PENGARUH INFLASI, BI RATE, NILAI TUKAR RUPIAH, DAN...
Transcript of PENGARUH INFLASI, BI RATE, NILAI TUKAR RUPIAH, DAN...
PENGARUH INFLASI, BI RATE, NILAI TUKAR RUPIAH, DAN HARGA
EMAS DUNIA TERHADAP JAKARTA ISLAMIC INDEX
PERIODE 2014 - 2017
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)
Disusun oleh :
Bama Pradika
NIM : 1112085000031
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2018 M
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Bama Pradika
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 17Agustus 1993
3. Alamat : Jln. Persatuan No. 285, RT 01/04
Depok, Jawa Barat
4. Telepon : 08992553544
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD Negeri 08 Jakarta Selatan Tahun 2000-2006
2. SMP Negeri 226 Jakarta Tahun 2006-2009
3. SMA Negeri 66 Jakarta Tahun 2009-2012
4. S1 Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012-2018
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Wakil Ketua Rohis 1 SMA Negeri 66 Jakarta masa khidmat 2011-2012
2. Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Perbankan Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta masa khidmat 2013-
2014
3. Wakil Ketua 1 Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta masa khidmat 2014-2015
4. Menteri Kemahasiswaan Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta masa khidmat 2015-2016
5. Ketua Bidang III Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
Komisariat Fakultas Ekonomi dan Bisnis (KOMFEIS) masa khidmat
2015 - 2016
6. Sekretaris Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
Komisariat Cabang Ciputat masa khidmat 2017 - 2018
vii
7. Sekretaris Ikatan Pelajar Nadhalatul Ulama (IPNU) Cabang Kota
Administrasi Jakarta Selatan masa khidmat 2017-2019
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Bambang Pancoro
2. Tempat, Tanggal Lahir : Madiun, 15 Agustus 1969
3. Ibu : Siti Mahmudah
4. Tempat, Tanggal Lahir : Jombang, 15 Juni 1971
5. Alamat : Jln. Persatuan No. 285, RT 01/04
Depok, Jawa Barat
viii
ABSTRACT
Influence of Inflation, BI Rate, Rupiah Exchange Rate, World Gold Prices against
Jakarta Islamic Index (JII). Indonesian capital market in recent years developed
quite dynamically. One of them is characterized by the rapid growth of mutual
funds in a collective investment contract in the Indonesian capital market. In its
development has been present Islamic mutual fund that spesifically invest fund in
shares of companies that do not conflict with sharia. In 2000 established the
islamic stock index named Jakarta Islamic Index contains 30 stocks selected
based on the criteria of shariaas well as financial ratios have been determined.
This research analyze the influence between Inflation, BI Rate, Rupiah Exchange
Rate, World Gold Prices toward Jakarta Islamic Index to know how big influence.
By using times series data on 2014-2017 period. The analytical method is used
Vector Error Correction with Microsoft Excel 2010 and Eviews 9.0. Results from
this study indicate that the Inflation, BI Rate, Rupiah Exchange Rate, World Gold
Prices, World Oil Prices had a effect the JII.
Keywords: Indonesia Capital Market, Islamic Mutual Fund, JII, Inflation, BI
Rate, Rupiah Exchange Rate, World Gold Prices against Jakarta Islamic Index
(JII), VECM.
ix
ABSTRAK
Pengaruh Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar Rupiah, dan Harga Emas Dunia Terhadap
Jakarta Islamic Index (JII). Pasar modal Indonesia dalam beberapa tahun terakhir
berkembang cukup dinamis. Salah satunya ditandai dengan berkembangnya
secara pesat reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif di pasar modal
Indonesia. Dalam perkembangannya telah hadir reksa dana syariah yaitu reksa
dana yang khusus menginvestasikan dananya ke dalam saham-saham perusahaan
yang tidak bertentangan dengan syariah. Pada tahun 2000 dibentuklah indeks
saham syariah yang diberi nama Jakarta Islamic Index (JII) yang memuat 30
saham yang diseleksi berdasarkan kriteria syariah serta rasio keuangan yang telah
ditentukan. Penelitian ini menganalisis pengaruh Antara Inflasi, BI Rate, Nilai
Tukar Rupiah, dan Harga Emas Dunia terhadap Jakarta Islamic Index (JII) dan
mengetahui seberapa besar pengaruhnya. Metode yang digunakan data time series
periode 2014-2017. Metode analisis yang digunakan adalah Vector Error
Correction Model dengan Microsoft Excel 2010 dan Eviews 9.0. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar Rupiah,
dan Harga Emas Dunia, berpengaruh terhadap JII.
Kata Kunci : Pasar Modal Indonesia, Reksa dana Syariah, JII, Inflasi, BI Rate,
Nilai Tukar Rupiah, Harga Emas Dunia, VECM.
x
KATA PENGANTAR
Assalamua’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil‟alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis serta menganugerahkan
kesehatan dan kemampuan berpikir sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini yang berjudul “Pengaruh Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar Rupiah, dan Harga
Emas Dunia Terhadap Jakarta Islamic Index Periode 2014 – 2017”. Shalawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi besar kita Muhammada SAW
yang telah mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang
benderang ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa
dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada :
1. Terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan rezeki,
kesehatan dan umur yang panjang sehingga penulis bisa sampai titik
dimana skripsi ini terselesaikan.
2. Kedua orang tua, Bapak Bambang Pancoro dan Ibu Siti Mahmudah
yang selalu memberikan perhatian yang sangat luar biasa dan doanya
yang tidak pernah putus, yang selalu memberikan semangat dan
nasihat untuk anaknya. Terima kasih Bapak dan Ibu yang tidak
terhingga atas segala doa, ridha dan kerja kerasnya semoga kelak karya
tulis ini dapat memberikan kebanggaan untuk kalian.
3. Terima kasih saudara-saudaraku Conny Zanuar, Oktavia, Ardi, dan
lain-lain yang telah memberikan dukungannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
xi
4. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan, Bapak Dr.
Amilin, SE., Ak., CA., QIA., BKP., selaku Wakil Dekan I Bidang
Akademik, Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag., M.H., selaku Wakil
Dekan II Bidang Administrasi Umum dan Bapak Dr. Desmadi
Saharuddin, M.A., selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Cut Erika Anandda Fatimah, SE., MBA selaku Ketua Jurusan dan
Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Perbankan
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan wawasan ilmu pengetahuan yang sangat
bermanfaat kepada penulis.
7. Ibu Aini Masruroh SEI., MM selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu, membimbing, memberikan arahan, memberikan
motivasi serta memberikan banyak pengetahuan dan wawasan ilmu
yang sangat bermanfaat bagi penulis.
8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu
pengetahuan yang bermanfaat dan berharga serta motivasi dan
dukungan bagi penulis selama perkuliahan.
9. Seluruh Staff Tata Usaha dan Bagian Akademik Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memebantu penulis
dalam segala hal kebutuhan administrasi dan lain-lain.
10. Sahabat-sahabati Perbankan Syariah 2012 yang sudah ada dari awal
perkuliahan yakni Harjuno, Komeng, Rara, Hafizah, Yanida, Miranti
dll… telah memberikan semangat, membantu saat susah maupun
senang.
11. Terima kasih untuk Kak Windi alias Opung dan Handiko yang selalu
memberikan semangat serta dukungannya.
xii
12. Kakak senior angkatan 2009-2011 FEB yang telah memberikan
bimbingan ilmu dan sharing dalam berorganisasi.
13. Teman-teman seperjuangan angkatan 2012 Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih telah
memberikan warna, ilmu yang berharga, dukungan dan kebahagian.
Semoga silahturahmi tetap terjalin dengan baik.
14. Terima kasih kepada sahabat-sahabati Perbankan Syariah yaitu
angkatan 2013-2017 yaitu Dapi, Aldi, Rillo, Zaki, Dannis, Farrah B,
Uphi, Ratna, Iir, Ulfa, Melby, dll… yang telah memberikan
memberikan dukungannya kepada penulis, Sukses untuk kalian.
15. Terima kasih teman-teman KKN Pribumi Tahun 2015 untuk tawa,
sedih, kebersamaan, kekeluargaan, persahabatan dan dukungannya dari
awal terbentuknya Panah Sosial dan sampai kapapun.
16. Sahabat-i Keluarga Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII) Cabang Ciputat dan terkhusus Keluarga Besar Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Fakultas Ekonomi dan
Bisnis yang telah memberikan semangat dan dukungannya.
17. Serta seluruh pihak yang telah membantu penulis baik selama masa
perkuliahan sampai pengerjaan skripsi. Semoga Allah SWT membalas
kebaikan kalian semua. Amin
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh sebab
itu, penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun untuk
pencapaian yang lebih baik.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 31 Agustus 2018
Bama Pradika
xiii
DAFTAR ISI
COVER. .................................................................................................................. i
Lembar Pengesahan Pembimbing ....................................................................... ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ......................................................... iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ...................................................................... iv
Lembar Pernyataan Keaslian Skripsi .................................................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. vi
Abstract ................................................................................................................ viii
Abstrak .................................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 5
C. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
D. Batasan Masalah ................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
F. Manfaat Penelitian ................................................................................ 7
G. Tinjauan Kajian Terdahulu ................................................................... 8
H. Sistematika Penulisan ......................................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 14
A. Landasan Teori ................................................................................... 14
xiv
1. Saham Syariah ............................................................................. 14
2. Inflasi ........................................................................................... 23
3. Nilai Tukar Rupiah ...................................................................... 28
4. BI Rate ........................................................................................ 32
5. Harga Emas Dunia ....................................................................... 35
6. Jakarta Islamic Index ................................................................... 36
B. Hubungan Antara Keterkaitan Antar Variabel Independen
dengan Variabel Dependen ............................................................... 37
C. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 39
D. Hipotesis ............................................................................................. 40
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 42
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 42
B. Populasi dan Sampel .......................................................................... 42
C. Sumber Data ....................................................................................... 43
D. Metode Analisis Data ......................................................................... 43
E. Operasional Variabel Penelitian ......................................................... 48
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................... 51
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ....................................... 51
B. Pembahasan ........................................................................................ 56
C. Interpretasi ......................................................................................... 67
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 70
A. Simpulan ............................................................................................. 70
B. Saran ................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 72
LAMPIRAN ........................................................................................................ 75
xv
DAFTAR TABEL
1.1 JII, Harga Emas Dunia, Nilai Tukar Rupiah, BI Rate, dan
Inflasi….............................................................................................…...4
1.2 Hasil Penelitian Terdahulu……………………………………………...8
4.1 Data Jakarta Islamic Index ....................................................................... 52
4.2 Data Inflasi. .............................................................................................. 53
4.3 Data BI Rate ............................................................................................. 54
4.4 Data Nilai Tukar Rupiah .......................................................................... 55
4.5 Data Harga Emas Dunia ........................................................................... 55
4.6 Stationerits ADF Tingkat Level ................................................................ 57
4.7 Stationeritas ADF Tingkat Level 1st Difference ...................................... 57
4.8 Hasil Uji Multikonieritas .......................................................................... 59
4.9 Hasil Uji Heteroskesedatisitas .................................................................. 60
4.10 Hasil Uji Autokorelasi ............................................................................ 61
4.11 Hasil Diferensiasi Uji Autokorelasi ....................................................... 62
4.12 Hasil Uji T .............................................................................................. 63
4.13 Hasil Uji F .............................................................................................. 64
4.14 Hasil Koefisien Dterminasi .................................................................... 65
4.15 Hasil Metode Ordinary Least Square .................................................... 66
xvi
DAFTAR GAMBAR
2. 1 Kerangka Pemikiran....................................................................................40
4. 1 Hasil Uji Normalitas.....................................................................................58
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara
karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi
pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan
dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar
modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan
modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat
untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa
dana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana
yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-
masing instrument.
Langkah awal perkembangan transaksi saham syariah pada pasar
modal Indonesia tercatat dengan hadirnya Indeks Syariah atau Jakarta Islamic
Index (JII) pada bulan Juli tahun 2000. Jakarta Islamic Index (JII) sendiri
merupakan kelompok saham yang memenuhi kriteria investasi syariah Islam
dalam pasar modal Indonesia. Saham syariah yang menjadi konstituen Jakarta
Islamic Index (JII) terdiri dari 30-70 saham merupakan saham-saham syariah
paling likuid dan memiliki kapitalisasi pasar yang besar.
Jakarta Islamic Index 70 (JII 70 Index) adalah indeks saham syariah
yang diluncurkan BEI pada tanggal 17 Mei 2018. Konstituen hanya terdiri dari
70 saham syariah paling liquid yang tercatat di BEI. Sama seperti ISSI, review
saham syariah yang menjadi konstituen JII dilakukan sebanyakdua kali dalam
setahun, Mei dan November mengikuti jadwal review DES oleh OJK, namun
disini peneliti tidak tertuju pada jumlah perusahaannya
Pasar modal syariah menggunakan prinsip, prosedur, asumsi,
instrumentasi, dan aplikasi bersumber dari nilai epistemologi Islam. Kenaikan
ataupun penurunan harga saham tersebut dipengaruhi oleh faktor internal dan
2
eksternal perusahaan, faktor internal dan eksternal perusahaan merupakan
faktor fundamental yang sering dijadikan acuan dalam mengambil keputusan
investasi, faktor ekonomi makro merupakan faktor yang paling banyak
mendapatkan perhatian dari para pelaku pasar modal, seperti perubahan nilai
Kurs USD/Rupiah, Inflasi, Suku Bunga SBI (BI Rate), Jumlah Uang Beredar
(JUB), Harga Minyak Mentah, Harga Emas dan sebagainya.
Pentingnya perhatian terhadap kondisi ekonomi makro, pasar modal
syariah Indonesia yang kinerjanya tercermin pada indeks harga saham JII pun
tidak bisa menampik akan hadirnya faktor-faktor tersebut. Sebagaimana
diketahui, variabel-variabel ekonomi makro seperti inflasi, nilai tukar uang
Rupiah terhadap US Dollar, tingkat suku bunga SBI sampai pada harga emas
terus senantiasa berfluktuasi di setiap periodenya sehingga terindikasi
berpengaruh terhadap kegiatan investasi di pasar modal. Tinggi rendahnya
inflasi berpengaruh pada kegiatan investasi di pasar modal.
Apabila inflasi naik, akan berdampak pada naiknya harga bahan baku
yang pada akhirnya akan menyebabkan menurunnya daya saing terhadap
produk barang yang dihasilkan oleh suatu perusahaan, hal ini akan berdampak
pada menurunya prospek perusahaan dan akan berdampak buruk pada harga
saham perusahaan tersebut di pasar modal. Selain itu, meningkatnya inflasi
akan menaikan biaya perusahaan yang mengakibatkan menurunya
profitabilitas perusahaan-perusahaan yang mencatatkan sahamnya di BEI yang
pada akhirnya akan memperkecil deviden yang diterima para pemegang saha,
yang selanjutnya akan mengurangi minat masyarakat (investor) untuk
berinvestasi di pasar modal. (Mulyani, 2014).
Sementara itu, nilai kurs rupiah terhadap dollar AS menjadi salah satu
faktor yang turut mempengaruhi pergerakan indeks saham di pasar modal
Indonesia. Kestabilan pergerakan nilai kurs menjadi sangat penting, terlebih
bagi perusahaan yang aktif dalam kegiatan ekspor impor yang tidak dapat
terlepas dari penggunaan mata uang asing yaitu dollar Amerika Serikat
sebagai alat transaksi atau mata uang yang sering digunakan dalam
perdagangan.
3
Fluktuasi nilai kurs yang tidak terkendali dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di pasar modal. Pada saat nilai rupiah
terdespresiasi dengan dollar Amerika Serikat, harga barang-barang impor
menjadi lebih mahal, khususnya bagi perusahaan yang sebagaian besar bahan
bakunya menggunakan produk-produk impor. Peningkatan bahan-bahan
impor tersebut secara otomatis akan meningkatkan biaya produksi dan pada
akhirnya terindikasi berpengaruh pada penurunan tingkat keuntungan
perusahaan, sehingga hal ini akan berdampak pula pada pergerakan harga
saham perusahaan yang kemudian memacu melemahnya pergerakan indeks
harga saham (Ananto, 2012).
Ketika kondisi perekonomian sedang mengalami kelesuan serta
diperparah dengan tingkat inflasi pada skala yang tinggi, maka tentunya akan
sulit untuk megharapkan gairah di pasar modal menjadi lebih berkembang.
Fenomena seperti ini justru akan menjadikan gairah investasi tidak lagi
menjadi menarik di mata investor, sehingga membuat para investor
mengalihkan dana yang sudah diinvestasikannya dalam bentuk investasi
lainnya. Akibatnya hal ini akan menyebabkan menurunnya kinerja perusahaan
yang kemudian berdampak pada harga pasar saham.
Faktor ekonomi lainya yang secara empiris terbukti memiliki pengaruh
terhadap perkembangan perekonomian di beberapa negara adalah tingkat suku
bunga. Penurunan tingkat suku bunga SBI akan diikuti penurunan tingkat suku
bunga komersial yang berlaku di pasar. Rendahnya tingkat suku bunga
komersial tentu tidak menguntungkan untuk menyimpan uang di bank.
Seseorang akan lebih tertarik membeli saham dengan tingkat
pengembalian (rate of return) lebih tinggi daripada menyimpan uangnya
dalam deposito. Pada saat kondisi perekonomian normal, penurunan tingkat
suku bungan komersial juga mendorong dunia usaha untuk melakukan
investasi. Maraknya investasi disektor riil ini berdampak pada pergerakan
pasar modal. Oleh sebab itu, penurunan tingkat suku bunga berdampak pada
kenaikan harga saham, maupun pada Indeks JII. Tetapi ketika kondisi
4
perekonomian mengalami krisis, maka jaminan keamanan investasi seperti
deposito dirasa lebih aman bagi investor (Nazwar, 2008).
Investasi dalam bentuk emas dipercaya sebagai salah satu komoditi
yang menguntungkan disebabkan selain harganya yang cenderung mengalami
peningkatan, emas juga merupakan bentuk investasi yang sangat liquid,
karena dapat diterima di wilayah atau di negara mana pun. Ketika potensi
imbalan (return) berinvestasi dalam saham atau obligasi tidak lagi menarik
dan dianggap tidak mampu mengompensasi risiko yang ada, maka investor
akan mengalihkan dananya ke dalam aset riil seperti logam mulia atau
properti yang dianggap lebih layak dan aman (Prima, 2013).
