Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa

21
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap peserta didik memiliki kepribadian yang unik, antara peserta didik satu dengan peserta didik yang lain mempunyai perbedaan yang beranekaragam. Baik dalam tingkat kecerdasan, daya ingat, kondisi fisik, maupun kemampuan dalam mengendalikan emosi. Padahal di sekolah pada umumnya peserta didik menerima layanan pendidikan yang sama, selain itu proses belajar mengajar di sekolah masih bersifat klasikal, dimana guru lebih mendominasi proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah. Sehingga sedikit tuntutan aktif dari siswa. Akibatnya, ada beberapa peserta didik yang prestasi belajarnya jauh di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan pada masing-masing sekolah . Salah satu mata pelajaran di Sekolah yang rata-rata hasilnya masih kurang adalah Matematika. Padahal Matematika termasuk dalam salah satu kemampuan dasar yang harus dikuasai peserta didik disamping membaca dan menulis permulaan. Hal ini dikarenakan peserta didik takut terhadap Matematika. Mereka menganggap Matematika sebagai pelajaran yang sulit dan rumit. Karena berkutat pada penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian sehingga peserta didik dituntut untuk lebih teliti dalam menghadapi soal-soal serta daya ingat yang optimal dalam menghafal perkalian dan pembagian. Dalam rangka membantu peserta didik mencapai standar isi dan standar kompetensi lulusan, pelaksanaan atau proses pembelajaran perlu diusahakan agar interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan kesempatan yang

Transcript of Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa

Page 1: Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap peserta didik memiliki kepribadian yang unik, antara peserta

didik satu dengan peserta didik yang lain mempunyai perbedaan yang

beranekaragam. Baik dalam tingkat kecerdasan, daya ingat, kondisi fisik,

maupun kemampuan dalam mengendalikan emosi. Padahal di sekolah pada

umumnya peserta didik menerima layanan pendidikan yang sama, selain itu

proses belajar mengajar di sekolah masih bersifat klasikal, dimana guru lebih

mendominasi proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah.

Sehingga sedikit tuntutan aktif dari siswa. Akibatnya, ada beberapa peserta

didik yang prestasi belajarnya jauh di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) yang telah ditetapkan pada masing-masing sekolah .

Salah satu mata pelajaran di Sekolah yang rata-rata hasilnya masih

kurang adalah Matematika. Padahal Matematika termasuk dalam salah satu

kemampuan dasar yang harus dikuasai peserta didik disamping membaca dan

menulis permulaan. Hal ini dikarenakan peserta didik takut terhadap

Matematika. Mereka menganggap Matematika sebagai pelajaran yang sulit

dan rumit. Karena berkutat pada penjumlahan, pengurangan, perkalian dan

pembagian sehingga peserta didik dituntut untuk lebih teliti dalam

menghadapi soal-soal serta daya ingat yang optimal dalam menghafal

perkalian dan pembagian.

Dalam rangka membantu peserta didik mencapai standar isi dan

standar kompetensi lulusan, pelaksanaan atau proses pembelajaran perlu

diusahakan agar interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi

peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan kesempatan yang

Page 2: Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa

2

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,

dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kendati demikian,

tidak dapat dipungkiri bahwa untuk mencapai tujuan dan prinsip-prinsip

pembelajaran tersebut pasti dijumpai adanya peserta didik yang mengalami

kesulitan atau masalah belajar. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut,

setiap satuan pendidikan perlu menyelenggarakan program pembelajaran

remedial atau perbaikan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis ingin

mengetahui bagaimana pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan

belajar matematika. Dengan demikian, penulis tertarik untuk mengambil judul

“Pengaruh Pembelajaran Remedial terhadap Kesulitan Belajar Matemaika

Siswa SMA”.

1.2 Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan kesulitan belajar?

Apa faktor penyebab kesulitan belajar?

Bagaimana pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar

siswa?

1.3 Tujuan Penulisan

Mengetahui pengertian kesulitan belajar.

Mengetahui faktor penyebab kesulitan belajar.

Mengetahui bagaimana pengaruh pembelajaran remedial terhadap

kesulitan belajar siswa.

1.4 Manfaat penulisan

1. Manfaat Teoritis

a. Meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika.

