PENGARUH ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN DAN KONFLIK...
Transcript of PENGARUH ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN DAN KONFLIK...
Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 12 Oktober 2017
ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN NO: 2541-285X
336
PENGARUH ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN DAN KONFLIK
ORGANISASI TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN
Fahrul Riza1, Christy2
1Universitas Bunda Mulia, Jakarta, [email protected]
2Universitas Bunda Mulia, Jakarta
ABSTRAK: Penelitian ini menguji pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan melalui conflict
efficacy pada industri skala kecil menengah di Jabodetabek. Mentode pengambilan sampel adalah
purposive convinience sampling. Dari 162 top manajer perusahaan yang menjadi responden dalam
penelitian ini Hasil analisis menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dipengaruhi secara positif oleh
orientasi kewirausahaan dan conflict efficacy. Conflict efficacy dipengaruhi secara positif oleh orientasi
kewirausahaan. Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa perusahaan perlu memberikan pemahaman atas
sumber dan mengatasi konflik kepada para karyawan. Orientasi kewirausahaan memmbangun
kemampuan para karyawan dalam memahami konflik dalam organisasi.
Kata Kunci: Orientasi kewirausahaan, conflict efficacy, kinerja perusahaan, industri kecil dan menengah.
ABSTRACT: This study examines the effect of entrepreneurship orientation on corporate performance
through corporate capability (conflict efficacy) in small and medium scale industries in
Jabodetabek. Sampling method used was purposive sampling from 162 top managers in
company. The result of shows that company performance is positively influenced by
entrepreneurship orientation and conflict efficacy. Conflict efficacy is positively influenced by
entrepreneurial orientation. The implication of this research is that companies need to provide
an understanding of the source and resolve conflicts to employees. The entrepreneurial
orientation builds the ability of employees to understand the conflicts within the organization.
Keywords: Entrepreneurship orientation, conflict efficacy, firm performance, SME’s Industries
PENDAHULUAN
Persaingan pasar yang semakin kompetitif, perubahan teknologi yang cepat,
menuntut perusahaan untuk mampu melakukan adaptasi dan melakukan inovasi atas
produk dan proses bisnisnya agar kinerja perusahaan tetap dapat berada di atas rata-rata
(Farsi, 2013, Alegre et al., 2006; Baron & Tang, 2011). Orientasi kewirausahaan
(entrepreneurial orientation) merupakan sebuah konsep yang menujukkan derajat
aktivitas kewirausaan di tatanan perusahaan. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat berupa
usaha yang dilakukan secara intensif dan berkelanjutan untuk menemukan,
mengevaluasi dan mengeksploitasi peluang-peluang bisnis baru (Franco & Hase, 2013).
Pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan menjadi topik
yang banyak dibahas dalam literatur manajemen strategi namun menghasilkan temuan
yang inkonsisten (Cong et al., 2017). Orientasi kewirausahaan memiliki pengaruh yang
positif kinerja perusahaan (Morgan et al., 2016). Namun pada beberpa penelitian
ditemukan bahwa dimensi-dimensi dari orientasi kewirausahaan berpengaruh negatif
terhadap kinerja. Proaktif (Khalili et al., 2013), risk taking (keberterimaan atas resiko)
Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 12 Oktober 2017
ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN NO: 2541-285X
337
(Gürbüz & Aykol, 2009), competitive aggressiveness (agresif dalam bersaing) (Gupta &
Dutta, 2016) terhadap kinerja. Orientasi kewirausahaan ditemukan juga berpengaruh
negatif terhadap kinerja ketika tidak dimediasi oleh orientasi pasar (Matsuno et al.,
2002).
