakan proses dalam mendapatkan sertifikasi QIA,
auditor internal diwajibkan mengikuti pendidikan berdasarkan
jenjang/tingkat yang telah diteapkan oleh Yayasan Pendidikan Internal
Auditor (YPIA) berdasarkan standarisasi Institute Internal Auditor’s (IIA).
Setelah memperoleh sertifikasi tersebut, internal auditor tidak begitu saja
selesai meraih gelar QIA, namun harus melaksanakan PPL serta
83
mengeksplorasi pengetahuan dan kemampuannya dalam bidang internal
audit. Sehingga auditor internal tidak hanya sekedar mendapatkan
pengakuan, tetapi benar-benar kompeten dan mendapatkan kepercayaan
(trust) dalam penugasan auditnya. Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian Soetrisno (2008).
2. Pengaruh pengalaman kerja auditor terhadap kemampuan dalam
mendeteksi fraud
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel
pengalaman kerja auditor 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa pengalaman kerja auditor berpengaruh secara signifikan terhadap
kemampuan dalam mendeteksi fraud. Hubungan antara pengalaman kerja
auditor dengan kemampuan dalam mendeteksi fraud bersifat positif. Jadi,
auditor internal yang semakin banyak memiliki pengalaman, maka auditor
internal akan memiliki ketelitian, kecermatan dan tanggap terhadap
kesalahan atau kekeliruan yang timbul, sehingga auditor internal memiliki
kemampuan dalam mendeteksi fraud yang baik. Dan jika dibandingkan
dengan auditor internal yang masih minim pengalamannya akan
cenderung kesulitan dalam mendeteksi fraud yang terjadi. Hasil penelitian
ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Herman (2009) yang
menyatakan bahwa pengalaman kerja auditor berpengaruh positif
signifikan terhadap kemampuan dalam mendeteksi fraud.
84
3. Pengaruh pemberian sertifikasi qualified internal auditor dan
pengalaman kerja auditor terhadap kemampuan dalam mendeteksi
fraud
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa pemberian sertifikasi
qualified internal auditor dan pengalaman kerja auditor berpengaruh
secara simultan dan signifikan terhadap kemampuan dalam mendeteksi
fraud. Dengan demikian, auditor internal yang memiliki pengalaman yang
cukup lama dan telah mendapatkan pengakuan profesinya yaitu sertifikasi
Qualified Internal Auditor (QIA) cenderung lebih mampu dalam
melakukan pendeteksian fraud. Sehingga auditor internal memiliki
kontribusi terhadap perusahaan yang diauditnya. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan Herliansyah dan Ilyas (2006),
Soetrisno (2008), dan Herman (2009).
85
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian
sertifikasi qualified internal auditor (QIA) dan pengalaman kerja auditor
internal terhadap kemampuan dalam mendeteksi fraud. Responden penelitian
ini berjumlah 43 orang auditor yang bekerja pada perusahaan yang ada di
wilayah Jakarta. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan
pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan
model regresi berganda, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemberian sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) berpengaruh
secara signifikan terhadap kemampuan dalam mendeteksi fraud. Hal ini
dapat dijelaskan oleh besarnya tingkat signifikansi sebesar 0,012. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Soetrisno
(2008) yang menyatakan bahwa pemberian sertifikasi Qualified Internal
Auditor berpengaruh secara signifikan terhadap penghentian prematur atas
prosedur audit.
2. Pengalaman kerja auditor berpengaruh secara signifikan terhadap
kemampuan dalam mendeteksi fraud. Pengaruh ini dapat dijelaskan oleh
besarnya tingkat signifikansi sebesar 0,000. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Herman (2009) yang
86
menyatakan bahwa pengalaman kerja auditor berpengaruh secara
signifikan terhadap kemampuan dalam mendeteksi fraud.
3. Pemberian sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) dan pengalaman
kerja auditor berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap
kemampuan dalam mendeteksi fraud. Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Herliansyah dan Ilyas (2006),
Soetrisno (2008), dan Herman (2009).
