PENGARUH KONSENTRASI POLIMER KARBOPOL 940...
Transcript of PENGARUH KONSENTRASI POLIMER KARBOPOL 940...
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGARUH KONSENTRASI POLIMER KARBOPOL
940 SEBAGAI GELLING AGENT TERHADAP SIFAT
FISIK EMULGEL GAMMA-ORYZANOL
SKRIPSI
NUR KHASANAH
NIM: 1112102000093
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
AGUSTUS 2016
ii
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGARUH KONSENTRASI POLIMER KARBOPOL
940 SEBAGAI GELLING AGENT TERHADAP SIFAT
FISIK EMULGEL GAMMA-ORYZANOL
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
NUR KHASANAH
NIM: 1112102000093
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
AGUSTUS 2016
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah benar hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan benar.
Nama : Nur Khasanah
NIM : 1112102000093
Tanda Tangan :
Tanggal : 23 Agustus 2016
iv
v
vi
ABSTRAK
Nama : Nur Khasanah
NIM : 1112102000093
Program Studi : Farmasi
Judul Penelitian : Pengaruh Konsentrasi Polimer Karbopol 940
sebagai Gelling Agent terhadap Sifat Fisik Emulgel
Gamma-Oryzanol
Gamma-oryzanol merupakan senyawa antioksidan alami yang diperoleh dari
minyak dedak padi atau yang lebih dikenal dengan rice bran oil (RBO). Gamma-
oryzanol diketahui dapat melindungi kulit dari radiasi ultraviolet dan
meningkatkan kelembaban kulit, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai antikerut
dan pelembab kulit di bidang kosmetik. Terdapat dua komponen penting yang
menentukan sifat dan stabilitas fisik emulgel, yaitu emulgator dan gelling agent.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi polimer
karbopol 940 sebagai gelling agent terhadap sifat fisik emulgel gamma-oryzanol.
Konsentrasi karbopol 940 yang digunakan dalam formulasi adalah 0,5% (pada
F1), 0,75% (pada F2) dan 1 % (pada F3). Evaluasi sifat dan stabilitas fisik sediaan
emulgel dilakukan terhadap beberapa parameter uji, yaitu pengamatan
organoleptis, pengukuran diameter globul rata-rata, penentuan pH, penentuan sifat
alir dan kekentalan, uji daya sebar dan uji sentrifugasi. Evaluasi stabilitas fisik
sediaan emulgel dilakukan dengan menggunakan metode penyimpanan pada suhu
4oC, 26±2
oC dan 40
oC, uji cycling test dan uji sentrifugasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variasi konsentrasi karbopol 940 sebagai gelling agent
berpengaruh terhadap sifat dan stabilitas fisik sediaan emulgel gamma-oryzanol.
Peningkatan konsentrasi karbopol 940 menyebabkan terjadinya peningkatan
viskositas emulgel, penurunan daya sebar dan ukuran diameter globul rata-rata
yang meningkat. Berdasarkan uji stabilitas fisik, ketiga formula sediaan emulgel
gamma-oryzanol mengalami perubahan nilai parameter uji, namun perubahan
tersebut tidak menyebabkan perubahan yang signifikan pada sifat organoleptis
emulgel gamma-oryzanol. Emulgel F2 bersifat paling stabil. Berdasarkan hasil uji
sentrifugasi, ketiga formula emulgel bersifat stabil secara fisik dan diperkirakan
dapat bertahan minimal selama satu tahun masa simpan.
Kata kunci: Emulgel, gamma-oryzanol, karbopol 940, stabilitas fisik
vii
ABSTRACT
Name : Nur Khasanah
NIM : 1112102000093
Major : Pharmacy
Title : The Effect of Carbopol 940 Polymer Concentration
as Gelling Agent to Physical Characteristic of
Gamma-Oryzanol Emulgel
Gamma-oryzanol is a natural antioxidant compounds derived from rice bran oil.
Gamma-oryzanol is known to protects the skin from Ultra-violet radiation and
increase moisture to the skin as well. Therefore, its application in the cosmetics is
both antiwrinkle and moisturizer for the skin. There are two main components that
determine characteristic and physical stability of emulgel, the emulsifier and
gelling agent. The aim of this research was to identify the effect of variations in
the concentration of carbopol 940 polymer as gelling agent to caracteristic and
physical stability of the emulgel gamma-oryzanol. The concentration of carbopol
940 in the formulation were 0,5% (F1), 0,75% (F2) and 1% (F3). Caracteristic and
physical stability evaluation of the emulgel was done with some test parameters,
such as organoleptic observation, measurement of average globule diameter, pH
determination, determination of viscosity and flow properties, spreading ability
test and sentrifugation test. Physical stability evaluation was done with some
methods such as storage at temperature 4oC, 26±2
oC dan 40
oC, cycling test and
centrifugation test. The result shown that the variation in the concentration of
carbopol 940 as gelling agent given effect in emulgel gamma-oryzanol. The
increase in carbopol 940 concentration caused increased viscosity, decreased
spreading ability and increased globul size of emulgel. At the physical stability
test, all formulations showed the alterations of the test parameters value, but those
alterations do not cause a significant change in the organoleptic properties of
emulgel gamma-oryzanol. Emulgel F2 was most stable. According to the
centrifugation test, all formulation was physically stable and was expected to last
at least one year shelf life.
Keywords: Carbopol 940, emulgel, gamma-oryzanol, physical stability
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamiin, segala puji dan syukur penulis ucapkan
kehadirat Allah Subhanallahu wa ta’ala yang telah melimpahkan rahmat, taufiq,
ridho dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
ini hingga selesai. Penulisan skripsi berjudul “Pengaruh Konsentrasi Polimer
Karbopol 940 sebagai Gelling Agent terhadap Sifat Fisik Emulgel Gamma-
Oryzanol” bertujuan untuk memenuhi persyaratan guna mendapatkan gelar
Sarjana Farmasi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, sejak masa perkuliahan hingga penyusunan skripsi
ini, sangat sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt dan Ibu Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt,
selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, waktu,
tenaga, saran dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M.Kes., selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
3. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
4. Seluruh dosen di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu
pengetahuan yang telah diberikan kepada saya.
5. Kedua orang tua, ayahanda tersayang Kasturah (alm) dan ibunda tercinta
Maryam yang selalu memberikan kasih sayang semenjak penulis lahir ke
dunia, doa yang tidak pernah putus dan dukungan baik moril maupun materil.
Tidak ada apapun yang dapat membalas kebaikan, cinta dan kasih sayang
yang telah kalian berikan kepada saya. Dan semoga Allah selalu memberikan
keberkahan, cinta dan kasih sayang kepada kedua orang tua saya tercinta.
ix
Terutama untuk ayahanda, semoga ditempatkan di sisi Allah SWT bersama
orang-orang beriman lainnya dan bahagia di surga. Amiin
6. Kedua kakak saya, Muthmainah (almh) dan Fatihatul Rizqillah beserta suami
yang telah memberikan doa, dukungan moril dan materil serta kasih sayang
sehingga penelitian ini berjalan dengan lancar. Semoga Allah selalu
memberikan keberkahan, cinta dan kasih sayang kepada kakak tercinta
khususnya untuk kak Muthmainah (almh), semoga ditempatkan di sisi Allah
SWT bersama orang-orang beriman lainnya serta bahagia di surga. Amiin
7. Seluruh keluarga besar Prodi Farmasi FKIK yang telah memberikan
kesempatan, kemudahan dan dukungan untuk melakukan penelitian ini
8. Kakak-kakak laboran FKIK, ka Eris, ka Lisna, ka Rani, ka Tiwi, ka Lilis, ka
Suryani, ka Walid, ka Zaenab dan ka Rachmadi atas dukungan dan
kerjasamanya selama kegiatan penelitian berlangsung
9. Khoiriyatus Sholihah, Anis Khilyatul Auliya, Pipit Fitriyah, Risha Natasya
Andriani, Dian Mutia, Nihayatul Mardliyah serta teman-teman laboratorium
yang telah banyak memberikan semangat dan kebersamaannya, terima kasih
atas kerjasama dalam penelitian ini
10. Teman-teman CSS MoRA prodi farmasi angkatan 2012 yang telah
memberikan semangat dan kebersamaan selama perkuliahan dan penelitian
berlangsung
11. Teman-teman seperjuangan farmasi angkatan 2012 atas dukungan dan
kerjasamanya
12. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan dukungan hingga terselesaikannya skripsi ini.
x
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.
Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan pada umumnya, dan ilmu farmasi pada khususnya. Akhir kata,
penulis berharap semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini.
Ciputat, Agustus 2016
Penulis
xi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nur Khasanah
NIM : 1112102000093
Program Studi : Farmasi
Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah
saya, dengan judul
PENGARUH KONSENTRASI POLIMER KARBOPOL 940 SEBAGAI
GELLING AGENT TERHADAP SIFAT FISIK EMULGEL GAMMA-
ORYZANOL
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Dengan demikian persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.
Dibuat di : Ciputat
Pada Tanggal : 23 Agustus 2016
Yang menyatakan,
(Nur Khasanah)
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
ABSTRACT ....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...................... xi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 5
2.1 Kulit ............................................................................................... 5
2.2 Gamma-oryzanol .......................................................................... 9
2.3 Emulgel ......................................................................................... 11
2.4 Stabilitas Fisik Emulgel ................................................................ 13
2.5 Surfaktan ....................................................................................... 15
2.6 Radikal Bebas ............................................................................... 17
2.7 Antioksidan ................................................................................... 18
2.8 Komponen Emulgel ...................................................................... 19
2.9 Minyak Dedak Padi ...................................................................... 21
2.10 Tween 80 ....................................................................................... 22
2.11 Span 80 ......................................................................................... 22
2.12 Karbopol ....................................................................................... 23
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 25
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 25
3.2 Alat dan Bahan .............................................................................. 25
3.2.1 Alat ..................................................................................... 25
3.2.2 Bahan ................................................................................ 25
3.3 Prosedur Kerja .............................................................................. 26
3.3.1 Formula Sediaan Emulgel ................................................. 26
3.3.2 Pembuatan Emulgel Gamma-oryzanol ............................. 26
3.3.3 Evaluasi Karakteristik Sediaan ......................................... 27
3.3.3.1 Pengamatan Organoleptis ...................................... 27
3.3.3.2 Pengukuran Diameter Partikel Rata-rata ............... 27
xiii
3.3.3.3 Penentuan pH ........................................................ 27
3.3.3.4 Penentuan Sifat Alir dan Kekentalan .................... 27
3.3.3.5 Uji Daya Sebar ...................................................... 28
3.3.3.6 Uji Stabilitas Fisik ................................................. 28
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 30
4.1 Hasil Pembuatan Emulgel Gamma-oryzanol ................................. 30
4.2 Evaluasi Karakteristik Sediaan ..................................................... 30
4.2.1 Hasil Uji Organoleptis Emulgel Gamma-oryzanol ........... 30
4.2.2 Hasil Pengukuran Diameter Globul Rata-Rata Emulgel
Gamma-oryzanol ............................................................... 31
4.2.3 Hasil Pengukuran pH Emulgel Gamma-oryzanol ............. 33
4.2.4 Hasil Uji Sifat Alir dan Kekentalan Emulgel
Gamma-oryzanol ............................................................... 34
4.2.5 Hasil Uji Daya Sebar ......................................................... 40
4.2.6 Hasil Uji Sentrifugasi Emulgel Gamma-oryzanol ............ 43
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 45
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 45
5.2 Saran .............................................................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 46
LAMPIRAN ...................................................................................................... 53
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Rentang HLB dan Aplikasinya ....................................................... 17
Tabel 3.1 Komposisi Bahan pada Emulgel Gamma-Oryzanol ........................ 26
Tabel 4.1 Formulasi Sediaan Emulgel Gamma-Oryzanol................................ 30
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Organoleptis Emulgel Gamma-Oryzanol .......... 31
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Diameter Globul Rata-Rata Emulgel Gamma-
Oryzanol Selama Penyimpanan ....................................................... 31
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Diameter Globul Rata-Rata Emulgel Gamma-
Oryzanol pada Uji Cycling Test ....................................................... 32
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran pH Emulgel Gamma-Oryzanol Selama
Penyimpanan .................................................................................... 33
Tabel 4.6 Hasil Pengukuran pH Emulgel Gamma-Oryzanol pada Uji
Cycling Test ..................................................................................... 33
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Viskositas Emulgel Gamma-Oryzanol
Selama Penyimpanan ....................................................................... 34
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Viskositas Emulgel Gamma-Oryzanol pada
Uji Cycling Test ............................................................................... 34
Tabel 4.9 Hasil Uji Sentrifugasi Emulgel Gamma-Oryzanol .......................... 44
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Struktur Kulit .............................................................................. 5
Gambar 2.2 Skema Penetrasi Emulgel Melalui Kulit .................................... 9
Gambar 2.3 Struktur Empat Komponen Mayor Gamma-oryzanol ................ 10
Gambar 2.4 Struktur Emulgel ........................................................................ 13
Gambar 2.5 Skema Ilustrasi Tipe Ketidakstabilan pada Emulsi .................... 15
Gambar 2.6 Unit Monomer Asam Akrilat pada Struktur Karbopol ............... 23
Gambar 4.1 Kurva Sifat Emulgel Gamma-oryzanol pada Minggu ke-0 ......... 36
Gambar 4.2 Kurva Sifat Emulgel Gamma-oryzanol pada Minggu ke-2
Suhu 4oC ...................................................................................... 37
Gambar 4.3 Kurva Sifat Alir Emulgel Gamma-Oryzanol pada
Minggu ke-2 Suhu 26±2oC .......................................................... 37
Gambar 4.4 Kurva Sifat Alir Emulgel Gamma-Oryzanol pada
Minggu ke-2 Suhu 40oC, ............................................................. 38
Gambar 4.5 Kurva Sifat Alir Emulgel Gamma-Oryzanol pada
Minggu ke-4 Suhu 4oC, ............................................................... 38
Gambar 4.6 Kurva Sifat Alir Emulgel Gamma-Oryzanol pada
Minggu ke-4 Suhu 26±2oC .......................................................... 39
Gambar 4.7 Kurva Sifat Alir Emulgel Gamma-Oryzanol pada
Minggu ke-4 Suhu 40oC .............................................................. 39
Gambar 4.8 Kurva Daya Sebar Emulgel Gamma-oryzanol pada
Minggu ke-0 ................................................................................ 40
Gambar 4.9 Kurva Daya Sebar Emulgel Gamma-oryzanol pada
Suhu 4oC ...................................................................................... 41
Gambar 4.10 Kurva Daya Sebar Emulgel Gamma-oryzanol pada
Suhu 26±2oC ................................................................................ 42
Gambar 4.11 Kurva Daya Sebar Emulgel Gamma-oryzanol
pada Suhu 40oC ........................................................................... 43
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Gambar Emulgel Gamma-Oryzanol ............................................ 53
Lampiran 2. Hasil Uji Sentrifugasi Emulgel Gamma-Oryzanol ...................... 53
Lampiran 3. Data Hasil Uji pH Emulgel Gamma-Oryzanol
Selama Penyimpanan................................................................... 55
Lampiran 4. Data Hasil Uji pH Emulgel Gamma-Oryzanol
pada Uji Cycling Test .................................................................. 56
Lampiran 5. Data Hasil Uji Viskositas Emulgel Gamma-Oryzanol
pada Uji Cycling Test .................................................................. 56
Lampiran 6. Data Hasil Uji Viskositas Emulgel Gamma-Oryzanol
Selama Penyimpanan................................................................... 57
Lampiran 7. Data Diameter Daya Sebar Emulgel Gamma-Oryzanol
Selama Penyimpanan................................................................... 58
Lampiran 8. Contoh Perhitungan Luas Daya Sebar ......................................... 59
Lampiran 9. Data Hasil Uji Daya Sebar Emulgel Gamma-Oryzanol
Selama Penyimpanan................................................................... 60
Lampiran 10. Data Hasil Pengukuran Sifat Alir Emulgel Gamma-Oryzanol
pada Minggu 0 ............................................................................. 61
Lampiran 11. Data Hasil Pengukuran Sifat Alir Emulgel Gamma-Oryzanol
pada Minggu 2 Suhu 4oC ............................................................. 62
Lampiran 12. Data Hasil Pengukuran Sifat Alir Emulgel Gamma-Oryzanol
pada Minggu 2 Suhu 26±2oC ...................................................... 63
Lampiran 13. Data Hasil Pengukuran Sifat Alir Emulgel Gamma-Oryzanol
pada Minggu 2 Suhu 40oC ........................................................... 64
Lampiran 14. Data Hasil Pengukuran Sifat Alir Emulgel Gamma-Oryzanol
pada Minggu 4 Suhu 4oC ............................................................. 65
Lampiran 15. Data Hasil Pengukuran Sifat Alir Emulgel Gamma-Oryzanol
pada Minggu 4 Suhu 26±2oC ...................................................... 66
Lampiran 16. Data Hasil Pengukuran Sifat Alir Emulgel Gamma-Oryzanol
pada Minggu 4 Suhu 40oC ........................................................... 67
Lampiran 17. Hasil Distribusi Ukuran Globul Emulgel Gamma-Oryzanol
pada Minggu ke-0 ........................................................................ 68
Lampiran 18. Hasil Distribusi Ukuran Globul Emulgel Gamma-Oryzanol
pada Minggu ke-2 Suhu 4oC........................................................ 69
Lampiran 19. Hasil Distribusi Ukuran Globul Emulgel Gamma-Oryzanol
pada Minggu ke-2 Suhu 26±2oC ................................................. 70
Lampiran 20. Hasil Distribusi Ukuran Globul Emulgel Gamma-Oryzanol
pada Minggu ke-2 Suhu 40oC...................................................... 71
Lampiran 21. Hasil Distribusi Ukuran Globul Emulgel Gamma-Oryzanol
pada Minggu ke-4 Suhu 4oC........................................................ 72
Lampiran 22. Hasil Distribusi Ukuran Globul Emulgel Gamma-Oryzanol
pada Minggu ke-4 Suhu 26±2oC ................................................. 73
Lampiran 23. Hasil Distribusi Ukuran Globul Emulgel Gamma-Oryzanol
pada Minggu ke-4 Suhu 40oC...................................................... 74
xvii
Lampiran 24. Hasil Distribusi Ukuran Globul Emulgel Gamma-Oryzanol
Sebelum Uji Cycling Test ............................................................ 75
Lampiran 25. Hasil Distribusi Ukuran Globul Emulgel Gamma-Oryzanol
Setelah Uji Cycling Test .............................................................. 76
Lampiran 26. Data Statistik Nilai pH Emulgel Gamma-Oryzanol Selama
Penyimpanan pada Suhu 4oC....................................................... 77
Lampiran 27. Data Statistik Nilai Viskositas Emulgel Gamma-Oryzanol
Selama Penyimpanan pada Suhu 4oC .......................................... 78
Lampiran 28. Data Statistik Nilai Daya Sebar Emulgel Gamma-Oryzanol
Selama Penyimpanan pada Suhu 4oC .......................................... 80
Lampiran 29. Data Statistik Nilai pH Emulgel Gamma-Oryzanol Selama
Penyimpanan pada Suhu 26±2oC ................................................ 81
Lampiran 30. Data Statistik Nilai Viskositas Emulgel Gamma-Oryzanol
Selama Penyimpanan pada Suhu 26±2oC .................................... 83
Lampiran 31. Data Statistik Nilai Daya Sebar Emulgel Gamma-Oryzanol
Selama Penyimpanan pada Suhu 26±2oC .................................... 84
Lampiran 32. Data Statistik Nilai pH Emulgel Gamma-Oryzanol Selama
Penyimpanan pada Suhu 40oC..................................................... 86
Lampiran 33. Data Statistik Nilai Viskositas Emulgel Gamma-Oryzanol
Selama Penyimpanan pada Suhu 40oC ........................................ 87
Lampiran 34. Data Statistik Nilai Daya Sebar Emulgel Gamma-Oryzanol
Selama Penyimpanan pada Suhu 40oC ........................................ 89
Lampiran 35. Data Statistik Nilai pH Emulgel Gamma-Oryzanol pada
Uji Cycling Test ........................................................................... 90
Lampiran 36. Data Statistik Nilai Viskositas Emulgel Gamma-Oryzanol pada
Uji Cycling Test ........................................................................... 92
Lampiran 37. Data Statistik Ukuran Globul Emulgel Gamma-Oryzanol
Selama Penyimpanan................................................................... 94
Lampiran 38. Sertifikat Analisis Karbopol 940 ................................................. 95
Lampiran 39. Sertifikat Analisis Rice Bran Oil ................................................. 96
Lampiran 40. Sertifikat Analisis Span 80 .......................................................... 97
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gamma-oryzanol merupakan senyawa antioksidan alami yang diperoleh dari
minyak dedak padi atau yang lebih dikenal dengan rice bran oil (RBO). Rice bran
oil adalah minyak yang diekstraksi dari lapisan luar butiran padi dengan sejumlah
lembaga biji (Nasir et al., 2009). Selain gamma-oryzanol, terdapat dua
antioksidan lain dalam rice bran oil yaitu tokoferol (α, β, γ dan δ) dan tokotrienol.
Namun, kandungan gamma-oryzanol dalam dedak padi berjumlah 13-20 kali (b/b)
lebih banyak dibandingkan total kandungan tokoferol dan tokotrienol (Bergman
dan Xu, 2003 dalam Chen dan Bregman, 2005).
Sejumlah studi telah melaporkan bahwa gamma-oryzanol memiliki banyak
manfaat di bidang kesehatan. Gamma-oryzanol diketahui dapat melindungi kulit
dari radiasi ultraviolet dan meningkatkan kelembaban kulit, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai antikerut dan pelembab kulit di bidang kosmetik (Vorarat et
al., 2010). Kemampuan gamma-oryzanol sebagai antioksidan mencapai empat
kali lipat dari vitamin E dalam menghentikan terjadinya oksidasi jaringan dalam
tubuh. Selain itu, gamma-oryzanol juga memiliki peran protektif dalam proses
peroksidasi lipid yang diinduksi oleh sinar UV (Patel dan Naik, 2004) dan
merupakan UV-A filter (Juliano et al., 2005) sehingga digunakan dalam sediaan
tabir surya. Lebih lanjut, Brigitte Kaiser (1995) telah mematenkan komposisi
sunscreen kosmetik yang mengandung gamma-oryzanol dan asam ferulat, yaitu
0,05-5% asam ferulat dan 0,05-5% gamma-oryzanol (Brigitte, 1995).