Orientasi kewirausahaan melibatkan interaksi antar individu dan kelompok
(Raunch et al. 2009). Perbedaan kepentingan antar kelompok mapun individu
berpotensi menjadi pemicu terjadinya konflik dalam organisasi (organizational
conflict). Konflik keorganisasian merupakan hal yang sulit untuk dihindari dalam
organisasi (perusahaan) yang tumbuh dan memiliki dampak pada kinerja organisasi
(Alper et al., 2013). Manajemen konflik ( conflict management ) merupakan salah satu
tindakan strategis dilakukan perusahaan untuk meredam tingkat konflik sekaligus
menyelaraskan antara tujuan individu dengan tujuan perusahaan (Kreutzer et al, 2014;
Sitkin et al., 2010). Kemampuan dalam memahami sumber dan cara penangangan konflik (conflict
efficacy) merupakan salah satu bentuk dari manajemen konflik. Alper et al (2000)
memasukan menggunakan conflict efficacy sebagai pemediasi pengaruh dari kooperatif
dan persaingan terhadap kinerja perusahaan, dan temuannya membuktikan secara
empiris bahwa conflict efficacy mampu menetralisir pengaruh negatif dari persaingan
dalam organisasi terhadap kinerja perusahaan.
Dari latar belakang yang telah dipaparkan, hasil-hasil penelitian terdahulu yang
telah melibatkan beragam peubah anteseden, mediating dan moderating dalam
mempelajari pengaruh dari orientasi kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan, tujuan
dari penelitian ini untuk menguji pengaruh dari orientasi kewirausahaan dan conflict
efficacy terhadap kinerja perusahaan dan mediasi dari conflict efficacy dalam
keterhubungan antara orientasi kewirausahaan dan kinerja perusahaan
TINJAUAN LITERATUR
Orientasi Kewirausahaan
Covin et al. (2006) mendefinisikan kewirausahaan sebagai keseluruhan inovasi
radikal perusahaan, tindakan strategi proaktif, dan aktivitas pengambilan risiko yang
diwujudkan dalam bentuk dukungan-dukungan terhadap proyek-proyek yang
berhubungan dengan dimensi-dimensi tersebut. Beberapa peneliti lain juga melakukan
penelitian berdasarkan dimensi orientasi kewirausahaan dari Runyan et al. (2008).
Sebagai contoh, Suci (2009) melakukan penelitian terhadap usaha kecil industri bordir
di Surabaya, menemukan bahwa perusahaan yang proaktif, inovatif, dan berani
mengambil risiko akan memenangkan persaingan usaha dan meningkatkan kinerjanya.
Covin dan Slevin (2006) melakukan penelitian mengenai kinerja dari perusahaan
yang berorientasi kewirausahaan. Perusahaan yang kinerjanya meningkat adalah yang
menjalankan operasional perusahaan dengan pendekatan orientasi kewirausahaan.
Penelitian tersebut juga didukung oleh Shirokova et al. (2016) yang dalam penelitiannya
menyatakan bahwa orientasi kewirausahaan, perubahan lingkungan usaha, dan
ketersediaan modal secara positif mempengaruhi kinerja perusahaan.
Merlo dan Auh (2009). menyatakan bahwa perusahaan dengan orientasi
kewirausahaan dapat mencapai target pasar dan berada di posisi pasar yang lebih depan
dibandingkan dengan pesaing mereka. Lumpkin et al. (2009) menyatakan bahwa
dimensi inovasi sebagai dimensi pertama dari orientasi kewirausahaan menunjukkan
kecenderungan perusahaan untuk menggunakan dan mendukung ide-ide baru, sesuatu
Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 12 Oktober 2017
ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN NO: 2541-285X
338
yang baru, bereksperimen, dan berproses dengan kreatif, yang akan membawa hasil
berupa produk baru, pelayanan baru, maupun proses teknologi yang baru.
Shane dan Venkataraman (2000) mendefinisikan proaktif dalam berwirausaha
sebagai tindakan dalam mengantisipasi berbagai masalah, memenuhi berbagai
kebutuhan, dan mengambil berbagai kesempatan di masa depan. Berdasarkan definisi
tersebut sikap proaktif sangat penting dalam orientasi kewirausahaan karena
memberikan cara pandang ke masa depan yang menyertai aktivitas inovasi. Perusahaan
yang disebut proaktif adalah perusahaan yang membentuk pasar dengan cara
memperkenalkan produk baru, teknologi baru, teknik administrasi baru, dan melakukan
respon atau reaksi bilamana pesaing melakukan tindakan. Sikap proaktif digunakan
untuk menggambarkan perusahaan yang melakukan tindakan paling cepat dalam
berinovasi dan yang pertama memperkenalkan produk atau jasa baru kepada pasar.