Page 3: Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa

3

b. Dapat digunakan sebagai masukan bagi guru untuk memperoleh

pendekatan yang tepat dalam meningkatkan prestasi belajar anak

didiknya khususnya pada pelajaran Matematika dalam materi dan

ringkasan.

c. Dapat memberi arahan pada guru dalam proses pembelajaran

Matematika yang memperhatikan perbedaan siswa

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat menemukan solusi untuk

menangani peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dalam

pembelajaran Matematika.

b. Bagi siswa, dapat digunakan sebagai motivasi belajar supaya tidak

mengalami kesulitan belajar Matematika

Page 4: Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa

4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Pembelajaran Remedial

Pembelajaran remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada

peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria

ketuntasan yang ditetapkan. Untuk memahami konsep penyelenggaraan model

pembelajaran remedial, terlebih dahulu perlu diperhatikan bahwa Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan berdasarkan Permendiknas 22, 23, 24

Tahun 2006 dan Permendiknas No. 6 Tahun 2007 menerapkan sistem pembelajaran

berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan sistem pembelajaran yang

memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Sistem dimaksud ditandai dengan

dirumuskannya secara jelas standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)

yang harus dikuasai peserta didik. Penguasaan SK dan KD setiap peserta didik diukur

menggunakan sistem penilaian acuan kriteria. Jika seorang peserta didik mencapai

standar tertentu maka peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan.

Pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas,

dimulai dari penilaian kemampuan awal peserta didik terhadap kompetensi atau

materi yang akan dipelajari. Kemudian dilaksanakan pembelajaran menggunakan

berbagai metode seperti ceramah, demonstrasi, pembelajaran kolaboratif/kooperatif,

inkuiri, diskoveri, dsb. Melengkapi metode pembelajaran digunakan juga berbagai

media seperti media audio, video, dan audiovisual dalam berbagai format, mulai dari

kaset audio, slide, video, 4ndicato, multimedia, dsb. Di tengah pelaksanaan

pembelajaran atau pada saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung, diadakan

penilaian proses menggunakan berbagai teknik dan 4ndicator4 dengan tujuan untuk

mengetahui kemajuan belajar serta seberapa jauh penguasaan peserta didik terhadap

kompetensi yang telah atau sedang dipelajari. Pada akhir program pembelajaran,

Page 5: Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa

5

diadakan penilaian yang lebih formal berupa ulangan harian. Ulangan harian

dimaksudkan untuk menentukan tingkat pencapaian belajar peserta didik, apakah

seorang peserta didik gagal atau berhasil mencapai tingkat penguasaan tertentu yang

telah dirumuskan pada saat pembelajaran direncanakan.

Apabila dijumpai adanya peserta didik yang tidak mencapai penguasaan

kompetensi yang telah ditentukan, maka muncul permasalahan mengenai apa yang

harus dilakukan oleh pendidik. Salah satu tindakan yang diperlukan adalah pemberian

program pembelajaran remedial atau perbaikan. Dengan kata lain, remedial

diperlukan bagi peserta didik yang belum mencapai kemampuan minimal yang

ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Pemberian program

pembelajaran remedial didasarkan atas latar belakang bahwa pendidik perlu

memperhatikan perbedaan individual peserta didik.

Dengan diberikan pembelajaran remedial bagi peserta didik yang belum

mencapai tingkat ketuntasan belajar, maka peserta didik ini memerlukan waktu lebih

lama daripada mereka yang telah mencapai tingkat penguasaan. Mereka juga perlu

menempuh penilaian kembali setelah mendapatkan program pembelajaran remedial.

2.2 Prinsip Pembelajaran Remedial

Pembelajaran remedial merupakan pemberian perlakuan khusus terhadap

peserta didik yang mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya. Hambatan yang

terjadi dapat berupa kurangnya pengetahuan dan keterampilan prasyarat atau lambat

dalam mecapai kompetensi. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam

pembelajaran remedial sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus antara lain:

1. Adaptif

Setiap peserta didik memiliki keunikan sendiri-sendiri. Oleh karena itu

program pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik

untuk belajar sesuai dengan kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar masing-

masing. Dengan kata lain, pembelajaran remedial harus mengakomodasi

perbedaan individual peserta didik.

Page 6: Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa

6

2. Interaktif

Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk

secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia.

Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa kegiatan belajar peserta didik

yang bersifat perbaikan perlu selalu mendapatkan monitoring dan pengawasan

agar diketahui kemajuan belajarnya. Jika dijumpai adanya peserta didik yang

mengalami kesulitan segera diberikan bantuan.

3. Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian

Sejalan dengan sifat keunikan dan kesulitan belajar peserta didik yang

berbeda-beda, maka dalam pembelajaran remedial perlu digunakan berbagai

metode mengajar dan metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik

peserta didik.

4. Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin

Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik

mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin. Umpan

balik dapat bersifat korektif maupun konfirmatif. Dengan sesegera mungkin

memberikan umpan balik dapat dihindari kekeliruan belajar yang berlarut-

larut yang dialami peserta didik.

5. Kesinambungan dan Ketersediaan dalam Pemberian Pelayanan

Program pembelajaran 6ndicat dengan pembelajaran remedial

merupakan satu kesatuan, dengan demikian program pembelajaran 6ndicat

dengan remedial harus berkesinambungan dan programnya selalu tersedia

agar setiap saat peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan

masing-masing.

2.3 Pelaksanaan Pembelajaran Remedial

Pembelajaran remedial pada hakikatnya adalah pemberian bantuan bagi

peserta didik yang mengalami kesulitan atau kelambatan belajar. Sehubungan dengan

itu, langkah-langkah yang perlu dikerjakan dalam pemberian pembelajaran remedial

Page 7: Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa

7

meliputi dua langkah pokok, yaitu pertama mendiagnosis kesulitan belajar, dan kedua

memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran remedial.

1. Diagnosis Kesulitan Belajar

a. Tujuan

Diagnosis kesulitan belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesulitan

belajar peserta didik. Kesulitan belajar dapat dibedakan menjadi kesulitan

ringan, sedang dan berat.

Kesulitan belajar ringan biasanya dijumpai pada peserta didik yang

kurang perhatian di saat mengikuti pembelajaran.

Kesulitan belajar sedang dijumpai pada peserta didik yang mengalami

gangguan belajar yang berasal dari luar diri peserta didik, misalnya

7ndica keluarga, lingkungan tempat tinggal, pergaulan, dsb.

Kesulitan belajar berat dijumpai pada peserta didik yang mengalami

ketunaan pada diri mereka, misalnya tuna rungu, tuna netra¸tuna

daksa, dsb.

b. Teknik

Teknik yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar antara

lain: tes prasyarat (prasyarat pengetahuan, prasyarat keterampilan), tes

7ndicator7, wawancara, pengamatan, dsb.

Tes prasyarat adalah tes yang digunakan untuk mengetahui apakah

prasyarat yang diperlukan untuk mencapai penguasaan kompetensi

tertentu terpenuhi atau belum. Prasyarat ini meliputi prasyarat

pengetahuan dan prasyarat keterampilan.

Tes 7ndicator7 digunakan untuk mengetahui kesulitan peserta didik

dalam menguasai kompetensi tertentu. Misalnya dalam mempelajari

operasi bilangan, apakah peserta didik mengalami kesulitan pada

kompetensi penambahan, pengurangan, pembagian, atau perkalian.

Page 8: Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa

8

Wawancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan

peserta didik untuk menggali lebih dalam mengenai kesulitan belajar

yang dijumpai peserta didik.

Pengamatan (observasi) dilakukan dengan jalan melihat secara cermat

perilaku belajar peserta didik. Dari pengamatan tersebut diharapkan

dapat diketahui jenis maupun penyebab kesulitan belajar peserta

didik.

2.4 Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Remedial

Setelah diketahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, langkah

berikutnya adalah memberikan perlakuan berupa pembelajaran remedial. Bentuk-

bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial antara lain:

Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda.

Pembelajaran ulang dapat disampaikan dengan cara penyederhanaan materi,

variasi cara penyajian, penyederhanaan tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang

dilakukan bilamana sebagian besar atau semua peserta didik belum mencapai

ketuntasan belajar atau mengalami kesulitan belajar. Pendidik perlu

memberikan penjelasan kembali dengan menggunakan metode dan/atau media

yang lebih tepat.

Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan. Dalam

hal pembelajaran klasikal peserta didik mengalami kesulitan, perlu dipilih

8ndicator8e tindak lanjut berupa pemberian bimbingan secara individual.

Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peran pendidik

sebagai tutor. Sistem tutorial dilaksanakan bilamana terdapat satu atau

beberapa peserta didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan.

Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka menerapkan

prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar peserta didik

tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir. Peserta didik perlu

Page 9: Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa

9

diberi latihan intensif (drill) untuk membantu menguasai kompetensi yang

ditetapkan.

Pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas yang memiliki

kecepatan belajar lebih. Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan

tutorial kepada rekannya yang mengalami kelambatan belajar. Dengan teman

sebaya diharapkan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar akan lebih

terbuka dan akrab.

