PENGARUH ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN DAN KONFLIK...

12
Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 12 Oktober 2017 ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN NO: 2541-285X 336 PENGARUH ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN DAN KONFLIK ORGANISASI TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN Fahrul Riza 1 , Christy 2 1 Universitas Bunda Mulia, Jakarta, [email protected] 2 Universitas Bunda Mulia, Jakarta ABSTRAK: Penelitian ini menguji pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan melalui conflict efficacy pada industri skala kecil menengah di Jabodetabek. Mentode pengambilan sampel adalah purposive convinience sampling. Dari 162 top manajer perusahaan yang menjadi responden dalam penelitian ini Hasil analisis menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dipengaruhi secara positif oleh orientasi kewirausahaan dan conflict efficacy. Conflict efficacy dipengaruhi secara positif oleh orientasi kewirausahaan. Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa perusahaan perlu memberikan pemahaman atas sumber dan mengatasi konflik kepada para karyawan. Orientasi kewirausahaan memmbangun kemampuan para karyawan dalam memahami konflik dalam organisasi. Kata Kunci: Orientasi kewirausahaan, conflict efficacy, kinerja perusahaan, industri kecil dan menengah. ABSTRACT: This study examines the effect of entrepreneurship orientation on corporate performance through corporate capability (conflict efficacy) in small and medium scale industries in Jabodetabek. Sampling method used was purposive sampling from 162 top managers in company. The result of shows that company performance is positively influenced by entrepreneurship orientation and conflict efficacy. Conflict efficacy is positively influenced by entrepreneurial orientation. The implication of this research is that companies need to provide an understanding of the source and resolve conflicts to employees. The entrepreneurial orientation builds the ability of employees to understand the conflicts within the organization. Keywords: Entrepreneurship orientation, conflict efficacy, firm performance, SME’s Industries PENDAHULUAN Persaingan pasar yang semakin kompetitif, perubahan teknologi yang cepat, menuntut perusahaan untuk mampu melakukan adaptasi dan melakukan inovasi atas produk dan proses bisnisnya agar kinerja perusahaan tetap dapat berada di atas rata-rata (Farsi, 2013, Alegre et al., 2006; Baron & Tang, 2011). Orientasi kewirausahaan (entrepreneurial orientation) merupakan sebuah konsep yang menujukkan derajat aktivitas kewirausaan di tatanan perusahaan. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat berupa usaha yang dilakukan secara intensif dan berkelanjutan untuk menemukan, mengevaluasi dan mengeksploitasi peluang-peluang bisnis baru (Franco & Hase, 2013). Pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan menjadi topik yang banyak dibahas dalam literatur manajemen strategi namun menghasilkan temuan yang inkonsisten (Cong et al., 2017). Orientasi kewirausahaan memiliki pengaruh yang positif kinerja perusahaan (Morgan et al., 2016). Namun pada beberpa penelitian ditemukan bahwa dimensi-dimensi dari orientasi kewirausahaan berpengaruh negatif terhadap kinerja. Proaktif (Khalili et al., 2013), risk taking (keberterimaan atas resiko)

Transcript of PENGARUH ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN DAN KONFLIK...

Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 12 Oktober 2017

ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN NO: 2541-285X

336

PENGARUH ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN DAN KONFLIK

ORGANISASI TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

Fahrul Riza1, Christy2

1Universitas Bunda Mulia, Jakarta, [email protected]

2Universitas Bunda Mulia, Jakarta

ABSTRAK: Penelitian ini menguji pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan melalui conflict

efficacy pada industri skala kecil menengah di Jabodetabek. Mentode pengambilan sampel adalah

purposive convinience sampling. Dari 162 top manajer perusahaan yang menjadi responden dalam

penelitian ini Hasil analisis menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dipengaruhi secara positif oleh

orientasi kewirausahaan dan conflict efficacy. Conflict efficacy dipengaruhi secara positif oleh orientasi

kewirausahaan. Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa perusahaan perlu memberikan pemahaman atas

sumber dan mengatasi konflik kepada para karyawan. Orientasi kewirausahaan memmbangun

kemampuan para karyawan dalam memahami konflik dalam organisasi.

Kata Kunci: Orientasi kewirausahaan, conflict efficacy, kinerja perusahaan, industri kecil dan menengah.

