PENGARUH PEMBERIAN FORMULA EKSTRAK 4 TANAMAN … · formula ekstrak 4 tanaman obat yaitu Temulawak...

44
PENGARUH PEMBERIAN FORMULA EKSTRAK 4 TANAMAN OBAT (TEMULAWAK, SAMBILOTO, MENIRAN, TEMU IRENG) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI BURSA FABRICIUS AYAM BROILER OLIVIA MIAN ARTHANIKA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Transcript of PENGARUH PEMBERIAN FORMULA EKSTRAK 4 TANAMAN … · formula ekstrak 4 tanaman obat yaitu Temulawak...

PENGARUH PEMBERIAN FORMULA EKSTRAK 4TANAMAN OBAT (TEMULAWAK, SAMBILOTO, MENIRAN,TEMU IRENG) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI

BURSA FABRICIUS AYAM BROILER

OLIVIA MIAN ARTHANIKA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWANINSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR2012

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBERINFORMASI

Saya menyatakan bahwa skripsi Pengaruh Pemberian Formula Ekstrak4 Tanaman Obat (Temulawak, Sambiloto, Meniran, Temu Ireng) terhadapGambaran Histopatologi Bursa Fabricius Ayam Broiler adalah karya sayadengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal ataudikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis laintelah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagianakhir skripsi ini.

Bogor, September 2012

Olivia Mian Arthanika

B04080164

ABSTRACTOLIVIA MIAN ARTHANIKA. The Effects of 4 Medicinal Plants Extract

Formula (Curcuma xanthorriza Roxb., Andrographis paniculata Nees.,Phyllanthus niruri Linn., Curcuma aeruginosa Roxb.) on histopathology ofchicken bursa of Fabricius. Under direction of BAMBANG PONTJOPRIOSOERYANTO and MAWAR SUBANGKIT.

The objective of this research is to elaborate the effects of four medicinalplants extract formulas on histopatological lesions of chicken bursa ofFabricius by examine the general lesions and measuring the area of plicae andthe area of lymphoid follicles. Twenty five heads of day old chick’s weredivided into five groups treatments, there were combination of (1) F1:Curcuma xanthorriza Roxb., Andrographis paniculata Nees., Phyllanthusniruri Linn. and Curcuma aeruginosa Roxb. extract; (2) F2: Curcumaxanthorriza Roxb., Phyllanthus niruri Linn., and Curcuma aeruginosa Roxb.extract; (3) F3: Curcuma xanthorriza Roxb. and Curcuma aeruginosa Roxbextract; (4) F4: Phyllanthus niruri Linn. and Andrographis paniculata Nees.extract; and (5) untreated as control. The chikens were treated for 4 weeks.Result showed that there were general lesions in all treatment groups. Mildformation of cysts and deplesion of follicles were detected. Total area offollicles was increased in F3 and F4 group compared to the control groups,while the F4 group was the highest (P<0.05) in total area of follicles comparedto other treated groups. We concluded that all formulas of the medicinal plantswere not make histopatological lesions to chicken bursa of fabricius and the F4group is the best formulation to increased the total area of follicles.

Keywords: medicinal plant, Curcuma xanthorriza Roxb., Andrographispaniculata, Curcuma aeruginosa Roxb., Phyllanthus niruri Linn.,chicken, bursa of Fabricius.

ABSTRAK

OLIVIA MIAN ARTHANIKA. Pengaruh Pemberian Formula Ekstrak 4Tanaman Obat (Temulawak, Sambiloto, Meniran, Temu Ireng) terhadapGambaran Histopatologi Bursa Fabricius Ayam Broiler. Dibimbing olehBAMBANG PONTJO PRIOSOERYANTO dan MAWAR SUBANGKIT.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pemberianformula ekstrak 4 tanaman obat yaitu Temulawak (Curcuma xanthorrizaRoxb.), Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.), Meniran (Phyllanthusniruri Linn.) dan Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.) terhadap gambaranhistopatologi bursa Fabricius dengan melihat perubahan umum pada bursa,luasan plika dan jumlah luasan folikel. Dua puluh lima DOC dibagi menjadilima kelompok dan diberi perlakuan yang berbeda, yaitu (1) F1 diberikanformula yang terdiri atas ekstrak Temulawak, Sambiloto, Meniran, dan TemuIreng; (2) F2 diberikan formula yang terdiri atas Temulawak, Meniran, danTemu Ireng; (3) F3 diberikan formula yang terdiri atas Temulawak dan TemuIreng; (4) F4 diberikan formula yang terdiri atas Meniran dan Sambiloto; (5)satu kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan. Perlakuan diberikan selamaempat minggu dan hasil menunjukkan adanya perubahan umum yang ringanpada bursa Fabricius berupa pembentukan kista dan deplesi folikel limfoid.Total luasan folikel meningkat pada kelompok F3 dan F4 dibandingkan dengankelompok kontrol dimana kelompok F4 meningkat secara nyata (P<0.05)dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. Berdasarkan hasilpenelitian ini, disimpulkan bahwa pemberian 4 formula tanaman obatmenimbulkan lesio patologi berarti pada bursa Fabricius ayam broiler sertapemberian formulasi ekstrak Meniran dan Sambiloto merupakan kombinasiyang paling baik dalam meningkatkan total luasan folikel.

Kata kunci: tanaman obat, Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.), Sambiloto(Andrographis paniculata Nees), Meniran (Phyllanthus niruriLinn.), Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.), ayam broiler,bursa Fabricius.

PENGARUH PEMBERIAN FORMULA EKSTRAK 4TANAMAN OBAT (TEMULAWAK, SAMBILOTO, MENIRAN,TEMU IRENG) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI

BURSA FABRICIUS AYAM BROILER

OLIVIA MIAN ARTHANIKA

B04080164

Skripsisebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan padaFakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWANINSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR2012

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2012Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpamencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untukkepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunanlaporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebuttidak merugikan kepentingan yang wajar.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karyatulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

HALAMAN PENGESAHAN

Judul skripsi : Pengaruh Pemberian Formula Ekstrak 4 Tanaman Obat

(Temulawak, Sambiloto, Meniran, Temu Ireng) terhadap

Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius Ayam Broiler

Nama Mahasiswa : Olivia Mian Arthanika

NIM : B04080164

Disetujui

Prof. Drh. Bambang Pontjo P, MS. Ph.D, APVet Drh. Mawar Subangkit

Ketua Anggota

Diketahui,

Drh. H. Agus Setiyono, MS. PhD. APVet

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Disetujui tanggal:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus atas segala berkat

dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Formula

Ekstrak 4 Tanaman Obat (Temulawak, Sambiloto, Meniran, Temu Ireng) terhadap

Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius Ayam Broiler” dapat terselesaikan

dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

sarjana Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Penghargaan dan ucapan

terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Drh. Bambang Pontjo Priosoeryanto, MS. Ph.D. APVet dan Drh.

Mawar Subangkit selaku dosen pembimbing tugas akhir yang telah

banyak memberikan ilmunya dan menyediakan waktunya untuk

membimbing penulis.

2. Drh. Tiuria Risa MS. Ph.D dan Siti Sa’diah MSi. Apt. selaku dosen

penguji yang telah banyak memberi masukan dan saran.

3. Keluarga tercinta, papa dan mama untuk cinta dan semangat yang

diberikan setiap waktu, bang Raymond dan Gebby atas segala dukungan

dan keceriaan yang telah diberikan.

4. Bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi (KRP)

FKH IPB yang memfasilitasi penelitian ini.