2.5 Waktu Pelaksanaan Pembelajaran Remedial

Terdapat beberapa indikator berkenaan dengan waktu atau kapan

pembelajaran remedial dilaksanakan. Pertanyaan yang timbul, apakah pembelajaran

remedial diberikan pada setiap akhir ulangan harian, mingguan, akhir bulan, tengah

semester, atau akhir semester. Ataukah pembelajaran remedial itu diberikan setelah

peserta didik mempelajari SK atau KD tertentu? Pembelajaran remedial dapat

diberikan setelah peserta didik mempelajari KD tertentu. Namun karena dalam setiap

SK terdapat beberapa KD, maka terlalu sulit bagi pendidik untuk melaksanakan

pembelajaran remedial setiap selesai mempelajari KD tertentu. Mengingat 9ndicator

keberhasilan belajar peserta didik adalah tingkat ketuntasan dalam mencapai SK yang

terdiri dari beberapa KD, maka pembelajaran remedial dapat juga diberikan setelah

peserta didik menempuh tes SK yang terdiri dari beberapa KD. Hal ini didasarkan

atas pertimbangan bahwa SK merupakan satu kebulatan kemampuan yang terdiri dari

beberapa KD. Mereka yang belum mencapai penguasaan SK tertentu perlu mengikuti

program pembelajaran remedial.

Hasil belajar yang menunjukkan tingkat pencapaian kompetensi melalui

penilaian diperoleh dari penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses

diperoleh melalui postes, tes kinerja, observasi dan lain-lain. Sedangkan penilaian

hasil diperoleh melalui ulangan harian, ulangan tengah semester dan ulangan akhir

semester.

Page 10: Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa

10

2.6 Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris learning

disability. Terjemahan yang benar seharusnya adalah ketidakmampuan belajar

(learning artinya belajar, disability berarti ketidakmampuan), akan tetapi istilah

kesulitan belajar digunakan karena dirasakan lebih optimistik.

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, bahwa diantara hal terpenting dalam

proses pembelajaran adalah cara penyampaian informasi suatu bahan pelajaran,

karena pembelajaran itu merupakan proses komunikasi, yaitu proses penyampaian

informasi melalui saluran tertentu kepada si penerima. Pada proses komunikasi

adakalanya siswa tidak dapat memahami simbol-simbol komunikasi yang

disampaikan oleh gurunya. Hal inilah yang antara lain menjadi penyebab siswa

mengalami kesulitan memahami bahan ajar.

Dalam proses belajar mengajar di sekolah, baik Sekolah Dasar, Sekolah

Menengah, maupun Perguruan Tinggi sering kali dijumpai beberapa

siswa/mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Dengan demikian masalah

kesulitan dalam belajar itu sudah merupakan problema umum yang khas dalam proses

pembelajaran. Terutama dalam pembelajaran matematika.

Aktifitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung

secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak. Kadang-kadang dapat

dengan cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit.

Dalam hal semangat, terkadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga sulit

mengadakan konsentrasi. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo S., “Dalam keadaan

dimana anak didik/siswa tidak dapat belajar sebagaikmana mestinya, itulah yang

disebut kesulitan belajar”.

Warkitri mengemukakan kesulitan belajar adalah suatu gejala yang nampak

pada siswa dengan ditandai adanya hasil belajar rendah serta dibawah norma yang

Page 11: Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa

11

telah ditetapkan. Jadi, kesulitan belajar itu merupakan suatu kondisi dalam proses

belajar yang ditandai oleh adanya hamabatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil

belajar.

Kesulitan belajar tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi yang rendah

(kelainan mental), akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor non intelegensi.

Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Seperti

diungkapkan oleh Muhibbin Syah bahwa “Kesulitan belajar tidak hanya menimpa

siswa berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa yang berkemampuan

tinggi. Selain itu, kesulitan belajar juga dapat dialami oleh siswa yang berkemampuan

rata-rata atau normal, hal tersebut disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang

menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai harapan”. Jadi belum tentu

anak yang mengalami kesulitan belajar menandakan bahwa anak tersebut mempunyai

IQ rendah. Terkadang kesulitan belajar hanya disebabkan oleh tidak cukupnya

pengetahuan siswa tentang cara-cara belajar.

