PENGARUH PEMAHAMAN PERPAJAKAN, LOVE OF MONEY …eprints.ums.ac.id/71689/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf ·...
Transcript of PENGARUH PEMAHAMAN PERPAJAKAN, LOVE OF MONEY …eprints.ums.ac.id/71689/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf ·...
PENGARUH PEMAHAMAN PERPAJAKAN, LOVE OF MONEY,
RELIGIUSITAS, NORMA SUBJEKTIF, DAN KEMUNGKINAN
TERDETEKSI KECURANGAN TERHADAP PERSEPSI WAJIB PAJAK
MENGENAI ETIKA PENGGELAPAN PAJAK
(Studi Kasus pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang Terdaftar
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta )
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi strata I pada
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh :
SARAS PUTRI MITAYANI
B 200150276
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PENGARUH PEMAHAMAN PERPAJAKAN, LOVE OF MONEY,
RELIGIUSITAS, NORMA SUBJEKTIF, DAN KEMUNGKINAN
TERDETEKSI KECURANGAN TERHADAP PERSEPSI WAJIB PAJAK
MENGENAI ETIKA PENGGELAPAN PAJAK
(Studi Kasus pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang Terdaftar
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta)
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh :
SARAS PUTRI MITAYANI
B 200150276
Telah diperiksa dan disetujui oleh :
Dosen Pembimbing
Dr. Fatchan Achyani, S.E., M.Si
NIK/NIDN: 643/614086801
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 14 Februari 2019
Penulis
Saras Putri Mitayani
B 200 150 276
1
PENGARUH PEMAHAMAN PERPAJAKAN, LOVE OF MONEY,
RELIGIUSITAS, NORMA SUBJEKTIF, DAN KEMUNGKINAN
TERDETEKSI KECURANGAN TERHADAP PERSEPSI WAJIB PAJAK
MENGENAI ETIKA PENGGELAPAN PAJAK
(Studi Kasus pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang Terdaftar
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemahaman perpajakan, love of
money, religiusitas, norma subjektif, dan kemungkinan terdeteksi kecurangan
terhadap persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion).
Penelitian ini dengan menggunakan data primer yaitu sumber data diperoleh
langsung dari pihak pertama dengan sejumlah pertanyaan dalam bentuk kuesioner.
Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di
KPP Pratama Surakarta. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 wajib
pajak orang pribadi. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan metode
Convenience Sampling. Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis dilakukan
dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil pengujian hipotesis
secara parsial (uji t) menunjukkan bahwa pemahaman perpajakan, love of money,
dan kemungkinan terdeteksi kecurangan berpengaruh signifikan terhadap persepsi
wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak. Sedangkan religiusitas dan norma
subjektif tidak berpengaruh terhadap persepsi wajib pajak mengenai etika
penggelapan pajak
Kata Kunci: Pemahaman perpajakan, love of money, religiusitas, norma
subjektif, kemungkinan terdeteksi kecurangan, dan persepsi
wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion).
Abstract
This study aims to examine the effect of understanding taxation, love of money,
religiosity, subjective norms, and the possibility of detected fraud against the
perception of taxpayers regarding the ethics of tax evasion. This research uses
primary data, namely data sources obtained directly from the first party with a
number of questions in the form of a questionnaire. The population in this study
are individual taxpayers registered at the KPP Pratama Surakarta. The number of
samples in this study were 100 individual taxpayers. Sampling technique using the
Convenience Sampling method. In this study, hypothesis testing was carried out
using multiple linear regression analysis. The results of partial hypothesis testing
(t test) show that understanding taxation, love of money, and the possibility of
fraud detection have a significant effect on taxpayer perceptions regarding the
ethics of tax evasion. Whereas religiosity and subjective norms do not affect the
perception of taxpayers regarding the ethics of tax evasion
Keywords: Understanding of taxation, love of money, religiosity, subjective
norms, the possibility of fraud detection, and the perception of
taxpayers regarding the ethics of tax evasion.
2
1. PENDAHULUAN
Sumber penerimaan dan pendapatan terbesar negara adalah pajak. Pajak menjadi
sumber utama dalam penerimaan negara. Dalam Undang-Undang Perpajakan No.
