PENGARUH KEPRIBADIAN DAN SITUASI TERHADAP … · kepribadian, situasi, dan pemilihan makanan, (4)...
Transcript of PENGARUH KEPRIBADIAN DAN SITUASI TERHADAP … · kepribadian, situasi, dan pemilihan makanan, (4)...
i
PENGARUH KEPRIBADIAN DAN SITUASI TERHADAP
PEMILIHAN MAKANAN PADA MAHASISWA PPKU IPB
MUTIARA PURNAMAWATI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Kepribadian
dan Situasi terhadap Pemilihan Makanan pada Mahasiswa PPKU IPB adalah benar
karya saya dengan arahan dari Dosen Pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yan berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2016
Mutiara Purnamawati
NIM I24120079
i
ABSTRAK
MUTIARA PURNAMAWATI. Pengaruh Kepribadian dan Situasi terhadap
Pemilihan Makanan pada Mahasiswa PPKU IPB. Dibimbing oleh LILIK NOOR
YULIATI.
Mahasiswa tingkat pertama di IPB datang dari berbagai daerah yang ada di
Indonesia dan mereka harus beradaptasi dengan lingkungan/kondisi yang baru,
seperti hidup jauh dari rumah dan orang tua dan memulai kehidupan di asrama.
Kondisi tersebut menuntut mahasiswa untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi
dengan mengonsumsi makanan sehat, salah satunya sayuran. Penelitian ini ingin
menginvestigasi pengaruh kepribadian dan situasi terhadap pemilihan makanan
pada mahasiswa PPKU. Tujuan dari penelitian ini antara lain: (1) mengetahui
kebiasaan konsumsi sayur mahasiswa PPKU sebelum dan sesudah masuk IPB, (2)
menganalisis karakteristik contoh, kepribadian, situasi, dan pemilihan makanan
berdasarkan jenis kelamin (3) menganalisis hubungan anara karakteristik contoh,
kepribadian, situasi, dan pemilihan makanan, (4) menganalisis factor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan makanan pada mahasiswa PPKU. Penelitian ini
melibatkan 288 mahasiswa PPKU yang berasal dari 3 kelas (P09, Q03, R02) yang
diperoleh melalui cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan
desain/pendekatan deskriptif melalui teknik survei. Data dikumpulkan melalui
metode self-administered dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan
menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil menunjukkan bahwa
kepribadian (extraversion, openness to experience, agreeableness) dan situasi
(ketika makan di rumah) berpengaruh positif terhadap pemilihan makanan
mahasiswa PPKU.
Kata kunci: pemilihan makanan, ciri kepribadian, situasi makan, mahasiswa S1.
ABSTRACT
MUTIARA PURNAMAWATI. The Influence of Personality and Situation toward
Food Choice among PPKU Students in IPB. Supervised by LILIK NOOR
YULIATI.
The first year college students in IPB come from different places around
Indonesia and they need to adapt with new conditions such as being away from their
house and parents, also living in the dorm. Those conditions require students to
keep fulfilling their nutrition needs by consuming healthy foods such as vegetables.
This research wants to investigate the influence of personality and situations toward
food choice among PPKU students. The aims of this study are: (1) to understand
about the vegetable’s consumption habit among PPKU students before and after
entering IPB, (2) to analyze sample’s characteristic, personality situation, and food
choice based on sex, (3) to analyze the relationship between sample’s characteristic,
personality, situation, and food choice, (4) to analyze factors influencing food
choice among PPKU students. This research involved 288 PPKU students from 3
classes (P09, Q03, R02) selected using cluster random sampling. This research used
ii
descriptive’s study design/approach through survei technique. Data were collected
by self-administered method using questionnaire and analyzed by using multiple
linear regression analysis. The result showed that personality (extraversion,
openness to experience, agreeableness) and situation (eating at home) were
positively affecting food choice.
Keywords: food choice, personality traits, eating situation, undergraduate student.
iii
PENGARUH KEPRIBADIAN DAN SITUASI TERHADAP
PEMILIHAN MAKANAN PADA MAHASISWA PPKU IPB
MUTIARA PURNAMAWATI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
iv
v
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Kepribadian dan Situasi terhadap Pemilihan Makanan pada
Mahasiswa PPKU IPB”.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, M.FSA selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan arahan, saran dan masukan kepada penulis dalam
menyelesaikan usulan proposal penelitian, sebagai salah satu syarat skripsi
dalam meraih gelar sarjana sains.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc dan Ibu Dr. Tin Herawati, SP.,
M.Si selaku dosen penguji yang telah bersedia menguji dan memberikan
arahan, kritik, dan masukan untuk menyempurnakan skripsi ini. Ibu Dr. Ir.
Diah Krisnatuti, MS selaku moderator seminar yang telah memberikan
kritik serta saran untuk perbaikan skripsi yang lebih baik, dan kepada sdri.
Anisa Sekar Safitri dan sdri. Anisa Nurhesti Hutami sebagai panelis seminar
yang juga telah memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini. Terima
kasih kepada seluruh dosen dan staff Ilmu Keluarga dan Konsumen yang
telah memberikan ilmu, mendidik, mengajar, serta berbagi pengalaman
berharga kepada penulis terkait dengan bidang Ilmu Keluarga dan
Konsumen.
3. Bapak Dr. Ir. Bonny P. W. Soekarno, MS selaku Direktur PPKU yang telah
memberikan izin untuk melakukan proses pengambilan data di lingkungan
gedung PPKU dan Teaching Lab IPB.
4. Teman-teman satu bimbingan Hilda, Laras, Aidha, Diana, dan Citra atas
segala bantuan, dukungan dan semangatnya selama proses penyusunan
proposal ini dilakukan. Para sahabat serta teman-teman IKK 49 lainnya atas
kebersamaan, bantuan, semangat, dan dukungannya dalam penyelesaian
skripsi serta semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada penulis.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, Juli 2016
Mutiara Purnamawati
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitian 4
TINJAUAN PUSTAKA 4
Kepribadian 4
Situasi 5
Pemilihan Makanan 6
Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Pemilihan Makanan 6
Hubungan antara Uang saku dengan Pemilihan Makanan 7
Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kepribadian 7
Hubungan antara Usia dengan Kepribadian 7
Hubungan antara Kepribadian dan Pemilihan Makanan 7
Hubungan antara Situasi dan Pemilihan Makanan 8
KERANGKA PEMIKIRAN 8
METODE PENELITIAN 10
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 10
Teknik Pengambilan Conroh 10
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 10
Pengolahan dan Analisis Data 11
Definisi Operasional 12
HASIL DAN PEMBAHASAN 14
Karakteristik Mahasiswa 14
Kebiasaan Konsumsi Sayur 14
Kepribadian 16
Situasi 17
Pemilihan Makanan 19
Hubungan Antarvariabel 21
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Makanan
Mahasiswa PPKU IPB 24
Pembahasan 25
SIMPULAN DAN SARAN 28
Simpulan 28
Saran 28
DAFTAR PUSTAKA 29
LAMPIRAN 32
RIWAYAT HIDUP 38
viii
DAFTAR TABEL
1 Variabel, Dimensi, Deskripsi, dan Referensi 13
2 Sebaran Mahasiswa berdasarkan Jumlah, Frekuensi, dan Jenis
Sayuran yang Paling Sering dikonsumsi Sebelum dan Sesudah
Masuk IPB 15
3 Rata-rata Indeks Kepribadian pada Mahasiswa 16
4 Sebaran Mahasiswa berdasarkan Situasi dan Frekuensi 18
5 Rata-rata Indeks Pemilihan Makanan (Sayur) pada Mahasiswa 20
6 Koefisien Korelasi Tipe Kepribadian dan Pemilihan Makanan 22
7 Koefesien Korelasi Situasi dan Pemilihan Makanan 23
8 Koefisien Uji Regresi Karakteristik Contoh, Tipe Kepribadian,
dan Situasi terhadap Pemilihan Makanan 24
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran pengaruh kepribadian dan situasi terhadap
pemilihan makanan pada mahasiswa PPKU IPB 9
DAFTAR LAMPIRAN
1 Sebaran Mahasiswa berdasarkan Jenis Kelamin 33
2 Sebaran Mahasiswa berdasarkan Usia 33
3 Sebaran Mahasiswa berdasarkan Uang Saku 33
4 Alasan Utama Konsumsi Sayur pada Enam Situasi 33
5 Koefisien Korelasi Karakteristik Contoh dan Tipe Kepribadian 34
6 Koefisien Korelasi Karakteristik Contoh dan Pemilihan Makanan 34
7 Hasil Uji Asumsi Klasik 35
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi yang seimbang, tentunya dibutuhkan
konsumsi makanan yang bergizi. Makanan merupakan kebutuhan pokok yang tidak
pernah lepas dari rutinias manusia sehari-hari. Seperti yang disebutkan dalam Teori
Maslow, bahwa kebutuhan pertama yang dibutuhkan oleh manusia adalah
kebutuhan fisiologis, dimana pemenuhan kebutuhan untuk fisik manusia
merupakan hal yang paling utama agar seseorang dapat mempertahankan hidupnya
(Sumarwan 2011). Mengonsumsi makanan yang bergizi merupakan suatu
keharusan bagi seorang individu agar kondisi kesehatan tetap terjaga dan tidak
mudah terserang penyakit. Orang dewasa pada umumnya cenderung mengadopsi
kebiasaan konsumsi makanan sehat jika kebiasaan tersebut sudah dilakukan sejak
usia dini (Chan et al. 2009). Kebiasaan diet masyarakat hingga saat ini telah
berubah dalam periode waktu yang singkat akibat perkembangan ekonomi yang
begitu pesat. Hal ini ditandai dengan akses yang semakin mudah terhadap makanan
yang tidak sehat dan juga harga yang lebih murah dibandingkan dengan makanan
sehat (Henningsen 2011).
Penelitian ini secara khusus berfokus pada pemilihan makanan dari jenis sayur.
Berdasarkan Riskesdas 1 , penduduk dikategorikan ‘cukup’ mengonsumsi sayur
dan/buah apabila makan sayur dan/buah minimal lima porsi perhari selama tujuh
hari dalam seminggu dan dikategorikan ‘kurang’ apabila konsumsi sayur dan/buah
kurang dari ketentuan tersebut. World Health Organization (WHO) 2 juga
merekomendasikan konsumsi sayur dan buah sebanyak 400 gram perhari.
Penelitian milik Gustiara (2012) menjelaskan bahwa frekuensi dan jumlah
konsumsi sayur murid SMAN 1 Pekanbaru tergolong rendah, yakni hanya <2 kali
per hari dan jumlah konsumsi sayur masih dibawah anjuran konsumsi sayur, yakni
minimal lima porsi perhari. Jika dilihat dari sisi sosiodemografis, wanita berusia
50-60 tahun memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan sehat lebih sering
dibandingkan dengan wanita yang usianya lebih muda, sedangkan untuk laki-laki
kecenderungan untuk mengonsumsi makanan sehat adalah pada usia 60 tahun
(Laaksonen et al. 2007). Hal ini menunjukkan bahwa kalangan anak muda masih
kurang dalam hal asupan makanan sehat, khususnya sayuran.
Dalam Eertmans (2006), pemilihan makanan ditentukan oleh 3 faktor yakni
dari makanan, individu, dan juga lingkungan atau situasinya. Selanjutnya,
dijelaskan pula bahwa secara umum, 4 peringkat teratas dalam motivasi yang paling
penting dalam pemilihan makanan antara lain kenyamanan, kesehatan, harga, dan
faktor kesukaan. Ketika persepsi seseorang mengenai makanan stabil, tindakan
seseorang terhadap persepsi ini bervariasi tergantung dari ketersediaan makanan
pada suatu lokasi/tempat dan pengaruh sosial dari orang lain (Brown et al. 2015).
Faktor kepribadian atau kodisi psikologis merupakan faktor yang berasal dari dalam
diri individu dan dapat mempengaruhi pemilihan makanan, contohnya menurut
Lunn et al. (2014), seseorang yang berkeperibadian openness to experience
cendeung lebih memilih mengonsumsi sayur dan buah. Situasi merupakan faktor
1 Riset Kesehatan Dasar (2013) 2 World Health Organization (WHO) http://www.who.int/dietphysicalactivity/fruit/en/ (diakses
pada 21 Juli 2015)
2
yang berasal dari luar diri individu yang juga dapat mempengaruhi pemilihan
makanan, contohnya menurut Choi & Zhao (2012), ketika seseorang berada pada
situasi makan di restoran dan dihadapkan pada menu yang banyak menyajikan
makanan sehat, maka orang tersebut akan semakin cenderung untuk memesan
makanan sehat tersebut.
Kepribadian memiliki pengaruh dalam pemilihan makanan seseorang. Salah
satu penelitian yang mengkaji pengaruh kepibadian terhadap pemilihan makanan
menunjukkan bahwa seorang individu yang memiliki sifat conscientiousness akan
lebih memperhatikan pemilihan makanan yang direkomendasikan oleh panduan
diet
(dietary guidelines), dengan kata lain makanan yang dipilih adalah makanan-
makanan yang bergizi dan baik untuk kesehatan (Keller & Siegrist 2015). Dalam
suatu penelitian mengenai hubungan kepribadian dan diet, dijelaskan bahwa
terdapat hubungan antara faktor kepribadian, neuroticism, dan kesuksesan
penurunan berat badan dengan treatment penurunan berat badan tertentu (Munro et
al. 2011). Dengan mengkaji hubungan dan pengaruh kepribadian terhadap
pemilihan makanan, dapat diketahui tipe-tipe kepribadian yang memiliki
kecenderungan untuk lebih mempertimbangkan kriteria-kriteria pemilihan
makanan tertentu, serta dapat diketahui pula tipe-tipe kepribadian yang
mempengaruhi pemilihan makanan mahasiswa.
Situasi juga memiliki pengaruh terhadap pemilihan makanan. Dalam penelitian
milik Kolsteren et al. (2009), seseorang yang sering berada pada situasi makan di
luar rumah cenderung lebih banyak memilih mengonsumsi makanan yang rendah
nutrisi, padat energi, seperti snacks,minuman berkarbonasi, dan alkohol jika
dibandingkan dengan orang yang tidak sering makan di luar rumah. Dengan
mengkaji hubungan dan pengaruh situasi terhadap pemilihan makanan, maka akan
dapat diketahui pada situasi apa saja mahasiswa memilih untuk mengonsumsi sayur
dan dapat dianalisis lebih lanjut hasil uji hubungan dan pengaruh tersebut untuk
menjelaskan secara lebih konkret.
