PENGARUH KOMBINASI TEA TREE OIL (Melaleuca alternifolia) DENGAN MINYAK ATSIRI BIJI JINTEN PUTIH...

30
PENGARUH KOMBINASI TEA TREE OIL (Melaleuca alternifolia) DENGAN MINYAK ATSIRI BIJI JINTEN PUTIH (Cumimum cyminum) TERHADAP Candida albican PROPOSAL Karya Tulis Ilmiah Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat untuk menempuh Program Pendidikan DIII Farmasi Disusun oleh : Dyah Ristiputri /12329 FA AKADEMI FARMASI NASIONAL

description

PENGARUH KOMBINASI TEA TREE OIL (Melaleuca alternifolia) DENGAN MINYAK ATSIRI BIJI JINTEN PUTIH (Cumimum cyminum) TERHADAP Candida albican

Transcript of PENGARUH KOMBINASI TEA TREE OIL (Melaleuca alternifolia) DENGAN MINYAK ATSIRI BIJI JINTEN PUTIH...

PENGARUH KOMBINASI TEA TREE OIL (Melaleuca alternifolia) DENGAN MINYAK ATSIRI BIJI JINTEN PUTIH (Cumimum cyminum) TERHADAP Candida albican

PROPOSAL

Karya Tulis IlmiahDiajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat untuk menempuh Program Pendidikan DIII FarmasiDisusun oleh :

Dyah Ristiputri /12329 FAAKADEMI FARMASI NASIONAL

SURAKARTA

2014

BAB I

PENDAHULUANA. Latar Belakang

Candida albicans (C. albicans) merupakan salah satu organisme komensal yang bertindak sebagai flora normal pada tubuh manusia dan tidak berbahaya. Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu. (Siregar, 2005)Candida merupakan flora normal dan banyak tersebar di dalam tubuh terutama di membran mukosa saluran pencernaan (24 %) dan mukosa vagina (5- 11 %). Jamur ini bersifat oportunistik dan beberapa spesies Candida dapat menyebabkan infeksi seperti C. tropicalis, C. glablata dan terutama C. Albicans sebagai spesies yang paling sering menyebabkan infeksi. Sebanyak 70% infeksi. Candida disebabkan oleh spesies ini. Penyakit yang disebabkan oleh jamur ini dikenal sebagai Candidiasis dan sering terjadi pada daerah orofaring dan vagina (Arenas, 2001; Narins et al, 2003; Brooks et al, 2004; Kayser et al, 2005 ).Pengobatan yang perlu dilakukan adalah menghilangkan atau mengurangi faktor-faktor predisposisi yang memicu timbulnya infeksi. Pengobatan medikomantosa diberikan sesuai dengan lokasi infeksi. Ketokonazol merupakan salah satu obat yang sering digunakan untuk pengobatan candidiasis, hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Orhon dkk, bahwa sebanyak 91,4% C. albicans yang diisolasi dari pasien-pasien infeksi oleh karena penggunaan kateter, vaginitis dan infeksi oral masih sensitif terhadap ketokonazol (Orhon et al, 1999; Arenas, 2001; Narins et al, 2003; Brooks et al, 2004; Kayser et al, 2005; Kuswadji, 2005).Seiring berkembangnya jaman mulai banyak pengobatan dengan bahan alam, karena obat-obat standart seperti ketokonazol sering terdapat efek samping bila digunakan dalam jangka lama bila ketokonazol digunakan lebih dari 3 minggu dapat menyebabkan efek samping berat seperti hepatotoksisitas serta efek samping lain adalah gastrointestinal, sakit kepala, dan lain-lain (Lynch, 1994). Oleh sebab itu perlu dilakukan pengembangan terhadap pengobatan infeksi C. albican.Salah satu dari obat tradisional yang sedang berkembang adalah minyak atsiri kulit batang kayu putih (Melaleuca alternifolia) yang dikenal sebagai tea tree oil. Sebelum perkembangan obat-obat antijamur tradisional tea tree oil ini sering digunakan dalam campuran kosmetik untuk mengatasi jerawat karena kemampuannya menghambat pertumbuhan Propiobacterium acne. TTO ini mengandung zat aktif utama monoterpen, sesquiterpen, dan turunan senyawa alkohol yang diduga menyebabkan peningkatan permeabilitas sel, menghambat asidifikasi media, dan menghambat rantai respirasi sel jamur Candida albican (Hammer et al., 2001, 2004; Mondello, 2006).Selain itu terdapat tanaman lain yang juga memiliki efek antijamur adalah ekstrak biji jinten putih (Cumimum cyminum). Cumimum cyminum terdapat kandungan minyak atsiri yang memiliki kemampuan sebagai antimikroba juga terdapat senyawa lain seperti senyawa monoterpen yang sama halnya seperti tea tree oil. Biji jinten putih juga mengadung senyawa golongan aldehida, senyawa kuminaldehida, -simen, -pinen dan -terpinen yang tidak terdapat dalam tree tea oil, sehingga bila dikombinasi diharapkan memiliki efek yang lebih efektif menghambat jamur Candida albican. Penelitian dua kombinasi ini belum diperoleh dalam referensi.