ABSTRACT: This study examines the effect of entrepreneurship orientation on corporate performance

through corporate capability (conflict efficacy) in small and medium scale industries in

Jabodetabek. Sampling method used was purposive sampling from 162 top managers in

company. The result of shows that company performance is positively influenced by

entrepreneurship orientation and conflict efficacy. Conflict efficacy is positively influenced by

entrepreneurial orientation. The implication of this research is that companies need to provide

an understanding of the source and resolve conflicts to employees. The entrepreneurial

orientation builds the ability of employees to understand the conflicts within the organization.

Keywords: Entrepreneurship orientation, conflict efficacy, firm performance, SME’s Industries

PENDAHULUAN

Persaingan pasar yang semakin kompetitif, perubahan teknologi yang cepat,

menuntut perusahaan untuk mampu melakukan adaptasi dan melakukan inovasi atas

produk dan proses bisnisnya agar kinerja perusahaan tetap dapat berada di atas rata-rata

(Farsi, 2013, Alegre et al., 2006; Baron & Tang, 2011). Orientasi kewirausahaan

(entrepreneurial orientation) merupakan sebuah konsep yang menujukkan derajat

aktivitas kewirausaan di tatanan perusahaan. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat berupa

usaha yang dilakukan secara intensif dan berkelanjutan untuk menemukan,

mengevaluasi dan mengeksploitasi peluang-peluang bisnis baru (Franco & Hase, 2013).

Pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan menjadi topik

yang banyak dibahas dalam literatur manajemen strategi namun menghasilkan temuan

yang inkonsisten (Cong et al., 2017). Orientasi kewirausahaan memiliki pengaruh yang

positif kinerja perusahaan (Morgan et al., 2016). Namun pada beberpa penelitian

ditemukan bahwa dimensi-dimensi dari orientasi kewirausahaan berpengaruh negatif

terhadap kinerja. Proaktif (Khalili et al., 2013), risk taking (keberterimaan atas resiko)

Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 12 Oktober 2017

ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN NO: 2541-285X

337

(Gürbüz & Aykol, 2009), competitive aggressiveness (agresif dalam bersaing) (Gupta &

Dutta, 2016) terhadap kinerja. Orientasi kewirausahaan ditemukan juga berpengaruh

negatif terhadap kinerja ketika tidak dimediasi oleh orientasi pasar (Matsuno et al.,

2002).

Orientasi kewirausahaan melibatkan interaksi antar individu dan kelompok

(Raunch et al. 2009). Perbedaan kepentingan antar kelompok mapun individu

berpotensi menjadi pemicu terjadinya konflik dalam organisasi (organizational

conflict). Konflik keorganisasian merupakan hal yang sulit untuk dihindari dalam

organisasi (perusahaan) yang tumbuh dan memiliki dampak pada kinerja organisasi

(Alper et al., 2013). Manajemen konflik ( conflict management ) merupakan salah satu

tindakan strategis dilakukan perusahaan untuk meredam tingkat konflik sekaligus

menyelaraskan antara tujuan individu dengan tujuan perusahaan (Kreutzer et al, 2014;

Sitkin et al., 2010). Kemampuan dalam memahami sumber dan cara penangangan konflik (conflict

efficacy) merupakan salah satu bentuk dari manajemen konflik. Alper et al (2000)

memasukan menggunakan conflict efficacy sebagai pemediasi pengaruh dari kooperatif

dan persaingan terhadap kinerja perusahaan, dan temuannya membuktikan secara

empiris bahwa conflict efficacy mampu menetralisir pengaruh negatif dari persaingan

dalam organisasi terhadap kinerja perusahaan.

Dari latar belakang yang telah dipaparkan, hasil-hasil penelitian terdahulu yang

telah melibatkan beragam peubah anteseden, mediating dan moderating dalam

mempelajari pengaruh dari orientasi kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan, tujuan

dari penelitian ini untuk menguji pengaruh dari orientasi kewirausahaan dan conflict

efficacy terhadap kinerja perusahaan dan mediasi dari conflict efficacy dalam

keterhubungan antara orientasi kewirausahaan dan kinerja perusahaan

TINJAUAN LITERATUR

Orientasi Kewirausahaan

Covin et al. (2006) mendefinisikan kewirausahaan sebagai keseluruhan inovasi

radikal perusahaan, tindakan strategi proaktif, dan aktivitas pengambilan risiko yang

diwujudkan dalam bentuk dukungan-dukungan terhadap proyek-proyek yang

berhubungan dengan dimensi-dimensi tersebut. Beberapa peneliti lain juga melakukan

penelitian berdasarkan dimensi orientasi kewirausahaan dari Runyan et al. (2008).