Dari uraian tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian terkait
pengaruh Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar Rupiah, dan Harga Emas Dunia
terhadap Jakarta Islamic Index, yang bertujuan agar para investor dapat
menentukan langkah terbaik dalam keputusan berinvestasi. Berikut harga
saham di Jakarta Islamic Index (JII) beserta faktor yang mempengaruhinya :
Tabel 1.1
JII, Harga Emas Dunia, Nilai Tukar Rupiah, BI Rate, dan Inflasi
Periode 2014-2017
No Periode JII HED NTR BI Rate Inflasi
1 2014 691.039 474.827 12.440 7,75 8,36
2 2015 603.349 470.619 13.795 7,5 3,35
3 2016 694.127 497.768 13.436 4,75 3.02
4 2017 759.070 567.454 10.367 4,25 3,61
Sumber: bi,idx, dan harga emas, 2018 (diolah)
Berdasarkan tabel 1.1, pada tahun 2014 sebesar 691.039. Namun, pada
tahun 2015 Indeks harga saham JII mengalami penurunan yaitu sebesar
603.349. Kemudian di tahun 2016 mengalami kenaikan sebesar 694.127 dan
di tahun 2017 juga mengalami kenaikan, yaitu sebesar 759.070. Hal ini
tentunya tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Beberapa
peneliti terdahulu meneliti tentang analisis pengaruh variabel makroekonomi
terhadap indeks saham JII yang mana menunjukan fenomena hasil yang
5
berbeda, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hal
tersebut.
Mengingat terhadap hasil yang berbeda dari pergerakan Indeks JII dan
faktor yang mempengaruhi di setiap periodenya, maka dalam penelitian ini
variabel makro yang akan digunakan adalah Tingkat Inflasi, Kurs
USD/Rupiah, Suku Bunga SBI dan Harga Emas. Sementara data yang
digunakan adalah Indeks JII di Idx . Hal ini disebabkan karena saham-saham
yang masuk dalam perhitungan JII dipandang mencerminkan pergerakan
saham yang aktif diperdagangkan dan juga mempengaruhi keadaan pasar,
terdiri dari saham dengan likuiditas dan kapabilitas pasar yang tinggi memiliki
prospek pertumbuhan serta kondisi keuangan yang cukup baik. Maka dari itu,
berdasarkan penguraian diatas saya mengambil judul “Pengaruh Inflasi, BI
Rate, Nilai Tukar Rupiah, dan Harga Emas Dunia Terhadap Jakarta
Islamic Index Periode 2014 – 2017”.
B. Identifikasi Masalah
Permasalahan penelitian yang penulis ajukan ini dapat diidentifikasi
permasalahannya sebagai berikut:
1. Inflasi yang tinggi akan menyebabkan turunnya minat masyarakat untuk
berinvestasi di pasar modal.
2. Fluktuasi nilai kurs yang tidak terkendali dapat memicu melemahnya
pergerakan indeks harga saham.
3. Penurunan tingkat suku bunga akan menyebabkan orang lebih memilih
membeli saham daripada menyimpan uangnya di deposito.
4. Kemungkinan banyak investor yang mulai mengalihkan portofolionya
investasi kedalam bentuk Emas, hal ini akan mengakibatkan turunnya
indeks harga saham di negara yang bersangkutan karena aksi jual yang
dilakukan investor.
5. Adanya keterbatasan dan kesulitan bagi investor untuk melakukan analisis
fundamental atas indeks harga saham gabungan di masa yang akan datang
untuk memprediksi waktu yang profitable untuk melakukan investasi.
6
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
dalam penyusunan penelitian ini penulis merumuskan masalah sebagai dasar
kajian penelitian yang dilakukan, yaitu:
1. Apakah Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar Rupiah, dan Harga Emas Dunia
berpengaruh secara parsial terhadap Jakarta Islamic Index pada Periode
2014-2017 ?
2. Apakah Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar Rupiah, dan Harga Emas Dunia
berpengaruh secara simultan terhadap Jakarta Islamic Index pada Periode
2014-2017 ?
3. Variabel manakah yang paling dominan mempengaruhi Jakarta Islamic
Index pada Periode 2014-2017 ?
D. Batasan Masalah
Pembatasan masalah dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman yang
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan agar masalah yang akan diteliti tidak
terlalu meluas. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas yang digunakan adalah Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar
Rupiah, dan Harga Emas Dunia.
2. Variabel terikat yang digunakan adalah Jakarta Islamic Index (JII).
3. Periode penelitian dari tahun 2014 sampai 2017.
4. Objek penelitian adalah Jakarta Islamic Index (JII).
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh secara parsial antara
Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar Rupiah, dan Harga Emas Dunia terhadap
Jakarta Islamic Index pada Periode 2014-2017.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh secara simultan antara
Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar Rupiah, dan Harga Emas Dunia terhadap
Jakarta Islamic Index pada Periode 2014-2017.
7
3. Untuk mengetahui variabel manakah yang memiliki pengaruh paling
dominan terhadap Jakarta Islamic Index.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat menjawab semua
masalah dalam penelitian ini, selain itu diharapkan juga berguna bagi :
1. Akademisi
Akademisi diharapkan dapat mengetahui wawasan di bidang pasar
modal, dalam hal ini yang berkaitan dengan pasar modal syariah yang
terdapat saham syariah pada Jakarta Islamic Index.
2. Peneliti
Peneliti diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan di
bidang ekonomi dan lembaga keuangan syariah khususnya pasar modal
syariah, serta sebagai ajang ilmiah untuk menerapkan berbagai teori
perbankan syariah yang telah diperoleh dibangku kuliah.
3. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang
bagaimana kondisi Jakarta Islamic Index dalam meningkatkan
profitabilitasnya, sehingga dapat membantu investor dalam melakukan
investasi.
G. Tinjauan Kajian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas
karena penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya.
Meskipun ruang lingkup hampir sama tetapi karena objek, periode,
waktu dan alat analisis yang digunakan berbeda maka terdapat banyak
hal yang tidak sama sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk
saling melengkapi. Berikut beberapa ringkasan penelitian terdahulu :
8
Tabel 1.2
Penelitian Sebelumnya
No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Hafidz Ash-
Shidiq dan Aziz
Budi Setiawan
(2015).
Pengaruh Suku
Bunga SBI,
Uang Beredar,
Inflasi dan Nilai
Tukar Terhadap
Indeks Harga
Saham Jakarta
Islamic Index
(JII) Periode
2009-2014.
Variabel
Dependen :
Indeks Saham
Jakarta
Islamic Index
(JII)
Variabel
Independen:
Suku Bunga
SBI, Uang
Beredar,
Inflasi, dan
Nilai Tukar
Alat Analisis:
Eviews 7
Analisis
regresi linier
berganda.
Teknik
Pengambilan
Sampel:
Metode
purposive
sampling.
Variabel
Independen:
Uang
Beredar
syariah.
Objek
Penelitian:
Otoritas Jasa
Keuangan
Hasil
penelitian
menunjukkan
Variabel Suku
Bunga SBI,
Uang Beredar,
Inflasi tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap JII
dan Variabel
Nilai Tukar
Rupiah
berpengaruh
signifikan
terhadap JII
9
No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
2. Novita Ndari
Utoyo (2016)
Pengaruh
Tingkat Inflasi,
Suku Bunga,
Harga Emas
Dunia, dan Kurs
Rupiah Pada JII
Variabel
Dependen :
Jakarta
Islamic
Index (JII)
Variabel
Independen:
Inflasi, Suku
Bunga,
Harga Emas
Dunia dan
Kurs Rupiah
Alat
Analisis:
Eviews 7
Analisis
regresi linier
berganda.
Teknik
Pengambila
n Sampel:
Metode
purposive
sampling
Variabel
Independen
: BI Rate
Penelitian:
Otoritas
Jasa
Keuangan
Hasil
penelitian
menunjukkan
Variabel Suku
Bunga SBI,
Inflasi, dan
Nilai Tukar
Rupiah tidak
berpengaruh
terhadap JII
dan
Variabel
Harga Emas
Dunia
berpengaruh
positif
terhadap JII
3. Septian Prima
Rusbariandi
(2012)
Pengaruh
Tingkat Inflasi,
Harga Minyak
Dunia,
Harga Emas
Dunia, dan Kurs
Rupiah Terhadap
Jakarta Islamic
Index di Bursa
Efek Indonesia
(Periode Januari
2005 – Maret
2012)
Variabel
Dependen :
Jakarta
Islamic
Index (JII)
Variabel
Independen:
Inflasi,
Harga
Minyak
Dunia,
Harga Emas
Dunia dan
Kurs Rupiah
Alat
Analisis:
Eviews 7
Analisis
Variabel
Independen
: Uang
Beredar
syariah.
Objek
Penelitian:
Bursa Efek
Indonesia
Hasil
penelitian
menunjukkan
Variabel
Inflasi
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap JII ,
Variabel
Harga Miyak
Dunia
berpengaruh
positif
terhadap JII ,
Variabel
Harga Emas
Dunia tidak
10
No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
regresi linier
berganda.
Teknik
Pengambila
n Sampel:
Metode
purposive
sampling
berpengaruh
signifikan
terhadap JII,
Variabel Kurs
Rupiah
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap JII
11
No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
4. Hatmam
Maqdiyah
Sri Mangesti
Rahayu
Topowijono
(2014)
Pengaruh
Tingkat Bunga
Deposito,
Tingkat Infasi,
Produk Domestik
Bruto (PDB),
dan Nilai Tukar
Rupiah Terhadap
Indeks Harga
Saham Jakarta
Islamic Index
(JII)
Variabel
Dependen :
Indeks
Harga
Saham
Jakarta
Islamic
Index (JII)
Variabel
Independen:
Tingkat
Bunga
Deposito,
Tingkat
Inflasi,
Produk
Domestik
Bruto, dan
Nilai Tukar
Rupiah
Alat
Analisis:
Eviews 7
Analisis
regresi linier
berganda.
Teknik
Pengambila
n Sampel:
Metode
purposive
sampling
Variabel
Independen
: Tingkat
Bunga
Deposito,
Produk
Domestik
Bruto
syariah.
Objek
Penelitian:
Bursa Efek
Indonesia
Hasil
penelitian
menunjukkan
Variabel
Tingkat
Bunga
Deposito
berpengaruh
negatif dan
tidak
signifikan
terhadap JII,
Variabel
Inflasi
berpengaruh
positif dan
tidak
signifikan
terhadap JII ,
Variabel
Harga Produk
Domestik
Bruto
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap JII ,
Variabel Nilai
Tukar Rupiah
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap JII,
Variabel Kurs
Rupiah
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap JII
12
No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
5. Neny Mulyani
(2014)
Analisis
Pengaruh Inflasi,
Suku Bunga,
Nilai Tukar
Rupiah, Dan
Produk
Domestik Bruto
Terhadap Jakarta
Islamic Index
Variabel
Dependen :
Indeks
Harga
Saham
Jakarta
Islamic
Index (JII)
Variabel
Independen:
Inflasi, Suku
Bunga, Nilai
Tukar
Rupiah, dan
Produk
Domestik
Bruto
Alat
Analisis:
Eviews 7
Analisis
regresi linier
berganda.
Teknik
Pengambila
n Sampel:
Metode
purposive
sampling
Variabel
Independen
: Produk
Domestik
Bruto
Objek
Penelitian:
Bursa Efek
Indonesia
Hasil
penelitian
menunjukkan
Variabel
Inflasi
berpengaruh
positif
terhadap JII,
Variabel Suku
Bunga
berpengaruh
negatif ,
Variabel Nilai
Tukar Rupiah
berpengaruh
negatif
terhadap JII ,
Variabel
Produk
Domestik
Bruto
berpengaruh
positif
terhadap JII,
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dibuat untuk memudahkan pemahaman dan memberi
gambaran kepada pembaca tentang penelitian yang diuraikan oleh penulis :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab satu berisi pendahuluan yang menjelaskan latar belakang
masalah yang mendasari diadakannya penelitian, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitia, serta sistematika penulisan.
13
BAB II : TINJAUAN TEORI
Bab dua berisi tinjauan pustaka yang menjelaskan tentang landasan
teori yang menjadi dasar dan bahan acuan dalam penelitian ini,
penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan keterkaitan antara
variabel dan hipotesis.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab tiga berisi metode penelitian yang terdiri dari variabel
penelitian dan definisi operasional variabel penelitian, penentuan
populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan
data dan metode data.
BAB IV : HASIL DAN ANALISIS
Bab empat berisi hasil dan pembahasan yang menjelaskan deskripsi
objek penelitian, analisis data dan interprestasi data.
BAB V : PENUTUP
Bab lima berisi penutup yang berisi kesimpulan dari hasil
Penelitian Pengaruh Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar Rupiah dan Harga
Emas Dunia terhadap Jakarta Islamic Index Periode 2014-2017,
keterbatasan penelitian dan saran yang berupa tindakan-tindakan
yang sebaiknya dilakukan.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Saham Syariah
Produk investasi berupa saham pada prinsipnya sudah sesuai
dengan ajaran Islam. Dalam teori percampuran, Islam mengenal akad
syirkah atau musyarakah yaitu suatu kerjasama antara dua atau lebih pihak
untuk melakukan usaha dimana masing-masing pihak menyetorkan
sejumlah dana, barang atau jasa. Adapun jenis-jenis syirkah yang dikenal
dalam ilmu fikih yaitu: 'inan mufawadhah, wujuh, abdan, mudharabah.
Pembagian tersebut didasarkan pada jenis setoran masing-masing pihak
dan siapa diantara pihak tersebut yang mengelola kegiatan usaha tersebut
(Rodoni, 2009).
Dalam ajaran Islam, kegiatan investasi juga dapat dikategorikan
sebagai kegiatan ekonomi yang masuk dalam kegiatan muamalah.
Kegiatan muamalah ialah suatu kegiatan yang mengatur hubungan antar
manusia. Dalam bidang pasar modal di Indonesia, pengaturan prinsip
syariah pada pasar modal diatur oleh fatwa Dewan Syariah Nasional
(DSN). Pengaturan penerapan prinsip syariah di bidang pasar modal
terdapat pada fatwa DSN No.40/DSN-MUI/X/2003. Disebutkan dalam
fatwa tersebut bahwa yang tergolong jenis efek syariah yang
diperjualbelikan pada pasar modal mencakup Saham Syariah, Obligasi
Syariah, Reksa Dana Syariah, Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun
Aset (KIK EBA) Syariah, dan surat berharga lainnya yang sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah (Widuhung, 2014).
Dewi (2010:14) mendefinisikan saham syariah merupakan saham
yang memenuhi kriteria pemilihan saham syariah berdasarkan Peraturan
Bapepam & LK No.II.K.I tentang kriteria dan kriteria dan Penerbitan
Daftar Efek Syariah, pasal 1.b.7. kriteria tersebut telah diatur dalam Fatwa
15
DSN No: 40/DSN-MUI/X/2003 Pasal 3 tentang kriteria emiten, antara
lain:
a. Jenis usaha, produk, jasa yang diberikan dan akad, serta cara
pengelolaan perusahaan emiten yang menerbitkan Efek Syariah tidak
boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
b. Jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah
sebagaimana di maksud dalam pasal 3 angka 1 di atas, antara lain:
1) Perjudian dan permainan yang tergolong judi.
2) Lembaga keuangan konvensional, termasuk perbankan dan
asuransi konvensional.
3) Produsen, distributor, serta perdagang makanan dan minuman
haram.
4) Melakukan investasi pada emiten yang pada saat transaksi tingkat
hutang perusahaan kepda lembaga keuangan ribawi lebih besar
dari pada modalnya (Rosyida, 2015).
Perkembangan instrument syariah di Indonesia sudah terjadi sejak
tahun 1997. Berawal dari munculnya reksadana syariah yang diprakarsai
dan reksa. Pada tanggal 3 Juli tahun 2000 PT Bursa Efek Jakarta (sekarang
menjadi PT Bursa Efek Indonesia) bersama PT Dana Reksa Investment
Management (DIM) meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII). JII
merupakan indeks yang mencakup 30 jenis saham dari emiten-emiten
yang kegiatan usahanya memenuhi ketentuan hukum syariah. Dari saham-
saham syariah yang masuk dalam Daftar Efek Syariah (DES), JII memilih
30 saham syariah yang paling likuid dan memiliki kapitalisasi pasar yang
besar. BEI melakukan review JII setiap 6 bulan, yang disesuaikan dengan
periode penerbitan DES oleh Bapepam & LK yang dituangkan ke dalam
DES, BEI melakukan proses seleksi lanjutan yang didasarkan pada kinerja
perdagangannya (Widuhung, 2014).
a. Faktor faktor yang mempengaruhi Jakarta Islamic Index
Perkembangan IHSG dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti faktor politik dan faktor ekonomi. Faktor ekonomi khususnya
16
dari sisi makro dan ekonomi. Faktor ekonomi khususnya dari sisi
makro diduga sangat berpengaruh terhadap pasar saham antara lain
adalah inflasi, BI rate, nilai tukar rupiah, dan harga emas dunia.
Penekanan pada faktor makro tersebut mengingat kondisi inflasi, BI
rate, dan harga emas dunia di Indonesia sangatlah fluktuatif dan
cenderung tinggi, sehingga akan mempengaruhi keputusan investor
untuk menanmkan modalnya, khususnya di pasar modal. Demikian
pula dengan nilai tukar, oleh karena Indonesia adalah negara yang
termasuk kecil dalam lingkup “Keuangan Internasional” maka besar
kecilnya nilai tukar Indonesia sangat dipengaruhi faktor eksternal. Hal
ini menyebabkan nilai tukar rupiah umumnya akan berdampak positif
khususnya terhadap IHSG di JII (Triani, 2013).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan perkembangan IHSG
di JII (Jakarta Islamic Index) dipengaruhi beberapa faktor ekonomi.
Faktor-faktor ekonomi yang dimaksud diantara lain inflasi, BI rate,
nilai tukar rupiah, dan harga emas dunia.
b. Pasar Modal Syariah
Pasar modal syariah (Islamic stock exchange) adalah kegiatan
yang berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan
public yang berkaitan dengannya, dimana semua produk dan
mekanisme aoperasionalnya berjalan tidak bertentangan dengan
hukum muamalat Islamiyah. Pasar modal syariah dapat juga diartikan
adalah pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah. Sistem
mekanisme pasar modal konvensiional yang mengandung riba,
maysir, dan gharar selama ini telah menimbulkan keraguan di
kalangan umat islam (Rodoni, 2009).
