PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN PADA …eprints.binadarma.ac.id/271/1/jurnal angga.doc · Web...
Transcript of PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN PADA …eprints.binadarma.ac.id/271/1/jurnal angga.doc · Web...
PERANCANGAN MESIN PEMOTONG KERUPUK LABU KUNING SEMI OTOMATIS DENGAN METODE ZERO ONE
Angga Kesuma 1, M Kumroni2 , Ch. Desi Kusmindari 3
Alumni Universitas Bina Darma 1Dosen Universitas Bina Darma2,3
Jalan Jenderal Ahmad Yani No.12 PalembangPos-el : [email protected], [email protected]
Abstract : The purpose of this study were (1) Determine the adjective for semi-automatic cutting machine pumpkin crackers, (2) Determine the design of semi automatic cutting machine pumpkin crackers, (3) Determine the size and dimensions of the semi automatic cutting machine pumpkin crackers with ergonomic rules ( 4) Determine the production cost of semi-automatic machine pumpkin crackers. The method are use an ergonomic approach and zero one. The results of this study were (1) criteria for machine pumpkin crackers are design, dimensions, number of blades, easy to operate, durability and safety, (2) Design machine pumpkin distinguished by the number of alternative blade , they are 2,3and 4 bblades. Based on the principles of ergonomics, the size of pumpkin crackers machine are 58 cm for high, 83 cm for length and 73 cm for width and (4) Cost of Production pumpkin crackers machine is Rp 3.429.000,00
Key words: design of the machine, zero one method, ergonomic
Abstrak : Dalam rangka meningkatkan pemanfaatan buah labu kuning, perlu adanya penganekaragaman produk sehingga mendorong pemanfaatan labu kuning yang lebih luas.. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kriteria mesin pemotong krupuk labu kuning semi otomatis, desain mesin pemotong krupuk labu kuning semi otomatis, ukuran dan dimensi mesin pemotong krupuk labu kuning semi otomatis sesuai kaidah ergonomik dan biaya pembuatan mesin pemotong krupuk labu kuning semi otomatis. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan ergonomis dan metode zero one. Hasil dari penelitian ini adalah kriteria mesin pemotong labu kuning adalah desain, dimensi, jumlah mata pisau, mudah pengoperasian, awet dan keamanan, desain yang dipilih adalah desain denngan jumlah mata pisau 3, ukuran mesin pemotong krupuk labu kuning adalah tinggi mesin 58 cm, panjang mesin 83 cm dan lebar mesin 73 cm dan Harga Pokok Produksi mesin pemotong krupuk labu kuning adalah Rp 3.429.000,-
Kata kunci perancangan mesin, metode zero one, ergonomi
1. PENDAHULUAN
Labu kuning merupakan tumbuhan asli
indonesia yang mudah untuk di budidayakan
namun kurang mendapat perhatian dan
cenderung dipandang sebelah mata karena
harga jual yang relatif murah di bandingkan
dengan tanaman lain.
Di Indonesia penyebaran buah labu
kuning juga telah merata, hampir di semua
kepulauan nusantara terdapat tanaman buah labu
kuning, karena di samping cara penanaman dan
pemeliharannya mudah buah labu kuning
memang dapat menjadi sumber pangan yang
dapat diandalkan.
Sumatera Selatan merupakan salah satu
daerah yang menghasilkan labu kuning dalam
jumlah yang cukup lumayan, tetapi
pemanfaatannya baru sebagai hanya tanaman
selingan di ladang Buah labu kuning juga
merupakan jenis tanaman yang produktif sebab
Judul Artikel (Nama Penulis ) 1
setiap 1 hektar lahan dapat menghasilkan 20-40
ton buah buah labu kuning. Labu kuning atau
labu parang merupakan bahan pangan yang kaya
vitamin A, B, dan C, mineral, serta karbohidrat.
Daging buahnya pun mengandung antiokisidan
sebagai penangkal berbagai jenis kanker. Sifat
labu yang lunak dan mudah dicerna serta
mengandung karoten (pro vitamin A) cukup
tinggi, serta dapat menambah warna menarik
dalam olahan pangan lainnya , tetapi, sejauh ini
pemanfaatannya belum optimal. Pemanfaatan
labu kuning di wilayah Sumatera Selatan baru
terbatas pada bahan tambahan pembuat kolak,
cake ataupun puding.