Beberapa penelitian sebelumnya juga mengambil topik tentang pemilihan
makanan, seperti contohnya penelitian milik Wang et al. (2015) tentang pemilihan
makanan tradisional dan makanan eropa serta penelitian dari Ensaff et al. (2012)
tentang pemilihan makanan anak di sekolah. Penelitian mengenai topik pemilihan
makanan ini dirasa menarik untuk dikaji karena remaja Indonesia masih mengalami
masalah mengenai konsumsi sayur, seperti yang dijelaskan dalam penelitian dari
Achmad et al. (2014) bahwa rata-rata konsumsi sayur anak remaja di SMAN 10 dan
SMAN 16 Makassar masih di bawah anjuran gizi seimbang, yakni 250 gram/hari.
Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengkaji mengenai pengaruh kepribadian dan
situasi terhadap pemilihan makanan pada mahasiswa PPKU IPB.
Rumusan Masalah
Mengonsumsi makanan yang bergizi dan menyehatkan merupakan suatu
keharusan bagi setiap manusia. Makanan sehat ini dibutuhkan agar kesehatan
manusia secara fisik maupun psikis dapat tetap terjaga dengan baik. Mahasiswa
PPKU IPB yang merupakan mahasiswa tingkat awal dan baru memasuki tahap
menjadi seorang mahasiswa, sudah pasti mengalami masa peralihan dari yang
biasanya tinggal di rumah bersama keluarganya kini menjadi terbiasa tinggal di
asrama. Situasi yang dihadapi mahasiswa PPKU selama memulai tinggal di asrama
3
pun menjadi berbeda. Pola maupun pemilihan makanan mahasiswa bisa jadi
berubah atau mungkin sama dengan kebiasaan makan ketika tinggal di rumah
karena lingkungan yang mahasiswa hadapi adalah lingkungan yang baru, serta
mahasiswa tidak lagi berada dalam pengawasan orang tua terkait konsumsi
makanan.
Berdasarkan studi yang dijalankan oleh Khirolahei et al. (2014), mahasiswa
Iran baik perempuan maupun laki-laki memiliki jumlah konsumsi buah dan sayur
yang rendah dan tidak memenuhi standar gizi manusia (Human Nutrition
Standards). Menurut Gustiara (2012), jumlah konsumsi sayur remaja di kota
Pekanbaru masih tergolong di bawah anjuran konsumsi sayur, yakni minimal lima
porsi perhari. Hasil penelitian dari Chan et al. (2009) menunjukkan bahwa remaja
di Hong Kong cenderung mempraktekkan konsumsi makanan sehat ketika berada
di rumah, dimana ibu merupakan pihak yang paling berpengaruh dalam
mensosialisasikan konsumsi makanan sehat. Tingkat mahasiswa (mahasiswa
tingkat 1, tingkat 2, dan selanjutnya) menunjukkan pengaruh yang signifikan pada
pengetahuan tentang gizi dan sikap dalam mengonsumsi makanan bergizi (Huang
et al. 2013).
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan makanan seseorang. Dua
variabel yang menjadi variabel pengaruh untuk diteliti lebih lanjut dalam penelitian
ini adalah variabel kepribadian dan situasi. Penelitian dari Ching et al. (2015)
menunjukkan adanya keterkaitan kepribadian dengan kebiasaan makan, yakni
mahasiswa yang memiliki tipe kepribadian conscientiousness memiliki hubungan
negatif dengan frekuensi konsumsi dessert, hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa
yang sadar akan kesehatan akan lebih berhati-hati dalam mengonsumsi makanan
manis. Selain itu, karena situasi yang dihadapi mahasiswa saat tinggal di asrama
berbeda dari tempat tinggal sebelumnya, maka penelitian ini ingin menggali
mengenai bagaimana pemilihan makanan mahasiswa jika dipengaruhi oleh situasi-
situasi tertentu. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kolsteren et al. (2009),
Orang yang sering makan di luar rumah (Substantially Out of Home/SOH eaters)
cenderung mengonsumsi makanan yang kurang bergizi serta padat akan energi
seperti snacks/cemilan, minuman berkarbonasi, dan alkohol, selain itu situasi
makan di luar rumah dapat memicu laki-laki untuk mengonsumsi produk makanan
yang berasal dari hewan ketimbang laki-laki yang tidak sering makan di luar rumah.
Penelitian ini secara spesifik berfokus pada pemilihan makanan dari jenis sayur.
Situasi konsumsi yang diteliti antara lain situasi ketika makan di rumah, di luar
rumah (di restoran bersama teman-teman, pada saat pesta, saat rekreasi bersama
keluarga), dan makan siang. Dengan adanya fakta-fakta keterkaitan antara
kepribadian dan situasi terhadap pemilihan makanan, maka penelitian ini ingin
menginvestigasi secara lebih jauh mengenai topik tersebut dengan pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana kebiasaan makan sayur mahasiswa PPKU sebelum dan sesudah
masuk IPB?
2. Bagaimana karakteristik contoh, kepribadian, situasi, dan pemilihan makanan
berdasarkan jenis kelamin?
3. Bagaimana hubungan antara karakteristik contoh, kepribadian, situasi, dan
pemilihan makanan?
4. Faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi pemilihan makanan mahasiswa
PPKU IPB?
4
Tujuan
Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh
kepribadian dan situasi terhadap pemilihan makanan pada mahasiswa PPKU IPB
Secara khusus, tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Mengetahui kebiasaan makan sayur mahasiswa PPKU sebelum dan sesudah
masuk IPB
2. Menganalisis karakteristik contoh, kepribadian, situasi, dan pemilihan makanan
berdasarkan jenis kelamin
3. Menganalisis hubungan antara karakteristik contoh, kepribadian, situasi dan
pemilihan makanan
4. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan makanan pada
mahasiswa PPKU IPB
Manfaat Penelitian
Penelitian ini didasarkan pada bagaimana mahasiswa melakukan pemilihan
makanan melalui pengaruh dari kepribadian dan situasinya.
1. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan
masukan untuk dapat mengembangkan kebijakan atau program yang berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat melalui konsumsi sayur.
2. Bagi NGO (Non Government Organization) atau para penggiat dan pemerhati di
bidang kesehatan agar bisa mendapatkan masukan mengenai gambaran
pemilihan makanan mahasiswa dan memberikan dorongan agar dapat membuat
suatu kegiatan/kampanye yang berkaitan dengan pemilihan makanan yang baik
dan tepat yang dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya masyarakat dari
kalangan remaja.
3. Bagi institusi pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pada pengembangan ilmu konsumen dan menambah literatur mengenai topik
pemilihan makanan.
TINJAUAN PUSTAKA
Kepribadian
Kepribadian merupakan faktor pembeda yang paling mendasar dari perilaku
manusia (Sitaraman 2014). Penelitian saat ini menunjukkan bahwa kepribadian
terus berubah pada masa dewasa dan seringkali hingga masa tua, dan bahwa
perubahan-perubahan ini bisa jadi sangat substansial dan konsekuensial (Mrozeck
dan Roberts 2008). Menurut Keller dan Siegrist (2015), salah satu dari aspek
kepribadian yakni keterbukaan terhadap pengalaman, secara langsung
memengaruhi konsumsi makanan, kecuali makanan manis dan gurih.
Berdasarkan Costa dan McCrae (1997), kepribadian dapat dideskripsikan
dengan 5 dimensi yang disebut dengan Five Factor Model (FFM) atau Big 5
Personality Model. FFM ini meliputi Neuroticism, extraversion, Openness to
experience, Agreeableness, dan Conscientiousness. Model kepribadian Big 5/Big 5
Personality Model merupakan model yang banyak digunakan dalam literatur
psikologi dalam penelitian yang berkaitan dengan kepribadian manusia. Penjelasan
lebih lanjut mengenai Big 5 Personality yang dikutip dari McCrae dan John (1992)
antara lain:
1. Openness to Experience/Keterbukaan terhadap dicirikan dengan memiliki rasa
5
penasaran, selara seni, imajinatif, serta memiliki ketertarikan yang luas terhadap
berbagai hal.
2. Conscientiousness merupakan suatu tipe kepribadian yang dicirikan dengan
memiliki rasa tanggung jawab, efisien, dapat diandalkan, memiliki level aspirasi
yang tinggi, produktif, serta memiliki kemampuan perencanaan yang baik.
3. Extroversion dicirikan sebagi orang yang senang berbicara, memiliki
kemampuan dalam berhumor, memiliki gerak-gerik yang ekspresif, serta mudah
bergaul.
4. Agreeableness merupakan tipe kepribadian yang dicirikan dengan mudah
memaafkan, merasa simpati dan peka terhadap orang lain, dapat dipercaya,
ramah, serta menghargai orang lain.
5. Neuroticism merupakan tipe kepribadian yang dicirikan dengan mudah merasa
cemas, khawatir, tertekan, merasa rendah diri, serta emosinya tidak stabil.
Situasi
Situasi adalah bagian dari lingkungan yang sulit untuk dilokalisir dan
mengelilingi organisme secara intergral seperti suhu, suara, bau, dan sebagainya,
dengan potensi untuk mempengaruhi fungsi manusia pada seluruh tingkatan seperti
pada aspek fisiologi, motivasi, mood, perilaku, kognisi dan interaksi sosial. Situasi,
lingkungan atau konteks makanan merupakan istilah lain dari stimulus eksternal
makanan yang dapat mempengaruhi pemilihan makanan (Eertmans 2006).
Konsumsi makanan atau minuman dapat terjadi pada berbagai macam situasi.
Berdasarkan Marriott (1995), situasi konsumsi jenis minuman tertentu dibagi
menjadi beberapa situasi yang spesifik. Konsumen memilih preferensi
mengonsumsi minuman berdasarkan situasi-situasi tertentu. Beberapa preferensi
mengonsumsi minuman pada situasi-situasi tertentu dijabarkan sebagai berikut:
1. Ketika musim panas: konsumen air putih
2. Ketika musim dingin: minuman hangat
3. Ketika sarapan: jus
4. Makan siang: minuman hangat
5. Saat teman datang untuk makan malam: minuman hangat
6. Pada saat merasa haus: air putih
7. Ketika sedang ingin bersantai: air putih
8. Ketika sedang membutuhkan sesutau yang dapat meningkatkan mood: susu
Fasilitasi sosial merupakan kehadiran orang lain selama seseorang
mengonsumsi makanan dan hal ini dapat mempengaruhi tingkat konsumsi makan
seseorang. Klesges et al. (2015), mendemosntrasikan bahwa laki-laki dan
perempuan makan lebih banyak ketika mereka sedang bersama orang lain
dibandingkan ketika makan sendiri. Hubungan antara situasi fisik dan berbagai
faktor lainnya, seperti ketepatan tipe makanan tertentu, mempengaruhi pemilihan
makanan dan preferensi lebih banyak diteliti. Hasilnya menunjukkan bahwa adanya
kesempatan makan (makan siang/makan malam) dan lokasi mempengaruhi
pemilihan makanan. lokasi tampak lebih berpengaruh dalam memilih makanan
untuk makan siang, dibandingkan dengan kesempatan makan lainnya seperti
misalnya pada saat konsumsi makanan ringan.
6
Pemilihan Makanan (Food Choice)
Memahami tentang motivasi pemilihan makanan dibutuhkan untuk
merencanakan kebijakan publik yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
berkaitan dengan diet sehat dan kesejahteraan, serta menginformasikan inovasi
produk makanan dan pemasaran makanan (Markovina et al. 2015). Pemilihan
makanan dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal seperti lingkungan makanan
tersebut dan hubungan interpersonal, yang berinteraksi dengan faktor-faktor
internal termasuk kecenderungan biologis, conditioning, dan faktor intrapersonal
seperti nilai, persepsi, dan motivasi (Lunn et al. 2013).
Pada kuesioner Food choice questionnaire (FCQ), aspek-aspek yang terdapat
di dalamnya antara lain kesehatan, suasana hati, kenyamanan, harga, sensory
appeal, familiaritas, bahan alami, kontrol berat badan, dan masalah etika.
Kesembilan aspek yang tergabung dalam Food choice questionnaire (FCQ) ini
digunakan untuk menilai motivasi pemilihan makanan. Dalam Steptoe et al. (1995),
kesembilan kriteria pemilihan makanan dijelaskan sebagai berikut:
1. Kesehatan: kriteria yang berkaitan dengan pemilihan makanan yang dapat
membantu dalam menjaga kesehatan, mencegah penyakit, kesejahteraan, serta
nutrisi/gizi secara umum.
2. Suasana hati (mood): kriteria yang berkaitan dengan relaksasi serta kontrol stress.
Mood dan stress memiliki peran dalam menentukan tidak hanya kuantitas
makanan yang dikonsumsi, akan tetapi juga menentukan pemilihan jenis
makanan.
3. Kemudahan (convenience): kriteria yang berkaitan dengan seberapa nyaman dan
mudah makanan dibeli dan disiapkan.
4. Sensory appeal: kriteria yang berkaitan dengan indera penciuman, indera perasa,
serta tampilan makanan.
5. Harga: harga merupakan faktor yang penting dalam memutuskan untuk membeli
dan mengonsumsi makanan.
6. Bahan alami: kriteria ini menekankan pada ada atau tidaknya penggunaan zat
aditif dan pemilihan makanan yang terbuat dari bahan alami.
7. Konrol berat badan: kriteria yang merupakan salah satu faktor penting dalam
pemilihan makanan. Lebih ditekankan lagi bahwa seseorang yang menjaga berat
badannya akan cenderung lebih ketat dalam hal pemilihan makanannya.
8. Familiaritas: kriteria yang berkaitan dengan pentingnya seseorang untuk
mengonsumsi makanan yang familiar dibandingkan dengan yang tidak familiar.
9. Masalah etika: kriteria yang berkaitan dengan perhatian lebih pada aspek
lingkungan dan politik.
Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Pemilihan Makanan
Jenis kelamin merupakan salah satu aspek yang memiliki hubungan dengan
pemilihan makanan seseorang. Menurut Irala-Estevez et al. (2000) dalam European
Commission Community Research (2012), terdapat perbedaan nyata yang konsisten
dalam hal jumlah takaran konsumsi buah dan sayur pada jenis kelamin berbeda.
Wardle et al. (2004) menjelaskan bahwa perempuan cenderung lebih
mementingkan aspek kesehatan dalam memilih makanan dengan menghindari
makanan berlemak dan lebih memilih mengonsumsi makanan berserat dan buah-
buahan. Selain iitu, Missagia et al. (2012) juga menjelaskan bahwa laki-laki lebih
memperhatikan murah atau tidaknya harga makanan, akan tetapi laki-laki tidak
7
bersedia menghabiskan waktunya untuk membandingkan harga pada beberapa
makanan.
