PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN PENONTON...

153
PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN PENONTON SINETRON PARA PENCARI TUHAN DI MAJELIS TAKLIM AL-AMIN RT 005 RW 06 DI KELURAHAN MEKARSARI DEPOK JAWA BARAT Oleh: Eriz Rakhmadania 104051001824 Di bawah bimbingan: Dr. Umaimah Wahid NIP 150293222 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008M/1429H

Transcript of PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN PENONTON...

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN PENONTON SINETRON

PARA PENCARI TUHAN DI MAJELIS TAKLIM AL-AMIN RT 005 RW 06 DI

KELURAHAN MEKARSARI DEPOK JAWA BARAT

Oleh:

Eriz Rakhmadania

104051001824

Di bawah bimbingan:

Dr. Umaimah Wahid NIP 150293222

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2008M/1429H

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia

yang diberikan, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada

kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Orang tua penulis, Papa Muslim Wahi dan Mama Hanifah Ahmad. Terima kasih

atas doa, dukungan, kepercayaan, nasehat, dan tentunya kasih sayang yang tiada

taranya.

2. Mami Yulidar dan Papi Asril, nenek tersayang, who has given me fantastic

references.

3. Ibu Umaimah, dosen pembimbingku yang teramat baik, terima kasih atas

dukungan, bantuan dan arahan selama penyusunan skripsi.

4. Pak Wahidin dan Bu Umi, terima kasih atas dukungan dalam pembuatan skripsi

ini, yang tidak pernah bosan bertanya kapan selesai skripsinya.

5. Pak Jumroni dan Pak Suhaimi, tanpa bapak-bapak, saya tidak akan pernah

mengerti bagaimana membuat skripsi dan merancang penelitian. Terimakasih

saya haturkan.

6. Pak Bekti, Statistic is always the best choice for research, terimakasih pak sudah

mengajarkan statistik ilmu yang sangat mengasyikkan.

7. My best friends, Ayu, Uji, Rosdi, Dewa, Dama, Syukriah, Adhe, FLP community:

Murni, Ka Dodo, Ka Aep, Lina, Rahmat, dkk. Novita terimakasih atas bantuannya

dalam penelitian.. YOU ALL MAKE IT, GUYS..Thanks!!

8. Buat para kru Demi Gisela Citrasinema yang aneh dan suka memberikan petuah

yang complicated. Terutama buat Mas Wahyu and Pak Hakim, saya rasa mereka

berdua adalah seniman filsafat tingkat tinggi setelah mentor saya sendiri.

9. Buat kakakku cenop yang selalu kusayang! terimakasih atas segala kritik, sindiran

lantaran menulis skripsi kelamaan, dan makasih karena sudah sangat berbaik hati

membiarkan daku bolak-balik masuk kamarmu untuk mengetik skripsi di

laptopmu.

10. Spesial buat Ka Pampam, mentor yang selalu memberikan wejangan terbaik yang

pernah ada di muka bumi ini, apalagi kalau bukan Al-Qur’an dan sunnah Rasul.,

jangan bosan-bosan nasihatin orang-orang yang lalai ya, Kak.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis

sangat mengaharapkan saran dan kritik pembaca untuk perbaikan dimasa mendatang.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Ciputat, 5 Mei 2008

Penulis

DAFTAR ISI

Abstrak

Abstract

Kata Pengantar i

Daftara Isi iii

Daftar Tabel v

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah 5

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 7

1.4 Tinjauan Kepustakaan 8

1.5 Metodologi Penelitian 10

1.5.1 Operasionalisasi Konsep dan Definisi Operasional 11

1.5.2 Populasi dan Sampel 13

1.5.2.1 Populasi 13

1.5.2.2 Teknik Penarikan Sampel 13

1.5.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 13

1.5.4 Teknik Pengumpulan Data 14

1.6 Teknik Analisis Data 15

1..6.1 Uji Validitas 15

1..6.2 Uji Reliabilitas 16

1.7 Sistematika Penulisan 17

BAB II KERANGKA TEORITIS 18

2.1 Motif dan Gratifikasi Media 18

2.1.1 Motif Kognitif dan Gratifikasi Media 18

2.1.2 Motif Afektif dan Gratifikasi Media 21

2.2 Teori Uses and Gratifications 23

2.3 Media Televisi 27

2.3.1 Fungsi Televisi 28

2.3.2 Televisi Sebagai Media Dakwah 32

2.4 Sinema Elektronik 34

BAB III DATA-DATA PENELITIAN 37

3.1 Sejarah Perkembangan Citrasinema 37

3.1.1 Sejarah Singkat 37

3.1.2 Manajemen 37

3.2 Visi dan Misi Citrasinema 38

3.3 Strukturisasi Anggota Citrasinema 40

3.4 Skenario Sinema Para Pencari Tuhan 41

3.4.1 Tema Sentral Sinema Para Pencari Tuhan 41

3.4.2 Alur dan Penokohan 42

3.4.2.1 Alur 42

3.4.2.2 Penokohan 43

3.5 Profil Penonton Sinema Para Pencari Tuhan 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 52

4.1 Deskripsi Data 52

4.1.1 Identitas Responden 52

4.1.2 Kepuasan yang didapat 54

4.1.3 Kepuasan yang dicari 56

4.1.4 Uji validitas dan Realibilitas 57

4.1.5 Uji hipotesis 57

4.2 Analisis Data 60

4.2.1 Identitas responden 60

4.2.2 Motivasi menonton responden 60

4.2.3 Kepuasan yang didapat 61

BAB V PENUTUP 62

5.1 Kesimpulan 62

5.2 Saran 63

Daftar Pustaka

Lampiran-Lampiran

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jenis Kelamin Responden 48

Tabel 1.2 Usia Responden 49

Tabel 1.3 Pendidikan Responden 50

Tabel 1.4 Lamanya menonton televisi dalam sehari 52

Tabel 1.5 Frekuensi menonton PPT 53

Tabel 1.6 Kepuasan yang didapat 54

Tabel 1.7 Motivasi menonton 56

Tabel 1.8 validitas instrumen 57

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Apapun profesi atau pekerjaan seseorang, dapat dipastikan ia pernah

mendengarkan radio, menonton televisi atau film di bioskop, membaca koran atau

majalah. Di saat seseorang mendengar radio, membaca koran, atau menonton film,

sebenarnya ia sedang berhadapan dengan atau terpaan media massa, di mana pesan media

itu secara langsung atau tidak langsung tengah memengaruhinya. Gambaran ini

mencerminkan bahwa keberadaan komunikasi massa dengan segala bentuk mendia massa

terus memburu orang yang terterpa atau menerpakan dirinya kepada media massa.1

Bagi orang yang suka menerpakan dirinya pada media massa dapat dikatakan ia

memiliki motif tertentu, hingga memotivasi dirinya untuk menerpakan diri pada media

massa. Hal ini disebabkan kebutuhan untuk mencapai kepuasan. Biasanya hal ini

berhubungan dengan psikologis seseorang. Globalisasi dan kepadatan penduduk telah

membuat ketegangan tersendiri, sehingga pada akhirnya orang yang menggantungkan diri

kepada media massa demi pemuasan kebutuhan.

Bagi umat Islam hadirnya media massa dapat digunakan sebagai sarana dakwah. Media massa dapat membantu dalam

upaya transfer pemahaman akan ajaran Islam, di samping itu dapat menambah pengetahuan tentang teknologi. Dakwah adalah

kegiatan komunikasi yang saat ini menuntut adanya sarana media massa demi memudahkan ajaran Islam dapat diterima hingga ke

pelosok pedalaman.

Dalam melakukan aktifitas dakwah, bukan hanya media yang berperan, namun

juga person yang menyampaikan ajaran atau risalah Rasulullah aktifitas dakwah memang

bukan tugas yang harus diemban oleh sekelompok pendakwah profesional atau aktifitas

paruh waktu semata. Akan tetapi setiap muslim, baik berpendidikan maupun tidak,

1 Drs. Elvinaro Ardiyanto, M.Si dan Dra. Lukiati Komala Erdinaya, M.Si. Komunikasi Massa Suatu

Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004), Cetakan ke-2. h.1

1

memiliki tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dakwah dan tanggung jawab ini

lebih besar bagi orang yang berilmu dan arif.2

Gejala meningkatnya peranan agama dalam masyarakat mengisyaratkan

munculnya keperluan baru dalam bidang dakwah Islam. Setiap kejadian di berbagai

sektor kehidupan masyarakat yang melibatkan kepentingan umat Islam, hampir selalu

memerlukan fatwa dari organisasi-organisasi Islam terutama MUI (Majelis Ulama

Indonesia) atau, dengan satu dan lain cara mendorong keterlibatan lembaga-lembaga

agama. Itu berarti, terjadi interaksi yang semakin luas dan kompleks antara agama dan

masyarakat yang makin berubah.

Kompleksitas hubungan antara agama dan masyarakat itu agaknya ingin lebih

banyak berperan untuk mengendalikan nilai-nilai dan gaya hidup masyarakat yang

sedang berubah itu, agar tidak membahayakan sistem nilai umat Islam yang sudah lama

mapan, dan juga tidak membahayakan tatanan hidup beragama itu sendiri.3

Dari pernyataan di atas, kita dapat mengambil suatu pembaharuan yang dapat

digunakan dalam berdakwah untuk tetap menjaga kemapanan sistem Islam yang telah

terbina, yakni dengan menggunakan media massa. Mubalig sepatutnya tidak hanya

menguasai ilmu agama, namun juga menguasai sains dan teknologi.

Pandangan yang menyatakan bahwa dunia barat merupakan buah dari demokrasi

adalah perkataan yang dilontarkan oleh orang yang tidak mengetahui fakta dan realita.

Alasannya, karena berbagai bentuk penemuan itu lahir berdasarkan proses penelitian

ilmiah, yang merupakan perkara-perkara yang bisa dicapai oleh akal manusia manapun

yang telah diberikan Allah. Jadi, hal itu tidak berkaitan dengan pandangan hidup

2 Alwi Shihab. Islam Inklusif, Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama, (Bandung: Mizan, 1997) h. 252-

253. 3 A. Muis, Komunikasi Islam. (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2000) h.135

(ideology). Fenomena tentang sains dan teknologi bisa kita saksikan ada dalam kalangan

orang-orang kapitalis, sosialis, atau pun muslim. Sebab Allah telah memberikan kepada

manusia kemampuan akal seperti itu.4 Karena itu, sudah sepatutnya seorang mubalig

dapat memanfaatkan media massa sebagai sarananya untuk berdakwah.

Kita dapat menggunakan metode debat, ataupun mauizhah hasanah dalam

formatnya. Salah satu media massa yang dapat dijadikan media dakwah adalah sinema

elektroniik. Sinema elektronik merupakan gambaran bergerak yang dapat menyampaikan

suatu maksud kepada penontonya, ia dapat berupa persuasif maupun edukasi. Dengan

menggunakan sinema elektronik atau yang biasa disebut dengan sinetron, dakwah yang

disampaikan akan lebih mudah dimengerti, karena mereka dapat melihat secara langsung

visualisasi tentang hal-hal yang tidak mereka pahami. Karenanya dibutuhkan suatu skrip

atau skenario yang sarat akan edukasi atau pemahaman tentang Islam yang mana dapat

mengajak umat Islam untuk menjalankan perintah tuhan dengan penuh kerelaan. Dari

sinilah akan tumbuh motivasi para audiens untuk mendapatkan kepuasan yang lebih

daripada sekedar pesan-pesan verbal semata.

Hubungannya sendiri dengan teori uses and gratifications, dapat disandarkan

pada sinetron yang saat ini diminati oleh masyarakat kita, yakni, sinetron Para Pencari

Tuhan. Audiens sinetron Para Pencari Tuhan dapat dikatakan hampir mencakup seluruh

nusantara, data-data yang diambil dari situs SCTV dapat dijadikan acuan, bahwa audiens

kemungkinan aktif dalam menggunakan media, dan dakwah dapat dilakukan dengan

metode apa saja, selain metode konvensional yang selama ini masih di anut. Dibanding

stasiun televisi lainnya, menurut MUI, hanya tiga stasiun televisi yang memiliki itikad

4 Ahmad Mahmud, Dakwah Islam jilid 2 Kajian Kritis Terhadap Metode Dakwah Rasulullah, (Bogor;

Pustaka Thariqul Izzah, 2003) h.111

baik untuk menayangkan acara-acara yang bernuansa Ramadhan, seperti Metro TV, O

channel, dan SCTV, sedangkan stasiun televisi lainnya, semuanya hampir menampilkan

suasana yang sama, yakni: kekejaman, mistik, caci maki, kesadisan dan kebodohan.

Khusus untuk SCTV, MUI menyatakan apresiasinya pada stasiun SCTV karena telah

menampilkan sinetron Para Pencari Tuhan yang sarat pendidikan dan me.nghibur bagi

masyarakat. Dilihat dari pencapaian rating, sinetron Para Pencari Tuhan menduduki

peringkat pertama untuk seluruh stasiun televisi. Berikut ini penilaian masyarakat

mengenai sinetron Para Pencari Tuhan dari skala satu sampai lima.

Nilai Overall 4.9

Ceritanya? 4.4

Peran/tokoh dalam cerita? 4.4

Keaslian cerita 4.4

Kualitas akting pemain 4.3

Musik pendukung 4.3

Apakah rutin mengikuti 4.1

Apakah menikmatinya 4.6

Perbandingannya dengan

sinetron lain dengan

sutradara yang sama

4.6

Dari tabel kita bisa melihat, bahwa sinetron Para Pencari Tuhan telah

menimbulkan ketertarikan banyak orang untuk menontonnya, namun yang perlu

diketahui disini, benarkah mereka termotivasi menonton sinetron Para Pencari Tuhan?

Apa yang mereka dapat setelah menontonnya? Maka di sini peneliti hendak menguji

sikap masyarakat dengan berpijak pada teori uses and gratifications.

Berdasarkan dari uraian tertulis diatas maka skripsi ini mengangkat judul

“Pengaruh Motivasi Terhadap Kepuasan Penonton Sinetron Para Pencari Tuhan di

Majelis Taklim Al-Amin RT 005 RW 06 Kelurahan Mekarsari Depok Jawa Barat.”

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah.

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan yang hendak diteliti, pada

penelitian ini yang menjadi subjek adalah penonton sinema Para Pencari Tuhan,

sedangkan objek penelitian adalah motivasi dan kepuasan yang dicari dan didapat

penonton. Penonton dibatasi pada majelis taklim al-Amin yang berdomisili di RT 005

RW 06 kelurahan Mekarsari, Depok.

Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh motivasi terhadap kepuasan yang didapat penonton sinetron

Para Pencari Tuhan di kelurahan Mekarsari, Depok?

Dari masalah penelitian yang peneliti uraikan, maka dapat ditarik sebuah

hipotesis. Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang pada waktu diungkapkan belum

diketahui kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk diuji dalam kenyataan empiris.5

Hipotesis-hipotesis yang dapat ditarik adalah sebagai berikut:

Ho: Tidak ada pengaruh motivasi terhadap

kepuasan penonton sinetron para Para Pencari Tuhan di kelurahan

Mekarsari, Depok.

H1: Ada pengaruh motivasi terhadap kepuasan penonton

5 W. Gulo. Metodologi Penelitian (Jakarta: Grasindo, 2002) cetakan ke-2. h. 56-57

sinetron Para Pencari Tuhan di kelurahan Mekarsari, Depok

Ho adalah pernyataan yang tidak memihak pada hipotesis yang diambil, artinya

hipotesis nol bertolak pada asas praduga tak bersalah.

H1 adalah hipotesis alternatif jika hipotesis nol tidak dapat dibuktikan atau

tertolak, hipotesis ini disebut sebagai hipotesis operasional. Hipotesis alternatif dapat

dibuat sebanyak mungkin untuk mendapat variabel yang valid.6

1.3 Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

Secara umum 1. Untuk mencari pengaruh motivasi terhadap kepuasan penonton sinetron Para

Pencari Tuhan di kelurahan Mekarsari, Depok.

2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya kepuasan yang didapat penonton setelah

menonton sinetron Para Pencari Tuhan.

Secara khusus Untuk mengetahui betul atau tidaknya konsumsi media massa dipengaruhi oleh

motif

Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan pemikiran pada ilmu

Komunikasi terutama dalam bidang kajian Komunikasi Massa untuk teori Uses and

Gratifications yang meneliti kepuasan khalayak dalam menggunakan media massa pada

umumnya, dan khususnya dalam hal kepuasan atas pilihan media elektronik dalam hal ini

adalah televisi

6 Ibid. h.71

Manfaat Praktis 1. Memberikan informasi tentang motif-motif yang mendorong penonton

sinetron Para Pencari Tuhan di kelurahan Mekarsari Depok dalam mengakses

acara tersebut.

2. Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan gambaran yang jelas

mengenai sinetron yang seperti apa yang lebih bisa memuaskan pengguna

media televisi. Agar dapat digunakan sebagai bahan rujukkan dalam bidang

dakwah melalui sinetron.

1.4 Tinjauan Kepustakaan

Dari penelitian skripsi sebelumnya yang berjudul “Motivasi dan Kepuasan

Pembaca Majalah Ummi di Kelurahan Pondok Kopi Jakarta Timur” karya Nyoman Dewi

PP, didapatkan hasil bahwa ada kaitan antara motivasi dengan pemenuhan kebutuhan,

namun sayangnya tidak dijelaskan dengan terperinci motif apa yang memotivasi perilaku

responden, penelitian sebelumnya hanya memberikan data-data tentang kepuasan yang

didapat dan kepuasan yang dicari responden, namun variabel motif itu sendiri tidak

dijelaskan pengaruhnya terhadap kepuasan yang didapat. Maka dari penelitian yang

peneliti lakukan ini, peneliti mencoba mencari motif apa yang sesungguhnya benar-benar

memotivasi responden, ataukah hubungan motivasi dan kepuasan yang didapat penonton

hanya didasarkan pada faktor kebiasaan menonton televisi atau memang ada faktor

lainnya, seperti mutu cerita, penokohan, atau alurnya.

Penelitian lain menunjukkan beberapa pola demografik yang menyatakan kaum

wanita cenderung menggunakan televisi sebagai teman; “orang-orang lebih muda

menonton televisi untuk menghabiskan waktu, kelompok usia menegah menonton televisi

untuk menghabiskan waktu dan mencari informasi, dan kaum lebih tua menonton untuk

mencari informasi.

Dari penelitian itu Lichtenstein dan Rosenfeld menyimpulkan bahwa keputusan

menggunakan saluran-saluran komunikasi massa merupakan suatu proses dua – bagian:

yakni, kita diajari motivasi apa yang dapat dipuaskan setiap medium; kemudian

berdasarkan informasi yang kita miliki bersama tersebut, masing-masing dari kita

membuat pilihan perseorangan. Meskipun pilihan ini merupakan keputusan pribadi,

persepsi kita mengenai apa yang ditawarkan media yang berbeda relatif konsisten; kita

cenderung memiliki citra yang stabil mengenai gratifikasi setiap medium yang

dipersepsi.7

Dalam sebuah laporan yang lengkap dari penelitian yang sama, Levy (1978)

menyimpulkan bahwa di samping menyampaikan informasi kepada pemirsa, berita-berita

televisi juga menguji persepsi dan sikap pemirsa terhadap peristiwa-peristiwa maupun

orang-orang “baru”. Namun demikian, partisipasi berjarak dengan realitas yang

“disucihamakan” dan diselamatkan oleh pembaca berita selebritis. Banyak pemirsa,

katanya “yang secara aktif” memilih di antara siaran-siaran berita yang tengah bersaing ,

“mengatur jadwal mereka agar berada didekat pesawat televisi pada jam berita, dan

memberikan perhatian yang akrab tapi selektif terhadap acara tersebut.8

Tidak hanya audiens televisi, bahkan audiens radio pun berlaku sama. Para

pendengar radio dengan cepat memanfaatkan medium radio untuk memantapkan suasana

7 Stewart L. Tubbs - Sylvia Moss. Human Communication Konteks-Konteks Komunikasi (Bandung; PT

Remaja Rosdakarya,1998) jilid 2 pengantar Deddy Mulyana. h.212 8 Werner J. Severin – James W. Tankard, Jr. Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam

Media Massa, (Jakarta; Kencana Prenada Media Group, 2001) h.356

hati, menghabiskan hari, mendapatkan teman, melegakan diri secara sosial dan

mendapatkan hiburan dan informasi.9

Para peneliti lain bahkan membuat daftar 35 kebutuhan yang diambil

(sebagian berdasar spekulatif) dan literatur tentang fungsi-fungsi sosial dan

psikologis media massa “kemudian menggolongkannya ke dalam lima kategori”:

1. Kebutuhan kognitif – memperoleh informasi, pengetahuan, dan pemahaman.

2. Kebutuhan afektif – emosional, pengalaman menyenangkan, atau estetis.

3. Kebutuhan integratif personal – memperkuat kredibilitas, rasa percaya diri,

stabilitas, dan status.

4. Kebutuhan integratif sosial – mempererat hubungan dengan keluarga, teman, dan

sebagainya.

5. Kebutuhan pelepasan ketegangan – pelarian dan pengalihan.10

1.5 Metodologi Penelitian Pendekatan atau metodologi yang digunakan adalah kuantitatif. Metode

penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Penelitian survei

menggunakan alat kuesioner dalam mengukur tingkat motivasi dan kepuasan penonton

sinetron Para Pencari Tuhan di kelurahan Mekarsari. Proses dimulai dengan

mengumpulkan data pada responden tentang bagaimana kepuasan mereka terhadap

sinetron Para Pencari Tuhan.

Motivasi dan kepuasan responden diukur dengan menggunakan skala Likert,

dengan tingkatan (1). Sangat setuju, (2). Setuju, (3). Ragu-ragu, (4). Tidak setuju, (5).

9 James Lull, Media Komunikasi dan Kebudayaan. Penerjemah A. Setiawan Abadi. (Jakarta; Yayasan Obor

Indonesia, 1997) h.107-108 10 Werner J. Severin. Ibid. h. 357

Sangat tidak setuju. Setiap tingkatan memiliki nilai tersendiri, yakni, jika responden

menjawab sangat setuju maka di beri nilai lima, jika menjawab setuju, maka di beri

empat, jika menjawab ragu-ragu maka di beri tiga, dan seterusnya.

1.5.1 Operasionalisasi Konsep dan Definisi Operasional

Konsep kepuasan penonton sinetron Para Pencari Tuhan terbagi menjadi dua,

yaitu motif atau biasa disebut dengan Gratification Sought dan kepuasan yang diperoleh

atau Gratification Obtained. Kepuasan terhadap sinetron Para Pencari Tuhan diukur

berdasarkan kesenjangan (discrepancy) antara gratification sought dan gratification

obtained. Dengan kata lain kesenjangan kepuasan adalah perbedaan perolehan kepuasan

yang terjadi antara skor GS dan GO dalam mengkonsumsi media tertentu. Semakin kecil

discrepancy-nya, semakin memuaskan media tersebut.

Menurut pendiri teori ini Katz, Blumer, dan Gurevitch, teori ini terbagi atas

beberapa komponen dasar, (1) Sumber sosial dan psikologis, (2) Kebutuhan yang

melahirkan, (3) Harapan-harapan, (4) Media massa atau sumber-sumber yang lain, (5)

Perbedaan pola terpaan media, (6) Pemenuhan kebutuhan.11

Dalam penelitian ini, peneliti

hanya meniliti komponen dua dan enam, yakni kebutuhan yang melahirkan dan

pemenuhan kebutuhan.

Model Expectancy-Values Dari Philip

Palmgreen12

11

www.digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/ikom/2006. Desember 2006, Universitas Kristen Indonesia, disadur

dari buku Jalaluddin Rakhmat, Metodologi Penelitian Komunikasi.Remaja Rosdakarya, Bandung. 12 Rachmat Kriyantono,S.Sos.,M.Si. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Disertai Contoh Praktis Riset Media,

Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group) Cet ke-2, Juni 2007. h.208

Kepercayaan-

Kepercayaan

(beliefs)

Pencarian

Kepuasan

(GS)

Perolehan

kepuasan

yang

diterima (GO)

Gratification sought adalah kepuasan yang dicari atau diinginkan pengguna media

ketika menggunakan suatu jenis media tertentu. Dengan kata lain, pengguna akan

memilih atau tidak memilih suatu media tertentu dipengaruhi oleh sebab-sebab tertentu,

yaitu didasari motif pemenuhan sejumlah kebutuhan yang ingin dipenuhi.

Gratification obtained adalah sejumlah kepuasan nyata yang diperoleh individu

atas terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tertentu setelah individu tersebut menggunakan

media, yang dimaksud dengan gratification obtained (kepuasan yang diperoleh) dalam

penelitian ini adalah sejumlah kebutuhan yang dapat dipenuhi setelah menonton sinetron

Para Pencari Tuhan. Kepuasan ini diukur berdasarkan motif awal (gratification sought)

yang mendasari individu dalam menonton sinetron Para Pencari Tuhan.

