PENGARUH HARDINESS, BEBAN KERJA, DAN FAKTOR...
Transcript of PENGARUH HARDINESS, BEBAN KERJA, DAN FAKTOR...
PENGARUH HARDINESS, BEBAN KERJA, DAN FAKTOR
DEMOGRAFI TERHADAP STRES KERJA GURU SMA
NEGERI DI TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Psikologi (S.Psi)
Disusun Oleh :
Nia Wahdaniyah
NIM : 11140700000129
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018 M
ii
iii
iv
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama: Nia Wahdaniyah
NIM : 11140700000129
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PENGARUH HARDINESS,
BEBAN KERJA, DAN FAKTOR DEMOGRAFI TERHADAP STRES KERJA
GURU SMA NEGERI DI TANGERANG SELATAN adalah benar merupakan
karya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya.
Adapun kutipan yang ada pada penyusunan karya ini telah saya cantumkan
sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang
semestinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku jika
ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang
lain
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
Jakarta, 16 Juli 2018
NIA WAHDANIYAH
NIM: 11140700000129
v
MOTTO & PERSEMBAHAN
PERSEMBAHAN :
Ku persembahkan skripsi ini untuk Ibu, Bapa, Adik,
serta Almarhuman Nenek dan orang-orang yang ku cintai, juga untuk diriku
dan masa depanku, serta para orang yang ingin berusaha menjadikan dirinya
lebih baik.
Allah SWT selalu ada
dalam menit pertama nafasmu dihembuskan,
berjalan bersamamu dalam proses, dan
menemani dalam capaian terakhirmu.
Orang tua dan sahabatmu perantara-Nya
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
B) Juni 2018
C) Nia Wahdaniyah
D) Pengaruh Hardiness, Beban Kerja, dan Faktor Demografi terhadap Stres Kerja
Guru SMA Negeri di Tangerang Selatan
E) 78 Halaman + 15 Lampiran
F) Daftar Bacaan: 54; 7 Buku, 43 Jurnal, 3 Skripsi, 1 Disertasi, 1 Link
G) Stres kerja adalah kesadaran individu atau perasaan disfungsi pribadi sebagai
akibat dari kondisi yang dirasakan atau kejadian ditempat kerja (Parker &
DeCotiis, 1983).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh hardiness
(komitmen, kontrol, dan tantangan), beban kerja (beban kerja fisik dan beban
kerja negatif), dan faktor demografi (jenis kelamin, masa kerja, usia, dan status
kepegawaian) terhadap stres kerja guru SMA Negeri di Tangerang Selatan.
Subjek penelitian ini berjumlah 217 orang guru SMA Negeri di Tangerang
Selatan yang diambil dengan teknik non-probability sampling yaitu accidental
sampling. CFA (Confirmatory Factor Analysis) digunakan untuk menguji
validitas alat ukur dan multiple regression analysis digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan hardiness
(komitmen, kontrol, dan tantangan), beban kerja (beban kerja fisik dan beban
kerja negatif), dan faktor demografi (jenis kelamin, masa kerja, usia, dan status
kepegawaian) terhadap stres kerja guru SMA Negeri di Tangerang Selatan. Hasil
uji hipotesis minor menunjukkan bahwa komitmen dan tantangan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap stres kerja. Sementara itu, kontrol, beban kerja
fisik, beban kerja mental, jenis kelamin, masa kerja, usia, dan status kepegawaian
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres kerja. Hasil penelitian
juga menunjukan proporsi varians dari stres kerja yang dijelaskan oleh seluruh
variabel independen adalah 21.6% sedangkan 78.4% sisanya dipengaruhi oleh
variabel lain diluar penelitian ini. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk
meneliti stres kerja dengan variabel lain, misalnya perubahan kurikulum,
kepuasan kerja, lingkungan, dan kejenuhan yang dapat memberikan pengaruh
kepada stres kerja.
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology Jakarta Islamic State University
B) Juny 2018
C) Nia Wahdaniyah
D) The Effect of Hardiness, Workload, and Demographic Factors towars Job
Stress SHS Teachers in South Tangerang
E) 78 pages +15 appendix
F) Reading List: 54; 7 Books, 43 Journals, 3 Skripsi, 1 Dissertation, 1 Link
G) Job stress it is a feeling of discomfort that is separate and distinct from
second-level outcomes or consequences of job stress (Parker & DeCotiis,
1983).
This study was conducted to determine the significance of the influence of
hardiness (commitment, control, and challenge), workload (physiological
workload and psychological workload), and demographic factors (sex, experience
to work, age, and employeement status) to job stress among senior high school
teachers in South Tangerang. The subject in this research were 217 teachers in
South Tangerang were taken by non-probability sampling technique which is
accidental sampling. CFA (Confirmatory Factor Analysis) was used to test the
validity of instrument and multiple regression analysis was used to test the
research hypothesis.
The result showed that there is an effect of hardiness (commitment, control, and
challenge), workload (physiological workload and psychological workload), and
demographic factors (sex, experience to work, age, and employeement status) to
job stress. Minor hypothesis test result indicated that commitment and challenge
have a significant effect on compulsive internet use. Meanwhile, control
physiological workload, psychological workload, sex, experience to work, age,
and employeement status have no significant effect on job stress. The result also
showed the proportion of the variance of job stress use described by all
independent variables was 21.6%, while 78,4% was influenced by other variables
outside of this research. For future research is suggested to investigate job stress
use with other variables, such as curriculum change, job satisfaction, environment,
and saturation because according to previous research those variables have an
impact on job stress.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin. Puji syukur yang luar biasa peneliti panjatkan
khadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Hardiness, Beban
Kerja, dan Faktor Demografi terhadap Stres Kerja Guru SMA Negeri di
Tangerang Selatan”. shalawat serta salam peneliti limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa kita pada alam yang serba canggih ini
dibwah naungan islam.
Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh kaw1rena itu, perkenankanlah peneliti untuk
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya untuk:
1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag., M.Si, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Wakil Dekan Bidang Akademik Dr. Abdul Rahman
Shaleh, M.Si, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Dr. Diana Mutiah, M.Si,
yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
2. Miftahuddin, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing. Peneliti sangat berterima
kasih dan sangat beruntung dibimbing oleh beliau. Bimbingan beliau telah
membuka wawasan dan menambah pengetahuan peneliti mengenai berbagai
hal. Terima kasih atas segala arahan, masukan, kritik, serta koreksi dalam
pengerjaan skripsi ini.
3. Sitti Evangeline I. Suaidy, M.Si., Psi sebagai dosen Pembimbing Akademik.
Terimakasih atas bimbingan, masukan serta ilmu bermanfaat yang telah
diberikan selama menjalani perkuliahan ini.
4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
banyak membantu saya dalam menjalani perkuliahan dan menyelesaikan
skripsi terutama Pak Dedy dan Mba Ida yang selalu memberikan peneliti
informasi mengenai administrasi perkuliahan.
ix
5. Ibuku Sariyah dan Ayahku Subarianto, adikku Fadhlil Jamal, nenekku Hj.
Saunah (Rahimahullah) dan kakekku H. Abdul Halim (Rahimahullah),
mamang Usup, Nana & Caca serta adik-adik sepupuku, tante-tante ku serta
para om, dan keluarga besarku yang tak pernah putus memberikan dukungan,
do’a, cinta, dan kasih sayang tulus kepada peneliti.
6. Terimakasih untuk sahabat-sahabatku Dian, Mifta, Anna, Febi, Rena, Wilda,
Dina, Rinto, Niki, Henny, Naufal, Seno, Ade, Ilman, Pila, Afifatus, Uyun,
Dimas, Sabir, Remon, Nabila, Ima, Mahda, dan Lele yang tidak pernah lelah
mengisi hari-hariku dengan kegembiraan, keharuan, tangisan, dan juga kasih
sayang serta semangat.
7. Grup Pejuang 2018 (Indri, Pira, Inay, Gio, Nopi, Ziah, Eno, Diday, Salsa,
Sahida, Desri, Ica), Psikologi UIN Kelas E 2014, Psikologi UIN Angkatan
2014 terimakasih atas semangat yang selama ini diberikan, terimakasih telah
menjadi partner yang setia dalam berdiskusi selama ini, atas berbagi kasih,
tawa dan tangis yang kita lalui bersama serta segala bentuk dukungan yang
selam ini telah dicurahkan kepada peneliti.
8. Kelompok OPAK Ivan Pavlov dengan penanggung jawab ka Widya dan
mentor ka Dara serta ka Uli, UKM LDK Syahid dan Komda Psikologi,
Komunitas Excellant Indonesia, dan Team KKL Pustekkom Kemdikbud serta
grup semprop dan skripsi.
9. Pihak sekolah dan Guru-guru yang bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini, tanpa bantuan dari bapak dan ibu guru penelitian ini tidak akan
dapat berjalan. Terimakasih atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan.
Semoga Allah memberikan pahala yang tak henti-hentinya, sebagai balasan
atas segala kebaikan dan bantuan yang diberikan. Harapan peneliti semoga skripsi
ini memberikan manfaat, khususnya bagi peneliti sendiri, para pembaca dan
seluruh pihak yang terkait.
Jakarta, Juli 2018
Peneliti
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………......………….................. i
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………..……….................. ii
LEMBAR PENGESAHAN……………………………..………................... iii
PERNYATAAN…………………………..……………………..................... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN..................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR..................................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1-8
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................. 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah.............................................. 5
1.2.1 Pembatasan masalah......................................................... 5
1.2.2 Perumusan masalah.......................................................... 6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................ 7
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................... 7
BAB 2 KAJIAN TEORI.................................................................................. 9-23
2.1 Stres Kerja ...................................................................................... 9
2.1.1 Definisi stres kerja............................................................ 9
2.1.2 Dimensi stres kerja........................................................... 10
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja.................. 11
2.1.4 Pengukuran stres kerja...................................................... 14
2.2 Hardiness......................................................................................... 15
2.2.1 Definisi hardiness............................................................. 15
2.2.2 Dimensi hardiness............................................................ 16
2.2.3 Pengukuran hardiness...................................................... 16
2.3 Beban Kerja..................................................................................... 17
2.3.1 Definisi Beban Kerja........................................................ 17
2.3.2 Dimensi Beban Kerja....................................................... 18
2.3.3 Pengukuran Beban Kerja.................................................. 19
2.4 Kerangka Berfikir............................................................................ 20
2.5 Hipotesis Penelitian......................................................................... 23
BAB 3 METODE PENELITIAN................................................................... 24-43
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel...................... 24
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional................................. 26
3.3 Instrumen Pengumpulan Data......................................................... 27
3.3.1 Teknik pengumpulan data................................................ 27
3.3.2 Instrumen penelitian......................................................... 27
3.4 Uji Validitas Konstruk..................................................................... 31
xi
3.4.1 Uji validitas konstruk stres kerja...................................... 33
3.4.2 Uji validitas konstruk hardiness....................................... 36
3.4.3 Uji validitas konstruk variabel beban kerja...................... 38
3.5 Teknik Analisis Data....................................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN...................................................................... 44-54
4.1 Gambaran Subjek Penelitian........................................................... 44
4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian........................................... 45
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian............................................. 46
4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian......................................................... 48
4.6 Proporsi Varians.............................................................................. 52
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN........................................ 55-61
5.1 Kesimpulan...................................................................................... 55
5.2 Diskusi............................................................................................. 55
5.3 Saran................................................................................................ 59
5.3.1 Saran metodelogis............................................................ 60
5.3.2 Saran Praktis..................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 62-66
LAMPIRAN..................................................................................................... 67-99
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Sampel Penelitian ............................................................................. 24
Tabel 3.2 Format Skoring Skala Likert ............................................................ 27
Tabel 3.3 Blueprint Skala Stres Kerja............................................................... 28
Tabel 3.4 Blue Print Skala Hardiness................................................................ 29
Tabel 3.5 Blur Print Skala Beban Kerja............................................................ 30
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Stres Kerja........................................................ 34
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Komitmen......................................................... 35
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Kontrol.............................................................. 37
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Tantangan......................................................... 38
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Beban Kerja Fisik........................................... 39
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Beban Kerja Mental........................................ 41
Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian............................................................. 44
Tabel 4.2 Gambaran Descriptive Statistics Variable......................................... 46
Tabel 4.3 Pedoman Intepretasi Skor.................................................................. 47
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel................................................................ 47
Tabel 4.5 Model Summary Analisis Regresi..................................................... 49
Tabel 4.6 Gambaran Sig.Keseluruhan Independent Varaiable......................... 49
Tabel 4.7 Koef Regresi IV yang Memengaruhi Stres Kerja............................. 50
Tabel 4.8 Proporsi Varians IV terhadap Stres Kerja........................................ 53
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Skema Kerangka Berpikir .......................................................... 22
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Syntax dan diagram path stres kerja ........................................... 67
Lampiran 2 : Syntax dan diagram path komitmen............................................ 68
Lampiran 3 : Syntax dan diagram path kontrol................................................. 69
Lampiran 4 : Syntax dan diagram path tantangan............................................. 70
Lampiran 5 : Syntax dan diagram path beban kerja mental.............................. 71
Lampiran 6 : Syntax dan diagram path stres beban kerja fisik......................... 72
Lampiran 7 : Inform Concent............................................................................ 73
Lampiran 8 : Kuesioner..................................................................................... 74
Lampiran 9 : Item stres kerja jurnal Parker & DeCotiis (1983) ....................... 81
Lampiran 10 : Item hardiness jurnal Bartone., et al (2010) ............................. 82
Lampiran 11 : Item beban kerja penelitian Priyanti (2015).............................. 83
Lampiran 12 : Kategorisasi............................................................................... 84
Lampiran 13 : Tabel R-Square dan Tabel Analisis Deskriptif ......................... 85
Lampiran 14 : Tabel Anova dan Tabel Koefisien Regresi ............................... 86
Lampiran 15 : Tabel Proporsi Varians ............................................................. 87
Lampiran 16 : Surat ijin penelitian SMAN 1 Tangerang Selatan..................... 88
Lampiran 17 : Surat ijin penelitian SMAN 2 Tangerang Selatan..................... 89
Lampiran 18 : Surat ijin penelitian SMAN 3 Tangerang Selatan..................... 90
Lampiran 19 : Surat ijin penelitian SMAN 4 Tangerang Selatan..................... 91
Lampiran 20 : Surat ijin penelitian SMAN 5 Tangerang Selatan..................... 92
Lampiran 21 : Surat ijin penelitian SMAN 6 Tangerang Selatan..................... 93
Lampiran 22 : Surat ijin penelitian SMAN 7 Tangerang Selatan..................... 94
Lampiran 23 : Surat ijin penelitian SMAN 8 Tangerang Selatan..................... 95
Lampiran 24 : Surat ijin penelitian SMAN 9 Tangerang Selatan..................... 96
Lampiran 25 : Surat ijin penelitian SMAN 10 Tangerang Selatan................... 97
Lampiran 26 : Surat ijin penelitian SMAN 11 Tangerang Selatan................... 98
Lampiran 27 : Surat ijin penelitian SMAN 12 Tangerang Selatan................... 99
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Profesi guru adalah pekerjaan paling menantang, karena menghadapi banyak
orang dengan kepribadian yang berbeda. Ravidchandran dan Rajendran (2007)
mengatakan bahwa pekerjaan guru dianggap sebagai salah satu profesi yang
paling menegangkan karena laju perubahan pendidikan yang cepat dan semakin
berkembang, sehingga menyebabkan stres yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Parker dan DeCotiis (1983) menjelaskan bahwa stres kerja merupakan
kesadaran individu atau perasaan disfungsi pribadi sebagai akibat dari kondisi
yang dirasakan atau kejadian ditempat kerja. Stres kerja guru dapat dipicu oleh
urusan administrasi sekolah dan perubahan kurikulum 2013 yang dijadikan
sebagai kebijakan-kebijakan yang harus dilaksanakan oleh guru. Kebijakan-
kebijakan tersebut antara lain, guru sekolah SMA harus memenuhi minimal 24
jam/minggu tatap muka, sertifikasi, pembayaran tunjangan profesi, uji kompetensi
guru, dan implementasi kurikulum. Tidak hanya itu, sistem kenaikan jabatan dan
pangkat guru, rekruitmen guru PNS, honorer dan swasta, serta data pokok
pendidik (Undang – undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen).
Mangkunegara dan Puspitasari (2015) menyebutkan banyaknya pekerjaan
yang harus dilakukan dan diselesaikan oleh seorang guru, adanya konflik peran,
hubungan dengan rekan kerja, perubahan kurikulum yang cepat, serta rutinitas
pekerjaan yang sama setiap harinya dapat memicu terjadinya stres kerja pada
2
guru. Ambarsari (2013) menambahkan bahwa tenaga pendidik atau guru yang
mengajar di sekolah dengan waktu kerja pagi sampai siang sering kali mengeluh
cepat lelah dan bosan. Guru mendapat tuntutan kinerja yang tinggi dan tanggung
jawab yang besar dengan ekspektasi yang luar biasa dari orang tua siswa.
Menurut Khilmiyah (2012) terdapat dua bentuk stres kerja yang dialami
guru yaitu stres fisik dan stres psikis. Stres kerja fisik seperti mudah lelah, pusing,
sakit perut, dan administrasi yang menumpuk. Stres psikis seperti kesal, bingung,
dan mudah marah. Jika hal tersebut terjadi akan memengaruhi kinerja (Bachroni
dan Asnawi, 1999).