28 Tahun 2007 pasal 1 mendefinisikan pajak sebagai kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Mengingat Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang.
Oleh karena itu, pajak ditempatkan sebagai salah satu perwujudan kewajiban
kenegaraan dalam rangka kegotongroyongan yang turut berperan serta dalam
pembiayaan dan pembangunan negara. Hampir dalam setiap proyek pembangunan
yang dilaksanakan oleh pemerintah selalu didengungkan bahwa proyek yang
dibangun dibiayai dari dana pajak yang telah dikumpukan dari masyarakat.
Berita online tribbunnews.com menyatakan bahwa penerimaan pajak di
Indonesia untuk tahun 2018 diperkirakan hanya bisa sekitar 80% sampai 82%
yang masih jauh dibawah target yang dibebankan dalam APBN-P yaitu sebesar
Rp 1.294 triliun. Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa kesadaran wajib
pajak terhadap pajak masih rendah atau wajib pajak di Indonesia enggan untuk
melaporkan bahkan membayarkan pajaknya (Surahman dan Putra, 2018).
Menurut Suminarsasi dan Supriyadi (2011) salah satu indikasi tidak
tercapainya target penerimaan pajak, yaitu adanya praktik penggelapan pajak yang
dilakukan oleh wajib pajak. Upaya meminimalkan beban pajak dapat dilakukan
wajib pajak dengan berbagi cara, mulai dari yang masih berada dalam koridor
peraturan perpajakan sampai dengan yang sudah melanggar koridor peraturan
perpajakan (Ika Fitriyanti et al., 2017). Kepatuhan wajib pajak dalam membayar
pajak erat kaitannya dengan pemahaman tentang perpajakan. Wajib pajak yang
paham akan peraturan perpajakan cenderung akan memenuhi kewajibannya dalam
membayar pajak dan sadar bahwa membayar pajak begitu penting bagi
keberlangsungan kesejahteraan negara. Disisi lain masih banyak wajib pajak
mengabaikan pentingnya peraturan perpajakan dan cenderung melakukan
3
pelanggaran dengan segala tindakan tidak etis yang menguntungkan dirinya
sendiri. Mengingat pembayaran pajak diwajibkan oleh wajib pajak yang tidak
diberikan imbal balik secara langsung maka timbulah rasa tidak rela dalam
mengeluarkan uang untuk membayar pajak. Peran pajak dalam menjaga
kemaslahatan manusia juga dapat dilihat dari setiap ajaran agama yang
menganjurkan umatnya ntuk taat kepada pemerintah, termasuk didalamnya taat
membayar pajak. Pemahaman ajaran agama menjadi kewajiban setiap orang untuk
melaksanakannya. Faktor keagamaan atau religiusitas dapat menekan timbulnya
tindakan penggelapan pajak. Terdapat faktor eksternal yang mempengaruhi
timbulnya penggelapan pajak (tax evasion) seperti norma subjektif. Menurut
Surahman dan Putra (2018) norma subjektif diartikan sebagai keyakinan individu
terhadap harapan normatif individu atau orang lain yang menjadi referensinya.
Lingkungan sosial masyarakat menjadi hal yang tidak terpisahkan dari manusia
sebagai makhluk sosial yang saling bergantung satu sama lain. Begitu juga dalam
dunia perpajakan, wajib pajak akan melihat lingkungan sekitar dalam mematuhi
aturan perpajakan. Terdapat faktor lain mengenai penggelapan pajak yaitu
kemungkinan terdeteksi kecurangan (Indriyani, et al. 2016).
Penggelapan pajak (tax evasion) adalah perbuatan yang melanggar
Undang-Undang Perpajakan, misalnya wajib pajak tidak melaporkan secara benar
berapa pendapatan yang dimiliki (Siahaan, 2010). Penggelapan pajak dapat
dilakukan oleh orang pribadi salah satu faktornya antara lain kurang memahami
ketentuan perpajakan, Undang-Undang Perpajakan dan pemanfaatan akan adanya
celah dalam Undang-Undang Perpajakan (loopholes), sehingga dapat
disalahgunakan untuk melakukan penggelapan pajak, seperti tidak jujur dalam
memberikan data keuangan maupun menyembunyikan data keuangan (Rahman,
2013). Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi penggelapan pajak adalah
pemahaman perpajakan, love of money, religiusitas, norma subjektif, dan
kemungkinan terdeteksi kecurangan.