Pasar modal syari'ah dikembangkan dalam rangka
mengakomodir kebutuhan umat islam di Indonesia yang ingin
melakukan investasi dipasar modal sesuai dengan prinsip syariah. Hal
ini berkenaan dengan anggapan dikalangan sebagian umat islam
sendiri bahwa berinvestasi dipasar modal di satu sisi merupakan
17
sesuatu yang tidak diperbolehkan (diharamkan) berdasarkan ajaran
islam sernentara disisi lain indonesia perlu memperhatikan dan
menarik minat investor mancanegara untuk berinvestasi di pasar
modal Indonesia, terutama investor dari negara-negara Timur Tengah
yang diyakini merupakan investor potensial.
Pasar modal adalah perdagangan instrument keuangan
(sekuritas) jangka panjang, antara lain: dalam bentuk sendiri (stock)
maupun hutang (bonds), baik yang diterbitkan pemerintah (public
authorities) mau pun oleh perusahaan swasta (private sector).
Sedangkan pasar modal syariah merupakan tempat atau sarana
bertemuya penjual dan pembeli instrument keuangan syariah, dalam
bertransaksi berpedoman pada ajaran islam dan menjauhi hal-hal yang
dilarang, seperti penipuan dan penggelapan (Rodoni, 2009).
Di Indonesia pasar modal menerapkan sistem syariah islam
dalam operasionalnya, sementara ini masih dalam bentuk indeks yaitu
Jakarta Islamic Index (JII) pada PT. Bursa Efek Jakarta (Rodoni,
2009). Ditinjau dari segi landasan hukum positif di Indonesia, sampai
saat ini belum terdapat undang-undang khusus pasar modal syariah
kecuali dalam keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan No: Kep-130/BI/2006 tentang penerbitan efek
syariah pada tanggal 23 November 2006. Meskipun demikian, praktek
investasi secara syariah sudah berjalan sejak pertengahan 1997
melalui instrument pasar modal berbasissyariah yaitu reksadana
syariah dan obligasi secara seperti yang dikeluarkan Indosat tahun
2002 (Rodoni, 2009).
c. Prinsip Dasar Pasar Modal Syariah
Saat dibukanya penawaran uum pada perdana, terdapat berbagai
hal yang harus diperhatikan baik oleh investor maupun oleh emiten,
yaitu:
18
1) Instrument atau efek yang diperjual belikan harus sejalan dengan
prinsip syariah, seperti saham syariah dan sukuk (obligasi syariah)
yng terbebas dari unsur riba (interest) dan gharar (ketidakpastian)
2) Emiten yang mengeluarkan efek syariah, baik berupa saham atau
pun sukuk, harus mentaati semua aturan syariah, maka produk
barang dan jasas harus sejalan etika ajaran islam. Seperti usaha
casino, perusahaan rokok, minuman keras, dan bisnis asusila akan
membuat emiten tidak boleh masuk dalam bursa saham dan obligasi
islami.
3) Semua efek harus berbasis pada harta (berbasis asset) atau
transaksi yang riil („ain), bukan mengharapkan keuntungan dari
kontak hutang piutang. Oleh karena itu, hasil investasi yang akan
diterima pemodal merupakan fungsi dari manfaat yang diterima
perusahaan dari dana atau harta hasil penjualan efek (al-aid).
4) Semua transaksi tidak mengandung ketidakjelasan yang
berlebihan (gharar) atau spekulasi murni. Atau semua transaksi
tidak mengandung unsur judi atau pertukaran yang didasari oleh
spekulasi tinggi (qimar) yang lebih tepat disebut dengan permainan
dengan asumsi kosong.
Prinsip-prinsip dan petunjuk fundamental Al-Qura’an yang
dapat dibangun dalam tataran muamalah, khususnya dalam
pembiayaan dan investasi keuangan, antara lain:
1) Pembiayaan atau investasi hanya dapat dilakukan pada asset atau
kegiatan usaha yang halal, spesifik, dan bermanfaat.
2) Uang merupakan alat bantu pertukaran nilai, dimana pemilik
harta akan memproleh bagi hasil dari kegiata usaha tersebut, maka
pembiayaan atau investasi harus pada mata uang yang sama dengan
pembukaan kegiatan usaha.
3) Akad yang terjadi antara pemilik harta dengan emiten harus
jelas. Tindakan maupun informasinya harus transparan dan tidak
boleh menimbulkan keraguan yang dapat merugikan salah satu
19
pihak, sebagaiman sabda Rasulullah SAW; “tidak halal bagi seorang
muslim menjual dari saudaranya suatu jual beli di dalamnya ada aib,
cacat, kecuali ia menjelaskannya”. (HR. Bukhai).
4) Penekanan pada mekanisme yang wajar dan prinsip kehati-hatian
baik pada investor maupun emiten. Konsekuensi dari prinsip-prinsip
tersebut, dalam tataran operasional pasar modal syariah harus
memenuhi kriteria berikut :
a) Efek yang diperjual-belikan harus merupakan representasi dari
barang dan jasa yang halal.
b) Informasi harus terbuka dan transparan, tidak boleh
menyesatkan, dan tidak ada manipulasi fakta.
c) Tidak boleh mempertukarkan efek sejenis dengan nilai nominal
yang berbeda.
d) Larangan terhadap rekayasa penawaran untuk mendapatkan
keuntungan di atas laba normal, dengan cara mengurangi supply
agar harga jual naik (Rodoni, 2009).
d. Fungsi Pasar Modal Syariah
Fungsi keberadaan pasar modal syariah adalah sebagai berikut:
1) Memungkinkan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam
kegiatan bisnis dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan
resikonya.
2) Memungkinakan para pemegang saham menjual ahamnya guna
mendapatkan likuditas.
3) Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk
membangun dan mengembangkan lini produksinya.
4) Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka tidak
mengandung unsur jadi atau pertukaran yang didasari oleh spekulasi
tinggi (qimar) yang lebih tepat disebut dengan permainan dengan
asumsi kosong (Rodoni, 2009).
20
e. Karakteristik Pasar Modal Syariah
Karakter yang diperlukan dalam membentuk struktur pasar
modal syariah, dimana memungkinkan para pemegang saham
individual dapat melepaskan sahamnya dan memperoleh keuntungan
dengan adanya komitmen antara pemegang saham dengan
perusahaan, untuk tidak mencairkan sahamnya setidak-tidaknya
dalam jangka 3 bulan adalah sebagai berikut :
1) Semua saham harus diperjual belikan pada bursa efek.
2) Semua perusahaan yang mempunyai saham yang dapat
diperjual belikan pada bursa efek, diminta menyampaikan informasi
tentang perhiyungan keuntungan dan kerugian, serta neraca
keuntungan kepada komite manajemen bursa efek, dengan jangka
waktu tidak lebih dari 3 bulan.
3) Saham tidak boleh diperdagangkan dengan harga lebih tinggi
dari HST.
4) HST ditetapkan dengan rumus:
5) Perdagangan saham mestinya hanya berlangsung dalam satu
minggu, periode perdagangan, setelah menentukan HST (Rodoni,
2009).
f. Instrumen Pasar Modal Syariah
Efek-efek yang boleh diperdagangkan dalam pasar modal
syariah memenuhi kriteria syariah, seperti saham syariah, obligasi
syariah, dan reksadana syariah. Untuk menghasilkan instrument yang
benar-benar sesuai dengan syariah, telah dilakukan upaya-upaya
rekonstruksi terhadap surat berharga, diantaranya:
1) Penghapusan bunga dan tetap mengalihkannya ke surat investasi
yang ikut serta dalam keuntungan dan dalam kerugian serta tunduk
pada kaidah Al-ghunmubi al-ghurn (keuntungan/penghasilan
berimbang dengan kerugian yang ditanggung).
21
2) Penghapusan syarat jaminan atas kembalikanya harga obligasi dan
bunga, sehingga menjadi seperti saham biasa.
3) Pengalihan obligasi ke saham biasa.
Berdasarkan kaidah tersebut, maka diterbitkan instrument pasar modal
syariah dengan prinsip-prinsip berikut:
1) Muqaradah/ mudharabah funds
Adalah dana yang berbentuk saham yang memberikan kesempatan
kepada investor untuk bersama-sama dalam pembiayaan atau investasi
dengan perjnjian bagi hasil dan bagi resiko (profit and loss sharing).
2) Muraqhadah/ mudharabah bonds
Salah satu bentuk obligasi yang sesuai dengan ketentuan syariah
adalah obligasi berdasarkan prinsip mudharabah. Jenis obligasi ini
dikeluarkan oleh perusahaan untuk tujuan pembiayaan proyek –proyek
tertentu atau proyek yang terpisah dari kegiatan perusahaan yang
bersifat jangka panjang. Keuntungan dari proyek akan didistribusikan
secara periodic didasarkan pada presentase rasi laba rugi yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak (Rodoni,2009).
g. Instrumen yang Dilarang Dalam Pasar Modal Syariah.
Adapun instrumen yang diharamkan dalam pasar modal syariah
adalah:
1) Preferred stock (saham istimewa)
Saham istimewa adalah saham yang memberikan hak lebih
besar daripada saham biasa dalam dividen pada waktu perseroan
dilikuidasi. Adapun karakteristik saham preference : pertama, hak
utama atas dividen; kedua, hak utama atas aktiva; ketiga,
penghasilan tetap; keempat, jangka waktu tidak terbatas; kelima,
tidak punya hak suara. Alasan mengapa diharamkan saham
preference, karena adanya keuntungan yang bersifat tetap (pre-
determined revenue), hal ini termasuk dalam kategori riba.
Sebagaimana firman Allah SWT: “…Allah telah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba…”.(Q.S. Al-Baqarah (2): 275).
22
a) Pemilik saham preference diperlakukan secara istimewa
terutama pada saat likuidasi, hal ini bertentangan dengan prinsip
keadiln. Dalam sebuah ayat disebutkan: dan janganlah kamu
memakan harta sesamamu secara bathil dan kamu bawa perkaranya
kepada hakim supaya kamu dapat memakan sebagian harta orang
lain dengan cara berbuat dosa sedang kamu mengetahuinya”. (Q.S.
Al-Baqarah (2): 188).
2) Forward Contract
Forward contract merupakan salah satu jenis transaksi
yang diharamkan karena bertentangan dengan syariah. Forward
contract merupakan bentuk jual beli hutang yang di dalamnya
terdapat unsur riba, sedangkan tranaksi (jual beli) dilakukan
sebelum tanggal jatuh tempo. Sesuai dengan kaidah fiqih: “setiap
hutang piutang yang mendatangkan manfaat (bagi yang
beroiutang) adalah riba”. Dan dipertegas dengan ayat yang
berbunyi: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan,
hendaklah kamu menuliskannya. (Q.S. Al- Baqarah (2): 282).
3) Option
Option adalah transaksi yang tidak disertai dengan
underlying asset atau real asset, dengan kata lain objek yang
ditansaksikan tidak dimiliki oleh pihak penjual. Option termasuk
dalam kategori gharar (penipuan/spekulasi) dan maysir (judi).
Sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi: “Hai orang-orang
yang beriman sesungguhnya (meminum) khammar, berjudi, dan
(berkurban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
perbuatan keji termasuk perbuatan setan.
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu lantaran
(meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari
mengingat Allah dan sembahyang, maka berhentilah kamu (dari
mengerjakan pekerjaan itu)” (Q.S. Al-Maidah (5): 90-91). Juga
23
dapat beberapa hadist yang dijadikan rujukan mengenai gharar,”
Rasulullsh SAW. Melarang jual beli dengan hasab dan penjualan
gharar”. (HR. Muslim); “Dilarang menjual ikan dalam laut, yang
seperti gharar”. (HR. Ibnu Hambali); Dari Abdullah bin Umar ra,
katanya Rasulullah SAW bersabda; ”Janganlah kamu menjual
buah-buahan hingga nyata hasilnya, dan jangan kamu jual kurma
basah dengan kurma kering”. (HR. Bukhari).
4) Transaksi margin on trading
Transaksi ini adalah dimana pembeli membayar sebagian
harga secara tunai, yang sisanya dilunasi dari pinjaman kepada
bank melalui peratara dengan syarat surat berharga tersebut
dijadikan jaminan bagi pialang untuk melunasi harga pinjaman.
Bentuk transaksi ini dilarang karena hal-hal berikut:
a) Kondisi dimana sisa harga akad yang belum dibayar oleh
pembeli harus dibayar dengan imbalan berupa bunga, diharamkan
secara syariah, karena berupa bunga.
b) Surat berharga yang menjadi objek akad dijadikan jaminan
pada pialang yang mengambil manfaat dari keuntungan.
c) Adanya dua akad secara bersarnaan dalam satu akad, yaitu
akad jual beli dan hutang (Rodoni, 2009).
Prinsip instrument pasar modal syariah berbeda dengan pasar
modal konvensional. Saham yang diperdagangkan pada pasar modal
syariah harus datang dari emiten yang memenuhi kriteria kriteria
syariah. Obligasi yang diterbitkan pun harus menggunakan prinsip
syariah, seperti mudharabah, musyarakah, ijarah, istishna, salam,
dan murabahah (Nazir, 2016).
2. Inflasi
a. Pengertian Inflasi
Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat
harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus selama waktu
tertentu. (Karim, 2008). Definisi lain Inflasi adalah kecenderungan
24
dari harga-harga untuk menaikkan secara umum dan terus menerus
dalamjangka waktu yang lama. Kenaikan harga dari satu atau dua
barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas
kepada (atau mengakibatkan kenaikkan) sebagian besar dari harga
barang-barang lain (Septian et all, 2016). Inflasi merupakan kenaikan
dalam tingkat harga barang dan jasa secara umum selama periode
waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat diestimasikan dengan mengukur
persentase perubahan dalam indeks harga konsumen yang
mengindikasikan harga dari sejumlah besar produk konsumen seperti
produk kebutuhan sehari-hari, perumahan, bahan bakar, layanan
kesehatan dan listrik (Madura, 2000).
Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi permintaan
demand-pull inflation dan cost-push inflation. Cost-push inflation
disebabkan oleh turunnya produksi karena naiknya biaya produksi
(naiknya biaya produksi dapat terjadi karena naiknya biaya produksi
(naiknya biaya produksi dapat terjadi karena tidak efisiennya
perusahaan, nilai kurs mata uang negara yang bersangkutan jatuh,
kenaikan harga bahan baku industry, adanya tuntutan kenaikan upah
dari serikat buruh yang kuat, dan sebagainya. Demand-pull inflation
dapat disebabkan oleh adanya kenaikan permintaan agregat (AD) yang
terlalu besar atau pesat dibandingkan dengan penawaran produksi
agregat (Septian et all, 2016).
Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli
rupiah yang telah diinvestasikan. Oleh karena itu, risiko inflasi juga
bisa disebut sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami
peningkatan, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi
untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang dialaminya.
(Tandelilin, 2010).
25
Inflasi dapat dirumuskan sebagai kenaikan harga umum, yang
bersumber pada terganggunya keseimbangan antara arus uang dan
arus barang. Angka inflasi dihitung oleh badan pusat statistik dari
persentase perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada suatu saat
dibandingkan dengan IHK pada periode sebelumnya. IHK adalah
perbandingan perbandingan relative dari harga suatu paket barang dan
jasa pada suatu saat dibandingkan dengan harga-harga barang dan jasa
tersebut pada tahun dasar, dan dinyatakan dalam persen. (Gilarso,
2004).
b. Macam-Macam Inflasi
Macam-macam Inflasi anatara lain, sebagai berikut :
1) Berdasarkan Ukuran Inflasi
a) Inflasi ringan adalah tingkat inflasi yang berada di bawah 10%
dalam setahun.
b) Inflasi sedang adalah tingkat inflasi yang berada di antara 10-
30% dalam setahun.
c) Inflasi berat adalah tingkat inflasi yang berkisar antara 30-
100% dalam setahun.
d) Inflasi tinggi (hyperinflation) adalah tingkat inflasi yang
berkisar dari 100% dalam setahun. (Boediono, 2014).
2) Berdasarkan sebabnya
Jenis inflasi berdasarkan sebabnya adalah sebagai berikut.
(Putong, 2000) :
a) Demand Pull Inflation.
Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan
yang tinggi disatu pihak dan kondisi produksi telah mencapai
kesempatan kerja penuh (full employment) dipihak lain. Sesuai
dengan hukum permintaan, bila permintaan banyak dan
penawaran tetap, harga akan naik. Bila hal ini berlangsung
secara terus menerus akan mengakibatkan inflasi yang
26
berkepanjangan. Oleh karena itu, untuk mengatasinya
diperlukan adanya pembukaan kapasitas produksi baru dengan
penambahan tenaga kerja baru.
b) Cost Push Inflation
Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya
biaya produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadi karena
tidak efisiennya perusahaan, nilai kurs mata uang negara yang
bersangkutan jatuh/turun, kenaikan harga bahan baku industri,
adanya tuntutan kenaikan upah dari serikat buruh yang kuat,
dan sebagainya). Ada dua hal yang dapat dilakukan oleh
produsen sehubungan dengan naiknya biaya produksi, yaitu
langsung menaikkan harga produknya dengan jumlah
penawaran yang sama atau harga produknya naik (karena tarik
menarik permintaan dan penawaran) karena penurunan jumlah
produksi.
c) Kelompok Teori Inflasi
Secara garis besar ada empat kelompok teori mengenai
inflasi, masing-masing dari teori ini menyatakan aspek-aspek
tertentu dari proses inflasi dan mencakup semua aspek penting
dari proses kenaikan harga dengan dikemukakan ahli ekonomi,
yaitu antara lain sebagai berikut (Dewi, 2011) :
1) Teori Kuantitas
Dalam teori ini hubungan antara uang harga
digambarkan dalam kuantitas dengan 2 jenus yaitu jenis
Fisher dan jenis Cambridge. Jenis Fisher merupakan teori
inflasi yang paling tua, namun teori ini masih sangat
berguna untuk menerangkan proses inflasi di zaman
modern ini, terutama di negara-negara yang sedang
berkembang. Dimana teori ini menjelaskan :
a) Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan
volume uang yang berbeda tanpa ada kenaikan jumlah
27
uang yang beredar, kejadian seperti ini misalnya
kegagalan panen hanya akan menaikkan harga untuk
sementara.
b) Laju inflasi ditentukan oleh penambahan jumlah uang
beredar dan mencegah kenaikan harga barang-barang di
masa yang akan datang.