Uraian diatas peneliti menganggap perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada peningkatan efek dari antijamur minyak atsiri kulit batang kayu putih dengan kombinasi ekstrak biji jinten putih terhadap pertumbuhan Candida albican.B. Rumusan Masalah

Bagaimana efek kombinasi antijamur Tree Tea Oil dengan Ekstrak Biji Jinten Putih terhadap pertumbuhan Candida albican?C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui efek kombinasi antijamur tree tea oil dengan ekstrak biji jinten putih terhadap pertumbuhan Candida albican.

D. Manfaat PenelitianMemberikan informasi kepada masyarakat luas efek kombinasi antijamur Tree Tea Oil (Melaleuca alternifolia) dengan Ekstrak Biji jinten Putih (Cumimum Cyminum) terhadap pertumbuhan Candida albican.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka1. Melaleuca alternifolia

a. Taksonomi

Kingdom: Palntae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Myrtaceae

Famili

: Melaleuca

Genus

: Melaleuca

Spesies

: Melaleuca alternifoliab. Nama Lain

Melaleuca, tea tree

Kayu putihc. Morfologi Tanaman

1. Batang

Bentuk batang trgak dan bulat. Konsistensinya keras dengan permukaan halus dan berwarna putih abu-abu.

2. Daun

Bentuk daun tunggal berseling dan berwarna hijau. Panjang daun 2-3 cm, dengan lebar 0,1-0,2 cm. Pertulangan daun membujur, daging daun tipis dan permukaan halus

3. Bunga

Bunga majemuk dan tidak bertangkai. Mahkota bungan sebanyak 5 helai, berbrntuk bulat telur dan berwarna putih.

4. Akar

Tipe akar tunggang dan berwarna coklat. ( Depkes RI, 2006)

Gambar 1. Pohon Melaleuca alternifolia

(Sumber : http://toptropicals.com/html/toptropicals/catalog/photo_db)d. Aktivitas Antijamur

Tree tea oil TTO mengandung zat aktif utama monoterpen, sesquiterpen, dan turunan senyawa aromatik yang diduga menyebabkan peningkatan permeabilitas sel dan menghambat penurunan pH lingkungan (Hammer et al., 2004). Terpen dalam TTO adalah senyawa hidrokarbon aromatik yang bersifat volatil, dan termasuk golongan polimer isoprene. Secara terperinci kandungan dari Melaleuca alternifolia adalah sebagai berikut :Tabel 1. Komposisi kandungan Melaleuca alternifolia

Hammer et al. (2004) juga menyebutkan komponen Tree tea oil yang paling kuat menghambat pertumbuhan Candida albican adalah terpinen 4-ol, terpinen 4-ol ini merupakan komponen yang paling banyak dalam minyak atsiri kulit batang Melaleuca alternifolia. Mekanisme kerjanya terutama adalah meningkatkan permeabilitas membran Candida albican dan menghambat asidifikasi medium pertumbuhannya. Berdasarkan penelitian Paduch et al. (2007), mekanisme antijamur dari senyawa-senyawa ini kurang lebih sama, yaitu:

1) Mempengaruhi struktur membran, meningkatkan permeabilitas

membran, dan mengganggu struktur protein membran.