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas menunjukkan bahwa variabel
pemberian sertifikasi qualified internal auditor berpengaruh secara signifikan
terhadap kemampuan dalam mendeteksi fraud. Dalam menjalankan penugasan
audit, seorang auditor internal dituntut untuk meningkatkan kualitas audit
yang dihasilkannya. Semakin tinggi kekeliruan maupun fraud yang dapat
terdeteksi akan semakin akurat dan berkualitas hasil audit yang dilakukan
auditor internal, sehingga tingkat kepercayaan pihak internal dan eksternal
perusahaan terhadap profesi auditor internal akan meningkat. Jika hal tersebut
terjadi secara terus menerus maka profesi seorang auditor internal akan
mendapatkan kepercayaan (trust) dari para pengguna laporan keuangan, yang
pada akhirnya eksistensi profesi auditor internal akan bertahan.
Oleh karena itu, seorang auditor internal dalam melaksanakan
penugasan audit hendaknya mempertimbangkan pengetahuan dan pemahaman
terhadap standar profesi dan kode etik auditor internal serta mengikuti
87
pendidikan dalam memperoleh sertifikasi yang diakui profesionalitasnya,
sehingga auditor internal secara terus menerus meningkatkan mutu dan
kualitas auditnya dalam menghadapi berbagai situasi yang terjadi, terutama
tindak fraud. Dengan demikian, kepercayaan pihak internal dan eksternal
perusahaan yang memiliki kepentingan atas laporan keuangan semakin
meningkat.
C. Keterbatasan
Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan yang dapat dimaksimalkan
oleh penelitian selanjutnya, yaitu:
1. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya terdapat dua variabel
independen dan satu variabel dependen.
2. Jumlah sampel yang digunakan masih terbatas pada lingkup wilayah DKI
Jakarta dengan total sebelas perusahaan.
3. Jumlah pengembalian kuesioner yang relatif sedikit, dan
ketidaksempurnaan pengisian sehingga ada kuesioner yang tidak layak
untuk diolah.
D. Saran
Saran-saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya, adalah
sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel
independen lainnya, baik yang berasal dari faktor eksternal maupun faktor
88
internal auditor atau menambahkan variabel moderating guna mengetahui
variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi dan memperkuat atau
memperlemah variabel dependen.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel
penelitian serta memperluas wilayah sampel penelitian, bukan hanya di
Jakarta tetapi juga di kota-kota besar lainnya, sehingga dapat diperoleh
hasil penelitian dengan tingkat generalisasi yang lebih tinggi.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan metode penelitian
yang berbeda seperti metode wawancara langsung kepada responden untuk
memperoleh data yang lebih berkualitas.
4. Penelitian selanjutnya agar lebih memperhatikan waktu penelitian. Waktu
penelitian diharapkan tidak dilakukan pada waktu sibuk auditor. Sehingga
tingkat pengembalian (respon rate) kuesioner dapat lebih tinggi, dan
mendapatkan hasil yang lebih akurat.
89
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. “Auditing (Pemeriksaan Akuntan) Oleh Kantor Akuntan Publik Jilid I”, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
Jakarta, 2007. Amrizal. “Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan oleh Internal Auditor”,
BPKP, Jakarta, 2004.
Boynton, William C. and Kell, Walter G. “Modern Auditing”, Erlangga, Jakarta, 2003.
Chamber’s, Richard F. “Improving Integrity and Fighting CorroptionWith Strong Internal Audit”, Institute of Internal Auditor (IIA) Learning Center, IIA,
2004. Christiawan, Yulius Jogi. “Aktivitas Pengendalian Mutu Jasa Audit Laporan
Keuangan Historis”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.7 No.1 hal. 61-88, Mei 2005.
Effendi, M. Arief. “Perkembangan Profesi Internal Audit Abad 21”, Universitas
Internasional, Batam, 2006.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”,
Universitas Diponegoro, Semarang, 2005. Halim, Abdul. “Auditing 1 (Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan)”, Akademi
Manajemen Perusahaan YKPN, Yogyakarta, 2003.
Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Skripsi FEIS”, UIN PRESS, Jakarta, 2007. Herliansyah, Yudhi dan Ilyas, Meifida. “Pengaruh Pengalaman Auditor
Terhadap Penggunaan Bukti Tidak Relevan dalam Audit Judgement”, Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang, 2006.
Herman, Edy. “Pengaruh Pengalaman dan Skeptisme Profesional Auditor
Terhadap Pendeteksian Kecurangan”, Skripsi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, UIN Syahid Jakarta, 2009.
Hery. “Fenomena Auditor Internal”, Atma Jaya, Jakarta, 2009. Ikatan Akuntan Indonesia. “Standar Profesional Akuntan Publik”, Jakarta:
Salemba Empat, 2001.