Gamma-oryzanol bersifat tidak larut dalam air, sehingga untuk
mengaplikasikannya dalam sebuah formula dibutuhkan bentuk sediaan yang dapat
memfasilitasinya. Terdapat beberapa bentuk sediaan topikal yaitu lotion, salep,
krim, gel dan emulgel. Salep, krim dan lotion umumnya bersifat lengket sehingga
cenderung sulit ketika diaplikasikan. Bentuk sediaan tersebut juga memiliki
koefisien sebar yang kecil sehingga perlu digosokkan ketika diaplikasikan (Khunt
et al., 2012). Daya sebar atau koefisien sebar dapat berpengaruh pada kesesuaian
2
UIN Syarif Hidayatullah
dosis yang dihantarkan. Oleh karena itu, dipilihlah bentuk sediaan emulgel
minyak dalam air. Sediaan emulgel ini merupakan sediaan emulsi tipe minyak
dalam air yang digelkan dengan adanya penambahan gelling agent ke dalamnya
(Ajazuddin et al., 2013). Sediaan emulgel minyak dalam air memiliki tingkat
penerimaan pasien atau konsumen yang tinggi karena mempunyai keuntungan
baik dari segi emulsi maupun gel (Vikas et al., 2012).
Dalam penggunaan dermatologis, emulgel memiliki sifat yang
menguntungkan yaitu bersifat tiksotropis, tidak berminyak, mudah merata,
emolien, larut air, dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama, ramah
lingkungan, transparan, dan memiliki penampilan organoleptis yang baik (Vikas
et al., 2012). Emulgel juga dapat memberikan kesan dingin ketika diaplikasikan
karena salah satu fasenya berupa gel (Voight, 1994). Selain itu, karena terdapat
fase emulsi dalam emulgel menjadikan emulgel bersifat elegan dan mudah dicuci
setiap kali diinginkan serta memiliki penetrasi ke kulit yang tinggi (Baibhav et
al., 2012).
Dalam emulgel, terdapat komponen penting yang berperan dalam
menentukan sifat dan stabilitas fisik emugel. Pertama, gelling agent yang akan
berperan sebagai thickening agent dan untuk meningkatkan konsistensi sediaan
emulgel (Vikas et al., 2012). Diantara gelling agent yang luas penggunaannya
dalam bidang farmasi adalah karbopol 940. Karbopol 940 bersifat tidak toksik dan
tidak mengiritasi serta tidak ada bukti terjadinya reaksi hipersensitivitas ketika
digunakan secara topikal (Das et al., 2013).
Kedua, emulgator yang akan berperan dalam proses emulsifikasi dan
digunakan untuk mengontrol stabilitas sediaan selama jangka waktu penyimpanan
tertentu (Vikas et al., 2012). Emulgator yang sering digunakan dalam formulasi
emulgel adalah surfaktan non-ionik (Yenti et al., 2014; Godheekar et al., 2012;
Mohammed, 2004; Vikas et al., 2012; Khullar et al., 2012). Surfaktan non-ionik
lebih sering digunakan karena memiliki potensi toksisitas dan iritasi yang rendah.
Selain itu, surfaktan nonionik tidak memiliki muatan sehingga bersifat kurang
sensitif terhadap perubahan pH dan kekuatan ion dalam larutan (Wang, 2014).
Dalam penelitan sebelumnya yaitu yang dilakukan oleh Baibhav et al. (2012)
yang memformulasi emulgel klaritromisin untuk penghantaran topikal dengan
3
UIN Syarif Hidayatullah
menggunakan karbopol 940 (1%, 1,2% dan 1,3%) sebagai gelling agent dan
tween 80/span 80 sebagai emulgator, menghasilkan bahwa emulgel tersebut
menunjukkan stabilitas fisik dan pelepasan obat yang baik pada kosentrasi
karbopol 1% (Baibhav et al., 2012). Pada umumnya, semakin kental sediaan akan
menyebabkan semakin sulit pelepasan obat dari basisnya, sehingga dalam
penelitian ini konsentrasi karbopol divariasikan pada konsentrasi ≤1% untuk
melihat pengaruhnya terhadap stabilitas fisik emulgel gamma-oryzanol.
Pemilihan jenis gelling agent dengan konsentrasi yang tepat merupakan salah
satu parameter penentu yang dapat mempengaruhi sifat dan stabilitas fisik
sediaan. Selanjutnya, sifat dan stabilitas fisik sediaan yang baik akan
mempengaruhi dan menentukan pelepasan zat aktif yang sesuai dari matriks gel
ketika diaplikasikan ke tempat target, sehingga perlu dilakukan adanya pengujian
terhadap sifat dan stabilitas fisik emulgel gamma-oryzanol ini (Mengesha, 2015).
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini dibuat sediaan emulgel
yang mengandung gamma-oryzanol dengan menggunakan polimer karbopol 940
sebagai gelling agent dan tween 80/span 80 sebagai emulgator. Pengaruh
karbopol 940 sebagai gelling agent diamati dari evaluasi sifat fisik emulgel yang
terdiri dari pengamatan organoleptis, penentuan pH, diameter globul rata-rata,
sifat alir dan viskositas, dan uji stabilitas fisik emulgel.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut:
Bagaimana pengaruh variasi konsentrasi polimer karbopol 940 sebagai gelling
agent terhadap sifat fisik emulgel gamma-oryzanol?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi
polimer karbopol 940 sebagai gelling agent terhadap sifat fisik emulgel gamma-
oryzanol.
4
UIN Syarif Hidayatullah
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang
sifat dan stabilitas fisik emulgel yang mengandung gamma-oryzanol dengan
polimer karbopol 940 sebagai gelling agent dalam variasi konsentrasi yang
berbeda.
5
UIN Syarif Hidayatullah
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kulit
2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit
Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan
luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti
pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-
sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan
keringat dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya
sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa serta pertahanan terhadap
tekanan dan infeksi dari luar (Tranggono dan Lathifah, 2007).
Gambar 2.1 Struktur Kulit
(Sumber: Graaff et al., 2001)
Kulit terdiri dari tiga lapisan. Lapisan yang paling luar yaitu epidermis,
lapisan tengah yaitu dermis dan lapisan yang terdalam yaitu hipodermis.
1. Epidermis
Sel-sel epidermis disebut dengan keratinosit. Lapisan epidermis dari
bagian luar ke dalam dibagi menjadi lima lapisan yaitu (Tranggono dan
Lathifah, 2007):
a. Stratum Korneum
Stratum korneum merupakan lapisan terluar dalam epidermis dan
memiliki ketebalan 10-20 µm ketika kering dan 40 µm ketika terhidrasi
6
UIN Syarif Hidayatullah
dan mengembang (Kermany, 2010). Lapisan ini merupakan lapisan yang
bersifat hidrofobik (mengandung 13% air) terbuat dari sel-sel mati dan
menjadi lapisan tanduk. Stratum korneum menyediakan perlindungan
terhadap penetrasi substansi-substansi asing dari luar. Lapisan stratum
korneum yang merupakan lapisan terluar ini yang akan menentukan sifat
penghalang dari kulit, mengatur fluks kimia dan air antara lingkungan dan
organisme (Bolzinger et al., 2012).
b. Stratum Lusidum
Stratum lucidum merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung
eleidin, sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.
c. Stratum Granulosum
Lapisan ini tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal,
berbutir kasar,berinti mengkerut.
d. Stratum Spinosum
Pada lapisan ini terdapat sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri.
Intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri
atas serabut protein. Cairan limfa masih ditemukan mengitari sel-sel dalam
lapisan ini.
e. Stratum Basal
Lapisan ini merupakan lapisan terbawah epidermis. Di dalam stratum
ini terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami
keratinisasi dan fungsinya hanya membentuk pigmen melanin dan
memberikannya kepada sel-sel keratinosit melalui dendrit-dendritnya.
2. Dermis
Dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin yang
berada di dalam substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin
mukopolisakarida. Serabut kolagen dapat mencapai 72 persen dari keseluruhan
berat kulit manusia bebas lemak. Di dalam dermis terdapat adneksa-adneksa
kulit seperti folikel rambut, papila rambut, kelenjar keringat, saluran keringat,
kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung pembuluh darah dan ujung saraf,
7
UIN Syarif Hidayatullah
juga sebagian lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit
(subkutis/hipodermis) (Tranggono dan Lathifah, 2007).
3. Hipodermis
Lapisan hipodermis merupakan lapisan terdalam pada kulit. Lapisan ini
adalah lapisan kontak antara kulit dan jaringan dibawahnya dalam tubuh seperti
otot dan tulang (Sherwood, 2007 dalam Kermany, 2010).
2.1.2 Permeabilitas dan Penetrasi Obat Melalui Kulit
Substansi atau senyawa yang bersifat hidrofilik tidak dapat berpenetrasi
melalui kulit dengan mudah karena ketidakmampuannya untuk melewati lapisan
stratum korneum yang hidrofobik. Sedangkan substansi atau senyawa yang
bersifat hidrofobik dapat dengan mudah melewati stratum korneum, namun
bertahan didalamnya karena lapisan selanjutnya yang harus dilewati bersifat
hidrofilik (Bolzinger et al., 2012).
Transport obat atau senyawa melalui kulit dapat terjadi melalui beberapa
jalur (Bolzinger et al., 2012) yaitu:
a. Jalur penetrasi epidermis, yaitu melewati stratum korneum
Pada jalur ini obat dapat melalui sel-sel stratum korneum atau dengan
melewati celah antar sel-sel stratum korneum.
b. Jalur transappendageal, melalui folikel rambut dan kelenjar keringat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi senyawa secara topikal yaitu
(Vikas et al., 2012):
a. Faktor Fisiologi
1) Ketebalan kulit
2) Kandungan lemak
3) Densitas folikel rambut
4) Densitas kelenjar keringat
5) pH kulit
6) Aliran darah
7) Hidrasi kulit
8) Adanya inflamasi pada kulit
8
UIN Syarif Hidayatullah
b. Faktor Fisikokimia
1) Koefisien partisi
2) Bobot molekul (<400 dalton)
3) Derajat ionisasi (hanya obat yang tidak terionisasi yang dapat
terabsorbsi sempurna)
4) Pengaruh pembawa yang digunakan
2.1.3 Penghantaran Obat Melalui Kulit
Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan berbagai penyakit
timbul juga akan semakin besar. Upaya untuk menyembuhkan penyakit
mendorong formulator untuk mengembangkan penemuan-penemuan obat,
pengobatan dan sistem penghantaran baru. Selain itu, rute penghantaran obat
untuk mendapatkan respon terapi yang dibutuhkan menjadi sangat penting. Rute
penghantaran obat tergantung pada tipe dan tingkat keparahan penyakit. Untuk
gangguan kulit, biasanya lebih dipilih rute administrasi topikal. Sistem
penghantaran obat melalui topikal dapat didefiniskan sebagai aplikasi langsung
sediaan yang mengandung obat dengan tujuan efek lokal (Ajazuddin et al., 2013).
Keuntungan sistem penghantaran topikal yaitu mampu menghantarkan
obat secara spesifik ke tempat target, menghindari degradasi obat di saluran
gastrointestinal dan degradasi metabolik jika menggunakan rute oral. Sistem
penghantaran obat topikal dapat meningkatkan bioavailabilitas obat dengan
menghindari metabolisme lintas pertama di hati dan menghantarkan obat secara
konstan untuk jangka waktu yang diperpanjang. Pada sistem penghantaran obat
topikal, obat akan berdifusi keluar dari sistem mencapai tempat target dan
diabsorbsi melalui kulit. Adanya peningkatan laju pelepasan obat dari sediaan
dapat meningkatkan absorpsi perkutan obat. Pelepasan obat dari sediaan topikal
tergantung dari sifat fisikokimia pembawa dan obat yang digunakan (Ajazuddin et
al., 2013).
9
UIN Syarif Hidayatullah
Gambar 2.2 Skema Penetrasi Emulgel melalui Kulit (sumber: Ajazuddin et al., 2013)
2.2 Gamma-Oryzanol
2.2.1 Deskripsi dan Komponen Kimia
Gamma-oryzanol merupakan campuran senyawa phytosteryl ferulate dan
triterpen alkohol yang diekstraksi dari minyak kulit ari beras /Rice Brain Oil
(RBO). Rice bran atau bekatul adalah komponen dari beras mentah yang
diperoleh ketika dipisahkan dari bagian endosperma selama proses penggilingan
padi (Juliano et al., 2005). Gamma-oryzanol dapat dipisahkan dan
dikuantifikasi dengan menggunakan high- performance liquid chromatography
(Patel dan Naik, 2004). Jumlah gamma-oryzanol tergantung dari metode ekstraksi
yang digunakan, varietas padi, musim dan daerah tumbuhnya (Sakunpak, 2014).
Awalnya, gamma-oryzanol diduga merupakan komponen tunggal, namun
kemudian diketahui bahwa gamma-oryzanol terdiri dari lebih 10 jenis phytosteryl
ferulate dengan empat komponen utama yaitu cycloartenyl ferulate, 24-
methylenecycloartanyl ferulate, campesteryl ferulate dan sitosteryl ferulate.
Keempat komponen ini terdapat dalam jumlah 83,6% (Kim et al., 2014). Menurut
Xu (2001), komponen yang memiliki aktivitas antioksidan tertinggi adalah 24-
methylenecycloartanyl ferulate.
10
UIN Syarif Hidayatullah
Gambar 2.3 Struktur Empat Komponen Mayor Gamma-Oryzanol (Sumber: Patel dan Naik, 2004; Islam et al., 2009)
2.2.2 Sifat Fisikokimia
Gamma-oryzanol berwarna putih atau putih kekuningan, tidak berbau dan
berbentuk serbuk kristalin. Gamma-oryzanol bersifat hidrofob, mudah larut dalam
kloroform, sukar larut dalam etanol dan tidak larut dalam air. Stabil pada suhu
30oC hingga 80 hari (tsuno.co.jp).
2.2.3 Manfaat
Gamma-oryzanol dilaporkan memiliki beberapa manfaat dalam bidang
kesehatan yaitu: memperbaiki pola lipid plasma, menurunkan kolesterol total
plasma dan meningkatkan level kolesterol HDL serta menghambat agregasi
platelet. Gamma-oryzanol juga menunjukkan aktivitas sebagai antioksidan dalam
sistem in vitro seperti pyrogallol autoxidation, peroksidasi lipid yang diinduksi
dalam homogenat retina babi oleh ion besi dan oksidasi kolesterol yang diinduksi
oleh 2,2’-azobis(2-methylpropionamidine) (Juliano et al., 2005). Selain itu,
gamma-oryzanol diketahui dapat melindungi kulit dari radiasi ultraviolet dan
meningkatkan kelembaban kulit. Sehingga dapat dimanfaatkan sebagai antikerut
dan pelembab kulit di bidang kosmetik (Vorarat et al., 2010).
cycloartenyl ferulate
24-methylenecycloartanyl ferulate campesteryl ferulate
β-Sitosteryl ferulate
11
UIN Syarif Hidayatullah
Sifat gamma-oryzanol sebagai antioksidan disebabkan karena adanya
struktur asam ferulat di dalamnya. Asam ferulat merupakan antioksidan asam
fenolat. Xu et al. (2001) melaporkan bahwa aktivitas antioksidan tertinggi dalam
melawan oksidasi kolesterol ditunjukkan oleh 24-methylenecycloartanyl ferulate
dan ketiga komponen gamma-oryzanol (cycloartenyl ferulate, 24-
methylenecycloartanyl dan campesteryl ferulate) memiliki aktivitas antioksidan
lebih tinggi dibandingkan vitamin E (α-tocopherol, β- tocopherol, γ- tocopherol
dan δ- tocopherol) (Patel dan Naik, 2004).
2.2.4 Profil Keamanan
Kobayasi (1979) melaporkan bahwa hanya terjadi iritasi kulit ringan pada
tes patch kulit menggunakan salep gamma-oryzanol 1%. Yahara et al. (1973),
dalam penelitiannya menggunakan tikus menyatakan bahwa penghantaran
gamma-oryzanol oral dan intraperitoneal 10.000 mg/kg tidak menyebabkan
abnormalitas secara umum maupun setelah dibedah. Begitu pula ketika
dihantarkan melalui subkutan sebesar 500 mg/kg. Data lain menyebutkan bahwa
tidak terjadi abnormalitas pada tikus setelah 6 bulan diberikan gamma-oryzanol
peroral (30-1000 mg/kg) (Hasato et al., 1974).
2.3 Emulgel
Sediaan emulgel merupakan sediaan emulsi tipe minyak/air atau air/minyak
yang digelkan dengan adanya penambahan gelling agent ke dalamnya (Ajazuddin
et al., 2013). Emulsi tipe minyak dalam air digunakan untuk membuat emulgel
yang dapat menghantarkan obat hidrofobik. Sedangkan emulsi tipe air dalam
minyak, umumnya digunakan untuk membentuk emulgel yang dapat
menghantarkan obat hidrofilik (Olatunji, 2015).
Sediaan emulgel lebih diterima oleh konsumen karena memiliki keuntungan
baik dari segi emulsi maupun gel. Gel yang digunakan dalam bidang dermatologi
memiliki keuntungan yaitu bersifat tiksotropik, mudah merata, tidak berminyak,
mudah dicuci, bersifat emolien dan cocok dengan berbagai eksipien Sedangkan
emulsi mempunyai tingkat penampilan yang cocok, mudah dicuci, tingkat
penetrasi obat tinggi, dan viskositas, penampilan fisik serta tingkat kelicinannya
12
UIN Syarif Hidayatullah
dapat dikontrol. Emulsi juga dapat digunakan untuk menghantarkan berbagai jenis
obat (Baibhav, 2012) baik obat yang bersifat hidrofilik maupun hidrofobik.
Emulgel yang diharapkan adalah emulgel dengan sifat atau karakteristik yang
meliputi penetrasi obat yang lebih baik, menyebar secara rata, tidak berminyak
saat diaplikasikan, larut air, ramah lingkungan, tidak meninggalkan noda, lembab,
transparan atau bening dan nyaman digunakan (Olatunji, 2015).
Menurut Hyma (2014) keuntungan sediaan emulgel adalah sebagai berikut :
a. Obat hidrofobik dapat dengan mudah digabungkan ke dalam gel
menggunakan emulsi tipe minyak/air.
Kebanyakan obat hidrofobik tidak dapat digabungkan ke dalam
basis gel secara langsung karena masalah kelarutannya. Oleh karena itu,
emulgel dapat membantu penggabungan obat hidrofobik ke dalam fase
minyak lalu globul minyak terdispersi dalam fase air membentuk emulsi
minyak/air. Setelah itu, emulsi tersebut dapat dicampur ke dalam basis gel.
Hal ini memungkinkan stabilitas dan pelepasan obat yang lebih baik
dibandingkan sekedar menggabungkan obat ke dalam basis gel.
a. Memiliki stabilitas yang lebih baik
b. Kapasitas muatan yang lebih baik
Hal ini disebabkan karena sistem pembentuk emulgel diantaranya
adalah sistem gel. Gel terdiri dari jaringan yang luas sehingga
memberikan kapasitas muatan yang lebih baik.
c. Mudah dikerjakan dengan biaya yang terjangkau
d. Tidak ada sonikasi intensif
Jika dibandingkan dengan molekul vesikular yang membutuhkan
sonikasi intensif yang dapat menyebabkan kebocoran dan degradasi obat,
pembuatan emulgel tidak membutuhkan sonikasi tersebut.
e. Memberikan pelepasan obat yang terkontrol
Emulgel dapat digunakan untuk memperpanjang efek terapi obat
yang memiliki t ½ pendek baik untuk obat hidrofob (emulgel minyak/air)
maupun obat hidrofil (emulsi air/minyak).
13
UIN Syarif Hidayatullah
Gambar 2.4 Struktur Emulgel
(sumber: Mohammed Haneefa et al., 2013)
Pada dasarnya, emulgel dapat dibuat melalui dua tahap yaitu tahap
emulsifikasi dan tahap penggabungan emulsi ke dalam basis gel
(Mengesha, 2015).
2.4 Stabilitas Fisik Emulgel
Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau kosmetik
untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang ditetapkan sepanjang periode
penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan, kualitas dan
kemurnian produk tersebut (Djajadisastra, 2004). Karena emulgel merupakan
sediaan yang terdiri dari emulsi yang digelkan oleh gelling agent, maka stabilitas
emulgel bergantung pada stabilitas emulsi yang dihasilkan. Emulsi merupakan
suatu sistem yang secara fisik bersifat tidak stabil (Ma dan Hadzija, 2013). Emulsi
yang stabil didefinisikan sebagai suatu sistem dengan globul-globul yang mampu
mempertahankan sifat awalnya dan tetap terdistribusi merata dalam fase eksternal
(Aulton, 2001). Kestabilan emulsi ditandai dengan tidak adanya penggabungan
fase internal, tidak adanya creaming, dan tidak ada perubahan penampilan, bau,
warna serta sifat fisik lainnya (Sinko, 2011). Suatu sistem emulsi dapat
mengalami ketidakstabilan fisik yang bersifat reversibel (creaming dan flokulasi)
maupun irreversibel (koalesen dan inversi fase). Ketidakstabilan yang bersifat
reversibel dapat kembali ke keadaan awal dengan sedikit agitasi. Sedangkan
ketidakstabilan berupa koalesen dan inversi fase dapat berakhir dengan pemisahan
fase (Eccleston, 2007 dalam Gadri, 2012).
14
UIN Syarif Hidayatullah
Berikut beberapa parameter dalam menentukan ketidakstabilan fisik pada
emulsi:
a. Flokulasi
Flokulasi merupakan suatu proses dua atau lebih droplet bergabung
menjadi droplet yang lebih besar tanpa kehilangan sifat masing-masing.