Kategori motif dalam penelitian ini dikategorikan sebagai berikut:

1. motif informasi; penonton dikatakan memiliki motif informasi apabila mereka:

a. Dapat mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah

b. Dapat memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan

2. motif indentitas pribadi; penonton dikatakan memiliki motif identitas pribadi

apabila mereka:

a. Dapat memperoleh nilai lebih sebagai masyarakat yang beragama

b. Dapat mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai dalam sinetron

3. motif integrasi dan interaksi sosial; penonton dikatakan memiliki motif intergrasi

dan interaksi sosial apabila mereka;

Evaluasi-

evaluasi

Konsumsi

media

a. Dapat menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial dengan orang

lain disekitarnya

b. Keinginan untuk dekat dengan orang lain

4. motif hiburan; penonton dikatakan memiliki motif hiburan apabila mereka;

a. Bisa mendapatkan hiburan dan kesenangan

b. Bisa bersantai dan mengisi waktu luang

Dari opersionalisasi konsep di atas, peneliti kemudian membuat definisi

operasionalnya yang terdiri atas, pengaruh, motivasi, dan kepuasan. Ketiga hal tersebut

dapat dijabarkan menurut tabel dibawah ini:

Konsep Definisi Nominal Definisi Operasional

Pengaruh Pengaruh adalah taraf

tercapainya tujuan dan

sasaran yang berkaitan

dengan penggunaan suatu

daya, dana, sarana, dan

prasarana dalam prosesnya.

Pengaruh adalah derajat

perubahan yang terjadi

selama mengikuti tontonan

di media yang dapat dilihat

dari sikap dan perbuatan.

Motivasi Penonton Motivasi adalah kekuatan

dorongan dari dalam yang

ada pada diri seseorang

untuk bertindak dengan

cara-cara tertentu

Motivasi adalah derajat

kesungguhan mengikuti

tontonan yang timbul dari

sikap dan perbuatan

seseorang

Kepuasan Penonton Perasaan-perasaan positif

seorang penonton

mengenai apa yang

Dengan lima tingkatan

motif, pada tataran kognitif,

afektif, integratif sosial,

ditontonnya integratif personal,pelepasan

ketegangan.

Ketiga definisi operasional di atas disesuaikan dengan teori uses and

gratifications model. Dalam penjabaran hasil penelitiannya tiap-tiap variabel akan

diwakilkan dalam bentuk angka-angka.

1.5.2 Populasi dan Sampel

1.5.2.1 Populasi Penelitian

populasi penelitian ini adalah seluruh penonton sinetron Para Pencari Tuhan di majelis taklim al-Amin yang berjumlah 120

orang.

1.5.2.2 Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive,

setelah itu dilakukan pengukuran sampel, baru kemudian diambil jumlah sampel yang

dibutuhkan dalam penelitian. Untuk pengukuruan sampel, menggunakan rumus Taro

Yamane, rumus ini digunakan untuk populasi diatas seratus atau lebih. Presisi yang

ditetapkan adalah 10% dengan tingkat kepercayaan 90%, sehingga dihasilkan sampel

sebesar 55 orang.13

1.5.3 Lokasi dan waktu penelitian

Tempat penelitian ini berada di wilayah kelurahan Mekarsari, Depok, tepatnya pada majelis taklim al-Amin. Alasan

mengambil majelis tersebut sebagai tempat penelitian adalah guna mencari keseragaman karakteristik, yakni reseponden bergerak

dalam wadah yang sama serta menyukai sinetron Para Pencari Tuhan diukur dari segala tingkatan usia, jenis kelamin, maupun

pendidikan. Dari segi waktu, waktu yang diperlukan untuk melakukan penelitan ini adalah selama tiga bulan, terhitung dari bulan 19

Desember 2007 hingga 16 Maret 2008.

1.5.4 Teknik pengumpulan data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

13 Rachmat Kriyantono, S.Sos.,M.Si. Teknik Praktis Riset Komunikasi.(Kencana Prenada Media Group,

Jakarta), Cet ke-2, Juni 2007. h.160

Wawancara yang digunakan adalah wawancara semistruktur, dalam hal ini peneliti

mempunyai daftar pertanyaan tertulis tapi memungkinkan untuk menanyakan

pertanyaan-pertanyaan secara bebas, yang terkait dengan permasalahan.14

Dalam

penelitian ini, peneliti mewawancarai penulis skenario sinetron Para Pencari Tuhan.

b. Dokumentasi

Instrumen pengumpulan data yang juga sering digunakan dalam metode survey

adalah dokumen. Peneliti menggunakan beberapa dokumen sebagai sumber informasi

dalam menginterpretasi data hasil survey. Dokumen bisa berbentuk dokumen publik

atau dokumen privat.15

Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai acuan adalah

dokumen publik, yakni skenario sinetron Para Pencari Tuhan.

c. Kuesioner

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden. Disebut juga

angket. Tujuan penyebaran angket adalah mencari informasi yang lengkap mengenai

suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan

jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan. Ada

beberapa jenis angket atau kuesioner: angket terbuka dan tertutup. Dalam penelitian

ini, peneliti menggunakan angket tertutup. Angket tertutup dipilih, semata-mata untuk

meminimalisir kesalahan dari jawaban responden.

1.6 Teknik Analisis Data

14 ibid. h.98 15 ibid.h.114

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

dua variabel, biasanya terdapat diantara dua variabel yang keduanya diukur pada skala

ordinal, interval atau ratio. Pengujian dilakukan dengan menggunakan rumus moment

product correlation, uji atas kedua variabel dilakukan untuk menegaskan pengaruh yang

ada antara kedua variabel tersebut adalah merupakan pengaruh yang signifikan dan bukan

hanya secara kebetulan saja.

Untuk menguji tingkat signifikansinya dilakukan dengan menggunakan rumus

pearson correlation untuk analisis sampel tidak berpasangan. Adapun pertimbangan

peneliti menggunakan rumus statistik karena pearson correlation adalah berfungsi untuk

menguji perbandingan, uji korelasional, dan uji estimasi secara statistik. Selain itu,

pearson correlation digunakan untuk data yang berskala interval atau ratio. Sedangkan

dalam penelitian ini datanya berskala interval. Sebelum tahap pengujian dilakukan,

terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan realibilitas data.

1.6.1. Uji Validitas Instrumen

Berkaitan dengan pengujian validitas. Arikunto (1995:63) menjelaskan bahwa

yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Jika instrumen dikatakan valid berarti

menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid sehingga valid

berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Dari pengertian itu dapat diartikan lebih luwes lagi bahwa valid itu mengukur apa yang

hendak diukur (ketepatan).16

16 Drs. Riduwan, M.B.A. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula, Alfabeta,

Bandung Cet ke-2, September 2005. h. 97

Pada pengujian validitas dalam penelitian ini, peneliti bertumpu pada validitas

internal. Dalam penelitian, validitas internal merupakan tolok ukur yang paling utama

karena kalau kita sudah meragukan validitas hasil penelitian yang diperoleh, maka semua

konsekuensi berikutnya menjadi tidak bermakna lagi. Oleh karena itu, peneliti harus

memberikan perhatian khusus terhadap validitas internal hasil penelitan yang telah

dilakukannya.17

1.6.2 Uji Realibilitas

alat ukur yang disebut reliabel bila alat ukur tersebut secara konsisten

memberikan hasil atau jawaban yang sama terhadap gejala yang sama, walau digunakan

berulang kali. Reliabilitas mengandung arti bahwa alat ukur tersebut stabil dan tidak

berubah-ubah, dapat diandalkan, dan tetap ajeg.18

1.7 Sistematikan Penulisan

Skripsi yang akan ditulis terdiri dari lima bab, dalam setiap bab terdiri dari

beberapa sub bab atau bagian:

BAB I Pendahuluan Berisikan tentang latar belakang masalah, pembahasan dan perumusan

masalah, tujuan penelitan, manfaat penelitian, metodologi penelitian,

sistematika penulisan

BAB II Landasan teoritis

Berisikan tentan motif dan gratifikasi media, teori uses and gratifications,

media televisi,fungsi televisi, dan sinema elektronik

17 Furqon, Ph.D. Statistika Terapan Untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung. Cet ke-1, 1997. h.12-13 18 Rachmat Kriyantono,S.Sos., M.Si. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Kencana Prenada Media Group,

Jakarta. Cet ke-2, Juni 2007. h.140

BAB III Sinema Para Pencari Tuhan Berisikan tentang seluk-beluk sinema Para Pencari Tuhan, visi dan misi

perusahaan tersebut, struktur kru dibalik layar, skenario.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berisi tentang deskripsi data, identitas responden, kepuasan yang dicari,

kepuasan yang didapat, uji hipotesis, interpretasi data, identitas

responden,kepuasan yang dicari, kepuasan yang didapat.

BAB V Penutup Berisikan tentang kesimpulan dan saran, hasil wawancara dan lampiran-

lampiran.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Motif dan Gratifikasi Media

Motif berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak atau to move. Karena

itu motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang

mendorong untuk berbuat atau merupakan driving force.

Motif sebagai pendorong pada umumnya tidak berdiri sendiri, tetapi saling kait

mengkait dengan faktor-faktor lain. Hal-hal yang dapat mempengaruhi motif disebut

motivasi. Kalau orang ingin mengetahui mengapa orang berbuat atau berperilaku ke arah

sesuatu seperti yang dikerjakan, maka orang tersebut akan terkait dengan motivasi atau

perilaku yang termotivasi (Motivated Behaviour).

Para pakar komunikasi membagi motif menjadi dua bagian berdasarkan

penggunaan dan gratifikasi media. Pertama, motif kognitif dan gratifikasi media, kedua

motif afektif dan gratifikasi media. Motif kognitif menekankan kebutuhan manusia akan

informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat ideasional tertentu. Motif afektif

menekankan aspek perasaan dan kebutuhan mencapai tingkat emosional tertentu.

2.1.1 Motif Kognitif dan Gratifikasi Media

Pada kelompok motif kognitif yang berorientasi pada pemeliharaan keseimbangan, Mc Guire menyebut empat teori: teori

konsistensi yang menekankan kebutuhan individu untuk memelihara orientasi eksternal pada lingkungannya. Teori kategorisasi yang

menjelaskan upaya manusia untuk memberikan makna tentang dunia berdasarkan kategori internal dalam diri kita; dan teori

objektifitas yang menerangkan upaya manusia untuk memberikan makna tentang dunia berdasarkan hal-hal eksternal.

1. Teori Konsistensi – memandang manusia sebagai makhluk yang dihadapkan pada

berbagai konflik. Konflik itu mungkin terjadi di antara beberapa kepercayaan

yang dimilikinya sepertti antara “merokok itu merusak kesehatan” dan “merokok

itu membantu proses berpikir”, atau di antara beberapa hubungan sosial, atau di

antara beberapa pengalaman masa lalu dan masa kini. Dalam suasana konflik,

19

manusia resah dan berusaha mendamaikan konflik itu dengan sedapat mungkin

mencari kompromi. Kompromi diperoleh dengan rasionalisasi, atau melemahkan

salah satu kekuatan penyebab konflik. Dalam hubungan ini, komunikasi massa

mempunyai potensi untuk menyampaikan informasi yang menggoncangkan

kestabilan psikologis individu. Tetapi, pada saat yang sama, karena individu

mempunyai kebebasan untuk memilih media, media massa memberikan banyak

peluang untuk memenuhi kebutuhannya.

2. Teori Atribusi – memandang individu sebagai psikolog amatir yang mencoba

memahami sebab-sebab yang terjadi pada berbagai peristiwa yang dihadapinya. Ia

mencoba menemukan apa menyebabkan apa, atau apa yang mendorong siapa

melakukan apa. Respons yang kita berikan pada suatu peristiwa bergantung pada

interprestasi kita tentang peristiwa itu. Kita tidak begitu gembira dipuji oleh orang

yang menurut persepsi kita – menyampaikan pujian kepada kita karena ingin

meminjam uang. Kita sering dipuji oleh orang asing yang – menurut persepsi kita

– memberikan pujian yang objektif.

3. Teori Kategorisasi – memandang manusia sebagai makhluk yang selalu

mengelompokkan pengalamannya dalam kategorisasi yang sudah

dipersiapkannya. Untuk setiap peristiwa sudah disediakan tempat dalam

prakonsepsi yang dimilikinya. Dengan cara itu individu menyederhanakan

pengalaman, tetapi juga membantu mengkoding dengan cepat. Menurut teori ini

orang memperoleh kepuasan apabila sanggup memasukkan pengalaman dalam

kategori-kategori yang sudah dimilikinya, dan menjadi kecewa bila pengalaman

itu tidak cocok dengan prakonsepsinya.

4. Teori objektifitas – memandang manusia sebagai makhluk yang pasif, yang tidak

berpikir, yang selalu merumuskan konsep-konsep tertentu. Teori ini

menyimpulkan bahwa kita mengambil kesimpulan tentang diri kita dari perilaku

yang tampak.

Keempat teori di atas menekankan aspek kognitif dari individu sebagai makhluk

yang memelihara stabilitas psikologisnya. Empat teori kognitif berikutnya – otonomi,

stimulasi, teori teleologis, dan ultilitarian – melukiskan individu sebagai makhluk yang

berusaha mengembangkan kondisi kognitif yang dimilikinya.

1. Teori otonomi – memandang manusia sebagai makhluk yang berusaha

mengaktualisasikan dirinya sehingga mencapai identitas kepribadian yang otonom.

2. Teori stimulasi – memandang manusia sebagai makhluk yang “lapar stimuli”, yang

senantiasa mencari pengalaman-pengalaman baru, yang selalu berusaha

memperoleh hal-hal yang memperkaya pemikirannya. Komunikasi massa selalu

menyajikan hal-hal yang baru, yang aneh, yang spektakuler, yang menjangkau

pengalaman yang tidak terdapat pada pengalaman individu sehari-hari.

3. Teori teleologis – memandang manusia sebagai makhluk yang berusaha

mencocokkan persepsinya tentang situasi sekarang dengan representasi internal

dari kondisi yang dikehendak. Isi media massa sering memperkokoh moralitas

konvensional dan menunjukkan bahwa orang yang berpegang teguh kepadanya

memperoleh ganjaran dalam hidupnya.

4. Teori ultilitarian - memandang individu sebagai orang yang memperlakukan setiap

situasi sebagai peluang untuk memperoleh informasi yang berguna atau

keterampilan baru yang diperlukan dalam menghadapi tantangan hidup.

2.1.2 Motif Afektif dan Gratifikasi Media

Seperti di atas, peneliti akan memulai dengan motif-motif yang ditujukan untuk

memelihara stabilitas psikologis dan motif-motif yang mengembangkan kondisi

psikologis. Pada kelompok pertama kita masukkan teori reduksi tegangan, teori ekspresif,

teori ego-defensif, dan teori peneguhan. Pada kelompok kedua kita memasukkan teori

penonjolan, teori afiliasi, teori identifikasi, dan teori peniruan.

1. Teori reduksi tegangan – memandang manusia sebagai sistem tegangan yang

memperoleh kepuasan pada pengurangan ketegangan. Tegangan emosional karena

marah berkurang setelah kita mengungkapkan kemarahan itu, baik langsung

maupun tidak langsung. Film kekerasan dalam televisi dianggap bermanfaat karena

membantu orang melepaskan kecenderungan agresifnya.

2. Teori ekspresif – menyatakan bahwa orang memperoleh kepuasan dalam

pengungkapan eksistensi dirinya – menampakkan perasaan dan keyakinannya.

Komunikasi massa mempermudah orang untuk berfantasi, melalu identifikasi

dengan tokoh-tokoh yang disajikan. Sehingga orang secara tidak langsung

mengungkapkan perasaannya.

3. Teori ego-defensif beranggapan bahwa dalam hidup ini kita mengembangkan citra

diri yang tertentu dan kita berusaha untuk mempertahankan citra diri ini serta

berusaha hidup sesuai dengan diri dan dunia kita. Teori ini memberikan penjelasan

mengapa terjadi perhatian selektif atau pemberian makna terhadap pesan

komunikasi yang mengalami distorsi.

4. Teori peneguhan memandang bahwa orang dalam situasi tertentu akan bertingkah

laku dengan suatu cara yang membawanya kepada ganjaran seperti yang telah

dialaminya pada waktu lalu. Di samping isi media yang menarik, peristiwa

menggunakan media sering diasosiasikan dengan suasana yang menyenangkan;

misalnya, menonton televisi sering dilakukan ditengah-tengah keluarga.

5. Teori penonjolan – memandang manusia sebagai makhluk yang selalu

mengembangkan seluruh potensinya untuk memperoleh penghargaan dari dirinya

dan dari orang lain. Berhubungan tentang pemenuhan fantasi seseorang atau

memberikan kesempatan pada orang untuk mengidentifikasi dirinya pada media.

6. Teori afiliasi – memandang manusia sebagai makhluk yang mencari kasih sayang

dan penerimaan orang lain. Dalam hubungannya dengan gratifikasi media banyak

sarjana ilmu komunikasi yang menekankan fungsi media massa dalam

menghubungkan individu dengan individu lain. Lasswell (1948) menyebutnya

dengan fungsi “correlation”.

7. Teori identifikasi – memandang manusia sebagai pemain peranan yang berusaha

memuaskan egonya dengan menambahkan peranan yang memuaskan pada konsep

dirinya. Saat ini isi media cenderung menggambarkan orang dalam berbagai situasi

dramatis yang melibatkan respons-respons menarik dan memperkenalkan khalayak

pada berbagai peranan dan gaya hidup.

8. Teori peniruan – hampir sama dengan teori identifikasi, memandang manusia

sebagai makhluk yang selalu mengembangkan kemampuan afektifnya. Teori

peniruan menekankan orientasi eksternal dalam pencarian gratifikasi. Komunikasi

massa menampilkan berbagai model untuk ditiru khalayaknya.19

1. massa diasumsikan mempunyai tujuan.

19 Drs. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc. Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Cet ke-23, Oktober 2005. h. 208-216

2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan

kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak.

Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain 2.2 Teori Uses and

Gratifications

Peneliti menggunakan teori uses and gratifications, teori ini menitikberatkan pada

pola penggunaan dan pola pemanfaatan media massa oleh manusia. Dalam asumsi ini

tersirat pengertian bahwa komunikasi massa berguna (Utility): Bahwa konsumsi media

diarahkan oleh motif (intentionatility).20

Asumsi dasar dari teori uses and gratifications model :

3. Khalayak dianggap aktif; artinya sebagian penting dari penggunaan media untuk

memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari

rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi

melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang

bersangkutan.

4. Banyak tujuan pemilihan media massa disimpulkan dari data yang diberikan

anggota khalayak; artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan

kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.

5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti

lebih dahulu orientasi khalayak.21

Model uses and gratifications memandang individu sebagai makhluk suprarasional

dan sangat selektif. Ini memang mengundang kritik. Tetapi yang jelas, dalam model

ini perhatian bergeser dari proses pengiriman pesan ke proses penerimaan pesan.

20 Jalaluddin Rakhmat. Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1984) cetakan ke-

13, mei 2007, h.65 21 Jalaluddin, op.cit h. 205

Dibandingkan dengan jarum hipodermik, model uses and gratifications mempunyai

kelebihan dan kekurangannya. Sven Windhal (1981:177) menuliskan perbedaan

antara pendekatan efek (model jarum hipodermik) dengan pendekatan uses and

gratifications seperti diagram dibawah ini:

Keuntungan Pendekatan Efek

Memperhitung-

kan seluruh proses komunikasi

minat pada karakteristik

stimuli

Pendekatan uses and

gratifications

Memperhitungkan deskripsi

dinamis tentang khalayak.

Anggota khalayak tidak

sepenuhnya pasif.

Menjelaskan penggunaan

media

Kerugian Khalayak sering dilukiskan

sebagai makhluk yang

seluruhnya pasif dan mudah

dimanipulasikan

Pandangan mekanistis

terhadap proses komunikasi

Terlalu banyak menjelaskan

efek dalam hubungannya

dengan stimuli

Stimuli tidak diperhitungkan

hanya model penerimaannya

saja

Terlalu melebih-lebihkan

anggota khalayak

Menggunakan faktor-faktor

mental (seperti motif mencari

keterangan)

Sebelum menceritakan berbagai motif yang mendorong orang menggunakan

media, menurut Mc Guire, kita harus menjawab dulu pertanyaan : betulkah konsumsi

komunikasi massa merupakan perilaku yang di dorong oleh motif? Sebagian orang

menyatakan bahwa terpaan media lebih merupakan kegiatan yang kebetulan dan amat

dipengaruhi oleh faktor eksternal. Sebagian yang lain memandang pemuasan kebutuhan

dengan media begitu kecil dibandingkan dengan kebutuhan khalayak sehingga faktor

motivasional hampir tidak berperanan dalam menentukan terpaan media. Sebagian yang

lain lagi berpendirian bahwa walaupun ada pemuasan potensial dalam komunikasi massa,

kita tidak begitu berhasil dalam menemukan pemuasan karena media massa tidak

memberikan petunjuk tentang potensi ganjaran yang dapat diberikan.

Model ini mempunyai beberapa komponen, yaitu : anteseden, motif, penggunaan

media dan efek. Komponen anteseden diukur dengan variabel individual yang terdiri dari

data demografis, seperti usia, jenis kelamin, dan faktor psikologis komunikan. Variabel

lingkungan seperti organisasi, sistem sosial dan struktur sosial.22

Model Awal Uses and Gratifications Dari Rosengreen23

Anteseden motif penggunaan media efek

-variabel individu -personal -hubungan -kepuasan

-variabel lingkungan - diversi -macam isi -pengetahuan

-personal -hubungan dengan isi

-identity

Menurut teori behaviorisme “law of effects” perilaku yang tidak mendatangkan

kesenangan tidak akan diulangi, artinya kita tidak akan menggunakan media massa bila

media massa tidak memberikan pemuasan kebutuhan kita. Jadi jelaslah bahwa

penggunaan media massa karena didorong oleh motif-motif tertentu.24

Denis McQuail menyebutkan ada dua hal dibalik pendekatan ini. Pertama adalah

adanya oposisi terhadap asumsi yang deterministik mengenai efek media, yang

22 Drs. Jumroni, M.Si dan Drs. Suhaimi, M.Si, Metode-metode Penelitian Komunikasi. (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) h.59 23 Rachmat Kriyantono, S.Sos, M. Si, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Disertai Contoh Praktis Riset

Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Kencana Prenada

Media Group, Jakarta. Cet ke-2, Juni 2007. h. 206 24 Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) h.207

merupakan bagian dari dominannya peran individu yang kita kenal dalam model

komunikasi dua tahap. Kedua, adanya keinginan untuk lepas dari perdebatan yang kering

dan terasa steril mengenai penggunaan media massa yang hanya didasarkan atas selera

individu. Dalam hal ini, pendekatan uses and gratifications memberikan suatu cara

alternatif untuk memandang pada hubungan isi media dan audiens, dan pengkategorian

isi media menurut fungsi daripada tingkat selera yang berbeda.25

2.4 Media Televisi Dan Sinetron Sebagai Media Dakwah

2.4.1 Pengertian Media Televisi

Pengertian televisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah :“TV adalah

pesawat sistem penyiaran gambar obyek yang bergerak yang disertai dengan bunyi

(suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah

cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya menjadi

berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk

penyiaran, pertunjukkan, berita, dan sebagainya.”26

Roger Maxwell menulis bahwa televisi adalah sebagai “a brand of broadcasting,

and it depends like sound radio, on the transmission of signals in the form of

elektromagnetic waves that travel at the speed of light” (sebagai suatu cabang dari

penyiaran radio, dan sebagaimana siaran radio, ia tergantung pada penyampaian tanda-

tanda elektromagnetis secepat sinar).27

25 S. Djuarsa Sendjaja. Teori Komunikasi. (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Januari 2002) h.5.37 26 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai

Pustaka, Jakarta, 1989. h.919 27 Ton Kertapati, Dasar-Dasar Publisistik dalam Perkembangannya di Indonesia Menjadi Ilmu

Komunikasi, Bina Aksara, Jakarta , Cet. Ke-3, 1986, h.59

Sedangkan Maurice Gorham mengatakan “Television is the transmission of

images by wire or radio and their simultaneous reception at a distant spot” ( Televisi

adalah penyampaian dengan gambar-gambar dengan kawat atau radio dan penerimaannya

secara simultan di tempat yang jauh).28

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa televisi adalah sebuah alat atau benda untuk menyiarkan siaran-siaran yang

membawakan suara dan gambar sekaligus dan dari siaran televisi tersebut penonton dapat

mendengar dan melihat gambar-gambar yang disajikan, yang memadukan unsur-unsur

radio dan film.