5. Ibu Dr. Ir. Etih Sudarnika, MSi. selaku dosen pembimbing akademik.

6. Keluarga besar Simatupang Sianturi dan keluarga besar Nainggolan atas

semangat dan doa kepada penulis,

7. Joy Sitanggang sebagai pendamping dan penyemangat penulis.

8. Alexa, Merry, Ling-Ling, Meilan, Vicky, dan Tompel untuk kegembiraan

yang diberikan kepada penulis.

9. Teman-teman sepenelitian bang Adit, bang Andre, Gregorio, dan

Chandra.

10. Morrs (Amanda, Raja, Sherly, dan Raisa), Asbak (bang Gusto, Berto,

Anstayn, Erick, Jonathan, Icak, Rocky, dan Boy), Greff, Laura, dan kak

Priskila atas segala keceriaan yang diberikan.

11. Teman teman Avenzoar 45 dan HIMPRO HKSA. Kebersamaan yang

tidak akan terlupakan.

12. Seluruh pihak yang terlibat dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini,

yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, September 2012

Olivia Mian Arthanika

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 2 Agustus 1990 sebagaianak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Gindo Sianturi dan RumondangUly Nainggolan.

Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 02 RengatRiau pada tahun 1996 dan dilanjutkan di SD St. Yoseph Kabanjahe SumateraUtara pada tahun 1998 dan lulus pada tahun 2001. Penulis melanjutkanpendidikan ke SMP Immanuel Medan dan lulus pada tahun 2005. Pada tahunyang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMA St. Thomas 1 Medan danlulus pada tahun 2008. Penulis masuk di IPB melalui jalur SNMPTN dan resmimenjadi mahasiswa IPB pada tahun 2008. Penulis memilih Program StudiKedokteran Hewan sebagai pilihan pertama di perguruan tinggi IPB.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai organisasikemahasiswaan, seperti PMK dan sebagai anggota divisi Himpunan Minat danProfesi Hewan Kesayangan dan Satwa Aquatik Eksotik pada tahun 2009-2011.

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR........................................................................................... xDAFTAR TABEL ............................................................................................... xiDAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

PENDAHULUANLatar Belakang ............................................................................................ 1Tujuan Penelitian......................................................................................... 3Manfaat Penelitian....................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKATemulawak .................................................................................................. 4Meniran ....................................................................................................... 5Sambiloto .................................................................................................... 7Temu Ireng .................................................................................................. 8Ayam Broiler............................................................................................... 9Imunomodulator .......................................................................................... 10Bursa Fabricius............................................................................................ 11

METODOLOGIWaktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 13Bahan dan Alat ............................................................................................ 13Metode Penelitian........................................................................................ 14

Persiapan Kandang ................................................................................. 14Penyediaan Ekstrak................................................................................. 14Pencekokan Ekstrak................................................................................ 14Perlakuan Penelitian ............................................................................... 14Nekropsi dan Pengambilan Sampel Organ ............................................. 16Pembuatan Sediaan Histopatologi .......................................................... 16Pengamatan Histopatologi ...................................................................... 17Pengolahan Data ..................................................................................... 18

HASIL DAN PEMBAHASANGambaran Histopatologi Bursa Fabricius ................................................... 19Rasio Total Luasan Folikel terhadap Luasan Plika Bursa Fabricius........... 22

SIMPULAN DAN SARANSimpulan...................................................................................................... 24Saran............................................................................................................ 24

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 25

LAMPIRAN ........................................................................................................ 28

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Rimpang Temulawak......................................................................................... 52 Tanaman Meniran .............................................................................................. 63 Tanaman Sambiloto ........................................................................................... 84 Temu Ireng......................................................................................................... 95 Ayam broiler ...................................................................................................... 106 Skema perlakuan................................................................................................ 167 Histopatologi bursa Fabricius ............................................................................ 20

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Kelompok perlakuan.......................................................................................... 152 Rasio total luasan folikel terhadap luasan plika................................................. 22

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Diagram alir tahapan perlakuan......................................................................... 282 Hasil uji analisis ragam rasio total luasan folikel terhadap luasan plika ........... 293 Hasil uji lanjut Duncan rasio total luasan folikel terhadap luasan plika............ 29

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peternakan di Indonesia sejauh ini telah mengalami perkembangan yang

cukup pesat terutama di bidang peternakan ayam. Pertumbuhan jumlah penduduk

yang selalu meningkat dari tahun ke tahun terus diimbangi dengan kesadaran akan

arti penting peningkatan gizi dalam kehidupan. Ayam sebagai penyedia sumber

gizi berupa protein hewani cukup digemari karena mudah didapatkan dan

harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya.

Secara ekonomi, pengembangan usaha peternakan ayam di Indonesia memiliki

prospek yang menguntungkan karena permintaan selalu bertambah (Mahya 2008).

Permasalahan yang sering dihadapi yang mengakibatkan tidak

terpenuhinya permintaan akan ayam dapat diakibatkan oleh manajemen

peternakan yang tidak baik dan terjadinya wabah penyakit yang dapat

menurunkan produksi. Contoh praktik manajemen peternakan yang tidak baik

diantaranya pemilihan bibit ayam yang tidak berkualitas, tidak tersedianya pakan

yang baik, dan sistem perkandangan dan sanitasi yang buruk.

Wabah penyakit virus pada unggas merupakan faktor yang dapat

menyebabkan penurunan terhadap permintaan ayam dan menimbulkan kerugian

bagi peternak. Menurut Syahroni et al. (2005), dari sekian banyak penyakit virus

unggas, penyakit Gumboro atau Infectious Bursal Disease (IBD) merupakan salah

satu penyakit yang masih sulit diberantas. Penyakit IBD merupakan penyakit yang

bersifat imunosupresif karena penyakit ini menimbulkan gangguan atau kerusakan

pada organ pembentuk kekebalan terutama bursa Fabricius sehingga mengalami

penghambatan dalam membentuk zat kebal. Pada kasus penyakit IBD, kerusakan

yang terjadi kebanyakan pada limfosit B yang merupakan salah satu sel imun

(Indranata 2011).

Penanganan terhadap kejadian wabah penyakit pada unggas sampai saat

ini belum terpecahkan karena sulitnya dilakukan pengobatan dan kegagalan

vaksinasi. Penyebab kegagalan vaksinasi diduga disebabkan oleh virus yang

digunakan sebagai vaksin mempunyai perbedaan antigenik dengan virus lapangan

yang mudah mengalami mutasi sehingga dapat dipahami bahwa meskipun dalam

2

suatu peternakan telah rutin dilaksanakan vaksinasi namun wabah masih dapat

terjadi bila strain virus vaksin yang digunakan tidak sesuai dengan strain virus di

lapangan (Wahyuwardani et al. 2011).

Menurut Sufiriyanto dan Indradji (2005), faktor manajemen yang dapat

dilakukan oleh peternak adalah mempersiapkan ayam agar mencapai tingkat

kekebalan optimal dengan pemberian vitamin atau obat-obatan tradisional (herbal

medicine). Secara umum, di dalam tanaman obat (rimpang, daun, batang, akar,

bunga, dan buah) terdapat senyawa aktif seperti alkaloid, fenolik, triterpenoid,

minyak atsiri, glikosida, dan sebagainya yang bersifat sebagai antiviral,

antibakteri serta imunomodulator yang berperan dalam sistem imun tubuh

(Zainudin 2006). Sistem imun dapat dipandang sebagai sistem adaptasi dimana

tubuh berupaya untuk mempertahankan homeostasis antara lingkungan internal

dan lingkungan eksternal tubuh (Sriningsih dan Wibowo 2006).