2) Teori Keynes
Menurut Keynes inflasi terjadi karena masyarakat ingin
hidup di luar kemampuan ekonominya. Dengan proses
melalui perebutan pembagian antara kelompok sosial yang
menginginkan barang dan jasa yang lebih.
3) Teori Strukturalis
Teori ini berpusat pada fleksibilitas dari struktur
perekonoian negara-negara yang sedang berkembang.
Teori ini berpusat pada fleksibilitas dari struktur
perekonomian negara-negara yang sedang berkembang.
Teori strukturalis memberikan titik tekan pada ketegaran
atau infleksibilitas dari struktur perekonomian negara-
negara berkembang. Faktor strukturalis inilah yang
menyebabkan perekonomian negara sedang berkembang
berjalan sangat lambat dalam jangka panjang. Menurut
teori ini ada dua faktor utama yang dapat menimbulkan
inflasi.
4) Kebijakan Mengatasi Inflasi
Kebijakan yang mungkin dilakukan pemerintah untuk
mengatasi inflasi adalah sebagai berikut (Huda, dkk.,
2009) :
a) Kebijakan fiskal yaitu dengan menambah pajak dan
pengeluaran pemerintah.
b) Kebijakan moneter yaitu dengan menaikkan suku bunga
dan menaikkan kredit.
28
c) Dari segi penawaran yaitu dengan melakukan langkah
yang dapat mengurangi biaya produksi dan menstabilkan
harga seperti mengurangi pajak impor atau pajak bahan
mentah melakukan penetapan harga menggalakan
pertambahan produksi dan perkembangan teknologi.
d) Inflasi dalam Perspektif Islam
Fenomena inflasi sebetulnya muncul sebagai akibat
dari mulai diberlakukan dan beredarnya dinar dan
dirham yang tidak murni (campuran). Kemudian, di
masa sekarang fenomena inflasi semakin bertambah
dengan diterapkannya mata uang kertas. Sebetulnya hal
ini telah diperingatkan oleh ulama, seperti Imam Syafi’i
yang melarang pemerintah mencetak dirham yang tidak
murni karena akan merusak nilai mata uang,
menyebabkan naiknya harga, dan hal itu merugikan
orang banyak serta menimbulkan kerusakan-kerusakan.
Ibnu Taimiyah pada masa Daulah Bani Mamluk juga
telah memperingatkan keadaan ini, ia menyatakan
bahwa uang yang berkualitas baik dari peredaran.
Apabila uang dibiarkan beredar sebagai alat tukar,
niscaya dinar dan dirham akan menghilang dari
peredaran. (Rozalinda, 2014).
3. Nilai Tukar Rupiah (Kurs)
a. Pengertian Nilai Tukar Rupiah (Kurs)
Exchange Rates (nilai tukar uang) atau yang lebih populer
dikenal dengan sebutan kurs mata uang adalah catatan (quotation) harga
pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang
domestik (domestic currency) atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang
domestik dalam mata uang asing. Nilai tukar uang merepresentasikan
tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata uang yang lainnya
29
dan digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain transaksi
perdagangan internasional, turisme, investasi internasional, ataupun
aliran uang jangka pendek antarnegara, yang melewati batas-batas
geografis ataupun batas-batas hukum. (Karim, 2008).
Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang
domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan
untuk memperoleh satu unit mata uang asing. (Sukirno, 2004). Nilai
tukar rupiah (Kurs) merupakan harga suatu mata uang terhadap mata
uang lainnya. Pada kurs, yakni suatu mata uang terhadap mata uang
lainnya, juga merupakan sebuah harga aktiva atau harga aset (asset
price), prinsip-prinsip pengaturan harga aset-aset lainnya juga berlaku.
Setiap negara memiliki sebuah mata uang yang menunjukkan atau
menetapkan harga-harga dari setiap barang dan jasa yang ada. Indonesia
dengan Rupiahnya, Amerika Serikat memiliki Dolar, Jerman punya DM,
di Inggris kita mendapatkan Poundsterling, dan seterusnya.
Kurs memainkan peranan penting dalam hubungan perdagangan
internasional, karena kurs memungkinkan kita untuk membandingkan
harga-harga segenap barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai
negara. Perubahan kurs biasa disebut dengan apresiasi dan depresiasi.
Depresiasi mata uang suatu negara membuat harga-harga barangnya
menjadi lebih murah bagi pihak luar negeri, dengan anggapan bahwa
semua kondisi lainnya tetap (cateris paribus). Sebaliknya, jika terjadi
apresiasi mata uang suatu negara menyebabkan harga barang-barangnya
menjadi lebih mahal bagi pihak luar negeri dengan anggapan semua
kondisi lainnya tetap (Krugman dan Obstfeld, 2005).
b. Macam-macam Sistem Nilai Tukar Rupiah (Kurs)
Ada tiga macam sistem kurs/nilai tukar, antara lain sebagai berikut
(Dewi, 2011) :
1) Sistem kurs tetap (fixed exchange rate)
Dalam sistem ini Pemerintah menetapkan nilai tukar tetap mata
uang lainnya, tanpa memperhatikan permintaan ataupun penawaran
30
terhadap valuta asing yang terjadi dan repotnya di dalam sistem ini
Pemerintah harus selalu siap dengan cadangan devisa di dalam
jumlah yang cukup.
2) Sistem kurs mengambang (floating exchange rate)
Dalam sistem ini nilai tukar mata uang semata-mata ditentukan
oleh permintaan dan penawaran akan mata uang tersebut dan yang
terpenting bahwa Pemerintah melalui Bank Sentral tidak ikut
campur tangan di dalam menjaga nilai tukar tersebut pada tingkat
yang diinginkan.
3) Sistem kurs mengambang terkendali (managed floating exchange
rate),
Dalam sistem ini nilai tukar ditentukan oleh Bank Sentral tetapi
lebih flexible karena bisa berubah setiap hari tetapi di dalam
kendali yang diinginkan oleh Pemerintah. Di dalam sistem ini
Pemerintah turut campur baik di dalam penentuan kurs maupun
tingkat intervensi yang dilakukan agar kurs tersebut tidak
mengalami gejolak yang terlalu besar.
4) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kurs
Perubahan dalam kurs valuta disebabkan oleh banyak faktor
diantaranya adalah sebagai berikut (Sukirno, 2004) :
a) Perubahan dalam Selera Masyarakat
Selera masyarakat mempengaruhi corak konsumsi
mereka. Maka perubahan selera masyarakat akan mengubah
corak konsumsi mereka ke atas barang-barang yang
diproduksikan di dalam negeri maupun yang di impor.
Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan
keinginan mengimpor berkurang dan ia dapat pula menaikkan
ekspor. Sedangkan perbaikan kualitas barang-barang impor
menyebabkan keinginan masyarakat untuk mengimpor
bertambah besar. Perubahan-perubahan ini akan
mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing.
31
b) Perubahan Harga Barang Ekspor dan Impor
Harga sesuatu barang merupakan salah satu faktor
penting yang menentukan apakah sesuatu barang akan di
impor atau di ekspor. Barang-barang dalam negeri yang dapat
dijual dengan harga yang relatif murah akan menaikkan ekspor
dan apabila harganya naik maka ekspornya akan berkurang.
Pengurangan harga barang impor akan menambah jumlah
impor, dan sebaliknya kenaikan harga barang impor akan
mengurangi impor. Dengan demikian perubahan harga-harga
barang ekspor dan impor akan menyebabkan perubahan dalam
penawaran dan permintaan ke atas mata uang negara tersebut.
c) Kenaikan Harga Umum (Inflasi)
Inflasi sangat besar pengaruhnya kepada kurs
pertukaran valuta asing. Inflasi yang berlaku pada umumnya
cenderung untuk menurunkan nilai sesuatu valuta asing.
Kecenderungan seperti ini disebabkan efek inflasi yang berikut
: (i) inflasi menyebabkan harga-harga di dalam negeri lebih
mahal dari harga-harga di luar negeri dan oleh sebab itu
berkecenderungan menambah impor, (ii) inflasi menyebabkan
harga-harga barang ekspor menjadi lebih mahal, oleh karena
itu inflasi berkecenderungan mengurangi ekspor. Keadaan (i)
menyebabkan permintaan ke atas valuta asing bertambah, dan
keadaan (ii) menyebabkan penawaran ke atas valuta asing
berkurang, maka harga valuta asing akan bertambah (berarti
harga mata uang negara yang mengalami inflasi merosot).
c. Perubahan Suku Bunga dan Tingkat Pengembalian Investasi
Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting
peranannya dalam mempengaruhi aliran modal. Suku bunga
dan tingkat pengembalian investasi yang rendah cenderung
akan menyebabkan modal dalam negeri mengalir ke luar
negeri. Sedangkan suku bunga dan tingkat pengembalian
32
investasi yang tinggi akan menyebabkan modal luar negeri
masuk ke negara itu. Apabila lebih banyak modal mengalir ke
sesuatu negara, permintaan ke atas mata uangnya bertambah,
maka nilai mata uang tersebut bertambah. Nilai mata uang
sesuatu negara akan merosot apabila lebih banyak modal
negara dialirkan ke luar negeri karena suku bunga dan tingkat
pengembalian investasi yang lebih tinggi di negara-negara lain.
d. Pertumbuhan Ekonomi
Efek yang akan diakibatkan oleh sesuatu kemajuan ekonomi
kepada nilai mata uangnya tergantung kepada corak
pertumbuhan ekonomi yang berlaku. Apabila kemajuan itu
terutama diakibatkan oleh perkembangan ekspor, maka
permintaan ke atas mata uang negara itu bertambah lebih cepat
dari penawarannya dan oleh karenanya nilai mata uang negara
itu naik. Akan tetapi, apabila kemajuan tersebut menyebabkan
impor berkembang lebih cepat dari ekspor, penawaran mata
uang negara itu lebih cepat bertambah dari permintaannya dan
oleh karenanya nilai mata uang negara tersebut akan merosot.
4. Suku Bunga (BI Rate)
a. Pengertian Suku Bunga (BI Rate)
Menurut Bank Indonesia BI Rate adalah suku bunga kebijakan
yang mencerminkan sikap kebijakan moneter yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate merupakan
indikasi suku bunga jangka pendek yang diinginkan Bank Indonesia
dalam upaya mencapai target inflasi. BI Rate digunakan sebagai
acuan dalam operasi moneter untuk mengarahkan agar suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 1 bulan hasil lelang operasi pasar
terbuka berada di sekitar BI Rate. (www.bi.go.id)
Suku bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang dibayarkan
untuk dana pinjaman tersebut (biasanya dinyatakan sebagai
persentase per tahun). (Mishkin, 2008). Sedangkan menurut
33
Judisseno (2005), suku bunga adalah penghasilan yang diperoleh
oleh orang-orang yang memberikan kelebihan uangnya atau surplus
spending unit untuk digunakan sementara waktu oleh orang-orang
yang membutuhkan dan menggunakan uang tersebut untuk menutupi
kekurangannya atau defisit spending units.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya suku bunga antara
lain (Ismail, 2011) :
1) Kebutuhan Dana
Besarnya suku bunga dapat dipengaruhi oleh kebutuhan dana
bagi pihak yang memerlukannya. Sifat kebutuhan dana dibagi
menjadi tiga yaitu :
2) Keharusan, merupakan kebutuhan dana yang mendesak yang
tidak mungkin ditunda. Apabila pihak yang membutuhkan dana
tersebut pada kondisi sangat memerlukannya, maka akan
berpengaruh pada tingkat bunga dan pihak kreditor dapat
meminjamkan dananya dengan bunga yang lebih tinggi
dibanding market rate.
3) Kebutuhan, merupakan kebutuhan dana yang harus ada akan
tetapi, kebutuhannya masih bisa ditunda untuk beberapa waktu.
Sifat kebutuhannya tidak mendesak, maka suku bunga yang
diperoleh akan sama dengan market rate.
4) Keinginan, merupakan kebutuhan dana yang tidak harus ada
tetapi merupakan tambahan dana untuk memperluas usaha
nasabah. Sifatnya tidak mendesak dan bisa diabaikan, oleh
karena itu pihak debitur bisa memperoleh tingkat bunga yang
lebih rendah dibanding suku bunga di pasar.
a) Persaingan Antarbank
Bank tidak dapat menentukan suku bunga sesuai
dengan keinginan bank saja akan tetapi, ada faktor lain
yang diperhatikan yaitu, suku bunga yang diberikan oleh
34
pesaing. Pada umumnya bank akan membeli dan menjual
bunga tidak jauh berbeda dengan tingkat suku bunga di
pasar. Bank akan menyalurkan kredit dengan suku bunga
sesuai dengan suku bunga di pasar.
b) Jangka Waktu
Faktor jangka waktu merupakan faktor yang penting
dalam menetapkan suku bunga. Semakin lama jangka
waktu yang diperjanjikan akan semakin besar
kemungkinan adanya fluktuasi bunga dalam market rate,
sehingga semakin lama jangka waktunya akan semakin
besar tingkat bunganya.
c) Kualitas Jaminan
Dalam menentukan besarnya bunga kredit yang
akan diberikan kepada debitur, bank juga melihat
jaminannya. Terdapat beberapa kekayaan yang dapat
digunakan sebagai agunan/jaminan. Apabila agunan
tersebut marketable, mudah diperjual belikan, serta nilai
agunan tersebut stabil atau meningkat maka bank dapat
memberikan bunga kredit yang lebih rendah, karena
risiko tidak tertagihnya kredit debitur dapat ditutup
adanya agunan yang layak.
d) Reputasi Nasabah
Bank akan lebih aman dalam memberikan kredit
kepada nasabah yang mempunyai reputasi usaha, karena
jaminan pembayaran atas kredit yang diberikan akan
lebih besar. Biasanya bank akan memperebutkan debitur
yang mempunyai reputasi usaha yang baik. Oleh karena
itu, bank sebagai kreditur tidak dapat membebankan
bunga sesuai dengan pasar, akan tetapi akan lebih rendah
dengan bunga di pasar.
35
5. Harga Emas Dunia
Sejak tahun 1968, harga emas yang dijadikan patokan seluruh dunia
adalah harga emas berdasarkan standar pasar emas London. Harga emas
tetap (sering disebut sebagai London Fix atau Gold Fix) ditetapkan setiap
hari pukul 10.30 GMT (London Gold AM Fix) dan juga jam 15:00 GMT (
London Gold PM Fix ). Penetapan harga saat itu (on spot) ataupun
penjualan yang akan datang (forward) ditentukan oleh “Tim Lima” yang
mewakili para dealer emas serta bank-bank yang paling berpengaruh dan
paling besar di dunia, yaitu N.M Rothschild (sebagai kepala tim), Societte
General, Hongkong Shanghai Bank – HSBC, Scotia Mocatta dan Deutsche
Bank (Utoyo dan Ridwan, 2016).
Emas mempunyai standar nilai internasional yang mudah dipantau,
emas sangat liquid (mudah diuangkan). Emas sebagai salah satu bentuk
investasi yang tidak terpengaruh oleh inflasi dan aman terhadap depresiasi
nilai tukar. Emas di dunia bersal dari dalam bumi berupa bongkahan
campuran batu dan emas, yang harus melalui proses pemurnian atau
refinery untuk dijadikan emas murni 24 karat atau 99,9 %. Emas murni 24
K umumnya berwujud dalam bentuk batangan (gold bar), koine mas dan
perhiasan (Susilo, 2011).
Harga emas di negara manapun megikuti harga emas dunia yang
ditentukan di London (pasar emas London) setiap hari. Harga emas dunia
ditentukan berdasarkan supply and demand emas dari seluruh penjuru
dunia, bukan ditetntukan dari satu daerah saja. Standar internasional emas
dalam US$ per troy ounce/oz (1 troy oz = 31.1 gr). Pasar emas London
menjadi rujukan pasar emas global dalam menentukan patokan harga emas
hamper di setiap negara (termasuk dengan harga Dinar Dirham Islam).
Selain di London, Pusat perdagangan emas lainnya adalah New York,
Zurich, Tokyo, Sydney dan Hongkong, dimana Hongkong menjadi pusat
perdagangan di Asia (Firman, 2012).
36
6. Jakarta Islamic Index
Jakarta Islamic Index (JII) merupakan indeks terakhir yang
dikembangkan oleh BEJ yang bekerjasarna dengan Danareksa lnvesment
Management untuk merespons kebutuhan informasi yang berkaitan
dengan investasi syariah. Jakarta Islamic Index (JII) merupakan subset dari
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang diluncurkan pada tanggal 3
juli 2000 dan menggunakan tahun 1 januari 1995 sebagai base date
(dengan nilai 100).
JII melakukan penyaringan (filter) terhadap saham yang listing.
Rujukan dalam penyaringannya adalah fatwa syariah yang dikeluarkan
oleh Dewan Syariah Nasional (DSN). Berdasarkan fatwa inilah BEJ
memilah emiten yang unit usahanya sesuai dengan syariah. Perbedaan
mendasar antara indeks konvensional dengan indeks islam adalah indeks
konvensional memasukan seluruh saham yang tercatat di bursa dengan
mengabaikan aspek halal haram, yang penting saham emiten yang
terdaftar (listing) sudah sesuai aturan yang berlaku. Adapun syarat suatu
saham yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat dikatakan syariah adalah
sebagai berikut:
a. Jenis usaha, produk barang jasa yang diberikan dan akad serta cara
pengolahan perusahaan yang mengeluarkan saham (emiten) atau
perusahaan publik yang menebitkan saharn syariah tidak boleh
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Jenis kegiatan usaha
yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, antara Iain :
1) Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau
perdagangan yang dilarang.
2) Lembaga keuangan ribawi, termasuk bank dan asuransi
konvensional.
3) Memproduksi, mendistribusikan serta memperdagangkan
makanan dan minuman yang haram.
