PENGARUH PEMBERIAN PUPUK HIJAU CAIR KIHUJAN (Samanea … · 2017. 3. 5. · kandungan protein kasar...
Transcript of PENGARUH PEMBERIAN PUPUK HIJAU CAIR KIHUJAN (Samanea … · 2017. 3. 5. · kandungan protein kasar...
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK HIJAU CAIR
KIHUJAN (Samanea saman) DAN AZOLLA (Azolla
pinnata) TERHADAP KANDUNGAN SELULOSA
DAN HEMISELULOSA RUMPUT GAJAH
(Pennisetum purpureum)
SKRIPSI
Oleh
KHAERUN NUR KARIMUDDIN
I 111 11 018
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK HIJAU CAIR
KIHUJAN (Samanea saman) DAN AZOLLA (Azolla
pinnata) TERHADAP KANDUNGAN SELULOSA
DAN HEMISELULOSA RUMPUT GAJAH
(Pennisetum purpureum)
SKRIPSI
Oleh
KHAERUN NUR KARIMUDDIN
I 111 11 018
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan taufik-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Pengaruh Pemberian Pupuk Hijau Cair Kihujan (Samanea saman) Dan Azolla
(Azolla pinnata) Terhadap Kandungan Selulosa dan Hemiselulosa Rumput Gajah
(Pennisetum purpureum)”.
Penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Syamsuddin Nompo, MP. selaku Pembimbing Utama dan ibu
Marhamah Nadir, SP, M.Si, Ph.D. selaku Pembimbing Anggota, atas segala
bantuan dan keikhlasannya untuk memberikan bimbingan, nasehat dan saran-
saran sejak awal penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini.
2. Kedua orang tua tercinta ayahanda Drs. Karimuddin dan ibunda Hartini, S.Pd
yang memberikan cinta kasih dukungan mental dan memberikan doa restunya
serta keluarga besar dan saudara-saudaraku Khaerianti Karimuddin, Khaerani
Karimuddin, Khaerul Akbar Karimuddin, dan Khaerati Fitriani Karimuddin
yang telah memberikan doa dan motivasi untuk selalu lebih semangat.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc selaku Dekan Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin.
4. Ibu Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M. Sc selaku Wakil Dekan I, Ibu Ir.
Hastang, M.Si selaku Wakil Dekan II, Bapak Prof. Dr. Ir. Jasmal A Syamsu,
M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.
vi
5. Ibu Ir. Ani Asrianie, Bapak M.S Ir. H. Muhammad Zain Mide, MS, Ibu Dr. Ir.
Syahriani Syahrir, M.Si, dan ibu Dr. Hj. Jamila, S.Pt, M.Si selaku dosen
pembahas yang telah banyak memberikan saran-saran dan masukan untuk
perbaikan skripsi ini.
6. Ibu Dr. Naharia, S.Pt M.P selaku Penasehat Akademik yang memberikan
bimbingan dan motivasi .
7. Sahabat-sahabat Nurmulianingsi. Nurjannah, Mutmainnah, Mutiara Hikma,
Arra Musyarrafah, Mardhatilla Utami, A. Pancawati, Awal Rezki Awan,
Magfira Nur, Kurniah Kamaruddin, Armi Aulia Utami, Indri Putri Utami,
Namira Arsa, Aswar Leo, Muh. Shoalihin Saleh Husain , Andi Zuaib, Fadly
Hidayat Ilyas, Mas’ud Raichul Fajri, Nurhidayat, Muh. Nanang Syamjaya,
Muh. Nurhaliq, Alif Surya Firman, Abi Rangga, Muhammad Isnaenul, Andi
Muh. Fuad, dan teman-teman yang tidak sempat disebutkan namanya satu
persatu.
8. Keluarga besar SOLANDEVEN
9. Kepada teman-teman Penelitian Nurfajri Syam, Musfira Jafar, Riska Isnaini
Hs, dan Hj. Suci Ramadani terima kasih atas bantuan dan perhatiannya selama
penelitian dan penyelesaian skripsi.
10. Keluarga Besar PMB-UH Latenritatta, SENAT Mahasiswa Fakultas
Peternakan, HmI Komisariat Peternakan Cabang Makassar Timur, Lentera,
IKAB UNHAS terima kasih atas semangat berlembaga, Loyalitas, dan Ilmu
yang saya dapat dari kalian.
vii
11. Teman-teman KKN Gelombang 87 Desa Mico “Amin, K’Imran, Yuli, Thifa,
Tika, Ardi, dan Irma” dan teman-teman sekecamatan Palakka Kabupaten Bone.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, terima kasih banyak
atas segala bantuannya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan
dan kesalahan. Penulis mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan skripsi ini.
Makassar, Januari 2016
Khaerun Nur Karimuddin
viii
ABSTRAK
KHAERUN NUR KARIMUDDIN (I11111018). Pengaruh Pemberian Pupuk
Hijau Cair Ki hujan (Samanea saman) dan Azolla (Azolla pinnata) Terhadap
Kandungan Selulosa dan Hemiselulosa Rumput Gajah (Pennisetum purpureum).
Dibawah bimbingan SYAMSUDDIN NOMPO sebagai pembimbing utama dan
MARHAMAH NADIR sebagai pembimbing anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk hijau cair
dari tanaman Ki hujan (Samanea saman), dan Azolla (Azolla pinnata) terhadap
kandungan sellulosa dan hemisellulosa rumput gajah. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 5 ulangan.
Perlakuan yang diberikan yaitu P0 : Rumput gajah tanpa pemberian pupuk hijau cair
(Kontrol), P1 : Rumput gajah + pupuk hijau cair Azolla 388ml/polybag, dan P2 :
Rumput gajah + pupuk hijau cair daun Ki hujan 77ml/polybag. Analisis ragam
menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap
kandungan selulosa dan hemiselulosa rumput gajah, akan tetapi hasil dari
pemberian pupuk hijau cair (PHC) Azolla lebih kecil dibanding dari kedua
perlakuan lainnya. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk
hijau cair Ki hujan (Samaneasaman) dan Azolla (Azollapinnata) pada rumput gajah
belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan selulosa dan
hemiselulosa.