2.4.2 Fungsi Televisi

tidak pelak lagi, umat manusia sekarang ini telah memasuki era revolusi yang

dahsyat dalam upaya-upaya yang sadar atau tidak bagi pemenuhan kebutuhannya akan

informasi. Era yang memungkinkan kemampuan dan kapasitas intelektual menjadi –

meminjam ungkapannya Idi Subandy Ibrahim – “Condition sine quo non” guna dapat

memahami dan mengoperasikan peralatan tercanggih hasil penemuan rasionalitas

manusia dalam dasawarsa terakhir abad XX.

Perkembangan masyarakat modern, tak lepas dari perkembangan media massa.

Komunikasi antarpersona yang dilakukan face to face, sudah tak sanggup lagi

menampung proses interaksi hubungan manusia dalam masyarakat yang semakin maju.

Karena itu, masyarakat modern pasti membutuhkan media yang bersifat massal – dalam

masyarakat modern – lahirlah apa yang disebut produk budaya massa.

Perkembangan masyarakat yang dipacu oleh kemajuan teknologi komunikasi

yang semakin canggih menunjukkan pengaruh yang kuat terhadap kemekaran media

28 Ibid.

massa. Tetapi di pihak lain, secara timbal balik fenomena ini menimbulkan dampak yang

teramat kuat pula terhadap masyarakat. Para pakar komunikasi mengkhawatirkan

pengaruh media massa ini bukannya menimbulkan dampak yang positif konstruktif,

melainkan yang negatif destruktif. Lalu para pakar ini mempertanyakan fungsi

sebenarnya dari komunikasi massa atau media massa itu.

Harold D. Lasswell menjelaskan dengan gamblang tentang beberapa fungsi

komunikasi (dalam hal ini media massa) bagi masyarakat umum, sebagai berikut:

1. Informasi; pengumpulan, penyimpanan, pemprosesan, penyebaran berita, data,

gambar, fakta dan pesan, opini, dan komentar yang dibutuhkan agar orang dapat

mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi internasional, lingkungan dan

orang lain, dan agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

2. Sosialisasi; penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang

bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang

menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif dalam

masyarakat.

3. Motivasi; menjelaskan tujuan jangka pendek dan panjang setiap masyarakat,

mendorong menentukan pilihan dan keinginannya, mendorong kegiatan individu

dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang dikejar.

4. Pendidikan; pengalihan ilmu pengetahuan sehingga memotivasi perkembangan

intelektual, pembentukkan watak dan pendidikan keterampilan.

5. Memajukan kebudayaan; penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan

maksud melestarikan warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan

memperluas horizon seseorang, membangun imajinasi dan mendorong kreativitas

serta kebutuhan estetikanya.

6. Hiburan; penyebarluasan sinyal, simbol, suara, dan citra (image) dari drama, tari ,

dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan individu dan kelompok.

7. Integrasi; menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan

memperoleh pesan yang diperlukan agar mereka dapat saling mengenal dan

mengerti serta menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang lain.29

Era bagi bangsa Indonesia yang akan datang adalah era informasi – begitu dugaan

dan harapan banyak orang. Namun, berbicara tentang era informasi berarti juga berbicara

tentang peranan media elektronik (dalam hal ini televisi) bagi kepentingan dan kebutuhan

umat manusia dalam menyongsong masa depan dan gelombang ketiga.

Lebih lanjut Dennis McQuail mengemukakan tentang fungsi media massa, yaitu :

1. Media massa merupakan industri yang berubah dan berkembang, yang

menciptakan lapangan kerja, barang dan jasa serta menghidupkan industri lain

yang terkait; media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan

dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat

industri lainnya. Di lain pihak, institusi media massa diatur oleh masyarakat.

2. Media massa merupakan sumber kekuatan alat kontrol manajemen dan inovasi

dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti sumber daya lain.

3. Media massa sering kali berperan untuk menampilkan peristiwa-peristiwa

kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional ataupun internasional.

29 Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995, Cet ke-9, h.

27-28

4. Media massa sering kali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan,

yang bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi

juga dalam pengertian tata cara, mode, gaya hidup, dan norma-norma.

5. Media massa telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu dalam

upaya memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat

dan keluarga masyarakat dan keluarga secara kolektif. Media juga menyuguhkan

nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.30

Dengan demikian jelaslah bahwa secara fungsional televisi menjadi perangkat

universal bagi manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dalam

kehidupan, seperti mendifusikan informasi (to inform), mendidik (to educate), menghibur

(to entertain), dan mempengaruhi (to influence). Namun kita juga dapat melihat

kenyataan, walaupun semua fungsi universal tersebut sudah dipenuhi, ada fungsi lain

yang seringkali (mungkin tidak disadari) terabaikan atau terlecehkan. Dalam hal ini

fungsi khas budaya Indonesia yang memberikan dasar dan landasan kultural atau

“benteng budaya” belum menjadi kenyataan. Oleh karena itu, apabila kita ingin melihat

seberapa jauh kontribusi stasiun televisi yang ada dalam mewujudkan masyarakat

Indonesia yang dicita-citakan, pembangunan manusia Indonesia seutuhnya atau

masyarakat madani, jawatannya akan sangat tergantung pada seberapa jauh orientasi dan

tujuan penyelenggaraan televisi tersebut sebagai sarana massa.

2.4.3 Televisi Sebagai Media Dakwah

30 N. Syamsuddin Ch. Haesy, Tehnik Manajemen Penyiaran dan Penerangan Agama dalam Media Massa,

Makalah Seminar IAIN Jakarta, 15 Mei 1993, h. 1-2

Munculnya media TV dan media lainnya yang merupakan produk dari kemajuan

teknologi komunikasi telah menyediakan berbagai kemudahan dan manfaat bagi

kelangsungan hidup manusia.

Khusus bagi TV sendiri, memang harus diakui mempunyai banyak keunggulan

ketimbang media massa lainnya. Dedy Djamluddin dalam tulisannya, “Mencari Solusi

Dakwah Efektif di Televisi”, menyimpulkan bahwa ada beberapa alasan mengenai

keunggulan televisi. Pertama, pesan televisi disajikan secara audio visual. Kedua, dilihat

dari sisi kualitas peristiwa televisi bisa lebih cepat memberi informasi paling dini kepada

masyarakat. Ketiga, disisi khalayak televisi menjangkau jutaan pemirsa ketimbang media

massa lainnya yang mungkin hanya menjangkau pemirsa ratusan ribu. Keempat, efek

kultural televisi lebih besar daripada efek media massa lainnya khususnya bagi

pembentukkan perilaku proposial dan antionak.31

Media berarti segala bentuk yang membantu juru dakwah dalam menyampaikan

dakwahnya secara efektif dan efisien.32

Saat ini hampir di setiap stasiun penyiaran televisi di Indonesia memiliki program

acara dakwah Islam baik yang sifatnya rutin atau tidak rutin, meski porsinya cukup jauh

dari pada tayangan-tayangan komersial lainnya, namun paling tidak hal ini cukup

memuaskan dalam hal pemenuhan kebutuhan khalayak terhadap televisi yang berfungsi

sebagai media informasi dan pendidikan.

Televisi dapat dikatakan sangat efektif untuk kepentingan dakwah, karena

kemampuannya dapat menjangkau daerah yang cukup luas dengan melalui siaran gambar

sekaligus narasinya. Dakwah melalui televisi dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik

31 Dedy Djamaluddin Malik, Mencari Solusi Dakwah Efektif di Televisi: Dakwah Kontemporer Pola

Alternatif Dakwah Melalui TV, (Bandung: Pusdai Press, 2000), Cet. Ke-1, hal.87 32 Abd. Karim Zaedan, Dasar-dasar Ilmu Dakwah II, (Jakarta: Media Dakwah, 1984), cet. Ke-2, hal.225

dalam bentuk ceramah, sandiwara, ataupun drama. Dengan televisi seorang pemirsa dapat

mengikuti dakwah seakan ia berada langsung dihadapan da’i, seakan ia dapat

mengadakan komunikasi langsung dengannya untuk menarik dakwah langsung melalui

televisi apalagi jika da’i benar-benar mampu menyajikan dakwahnya dalam suatu

program yang sederhana dan disenangi oleh berbagai kalangan masyarakat.33

Kehadiran berbagai stasiun televisi baik nasional maupun swasta secara tidak

langsung menjadikan alternatif tontonan yang sangat luas bagi pemirsa di rumah dan bagi

pengelola stasiun televisi, menjadi suatu kewajiban untuk menampilkan paket acara-acara

menarik. Televisi merupakan tempat yang potensial untuk berdakwah. Hal tersebut dapat

dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Roper Organization (AS) 1982,

menyebutkan bahwa televisi mempunyai kredibilitas 53 %, surat kabar 22 %, majalah 28

%, dan radio 6 %.34

Dari hasil penelitian tersebut kita maupun pihak pengelola harus tanggap bahwa

dakwah di televisi itu lebih efektif karena ditonton banyak orang terlebih mayoritas

negara kita 88 % pemeluk agama Islam, maka sudah selayaknya para pengelola televisi

bisa menghadirkan paket acara dengan nuansa Islami sebagai penghormatan dan sebagai

penyeimbang bagi tayangan yang lebih tertuju kepada politis, informative, dan hiburan.

2.5 Sinetron atau Sinema Elektronik

Alat televisi pertama kali diperjualbelikan pada akhir tahun.1920-an, meski tidak

banyak didiskusikan sebelumnya. Pemindai mekanis televisi pertama terbuat dari sebuah

“kotak topi”. Baird menghargai perlunya publisitas apalagi karena ia sangat bergantung

33 Darmawansastro Subroto, Televisi Sebagai Media Pendidikan, (Yogyakarta: Duta Wacana University

Press,1994), hal.89 34 Bisri Hasanuddin, Dakwah untuk Desa Global Dunia Islam, (Jakarta: Pelita 13 Desember 1991)

pada dukungan dana orang lain, akibatnya ia lebih banyak membuat publisitas bagi

televisi di kedua sisi lautan Atlantik dibandingkan orang lain manapun.

Pada 30 September 1929 untuk pertama kalinya Baird meluncurkan layanan

televisi percobaan. Presiden the British Broadcaster of Trade, yang memberikan

persetujuannya menyatakan pada para penonton (viewers) bahwa ia mengharapkan di

masa depan ilmu terapannya yang baru ini mendorong tumbuhnya suatu industri baru,

tidak hanya bagi Inggris dan kerajaan Inggris Raya saja, tetapi juga bagi seluruh dunia.35

Tak dapat dipungkiri lagi bahwa revolusi elektronik, khususnya media televisi di

dunia telah mencapai tahap yang paling canggih dan spektakuler. Hadirnya televisi

swasta di Indonesia dengan berbagai macam mata acara yang menarik terus- menerus

diikuti perkembangannya oleh pemirsa, siaran langsung sepak bola di negara Italia dan

Inggris misalnya dapat dilihat dalam waktu yang dapat bersamaan di RCTI.

Pemirsa televisi dihadapkan pada banyak alternatif tontonan dari berbagai acara

televisi yang berbeda. Salah satunya adalah sinetron atau sinema elektronik.

Menjamurnya paket sinetron bukan hal luar biasa. Kehadiran sintetron merupakan satu

bentuk aktualitas komunikasi dan interaksi manusia yang diolah berdasarkan alur cerita

untuk mengangkat permasalahan hidup manusia sehari-hari.

Memang belum ada metode atau ukuran yang jelas dan pasti dalam membuat

sinetron yang baik dan berkualitas serta memenuhi selera pemirsa. Tetapi para kru

televisi dituntut untuk bertanggung jawab dalam membuat paket sinetron. Ini merupakan

beban moral yang harus diterima.

35 Asa Briggs dan Peter Burke, Sejarah Sosial Media dari Gutenberg sampai Internet, (Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia, 2006) h. 215

Berbicara mengenai isi pesan dalam sinetron dalam sebuah paket sinetron televisi,

bukan hanya melihat dari segi budaya, tetapi juga berhubungan dengan masalah ideologi,

ekonomi, maupun politik. Dengan kata lain, paket sinetron merupakan cerminan

kehidupan nyata dari masyarakat sehari-hari.

Untuk membuat sinetron, ada dua hal yang cukup penting dan perlu diperhatikan,

yaitu:

1. Terdapat permasalahan sosial dalam cerita sinetron yang mewakili realitas sosial

dalam masyarakat.

2. Menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam sinetron secara positif dan

responsif.

Jadi kesimpulannya, isi pesan sinetron di televisi harus dapat mewujudkan dan

mengekspresikan kenyataan sosial masyarakat, tanpa melepaskan diri dari lingkungan

budaya pemirsa yang heterogen.36

Dilihat dari segi dakwah, sinetron memiliki potensi besar sebagai sarana untuk

menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada khalayak.

36 Drs. Wawan Kuswandi. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. (Jakarta; PT RINEKA

CIPTA, 1996) h.129-133

BAB III

DATA-DATA PENELITIAN

3.1 Latar Belakang Berdirinya PT Demigis Citrasinema

3.1.1 Sejarah Singkat

PT Demi Gisela Citra Sinema didirikan pada awal tahun 1997 oleh Deddy

Mizwar, yang bertindak selaku komisaris, direktur utama, sekaligus produser.

Perusahaan ini bergerak di bidang produksi tayangan film dan sinetron serta iklan. Pada

awal berdiri, Citra Sinema mengkaryakan 7 (tujuh) orang karyawan tetap, kemudian

berkembang menjadi 25 orang sampai sekarang.

Produksi pertama Citra Sinema adalah sinetron serial komedi “Mat Angin” (1997, TPI),

berlanjut dengan judul-judul populer lainnya, di antaranya serial “Lorong Waktu”,

“Kiamat Sudah Dekat”, “Ketika”, “Demi Masa”, “Bingkisan untuk Presiden”, dan

banyak lagi lainnya. Citra Sinema dikenal dengan produksi film dan sinetron bernuansa

relijius yang dibumbui humor cerdas.

Citra Sinema mendapat banyak penghargaan dari Festival Film Indonesia,

Festival Sinetron Indonesia, Festival Film Bandung, dan dari berbagai event serta

lembaga-lembaga yang bersimpati.37

3.1.2 Manajemen

Manajemen di dalam PT Demi Gisela Citra Sinema tidak berbeda dengan

perusahaan-perusahaan lainnya. Dipimpin oleh seorang Direktur Utama/Produser, yang

dibantu oleh General Manager, Sekretaris, Finance Department, Production Department,

dan Creative Department. Sebagai sebuah perusahaan kecil-menengah, beberapa bidang

tugas dirangkap oleh satu orang, misalnya General Manager yang merangkap tugas

37 Dokumen privat dari rumah produksi Demi Gisela Citrasinema, diambil pada tanggal 23 Maret 2008

37

HRD; Production Department yang sekaligus mengurusi pemeliharaan alat-alat syuting

dan editing.

Standar gaji karyawan sesuai dengan UMR, begitu pula dengan pemberian THR

dan tunjangan-tunjangan lainnya.

Citra Sinema bertempat di sebuah ruko tiga lantai dengan pembagian sebagai

berikut:

Lantai Dasar: digunakan oleh Departemen Produksi, mushola, ruang penyimpanan alat-

alat syuting, pantry, ruang tunggu, dan ruang casting para calon pemain (talent), serta

toilet.

Lantai Dua: terdiri dari tujuh ruangan untuk Departemen Keuangan, Sekretaris, ruang

kerja Direktur Utama/Produser, ruang kerja Finance Manager/General Affairs, Meeting

Room, Creative Department, dan Ruang Tunggu.

Lantai Tiga: dibagi menjadi dua, yakni Ruang Preview dan Ruang Editing (terdiri dari

lima bilik, termasuk Digital Library).

Untuk keperluan produksi syuting, selain mempekerjakan karyawan tetap,

perusahaan ini juga mempekerjakan SDM outsource yang terikat kontrak dalam jangka

waktu produksi; misalnya Sutradara, kru, Musisi, tambahan tenaga Editor, penyedia

peralatan syuting, Penulis Skenario, dan sebagainya.38

3.2 Visi dan Misi PT Demigis Citrasinema

VISI

PT Demi Gisela Citra Sinema: "Dunia dengan segala kehidupannya adalah sarana

beribadah kepada Allah SWT."

38 Ibid

PT Demi Gisela Citra Sinema didirikan dan dimiliki oleh Deddy Mizwar.

Sebagai seorang yang relijius, Deddy Mizwar ingin mengorientasikan hidupnya pada

ibadah kepada Allah dengan landasan ayat dalam Al Qur'an "Tidak Aku ciptakan jin dan

manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu" (Surat Az Zariat: 51).

Maka, segala usaha dan kerja dalam hidupnya, termasuk perusahaan yang dia

dirikan, dijalankan dengan mengarah pada tujuan tersebut. Semua produksi yang dibuat

oleh PT Demi Gisela Citra Sinema senantiasa berlandaskan pada visi tersebut. Dalam

produksi sinetron, misalnya, tema-tema yang ditampilkan lebih banyak mengacu pada

tema-tema relijius yang dikemas dengan nuansa entertainment sehingga bisa dinikmati

penonton pada umumnya. Demi Gisela Citra Sinema menyadari bahwa penonton tidak

hanya membutuhkan hal-hal yang bernilai luhur, tapi juga membutuhkan kesenangan

selama menonton.

MISI

PT Demi Gisela Citra Sinema: "Memproduksi karya sinema yang berorientasi pada

pencerdasan dan pencerahan ummat."

Semua produksi PT Demi Gisela Citra Sinema bertujuan turut mencerdaskan dan

mencerahkan ummat (pemirsa). Berkreasi dengan koridor semacam ini berarti Produser

sangat berkepentingan dalam pemilihan tema-tema dan topik yang tertuang dalam setiap

sinetron dan film yang diproduksinya. Tema-tema yang diangkat berkisar pada tema-

tema relijius (Islam) yang dikolaborasi dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam

masyarakat Indonesia, khususnya.

Cara penyajiannya juga diupayakan mengarah pada upaya pencerdasan dan

pencerahan ummat. Sinetron dan film produksi Demi Gisela Citra Sinema menghindari

penyajian yang menggurui, vulgar, verbal, dan melanggar suku, agama, ras, dan

antargolongan (SARA) serta etika. Sebagai gantinya, teknik penyajiannya lebih

merupakan teknik analogi yang tidak secara langsung tapi lebih efektif dan "membekas"

dalam benak pemirsa. Selain itu, kadang disisipkan pula elemen-elemen humor dalam

penyajian agar mudah diterima dan disukai pemirsa. Jenis humornya pun diseleksi yang

tidak melanggar aturan agama. Kadangkala harus menghilangkan sebuah adegan yang

sangat menarik hanya untuk menghindari dari pelanggaran-pelanggaran tersebut.

Demi Gisela Citra Sinema mencoba untuk lebih bertanggung-jawab terhadap

pemirsa, khususnya bertanggung-jawab kepada Tuhan.

3.3 Struktur Jabatan PT Demigis Citrasinema

STRUKTUR PRODUKSI FILM & SINETRON

PT DEMI GISELA CITRASINEMA

3.4 Skenario Sinema Para Pencari Tuhan

3.4.1 Tema Sentral Sinema Para Pencari Tuhan

POST PRODUCTION

• Editor

• Musisi

• Animator

• Sound Engineer

• Dll.

ARTIS/

TALENT

SUTRADARA

MANAJER

PRODUKSI TIM KREATIF • Pengarah kreatif

• Penulis

• Disain grafis

PUBLIC

RELATIONS

KRU • Pengarah

fotograrfi/D O P

• Pengarah Artistik

• Kostum&Make Up

• Kameramen

• Operator Peralatan

• Driver

• Diesel/Genset

UNIT

PRODUKSI

Untuk pemilihan tema dan topik, biasanya merupakan hasil diskusi antara Wahyu

dengan tim kreatifnya yang terdiri dari: Bang Diding Jacob, HAMBA, Kang Arief, Albert

Hakim, Farrel M. Rizqy, Amiruddin Olland, dan Veronica Grensilia.

Tema umum sinetron Para Pencari Tuhan adalah Hidup dengan Al Qur'an.

maksudnya, Wahyu ingin menggambarkan tentang masyarakat yang kehidupan atau

segala aktifitasnya dalam prosesnya diatur berdasarkan Al-Qur’an, kehidupan yang ingin

ditampilkan disini, bahwa hidup dibawah naungan Al-Qur’an tidak sesempit pikiran

manusia zaman sekarang, yang kebanyakan justru menjauhi Al-Qur’an.39

Pesan utamanya adalah dekatkan kembali hidupmu pada Islam. Di sini Wahyu

hendak mengatakan, hidup dalam Islam tidaklah seburuk persangkaan kita, di mana

aturan yang ketat memenjarakan setiap langkah kita, namun ia ingin mengatakan dengan

kembali pada Islam, hidup akan lebih aman, damai, tentram, dan sejahtera, ia pun ingin

menyampaikan, bahwa sesungguhnya Islam itu bersifat fleksibel, namun bukan berarti

karena kefleksibelannya, kita mencampuradukkannya dengan pemahaman lain yang

tergolong asing dalam Islam.

3.4.2 Alur dan Penokohan

3.4.2.1 Alur

Dalam skenario sinetron Para Pencari Tuhan, yang digunakan adalah alur

campuran, di mana sinopsis bercerita mengenai kisah hidup tiga mantan narapidana,

39 Wawancara dengan Wahyu HS, penulis skenario, tanggal 27 Maret 2008

yaitu: Barong, Juki, dan Chelsea. Mereka tidak lagi dapat diterima oleh masyarakat

dilingkungan tempat mereka bersosialisasi dikarenakan mantan napi.

Setelah keluar dari penjara, Barong diusir dari komplotan curamnor lantaran

sering menyanyi di pengadilan. Dengan kasus yang hampir sama, Juki yang mantan

copet, ditolak mentah-mentah saat kembali ke rumah ibunya. Nasib Chelsea sedikit

menyedihkan. Ketika akan mengajak rujuk kembali dengan mantan istri, ternyata sang

istri sudah menikah dengan polisi yang menjebloskannya ke penjara.

Akhirnya mereka bertiga secara tak sengaja bertemu dan luntang lantung

menyusuri Jakarta yang tak lagi ramah. Seharian mereka menjumpai warung tutup. Hati

mereka makin sakit, merasa dunia sudah benar-benar menutup diri bagi mereka. Mereka

baru tersadar saat ada yang memberitahu bahwa hari ini adalah hari pertama bulan puasa,

sehingga tak ada orang makan di warung.

Ketiganya kemudian terdampar di musala. Di sana ada Bang Jack, penjaga musala

yang fanatik dengan bedug. Dia tak mau adzan jika belum menabuh bedug. Mantan

tukang jagal ini akhirnya tak hanya menerima ketiga narapidana, tapi sekaligus sudi

membimbingnya ke jalan yang benar. Sebenarnya Bang Jack sendiri ilmu agamanya pas-

pasan, sehingga dalam penerapan agama sering keliru. Untunglah ada Aya yang

membantunya. Gadis cantik penjual kolak dan pengelola taman bacaan itu paham soal

agama. Ada pula Ustad Ferry sang ketua pengurus musala, yang pamornya tengah

menanjak setelah menjadi komentator di sebuah televisi.

Insyaf bukanlah hal mudah bagi ketiganya. Pun ketika mereka harus berpuasa di

Ramadan, apalagi Bang Jack mencanangkan "Bulan Berburu Rezeki Halal". 40

40 www.Liputan6.com, 23 september 2007

Sebenarnya sinetron ini diangkat dari keresahan Deddy Mizwar sebagai

penggagas seni. Ia merasa selama bulan ramadhan acara yang ditampilkan kebanyakan

lebih bersifat hura-hura dan saling ejek fisik. Sedangkan nasihat atau inti sari agama yang

disampaikan tidak tercapai. Karena itu Deddy mengangkat sinetron ini untuk

menyalurkan segala keresahannya dan menjadikan sinetron ini sebagai salah satu

tanggung jawab moral kepada masyarakat di Indonesia yang membutuhkan tontonan

yang mendidik.

3.4.2.2 Penokohan

Dalam hal penokohan, Wahyu berujar bahwa dirinya menggunakan pendekatan

psikologis yang realistis untuk membedah karakter psikologis setiap karakter atau

tokoh hingga detail-detailnya dengan pendekatan realistis. Tokoh atau karakter yang

dimunculkan disesuaikan dengan kebutuhan cerita, karena setiap tokoh/karakter harus

mampu mendukung alur cerita atau plot. Tentunya karakter ini dapat semakin terasah

dengan bantuan sang sutradara.