2) Mengganggu rantai respirasi sel jamur.

3) Menghambat transformasi dari bentuk coccus menjadi filamen.2. Cuminum cyminuma. Taksonomi

Kingdom

: Plantae

Divisi

: SpermatophytaKelas

: DicotyledonaeOrdo

: UmnellalesFamili

: Apiaceae

Genus

: Cuminum

Spesies

: Cuminum cyminum (Harder, dkk,1965)b. Morfologi TanamanTanaman jintan putih merupakan tanaman terna (tanaman yang batangnya lunak karena tidak membentuk kayu), tinggi 1,5-5 meter. Batang bergaris-garis, tidak berbulu, berbentuk pita, dan panjang 3-10 cm. Bunga berbentuk payung, panjang mahkota bunga 1 milimeter, warna putih atau merah. Panjang buah 5 mm-7, dan lebar 3 mm. Tanaman ini mempunyai batang kayu dan daunnya bersusun melingkar dan bertumpuk. Daun jintan putih mempunyai pelepah daun seperti ranting-ranting kecil. Bentuk daun jintan putih tidak berwujud lembaran, tetapi lebih mirip benang-benang kaku dan pendek. Warna dominan tumbuhan ini hijau dan bunganya berukuran kecil berwarna kuning tua ditopang oleh tangkai yang agak panjang (Heyne, 1987).Buah matang yang kering berbentuk oval memanjang dengan ukuran panjang 5-6 mm, dan berwarna sawo muda serta berbau aromatik. Baunya sangat khas dan bila dikonsumsi memiliki rasa hangat.

Gambar 2. Biji jinten putih (Cuminum cyminum)c. Kandungan Kimia Biji Jinten PutihBuah jintan putih mengandung minyak atsiri sebanyak kurang lebih 2-5%. Komponen utama dalam minyak atsiri tersebut adalah cuminal (32%) dan safranal (24%). Selain itu, komponen lain yang terkandung dalam minyak jintan putih yaitu p-cimene, -pinene, serta -fellandren (Guenther, 1990 ; Anonim, 2009).

d. Kegunaan Tumbuhan Berdasarkan hasil-hasil pengujian secara praklinis, dapat disimpulkan bahwa jintan putih memiliki sifat sebagai antibakteri, antikarsinogenik, antihiperglikemia, antioksidan, antispasme, karminatif, dan digestif ( Anonim, 2009 ; Agustaa, 2000).Berikut ini adalah beberapa senyawa aktif dalam ekstrak biji jinten hitam (Nigella sativa) yang telah terbukti efektif menghambat pertumbuhan Candida albican:1. Kuminal dehida

2. Kuminal dehida adalah senyawa fitokimia komponen minyak atsiri golongan aldehid yang terdapat dalam ekstrak biji jinten putih (Cuminum cyminum) yang terbukti memiliki efek anti jamur terhadap Candida albican. Mekanisme penghambatannya adalah dengan dapat menyebabkan perubahan permeabilitas membran dan kerusakan membran yang akhirnya menyebabkan kematian sel.

3. -terpinen, -pinen, -pinen-terpinen, -pinen, -pinen adalah senyawa golongan monoterpen yang terdapat pada ekstrak biji jinten putih. Memiliki kemampuan mengubah fungsi membran dari protein integral sebagai senyawa aktif permukaan nonionik (surfaktan) dan membentuk derivatif pirol dengan kelompok amina primer fosfatidil etanol amin dan fosfatidilserin di lapisan luar membran plasma yang mengganggu kerja membran plasma, masuk ke dalam sitoplasma dan bereaksi dengan L-sistein yang terdapat didalam sitoplasma seperti pada glutation, protein dan alkohol dehidrogenase