Kata kunci : Pupuk Hijau Cair (PHC) Ki hujan dan Azolla, Selulosa, Hemiselulosa,
dan Rumput Gajah
ix
ABSTRACT
KHAERUN NUR KARIMUDDIN (I11111018). Effect of Green Liquid Ki hujan
(Samanea saman) and Azolla (Azolla pinnata) Fertilizer based cellulose and
hemicellulose content of elephant grass (Pennisetum purpureum). Supervised
SYAMSUDDIN NOMPO and MARHAMAH NADIR
This research aimed to study the effect of green liquid Ki hujan (Samanea saman)
and Azolla (Azolla pinnata) fertilizer on cellulose and hemicellulose content of
elephant grass (Pennisetum purpureum). This study is based on completely
randomized design with 3 treatment and 5 replication. The treatment is P0: elephant
grass without green liquid fertilizer (control), P1: elephant grass + green liquid
Azolla fertilizer 388ml / polybag, and P2: elephant grass + green liquid Ki hujan’s
leaves fertilizer 77ml / polybag. Analysis of variance showed that the treatment
had no significant effect (P> 0.05) on cellulose and hemicellulose content of
elephant grass, but the result of the green liquid fertilizer from Azolla is smaller
than the other two treatments. The results of this research concluded that green
liquid Ki hujan (Samanea saman) and Azolla (Azolla pinnata) fertilizer on elephant
grass has not provided significant effect on the cellulose and hemicellulose content.
Keywords : Green Liquid Ki hujan and Azolla Fertilizer, Cellulose, Hemicellulose,
and Elephant Grass
x
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GRAFIK ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 3
Gambaran Umum Rumput Gajah .......................................................... 3
Pemupukan Pupuk Hijau Cair ................................................................ 5
Azolla Sebagai Pupuk Hijau Cair .......................................................... 6
Daun Kihujan ......................................................................................... 8
Selulosa ................................................................................................. 9
Hemiselulosa ......................................................................................... 10
METODE PENELITIAN ................................................................................ 12
Waktu dan Tempat ................................................................................. 12
Materi Penelitian .................................................................................... 12
Metode Penelitian .................................................................................. 12
Analisa Statistik ..................................................................................... 18
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 19
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 23
xi
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 24
LAMPIRAN .................................................................................................... 28
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... 31
xii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Kandungan Nutrisi Azolla (%) Bedasarkan Berat Kering ....................... 7
xiii
DAFTAR GRAFIK
No. Halaman
1. Rataan hasil analisi kandungan selulosa dan hemiselulosa rumput gajah .. 19
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Analisis Data ................................................................................................. 28
2. Perhitungan Dosis Pupuk .............................................................................. 29
3. Dokumentasi Penelitian ................................................................................. 30
1
PENDAHULUAN
Ketersediaan hijauan pakan yang tidak memadai baik kualitas maupun
kuantitasnya, menjadi salah satu kendala dalam pengembangan usaha peternakan.
Sehingga perlu adanya upaya untuk menyediakan hijauan pakan yang cukup baik
dan bisa terjamin kontinuitasnya. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah
memelihara, meningkatkan produksi, serta pertumbuhan dan perkembangan
hijauan pakan. Salah satu hijauan pakan yang sangat potensial dan sering diberikan
pada ternak ruminansia adalah rumput gajah (Pennisetum purpureum) (Adi dkk,.
2013)
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam perbaikan teknik
pengembangan budidaya tanaman ialah ketersediaan hara yang cukup sebagai
bahan makanan tanaman untuk tumbuh dan berkembang sehingga mempengaruhi
kualitas dan kuantitasnya. Semakin banyak unsur hara yang disediakan oleh media
tanam maka akan memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman, namun tidak semua media
tanam memiliki tingkat kesuburan yang sama, oleh sebab itu, dibutuhkan
pemasukan unsur-unsur hara dari luar, contohnya dengan penambahan pupuk.
Pupuk organik dapat menjadi salah satu alternatif yang tepat dalam
mengatasi kurangnya unsur hara pada media tanam, karena pupuk organik yang
dapat memberikan tambahan unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
Penggunanan pupuk organik diharapkan dapat memperbaiki kesuburan tanah
sekaligus menyediakan unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk
organik cair adalah salah satu jenis pupuk yang dapat digunakan untuk
meningkatkan produktivitas tanaman.
2
Selulosa dan hemiselullosa memiliki kecernaan yang rendah disebabkan
ikatan rantai dan penyusunnya yang sulit di urai oleh enzim maupun mikro
organisme rumen (Harjo dkk,. 1989) sehingga perlu dilakukan penelitian mencari
perlakuan yang tepat untuk mengurangi atau menurunkan kandungan selulosa dan
hemiselullosa pada tanaman pakan ternak.
Nitrogen banyak dibutuhkan tanaman untuk meningkatkan produksi dan
kualitas, serta sangat penting dalam proses fotosintesis, untuk pertumbuhan,
terutama bagian-bagian vegetatif seperti daun, batang dan akar (Lingga. 1992) .
Unsur hara makro, terutama N, P, K dan Ca mungkin banyak ditemukan pada pupuk
hijau seperti daun kihujan (Samanea zaman) dan azolla (Azolla pinnata).
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka perlu dilakukan penelitian
untuk melihat sejauh mana pengaruh penggunaan pupuk hijau cair azolla dan
kihujan terhadap kandungan selulosa dan hemiselulosa pada rumput gajah
(pennisetum purpureum).
Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk hijau
cair dari tanaman Ki hujan (Samanea saman), dan Azolla (Azolla pinnata) terhadap
kandungan sellulosa, dan hemisellulosa rumput gajah. Dan Kegunaan dari
penelitian ini adalah sebagai bahan informasi masyarakat tentang manfaat dari
tanaman Ki hujan (Samanea saman), dan Azolla (Azolla pinnata) sebagai pupuk
hijau cair dalam peningkatan produksi dan kualitas hijauan pakan.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran umum Rumput gajah (Pennisetum purpureum)
Rumput gajah (Pennisetum purpureum) merupakan tanaman asli afrika
yang awalnya dikembangkan di Australia sebagai pakan ternak, rumput gajah dapat
tumbuh di lahan marjinal dan vegetasi yang buruk sehingga mudah untuk
dikembangkan. Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 4 m dengan
lebar daun 4 cm dan bunga yang berwarna kuning ke unguan dengan panjang dapat
mencapai 30 cm (DAFFBQ, 2014)
Menurut (Lubis, 1992) rumput gajah adalah rumput yang produksinya
sangat tinggi dan tumbuh dengan baik pada daratan rendah dan tinggi. Rumput
gajah mempunyai nilai gizi yang didasarkan oleh analisis bahan keringnya yaitu
protein kasar 9,72%, serat kasar 27,54%, BETN 43,56%, lemak 1,9% dan
abu 18,43%. kekurangan hijauan pada musim kemarau.
