PENGARUH MENGHAFAL AL-QUR’AN TERHADAP KECERDASAN … · pengaruh antara menghafal menghafal...

113
PENGARUH MENGHAFAL AL-QUR’AN TERHADAP KECERDASAN KOGNITIF SISWA MADRASAH ALIYAH PONDOK PESANTREN NAHDLATUL ULUM SOREANG MAROS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) Pada Program studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh Nur Annisa 105191111016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1441 H/2020 M

Transcript of PENGARUH MENGHAFAL AL-QUR’AN TERHADAP KECERDASAN … · pengaruh antara menghafal menghafal...

  • PENGARUH MENGHAFAL AL-QUR’AN TERHADAP KECERDASAN

    KOGNITIF SISWA MADRASAH ALIYAH PONDOK PESANTREN

    NAHDLATUL ULUM SOREANG MAROS

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    (S. Pd) Pada Program studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam

    Universitas Muhammadiyah Makassar

    Oleh

    Nur Annisa

    105191111016

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS AGAMA ISLAM

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    1441 H/2020 M

  • vii

    ABSTRAK

    NUR ANNISA, 105191111016. Pengaruh Menghafal Al-Qur’an Terhadap

    Kecerdasan Kognitif Siswa Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum

    Soreang Maros. Skripsi. Dibimbing oleh Abdul Fattah dan Abdul Azis Ridha

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) bagaimana gambaran

    menghafal al-Qur’an siswa Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulum Soreang Maros. 2)

    bagaimana gambaran kecerdasan kognitif siswa Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulum

    Soreang Maros. 3) bagaimana pengaruh menghafal al-Qur’an terhadap kecerdasan

    kognitif siswa Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Soreang

    Maros.

    Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

    kuantitatif, oleh karena itu teknik pengumpulan datanya dengan menggunakan

    observasi, dokumentasi dan angket. Dalam hal ini yang diperlukan untuk

    mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh menghafal al-Qur’an terhadap

    kecerdasan kognitif siswa, maka penulis menggunakan rumus regresi sederhana.

    Dengan jumlah sampel sebanyak 39 responden.

    Berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa menghafal al-Qur’an

    siswa Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Soreang Maros berada

    dalam kategori cukup baik yaitu pada interval 30 – 31 dengan nilai rata-rata 30,87.

    Begitu juga dengan kecerdasan kognitif siswa Madrasah Aliyah Pondok Pesantren

    Nahdlatul Ulum Soreang Maros berada dalam kategori cukup baik pada interval

    22 – 23. Dari hasil uji t, nilai thitung menghafal al- qur’an sebesar 3,439 lebih besar

    dari nilai ttabel yang telah ditetapkan sebesar 2,026. Sedangkan nilai signifikansi

    0,001 < 0,05. Selain itu, diketahui persamaan regresi dengan rumus Y = a + bX

    adalah Y = 5,729 + 0,656X. Dengan demikian, dapat dinyatakan terdapat

    pengaruh antara menghafal menghafal al-Qur’an terhadap kecerdasan kognitif

    siswa Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Soreang Maros.

    Adapun besarnya pengaruh menghafal al-Qur’an terhadap kecerdasan kognitif

    adalah 0,242 atau 24,2% dan sisanya 75,8% dipengaruhi oleh faktor lain.

    Kata Kunci: Menghafal Al-Qur’an, Kecerdasan Kognitif Siswa

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahi rabbil alamin, puji dan syukur senantiasa teriring dalam

    setiap hela nafas atas kehadirat Allah SWT. Bingkisan salam dan shalawat

    tercurah kepada kekasih Allah, Nabiullah Muhammad SAW. Para sahabat dan

    keluarganya serta ummat yang senantiasa istiqamah dijalannya.

    Tiada jalan tanpa rintangan, tiada puncak tanpa tanjakan, tiada kesuksesan

    tanpa perjuangan. Dengan kesungguhan dan keyakinan untuk terus melangkah,

    akhirnya sampai titik akhir penyelesaian skripsi. Namun, semua tak lepas dari

    uluran tangan berbagai pihak lewat dukungan, arahan, bimbingan, serta bantuan

    moril dan materil.

    Ucapan terimaksih yang tak terhingga, peneliti haturkan kepada:

    1. Teristimewa kepada Ayahanda H. Muksin dan Ibunda Hj. Jumati serta

    saudara-saudariku dan keluarga yang telah memberikan kasih sayang,

    ketulusan doa, dukungan dan senantiasa memberikan arahan kepada penulis.

    2. Prof. Dr. H. Abdul Rahman Rahim SE., MM. selaku Rektor Universitas

    Muhammadiyah Makassar

    3. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Agama Islam

    Universitas Muhammadiyah Makassar.

    4. Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama

    Islam dan ibunda Nurhidayah, M.Pd.I, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan

    Agama Islam dan dosen lingkup Fakultas Agama Islam, yang telah begitu

    banyak memberi ilmunya selama perkuliahan serta para Staf Fakultas yang

    banyak membantu dalam hal administrasi maupun proses pengurusan berkas.

  • ix

    5. Abdul Fattah, S.Thi., M.Thi dan Abdul Azis Ridha, S.Pd.I., M.Pd.I selaku

    pembimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

    6. Muhammad Said, S.Pd, M.M selaku Kepala Sekolah Madrasah Aliyah

    Nahdlatul Ulum Soreang Maros yang telah memberikan izin penelitian

    sehingga penulis merasa sangat terbantu penyelesaian skripsi ini.

    7. Teman-teman seperjuangan terkhusus PAI D dan sahabat tercinta Besse Reski

    Amaliah yang telah banyak memberi kritikan, saran, dan motivasi kepada

    penulis selama penyusunan skripsi ini.

    8. Kakak tercinta AM Amar Ma’ruf yang telah banyak membantu selama

    penyusunan skripsi ini.

    9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu per satu yang telah

    membantu dalam penyelesain penulisan skripsi ini. Penulis senantiasa

    mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya

    membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti

    sama sekali tanpa adanya kritikan.

    Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca,

    terutama bagi diri pribadi penulis. Aamiin.

    Makassar, juni 2020

    Penulis

    Nur Annisa

    NIM. 105191111016

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

    HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

    LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... iii

    BERITA ACARA MUNAQASYAH ............................................................ iv

    LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. v

    SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................... vi

    ABSTRAK ...................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

    DAFTAR ISI ................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

    BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

    A. Latar Belakang ............................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5

    C. Tujuan Panelitian ........................................................................... 5

    D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6

    BAB II TINJAUAN TEORITIS................................................................... 7

    A. Menghafal Al-Qur’an ..................................................................... 7

    1. Pengertian Menghafal Al-Qur’an .............................................. 7

    2. Hukum dan Keutamaan Menghafal Al-Qur’an ....................... 10

    3. Kaidah-kaidah Menghafal Al-Qur’an ...................................... 13

    4. Metode Menghafal Al-Qur’an ................................................... 15

    B. Kecerdasan Kognitif....................................................................... 16

  • xi

    1. Pengertian dan Fungsi Kecerdasan Kognitif ............................. 16

    2. Faktor dan Tahap Perkembangan Kecerdasan Kognitif ........... 19

    3. Aspek Kompetensi Kognitif ...................................................... 23

    4. Macam-Macam Gaya Kognitif………………………….…… 26

    C. Kerangka Pikir…………………………………………………. ... 28

    D. Hipotesis Penelitian ………………………………………….. ..... 29

    BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 30

    A. Desain Penelitian ............................................................................ 30

    B. Lokasi Dan Objek Penelitian ......................................................... 30

    C. Variabel Penelitian ......................................................................... 31

    D. Definisi Operasional Variabel ........................................................ 31

    E. Populasi Dan Sampel ..................................................................... 31

    F. Instrument penelitian ...................................................................... 33

    G. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 34

    H. Teknik Analisis Data…………..………………………………… 35

    BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 38

    A. Gambaran Umum MA Nahdlatul Ulum ........................................ 38

    1. Sejarah Sekolah .................................................................. 38

    2. Visi Dan Misi Sekolah ............................................................ 40

    3. Sumber Daya Manusia ............................................................ 42

    B. Deskripsi Data Hasil Penelitian Menghafal Al-Qur’an Siswa

    Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum ................................................ 50

    1. Hasil Jawaban Angket Menghafal Al-Qur’an ......................... 50

  • xii

    2. Hasil Jawaban Angket Kecerdasan Kognitif Siswa ................. 55

    3. Distribusi Frekuensi ................................................................. 60

    C. Pengaruh Menghafal Al-Qur’an Terhadap Kecerdasan Kognitif

    Siswa Madrasah Aliyah PPNU Soreang Maros ........................... 65

    1. Uji Validitas Dan Realibitas .................................................... 65

    2. Hasil Uji Normalitas Dan Linearitas ....................................... 68

    3. Hasil Uji Regresi Linear Sederhana ........................................ 69

    4. Uji Determinasi (R Square) ..................................................... 71

    5. Uji Hipotesis ........................................................................... 71

    D. Pembahasan Hasil Analisis Data .................................................... 73

    1. Variabel Menghafal Al-Qur’an (X) ......................................... 73

    2. Variabel Kecerdasan Kognitif (Y) .......................................... 73

    3. Pengaruh Menghafal Al-Qur’an (X) Terhadap Kecerdasan

    Kognitif Siswa (Y) ................................................................... 74

    BAB V PENUTUP .......................................................................................... 77

    A. Kesimpulan ................................................................................... 77

    B. Saran .............................................................................................. 78

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel. 3.1. Keadaan Populasi ......................................................................... 32

    Tabel. 4.1.Daftar Nama kepala Sekolah MA Nahdlatul Ulum ....................... 43

    Tabel. 4.2. Daftar Nama-Nama Guru Dan Pembina MA Nahdlatul Ulum ..... 44

    Tabel. 4.3. Daftar Sarana Dan Prasarana MA Nahdlatul Ulum ....................... 46

    Tabel. 4.4. Hasil Angket Menghafal Al-Qur’an Butir Soal 1 ......................... 47

    Tabel. 4.5. Hasil Angket Menghafal Al-Qur’an Butir Soal 2 .......................... 50

    Tabel. 4.6. Hasil Angket Menghafal Al-Qur’an Butir Soal 3 .......................... 51

    Tabel. 4.7. Hasil Angket Menghafal Al-Qur’an Butir Soal 4 .......................... 51

    Tabel. 4.8. Hasil Angket Menghafal Al-Qur’an Butir Soal 5 .......................... 52

    Tabel. 4.9. Hasil Angket Menghafal Al-Qur’an Butir Soal 6 .......................... 52

    Tabel 4.10. Hasil Angket Menghafal Al-Qur’an Butir Soal 7 ......................... 53

    Tabel. 4.11. Hasil Angket Menghafal Al-Qur’an Butir Soal 8 ........................ 53