Dalam sinetron PPT, pembangunan karakter sangat sempurna bahkan boleh

dikatakan cukup revolusioner bila dibandingkan dengan berbagai sinetron kurang

mendidik yang masih saja ditayangkan, dengan orang-orang Bollywood sebagai tokoh

utama konspiratornya. Sinteron-sinetron kita saat ini bukan saja rendah pembentukan

karakternya tapi memang tidak diperhatikan. Namun dalam sinetron PPT tidak, dalam

sinema Para Pencari Tuhan, sutradaranya mampu membentuk karakter masing-masing

orang bahkan dengan memperkuat karakter kepribadian orang itu. Deddy adalah jenis

sutradara yang tidak menjadikan aktornya tersiksa dalam karakter orang lain. Contoh

yang bisa dilihat, seperti karakter Udin, si Udin Nganga, kemungkinan dalam

kesehariannya memang berkarakter asal bicara, cerewet dan kritis. Di tangan Deddy

Mizwar aktor Udin ini diperkuat, dari seluruh pemeran PPT karakter Udinlah yang

terbaik, dia menjadi penterjemah pikiran Deddy Mizwar tentang pembumian Al-Qur’an,

penghubungan relasi-relasi antara mistifikasi agama dengan realitas kemasyarakatan.

Karakter Udin adalah tendensi sekuler dalam masyarakat.

Sedikit dibawah Udin adalah karakter Asrul Dahlan yang berperan sebagai Asrul,

karakter Asrul dengan logat Medannya yang khas diperkuat Deddy dengan sikap idealis.

Disini sesungguhnya Asrul dikurung oleh Idealismenya, Asrul adalah perwakilan terbaik

dalam cerminan sikap Nabi Ayub dalam melihat kemiskinan, walaupun ia berteriak

dengan kemiskinannya, ia masih berpegang pada idealismenya, karakter ini dipasangkan

pada Udin yang realistis kemudian bukan melahirkan kontra tapi sebuah gabungan di

mana Idealisme atau Realitas semuanya berujung pada satu kepentingan, `bagaimana gua

bisa makan hari ini'. Duet Asrul dan Udin merupakan duet menarik yang

menggambarkan kebimbangan kaum proletar. Mereka berupaya keras untuk bergantung

pada orang kaya tapi dalam hati mereka memusuhi. Ketidakberdayaan kaum proletar ini

semakin dipaksa ke dalam susunan masyarakat yang sudah ada dimana memang secara

ekonomis kaum kapitalislah yang memegang kekuasaan dan pendorong supaya Udin dan

Asrul ini dapat menerima takdir kemiskinan mereka secara fatalistis.

Adalah Ustadz Ferry yang diperankan secara parodikal oleh Akri. Deddy Mizwar

tidak salah menarik Akri sebagai parodi Ustadz yang senang akan uang dan selebritas

sebuah tendensi dakwah jaman kita. Mungkin Deddy mengamati secara serius

karakterisasi Akri ketika melawak dengan Patrio, dan harus diakui Deddy adalah orang

paling pintar dalam mengambil aktor dengan kesesuaian karakter, ini bisa dilihat dalam

Nagabonar 2 bagaimana Karakter Lukman Sardi yang sopir bajaj tanpa banyak bicara

bisa terbangun sebagai bagian dari masyarakat marginal ibukota yang juga dirugikan oleh

sejarah (suatu saat Nagabonar tua melihat foto orang tua karakter Lukman Sardi yang

berseragam perwira AURI, pada jaman Orde Baru AURI mengalami korban sejarah

akibat Gestapu), begitu juga saat Deddy memasukkan karakter Jaja Mihardja yang tanpa

bicara bisa mengundang tawa penonton, karakter Jaja sebagai seorang Gay Tua.

Akri yang sering memparodikan dalam lawakannya sebagai orang Arab bisa

dijadikan oleh Deddy sebagai gambaran elite agama yang lidahnya ke Arab-Araban

namun perilakunya tetap Indonesia asli. Lidah ke Arab-Araban dalam konteks

keberagamaan di Indonesia dalam ruang bahasa sudah bisa masuk ke dalam masyarakat

elite, ini sama saja dengan lidah ke Perancis-Perancisan bagi orang Jerman dan Rusia

pada abad 17, dimana bahasa Perancis adalah bahasa Dewa sementara bahasa Jerman dan

Rusia cukup buat bicara dengan kuda.

Kecemerlangan Deddy juga membawa karakter Akri ke dalam komoditifikasi

Dakwah. Dakwah dalam pikiran Ustadz Ferry bukan lagi media perjuangan sebagai

pewaris Ilmu Nabi, tapi merupakan sebuah industri. Ini bisa terlihat bagaimana Ustadz

kecewa pada isterinya yang lebih dipilih oleh industri sinetron daripada dirinya,

kekecewaan ini menunjukkan bahwa konsepsi dakwah Ustadz Ferry adalah industrialis

bukan idealis.

Zascia Mecca yang memainkan karakter Ayya. Ini merupakan sebuah

kecemerlangan Deddy yang secara diam-diam melihat Zascia sebagai etalase perempuan

berpenampilan muslim, tapi cukup sampai pada batasan etalase belum substansial

kemuslimannya. Ini diperlihatkan bagaimana Ayya menjadi wanita pendendam hanya

karena dikatakan `bodoh' oleh pacarnya. Karakterisasi Ayya ini merupakan sindiran pada

kaum muslimah bahwa dengan baju berpenampilan Muslim apa sudah bisa melakukan

substansi keIslamannya. Atau sekedar

menjadi etalase.

Pelawak Jarwo yang memainkan peran sebagai Pak Djalal, lelaki kaya yang sinis

menjadi semacam klise bahwa menjadi kaya adalah kurang baik dan cenderung kikir. Ini

merupakan karakter biasa dimanapun, baik di Amerika maupun di Indonesia. Kekayaan

dalam sinema-sinema selalu digambarkan sebagai orang yang culas dan mencuri dari

keringat orang lain. Hanya saja Jarwo disini selalu merasa menang ketika bisa menghina

orang lain dengan bandingan kekayaan.

Puncak dari karakter sinetron Para Pencari Tuhan adalah Bang Jack sendiri yakni

Deddy Mizwar, dia lucu, cerdas, namun na'if. Puncak kelucuannya saat dia berkhutbah di

rumah Pak Djalal tapi tidak fokus pada apa yang dibicarakannya dan membuat malu

teman-temannya. Hal ini mengingatkan saya pada sinetron Bajaj Badjuri saat itu Si Said

kedatangan pamannya dari Arab yang tidak bisa bahasa Indonesia, dia hanya bisa bahasa

Arab. Sang paman dan si Said diundang ke acara selamatan Mpok Minah. Saat paman si

Said bicara pada Said dalam bahasa Arab, tetangga-tetangga si Said termasuk Pak RT,

Ucup, Emak, Badjuri, berkata "Amien...Amien" menganggap yang dikatakan pamannya

si Said adalah doa. Ini merupakan sindiran bahwa orang kita tidak pernah paham

substansi sebuah makna. Apalagi makna beragama.

Susunan masyarakat dalam sinetron Para Pencari Tuhan digambarkan dengan

apik oleh Deddy. Dalam sinetron Kiamat Sudah Dekat susunan masyarakat ini tidak

terlalu terlihat relasi-relasinya, namun oleh Deddy di sinetron Para Pencari Tuhan

diperlihatkan relasi-relasinya termasuk penindasan terselubung si kaya dengan si miskin

yang dengan baik digambarkan pada negosiasi kerja antara Pak Djalal dengan Asrul

Dahlan dan saat Pak Djalal membayar uang dengan membuang uang bukan memberikan

baik-baik, inilah kekerasan struktural masyarakat. Dari semua penggambaran susunan

struktural

masyarakat pesannya singkat, bahwa kita harus menerima susunan masyarakat tanpa

harus mengkritisinya dan mungkin bila stres larinya ke doa-doa serta dzikir.41

3.5 Profil Penonton Sinetron Para Pencari Tuhan

Gambaran Umum Identitas Responden Dari Segi Jenis Kelamin, Usia, dan

Pendidikan

Gambaran umum dari segi jenis kelamin

Tabel 1.1

Jenis kelamin responden

Jenis kelamin Frekuensi (F) Persentase relatif

(%)

Persentase

kumulatif

(%)

Laki-laki 30 54,6 54,6%

Perempuan 25 45. 100%

41 Forum kompas, www.kompas.com, edisi 23 Septemnber 2007

0

5

10

15

20

25

30

frekuensi persentase

laki-laki

perempuan

Jumlah 55 100

Dari tabel di atas ternyata perbandingan jumlah lelaki dengan perempuan lebih

banyak lelaki, yakni 30 orang (54,6%) dan perempuan sebanyak 25 orang (45,5%). Ini

berarti jumlah responden perempuan tidak mencapai 50% dari seluruh responden.

Gambaran umum identitas responden dari segi usia

Tabel 1.2

Usia responden

Tingkatan usia Laki-laki Perempuan Frekuensi (F) Persentase

relatif (%)

< 20 tahun 5 2 7 12,74

20-25 tahun 5 7 12 21,84

26-35 tahun 6 5 11 20,02

36-45 tahun 7 5 12 21,84

0

2

4

6

8

10

12

laki-laki perempuan frekuensi persen

<20 tahun

20-25 tahun

26-35 tahun

36-45 tahun

46-55 tahun

56-65 tahun

46-55 tahun 4 5 9 16,38

56-65 tahun 3 1 4 7,28

Jumlah 30 25 55 100

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memasuki

kategori dewasa. Terdapat 7 orang (12,74%) responden yang berusia kurang dari 20

tahun. Jika diperhatikan lebih seksama, maka yang terbanyak responden berusia 36-45

tahun yang berjumlah 12 orang (21,84%) begitu juga dengan responden yang berusia 20-

25 tahun yang berjumlah dan berpersentase sama. Selebihnya dengan responden berusia

26-35 tahun yang berjumlah 11 orang (20,02%), 46-55 tahun yang berjumlah 9 orang

(16,38%) dan yang terkecil yakni usia 56-65 tahun yang berjumlah 4 orang (7,28%).

Gambaran umum berdasarkan pendidikan

Tabel 1.3

Pendidikan responden

Tingkat

pendidikan

Laki-laki Perempuan Frekuensi Persentase

SD 5 3 8 14,56

SLTP 7 7 14 25,48

SLTA 8 8 16 29,12

Diploma 4 - 4 7,28

S1 dan S2 6 7 13 23,66

Total 30 25 55 100

Dari tabel di atas, dari segi pendidikan, responden majelis taklim Al-Amin

terbilang beragam dabn cukup tinggi. Dari tabel di atas memperlihatkan bahwa mayoritas

responden berpendidikan SLTA yaitu sebanyak 16 orang atau 29,12%. Sedangkan 14

orang atau 25,48% responden berpendidikan SLTP. Dan sisanya 8 orang atau 14,56%

berpendidikan SD, 4 orang atau 7,28% berpendidikan Diploma, dan 13 orang atau

23,66% berpendidikan S1 dan S2.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

laki-laki perempuan frekuensi persentase

SD

SLTP

SLTA

Diploma

S1 danS2

Dari data demografi diatas kita dapat melihat bahwa dari segi jenis kelamin, baik

lelaki maupun perempuan sama-sama menyenangi sinetron Sinema Para Pencari Tuhan,

sedangkan dari segi usia, penonton sinetron Para Pencari Tuhan cukup merata, dan dari

segi pendidikan, bisa dikatakan, sinetron Para Pencari Tuhan merupakan sinetron yang

diminati dari berbagai latar pendidikan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Identitas Responden Penonton Sinema Para Pencari Tuhan

Berikut ini akan dipaparkan mengenai identitas responden yang dibagi dalam

empat hal yakni mengenai persentase frekuensi berapa kali menonton sinema Para

Pencari Tuhan, lamanya menonton televisi dalam sehari, kepuasan yang dicari dan

kepuasan yang didapat penonton sinetron Para Pencari Tuhan dilihat dari segi

pengetahuan, hiburan, pengalaman, dan relaksasi.

4.1.1 Gambaran Umum Identitas Responden Dari Segi Lamanya Menonton Televisi

Tabel 1.4

Lamanya Menonton Televisi dalam Sehari

Jam Laki-laki Perempuan Frekuensi Persentase

8 jam 1 - 1 1,82

6 jam 12 12 24 43,68

4 jam 16 13 29 52,78

2 jam 1 - 1 1,82

0 jam - - - -

Total 30 25 55 100

D

ari

tabel

0

5

10

15

20

25

30

8 6 4 2 0

laki-laki

perempuan

frekuensi

persentase

52

diatas, dapat dilihat bahwa di kelurahan Mekarsari bahwa mereka cukup sering menonton

televisi selama sehari, ini bisa dillihat dari jumlah orang yang menonton, yakni sebanyak

29 orang atau 52,78% menonton perharinya selama 4 jam, lalu dilanjutkan 24 orang atau

43,68% selama 6 jam, kemudian 1 orang atau 1,82% selama 8 jam perhari, dan 1 orang

atau 1,82% selama 2 jam perhari.

4.1.2 Frekuensi Menonton Sinetron Para Pencari Tuhan Dalam Seminggu

Tabel 1.5

Frekuensi menonton PPT

Frekuensi

menonton

PPT

Laki-laki Perempuan Frekuensi Persentase

7 kali 12 8 20 36,4

5 kali 15 10 25 45,5

3 kali 3 7 10 18,2

1 kali - - - -

0 kali - - - -

Total 30 25 55 100

Dari

tabel

0

5

10

15

20

25

7 5 3 1 0

laki-laki

perempuan

frekuensi

persentase

di atas dapat diperhatikan, bahwa sebanyak 20 orang atau 36,4% sangat sering menonton

sinetron Para Pencari Tuhan, yakni tujuh kali dalam seminggu, dilanjutkan sebanyak 25

orang atau 45,5% menonton lima kali dalam seminggu, lalu sebanyak 10 orang atau 18,2

% menonton sebanyak tiga kali dalam seminggu, ini menunjukkan tingkat peminat

sinema Para Pencari Tuhan sangat tinggi.

4.1.3 Kepuasan Yang Didapat Penonton Sinetron Para Pencari Tuhan

Tabel 1.6

Kepuasan yang didapat

Sangat

setuju

setuju Ragu-

ragu

Kurang

setuju

Tidak

setuju

frekuensi persentase

Pengetahuan 4 9 - - - 13 23,66

Hiburan 4 10 - - - 14 25,48

Pengalaman - 4 6 - - 10 18,2

Relaksasi

(pelepasan

ketegangan)

10 8 - - - 18 32,76

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden mendapatkan kepuasan

menonton sinetron Para Pencari Tuhan dari segi pendidikan sebanyak 4 orang atau

7,28%, selebihnya sebanyak 9 orang atau 16,38% menjawab setuju jika mereka mendapat

pendidikan dari sinetron Para Pencari Tuhan. Dari segi hiburan sebanyak 4 orang atau

7,28% menyatakan sangat setuju jika mereka mendapatkan hiburan saat menonton

sinetron Para Pencari Tuhan, selebihnya sebanyak 10 orang atau 18,2% menyatakan

setuju jika mereka mendapatkan hiburan saat menonton sinetron Para Pencari Tuhan.

Dari segi pengalaman sebanyak 4 orang atau 7,28% menyatakan setuju jika mereka

mendapatkan pengalaman berharga dengan menonton sinetron Para Pencari Tuhan,

sedangkan 6 orang atau 10,92% menyatakan setuju jika mereka mendapatkan

pengalaman dengan menonton sinetron Para Pencari Tuhan. Dari segi relaksasi, sebanyak

10 orang atau 18,2% menyatakan sangat setuju jika mereka dapat relaksasi dengan

menonton sinetron Para Pencari Tuhan, selebihnya 8 orang atau 14,56% menjawab

setuju.

4.1.3 Alasan Menonton Penonton Sinetron Para Pencari Tuhan

Tabel 1.7

Kepuasan yang dicari

Sangat

setuju

Setuju Ragu-

ragu

Kurang

setuju

Tidak

setuju

Frekuensi persentase

Pengetahuan 4 10 - - - 14 25,48

Hiburan 5 9 - - 14 25,48

Pengalaman 6 - 4 - - 10 18,2

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

pendidikan hiburan pengalaman relaksasi

sangat setuju

setuju

ragu-ragu

kurang setuju

tidak setuju

Relaksasi 5 12 - - - 17 30,94

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden secara keseluruhan menyetujui

jika mereka menonton sinetron Para Pencari Tuhan karena mencari pengetahuan,

sebanyak 4 orang atau 7,28% menyatakan sangat setuju dan 10 orang atau 18,2%. Dari

segi hiburan , 5 orang atau 9,10% menjawab sangat setuju jika mereka menonton sinetron

Para Pencari Tuhan karena ingin mencari hiburan dan 9 orang atau 16,38% menjawab

setuju, Dari segi pengalaman, 6 orang atau 10,92% menjawab sangat setuju jika mereka

menonton sinetron Para Pencari, sedangkan 4 orang atau 7,28% menjawab ragu-ragu

bahwa mereka menonton sinetron Para Pencari Tuhan karena mencari pengalaman. Dari

segi relaksasi, 5 orang atau 9,1% menjawab sangat setuju jika mereka menonton sinetron

Para Pencari Tuhan karena mencari relaksasi, 12 orang atau 21,84% menjawab setuju.

4.1.4 Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen

Untuk mengetahui ketepatan atau kelayakan alat pengukuran serta kesesuaiannya.

Maka dibawah ini penulis melakukan pengujian alat ukur dengan cara menguji setiap

butir pertanyaan untuk mendapatkan data atau alat pengukuran yang tepat dan sesuai.

Berikut ini hasil dari pengujian instrumen.

Tabel 1.8

Validitas instrumen

Variabel Item valid Item tidak valid Total item

Motivasi 1,2,3,4,5 - 5

Kepuasan 1,2,3,4,5 - 5

Dari tabel di atas, setelah dilakukan pengujian validitas dan realibilitas, maka di

dapat item yang valid dan reliabel terdiri dari keseluruhan item untuk variabel motivasi,

sedangkan untuk variabel kepuasan item yang valid dan reliabel terdiri dari keseluruhan

pula, pengujian menggunakan rumus korelasi product moment. Tahap perhitungan dapat

dilihat dilampiran.

4.1.6 Uji Hipotesis

Pada uji hipotesis, peneliti menggunakan item-item yang valid dan reliabel guna

dijadikan acuan, total keseluruhan pertanyaan berjumlah 10 item dan keseluruhan

terhitung valid. Berikut uji hipotesis dari hubungan antara motivasi dan kepuasan

Hipotesis:

H0 : tidak pengaruh motivasi terhadap kepuasan penonton sinetron Para Pencari Tuhan di

kelurahan Mekarsari,Depok

Ha : ada pengaruh motivasi terhadap kepuasan penonton sinetron Para Pencari Tuhan di

kelurahan Mekarsari, Depok

Ha : r ≠ 0

H0 : r = 0

No X y x2 y2 xy

1 22 21 484 441 462

2 19 19 361 361 361

3 18 20 324 400 360

4 23 21 529 441 483

5 24 21 576 441 504

6 21 20 441 400 420

7 20 22 400 484 440

8 20 19 400 361 380

9 20 20 400 400 400

10 19 20 361 400 380

11 20 19 400 361 380

12 20 23 400 529 460

13 18 22 324 484 396

14 21 19 441 361 399

15 20 21 400 441 420

16 19 22 361 484 418

17 21 21 441 441 441

18 19 22 361 484 418

19 21 22 441 484 462

20 19 21 361 441 399

21 20 23 400 529 460

22 18 20 324 400 360

23 21 20 441 400 420

24 21 21 441 441 441

25 24 24 576 576 576

26 21 21 441 441 441

27 20 22 400 484 440

28 20 19 400 361 380

29 19 21 361 441 399

30 18 19 324 361 342

31 21 19 441 361 399

32 24 21 576 441 504

33 23 20 529 400 460

34 19 22 361 484 418

35 23 22 529 484 506

36 20 23 400 529 460

37 24 24 576 576 576

38 18 23 324 529 414

39 21 22 441 484 462

40 19 22 361 484 418

41 19 23 361 529 437

42 20 21 400 441 420

43 19 19 361 361 361

44 21 20 441 400 420

45 22 21 484 441 462

46 20 22 400 484 440

47 21 21 441 441 441

48 21 21 441 441 441

49 18 20 324 400 360

50 18 21 324 441 378

51 20 21 400 441 420

52 18 20 324 400 360

53 19 20 361 400 380

54 19 21 361 441 399

55 21 22 441 484 462

1114 1156 22716 24390 23440

r hitung = 1289200-1287784

√ 8384 . 5114

= 1416

6547

= 0,216

Dari hasil r hitung diatas, kita cocokkan dengan ukuran kekuatan hubungan

berdasarkan koefiesien asosiasi, yakni:

Kurang dari 0,20 hubungan rendah sekali, tidak valid

0,20 – 0,39 hubungan rendah tetapi pasti

0,40 - 0,70 hubungan yang cukup berarti

0,71 – 0,90 hubungan yang tinggi; kuat

lebih dari 0,90 hubungan yang sangat tinggi; kuat sekali; dapat

diandalkan

dilihat dari hasil, 0,216 termasuk hubungan yang rendah namun pasti, sedangkan

berdasarkan r tabel, r hitung dikatakan memiliki taraf signifikansi 5 % jika:

dk-2 = 55- 2

= 53

untuk r tabel, N = 53, maka r tabelnya adalah 0,266, jika r hitung > r tabel, maka ia

memiliki hubungan signifikan, jika r hitung < r tabel maka ia tidak memiliki pengaruh

yang signifikan. Hasilnya 0,216 < 0,266, maka dapat dikatakan :

antara motivasi dengan kepuasan penonton sinetron Para Pencari Tuhan memiliki

pengaruh namun bernilai rendah. Sehingga Ha diterima, Ho ditolak.

4. 2 Analisis data

4.2.1 Identitas Responden

Dari segi responden, sinema para pencari tuhan mampu menyerap dari segala

tingkatan usia dan pendidikan, ini menandakan sinetron Para Pencari Tuhan cukup

mampu memotivasi penonton untuk menikmati acara tersebut. Dari aspek usia, usia yang

paling menonjol adalah antara usia 20-25 tahun dan usia 36-45 tahun, dari aspek

pendidikan, yang paling menonjol adalah dari latar pendidikan SLTA di susul SLTP dan

S1 serta S2.

4.2.2 Motivasi Menonton

Dari tabel yang telah dijelaskan di atas, maka dapat kita ketahui bersama, bahwa

hampir seluruh penonton sinetron Para Pencari Tuhan menyatakan setuju jika mereka

menonton untuk mencari hiburan dan relaksasi.

4.2.3 Kepuasan Yang Didapat

Dari segi kepuasan, rata-rata responden menjawab setuju jika mereka menonton

sinetron Para Pencari Tuhan sebagai relaksasi atau melepaskan ketegangan serta mencari

hiburan. Dengan menonton sinema tersebut mereka menjadi segar kembali dan siap untuk

beraktifitas.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hasil dari penelitian ditemukan adanya pengaruh antara motivasi terhadap kepuasan penonton sinetron Para Pencari Tuhan

di majelis taklim al-Amin rt 005 rw 06 di kelurahan Mekarsari Depok Jawa Barat. Dari penelitian itu didapatkan pengaruh motivasi

yang rendah terhadap kepuasan penonton, sehingga hasil tersebut tidak bisa dijadikan patokkan kalau motivasi itu mempengaruhi

kepuasan, hal ini terjadi karena struktur sosial dan cara pandang di setiap negara itu berbeda. Mungkin saja motivasi dapat

mempengaruhi secara signifikan terhadap kepuasan penonton di negara Amerika lantaran di negara itu kesadaran akan media massa

sudah relatif tinggi, namun jika kita menggunakan negara Indonesia sebagai tempat penelitian, jelas hasilnya sudah pasti berbeda. Dari

penelitian ini, maka hipotesis alternatif yang telah dibuat diterima, sedangkan hipotesis nol di tolak.

5.2 Saran

Saran peneliti, sebaiknya jika ingin membuat program atau acara di media massa, seorang dai tidak boleh melupakan

kondisi sosial masyarakat tersebut, karena ini berhubungan dengan gratifikasi yang akan diperoleh penonton setelah menyaksikan

program yang telah dibuat, tidak lupa pula kita juga harus berpijak pada struktur masyarakat sosial yang ada, jangan selalu membuat

tayangan yang terlampau jauh dari realitas kemasyarakatan bangsa Indonesia. Contohnya membuat penayangan sinetron rohani yang

terlampau berlebihan dalam mengangkat hal-hal yang berbau mistik, secara logika pasti akan sulit diterima masyarakat yang

berpengetahuan, namun akan mudah merambah masyarakat awam, tetapi yang patut dijadikan acuan adalah, fungsi dari media massa

itu sendiri, yakni bukan hanya sebagai sarana hiburan melainkan juga pendidikan yang dapat memotivasi penonton kearah yang

positif.

62

DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanto, Elvinaro, M.Si dan Dra. Lukiati Komala Erdinaya, M.Si. Komunikasi Massa

Suatu Pengantar. Bandung. Simbiosa Rekatama Media, 2004

Briggs, Asa dan Peter Burke. Sejarah Sosial Media dari Gutenberg sampai Internet.

Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. 2006

Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.1998

Dewi PP, Nyoman. Motivasi dan Kepuasan Pembaca Majalah Ummi di Kelurahan

Pondok Kopi Jakarta Timur.Jakarta. Fakultas Dakwah dan Komunikasi.2007

Gulo.W. Metodologi Penelitian. Jakarta. Grasindo, 2002

Kuswandi, Wawan. Komunikasi Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta .PT RINEKA

CIPTA.1996

Lull, James. Media Komunikasi dan Kebudayaan. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.1997

Mahmud, Ahmad, Dakwah Islam jilid 2 kajian kritis terhadap metode dakwah rasulullah.

Bogor. Pustaka Thariqul Izzah.2003

Muhiddin, Asep, MA, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an. Bandung. CV PUSTAKA

SETIA. 2002

Muis. A, Komunikasi Islam. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. 2000

Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung. Remaja Rosdakarya,

1984. Edisi revisi mei 2007

. Psikologi Komunikasi. Bandung. Remaja Rosdakarya, 2005

Jumi’ah Bin Abdul Aziz. Fiqih Dakwah.Solo. Intermedia, 1998

Jumroni dan Suhaimi. Metode-Metode Penelitian Komunikasi. Jakarta. UIN Jakarta

Press.2006

Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan

Apilikasi. PT Grafindo Raja Persada. Jakarta.2006

Quthb, Sayyid. Ma’alim Fitthoriq terjemahan. Jakarta. Media Da’wah, 1997

Ridwan. Dasar-dasar Statistika. Bandung. Alfabeta, 2005

Salim, Peter dan Yenny Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta. Modern

English Press. 1995

Sendjaja, Djuarsa. S. Teori Komunikasi. Jakarta. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

2002

Severin, Warner. J dan James W. Tankard, Jr. Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan

Terapan di Dalam Media Massa. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. 2001

Shihab, Alwi. Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama. Mizan. Bandung,

1997

Sukardi. Materi Perkuliahan Komunikasi Massa. Jakarta. 1996

Tubbs, Stewart. L dan Sylvia Moss. Human Communication Konteks-Konteks

Komunikasi. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.1998

Walgito, Bimo, Prof, Dr. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta. Andi Yogyakarta.

1981

Situs-situs:

www.liputan6.com

www.kompas.com

LAMPIRAN-LAMPIRAN

No. undian :

DAFTAR KUESIONER

UNTUK MAJELIS TAKLIM AL-AMIN

KELURAHAN MEKARSARI DEPOK

Hal : kuesioner untuk Majelis Taklim Al-Amin tentang motivasi dan

kepuasan penonton Sinema Para Pencari Tuhan

Responden : Jama’ah Majelis Taklim Al-Amin kelurahan Mekarsari, Depok

A. Petunjuk Pengisian Jawablah sepuluh pertanyaan dibawah ini sesuai dengan aturan yang ditetapkan.

Jangan menjawab satu pertanyaan dengan dua jawaban. Buatlah checklist (√ )

Kuesioner ini bukan merupakan testing tetapi penelitian ilmiah untuk skripsi.

Rahasia anda dipegang teguh.

B. Biodata singkat Responden

Nama :

C. keterangan:

5 = sangat setuju/ sangat sering

4 = setuju/ sering

3 = ragu-ragu/ kadang-kadang

2 = Kurang setuju/ hampir tidak pernah

1 = tidak setuju/tidak pernah

keterangan kotak :

1. jenis kelamin :

X1 = laki-laki

X2 = perempuan

2. pendidikan

1. SD

2. SMP

3. SMA/SMK

4. D3

5. S1 atau S2

3. usia

1 2

3

D. Pertanyaan:

No. Pertanyaan 5 4 3 2 1

a. Motivasi dan kepuasan no. 1 dan 2 wajib diisi

1. Berapa lama anda menonton televisi setiap hari

SS = 8 jam HTP = 2 jam

S = 6 jam TP = 0 jam

KK = 4 jam

2. Berapa kali anda menonton sinema para pencari tuhan

dalam seminggu

SS = 7 kali HTP = 1 kali

S = 5 kali TP = 0 kali

KK = 3 kali

3. Anda menonton televisi untuk mencari pengetahuan

4. Anda menonton televisi untuk mencari hiburan

5. Anda menonton televisi untuk mencari pengalaman

6. Anda menonton televisi untuk mencari relaksasi

b. Kepuasan

1. Saya mendapatkan pendidikan dengan menonton sinema

para pencari tuhan

2. Saya mendapatkan hiburan dengan menonton sinema

para pencari tuhan

3. Saya mendapatkan pengalaman dengan menonton

sinema para pencari tuhan

4. Saya dapat relaksasi dengan menonton sinema para

pencari tuhan

Uji validitas

Variabel motivasi penonton

Jumlah responden: 55 orang

Jumlah pertanyaan: 5 item

1. item pertanyaan no 1

No x y x2 y2 xy

1 4 22 16 484 88

2 3 19 9 361 57

3 3 18 9 324 54

4 3 23 9 529 69

5 4 24 16 576 96

6 4 21 16 441 84

7 4 20 16 400 80

8 3 20 9 400 60

9 3 20 9 400 60

10 4 19 16 361 76

11 3 20 9 400 60

12 3 20 9 400 60

13 3 18 9 324 54

14 4 21 16 441 84

15 3 20 9 400 60

16 4 19 16 361 76

17 4 21 16 441 84

18 4 19 16 361 76

19 4 21 16 441 84

20 3 19 9 361 57

21 3 20 9 400 60

22 3 18 9 324 54

23 3 21 9 441 63

24 4 21 16 441 84

25 4 24 16 576 96

26 4 21 16 441 84

27 4 20 16 400 80

28 4 20 16 400 80

29 4 19 16 361 76

30 3 18 9 324 54

31 3 21 9 441 63

32 4 24 16 576 96

33 4 23 16 529 92

34 4 19 16 361 76

35 4 23 16 529 92

36 4 20 16 400 80

37 5 24 25 576 120

38 3 18 9 324 54

39 3 21 9 441 63

40 3 19 9 361 57

41 2 19 4 361 38

42 4 20 16 400 80

43 4 19 16 361 76

44 4 21 16 441 84

45 4 22 16 484 88

46 4 20 16 400 80

47 4 21 16 441 84

48 4 21 16 441 84

49 3 18 9 324 54

50 3 18 9 324 54

51 3 20 9 400 60

52 3 18 9 324 54

53 3 19 9 361 57

54 3 19 9 361 57

55 3 21 9 441 63

194 1114 702 22716 3956

2. item pertanyaan no.2

No x y x2 y2 xy

1 4 22 16 484 88

2 4 19 16 361 76

3 4 18 16 324 72

4 5 23 25 529 115

5 5 24 25 576 120

6 4 21 16 441 84

7 4 20 16 400 80

8 4 20 16 400 80

9 4 20 16 400 80

10 4 19 16 361 76

11 4 20 16 400 80

12 4 20 16 400 80

13 4 18 16 324 72

14 5 21 25 441 105

15 4 20 16 400 80

16 4 19 16 361 76

17 4 21 16 441 84

18 4 19 16 361 76

19 4 21 16 441 84

20 4 19 16 361 76

21 4 20 16 400 80

22 4 18 16 324 72

23 4 21 16 441 84

24 4 21 16 441 84

25 5 24 25 576 120

26 4 21 16 441 84

27 4 20 16 400 80

28 5 20 25 400 100

29 4 19 16 361 76

30 4 18 16 324 72

31 5 21 25 441 105

32 5 24 25 576 120

33 4 23 16 529 92

34 4 19 16 361 76

35 4 23 16 529 92

36 4 20 16 400 80

37 5 24 25 576 120

38 4 18 16 324 72

39 5 21 25 441 105

40 4 19 16 361 76

41 4 19 16 361 76

42 5 20 25 400 100

43 4 19 16 361 76

44 4 21 16 441 84

45 4 22 16 484 88

46 4 20 16 400 80

47 4 21 16 441 84

48 4 21 16 441 84

49 4 18 16 324 72

50 4 18 16 324 72

51 4 20 16 400 80

52 4 18 16 324 72

53 4 19 16 361 76

54 4 19 16 361 76

55 5 21 25 441 105

231 1114 979 22716 4699

3. item pertanyaan no.3

No x y x2 y2 xy

1 5 22 25 484 110

2 4 19 16 361 76

3 4 18 16 324 72

4 5 23 25 529 115

5 5 24 25 576 120

6 4 21 16 441 84

7 4 20 16 400 80

8 4 20 16 400 80

9 4 20 16 400 80

10 4 19 16 361 76

11 4 20 16 400 80

12 4 20 16 400 80

13 4 18 16 324 72

14 4 21 16 441 84

15 4 20 16 400 80

16 4 19 16 361 76

17 4 21 16 441 84

18 4 19 16 361 76

19 4 21 16 441 84

20 4 19 16 361 76

21 4 20 16 400 80

22 4 18 16 324 72

23 4 21 16 441 84

24 5 21 25 441 105

25 5 24 25 576 120

26 4 21 16 441 84

27 4 20 16 400 80

28 4 20 16 400 80

29 4 19 16 361 76

30 4 18 16 324 72

31 4 21 16 441 84

32 5 24 25 576 120

33 5 23 25 529 115

34 4 19 16 361 76

35 5 23 25 529 115

36 5 20 25 400 100

37 5 24 25 576 120

38 4 18 16 324 72

39 4 21 16 441 84

40 4 19 16 361 76

41 4 19 16 361 76

42 4 20 16 400 80

43 4 19 16 361 76

44 4 21 16 441 84

45 4 22 16 484 88

46 4 20 16 400 80

47 4 21 16 441 84

48 4 21 16 441 84

49 4 18 16 324 72

50 4 18 16 324 72

51 4 20 16 400 80

52 4 18 16 324 72

53 4 19 16 361 76

54 4 19 16 361 76

55 4 21 16 441 84

230 1114 970 22716 4684

4. item pertanyaan no.4

No x y x2 y2 xy

1 5 22 25 484 110

2 3 19 9 361 57

3 3 18 9 324 54

4 5 23 25 529 115

5 5 24 25 576 120

6 5 21 25 441 105

7 3 20 9 400 60

8 5 20 25 400 100

9 5 20 25 400 100

10 3 19 9 361 57

11 5 20 25 400 100

12 5 20 25 400 100

13 3 18 9 324 54

14 3 21 9 441 63

15 5 20 25 400 100

16 3 19 9 361 57

17 5 21 25 441 105

18 3 19 9 361 57

19 5 21 25 441 105

20 3 19 9 361 57

21 5 20 25 400 100

22 3 18 9 324 54

23 5 21 25 441 105

24 3 21 9 441 63

25 5 24 25 576 120

26 5 21 25 441 105

27 3 20 9 400 60

28 3 20 9 400 60

29 3 19 9 361 57

30 3 18 9 324 54

31 5 21 25 441 105

32 5 24 25 576 120

33 5 23 25 529 115

34 3 19 9 361 57

35 5 23 25 529 115

36 3 20 9 400 60

37 5 24 25 576 120

38 3 18 9 324 54

39 5 21 25 441 105

40 3 19 9 361 57

41 5 19 25 361 95

42 3 20 9 400 60

43 3 19 9 361 57

44 5 21 25 441 105

45 5 22 25 484 110

46 3 20 9 400 60

47 5 21 25 441 105

48 5 21 25 441 105

49 3 18 9 324 54

50 3 18 9 324 54

51 5 20 25 400 100

52 3 18 9 324 54

53 3 19 9 361 57

54 3 19 9 361 57

55 5 21 25 441 105

221 1114 943 22716 4540

5. item pertanyaan no.5

No x y x2 y2 xy

1 4 22 16 484 88

2 5 19 25 361 95

3 4 18 16 324 72

4 5 23 25 529 115

5 5 24 25 576 120

6 4 21 16 441 84

7 5 20 25 400 100

8 4 20 16 400 80

9 4 20 16 400 80

10 4 19 16 361 76

11 4 20 16 400 80

12 4 20 16 400 80

13 4 18 16 324 72

14 5 21 25 441 105

15 4 20 16 400 80

16 4 19 16 361 76

17 4 21 16 441 84

18 4 19 16 361 76

19 4 21 16 441 84

20 5 19 25 361 95

21 4 20 16 400 80

22 4 18 16 324 72

23 5 21 25 441 105

24 5 21 25 441 105

25 5 24 25 576 120

26 4 21 16 441 84

27 5 20 25 400 100

28 4 20 16 400 80

29 4 19 16 361 76

30 4 18 16 324 72

31 4 21 16 441 84

32 5 24 25 576 120

33 5 23 25 529 115

34 4 19 16 361 76

35 5 23 25 529 115

36 4 20 16 400 80

37 4 24 16 576 96

38 4 18 16 324 72

39 4 21 16 441 84

40 5 19 25 361 95

41 4 19 16 361 76

42 4 20 16 400 80

43 4 19 16 361 76

44 4 21 16 441 84

45 5 22 25 484 110

46 5 20 25 400 100

47 4 21 16 441 84

48 4 21 16 441 84

49 4 18 16 324 72

50 4 18 16 324 72

51 4 20 16 400 80

52 4 18 16 324 72

53 5 19 25 361 95

54 5 19 25 361 95

55 4 21 16 441 84

238 1114 1042 22716 4837

Perhitungan:

1. r hitung = 217580-216116

√38610-37636 . 1249380 - 1240996

= 1464

√974.8384

= 1464

2857

= 0,512

thitung = 0,512 √53

√ 1- 0,5122

= 3,72

0,73

= 5,09 valid

2. . r hitung = 258445-257334

√ 484.8384

= 1111

2014

= 0,551

thitung = 0,551 √53

√ 1- 0,5512

= 4,01

0,69

= 5,81 valid

3. rhitung = 257620-256220

√450 .8384

= 1400

1942

= 0,720

thitung = 0,720 √53

√ 1- 0,7202

= 5,24

0,48

= 10,9 valid

4. r hitung = 249700-246194

√3024 .8384

= 3506

5036

= 0,696

thitung = 0,696 √53

√ 1- 0,6962

= 5,06

0,52

= 9,73 valid

5. .r hitung = 266035-265132

√666. 8384

= 903

2362

= 0,382

thitung = 0,382 √53

√ 1- 0,3822

= 2,78

0,85

= 3,27 valid

Variable Kepuasan penonton

Jumlah Responden : 55 orang

Jumlah pertanyaan : 5 item

1. item pertanyaan no.1

NO x Y x2 y2 xy

1 4 21 16 441 84

2 3 19 9 361 57

3 4 20 16 400 80

4 4 21 16 441 84

5 4 21 16 441 84

6 4 20 16 400 80

7 5 22 25 484 110

8 3 19 9 361 57

9 3 20 9 400 60

10 3 20 9 400 60

11 3 19 9 361 57

12 5 23 25 529 115

13 5 22 25 484 110

14 3 19 9 361 57

15 5 21 25 441 105

16 5 22 25 484 110

17 5 21 25 441 105

18 5 22 25 484 110

19 5 22 25 484 110

20 4 21 16 441 84

21 4 23 16 529 92

22 4 20 16 400 80

23 4 20 16 400 80

24 4 21 16 441 84

25 4 24 16 576 96

26 4 21 16 441 84

27 4 22 16 484 88

28 3 19 9 361 57

29 4 21 16 441 84

30 3 19 9 361 57

31 3 19 9 361 57

32 5 21 25 441 105

33 5 20 25 400 100

34 5 22 25 484 110

35 5 22 25 484 110

36 5 23 25 529 115

37 5 24 25 576 120

38 5 23 25 529 115

39 5 22 25 484 110

40 5 22 25 484 110

41 5 23 25 529 115

42 5 21 25 441 105

43 4 19 16 361 76

44 4 20 16 400 80

45 4 21 16 441 84

46 4 22 16 484 88

47 4 21 16 441 84

48 4 21 16 441 84

49 4 20 16 400 80

50 4 21 16 441 84

51 4 21 16 441 84

52 4 20 16 400 80

53 4 20 16 400 80

54 4 21 16 441 84

55 4 22 16 484 88

230 1156 988 24390 4869

2.item pertanyaan no.2

NO x Y x2 y2 xy

1 4 21 16 441 84

2 4 19 16 361 76

3 4 20 16 400 80

4 4 21 16 441 84

5 4 21 16 441 84

6 4 20 16 400 80

7 4 22 16 484 88

8 4 19 16 361 76

9 4 20 16 400 80

10 5 20 25 400 100

11 4 19 16 361 76

12 5 23 25 529 115

13 4 22 16 484 88

14 4 19 16 361 76

15 4 21 16 441 84

16 4 22 16 484 88

17 4 21 16 441 84

18 5 22 25 484 110

19 4 22 16 484 88

20 4 21 16 441 84

21 5 23 25 529 115

22 4 20 16 400 80

23 4 20 16 400 80

24 4 21 16 441 84

25 5 24 25 576 120

26 4 21 16 441 84

27 5 22 25 484 110

28 4 19 16 361 76

29 4 21 16 441 84

30 4 19 16 361 76

31 4 19 16 361 76

32 4 21 16 441 84

33 3 20 9 400 60

34 4 22 16 484 88

35 4 22 16 484 88

36 4 23 16 529 92

37 5 24 25 576 120

38 5 23 25 529 115

39 4 22 16 484 88

40 4 22 16 484 88

41 5 23 25 529 115

42 4 21 16 441 84

43 3 19 9 361 57

44 4 20 16 400 80

45 4 21 16 441 84

46 5 22 25 484 110

47 4 21 16 441 84

48 4 21 16 441 84

49 4 20 16 400 80

50 4 21 16 441 84

51 4 21 16 441 84

52 4 20 16 400 80

53 4 20 16 400 80

54 4 21 16 441 84

55 4 22 16 484 88

228 1156 956 24390 4811

3. item pertanyaan no.3

NO x y x2 y2 xy

1 4 21 16 441 84

2 4 19 16 361 76

3 4 20 16 400 80

4 4 21 16 441 84

5 4 21 16 441 84

6 4 20 16 400 80

7 4 22 16 484 88

8 4 19 16 361 76

9 4 20 16 400 80

10 4 20 16 400 80

11 4 19 16 361 76

12 4 23 16 529 92

13 4 22 16 484 88

14 4 19 16 361 76

15 4 21 16 441 84

16 4 22 16 484 88

17 4 21 16 441 84

18 4 22 16 484 88

19 4 22 16 484 88

20 4 21 16 441 84

21 5 23 25 529 115

22 4 20 16 400 80

23 4 20 16 400 80

24 4 21 16 441 84

25 5 24 25 576 120

26 4 21 16 441 84

27 4 22 16 484 88

28 4 19 16 361 76

29 4 21 16 441 84

30 4 19 16 361 76

31 4 19 16 361 76

32 4 21 16 441 84

33 4 20 16 400 80

34 4 22 16 484 88

35 4 22 16 484 88

36 5 23 25 529 115

37 4 24 16 576 96

38 5 23 25 529 115

39 4 22 16 484 88

40 4 22 16 484 88

41 5 23 25 529 115

42 4 21 16 441 84

43 5 19 25 361 95

44 4 20 16 400 80

45 4 21 16 441 84

46 4 22 16 484 88

47 4 21 16 441 84

48 4 21 16 441 84

49 4 20 16 400 80

50 4 21 16 441 84

51 4 21 16 441 84

52 4 20 16 400 80

53 4 20 16 400 80

54 4 21 16 441 84

55 5 22 25 484 110

227 1156 943 24390 4781

4. item pertanyaan no.4

NO x y x2 y2 xy

1 5 21 25 441 105

2 4 19 16 361 76

3 4 20 16 400 80

4 5 21 25 441 105

5 5 21 25 441 105

6 4 20 16 400 80

7 4 22 16 484 88

8 4 19 16 361 76

9 4 20 16 400 80

10 4 20 16 400 80

11 4 19 16 361 76

12 5 23 25 529 115

13 5 22 25 484 110

14 4 19 16 361 76

15 4 21 16 441 84

16 4 22 16 484 88

17 4 21 16 441 84

18 4 22 16 484 88

19 4 22 16 484 88

20 5 21 25 441 105

21 5 23 25 529 115

22 4 20 16 400 80

23 4 20 16 400 80

24 5 21 25 441 105

25 5 24 25 576 120

26 5 21 25 441 105

27 5 22 25 484 110

28 4 19 16 361 76

29 5 21 25 441 105

30 4 19 16 361 76

31 4 19 16 361 76

32 4 21 16 441 84

33 4 20 16 400 80

34 5 22 25 484 110

35 5 22 25 484 110

36 5 23 25 529 115

37 5 24 25 576 120

38 4 23 16 529 92

39 5 22 25 484 110

40 5 22 25 484 110

41 4 23 16 529 92

42 4 21 16 441 84

43 3 19 9 361 57

44 4 20 16 400 80

45 5 21 25 441 105

46 5 22 25 484 110

47 5 21 25 441 105

48 5 21 25 441 105

49 4 20 16 400 80

50 5 21 25 441 105

51 5 21 25 441 105

52 4 20 16 400 80

53 4 20 16 400 80

54 4 21 16 441 84

55 4 22 16 484 88

243 1156 1089 24390 5128

5. item pertanyaan no. 5

NO x y x2 y2 xy

1 4 21 16 441 84

2 4 19 16 361 76

3 4 20 16 400 80

4 4 21 16 441 84

5 4 21 16 441 84

6 4 20 16 400 80

7 5 22 25 484 110

8 4 19 16 361 76

9 5 20 25 400 100

10 4 20 16 400 80

11 4 19 16 361 76

12 4 23 16 529 92

13 4 22 16 484 88

14 4 19 16 361 76

15 4 21 16 441 84

16 5 22 25 484 110

17 4 21 16 441 84

18 4 22 16 484 88

19 5 22 25 484 110

20 4 21 16 441 84

21 4 23 16 529 92

22 4 20 16 400 80

23 4 20 16 400 80

24 4 21 16 441 84

25 5 24 25 576 120

26 4 21 16 441 84

27 4 22 16 484 88

28 4 19 16 361 76

29 4 21 16 441 84

30 4 19 16 361 76

31 4 19 16 361 76

32 4 21 16 441 84

33 4 20 16 400 80

34 4 22 16 484 88

35 4 22 16 484 88

36 4 23 16 529 92

37 5 24 25 576 120

38 4 23 16 529 92

39 4 22 16 484 88

40 4 22 16 484 88

41 4 23 16 529 92

42 4 21 16 441 84

43 4 19 16 361 76

44 4 20 16 400 80

45 4 21 16 441 84

46 4 22 16 484 88

47 4 21 16 441 84

48 4 21 16 441 84

49 4 20 16 400 80

50 4 21 16 441 84

51 4 21 16 441 84

52 4 20 16 400 80

53 4 20 16 400 80

54 5 21 25 441 105

55 5 22 25 484 110

228 1156 952 24390 4801

Perhitungan:

1.r hitung = 267795-265880

√ 1440 .5114

= 1915

2713

= 0,705

thitung = 0,705√53

√ 1- 0,7052

= 5,13

0,50

= 10,2 valid

2.r hitung = 264605-263568

√596.5114

= 1037

1745

= 0,594

thitung = 0,594 √53

√ 1- 0,5942

= 4,32

0,64

= 6,75 valid

3. r hitung = 262955-262412

√336 . 5114

= 543

1310

= 0,414

thitung = 0,414 √53

√ 1- 0,4142

= 3,01

0,82

= 3,67 valid

4. r hitung = 282040-280908

√ 846 . 5114

= 1132

2080

= 0,544

thitung = 0,544 √53

√ 1- 0,5442

= 3,96

0,70

= 5,65 valid

5. r hitung = 264055-263568

√ 376 .5114

= 487

1386

= 0,351

thitung = 0,351 √53

√ 1- 0,3512

= 2,55

0,87

= 2,93 valid

Serial Komedi

““PPeennccaarrii

TTuuhhaann””

episode

0033

skenario

Wahyu HS

FADE IN:

01 EXT. MUSHOLA JACK – MALAM

Di teras. Barong membakar obat nyamuk, Chelsea menata

ransel-ransel berjejer sebagai bantal, sedangkan Juki

menata selembar tikar pandan yang sudah lapuk untuk alas

tidur. Setelah beres, ketiganya sama-sama merebahkan diri

disana dan berkerudung sarung.

CHELSEA

Di penjara lebih enak, ya? Dapet

kasur sama bantal empuk.

Bang Jack keluar dari dalam mushola. Setelah menutup rapat

pintunya, ia melangkah menuju kamarnya. Di dekat ketiga

pemuda itu, ia berhenti.

BARONG

‘Met tidur, boss.

BANG JACK

Jadi, kite tidur semua, nih? Trus

siape yang ngebangunin buat makan

sahur?

Ketiga pemuda itu terdiam saling pandang, lalu bangkit

dengan malas. Bang Jack mengulurkan arlojinya kepada Juki.