Sostroamdjojo dan Soeradji (1981) menyatakan bahwa makanan ternak
berupa hijauan merupakan bahan makanan pokok bagi ternak besar maupun ternak
kecil di Indonesia dan terdiri dari hijaun sebangsa rumput, leguminosa, dan hijauan
lainnya. Menurut Suharno dan Nazaruddin (1994) bahwa salah satu jens hijauan
makanan ternak yang baik diberikan pada ternak ruminansia adalah rumput gajah,
karena mampu untuk mencukupi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak
dan tanaman ini mudah tumbuh serta proses adaptasinya sangat baik.
Reksohadiprodjo (1985) menyatakan bahwa produksi bahan segar rumput
gajah dapat menapai 270.000 kg/ha/tahun di daerah basah dengan irigasi yang baik
dan untuk penggembalaan ternak harus dilakukan secara rotasi. Rumput gajah yang
4
dipotong pada tiap 28 hari dapat menghasilkan bahan kering 9,6 ton/ha dengan
kandungan protein kasar 11%, sedangkan yang dipotong pada umur 56 hari
menghasilkan bahan kering 9,04 ton/ha dengan kandungan protein kasar 6,4%.
Menurut Minson dan Milford (1981), kadar protein kasar rumput gajah dibawah 7-
8% akan menyebabkan konsumsi hijauan menurun. Siregar (1996) menyatakan
produksi rumput gajah pada lahan kering yaitu 40 ton/ha/tahun dengan kandungan
protein kasar 13,5%, lemak 3,4%, NDF 64,2%, abu 15,8%, kalsium 0,31% dan
fosfor 0,37%. Rumput gajah yang dipotong tiap empat minggu akan menghasilkan
bahan kering 9,6 ton/ha, sedangkan yang dipotong pada umur 8 minggu
menghasilkan 19,4 ton/ha (Reksohadprodjo, 1985). Tanaman ini dapat
dimanfaatkan sebagai rumput potongan dikeringkan atau dibuat silase.
Berikut adalah klasifikasi dari Pennisetum purpureum menurut USDA
(2011):
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Cyperales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Pennisetum Rich.
Spesies : Pennisetum purpureum
5
Pemupukan Pupuk Hijau Cair
Pupuk adalah suatu bahan yang diberikan untuk memperbaiki kesuburan
tanah dan mengganti unsur-unsur hara yang hilang dari dalam tanah. Tiap –tiap
jenis pupuk mempunyai kandungan unsur hara, kelarutan dan kecepatan kerja yang
berbeda sehingga dosis dan jenis pupuk yang diberikan berbeda untuk tiap jenis
tanaman dan jenis tanah yang digunakan (Hardjowigeno, 1992). Pemupukan adalah
suatu cara meningkatkan prosuksi dari tanam di lahan-lahan yang marjinal atau
tidak memiliki cukup unsur hara yang memungkinkan tanaman berproduksi lebih.
Pupuk hijau adalah pupuk yang berasal dari tanaman atau bagian tanaman
tertentu yang masi segar kemudian dibenamkan kedalam tanah. Bagian yang sering
digunakan untuk pupuk hijau adalah daun, tangkai, dan batang yang masih muda.
Umumnya, semua jenis tanaman bisa dijadikan sebagai pupuk hijau. Namun, jenis
tanaman yang paling bagus untuk pupuk hijau adalah tanaman yang akarnya
bersimbiosis dengan mikroorganisme pengikat nitrogen (Hadisuwito, 2007)
Nitrogen merupakan unsur hara makro primer yang paling banyak
dibutuhkan oleh tanamam, sehingga paling banyak mendapatkan perhatian. Hal ini
disebabkan oleh jumlah N yang ada di dalam tanah sedikit, yaitu 0,02-0,4 %,
sedangkan yang diangkut setelah panen cukup banyak. Di samping itu senyawa N
anorganik sangat mudah larut dan mudah hilang melalui air drainase dan penguapan
(Chao et al,. 1996). Maka dari itulah dibutuhkan penambahan unsur N dalam bentuk
pupuk hijau cair.
Peranan pupuk hijau cair yaitu meningkatkan pertumbuhan tanaman,
menyehatkan pertumbuhan daun, daun lebih hijau dan meningkatkan
6
perkembangan mikroorganisme dalam tanah (Sutedjo, 1995). Kekurangan dan
kelebihan pupuk hijau cair akan berdampak terhadap kualitas dan produktivitas
hijauan. Kekurangan pupuk dapat mengakibatkan pertumbuhan vegetatif terlambat
dalam pemasakan buah dan biji, tanaman lemah dan mudah rebah dan menambah
kepekaan terhadap penyakit. Sedangkan kelebihan dari pupuk hijau cair yaitu dapat
mempercepat pertumbuhan vegetatif terutama daun, pengisian biji, akar,
meningkatkan kandungan protein, merangsang pertunasan dan menambah tinggi
tanaman (Sabihana dkk., 1980).
Azolla (Azolla pinnata) Sebagai Pupuk Hijau Cair
Spesies Azolla pinnata adalah sejenis pakis air yang berukuran kecil
yang hidup bebas mengambang secara horizontal di permukaan air tawar.
Khan (1988) menjelaskan bahwa satu rumpun Azolla pinnata memiliki ukuran
sebesar 2,5 cm x 1 cm. Bentuk akar Azolla pinnata menggantung di
permukaan air, berbulu, dan memiliki panjang 1-5 cm dengan membentuk
kelompok 3-6 rambut akar. Azolla pinnata memiliki ukuran daun yang kecil serta
membentuk 2 atau 3 barisan yang menyirip, bervariasi, dan saling tumpang tindih.
Spesies Azolla pinnata dikenal mampu bersimbiosis dengan bakteri
biru (Anabaena azollae) dan mengikat nitrogen langsung dari udara. Kemampuan
Azolla pinnata tersebut memiliki nilai ekologis dan ekonomis yang baik saat
diolah maupun dimanfaatkan sebagai pupuk hijau dan pakan hewan ternak. Khan
(1988) menjelaskan bahwa bentuk simbiosis pada Azolla-Anabena adalah
melakukan fiksasi nitrogen molekular dari biosfer dan mereduksinya menjadi
senyawa nitrogen yang dimanfaatkan oleh kedua simbiotan tersebut.
7
Metzgar et al. (2007) menjelaskan bahwa genus Azolla untuk kelompok
Euazolla umumnya terdapat di bagian Amerika Serikat, Alaska, Meksiko,
Amerika Selatan, dan India Barat. Genus Azolla untuk kelompok Rhizosperma
umumnya terdapat di Asia Tenggara, Jepang, Australia, dan Lembah Nil Afrika.
Khan (1988) membuat urutan klasifikasi untuk Azolla pinnata berdasarkan
morfologinya dan karakteristik hidup tumbuhan tersebut.