Pengambilan risiko menunjukkan kemauan perusahaan untuk mendukung proyek-proyek inovatif dan mengandung risiko walaupun hasil akhir dari tindakan
tersebut tidak bisa diketahui dengan pasti (Wiklund & Shepherd, 2005). Perusahaan
dengan orientasi kewirausahaan sering dihubungkan dengan perilaku berani mengambil
risiko, seperti meminjam modal yang besar untuk membuat usaha lebih maju,
mengambil peluang pasar, untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Kegiatan
pengambilan risiko yang dilakukan perusahaan sebaiknya tetap berada dalam kerangka
toleransi risiko yang sudah ditetapkan untuk kebaikan dan perkembangan perusahaan.
Harris et al. (2008) membuat skala untuk mengukur tingkat pengambilan risiko pada
perusahaan dengan orientasi kewirausahaan.
Conflict Efficacy
Konflik didefinisikan sebagai kegiatan yang tidak sesuai dimana tindakan
seseorang mengganggu tindakan yang diinginkan orang lain. Kegiatan yang tidak sesuai
ini terjadi baik dalam situasi kooperatif maupun kompetitif dan, tergantung pada apakah
pihak-pihak menganggap tujuan mereka sebagai kooperatif atau kompetitif hal tersebut
akan memengaruhi harapan, interaksi dan hasil yang diperoleh (Coetzer & Trimble,
2010).
Tidak semua konflik bersifar merusak (Tjosvold, 2006). Pendapat ini bergantung
pada tipe konflik dan perdebatan yang dihasilkan. Beberapa penulis berpendapat bahwa
jika konflik yang terjadi dapat dikelola dengan baik justru memberikan pengaruh yang
positif kepada sumber daya manusia. Konflik seperti ini akan meningkatkan perilaku
produktif dalam bentuk pemahaman dari berbagai sisi atas konsekuensi dari keputusan
yang diambil.
Konflik akan selalu hadir dalam kerja tim. Penelitian sebelumnya telah
menunjukkan bahwa orientasi manajemen konflik yang berbeda mempengaruhi
keberhasilan pada tingkat individu dan tim. Sebuah studi yang dilakukan oleh Alper et
al (2000) menemukan bahwa manajemen konflik secara kooperatif akan mengendalikan
konflik (conflict efficacy) agar konflik dapat dikelola sehingga menghasilkan kinerja
tim yang lebih tinggi.
Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan adalah indikator untuk mengukur sejauh mana kegiatan
bisnis yang dijalankan perusahaan, sudah tepat pada sasaran dan tujuannya (Nelly et al.,
2003). Terdapat beberapa aspek yang menunjukkan tingkat keberhasilan kinerja
perusahaan. Aspek - aspek tersebut antara lain, aspek keuangan dengan indikator profit
dan asset perusahaan, aspek sumber daya manusia dengan indikator jumlah pegawai dan
Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 12 Oktober 2017
ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN NO: 2541-285X
339
produktivitas kerja pegawai, dan aspek pemasaran dengan indikator nilai penjualan dan
frekuensi terjadinya perubahan produk. Secara umum, penilaian terhadap kinerja
perusahaan.didasarkan pada indikator penjualan, keuntungan, dan kinerja secara
keseluruhan (Lin dan Kuo, 2007).
Ada dua jenis pendekatan di dalam mengukur kinerja perusahaan, yaitu
pendekatan secara obyektif dan pendekatan secara subyektif (Rauch et al., 2009).
Penelitian ini menggunakan ukuran subyektif karena usaha kecil seringkali sangat
berhati-hati dalam menjaga informasi data keuangan perusahaan (Grinstein, 2008).