Flokulasi umumnya merupakan prekursor terjadinya koalesen atau agregasi
(Denton dan Rostron, 2013).
b. Creaming
Creaming adalah peristiwa pembentukan agregat dari bulatan fase dalam
yang memiliki kecenderungan lebih besar untuk naik ke permukaan emulsi
atau jatuh ke dasar emulsi tersebut daripada partikel-partikelnya sendiri
(Martin, 1993). Menurut hukum Stoke, laju creaming bergantung pada
beberapa parameter yaitu ukuran droplet, perbedaan densitas kedua fase dan
viskositas fase kontinyu. Sehingga, untuk menurunkan laju creaming dapat
dilakukan dengan memperkecil ukuran droplet atau meningkatkan viskositas
fase eksternal (Sinko, 2011).
c. Koalesen
Koalesen merupakan proses penggabungan droplet-droplet fase terdispersi
menjadi droplet dengan ukuran yang lebih besar dari ukuran semula (Ma dan
Hadzija, 2013) dikarenakan pecahnya lapisan film yang terdapat dibagian
antarmuka droplet (Lakkies, 2007). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
koalesen merupakan suatu proses yang bersifat irreversibel. Koalesen dapat
terjadi karena viskositas fase kontinyu yang tidak cukup dan/atau volume fase
dalam yang tinggi dari total volume emulsi (Ma dan Hadzija, 2013).
d. Inversi Fase
Pada fenomena ini terjadi perubahan tipe emulsi dari M/A menjadi A/M
atau sebaliknya. Bila inversi fase terjadi setelah pembuatan, secara logis hal
ini bisa dianggap sebagai tanda instabilitas emulsi (Sinko, 2011).
e. Cracking
Kerusakan yang paling besar dari emulsi adalah cracking. Cracking
ditandai dengan terpisahnya emulsi menjadi dua fase yaitu fase minyak dan
15
UIN Syarif Hidayatullah
fase air dan tidak bercampur meskipun dilakukan pengocokan (Ansel, 1998
dalam Indayanti, 2014).
Evaluasi yang umum dilakukan untuk menilai stabilitas fisik emulsi yaitu
evaluasi perubahan penampilan fisik, distribusi ukuran droplet, muatan
droplet dan rheologi serta evaluasi stabilitas dibawah kondisi dipercepat baik
dengan suhu atau gaya (seperti sentrifugasi) (Aulton, 2013). Menurut Aulton
(2001), penilaian stabilitas emulsi dapat diperoleh dari penentuan derajat
pemisahan fase minyak dan air atau dari tingkat creaming. Sedangkan
menurut Martin (2011), salah satu metode yang dapat digunakan untuk
menentukan stabilitas emulsi didasarkan pada percepatan proses pemisahan,
yang sering terjadi pada kondisi penyimpanan. Metode ini terdiri dari metode
freeze-thaw, cycling test dan sentrifugasi (Sinko, 2011).
Gambar 2.5 Skema Ilustrasi Tipe Ketidakstabilan pada Emulsi (sumber: Im-Emsap & Siepmann , 2002)
2.5 Surfaktan
2.5.1 Pengertian Surfaktan
Surfaktan merupakan senyawa organik yang bersifat ampifatik dimana
senyawa tersebut memiliki gugus hidrofobik (bagian ekor) dan gugus hidrofilik
(bagian kepala). Sehingga dengan adanya kedua gugus tersebut, surfaktan dapat
larut baik dalam air maupun dalam pelarut organik. Ketika surfaktan dicampurkan
kedalam emulsi, surfaktan akan menutupi permukaan droplet dengan bagian
hidrofobiknya terdapat dalam droplet (minyak) dan bagian hidrofiliknya terdapat
16
UIN Syarif Hidayatullah
dalam air (Li et al., 2008 dalam Muhaimin, 2013) sehingga dapat mencegah
droplet minyak mendekat satu sama lain (Wang, 2014).
2.5.2 Klasifikasi Surfaktan
Berdasarkan muatannya, surfaktan dapat diklasifikasikan menjadi empat
golongan yaitu:
a) Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian hidrofiliknya memiliki
muatan positif. Contohnya yaitu laurylamine hydrocloride, trimethyl
dodecylammonium chloride dan cetyl trimethylammonium bromide
b) Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian hidrofiliknya memiliki
gugus bermuatan negatif seperti sulfat, sulfonat dan karboksilat. Contoh
surfaktan golongan ini adalah Na stearat, Na dodecyl sulfat dan Na
dodecyl benzene sulfonate.
c) Surfaktan nonionik yaitu surfaktan yang bagian hidrofiliknya tidak
bermuatan. Sehingga tidak dapat terionisasi didalam larutan dan tahan
terhadap perubahan pH. Contoh: ester gliserin asam lemak, estre sorbitan
asam lemak, ester sukrosa asalm lemak, polietilena alkil amina,
glukamina, alkil poliglukosida, mono alkanol amina, dialkanol amina dan
alkil amina oksida.
d) Surfaktan zwitterionik/amfoterik yaitu surfaktan yang bagian hidrofiliknya
memiliki muatan positif dan negatif. Dalam larutan basa akan berperan
sebagai surfaktan anionik dan dalam larutan asam berperan sebagai
surfaktan kationik. Contoh surfaktan golongan ini meliputi lauryl betaine,
lauramidopropyl betaine dan cocoamido 2-hydropropyl sulfobetaine.
2.5.3 HLB (Hydrophyle-Lipophile Balance)
Keberhasilan terbentuknya suatu emulsi yang stabil, berkaitan erat dengan
hubungan antara struktur molekul surfaktan dan aktivitas permukaannya. Griffin
(1947), menciptakan suatu skala berupa nilai-nilai yang berfungsi sebagai ukuran
keseimbangan hidrofilik-lipofilik bahan-bahan aktif permukaan. Skala ini dikenal
dengan sistem keseimbangan gugus hidrofilik dan lipofilik atau HLB
(hydrophyle-lipophile balance). Semakin tinggi nilai HLB suatu senyawa maka
17
UIN Syarif Hidayatullah
semakin bersifat hidrofilik. Seperti Span (ester sorbitan yang dibuat ICI Amerika
Inc.,) bersifat lipofilik dan mempunyai nilai HLB rendah (1,8-8,6) dan Tween
(turunan polioksietilen dari Span) bersifat hidrofilik dengan nilai HLB tinggi (9,6-
16,7) (Sinko, 2011). Dengan adanya sistem HLB, formulator dapat menentukan
sistem emulgator yang paling cocok untuk diaplikasikan, baik berupa surfaktan
tunggal maupun kombinasi surfaktan yang sesuai dengan HLB butuh fase minyak
yang terdispersi, sehingga didapatkan emulsi yang stabil (Myers, 2006).
Tabel 2.1 Rentang HLB dan Aplikasinya
Rentang HLB Aplikasi
3-6 Emulsifying agent Air/Minyak
7-9 Agen pembasah
8-18 Emulsifying agent Minyak/Air
13-15 Detergent
15-16 Solubilizer
(sumber: Marriott et al., 2010)
Penggunaan kombinasi surfaktan dapat menjadi rumit karena campuran
surfaktan tersebut sering menghasilkan emulsi yang lebih stabil daripada surfaktan
tunggal dengan nilai HLB yang sama. HLB campuran dapat diperoleh dengan
menggunakan persamaan (Myers, 2006):
HLBcamp = fA x HLBA + (1 - fA) x HLBB
(Keterangan: fA = bobot surfaktan A; HLBA = HLB surfaktan A; HLBB = HLB surfaktan B)
2.6 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki
elektron tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbital atomnya. Adanya
elektron yang tidak berpasangan menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif
mencari pasangan, dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul yang
berada di sekitarnya. Jika elektron yang terikat oleh senyawa radikal bebas
tersebut bersifat ionik, dampak yang timbul memang tidak begitu berbahaya.
Namun, bila elektron yang terikat radikal bebas berasal dari senyawa yang
18
UIN Syarif Hidayatullah
berikatan kovalen, maka akan sangat berbahaya karena ikatan digunakan bersama-
sama pada orbital terluarnya. Umumnya, senyawa yang memiliki ikatan kovalen
adalah molekul-molekul besar (biomakromolekul) seperti lipid, protein dan DNA
(Winarsi, 2011).
Tahapan reaksi pembentukan radikal bebas mirip dengan rancidity oxidative,
yaitu melalui 3 tahapan reaksi sebagai berikut (Winarsi, 2011):
a. Tahap inisiasi, yaitu awal pembentukan radikal bebas.
Seperti:
Fe++
+ H2O2 Fe+++
+ OH- + ∙OH
R1-H + ∙OH R1∙ + H2O
b. Tahap propagasi, yaitu tahap pemanjangan rantai radikal.
R2-H + R1∙ R2∙ + R1-H
R3-H + R2∙ R3∙ + R2-H
c. Tahap terminasi, yaitu tahap bereaksinya senyawa radikal dengan senyawa
radikal lain atau dengan penangkap radikal, sehingga potensi propagasinya
menjadi rendah.
R1∙ + R1∙ R1- R1
R2∙ + R1∙ R2- R1
R2∙ + R2∙ R2- R2 dan seterusnya
2.7 Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (electron donor) atau
reduktan. Senyawa ini memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu menginaktivasi
berkembangnya reaksi oksidasi dengan cara mencegah terbentuknya radikal.
Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi
dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif sehingga
kerusakan sel akan dihambat (Winarsi, 2011).
Antioksidan dapat digolongan menjadi dua yaitu antioksidan enzimatik dan
antioksidan non-enzimatik. Antioksidan enzimatik yaitu antioksidan endogen
yang meliputi enzim superoksida dismutase (SOD), katalase dan sistem glutation
(glutation peroksidase, glutation reduktase). Enzim-enzim tersebut bekerja dengan
cara melindungi jaringan dari kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh radikal
19
UIN Syarif Hidayatullah
bebas oksigen seperti anion peroksida, radikal hidroksil dan hidrogen peroksida
(Winarsi, 2011). Antioksidan non-enzimatik meliputi asam askorbat (vitamin C),
glutation, melatonin, tokoferol dan tokotrienol (vitamin E) dan asam urat (Lobo et
al., 2010).
Antioksidan dapat berupa antioksidan endogen dan antioksidan eksogen
(didapat dari luar tubuh) seperti bagian dari diet atau suplemen. Beberapa
komponen diet tidak menetralkan radikal bebas, tetapi meningkatkan aktivitas
endogen. Komponen tersebut tetap disebut sebagai antioksidan. Antioksidan
endogen memiliki peranan penting dalam mempertahankan fungsi selular yang
optimal. Namun, dibawah kondisi yang mendukung terjadinya oxidative stress,
antioksidan endogen mungkin tidak cukup sehingga dibutuhkan antioksidan
tambahan untuk menjaga fungsi seluler optimal (Rahman, 2007). Beberapa
antioksidan dapat berinteraksi dengan antioksidan lain dan menyebabkan
regenerasi sifat asli antioksidan tersebut. Mekanisme yang terlibat disebut dengan
antioxidant network (Rahman, 2007).
2.8 Komponen Emulgel
a. Fase Minyak
Fase minyak yang digunakan pada emulgel harus dapat berfungsi sebagai
pembawa yang baik bagi zat aktif dan menyediakan kapasitas muatan yang
besar dalam formula (Mengesha, 2015). Untuk emulsi penggunaan eksternal,
mineral oil baik tunggal maupun kombinasi dengan paraffin padat sering
digunakan sebagai pembawa obat dan sebagai pemberi karakteristik oklusi
serta sensori pada emulsi tersebut (Vikas et al., 2012).
b. Fase Air
Yang umum digunakan sebagai fase air adalah air, alkohol dan lainnya
(Vikas et al., 2012). Dalam penelitian ini, fase air atau pelarut yang
digunakan adalah akuades.
20
UIN Syarif Hidayatullah
c. Emulgator
Emulgator digunakan dalam proses emulsifikasi dan untuk mengontrol
stabilitas emulsi selama penyimpanan (Mohammed Haneefa, et al., 2013;
Vikas et al., 2012; Panwaret al., 2011). Emulgator bekerja dengan adsorpsi
pada daerah antarmuka cair-cair sehingga membentuk film antarmuka. Film
ini memerankan dua fungsi, (1) menurunkan tegangan antarmuka antara dua
cairan dan ketidakstabilan termodinamika sistem yang disebabkan oleh
peningkatan daerah antarmuka antara dua fase cair tersebut, (2) menurunkan
laju koalesen partikel cairan terdispersi dengan adanya pembentukan barrier
mekanik, steric dan/atau elektrik di sekitarnya. Barrier sterik dan elektrik
menghambat pendekatan yang erat antar partikel. Barrier mekanik
meningkatkan resistensi partikel terdispersi terhadap goncangan mekanik dan
mencegah koalesensi antar partikel (Rosen dan Kunjappu, 2012).
d. Gelling Agent
Gelling agent digunakan untuk meningkatkan konsistensi sediaan dan
berfungsi sebagai thickening agent (Mohammed Haneefaet al., 2013; Vikas et
al., 2012; Panwar et al., 2011). Gelling agent adalah polimer yang
membentuk matriks tiga dimensi karena adanya derajat sambung silang yang
tinggi atau asosiasi ketika dihidrasi dan didispersikan/dilarutkan didalam
pelarutnya yang sesuai. Umumnya, gelling agent digunakan pada konsentrasi
0,5-10%, membatasi pergerakan pelarut dengan menjerap pelarut tersebut
sehingga dapat meningkatkan viskositas. Gelling agent yang digunakan luas
penggunaannya di industri meliputi karbomer (karbopol), turunan selulosa,
poloxamer (Pluronic) dan gum alam seperti akasia, natrium alginat, xanthan
gum dan tragakan (Desai dan Mary Lee, 2007).
e. Peningkat Penetrasi
Di dalam formula emulgel, umumnya terdapat senyawa peningkat
penetrasi. Peningkat penetrasi digunakan untuk meningkatkan absorpsi obat
dengan cara mengganggu barrier kulit, menyebabkan fluidisasi jaringan lipid
antara korneosit-korneosit, mengubah partisi obat ke dalam kulit atau
21
UIN Syarif Hidayatullah
meningkatkan transpor obat ke dalam kulit. Beberapa contoh Peningkat
penetrasi yang digunakan yaitu asam oleat, lesitin, clove oil, mentol dan asam
linoleat (Mohammed Haneefa et al., 2013; Vikas et al., 2012; Panwar et al.,
2011).
2.9 Minyak Dedak Padi/Rice Bran Oil
Rice bran oil adalah minyak yang diekstraksi dari lapisan luar butiran padi
dengan sejumlah lembaga biji (Nasir et al., 2009). Rice bran oil atau minyak
dedak padi dapat diekstraksi dari dedak padi dengan pelarut menggunakan n-
heksana food grade atau dengan ohmic heating dan supercritical fluid extraction.
Minyak dedak padi mentah yang diperoleh dari ekstraksi dengan pelarut
kemudian dimurnikan secara fisik dan kimia agar didapatkan spesifikasi minyak
sayur yang layak dimakan (Patel dan Naik, 2004).
Rice bran oil berwarna kuning pucat, jernih (pada suhu 20oC), tak berbau
dengan indeks asam <0,50. Densitas minyak pada suhu 20oC berkisar antara 0,920
dan 0,930; indeks refraktif (pada 20oC) 1,471-1,475; rasa manis ringan (Cicero et
al., 2005).
Rice bran oil mengandung komposisi seimbang antara asam lemak jenuh dan
asam lemak tak jenuh serta mengandung sumber vitamin E, antioksidan, oryzanol
dan mikronutrien lainnya (Nguyen, 2011). RBO mengandung asam lemak tak
jenuh berupa asam oleat (38,4%), asam linoleat (34,4%) dan asam linolenat
(2,2%). Selain itu juga mengandung asam lemak jenuh berupa asam palmitat
(21,5%) dan asam stearat (2,9%). Komposisi rice bran oil mentah yang tak
tersaponifikasi mengandung komponen antioksidan yaitu tokoferol/tokotrienol
(hingga 300 mg/kg vitamin E) dan gamma-oryzanol (hingga 3000 mg/kg)
(Juliano et al., 2005). Konsentrasi kandungan antioksidan dalam rice bran oil
dapat bervariasi tergantung asal masing-masing padi yang digunakan (Arab et
al., 2011). Berbeda dari minyak sayur olahan, minyak dedak padi mentah kaya
akan fraksi tak tersaponifikasi (hingga 5%) terutama terdiri dari sterol (43%),
triterpen alkohol (28%) 4-metil-sterol (10%) dan komponen yang kurang polar
(19%). Fitosterol yang terkandung didalamnya meliputi β-sitosterol (900 mg%),
22
UIN Syarif Hidayatullah
kampesterol (500 mg%), stigmasterol (250 mg%), skualen (320 mg%) dan γ-
oryzanol (Cicero et al., 2005).
2.10 Tween 80 (Polyoxyethylene 20 Sorbitan Monooleate)
Tween 80 atau yang bisa disebut juga dengan Polysorbat 80 merupakan
ester asam lemak polioksietilen sorbitan yang berbentuk cairan berminyak
berwarna kuning yang memiliki bau khas dengan rasa agak pahit. Tween 80
digunakan sebagai emulsifying agent, solubilizing agent dan wetting agent.
Senyawa ini dapat larut dalam air dan etanol tetapi tidak dapat larut dalam minyak
mineral dan minyak tumbuhan. Seperti halnya dengan Span 80, Tween 80 juga
merupakan surfaktan nonionik dan memiliki nilai HLB 15. Tween 80
mengandung 20 unit oksietilen dan sering digunakan sebagai emulgator dalam
pembuatan emulsi minyak dalam air yang stabil. Polysorbat seperti Tween 80 juga
digunakan secara luas dalam pembuatan kosmetik dan produk makanan (Rowe et
al., 2009).
Tween 80 dapat larut dalam air dan digunakan untuk membentuk emulsi
minyak dalam air, sedangkan span 80 digunakan untuk membentuk emulsi air
dalam minyak. Kombinasi kedua emulgator ini ditujukan dalam pembentukan
emulsi yang stabil. Karena sifat kimia yang berkaitan antara tween 80 dan span
89, maka keduanya saling mengimbangi dalam terjadinya interaksi hidrofilik dan
hidrofobik. Ketika digunakan bersama, tween 80 dan span 80 dapat tersusun lebih
rapat di bagian antarmuka fase minyak dan air (Nguyen, 2011).
Tween 80 bersifat stabil terhadap elektrolit, asam dan basa lemah. Harus
disimpan dalam wadah tertutup, terlindung dari cahaya, di tempat kering dan
sejuk (Rowe et al., 2009).
2.11 Span 80 (Sorbitan Monooleate)
Span 80 memiliki nama lain sorbitan monooleat. Span 80 merupakan ester
sorbitan berbentuk cairan kental berwarna kuning yang memiliki bau dan rasa
yang khas. Span 80 dapat digunakan sebagai emulsifying agent, solubilizing agent
dan wetting agent. Senyawa ini umumnya larut atau terdispersi didalam air dan
mudah larut dalam berbagai pelarut organik. Span 80 merupakan surfaktan
23
UIN Syarif Hidayatullah
nonionik dengan nilai HLB 4,3. Jika digunakan secara tunggal, ester sorbitan
seperti Span 80 akan menghasilkan emulsi air dalam minyak yang stabil dan
mikroemulsi. Tetapi, ester sorbitan lebih sering digunakan kombinasi dengan
polysorbat untuk menghasilkan emulsi minyak tipe M/A atau A/M, krim, dan self-
emulsifying drug delivery system untuk obat-obat yang kurang larut. Span 80
bersifat stabil dengan asam dan basa lemah dan harus disimpan dalam wadah
tertutup ditempat kering dan sejuk (Rowe et al., 2009).
2.12 Karbopol
Karbopol memiliki nama lain acrypol; acritamer; acrylic acid polymer;
carbomera; carbopol; carboxy polymethylene; polyacrylic acid; carboxyvinyl
polymer; pemulen; tego carbomer.
Gambar 2.6. Unit Monomer Asam Akrilat pada Struktur Karbopol
(sumber: Rowe et al., 2009)
Karbopol merupakan polimer bobot molekul tinggi sintetis dari asam
akrilat yang disambung silang dengan allyl sukrosa atau allyl eter dari
pentaerythriol. Karbopol mengandung 52% dan 68% gugus asam karboksilat
(COOH) dihitung pada keadaan kering (Rowe et al., 2009).
Karbopol dapat membentuk hidrogel dalam air atau larutan alkali karena
adanya hidrasi gugus karboksil pada strukturnya (Tas et al., 2004). Karbopol
dapat membentuk gel yang halus dan transparan ketika konsentrasinya diatas
0,5%. Penambahan trietanolamin ke larutan polimer tersebut dapt menetralkan
karbopol yang sebelumnya bersifat asam. Jumlah trietanolamin yang ditambahkan
berpengaruh pada viskositas gel karbopol. Jumlah trietanolamin yang tinggi dapat
menyebabkan gel yang dihasilkan menjadi semakin kental dan terjadi
24
UIN Syarif Hidayatullah
pembentukan gel yang lebih kompleks dibandingkan ketika trietanolamin
ditambahkan dalam jumlah yang lebih rendah. Viskositas gel yang terlalu kental
dapat mengakibatkan pelepasan obat dari gel menjadi lebih sulit (Yen et al.,
2015). Viskositas karbopol juga ditentukan oleh komposisi polimer didalamnya.
Terdapat beberapa tipe karbopol yaitu karbopol 934, 934P, 940, 941 dan 1342.
Karbopol 934 dan 940 merupakan jenis yang sering digunakan di industri farmasi
(Swarbrick, 2007). Karbopol 940 adalah tipe yang memiliki viskositas paling
tinggi dibandingkan dengan tipe yang lainnya, yaitu antara 40.000-60.000 cPs
dengan konsentrasi 0,5% b/v (Rowe et al., 2009).