Dalam rangka meningkatkan
pemanfaatan buah labu kuning, perlu adanya
penganekaragaman produk sehingga mendorong
pemanfaatan labu kuning yang lebih luas. Salah
satu yang di kembangkan di Sumatera Selatan
adalah pembuatan krupuk yang memakai bahan
baku utama labu kuning. Usaha ini sudah pernah
dikembangkan di daerah Bengkulu oleh
sekelompok mahasiswa, tetapi dengan potensi
Sumatera Selatan khususnya Kabupaten Musi
Banyu Asin yang memiliki daerah penghasil labu
kuning, maka kesempatan untuk melakukan
inovasi produk masih terbuka lebar.
Krupuk labu kuning di harapkan dapat
menjadi pilihan makanan yang dapat di temui di
daerah ini, karena daerah Sumatera Selatan
sudah lebih dulu di kenal sebagai penghasil
krupuk terutama yang berbahan baku ikan.
Pembuatan secara masal krupuk yang berasal
dari labu ini sedang dikembangkan , terutama di
desa Muara Merang Kabupaten MUBA,
diharapkan dapat dipasarkan di wilayah
Sumatera Selatan bahkan seluruh wilayah
Indonesia.
Untuk lebih meningkatkan produktivitas
pembuatan krupuk labu kuning, perlu dibuat
sebuah alat bantu agar proses pembuatannya
dapat dilakukan dengan optimal. Dari latar
belakang masalah diatas, maka permasalahan
dirumuskan sebagai berikut : bagaimana
merancang mesin pemotong krupuk labu kuning
semi otomtis yang ergonomis dengan
menggunakan metode zero one. Dikarenakan
adanya keterbatasan dan agar penelitian yang
dilakukan lebih terarah, maka batasan
masalahnya adalah sebagai berikut :(1) mesin
yang dirancang adalah mesin semi otomatis, (2)
perancangan mesin melibatkan ahli untuk
menentukan kriteria mesin, (3) metode yang di
gunakan menggunakan metode Zero One dan
pendekatan desain yang ergonomis, (4) alternatif
desain dibatasi pada 3 alternatif yaitu jumlah
pisaunya dan (5) bahan rangka yang di pakai
adalah stainless
Tujuan dari Penelitian ini adalah : (1)
menentukan kriteria mesin pemotong krupuk
labu kuning semi otomatis,(2) menentukan
ukuran dan dimensi mesin pemotong krupuk
labu kuning semi otomatis sesuai kaidah
ergonomic, (3) menentukan biaya pembuatan
mesin pemotong krupuk labu kuning semi
otomatis dan (4) menentukan desain mesin
pemotong krupuk labu kuning semi otomatis
2. METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan pada
Laboratorium Teknik Industri Universitas Bina
darma
2 Jurnal Imiah Tekno
Sumber Data
1. Data PrimerMerupakan data yang diperoleh melalui pengamatan dan pencatatan secara langsung terhadap konsumen yang meliputi :a) Data keinginan konsumen
mengenai kriteria mesin yang akan dibuat
b) Data harga bahan baku yang digunakan untuk membuat mesin sebagai acuan penentuan harga mesin.
2. Data SekunderMerupakan data tambahan yang relevan untuk penelitian ini yang dikumpulkan, diolah pihak lain tetapi digunakan oleh peneliti yaitu data antropometri laki-laki dewasa yang sudah diolah oleh Laboratorium Teknik Industri UBD sebagai acuan mendesain dimensi mesin
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang
dilakukan adalah :
1. Penyebaran kuesioner
Menyebarkan kuesioner untuk
mendapatkank mesin yang di inginkan oleh
konsumen
2. Pengamatan ( Observasi )
Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan
alternative-alternatif pemilihan bahan yang s
esuai dengan criteria yang dinginkan
konsumen terhadap mesin pemotong kripik
labu kuning.
Metode Pengolahan Data
Untuk pengolahan data digunakan
metode Zero One untuk menentukan alternatif
terbaik pemilihan bahan pembuat mesin dan
analisis ergonomi untuk menentukan dimensi
mesin agar mesin yang di buat memenuhi kaidah
ergonomi.
Langkah-langkah Penelitian
Adapun langkah-langkah penelitian
digambarkan pada gambar 1 berikut:
Gambar 1 Flowchart Metode Penelitian
Produk adalah sebuah “artefak” ---
sesuatu yang merupakan kreativitas budi-daya
manusia (man-made object) yang dapat dilihat,
didengar, dirasakan serta diwujudkan untuk
memenuhi kebutuhan fungsional tertentu ---
yang dihasilkan melalui sebuah proses panjang.
