PENGARUH MENGHAFAL AL-QUR’AN TERHADAP KECERDASAN … · pengaruh antara menghafal menghafal...
Transcript of PENGARUH MENGHAFAL AL-QUR’AN TERHADAP KECERDASAN … · pengaruh antara menghafal menghafal...
-
PENGARUH MENGHAFAL AL-QUR’AN TERHADAP KECERDASAN
KOGNITIF SISWA MADRASAH ALIYAH PONDOK PESANTREN
NAHDLATUL ULUM SOREANG MAROS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
(S. Pd) Pada Program studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
Nur Annisa
105191111016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H/2020 M
-
vii
ABSTRAK
NUR ANNISA, 105191111016. Pengaruh Menghafal Al-Qur’an Terhadap
Kecerdasan Kognitif Siswa Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum
Soreang Maros. Skripsi. Dibimbing oleh Abdul Fattah dan Abdul Azis Ridha
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) bagaimana gambaran
menghafal al-Qur’an siswa Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulum Soreang Maros. 2)
bagaimana gambaran kecerdasan kognitif siswa Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulum
Soreang Maros. 3) bagaimana pengaruh menghafal al-Qur’an terhadap kecerdasan
kognitif siswa Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Soreang
Maros.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif, oleh karena itu teknik pengumpulan datanya dengan menggunakan
observasi, dokumentasi dan angket. Dalam hal ini yang diperlukan untuk
mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh menghafal al-Qur’an terhadap
kecerdasan kognitif siswa, maka penulis menggunakan rumus regresi sederhana.
Dengan jumlah sampel sebanyak 39 responden.
Berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa menghafal al-Qur’an
siswa Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Soreang Maros berada
dalam kategori cukup baik yaitu pada interval 30 – 31 dengan nilai rata-rata 30,87.
Begitu juga dengan kecerdasan kognitif siswa Madrasah Aliyah Pondok Pesantren
Nahdlatul Ulum Soreang Maros berada dalam kategori cukup baik pada interval
22 – 23. Dari hasil uji t, nilai thitung menghafal al- qur’an sebesar 3,439 lebih besar
dari nilai ttabel yang telah ditetapkan sebesar 2,026. Sedangkan nilai signifikansi
0,001 < 0,05. Selain itu, diketahui persamaan regresi dengan rumus Y = a + bX
adalah Y = 5,729 + 0,656X. Dengan demikian, dapat dinyatakan terdapat
pengaruh antara menghafal menghafal al-Qur’an terhadap kecerdasan kognitif
siswa Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Soreang Maros.
Adapun besarnya pengaruh menghafal al-Qur’an terhadap kecerdasan kognitif
adalah 0,242 atau 24,2% dan sisanya 75,8% dipengaruhi oleh faktor lain.
Kata Kunci: Menghafal Al-Qur’an, Kecerdasan Kognitif Siswa
-
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil alamin, puji dan syukur senantiasa teriring dalam
setiap hela nafas atas kehadirat Allah SWT. Bingkisan salam dan shalawat
tercurah kepada kekasih Allah, Nabiullah Muhammad SAW. Para sahabat dan
keluarganya serta ummat yang senantiasa istiqamah dijalannya.
Tiada jalan tanpa rintangan, tiada puncak tanpa tanjakan, tiada kesuksesan
tanpa perjuangan. Dengan kesungguhan dan keyakinan untuk terus melangkah,
akhirnya sampai titik akhir penyelesaian skripsi. Namun, semua tak lepas dari
uluran tangan berbagai pihak lewat dukungan, arahan, bimbingan, serta bantuan
moril dan materil.
Ucapan terimaksih yang tak terhingga, peneliti haturkan kepada:
1. Teristimewa kepada Ayahanda H. Muksin dan Ibunda Hj. Jumati serta
saudara-saudariku dan keluarga yang telah memberikan kasih sayang,
ketulusan doa, dukungan dan senantiasa memberikan arahan kepada penulis.
2. Prof. Dr. H. Abdul Rahman Rahim SE., MM. selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar
3. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam dan ibunda Nurhidayah, M.Pd.I, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Agama Islam dan dosen lingkup Fakultas Agama Islam, yang telah begitu
banyak memberi ilmunya selama perkuliahan serta para Staf Fakultas yang
banyak membantu dalam hal administrasi maupun proses pengurusan berkas.
-
ix
5. Abdul Fattah, S.Thi., M.Thi dan Abdul Azis Ridha, S.Pd.I., M.Pd.I selaku
pembimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Muhammad Said, S.Pd, M.M selaku Kepala Sekolah Madrasah Aliyah
Nahdlatul Ulum Soreang Maros yang telah memberikan izin penelitian
sehingga penulis merasa sangat terbantu penyelesaian skripsi ini.
7. Teman-teman seperjuangan terkhusus PAI D dan sahabat tercinta Besse Reski
Amaliah yang telah banyak memberi kritikan, saran, dan motivasi kepada
penulis selama penyusunan skripsi ini.
8. Kakak tercinta AM Amar Ma’ruf yang telah banyak membantu selama
penyusunan skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu per satu yang telah
membantu dalam penyelesain penulisan skripsi ini. Penulis senantiasa
mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya
membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti
sama sekali tanpa adanya kritikan.
Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca,
terutama bagi diri pribadi penulis. Aamiin.
Makassar, juni 2020
Penulis
Nur Annisa
NIM. 105191111016
-
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH ............................................................ iv
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
C. Tujuan Panelitian ........................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
BAB II TINJAUAN TEORITIS................................................................... 7
A. Menghafal Al-Qur’an ..................................................................... 7
1. Pengertian Menghafal Al-Qur’an .............................................. 7
2. Hukum dan Keutamaan Menghafal Al-Qur’an ....................... 10
3. Kaidah-kaidah Menghafal Al-Qur’an ...................................... 13
4. Metode Menghafal Al-Qur’an ................................................... 15
B. Kecerdasan Kognitif....................................................................... 16
-
xi
1. Pengertian dan Fungsi Kecerdasan Kognitif ............................. 16
2. Faktor dan Tahap Perkembangan Kecerdasan Kognitif ........... 19
3. Aspek Kompetensi Kognitif ...................................................... 23
4. Macam-Macam Gaya Kognitif………………………….…… 26
C. Kerangka Pikir…………………………………………………. ... 28
D. Hipotesis Penelitian ………………………………………….. ..... 29
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 30
A. Desain Penelitian ............................................................................ 30
B. Lokasi Dan Objek Penelitian ......................................................... 30
C. Variabel Penelitian ......................................................................... 31
D. Definisi Operasional Variabel ........................................................ 31
E. Populasi Dan Sampel ..................................................................... 31
F. Instrument penelitian ...................................................................... 33
G. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 34
H. Teknik Analisis Data…………..………………………………… 35
BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 38
A. Gambaran Umum MA Nahdlatul Ulum ........................................ 38
1. Sejarah Sekolah .................................................................. 38
2. Visi Dan Misi Sekolah ............................................................ 40
3. Sumber Daya Manusia ............................................................ 42
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian Menghafal Al-Qur’an Siswa
Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum ................................................ 50
1. Hasil Jawaban Angket Menghafal Al-Qur’an ......................... 50
-
xii
2. Hasil Jawaban Angket Kecerdasan Kognitif Siswa ................. 55
3. Distribusi Frekuensi ................................................................. 60
C. Pengaruh Menghafal Al-Qur’an Terhadap Kecerdasan Kognitif
Siswa Madrasah Aliyah PPNU Soreang Maros ........................... 65
1. Uji Validitas Dan Realibitas .................................................... 65
2. Hasil Uji Normalitas Dan Linearitas ....................................... 68
3. Hasil Uji Regresi Linear Sederhana ........................................ 69
4. Uji Determinasi (R Square) ..................................................... 71
5. Uji Hipotesis ........................................................................... 71
D. Pembahasan Hasil Analisis Data .................................................... 73
1. Variabel Menghafal Al-Qur’an (X) ......................................... 73
2. Variabel Kecerdasan Kognitif (Y) .......................................... 73
3. Pengaruh Menghafal Al-Qur’an (X) Terhadap Kecerdasan
Kognitif Siswa (Y) ................................................................... 74
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 77
A. Kesimpulan ................................................................................... 77
B. Saran .............................................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
-
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel. 3.1. Keadaan Populasi ......................................................................... 32
Tabel. 4.1.Daftar Nama kepala Sekolah MA Nahdlatul Ulum ....................... 43
Tabel. 4.2. Daftar Nama-Nama Guru Dan Pembina MA Nahdlatul Ulum ..... 44
Tabel. 4.3. Daftar Sarana Dan Prasarana MA Nahdlatul Ulum ....................... 46
Tabel. 4.4. Hasil Angket Menghafal Al-Qur’an Butir Soal 1 ......................... 47
Tabel. 4.5. Hasil Angket Menghafal Al-Qur’an Butir Soal 2 .......................... 50
Tabel. 4.6. Hasil Angket Menghafal Al-Qur’an Butir Soal 3 .......................... 51
