PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN …eprints.ums.ac.id/56922/14/Naskah Publikasi...
Transcript of PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN …eprints.ums.ac.id/56922/14/Naskah Publikasi...
PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN
INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, STRUKTUR AKTIVA, FREE
CASH FLOW, PERTUMBUHAN PENJUALAN DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN UTANG
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2012-2015)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Disusun Oleh:
IMAM ARIF BAHADURI
B 200 130 358
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN
INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, STRUKTUR AKTIVA, FREE
CASH FLOW, PERTUMBUHAN PENJUALAN, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN UTANG
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia 2012 – 2015)
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
IMAM ARIF BAHADURI
B200 130 358
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh
Surakarta, 14 Oktober 2017
Dosen Pembimbing
(Dr.Fatchan Achyani, SE, M.Si)
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN
INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, STRUKTUR AKTIVA, FREE
CASH FLOW, PERTUMBUHAN PENJUALAN, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN UTANG
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2012-2015)
oleh:
IMAM ARIF BAHADURI
B 200 130 358
Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada Hari Selasa, 14 Oktober 2017
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan penguji:
1. Dr. Fatchan Achyani, SE, M.Si (…………………………….)
(Ketua dewan penguji)
2. Dra. Nursiam, Ak, M.H, CA (…………………………….)
(Anggota dewan penguji 1)
3. Eny Kusumawati, SE, Ak, MM., CA (…………………………….)
(Anggota dewan penguji 2)
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
(Dr.Syamsudin, M.M)
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa artikel publikasi
yang saya serahkan benar-benar hasil karya saya sendiri dan bebas plagiat karya
orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu/dikutip dalam naskah dan disebutkan
pada daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti skripsi ini hasil plagiat,
saya bertanggungjawab sepenuhnya dan bersedia menerima sanksi sesuai
peraturan yang berlaku.
Surakarta, 14 Oktober 2017
Penulis
IMAM ARIF BAHADURI
B 200 130 358
1
PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN
INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, STRUKTUR AKTIVA, FREE
CASH FLOW, PERTUMBUHAN PENJUALAN DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN UTANG
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2012-2015)
ABSTRAK
Kebijakan utang merupakan kebijakan yang diambil oleh manajemen
dalam rangka memperoleh sumber pendanaan bagi perusahaan untuk membiayai
aktivitas operasional perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti
empiris tentang pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
kebijakan dividen, struktur aktiva, free cash flow, pertumbuhan penjualan, dan
ukuran perusahaan terhadap kebijakan utang. Variabel independen yang
digunakan adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan
dividen, struktur aktiva, free cash flow, pertumbuhan penjualan, dan ukuran
perusahaan. Variabel dependen yang digunakan adalah kebijakan utang. Populasi
dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada periode 2012-2015. Sampel yang dikumpulkan
menggunakan metode purposive sampling. Total 48 perusahaan ditentukan
sebagai sampel. Metode analisis penelitian ini menggunakan regresi linier
berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, kebijakan dividen, free cash flow, pertumbuhan
penjualan, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan utang. Sementara itu, struktur aktiva secara signifikan berpengaruh
positif terhadap kebijakan utang. Hasil koefisien determinasi menunjukkan
sebesar 38%. Hasil tersebut menandakan kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen sementara 62% dijelaskan oleh variabel lain.
Kata Kunci: Kebijakan Dividen, Kebijakan Utang, Kepemilikan Institusional,
Kepemilikan Manajerial, Struktur Aktiva.
ABSTRACT
Debt policy is policy taken by management in order to obtain sources of
funding for the company to finance the company’s operational activities. This
research aims to analyze and obtain empirical evidence about the effects of
managerial ownership, institutional ownership, dividend policy, tangibility of
fixed assets, free cash flow, growth sales, and firm size to debt policy.
Independent variables were used managerial ownership, institutional ownership,
dividend policy, tangibility of fixed assets, free cash flow, growth sales, and firm
size. Dependent variable was used debt policy. The research population was
manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) in period of
2012-2015. Sample was collected by purposive sampling method. Total 48
manufacturing companies were taken as study’s sample. Analysis method of this
2
research used multiple regression. The results of this research showed that
managerial ownership, institutional ownership, dividend policy, free cash flow,
growth sales, and firm size did not significantly effect to debt policy. As for
tangibility of fixed assets has positive significantly effect to debt policy. The
determination coefficient result showed 38%. That’s about 38% indicated the
ability of the independent variables explained the dependent variable while 62%
explained by the other variables.