90
Indriantoro, Nur dan Bambang Soepomo. “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen”, BPFE, Yogyakarta, 2002. Institute of Internal Auditors (IIA). “The Role of Internal Audit in Corporate
Governance and Management”, Florida: The Institute of Internal Auditors 2001.
Irawati, Yuke dan Thio Anastasia Petronila Mukhlasin. “Hubungan Karakteristik
Personal Auditor Terhadap Tingkat Penerimaan Penyimpangan Perilaku
Dalam Audit”, artikel diakses tanggal 5 Juni 2009, dari http://pustaka-akuntansi.co.cc/sna9.html.
Messier, William F., Glover, Steven M., dan Prawitt, Douglas F. “Auditing and
Assurance Services A Systematic Approach”, Edisi 4, Buku Dua, Salemba
Empat, Jakarta, 2006.
Mulyadi. “Sistem Akuntansi”, Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2008. Noviyanti, Suzy. “Skeptisme Profesional Auditor dalam Mendeteksi
Kecurangan”, Konferensi Akuntansi Pertama Universitas Indonesia, Depok, 2007.
Purnamasari. “Sifat Machiavellian dan Pertimbangan Etis: Antiseden
Independensi dan Perilaku Etis Auditor”, hal. 13. UNIKA Soegijapranata,
Semarang, 2006.
Ramaraya, Tri. “Pendetaksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan oleh Auditor Eksternal”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No.1 (Hal.23-33)
Santoso, Singgih. “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2004. Sasongko, Basuki dan Hendaryatno. “Internal Auditor dan Dilema Etika”,
www.theakuntan.com, 2007.
Sawyer’s. “Internal Auditing”, Salemba Empat, Jakarta, 2005. Soetrisno, Fitri, “Hubungan Auditor Internal Bersertifikasi Qualified Internal
Auditor (QIA) dengan Kualitas Komunikasi Hasil Penugasan”, Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Widyatama, 2008.
Standar Profesi Audit Internal. “Konsorsium Organisasi Profesi Auditor
Internal”, Jakarta, 2004.
91
Suraida, Ida. “Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko Audit
Terhadap Skeptisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik”, Sosiohumaniora, Vol.7, hal.186-202, November 2005.
Surat Edaran Kepala BPKP Nomor : SE-80/K/1988, tanggal 26 Januari 1988 Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik.
“Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik”, Tangerang: Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang, 2007.
Tugiman, Hiro. “Pandangan Baru Internal Auditing”, Yogyakarta: Kanisius, 2004.
Tunggal, Amin Widjaja. “Memahami Internal Auditing”, Harvarindo, Jakarta,
2008.
____________________. “Principle of Internal Auditor”, Harvarindo, Jakarta,
2010. www.ypia.co.id, 2008.diakses tanggal 20 Januari 2010.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
92
93
94
LEMBAR KUESIONER
PENGARUH PEMBERIAN SERTIFIKASI QUALIFIED INTERNAL AUDITOR
DAN PENGALAMAN KERJA AUDITOR INTERNAL
TERHADAP KEMAMPUAN DALAM MENDETEKSI KECURANGAN
Oleh:
Syahroni Romadhoni
1060 8200 2684
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
KONSENTRASI AUDITING
2010
95
96
Identitas Responden
Berilah tanda silang (X) sesuai dengan jawaban yang Anda pilih
1. No. Kuesioner : ……
2. Jenis Kelamin : Pria Wanita
3. Pendidikan Terakhir Anda : SMU D3 S1 S2 S3 Lainnya ……
4. Nama Perusahaan :
5. Jabatan :
6. Lama Bekerja (Aud. Intern) : …… tahun
Kriteria Penilaian
Penilaian akan mendapat skor sebagai berikut:
No. Jenis Jawaban Bobot
1 SS = Sangat Setuju 5
2 S = Setuju 4
3 R = Ragu 3
4 TS = Tidak Setuju 2
5 STS = Sangat Tidak Setuju 1
97
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda silang (X) yang menurut
pendapat Anda paling tepat.