Sebagai contoh, Suci (2009) melakukan penelitian terhadap usaha kecil industri bordir

di Surabaya, menemukan bahwa perusahaan yang proaktif, inovatif, dan berani

mengambil risiko akan memenangkan persaingan usaha dan meningkatkan kinerjanya.

Covin dan Slevin (2006) melakukan penelitian mengenai kinerja dari perusahaan

yang berorientasi kewirausahaan. Perusahaan yang kinerjanya meningkat adalah yang

menjalankan operasional perusahaan dengan pendekatan orientasi kewirausahaan.

Penelitian tersebut juga didukung oleh Shirokova et al. (2016) yang dalam penelitiannya

menyatakan bahwa orientasi kewirausahaan, perubahan lingkungan usaha, dan

ketersediaan modal secara positif mempengaruhi kinerja perusahaan.

Merlo dan Auh (2009). menyatakan bahwa perusahaan dengan orientasi

kewirausahaan dapat mencapai target pasar dan berada di posisi pasar yang lebih depan

dibandingkan dengan pesaing mereka. Lumpkin et al. (2009) menyatakan bahwa

dimensi inovasi sebagai dimensi pertama dari orientasi kewirausahaan menunjukkan

kecenderungan perusahaan untuk menggunakan dan mendukung ide-ide baru, sesuatu

Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 12 Oktober 2017

ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN NO: 2541-285X

338

yang baru, bereksperimen, dan berproses dengan kreatif, yang akan membawa hasil

berupa produk baru, pelayanan baru, maupun proses teknologi yang baru.

Shane dan Venkataraman (2000) mendefinisikan proaktif dalam berwirausaha

sebagai tindakan dalam mengantisipasi berbagai masalah, memenuhi berbagai

kebutuhan, dan mengambil berbagai kesempatan di masa depan. Berdasarkan definisi

tersebut sikap proaktif sangat penting dalam orientasi kewirausahaan karena

memberikan cara pandang ke masa depan yang menyertai aktivitas inovasi. Perusahaan

yang disebut proaktif adalah perusahaan yang membentuk pasar dengan cara

memperkenalkan produk baru, teknologi baru, teknik administrasi baru, dan melakukan

respon atau reaksi bilamana pesaing melakukan tindakan. Sikap proaktif digunakan

untuk menggambarkan perusahaan yang melakukan tindakan paling cepat dalam

berinovasi dan yang pertama memperkenalkan produk atau jasa baru kepada pasar.

Pengambilan risiko menunjukkan kemauan perusahaan untuk mendukung proyek-proyek inovatif dan mengandung risiko walaupun hasil akhir dari tindakan

tersebut tidak bisa diketahui dengan pasti (Wiklund & Shepherd, 2005). Perusahaan

dengan orientasi kewirausahaan sering dihubungkan dengan perilaku berani mengambil

risiko, seperti meminjam modal yang besar untuk membuat usaha lebih maju,

mengambil peluang pasar, untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Kegiatan

pengambilan risiko yang dilakukan perusahaan sebaiknya tetap berada dalam kerangka

toleransi risiko yang sudah ditetapkan untuk kebaikan dan perkembangan perusahaan.

Harris et al. (2008) membuat skala untuk mengukur tingkat pengambilan risiko pada

perusahaan dengan orientasi kewirausahaan.

Conflict Efficacy

Konflik didefinisikan sebagai kegiatan yang tidak sesuai dimana tindakan

seseorang mengganggu tindakan yang diinginkan orang lain. Kegiatan yang tidak sesuai

ini terjadi baik dalam situasi kooperatif maupun kompetitif dan, tergantung pada apakah

pihak-pihak menganggap tujuan mereka sebagai kooperatif atau kompetitif hal tersebut

akan memengaruhi harapan, interaksi dan hasil yang diperoleh (Coetzer & Trimble,

2010).

Tidak semua konflik bersifar merusak (Tjosvold, 2006). Pendapat ini bergantung

pada tipe konflik dan perdebatan yang dihasilkan. Beberapa penulis berpendapat bahwa

jika konflik yang terjadi dapat dikelola dengan baik justru memberikan pengaruh yang

positif kepada sumber daya manusia. Konflik seperti ini akan meningkatkan perilaku

produktif dalam bentuk pemahaman dari berbagai sisi atas konsekuensi dari keputusan

yang diambil.