Pemahaman perpajakan adalah proses dimana wajib pajak mengetahui
tentang perpajakan dan menerapkan pengetahuan itu untuk membayar pajak
(Rachmadi, 2014:20). Penelitian mengenai pemahaman perpajakan dilakukan oleh
4
Surahman dan Putra (2018) yang memberikan hasil bahwa pemahaman
perpajakan berpengaruh terhadap persepsi wajib pajak mengenai etika
penggelapan pajak (tax evasion).
Love of money atau money ethics yaitu sikap cinta terhadap uang yang
dimiliki oleh setiap orang dalam mencapai titik kesuksesannya. Penelitian
mengenai love of money dilakukan oleh Surahman dan Putra (2018) memberikan
hasil bahwa love of money tidak berpengaruh terhadap etika penggelapan pajak.
Religiusitas merupakan dorongan yang ada dalam diri individu untuk
berbuat baik sebagaimana mestinya yang diatur dalam agama, seperti yakin akan
keberadaan Tuhan, melaksanaka segala perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Agama berperan penting dalam kehidupan manusia. Agama dapat memberikan
kontrol perilaku untuk tindakan yang tidak etis dan ilegal terutama penggelapan
pajak. Penelitian mengenai religiusitas dilakukan oleh Surahman dan Putra (2018)
yang memberikan hasil bahwa religiusitas berpengaruh terhadap persepsi wajib
pajak mengenai etika penggelapan pajak. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa
sikap religiusitas yang ada dalam diri seseorang dapat mengendalikan setiap
perbuatan yang dilakukannya.
Norma subjektif adalah persepsi atau pandangan seseorang terhadap
kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi minat untuk melakukan atau
tidak melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan (Jogiyanto, 2007). Norma
subjektif berhubungan dengan lingkungan. Kondisi lingkungan yang baik (taat
aturan) dalam kaitannya dengan perpajakan akan mendorong masyarakat untuk
sadar akan pentingnya membayar pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Penelitian mengenai norma subjektif dilakukan oleh Surahman dan Putra (2018)
yang memberikan hasil bahwa norma subjektif tidak berpengaruh terhadap
persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak. Hasil penelitiannya
menjelaskan bahwa lingkungan sosial yang meliputi keluarga, teman, konsultan
pajak, petugas pajak, serta media cetak dan media elektronik belum bisa
mempengaruhi wajib pajak untuk berniat patuh terhadap pajak.
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Surahman dan
Putra (2018) yang berjudul “Faktor-Faktor Persepsi Wajib Pajak Terhadap Etika
5
Penggelapan Pajak”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemahaman dan
religiusitas berpengaruh terhadap persepsi wajib pajak mengenai etika
penggelapan pajak, sementara itu norma subjektif dan love of money tidak
berpengaruh terhadap persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak.
Dalam penelitian ini penulis menambah satu variabel independen yaitu
kemungkinan terdeteksi kecurangan.
2. METODE
2.1 Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi
yang terdaftar di KPP Pratama Surakarta yang berjumlah 110.251. Teknik
pengambilan sampel dengan menggunakan convenience sampling yaitu teknik
pengambilan sampel yang mengambil elemen-elemen termudah saja (Supriyadi,
2005). Sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 100. Penentuan sampel
dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin.
2.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
2.2.1 Variabel Dependen
2.2.1.1 Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion)
Menurut Mardiasmo (2009) penggelapan pajak (tax evasion) didefinisikan sebagai
usaha yang dilakukan oleh wajib pajak untuk meringankan beban pajak dengan
cara melanggar Undang-Undang. Para wajib pajak mengabaikan ketentuan formal
perpajakan yang menjadi kewajibannya, memalsukan dokumen, atau mengisi data
dengan tidak lengkap dan tidak benar. Upaya wajib pajak dalam melakukan
penggelapan pajak tergolong tindakan ilegal.