PEMBERIAN SERTIFIKASI QIA
No. Pertanyaan Jawaban
STS
(1)
TS
(2)
R
(3)
S
(4)
SS
(5)
1
Internal Auditor yang telah memperoleh sertifikasi
QIA memiliki kemampuan dalam mendeteksi
kecurangan secara akurat
2
Dengan sertifikasi QIA, Internal Auditor cenderung
menghindari t indakan yang merugikan perusahaan
tempatnya bekerja
3
Dengan sertifikasi QIA, Internal Auditor sangat
sensitif terhadap tindak kecurangan yang terjadi pada
laporan keuangan
4
Internal Auditor bersertifikasi QIA, dalam
melaksanakan tugas profesinya selalu
memperhatikan efekt ivitas dan efisiensi
5
Internal Auditor bersertifikasi QIA, memiliki n ilai
lebih jika dibandingkan dengan yang belum
bersertifikasi
PENGALAMAN AUDITOR INTERNAL
No. Pertanyaan Jawaban
STS (1)
TS (2)
R (3)
S (4)
SS (5)
1 Auditor internal memiliki pengalaman d i bidangnya
2
Seseorang auditor internal dapat dikatakan
berpengalaman apabila telah bekerja sebagai auditor
internal lebih dari 3 (tiga) tahun
3
Dengan pengalaman yang telah saya peroleh sebagai
auditor internal, saya dapat memberikan rekomendasi
yang relatif baik
98
No. Pertanyaan Jawaban
STS
(1)
TS
(2)
R
(3)
S
(4)
SS
(5)
4
Pengalaman yang saya miliki sebagai auditor
internal, membuat saya dipercaya untuk melakukan
audit secara seksama
5
Dari pengalaman yang saya peroleh, sebagai auditor
internal, memudahkan saya dalam mendeteksi
adanya tindak kecurangan
6 Pengalaman dalam pekerjaan pada umumnya dapat
mengembangkan karir
7
Semakin banyak pengalaman yang dimiliki auditor
internal, semakin besar kemampuan auditor tersebut
dalam mengatasi masalah yang ada
8
Dengan pengalaman yang saya peroleh,
memudahkan saya dalam mendeteksi adanya
kekeliruan berikut penyelesaiannya
9 Auditor internal yang kurang berpengalaman
cenderung sulit dalam menentukan sikap
10
Pengalaman seorang auditor internal akan
pemahaman jenis kecurangan sangat membantu
dalam penyusunan dan pelaksanaan prosedur
pemeriksaan
11 Auditor internal yang memiliki banyak pengalaman,
lebih memiliki kemampuan dalam mendeteksi fraud
99
PENDETEKSIAN KECURANGAN
No. Pertanyaan Jawaban
STS (1)
TS (2)
R (3)
S (4)
SS (5)
1
Salah penerapan yang disengaja atas prinsip-prinsip
akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi,
cara penyajian atau pengungkapan, merupakan
tindakan fraud
2 Apabila kesalahan cukup material, kesalahan tersebut
dapat mempengaruhi kewajaran laporan keuangan
3 Manipulasi, pemalsuan atau pengubahan catatan
akuntansi merupakan tindak kecurangan
4
Auditor internal harus memiliki keahlian (skill) dan
pengetahuan (knowledge) yang memadai dalam
mengidentifikasi indikator terjad inya kecurangan
5
Dalam mengidentifikasi indikator terjadinya
kecurangan, seorang auditor internal harus memiliki
keahlian dan pengetahuan yang memadai
6
Auditor internal memiliki sikap kewaspadaan yang
tinggi terhadap kemungkinan kelemahan
pengendalian internal
7 Auditor internal melakukan assesmen/penelitian yang
seksama dalam mengidentifikasi fraud
8
Auditor internal harus berpartisipasi dalam
mendesain aktifitas untuk mencegah dan mendeteksi
kecurangan
100
SKOR JAWABAN RESPONDEN PEMBERIAN SERTIFIKASI QIA
RESP QIA1 QIA2 QIA3 QIA4 QIA5 JUMLAH
1 4 4 4 5 4 21
2 4 3 2 3 3 15 3 4 4 4 4 4 20
4 2 3 2 3 4 14 5 3 4 4 5 3 19
6 5 4 4 4 4 21 7 4 4 3 3 5 19
8 3 4 4 4 4 19 9 1 2 2 3 2 10
10 4 4 5 4 3 20 11 4 4 4 5 5 22
12 4 4 4 4 4 20 13 4 4 4 5 4 21
14 4 4 5 3 4 20 15 4 4 5 4 3 20
16 4 4 3 3 4 18
17 3 4 4 4 5 20 18 4 5 5 4 5 23
19 4 5 4 4 5 22 20 4 5 5 4 5 23
21 4 4 4 4 4 20 22 4 4 4 5 5 22
23 5 4 5 4 5 23 24 4 4 4 4 5 21
25 5 5 5 5 5 25 26 4 4 3 4 4 19