3. Candida albican

a. Taksonomi

Kingdom: Fungi

Divisi : Ascomycota

Kelas

: Saccharomycetes

Ordo

: Saccharomycetales

Famili : Saccharomycetaceae

Genus

: Candida

Spesies : Candida albicans (Hendrawati, 2008)

Gambar 3. Candida albican (Hendrawati, 2008)b. Sinonim Candida stellatoidea dan Oidium albicans (Hendrawati, 2008)

c. MorfologiCandida albican merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu. Perbedaan bentuk ini tergantung pada faktor eksternal yang mempengaruhinya (Hendrawati, 2008). Bentuk khamir membuat Candida albicans lebih mudah melakukan penyebaran daripada bentuk hifa, sementara bentuk hifa memudahkan Candida albicans melakukan penetrasi ke tubuh inang (Sherwood et al., 1992). Perubahan bentuk khamir ke hifa sangat dipengaruhi oleh lingkungan mikro sel inang selama proses invasi. (Brown and Gow, 1999). Candida albican yang patogen dapat membentuk hifa intraseluler (Jong et al., 2001).

Sifat-sifat Candida albican yang bisa dijadikan acuan identifikasi adalah jamur gram positif, terjadi fermentasi pada medium glukosa, maltosa, dan sukrosa, terdapat pembentukan gas dalam glukosa, maltosa, dan laktosa. Secara makroskopis didapatkan koloni berwarna putih, bulat agak cembung dengan bau khas ragi. Semua sifat tersebut sesuai dengan ciri-ciri Candida albican murni (Hendrawati, 2008).Morfologi koloni Candida albican pada medium padat Agar Sabouraud Dekstrosa umumnya berbentuk bulat dengan permukaan sedikit cembung, halus, licin dan kadang-kadang sedikit berlipat-lipat terutama pada koloni yang telah tua. Umur biakan mempengaruhi besar kecil koloni. Warna koloni putih kekuningan dan berbau asam seperti aroma tape. Dalam medium cair seperti glucose yeast, extract pepton, Candida albican tumbuh di dasar tabung .d. FisiologiCandida albican dapat tumbuh pada suhu 37C dalam kondisi aerob atau anaerob. Pada kondisi anaerob, Candida albican mempunyai waktu generasi yang lebih panjang yaitu 248 menit dibandingkan dengan kondisi pertumbuhan aerob yang hanya 98 menit. Walaupun Candida albican tumbuh baik pada media padat tetapi kecepatan pertumbuhan lebih tinggi pada media cair dengan digoyang pada suhu 37C. Pertumbuhan juga lebih cepat pada kondisi asam dibandingkan dengan pH normal atau alkali (Kusumaningtyas, 2008).e. PatofisiologiCandida albican adalah mikroorganisme oportunis, dapat dijumpai di seluruh badan, terutama dalam mulut, kolon, kuku, vagina, dan saluran anorektal (Harahap, 2000). Kehamilan, kontrasepsi oral, terapi antibiotik berspektrum luas, diabetes, terapi dengan steroid, endocrinopathy, dan faktor-faktor yang menyebabkan penurunan kekebalan tubuh dapat menyebabkan perubahan Candida albican menjadi patogen (Habif, 2004).f. Pengobatan Kandidiasis

Pengobatan kandidiasis meliputi pengobatan sistemik menggunakan obat-obat yang diberikan secara oral dan pengobatan topikal. Macammacam obatan antifungal adalah sebagai berikut :

1) Derivat Azol (Imidazol dan Triazol)

Derivat imidazol merupakan obat antifungal berspektrum luas. Mekanisme kerjanya adalah dengan mengganggu sintesis komponen dinding sel jamur, yaitu dengan menghambat kerja lanosterol 14- demethylase, sitokrom P450 yang mengubah lanosterol menjadi ergosterol. Berkurangnya ergosterol mengakibatkan instabilitas dan hiperpermeabilitas membran (Wolf et al., 2008). Contoh obat anti jamur derivat azol adalah ketokonazol, flukonazol, clotrimazol, itrakonazol, dan mikonazol (Bahry dan Setiabudi, 1995).2) Derivat Alilamin dan Benzilamin