Tabel. 4.7. Hasil Angket Menghafal Al-Qur’an Butir Soal 4 .......................... 51
Tabel. 4.8. Hasil Angket Menghafal Al-Qur’an Butir Soal 5 .......................... 52
Tabel. 4.9. Hasil Angket Menghafal Al-Qur’an Butir Soal 6 .......................... 52
Tabel 4.10. Hasil Angket Menghafal Al-Qur’an Butir Soal 7 ......................... 53
Tabel. 4.11. Hasil Angket Menghafal Al-Qur’an Butir Soal 8 ........................ 53
Tabel. 4.12. Hasil Angket Menghafal Al-Qur’an Butir Soal 9 ........................ 54
Tabel. 4.13. Hasil Angket Menghafal Al-Qur’an Butir Soal 10 ...................... 54
Tabel. 4.14. Hasil Angket Kecerdasan Kognitif Siswa Butir Soal 1 ............... 55
Tabel. 4.15. Hasil Angket Kecerdasan Kognitif Siswa Butir Soal 2 ............... 55
Tabel. 4.16. Hasil Angket Kecerdasan Kognitif Siswa Butir Soal 3 ............... 56
Tabel. 4.17. Hasil Angket Kecerdasan Kognitif Siswa Butir Soal 4 ............... 56
Tabel. 4.18. Hasil Angket Kecerdasan Kognitif Siswa Butir Soal 5 ............... 57
Tabel. 4.19. Hasil Angket Kecerdasan Kognitif Siswa Butir Soal 6 ............... 57
Tabel. 4.20. Hasil Angket Kecerdasan Kognitif Siswa Butir Soal 7 ............... 58
Tabel. 4.21. Hasil Angket Kecerdasan Kognitif Siswa Butir Soal 8 ............... 58
-
xiv
Tabel. 4.22. Hasil Angket Kecerdasan Kognitif Siswa Butir Soal 9 ............... 59
Tabel. 4.23. Hasil Angket Kecerdasan Kognitif Siswa Butir Soal 10 ............. 59
Tabel. 4.24. Distribusi Frekuensi Menghafal Al-Qur’an Siswa ..................... 60
Tabel. 4.25. Distribusi Kategorisasi Variabel Menghafal Al-Qur’an .............. 61
Tabel. 4.26. Distribusi Frekuensi Kecerdasan Kognitif Siswa ....................... 62
Tabel. 4.27. Distribusi Kategorisasi Variabel Kecerdasan Kognitif ............... 67
Tabel 4. 28 Tabel Kualitas Kecerdasan Koginitif Siswa ................................ 65
Tabel. 4.29. Hasil Uji Validitas ....................................................................... 66
Tabel. 4.30. Hasil Uji Realibitas ..................................................................... 67
Tabel. 4.31. Hasil Uji Normalitas ................................................................... 68
Tabel. 4.32. Hasil Uji Linieritas ....................................................................... 69
Tabel. 4.33. Hasil Uji Regresi Linear Sederhan .............................................. 70
Tabel. 4.34. Hasil Uji Determinasi .................................................................. 71
Tabel. 4.35. Hasil Uji Hipotesis ...................................................................... 72
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah sebaik-baik bacaan bagi orang mukmin, baik di kala
senang maupun susah, di kala gembira maupun sedih. Bahkan membaca al-Qur’an
bukan saja menjadi amal dan ibadah tetapi juga menjadikan obat dan penawar
bagi orang yang gelisah jiwanya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh An-
Nawawi, al-Qur’an adalah firman Allah SWT berupa mukjizat yang diturunkan
kepada nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril as yang ditulis
dalam mushaf, diriwayatkan secara mutawatir, dan bernilai ibadah dalam
membacanya.1
Fungsi utama dalam al-Qur’an adalah sebagai hidayah (petunjuk) bagi
manusia dalam mengelola hidupnya di dunia secara baik, dan merupakan rahmat
untuk alam semesta, disamping pembeda antara yang hak dan batil juga sebagai
penjelas terhadap sesuatu, akhlak, moralitas, dan etika-etika yang patut
dipraktikkan manusia dalam kehidupan mereka. “Penerapan semua ajaran Allah
itu akan membawa dampak positif bagi manusia sendiri”2. Untuk menjaga
keautentikan al-Qur’an diperlukan penjagaan dan pemeliharaan agar umat islam
tidak kehilangan petunjuk, yaitu dengan membumikan al-Qur’an.
“Yang dimaksud membumikan al-Qur’an ialah melakukan upaya-upaya
terarah dan sistematis di dalam masyarakat agar nilai-nilai al-Qur’an hidup dan
1 Al-Hafidz Ahsin W, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara,
2000), h 1.
2 Rif’at Syauqi Nawawi, kepribadian Qur’ani, (Jakarta: Amzah, 2011), h 240.
-
2
dipertahankan”3. Terdapat banyak cara dalam mempelajari dan membumikan al-
Qur’an, salah satunya dengan metode hafalan.
Salah satu usaha nyata dalam proses pemeliharaan al-Qur’an adalah
dengan menghafalnya pada setiap generasi. Menghafal al-Qur’an bukan perkara
mudah, tidak dengan sekali membaca langsung hafal, akan tetapi ada metode dan
juga berbagai problematikanya. “Beberapa pendapat menyatakan lahirnya
generasi unggulan bergantung dari kedekatannya dengan al-Qur’an. Al-Qur’an
bukan hanya kunci surga tetapi al-Qur’an adalah kunci kecerdasan holistic (IQ,
EQ Dan SQ).”4
Mengajarkan anak-anak untuk mengha fal al-Qur’an adalah salah satu hal
yang penting dan mulia. Dalam menghafal al-Qur’an tentu bukan hal yang mudah,
tidak seperti menghafal lagu, atau syair-syair sehingga diperlukan perhatian
khusus agar dapat menghafal dengan sempurna dan lancar. Seseorang yang ingin
menghafal al-Qur’an harus disiplin dan istiqomah dalam menambah hafalan, dan
hendaknya selalu bersemangat setiap waktu senggangnya semaksimal mungkin
hanya untuk menghafal al-Qur’an, mengurangi kegiatan-kegiatan yang tidak
terlalu penting dan diganti dengan kegiatan yang berkaitan dengan al-Qur’an
seperti menghafal, mengulang hafalan, atau memahami maknanya.
Dalam hal ini penghafal Qur’an berperan penting dalam menjaga ayat-ayat
maupun surah dalam al-Qur’an agar tetap terjaga keasliannya walaupun sungguh
al-Qur’an itu sudah dijaga oleh Allah SWT terhadap keasliannya, sebagaimana
dalam firman-Nya:
3 Nawawi, kepribadian Qur’ani, h. 274.
4 Mihnah bulletin, Tantangan Huffadz di Dunia Kampus, (Surabaya, 2 Maret 2014), h 1.
-
3
نَ إِوَّا وَْحه إِوَّا لًَ لََحافِظُ ََ ْكَس ْلىَا الرِّ وَزَّ
Terjemahnya:
sesungguhnya kamilah yang menurunkan al-Qur’an dan sesungguhnya kami
benar-benar memeliharanya”(QS. Al-Hijr: 9)5
Akan tetapi bagi seorang penghafal al-Qur’an merupakan sebuah
keistimewaan bila mampu menghafalkannya. Menghafal al-Qur’an merupakan
bahtera ilmu dan anugerah dari Allah berupa ingatan yang tajam serta pemikiran
yang cemerlang. Disebut bahtera ilmu karena akan mendorong seseorang yang
hafal Qur’an untuk berprestasi lebih tinggi daripada teman-temannya yang tidak
hafal Qur’an sekalipun umur, kecerdasan dan ilmu mereka berdekatan. Penghafal
al-Qur’an juga mendapatkan anugerah dari Allah berupa ingatan yang tajam dan
pemikiran yang cemerlang karena itu para penghafal al-Qur’an lebih cepat karena
banyak latihan untuk mencocokkan ayat serta membandingkannya dengan ayat
lainnya.6
Semakin banyak hafalan al-Qur’an maka siswa tersebut cenderung
memiliki tingkat kesehatan mental dan psikologis yang lebih baik dibanding
mereka yang memiliki hafalan yang lebih rendah.kesehatan mental dan psikologis
inilah yang berpengaruh pada pengembangan keterampilan siswa dan prestasi
akademik di sekolah.7
5 Pimpinan pusat Muhammadiyah, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Yogyakarta:
Gramasurya), h .262
6 Sa’dulloh, 9 cara praktis menghafal al-Qur’an,(Jakarta: Gema Insan I 2008), h. 21
7 Manfaat menghafal al-Qur’an ternyata bisa meningkatkan prestasi belajar disekolah,
diakses pada 8 oktober 2019 jam 15.56
-
4
Manusia diberikan beberapa kelebihan oleh Allah SWT yang dengan
kelebihannya manusia diharapkan mampu menjadi khalifah (pemimpin) untuk
mengolah dan memelihara apa yang sudah terdapat di alam raya ini. Salah satu
kelebihan yang Allah berikan kepada manusia itu kecerdasan. Kecerdasan
merupakan salah satu anugerah besar dari Allah kepada manusia dan kecerdasan
inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Dengan
kecerdasannya, manusia dapat terus mempertahankan dan meningkatkan kualitas
hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses berfikir dan belajar secara
berkesinambungan. Dari kecerdasan pula, Allah SWT menjadikan manusia
sebagai makhluk yang memiliki bentuk paling sempurna dibandingkan dengan
makhluk lain.
Hamzah B. Uno menjelaskan bahwa:
“kecerdasan kognitif merupakan kecerdasan yang mengembangkan program-
program pembelajaran yang dapat mengoptimalkan keterlibatan mental
intelektual seseorang pada setiap jenjang belajar”8
Tanpa adanya kecerdasan kognitif siswa tidak akan memahami,
mengingat, dan menguasai suatu materi pelajaran dalam kegiatan belajar
mengajar. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam bidang
pendidikan kecerdasan kognitif menjadi ciri khas tersendiri yang tidak bisa
dilepaskan dari siswa.
Salah satu pesantren di Maros, selain belajar tentang agama, siswa juga
mempelajari mata pelajaran umum seperti sekolah-sekolah pada umunya. Dengan
demikian, selain untuk menghafal al-Qur’an siswa juga harus bisa
8 Hamzah B. Uno, orientasi baru dalam psikologi pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2008), cet. II, h. 54
-
5
menyeimbangkan antara ilmu agama dan ilmu pengetahuannya. Aktivitas tersebut
berjalan dengan beriringan sehingga siswa yang menghafal al-Qur’an diharapkan
bukan hanya menghafal al-Qur’an tetapi juga mampu mengelola dan
mengembangkan kecerdasaannya, juga mampu mendapatkan hasil belajar yang
baik, Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Menghafal Al-Qur’an Terhadap Kecerdasan Kognitif Siswa Madrasah
Aliyah Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Soreang Maros”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana Tingkat hafalan al-Qur’an siswa Madrasah Aliyah Pondok
Pesantren Nahdlatul Ulum Soreang Maros ?
2. Bagaimana kecerdasan kognitif siswa Madrasah Aliyah Pondok Pesantren
Nahdlatul Ulum Soreang Maros ?
3. Bagaimana pengaruh antara menghafal al-Qur’an dengan kecerdasan
kognitif siswa Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum
Soreang Maros
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat hafalan al-Qur’an siswa Madrasah Aliyah
Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Soreang Maros.