    Tabel. 4.12. Hasil Angket Menghafal Al-Qur’an Butir Soal 9 ........................ 54

    Tabel. 4.13. Hasil Angket Menghafal Al-Qur’an Butir Soal 10 ...................... 54

    Tabel. 4.14. Hasil Angket Kecerdasan Kognitif Siswa Butir Soal 1 ............... 55

    Tabel. 4.15. Hasil Angket Kecerdasan Kognitif Siswa Butir Soal 2 ............... 55

    Tabel. 4.16. Hasil Angket Kecerdasan Kognitif Siswa Butir Soal 3 ............... 56

    Tabel. 4.17. Hasil Angket Kecerdasan Kognitif Siswa Butir Soal 4 ............... 56

    Tabel. 4.18. Hasil Angket Kecerdasan Kognitif Siswa Butir Soal 5 ............... 57

    Tabel. 4.19. Hasil Angket Kecerdasan Kognitif Siswa Butir Soal 6 ............... 57

    Tabel. 4.20. Hasil Angket Kecerdasan Kognitif Siswa Butir Soal 7 ............... 58

    Tabel. 4.21. Hasil Angket Kecerdasan Kognitif Siswa Butir Soal 8 ............... 58

  • xiv

    Tabel. 4.22. Hasil Angket Kecerdasan Kognitif Siswa Butir Soal 9 ............... 59

    Tabel. 4.23. Hasil Angket Kecerdasan Kognitif Siswa Butir Soal 10 ............. 59

    Tabel. 4.24. Distribusi Frekuensi Menghafal Al-Qur’an Siswa ..................... 60

    Tabel. 4.25. Distribusi Kategorisasi Variabel Menghafal Al-Qur’an .............. 61

    Tabel. 4.26. Distribusi Frekuensi Kecerdasan Kognitif Siswa ....................... 62

    Tabel. 4.27. Distribusi Kategorisasi Variabel Kecerdasan Kognitif ............... 67

    Tabel 4. 28 Tabel Kualitas Kecerdasan Koginitif Siswa ................................ 65

    Tabel. 4.29. Hasil Uji Validitas ....................................................................... 66

    Tabel. 4.30. Hasil Uji Realibitas ..................................................................... 67

    Tabel. 4.31. Hasil Uji Normalitas ................................................................... 68

    Tabel. 4.32. Hasil Uji Linieritas ....................................................................... 69

    Tabel. 4.33. Hasil Uji Regresi Linear Sederhan .............................................. 70

    Tabel. 4.34. Hasil Uji Determinasi .................................................................. 71

    Tabel. 4.35. Hasil Uji Hipotesis ...................................................................... 72

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Al-Qur’an adalah sebaik-baik bacaan bagi orang mukmin, baik di kala

    senang maupun susah, di kala gembira maupun sedih. Bahkan membaca al-Qur’an

    bukan saja menjadi amal dan ibadah tetapi juga menjadikan obat dan penawar

    bagi orang yang gelisah jiwanya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh An-

    Nawawi, al-Qur’an adalah firman Allah SWT berupa mukjizat yang diturunkan

    kepada nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril as yang ditulis

    dalam mushaf, diriwayatkan secara mutawatir, dan bernilai ibadah dalam

    membacanya.1

    Fungsi utama dalam al-Qur’an adalah sebagai hidayah (petunjuk) bagi

    manusia dalam mengelola hidupnya di dunia secara baik, dan merupakan rahmat

    untuk alam semesta, disamping pembeda antara yang hak dan batil juga sebagai

    penjelas terhadap sesuatu, akhlak, moralitas, dan etika-etika yang patut

    dipraktikkan manusia dalam kehidupan mereka. “Penerapan semua ajaran Allah

    itu akan membawa dampak positif bagi manusia sendiri”2. Untuk menjaga

    keautentikan al-Qur’an diperlukan penjagaan dan pemeliharaan agar umat islam

    tidak kehilangan petunjuk, yaitu dengan membumikan al-Qur’an.

    “Yang dimaksud membumikan al-Qur’an ialah melakukan upaya-upaya

    terarah dan sistematis di dalam masyarakat agar nilai-nilai al-Qur’an hidup dan

    1 Al-Hafidz Ahsin W, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara,

    2000), h 1.

    2 Rif’at Syauqi Nawawi, kepribadian Qur’ani, (Jakarta: Amzah, 2011), h 240.

  • 2

    dipertahankan”3. Terdapat banyak cara dalam mempelajari dan membumikan al-

    Qur’an, salah satunya dengan metode hafalan.

    Salah satu usaha nyata dalam proses pemeliharaan al-Qur’an adalah

    dengan menghafalnya pada setiap generasi. Menghafal al-Qur’an bukan perkara

    mudah, tidak dengan sekali membaca langsung hafal, akan tetapi ada metode dan

    juga berbagai problematikanya. “Beberapa pendapat menyatakan lahirnya

    generasi unggulan bergantung dari kedekatannya dengan al-Qur’an. Al-Qur’an

    bukan hanya kunci surga tetapi al-Qur’an adalah kunci kecerdasan holistic (IQ,

    EQ Dan SQ).”4

    Mengajarkan anak-anak untuk mengha fal al-Qur’an adalah salah satu hal

    yang penting dan mulia. Dalam menghafal al-Qur’an tentu bukan hal yang mudah,

    tidak seperti menghafal lagu, atau syair-syair sehingga diperlukan perhatian

    khusus agar dapat menghafal dengan sempurna dan lancar. Seseorang yang ingin

    menghafal al-Qur’an harus disiplin dan istiqomah dalam menambah hafalan, dan

    hendaknya selalu bersemangat setiap waktu senggangnya semaksimal mungkin

    hanya untuk menghafal al-Qur’an, mengurangi kegiatan-kegiatan yang tidak

    terlalu penting dan diganti dengan kegiatan yang berkaitan dengan al-Qur’an

    seperti menghafal, mengulang hafalan, atau memahami maknanya.

    Dalam hal ini penghafal Qur’an berperan penting dalam menjaga ayat-ayat

    maupun surah dalam al-Qur’an agar tetap terjaga keasliannya walaupun sungguh

    al-Qur’an itu sudah dijaga oleh Allah SWT terhadap keasliannya, sebagaimana

    dalam firman-Nya:

    3 Nawawi, kepribadian Qur’ani, h. 274.

    4 Mihnah bulletin, Tantangan Huffadz di Dunia Kampus, (Surabaya, 2 Maret 2014), h 1.

  • 3

    نَ إِوَّا وَْحه إِوَّا لًَ لََحافِظُ ََ ْكَس ْلىَا الرِّ وَزَّ

    Terjemahnya:

    sesungguhnya kamilah yang menurunkan al-Qur’an dan sesungguhnya kami

    benar-benar memeliharanya”(QS. Al-Hijr: 9)5

    Akan tetapi bagi seorang penghafal al-Qur’an merupakan sebuah

    keistimewaan bila mampu menghafalkannya. Menghafal al-Qur’an merupakan

    bahtera ilmu dan anugerah dari Allah berupa ingatan yang tajam serta pemikiran

    yang cemerlang. Disebut bahtera ilmu karena akan mendorong seseorang yang

    hafal Qur’an untuk berprestasi lebih tinggi daripada teman-temannya yang tidak

    hafal Qur’an sekalipun umur, kecerdasan dan ilmu mereka berdekatan. Penghafal

    al-Qur’an juga mendapatkan anugerah dari Allah berupa ingatan yang tajam dan

    pemikiran yang cemerlang karena itu para penghafal al-Qur’an lebih cepat karena

    banyak latihan untuk mencocokkan ayat serta membandingkannya dengan ayat

    lainnya.6

    Semakin banyak hafalan al-Qur’an maka siswa tersebut cenderung

    memiliki tingkat kesehatan mental dan psikologis yang lebih baik dibanding

    mereka yang memiliki hafalan yang lebih rendah.kesehatan mental dan psikologis

    inilah yang berpengaruh pada pengembangan keterampilan siswa dan prestasi

    akademik di sekolah.7

    5 Pimpinan pusat Muhammadiyah, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Yogyakarta:

    Gramasurya), h .262

    6 Sa’dulloh, 9 cara praktis menghafal al-Qur’an,(Jakarta: Gema Insan I 2008), h. 21

    7 Manfaat menghafal al-Qur’an ternyata bisa meningkatkan prestasi belajar disekolah,

    diakses pada 8 oktober 2019 jam 15.56

  • 4

    Manusia diberikan beberapa kelebihan oleh Allah SWT yang dengan

    kelebihannya manusia diharapkan mampu menjadi khalifah (pemimpin) untuk

    mengolah dan memelihara apa yang sudah terdapat di alam raya ini. Salah satu

    kelebihan yang Allah berikan kepada manusia itu kecerdasan. Kecerdasan

    merupakan salah satu anugerah besar dari Allah kepada manusia dan kecerdasan

    inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Dengan

    kecerdasannya, manusia dapat terus mempertahankan dan meningkatkan kualitas

    hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses berfikir dan belajar secara

    berkesinambungan. Dari kecerdasan pula, Allah SWT menjadikan manusia

    sebagai makhluk yang memiliki bentuk paling sempurna dibandingkan dengan

    makhluk lain.

    Hamzah B. Uno menjelaskan bahwa:

    “kecerdasan kognitif merupakan kecerdasan yang mengembangkan program-

    program pembelajaran yang dapat mengoptimalkan keterlibatan mental

    intelektual seseorang pada setiap jenjang belajar”8

    Tanpa adanya kecerdasan kognitif siswa tidak akan memahami,

    mengingat, dan menguasai suatu materi pelajaran dalam kegiatan belajar

    mengajar. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam bidang

    pendidikan kecerdasan kognitif menjadi ciri khas tersendiri yang tidak bisa

    dilepaskan dari siswa.

    Salah satu pesantren di Maros, selain belajar tentang agama, siswa juga

    mempelajari mata pelajaran umum seperti sekolah-sekolah pada umunya. Dengan

    demikian, selain untuk menghafal al-Qur’an siswa juga harus bisa

    8 Hamzah B. Uno, orientasi baru dalam psikologi pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi

    Aksara, 2008), cet. II, h. 54

  • 5

    menyeimbangkan antara ilmu agama dan ilmu pengetahuannya. Aktivitas tersebut

    berjalan dengan beriringan sehingga siswa yang menghafal al-Qur’an diharapkan

    bukan hanya menghafal al-Qur’an tetapi juga mampu mengelola dan

    mengembangkan kecerdasaannya, juga mampu mendapatkan hasil belajar yang

    baik, Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

    “Pengaruh Menghafal Al-Qur’an Terhadap Kecerdasan Kognitif Siswa Madrasah

    Aliyah Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Soreang Maros”

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam

    penelitian ini adalah :

    1. Bagaimana Tingkat hafalan al-Qur’an siswa Madrasah Aliyah Pondok

    Pesantren Nahdlatul Ulum Soreang Maros ?