Produk ini bisa berupa benda fisik maupun non-
Judul Artikel (Nama Penulis ) 3
fisik (jasa), bisa dalam bentuk yang kompleks
seperti mesin maupun fasilitas kerja yang lain,
dan bisa pula merupakan barang-barang
konsumtif sederhana untuk keperluan sehari-
hari. Untuk bisa menghasilkan produk,
khususnya produk industry, yang memiliki nilai
komersial tinggi, maka diperlukan serangkaian
kegiatan berupa perencanaan, perancangan dan
pengembangan produk yaitu mulai dari tahap
menggali ide atau gagasan tentang fungsi-fungsi
yang dibutuhkan; dilanjutkan dengan tahapan
pengembangan konsep, perancangan sistem dan
detail, pembuatan prototipe, evaluasi dan
pengujian (baik uji kelayakan teknis maupun
kelayakan komersial), dan berakhir dengan tahap
pendistribusiannya (Ulrich, 2003: hal. 2–18).
Perencanaan dapat di artikan sebagai
kegiatan identifikasi dan penentuan langkah-
langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai
sasaran yang diinginkan Dalam perencanaan
terlebih dahulu ditetapkan tujuan sasaran yang
akan dicapai, kemudian melakukan penyusunan
urutan langkah-langkah kegiatan dalam
pencapaian sasaran teresebut, serta menyiapkan
dan memanfaatkan sumber daya yang akan
digunakan. Perencanaan produk adalah proses
secara periodik yang mempertimbangkan
portfolio dari proyek pengembangan produk
untuk dijalankan (Ulrich dan Eppinger,
2003:51).
Konsumen adalah target dan sumber
inspirasi pengembangan produk karena
konsumen tidak saja memanfaatkan dan
menggunakan produk akan tetapi sekaligus
mereka akan menentukan apakah produk
tersebut baik atau buruk dari kacamata industri
(Widodo, 2003:23).
Anthropometri
Istilah anthopometri berasal dari bahasa
“anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang
berarti ukuran. Secara definitif anthpometri
dapat dinyatakan dalam sebagai suatu studi yang
berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh
manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki
bentuk, ukuran (tunggi, lebar, dll), berat dan
lain-lain yang berbeda satu dengan yang lain.
Anthropometri adalah suatu kumpulan
data numerik yang berhubungan erat dengan
karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk
dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut
untuk penanganan masalah desain.
(Nurmianto,2004 : 54) Ada dua tipe dari
pengukuran tubuh yaitu statis dan dinamis. Apa
yang disebut enginerring anthopometri
berhubungan dengan aplikasi dari data-data tipe
tubuh terhadap perancangan peralatan yang
digunakan.
Anthropometri terbagi menjadi dua bagian
yaitu :
1) Anthropometri statis
Yaitu pengukuran manusia yang
dilakukan pada posisi diam dan secara
linear pada permukaan tubuh.
2) Anthropometri dinamis
Yaitu pengukuran keadaan dan ciri-ciri
fisik manusia dalam keadaan bergera,
memperhatikan gerakan-gerakan yang
mungkin terjadi saat pekerja tersebut
melakukan kegiatannya.
Berikut ini adalah pedoman untuk
pengukuran data antropometri, yang menjelaskan
tentang data-data yang diukur dan cara-cara
4 Jurnal Imiah Tekno
pengukuran yang dilakukan untuk antropometri
statis( Sutalaksana, 1979)
Motor Penggerak
Motor adalah suatu alat yang dapat
mengubah energi listirk menjadi energi mekanik.
Bagian terpenting bagi elektro motor ini adalah
stator dan motor. Stator adalah rumah atau
kerangka motor yang terbuat dari baja plat atau
besi cor. Motor listrik dapat dibedakan menjadi
dua yaitu: motor listrik arus bolak-balik (AC)
dan motor listrik arus searah (DC). Satuan daya
motor listrik dibedakan menjadi dua sebagai
berikut:
1. Untuk USC (US Costumer System),
satuan yang digunakan adalah HP.
2. Untuk SI (System Internasional), satuan
yang digunakan adalah Watt.
