PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA · PDF fileseseorang (Notoatmodjo, 2003). Keterampilan...
Transcript of PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA · PDF fileseseorang (Notoatmodjo, 2003). Keterampilan...
Jurnal DIKESA
ISSN. 2356423654 (Vol 1, No 1) (Januari, 2013) hal. 1-20
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
1
PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) TERHADAP PENGETAHUAN, KETERAMPILAN KONSELING DAN MOTIVASI BIDAN DESA
Anis Sih Retno1 S 541108007, A.A. Soebijanto2, Satimin Hadiwidjaja2 1Magister Kedokteran Keluarga Program PASCASARJANA UNS
2Magister Kedokteran Keluarga Program PASCASARJANA UNS
3Magister Kedokteran Keluarga Program PASCASARJANA UNS
ABSTRAK
Latar Belakang: Pelatihan pemberian makan pada bayi dan anak (PMBA) berisi materi tentang standar emas pemberian makan pada bayi dan anak. Komponen pelatihan ini bertujuan Mempersiapkan bidan desa dengan pengetahuan teknis mengenai praktek-praktek pemberian makanan pendamping dan pemberian ASI yang direkomendasikan untuk anak usia 0-24 bulan, meningkatkan keterampilan konseling, pemecahan masalah dan negosiasi (mencapai kesepakatan), dan mempersiapkan mereka untuk memanfaatkan alat bantu dan alat konseling terkait secara efektif. Tujuan: Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pelatihan PMBA terhadap pengetahuan, keterampilan konseling dan motivasi bidan desa. Metode: Jenis penelitian ini adalah eksperimen kuasi dengan “post test only control design” Populasi penelitian ini adalah seluruh bidan desa di Kabupaten Klaten. Teknik pengambilan sampel dengan simple random sampling. Jumlah sampel sebesar 30 orang pada kelompok eksperimen yang mendapat pelatihan PMBA dan 30 orang pada kelompok kontrol. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan daftar tilik pengamatan. Teknik analisis menggunakan uji t pada variabel pengetahuan dan motivasi serta uji Mann Whitney U pada variabel keterampilan konseling. Hasil: Berdasarkan hasil analisis data pada tingkat signifikansi α = 0,05 didapatkan hasil: (1) Terdapat pengaruh pelatihan PMBA terhadap pengetahuan dengan harga t hitung sebesar -9,973 lebih kecil (berada di daerah penolakan H
0) dibandingkan t tabel =
±2,000 pada tingkat signifikan = 0,000. (2) Terdapat pengaruh pelatihan PMBA terhadap keterampilan konseling dengan nilai signifikan = 0,000 lebih kecil dibandingkan α = 0,05. (3) Tidak terdapat pengaruh pelatihan PMBA terhadap motivasi dengan harga t hitung sebesar -1,874 lebih besar (berada di daerah penerimaan H
0) dibandingkan t tabel
= ±2,000 pada tingkat signifikan = 0,066.
Kata kunci: pelatihan, pengetahuan, keterampilan konseling, motivasi
PENDAHULUAN
Rekomendasi WHO dan UNICEF yang
tercantum dalam Global Strategy for
Infant and Young Child Feeding (WHO
dan UNICEF, 2003) terdiri dari empat hal
penting yang harus dilakukan
dalam praktik pemberian makan
pada bayi dan anak (PMBA) yaitu
memberikan air susu ibu (ASI) kepada
bayi segera dalam waktu 30 menit
setelah bayi lahir, memberikan ASI saja
atau pemberian
ASI secara eksklusif sejak lahir
sampai bayi berusia 6 bulan,
memberikan makanan pendamping air
susu ibu (MPASI) sejak bayi berusia 6
bulan sampai 24 bulan serta meneruskan
Jurnal DIKESA
ISSN. 2356423654 (Vol 1, No 1) (Januari, 2013) hal. 1-20
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
2
pemberian ASI sampai anak berusia 24
bulan atau lebih.
Standar emas PMBA ini sangat
direkomendasikan karena dapat
menurunkan angka kematian anak dan
meningkatkan kualitas hidup ibu sesuai
dengan Millenium Developments Goals
yang keempat dan kelima. Risiko
mortalitas pada anak yang tidak pernah
disusui 21% lebih besar saat postnatal
(Chen dalam Roesli, 2012). Risiko
kematian karena diare 4,2 kali lebih
sering pada bayi yang disusui parsial
dan 14,2 kali lebih sering pada bayi yang
tidak disusui (Victora dalam Roesli,
2012). Risiko kematian meningkat 4 kali
pada bayi dengan susu formula, dan
meningkat sejalan dengan semakin lama
permulaan menyusui. Permulaan
menyusui setelah hari pertama
meningkatkan 2,4 kali resiko kematian
bayi. Inisiasi menyusu dini (IMD)
menurunkan 22% kematian bayi bila
dilakukan dalam 1 jam pertama, dan 16
% bila dalam 1 hari pertama (Edmond
dalam Roesli, 2012). ASI eksklusif 6
bulan diteruskan dengan makanan
pendamping ASI sampai 11 bulan,
menurunkan 13% resiko mortalitas
balita. ASI eksklusif 6 bulan sampai 2
tahun mengurangi kejadian malnutrisi
pada bayi dan anak di negara
berkembang (Gupta dan Dadhich dalam
Roesli, 2012). Pemberian MPASI yang
tepat saat bayi berusia enam bulan
mengurangi risiko malnutrisi.
Pemberian makan pada anak yang
tepat akan meningkatkan kualitas hidup
ibu. Menyusui akan menurunkan 25-30%
resiko kanker payudara (Freudenheim
dalam Roesli, 2012). Suatu case-control
study di Italia menunjukkan adanya
perbandingan terbalik antara lama
menyusui dengan resiko kanker ovarium
(Chiaffarino dalam Roesli, 2012).
Menyusui merupakan cara KB paling
efektif dan mengurangi risiko overweight
(Egbuonu dan Kac dalam Roesli, 2012).
Lane yang meneliti 5.890 orang ibu
selama 15 tahun, menyusui akan
mengurangi 4,8 kali tindakan kekerasan
oleh ibu dan menelantarkan anak (Roesli,
2012).
Tanggung jawab pemerintah
kabupaten/kota sesuai PP nomor 33
tahun 2012 pasal 5 adalah memberikan
pelatihan teknis konseling menyusui
dalam skala kabupaten/kota, yaitu
pelatihan 40 jam Breast Feeding
Counselor Course (BFCC) dari WHO dan
UNICEF dan Infant and Young Child
Feeding (IYCF) training. IYCF training
atau pelatihan Pelatihan Pemberian
Makan pada Bayi dan Anak (PMBA)
adalah sebuah pelatihan yang dirancang
untuk membekali petugas kesehatan di
tingkat masyarakat (bidan desa) atau
kader, untuk membantu para ibu, ayah
dan pengasuh lainnya untuk dapat
memberi makan anak dan bayi mereka
secara optimal. Pelatihan ini
menekankan pada proses aktif
mendengar, berpusat pada klien, dan
menjalin hubungan saling percaya antara
klien dan konselor sesuai teori yang
dikembangkan Carl Rogers “Theory of
Jurnal DIKESA
ISSN. 2356423654 (Vol 1, No 1) (Januari, 2013) hal. 1-20
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
3
Client-Centered Counseling” yang
mengandung tiga komponen yaitu
dukungan emosional, dukungan edukasi
serta penilaian risiko (Bassichetto dan
Rea, 2008). Komponen pelatihannya
untuk mempersiapkan bidan desa atau
kader dengan pengetahuan teknis
mengenai praktik-praktik pemberian ASI
dan MPASI yang direkomendasikan
untuk anak usia 0-24 bulan,
meningkatkan keterampilan konseling,
pemecahan masalah dan negosiasi
(mencapai kesepakatan), dan
mempersiapkan untuk memanfaatkan
alat bantu dan alat konseling terkait
secara efektif (Kemenkes RI, 2012a).