Tanaman obat seperti Temulawak, Sambiloto, Meniran, dan Temu Ireng

secara umum dapat dimanfaatkan sebagai feed supplement dan feed additive

dalam ransum ternak unggas. Bahan-bahan tanaman obat tersebut dapat berupa

sediaan dalam bentuk simplisia atau sediaan yang diminum (peroral). Secara

umum manfaat penggunaan tanaman obat bagi manusia maupun hewan adalah

untuk peningkatan daya tahan tubuh (imunostimulan), pencegahan dan

penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan (Zainuddin 2006).

Secara biokimia aktivitas imunostimulan yang ditimbulkan oleh tanaman

obat seperti Temulawak diduga disebabkan oleh kandungan antioksidan yang

terdapat pada kurkumin yang berperan sebagai pemicu sistem imunitas (Wardani

2009). Bursa Fabricius merupakan organ limfoid primer pada unggas. Organ ini

berfungsi untuk menghasilkan imunitas pada unggas. Mengingat pentingnya

organ bursa Fabricius pada unggas maka perlu dilakukan pengamatan untuk

mengetahui efek dari kombinasi tanaman obat terhadap organ tersebut.

3

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh formulasi ekstrak 4

tanaman obat (Temulawak, Sambiloto, Temu Ireng, dan Meniran) terhadap

gambaran histopatologi bursa Fabricius ayam broiler.

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai

formulasi 4 tanaman obat (Temulawak, Sambiloto, Temu Ireng, dan Meniran) asal

Indonesia terhadap sistem pertahanan tubuh khususnya gambaran histopatologi

bursa Fabricius ayam broiler.

4

TINJAUAN PUSTAKA

Temulawak

Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) merupakan jenis tumbuh-

tumbuhan herba yang batang pohonnya berbentuk batang semu dan tingginya

dapat mencapai dua meter. Daunnya berbentuk lebar dan setiap helaian

dihubungkan dengan pelepah dan tangkai daun yang agak panjang (Mahendra

2005). Diantara tanaman obat yang berasal dari suku Zingiberaceae, simplisia

Temulawak merupakan bahan yang paling banyak digunakan di dalam negeri

untuk pabrik jamu dan obat tradisional. Penyebaran tanaman Temulawak di

Indonesia meliputi pulau Sumatera, Jawa, Maluku, Kalimantan, Sulawesi, Nusa

Tenggara, dan Bali. Selain digunakan di dalam negeri, simplisia ini juga diimpor

ke Singapura, Jerman, dan Taiwan (Syukur dan Hernani 2002).

Bagian tanaman yang berkhasiat adalah rimpang Temulawak. Bentuk

rimpang Temulawak bercabang-cabang, bagian luarnya berwarna kuning muda,

bagian dalam berwarna kuning (Gambar 1), berbau tajam dan rasanya pahit.

Menurut Afifah (2003), rimpang Temulawak mengandung zat kuning kurkumin,

minyak atsiri, pati, protein, lemak (fixed oil), selulosa, dan mineral. Komponen

tersebut yang paling banyak kegunaannya adalah pati, kurkuminoid, dan minyak

atsiri. Pati Temulawak berwarna putih kekuningan karena mengandung

kurkuminoid; sedangkan minyak atsiri terdiri dari mirsen, p-toluil metil karbinol,

kurkumin, desmetoksi kurkumin, bidesmetil kurkumin, felandren, sabinen, sineol,

borneol, zingiberen, turmeron, atlanton, artumeron, ksantorizol, dan germakron.

Penelitian Wardani (2009) menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol

Temulawak dapat menghambat terjadinya involusi dan atrofi folikel bursa

Fabricius sehingga bursa Fabricius dapat bertahan lebih lama dan berfungsi secara

optimal sebagai organ limfoid primer. Menurut Sufiriyanto dan Indradji (2007),

ekstrak Temulawak bersifat sebagai imunostimulan dan memiliki efek konstruktif

yaitu mampu memperbaiki jaringan dan kelenjar yang rusak.

5

Taksonomi Temulawak menurut Rukmana (2006) adalah sebagai berikut;

kingdom : Plantae

divisi : Spermatophyta

sub divisi : Angiospermae

kelas : Monocotyledonae

ordo : Zingiberales

famili : Zingiberaceae

genus : Curcuma

spesies : Curcuma xanthorriza Roxb.

Gambar 1 Rimpang Temulawak

Meniran

Meniran (Phyllanthus niruri L.) merupakan tanaman herba dengan tinggi

mencapai 50 cm. Seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan. Banyak tumbuh

liar pada tempat yang lembab dan berbatu. Daunnya tunggal, letaknya berseling,

bentuk bulat telur sampai bulat memanjang, bagian ujung tumpul atau runcing

(Gambar 2). Permukaan daun bagian bawah berbintik-bintik. Batang berwarna

hijau pucat untuk Phyllanthus niruri atau hijau kemerahan untuk Phyllanthus

urinaria (Wijayakusuma dan Dalimartha 2005).

Kandungan zat aktif yang terdapat dalam tanaman adalah lignans

phyllanthin dan hypophyllanthin sebagai kandungan utama. Nyrphylline (lignan),

phyllnirubin (neolignan), dan tanin seperti phyllanthusin D, amariin, amarulone

dan amarinic acid, serta alkaloid seperti ent-norsecurinine, sobubbialine, dan

6

epibubbialine sebagai kandungan lain (Daniel 2006). Hariana (2007)

menambahkan beberapa bahan kimia yang terkandung dalam Meniran diantaranya

saponin, flavonoid, filantin, hipofilantin, kalium, damar, dan tanin.

Taksonomi Meniran menurut Soenanto (2009) adalah sebagai berikut;

kingdom : Plantae

divisi : Spermatophyta

sub divisi : Magnoliophyta

kelas : Rosidae

ordo : Euphorbiales

famili : Euphorbiacea

genus : Phyllanthus

spesies : Phyllanthus niruri Linn.

Penelitian klinis ekstrak Meniran terhadap penderita TBC, menunjukkan

bahwa pemberian kombinasi antara obat anti tuberkulosis dan ekstrak Meniran

mampu menurunkan kadar interleukin-10 pada fase intensif. Efek

imunomodulator ekstrak Meniran disebabkan oleh kandungan senyawa golongan

flavonoid (Sriningsih dan Wibowo 2006). Uji preklinis membuktikan bahwa

herba Meniran berkhasiat meningkatkan kekebalan tubuh atau imunostimulator

(Mursito 2002).

Gambar 2 Tanaman Meniran

7

Sambiloto

Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) tergolong herba semusim,

tumbuh tegak, tingginya sekitar 50 cm dan memiliki rasa yang sangat pahit.

Batang Sambiloto berpangkal bulat, berbentuk segi empat saat muda dan bulat

setelah tua. Daun Sambiloto tunggal, bertepi rata, dan berpangkal daun tajam dan

runcing (Mahendra 2005) (Gambar 3). Tanaman Sambiloto mudah berkembang

biak dan banyak terdapat dari dataran rendah sampai 700 m dpl (di atas

permukaan laut) dan banyak tersebar di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Taksonomi Sambiloto menurut Prapanza dan Irianto (2003) adalah sebagai

berikut;

kingdom : Plantae

divisi : Angiospermae

kelas : Dicotyledonae

sub kelas : Gamopetalae

ordo : Personales

famili : Acanthaceae

sub famili : Acanthoidae

genus : Andrographis

spesies : Andrographis paniculata Nees.