    2. Bagaimana kecerdasan kognitif siswa Madrasah Aliyah Pondok Pesantren

    Nahdlatul Ulum Soreang Maros ?

    3. Bagaimana pengaruh antara menghafal al-Qur’an dengan kecerdasan

    kognitif siswa Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum

    Soreang Maros

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

    adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui tingkat hafalan al-Qur’an siswa Madrasah Aliyah

    Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Soreang Maros.

  • 6

    2. Untuk mengetahui kecerdasan kognitif siswa Madrasah Aliyah Pondok

    Pesantren Nahdlatul Ulum Soreang Maros.

    3. Untuk mengetahui adanya pengaruh menghafal al-Qur’an terhadap

    kecerdasan kognitif siswa Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Nahdlatul

    Ulum Soreang Maros.

    D. Manfaat Penelitian

    Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.

    1. Teoritis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi

    dalam ilmu pendidikan, dan diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

    dan sumber informasi bagi peneliti lain yang akan meneliti dan meningkatkan

    mutu pendidikan dalam menghafal al-Qur’an.

    2. Praktis

    Hasil penelitian ini semoga berguna bagi lembaga pendidikan agar dapat

    meningkatkan kualitas para calon penghafal al-Qur’an menjadi lebih baik.

    Selain itu diharapkan penelitian ini memberi manfaat:

    a. Bagi madrasah yang dijadikan tempat penelitian yaitu Pondok pesantren

    Nahdlatul Ulum Soreang Maros. Hasil studi ini diharapkan bermanfaat

    sebagai bahan dokumentasi historis dan bahan untuk mengambil langkah-

    langkah guna meningkatkan kualitas siswa.

    b. Bagi masyarakat umum, dapat bermanfaaat sebagai tambahan informasi untuk

    memperluas wawasan guna memikirkan masa depan anak sebagai generasi

    Qur’ani.

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Menghafal Al-Qur’an

    1. Pengertian Menghafal Al-Qur’an

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa menghafal

    berasal dari kata hafal yang artinya telah masuk di ingatan, dapat mengucapkan

    diluar kepala tanpa melihat buku atau catatan lain. Kemudian mendapat awalan

    me- menjadi menghafal yang artinya adalah berusaha meresapkan ke pikiran agar

    selalu ingat.9

    Adapun beberapa pengertian menghafal menurut para ahli, diantaranya :

    a. Baharuddin, menghafal adalah menanamkan asosiasi ke dalam jiwa.10

    b. Menurut Mahmud :

    Menghafal adalah kumpulan reaksi elektrokimia rumit yang diaktifkan melalui

    beragam saluran indrawi dan disimpan dalam jaringan syaraf yang sangat

    rumit diseluruh bagian otak.11

    c. Syaiful Bahri Djamarah :

    Menghafal adalah kemampuan jiwa untuk memasukkan, menyimpan, dan

    menimbulkan kembali hal-hal yang telah lampau.12

    Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa menghafal adalah

    suatu aktfitas menanamkan suatu materi di dalam ingatan, sehingga nantinya

    dapat diingat kembali sesuai dengan materi yang asli.

    9 Desi Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Amelia, 2003), h. 318

    10 Baharuddin, Psikologi Pendidikan,Cet. I, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2010), h. 113

    11 Mahmud, Psikologi Pendidikan, Cet.I (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h.128

    12 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakart: Rineka Cipta, 2008), h. 44

  • 8

    Secara bahasa al-Qur’an berasal dari akar kata Arab, yaitu qara’a yang

    berarti membaca. Al-Qur’an adalah isim masdar yang diartikan sebagai isim

    maf’ul, yaitu maqru’ yang berarti yang dibaca. Pendapat lain menyatakan bahwa

    lafazh al-Qur’an yang berasal dari akar kata qara’a tersebut juga mempunyai arti

    al-jamu’ yaitu mengumpulkan dan menghimpun. Jadi lafazh Qur’an dan qira’ah

    berarti menghimpun dan mengumpulkan sebagian huruf-huruf dan kata-kata yang

    satu dengan yang lainnya.13

    Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an pada surah al-Qiyamah ayat 17-18:

    ق ْسآوًَ فَإَِذا قََسْأوَاي فَاتَّبِْع ق ْسآوًَ ََ إِنَّ َعلَْيىَا َجْمَعً

    Terjemahnya :

    Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan

    (membuatmu pandai) membacanya.apabila Kami telah selesai

    membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.14

    Menurut Subhi Shaleh dalam kitabnya Mabahits fi ulum al-Qur’an,

    pengertian al-Qur’an yang disepakati oleh kalangan bahasa, ahli kalam, ahli fiqh,

    yaitu al-Qur’an adalah firman Allah yang berfungsi sebagai mukjizat yang

    diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang tertulis dalam mushaf-mushaf,

    yang diriwayatkan secara mutawatir, dan membacanya merupakan ibadah.15

    13 Muhammad Ainul, Mengenal Al-Qur’an, professorkita.blogspot.com, diakses pada

    tanggal 13 Novmber 2019

    14 Pimpinan pusat Muhammadiyah, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Yogyakarta:

    Gramasurya), h.577

    15 M.Nor Ichwan, Memasuki Dunia Al-Qur’an, (Semarang: Effhar Offset Semarang,

    2001), h. 37

  • 9

    Sedangkan Muhammad Ali al-Shabuni dalam al-Tibyan fi Ulum al-Qur’an

    mendefinisikan al-Qur’an adalah Kalam Allah yang bersifat mukjizat yang

    diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara malaikat Jibril dengan

    lafadzh dan maknanya dari Allah swt, yang dinukilkan secara mutawatir,

    membacanya merupakan ibadah, dimulai dengan surah al-Fatihah dan diakhiri

    dengan surah an-Nas.16

    Al-Qur’an adalah kitab mulia yang memisahkan antara yang haq dan yang

    batil petunjuk bagi seluruh umat manusia. Kitab atau petunjuk yang menjelaskan

    perintah dan larangan Allah Swt. Al-Qur’an merupakan sumber ajaran islam

    paling penting dalam kehidupan manusia, terutama untuk umat islam. Didalamnya

    mengajarkan prinsip-prinsip dan tata aturan kehidupan yang harus dijalankan oleh

    umatnya, tidak hanya terkait dengan tata hubungan manusia dengan Allah tetapi

    juga hubungan dengan sesama manusia.

    Menghafal al-Qur’an adalah suatu aktifitas memasukkan atau meresapkan

    ayat-ayat al-Qur’an baik dalam cara membaca maupun mendengar, sehingga ayat-

    ayat tersebut dapat melekat pada ingatan dan dapat diucapkan atau diulang

    kembali tanpa melihat mushaf al-Qur’an. Menghafal al-Qur’an juga merupakan

    proses mengingat, dimana seluruh materi ayat (rincian bagian-bagiannya seperti

    fonetik, waqaf, dan lain-lain) harus diingat secara sempurna.17

    16 Ibid, h. 41

    17 Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, (Jogjakarta: DIVA Press,

    2014), h. 15

  • 10

    Dengan demikian, menghafal al-Qur’an adalah suatu aktifitas menyimpan

    dan menjaga al-Qur’an dalam diri seseorang dengan sungguh-sungguh sebagai

    upaya untuk melestarikannya melalui kegiatan membaca maupun mendengar.

    2. Hukum dan Keutamaan Menghafal Al-Qur’an

    Berdasarkan pengertiannya bahwa al-Qur’an diturunkan secara mutawatir,

    yang berarti malaikat jibril menyampaikan kepada Rasulullah SAW secara

    berangsur-angsur dengan metode hafalan. Hikmah diturunkannya al-Qur’an

    secara berangsur-angsur merupakan isyarat dan dorongan ke arah timbulnya

    himmah (semangat) untuk menghafal, dan Rasulullah dipersiapkan untuk

    menguasai wahyu secara hafalan, agar beliau menjadi teladan bagi umatnya.

    Begitulah yang dilakukan oleh Rasulullah, beliau menerima wahyu secara hafalan,

    mengajarkanya.

    Menghafal al-Qur’an memiliki nilai penting dalam upaya melestarikan dan

    menjaga kemurnian al-Qur’an. Oleh karena itu Allah menjamin imbalan dan

    pahala yang setimpal bagi para penghafal al-Qur’an. Kemurnian isi al-Qur’an

    telah dijamin oleh Allah Swt, dan tetap terpelihara keasliannya. Allah Swt

    berfirman dalam surah Al-Hijr ayat 9:

    نَ إِوَّا لًَ لََحافِظُ ََ ْكَس ْلىَا الرِّ إِوَّا وَْحه وَزَّ

    Terjemahnya :

    “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan Sesungguhnya

    Kami benar-benar memeliharanya”.18

    18 Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Al-Qur’an terjemahan.(Yogyakarta: Gramasurya). h

    262

  • 11

    Berdasarkan dari bahasa, Allah Swt, menggunakan redaksi nahnu (kita)

    dalam ayat tersebut. Hal itu dimaksudkan bahwa proses pemeliharaan al-Qur’an

    melibatkan manusia sebagai bagian dari ummat Islam. Penjagaan Allah Swt.,

    terhadap al-Qur’an, sebagaimana dalam surah Al-Hijr ayat 9 tersebut, meliputi

    tiga poin:

    a. Menjaga huruf-hurufnya dengan sempurna sebagaimana ketika diturunkan

    kepada Nabi Saw. Cara penjagaan ini melalui periwayatan yang mutawatir,

    yang pasti kebenarannya.

    b. Menjaga penjelas dari al-Qur’an itu sendiri. Dalam hal ini adalah hadis nabi

    yang memiliki fungsi salah satunya sebagai penjelas dari al-Qur’an.

    c. Menjaganya melalui para penghafal al-Qur’an. Allah Swt., akan menjamin

    keberadaan para pengajar dan penghafal al-Qur’an di muka bumi ini. Dia

    memilih hamba-hamba-Nya yang terkasih untuk menghafal al-Qur’an dan

    membacanya secara tartil sebagaimana ketika al-Qur’an diturunkan.

    Tiga poin di atas menjadi dalil atas kebenaran al-Qur’an yang sampai

    kepada kita hari ini. Al-Qur’an akan senantiasa terhindar dari perubahan, terjaga

    dari penambahan dan pengurangan. Hukum menghafal al-Qur’an adalah fardhu

    kifayah. Apabila sebagian orang melakukannya, maka gugurlah dosa dari yang

    lain.19

    Al Hafizh Suyuthi mengatakan, “Ketahuilah bahwa adanya penghafal al-

    Qur’an hukumnya adalah fardhu kifayah atas seluruh umat Islam”.Al Juwaini

    menjelaskan hal ini dengan mengatakan bahwa maksudnya kemutawatiran

    19 Ahmad Salim Badwilan, Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an, Cet.II, (Yogyakarta:

    DIVA Press, 2009), h. 23

  • 12

    (jumlah yang banyak) bagi para penghafal al-Qur’an tidak boleh terputus sehingga

    al-Qur’an terjaga dari penggantian dan perubahan. Sehingga jika di tengah-tengah

    umat telah dijumpai penghafal al-Qur’an dalam jumlah mutawatir maka hukum

    wajib ini telah gugur dari yang lain. Namun jika jumlah tersebut belum terpenuhi

    maka semua umat Islam dosa karenanya.20

    Adapun Keutamaan Menghafal Al-Qur’an, banyak hadist Rasulullah saw.