Praktik pemberian makan pada
bayi dan anak (PMBA) yang optimal
merupakan intervensi yang efektif dalam
meningkatkan status kesehatan anak
dan menurunkan kematian anak
(Nandan dan Yunus, 2009). Faktanya,
berdasarkan survei di India pada tahun
2007-2008 hanya 40,2% melakukan IMD,
46,4% ASI eksklusif, 24,9% anak berusia
6 sampai 35 bulan yang disusui selama
paling sedikit 6 bulan dan 23,9% anak
berusia 6 sampai 9 bulan menerima
makanan padat, semi padat dan ASI.
Menurut Nandan dan Yunus (2009),
aspek kesehatan anak sering tidak
dibahas dalam pelatihan-pelatihan dasar
bagi dokter, perawat, nutrisionis dan
tenaga kesehatan lainnya. Kurangnya
pengetahuan dan keterampilan yang
memadai dari para tenaga profesional di
bidang kesehatan justru sering menjadi
penghambat dalam praktik pemberian
makan pada bayi dan anak yang tepat.
Sebuah penelitian di Brazil oleh
Bassichetto dan Rea (2008) mengevaluasi
efektivitas pelatihan PMBA ini terhadap
perubahan pengetahuan, sikap dan
praktik konseling para pediatrician dan
nutrisionis. Hasilnya ada peningkatan
pengetahuan dan anamnesis diit yang
signifikan namun tidak terdapat
peningkatan keterampilan konseling.
Data Kabupaten Klaten yang
berhubungan dengan praktik pemberian
makan pada bayi dan anak adalah data
balita kurang gizi dan balita pendek
(stunting). Balita yang menderita kurang
gizi di Kabupaten Klaten pada tahun
2010 sebesar 14,3% dan tahun 2011
sebesar 11,4%. Balita pendek atau
stunting tahun 2010 sebesar 30,8% dan
tahun 2011 sebesar 29,4%. Hal ini
menunjukkan Klaten masih mempunyai
masalah gizi kronis karena menurut
WHO batasan minimal suatu wilayah
mempunyai masalah gizi bila prevalensi
stunted pada balita masih lebih dari 20%.
Pemerintah Indonesia pada tahun 2015
menargetkan angka stunted pada balita
kurang dari 18% (Bappenas, 2007).
Berdasarkan pengamatan, banyak
jenis pelatihan yang telah diikuti oleh
bidan antara lain pelatihan konselor
laktasi, Pos Kesehatan Desa (Poskesdes),
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS),
KTPA, dan pemantauan pertumbuhan
balita. Selama ini belum ada evaluasi
dampak pelatihan terhadap peningkatan
Jurnal DIKESA
ISSN. 2356423654 (Vol 1, No 1) (Januari, 2013) hal. 1-20
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
4
kesehatan masyarakat khususnya
terhadap status gizi bayi dan anak.
Bidan desa merupakan ujung
tombak pelayan kesehatan di tingkat
masyarakat desa. Salah satu tugas
pentingnya adalah memberikan
pelayanan konseling dan pendidikan
kesehatan terhadap perempuan,
keluarga dan masyarakat. Pelatihan
PMBA dirasa tepat untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan mereka
dalam melaksanakan tugas pentingnya.
Dengan mengikuti pelatihan diharapkan
dari yang semula tidak tahu menjadi
tahu. Bidan desa yang telah memiliki
pengetahuan tentang PMBA akan
memberikan informasi kepada
kader/masyarakat dengan pendekatan
teknik konseling yang tepat. Motivasi
diperlukan agar proses transfer
informasi tersebut mencapai hasil yang
optimal.
Tujuan Penelitian. Penelitian ini
bertujuan menganalisis pengaruh
pelatihan PMBA terhadap pengetahuan,
keterampilan konseling dan motivasi
bidan desa.
Kajian Teori. Pelatihan PMBA adalah
pelatihan modul 24 jam yang dirancang
untuk membekali kader atau petugas
kesehatan di tingkat desa untuk
membantu para ibu, ayah dan pengasuh
lainnya untuk dapat memberi makan
anak dan bayi mereka secara optimal
(Dirjen Bina Gizi dan KIA, 2012).
Komponen pelatihan ini untuk
mempersiapkan bidan desa/kader
dengan pengetahuan teknis mengenai
praktek-praktek pemberian makanan
pendamping dan pemberian ASI yang
direkomendasikan untuk anak usia 0-24
bulan, meningkatkan keterampilan
konseling, pemecahan masalah dan
negosiasi (mencapai kesepakatan), dan
mempersiapkan mereka untuk
memanfaatkan alat bantu dan alat
konseling terkait secara efektif (WHO dan
UNICEF, 2006).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu
karena mempelajari ilmu, mengalami,
melihat dan mendengar setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu (Purwodarminto, 1999;
Notoatmodjo, 1993). Untuk mencapai
perubahan pengetahuan suatu pelatihan
memerlukan metode yang tepat dan
kondisi belajar yang sesuai. Pengetahuan
merupakan faktor dominan yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Keterampilan konseling adalah
kemampuan konselor menjalani proses
konseling menggunakan metode-metode
psikologis atas dasar pengetahuan
sistematis tentang kepribadian manusia
dalam upaya meningkatkan kesehatan
mental konseli (Patterson dalam
Abimanyu & Manrihu, 1996).
Keterampilan konseling meliputi
keteramplan mendengarkan dan
mempelajari serta keterampilan
membangun kepercayaan diri dan
memberikan dukungan.
Motivasi adalah daya upaya yang
mendorong seseorang atau dorongan yang
Jurnal DIKESA
ISSN. 2356423654 (Vol 1, No 1) (Januari, 2013) hal. 1-20
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
5
mewakili proses-proses psikologikal yang
menyebabkan timbulnya, diarahkannya dan
terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan
sukarela (volunter) yang diarahkan ke
tujuan tertentu (Wexley dan Yukl dalam
As’ad, 1987; Mitchell dalam Winardi,
2004).
Hipotesis. Berdasarkan latar belakang
dan kajian teori di atas maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah:
1. Terdapat pengaruh pelatihan PMBA
terhadap pengetahuan bidan desa.
2. Terdapat pengaruh pelatihan PMBA
terhadap keterampilan konseling bidan
desa.
3. Terdapat pengaruh pelatihan PMBA
terhadap motivasi bidan desa.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten
Klaten Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Januari s.d. Maret 2013.
Jenis Penelitian. Penelitian ini
merupakan jenis penelitian eksperimen
kuasi dengan post test only control design.