Alilamin dan benzilamin memiliki mekanisme kerja yang sama, yaitu menghambat squalene epoxidase. Squalene epoxidase ini adalah suatu enzim yang mengubah squalen menjadi squalene oxide. Aktivitas inhibisi squalen epoxidase ini termasuk aktivitas fungisidal, karena akumulasi squalen di dalam sel jamur akan menyebabkan kematian sel secara langsung, selain itu juga akan menyebabkan hambatan dalam sintesis ergosterol (Wolf et al., 2008) Contoh obat anti jamur dari derivat alilamin adalah naftifine dan terbinafin. Sedangkan contoh obat anti jamur derivat benzilamin adalah butenafin (Odom et al., 2000).3) Golongan Polyene

Dua obat golongan polyene adalah nystatin dan amphotericin B. Mekanisme kerjanya adalah dengan mengikat sterol di membran sel jamur secara irreversible,. Molekul polyene menunjukkan adanya afinitas yang lebih tinggi terhadap sterol dari sel jamur daripada sterol yang berasal dari tubuh manusia. Namun hasil penelitian menunjukkan toksisitas selektif obat golongan ini kurang sempurna, karena molekul polyene masih bisa mengikat sterol dari membran sel manusia (Wolf et al., 2008).

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental, karena ekstrak biji jinten putih yang akan digunakan dalam penelitian dikombinasikan dengan tree tea oil. Kemudian kombinasi yang dihasilkan dilakukan pemeriksaan aktivitas antijamur Candida albican.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di laboratorium Mikrobiologi Akademi Farmasi Nasional Surakarta pada bulan November 2014-Februari 2015.C. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan adalah biji jinten putih yang kemudian digunakan dalam bentuk ekstrak (minyak atsiri to?. Ekstrak biji jinten putih diperoleh dari BPTO Tawangmangu. Tea Tree Oilnya???Sampel yang digunakan adalah jamur Candida albican murni diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Akademi Farmasi nasional Surakarta. Sampel diambil secara random sampling. Sampel yang dipilih adalah biakan Candida albican yang berumur 4 hari. Koloni Candida albican diambil dari beberapa tempat secara random untuk diencerkan dengan NaCl 0,9% sampai kekeruhannya ekuivalen dengan standar 0,5 Mc Farland.D. Besar SampelPenelitian dibutuhkan ( besar sampel tidak perlu dimasukkan

.E. Variabel PenelitianVariabel bebas

: Konsentrasi ekstrak biji jinten putih (Cymimum

cyminum) dan tea tree oilVariabel tergantung :Ukuran diameter zona hambatan pertumbuhan Candida

albican.F. Kerangka Pikir

Gambar 4. Skema Kerangka PikirG. Jalannya Penelitian1. Uji Pendahuluan

Gambar 3. Skema Alur Kerja Tahap Pendahuluan2. Tahap Penelitian

Gambar 4. Skema Alur Kerja Tahap PenelitianH. Cara Kerja

1. Persiapan

a. Persiapan Tea Tree Oil

Sampel Tea Tree Oil didapat dari.TTO kemudian diencerkan dengan seri pengenceran yang berbeda menggunakan etanol 70% dengan konsentrasi 30%, 50%, dan 100%

b. Persiapan Minyak Atsiri Biji Jinten Putih

Sampel minyak atsiri biji jinten putih yang digunakan didapat dari B2P2TO2T Tawangmangu dengan metode..

Minyak atsiri yang didapat kemudian diencerkan dengan seri pengenceran yang berbeda menggunakan etanol 70% dengan seri konsentrasi 30%, 50%, dan 100%c. Penyiapan Candida albican Persiapan media

Media yang digunakan adalah SDA (Saboraud Dextrose Agar)

Setiap 19,5 gram Saboraud Dextrosa Agar bubuk ditambahkan dengan 300 ml aquades, diaduk kemudian dipanaskan.