-
6
2. Untuk mengetahui kecerdasan kognitif siswa Madrasah Aliyah Pondok
Pesantren Nahdlatul Ulum Soreang Maros.
3. Untuk mengetahui adanya pengaruh menghafal al-Qur’an terhadap
kecerdasan kognitif siswa Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Nahdlatul
Ulum Soreang Maros.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi
dalam ilmu pendidikan, dan diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
dan sumber informasi bagi peneliti lain yang akan meneliti dan meningkatkan
mutu pendidikan dalam menghafal al-Qur’an.
2. Praktis
Hasil penelitian ini semoga berguna bagi lembaga pendidikan agar dapat
meningkatkan kualitas para calon penghafal al-Qur’an menjadi lebih baik.
Selain itu diharapkan penelitian ini memberi manfaat:
a. Bagi madrasah yang dijadikan tempat penelitian yaitu Pondok pesantren
Nahdlatul Ulum Soreang Maros. Hasil studi ini diharapkan bermanfaat
sebagai bahan dokumentasi historis dan bahan untuk mengambil langkah-
langkah guna meningkatkan kualitas siswa.
b. Bagi masyarakat umum, dapat bermanfaaat sebagai tambahan informasi untuk
memperluas wawasan guna memikirkan masa depan anak sebagai generasi
Qur’ani.
-
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Menghafal Al-Qur’an
1. Pengertian Menghafal Al-Qur’an
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa menghafal
berasal dari kata hafal yang artinya telah masuk di ingatan, dapat mengucapkan
diluar kepala tanpa melihat buku atau catatan lain. Kemudian mendapat awalan
me- menjadi menghafal yang artinya adalah berusaha meresapkan ke pikiran agar
selalu ingat.9
Adapun beberapa pengertian menghafal menurut para ahli, diantaranya :
a. Baharuddin, menghafal adalah menanamkan asosiasi ke dalam jiwa.10
b. Menurut Mahmud :
Menghafal adalah kumpulan reaksi elektrokimia rumit yang diaktifkan melalui
beragam saluran indrawi dan disimpan dalam jaringan syaraf yang sangat
rumit diseluruh bagian otak.11
c. Syaiful Bahri Djamarah :
Menghafal adalah kemampuan jiwa untuk memasukkan, menyimpan, dan
menimbulkan kembali hal-hal yang telah lampau.12
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa menghafal adalah
suatu aktfitas menanamkan suatu materi di dalam ingatan, sehingga nantinya
dapat diingat kembali sesuai dengan materi yang asli.
9 Desi Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Amelia, 2003), h. 318
10 Baharuddin, Psikologi Pendidikan,Cet. I, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2010), h. 113
11 Mahmud, Psikologi Pendidikan, Cet.I (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h.128
12 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakart: Rineka Cipta, 2008), h. 44
-
8
Secara bahasa al-Qur’an berasal dari akar kata Arab, yaitu qara’a yang
berarti membaca. Al-Qur’an adalah isim masdar yang diartikan sebagai isim
maf’ul, yaitu maqru’ yang berarti yang dibaca. Pendapat lain menyatakan bahwa
lafazh al-Qur’an yang berasal dari akar kata qara’a tersebut juga mempunyai arti
al-jamu’ yaitu mengumpulkan dan menghimpun. Jadi lafazh Qur’an dan qira’ah
berarti menghimpun dan mengumpulkan sebagian huruf-huruf dan kata-kata yang
satu dengan yang lainnya.13
Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an pada surah al-Qiyamah ayat 17-18:
ق ْسآوًَ فَإَِذا قََسْأوَاي فَاتَّبِْع ق ْسآوًَ ََ إِنَّ َعلَْيىَا َجْمَعً
Terjemahnya :
Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya.apabila Kami telah selesai
membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.14
Menurut Subhi Shaleh dalam kitabnya Mabahits fi ulum al-Qur’an,
pengertian al-Qur’an yang disepakati oleh kalangan bahasa, ahli kalam, ahli fiqh,
yaitu al-Qur’an adalah firman Allah yang berfungsi sebagai mukjizat yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang tertulis dalam mushaf-mushaf,
yang diriwayatkan secara mutawatir, dan membacanya merupakan ibadah.15
13 Muhammad Ainul, Mengenal Al-Qur’an, professorkita.blogspot.com, diakses pada
tanggal 13 Novmber 2019
14 Pimpinan pusat Muhammadiyah, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Yogyakarta:
Gramasurya), h.577
15 M.Nor Ichwan, Memasuki Dunia Al-Qur’an, (Semarang: Effhar Offset Semarang,
2001), h. 37
-
9
Sedangkan Muhammad Ali al-Shabuni dalam al-Tibyan fi Ulum al-Qur’an
mendefinisikan al-Qur’an adalah Kalam Allah yang bersifat mukjizat yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara malaikat Jibril dengan
lafadzh dan maknanya dari Allah swt, yang dinukilkan secara mutawatir,
membacanya merupakan ibadah, dimulai dengan surah al-Fatihah dan diakhiri
dengan surah an-Nas.16
Al-Qur’an adalah kitab mulia yang memisahkan antara yang haq dan yang
batil petunjuk bagi seluruh umat manusia. Kitab atau petunjuk yang menjelaskan
perintah dan larangan Allah Swt. Al-Qur’an merupakan sumber ajaran islam
paling penting dalam kehidupan manusia, terutama untuk umat islam. Didalamnya
mengajarkan prinsip-prinsip dan tata aturan kehidupan yang harus dijalankan oleh
umatnya, tidak hanya terkait dengan tata hubungan manusia dengan Allah tetapi
juga hubungan dengan sesama manusia.
Menghafal al-Qur’an adalah suatu aktifitas memasukkan atau meresapkan
ayat-ayat al-Qur’an baik dalam cara membaca maupun mendengar, sehingga ayat-
ayat tersebut dapat melekat pada ingatan dan dapat diucapkan atau diulang
kembali tanpa melihat mushaf al-Qur’an. Menghafal al-Qur’an juga merupakan
proses mengingat, dimana seluruh materi ayat (rincian bagian-bagiannya seperti
fonetik, waqaf, dan lain-lain) harus diingat secara sempurna.17
16 Ibid, h. 41
17 Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, (Jogjakarta: DIVA Press,
2014), h. 15
-
10
Dengan demikian, menghafal al-Qur’an adalah suatu aktifitas menyimpan
dan menjaga al-Qur’an dalam diri seseorang dengan sungguh-sungguh sebagai
upaya untuk melestarikannya melalui kegiatan membaca maupun mendengar.
2. Hukum dan Keutamaan Menghafal Al-Qur’an
Berdasarkan pengertiannya bahwa al-Qur’an diturunkan secara mutawatir,
yang berarti malaikat jibril menyampaikan kepada Rasulullah SAW secara
berangsur-angsur dengan metode hafalan. Hikmah diturunkannya al-Qur’an
secara berangsur-angsur merupakan isyarat dan dorongan ke arah timbulnya
himmah (semangat) untuk menghafal, dan Rasulullah dipersiapkan untuk
menguasai wahyu secara hafalan, agar beliau menjadi teladan bagi umatnya.
Begitulah yang dilakukan oleh Rasulullah, beliau menerima wahyu secara hafalan,
mengajarkanya.
Menghafal al-Qur’an memiliki nilai penting dalam upaya melestarikan dan
menjaga kemurnian al-Qur’an. Oleh karena itu Allah menjamin imbalan dan
pahala yang setimpal bagi para penghafal al-Qur’an. Kemurnian isi al-Qur’an
telah dijamin oleh Allah Swt, dan tetap terpelihara keasliannya. Allah Swt
berfirman dalam surah Al-Hijr ayat 9:
نَ إِوَّا لًَ لََحافِظُ ََ ْكَس ْلىَا الرِّ إِوَّا وَْحه وَزَّ
Terjemahnya :
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan Sesungguhnya
Kami benar-benar memeliharanya”.18
18 Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Al-Qur’an terjemahan.(Yogyakarta: Gramasurya). h
262
-
11
Berdasarkan dari bahasa, Allah Swt, menggunakan redaksi nahnu (kita)
dalam ayat tersebut. Hal itu dimaksudkan bahwa proses pemeliharaan al-Qur’an
melibatkan manusia sebagai bagian dari ummat Islam. Penjagaan Allah Swt.,
terhadap al-Qur’an, sebagaimana dalam surah Al-Hijr ayat 9 tersebut, meliputi
tiga poin:
a. Menjaga huruf-hurufnya dengan sempurna sebagaimana ketika diturunkan
kepada Nabi Saw. Cara penjagaan ini melalui periwayatan yang mutawatir,
yang pasti kebenarannya.
b. Menjaga penjelas dari al-Qur’an itu sendiri. Dalam hal ini adalah hadis nabi
yang memiliki fungsi salah satunya sebagai penjelas dari al-Qur’an.
c. Menjaganya melalui para penghafal al-Qur’an. Allah Swt., akan menjamin
keberadaan para pengajar dan penghafal al-Qur’an di muka bumi ini. Dia
memilih hamba-hamba-Nya yang terkasih untuk menghafal al-Qur’an dan
membacanya secara tartil sebagaimana ketika al-Qur’an diturunkan.
Tiga poin di atas menjadi dalil atas kebenaran al-Qur’an yang sampai
kepada kita hari ini. Al-Qur’an akan senantiasa terhindar dari perubahan, terjaga
dari penambahan dan pengurangan. Hukum menghafal al-Qur’an adalah fardhu
kifayah. Apabila sebagian orang melakukannya, maka gugurlah dosa dari yang
lain.19
Al Hafizh Suyuthi mengatakan, “Ketahuilah bahwa adanya penghafal al-
Qur’an hukumnya adalah fardhu kifayah atas seluruh umat Islam”.Al Juwaini
menjelaskan hal ini dengan mengatakan bahwa maksudnya kemutawatiran
19 Ahmad Salim Badwilan, Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an, Cet.II, (Yogyakarta:
DIVA Press, 2009), h. 23
-
12
(jumlah yang banyak) bagi para penghafal al-Qur’an tidak boleh terputus sehingga
al-Qur’an terjaga dari penggantian dan perubahan. Sehingga jika di tengah-tengah
umat telah dijumpai penghafal al-Qur’an dalam jumlah mutawatir maka hukum
wajib ini telah gugur dari yang lain. Namun jika jumlah tersebut belum terpenuhi
maka semua umat Islam dosa karenanya.20
Adapun Keutamaan Menghafal Al-Qur’an, banyak hadist Rasulullah saw.