Konflik akan selalu hadir dalam kerja tim. Penelitian sebelumnya telah

menunjukkan bahwa orientasi manajemen konflik yang berbeda mempengaruhi

keberhasilan pada tingkat individu dan tim. Sebuah studi yang dilakukan oleh Alper et

al (2000) menemukan bahwa manajemen konflik secara kooperatif akan mengendalikan

konflik (conflict efficacy) agar konflik dapat dikelola sehingga menghasilkan kinerja

tim yang lebih tinggi.

Kinerja Perusahaan

Kinerja perusahaan adalah indikator untuk mengukur sejauh mana kegiatan

bisnis yang dijalankan perusahaan, sudah tepat pada sasaran dan tujuannya (Nelly et al.,

2003). Terdapat beberapa aspek yang menunjukkan tingkat keberhasilan kinerja

perusahaan. Aspek - aspek tersebut antara lain, aspek keuangan dengan indikator profit

dan asset perusahaan, aspek sumber daya manusia dengan indikator jumlah pegawai dan

Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 12 Oktober 2017

ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN NO: 2541-285X

339

produktivitas kerja pegawai, dan aspek pemasaran dengan indikator nilai penjualan dan

frekuensi terjadinya perubahan produk. Secara umum, penilaian terhadap kinerja

perusahaan.didasarkan pada indikator penjualan, keuntungan, dan kinerja secara

keseluruhan (Lin dan Kuo, 2007).

Ada dua jenis pendekatan di dalam mengukur kinerja perusahaan, yaitu

pendekatan secara obyektif dan pendekatan secara subyektif (Rauch et al., 2009).

Penelitian ini menggunakan ukuran subyektif karena usaha kecil seringkali sangat

berhati-hati dalam menjaga informasi data keuangan perusahaan (Grinstein, 2008).

Informasi data kinerja secara subyektif akan lebih mudah didapatkan dibandingkan

dengan informasi secara obyektif. Selain itu, data keuangan obyektif pada usaha kecil

tidak dipublikasikan secara akurat dan terkadang tidak tersedia. Hal ini membuat

pemeriksaan ketepatan dari kinerja keuangan yang dilaporkan menjadi sangat sulit. Data

keuangan usaha kecil juga sebagian besar sulit untuk diinterpretasikan. Pengukuran secara subyektif akan lebih tepat digunakan dalam sebuah penelitian di mana obyek

penelitian terdiri atas perusahaanperusahaan yang berbeda yang memiliki tujuan dan

kriteria pengukuran kinerja yang berbeda-beda. Hasil pengukuran kinerja perusahaan

cara subyektif hampir sama dengan hasil pengukuran obyektif, serta memiliki tingkat

kehandalan dan kesahihan yang tinggi.

Pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja

Covin dan Slevin (1991); Wiklund (1999), yang menyatakan bahwa orientasi

kewirausahaan yang semakin tinggi dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam

memasarkan produknya menuju kinerja usaha yang lebih baik. Orientasi kewirausahaan

dari seorang pelaku wirausaha dapat menimbulkan peningkatan kinerja usaha juga

disampaikan oleh Covin dan Slevin (1991). Orientasi kewirausahaan memegang

peranan penting dalam meningkatkan kinerja usaha (Keh et al., 2007). Merujuk pada

uraian diatas, maka hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini berbunyi sebagai

berikut :

H1. Terdapat pengaruh positif dari orientasi kewirausahaan terhadap kinerja

perusahaan.

Pengaruh conflict efficacy terhadap kinerja perusahaan.

Alper et al (2000) menemukan bahwa manajemen konflik secara kooperatif akan

mengendalikan konflik (conflict efficacy) agar konflik dapat dikelola sehingga

menghasilkan kinerja tim yang lebih tinggi. Pendekatan kooperatif terhadap manajemen

konflik menangkap sebagian besar manfaat yang timbul dari konflik tim.

H2. Terdapat pengaruh positif dari conflict efficacy terhadap kinerja perusahaan.

Pengaruh orientasi kewirausahaan dengan conflict efficacy Konflik dapat juga disebabkan oleh adanya perbedaan dalam kemauan mengambil

resiko antar individu/kelompok dalam suatu depatemen (Harris et al., 2008). Kadar

pengambilan resiko merupakan salah satu dari dimensi orientasi kewirausahaan

(Lumpin & Dess, 1991).