Karbopol berbentuk serbuk putih, halus, bersifat asam, higroskopik
dengan bau cukup khas. Dapat mengembang dalam air dan gliserin, dan setelah
dinetralkan, dalam etanol 95%. Karbopol bersifat tidak larut tetapi dapat
mengembang. Pada suhu ruangan, dispersi karbopol dapat mempertahankan
viskositasnya selama penyimpanan jangka panjang. Begitu juga pada suhu
penyimpanan tinggi dengan adanya antioksidan atau jika dispersi karbopol
dilindungi dari cahaya maka viskositas dapat dipertahankan atau hanya sedikit
terkurangi (Rowe et al., 2009).
Karbopol digunakan dalam berbagai sediaan yang meliputi sediaan krim,
gel, losion dan salep sebagai rheologi modifier untuk penggunaan mata, rektal,
topikal dan vaginal. Kopolimer karbopol juga digunakan sebagai emulgator dalam
sediaan emulsi minyak/air untuk penggunaan eksternal. Sebagai emulgator
umumnya konsentrasi yang digunakan yaitu 0,1-0,5 %, sebagai gelling agent
yaitu 0,5-2%, sebagai suspending agent yaitu 0,5-1%, sebagai pengikat tablet
yaitu 0,75-3% dan sebagai pengontrol pelepasan zat aktif yaitu 5-30% (Rowe et
al., 2009).
Karbopol tidak kompatibel dengan resorsinol, fenol, polimer kationik,
asam kuat dan elektrolit dengan tingkat tinggi. Serbuk karbopol harus disimpan
dalam wadah kedap udara dan resisten korosi serta terlindung dari kelembapan.
Penggunaan wadah gelas, plastik atau resin-lined direkomendasikan untuk
penyimpanan formula yang mengandung karbopol (Rowe et al., 2009).
25
UIN Syarif Hidayatullah
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Peneltian I, Laboratorium Penelitian
II dan Laboratorium Biologi Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Waktu
penelitian dimulai pada bulan April hingga Juni 2016.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah viscotester HAAKE 6R
(Thermo Scientific, Jerman), overhead stirrer (IKA® RW 20 Digital), pH meter
(Horiba F-52, Jepang), hotplate stirreer, sentrifugator (Eppendorf SH7R),
refrigerator, oven, mikroskop optik, magnetic stirrer, timbangan analitik (AND
GH-202), termometer, tabung eppendorf dan alat-alat gelas lain yang biasa
digunakan di laboratorium.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gamma-oryzanol
(Wako, Jepang), rice bran oil (Tsuno Rice Fine Chemicals co., ltd., Jepang),
tween 80, span 80 (Shadong Biotechnology, Shanghai China), karbopol 940
dengan viskositas 33.300 mPas (Shadong Biotechnology, Shanghai China),
trietanolamin, metilparaben, propilparaben, propilen glikol, vitamin E, natrium
metabisulfit dan akuades.
26
UIN Syarif Hidayatullah
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Pembuatan Emulsi Gel
3.3.1.1 Formulasi Emulgel
Formula sediaan emulgel dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Komposisi Bahan pada Emulgel Gamma-Oryzanol
(sumber: Khunt et al., 2012, dengan modifikasi)
3.3.1.2 Pembuatan Emulsi
Pembuatan emulsi dilakukan dengan cara masing-masing fase,
yaitu fase minyak (span 80, rice bran oil, gamma-oryzanol, vitamin E) dan
fase air (tween 80 dan akuades) dicampurkan di dalam beaker glass yang
berbeda dengan menggunakan magnetic stirrer pada suhu 70-80 oC. Fase
minyak ditambahkan ke dalam fase air sekaligus sambil diaduk dengan
menggunakan overhead stirrer kecepatan 300 rpm selama 15 menit
(Khullar et al., 2012; Laverius, 2011).
3.3.1.3 Pembuatan Gel
Metilparaben dan propilparaben dilarutkan ke dalam propilen
glikol dan natrium metabisulfit dilarutkan ke dalam akuades. Kemudian
karbopol 940 didispersikan ke dalam akuades yang telah berisi natrium
metabisulfit dan dihomogenkan dengan menggunakan overhead stirrer
kecepatan 200 rpm. Setelah itu, metilparaben dan propilparaben yang telah
Komposisi Persentase Jumlah Bahan (%b/b)
F1 F2 F3
Gamma-oryzanol 0,1 0,1 0,1
Span 80 2,24 2,24 2,24
Rice bran oil 7,5 7,5 7,5
Vitamin E 0,03 0,03 0,03
Tween 80 0,76 0,76 0,76
Karbopol 940 0,5 0,75 1
Metilparaben 0,03 0,03 0,03
Propilparaben 0,03 0,03 0,03
Propilen glikol 5 5 5
Na metabisulfit 0,02 0,02 0,02
Aquadest Ad 100 Ad 100 Ad 100
TEA Adjust hingga pH 6-6,5
Fas
e
min
yak
F
ase
air
27
UIN Syarif Hidayatullah
dilarutkan dimasukkan ke dalamnya. Dispersi karbopol dinetralkan dengan
menggunakan TEA hingga pH 6-6,5 (Khullar et al., 2012).
Emulsi dicampurkan dengan gel tersebut sambil diaduk dengan
overhead stirrer kecepatan 400 rpm selama 20 menit hingga terbentuk
emulgel yang homogen (Khullar et al., 2012; Laverius, 2011 dengan
modifikasi).
3.3.2 Evaluasi Karakteristik Sediaan
3.3.2.1 Pengamatan Organoleptis
Pengamatan organoleptis dilakukan dengan mengamati sediaan emulgel
secara visual dari segi warna, homogenitas, dan tekstur (Khullar et al., 2012).
3.3.2.2 Pengukuran Diameter Globul Rata-Rata
Diameter globul rata-rata diukur dengan menggunakan mikroskop optik,
yaitu dengan cara 0,5 gram sampel diletakkan pada kaca objek, kemudian diamati
dengan mikroskop perbesaran 40x0,6. Gambar yang diamati difoto dan diukur
diameter tiap droplet sejumlah 500 droplet (Martin, 1993).
3.3.2.3 Penentuan pH
Sebanyak 10 gram sampel sediaan diukur pH dengan menggunakan alat
pH meter. Elektroda sebelumnya telah dikalibrasi pada larutan buffer pH 4, pH 7
dan pH 9. Kemudian elektroda dicelupkan ke dalam sediaan dan pH yang muncul
dilayar yang stabil lalu dicatat. Pengukuran dilakukan terhadap masing-masing
formula pada suhu ruang (25±2oC) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1995). Masing-masing formula harus memenuhi rentang pH yang sesuai dengan
pH kulit yaitu 5,5-6,5 (Tranggono, 2007).
3.3.2.4 Penentuan Sifat Alir dan Kekentalan
Penentuan sifat alir sediaan digunakan untuk mengetahui pengaruh
polimer dan surfaktan yang digunakan baik tunggal maupun kombinasi pada
struktur emulgel yang terbentuk (Khalil et al., 2015).
28
UIN Syarif Hidayatullah
Pengukuran viskositas dilakukan dengan alat Viscotester 6R HAAKE pada
temperatur ruang (25±2oC). Laju geser dan tegangan geser diaplikasikan pada
sampel sejumlah 150 gram dan akan menghasilkan reogram yang digunakan
untuk menentukan viskositas dan sifat alir sampel (Mortazafi dan Jafari, 2013
dalam Athiyah, 2015).
3.3.2.5 Uji Daya Sebar
Sebanyak 0,5 gram sampel diletakkan dengan hati-hati di atas kertas grafik
yang dilapisi kaca, dibiarkan sesaat (1 menit). Kaca sebelumnya ditimbang
terlebih dahulu. Luas daerah yang diberikan oleh sampel dihitung. Kemudian
ditutup lagi dengan kaca yang diberi beban tertentu yaitu masing-masing 85 gram,
105 gram, 125 gram dan 145 gram. Dibiarkan selama 1 menit, lalu pertambahan
luas yang diberikan oleh sampel dicatat (Voight, 1994 dalam Swastini).
3.3.2.6 Uji Stabilitas Fisik
A. Uji Cycling Test
Sampel sebanyak ±150 gram sampel disimpan dalam lemari
pendingin pada suhu 4oC selama 24 jam. lalu dikeluarkan dan ditempatkan
dalam oven pada suhu 40oC selama 24 jam. Uji dilakukan sebanyak 6
siklus untuk diuji kestabilan fisiknya. Dilakukan pengamatan organoleptik,
pH, diameter globul rata-rata dan viskositas setelah cycling test (Athiyah,
2015; Dewi et al., 2015). Kondisi sediaan dibandingkan sebelum dan
sesudah dilakukannya cycling test.
B. Uji Sentrifugasi
Sebanyak 5 gram sampel dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi
dan disentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm selama 30 menit yang
setara dengan efek gravitasi kira-kira satu tahun. Kemudian diamati
apakah terjadi pemisahan atau tidak (Budiman, 2008).
29
UIN Syarif Hidayatullah
C. Uji Stabilitas pada Beberapa Suhu Penyimpanan
Uji stabilitas dilakukan dengan cara menempatkan sampel (150
gram) pada suhu tinggi (40oC), suhu kamar (26±2
oC) dan suhu rendah
(4oC) selama 1 bulan. Dilakukan pengamatan organoleptik, pengukuran
pH, diameter globul rata-rata, daya sebar dan viskositas setiap 2 minggu
sekali (Athiyah, 2015 dengan modifikasi).
30
UIN Syarif Hidayatullah
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pembuatan Emulgel Gamma-Oryzanol
Emulgel gamma-oryzanol dibuat menjadi tiga formula. Ketiga formula
tersebut dibedakan dari segi jumlah komposisi gelling agent yang digunakan,
yaitu konsentrasi karbopol 940. Masing-masing komposisi karbopol 940 pada F1,
F2 dan F3 secara berturut-turut adalah 0,5%; 0,75%; 1%. Zat aktif yang
digunakan dalam penelitian ini adalah senyawa gamma-oryzanol yang bermanfaat
sebagai antioksidan. Pada penelitian ini penambahan TEA dilakukan sebelum fase
gel dicampurkan dengan fase emulsi. Penetralan fase gel dengan TEA sebelum
ditambahkan fase emulsi ke dalamnya tidak hanya dimaksudkan untuk
mendapatkan pH yang sesuai, namun juga agar didapatkan viskositas maksimum
pada sediaan akhir emulgel (Yapar et al, 2013).
Tabel 4.1 Formulasi Sediaan Emulgel Gamma-Oryzanol
4.2 Evaluasi Karakteristik Sediaan
4.2.1 Hasil Uji Organoleptis Emulgel Gamma-Oryzanol
Hasil pengamatan organoleptis emulgel gamma-oryzanol F1, F2 dan F3
pada minggu ke-0 menunjukkan bahwa ketiga formula mempunyai warna putih,
lembut dan tidak terlalu lengket. F3 mempunyai konsistensi yang lebih kental jika
dibandingkan dengan F1 dan F2 dengan urutan F1<F2<F3. Hasil uji homogenitas
Komposisi Persentase Jumlah Bahan (%b/b)
F1 F2 F3
Gamma-oryzanol 0,1 0,1 0,1
Span 80 2,24 2,24 2,24
Rice bran oil 7,5 7,5 7,5
Vitamin E 0,03 0,03 0,03
Tween 80 0,76 0,76 0,76
Karbopol 940 0,5 0,75 1
Metilparaben 0,03 0,03 0,03
Propilparaben 0,03 0,03 0,03
Propilen glikol 5 5 5
Na metabisulfit 0,02 0,02 0,02
Aquadest Ad 100 Ad 100 Ad 100
TEA Adjust hingga pH 6-6,5
Fas
e
min
yak
Fas
e ai
r
31
UIN Syarif Hidayatullah
menunjukkan bahwa emulgel F1, F2 dan F3 bersifat homogen yang dibuktikan
dengan tidak adanya butiran-butiran kasar pada kaca objek.
Setelah dilakukan penyimpanan pada suhu 4oC, 26±2
oC dan 40
oC selama 4
minggu dan setelah pengujian cycling test, tidak ada perubahan yang terjadi pada
ketiga formula. Hal ini menunjukkan ketiga formula bersifat stabil dari segi
organoleptis.
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Organoleptis Emulgel Gamma-Oryzanol
Formulasi Pengamatan Organoleptis Sediaan
Warna Homogenitas Tekstur
F1 Putih Homogen Lembut, tidak terlalu lengket
F2 Putih Homogen Lembut, tidak terlalu lengket
F3 Putih Homogen Lembut, tidak terlalu lengket
4.2.2 Hasil Pengukuran Diameter Globul Rata-Rata Emulgel Gamma-
Oryzanol
Pengukuran diameter globul rata-rata emulgel gamma-oryzanol dilakukan
dengan menggunakan mikroskop optis perbesaran 40x0,6. Hasil pengukuran
diameter globul rata-rata emulgel gamma-oryzanol dapat dilihat pada Tabel 4.3
dan Tabel 4.4.
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Diameter Globul Rata-Rata Emulgel Gamma-
Oryzanol Selama Penyimpanan
Emulgel Suhu (oC)
Diameter Globul Rata-Rata (µm)
Minggu ke-
0 2 4
F1
4 1,70 2,08 2,13
26±2 1,70 2,20 3,04
40 1,70 2,56 2,73
F2
4 2,44 2,50 3,33
26±2 2,44 2,74 3,21
40 2,44 2,80 2,98
F3
4 2,46 2,71 3,12
26±2 2,46 2,99 3,33
40 2,46 2,54 2,59
32
UIN Syarif Hidayatullah
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Diameter Globul Rata-Rata Emulgel Gamma-
Oryzanol pada Uji Cycling Test
Emulgel Diameter Globul Rata-Rata (µm)
Sebelum Cycling Test Setelah Cycling Test
F1 2,40 2,69
F2 2,73 2,81
F3 3,14 3,55
Setelah dilakukan pengukuran diameter globul rata-rata, didapatkan hasil
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4. Ukuran globul rata-rata
emulgel gamma-oryzanol F1, F2 dan F3 pada minggu ke-0 berturut-turut yaitu
1,70; 2,44; 2,46 µm, sedangkan sebelum uji cycling test berturut-turut yaitu 2,40;
2,73; 3,14 µm. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ukuran globul
ini telah sesuai dengan persyaratan ukuran globul/partikel emulsi keruh yang
stabil secara fisik yaitu 1-50 µm (Depkes RI, 1979). Namun, terjadi perubahan
ukuran diameter globul rata-rata emulgel gamma-oryzanol selama penyimpanan
dan setelah pengujian cycling test.
Peningkatan ukuran globul setelah uji cycling test kemungkinan terjadi
karena menyatunya kembali globul-globul minyak, beraglomerasi dan selanjutnya
membentuk globul yang lebih besar (koalesen) karena rusaknya lapisan pelindung
dari emulgator non-ionik yang terbentuk pada globul akibat pengaruh panas dan
dingin berulang saat uji cycling test (Ansel, 2005), sedangkan peningkatan ukuran
globul selama penyimpanan dapat disebabkan oleh koalesensi yang terjadi selama
penyimpanan. Selama penyimpanan, droplet-droplet fase terdispersi berusaha
menstabilkan diri dengan menurunkan energi bebas permukaan dengan
memperkecil luas permukaan melalui penggabungan droplet-droplet fase
terdispersi sehingga ukuran droplet fase terdispersi menjadi lebih besar (Sinko,
2006).
Meskipun terjadi perubahan ukuran globul rata-rata baik selama
penyimpanan maupun setelah uji cycling test, ukuran globul emulgel ini masih
dalam rentang emulsi keruh yang stabil secara fisik.
33
UIN Syarif Hidayatullah
4.2.3 Hasil Pengukuran pH Emulgel Gamma-Oryzanol
Nilai pH emulgel gamma-oryzanol F1, F2 dan F3 pada minggu ke-0
berturut-turut yaitu 6,297; 6,097; 6,115. Nilai pH yang didapat ini telah sesuai
dengan syarat yang ada. Menurut Warsitaatmaja (1997), sediaan topikal umumya
memiliki pH yang sama dengan pH fisiologis kulit yaitu antara 4,5-7 karena jika
pH terlalu asam atau terlalu basa maka dapat menyebabkan iritasi kulit.
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran pH Emulgel Gamma-Oryzanol Selama Penyimpanan
Emulgel Suhu (oC)
Minggu ke-
0 2 4
F1
4 6,297 ± 0,04 6,279 ± 0,04 7,187 ± 0,05
26±2 6,297 ± 0,04 6,317 ± 0,04 7,122 ± 0,03
40 6,297 ± 0,04 6,356 ± 0,04 6,799 ± 0,04
F2
4 6,097 ± 0,05 6,087 ± 0,005 6,986 ± 0,03
26±2 6,097 ± 0,05 6,172 ± 0,04 6,913 ± 0,03
40 6,097 ± 0,05 6,056 ± 0,03 6,863 ± 0,05
F3
4 6,115 ± 0,01 6,086 ± 0,05 6,930 ± 0,03
26±2 6,115 ± 0,01 6,164 ± 0,02 6,882 ± 0,04
40 6,115 ± 0,01 6,071 ± 0,02 6,951 ± 0,03 Keterangan: Data merupakan rata-rata pH dari tiga kali pengulangan uji ± SD
Tabel 4.6 Hasil Pengukuran pH Emulgel Gamma-Oryzanol pada Uji Cycling Test
Emulgel Sebelum Cycling Test Setelah Cycling Test
F1 6,260 ± 0,03 7,050 ± 0,02
F2 6,348 ± 0,01 7,159 ± 0,02
F3 6,300 ± 0,02 7,128 ± 0,005 Keterangan: Data merupakan rata-rata pH dari tiga kali pengulangan uji ± SD
Nilai pH dari ketiga formula cenderung mengalami peningkatan setelah
dilakukan penyimpanan selama 4 minggu pada suhu 4oC, 26±2
oC, 40
oC dan
pengujian cycling test. Perubahan pH sediaan selama penyimpanan menandakan
kurang stabilnya sediaan selama penyimpanan. Perubahan nilai pH dapat
disebabkan oleh media yang terdekomposisi oleh suhu tinggi saat pembuatan atau
penyimpanan yang menghasilkan asam atau basa. Asam atau basa ini yang
mempengaruhi pH. Selain itu perubahan pH juga disebabkan oleh faktor
lingkungan seperti suhu atau zat aktif yang kurang stabil dalam sediaan karena
teroksidasi (Young et al. dalam Putra et al., 2014). Namun, perlu dilakukan
34
UIN Syarif Hidayatullah
identifikasi lebih lanjut untuk mengetahui penyebab pasti peningkatan pH emulgel
tersebut.
Meskipun terjadi perubahan pH selama penyimpanan, menurut
Warsitaatmaja (1997) pH emulgel gamma-oryzanol ini masih dapat diterima
karena berada pada kisaran pH kulit dan tidak akan menyebabkan iritasi kulit.
4.2.4 Hasil Uji Sifat Alir dan Kekentalan Emulgel Gamma-Oryzanol
Pengujian viskositas emulgel dilakukan dengan menggunakan viscotester
HAAKE 6R spindel R6 pada kecepatan 30 rpm. Hasil pengujian viskositas
emulgel gamma-oryzanol selama satu bulan dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan
Tabel 4.8.
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Viskositas Emulgel Gamma-Oryzanol Selama
Penyimpanan
Emulgel Suhu (oC)
Minggu ke-
0 2 4
F1
4 19067± 351,19 20467 ±1721,43 21600 ± 200,00
26±2 19067± 351,19 19600 ± 435,89 22033 ±3356,09
40 19067± 351,19 20733 ± 929,16 20833 ± 832,67
F2
4 24133 ± 2236,81 27567 ±1050,40 28233 ± 288,68
26±2 24133 ± 2236,81 24533 ± 680,69 24633 ±2250,19
40 24133 ± 2236,81 23500 ± 500,00 23800 ± 721,11
F3
4 28567 ± 1550,27 30500 ± 300,00 31733 ± 776,75
26±2 28567 ± 1550,27 28100 ± 953,94 29333 ± 378,59
40 28567 ± 1550,27 27167 ± 950,44 29233 ± 321,46 Keterangan: Data merupakan rata-rata viskositas dari tiga kali pengulangan uji ± SD
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Viskositas Emulgel Gamma-Oryzanol pada Uji
Cycling Test
Emulgel Sebelum Cycling Test Setelah Cycling Test
F1 19600 ± 458,26 22900 ± 556,78
F2 24433 ± 624,91 26733 ± 230,94
F3 29433 ± 152,75 28733 ± 461,88 Keterangan: Data merupakan rata-rata viskositas dari tiga kali pengulangan uji ± SD
Hasil pengujian viskositas emulgel gamma-oryzanol menunjukkan bahwa
emulgel F3 mempunyai viskositas yang paling tinggi jika dibandingkan dengan
emulgel F1 dan emulgel F2 dengan urutan F3>F2>F1. Hal ini terjadi karena
35
UIN Syarif Hidayatullah
emulgel F3 mengandung konsentrasi karbopol 940 yang paling tinggi di antara
kedua formula lainnya. Menurut Shahin (2011), variasi viskositas ini juga dapat
disebabkan oleh variasi bentuk dan dimensi kristal dari fraksi padat serta struktur
tiga dimensi yang membentuk sebuah jaringan, tempat fase cair diikat melalui
adsorpsi kapilaritas dan mekanisme interaksi molekular.
Pada Tabel 4.7 terlihat bahwa setelah dilakukan penyimpanan dan
pengujian cycling test, viskositas emulgel cenderung mengalami peningkatan. Hal
ini mungkin disebabkan oleh peningkatan pH emulgel selama penyimpanan (lihat
Tabel 4.5) karena gelling agent yang digunakan pada emulgel ini adalah karbopol
yang cenderung akan memiliki viskositas yang meningkat seiring bertambahnya
pH (Kuncari et al, 2014). Selain itu, peningkatan viskositas yang terjadi juga
dapat disebabkan oleh sifat alir karbopol yang digunakan. Sediaan yang
mengandung dispersi karbopol menunjukkan sifat alir yang bersifat shear
thinning system (Al-Malah, 2006). Sifat ini menjadikan sediaan mengalami
peningkatan viskositas selama penyimpanan. Hal yang sama juga terjadi pada
emulgel gamma-oryzanol yang mengalami peningkatan viskositas setelah
pengujian cycling test (lihat Tabel 4.8).