H1: Terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan pemilihan makanan
Hubungan antara Uang Saku dengan Pemilihan Makanan
Menurut Chen et al. (2012), terdapat hubungan negatif antara pendapatan
dengan konsumsi makanan atau minuman yang tinggi akan kalori seperti susu dan
minuman berkarbonasi. Hal ini berarti semakin tinggi pendapatan, semakin rendah
konsumsi minuman tinggi kalori. Selain itu, menurut Drewnowski dan
Eichelsdoerfer (2010), orang yang memiliki pendapatan tinggi lebih cenderung
mengonsumsi gandum, makanan laut, daging, susu rendah lemak, serta buah dan
sayur yang sedang, sedangkan orang yang berpendapatan rendah cenderung
mengonsumsi sereal, pasta, kentang, dan daging berlemak.
H2: Terdapat hubungan signifikan antara uang saku dengan pemilihan makanan
Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kepribadian
Beberapa penelitian terdahulu membuktikan adanya hubungan antara jenis
kelamin dengan tipe kepribadian. Berdasarkan penelitian dari Chapman et al.
(2007), wanita lanjut usia memiliki skor yang lebih tinggi pada sifat neuroticism
dan agreeableness dibandingkan dengan laki-laki lanjut usia. Hasil penelitian
lainnya dari Watson (2011) juga menunjukkan bahwa jenis kelamin memiliki
hubungan terhadap kepribadian, dimana wanita cenderung lebih ekspresif
dibandingkan dengan laki-laki.
H3: Terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan kepribadian
Hubungan antara Usia dengan Kepribadian
Berdasarkan penelitian dari McCrae (1999), pada tahapan usia (contoh: remaja
akhir, dewasa awal, dan seterusnya) yang dilalui manusia terdapat perbedaan dalam
tipe kepribadian. Sedangkan menurut Donellan dan Lucas (2008), tipe kepribadian
extroversion dan openness to experience berhubungan negatif dengan usia, dan tipe
kepribadian agreeableness berhubungan positif dengan usia.
H4: Terdapat hubungan signifikan antara usia dengan kepribadian
Hubungan antara Kepribadian dan Pemilihan Makanan
Berdasarkan Costa dan McCrae (1997), Five Factor Model (FFM) merupakan
5 dimensi dasar kepribadian yang menjelaskan ciri kepribadian. Terdapat 5 dimensi
dalam FFM, antara lain Extraversion, Openness to experience (keterbukaan
terhadap pengalaman), Agreeableness, Conscientiousness, dan Neuroticism.
Dimensi-dimensi tersebut digunakan dalam kuesioner untuk menguji berbagai
macam ciri kepribadian dan dikaitkan dengan motivasi pemilihan makanan.
Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara kepribadian dan pemilihan
makanan. Keller dan Siegrist (2015) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa
keterbukaan terhadap pengalaman memiliki pengaruh signifikan positif dan secara
langsung terhadap konsumsi buah. Hasil temuan lainnya dari Keller dan Siegrist
8
(2015) antara lain bahwa extraversion dan neuroticism memiliki hubungan tidak
langsung yang signifikan positif terhadap konsumsi makanan manis, agreeableness
secara langsung mempengaruhi konsumsi daging, serta conscientiousness
mendorong pemilihan makanan yang direkomendasikan oleh panduan diet.
Sebaliknya, neuroticism mendorong pemilihan makanan yang manis dan gurih
yang mana kurang memenuhi rekomendasi panduan diet yang baik. Lunn et al.
(2013) menyebutkan bahwa tingginya tingkat keterbukaan terhadap pengalaman
dan conscientiousness menunjukkan asupan diet yang lebih sehat. Dengan begitu,
dapat disimpulkan bahwa dimensi-dimensi kepribadian memainkan peran dalam
pelaksanaan diet yang seimbang ataupun tidak seimbang
H5: Terdapat hubungan signifikan antara kepribadian dengan pemilihan makanan
Hubungan antara Situasi dan Pemilihan Makanan
Penelitian dari Kolsteren et al (2009) menunjukkan adanya hubungan antara
situasi dengan pemilihan makanan, yakni orang yang sering makan di luar rumah
cenderung lebih rendah konsumsi sayurnya dibandingkan dengan orang yang tidak
sering makan di luar rumah.
Memiliki kontrol terhadap pekerjaan sendiri pada seseorang yang bekerja
sendiri/self employed meningkatkan kesempatan untuk memilih tempat dan waktu
untuk makan dan juga tipe makanan tersebut (Kjollesdal et al. 2010). Penelitian ini
secara umum menjelaskan tentang keterbatasan waktu yakni jam kerja yang lama
dan tidak nyaman serta jadwal pekerjaan yang tidak fleksibel sehingga dapat
menghambatnya untuk mengonsumsi makanan yang tepat sehat.
H6: Terdapat hubungan signifikan antara situasi dengan pemilihan makanan
KERANGKA PEMIKIRAN
Karakteristik contoh meliputi usia, jenis kelamin, dan uang saku total. Jenis
kelamin memiliki hubungan terhadap kepribadian, dimana wanita cenderung lebih
ekspresif dibandingkan dengan laki-laki (Watson 2011). Karakteristik contoh juga
memiliki pengaruh terhadap pemilihan makanan seseorang. Berdasarkan penelitian
dari Wardle et al. (2004), wanita cenderung lebih menghindari makanan berlemak,
mengonsumsi buah dan sayur, dan lebih membatasi konsumsi garam dibandingkan
dengan laki-laki. Pada aspek sosiodemografis, menurut Irala-Estevez et al. (2000)
dalam European Commission Community Research (2012), jenis kelamin yang
berbeda memiliki perbedaan yang nyata pada takaran konsumsi buah dan sayur.
Variabel kepribadian memiliki pengaruh terhadap pemilihan makanan sehat.
Hal tersebut tercermin dari hasil penelitian Keller dan Siegrist (2015) bahwa orang
yang memiliki tipe kepribadian openness to experience atau keterbukaan terhadap
pengalaman, memiliki pengaruh signifikan positif dan secara langsung terhadap
konsumsi buah. Selain itu hasil dari Lunn et al. (2013) menyebutkan bahwa
tingginya tingkat keterbukaan terhadap pengalaman dan conscientiousness
menunjukkan asupan diet yang lebih sehat. Variabel situasi juga memiliki pengaruh
terhadap pemilihan makanan sehat. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian dari
Kjollesdal et al. (2010), yang menyatakan bahwa orang-orang yang self-employed
memiliki kesempatan yang lebih tinggi untuk memilih tempat, waktu, dan jenis
9
makanan yang ingin dikonsumsi. Dalam hal ini, kontrol terhadap pekerjaan
merupakan bentuk situasi yang dihadapi oleh seseorang yang dapat mempengaruhi
bagaimana pemilihan makanannya, baik dari segi lokasi, waktu, dan juga jenis
makanan itu sendiri.
¶
H1: Terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan pemilihan makanan
H2: Terdapat hubungan signifikan antara uang saku dengan pemilihan makanan
H3: Terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan kepribadian
H4: Terdapat hubungan signifikan antara usia dengan kepribadian
H5: Terdapat hubungan signifikan antara kepribadian dengan pemilihan makanan
H6: Terdapat hubungan signifikan antara situasi dengan pemilihan makanan
Gambar 1 Kerangka pemikiran pengaruh kepribadian dan situasi terhadap
pemilihan makanan pada mahasiswa PPKU IPB
Karakteristik
contoh:
- Usia
- Jenis kelamin
- Uang saku
Kepribadian:
-Neuroticism
-Agreeableness
-Openness to
experience
-Extroversion
-Conscientiousness
Pemilihan makanan
- Harga
- Suasana hati
- Kesehatan
- Kemudahan
- Sensory appeal
- Bahan alami
- Kontrol berat
badan
- Familiaritas
- Masalah etika
Situasi
-Makan siang
-Makan di restoran
bersama teman
-Makan di kantin
-Berada di pesta
-Rekreasi bersama
keluarga
-Makan di rumah
10
METODE PENELITIAN
Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain cross sectional study,
yaitu penelitian yang dilakukan dalam satu kali waktu secara bersamaan dan tidak
berkelanjutan. Penelitian ini dilaksanakan di Kampus Institut Pertanian Bogor
(IPB), Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi
penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan terdapat mahasiswa
PPKU yang dijadikan sebagai contoh. Mahasiswa PPKU dipilih dengan
pertimbangan mahasiswa baru yang datang dari berbagai daerah dan belum banyak
terpengaruh oleh perilaku makan di lingkungan yang baru, sehingga penelitian ini
ingin membandingkan bagaimana pola konsumsi sayur sebelum dan sesudah masuk
IPB, serta bagaimana pengaruh kepribadian dan situasi terhadap pemilihan
makanan dalam hal ini sayur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei
2016 yang meliputi penyusunan proposal, pengujian kuesioner, pengambilan data,
pengolahan data, dan penulisan laporan.
Teknik Pengambilan Contoh
Contoh dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester 2 Strata-1 (S1) TPB
IPB tahun akademik 2015/2016. Jumlah mahasiswa Program Pendidikan
Kompetensi Umum (PPKU) IPB adalah 3595 mahasiswa. Teknik penarikan contoh
menggunakan teknik probability sampling, yakni cluster random sampling. Dari
sejumlah 33 kelas di PPKU IPB yang terdiri dari kelas P,Q,R,S,T,U, dipilih 3 kelas
secara random sampling. Dari hasil random sampling, diperoleh sebanyak 288
responden dan kelas yang dijadikan sebagai sampel yakni seluruh mahasiswa dari
kelas P09, Q03 dan R02.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang akan dikumpulkan adalah data primer. Data primer meliputi data
yang langsung didapatkan dari responden, antara lain karakteristik contoh (usia,
jenis kelamin, uang saku), variabel kepribadian, variabel situasi, variabel pemilihan
makanan, serta jumlah, frekuensi, dan jenis sayuran yang dikonsumsi mahasiswa
sebelum dan sesudah masuk IPB. Data sekunder hanya digunakan untuk
menentukan jumlah contoh. Data sekunder diperoleh dari Direktorat PPKU
mengenai data kelas serta jumlah mahasiswa PPKU.
Data primer diperoleh dengan cara mengunjungi langsung responden pada 3
kelas di gedung CCR (Common Classroom) antara lain kelas P09, Q03, dan R02.
Kuesioner dibagikan secara merata kepada seluruh mahasiswa dari ketiga kelas
tersebut. Sebelum pengisian kuesioner dilaksanakan, mahasiswa dijelaskan terlebih
dahulu mengenai tata cara pengisian kuesioner agar kuesioner yang diisi
meghasilkan data yang akurat. Mahasiswa harus mengisi seluruh kuesioner tanpa
ada yang dikosongkan, serta menjawab secara jujur dan apa adanya tanpa melihat
jawaban orang lain. Dari pilihan skala likert 1-5 (sangat tidak setuju-sangat setuju),
mahasiswa hanya diperbolehkan menyontreng satu pilihan skala. Data
dikumpulkan secara self-administered dengan menggunakan kuesioner, yakni
mahasiswa sebagai responden mengisi secara mandiri kuesioner yang diberikan.
Untuk mengukur kepribadian contoh digunakan alat ukur berupa kuesioner
NEO PI-3 yang diadaptasi dari McCrae et al. (2005) dengan jumlah 37 pernyataan
11
menggunakan skala likert 5 poin (1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju, 3=netral,
4=setuju, 5=sangat setuju) dengan Cronbach’s Alpha 0.780. Untuk mengukur
situasi, kuesioner yang digunakan adalah hasil modifikasi dari Alamsyah (2010)
dengan jumlah 6 pernyataan berisikan 6 situasi saat mengonsumsi sayur
menggunakan skala likert 5 poin (1=tidak pernah, 2=jarang, 3=kadang-kadang,
4=sering, 5=selalu) dengan Cronbach’s Alpha 0.743. Sedangkan untuk mengukur
pemilihan makanan, digunakan kuesioner bernama Food Choice Questionnaire
(FCQ) dari Steptoe et al. (1995) sebanyak 35 pernyataan menggunakan skala likert
5 poin (1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju, 3=netral, 4=setuju, 5=sangat setuju)
dengan Cronbach’s Alpha 0.938. Kuesioner bernama Food Frequency
Questionnaire (FFQ) digunakan untuk mengetahui jumlah, frekuensi dan jenis
sayur yang dikonsumsi mahasiswa sebelum dan sesudah masuk IPB. Kuesioner
FFQ diadopsi dari disertasi milik Eertmans (2006).
Pengolahan dan Analisis Data
Data primer yang diperoleh diolah melalui proses cleaning, scoring, dan
recording, serta analisis data. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan
menggunakan program Microsoft Excel dan Statistical Package for Social Science
(SPSS) ver 16.0 for windows. Data karakteristik contoh (usia dan jenis kelamin)
disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif. Uji korelasi spearman
dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara karakteristik contoh
dengan variabel kepribadian, hubungan variabel kepribadian, situasi, dan pemilihan
makanan. Untuk menganalisis pengaruh karakteristik contoh, kepribadian dan
situasi terhadap pemilihan sayuran dilakukan dengan uji regresi linear berganda.
Sebelum mengolah data secara lebih lanjut, variabel kepribadian dan
pemilihan makanan harus diubah menjadi indeks. Indeks merupakan tipe
pengukuran yang merangking beberapa observasi yang spesifik dan menampilkan
kembali dalam suatu bentuk dimensi yang lebih umum. Skor total variabel
kepribadian dan pemilihan makanan ditransformasi ke dalam bentuk indeks dengan
rumus sebagai berikut:
Indeks = (Skor yang dicapai-Skor terendah) x 100
(Skor tertinggi-skor terendah)
Karakteristik contoh meliputi uang saku, umur mahasiswa, dan jenis kelamin.
Pengkategorian uang saku mahasiswa dibagi menjadi tiga, yakni: (1) ≤Rp 600 000,
(2) Rp600 000 – Rp1 000 000, dan (3) Rp 1 000 000. Ketiga kategori uang saku ini
merupakan uang saku perbulan mahasiswa. Umur mahasiswa diolah berdasarkan
tahun, sedangkan jenis kelamin dibagi menjadi laki-laki dan perempuan.
Analisis data statistik yang digunakan yaitu:
1. Untuk mengetahui kebiasaan makan, deskripsi variabel kepribadian, sitausi dan
pemilihan makanan digunakan analisis statistik deskriptif.
2. Untuk menganalisis perbedaan karakteristik contoh, variabel kepribadian, situasi,
dan pemilihan makanan digunakan uji beda (independent sample t-test).
3. Untuk menganalisis hubungan antarvariabel, digunakan uji korelasi spearman
dan pearson disesuaikan dengan jenis data yang digunakan.
4. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan makanan,
12
digunakan uji regresi linear berganda.
Y= α + β1D1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + β7X7 + β8X8 + β9X9 +
Keterangan:
Y = Pemilihan makanan
β1-9 = Unstandardized coefficient
α = Konstanta regresi
D1 = Jenis kelamin (0=laki-laki; 1=perempuan)
X2 = Usia responden (tahun)
X3 = Uang saku total (Rupiah/bulan)
X4 = Neuroticism (indeks)
X5 = Extroversion (indeks)
X6 = Openness to experience (indeks)
X7 = Agreeableness (indeks)
X8 = Conscientiousness (indeks)
X9 = Situasi makan di rumah (skor)
= error
Sebelum melakukan uji regresi, terlebih dahulu harus dilakukan uji asumsi
klasik untuk menguji apakah model regresi memenuhi syarat untuk dilakukan uji
regresi atau tidak. Terdapat 4 uji asumsi klasik, antara lain uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas, uji normalitas, dan uji autokorelasi. Model regresi bebas dari
masalah multikolinearitas apabila nilai tolerance lebih dari 0,10 dan nilai VIF
kurang dari 10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel bebas. Pada uji
heteroskedastisitas, model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak
terjadi heteroskedastisitas yaitu titik-titik pada scatterplot menyebar di atas dan di
bawah atau di sekitar 0 serta tidak membentuk pola tertentu. Uji normalitas
dilakukan untuk menguji apakah data variabel bebas dan variabel terikat
terdistribusi normal atau terdistribusi tidak normal. Pengujian normalitas dilakukan
dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Data terdistribusi normal apabila
p>0.05. Untuk menguji apakah terjadi autokorelasi atau tidak, maka harus
dilakukan uji Durbin-Watson. Uji Durbin-Watson dilakukan untuk mengetahui
apakah model regresi adalah model yang baik/layak dipakai atau tidak. Model
regresi yang baik adalah model yang tidak memiliki masalah autokorelasi.
Ketentuan dari uji Durbin-Watson adalah jika DW di bawah -2 (DW<-2), maka
terdapat autokorelasi positif, sedangkan jika DW berada di antara -2 dan +2, maka
tidak terjadi autokorelasi.
Definisi Operasional
Pemilihan makanan pada penelitian ini dikhususkan pada sayur. sayur
merupakan makanan berasal dari tanaman yang dapat dikonsumsi dalam bentuk
mentah (lalapan segar) atau setelah diolah menjadi berbagai macam masakan
seperti sayur yang ditumis maupun berkuah. Definisi operasional dan indikator
pembentuk variabel dalam peneliian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
13
Tabel 1 Variabel, dimensi, deskripsi dan referensi
Variabel Dimensi Deskripsi Referensi Kepribadian
Extroversion
Stabilitas beberapa pola perilaku,
tindakan atau respon pada situasi
yang seseorang hadapi,
termasukpola pikiran dan
perasaan.
Memiliki kemampuan
bersosialisasi yang baik, memiliki
banyak teman,ikutserta dalam
suatu organisasi/perkumpulan
John et al. (2008)
Neuroticism Self-esteem yang rendah,
seringkali merasa pesimis
Openness to
experience
Memiliki ketertarikan pada
traveling, memiliki banyak hobi,
senang berbagi pengalaman
Situasi
Pemilihan
Makanan
Agreeableness
Conscientiousness
Kesehatan
Suasana hati
Kemudahan
Sensory
Appeal/Sensorik
Harga
Mudah memaafkan orang lain,
menjungjung tinggi kerjasama,
tidak mengeluarkan kalimat yang
menyinggung orang lain.
Memiliki kemampuan memimpin,
rencana jangka panjang, dan
keahlian yang bersifat teknis
Atmosfir pada suatu lingkungan,
serta merupakan pengaruh dari
lingkungan di sekitarnya
Cara seseorang dalam
mempertimbangkan memilih
makanan khususnya sayur untuk
dikonsumsi yang terdiri dari
sembilan yaitu kesehatan, suasana
hati, kemudahan, sensorik,
kandungan alami dalam pangan,
harga, pengendalian berat badan,
familiaritas, dan masalah etika.
Alasan kandungan vitamin,
mineral, menjaga kesehatan,
bergizi, baik untuk pencernaan,
dan tinggi serat.
Alasan dapat meredakan stress,
menyadarkan pola hidup sehat,
rileks, bahagia, dan merasa lebih
baik.
Alasan mudah disiapkan,
dimasak, dapat dibeli di warung
atau kantin sekitar asrama dan
kampus.
Alasan aroma enak, terihat
menarik, tekstur lembut, dan rasa
yang enak
Alasan murah dan terjangkau.
Eertmans (2006)
Steptoe et al.
(1995)
14
Tabel 1 Variabel, dimensi, deskripsi dan referensi (Lanjutan)
Variabel Dimensi Deskripsi Referensi
Bahan Alami Alasan kandungan bahan alami
dan tidak mengandung bahan
kimia buatan yang berbahaya.
Kontrol berat
badan
Alasan rendah kalori, dapat
membantu mengontrol berat
badan, dan rendah lemak.
Familiaritas
Masalah etika
(Ethical concern)
Alasan tidak asing dan biasa
dimakan dari sejak kecil.
Alasan berasal dari petani
Indonesia, memiliki label asal
negara, dan kemasan ramah
lingkungan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Mahasiswa
Jenis Kelamin. Responden penelitian meliputi mahasiswa bejenis kelamin
laki-laki dan perempuan. Hasil menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa berjenis
kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan mahasiswa berjenis
kelamin laki-laki. Terdapat sebanyak 58 persen mahasiswa perempuan dan
sebanyak 42 persen mahasiswa laki-laki. Tabel dapat dilihat di Lampiran 1.
Usia Mahasiswa. Berdasarkan penelitian dari McCrae (1999), pada tahapan
usia (contoh: remaja akhir, dewasa awal, dan seterusnya) yang dilalui manusia
terdapat perbedaan dalam tipe kepribadian. Tabel 4 menunjukkan sebaran usia
mahasiswa yang berkisar dari usia 17 sampai 21 tahun. Hasil menunjukkan lebih
dari separuh mahasiswa laki-laki dan perempuan berada pada usia remaja lanjut
(16-18 tahun) dengan proporsi mahasiswa laki-laki sebesar 57.9 persen dan
mahasiswa perempuan sebesar 56.3 persen. Tabel dapat dilihat di Lampiran 2.
Uang Saku. Sebaran uang saku perbulan pada Tabel 5 berkisar antara Rp300
000 sampai dengan Rp5000 000. Sebaran uang saku ini bersumber dari orang tua,
beasiswa, serta dari sumber lainnya. Persentase uang saku terbanyak yang dimiliki
responden perbulannya adalah uang saku sebesar Rp600 000 - Rp1 000 000 dengan
proporsi mahasiswa laki-laki sebesar 51.2 persen dan proporsi mahasiswa
perempuan sebesar 47.9 persen. Hasil uji t menunjukkan terdapat perbedaan nyata
signifikan pada uang saku perbulan antara mahasiswa laki-laki dan perempuan
(p<0.05). Tabel dapat dilihat di Lampiran 3.
Kebiasaan Konsumsi Sayur
Kebiasaan konsumsi sayur yang dialami oleh mahasiswa PPKU dapat
memungkinkan untuk mengalami perubahan antara sebelum dan sesudah
memasuki kehidupan di kampus IPB. Tabel 2 menunjukkan hasil sekaligus
pembanding berupa jumlah, frekuensi, dan jenis sayuran yang paling sering
dikonsumsi mahasiswa PPKU sebelum dan sesudah masuk IPB. Hasilnya
menunjukkan bahwa terdapat persamaan maupun perbedaan jumlah, frekuensi dan
jenis sayuran yang paling sering dikonsumsi sebelum dan sesudah masuk IPB
15
.
Tabel 2 Sebaran mahasiswa berdasarkan jumlah, frekuensi, dan jenis sayuran
yang paling sering dikonsumsi sebelum dan sesudah masuk IPB
Kategori
Sebelum masuk IPB Sesudah masuk IPB
L P L P
% % % %
Jumlah konsumsi/hari
1/2 Mangkok
1 Mangkok
>11/2 Mangkok
48.8
40.5
10.7
36.5
46.7
16.8
67.8
25.6
6.6
73.1
23.4
3.6
Frekuensi/hari
Jarang/tidak pernah
1 kali
>2 kali
9.9
38.0
52.1
13.8
25.7
60.5
24.8
38.0
37.2
38.3
40.7
21.0
Jenis sayuran yang paling
sering dikonsumsi
Sayuran tumis
Sayuran mentah
Sayuran berkuah
56.3
9.1
34.7
56.3
7.2
36.5
59.5
11.6
28.9
55.1
9.0
35.9
Pada waktu sebelum dan sesudah masuk IPB, baik pada mahasiswa laki-laki
maupun perempuan, terjadi penurunan jumlah konsumsi sayur. Berdasarkan hasil
penelitian, mahasiswa perempuan mengalami perubahan jumlah konsumsi sayur
perhari antara sebelum masuk IPB dan sesudah masuk IPB. Sebesar 46.7 persen
mahasiswa perempuan mengonsumsi 1 mangkok sayur perhari sebelum masuk IPB,
sedangkan sebesar 73.1 persen mahasiswa perempuan hanya mengonsumsi ½
mangkok sayur perhari sesudah masuk IPB. Penyebab dari menunurunnya jumlah
konsumsi sayur dapat dikarenakan adanya kendala-kendala tertentu seperti
ketersediaan sayur di kantin, ketertarikan mengonsumsi makanan lain selain sayur,
kendala waktu yang membuat mahasiswa lupa atau melewatkan jam makan, dan
lain sebagainya.
Frekuensi konsumsi sayur perhari menjadi salah satu hal yang difokuskan
dalam penelitian ini. Hasil menunjukkan bahwa sebelum masuk IPB, baik
mahasiswa laki-laki (52.1%) dan mahasiswa perempuan (60.5%), sama-sama
memiliki frekuensi konsumsi sayur perhari sebanyak lebih dari dua kali. Sementara
itu, mahasiswa laki-laki (38.0%) dan mahasiswa perempuan (40.7%) mengalami
penurunan frekuensi konsumsi sayur perhari menjadi hanya satu kali dalam sehari
sesudah memasuki IPB. Hal ini menunjukkan terjadi penurunaan frekuensi
konsumsi sayur perhari dari sebelum hingga sesudah masuk IPB. Hal ini dapat
disebabkan karena konsumsi sayur ketika mahasiswa masih tinggal di rumah
menjadi sesuatu yang mudah dan umumnya makanan disiapkan oleh orang lain
seperti orang tua, saudara atau pembantu, sehingga mahasiswa tidak perlu lagi
mengeluarkan biaya dan tenaga untuk membeli sayur untuk dikonsumsi. Sementara
itu, ketika mahasiswa memasuki kehidupan kampus, khususnya tinggal di asrama,
mahasiswa harus bergerak sendiri untuk membeli makanan khususnya sayur di luar
asrama.
Jenis sayuran yang difokuskan dalam tabel antara lain sayuran tumis, sayuran
mentah, dan sayuran berkuah. Hal ini karena ketiga jenis sayuran tersebut adalah
jenis sayuran yang paling umum dijual atau dikonsumsi masyarakat. Hasil
16
menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki (56.3%) dan mahasiswa perempuan
(56.3%) paling sering mengonsumsi sayuran tumis sebelum memasuki IPB.
Sementara itu, hasil menunjukkan setelah masuk IPB cenderung tidak terjadi
perubahan dalam pemilihan jenis sayuran yang paling sering dikonsumsi oleh
mahasiswa laki-laki (59.5%) dan mahasiswa perempuan (55.1%), yakni masih
memilih jenis sayuran tumis.
Kepribadian
Tabel 3 menunjukkan rata-rata indeks kepribadian pada mahasiswa. Sifat
neuroticism dicirikan dengan kecenderungan mood dan emosi yang tidak stabil
seperti rasa bersalah, marah, cemas, dan depresi (Sitaraman 2014). Rata-rata indeks
mahasiswa laki-laki dan perempuan berturut-turut sebesar 56.5 dan 59.0. Terdapat
perbedaan nyata antara mahasiswa laki-laki dan perempuan (p<0.05) yang
ditunjukkan dengan rata-rata indeks mahasiswa perempuan lebih tinggi
dibandingkan laki-laki. Mahasiswa perempuan memiliki kecenderungan yang
sedikit lebih tinggi untuk mengalami ketidakstabilan mood dan emosi dibandingkan
dengan mahasiswa laki-laki. Hal ini dapat disebabkan perempuan memiliki
volatility (emosi labil) yang lebih tinggi yang ditunjukkan dengan sifat mudah
marah dibandingkan dengan laki-laki yang membuat perempuan memiliki skor
neuroticism lebih tinggi, khususnya pada wanita ras asia (Weiseberg et al. 2011).
Sifat extraversion dicirikan dengan memiliki kemampuan bersosialisasi yang
baik, memiliki banyak teman, keikutsertaan dalam suatu organisasi/perkumpulan
(John et al. 2008). Tidak terdapat perbedaan nyata antara mahasiswa laki-laki dan
perempuan pada sifat extraversion (p>0.05), dengan rata-rata indeks pada
mahasiswa laki-laki sebesar 58.4 dan mahasiswa perempuan sebesar 58.8 Hal ini
menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki kemampuan bersosialisasi yang cukup
baik dan memiliki teman seperti mahasiswa normal pada umumnya.
Tabel 3 Rata-rata indeks kepribadian pada mahasiswa
Dimensi L
(n=121)
P
(n-=167) Total p-value
Neuroticism 56.5±8.8 59.0±9.6 57.9±9.3 0.023*
Extroversion 58.4±10.2 58.8±9.1 58.6±9.6 0.740
Openness to
experience
56.6±9.5 58.6±8.1 57.8±8.8 0.057*
Agreeableness 52.5±8.2 49.6±6.6 50.8±7.5 0.002*
Conscientiousness 54.1±7.4 53.7±6.0 53.9±6.6 0.594 Ket: *signifikan pada p-value<0,05/0.1 **sangat signifikan pada p-value<0,001
Sifat openness to experience dicirikan dengan seseorang yang memiliki
imajinasi, kreativitas, rasa penasaran, serta rasa toleransi (Sitaraman 2014). Hasil
menunjukkan rata-rata indeks mahasiswa laki-laki sebesar 56.6 dan mahasiswa
perempuan sebesar 58.6. Terdapat perbedaan nyata antara mahasiswa laki-laki dan
perempuan pada sifat openness to experience (p<0.1). Hal ini berarti mahasiswa
perempuan memiliki kecenderungan yang sedikit lebih tinggi untuk memiliki sifat
keterbukaan terhadap pengalaman yang ditunjukkan dengan memiliki rasa
penasaran, toleransi, imajinasi, dan kreativitas yang cukup baik.