Keywords: Debt Policy, Dividend Policy, Institutional Ownership, Managerial
Ownership, Tangibility of Fixed Assets.
1. PENDAHULUAN
Pada era globalisasi saat ini, perkembangan dalam dunia perekonomian
semakin meningkat. Seiring dengan perkembangan tersebut juga
meningkatkan persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi antara perusahaan
satu dengan yang lainnya. Perusahaan saling bersaing guna menjadi yang
terbaik guna meningkatkan nilai perusahaan. Hidayat (2013) mengemukakan
bahwa tujuan lain dari perusahaan yaitu mendapatkan laba dari tahun ke
tahun serta menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Berkaitan dengan
kelangsungan hidup perusahaan tersebut, salah satu keputusan yang dihadapi
oleh manajer keuangan adalah keputusan pendanaan. Keputusan pendanaan
yaitu suatu keputusan keuangan yang berkaitan dengan komposisi modal dan
utang. Komposisi penggunaan hutang dan ekuitas tergambar dalam struktur
modal. Manajer harus mampu menghimpun dana baik yang bersumber dari
dalam perusahaan maupun luar perusahaan secara efisien (Nuswandari,
2013).
Keputusan penting yang dilakukan oleh seorang manajer keuangan
yang berhubungan dengan fungsi untuk mendapatkan dana dengan cara
menentukan seberapa besar hutang yang akan digunakan perusahaan melalui
kebijakan hutang. Jika hutang yang digunakan oleh perusahaan semakin besar
maka cicilan pembayaran yang dilakukan akan semakin besar dan ini akan
berdampak pada meningkatnya risiko ketidakmampuan cash flow dari
perusahaan untuk memenuhi kewajiban tersebut (Sheisarvian, Sudjana, dan
Saifi, 2015). Serta ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap kemudahan
perusahaan dalam memperoleh hutang. Perusahaan besar memiliki aktiva
3
yang besar yang dapat dijaminkan dalam sumber pendanaan. Sehingga
ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap akses perusahaan untuk
memperoleh sumber pendanaan (Nuraina, 2012). Selain itu menurut
Margaretha dan Rizky (2010) dalam Purnianti dan Putra (2016) umur
perusahaan merupakan faktor kedua yang akan dapat mempengaruhi
penggunaan utang dalam suatu perusahaan karena umur perusahaan dapat
mempengaruhi kepercayaan kreditur terhadap perusahaan.
Membuat kebijakan hutang perusahaan sangat tidak mudah karena
dalam perusahaan terdapat banyak pihak yang memiliki kepentingan yang
berbeda-beda sehingga pembuatan keputusan tidak akan terlepas dari konflik
keagenan yang terjadi dalam perusahaan (Sheisarvian, Sudjana, dan Saifi,
2015). Menurut Hardiningsih dan Oktaviani (2012), pihak manajer yang
memiliki saham perusahaan tentunya akan menyelaraskan kepentingan
dengan kepentingan sebagai pemegang saham, sementara manajer yang tidak
memiliki saham perusahaan ada kemungkinan hanya mementingkan
kepentingan sendiri. Langkah memberikan bagian kepemilikan saham bagi
para manajer ditujukan untuk menarik dan mempertahankan manajer yang
potensial dan untuk mengarahkan tindakan manajer agar mendekati
kepentingan pemegang saham, terutama untuk memaksimalkan harga saham
(Masdupi, 2005) dalam (Susanto, 2011).
Kepemilikan saham oleh manajerial merupakan insentif bagi para
manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan manager akan
menggunakan utang secara optimal karena manager juga bertindak sebagai
pemegang saham. Hal ini menunjukkan bahwa struktur kepemilikan memiliki
pengaruh dalam kebijakan yang diambil oleh perusahaan termasuk kebijakan
utang. Managerial ownership dapat memengaruhi keputusan pencarian dana
apakah melalui utang atau right issue. Jika pendanaan diperoleh dengan utang
berarti rasio utang terhadap equity akan meningkat, sehingga akhirnya
meningkatkan risiko (Hidayat, 2013).