Pada uji sifat alir sediaan emulgel diketahui bahwa sifat alir dari ketiga
formula tersebut adalah tipe aliran plastis tiksotropik. Hal ini terlihat dari kurva
menurun yang berada di sebelah kiri kurva menaik. Pada sistem tiksotropi, ketika
geseran (shear) diterapkan dan aliran mulai terjadi, struktur akan mulai pecah
karena titik-titik kontak terganggu dan rantai polimer menjadi selaras,
menunjukkan sifat shear thinning. Kemudian pada saat tegangan geser ditiadakan,
struktur mulai terbentuk kembali dan terjadi pemulihan konsistensi (Sinko, 2011
dan Varma, 2014). Menurut Martin et al. (1993), tiksotropik merupakan suatu
sifat yang diharapkan dalam suatu sediaan farmasetika, yaitu mempunyai
konsistensi yang tinggi dalam wadah namun dapat dituang dan tersebar dengan
mudah. Kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0) tapi memotong sumbu
shearing stress (atau akan memotong jika bagian lurus dari kurva tersebut
diekstrapolasikan ke sumbu) pada suatu titik tertentu yang disebut yield value
(Martin et al., 1993).
36
UIN Syarif Hidayatullah
Beberapa kurva sifat alir yang terbentuk pada emulgel gamma-oryzanol ini
menghasilkan jerat histereis dengan karakteristik spur yang berupa suatu tonjolan
ke luar mirip bentuk taji pada kurva menaik. Hal ini dikarenakan sistem yang
terbentuk dalam emulgel gamma-oryzanol ini berstruktur tinggi. Struktur tersebut
menunjukkan nilai yield value yang tinggi atau spur value dan akan membatasi
suatu kurva menaik yang melengkung jika struktur tiga dimensi ini pecah dalam
viskomester. Spur value menunjukkan suatu titik tajam pemecahan struktur pada
laju geser rendah (Sinko, 2011).
Setelah dilakukan penyimpanan pada suhu 4 oC, 26±2
oC, 40
oC selama satu
bulan, emulgel gamma-oryzanol tidak menunjukkan adanya perubahan profil sifat
alir. Kurva sifat alir dari ketiga formula dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
0
10
20
30
40
50
60
70
0 50 100Kec
epa
tan
Ges
er (
rpm
)
Tegangan Geser (%T)
naik
turun
010203040506070
0 50 100Kec
epa
tan
Ges
er (
rpm
)
Tegangan Geser (%T)
naik
turun
010203040506070
0 50 100Kec
epa
tan
Ges
er (
rpm
)
Tegangan Geser (%T)
naik
turun
Gambar 4.1 Kurva Sifat Alir Emulgel Gamma-Oryzanol pada Minggu ke-0,
(a) Kurva sifat alir F1, (b) Kurva sifat alir F2, (c) Kurva sifat alir F3
(a) (b)
(c)
37
UIN Syarif Hidayatullah
010203040506070
0 50 100Kec
epa
tan
Ges
er (
rpm
)
Tegangan Geser (%T)
naik
turun
010203040506070
0 50 100
Kec
epa
tan
Ges
er (
rpm
)
Tegangan Geser (%T)
naik
turun
010203040506070
0 100 200Kec
epa
tan
Ges
er (
rpm
)
Tegangan Geser (%T)
naik
turun
010203040506070
0 100 200
Kec
epa
tan
Ges
er (
rpm
)
Tegangan Geser (%T)
naik
turun
(a) (b)
(c)
Gambar 4.2 Kurva Sifat Alir Emulgel Gamma-Oryzanol pada Minggu ke-2
Suhu 4oC, (a) Kurva sifat alir F1, (b) Kurva sifat alir F2, (c) Kurva sifat alir F3
Gambar 4.3 Kurva Sifat Alir Emulgel Gamma-Oryzanol pada Minggu ke-2 Suhu
26±2oC, (a) Kurva sifat alir F1, (b) Kurva sifat alir F2, (c) Kurva sifat alir F3
010203040506070
0 50 100Kec
epa
tan
Ges
er (
rpm
)
Tegangan Geser (%T)
naik
turun
(a) (b)
010203040506070
0 50 100
Kec
epa
tan
Ges
er (
rpm
)
Tegangan Geser (%T)
naik
turun
(c)
38
UIN Syarif Hidayatullah
010203040506070
0 50 100
Kec
epa
tan
Ges
er (
rpm
)
Tegangan Geser (%T)
naik
turun
010203040506070
0 50 100
Kec
epa
tan
Ges
er (
rpm
)
Tegangan Geser (%T)
naik
turun
Gambar 4.4 Kurva Sifat Alir Emulgel Gamma-Oryzanol pada Minggu ke-2 Suhu
40oC, (a) Kurva sifat alir F1, (b) Kurva sifat alir F2, (c) Kurva sifat alir F3
Gambar 4.5 Kurva Sifat Alir Emulgel Gamma-Oryzanol pada Minggu ke-4
Suhu 4oC, (a) Kurva sifat alir F1, (b) Kurva sifat alir F2, (c) Kurva sifat alir F3
010203040506070
0 50 100
Kec
epa
tan
Ges
er (
rpm
)
Tegangan Geser (%T)
naik
turun
010203040506070
0 50 100Kec
epa
tan
Ges
er (
rpm
)
Tegangan Geser (%T)
naik
turun
(a)
(c)
(b)
010203040506070
0 50 100
Kec
epa
tan
Ges
er (
rpm
)
Tegangan Geser (%T)
naik
turun
010203040506070
0 50 100
Kec
epa
tan
Ges
er (
rpm
)
Tegangan Geser (%T)
naik
turun
(a) (b)
(c)
39
UIN Syarif Hidayatullah
010203040506070
0 50 100Kec
epa
tan
Ges
er (
rpm
)
Tegangan Geser (%T)
naik
turun
010203040506070
0 50 100Kec
epa
tan
Ges
er (
rpm
)
Tegangan Geser (%T)
naik
turun
010203040506070
0 50 100
Kec
epa
tan
Ges
er (
rpm
)
Tegangan Geser (%T)
naik
turun
010203040506070
0 50 100
Kec
epa
tan
Ges
er (
rpm
)
Tegangan Geser (%T)
naik
turun
Gambar 4.6 Kurva Sifat Alir Emulgel Gamma-Oryzanol pada Minggu ke-4 Suhu
26±2oC, (a) Kurva sifat alir F1, (b) Kurva sifat alir F2, (c) Kurva sifat alir F3
(a) (b)
Gambar 4.7 Kurva Sifat Alir Emulgel Gamma-Oryzanol pada Minggu ke-4 Suhu
40oC, (a) Kurva sifat alir F1, (b) Kurva sifat alir F2, (c) Kurva sifat alir F3
(c)
010203040506070
0 50Kec
epa
tan
Ges
er (
rpm
)
Tegangan Geser (%)
naik
turun
(a) (b)
010203040506070
0 50 100
Kec
epa
tan
Ges
er (
rpm
)
Tegangan Geser (%T)
naik
turun
(c)
40
UIN Syarif Hidayatullah
4.2.5 Hasil Uji Daya Sebar Emulgel Gamma-Oryzanol
Daya sebar merupakan parameter penting untuk menilai kemampuan
menyebar dari sediaan topikal di atas permukaan kulit saat pemakaian (Voight,
1994). Oleh karena itu, efisiensi bioavailabilitas formula emulgel juga tergantung
dari nilai daya sebar sediaan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa daya sebar
emulgel gamma-oryzanol F1, F2 dan F3 mengalami kecenderungan penurunan
daya sebar seiring bertambahnya konsentrasi karbopol 940 sebagai gelling agent,
daya sebar F3<F2<F1. Profil daya sebar ini sebanding dengan profil peningkatan
viskositas yang terjadi. Daya sebar suatu sediaan semi solid berkaitan erat dengan
viskositas sediaan tersebut. Semakin tinggi viskositas, maka semakin kecil daya
sebar sediaan.
Hal berbeda terjadi pada profil daya sebar untuk setiap formula selama
waktu penyimpanan. Berdasarkan data pengujian daya sebar ketiga formula
setelah penyimpanan pada suhu 4oC, 26±2
oC, 40
oC selama satu bulan, didapatkan
hasil bahwa profil daya sebar setiap formula mengalami kecenderungan
peningkatan daya sebar seiring bertambahnya lama waktu penyimpanan. Hal ini
kemungkinan berkaitan dengan sifat dari karbopol. Sediaan yang mengandung
dispersi karbopol menunjukkan sifat alir yang bersifat shear thinning system (Al-
Malah, 2006). Sifat ini menyebabkan sistem emulsi yang terbentuk menjadi kaku
selama penyimpanan, namun dapat menyebar dengan mudah ketika diberikan
tekanan dari luar (Tabibi dan Rhodes, 1996 dalam Pudyastuti et al., 2015). Pada
0
2
4
6
8
10
12
14
0 50 100 150 200
Lu
as
Seb
ar
(cm
2)
Berat Beban (gram)
F1
F2
F3
Gambar 4.8 Kurva Daya Sebar Emulgel Gamma-Oryzanol pada Minggu ke-0
41
UIN Syarif Hidayatullah
penelitian lain dengan sistem yang sama (adanya jaringan atau gel pada emulsi),
yaitu penelitian yang memformulasikan emulsi dengan menggunakan emulgator
hidrokoloid, emulsi yang terbentuk memiliki sistem yang elastis dengan adanya
struktur jaringan atau gel pada emulsi tersebut. Emulsi akan membentuk sistem
dengan ikatan struktur yang lemah sebagai hasil pengembangan struktur tiga
dimensi dari sifat rheology emulsi tersebut. Emulsi akan bersifat seperti padatan
pada deformasi kecil, namun dapat mengalir di bawah pemberian tekanan karena
ikatan lemah tersebut terputus (Khor et al., 2014).
02468
101214
0 100 200
Lu
as
Seb
ar
(cm
2)
Berat Beban (gram)
F2 Minggu ke-0
F2 Minggu ke-2Suhu 4oC
F2 Minggu ke-4Suhu 4oC
0
5
10
15
20
0 100 200
Lu
as
Seb
ar
(cm
2)
Berat Beban (gram)
F1 Minggu ke-0
F1 Minggu ke-2Suhu 4oC
F1 Minggu ke-4Suhu 4oC
0
2
4
6
8
10
12
0 100 200
Lu
as
Seb
ar
(cm
2)
Berat Beban (gram)
F3 Minggu ke-0
F3 Minggu ke-2Suhhu 4oC
F3 Minggu ke-4Suhu 4oC
Gambar 4.9 Kurva Daya Sebar Emulgel Gamma-Oryzanol pada Suhu 4oC
42
UIN Syarif Hidayatullah
0
5
10
15
20
0 100 200
Lu
as
Seb
ar
(cm
2)
Berat Beban (gram)
F1 Minggu ke-0
F1 Minggu ke-2Suhu 26oC
F1 Minggu ke-4Suhu 26oC
0
5
10
15
0 100 200
Lu
as
Seb
ar
(cm
2)
Berat Beban (gram)
F2 Minggu ke-0
F2 Minggu ke-2Suhu 26oC
F2 Minggu ke-4Suhu 26oC
02468
101214
0 100 200
Lu
as
Seb
ar
(cm
2)
Berat Beban (gram)
F3 Minggu ke-0
F3 Minggu ke-2Suhu 26oC
F3 Minggu ke-4Suhu 26oC
Gambar 4.10 Kurva Daya Sebar Emulgel Gamma-Oryzanol pada Suhu 26±2oC
43
UIN Syarif Hidayatullah
4.2.6 Hasil Uji Sentrifugasi Emulgel Gamma-Oryzanol
Uji sentrifugasi dilakukan dengan menggunakan sentrifugator. Uji
sentrifugasi dilakukan untuk mengetahui kestabilan emulgel setelah pengocokan
yang sangat kuat karena pengaruh gravitasi. Pada uji ini sampel disentrifugasi
dengan kecepatan 5000 rpm selama 30 menit yang setara dengan efek gravitasi
kira-kira satu tahun. Hasil pengujian stabilitas pada emulgel gamma-oryzanol F1,
F2 dan F3 ini menunjukkan tidak adanya pemisahan fase pada semua sampel uji
0
5
10
15
20
0 100 200
Lu
as
Seb
ar
(cm
2)
Berat Beban (gram)
F1 Minggu ke-0
F1 Minggu ke-2Suhu 40oC
F1 Minggu ke-4Suhu 40oC
0
5
10
15
20
0 100 200
Lu
as
Seb
ar
(cm
2)
Berat Beban (gram)
F2 Minggu ke-0
F2 Minggu ke-2Suhu 40oC
F2 Minggu ke-4Suhu 40oC
0
5
10
15
0 100 200
Lu
as
Seb
ar
(cm
2)
Berat Beban (gram)
F3 Minggu ke-0
F3 Minggu ke-2Suhu 40oC
F3 Minggu ke-4Suhu 40oC
Gambar 4.11 Kurva Daya Sebar Emulgel Gamma-Oryzanol pada Suhu 40oC
44
UIN Syarif Hidayatullah
sehingga emulgel gamma-oryzanol dapat dikatakan stabil secara fisik dan
diperkirakan dapat bertahan minimal selama satu tahun masa simpan.
Tabel 4.9 Hasil Uji Sentrifugasi Emulgel Gamma-Oryzanol
Emulgel
Gamma-
Oryzanol
Pemisahan
Minggu
ke-0
Minggu ke-2 Minggu ke-4 Cycling
test 4oC
26±2
oC
40 o
C 4 o
C 26±2
oC
40 o
C
F1 - - - - - - - -
F2 - - - - - - - -
F3 - - - - - - - - Keterangan: (-) tidak terjadi pemisahan fase
45
UIN Syarif Hidayatullah
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penggunaan karbopol 940 sebagai gelling agent dengan variasi konsentrasi
0,5%; 0,75%; 1% dalam emulgel gamma-oryzanol berpengaruh terhadap sifat
fisik emulgel yang meliputi viskositas, ukuran globul rata-rata dan daya sebar.
Peningkatan konsentrasi karbopol 940 menyebabkan terjadinya peningkatan
viskositas emulgel, penurunan daya sebar dan ukuran diameter globul rata-rata
yang meningkat.
Hasil uji stabilitas fisik menunjukkan bahwa ketiga formula sediaan emulgel
gamma-oryzanol mengalami perubahan nilai parameter uji yang berupa
peningkatan ukuran diameter globul rata-rata, pH, viskositas dan daya sebar.
Namun perubahan tersebut tidak menyebabkan perubahan yang signifikan pada
sifat organoleptis emulgel gamma-oryzanol yang dibuktikan dengan tidak
terjadinya pemisahan fase setelah uji sentrifugasi sehingga emulgel gamma-
oryzanol ini diperkirakan dapat mempertahankan sifat fisiknya selama satu tahun
masa simpan.
Setelah dilakukan analisa statistik dengan menggunakan uji Paired Sample T-
Test terhadap perubahan nilai viskositas, pH, ukuran globul dan daya sebar selama
satu bulan penyimpanan dan setelah uji cycling test, emulgel gamma-oryzanol F2
dinilai lebih stabil dibandingkan F1 dan F3.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan pengujian aktivitas antioksidan emulgel gamma-oryzanol
2. Perlu dilakukan uji penetrasi in vitro untuk mengetahui kemampuan daya
penetrasi emulgel gamma-oryzanol
3. Perlu dilakukan pengujian in vivo untuk mengetahui efektivitas anti-aging
emulgel gamma-oryzanol
4. Perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut penyebab peningkatan pH emulgel
gamma-oryzanol yang terjadi selama penyimpanan dan setelah uji cycling test
46
UIN Syarif Hidayatullah
DAFTAR PUSTAKA
Ajazuddin, Alexander, A., Khichariya, A., Gupta, S., Patel, R.J.,
Giri,T.K.,Tripathi, D.K. 2013. Recent expansions in an emergent novel
drug delivery technology: emulgel. Journal of Controlled Release 171,
122–132
Al-Malah, K. 2006. Rheological properties of carbomer dispersions. Annual
Transactions of The Nordic Rheology Society, Vol. 14.
Ansel, H., Allen, L., Popovich, N. 2011. Ansel’s pharmaceutical dosage forms
aand drug delivey systems, 9th
edition. Lippincott Williams & Wilkins,
Baltimore
Ansel, H.C. 2005. Pengantar bentuk sediaan farmasi, Edisi Keempat. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Arab, F., Alemzadeh, I., Maghsoudi, V. 2011. Determintaion of antioxidant
component and activity of rice bran oil extract. Scientica Iranica C 18
(6), 1402-1406
Athiyah. 2015. Formulasi dan evaluasi fisik mikroemulsi yang mengandung
ekstrak umbi talas jepang (Colocasia esculenta (L.) Schott var
antquorum) sebagai anti-aging. Skripsi: Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Aulton, M.E. 2001. Pharmaceutics: the science of dosage form design. 2nd
Edition. New York: Churchill Livingstone
Aulton, M.E. dan Taylor, K. 2013. Aulton’s pharmaceutics: the designs and
manufacture of medicines. 4th
edition. New York: Churchill Livingstone
Baibhav, J., Gurpreet, S., AC, R., Seema, S. 2012. Development and
characterization of Clarithromycin emulgel for topical delivery.
International Journal of Drug Delivery & Research Vol. 4 Issue 3 ISSN
0975-9344
Bhasha, S.A. et al. 2013. Recent trend in usage of polymers in the formulation of
dermatological gels. Indian Journal of Research in Pharmacy and
Biotechnology Volume 1 (2),pp. 161-168
Bolzinger, M., Briancon, S., Pelletier, J., Chevalier, Y. 2012. Penetration of drugs
through skin, a complex rate-controlling membrane. Current Opinion in
Colloid & Interface Science 17, pp.156-165
Brigitte K. Cosmetic sunscreen composition containing ferulic acid and gamma-
oryzanol. DE Pat 4421038 A1 (pemohon Goldwell Gmbh, DE). 21
Desember 1995 diakses dari
http://www.google.com/patents/DE4421038A1?cl=en
Budiman, Muhammad Haqqi. 2008. Uji stabilitas fisik dan aktivitas antioksidan
sediaan krim. Skripsi: FMIPA Universitas Indonesia
47
UIN Syarif Hidayatullah
Chen dan Bregman. 2005. A rapid procedure for analising rice bran tocopherol,
tocotrienol and γ-oryzanol contents. Journal of Food Composition and
Analysis 18, pp. 139-151
Cicero, A.F.G., dan Derosa, G. 2005. Rice bran and its main component: potential
role in the management of coronary risk factors. Current Topics in
Nutraceutical Research Vol. 3, No. 1, pp. 29-46
Das, B. et al. 2013. Topical gels of Lidocaine HCl using cashew gum and
carbopol 940: preparation and in vitro skin permeation. International
Journal of Biological Macromolecules 62, 514– 517
Denton, P. dan Rostron, C. 2013. Pharmaceutics the science of medicine design.
Oxford University Press
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope indonesia Edisi III.
Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope indonesia Edisi IV.
Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Hal: 1039
Desai, A. dan Mary Lee. 2007. Gibaldi’s drug delivery systems in pharmaceutical
care. Maryland: American Society of Health-System Pharmacists
Dewi, Y.N., Dina Mulyanti dan Indra T.M. 2015. Optimasi formulasi basis
sediaan emulgel dengan variasi konsentrasi surfaktan. Prodi Farmasi,
Fakultas MIPA Unisba: Prosiding Penelitian SpeSIA Unisba. ISSN
2460-6472. Hal 287-291
Djajadisastra, J. 2004. Cosmetic stability. Departemen Farmasi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Depok:
Seminar Setengah Hari HIKI
Eccleston, G.M. 2007. Emulsion and microemulsion in encyclopedia of
pharmaceutical technology. 3rd
ed. Informa Health Care. New York.
1548-1559
Felton, L. 2013. Remington essentials of pharmaceutics. London: Pharmaceutical
Press
Gadri, Amila et al. 2012. Formulasi sediaan tabir surya dengan bahan aktif
nanopartikel cangkang telur ayam broiler. Jurnal Matematika & Sains,
Vol. 17 nomor 3. Hal 89-97. Bandung: Sekolah Farmasi, Institut
Teknologi Bandung
Godheekar, S.V., Chaudhari S.P., Ratnaparakhi, M.P. 2012. Development and
characterization of Silver Sulfadiazine emulgel for topical drug
delivery. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences Vol. 4 Issue 4, page 305-316
Graaff, Kent M Van De., R Ward Rhees. 2001. Scchaum’s easy outlines human
anatomy and physiology. New York: McGraw-Hill
48
UIN Syarif Hidayatullah
Hyma, P., Noor Jahan., Raheemunissa, Sreelekha G, Babu K. Emulgel: a review.
International Journal of Pharmaceutical Archive-33 (3) pp. 1-11
Huynh-BA, Kim. 2008. Handbook of stability testing in pharmaceutical
development: regulations, methodologies and best practices. New york:
Springer Science Business Media, LLC, 233 Spring Street. Hal: 346
Im-Emsap, W., Siepmann, J. 2002. Disperse systems. Dalam Banker, G. S.
Rhodes, C. T. Modern pharmaceutics. 4th
edition, Revised and
Expanded. New York: Marcel Dekker, Inc.
Indiyanti. Uji stabilitas fisik dan komponen kimia pada minyak biji jinten hitam
(Nigella sativa L.) dalam bentuk emulsi tipe minyak dalam air
menggunakan GCMS. Skripsi: Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Islam, M. S., Yoshida, H., Matsuki, N., Ono, K., Nagasaka, R., Ushio, H., Guo,
Y., Hiramatsu, T., Hosoya, H., Murata, T., Hori, M. 2009. Antioxidant,
free radical-scavenging, and NF-kB-Inhibitory activities of phytosteryl
ferulates: Structure-Activity Studies. J Pharmacol Sci 111, page 328-
337
Juliano, C., Cossu, M., Alamani, M.C., Piu, L. 2005. Antioxidant activity of
gamma-oryzanol: mechanism of action and its effect on oxidative
stability of pharmaceutical oils. International Journal of Pharmaceutics
299, page 146–154
Kermany, B.P. 2010. Carbopol hydrogels for topical administration treatment of
wounds. Thesis. Faculty of Health Sciences University of Tromso
Khalil, E.A., Majid, S.A., Suaifan, G.A., Al-Akayleh, F.T., Sallam, A.S. 2015.