17
Sifat agreeableness dicirikan dengan memiliki sifat mudah memaafkan orang
lain serta menjunjung tinggi kerjasama (John et al. 2008). Hasil menunjukkan rata-
rata indeks mahasiswa laki-laki sebesar 52.5 dan mahasiswa perempuan sebesar
49.6. Terdapat perbedaan nyata antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa
perempuan pada sifat agreeableness (p<0.05) yang ditunjukkan dengan rata-rata
indeks mahasiswa laki-laki sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa
perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki memiliki
kecenderungan yang lebih tinggi pada sifat empati, baik hati, serta rela berkorban
(Weiseberg et al. 2011).
Sifat conscientiousness dicirikan dengan memiliki kemampuan memimpin,
rencana jangka panjang, dan keahlian yang bersifat teknis (John et al. 2008). Hasil
menunjukkan bahwa capaian rata-rata indeks mahasiswa laki-laki sebesar 54.1 dan
mahasiswa perempuan sebesar 53.7. Tidak terdapat perbedaan nyata antara
mahasiswa laki-laki dan perempuan pada sifat conscientiousness (p>0.05). Hal ini
berarti mahasiswa memiliki kemampuan memimpin, rencana jangka panjang, dan
keahlian bersifat teknis yang cukup baik.
Situasi
Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa sebagian besar mahasiswa lebih sering
mengonsumsi sayuran ketika sedang berada di rumah dimana proporsi laki-laki
(62.8%) dan perempuan sebesar (44.9%). Situasi lainnya (makan di kantin, makan
di restoran bersama teman-teman, ketika sedang berada di pesta, rekreasi bersama
keluarga dan makan siang) hanya berada pada frekuensi kadang-kadang. Melihat
hasil ini, maka situasi yang dipilih untuk diteliti lebih lanjut adalah situasi ketika
makan di rumah. Hal ini karena sebagian besar responden memiliki frekuensi yang
paling sering dalam mengonsumsi sayuran ketika makan di rumah, sehingga ingin
diketahui lebih lanjut apakah situasi ketika makan di rumah mempengaruhi
pemilihan makanan responden dalam hal ini konsumsi sayur, atau tidak.
Hasil yang menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki maupun perempuan
sering mengonsumsi sayur ketika berada di rumah menunjukkan bahwa situasi
konsumsi ketika makan di rumah merupakan situasi yang paling dipilih dan paling
nyaman bagi mahasiswa untuk mengonsumsi sayur. Alasan utama mahasiswa laki-
laki dan perempuan dalam mengonsumsi sayur ketika berada di rumah berbeda.
Mahasiswa laki-laki (36.5%) memiliki alasan utama mengonsumsi sayur ketika
berada di rumah karena kenyamanan dan kemudahan, sedangkan alasan utama yang
dipilih oleh mahasiwa perempuan (29.4%) adalah anjuran dari orang tua. Tabel
alasan utama mahasiswa mengonsumsi sayur dapat dilihat pada Lampiran 4.
Situasi ketika makan di kantin merupakan situasi yang terjadi di lingkungan
kampus. Hasil menunjukkan bahwa sebagian mahasiswa perempuan (49.1%) dan
laki-laki (54.5%) mengonsumsi sayur di kantin pada frekuensi yang kadang-kadang.
Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa faktor yang membuat
mahasiswa tidak memiliki kecenderungan untuk mengonsumsi sayur ketika makan
di kantin. Faktor tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya ketersediaan sayur yang
ada di kantin, kemudian terdapat harga makanan di kantin yang lebih terjangkau
selain sayur sehingga mahasiswa cenderung memilih makanan lain yang harganya
lebih murah dibandingkan dengan sayur. Harga sayur yang dijual di kantin kampus
berkisar antara Mahasiswa laki-laki (46.3%) dan perempuan (47.3) memiliki alasan
utama yang sama dalam mengonsumsi sayur ketika berada di kantin, yakni
18
kenyamanan dan kemudahan. Hal ini disebabkan karena kantin memiliki jarak yang
cukup dekat dengan asrama maupun gedung perkuliahan sehingga mudah
dijangkau dan mahasiswa tidak perlu keluar kampus untuk mengonsumsi sayur.
Tabel 4 Sebaran mahasiswa berdasarkan situasi dan frekuensi
*) Ket: 1=Tidak pernah; 2=Jarang; 3=Kadang-kadang; 4=Sering; 5=Selalu
Makan di restoran bersama teman-teman merupakan situasi dimana
mahasiswa mengonsumsi sayur bersama dengan orang lain. Sebagian besar
mahasiswa laki-laki (43.8%) dan mahasiswa perempuan (50.9%) mengonsumsi
sayur ketika makan di restoran bersama teman-teman pada frekuensi kadang-
kadang. Hal ini dapat disebabkan karena ketika berada di restoran, terdapat menu
makanan yang lebih banyak disukai oleh masyarakat umum khususnya kalangan
anak muda dibandingkan dengan sayuran. Umumnya makanan yang lebih banyak
disukai anak muda ini cenderung kurang menyehatkan dan bersifat “enak” rasanya,
seperti makanan dari jenis fastfood, daging, gorengan, makanan yang memiliki
kandungan MSG tinggi, dan lain sebagainya. Alasan utama mahasiswa laki-laki
(28.0%) dan perempuan (27.2%) mengonsumsi sayur ketika makan di restoran
sama, yakni kenyamanan dan kemudahan. Hal ini karena ketika berada di restoran
mahasiswa hanya perlu memesan menu sayuran yang dipilih tanpa harus
menyiapkannya sendiri dan umumnya disediakan tempat yang nyaman untuk
makan dan berkumpul bersama orang lain, khususnya teman-teman.
Situasi konsumsi sayur ketika berada di pesta menunjukkan hasil bahwa
sebagian besar mahasiswa laki-laki (52.1%) dan mahasiswa perempuan (41.9%)
memiliki frekuensi kadang-kadang. Hal ini dapat disebabkan karena menu makanan
yang dihidangkan ketika berada di pesta umumnya lebih banyak yang nonsayuran
ketimbang makanan dari jenis sayuran. Alasan utama mahasiswa perempuan
(34.8%) dan mahasiswa laki-laki (33.9%) mengonsumsi sayur ketika berada di
pesta adalah kenyamanan dan kemudahan. Ketika berada di pesta, mahasiswa
hanya perlu memilih makanan-makanan yang dihidangkan di meja makanan,
sehingga mahasiswa memiliki kebebasan dalam memilih makanan yang akan
dikonsumsi. Selain itu, mahasiswa juga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
mengonsumsi makanan yang dihidangkan sehingga hal tersebut juga menjadi salah
Pernyataan Frekuensi
1 2 3 4 5
Konsumsi sayur
ketika: L
(%)
P
(%)
L
(%)
P
(%)
L
(%)
P
(%)
L
(%)
P
(%)
L
(%)
P
(%)
Berada di rumah 1.7 2.4 2.5 4.8 18.2 15.6 62.8 44.9 14.9 32.3
Makan di kantin 3.3 5.4 9.1 11.4 54.5 49.1 29.8 28.1 3.3 6.0
Makan di
restoran bersama
teman-teman
9.1 9.0 25.6 20.4 43.8 50.9 19.0 13.8 2.5 6.0
Berada di pesta 0.8 8.4 16.5 22.8 52.1 41.9 24.8 19.8 5.8 7.2
Rekreasi
bersama
keluarga
3.3 6.6 13.2 16.8 52.1 32.3 25.6 30.5 5.8 13.8
Makan siang 0.8 3.0 14.9 9.0 38.0 47.9 34.7 26.9 11.6 13.2
19
satu factor kenyamanan dan kemudahan dalam mengonsumsi sayur pada situasi
pesta.
Pada saat rekreasi bersama keluarga, umumnya banyak kegiatan yang
dilakukan sehingga makan bersama keluarga menjadi salah satu hal yang sudah
pasti dilakukan. Sebagian mahasiswa laki-laki (52.1%) dan mahasiswa perempuan
(32.3%) memiliki frekuensi kadang-kadang dalam mengonsumsi sayur ketika
sedang rekreasi bersama keluarga. Alasan utama yang dipilih oleh mahasiswa laki-
laki dan perempuan berbeda dalam mengonsumsi sayur ketika sedang rekreasi
bersama keluarga. Mahasiswa laki-laki (33.0%) memilih alasan pemenuhan
kebutuhan energi, sedangkan mahasiswa perempuan (26.3%) memilih alasan
anjuran dari orang tua. Ketika sedang rekreasi bersama keluarga, situasi makan
dapat dilakukan dalam bentuk piknik atau makan bersama keluarga di suatu rumah
makan.
Konsumsi sayur pada situasi makan siang umumnya dilakukan ditengah-
tengah aktivitas mahasiswa yang padat. Sebagian besar mahasiwa laki-laki (38.0%)
dan mahasiswa perempuan (47.9%) mengonsumsi sayur ketika makan siang pada
frekuensi kadang-kadang. Alasan utama mahasiswa laki-laki (31.7%) dan
mahasiswa perempuan (38.7%) sama dalam hal mengonsumsi sayur ketika makan
siang, yakni pemenuhan kebutuhan energi. Hal ini disebabkan karena mahasiswa
memiliki kegiatan yang cukup banyak khususnya di siang hari yang meliputi
kegiatan perkuliahan dan praktikum, mengerjakan tugas kelompok, kemudian pada
sore harinya dilanjutkan dengan kegiatan organisasi maupun asrama sehingga
konsumsi sayur ketika makan siang menjadi suatu hal yang penting bagi mahasiswa
sebagai sarana pemenuhan kebutuhan energi.
Pemilihan Makanan (Sayur)
Pemilihan makanan terdiri dari sembilan kriteria, antara lain kesehatan,
suasana hati (mood), sensory appeal, kemudahan, konten alami, harga, kontrol berat
badan, familiaritas, dan masalah etika (Steptoe et al. 1995). Kriteria-kriteria
pemilihan makanan seperti kesehatan, suasana hati, dan kontrol berat badan
merupakan kriteria yang paling banyak dijadikan sebagai pertimbangan dalam
pemilihan makanan, baik oleh mahasiswa laki-laki maupun perempuan.
Tabel 5 menunjukkan rata-rata indeks pemilihan makanan (sayur) pada
mahasiswa. Kriteria pemilihan makanan berupa kesehatan memiliki capaian rata-
rata indeks yang paling tinggi dibandingkan dengan kriteria lainnya baik pada
mahasiswa laki-laki (74.5) maupun mahasiswa perempuan (75.5). Kriteria
kesehatan berkaitan dengan apakah makanan yang dikonsumsi dapat membantu
dalam mencegah penyakit, menjaga kesehatan, kesejahteraan, serta nutrisi/gizi
secara umum. Tidak terdapat perbedaan antara mahasiswa laki-laki dan perempuan
pada kriteria ini. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa laki-laki
dan mahasiswa perempuan mementingkan kriteria kesehatan, yakni kandungan gizi
dan manfaat makanan tersebut sebelum memilih makanan. Mahasiswa sebagai
insan-insan yang telah mencapai pendidikan yang cukup tinggi sudah pasti pernah
mendapatkan materi ataupun edukasi mengenai manfaat dan pentingnya konsumsi
sayur. Oleh karena itu, dalam rangka menjaga kesehatan tubuh, mahasiswa
cenderung memilih sayur untuk dikonsumsi.
Suasana hati merupakan kriteria pemilihan makanan kedua dengan skor
tertinggi baik dari mahasiswa laki-laki (66.7) maupun mahasiswa perempuan (66.3).
20
Tidak terdapat perbedaan antara mahasiswa laki-laki dan perempuan pada kriteria
ini. Hal ini menunjukkan bahwa baik mahasiswa laki-laki maupun perempuan
mementingkan kriteria suasana hati, yakni apakah dengan memilih mengonsumsi
sayur dapat membantu kondisi mental dan suasana menjadi lebih baik atau tidak.
Seperti yang dijelaskan oleh Steptoe et al. (1995), bahwa suasana hati berkaitan
dengan relaksasi serta kontrol stress. Oleh karena itu, mahasiswa cenderung
memilih sayur sebagai sarana untuk relaksasi dan sebagai koping untuk
mengendalikan stres.
Kemudahan merupakan salah satu kriteria pemilihan makanan yang
dipertimbangkan oleh mahasiswa. Hasil menunjukkan rata-rata indeks mahasiswa
laki-laki sebesar 56.6 dan mahasiswa perempuan sebesar 55.1. Hal ini menunjukkan
bahwa mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan cukup mementingkan
kriteria kemudahan dalam memilih makanan yang dalam hal ini sayur. Mahasiswa
PPKU yang menjalani kehidupan di asrama tentu mengalami perubahan kondisi
dimana umumnya pada saat mereka masih tinggal di rumah bersama orang tua, ada
orang lain di rumah yang menyediakan makanan dan tidak perlu mengeluarkan
biaya untuk mengonsumsinya, sedangkan setelah mahasiswa mulai menjalani
kehidupan di asrama, mahasiswa harus membeli makanan di luar dan tidak dapat
menyiapkannya sendiri. Hal ini dapat menjadi penyebab mengapa kepentingan
mengenai kriteria kemudahan dalam memilih makanan setelah mereka menjalani
kehidupan di asrama/kampus hanya berada pada tingkatan yang cukup.
Kriteria pemilihan makanan sensory appeal juga menjadi salah satu
pertimbangan dalam pemilihan makanan mahasiswa. Hasil menunjukkan bahwa
baik mahasiswa laki-laki (59.8) maupun perempuan (58.4) cukup mementingkan
sensory appeal dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi. Sensory appeal
berkaitan dengan indera penciuman, indera perasa, serta tampilan makanan (Steptoe
et al., 1995). Hal ini dapat disebabkan karena makanan-makanan yang dijual di
sekitar kampus/asrama adalah makanan yang jenisnya kurang lebih sama seperti
yang biasa dikonsumsi di rumah dan bukan makanan yang sama kelasnya dengan
makanan yang dijual di restoran-restoran. Hal tersebut menunjukkan bahwa
ketertarikan terhadap rasa, bau, tekstur maupun tampilan makanan tidak terlalu
dijadikan sebagai pertimbangan bagi mahasiswa dalam pemilihan makanan.