    Yang mendorong untuk menghafal al-Quran, atau membacanya di luar kepala,

    sehingga hati seorang individu muslim tidak kosong dari sesuatu bagian dari kitab

    Allah swt. Seperti hadist yang diriwayatkan oleh ibnu abbas secara marfu’:

    َما للٌا َزَضيِ َعبٌاس ابِي َعه ًِ للٌا َصلَيِ للٌاِ َزص ُل قَال: قَالَ َعىٍ َصلَمَ َعلَي ََ

    الَخِسب َكالَبيتِ الق سانِ ِمهَ َشي َجُفًِ فيِ لَيش الٌِري اِنَ

    َصححً( َالحاكم الدازمي َزَاي صحيح حديث ٌرا َقال التسمري زَاي)

    Artinya :

    “Dari Abdullah bin Abbas r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda,

    Sesungguhnya seorang yang tidak ada sedikitpun al Qur’an dalam hatinya

    adalah seperti rumah kosong.” (Hr. Tirmidzi) ”21

    Rasulullah saw memberikan penghormatan kepada orang-orang yang

    mempunyai keahlian dalam membaca al-quran dan menghafalkannya,

    memberitahukan kedudukan mereka, serta mengedepankan mereka dibandingkan

    orang lain.

    20 Aris Munandar, Hukum Menghafal Al-Qur’an, hamalatulquran.com, diakses pada

    tanggal 14 Oktober 2019

    21 Kitabalimfadhilahamal.bolgspot.com (diakses pada tanggal 13 November 2019 jam

    23.40)

  • 13

    3. Kaidah-Kaidah Menghafal al-Qur’an

    Para penghafal al-Qur’an mempunyai etika-etika yang harus

    diperhatikannya. Adapun kaidah-kaidahnya sebagai berikut :

    a. Selalu bersama al-Qur’an

    Diantara etika itu adalah selalu bersama al-Qur’an sehingga al-Qur’an

    tidak hilang dari ingatannya yaitu dengan terus membacanya dari hafalannya

    atau dengan membaca mushaf atau juga dengan mendengarkan pembaca yang

    bagus dari radio atau kaset rekaman para qari yang terkenal.

    b. Berakhlak dengan akhlak al-Qur’an

    Orang yang menghafal al-Qur’an hendaklah berakhlak dengan akhlak al-

    Qur’an seperti Nabi Muhammad saw.

    c. Ikhlas dalam mempelajari al-Qur’an

    Para pengkaji dan penghafal al-Qur’an harus mengikhlaskan niatnya dan

    mencari keridhaan Allah swt semata. Ia mempelajari dan mengajarkannya

    tidak untuk bersikap ria (pamer) dihadapan manusia, juga tidak mencari untuk

    mencari dunia.

    d. Tekad yang kuat

    Para menghafal al-Qur’an adalah perkara yang besar yang tidak akan

    mampu dilakukan kecuali oleh orang-orang yang memiliki tekad yang kuat.

    Secara mudahnya mereka adalah orang-orang yang jujur dalam bertekad.

    Karena itulah mereka disebut dengan ulul azmi yaitu orang-orang yang

  • 14

    semangat dalam mewujudkan apa yang ia niatkan dan bersegera

    melakukannya sekuat kemampuan.22

    e. Paham akan keutamaan menghafal al-Qur’an

    Sesungguhnya orang yang telah memahami nilai suatu perkara akan

    berkorban untuk mendapatkannya. Manusia biasanya mau mencurahkan

    segenap kekuatan untuk meraih pekerjaan-pekerjaan duniawi tertentu, karena

    mereka paham akan nilai pekerjaan tersebut serta melimpahnya keuntungan

    materi dibalik pekerjaan itu.

    Begitu pula amal-amal akhirat. Semakin kita memahami nilai suatu

    amalan maka akan semakin besar pula perhatian kita terhadapnya. Orang

    yang paham akan keutamaan al-Qur’an secara rinci, tidak akan sama dengan

    orang yang memahaminya secara global.

    f. Mengamalkan ayat-ayar al-Qur’an yang dihafalnya

    Kaidah ini juga merupakan kaidah yang amat penting secara mutlak.

    Hafal al-Qur’an bukanlah tujuan terakhir, namun hafalan itu mesti diiringi

    oleh amal baik. Lain dari itu, sesungguhnya mengamalkan ayat-ayat yang

    telah dihafal akan memudahkan bagi kita untuk menghafal ayat yang baru.

    g. Meninggalkan kemaksiatan

    Hati yang larut dalam kecintaan terhadap maksiat tidak mungkin memiliki

    perhatian terhadap al-Qur’an.Setiap kali seorang hamba berbuat dosa, setiap

    kali itu pula hatinya terbawa pengaruh buruk. Dan setiap kali hatinya

    22 Ibid, h. 61

  • 15

    terpengaruh, setiap itu pula kemampuannya menghafal kitabullah akan

    melemah.

    h. Berdo’a kepada Allah

    Sebuah metode yang tidak akan mengecewakan seorang Muslim

    selamanya ialah berdoa kepada Allah swt dengan ikhlas dan jujur.

    i. Memerhatikan kaidah-kaidah tajwid

    Membaguskan tajwid bacaan al-Qur’an adalah perkara yang sangat

    penting bagi siapa saja yang membacanya. Tajwid al-Qur’an dapat membantu

    kita dalam menghafalnya. Bunyi yang khas dalam membaca al-Qur’an akan

    menancap kuat didalam hati. Menghafal al-Qur’an dengan tajwid yang

    sempurna mempunyai pahala yang besar di sisi Allah swt.

    j. Membaca al-Qur’an secara rutin

    Orang yang berakal pasti paham banyak membaca al-Qur’an akan

    menyebabkan pelakunya memperolah pahala yang melimpah dan bersamaan

    dengan itu akan membuat hafalannya semakin kokoh. Banyak membaca ayat

    atau surat yang belum kita hafal sebelumnya akan membuat ayat-ayat itu dekat

    dengan hati. Lalu ketika kita hendak menghafalnya maka prosesnya akan lebih

    mudah.23

    4. Metode Menghafal al-Qur’an

    Metode menghafal sangat penting, setiap orang memiliki metode untuk

    mengurangi kesulitan dalam menghafal. Berikut beberapa metode dalam

    menghafal al-Qur’an:

    23 Ibid, h. 92

  • 16

    a. Metode Wahdah, yaitu menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang hendak

    dihafal diaman setiap ayat diulang sebanyak 10 kali atau lebih sehingga benar-

    benar membentuk gerak reflek pada lisannya setelah benar-benar telah hafal

    dapat dilanjutkan ayat berikutnya.

    b. Metode kitabah, yaitu orang yang menghafal terlebih dahulu menulis ayat-ayat

    yang akan dihafalnya kemudian ayat-ayat tersebut dibacanya sampai lancar

    dan benar bacaannya, lalu dihafal. Aspek menulis juga akan sangat membantu

    dalam mempercepat terbentuknya pula hafalan dalam bayangannya.

    c. Metode sima’i, yaitu mendengarkan suara bacaan untuk dihafalkannya, baik

    mendengarkan dari guru yang membimbingnya ataupun dari rekaman. Metode

    ini akan sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat yang kuat.

    d. Metode jama’ yaitu bersama-sama atau cara menghafal yang dilakukan secara

    kolektif atau bersama-sama dipimpin oleh seorang instruktur membacakan

    satu ayat atau lebih dan siswa atau santri menirukan secara bersama-sama.24

    B. Kecerdasan Kogntif

    1. Kecerdasan Kognitif

    Manusia tercipta di dunia diberikan anugerah dari Tuhan yang maha Esa

    berupa kecerdasan. Dari kecerdasan itu membuat manusia menjadi makhluk

    paling sempurna diantara ciptaan Tuhan yang lainnya. Kecerdasan merupakan

    sebutan asingnya intelegensi yang memiliki pengertian beragam.

    24 Ahsin W. Al-Hafidz, bimbingan praktis menghafal Al-Qur’an, Jakarta: Bumi Aksara,

    2005, h. 63-66

  • 17

    Adapun beberapa pengertian kecerdasan atau intelegensi yang

    dikemukakan oleh para ahli, sebagai berikut:

    Menurut Anita E. Wolfolk :

    Mengemukakan bahwa kecerdasan atau intelegensi yaitu sebuah kemampuan

    untuk belajar, untuk beradaptasi dengan situasi baru atau lingkungan yang ada

    disekitarnya pada umumnya.25

    Menurut C.P. Chaplin :

    Mendefinisikan kecerdasan atau intelegensi sebagai suatu kemampuan yang

    dimiliki manusia di dalam menghadapi dan menyesuaikan diri secara tepat dan

    efektif.26

    Menurut Gardner :

    Definisi kecerdasan atau intelegnsi sebagai suatu kumpulan kemampuan atau

    keteranpilan yang dapat ditumbuhkembangkan.27

    Berdasarkan pendapat para ahli, penulis dapat menyimpulkan bahwa

    kecerdasan atau intelegensi merupakan sebuah kemampuan dasar yang dimiliki

    manusia untuk menghadapi dan menyesuaikan masalah, dan menciptakan semua

    hal yang dapat dimanfaatkan manusia.

    Kognitif adalah bagian dari konsep taksonomi pendidikan Bloom yang

    meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik. Istilah lain yang juga menggambarkan

    hal yang sama dengan ketiga domain tersebut yang secara konvensional telah

    lama dikenal taksonomi tujuan pendidikan yang terdiri atas aspek cipta, rasa, dan

    karsa.28

    25 Irma Agustinalia, mengenai kecerdasan manusia,(Wirogunan: Graha Printama

    Selaras,2018) h. 1

    26 Ibid,

    27 Ibid,

    28 Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan I, (Jakarta: Grasindo, 1992), h .32

  • 18

    Istilah kognitif (cognitive) berasal dari kata cognition yang padanan

    katanya knowing, artinya mengetahui. Dalam arti luas, cognition (kognisi) ialah

    perolehan, penataan, dan penggunaan Pengetahuan. Dalam perkembangan

    selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau ranah

    psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental dan berhubungan dengan

    pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalahm

    kesenjanganm dan keyakinan.29

    Kecerdasan kognitif adalah kemampuan yang mencakup perkembangan

    ingatan, perolehan informasi, proses berpikir logis dan perkembangan dalam

    memecahkan masalah.30

    Menurut Margaret E. Bell :

    Kecerdasan kognitif adalah kelompok ingatan yang tersusun dan saling

    berhubungan, aksi serta strategi yang dipakai oleh anak untuk memahami

    dunia sekitarnya sesuai tahap perkembangannya yang berjalan secara tersusun,

    tumbuh dan berkembang melalui interaksi dengan lingkungannya.31

    Berdasarkan pemaparan di atas dapat penulis simpulkan bahwa

    Kecerdasan kognitif merupakan kemampuan manusia yang berkaitan dengan

    kemampuan berpikir, mengingat, dan memecahkan masalah yang kesemuanya ini

    menjadi aktivitas mental yang dilakukan manusia secara sadar dalam interaksinya

    dengan lingkungan.