Dunia : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Leptosporangiopsida
Ordo : Salviniales
Famili : Azollaceae
Genus : Azolla (Rhizosperma)
Spesies : Azolla pinnata
Azolla pinnata banyak digunakan para petani untuk dijadikan sebagai pupuk
untuk tanaman karena mengandung banyak unsur hara yang tinggi yang banyak
dibutuhkan oleh tumbuhan, berikut adalah kandungan Azolla pinnata :
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Azolla (%) Bedasarkan Berat Kering
Unsur Kandungan Unsur Kandungan
Abu
Lemak Kasar
Protein Kasar
Nitrogen
Fosfor
Kalium
Pati
10,50
3.0-3,30
24-30
4,5
0,5-0,9
2,0-4,5
6,54
Magnesium
Mangan
Zat Besi
Gula Terlarut
Kalsium
Serat Kasar
Klorofil
0,5-0,65
0,11- 0,16
0,06-0,26
3,5
0,4-1,0
9,1
0,34- 0,55
Sumber : Maftuchah,1998
8
Daun Kihujan (Samanea saman)
Tanaman Samanea saman di Indonesia umumnya dikenal dengan nama
trembesi, dengan nama daerah seperti Kayu colok (Sulawesi Selatan), Ki hujan
(Jawa Barat) dan Munggur (Jawa Tengah). Pohon trembesi mudah dikenali dari
kanopinya yang berbentuk payung dengan diameter kanopi lebih besar dari
tingginya. Karena bentuk kanopinya indah dan luas, trembesi cocok dipergunakan
sebagai tanaman pelindung dipinggir jalan besar, bandara atau taman-taman kota,
sekaligus penyerap polutan dan karbon. Trembesi digunakan terutama sebagai
pohon peneduh dan hiasan (Nuroniah dan Kosasih, 2010).
Berikut adalah klasifikasi botani dari kihujan (Samanea saman) menurut
Staples dan Elevitch (2006) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Sub Famili : Mimosoideae
Genus : Samanea
Spesies : Samanea saman
Trembesi dapat bertahan pada daerah yang memiliki bulan kering 2-4 bulan,
suhu 20o-38 o C dimana suhu maksimal saat musim kering 24o-38 oC dan suhu
minimal saat musim basah 18o-20 oC. Pertumbuhan optimum pada kondisi basah
dimana hujan terdistribusi merata sepanjang tahun. Trembesi dapat beradaptasi
9
dalam kisaran tipe tanah dan pH yang luas. Tumbuh diberbagai jenis tanah dengan
pH tanah sedikit asam hingga netral (6,0-7,4) meskipun disebutkan toleran hingga
pH 8,5 dan minimal pH 4,7. Jenis ini memerlukan drainase yang baik namun masih
toleran terhadap tanah tergenang air dalam waktu pendek (Staples dan Elevitch,
2006).
Trembesi merupakan tanaman pelindung yang mempunyai banyak manfaat.
Kandungan nutrisi daun trembesi adalah bahan kering 30.0 %, protein kasar 21.9
%, NDF 51.5 %, ADF 34.8 %, ADL 15.1 %, dan abu 4.6 % (Chumpawadee dan
Pimpa 2009). Hal ini juga ditambahkan Dahlan (1992) yang mengatakan bahwa
setiap 100 g daun hijau mengandung 47,8 g air, 10,2 g protein, 2,1 g lemak, 22,2 g
karbohidrat tidak larut, serat 15,7 g, dan 2,0 g abu. Daun yang dianalisis setelah
kering oven mengandung 3,2% N.
Selullosa
Selulosa merupakan salah satu bahan organik yang terdapat dalam
jumlah banyak di alam dan merupakan sumber energi yang sangat potensial bagi
ruminansia (Arora, 1989). Selulosa juga membentuk dinding sel tanaman.
Selulosa dapat berasal dari kayu, rumput-rumputan, alang-alang, bambu, rami
serta sisa-sisa perkebunan seperti bagas tebu dan padi-padian (Irawadi, 1990).
Tillman dkk. (1989) menjelaskan bahwa selulosa dicerna tubuh ternak
dalam saluran pencernaan oleh selulase menghasilkan selobiosa yang kemudian
dihidrolisis lebih lanjut oleh enzim selobiase untuk menghasilkan glukosa.
Selulase merupakan golongan enzim yang mampu memutuskan ikatan β-1,4
pada substrat selulosa dan turunannya (selodekstrin, selobiosa dan lain-lain).
10
Hasil akhir pencernaan oleh jasad renik terhadap selulosa adalah VFA yang
terdiri dari campuran asam asetat, asam propionat dan asam butirat. Selain itu
juga dihasilkan gas metan dan CO2.
Harjo dkk,. (1989) melaporkan bahwa meskipun ikatan glikosidik beta1,4
pada serat selulosa dapat dipecah menjadi monomer-monomer glukosa dengan cara
hidrolisa asam atau hidrolisa enzimatis, akan tetapi pemecahannya tidak secepat
pati atau gula. Selulosa memiliki kecernaan yang rendah disebabkan adanya
komponen yang biasa berikatan dengan selulosa, yaitu lignin. Hidrolisis
selulosa akan menghasilkan tiga jenis monosakarida yaitu xylan dan arabinosa
dalam jumlah yang lebih banyak dan glukosa dalam jumlah yang lebih sedikit.
Hemiselulosa
Irawadi (1991) menjelaskan bahwa hemiselulosa merupakan polimer
dari monomer glukosa (gula-gula anhidro) penyusun yang dapat dikelompokkan
kepada heksosa, pentosa, asam heksuronat, dan dioksi heksosa. Rantai utama
hemiselulosa terdiri hanya satu macam monomer saja, atau dua atau lebih
monomer (heteropolimer). Hemiselulosa terutama terdapat pada limbah hasil
pertanian yang umumnya banyak mengandung ikatan hetero-1,4-D-mannan atau
pada gramineae (rumput atau biji-bijian) yang banyak mengandung komponen
heteroxilan. Suparjo dkk,. (2008) menyatakan bahwa jumlah hemiselulosa biasanya
antara 15 dan 30 % dari berat kering bahan lignoselulosa.