H3. Terdapat pengaruh positif dari orientasi kewirausahaan terhadap conflict efficacy

Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 12 Oktober 2017

ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN NO: 2541-285X

340

Gambar 1. Disain Penelitian

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif

dengan populasi perusahaan skala kecil dan menengah yang bergerak di bidang industri

pengolahan di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi. Menurut data yang dirilis

oleh Badan Pusat Statsistik, wilayah di wilayah penelitian ini terdapat lebih kurang

1250 unit UKM yang bergerak di sektor pengolahan. Sampel dipilih secara purposive

dengan ketentuan perusahaan tersebut telah beroperasional selama lebih dari tiga tahun,

jumlah karyawan minimal adalah 20 orang, dan terdapat minimal 3 departemen/fungsi

di dalam struktur organisasinya. Masing-masing perusahaan akan diambil dua orang

sebagai responden dari kalangan manajer tingkat atas yang telah mengepalai divisi

minimal tiga tahun. Indikator pertanyaan pada kuesioner ini berjumlah 31 pertanyaan

sehingga sampel minimum yang dibutuhkan sebanyak 155 responden.

Orientasi kewirausahaan diukur menurut kuesioner yang dikembangkan oleh

Covin dan Slevin (1989) dan Miller dan Toulouse (1986), yang secara sekaligus

mengukur ketiga dimensi dari orientasi kewirausahaan yaitu proactiveness,

inovativeness, dan risk taking. Total pernyataan sebanyak 20 butir. Efficacy

didefinisikan sebagai kepercayaan diri bahwa seseorang dapat menggunakan

kemampuan seseorang untuk melakukan tindakan yang akan menghasilkan kinerja (Lee

& Bobko, 1994). Conflict efficacy diukur dengan menggunakan indikator yang

digunakan Alper (2010) yang terdiri atas enam pernyataan. Kinerja perusahaan diukur

dengan menggunakan skala yang dikembangkan oleh Zou et al (1998) dengan

menggunakan lima butir pertanyaan. Seluruh variabel diukur dengan menggunakan

skala Likert dari 1 sampai dengan 5 (Sangat tidak setuju; Sangat setuju).

Data dianalisis dengan menggunakan Struktural Equation Modeling dengan

metode Maximum Likelyhood dan dengan perangkat lunak PLS versi 2.0. Parameter

yang digunakan untuk uji kesahihan convergent antara lain: loading factor > 0,70,

Average Variance Extracted (AVE) > 0,50 dan Communality > 0,50. Parameter yang

digunakan untuk menguji kesahihan discriminant adalah cross loading > 0,70 untuk

masing-masing peubah. Uji Kehandalan dilakukan dengan menggunakan parameter

cronbach’s Alpha > 0,70 dan Composite Reliability > 0,70 untuk jenis confrmatory

research (Ghozali & Latan, 2015).

Kinerja

Perusahaan

Orientasi Kewirausaha

an

Conflict

affective

Sumber: Covin, J. and Slevin,

D. (1991); Alper et al (2000)

Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 12 Oktober 2017

ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN NO: 2541-285X

341

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Populasi Usaha Industri Mikro dan Kecil (IMK) pada penelitian ini mengacu

pada survei IMK sebanyak 1.200 unit usaha dan pada penelitian ini. Penyebaran

kuesioner dilakukan secara online dan offline. Dari total kuesioner offline yang

disebarkan sebanyak 200 lembar, jumlah kuesioner yang kembali dan memenuhi syarat

untuk diolah lebih lanjut adalah sebanyak 106 kuesioner. Kuesioner secara online

dikirimkan ke alamat surel perusahaan yang diperoleh dari direktori UKM terbitan BPS.

Dari 200 kuesioner yang dikirimkan, sebanyak 56 perusahaan melakuan respon atas

kuesiner tersebut. Total kuesioner yang terkumpul sebanyak 162 kuesioner.

Innovativeness memiliki nilai rata-rata 3,88 dalam skala likert angka tersebut

berada pada rentang netral dan setuju. Hal ini berarti dari seluruh sampel yang disurvei

berpendapat bahwa innovativeness merupakan hal yang cukup penting untuk dilakukan.