Yang mendorong untuk menghafal al-Quran, atau membacanya di luar kepala,
sehingga hati seorang individu muslim tidak kosong dari sesuatu bagian dari kitab
Allah swt. Seperti hadist yang diriwayatkan oleh ibnu abbas secara marfu’:
َما للٌا َزَضيِ َعبٌاس ابِي َعه ًِ للٌا َصلَيِ للٌاِ َزص ُل قَال: قَالَ َعىٍ َصلَمَ َعلَي ََ
الَخِسب َكالَبيتِ الق سانِ ِمهَ َشي َجُفًِ فيِ لَيش الٌِري اِنَ
َصححً( َالحاكم الدازمي َزَاي صحيح حديث ٌرا َقال التسمري زَاي)
Artinya :
“Dari Abdullah bin Abbas r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda,
Sesungguhnya seorang yang tidak ada sedikitpun al Qur’an dalam hatinya
adalah seperti rumah kosong.” (Hr. Tirmidzi) ”21
Rasulullah saw memberikan penghormatan kepada orang-orang yang
mempunyai keahlian dalam membaca al-quran dan menghafalkannya,
memberitahukan kedudukan mereka, serta mengedepankan mereka dibandingkan
orang lain.
20 Aris Munandar, Hukum Menghafal Al-Qur’an, hamalatulquran.com, diakses pada
tanggal 14 Oktober 2019
21 Kitabalimfadhilahamal.bolgspot.com (diakses pada tanggal 13 November 2019 jam
23.40)
-
13
3. Kaidah-Kaidah Menghafal al-Qur’an
Para penghafal al-Qur’an mempunyai etika-etika yang harus
diperhatikannya. Adapun kaidah-kaidahnya sebagai berikut :
a. Selalu bersama al-Qur’an
Diantara etika itu adalah selalu bersama al-Qur’an sehingga al-Qur’an
tidak hilang dari ingatannya yaitu dengan terus membacanya dari hafalannya
atau dengan membaca mushaf atau juga dengan mendengarkan pembaca yang
bagus dari radio atau kaset rekaman para qari yang terkenal.
b. Berakhlak dengan akhlak al-Qur’an
Orang yang menghafal al-Qur’an hendaklah berakhlak dengan akhlak al-
Qur’an seperti Nabi Muhammad saw.
c. Ikhlas dalam mempelajari al-Qur’an
Para pengkaji dan penghafal al-Qur’an harus mengikhlaskan niatnya dan
mencari keridhaan Allah swt semata. Ia mempelajari dan mengajarkannya
tidak untuk bersikap ria (pamer) dihadapan manusia, juga tidak mencari untuk
mencari dunia.
d. Tekad yang kuat
Para menghafal al-Qur’an adalah perkara yang besar yang tidak akan
mampu dilakukan kecuali oleh orang-orang yang memiliki tekad yang kuat.
Secara mudahnya mereka adalah orang-orang yang jujur dalam bertekad.
Karena itulah mereka disebut dengan ulul azmi yaitu orang-orang yang
-
14
semangat dalam mewujudkan apa yang ia niatkan dan bersegera
melakukannya sekuat kemampuan.22
e. Paham akan keutamaan menghafal al-Qur’an
Sesungguhnya orang yang telah memahami nilai suatu perkara akan
berkorban untuk mendapatkannya. Manusia biasanya mau mencurahkan
segenap kekuatan untuk meraih pekerjaan-pekerjaan duniawi tertentu, karena
mereka paham akan nilai pekerjaan tersebut serta melimpahnya keuntungan
materi dibalik pekerjaan itu.
Begitu pula amal-amal akhirat. Semakin kita memahami nilai suatu
amalan maka akan semakin besar pula perhatian kita terhadapnya. Orang
yang paham akan keutamaan al-Qur’an secara rinci, tidak akan sama dengan
orang yang memahaminya secara global.
f. Mengamalkan ayat-ayar al-Qur’an yang dihafalnya
Kaidah ini juga merupakan kaidah yang amat penting secara mutlak.
Hafal al-Qur’an bukanlah tujuan terakhir, namun hafalan itu mesti diiringi
oleh amal baik. Lain dari itu, sesungguhnya mengamalkan ayat-ayat yang
telah dihafal akan memudahkan bagi kita untuk menghafal ayat yang baru.
g. Meninggalkan kemaksiatan
Hati yang larut dalam kecintaan terhadap maksiat tidak mungkin memiliki
perhatian terhadap al-Qur’an.Setiap kali seorang hamba berbuat dosa, setiap
kali itu pula hatinya terbawa pengaruh buruk. Dan setiap kali hatinya
22 Ibid, h. 61
-
15
terpengaruh, setiap itu pula kemampuannya menghafal kitabullah akan
melemah.
h. Berdo’a kepada Allah
Sebuah metode yang tidak akan mengecewakan seorang Muslim
selamanya ialah berdoa kepada Allah swt dengan ikhlas dan jujur.
i. Memerhatikan kaidah-kaidah tajwid
Membaguskan tajwid bacaan al-Qur’an adalah perkara yang sangat
penting bagi siapa saja yang membacanya. Tajwid al-Qur’an dapat membantu
kita dalam menghafalnya. Bunyi yang khas dalam membaca al-Qur’an akan
menancap kuat didalam hati. Menghafal al-Qur’an dengan tajwid yang
sempurna mempunyai pahala yang besar di sisi Allah swt.
j. Membaca al-Qur’an secara rutin
Orang yang berakal pasti paham banyak membaca al-Qur’an akan
menyebabkan pelakunya memperolah pahala yang melimpah dan bersamaan
dengan itu akan membuat hafalannya semakin kokoh. Banyak membaca ayat
atau surat yang belum kita hafal sebelumnya akan membuat ayat-ayat itu dekat
dengan hati. Lalu ketika kita hendak menghafalnya maka prosesnya akan lebih
mudah.23
4. Metode Menghafal al-Qur’an
Metode menghafal sangat penting, setiap orang memiliki metode untuk
mengurangi kesulitan dalam menghafal. Berikut beberapa metode dalam
menghafal al-Qur’an:
23 Ibid, h. 92
-
16
a. Metode Wahdah, yaitu menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang hendak
dihafal diaman setiap ayat diulang sebanyak 10 kali atau lebih sehingga benar-
benar membentuk gerak reflek pada lisannya setelah benar-benar telah hafal
dapat dilanjutkan ayat berikutnya.
b. Metode kitabah, yaitu orang yang menghafal terlebih dahulu menulis ayat-ayat
yang akan dihafalnya kemudian ayat-ayat tersebut dibacanya sampai lancar
dan benar bacaannya, lalu dihafal. Aspek menulis juga akan sangat membantu
dalam mempercepat terbentuknya pula hafalan dalam bayangannya.
c. Metode sima’i, yaitu mendengarkan suara bacaan untuk dihafalkannya, baik
mendengarkan dari guru yang membimbingnya ataupun dari rekaman. Metode
ini akan sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat yang kuat.
d. Metode jama’ yaitu bersama-sama atau cara menghafal yang dilakukan secara
kolektif atau bersama-sama dipimpin oleh seorang instruktur membacakan
satu ayat atau lebih dan siswa atau santri menirukan secara bersama-sama.24
B. Kecerdasan Kogntif
1. Kecerdasan Kognitif
Manusia tercipta di dunia diberikan anugerah dari Tuhan yang maha Esa
berupa kecerdasan. Dari kecerdasan itu membuat manusia menjadi makhluk
paling sempurna diantara ciptaan Tuhan yang lainnya. Kecerdasan merupakan
sebutan asingnya intelegensi yang memiliki pengertian beragam.
24 Ahsin W. Al-Hafidz, bimbingan praktis menghafal Al-Qur’an, Jakarta: Bumi Aksara,
2005, h. 63-66
-
17
Adapun beberapa pengertian kecerdasan atau intelegensi yang
dikemukakan oleh para ahli, sebagai berikut:
Menurut Anita E. Wolfolk :
Mengemukakan bahwa kecerdasan atau intelegensi yaitu sebuah kemampuan
untuk belajar, untuk beradaptasi dengan situasi baru atau lingkungan yang ada
disekitarnya pada umumnya.25
Menurut C.P. Chaplin :
Mendefinisikan kecerdasan atau intelegensi sebagai suatu kemampuan yang
dimiliki manusia di dalam menghadapi dan menyesuaikan diri secara tepat dan
efektif.26
Menurut Gardner :
Definisi kecerdasan atau intelegnsi sebagai suatu kumpulan kemampuan atau
keteranpilan yang dapat ditumbuhkembangkan.27
Berdasarkan pendapat para ahli, penulis dapat menyimpulkan bahwa
kecerdasan atau intelegensi merupakan sebuah kemampuan dasar yang dimiliki
manusia untuk menghadapi dan menyesuaikan masalah, dan menciptakan semua
hal yang dapat dimanfaatkan manusia.