Physicochemical characterization of emulgel formulated with sepineoP
600, sepineoSE 68 and cosolvent mixtures. Pharm Dev Technol Early
Online: 1–9
Khullar, R., Kumar, D., Seth, N., Saini, S. 2012. Formulation and evaluation of
Mefenamic Acid emulgel for topical delivery. King Saudi University:
Saudi Pharmaceutical Journal (2012) 20, page 63-67
Khunt, D.M., Mishra, A.D., Shah, D.R. 2012. Formulation design & develpoment
of Piroxicam emulgel. International Journal of PharmaTech Research
Vol.4, No.3, page 1332-1334
Kim, H.W., Kim, J.B., Cho, S., Cho, I.K., Li, Q.X., Jang, H., Lee, S., Lee, Y.,
Hwang, K. 2014. Characterization and quantification of γ-oryzanol in
grains of 16 Koreans rice varieties. International Journal of Food
Sciences and Nutrition, 66(2) page 166-174.
Kuncari, E.S., Iskandariyah, Praptiwi. Evaluasi, uji stabilitas fisik dan sineresis
sediaan gel yang mengandung Minoksidil, Apigenin dan perasan herba
seledri (Apium graveolens L.). Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 42, No. 4,
hlm. 213-222
49
UIN Syarif Hidayatullah
Lakkies, J.M. 2007. Encapsulation and controlled release tecnologies in food
systems. Blackwell publising
Laverius, M.F. 2011. Optimasi tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent
serta carbopol sebagai gelling agent dalam sediaan emulgel
photoprotector ekstrak teh hijau (Camellia sinensis L.): Aplikasi Desain
Faktorial. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Lobo, V., Patil, A., Phatak, A., Chandra, N. 2010. Free radicals, antioxidants and
functional foods: impact on human health. Pharmacognosy rev. 2010
Jul-Des; 4(8): 118-126
Ma, Joseph K.H.dan Hadzija, B.W. 2013. Basic physical pharmacy. Chennai:
William Brottmiller. Hlm. 354-355
Marriott, John F. et al. 2010. Pharmaceutical compounding and dispensing. 2nd
Edition. USA: Pharmaceutical press
Martin, A., Swarbrick, J., Commarata, A. 1993. Farmasi fisik 2, edisi ketiga.
Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hlm.:794-799, 1083 dan 1095
Mengesha, M. 2015. Preparation, characterization and optimization of oromucosal
Clotrimazole emulgel formulation. Thesis: Departement of
Pharmaceutics and Social Pharmacy, School of Pharmacy, Addis Ababa
University
Mishra, M., P. Muthuprasana, K. Surya Prabha, P. Sobhita Rani, I. A. Satish babu,
I. Sarath Chandiran, G. Arunachalam, S. Shalini. 2009. Basics and
potential applications of surfactants- a review. International Journal of
PharmTech Research, Vol. 1, No. 4, page 1354-1365
Mohammed Hanefa, K.P., Mohanta, G.P., Nayar, C. 2013. Emulgel: an advanced
review. Journal of Pharmaceutical Sciences and Research Vol. 5 (12),
page 254-258
Mohammed, M. I. 2004. Optimization of Chlorphenesin emulgel formulation. The
AAPS Journal 2004; 6 (3) article 26
Muhaimin. 2013. Study of microparticle preparation by the solvent evaporation
method using focused beam reflectance measurement (FBRM)
disertation. University Berlin
Myers, Drew. 2006. Surfactant science and thecnology. 3rd
Edition. New Jersey:
John Wiley & Sons, Inc.
Nasir, S., Fitriyanti, Kamila, H. 2009. Ekstraksi dedak padi menjadi minyak
mentah dedak padi (crude rice bran oil) dengan pelarut n-hexane dan
ethanol. Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 16
Nurhadi, Galih, 2015. Pengaruh konsentrasi tween 80 terhadap stabilitas fisik obat
kumur minyak atsiri herba kemangi (Ocimum americanum L.). Skripsi:
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
50
UIN Syarif Hidayatullah
Nguyen, H.H., Choi, K., Kim, D.E., Kang, W., Ko, S. 2011. Improvement of
oxidative stability of rice bran oil emulsion by controlling droplet size.
Journal Of Food Processing And Preservation ISSN 1745-4549.
Olatunji, O. 2015. Natural polymers: industry techniques and applications.
Lagos: Springer. Hlm. 275
Pakki, E. et al. 2009. Formulasi dan evaluasi kestabilan fisik krim antioksidan
ekstrak biji kokoa (Theobroma cacao L.). Majalah Farmasi dan
Farmakologi Vol. 13, No 2- Juli 2009(ISSN: 1410-7031). Makassar:
Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
Panwar, A.S., Upadhyay, N., Bairagi, M., Gujar, S., Darwhekar, N., Jain, D.K.
2011. Emulgel: a review. Asian Journal of Pharmacy and Life Science
Vol, 1 (3), page 333-343.
Patel, M., Naik, M.N. 2004. Gamma-oryzanol from rice bran oil- a review.
Journal of Scientific and Industrial Research Vol. 63, July 2004, page
569-578
Priani, S.E., Humanisya, H., Darusman, F. 2014. Development of sunscreen
emulgel containing cinnamomum burmanii stem bark extract.
International Journal of Science and Research, Volume 3, Issue 12,
page 2338-2341
Pudyastuti, B., Marchaban, Kuswahyuning, R. 2015. Pengaruh konsentrasi
xanthan gum terhadap stabilitas fisik krim virgin coconut oil (VCO).
Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas, Vol. 12, No. 1, hlm. 6-14
Putra, M.M., Dewantara, I.G.N.A., Swastini, D.A. 2014. Pengaruh lama
penyimpanan terhadap nilai pH sediaan cold cream kombinasi ekstrak
kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.), herba pegagan (Centella
asiatica) dan daun gaharu (Gyrinops versteegii (gilg) Domke). Jurnal
Farmasi Udayana, Vol. 3, No. 1
Rahman, K. 2007. Studies of free radicals, antioxidants and co-factors. Clin Interv
Aging, page 219-236
Rosen, M.J dan Kunjappu, J.T. 2012. Surfactants and interfacial phenomena. 4th
Edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Rowe, R.C., Paul, J.S., Marian, E.Q. 2009. Handbook of pharmaceutical excipient
sixth edition. Chicago. London: Pharmaceutical Press
Sakunpak, A., Suksaeree, J., Pathompak, P., Charoonratana, T., Sermkaew, N.
2014. Antioxidant individual γ-oryzanol screening in cold press rice
bran oil of different thai rice variets by HPLC-DPPH method.
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences Vol 6,
Isuue 6, page 592-597
Shahin, M., Hady, S.A., Hammad, M., Mortada, N. Novel jojoba oil-based
emulsion gel formulations for Clotrimazole delivery. AAPS
PharmSciTech, Vol. 12, No. 1, page 239-247
51
UIN Syarif Hidayatullah
Sinko, Patrick J. 2011. Farmasi fisika dan ilmu farmasetika Martin. Edisi 5.
Jakarta: EGC. Hal 561-562, 646-647
Swastini, D. A., Yanti, N.L.G.T., Udayana, N.K., Desta, I.G.A.G.P.C, Arisanti,
C.I.S., Wirasuta, I.M.A.G. Uji sifat fisik cold cream kombinasi ekstrak
kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.), daun binahong
(Anredera cordifolia), herba pegagan (Centella asiatica) sebagai
antiluka bakar. Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Udayana.
Tas, C., Ozkan, Y., Savaser, A., Baykara, T. 2004. In vitro and ex vivo
permeation studies of Chlorpheniramine Maleate gels prepared by
carbomer derivatives. Drug development an dinsustrial pharmacy vol.
30, No. 6, page 637-647
Tranggono, R. I., Lathifah, F. 2007. Buku pegangan ilmu pengetahuan kosmetik.
Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Tsuno.co.jp
Varia, S.A., Faustino, M.M., Thakur, A.B., Clow, C.S., Serajuddin. 1991.
Optimization of cosolvent concentration and exipient composition in a
topical corticosteroid solution. Journal of Pharmaceutical Sciences Vol.
80, No. 9
Varma, Maheshwari, Navya, Rddy, Shivakumar, Gowda. 2014. Calcipotriol
delivery into the skin as emulgel for effective permeation. Saudi
Pharmaceutical Journal
Vikas, S., Saini, S., Baibhav, J., Rana, A.C. 2012. Emulgel: a new platform for
topical drug delivery. International Journal of Pharma and Bio
Sciences.Vol 3/Issue 1/Jan – Mar 2012, page 485-498
Vikas, S., Saini, S., Rana, A. C., Gurpreet, S. 2012. Development and evaluation
of topical emulgel of Lornoxicam using different polymer bases.
International Pharmaceutica Sciencia, Vol 2, Issue 3, page 36-43
Voight, 1994. Buku pelajaran teknologi farmasi. Edisi 5. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
Vorarat, S., Managit, C., Iamthanakul, L., Soparat, W., Kamkaen, N. 2010.
Examination of antioxidant activity and development of rice bran oil
and gamma-oryzanol microemulsion. J Health Rest, 24(2), page 67-72
Wang, Y. 2014. Preparation of nano- and microemulsions using phase inversion
and emulsion titration methods. Thesis: massey University, Auckland,
New Zealand, page 18
Winarsi, H. 2011. Antioksidan alami dan radikal bebas: potensi dan aplikasinya
dalam kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Xu, Z., Hua, N., Godber, J.S. 2001. Antioxidant activity of tocopherols,
tocotrienols, and gamma oryzanol components from rice bran against
cholesterol oxidation accelerated by 2,2’-azobis(2-
52
UIN Syarif Hidayatullah
methylpropionamidine) dihydrochloride. Journal of Agricultural and
Food Chemistry 49 : page 2077-2081
Yapar, E.A., Inal, O., Erdal, M. S. 2013. Design and in vivo evaluation of emulgel
formulations including green tea extract and rose oil. Acta Pharm, 63,
page 531-543
Yen, W.F., Basri M., Ahmad, M., Ismail, M. 2015. Formulation and evaluation of
Galantamine gels as drug reservoir in transdermal patch delivery
system. The Scientific World Journal Vol 2015
Yenti, R., Afrianti R., Qomariah, S. 2014. Formulasi emulgel ekstrak etanol daun
dewa (Gynura pseudochina (L.) DC) untuk pengobatan nyeri sendi
terhadap tikus putih jantan. Prosiding Seminar Nasional dan Workshop
“Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014.
53
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 1. Gambar Emulgel Gamma-Oryzanol
Lampiran 2. Hasil Uji Sentrifugasi Emulgel Gamma-Oryzanol
Keterangan: (a) Minggu ke-0, (b) Minggu ke-2 Suhu 4oC, (c) Minggu
ke-2 Suhu 26±2oC, (d) Minggu ke-2 Suhu 40
oC
a b
c d
54
UIN Syarif Hidayatullah
Lanjutan
Keterangan: (a) Minggu ke-4 Suhu 4oC, (b) Minggu ke-4 Suhu 26±2
oC,
(c) Minggu ke-4 Suhu 40oC, (d) Setelah uji cycling test
a b
c d
55
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 3. Data Hasil Uji pH Emulgel Gamma-Oryzanol Selama Penyimpanan
Hasil Uji pH Emulgel Suhu 4oC
Emulgel Uji Minggu ke-0 Minggu ke-2 Minggu ke-4
F1
Uji 1 6,324 6,265 7,239
Uji 2 6,257 6,252 7,158
Uji 3 6,311 6,320 7,163
Rata-rata 6,297 6,279 7,187
F2
Uji 1 6,046 6,090 7,002
Uji 2 6,112 6,089 7,008
Uji 3 6,132 6,081 6,948
Rata-rata 6,097 6,087 6,986
F3
Uji 1 6,122 6,068 6,895
Uji 2 6,116 6,049 6,952
Uji 3 6,106 6,140 6,944
Rata-rata 6,115 6,086 6,930
Hasil Uji pH Emulgel Suhu 26±2 oC
Emulgel Uji Minggu ke-0 Minggu ke-2 Minggu ke-4
F1 Uji 1 6,324 6,310 7,088
Uji 2 6,257 6,295 7,137
Uji 3 6,311 6,346 7,140
Rata-rata 6,297 6,317 7,122
F2 Uji 1 6,046 6,197 6,930
Uji 2 6,112 6,196 6,884
Uji 3 6,132 6,124 6,926
Rata-rata 6,097 6,172 6,913
F3 Uji 1 6,122 6,153 6,877
Uji 2 6,116 6,160 6,844
Uji 3 6,106 6,180 6,924
Rata-rata 6,115 6,164 6,882
Hasil Uji pH Emulgel Suhu 40oC
Emulgel Uji Minggu ke-0 Minggu ke-2 Minggu ke-4
F1 Uji 1 6,324 6,382 6,808
Uji 2 6,257 6,378 6,752
Uji 3 6,311 6,309 6,837
Rata-rata 6,297 6,356 6,799
F2 Uji 1 6,046 6,017 6,800
Uji 2 6,112 6,079 6,892
Uji 3 6,132 6,072 6,897
Rata-rata 6,097 6,056 6,863
F3 Uji 1 6,122 6,052 6,938
Uji 2 6,116 6,071 6,933
Uji 3 6,106 6,089 6,983
Rata-rata 6,115 6,071 6,951
56
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 4. Data Hasil Uji pH Emulgel Gamma-Oryzanol pada Uji Cycling Test
Emulgel Uji Sebelum Cycling
Test
Setelah Cycling
Test
F1
Uji 1 6,240 7,069
Uji 2 6,300 7,024
Uji 3 6,240 7,058
Rata-rata 6,260 7,050
F2
Uji 1 6,354 7,146
Uji 2 6,341 7,150
Uji 3 6,349 7,180
Rata-rata 6,348 7,159
F3
Uji 1 6,291 7,134
Uji 2 6,287 7,126
Uji 3 6,323 7,125
Rata-rata 6,300 7,128
Lampiran 5. Data Hasil Uji Viskositas Emulgel Gamma-Oryzanol pada Uji
Cycling Test
Emulgel Uji Sebelum Cycling
Test
Setelah Cycling
Test
F1
Uji 1 19200 23400
Uji 2 20100 23000
Uji 3 19500 22300
Rata-rata 19600 22900
F2
Uji 1 23700 27000
Uji 2 24900 26600
Uji 3 24700 26600
Rata-rata 24433 26733
F3
Uji 1 29400 28200
Uji 2 29300 29000
Uji 3 29600 29000
Rata-rata 29433 28733
57
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 6. Data Hasil Uji Viskositas Emulgel Gamma-Oryzanol Selama
Penyimpanan
Hasil Uji Viskositas Emulgel Suhu 4oC
Emulgel Uji Minggu ke-0 Minggu ke-2 Minggu ke-4
F1
Uji 1 18700 18500 21800
Uji 2 19400 21200 21400
Uji 3 19100 21700 21600
Rata-rata 19067 20467 21600
F2
Uji 1 24600 28600 27900
Uji 2 26100 27600 28400
Uji 3 21700 26500 28400
Rata-rata 24133 27567 28233
F3
Uji 1 29200 30800 32600
Uji 2 26800 30500 31500
Uji 3 29700 30200 31100
Rata-rata 28567 30500 31733
Hasil Uji Viskositas Emulgel Suhu 26±2 oC
Emulgel Uji Minggu ke-0 Minggu ke-2 Minggu ke-4
F1 Uji 1 18700 19800 23000
Uji 2 19400 19100 18300
Uji 3 19100 19900 24800
Rata-rata 19067 19600 22033
F2 Uji 1 24600 24000 25400
Uji 2 26100 24300 22100
Uji 3 21700 25300 26400
Rata-rata 24133 24533 24633
F3 Uji 1 29200 27100 29500
Uji 2 26800 29000 29600
Uji 3 29700 28200 28900
Rata-rata 28567 28100 29333
Hasil Uji Viskositas Emulgel Suhu 40oC
Emulgel Uji Minggu ke-0 Minggu ke-2 Minggu ke-4
F1 Uji 1 18700 19700 19900
Uji 2 19400 21500 21100
Uji 3 19100 21000 21500
Rata-rata 19067 20733 20833
F2 Uji 1 24600 23500 24000
Uji 2 26100 24000 23000
Uji 3 21700 23000 24400
Rata-rata 24133 23500 23800
F3 Uji 1 29200 28100 29000
Uji 2 26800 27200 29100
Uji 3 29700 26200 29600
Rata-rata 28567 27167 29233
58
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 7. Data Diameter Daya Sebar Emulgel Gamma-Oryzanol Selama
Penyimpanan
Suhu
(oC)
Minggu Berat Beban Diameter Daya Sebar (cm) ± SD
F1 F2 F3
4
0
65 gram 3,18 ± 0,11 2,95 ± 0,00 2,83 ± 0,04
85 gram 3,45 ± 0,07 3,25 ± 0,07 3,05 ± 0,07
105 gram 3,63 ± 0,11 3,45 ± 0,07 3,20 ± 0,00
125 gram 3,80 ± 0,14 3,68 ± 0,04 3,40 ± 0,07
145 gram 3,93 ± 0,11 3,80 ± 0,00 3,55 ± 0,07
2
65 gram 3,23 ± 0,14 3,10 ± 0,13 2,98 ± 0,02
85 gram 3,53 ± 0,19 3,40 ± 0,09 3,21 ± 0,04
105 gram 3,63 ± 0,15 3,63 ± 0,03 3,38 ± 0,06
125 gram 3,83 ± 0,10 3,80 ± 0,07 3,53 ± 0,06
145 gram 4,15 ± 0,10 3,90 ± 0,05 3,68 ± 0,03
4
65 gram 3,80 ± 0,10 3,19 ± 0,01 3,04 ± 0,07
85 gram 4,15 ± 0,00 3,50 ± 0,00 3,26 ± 0,06
105 gram 4,46 ± 0,06 3,80 ± 0,00 3,47 ± 0,08
125 gram 4,67 ± 0,03 3,90 ± 0,00 3,65 ± 0,07
145 gram 4,88 ± 0,10 4,10 ± 0,00 3,78 ± 0,02
26 ± 2
0
65 gram 3,18 ± 0,11 2,95 ± 0,00 2,83 ± 0,04
85 gram 3,45 ± 0,07 3,25 ± 0,07 3,05 ± 0,07
105 gram 3,63 ± 0,11 3,45 ± 0,07 3,20 ± 0,00
125 gram 3,80 ± 0,14 3,68 ± 0,04 3,40 ± 0,07
145 gram 3,93 ± 0,11 3,80 ± 0,00 3,55 ± 0,07
2
65 gram 3,51 ± 0,19 3,15 ± 0,20 3,07 ± 0,06
85 gram 3,87 ± 0,29 3,48 ± 0,28 3,30 ± 0,09
105 gram 4,03 ± 0,20 3,71 ± 0,29 3,52 ± 0,10
125 gram 4,25 ± 0,30 3,85 ± 0,30 3,68 ± 0,11
145 gram 4,47 ± 0,28 4,05 ± 0,25 3,84 ± 0,08
4
65 gram 3,68 ± 0,06 3,34 ± 0,07 3,15 ± 0,09
85 gram 4,04 ± 0,06 3,64 ± 0,07 3,40 ± 0,10
105 gram 4,30 ± 0,04 3,88 ± 0,09 3,66 ± 0,10
125 gram 4,48 ± 0,10 4,03 ± 0,09 3,78 ± 0,10
145 gram 4,63 ± 0,12 4,20 ± 0,10 3,92 ± 0,13
40
0
65 gram 3,18 ± 0,11 2,95 ± 0,00 2,83 ± 0,04
85 gram 3,45 ± 0,07 3,25 ± 0,07 3,05 ± 0,07
105 gram 3,63 ± 0,11 3,45 ± 0,07 3,20 ± 0,00
125 gram 3,80 ± 0,14 3,68 ± 0,04 3,40 ± 0,07
145 gram 3,93 ± 0,11 3,80 ± 0,00 3,55 ± 0,07
2
65 gram 3,17 ± 0,08 3,33 ± 0,10 3,07 ± 0,03
85 gram 3,60 ± 0,28 3,63 ± 0,10 3,32 ± 0,06
105 gram 3,82 ± 0,29 3,86 ± 0,10 3,49 ± 0,06
125 gram 4,05 ± 0,36 3,98 ± 0,06 3,63 ± 0,08
145 gram 4,33 ± 0,49 4,18 ± 0,06 3,76 ± 0,07
4
65 gram 3,68 ± 0,15 3,39 ± 0,17 3,09 ± 0,08
85 gram 4,03 ± 0,14 3,99 ± 0,24 3,37 ± 0,08
105 gram 4,23 ± 0,18 4,12 ± 0,25 3,55 ± 0,09
125 gram 4,43 ± 0,14 4,28 ± 0,19 3,77 ± 0,10
145 gram 4,63 ± 0,20 4,47± 0,26 3,98 ± 0,11
59
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 8. Contoh Perhitungan Luas Daya Sebar
Formula 1 (F1)
Diketahui : Diameter daya sebar formula 1 pada minggu ke-0 setelah diberi