Stres yang tidak diatasi dengan baik, berakibat pada ketidakmampuan
individu berinteraksi secara positif dengan lingkungannya, baik dalam lingkungan
pekerjaan maupun di luar pekerjaan (Rahmawati, 2009). Aryani (2016)
mengungkapkan bahwa stres dalam arti positif yakni keadaan yang dapat
memotivasi dan berdampak menguntungkan, dimana artinya seseorang yang
mengalami suatu masalah dalam pekerjaannya lalu merasakan stres, namun ia
memandang stres yang dialaminya tersebut sebagai suatu situasi atau kondisi yang
justru dapat dijadikan motivasi atau inspirasi.
Penyebab stres kerja sangat beragam dan dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor yang mempengaruhi stres kerja yaitu adanya faktor internal, faktor
eksternal, dan faktor demografi. Faktor internal meliputi hardiness, kepuasan
kerja, dan kejenuhan (Wallnas dan Jendle, 2017; Syah dan Indrawati, 2016;
Putranto, 2013). Faktor eksternal meliputi beban kerja, dukungan sosial, dan
perubahan kebijakan pemerintah (Rizki, Hamid, dan Mayowan, 2016; Setiawan
3
dan Darminto, 2013; Kyriacou dan Chien, 2004). Faktor demografi meliputi jenis
kelamin, masa kerja, usia, dan status kepegawaian (Wallnas dan Jendle, 2017;
Robbins dan Judge, 2008; Sadeghi dan Sa’adatpourvahid, 2016; Dwijayanti,
2008). Berdasarkan uraian diatas, peneliti tidak banyak menemukan studi literatur
yang mengukur hardiness, beban kerja, dan faktor demografi, khususnya kepada
guru. Sehingga peneliti memilih ketiga variabel tersebut menjadi fokus dalam
penelitian ini.
Hardiness dapat memengaruhi stres kerja. Penelitian yang dilakukan oleh
Sihontang (2011) menunjukkan bahwa adanya hubungan negatif antara hardiness
dengan stress kerja. Sejalan dengan penelitian sebelumnya, studi Bala dan Kaur
(2017) menemukan hubungan negatif yang signifikan antara kepribadian
hardiness dan stres kerja pada guru. Nagra dan Arora (2013) menjelaskan bahwa
guru yang bebas akan stres dapat mengajar lebih efektif di kelas dan memberikan
lingkungan berkualitas lebih baik, sehingga menjadikan sekolah tempat yang
menantang dan menarik bagi siswa.
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi stres kerja adalah beban kerja.
Stres kerja dipengaruhi oleh beban kerja secara signifikan (Omondi dan Kariuki,
2016). Sejalan dengan penelitian sebelumnya, penelitian yang dilakukan Kusnadi
(2014) menunjukkan adanya hubungan positif antara beban kerja dengan stres
kerja.
Selain itu terdapat faktor demografi yang mempengaruhi stres kerja yaitu
jenis kelamin. Terdapat perbedaan jenis kelamin pada stres kerja (Antoniou,
Polychroni, dan Vlachakis, 2006). Faktor demografi kedua yaitu masa kerja,
4
menurut Robbins dan Judge (2008) seseorang yang memiliki masa kerja lama
akan mudah mengatasi stres yang dirasakan pada pekerjaannya.
Faktor demografi lain yang mempengaruhi stres kerja adalah usia, sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sadeghi dan Sa’adatpourvahid (2016)
bahwa usia guru berkontribusi terhadap tingkat stres dan gejalanya. Faktor
demografi berikutnya adalah status kepegawaian guru yang dalam penelitian
Dwijayanti (2008) menyatakan bahwa status kepegawaian, yaitu pegawai honorer
ataupun PNS memiliki pengaruh terhadap stres.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada hari Senin, 18
Desember 2017 kepada guru-guru SMA Negeri di Tangerang Selatan diperoleh
bahwa stres kerja yang dirasakan oleh guru diakibatkan oleh beban kerja yang
diberikan. Beban kerja tersebut terjadi karena perubahan kurikulum sehingga
sistem penilaian dan sistem pembelajaran menjadi berubah, dan guru harus
beradaptasi dengan hal tersebut.
Beranjak dari penjelasan dan keterangan yang telah dipaparkan, stres kerja
dianggap penting untuk diteliti. Sejauh ini, peneliti tidak banyak menemukan studi
literatur yang mengukur hardiness, beban kerja, dan faktor demografi terhadap
stres kerja, khusunya pada guru. Penelitian-penelitian terdahulu tidak meneliti
pengaruh independen variabel tersebut secara bersamaan.
Dari apa yang sudah peneliti jelaskan di atas, dapat diketahui bahwa guru
memiliki potensi besar merasakan stres kerja. Berdasarkan fenomena yang ada
akan membawa dampak yang tidak sedikit dan berkesinambungan bagi aspek-
aspek kehidupan. Oleh karena itu peneliti merasa perlu untuk melakukan
5
penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja yang dialami
oleh profesi guru dengan judul “Pengaruh Hardiness, Beban Kerja, dan Faktor
Demografi terhadap Stres Kerja Guru SMA Negeri di Tangerang Selatan”.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Agar permasalahan tidak meluas maka dari itu perlu adanya pemabatasan
penelitian. Penelitian ini dibatasi pada pengaruh variabel hardiness (komitmen,
kontrol, dan tantangan), beban kerja (beban kerja fisik dan beban kerja mental),
dan faktor demografi (jenis kelamin, masa kerja, usia, dan status kepegawaian).
Untuk lebih jelasnya, maka peneliti membatasi hanya kepada:
1. Stres kerja
Stres kerja (job stress) dalam penelitian ini dibatasi pada kesadaran individu atau
perasaan disfungsi pribadi sebagai akibat dari kondisi yang dirasakan atau
kejadian di tempat kerja dengan mengacu kepada teori Parker dan DeCotiis
(1983), yang memiliki dua dimensi time stress dan anxiety.
2. Hardiness
Hardiness (tahan banting) dalam penelitian ini dibatasi pada karakteristik
kepribadian yang muncul untuk melindungi individu dari negatif stres pada
kesehatan mental dan fisik dengan mengacu pada teori Bartone et al. (2015), yang
memiliki tiga dimensi yaitu komitmen, kontrol, dan tantangan.
3. Beban kerja
Beban kerja dalam penelitian ini dibatasi pada perbedaan antara kemampuan
individu dengan tuntutan kerja yang diterima dengan mengacu pada teori Hart dan
6
Staveland (1988), yang memiliki dua dimensi yaitu beban kerja fisik dan beban
kerja mental.
4. Faktor demografi
Faktor demografi dalam penelitian ini dibatasi pada jenis kelamin, masa kerja,
usia, dan status kepegawaian.
5. Sampel
Sampel dalam penelitian ini dibatasi pada guru SMA Negeri di Tangerang
Selatan.
1.2.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, perumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
1 Apakah terdapat pengaruh yang signifikan variabel hardiness, beban kerja,
dan faktor demografi terhadap stres kerja guru?
2 Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi komitmen terhadap stres
kerja guru?
3 Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi kontrol terhadap stres
kerja guru?
4 Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi tantangan terhadap stres
kerja guru?
5 Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi beban kerja fisik terhadap
stres kerja guru?
6 Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi beban kerja mental
terhadap stres kerja guru?
7
7 Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi jenis kelamin terhadap
stres kerja guru?
8 Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi lama bekerja terhadap
stres kerja guru?
9 Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi usia terhadap stres kerja
guru?
10 Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi status kepegawaian
terhadap stres kerja guru?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji, mengetahui dan menjelaskan
pengaruh hardiness (komitmen, kontrol, dan tantangan), beban kerja (beban kerja
fisik dan beban kerja mental), dan faktor demografi (jenis kelamin, masa kerja,
usia, dan status kepegawaian) terhadap stres kerja guru SMA Negeri di Tangerang
Selatan.
1.4 Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Manfaat teoritis
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan mampu memberikan sumbangan
keilmuwan pada psikologi, khususnya psikologi industri dan organisasi yang
berhubungan dengan stres kerja terhadap guru SMA Negeri di Tangerang Selatan
selain itu penelitian ini juga dapat digunakan untuk bahan pertimbangan penelitian
selanjutnya.
8
b. Manfaat praktis
Untuk dapat mengaplikasikan teori psikologi yang terkait dengan konsep
psikologi industri dan organisasi khususnya teori stres kerja, hardiness, dan beban
kerja.
Bagi guru dapat menjadi bahan informasi untuk mempersiapkan diri secara
fisik maupun mental agar mampu menghadapi tekanan saat kerja, meminimalisir
stres kerja yang dirasakan, dan menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Stres Kerja
2.1.1 Definisi stres kerja
Robbins dan Judge (2008) mendefinisikan stres kerja merupakan suatu kondisi
dinamis dimana seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber
daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya
tidak pasti dan penting. Menurut McShane (2005) stres kerja merupakan respon
adaptif terhadap situasi yang dirasakan sebagai tantangan atau ancaman atas
kehidupan individu.
Definisi stres kerja kemudian ditambahkan pula oleh organisasi The
Health and Safety Executive (2014) dalam bukunya yang berjudul Stress at Work
yang mendefinisikan stres kerja sebagai reaksi buruk seseorang terhadap tekanan
yang berlebihan atau permintaan lainnya yang diajukkan kepada mereka.
Margianti (1999) menjelaskan bahwa stres kerja merupakan tanggapan
"patologis" manusia terhadap tekanan psikologis dan sosial, baik dalam
hubungannya dengan pekerjaan maupun dengan lingkungan sekitarnya.
Parker dan DeCotiis (1983) mendefinisikan stres kerja adalah kesadaran
individu atau perasaan disfungsi pribadi sebagai akibat dari kondisi yang
dirasakan atau kejadian ditempat kerja. Luthans (2011) menyederhanakan bahwa
stres kerja merupakan respons adaptif ke situasi eksternal yang mengakibatkan
penyimpangan fisik, psikologis, dan / atau perilaku untuk peserta organisasi.
10
Dari berbagai definisi diatas peneliti menggunakan teori dari Parker dan
DeCotiis (1983), stres kerja sebagai disfungsi pribadi dari akibat dari kejadian
ditempat kerja. Peneliti menyimpulkan yang dimaksud stres kerja adalah kondisi
dinamis dimana seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, tantangan
terhadap tekanan yang berlebihan akibat dari kondisi yang dirasakan atau kejadian
ditempat kerja dan lingkungan sekitar.
2.1.2 Dimensi stres kerja
Parker dan DeCotiis (1983) membagi dimensi stres kerja menjadi dua yaitu:
1. Time Stress (Tekanan waktu)
Perasaan berada dibawah tekanan waktu yang subtansial. Tekanan waktu
berkaitan dengan persepsi individu terhadap tidak cukupnya waktu untuk
menyelesaikan pekerjaan.
2. Anxiety (Kecemasan)
Kecemasan adalah keadaan emosional yang tidak menyenangkan yang memiliki
konsekuensi adaptif dan maladaptif. Perasaan cemas yang berkaitan dengan
tekanan atau ketegangan yang dialami individu disebabkan oleh pekerjaannya.
Menurut Robbins dan Judge (2013), stres kerja memiliki tiga dimensi
yaitu:
1. Lingkungan
Lingkungan sosial turut berpengaruh terhadap stres kerja. Dimana dukungan
sosial berperan dalam mendorong seseorang dalam pekerjaannya. Ketidakpastian
lingkungan merupakan alasan individu memiliki masalah dalam menghadapi
11
perubahan yang terjadi di lingkungan. Terdapat tiga jenis utama ketidakpastian
lingkungan yaitu ekonomi, politik, dan teknologi.
2. Organisasi
Semua aktivitas di dalam organisasi berhubungan dengan karyawan. Seperti
tuntutan kerja atau beban kerja yang terlalu berat, kerja yang membutuhkan
tanggung jawab tinggi, rekan kerja yang tidak menyenangkan. Dan semua itu
dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu tugas, peran, dan antarpribadi.
3. Personal
Terdapat tiga kategori dalam dimensi personal yaitu masalah keluarga, masalah
ekonomi pribadi, dan kepribadian yang dimiliki oleh individu.
Peneliti memilih untuk menggunakan pernyataan yang dikemukakan oleh Parker
dan DeCotiis (1983) bahwa stres kerja memiliki dua dimensi, yakni time stress
dan anxiety karena sesuai dengan populasi penelitian yang dipilih oleh peneliti,
guru. Dalam hal ini guru memiliki time stress dan anxiety terkait dengan
pekerjaan.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi stres kerja, diantaranya:
1. Faktor Internal
a. Hardiness
Variabel kepribadian lain yang mungkin menjelaskan perbedaan individu dalam
kerentanan terhadap stres kerja adalah hardiness. Ciri orang yang memiliki
kepribadian hardiness kuat adalah memiliki sifat lebih tahan terhadap stres kerja
yang dirasakan (Schultz dan Schultz, 2006).
12
b. Kepuasan Kerja
Penelitian yang dilakukan oleh Syah dan Indrawati (2016) menyatakan bahwa
kepuasan kerja berpengaruh negatif terhadap stres kerja. Individu dapat memenuhi
mengolah dan mengevaluasi perasaan yang sedang mereka rasakan sehingga
perilaku yang muncul menjadi positif. Pada saat terjadi masalah dalam pekerjaan
mereka, tidak dipungkiri pasti mereka sejenak merasa stres namun mereka dapat
mengelolanya dengan baik sehingga hal tersebut dapat meminimalisir tingkat stres
yang terjadi.
c. Kejenuhan
Penelitian yang dilakukan oleh Putranto (2013) menjelaskan bahwa kejenuhan
merupakan penyebab stres kerja.
2. Faktor Eksternal
a. Beban Kerja
Dalam penelitian yang dilakukan Pertiwi, Denny, dan Widjasena (2017) terdapat
hubungan antara beban kerja mental dengan stres kerja. Kemudian Antoniou,
Ploumpi, dan Ntalla (2013) juga menjelaskan bahwa beban kerja merupakan salah
satu variabel yang menyebabkan stres kerja.
b. Dukungan Sosial
Dukungan sosial sebagai pertolongan, bantuan yang diterima oleh individu dari
interaksinya dengan lingkungan. Dengan diterimanya dukungan sosial maka
individu akan lebih sehat fisik dan psikisnya daripada individu yang tidak
menerima dukungan sosial (Setiawan dan Darminto, 2013).
13
c. Perubahan Kebijakan
Kyriacou dan Chien (2004) melaporkan bahwa 26% dari 203 guru di sekolah
dasar Taiwan menjadi guru adalah sangat stress dan sumber utama pada stress
yang diidentifikasi adalah perubahan kebijakan pemerintah.
3. Faktor Demografi
a. Jenis Kelamin
Penelitian yang dilakukan Wallnas dan Jendle (2017) menunjukkan bahwa wanita
lebih cenderung mencari dukungan sosial selama situasi stres daripada pria,
memperkuat pengertian tentang perbedaan jenis kelamin yang berkaitan dengan
teori kecenderungan dan pertemanan.
b. Masa Kerja
Penelitian yang dilakukan Robins dan Judge (2008) menyatakan bahwa
pengalaman kerja berhubungan negatif dengan stres kerja. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin lama pengalaman kerja individu, maka semakin kecil stres kerja
yang dirasakan.
c. Usia
Sadeghi dan Sa’adatpourvahid (2016) menyatakan bahwa usia guru berkorelasi
dengan stres kerja yang dialami guru. Hal ini dapat disebabkab oleh fakta bahwa
guru yang lebih muda memiliki motivasi tinggi dan energik dalam menghadapi
situasi yang menekan dan, dan karenanya, mereka dapat dengan mudah
menyesuaikan diri dengan situasi baru.
14
d. Status Kepegawaian
Dwijayanti (2008) yang menyatakan bahwa status kepegawaian, yaitu pegawai
honorer ataupun PNS memiliki pengaruh terhadap stres.
Dari berbagai faktor penyebab stres kerja yang telah disebutkan, faktor internal
yang peneliti pilih untuk diteliti adalah variabel hardiness. Faktor eksternal adalah
beban kerja, dan faktor demografi yaitu jenis kelamin, masa kerja, usia, dan status
kepegawaian.
2.1.4 Pengukuran stres kerja
Terdapat beberapa pengukuran yang digunakan dalam mengukur stres kerja,
diantaranya:
1. Job Stress Scale (JSS) alat ukur yang dikembangkan oleh Parker dan DeCotiis
(1983). Alat ukur ini mengukur time stress (tekanan waktu) dan anxiety
(kecemasan) yang terdiri atas 15 item pernyataan. Koefisien alpha dari time
stress (tekanan waktu) adalah 0.86 dan anxiety (kecemasan) adalah 0.74.
2. Stres in General (SIG) alat ukur yang dikembangkan oleh Shanton et. al.
(2001). Alat ukur ini mengukur stressor pada individu yaitu stres kronis,
pekerjaan umum, dan intensi untuk keluar dari pekerjaan yang terdiri atas 15
item. Masing-masing koefisien alpha sebesar 0.99, 0.56, dan 0.70
3. Job Stressors Questionnaire alat ukur yang dikembangkan oleh Dua (1994).
Alat ukur ini mengukur stresor yang ada seperti signifikansi pekerjaan, beban
kerja, politik kerja, hubungan interpersonal, kondisi kerja, dan reorganisasi.