Populasi. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua bidan desa di Kabupaten
Klaten yang berjumlah 401 orang
Cara Pengambilan Sampel. Jumlah
sampel yang diteliti adalah 30 orang pada
kelompok kontrol dan 30 orang pada
kelompok eksperimen, sehingga jumlah
seluruhnya adalah 60 orang. Teknik
pengambilan sampel dengan simple
random sampling. Kriteria sampel dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kriteria inklusi :
a. Bidan desa yang berstatus sebagai
PNS atau PTT.
b. Bidan desa dengan tingkat
pendidikan D1 atau DIII
Kebidanan.
c. Bidan desa dengan masa kerja 3
tahun.
d. Bidan desa bersedia menjadi
responden.
2. Kriteria eksklusi yaitu bidan desa yang
berusia 50 tahun( hampir pensiun)
Instrumen Penelitian. Data tentang
pengetahuan diperoleh dengan
menggunakan kuesioner berupa 22
pertanyaan dengan 3 distraktor.
Keterampilan konseling diperoleh dengan
daftar tilik pengamatan dan data tentang
motivasi menggunakan instrumen non
tes berisi 26 pernyataan.
Teknik Analisis Data. Analisis dari
penelitian terdiri dari dua analisis yaitu
analisis univariat dan bivariat. Analisis
univariat dilakukan dengan menyajikan
hasil penelitian tiap variabel dengan
tekstular, tabular dan grafikal. Analisis
bivariat untuk menguji hipotesis antara
variabel bebas dan terikat. Dalam analisis
data diadakan uji persyaratan yaitu uji
normalitas data. Apabila data
berdistribusi normal maka menggunakan
uju statistik parametrik dan bila tidak
berdistribusi normal menggunakan
statistik non parametrik. Uji statistik
parametrik untuk mengetahui pengaruh
pelatihan PMBA terhadap pengetahuan
dan motivasi menggunakan independent t
Jurnal DIKESA
ISSN. 2356423654 (Vol 1, No 1) (Januari, 2013) hal. 1-20
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
6
test. Untuk mengetahui pengaruh
pelatihan PMBA terhadap keterampilan
konseling menggunakan Mann Whitney U
test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian. Hasil penelitian yang
telah dilaksanakan terhadap bidan desa
di Kabupaten Klaten disajikan dalam
bentuk narasi dan gambar berikut ini.
Jumlah sampel sebesar 30 orang pada
kelompok kontrol dan 30 orang pada
kelompok eksperimen.
Karakteristik responden menurut
umur ditunjukkan pada gambar 1.
Sebagian besar responden berusia antara
30 sampai 39 tahun, baik pada kelompok
kontrol (50,0%) maupun kelompok
eksperimen (60,0%). Responden paling
sedikit berusia 40 sampai 49 tahun pada
kelompok kontrol (23,3%) dan berusia 20
sampai 29 tahun (26,7%) pada kelompok
eksperimen.
0
5
10
15
20
20-29 tahun
30-39 tahun
40-49 tahun
8 (26,7%)
15 (30,0%)
7 (23,3%) 4 (13,3%)
18(60,0%)
8 (26,7%)
Kontrol
Eksperimen
Sumber: Data primer terolah, 2013
Gambar 1. Distribusi Responden menurut Umur
Distribusi responden menurut
tingkat pendidikan terlihat pada gambar
2. Responden pada kelompok kontrol
dengan tingkat pendidikan D3 Kebidanan
sebesar 83% dan D1 Kebidanan sebesar
17%. Tingkat pendidikan pada kelompok
eksperimen sebagian besar juga D3
Kebidanan yaitu 77% dan 23%nya
berpendidikan D1 Kebidanan.
Sumber: Data primer terolah, 2013
Gambar 2. Distribusi Responden menurut Tingkat Pendidikan
Ditribusi responden menurut status
kepegawaian terlihat pada gambar 3. Ada
dua jenis kepegawaian bidan desa di
Kabupaten Klaten yaitu Pegawai Negeri
Sipil (PNS) dan Pegawai Tidak Tetap
(PTT). Sebagian besar responden pada
kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen adalah PNS, masing-masing
19 orang (63,3%) dan 23 orang (76,7%).
Responden dengan status kepegawaian
PTT sebanyak 11 orang (36,7%) pada
kelompok kontrol dan 7 orang (23,3%)
pada kelompok eksperimen.
19; 63,3%
11; 36,7%
23; 76,7%
7; 23,3%
0
5
10
15
20
25
PNS PTT
Kontrol
Eksperimen
Sumber: Data primer terolah, 2013
Gambar 3. Distribusi Responden menurut Status Kepegawaian
Gambar 4. menunjukkan distribusi
responden menurut masa kerja. Jumlah
responden dengan masa kerja 4-9 tahun
dan 10-19 tahun pada kelompok kontrol
Jurnal DIKESA
ISSN. 2356423654 (Vol 1, No 1) (Januari, 2013) hal. 1-20
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
7
sama masing-masing 13 orang (43,3%).
Responden kelompok eksperimen
terbanyak dengan masa kerja 10-19
tahun yaitu 14 orang (46,7%). Responden
paling sedikit berumur ≥ 20 tahun yaitu
13,3% (kontrol) dan 16,7% (eksperimen).
13; 43,3%
13; 43,3%
4; 13,3%
11; 36,7%
14; 46,7%
5; 16,7%
0
5
10
15
4-9 tahun
10-19 tahun
> = 20 tahun
Kontrol
Eksperimen
Sumber: Data primer terolah, 2013
Gambar 4. Distribusi Responden menurut Masa Kerja
Hasil analisis univariat terhadap
variabel pengetahuan ditunjukkan pada
tabel 1. Hasil mean dari skor
pengetahuan pada kelompok eksperimen
lebih tinggi yaitu 19,57 dibandingan
kelompok kontrol dengan rata-rata skor
pengetahuan sebesar 13,83. Standar
deviasi kelompok kontrol sebesar 2,547
dan 1,851 pada kelompok eksperimen.
Tabel 1. Hasil Uji Univariat Variabel Pengetahuan
Hasil Kontrol Eksperimen
N Valid 30 30 Missing 0 0
Mean 13.83 19.57 Median 14.00a 19.73a Mode 16 19, 21b Std. Deviation 2.547 1.851 Skewness -.297 -.497 Std. Error of Skewness .427 .427 Kurtosis -.910 -.346 Std. Error of Kurtosis .833 .833 Minimum 9 15
Maximum 18 22 Sum 415 587
a. Calculated from grouped data. b. Multiple modes exist.