BANG JACK

Ni jam udah diservis. Liat, semua

jarumnye normal, kan? Oke? Jangan

sampe kesiangan lagi kayak

kemaren. Jam tiga.

Setelah berkata begitu, Bang Jack melenggang menuju kamar.

Sempat ia menggantung pukulan bedug di tempatnya, kemudian

masuk kamar.

Juki sangsi memandangi arloji Bang Jack di tangannya.

JUKI

Gue nggak yakin sama jam tua ini.

Dari tampangnya keliatan masih

suka bohong. Kita nggak bisa pake

jam ini sebagai patokan. Bakalan

tersesat semuanya.

CHELSEA

Baiknya gimana?

Tahu-tahu Hansip nongol dari halaman teras.

HANSIP

(becanda)

Hayo, rapat apaan? Mau masang bom,

ya?

Tatapan Barong tampak berbinar melihat sang Hansip.

BARONG

Kebetulan dateng. Bang Udin, ada

amanah dari Bang Jack ....

HANSIP

Kayak mau mati aja, titip-titip

pesen. Amanah apaan?

BARONG

Bang Jack minta dibangunin jam

tiga.

Hansip terkekeh, tahu yang mereka maksud.

HANSIP

Trus loe bertiga ngapain? Enak-

enakan tidur?

Barong garuk kepala. Tengsin.

JUKI

Maunya sih bangun, tapi yang udah-

udah kan kita kesiangan terus.

HANSIP

Mendingan ikut gue ronda. Nanti

pas jam tiga, kita balik kemari

dan makan sahur bareng.

Ketiga pemuda itu saling pandang.

CHELSEA

Iya juga, ya? Siapa tau ada

maling. Penasaran juga sih, gimana

rasanya nangkep maling. Selama ini

kan kita terus yang jadi sasaran

penangkapan.

BARONG

Hehehe ... setuju banget. Ayo!

02 EXT. JALAN DESA – MALAM

Hansip dan ketiga mantan napi berjalan santai di keheningan

malam sambil ngobrol.

HANSIP

Cita-cita gue sebetulnya pengen

jadi Kopasus. Minimal satwalpres.

Gue udah sempet daftar ke Akabri,

ngambil fakultas angkatan darat.

CHELSEA

Akabri fakultas angkatan darat?

Emang ada?

BARONG

Disini apa sih yang nggak bisa.

Terus, bang?

HANSIP

Tapi kemudian muncul konflik fisik

antara gue dengan pihak Akabri.

JUKI

Gila. Konflik fisik? Tembak-

tembakan?

HANSIP

Nggak sampe kasar gitu. Semua

diselesaikan dengan saling

pengertian. Kita kan sama-sama

satu nusa, satu bangsa, dan satu

bahasa.

CHELSEA

Konflik fisik gimana sih

maksudnya?

HANSIP

Konflik dalam cara memandang

masalah fisik. Menurut mereka ...

tinggi badan gue kurang.

Barong kesal menendang kaleng bekas.

BARONG

Kirain konflik apa!

HANSIP

(cuek, melanjutkan)

Dan akhirnya gue berubah orientasi

jadi hansip.

JUKI

Iyalah, daripada nggak laku jadi

Kopasus.

HANSIP

Eh, hansip dan kopasus itu in

prinsip sama. Tugasnya sama-sama

bidang keamanan, sama-sama pake

topi, baris-berbarisnya nggak

beda, bahkan sepatunya mirip.

BARONG

Bedanya, yang satu pake pestol,

yang satu pentungan.

HANSIP

Buat apa pestol? Pentungan juga

bisa jadi senjata yang mematikan.

TENG! TENG! TENG! Hansip memukul-mukul tiang listrik ala

main anggar. Terdengar bentakan SESEORANG dari salah satu

rumah.

SESEORANG (OS)

Brisik! Minta dihajar, ya?!

Hansip lebih dulu kabur meninggalkan ketiga teman rondanya.

03 INT. MUSHOLA JACK/Kamar Jack – MALAM

Bang Jack mengigau dalam tidurnya.

BANG JACK

Pukulan bedug gue ... jangan

diambil ... pukulan bedug gue...

Bang Jack tersentak bangun. GROSAKK ... BRUG ... BRUGG ...

terdengar suara orang lari di luar mushola. Menjauh. Bang

Jack cepat bangkit menyambar senter.

04 EXT. MUSHOLA JACK – MALAM

Di luar sepi. Bang Jack tegang mengarahkan nyala senternya

ke bedug.

BANG JACK

Innalillahi wa inna ilaihi

ro’jiun. Pukulan bedug gue ilang

lagi.

Ia menyenter ke kolong bedug. Tak ada apa-apa. Senter

terarah ke lapak tidur ketiga muridnya. Hanya ada tikar,

ransel, dan obat nyamuk bakar yang masih menyala.

BANG JACK

(bergumam)

Pada beli makanan ‘kali. Tapi

kenapa mesti bawa pukulan bedug?

Bang Jack berpikir sejenak kemudian kembali masuk kamar.

FADE OUT/FADE IN:

05 EXT. DESA – MALAM

Desa sepi di waktu malam.

06 INT. RUMAH UST. FERRY – MALAM

Aya menata piring, gelas, sendok, bakul nasi, sayur dan

lauk-pauk, di meja makan untuk bertiga.

07 INT. RUMAH UST. FERRY – MALAM

Haifa berdiri di tepi ranjang dengan kedua tangan terlipat

di dada, memandang Ustadz Ferry yang sedang mengigau dalam

tidurnya.

UST. FERRY

Para pemirsa televisi yang

dimuliakan Allah ... dari sinetron

berjudul “Jenazah Dikerubuti

Laron” tadi kita bisa mengambil

hikmah ...

HAIFA

(menggoyang kaki

suaminya, lembut)

Bangun, pa. Sahur, sahur ....

UST. FERRY

(masih mengigau)

Mmmhh ... cut! Cut!

Ustadz Ferry diam beberapa jenak dalam tidurnya, lalu

bangun sambil mengucek-ucek mata. Belum sadar betul.

HAIFA

Syutingnya break dulu, pa.

Sekarang sahur.

Haifa keluar kamar meninggalkan suaminya yang masih

bengong.

UST. FERRY

Tadi sinetron yang episode berapa,

ya?

HAIFA (OS)

Papaaa ....

08 EXT. RUMAH UST. FERRY - MALAM

Hansip, Chelsea, Barong, dan Juki menyusuri jalan depan

rumah Ustadz Ferry.

HANSIP

Ini rumahnya Ustadz Ferry, ketua

mushola kita sekaligus atasan

langsungnya bang Jack. Aya juga

tinggal disini.

Sayup terdengar dari dalam rumah itu, suara gemerincing

sendok-garpu beradu dengan piring.

HANSIP

Mampir yuk?

BARONG

Jangan, ah. Malu.

HANSIP

Kita cari obyekan, boy.

CHELSEA

Obyekan apa?

HANSIP

Tau beres aja dah.

(berseru ke arah rumah)

Sahur, sahuuur! Bangun, pak

Ustadz! Sahuur!

09 INT. RUMAH UST. FERRY – MALAM

Ustadz Ferry, Haifa, dan Aya baru akan memulai makan sahur.

Ia menoleh ke arah pintu yang tertutup demi mendengar

seruan sang Hansip.

UST. FERRY

(berseru sedang)

Udah bangun, Din. Makasih.

HANSIP (OS)

Sahur, pak Ustadz! Sahuuur!

HAIFA

Siapa?

AYA

Bang Udin.

HANSIP (OS)

Pak Ustadz ... banguuun ....

UST. FERRY

Saya sudah bangun, Udiiin. Terima

kasih atas perhatiannya.

10 EXT. RUMAH UST. FERRY – MALAM

Chelsea, Barong, dan Juki berdiri di belakang Hansip.

Tampak tak enak hati.

CHELSEA

Jalan lagi yuk, bang. Yang punya

rumah udah bangun dari tadi.

HANSIP

Loe nggak ngerti maksud gue, ya?

Diem aja deh. Di rumah ini

masakannya enak-enak.

KETIGANYA

Ooo ....

11 INT. RUMAH UST. FERRY – MALAM

Ustadz Ferry, Haifa, dan Aya kembali menghadapi makan

sahurnya. Lalu, terdengar lagi suara itu.

HANSIP (OS)

Pak Uuustaadz .... Nggak sahur,

nih?!

AYA

(geli)

Ya ampun ...

UST. FERRY

(mendesah kesal)

Astaghfirullah hal ‘adziim.

Budeg apa tuli, sih tu orang?

(keras lagi)

Saya udah bangun dan sekarang lagi

sahur, Din!

HAIFA

Ajak makan deh, pa.

UST. FERRY

Udah pergi orangnya.

Baru saja Ustadz Ferry mau menyuap nasinya, terdengar

ketukan di pintu. TOK, TOK, TOK ....

HANSIP (OS)

Assalamu’alaikuuum ....

Aya dan Haifa menahan geli demi mendengar suara itu lagi.

Ustadz Ferry menunduk sejenak dalam duduknya untuk menghela

napas, membanting lap makan ke meja.

UST. FERRY

(menyabarkan diri)

Wa’alaikum salam wa rakhmatullahi

wa barakatuh.

12 INT. MUSHOLA JACK – MALAM

Bang Jack selesai berdoa di atas sajadahnya, kemudian

bangkit dan melangkah ke pintu. Disitu ia berhenti dan

menatap ke tikar Barong cs yang masih kosong.

BANG JACK

Kok belum pada pulang? Masih sore

‘kali. Tidur lagi, ah.

Bang Jack melangkah keluar menuju kamar. Ia berjalan sambil

mencopot pici dan sarungnya.

13 INT. RUMAH UST. FERRY – MALAM

Hansip, Barong, Chelsea, dan Juki makan dengan lahap

ditemani Ustadz Ferry dan Haifa. Juki mengorek nasi yang

tersisa di bakul hingga kosong licin tandas.

HAIFA

Tambah lagi nasinya?

UST. FERY

(berbisik)

Udah dua kali, ma.

HAIFA

(kepada tamu-tamunya,

ramah)

Masih banyak, kok. Tambah ya?

HANSIP

Kalo nggak ada yang makan lagi sih

boleh.

Haifa bangkit membawa bakul nasinya yang kosong.

UST. FERRY

Jadi loe bertiga sekarang tinggal

di mushola lagi?

BARONG

Betul, pak Ustadz. Bang Jack belum

laporan, ya?

UST. FERRY

Belum. Mungkin dia sungkan mau

ngomong sama saya.

14 INT. RUMAH UST. FERRY/Dapur – MALAM

Aya mengisi tiga gelas air putih hingga penuh. Haifa masuk

dapur langsung membuka rice cooker. Semua nasi yang ada

disitu dipindahkan ke bakul.

HAIFA

Untuk kedua kalinya Bang Jack

melangkahi wewenang kak Ferry,

ketua musholanya. Harusnya dia

laporan dulu kalo mau nampung

orang.

AYA

Sudahlah, kak, Bang Jack nggak

bermaksud gitu. Dia kan orang

sederhana. Kurang faham sopan-

santun dan tata-tertib organisasi.

HAIFA

Makanya harus diajarin biar

ngerti. Jangan didiemin.

Haifa keluar dapur membawa bakul nasi yang sudah penuh.

Langsung setel muka manis lagi.

15 INT. MUSHOLA JACK/Kamar – MALAM

Bang Jack lelap dalam tidur.

16 EXT. JALAN DESA – MALAM

Hansip, Barong, Chelsea, dan Juki berjalan tergopoh-gopoh

panik sambil mengelap mulutnya yang berminyak habis makan.

Juki sesekali memeriksa arloji Bang Jack di tangannya.

CHELSEA

Keasikan ngobrol, sih, jadi lupa

sama Bang Jack.

JUKI

Lima menit lagi subuh. Cepet,

cepet!

BARONG

Bang Udin juga nih, pake nambah

sampe tiga kali.

HANSIP

(mencungkil sisa makanandengan

tusuk gigi)

Namanya juga lagi kalap, boy.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanto, Elvinaro, M.Si dan Dra. Lukiati Komala Erdinaya, M.Si. Komunikasi Massa

Suatu Pengantar. Bandung. Simbiosa Rekatama Media, 2004

Briggs, Asa dan Peter Burke. Sejarah Sosial Media dari Gutenberg sampai Internet.

Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. 2006

Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.1998

Dewi PP, Nyoman. Motivasi dan Kepuasan Pembaca Majalah Ummi di Kelurahan

Pondok Kopi Jakarta Timur.Jakarta. Fakultas Dakwah dan Komunikasi.2007

Gulo.W. Metodologi Penelitian. Jakarta. Grasindo, 2002

Kuswandi, Wawan. Komunikasi Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta .PT RINEKA

CIPTA.1996

Lull, James. Media Komunikasi dan Kebudayaan. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.1997

Mahmud, Ahmad, Dakwah Islam jilid 2 kajian kritis terhadap metode dakwah rasulullah.

Bogor. Pustaka Thariqul Izzah.2003

Muhiddin, Asep, MA, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an. Bandung. CV PUSTAKA

SETIA. 2002

Muis. A, Komunikasi Islam. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. 2000

Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung. Remaja Rosdakarya,

1984. Edisi revisi mei 2007

. Psikologi Komunikasi. Bandung. Remaja Rosdakarya, 2005

Jumi’ah Bin Abdul Aziz. Fiqih Dakwah.Solo. Intermedia, 1998

Jumroni dan Suhaimi. Metode-Metode Penelitian Komunikasi. Jakarta. UIN Jakarta

Press.2006

Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan

Apilikasi. PT Grafindo Raja Persada. Jakarta.2006

Quthb, Sayyid. Ma’alim Fitthoriq terjemahan. Jakarta. Media Da’wah, 1997

Ridwan. Dasar-dasar Statistika. Bandung. Alfabeta, 2005

Salim, Peter dan Yenny Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta. Modern

English Press. 1995

Sendjaja, Djuarsa. S. Teori Komunikasi. Jakarta. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

2002

Severin, Warner. J dan James W. Tankard, Jr. Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan

Terapan di Dalam Media Massa. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. 2001

Shihab, Alwi. Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama. Mizan. Bandung,

1997

Sukardi. Materi Perkuliahan Komunikasi Massa. Jakarta. 1996

Tubbs, Stewart. L dan Sylvia Moss. Human Communication Konteks-Konteks

Komunikasi. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.1998

Walgito, Bimo, Prof, Dr. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta. Andi Yogyakarta.

1981

Situs-situs:

www.liputan6.com

www.kompas.com

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN PENONTON SINETRON

PARA PENCARI TUHAN DI MAJELIS TAKLIM AL-AMIN RT 005 RW 06 DI

KELURAHAN MEKARSARI DEPOK JAWA BARAT

Oleh:

Eriz Rakhmadania

104051001824

Di bawah bimbingan:

Dr. Umaimah Wahid NIP 150293222

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2008M/1429H

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN PENONTON

SINETRON PARA PENCARI TUHAN DI MAJELIS TAKLIM

AL-ALMIN RT 005 RW 06 DI KELURAHAN MEKARSARI DEPOK

JAWA BARAT

Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk memenuhi syarat-

syarat mencapai gelar Sarjana Sosial Islam (Sos. I )

Oleh :

Eriz Rakhmadania

NIM 104051001824

Di bawah Bimbingan :

Dr. Umaimah Wahid

NIP 150293222

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

2008 M/1429 H

UNIVERISTAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

Dakwah dan komunikasi

Komunikasi dan Penyiaran Islam

Eriz Rakhmadania

ABSTRAK

Dalam hidup kita seringkali melihat orang-orang berusaha mencapai targetnya.

Semua target mereka seringkali berhubungan dengan kebutuhan dalam hidup mereka.

Saat mereka hendak berusaha mencapai target tersebut, di dalam pikiran mereka akan ada

motivasi untuk mencari kepuasan saat mereka dengan berhasil meraih apa yang mereka

inginkan.Motif berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak atau

menggerakkan, karena itu motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri

organisme yang mendorong untuk berbuat. Motif sebagai pendorong umumnya tidak

berdiri sendiri, melainkan berkaitan dengan faktor-faktor lain. Hal-hal yang dapat

mempengaruhi motif disebut motivasi. Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu

atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan. Tercapainya tujuan, maka akan

menghasilkan kepuasan pada diri, kepuasan artinya hal-hal positif yang dirasakan dalam

diri setelah tercapainya tujuan, baik itu dari segi afektif, pengetahuan, dan lainnya.

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk mengurai permasalahannya. Jika

ada pengaruh motivasi penonton, maka akan mendorong kepuasan penonton sinetron

Para Pencari Tuhan di majelis taklim al-Amin di kelurahan Mekarasari. Apakah ada

pengaruh motivasi terhadap kepuasan yang didapat penonton sinetron Para Pencari Tuhan

di kelurahan Mekarsari Depok?

Dari pertanyaan di atas, peneliti dapat membuat dua hipotesis. Hipotesis

merupakan jawaban sementara dalam penilitian. Hipotesis dapat dibagi menjadi dua

jawaban. Pertama hipotesis yang merupakan jawaban negatif, dan yang kedua merupakan

jawaban positf. Dalam penelitian ini, hipotesis yang telah dibuat peniliti adalah; pertama,

tidak ada pengaruh motivasi terhadap kepuasan penonton sinetron Para Pencari Tuhan di

majelis taklim al-Amin di kelurahan Mekarsari. Dan yang kedua adalah; ada pengaruh

motivasi terhadap kepuasan penonton sinetron Para Pencari Tuhan di majelis taklim al-

Amin di kelurahan Mekarsari.

Penelitian ini berdasarkan teori uses and gratifications model. Uses and

gratifications berbicara mengenai audiens yang selalu aktif menggunakan media untuk

memenuhi kebutuhan mereka.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara, dokumentasi, dan kuesioner. Sedangkan teknik analisis data menggunakan

rumus product moment.

Dari hasil penelitian didapat bahwa ada pengaruh motivasi terhadap kepuasan

penonton di majelis taklim al-Amin di kelurahan Mekarsari. Pengaruh yang

didapat bernilai positif. Namun, tidak signifikan.

Kesimpulannya adalah bahwa khalayak tidaklah pasif terhadap terpaan media,

mereka bersifat aktif, mereka memanfaatkan media untuk mendapatkan kepuasan dari

media yang mereka gunakan. Tetapi, tidak semua dari mereka sadar akan media,

terkadang itu bergantung dari cara mereka menempatkan media dalam struktur sosialnya,

masing-masing memiliki persepsi yang berbeda.

STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH

Da’wa and Communication

Communication and Broadcast of Islam

Eriz Rakhmadania

ABSTRACT

In our life, we usually see that people always do something to shape their target,

all of their target usually have a relation with what they need in their life. And when they

tried to involve their needs, there would a motif inside their mind to find any

gratification. Motif comes from Latin language; “movere”, the meaning is to make a

move or move to, in consequence motif which is interpreted as strength, is in organism in

self pushing to do. Motif as impeller, generally does not stand up by it self, but related to

other factors. Things could influence motif referred as by motivation. Motivation

represents situation in individual in self or organism pushing behavior toward target. The

appearanced of target, hence will yield gratifications at in self, gratifications mean all

about positive things which felt in self after reached the target, such as; afective aspect,

knowledge aspect, and others.

In this research, researcher tried to look at into the problem. if there’s any

influence of motivation of the audience cinema “Para Pencari Tuhan”, it will encourage

the gratifications of the audience of cinema “Para Pencari Tuhan” at majelis taklim al-

Amin in sub-district Mekarsari. So, the question in this research was; Is there any

influence of the audience motivation toward the gratifications of the audience of cinema

“Para Pencari Tuhan”?

From the question above, reseacher could make two hypothesis. Hypothesis

represents a tentative answer in the research. Hypothesis colud be slice into two answers.

First hypothesis represents a negative answer and the second hypothesis represents a

positive answer. In this research, researcher made two hypothesis. The first hypothesis

was; there’s no any influence of motivation toward the gratifications of the audience of

cinema “Para Pencari Tuhan” at majelis taklim al-Amin in sub-district Mekarsari. And

the second hypothesis was; there’s any influence of motivation toward the gratifications

of the audience of cinema “Para Pencari Tuhan” at majelis taklim al-Amin in sub-district

Mekarsari.

This research based on the theory of uses and gratifications model. Uses and

gratifications model explain about the audience, who always active using the media for

get any needs.

In this research, researcher used interview, documentation, and questioner for got

many data. And for the analysis, reseacher used product moment formula to test the

hypothesis.

From the research, researcher got any result that there was an influnce of

motivation toward the gratifications of the audience of cinema Para Pencari Tuhan in

sub-district Mekarsari, but it didn’t significant.

From the research we could take any conclusion and that is “the audience are

always active using the media, they are not passive just like we know in others theory,

such as bullet theory and hypodermic model. But not all of them really realize about

media, sometimes it depends on how they put the media in the different way in their

social structure, each other have a different perception.

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jenis Kelamin Responden 48

Tabel 1.2 Usia Responden 49

Tabel 1.3 Pendidikan Responden 50

Tabel 1.4 Lamanya menonton televisi dalam sehari 52

Tabel 1.5 Frekuensi menonto PPT 53

Tabel 1.6 Kepuasan yang didapat 54

Tabel 1.7 Motivasi menonton 56

Tabel 1.8 validitas instrumen 57

No. undian :

DAFTAR KUESIONER

UNTUK MAJELIS TAKLIM AL-AMIN

KELURAHAN MEKARSARI DEPOK

Hal : kuesioner untuk Majelis Taklim Al-Amin tentang motivasi dan

kepuasan penonton Sinema Para Pencari Tuhan

Responden : Jama’ah Majelis Taklim Al-Amin kelurahan Mekarsari, Depok

A. Petunjuk Pengisian Jawablah sepuluh pertanyaan dibawah ini sesuai dengan aturan yang ditetapkan.

Jangan menjawab satu pertanyaan dengan dua jawaban. Buatlah checklist (√ )

Kuesioner ini bukan merupakan testing tetapi penelitian ilmiah untuk skripsi.

Rahasia anda dipegang teguh.

B. Biodata singkat Responden Nama :

C. keterangan:

5 = sangat setuju/ sangat sering

4 = setuju/ sering

3 = ragu-ragu/ kadang-kadang

2 = Kurang setuju/ hampir tidak pernah

1 = tidak setuju/tidak pernah

keterangan kotak :

1. jenis kelamin :

X1 = laki-laki

X2 = perempuan

2. pendidikan

6. SD

7. SMP

8. SMA/SMK

9. D3

10. S1 atau S2

3. usia

D. Pertanyaan:

No. Pertanyaan 5 4 3 2 1

a. Motivasi dan kepuasan no. 1 dan 2 wajib diisi

1. Berapa lama anda menonton televisi setiap hari

SS = 8 jam HTP = 2 jam

S = 6 jam TP = 0 jam

KK = 4 jam

2. Berapa kali anda menonton sinema para pencari tuhan

1 2

3

dalam seminggu

SS = 7 kali HTP = 1 kali

S = 5 kali TP = 0 kali

KK = 3 kali

3. Anda menonton televisi untuk mencari pengetahuan

4. Anda menonton televisi untuk mencari hiburan

5. Anda menonton televisi untuk mencari pengalaman

6. Anda menonton televisi untuk mencari relaksasi

b. Kepuasan

1. Saya mendapatkan pendidikan dengan menonton sinema

para pencari tuhan

2. Saya mendapatkan hiburan dengan menonton sinema

para pencari tuhan

3. Saya mendapatkan pengalaman dengan menonton

sinema para pencari tuhan

4. Saya dapat relaksasi dengan menonton sinema para

pencari tuhan

Serial Komedi

““PPeennccaarrii

TTuuhhaann””

episode

0033

skenario

Wahyu HS

FADE IN:

01 EXT. MUSHOLA JACK – MALAM

Di teras. Barong membakar obat nyamuk, Chelsea menata

ransel-ransel berjejer sebagai bantal, sedangkan Juki

menata selembar tikar pandan yang sudah lapuk untuk alas

tidur. Setelah beres, ketiganya sama-sama merebahkan diri

disana dan berkerudung sarung.

CHELSEA

Di penjara lebih enak, ya? Dapet

kasur sama bantal empuk.

Bang Jack keluar dari dalam mushola. Setelah menutup rapat

pintunya, ia melangkah menuju kamarnya. Di dekat ketiga

pemuda itu, ia berhenti.

BARONG

‘Met tidur, boss.

BANG JACK

Jadi, kite tidur semua, nih? Trus

siape yang ngebangunin buat makan

sahur?

Ketiga pemuda itu terdiam saling pandang, lalu bangkit

dengan malas. Bang Jack mengulurkan arlojinya kepada Juki.

BANG JACK

Ni jam udah diservis. Liat, semua

jarumnye normal, kan? Oke? Jangan

sampe kesiangan lagi kayak

kemaren. Jam tiga.