15
Untuk mengukur stres kerja peneliti menggunakan Job Stress Scale (JSS) alat
ukur dari Parker dan DeCotiis (1983) mengukur dua dimensi yang terdapat pada
stres kerja yakni time stress (tekanan waktu) dan anxiety (kecemasan). Alat ukur
yang terdiri atas 15 item pernyataan dan diukur dengan menggunakan skala likert.
2.2 Hardiness
2.2.1 Definisi hardiness
Menurut Bartone et al. (2015) hardiness merupakan sekumpulan karakteristik
kepribadian yang muncul untuk melindungi individu dari negatif stres pada
kesehatan fisik dan mental. Sementara menurut Eschleman, Bowling, dan Alarcon
(2010), hardiness adalah ciri kepribadian multidimensi yang dihipotesiskan dapat
melindungi individu dari dampak stres.
Menurut Kobasa, Maddi, dan Khan (1982) mendefinisikan hardiness
sebagai suatu kumpulan karakteristik kepribadian yang berfungsi sebagai sumber
daya tahan dalam menghadapi berbagai peristiwa hidup yang menyebabkan stres.
Schultz dan Schultz (2006) menjelaskan hardiness merupakan sebuah variabel
kepribadian yang dapat membuat individu berbeda dalam menghadapi stres kerja,
seseorang yang memiliki kepribadian hardy yakin mereka dapat mengontrol
kegiatan apapun dalam kehidupan mereka dan bisa lebih menghadapi stres yang
dirasakan. Mereka sangat berkomitmen pada pekerjaan mereka dan untuk
aktivitas lain yang mereka senangi, serta mereka melihat perubahan sebagai
tantangan.
Dari berbagai definisi diatas peneliti menggunakan teori Bartone et. al.
(2015), hardiness sebagai karakteristik kepribadian yang melindungi individu dari
16
stres. Peneliti menyimpulkan yang dimaksud hardiness adalah karakteristik
kepribadian yang dapat melindungi individu sebagai sumber daya tahan dalam
menghadapi berbagai peristiwa hidup yang menyebabkan stres.
2.2.2 Dimensi hardiness
Menurut Bartone (2010) hardiness memiliki tiga dimensi yaitu:
1. Komitmen
Komitmen (commitment) adalah melibatkan dalam keadaan apapun yang individu
lakukan. Maddi (2013) menyatakan individu yang memiliki komitmen meyakini
bahwa dalam keadaan buruk sekalipun, individu akan tetap bertahan dalam situasi
tersebut.
2. Kontrol
Kontrol (control) merupakan kepercayaan dan tindakan yang dapat
mempengaruhi peristiwa dalam kehidupannya.
3. Tantangan
Tantangan (challenge) merupakan kemampuan individu untuk menerima bahwa
kehidupan tidak lepas dari kejadian-kejadian yang menyebabkan stres. Kejadian
yang menyebabkan stress dianggapanya sebagai tantangan dalam hidup.
2.2.3 Pengukuran hardiness
Terdapat beberapa pengukuran yang digunakan dalam mengukur hardiness,
diantaranya:
1. Dispositional Resilience Scale (DRS-15 –R) alat ukur yang dikembangkan oleh
Bartone et. al. (2010). Alat ukur ini terdiri atas 15 pernyataan positif dan
negatif untuk mengukur komitmen (commitment), kontrol (control), dan
17
tantangan (challenge). Koefisien alpha dari komitmen adalah 0.743, kontrol
0.796, dan tantangan 0.411.
2. Personal Views Survey III- R alat ukur yang dikembangkan oleh Maddi et. al.
(2006). Alat ukur ini mengukur komitmen (commitmet), kontrol (control),
Tantangan (challenge). Koefisien alpha keseluruhan adalah 0.740.
3. A Short Hardiness Scale alat ukur yang dikembangkan oleh Bartone (1995).
Alat ukur ini terdiri atas 15 pernyataan untuk mengukur kepribadian hardiness
dengan karakteristik komitmen (commitmet), kontrol (control), Tantangan
(challenge). Koefisien alpha komitmen yaitu 0.77, kontrol 0.71, dan tantangan
0.70.
Peneliti menggunakan alat ukur DRS-15-R terdiri atas 15 pernyataan
positif dan negatif untuk dimensi komitmen, kontrol, dan tantangan. Dimana
masing-masing memiliki koefisien alpha sebesar 0.743, 0.796, dan 0.411.
2.3 Beban Kerja
2.3.1 Definisi beban kerja
Menurut O’Donnel dan Eggermeier (1986) beban kerja merupakan sebagian dari
kapasitas kemampuan pekerja yang diberikan untuk mengerjakan tugasnya.
Kemudian menurut Hart dan Staveland (1988) beban kerja adalah berpusat pada
individu bukan pada tugas yang artinya bagaimana individu menghadapi beban
kerja yang diterimanya. Beban kerja yang dipaksakan mengacu pada situasi yang
dihadapi oleh orang tersebut. Maksudnya adalah tuntutan tugas disusun
berdasarkan tujuan, durasi, dan strukturnya, dan sumber daya sistem yang
18
disediakan. Beban kerja sebagai perbedaan antara kemampuan individu dengan
tuntutan tugas yang diterima.
Rubio et. al. (2004) juga mendefinisikan beban kerja sebagai perbedaan
antara tuntutan kognitif pekerjaan atau tugas tertentu dan sumber daya yang di
miliki pekerja tersebut. Definisi lain menurut DiDomenico (2003), beban kerja
adalah pengorbanan yang harus dikeluarkan oleh seseorang dengan memberikan
kapasitas mereka dalam mencapai tingkat performasi dari suatu pekerjaan dengan
tuntutan yang spesifik. Tuntutan dari suatu pekerjaan atau kombinasi pekerjaan
diantaranya adalah menjaga stabilitas sikap, melakukan aksi fisik, dan melakukan
pekerjaan cognitive (performing cognitive task).
Dari berbagai definisi diatas peneliti menggunakan teori dari Hart dan
Staveland (1988), beban kerja sebagai yang berpusat pada manusia bukan pada
tugas yang artinya bagaimana individu menghadapi beban kerja yang diterimanya.
Peneliti menyimpulkan yang dimaksud beban kerja adalah kapasitas kemampuan
pada manusia antara tuntutan kognitif pekerjaan atau tugas tertentu dan sumber
daya yang di miliki pekerja dalam mencapai tingkat performa.
2.3.2 Dimensi beban kerja
Hart dan Staveland (1988) membagi beban kerja menjadi dua, yaitu:
1. Beban kerja fisik. Beban pekerjaan yang berkaitan dengan aktivitas fisik serta
usaha yang dilakukan dalam menyelesaikan pekerjaannya tersebut.
2. Beban kerja mental. Aktivitas dan perseptual yang dibutuhkan termasuk juga
tekanan waktu selama pekerjaan, perasaan tidak aman, dan keberhasilan yang
dicapai dalam pekerjaannya.
19
Reid dan Nygren (1988) membagi beban kerja menjadi tiga dimensi yaitu time
load, mental effort load, dan psychological stress load.
1. Time load adalah yang menunjukkan jumlah waktu yang tersedia dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring tugas. Banyak memiliki waktu
luang, tidak ada tumpang tindih antar kegiatan yang dilakukan; sedikit
memiliki waktu luang, ada beberapa jadwal kegiatan yang tumpang tindih; dan
tidak memiliki waktu luang, karena memiliki kegiatan yang banyak dan sering
mengalami tumpang tindih.
2. Mental effort load adalah menduga atau memperkirakan seberapa banyak
usaha mental dalam perencanaan yang diperlukan untuk melaksanakan suatu
tugas.
3. Psychological stress load adalah mengukur jumlah resiko, kebingungan, dan
frustasi yang dihubungkan dengan performansi atau penampilan tugas (Suhanto
dalam Simanjuntak dan Situmorang, 2010).
Peneliti memilih untuk menggunakan dimensi Hart dan Staveland (1988) yang
membagi beban kerja menjadi dua yakni beban kerja fisik dan beban kerja mental.
2.3.3 Pengukuran beban kerja
Terdapat beberapa pengukuran yang digunakan dalam mengukur beban kerja,
diantaranya:
1. Subjective Workload Assessment Technique (SWAT) alat ukur yang
dikembangkan oleh Reid dan Nygren (1988). Alat ukut ini terdiri atas
pernyataan untuk mengukur time load, mental effort load, dan psychological
stres load.
20
2. NASA-Task Load Index (TLX) alat ukur yang dikembangkan oleh Hart dan
Staveland (1998). Alat ukur ini membagi beban kerja menjadi dua dimensi dan
masing-masing dimensi memiliki sub yaitu beban kerja fisik (physical demand
dan effort) dan beban kerja mental (mental demand, temporal demand,
frustration level, dan performance).
Untuk mengukur beban kerja peneliti menggunakan NASA-Task Load
Index (TLX) alat ukur dari Hart dan Staveland (1988) mengukur dua dimensi
yang terdapat pada stres kerja yakni beban kerja fisik dan beban kerja mental.
2.4 Kerangka Berpikir
Guru yang mengalami stres kerja dan mengalami tekanan mungkin akan merasa
tidak nyaman saat menjalankan aktivitasnya ketika mengajar, terlebih guru
berhadapan dengan orang-orang berkepribadian berbeda. Hal ini membuat profesi
guru juga perlu diperhatikan ketika mengalami stres kerja, terutama jika stres
kerja yang dirasakan sudah menganggu aktivitas dalam pekerjaannya.
Stres akibat pekerjaan yang tidak bisa diatasi dengan baik berakibat pada
ketidakmampuan seseorang berinteraksi secara positif dengan lingkungan
kerjanya. Selain itu guru memiliki tanggung jawab yang besar untuk memberikan
pengajaran yang layak bagi para murid sebagai perkembangan penerus bangsa.
Tanggung jawab tersebut juga mengakibatkan terjadinya stres kerja pada guru.
Guru yang stres karena pekerjaannya dapat mengalami stres fisik (lelah,
mudah keringat dingin, pusing, dan sakit perut) atau stres psikis (mudah marah,
kesal, sering bingung, merasa tidak puas, tidak nyaman dengan lingkungan kerja,
21
dan mudah emosional) sehingga menyebabkan seseorang memiliki kinerja yang
kurang maksimal.
Di sisi lain, stres kerja dapat dilihat secara positif dalam arti bahwa
individu memandang stres dalam pekerjaannya tersebut untuk memacu diri agar
berbuat lebih baik atau termotivasi. Masalah dipandang sebagai hal yang harus
diselesaikan. Pandangan positif terhadap suatu masalah yang dialami ditempat
kerja berkaitan dengan hardiness (tahan banting). Guru yang memiliki
kepribadian hardiness (tahan banting) adalah mereka yang tahan terhadap stres
pada pekerjaannya atau cara seseorang menghadapi stres pekerjaan yang
dirasakannya. Individu akan melakukan respon ketika terjadi masalah yang
berkaitan dengan pekerjaannya sesuai dengan komitmen, kontrol, dan tantangan
yang dimiliki. Jika guru tersebut memiliki komitmen yang tinggi terhadap
pekerjaannya, maka sesulit apapun keadaannya tetap menjalankan peran dan tugas
sebagai guru. Guru yang dapat mengontrol dapat mengatasi rasa stres akibat
pekerjaan yang dirasakannya, dan guru yang menyukai tantangan akan mudah
menerima tugas dan peran menjadi sebuah tantangan yang harus dilakukan
dengan baik.
Stres kerja yang dirasakan bergantung pada tugas-tugas yang diterima oleh
guru, yang disebut sebagai beban kerja. Ada dua beban kerja yang diterima oleh
profesi guru yakni beban kerja fisik (tugas yang menumpuk, koreksian yang
banyak, input nilai siswa/i) dan beban kerja mental (keamanan, kepuasan, emosi
yang dirasakan saat mengajar, kegiatan yang membutuhkan pemikiran yang keras,
ingatan, dan hal yang berkaitan dengan waktu).
22
Selain itu, peneliti juga berasumsi bahwa jenis kelamin dapat
mempengaruhi stres kerja. Perempuan memiliki stres kerja yang lebih tinggi
dibanding dengan laki-laki, selain itu perempuan lebih membutuhkan dorongan
dalam menghadapi permasalahan yang ada ditempat kerjanya. Pengalaman
individu dalam mengajar juga berpengaruh terhadap stres kerja yang
dirasakannya, guru yang berpengalaman lebih lama dalam mengajar dan menjadi
guru disebutkan dapat menghadapi stres kerja dengan baik dan sebaliknya. Selain
itu usia dan status kepegawaian yang dalam hal ini terbagi menjadi dua yaitu
honorer dan PNS (pegawai negeri sipil) juga menjadi pembeda seseorang dalam
menghadapi stres kerja yang dirasakannya.
23
2.5 Hipotesis Penelitian
Ha: Ada pengaruh yang signifikan dari variabel hardiness (komitmen, kontrol,
dan tantangan), beban kerja (beban kerja fisik dan beban kerja mental), dan faktor
demografi (jenis kelamin, masa kerja, usia, dan status kepegawaian)
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi komitmen pada variabel hardiness
terhadap stres kerja guru SMA Negeri di Tangerang Selatan.
H2: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi kontrol pada variabel hardiness
terhadap stres kerja guru SMA Negeri di Tangerang Selatan.
H3: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi tantangan pada variabel hardiness
terhadap stres kerja guru SMA Negeri di Tangerang Selatan.
H4: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi beban kerja fisik pada variabel
beban kerja terhadap stres kerja guru SMA Negeri di Tangerang Selatan.
H5: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi beban kerja mental pada variabel
beban kerja terhadap stres kerja guru SMA Negeri di Tangerang Selatan.
H6: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi jenis kelamin terhadap stres
kerja guru SMA Negeri di Tangerang Selatan.
H7: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi masa kerja terhadap stres kerja
guru SMA Negeri di Tangerang Selatan.
H8: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi usia terhadap stres kerja guru
SMA Negeri di Tangerang Selatan.
H10: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi status kepegawaian terhadap stres
kerja guru SMA Negeri di Tangerang Selatan.
24
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah adalah Guru Sekolah Menengah Atas Negeri
di Tangerang Selatan yang berjumlah 1.311 guru (sumber:
dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id). Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak
217 guru. Berikut penyebaran kuesioner pada tiap sekolah:
Tabel 3.1
Sampel Penelitian Nama Sekolah Jumlah Responden Persentase
SMAN 1 Tangerang Selatan 17 7.8%
SMAN 2 Tangerang Selatan 21 9.7%
SMAN 3 Tangerang Selatan 15 6.9%
SMAN 4 Tangerang Selatan 9 4.1%
SMAN 5 Tangerang Selatan 21 9.7%
SMAN 6 Tangerang Selatan 18 8.3%
SMAN 7 Tangerang Selatan 15 6.9%
SMAN 8 Tangerang Selatan 5 2.3%
SMAN 9 Tangerang Selatan 32 14.7%
SMAN 10 Tangerang Selatan 18 8.3%
SMAN 11 Tangerang Selatan 23 10.6%
SMAN 12 Tangerang Selatan 23 10.6%
Total 217 100%
Berdasarkan tabel 3.1 dapat diketahui bahwa jumlah sampel sebanyak 217
guru. dengan rincian sampel tiap sekolah, SMAN 1 Tangerang Selatan sebanyak
17 responden atau 7.8%, SMAN 2 Tangerang Selatan sebanyak 21 responden atau
9.7%, SMAN 3 Tangerang Selatan sebanyak 15 responden atau 6.9%, SMAN 4
Tangerang Selatan sebanyak 9 responden atau 4.1%, SMAN 5 Tangerang Selatan
sebanyak 21 responden atau 9.7%, SMAN 6 Tangerang Selatan sebanyak 18
responden atau 8.3%, SMAN 7 Tangerang Selatan sebanyak 15 responden atau
6.9%, SMAN 8 Tangerang Selatan sebanyak 5 responden atau 2.3%, SMAN 9
25
Tangerang Selatan sebanyak 32 responden atau 14.7%, SMAN 10 Tangerang
Selatan sebanyak 18 responden atau 8.3%, SMAN 11 Tangerang Selatan
sebanyak 23 responden atau 10.6%, SMAN 12 Tangerang Selatan sebanyak 23
responden atau 10.6%.
Pada teknik pengambilan sampel peneliti menggunakan non probability
sampling dimana populasi yang telah ditentukan memiliki kesempatan yang sama
untuk menjadi responden. Teknik yang digunakan adalah accidental sampling.
Peneliti menentukan karakteristik populasi dengan mempertimbangkan beberapa
hal, yaitu dari segi biaya waktu, dan keterjangkauan sampel.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan accidental sampling yaitu dimana sampel yang terpilih karena
berada pada waktu dan tempat yang tepat (Suryadi, dkk, 2014). Peneliti memilih
guru yang bekerja di SMA Negeri Tangerang Selatan, dimana SMA Negeri di
Tangerang Selatan terdiri atas dua belas SMA Negeri. Dengan kriteria sebagai
berikut:
1. Guru PNS/Honorer.
2. Jenis kelamin perempuan dan laki-laki.
3. Memiliki masa kerja minimal 1 tahun.
4. Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini, pengambilan data dilakukan secara langsung oleh
peneliti. Hal ini didasarkan pada subjek yang peneliti ambil yakni guru, sehingga
peneliti dirasa harus menjelaskan sendiri untuk apa penelitian ini dilakukan.