beban 65 gram = 3,18 cm
Jawaban :
Luas daya sebar = ¼ π x d2
= ¼ 3,14 x 3,182
= 7,91 cm2
60
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 9. Data Hasil Uji Daya Sebar Emulgel Gamma-Oryzanol Selama
Penyimpanan
Data Uji Daya Sebar pada Suhu Penyimpanan 4oC
Emulgel Berat beban Luas Daya Sebar (cm
2) ± SD
Minggu 0 Minggu 2 Minggu 4
F1
65 gram 7,91 ± 0,53 8,16 ± 0,71 11,34 ± 0,60
85 gram 9,34 ± 0,38 9,80 ± 1,07 13,52 ± 0,00
105 gram 10,32 ± 0,60 10,65 ± 0,89 15,60 ± 0,44
125 gram 11,34 ± 0,84 11,49 ± 0,61 17,10 ± 0,21
145 gram 12,09 ± 0,65 13,52 ± 0,66 18,72 ± 0,80
F2
65 gram 6,83 ± 0,00 7,54 ± 0,64 8,00 ± 0,07
85 gram 8,29 ± 0,36 9,07 ± 0,46 9,62 ± 0,00
105 gram 9,34 ± 0,38 10,36 ± 0,16 11,34 ± 0,00
125 gram 10,60 ± 0,20 11,34 ± 0,42 11,94 ± 0,00
145 gram 11,34 ± 0,00 11,94 ± 0,31 13,20 ± 0,00
F3
65 gram 6,26 ± 0,16 6,95 ± 0,12 7,26 ± 0,35
85 gram 7,30 ± 0,34 8,07 ± 0,19 8,33 ± 0,32
105 gram 8,04 ± 0,00 8,99 ± 0,31 9,43 ± 0,42
125 gram 9,07 ± 0,38 9,80 ± 0,35 10,46 ± 0,38
145 gram 9,89 ± 0,39 10,65 ± 0,17 11,19 ± 0,15
Data Uji Daya Sebar pada Suhu Penyimpanan 26 ± 2oC
Emulgel Berat beban Luas Daya Sebar (cm
2) ± SD
Minggu 0 Minggu 2 Minggu 4
F1
65 gram 7,91 ± 0,53 9,66 ± 1,05 10,65 ± 0,34
85 gram 9,34 ± 0,38 11,74 ± 1,79 12,82 ± 0,40
105 gram 10,32 ± 0,60 12,77 ± 1,29 14,51 ± 0,29
125 gram 11,34 ± 0,84 14,18 ± 2,00 15,72 ± 0,70
145 gram 12,09 ± 0,65 15,66 ± 1,94 16,85 ± 0,83
F2
65 gram 6,83 ± 0,00 7,79 ± 0,99 8,77 ± 0,38
85 gram 8,29 ± 0,36 9,52 ± 1,50 10,41 ± 0,41
105 gram 9,34 ± 0,38 10,80 ± 1,68 11,79 ± 0,55
125 gram 10,60 ± 0,20 11,64 ± 1,81 12,77 ± 0,56
145 gram 11,34 ± 0,00 12,88 ± 1,59 13,85 ± 0,66
F3
65 gram 6,26 ± 0,16 7,38 ± 0,28 7,79 ± 0,43
85 gram 7,30 ± 0,34 8,55 ± 0,45 9,07 ± 0,53
105 gram 8,04 ± 0,00 9,71 ± 0,57 10,51 ± 0,58
125 gram 9,07 ± 0,38 10,60 ± 0,62 11,24 ± 0,62
145 gram 9,89 ± 0,39 11,59 ±0,48 12,04 ± 0,78
Data Uji Daya Sebar pada Suhu Penyimpanan 40oC
Emulgel Berat beban Luas Daya Sebar (cm
2) ± SD
Minggu 0 Minggu 2 Minggu 4
F1
65 gram 7,91 ± 0,53 7,87 ± 0,38 10,65 ± 0,89
85 gram 9,34 ± 0,38 10,17 ± 1,59 12,77 ± 0,92
105 gram 10,32 ± 0,60 11,44 ± 1,79 14,07 ± 1,16
125 gram 11,34 ± 0,84 12,88 ± 2,33 15,43 ± 1,01
145 gram 12,09 ± 0,65 14,74 ± 3,46 16,85 ± 1,48
F2
65 gram 6,83 ± 0,00 7,50 ± 0,55 9,03 ± 0,90
85 gram 8,29 ± 0,36 8,90 ± 0,60 11,84 ± 1,46
105 gram 9,34 ± 0,38 9,89 ± 0,62 13,30 ± 1,62
125 gram 10,60 ± 0,20 11,14 ± 0,36 14,40 ± 1,29
145 gram 11,34 ±0,00 12,40 ± 0,38 15,66 ± 1,82
F3
65 gram 6,26 ± 0,16 7,38 ± 0,14 8,72 ± 0,39
85 gram 7,30 ± 0,34 8,64 ± 0,30 10,36 ± 0,41
105 gram 8,04 ± 0,00 9,57 ± 0,34 11,69 ± 0,49
125 gram 9,07 ± 0,38 10,36 ± 0,43 12,46 ± 0,61
145 gram 9,89 ± 0,39 11,09 ± 0,42 13,74 ± 0,68
61
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 10. Data Hasil Pengukuran Sifat Alir Emulgel Gamma-Oryzanol pada
Minggu 0
Rpm
F1 F2 F3
cPs %
torque cPs
%
torque cPs % torque
2 171000 34,2 213600 42,7 178700 35,2
2,5 142600 35,6 174300 43,5 144100 36,0
3 122300 36,6 151700 45,5 124100 37,2
4 95500 38,2 119700 47,8 96600 38,6
5 79000 39,5 99400 49,7 79000 39,6
6 69400 41,6 85800 51,4 68200 40,6
10 46500 46,5 55800 55,8 45500 45,5
12 40300 48,3 47900 57,5 38900 46,7
20 27100 54,3 31600 63,3 25400 50,9
30 19800 59,4 22900 68,9 18500 55,5
50 13400 67,2 15400 77,1 11900 59,6
60 11700 70,5 13500 81,1 9600 57,6
50 12800 64,2 14800 74,0 10700 53,5
30 19100 57,3 22100 66,3 15800 47,6
20 26300 52,7 30500 61,1 21900 44,0
12 39800 47,8 46400 55,7 33100 39,7
10 45800 45,8 52400 52,4 38500 38,5
6 68800 41,2 79300 47,6 58400 35,0
5 80500 40,2 92400 46,2 68600 34,3
4 96500 38,6 111600 44,6 82400 32,9
3 122000 36,6 142400 42,7 105000 30,5
2,5 143000 35,7 166400 41,6 123500 30,8
2 169800 33,9 201100 40,2 148400 29,6
62
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 11. Data Hasil Pengukuran Sifat Alir Emulgel Gamma-Oryzanol pada
Minggu 2 Suhu 4oC
Rpm
F1 F2 F3
cPs %
torque cPs
%
torque cPs % torque
2 178700 35,2 228400 45,6 260600 52,6
2,5 144100 36,0 187000 46,7 210700 52,1
3 124100 37,2 159100 47,7 178700 53,6
4 96600 38,6 125500 50,2 131200 52,5
5 79000 39,6 101500 50,7 102700 51,3
6 68200 40,6 91800 55,1 81800 49,3
10 45500 45,5 60800 60,8 53200 50,0
12 38900 46,7 52600 63,1 42200 50,6
20 25400 50,9 36200 72,5 28600 55,7
30 18500 55,5 26400 79,4 19800 66,4
50 11900 59,6 18000 89,8 15000 83,4
60 9600 57,6 15900 90,0 13500 90,0
50 10700 53,5 17200 86,3 17600 79,7
30 15800 47,6 25500 76,5 23500 61,1
20 21900 44,0 35300 70,3 29200 51,3
12 33100 39,7 52600 63,1 40100 48,1
10 38500 38,5 61000 61,0 46700 46,7
6 58400 35,0 92400 55,4 75700 46,5
5 68600 34,3 106600 53,3 96000 48,0
4 82400 32,9 127800 51,1 113600 45,4
3 105000 30,5 162000 48,6 146600 43,9
2,5 123500 30,8 187100 46,7 172200 43,0
2 148400 29,6 228900 45,7 206000 41,2
63
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 12. Data Hasil Pengukuran Sifat Alir Emulgel Gamma-Oryzanol pada
Minggu 2 Suhu 26±2oC
Rpm F1 F2 F3
cPs % torque cPs % torque cPs % torque
2 177900 35,5 232900 37,2 286400 39,0
2,5 149100 37,2 172600 36,6 182000 41,3
3 128400 38,5 122000 35,0 149600 41,6
4 100500 40,2 81600 33,3 104000 42,4
5 83100 41,5 70000 32,3 84800 43,0
6 71500 42,9 53800 32,6 68900 43,9
10 47300 47,3 34700 33,4 43900 45,5
12 40800 48,9 277800 34,0 37700 45,3
20 27400 54,9 19700 36,3 24900 47,8
30 19900 59,7 13600 43,3 17300 52,1
50 13500 67,5 10000 56,4 12800 64,2
60 11800 70,5 9400 60,6 10500 64,7
50 12800 64,5 10900 54,6 10900 54,7
30 18800 56,5 13200 39,7 13100 39,4
20 26200 52,5 16100 32,2 15900 31,8
12 39700 47,7 20900 25,1 20200 24,2
10 45700 45,7 23200 23,2 22000 22,0
6 69700 41,9 35600 21,4 30300 18,2
5 80800 39,6 38200 19,1 35200 17,6
4 97300 38,9 46100 19,2 42900 17,1
3 123000 37,0 65900 19,7 60000 18,0
2,5 143200 35,8 78000 19,5 77300 19,3
2 170700 34,1 112900 22,5 106600 21,3
64
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 13. Data Hasil Pengukuran Sifat Alir Emulgel Gamma-Oryzanol pada
Minggu 2 Suhu 40oC
Rpm F1 F2 F3
cPs % torque cPs % torque cPs % torque
2 189500 37,9 241300 48,2 258400 45,2
2,5 155200 38,8 178800 44,7 208800 46,7
3 133000 39,9 131200 39,3 173200 48,6
4 105900 42,3 98400 39,3 124500 50,8
5 88100 44,0 73800 36,9 98500 54,7
6 75700 45,4 62500 37,5 79700 56,9
10 49400 49,4 36600 36,6 51400 62,2
12 43500 52,2 30100 36,1 45200 64,1
20 29100 58,3 19700 39,5 32100 70,4
30 21000 63,1 15100 46,7 23300 77,2
50 14100 71,1 10600 61,4 16500 87,0
60 12000 72,1 7100 69,7 15000 90,0
50 13500 67,3 12000 59,3 17400 82,6
30 19900 59,7 14700 44,2 25700 70,1
20 27200 54,4 17000 35,7 35200 64,3
12 41400 49,6 26200 31,4 53400 56,8
10 48300 48,3 29100 29,1 62200 54,6
6 73600 44,1 39600 23,7 94900 52,4
5 85600 42,8 44100 22,0 109500 51,9
4 103700 41,5 51800 20,7 127100 51,4
3 130800 39,2 72000 21,6 162100 49,7
2,5 150700 37,6 94400 23,6 187100 46,2
2 180900 36,1 254100 29,0 260000 47,8
65
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 14. Data Hasil Pengukuran Sifat Alir Emulgel Gamma-Oryzanol pada
Minggu 4 Suhu 4oC
Rpm F1 F2 F3
cPs % torque cPs % torque cPs % torque
2 188600 37,7 231400 46,2 284500 56,9
2,5 157700 39,4 188600 47,1 209100 52,2
3 135200 40,5 157500 47,2 152800 45,8
4 106700 42,6 123500 49,4 117600 44,4
5 88900 44,4 104500 52,2 86900 43,3
6 76600 43,9 91000 54,6 71200 42,7
10 51000 51,0 61300 61,3 45000 43,0
12 44000 52,8 52600 63,2 36100 43,3
20 29500 59,0 34500 71,1 25300 50,7
30 21600 64,9 26100 78,9 19800 59,4
50 14700 73,5 18200 88,0 14000 70,3
60 12800 77,2 16000 90,0 10600 75,9
50 13800 69,0 17500 87,0 14100 70,1
30 20000 60,2 25200 75,6 19100 57,5
20 27500 55,0 34400 68,7 22800 45,6
12 40900 49,1 51500 61,8 28700 34,5
10 46800 46,8 59700 59,7 31200 31,2
6 71000 42,6 90300 54,1 50000 30,0
5 82700 41,3 105500 52,7 58900 29,4
4 99900 39,3 127200 50,8 73400 29,3
3 127800 38,3 161200 48,3 100500 30,1
2,5 149600 37,4 187800 46,9 111600 27,9
2 179600 35,9 227200 45,4 138500 27,7
66
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 15. Data Hasil Pengukuran Sifat Alir Emulgel Gamma-Oryzanol pada
Minggu 4 Suhu 26±2oC
Rpm F1 F2 F3
cPs % torque cPs % torque cPs % torque
2 154200 30,8 179200 35,8 201100 40,2
2,5 129500 32,3 132800 33,2 136100 34,0
3 113400 34,0 103300 31,0 108000 32,4
4 88800 35,5 74100 29,6 80100 32,0
5 74500 37,2 59300 29,6 64300 32,1
6 64800 38,9 48100 28,8 48300 28,9
10 43400 43,4 32300 29,0 29600 29,6
12 37600 45,1 24400 29,2 24400 29,3
20 25300 50,6 17200 34,4 17700 35,5
30 18500 55,6 13100 39,3 14300 42,9
50 12600 63,3 9200 46,2 11200 56,0
60 11100 66,6 8400 50,8 9300 56,2
50 11900 59,7 8700 43,6 10900 53,6
30 17500 52,5 11300 34,1 12900 38,8
20 24100 48,3 13500 27,1 15900 31,8
12 36300 43,5 17700 21,3 19900 23,9
10 41700 41,7 19600 19,6 22500 22,5
6 63500 38,1 26200 15,7 33400 20,0
5 73100 36,5 29200 14,6 37600 18,8
4 87900 35,1 38500 15,4 45700 18,5
3 111300 33,3 47800 14,3 60000 18,0
2,5 127800 31,9 62800 15,7 72400 18,1
2 152800 30,5 78600 15,7 94000 18,8
67
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 16. Data Hasil Pengukuran Sifat Alir Emulgel Gamma-Oryzanol pada
Minggu 4 Suhu 40oC
Rpm F1 F2 F3
cPs % torque cPs % torque cPs % torque
2 136800 27,3 199100 39,8 24300 48,6
2,5 116700 29,1 131700 32,9 197400 49,3
3 97200 29,5 98000 29,4 168400 50,5
4 76500 30,4 68800 27,5 132600 52,0
5 62000 30,6 51600 25,8 109800 54,4
6 51100 30,9 41700 25,0 90700 54,9
10 33000 31,2 25000 25,0 58300 56,8
12 26200 31,5 21000 25,2 47300 58,3
20 18200 35,4 16700 31,5 31700 63,5
30 13500 40,5 14000 36,6 23700 70,1
50 10500 52,5 10000 41,9 15900 79,7
60 9000 54,0 7000 42,3 14600 87,9
50 10000 50,2 7300 36,8 14800 74,0
30 12800 37,5 7800 23,5 21600 64,8
20 15300 30,7 8800 17,6 30300 60,6
12 20600 24,7 11500 13,8 46500 55,8
10 23400 23,4 12600 12,6 55400 55,4
6 34800 20,9 18100 10,8 86300 51,8
5 41300 20,6 21100 10,5 102100 51,0
4 48700 19,4 29700 11,9 124500 49,8
3 61300 18,4 44800 13,4 159500 47,8
2,5 74200 18,5 59900 14,9 185500 46,3
2 91000 18,0 90300 18,0 221300 44,2
68
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 17. Hasil Distribusi Ukuran Globul Emulgel Gamma-Oryzanol pada
Minggu ke-0
(a)
(b)
(c)
0
20
40
60
80
100
Fre
ku
ensi
Ukuran Globul (µm)
0
20
40
60
80
100
Fre
ku
ensi
Ukuran Globul (µm)
0
20
40
60
80
100
120
Fre
ku
ensi
Ukuran Globul (µm)
Keterangan : (a) Emulgel F1, (b) Emulgel F2, (c) Emulgel F3
69
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 18. Hasil Distribusi Ukuran Globul Emulgel Gamma-Oryzanol
Minggu ke-2 pada Suhu 4oC
(a)
(b)
(c)
0
20
40
60
80
100
120
140
Fre
ku
ensi
Ukuran Globul (µm)
0
20
40
60
80
100
Fre
ku
ensi
Ukuran Globul (µm)
0
20
40
60
80
100
120
Fre
ku
ensi
Ukuran Globul (µm)
Keterangan : (a) Emulgel F1, (b) Emulgel F2, (c) Emulgel F3
70
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 19. Hasil Distribusi Ukuran Globul Emulgel Gamma-Oryzanol
Minggu ke-2 pada 26±2oC
(a)
(b)
(c)
0
20
40
60
80
100
120
140
Fre
ku
ensi
Ukuran Globul (µm)
0
20
40
60
80
100
120
140
Fre
ku
ensi
Ukuran Globul (µm)
0102030405060708090
100
Fre
ku
ensi
Ukuran Globul (µm)
Keterangan : (a) Emulgel F1, (b) Emulgel F2, (c) Emulgel F3
71
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 20. Hasil Distribusi Ukuran Globul Emulgel Gamma-Oryzanol
Minggu ke-2 pada 40oC
(a)
(b)
(c)
0
20
40
60
80
100
120
Fre
ku
ensi
Ukuran Globul (µm)
0
20
40
60
80
100
120
Fre
ku
ensi
Ukuran Globul (µm)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Fre
ku
ensi
Ukuran Globul (µm)
Keterangan : (a) Emulgel F1, (b) Emulgel F2, (c) Emulgel F3
72
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 21. Hasil Distribusi Ukuran Globul Emulgel Gamma-Oryzanol
Minggu ke-4 pada 4oC
(a)
(b)
(c)
0
20
40
60
80
100
120
140
Fre
ku
ensi
Ukuran Globul (µm)
0102030405060708090
100
Fre
ku
ensi
Ukuran Globul (µm)
0
20
40
60
80
100
120
140
Fre
ku
ensi
Ukuran Globul (µm)
Keterangan : (a) Emulgel F1, (b) Emulgel F2, (c) Emulgel F3
73
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 22. Hasil Distribusi Ukuran Globul Emulgel Gamma-Oryzanol
Minggu ke-4 pada 26±2oC
(a)
(b)
(c)
0102030405060708090
100
Fre
ku
ensi
Ukuran Globul (µm)
0
20
40
60
80
100
120
Fre
ku
ensi
Ukuran Globul (µm)
0102030405060708090
100
Fre
ku
ensi
Ukuran Globul (µm)
Keterangan : (a) Emulgel F1, (b) Emulgel F2, (c) Emulgel F3
74
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 23. Hasil Distribusi Ukuran Globul Emulgel Gamma-Oryzanol
Minggu ke-4 pada 40oC
(a)
(b)
0
20
40
60
80
100
120
Fre
ku
ensi
Ukuran Globul (µm)
0102030405060708090
100
Fre
ku
ensi
Ukuran Globul (µm)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Fre
ku
ensi
Ukuran Globul (µm)
Keterangan : (a) Emulgel F1, (b) Emulgel F2, (c) Emulgel F3
75
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 24. Hasil Distribusi Ukuran Globul Emulgel Gamma-Oryzanol
Sebelum Cycling Test
(a)
(b)
(c)
0
20
40
60
80
100
120
Fre
ku
ensi
Ukuran Globul (µm)
0
20
40
60
80
100
120
140
Fre
ku
ensi
Ukuran Globul (µm)
0102030405060708090
100
Fre
ku
ensi
Ukuran Globul (µm)
Keterangan : (a) Emulgel F1, (b) Emulgel F2, (c) Emulgel F3
76
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 25. Hasil Distribusi Ukuran Globul Emulgel Gamma-Oryzanol
Setelah Cycling Test
(a)
(b)
(c)
0
20
40
60
80
100
120
Fre
ku
ensi
Ukuran Globul (µm)
0
20
40
60
80
100
120
Fre
ku
ensi
Ukuran Globul (µm)
0
20
40
60
80
100
120
Fre
ku
ensi
Ukuran Globul (µm)
Keterangan : (a) Emulgel F1, (b) Emulgel F2, (c) Emulgel F3
77
Lampiran 26. Data Statistik Nilai pH Emulgel Gamma-Oryzanol Selama
Penyimpanan pada Suhu 4oC
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 F1_M0 6,29733 3 ,035529 ,020513
F1_M2 6,27900 3 ,036097 ,020841
Pair 2 F1_M0 6,29733 3 ,035529 ,020513
F1_M4 7,18667 3 ,045391 ,026206
Pair 3 F2_M0 6,09667 3 ,045004 ,025983
F2_M2 6,08667 3 ,004933 ,002848
Pair 4 F2_M0 6,09667 3 ,045004 ,025983
F2_M4 6,98600 3 ,033045 ,019079
Pair 5 F3_M0 6,11467 3 ,008083 ,004667
F3_M2 6,08567 3 ,048003 ,027715
Pair 6 F3_M0 6,11467 3 ,008083 ,004667
F3_M4 6,93033 3 ,030860 ,017817
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 F1_M0 & F1_M2 3 ,497 ,669
Pair 2 F1_M0 & F1_M4 3 ,691 ,514
Pair 3 F2_M0 & F2_M2 3 -,751 ,459
Pair 4 F2_M0 & F2_M4 3 -,611 ,582
Pair 5 F3_M0 & F3_M2 3 -,837 ,369
Pair 6 F3_M0 & F3_M4 3 -,699 ,507
78
UIN Syarif Hidayatullah
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviatio
n
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 F1_M0 -
F1_M2 ,018333 ,035907 ,020731 -,070865 ,107532 ,884 2 ,470
Pair 2 F1_M0 -
F1_M4 -,889333 ,033081 ,019099 -,971510 -,807156 -46,564 2 ,000
Pair 3 F2_M0 -
F2_M2 ,010000 ,048816 ,028184 -,111266 ,131266 ,355 2 ,757
Pair 4 F2_M0 -
F2_M4 -,889333 ,070238 ,040552 -1,063813 -,714853 -21,931 2 ,002
Pair 5 F3_M0 -
F3_M2 ,029000 ,054945 ,031723 -,107492 ,165492 ,914 2 ,457
Pair 6 F3_M0 -
F3_M4 -,815667 ,036964 ,021341 -,907490 -,723843 -38,220 2 ,001
Keterangan : Signifikansi <0,05, pH berbeda secara signifikan
Lampiran 27. Data Statistik Nilai Viskositas Emulgel Gamma-Oryzanol Selama
Penyimpanan pada Suhu 4oC
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 F1_M0 19066,67 3 351,188 202,759
F1_M2 20466,67 3 1721,434 993,870
Pair 2 F1_M0 19066,67 3 351,188 202,759
F1_M4 21600,00 3 200,000 115,470
Pair 3 F2_M0 24133,33 3 2236,813 1291,425
F2_M2 27566,67 3 1050,397 606,447
Pair 4 F2_M0 24133,33 3 2236,813 1291,425
F2_M4 28233,33 3 288,675 166,667
Pair 5 F3_M0 28566,67 3 1550,269 895,048
F3_M2 30500,00 3 300,000 173,205
Pair 6 F3_M0 28566,67 3 1550,269 895,048
F3_M4 31733,33 3 776,745 448,454
79
UIN Syarif Hidayatullah