Gambar 5. Histogram Distribusi Frekuensi Responden menurut Skor Pengetahuan
Kelompok Kontrol
Gambar 6. Histogram Distribusi Frekuensi Responden menurut Skor Pengetahuan
Kelompok Eksperimen
Hasil analisis terhadap
keterampilan konseling responden
menunjukkan bahwa responden
terbanyak pada kelompok kontrol hanya
pada tingkat tidak terampil dan kurang
terampil, masing-masing 50%. Responden
terbanyak pada kelompok eksperimen
yakni pada tingkat terampil yaitu sebesar
90% dan hanya 10% saja yang kurang
terampil seperti terlihat pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Univariat Variabel Keterampilan Konseling
Jurnal DIKESA
ISSN. 2356423654 (Vol 1, No 1) (Januari, 2013) hal. 1-20
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
8
Kategori Kontrol Eksperimen
n Persentase n Persentase
Terampil 0 0,0% 27 90,0%
Kurang Terampil 15 50,0% 3 10,0% Tidak Terampil 15 50,0% 0 0,0%
Jumlah 30 100,0% 30 100,0%
Sumber: Data primer terolah, 2013
Tabel 3. menunjukkan hasil analisis
variabel motivasi. Rata-rata motivasi pada
kelompok eksperimen lebih tinggi (81,57)
dibandingkan kelompok kontrol (78,90).
Nilai mode pada kelompok kontrol adalah
78 sedangkan pada kelompok
eksperimen yaitu 74, 78 dan 84.
Tabel 3. Hasil Uji Univariat Variabel Motivasi
Hasil kontrol eksperimen
N Valid 30 30
Missing 0 0
Mean 78.90 81.57
Std. Error of Mean
.914 1.091
Median 78.00 80.00
Mode 78 74, 78, 84a Std. Deviation 5.006 5.975
Variance 25.059 35.702
Skewness .601 .545
Std. Error of Skewness
.427 .427
Kurtosis -.499 -.602
Std. Error of Kurtosis
.833 .833
Range 18 21
Minimum 72 74
Maximum 90 95
Sum 2367 2447
a. Multiple modes exist
Gambar 7. Histogram Distribusi Frekuensi Responden menurut Skor Motivasi Kelompok
Kontrol
Gambar 8. Histogram Distribusi Frekuensi Responden menurut Skor Motivasi Kelompok
Eksperimen
Hasil uji normalitas data seperti
terlihat pada tabel 4 pada variabel
pengetahuan dengan Shapiro Wilk pada
kelompok kontrol sebesar 0,169 dan
pada kelompok eksperimen sebesar
0,057 berarti lebih besar dari α (0,05).
artinya data berdistribusi normal.
Tabel 4. Normalitas Data Variabel Pengetahuan dengan Shapiro Wilk
Jurnal DIKESA
ISSN. 2356423654 (Vol 1, No 1) (Januari, 2013) hal. 1-20
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
9
kelompok
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic
df Sig. Statis
tic df Sig.
score
kontrol .136 30 .165 .950 30 .169
eksperimen
.147 30 .095 .933 30 .057
a. Lilliefors Significance Correction
Data pada variabel keterampilan
konseling diuji dengan Kolmogorov
Smirnov menunjukkan hasil sebesar
0,036 pada kelompok kontrol dan 0,006
pada kelompok eksperimen. Karena nilai
tersebut kurang dari 0,05 maka data
tidak berdistribusi normal. Tabel 5
menunjukkan hasil uji normalitas data
pada variabel keterampilan konseling.
Tabel 5. One-Sample Kolmogorov-Smirnov
Hasil Kontro
l Eksperime
n
N 30 30
Normal Parametersa
Mean 3.60 7.23
Std. Deviation
.855 .626
Most Extreme Differences
Absolute .259 .312
Positive .259 .312
Negative -.180 -.255
Kolmogorov-Smirnov Z 1.416 1.709
Asymp. Sig. (2-tailed) .036 .006
a. Test distribution is Normal.
Uji normalitas data pada variabel
motivasi dengan Shapiro Wilk pada
kelompok kontrol sebesar 0,075 dan
0,065 pada kelompok eksperimen artinya
data terdistribusi secara normal karena
lebih dari 0,05.
Tabel 6. Normalitas Data Variabel Motivasi dengan Shapiro Wilk
kelompok
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic
df Sig. Statistic
df Sig.
score
kontrol
.171 30 .025 .937 30 .075
eksperimen
.137 30 .159 .935 30 .065
a. Lilliefors Significance Correction
Uji hipotesis pengaruh pelatihan
PMBA dilihat dengan membandingkan
hasil pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Jika terdapat
perbedaan hasil yang signifikan maka
terdapat pengaruh pelatihan PMBA
terhadap pengetahuan, keterampilan
konseling dan motivasi. Apabila tidak
signifikan maka tidak terdapat pengaruh
pelatihan PMBA terhadap pengetahuan,
keterampilan konseling dan motivasi.
Tabel 8 menunjukkan pengaruh
pelatihan PMBA terhadap pengetahuan
bidan desa. Nilai t hitung sebesar -9,973,
dengan signifikansi 0,000 dan nilai t
tabel dengan df 58 adalah ± 2,000.
Karena harga t hitung < t tabel maka ada
pengaruh pelatihan PMBA terhadap
pengetahun bidan desa.
Tabel 7. Group Statistics Variabel Pengetahuan
kelompok N Mean Std.
Deviation
Std. Error Mean
score Kontrol 30 13.83 2.547 .465
Eksperimen 30 19.57 1.851 .338
Tabel 8. Independent Samples t-Test
Variabel Pengetahuan
Jurnal DIKESA
ISSN. 2356423654 (Vol 1, No 1) (Januari, 2013) hal. 1-20
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
10
Lower Upper
Equal
variances
assumed 3.722 .059 -9.973 58 .000 -5.733 .575 -6.884 -4.583
Equal
variances
not
assumed -9.973 52.950 .000 -5.733 .575 -6.886 -4.580
Levene's Test
for Equality of
Variancest-test for Equality of Means
F Sig. t dfSig. (2-
tailed)
Mean
Differen
ce
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Pengaruh pelatihan PMBA terhadap
keterampilan konseling terlihat pada
tabel 9. Nilai mean rank keterampilan
konseling pada kelompok kontrol lebih
rendah yakni 15,50 dibandingkan
kelompok eksperimen sebesar 45,50.
Berdasarkan uji statistik terhadap
variabel keterampilan konseling
didapatkan hasil asymp sig sebesar 0,000
yang kurang dari 0,05, artinya ada
pengaruh yang signifikan pelatihan PMBA
terhadap keterampilan konseling.
Tabel 9. Mean Ranks Variabel
Keterampilan Konseling
kelompok N Mean Rank
Sum of Ranks
terampil kontrol 30 15.50 465.00
eksperimen 30 45.50 1365.00
Total 60
Tabel 10. Test Statisticsa
terampil
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 465.000
Z -6.800
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: kelompok
Tabel 11 dan 12 menunjukkan
adanya perbedaan nilai mean motivasi
pada kelompok kontrol yang lebih
rendah (78,90) dbandingkan kelompok
eksperimen (81,57). Nilai t hitung sebesar
-1,874 dan nilai t tabel adalah ± 2,000
dengan signifikansi 0,066. Karena harga t
hitung > t tabel (berada di daerah
penerimaan H0) maka tidak ada pengaruh
pelatihan PMBA terhadap motivasi.
Tabel 11. Group Statistics Variabel Motivasi
kelompok N Mean Std.
Deviation
Std. Error Mean
score Kontrol 30 78.90 5.006 .914
Eksperimen
30 81.57 5.975 1.091
Tabel 12. Independent Samples t-Test
Variabel Pengetahuan
Lower Upper
Equal
variances
assumed 1.784 .187 -1.874 58 .066 -2.667 1.423 -5.515 .182
Equal
variances not
assumed -1.874 56.273 .066 -2.667 1.423 -5.517 .184
score
Levene's Test for
Equality of Variancest-test for Equality of Means
F Sig. t dfSig. (2-
tailed)
Mean
Differe
nce
Std.