26
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
a. Variabel dalam penelitian ini adalah stres kerja sebagai dependent variable.
b. Variabel hardiness (komitmen, kontrol, tantangan), beban kerja (beban kerja
fisik dan beban kerja mental), dan faktor demografi (jenis kelamin, masa kerja,
usia, dan status kepegawaian) sebagai independent variable.
Adapun definisi operasional dari variabel yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Stres kerja adalah kesadaran individu atau perasaan disfungsi pribadi sebagai
akibat dari kondisi yang dirasakan atau kejadian di tempat kerja, yang diukur
dengan menggunakan skala Job Stress Scale yang terdiri atas dua dimensi:
a. Time stress (tekanan waktu) adalah tidak cukupnya waktu untuk
menyelesaikan pekerjaan.
b. Anxiety (kecemasan) adalah keadaan emosional yang tidak menyenangkan.
2. Hardiness merupakan karakteristik kepribadian yang muncul untuk melindungi
individu dari negatif stres pada kesehatan mental dan fisik, yang diukur dengan
menggunakan skala DRS 15-R terdiri atas tiga dimensi:
a. Komitmen adalah melibatkan dalam keadaan apapun yang individu lakukan.
b. Kontrol adalah kepercayaan dan tindakan yang dapat mempengaruhi
peristiwa dalam kehidupannya.
c. Tantangam adalah menganggap kejadian sebagai tantangan.
3. Beban kerja adalah perbedaan antara kemampuan individu dengan tuntutan
kerja yang diterima, yang diukur dengan menggunakan NASA-TLX terdiri atas
dua dimensi:
27
a. Beban kerja fisik adalah tugas yang diberikan berkaitan dengan energi
fisik.
b. Beban kerja mental adalah tugas yang diberikan berkaitan dengan batin
dan kemampuan intelek.
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
3.3.1 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert.
Adapun skala likert ini terdapat empat alternatif jawaban dari sangat setuju (SS),
setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Dalam menjawab,
subjek memilih satu alternatif jawaban yang paling menggambarkan dirinya
dengan memberikan tanda checklist (√) pada kotak yang disediakan. Selain itu
pernyataan terbagi atas kategori positif atau favorable dan kategori negatif
unfavorable. Jika digambarkan dalam bentuk tabel, maka akan seperti tabel 3.2:
Tabel. 3.2
Format skoring skala likert
3.3.2 Instrumen penelitian
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk
kuesioner dengan menggunakan skala likert yang memiliki empat alternatif
jawaban mulai dari sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat
tidak setuju (STS). Instrument pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas
tiga alat ukur, yaitu:
No Kategori Respon SS S TS STS
1. Favorable 4 3 2 1
2. Unfavorable 1 2 3 4
28
a. Instrumen stres kerja
Instrumen stres kerja didapatkan berdasarkan penelitian dari Parker & DeCotiis
(1983) yaitu Job Stress Scale (JSS). Instrument ini mengukur stres kerja yang
terdiri dari dua dimensi yaitu time stress dan anxiety. Alat ukur ini berjumlah 15
item dengan menggunakan skala likert empat pilihan jawaban mulai dari sangat
setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).
Peneliti melakukan adaptasi dengan menerjemahkan alat ukur yang sudah ada.
Selanjutnya peneliti meminta bantuan kepada dua orang yang ahli untuk
mengecek hasil dari terjemahan yang peneliti lakukan, setelah itu peneliti
melakukan uji keterbacaan kepada tiga orang guru dan menunjukkan bahwa pada
skala stres kerja tidak ada perbaikan bahasa, karena guru sudah mengerti dengan
pernyataan yang ada.
Tabel 3.3
Blue Print Skala Stres Kerja
Dimensi Indikator F U Jumlah
Time stress a. Meluangkan cukup
banyak waktu untuk
pekerjaan
11, 15 -
5
b. Tidak memiliki waktu
untuk kegiatan lain
3, 13, 7
Anxiety a. Merasakan perasaan
cemas mengenai
pekerjaan
1, 4, 8,
12, 14 - 10
b. Merasakan perasaan
tertekan karena
persyaratan pekerjaan
2, 5, 6,
9, 10
Total 15
29
b. Instrumen hardiness
Instrumen hardiness didapatkan berdasarkan penelitian dari Bartone et al.
(2010) yaitu Dispositional Resilience Scale 15 Revisy (DRS 15-R). Instrument ini
mengukur hardiness yang terdiri dari tiga dimensi yaitu komitmen, kontrol, dan
tantangan. Alat ukur ini berjumlah 15 item dengan masing-masing dimensi terdiri
atas lima pernyataan dengan pernyataan favorable dan unfavorable. Penelitian ini
menggunakan skala likert empat pilihan jawaban mulai dari sangat setuju (SS),
setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Alat ukur ini
berjumlah 15 item dengan dengan pernyataan favorable.
Peneliti melakukan adaptasi dengan menerjemahkan alat ukur yang sudah ada.
Selanjutnya peneliti meminta bantuan kepada dua orang yang ekspert untuk
mengecek hasil dari terjemahan yang peneliti lakukan, setelah itu peneliti
melakukan uji keterbacaan kepada tiga orang guru dan menunjukkan bahwa pada
skala hardiness tidak ada perbaikan bahasa, karena guru sudah mengerti dengan
pernyataan yang ada.
Tabel 3.4
Blue Print Skala Hardiness
Dimensi Indikator F U Jumlah
Komitmen a. Memiliki kebermaknaan 1 4 5
b. Terlibat penuh dan antusias dalam
berbagai kegiatan hidup
7, 10 13
Kontrol a. Memiliki keyakinan untuk
mencapai tujuan dengan diri
sendiri
2, 6
5
b. Percaya bahwa diri sendiri bisa
mengendalikan peristiwa dalam
hidup
12, 15 8
Tantangan a. Perubahan dalam aktivitas 9 3, 5, 5
b. Menyukai resiko dalam berbagai
kegiatan yang dikerjakan
11, 14
Total 15
30
b. Instrumen beban kerja
Instrumen beban kerja didapatkan berdasarkan kuesioner Prijayanti (2015) yang
mengacu pada teori Hart & Staveland (1988). Instrument ini mengukur hardiness
yang terdiri dari dua dimensi yaitu beban kerja fisik dan beban kerja mental. Alat
ukur ini berjumlah 24 item dengan pernyataan favorable dan unfavorable.
Peneliti melakukan modifikasi dengan menyesuaikan pernyataan yang sudah
ada menjadi konteks yang sesuai dengan subjek penelitian. Selain itu peneliti juga
memodifikasi skala yang digunakan, dari skala rating menjadi skala likert empat
pilihan jawaban mulai dari sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan
sangat tidak setuju (STS). Terakhir, peneliti melakukan uji keterbacaan kepada
tiga orang guru dan menunjukkan bahwa pada skala beban kerja terdapat
perbaikan bahasa, kemudian peneliti merevisi.
Tabel 3.5
Blue Print Skala Beban Kerja
Dimensi Indikator F U Jumlah
Beban kerja
fisik
a. Tuntutan fisik (seperti mendorong,
menarik, mengontrol, menata,
mengoperasikan, dan lain-lain)
2, 4 1, 3 8
b. Menjalankan job description 6, 8 5, 7
Beban kerja
mental
a. Tuntutan mental dan perceptual
(seperti berpikir, memutuskan,
mempekirakan)
10, 12 9, 11 16
b. Pekerjaan berpacu dengan waktu 15, 16 13, 14
c. Tidak aman dan nyaman dalam
pekerjaan
18, 20 17, 19
d. Keberhasilan dan rasa puas dalam
pekerjaan
22, 24 21, 23
Total 24
31
3.4 Uji Validitas Konstruk
Semua instrumen yang peneliti gunakan dalam penelitian ini diuji
validitasnya. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan confirmatory factor
analysis (CFA) menggunakan program LISREL 8.70 (Linear Structural
Relationship). Berikut ialah prosedur CFA (Umar, 2011):
1. Menguji apakah hanya ada satu faktor saja yang menyebabkan item-item saling
berkorelasi (hipotesis unidimensional item). Hipotesis ini diuji dengan chi-
square. Untuk memutuskan apakah memang tidak ada perbedaan antara
matriks korelasi yang diperoleh dari data dengan matriks korelasi yang
dihitung menurut teori/model. Jika hasil chi-square tidak signifikan (p > 0.05),
maka hipotesis nihil yang menyatakan bahwa “tidak ada perbedaan antara
matriks korelasi yang diperoleh dari data model diterima, yang artinya item
yang diuji mengukur satu faktor saja (unidimensional). Sedangkan, jika nilai
chi-square signifikan (p<0.05), artinya item-item yang diuji mengukur lebih
dari satu faktor (multidimensional). Dalam keadaan demikian peneliti
melakukan modifikasi terhadap model dengan cara memperbolehkan item-item
saling berkorelasi tetapi dengan tetap menjaga bahwa item hanya mengukur
satu faktor (unidimensional) maka dilakukan langkah selanjutnya.
2. Menganalisis item mana yang menjadi sumber tidak fit.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengetahui item mana
yang menjadi sumber tidak fit, yaitu:
a. Melakukan uji signifikan terhadap koefisien muatan faktor dari masing-
masing item dengan menggunakan t-test, jika nilai t yang diperoleh pada
32
sebuah item tidak signifikan (t > 1.96) maka item tersebut akan di drop
karena dianggap tidak signifikan seumbangannya terhadap pengukuran yang
sedang dilakukan.
b. Melihat arah koefisien maupun muatan faktor (factor loading). Jika suatu
item memiliki muatan negatif, maka item tersebut di drop karena tidak sesuai
dengan pengukuran (berarti semakin tinggi nilai pada item tersebur semakin
rendah nilai pada faktor yang diukur).
c. Sebagai kriteria tambahan (optional) dapat dilihat juga banyaknya korelasi
parsial antar kesalahan pengukuran, yaitu kesalahan pengukuran pada suatu
item yang berkorelasi dengan kesalahan pengukuran pada item lain. Jika pada
suatu item terdapat terlalu banyak korelasi seperti ini (lebih dari tiga), maka
item tersebut di drop. Alasannya adalah item yang demikian selain mengukur
apa yang ingin diukur juga mengukur hal lain (multidimensional item).
3. Menghitung faktor-faktor
Jika langkash-langkah diatas telah dilakukan, maka diperileh item-item yang
valid untuk mengukur apa yang diukur. Item-item inilah yang kemudian diolah
untuk mendapatkan faktor skor pada tiap skala. Dengan demikian perbedaan
kemampuan masing-masing item dalam mengukur apa yang hendak diukur
ikut menentukan dalam menghitung faktor skor (true skor). True score inilah
yang dianalisis dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini, peneliti tidak menggunakaan raw scoe/ skor mentah
(hasil menjumlahkan skor item). Oleh karena itu sebenarnya tidak diperlukan
informasi tentang reliabilitas masing-masing alat ukur (misalnya cronbach alpha)
33
karena true score itu reliabilitasnya sama dengan satu (100%). Untuk kemudahan
didalam penafsirah hasil analisis maka peneliti mentransformasikan faktor skor
yang diukur dalam skala baku (Z score) menjadi T score yang memiliki mean =
50 dan standar deviasi (SD) = 10 sehingga tidak ada responden yang mendapat
skor negatif. Adapun rumus T score adalah:
3.4.1 Uji validitas konstruk variabel stres kerja
Pada uji validitas konstruk variabel stres kerja, peneliti melakukan uji validitas 15
item dengan model CFA first order. Dalam perhitungan data CFA model satu
faktor dari variabel stres kerja diperoleh skor perhitungan awal Chi-Square =
407.18, df = 90, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.128. Dari hasil tersebut nilai P-
value = 0,00000 < 0,05 sehingga dikatakan bahwa model ini belum fit. Maka
peneliti melakukan modisikasi terhadap model ini, yaitu dengan membebaskan
setiap item untuk berkorelasi.
Setelah melalui 27 kali modifikasi, diperoleh nilai Chi-Square = 79.77, df
= 63, P-value = 0.07536, RMSEA = 0.035, dengan P-value = 0.07536 > 0.05 yang
artinya, model ini sudah fit. Dengan demikian item-item yang ada pada variabel
stres kerja hanya mengukur satu faktor saja, yaitu stres kerja.
Setelah mendapatkan model yang fit, peneliti melihat muatan faktor dari
variabel stres kerja dengan melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam
menentukan nilai koefisien muatan item dilakukan dengan melihat t-value dan
melihat muatan positif atau negatif dari data tabel muatan faktor, jika nilai t > 1.96
T score = ( 10 x skore factor ) + 50
34
artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor
untuk item pengukuran stres kerja.
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Stres Kerja
No Item Koefisien Standar Eror Nilai t Valid
1 0.48 0.07 6.87 √
2 0.04 0.07 0.53 ×
3 0.56 0.06 8.71 √
4 0.50 0.07 7.48 √
5 0.63 0.07 9.31 √
6 0.55 0.07 8.16 √
7 0.68 0.07 10.43 √
8 0.52 0.07 7.81 √
9 0.58 0.07 8.65 √
10 0.31 0.07 4.10 √
11 0.62 0.07 9.29 √
12 0.59 0.06 9.15 √
13 0.64 0.06 9.91 √
14 -0.06 0.07 -0.83 ×
15 0.65 0.07 9.96 √
Keterangan: tanda √ = Signifikan (t > 1.96), x = tidak signifikan
Dari hasil tabel diatas, peneliti dapat melihat item yang memiliki muatan
faktor negatif. Berdasarkan tabel diatas, pada kolom koefisien terlihat bahwa item
yang memiliki muatan negatif dan item yang memiliki t-value dibawah 1.96 (t <
1.96) adalah item nomor 2 dan item nomor 7. Item-item tersebut harus dieliminasi
atai di-drop dan tidak disertakan dalam pengolahan selanjutnya.
3.4.2 Uji validitas kostruk hardiness
a. Komitmen
Pada uji validitas konstruk variabel komitmen, peneliti melakukan uji validitas 5
item dengan model CFA first order. Dalam perhitungan data CFA model satu
faktor dari variabel hardiness, yakni komitmen diperoleh skor perhitungan awal
35
Chi – Square = 83.81, df = 5, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.270. Dari hasil
tersebut nilai P-value = 0,00000 < 0,05 sehingga dikatakan bahwa model ini
belum fit. Maka peneliti melakukan modifikasi terhadap model ini, yaitu dengan
membebaskan setiap item untuk berkorelasi.
Setelah melalui 2 kali modifikasi, diperoleh nilai Chi-Square = 2.96, df = 3, P-
value = 0.39783, RMSEA = 0.00000, dengan P-value = 0.39783 > 0.05 yang
artinya, model ini sudah fit. Dengan demikian item-item yang ada pada variabel
komitmen hanya mengukur satu faktor saja, yaitu komitmen.
Setelah mendapatkan model yang fit, peneliti melihat muatan faktor dari
variabel komitmen dengan melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam
menentukan nilai koefisien muatan item dilakukan dengan melihat t-value dan
melihat muatan positif atau negatif dari data tabel muatan faktor, jika nilai t > 1.96
artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor
untuk item pengukuran komitmen.
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item Komitmen
No Item Lamda Standar
Eror Nilai t Signifikan
1 0.91 0.07 12.61 √
4 0.54 0.07 7.46 √
7 0.74 0.07 10.40 √
10 0.44 0.07 6.20 √
13 0.52 0.07 7.45 √
Keterangan: tanda √ = Signifikan (t > 1.96), x = tidak signifikan
Dari hasil tabel diatas, peneliti dapat melihat item yang memiliki muatan
faktor negatif. Berdasarkan tabel diatas, pada kolom koefisien terlihat bahwa
seluruh item yang memiliki muatan negatif dan t-value dibawah 1.96 (t < 1.96)
36
tidak ada, sehingga seluruh item dari variabel komitmen digunakan dalam
pengolahan selanjutnya.
b. Kontrol
Pada uji validitas konstruk variabel kontrol, peneliti melakukan uji validitas 5
item dengan model CFA first order. Dalam perhitungan data CFA model satu
faktor dari variabel hardiness, yakni kontrol diperoleh skor perhitungan awal Chi
– Square = 27.75, df = 5, P-value = 0.00004, RMSEA = 0.145. Dari hasil tersebut
nilai P-value = 0,00000 < 0,05 sehingga dikatakan bahwa model ini belum fit.
Maka peneliti melakukan modifikasi terhadap model ini, yaitu dengan
membebaskan setiap item untuk berkorelasi.
Setelah melalui 1 kali modifikasi, diperoleh nilai Chi-Square = 2.96, df = 3, P-
value = 0.39783, RMSEA = 0.00000, dengan P-value = 0.39783 > 0.05 yang
artinya, model ini sudah fit. Dengan demikian item-item yang ada pada variabel
kontrol hanya mengukur satu faktor saja, yaitu kontrol.
Setelah mendapatkan model yang fit, peneliti melihat muatan faktor dari
variabel kontrol dengan melakukan uji hipotesi nihil dari setiap item. Dalam
menentukan nilai koefisien muatan item dilakukan dengan melihat t-value dan
melihat muatan positif atau negatif dari data tabel muatan faktor, jika nilai t > 1.96
artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor
untuk item pengukuran kontrol.