Gambar 3 Tanaman Sambiloto

Sambiloto memiliki rasa yang pahit. Herba ini mengandung laktone dan

flavonoid. Laktone diisolasi dari daun dan percabangannya yaitu

8

deoxyandrographolide, andrographolide (zat pahit), neonandrographolide, 14-

deoxy-11, 12-didehydroandrographolide, dan homoandrographolide. Flavonoid

diisolasi dari akar yaitu polymethoxyflavone, andrographin, panicolin, mono-o-

methylwithin, dan apigenin-7,4-dimethyl ether. Selain mengandung lakton dan

flavonoid, herba ini juga mengandung keton, aldehid, dan mineral seperti kalium,

natrium, kalsium, dan asam kersik (Wijayakusuma dan Dalimartha 2005).

Pada kasus kanker yang disertai dengan peradangan, herba Sambiloto

efektif untuk mengatasi infeksi dan merangsang fagositosis. Selain itu, juga

merusak trofosit dan trofoblas dan berperan pada kondensasi sitoplasma dari sel

tumor, serta menghancurkan inti sel (Wijayakusuma 2005). Sambiloto juga dapat

menurunkan kontraksi usus, menambah nafsu makan, menurunkan tekanan darah,

melindungi kerusakan hati dan jantung, dan memiliki aktifitas imunomodulator

(Setyawati 2009).

Temu Ireng

Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.) merupakan semak dengan tinggi

mencapai 1.5 m, berumbi batang serta berbatang semu yang terdiri atas pelepah

daun yang tegak dan membentuk rimpang dengan warna batang hijau. Daun

berbentuk bulat telur, tepi daun rata, ujung runcing, pangkal tumpul, pertulangan

menyirip, serta berwarna hijau dan memiliki garis-garis coklat membujur. Bunga

majemuk dan berwarna kuning, kelopak berbentuk silindris, dan pangkal daun

pelindung berwarna putih. Ciri utama rimpang Temu Ireng adalah bagian dalam

berwarna agak kebiruan, kulit luar berwarna kuning mengkilat, dan ujungnya

berwarna merah muda (Gambar 4). Bagian yang digunakan adalah rimpang

(Utami 2008).

Temu Ireng berkhasiat untuk menambah nafsu makan, menyembuhkan

kecacingan, mengatasi perut kembung, mempercepat masa nifas dan

penyembuhan luka, obat batuk, asma, kudis, encok, dan menaikkan kontraksi

uterus. Ekstrak Temu Ireng juga bersifat sebagai antibakteri dimana memiliki

kemampuan dalam menghambat aktivitas bakteri gram negatif seperti Escherichia

coli (Philip et al. 2009).

9

Rimpang mengandung minyak atsiri, alkaloida, zat pahit, saponin, pati,

damar, dan lemak (Syukur dan Hernani 2002). Menurut Nugrahaningtyas et al.

(2005) Temu Ireng mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol, dan minyak

atsiri.

Taksonomi Temu Ireng menurut Kurniawan (2011) adalah sebagai

berikut;

divisi : Spermatophyta

subdivisi : Angiospermae

kelas : Monocotyledonae

ordo : Zingiberales

famili : Zingiberaceae

genus : Curcuma

spesies : Curcuma aeruginosa Roxb.

Gambar 4 Rimpang Temu Ireng

Ayam Broiler

Ayam pedaging atau yang disebut juga ayam broiler adalah ayam hasil

budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi, dengan ciri

khas sebagai penghasil daging (Gambar 5). Pertumbuhannya cepat dengan

konversi pakan yang irit, dan siap dipotong pada usia yang relatif muda, yaitu

hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen, dengan berat badan antara 1.2-1.9 kg/ekor.

Ayam pedaging yang baik yaitu ayam yang sehat berbulu baik, perbandingan

antara tulang dan daging seimbang (proporsional). Jenis ayam broiler merupakan

jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa ayam yang memiliki

10

produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Ayam broiler

baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an, dan saat ini telah dikembangkan

dengan sangat pesat di hampir setiap negara termasuk di Indonesia (Mulyantini

2011).

Taksonomi ayam menurut Mulyantini (2011) adalah sebagai berikut;

kingdom : Animalia

filum : Chordata

subfilum : Vertebrata

kelas : Aves

subkelas : Neornithes

ordo : Galliformes

genus : Gallus

spesies : Gallus domesticus

Gambar 5 Ayam broiler

Imunomodulator

Imunomodulator adalah bahan (obat) yang dapat mengembalikan

ketidakseimbangan sistem imun. Cara kerja imunomodulator meliputi

mengembalikan fungsi sistem imun yang terganggu (imunrestorasi), memperbaiki

fungsi sistem imun (imunostimulasi) dan menekan respons imun (imunosupresi).

Imunomodulator digunakan terutama pada penyakit imunodefisiensi, infeksi

kronis dan kanker. Dalam ilmu kedokteran, imunitas pada mulanya berarti

resistensi relatif terhadap suatu mikroorganisme. Resistensi terbentuk berdasarkan

11

respons imunologik. Selain membentuk resistensi terhadap suatu infeksi, respons

imun juga dapat mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit seperti penyakit

autoimun. Pada saat ini arti respons imun sudah lebih luas, yang pada dasarnya

mencakup pengobatan maupun pencegahan suatu penyakit yang disebabkan oleh

pengaruh faktor dari luar tubuh atau zat asing (Chairul 2011).

Aktivitas sistem imun dapat menurun karena berbagai faktor, diantaranya

karena usia atau penyakit. Adanya senyawa-senyawa kimia yang dapat

meningkatkan aktivitas sistem imun sangat membantu untuk mengatasi penurunan

sistem imun dan senyawa-senyawa tersebut dapat diperoleh dari tumbuh-

tumbuhan. Saat ini terdapat beberapa jenis tumbuhan yang dideteksi berkhasiat

sebagai imunomodulator, antara lain: Andrographis paniculata N., Curcuma

xanthorriza, Phyllanthus niruri L. (Chairul 2011; Sriningsih dan Wibowo 2006).

Imunomodulator dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh alamiah,

sehingga besar kemungkinan unggas dapat terhindar dari beberapa penyakit

seperti Newcastle Diseases atau tetelo, flu burung, dan Mareks. Adanya kekebalan

tubuh yang tinggi dapat meningkatkan produktivitas dan memacu pertumbuhan

ternak. Cara kerja dari imunomodulator yang pertama dengan meningkatkan

proses pematangan sel-sel yang berperan dalam respons imun. Kedua,

meningkatkan proses proliferasi sel, sehingga jumlah antigen yang dapat diproses

meningkat lebih banyak dan titer antibodi yang dihasilkan menjadi lebih tinggi.

Ketiga, mengaktifkan komplemen sehingga eliminasi antigen dalam sel menjadi

lebih efektif (Mulyantini 2010).

Bursa Fabricius

Bursa Fabricius adalah organ imun yang berperan dalam kekebalan

unggas. Bursa Fabricius pada ayam memiliki bentuk bulat dan letaknya berada

diantara kloaka dan sacrum. Bursa terdiri dari sel limfoid yang terbalut dalam

jaringan epitelial yang diduga berasal dari endodermal pada masa embrional.

Bursa mencapai ukuran maksimum pada usia 8-10 minggu dan kemudian mulai

mengalami involusi. Pada usia 6-7 bulan hampir seluruh bagian bursa mengalami

involusi atau atrofi fisiologis (Davidson et al. 2008).