Informasi data kinerja secara subyektif akan lebih mudah didapatkan dibandingkan
dengan informasi secara obyektif. Selain itu, data keuangan obyektif pada usaha kecil
tidak dipublikasikan secara akurat dan terkadang tidak tersedia. Hal ini membuat
pemeriksaan ketepatan dari kinerja keuangan yang dilaporkan menjadi sangat sulit. Data
keuangan usaha kecil juga sebagian besar sulit untuk diinterpretasikan. Pengukuran secara subyektif akan lebih tepat digunakan dalam sebuah penelitian di mana obyek
penelitian terdiri atas perusahaanperusahaan yang berbeda yang memiliki tujuan dan
kriteria pengukuran kinerja yang berbeda-beda. Hasil pengukuran kinerja perusahaan
cara subyektif hampir sama dengan hasil pengukuran obyektif, serta memiliki tingkat
kehandalan dan kesahihan yang tinggi.
Pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja
Covin dan Slevin (1991); Wiklund (1999), yang menyatakan bahwa orientasi
kewirausahaan yang semakin tinggi dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam
memasarkan produknya menuju kinerja usaha yang lebih baik. Orientasi kewirausahaan
dari seorang pelaku wirausaha dapat menimbulkan peningkatan kinerja usaha juga
disampaikan oleh Covin dan Slevin (1991). Orientasi kewirausahaan memegang
peranan penting dalam meningkatkan kinerja usaha (Keh et al., 2007). Merujuk pada
uraian diatas, maka hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini berbunyi sebagai
berikut :
H1. Terdapat pengaruh positif dari orientasi kewirausahaan terhadap kinerja
perusahaan.
Pengaruh conflict efficacy terhadap kinerja perusahaan.
Alper et al (2000) menemukan bahwa manajemen konflik secara kooperatif akan
mengendalikan konflik (conflict efficacy) agar konflik dapat dikelola sehingga
menghasilkan kinerja tim yang lebih tinggi. Pendekatan kooperatif terhadap manajemen
konflik menangkap sebagian besar manfaat yang timbul dari konflik tim.
H2. Terdapat pengaruh positif dari conflict efficacy terhadap kinerja perusahaan.
Pengaruh orientasi kewirausahaan dengan conflict efficacy Konflik dapat juga disebabkan oleh adanya perbedaan dalam kemauan mengambil
resiko antar individu/kelompok dalam suatu depatemen (Harris et al., 2008). Kadar
pengambilan resiko merupakan salah satu dari dimensi orientasi kewirausahaan
(Lumpin & Dess, 1991).
H3. Terdapat pengaruh positif dari orientasi kewirausahaan terhadap conflict efficacy
Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 12 Oktober 2017
ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN NO: 2541-285X
340
Gambar 1. Disain Penelitian
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif
dengan populasi perusahaan skala kecil dan menengah yang bergerak di bidang industri
pengolahan di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi. Menurut data yang dirilis
oleh Badan Pusat Statsistik, wilayah di wilayah penelitian ini terdapat lebih kurang
1250 unit UKM yang bergerak di sektor pengolahan. Sampel dipilih secara purposive
dengan ketentuan perusahaan tersebut telah beroperasional selama lebih dari tiga tahun,
jumlah karyawan minimal adalah 20 orang, dan terdapat minimal 3 departemen/fungsi
di dalam struktur organisasinya. Masing-masing perusahaan akan diambil dua orang
sebagai responden dari kalangan manajer tingkat atas yang telah mengepalai divisi
minimal tiga tahun. Indikator pertanyaan pada kuesioner ini berjumlah 31 pertanyaan
sehingga sampel minimum yang dibutuhkan sebanyak 155 responden.