Demikian juga untuk nilai rata-rata peubah-peubah lainnya seperti risk taking (3,87), proactiveness (3,89), konflik (3,82), dan kinerja perusahaan (3,90). Secara rata-rata

responden cukup menyetujui bahwa kinerja perusahaan mereka lebih baik jika

dibandingkan dengan pesaing yang setara.

Uji kesahihan dilakukan dengan melihat nilai AVE untuk masing-masing

peubah laten. Hasil output dengan menggunakan PLS 2.0 ditapilkan pada tabel 1.

Tabel 1. Nilai AVE untuk dimensi orientasi kewirausahaan, conflict efficacy dan

kinerja perusahaan

Variabel Laten AVE

Orientasi Kewirausaanaan

Inovativeness 0,663243

Risk Taking 0,638091

Proactiveness 0,776913

Conflict Efficacy 0,680536

Kinerja Perusahaan 0,816900

Sumber: Penelitian 2017, data diolah dengan PLS 2.0

Hasil pengujian kesahihan menunjukkan nilai AVE diatas 0,5 sehingga dapat

disimpulkan banwa ketiga dimensi dari orientasi kewirausahaan, conflict efficacy dan

kinerja perusahaan memenuhi kriteria untuk uji kesahihan.

Uji kehandalan dengan menggunakan parameter Cronbach’s Alpha dan

Composite Reliability menunjukkan seluruh variabel laten melewati nilai cutt off.

Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 12 Oktober 2017

ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN NO: 2541-285X

342

Tabel 2. Nilai Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability dimensi orientasi

kewirausahaan, conflict efficacy dan kinerja perusahaan

Peubah Cronbach’s Alpha Composite Reliabiliy

EO 0,971950 0,974795

IN 0,928172 0,897642

PRO 0,963135 0,951540

RT 0,922883 0,885766

KN 0,924039 0,882583

KP 0,967858 0,967858

Sumber: Penelitian 2017, data diolah dengan PLS 2.0

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh peubah laten telah memenuhi

kehandalan dan dapat digunakan untuk pengujian lebih lanjut. Hasil output dari proses PLS algorithm dapat dilihat pada lampiran 1.

Orientasi kewirausahaan dan conflict efficacy menjelaskan 95,8 persen variasi hasil

pada kinerja perusahaan, sisanya sebesar 4,2 persen dipengaruhi oleh peubah-peubah

lain yang tidak dimasukkan dalam model. Orientasi kewirausahaan dapat menerangkan

84% variasi hasil pada conflict dan dan sisanya sebesar 16% dipengaruhi oleh faktor-

faktor lain. dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model.

Seluruh nilai R2 yang diperoleh lebih besar dari 0.75 mengindikasikan bahwa orientasi

kewirausahaan dan conflict efficacy mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kinerja

perusahaan. Demikian juga dengan risk taking yang juga memiliki pengaruh kuat

terhadap konflik keorganisasian.

Kinerja perusahaan dipengaruhi oleh orientasi kewirausahaan memiliki nilai

20,859, sehingga dapat disimpulkan untuk hipotesis pertama H1 diterima bahwa kinerja

perusahaan dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh orientasi kewirausahaan.

Temuan ini sesuai dengan hasil penelitian dari Davis et al (2010) yang mana ketiga

dimensi dari orientasi kewirausahaan (innovativeness, proactiveness dan risk taking)

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.

Conflict efficacy dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh orientasi

kewirausahaan dengan nilai t hitung 92,138. Dengan demikian dapat disimpulkan untuk

hipotesis kedua diterima bahwa conflict efficacy dipengaruhi secara positif dan

signifikan oleh orientasi kewiirausahaan.

Kinerja perusahaan dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh conflict

efficacy dengan nilai t hitung 5,757 sehingga dapat disimpulkan untuk hipotesis ketiga

diterima bahwa kinerja perusahaan dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh

conflict efficacy.

Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 12 Oktober 2017

ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN NO: 2541-285X

343

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

Perusahaan dengan orientasi kewirausahaan yang tinggi akan lebih mudah untuk

meningkatkan kinerja perusahaan. Bertindak proaktif mempermudah perusahaan dalam

menangkap peluang-peluang yang ada. Bertindak inovatif akan menghasilkan solusi

kreatif. Perusaahaan akan mencari cara-cara baru yang berorientasi pada penurunan

biaya ataupun perbaikan kualitas untuk memperbaiki kinerja usaha. Keberterimaan atas

resiko akan membuat perusahaan lebih cermat dalam memerhitungkan resiko bisnis.