Setelah berkata begitu, Bang Jack melenggang menuju kamar.

Sempat ia menggantung pukulan bedug di tempatnya, kemudian

masuk kamar.

Juki sangsi memandangi arloji Bang Jack di tangannya.

JUKI

Gue nggak yakin sama jam tua ini.

Dari tampangnya keliatan masih

suka bohong. Kita nggak bisa pake

jam ini sebagai patokan. Bakalan

tersesat semuanya.

CHELSEA

Baiknya gimana?

Tahu-tahu Hansip nongol dari halaman teras.

HANSIP

(becanda)

Hayo, rapat apaan? Mau masang bom,

ya?

Tatapan Barong tampak berbinar melihat sang Hansip.

BARONG

Kebetulan dateng. Bang Udin, ada

amanah dari Bang Jack ....

HANSIP

Kayak mau mati aja, titip-titip

pesen. Amanah apaan?

BARONG

Bang Jack minta dibangunin jam

tiga.

Hansip terkekeh, tahu yang mereka maksud.

HANSIP

Trus loe bertiga ngapain? Enak-

enakan tidur?

Barong garuk kepala. Tengsin.

JUKI

Maunya sih bangun, tapi yang udah-

udah kan kita kesiangan terus.

HANSIP

Mendingan ikut gue ronda. Nanti

pas jam tiga, kita balik kemari

dan makan sahur bareng.

Ketiga pemuda itu saling pandang.

CHELSEA

Iya juga, ya? Siapa tau ada

maling. Penasaran juga sih, gimana

rasanya nangkep maling. Selama ini

kan kita terus yang jadi sasaran

penangkapan.

BARONG

Hehehe ... setuju banget. Ayo!

02 EXT. JALAN DESA – MALAM

Hansip dan ketiga mantan napi berjalan santai di keheningan

malam sambil ngobrol.

HANSIP

Cita-cita gue sebetulnya pengen

jadi Kopasus. Minimal satwalpres.

Gue udah sempet daftar ke Akabri,

ngambil fakultas angkatan darat.

CHELSEA

Akabri fakultas angkatan darat?

Emang ada?

BARONG

Disini apa sih yang nggak bisa.

Terus, bang?

HANSIP

Tapi kemudian muncul konflik fisik

antara gue dengan pihak Akabri.

JUKI

Gila. Konflik fisik? Tembak-

tembakan?

HANSIP

Nggak sampe kasar gitu. Semua

diselesaikan dengan saling

pengertian. Kita kan sama-sama

satu nusa, satu bangsa, dan satu

bahasa.

CHELSEA

Konflik fisik gimana sih

maksudnya?

HANSIP

Konflik dalam cara memandang

masalah fisik. Menurut mereka ...

tinggi badan gue kurang.

Barong kesal menendang kaleng bekas.

BARONG

Kirain konflik apa!

HANSIP

(cuek, melanjutkan)

Dan akhirnya gue berubah orientasi

jadi hansip.

JUKI

Iyalah, daripada nggak laku jadi

Kopasus.

HANSIP

Eh, hansip dan kopasus itu in

prinsip sama. Tugasnya sama-sama

bidang keamanan, sama-sama pake

topi, baris-berbarisnya nggak

beda, bahkan sepatunya mirip.

BARONG

Bedanya, yang satu pake pestol,

yang satu pentungan.

HANSIP

Buat apa pestol? Pentungan juga

bisa jadi senjata yang mematikan.

TENG! TENG! TENG! Hansip memukul-mukul tiang listrik ala

main anggar. Terdengar bentakan SESEORANG dari salah satu

rumah.

SESEORANG (OS)

Brisik! Minta dihajar, ya?!

Hansip lebih dulu kabur meninggalkan ketiga teman rondanya.

03 INT. MUSHOLA JACK/Kamar Jack – MALAM

Bang Jack mengigau dalam tidurnya.

BANG JACK

Pukulan bedug gue ... jangan

diambil ... pukulan bedug gue...

Bang Jack tersentak bangun. GROSAKK ... BRUG ... BRUGG ...

terdengar suara orang lari di luar mushola. Menjauh. Bang

Jack cepat bangkit menyambar senter.

04 EXT. MUSHOLA JACK – MALAM

Di luar sepi. Bang Jack tegang mengarahkan nyala senternya

ke bedug.

BANG JACK

Innalillahi wa inna ilaihi

ro’jiun. Pukulan bedug gue ilang

lagi.

Ia menyenter ke kolong bedug. Tak ada apa-apa. Senter

terarah ke lapak tidur ketiga muridnya. Hanya ada tikar,

ransel, dan obat nyamuk bakar yang masih menyala.

BANG JACK

(bergumam)

Pada beli makanan ‘kali. Tapi

kenapa mesti bawa pukulan bedug?

Bang Jack berpikir sejenak kemudian kembali masuk kamar.

FADE OUT/FADE IN:

05 EXT. DESA – MALAM

Desa sepi di waktu malam.

06 INT. RUMAH UST. FERRY – MALAM

Aya menata piring, gelas, sendok, bakul nasi, sayur dan

lauk-pauk, di meja makan untuk bertiga.

07 INT. RUMAH UST. FERRY – MALAM

Haifa berdiri di tepi ranjang dengan kedua tangan terlipat

di dada, memandang Ustadz Ferry yang sedang mengigau dalam

tidurnya.

UST. FERRY

Para pemirsa televisi yang

dimuliakan Allah ... dari sinetron

berjudul “Jenazah Dikerubuti

Laron” tadi kita bisa mengambil

hikmah ...

HAIFA

(menggoyang kaki

suaminya, lembut)

Bangun, pa. Sahur, sahur ....

UST. FERRY

(masih mengigau)

Mmmhh ... cut! Cut!

Ustadz Ferry diam beberapa jenak dalam tidurnya, lalu

bangun sambil mengucek-ucek mata. Belum sadar betul.

HAIFA

Syutingnya break dulu, pa.

Sekarang sahur.

Haifa keluar kamar meninggalkan suaminya yang masih

bengong.

UST. FERRY

Tadi sinetron yang episode berapa,

ya?

HAIFA (OS)

Papaaa ....

08 EXT. RUMAH UST. FERRY - MALAM

Hansip, Chelsea, Barong, dan Juki menyusuri jalan depan

rumah Ustadz Ferry.

HANSIP

Ini rumahnya Ustadz Ferry, ketua

mushola kita sekaligus atasan

langsungnya bang Jack. Aya juga

tinggal disini.

Sayup terdengar dari dalam rumah itu, suara gemerincing

sendok-garpu beradu dengan piring.

HANSIP

Mampir yuk?

BARONG

Jangan, ah. Malu.

HANSIP

Kita cari obyekan, boy.

CHELSEA

Obyekan apa?

HANSIP

Tau beres aja dah.

(berseru ke arah rumah)

Sahur, sahuuur! Bangun, pak

Ustadz! Sahuur!

09 INT. RUMAH UST. FERRY – MALAM

Ustadz Ferry, Haifa, dan Aya baru akan memulai makan sahur.

Ia menoleh ke arah pintu yang tertutup demi mendengar

seruan sang Hansip.

UST. FERRY

(berseru sedang)

Udah bangun, Din. Makasih.

HANSIP (OS)

Sahur, pak Ustadz! Sahuuur!

HAIFA

Siapa?

AYA

Bang Udin.

HANSIP (OS)

Pak Ustadz ... banguuun ....

UST. FERRY

Saya sudah bangun, Udiiin. Terima

kasih atas perhatiannya.

10 EXT. RUMAH UST. FERRY – MALAM

Chelsea, Barong, dan Juki berdiri di belakang Hansip.

Tampak tak enak hati.

CHELSEA

Jalan lagi yuk, bang. Yang punya

rumah udah bangun dari tadi.

HANSIP

Loe nggak ngerti maksud gue, ya?

Diem aja deh. Di rumah ini

masakannya enak-enak.

KETIGANYA

Ooo ....

11 INT. RUMAH UST. FERRY – MALAM

Ustadz Ferry, Haifa, dan Aya kembali menghadapi makan

sahurnya. Lalu, terdengar lagi suara itu.

HANSIP (OS)

Pak Uuustaadz .... Nggak sahur,

nih?!

AYA

(geli)

Ya ampun ...

UST. FERRY

(mendesah kesal)

Astaghfirullah hal ‘adziim.

Budeg apa tuli, sih tu orang?

(keras lagi)

Saya udah bangun dan sekarang lagi

sahur, Din!

HAIFA

Ajak makan deh, pa.

UST. FERRY

Udah pergi orangnya.

Baru saja Ustadz Ferry mau menyuap nasinya, terdengar

ketukan di pintu. TOK, TOK, TOK ....

HANSIP (OS)

Assalamu’alaikuuum ....

Aya dan Haifa menahan geli demi mendengar suara itu lagi.

Ustadz Ferry menunduk sejenak dalam duduknya untuk menghela

napas, membanting lap makan ke meja.

UST. FERRY

(menyabarkan diri)

Wa’alaikum salam wa rakhmatullahi

wa barakatuh.

12 INT. MUSHOLA JACK – MALAM

Bang Jack selesai berdoa di atas sajadahnya, kemudian

bangkit dan melangkah ke pintu. Disitu ia berhenti dan

menatap ke tikar Barong cs yang masih kosong.

BANG JACK

Kok belum pada pulang? Masih sore

‘kali. Tidur lagi, ah.

Bang Jack melangkah keluar menuju kamar. Ia berjalan sambil

mencopot pici dan sarungnya.

13 INT. RUMAH UST. FERRY – MALAM

Hansip, Barong, Chelsea, dan Juki makan dengan lahap

ditemani Ustadz Ferry dan Haifa. Juki mengorek nasi yang

tersisa di bakul hingga kosong licin tandas.

HAIFA

Tambah lagi nasinya?

UST. FERY

(berbisik)

Udah dua kali, ma.

HAIFA

(kepada tamu-tamunya,

ramah)

Masih banyak, kok. Tambah ya?

HANSIP

Kalo nggak ada yang makan lagi sih

boleh.

Haifa bangkit membawa bakul nasinya yang kosong.

UST. FERRY

Jadi loe bertiga sekarang tinggal

di mushola lagi?

BARONG

Betul, pak Ustadz. Bang Jack belum

laporan, ya?

UST. FERRY

Belum. Mungkin dia sungkan mau

ngomong sama saya.

14 INT. RUMAH UST. FERRY/Dapur – MALAM

Aya mengisi tiga gelas air putih hingga penuh. Haifa masuk

dapur langsung membuka rice cooker. Semua nasi yang ada

disitu dipindahkan ke bakul.

HAIFA

Untuk kedua kalinya Bang Jack

melangkahi wewenang kak Ferry,

ketua musholanya. Harusnya dia

laporan dulu kalo mau nampung

orang.

AYA

Sudahlah, kak, Bang Jack nggak

bermaksud gitu. Dia kan orang

sederhana. Kurang faham sopan-

santun dan tata-tertib organisasi.

HAIFA

Makanya harus diajarin biar

ngerti. Jangan didiemin.

Haifa keluar dapur membawa bakul nasi yang sudah penuh.

Langsung setel muka manis lagi.

15 INT. MUSHOLA JACK/Kamar – MALAM

Bang Jack lelap dalam tidur.

16 EXT. JALAN DESA – MALAM

Hansip, Barong, Chelsea, dan Juki berjalan tergopoh-gopoh

panik sambil mengelap mulutnya yang berminyak habis makan.

Juki sesekali memeriksa arloji Bang Jack di tangannya.

CHELSEA

Keasikan ngobrol, sih, jadi lupa

sama Bang Jack.

JUKI

Lima menit lagi subuh. Cepet,

cepet!

BARONG

Bang Udin juga nih, pake nambah

sampe tiga kali.

HANSIP

(mencungkil sisa makanan

dengan tusuk gigi)

Namanya juga lagi kalap, boy.

Hansip dan Kopasus emang mesti

banyak makan.

JUKI

Bakalan abis deh kita dihajar Bang

Jack.

HANSIP

Ya dia nggak perlu tau soal

insiden ini, dong.

Ketiga pemuda itu menoleh dengan pandangan bertanya.

CHELSEA

Maksudnya?

17 INT. MUSHOLA JACK/Kamar – MALAM

Bang Jack menggeliat bangun dari tidurnya.

BANG JACK

Jam berape nih? Kok gue bangun

sendiri?

Bang Jack beringsut membuka pintu kamar dan keluar.

18 EXT. MUSHOLA JACK – MALAM

Bang Jack tenang berjongkok mengamati Barong, Chelsea,

Juki, dan Hansip yang bergeletakan di tikar, pura-pura

tidur. Napas mereka tampak ngos-ngosan; sisa lari tadi.

BANG JACK

(bergumam)

Ngimpi ngejar maling ‘kali, sampe

ngos-ngosan begini.

Bang Jack memungut arlojinya dalam genggaman Juki.

Diarahkannya ke sumber cahaya. Kaget.

BANG JACK

Astaghfirullah ... semenit lagi

subuh!

Cepat ia membangunkan keempat bedebah itu.

BANG JACK

Bangun, bangun! Apa gue bilang?!

Akhirnya kejadian lagi, kan, kita

nggak sempet sahur. Bangun, bangun

....

Keempat orang itu pura-pura tergagap bangun.

HANSIP

(mengucek-ucek mata)

Dimana aku?

JUKI

Yaah ... bakalan sahur pake air

keran lagi, deh.

(bersendawa)

Eegghh!

Barong menyikut perutnya supaya diam.

19 EXT. MUSHOLA JACK/Tempat Wudlu – MALAM

Bang Jack meminum air keran beberapa teguk. Barong,

Chelsea, dan Juki menanti giliran di belakangnya dengan

menyimpan rasa bersalah. Sementara itu, Hansip kembali asik

mencungkil sisa makanan dengan tusuk gigi. Barong

memberinya tanda supaya menghentikan kegiatan itu.

BANG JACK

Tadi gue sempet bangun, loe pada

nggak ada. Kemana sih?

CHELSEA

Nggak ... nggak kemana-mana.

BANG JACK

Salah liat ‘kali gue. Dah,

sekarang giliran loe. Sekalian

wudlu.

Ketiga pemuda itu membungkuk di keran dan mulai minum.

BANG JACK

Mudah-mudahan kita kuat puasa

sampe maghrib.

Ketiga pemuda itu diam-diam saling pandang. Bang Jack

melihat sang Hansip nampak tenang menunggu giliran.

BANG JACK

(menunjuk keran)

Loe nggak ikut sahur, Din? Mumpung

masih ada waktu.

HANSIP

Gampang. Saya kan hansip, Bang,

biasa prihatin. Tenang aja.

BANG JACK

Ada yang bawa pukulan bedug gue,

nggak?

BARONG

Enggak, bang.

Bang Jack tercenung sendiri, kemudian melangkah keluar dari

tempat wudlu.

FADE OUT/FADE IN:

20 EXT. RUMAH UST. FERRY – PAGI

Ustadz Ferry menerima dua orang tamu di teras.

TAMU 1

Setelah tau bahwa tiga orang itu

mantan narapidana, warga jadi pada

resah, Pak Ustadz. Kita sih

bukannya mau berprasangka buruk,

tapi ... yah gitulah. Hidup sama

orang bener aja was-was, apalagi

sama yang baru keluar dari

penjara.

TAMU 2

Ibu-ibu malah nggak berani sholat

di mushola kita lagi. Takut diapa-

apain.

Ustadz Ferry mengangguk sambil mengelus janggutnya.

UST. FERRY

Jadi, gimana baeknya? Kita balikin

lagi ke penjara?

TAMU 1

Ya nggak gitu, Pak Ustadz. Tolong

diekstradisilah ke mushola lain

yang jauh dari kampung kita.

21 EXT. MUSHOLA JACK – PAGI

Bang Jack perlahan mengampelas pukulan bedugnya yang baru.

Ia sedang bersama Ustadz Ferry di halaman luar mushola.

Tampak dari situ, Juki, Chelsea, dan Barong sedang

membersihkan dan menata kembali tanaman hias di samping

mushola dengan penuh semangat.

BANG JACK

Diekstradisi?

UST. FERRY

Begitu usulan dari perwakilan

warga, Bang. Bukan saya. Saya sih

sementara ini netral.

BANG JACK

Diekstradisi kemana? Mereka udah

kenyang diusir sana-sini, Pak

Ustadz.

Bang Jack mengarahkan pandangannya jauh ke arah ketiga

pemuda itu, yang masih bersemangat bekerja.

UST. FERRY

Kasihan juga sih, ya? Tapi ...

ehm, kita juga ... ehm, apa tuh

... maksudnya ... perlu menimbang

keresahan warga, Bang.

Bang Jack terdiam memikirkan sesuatu dengan serius.

BANG JACK

Saya masih inget ceramahnya Pak

Ustadz dulu. Intinye, Rasulullah

yang begitu mulia masih bisa

berlapang hati terhadap orang yang

ngeludahin dia, termasuk terhadap

yang mau membunuh dia.

UST. FERRY

Kapan itu ya? Oh ya ya ... Bang

Jack masih inget aja, nih ....

Hehehe ....

BANG JACK

Nah, kenapa menampung tiga orang

yang lagi mau insyaf aja kita

nggak bisa?

Ustadz Ferry tertegun diam.

BANG JACK

Terus-terang saya jadi bingung

nih, Pak Ustadz. Mohon dibimbing.

Kita ngikutin teladan Rasulullah

atau ngikutin prasangka buruknye

ummat?

22 EXT. JALAN DESA – PAGI

Ustadz Ferry berjalan pulang dengan tampang kecut.

UST. FERRY

(menggerutu)

Kalo dibalikin ke akhlak

Rasulullah, ya sama aja ngejedotin

gue. Bisa ngomong apa gue? Gue

malah nggak inget pernah ngajarin

begituan sama tu merbot.

Berpapasan dengan Tamu 1 dan Tamu 2.

TAMU 1 & 2

Assalamu’alaikum, Pak Ustadz.

UST. FERRY

Wa’alaikum salam.

TAMU 1

Gimana, Pak Ustadz? Udah ketemu

Bang Jack?

UST. FERRY

Udah. Saya udah kasih teguran

keras sama dia.

TAMU 2

Jadi kan tiga anak muda itu

diusir?

UST. FERRY

Belum, tapi saya kasih tenggang

waktu sedikit. Rasulullah yang

begitu mulia aja bisa berlapang

hati terhadap orang yang

meludahinya, bahkan mau

membunuhnya. Kenapa untuk toleran

dikit sama orang yang mau insyaf,

kita nggak sanggup?

Kedua orang itu terdiam.

UST. FERRY

Saya ini kan ustadz, pembimbing

agama buat ummat. Jadi, apa-apa

saya kembalikan ke Quran dan

sunnah Rasul. Untung saya inget,

tuh. Jadi, kita liat aja

perkembangannya.

23 EXT. MUSHOLA JACK – SIANG

Barong, Chelsea, dan Jack berdiri memegang alat kerjanya

masing-masing, mendengarkan Bang Jack bicara.

BANG JACK

Loe jangan kecil hati bahwa masih

banyak warga yang belon bisa

nerima loe disini.

JUKI

(bergumam, pasrah)

Diusir lagi.

BANG JACK

Gue minta waktu ame Pak Ustadz

buat ngebuktiin kesungguhan loe

mau insyaf.

BARONG

Kita emang pengen insyaf, kok.

BANG JACK

Masalahnye, itu harus dibuktiin,

nggak cuman diniatin.

CHELSEA

Gimana cara ngebuktiinya, Bang?

Tiap hari kita di mushola. Apa itu

bukan bukti bahwa kita mau jadi

orang bener?

BANG JACK

Belum. Yang tinggal di kolong

jembatan juga bukan berarti nggak

pengen jadi orang bener.

JUKI

Pusing, nih. Trus kita harus

gimana sekarang, Bang?

BANG JACK

Ikutin program gue. Loe harus bisa

cari nafkah yang halal,

memperdalam ilmu agama,

mengamalkan agama, dan bermanfaat

buat ummat. Loe mesti istiqomah.

BARONG

Istiqomah? Apa tuh?

Bang Jack terdiam menatap ketiga anak muda itu.

BANG JACK

Masa loe nggak tau?

Ketiganya menggeleng.

BANG JACK

(bergumam)

Gue juga lupa. Gini aja, deh.

Pokoknya, loe nurut sama gue dulu.

Entar kita cari bareng-bareng tu

istilah maksudnya ape.

CHELSEA

Kalo nggak tau, gimana abang bisa

ngomong pake istilah itu?

BANG JACK

Loe mau ngajak debat? Iya? Mau

bikin gue tambah pusing?

CHELSEA

Nggak, Bang, nggak ... maaf.

24 EXT. HUTAN KECIL/Pinggir – SIANG

Bang Jack, Chelsea, Barong, dan Juki bergerombol di antara

semak-belukar di tepian hutan kecil itu. Bang Jack menengok

arlojinya.

BANG JACK

Jam setengah sepuluh. Kita punya

waktu dua jam buat latihan, abis

itu balik ke mushola sebelum waktu

dzuhur.

Dari dalam hutan, muncullah sang Hansip.

HANSIP

Lokasi sudah diamankan. Silakan

masuk.

BANG JACK

Makasih, Din.

Bang Jack melangkah masuk hutan diikuti oleh ketiga anak

muda itu. Hansip pun ikut masuk.

25 EXT. HUTAN KECIL/Bagian Dalam – SIANG

Kelima orang itu berada di bagian dalam hutan. Sekitar

nampak lengang. Hansip duduk di bawah pohon, menonton.

BARONG

Mau latihan apa sih kita, Bang?

Pencak silat?

BANG JACK

Adzan.

BRG,CHLS,JK

Oooo ....

BANG JACK

Sebagai calon generasi penerus

pengurus mushola, loe harus bisa

adzan. Istilahnye, secara

acapella.

Ketiga pemuda itu saling pandang heran.

CHELSEA

Setahu saya, dimana-mana adzan

emang acapella, Bang. Cuman vokal,

nggak pake iringan musik.

BANG JACK

Gitu ye? Ehm ... maksud gue secara

monophonic. Ya, ya, monophonic.

Ketiga pemuda itu kembali saling pandang dengan bete.

JUKI

(pelan)

Terserah dia deh.

BANG JACK

Gue baru inget. Mono kan satu.

Phonic ... suara. Satu suara. Ya,

ya, betul ... soalnya adzan cuman

dilakukan oleh satu orang, satu

suara. Kalo bareng-bareng namanya

vokal grup. Bukan adzan.

HANSIP

Udah deh, Bang. Adzan, adzan aja,

nggak usah pake istilah macem-

macem. Penonton mulai rusuh, nih!

BANG JACK

Oke. Loe bertiga, perhatiin gue,

trus tiruin.

HANSIP

Ini penyakitnye bangsa kita. Sibuk

nyari istilah, substansinya

dilupakan.

BANG JACK

Yang kebanyakan komentar juga bisa

bikin program macet, nih.

HANSIP

Dicopy. Silakan lanjut.

Bang Jack mempersiapkan diri untuk adzan. Dua tangan

dipasang di kuping kanan-kiri. Menghirup napas panjang.

BARONG

Bentar, Bang. Kalo adzan,

menghadapnya kemana?

Bang Jack terdiam sejenak. Bingung juga.

BANG JACK

Ke depan. Perhatiin, jangan

interupsi terus.

(mulai adzan)

Allahu akbar, Allahu akbar!

26 EXT. PERSAWAHAN – SIANG

Suara adzan Bang Jack terdengar sayup-sayup sampai ke areal

persawahan dimana beberapa petani sedang bekerja di

petaknya masing-masing. Mendengar itu, para petani

menghentikan pekerjaannya dengan keheranan. Areal

persawahan berada di seberang hutan kecil itu.

PETANI 1

(melihat ke langit)

Lho, sudah waktunya dzuhur, ya?

PETANI 2 di petak sebelah, berseru ke arahnya.

PETANI 2

Jam berapa sekarang?!

PETANI 1

Sebentar.

Petani 1 merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah

handphone warna pink. Dia melihat penunjuk waktu di

handphone itu yang menunjukkan pukul 10:00.

PETANI 1

Wah, berarti jam di handphone saya

terlambat dua jam. Banyak amat

kurangnya.

Petani 1 meletakkan cangkulnya dan beranjak ke pematang.

Petani 2 mengikuti, begitu pula dengan para petani lain di

petaknya masing-masing.

27 EXT. HUTAN KECIL/Bagian Dalam – SIANG

Bang Jack menunjuk Juki.

BANG JACK

Coba sekarang loe.

Juki mempersiapkan diri untuk adzan seperti yang sudah

diajarkan oleh Bang Jack tadi. Agak ragu.

*** JUKI ***

Terjemahin ke bahasa Indonesia

dong, Bang, biar cepet hafal.

Bang Jack tertegun mendengar usulan itu.

*** BARONG ***

Betul, Bang. Bahasa Indonesia

lebih mudah dimengerti.