Kepemilikan saham yang lain yaitu kepemilikan institusional.
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan yang
4
mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank,
perusahaan investasi, asset management dan kepemilikan institusi lain)
(Anggraini, 2011) dalam (Purnianti dan Putra, 2016). Baridwan (2004) dalam
Fitriyah dan Hidayat (2011) mengungkapkan bahwa hubungan antara
kebijakan utang dan kepemilikan institusional dapat dilukiskan sebagai suatu
hubungan yang bersifat monitoring-substitution effect. Kehadiran
kepemilikan institusional pada perusahaan manufaktur mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap debt ratio.
Pembayaran dividen akan membuat pemegang saham mempunyai
tambahan return selain dari capital gain. Perusahaan akan cenderung untuk
membayar dividen yang lebih besar jika manajemen memiliki proporsi
saham yang lebih rendah. Semakin tinggi dividen yang dibayarkan kepada
pemegang saham maka free cash flow dalam perusahaan semakin kecil. Hal
ini mengakibatkan manajemen harus memikirkan cara untuk memperoleh
sumber dana yang relevan dengan utang (Hidayat, 2013).
Struktur aktiva adalah kekayaan atau sumber-sumber ekonomi yang
dimiliki oleh perusahaan yang diharapkan akan memberi manfaat dimasa
yang akan datang (Kesuma, 2009) dalam (Hidayat, 2013). Aktiva tetap dapat
dijadikan jaminan / collateral dalam melakukan pinjaman utang dan
karenanya dapat mereduksi biaya dari kesulitan keuangan (cost of financial
distress) dan ini akan semakin meningkatkan kapastitas tingkat utang yang
dapat menguntungkan perusahaan (Elsas dan Florysiak, 2008) dalam
(Indrajaya, Herlina dan Setiadi, 2011).
Free cash flow diduga juga memiliki pengaruh terhadap kebijakan
utang. Menurut Ross et al.(2000) dalam Hasan (2014), Free cash flow
menggambarkan kepada investor bahwa dividen yang dibagikan oleh
perusahaan tidak sekedar strategi menyiasati pasar dengan maksud
meningkatkan nilai perusahaan. Sementara bagi perusahaan yang melakukan
pengeluaran modal, free cash flow akan mencerminkan dengan jelas
mengenai perusahaan manakah masih mempunyai kemampuan dimasa depan
dan yang tidak. Pertumbuhan penjualan mencerminkan manisfestasi
5
keberhasilan investasi periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi
pertumbuhan masa yang akan datang.
Pertumbuhan penjualan juga merupakan indikator permintaan dan
daya saing perusahaan dalam suatu industri. Laju pertumbuhan suatu
perusahaan akan mempengaruhi kemampuan mempertahankan keuntungan
dalam mendanai kesempatan-kesempatan pada masa yang akan datang
(Barton et al., 1989) dalam (Deitiana, 2011). Hidayat (2013) menyatakan jika
penjualan meningkat per tahun, maka pembiayaan dengan utang dengan
beban tertentu akan meningkatkan pendapatan pemegang saham. Hal ini
mendorong perusahaan dengan tingkat penjualan yang tinggi akan cenderung
menggunakan jumlah utang yang lebih besar dibandingkan dengan
perusahaan-perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah.
Sehingga pertumbuhan penjualan dinyatakan berpengaruh positif terhadap
kebijakan utang seperti hasil yang diperoleh pada penelitian Hidayat (2013).
Ukuran perusahaan juga menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam menentukan level hutang perusahaan. Perusahaan-perusahaan besar
lebih mudah untuk memperoleh pinjaman dari pihak ke tiga karena
kemampuan mengakses kepada pihak lain atau jaminan yang dimiliki berupa
asset bernilai besar dibandingkan dengan perusahaan kecil (Tarjo dan
Jogiyanto, 2003) dalam (Hasan, 2014).