4) Memproduksi, mendistribusikan dan atau menyediakan barang -
barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
37
b. Emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan saham syariah wajib
untuk menandatangani dan memenuhi ketentuan akad yang sesuai
dengan syariah atas saham syariah yang dikeluarkan.
c. Emiten atau perusahaan publik yang menerb1tkan saham syariah
wajib menjamin bahwa kegiatan usahanya memenuhi prinsip-prinsip
Syariah dan memiliki syariah Compliance Of- ficer (fatwa DSN No.
40.2003).
d. Khan (2005) dalam menjelaskan identifikasi perusahaan yang dapat
ikut dalarn saham Islami mengajukan beberapa syarat:
a. Emiten/perusahaan tersebut tidak berkaitan dengan riba.
b. Perusahaan tersebut tidak membuat atau memproduksi barang
atau jasa yang dilarang oleh syariah.
c. Perusahaan tidak bertindak eksploitatif secara berlebihan
terhadap factor-faktor produksi alam yang diberikan Allah.
d. Perusahaan tidak mempermainkan harga sekehendaknya,
perusahaan tersebut tidak menghalangi terjadinya fee market.
B. Hubungan Keterkaitan Antara Variabel Independen dengan Variabel
Dependen
1. Hubungan Inflasi dengan Jakarta Islamic Index.
Inflasi merupakan kenaikan dalam tingkat harga barang dan jasa
secara umum selama periode waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat
diestemasikan dengan mengukur persentase perubahan dalam indeks harga
konsumen yang mengindikasikan harga dari sejumlah besar produk
konsumen yang mengindikasikan harga dari sejumlah besar produk
konsumen seperti produk kebutuhan sehari-hari, perumahan, bahan bakar,
layanan kesehatan dan listrik (Madura, 2000).
Dalam penelitian Hafidz Ash-Shidiq (2015) Aziz Budi Setiawan
(2015) dan dkk. menjelaskan bahwa inflasi tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap Jakarta Islamic Index artinya tinggi rendahnya inflasi
tidak memberi pengaruh terhadap Jakarta Islamic Index. Faktor lain yang
38
mendukung inflasi tidak berpengaruh terhadap Jakarta Islamic Index. yaitu
inflasi pada tahun 2011 hingga 2014 antara 3,79 hingga 8,36 dimana
inflasi tersebut dikategorikan jenis inflasi moderate (laju inflasinya antara
7-10%) adalah inflasi yang ditandai dengan harga-harga yang meningkat
secara lambat.
Dengan keadaan inflasi yang termasuk kategori inflasi rendah
sehingga masyarakat masih bisa memenuhi konsumsinya tanpa harus
menarik dana simpanannya untuk digunakan sebagai konsumsi. Oleh
sebab itu, inflasi memiliki hubungan dengan Jakarta Islamic Index. yang
ada di Bursa Efek Indonesia.
2. Hubungan BI Rate dengan Jakarta Islamic Index.
Suku bunga adalah penghasilan yang diperoleh oleh orang-orang
yang memberikan kelebihan uangnya atau surplus spending unit untuk
digunakan sementara waktu oleh orang-orang yang membutuhkan dan
menggunakan uang tersebut untuk menutupi kekurangannya atau defisit
spending units. (Judisseno, 2005).
Dalam penelitian Novita Ndari Utoyo (2016) menjelaskan bahwa
BI Rate tidak berpengaruh terhadap Jakarta Islamic Index artinya besar
kecilnya BI Rate tidak memberi pengaruh terhadap jumlah Islamic Index.
3. Hubungan Nilai Tukar Rupiah dengan Jakarta Islamic Index.
Kurs merupakan faktor eksternal (luar) yang juga mempengaruhi
Jakarta Islamic Index. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS,
mencerminkan kondisi perekonomian yang tidak menentu sehingga
meningkatkan risiko berusaha yang akan direspon oleh dunia usaha
dengan menitipkan uangnya pada bank syariah. (Sujatna, 2010).
Dalam penelitian Aziz Budi Setiawan (2015) menjelaskan nilai
tukar berpengaruh secara signifikan terhadap Jakarta Islamic Index. Ketika
menurunnya nilai tukar rupiah terhadap US Dollar, mencerminkan
39
stabilitas perekonomian yang semakin menurun akan risiko dalam
menjalankan usahanya, sehingga para investor yang sebelumnya
menanamkan modalnya ke pasar uang beralih ke dunia perbankan.
4. Hubungan Harga Emas Dunia dengan Jakarta Islamic Index
Dalam penelitian Novita Ndari Utoyo (2016) Kecenderungan
naiknya harga emas akan mendorong investor untuk memilih berinvestasi
emas dari pada saham. Selain dengan resiko yang relatif lebih rendah,
emas dapat memberikan hasil imbal balik yang baik dengan kenaikan
harganya.
Ketika banyak investor yang membeli emas batangan saat harga
emas turun hal ini mengakibatkan turunnya indeks saham di Negara
bersangkutan karena aksi jual yang dilakukan investor, dan sebaliknya
apabila harga emas sedang mengalami kenaikan maka akan menaikkan
indeks saham karena aksi jual emas dan mengalihkan investasinya pada
saham.
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi
dari serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat
disajikan dalam bentuk bagan, deskripsi kualitatif, dan atau gabungan
keduanya (Hamid, 2010).
40
D. Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul. Dalam kerangka berfikir ilmiah, hipotesis diajukan adalah
sebagai jawaban sementara yang belum tentu benar dan perlu dibuktikan
kebenarannya melalui penelitian.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh serta hubungan yang
positif antara dua variable atau lebih perlu dirumuskan suatu hipotesis.
Adapun hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:
41
1. Hipotesis Parsial
: Diduga tidak terdapat pengaruh secara parsial Inflasi, BI
Rate, Nilai Tukar Rupiah, dan Harga Emas Dunia Terhadap
Jakarta Islamic Index Periode 2014-2017.
: Diduga terdapat pengaruh secara parsial Inflasi, BI Rate,
Nilai Tukar Rupiah, dan Harga Emas Dunia Terhadap Jakarta
Islamic Index Periode 2014-2017.
2. Hipotesis Simultan
: Diduga tidak terdapat pengaruh secara simultan Inflasi, BI
Rate, Nilai Tukar Rupiah, dan Harga Emas Dunia Terhadap
Jakarta Islamic Index Periode 2014-2017.
: Diduga terdapat pengaruh secara simultan Inflasi, BI Rate,
Nilai Tukar Rupiah, dan Harga Emas Dunia Terhadap Jakarta
Islamic Index Periode 2014-2017.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
data sekunder yang diperoleh dari laporan jumlah saham Jakarta Islamic
Index pada Januari 2014 – Desember 2017.
Jenis penelitian ini berdasarkan tingkat eksplanasinya adalah
penelitian asosiatif. Menurut Sugiyono (2003:11), penelitian asosiatif
merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun
juga hubungan antara dua variabel atau lebih. Metode yang digunakan adalah
metode kausal-asosiatif yang dilakukan terhadap data yang dikumpulkan
setelah terjadinya suatu peristiwa. Identifikasi terhadap peristiwa tersebut
berkenaan dengan variabel independen yaitu: Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar
Rupiah dan Harga Emas Dunia, dengan variabel dependen yaitu Jakarta
Islamic Index. Tempat penelitian ini adalah IDX di Indonesia.
B. Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini sebagai data adalah JII,
Harga Emas Dunia, Nilai Tukar Rupiah, BI Rate, dan Inflasi. Berdasarkan
data yang tersedia di internet untuk semua variabel yang digunakan dalam
penelitian ini tersedia data dari tahun 2014-2017. Alasan pemilihan periode
tahun yang digunakan adalah fluktuasi harga saham yang terdepresiasi
ditahun akhir 2014-2017. Pemilihan data bulanan adalah untuk
menghindarkan bias yang terjadi akibat kepanikan pasar dalam mereaksi
suatu informasi, sehingga dengan penggunaan data bulanan diharapkan dapat
memperoleh hasil yang lebih akurat.
43
C. Sumber Data
Pengumpulan data diperoleh dari data statistik dan data yang
dipublikasi secara umum. Data data yang dikumpulkan adalah sebagai
berikut:
1. Data statistik Inflasi pada periode Januari 2014 sampai Desember 2017
bersumber dari Bank Indonesia (BI).
2. Data statistik BI Rate pada periode Januari 2014 sampai Desember 2017
bersumber dari Bank Indonesia (BI).
3. Data statistik Nilai Tukar Rupiah pada periode Januari 2014 sampai
Desember 2017 bersumber dari Bank Indonesia (BI).
4. Data statistik Harga Emas Dunia pada periode Januari 2014 sampai
Desember 2017 bersumber dari harga-emas.org.
5. Data statistik Jakarta Islamic Index pada periode Januari 2014 sampai
Desember 2017 bersumber dari www.dunia investasi.com.
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda.
Pemilihan alat analisis dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square
(OLS) yaitu suatu metode ekonometrik di mana terdapat variabel independen
sebagai variabel penjelas dan variabel dependen sebagai variabel yang
dijelaskan dalam suatu persamaan linier. Dalam OLS hanya terdapat satu
variabel dependen, sedangkan untuk variabel independen jumlahnya bisa
lebih dari satu.
Untuk analisis data dilakukan dengan bantuan aplikasi komputer yaitu
program Microsoft Excel 2010 dan EViews 9.0. Standarisasi data dilakukan
menggunakan alat bantu piranti lunak EViews 9.0.
44
1. Uji Stasioneritas
Uji stasioneritas bertujuan untuk melihat nilai rata-rata dan varian
dari data time series, apakah data tersebut mengalami perubahan secara
sistematik sepanjang waktu (konstan) atau sebaliknya. Uji stasioneritas
dapat dilihat dengan menggunakan uji grafik dan uji akar unit. Di sini
peneliti menggunakan metode uji akar unit agar mendapatkan hasil yang
lebih akurat.
Hasil uji akar-akar unit dengan membandingkan nilai t-hitung
dengan nilai kritis MCKinnon dan jika nilai probabilitas lebih kecil dari
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data stasioner. Sedangkan jika nilai
probabilitas lebih besar dari 0.05 maka data tidak stasioner. Jika data di
level normal, maka dapat dinaikkan ke diferensiasi tingkat 1 (Winarno,
2015:11.5).
Hipotesis:
H0 : data tidak stasioner.
H1 : data stasioner.
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
Bila probabilitas>0.05, maka H0 diterima
Bila probabilitas<0.05, maka H0 ditolak.
2. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi, terdapat variabel residual atau variabel pengganggu atau residual
mempunyai distribusi normal.
Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual memiliki
distribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.
Namun dalam penelitian ini lebih ditekankan untuk menguji dengan uji
statistik. Uji statistik yang dilakukan adalah dengan uji Jarque-Bera (JB).
45
Data dalam penelitian ini dikatakan terdistribusi normal jika, nilai
probability Jarque-Bera lebih besar dari 0.05 (Ghozali, 2013:166).
3. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinearitas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
hubungan antara beberapa atau semua variabel independen dalam model
regresi. Menurut ghozali (2013:77), uji multikolinearitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi yang
tinggi atau sempurna antar variabel independen.
Menurut Ghozali (2013:79), pendeteksian adanya multikolinearitas
dengan menggunakan uji efisiensi korelasi (r). Jika koefisien korelasi
cukup tinggi, yaitu di atas 0.90, maka diduga terjadi multikolinearitas
dalam model. Sebaliknya, jika koefisien relatif rendah maka diduga
model tidak terjadi multikolinearitas.
Hipotesis:
H0 = tidak ada multikolinearitas.
H1 = ada multikolinearitas.
Dasar pengambilan keputusan
Bila r<0.90 (tidak ada multikolinearitas), maka H0 diterima.
Bila r>0.90 (ada multikolinearitas), maka H0 diolak.
4. Uji heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2013:95), Uji heteroskedastisitas adalah uji yang
digunakan karena terjadinya gangguan (error) yang muncul dalam fungsi
regresi yang mempunyai varian yang tidak sama. Jika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homokedastisitas, dan jika variance tidak konstan atau berubah-ubah
disebut dengan heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Pendeteksian
heteroskedastisitas yang penulis gunakan dilakukan melalui Uji White.
Dengan hipotesis sebagai berikut:
46
H0 = tidak ada heteroskedastisitas.
H1 = ada heteroskedastisitas.
Dasar pengambilan keputusan:
Bila probabilitas Obs*R2>0.05, maka H0 diterima.
Bila probabilitas Obs*R2<0.05, maka H0 ditolak.
5. Uji Autokolerasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model
regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu (residual) pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu
sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu)
tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya (Ghozali, 2013:137).
Untuk melihat ada tidaknya autokorelasi dapat dilakukan Uji
Langrange Multiplier (LM Test) dengan membandingkan nilai
probabilitas R-Squared dengan α= 0.05.
Hipotesis:
H0 = tidak ada autokorelasi.
H1 = ada autokorelasi.
Dasar pengambilan keputusan:
Bila probabilitas Obs*R2>0.05, H0 diterima.
Bila probabilitas Obs*R2<0.05, maka H0 ditolak.
6. Uji Statistik
a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen
dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. (Ghozali,
2013:63). Hipotesis:
47
H0 = tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen.
H1 = terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen
terhadap variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusan:
Jika probabilitas>0.05, maka H0 diterima.
Jika probabilitas<0.05, maka H0 ditolak.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)
Uji Statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel
dependen (Ghozali, 2013:61). Adapun cara pengujian dalam uji F ini
dengan melihat nilai signifikasi.
Hipotesis:
H0 = tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari seluruh
variabel independen terhadap variabel dependen.
H1 = terdapat pengaruh yang signifikan dari seluruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusan:
Jika probabilitas>0.05, maka H0 diterima.
Jika probabilitas<0.05, maka H0 ditolak.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang
kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen (Ghozali, 2013:59).
48
d. Analisis Regresi Linier Berganda
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis Regresi
Linier Berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS).
Metode yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Persamaan regresi
linier berganda dapat dituliskan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + ................. bnXn + e
Keterangan:
Y : Variabel terikat (nilai yang diproyeksikan)
a : Intercept (konstanta)
b1 : Koefisien regresi untuk X1
b2 : Koefisien regresi untuk X2
bn : Koefisien regresi untuk Xn
X1 : Variabel bebas pertama
X2 : Variabel bebas kedua
Xn : Variabel bebas ke-n
e : Nilai residu
E. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel penelitian merupakan spesifikasi kegiatan peneliti
dalam mengukur suatu variabel. Spesifikasi tersebut menunjukkan pada
dimensi-dimensi dan indikator-indikator dari variabel penelitian yang
diperoleh pengamatan dan penelitian terdahulu.
1. Variabel Terikat (Variabel Dependen)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Jakarta Islamic
Index. Indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) merupakan salah
satu indeks di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada tanggal 3 Juli 2000, PT
Bursa Efek Indonesia bekerja sama dengan PT Danareksa Investment
Management (DIM) membentuk indeks saham yang berbasis syariah yaitu
49
indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII). Indeks ini diharapkan
menjadi tolak ukur kinerja saham-saham yang berbasis syariah serta untuk
mengembangkan pasar modal syariah.
2. Variabel Bebas (Variabel Independen)
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel
dependen. Variabel yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini
adalah :
a. Inflasi (X1)
Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan
terus-menerus (Rahardja, 2008: 165). Bahwasanya inflasi adalah suatu
kondisi perekonomian suatu negara dimana tingkat harga meningkat
secara terus-menerus atas sebagian barang atau jasa dan
mempengaruhi individu atau kelompok. Apabila kenaikan harga suatu
barang atau jasa bersifat sementara tidak disebut inflasi.
b. Bi Rate (X2)
Menurut situs resmi Bank Indonesia www.bi.go.id, BI rate adalah
suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan
moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada
publik. BI rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia
setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada
operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan
likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai
sasaran operasional kebijakan moneter.
c. Nilai Tukar Rupiah (X3)
Pengertian nilai tukar mata uang asing secara bebas dapat diartikan
sebagai mata uang yang dikeluarkan dan digunakan sebagai alat
pembayaran yang sah di negara lain (Berlianita, 2005: 1). Nilai tukar
rupiah pada dasarnya merupakan alat pembayaran yang dikeluarkan
oleh suatu negara untuk melakukan transaksi ekonomi keuangan
50
internasional dan mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral.
Pembayaran valuta asing ini terjadi oleh dua negara atau lebih, negara
yang melakukan pembayaran transaksi akan membayar sesuai dengan
permintaan mata uang asing yang diminta oleh lawan negara
transaksinya.
d. Harga Emas Dunia (X4)
Harga Emas Dunia merupakan harga spot yang terbentuk berdasarkan
akumulasi supply and demand emas di London (pasar emas london).
Harga emas yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga emas
untuk penutupan sore hari (harga emas Gold P.M).
51
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia telah mengalami
banyak kemajuan, hal ini tercermin dari keluarnya beberapa Fatwa
Dewan Syariah Nasional MUI yang berkaitan dengan pasar modal
syariah. Ada 6 Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) yang berkaitan dengan industri pasar modal. Adapun ke
enam fatwa dimaksud adalah:
1. No.05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Saham
2. No.20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi
untuk Reksa Dana Syariah.
3. No.32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah;
4. No.33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah
5. No.40/DSN-MUI/IX/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum
Penerapan Prinsip syariah di Bidang Pasar Modal.
6. No.41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah.
Untuk mendukung pasar modal syariah dibentuklah Jakarta
Islamic Index (JII) yang merupakan hasil kerja sama antara Pasar Modal
Indonesia (dalam hal ini PT Bursa Efek Jakarta) dengan PT Danareksa
Invesment Management (PT DIM). JII telah dikembangkan sejak tanggal 3
Juli 2000.
52
1. Data Jakarta Islamic Index
Tabel 4. 1
Data Jakarta Islamic Index Tahun 2014-2017
Sumber : Data Idx yang diolah
Berdasarkan tabel 4.1 data Jakarta Islamic Index tertinggi pada tahun
2014 data Jakarta Islamic Index tertinggi terjadi pada bulan Agustus
sebesar 691132 dan terendah pada bulan Januari sebesar 602873. Pada
tahun 2015 data Jakarta Islamic Index tertinggi terjadi pada bulan Maret
sebesar 728204 dan terendah pada bulan September sebesar 556088. Pada
tahun 2016 data Jakarta Islamic Index tertinggi terjadi pada bulan Agustus
sebesar 746872 dan terendah pada bulan Januari sebesar 612750. Pada
tahun 2017 data Jakarta Islamic Index tertinggi terjadi pada bulan
Desember sebesar 759070 dan terendah pada bulan Januari sebesar
690593.