12

Bursa dikelilingi oleh lapisan otot polos yang tebal berbentuk seperti organ

berongga. Beberapa peneliti mempelajari bahwa mantel otot dan kontraktilitas

tidak dipertimbangkan dalam fungsi bursa. Setiap folikel tersusun atas dua lapisan

yang dipisahkan oleh stuktur yang terdiri dari arteri, vena, dan jaringan ikat

sehingga folikel berhubungan dengan aliran darah dan aliran limfatik didalam

lumen bursa. Pada daerah ventral dari lumen bursa terbentuk jaringan limfoid

(Davidson et al. 2008).

Perkembangan bursa secara anatomi dan fisiologi dapat dipengaruhi oleh

lingkungan seperti stres, higiene yang buruk, vaksinasi, dan keadaan patologi

akibat penyakit. Bobot organ limfoid seperti bursa Fabricius dapat diukur dan

mencerminkan kemampuan tubuh untuk menghasilkan sel-sel limfoid pada reaksi

tanggap kebal (Tabeekh dan Mayah 2009).

Bursa Fabricius berfungsi untuk menghasilkan limfosit-B dan

menyalurkannya ke germinal centre pada penyimpanan limfoid. Organ ini

merupakan organ limfoid primer yang menghasilkan immunoglobulin pada ayam

muda (Wardani 2009).

13

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2011 sampai Desember 2011.

Kegiatan pemeliharaan dan perlakuan hewan coba bertempat di Fasilitas Kandang

Hewan Percobaan Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Pembuatan dan pengamatan

sediaan histopatologi dilakukan di Bagian Patologi, Departemen Klinik

Reproduksi dan Patologi (KRP), Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah ayam broiler strain Coob

sebanyak 25 ekor yang dibagi kedalam 5 kelompok perlakuan, vaksin ND live

(Lasota™), CAPRIVAC IBD-Inter® live vaccine, AI killed vaccine Medivac®,

Larutan fiksatif Buffer Neutral Formalin (BNF) 10%, etanol dengan konsentrasi

70%, 80%, 90%, 96%, etanol absolut, xylene, parafin, pewarna jaringan

Hematoksilin Eosin, aquades, kebutuhan harian ayam seperti air minum, pakan

(Sinta®), sekam sebagai alas kandang, formulasi 4 tanaman obat Indonesia : F1:

Temulawak, Meniran, Sambiloto, dan Temu Ireng; F2: Temulawak, Meniran, dan

Temu Ireng; F3: Temulawak dan Temu Ireng; F4: Meniran dan Sambiloto.

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah alat pemeliharaan dan

perlakuan ayam seperti 5 petak kandang, timbangan untuk mengukur bobot badan,

tempat pakan dan air minum, lampu, spuit dengan jarum untuk vaksinasi, spuit 1

ml tanpa jarum untuk mencekok ekstrak, alat nekropsi seperti scalpel, gunting,

pinset, wadah atau botol plastik untuk fiksasi jaringan, alat untuk pembuatan

sediaan histopatologi seperti gelas ukur, tissue cassette, tissue basket, tissue tang,

Parrafin Embedding Console, object glass, cover glass, automatic tissue

processor, microtome, staining system, alat untuk pengamatan sediaan

histopatologi seperti alat photomicrograph, mikroskop cahaya, dan software

MacBiophotonicImageJ® (Rasban 2006).

14

Metode Penelitian

Persiapan Kandang Penelitian

Kandang ayam dibuat menurut sistem lantai (floor) atau litter dengan

panjang 110 cm, lebar 40 cm dan tinggi 45 cm. Dinding dan lantai ruangan

percobaan diberi kapur dengan kapur tembok berwarna putih, didesinfeksi dengan

desinfektan kelompok fenol sintetik dan difumigasi dengan gas formalin 5% v/v

sehari sebelum ayam percobaan dimasukkan.

Penyediaan Ekstrak

Pembuatan ekstrak dan formulasi tanaman obat dilakukan di Pusat Studi

Biofarmaka Institut Pertanian Bogor. Ekstraksi tanaman Temulawak, Sambiloto,

dan Temu Ireng menggunakan pelarut etanol dan Meniran menggunakan pelarut

air.

Pencekokan Ekstrak

Penyajian ekstrak untuk tiap kelompok perlakuan dilakukan dengan

melarutkan ekstrak yang sudah jadi menggunakan aquades. Dosis yang ditentukan

dibagi dengan hasil rataan bobot badan ayam masing-masing kelompok sehingga

untuk ayam pada tiap kelompok perlakuan dipakai dosis yang seragam.

Tiap kelompok ayam dicekok dengan masing-masing formulasi tanaman

obat menggunakan spuit tanpa jarum yang dimasukkan ke mulut ayam dan

disemprot langsung ke tembolok. Aturan pencekokan adalah satu kali setiap hari

pada pukul 16.00 selama 28 hari sebanyak 1 ml.

Perlakuan Penelitian

Penelitian ini menggunakan broiler strain Coob yang berumur 1 hari

dengan bobot badan yang seragam. Sebelum perlakuan dimulai, diadakan masa

adaptasi selama 4 hari untuk mengembalikan kondisi ayam dari stres karena

pemindahan dan transportasi. Sebelum dibagi dalam kelompok perlakuan,

dilakukan penimbangan terhadap ayam pada tiap kelompok perlakuan untuk

mendapatkan hasil rataan bobot badan sehingga dosis pemberian formula tanaman

15

obat dapat dihitung. Sebanyak 25 ekor ayam dibagi ke dalam 5 kelompok

perlakuan seperti disajikan pada Tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1 Kelompok perlakuan

Perlakuan Keterangan

Kontrol 5 ekor ayam divaksin menggunakan vaksin ND live

(Lasota™), CAPRIVAC IBD-Inter® live vaccine, AI killed

vaccine Medivac®, dan diberi aquades sebanyak 1 ml.

F1 5 ekor ayam divaksin menggunakan vaksin ND live

(Lasota™), CAPRIVAC IBD-Inter® live vaccine, AI killed

vaccine Medivac®, dan diberi formula Temulawak,

Meniran, Sambiloto, dan Temu Ireng sebanyak 1 ml.

F2 5 ekor ayam divaksin menggunakan vaksin ND live

(Lasota™), CAPRIVAC IBD-Inter® live vaccine, AI killed

vaccine Medivac®, dan diberi formula Temulawak,

Meniran, dan Temu Ireng sebanyak 1 ml.

F3 5 ekor ayam divaksin menggunakan vaksin ND live

(Lasota™), CAPRIVAC IBD-Inter® live vaccine, AI killed

vaccine Medivac®, dan diberi formula Temulawak dan

Temu Ireng sebanyak 1 ml.

F4 5 ekor ayam divaksin menggunakan vaksin ND live

(Lasota™), CAPRIVAC IBD-Inter® live vaccine, AI killed

vaccine Medivac®, dan diberi formula Meniran dan

Sambiloto sebanyak 1 ml.

16

Skema perlakuan ditunjukkan pada Gambar 6 berikut :

Gambar 6 Skema perlakuan pemberian vaksin dan pemberian formula ekstrak 4tanaman obat.

Nekropsi dan Pengambilan Sampel Organ

Semua ayam dinekropsi pada akhir penelitian untuk mengambil bursa

Fabricius yang terletak di dorsal kloaka. Bursa Fabricius diambil dan dimasukkan

ke dalam wadah/botol plastik yang berisi larutan fiksatif Buffer Neutral Formalin

(BNF) 10% untuk disimpan selama kurang lebih 48 jam dan setelah itu diproses

untuk pembuatan sediaan histopatologi.