Kognitif adalah bagian dari konsep taksonomi pendidikan Bloom yang
meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik. Istilah lain yang juga menggambarkan
hal yang sama dengan ketiga domain tersebut yang secara konvensional telah
lama dikenal taksonomi tujuan pendidikan yang terdiri atas aspek cipta, rasa, dan
karsa.28
25 Irma Agustinalia, mengenai kecerdasan manusia,(Wirogunan: Graha Printama
Selaras,2018) h. 1
26 Ibid,
27 Ibid,
28 Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan I, (Jakarta: Grasindo, 1992), h .32
-
18
Istilah kognitif (cognitive) berasal dari kata cognition yang padanan
katanya knowing, artinya mengetahui. Dalam arti luas, cognition (kognisi) ialah
perolehan, penataan, dan penggunaan Pengetahuan. Dalam perkembangan
selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau ranah
psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental dan berhubungan dengan
pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalahm
kesenjanganm dan keyakinan.29
Kecerdasan kognitif adalah kemampuan yang mencakup perkembangan
ingatan, perolehan informasi, proses berpikir logis dan perkembangan dalam
memecahkan masalah.30
Menurut Margaret E. Bell :
Kecerdasan kognitif adalah kelompok ingatan yang tersusun dan saling
berhubungan, aksi serta strategi yang dipakai oleh anak untuk memahami
dunia sekitarnya sesuai tahap perkembangannya yang berjalan secara tersusun,
tumbuh dan berkembang melalui interaksi dengan lingkungannya.31
Berdasarkan pemaparan di atas dapat penulis simpulkan bahwa
Kecerdasan kognitif merupakan kemampuan manusia yang berkaitan dengan
kemampuan berpikir, mengingat, dan memecahkan masalah yang kesemuanya ini
menjadi aktivitas mental yang dilakukan manusia secara sadar dalam interaksinya
dengan lingkungan.
29 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2014), cet.V, h. 61-62
30 Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan, (Jakarta: Pustaka
Populer Obor, 2003), cet.I, h. 63
31 Margaret E. Bell, Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1994), h. 308
-
19
Adapun Fungsi kecerdasan kognitif, Ahli psikolog telah sepakat bahwa
inti dari fungsi kecerdasan kognitif manusia terletak pada otak. Otak merupakan
organ yang dianggap mampu untuk mengelola berbagai informasi yang diterima
oleh individu.32
Informasi tersebut dapat berbentuk pelajaran, hal-hal yang spasial
dan lain sebagainya. Inilah yang menyebabkan mengapa fungsi kecerdasan
kognitif diukur pada tingkat kemampuan otak.
Kecerdasan kognitif memiliki fungsi penting bagi individu yaitu
membantu memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan aktivitas
mengingat, berpikir, memahami, menalar, menganalisis, mensintesis,
merencanakan dan sebagainya.33
Sumber lain menjelaskan bahwa fungsi
kecerdasan kognitif yaitu membantu individu mengembangkan daya kreasi dan
inovasi terhadap sesuatu yang sedang diamati serta dipikirkan dalam proses
internal mental di tengah-tengah adaptasinya dengan lingkungan.34
2. Faktor yang memengaruhi kecerdasan, terdapat beberapa faktor yang
memengaruhi kecerdasan, yaitu:
a. Faktor bawaan atau biologis
Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas
kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara
lain ditentukan oleh faktor bawaan.
b. Faktor pembentukan atau lingkungan
32 Zulkarnain, Pendidikan Kognitif Berbasis Karakter, Vol.12, No. 2, Juni 2015, h. 194
33 Muhammad Said dan Junifar Affan, Psikologi dari Zaman ke Zaman, (Bandung:
Jemmars, 1990), h. 62
34 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2008), Cet. II, h. 53
-
20
Dimana pembentukan adalah segala keadaan diluar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan inteligensi.
c. Faktor kematangan
Dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan.
d. Faktor kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan
masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas
dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
e. Faktor motivasi
Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecerdasan
kognitif. Motivasi (motivation) merupakan faktor penting yang dapat
mendorong dan mempengaruhi fungsi kognitif pada diri individu. Tanpa
adanya motivasi, maka individu tidak akan dapat terdorong untuk
menggunakan kemampuan kognitif yang dimilikinya dalam berpikir serta
mempelajari segala sesuatu seperti abstraksi, pengetahuan dan lain
sebagainya.35
Dari pendapat tersebut disimpulkan bahwa pada dasarnya kecerdasan
kognitif yang dimilki oleh setiap individu tidak terlepas dari faktor-faktor yang
memengaruhi kecerdasan kognitif itu sendiri. Kesemua faktor itu saling
berhubungan satu sama lain dalam menumbuhkembangkan kemampuan kognitif
individu.
35 Fadillah Suralaga, dkk., Op.Cit, h. 93
-
21
Adapun Tahapan Perkembangan kecerdasan kognitif, dalam perspektif
psikologi, perkembangan kecerdasan kognitf didasarkan pada teori belajar
kognitivisme dimana menurut teori itu belajar adalah perubahan persepsi dan
pemahaman.Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk tingkah
laku yang bisa diamati.
Asumsi dari teori ini adalah:
“Bahwa setiap orang telah memiliki pengalaman dan pengetahuan didalam
dirinya.Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur
kognitif. Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik bila
materi pelajaran yang baru beradaptasi (bersinambung) secara klop dengan
struktur kognitif yang sudah dimiliki siswa.”36
Dalam psikologi, proses mengetahui dipelajari dalam bidang psikologi
kognitif, bidang ini dipelopori oleh Jean Piaget. Dalam pandangan Piaget,
individu memiliki potensi kognitif yang mengalami proses perkembangan dimana
kecerdasan kognitif berkembang secara bertahap. Menurut Piaget tahapan ialah
suatu jangka waktu tertentu, dimana cara berpikir dan tingkah laku anak dalam
berbagai situasi merefleksikan suatu struktur mental tertentu.37
Dengan kata lain,
tahap perkembangan pada setiap periode kehidupan anak adalah gambaran
bagaimana cara-cara seorang individu memperoleh pengetahuan.
Jean Piaget seorang pakar terkemuka dalam disiplin psikologi kognitif dan
psikologi anak, mengkalisifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat
tahapan yakni :38
36 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru..h. 53
37 Zahrotun Nihayah, dkk.,Psikologi Perkembangan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006),
cet. I, h. 27
38 Tohirin, Op.Cit, h. 62
-
22
a. Tahap sensory-motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada
usia 0-2 tahun.
b. Tahap pre-operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada
usia 2-7 tahun.
c. Tahap concrete-operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi
pada usia 7-11 tahun.
d. Tahap formal-operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi
pada usia 11-18 tahun.
Berdasarkan objek penelitian ini yang membahas tentang kecerdasan
kognitif pada siswa MAS Nahdlatul Ulum maka penulis hanya akan menguraikan
tahapan perkembangan kecerdasan kognitif pada periode formal-operational saja,
karna pada tahap formal-operational inilah siswa duduk di bangku sekolah
menengah atas.
Tahapan formal-operational merupakan tahapan keempat dari empat
tahapan. Ciri pokok pada perkembangan ini adalah anak sudah mulai memikirkan
pengalam diluar pengalaman konkret dan memikirkannya secara abstrak, idealis,
dan logis. Pemikir operasianal konkret perlu melihat elemen konkret A, B, dan C
untuk menarik kesimpulan logis bahwa jika A=B dan B=C maka A=C.
Sebaliknya, pemikir operasional formal dapat memecahkan persoalan ini walau
problem ini hanya disajikan secara verbal.
Selain memiliki kemampuan abstraksi, pemikir operasional formal juga
punya kemampuan untuk melakukan idealisasi dan membayangkan kemungkinan-
kemungkinan. Pemikir idealis ini bisa menjadi fantasi atau khayalan. Banyak
-
23
remaja tak sabar terhadap cita-cita mereka sendiri, mereka juga tidak sabar
menghadapi problem untuk mewujudkan cita-citanya itu.
Egosentrisme juga muncul dalam masa remaja. Egosentrisme masa remaja
adalah kesadaran tinggi yang tercermin dalam keyakinan remaja bahwa orang lain
tertarik pada dirinya sebagaimana dia tertarik pada dirinya sendiri. Egosentrisme
juga mencakup perasaan bahwa dirinya adalah unik atau berbeda dari orang lain.39
Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor tentu
akan berbeda dengan proses belajar yang dialami oleh seorang anak pada tahap
preoperasional, dan akan berbeda pula dengan mereka yang sudah berada pada
tahap operasional konkret, bahkan dengan mereka yang sudah berada pada tahap
operasional formal. Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan kognitif
seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya.
3. Aspek Kompetensi Kognitif
Dalam proses pembelajaran terdapat tiga aspek yang dapat mesti dikuasai
oleh peserta didik. Ketiga aspek tersebut yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk
didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, dan
kemampuan mengevaluasi. Aspek afektif berhubungan dengan watak (perilaku)
individu seperti sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Sedangkan aspek
psikomotorik berhubungan dengan keterampilan yang melibatkan otot dan
kekuatan fisik, misalnya menulis, memukul, melompat, dan lain sebagainya.
39 Komasiana.com/tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget (diakses pada tanggal 07
November 2019 pukul 03.21)
-
24
Aspek kognitif merupakan subtaksonomi yang mengungkapkan mengenai
kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan rendah sampai ke
tingkat yang paling tinggi yakni evaluasi.40
Tujuan aspek kognitif ini berorientasi pada kemampuan berpikir yang
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yakni mengingat,
menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau
prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.41
Dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya aspek kognitif ini erat
hubungannya dengan kemampuan berpikir termasuk didalamnya aktivitas
kemampuan dalam memahami, menghafal, mengamalkan, menganalisis,
mensintesis dan mengevaluasi.
Berikut ini penulis akan menguraikan keenam aspek kognitif yang terdapat
dalam taksonomi Bloom.
a. Pengetahuan (Knowledge)
Pada tahap ini siswa dituntut untuk mampu mengingat (recall) berbagai
informasi yang telah diterima sebelumnya. Dengan kata lain, pada tingkat
pengetahuan ini siswa menjawab pertanyaan berdasarkan hapalan saja
misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving dan sebagainya.
b. Pemahaman (Comprehension)
Pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan
untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-
40 Nety Hartati, dkk., Islam dan Psikologi, (Jakarta: UIN Jakarta Pres, 2003), Cet I, h. 65
41 Ibid, h. 67
-
25
kata sendiri. Pada tahap ini juga, siswa diharapkan menerjemahkan atau
menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.
c. Penerapan (Application)
Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan
informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta memecahkan
berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari
d. Analisis (Analysis)
Analisis merupakan kemampuan mengidentifikasi, memisahkan dan
membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep,
pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan dan memeriksa setiap komponen
tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini, siswa
diharapkan menunjukkan hubungan diantara berbagai gagasan dengan cara
membandingkan gagasan tersebut dengan standar, pinsip atau prosedur yang
telah dipelajari.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis merupakan kemampuan individu dalam mengaitkan dan
menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga
terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan siswa mampu
membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk
atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.42
42 Ibid, h. 69-71
-
26
4. Macam-Macam Gaya Kognitif
Dalam proses belajar mengajar setiap individu memiliki kemampuan
memahami dan menangkap pelajaran yang berbeda-beda tingkatnya. Ada yang
cepat menyerap dan memahami pelajaran dan ada pula yang sangat lambat. Oleh
karena itu, mereka kerapkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami
sebuah informasi atau pelajaran yang sama. Cara berbeda tersebut merupakan
tanda bahwa adanya perbedaan gaya pembelajaran setiap individu dalam
memahami dan menyerap pelajaran atau informasi dari luar dirinya.