Tillman dkk. (1989) menyatakan bahwa hemiselulosa yang terhidrolisis
akan menghasilkan heksosa, pentosa dan asam uronat. Hemiselulosa dihidrolisa
oleh jasad renik (mikroba) dalam saluran pencernaan dengan enzim
11
hemiselulase dan akhir fermentasinya adalah VFA. Sa’id (1994) juga
menyatakan bahwa hidrolisis hemiselulosa akan menghasilkan tiga jenis
monosakarida yaitu xylan dan arabinosa dalam jumlah yang lebih banyak dan
glukosa dalam jumlah yang lebih sedikit. Produk ini selanjutnya dapat
difermentasi oleh beberapa macam mikroorganisme yang mampu menggunakan
gula pentosa sebagai subtratnya. Produk biokonversi hemiselulosa antara lain
metana, asam organik, alkohol dan lain-lain.
12
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September
2015 di Laboratorium Lapangan Tanaman Pakan dan Pastura Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin Makassar. Pengujian dan analisis kandungan selulosa dan
hemiselulosa di lakukan Laboratorium Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cangkul, parang, meteran,
gunting rumput, ember, leaf area meter, selang, pot, ayakan tanah, gelas ukur,
saringan, timbangan dan alat pengujian selulosa dan hemiselulosa
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah air, pupuk hijau cair yang
berasal dari Azolla, daun Kihujan, EM4, tanah, anakan rumput gajah, dan bahan
dalam pengujian selulosa dan hemiselulosa
Metode Penelitian
a. Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) 3 perlakuan
dengan 5 kali ulangan (Gaspersz, 1991). Perlakuan pemupukan terdiri dari :
P0 : Rumput gajah tampa pupuk hijau cair (Kontrol)
P1 : Rumput gajah + pupuk hijau cair azolla 388ml/polibag
P2 : Rumput gajah + pupuk hijau cair daun kihujan77ml/polybag
13
b. Pelaksanaan Penelitian
1. Pembuatan Pupuk Hijau Cair
Bahan dasar yang dijadikan sebagai pupuk cair adalah daun kihujan dan
azolla. Mengambil daun dan membersihkannya dari kotoran yang tercampur pada
daun. Masing-masing bahan dimasukkan ke dalam ember. Setiap perlakuan berisi
10 kg daun segar yang telah dicincang dan dibersihkan kemudian diisi air 5000 ml
yang telah dicampur atau dihomogenkan dengan EM4 5% dari total bahan yang
akan digunakan. Perbandingan berat daun segar dan air adalah 2:1 (2 kg daun segar
dan 1 liter air).
Ember selalu dalam keadaan tertutup agar tidak ada unsur hara yang hilang
karena penguapan. Bagian tutup ember diberi lubang dan selang kecil lalu
memasukkan ujung selang kedalam botol yang berisi air untuk membuang gas yang
berlebihan didalam ember. Menyaring limbah dalam ember setelah penyimpanan
selama 14 hari setelah isi ember tersebut tidak berbau dan menyusut. Larutan
setelah penyaringan itulah yang dinamakan pupuk hijau cair dan dapat digunakan
pada tanaman.
2. Penanaman
Tanah yang digunakan berasal dari Laboratorium Lapangan Tanaman Pakan
dan Pastura Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Pertama tanah diayak dan
dibersihkan dari material lain yaitu batu atau kerikil, ranting, dan akar kayu. hingga
bersih lalu dihomogenkan. Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur
lempung liat berpasir (Tanah litosol). Polibag yang digunakan berukuran diameter
atas 22 cm, diameter bawah 18 cm, dan tinggi 26 cm diisi dengan tanah sebanyak
14
10 kg dan ditanami anakan rumput gajah dengan tinggi anakan 20 cm sebanyak 3
anakan setiap polibag, satu anakan akan dicabut setelah tanaman tumbuh dengan
baik. Jarak antara polibag yang satu dan yang lainnya 40 cm. Setelah penanaman
dilakukan penyiraman dengan jumlah air yang diberikan sama setiap polibag.
Pemotongan penyeragaman akan dilakukan setelah tanaman berumur 2 minggu,
dilanjutkan dengan pemupukan dengan takaran sesuai masing-masing perlakuan.
Pupuk hijau cair dari azolla 388 ml/pot dan daun kihujan 77 ml/polibag. Melakukan
juga pembersihan gulma disekitar tanaman agar tidak terjadi persaingan dengan
tanaman dalam penyerapan unsur hara.
Pemotongan akan dilakukan setelah tanaman berumur 40 hari dari
penyeragaman. Sebelum melakukan pemotongan terlebih dahulu dilakukan
pengukuran tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah daun, luas daun, dan jumlah
klorofil sesuai perlakuan yang telah ditentukan. Memotong rumput gajah ± 10 cm
dari pangkal batang tanaman atau permukaan tanah. Memasukkan bagian yang
telah dipotong kedalam kantong dan menimbang untuk mengetahui berat segarnya.
Memasukkan bagian yang telah ditimbang berat segarnya kedalam oven dengan
suhu 70°c selama 3 hari agar mengetahui berat keringnya setelah itu digiling dan
dilakukan analisis kandungan selulosa dan hemiselulosa.
15
Denah penempatan perlakuan
Keterangan : P001-05 : Rumput gajah tampa pemberian pupuk hijau cair (Kontrol)
P106-10 : Rumput gajah + pupuk hijau cair azolla 388ml/polibag
P211-15 : Rumput gajah + pupuk hijau cair daun kihujan77ml/polybag
3. Parameter yang Diamati
Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah kandungan selulosa dan
hemiselulosa rumput gajah (Pennisetum purpureum).
Prosedur kerja analisis kadar ADF, NDF, selulosa, hemiselulosa dan lignin
menurut Van Soest, (1976) :
Penentuan Kadar Acid Detergent Fiber(ADF)
1. Timbang sampel 0,3 gram (a gram) kemudian masukkan kedalam tabung
reaksi 50 ml
2. Tambahkan 40 ml laritan ADF kemudian tutup rapat tabung reaksi tersebut
3. Refluks dalam air mendidih selama 1 jam
P214 P003 P002 P005 P212
P107 P109 P213
P004 P215 P106 P108 P110
P211 P001
16
4. Saring dengan sintered glass yang telah diketahui beratnya (b gram) sambil
diisap dengan pompa vacum
5. Cuci dengan lebih kurang 100 ml air mendidih sampai busa hilang dan 50
ml alkohol
6. Ovenkan pada suhu 135 oC selama 2 jam
7. Dinginkan dalam eksikator lebih kurang ½ jam kemudian timbang (c gram)
Perhitungan:
c-b
Kadar ADF = ----------------------- X 100%
Berat sampel (a)
Penentuan Neutral Detergen Fiber (NDF)