Dalam hal ini yang perlu diperhitungkan
dalam daya motor adalah gaya yang bekerja
pada waktu penggilingan dan torsi yang
terjadi. Menurut (Sularso: 2008:23) rumus
yang digunakan untuk menghitung daya
adalah:
T = 9.74. .................... (2.1)
Dimana :
T = Momen Puntir (Kg.mm)
Pd = Daya rencana (Kw)
N = Putaran poros (rpm)
Perencanaan Puli
Puli merupakan bagian elemen mesin
yang berfungsi sebagai tempat penggerak sabuk
yang mentranmisikan putaran atau daya.
Pemilihan puli harus dilakukan dengan teliti agar
nantinya bisa diperoleh perbandingan kecepatan
yang diinginkan. Puli biasanya terbuat dari besi
tuang, bagian luar puli dibuat llicin supaya sabuk
dapat berjalan dengan baik dan tidak cepat aus,
macam-macam puli diantaranya:
1. Puli alur
Pada puli jenis alur ini ada yang terdiri dari
alur rata dimana dalam hubungan dengan
sabuk yang berpenampang V juga alur V
ganda yang menggunakan sabuk berbentuk
V dan alur V.
2. Puli jenis tingkat
Puli ada yang bertingkat satu atau tunggal
dimana hanya menggunakan satu sabuk dan
bertingkat dua yang menggunakan sabuk
ganda
3. Puli jenis pengunci
Pada puli jenis ini digunakan untuk
mengunci puli dengan poros sehingga
dalam mentransmisikan putaran tidak
bergeser atau berubah. Pengunci puli ada
yang berupa pasak, baut, dan spai penahan.
Sumber;Sularso;2008;180
Gambar 2 Dimensi Puli
a. Diameter luar puli yang digerakkan ( )
Judul Artikel (Nama Penulis ) 5
= Dp + 2 Cs
= dp 2 Cs
= - 2 Cs
= - 2 CsDimana:
= diameter luar puli besar
= diameter luar puli kecil
= diameter dalam puli besar
= diamter dalam puli kecil
b. Kecepatan sabuk (V)
V = (m/s) .................. (2.2)
c. Menentukan lebar puli
= = (Z-1) t +2S..................... (2.3)
Dimana:
= = lebar puli
Z = jumlah sabuk
S = ketentuan puli beralur
d. Perhitunga berat puli
W = p.V............................. ………(2.4)
Dimana:
p = berat jenis matreial puli
V = volume puli
=
e. Tegangan tangensial puli
= ………………………..(2.5)
Sabuk (Belt)
Sabuk biasanya digunakan untuk
memindahkan putaran motor keporos yang
jaraknya tidak memungkinkan untuk
menggunkan tranmisi roda gigi. Ada dua sabuk
yang digunakan sebagai transmisi, jarak yang
jauh antar dua buah poros yang digunakan
sebagai transmisi dengan menggunakan roda
gigi (Sularso,2008;163). Macam sabuk (belt)
dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
1. Sabuk terbuka, yang terdiri dari:
a. Sabuk terbuka tanpa puli
pemegang
b. Sabuk terbuka dengan puli
pemegang
c. Sabuk trbuka yang
menggerakkan beberapa poros
2. Sabuk silang
a. Sabuk silang biasa
b. Sabuk silang tegak lurus tanpa puli
pengantar
c. Sabuk silang tegak lurus dengan puli
pengantar
3. Sabuk penggerak
Sabuk penggerak adalah suatu peralatan
dari mesin-mesin yang bekerja
berdasarkan geseran. Perpindahan gaya
ini bergantung pada tekanan sabuk
penggerak kepermukaan puli. Oleh
karena itu ketegangan dari sabuk
penggerak sangatlah penting bila terjadi
slip, kekuatan gerakannya berkurang,
adapun macamnya sebagai berikut.
a. Sabuk penggerak datar
Sabuk penggerak datar biasa
Sabuk penggerak datar berurut
Sabuk penggerak datar positif
6 Jurnal Imiah Tekno
b. Sabuk penggerak – V
Sabuk penggerak V dapat ditemukan
dalam bermacam-bermacam standar
dan tipe untuk memindahkan daya.
