PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR (M2) DAN OUTPUT PRICE LEVEL TERHADAP TINGKAT INFLASI

15
PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR (M2) DAN OUTPUT PRICE LEVEL TERHADAP TINGKAT INFLASI Tugas mingguan untuk mata kuliah ekonomi moneter Mahendra D. Santoso 041114069 Departemen Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis

description

Menurut prospek perkonomian dan arah kebijakan yang dikeluarkan oleh bank sentral Negara Indonesia yang bernama Bank Indonesia menyatakan bahwa Arah perekonomian yang mulai membaik pada triwulan IV 2013 menjadi modal penting bagi prospek ekonomi ke depan. Bank Indonesia memperkirakan pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi akan lebih berimbang sehingga akan semakin memperkuat stabilitas ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan berada pada kisaran 5,5%-5,9% dengan sumber pertumbuhan yang lebih seimbang antara permintaan eksternal dan permintaan domestik. Permintaan eksternal diperkirakan terus membaik sehingga ekspor akan meningkat sedangkan permintaan domestik masih moderat sehingga impor dan inflasi akan tetap terkendali. Dengan demikian, rasio defisit transaksi berjalan terhadap PDB diprakirakan akan menurun menjadi di bawah 3,0% dan laju inflasi diprakirakan akan berada pada kisaran sasaran 4,5%±1%.

Transcript of PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR (M2) DAN OUTPUT PRICE LEVEL TERHADAP TINGKAT INFLASI

PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR (M2) DAN OUTPUT PRICE LEVEL TERHADAP TINGKAT INFLASITugas mingguan untuk mata kuliah ekonomi moneter

Mahendra D. Santoso041114069

Departemen Ekonomi IslamFakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Airlangga2015PENDAHULUANMenurut prospek perkonomian dan arah kebijakan yang dikeluarkan oleh bank sentral Negara Indonesia yang bernama Bank Indonesia menyatakan bahwa Arah perekonomian yang mulai membaik pada triwulan IV 2013 menjadi modal penting bagi prospek ekonomi ke depan. Bank Indonesia memperkirakan pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi akan lebih berimbang sehingga akan semakin memperkuat stabilitas ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan berada pada kisaran 5,5%-5,9% dengan sumber pertumbuhan yang lebih seimbang antara permintaan eksternal dan permintaan domestik. Permintaan eksternal diperkirakan terus membaik sehingga ekspor akan meningkat sedangkan permintaan domestik masih moderat sehingga impor dan inflasi akan tetap terkendali. Dengan demikian, rasio defisit transaksi berjalan terhadap PDB diprakirakan akan menurun menjadi di bawah 3,0% dan laju inflasi diprakirakan akan berada pada kisaran sasaran 4,5%1%.Meskipun demikian, pada tahun 2014 stabilitas ekonomi Indonesia menghadapi banayk tantangan. Salah satunya adalah berbagai kebijakan pemerintah dan pemilu yang dapat mengganggu kestabilan ekonomi Negara. Juga dikarenakan oleh naiknya harga komoditas dan barang konsumsi masyarakat yang dikarenakan oleh inflasi. Laju inflasi ini dikarenakan banyaknya bencana alam sehingga menghambat lajur distribusi komoditas antar wilayah sehingga mengurangi penawaran barang komoditas sedangkan permintaan tetap atau bahkan meningkat. Namun sebagian banyak orang hanya mengetahui bahwa inflasi hanyalah tentang kenaikan harga barang.Inflasi tidak hanya melulu tentang kenaikan harga. Inflasi adalah inflasi merupakan proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus. Inflasi akan mengakibatkan menurunya daya beli masyarakat, karena secara riil tingkat pendapatanya akan menurun. Misalnya, besarnya inflasi pada tahun yang bersangkutan naik sebesar 7%, sementara pendapatan tetap, hal itu berarti secara riil pendapatan mengalami penurunan sebesar 7% yang akibatnya relative akan menurunkan daya beli sebesar 5%.Sebab terjadinya inflasi ada dua yaitu.1. Demand pull inflationInflasi ini terjadi sebagai akibat dari pengaruh permintaan yang tidak diimbangi oleh peningkatan jumlah penawaran produksi. Akibatnya sesuai dengan hokum permintaan, jika permintaan banyak sementara penawaran tetap, harga akan naik. Jika hal ini berlangsung terus menerus, akan mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan.2. Cost push inflationInflasi ini disebabkan karena kenaikan biaya produksi yang disebabkan oleh kenaikan biaya input atau biaya factor produksi. Akibat naiknya biaya factor produksi, dua hal yang dapat dilakukan oleh produsen, yaitu langsung menaikkan harga produknya denga jumlah penawaran yang sama atau harga produknya naik karena penuirunan jumlah produksi.Banyak sekali factor-faktor yang mempengaruhi inflasi. Tetapi yang akan dibahas dalam makalah ini adalah dua factor saja yaitu jumlah uang beredar dan output price level atau tingkat harga output. Menurut teori Fisher inflasi disebabkan oleh:1. Jika dalam perekonomian, jumlah uanmg beredar (m) dan transaksi barang produksi (T) relative tetap, harga (P) akan naik jika sirkulasi uang atau kecepatan perpindahan uang (V) dari satu tangan ke tangan yang lain berlangsung cepat (masyarakat terlalu komsumtif)2. Jika dalam perekonomian, kecepatanperpindahan uang (V) dan transaksi barang produksi (T) tetap, kenaikan harga disebabkan oleh terlalu banyaknya uang yang dicetak dan diedarkan ke masyarakat.3. Jika dalam perekonomian, kecepatan perpindahan uang (V) dan jumlah uang beredar (M) tetap, kenaikan harga disebabkan oleh turunya transaksi barang produksi (T) secara nasional.Dengan demikian, persentase kenaikan harga hanya akan sebanding dengan kenaikna jumlah uang beredar atau sirkulasi uang, tetapi tidak terhadap jumlah produksi nasional. Untuk mengetahu lebih lanjut maka mari kita bahas apakah ada hubungan antara stabilitas keuangan Republik Indonesia dengan tingkat inflasi ditinjau dari teori Fisher diatas.