*** BANG JACK ***

Sekarang loe rubah adzannye. Entar

loe ganti Al Quran pake bahasa

Jawa.

*** HANSIP ***

Wah, saya malah baru kepikiran.

Seru juga tuh.

*** CHELSEA ***

Jadi kita punya Al Quran versi

Jawa, Bang.

*** BANG JACK ***

Yang perlu diperbarui bukan

bahasanye, tapi ketaqwaan kita

terhadap ajaran Allah. Nabi

Muhammad sendiri nggak berani

ngerubah biar satu huruf pun. Dan

sekarang loe, yang training merbot

aje belon tentu lulus, mau

ngerubah firman Allah cuma

lantaran males menghafal?

Ketiga pemuda itu terdiam, lalu sama mengangguk.

JUKI

Iya, iya ... saya ngerti.

Bang Jack menghela napas panjang, lega, sambil menepuk bahu

Hansip.

HANSIP

(pelan)

Udeh bisa ceramah, nih. Ngaji

dimane?

BANG JACK

Ya di mushola, ame Ustadz Ferry.

Juki mulai adzan.

JUKI

Allahu akbar ... allahu akbar!

28 EXT. PERSAWAHAN – SIANG

Bang Jack, Hansip, Barong, Chelsea, dan Juki berjalan

beriringan di pematang sawah.

*** BANG JACK ***

Seenggak-enggaknye, keliatan loe

bertiga punya warna vokal yang

bagus buat jadi muadzin. Tinggal

pitch control-nya yang mesti loe

latih.

Ketiga pemuda itu gembira mendengarnya.

BARONG

Gaji muadzin gede ya, Bang?

BANG JACK

Pilih gaji atau pahala?

CHELSEA

Kalo abang pilih yang mana?

BANG JACK

Gue sendiri bingung kalo ditanya

begitu.

SEMUANYA

Hahaha!

HANSIP

Eh, lihat tuh ....

Mereka melewati sebuah gubuk, dimana beberapa petani—

termasuk Petani 1 & 2—sedang shalat berjamaah dengan

khusyuk. Bang Jack heran melihat mereka, lalu menengok

arlojinya.

BANG JACK

(bergumam)

Shalat apa jam segini? Baru jam

sebelas.

Beberapa langkah dari gubuk, Bang Jack berhenti dengan

sikap tertegun. Mengingat-ingat.

BANG JACK

(bergumam)

Jangan-jangan ....

Wajah Bang Jack menegang. Tiba-tiba ia bergegas menyalip

rombongan dan setengah berlari paling depan. Keempat orang

lainnya terheran mengikuti.

HANSIP

Ade ape nih buru-buru? Bang!

BANG JACK

Entar deh gue ceritain.

Bang Jack makin mempercepat langkahnya.

BANG JACK

Astaghfirullah ... astaghfirullah

.... Moga-moga nggak ketauan siapa

biang keladinye.

29 EXT. WARUNG AYA – SORE

Aya mengambil beberapa buku dari rak, lalu diberikan kepada

dua BOCAH kecil.

AYA

Baca sampe habis, ya? Kalo ada

yang nggak ngerti, tanya kakak.

BOCAH 1

Iya, kak.

BOCAH 2

Kalo baca bukunya banyak, dikasih

kolak, kan?

AYA

Iyaaa .... Yang penting kamu harus

rajin baca.

*** BOCAH 1 ***

(membolak-balik

halaman buku)

Bahasa Indonesia semua. Ada yang

bahasa Inggris nggak, kak?

Aya tertawa mengusap kepala bocah itu, lalu keluar untuk

menata dagangan kolaknya di meja. Bang Jack menghampiri.

BANG JACK

Loe liat anak buah gue tuh.

Bang Jack menunjuk ke arah halaman mushola dimana Barong,

Chelsea, dan Juki sedang giat bersih-bersih.

BANG JACK

Udah banyak kemajuan. Tadi siang

gue ajarin adzan, langsung hapal.

AYA

Alhamdulillah. Mudah-mudahan

pandangan orang terhadap mereka

juga membaik, Bang.

BANG JACK

Dan yang bikin gue terharu, mereka

udah mulai bisa puasa tanpa

ngomel. Biasanya jam segini pada

tereak laper.

AYA

Mereka makin dewasa ya, Bang?

BANG JACK

Padahal semalem cuma sahur pake

aer minum dari keran. Bayangin,

Ay.

AYA

Sahur air keran? Nggak, ah. Mereka

makan nasi, kok.

BANG JACK

Tau dari mane loe?

*** AYA ***

Kan semalam pada makan sahur di

rumah Aya, termasuk Bang Udin.

Bang Jack terdiam menatap gadis cantik itu, kemudian

menoleh ke arah halaman mushola. Barong, Chelsea, dan Juki

masih sibuk bersih-bersih. Ia kembali menghadapi Aya.

BANG JACK

Ay ... gue pengen minta kerjasama

loe.

Aya menatap Bang Jack dengan kening berkerut, penuh tanda

tanya.

30 EXT. MUSHOLA JACK – MAGHRIB

Semburat merah berpendar di lembaran langit barat. Puncak

bulan-bintang mushola menjulang dalam bentuk siluet. Sayup

adzan bersahutan di kejauhan, juga di mushola itu.

CHELSEA (OS)

Allahu akbar ... allahu akbar!

31 INT. MUSHOLA JACK – MAGHRIB

Chelsea adzan dengan wajah tegang, memegang mikrofon sambil

menatap kertas di tangan Bang Jack yang berisi lafal adzan.

Bang Jack menunjuk baris terakhir.

CHELSEA

Laa illaaha illallaah ...!

BANG JACK

Alhamdulillah. Vokal loe boleh

juga. Mudah-mudahan adzan loe

sukses mengilhami ummat untuk

pergi sholat.

CHELSEA

Makasih, Bang.

32 EXT. MUSHOLA JACK – MAGHRIB

Barong, Juki, dan Hansip duduk melingkar di tikar siap

untuk berbuka. Aya datang membawa nampan berisi empat

mangkok kolak dan lima gelas teh manis.

BARONG

Buat Aya mana?

AYA

Sudah tadi, sedikit. Tinggal minum

tehnya aja yang belum.

Bang Jack dan Chelsea keluar dari dalam mushola dan

langsung bergabung dalam lingkaran mereka. Bang Jack

sendiri yang membagi keempat mangkok dan lima gelas teh

manis itu kepada mereka. Mereka baru menyadari bahwa hanya

Bang Jack yang tidak mendapat bagian.

BANG JACK

Jangan liat-liatan aja.

Menyegerakan berbuka itu lebih

utama.

CHELSEA

Buat Bang Jack sendiri mana?

BANG JACK

Udah ade. Gampang.

Bang Jack melenggang ke arah tempat wudlu. Semua yang ada

disitu memandang tertegun, kecuali Aya yang terus menunduk

memegang gelas tehnya sambil menahan senyum.

JUKI

Ay ... Bang Jack cuma pesen

segini?

*** AYA ***

Uangnya nggak cukup untuk beli

lebih banyak. Katanya, uang yang

ada buat beli makan sahur aja.

Terdengar keran dibuka dan bunyi kucuran air. Terdengar

Bang Jack membaca basmallah, minum, lalu alhamdulillah.

Barong, Chelsea, Juki, dan Hansip terdiam saling pandang.

HANSIP

(menghela napas

prihatin)

Nggak nyangka ya, rejekinya Bang

Jack cuman sampe di aer keran.

BARONG

Kita bagi koleknya, yuk, biar Bang

Jack bisa ikut makan.

HANSIP

Setuju banget.

Bang Jack muncul lagi sambil menyeka mulutnya yang basah.

BANG JACK

Alhamdulillah masih bisa berbuka

puasa biarpun aer keran.

HANSIP

Bang Jack, mau kolek? Bagi dua tuh

sama Barong.

Aya menutup mulutnya, hampir lepas tertawa.

BANG JACK

Nggak usah, nggak apa-apa. Yang

penting loe pada bisa makan cukup.

Gue sih gampanglah. Ay, pinjem

buku, ya? Buat baca-baca.

AYA

Ambil aja, Bang.

Bang Jack melangkah gontai ke warung Aya. Sekali tampak ia

seperti mau jatuh karena lemas. Barong, Chelsea, Juki, dan

Hansip menatap penuh rasa bersalah.

JUKI

Gue yakin sebetulnya Bang Jack

laper banget. Dia lebih mentingin

kita daripada dirinya sendiri.

CHELSEA

Ngerasa bersalah nggak, sih?

Semalem dia sendiri di mushola,

sementara kita makan enak di rumah

Aya tanpa inget dia.

BARONG

Gue jadi nggak enak makan nih.

HANSIP

Buat gue sini.

AYA

(menahan tawa)

Ha ....

Aya cepat menutup tawanya dengan tangan.

33 EXT. WARUNG AYA – MAGHRIB

Bang Jack berdiri di depan rak buku, memilih-milih di

jajaran paling bawah. Makin menunduk, makin menunduk,

akhirnya berjongkok hingga tak terlihat dari luar. Di atas

bangku, sudah tersedia sebuah mangkok kolak dan gelas teh

manis yang ditutup kertas. Bang Jack terkekeh membuka

kertas penutup itu.

BANG JACK

Bismillah ....

Bang Jack mulai minum dan makan. Aya muncul di warung

mengambil tas mukenanya, tersenyum melirik ke dalam

perpustakaan.

AYA

Kasihan, mereka merasa bersalah

banget sama Bang Jack. Aya jadi

nggak enak udah membantu

membohongi mereka.

BANG JACK

Biar pada belajar apa artinya

setia kawan. Tenang aja.

AYA

(agak merajuk)

Pokoknya, nama Aya jangan dibawa-

bawa lho, Bang.

BANG JACK

Iye, iye ....

Aya beringsut pergi membawa tas mukenanya.

34 EXT. DESA – MALAM

Establishment.

35 INT. MUSHOLA JACK – MALAM

Bang Jack duduk berdzikir sambil menyandar lemas ke tembok

mushola. Di latar belakang tampak Barong, Chelsea, Juki,

dan Hansip mengamatinya dari balik pintu. Bang Jack melirik

ke belakang, kepala-kepala itu langsung lenyap.

36 EXT. MUSHOLA JACK – MALAM

Keempat orang itu berdiskusi di teras.

BARONG

Hancur hati gue ngeliat

penderitaan Bang Jack. Kalo gue

punya duit, gue beliin nasi

bungkus buat dia.

HANSIP

Bang Jack kan masih punya duit.

Aya yang bilang.

CHELSEA

Iya, Bang, tapi itu kan buat makan

sahur kita nanti. Hhh ... salah

kita juga, sih.

JUKI

Kita harus minta maaf sama dia.

BARONG

Kan belum lebaran.

JUKI

Masa mesti nunggu lebaran, sih?

Minta maaf bisa kapan aja. Kalo

orangnya keburu meninggal, gimana?

HANSIP

Gini, gini. Jangan buru-buru

ngerasa bersalah. Terburu-buru itu

pekerjaan syaiton dan ... belon

tentu kita yang salah. Masalah ini

harus dianalisis oleh ahlinya

supaya clear, mana yang hak dan

mana yang batil.

CHELSEA

Yaelah, sampe kesitu pikiran

abang.

BARONG

Siapa yang mesti kita tanya, Bang?

HANSIP

The one and only ... Ustadz Ferry.

Kalo dia bilang kita bersalah,

baru kita minta maaf ame Bang

Jack.

Juki menengok arloji Bang Jack di tangannya.

JUKI

Masih jam sembilan, nih. Kita ke

rumahnya sekarang?

HANSIP

Gue bilang jangan buru-buru.

Sekarang masih kesorean, boy.

Tunggu dong sampai waktunya tepat.

CHELSEA

(tidak sabar)

Kapan?

HANSIP

Nanti, pas makan sahur.

Ketiga pemuda itu nampak tak setuju.

BARONG

Ogah, ah. Malu, makan disana lagi.

HANSIP

Kenapa malu? Kita nemuin Ustadz

Ferry kan buat nanya masalah

agama. Kalopun ditawarin makan, ya

alhamdulillah banget. Sekali

dayung, dua-tiga pulau kelewatan,

boy.

JUKI

Ngomongnya gimana?

HANSIP

Jangan paniklah. Kan gue MC-nya.

Percakapan mereka terhenti karena Bang Jack keluar dari

dalam mushola. Dengan langkah terhuyung-huyung sok lemas,

dia melangkahi mereka. Mereka memandangnya was-was.

HANSIP

Kena stroke dia.

Bang Jack berhenti dengan satu tangan menopang ke tembok.

BANG JACK

Bangunin jam tiga.

BRG,JK,CHLS

Iya, Bang.

BANG JACK

Simpen pukulan bedug di dalem biar

nggak ilang.

BRG,JK,CHLS

Iya, Bang.

Bang Jack kemudian terhuyung melanjutkan langkahnya menuju

kamar sambil memegangi perutnya. Barong, Chelsea, dan Juki

memandanginya dengan rasa sangat bersalah.

HANSIP

Sempet-sempetnya inget pukulan

bedug.

37 INT. RUMAH UST. FERRY/Kamar Aya – MALAM

Aya duduk melipat kaki di tempat tidur, membaca Al Quran

dengan suara lirih.

TOK, TOK, TOK!

HAIFA (OS)

Aya?

AYA

Masuuuk ....

Haifa membuka pintu tanpa masuk.

HAIFA

Telepon dari ayah.

Aya langsung cemberut dan menutup Al Qurannya.

AYA

Nggak, ah.

Aya menaruh kitab itu dan langsung tengkurap di bantal.

Haifa menghela napas, lalu masuk, duduk di tepi ranjang.

HAIFA

Jangan gitu dong, Ay.

AYA

Ah, paling ngomongin lamaran lagi.

HAIFA

Ayah juga bingung mau menjawab

gimana. Orang yang pengen melamar

kamu datang lagi ke rumah.

AYA

Kan udah dibilangin, Aya belum

pengen menikah sekarang. Ngotot.

Kayak nggak ada perempuan lain.

HAIFA

(tersenyum geli)

Mungkin kamu dianggap sebagai

gadis paling istimewa.

AYA

Nggak, nggak.

Aya kesal menarik selimut hingga menutupi wajah dan seluruh

tubuhnya. Haifa menghela napas panjang, tak tahu harus

bagaimana.

HAIFA

Atau ... biar kak Ferry yang

carikan calon suami buat kamu?

Terdengar teriakan Aya dari dalam selimut.

AYA

Nggaaaak!!!

FADE OUT/FADE IN:

38 EXT. RUMAH UST. FERRY – MALAM

Hansip, Barong, Chelsea, dan Juki setengah mengantuk duduk

dalam jarak yang agak jauh dari rumah Ustadz Ferry.

HANSIP

Jam berape, Ki?

Juki melihat arloji.

JUKI

Jam setengah empat persis, Bang.

Sang Hansip serentak berdiri.

HANSIP

Oke, kita bergerak sekarang. Bu

Ustadz pasti udah selesai masak.

Sang Hansip melangkah menuju rumah itu, diikuti oleh

Barong, Chelsea, dan Juki.

CHELSEA

Bang, nanti makannya nggak usah

nambah, ya? Takut keburu subuh.

HANSIP

Ya jangan, dong. Cukup ngambil

sekali, tapi banyak.

BARONG

Bungkusin juga buat Bang Jack.

HANSIP

Sip.

Mereka sampai di pintu pagar. Hansip mengetuk-ngetukkan

pentungannya. TOK, TOK, TOK ....

HANSIP

Assalamu’alaikum! Pak Uustaaadz!

Terdengar sahutan dari dalam rumah.

UST. FERRY (OS)

Wa’alaikum salaam!

Tak berapa lama, Ustadz Ferry keluar. Ia menyambut hangat

dan membuka pintu pagar.

UST. FERRY

Masuk, masuuuk ... saya bersyukur

banget ngeliat anak muda pada

rajin menjaga keamanan lingkungan.

Duduk, duduk ....

Ustadz Ferry menunjuk kursi-kursi tamu yang ada di teras.

Hansip yang sudah mau masuk pintu dalam, langsung putar

balik bergabung dengan rombongannya di kursi teras.

39 INT. RUMAH UST. FERRY/Dapur – MALAM

(MCU) Haifa dan Aya mengelap tumpukan piring, sendok-garpu,

dan gelas bersih.

HAIFA

Bang Udin, ya?

AYA

Suaranya sih dia.

40 EXT. RUMAH UST. FERRY – MALAM

Ustadz Ferry duduk menghadapi Hansip, Barong, Chelsea, dan

Juki. Samar-samar dari dalam rumah terdengar gemerincing

piring dan gelas beradu. Para tamu itu sesekali menoleh ke

arah dalam rumah sambil mendengarkan Ustadz Ferry bicara.

UST. FERRY

Kalo saya sih memandangnya bukan

kesalahan murni, melainkan

kelalaian. Khilaf. Kalian makan

sahur disini, trus kita ngobrol,

baru inget kalo kalian harus

ngebangunin Bang Jack. Namanya

juga lupa, mau gimana lagi?

BARONG

Jadi, kita harus minta maaf sama

Bang Jack, Pak Ustadz?

UST. FERRY

Minta maaf aja, nggak ada ruginya.

Kalo perlu, ceritain kronologis

kejadiannya biar jelas. Insya

Allah Bang Jack ngertiin.

JUKI

Tuh, apa saya bilang. Minta maaf

tuh nggak perlu nunggu lebaran.

Kapan ada waktu, ya minta maaf.

UST. FERRY

Betul.

HANSIP

(menyindir)

Dingin banget disini, ya? Sampe

merinding nih tengkuk saya. Kalo

di dalem ‘kali lebih anget.

CHELSEA

Masa sih, Bang? Kayaknya biasa-

biasa aja.

Hansip diam-diam menyikut Chelsea. Chelsea baru mengerti.

Terdengar lagi suara gemerincing gerabah dari dalam rumah.

HANSIP

Suara apaan tuh, Pak Ustadz?

UST. FERRY

Biasalah ... kesibukan ibu-ibu

kalo lagi berurusan sama piring

dan gelas.

Keempat tamu itu diam-diam membelalak bergairah.

BARONG

Jam berapa sekarang, Ki?

JUKI

(melihat arloji)

Ehm ... waktunya sahur, nih.

UST. FERRY

Sudah pada makan sahur apa belum,

nih? Jangan sampe kelewatan, lho.

HANSIP

Pak Ustadz aja masih tenang-tenang

disini.

UST. FERRY

Saya sih udah sahur. Kebetulan

lebih awal dari biasanya.

KEEMPATNYA

Ha?!

Keempat orang itu nampak kecewa dan panik.

HANSIP

Lhah ... barusan Bu Ustadz di

belakang klonengan sama Aya,

ngapain?

UST. FERRY

Kayaknya sih abis nyuci piring,

Din. Jadi belon pada makan, nih?

(berseru ke dalam)

Maaaa! Mamaaaah!

HAIFA (OS)

Ya, pah.

Haifa muncul di pintu, langsung menyenyumi orang-orang di

teras.

UST. FERRY

Masih ada makanan, nggak? Bang

Udin dan kafilahnya belon sahur.

HAIFA

Ya Allah ... udah habis, pa.

Kebetulan mama cuma masak sedikit.

Nggak tau sih kalo bakal ada tamu.

HANSIP

Apa ... apa nggak ada sisa barang

dikit, Bu?

HAIFA

Aduuh ... apa ya? Paling-paling

tinggal ... coba deh ibu liat

sebentar.

Haifa segera masuk kembali.

41 EXT. JALAN DESA – MALAM

Hansip, Barong, Chelsea, dan Juki berjalan pulang tergopoh

sambil masing-masing makan krupuk putih. Tampangnya asem

semua.

JUKI

(kesal)

Apes banget kita. Pasti ada yang

belum mandi.

CHELSEA

Bang Udin juga sih, nih. Mana yang

katanya sekali mendayung, dua-tiga

pulau kelewatan. Yang ada cuma

krupuk.

HANSIP

Salahin Bu Ustadz, dong, kenapa

masaknya ngepas?

BARONG

Cepetan jalannya. Mudah-mudahan

Bang Jack udah bangun dan udah

beli makanan buat kita. Jam

berapa, Ki?

Tiba-tiba terdengar gema adzan di kejauhan. Keempat orang

itu terhenti dengan wajah tegang.

JUKI

Lariii!

Keempat orang itu pun berlari sekencang-kencangnya.

42 EXT. MUSHOLA JACK – SUBUH

Bang Jack keluar dari tempat wudlu dengan wajah basah. Ia

sudah mengenakan baju sholat. Ketika itulah terdengar

grabak-grubuk kedatangan Hansip, Barong, Chelsea, dan Juki.

HANSIP

Bang Jack, Bang Jack! Cepetan

bangun!

BANG JACK

Loe pikir gue lagi merem? Pada

kemana, sih? Untung gue tadi

ngimpi didatengin kebo dan

kebangun. Gue liat loe pada nggak

ada.

CHELSEA

Ya udah, sekarang biar saya beli

makanan, Bang. Duitnya, duitnya.

BANG JACK

Gue udeh beli makanan tadi buat

kita berlima.

JUKI

Alhamdulillah. Slamet kita.

BANG JACK

Tapi karena sampe ampir subuh loe

nggak nongol, akhirnya gue kasih

orang.

HANSIP

Yaaah ....

BARONG

Bang Jack sendiri udah makan

sahur?

BANG JACK

Alhamdulillah udah. Apa ya tadi?

Pecel lele sama empal .... Dikasih

jengkol juga sama yang punya

warung.

HANSIP

Udah deh, Bang, jangan diceritain.

Cuma bikin sakit hati.

BANG JACK

Emangnya loe abis makan ape?

Keempat orang itu diam tak menjawab. Shocked berat. Mereka

lihat-lihatan dengan tampang kuyu, lalu .... (MENGERUBUTI

BANG JACK, TANGIS-TANGISAN PENUH PENYESALAN, MINTA MAAF

ATAS KESALAHAN KEMARIN MALAM). Bang Jack meladeni mereka

sambil terkekeh.

BANG JACK

Nggak papa, nggak papa. Kite

sodara seiman, saling memaafkan.

Juki, sekarang loe yang adzan, ya?

JUKI

Saya kan nggak sahur, Bang. Masih

lemes.

BANG JACK

Orang laper juga boleh adzan, kok.

Nggak ada yang ngelarang.

43 EXT. JALAN DESA – SUBUH

Serombongan JAMAAH MUSHOLA berjalan dengan pakaian sholat.

Ada pula yang baru keluar dari pagar rumah. Tampak di

antara mereka adalah Tamu 1 dan Tamu 2 yang kita lihat di

rumah Ustadz Ferry.

Gema adzan dari mushola Jack mengiringi langkah mereka.

Suara muadzinnya terdengar mendayu, memelas. Suara Juki.

JUKI (OS)

Assholaatu khoirum minannauum!

Assholaatu khoirum minannauum!

44 INT. MUSHOLA JACK – SUBUH

Juki adzan didampingi Bang Jack, yang memegang kertas

bertuliskan lafal adzan untuk dibaca. Sementara di belakang

mereka, tampak Hansip, Chelsea, dan Barong duduk menyender

lemas di tembok dengan tatapan kosong.

JUKI

Allahu akbar ... allahu akbar! Laa

ilaaha illallaah!

Bang Jack mengacungkan jempol.

JUKI

Makin laper, Bang.

Bang Jack hanya terkekeh. Ketika itulah rombongan Jamaah

Mushola baru sampai di teras. Jumlahnya sekitar 15 orang.

Bang Jack nampak takjub melihat kedatangan mereka.

JAMAAH

Assalamu’alaikum!

BANG JACK

Wa’alaikum salam!

(bergumam)

Subhanallah ... tumben banyak

banget yang dateng.

Para jamaah langsung shalat sunnah di tempat masing-masing.

Tamu 1 dan Tamu 2 mengambil posisi dekat Bang Jack.

TAMU 1

Bang Jack, adzannya yang barusan

tadi bagus banget. Menyayat hati,

jadi kita merasa terpanggil buat

shalat berjamaah.

HANSIP

(menggerutu)

Terang aja. Yang adzan orang

laper.

BANG JACK

Hehehe .... gitu ya?

TAMU 2

Iya, Bang. Betul. Siapa yang

adzan, Bang? Dari kaset, ya?

BANG JACK

Bukan. Ini nih si Juki, anggota

baru kite di mushola.

Tamu 1 dan Tamu 2 berubah masam mendengar itu.

TAMU 1

Oooo ... cuma vokalnya masih

mentah.

Setelah berkata begitu, keduanya langsung shalat. Bang Jack

terkekeh menepuk bahu Juki yang tampak shocked.

BANG JACK

Sabar .... sabaar ... loe insyaf

bukan buat orang laen, tapi karena

Allah.

Bang Jack menata diri untuk shalat sunnah dan bertakbir.

BANG JACK

Allahu akbar.

SEKIAN