    29 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo

    Persada, 2014), cet.V, h. 61-62

    30 Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan, (Jakarta: Pustaka

    Populer Obor, 2003), cet.I, h. 63

    31 Margaret E. Bell, Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

    1994), h. 308

  • 19

    Adapun Fungsi kecerdasan kognitif, Ahli psikolog telah sepakat bahwa

    inti dari fungsi kecerdasan kognitif manusia terletak pada otak. Otak merupakan

    organ yang dianggap mampu untuk mengelola berbagai informasi yang diterima

    oleh individu.32

    Informasi tersebut dapat berbentuk pelajaran, hal-hal yang spasial

    dan lain sebagainya. Inilah yang menyebabkan mengapa fungsi kecerdasan

    kognitif diukur pada tingkat kemampuan otak.

    Kecerdasan kognitif memiliki fungsi penting bagi individu yaitu

    membantu memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan aktivitas

    mengingat, berpikir, memahami, menalar, menganalisis, mensintesis,

    merencanakan dan sebagainya.33

    Sumber lain menjelaskan bahwa fungsi

    kecerdasan kognitif yaitu membantu individu mengembangkan daya kreasi dan

    inovasi terhadap sesuatu yang sedang diamati serta dipikirkan dalam proses

    internal mental di tengah-tengah adaptasinya dengan lingkungan.34

    2. Faktor yang memengaruhi kecerdasan, terdapat beberapa faktor yang

    memengaruhi kecerdasan, yaitu:

    a. Faktor bawaan atau biologis

    Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas

    kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara

    lain ditentukan oleh faktor bawaan.

    b. Faktor pembentukan atau lingkungan

    32 Zulkarnain, Pendidikan Kognitif Berbasis Karakter, Vol.12, No. 2, Juni 2015, h. 194

    33 Muhammad Said dan Junifar Affan, Psikologi dari Zaman ke Zaman, (Bandung:

    Jemmars, 1990), h. 62

    34 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi

    Aksara, 2008), Cet. II, h. 53

  • 20

    Dimana pembentukan adalah segala keadaan diluar diri seseorang yang

    mempengaruhi perkembangan inteligensi.

    c. Faktor kematangan

    Dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan

    perkembangan.

    d. Faktor kebebasan

    Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan

    masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas

    dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.

    e. Faktor motivasi

    Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecerdasan

    kognitif. Motivasi (motivation) merupakan faktor penting yang dapat

    mendorong dan mempengaruhi fungsi kognitif pada diri individu. Tanpa

    adanya motivasi, maka individu tidak akan dapat terdorong untuk

    menggunakan kemampuan kognitif yang dimilikinya dalam berpikir serta

    mempelajari segala sesuatu seperti abstraksi, pengetahuan dan lain

    sebagainya.35

    Dari pendapat tersebut disimpulkan bahwa pada dasarnya kecerdasan

    kognitif yang dimilki oleh setiap individu tidak terlepas dari faktor-faktor yang

    memengaruhi kecerdasan kognitif itu sendiri. Kesemua faktor itu saling

    berhubungan satu sama lain dalam menumbuhkembangkan kemampuan kognitif

    individu.

    35 Fadillah Suralaga, dkk., Op.Cit, h. 93

  • 21

    Adapun Tahapan Perkembangan kecerdasan kognitif, dalam perspektif

    psikologi, perkembangan kecerdasan kognitf didasarkan pada teori belajar

    kognitivisme dimana menurut teori itu belajar adalah perubahan persepsi dan

    pemahaman.Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk tingkah

    laku yang bisa diamati.

    Asumsi dari teori ini adalah:

    “Bahwa setiap orang telah memiliki pengalaman dan pengetahuan didalam

    dirinya.Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur

    kognitif. Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik bila

    materi pelajaran yang baru beradaptasi (bersinambung) secara klop dengan

    struktur kognitif yang sudah dimiliki siswa.”36

    Dalam psikologi, proses mengetahui dipelajari dalam bidang psikologi

    kognitif, bidang ini dipelopori oleh Jean Piaget. Dalam pandangan Piaget,

    individu memiliki potensi kognitif yang mengalami proses perkembangan dimana

    kecerdasan kognitif berkembang secara bertahap. Menurut Piaget tahapan ialah

    suatu jangka waktu tertentu, dimana cara berpikir dan tingkah laku anak dalam

    berbagai situasi merefleksikan suatu struktur mental tertentu.37

    Dengan kata lain,

    tahap perkembangan pada setiap periode kehidupan anak adalah gambaran

    bagaimana cara-cara seorang individu memperoleh pengetahuan.

    Jean Piaget seorang pakar terkemuka dalam disiplin psikologi kognitif dan

    psikologi anak, mengkalisifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat

    tahapan yakni :38

    36 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru..h. 53

    37 Zahrotun Nihayah, dkk.,Psikologi Perkembangan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006),

    cet. I, h. 27

    38 Tohirin, Op.Cit, h. 62

  • 22

    a. Tahap sensory-motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada

    usia 0-2 tahun.

    b. Tahap pre-operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada

    usia 2-7 tahun.

    c. Tahap concrete-operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi

    pada usia 7-11 tahun.

    d. Tahap formal-operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi

    pada usia 11-18 tahun.

    Berdasarkan objek penelitian ini yang membahas tentang kecerdasan

    kognitif pada siswa MAS Nahdlatul Ulum maka penulis hanya akan menguraikan

    tahapan perkembangan kecerdasan kognitif pada periode formal-operational saja,

    karna pada tahap formal-operational inilah siswa duduk di bangku sekolah

    menengah atas.

    Tahapan formal-operational merupakan tahapan keempat dari empat

    tahapan. Ciri pokok pada perkembangan ini adalah anak sudah mulai memikirkan

    pengalam diluar pengalaman konkret dan memikirkannya secara abstrak, idealis,

    dan logis. Pemikir operasianal konkret perlu melihat elemen konkret A, B, dan C

    untuk menarik kesimpulan logis bahwa jika A=B dan B=C maka A=C.

    Sebaliknya, pemikir operasional formal dapat memecahkan persoalan ini walau

    problem ini hanya disajikan secara verbal.

    Selain memiliki kemampuan abstraksi, pemikir operasional formal juga

    punya kemampuan untuk melakukan idealisasi dan membayangkan kemungkinan-

    kemungkinan. Pemikir idealis ini bisa menjadi fantasi atau khayalan. Banyak

  • 23

    remaja tak sabar terhadap cita-cita mereka sendiri, mereka juga tidak sabar

    menghadapi problem untuk mewujudkan cita-citanya itu.

    Egosentrisme juga muncul dalam masa remaja. Egosentrisme masa remaja

    adalah kesadaran tinggi yang tercermin dalam keyakinan remaja bahwa orang lain

    tertarik pada dirinya sebagaimana dia tertarik pada dirinya sendiri. Egosentrisme

    juga mencakup perasaan bahwa dirinya adalah unik atau berbeda dari orang lain.39

    Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor tentu

    akan berbeda dengan proses belajar yang dialami oleh seorang anak pada tahap

    preoperasional, dan akan berbeda pula dengan mereka yang sudah berada pada

    tahap operasional konkret, bahkan dengan mereka yang sudah berada pada tahap

    operasional formal. Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan kognitif

    seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya.

    3. Aspek Kompetensi Kognitif

    Dalam proses pembelajaran terdapat tiga aspek yang dapat mesti dikuasai

    oleh peserta didik. Ketiga aspek tersebut yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik.

    Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk

    didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, dan

    kemampuan mengevaluasi. Aspek afektif berhubungan dengan watak (perilaku)

    individu seperti sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Sedangkan aspek

    psikomotorik berhubungan dengan keterampilan yang melibatkan otot dan

    kekuatan fisik, misalnya menulis, memukul, melompat, dan lain sebagainya.

    39 Komasiana.com/tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget (diakses pada tanggal 07

    November 2019 pukul 03.21)

  • 24

    Aspek kognitif merupakan subtaksonomi yang mengungkapkan mengenai

    kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan rendah sampai ke

    tingkat yang paling tinggi yakni evaluasi.40

    Tujuan aspek kognitif ini berorientasi pada kemampuan berpikir yang

    mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yakni mengingat,

    menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau

    prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.41

    Dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya aspek kognitif ini erat

    hubungannya dengan kemampuan berpikir termasuk didalamnya aktivitas

    kemampuan dalam memahami, menghafal, mengamalkan, menganalisis,

    mensintesis dan mengevaluasi.

    Berikut ini penulis akan menguraikan keenam aspek kognitif yang terdapat

    dalam taksonomi Bloom.

    a. Pengetahuan (Knowledge)

    Pada tahap ini siswa dituntut untuk mampu mengingat (recall) berbagai

    informasi yang telah diterima sebelumnya. Dengan kata lain, pada tingkat

    pengetahuan ini siswa menjawab pertanyaan berdasarkan hapalan saja

    misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving dan sebagainya.

    b. Pemahaman (Comprehension)

    Pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan

    untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-

    40 Nety Hartati, dkk., Islam dan Psikologi, (Jakarta: UIN Jakarta Pres, 2003), Cet I, h. 65

    41 Ibid, h. 67

  • 25

    kata sendiri. Pada tahap ini juga, siswa diharapkan menerjemahkan atau

    menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.

    c. Penerapan (Application)

    Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan

    informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta memecahkan

    berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari

    d. Analisis (Analysis)

    Analisis merupakan kemampuan mengidentifikasi, memisahkan dan

    membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep,

    pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan dan memeriksa setiap komponen

    tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini, siswa

    diharapkan menunjukkan hubungan diantara berbagai gagasan dengan cara

    membandingkan gagasan tersebut dengan standar, pinsip atau prosedur yang

    telah dipelajari.

    e. Sintesis (Syntesis)

    Sintesis merupakan kemampuan individu dalam mengaitkan dan

    menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga

    terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.

    f. Evaluasi (Evaluation)

    Evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan siswa mampu

    membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk

    atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.42

    42 Ibid, h. 69-71

  • 26

    4. Macam-Macam Gaya Kognitif

    Dalam proses belajar mengajar setiap individu memiliki kemampuan

    memahami dan menangkap pelajaran yang berbeda-beda tingkatnya. Ada yang

    cepat menyerap dan memahami pelajaran dan ada pula yang sangat lambat. Oleh

    karena itu, mereka kerapkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami

    sebuah informasi atau pelajaran yang sama. Cara berbeda tersebut merupakan

    tanda bahwa adanya perbedaan gaya pembelajaran setiap individu dalam

    memahami dan menyerap pelajaran atau informasi dari luar dirinya.