BAB IIPEMBAHASANGrafik 1.1Tingkat Inflasi Bulan ke Bulan, Tahun Kalender, dan Tahun ke TahunGabungan 82 Kota, 20122014

Grafik diatas adalah grafik yang menunjukkan tingkat inflasi dari bulan ke bulan, tahun kalender dan tahun ke tahun. Dari grafik diatas kita dapat melihat bahwa setiap periode tertetntu inflasi tidak melulu selalu naik, apalagi apabila ditinjau dari bulan ke bulan makan akan terlihat semakin nyata fluktuasi grafiknya. Bahakan apabila ditinjau dari bulan ke bulan maka tak jarang ita akan menemukan deflasi seperti bulan September 2013. Lalu untuk penjelasan selanjutnya maka saya akana menunjukkan secara angka kenaikan inflasi setiap tahun sepert yang tersaji dalam grafik dibawah ini.

Grafik 1.2Tingkat Inflasi Nasional Tahunan

Dari data diatas kita dapat mengetahui bahwa inflasi juga bersifat fluktuatif dari bulan ke buklan. Ada yang naik dan ada yng turun apabila ditinjau dari bulan tahun sebelumnya sebagai dasar perhitungan. Lalau apakah yang menyebabkan inflasi selalu bersifat fluktuatif? Saya akana mengambil satu sampel saja sebagai bahan pembahasan yaitu tingkat inflasi pada bulan November 2014.Teori Fisher yang mengungkapkan bahwa ada hubungan antara jumlah uang beredar mempunyai pengaruh terhadap tingkat inflasi. Maka dari data uang yang beredar (M2) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia maka kita akan bahas bersama. Apakah memang ada pengaruh atau tidak. Menurut laporan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada November 2014 mengalami peningkatan. Posisi M2 pada November 2014 tercatat sebesar Rp4.076,3 T, atau tumbuh 12,7% year on year (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan Oktober 2014 yang sebesar 12,5% (yoy). Berdasarkan komponennya, peningkatan pertumbuhan tersebut terutama berasal dari komponen Uang Kuasi. Pertumbuhan komponen Uang Kuasi tercatat sebesar 13,9% (yoy), meningkat dari bulan sebelumnya yang sebesar 13,7% (yoy). Sementara itu, perkembangan M1 relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya yaitu sebesar 9,8% (yoy).Untuk diketahui sebelumnya, kita perlu mengetahu perbedaan M1 dengan M2. Uang Beredar dapat didefinisikan dalam arti sempit (M1) dan dalam arti luas (M2). M1 meliputi uang kartal yang dipegang masyarakat dan uang giral (giro berdenominasi Rupiah), sedangkan M2 meliputi M1, uang kuasi, dan surat berharga yang diterbitkan oleh system moneter yang dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun 2 Uang Kuasi merupakan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terdiri dari Simpanan Berjangka dan Tabungan (rupiah dan valas) serta Simpanan Giro Valuta Asing.Apabila merujuk teori Fisher, maka yang diperhitungkan banyaknya jumlah uang yeng beredar dalam masyarakat saja. maka datanya adalah sebagai berikut.Table 1.3 Uang Beredar(dalam Trilliun)