Error
Differe
nce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Pembahasan. Pada hipotesis 1 hasil yang
didapatkan pada penelitian ini adalah
terdapat pengaruh pelatihan PMBA
terhadap pengetahuan dan keterampilan
konseling bidan desa, namun tidak ada
pengaruh pelatihan PMBA terhadap
motivasi bidan desa.
Pengaruh pelatihan PMBA terhadap
pengetahuan ditunjukkan oleh hasil t
hitung sebesar -9,973, dengan
signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari t
tabel (berada di daerah penolakan H0).
Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian
Bassichetto dan Rea (2008) di Brazil yang
berjudul Infant and Young Child Feeding
Counseling:An Intervention Study
menunjukkan bahwa kursus tentang
PMBA efektif meningkatkan pengetahuan
Jurnal DIKESA
ISSN. 2356423654 (Vol 1, No 1) (Januari, 2013) hal. 1-20
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
11
para ahli anak dan nutrisionis, dengan
harga p < 0,001.
Penelitian oleh Hariyatie (2005) ada
pengaruh antara desain pelatihan dengan
keahlian dan pengetahuan yang diperoleh
peserta setelah pelatihan, sebesar t
hitung 2,232 dengan signifikansi 0,034.
Desain pelatihan yang dimaksud adalah
waktu pelatihan yang diberikan
mencukupi, materi pelatihan sesuai
dengan situasi kerja, kompetensi
instruktur, pemberian praktek dan
konsep / teori mencukupi, fasilitas
pelatihan yang membantu proses belajar.
Suatu pelatihan yang didisain sesuai
dengan kebutuhan organisasi dan peserta
pelatihan serta pengajaran yang
dilakukan oleh instruktur yang kompeten
akan sangat menentukan keberhasilan
pelatihan. Mondy dan Noe (1996) juga
mengemukakan hal yang sama bahwa
pelatihan merupakan aktivitas yang
dilakukan untuk meningkatkan keahlian,
pengetahuan dan sikap dalam rangka
meningkatkan kinerja saat ini dan masa
datang.
Hal ini juga sesuai dengan
penelitian Sukiarko (2007) yang berjudul
“Pengaruh Pelatihan dengan Metode
Belajar Berdasarkan Masalah terhadap
Pengetahuan dan Keterampilan Kader
Gizi dalam Kegiatan Posyandu”. Hasil
penelitiannya menunjukkan adanya
pengaruh pelatihan metode Belajar
Berdasarkan Masalah (BBM) dengan
peningkatan pengetahuan kader dengan
hasil t hitung = 2,733; p =0,008.
Menurut Notoatmodjo (2003),
pengetahuan merupakan hasil dari tahu
yang terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu
melalui panca indera manusia yaitu
indera raba, rasa, penglihatan,
pendengaran, dan penciuman. Sebuah
pelatihan merupakan salah satu metode
untuk mencapai perubahan pengetahuan.
Menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat
dan FKM UI (1998) bahwa pengetahuan
dan keterampilan seorang tenaga
kesehatan dipengaruhi oleh adanya
pembinaan. Pembinaan dapat berupa
memberikan pelatihan teknis. Dengan
pembinaan, tenaga kesehatan akan
meningkatkan pengetahuan, aktivitas dan
keterampilannya dalam menjalankan
tugasnya. Pengetahuan yang diperoleh
dari hasil suatu produk sistem pelatihan
tertentu akan memberikan pengalaman
yang dapat meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan tertentu. Menurut
Notoatmodjo (2005), pelatihan memiliki
tujuan penting untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan sebagai
kriteria keberhasilan program kesehatan
secara keseluruhan.
Hipotesis 2, bahwa hasil uji
keterampilan konseling ditunjukkan pada
signifikansi dengan uji Mann Whitney U
sebesar 0,000 yang artinya ada pengaruh
pelatihan PMBA terhadap keterampilan
konseling. Penelitian Sukiarko (2007)
terdapat pengaruh yang signifikan
pelatihan metode BBM terhadap
keterampilan kader.
Jurnal DIKESA
ISSN. 2356423654 (Vol 1, No 1) (Januari, 2013) hal. 1-20
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
12
Penelitian Setiadi (2005) tentang
hubungan antara pelaksanaan pelatihan
terhadap peningkatan keterampilan kerja
menghasilkan koefisien korelasi sebesar
0,41 yang berarti ada hubungan dengan
kategori cukup kuat dan kedua variabel
tersebut bergerak searah. Terdapatnya
hubungan antara pelaksanaan pelatihan
dengan peningkatan keterampilan kerja
karyawan menunjukkan pengaruh yang
positif.
Pada hipotesis 3, hasil penelitian
yang diperoleh dari variabel motivasi
menunjukkan tidak ada pengaruh
pelatihan PMBA terhadap motivasi bidan
desa. Menurut asumsi peneliti, motivasi
bidan untuk mempraktikkan materi
PMBA tidak serta merta timbul setelah
bidan mengikuti pelatihan. Penelitian
Gustisyah (2009) tentang analisis faktor-
faktor yang mempengaruhi motivasi
menunjukkan hasil bahwa kepuasan
kerja, status, tanggung jawab,
kompensasi yang memadai, lingkungan
kerja, keinginan dan harapan pribadi
secara simultan mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap motivasi kerja
dengan tingkat signifikansi sebesar
0,000. Menurut penelitian Siregar (2008)
faktor yang mempengaruhi motivasi
kerja Petugas Lapangan Keluarga
Berencana (PLKB) adalah finansial, afiliasi
sosial, pengembangan karir, sarana kerja
dan aspek tugas. Adapun variabel yang
paling berpengaruh terhadap motivasi
kerja adalah finansial.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan. Berdasarkan data yang
diperoleh dan data statistik di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa terdapat
pengaruh pelatihan PMBA terhadap
pengetahuan dan keterampilan konseling
bidan desa tetapi tidak berpengaruh
terhadap motivasi.
Saran. Berdasarkan saran dan implikasi
hasil penelitian, dapat disampaikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi institusi kesehatan, pelatihan
PMBA ini sangat penting dilaksanakan
terhadap tenaga kesehatan di tingkat
desa, khususnya seluruh bidan di desa
dan kader yang secara langsung
berhubungan dengan masyarakat
untuk mengawal pemberian makan
yang benar pada bayi dan anak.
2. Bagi bidan desa, diharapkan untuk
mengimplementasikan hasil dari
pelatihan PMBA pada setiap
kunjungan di posyandu maupun
kunjungan rumah.
3. Pada penelitian selanjutnya,
diharapkan dapat mengevaluasi
kinerja bidan yang telah menerima
pelatihan PMBA atau terhadap
program perbaikan status gizi balita.
REFERENSI
Abimanyu, S dan Manrihu, M.T. 1996.
Tehnik dan Laboratorium
Konseling. Jakarta: Proyek
Pendidikan Tenaga Akademik.