    Gaya pembelajaran mencakup tiga aspek, yaitu gaya kognitif, gaya afektif,

    dan gaya kejiwaan. Gaya kognitif berkaitan erat dengan cara penerimaan dan

    pengolahan informasi, sikap terhadap informasi serta kebiasaan yang berhubungan

    dengan lingkungan belajar. Gaya afektif bekaitan erat dengan reaksi yang

    berdasarkan kepada motivasi dalam belajar sedangkan gaya kejiwaan bersifat

    tabiat yang berhubungan erat dengan unsur-unsur seks, kesehatan dan

    lingkungan.43

    Terkait dengan penjelasan di atas, dalam hal ini penulis akan

    mengemukakan tentang gaya kognitif itu sendiri dan macam-macamnya. Pada

    dasarnya kognitif yaitu karakteristik individu dalam berpikir, merasakan,

    mengingat, memecahkan masalah dan membuat keputusan. Setiap individu

    tentunya akan memilih cara yang disukai dan sesuai dengan dirinya dalam

    mengolah dan mengorganisasi informasi sebagai respons terhadap stimuli

    43 Hamzah B. Uno, Op.Cit, h. 186

  • 27

    lingkungannya. Dalam proses pembelajaran, macam-macam gaya kognitif

    diantaranya, yaitu :

    a. Field Dependence (FD)

    Field dependence yakni “Persepsi siswa untuk memperoleh informasi

    yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar”.

    b. Field Independence (FI)

    Field Independence yakni “persepsi siswa untuk memperoleh informasi

    yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan sekitar”

    c. Gaya Impulsive

    Gaya impulsive yakni “gaya belajar yang cenderung bersifat menduga-

    duga, cepat berbuat atau berbuat yang untung-untungan”.

    d. Gaya Reflective

    Gaya reflective yakni “gaya kognitif yang lebih banyak memanfaatkan

    perenungan dan pertimbangan secara matang”.44

    44 Yula Miranda, Penerapan Pembelajaran Metakognitif dalam Dunia Pendidikan,

    (Bandung: PT. Remaja Rosdakaya, 2006), Cet. I, h.17

  • 28

    C. Kerangka Pikir

    Adapun kerangka pikir sebagai berikut.

    1. Al-Qur’an dan Hadis

    2. Peraturan Pemerintah

    3. Undang-Undang

    1. Menghafal Al-Qur’an

    2. Metode Menghafal Al-

    Qur’an

    3. Kaidah Menghafal Al-Qur’an

    Mata Pelajaran

    Tingkat Hafalan Al-Qur’an

    1. Tinggi

    2. Rendah

    Kecerdasan Kognitif

    Pengaruh Menghafal Al-Qur’an Terhadap Kecerdasan

    Kognitif Siswa Madrasah Aliyah Pondok Pesantren

    Nahdaltul Ulum Soreang Maros

    Al-Qur’an

    Pembelajaran

  • 29

    D. Hipotesis Penelitian

    Hipotesis adalah jawaban yang masih bersifat sementara terhadap

    permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Adapun

    hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    Ho: Menghafal al-Qur’an tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

    kecerdasan kognitf siswa.

    H1: Menghafal al-Qur’an berpengaruh terhadap kecerdasan kognitif siswa

  • 30

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif

    itu berkenaan dengan angka atau numerical. Penelitian kuantitatif pada umunya

    mendasarkan kerjanya pada keyakinan bahwa fakta dan perasaan dapat

    dipisahkan, dan bidang kajiannya adalah suatu realitas tunggal yang terbentuk

    dari fakta yang dapat ditemukan.45

    Menurut Suharsimi, metode penelitian kuantitatif yaitu suatu proses

    penelitian untuk menemukan pengetahaun yang menggunakan data berupa angka

    sebagai alat untuk menemukan keterangan apa yang ingin diketahui. Data

    penelitian ini terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis

    statistic melalui aplikasi spss.

    [

    B. Lokasi dan objek penelitian

    Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Nahdlatul

    Ulum Soreang Maros dan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Siswa

    Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulum Kecamatan Lau, Kelurahan Soreang,

    Kabupaten Maros.

    45 Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, (Jakarta:

    Prenadamedia Group), h. 46

  • 31

    C. Variabel Penelitian

    Dalam penelitian yang berjudul pengaruh menghafal al-Qur’an terhadap

    kecedasan kognitif siswa Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum

    Soreang Maros, yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :

    1. Menghafal al-Qur’an adalah Variabel Indenpenden atau simbol (X) yang

    mempengaruhi

    2. Kecerdasan Kognitif siswa adalah Variabel Denpenden atau simbol (Y)

    yang dipengaruhi

    D. Definisi Operasional Variabel

    1. Menghafal al-Qur’an

    Menghafal al-Qur’an adalah suatu aktifitas menyimpan dan menjaga al-

    Qur’an dalam diri seseorang dengan sungguh-sungguh sebagai upaya untuk

    melestarikannya melalui kegiatan membaca maupun mendengar.

    2. Kecerdasan kognitif

    Kecerdasan kognitif merupakan kemampuan manusia yang berkaitan

    dengan kemampuan berpikir, mengingat, dan memecahkan masalah yang

    kesemuanya ini menjadi aktivitas mental yang dilakukan manusia secara sadar

    dalam interaksinya dengan lingkungan.

    E. Populasi Dan Sampel

    1. Populasi menurut Sugiyono mengemukakan bahwa:

    Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek yang mempunyai

    kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

    dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.46

    Menurut Arikunto mengemukakan bahwa:

    46 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan¸ (Bandung: Alfabeta, 2017), h.117

  • 32

    Puopulasi adalah keseluruhan subjek penelitian47

    Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa populasi

    merupakan keseluruhan objek atau subjek yang menjadi fokus penelitian dengan

    memerhatikan beberapa karektreristik yang sesuai dengan penelitian yang sedang

    dilakukan.

    Tabel 3.1

    Keadaan Populasi

    No Siswa Jenis kelamin Jumlah

    L P

    1. X 31 26 57

    2. XI 35 39 74

    3. XII 40 25 65

    Jumlah 106 90 196

    Sumber data diperoleh tata usaha Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum

    2. Sampel

    Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

    populasi tersebut.48

    Sampel dalam pandangan Suharsimi Arikunto sebagai bagian

    dari populasi yang diteliti, dan menyatakan pula bahwa :

    Apabila populasi penelitian berjumlah kurang dari 100 maka sampel yang

    diambil adalah semuanya, namun apabila populasi penelitian berjumlah lebih

    dari 100 maka sampel dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.49

    47 Populasi menurut Arikunto, diakses pada 29 Desember 2019 jam 01.30

    48 Ibid, h. 118

    49 Arikunto, S. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. (Jakarta : Rineka Cipta,

    2010) h. 134

  • 33

    Dalam penelitian ini, peneliti mengambil 20% untuk dijadikan sampel,

    yaitu 39 siswa. Dalam mengambil sampel, peneliti menggunakan sampel Random

    (Random Sampling), yaitu pemgambilan sampel secara acak. Teknik pengambilan

    sampel pada penelitian ini dilakukan dengan mencampur subjek-subjek didalam

    populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Dengan demikian, maka peneliti

    memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan

    dipilih menjadi sampel.50

    F. Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan data yang harus betul-betul

    direncanakan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris

    sebagaimana adanya sebab penelitian akan berhasil apabila banyak menggunakan

    instrumen agar data tersebut dapat menjawab pertanyaan, penelitian dan menguji

    hipotesis, maka penulis menggunakan beberapa instrumen penelitian berupa

    pedoman observasi, pedoman angket, pedoman wawancara, dan catatan dokumen.

    1. Pedoman Observasi

    Observasi merupakan teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan

    mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.51

    Observasi

    sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan

    dengan teknik yang lain, observasi tidak terbatas pada orang tetapi juga objek-

    objek alam yang lain.52

    50 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka

    cipta, 2006). h, 177.

    51 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung; PT. Remaja

    Rosdakarya, 2010), h. 220.

    52 Sugiyono, Op.Cit, hlm. 203

  • 34

    2. Pedoman Angket

    Metode Angket, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

    cara memberi sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

    untuk dijawab secara objektif. Angket penelitian ini disusun menggunakan daftar

    pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya tertutup, yaitu jawabannya telah tersedia

    sehingga responden tinggal memilih salah satu opsi jawaban yang ada.

    3. Catatan dokumentasi

    Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

    berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.53

    Metode

    tersebut digunakan untuk mendapatkan sumber data yang berkaitan dengan

    penelitian seperti latar belakang berdirinya sekolah, letak geografis sekolah, visi

    dan misi sekolah, keadaan guru, siswa, karyawan, sarana dan prasarana dan

    lainnya.

    [[[

    G. Teknik Pengumpulan Data

    1. Observasi

    Metode observasi adalah pengamatan yang dilakukan dengan sengaja,

    sistematis mengenai gejala-gejala yang terjadi untuk kemudian dilakukan

    pencatatan. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik

    fenomena-fenomena yang diselidiki.54

    Observasi merupakan pengamatan yang

    dilakukan oleh peneliti untuk mencari masalah yang digunakan dalam peneltian.

    53

    Ibid, h. 30

    54NanaSyaohdihSukmadinata.MetodePenelitianPendidikan.(Bandung:

    RemajaRosdakarya, 2010), h 220.

  • 35

    2. Angket

    Dengan metode angket ini penulis mempersiapkan sejumlah pertanyaan

    tertentu, kemudian disebarkan kepada responden, untuk mendapatkan jawaban

    yang diperlukan secara langsung. Angket diberikan kepada siswa untuk diisi

    untuk dijadikan sampel dalam penelitian untuk mengetahui pengaruh menghafal

    al-Qur’an terhadap kecerdasan kognitif siswa.

    Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

    memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

    dijawab.55

    3. Dokumentasi

    Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang

    tertulis. Metode dokumentasi adalah metode yang dilakukan untuk mencari data

    mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,

    agenda dan sebagainya.56

    Metode ini digunakan untuk menghimpun data yang

    berkaitan dengan keadaan Siswa Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Nahdlatul

    Ulum Kecamatan Lau, Kelurahan Soreang,Kabupaten Maros.