Orientasi kewirausahaan diukur menurut kuesioner yang dikembangkan oleh
Covin dan Slevin (1989) dan Miller dan Toulouse (1986), yang secara sekaligus
mengukur ketiga dimensi dari orientasi kewirausahaan yaitu proactiveness,
inovativeness, dan risk taking. Total pernyataan sebanyak 20 butir. Efficacy
didefinisikan sebagai kepercayaan diri bahwa seseorang dapat menggunakan
kemampuan seseorang untuk melakukan tindakan yang akan menghasilkan kinerja (Lee
& Bobko, 1994). Conflict efficacy diukur dengan menggunakan indikator yang
digunakan Alper (2010) yang terdiri atas enam pernyataan. Kinerja perusahaan diukur
dengan menggunakan skala yang dikembangkan oleh Zou et al (1998) dengan
menggunakan lima butir pertanyaan. Seluruh variabel diukur dengan menggunakan
skala Likert dari 1 sampai dengan 5 (Sangat tidak setuju; Sangat setuju).
Data dianalisis dengan menggunakan Struktural Equation Modeling dengan
metode Maximum Likelyhood dan dengan perangkat lunak PLS versi 2.0. Parameter
yang digunakan untuk uji kesahihan convergent antara lain: loading factor > 0,70,
Average Variance Extracted (AVE) > 0,50 dan Communality > 0,50. Parameter yang
digunakan untuk menguji kesahihan discriminant adalah cross loading > 0,70 untuk
masing-masing peubah. Uji Kehandalan dilakukan dengan menggunakan parameter
cronbach’s Alpha > 0,70 dan Composite Reliability > 0,70 untuk jenis confrmatory
research (Ghozali & Latan, 2015).
Kinerja
Perusahaan
Orientasi Kewirausaha
an
Conflict
affective
Sumber: Covin, J. and Slevin,
D. (1991); Alper et al (2000)
Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 12 Oktober 2017
ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN NO: 2541-285X
341
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Populasi Usaha Industri Mikro dan Kecil (IMK) pada penelitian ini mengacu
pada survei IMK sebanyak 1.200 unit usaha dan pada penelitian ini. Penyebaran
kuesioner dilakukan secara online dan offline. Dari total kuesioner offline yang
disebarkan sebanyak 200 lembar, jumlah kuesioner yang kembali dan memenuhi syarat
untuk diolah lebih lanjut adalah sebanyak 106 kuesioner. Kuesioner secara online
dikirimkan ke alamat surel perusahaan yang diperoleh dari direktori UKM terbitan BPS.
Dari 200 kuesioner yang dikirimkan, sebanyak 56 perusahaan melakuan respon atas
kuesiner tersebut. Total kuesioner yang terkumpul sebanyak 162 kuesioner.
Innovativeness memiliki nilai rata-rata 3,88 dalam skala likert angka tersebut
berada pada rentang netral dan setuju. Hal ini berarti dari seluruh sampel yang disurvei
berpendapat bahwa innovativeness merupakan hal yang cukup penting untuk dilakukan.
Demikian juga untuk nilai rata-rata peubah-peubah lainnya seperti risk taking (3,87), proactiveness (3,89), konflik (3,82), dan kinerja perusahaan (3,90). Secara rata-rata
responden cukup menyetujui bahwa kinerja perusahaan mereka lebih baik jika
dibandingkan dengan pesaing yang setara.
Uji kesahihan dilakukan dengan melihat nilai AVE untuk masing-masing
peubah laten. Hasil output dengan menggunakan PLS 2.0 ditapilkan pada tabel 1.
Tabel 1. Nilai AVE untuk dimensi orientasi kewirausahaan, conflict efficacy dan
kinerja perusahaan
Variabel Laten AVE
Orientasi Kewirausaanaan
Inovativeness 0,663243
Risk Taking 0,638091
Proactiveness 0,776913
Conflict Efficacy 0,680536
Kinerja Perusahaan 0,816900
Sumber: Penelitian 2017, data diolah dengan PLS 2.0
Hasil pengujian kesahihan menunjukkan nilai AVE diatas 0,5 sehingga dapat
disimpulkan banwa ketiga dimensi dari orientasi kewirausahaan, conflict efficacy dan
kinerja perusahaan memenuhi kriteria untuk uji kesahihan.