Tabel 5 Rata-rata indeks pemilihan makanan (sayur) pada mahasiswa
Kriteria Pemilihan
Makanan
L
(n=121)
P
(n=167)
Total p-value
Kesehatan 74.5±17.4 75.5±17.8 75.1±17.6 0.651
Suasana hati 66.7±18.0 66.3±17.8 66.5±17.9 0.871
Kenyamanan 56.6±14.0 55.1±15.3 55.7±14.7 0.412
Sensory appeal 59.8±18.3 58.4±19.6 59.0±19.0 0.546
Bahan alami 57.6±22.4 56.0±23.5 56.7±23.0 0.573
Harga 62.0±20.1 56.7±20.7 58.9±20.6 0.029*
Kontrol berat badan 64.5±18.5 67.1±19.1 66.0±18.8 0.252
Familiaritas 64.2±19.6 64.6±20.4 64.4±20.1 0.896
Masalah etika 61.6±17.3 59.0±16.9 60.1±17.1 0.203 Ket: *signifikan pada p-value<0,05 **sangat signifikan pada p-value<0,001
21
Pada kriteria pemilihan makanan bahan alami, rata-rata indeks yang diperoleh
berada pada tingkatan yang cukup. Mahasiswa laki-laki memiliki rata-rata sebesar
57.6 dan mahasiswa perempuan sebesar 56.0. Tidak terdapat perbedaan nyata
antara mahasiswa laki-laki dan perempuan pada kriteria ini (p>0.05). Hal ini
menunjukkan bahwa baik mahasiswa laki-laki maupun perempuan cukup
mementingkan bahan alami dalam memilih makanan. Mahasiswa pada umumnya
memiliki banyak kegiatan maupun aktivitas di kampus, sehingga umumnya
mahasiswa tidak terlalu berfikir panjang mengenai kandungan atau bahan dari
makanan yang dipilihnya, khususnya sayur.
Harga menjadi salah satu kriteria pemilihan makanan yang dipertimbangkan
oleh mahasiswa. Capaian rata-rata indeks yang diperoleh mahasiswa laki-laki
sbesar 62.0 dan mahasiswa perempuan sebesar 56.7. Terdapat perbedaan nyata
antara mahasiswa laki-laki dan perempuan pada kriteria harga (p<0.05). Mahasiswa
laki-laki memiliki rata-rata skor lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa
perempuan yang menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki cenderung lebih
mementingkan kriteria harga dalam memilih makanan yakni sayur, sedangkan
mahasiswa perempuan cukup mementingkan harga dalam memilih makanan.
Kriteria pemilihan makanan berupa kontrol berat badan merupakan salah satu
kriteria yang paling banyak dipertimbangkan mahasiswa dalam pemilihan makanan.
Mahasiswa laki-laki memiliki rata-rata indeks sebesar 64.5 dan mahasiswa
perempuan sebesar 67.1. Tidak terdapat perbedaan nyata antara mahasiswa laki-
laki dan perempuan pada kriteria ini (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa
mahasiswa cenderung mementingkan kontrol berat badan serta apakah makanan
tersebut rendah lemak dan kalori atau tidak. Umumnya mahasiswa sudah pasti
memahami bahwa sayur memiliki manfaat penting khususnya yang berkaitan
dengan diet, karena sayur memiliki kandungan gizi yang baik untuk tubuh dan tidak
menyebabkan gemuk. Oleh karena itu, kriteria kontrol berat badan menjadi salah
satu kriteria yang paling penting bagi mahasiswa dalam melakukan pemilihan
makanan.
Familiaritas menjadi salah satu kriteria yang dianggap penting dalam memilih
makanan. Perolehan rata-rata skor mahasiswa laki-laki sebesar 64.2 dan mahasiswa
perempuan sebesar 64.6. Tidak terdapat perbedaan nyata antara mahasiswa laki-
laki dan perempuan pada kriteria ini (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa
mahasiswa cenderung memilih jenis makanan yang sudah familiar dan tidak asing
lagi di telinga ketika melakukan pemilihan makanan. Mahasiswa pada umumnya
akan memilih jenis makanan yang sudah biasa dikonsumsi sejak lama.
Masalah etika berkaitan dengan perhatian lebih pada aspek lingkungan dan
politik (Steptoe et al. 1995). Mahasiswa laki-laki memiliki rata-rata indeks pada
kriteria masalah etika sebesar 61.6 dan mahasiswa perempuan sebesar 59.0. Tidak
terdapat perbedaan nyata antara mahasiswa laki-laki dan perempuan pada kriteria
ini. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa cukup mempertimbangkan darimana
sayuran tersebut berasal (produsen dan negaranya) serta proses pengemasannya
yang ramah lingkungan atau tidak.
Hubungan Antarvariabel
Hasil uji korelasi antara karakteristik contoh (uang saku, jenis kelamin)
dengan pemilihan makanan menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jenis
kelamin dan uang saku dengan pemilihan makanan (Lampiran 5). Hipotesis yang
22
pertama (H1) menyebutkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara jenis
kelamin dengan pemilihan makanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara jenis kelamin dengan pemilihan makanan pada kriteria bahan
alami (r=0.125; p=0.009), maka hasil penelitian ini menerima H1. Selain itu, uang
saku juga memiliki hubungan dengan pemilihan makanan, yakni pada kriteria
bahan alami (r=0.154; p=0.009). Hipotesis kedua (H2) menyebutkan terdapat
hubungan signifikan antara uang saku dengan pemilihan makanan, maka hasil
penelitian ini menerima H2.
Hasil uji korelasi menunjukkan adanya hubungan nyata positif antara jenis
kelamin dengan sifat neuroticism (r=0.134;p=0.023). Artinya, mahasiswa
perempuan lebih cenderung memiliki Self-esteem yang rendah dan seringkali
merasa pesimis. Hasil uji korelasi juga menunjukkan adanya hubungan negatif
antara jenis kelamin dengan sifat agreeableness (r=-0.187;p=0.001). Hal ini berarti
mahasiswa laki-laki lebih cenderung memiliki sifat yang mudah memaafkan orang
lain, menjunjung tinggi kerjasama, serta tidak mengeluarkan kalimat yang
menyinggung orang lain. Hasil tersebut berarti menerima H3, yakni teradapat
hubungan antara jenis kelamin dengan kepribadian. Dari hasil uji korelasi antara
usia responden dengan kepribadian, tidak terdapat satupun hubungan antara usia
responden dengan kelima dimensi kepibadian. Hal ini menunjukkan bahwa hasil
penelitian ini menolak H4 yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan signifikan
antara usia dengan kepribadian. Hasil uji korelasi antara kepribadian dengan
karakteristik contoh dapat dilihat di Lampiran 6.
Tabel 6 Koefisien korelasi antara tipe kepribadian dan pemilihan makanan
Kepribadian
Pemilihan Makanan
Kesehatan Mood Kemudahan SA Bahan
alami
Harga Kontrol BB
Familiaritas Masalah etika
Neuroticism -0.002 0.011 0.086 0.043 0.022 0.096 -0.020 -0.005 0.020 Extroversion -0.016 0.000 -0.040 0.011 0.057 0.012 0.044 0.017 -0.050
Openness to
experience
-0.130* -0.091 -0.072 -0.086 0.090 -0.061 -0.094 -0.148* -0.073
Agreeableness -0.131* -0.053 0.010 -0.005 -
0.095
0.053 0.002 -0.053 -0.083
Conscientiousness 0.034 0.051 0.006 0.077 -0.010
0.097 0.157** 0.123* 0.586
Ket: *signifikan pada p-value<0,05; **sangat signifikan pada p-value<0,001; SA=Sensory appeal;
Kontrol BB=Kontrol berat badan.
Berdasarkan hasil uji korelasi antara kelima dimensi kepribadian (neuroticism,
extroversion, openness to experience, agreeableness, conscientiousness) dengan
kesembilan kriteria pemilihan makanan pada Tabel 6, tipe kepribadian openness to
experience berhubungan negatif dengan kriteria pemilihan makanan kesehatan (r=-
0.130; p=0.027) dan familiaritas (r=-0.148; p=0.012). Artinya, mahasiswa memiliki
sifat yang kreatif, imajinatif dan berani, maka akan semakin tinggi kecenderungan
mahasiswa untuk memilih sayur tanpa mempertimbangkan aspek kesehatan dan
familiaritas. Sementara itu, agreeablenes berhubungan negatif dengan kesehatan
(r=-0.131; p=0.026). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kecenderungan
mahasiswa memiliki sifat yang ramah dan peka terhadap lingkungan, maka akan
semakin tinggi kecenderungan mahasiswa untuk memilih sayur tanpa
mempertimbangkan kriteria pemilihan makanan kesehatan. Hasil penelitian ini
23
menerima H5, yakni terdapat hubungan signifikan antara kepribadian dengan
pemilihan makanan.
Tabel 7 menunjukkan hasil uji korelasi antara situasi dengan pemilihan
makanan. Berdasarkan hasil uji korelasi, terdapat hubungan positif antara situasi
ketika makan di kantin dengan kriteria familiaritas (r=0.118; p=0.046), yang berarti
pada situasi ketika makan di kantin, semakin tinggi kecenderungan mahasiswa
untuk memilih mengonsumsi sayur. Situasi ketika makan di restoran bersama
teman-teman memiliki hubungan positif dengan kriteria kesehatan (r=0.122;
p=0.038), mood atau suasana hati (r=0.130; p=0.027), kemudahan (r=0.143;
p=0.015), dan familiaritas (r=0.127; p=0.031). Hal ini berarti pada situasi ketika
makan di restoran bersama teman-teman, semakin tinggi kecenderungan mahasiswa
dalam mempertimbagkan kriteria kesehatan, suasana hati, kemudahan dan
familiaritas dalam memilih untuk mengonsumsi sayur. Pada situasi ketika sedang
berada di pesta, hasil menunjukkan terdapat hubungan negatif dengan kriteria
dengan sensory appeal (r=-0.125; p=0.034). Hal ini menjelaskan bahwa pada
situasi ketika sedang berada di pesta, mahasiswa memiliki kecenderungan yang
semakin rendah dalam mempertimbangkan kriteria sensory appeal, seperti rasa, bau,
dan tekstur makanan dalam memilih sayur yang akan dikonsumsinya.
Tabel 7 Koefisien korelasi antara situasi dan pemilihan makanan
Situasi
Pemilihan Makanan
Kesehatan Mood Kemudahan SA Bahan alami
Harga Kontrol BB
Familiaritas Masalah etika
Makan di
rumah
-0.063 -0.070 -0.066 0.003 0.111 -
0.033
-0.087 0.029 -0.065
Makan di
kantin
0.000 0.025 0.021 -0.016 0.070 -
0.011
-0.016 0.118* -0.031
Makan di restoran
bersama
teman-teman
0.122* 0.130* 0.143* 0.095 0.085 0.045 0.020 0.127* 0.067
Makan di
pesta
0.022 -0.022 -0.011 -0.125* 0.017 -
0.079
-0.037 0.021 -0.023
Ketika
reskreasi
bersama keluarga
0.051 0.042 0.022 0.038 -
0.001
-
0.010
-0.023 0.049 0.060
Makan
siang
0.237** 0.242** 0.198** 0.200** 0.037 0.087 0.132* 0.265** 0.130*
Ket: *signifikan pada p-value<0,05; **sangat signifikan pada p-value<0,001; SA=Sensory appeal;
Kontrol BB=Kontrol berat badan.
Pada situasi ketika makan siang, hasil menunjukkan bahwa terdapat
hubungan positif sangat signifikan antara situasi makan siang dengan kriteria
pemilihan makanan/alasan kesehatan (r=0.237; p=0.000), suasana hati (r=0.242;
p=0.000), kemudahan (r=0.198; p=0.001), sensory appeal (r=0.200; p=0.001), dan
familiaritas (r=0.265; p=0.000), serta berhubungan positif signifikan dengan
kontrol berat badan (r=0.132; p=0.026), dan masalah etika (r=0.130; p=0.028). Hal
ini menjelaskan bahwa pada situasi ketika makan siang, mahasiswa memiliki
kecenderungan yang semakin tinggi dalam mempertimbangkan kriteria atau alasan
kesehatan, suasana hati, kemudahan, sensory appeal, familiaritas, kontrol berat
badan, dan masalah etika. Dengan demikian, hasil uji korelasi antara situasi dengan
pemilihan makanan menerima hipotesis keenam (H6).
24
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Makanan Mahasiswa PPKU
IPB
Dalam rangka mengetahui apakah model regresi telah memenuhi persyaratan
yang sah untuk dilakukan uji regresi linear berganda, maka dilakukanlah uji asumsi
klasik. Uji asumsi klasik ini meliputi uji multikolinearitas, uji normalitas, uji
heteroskedastisitas,dan uji autokorelasi. Model regresi bebas dari masalah
multikolinearitas apabila nilai tolerance lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari
10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel bebas. Melihat output pada kotak
coefficients, semua nilai tolerance di atas 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10
sehingga disimpulkan bahwa model regresi bebas dari multikolinearitas. Dari hasil
uji heteroskedisitas, terlihat bahwa titik-titik menyebar antara di bawah dan di atas
sumby Y, dan tidak mempunyai pola yang teratur. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada variabel bebas atau
bersitas homoskedastisitas. Untuk uji normalitas, maka harus dilakukan dengan uji
Kolmogorov-Smirnov. Nilai signifikansi yang diperoleh dari hasil uji
Kolmogorov-Smirnov adalah sebesar 0.655. Hal ini berarti data yang diuji
terdistribusi normal karena p>0.05. Hasil uji autokorelasi menunjukkan DW =
1.849 karena DW berada di antara -2 dan +2. Hal ini berarti data tidak mengalami
autokorelasi. Tabel dan grafik hasil uji asumsi klasik ini dapat dilihat pada
Lampiran 7.
Tabel 8 Koefisien uji regresi karakteristik contoh, tipe kepribadian, dan situasi
terhadap pemilihan makanan
Ket: *signifikan pada p-value<0,05 **sangat signifikan pada p-value<0,001
Variabel Bebas B β Sig.
Konstanta
Jenis kelamin
(0=laki-laki;
1=perempuan)
0.411
-1.102
-0.040
0.987
0.470
Umur responden
(tahun)
-0.251 -0.012 0.831
Uang saku (/000
rupiah)
-7.959E-5 -0.004 0.942
Kepribadian (indeks)
Neuroticism
0.057
0.040
0.471
Extroversion 0.163 0.119 0.035*
Openness to
experience
0.208 0.139 0.013*
Agreeableness 0.265 0.151 0.009*
Conscientiousness 0.205 0.103 0.076
Situasi makan di
rumah
4.838
0.320
0.000**
F 7.652
R 0.199
Adjusted R2 0.173
Sig. 0.000
25
Y= 0.411 – 1.102D1 – 0.251X2 – 7.959E-5X3 + 0.057X4 + 0.163X5 + 0.208X6 +
0.265X7 + 0.205X8 + 4.838X9 +
Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa tipe kepribadian
(extroversion, openness to experience, dan agreeableness), situasi ketika makan di
rumah berpengaruh positif signifikan terhadap pemilihan makanan dilihat dari F
hitung sebesar 7.652 (Tabel 8). Nilai Adjusted R Square yang diperoleh sebesar
0.173 menunjukkan sebesar 17.3 persen variabel pemilihan makanan dijelaskan
oleh variabel yang diteliti, sisanya dijelaskan oleh variabel yang tidak diteliti.