37
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item Kontrol
No Item Koefisien Standar
Eror Nilai t Signifikan
2 0.39 0.08 4.94 √
6 0.53 0.08 6.32 √
8 0.84 0.10 8.35 √
12 0.36 0.08 4.60 √
15 0.20 0.08 2.47 √
Keterangan: tanda √ = Signifikan (t > 1.96), x = tidak signifikan
Dari hasil tabel diatas, peneliti dapat melihat item yang memiliki muatan
faktor negatif. Berdasarkan tabel diatas, pada kolom koefisien terlihat bahwa
seluruh item yang memiliki muatan negatif dan t-value dibawah 1.96 (t < 1.96)
tidak ada, sehingga seluruh item dari variabel komitmen digunakan dalam
pengolahan selanjutnya.
c. Tantangan
Pada uji validitas konstruk variabel tantangan, peneliti melakukan uji validitas 5
item dengan model CFA first order. Dalam perhitungan data CFA model satu
faktor dari variabel hardiness, yakni tantangan diperoleh skor perhitungan awal
Chi – Square = 33.81, df = 5, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.163. Dari hasil
tersebut nilai P-value = 0,00000 < 0,05 sehingga dikatakan bahwa model ini
belum fit. Maka peneliti melakukan modifikasi terhadap model ini, yaitu dengan
membebaskan setiap item untuk berkorelasi.
Setelah melalui 2 kali modifikasi, diperoleh nilai Chi-Square = 4.12, df =
3, P-value = 0.24828, RMSEA = 0.042, dengan P-value = 0.24828 > 0.05 yang
artinya, model ini sudah fit. Dengan demikian item-item yang ada pada variabel
stres kerja hanya mengukur satu faktor saja, yaitu komitmen.
38
Setelah mendapatkan model yang fit, peneliti melihat muatan faktor dari
variabel tantangan dengan melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam
menentukan nilai koefisien muatan item dilakukan dengan melihat t-value dan
melihat muatan positif atau negatif dari data tabel muatan faktor, jika nilai t > 1.96
artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor
untuk item pengukuran tantangan.
Tabel 3.9
Muatan Faktor Item Tantangan
No Item Koefisien Standar
Eror Nilai t Signifikan
3 0.27 0.11 2.60 √
5 0.06 0.08 0.75 ×
9 -0.17 0.09 -1.88 ×
11 0.32 0.11 2.76 √
14 0.88 0.26 3.36 √
Keterangan: tanda √ = Signifikan (t > 1.96), x = tidak signifikan
Dari hasil tabel diatas, peneliti dapat melihat item yang memiliki muatan
faktor negatif. Berdasarkan tabel diatas, pada kolom koefisien terlihat bahwa item
yang memiliki muatan negatif dan item yang memiliki t-value dibawah 1.96 (t <
1.96) adalah item nomor 5 dan item nomor 9. Item-item tersebut harus dieliminasi
atai di-drop dan tidak disertakan dalam pengolahan selanjutnya.
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Variabel Beban Kerja
a. Beban kerja fisik
Pada uji validitas konstruk variabel beban kerja fisik, peneliti melakukan uji
validitas 8 item dengan model CFA first order. Dalam perhitungan data CFA
model satu faktor dari variabel beban kerja, yakni beban kerja fisik diperoleh skor
perhitungan awal Chi – Square = 62.92, df = 20, P-value = 0.00000, RMSEA =
0.100. Dari hasil tersebut nilai P-value = 0,00000 < 0,05 sehingga dikatakan
39
bahwa model ini belum fit. Maka peneliti melakukan modifikasi terhadap model
ini, yaitu dengan membebaskan setiap item untuk berkorelasi.
Setelah melalui 3 kali modifikasi, diperoleh nilai Chi-Square = 16.41, df =
17, P-value = 0.49480, RMSEA = 0.000, dengan P-value = 0.49480 > 0.05 yang
artinya, model ini sudah fit. Dengan demikian item-item yang ada pada variabel
stres kerja hanya mengukur satu faktor saja, yaitu beban kerja fisik.
Setelah mendapatkan model yang fit, peneliti melihat muatan faktor dari
variabel tantangan dengan melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam
menentukan nilai koefisien muatan item dilakukan dengan melihat t-value dan
melihat muatan positif atau negatif dari data tabel muatan faktor, jika nilai t > 1.96
artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor
untuk item pengukuran beban kerja fisik.
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Beban Kerja Fisik
No Item Koefisien Standar
Eror Nilai t Signifikan
1 0.32 0.12 2.76 √
2 -0.15 0.09 -1.71 ×
3 0.01 0.06 0.12 ×
4 0.08 0.06 -1.26 ×
5 1.27 0.47 2.70 √
6 0.05 0.05 0.92 ×
7 0.27 0.10 2.60 √
8 0.10 0.07 1.47 ×
Keterangan: tanda √ = Signifikan (t > 1.96), x = tidak signifikan
Dari hasil tabel diatas, peneliti dapat melihat item yang memiliki muatan
faktor negatif. Berdasarkan tabel diatas, pada kolom koefisien terlihat bahwa item
yang memiliki muatan negatif dan item yang memiliki t-value dibawah 1.96 (t <
40
1.96) adalah item nomor 2, 3, 4, 6, dan 8. Item-item tersebut harus dieliminasi atai
di-drop dan tidak disertakan dalam pengolahan selanjutnya.
b. Beban kerja mental
Pada uji validitas konstruk variabel beban kerja mental, peneliti melakukan uji
validitas 8 item dengan model CFA first order. Dalam perhitungan data CFA
model satu faktor dari variabel beban kerja, yakni beban kerja mental diperoleh
skor perhitungan awal Chi – Square = 626.91, df = 104, P-value = 0.00000,
RMSEA = 0.153. Dari hasil tersebut nilai P-value = 0,00000 < 0,05 sehingga
dikatakan bahwa model ini belum fit. Maka peneliti melakukan modifikasi
terhadap model ini, yaitu dengan membebaskan setiap item untuk berkorelasi.
Setelah melalui 45 kali modifikasi, diperoleh nilai Chi-Square = 68.64, df
= 59, P-value = 0.018311, RMSEA = 0.027, dengan P-value = 0.018311 > 0.05
yang artinya, model ini sudah fit. Dengan demikian item-item yang ada pada
variabel stres kerja hanya mengukur satu faktor saja, yaitu beban kerja mental.
Setelah mendapatkan model yang fit, peneliti melihat muatan faktor dari variabel
tantangan dengan melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam
menentukan nilai koefisien muatan item dilakukan dengan melihat t-value dan
melihat muatan positif atau negatif dari data tabel muatan faktor, jika nilai t > 1.96
artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor
untuk item pengukuran beban kerja mental.
41
Tabel 3.11
Muatan Faktor Item Beban Kerja Mental
No Item Koefisien Standar Eror Nilai t Signifikan
9 0.57 0.07 8.39 √
10 0.61 0.07 8.21 √
11 0.68 0.06 11.00 √
12 0.14 0.07 2.04 √
13 0.24 0.07 3.47 √
14 -0.01 0.08 -0.11 ×
15 -0.16 0.07 -2.24 ×
16 -0.41 0.07 -6.07 × 17 -0.55 0.07 -8.10 × 18 -0.67 0.07 -10.19 ×
19 -0.57 0.07 -8.67 × 20 0.30 0.06 4.74 √
21 0.45 0.07 6.80 √
22 0.11 0.08 1.40 × 23 0.21 0.07 3.02 √
24 0.06 0.07 0.77 × Keterangan: tanda √ = Signifikan (t > 1.96), x = tidak signifikan
Dari hasil tabel diatas, peneliti dapat melihat item yang memiliki muatan
faktor negatif. Berdasarkan tabel diatas, pada kolom koefisien terlihat bahwa item
yang memiliki muatan negatif dan item yang memiliki t-value dibawah 1.96 (t <
1.96) adalah item nomor 14, 15, 16, 17, 18, 19, 22, dan 24. Item-item tersebut
harus dieliminasi atai di-drop dan tidak disertakan dalam pengolahan selanjutnya.
3.5 Teknik Analisis Data
Dalam rangka menguji hipotesis penelitian, peneliti menggunakan metode analisis
regresi berganda yaitu suatu metode untuk menguji signifikan atau tidaknya
pengaruh sekumpulan variabel independen terhadap variabel dependen.
Berikut ini adalah persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini:
Y = a+b1X1+b2X2=b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8+b9X9+e
42
Keterangan:
Y = Stres kerja
a = Konstanta/Intercept
b = Koefisien regresi
X1 = Komitmen pada hardiness
X2 = Kontrol pada hardiness
X3 = Tantangan pada hardiness
X4 = Beban kerja fisik pada beban kerja
X5 = Beban kerja mental pada beban kerja
X6 = Jenis kelamin
X7 = Masa Kerja
X8 = Usia
X9 = Status Kepegawaian
e = Residu
Adapun data yang dianalisis dengan persamaan diatas adalah hasil dari
pengukuran yang sudah di transformasi ke dalam factor score. Dalam hal ini,
factor score adalah faktor yang diukur dengan menggunakan software SPSS 21
dengan menggunakan item yang valid. Tujuan dari factor score adalah agar
koefiesien regresi tidak mengalami atenuasi atau underestimates (koefisien regresi
yang terhitung lebih rendah dari yang seharusnya sehingga tidak signifikan).
Dalam analisis regresi berganda, besarnya proporsi varians stres kerja
yang dipengaruhi oleh bervariasinya seluruh IV yang bisa diukur dengan rumus
R2 , dimana:
R2 jumlah kuadrat regresi
jumlah kuadrat total =
SSreg
SSy
Adapun jika R2 signifikan (P < 0.05) maka proporsi varians Y yang
dipengaruhi oleh kesembilan faktor (komitmen, kontrol, tantangan, beban kerja
fisik, beban kerja mental, jenis kelamin, masa kerja, usia, dan status kepegawaian)
secara keseluruhan adalah signifikan.
43
Jika telah terbukti signifikan, maka peneliti akan menguji variabel mana dari
kesembilan variabel indenpenden tersebut yang signifikan. Dalam hal ini peneliti
menguji signifikan atau tidaknya koefisien regresi (b) dengan t-test. Jika memiliki
skor t > 1.96 maka koefisien regresi variabel tersebut dinyatakan signifikan,
sebaliknya jika t < 1.96 maka variabel tersebut dinyatakan tidak signifikan (dalam
taraf signifikansi 0.05 atau 5%).
Dalam regresi analisis berganda ini dapat diperoleh beberapa informasi, yaitu:
1. R² yang menunjukan proporsi varians dari variabel dependen yang bisa
dijelaskan oleh variabel independen.
2. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien
regresi. Koefisien yang signifikan menunjukkan dampak yang signifikan dari
variabel independen yang bersangkutan.
3. Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat prediksi
tentang beberapa nilai Y jika nilai variabel independen diketahui.
4. Sumbangan varian dari masing-masing aspek variabel independen yaitu
hardiness (komitmen, kontrol, dan tantangan), beban kerja (beban kerja fisik
dan beban kerja mental), jenis kelamin, masa kerja, usia, dan status
kepegawaian.
44
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini berjumlah 217 orang yang merupakan guru SMA Negeri di
Tangerang Selatan. Berikut ini merupakan gambaran subjek penelitian.
Tabel 4.1
Gambaran Subjek Penelitian
Deskripsi Jumlah Responden Persentase
Jenis Kelamin
Perempuan 144 66.4 %
Laki-laki 73 33.6%
Masa Kerja
1-20 tahun 168 77.4 %
21-40 tahun 49 22.6%
Usia
20 – 40 tahun 99 45.6 %
41 – 60 tahun 116 53.5 %
60 tahun 2 0.9 %
Status Kepegawaian
Honorer 86 39.6 %
PNS 131 60.4 %
Berdasarkan data pada tabel 4.1 diatas, diketahui bahwa responden
penelitian ini terdiri atas perempuan dan laki-laki. Perempuan sebanyak 144 orang
(66.4%) dan laki-laki sebanyak 73 orang (33.6%). Selanjutnya dapat
dideskripsikan jumlah pengalaman kerja guru selama mengajar. Jumlah ini
mencakup 1-20 tahun dan 21-40 tahun yang masing-masing memiliki jumlah 168
orang (77.4%) dan 49 orang (22.6%).
Usia menggambarkan masing-masing usia dari responden. Peneliti membagi
tiga kategori masa perkembangan menurut Santrock bahwa manusia terbagi atas
tiga tahap perkembangan yaitu dengan rentang umur 20 – 40 tahun, dewasa
45
madya dengan rentang umur 41-60 tahun, dan dewasa akhir > 60 tahun dimana
masing-masing memperoleh 99 orang (4.6%), 116 orang (53.5%), dan 2 orang
(0.9 %). Status kepegawaian dalam penelitian ini yaitu honorer dan PNS dimana
masing-masingnya 86 orang (39.6%) dan 131 orang (60%).
4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Dalam analisis statistik deskriptif pada penelitian ini digunakan skor berupa skor
faktor. Skor faktor didapat dengan merubah semua item yang ada pada dimensi
yang sama menjadi satu skor yaitu disebut factor score pada software SPSS,
bukan dengan cara menjumlahkan item-item yang ada. Factor score dibuat
dengan menggunakan metode maximum likelihood. Tujuan penggunaan skor
faktor ialah untuk menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran.
Kemudian, factor score diubah menjadi true score untuk menghilangkan bilangan
negatif dengan cara melakukan proses komputasi melalui formula T-score = 50 +
(10.z). True score dalam penelitian ini hanya digunakan untuk analisis statistik
deskriptif, agar mendapatkan angka yang positif.
Setelah melakukan analisis statistik deskriptif, didapatkan deskripsi statistik
masing-masing variabel pada penelitian ini seperti yang disajikan pada tabel 4.2.
Karena semua skor telah berada pada skala yang sama, maka mean pada skala ini
adalah 50 dan standar deviasi yang bervariasi begitu juga dengan distribusi setiap
variabel memiliki tingkat yang bervariasi. Oleh karena itu, didapatkan distribusi
frekuensi dengan titik minimum, maksimum, dan standar deviasi seperti pada
tabel 4.2.
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa variabel stres kerja memiliki skor
terendah 19.12 dan skor tertinggi 73.93. Kedua, variabel komitmen memiliki skor
46
terendah 14.09 dan skor tertinggi 67.74. Ketiga, variabel kontrol memiliki skor
terendah 20.90 dan skor tertinggi 67.90. Keempat, variabel tantangan memiliki
skor terendah 26.98 dan skor tertinggi 72.19. Kelima, variabel beban kerja fisik
memiliki skor terendah 17.58 dan skor tertinggi 69.06. Keenam, variabel beban
kerja mental memiliki skor terendah 25.58 dan skor tertinggi 73.52.
Tabel 4.2
Gambaran Descriptive Statistics Variable N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Stres Kerja 217 19.12 73.93 50 9.08037
Komitmen 217 14.09 67.74 50 8.66593
Kontrol 217 20.98 67.90 50 7.79108
Tantangan 217 26.98 72.19 50 6.76285
Fisik 217 17.58 69.06 50 9.99500
Mental 217 25.91 72.28 50 7.91676
Dari statistik deskriptif variabel penelitian yang telah dijelaskan diatas,
dapat terlihat bahwa yang memiliki sebaran data paling besar adalah variabel stres
kerja, dimana rentangan nilai maksimum dan minimumnya sebesar 54.81. Hal ini
membuktikan bahwa jawaban subjek terhadap skala stres kerja cukup beragam.
Sedangkan, variabel yang memiliki sebaran data paling kecil ialah variabel
tantangan, dimana rentangan nilai maksimum dan minimumnya sebesar 45.21, hal
ini membuktikan bahwa jawaban subjek atas skala dimensi tantangan cenderung
seragam. Rentangan skor pada masing-masing variabel dapat menggambarkan
individual differences pada subjek dimana variabel yang memiliki rentangan skor
besar dapat mengukur individual differences yang baik.
4.3 Kategorisasi Skor Variabel
Kategorisasi skor variabel bertujuan untuk menempatkan subjek ke dalam
kelompok-kelompok yang terpisah berdasarkan skor pada variabel yang diukur
apakah subjek tergolong kelompok dengan skor rendah atau skor tinggi. Sebelum
47
mengkategorisasikan skor masing-masing variabel berdasarkan tingkat rendah dan
tinggi, peneliti menerapkan norma dan skor dengan menggunakan mean dan
standar deviasi (dalam tabel 4.3). Setelah itu akan didapatkan persentase pada
masinf-masing kategori setiap variabel.
Tabel 4.3
Pedoman Intepretasi Skor Kategori Rumus
Tinggi X ≥ Mean
Rendah X ≤ Mean
Uraian mengenai kategori skor variabel berdasarkan pengelompokkan tinggi dan
rendahnya tiap variabel dapat dilihat dalam tabel 4.4.
Tabel 4.4
Kategorisasi Skor Variabel Variabel Frekuensi %
Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Stres Kerja 114 orang 102 orang 52.8% 47.2%
Komitmen 131 orang 86 orang 60.4% 39.6%
Kontrol 130 orang 87 orang 59.9% 40.1%
Tantangan 121 orang 96 orang 55.8% 44.2%
Beban Kerja Fisik 44 orang 173 orang 20.3% 79.7%
Beban Kerja Mental 126 orang 90 orang 58.3% 41.7%
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa skor
pada variabel stres kerja sebanyak 114 orang (52.8%) ada pada kategori rendah
dan 102 orang (47.2%) pada kategori tinggi. Dengan demikian, hasil dari sebaran
variabel stres kerja berada pada kategori rendah. Kemudian pada variabel
komitmen sebanyak 131 orang (60.4%) berada pada kategori rendah dan 86
orang (39.6%) berada pada kategori tinggi. Dengan demikian, hasil dari sebaran
variabel komitmen berada pada kategori rendah.