Uji kehandalan dengan menggunakan parameter Cronbach’s Alpha dan
Composite Reliability menunjukkan seluruh variabel laten melewati nilai cutt off.
Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 12 Oktober 2017
ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN NO: 2541-285X
342
Tabel 2. Nilai Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability dimensi orientasi
kewirausahaan, conflict efficacy dan kinerja perusahaan
Peubah Cronbach’s Alpha Composite Reliabiliy
EO 0,971950 0,974795
IN 0,928172 0,897642
PRO 0,963135 0,951540
RT 0,922883 0,885766
KN 0,924039 0,882583
KP 0,967858 0,967858
Sumber: Penelitian 2017, data diolah dengan PLS 2.0
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh peubah laten telah memenuhi
kehandalan dan dapat digunakan untuk pengujian lebih lanjut. Hasil output dari proses PLS algorithm dapat dilihat pada lampiran 1.
Orientasi kewirausahaan dan conflict efficacy menjelaskan 95,8 persen variasi hasil
pada kinerja perusahaan, sisanya sebesar 4,2 persen dipengaruhi oleh peubah-peubah
lain yang tidak dimasukkan dalam model. Orientasi kewirausahaan dapat menerangkan
84% variasi hasil pada conflict dan dan sisanya sebesar 16% dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain. dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model.
Seluruh nilai R2 yang diperoleh lebih besar dari 0.75 mengindikasikan bahwa orientasi
kewirausahaan dan conflict efficacy mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kinerja
perusahaan. Demikian juga dengan risk taking yang juga memiliki pengaruh kuat
terhadap konflik keorganisasian.
Kinerja perusahaan dipengaruhi oleh orientasi kewirausahaan memiliki nilai
20,859, sehingga dapat disimpulkan untuk hipotesis pertama H1 diterima bahwa kinerja
perusahaan dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh orientasi kewirausahaan.
Temuan ini sesuai dengan hasil penelitian dari Davis et al (2010) yang mana ketiga
dimensi dari orientasi kewirausahaan (innovativeness, proactiveness dan risk taking)
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Conflict efficacy dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh orientasi
kewirausahaan dengan nilai t hitung 92,138. Dengan demikian dapat disimpulkan untuk
hipotesis kedua diterima bahwa conflict efficacy dipengaruhi secara positif dan
signifikan oleh orientasi kewiirausahaan.
Kinerja perusahaan dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh conflict
efficacy dengan nilai t hitung 5,757 sehingga dapat disimpulkan untuk hipotesis ketiga
diterima bahwa kinerja perusahaan dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh
conflict efficacy.
Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 12 Oktober 2017
ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN NO: 2541-285X
343
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
Perusahaan dengan orientasi kewirausahaan yang tinggi akan lebih mudah untuk
meningkatkan kinerja perusahaan. Bertindak proaktif mempermudah perusahaan dalam
menangkap peluang-peluang yang ada. Bertindak inovatif akan menghasilkan solusi
kreatif. Perusaahaan akan mencari cara-cara baru yang berorientasi pada penurunan
biaya ataupun perbaikan kualitas untuk memperbaiki kinerja usaha. Keberterimaan atas
resiko akan membuat perusahaan lebih cermat dalam memerhitungkan resiko bisnis.
Semakin baik tingkat orientasi kewirausahan dalam perusahaan maka semakin
tinggi kemampuan memahami konflik (conflict efficacy). Kemampuan memahami dan
menangani konflik terjadi melalui kemampuan berkomunikasi yang lebih baik,
kemampuan menyelesaikan setiap pekerjaan dengan tepat waktu, kemampuan untuk
mengambil keputusan, kemampuan untuk mengenali, menentukan dan memecahkan masalah, kemampuan memotivasi karyawan, kemampuan mendelegasikan pekerjaan,
kemampuan menetapkan tujuan dan mengartikan visi, kemampuan memperhatikan
lingkungan, kemampuan membuat team kerja, sehingga konflik dalam perusahaan dapat
diredam.