Hasil uji regresi linear berganda menjelaskan bahwa tipe kepribadian
extroversion berpengaruh positif signifikan terhadap pemilihan makanan (β=0.163;
p=0.035). Hal ini berarti mahasiswa yang memiliki sifat terbuka dan senang
bersosialisasi akan semakin memilih sayur dengan berbagai alasan. Selain itu, tipe
kepribadian openness to experience juga berpengaruh positif signifikan terhadap
pemilihan makanan mahasiswa (β=0.208; p=0.013). Hal ini berarti mahasiswa yang
memiliki sifat kreatif, imajinatif dan berani cenderung semakin memilih sayur
dengan berbagai alasan. Hasil tersebut terbukti dari hasil analisis hubungan yang
menunjukkan bahwa sifat openness to experience berhubungan dengan
alasan/kriteria kesehatan dan familiaritas. Tipe kepribadian agreeableness juga
berpengaruh positif signifikan terhadap pemilihan makanan (β=0.265; p=0.009).
Hal ini berarti mahasiswa yang memiliki memiliki sifat ramah dan peka terhadap
lingkungan akan semakin memilih sayur dengan berbagai alasan. Sejalan pula
dengan hasil uji hubungan, tipe kepribadian agreeableness berhubungan dengan
alasan/kriteria kesehatan dalam memilih sayur. Situasi ketika berada dirumah
memiliki pengaruh positif signifikan terhadap pemilihan makanan (β=4.838;
p=0.000). Hal ini berarti situasi ketika makan di rumah memicu mahasiswa untuk
lebih sering mengonsumsi sayur.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian ini, mahasiswa laki-laki tercatat memiliki rata-
rata indeks yang lebih tinggi pada tipe kepribadian agreeableness dan
conscientiousness. Hal ini berarti mahasiswa laki-laki cenderung lebih bersifat
mudah memaafkan, rela berkorban, dan berempati (agreeableness) serta memiliki
kemampuan memimpin, rencana jangka panjang, dan keahlian bersifat teknis yang
cukup baik (conscientiousness). Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian milik
Vianello et al. (2013) yang menjelaskan bahwa laki-laki memiliki skor yang lebih
rendah pada tipe kepribadian agreeableness dan conscientiousness dibandingkan
perempuan, akan tetapi laki-laki memiliki skor yang lebih tinggi pada openness to
experience.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa perempuan memiliki
rata-rata indeks yang lebih tinggi pada tipe kepribadian neuroticism, extroversion,
dan openness to experience. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa perempuan
lebih cenderung memiliki sifat yang mudah merasa marah dan stres (neuroticism),
terbuka dan mudah bergaul (extroversion), serta memiliki imajinasi dan kreativitas
yang lebih baik (openness to experience). Hasil ini sejalan dengan penelitian dari
Schmitt et al. (2008) yang menjelaskan bahwa perempuan memiliki skor yang lebih
tinggi pada neuroticism dan extraversion, akan tetapi skor openness to experience
pada laki-laki dan perempuan bervariasi tergantung dari budaya atau negaranya.
26
Berdasarkan hasil uji beda, terdapat tiga tipe kepribadian yang memiliki
perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan, yakni neuroticism (p<0.05),
openness to experience (p<0.1), dan agreeableness (p<0.05). Menurut Schmitt et
al. (2008), adanya perbedaan kepribadian antara laki-laki dan perempuan dapat
disebabkan oleh semakin tingginya tingkat perkembangan manusia (Human
Development Index) serta kesempatan yang lebih besar pada persamaan gender.
Situasi memiliki peran dalam menentukan pemilihan makanan sehat yang
dalam hal ini konsumsi sayuran. Situasi yang difokuskan dalam penelitian ini
adalah situasi ketika makan di rumah. Pada situasi ketika makan di rumah, hasil
menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa baik laki-laki maupun perempuan
mengonsumsi sayuran dengan frekuensi yang sering. Hal ini menjelaskan bahwa
konsumsi sayur responden cenderung lebih sering ketika masih tinggal bersama
orang tuanya, yakni sebelum mulai tinggal di asrama. Menurut Chan et al. (2009),
remaja di Hong Kong cenderung mempraktekkan konsumsi makanan sehat ketika
berada di rumah, dimana ibu merupakan pihak yang paling berpengaruh dalam
mensosialisasikan konsumsi makanan sehat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
dapat disimpulkan bahwa orang tua berperan penting bagi pemilihan makanan yang
dilakukan oleh anak.
Hasil pada rata-rata indeks pemilihan makanan menunjukkan bahwa
mahasiswa perempuan menunjukkan indeks yang lebih tinggi pada kriteria
kesehatan dan kontrol berat badan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Wardle et al.
(2004) yang menjelaskan bahwa perempuan cenderung lebih mementingkan aspek
kesehatan dalam memilih makanan dengan menghindari makanan berlemak dan
lebih memilih mengonsumsi makanan berserat dan buah-buahan. Hasil uji beda
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam hal pertimbangan harga dalam
memilih makanan sehat, dimana responden laki-laki lebih mempertimbangkan
aspek harga dalam memilih makanan dibandingkan dengan responden perempuan.
Hasil ini sejalan dengan penelitian milik Missagia et al. (2012) yang menjelaskan
bahwa laki-laki lebih memperhatikan murah atau tidaknya harga makanan, akan
tetapi laki-laki tidak bersedia menghabiskan waktunya untuk membandingkan
harga pada beberapa makanan.
Hasil uji hubungan menunjukkan tipe kepribadian openness to experience
berhubungan negatif dengan kriteria pemilihan makanan kesehatan dan familiaritas.
Menurut Knezevic dan Kardum (2009), tipe kepribadian openness to experience
berhubungan dengan risiko terkena penyakit karena kurang memperhatikan aspek
kesehatan. Steptoe et al. (1995) dalam penelitiannya juga menyebtukan bahwa tipe
kepribadian openness to experience berhubungan negatif dengan familiaritas dan
hasil ini terbukti sama baik pada laki-laki maupun perempuan. Sementara itu,
agreeablenes berhubungan negatif dengan kesehatan. Hasil ini sejalan dengan
penelitian dari de Brujin et al. (2007) yang menjelaskan bahwa semakin seorang
remaja bersifat agreeable atau berkaitan dengan mudahnya terpengaruh
teman/orang lain, semakin tidak sehat pula perilaku konsumsi makanannya. Adanya
hubungan antara kepribadian dengan pemilihan makanan didukung oleh Lindeman
dan Stark (1999) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kepribadian
dengan pemilihan makanan pada aspek kontrol berat badan dan ideologi yang
dianut konsumen.
Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa tipe kepribadian memiliki
pengaruh terhadap pemilihan makanan. Hasil analisis regresi linear berganda
27
menunjukkan bahwa tipe kepribadian extraversion berpengaruh positif terhadap
pemilihan makanan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian milik Cauchi dan
DeGiovanni (2015) yang menyatakan bahwa sifat extraversion erat kaitannya
dengan bertambahnya konsumsi buah dan sayur. Hal ini berarti mahasiswa yang
senang bersosialisasi dan terbuka cenderung semakin meningkatkan konsumsi buah
dan sayur.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya pengaruh positif dari tipe
kepribadian openness to experience terhadap pemilihan makanan. Lunn et al.
(2014) menjelaskan bahwa orang yang memiliki skor openness to experience yang
tinggi memiliki kecenderungan untuk memilih mengonsumsi makanan yang sehat
dan lebih merasa terdorong untuk mengikuti pola hidup sehat. Oleh karena itu,
mahasiswa yang memiliki imajinasi, kreativitas serta rasa penasaran cenderung
menerapkan pola hidup sehat dengan mengonsumsi sayur. Menurut Goldberg dan
Strycker (2002), tipe kepribadian openness to experience memiliki pengaruh positif
pada konsumsi makanan berserat, penghindaran konsumsi daging dan makanan
berlemak.
Hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh agreeableness terhadap
pemilihan makanan sejalan dengan penelitian Kye dan Park (2012) yang
menjelaskan bahwa orang yang memiliki skor agreeableness yang tinggi cenderung
mengikuti pola makan yang sehat. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang
bersifat ramah, kooperatif, dan hangat cenderung mengonsumsi makanan berserat,
menghindari konsumsi daging dan makanan berlemak, serta mengikuti pola makan
sehat yang tidak terlepas dari konsumsi sayur.
Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa situasi ketika
makan di rumah berpengaruh positif terhadap pemilihan makanan. Kenyamanan
dan kemudahan menjadi salah satu alasan bagi mahasiswa mengapa mahasiswa
memilih mengonsumsi sayur di rumah. Di rumah itu sendiri umumnya sudah
memiliki persediaan bahan makanan untuk diolah dan tersedia fasilitas untuk
mengolah bahan makanan tersebut. Seringkali ketika di rumah juga terdapat orang
lain yang mengolah bahan makanan tersebut seperti ibu, nenek atau asisten rumah
tangga sehingga mahasiswa tidak perlu mengolahnya sendiri. Hasil ini sejalan
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kolsteren et al. (2009), yang
mengatakan bahwa orang yang sering makan di rumah lebih tinggi konsumsi buah
dan sayurnya dibandingkan dengan orang yang sering makan di luar rumah.
Berdasarkan hasil pada sebaran mahasiswa berdasarkan situasi dan frekuensi
(Lihat Tabel 5), mahasiswa paling sering makan sayur ketika sedang berada di
rumah. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kolsteren
et al. (2009), dimana orang yang makan di rumah memiliki frekuensi konsumsi
sayur dan buah yang paling tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak makan
di rumah, sebaliknya bagi individu yang makan di luar rumah, lebih cenderung
mengonsumsi makanan yang rendah nutrisi dan kurang mengonsumsi buah dan
sayur. Alasan utama (lampiran I) mengonsumsi sayuran ketika berada di rumah
yang dipilih oleh responden laki-laki berbeda dengan responden perempuan.
Mahasiswa laki-laki (36.5%) memilih alasan kenyamanan atau kemudahan yang
meliputi kemudahan untuk mendapatkan sayur, tidak perlu mengeluarkan biaya,
serta mudah untuk disajikan. Sebagian besar responden perempuan sebanyak
(29.4%) memiliki alasan mengonsumsi sayuran ketika berada di rumah karena
anjuran dari orang tua.
28
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah tidak dapat membedakan pemilihan
makanan berdasarkan waktu (makan pagi, makan siang, dan makan malam) karena
penelitian ini hanya mencantumkan situasi makan pada waktu makan siang. Oleh
karena itu, untuk penelitian selanjutnya dapat didesain alat ukur situasi yang dapat
mempertimbangkan dimensi waktu, keberadaan orang lain (orang tua, teman),
acara tertentu (saat pesta, rekreasi), dan lain-lain. Selain itu, dalam proses
pengambilan data tidak dilakukan wawancara terhadap responden sehingga data
hanya murni dari hasil olahan kuesioner dan kurang mereview pandangan dari
responden.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Mahasiswa PPKU IPB secara umum mengalami penurunan konsumsi sayur
dari segi jumlah dan frekuensi, sedangkan dari jenis sayuran yang dikonsumsi,
mahasiswa PPKU lebih memilih sayuran tumis setelah masuk IPB. Tipe
kepribadian neuroticism (p<0.05), openness to experience (p<0.1), dan
agreeableness (p<0.05) memiliki perbedaan antara mahasiswa laki-laki dan
perempuan. Mahasiswa laki-laki lebih cenderung bersifat agreeableness,
sedangkan mahasiswa perempuan lebih cenderung bersifat neuroticism dan
openness to experience. Mahasiswa laki-laki dan perempuan paling sering
mengonsumsi sayur ketika berada di rumah. Pada pemilihan makanan, terdapat
perbedaan nyata antara mahasiswa laki-laki dan perempuan pada kriteria harga.
Mahasiswa laki-laki cenderung lebih mempertimbangkan harga dalam memilih
makanan yang akan dikonsumsi.
Hasil uji hubungan antara karakteristik contoh dengan kepribadian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara jenis kelamin dengan
neuroticism dan hubungan negatif antara jenis kelamin dengan agreeableness.
Berdasarkan hasil uji hubungan antara karakteristik contoh dengan pemilihan
makanan, tidak terdapat hubungan antara karakteristik contoh dengan pemilihan
makanan. Hasil uji hubungan menunjukkan adanya hubungan nyata positif antara
extroversion, openness to experience, agreeableness, conscientiousness, dan situasi
ketika makan di rumah terhadap pemilihan makanan. Hasil uji regresi linier
berganda menunjukkan adanya pengaruh dari extraversion, openness to experience,
agreeableness, dan situasi ketika makan di rumah terhadap pemilihan makanan
pada mahasiswa PPKU IPB.
Saran
Mahasiswa PPKU IPB merupakan mahasiswa yang sedang menghadapi
kondisi baru yang berbeda dari kondisi sebelumnya. Mereka harus mulai hidup
mandiri dan belajar untuk membuat keputusannya sendiri karena mereka tidak lagi
tinggal di rumah bersama orang tua. Konsumsi sayur merupakan suatu hal yang
penting untuk tetap menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat dan segar. Hasil
menunjukkan bahwa rata-rata mahasiswa mengalami pengurangan asupan sayuran
ketika mereka mulai memasuki kehidupan asrama di IPB dibandingkan dengan
sebelumnya ketika mereka masih tinggal bersama orang tua. Bagi pemerintah,
disarankan untuk membuat suatu program yang berkaitan dengan peningkatan
29
konsumsi sayur, terutama bagi kalangan remaja. Bagi NGO atau LSM yang
berkaitan dengan bidang kesehatan atau konsumen, disarankan untuk membuat
suatu kampanye atau sosialisasi mengenai pentingnya konsumsi sayur terutama
pada kalangan anak-anak muda atau remaja agar remaja semakin terpapar mengenai
informasi pentingnya konsumsi sayur. Selain itu, dari pihak kampus agar
menyeleksi secara ketat makanan yang dijual di kantin agar dan tidak terpapar oleh
makanan-makanan yang membahayakan tubuh dan ketersediaan sayur di kantin
tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad N, Hadju V, Salam A. 2014. Gambaran pengetahuan, sikap, ketersediaan
dan pola konsumsi sayur dan buah remaja di makassar. Universitas
Hasanuddin.