Biasanya sabuk penggerak ini paling
baik pada putaran 1500 rpm sampai
1600 rpm. Sabuk yang paling ideal
kira-kira 4500 rpm
Gambar 3 Macam-macam sabuk V
Sumber: Sularso;2008;164
Perhitungan Sabuk V
Dalam perencanaan sabuk ada beberapa
langkah yang harus diikuti dengan
mempertimbangkan daya yang akan
ditranmisikan, adapun daya yang ditranmisikan
tergantung pada: tegangan, kecepatan putar,
sudut kontak antara sabuk dengan puli, dan
kondisi dimana sabuk digunkan. Langkah dalam
perncanaan sabuk (Sularso;2008;166)
a. Perbandingan reduksi
i = ........................... (2.6)
dimana:
i = perbandingan reduksi
= putaran puli penggerak
putaran puli yang didapatkan
b. Perhitungan kecepatan sabuk
V = ..................... (2.7)
c. Perhitungan diameter puli yang
digerakkan (Dp)
Dp = dp – i..................... (2.8)
dp = diameter puli penggerak (mm)
d. Panjang keliling sabuk
L = 2C + (DP + Dp)
+ (Dp - dp ................ (2.9)
Dimana :
L = panjang sabuk
C = jarak sumbu poros
C =
Dp = diameter puli yang digerakkan
dp = diameter puli penggerak
Evaluasi Ergonomis dalam Proses
Perancangan Produk.
Proses perancangan produk akan
memerlukan pendekatan dari berbagai macam
disiplin. Ilmu-ilmu keteknikan dan rekayasa
(engineering) akan diperlukan dalam
perancangan sebuah produk terutama berkaitan
dengan aspek mekanikal dan elektrikal-nya;
Judul Artikel (Nama Penulis ) 7
sedangkan psikologi dianggap penting untuk
menelaah perilaku dan hal-hal yang dipikirkan
oleh manusia yang akan menggunakan
rancangan produk tersebut. Selanjutnya studi
tentang ergonomi (human factors) akan mencoba
mengkaitkan rancangan produk untuk bisa
diselaras-serasikan dengan manusia, didasarkan
pada kapasitas maupun keterbatasan dari sudut
tinjauan kemampuan fisiologik maupun
psikologik-nya (Stanton, 1998:, hal. 1-5; Hubel,
1984: hal 72-75 dalam Wignjosoebroto 2000 :4-5) dengan tujuan untuk meningkatkan
perfomans kerja dari sistem manusia-produk
(mesin). Hubungan antara manusia dengan
lingkungan fisik kerjanya juga merupakan fokus
studi ergonomi. Lingkungan fisik kerja yang
dimaksudkan dalam hal ini meliputi setiap faktor
(kondisi suhu udara, pencahayaan, kebisingan
dan sebagainya) yang bisa memberikan pengaruh
signifikan terhadap efisiensi, keselamatan,
kesehatan kenyamanan, maupun ketenangan
orang bekerja sehingga menghindarkan diri dari
segala macam bentuk kesalahan manusiawi
(human errors) yang berakibat kecelakaan kerja
(Hawkes, 1997: hal. 111-112 Wignjosoebroto 2000 :4-5). Hal yang senada oleh Sanders dan
McCormick (Sanders, 1992: hal. 4
Wignjosoebroto 2000 :4-5) dikatakannya
dengan“it is easier to bend metal than twist
arms” yang bisa diartikan merancang produk
ataupun alat untuk mencegah terjadinya
kesalahan (human error) akan jauh lebih mudah
bila dibandingkan mengharapkan orang
(operator) jangan sampai melakukan kesalahan
pada saat mengoperasikan produk (mesin) atau
alat kerja.
Tergantung maksud dan tujuannya,
sebuah rancangan produk sebelum diproduksi
dan diluncurkan agar bisa dikonsumsi oleh pasar
perlu terlebih dahulu dilakukan berbagai macam
kajian, evaluasi serta pengujian (test). Proses
kajian, evaluasi ataupun pengujian ini meliputi
banyak aspek baik yang menyangkut aspek
teknis-fungsional maupun kelayakan ekonomis
(pasar) seperti analisa nilai (value
analysis/engineering), reliabilitas (keandalan),
analisa/evaluasi ergonomis, market analysis &
test, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan
kelayakan ergonomis dari sebuah rancangan
produk, maka seperti telah diuraikan panjang
lebar sebelumnya, yang dimaksudkan dengan
evaluasi ergonomis disini adalah “ a method for
syetematic study of the physiological and
psychological requirements for a product and its
manufacturing processes from a human point of
view” (Holt, 1983 dalam Wignjosoebroto 2000 :4-5). Untuk melaksanakan kajian dan
evaluasi bahwa sebuah (rancangan) produk telah
memenuhi persyaratan ergonomis bisa dilihat
dari variabel-variabel data yang berkaitan
dengan karakteristik manusia pengguna produk
tersebut apakah sudah dimasukkan sebagai
bahan pertimbangan. Dalam hal ini ada 4
(empat) aturan dasar perancangan yang
pertimbangan ergonomis yang perlu diikuti
(Khalil, 1972: hal. 32-35 dalam
Wignjosoebroto 2000 :4-5) yaitu:
a) Pahami terlebih dahulu bahwa manusia
merupakan fokus utama dari
perancangan produk. Hal-hal yang
berhubungan dengan struktur anatomi
(fisiologik) tubuh manusia harus
diperhatikan, demikian juga dengan
8 Jurnal Imiah Tekno
dimensi ukuran tubuh (anthropometri)
harus dikumpulkan dan digunakan
sebagai dasar untuk menentukan bentuk
maupun ukuran geometris dari produk
ataupun fasilitas kerja yang dirancang.