Pembuatan Sediaan Histopatologi

Potongan bursa dengan ketebalan kurang lebih 3 mm, dimasukkan ke

dalam tissue cassete untuk dilakukan tindakan dehidrasi dengan merendam

sediaan tersebut secara berurutan ke dalam etanol 70%, 80%, 90%, 96%, etanol

absolut I, etanol absolut II selama 2 jam, xylene I, xylene II, xylene III, xylene IV

selama 40 menit, parafin I, parafin II, parafin III, dan parafin IV selama 30 menit.

Proses perendaman dilakukan secara otomatis dalam automatic tissue processor –

Sakura Tek®.

Jaringan terhidrasi dimasukkan ke dalam cetakan dan diisi parafin cair.

Letak jaringan diatur agar tetap berada di tengah blok parafin. Setelah mulai

membeku, parafin ditambahkan kembali hingga alat pencetak penuh dan dibiarkan

sampai mengeras.

Jaringan dipotong dengan mikrotom dengan ketebalan 5 µm. Hasil

potongan dimasukkan ke waterbath (45ºC) untuk menghilangkan lipatan akibat

17

pemotongan. Sediaan diangkat dari permukaan air dengan object glass kemudian

dikeringkan dalam inkubator 60ºC. Deparafinasi dilakukan dengan cara

memasukkan sediaan ke dalam xylene sebanyak dua kali selama 2 menit. Proses

dilanjutkan dengan rehidrasi jaringan, dimulai dari pencelupan jaringan ke dalam

etanol absolut, sampai ke etanol 80% secara berurutan selama 2 menit, dicuci

dengan air mengalir dan dikeringkan.

Pewarnaan sediaan dilakukan dengan menggunakan pewarna Mayer’s

Hematoksilin selama 3 menit, dibilas dengan air mengalir, dicuci dengan Lithium

Karbonat selama 10 detik, dan dibilas dengan air mengalir lagi. Selanjutnya

jaringan dicelupkan ke dalam pewarna Eosin selama 4 menit. Sediaan dicuci

dengan celupan etanol 90% sebanyak 10 kali celupan, etanol absolut I 10 kali

celupan, etanol absolut II selama 2 menit, xylene I selama 2 menit, xylene II

selama 2 menit. Langkah berikutnya dilanjutkan dengan menutup sediaan

menggunakan cover glass yang ditetesi perekat PermountTM. Sediaan yang telah

jadi diamati menggunakan mikroskop untuk melihat gambaran histopatologinya..

Pengamatan Histopatologi

Pengamatan histopatologi dilakukan dengan mikroskop cahaya dan

software MacBiophotonicImageJ®. Masing-masing bursa Fabricius difoto pada 2

plika menggunakan eye piece camera di bawah mikroskop cahaya dengan

perbesaran 40× untuk melihat luasan plika serta luasan folikel dalam plika.

Luasan plika dan luasan folikel dalam plika dihitung dengan komputer

menggunakan software MacBiophotonicImageJ® (mbf_imageJ).

Pengukuran persentase rasio total luasan folikel terhadap luasan plika.

Pada tiap preparat diambil sampel dua plika, kemudian tiap plika dihitung

luasannya menggunakan software mbf_imageJ. Tiap folikel dari masing-masing

plika juga dihitung luasannya kemudian dijumlahkan. Persentase rasio total luasan

folikel terhadap luasan plika dicari dengan rumus :

P = × 100%

Keterangan : P = Persentase rasio total luasan folikel terhadap luasan plika

18

Pengolahan Data

Data yang disajikan berupa data deskriptif untuk perubahan umum pada

folikel serta data kuantitatif untuk total luasan folikel dengan menghitung luasan

plika dan luasan folikel dalam plika. Data kuantitatif dianalisis menggunakan

program SPSS 16 OneWay ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Duncan

homogenitas untuk melihat perbedaan yang nyata (p<0.05) antara kelompok

perlakuan. Keseluruhan tahapan perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 1.

19

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius

Hasil pengamatan histopatologi bursa Fabricius yang diberi formula

ekstrak tanaman obat memperlihatkan beberapa perubahan umum seperti adanya

perubahan ringan berupa deplesi folikel limfoid dan pembentukan kista. Deplesi

yang ringan hampir ditemukan pada setiap kelompok perlakuan. Pada kelompok

kontrol yang tidak diberi perlakuan, relatif sedikit kista yang terbentuk dan deplesi

tidak terlalu banyak. Jika dibandingkan dengan kelompok kontrol, kelompok F1

yang diberi formula ekstrak tanaman Temulawak, Sambiloto, Meniran, dan Temu

Ireng mengalami deplesi folikel limfoid dan kista yang relatif sedikit lebih

banyak.

Perubahan umum berupa kista dan deplesi folikel yang ditemukan pada

gambaran histopatologi seluruh kelompok perlakuan diduga diakibatkan oleh

pemberian vaksin selama pemeliharaan ayam. Menurut Wahyuwardani et al.

(2011) vaksinasi dapat menyebabkan perubahan histopatologi pada organ bursa

Fabricius, namun penyembuhan dapat lebih cepat terjadi. Kista merupakan suatu

daerah yang kosong pada sel. Kista terbentuk akibat deplesi folikel limfoid yang

terjadi secara terus menerus. Deplesi pada bursa Fabricius terjadi akibat nekrosa

sel-sel limfoid sehingga jumlahnya berkurang dan ditunjukkan dengan

kerenggangan sel-sel limfoid dalam tiap folikel, kemudian folikel limfoid akan

menjadi mengkerut sehingga ukurannya menjadi lebih kecil dibandingkan dengan

folikel limfoid normal. Tingkat keparahan deplesi dipengaruhi oleh jumlah sel

yang mengalami nekrosa (Wardani 2009).

Perubahan yang sama juga ditemukan pada kelompok F2 yang diberi

formula ekstrak tanaman Temulawak, Meniran, dan Temu Ireng, namun kista

yang terbentuk relatif lebih sedikit dibandingkan F1. Pembentukan kista dan

deplesi folikel limfoid pada kelompok F2 sedikit lebih banyak jika dibandingkan

dengan kelompok kontrol. Pada F3 dan F4, sangat sedikit terbentuk kista dan

deplesi folikel juga sedikit ditemukan dan tidak berbeda jauh dengan gambaran

bursa Fabricius pada kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian

kombinasi ekstrak Temulawak dan Temu Ireng serta pemberian kombinasi

20

ekstrak Sambiloto dan Meniran memberikan hasil yang bagus terhadap gambaran

histopatologi bursa Fabricius. Aktifitas ini mungkin disebabkan dari kandungan

masing-masing herbal yang dapat bersifat sebagai imunomodulator. Perubahan

pada setiap kelompok perlakuan dapat dilihat pada Gambar 7 berikut:

Gambar 7 (A) Gambaran bursa Fabricius kelompok kontrol, tanda panahmenunjukkan perubahan umum berupa kista dan deplesi folikellimfoid; (B) Gambaran bursa Fabricius kelompok F1; (C) Gambaranbursa Fabricius kelompok F2; (D) Gambaran bursa Fabriciuskelompok F3; (E) Gambaran bursa Fabricius kelompok F4.

21

Bursa Fabricius merupakan organ limfoid primer pada unggas yang

menjadi tempat perkembangan sel-sel limfosit. Sel limfosit berdiferensiasi dari

bentuk semula sebagai lymfoid stem cells yang kemudian berproliferasi dan

matang menjadi sel limfosit yang fungsional. Pada unggas, lymfoid stem cells

selanjutnya berdiferensiasi menjadi limfosit T pada organ timus dan menjadi

limfosit B pada organ bursa Fabricius. Sel limfosit pada bursa Fabricius akan

berkembang dalam suatu folikel limfoid yang berbentuk seperti kancing bulat

(button). Semakin banyak sel limfosit yang berkembang dan matang maka folikel

limfoid tersebut akan padat penuh berisi sel limfosit (Murtini et al. 2006).