48
Untuk variabel kontrol sebanyak 130 orang (59.9%) berada pada kategori
rendah dan 87 orang (40.1%) berada pada kategori tinggi. Dengan demikian, hasil
dari sebaran variabel kontrol berada pada kategori rendah. Sebanyak 121 orang
(55.8%) berada pada karegori rendah dan 96 orang (44.2%) berada pada kategori
tinggi, dengan demikian variabel tantangan berada pada kategori rendah.
Selanjutnya untuk variabel beban kerja fisik sebanyak 44 orang (20.3%)
berada pada kategori rendah dan 173 orang (79.7%) berada pada kategori tinggi,
dengan demikian variabel beban kerja fisik berada pada kategiru tinggi. Untuk
variabel beban kerja mental sebanyak 126 orang (58.3%) dan 90 orang (41.7%)
berada pada kategori tinggi. Dengan demikian, hasil dari sebaran variabel beban
kerja mental berada pada kategori rendah.
4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Dalam melakukan uji hipotesis penelitian, peneliti menggunakan teknik analisis
regresi dengan software SPSS. Dalam melakukan analisis regresi, kita dapat
melihat tiga hal penting, pertama kita dapat melihat R² (R square) untuk
mengetahui berapa persen proporsi varians dependent variable yang dijelaskan
oleh independent variable, kedua kita dapat melihat apakah keseluruhan
independent variable memengaruhi dependent variable secara signifikan, ketiga
kita dapat melihat signifikansi dan besar pengaruh dari masing-masing
independent variable terhadap dependent variable.
Dalam teknik analisis regresi yang sudah dilakukan, pertama-tama peneliti
melihat R² untuk mengetahui berapa persen proporsi varians dependent variable
yang dijelaskan oleh independent variable. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 4.5.
49
Tabel 4.5
Model Summary Analisis Regresi Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .464a .216 .182 8.21439
Berdasarkan tabel 4.5 dapat melihat bahwa R2 sebesar 0.216, atau 21.6 %.
Hal ini mengandung makna bahwa proporsi varians dari stres kerja yang
dijelaskan oleh seluruh independent variable (komitmen, kontrol, tantangan,
beban kerja fisik, beban kerja mental, jenis kelamin, masa kerja, usia, dan status
kepegawaian) sebesar 21.6%, sedangkan sisanya 78.4% dipengaruhi oleh variabel
lain di luar penelitian ini.
Selanjutnya, peneliti ingin melihat pengaruh dari keseluruhan independent
variable terhadap stres kerja. Hal ini dapat dilihat dalam hasil uji F pada tabel 4.6
Tabel 4.6
Gambaran Sig. Keseluruhan Independent Variable ANOVAa
Model Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
1 Regression 3842.274 9 426.919 6.327 .000b
Residual 13967.586 207 67.476
Total 17809.860 216
a. Dependent Variable: Stres Kerja
b. Predictors: (Constant), MK (Masa Kerja), Fisik, JK, Kontrol, Tantangan, Skep, Mental, Komitmen, usia
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui signifikansi dari keseluruhan
independent variable terhadap stres kerja. Tabel 4.6 menyajikan informasi
mengenai nilai p (probability) sebesar 0.000. Dengan demikian diketahui bahwa
nilai p < 0.05 (non-significant), maka hipotesis nol yang menyatakan bahwa
“Tidak ada pengaruh yang signifikan dari dimensi hardiness (komitmen, kontrol,
dan tantangan), dimensi beban kerja (beban kerja fisik dan beban kerja mental)
dan faktor demografi (jenis kelamin, masa kerja, usia, dan status kepegawaian)
terhadap stres kerja ditolak. Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan dari
50
keseluruhan variabel independent variable (komitmen, kontrol, tantangan, beban
kerja fisik, beban kerja mental, jenis kelamin, masa kerja, usia, dan status
kepegawaian) terhadap stres kerja.
Oleh karena itu, peneliti melakukan langkah selanjutnya untuk melihat
mana dari keseluruhan variabel yang dampaknya signifikan dan mana yang tidak
signifikan dalam memengaruhi penggunaan internet kompulsif. Hal ini bisa kita
lakukan hanya jika R² nya signifikan. Dalam melihat signifikansi masing-masing
variabel ini diperlukan uji t yang bisa kita lihat dalam tabel 4.7, dimana
signifikansi dijelaskan pada kolom paling kanan. Jika p < 0.05, maka pengaruh
variabel terhadap dependent variable signifikan, begitu pula sebaliknya. Dalam
uji t kita juga bisa melihat besar dan arah koefisien dari masing-masing variabel,
yang dijelaskan oleh kolom paling kiri (B).
Tabel 4.7
Koefisien Regresi Independet Variable yang Memengaruhi Stres Kerja Understandardized Coefficients Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 86.218 6.485 13.294 .000
Komitmen -.351 .076 -.335 -4.619 .000
Kontrol .035 .082 .030 .413 .667
Tantangan -.259 .087 -.193 -2.965 .003
Beban Kerja Fisik .013 .064 .014 .202 .840
Beban Kerja Mental -.168 .087 -.146 -1.934 .054
Jenis Kelamin -1.134 1.330 .069 -.853 .395
Masa Kerja 0.028 1.414 .002 .020 .984
Usia -1.520 1.201 -.079 1.266 .207
Status
Kepegawaian
1.606 1.604 .074 1.002 .318
a. Dependent Variable: Stres Kerja
Berdasarkan tabel 4.7 dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut:
Stres Kerja = 86.218 – 0.351 (komitmen) + 0.035 (kontrol) – 0.259 (tantangan) + 0.13
(beban kerja fisik) – 0.168 (beban kerja mental) - 1.134 (jenis kelamin) + 0.028 (masa
kerja) – 1.520 (usia) + 1.606 (status kepegawaian)
51
Dari persamaan diatas terlihat bahwa dari ke sembilan variabel
independent variabel, yang berdampak signifikan terhadap dependent variable
hanya variabel komitmen, tantangan, dan beban kerja mental saja, sisannya
berdampak tidak signifikan terhadap dependent variabel. Berikut ini adalah
penjelasan menganai koefisien regresi dari masing-masing variabel:
1. Komitmen memiliki nilai koefisien regresi sebesar - 0.351 dengan nilai Sig.
sebesar 0.000 (Sig. P < 0.05), yang berarti bahwa koefisien regresi dari variabel
komitmen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres kerja. Koefisien
bertanda negatif artinya semakin tinggi komitmen yang dimiliki oleh guru,
semakin rendah stres kerja yang dirasakan.
2. Kontrol memiliki koefisien regresi sebesar 0.035 dengan nilai Sig. sebesar
0.667 (Sig. P > 0.05), yang berarti bahwa koefisien regresi dari variabel kontrol
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres kerja.
3. Tantangan memiliki koefisien regresi - 0.259 dengan nilai Sig. sebesar 0.003
(Sig. P < 0.05), yang berarti bahwa koefisien regresi dari variabel tantangan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres kerja. Koefisien bertanda
negatif artinya semakin tinggi tantangan yang dimiliki oleh guru, semakin
rendah stres kerja yang dirasakan.
4. Beban kerja fisik memiliki koefisien regresi 0.13 dengan nilai Sig. sebesar
0.840 (Sig. P > 0.05), yang berarti bahwa koefisien regresi dari variabel beban
kerja fisik tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres kerja.
52
5. Beban kerja mental memiliki koefisien regresi -0.168 dengan nilai Sig. sebesar
0.054 (Sig. P > 0.05), yang berarti bahwa koefisien regresi dari variabel beban
kerja mental tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres kerja.
6. Jenis kelamin memiliki koefisien regresi -1.134 dengan nilai Sig. sebesar 0.395
(Sig. P > 0.05), yang berarti bahwa koefisien regresi dari variabel jenis
kelamin tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres kerja.
7. Masa kerja memiliki koefisien regresi 0.028 dengan nilai Sig. sebesar 0.984
(Sig. P > 0.05), yang berarti bahwa koefisien regresi dari variabel masa kerja
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres kerja.
8. Usia memiliki koefisien regresi -1.520 dengan nilai Sig. sebesar 0.207 (Sig. P
> 0.05), yang berarti bahwa koefisien regresi dari variabel usia tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap stres kerja.
9. Status kepegawaian memiliki koefisien regresi 1.606 dengan nilai Sig. sebesar
0.318 (Sig. P > 0.05), yang berarti bahwa koefisien regresi dari variabel beban
kerja fisik tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres kerja.
4.5 Proporsi Varians
Selanjutnya peneliti ingin mengetahui sumbangan proporsi varians dari
masing-masing independent variable terhadap stres kerja. Maka dari itu, peneliti
melakukan analisis regresi berganda dengan cara menambahkan satu independent
variable setiap melakukan regresi. Kemudian, peneliti dapat melihat penambahan
dari R2 (R Square Change) setiap melakukan analisis regresi dan dapat melihat
signifikansi dari penambahan R2 tersebut. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.8.
53
Tabel 4.8
Proporsi Varians Independent Variable terhadap Stres Kerja Model Summary
Change Statistics
Model R R
Square
Adjust
R
Square
Std. Error
of the
Estimates
R
Square
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 .368a .135 .131 8.46402 .135 33.603 1 215 .000
2 .368b .136 .128 8.48158 .000 .110 1 214 .740
3 .432c .186 .175 8.24780 .051 13.304 1 213 .000
4 .433d .188 .172 8.26067 .001 .337 1 212 .562
5 .451e .204 .185 8.19825 .016 4.241 1 211 .041
6 .459f .211 .188 8.18043 .007 1.920 1 210 .167
7 .461g .212 .186 8.19245 .001 .385 1 209 .536
8 .464h .216 .186 8.19463 .003 .889 1 208 .374
9 .464i .216 .182 8.21439 .000 .000 1 207 .984
a. Predictors: (Constant), Komitmen, Kontrol, Tantangan, Jenis Kelamin, Masa Kerja, Usia, Status
Kepegawaian
Berdasarkan data yang terdapat dalam tabel 4.8, dapat diketahui bahwa:
1. Komitmen memberikan sumbangan sebesar 13.5% terhadap varians stres kerja.
Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F = 33.603, df = 1, dan
sig. F change = 0.000.
2. Kontrol memberikan sumbangan sebesar 0% terhadap varians stres kerja.
Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F = 0.110, df = 1,
dan sig. F change = 0.740.
3. Tantangan memberikan sumbangan sebesar 5.1% terhadap varians stres kerja.
Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan dengan F = 13.304, df =
1, dan sig. F change = 0.000.
4. Beban kerja fisik memberikan sumbangan sebesar 0.1% terhadap varians stres
kerja. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan dengan F =
0.337, df = 1, dan sig. F change = 0.562.
54
5. Beban kerja mental memberikan sumbangan sebesar 1.6% terhadap varians
stres kerja. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan dengan
F = 4.241, df = 1, dan sig. F change = 0.041.
6. Jenis kelamin memberikan sumbangan sebesar 0.7% terhadap varians stres
kerja. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan dengan F =
1.920, df = 1, dan sig. F change = 0.167.
7. Masa kerja memberikan sumbangan sebesar 0.1% terhadap varians stres kerja.
Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan dengan F = 0.385,
df = 1, dan sig. F change = 0.536.
8. Usia memberikan sumbangan sebesar 0.3% terhadap varians stres kerja.
Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan dengan F = 0.889,
df = 1, dan sig. F change = 0.347.
9. Status kepegawaian memberikan sumbangan sebesar 0% terhadap varians stres
kerja. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan dengan F =
0.000, df = 1, dan sig. F change = 0.984.
55
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian maka disimpulkan bahwa ada pengaruh
yang signifikan dari variabel hardiness (komitmen, kontrol, dan tantangan), beban
kerja (beban kerja mental dan beban kerja fisik), dan faktor demografi (jenis
kelamin, usia, masa kerja, dan status kepegawaian) terhadap stres kerja guru SMA
Negeri di Tangerang Selatan.
Hasil uji koefisien regresi masing-masing independent variable
menunjukkan dari sembilan variabel yang diuji yaitu komitmen, kontrol,
tantangan, beban kerja fisik, beban kerja mental, jenis kelamin, masa kerja, dan
usia ada dua variabel independen yang dinyatakan signifikan memengaruhi stres
kerja guru SMA Negeri di Tangerang Selatan. Dua variabel yang dinyatakan
signifikan memengaruhi adalah komitmen dan tantangan.
5.2 Diskusi
Penelitian ini bertujuan untuk lebih memahami individu terkait stres yang
dirasakan terkait dengan pekerjaan yang disebut stres kerja. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dipaparkan pada bab 4, peneliti kan membahas diskusi
mengenai kesembilan independen variabel yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu hardiness (komitmen, kontrol, dan tantangan), beban kerja (beban kerja fisik
dan beban kerja mental), dan faktor demografi (jenis kelamin, masa kerja, usia,
dan status kepegawaian).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
variabel hardiness (komitmen dan tantangan) terhadap stres kerja pada Guru SMA
56
Negeri di Tangerang Selatan. Sedangkan dua variabel lain dari beban kerja yaitu
beban kerja fisik dan beban kerja mental tidak tidak signifikan mempengaruhi
stres kerja. Variabel independen lain, yaitu faktor demografi tidak menunjukkan
satu dimensi pun yang secara signifikan mempengaruhi stres kerja pada Guru
SMA Negeri di Tangerang Selatan.
Berdasarkan penelitian ini, dari variabel hardiness, terdapat satu dimensi
yang tidak mempengaruhi stres kerja secara signifikan yaitu kontrol. Jadi guru
yang dapat mengontrol kehidupannya belum tentu tidak stres dalam menghadapi
pekerjaannya.
Dimensi dari hardiness yang memengaruhi stres kerja secara signifikan
yaitu komitmen. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wallnas &
Jendle (2017) juga menemukan bahwa sifat komitmen mengacu pada
kecenderungan percaya bahwa dunia dan orang-orang sekitar adalah menarik dan
bermakna, sehingga individu yang memiliki sifat ini menjaga hubungan baik
dengan orang sekitar dan memiliki komitmen yang kuat dengan pekerjaanya.
Arah negatif pada koefisien regresi menunjukkan bahwa semakin berkomitmen
individu maka akan semakin rendah stres kerja yang dirasakan karena
menganggap bahwa sekitar mereka adalah menarik dan bermakna.
Dalam penelitian ini komitmen memiliki koefisien regresi yang tinggi
dengan perolehan 60.4%, hal ini berarti bahwa guru memiliki komitmen yang
tinggi. Guru yang memiliki komitmen tinggi ditandai dengaan melaksanakan
tugasnya dengan baik tanpa merasakan stres kerja, ketika guru menganggap
bahwa pekerjaan dan orang-orang disekitarnya adalah bermakna dan menarik
57
tentu akan menjalankan tugasnya dengan komitmen yang tinggi. Maka dari itu
sebagai seorang guru perlu memiliki komitmen dalam bekerja sehingga ketika
bekerja pun senang dan terhindar dari stres. Dengan signifikansi komitmen ini
juga berarti untuk para pemimpin diharapkan dapat menjaga komitmen yang
telah ada dan meningkatkan lagi komitmen pada guru yang terlihat rendah dengan
cara memberikan motivasi.
Dimensi lain dari variabel hardiness yang memengaruhi stres kerja secara
signifikan adalah tantangan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wallnas & Jendle (2017) juga menemukan bahwa sifat tantangan mengacu pada
individu melihat tuntutan sebagai kemungkinan keberhasilan daripada sebagai
ancaman, sehingga individu yang memiliki sifat ini menganggap tekanan yang
ada dalam pekerjaan sebagai tantangan yang harus diselesaikannya dan individu
merasa tertantang dengan adanya tuntutan tersebut. Arah negatif pada koefisien
regresi menunjukkan bahwa semakin individu yang memiliki sifat tantangan maka
akan semakin rendah stres kerja yang dirasakan karena menganggap bahwa stres
dalam pekerjaannya adalah hal yang harus selesai.
Dalam penelitian ini tantangan memiliki hasil yang tinggi dengan
perolehan 55.8%, hal ini berarti bahwa guru memiliki sifat tertantang terhadap
tuntutan. Guru yang memiliki sikap tertantang ditandai dengan motivasi yang
tinggi dalam menyelesaikan pekerjaan dan tuntutan. Maka dari itu sebagai
seorang guru perlu memiliki sifat tertantang dalam bekerja, sehingga ketika
bekerja pun termotivasi untuk menyelesaikannya dan terhindar dari stres.
58
Selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang
signifikan variabel beban kerja (beban kerja fisik dan beban kerja mental)
terhadap stres kerja. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Omondi dan Kariuki (2016) menyatakan bahwa ada hubungan positif
antara beban kerja dan tingkat stres kerja.
Asumsi peneliti, variabel beban kerja tidak berpengaruh secara signifikan
dengan stres kerja karena dua hal adalah karena alat ukur yang di konstruk peneliti
tidak menggambarkan secara spesifik mengenai beban kerja yang bersifat umum.
Kedua adalah karena perbedaan jumlah sampel (jumlah, kriteria, budaya) dan
kurang representatifnya dalam pengambilan sampel.