b) Gunakan prinsip-prinsip “kinesiology”
(study mengenai gerakan tubuh manusia
dilihat dari aspek ilmu fisika atau kadang
dikenali dengan istilah lain
“biomechanics”) dalam rancangan
produk yang dibuat untuk
menghindarkan manusia melakukan
gerakan-gerakan kerja yang tidak sesuai,
tidak beraturan, kaku (patah-patah), dan
tidak memenuhi persyaratan efektivitas-
efisiensi gerakan.
c) Masukan kedalam pertimbangan
mengenai segala kelebihan maupun
kekurangan (keterbatasan) yang
berkaitan dengan kemampuan fisik yang
dimiliki oleh manusia didalam
memberikan respons sebagai kriteria-
kriteria yang perlu diperhatikan
pengaruhnya dalam proses perancangan
produk.
d) Aplikasikan semua pemahaman yang
terkait dengan aspek psikologik manusia
sebagai prinsip-prinsip yang mampu
memperbaiki motivasi, attitude, moral,
kepuasan dan etos kerja.
e) Pertimbangan ergonomis dalam proses
perancangan produk yang paling tampak
nyata aplikasinya adalah melalui
pemanfaatan data anthropometri (ukuran
tubuh) guna menetapkan dimensi ukuran
geometris dari produk dan juga bentuk-
bentuk tertentu dari produk yang
disesuaikan dengan ukuran maupun
bentuk (feature) tubuh manusia
pemakainya. Data anthropometri yang
menyajikan informasi mengenai ukuran
maupun bentuk dari berbagai anggota
tubuh manusia --- yang dibedakan
berdasarkan usia, jenis kelamin, suku-
bangsa (etnis), posisi tubuh pada saat
bekerja, dan sebagainya --- serta
diklasifikasikan dalam segmen populasi
pemakai (presentile) perlu
diakomodasikan dalam penetapan
dimensi ukuran produk yang akan
dirancang guna menghasilkan kualitas
rancangan yang “tailor made” dan
memenuhi persyaratan “fittnes for use”
(Sanders, 1992: hal. 420-23 dalam
Wignjosoebroto 2000 :4-5).
3. HASIL
Data Antropometri
Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah data anthropometri yang
dibutuhkan untuk merancang kerangka mesin
pemotong Kerupuk labu. Dalam penelitian ini
data anthropometri yang diambil pengukurannya
adalah:
1. Tinggi Siku duduk (TSD)
2. Lebar Bahu (LBH)
3. Jangkauan Tangan (JKT)
4. Tinggi popliteal (TP)
Data diambil dari 60 sampel mahasiswa
Teknik Industri Universitas Bina Darma
Palembang. Data Anthropometri diambil pada
saat posisi duduk karena mesin pemotong
Judul Artikel (Nama Penulis ) 9
kerupuk labu yang akan dibuat akan dipakai
untuk kerja operator dengan posisi duduk.
Uji Kecukupan dan Keseragaman Data
Data yang telah dikumpulkan perlu diuji
dulu untuk mengetahui apakah data seragam dan
cukup, data sudah dianggap mengikuti distribusi
normal . Uji ini dilakukan untuk masing-masing
dari keempat parameter anthropometri yang
diukur.
Pengujian kecukupan data menggunakan
tingkat keyakinan 95% dan ketelitian 5%
sehingga hasil dari pengujian kecukupan data
bagi ketiga data antropometri adalah sebagai
berikut.
Tabel 1 Hasil Uji Kecukupan Data
Uji kecukupan data ini berdasarkan
tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95%,
dari hasil uji diatas semua data sudah memenuhi
kriteria cukup.