2.3 Variabel Independen
2.3.1 Pemahaman Perpajakan (X1)
Pemahaman perpajakan didefinisikan sebagai persepsi responden terhadap
pemahaman tentang perpajakan berupa sistem perpajakan dan peraturan
perpajakan, wajib pajak harus menguasai peraturan serta kewajiban yang
dijalankannya agar terhindar dari sanksi-sanksi yang berlaku (Surahman dan
Putra, 2018).
6
2.3.2 Love of Money (X2)
Menurut Tang (2004) dalam Azziz (2015) love of money merupakan suatu
pengukuran terhadap nilai seseorang, atau keinginan akan uang namun bukan
kebutuhan merekadan makna atau pentingnya serta perilaku pada uang.
2.3.3 Religiusitas (X3)
Religiusitas didefinisikan sebagai persepsi responden tentang agama yang
dipercaya dapat mengontrol perilaku individu. Semakin religius seseorang maka
dapat mengontrol perilakunya dengan menghindari sikap yang tidak etis (Basri,
2015).
2.3.4 Norma Subjektif (X4)
Lingkungan yang baik dan kondusif akan membentuk wajib pajak taat membayar
pajak tepat pada waktunya dengan tidak melalukan segala kecurangan pajak,
dengan demikian wajib pajak pun menjadi patuh dengan segala peraturan yang
ditetapkan. Oleh karena itu peran lingkungan sangat mendukung keberhasilan
untuk tidak terciptanya praktik penggelapan pajak. Norma subjektif yang dimiliki
seseorang akan dapat mempengaruhi perilaku orang dalam bertindak.
2.3.5 Kemungkinan Terdeteksi Kecurangan (X5)
Kemungkinan terdeteksi kecurangan berkaitan erat dengan pemeriksaan pajak.
Dengan adanya pemeriksaan pajak dapat mendorong wajib pajak untuk lebih
patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Pemeriksaam pajak
dilaksanakan dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. Wajib pajak akan merasa lebih dikontrol dengan adanya
pemeriksaan pajak, sehingga penggelapan pajak menurut (Tobing, 2015 dalam
Fatimah dan Wardani, 2017).
2.4 Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier
berganda. Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen, apakah masing-masing variabel
independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari
variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau
penurunan. Model persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut :
7
TE = α + β1 PHMPJK + β2 LOM + β3 RLGSTS + β4 NS + β5 KTK + e (1)
Keterangan :
TE : Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion)
Α : Konstanta
β 1-5 : Koefisien Regresi
PHMPJK : Pemahaman Perpajakan
LOM : Love of Money
RLGSTS : Religiusitas
NS : Norma Subjektif
KTK : Kemungkinan Terdeteksi Kecurangan
E : Error
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan menyebar 100 kuesioner kepada responden
WPOP yang terdaftar di KPP Pratama Surakarta tahun 2018. Data dalam
penelitian ini diperoleh dengan metode survei yang dilakukan secara langsung
kepada responden di KPP Pratama Surakarta dan jawaban yang diperoleh dari
penyebaran kuesioner akan diolah untuk pengujian hipotesis. Adapun kriteria
pengambilan sampel dalam penelitian terlihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 1 Kriteria Pengambilan Sampel
No Keterangan Jumlah
1. Jumlah kuesioner yang disebar 100
2. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 0
3. Jumlah kuesioner yang kembali 100
4. Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah 28
5. Jumlah kuesioner yang dapat diolah 72
Total Kuesioner 100
Respon Rate 100%
Sumber: Data primer diolah, 2018
Berdasarkan tabel 1 diperoleh informasi bahwa kuesioner yang disebar
berjumlah 100 kuesioner. Akan tetapi setelah diolah pada SPSS menunjukkan
bahwa terdapat masalah reliabilitas, maka diperlukan outliers (pengurangan
8
sampel) dalam penelitian ini, sehingga kuesioner yang dapat diolah sebanyak 72
kuesioner dari sampel keseluruhan.
3.1 Analisis Statistik Deskriptif
Tabel 2 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maksimum Mean Median Std.