Semakin baik tingkat orientasi kewirausahan dalam perusahaan maka semakin

tinggi kemampuan memahami konflik (conflict efficacy). Kemampuan memahami dan

menangani konflik terjadi melalui kemampuan berkomunikasi yang lebih baik,

kemampuan menyelesaikan setiap pekerjaan dengan tepat waktu, kemampuan untuk

mengambil keputusan, kemampuan untuk mengenali, menentukan dan memecahkan masalah, kemampuan memotivasi karyawan, kemampuan mendelegasikan pekerjaan,

kemampuan menetapkan tujuan dan mengartikan visi, kemampuan memperhatikan

lingkungan, kemampuan membuat team kerja, sehingga konflik dalam perusahaan dapat

diredam.

Penerapan orientasi kewirausahaan dikalangan industri kecil menengah perlu

ditingkatkan, karena berdasarkan hasil rata-rata, nilai orientasi kewirausahaan masih

berada pada skala 3,8 (antara ragu-ragu dan setuju). Peningkatan orientasi

kewirausahaan dapat direalisasikan dengan meningkatkan perilaku yang lebih proaktif

dari para karyawan dalam menanggapi peluang-peluang pasar yang akan muncul dan

menjawabnya dengan hasil-hasil inovasi yang diterapkan pada produk maupun proses

operasional perusahaan. Para karyawan dituntut untuk lebih berani dalam menghadapi

resiko, terutama resiko yang telah terukur. Namum keberanian dalam mengambil resiko

ini perlu didukung oleh kepercayaan yang diberikan oleh perusahaan.

Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 12 Oktober 2017

ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN NO: 2541-285X

344

DAFTAR PUSTAKA

Alegre, J., Lapiedra, R., & Chiva, R. (2006). A measurement scale for product

innovation performance, European Journal of Innovation Management, 6(4), 333-

346.

Alper, S., Tjosvold, D., and Law, K. S. (2000) Conflict management efficacy and

performace in organizational teams. Personel Psychology, 53: 625-643

Baron, R. A., & Tang, J. (2011). The role of entrepreneurs in firm-level innovation,

joint effects of positive affect, creativity, and environmental dynamism, Journal of

Business Venture, 26(1), 49–60.

Coetzer, G. H., Trimble, R. (2010). An Empirical Examination of the Relationship

Between Adult Attention Deficit, Cooperative Conflict Management and

Efficacy for Working in Teams. American Journal of Business, 25 (1):25-34.

Cong, C., Dempsey, M., Xie, H. M. (2017). Political skill, entrepreneurial orientation

and organizational justice A study of entrepreneurial enterprise in China.

International Journal of Entrepreneurial Behavior & Research, 23(1):20 – 34

Covin, J. and Slevin, D. (1991). A conceptual model of entrepreneurship as firm

behaviour. Entrepreneurship Theory and Practice, 16(1):7-25.

Covin, J.G. and Lumpkin, G.T. (2011). Entrepreneurial orientation theory and research:

reflections on a needed construct. Entrepreneurship Theory and Practice, 35(5):

855-872.

Farsi, J. Y., Rezazadeh, A., dan Najmabadi, A.D. (2013). Social Capital and

Organisation Innovation, Journal of Community Positive Practices, XIII(2) 2013,

22-40

Franco, M. & Haase, H. (2013). Firm resources and entrepreneurial Orientation as

determinants for collaborative entrepreneurship. Management Decision. 51(3): 680-

696.

Ghozali, I., dan Latan, H. (2015). Partial Least Square: Konsep, Teknik dan Aplikasi

Menggunakan Program SmartPLS 3.0 Untuk Penelitian Empiris. Badan Penerbit

Universitas Diponegoro, Semarang. ISBN: 979.704.300.2

Grinstein, A (2008). The relationships between market orientation and alternative

strategic orientations: A meta‐analysis. European Journal of Marketing, Vol. 42

Issue: 1/2, pp.115-134

Gupta, V. K., & Dutta, D. K. (2016). Inquiring into entrepreneurial orientation: Making

progress, one step at a time. New England Journal of Entrepreneurship, 19(2), 7-

12.

Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 12 Oktober 2017

ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN NO: 2541-285X

345

Gürbüz, G. dan Aykol, S. (2009). Entrepreneurial management, entrepreneurial

orientation and Turkish small firm growth", Management Research News,

32(4):321 – 336.