1. Timbang sampel 0,2 gram (a gram)
2. masukkan kedalam tabung reaksi 50 ml
3. Tambahkan 30 ml larutan NDF, kemudian tutup rapat tabung reaksi tersebut
4. Refluks dalam air mendidih selama 1 jam.
5. Saring dengan sintered glass yang telah diketahui beratnya (b gram) sambil
diisap dengan pompa vacum
6. Cuci dengan lebih kurang 100 ml air mendidih hingga busa hilang.
7. Cuci dengan lebih kurang 50 ml alcohol
8. Ovenkan pada suhu 135 oC selama 2 jam
9. Dinginkan dalam eksikator lebih kurang ½ jam kemudian timbang (c gram)
Perhitungan:
c-b
Kadar NDF = ----------------------- X 100%
Berat sampel (a)
17
Penentuan Selulosa dan Lignin
1. Sintered glass yang berisi ADF diletakkan diatas petridisk
2. Tambah 20 ml H2SO4 72%
3. Sekali-kali diaduk untuk memastikan bahwa serat terbasahi dengan H2SO4
72% tersebut
4. Biarkan selama 3 jam
5. Hisap dengan pompa vacum sambil dibilas dengan air panas secukupnya
6. Ovenkan selama 2 jam pada suhu135 oC
7. Masukkan ke dalam deksikator kemudian timbang (d gram)
8. Masukkan kedalam tanur listrik atau panaskan hingga 500 oC selama 2 jam,
biarkan agak dingin kemudian masukkan kedalam deksikator selama ½jam
9. Timbang (e gram)
Perhitungan:
d – e
Kadar Lignin = ----------------------- X 100%
Berat sampel (a)
% selulosa = % ADF - % Abu yang tak larut - lignin.
% hemiselulosa = % NDF - %ADF
18
Analisis Statistik
Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan menggunakan rancangan
acak lengkap (RAL) 3 perlakuan dengan 5 kali ulangan. Model statistik yang
digunakan sebagai berikut :
4. Yij = µ + Ni + ∑ijk
Dimana :
Yij = Hasil pengamatan dari perlakuan ke- i dan kelompok ke – j
µ = Rata-rata pengamatan
Ni = Pengaruh pemberian pupuk ke – I
∑ijk= Kesalahan eksprimen atau penelitian
19
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rataan hasil analisi kandungan selulosa dan hemiselulosa rumput gajah
yang diberikan perlakuan pupuk hijau cair azolla dan kihujan dapat dilihat pada
grafik 1:
Selulosa Hemiselulosa
Grafik 1 : Rataan hasil analisi kandungan selulosa dan hemiselulosa rumput gajah.
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Anova) menunjukkan bahwa
rumput gajah yang diberikan perlakuan pupuk hijau cair Azolla dan Kihujan tidak
berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap kandungan selulosa dan hemiselulosa.
Kandungan selulosa pada rumput gajah yang diberikan perlakuan pupuk
hijau cair azolla dan kihujan dapat dilihat pada grafik 1. Kandungan selulosa antar
perlakuan tidak berbeda nyata (P>0.05) berdasarkan hasil sidik ragam, akan tetapi
pada perlakuan PHC azolla cenderung lebih kecil 17.5 dibandingkan dengan
kontrol 20.08 sedangkan perlakuan PHC kihujan cenderung lebih tinggi 21
dibandingkan dengan kotrol 20.08.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
kontol PHC azolla PHC kihujan
20
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukan kandungan
hemiselulosa rumput gajah yang di berikan perlakuan PHC azolla dan kihujan tidak
perpengaruh nyata (P>0.05) yang dapat dilihat pada grafik 1, akan tetapi rataan dari
perlakuan azolla cenderung lebih kecil 27.5 dibandingkan dengan perlakuan PHC
kihujan 32.4 dan pada kotrol cenderung lebih tinggi dari kedua perlakuan yang lain
yaitu 36.4.
Jafar (2015) menjelaskan bahwa rataan produksi bahan kering pada
perlakuan PHC azolla cenderung lebih tinggi 8.04 dibandingkan PHC kihujan 7.4
yang membuktikan bahwa pertumbuhan rumput gajah pada pemberian PHC azolla
cenderung lebih baik di bandingkan perlakuan yang lain. Hal ini sesuai pendapat
Fanindi dkk (2005), bahwa pemberian pupuk nitrogen merupakan faktor penting
dalam usaha peningkatan produksi. Ada 3 unsur hara utama dibutuhkan oleh
tanaman untuk pertumbuhan dan produksi yaitu nitrogen, fosfat dan kalium.
Pemberian pupuk terutama pupuk nitrogen pada hijauan makanan ternak sangat
penting untuk memperoleh produksi bahan kering dan kadar protein yang tinggi.
Penelitian yang sama dengan parmeter yang berbada menjelaskan bahwa
kaduangan ADF dan NDF pada perlakauan PHC azolla lebih rendah yaitu 38.5 dan
66 dibandingkan dengan pelakuan PHC kihujan yaitu 39.3 dan 71 (Ramadani,
2015). Hal ini menjukkan bahwa pada parlakuan PHC azolla memiliki kandungan
lignin yang lebih tinggi dibandingkan dengan PHC kihujan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sarief (1986) yang menyatakan bahwa ADF merupakan bagian dari
dinding sel tanaman yang terdiri dari selulosa dan lignin dan sebagian kecil
hemiselulosa, oleh karena itu ADF dianggap hanya terdiri selulosa dan lignin. Di
21
jelaskan pula oleh Crampton dan Haris (1969) bahwa penurunan kadar NDF
disebabkan karena meningkatnya lignin pada tanaman mengakibatkan menurunnya
hemiselulosa.
Persentase selulosa dan hemiselulosa dipengaruhi oleh kandungan lignin
pada tanaman, hal ini didukung oleh Van Soest (1976) yang menyatakan bahwa
uantuk memperoleh persentase selulosa adalah ADF dikurangi Abu yang tak larut
dan lignin dan selulosa di dapat dari NDF dikurangi ADF. Sehingga pada penelitian
ini menunjukkan bahwa kandungan lignin pada perlakuan PCH Azolla lebihh tinggi
dibandingkan PHC kihujan dibuktikan pada perolehan persentase selulosa dan
hemiselulosa yang dapat dilihat pada grafik 1.
Selulosa dan hemiselulosa merupakan salah satu unsur kimia penyusun
kayu pada tanaman selain itu ada pula lignin, zat ekstraktif dan zat mineral yang
kesemuanya disusun dari pati dan karbohidrat yang mengalami proses polimerisasi
secara bertahap. Pati merupakan zat yang dihasilkan di dalam proses fotosintesis
selain oksigen (Suranto, 2002).