2. METODE PENELITIAN
2.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012 – 2015. Perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI dipilih karena perusahaan jenis tersebut
memiliki jumlah yang banyak serta memiliki beberapa sektor dan sub
sektor. Pemilihan sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan
menggunakan metode purposive sampling dari seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan tujuan
6
untuk memperoleh sampel yang representatif berdasarkan kriteria yang
telah ditentukan.
2.2 Definisi dan Operasional Variabel
2.2.1 Variabel Dependen
Kebijakan utang merupakan kebijakan yang diambil oleh pihak
manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi
perusahaan sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas
operasional perusahaan (Syadeli, 2013). Kebijakan utang dalam
penelitian ini akan diukur menggunakan rumus debt to equity ratio
yaitu total utang dibagi dengan modal sendiri. Berdasarkan penelitian
(Yusralaini, 2009) dalam (Purnianti dan Putra, 2016) sehingga rumas
yang digunakan adalah :
2.2.2 Variabel Independen
2.2.2.1 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan managerial merupakan kepemilikan saham
perusahaan oleh pihak manager atau dengan kata lain manager juga
sekaligus sebagai pemegang saham (Imanta dan Satwiko, 2011).
Merujuk ke penelitian Sugiarto (2011) dalam Purnianti dan Putra
(2016) kepemilikan manajerial diukur menggunakan rumus:
2.2.2.2 Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh
pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar
negeri, dana perwalian dan institusi lainnya pada akhir tahun (Winanda,
2009) dalam (Kurniawati, Manalu, dan Octavianus, 2015). Merujuk ke
penelitian Sugiarto (2011) dalam Purnianti dan Putra (2016)
kepemilikan institusional diukur menggunakan rumus :
7
2.2.2.3 Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen adalah kebijakan perusahaan yang berkaitan
dengan tiga hal yaitu penentuan berapa besar laba bersih yang akan
dibagikan dalam bentuk dividen, dalam bentuk apa dividen itu akan
dibagikan, dan pertumbuhan dividen yang bagaimanakah yang
sebaiknya digunakan oleh perusahaan (Brigham dan Houston, 2006)
dalam (Sheisarvian, Sudjana, dan Saifi, 2015). Menurut penelitian
Hidayat (2013) kebijakan dividen diukur menggunakan rumus :
Keterangan :
DPR: Dividend Payout Ratio
DPS : Dividend Per Share (dividen per saham)
EPS : Earning Per Share (laba per saham)
2.2.2.4 Struktur Aktiva
Struktur aktiva (tangibility of fixed assets) merupakan
perbandingan antara aktiva tetap dengan total aktiva perusahaan. Aktiva
sendiri merupakan aktiva yang digunakan untuk keperluan operasi
perusahaan (Hidayat, 2013). Menurut penelitian Hidayat (2013) struktur
aktiva diukur menggunakan rumus :
2.2.2.5 Free Cash Flow
Free Cash Flow merupakan kelebihan biaya yang diperlukan untuk
mendanai semua proyek yang memiliki net present value positif
(Hasan, 2014). Free cash flow dihitung menggunakan (Yogi dan
Damayanthi, 2016):
8
2.2.2.6 Pertumbuhan Penjualan
Pertumbuhan Penjualan menurut Kesuma (2009:41) dalam Hidayat
(2013) adalah kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau dari
waktu ke waktu. Pertumbuhan Penjualan pada penelitian Hidayat
(2013) di ukur dengan cara sebagai berikut :
2.2.2.7 Ukuran Perusahaan
Dalam penelitian Hidayat (2013) ukuran perusahaan (firm size)
merupakan besar atau kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari total
aktiva perusahaan dan dihitung dengan menggunakan rumus:
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Uji Asumsi Klasik
Analisis kuantitatif digunakan untuk melihat pola hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen. Untuk menjelaskan pola
hubungan tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan analisis regresi
berganda. Sebelum dilakukan analisis regresi berganda, untuk menjamin
kenormalan distribusi data agar hasil analisis penelitian ini tidak bias,
maka terlebih dahulu data akan dilakukan uji asumsi klasik. Uji asumsi
klasik ini dilakukan guna memperoleh model regresi yang dapat
dipertanggung jawabkan dan mempunyai hasil yang tidak bias.