Khalili M, Pour Aboughadareh AR, Naghavi MR. (2013). Screening of drought tolerant

cultivars in barley using morpho-physiological traits and Integrated Selection Index

under water deficit stress condition. Advanced Crop Science 3(7), 462-471.

Kreutzer, M.,Walter, J., Cardinal, L.B. (2014). Organizational Control as Antidote to

Politics in the Pursuit Strategic Initiatives. Strategic Management Journal.

Lee C, Bobko, P. (1994). Self-efficacy beliefs: Comparison of five measures. Journal of

Applied Psychology, 79,364-369.

Lee, L., Wong, P.K., der Foo, M. and Leung, A. (2011). Entrepreneurial intentions: the

influence of organizational and individual factors. Journal of Business Venturing 26

(1): 124-136.

Matsuno, K., Mentzer, J. T., & Ozsomer, A. (2002). The effects of entrepreneurial

proclivity and market orientation on business performance. Journal of

Marketing, 66(3), 18-32.

Merlo, O., dan Auh, S. (2009). The effects of entrepreneurial orientation, market

orientation, and marketing subunit influence on firm performance. Marketing

Letters, 20(3), 295-311. doi:http://dx.doi.org/10.1007/s11002-009-9072-7

Morgan, T., Anokhin, S. dan Wincent, J. (2016). Entrepreneurial orientation, firm

market power and opportunism in networks. Journal of Business & Industrial

Marketing, 31(1): 99 – 111.

Rahim, M.A. (2001). Managing Conflict in Organizations. London: QUORUM

BOOKS Westport, connectcut.

Rauch, A., Wiklund, J., Lumpkin, G. and Frese, M. (2009). Entrepreneurial orientation

and business performance: an assessment of past research and suggestions for the

future. Entrepreneurship Theory and Practice, 33(3): 761-787.

Runyan, R., Droge, C., and Swinney, J (2008). Entrepreneurial Orientation versus Small

Business Orientation: What Are Their Relationships to Firm Performance?. Journal

of Small Business Management, 46 (4) (2008), pp. 567-588

Shane, S. and Venkataraman, S. (2000). The promise of entrepreneurship as a field of

research. Academy of Management Review, 25(1): 217-26.

Shane, S. and Venkataraman, S. (2000). The Promise of Entrepreneurship as a Field of

Research. The Academy of Management Review, 25(1): 217-226

Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 12 Oktober 2017

ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN NO: 2541-285X

346

Shirokova, G., Bogatyreva, K., Beliaeva, T., Puffer, S. (2016). Entrepreneurial

orientation and firm performance in different environmental settings Contingency

and configurational approaches. Journal of Small Business and Enterprise

Development, 23(3): 703 – 727.

Sitkin S.B, Cardinal LB, Bijlsma-Frankema KM (eds). 2010. Organizational Control.

Cambridge University Press: Cambridge, UK.

Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 12 Oktober 2017

ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN NO: 2541-285X

347

Suci, R. P. (2009). Orientasi kewirausahaan, dinamika lingkungan dan kemampuan

manajemen serta dampaknya terhadap kinerja: Studi padaIKM bordir Jawa Timur.

Jurnal Aplikasi Manajemen, 7(2): 336-344.

Tjosvold, D. (2006). Defining conflict and making choices about its management:

lighting the dark side of organizational life. International Journal of Conflict

Management, 17(2): 87-95.

Wiklund, J. and Shepherd, D. (2011). Where to from here? EO-as-experimentation,

failure, and distribution of outcomes. Entrepreneurship Theory and Practice. 35(5):

925-946.

Zou, S., Taylor, C. R., and Gregory E Osland, (1998). The EXPERF scale: A cross-national generalized export performance measure. Journal of International

Marketing, 6 (3):37-57.

Biodata Penulis

Fahrul Riza adalah dosen pada Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, Program Studi

Manajemen,Universitas Bunda Mulia, Jakarta. Konsentrasi bidang ajar pada mata kuliah

Ilmu Ekonomi dan Manajemen Strategi. Penulis menamatkan S1 dari Program Studi

Ilmu Ekonomi Pembanguan, Universitas Andalas dan menamatkan S2 dari Ilmu

Manajemen Pemasaran, Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Christy, adalah mahasiswi Program Stusi Manajemen Universitas Bunda Mulia, Jakarta