27 2 5 5 5 4 21 28 2 4 4 2 4 16
29 5 5 4 4 4 22 30 4 4 4 4 4 20
31 4 3 4 3 2 16 32 4 5 5 5 5 24
33 4 2 3 4 4 17
34 5 4 4 5 4 22 35 5 5 4 5 4 23
36 4 4 4 5 5 22 37 3 4 5 5 5 22
38 5 4 4 5 5 23 39 4 5 5 5 5 24
40 4 5 5 4 5 23 41 4 4 4 4 5 21
42 5 4 4 5 5 23 43 5 4 5 4 4 22
101
PENGALAMAN KERJA AUDITOR
RESP PKA1 PKA2 PKA3 PKA4 PKA5 PKA6 PKA7 PKA8 PKA9 PKA10 PKA11 JUMLAH
1 4 4 3 4 4 4 5 5 4 4 5 46
2 4 3 3 3 4 3 2 3 3 4 4 36
3 4 3 4 4 2 2 4 4 2 4 4 37
4 3 2 3 4 3 2 3 3 4 3 2 32
5 5 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 42
6 5 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 43
7 3 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 43
8 4 4 4 4 4 3 5 3 4 4 4 43
9 2 1 3 1 2 1 2 3 3 3 2 23
10 4 4 2 4 4 5 4 4 2 4 4 41
11 4 3 4 5 4 5 5 4 4 5 4 47
12 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 4 39
13 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 40
14 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 41
15 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 40
16 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 41
17 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 46
18 4 3 5 5 5 4 5 5 5 4 5 50
19 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 46
20 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 4 49
21 4 3 4 4 4 4 5 3 4 4 4 43
22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
23 4 3 4 3 4 4 4 5 4 4 3 42
102
24 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 39
25 4 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 49
26 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 43
27 4 2 4 4 4 5 5 4 3 5 4 44
28 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 42
29 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 41
30 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 40
31 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 17
32 2 5 5 5 4 2 4 4 3 5 5 44
33 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 44
34 4 4 3 4 4 4 5 5 4 4 4 45
35 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 45
36 3 4 4 4 3 4 5 4 4 5 5 45
37 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 50
38 4 3 4 5 4 5 5 4 4 5 5 48
39 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5 51
40 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 5 45
41 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 52
42 2 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 48
43 4 5 4 5 4 5 4 5 3 5 5 49
103
KEMAMPUAN MENDETEKSI KECURANGAN
RESP KMK1 KMK2 KMK3 KMK4 KMK5 KMK6 KMK7 KMK8 JUMLAH
1 4 4 5 4 4 4 5 4 34
2 2 3 4 3 2 3 4 3 24
3 4 4 5 5 4 4 4 4 34
4 2 3 3 2 3 4 3 2 22
5 2 4 5 4 4 4 3 4 30
6 4 4 5 4 4 5 3 4 33
7 4 4 5 5 4 4 4 4 34
8 4 4 4 5 4 4 4 4 33
9 2 3 2 2 3 1 3 2 18
10 4 4 5 4 2 4 4 5 32
11 4 5 5 4 4 4 4 4 34
12 4 4 4 4 5 3 4 4 32
13 4 4 5 4 3 4 4 4 32
14 4 4 3 4 5 4 4 4 32
15 3 3 4 4 4 3 4 4 29
16 4 4 4 4 4 4 4 4 32
17 4 4 5 4 4 4 3 3 31
18 5 5 5 5 5 5 5 5 40
19 4 4 4 5 5 4 4 4 34
20 4 4 5 4 4 4 4 5 34
21 4 4 4 5 5 4 4 5 35
22 4 4 4 4 4 4 4 4 32
23 4 4 5 5 5 4 4 4 35
104
24 3 4 4 4 4 4 4 4 31
25 4 4 5 5 5 5 5 5 38
26 4 4 4 4 4 4 4 4 32
27 4 4 5 4 5 4 4 2 32
28 4 4 4 4 4 4 4 4 32
29 4 4 4 5 4 4 4 3 32
30 4 4 4 4 4 4 2 4 30
31 1 1 1 1 1 2 1 2 10
32 5 5 5 5 5 4 4 4 37
33 4 4 4 4 4 4 4 4 32
34 5 4 5 4 5 4 5 4 36
35 4 4 5 5 4 4 5 5 36
36 4 4 5 4 4 5 4 5 35
37 4 4 5 4 5 4 4 5 35
38 4 5 5 4 4 5 5 4 36
39 4 4 4 4 5 5 5 5 36
40 5 5 4 5 4 5 5 4 37
41 5 4 5 4 4 5 5 5 37
42 4 5 5 4 5 5 4 5 37
43 5 5 4 4 5 5 4 4 36
105
Regression
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
QIA 43 10 25 20.42 2.9296