3.1.1 Uji Normalitas
Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh
nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,973 dan Asymp. Sig. (2-tailed)
9
sebesar 0,300 lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan data
berdistribusi normal.
3.1.2 Uji Multikolinieritas
Hasil uji multikolinieritas menunjukkan bahwa tidak ada variabel
bebas yang memiliki nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10. Hal
tersebut ditunjukkan pada hasil masing-masing variabel. Variabel
Kepemilikan Manajerial memiliki nilai tolerance sebesar 0,366 dan VIF
sebesar 2,735; Kepemilikan Institusional memiliki nilai tolerance
sebesar 0,434 dan VIF sebesar 2,306; Kebijakan Dividen memiliki nilai
tolerance sebesar 0,839 dan VIF sebesar 1,192; Struktur Aktiva
memiliki nilai tolerance sebesar 0,486 dan VIF sebesar 2,056; Free
Cash Flow memiliki nilai tolerance sebesar 0,856 dan VIF sebesar
1,169; Pertumbuhan Penjualan memiliki nilai tolerace sebesar 0,643
dan VIF sebesar 1,555; Ukuran Perusahaan memiliki nilai tolerance
sebesar 0,371 dan VIF sebesar 2,695. Dengan demikian model regeresi
dalam penelitian ini terbukti bahwa terbebas dari gejala
multikolinieritas.
3.1.3 Uji Autokorelasi
Hasil uji autokorelasi dengan DW Test menunjukkan bahwa nilai
D-W sebesar 1,937. Dengan jumlah variabel bebas sebanyak 7 buah
(k=7) dan sampel sebanyak 48 perusahaan (n=48), berdasarkan tabel D-
W dengan tingkat signifikansi 5%, maka nilai du adalah sebesar 1,882
dan nilai 4-du sebesar 2,118. Dengan demikian nilai du < DW < 4-du
yaitu 1,882 < 1,937 < 2,118. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif atau dapat
disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.
3.1.4 Uji Heterokedastisitas
Dari hasil uji heterokedastisitas dengan menggunakan uji glejser
menunjukkan semua variabel memiliki nilai signifikansi diatas tingkat
kepercayaan 5%. Hal tersebut ditunjukkan pada variabel Kepemilikan
Manajerial yang memiliki nilai signifikansi 0,065; Kepemilikan
10
Institusional memiliki nilai signifikansi sebesar 0,231; Kebijakan
Dividen memiliki nilai signifikansi sebesar 0,402; Struktur Aktiva
memiliki nilai signifikansi 0,112; Free Cash Flow memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,241; Pertumbuhan Penjualan memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,133 dan Ukuran Perusahaan memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,198. Dengan demikian model regresi dalam
penelitian ini terbukti bahwa tidak adanya gangguan heterokedastisitas.
3.2 Pembahasan Hasil Uji Hipotesis
3.2.1 Pengaruh Kepemilikan Manajerial (MO) terhadap Kebijakan
Utang (DER)
Variabel Kepemilikan Manjerial (MO) menunjukkan nilai thitung
sebesar (-0,830) dengan probabilitas signifikansi sebesar (0,411).
Tingkat signifikansi tersebut bernilai lebih besar dari taraf signifikansi α
= 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara Kepemilikan Manajerial (MO) terhadap kebijakan
utang dengan indikator Debt to Equity Ratio (DER). Dari hasil tersebut
dengan demikian H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan utang karena masih
rendahnya kepemilikan oleh insider serta pihak manajemen bukan
pengendali utama suatu perusahaan.
3.2.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional (IO) terhadap Kebijakan
Utang (DER)
Variabel Kepemilikan Institusional (IO) menunjukkan nilai thitung
sebesar (-1,080) dengan probabilitas signifikansi sebesar (0,287).
Tingkat signifikansi tersebut bernilai lebih besar dari taraf signifikansi α
= 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara Kepemilikan Institusional (IO) terhadap kebijakan
utang dengan indikator Debt to Equity Ratio (DER). Dari hasil tersebut
dengan demikian H0 diterima dan H2 ditolak yang artinya kepemilikan
11
institusional tidak berpengaruh terhadap kebijakan utang karena pihak
institusional lebih berkonsentrasi pada penanaman modal.