Gaya pembelajaran mencakup tiga aspek, yaitu gaya kognitif, gaya afektif,
dan gaya kejiwaan. Gaya kognitif berkaitan erat dengan cara penerimaan dan
pengolahan informasi, sikap terhadap informasi serta kebiasaan yang berhubungan
dengan lingkungan belajar. Gaya afektif bekaitan erat dengan reaksi yang
berdasarkan kepada motivasi dalam belajar sedangkan gaya kejiwaan bersifat
tabiat yang berhubungan erat dengan unsur-unsur seks, kesehatan dan
lingkungan.43
Terkait dengan penjelasan di atas, dalam hal ini penulis akan
mengemukakan tentang gaya kognitif itu sendiri dan macam-macamnya. Pada
dasarnya kognitif yaitu karakteristik individu dalam berpikir, merasakan,
mengingat, memecahkan masalah dan membuat keputusan. Setiap individu
tentunya akan memilih cara yang disukai dan sesuai dengan dirinya dalam
mengolah dan mengorganisasi informasi sebagai respons terhadap stimuli
43 Hamzah B. Uno, Op.Cit, h. 186
-
27
lingkungannya. Dalam proses pembelajaran, macam-macam gaya kognitif
diantaranya, yaitu :
a. Field Dependence (FD)
Field dependence yakni “Persepsi siswa untuk memperoleh informasi
yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar”.
b. Field Independence (FI)
Field Independence yakni “persepsi siswa untuk memperoleh informasi
yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan sekitar”
c. Gaya Impulsive
Gaya impulsive yakni “gaya belajar yang cenderung bersifat menduga-
duga, cepat berbuat atau berbuat yang untung-untungan”.
d. Gaya Reflective
Gaya reflective yakni “gaya kognitif yang lebih banyak memanfaatkan
perenungan dan pertimbangan secara matang”.44
44 Yula Miranda, Penerapan Pembelajaran Metakognitif dalam Dunia Pendidikan,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakaya, 2006), Cet. I, h.17
-
28
C. Kerangka Pikir
Adapun kerangka pikir sebagai berikut.
1. Al-Qur’an dan Hadis
2. Peraturan Pemerintah
3. Undang-Undang
1. Menghafal Al-Qur’an
2. Metode Menghafal Al-
Qur’an
3. Kaidah Menghafal Al-Qur’an
Mata Pelajaran
Tingkat Hafalan Al-Qur’an
1. Tinggi
2. Rendah
Kecerdasan Kognitif
Pengaruh Menghafal Al-Qur’an Terhadap Kecerdasan
Kognitif Siswa Madrasah Aliyah Pondok Pesantren
Nahdaltul Ulum Soreang Maros
Al-Qur’an
Pembelajaran
-
29
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban yang masih bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Adapun
hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ho: Menghafal al-Qur’an tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kecerdasan kognitf siswa.
H1: Menghafal al-Qur’an berpengaruh terhadap kecerdasan kognitif siswa
-
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif
itu berkenaan dengan angka atau numerical. Penelitian kuantitatif pada umunya
mendasarkan kerjanya pada keyakinan bahwa fakta dan perasaan dapat
dipisahkan, dan bidang kajiannya adalah suatu realitas tunggal yang terbentuk
dari fakta yang dapat ditemukan.45
Menurut Suharsimi, metode penelitian kuantitatif yaitu suatu proses
penelitian untuk menemukan pengetahaun yang menggunakan data berupa angka
sebagai alat untuk menemukan keterangan apa yang ingin diketahui. Data
penelitian ini terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
statistic melalui aplikasi spss.
[
B. Lokasi dan objek penelitian
Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Nahdlatul
Ulum Soreang Maros dan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Siswa
Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulum Kecamatan Lau, Kelurahan Soreang,
Kabupaten Maros.
45 Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, (Jakarta:
Prenadamedia Group), h. 46
-
31
C. Variabel Penelitian
Dalam penelitian yang berjudul pengaruh menghafal al-Qur’an terhadap
kecedasan kognitif siswa Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum
Soreang Maros, yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Menghafal al-Qur’an adalah Variabel Indenpenden atau simbol (X) yang
mempengaruhi
2. Kecerdasan Kognitif siswa adalah Variabel Denpenden atau simbol (Y)
yang dipengaruhi
D. Definisi Operasional Variabel
1. Menghafal al-Qur’an
Menghafal al-Qur’an adalah suatu aktifitas menyimpan dan menjaga al-
Qur’an dalam diri seseorang dengan sungguh-sungguh sebagai upaya untuk
melestarikannya melalui kegiatan membaca maupun mendengar.
2. Kecerdasan kognitif
Kecerdasan kognitif merupakan kemampuan manusia yang berkaitan
dengan kemampuan berpikir, mengingat, dan memecahkan masalah yang
kesemuanya ini menjadi aktivitas mental yang dilakukan manusia secara sadar
dalam interaksinya dengan lingkungan.
E. Populasi Dan Sampel
1. Populasi menurut Sugiyono mengemukakan bahwa:
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.46
Menurut Arikunto mengemukakan bahwa:
46 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan¸ (Bandung: Alfabeta, 2017), h.117
-
32
Puopulasi adalah keseluruhan subjek penelitian47
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa populasi
merupakan keseluruhan objek atau subjek yang menjadi fokus penelitian dengan
memerhatikan beberapa karektreristik yang sesuai dengan penelitian yang sedang
dilakukan.
Tabel 3.1
Keadaan Populasi
No Siswa Jenis kelamin Jumlah
L P
1. X 31 26 57
2. XI 35 39 74
3. XII 40 25 65
Jumlah 106 90 196
Sumber data diperoleh tata usaha Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.48
Sampel dalam pandangan Suharsimi Arikunto sebagai bagian
dari populasi yang diteliti, dan menyatakan pula bahwa :
Apabila populasi penelitian berjumlah kurang dari 100 maka sampel yang
diambil adalah semuanya, namun apabila populasi penelitian berjumlah lebih
dari 100 maka sampel dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.49
47 Populasi menurut Arikunto, diakses pada 29 Desember 2019 jam 01.30
48 Ibid, h. 118
49 Arikunto, S. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. (Jakarta : Rineka Cipta,
2010) h. 134
-
33
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil 20% untuk dijadikan sampel,
yaitu 39 siswa. Dalam mengambil sampel, peneliti menggunakan sampel Random
(Random Sampling), yaitu pemgambilan sampel secara acak. Teknik pengambilan
sampel pada penelitian ini dilakukan dengan mencampur subjek-subjek didalam
populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Dengan demikian, maka peneliti
memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan
dipilih menjadi sampel.50
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan data yang harus betul-betul
direncanakan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris
sebagaimana adanya sebab penelitian akan berhasil apabila banyak menggunakan
instrumen agar data tersebut dapat menjawab pertanyaan, penelitian dan menguji
hipotesis, maka penulis menggunakan beberapa instrumen penelitian berupa
pedoman observasi, pedoman angket, pedoman wawancara, dan catatan dokumen.
1. Pedoman Observasi
Observasi merupakan teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.51
Observasi
sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan
dengan teknik yang lain, observasi tidak terbatas pada orang tetapi juga objek-
objek alam yang lain.52
50 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
cipta, 2006). h, 177.
51 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung; PT. Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 220.
52 Sugiyono, Op.Cit, hlm. 203
-
34
2. Pedoman Angket
Metode Angket, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawab secara objektif. Angket penelitian ini disusun menggunakan daftar
pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya tertutup, yaitu jawabannya telah tersedia
sehingga responden tinggal memilih salah satu opsi jawaban yang ada.
3. Catatan dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.53
Metode
tersebut digunakan untuk mendapatkan sumber data yang berkaitan dengan
penelitian seperti latar belakang berdirinya sekolah, letak geografis sekolah, visi
dan misi sekolah, keadaan guru, siswa, karyawan, sarana dan prasarana dan
lainnya.
[[[
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Metode observasi adalah pengamatan yang dilakukan dengan sengaja,
sistematis mengenai gejala-gejala yang terjadi untuk kemudian dilakukan
pencatatan. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik
fenomena-fenomena yang diselidiki.54
Observasi merupakan pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti untuk mencari masalah yang digunakan dalam peneltian.
53
Ibid, h. 30
54NanaSyaohdihSukmadinata.MetodePenelitianPendidikan.(Bandung:
RemajaRosdakarya, 2010), h 220.
-
35
2. Angket
Dengan metode angket ini penulis mempersiapkan sejumlah pertanyaan
tertentu, kemudian disebarkan kepada responden, untuk mendapatkan jawaban
yang diperlukan secara langsung. Angket diberikan kepada siswa untuk diisi
untuk dijadikan sampel dalam penelitian untuk mengetahui pengaruh menghafal
al-Qur’an terhadap kecerdasan kognitif siswa.
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab.55
3. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang
tertulis. Metode dokumentasi adalah metode yang dilakukan untuk mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
agenda dan sebagainya.56
Metode ini digunakan untuk menghimpun data yang
berkaitan dengan keadaan Siswa Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Nahdlatul
Ulum Kecamatan Lau, Kelurahan Soreang,Kabupaten Maros.