Bulan Tahun
2014 2015 2016 2017
Januari 602873 706676 612750 690593
Februari 626864 722098 641860 698083
Maret 640411 728204 652687 718350
April 647674 664803 653258 738193
Mei 656830 698069 648852 733692
Juni 656830 656991 694344 749603
Juli 690396 641971 726610 748371
Agustus 691132 598284 746872 746258
September 687619 556088 739690 733296
Oktober 670443 586096 739911 728690
November 683015 579797 682711 713658
Desember 691039 603349 694127 759070
53
2. Data Inflasi
Tabel 4. 2
Data Inflasi Tahun 2014-2017 dalam Persentase (%)
Sumber : Data Bank Indonesia yang diolah
Berdasarkan tabel 4.2, Inflasi pada tahun 2014 inflasi tertinggi
terjadi pada bulan Desember 8,36% dan terendah pada bulan Juli sebesar
4,53% dan bulan September sebesar 4,53%. Pada tahun 2015 inflasi
tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 7,26% dan bulan Juli sebesar
7,26% dan terendah pada bulan Desember sebesar 3,35%. Sedangkan
selama periode penelitian inflasi tertinggi terjadi pada bulan Desember
2014, yaitu sebesar 8,365 dan nilai terendah terjadi pada bulan Desember
tahun 2015, yaitu sebesar 3,35%.
Bulan Tahun
2014 2015 2016 2017
Januari 8,22 6,96 4,14 3,49
Februari 7,75 6,29 4,42 3,83
Maret 7,32 6,38 4,45 3,61
April 7,25 6,79 3,60 4,17
Mei 7,32 7,15 3,33 4,33
Juni 6,70 7,26 3,45 4,37
Juli 4,53 7,26 3,21 3,88
Agustus 3,99 7,18 2,79 3,82
September 4,53 6,83 3,07 3,72
Oktober 4,83 6,25 3,31 3,58
November 6,23 4,89 3,58 3,30
Desember 8,36 3,35 3,02 3,61
54
3. Data BI Rate
Tabel 4. 3
Data Suku Bunga (BI Rate) tahun 2014-2017
dalam Persentase (%)
Bulan Tahun
2014 2015 2016 2017
Januari 7,50 7,75 7,25 4,75
Februari 7,50 7,50 7,00 4,75
Maret 7,50 7,50 6,75 4,75
April 7,50 7,50 6,75 4,75
Mei 7,50 7,50 6,75 4,75
Juni 7,50 7,50 6,50 4,75
Juli 7,50 7,50 6,50 4,75
Agustus 7,50 7,50 5,25 4,50
Septembe
r
7,50 7,50 5,00 4,25
Oktober 7,50 7,50 4,75 4,25
Novembe
r
7,50 7,50 4,75 4,25
Desember 7,75 7,50 4,75 4,25
Sumber : Data Bank Indonesia yang diolah
Berdasarkan tabel 4.3, Pada tahun 2014 BI Rate tertinggi terjadi
pada bulan Desember sebesar 7,75% dan terendah pada bulan Januari
sampai bulan November sebesar 7,50%. Pada tahun 2015 BI Rate tertinggi
terjadi pada bulan Januari sebesar 7,75% dan terendah pada bulan Februari
sampai bulan Desember sebesar 7,50%. Sedangkan selama periode
penelitian BI Rate tertinggi terjadi pada bulan Desember 2014 dan bulan
Januari 2015, yaitu sebesar 7,75% dan nilai terendah terjadi pada bulan
Februari sampai bulan Desember 2012 dan bulan Januari sampai bulan
Mei 2013, yaitu sebesar 5,75%.
55
4. Data Nilai Tukar Rupiah
Tabel 4. 4
Data Nilai Tukar tahun 2014-2017
dalam Puluhan Ribu Rupiah
Bulan Tahun
2014 2015 2016 2017
Januari 12,226,00 12,625,00 13,846,00 13,343,00
Februari 11,634,00 12,863,00 13,395,00 13,347,00
Maret 11,404,00 13,084,00 13,276,00 13,321,00
April 11,532,00 12,973,00 13,204,00 13,327,00
Mei 11,611,00 13,211,00 13,615,00 13,321,00
Juni 11,969,00 13,332,00 13,180,00 13,319,00
Juli 11,591,00 13,481,00 13,094,00 13,323,00
Agustus 11,717,00 14,027,00 13,300,00 13,351,00
September 12,212,00 14,657,00 12,998,00 13,492,00
Oktober 12,082,00 13,639,00 13,051,00 13,572,00
November 12,196,00 13,840,00 13,563,00 13,514,00
Desember 12,440,00 13,795,00 13,436,00 13,548,00
Sumber : Data Bank Indonesia yang diolah
Berdasarkan tabel 4.4, Pada tahun 2014 nilai tukar tertinggi terjadi
pada bulan Desember sebesar Rp. 12,440,00 dan terendah pada bulan
Maret sebesar Rp 11,404,00. Pada tahun 2015 nilai tukar tertinggi terjadi
pada bulan September sebesar Rp 14,567,00 dan terendah pada bulan
Januari sebesar Rp 12,625,00.
5. Data Harga Emas Dunia
Tabel 4. 5
Data Harga Emas Dunia tahun 2014-2017
Bulan Tahun
2014 2015 2016 2017
Januari 488713 521058 497777 520490
Februari 496849 502014 531003 539304
Maret 472112 499114 525987 534746
April 480590 500951 548902 543312
Mei 466671 505615 532108 543102
Juni 504603 504030 557736 531985
56
Sumber : Data Dunia Ivestasi yang diolah
Berdasarkan tabel 4.5, nilai tukar tertinggi pada tahun 2014 nilai
tukar tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar Rp 504,603,00 dan terendah
pada bulan Oktober sebesar Rp 453,937,00. Pada tahun 2015 nilai tukar
tertinggi terjadi pada bulan September sebesar Rp 525,708,00 dan
terendah pada bulan Desember sebesar Rp 470,619,00. Pada tahun 2016
nilai tukar tertinggi terjadi pada bulan Juli sebesar Rp. 568,789,00 dan
terendah pada bulan Desember sebesar Rp 497,768,00. Pada tahun 2017
nilai tukar tertinggi terjadi pada bulan Desember sebesar Rp 567,454,00
dan terendah pada bulan Januari sebesar Rp 520,490,00.
B. Pembahasan
Semua data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data
sekunder runtut waktu (time series) mulai tahun 2014 - 2017. Penelitian
mengenai Jakarta Islamic Index menggunakan data pada Bursa Efek di
Indonesia sebagai variabel dependen (variabel terikat). Sedangkan variabel
independen terdiri dari Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar Rupiah dan Harga
Emas Dunia. keseluruhan dari data yang digunakan sebagai bahan
penelitian diperoleh dari laporan bulanan di Bank Indonesia.
Pengolahan data dilakukan secara elektronik dengan menggunakan
Microsoft Excel 2010 dan EViews 9.0 untuk mempercepat hasil yang dapat
menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti. Pembahasan dilakukan
dengan Uji Stasioneritas, Uji Asumsi Klasik dan Uji Hipotesis.
Juli 477248 474773 568789 543141
Agustus 491296 511545 559436 565161
September 485241 525708 550535 554785
Oktober 453937 503096 534360 553872
November 458181 473533 512110 554833
Desember 474827 470619 497768 567454
57
1. Uji Stasioneritas
Uji stasioneritas bertujuan untuk melihat nilai rata-rata dan varian
dari data time series, apakah data tersebut mengalami perubahan secara
sistematik sepanjang waktu (konstan) atau sebaliknya. Hasil uji akar-akar
unit dengan melihat probabilitas, jika nilai probabilitas lebih kecil dari
0.05 maka dapat disimpulkan bahwa data stasioner. Jika data tidak
stasioner di tingkat level, data dapat dinaikkan ke diferensiasi tingkat 1
(Winarno, 2015:11.5).
Setelah data diolah menggunakan aplikasi Eviews 9, maka terlihat
hasil uji akar unit sebagai berikut :
Tabel 4.6
Stasioneritas ADF Tingkat Level
Variabel Level
t-stat Probabilitas Keterangan
JII -1.565318 0.4929 Tidak Stasioner
INFLASI -0.870975 0.7897 Tidak Stasioner
BI RATE 0.461447 0.9837 Tidak Stasioner
NTR -1.457369 0.5471 Tidak Stasioner
HED -1.926007 0.3181 Tidak Stasioner
Sumber: Output EViews 9 (data diolah)
Berdasarkan hasil uji stsioneritas pada tingkat level, variabel JII,
INFLASI, BI RATE, NTR, dan HED tidak stasioneritas karena memiliki
probabilitas lebih besar dari 0.05. Oleh karena itu, maka uji stasioneritas
dinaikkan ke diferensiasi tingkat 1, dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.7
Stasioneritas ADF Tingkat 1st Difference
Variabel 1
st Difference
t-stat Probabilitas Keterangan
JII -7.097986 0.0000 Stasioner
INFLASI -6.224580 0.0000 Stasioner
BI RATE -7.374058 0.0000 Stasioner
NTR -7.703934 0.0000 Stasioner
HED -7.806051 0.0000 Stasioner
Sumber: Output EViews 9 (data diolah)
58
Seluruh hasil uji pada diferensiasi tingkat 1 menunjukkan semua
variabel sudah stasioner. Dari output yang dihasilkan, terlihat bahwa nilai
probabilitas seluruh variabel lebih kecil dari nilai kritis (0.0000<0.05).
Dengan demikian data telah stasioner pada tahap diferensiasi Dengan
demikian data telah stasioner pada tahap diferensiasi tingkat 1 dan
hipotesis H0 (data tidak stasioner) dapat ditolak.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel
dependen, independen, atau keduanya berdistribusi normal atau
tidak. Salah satu cara untuk melihat normalitas residual adalah
dengan menggunakan metode Jarque-Bera (JB). model regresi yang
baik adalah data berdistribusi normal. Dalam software EViews,
normalitas sebuah data dapat diketahui dengan membandingkan nilai
Jarque-Bera. Uji JB didapat dari histogram normality (Ghozali,
2013:165).
Setelah data diolah menggunakan EViews 9 maka didapatkan
hasil sebagai berikut:
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas
0
2
4
6
8
10
-0.15 -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10
Series: Residuals
Sample 2014M01 2017M12
Observations 48
Mean -1.43e-16
Median 0.006685
Maximum 0.109421
Minimum -0.141383
Std. Dev. 0.055535
Skewness -0.272564
Kurtosis 2.561896
Jarque-Bera 0.978199
Probability 0.613178
Sumber: Output EViews 9 (data diolah)
Berdasarkan gambar 4.1, dihasilkan nilai JB sebesar
0.978199, dengan probabilitas sebesar 0.613178 yang berarti nilai
59
ini lebih dari 0.05. Maka H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa
data terdistribusi normal.
b. Uji Multikolineritas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antar
variabel independen (Ghozali,2013:79).
Pada penelitian ini uji multikolinearitas yang digunakan
menggunakan metode perhitungan koefisien korelasi, di mana jika
hubungan antara variabel bebas yang satu dengan yang lainnya di
bawah 0.90, maka antar variabel tersebut tidak terdapat gejala
multtikolinearitas. Sebaliknya, jika koefisien korelasi yang dihasilkan
di atas 0.90 maka dapat dikatakan terdapat gejala multikolinearitas.
Setelah data diolah menggunakan EViews 9, maka didapatkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 4.8
Hasil Uji Multikolinearitas
INFLASI BI_RATE NTR HED
INFLASI 1.000000 -0.694413 -0.722995 0.335823
BI_RATE -0.694413 1.000000 0.741933 -0.719973
NTR -0.722995 0.741933 1.000000 -0.260830
HED 0.335823 -0.719973 -0.260830 1.000000
Sumber: Output EViews 9 (data diolah)
Berdasarkan hasil tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai korelasi
variabel independen antara INFLASI dan BI RATE adalah -0.694413,
antara INFLASI dan NTR adalah -0.722995, antara INFLASI dan
HED adalah 0.335823, antara BI RATE dan NTR adalah 0.741933,
antara BI RATE dan HED adalah -0.719973, dan antara NTR dengan
HED adalah -0.260830.
Nilai korelasi variabel independen (INFLASI, BI RATE, NTR dan
HED) tertinggi hanya mencapai 0.741933, yaitu antara BI RATE dan
NTR. karena nilai 0.741933 < 0.90, maka diputuskan H0 diterima,
60
sehingga dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas. Hasil tersebut
menyatakan bahwa variabel independen penelitian ini terbebas dari
gejala multikolinearitas. Sehingga dapat dilanjutkan ke pengujian
selanjutnya.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik
adalah Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas
(Ghozali,2013:95).
Untuk mendeteksi data memiliki masalah heteroskedastisitas
atau tidak yaitu jika probabilitas OBS*R2>0.05, maka data tidak
terdapat heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan
dengan aplikasi EViews 9.0 dengan menggunakan uji white,
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.9
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 1.996381 Prob. F(4,43) 0.1121
Obs*R-squared 7.517922 Prob. Chi-Square(4) 0.1109
Scaled explained SS 4.711664 Prob. Chi-Square(4) 0.3182
Sumber: Output EViews 9 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.9, diketahui bahwa nilai probabilitas
Chi Square sebesar 0.1109 yang lebih besar dari nilai α sebesar
0.05. Karena nilai probabilitas Chi Square> dari α= 5%
(0.1109>0.05), maka dalam hal ini H0 diterima sehingga dapat
disimpulkan H0 diterima dan data tersebut bersifat
homoskedastisitas dan tidak terdapat heteroskedastisitas.
61
d. Uji Autokolerasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model
regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu (residual) pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali,
2013:137).
Uji autokorelasi dapat dilakukan melalui uji LM Test yang
kemudian hasil dapat dilihat dari nilai probabilitas Chi Square. Jika
probabilitas Chi Square lebih besar dari tingkat signifikansi 5%, maka
dikatakan tidak terdapat autokorelasi. Hasil pengujian uji autokorelasi
menggunakan EViews 9.0 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10
Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 17.52231 Prob. F(2,41) 0.0000
Obs*R-squared 22.12046 Prob. Chi-Square(2) 0.0000
Sumber: Output EViews 9.0 (data diolah)
Dari tabel 4.10, diketahui bahwa nilai probabilitas Chi
Square<α=5% (0.0000<0.05), maka H0 ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa data terdapat masalah autokorelasi. Oleh karena itu,
perlu dilakukannya perbaikan, pada masalah autokorelasi ini dapat
diperbaiki dengan Metode Diferensiasi Tingkat Pertama. Untuk
mengatasinya, perlu dilakukan estimasi dengan diferensi tingkat satu
dengan memasukkan persamaan (d(y) c d(x)) (Winarno, 2015:5.37).
Setelah dilakukannya perubahan estimasi dengan metode
diferensiasi tingkat pertama, maka hasil output dari uji autokorelasi
adalah sebagai berikut:
62
Tabel 4.11
Hasil Diferensiasi Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 1.221295 Prob. F(2,41) 0.3053
Obs*R-squared 2.698834 Prob. Chi-Square(2) 0.2594
Sumber: Output EViews 9 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.11, diketahui bahwa nilai probabilitas Chi
Square>α (0.2594>0.05), maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan
bahwa data tidak terdapat masalah autokorelasi. berarti variabel
independen secara parsial (individu) mempengaruhi variabel dependen
secara signifikan.
3. Uji Statistik
a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t)
Uji-t bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial
(individu) variabel-variabel independen Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar
Rupiah dan Harga Emas Dunia terhadap variabel dependen, yaitu
Jakarta Islamic Index. Salah satu cara untuk melakukan uji-t adalah
dengan melihat nilai probabilitas pada tabel uji statistik t. Apabila
nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikan α yaitu 0.05,
berarti variabel independen secara parsial (individu) mempengaruhi
variabel dependen secara signifikan.
63
Tabel 4.12
Hasil Uji-t
Dependent Variable: JII
Method: Least Squares
Date: 08/07/18 Time: 20:44
Sample: 2014M01 2017M12
Included observations: 48
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 9.837020 2.486010 3.956951 0.0003
INFLASI -0.011862 0.014865 -0.797981 0.4293
BI_RATE 0.045157 0.111233 0.405968 0.6868
NTR -0.426560 0.151448 -2.816534 0.0073
HED 0.585312 0.236571 2.474147 0.0174
Sumber: Output EViews 9 (data diolah)
Dari hasil tabel 4.12, hasil uji statistik t didapatkan sebagai berikut:
1) Pengaruh Inflasi Terhadap JII
Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil probabilitas sebesar
0.4294 yang berarti lebih besar dari 0.05, maka dapat dikatakan
menerima H0 dan secara parsial perubahan Inflasi tidak
mempengaruhi tingkat JII secara signifikan.
2) Pengaruh BI Rate Terhadap JII
Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil probabilitas sebesar
0.6868 yang berarti lebih besar dari 0.05, maka dapat dikatakan
menerima H0 dan secara parsial perubahan BI Rate tidak
mempengaruhi tingkat JII secara signifikan.
64
3) Pengaruh NTR Terhadap JII
Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil probabilitas sebesar
0.0073 yang berarti lebih kecil dari 0.05, maka dapat dikatakan
menolak H0 dan secara parsial perubahan NTR mempengaruhi
tingkat JII secara signifikan.
4) Pengaruh HED Terhadap JII
Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil probabilitas sebesar
0.0174 yang berarti lebih kecil dari 0.05, maka dapat dikatakan
menolak H0 dan secara parsial perubahan HED mempengaruhi
tingkat JII secara signifikan.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)
Uji-F bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel
independen (INFLASI, BI RATE, NTR, dan HED) secara simultan
(bersama-sama) terhadap variabel dependen, yaitu JII.