Penerapan orientasi kewirausahaan dikalangan industri kecil menengah perlu
ditingkatkan, karena berdasarkan hasil rata-rata, nilai orientasi kewirausahaan masih
berada pada skala 3,8 (antara ragu-ragu dan setuju). Peningkatan orientasi
kewirausahaan dapat direalisasikan dengan meningkatkan perilaku yang lebih proaktif
dari para karyawan dalam menanggapi peluang-peluang pasar yang akan muncul dan
menjawabnya dengan hasil-hasil inovasi yang diterapkan pada produk maupun proses
operasional perusahaan. Para karyawan dituntut untuk lebih berani dalam menghadapi
resiko, terutama resiko yang telah terukur. Namum keberanian dalam mengambil resiko
ini perlu didukung oleh kepercayaan yang diberikan oleh perusahaan.
Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 12 Oktober 2017
ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN NO: 2541-285X
344
DAFTAR PUSTAKA
Alegre, J., Lapiedra, R., & Chiva, R. (2006). A measurement scale for product
innovation performance, European Journal of Innovation Management, 6(4), 333-
346.
Alper, S., Tjosvold, D., and Law, K. S. (2000) Conflict management efficacy and
performace in organizational teams. Personel Psychology, 53: 625-643
Baron, R. A., & Tang, J. (2011). The role of entrepreneurs in firm-level innovation,
joint effects of positive affect, creativity, and environmental dynamism, Journal of
Business Venture, 26(1), 49–60.
Coetzer, G. H., Trimble, R. (2010). An Empirical Examination of the Relationship
Between Adult Attention Deficit, Cooperative Conflict Management and
Efficacy for Working in Teams. American Journal of Business, 25 (1):25-34.
Cong, C., Dempsey, M., Xie, H. M. (2017). Political skill, entrepreneurial orientation
and organizational justice A study of entrepreneurial enterprise in China.
International Journal of Entrepreneurial Behavior & Research, 23(1):20 – 34
Covin, J. and Slevin, D. (1991). A conceptual model of entrepreneurship as firm
behaviour. Entrepreneurship Theory and Practice, 16(1):7-25.
Covin, J.G. and Lumpkin, G.T. (2011). Entrepreneurial orientation theory and research:
reflections on a needed construct. Entrepreneurship Theory and Practice, 35(5):
855-872.
Farsi, J. Y., Rezazadeh, A., dan Najmabadi, A.D. (2013). Social Capital and
Organisation Innovation, Journal of Community Positive Practices, XIII(2) 2013,
22-40
Franco, M. & Haase, H. (2013). Firm resources and entrepreneurial Orientation as
determinants for collaborative entrepreneurship. Management Decision. 51(3): 680-
696.
Ghozali, I., dan Latan, H. (2015). Partial Least Square: Konsep, Teknik dan Aplikasi
Menggunakan Program SmartPLS 3.0 Untuk Penelitian Empiris. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang. ISBN: 979.704.300.2
Grinstein, A (2008). The relationships between market orientation and alternative
strategic orientations: A meta‐analysis. European Journal of Marketing, Vol. 42
Issue: 1/2, pp.115-134
Gupta, V. K., & Dutta, D. K. (2016). Inquiring into entrepreneurial orientation: Making
progress, one step at a time. New England Journal of Entrepreneurship, 19(2), 7-
12.
Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 12 Oktober 2017
ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN NO: 2541-285X
345
Gürbüz, G. dan Aykol, S. (2009). Entrepreneurial management, entrepreneurial
orientation and Turkish small firm growth", Management Research News,
32(4):321 – 336.
Khalili M, Pour Aboughadareh AR, Naghavi MR. (2013). Screening of drought tolerant
cultivars in barley using morpho-physiological traits and Integrated Selection Index
under water deficit stress condition. Advanced Crop Science 3(7), 462-471.