Sabri mengemukakan bahwa kesulitan belajar adalah kesukaran siswa dalam

menerima atau menyerap pelajaran disekolah, kesulitan belajar yang dihadapi siswa

ini terjadi pada waktu mengikuti pelajaran yang disampaikan atau ditugaskan oleh

seorang guru. Kesulitan belajar ini tidak terlepas dari beragamnya individu dan cara

belajar siswa yang berbeda, dimana individu yang satu akan mempunyai kesulitan

tertentu dibandingkan dengan individu yang lain. Di setiap sekolah dalam berbagai

jenis dan tingkatan pasti memiliki anak didik berkesulitan belajar. Setiap kali

kesulitan belajar anak didik yang satu dapat di atasi, tetapi pada waktu yang lain

muncul lagi kesulitan belajar anak didik yang lain. Hal tersebut dikarenakan adanya

keberagaman individu tiap peserta didik dan kondisi lingkungan yang berbeda pula,

sehingga timbullah permasalahan yang berbeda.

Mukhtar dan Rusmini mengungkapkan bahwa secara garis besar faktor-faktor

penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.

Page 12: Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa

12

Faktor internal tersebut antara lain kelemahan fisik, mental dan emosional, kebiasaan

dan sikap-sikap yang salah (seperti malas belajar) atau tidak memiliki keterampilan

dan pengetahuan dasar yang diperlukan. Sedangkan faktor eksternal antara lain

kurikulum dan pelaksanaan pembelajaran yang tidak tepat, beban belajar yang terlalu

berat, terlalu banyak kegiatan diluar jam sekolah, terlalu sering pindah sekolah dan

sebagainya.

Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi siswa dalam menyerap bahan

ajar yang disajikan. Masing-masing faktor memiliki intensitas pengaruh yang berbeda

pada tiap siswa tergantung dari masalah yang dialami masing-masing siswa.

Misalkan pada siswa tertentu mungkin metode pembelajaran yang menjadi faktor

utama penyebab kesulitannya dalam belajar, akan tetapi pada siswa lain yang

brokenhome misalnya faktor emosional yang paling mempengaruhi kesulitan dalam

belajar.

Dalam pembelajaran matematika, Rachmadi mengutip Brueckner dan Bond,

mengelompokkan penyebab kesulitan belajar menjadi 5 faktor, yakni faktor fisiologi,

faktor sosial,faktor emosional, faktor intelektual dan faktor pedagogis. Faktor

intelektual yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa umumnya adalah:

1. Siswa kurang berhasil dalam menguasai konsep, prinsip dan algoritma

2. Kesulitan mengabstraksi, menggeneralisasi, berpikir deduktif, dan

mengingat konsep-konsep maupun prinsip-prinsip

3. Kesulitan dalam meemcahkan masalah terapan atau soal cerita

4. Kesulitan pada pokok bahasan tertentu saja.

Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Sholeh yang menyatakan bahwa siswa

yang mengalami kesulitan belajar antara lain disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Siswa tidak bisa menangkap konsep dengan benar.

Page 13: Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa

13

2. Siswa tidak dapat mengerti arti lambang-lambang.

3. Siswa tidak dapat memahami asal-usul suatu prinsip.

4. Siswa tidak lancar menggunakan operasi dan prosedur.

5. Ketidaklengkapan pengetahuan.

Sedangkan menurut Jhon L. Marks, et all. Seperti dikutip Noorhadi Thohir

dan Basuki Haryono, bahwa yang menjadi penyebab siswa mengalami kesulitan

belajar matematika ialah kesulitan siswa dalam:

1. Kemampuan dalam mngembangkan konsep-konsep

2. Kemampuan mengembangkan pemahaman matematika

3. Kemampuan mengembangkan keterampilan (matematika)

4. Kemampuan dalam memecahkan soal

5. Kemampuan mengembangkan sikap menghargai dan sikap lain yang

menguntungkan (seperti berdiskusi, keaktifan dalam belajar bersama,

dsb)

Dalam pembelajaran matematika, kesulitan siswa dari segi intelektual dapat

terlihat dari kesalahan yang dilakukan siswa pada langkah-langkah pemecahan

masalah soal matematika yang berbentuk uraian, karena siswa melakukan kegiatan

intelektual yang dituangkan pada kertas jawaban soal yang berbentuk uraian tersebut.

Beberapa ahli menggolongkan jenis-jenis kesalahan siswa dalma menyelesaikan soal

matematika yakni: kesalahan pemahaman konsep, kesalahan penggunaan operasi

hitung, algoritma yang tidak sempurna, dan kesalahan karena mengerjakan

serampangan/ceroboh.