Pertumbuhan Uang beredar (M2)1 November 2014 mengalami peningkatan dibanding Oktober 2014. Posisi M2 tercatat sebesar Rp4.076,3 T, tumbuh 12,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan Oktober 2014 (12,5%;yoy). Peningkatan tersebut terutama bersumber dari akselerasi pertumbuhan komponen Uang Kuasi2. Uang Kuasi tercatat sebesar Rp3.099,0 T atau naik 13,9% (yoy) lebih tinggi dibandingkan Oktober 2014 (13,7%;yoy). Sementara itu, komponen M2 lainnya, yaitu M1 tumbuh relatif stabil pada November 2014. Pada November 2014 penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)3 tercatat Rp3.930,1 T, tumbuh 13,4% (yoy) sama dengan periode sebelumnya. Perkembangan penghimpunan DPK yang relatif stagnan tersebut bersumber dari peningkatan pertumbuhan Simpanan Berjangka yang terjadi bersamaan dengan penurunan pertumbuhan Giro dan Tabungan. Simpanan Berjangka di bulan November 2014 tercatat Rp1.828,5 T, atau tumbuh 21,2% (yoy), lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya (20,0%;yoy). Di sisi lain, Giro dan Tabungan tumbuh masing-masing sebesar 7,8% (yoy) dan 7,0% (yoy), melambat dibandingkan Oktober 2014 (9,5%)yoy.Table 1.4Table Uang Beredar dan Faktor-Faktor yang Mempenagruhinya (trilliun Rp)

Dari data yang telah dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan karakteristik perubahan harga untuk bulan November dipengaruhi oleh kenaikan indeks pada komponen inti (core) 0,40 persen, komponen yang harganya diatur pemerintah (administered prices) 4,20 persen, dan komponen bergejolak (volatile) 2,37 persen. andil bensin 0,47 persen; andil cabai merah 0,26 persen; andil tarif angkutan dalam kota 0,19 persen; andil cabai rawit 0,09 persen; andil beras dan tarif listrik masing-masing sebesar 0,06 persen; andil angkutan antarkota dan biaya administrasi transfer uang masing-masing sebesar 0,04 persen; andil biaya administrasi kartu ATM 0,03 persen; andil bahan bakar rumah tangga dan solar masing-masing sebesar 0,02 persen. Sementara itu andil daging ayam ras, ikan segar, dan emas perhiasan masing-masing sebesar -0,02 persen.

BAB IIIKESIMPULANDitinjau dari bab pendahuluan yang membahas tentang teori inflasi menurut Irving Fisher dan dibandingkan dengan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia maka penulis dapat menyimpulkan jika Fisher membuat persamaan MV=PT dimana M adalah jumlah uang yang beredar, V adalah tingkat percepatan uang berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain. P adalah harga barang atau komoditas sedangkan T adalah barang produksi maka dapat ditarik pengertian lebih lanjut bahwa inflasi dipengaruhi oleh harga barang dan jumlah uang yang beredar pada masyarakat ditunjang denga seberapa cepat perputaran uang (V) pada suatu daerah atau Negara.Dari bab pembahasan tingkat inflasi untuk bulan November 2014 dipengaruhi oleh meningkatnya harga beberapa barang juga meningkatnya jumlah uang kuasi yang beredar dalam masyarakat. Meskipun jumlah uang kartal relative tetap tetapi terjadi peningkatan perputaran uang di Indonesia yang menyebabkan kenaikan tingkat inflasi daripada bulan oktober maupun bulan November 2013. Peningkatan harga juga terjadi oleh kenaikan indeks pada komponen inti (core) 0,40 persen, komponen yang harganya diatur pemerintah (administered prices) 4,20 persen, dan komponen bergejolak (volatile) 2,37 persen.Penulis menyimpulkan bahwa ada hubungan antara jumlah uang yang beredar dan output price level sangat mempengaruhi tinggi-rendahnya tingkat inflasi suatu negara. Sehingga secara umum teori Irving Fisher diterima.

DAFTAR PUSTAKAWidjajanta dan widyaningsih.2007.Mengasah Kemampuan Ekonomi.Bandung:CV. Citra PrayaDSTa.2014.Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi.Jakarta: Bank Indonesia2014.Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi.jakarta: Badan Pusat Statistik Indonesia