Tabel 4.13
Hasil Uji-F
R-squared 0.484539 Mean dependent var 13.42816
Adjusted R-squared 0.436589 S.D. dependent var 0.077351
S.E. of regression 0.058060 Akaike info criterion -2.756332
Sum squared resid 0.144954 Schwarz criterion -2.561415
Log likelihood 71.15197 Hannan-Quinn criter. -2.682673
F-statistic 10.10510 Durbin-Watson stat 0.587039
Prob(F-statistic) 0.000007
Sumber: Output EViews 9 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.13, diperoleh hasil F-statistik sebesar
10.10510 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000007, karena
probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka dapat dikatakan menolak
H0 dan dapat disimpulkan bahwa perubahan INFLASI, BI RATE,
65
NTR, dan HED secara bersama-sama mempunyai pengaruh secara
signifikan terhadap JII.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) yang digunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat
mengevaluasi model regresi terbaik. Dikarenakan dalam penelitian
ini menggunakan lebih dari satu variabel independen.
Tabel 4.14
Hasil Koefisien Determinasi
R-squared 0.484539 Mean dependent var 13.42816
Adjusted R-squared 0.436589 S.D. dependent var 0.077351
S.E. of regression 0.058060 Akaike info criterion -2.756332
Sum squared resid 0.144954 Schwarz criterion -2.561415
Log likelihood 71.15197 Hannan-Quinn criter. -2.682673
F-statistic 10.10510 Durbin-Watson stat 0.587039
Prob(F-statistic) 0.000007
Sumber: Output EViews 9 (data diolah)
Berdasarkan hasil koefisien determinasi pada tabel 4.14,
dapat diketahui bahwa nilai Adjusted R-Squared sebesar 0.436589,
hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel dependen (JII) secara
bersama-sama mampu dijelaskan oleh variasi variabel independen
(INFLASI, BI RATE, NTR dan HED) sebesar 43.65 persen.
Sedangkan sisanya sebesar 56.35 persen dijelaskan oleh variabel
lain diluar variabel yang diteliti.
4. Persamaan Model Regresi
Hasil pengolahan data menggunakan regresi linier berganda
dengan metode OLS dapat dilihat pada tabel berikut:
66
Tabel 4.15
Hasil Estimasi Metode Ordinary Least Square (OLS)
Dependent Variable: JII
Method: Least Squares
Date: 08/07/18 Time: 20:44
Sample: 2014M01 2017M12
Included observations: 48
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 9.837020 2.486010 3.956951 0.0003
INFLASI -0.011862 0.014865 -0.797981 0.4293
BI_RATE 0.045157 0.111233 0.405968 0.6868
NTR -0.426560 0.151448 -2.816534 0.0073
HED 0.585312 0.236571 2.474147 0.0174
R-squared 0.484539 Mean dependent var 13.42816
Adjusted R-squared 0.436589 S.D. dependent var 0.077351
S.E. of regression 0.058060 Akaike info criterion -2.756332
Sum squared resid 0.144954 Schwarz criterion -2.561415
Log likelihood 71.15197 Hannan-Quinn criter. -2.682673
F-statistic 10.10510 Durbin-Watson stat 0.587039
Prob(F-statistic) 0.000007
Sumber: Output EViews 9
Berdasarkan tabel 4.15, maka dapat disusun persamaan regresi
linier berganda sebagai berikut:
JII = 9.83701974039 - 0.0118618299489*INFLASI +
0.0451569037513*BI_RATE - 0.426559618901*NTR +
0.585312172147*HED
67
Dimana:
Y : JII (Jakarta Islamic Index)
X1 : INFLASI
X2 : BI RATE
X3 : NTR (Nilai Tukar Rupiah)
X4 : HED (Harga Emas Dunia)
Dari persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa:
a. Dari hasil data OLS, nilai konstanta sebesar 9.837020, artinya bahwa
apabila variabel bebas (independen) dianggap konstan atau tidak
mengalami perubahan maka akan menaikkan tingkat JII sebesar
9.837020. Hal ini menunjukkan akan terjadi kenaikkan tingkat JII
apabila variabel indepeden dianggap konstan.
b. Nilai koefisien regresi Inflasi sebesar -0.011862 yang berarti jika
Inflasi mengalami penurunan sebesar 1 persen, maka akan menaikan
JII sebesar 0.011862.
c. Nilai koefisien regresi BI Rate sebesar 0.045157 yang berarti jika BI
Rate mengalami peningkatan sebesar 1 persen, maka akan menaikkan
JII sebesar 0.045157.
d. Nilai koefisien regresi NTR sebesar -0.426560 yang berarti jika
NTR mengalami penurunan sebesar 1 persen, maka akan menaikkan
JII sebesar 0.426560.
e. Nilai koefisien regresi HED sebesar 0.585312 yang berarti jika HED
mengalami peningkatan sebesar 1 persen, maka akan menaikkan JII
sebesar 00.585312.
C. Interpretasi
Adapun interpretasi penulis terhadap penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh Inflasi terhadap Jakarta Islamic Index (JII)
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel Inflasi
mempunyai nilai signifikan 0.4294>0.05, hal ini berarti menerima HO1.
68
Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Inflasi secara parsial tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap Jakarta Islamic Index (JII). Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Utami
(2016) dan Asg-Shidiq dan Setiawan (2015) yang menyatakan bahwa
Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Jakarta Islamic Index (JII).
Variabel Inflasi menunjukkan nilai single digit pada (tabel 4.2)
maka secara umum, perekonomian akan menjaga kondisi itu supaya tidak
terpengaruh terhadap Jakarta Islamic Index (JII)
2. Pengaruh BI Rate terhadap Jakarta Islamic Index (JII)
Dari hasil penelitian dapat diketahui variabel BI Rate mempunyai
nilai signifikan 0.6868>0.05, hal ini berarti memolak H01. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel BI Rate secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap Jakarta Islamic Banking (JII). Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sadnyana di mana hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa BI Rate tidak memiliki pengaruh
secara signifikan terhadap Jakarta Islamic Banking (JII).
Variabel BI Rate menunjukkan nilai single digit pada (tabel 4.3)
maka secara umum, perekonomian akan menjaga kondisi itu supaya tidak
terpengaruh terhadap Jakarta Islamic Index (JII)
3. Pengaruh Nilai Tikar Rupiah terhadap Jakarta Islamic Index (JII)
Dari hasil penelitian dapat diketahui variabel Nilai Tukar rupiah
mempunyai nilai signifikan 0.0073<0.05, hal ini berarti menolak H01.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Nilai Tukar Rupiah secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap Jakarta Islamic Index (JII). Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Utami
(2016), Ash-Shidiq dan Setiawan dan Maqdiyah (2015), Rahayu dan
Topowijoyo (2014), di mana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
Nilai Tukar Rupiah berpengaruh signifikan terhadap Jakarta Islamic
Index (JII).
69
4. Pengaruh variabel Harga Emas Dunia terhadap Jakarta Islamic Index
(JII)
Dari hasil penelitian dapat diketahui variabel Harga Emas Dunia
mempunyai nilai signifikan 0.0174<0.05, hal ini berarti menolak H01.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Harga Emas Dunia secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap Jakarta Islamic Index (JII). Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Utoyo
(2016), dimana hasil penelitian menunjukan bahwa Harga Emas Dunia
berpengaruh positif terhadap Jakarta Islamic Index (JII).
5. Pengaruh Variabel Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar Rupiah dan Harga Emas
Dunia terhadap Jakarta Islamic Index (JII)
Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar Rupiah dan Harga Emas Dunia secara
bersama-sama atau simultan berpengaruh terhadap Jakarta Islamic Index
(JII). Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji-F yang menunjukkan nilai
probabilitas 0.000007<0.05, yang berarti menolak H02. Berarti model
regresi dapat digunakan untuk memprediksi Jakarta Islamic Index (JII),
atau dapat disimpulkan bahwa Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar Rupiah dan
Harga Emas Dunia secara bersama-sama berpengaruh terhadap Jakarta
Islamic Index (JII).
Hasil dari penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Utami (2016), Ash-Shidiq dan Setiawan dan Maqdiyah (2015), Rahayu
dan Topowijoyo (2014), Sadnyana dan Utoyo (2016) yang menyatakan
bahwa Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar Rupiah dan Harga Emas Dunia
secara simultan berpengaruh terhadap Jakarta Islamic Index (JII).
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian dengan
melakukan pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara parsial, variabel Inflasi memiliki nilai signifikat lebih besar dari
0,05 yaitu 0,4294 dan BI Rate memiliki nilai signifikat lebih besar dari
0,05 yaitu 0,6868 yang berarti kedua variabel tersebut tidak berpengaruh
signifikan terhadap Jakarta Islamic Index. Secara parsial variabel Nilai
Tukar Rupiah memiliki nilai signifikat lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,0073
dan Harga Emas Dunia memiliki nilai signifikat lebih kecil dari 0,05 yaitu
0,0174 yang berarti kedua variabel tersebut berpengaruh signifikan
terhadap Jakarta Islamic Index (JII).
2. Secara simultan, Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar Rupiah dan Harga Emas
Dunia berpengaruh signifikan terhadap Jakarta Islamic Index (JII)
periode 2014-2017.
3. Dari variable-variabel yang mempengaruhi Jakarta Islamic Index (JII)
ditemukan variable yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap
Jakarta Islamic Index (JII) adalah Harga Emas Dunia dengan nilai
Coefficient 0.585312.
B. Saran
Berkaitan dengan penelitian ini penulis menyarankan beberapa hal, yaitu:
1. Bagi investor yang hendak melakukan investasi pada saham-saham JII,
disarankan untuk lebih mempertimbangkan informasi seperti tingkat
inflasi, BI Rate, nilai tukar rupiah dan harga emas dunia. Informasi
tersebut diperlukan untuk memprediksi fluktuasi indeks harga saham
71
Jakarta Islamic Index (JII) yang diperlukan untuk pengambilan
keputusan yang tepat.
2. Bagi perusahaan sebelum melakukan kebijakan ekspor-impor atau
kebijakan operasional lainnya dapat menggunakan informasi terkait
tingkat inflasi, BI Rate, nilai tukar rupiah dan harga emas dunia sebagai
pertimbangan agar manajemen tidak salah menentukan kebijakan
perusahaan sehingga dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan
dan dapat menarik minat investor untuk berinvestasi.
3. Pemerintah harus lebih bijak di dalam mengendalikan dan mengatur
kondisi-kondisi ekonomi seperti tingkat inflasi, BI Rate, nilai tukar
rupiah dan harga emas dunia agar perekonomian tetap stabil dan baik.
Harapannya memberikan dampak kepada masyarakat untuk menanamkan
modalnya pada pasar modal di Indonesia.
4. Bagi penelitian lebih lanjut, terutama mengenai indeks harga saham Jakarta
Islamic Index (JII), disarankan untuk menambah atau mempergunakan
indikator lainnya yang berasal dari dalam negeri (internal) seperti ekspor-
impor, tingkat pengangguran, jumlah uang beredar, dan faktor yang berasal
dari luar negeri (eksternal) seperti harga logam mulia, harga minyak dunia
dan indeks bursa negara lain. Selain itu, disarankan pula untuk menambah
periode waktu penelitian agar dapat memperoleh hasil yang lebih mendekati
dengan kondisi yang sebenarnya.
72
DAFTAR PUSTAKA
Ananto, Bagus. 2012. “Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, dan Suku
Bunga terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Jakarta Islamic
Index (JII)”. Jurnal. Universitas Gunadarma.
Ascarya dan Yumanita, Diana. 2005. Bank Syariah : Gambaran Umum. Pusat
Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia.
Jakarta
Ash-Shidiq, Hafidz. 2015. Analisis Pengaruh Suku Bunga Sbi, Uang Beredar,
Inflasi Dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Jakarta
Islamic Index (JII) Periode 2009-2014. Jurnal Ekonomi dan
Perbankan Syariah Vol. 3. No.2, Oktober, 2015: 25-46, ISSN (cet):
2355-1755.
A Wangsawidjaja Z. Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2012
Boediono. 2014. Ekonomi Makro, Yogyakarta: BPFE.
Dewan Syariah Nasional. 2002. Fatwa DSN No: 40/DSNMUI/X/2003 tentang
Kriteria Emiten atau Perusahaan Publik. www.bapepam.com diakses
pada tanggal 12 Juli 2018.
Dewi, Friderica Widyasari. 2010. “Kinerja Pasar Modal Syariah di
Indonesia”. Makalah disajikan dalam Seminar Pasar Modal Syariah.
Jakarta.
Ghozali, Imam. 2013. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM
SPSS”. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gilarso, T.2004. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, Yogyakarta: Kanisius.
Handiani, Sylvia. 2014. “Pengaruh Harga Emas Dunia, Harga Minyak
Dunia, dan Nilai Tukar Dolar Amerika/Rupiah Terhadap Indeks
73
Harga Saham Gabungan Pada Periode 2018-2013”. E-Journal
Graduate Unpar, Vol 1, No.1.
Huda, Nurul & Mustafa Edwin Nasution. 2008. “Investasi pada Pasar Modal
Syariah”. Jakarta: Kencana.
Ismail. 2011. Manajemen Perbankan. Cetakan Kedua. Jakarta: Kencana.
Judisseno, Rimsky K. 2005. Sistem Moneter dan Perbankan Indonesia.
Cetakan Kedua. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Karim, Adiwarman. 2008. “Ekonomi Makro Islami”. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Mishkin, Frederic S. 2008. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan.
Edisi 8. Salemba Empat : Jakarta.
M Krugman, Paul R. dan Maurice Obstfeld, 2005, Ekonomi Internasional
Teori Dan Kebijakan, edisi 5 jilid 2, Jakarta, PT.Indeks kelompok
Gramedia adura, Jeff. 2000. Manajemen Keuangan Internasional. Jilid
1, Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.
Mulyani, Neny. 2014. “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar
Rupiah, Dan Produk Domestik Bruto Terhadap Jakarta Islamic Index”.
Jurnal Bisnis dan Manajemen Eksekutif, vol 1, No.1
Nazir, Ahmad. 2016. “Pasar Modal Syariah Di Indonesia”. Jurnal Hikamuna,
Vol 1, No.2.
Nazwar, Chairul. 2008. Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap
Return Saham Syariah di Indonesia. Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Putong, Iskandar. 2000. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Prima, Septian. 2013. “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Harga Minyak
Dunia, Harga Emas Dunia, Dan Kurs Rupiah Terhadap Jakarta
Islamic Index”. Jurnal Universitas Gunardama.
74
Rodoni, Ahmad. 2009. “Investasi Syariah”. Kualitas Audit dan
Pengukurannya”. Jakarta: Lembaga Penerbit UIN JAKARTA.
Rozalinda. 2014. Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas
Ekonomi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Rosyida, Gama Ajeng. 2015. “Perbandingan Tingkat Pengembalian, Risiko,
dan Koefisen Variasi pada Saham Syariah dan Non Syariah Di Bursa
Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2013”. Jurnal Universitas
Airlangga.
Sukirno, Sadono. (2004). Makro Ekonomi. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Triani, Lely Fera. (2013). “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan
Indeks Harga Saham Di Jakarta Islamic Index Selama Tahun 2011”.
Jurnal Organisasi dan Manajemen, Vol 9, No.2.
Utoyo, Novita Ndari dan Riduwan, Akhmad. 2016. “Pengaruh Tingkat Inflasi,
Suku Bunga, Haega Emas Dunia, dan Kurs Rupiah Pada JII”. Jurnal
Ilmu dan Riset Kuntansi, Vol 5, No.8.
Widuhung, Sisca Debyola. 2014. “Perbandingan Return Dan Risiko Investasi
Pada Saham Syariah Dan Emas”. Jurnal Al Azhar Indonesia Seri
Panata, Vol 2, No.3.
Winarno, Wing Wahyu. 2015. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan
Eviews”. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
http://www.bi.go.id. Diakses pada tanggal 13 Juli 2018.