Formula Temulawak dan Temu Ireng memperlihatkan pengaruh yang

hampir sama dengan formula Meniran dan Sambiloto. Hal ini dapat disebabkan

oleh kandungan dari kurkumin yang terkandung dalam Temulawak, kandungan

Andrographolide dalam Sambiloto, dan kandungan flavonoid dalam Meniran dan

Temu Ireng. Kurkumin selain dapat menghambat replikasi virus, berfungsi

sebagai imunostimulator fagositosis dan meningkatkan kemampuan limfosit

(Sufiriyanto dan Indradji 2007). Menurut Jarukamjorn dan Nemoto (2008),

kandungan Andrographolide dalam sambiloto dapat mengganggu jalur

pemindahan materi genetik virus dan bakteri sehingga efektif untuk melawan agen

infeksi. Flavonoid yang terkandung dalam Meniran dan Temu Ireng merupakan

komponen yang bersifat imunomodulator yang mampu meningkatkan sistem

kekebalan tubuh hingga mampu menangkal serangan virus, bakteri atau mikroba

lainnya (Suhirman dan Winarti 2007). Selain itu, pemberian ekstrak benalu teh

yang mengandung flavonoid mampu meningkatkan jumlah folikel limfoid aktif

dan bersifat sebagai mitogen (Murtini et al. 2006). Mitogen merupakan agen yang

mampu menginduksi pembelahan sel, baik sel T maupun sel B (Miksusanti 2010).

22

Rasio Total Luasan Folikel terhadap Luasan Plika Bursa Fabricius

Hasil analisis statistik terhadap rasio total luasan folikel terhadap luasan

plika bursa Fabricius yang diberi formula ekstrak tanaman obat yaitu Temulawak,

Sambiloto, Meniran, dan Temu Ireng dapat dilihat dari Tabel 2.

Tabel 2 Rasio total luasan folikel terhadap luasan plika

Perlakuan Rasio total luasan folikel

terhadap luasan plika

Persentase (%)

Kontrol 0.4141 ± 0.0752a 41,4

F1 0.3544 ± 0.0538a 35,4

F2 0.3552 ± 0.0580a 35,5

F3 0.4235 ± 0.0949a 42,3

F4 0.5551 ± 0.1154b 55,5

Keterangan: Huruf superskript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaanyang nyata (P<0,05). F1 = Temulawak, Temu Ireng, Sambiloto, dan Meniran; F2 = Temulawak,Temu Ireng, dan Meniran; F3 = Temulawak dan Temu Ireng; F4 = Meniran dan Sambiloto; K =kontrol negatif.

Dari semua kelompok perlakuan, kelompok yang mempunyai rasio total

luasan folikel terhadap luasan plika tertinggi adalah kelompok F4, yaitu kelompok

yang diberi formula ekstrak Sambiloto dan Meniran. Hasil kelompok F3 yang

diberi formula Temulawak ditambah Temu Ireng berada pada urutan kedua diikuti

kontrol, F2 dan F1. Secara analisis statistik, kelompok F4 berbeda nyata dengan

kelompok kontrol dan kelompok lain dan memperlihatkan tingkat rasio total

luasan folikel terhadap luasan plika tertinggi. Sedangkan kelompok F1, F2, dan F3

tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol.

Hasil yang berbeda nyata pada kelompok perlakuan F4 yang diberi

formula Meniran dan Sambiloto diduga mengalami proliferasi limfosit yang

diakibatkan oleh potensi Meniran dan Sambiloto sebagai imunomodulator yang

memiliki kandungan senyawa flavonoid. Menurut Mulyantini (2010),

imunomodulator bekerja dengan cara meningkatkan proses pematangan sel yang

berperan dalam respons imun dan meningkatkan proses proliferasi sel, sehingga

23

jumlah antigen yang dapat dieliminasi lebih banyak dan titer antibodi yang

dihasilkan lebih tinggi.

Untuk menimbulkan respons imun, sel B dan sel T harus saling

berinteraksi satu dengan lainnya. Secara umum, sel B yang mengenali dan

mengikat antigen yang spesifik memerlukan kerjasama dengan sel T-penolong

(Th). Kandungan flavonoid dalam Meniran dan Sambiloto diduga dapat

meningkatkan ekspresi interleukin-2 serta meningkatkan produksi faktor

pertumbuhan dan diferensiasi (growth and differentiation factor) untuk sel B.

Interleukin-2 dapat meningkatkan pertumbuhan sel yang memiliki ekspresi

interleukin-2 termasuk Th dan Tc. Sel Th berperan penting dalam proliferasi sel B

untuk menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi. Untuk aktifasi lengkap

dari sel B masih diperlukan signal dari Th berupa B Cell Growth Factor (BCGF)

dan B Cell Differentiating Factor (BCDF). BCGF akan merangsang proliferasi sel

B dan BCDF merangsang diferensiasi menjadi sel plasma dan membentuk

antibodi (Radji 2010). Menurut Haskito (2011), ekstrak daun srikaya yang

mengandung flavonoid dapat bekerja sebagai imunostimulan dengan cara

meningkatkan pertambahan jumlah limfosit B. Penelitian Ziaran et al. (2005)

menyebutkan bahwa pemberian flavonoid pada mencit menyebabkan augmentasi

dari IL-1, IL-2, IL-4, dan CD+4/CD+

8 yang dapat meningkatkan produksi antibodi.

Flavonoid juga dapat berfungsi sebagai antioksidan dengan cara

menghambat terbentuknya radikal bebas, menghambat peroksidasi lemak dan

mengubah struktur membran sel. Aktivitas antioksidan yang dimiliki oleh

sebagian besar flavonoid disebabkan adanya gugus hidroksi fenolik dalam

struktur molekulnya juga melalui daya tangkap terhadap radikal bebas (Junieva

2006). Sifat antioksidan dalam flavonoid diduga dapat melindungi jaringan

terhadap radikal bebas yang terlibat dalam beberapa kondisi patologis seperti

kanker dan peradangan kronis (Sharma et al. 2009).

24

DAFTAR PUSTAKA

Afifah E, Tim Lentera. 2003. Khasiat dan Manfaat Temulawak: RimpangPenyembuh Aneka Penyakit. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Chairul P. 2011. Uji efektivitas imunomodulator tiga jenis zingiberaceae secarain-vitro melalui pengukuran aktivitas sel makrofag dan kapasitas fagositosis[artikel]. Cibinong: Bidang Botani, Puslit Biologi LIPI.

Daniel M. 2006. Medicinal Plants: Chemistry and Properties. USA: SiencePublishers.

Davidson F, Kaspers B, Schat KA. 2008. Avian Immunology. UK: Elsevier Ltd.

Haskito A. 2011. Efek pemberian ekstrak daun Srikaya (Annona squamosa L.)terhadap gambaran histopatologi bursa Fabricius dan limpa ayam pedagingyang diinfeksi virus Infectious Bursal Disease [artikel]. Surabaya:Universitas Airlangga.

Hariana HA. 2007. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2. Jakarta: PenebarSwadaya.

Indranata FD. 2011. Ekspresi cytochrom yang menginduksi apoptosis melaluijalur intrinsik pada sel bursa Fabricius yang diinfeksi virus Gumboro virulen[artikel]. Surabaya: Universitas Airlangga.