Page 14: Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa

14

Berdasarkan paparan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa secara garis

besar kesulitan yang dialami siswa dapat berupa kurangnya pengetahuan prasyarat,

kesulitan memahami materi pembelajaran, maupun kesulitan dalam mengerjakan

latihan-latihan dan soal-soal ulangan. Secara khusus, kesulitan yang dijumpai siswa

dpat berupa tidak dikuasainya kompetensi dasar tertentu, misalnya siswa tidak

menguasai operasi bilangan. Lebih jauh lagi kesulitan yang dialami siswa disebabkan

perbedaan tiap individu, abiak dalm kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar

belakang keluarga, kebiasaan, maupun pendekatan belajar yang digunakan.

Untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa, guru hendaknya

memperhatikan hal-hal tersebut diatas. Terutama mematikan siswa telah menguasai

materi prasyarat, mendesain cara penyamapaian bahan ajar dengan komunikasi yang

efektif serta memperhatikan keadaan keluarga dan keadaan sosial siswa. Agaknya

guru dapat mengimplementasikan apa yang disarankan oleh Gagne, seperti dikutip

Mulyono: “Proses belajar hendaknya bertahap, dari hal yang paling sederhana ke hal

yang kompleks dan intinya adalah perlunya penguasaan prasyarat yang digunakan

sebagai landasan untuk menguasai bentuk perilaku yang diharapkan”.

Untuk membantu mengatasi kesulitan belajar siswa, guru harus mengetahui

secara tepat faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan tersebut karena kesulitan yang

dialami siswa dilatarbelkangi oleh sebab yang berbeda-beda. Jika kesulitan tersebut

sudah diketahui penyebabnya, maka selanjutnya guru dapat menentukan cara yang

tepat untuk mengatasinya.

Page 15: Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa

15

BAB III

PEMBAHASAN

Burton (1952:622-624) mengidentifikasi seorang siswa kasus dapat dipandang

atau dapat diduga mengalami kesulitan belajar jika yang bersangkutan menunjukkan

kegagalan (failure) tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Kegagalan

belajar didefinisikan oleh Burton sebagai berikut :

1. Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan

tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (level of

mastery) minimal dalam pelajaran tertentu, seperti yang telah ditetapkan oleh

orang dewasa atau guru (criterion referenced). Dalam konteks sistem

pendidikan di Indonesia angka nilai batas lulus (passing grade, grade-

standard-basis) itu ialah angka 6 atau 60 atau C (60% dari tingkat ukuran

yang diharapkan atau ideal). Kasus siswa semacam ini dapat digolongkan ke

dalam lower group.

2. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan

atau mencapai prestasi yang semestinya (berdasarkan ukuran tingkat

kemampuannya, intelegensi, bakat). Ia diramalkan (predicted) akan dapat

mengerjakannya atau mencapai suatu prestasi, namun ternyata tidak sesuai

dengan kemampuannya. Kasus siswa ini dapat digolongkan ke dalam under

archievers.

3. Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan

tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian sosial sesuai dengan pola

organismiknya (his organismic pattern) pada fase perkembangan tertentu,

seperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia yang bersangkutan (norm-

Page 16: Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa

16

referenced). Kasus siswa bersangkutan dapat dikategorikan ke dalam slow

learners.

4. Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai

tingkat penguasaan (level of mastery) yang diperlukan sebagai prasyarat

(prerequisite) bagi kelanjutan (continuity) pada tingkat pelajaran berikutnya.

Kasus siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learners atau belum matang

(immature) sehingga mungkin harus menjadi pengulang (repeaters) pelajaran.

Dari keempat definisi di atas, dapat kita simpulkan bahwa seorang siswa

diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai

taraf kualifikasi hasil belajar tertentu (berdasarkan ukuran kriteria keberhasilan

seperti yang dinyatakan dalam ukuran tingkat kapasitas atau kemampuan dalam

program pelajaran time allowed dan atau tingkat perkembangannya).

Dalam hasil belajar, sudah tentu mencakup aspek-aspek substansial-material,

funsional-struktural, dan behavioral atau yang mencakup segi-sei kognitif, afektif,

dan psikomotor.

Diagnostik kesulitan belajar

Diagnostik kesulitan belajar sebagai suatu proses upaya untuk memahami

jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan

menghimpun dan mempergunakan berbagai data/informasi selengkap dan seobjektif

mungkin sehingga memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta

mencari alternative kemungkinan pemecahannya.