. Diakses pada tanggal 13 Juli 2018. http://www.harga-emas.org.com
http://www.dunia.investasi.com. Diakses pada tanggal 13 Juli 2018
75
LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Sampel Penelitian
Tahun INFLASI BI RATE NTR HED JII
2014M1 0.0822 0.075 12226 488713 602873
2014M2 0.0775 0.075 11634 496849 626864
2014M3 0.0732 0.075 11404 472112 640411
2014M4 0.0725 0.075 11532 480590 647674
2014M5 0.0732 0.075 11611 466671 656830
2014M6 0.067 0.075 11969 504603 656830
2014M7 0.0453 0.075 11591 477248 690396
2014M8 0.0399 0.075 11717 491296 691132
2014M9 0.0453 0.075 12212 485241 687619
2014M10 0.0483 0.075 12082 453937 670443
2014M11 0.0623 0.0775 12196 458181 683015
2014M12 0.0836 0.0775 12440 474827 691039
2015M1 0.0696 0.0775 12625 521058 706676
2015M2 0.0629 0.075 12863 502014 722098
2015M3 0.0638 0.075 13084 499114 728204
2015M4 0.0679 0.075 12973 500951 664803
2015M5 0.0715 0.075 13211 505615 698069
2015M6 0.0726 0.075 13332 504030 656991
2015M7 0.0726 0.075 13481 474773 641971
2015M8 0.0718 0.075 14027 511545 598284
2015M9 0.0683 0.075 14657 525708 556088
2015M10 0.0625 0.075 13639 503096 586096
2015M11 0.0489 0.075 13840 473533 579797
2015M12 0.0335 0.075 13795 470619 603349
2016M1 0.0414 0.0725 13846 497777 612750
2016M2 0.0442 0.07 13395 531003 641860
2016M3 0.0445 0.0675 13276 525987 652687
2016M4 0.036 0.0675 13204 548902 653258
2016M5 0.0333 0.0675 13615 532108 648852
2016M6 0.0345 0.065 13180 557736 694344
2016M7 0.0321 0.065 13094 568789 726610
2016M8 0.0279 0.065 13300 559436 746872
2016M9 0.0307 0.065 12998 550535 739690
76
Tahun INFLASI BI RATE NTR HED JII
2016M10 0.0331 0.065 13051 534360 739911
2016M11 0.0358 0.065 13563 512110 682711
2016M12 0.0302 0.065 13436 497768 694127
2017M1 0.0349 0.0475 9963 520490 690593
2017M2 0.0383 0.0475 10223 539304 698083
2017M3 0.361 0.0475 10173 534746 718350
2017M4 0.417 0.0475 10029 543312 738193
2017M5 0.433 0.0475 9901 543102 733692
2017M6 0.437 0.0475 10026 531985 749603
2017M7 0.388 0.0475 10399 543141 748371
2017M8 0.382 0.045 10562 565161 746258
2017M9 0.372 0.0425 10606 554785 733296
2017M10 0.358 0.0425 10540 553872 728690
2017M11 0.33 0.0425 10316 554833 713658
2017M12 0.361 0.0425 10367 567454 759070
77
Lampiran 2: Data Logaritma Natural
Tahun INFLASI BI RATE NTR HED JII
2014M1 -2.4986 -2.59027 9.41132 13.09953 13.30946
2014M2 -2.55748 -2.59027 9.361687 13.11604 13.34848
2014M3 -2.61456 -2.59027 9.341719 13.06497 13.36987
2014M4 -2.62417 -2.59027 9.352881 13.08277 13.38114
2014M5 -2.61456 -2.59027 9.359708 13.05338 13.39518
2014M6 -2.70306 -2.59027 9.390075 13.13153 13.39518
2014M7 -3.09445 -2.59027 9.357984 13.07579 13.44502
2014M8 -3.22138 -2.59027 9.368796 13.1048 13.44609
2014M9 -3.09445 -2.59027 9.410174 13.0924 13.44099
2014M10 -3.03032 -2.59027 9.399472 13.02571 13.41569
2014M11 -2.77579 -2.55748 9.408863 13.03502 13.43427
2014M12 -2.48171 -2.55748 9.428672 13.07071 13.44595
2015M1 -2.66499 -2.55748 9.443434 13.16362 13.46833
2015M2 -2.76621 -2.59027 9.46211 13.12638 13.48992
2015M3 -2.752 -2.59027 9.479145 13.12059 13.49834
2015M4 -2.68972 -2.59027 9.470626 13.12426 13.40725
2015M5 -2.63806 -2.59027 9.488805 13.13353 13.45607
2015M6 -2.62279 -2.59027 9.497922 13.13039 13.39543
2015M7 -2.62279 -2.59027 9.509037 13.07059 13.3723
2015M8 -2.63387 -2.59027 9.548739 13.14519 13.30182
2015M9 -2.68385 -2.59027 9.592673 13.1725 13.22868
2015M10 -2.77259 -2.59027 9.520689 13.12854 13.28124
2015M11 -3.01798 -2.59027 9.535318 13.06798 13.27043
2015M12 -3.39621 -2.59027 9.532061 13.0618 13.31025
2016M1 -3.18447 -2.62417 9.535752 13.11791 13.32571
2016M2 -3.11903 -2.65926 9.502637 13.18252 13.37213
2016M3 -3.11227 -2.69563 9.493713 13.17303 13.38885
2016M4 -3.32424 -2.69563 9.488275 13.21568 13.38973
2016M5 -3.4022 -2.69563 9.518927 13.1846 13.38296
2016M6 -3.3668 -2.73337 9.486456 13.23164 13.45072
2016M7 -3.4389 -2.73337 9.479909 13.25126 13.49615
2016M8 -3.57913 -2.73337 9.495519 13.23468 13.52365
2016M9 -3.48349 -2.73337 9.472551 13.21865 13.51399
2016M10 -3.40822 -2.73337 9.47662 13.18883 13.51429
78
Tahun INFLASI BI RATE NTR HED JII
2016M11 -3.32981 -2.73337 9.515101 13.14629 13.43383
2016M12 -3.49991 -2.73337 9.505693 13.11789 13.45041
2017M1 -3.35527 -3.04703 9.206656 13.16253 13.44531
2017M2 -3.26231 -3.04703 9.232419 13.19803 13.45609
2017M3 -1.01888 -3.04703 9.227529 13.18955 13.48471
2017M4 -0.87467 -3.04703 9.213269 13.20544 13.51196
2017M5 -0.83702 -3.04703 9.200403 13.20505 13.50584
2017M6 -0.82782 -3.04703 9.212928 13.18437 13.5273
2017M7 -0.94675 -3.04703 9.249456 13.20512 13.52565
2017M8 -0.96233 -3.10109 9.264972 13.24487 13.52283
2017M9 -0.98886 -3.15825 9.269208 13.22634 13.5053
2017M10 -1.02722 -3.15825 9.262973 13.22469 13.499
2017M11 -1.10866 -3.15825 9.241493 13.22642 13.47816
2017M12 -1.01888 -3.15825 9.246397 13.24891 13.53985
79
Lampiran 3: Uji Stasioneritas Data Tahap Level
1) JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)
Null Hypothesis: JII has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.565318 0.4929
Test critical values: 1% level -3.562669
5% level -2.918778
10% level -2.597285
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(JII)
Method: Least Squares
Date: 08/07/18 Time: 20:51
Sample (adjusted): 2013M09 2017M12
Included observations: 52 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
JII(-1) -0.093706 0.059864 -1.565318 0.1238
C 1.261640 0.802957 1.571242 0.1224
R-squared 0.046715 Mean dependent var 0.004780
Adjusted R-squared 0.027649 S.D. dependent var 0.036093
S.E. of regression 0.035591 Akaike info criterion -3.795765
Sum squared resid 0.063335 Schwarz criterion -3.720717
Log likelihood 100.6899 Hannan-Quinn criter. -3.766993
F-statistic 2.450219 Durbin-Watson stat 1.934155
Prob(F-statistic) 0.123816
80
2) INFLASI
Null Hypothesis: INFLASI has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.870975 0.7897
Test critical values: 1% level -3.562669
5% level -2.918778
10% level -2.597285
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(INFLASI)
Method: Least Squares
Date: 08/07/18 Time: 20:50
Sample (adjusted): 2013M09 2017M12
Included observations: 52 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
INFLASI(-1) -0.050364 0.057825 -0.870975 0.3879
C -0.102990 0.156710 -0.657198 0.5141
R-squared 0.014945 Mean dependent var 0.027167
Adjusted R-squared -0.004756 S.D. dependent var 0.339451
S.E. of regression 0.340257 Akaike info criterion 0.719472
Sum squared resid 5.788746 Schwarz criterion 0.794520
Log likelihood -16.70628 Hannan-Quinn criter. 0.748244
F-statistic 0.758597 Durbin-Watson stat 1.703848
Prob(F-statistic) 0.387931
81
3) BI RATE
Null Hypothesis: BI_RATE has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic 0.461447 0.9837
Test critical values: 1% level -3.562669
5% level -2.918778
10% level -2.597285
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(BI_RATE)
Method: Least Squares
Date: 08/07/18 Time: 20:47
Sample (adjusted): 2013M09 2017M12
Included observations: 52 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
BI_RATE(-1) 0.016169 0.035039 0.461447 0.6465
C 0.035870 0.095684 0.374879 0.7093
R-squared 0.004241 Mean dependent var -0.008171
Adjusted R-squared -0.015675 S.D. dependent var 0.048800
S.E. of regression 0.049181 Akaike info criterion -3.148933
Sum squared resid 0.120937 Schwarz criterion -3.073885
Log likelihood 83.87226 Hannan-Quinn criter. -3.120161
F-statistic 0.212933 Durbin-Watson stat 1.907630
Prob(F-statistic) 0.646479
82
4) NILAI TUKAR RUPIAH
Null Hypothesis: NTR has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.457369 0.5471
Test critical values: 1% level -3.562669
5% level -2.918778
10% level -2.597285
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(NTR)
Method: Least Squares
Date: 08/07/18 Time: 20:51
Sample (adjusted): 2013M09 2017M12
Included observations: 52 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
NTR(-1) -0.091496 0.062782 -1.457369 0.1513
C 0.859425 0.590440 1.455568 0.1518
R-squared 0.040748 Mean dependent var -0.001006
Adjusted R-squared 0.021563 S.D. dependent var 0.049579
S.E. of regression 0.049042 Akaike info criterion -3.154577
Sum squared resid 0.120256 Schwarz criterion -3.079529
Log likelihood 84.01899 Hannan-Quinn criter. -3.125805
F-statistic 2.123925 Durbin-Watson stat 2.021484
Prob(F-statistic) 0.151267
83
5) HARGA EMAS DUNIA
Null Hypothesis: HED has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.926007 0.3181
Test critical values: 1% level -3.562669
5% level -2.918778
10% level -2.597285
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(HED)
Method: Least Squares
Date: 08/07/18 Time: 20:48
Sample (adjusted): 2013M09 2017M12
Included observations: 52 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
HED(-1) -0.162821 0.084538 -1.926007 0.0598
C 2.141969 1.111089 1.927810 0.0596
R-squared 0.069066 Mean dependent var 0.002025
Adjusted R-squared 0.050447 S.D. dependent var 0.037742
S.E. of regression 0.036778 Akaike info criterion -3.730133
Sum squared resid 0.067631 Schwarz criterion -3.655085
Log likelihood 98.98345 Hannan-Quinn criter. -3.701361
F-statistic 3.709504 Durbin-Watson stat 2.000219
Prob(F-statistic) 0.059799
84
Lampiran 4: Uji Stasioneritas Data Tahap 1st Difference
1) JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)
Null Hypothesis: D(JII) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.097986 0.0000
Test critical values: 1% level -3.565430
5% level -2.919952
10% level -2.597905
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(JII,2)
Method: Least Squares
Date: 08/07/18 Time: 20:51
Sample (adjusted): 2013M10 2017M12
Included observations: 51 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(JII(-1)) -1.037520 0.146171 -7.097986 0.0000
C 0.005225 0.005171 1.010504 0.3172
R-squared 0.506950 Mean dependent var 0.001423
Adjusted R-squared 0.496888 S.D. dependent var 0.051781
S.E. of regression 0.036728 Akaike info criterion -3.732114
Sum squared resid 0.066099 Schwarz criterion -3.656356
Log likelihood 97.16890 Hannan-Quinn criter. -3.703164
F-statistic 50.38141 Durbin-Watson stat 1.885784
Prob(F-statistic) 0.000000
85
2) INFLASI
Null Hypothesis: D(INFLASI) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.224580 0.0000
Test critical values: 1% level -3.565430
5% level -2.919952
10% level -2.597905
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(INFLASI,2)
Method: Least Squares
Date: 08/07/18 Time: 20:50
Sample (adjusted): 2013M10 2017M12
Included observations: 51 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(INFLASI(-1)) -0.883016 0.141859 -6.224580 0.0000
C 0.025555 0.048278 0.529325 0.5990
R-squared 0.441566 Mean dependent var 0.002650
Adjusted R-squared 0.430169 S.D. dependent var 0.455407
S.E. of regression 0.343774 Akaike info criterion 0.740760
Sum squared resid 5.790838 Schwarz criterion 0.816518
Log likelihood -16.88938 Hannan-Quinn criter. 0.769709
F-statistic 38.74539 Durbin-Watson stat 2.005358
Prob(F-statistic) 0.000000
86
3) BI RATE
Null Hypothesis: D(BI_RATE) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.374058 0.0000
Test critical values: 1% level -3.565430
5% level -2.919952
10% level -2.597905
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(BI_RATE,2)
Method: Least Squares
Date: 08/07/18 Time: 20:48
Sample (adjusted): 2013M10 2017M12
Included observations: 51 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(BI_RATE(-1)) -0.990882 0.134374 -7.374058 0.0000
C -0.010396 0.006650 -1.563236 0.1244
R-squared 0.526006 Mean dependent var -0.002141
Adjusted R-squared 0.516332 S.D. dependent var 0.067317
S.E. of regression 0.046816 Akaike info criterion -3.246753
Sum squared resid 0.107396 Schwarz criterion -3.170995
Log likelihood 84.79220 Hannan-Quinn criter. -3.217804
F-statistic 54.37673 Durbin-Watson stat 2.019187
Prob(F-statistic) 0.000000
87
4) NILAI TUKAR RUPIAH
Null Hypothesis: D(NTR) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.703934 0.0000
Test critical values: 1% level -3.565430
5% level -2.919952
10% level -2.597905
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(NTR,2)
Method: Least Squares
Date: 08/07/18 Time: 20:52
Sample (adjusted): 2013M10 2017M12
Included observations: 51 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(NTR(-1)) -1.079721 0.140152 -7.703934 0.0000
C -0.002315 0.006949 -0.333064 0.7405
R-squared 0.547764 Mean dependent var -0.001103
Adjusted R-squared 0.538535 S.D. dependent var 0.073039
S.E. of regression 0.049616 Akaike info criterion -3.130570
Sum squared resid 0.120627 Schwarz criterion -3.054812
Log likelihood 81.82954 Hannan-Quinn criter. -3.101621
F-statistic 59.35059 Durbin-Watson stat 1.982896
Prob(F-statistic) 0.000000
88
5) HARGA EMAS DUNIA
Null Hypothesis: D(HED) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.806051 0.0000
Test critical values: 1% level -3.565430
5% level -2.919952
10% level -2.597905
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(HED,2)
Method: Least Squares
Date: 08/07/18 Time: 20:49
Sample (adjusted): 2013M10 2017M12
Included observations: 51 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(HED(-1)) -1.105665 0.141642 -7.806051 0.0000
C 0.002761 0.005335 0.517534 0.6071
R-squared 0.554280 Mean dependent var 0.000966
Adjusted R-squared 0.545183 S.D. dependent var 0.056443
S.E. of regression 0.038065 Akaike info criterion -3.660620
Sum squared resid 0.070998 Schwarz criterion -3.584863
Log likelihood 95.34582 Hannan-Quinn criter. -3.631671
F-statistic 60.93444 Durbin-Watson stat 2.034438
Prob(F-statistic) 0.000000
89
Lampiran 5 : Uji Normalitas
0
2
4
6
8
10
-0.15 -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10
Series: Residuals
Sample 2014M01 2017M12
Observations 48
Mean -1.43e-16
Median 0.006685
Maximum 0.109421
Minimum -0.141383
Std. Dev. 0.055535
Skewness -0.272564
Kurtosis 2.561896
Jarque-Bera 0.978199
Probability 0.613178
Sumber: Output EViews 9 (data diolah)
90
Lampiran 6 : Uji Multikolenieritas
INFLASI BI_RATE NTR HED
INFLASI 1.000000 -0.694413 -0.722995 0.335823
BI_RATE -0.694413 1.000000 0.741933 -0.719973
NTR -0.722995 0.741933 1.000000 -0.260830
HED 0.335823 -0.719973 -0.260830 1.000000
Sumber: Output EViews 9 (data diolah)
91
Lampiran 7 : Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 1.996381 Prob. F(4,43) 0.1121
Obs*R-squared 7.517922 Prob. Chi-Square(4) 0.1109
Scaled explained SS 4.711664 Prob. Chi-Square(4) 0.3182
Sumber: Output EViews 9 (data diolah)
92
Lampiran 8 : Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 17.52231 Prob. F(2,41) 0.0000
Obs*R-squared 22.12046 Prob. Chi-Square(2) 0.0000
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 09/08/18 Time: 20:12
Sample: 2014M01 2017M12
Included observations: 48
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.553043 1.872034 0.295423 0.7692
INFLASI 0.003343 0.011215 0.298117 0.7671
BI_RATE 0.005006 0.084072 0.059548 0.9528
NTR 0.000514 0.114140 0.004505 0.9964
HED -0.040706 0.178092 -0.228569 0.8203
RESID(-1) 0.656034 0.157795 4.157518 0.0002
RESID(-2) 0.038091 0.159372 0.239009 0.8123
R-squared 0.460843 Mean dependent var -1.43E-16
Adjusted R-squared 0.381942 S.D. dependent var 0.055535
S.E. of regression 0.043660 Akaike info criterion -3.290747
Sum squared resid 0.078153 Schwarz criterion -3.017864
Log likelihood 85.97793 Hannan-Quinn criter. -3.187624
F-statistic 5.840770 Durbin-Watson stat 1.814018
Prob(F-statistic) 0.000181
93
Lampiran 9 : Hasil Diferensiasi Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 1.221295 Prob. F(2,41) 0.3053
Obs*R-squared 2.698834 Prob. Chi-Square(2) 0.2594
Sumber: Output EViews 9 (data diolah)
94
Lampiran 10 : Hasil Uji-t
Dependent Variable: JII
Method: Least Squares
Date: 08/07/18 Time: 20:44
Sample: 2014M01 2017M12
Included observations: 48
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 9.837020 2.486010 3.956951 0.0003
INFLASI -0.011862 0.014865 -0.797981 0.4293
BI_RATE 0.045157 0.111233 0.405968 0.6868
NTR -0.426560 0.151448 -2.816534 0.0073
HED 0.585312 0.236571 2.474147 0.0174
Sumber: Output EViews 9 (data diolah)
95
Lampiran 11 : Hasil Uji-F
R-squared 0.484539 Mean dependent var 13.42816
Adjusted R-squared 0.436589 S.D. dependent var 0.077351
S.E. of regression 0.058060 Akaike info criterion -2.756332
Sum squared resid 0.144954 Schwarz criterion -2.561415
Log likelihood 71.15197 Hannan-Quinn criter. -2.682673
F-statistic 10.10510 Durbin-Watson stat 0.587039
Prob(F-statistic) 0.000007
Sumber: Output EViews 9 (data diolah)
96
Lampiran 12 : Hasil Koefisien Determinasi
R-squared 0.484539 Mean dependent var 13.42816
Adjusted R-squared 0.436589 S.D. dependent var 0.077351
S.E. of regression 0.058060 Akaike info criterion -2.756332
Sum squared resid 0.144954 Schwarz criterion -2.561415
Log likelihood 71.15197 Hannan-Quinn criter. -2.682673
F-statistic 10.10510 Durbin-Watson stat 0.587039
Prob(F-statistic) 0.000007
Sumber: Output EViews 9 (data diolah)
97
Lampiran 13 : Hasil Estimasi Metode Ordinary Least Square (OLS)
Dependent Variable: JII
Method: Least Squares
Date: 08/07/18 Time: 20:44
Sample: 2014M01 2017M12
Included observations: 48
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 9.837020 2.486010 3.956951 0.0003
INFLASI -0.011862 0.014865 -0.797981 0.4293
BI_RATE 0.045157 0.111233 0.405968 0.6868
NTR -0.426560 0.151448 -2.816534 0.0073
HED 0.585312 0.236571 2.474147 0.0174
R-squared 0.484539 Mean dependent var 13.42816
Adjusted R-squared 0.436589 S.D. dependent var 0.077351
S.E. of regression 0.058060 Akaike info criterion -2.756332
Sum squared resid 0.144954 Schwarz criterion -2.561415
Log likelihood 71.15197 Hannan-Quinn criter. -2.682673
F-statistic 10.10510 Durbin-Watson stat 0.587039
Prob(F-statistic) 0.000007
Sumber: Output EViews 9 ( Di olah)