3.2.3 Pengaruh Kebijakan Dividen (DPR) terhadap Kebijakan Utang
(DER)
Variabel Kebijakan Dividen (DPR) menunjukkan nilai thitung
sebesar (1,389) dengan probabilitas signifikansi sebesar (0,172).
Tingkat signifikansi tersebut bernilai lebih besar dari taraf signifikansi α
= 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara kebijakan dividen dengan indikator Dividend Payout
Ratio (DPR) terhadap kebijakan utang dengan indikator Debt to Equity
Ratio (DER). Dari hasil tersebut dengan demikian H0 diterima dan H3
ditolak yang artinya kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap
kebijakan utang karena keputusan pembagian dividen tidak dapat
ditentukan berdasarkan besar kecilnya kerugian ataupun keuntungan
yang dialami perusahaan. Keputusan dalam pembagian dividen
ditentukan pada RUPS yang dilaksanakan secara rutin. Perusahaan
tidak perlu mempertimbangkan perlunya pendanaan tambahan dari
pihak lain yang berupa utang hanya karena ingin melakukan pembagian
dividen.
3.2.4 Pengaruh Struktur Aktiva (TFA) terhadap Kebijakan Utang
(DER)
Variabel Struktur Aktiva (TFA) menunjukkan nilai thitung sebesar
(2,474) dengan probabilitas signifikansi sebesar (0,018). Tingkat
signifikansi tersebut bernilai lebih kecil dari taraf signifikansi α = 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
Struktur Aktiva (TFA) dengan indikator terhadap kebijakan utang
dengan indikator Debt to Equity Ratio (DER). Dari hasil tersebut
dengan demikian H0 ditolak dan H4 diterima yang artinya struktur
aktiva berpengaruh terhadap kabijakan utang karena aktiva tetap dapat
digunakan sebagai jaminan dalam memperoleh pinjaman dan
perusahaan dengan aktiva tetap yang besar akan semakin mudah dalam
12
memperoleh pinjaman sehingga struktur aktiva akan berdampak pada
keputusan pinjaman dari suatu perusahaan.
3.2.5 Pengaruh Free Cash Flow (FCF) terhadap Kebijakan Utang (DER)
Variabel Free Cash Flow (FCF) menunjukkan nilai thitung sebesar (-
0,958) dengan probabilitas signifikansi sebesar (0,344). Tingkat
signifikansi tersebut bernilai lebih besar dari taraf signifikansi α = 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara Free Cash Flow (FCF) terhadap kebijakan utang dengan
indikator Debt to Equity Ratio (DER). Dari hasil tersebut dengan
demikian H0 diterima dan H5 ditolak artinya free cash flow tidak
berpengaruh terhadap kebijakan utang karena meskipun free cash flow
perusahaan besar namun perusahaan membagikan dividen yang stabil
sehingga pemegang saham tidak mempermasalahkan alokasi free cash
flow atau tidak menuntut manajemen membagikan free cash flow
sebagai tambahan dividen. Sehingga manajemen tidak perlu
mempertimbangkan perlunya pendanaan tambahan dari pihak lain yang
berupa utang.
3.2.6 Pengaruh Pertumbuhan Penjualan (GS) terhadap Kebijakan
Utang (DER)
Variabel Pertumbuhan Penjualan (GS) menunjukkan nilai thitung
sebesar (1,956) dengan probabilitas signifikansi sebesar (0,057).
Tingkat signifikansi tersebut bernilai lebih besar dari taraf signifikansi α
= 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara Pertumbuhan Penjualan (GS) terhadap kebijakan
utang dengan indikator Debt to Equity Ratio (DER). Dari hasil tersebut
dengan demikian H0 diterima dan H6 ditolak yang artinya pertumbuhan
penjualan tidak berpengaruh terhadap kebijakan utang karena tidak
semua perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang
tinggi memilih utang sebagai sumber pendanaannya melainkan lebih
mengandalkan dana internal. Selain itu apabila perusahaan
13
membutuhkan dana lebih, maka kemungkinan akan lebih memilih
menerbitkan saham untuk mengumpulkan dana.