Dalam penelitian ini beban kerja fisik memiliki hasil koefisien regresi
yang tinggi dengan perolehan 79.7%, hal ini berarti beban kerja fisik yang
dirasakan oleh guru adalah tinggi. Beban kerja fisik berupa tugas yang
menumpuk, koreksian yang banyak, dan input nilai siswa/i. Sedangkan beban
kerja mental memiliki koefisien regresi yang rendah, dimana hal ini berarti beban
mental yang dirasakan oleh guru adalah rendah dengan perolehan 58.3%. Beban
kerja mental berupa keamanan, kepuasan, emosi yang dirasakan saat mengajar,
kegiatan yang membutuhkan pemikiran keras, ingatan, dan hal yang berkaitan
dengan waktu. Dapat disimpulkan bahwa pekerjaan guru lebih banyak merasakan
beban kerja fisik daripada beban kerja mental.
Selain beban kerja yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap stres
kerja, variabel lain yaitu faktor demografi (jenis kelamin, masa kerja, usia, dan
status kepegawaian) juga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres
59
kerja. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa jenis
kelamin, masa kerja, usia, dan status kepegawaian memiliki pengaruh terhadap
stres kerja (Antoniou, Polychroni, & Vlachakis, 2006 Robbins & Judge, 2008;
Sadeghi & Sa’adatpourvahid, 2016; Dwijayanti, 2008). Asumsi peneliti, faktor
demografi tidak berpengaruh secara signifikan dengan stres kerja adalah karena
perbedaan jumlah sampel (jumlah, kriteria, budaya) dan kurang representatifnya
dalam pengambilan sampel.
Secara keseluruhan pada hasil penelitian ini, penulis menemukan beberapa
perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Hal tersebut mungkin terjadi karena
adanya beberapa keterbatasan dan kelemahan dalam penelitian ini, keterbatasan
serta kelemahan dalam penelitian ini seperti, kondisi dan situasi saat pengisian
skala yang tidak dapat dikontrol oleh penulis sehingga mungkin tidak kondusif,
responden yang kurang serius dalam proses pengisian skala sehingga respon
menjadi tidak berpola, serta kemungkinan tidak semua item dapat dipahami
dengan baik oleh responden. Selain itu, jumlah subjek yang belum teramat
mewakili untuk populasi guru SMA Negeri di Tangerang Selatan juga menjadi
keterbatasan dan kelemahan dalam penelitian ini.
5.3 Saran
Pada proses penulisan penelitian ini, penulis menyadari masih terdapat banyak
kelemahan dalam penelitian ini, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai
bahan pertimbangan untuk menyempurnakan hasil penelitian selanjutnya.
60
5.3.1 Saran metodologis
1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti stres kerja di Indonesia
dengan variabel lain, misalnya variabel yang berkaitan dengan kebijakan
pemerintah dan lingkungan sehari-hari (variasi dalam kurikulum, tugas, minat
siswa, administrasi, kepribadian guru) karena sesuai penelitian terdahulu
variabel yang berkaitan dengan hal-hal diatas memiliki pengaruh terhadap stres
kerja guru.
2. Pada penelitian ini, populasi yang digunakan hanya SMA Negeri di Tangerang
Selatan yang dalam hal ini lingkupnya masing kecil. Untuk penelitian
mendatang, peneliti menyarankan untuk menggunakan populasi yang lebih
besar dengan membandingkan stres kerja yang dirasakan oleh guru SMA
Negeri dan guru SMA Swasta sehingga.
3. Dalam penelitian ini, representasi subjek dari masing-masing tingkatan sekolah
di Indonesia belum dilakukan. Untuk penelitian mendatang, peneliti
menyarankan untuk menggunakan subjek yang mewakili setiap tingkatan
sekolah di Indonesia atau beberapa daerah di Indonesia dengan mencantumkan
nama sekolahnya agar memiliki hasil yang representatif. Hal ini dikarenakan
guru tiap sekolah berbeda – beda terhadap stres kerja.
5.3.2 Saran praktis
1. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skor stres kerja rendah lebih
banyak dirasakan oleh guru dibanding stres kerja tinggi. Hal ini mengandung
arti bahwa subjek dalam penelitian ini guru memiliki mekanisme penanganan
stres yang baik sehingga skornya menjadi rendah. Karena stres kerja memiliki
dampak negatif dalam kehidupan, peneliti menyarankan kepada pihak guru
61
untuk terus bisa beradaptasi dengan lingkungan tidak terduga dan
mempertahankan mekanisme dari stres kerja.
2. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari
komitmen dan tantangan terhadap stres kerja guru. Orang yang berkomitmen
digambarkan sebagai seseorang yang mampu menjalankan tugasnya (seperti
mengadakan pertemuan rapat, mengajar, piket, dan pekerjaan lainnya),
berinteraksi dengan orang-orang disekitar dan lingkungan sekitarnnya
meskipun pekerjaan membuat dia stres. Serta tantangan adalah seseorang yang
bisa menganggap kesulitan atau hambatan sebagai jalan yang harus dilewatinya
dan menganggap hal itu sebagai tantangan. Variabel yang berpengaruh
signifikan memiliki skor tinggi dalam ketegorisasi yakni komitmen dan
tantangan. Hal ini berarti komitmen dan tantangan yang dimiliki oleh guru
sudah bagus dan diaplikasikan dalam pekerjaannya. Seperti yang telah
diketahui bahwa komitmen dan tangangan merupakan karakteristik dari
hardiness yang dimana melindungi individu dari negatif stres, itu berarti
dengan adanya komitmen dan menganggap perubahan sebagai tantangan guru
akan memiliki stres kerja yang rendah.
3. Peneliti menyarankan bahwa jika merasakan stres kerja, segera cari hal yang
dapat meminimalisir terjadinya stres kerja.
62
DAFTAR PUSTAKA
Ambarsari, T. (2013). Pengaruh lingkungan kerja dan dukungan sosial terhadapstres kerja guru SD di kecamatan Purworejo. Skripsi. Fakultas StudiManajemen Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Antoniou, A.S., Ploumpi, A., & Ntalla, M. (2013). Occupational stres andprofessional burnout in teacher primary and secondary education: The roleof coping strategies. Journal of Scientifict Research, 3A (4), 349-355.doi:10.4236/psych.2013.43A051.
Antoniou, A.S., Polychroni, F., & Vlachakis, A, N. (2006). Gender and agedifferences in occupational stres and professional burnout between primaryand high-school teachers in greece. Journal of Managerial Psychology,7(21), 682-690.doi: 10.1108/02683940610690213.
Arismunandar., & Ardhana, I. W. (1998). Sumber-sumber stres kerja guru. Jurnal
Ilmu Pendidikan, 1 (5), 3 – 13. Retrieved fromhttp://journal.um.ac.id/index.php/jip/article/view/933/1727.
Bala, R., & Kaur, R. (2017). Personality hardiness of secondary school teachers inrelation to work related stres. Journal of Education and Applied SocialScience, 1(8), 151-155.doi: 10.59.58/2230-73.2017.00022.8.
Bachroni, M., & Asnawi, S. (1999). Stres kerja. Jurnal Psikologi, 2 (7). Retrievedfrom https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/view/7406.
Bartone, P. T. (1995). A short hardiness scale. Paper Presented, 1-5. Retrievedfrom:https://www.researchgate.net/publication/235013984_A_Short_Hardiness_Scale.
Bartone, P. T., Hystad, S. W., Eid, J. Johnsen, B. H., & Laberg, J. C. (2010).Psychometric properties of the revised Norwegian dispositional resilience(hardiness) scale. Scandinavian Journal of Psychology, 51, 237-245.doi:10.1111/j.1467-9450.2.009.00759.x.
Bartone, P. T., Sandvik, A. M., Hansen, A. L., Hystad, A. W., & Johnsen, B. B.(2015). Psychopathy, anxiety, and resiliency – psychological hardiness as amediator of the psychopathy-anxiety relationship in a prison setting.Personality and Individual Differences, 72, 30-34.doi:10.1016/j.paid.2014.08.009.
63
Dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id. Data pokok pendidikan dasar dan menengahDirektorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah KementerianPendidikan dan Kebudayaan. 21 Januari 2017 Jam 19.00 WIB.http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/sp/2/286300.
Dua, J. K. (1994). Job stressors and their effects on physical health, emotionalhealth, and job satisfaction in a university. Journal of EducationalAdministration, 32 (1), 59 – 78.doi: 10.1108/09578239410051853.
DiDomenico, A. T. (2003). An investigation on subjective assessments of worloadand postural stability under conditions og joint mental and physicaldemands. Dissertation. Industrial and Sysytems Engineering.
Dwijayanti, D. A. (2008). Gambaran stres kerja pegawai unit pelaksanaan teknisgudang farmasi pada dinas kesehatan di kabupaten Tangerang. JurnalPsikologi, 1 (6), 23-38.
Eschleman, K. J., Bowling, N. A., Alarcon, G. (2010). Work & stress: Aninternational journal of work, health & organisations. Journal Wok andStress, 3 (23), 244 – 263.doi: 10.1080/02678370903282600.
Hart, S.G., & Staveland, L. E. (1988). Development of NASA – TLX (Task LoadIndex): Result of empirical and theoritical research. Journal Human MentalWorkload.doi: 10.1016/S0166-4115(08)62386-9.
Health and Safety Executive (HSE). (2014). Stress at Work. ACAS: UK.
Khilmiyah, A. (2012). Stres kerja guru perempuan di kecamatan kasihan BantulYogyakarta. Jurnal Pendikan, 12 (2), 135-143. Retrieved fromhttp://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/lentera_pendidikan/article/viewFile/3844/3509.
Kobasa, S. C. (1979). Stressful life events, personality, and health: An inquitryinto hardiness. Journal of Personality and Social Psychology, 37 (1), 1-11.doi: 10.1le037/0022-3514.37.1.1.
Kobasa, S. C., Maddi, S. R., & Khan, S. (1982). Hardiness and health: aprospective study. Journal of Personality and Social Psychology, 1 (42),168-177.doi: 0022-3514/82/4201-0168500.75.
Kusnadi, M.A. (2014). Hubungan antara beban kerja dan self-efficacy denganstres kerja pada dosen Universitas X. Jurnal Ilmiah Mahasiswa UniversitasSurabaya, 1 (3). Retrieved fromhttp://download.portalgaruda.org/article.php?article=175587&val=5455.
64
Kyriacou, C., & Chien, P.Y. (2004). Teacher stres in Taiwanese primary schools.Journal of Educational Enquiry, 2(5), 86-104.
Luthans, F. (2011). Organizational behavior an evidence-based: Approach12thEdition. United State: McGraw-Hill/Irwin.
Mangkunegara, A. A. A., & Puspitasari, M. (2015). Kecerdasan emosi, stres kerja,dan kinerja guru SMA. Jurnal Kependidikan, 45 (2), 142-155.
Margianti, L. (1999). Stres kerja: Penyebab dan alternatif pemecahannya. JurnalMasyarakat, Kebudayaan, dan Politik, 12 (3), 71-80.
Maddi, S. R. (2004). Hardiness: An operationalization of existential courage.Journal of Humanistic Psychology, 44 : 279.doi:10.1177/002216780426610.
Maddi, S. R., Harvey, R. H., Khoshaba, D. M., Lu, J. L., Persico, M., & Brow, M.(2006). The personality construct of hardiness, III: Relationship withrepression, innovativeness, authoritarianism, and performance. JournalCompilation, 575 – 598.doi: 10.1111/j.1467-6494.2006.00385.x.
Maddi, S. R. (2013). Personal hardiness at the basis for resilience. Journal ofPsychology, 11 (2), 7-17 doi: 10.1007/978-94-007-5222-1-2.
Maddi, S. R., & Khoshaba, D. M. (2015). Hardiness and mental health. Journal ofPersonality Assesment, 63(2), 265-274.doi: 10.1207/s15327752ipa6302_6.
McCalister, K. T., Dolbier, C. L., Webster, J. A., Mallon, M. W., & Steinhardt, M.A. (2006). Hardiness and support at work as predictors of work stress andjob satisfaction. The Science of Healt Promotion. 3 (20).doi:10.1.1.588.3138.
McShane, S. (2005). Applying research in reading instruction for adults first stepsfor teachers. United State: National Institue for Literacy.
Nagra, V., & Arora, S. (2013). Occupational stres and health among teachereducation. Journal of Advanced Research in Management and SocialScience, 8(2), 2278-6236. Retrieved from www.garph.co.uk.
Omondi, I. S., & Kariuki, M. W. (2016). Level of stres among the public primaryschool teachers: A case of public primary schools in naivasha district.American Journal of Education and Practice, 1 (1), 59-76. Retrieved fromwww.ajpojournals.org.
65
O’Donnell, C. R., & Eggemeier, F. T. (1986). Workload assessment methodology.Human Performance. Retrieved from:http://apps.usd.edu/coglab/schieber/psyc792/workload/odonnell.pdf.
Parker, D. F., & DeCotiis, T. A. (1983). Organizational determinants of job stress.Organizational, Behavior, and Human Performance. 32, 160-177.doi:10.1016/0030-5073(83)80145-9.
Pertiwi., Denny, H. M., & Widjasena, B. (2017). Hubungan antara beban kerjamental dengan stres kerja dosen di suatu fakultas. Jurnal KesehatanMasyarakat, 3 (5), 2356-3346. Retrieved from http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm.
Prijayanti, I. (2015). Pengaruh beban kerja dan dukungan sosial terhadp burnoutpada karyawan PT. X. Skripsi. Fakultas Psikologi UIN Syarif HidayatullahJakarta.
Putranto, C. (2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja: Studiindigenous pada guru bersuku jawa. Journal of Social and IndustrialPsychology, 2 (2), 2252-6838. Retrieved fromhttp://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/sip.
Rahmawasi, S. (2009). Analisis stres kerja karyawan pada PT Bank RakyatIndonesia (persero) Tbk cabang Bogor. Jurnal Management, 1 (1).Retrieved fromhttp://journal.ipb.ac.id/index.php/jmanajemen/article/view/1605/668.
Ravidchandran, R., & Rajendran, R. (2007). Perceived sources of stress amongthe teachers. Journal of the Indian Academy of Applied Psychology, 33 (1),133 – 136.
Rubio, S., Diaz, E., Martin, J., & Puente, J. M. (2004) Evaluation of subjectivemental workload: A comparison of SWAT, NASA-TLX, and workloadprofile methods. Applied Psychology An International Review. 53 (1), 61-86.doi: 10.1111/j.1464-0597.2004.00161.x.
Reid, G. B., & Nygren, T. E. (1988). The subjective workload assessmenttechnique: A scaling procedure for measuring mental workload. JournalHuman Mental Workload.doi: 10.1016/S0166-4115(08)62387-0.
Rizki, M., Hamid, D., & Mayowan, Y. (2016). Pengaruh lingkungan kerjaterhadap stres kerja karyawan. Jurnal Administrasi Bisnis, 41 (1), 9 -15.
Setiawan, A. I., & Darminto, E. (2013). Pengaruh dukungan sosial terhadap streskerja pada karyawan. Jurnal Mahasiswa Psikologi, 3 (1). Retrieved fromhttp://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/character/article/view/2718/5701.
66
Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2008). Perilaku Organisasi Edisi ke 12. Jakarta:Salemba Empat.
Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2013). Organizational Behavior. Unites State ofAmerica: Pearson.
Shanton, J. M., Balzer, W., Smith, P. C., & Ironson, G. (2001). A general measureof work stress: The stress in general scale. Education and PsychologyMeasurement, 61 (5), 866-888.doi: 10.1177/00131640121971455.
Sadeghi, K., & Sa’adatpourvahid, M. (2016). EFL teachers stres and jobsatisfaction: What contribution can teacher education make?. Journal ofLanguage Teaching Research, 4(3), 75-96. Retrieved fromhttp://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1127347.pdf.
Schultz, D. Schultz, S. E. (2006). Psychology and Work Today Ninth Edition.United State of America: Pearson Educational.
Sihontang, F. N. (2011). Hubungan antara Hardiness dan Emotional Intelligencedengan Stres pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di Rumah SakitUmum Daerah Ambarawa Tahun 2011. Skripsi. Jurusan Psikologi FakultasIlmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Simanjuntak, R. A., & Situmorang, D. A. (2010) Analisis pengaruh shift kerjaterhadap beban kerja mental dengan metode subjective workload assessmenttechnique (SWAT). Jurnal Teknologi,. 1(3), 53-60.
Suryadi, B., Diana, M., Miftahuddin., Mulia., S. D., Desi, Y. M., & Nia., T.(2014). Metodologi penelitian. Jakarta: Fakultas Psikologi UIN SyarifHidayatullah Jakarta 2014.
Syah, R. N., & Indrawati, E. S. (2016). Hubungan antara kepuasan kerja denganstres kerja pada sopir bus po agra mas (divisi akap) jurusan Wonogiri-Jakarta. Jurnal Empati, 5 (3), 543 – 548. Retrieved fromhttps://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati/article/view/15399/14891,
Trades Union Congress (TUC). (2004). Focus on health and safety. Article Surveyof Safety Reps 2004.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru danDosen.
Wallnas, A., & Jendle, H. (2017). Effects of exercise, social support and hardinesson occupational stres in swedish teachers. Journal Occupational Stress inSecondary School Teachers, 29 (2), 1-40.doi: diva2:11200081.