Deviation
Pemahaman
Perpajakan
72 14 30 22,79 23,0 3,171
Love of Money
72
17
60
40,04
40,50
8,891
Religiusitas
72
28
60
49,15
50
6,819
Norma
Subjektif
72
12
25
18,97
20
3,149
Kemungkinan
Terdeteksi
Kecurangan
72
12
23
17,85
18
3,089
Penggelapan
Pajak (Tax
Evasion)
72 24 58 40,46 40 6,327
Valid N
(listwise)
72
Sumber: Data primer diolah, 2018
3.2 Uji Asumsi Klasik
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov (KS) diketahui
nilai KS sebesar 0,596 dengan Asymp.Sig.(2-tailed) sebesar 0,870. Karena nilai
tersebut lebih besar dari 0,05 maka dapat diartikan bahwa data berdistribusi
normal. Hasil uji multikolinearitas menunjukkan bahwa setiap variabel memiliki
nilai tolerance > 0,10 atau VIF <10. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat
multikolinieritas pada penelitian tersebut. Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas
diketahui bahwa nilai signifikansi semua variabel > 0,05. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi.
9
3.3 Pembahasan
3.3.1 Pengaruh Pemahaman Perpajakan terhadap Etika Penggelapan Pajak
Berdasarkan hasil uji regresi linear berganda diperoleh hasil bahwa nilai koefisien
regresi pemahaman perpajakan (PHMPJK) bernilai negatif sebesar 0,510 dan
untuk uji t diperoleh nilai signnifikansi sebesar 0,014 lebih kecil dari alpha (0,05),
sehingga dapat disimpulkan bahwa pemahaman perpajakan berpengaruh
signifikan terhadap etika penggelapan pajak. Hal tersebut berarti bahwa
pemahaman perpajakan yang baik dapat mencegah individu untuk melakukan
tindakan penggelapan pajak. Karena individu yang memiliki tingkat pemahaman
perpajakan yang baik akan cenderung mematuhi peraturan perpajakan yang
berlaku dan terhindar dari sanksi-sanksi yang ditetapkan. Tingkat pemahaman
wajib pajak mengenai perpajakan merupakan faktor potensial bagi pemerintah
untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak (Surahman dan Putra, 2018).
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Surahman dan Putra (2018) yang menyatakan bahwa tingkat pemahaman yang
baik, seseorang akan dapat melaksanakan sesuatu dengan baik pula. Penelitian
yang dilakukan oleh Dharma (2016) juga memberikan hasil yang sama bahwa
pemahaman perpajakan berpengaruh terhadap persepsi penggelapan pajak.
3.3.2 Pengaruh Love of Money terhadap Etika Penggelapan Pajak
Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda diperoleh hasil bahwa nilai koefisien
regresi love of money (LOM) bernilai positif sebesar 0,189 dan untuk uji t
diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,013 lebih kecil dari alpha (0,05), sehingga
dapat disimpulkan bahwa love of money berpengaruh signifikan terhadap etika
penggelapan pajak. Bagi individu yang memiliki tingkat kecintaan yang tinggi
terhadap uang maka akan semakin tidak rela dalam mengeluarkan uang untuk hal-
hal yang tidak memberikan imbal balik secara langsung, misalnya pembayaran
pajak. Bagi individu yang memiliki tingkat kecintaan uang yang tinggi, membayar
pajak adalah sebuah tindakan yang dianggap tidak bermanfaat secara langsung
dan merasa rugi ketika harus mengeluarkan uang untuk pembayaran pajak yang
dikenakan dari penghasilan yang diperoleh. Membayar pajak memang tidak
memberikan imbal balik secara langsung melainkan secara tidak langsung yaitu
10
melalui pembangunan infrastruktur di tiap daerah yang dapat digunakan untuk
kepentingan umum dan mencerminkan sebagai warga negara yang taat akan
peraturan dan hukum yang berlaku.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Oktaviani et al. (2018) yang memberikan hasil bahwa love of money atau money
ethics berpengaruh positif dan signifikan terhadap upaya tax evasion. Semakin
besar money ethics seseorang maka orang tersebut akan merasa bahwa tindakan
tax evasion adalah tindakan yang dapat diterima (Oktaviani et al., 2018).