Pengujian keseragaman data dilakukan
untuk melihat apakah data yang dikumpulkan
sudah seragam atau belum. Jika ada data yang
keluar dari batas kontrol maka data akan dibuang
dan pengujian akan dilakukan sekali lagi.
Tabel 2 Hasil Uji Keseragaman Data
Data di kategorikan seragam jika, semua
data tidak ada yang keluar dari Batas Kontrol
Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB).
Dari gambar 2. dapat dilihat bahwa semua data
anthropometri sudah memenuhi kriteria seragam.
Perhitungan Persentil 5 , 50 dan 95Perhitungan persentil dilakukan untuk
membagi dalam segmen-segmen populasi untuk
kepentingan peneliti. Perhitungan persentil
dilakukan dengan menngunakan rumus sebagai
berikut :
Persentile 5 = - 1,645
Persentile 50 =
Persentile 95 = + 1,645
Adapun hasil dari perhitungan persentil
adalah :
Tabel 3 Hasil Perhitungan Persentil
10 Jurnal Imiah Tekno
Data di atas menunjukkan hasil
perhistungan persentil 5,50 dan 95 untuk semua
data anthropometri.
Dimensi Mesin Pemotong Kerupuk Labu
kuning
(1) Tinggi Mesin
Tinggi mesin yang baik untuk posisi
duduk dapat dirancang berdasarkan nilai
rata-rata tinggi siku duduk (TSD) di tambah
dengan rata-rata tinggi popliteal. Tinggi
mesin dibuat dengan menggunakan nilai
persentil 5 agar semua orang dapat
menggunakan mesin tersebut sehingga
tinggi mesin adalah :
5 % TSD + TP = 21,26 + 35,99 = 57,25
cm 58 cm
(2) Panjang mesin
Panjang mesin dapat dirancang
berdasarkan lebar bahu yang ditambahkan
dengan ½ kali panjang jangkaun tangan
(JKT). Dari data anthropometri dapat
dihitung panjang alas meja yaitu:
LBH+½ (JKT) = 44,1 + ½ (77,3)
= 82,76 cm ≈ 83 cm
(3) Lebar mesin
Lebar mesin dapat dihitung berdasarkan
jangkauan tangan dengan persentil 5% yaitu:
73.05 cm ≈ 73 cm
Data Kriteria Desain Mesin Pemotong
Kerupuk Labu Kuning
Data ini diperoleh dengan menyebarkan
kuesioner kepada para ahli untuk mendapatkan
kriteria desain mesin yang baik. Kuesioner
disebarkan kepada 10 orang, adapun hasil dari
kuesioner tersebut adalah:
Tabel 4 Data Kriteria Desain Mesin Pemotong Kerupuk Labu
Bentuk Desain Mesin Pemotong Kerupuk
Labu Kuning
Dari hasil pendapat para ahli di buatlah 3
alternatif desain mesin pemotong Kerupuk labu
kuning didasarkan pada Jumlah mata pisaunya.
Ketiga alternatif itu adalah :
Gambar 1 Desain dan Alternatif jumlah mata
pisau
Evaluasi Analisa Kebutuhan
Analisa kebutuhan adalah analisa atribut
yang diturunkan dari kriteria. Setelah
Judul Artikel (Nama Penulis ) 11
mendapatkan kriteria dari para ahli maka dapat
terkumpul data seperti pada tabel 4 yang
selanjutnya diolah untuk mengetahui ranking dan
bobot dari masing-masing kriteria.
Tabel 5 Data Rating Mesin Pemotong Kerupuk Labu Kuning
Metode Zero-One
Selanjutnya untuk mendapatkan urutan
besarnya angka dari 3 (tiga) alternatif yang telah
didapat dari hasil seleksi sebelumnya maka
digunakan metode zero-one. Pada tahap ini
semua alternatif yang ada dihitung dengan
memperhatikan atau disesuaikan dengan kriteria-
kriteria yang telah di dapat.
Pada tahap evaluasi matrik ini dilakukan
penilaian terhadap alternatif-alternatif yang
ditampilkan dan penilaian dilakukan dengan
mempertimbangkan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan pada tahap sebelumnya (zero-one).
Berikut ini akan dijelaskan hasil evaluasi
matriks pada perancangan mesin pemotong
Kerupuk labu kuning :
Tabel 6 Hasil Analisa Evaluasi Matriks
Dari hasil matriks evaluasi diatas dapat
diketahui nilai total performance terbesar yaitu
51 yaitu jatuh pada alternatif 2 yaitu jumlah
pisau dengan 3 mata.