H. Teknik Analisis Data
Teknik Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan aplikasi SPSS, karena penelitian ini untuk mengetahui apakah ada
pengaruh menghafal al-Qur’an terhadap kecerdasan kognitif siswa, maka analisis
menggunakan rumus regresi linear sederhana yaitu :
55 Sugiyono, Op.Cit, h. 199
56 Suharsimi Arikunto, Op.Cit, h. 231
-
36
Y= a + bX
Keterangan:
Y = Varuabel terikat (variabel yang diramalkan)
X = Variabel bebas
a = Konstanta
b = Koefisen regresi57
Rata-rata Hitung (Mean)
(X) = ∑fi × xi
∑fi
Keterangan:
xi: tanda kelas ataua nilai tengah interval
fi: frekuensi yang sesuai dengan nilai tengah interval xi (bila merupakan interval)
Median (Nilai Tengah)
Median = Lo + C {n - ∑f} f
keterangan:
Lo = batas bawah kelas median yaitu kelas dimana median akan terletak
C = panjang kelas median
n = banyak data
∑f = jumlah semua frekuensi dari semua kelas dibawah kelas median
f = frekuensi kelas median
Modus
Mo = Lo + C [ d1 ]
d1+d2
57 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),
h.22
-
37
Keterangan:
Lo = batas bawah kelas modal yaitu kelas dengan frekuensi terbanyak
C = panjang kelas modal
d1 = selisih frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval sebelum
kelas modal
d2 = selisih frekuensi modal dikurangi kelas interval sesudah kelas modal58
58 Aziz Alimul Hidayat, Metode Penelitian, (Jakarta: Salemba Medika, 2018) h. 102
-
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum
1. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum
Pondok Pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan tertua di
Indonesia. Pesantren merupakan system pendidikan yang takhassus (khusus).
Dalam perjalanan sejarah, Pesantren telah memberikan peranan yang sangat
signifikan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan serta membina akhlak mulia.
Globalisasi ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi dewasa ini telah
merambah ke seluruh lapisan masyarakat termasuk lapisan generasi muda,
sehingga perlu dibekali pemahaman ajaran agama dengan benar, dibekali ilmu
pengetahuan yang tepat guna. Dalam masyarakat seperti ini keberadaaan Pondok
Pesantren justru menjadi alternative dalam pembangunan sumber daya manusia
yang merupakan kunci utama dalam menghadapi daya saing yang semakin tinggi.
Atas kesadaran tersebut serta cita-cita luhur dan ikhlas dari bapak (almarhum)
Hadji Kalla yang kemudian ditindak lanjuti oleh putera beliau yakni bapak H. M.
Jusuf kalla.
Pada suatu hari di dalam mobil, beliau berdua dengan AG.H. M. Sanusi
Baco menyampaikan keinginan Hadji Kalla (almarhum) umtuk mendirikan
sebuah Pesantren dengan bantuan modal awal (hibah) dari bapak H.M. Jusuf
Kalla kemudian merekomendasikan AG.H. M. Sanusi Baco untuk memulai
membangun Pondok Pesantren ini. Tapi hal yang berat dan harus dijalankan sejak
-
39
awal yakni Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla, S.E., memintanya untuk menyiapkan
lokasinya. Kemudian tidak kurang sebulan Anregurutta KH Sanusi Baco, Lc.
bersama sang istri, Dra. Hajjah Aminah mencari lokasi untuk pembangunan
pesantren yang telah direncanakan.
Kala itu, untuk mencari lahan yang luas untuk pembangunan pesantren
cukup sulit di Makassar, maka alternatifnya, mereka mencari di daerah Maros
khususnya Camba namun karena tidak ideal maka ia memutuskan untuk mencari
lahan di kampung halaman dari AG.H.M. Sanusi Baco yakni di Soreang
Kabupaten Maros. Dan untuk masalah pembebasan lahan maka AG. H. M. Sanusi
Baco dibantu oleh masyarakat setempat dan tokoh yang paling berperan yakni
H.Salle, dialah yang melakukan pembicaraan dengan para pemilik sawah yang
akan ditempati untuk membangun sebuah Pondok Pesantren. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Kepala Sekolah PDF (Pendidikan Diniyah Formal) Pondok
Pesantren Nahdlatul Ulum Soreang Kabupaten Maros.
“Cikal bakal berdirinya Pondok ini dimulai dari pembicaraan Anregurutta dan
pak JK, kemudian gurutta berkata saya ingin membangun Pondok pesantren
tapi nda ada uang, kemudian pak JK mempersilahkan cari lokasi, mula-mula
Gurutta cari lokasi di Camba tapi pada akhirnya di Soreang Kabupaten
Maros. Adapun tokoh masyarakat yang berperan penting untuk pembebasan
lahan yakni H. Salle.59
Alhasil bangunan yang pertama kali dibangun secara fisik yakni masjid
yang merupakan pemberian hibah dari Sattar Taba dikala itu mejabat Direktur
Semen Tonasa dan aula yang merupakan pemberian hibah dari mantan gubernur
yakni H. Zainal Basri Palaguna pada tahun 2001.
59 Tajuddin Arif, Kepala Sekolah PDF Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum , Soreang, Lau-
Maros, Tanggal 20 februari 2020.
-
40
Adapun Pondok Pesantren ini didirikan kemudian diberi nama “Pondok
Pesantren Nahdlatul Ulum” yang diselenggarakan oleh Yayasan Al-Asy’ariyah
Nahdiyah Makassar dan juga nama ini dinisbatkan karena mengingat AG. KH. M.
Sanusi Baco merupakan ketua Nahdlatul Uluma Sulawesi Selatan. Hal ini seperti
Kepala Sekolah PDF (Pendidikan Diniyah Formal) Pondok Pesantren Nahdlatul
Ulum Soreang Kabupaten Maros. yang telah ia ungkapkan.
“Penamaan Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum ini tak terlepas jabatan Gurutta
sebagai ketua Nahdlatul Ulama Sulawesi Selatan dan di bawah naungan
Yayasan Al-Asy’ariyah Nahdiyah yang berfahamkan Al-Asy’ariyah nahdlha
artinya kebangkitan, ulum artinya ilmu-ilmu.60
Adapun lokasi Pesantren berada di Kelurahan Soreang Kabupaten Maros,
33 KM dari arah Kota Makassar. Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum
dikembangkan melalui konsep “Managemen Qalbu”. Konsep ini bertolak dari
keyakinan bahwa dengan Qalbu (hati), manusia rela berkorban dan menunaikan
amanah yang diembankan kepadanya dengan baik dan benar karena Asbab
dorongan Qalbu.
2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum
Adapun yang menjadi visi dari Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Soreang
Kabupaten Maros, ialah sebagai berikut:
a. Menciptakan pribadi muslim yang mampu memahami ajaran Islam dengan
benar, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dan
mempraktekkannya untuk Syiar dan Ruhul Islam.
60 Tajuddin Arif, Kepala Sekolah PDF Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum , Soreang,
Lau-Maros, Tanggal 20 februari 2020.
-
41
b. Menciptakan manusia yang bertaqwa kepada Allah swt, berbudi luhur, dan
mampu mengamalkan ajaran Islam dengan perkembangan ilmu pengetahuan
(IPTEK).
Adapun yang menjadi misi Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Soreang
Kabupaten Maros, yakni:
a. Mengembangkan keunggulan potensi dzikir dan keunggulan potensi fikir.
b. Menyiapkan insan muslim yang mampu mengembangkan keunggulan potensi
daerah untuk kesejahteraan masyarakat.
c. Mengupayakan terciptanya Santri yang mampu mempersiapakn dirinya
menjadi ulama professional yang intelektual dan intelektual professional yang
ulama.
d. Program Pendidikan Di Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum di Soreang
Kabupaten Maros.
Untuk mewujudkan visi (risalah) dan misi (maqo>sid) serta tujuan yang
telah dirumuskan, maka Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum melaksanakan
program pendidikan 12 tahun yang terdiri dari Madrasah Ibtidaiyah (MI),
Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA), untuk Madrasah
Tsanawiyah dan Madrasah Aliahnya nantinya akan mendapatkan 2 Ijazah masing-
masing Ijazah Nasional dan Ijazah Pesantren.
Selain jenjang pendidikan tersebut, Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum
membuka program pendidikan Takhassus (khusus) yakni Pendidikan Diniyah
Formal (PDF), program lainnya yang memang ciri khas dari Pesanten berupa
Allugah (bahasa Arab dan Inggiris), Hifzil Qur’an, Kitab Kuning Qismul Awwal
-
42
seperti Muhktasarun Jiddan, Arbain An-Nawawi, Jawahirul Kalamiyah,
Khulasatun Nurul Yaqin Dll sedangkan kajian Kitab Kuning Qismul Tsani yakni
Tafsir Jalalain, Tanwirul Qulub, Fathul Qorib Dll. Dan tak terlupakan kitab
Barazanji.
Sedangkan untuk mengembangkan bakat dan minat para Santri maka
Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum memberikan program pengembangan diri atau
lebih dikenal dengan istilah ekstrakurikuler. Sedangkan program yang lain
terdapat beberapa seperti:
a. Bidang Keagamaan diantaranya latihan dakwah, pengajian.
b. Bidang Kepemimpin diantaranya latihan kepemimpinan melalui OP3NU
c. Bidang Bahasa diantaranya pengaktifan bahasa Arab dan Bahasa Inggris.
d. Bidang Seni diantaranya tilawatil Qur’an, kaligrafi (khat), kepramukaan, tari
dan drumband.
e. Bidang Olahraga diantaranya futsal, tenis meja, volly dan bulutangkis.
f. Bidang Pengembangan Ilmu diantaranya pelatiah dai dan daiyah, jurnalistik,
bedah buku, serta majalah dinding.
g. Bidang Keterampilan diantaranya menjahit/ border (tata busana).
3. Sumber Daya Manusia
1) Kepala sekolah
Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulum : Muhammad Said S.Pd, M.M
a. Jumlah Santri Madrasah Aliyah : 106 Orang
b. Jumlah Santriwati Madrasah Aliyah : 90 Orang
-
43
c. Jumlah Keseluruhan Santri dan Santriwati Madrasah Aliyah : 196 Orang61
2) Profil Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum di Soreang Maros
a. Nama Pondok Pesantren : Nadlatul Ulum
b. No Statistic Pondok : 512737200407
c. Luas Pondok : +3708 m
d. Tipe Pondok : Kombinasi
e. Alamat Lengkap : Jl. Samudera No.37 kec. Lau kel. Soreang
Kab.Maros
f. Pimpinan Pondok : AG. KH. Dr. Sanusi Baco. Lc.
g. Pendidikan Terakhir : Sarjana 1
h. Tahun Berdirinya : 2001
3) Keadaan Guru
Tabel 4.1
JUMLAH GURU PONDOK PESANTREN NAHDLATUL ULUM SOREANG
KABUPATEN MAROS
JUMLAH GURU PONDOK PESANTREN NAHDLATUL ULUM SOREANG
KABUPATEN MAROS
MTS MA
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan
PNS 2 Orang NON PNS 38
Orang
PNS 3 Orang NON PNS 22
Orang
61 Muh Fatur, Sekretaris Tata Usaha Madrasah Aliyah, Wawancara, Soreang. Lau-Maros.
Tanggal 10 maret 2020.