Pupuk hijau cair azolla dan kihujan yang merupakan sumber N pada
tanaman yang bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan. Humphreys
(1978) menjelaskan bahwa, Fotosintesis merupakan proses pembentukan
karbohidrat dari CO2 dan H2O dalam hijau daun dengan bantuan energi matahari.
Produksi karbohidrat akan meningkat dengan meningkatnya hara nitrogen,
demikian juga nitrogen akan dimanfaatkan oleh tanaman untuk mensintesis protein.
Karbohidrat dan protein yang merupakan komponen dari bahan kering tanaman
sehingga semakin meningkatnya pembentukan protein dan karbohidrat akan
22
meningkatkan produksi bahan kering hijauan. Lebih lanjud lagi di jelaskan oleh
Suranto (2002) yang menjelaskan bahwa fotosintesis yang memanfaatkan air,
garam mineral dan karbon dioksida yang dibantu oleh sinar matahari dapat
menghasilkan pati dan oksigen.
Dari penjelasan diatas membuktikan bahwa perlakuan PHC azolla dan
kihujan pada rumput gajah mempengaruhi pembentukan selulosa dan hemiselulosa,
akan tetapi dari segi jumlah di pengaruhi oleh umur tanaman, hal ini sesuai dengan
pendapat Van Soest (1994) yang menyatakan bahwa pada tanaman yang tua terjadi
proses lignifikasi yang menyebabkan terjadinya ikatan kompleks lignohemiselulosa
maupun lignoselulosa. Selanjudnya ditambahkan oleh McDonald et al. (1994)
menyatakan seiring bertambahnya umur tanaman akan meningkatkan karbohidrat
struktural barupa selulosa, hemiselulosa dan lignin. Dijelaskan pula bahwa
peningkatan jaringan struktural direfleksikan dengan kandungan serat kasar yang
meningkat dari 200g/kg BK pada tanaman muda menjadi 400g/kg pada tanaman
tua.
23
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas dapat disimpulkan bahwa
pemberian pupuk hijau cair Kihujan (Samanea saman) dan Azolla (Azolla pinnata)
pada rumput gajah belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan
selulosa dan hemiselulosa.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perlakuan apa yang cocok
untuk memberikan pengaruh yang nyata terhadap selulosa dan hemiselulosa rumput
gajah pada tahapan produksi.
24
DAFTAR PUSTAKA
Adi W, I M., N. N. Suryani, dan I P. A. Astawa. 2013. Penggantian Rumput Gajah
Dengan Jerami Padi Sebagai Sumber Energi yang Disuplementasi Daun
Gamal Sebagai Sumber Rumen Degradable Protein (Rdp) Terhadap
Komposisi Tubuh Sapi Bali. Universitas udayana. Journal of Tropical
Animal Science. Vol. 1 No 2 Th. 2013 : 78 - 86
Arora, S.P. 1989. Pencernaan Mikroba Pada Ruminansia. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.
Chao, W. L., H. J. Tu, C. C. Chao, 1996. Nitrogen transformation in tropical soils
under convensional and sustainable farming system. Boil. Fertile. Soil 21:
252-256.
Crampton, E. W. Dan L. E. Haris. 1969. Applied Animal Nutrition E, d. 1st The
Engsminger Publishing Company, California, U. S. A.
DAFFBQ . 2014. Elephant grass (Pennisetum purpureum). Department of Agriculture
Fisheries and Forestry Biosecurity Queensland, Australia.
Dahlan, E.N., 2010. Trembesi Dahulunya Asing Sekarang Tidak Lagi. Bogor: IPB
Press.
Fanindi, A. S. Yuhaini dan A. Wahyu. 2005. Pertumbuhan dan produktivitas
tanaman sorgum (Sorghum bicolor L) moench dan sorgum sudanense
(Piper stafp) yang mendapatkan kombinasi pemupukan N, P, K, dan Ca.
Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. 12-13 September di
Bogor, Buku 2 : 872 - 885.
Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan untuk Ilmu-ilmu Pertanian,
Ilmu-ilmu Teknik dan Biologi, CV. Armico, Bandung.
Hadisuwito S. 2007. Membuat pupuk kompos cair. Agromedia. Jakarta.
Hardjowigeno, 1992. Ilmu Tanah. PT. Mediyatma Sarana Perkasa, Jakarta.
Harjo, S., N. S. Indrasti dan T. Bantacut. 1989. Biokonversi: Pemanfaatan Limbah
Industri Pertanian. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Humphreys, L.R. 1978. Tropical Pasture and Folder Crops. Brisbane : Departemen
Of Agriculture University of Queensland. Australia.
25
Irawadi, T. T. 1990. Pemanfaatan limbah kelapa sawit sebagai media pertumbuhan kapang penghasil enzim ekstraseluler. Laporan Penelitian. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
. 1991. Produksi enzim ekstraseluler (selulase dan xilanase) dari
neurospora sitophila pada subtrat limbah padat kelapa sawit. Disertasi.
Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Jafar, M. 2015. Pengaruh Penggunaan Pupuk Hijau Cair Azolla Dan Kihujan
Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Rumput Gajah (Pennisetum
Purpureum) Pada Lahan Marginal. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Khan MM. 1988. A Primer on Azolla Production & Utilization in Agriculture.
Institute of Biological Sciences of the University of the Phillippines
Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Terjemahan: Maggy Thenawijaya.
Jilid I. PT Gelora Aksara Pratama. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Lingga P. 1992. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Depok.
Lubis, D. A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT. Pembangunan, Jakarta.Lynd L.R.,
P.J. Weimer, W.H. van Zyl WH and I.S. Pretorius. 2002. Microbial
Cellulose Utilization: Fundamentals and Biotechnology. Microbiol. Mol.
Biol. Rev. 66(3):506-577.
Maftuchah, 1998. Asosiasi Azolla Dengan Anabaena Sebagai Sumber Nitrogen
Alami Dan Manfaatnya Sebagai Bahan Baku Protein. Pusat Bioteknologi
Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang
McDonald, P., R.A. Edwards and J.F.D. Greenhalgh. 1994. Animal Nurrition. 4th
Ed. Longman Scientific & Technical, Essex.
Metzgar JS, Schneider H, & Pryer KM. 2007. Phylogeny and Divergence
Time Estimates for The Fern Genus Azolla (Salviniaceae). Int. J. Plant
Sci. 168(7):1045–1053.
Nuroniah, H. S. dan A. S. Kosasih. 2010. Mengenal Jenis Trembesi (S. saman Jac.)
sebagai Pohon Peneduh. Mitra Hutan Tanaman Vol. 5 No. 1 hal 1 – 5.
Reksohadiprojo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makana Ternak Tropik.
BPFE, Yogyakarta.