    H. Teknik Analisis Data

    Teknik Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    menggunakan aplikasi SPSS, karena penelitian ini untuk mengetahui apakah ada

    pengaruh menghafal al-Qur’an terhadap kecerdasan kognitif siswa, maka analisis

    menggunakan rumus regresi linear sederhana yaitu :

    55 Sugiyono, Op.Cit, h. 199

    56 Suharsimi Arikunto, Op.Cit, h. 231

  • 36

    Y= a + bX

    Keterangan:

    Y = Varuabel terikat (variabel yang diramalkan)

    X = Variabel bebas

    a = Konstanta

    b = Koefisen regresi57

    Rata-rata Hitung (Mean)

    (X) = ∑fi × xi

    ∑fi

    Keterangan:

    xi: tanda kelas ataua nilai tengah interval

    fi: frekuensi yang sesuai dengan nilai tengah interval xi (bila merupakan interval)

    Median (Nilai Tengah)

    Median = Lo + C {n - ∑f} f

    keterangan:

    Lo = batas bawah kelas median yaitu kelas dimana median akan terletak

    C = panjang kelas median

    n = banyak data

    ∑f = jumlah semua frekuensi dari semua kelas dibawah kelas median

    f = frekuensi kelas median

    Modus

    Mo = Lo + C [ d1 ]

    d1+d2

    57 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),

    h.22

  • 37

    Keterangan:

    Lo = batas bawah kelas modal yaitu kelas dengan frekuensi terbanyak

    C = panjang kelas modal

    d1 = selisih frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval sebelum

    kelas modal

    d2 = selisih frekuensi modal dikurangi kelas interval sesudah kelas modal58

    58 Aziz Alimul Hidayat, Metode Penelitian, (Jakarta: Salemba Medika, 2018) h. 102

  • 38

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum

    1. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum

    Pondok Pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan tertua di

    Indonesia. Pesantren merupakan system pendidikan yang takhassus (khusus).

    Dalam perjalanan sejarah, Pesantren telah memberikan peranan yang sangat

    signifikan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan keimanan dan

    ketaqwaan serta membina akhlak mulia.

    Globalisasi ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi dewasa ini telah

    merambah ke seluruh lapisan masyarakat termasuk lapisan generasi muda,

    sehingga perlu dibekali pemahaman ajaran agama dengan benar, dibekali ilmu

    pengetahuan yang tepat guna. Dalam masyarakat seperti ini keberadaaan Pondok

    Pesantren justru menjadi alternative dalam pembangunan sumber daya manusia

    yang merupakan kunci utama dalam menghadapi daya saing yang semakin tinggi.

    Atas kesadaran tersebut serta cita-cita luhur dan ikhlas dari bapak (almarhum)

    Hadji Kalla yang kemudian ditindak lanjuti oleh putera beliau yakni bapak H. M.

    Jusuf kalla.

    Pada suatu hari di dalam mobil, beliau berdua dengan AG.H. M. Sanusi

    Baco menyampaikan keinginan Hadji Kalla (almarhum) umtuk mendirikan

    sebuah Pesantren dengan bantuan modal awal (hibah) dari bapak H.M. Jusuf

    Kalla kemudian merekomendasikan AG.H. M. Sanusi Baco untuk memulai

    membangun Pondok Pesantren ini. Tapi hal yang berat dan harus dijalankan sejak

  • 39

    awal yakni Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla, S.E., memintanya untuk menyiapkan

    lokasinya. Kemudian tidak kurang sebulan Anregurutta KH Sanusi Baco, Lc.

    bersama sang istri, Dra. Hajjah Aminah mencari lokasi untuk pembangunan

    pesantren yang telah direncanakan.

    Kala itu, untuk mencari lahan yang luas untuk pembangunan pesantren

    cukup sulit di Makassar, maka alternatifnya, mereka mencari di daerah Maros

    khususnya Camba namun karena tidak ideal maka ia memutuskan untuk mencari

    lahan di kampung halaman dari AG.H.M. Sanusi Baco yakni di Soreang

    Kabupaten Maros. Dan untuk masalah pembebasan lahan maka AG. H. M. Sanusi

    Baco dibantu oleh masyarakat setempat dan tokoh yang paling berperan yakni

    H.Salle, dialah yang melakukan pembicaraan dengan para pemilik sawah yang

    akan ditempati untuk membangun sebuah Pondok Pesantren. Hal ini seperti yang

    diungkapkan oleh Kepala Sekolah PDF (Pendidikan Diniyah Formal) Pondok

    Pesantren Nahdlatul Ulum Soreang Kabupaten Maros.

    “Cikal bakal berdirinya Pondok ini dimulai dari pembicaraan Anregurutta dan

    pak JK, kemudian gurutta berkata saya ingin membangun Pondok pesantren

    tapi nda ada uang, kemudian pak JK mempersilahkan cari lokasi, mula-mula

    Gurutta cari lokasi di Camba tapi pada akhirnya di Soreang Kabupaten

    Maros. Adapun tokoh masyarakat yang berperan penting untuk pembebasan

    lahan yakni H. Salle.59

    Alhasil bangunan yang pertama kali dibangun secara fisik yakni masjid

    yang merupakan pemberian hibah dari Sattar Taba dikala itu mejabat Direktur

    Semen Tonasa dan aula yang merupakan pemberian hibah dari mantan gubernur

    yakni H. Zainal Basri Palaguna pada tahun 2001.

    59 Tajuddin Arif, Kepala Sekolah PDF Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum , Soreang, Lau-

    Maros, Tanggal 20 februari 2020.

  • 40

    Adapun Pondok Pesantren ini didirikan kemudian diberi nama “Pondok

    Pesantren Nahdlatul Ulum” yang diselenggarakan oleh Yayasan Al-Asy’ariyah

    Nahdiyah Makassar dan juga nama ini dinisbatkan karena mengingat AG. KH. M.

    Sanusi Baco merupakan ketua Nahdlatul Uluma Sulawesi Selatan. Hal ini seperti

    Kepala Sekolah PDF (Pendidikan Diniyah Formal) Pondok Pesantren Nahdlatul

    Ulum Soreang Kabupaten Maros. yang telah ia ungkapkan.

    “Penamaan Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum ini tak terlepas jabatan Gurutta

    sebagai ketua Nahdlatul Ulama Sulawesi Selatan dan di bawah naungan

    Yayasan Al-Asy’ariyah Nahdiyah yang berfahamkan Al-Asy’ariyah nahdlha

    artinya kebangkitan, ulum artinya ilmu-ilmu.60

    Adapun lokasi Pesantren berada di Kelurahan Soreang Kabupaten Maros,

    33 KM dari arah Kota Makassar. Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum

    dikembangkan melalui konsep “Managemen Qalbu”. Konsep ini bertolak dari

    keyakinan bahwa dengan Qalbu (hati), manusia rela berkorban dan menunaikan

    amanah yang diembankan kepadanya dengan baik dan benar karena Asbab

    dorongan Qalbu.

    2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum

    Adapun yang menjadi visi dari Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Soreang

    Kabupaten Maros, ialah sebagai berikut:

    a. Menciptakan pribadi muslim yang mampu memahami ajaran Islam dengan

    benar, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dan

    mempraktekkannya untuk Syiar dan Ruhul Islam.

    60 Tajuddin Arif, Kepala Sekolah PDF Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum , Soreang,

    Lau-Maros, Tanggal 20 februari 2020.

  • 41

    b. Menciptakan manusia yang bertaqwa kepada Allah swt, berbudi luhur, dan

    mampu mengamalkan ajaran Islam dengan perkembangan ilmu pengetahuan

    (IPTEK).

    Adapun yang menjadi misi Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Soreang

    Kabupaten Maros, yakni:

    a. Mengembangkan keunggulan potensi dzikir dan keunggulan potensi fikir.

    b. Menyiapkan insan muslim yang mampu mengembangkan keunggulan potensi

    daerah untuk kesejahteraan masyarakat.

    c. Mengupayakan terciptanya Santri yang mampu mempersiapakn dirinya

    menjadi ulama professional yang intelektual dan intelektual professional yang

    ulama.

    d. Program Pendidikan Di Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum di Soreang

    Kabupaten Maros.

    Untuk mewujudkan visi (risalah) dan misi (maqo>sid) serta tujuan yang

    telah dirumuskan, maka Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum melaksanakan

    program pendidikan 12 tahun yang terdiri dari Madrasah Ibtidaiyah (MI),

    Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA), untuk Madrasah

    Tsanawiyah dan Madrasah Aliahnya nantinya akan mendapatkan 2 Ijazah masing-

    masing Ijazah Nasional dan Ijazah Pesantren.

    Selain jenjang pendidikan tersebut, Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum

    membuka program pendidikan Takhassus (khusus) yakni Pendidikan Diniyah

    Formal (PDF), program lainnya yang memang ciri khas dari Pesanten berupa

    Allugah (bahasa Arab dan Inggiris), Hifzil Qur’an, Kitab Kuning Qismul Awwal

  • 42

    seperti Muhktasarun Jiddan, Arbain An-Nawawi, Jawahirul Kalamiyah,

    Khulasatun Nurul Yaqin Dll sedangkan kajian Kitab Kuning Qismul Tsani yakni

    Tafsir Jalalain, Tanwirul Qulub, Fathul Qorib Dll. Dan tak terlupakan kitab

    Barazanji.

    Sedangkan untuk mengembangkan bakat dan minat para Santri maka

    Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum memberikan program pengembangan diri atau

    lebih dikenal dengan istilah ekstrakurikuler. Sedangkan program yang lain

    terdapat beberapa seperti:

    a. Bidang Keagamaan diantaranya latihan dakwah, pengajian.

    b. Bidang Kepemimpin diantaranya latihan kepemimpinan melalui OP3NU

    c. Bidang Bahasa diantaranya pengaktifan bahasa Arab dan Bahasa Inggris.

    d. Bidang Seni diantaranya tilawatil Qur’an, kaligrafi (khat), kepramukaan, tari

    dan drumband.

    e. Bidang Olahraga diantaranya futsal, tenis meja, volly dan bulutangkis.

    f. Bidang Pengembangan Ilmu diantaranya pelatiah dai dan daiyah, jurnalistik,

    bedah buku, serta majalah dinding.

    g. Bidang Keterampilan diantaranya menjahit/ border (tata busana).