Larutan kloramfenikol ditambahkan pada media SDA cair untuk mencegah tumbuhnya kontaminan. Setiap 1000 mL SDA cair dibutuhkan 400 mg kloramfenikol. Maka kloramfenikol yang dibutuhkan untuk 300 mL SDA :

= 120 mg Tiap 250 mg kloramfenikol dilarutkan dalam 10 mL NaCl 0.9% maka NaCl yang diperlukan adalah :

= 4,8 mL SDA cair kemudian disterilkan dengan autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit. SDA cair dituang ke dalam cawan petri yang sebeli=umnya telah disterilkan.

d. Pembuatan Suspensi Candida albican

Candida albican disuspensikan ke dalam larutan NaCl 0.9% steril sampai didapatkan kekeruhan yang ekuivalen dengan standar 0.5 Mc Farland.e. Pembuatan larutan Nistatin dengan konsentrasi 100 IU

Larutan Nystatin 100 IU dibuat dengan menimbang 2,841mg serbuk Nystatin dalam labu ukur 100mL dan ditambahkan DMSO hingga batas tanda. Kemudian dikocok hingga larut (Larutan A). Setelah itu dipipet sebanyak 1mL dan dimasukkan ke dalam labu ukur 5mL lalu ditambahkan DMSO hingga volumenya 5mL (Larutan B). Kemudian dari larutan B dipipet 1mL ke dalam labu ukur 5mL dan dicukupkan volumenya dengan DMSO hingga batas tanda (Larutan C). Terakhir dipipet 1mL larutan C dalam labu ukur 5mL kemudian dicukupkan volumenya dengan DMSO. Larutan D adalah Nystatin 100IU (Suryadi,2012).

1. Tahap Pendahuluan

a. Penanaman Candida albicanBiakan Candida albican diambil dengan oshe steril masukkan kedalam larutan NaCl 0.9% sampai didapat tingkat kekeruhan yang sama dengan standart Mc Farland no 5. Lalu tuang 0,2 mL sampel cair Candida albican kedalam masing-masing cawan petri yang berisi media SDA. Goyangkan agar Candida albican merata.

b. TTo diencerkan dengan etanol 70% dengan konsentrasi 30%, 50%, dan 100%. Lakukan hal yang sama dengan minyak atsiri biji jinten putih (Cuminum cyminum).c. Tiap seri konsentrasi dibuat 3x replikasi.

d. Kontrol negative diisi dengan 0,05 mL etanol 70%

e. Control positif diisi dengan 0,05 mL nistatin

2. Tahap Penelitiana. Pembuatan media Saboraud Dextrose Agar dilakukan dengan cara yang sama seperti tahap pendahuluan.b. Penanaman Candida albicanPenbiakan candida albican sama seperti pada tahap uji pendahuluan SDA yang sudah jadi dipadatkan kedalam cawan petri.c. TTO dicampur dengan minyak atsiri biji jinten putih (Cuminum cyminum) dengan perbandingan (75:25), (50:50), (25:75) di buat sebanyak 2 mL dengan pengenceran menggunakan etanol 70%.d. Kemudian masing-masing cawan petri yang berisi medium SDA diisi dengan 0,05 mL etanol 70% sebagai kontrol negative, 0,05 mL larutan nistatin sebagai kontrol positif, serta kombinasi TTO dan minyak atsiri biji jinten putih. e. Semua cawan petri kemudian dimasukkan dalam incubator dengan suhu 37C selama 24 jam.f. Zona jernihyang terbentuk pada sekeliling cakram diukur dengan jangka sorong.I. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan membandingkan zona hambat yang dihasilkan dari metode difusi agar yang merupakan efek antijamur kombinasi TTO (Melaleuca alternifolia) dengan minyak atsiri biji jinten putih (Cuminum cyminum) terhadap kontrol positif, TTO, serta minyak atsiri biji jinten putih. Pada penelitian ini data yang diperoleh diolah menggunakan uji statistik yaitu One Way ANOVA kemudian dilanjutkan dengan Post Hoc Test LSD. ANOVA dilakukan untuk membandingkan rata-rata diameter 5 kelompok perlakuan dan untuk mengetahui apakah ada perbedaan ayang signifikan antara zona hambat yang dihasilkan. Untuk membandingakn ke 5 kelompok perlakuan dengan LSD. Data akan diolah dengan menggunakan Statistical Product and Services Sollution (SPSS) 16.0DAFTAR PUSTAKA

Arenas R, Estrada R. Tropical Dermatology. Georgetown : Landes Bioscience;2001. 17-22.

Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Jawetz, Melnick, & Adelbergs Medical

Microbiology. 23rd Edition. Singapore : McGraw-Hill; 2004. 39-40, 58-9, 431-4.

Hammer, K. A, Carson, C F. & Riley, T. V. (1996). Susceptibility of transient and commersial skin flora to the essential oil of Melaleuca alternifolia (tree tea oil). American Journal of Infection Control 24, 186-9.Kayser FH, Bienz KA, Eckert J, Zinkernage RM. Medical microbiology. 10th

Edition. Stuttgart : Thieme; 2005. 362-4.

Lynch, M.A.1994. Burket's Oral Medicine. Diagnosis and Treatment. Ed.Ke-9. Philadelphia. J.B.Lippincott Company. 203-213.

Siregar, 2005, Penyakit Jamur Kulit, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.Suryadi. 2012. Skrining fungi simbion dri alga hijau Ulva reticulata sebagai penghasil senyawa antimikroba. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar. Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.Tajy,T.H and Rahardja, K. 2003. Obat-obat Penting. 5th. Penerbit PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta. 91-104Minyak atsiri biji Jinten putih

Minyak atsiri kulit batang Melaleuca alternifolia

kuminaldehida

Terpinen 4-ol, terpinen-4ol,

terpinene, pinene, 1,8 cineol

-terpinen, -pinen, -

pinen

1. Menghambat sintesis ergosterol

2. Menghambat transformasi bentuk khamir menjadi filamen

3. Meningkatkan permeabilitas membran

4. Mengganggu rantai respirasi sel jamur

Menghambat pertumbuhan Candida albican

Meningkatkan kemampuan daya inhibisi Candida albican

Merubah permeabilitas membran dan merusak membran dan akhirnya menyebabkan

kematian sel

Candida albican yang diekuivalen dengan 0.5 Mc Farland

Biakkan dengan SDA (Saboraud Dextrose Agar)

Kelompok 1

TTO 30%

(3x replikasi)

Kelompok 2

TTO 50%

(3x replikasi)

Kelompok 3

TTO 100%

(3x replikasi)

Kelompok 6

M.A Biji JInten Putih 100%

(3x replikasi)

Kelompok 4

M.A Biji JInten Putih 30%

(3x replikasi)

Kelompok 5

M.A Biji JInten Putih 50%

(3x replikasi)

Kelompok 8

Kontrol negatif Etanol 70%

Kelompok 7

Kontrol positif Nistatin

Seluruh cawan petri di inkubasi pada suhu 35 C selama 24 jam

Diameter zona hambat diukur dengan jangka sorong

Candida albican yang diekuivalen dengan 0.5 Mc Farland

Dibiakkan dengan SDA (Saboraud Dextrose Agar)

Dengan Metode Difusi Agar, SDA dicawan petri yang sudah memadat di beri cakram steril diatas medium yang sudah dicelup dengan etanol, TTO, Minyak atsiri Biji Jinten Putih, kombinasi TTO dan Minyak atsiri biji jinten putih, dan Nistatin

Kelompok 1

Etanol 70%

Kelompok 2

Nistatin

Kelompok 5

Kombinasi TTO dan M.A Biji Jinten Putih perbandingan (25:75)

Kelompok 4

Kombinasi TTO dan M.A Biji Jinten Putih perbandingan (50:50)

Kelompok 3

Kombinasi TTO dan M.A Biji Jinten Putih perbandingan (75:25)

Seluruh cawan petri dimasukkan kedalam inkubator pada suhu 37C selama 24 jam

Ukur diameter zona hambat yang diperoleh dengan jangka sorong

Data yang diperoleh diolah dengan uji statistik