Lima langkah operasional diagnostik kesulitan belajar yaitu :

1. Menandai siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar.

2. Menandai dan menglokalisasi dimana letaknya kesulitan .

Page 17: Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa

17

3. Menandai jenis dan karakteristik kesulitan dengan faktor penyebabnya.

4. Mengambil kesimpulan serta meramalkan kemungkinan penyembuhan .

5. Membuat saran alternatif pemecahannya.

a. Faktor-faktor yang terdapat dalam diri siswa, antar lain :

1. Kelemahan secara fisik, seperti :

a. Suatu pusat susunan syaraf tidak berkembang secara sempurna karena

luka atau cacat, atau sakit sehingga sering membawa gangguan emosional

b. Pancaindera (mata, telinga, alat bicara dan sebagainya) mungkin

berkembang kurang sempurna atau sakit (rusak) sehingga menyulitkan

proses interaksi secara efektif

c. Ketidakseimbangan perkembangan dan reproduksi serta berfungsinya

kelenjar-kelenjar tubuh sering membawa kelaianan-kelaianan perliku

(kurang terkoordinasikan dan sebagainya)

d. Cacat tubuh atau pertumbuhan yang kurang sempurna, organ dan anggota-

anggota badan (tangan, kaki dan sebagainya) sering pula membawa

ketidakstabilan mental dan emosional

2. Kelemahan-kelemahan secara mental (baik kelemahan yang dibawa sejak

lahir maupun karena pengalaman) yang sukar diatasi oleh individu yang

bersangkutan dan juga oleh pendidikan, antara lain :

a. Kelemahan mental (taraf kecerdasannya memang kurang)

b. Tampaknya seperti kelemahan mental, tetapi sebenarnya kurang minat,

kebimbangan, kurang usaha, aktivitas yang tidak tearah, kurang semangat

(kurang gizi, kelelahan atau overwork dan sebagainya) kurang mengusai

keterampilan dan kebiasaan fundamental dalam belajar

3. Kelemahan-kelemahan emosional, antara lain :

a. Terdapatnya rasa tidak aman (insecurity)

b. Penyesuaian yang salah (maldjusment) terhadap orang-orang situasi dan

tuntutan-tuntutan tugas dan lingkungan

Page 18: Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa

18

c. Tercekam rasa phobia (takut, benci dan antipati)

d. Ketidakmatangan (immaturity)

4. Tidak memiliki keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar yang tidak

diperlukan, seperti:

a. Ketidakmampuan membaca, menghitung, kurang menguasai pengetahuan

dasar untuk suatu bidang studi yang sedang diikutinya secara sekuensial

(meningkat dan berurutan), kurang menguasai bahasa (Inggris, misalnya).

b. Memiliki kebiasaan belajar dan cara bekerja yang salah.

5. Kelemahan-kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap-sikap yang

salah, antara lain :

a. Tidak menentu dan kurang menaruh minat terhadap pekerjaan-pekerjaan

sekolah

b. Banyak melakukan aktivitas yang bertentangan dan tidak menunjang

pekerjaan sekolah, menolak atau malas belajar

c. Kurang berani dan gagal untuk berusaha memusatkan perhatian

d. Kurang kooperatif dan menghindari tanggung jawab

e. Malas, tak bernafsu untuk belajar

f. Sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran

g. Nervous

b. Faktor-faktor yang terletak di luar diri siswa (situasi sekolah dan masyarakat),

antara lain:

1. Kurikulum yang seragam (uniform, bahan dan buku sumber) yang tidak sesuai

dengan tingka

2. t-tingkat kematang dan perbedaan-perbedaan individu.

3. Ketidaksesuaian standar administrative (sistem pengajaran), penilaian,

pengelolaan kegiatan dan pengalaman belajar-mengajar.

4. Terlalu berat beban belajar (siswa) dan/atau mengajar (guru).

5. Terlalu besar populasi siswa dalam kelas, terlalu banyak meneuntut kegiatan

di luar.

Page 19: Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa

19

6. Kelemahan dari sistem belajar-mengajar pada tingkat-tingkat pendidikan

(dasar/asal) sebelumnya.

7. Terlalu sering pindah sekolah atau program dan tinggal kelas.

8. Kelemahan yang terdapat dalam kondidi rumah tangga (pendidikan, status

sosial ekonomis, keutuhan/keluarga, besarnya anggota keluarga, tradisi dan

kultur keluarga, ketentraman dan keamanan sosial psikologis dan sebagainya.