Kreutzer, M.,Walter, J., Cardinal, L.B. (2014). Organizational Control as Antidote to
Politics in the Pursuit Strategic Initiatives. Strategic Management Journal.
Lee C, Bobko, P. (1994). Self-efficacy beliefs: Comparison of five measures. Journal of
Applied Psychology, 79,364-369.
Lee, L., Wong, P.K., der Foo, M. and Leung, A. (2011). Entrepreneurial intentions: the
influence of organizational and individual factors. Journal of Business Venturing 26
(1): 124-136.
Matsuno, K., Mentzer, J. T., & Ozsomer, A. (2002). The effects of entrepreneurial
proclivity and market orientation on business performance. Journal of
Marketing, 66(3), 18-32.
Merlo, O., dan Auh, S. (2009). The effects of entrepreneurial orientation, market
orientation, and marketing subunit influence on firm performance. Marketing
Letters, 20(3), 295-311. doi:http://dx.doi.org/10.1007/s11002-009-9072-7
Morgan, T., Anokhin, S. dan Wincent, J. (2016). Entrepreneurial orientation, firm
market power and opportunism in networks. Journal of Business & Industrial
Marketing, 31(1): 99 – 111.
Rahim, M.A. (2001). Managing Conflict in Organizations. London: QUORUM
BOOKS Westport, connectcut.
Rauch, A., Wiklund, J., Lumpkin, G. and Frese, M. (2009). Entrepreneurial orientation
and business performance: an assessment of past research and suggestions for the
future. Entrepreneurship Theory and Practice, 33(3): 761-787.
Runyan, R., Droge, C., and Swinney, J (2008). Entrepreneurial Orientation versus Small
Business Orientation: What Are Their Relationships to Firm Performance?. Journal
of Small Business Management, 46 (4) (2008), pp. 567-588
Shane, S. and Venkataraman, S. (2000). The promise of entrepreneurship as a field of
research. Academy of Management Review, 25(1): 217-26.
Shane, S. and Venkataraman, S. (2000). The Promise of Entrepreneurship as a Field of
Research. The Academy of Management Review, 25(1): 217-226
Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 12 Oktober 2017
ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN NO: 2541-285X
346
Shirokova, G., Bogatyreva, K., Beliaeva, T., Puffer, S. (2016). Entrepreneurial
orientation and firm performance in different environmental settings Contingency
and configurational approaches. Journal of Small Business and Enterprise
Development, 23(3): 703 – 727.
Sitkin S.B, Cardinal LB, Bijlsma-Frankema KM (eds). 2010. Organizational Control.
Cambridge University Press: Cambridge, UK.
Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 12 Oktober 2017
ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN NO: 2541-285X
347
Suci, R. P. (2009). Orientasi kewirausahaan, dinamika lingkungan dan kemampuan
manajemen serta dampaknya terhadap kinerja: Studi padaIKM bordir Jawa Timur.
Jurnal Aplikasi Manajemen, 7(2): 336-344.
Tjosvold, D. (2006). Defining conflict and making choices about its management:
lighting the dark side of organizational life. International Journal of Conflict
Management, 17(2): 87-95.
Wiklund, J. and Shepherd, D. (2011). Where to from here? EO-as-experimentation,
failure, and distribution of outcomes. Entrepreneurship Theory and Practice. 35(5):
925-946.
Zou, S., Taylor, C. R., and Gregory E Osland, (1998). The EXPERF scale: A cross-national generalized export performance measure. Journal of International
Marketing, 6 (3):37-57.
Biodata Penulis
Fahrul Riza adalah dosen pada Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, Program Studi
Manajemen,Universitas Bunda Mulia, Jakarta. Konsentrasi bidang ajar pada mata kuliah
Ilmu Ekonomi dan Manajemen Strategi. Penulis menamatkan S1 dari Program Studi
Ilmu Ekonomi Pembanguan, Universitas Andalas dan menamatkan S2 dari Ilmu
Manajemen Pemasaran, Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Christy, adalah mahasiswi Program Stusi Manajemen Universitas Bunda Mulia, Jakarta