Abror. 1993. Psikologi Pendidikan.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
Afifah, D. 2007. Faktor-faktor yang
Berperan dalam Kegagalan
Praktik Pemberian ASI Eksklusif.
Jurnal DIKESA
ISSN. 2356423654 (Vol 1, No 1) (Januari, 2013) hal. 1-20
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
13
Sitasi:
http://eprints.undip.ac.id/1034
/1/ARTIKEL_ASI.pdf . Diakses 23
Juni 2012
Almaritta dan Fallah, T.S. 2004. Analisis
Situasi Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Widyakarya Pangan
dan Gizi Nasional ke-VIII.
Jakarta:17-19 Mei 2004.
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu
Gizi. Jakarta: Gramedia
Amin, Z. 2001. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Motivasi
Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu
Yang Melahirkan di RS.
Ujungpandang: Unhas.
Amiruddin. 2006. The Effect of Early Solid
Food Feeding and The Absence of
Colostrum Feeding on Neonatal
Mortality. FK Universitas
Udayana. Sitasi:
www.tempointeraktif.com. Diakses
12 Mei 2012.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arisman, M.B. 2004. Gizi dalam Daur
Kehidupan. Jakarta: EGC.
As’ad, M. 1998. Psikologi Industri.
Yogyakarta: Liberty.
Asmijati. 2003. Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Pemberian
ASI Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Tiga Raksa DATI II
Tangerang. Thesis Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia. Sitasi:
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/the
mes/libri2/detail.jsp?id=70675&lo
kasi=lokal. Diakses 5 Juni 2012.
Asnita. 2011. Pengaruh Konseling Gizi
pada Ibu Balita terhadap Pola
Asuh dan Status Gizi Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Amplas.
Medan: Tesis FKM Universitas
Sumatra Utara. Sitasi:
http//:www.repository.usu.ac.id.
Diakses tanggal 2 Mei 2012.
Azwar, S. 2000. Reliabilias dan Validitas.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
_______. 2011 a
. Sikap Manusia, Teori dan
Pengukurannya. Edisi ke-2
Cetakan XVI. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
_______. 2011 b
. Tes Prestasi Fungsi dan
Pengembangan Pengukuran
Prestasi Belajar. Edisi II Cetakan
XII. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
2007. Rencana Aksi Nasional
Pangan dan Gizi 2006-2010.
Jakarta: Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional.
Bahar, B. 2002. Pengaruh Pangasuhan
terhadap Pertumbuhan Anak di
Kabupaten Baru Propinsi Sulawesi
Selatan. Disertasi. Surabaya:
Program Pascasarjana Universitas
Airlangga.
Bassichetto, K.C & Rea, M.F. 2008. Infant
and young child feeding
counseling: an intervention study.
Jornal de Pediatria, Vol. 84 No. 1,
2008 (0021-7557/08/84-01/75).
Sao Paulo, Brazil: Sociedade
Brasileira de Pediatria.
Briawan, D. 2004. Pengaruh Promosi Susu
Formula Terhadap Pergeseran
Penggunaan ASI. Program Doktor
Sekolah Pasca Sarjana IPB. Sitasi:
http://www.rudyct.com/PPS702-
ipb/09145/dodik_briawan.pdf.
Diakses 3 Juni 2012.
Castro, T. Kadar, A, dan Sukiarko, E. 2003.
Evaluasi Pasca Pelatihan Kader
Primary Health Care (PHC) di
Bapelkes Salaman Magelang.
Magelang: Bapelkes.
Jurnal DIKESA
ISSN. 2356423654 (Vol 1, No 1) (Januari, 2013) hal. 1-20
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
14
Depdikbud R.I. 1997. Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan EYD. Surabaya:
Apollo.
Depkes R.I. 1991. Buku Pengelolaan
Kegiatan Usaha Perbaikan Gizi
Keluarga. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pembinaan Kesehatan
Masyarakat.
_______. 1992. Modul Pelatihan
Peningkatan Peran Serta
Masyarakat Dalam Kegiatan
Posyandu. Jakarta.
_______.1993. Buku Pedoman Pengukuran
Keberhasilan Pelatihan, Jakarta
_______. 2000 a
. Pedoman Konseling Gizi.
Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat.
_______. 2000b. Pengelolaan Program
Perbaikan Gizi Kabupaten/Kota,
Jakarta: Direktorat Gizi
Masyarakat.
_______.2003. Gizi dalam Angka sampai
Tahun 2002. Jakarta: Direktorat
Jenderal Bina Gizi Masyarakat.
_______. 2004a. Pola Pelatihan Sumber
Daya Manusia (SDM) Kesehatan.
Jakarta: Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan SDM Kesehatan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan.
________. 2004b. Pedoman Pelaksanaan
Pendistribusian dan Pengelolaan
Makanan Pendamping ASI tahun
2004. Jakarta: Direktorat Jenderal
Gizi Masyarakat.
_________. 2005. Pedoman Status Gizi
Melalui Posyandu. Jakarta.
Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten. 2010 a
.
Laporan PSG-Kadarzi Tahun
2010. Klaten: Dinas Kesehatan.
_________. 2010b. Profil Dinas Kesehatan
Kabupaten Klaten Tahun 2010.
Klaten: Dinas Kesehatan.
_________. 2011 a
. Laporan PSG-Kadarzi
Tahun 2011. Klaten: Dinas
Kesehatan.
________. 2011b. Profil Dinas Kesehatan
Kabupaten Klaten Tahun 2011.
Klaten: Dinas Kesehatan.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat dan FKM-
UI. 1998. Program Perbaikan Gizi
Keluarga di dalam Posyandu.
Jakarta: Dirjen Binkesmas Depkes
RI.
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA.
2011. Materi Peserta Modul
Konseling Pemberian Makan Bayi
dan Anak. Jakarta.
_______. 2012. Panduan Fasilitator Modul
Pelatihan Konseling Pemberian
Makan Bayi dan Anak (PMBA).
Jakarta.
Dumyathi, A. 2011. Pengaruh Pelatihan
dan Pengembangan terhadap
Motivasi Kerja: Studi Kasus pada
Peserta Pelatihan Digital Preneur
Sukses Mandiri Angkatan 88 di PT.
Bumi Arasy HDR dan Management
Consultant Depok. Skripsi: FE &
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah.
Sitasi:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace
/handle/123456789/21814. Diakses
4 Pebruari 2013.
Ebrahim. G.J. 1978. Breast Feeding, The
Biological Option. Edisi Bahasa
Indonesia, Rohde JE, et al (eds) Air
Susu Ibu. XI+ 118 hlm.
Yogyakarta: Yayasan Yesseria
Medica.
Ekstrom, A, Kylberg, E, Nissen, E. 2012. A
Process-Oriented Breastfeeding
Training Program for Healthcare
Professionals to Promote
Breastfeeding: An Intervention
Study. Breassfeeding Medicine
Vol. 7, Number 2, 2012. Swedia:
Jurnal DIKESA
ISSN. 2356423654 (Vol 1, No 1) (Januari, 2013) hal. 1-20
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
15
Mary Ann Liebert, Inc. DOI:
10.1089/bfm.2010.0084.
Faraswati, S. 2003. Faktor-faktor Yang
Berhubungan Dengan Pola
Pemberian ASI Pada Bayi Usia
Empat Bulan (Analisis Data
Susenas).