3.2.7 Pengaruh Ukuran Perusahaan (FS) terhadap Kebijakan Utang
(DER)
Variabel Ukuran Perusahaan (FS) menunjukkan nilai thitung sebesar
(1,721) dengan probabilitas signifikansi sebesar (0,093). Tingkat
signifikansi tersebut bernilai lebih besar dari taraf signifikansi α = 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara Ukuran Perusahaan (FS) terhadap kebijakan utang dengan
indikator Debt to Equity Ratio (DER). Dari hasil tersebut dengan
demikian H0 diterima dan H7 ditolak yang artinya ukuran perusahaan
tidak berpengaruh terhadap kebijakan utang karena meskipun ukuran
perusahaan besar belum tentu mempunyai prospek atau peluang dimasa
mendatang yang baik, sehingga perusahaan tidak tergantung atau tidak
tertarik menggunakan utang Baik perusahaan besar maupun kecil pasti
mempunyai hutang dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh ukuran
perusahaan tersebut..
4. PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1) Struktur aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan
utang, yang berarti bahwa semakin besar aktiva milik perusahaan,
maka perusahaan cenderung untuk meningkatkan penggunaan atas
utang.
2) Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen,
free cash flow, pertumbuhan penjualan, dan ukuran perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang.
14
4.2 Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain sebagai
berikut ini:
1. Penelitian ini hanya sebatas pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan hanya dalam periode empat
tahun sehingga belum dapat mewakili seluruh perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Penelirtian ini hanya menggunakan 7 variabel independen yaitu
Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan
Dividen, Struktur Aktiva, Free Cash Flow, Pertumbuhan Penjualan,
dan Ukuran Perusahaan. Banyak hal yang mempengaruhi kebijakan
utang perusahaan. Banyak variabel lain yang masih berpengaruh
terhadap kebijakan utang perusahaan yang tidak tercakup dalam
penelitian ini.
4.3 Saran
Berdasarkan simpulan dan keterbatasan penelitian yang sudah
dipaparkan maka dapat diberikan saran sebagai berikut:
1. Untuk penelitian selanjutnya yang akan menggunakan topik yang
sama disarankan memperluas objek penelitian tidak hanya sebatas
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dan memperluas periode penelitian.
2. Berdasarkan nilai Adjusted R Square, hanya sebesar 0,380 atau 38%
saja variabel dependen atau Kebijakan Utang dipengaruhi oleh
variabel independen yaitu Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional, Kebijakan Dividen, Struktur Aktiva, Free Cash Flow,
Pertumbuhan Penjualan, dan Ukuran Perusahaan. Sedangkan sisanya
yaitu sebesar 62% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi Kebijakan Utang. Untuk itu penelitian selanjutnya
15
disarankan untuk menambah variabel yang akan digunakan dalam
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti dan Nurlaelasari. 2013. Pengaruh Arus Kas Bebas dan Profitabilitas
terhadap Kebijakan Utang. Trikonomika. Volume 12, No. 1, Juni 2013,
Hal. 40-48.
Deitiana, Tita. 2011. Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan dan
Dividen terhadap Harga Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 13,
No. 1, April 2011, Hlm. 57-66.
Fitriyah dan Hidayat. 2011. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Set Kesempatan
Investasi dan Arus Kas Bebas terhadap Utang. Media Riset Akuntansi.
Vol. 1, No. 1, Februari 2011. ISSN: 2088-2106
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19. Cetakan V. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hardiningsih dan Oktaviani. 2012. Determinan Kebijakan Hutang (Dalam Agency
Theory dan Pecking Order Theory). Dinamika Akuntansi, Keuangan dan
Perbankan, Mei 2012, Hal: 11-24. ISSN: 1979-4878
Hasan, Mudrika Alamsyah. 2014. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Free Cash
Flow dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Utang (Studi pada
Perusahaan-Perusahaan Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di BEI).
Jurnal Akuntansi, Vol. 3, No. 1, Oktober 2014: 90–100. ISSN: 2337-
4314.