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 F1_M0 19066,67 3 351,188 202,759
F1_M2 20466,67 3 1721,434 993,870
Pair 2 F1_M0 19066,67 3 351,188 202,759
F1_M4 21600,00 3 200,000 115,470
Pair 3 F2_M0 24133,33 3 2236,813 1291,425
F2_M2 27566,67 3 1050,397 606,447
Pair 4 F2_M0 24133,33 3 2236,813 1291,425
F2_M4 28233,33 3 288,675 166,667
Pair 5 F3_M0 28566,67 3 1550,269 895,048
F3_M2 30500,00 3 300,000 173,205
Pair 6 F3_M0 28566,67 3 1550,269 895,048
F3_M4 31733,33 3 776,745 448,454
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
F1_M0 -
F1_M2 -1400,000 1442,221 832,666 -4982,674 2182,674 -1,681 2 ,235
Pair
2
F1_M0 -
F1_M4 -2533,333 550,757 317,980 -3901,490 -1165,177 -7,967 2 ,015
Pair
3
F2_M0 -
F2_M2 -3433,333 1721,434 993,870 -7709,611 842,945 -3,455 2 ,075
Pair
4
F2_M0 -
F2_M4 -4100,000 2306,513 1331,666 -9829,695 1629,695 -3,079 2 ,091
Pair
5
F3_M0 -
F3_M2 -1933,333 1625,833 938,675 -5972,127 2105,460 -2,060 2 ,176
Pair 6
F3_M0 - F3_M4
-3166,667 1662,328 959,745 -7296,118 962,784 -3,299 2 ,081
Keterangan : Signifikansi <0,05, viskositas berbeda secara signifikan
80
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 28. Data Statistik Daya Sebar Emulgel Gamma-Oryzanol Selama
Penyimpanan pada Suhu 4oC
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 F1_M0 13,5367 3 1,18154 ,68216
F1_M2 12,7767 3 ,66214 ,38229
Pair 2 F1_M0 13,5367 3 1,18154 ,68216
F1_M4 19,0000 3 ,58643 ,33858
Pair 3 F2_M0 11,7400 3 ,34641 ,20000
F2_M2 11,9433 3 ,30501 ,17610
Pair 4 F2_M0 11,7400 3 ,34641 ,20000
F2_M4 13,3167 3 ,20207 ,11667
Pair 5 F3_M0 9,2567 3 ,56368 ,32544
F3_M2 10,6533 3 ,16743 ,09667
Pair 6 F3_M0 9,2567 3 ,56368 ,32544
F3_M4 11,1900 3 ,15000 ,08660
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 F1_M0 & F1_M2 3 -,467 ,691
Pair 2 F1_M0 & F1_M4 3 ,126 ,920
Pair 3 F2_M0 & F2_M2 3 ,009 ,994
Pair 4 F2_M0 & F2_M4 3 -1,000 ,000
Pair 5 F3_M0 & F3_M2 3 ,287 ,815
Pair 6 F3_M0 & F3_M4 3 ,727 ,481
81
UIN Syarif Hidayatullah
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 F1_M0 -
F1_M2 ,76000 1,60150 ,92463 -3,21834 4,73834 ,822 2 ,497
Pair 2 F1_M0 -
F1_M4 -5,46333 1,25129 ,72243 -8,57172 -2,35495 -7,562 2 ,017
Pair 3 F2_M0 -
F2_M2 -,20333 ,45938 ,26523 -1,34451 ,93784 -,767 2 ,523
Pair 4 F2_M0 -
F2_M4 -1,57667 ,54848 ,31667 -2,93917 -,21416 -4,979 2 ,038
Pair 5 F3_M0 -
F3_M2 -1,39667 ,54003 ,31179 -2,73818 -,05516 -4,480 2 ,046
Pair 6 F3_M0 -
F3_M4 -1,93333 ,46608 ,26909 -3,09115 -,77552 -7,185 2 ,019
Keterangan : Signifikansi <0,05, daya sebar berbeda secara signifikan
Lampiran 29. Data Statistik pH Emulgel Gamma-Oryzanol Selama
Penyimpanan pada Suhu 26±2oC
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 F1_M0 6,29733 3 ,035529 ,020513
F1_M2 6,24700 3 ,096421 ,055669
Pair 2 F1_M0 6,29733 3 ,035529 ,020513
F1_M4 7,12167 3 ,029195 ,016856
Pair 3 F2_M0 6,09667 3 ,045004 ,025983
F2_M2 6,17233 3 ,041861 ,024168
Pair 4 F2_M0 6,09667 3 ,045004 ,025983
F2_M4 6,91333 3 ,025482 ,014712
Pair 5 F3_M0 6,11467 3 ,008083 ,004667
F3_M2 6,16433 3 ,014012 ,008090
Pair 6 F3_M0 6,11467 3 ,008083 ,004667
F3_M4 6,88167 3 ,040204 ,023212
82
UIN Syarif Hidayatullah
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 F1_M0 & F1_M2 3 -,259 ,833
Pair 2 F1_M0 & F1_M4 3 -,610 ,582
Pair 3 F2_M0 & F2_M2 3 -,689 ,516
Pair 4 F2_M0 & F2_M4 3 -,369 ,759
Pair 5 F3_M0 & F3_M2 3 -,992 ,081
Pair 6 F3_M0 & F3_M4 3 -,694 ,511
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 F1_M0 -
F1_M2 ,050333 ,111051 ,064115 -,225533 ,326199 ,785 2 ,515
Pair 2 F1_M0 -
F1_M4 -,824333 ,058141 ,033568 -,968763 -,679904 -24,557 2 ,002
Pair 3 F2_M0 -
F2_M2 -,075667 ,079827 ,046088 -,273968 ,122634 -1,642 2 ,242
Pair 4 F2_M0 -
F2_M4 -,816667 ,059341 ,034260 -,964077 -,669256 -23,837 2 ,002
Pair 5 F3_M0 -
F3_M2 -,049667 ,022053 ,012732 -,104449 ,005116 -3,901 2 ,060
Pair 6 F3_M0 -
F3_M4 -,767000 ,046184 ,026665 -,881728 -,652272 -28,765 2 ,001
Keterangan : Signifikansi <0,05, pH berbeda secara signifikan
83
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 30. Data Statistik Viskositas Emulgel Gamma-Oryzanol Selama
Penyimpanan pada Suhu 26±2oC
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 F1_M0 19066,67 3 351,188 202,759
F1_M2 19600,00 3 435,890 251,661
Pair 2 F1_M0 19066,67 3 351,188 202,759
F1_M4 22033,33 3 3356,089 1937,639
Pair 3 F2_M0 24133,33 3 2236,813 1291,425
F2_M2 24533,33 3 680,686 392,994
Pair 4 F2_M0 24133,33 3 2236,813 1291,425
F2_M4 24633,33 3 2250,185 1299,145
Pair 5 F3_M0 28566,67 3 1550,269 895,048
F3_M2 28033,33 3 950,438 548,736
Pair 6 F3_M0 28566,67 3 1550,269 895,048
F3_M4 29333,33 3 378,594 218,581
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 F1_M0 & F1_M2 3 -,751 ,459
Pair 2 F1_M0 & F1_M4 3 -,639 ,559
Pair 3 F2_M0 & F2_M2 3 -,845 ,359
Pair 4 F2_M0 & F2_M4 3 -,886 ,306
Pair 5 F3_M0 & F3_M2 3 -,793 ,417
Pair 6 F3_M0 & F3_M4 3 -,730 ,479
84
UIN Syarif Hidayatullah
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig.
(2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 F1_M0 -
F1_M2 -533,333 737,111 425,572 -2364,420 1297,753 -1,253 2 ,337
Pair 2 F1_M0 -
F1_M4 -2966,667 3590,729 2073,108 -11886,531 5953,198 -1,431 2 ,289
Pair 3 F2_M0 -
F2_M2 -400,000 2835,489 1637,071 -7443,746 6643,746 -,244 2 ,830
Pair 4 F2_M0 -
F2_M4 -500,000 4357,752 2515,949 -11325,255 10325,255 -,199 2 ,861
Pair 5 F3_M0 -
F3_M2 533,333 2375,570 1371,536 -5367,910 6434,577 ,389 2 ,735
Pair 6 F3_M0 -
F3_M4 -766,667 1844,813 1065,103 -5349,435 3816,102 -,720 2 ,546
Keterangan : Signifikansi <0,05, viskositas berbeda secara signifikan
Lampiran 31. Data Statistik Daya Sebar Emulgel Gamma-Oryzanol Selama
Penyimpanan pada Suhu 26±2oC
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 F1_M0 13,5367 3 1,18154 ,68216
F1_M2 15,7000 3 1,93497 1,11715
Pair 2 F1_M0 13,5367 3 1,18154 ,68216
F1_M4 16,8600 3 ,83138 ,48000
Pair 3 F2_M0 11,7400 3 ,34641 ,20000
F2_M2 12,9100 3 1,58521 ,91522
Pair 4 F2_M0 11,7400 3 ,34641 ,20000
F2_M4 13,8533 3 ,65501 ,37817
Pair 5 F3_M0 9,2567 3 ,56368 ,32544
F3_M2 11,5900 3 ,48218 ,27839
Pair 6 F3_M0 9,2567 3 ,56368 ,32544
F3_M4 12,0533 3 ,77623 ,44816
85
UIN Syarif Hidayatullah
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 F1_M0 & F1_M2 3 ,201 ,871
Pair 2 F1_M0 & F1_M4 3 ,716 ,492
Pair 3 F2_M0 & F2_M2 3 -,874 ,323
Pair 4 F2_M0 & F2_M4 3 ,864 ,336
Pair 5 F3_M0 & F3_M2 3 ,134 ,914
Pair 6 F3_M0 & F3_M4 3 ,808 ,401
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig.
(2-
tailed) Mean
Std.
Deviatio
n
Std.
Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
F1_M0 -
F1_M2 -2,16333 2,05430 1,18605 -7,26649 2,93982 -1,824 2 ,210
Pair
2
F1_M0 -
F1_M4 -3,32333 ,82513 ,47639 -5,37306 -1,27361 -6,976 2 ,020
Pair
3
F2_M0 -
F2_M2 -1,17000 1,89549 1,09436 -5,87867 3,53867 -1,069 2 ,397
Pair
4
F2_M0 -
F2_M4 -2,11333 ,39627 ,22879 -3,09773 -1,12893 -9,237 2 ,012
Pair
5
F3_M0 -
F3_M2 -2,33333 ,69082 ,39885 -4,04943 -,61724 -5,850 2 ,028
Pair
6
F3_M0 -
F3_M4 -2,79667 ,46145 ,26642 -3,94296 -1,65037 -10,497 2 ,009
Keterangan : Signifikansi <0,05, daya sebar berbeda secara signifikan
86
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 32. Data Statistik pH Emulgel Gamma-Oryzanol Selama
Penyimpanan pada Suhu 40oC
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 F1_M0 6,29733 3 ,035529 ,020513
F1_M2 6,35633 3 ,041041 ,023695
Pair 2 F1_M0 6,29733 3 ,035529 ,020513
F1_M4 6,79900 3 ,043209 ,024947
Pair 3 F2_M0 6,09667 3 ,045004 ,025983
F2_M2 6,05600 3 ,033956 ,019604
Pair 4 F2_M0 6,09667 3 ,045004 ,025983
F2_M4 6,86300 3 ,054617 ,031533
Pair 5 F3_M0 6,11467 3 ,008083 ,004667
F3_M2 6,07067 3 ,018502 ,010682
Pair 6 F3_M0 6,11467 3 ,008083 ,004667
F3_M4 6,95133 3 ,027538 ,015899
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 F1_M0 & F1_M2 3 -,287 ,815
Pair 2 F1_M0 & F1_M4 3 ,865 ,335
Pair 3 F2_M0 & F2_M2 3 ,947 ,208
Pair 4 F2_M0 & F2_M4 3 ,984 ,113
Pair 5 F3_M0 & F3_M2 3 -,987 ,101
Pair 6 F3_M0 & F3_M4 3 -,891 ,300
87
UIN Syarif Hidayatullah
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
F1_M0 -
F1_M2 -,059000 ,061506 ,035511 -,211790 ,093790 -1,661 2 ,239
Pair
2
F1_M0 -
F1_M4 -,501667 ,021779 ,012574 -,555769 -,447564
-
39,896 2 ,001
Pair
3
F2_M0 -
F2_M2 ,040667 ,016862 ,009735 -,001221 ,082555 4,177 2 ,053
Pair
4
F2_M0 -
F2_M4 -,766333 ,013051 ,007535 -,798754 -,733912
-
101,70
2
2 ,000
Pair
5
F3_M0 -
F3_M2 ,044000 ,026514 ,015308 -,021865 ,109865 2,874 2 ,103
Pair
6
F3_M0 -
F3_M4 -,836667 ,034933 ,020169 -,923446 -,749888
-
41,483 2 ,001
Keterangan : Signifikansi <0,05, pH berbeda secara signifikan
Lampiran 33. Data Statistik Viskositas Emulgel Gamma-Oryzanol Selama
Penyimpanan pada Suhu 40oC
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 F1_M0 19066,67 3 351,188 202,759
F1_M2 20733,33 3 929,157 536,449
Pair 2 F1_M0 19066,67 3 351,188 202,759
F1_M4 20833,33 3 832,666 480,740
Pair 3 F2_M0 24133,33 3 2236,813 1291,425
F2_M2 23500,00 3 500,000 288,675
Pair 4 F2_M0 24133,33 3 2236,813 1291,425
F2_M4 23800,00 3 721,110 416,333
Pair 5 F3_M0 28566,67 3 1550,269 895,048
F3_M2 27166,67 3 950,438 548,736
Pair 6 F3_M0 28566,67 3 1550,269 895,048
F3_M4 29233,33 3 321,455 185,592
88
UIN Syarif Hidayatullah
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 F1_M0 & F1_M2 3 ,986 ,108
Pair 2 F1_M0 & F1_M4 3 ,775 ,435
Pair 3 F2_M0 & F2_M2 3 ,984 ,116
Pair 4 F2_M0 & F2_M4 3 -,911 ,270
Pair 5 F3_M0 & F3_M2 3 -,191 ,878
Pair 6 F3_M0 & F3_M4 3 ,505 ,663
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 F1_M0 -
F1_M2 -1666,667 585,947 338,296 -3122,239 -211,095 -4,927 2 ,039
Pair 2 F1_M0 -
F1_M4 -1766,667 602,771 348,010 -3264,034 -269,300 -5,076 2 ,037
Pair 3 F2_M0 -
F2_M2 633,333 1747,379 1008,850 -3707,397 4974,063 ,628 2 ,594
Pair 4 F2_M0 -
F2_M4 333,333 2909,181 1679,616 -6893,473 7560,139 ,198 2 ,861
Pair 5 F3_M0 -
F3_M2 1400,000 1967,232 1135,782 -3486,874 6286,874 1,233 2 ,343
Pair 6 F3_M0 -
F3_M4 -666,667 1415,392 817,177 -4182,694 2849,361 -,816 2 ,500
Keterangan : Signifikansi <0,05, viskositas berbeda secara signifikan
89
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 34. Data Statistik Daya Sebar Emulgel Gamma-Oryzanol Selama
Penyimpanan pada Suhu 40oC
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 F1_M0 13,5367 3 1,18154 ,68216
F1_M2 14,8700 3 3,46160 1,99856
Pair 2 F1_M0 13,5367 3 1,18154 ,68216
F1_M4 16,8733 3 1,48264 ,85600
Pair 3 F2_M0 11,7400 3 ,34641 ,20000
F2_M2 13,7400 3 ,38105 ,22000
Pair 4 F2_M0 11,7400 3 ,34641 ,20000
F2_M4 15,6967 3 1,81665 1,04885
Pair 5 F3_M0 9,2567 3 ,56368 ,32544
F3_M2 11,0933 3 ,42724 ,24667
Pair 6 F3_M0 9,2567 3 ,56368 ,32544
F3_M4 12,4133 3 ,67449 ,38942
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 F1_M0 & F1_M2 3 ,933 ,234
Pair 2 F1_M0 & F1_M4 3 ,120 ,924
Pair 3 F2_M0 & F2_M2 3 ,500 ,667
Pair 4 F2_M0 & F2_M4 3 ,237 ,848
Pair 5 F3_M0 & F3_M2 3 -,973 ,148
Pair 6 F3_M0 & F3_M4 3 ,171 ,891
90
UIN Syarif Hidayatullah
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig.
(2-
tailed) Mean
Std.
Deviatio
n
Std.
Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
F1_M0 -
F1_M2 -1,33333 2,39644 1,38359 -7,28642 4,61976 -,964 2 ,437
Pair
2
F1_M0 -
F1_M4 -3,33667 1,78197 1,02882 -7,76334 1,09000 -3,243 2 ,083
Pair
3
F2_M0 -
F2_M2 -2,00000 ,36497 ,21071 -2,90663 -1,09337 -9,492 2 ,011
Pair
4
F2_M0 -
F2_M4 -3,95667 1,76698 1,02017 -8,34610 ,43277 -3,878 2 ,061
Pair
5
F3_M0 -
F3_M2 -1,83667 ,98434 ,56831 -4,28191 ,60858 -3,232 2 ,084
Pair
6
F3_M0 -
F3_M4 -3,15667 ,80158 ,46279 -5,14791 -1,16543 -6,821 2 ,021
Keterangan : Signifikansi <0,05, daya sebar berbeda secara signifikan
Lampiran 35. Data Statistik pH Emulgel Gamma-Oryzanol pada Cycling Test
Formula 1
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 F1_awal 6,26000 3 ,034641 ,020000
F1_akhir 7,05033 3 ,023459 ,013544
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 F1_awal & F1_akhir 3 -,972 ,151
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig.
(2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 F1_awal -
F1_akhir -,790333 ,057709 ,033318 -,933691 -,646976 -23,721 2 ,002
Keterangan : Signifikansi <0,05, pH berbeda secara signifikan
91
UIN Syarif Hidayatullah
Formula 2
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 F2_awal 6,34800 3 ,006557 ,003786
f2_akhir 7,15867 3 ,018583 ,010729
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 F2_awal & f2_akhir 3 ,025 ,984
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviatio
n
Std.
Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
F2_awal -
f2_akhir -,810667 ,019553 ,011289 -,859240 -,762093 -71,809 2 ,000
Keterangan : Signifikansi <0,05, pH berbeda secara signifikan
Formula 3
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 f3_awal 6,30033 3 ,019732 ,011392
f3_akhir 7,12833 3 ,004933 ,002848
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 f3_awal & f3_akhir 3 -,500 ,667
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviatio
n
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
f3_awal -
f3_akhir -,828000 ,022605 ,013051 -,884155 -,771845 -63,443 2 ,000
Keterangan : Signifikansi <0,05, pH berbeda secara signifikan
92
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 36. Data Statistik Viskositas Emulgel Gamma-Oryzanol pada Cycling
Test
Formula 1
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 visko_awal 19600,00 3 458,258 264,575
visko_akhir 22900,00 3 556,776 321,455
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 visko_awal & visko_akhir 3 -,176 ,887
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
visko_awal -
visko_akhir -3300,000 781,025 450,925 -5240,174 -1359,826 -7,318 2 ,018
Keterangan : Signifikansi <0,05, viskositas berbeda secara signifikan
Formula 2
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 visko_awal 24433,33 3 642,910 371,184
visko_akhir 26733,3333 3 230,94011 133,33333
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 visko_awal & visko_akhir 3 -,988 ,099
93
UIN Syarif Hidayatullah
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
visko_awal -
visko_akhir -2300,00000 871,77979 503,32230 -4465,62105
-
134,37895 -4,570 2 ,045
Keterangan : Signifikansi <0,05, viskositas berbeda secara signifikan
Formula 3
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 visko_awal 29433,33 3 152,753 88,192
visko_akhir 28733,33 3 461,880 266,667
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 visko_awal & visko_akhir 3 ,189 ,879
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
Pair
1
visko_awal -
visko_akhir 700,000 458,258 264,575 -438,375 1838,375 2,646 2 ,118
Keterangan : Signifikansi <0,05, viskositas berbeda secara signifikan
94
Lampiran 37. Data Statistik Ukuran Globul Emulgel Gamma-Oryzanol Selama
Penyimpanan
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
F1_M0 - F1_M2 -,58000 ,24980 ,14422 -1,20054 ,04054 -4,022 2 ,057
Pair
2
F1_M0 - F1_M4 -,93333 ,46264 ,26710 -2,08259 ,21592 -3,494 2 ,073
Pair
3
F2_M0 - F2_M2 -,24000 ,15875 ,09165 -,63434 ,15434 -2,619 2 ,120
Pair
4
F2_M0 - F2_M4 -,73333 ,17786 ,10269 -1,17516 -,29151 -7,142 2 ,019
Pair
5
F3_M0 - F3_M2 -,28667 ,22723 ,13119 -,85114 ,27780 -2,185 2 ,160
Pair
6
F3_M0 - F3_M4 -,55333 ,38136 ,22018 -1,50068 ,39401 -2,513 2 ,129
Keterangan: Signifikansi <0,05, ukuran globul berbeda secara signifikan
95
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 38. Sertifikat Analisis Karbopol 940
96
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 39. Sertifikat Analisis Rice Bran Oil
97
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 40. Sertifikat Analisis Span 80