PKA 43 17 52 42.67 6.5818
KMF 43 10 40 32.40 5.3414
Valid N (listwise) 43
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 PKA, QIAa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: KMF
Correlations
KMF QIA PKA
Pearson Correlation KMF 1.000 .794 .917
QIA .794 1.000 .757
PKA .917 .757 1.000
Sig. (1-tailed) KMF . .000 .000
QIA .000 . .000
PKA .000 .000 .
N KMF 43 43 43
QIA 43 43 43
PKA 43 43 43
106
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .930a .865 .858 2.01184
a. Pred ictors: (Constant), QIA, PKA
b. Dependent Variable: KMF
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1036.379 2 518.190 128.03 .000a
Residual 161.900 40 4.047
Total 1198.279 42
a. Predictors: (Constant), QIA, PKA
b. Dependent Variable: KMF
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -1.950 2.259 -.863 .393
QIA .426 .162 .234 2.628 .012 .427 2.340
PK .601 .072 .741 8.329 .000 .427 2.340
a Dependent Variable: KMK
107
Observed Cum Prob
1.00.80.60.40.20.0
Exp
ecte
d C
um P
rob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: KMK
Regression Standardized Predicted Value
210-1-2-3-4
Reg
ressio
n S
tan
dard
ized
Resid
ual
3
2
1
0
-1
-2
-3
Scatterplot
Dependent Variable: KMK
108
UJI VALIDITAS
Pemberian Sertifikasi QIA
Correlations
QIA1 QIA2 QIA3 QIA4 QIA5 QIA
QIA1 Pearson Correlation 1 .351* .330
* .363
* .326
* .669
**
Sig. (2-tailed) .021 .030 .017 .033 .000
N 43 43 43 43 43 43
QIA2 Pearson Correlation .351* 1 .686
** .419
** .555
** .806
**
Sig. (2-tailed) .021 .000 .005 .000 .000
N 43 43 43 43 43 43
QIA3 Pearson Correlation .330* .686
** 1 .430
** .365
* .763
**
Sig. (2-tailed) .030 .000 .004 .016 .000
N 43 43 43 43 43 43
QIA4 Pearson Correlation .363* .419
** .430
** 1 .402
** .709
**
Sig. (2-tailed) .017 .005 .004 .008 .000
N 43 43 43 43 43 43
QIA5 Pearson Correlation .326* .555
** .365
* .402
** 1 .719
**
Sig. (2-tailed) .033 .000 .016 .008 .000
N 43 43 43 43 43 43
QIA Pearson Correlation .669** .806
** .763
** .709
** .719
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 43 43 43 43 43 43
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
109
Pengalaman Kerja Auditor Internal Correlations
PKA1 PKA2 PKA3 PKA4 PKA5 PKA6 PKA7 PKA8 PKA9 PKA10 PKA11 PKA
PKA1 Pearson Correlation 1 .150 .165 .234 .428** .447
** .447
** .322
* .246 .173 .318
* .488
**
Sig. (2-tailed) .338 .290 .131 .004 .003 .003 .035 .112 .266 .038 .001
N 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43
PKA2 Pearson Correlation .150 1 .293 .426** .406
** .358
* .347
* .400
** .208 .415
** .630
** .612
**
Sig. (2-tailed) .338 .056 .004 .007 .018 .022 .008 .181 .006 .000 .000
N 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43
PKA3 Pearson Correlation .165 .293 1 .541** .431
** .266 .551
** .398
** .483
** .626
** .486
** .651
**
Sig. (2-tailed) .290 .056 .000 .004 .085 .000 .008 .001 .000 .001 .000
N 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43
PKA4 Pearson Correlation .234 .426** .541
** 1 .529
** .586
** .606
** .508
** .304
* .612
** .617
** .751
**
Sig. (2-tailed) .131 .004 .000 .000 .000 .000 .001 .048 .000 .000 .000
N 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43
PKA5 Pearson Correlation .428** .406
** .431
** .529
** 1 .629
** .545
** .525
** .543
** .500
** .587
** .768
**
Sig. (2-tailed) .004 .007 .004 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000
N 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43
PKA6 Pearson Correlation .447** .358
* .266 .586
** .629
** 1 .581
** .542
** .371
* .529
** .528
** .743
**
Sig. (2-tailed) .003 .018 .085 .000 .000 .000 .000 .014 .000 .000 .000