Elvayani, N. 2004. Faktor Karakteristik
Ibu yang Berhubungan Dengan
Pola Inisiasi ASI dan Pemberian
ASI Eksklusif. The Indonesian
Journal of Public Health 1 (1): 21-
30.
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian.
Jakarta: PT Grasindo.
Gustisyah, R. 2009. Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Motivasi
Kerja Penyuluh Perindustrian
pada Kantor Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Kota Medan.
Tesis. Medan: Sekolah
Pascasarjana USU.
Hariyatie, N. 2005. Analisis Pengaruh Input
Pelatihan terhadap Pembelajaran
dan Generalisasi: Studi Kasus
Pelatihan Manajemen Keuangann
Pengusaha Kecil. Banjarmasin:
Inasea Vol 6. No. 1 April 2005. 11-
26.
Hermana. 1993. Keamanan Pangan dan
Status Gizi. Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi. Jakarta: LIPI.
Irawan. 1996. Pengaruh Ibu Bekerja
Terhadap Keberhasilan Menyusui
dan Terjadinya Gangguan
Pertumbuhan bayi. Semarang:
Lembaga Penelitian UNDIP, Riset
Penelitian Bidang Kesehatan.
Irianto. 2007. Gizi dan Pola Hidup Sehat.
Bandung: CV.Irama Widya.
Ismail. 2012. Analisis Skala Sikap Sebuah
Contoh Prosedur dan Aplikasinya.
Sitasi: www. ismail S3 IP.htm/
Diakses: 2 Juni 2012.
Jellife, D.B and Jellife, P.E.F. 1978. Human
Milk in The Modern World.
Pshycosocial, Nutritonal, and
Economic Significance. Oxford
University Press.
Karyadi. 1985. Pengaruh Pola Asuh Makan
dan Praktek Pemberian Makan
terhadap Kesulitan Makan Anak
Balita. Tesis (unpublished). Bogor:
Fakultas Pertanian, IPB.
Keller, J.M. 1983. Motivational Design for
Learning and Performance: The
ARCS Model. Sitasi:
www.arcsmodel.com. Diakses: 8
Agustus 2012.
Kemenkes RI. 2011. Kepmenkes RI No.
1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang
Standar Antropometri Penilaian
Status Gizi Anak. Jakarta:
Direktorat Bina Gizi Masyarakat.
_________. 2012 a
. Panduan Fasilitator
Pelatihan Pemberian Makan pada
Bayi dan Anak. Jakarta: Kemenkes
RI.
_________. 2012 b
. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 33
Tahun 2012 tentang Pemberian
Air Susu Ibu Eksklusif. Jakarta:
Kemenkes RI.
Khumaidi, M.1994. Gizi Masyarakat.
Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Kirkpatrick, D.L. 1994. Evaluating Training
Program. San Fransisco: Barret-
Publishers, Inc.
Mahyuni, S. 2001. Pengaruh Pemberian
ASI terhadap Kejadian Diare dan
Status Gizi Bayi 0-4 Bulan di
Kelurahan Pahlawan, Kecamatan
Medan Perjuangan. Info
Kesehatan 7(2): 144-151.
Mangkunegara, A.P. 2008. Manajemen
Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Cetakan ke-8.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Manullang, M dan Manullang, M.A 2008.
Manajemen Personalia. Cetakan
Jurnal DIKESA
ISSN. 2356423654 (Vol 1, No 1) (Januari, 2013) hal. 1-20
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
16
keempat edisi ketiga. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Maslow, A.H., Likert, R., Mc.Gregor, D.M.,
Herzberg, F. & Clark, J.V. 1992.
Motivasi dan Perilaku. Editor:
Hunneryager, S.G dan Heckman,
I.L. Semarang: Dahara Prize.
Mondy dan Noe. 1996. Human Resources
Management. 6th
Eds. New York ;
Prentice Hall.
Murti, B. 1997. Prinsip dan Metode
Riset Epidemiologi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Muchtadi, D. 2004. Gizi untuk Bayi, ASI,
Susu Formula, dan Makanan
Tambahan. Jakarta: Sinar Harapan.
Muhilal. 1996. Angka Kecukupan Gizi yang
Dianjurkan. Gizi Indonesia. XVII
(1-2) Persagi. Jakarta.
Mujianto, 1998. Pengaruh Pelatihan
Partisipatif Terhadap Peningkatan
Pengetahuan, Sikap dan
Keterampilan Kader Dalam
Monitoring Tekanan Darah Usia
Lanjut Di Kabupaten Sleman.
Tesis tidak diterbitkan.
Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada.
Nadesul, H. 1995. Cara Sehat Mengasuh
Anak. Jakarta: Puspa Swara.
_________. 2007. Makanan Sehat Untuk
Bayi. Jakarta: Puspa Swara.
Nandan, D. & Yunus, S. 2009. Infant and
Young Child Feeding (IYCF)
Practices Need A Fillip. Health and
Population: Perspectives and
Issues (HPPI) Vol. 32 No. 4, 2009.
Nihae.
Nasution. 1982. Metode Research
(Penelitian Ilmiah). Bandung:
Jemmars.
Nitisemito, A.S. 1996. Manajemen
Personalia. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Nugroho, B.A. 2005. Strategi Jitu Memilih
Metode Statistik Penelitian dengan
SPSS. Yogyakarta: CV Andi
Offset.
Notoatmodjo, S. 1989. Dasar-dasar
Pendidikan dan Pelatihan. Jakarta:
BPKM UI.
_________. 1993. Pengantar Pendidikan
Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan. Yogyakarta: Andi
Offset.
_________. 1994. Pengantar Pendidikan
Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta: Rineka Cipta.
_________. 2001. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta.
_________. 2002. Metodelogi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
_________. 2003. Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta
.
_________. 2005. Promosi Kesehatan Teori
dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nurhayati, A. 2007. Pengaruh Intervensi
Konseling Gizi Pada Ibu Keluarga
Miskin Terhadap Pemberian ASI
Eksklusif. Seminar Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor. Sitasi: www.scribd.com.
Diakses 29 Mei 2012.
Oktarina. 2006. SPSS 13.0 untuk Orang
Awam. Palembang: Maxikom.
Padang, A. 2007. Analisis Faktor yang
Mempengaruhi Ibu Dalam
Pemberian MP-ASI dini pada bayi
6-24 Bulan di Tapanuli Tengah.
Tesis. Medan: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
Pemerintah RI. 2009. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Jakarta.
Jurnal DIKESA
ISSN. 2356423654 (Vol 1, No 1) (Januari, 2013) hal. 1-20
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
17
Perangin, A. 2006. Hubungan Pola Asuh
dan Status Gizi Anak 0-24 Bulan
Pada Keluarga Miskin di
Kelurahan Gundaling I
Kecamatan Berastagi Kabupaten
Karo Tahun 2006. Skripsi. Medan:
FKM USU.
Perinasia. 1994. Melindungi, Meningkatkan,
dan Mendukung Menyusui, Peran
Khusus pada Pelayanan Kesehatan
Ibu Hamil dan Menyusui.
Pernyataan bersama
WHO/UNICEF. Jakarta:
Perkumpulan Perinatologi
Indonesia.