Hidayat, M. Syaifudin. 2013. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan
Dividen, Struktur Aktiva, Pertumbuhan Penjualan, dan Ukuran
Perusahaan terhadap Kebijakan Utang. Jurnal Ilmu Manajemen. Volume
1, Nomor 1, Januari 2013.
Imanta dan Satwiko. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepemilikan
Manajerial. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 13, No. 1, April 2011, Hlm
67-80.
Indrajaya, Herlina dan Setiadi. 2011. Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran
Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas dan Risiko Bisnis
terhadap Struktur Modal: Studi Empiris pada Perusahaan Sektor
Pertambangan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007.
Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi. Nomor 06, Tahun ke-2 September-
Desember 2011.
16
Joher, Huson. 2006. The Impact of Ownership Structure on Corporate Debt
Policy: Two Stage Least Square Simultaneous Model Approach for Post
Crisis Period: Evidence from Kuala Lumpur Stock Exchange.
International Business & Economics Reasearch Journal. May 2006,
Volume 5, Number 5.
Kurniawati, Manulu dan Octavianus. 2015. Pengaruh Kepemilikan Institusional
terhadap Kebijakan Dividen, dan Harga Saham. Jurnal Manajemen,
Vol.15, No.1, November 2015.
Larasati, Eva. 2011. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional
dan Kebijakan Dividen terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal
Ekonomi Bisnis, TH. 16, No.2, Juli 2011.
Nengsi, Widya Hesti. 2013. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kebijakan
Dividen terhadap Kebijakan Hutang dalam Perspektif Agency Theory
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Manajemen, Vol 2, No 01 (2013).
Nuraina, Elva. 2012. Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Ukuran Perusahaan
terhadap Kebijakan Hutang dan Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI). Akrual 4 (1) (2012): 51-70. e-ISSN:
2502-6380.
Nurmasari, ND. 2015. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional, Kebijakan Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, dan
Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan (Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Skripsi.
Fakultas Ekonomi, Program Studi Manajemen, Universitas Negeri
Yogyakarta.
Pradhana, Taufik dan Anggaini. 2014.Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,
dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan
Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. JOM
FEKON, Vol. 1 no. 2, Oktober 2014.
Prasetyorini, Bhekti Fitri. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Price
Earning Ratio dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ilmu
Manajemen. Volume 1 Nomor 1 Januari 2013
Putri, Meidira ED. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva dan Ukuran
Perusahaan terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur Sektor
Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012.
17
Safitri dan Asyik. 2015. Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Cash Flow
terhadap Kebijakan Hutang. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi. Vol. 4 No.7
(2015).
Santika dan Sudiyatno. 2011. Menentukan Struktur Modal Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Dinamika Keuangan dan
Perbankan, Nopember 2011, Hal: 172-182, Vol. 3, No. 2. ISSN: 1979-
4878.
Sari dan Budiasih. 2016. Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan
Institusional, Free Cash Flow dan Profitabilitas pada Kebijakan Dividen.
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol.15.3. Juni (2016): 2439-
2466. ISSN: 2302-8556.
Sheisarvian, Sudjana dan Saifi. 2015. Pengaruh Kepemilikan Manajerial,
Kebijakan Dividend dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang (Studi
pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di BEI Periode 2010-2012).
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). Vol. 22 No. 1. Mei 2015.
Sukirni, Dwi. 2012. Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional,
Kebijakan Dividend an Kebijakan Hutang Analisis terhadap Nilai
Perusahaan. Accounting Analysis Journal 1 (2) (2012). ISSN: 2256-6765.
Susanto, Yulius Kurnia. 2011. Kepemilikan Saham, Kebijakan Dividen,
Karakteristik Perusahaan, Risiko Sismatik, Set Peluang Investasi dan
Kebijakan Hutang. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 13, No. 3,
Desember 2011, Hlm. 195-210.
Syadeli, Moh. 2013. Struktur Kepemilikan, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan
terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan Pemanufakturan di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Manajemen dan Akuntanis. Volume 2, Nomor 2,
Agustus 2013.
Yogi dan Damayanthi. 2016. Pengaruh Arus Kas Bebas, Capital Adequacy Ratio
dan Good Corporate Governance Pada Manajemen Laba. ISSN: 2302-
8556. E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol. 15.2. Mei (2016):
1056-1085.