-
44
Sumber : Dokumen Guru Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Tahun 2020
Jumlah Guru MTS Nahdlatul Ulum : 40 Orang
Jumlah Guru MA Nahdlatul Ulum : 25 Orang
Melihat keterangan di Atas, adapun jumlah tenaga pengajar guru MTS
Nahdlatul Ulum berjumlah 40 orang yang terdiri 2 PNS dan 38 NON PNS
sedangkan guru MA Nahdlatul Ulum berjumlah 25 orang masing-masing terdiri 3
PNS dan 22 NON PNS.
Tabel 4.2
DAFTAR NAMA PEMBINA PONDOK PESANTREN NAHDLATUL ULUM
SOREANG MAROS
No. Nama Pembina Umur Jabatan
1. Kamaruddin, S.Ag 68 Pembina Santri
2. Hanaping, SQ,S.Hi, MH 35 Pembina Tahfiz Santri MA
3. Muh. Jafar, S.Pd.I 40 Pembina Santri
4. H. Ibrahim Daniel, Lc 35 Pembina Santri
5. Wahyudi Munir, S.Pd.I 35 Pembina Santri
6. H. Muh. Nur Ismail, Lc 35 Pembina Santri
7. Akbar Syam, S.Hi 32 Pembina Santri
8. Faisal Tanjung 23 Pembina Santri
-
45
9. Asrul, S.pd.I 28 Pembina Santri
10. Abu Jabar 23 Pembina Santri
11. Yamlik 23 Pembina Santri
12. Yassir Amri 23 Pembina Tahfiz Santri MTS
13. Muh. Luthfial 19 Pembina Tahfiz Santriwati
14. Salman al-Faris 21 Pembina Tahfiz Santri MTS
15. Nurhalis 21 Pembina Santri
16. Dra.Mukarramah Beta 59 Pembina Santriwati, Kabid 3
17. Nur Zakiah, S.Pd.I 26 Pembina Santriwati
18. HJ. Syamsidar, Lc 38 Pembina Santriwati
19. Ratna Ningsih, S.Pd.I 33 Pembina Santriwati
20. Syarlina, S.Pd.I 24 Pembina Santriwati
21. Nirmala, S.KOM 23 Pembina Santriwati
22. Nurannisa Fajriani, S.Hi 23 Pembina Santriwati
23 Waode Nur Naratussalihah 24 Pembina Santriwati
Sumber: Wawancara Pembina Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Tahun 2020
-
46
4) Peserta Didik
Tabel 4.3
No Siswa Jenis kelamin Jumlah
L P
1. X 31 26 57
2. XI 35 39 74
3. XII 40 25 65
Jumlah 106 90 196
Sumber: Dokumentasi Santri/wati Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulum Tahun 2020
Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulum : Muhammad Said S.Pd, M.M
Jumlah Santri Madrasah Aliyah : 106 Orang
Jumlah Santriwati Madrasah Aliyah : 90 Orang
Jumlah Keseluruhan Santri dan Santriwati Madrasah Aliyah : 196 Orang62
5) Sarana Dan Prasarana
Sarana dan fasilitas pendukung digunakan untuk mendukung dan
menunjang kelancaran kegiatan belajar mengajar (KMB) serta memudahkan para
Santri dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang mengarah pada terwujudnya
sasaran dan tujuan institusi. Untuk itu, dari hasil penelitian Pondok Pesantren
Nahdlatul Ulum telah mengupayakan berbagai sarana dan fasilitas, seperti:
Sarana Santri Dan Santriwati Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Soreang
Kabupaten Maros
62 Muh Fatur, Sekretaris Tata Usaha Madrasah Aliyah, Wawancara, Soreang. Lau-
Maros.Tanggal 10 maret 2020.
-
47
Tabel 4.4
Sarana Dan Prasarana Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Soreang Maros
No. Sarana dan prasarana Jumlah Keterangan
1. Asrama Santri (Termasuk Asrama
Tahfidz dan Rusunawa)
7 unit Berfungsi
2. Aula Pertemuan Palaguna 1 unit Berfungsi
3. Laundry 1 unit Berfungsi
4. Depot Air Minum Santri 2 unit Berfungsi
5. Mini Market “Aminah Mart” 1 unit Berfungsi
6. Kantin 1 Unit Berfungsi
7. Lapangan Olahraga 4 unit Berfungsi
8. Masjid “Rabiatul Adawiyah” untuk
Santri
1 Unit Berfungsi
9. Mushalla (Khusus untuk Santriwati) 1 unit Berfungsi
10. Kendaraan/ Mobil Operasional 3 Unit Berfungsi
11. Perpustakaan 1 unit Berfungsi
12. Ruang kelas Madrasah Ibtidaiyah
(MI)
4 kelas Berfungsi
13. Ruang kelas Madrasah Tsanawiyah
(MTS)
16 kelas Berfungsi
14. Ruang kelas Madrasah
Aliyah (MA)
4 kelas Berfungsi
15. Ruang Kelas PDF 3 kelas Berfungsi
-
48
16. Ruang Keterampilan 1 Unit Berfungsi
17. Ruang Kepala Kampus 1 Unit Berfungsi
18. Ruang Laboratorium IPA 1 Unit Berfungsi
19. Ruang Keamanan 1 Unit Berfungsi
20. Ruang Tamu 2 Unit Berfungsi
21. Ruang Laboratorium
Computer
2 Unit Berfungsi
22. Kantor Madrasah Ibtidaiyah 2 Unit Berfungsi
22. Kantor/ Ruang Guru
Madrasah Mts Dan MA
1 Unit Berfungsi
23. Kantor Tata Usaha 3 Unit Berfungsi
24. Kantor Pimpinan 1 Unit Berfungsi
25. Rumah Pimpinan 1 Unit Berfungsi
26. Rumah Pembina 5 Unit Berfungsi
Sumber : Dokumen Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Tahun 2020
-
49
STRUKTUR ORGANISASI PONDOK PESANTREN NAHDLATUL ULUM
SOREANG KABUPATEN MAROS PERIODE 2019-2021
Sumber: Dokumen Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Soreang Kabupaten Maros
Dr. H. Muh. Yusuf Kalla
(Dewan Pelindung/Pewakaf)
AG. Dr. HM. Sanusi Baco, Lc.
(Pendiri/Pimpinan)
Dr. Nur Taufik Sanusi
(Wakil Pimpinan)
Dra. Hj. Aminah Adam
(Pendiri)
Dr. H. Muammar Bakri
(Kepala Bidang Akademik)
Tabsyir Sanusi S.S
(Kepala Bidang administrasi
dan keuangan)
Dra. Mukarramah Beta
(Kepala Bidang kepesantrenan)
Drs. H. Syamsuddin M. Ag
(Kepala Kampus)
H. M. Irfan Sanusi
(Kepala Bidang Humas)
-
50
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian Menghafal Al-Qur’an Siswa Pondok
Pesantren Nahdlatul Ulum
Pesantren mewajibkan santri dan santriwatinya untuk menghafal Al-
Qur’an. Berdasarkan hasil observasi peneliti, metode yang digunakan santri dan
santriwatinya untuk menghafal dan menjaga hafalannya adalah metode wahdah
dan muroja’ah. Setoran hafalan dilaksanakan setiap pekan setelah makan
malam dan juga setelah shalat subuh. Adapun metode yang digunakan peneliti
untuk mengetahui aktifitas siswa menghafal al-qur’an atau variabel independen
(X) adalah membagikan angket kepada siswa Madrasah Aliyah Pondok
Pesantren Nahdlatul Ulum. Hasilnya sebagai berikut :
1. Hasil Jawaban Responden Pada Angket Menghafal Al-Qur’an
Tabel 4.5
Siswa gemar menghafal al-qur’an
Frequency Percent
Valid
Tidak Pernah
Jarang
Sering
Selalu
Total
0 0
7 17,9
20 51,3
12 30,8
39 100.0
Sumber: Data diolah dari angket No. 1
Dari tabel diatas tidak ada responden menjawab tidak pernah, 7 responden
atau 17,9% menjawab jarang, 20 responden atau 51,3 menjawab sering, dan 12
responden atau 30,8% menjawab selalu. Dari pernyataan ini menunjukkan bahwa
sebagian siswa gemar menghafal Al-Qur’an.
-
51
Tabel 4.6
Siswa membaca al-Qur’an dengan memperhatikan kaidah tajwid
Frequency Percent
Valid
Tidak Pernah
Jarang
Sering
Selalu
Total
0 0
7 17,9
11 28,2
21 53,8
39 100.0
Sumber: Data diolah dari angket no. 2
Berdasarkan tabel di atas terlihat Tidak ada responden menjawab tidak
pernah, 7 responden atau 17,9% menjawab jarang, 11 responden atau 28,2%
menjawab sering, dan 21 responden atau 53,8% menjawab selalu. Dari
pernyataan ini menunjukkan bahwa sebagian siswa membaca Al-Qur’an dengan
memperhatikan kaidah tajwidnya.
Tabel 4.7
Siswa membaca al-qur’an untuk menjaga hafalan
Frequency Percent
Valid
Tidak Pernah
Jarang
Sering
Selalu
Total
12 30,8
18 46,2
9 23,1
0 0
39 100.0
Sumber: Data diolah dari angkat no. 3
Berdasarkan tabel diatas terlihat 12 responden atau 30,8 menjawab tidak
pernah, 18 responden atau 46,2 menjawab jarang, 9 responden atau 23,1
menjawab sering, dan tidak ada responden menjawab selalu. Dari tabel t