Program Pascasarjana UNS. 2011. Panduan
Penulisan Tesis. Surakarta: UNS.
Purwodarminto, W.J.S. 1999. Kamus Umum
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai
Departemen Kesehatan R.I. 1995.
Pedoman Evaluasi Pasca
Pelatihan Tenaga Kesehatan.
Jakarta: Pusdiklat.
Riduwan. 2005. Skala Pengukuran
Variabel-Variabel Penelitian.
Cetakan ke-3. Bandung: CV
Alfabeta.
Roesli, U. 2001. Panduan Pelatihan
Konseling Modul 40 Jam BFCC.
Jakarta: Sentra Laktasi Indonesia.
________. 2010. Petunjuk Praktis
Menyusui. Jakarta.
________. 2012. Mengapa dan Bagaimana
Program Pemberian Makanan
Bayi dan Anak. Makalah. Bali: 3-5
Oktober 2012.
Roselyn. 2010. Pengaruh Konseling Gizi
Terhadap Perubahan
Pengetahuan Gizi Ibu dan Status
Gizi Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Simpang Limun Medan
. Tesis. Medan: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
Rosenkranz, R.R, Lubans, D.R, Peralta,
L.R, Bennie, A., Sanders, T dan
Lonsdale, C. 2012. A Cluster-
Randomized Controlled Trial of
Strategies to Increase Adoloscent
Physical Activity and Motivation
during Physical Education
Lessons: The Motivating Active
Learning in Physical Education
(MALP) Trial. BMC Public Health
2012, 12: 834. Australia:
University of Western Sydney,
Penrith. Sitasi: http://www.
biomedcentral.com/1471-
2458/12/834
Santosa, S. 2007. Soal Jawab Statistik
dengan SPSS dan Excel. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo.
Sardiman, AM. 2001, Interaksi dan
Motivasi Belajar-Mengajar,
Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Sarwono, S. 1997. Sosiologi Kesehatan
Beberapa Konsep Serta
Aplikasinya, Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Sekaran, U. 2006. Metode Penelitian Bisnis.
Jakarta: Salemba Empat.
Sentra Laktasi Indonesia. 2010. Panduan
Pelatihan Konseling Menyusui
Modul 40 Jam BFCC. Jakarta:
Selasi.
Santosa, S. 2007. Soal Jawab Statistik
dengan SPSS dan Excel. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo.
Sardiman, AM. 2001, Interaksi dan
Motivasi Belajar-Mengajar,
Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Sarwono, S. 1997. Sosiologi Kesehatan
Beberapa Konsep Serta
Aplikasinya, Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Sekaran, U. 2006. Metode Penelitian Bisnis.
Jakarta: Salemba Empat.
Jurnal DIKESA
ISSN. 2356423654 (Vol 1, No 1) (Januari, 2013) hal. 1-20
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
18
Sentra Laktasi Indonesia. 2010. Panduan
Pelatihan Konseling Menyusui
Modul 40 Jam BFCC. Jakarta:
Selasi.
Setiadi, S. 2005. Pengaruh Pelaksanaan
Pelatihan terhadap Peningkatan
Keterampilan Kerja Karyawan
pada PT Sipatex. Skripsi:
Fakultas Bisnis dan Manajemen,
Universitas Widyatama Bandung.
Sitasi:
http://hdl.handle.net/10364/658.
Diakses 4 Pebruari 2013.
Siregar, I.R. 2008. Pengaruh Karakteristik
Organisasi terhadap Motivasi
Kerja Penyuluh Lapangan
Keluarga Berencana (PLKB) di
Kota Medan Tahun 2008. Tesis.
Medan: Sekolah Pascasarjana
USU.
Sjahmien, M. 2002. Ilmu Gizi (Pengetahuan
Dasar Ilmu Gizi). Jakarta: PT.
Bharata.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan
Aplikasinya. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Soemanto, W. 1987. Psikologi Pendidikan.
Jakarta: PT. Bina Aksara.
Soenardi, T. 2000. Makanan untuk Tumbuh
Kembang Bayi. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang
Anak. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Suciati. 2003. Teori Belajar dan Motivasi.
Jakarta: PAU Dikti Depdiknas.
Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian.
Cet. ke-12. Bandung: CV Alfabeta.
_______. 2008. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Cetakan keempat. Bandung: CV
Alfabeta.
Suhardjo. 1995. Perencanaan Pangan dan
Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.
_______. 2003. Berbagai cara Pendidikan
Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukiarko, E. 2007. Pengaruh Pelatihan
dengan Metode Belajar
Berdasarkan Masalah terhadap
Pengetahuan dan Ketrampilan
Kader Gizi dalam Kegiatan
Posyandu. Studi di Kecamatan
Tempuran Kabupaten Magelang.
Tesis. Semarang: Undip.
Sulistijani, A.D. 2001. Menjaga Kesehatan
Bayi dan Balita. Jakarta: Puspa
Swara.
Supariasa. 2001. Penilaian Status Gizi.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Tafal, Z. dan Poerbonegoro, S. 1989.
Pengantar Pendidikan Kesehatan.
Jakarta: FKM UI.
Utomo, B. 1996. Pola Pemberian Makan,
Masukan Makanan dan Status Gizi
Anak Usia 0-23 Bulan di
Indramayu, Jawa Barat. Pusat
Penelitian Kesehatan. Universitas
Indonesia. Jakarta: Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, Depkes RI &
UNICEF.
World Health Organization. 1993.
Pemberian Makanan Tambahan.
Alih Bahasa: Lilian J. Jakarta:
EGC.
________. 1993. Kader Kesehatan
Masyarakat (alih bahasa oleh Adi
Heru S), Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
World Health Organization dan UNICEF.
2003. Global Strategy for Infant
and Young Child Feeding. Sitasi:
www.who.int/nutrition/topics/
global_strategy/en/index.html.
Diakses: 1 Juni 2012.
________. 2006. Infant and Young Feeding
Counselling: An Integrated
Course. WHO dan UNICEF.
Jurnal DIKESA
ISSN. 2356423654 (Vol 1, No 1) (Januari, 2013) hal. 1-20
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
19
Widodo. 1998. Perbandingan Pengaruh
Pelatihan dengan Diskusi
Kelompok Terhadap Pengetahuan,
Sikap dan Keterampilan kader
Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat
Desa (UKGMD) dalam
Meningkatkan Cakupan Kegiatan.
Tesis tidak dipublikasikan.
Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada.
Wiludjeng, S. 2007. Pengantar Manajemen.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Winardi, J. 2004. Motivasi Pemotivasian.
Jakarta: P.T. Raja Grafindo
Persada.
Zulfanetti. 1998. Faktor-faktor
Sosioekonomi yang Mempengaruhi
Ibu dalam Pemberian ASI di
Kotamadya Jambi. Jurnal
Manajemen dan Pembangunan
VIII(2). Sitasi:
http://iespfeunja.files.wordpress.co
m/ 2008/10/ zulfaneti-asi.pdf.
Diakses 1 Juni 2012.
Zulkarnaini. 2003. Pengaruh Pendidikan
Gizi pada Murid Sekolah Dasar
Terhadap Peningkatan
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Ibu Keluarga Mandiri Sadar Gizi
Di Kabupaten Indragiri Hilir.
Tesis tidak diterbitkan.
Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada.