PENGARUH LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA …digilib.unila.ac.id/37199/3/TESIS TANPA BAB...

91
PENGARUH LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Tesis) Oleh NINA AYU FEBRIANTY PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Transcript of PENGARUH LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA …digilib.unila.ac.id/37199/3/TESIS TANPA BAB...

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA TERHADAP

KINERJA PEGAWAI DENGAN MOTIVASI SEBAGAI

VARIABEL MODERASI

(Tesis)

Oleh

NINA AYU FEBRIANTY

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

i

ABSTRACT

EFFECT OF WORK ENVIRONMENT ON EMPLOYEE PERFORMANCE

WITH MOTIVATION AS MODERATION VARIABLES

By

NINA AYU FEBRIANTY

Performance basically emphasizes the problems in the planning,

implementation, and also the results obtained after carrying out the work. In

performance government agencies, it is commonly referred to as an answer to the

success or failure of the initial objectives of the work program and the policies

that have been set. Improving the performance of the government apparatus is one

of the development strategies for a country in carrying out its state process.

Another factor that must be considered by the company / organization in

maintaining and improving employee performance is by paying attention to the

physical condition of the work environment.

This study aims to examine the effect of the work environment on

employee performance with motivation as a moderating variable. The data used is

primary data. The data collection techniques are used through questionnaires. The

population in this study was the Civil Servants at the Secretariat General of the

Ministry of Home Affairs, while the sample technique used purposive sampling of

254 respondents. Analysis of the data used to see the relationship between

variables through statistical tests and data processing is done using Simple

Regression Analysis and Multiple Regression Analysis Moderated Regression

Analysis (MRA) on the SPSS 22.0 computer program. The results showed that

this study supports the hypothesis that is: work environment has a positive effect

on employee performance, as well as motivation variables have a positive effect

on employee performance supported by research that motivation variables

strengthen the influence (moderating) work environment variables on employee

performance. This proves that the work environment is an important factor in

improving the performance of an employee at work, because the work

environment that is comfortable and in accordance with the needs of employees

can encourage employee motivation to improve workplace performance.

Suggestions that can be taken from this study are: leaders or superiors in agencies

should often communicate with their subordinates about what their employees

complain about, perhaps from a smaller room size for employees because it can

affect their performance, in terms of wages and bonus that have over working day.

Also in terms of timeliness of work assignments and meetings that are expected to

be more timely in their implementation.

Keywords : Work Environment, Motivation, Performance, and Moderated

Regression Analysis (MRA).

ii

ABSTRAK

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI

DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI

Oleh

NINA AYU FEBRIANTY

Kinerja pada dasarnya menitikberatkan permasalahan pada proses

perencanaan, pelaksanaan, dan juga hasil yang didapatkan setelah melaksanakan

pekerjaan. Pada Instansi pemerintahan kinerja biasa disebut sebagai sebuah

jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan awal dari program kerja serta kebijakan

yang telah ditetapkan. Peningkatan kinerja aparatur pemerintah merupakan salah

satu strategi pembangunan untuk sebuah negara dalam menjalankan proses

kenegaraannya. Faktor lain yang harus diperhatikan perusahaan/organisasi dalam

mempertahankan dan meningkatkan kinerja pegawai yaitu dengan memperhatikan

kondisi fisik lingkungan kerja.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh lingkungan kerja terhadap

kinerja pegawai dengan motivasi sebagai variabel moderasi. Data yang digunakan

adalah data primer. Adapun teknik pengumpulan datanya digunakan melalui

kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil di

Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam Negeri, sedangkan teknik sampel

menggunakan purposive sampling sebanyak 254 responden. Analisis data yang

digunakan untuk melihat hubungan antar variabel melalui uji statistik dan

pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Analisis Regresi Sederhana dan

Analisis Regresi Berganda Moderated Regression Analysis (MRA) pada program

computer SPSS 22.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian ini

mendukung hipotesis yang ditentukan, yaitu: lingkungan kerja berpengaruh positif

terhadap kinerja pegawai, begitu juga dengan variabel motivasi berpengaruh

positif terhadap kinerja pegawai dengan di dukung penelitian bahwa variabel

motivasi memperkuat pengaruh (memoderasi) variabel lingkungan kerja terhadap

kinerja pegawai. Hal ini membuktikan bahwa lingkungan kerja merupakan faktor

yang penting dalam meningkatkan kinerja seorang pegawai ditempat bekerja,

karena dengan lingkungan kerja yang nyaman dan sesuai dengan kebutuhan para

pegawai dapat mendorong motivasi pegawai dalam meningkatkan kinerja di

tempat bekerja. Saran yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu: pemimpin atau

atasan di instansi sebaiknya sering melakukan komunikasi dengan bawahannya

perihal apa yang dikeluhkan oleh pegawainya, mungkin dari ukuran ruangan yang

lebih sedikit luas bagi pegawainya karena bisa mempengaruhi kinerja mereka,

dalam hal upah dan bonus yang memiliki kelebihan jam kerja. Juga dalam hal

ketepatan waktu pengerjaan tugas dan rapat yang diharapkan agar lebih tepat

waktu lagi dalam pelaksananaannya.

Kata kunci : Lingkungan Kerja, Motivasi, Kinerja, dan Moderated

Regression Analysis (MRA).

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI

DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI

Oleh

Nina Ayu Febrianty

(Tesis)

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

MAGISTER MANAJEMEN

Pada

Program Pascasarjana Magister Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 25 Februari 1990, sebagai anak terakhir

(anak bungsu) dari empat bersaudara. Putri dari pasangan Bapak Agoes Djunaedi (Alm)

dan Ibu Meilinda Ruslan.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Patra Pertamina Jakarta, penulis selesaikan pada

tahun 1996, Aktif mengikuti kegiatan seni, olahraga dan upacara yang diadakan.

Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Percontohan 04 Pagi Jakarta pada tahun 2002,

juga aktif mengikuti kegiatan pramuka hingga perlombaan tingkat DKI Jakarta dan

perlombaan kesenian. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri Standar

Nasional 193 Jakarta pada tahun 2005, aktif mengikuti kegiatan perlombaan seni dan

organisasi Paskibra. Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 89 Jakarta pada

tahun 2008 yang aktif mengikuti organisasi OSIS dan Kepaskibraan.

Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi Unit

Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKMF) Economics’ English Club (EEC), dan pernah

menjabat sebagai Chief of Secretarial Bureau (Kesekretariatan Sekretaris Umum)

periode kepengurusan 2010 - 2011. Pada Tahun 2014 penulis diterima bekerja sebagai

PNS di Kementerian Dalam Negeri, dan pada Tahun 2016, Penulis mengikuti Program

Magister Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

viii

MOTO

“Orang yang paling sempurna bukanlah orang dengan otak yang sempurna, melainkan

orang yang dapat mempergunakan sebaiknya-baiknya dari bagian otaknya yang kurang

sempurna” (Aristoteles)

“Sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah yang memberi manfaat untuk orang lain”

(Muhammad SAW)

“Sembilan puluh sembilan persen kegagalan akan menimpa orang-orang yang memiliki

kebiasaan membuat-buat alasan” (G. Washington)

“Jika orang lain bisa, kenapa saya tidak bisa”

(Nina Ayu F)

ix

PERSEMBAHAN

Di atas segalanya ucap syukur kepada ALLAH SWT dan shalawat serta salam

selalu tercurah kepada Rasulullah Nabi Muhammad SAW kupersembahkan

karya sederhana ini kepada :

Ibu yang menjadi alasan dan motivasiku untuk segera menyelesaikan

pendidikanku dan menjadi ibu yang berhasil membesarkan anak-anaknya

sendirian.

Suamiku atas setiap pengorbanannya baik moril maupun materil, kasih sayang

yang tidak terhingga, serta anakku yang selalu memberikan dukungan baik secara

moril maupun materil serta mengharapkan keberhasilanku.

Serta untuk sahabat-sahabatku dan teman-teman semuanya yang telah saling

mendukung dan membantu untuk menyelesaikan pendidikan. Almamaterku

Tercinta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Semoga karya kecil ini dapat menjadi salah satu sarana ibadah kepada Allah SWT

dan berharap ilmu yang diberikan menjadi berkah dan bermanfaat. Amin.

Almamaterku Tercinta

x

SANWACANA

Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat,

hidayah, berkah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini

dengan judul “Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai dengan Motivasi

sebagai Variabel Moderasi ”. Tesis ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan dan memperoleh gelar Magister Manajemen di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Lampung.

Dalam penulisan tesis ini, penulis memperoleh bantuan dan bimbingan serta petunjuk

dari semua pihak. Maka dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih kepada :

1. Bapak Prof., Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Ibu Dr. Rr. Erlina, S.E., M.Si, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Lampung dan selaku Dosen penguji tesis yang telah

memberikan kritik dan saran sehingga tesis ini semakin berkualitas.

3. Ibu Dr. Ernie Hendrawaty, S.E., M.Si, selaku Ketua Program Magister Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. Ayi Ahadiat, S.E.,M.B.A, selaku Dosen penguji tesis yang telah

memberikan kritik dan saran sehingga tesis ini semakin berkualitas.

xi

5. Bapak Dr. Ribhan, S.E., M.Si, selaku Dosen Pembimbing Utama, atas kesediaannya

untuk memberikan bimbingan, saran, kritik, waktu dan nasehatnya dalam proses

penyelesaian Tesis ini;

6. Ibu Dr. Nova Mardiana, S.E., M.M, selaku Pembimbing Pendamping atas

kesediaannya bimbingan, saran, kritik, waktu dan nasehatnya dalam proses

penyelesaian Tesis ini;

7. Seluruh Dosen Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang

telah memberikan ilmunya serta membimbing penulis selama masa kuliah yang

telah memberikan bukan hanya ilmu pengetahuan tetapi juga ilmu kehidupan kepada

penulis;

8. Mbak Dharmawanti atas kesediaan dan kesabaran dalam membantu proses

perkuliahan hingga penyelesaian tesis ini;

9. Suamiku tercinta, Kurniawan Saputra Arsyad Temenggung, SH, MH yang selalu

menemani penulis bimbingan dan selalu mensupport penulis dalam penulisan tesis;

10. Anakku tercinta Muhammad Ziawan Handa Arsyad Temenggung yang sering

penulis tinggalkan bermain sendiri selama penulis menyelesaikan tesis ini;

11. Alm. Papah Agoes Djunaedi dan Ibu Ir.Meilinda Ruslan yang membuatku terlahir

ke dunia ini, dengan segenap kasih sayang, kesabaran dan nasehatnya dalam

membesarkan dan mendidikku, atas setiap do’a yang selalu dipanjatkan untuk

keberhasilan dan kebahagiaanku, serta tak ada hentinya selalu memberikan

semangat dan arahan serta tentunya iringan do’a kepada sang rabb, Allah SWT

untuk keberhasilan anaknya dalam menyelesaikan pendidikan;

xii

12. Sahabat Magister Manajemen; Indah Apriyanti, Irma Oktarina, Annisa Selviana,

Asmawati, Ratna Septiawati, Onilia Muliwaarni Ganisa dan Puspa Sari yang selalu

memberikan motivasi, semangat dan dukungan serta kenangan manis selama di

Paris, Brussel dan Amsterdam, akhir Januari 2018 juga selama penulis kuliah di

Program Magister Manajemen Universitas Lampung.

Dan semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung

sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Akhir kata, penulis menyadari bahwa

tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga tesis yang

sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Oktober 2018

Penulis

Nina Ayu Febrianty

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ……………………………………………………………….. i

ABSTRAK …………………………………………………………………. ii

COVER DALAM ………………………………………………………….. iii

HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………. iv

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….. v

PERNYATAAN …………………………………………………………… vi

RIWAYAT HIDUP ……………………………………………………….. vii

MOTTO …………………………………………………………………… viii

PERSEMBAHAN ………………………………………………………… ix

SANWACANA ……………………………………………………………. x

DAFTAR ISI ……………………………………………………………… xiii

DAFTAR TABEL ………………………………………………………… xvii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… xix

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… xx

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 10

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 11

1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 11

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................... 13

2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia………………………………… 13

2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia……………….. 13

2.1.2 Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia…………………... 14

2.1.3 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia ............................... 16

2.2 Perilaku Organisasi…………………………………………………... 19

2.2.1 Pengertian Perilaku Organisasi………………………………… 19

xiv

2.2.2 Tingkatan Analisis dalam Perilaku Organisasi………………… 21

2.2.3 Karakteristik dalam Perilaku Organisasi ..................................... 22

2.3 Lingkungan Kerja……………………………………………………. 23

2.3.1 Pengertian Lingkungan Kerja………………………………….. 23

2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja……………….. 24

2.3.3 Indikator Lingkungan Kerja ...................................................... 28

2.4 Motivasi……………………………………………………………… 29

2.4.1 Pengertian Motivasi………………………………………… ... 29

2.4.2 Teori Motivasi Kerja…………………………………………... 31

2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja………………….. 34

2.4.4 Indikator Motivasi Kerja…………………................................. 37

2.5 Kinerja Pegawai……………………………………………………... 39

2.5.1 Pengertian Kinerja…………………………………………….. 39

2.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja…………………………… 40

2.5.3 Indikator Kinerja........................................................................ 41

2.6 Penelitian Terdahulu......................................................................... .. 42

2.7 Kerangka Penelitian………………………………………………… 45

2.8. Hipotesis ........................................................................... ................. 47

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 49

3.1 Populasi .............................................................................................. 49

3.2 Sampel Penelitian ............................................................................... 50

3.3 Data dan Sumber Data………………………………………………. 52

3.3.1 Data Primer……………………………………………………. 52

3.3.2 Data Sekunder ........................................................................... 52

3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................ 53

3.5 Definisi Operasional dan PengukuranVariabel……………………... 55

3.6 Uji Instrument Penelitian .................................................................... 57

3.6.1 Uji Validitas ............................................................................... 57

3.6.2 Uji Reliabilitas ........................................................................... 59

3.7 Uji Hipotesis………………………………………………………… 61

3.7.1 Moderated Regression Analysis (MRA)………………………. 61

3.7.2 Uji t ............................................................................................ 62

xv

BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................. 64

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian ................................................. 64

4.2 Visi dan Misi Sekretariat Jenderal ...................................................... 65

4.3 Struktur Organisasi ..………………………………………………. 67

4.4 Karakteristik Responden …………………………………………… 75

4.4.1 Responden Menurut Jenis Kelamin ……………...... ................ 76

4.4.2 Responden Menurut Usia .......................................................... 76

4.4.3 Responden Menurut Status Perkawinan …………………….. 77

4.4.4 Responden Menurut Pendidikan Terakhir …………………..... 79

4.4.5 Responden Menurut Masa Kerja ………………………………80

4.5 Tanggapan Responden terhadap Variabel Penelitian ……………….. 81

4.5.1 Tanggapan Responden terhadap Variabel Lingkungan Kerja …86

4.5.2 Tanggapan Responden terhadap Variabel Motivasi ………….. 88

4.5.3 Tanggapan Responden terhadap Variabel Kinerja Pegawai …...92

4.6 Hasil Instrument Penelitian ................................................................ 92

4.6.1 Hasil Uji Validitas ……………………………………………. 92

4.6.2 Hasil Uji Reliabilitas …………………………………………. 97

4.7 Analisis Uji Hipotesis……………………... ....................................100

4.7.1 Uji Hipotesis Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai…. 101

4.7.2 Uji Hipotesis Motivasi terhadap Kinerja Pegawai ....................102

4.7.3 Uji Hipotesis Motivasi memperkuat Hubungan Lingkungan Kerja

terhadap Kinerja Pegawai ......................................................... 103

4.8 Pembahasan……………………... ................................................... 105

4.8.1 Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai …….. 105

4.8.2 Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Pegawai ………………..107

4.8.3 Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja dengan Motivasi

Sebagai Variabel Moderasi ........................................................ 108

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 110

5.1 Simpulan ............................................................................................. 110

5.2 Saran ................................................................................................... 111

xvi

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 112

LAMPIRAN ………………………………………………………………… 117

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1.1. Data Fasilitas Fisik/ Lingkungan Kerja Fisik di Sekretariat Jenderal

Kementerian Dalam Negeri ……………………………………… 3

Tabel 1.2. Tabel Motivasi dan Kinerja di lingkungan Sekretariat Jenderal

Kementerian Dalam Negeri ……………………………………… 6

Tabel 1.3. Absensi kehadiran pegawai Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam

Negeri ………………………………………………………………. 9

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu ……………………………………………… 42

Tabel 3.1. Data Jumlah Karyawan Berdasarkan Unit Organisasi ……………. 49

Tabel 3.2. Definisi Operasionalisasi Variabel Penelitian …………………….. 55

Tabel 3.3. Tabel Skala Likert …………………………………………………. 57

Tabel 3.4. Uji Validitas ……………………………………………………….. 59

Tabel 3.5. Uji Reliabilitas …………………………………………………….. 60

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin ...........................76

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Menurut Usia ............................................ 77

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Menurut Status Perkawinan .................... 78

Tabel 4.4. Karakteristik Responden Menurut Pendidikan Terakhir …………...79

Tabel 4.5. Karakteristik Responden Menurut Masa Kerja …………………….80

Tabel 4.6. Interpretasi Nilai Rata-Rata Tanggapan Responden ……………….82

Tabel 4.7. Persepsi Responden terhadap Variabel Lingkungan Kerja ………... 82

Tabel 4.8. Persepsi Responden terhadap Variabel Motivasi …..…………….. 86

Tabel 4.9. Persepsi Responden terhadap Variabel Kinerja Pegawai ………… 89

Tabel 4.10. Uji Validitas Lingkungan Kerja ………………………………….. 93

Tabel 4.11. Uji Validitas Motivasi …………………………………………… 95

Tabel 4.12. Uji Validitas Kinerja Pegawai ……………………………………. 96

xviii

Tabel 4.13. Uji Reliabilitas Lingkungan Kerja ………………………………… 98

Tabel 4.14. Uji Reliabilitas Motivasi ………………………………………….. 99

Tabel 4.15. Uji Reliabilitas Kinerja Pegawai ………………………………… 100

Tabel 4.16. Uji Hipotesis Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai …… 101

Tabel 4.17. Uji Hipotesis Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai ……………… 102

Tabel 4.18. Uji Hipotesis Motivasi memperkuat hubungan Lingkungan Kerja

Terhadap Kinerja Pegawai ……………………………………… 104

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja

Pegawai Dengan Motivasi Sebagai Variabel Moderasi (Studi pada

Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam Negeri………………… 47

Gambar 4.1. Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam

Negeri ……………………………………………………………... 69

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Data Absensi Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam Negeri tahun 2016… 118

2. Data Absensi Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam Negeri tahun 2017 …. 118

3. Daftar Kuesioner Tesis ……………………………………………………… 119

4. Uji Validitas Lingkungan Kerja dengan Analisis Faktor …………………… 123

5. Uji Validitas Motivasi dengan Analisis Faktor ……………………………… 123

6. Uji Validitas Kinerja Pegawai dengan Analisis Faktor ……………………… 124

7. Uji Regresi Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai …………………… 124

8. Uji Regresi Motivasi terhadap Kinerja Pegawai ……………………………... 125

9. Uji Moderated Regression Analysis (MRA) ………………………………… 126

10. Tabulasi Jawaban Responden terhadap Variabel Lingkungan Kerja ………. 127

11. Tabulasi Jawaban Responden terhadap Variabel Motivasi ………….……… 134

12. Jawaban Responden terhadap Variabel Kinerja Pegawai …………………… 139

13. Hasil Perhitungan Uji Moderasi Motivasi Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap

Kinerja Pegawai ……………………………………………………………… 145

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kinerja pada dasarnya menitikberatkan permasalahan pada proses perencanaan,

pelaksanaan, dan juga hasil yang didapatkan setelah melaksanakan pekerjaan.

Pada Instansi pemerintahan kinerja biasa disebut sebagai sebuah jawaban dari

berhasil atau tidaknya tujuan awal dari program kerja serta kebijakan yang telah

ditetapkan. Hal mengenai kinerja sangatlah penting, karena kinerja merupakan

salah satu tolak ukur terpenting dari kualitas organisasi. Peningkatan kinerja

aparatur pemerintah merupakan salah satu strategi pembangunan untuk sebuah

negara dalam menjalankan proses kenegaraannya. Kinerja (prestasi kerja) adalah

hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya

(Mangkunegara, 2009: 18).1 Seorang pegawai dikatakan memiliki kinerja yang

baik apabila pegawai tersebut mampu menghasilkan hasil kerja yang sama atau

melebihi dari standar atau kriteria yang telah ditetapkan bersama dalam

organisasi. Sebaliknya, pegawai dikatakan tidak memiliki kinerja apabila hasil

kerja kurang dari standar atau kriteria yang telah ditetapkan bersama.

1

http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/6788/Bab%202.pdf?sequenc

e=9

Diakses tanggal 20 Agustus 2017 Pukul 08:53 WIB

2

Organisasi yang berhasil dan efektif merupakan organisasi dengan individu yang

didalamnya memiliki kinerja yang baik (Sudarmanto, 2009: 6). Jadi, apabila

pegawai yang berada di organisasi memiliki kinerja yang baik, maka efektifitas

atau keberhasilan organisasi akan tercapai. Kinerja pegawai akan tinggi apabila

kepuasan kerja yang dirasakan oleh pegawai juga tinggi. Kepuasan pegawai bisa

juga berasal dari lingkungan kerja yang nyaman dan dapat memotivasi pegawai

dalam rangka meningkatkan kinerjanya.

Faktor lain yang harus diperhatikan perusahaan dalam mempertahankan dan

meningkatkan kinerja pegawai yaitu dengan memperhatikan kondisi fisik

lingkungan kerja. Menurut Arianto (2013: 20) faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja karyawan dibagi menjadi dua kategori yaitu faktor financial dan non

financial. Faktor financial meliputi gaji, tunjangan dan jaminan sosial, sedangkan

faktor non financial terdiri dari lingkungan kerja, gambaran pekerjaan,

kepemimpinan dan alat. Menurut Sofyan (2013: 19) lingkungan kerja adalah

segala sesuatu yang berada disekitar karyawan yang mempengaruhi dirinya dalam

menjalankan dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya dalam

suatu wilayah. Sehingga penelitian lingkungan kerja lebih diarahkan kepada

bagaimana pegawai mendapatkan rasa aman, nyaman, tentram, puas, dalam

menyelesaikan pekerjaan dalam ruang kerjanya.

Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan sangat penting untuk diperhatikan

manajemen, meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan proses produksi

dalam perusahaan tersebut. Lingkungan kerja yang memberikan rasa nyaman bagi

3

pegawainya dapat meningkatkan kinerja pegawainya, sebaliknya lingkungan kerja

yang tidak memadai dapat menurunkan kinerja pegawainya. Lingkungan kerja

adalah keadaan atau tempat dimana seseorang melaksanakan tugas dan

kewajibannya serta dapat mempengaruhi pegawai dalam menjalankan tugas-tugas

yang dibebankan. Lingkungan kerja meliputi pewarnaan, kebersihan, pertukaran

udara, penerangan, musik, keamanan, dan kebisingan (Nitisemito, 2000: 184).

Lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan

kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman. Lingkungan kerja yang kurang

baik dapat menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak serta tidak

mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien. Berikut merupakan

lingkungan kerja fisik yang ada di lingkungan Sekretariat Jenderal Kementerian

Dalam Negeri :

Tabel 1.1. Data Fasilitas Fisik/ Lingkungan Kerja Fisik di Sekretariat

Jenderal Kementerian Dalam Negeri.

No Fasilitas Fisik Kantor Jumlah

1 Bangunan/Ruangan

Ruang Kepala Biro/Pusat 9 Ruangan

Ruang Kepala Bagian 39 Ruangan

Ruang Kepala Sub Bagian 105 Ruangan

Ruang Staff/Pegawai 105 Ruangan

Ruang Rapat 39 Ruangan

Ruang Perpustakaan 1 Ruangan

Ruang Tamu 39 Ruangan

Lapangan Parkir 13 Lantai, 26 Parkiran

Klinik Kesehatan 1

Pojok Asi/Ruang Menyusui 1

Toilet 30

Kantin 10

Mesjid 1

Mushola 39

Lapangan Futsal 1

Pos Jaga Keamanan Dalam 4

Unit Layanan Pengaduan 1

4

No Fasilitas Fisik Kantor Jumlah

Koperasi Pegawai 1

Bank 2

2 Peralatan Kantor/Administrasi

LCD / Infocus

Komputer (PC) / Laptop

Internet / Wi Fi

Telepon / fax

Televisi

Printer

Mesin fotokopi

Kursi kerja

Jam dinding

Lemari pendingin

Lemari

Meja kerja

Dispenser

AC

Whiteboard

Lampu belajar

Sound System

CCTV Camera Control

Kendaraan dinas kantor

Bis jemputan pegawai

Sumber : Data Biro Umum Kemendagri, 2018

Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat

yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat

oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan negeri atau

diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan

perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku sebagai aparatur dalam pemerintahan. Aparatur merupakan aset atau

unsur yang paling sentral dan penting diantara unsur-unsur organisasi lainnya.

Sumber daya manusia disuatu organisasi atau perusahaan menjadi sentral dan

penting karena manusia itu sendiri makhluk yang memiliki akal budi, memiliki

berbagai macam cara atau budaya kerja, memiliki kemampuan untuk berkembang,

5

dan memiliki keinginan-keinginan berbeda dengan alat produksi lain yang tidak

dapat berkembang kemampuannya serta tidak memiliki keinginan-keinginan

seperti manusia. Manusia tidak sama dengan alat produksi lain, maka pengelolaan

manusia harus bersifat inovatif, efektif, efisien, dan berkelanjutan.

Pegawai Negeri Sipil sebagai salah satu unsur Aparatur Negara mempunyai

peranan yang sangat strategis dalam menyelenggarakan tugas-tugas umum

pemerintahan dan tujuan pembangunan nasional. Pada pelaksanaan tugasnya

aparatur harus bertindak sebagai unsur dari sumber daya manusia yang

mempunyai peranan dalam menyelenggarakan tugas-tugas umum pemerintahan

yang bertujuan bagi pembangunan nasional. Untuk mendapatkan aparat yang

memiliki dedikasi dan hasil kerja yang optimal, maka harus dilakukan

pertimbangan, seleksi, mutasi dan pemberian tunjangan kinerja bagi Pegawai

Negeri Sipil agar aparat dapat lebih menghayati bidang tugasnya maka seyogianya

pemberian tunjangan kinerja harus bisa dilaksanakan secara adil dan sesuai

dengan aturan yang berlaku, sehingga outputnya berisi tentang standar kinerja

yang sesuai dengan beban kerja yang dimiliki masing-masing pegawai.

Sikerja merupakan Aplikasi yang dibuat oleh Biro Kepegawaian Sekretariat

Jenderal Kementerian Dalam Negeri berdasarkan atas arahan Presiden Republik

Indonesia.2

Aplikasi Sikerja merupakan Aplikasi yang berfungsi untuk

mengontrol produktifitas dari Aparatur Sipil Negara yang ada lingkungan

Kementerian Dalam Negeri. Aplikasi ini dibuat untuk meningkatkan kinerja para

2Peraturan Presiden Nomor 150 Tahun 2015 tentang Pemberian Tunjangan Kinerja Pegawai di

Lingkungan Kementerian Dalam Negeri

6

pegawai Kementerian Dalam Negeri berdasarkan produktifitas dan beban

kerjanya yang akan direalisasikan dalam bentuk tunjangan kinerja sebesar 50%

dari jumlah total tunjangan kinerja yang diterima masing-masing pegawai dalam

satu bulan. Sedangkan 50% sisa tunjangan kinerjanya akan diukur dari

kedisiplinan pegawai yang dibuktikan dengan absen finger print (absen sidik jari)

yang dilakukan pegawai setiap harinya. Dengan adanya tunjangan kinerja yang

diterima masing-masing pegawai diharapkan dapat meningkatkan motivasinya

dalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Namun

tunjangan tersebut harus memenuhi rasa keadilan bagi masing-masing pegawai

yang ada, jangan sampai antara pegawai yang satu dengan pegawai yang lainnya

memiliki tunjangan kinerja yang sama padahal motivasi kinerja yang dilakukan

tidaklah sama. Oleh sebab itu dalam pemberian tunjangan kinerja ini, dibuatkan

masing-masing kelas jabatan yang didasarkan atas beban kerja masing-masing

pegawai yang ada di lingkungan Kementerian Dalam Negeri.

Berikut merupakan data motivasi dari sisi Financial dan kinerja di Sekretariat

Jenderal Kementerian Dalam Negeri :

Tabel 1.2. Tabel Motivasi dan Kinerja di lingkungan Sekretariat Jenderal

Kementerian Dalam Negeri

No. Data Motivasi Kerja Pegawai Negeri Sipil Sekretariat Jenderal Kementerian

Dalam Negeri

1 Gaji, tunjangan kinerja.

2 Tunjangan jabatan bagi eselon IV ke atas.

3 Honorarium rapat

4 Perjalanan dinas.

No Rincian Tugas/Kinerja Pegawai Negeri Sipil Sekretariat Jenderal

Kementerian Dalam Negeri

1 Melaksanakan perjalanan dinas / diklat.

2 Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

7

3 Melakukan koordinasi.

4 Membuat konsep naskah dinas.

5 Membuat laporan berdasarkan hasil kerja.

6 Membuat rekapitulasi data kerja.

7 Mempelajari, menganalisa serta menelaah bahan-bahan kerja.

8 Mengikuti rapat, seminar, workshop.

9 Mengumpulkan dan menginventarisir bahan-bahan kerja.

Sumber : Data Biro Kepegawaian Kemendagri, 2018

Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa lingkungan kerja fisik dan lingkungan

kerja non fisik yang ada diperusahaan sudah baik sehingga kinerja karyawan

meningkat. Menurut (Nela Pima Rahmawanti, Bambang Swasto, Arik Prasetya,

2014) secara parsial lingkungan kerja fisik mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap kinerja karyawan dan lingkungan kerja non fisik juga mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Karyawan. Penelitian yang dilakukan

oleh Zulia Maharatun Faiqoh, Moch. Djudi Mukzam dan Gunawan Eko

Nurtjahjono (2014) menemukan bahwa lingkungan kerja berpengaruh signifikan

terhadap kinerja karyawan, motivasi kerja juga berpengaruh signifikan terhadap

kinerja karyawan. Jadi dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja dan motivasi

kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Begitu

juga yang hasil penelitian yang dilakukan (Diana Khairani Sofyan, 2013)

mengatakan bahwa lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai,

sehingga jelas bahwa produktivitas kerja sangat dipengaruhi oleh lingkungan

kerja.

Obyek dari penelitian ini adalah pegawai Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam

Negeri, kementerian dalam Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan dalam

negeri. Kementerian Dalam Negeri berada di bawah dan bertanggung jawab

8

kepada Presiden. Kementerian Dalam Negeri dipimpin oleh seorang Menteri

Dalam Negeri (Mendagri) sejak 27 Oktober 2014 dijabat oleh Tjahjo Kumolo.

Kementerian Dalam Negeri merupakan salah satu dari tiga kementerian

(bersama Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan) disebutkan

secara eksplisit dalam UUD 1945. Kementerian Dalam Negeri tidak dapat diubah

atau dibubarkan oleh presiden. Menteri Dalam Negeri secara bersama-sama

dengan Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan bertindak sebagai pelaksana

tugas kepresidenan jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti,

diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya

secara bersamaan. Instansi yang terletak di Jalan Medan Merdeka Utara No. 7

Jakarta Pusat ini mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang

pemerintahan dalam negeri untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan

pemerintahan negara. Sehingga untuk mendukung tercapainya tujuan perusahaan

tersebut maka diperlukan pegawai yang memiliki kinerja yang tinggi.

Setelah melakukan penelitian awal dan observasi terhadap permasalahan yang ada

di Kementerian Dalam Negeri, peneliti mendapatkan data mengenai absensi dan

keterlambatan dari karyawan selama 2 tahun (2016-2017). Tingginya angka

absensi ketidakhadiran karyawan menunjukkan kinerja yang masih rendah dari

pegawai. Robbins dan Coutler (2010: 36) mengatakan bahwa taraf berlebihan

akan ketidakhadiran memiliki dampak langsung dan segera terhadap fungsi

organisasi. Kinerja pegawai yang tinggi tidak akan terjadi apabila fungsi

organisasi tidak berjalan dengan lancar. Data absensi tersebut dapat dilihat pada

tabel sebagai berikut :

9

Tabel 1.3. Absensi kehadiran pegawai Sekretariat Jenderal Kementerian

Dalam Negeri

Bulan Hadir Tidak Hadir % Ketidakhadiran

2016 2017 2016 2017 2016 2017

Januari 11655 12919 265 185 2.2% 1.4%

Februari 11667 11738 253 137 2.1% 1.2%

Maret 12305 13625 253 125 2.0% 0.9%

April 12321 11136 195 132 1.6% 1.2%

Mei 11714 12422 206 98 1.7% 0.8%

Juni 12884 9253 228 137 1.7% 1.5%

Juli 9356 13024 164 122 2% 1%

Agustus 12876 13704 192 200 1% 1%

September 12414 11764 417 168 3% 1%

Oktober 12840 13623 222 391 2% 3%

November 13483 14622 223 382 2% 3%

Desember 12193 11980 267 224 2% 2%

Jumlah 145708 149810 2885 2301 23.3% 17.8%

Sumber: Data Biro Kepegawaian Kemendagri, 2018

Tabel 1.3 menunjukkan bahwa tingkat absensi pegawai di Sekretariat Jenderal

Kementerian Dalam Negeri tergolong tinggi pada tahun 2016 sebelum

diterapkannya aplikasi Sikerja pada instansi Kementerian Dalam Negeri, dari

kondisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat kedisiplinan dan

tanggung jawab yang dimiliki pegawai terhadap instansi tempat bekerja dirasa

masih kurang. Padahal, Kementerian Dalam Negeri telah membuat aturan yang

ketat dengan sanksi yang tegas pula untuk memenuhi peningkatan kinerja dari

pegawai khususnya di Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam Negeri, keadaan

seperti ini menunjukkan bahwa pegawai kurang memiliki tanggung jawab dalam

melaksanakan pekerjaannya. Menurut Hasibuan (2003: 193), kedisiplinan

merupakan fungsi operatif Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yang

terpenting, karena semakin baik disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja

10

atau kinerja karyawan tersebut. Tanpa disiplin pegawai yang baik, sulit bagi

organisasi perusahaan untuk mencapai hasil kerja atau kinerja yang optimal.

Berdasarkan permasalahan dan beberapa teori serta adanya penelitian terdahulu

yang telah di jelaskan di atas, dapat di ketahui pentingnya peningkatan pada

kinerja pegawai di Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam Negeri, maka pihak

instansi harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya,

diantaranya lingkungan kerja dan motivasi yang dapat mempengaruhi kinerja

pegawai. Berdasarkan uraian di atas, maka judul yang akan saya pilih adalah

”Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai dengan Motivasi

sebagai Variabel Moderasi (Studi pada Sekretariat Jenderal Kementerian

Dalam Negeri)”.

I.2. Rumusan Masalah

Luasnya pengaruh lingkungan kerja dan motivasi terhadap Kinerja Pegawai

Negeri Sipil Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam Negeri, memerlukan

pembatasan dalam penelitian ini yaitu penelitian dilakukan hanya untuk

mengetahui apakah terdapat keterkaitan antara lingkungan kerja dengan kinerja

pegawai. Hal ini sesuai dengan Ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang ingin diteliti

melalui tesis ini adalah :

a. Apakah Lingkungan Kerja berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai

Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam Negeri RI?

11

b. Apakah Motivasi berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai Sekretariat

Jenderal Kementerian Dalam Negeri RI?

c. Apakah Motivasi memoderasi pengaruh Lingkungan Kerja terhadap

Kinerja Pegawai Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam Negeri RI?

I.3. Tujuan Penelitian

Mengacu pada permasalah dan pokok bahasan di atas, adapun tujuan dari

penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai

Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam Negeri RI.

b. Untuk mengetahui pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Pegawai

Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam Negeri RI.

c. Untuk mengetahui motivasi memoderasi pengaruh Lingkungan Kerja

terhadap Kinerja Pegawai Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam Negeri

RI.

I.4. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini Peneliti mengharapkan tercapainya kegunaan/manfaat

secara teoritis maupun praktis, yaitu :

a. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai

pengembangan konsep, asas ataupun teori-teori manajemen sumber daya

12

manusia yang terkait dengan pengaruh lingkungan kerja dan motivasi terhadap

kinerja pegawai.

b. Kegunaan Praktis

Diharapkan melalui penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak, pada umumnya bagi masyarakat dan perusahaan/organisasi lainnya,

serta pada khususnya bagi Kementerian Dalam Negeri dalam hal pengaruh

lingkungan kerja baik lingkungan kerja fisik maupun non fisik sebagai alat

untuk memonitor kinerja para aparatur pemerintahannya yang dapat

memotivasi serta meningkatkan kinerjanya.

13

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia

Penelitian ini menggunakan teori Manajemen Sumber Daya Manusia dan perilaku

organisasi sebagai teori utama dan teori lingkungan kerja, motivasi dan kinerja

sebagai teori yang diaplikasikan dalam penelitian ini.

2.1.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia menurut Rivai (2005: 1)

Manajemen Sumber Daya manusia (MSDM) merupakan salah satu bidang dari

manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan pengendalian. Proses ini terdapat dalam fungsi/bidang produksi,

pemasaran, keuangan, maupun kepegawaian, karena Sumber Daya Manusia

dianggap semakin penting perannya dalam pencapaian tujuan perusahaan, maka

berbagai pengalaman dan hasil penelitian dalam bidang SDM dikumpulkan secara

sistematis dalam apa yang disebut sebagai kumpulan pengetahuan tentang

bagaimana seharusnya memanage (mengelola) Sumber Daya Manusia.

Berdasarkan pengertian di atas, jelas bahwa manajemen secara garis besar

menitikberatkan pada aspek manusia dalam hubungan kerja dengan tidak

melupakan faktor lainnya. Sedangkan, Manajemen Sumber Daya Manusia

menitikberatkan pada bagaimana mengelola pegawai sebagai aset utama

14

organisasi/instansi karena keberhasilan organisasi/instansi tergantung dari kinerja

efektif dari pegawai itu sendiri.

Sedangkan menurut Malayu S.P. Hasibuan (2012: 10) mendefinisikan bahwa

Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan

peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan

perusahaan, karyawan dan masyarakat. Fungsi-fungsi Manajemen Sumber Daya

Manusia terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian,

pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan

pemberhentian. Berdasarkan penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa Sumber

Daya Manusia merupakan seni yang membantu terwujudnya tujuan dari

berjalannya suatu kegiatan perusahaan menurut fungsi Manajemen Sumber Daya

Manusia.

2.1.2. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia

Tujuan dari organisasi manajemen sumber daya manusia merupakan pencapaian

tujuan yang diinginkan. Mencapai tujuan yang ingin dicapai dengan baik

dibutuhkan sumber daya manusia dalam mendukung kelancaran dalam bekerjanya

suatu organisasi. Tujuan manajemen sumber daya manusia secara umum adalah

untuk memastikan bahwa organisasi mampu mencapai keberhasilan melalui orang

(Sedarmayanti, 2009: 13). Pendapat tersebut manyatakan Sumber Daya Manusia

merupakan sumber dari organisasi yang memiliki kapabilitas bagaimana

organisasi dapat belajar dan mempergunakan kesempatan dalam mencapai suatu

tujuan. Secara khusus, Manajemen Sumber Daya Manusia bertujuan untuk :

15

1. Memungkinkan organisasi mendapatkan dan mempertahankan pegawai yang

cakap, dapat dipercaya dan memiliki motivasi tinggi seperti yang diperlukan.

2. Meningkatkan dan memperbaiki kapasitas yang melekat pada kontribusi,

kemampuan dan kecakapan mereka.

3. Mengembangkan sistem kerja dengan kinerja tinggi yang meliputi prosedur

perekrutan dan seleksi “yang teliti”, sistem kompensasi dan insentif yang

tergantung pada kinerja, pengembangan manajemen serta aktivitas pelatihan

yang terkait “kebutuhan bisnis”.

4. Mengembangkan praktik manajemen dengan komitmen tinggi yang menyadari

bahwa pegawai adalah pihak terkait dalam organisasi bernilai dan membantu

mengembangkan iklim kerja sama dan kepercayaan bersama.

5. Menciptakan iklim, dimana hubungan yang produktif dan harmonis dapat

dipertahankan melalui asosiasi antara manajemen dengan pegawai.

6. Mengembangkan lingkungan, dimana kerja sama tim dan fleksibilitas dapat

berkembang.

7. Membantu organisasi menyeimbangkan dan mengadaptasikan kebutuhan

pihak terkait (pemilik, lembaga atau wakil pemerintah, manajemen, pegawai,

pelanggaran, pemasok dan masyarakat luas).

8. Memastikan bahwa orang dinilai dan dihargai berdasarkan apa yang mereka

lakukan dan mereka capai.

9. Mengelola pegawai yang beragam, memperhitungkan perbedaan individu dan

kelompok dalam kebutuhan penempatan, gaya kerja dan aspirasi.

10. Memastikan bahwa kesamaan kesempatan tersedia untuk semua.

16

11. Mengadopsi pendekatan etis untuk mengelola pegawai yang didasarkan pada

perhatian untuk pegawai, keadilan dan transportasi.

12. Mempertahankan dan memperbaiki kesejahteraan fisik dan mental pegawai.

Berdasarkan kutipan tentang tujuan Sumber Daya Manusia yang telah dijabarkan

diatas, dapat kita katakan bahwa dalam hal pelaksanaan Manajemen Sumber Daya

Manusia, sangat diperlukannya kecakapan dan kapasitas dari manusia selaku

pegawai dalam mengembangkan sistem kerja dan iklim kerja yang ada dalam

suatu perusahaan/instansi agar dapat mengadaptasikan terhadap pihak yang terkait

dalam perusahaan/instansi.

2.1.3. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan salah satu motor penggerak utama bagi setiap

operasi perusahaan, sehingga upaya dalam pengembangan SDM tersebut adalah

strategi yang utama untuk menegakkan kompetisi global (Gibson, 1996: 32).

Tujuan memahami dan mempelajari manajemen sumber daya manusia sebagai

pengetahuan yang diperlukan untuk memiliki kemampuan analisa dalam

menghadapi masalah-masalah manajemen khususnya di bidang organisasi. Dalam

menjalankan pekerjaan seharusnya organisasi memperhatikan fungsi-fungsi

manajemen dan fungsi operasional seperti yang dikemukakan oleh Flippo Edwin

B. (Flippo, 1996: 5).3

Menurutnya, fungsi-fungsi manajemen sumber daya

manusia ada dua, yakni :

3 http://skripsi-ekonomi.blogspot.co.id/2010/12/fungsi-manajemen-sumber-daya-manusia.html

diakses pada tanggal 20 Agustus 2017 Pukul 15:39

17

a. Fungsi Manajemen

Fungsi ini terdiri dari :

1. Perencanaan (Planning). Perencanaan mempunyai arti penentuan mengenai

program tenaga kerja yang akan mendukung pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan oleh perusahaan.

2. Pengorganisasian (Organizing). Organisasi dibentuk dengan merancang

struktur hubungan yang mengaitkan antara pekerjaan, pegawai, dan faktor-

faktor fisik sehingga dapat terjalin kerjasama satu dengan yang lainnya.

3. Pengarahan (Directing). Pengarahan terdiri dari fungsi staffing dan leading.

Fungsi staffing adalah menempatkan orang-orang dalam struktur organisasi,

sedangkan fungsi leading dilakukan pengarahan sumber daya manusia agar

pegawai bekerja sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

4. Pengawasan (Controlling). Adanya fungsi manajerial yang mengatur aktivitas-

aktivitas agar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan organisasi sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai, bila terjadi penyimpangan dapat diketahui

dan segera dilakukan perbaikan.

Berdasarkan penjabaran diatas dapat kita lihat bahwa fungsi manajemen dalam

manajemen sumber daya manusia terdiri dari 4 (empat) jenis yaitu perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dimana keempat jenis fungsi ini

dapat mencapai tujuan dari manajemen sumber daya manusia.

18

b. Fungsi Operasional

Fungsi Operasional dalam Sumber Daya Manusia merupakan segala bentuk

usaha/aktivitas dalam pengelolaan Sumber Daya Manusia guna pencapaian tujuan

perusahaan. Fungsi ini terdiri dari :

1. Pengadaan (Procurement). Usaha untuk memperoleh sejumlah tenaga kerja

yang dibutuhkan perusahaan, terutama yang berhubungan dengan penentuan

kebutuhan tenaga kerja, penarikan, seleksi, orientasi dan penempatan.

2. Pengembangan (Development). Usaha untuk meningkatkan keahlian pegawai

melalui program pendidikan dan latihan yang tepat agar karyawan atau

pegawai dapat melakukan tugasnya dengan baik. Aktivitas ini penting dan

akan terus berkembang karena adanya perubahan teknologi, penyesuaian dan

meningkatnya kesulitan manajer.

3. Kompensasi (Compensation). Fungsi kompensasi diartikan sebagai usaha

untuk memberikan balas jasa atau imbalan yang memadai kepada pegawai

sesuai dengan kontribusi yang telah disumbangkan kepada perusahaan atau

organisasi.

4. Integrasi (Integration). Merupakan usaha untuk menyelaraskan kepentingan

individu, organisasi, perusahaan, maupun masyarakat. Oleh sebab itu harus

dipahami sikap prinsip-prinsip pegawai.

5. Pemeliharaan (Maintenance). Setelah keempat fungsi dijalankan dengan baik,

maka diharapkan organisasi atau perusahaan mendapat pegawai yang baik.

Maka fungsi pemeliharaan adalah dengan memelihara sikap-sikap pegawai

yang menguntungkan perusahaan.

19

6. Pemutusan Hubungan Kerja (Separation). Usaha terakhir dari fungsi

operasional ini adalah tanggung jawab perusahaan untuk mengembalikan

pegawainya ke lingkungan masyarakat dalam keadaan sebaik mungkin, bila

organisasi atau perusahaan mengadakan pemutusan hubungan kerja.

Berdasarkan penjabaran fungsi manajemen sumber daya manusia yang telah

dijabarkan diatas, dapat disimpulkan bahwa fungsi operasional terdiri dari

pengadaan, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan, dan pemutusan

hubungan kerja yang merupakan tata cara dalam pelaksanaan fungsi operasional

dalam manajemen sumber daya manusia. Variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Lingkungan Kerja, Motivasi dan Kinerja Pegawai.

2.2. Perilaku Organisasi

Perilaku Organisasi merupakan teori kedua yang digunakan sebagai teori utama

dalam pelaksanaan penelitian ini. Perilaku organisasi merupakan perilaku yang

dapat menentukan arah kegiatan yang akan dilaksanakan dalam suatu organisasi.

2.2.1. Pengertian Perilaku Organisasi

Perilaku Organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang perilaku

tingkat individu dan tingkat kelompok dalam suatu organisasi serta dampaknya

terhadap kinerja (baik kinerja individual, kelompok, maupun organisasi). Perilaku

organisasi juga dikenal sebagai studi tentang organisasi. Studi ini adalah sebuah

bidang telaah akademik khusus yang mempelajari organisasi dengan

memanfaatkan metode-metode dari ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi

20

dan psikologi. Disiplin-disiplin lain yang terkait dengan studi ini adalah studi

tentang sumber daya manusia dan psikologi industri.4

Sedangkan menurut

Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge (2008: 11) menyatakan bahwa Perilaku

organisasi (organizational behaviour) adalah sebuah bidang studi yang

menyelidiki pengaruh yang dimiliki oleh individu, kelompok, dan struktur

terhadap perilaku dalam organisasi, yang bertujuan menerapkan ilmu pengetahuan

semacam ini guna meningkatkan kefektifan suatu organisasi. Sedangkan Miftah

Thoha (2005: 5) mendefinisikan perilaku organisasi sebagai suatu studi yang

menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau suatu

kelompok tertentu. Dari kedua definisi para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

perilaku organisasi (organizational behaviour) merupakan suatu bidang studi

yang mempelajari dan menyelidiki perilaku atau tingkah laku manusia di dalam

sebuah organisasi atau kelompok.

Dengan demikian dapat dilihat bahwa ruang lingkup kajian ilmu perilaku

organisasi hanya terbatas pada dimensi internal dari suatu organisasi. Dalam

kaitan ini, aspek-aspek yang menjadi unsur-unsur, komponen atau sub sistem dari

ilmu perilaku organisasi antara lain adalah : motivasi, kepemimpinan, stres dan

atau konflik, pembinaan karir, masalah sistem imbalan, hubungan komunikasi,

pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, produktivitas dan atau kinerja,

kepuasan, pembinaan dan pengembangan organisasi, dan sebagainya. Sementara

itu aspek-aspek yang merupakan dimensi eksternal organisasi seperti faktor

4 https://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_organisasi diakses pada tanggal 26 November Pukul

12:13:00.

21

ekonomi, politik, sosial, perkembangan teknologi, kependudukan dan sebagainya,

menjadi kajian dari ilmu manajemen strategik (strategic management).5

2.2.2. Tingkatan Analisis dalam Perilaku Organisasi

Kejadian-kejadian atau permasalahan yang terjadi dalam organisasi dapat

dianalisis dari tiga tingkatan analisis, yaitu : tingkat individu, kelompok dan

organisasi.6

a. Pada tingkat individu, kejadian yang terjadi dalam organisasi dianalisis dalam

hubungannya dengan perilaku seseorang dan interaksi kepribadian dalam

suatu situasi. Masing-masing orang dalam organisasi memiliki sikap,

kepribadian, nilai dan pengalaman yang berbeda-beda yang mempengaruhinya

dalam berperilaku.

b. Pada tingkat kelompok, perilaku anggota kelompok dipengaruhi oleh

dinamika anggota kelompok, aturan kelompok, aturan kelompok dan nilai-

nilai yang dianut oleh kelompok.

c. Pada tingkat organisasi, kejadian-kejadian yang terjadi dalam konteks struktur

organisasi, struktur dan posisi seseorang dalam organisasi membawa pengaruh

pada setiap interaksi sosial dalam organisasi. Struktur organisasi

mempengaruhi bagaimana informasi dikomunikasikan dan keputusan dibuat.

Berdasarkan penjabaran diatas mengenai tingkatan analisis dalam perilaku

organisasi terdiri atas : tingkat individu dimana masing-masing pegawai memiliki

5 http://devianiovie.blogspot.co.id/2011/09/konsep-dasar-perilaku-organisasi.html diakses pada

tanggal 26 November 2017 Pukul 13:05:00. 6 http://stiem.blogspot.co.id/2009/04/perilaku-keorganisasian.html diakses pada tanggal 26

November 2017 Pukul 15:10:00.

22

kepribadian yang berbeda dan dapat mempengaruhinya dalam berprilaku; tingkat

kelompok dimana perilaku anggota kelompok dipengaruhi oleh dinamika

kelompok; serta tingkat organisasi dimana struktur organisasi mempengaruhi

penyampaian informasi dan pembuatan keputusan.

2.2.3. Karakteristik dalam Perilaku Organisasi

Dalam mempelajari perilaku organisasi dipusatkan pada tiga karateristik yaitu

perilaku, struktur dan proses.

a. Perilaku, fokus dari perilaku keeorganisasian adalah perilaku individu dalam

organisasi, untuk dapat memahami perilaku keorganisasian maka harus

mampu memahami perilaku berbagai individu dan organisasi.

b. Struktur Organisasi dan Kelompok, Struktur berkaitan dengan hubungan yang

bersifat tetap dalam organisasi, bagaimana pekerjaan-pekerjaan dalam

organisasi dirancang, dan bagaimana pekerjaan diatur dalam bagan organisasi.

Struktur Organisasi berpengaruh besar terhadap perilaku individu atau orang-

orang dalam organisasi serta efektifitas dari organisasi tersebut.

c. Proses Organisasi, proses organisasi berkaitan dengan interaksi yang terjadi

antara anggota organisasi. Proses organisasi meliputi komunikasi,

kepemimpinan, proses pengambilan keputusan dan kekuasaan. Salah satu

pertimbangan utama dalam merancang struktur organisasi yang efektif adalah

agar berbagai “proses” tersebut dapat berjalan secara efektif dan efisien.7

7 http://adulwarawiri.blogspot.co.id/2011/02/pengertian-perilaku-keorganisasian.html diakses pada

Tanggal 26 November 2017 Pukul 13:27:00.

23

Dalam hal karakteristik perilaku organisasi terdiri atas tiga jenis yaitu perilaku,

struktur organisasi dan kelompok, dan proses organisasi dimana masing-masing

akan mempengaruhi perilaku dalam berorganisasi pada suatu perusahaan.

2.3. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja menjadi teori yang diterapkan dalam penelitian ini karena

lingkungan kerja merupakan hal yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang

dalam berperilaku pada suatu organisasi.

2.3.1. Pengertian Lingkungan Kerja

Menurut Sedarmayanti (2001: 21), lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan

berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi

karyawan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Menurut Nuraida

(2008: 155), lingkungan kerja fisik meliputi cahaya/penerangan, warna, musik,

udara yang meliputi suhu / temperatur, kelembaban, sirkulasi/ventilasi, dan

kebersihan. Menurut Appleby, Goeffrey, dan Oliver (1991: 408), menyatakan

bahwa lingkungan kerja yang bersih dan rapi tidak hanya menyokong kesehatan

dan kesejahteraan umum para pegawai tapi juga kerapian dan keakuratan

pekerjaan. Sedangkan Menurut Sedarmayanti (2001: 31), lingkungan kerja non

fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja,

baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun

hubungan dengan bawahan. Menurut Ballback (1999: 24), lingkungan kerja non

fisik adalah budaya organisasi, bisa diidentifikasi dengan mengamati perilaku

24

orang di tempat kerja ketika ataupun setelah bekerja, dimana budaya organisasi itu

ditentukan oleh struktur formal organisasi serta norma dan nilai-nilai informal.

Kesimpulannya Lingkungan kerja adalah serangkaian sifat kondisi kerja yang

dapat diukur berdasarkan persepsi bersama dari para anggota organisasi yang

hidup dan bekerjasama dalam suatu organisasi. Pada dasarnya, lingkungan kerja

yang bersih dapat menimbulkan rasa senang sehingga dapat mempengaruhi

semangat dan kegairahan kerja.

2.3.2. Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja

Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik, sehingga dicapai

suatu hasil yang optimal, apabila diantaranya ditunjang oleh suatu kondisi

lingkungan yang sesuai. Suatu kondisi lingkungan dikatakan baik atau sesuai

apabila manusia dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal, sehat, aman,

dan nyaman. Ketidaksesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam

jangka waktu yang lama. Lebih jauh lagi, Keadaan lingkungan yang kurang baik

dapat menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung

diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien. Banyak faktor yang

mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja. Berikut ini terdapat

beberapa faktor menurut Sedarmayanti (2001: 21), yang dapat mempengaruhi

terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja adalah sebagai berikut :

1. Penerangan/Cahaya di Tempat Kerja. Cahaya atau penerangan sangat besar

manfaatnya bagi pegawai guna mendapat keselamatan dan kelancaran bekerja.

Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang

25

tetapi tidak menyilaukan. Cahaya yang kurang jelas, sehingga pekerjaan akan

lambat, pada akhirnya menyebabkan pegawai kurang efisien dalam

melaksanakan pekerjaan sehingga tujuan organisasi sulit dicapai.

2. Temperatur di Tempat Kerja. Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh

manusia mempunyai temperatur berbeda. Tetapi kemampuan untuk

menyesuaikan diri tersebut ada batasnya, yaitu bahwa tubuh manusia masih

dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika perubahan temperatur

luar tubuh tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi

dingin dari keadaan normal tubuh.

3. Kelembapan di Tempat Kerja. Kelembapan adalah banyaknya air yang

terkandung dalam udara, biasa dinyatakan dalam persentase. Kelembapan ini

berhubungan/dipengaruhi oleh temperatur udara dan secara bersama-sama

antara temperatur, kelembapan, kecepatan udara bergerak dan radiasi panas

dari udara tersebut akan mempengaruhi keadaan tubuh manusia pada saat

menerima atau melepaskan panas dari tubuhnya.

4. Sirkulasi Udara di Tempat Kerja. Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan

oleh makhluk hidup untuk menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses

metabolisme. Rasa sejuk dan segar dalam bekerja akan membantu

mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja.

5. Kebisingan di Tempat Kerja. Salah satu populasi yang cukup menyibukkan

para pakar untuk mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak

dikehendaki oleh telinga. Tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka

panjang bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak

26

pendengaran dan menimbulkan kesalahan komunikasi. Karena pekerjaan

membutuhkan konsentrasi, maka suara bising hendaknya dihindarkan agar

pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan efisien sehingga produktivitas

kerja meningkat.

6. Getaran Mekanis di Tempat Kerja. Getaran mekanis artinya getaran yang

ditimbulkan oleh alat mekanis yang sebagian dari getaran tersebut sampai ke

tubuh pegawai dan dapat menimbulkan akibat yang tidak diinginkan.

7. Bau-bauan di Tempat Kerja. Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat

mengganggu daya konsentrasi kerja, dan bau-bauan yang terjadi secara terus-

menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian “air

condition” yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk

menghilangkan bau-bauan yang mengganggu disekitar tempat kerja.

8. Tata Warna di Tempat Kerja. Menata warna ditempat kerja perlu dipelajari

dan direncanakan dengan sebaik-baiknya. Sifat dan pengaruh warna kadang-

kadang menimbulkan rasa senang, sedih, dan lain-lain karena sifat warna

dapat merangsang perasaan manusia.

9. Dekorasi di Tempat Kerja. Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang

baik, karena itu dekorasi tidak hanya berkaitan dengan hasil ruang kerja saja

tetapi juga berkaitan dengan cara mengatur tata letak (Lay Out), tata warna,

perlengkapan, dan lainnya untuk bekerja.

10. Musik di Tempat Kerja. Menurut pakar, musik yang nadanya lembut sesuai

dengan suasana, waktu dan tempat dapat membangkitkan dan merangsang

27

pegawai untuk bekerja. Tidak sesuainya musik yang diperdengarkan di tempat

kerja akan mengganggu konsentrasi kerja.

11. Keamanan di Tempat Kerja. Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan

kerja tetap dalam keadaan aman maka perlu diperhatikan adanya

keberadaannya. Salah satu upaya untuk menjaga keamanan di tempat kerja

adalah dengan memanfaatkan tenaga Satuan Petugas Keamanan (SATPAM).

12. Hubungan pegawai. Lingkungan kerja yang menyenangkan bagi pegawai

melalui pengikatan hubungan yang harmonis dengan atasan, rekan kerja,

maupun bawahan serta didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai

yang ada di tempat bekerja akan membawa dampak yang positif bagi pegawai,

sehingga kinerja pegawai dapat meningkat.

Jadi faktor yang mempengarhi lingkungan kerja menurut Sedarmayanti yaitu

terdiri dari : penerangan/cahaya di tempat kerja, temperatur, kelembapan,

sirkulasi udara, kebisingan, getaran mekanis di tempat kerja, bau-bauan, tata

warna, dekorasi, musik, kemanan di tempat kerja dan hubungan antar

pegawai.

Menurut Tyssen dan Theodore (2003) dalam Sofyan (2013: 20) secara garis

besar, lingkungan kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1. Fasilitas Kerja, lingkungan kerja yang kurang mendukung pelaksanaan

pekerjaan ikut menyebabkan kinerja yang buruk seperti kurangnya alat kerja,

ruang kerja pengap, ventilasi yang kurang serta prosedur yang tidak jelas.

28

2. Gaji dan tunjangan, gaji yang tidak sesuai dengan harapan pekerja akan

membuat pekerja setiap saat melirik pada lingkungan kerja yang lebih

menjamin pencapaian harapan kerja.

3. Hubungan kerja, kelompok kerja dengan kekompakan dan loyalitas yang

tinggi akan meningkatkan produktivitas kerja, karena satu pekerja dengan

pekerja lainnya akan saling mendukung pencapaian tujuan dan atau hasil.

Berdasarkan pendapat Tyssen dan Theodore di atas, dapat disimpulkan bahwa

fasilitas kerja, gaji dan tunjangan, serta hubungan kerja yang baik dapat

mempengaruhi peningkatan kinerja dalam suatu organisasi.

2.3.3. Indikator Lingkungan Kerja

Suatu kondisi lingkungan dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat

melaksanakan kegiatannya secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Keadaan

lingkungan yang kurang baik dapat menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak

dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien. Banyak

faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja. Indikator

lingkungan kerja menurut Sedarmayanti (2001: 146) adalah sebagai berikut :

a. Penerangan;

b. Suhu udara;

c. Sirkulasi udara;

d. Ukuran ruang kerja;

e. Tata letak ruang kerja;

f. Privasi ruang kerja;

29

g. Kebersihan;

h. Suara bising;

i. Penggunaan warna;

j. Peralatan kantor;

k. Keamanan kerja;

l. Musik di tempat kerja;

m. Hubungan sesama rekan kerja;

n. Hubungan kerja antara atasan dengan bawahan.

Menurut pendapat Sedarmayanti tentang indikator lingkungan kerja dapat kita

simpulkan bahwa perilaku dan kinerja seseorang dapat ditingkatkan asal sarana

dan prasarana atau yang dalam hal ini termasuk dalam 14 (empat belas) indikator

lingkungan kerja dapat dioptimalkan secara maksimal. Indikator ini yang akan

digunakan peneliti dalam variabel penelitian lingkungan kerja.

2.4. Motivasi

Motivasi sebagai kemauan yang timbul dalam diri seseorang yang dapat

mempengaruhi perilaku seseorang dalam suatu organisasi yang sangat dibutuhkan

untuk meningkatkan kinerja seseorang itu sendiri dalam berorganisasi.

2.4.1. Pengertian Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) pegawai dalam menghadapi situasi kerja

di perusahaan (situation). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang

menggerakkan diri pegawai yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan

30

organisasi perusahan. Sikap mental pegawai yang pro dan positif terhadap situasi

kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja

maksimal (Mangkunegara 2006: 61). Robbin (2006: 43) menjelaskan motivasi

adalah merupakan kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam mencapai

tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuaskan

beberapa kebutuhan individu. Menurut Hasibuan (2012: 141), motivasi

mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar

mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan

yang telah ditentukan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi

kerja adalah suatu proses dimana kebutuhan mendorong seseorang untuk

melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah tercapainya tujuan tertentu.

Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi karena kebutuhan dan

keinginan setiap anggota organisasi berbeda. Hal ini berbeda karena setiap

anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis maupun psikologis dan

berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula. Manajer organisasi

perusahaan penting mengetahui apa yang menjadi motivasi para pegawai atau

bawahannya, sebab faktor ini akan menentukan jalannya organisasi dalam

pencapaian tujuan.

Motivasi mengacu pada proses dimana seseorang diberi energi, diarahkan, dan

berkelanjutan menuju tercapainya suatu tujuan. (Robbins, 2010). Motivasi dalam

diri pegawai sangat bermanfaat sekali bagi perusahaan, karena dengan adanya

motivasi tersebut akan menimbulkan rasa memiliki terhadap perusahaan. Dari

pendapat para ahli dapat diambil kesimpulan motivasi adalah berbagai usaha yang

31

dilakukan oleh manusia tentunya untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya.

Namun, agar keinginan dan kebutuhannya dapat terpenuhi tidaklah mudah

didapatkan apabila tanpa usaha yang maksimal. Dalam pemenuhan kebutuhannya,

seseorang akan berperilaku sesuai dengan dorongan yang dimiliki dan apa yang

mendasari perilakunya. Melihat arti motivasi, maka orang tanpa mempunyai

motivasi, tidak mempunyai hasil kerja yang tinggi.

2.4.2. Teori Motivasi Kerja

Teori motivasi kerja dipergunakan dalam penelitian ini karena teori motivasi kerja

sangat ada kaitannya dengan peningkatan perilaku, sikap dan kinerja seseorang

yang erat kaitannya dengan materi dalam penelitian ini.

a. Teori Hierarki Kebutuhan (A.H. Maslow)

Dalam teori yang dikemukakan Maslow (Robbins & Judge, 2008: 226). Pada teori

ini Maslow mengklasifikasikan kebutuhan manusia menjadi lima secara

berurutan. Hierarki Maslow ini yang sangat terkenal yaitu :

a. Kebutuhan fisiologis (physiological needs), yaitu kebutuhan yang mendasar

yang harus segera dipenuhi, contohnya kebutuhan seorang akan makanan,

minuman, tempat teduh dan kebutuhan fisik lainnya;

b. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs), yaitu kebutuhan seseorang akan

keamanan dan perlindungan dari kejahatan fisik dan emosional, serta jaminan

bahwa kebutuhan fisik akan terus dipenuhi. Contohnya keamanan dalam

bekerja, keamanan ekonomi di masa depan, dan bebas dari ancaman-ancaman;

32

c. Kebutuhan sosial (social needs), yaitu kebutuhan seseorang akan kasih

sayang, rasa memiliki, penerimaan, dan persahabatan;

d. Kebutuhan akan pengakuan diri (esteem needs), yaitu kebutuhan seseorang

akan faktor-faktor penghargaan internal, seperti harga diri, otonomi, dan

prestasi, serta faktor-faktor penghargaan eksternal, seperti status, pengakuan,

dan perhatian

e. Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs), yaitu kebutuhan

seesorang akan pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan

diri, dorongan untuk mampu menjadi apa yang diinginkan.

Berdasarkan teori yang disampaikan oleh Maslow diatas, dapat kita ketahui bahwa

manusia memiliki 5 (lima) kebutuhan mendasar dalam hidupnya, yaitu kebutuhan

fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan pengakuan diri, dan

kebutuhan aktualisasi diri yang harus dapat terpenuhi selama hidupnya. Teori ini

juga yang akan digunakan peneliti dalam variabel penelitian motivasi.

b. Teori Dua Faktor (Herzberg)

Teori dua faktor dari Fredrick Herzberg dalam Robbins dan Judge (2008: 227)

menjelaskan tentang teori dua faktor. Dalam memenuhi kebutuhan ada dua faktor

yang menyebabkan timbulnya rasa puas atau tidak puas menurut Hezberg, yaitu :

a. Faktor penyebab ketidakpuasan yang disebut faktor hygiene meliputi : gaji,

kondisi kerja dan kebijaksanaan organisasi;

b. Faktor penyebab kepuasan atau faktor yang memotivasi meliputi : prestasi,

pengetahuan, tanggung jawab, dan kemajuan.

33

Berdasarkan teori Herzberg dapat disimpulkan bahwa setiap manusia dalam

memenuhi kebutuhannya hanya dapat diukur dalam hal puas atau tidak puas,

dimana dua faktor tersebut terdiri dari kebijakan organisasi dan tanggung jawab.

c. Teori Kebutuhan Berprestasi (David McCelland)

Menurut Mc. Clelland seseorang dianggap mempunyai motivasi apabila dia

memiliki keinginan berprestasi lebih baik daripada yang lain. Teori kebutuhan

Mc. Clelland dalam Robbins dan Judge (2008: 232) berfokus pada tiga kebutuhan

: pencapaian, kekuatan, kebutuhan dan hubungan. Hal-hal tersebut didefinisikan

sebagai berikut :

a. Kebutuhan prestasi (need for achievement), tercermin dari keinginan

mengambil tugas yang dapat dipertanggungjawabkan secara pribadi atas

perbuatan-perbuatannya. Ia menentukan tujuan yang wajar dapat

memperhitungkan resiko dan ia berusaha melakukan sesuatu secara kreatif dan

inovatif. Beberapa orang mempunyai dorongan yang kuat sekali untuk

berhasil. Mereka berusaha keras untuk prestasi pribadi bukannya untuk

ganjaran sukses semata, namun mereka mempunyai hasrat untuk melakukan

sesuatu dengan lebih baik atau lebih efisien daripada yang telah dilakukan

sebelumnya. Dorongan inilah yang disebut kebutuhan akan prestasi.

b. Kebutuhan afiliasi (need for affiliation), merupakan suatu keinginan untuk

melakukan hubungan yang bersahabat dengan orang lain. Kebutuhan ini

serupa dengan kebutuhan sosial dari Maslow.

34

c. Kebutuhan kekuasaan (need for power), kebutuhan ini tercermin pada

seseorang yang ingin mempunyai pengaruh atas orang lain, dia peka terhadap

struktur pengaruh antar pribadi dan ia mencoba menguasai orang lain dengan

mengatur perilakunya dan membuat orang lain terkesan kepadanya, serta

selalu menjaga reputasi dan kedudukannya. Kebutuhan kekuasaan adalah

hasrat untuk mempunyai dampak, pengaruh, dan mengendalikan orang lain.

Orang-orang dengan kekuasaan yang tinggi menikmati untuk dibebani,

mencoba untuk mempengaruhi orang lain, lebih menyukai ditempatkan di

dalam situasi kompetitif, cenderung lebih peduli akan prestise atau gengsi.

Menurut Teori kebutuhan yang disampaikan oleh Mc. Clelland dapat kita ketahui

bahwa kebutuhan terdiri atas kebutuhan prestasi, kebutuhan afiliasi, dan

kebutuhan kekuasaan dapat meningkatkan motivasi kerja seseorang dalam

berorganisasi.

2.4.3. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja

Menurut Siagian (2004: 62) faktor yang mempengaruhi motivasi kerja seseorang

dapat diketahui berdasarkan karakteristik dari individu yang bersifat khas yang

terdiri dari delapan faktor yaitu :

1. Karakteristik Biografi yang meliputi :

a. Usia, usia mempunyai kaitan yang erat dengan berbagai segi kehidupan

organisasional. Misalnya kaitan usia dengan tingkat kedewasaan teknis

yaitu keterampilan tugas.

35

b. Jenis Kelamin, implikasi jenis kelamin para pekerja merupakan hal yang

perlu mendapat perhatian secara wajar, dengan demikian perlakuan

terhadap merekapun dapat disesuaikan sedemikian rupa sehingga mereka

menjadi anggota organisasi yang bertanggung jawab terhadap

pekerjaannya.

c. Status perkawinan, dengan status ini secara tidak langsung dapat

memberikan petunjuk, cara, dan teknik motivasi yang cocok digunakan

bagi para pegawai yang telah menikah dibandingkan dengan pegawai yang

belum menikah.

d. Jumlah tanggungan, jumlah tanggungan seorang pencari nafkah utama

keluarga adalah semua orang yang biaya hidupnya tergantung pada pencari

nafkah utama tersebut, tidak terbatas hanya pada istri atau suami dan

anak–anaknya.

e. Masa kerja, dalam organisasi perlu diketahui masa kerja seseorang karena

masa kerja seseorang merupakan satu indikator kecenderungan para

pekerja dalam berbagai segi organisasional seperti produktivitas kerja dan

daftar kehadiran. Karena semakin lama seseorang bekerja ada

kemungkinan untuk mereka mangkir atau tidak masuk kerja disebabkan

karena kejenuhan.

2. Kepribadian. Kepribadian seseorang juga dapat mempengaruhi motivasi kerja

seseorang, karena kepribadian sebagai keseluruhan cara yang digunakan oleh

seseorang untuk bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain.

36

3. Persepsi. Interpretasi seseorang tentang kesan sensorinya mengenai

lingkungan sekitarnya akan sangat berpengaruh pada perilaku yang pada

gilirannya menentukan faktor– faktor yang dipandangnya sebagai faktor

organisasional yang kuat.

4. Kemampuan belajar. Belajar adalah proses yang berlangsung seumur hidup

dan tidak terbatas pada pendidikan formal yang ditempuh seseorang

diberbagai tingkat lembaga pendidikan. Salah satu bentuk nyata dari telah

belajarnya seseorang adalah perubahan dalam persepsi, perubahan dalam

kemauan, dan perubahan dalam tindakan.

5. Nilai–nilai yang dianut. Sistem nilai pribadi seseorang biasanya dikaitkan

dengan sistem nilai sosial yang berlaku di berbagai jenis masyarakat dimana

seseorang menjadi anggota.

6. Sikap. Sikap merupakan suatu pernyataan evaluatif seseorang terhadap objek

tertentu, orang tertentu atau peristiwa tertentu. Artinya sikap merupakan

pencerminan perasaan seseorang terhadap sesuatu.

7. Kepuasan kerja. Kepuasan kerja adalah sikap umum seseorang yang positif

terhadap kehidupan organisasionalnya.

8. Kemampuan. Kemampuan dapat digolongkan atas dua jenis yaitu kemampuan

fisik dan kemampuan intelektual. Kemampuan fisik meliputi kemampuan

seseorang dalam menyelesaikan tugas–tugas yang bersifat teknis, mekanistik

37

dan repetatif, sedangkan kemampuan intelektual meliputi cara berfikir dalam

menyelesaikan masalah.8

Menurut pendapat Siagian, karakteristik individu yang bersifat khas dapat

mempengaruhi motivasi kerja yang terdiri dari karakteristik biografi, kepribadian,

persepsi, kemampuan belajar, nilai yang dianut, sikap, kepuasan kerja dan

kemampuan. Dengan karakteristik yang baik dapat meningkatkan motivasi kerja

seseorang.

2.4.4. Indikator Motivasi Kerja

Motivasi merupakan keinginan seseorang melakukan sesuatu akibat dorongan

dari diri sendiri maupun dari luar diri pegawai. Selain itu motivasi dapat pula

diartikan sebagai dorongan pegawai untuk melakukan tindakan karena mereka

ingin melakukannya.Teori hirarki kebutuhan dari Abraham Maslow menurut

Robbins dan Coutler (2008: 226). Terdiri dari :

1. Kebutuhan fisiologis (Physiological-need). Kebutuhan fisiologis merupakan

hirarki kebutuhan manusia yang paling dasar yang merupakan kebutuhan

untuk dapat hidup seperti makan, minum, perumahan, oksigen, tidur dan

sebagainya.

2. Kebutuhan rasa aman (Safety-need). Apabila kebutuhan fisiologis relatif sudah

terpuaskan, maka muncul kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan rasa

aman. Kebutuhan akan rasa aman ini meliputi keamanan akan perlindungan

8http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/22105/Chapter%20II.pdf;jsessionid=C42

BC6E0036593826819086BB0B868B3?sequence=4 diakes pada tanggal 28 November 2017 Pukul

19:10:00

38

dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan akan kelangsungan pekerjaannya dan

jaminan akan hari tuanya pada saat mereka tidak lagi bekerja.

3. Kebutuhan sosial (Social-need). Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah

terpuaskan secara minimal, maka akan muncul kebutuhan sosial, yaitu

kebutuhan untuk persahabatan, afiliasi dana interaksi yang lebih erat dengan

orang lain. Dalam organisasi akan berkaitan dengan kebutuhan akan adanya

kelompok kerja yang kompak, supervisi yang baik, rekreasi bersama dan

sebagainya.

4. Kebutuhan penghargaan (Esteem-need). Kebutuhan ini meliputi kebutuhan

keinginan untuk dihormati, dihargai atas prestasi seseorang, pengakuan atas

kemampuan dan keahlian seseorang serta efektifitas kerja seseorang.

5. Kebutuhan aktualisasi diri (Self-actualization need). Aktualisasi diri

merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow yang paling tinggi. Aktualisasi diri

berkaitan dengan proses pengembangan potensi yang sesungguhnya dari

seseorang. Kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan, keahlian dan potensi

yang dimiliki seseorang. Malahan kebutuhan akan aktualisasi diri ada

kecenderungan potensinya yang meningkat karena orang mengaktualisasikan

perilakunya. Seseorang yang didominasi oleh kebutuhan akan aktualisasi diri

senang akan tugastugas yang menantang kemampuan dan keahliannya.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan indikator motivasi dari teori Maslow,

teridi dari 5 indikator yaitu : kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman,

kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri.

39

2.5. Kinerja Pegawai

Kinerja pegawai menjadi teori yang dipakai dalam penelitian ini karena kinerja

pegawai merupakan tolak ukur yang dapat dipergunakan untuk menilai

keberhasilan seseorang dalam bekerja.

2.5.1 Pengertian Kinerja (Job Performance)

Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance

(prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Kinerja

(prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab

yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2009: 67). Menurut Rivai (2005:

309) kinerja adalah perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi

kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.

Bernardin dalam Sudarmanto (2009: 8) menyatakan bahwa kinerja merupakan

catatan hasil yang diproduksi (dihasilkan) atas fungsi pekerjaan tertentu atau

aktivitas-aktivitas selama periode waktu tertentu. Menurut Siagian (1995: 227)

definisi kinerja sebagai suatu keseluruhan kemampuan seseorang untuk bekerja

sedemikian rupa sehingga mencapai tujuan kerja secara optimal dan berbagai

sasaran yang telah diciptakan dengan pengorbanan yang secara rasio lebih kecil

dibandingkan dengan hasil yang dicapai. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kinerja

merupakan hasil kerja pegawai secara kualitas dan kuantitas dalam melaksanakan

pekerjaan sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan selama periode waktu

40

tertentu menurut ukuran atau standar yang berlaku pada masing-masing

organisasi.

2.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja merupakan suatu gambaran pergerakan individu dalam melaksanakan

tugasnya, mangkunegara (2009: 67) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja adalah :

1. Faktor Kemampuan (ability)

Secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi

(IQ) dan kemampuan reality (knowledge and skill). Artinya, pegawai yang

memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai

untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia

akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai

perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the right man

in the right place, the right man on the right job).

2. Faktor Motivasi (motivation)

Motivasi terbentk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi

(situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai

yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).

Sedangkan menurut Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2001: 82)

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja yaitu :

1. Kemampuan mereka;

2. Motivasi;

41

3. Dukungan yang diterima;

4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan;

5. Hubungan mereka dengan organisasi.

2.5.3 Indikator Kinerja

Kinerja dapat kita lihat perkembangannya dalam masing-masing individu

berdasarkan apa yang mereka kerjakan selama menerima tanggung jawabnya,

Indikator untuk mengukur kinerja pegawai secara individu ada enam indikator,

yaitu (Robbins, 2006: 260) :

1. Kualitas. Kualitas kerja diukur dari persepsi pegawai terhadap kualitas

pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan

dan kemampuan karyawan.

2. Kuantitas. Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti

unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.

3. Ketepatan waktu. Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu

yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta

memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.

4. Efektivitas. Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga,

uang, teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud menaikkan hasil

dari setiap unit dalam penggunaaan sumber daya.

5. Kemandirian. Merupakan tingkat seorang pegawai yang nantinya akan dapat

menjalankan fungsi kerjanya komitmen kerja. Merupakan suatu tingkat

42

dimana pegawai mempunyai komitmen kerja dengan instansi dan tanggung

jawab pegawai terhadap perusahaan.

6. Komitmen kerja. Komitmen merupakan sebagai suatu keadaan dimana

seorang individu memihak organisasi serta tujuan-tujuan dan keinginannya

untuk mempertahankan keangotaannya dalam organisasi.

Berdasarkan penjabaran diatas, dapat kita ketahui bersama bahwa indikator

kinerja terdiri atas kualitas, kuantitas, ketepatan waktu, efektivitas, kemandirian,

dan komitmen kerja.

2.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini didasarkan dengan landasan teori yang akan dipergunakan untuk

mendukung teori yang telah diajukan. Salah satu landasan yang dapat

dipergunakan sebagai acuan adalah dengan menggunakan penelitian terdahulu.

Berikut ini merupakan beberapa penelitian terdahulu yang mendasari peneliti

untuk melakukan penelitian kembali serta menjadi rujukan dalam penelitian ini :

Tabel 2.1. Tabel Penelitian Terdahulu

No. Penulis Variabel Metode

Penelitian Hasil

1 Nela Pima

Rahmawanti,

Bambang Swasto,

dan

Arik Prasetya

“Pengaruh

Lingkungan Kerja

terhadap Kinerja

Karyawan” (2014)

X1 = Lingkungan

Kerja Fisik

X2 = Lingkungan

Kerja Non Fisik

Y = Kinerja

Karyawan

Analisis Regresi

Linier Berganda

Lingkungan kerja

fisik dan lingkungan

kerja non fisik

mempunyai pengaruh

yang signifikan

terhadap kinerja

karyawan

2 Sahid Danudji dan

MD Rahadhini

X1 = Motivasi

X2 = Kepuasan

Analisis Regresi

Linier Berganda

Motivasi secara

signifikan

43

No. Penulis Variabel Metode

Penelitian Hasil

“Efek Moderasi

Kompensasi pada

Pengaruh Motivasi

dan Kepuasan

Kerja terhadap

Kinerja Karyawan”

(2012)

Kerja

X3 = Kompensasi

Y = Kinerja

Karyawan

berpengaruh terhadap

kinerja karyawan

3 Dwi Agung

Nugroho

Arianto

“Pengaruh

Kedisiplinan,

Lingkungan Kerja

dan Budaya Kerja

terhadap Kinerja

Tenaga Pengajar”

(2013)

X1 = Kedisiplinan

Kerja

X2 = Lingkungan

Kerja

X3 = Budaya Kerja

Y = Kinerja

Analisis Regresi

Linier Berganda

Lingkungan kerja dan

kedisiplinan kerja

tidak berpengaruh

pada kinerja tenaga

pengajar akan tetapi

budaya

kerja memiliki

pengaruh positif

terhadap kinerja.

4 Diana

Khairani

Sofyan

”Pengaruh

Lingkungan Kerja

terhadap Kinerja

Kerja Pegawai

BAPPEDA”

(2013)

X = Lingkungan

Kerja

Y = Kinerja

Pegawai

Analisis Regresi

Linier Sederhana

Ada pengaruh secara

signifikan antara

lingkungan kerja

terhadap kinerja

pegawai pada

BAPPEDA

5 Thushel

Jayaweera1

“Dampak Faktor

Lingkungan Kerja

terhadap Kinerja

Pegawai, dimediasi

oleh Motivasi

Kerja”

(2014)

X1 = Lingkungan

Fisik

X2 = Lingkungan

Non Fisik

X3 = Motivasi

Kerja

Y = Kinerja

Pegawai

Analisis Regresi Ada hubungan yang

signifikan antara

faktor lingkungan

kerja dan kinerja

serta motivasi kerja

menengahi hubungan

antara

kondisi kerja dan

kinerja. Hasilnya

juga menunjukkan

bahwa ada hubungan

yang signifikan

antara motivasi kerja

dan kinerja pekerja

hotel. Hasilnya

menunjukkan

pentingnya

lingkungan kerja dan

motivasi kerja

6 Gitahi Njenga

Samson dan Dr.

Maina Waiganjo

X1 = Lingkungan

Fisik

X2 = Lingkungan

Analisis Regresi Lingkungan kerja

non fisik

menunjukkan

44

No. Penulis Variabel Metode

Penelitian Hasil

“Pengaruh

Lingkungan

Tempat Kerja

terhadap Kinerja

Karyawan Bank

Umum di Kota

Nakuru” (2015)

Non Fisik

X3 =

Keseimbangan

Kehidupan Kerja

hubungan terkuat

dengan kinerja

karyawan

7 Emmanuel

Majekodunmi

Ajala

“Pengaruh

Lingkungan Kerja

Terhadap

Kesejahteraan,

Kinerja Dan

Produktivitas

Kerja“ (2012)

X= Lingkungan

Kerja

Y1 = Kesejahteraan

Pegawai

Y2 = Kinerja

Pegawai

Y3 = Produktivitas

Kerja

Nilai rata-rata

dan persentase

sederhana

Tempat kerja dan

jaringan komunikasi

yang baik di tempat

kerja berpengaruh

terhadap

kesejahteraan,

kesehatan, moral,

efisiensi, dan

produktivitas pekerja.

8 Prof. Dr. Abdul

Ghafoor Awan dan

M. Tafique Tahir

“Dampak

Lingkungan Kerja

terhadap

Produktivitas

Karyawan” (2015)

X= Lingkungan

Kerja

Y = Produktivitas

Karyawan

Analisis Regresi Lingkungan kerja

yang berdampak

positif terhadap

tingkat produktivitas

karyawan dalam

organisasi.

9 Gitonga, L, Jomo

Kenyatta dan

Gachunga, H,

Jomo Kenyatta

“Pengaruh

Lingkungan Kerja

Terhadap Kinerja

Organisasi

Pemerintah

Kementerian Di

Kenya” (2015)

X1 = Ergonomi

X2 = Dukungan

Supervisor

Y = Kinerja

Organisasi

Analisis Regresi

Linier Berganda

Variabelnya

secara signifikan dan

positif

mempengaruhi

kinerja organisasi di

kementerian

pemerintah

Kenya. Lingkungan

non fisik merupakan

faktor yang paling

signifikan

10 Nadeem Iqbal,

Naveed Ahmad,

Zeeshan Haider,

Yumna Batool dan

Qurat-ul-ain

“Dampak penilaian

kinerja terhadap

kinerja karyawan

melibatkan Peran

Moderasi

X = Penilaian

Kinerja

Y = Kinerja

Karyawan

M = Motivasi

Analisis Regresi

dengan program

AMOS

Ada hubungan positif

antara penilaian

kinerja dan kinerja

karyawan. Motivasi

sebagai moderator

secara positif

mempengaruhi

hubungan antara

penilaian kinerja dan

kinerja karyawan.

45

No. Penulis Variabel Metode

Penelitian Hasil

Motivasi” (2013)

Sumber : Jurnal International dan National

2.7. Kerangka Penelitian

Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2009: 67). Seorang

pegawai dikatakan memiliki kinerja yang baik apabila pegawai tersebut mampu

menghasilkan hasil kerja yang sama atau melebihi dari standar atau kriteria yang

telah ditetapkan bersama dalam organisasi. Sebaliknya, pegawai dikatakan tidak

memiliki kinerja apabila hasil kerja kurang dari standar atau kriteria yang telah

ditetapkan bersama. Organisasi yang berhasil dan efektif merupakan organisasi

dengan individu yang didalamnya memiliki kinerja yang baik (Sudarmanto, 2009:

6). Jadi, apabila pegawai yang berada di organisasi memiliki kinerja yang baik,

maka efektifitas atau keberhasilan organisasi akan tercapai. Seorang pegawai akan

memiliki kinerja yang tinggi apabila kepuasan kerja yang dirasakan oleh pegawai

tersebut juga tinggi.

Faktor lain yang harus diperhatikan perusahaan dalam mempertahankan dan

meningkatkan kinerja pegawai yaitu dengan memperhatikan kondisi fisik

lingkungan kerja. Menurut Sofyan (2013: 19) lingkungan kerja adalah segala

sesuatu yang berada disekitar karyawan yang memperngaruhi dirinya dalam

menjalankan dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya dalam

46

suatu wilayah. Sehingga penelitian lingkungan kerja lebih diarahkan kepada

bagaimana pegawai mendapatkan rasa aman, nyaman, tentram, puas, dalam

menyelesaikan pekerjaan dalam ruang kerjanya.

Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan sangat penting untuk diperhatikan

manajemen, meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan proses produksi

dalam perusahaan tersebut. Lingkungan kerja yang memberikan rasa nyaman bagi

pegawainya dapat meningkatkan kinerja pegawainya, sebaliknya lingkungan kerja

yang tidak memadai dapat menurunkan kinerja pegawainya. Lingkungan kerja

adalah keadaan atau tempat dimana seseorang melaksanakan tugas dan

kewajibannya serta dapat mempengaruhi pegawai dalam menjalankan tugas-tugas

yang dibebankan. Lingkungan kerja meliputi pewarnaan, kebersihan, pertukaran

udara, penerangan, musik, keamanan, dan kebisingan (Nitisemito, 2000: 184).

Lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan

kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman. Lingkungan kerja yang kurang

baik dapat menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak dan tidak

mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien (Sedarmayanti,

2001: 2).

Berdasarkan pembahasan teori di atas, maka kerangka pikir yang dapat digunakan

dalam penelitian ini sebagaimana sudah dikembangkan oleh Baron dan Kenny

pada tahun 1986 (Latan 2013: 98). Dapat digambarkan ke dalam suatu kerangka

pemikiran seperti berikut :

47

Y

M

H1

H2 H3

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja

Pegawai Dengan Motivasi Sebagai Variabel Moderasi (Studi pada Sekretariat

Jenderal Kementerian Dalam Negeri).

2.8. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan dan masih perlu di uji

kebenarannya secara empiris. Berdasarkan penjelasan dari latar belakang dan

Motivasi :

Kebutuhan

fisiologikal.

Kebutuhan

keamanan.

Kebutuhan

sosial.

Kebutuhan

penghargaan.

Kebutuhan

aktualisasi diri.

(Maslow dalam

Robbins, 2008)

Lingkungan Kerja :

Penerangan.

Suhu udara.

Sirkulasi udara.

Ukuran ruang

kerja.

Tata tetak.

Privasi ruang

kerja.

Kebersihan.

Suara bising.

Penggunaan

warna.

Peralatan kantor.

Keamanan kerja.

Musik di tempat

kerja.

Hubungan sesama

rekan kerja.

Hubungan kerja

atasan dan

bawahan,

(Sedarmayanti,

2001)

Kinerja

Pegawai :

Kualitas.

Kuantitas.

Ketepatan

waktu.

Efektivitas.

Kemandirian.

Komitmen

kerja.

(Robbins,

2006)

48

permasalahan yang telah dikemukakan, hipotesis yang dirumuskan dalam

penelitian ini yaitu :

H1 : Lingkungan Kerja berpengaruh positif terhadap Kinerja Pegawai Sekretariat

Jenderal Kementerian Dalam Negeri RI.

H2 : Motivasi berpengaruh positif terhadap Kinerja Pegawai Sekretariat Jenderal

Kementerian Dalam Negeri RI.

H3 : Motivasi kerja menguatkan pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja

Pegawai Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam Negeri RI.

49

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematika untuk meningkatkan

sejumlah pengetahuan. Tujuan utama dari penelitian adalah untuk memecahkan

masalah yang ditetapkan sebelumnya. Dalam menetapkan masalah harus

dilakukan secara objektif, rasional dan menghindarkan pemikiran yang mengada-

ada. Dalam bab ini akan dibahas tentang populasi, variabel penelitian, metode

pengumpulan data, dan analisis data.

3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek atau subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu, di tetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2011: 80). Jadi populasi

dapat diartikan sebagai sekumpulan obyek penelitian yang mempunyai kesamaan

tertentu untuk dapat diamati. Dalam penelitian ini populasinya adalah semua

pegawai atau staf yang bekerja di Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam Negeri

yang berjumlah 694 orang pegawai.

Tabel 3.1 Data Jumlah Karyawan Berdasarkan Unit Organisasi

No. Bagian Jumlah

1 Biro Perencanaan 54

2 Biro Kepegawaian 97

3 Biro Umum 120

4 Biro Organisasi dan Tata Laksana 60

50

5 Biro Administrasi Pimpinan 91

6 Biro Hukum 44

7 Pusat Fasilitasi Kerja Sama 49

8 Pusat Data dan Sistem Informasi 50

9 Bidang Hukum dan Kesatuan Bangsa 1

10 Bidang Pemerintahan 1

11 Bidang Ekonomi dan Pembangunan 1

12 Pusat Penerangan 47

13 Biro Kuangan dan Aset 79

Total 694

Sumber: Data Pegawai Sekretariat Jenderal Kemendagri, 2018

3.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah bagian yang mewakili populasi untuk diteliti, menurut

Sugiyono (2010: 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan

dengan rumus Slovin sebagai berikut :

Dimana,

n : jumlah sampel

N : jumlah populasi

e : batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Populasi yang terdapat dalam penelitian ini berjumlah 694 orang dan presisi yang

ditetapkan atau tingkat signifikansi 0,05. Dalam penelitian ini penulis

mempersempit populasi yaitu jumlah seluruh karyawan sebanyak 694 karyawan

dengan menghitung ukuran sampel yang dilakukan dengan menggunakan teknik

Slovin menurut Sugiyono (2011:87), Adapun penelitian ini menggunakan rumus

Slovin karena dalam penarikan sampel, jumlahnya harus representatif agar hasil

51

penelitian dapat digeneralisasikan dan perhitungannya pun tidak memerlukan

tabel jumlah sampel, namun dapat dilakukan dengan rumus dan perhitungan

sederhana. Maka besarnya sampel pada penelitian ini adalah :

n = 694/ 1+ 694 x 0.052

= 694/ 1 + (694 x 0.0025)

= 694 / 1 + 1.735

= 694 / 2.735

= 253.748 dibulatkan menjadi 254 orang

Jadi, jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah 254 orang.

Berdasarkan perhitungan diatas sampel yang mejadi responden dalam penelitian

ini di sesuaikan menjadi sebanyak 254 orang atau sekitar 36% dari seluruh total

Pegawai Negeri Sipil Sekteratiat Jenderal Kementerian Dalam Negeri, hal ini

dilakukan untuk mempermudah dalam pengolahan data dan untuk hasil pengujian

yang lebih baik. Teknik Pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive

Sampling, adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu menurut

Sugiyono (2014 : 122). Alasan menggunakan teknik purposive sampling adalah

karena tidak semua sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan yang telah

penulis tentukan. Oleh karena itu, penulis memilih teknik purposive sampling

dengan menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu

yang harus dipenuhi oleh sampel-sampel yang digunakan dalam penelitian ini.

52

Pada penelitian ini sampel yang akan digunakan yaitu hanya ditujukan kepada

pegawai PNS Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam Negeri terutama pegawai

dengan jabatan eselon 3 ke bawah sebagai sampel yang paling berpengaruh

terhadap penelitian ini, juga bukan ditujukan kepada pegawai Non PNS.

3.3. Data dan Sumber Data

Jenis dan sumber data dalam melakukan penelitian ini di peroleh baik dalam

bentuk data primer maupun data sekunder.

3.3.1. Data Primer

Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti,

baik dari objek individual (responden) maupun dari suatu instansi yang dengan

sengaja melakukan pengumpulan data dari instansi-instansi atau badan lainnya

untuk keperluan penelitian dari pengguna (Andi Supangat 2010: 2). Data primer

ini khusus dikumpulkan untuk kebutuhan riset yang sedang berjalan. Jenis data

yang digunakan sebagai dasar pengujian hipotesis adalah data primer yang

diperoleh dari pegawai di lingkup Kementerian Dalam Negeri sebagai responden

dengan instrumen utama berupa angket (kuesioner). Sebagai data pendukung,

diperoleh melalui wawancara dengan pegawai.

3.3.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung untuk

mendapatkan informasi (keterangan) objek yang diteliti, biasanya data tersebut

53

diperoleh dari tangan kedua baik dari objek secara individual (responden) maupun

dari suatu badan (instansi) yang dengan sengaja melakukan pengumpulan data

dari instansi-instansi atau badan lainnya untuk keperluan penelitian dari para

pengguna (Andi Supangat 2010: 2). Data sekunder umumnya berupa bukti,

catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter)

yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Data sekunder dalam

penelitian ini meliputi biodata pegawai dan tingkat absensi pegawai di lingkup

Kementerian Dalam Negeri yang ada dalam arsip basis data.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi beberapa teknik, yaitu :

a. Kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan secara tertulis yang akan dijawab oleh

responden penelitian, agar peneliti memperoleh data lapangan / empiris untuk

memecahkan masalah penelitian dan menguji hipotesis yang telah ditetapkan

(Supardi, 2005: 127). Dalam penelitian ini, kuesioner yang digunakan adalah

kuesioner tertutup yaitu model pertanyaan dimana pertanyaan tersebut telah

disediakan jawabannya, sehingga responden hanya memilih dari alternative

jawaban yang sesuai dengan pendapat atau pilihannya (Supardi, 2005: 133).

Sedangkan pertanyaan tertutup tersebut menerangkan tanggapan responden

terhadap variabel lingkungan kerja, motivasi dan kinerja pegawai.

54

Pernyataan dalam angket tertutup di buat dengan menggunakan skala Likert

dalam interval 1-5. Kategori pernyataan dengan jawaban sangat tidak setuju

dengan nilai 1 (satu) sampai dengan sangat setuju dengan nilai 5 (lima).

1 2 3 4 5

Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju

Teknik distribusi kuesioner dilakukan dengan bertatap muka secara langsung,

sekaligus melakukan wawancara singkat tentang data-data yang mungkin

mendukung dan memperkuat proses pengambilan data dalam penelitian.

b. Wawancara

Selain metode kuesioner, juga digunakan metode wawancara untuk mendukung

akurasi dan kelengkapan kuesioner yang tersebar. Wawancara juga digunakan

untuk memperluas cakrawala peneliti tentang data-data lain yang tidak

terformulasi dalam kuesioner, namun akan memiliki implikasi strategis bagi

Kementerian Dalam Negeri, sehingga layak untuk dilakukan penelitian lebih

lanjut. Selain itu, wawancara juga digunakan untuk melengkapi data yang

terkumpul melalui kuesioner.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi menurut Arikunto (2006: 158) yaitu mencari data mengenai

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, agenda dan sebagainya. Sedangkan menurut Sugiyono (2014: 240),

dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

55

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seorang. Dokumen

yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories),

cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya

foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya

karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen

merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam

penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini metode dokumentasi untuk mengetahui

jumlah pegawai, laporan absensi pegawai, laporan kinerja pegawai dan struktur

organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam Negeri.

3.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional/variabel penelitian menurut Azwar (2005 : 32-33) dapat

berupa apapun juga yang variasinya perlu kita perhatikan agar dapat mengambil

kesimpulan mengenai fenomena yang terjadi. Definisi operasional merupakan

uraian dari konsep yang sudah dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator.

Adapun definisi operasional penelitian yaitu untuk mempermudah pemahaman

tentang pengukuran atas variabel-variabel dalam penelitian ini, maka dapat

dibentuk dalam matrik operasional variabel penelitian. Dapat dilihat pada tabel

3.2. berikut ini :

Table 3.2. Definisi Operasionalisasi Variabel Penelitian.

Variabel Definisi Indikator Skala

Lingkungan

Kerja (X)

Lingkungan kerja adalah keseluruhan

alat perkakas dan bahan yang

dihadapi, lingkungan sekitarnya di

mana seseorang bekerja, metode

kerjanya, serta pengaturan kerjanya

baik sebagai perseorangan maupun

a. Penerangan;

b. Suhu udara;

c. Sirkulasi udara;

d. Ukuran ruang

kerja;

e. Tata letak ruang

Likert

56

Variabel Definisi Indikator Skala

sebagai kelompok

(Sedarmayanti, 2009)

kerja;

f. Privasi ruang

kerja;

g. Kebersihan;

h. Suara bising;

i. Penggunaan

warna;

j. Peralatan kantor;

k. Keamanan kerja;

l. Musik di tempat

kerja;

m. Hubungan sesama

rekan kerja;

n. Hubungan kerja

antara atasan

dengan bawahan.

(Sedarmayanti, 2001)

Motivasi (M) Motivasi mempersoalkan bagaimana

caranya mengarahkan daya dan

potensi bawahan, agar mau bekerja

sama secara produktif berhasil

mencapai dan mewujudkan tujuan

yang telah ditentukan.

(Hasibuan,2012)

a. Kebutuhan

fisiologikal

(physiological

needs),

b. Kebutuhan

keamanan (safety

needs),

c. Kebutuhan social

(social needs),

d. Kebutuhan

penghargaan

(esteem needs),

e. Kebutuhan

aktualisasi diri (self

actualization needs)

(Abraham H.

Maslow, 1940)

Likert

Kinerja (Y) Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil

kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seorang pegawai

dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya (Mangkunegara,

2009)

a. Kualitas pekerjaan

b. Kuantitas pekerjaan

c. Ketepatan waktu

penyelesaian

pekerjaan

d. Efektivitas

e. Kemandirian

f. Komitmen

(Robbins, 2006)

Likert

Sumber : Kerangka Pemikiran

Teknik skala likert akan digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Variabel yang di ukur

57

menjadi subvariabel, kemudian dijabarkan menjadi komponen-komponen yang

terukur, ini kemudian dijadikan sebagai titik tolak untuk penyusunan item

instrumen yang dapat berupa pertanyaan yang kemudian di jawab oleh responden,

jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi

dari sangat positif sampai dengan sangat negatif. Berikut contoh tabel skala likert :

Table 3.3. Tabel Skala Likert.

Pilihan Jawaban Skor

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Netral (N) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Sumber : Sugiyono (2014:93)

3.6. Uji Instrument Penelitian

Uji validitas dan reabilitas awalnya di uji terlebih dahulu kepada 44 responden

untuk melihat apakah pertanyaan yang digunakan pada kuesioner benar-benar

mengukur apa yang seharusnya di ukur dan untuk mengukur tingkat konsistensi

pertanyaan pada kuesioner sehingga telah memenuhi kecukupan data. Akan tetapi

setelah dipertimbangkan maka langsung menggunakan semua sampel dalam

pengujian data. Pengujian data responden dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara

yaitu :

3.6.1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan

kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai

58

validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki

validitas rendah (Suharsimi, 2006: 168). Sebuah instrumen dikatakan valid

apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi

rendahnya instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak

menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Pengujian

homogenitas dilakukan untuk menguji analisis validitas tersebut. Untuk

pertanyaan yang digunakan untuk mengukur suatu variabel, skor masing-masing

item dikorelasikan dengan total skor item dalam satu variabel. Jika skor item

tersebut berkorelasi positif dengan total skor item dan lebih tinggi dari

interkorelasi antar item, maka menunjukkan kevalidan dari instrumen tersebut.

Dalam penelitian ini digunakan uji validitas dengan metode analisis faktor.

Analisis faktor mengidentifikasi struktur hubungan antar variabel atau responden

dengan cara melihat korelasi antar variabel atau korelasi antar responden. Bahwa

matrik data harus memiliki korelasi yang cukup agar dapat dilakukan analisis

faktor. Kemudian, Alat uji yang dipakai untuk mengukur tingkat interkorelasi

antar variabel dapat dilakukan dengan analisis faktor yaitu dengan Kaiser-Meiyer-

Olkin (KMO) dan Barlette’s Test. Apabila nilai KMO antara 0,5 sampai 1 maka

dapat disimpulkan analisis faktor tepat digunakan (Bilson, 2005:123). Setiap butir

pertanyaan akan dikatakan valid jika memiliki factor loading > 0,5. Butir

pertanyaan yang memiliki factor loading 0,5 atau lebih, dianggap memiliki

validitas yang cukup kuat untuk menjelaskan konstruk laten (Hair et al., 2010).

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan program SPSS (Statistical

Product and Service Solution) 22.0 dengan Moderated Regression Analysis.

59

Tabel 3.4. Uji Validitas.

No Variabel Jumlah item pertanyaan Pertanyaan

Valid

1 Lingkungan Kerja 19 16

2 Motivasi 11 9

3 Kinerja 20 17

Sumber : Lampiran

3.6.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan

sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi,

2006: 178). Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius atau mengarahkan

responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrument yang sudah dapat

dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya. Apabila

datanya benar-benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil,

tetap akan sama. Reliabilitas menunjukkan pada tingkat keandalan (dapat

dipercaya). Menurut Ghozali (2006: 41) Uji reliabilitas ditujukan untuk menguji

sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi

dua kali atau lebih. Jadi reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat ukur dapat dipercaya atau dihandalkan bila alat ukur tersebut digunakan

dua kali untuk mengukur gejala yang sama,maka hasil pengukuran yang diperoleh

relatif konsisten. Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi adalah

pengukuran yang dapat menghasilkan data yang reliabel Apabila suatu alat ukur

ketika digunakan secara berulang dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif

konsisten maka alat ukur tersebut dianggap handal dan reliabel. Pengujian

reliabilitas terhadap seluruh item/pertanyaan yang dipergunakan pada penelitian

60

ini akan menggunakan formula alfa cronbach (koefisien alfa cronbach), dimana

secara umum yang dianggap reliabel (andal) apabila nilai alfa cronbachnya > 0,6.

Alat untuk mengukur reliabilitas adalah dengan rumus Alpha.

Rumus (Suharsimi, 2006: 196) :

Keterangan :

𝑟11 : Reliabilitas instrumen

∑𝜎1 2 : Skor tiap – tiap item

n : Banyaknya butir soal

𝜎1 2 : Varians total

Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach untuk

menunjukkan stabilitas dan konsistensi alat ukur. Suatu konstruk atau variabel

dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60. Selanjutnya uji

reliabilitas digunakan alat bantu dengan menggunakan program SPSS 22.0 for

Windows.

Tabel 3.5. Uji Reliabilitas.

No Variabel Croanbach Alpha Pertanyaan

Valid

1 Lingkungan Kerja 0.749 Reliabel

2 Motivasi 0,750 Reliabel

3 Kinerja 0,749 Reliabel

Sumber : Lampiran

61

3.7. Uji Hipotesis

Penelitian ini juga menggunakan uji hipotesis. Data diperoleh dari hasil

pengumpulan data di atas dapat diproses sesuai dengan jenis data kemudian

disajikan dalam bentuk tabel dan angka metode statistik sebagai berikut :

3.7.1. Moderated Regression Analysis (MRA)

Uji interaksi atau sering di sebut dengan Moderated Regression Analysis (MRA)

merupakan aplikasi khusus regresi linier berganda di mana dalam persamaan

regresinya mengandung unsur interaksi. Analisis MRA ini selain untuk melihat

apakah ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat juga untuk melihat

apakah dengan diperhatikannya variabel moderasi dalam model, dapat

meningkatkan pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat atau malah

sebaliknya. Sebelum dilakukan analisis lebih lanjut, terlebih dahulu dilakukan

pengujian terhadap variabel moderator dengan melakukan regresi terhadap

persamaan berikut :

Y = b0 + b1X + b2M + b3X*M + Ԑt

Hasil regresi persamaan-persamaan di atas dapat terjadi beberapa kemungkinan

sebagai berikut :

1. Jika variabel moderator (M) tidak berinteraksi dengan variabel predictor /

independen (X) namun berhubungan dengan variabel criterion / dependen (Y).

Maka variabel M tersebut bukanlah variabel moderator melainkan merupakan

variabel intervening atau variabel independen.

62

2. Jika variabel moderator (M) tidak berinteraksi dengan variabel independen (X)

dan juga tidak berhubungan dengan variabel dependen (Y) maka variabel M

merupakan variabel moderator homologizer.

3. Jika variabel moderator (M) berinteraksi dengan variabel (X) dan juga

berhubungan signifikan dengan variabel dependen (Y) maka variabel M

tersebut merupakan variabel quasi moderator (moderator semu). Hal ini

karena variabel M tersebut dapat berlaku sebagai moderator juga sekaligus

sebagai variabel independen.

4. Jika variabel moderator (M) berinteraksi dengan variabel independen (X)

namun tidak berhubungan signifikan dengan variabel dependen (Y). Maka

variabel M tersebut merupakan variabel pure moderator (moderator murni)9.

3.7.2. Uji t

Menurut Ghozali (2012: 98) uji beda t-test digunakan untuk menguji signifikansi

hubungan antara variabel X dan variabel Y secara parsial atau dapat dikatakan uji

t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh satu variabel independen secara

individual dalam menerangkan variasi-variasi dependen. Dasar pengambilan

keputusan digunakan dalam uji t adalah sebagai berikut :

a. Jika nilai probabilitas signifikansi > 0.05, maka hipotesis ditolak/tidak

didukung. Hipotesis tidak didukung mempunyai arti bahwa variabel bebas

tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

9 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 19, Edisi 5 (Semarang:

Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011), 239.

63

b. Jika nilai probabilitas signifikansi < 0.05, maka hipotesis diterima/didukung.

Hipotesis didukung mempunyai arti bahwa variabel bebas berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikat.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan kajian yang telah diuraikan, maka dapat

disimpulkan bahwa penelitian ini mendukung hipotesis yang diajukan yaitu :

a. Lingkungan kerja mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja pegawai

Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam Negeri. Lingkungan kerja meningkat

maka kinerja akan meningkat juga atau sebaliknya, jika lingkungan kerja

menurun maka kinerja juga akan menurun.

b. Terdapat pengaruh positif antara motivasi dengan kinerja pegawai Sekretariat

Jenderal Kementerian Dalam Negeri. Semakin meningkatnya motivasi di

dalam diri pegawai, dapat meningkatkan kinerja pegawai khususnya Pegawai

Negeri Sipil di lingkungan Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam Negeri.

c. Motivasi dapat memperkuat pengaruh yang signifikan antara Lingkungan

Kerja terhadap kinerja Pegawai Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam

Negeri. Jadi variabel motivasi termasuk dalam variabel moderasi dalam

penelitian ini. Jadi apabila lingkungan kerja dan motivasi meningkat, maka

kinerja pegawai Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam Negeri juga akan

meningkat, sebaliknya apabila lingkungan kerja dan motivasi menurun, maka

kinerja pegawai di lingkungan Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam

Negeri juga akan menurun.

111

5.2. Saran

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa

saran yang dapat dipertimbangkan oleh instansi Kementerian Dalam Negeri

khususnya pada Sekretariat Jenderal dalam upaya meningkatkan kinerja

pegawainya, yaitu :

a. Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang positif dapat

mempengaruhi kinerja. Oleh sebab itu, disarankan dengan sudah terciptanya

penerangan yang baik sebaiknya juga didukung dengan ukuran ruangan yang

lebih sedikit luas agar para pegawai dapat meningkatkan kinerjanya.

b. Instansi khususnya Kementerian Dalam Negeri hendaknya lebih

memperhatikan dan meningkatkan motivasi kepada para pegawai agar lebih

baik lagi. Dengan sedikit memperhatikan upah dan bonus kepada pegawai

yang memiliki kelebihan jam kerja agar dapat memotivasi pegawai dalam

meningkatkan kinerjanya. Motivasi yang besar dari dalam diri para pegawai

sangat besar pengaruhnya terhadap kinerja pegawai. Apabila motivasinya

meningkat hal ini juga akan meningkatkan kinerja pegawai.

c. Pemimpin atau atasan di instansi sebaiknya sering melakukan komunikasi

dengan bawahannya perihal apa yang dikeluhkan oleh pegawainya, mungkin

dari segi luas dan ukuran ruang kerja yang belum cukup memadai dan belum

memuaskan bagi pegawainya karena bisa mempengaruhi kinerja mereka. Juga

dalam hal ketepatan waktu pengerjaan tugas dan rapat yang diharapkan agar

lebih tepat waktu lagi dalam pelaksananaannya.

112

d. Bagi peneliti selanjutnya, Mengingat variabel bebas dalam penelitian ini

cukup berpengaruh dalam mempengaruhi kinerja pegawai, diharapkan hasil

penelitian yang telah dilakukan ini dapat dipakai sebagai pedoman bagi

peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian ini dengan

mempertimbangkan variabel-variabel lain seperti faktor instrinsik maupun

faktor eksterinsik lainnya yang mempengaruhi kinerja pegawai yang

merupakan variabel lain diluar variabel yang sudah masuk dalam penelitian

ini.

113

DAFTAR PUSTAKA

Ajala, Emmanuel Majekodunmi. 2012. The Influence of Workplace Environment

on Workers, Welfare, Performance and Productivity. An online journal of

The African Educational Research Network. Vol.12 No. 1.

Augusty, Ferdinand. 2006. Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian

untuk skripsi, Tesis dan Disertai Ilmu Manajemen. Semarang: Universitas

Diponegoro.

Andi Supangat. 2010. Statistik Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan

Nonparametrik. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Arianto, Dwi Agung Nugroho. 2013. Pengaruh Kedisiplinan, lingkungan kerja,

dan Budaya Kerja terhadap Kinerja Tenaga Pengajar. Jurnal Economia.

Vol. 9, No. 2

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saiffuddin, 2005, Metode Penelitian, cetakan ke-enam, Yogyakarta.

Penerbit : Pustaka Pelajar.

Ballback, J dan Slater, J. 1999. Membuka Potensi Karier. Seri Pengembangan

Diri dan Karier No 1. Jakarta : PT. Pustaka Binaman.

Bilson Simamora. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Edwin B. Flippo, Manajemen Personalia, Jakarta: Erlangga, 1996.

Ghozali, Imam. 2006. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS”.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2011. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2012. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM

SPSS”. Yogyakarta: Universitas Diponegoro.

Gibson, Ivancevich, Donnelly. 1996. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Bina

Rupa Aksara. Jakarta.

Gitahi Njenga Samson, Dr. Maina Waiganjo, dan Dr. Joel Koima. 2015. Effect of

Workplace Environment on The Performance of Commercial Banks

Employees in Nakuru Town. International Journal of Managerial Studies

and Research (IJMSR). Vol. 3. No.12.

114

Gitonga L, dan gachunga H. 2015. Influence of Work Environmnet on

Organizational Performance in Government Ministries in Kenya. The

Strategic Journal of Business and Change Management. Vol. 2. No.83.

Hair et al. 2010. Multivariate Data Analysis, Seventh Edition. Pearson Prentice

Hall.

Hasibuan, H. Malayu S.P., 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi

Revisi, Cetakan Keenam, Jakarta: Bumi Aksara.

Hasibuan, S.P.M. 2011. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. CV. Haji

Masagung, Jakarta.

Hasibuan, Malayu. 2012 “Manajemen Sumber Daya Manusia” Jakarta : PT BUmi

Aksara.

Jayaweera, Thushel. 2015. Impact of Work Environmental Factors on Job

Performance, Mediating Role of Work Motivation. International Journal of

Business and management. Vol. 10 No. 3.

Latan, Hengky. 2013. Analisis Multivariat Teknik dan Aplikasi. Bandung:

Alfabeta.

Liana, Lie. 2009. Penggunaan MRA dengan SPSS untuk Menguji Pengaruh

Variabel Moderating terhadap Hubungan antara Variabl Independen dan

Variabel Dependen. Journal Teknologi Informasi Dinamik. Vol. XIV No.

1.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Sumber Daya Manusia perusahaan. Remaja

Rosdakarya: Bandung

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2006. Evaluasi Kinerja SDM, Edisi Kedua, Refika

Aditama, Bandung

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia

Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mathis, Robert. L & Jackson John. H, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia,

Jilid 2, Salemba Empat, Jakarta

Mills, Geoffrey. Oliver Standingford, Robert C Appleby. 1991. Manajemen

Perkantoran Modern. Jakarta: Binarupa Aksara.

Nadeem Iqbal, Naveed Ahmad, Zeeshan Haider, Yumna Batool dan Qurat-ul-ain.

2013. Impact of Performance Appraisal on Employee’s Performance in

Volving The Moderating Role of Motivation. Arabian Journal of Business

and Management Review. Vol. 3. No.1.

115

Nela Prima Rachmawanti, Bambang Swasto dan Arik Prasetya. 2014. Pengaruh

Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Administrasi

Bisnis. Vol. 8 No.2.

Nitisemito, Alex S. 2000. Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nuraida, Ida. 2008. Manajemen Administrasi Perkantoran. Yogyakarta :

Kanisisus.

Prof. Dr. Abdul Ghafoor Awan, dan M. Tafique Tahir. 2015. Impact of Working

Environment on Employee’s Productivity. European Journal of Business

and Management . Vol. 7. No.1.

Rivai, Veithzal, 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, dari

Teori ke Praktik, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Robbins, Stephen P, 2006. Perilaku Organisasi. PT Indeks, Kelompok Gramedia.

Jakarta.

Robbin, Stephen P, dan Coulter Mary. 2010. Manajemen. Jilid 2. Jakarta:

Erlangga.

Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi Edisi ke-

12, Jakarta: Salemba Empat.

Sahid Danudji, dan MD Rahadhini. 2012. Efek Moderasi Kompensasi pada

Pengaruh Motivasi dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan.

Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia. Vol. 6. No.2.

Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Jakarta :

Mandar Maju.

Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung:

CV Mandar Maju.

Siagian P. Sondang, 1995, Teori Pengembangan Organisasi, Jakarta, Bumi

Aksara, Sinar Grafika Offset.

Siagian, Sondang P. 2003. Teori & Praktek Kepemimpinan, Rineka Cipta, Jakarta.

Siagian, Sondang P. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi

Aksara.

Simamora, Henry. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Kedua.

Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan STIE YKPN.

Sofyan, Diana Khairani. 2013. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja

Kerja Pegawai BAPPEDA. Malikussaleh Industrial Engineering Journal.

Vol. 2 No. 1.

116

Sudarmanto. 2009. Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM (Teori,.

Dimensi Pengukuran dan Implementasi Dalam Organisasi). Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

Sudjana. 2000. Metode Statistika. Bandung : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

AFABETA, cv.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed

Methods). Bandung : Alfabeta.

Supardi. 2005. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UII

Press.

Thoha, Miftah. 2005. Perilaku Organisasi : Konsep Dasar dan Aplikasinya.

Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.

Zulia Maharatun Faiqoh, Moch. Djudi Mukzam, dan Gunawan Eko Nurtjahyono.

2014. Pengaruh Lingkungan Kerja dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja

Karyawan. Jurnal Administrasi Bisnis. Vol. 15. No.2.