3.3.3 Pengaruh Religiusitas terhadap Etika Penggelapan Pajak
Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda diperoleh bahwa hasil nilai koefisien
regresi bernilai positif yaitu sebesar 0,113 dan untuk uji t diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,261 lebih besar dari alpha (0,05), sehingga dapat
disimpulkan bahwa religiusitas tidak berpengaruh signifikan terhadap etika
penggelapan pajak. Hal ini menunjukkan bahwa rendahnya tingkat keagamaan
yang dimiliki seseorang dapat memicu timbulnya tindakan tercela. Orang-orang
dapat melakukan hal-hal apa saja yang menguntungkan dirinya tanpa memandang
baik atau buruknya hal tersebut. Misalnya seperti melakukan penggelapan pajak,
tindakan ini termasuk dalam tindakan tercela dan memberikan dampak buruk bagi
penerimaan negara. Sehingga negara akan merasa kesulitan dalam membangun
infrastruktur untuk kepentingan umum dan hal ini dapat menyebabkan utang
negara bertambah atau sulit terlunasi jika penerimaan dari pajak menurun.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Oktaviani et al. (2018) yang
memberikan hasil bahwa religiusitas tidak berpengaruh terhadap tax evasion. Hal
ini menunjukkan bahwa agama tidak hanya berperan sebagai simbol, upaya
mencari teman, dan agama bukan ditunjukkan untuk mencari status sosial. Hasil
tersebut juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Basri (2015) yang
menyimpulkan bahwa religiusitas tidak berpengaruh pada etika penggelapan
pajak.
3.3.4 Pengaruh Norma Subjektif terhadap Mengenai Etika Penggelapan Pajak
Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda diperoleh bahwa hasil nilai koefisien
regresi bernilai positif yaitu sebesar 0,205 dan untuk uji t diperoleh nilai
11
signifikansi sebesar 0,333 lebih besar dari alpha (0,05), sehingga dapat
disimpulkan bahwa norma subjektif tidak berpengaruh signifikan terhadap etika
penggelapan pajak. Peran lingkungan sosial seperti keluarga, teman, petugas
pajak, konsultan pajak, maupun media cetak atau elektronik belum bisa
mempengaruhi individu untuk berbuat sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu
dengan membayar pajak dan tidak mengurangi beban terutang pajak dengan cara
illegal. Tidak berpengaruhnya norma subjektif disebabkan karena rendahnya
kekuatan sosial. Kekuatan sosial dalam hal ini adalah wajib pajak melakukan
pembayaran pajak dengan berdasarkan apa yang akan diperoleh atau keuntungan
yang didapat dari pemerintah.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Surahman dan Putra (2018)
serta Fatimah dan Wardani (2017) yang memberikan hasil bahwa bahwa norma
subjektif tidak berpengaruh terhadap persepsi wajib pajak mengenai penggelapan
pajak.
3.3.5 Pengaruh Kemungkinan Terdeteksi Kecurangan terhadap Etika
Penggelapan Pajak
Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda diperoleh bahwa hasil nilai koefisien
regresi bernilai positif yaitu sebesar 0,741 dan untuk uji t diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,001 lebih kecil dari alpha (0,05), sehingga dapat
disimpulkan bahwa kemungkinan terdeteksi kecurangan berpengaruh terhadap
mengenai etika penggelapan pajak. Hal ini dapat dilihat dari persentase
kemungkinan terdeteksi kecurangan melalui pemeriksaan pajak yang tinggi.
Wajib pajak akan cenderung patuh dan taat terhadap peraturan perpajakan yang
berlaku serta merasa takut jika perbuatan penggelapan pajak yang dilakukan akan
terdeteksi dengan adanya pemeriksaan pajak, sehingga wajib pajak yang ketahuan
melakukan tindakan tercela tersebut akan mendapatkan denda lebih besar dari
beban pajak terutang yang seharusnya dibayarkan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Pulungan (2015) dan
Indriyani et al. (2016) yang memberikan hasil bahwa kemungkinan terdeteksi
kecurangan berpengaruh terhadap penggelapan pajak. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Ayu (2011) serta Ayu R dan Hastuti (2009) juga memberikan hasil
12
yang konsisten yaitu kemungkinan terdeteksi kecurangan berpengaruh terhadap
tax evasion. Semakin tinggi kemungkinan terdeteksi kecurangan maka semakin
rendah tindakan penggelapan pajak.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Pemahaman Perpajakan memiliki
nilai signifikansi 0,014 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa diterima,
sehingga pemahamahan perpajakan berpengaruh terhadap etika penggelapan
pajak. (2) Love of Money memiliki nilai signifikansi sebesar 0,013 < 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa diterima, sehingga love of money berpengaruh
terhadap etika penggelapan pajak. (3) Religiusitas memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,261 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ditolak, sehingga
religiusitas tidak berpengaruh terhadap etika penggelapan pajak. (4) Norma
Subjektif memiliki nilai signifikansi sebesar 0,333 > 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa ditolak, sehingga norma subjektif tidak berpengaruh terhadap etika
penggelapan pajak. (5) Kemungkinan Terdeteksi Kecurangan memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,001 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa diterima,
sehingga kemungkinan terdeteksi kecurangan berpengaruh terhadap etika
penggelapan pajak.
Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menambah jumlah variabel
independen dalam penelitian yang dilakukan. (2) Dalam mengumpulkan data,
sebaiknya mengembangkan kuesioner dengan memberikan kesempatan keapada
responden untuk menyalurkan opininya dalam memberikan jawaban atas
pertanyaan yang disajikan. Sehingga responden benar-benar memahami maksud
dan tujuan dari pertanyaan dalam kuesioner. Sehingga dapat menghasilkan suatu
data yang memuaskan. (3) Menambah teknik pengumpulan data dengan metode
wawancara. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa pahamnya
responden mengenai dunia perpajakan dan mengetahui dampak yang timbul dari
perbuatan yang dilakukan. (4) Menambah jumlah responden dalam penelitian
untuk mendapatkan hasil yang lebih memuaskan. (5) Objek penelitian dengan
13
melakukan riset lebih dari satu Kantor Pelayanan Pajak (KPP) agar data yang
diperoleh bisa dibandingkan dan dievaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Angraeni, Lady Ayu. 2016. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Lingkungan Wajib
Pajak, Sikap Religiusitas Wajib Pajak, Dan Kemanfaatan NPWP
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Basri, Yesi Mutia. 2015. Pengaruh Gender , Religiusitas Dan Sikap Love Of
Money Pada Persepsi Etika Peggelapan Pajak Mahasiswa Akuntansi.
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis. Volume 10.1. Universitas Riau.
Cahyono, Yuli Tri. 2017. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penerimaan Pajak. Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Camelia Rosianti dan Yenny Mangoting. 2014. Pengaruh Money Ethics Terhadap
Tax Evasion Dengan Intrinsic Dan Extrinsic Religiosity Sebagai
Variabel Moderating. Tax & Accounting Review. Vol 4,1. Universitas
Kristen Petra.
Christine Yezzie. 2017. Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, Pemahaman
Perpajakan Dan Sanksi Pajak Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai
Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion). Skripsi.
Fatchan Achyani. 2017. Pengaruh Kualitas Informasi, Persepsi Kebermanfaatan,
Kemampuan Individual, Dan Norma Subjektif Terhadap Minat
Mahasiswa Dalam Menggunakan Internet Sebagai Sumber Pustaka.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ihsanul Hafizhah. 2016. Pengaruh Etika Uang (Money Ethics) Terhadap
Kecurangan Pajak (Tax Evasion) Dengan Religiusitas, Gender, Dan
Materialisme Sebagai Variabel Moderasi. JOM Fekon. Vol 3,1.
Universitas Riau.
Ika Fitriyanti, Achmad Fauzi, dan Diah Armeliza. 2017. Pengaruh Ketepatan
Pengalokasian, Teknologi dan Informasi Perpajakan, dan Diskriminasi
Terhadap Penggelapan Pajak (Tax Evasion). Jurnal Ilmiah Wahana
Akuntansi. ISSN 2302-1810. Vol 12,1.
Inggrid Permatasari, dan Herry Laksito. 2013. Minimalisasi Tax Evasion Melalui
Tarif Pajak, Teknologi Dan Informasi Perpajakan, Keadilan Sistem
Perpajakan, dan Ketepatan Pengalokasian Pengeluaran Pemerintah. E
Jurnal Akuntansi Universitas Diponegoro. ISSN 2337-3806. Vol 2.2, Hal
1-10.
14
Kawengian, Pricillia V.E dkk. 2017. Pengaruh Lingkungan Wajib Pajak, Kontrol
Keperilakuan Yang Dipersepsikan Dan Kewajiban Moral Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kelurahan Paal Dua Manado.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern. Volume 12.2. Halaman 480-494.