9. Terlalu banyak kegiatan di luar jam pelajaran sekolah atau terlalu banyak

terlibat dalam kegiatan ekstrakulikuler.

10. Kekurangan makan (gizi, kalori, dan sebagainya).

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa terdapat banyak kesulitan belajar

yang dihadapi oleh siswa. Kesulitan belajara tersebut dapat menghamat proses belajar

mengajar. Oleh karena itu, diperlukan solusi yang dapat mengatasi masalah tersebut.

Kesulitan belajar dapat ditangani oleh beberapa pihak, misalnya oleh guru mata

pelajaran, wali kelas, dan guru BK sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh

siswa. Kesulitan belajar yang dapat ditangani oleh guru mata pelajaran yaitu

permasalahan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar seperti kesulitan dalam

memahami suatu konsep dan tidak tercapainya KKM. Kami lebih memfokuskan pada

permasalahan tidak tercapainya KKM.

Pembelajaran remedial dituiukan kepada siswa yang relative lambat dalam

mencapai dalam mencapai kompetensi melalui pembelajaran biasa. Siswa yang

memerlukan pembelajaran remedial biasanya relative lambat dalam belajar atau

mengalami kesulitan dalam mencapai suatu kompetensi. Hal ini dapat disebabkan

kesulitan dalam memfokuskan perhatian, mengikuti pelajaran dan menyempurnakan

tugas-tugasnya yang diberikan dalam pembelajaran (Michael Woods, 2003: Microsoft

Encarta Reference Library).

Pembelajaran remedial pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kuantitas

dan kualitas masing-masing siswa dalam menguasai pelajaran. Dengan demikian,

Page 20: Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa

20

siswa yang masih merasa perlu meningkatkan ketuntasan belajarnya pada topik-topik

tertentu merupakan sasaran secara umum pembelajaran remedial. Sehingga dapat

dikatakan bahwa pembelajaran remedial sebagai upaya pengayaan pemahaman siswa

bukan pembelajaran untuk anak yang tidak pintar.

Pembelajaran remedial merupakan bagian dari pengajaran secara keseluruhan

untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaannya

tidak semua siswa mencapai ketuntasan dalam belajar, artinya ada siswa yang tidak

mencapai KKM. Untuk memberikan kesempatan agar siswa yang terlambat mencapai

KKM diadakan pembelajaran yaitu pembelajaran remedial.

Pada dasarnya, setiap orang tidak akan sama persis kemampuannya dalam

memahami suatu konsep. Berdasarkan hal ini, sebaiknya pembelajaran dilaksanakan

secara individual artinya setiap orang mengikuti pembelajaran sesuai dengan

kemampuannya. Pada praktiknya, tidak semua siswa diikuti kebutuhannya dalam

belajar. Walaupun demikian pembelajaran yang dilakukan dalam suatu kelas,

diharapkan semua siswa dapat belajar dengan pendekatan yang seragam. Sumber

belajar yang digunakan siswa dapat beragam untuk mengkonkritkan fenomena alam

yang abstrak. Kenyataannya masih ada kelompok siswa yang relative lambat

belajarnya, sehingga memerlukan perlakuan khusus agar dapat belajar untuk

mencapai suatu kompetensi. Pembelajaran remedial memberikan alternative solusi

agar siswa kelompok terbelakang (belajar-lambat) dapat mencapai KKM.

Page 21: Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa

21

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Kami dapat menyimpulkan bahwa seorang siswa diduga mengalami

kesulitan belajar jika yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi

hasil belajar tertentu (berdasarkan ukuran kriteria keberhasilan seperti yang

dinyatakan dalam ukuran tingkat kapasitas atau kemampuan dalam program

pelajaran time allowed dan atau tingkat perkembangannya). Adapun faktor yang

mempengaruhi kesulitan belajar siswa yaitu faktor dari diri siswa sendiri dan

faktor dari luar diri siswa. Ternyata pembelajaran remedial dapat menjadi

alternative solusi dalam permasalahan kesulitan belajar. Pembelajaran remedial

dapat memperbaiki prestasi belajar siswa sehingga mencapai kriteria ketuntasan

yang ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Mulyono. 1999. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:

Depdikbud dan Rineka Cipta.

Abin, S.M. 2007. Psikologi Kependidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Ahmadi, Abu dan Widodo S. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Suherman, Erman dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung: UPI.

Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.