N 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43
110
PKA7 Pearson Correlation .447** .347
* .551
** .606
** .545
** .581
** 1 .623
** .562
** .686
** .648
** .838
**
Sig. (2-tailed) .003 .022 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43
PKA8 Pearson Correlation .322* .400
** .398
** .508
** .525
** .542
** .623
** 1 .450
** .595
** .568
** .750
**
Sig. (2-tailed) .035 .008 .008 .001 .000 .000 .000 .002 .000 .000 .000
N 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43
PKA9 Pearson Correlation .246 .208 .483** .304
* .543
** .371
* .562
** .450
** 1 .469
** .387
* .634
**
Sig. (2-tailed) .112 .181 .001 .048 .000 .014 .000 .002 .002 .010 .000
N 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43
PKA10 Pearson Correlation .173 .415** .626
** .612
** .500
** .529
** .686
** .595
** .469
** 1 .698
** .803
**
Sig. (2-tailed) .266 .006 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .002 .000 .000
N 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43
PKA11 Pearson Correlation .318* .630
** .486
** .617
** .587
** .528
** .648
** .568
** .387
* .698
** 1 .833
**
Sig. (2-tailed) .038 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .010 .000 .000
N 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43
PKA Pearson Correlation .488** .612
** .651
** .751
** .768
** .743
** .838
** .750
** .634
** .803
** .833
** 1
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed) *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
111
Kemampuan Dalam Mendeteksi Fraud
Correlations
KMF1 KMF2 KMF3 KMF4 KMF5 KMF6 KMF7 KMF8 KMF
KMF1 Pearson Correlation 1 .792** .611
** .737
** .661
** .673
** .643
** .582
** .879
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 43 43 43 43 43 43 43 43 43
KMF2 Pearson Correlation .792** 1 .674
** .698
** .656
** .703
** .603
** .531
** .866
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 43 43 43 43 43 43 43 43 43
KMF3 Pearson Correlation .611** .674
** 1 .672
** .447
** .638
** .558
** .583
** .800
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .003 .000 .000 .000 .000
N 43 43 43 43 43 43 43 43 43
KMF4 Pearson Correlation .737** .698
** .672
** 1 .654
** .571
** .605
** .604
** .857
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 43 43 43 43 43 43 43 43 43
KMF5 Pearson Correlation .661** .656
** .447
** .654
** 1 .502
** .501
** .441
** .754
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .003 .000 .001 .001 .003 .000
N 43 43 43 43 43 43 43 43 43
112
KMF6 Pearson Correlation .673** .703
** .638
** .571
** .502
** 1 .531
** .610
** .801
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000
N 43 43 43 43 43 43 43 43 43
KMF7 Pearson Correlation .643** .603
** .558
** .605
** .501
** .531
** 1 .562
** .770
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000
N 43 43 43 43 43 43 43 43 43
KMF8 Pearson Correlation .582** .531
** .583
** .604
** .441
** .610
** .562
** 1 .759
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .003 .000 .000 .000
N 43 43 43 43 43 43 43 43 43
KMF Pearson Correlation .879** .866
** .800
** .857
** .754
** .801
** .770
** .759
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 43 43 43 43 43 43 43 43 43
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
113
UJI RELIABILITAS
Pemberian Sertifikasi QIA
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.787 6
Pengalaman Kerja Auditor Internal
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.769 12
Kemampuan Dalam Mendeteksi Fraud
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.790 9