Alamsyah Z. 2012. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan jenis
minuman pada berbagai situasi konsumsi dan dampaknya pada strategi
pemasaran. [disertasi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Brown C, Shaibu S, Maruapula S, Malete L, Compher C. 2015. Perceptions and
attitudes towards food choice in adolescents in gaborone, botswana. Appetite.
95: 29-35.
Chan K., Prendergast G., Gronhoj A. Bech-Larsen T. 2009.
Adolescents’perceptions of healthy eating and communication about healthy
eating. Health Education, 109(6): 474-490.
Chapman BP, Duberstein PR, Sorensen S, Lyness JM. 2007. Gender differences in
five factor model personality traits in an elderly cohort: extension of robust and
surprising findings to an older generation. Per Individ Dif. 43(06): 1594-1603.
Chen SE, Liu J, Binkley JK. 2012. An exploration od the relationship between
income and eating behavior. Agricultural and Resource Economics Review.
41(1): 82-91.
Ching GS., Tchong WL., Wen TH. 2015. A study on the relationship between
college students' personality and their eating habits. Int'l Journal of Information
and Education Technology. 5(2).
De Brujin, GJ. Kremers, SPJ. De Vries H. Van Mechelen W. Brug J. 2007.
Association od social-evironmental and individual-level factors with
adolescent soft drink consumption. Health Education Research. 22(2): 227-
237.
Donellan MB, Lucas RE. 2008. Age differences in the big five across the life span:
evidence from two national samples. Psychol Aging. 23(3): 558-566.
Drewnowski A, Eichelsdoerfer P. 2010. Can low-income americans afford a
healthy diet?. Nutr Today. 44(6): 246-249.
Eertmans A. 2006. Sensory-Affective and Other Determinants of Food Choice:
Their Relative Importance and Variability across Individuals and Situations.
[disertasi]. Leuven (BE): Chatolic University of Leuven.
Ensaff H, Russel J, Barker ME. 2012. Meeting school food standards – students’
food choice and free school meals. Public Health Nutrition. 16(12): 2162-2168.
European Commission Community Research. 2012. Report on the Socio-economic
Determinants of Food Choices and Preferences of the Elderly.
Gustiara, I. 2013. Konsumsi sayur dan buah pada siswa SMA negeri 1 Pekanbaru.
Jurnal Precure. 1(1).
30
Goldberg LR., Strycker LA. 2002. Personality traits and eating habits: the
assessment of food preferences in a large community sample. Personality and
Individual Differences. 32: 49-65.
Henningsen M. 2011. Dietary habits in adolescence related to sociodemographic
factors, physical activity, and self-esteem [tesis]. Trondheim (NO): Norwegian
University of Science and Technology.
Huang CY., Liu YL., Tsou HF. 2013. The study in change of nutrition knowledge,
attitude, and behaviour of college students as affected by different method of
nutrition education. The Journal of Human Resource and Adult Learning. 9(2)
John Oliver P, Robins RW, Pervin LA. 2008. Handbook of Personality: Theory and
Research. New York: The Guilford Press.
Keller C., Siegrist M. 2015. Does personality influence eating styles and food
choices? Direct and indirect effects. Appetite. 84: 128-138.
Khirolahei A., Mohamad N., Rhosanale Gh., Shobeiri F. 2014. Nutritional patterns
in iranian uniersity students: comparison between dormitory and non-
dormitory states. Journal of Medical Research. 3: 1-5.
Kjollesdal MR., Ottesen GH., Wandel M. 2010. Associations between food patterns,
socioeconomic position and working situation among adult, working wien and
men in oslo. European Journal of Clinical/Nutrition. 64: 1150-1157.
Knezevic JH, Kardum I. 2009. Five factor personality dimensions and 3 health-
related personality constructs as predictors of health. Croat Med J. 50: 394-402.
Koelsteren P., Lachat C., Oyen HV., Vandevjivere S. 2009. Eating out of home in
Belgium: current situation and policy implications. British Journal of Nutrition.
102: 921-928.
Kye SY, Park K. Psychosocial factors and health behavior among Korean adults: a
cross sectional study. Asian Pacific J Cancer Prev. 13: 49-56.
Laaksonen M, Lalluka T, Rahkonen O, Roos E, Lahelma E. 2007 Multiple socio-
economic circumstances and healthy food habits. European Journal of Clinical
Nutrition. 61: 701-710.
Lindeman M., Stark K. 1999. Pleasure, Pursuit of Health or negotiation of identity?
Personality correlates of food choice motives among young and middle aged
women. Appetite. 33: 141-161.
Lunn TE, Nowson CA, Worsley A, Torres SJ. 2014. Does personality affect dietary
intake?. Nutrition. 30: 403-409.
Markovina J., Stewart-Knox BJ, Rankin A, Gibney M, de Almeida MDV, Fischer
A, Kuzsenof SA, Poinhos R, Panzone L, Frewer LJ. 2015. Food4me study:
Validity and reliability of food choice questionnaire in 9 european countries.
Food Quality and Preference. 45: 26-32.
McCrae RR, Costa PT. 1997. Personality trait strucure as a human universal.
American Psychologist. 52(5): 509-516.
McCrae RR, Costa PT, Ostendorf F, Angleitner A, Caprara GV, Barbanelli C, de
Lima MP, Simoes A, Marusic I, Bratko D, Chae JH. 1999. Age differnences in
personality across the adult life span: paralles in five cultures. Developmental
Psychology. 35(2): 466-477.
McCrae RR, John OP. 1992. An introduction to the five-factor model and its
applicants. Journal of Personality. 60(2): 175-215.
31
Marquis M., Shatenstein B. 2005. Food choice motives and the importance of
family meals among immigrant mothers. Canadian Journals of Dietetic
Practice Practice and Research. 66(2): 77.
Marriott BM. 1995. Not Eating Enough: Overcoming Underconsumption of
Military Operational Rations. Washington D.C: National Academy Press.
Missagia SV, de Oliveira SR, de Rezende DC. 2012. Food choice motives and
healthy eating: assessing gender differences. EnANPAD. 36: 22-26.
Mrozeck D., Roberts BW. 2008. Personality trait change in adulthood. Curr Dir
Psychol Sci. 17: 31-35.
Munro IA, Bore MR, Munro D, Garg ML. 2011. Using personality as a predictor
of diet induced weight loss and weight management. International ournal of
Behavioural Nutrition and Physical Activity. 8: 129.
Myrdal M, Gold A., Deal J, Larson M, Strang M. 2016. Relationship between
personality type and fruit and vegetable preference in third and fourth grade
students. IMedPub Journals. 1(1): 2.
Steptoe A, Pollard TM, Wardle J. 1995. Development of A Measure of the Motives
Underlying the Selection of Food: the Food Choice Questionnaire. Appetite.
25: 267-284.
Robert R. McCrae , Paul T. Costa, Jr. & Thomas A. Martin (2005) The NEO–PI–
3: A More Readable Revised NEO Personality Inventory. Journal of
Personality Assessment. 84:3, 261-270. DOI: 10.1207/s15327752jpa8403_05
Schmitt D, Realo A, Allik J. 2008. Why can’t a man be more like a woman? Sex
differences in big five personality traits across 55 cultures. Journal of
Personality and Social Psychology. 94: 168
Sumarwan U. 2011. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran Edisi Kedua. Bogor: Ghalia Indonesia.
Vianello M, Schnabel K, Sriram N, Nosek B. Gender differences in implicit and
explicit personality traits. Personality and Individual Differences. 55: 994-999.
Wang O, De Steur H, Gellynck X, Verbeke W. Motives for consumer choice of
traditional food and european food in manland china. Appetite. 87: 143-151.
Wardle J, Haase AM, Steptoe A, Nillapun M, Jonwutiwes K, Bellisle F. 2004.
Gender differences in food choice: the contribution of health beliefs and dieting.
Annals of Behavioral Medicine. 27 (2).
Watson HS. 2011. Measuring gender personality traits: a situation based approach
[disertasi]. Pennsylvania (US): Widener University.
Weisberg YJ, DeYoung CG., Hirsh JB. 2011. Gender differences in personality
across the ten aspects of the big five. Frontiers in Psychology. 2: 178.
Zielinska EB. 2006. Role of psychological factors in food choice: a review. Polish
Journal of Food and Nutrtion Sciences. 15 (4): 379-384.
32
LAMPIRAN
33
Lampiran 1 Sebaran mahasiswa berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 121 42.0
Perempuan 167 58.0
Total 288 100.0
Lampiran 2 Sebaran mahasiswa berdasarkan usia
Lampiran 3 Sebaran mahasiswa berdasarkan uang saku
Lampiran 4 Alasan utama konsumsi sayur pada 6 situasi
No. Situasi Alasan utama L P
% %
1. Makan dirumah Kenyamanan dan kemudahan 36.5 26.3
Kesehatan 18.3 13.8
Mood/suasana hati 11.1 7.5
Anjuran orang tua 23.8 29.4 Pemenuhan kebutuhan energi 10.3 23.1
2. Makan di kantin Kenyamanan dan kemudahan 46.3 37.3 Kesehatan 13.2 19.0
Mood/suasana hati 12.4 14.0
Anjuran orang tua 1.65 3.8
3
Makan di
restoran bersama
teman-teman
Pemenuhan kebutuhan energi
Kenyamanan dan kemudahan
Kesehatan
Mood/suasana hati
Anjuran orangtua
Pemenuhan kebutuhan energi
20.7
28.0
22.0
23.0
2.5
24.6
26.0
27.2
17.0
26.6
2.5
26.6
Usia L P Total
n % n % n %
Remaja lanjut (16-18
Tahun)
70 57.9 94 56.3 164 57.0
Dewasa awal (19-24
Tahun)
51 42.1 73 43.7 124 43.0
Total 121 100.0 167 100.0 288 100.0
Uang saku (per
bulan)
L P Total
n % n % n %
≤600 000 19 15.7 12 7.2 31 10.8
600 001 – 1 000
000
62 51.2 80 47.9 142 49.3
>1000 000 40 33.1 75 44.9 115 40.0
Total 121 100 167 100 288 100.0
Min-max 450000-2000000 450000-2000000 450000-2000000
Rata-rata±SD 1 054 958.68 ±
390 534.087
1 175 748.50 ±
394 993.377
1 125 000±396
961.456
P value 0.011**
34
Lampiran 4 Alasan utama konsumsi sayur pada 6 situasi (Lanjutan)
No. Situasi Alasan utama L P
% %
4. Makan di pesta Kenyamanan dan kemudahan 33.9 34.8 Kesehatan 18.6 15.2
Mood/suasana hati 14.4 17.7
Anjuran orang tua 6.8 9.5
Pemenuhan kebutuhan energi 26.3 22.8
5. Ketika sedang
rekreasi bersama
keluarga
Kenyamanan dan kemudahan 20.7 19.4
Kesehatan 14.7 13.8
Mood/suasana hati 15.5 15.0
Anjuran orang tua 16.4 26.3 Pemenuhan kebutuhan energi 33.0 25.6
6. Makan siang Kenyamanan dan kemudahan 26.7 24.0
Kesehatan 19.1 17.1
Mood/suasana hati 15.8 16.0
Anjuran orang tua 6.7 4.3
Pemenuhan kebutuhan energi 31.7 38.7
Lampiran 5 Koefisien korelasi karakteristik contoh dan pemilihan makanan
Kepribadian
Pemilihan Makanan
Kesehatan Mood Kemudahan SA Bahan
alami
Harga Kontrol
BB
Familiaritas Masalah
etika
Uang saku Jenis
kelamin
Umur responden
-0.022 -0.003
-0.078
0.014 0.036
-
0.009
-0.079 0.030
0.055
-0.072
0.096
0.110
0.154** 0.125*
-0.033
0.042 0.071
0.089
0.115 0.012
-0.027
-0.027 -0.030
0.036s
0.004 0.079
0.058
Lampiran 6 Koefisien korelasi karakteristik contoh dan tipe kepribadian
Variabel Tipe Kepribadian
Neuroticism Extroversion Openness
to
Experience
Agreeable
ness
Conscien
tiousness
Jenis
kelamin
0.134* 0.020 0.112 -0.187* -0.033
Uang saku -0.062 0.015 0.002 0.018 0.010
Umur
responden
0.041 0.019 -0.051 -0.062 -0.015
35
Lampiran 7 Hasil uji asumsi klasik
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 UMRES .970 1.031
JK .899 1.113
USK_TOT .948 1.055
INDEXPRS1 .918 1.089
INDEXPRS2 .922 1.085
INDEXPRS3 .933 1.072
INDEXPRS4 .887 1.127
INDEXPRS5 .869 1.151
SIT_RUMAH .953 1.049
a. Dependent Variable: INDEX_FCQ
36
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 288
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 11.77704544
Most Extreme Differences Absolute .043
Positive .038
Negative -.043
Kolmogorov-Smirnov Z .734
Asymp. Sig. (2-tailed) .655
a. Test distribution is Normal.
37
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .446a .199 .173 11.966 1.849
a. Predictors: (Constant), SIT_RUMAH, INDEXPRS5, JK, UMRES, INDEXPRS3,
USK_TOT, INDEXPRS2, INDEXPRS1, INDEXPRS4
b. Dependent Variable: INDEX_FCQ
38
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada tanggal 25 Februari 1994 dari pasangan (Alm) Slamet
Widjaja dan Fatmawati Hasan. Penulis merupakan anak keempat dari 4 bersaudara
yang memiliki kakak laki-laki bernama Muhamad Danang Agung, Muhammad
Aryo, dan kakak perempuan bernama Nadhia Afiati. Penulis dibesarkan di Kota
Jakarta. Mulai pada tahun 1998 sampai 2000 penulis bersekolah di TK Ananda dan
TK Islam Sudirman Jakarta, pada tahun 2000-2006 penulis bersekolah di SDI PB
Sudieman Jakarta, kemudian melanjutkan sekolah di SMPN 9 Jakarta pada tahun
2006-2009 dan melanjutkan sekolah di SMAN 48 Jakarta pada tahun 2009-2012.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Departemen Ilmu Keluarga dan
Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia pada bulan Juli 2012 melalui jalur SNMPTN
(Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) Tulis. Selama menempuh
pendidikan di IPB, penulis tergabung menjadi anggota dari HIMAIKO (Himpunan
Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen). Prestasi yang pernah diraih adalah
pernah mendapatkan juara 3 lomba basket putri pada kejuaran ESPENT (2013).