    3. Sumber Daya Manusia

    1) Kepala sekolah

    Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulum : Muhammad Said S.Pd, M.M

    a. Jumlah Santri Madrasah Aliyah : 106 Orang

    b. Jumlah Santriwati Madrasah Aliyah : 90 Orang

  • 43

    c. Jumlah Keseluruhan Santri dan Santriwati Madrasah Aliyah : 196 Orang61

    2) Profil Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum di Soreang Maros

    a. Nama Pondok Pesantren : Nadlatul Ulum

    b. No Statistic Pondok : 512737200407

    c. Luas Pondok : +3708 m

    d. Tipe Pondok : Kombinasi

    e. Alamat Lengkap : Jl. Samudera No.37 kec. Lau kel. Soreang

    Kab.Maros

    f. Pimpinan Pondok : AG. KH. Dr. Sanusi Baco. Lc.

    g. Pendidikan Terakhir : Sarjana 1

    h. Tahun Berdirinya : 2001

    3) Keadaan Guru

    Tabel 4.1

    JUMLAH GURU PONDOK PESANTREN NAHDLATUL ULUM SOREANG

    KABUPATEN MAROS

    JUMLAH GURU PONDOK PESANTREN NAHDLATUL ULUM SOREANG

    KABUPATEN MAROS

    MTS MA

    Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan

    PNS 2 Orang NON PNS 38

    Orang

    PNS 3 Orang NON PNS 22

    Orang

    61 Muh Fatur, Sekretaris Tata Usaha Madrasah Aliyah, Wawancara, Soreang. Lau-Maros.

    Tanggal 10 maret 2020.

  • 44

    Sumber : Dokumen Guru Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Tahun 2020

    Jumlah Guru MTS Nahdlatul Ulum : 40 Orang

    Jumlah Guru MA Nahdlatul Ulum : 25 Orang

    Melihat keterangan di Atas, adapun jumlah tenaga pengajar guru MTS

    Nahdlatul Ulum berjumlah 40 orang yang terdiri 2 PNS dan 38 NON PNS

    sedangkan guru MA Nahdlatul Ulum berjumlah 25 orang masing-masing terdiri 3

    PNS dan 22 NON PNS.

    Tabel 4.2

    DAFTAR NAMA PEMBINA PONDOK PESANTREN NAHDLATUL ULUM

    SOREANG MAROS

    No. Nama Pembina Umur Jabatan

    1. Kamaruddin, S.Ag 68 Pembina Santri

    2. Hanaping, SQ,S.Hi, MH 35 Pembina Tahfiz Santri MA

    3. Muh. Jafar, S.Pd.I 40 Pembina Santri

    4. H. Ibrahim Daniel, Lc 35 Pembina Santri

    5. Wahyudi Munir, S.Pd.I 35 Pembina Santri

    6. H. Muh. Nur Ismail, Lc 35 Pembina Santri

    7. Akbar Syam, S.Hi 32 Pembina Santri

    8. Faisal Tanjung 23 Pembina Santri

  • 45

    9. Asrul, S.pd.I 28 Pembina Santri

    10. Abu Jabar 23 Pembina Santri

    11. Yamlik 23 Pembina Santri

    12. Yassir Amri 23 Pembina Tahfiz Santri MTS

    13. Muh. Luthfial 19 Pembina Tahfiz Santriwati

    14. Salman al-Faris 21 Pembina Tahfiz Santri MTS

    15. Nurhalis 21 Pembina Santri

    16. Dra.Mukarramah Beta 59 Pembina Santriwati, Kabid 3

    17. Nur Zakiah, S.Pd.I 26 Pembina Santriwati

    18. HJ. Syamsidar, Lc 38 Pembina Santriwati

    19. Ratna Ningsih, S.Pd.I 33 Pembina Santriwati

    20. Syarlina, S.Pd.I 24 Pembina Santriwati

    21. Nirmala, S.KOM 23 Pembina Santriwati

    22. Nurannisa Fajriani, S.Hi 23 Pembina Santriwati

    23 Waode Nur Naratussalihah 24 Pembina Santriwati

    Sumber: Wawancara Pembina Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Tahun 2020

  • 46

    4) Peserta Didik

    Tabel 4.3

    No Siswa Jenis kelamin Jumlah

    L P

    1. X 31 26 57

    2. XI 35 39 74

    3. XII 40 25 65

    Jumlah 106 90 196

    Sumber: Dokumentasi Santri/wati Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulum Tahun 2020

    Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulum : Muhammad Said S.Pd, M.M

    Jumlah Santri Madrasah Aliyah : 106 Orang

    Jumlah Santriwati Madrasah Aliyah : 90 Orang

    Jumlah Keseluruhan Santri dan Santriwati Madrasah Aliyah : 196 Orang62

    5) Sarana Dan Prasarana

    Sarana dan fasilitas pendukung digunakan untuk mendukung dan

    menunjang kelancaran kegiatan belajar mengajar (KMB) serta memudahkan para

    Santri dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang mengarah pada terwujudnya

    sasaran dan tujuan institusi. Untuk itu, dari hasil penelitian Pondok Pesantren

    Nahdlatul Ulum telah mengupayakan berbagai sarana dan fasilitas, seperti:

    Sarana Santri Dan Santriwati Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Soreang

    Kabupaten Maros

    62 Muh Fatur, Sekretaris Tata Usaha Madrasah Aliyah, Wawancara, Soreang. Lau-

    Maros.Tanggal 10 maret 2020.

  • 47

    Tabel 4.4

    Sarana Dan Prasarana Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Soreang Maros

    No. Sarana dan prasarana Jumlah Keterangan

    1. Asrama Santri (Termasuk Asrama

    Tahfidz dan Rusunawa)

    7 unit Berfungsi

    2. Aula Pertemuan Palaguna 1 unit Berfungsi

    3. Laundry 1 unit Berfungsi

    4. Depot Air Minum Santri 2 unit Berfungsi

    5. Mini Market “Aminah Mart” 1 unit Berfungsi

    6. Kantin 1 Unit Berfungsi

    7. Lapangan Olahraga 4 unit Berfungsi

    8. Masjid “Rabiatul Adawiyah” untuk

    Santri

    1 Unit Berfungsi

    9. Mushalla (Khusus untuk Santriwati) 1 unit Berfungsi

    10. Kendaraan/ Mobil Operasional 3 Unit Berfungsi

    11. Perpustakaan 1 unit Berfungsi

    12. Ruang kelas Madrasah Ibtidaiyah

    (MI)

    4 kelas Berfungsi

    13. Ruang kelas Madrasah Tsanawiyah

    (MTS)

    16 kelas Berfungsi

    14. Ruang kelas Madrasah

    Aliyah (MA)

    4 kelas Berfungsi

    15. Ruang Kelas PDF 3 kelas Berfungsi

  • 48

    16. Ruang Keterampilan 1 Unit Berfungsi

    17. Ruang Kepala Kampus 1 Unit Berfungsi

    18. Ruang Laboratorium IPA 1 Unit Berfungsi

    19. Ruang Keamanan 1 Unit Berfungsi

    20. Ruang Tamu 2 Unit Berfungsi

    21. Ruang Laboratorium

    Computer

    2 Unit Berfungsi

    22. Kantor Madrasah Ibtidaiyah 2 Unit Berfungsi

    22. Kantor/ Ruang Guru

    Madrasah Mts Dan MA

    1 Unit Berfungsi

    23. Kantor Tata Usaha 3 Unit Berfungsi

    24. Kantor Pimpinan 1 Unit Berfungsi

    25. Rumah Pimpinan 1 Unit Berfungsi

    26. Rumah Pembina 5 Unit Berfungsi

    Sumber : Dokumen Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Tahun 2020

  • 49

    STRUKTUR ORGANISASI PONDOK PESANTREN NAHDLATUL ULUM

    SOREANG KABUPATEN MAROS PERIODE 2019-2021

    Sumber: Dokumen Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Soreang Kabupaten Maros

    Dr. H. Muh. Yusuf Kalla

    (Dewan Pelindung/Pewakaf)

    AG. Dr. HM. Sanusi Baco, Lc.

    (Pendiri/Pimpinan)

    Dr. Nur Taufik Sanusi

    (Wakil Pimpinan)

    Dra. Hj. Aminah Adam

    (Pendiri)

    Dr. H. Muammar Bakri

    (Kepala Bidang Akademik)

    Tabsyir Sanusi S.S

    (Kepala Bidang administrasi

    dan keuangan)

    Dra. Mukarramah Beta

    (Kepala Bidang kepesantrenan)

    Drs. H. Syamsuddin M. Ag

    (Kepala Kampus)

    H. M. Irfan Sanusi

    (Kepala Bidang Humas)

  • 50

    B. Deskripsi Data Hasil Penelitian Menghafal Al-Qur’an Siswa Pondok

    Pesantren Nahdlatul Ulum

    Pesantren mewajibkan santri dan santriwatinya untuk menghafal Al-

    Qur’an. Berdasarkan hasil observasi peneliti, metode yang digunakan santri dan

    santriwatinya untuk menghafal dan menjaga hafalannya adalah metode wahdah

    dan muroja’ah. Setoran hafalan dilaksanakan setiap pekan setelah makan

    malam dan juga setelah shalat subuh. Adapun metode yang digunakan peneliti

    untuk mengetahui aktifitas siswa menghafal al-qur’an atau variabel independen

    (X) adalah membagikan angket kepada siswa Madrasah Aliyah Pondok

    Pesantren Nahdlatul Ulum. Hasilnya sebagai berikut :

    1. Hasil Jawaban Responden Pada Angket Menghafal Al-Qur’an

    Tabel 4.5

    Siswa gemar menghafal al-qur’an

    Frequency Percent

    Valid

    Tidak Pernah

    Jarang

    Sering

    Selalu

    Total

    0 0

    7 17,9

    20 51,3

    12 30,8

    39 100.0

    Sumber: Data diolah dari angket No. 1

    Dari tabel diatas tidak ada responden menjawab tidak pernah, 7 responden

    atau 17,9% menjawab jarang, 20 responden atau 51,3 menjawab sering, dan 12

    responden atau 30,8% menjawab selalu. Dari pernyataan ini menunjukkan bahwa

    sebagian siswa gemar menghafal Al-Qur’an.

  • 51

    Tabel 4.6

    Siswa membaca al-Qur’an dengan memperhatikan kaidah tajwid

    Frequency Percent

    Valid

    Tidak Pernah

    Jarang

    Sering

    Selalu

    Total

    0 0

    7 17,9

    11 28,2

    21 53,8

    39 100.0

    Sumber: Data diolah dari angket no. 2

    Berdasarkan tabel di atas terlihat Tidak ada responden menjawab tidak

    pernah, 7 responden atau 17,9% menjawab jarang, 11 responden atau 28,2%

    menjawab sering, dan 21 responden atau 53,8% menjawab selalu. Dari

    pernyataan ini menunjukkan bahwa sebagian siswa membaca Al-Qur’an dengan

    memperhatikan kaidah tajwidnya.

    Tabel 4.7

    Siswa membaca al-qur’an untuk menjaga hafalan

    Frequency Percent

    Valid

    Tidak Pernah

    Jarang

    Sering

    Selalu

    Total

    12 30,8

    18 46,2

    9 23,1

    0 0

    39 100.0

    Sumber: Data diolah dari angkat no. 3

    Berdasarkan tabel diatas terlihat 12 responden atau 30,8 menjawab tidak

    pernah, 18 responden atau 46,2 menjawab jarang, 9 responden atau 23,1

    menjawab sering, dan tidak ada responden menjawab selalu. Dari tabel t