Jarukamjorn K, Nemoto N. 2008. Pharmacological aspects of Andrographispaniculata on health and its major diterpenoid constituent andrographolide.Journal of Health Science 54(4): 370-381.

Junieva PN. 2006. Pengaruh pemberian ekstrak Meniran (Phyllanthus sp.)terhadap gambaran mikroskopik paru tikus wistar yang diinduksi karbontetraklorida [skripsi]. Semarang: Fakultas Kedokteran, UniversitasDiponegoro.

Kurniawan A. 2011. Aktivitas antioksidan dan potensi hayati dari kombinasiekstrak empat jenis tanaman obat Indonesia [skripsi]. Bogor: FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Mahendra B. 2005. 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh. Jakarta: Penebar Swadaya.

Mahya IA. 2008. Sistem pendukung keputusan untuk menentukan kualitasproduksi ayam petelur [skripsi]. Malang: Fakultas Sains dan Teknologi,Universitas Islam Negeri Malang.

Miksusanti. 2010. Proliferasi sel limfosit secara in-vitro oleh minyak atsiri TemuKunci dan film edibel anti bakteri. Jurnal Penelitian Sains 10: 06-07.

25

Mulyantini NGA. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Yogyakarta: GadjahMada University Press.

Mursito B. 2002. Ramuan Tradisonal untuk Gangguan Ginjal. Jakarta: PenebarSwadaya.

Murtini S, Murwani R, Satrija F, Handaryani E. 2006. Efek imunomodulasiekstrak Benalu Teh (Scurrula oortiana) pada telur ayam berembrio. JITV11(3): 191-197.

Nugrahaningtyas KD, Matsjeh S, Wahyuni TD. 2005. Isolasi dan identifikasisenyawa flavonoid dalam rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosaRoxb.). Biofarmasi 3 (1): 32-38.

Prapanza I, Irianto LA. 2003. Khasiat dan Manfaat Sambiloto. Jakarta:Agromedia Pustaka.

Philip K, Malek S, Sani W, Shin S, Kumar S, Lai H, Serm L, Rahman S. 2009.Antimicrobial activity of some medicinal plants from Malaysia. AmericanJournal of Applied Sciences 6(8): 1613-1617.

Radji M. 2010. Imunologi dan Virologi. Jakarta: Penerbit ISFI.

Rasban W. 2006. Macbiophotonic microscopy [terhubung berkala]. http://www.macbiophotonic.ca/imagej. [11 Juli 2011].

Rukmana R. 2006. Temulawak Tanaman Rempah dan Obat. Yogyakarta: PenerbitKanisius

Setyawati I. 2009. Morfologi fetus mencit (Mus musculus L.) setelah pemberianekstrak daun Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.). Jurnal BiologiXIII (2): 41 – 44.

Sharma P, Parmar J, Verma P,Goyal P. 2009. Anti-tumor activity of Phyllanthusniruri (a medicinal plant) on chemical-induced skin carcinogenesis in mice.Asian Pacific Journal of Cancer Prevention 10: 1089-1094.

Soenanto H. 2009. 100 Resep Sembuhkan Hipertensi, Asam Urat, dan Obesitas.Jakarta: Gramedia.

Sriningsih, Wibowo AE. 2006. Efek protektif pemberian ekstrak etanol herbaMeniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap aktivitas dan kapasitas fagositosismakrofag peritoneum tikus. Amcarpus 6 (2) : 91 – 96.

26

Sufiriyanto, Indradji M. 2005. Aktivitas pemberian ekstrak Temulawak(Curcumae xanthoriza) dan Kunyit (Curcumae domestica) sebagaiimmunostimulator flu burung pada ayam niaga pedaging. AnimalProduction 9: 178 – 183.

Suhirman S, Winarti C. 2007. Prospek dan fungsi tanaman obat sebagaiimunomodulator. Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat19(2).

Syahroni B, Handharyani B, Soejoedono RD, Jusa ER. 2005. Kajianmorfopatologi dan immunologi pada ayam Specific Pathogen Free (SPF)setelah divaksinasi dengan vaksin Gumboro aktif Strain Intermediate.Buletin Pengujian Mutu Obat Hewan XI.

Syukur C, Hernani. 2002. Budidaya Tanaman Obat Komersial. Jakarta: PenebarSwadaya.

Tabeekh MAS, Mayah AAS. 2009. Morphological investigation of Bursa ofFabricius of imported broilers and local chicks vaccinated with two types ofIBD vaccines. Iraqi Journal of Veterinary Sciences 23 : 201 – 206.

Utami P. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Wahyuwardani S, Agungpriyono DR, Parede L, Manalu W. 2011. PenyakitGumboro : etiologi, epidemiologi, patologi, diagnosis, danpengendaliannya. Wartazoa 21 (3).

Wardani AAK. 2009. Pengaruh pemberian ekstrak etanol Temulawak (Curcumaxanthorriza Roxb.) terhadap gambaran histopatologi bursa Fabricius ayampetelur [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut PertanianBogor.

Wijayakusuma H, Dalimantha S. 2005. Ramuan Tradisional untuk PengobatanDarah Tinggi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Wijayakususma H. 2005. Atasi Kanker dengan Tanaman Obat. Jakarta: PuspaSwara.

Zainuddin D. 2006. Tanaman obat meningkatkan efisiensi pakan dan kesehatanternak unggas [terhubung berkala].http://www.peternakan.litbang.deptan.go.id. [2 Juni 2012].

Ziaran H, Rahmani H, Pourreza J. 2005. Effect of dietary oil extract of propolis onimmune response and broiler performance. Pakistan Journal of BiologicalSciences 8(10): 1485-1490.

27

LAMPIRAN

28

Lampiran 1 Diagram alir tahapan perlakuan penelitian

Persiapan kandangdan ekstrak

tanaman obat

5 ekorayam

5 ekorayam

Kontrol(tanpadiberi

perlakuan)

F4 (Menirandan

Sambiloto)

F3(Temulawak

dan TemuIreng)

F2(Temulawak,

Meniran,Temu Ireng)

F1(Temulawak,Sambiloto,Meniran,

Temu Ireng )

5 ekorayam

5 ekorayam

5 ekor ayam

25 ekor ayamdiadaptasi selama 4

hari

Pengamatanhistopatologi

Nekropsi danpengambilansampel organ

Pembuatan sediaanhistopatologi

Pengolahan data

29

Lampiran 2 Hasil analisis ANOVA total luasan folikel terhadap luasan plika

luasan

Sum ofSquares df

MeanSquare F Sig.

BetweenGroups

.134 4 .034 4.887 .007

Within Groups .137 20 .007Total .271 24

Lampiran 3 hasil uji lanjut Duncan rasio total luasan folikel terhadap luasan plika

perlakuan N

Subset for alpha =0.05

1 2

Duncana F1 5 .354429

F2 5 .355217

kontrol(-) 5 .414155

F3 5 .423544

F4 5 .555149

Sig. .240 1.000Means for groups in homogeneous subsets aredisplayed.a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

30

Descriptives

Perlakuan

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum MaximumLower Bound Upper Bound

F1 5 .354429 .0538536 .0240841 .287561 .421297 .2767 .4207

F2 5 .355217 .0580377 .0259553 .283154 .427280 .2733 .4108

F3 5 .423544 .0949597 .0424673 .305636 .541452 .3544 .5884

F4 5 .555149 .1154845 .0516462 .411756 .698541 .3790 .6604

kontrol(-) 5 .414155 .0752427 .0336496 .320729 .507581 .3551 .5128

Total 25 .420499 .1062958 .0212592 .376622 .464375 .2733 .6604