Perhitungan Poros dan Sabuk V
Poros
Dalam setiap perancangan dan
perencanaan mesin, yang harus dipikirkan adalah
perancangan poros karena poros adalah bagian
dari mesin. Karena hampir semua mesin, karena
hampir semua mesin meneruskan tenaga
bersama-sama dengan putaran dan peranan
utama dalam setiap transmisi pada mesin.
Sehingga dalam setiap perancaan mesin
poros menjadi hal utama yang harus
diperhitungkan sehingga transmisi atau putaran
pada mesin akan berjalan dengan baik. Bahan
poros yang digunakan adalah S30C-D, yang
memiliki σB = 58 (Kg/mm2), faktor keamanan
yang dipilih Sf1 = 6 , Sf2 = 2, sedangkan faktor
beban lentur Cb = 2 dan keadaan momen puntir
Kt = 1,5
1) T = 9,74 x 105
T = 9,74 x 105 x 1,47/500 = 954 (Kg.mm)
2) τa = σB/( Sf1 x Sf2)
τa = 58 / (6 x 2 ) = 4,83 (kg/mm2)
12 Jurnal Imiah Tekno
3) ds =
ds = = 14,05 mm
Sabuk V
Telah kita ketahui dalam suatu
perancangan mesin banyak hal yang harus
diperhitungkan dan semua komponen pendukung
tersebut saling berkaitan, seperti halnya sabuk
sangat penting sebagai pendukung dalam putaran
mesin. . Perhitungan mesin yang direncanakan
sebesar 600 Rpm (n2).
Apabila suatu poros yang bergerak harus
dihubungkan untuk menjalankan transmisi
putaran maka diperlukan penghubung untuk
menjalankan transmisi tersebut yang berupa
sabuk. Jarak sumbu poros C ≈ 300 mm Beban
tumbukan Kt = 2, penampang sabuk-V yang
dipakai : tipe A
1) i =
i = = 2,5 ≈ 2
2) T = 9,74 x 105
T = 9,74 x 105 x 1,47/500 = 954 (Kg.mm)
3) τa = σB/( Sf1 x Sf2)
τa = 58/ (6x2) = 4,83 (Kg.mm)
4) ds =
ds = = 14,05 mm
Biaya yang digunakan untuk membuat
mesin dibagi menjadi biaya bahan langsung,
bahan pembantu dan biaya tenaga kerja. Dari
perhitungan di dapat biaya pembuatan mesin
atau Harga Pokok Produksinya adalah Rp
3,429,000.00
4. SIMPULAN
Dari hasil penelitian, maka peneliti
menyimpulkan sebagai berikut :
1. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kriteria
mesin pemotong labu kuning harus
memenuhi kriteria dalam hal desain,
dimensi, jumlah mata pisau, mudah
pengoperasian, awet dan keamanan,
2. Berdasarkan kaidah ergonomi maka ukuran
mesin pemotong krupuk labu kuning adalah
tinggi mesin58 cm, panjang mesin 83 cm
dan lebar mesin 73 cm.
3. Harga Pokok Produksi mesin pemotong
krupuk labu kuning adalah Rp 3.429.000,-
4. Desain mesin pemotong labu kuning
dibedakan berdasarkan alternatif jumlah
mata pisau yaitu mata pisau jumlah 2, mata
pisau jumlah 3 dan mata pisau jumlah 4. Dan
yang terpilih adalah desain dengan jumlah
mata pisau 3,
Judul Artikel (Nama Penulis ) 13
DAFTAR RUJUKAN
Widodo, Imam Djati. 2003. Perencanaan dan Pengembangan Produk, Produk Planning And Design. Yogyakarta, Penerbit UII Press Indonesia.
Nurmianto, Eko, 1993. Ergonomi : Konsep Dasar dan Aplikasinya, Surabaya : Guna Widya.
Ulrich,Steven D. Eppinger dan Kart T. 2003, Perancangan dan Pengembangan Produk, , Bandung: Penerbit ITB
Sutalaksana dan Ruhana Anggawisastra, 1991, Teknik Tata Cara Kerja , Bandung : Penerbit ITB
Sularso dan Kyokatsu Suga, 2008, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Jakarta: Pradnya Paramitha,
Wignjosoebroto, Sritomo, 2000, Evaluasi Ergonomis Dalam Proses Perancangan Produk, ,SemNas Ergonomi, diakses tanggal 18 November 2011
14 Jurnal Imiah Tekno