26
Ramadani, S. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Hijau Cair Kihujan (Samanea
Saman) dan Azolla (Azolla Pinnata) Terhadap Kandungan ADF dan NDF
Pada Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum). Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Sarief, S. 1986. Konservasi Tanah dan Air. Pustaka Buana. Bandung.
Sabihana, S. G. Soepardi dan S. Djokosudarjo. 1980. Pupuk dan Pemupukan.
Departemen Ilmu-Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Jakarta.
Sa’id, E. G. 1994. Penanganan dan pemanfaatan limbah industri kelapa sawit.
Badan Kerjasama Pusat Studi Lingkungan. Bogor.
Siregar. 1996. Pengawetan Pakan Ternak. Penebar Swaday, Jakarta.
Sosroamdjodjo dan Soeradji. 1981. Peternakan Umum. CV.Yasaguna, Jakarta.
Staples, G. W., and C. R.. Elevitch. 2006. Samanea saman (trembesi), ver. 2.1. In: C.R. Elevitch (ed.). Species Profiles for Pacific Island Agroforestry. Permanent Agriculture Resources (PAR), (Online) Hōlualoa, Hawai‘i. <http://www. traditionaltree.org>.
Suharno, B dan Nazaruddin. 1994. Ternak Komersial. PT. Penkar Swadaya, Jakarta
Suranto, Y. 2002. Pengawetan Kayu, Bahan dan Metode. Kanisius. Yogyakarta.
Suparjo, R. Murni, Akmal, dan B. L Ginting. 2008. Potensi dan faktor
pembatas pemanfaatan limbah sebagai pakan ternak.
(http://jajo66.files.wordpress.com/2008/11/02potensi.pdf) [22 april 2015].
Sutedjo, M. M. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta
USDA. 2011. Pennisetum purpureum. http://plants.usda.gov/java. Diakses
tanggal 15 April 2015.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo dan S.
Lebdosukoyo. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah mada
University Press, Yogyakarta.
Van Soest P. J. 1976. New .Chemical Methods for Analysisof Forages for The
Purposeof Predicting Nutritive Value. Pref IX International Grassland
Cong.
. 1994. Nutritional Ecology of The Ruminant. 2nd Ed. Cornell University
Press. Ithaca.
LAMPIRAN
28
LAMPIRAN 1 : ANALISIS DATA
Table 1 : Rataan Hasil Analisis Kandungan Selulosa Rumput Gajah
Perlakuan Ulangan Rata-
rata 1 2 3 4 5
P0 (Kontrol) 20 17.3 23.5 22 17.6 20.08
P1 (PHC Azolla) 21.2 16.3 16.2 21 12.5 17.5
P2 (PHC Daun Kihujan) 21.3 21.4 19.7 24.1 21.3 21
Sunber : Data Sekunder Lab. Kimia Makanan Ternak (2015)
Table 2 : Analisis Sidik Ragam Kandungan Selulosa Rumput Gajah
SK Derajad Bebas F.hit Sig.
Perlakuan
Galak
Total
2
12
14
2.818
0.099
Keterangan : Tidak Perpengaru Nyata Karena Nilai Sig. > 0.05
Table 3 : Rataan Hasil Analisis Kandungan Hemiselulosa Rumput Gajah
Perlakuan Ulangan Rata-
rata 1 2 3 4 5
P0 (Kontrol) 36.8 35.2 34.7 38.8 36.7 36.4
P1 (PHC Azolla) 34.4 29.8 17.6 36.7 18.7 27.5
P2(PHC Daun Kihujan) 34.6 31.7 32.7 31.4 31.7 32.4
Sunber : Data Sekunder Lab. Kimia Makanan Ternak (2015)
Table 4 : Analisis Sidik Ragam Kandungan Hemiselulosa Rumput Gajah
SK Derajad Bebas F.hit Sig.
Perlakuan
Galak
Total
2
12
14
3.586
0.060
Keterangan : Tidak Perpengaru Nyata Karena Nilai Sig. > 0.05
29
LAMPIRAN 2 : PERHITUNGAN DOSIS PUPUK
Kandungan Nitrogen pupuk
1. Pupuk urea = 46 % N
2. PupukAzolla ( Azolla pinnata) = 0,28 % N
3. PupukDaun Ki hujan (Samanea saman) = 1,40 % N
Penggunaan Urea 100 Kg/ Ha
1. Daun Azolla
217, 39 N urea / Ha = 0,0028 kg N daun azolla/ Ha
217,39
0,0028= 77639,28 kg daun azolla / Ha
2. Pupuk Daun Ki hujan
217, 39 N urea / Ha = 0,032 kg N daun azolla/ Ha
217,39
0.014= 15527,85 kg daun ki hujan / Ha
Berat tanah = 10 kg / pot
Berat tanah = 2 x 106 kg/ Ha
Dosis pemberian pupukcair ml/ pot
1. Pupuk Daun Azolla
10 kg
2.000.000 kg =
A
77639,28 kg
A = 776392,8 kg
2.000.000 kg
= 0, 388 kg / pot
= 388 ml / pot
2. Pupuk Daun Ki hujan
10 kg
2.000.000 kg =
KH
15527,85 kg
KH = 15278,5 kg
2.000.000 kg
= 0,077 kg / pot
= 77 ml / pot
30
LAMPIRAN 3 : DOKUMENTASI PENELITIAN
Pembuatan Pupuk Hijau Cair
Pengukuran Klorofil
Uji Kandungan Selulosa dan Hemiselulosa
31
RIWAYAT HIDUP
KHAERUN NUR KARIMUDDIN (I111 11 018) lahir di
Bone, pada tanggal 26 Juli 1993 dari pasangan Drs. Karimuddin
dan Hartini, S.Pd. Penulis menyelesaikan Pendidikan Taman
Kanak-Kanak di TK Darul Arkam Ponre Waru pada tahun 1999.
Kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Dasar di SD 1 Tolowe Ponre Waru dan
tamat pada tahun 2005, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di
MTsN Watampone, tamat pada tahun 2008 dan melanjutkan sekolah ke Sekolah
Menengah Atas di MAN 1 Watampone pada tahun 2011. Pada tahun yang sama
pula, penulis melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri dan lulus melalui
Jalur Undangan di Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas
Hasanuddin, Makassar. Selama kuliah penulis pernah menjadi Pengurus IKAB-UH
Priode 2012-2013, Pengurus SEMA FAPET UH selama dua Priode yaitu 2013-
2014 dan 2014-2015, Pengurus HmI Komisariat Peternakan Cabang Makassar
Timur Priode 2014-2015, dan aktif di keanggotan PMB-UH Latenritatta.