Universitas Sam Ratulangi.
Kurniawati Herlangga dan Raisa Pratiwi. 2017. Pengaruh Pemahaman
Perpajakan, Self Assessment System, Dan Tarif Pajak Terhadap
Tindakan Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Studi Kasus Pada Wajib
Pajak Terdaftar Di KPP Pratama Ilir Timur Palembang. STIE Multi
Data Palembang.
Lasmia Dharma. 2016. Pengaruh Gender, Pemahaman Perpajakan Dan
Religiusitas Terhadap Persepsi Penggelapan Pajak. JOM Fekon. Vol
3,1. Universitas Riau.
Lau, T.C., Choe, K.L., & Tan, L.P. 2011. “The Moderating Effect of Religiosity in
the Relationship Between Money Ethics and Tax Evation. Asian Social
Science, 9 (2011), 213-220.
Lya Octavia. 2017. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penggelapan Pajak.
JOM Fekon. Vol 4,1. Universitas Riau.
Marlina. 2018. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak
Orang Pribadi Mengenai Penggelapan Pajak. Jurnal Pundi. Vol 2,2.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi KBP.
Mila Indriyani, Siti Nurlaela, Endang Masitoh Wahyuningsih. 2016. Pengaruh
Keadilan, Sistem Perpajakan, Diskriminasi, Dan Kemungkinan
Terdeteksinya Kecurangan Terhadap Persepsi Wajib Pajak Orang
Pribadi Mengenai Perilaku TAX EVASION. Seminar Nasional IENACO.
ISSN: 2337-4349. Univesitas Islam Batik Surakarta.
Mujiyati, dan M. Abdul Aris. 2016. Inti Perpajakan Indonesia. Surakarta:
Muhammadiyah University Press (MUP).
Mukharoroh, Annisa’ul Handyani. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak Mengenai Penggelapan Pajak.
Skripsi.
Nuraeni Fadhilah. 2018. Pengaruh Religiusitas, Persepsi Mengenai Sistem
Perpajakan, Dan Keadilan Terhadap Persepsi Wajib Pajak Tentang
Penggelapan Pajak (Tax Evasion). Skripsi.
Oentoro, Reydho Dwi Septyawan. 2016. Pengaruh Money Ethics Terhadap
Kecurangan Pajak Dengan Moralitas Sebagai Variabel Moderasi.
Skripsi.
15
Permita, Audia Citra, et al. 2014. Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi
Atas Pelaksanaan Self Assesment System Terhadap Tindakan Tax
Evasion Di Kota Padang . Simposium Nasional Akuntansi 17. Mataram,
Lombok. Hal 1-18. Universitas Mataram.
Pohan, Chairil Anwar. 2017. Pengantar Perpajakan. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
PPA FEB UMS. 2018. Modul Pelatihan SPSS. Surakarta : Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pulungan, Riski Hamdani. 2015. Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, Dan
Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan Terhadap Persepsi Wajib
Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion). JOM Fekon.
Vol 2,1. Universitas Riau.
Rachmawati Meita Oktaviani, Ceacilia Srimindarti, Pancawati Hardiningsih.
2018. Peran Religionsity Sebagai Pemoderasi Hubungan Money Ethics
Terhadap Upaya Tax Evasion. Jurnal Akuntansi. Vol 22,1. Hal 105-118.
Universitas Stikubank.
Rahman, Irma Suryani. 2013. Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan,
Diskriminasi Dan Kemungkinan Terdeteksi Kecurangan Terhadap
Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion).
Skripsi. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Resmi, Siti. 2014. Perpajakan : Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Siti Fatimah, dan Dewi Kusuma Wardani. 2017. Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Penggelapan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Temanggung. Akuntansi Dewantara. Volume 1.1.
Suriyono, R.A. 2016. Akuntansi Keperilakuan. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Tobing, ChrisnaVionita Lumban. 2015. Pengaruh Keadilan Pajak, Kualitas
Pelayanan Pajak, Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan, Sanksi
Perpajakan, Dan Tarif Pajak Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai
Penggelapan Pajak. JOM Fekon. Vol 2,2.