67
Lampiran 1 : Syntax dan diagram path stres kerja
Sintax UJI VALIDITAS KONSTRUK STRES KERJA
DA NI=15 NO=217 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9
ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15
PM SY FI=STRESKERJA.COR
MO NX=15 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
SK
FR TD 4 3 TD 11 7 TD 10 7 TD 9 8 TD 8 5 TD 12 8 TD 14 12
TD 11 5 TD 15 5 TD 15 10 TD 5 4 TD 9 2 TD 14 9 TD 11 3 TD
13 7 TD 13 10 TD 13 4 TD 14 2 TD 10 9 TD 9 6 TD 6 3 TD 5 1
TD 6 5 TD 8 1 TD 6 2 TD 11 1 TD 7 1
PD
OU TV SS MI
Gambar
68
Lampiran 2: Syntax dan diagram path komitmen
Sintax UJI VALIDITAS KOMITMEN
DA NI=5 NO=217 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5
PM SY FI=COM.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
COMMIT
FR TD 5 4 TD 3 2
PD
OU SS TV MI
Gambar
69
Lampiran 3 : Syntax dan diagram path kontrol
Sintax UJI VALIDITAS KONSTRUK KONTROL
DA NI=5 NO=217 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5
PM SY FI=KON.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
KON
FR TD 5 1
PD
OU TV SS MI
Gambar
70
Lampiran 4 : Syntax dan diagram path tantangan
Sintax UJI VALIDITAS KONSTRUK TANTANGAN
DA NI=5 NO=217 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5
PM SY FI=TAN.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
TAN
FR TD 3 2 TD 4 2
PD
OU TV SS MI
Gambar
71
Lampiran 5 : Syntax dan diagram path beban kerja fisik
Sintax UJI VALIDITAS KONSTRUK FISIK
DA NI=8 NO=217 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8
PM SY FI=F.COR
MO NX=8 NK=1 LX=FR TD=SY ME=UL
LK
F
FR TD 8 2 TD 7 4 TD 2 1
PD
OU TV SS MI AD=OFF IT=1000
Gambar
72
Lampiran 6 : Syntax dan diagram path beban kerja mental
Sintax UJI VALIDITAS KONSTRUK F1
DA NI=16 NO=217 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9
ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16
PM SY FI=M.COR
MO NX=16 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
M
FR TD 12 11 TD 10 1 TD 16 11 TD 6 3 TD 15 13 TD 15 8 TD 16
14 TD 7 6 TD 5 4 TD 13 4 TD 14 10 TD 14 13 TD 6 2 TD 12 4
TD 15 12 TD 11 9 TD 11 6 TD 15 5 TD 9 8 TD 8 2 TD 16 9 TD
10 4 TD 9 7 TD 7 1 TD 10 2 TD 5 1 TD 6 1 TD 14 6 TD 15 10
TD 14 2 TD 13 7 TD 13 1 TD 13 9 TD 9 5 TD 13 12 TD 13 6 TD
12 10 TD 14 12 TD 16 13 TD 16 15 TD 16 1 TD 15 14 TD 14 11
PD
OU TV SS MI
Gambar
73
Lampiran 7 : Inform Concent
INFORMED CONSENT
Lembar Persetujuan Keikutsertaan Penelitian
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya setuju
untuk secara sukarela menjadi partisipan penelitian yang dilakukan oleh Nia
Wahdaniyah mengenai pekerjaan sehari-hari. Data yang saya berikan adalah data
yang sebenar-benarnya dan saya menyetujui bahwa data saya akan digunakan
dalam keperluan penelitian.
Nama :_____________________
Usia :_____________________
Jenis Kelamin : Perempuan / Laki-laki
Status Kepegawaian : PNS/Honorer
Tanda tangan dan nama jelas
( ……………………. )
74
Lampiran 8 : Kuesioner
KUESIONER PENELITIAN
Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2017/2018
75
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Selamat pagi/siang/sore
Saya adalah mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang sedang mengadakan penelitian dalam rangka menyelesaikan skripsi
untuk memproleh gelar sarjana strata-1 (S1) Psikologi. Saya mengharapkan kesediaan
Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Dalam hal ini tidak ada jawaban yang
benar ataupun salah. Jawablah dengan sejujur-jujurnya dan sesuai dengan kondisi Bapak/Ibu.
Identitas responden dan jawaban yang diberikan akan dijamin kerahasiaannya.
Bacalah petunjuk pengisian terlebih dahulu, kemudian setelah selesai mohon diteliti kembali
jawaban saudara agar tidak ada pernyataan yang tidak terjawab atau terlewati.
Atas perhatian dan bantuannya saya mengucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Peneliti
Nia Wahdaniyah
IDENTITAS RESPONDEN (WAJIB DIISI)
Usia : ……… Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Laki-laki
Pengalaman Kerja : ……… Tahun
Status Kepegawaian : Honor PNS
Pendidikan : S1 S2 Lainnya…..
76
PETUNJUK PENGISIAN
1. Baca dan pahamilah setiap pernyataan dibawah ini dengan teliti. Setiap pernyataan
diikuti 5 pilihan jawaban. Bapak/Ibu cukup memilih salah satu dari 5 pilihan jawaban
yang tersedia.
2. Berilah jawaban dengan member tanda (√ ) pada kolom disebelah kanan, pada setiap
pernyataan yang sesuai dengan diri anda.
3. Dalam hal ini tidak ada jawaban yang benar atau salah.
STS = Sangat tidak setuju
TS = Tidak setuju
S = Setuju
SS = Sangat setuju
4. Sebelum anda menyerahkan lembaran ini, harap periksa kembali dan pastikan
semua nomer terisi dengan baik.
5. Contoh
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya senang mendengarkan musik √
77
SKALA 1
No Pernyataan SS S TS STS
1. Terkadang saat berpikir mengenai pekerjaan, saya
merasakan sesak didada.
2. Saya sering merasa bahwa saya sudah terikat dengan
sekolah ini.
3. Saya memiliki terlalu banyak pekerjaan dan terlalu
sedikit waktu untuk melakukannya.
4. Pekerjaan yang sampai ke saya lebih dari seharusnya
5. Sering terjadi dimana masalah pekerjaan membuat saya
merasa terjepit.
6. Saya merasa seperti tidak pernah memiliki hari libur
7. Bekerja di sini menyisakan sedikit waktu untuk
kegiatan lain
8. Saya merasa gelisah atau gugup akibat pekerjaan saya
9. Guru disekolah ini banyak mengalami kelelahan oleh
tuntutan pekerjaan.
10. Saya merasa bersalah saat mengambil cuti dari
pekerjaan
11. Saya menghabiskan begitu banyak waktu di tempat
kerja bahkan saya tidak bisa sekedar berjalan-jalan
untuk bersantai.
12. Terkadang saya cemas ketika dirumah ada telepon
berdering karena panggilan tersebut mungkin mungkin
berkaitan dengan pekerjaan.
13. Saya tidak punya cukup waktu untuk mengembangkan
kemampuan saya di sekolah tempat saya bekerja.
14. Sekolah adalah tempat yang santai untuk bekerja.
15. Bekerja disini membuat saya sulit meluangkan waktu
dengan keluarga.
78
SKALA 2
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya mengisi sebagian besar hidup saya dengan hal-hal
yang bermakna.
2. Dengan bekerja keras, saya bisa mencapai tujuan saya.
3. Saya tidak suka melakukan perubahan dalam aktivitas
sehari-hari.
4. Saya merasa hidup saya tidak bermakna.
5. Saya tertarik dengan perubahan dalam rutinitas.
6. Hidup saya bergantung pada diri saya sendiri.
7. Saya sangat antusiasme dalam menjalankan aktivitas
saya.
8. Saya ragu bisa melakukan banyak hal untuk mengubah
masa depan saya.
9. Saya menikmati tantangan saat saya harus mengerjakan
banyak hal dalam satu waktu.
10. Hari-hari yang saya lalui sangat menarik dan
menyenangkan.
11. Saya kesal ketika rutinitas saya terganggu.
12. Apa yang terjadi pada hidup saya tergantung pada
tindakan saya.
13. Umumnya hidup ini membosankan bagi saya.
14. Saya suka memiliki jadwal harian yang tidak banyak
berubah.
15. Pilihan saya membuat perbedaan penting atas hasil dari
pekerjaan atau kegiatan.
79
SKALA 3
No Pernyataan SS S TS STS
1. Pekerjaan yang saya lakukan disekolah hanya mengajar
dikelas.
2. Duduk lebih dari dua jam mengoperasikan komputer.
3. Aktivitas fisik saya disekolah tidak melelahkan bagi saya.
4. Saya harus naik turun tangga setiap harinya saat ingin
masuk kedalam kelas untuk memulai pelajaran.
5. Saya bersikap santai ketika target tidak tercapai sesuai
dengan standar kerja sekolah.
6. Terkadang saya melakukan pekerjaan lain saat pekerjaan
sudah selesai.
7. Saat jam kerja selesai, saya tetap pulang meskipun
pekerjaan saya belum selesai.
8. Saya harus bekerja lembur untuk menyelesaikan tugas-
tugas saya.
9. Saya tidak pernah mempekirakan apa saja yang saya
butuhkan saat mengajar.
10. Saya memaksimalkan daya ingat saya dalam bekerja.
11. Saya tidak serius dalam mengerjakan tugas disekolah ini.
12. Pekerjaan saya memiliki kerumitan yang tinggi, sehingga
mengharuskan saya untuk berpikir keras.
13. Sekolah tidak pernah mengadakan lembur meskipun ada
kegiatan penting.
14. Saya harus bekerja dengan sangat cepat untuk
menyelesaikan pekerjaan saya.
15. Jam kerja saya melebihi dari 8 jam/hari.
16. Pekerjaan saya disekolah ini tidak bisa dibawa pulang.
17. Saya nyaman dan aman bekerja disekolah ini.
18. Menjadi guru bukan keinginan saya.
80
Terimakasih telah menjadi partisipan dalam penelitian ini. Semoga Allah membalas kebaikan
Bapak/Ibu guru dengan belipat ganda.
No Pernyataan SS S TS STS
19. Saya dapat menikmati pekerjaan yang saya lakukan.
20. Saya merasa gelisah ketika pekerjaan saya belum selesai
sesuai target yang dibuat oleh sekolah.
21. Saya kurang cekatan dalam bekerja sehingga pekerjaan
saya tidak selesai tepat waktu.
22. Setelah menyelesaikan tugas yang sangat rumit, saya
merasa lega ketika orang lain memuji hasil kerja saya.
23. Saya merasa kurang puas dengan hasil pekerjaan saya .
24. Saya berhasil dalam setiap tugas rumit yang saya kerjakan
dengan hasil yang memuaskan.
81
Lampiran 9 : Item stres kerja jurnal Parker & DeCotiis (1983)
82
Lampiran 10 : Item hardiness jurnal Bartone., et al (2010)
83
Lampiran 11 : Item beban kerja penelitian Priyanti (2015)
No Pernyataan
1 Duduk lebih dari dua jam mengoperasikan komputer
2 Terkadang saya melakukan pekerjaan lain saat pekerjaan sudah selesai
3 Saya harus bekerja lembur untuk menyelesaikan tugas-tugas saya
4 Saya harus naik turun tangga setiap harinya saat bekerja
5 Saya kurang cekatan dalam bekerja sehingga pekerjaan saya tidak selesai tepat waktu
6 Pekerjaan saya tidak mengharuskan saya untuk berpacu dengan waktu
7 Setelah menyelesaikan tugas yang sangat rumit, saya merasa lega ketika orang lain memuji
hasil kerja saya
8 Pekerjaan yang saya lakukan dikantor hanya mengangkat telepon
9 Saya bersikap santai ketika tareget tidak tercapai seseuai dengan standar kerja perusahaan
10 Saya nyaman dan aman bekerja di perusahaan ini
11 Saya dapat menikmati pekerjaan yang saya lakukan
12 Saya memaksimalkan daya ingat saya dalam bekerja
13 Saya mudah putus asa menghadapi masalah yang sulit diselesaikan saat bekerja
14 Tugas yang menumpuk membuat saya mengantuk saat bekerja
15 Pekerjaan saya memiliki kerumitan yang tinggi, sehingga mengharuskan saya untuk
berpikir keras
16 Saya tidak serius dalam mengerjakan tugas kantor
17 Saya harus bekerja sangat cepat untuk menyelesaikan pekerjaan saya
18 Aktivitas fisik saya dikantor tidak melelahkan bagi saya
19 Saya merasa gelisah ketika pekerjaan saya belum selesai sesuai target perusahaan
20 Saat bekerja saya memiliki waktu luang untuk bersantai
21 Saat jam kerja selesai, saya tetap pulang meskipun pekerjaan saya belum selesai
22 Pekerjaan saya membuat saya jarang beristirahat
23 Saya berhasil dalam setiap tugas rumit yang saya kerjakan dengan hasil memuaskan
24 Saya merasa kurang puas dengan hasil kerja saya
84
Lampiran 12 : Kategorisasi
JenisKelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Perempuan 144 66,4 66,4 66,4
Laki-laki 73 33,6 33,6 100,0
Total 217 100,0 100,0
MasaKerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
1 - 20 168 77,4 77,4 77,4
20 - 40 49 22,6 22,6 100,0
Total 217 100,0 100,0
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
20 - 40 99 45,6 45,6 45,6
40 - 60 116 53,5 53,5 99,1
> 60 2 ,9 ,9 100,0
Total 217 100,0 100,0
SKep
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Honorer 86 39,6 39,6 39,6
PNS 131 60,4 60,4 100,0
Total 217 100,0 100,0
85
Lampiran 13 : Tabel R-Square dan Tabel Analisis Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
StresKerja 217 19,12 73,93 50,0000 9,08037
Komitmen 217 14,09 67,74 50,0000 8,66593
Kontrol 217 20,98 67,90 50,0000 7,79108
Tantangan 217 26,98 72,19 50,0000 6,76285
FISIK 217 17,58 69,06 50,0000 9,99500
BKMental 217 25,91 72,28 50,0000 7,91676
JenisKelamin 217 ,00 1,00 ,3364 ,47357
MasaKerja 217 ,00 1,00 ,2258 ,41908
Usia 217 ,00 3,00 ,5622 ,55030
SKep 217 ,00 1,00 ,6037 ,49026
Valid N (listwise) 217
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Chang
e
df1 df2 Sig. F
Change
1 ,464a ,216 ,182 8,21439 ,216 6,327 9 207 ,000
a. Predictors: (Constant), SKep, JenisKelamin, BKMental, Tantangan, Kontrol, MasaKerja, FISIK,
Komitmen, Usia
86
Lampiran 14 : Tabel Anova dan Tabel Koefisien Regresi
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 3842,274 9 426,919 6,327 ,000b
Residual 13967,586 207 67,476
Total 17809,860 216
a. Dependent Variable: StresKerja
b. Predictors: (Constant), SKep, JenisKelamin, BKMental, Tantangan, Kontrol, MasaKerja, FISIK,
Komitmen, Usia
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 86,218 6,485 13,294 ,000
Komitmen -,351 ,076 -,335 -4,619 ,000
Kontrol ,035 ,082 ,030 ,431 ,667
Tantangan -,259 ,087 -,193 -2,965 ,003
FISIK ,013 ,064 ,014 ,202 ,840
BKMental -,168 ,087 -,146 -1,934 ,054
JenisKelamin 1,520 1,201 ,079 1,266 ,207
MasaKerja 1,606 1,604 ,074 1,002 ,318
Usia -1,134 1,330 -,069 -,853 ,395
SKep ,028 1,414 ,002 ,020 ,984
a. Dependent Variable: StresKerja
87
Lampiran 15 : Tabel Proporsi Varians
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 ,368a ,135 ,131 8,46402 ,135 33,603 1 215 ,000
2 ,368b ,136 ,128 8,48158 ,000 ,110 1 214 ,740
3 ,432c ,186 ,175 8,24780 ,051 13,304 1 213 ,000
4 ,433d ,188 ,172 8,26067 ,001 ,337 1 212 ,562
5 ,451e ,204 ,185 8,19825 ,016 4,241 1 211 ,041
6 ,459f ,211 ,188 8,18043 ,007 1,920 1 210 ,167
7 ,461g ,212 ,186 8,19245 ,001 ,385 1 209 ,536
8 ,464h ,216 ,186 8,19463 ,003 ,889 1 208 ,347
9 ,464i ,216 ,182 8,21439 ,000 ,000 1 207 ,984
Predictors: (Constant), Komitmen, Kontrol, Tantangan, FISIK, BKMental, JenisKelamin, MasaKerja, Usia, SKep
88
Lampiran 16 : Surat ijin penelitian SMAN 1 Tangerang Selatan
89
Lampiran 17 : Surat ijin penelitian SMAN 2 Tangerang Selatan
90
Lampiran 18 : Surat ijin penelitian SMAN 3 Tangerang Selatan
91
Lampiran 19 : Surat ijin penelitian SMAN 4 Tangerang Selatan
92
Lampiran 20 : Surat ijin penelitian SMAN 5 Tangerang Selatan
93
Lampiran 21 : Surat ijin penelitian SMAN 6 Tangerang Selatan
94
Lampiran 22 : Surat ijin penelitian SMAN 7 Tangerang Selatan
95
Lampiran 23 : Surat ijin penelitian SMAN 8 Tangerang Selatan
96
Lampiran 24 : Surat ijin penelitian SMAN 9 Tangerang Selatan
97
Lampiran 25 : Surat ijin penelitian SMAN 10 Tangerang Selatan
98
Lampiran 26 : Surat ijin penelitian SMAN 11 Tangerang Selatan
99
Lampiran 27 : Surat ijin penelitian SMAN 12 Tangerang Selatan