56507877-Permenkes-No-269-Tahun-2008-Ttg-Rekam-Medis baru.pdf
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE FREE CASH …eprints.ums.ac.id/71104/11/NASPUB BARU.pdf ·...
Transcript of PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE FREE CASH …eprints.ums.ac.id/71104/11/NASPUB BARU.pdf ·...
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, FREE CASH FLOW
DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
Periode 2015-2017)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program studi strata 1 pada jurusan
akuntansi fakultas ekonomi dan bisnis
Oleh :
REYSVANA RUKMANA CAKTI
B 200 150 064
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
1
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, FREE CASH FLOW
DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode
2015-2017)
Abstraksi
Laporan keuangan menjadi salah satu sarana bagi manajemen perusahaan untuk
melakukan tindak kecurangan salah satunya adalah melakukan tindakan
manajemen laba. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dewan
komisaris independen, komite audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, free cash flow dan leverage terhadap manajemen laba terhadap
manajemen laba. Penelitian ini menggunakan populasi pada seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2017. Metode
pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, sehingga
diperoleh sampel sebanyak 93 perusahaan. Analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi linear berganda yang diolah
menggunakan progam SPSS versi 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dewan
komisaris independen, komite audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan free cash
flow dan leverage berpengaruh terhadap manajemen laba.
Kata Kunci: Manajemen laba, Good Corporate Governance, Free Cash Flow
dan Leverage
Abstract
Financial statements become one of the means for company management to
commit fraud, one of which is to take profit management actions. This study aims
to examine the effect of independent commissioners, audit committees,
managerial ownership, institutional ownership, free cash flow and leverage on
earnings management on earnings management. This study uses a population of
all manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2015-
2017. The sampling method uses purposive sampling method, so that a sample of
93 companies is obtained. The analysis used in this study is to use multiple linear
regression analysis which is processed using SPSS version 20. The results of the
study show that the board of independent commissioners, audit committees,
managerial ownership, institutional ownership does not affect earnings
management. While free cash flow and leverage affect earnings management.
Keywords: Earnings management, Good Corporate Governance, Free Cash Flow
and Leverage
1. PENDAHULUAN
Pada era globalisasi seperti sekarang ini kebutuhan akan suatu laporan keuangan
semakin meningkat. Laporan keuangan semakin dibutuhkan, karena didalam
laporan keuangan terdapat sumber informasi mengenai aktivitas perusahaan yang
2
dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Didalam laporan keuangan
memuat suatu informasi-informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang
mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan. Laporan
keuangan merupakan suatu output dari manajemen dan didalamnya
mencerminkan pertanggungjawaban atas hasil kinerja manajer yang telah
dilaksanakan. Dengan kata lain, laporan keuangan merupakan alat ukur untuk
mengukur kinerja manajemen (Azlina, 2010).
Laba dapat digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan kinerja
manajemen dalam mengelola perusahaan. Adanya laporan keuangan yang
diterbitkan oleh perusahaan mempunyai tujuan salah satunya untuk memberikan
informasi keuangan perusahaan yang dapat menggambarkan prestasi perusahaan
dalam menghasilkan laba. Adanya berbagai konsep dan tujuan laba membuat
informasi yang disajikan tidak sepenuhnya dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan para pengguna laporan keuangan (Ghozali dan Chariri, 2007:349–350).
Hal tersebut memicu timbulnya perilaku oppoturnistik manajemen untuk
melakukan praktik manipulasi laba yang sering disebut dengan manajemen laba.
Manajemen laba adalah suatu tindakan untuk memanipulasi data atau informasi
akuntansi dalam laporan keuangan perusahaan dengan melakukan permainan
terhadap metode dan prosedur akuntansi dengan maksud untuk mengatur laba
yang akan dihasilkan perusahaan (Sulistyanto, 2008: 51).
Adanya konsep good corporate governance diharapkan dapat menekan
terjadinya manajemen laba. Konsep tersebut terdiri dari kesetaraan, transparansi,
akuntabilitas, dan responsilitas, konsep ini diharapkan dapat membantu dalam
menjaga keakuratan dan kelayakan informasi untuk meningkatkan kualitas dari
laporan keuangan (Sulistyanto, 2008: 9-10).
Menurut Peraturan Jasa Otoritas Keuangan (PJOK) Nomor
57/PJOK.04/2017 komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang
berasal dari luar perusahaan efek dan memenuhi persyaratan sebagai komisaris
independen sebagaimana yang dimaksud dalam peraturan otoritas jasa keuangan.
Komite audit merupakan pihak yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk
membantu menjalankan tugas komisaris kaitannya dengan peningkatan kualitas
3
laporan keuangan dan peningkatan efektivitas internal dan eksternal audit
(Sulstyanto, 2008: 155).
Kepemilikan manajerial adalah besarnya saham yang dimiliki oleh
manajer perusahaan baik itu dewan direksi maupun komisaris dalam suatu
perusahaan diluar saham yang dimiliki oleh para principal, masyarakat dan
institusional (Warfield, 1995). Kepemilikan institusional merupakan suatu
struktur kepemilikan saham oleh suatu pihak institusional diantara seperti asset
management, perusahaan investasi, bank, dan kepemilikan institusi lainnya (A
Gumilang, 2015).
2. METODE
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015 - 2017. Metode pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder berupa laporan tahunan dan laporan keuangan
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2015-
2017 yang diperoleh melalui situs www.idx.co.id dan website perusahaan yang
terkait dengan data penelitian. Pengujian hipotesis pada penelitian ini
menggunakan teknik analisis data yaitu analisis regresi linear berganda yang
bertujuan untuk meneliti hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independen. Sebelum dilakukan uji hipotesis melakukan pengujian asumsi klasik
yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan
uji autokorelasi. Serta pada pengujian ketetapan model menggunakan uji F, uji
determinasi (R2) dan uji t yang dilakukan setelah uji hipotesis.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Dewan Komisaris Independen Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa dewan komisaris independen tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Diketahui bahwa dewan komisaris
independen mempunyai koefisien regresi sebesar negatif 0,100 dengan thitung
negatif 0,868, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,388 dinyatakan lebih besar
4
dari nilai signifikansi alpha 0,05, sehingga membuat H1 ditolak karena tidak
memenuhi kriteria yang ditetapkan.
Jumlah dewan komisaris independen tidak selalu menjadi patokan bahwa
fungsi monitoring pada perusahaan dapat diterapkan secara efektif. Faktanya,
dewan komisaris independen yang dianggap sebagai pihak yang independen
tidak dapat mencegah terjadinya manajemen laba. Adanya berbagai
kepentingan dalam perusahaan membuat komisaris independen hanya bekerja
sesuai dengan perintah atau aturan dari pihak-pihak yang berkepentingan
seperti pemegang saham mayoritas. Selain itu pemilihan dewan komisaris
independen yang hanya didasarkan pada hubungan tertentu mengakibatkan
kompetensi komisaris independen tidak terjamin sepenuhnya. Karena dewan
komisaris diangkat berdasarkan dari mereka yang mempunyai hubungan
istimewa dengan pemegang saham mayoritas. Sehingga keberadaan dewan
komisaris independen tidak dapat meminimalisir terjadinya manajemen laba.
(Agustia, 2013). Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Agustia
(2013), Taco dan Ilat (2016), dan Yendrawati (2013) yang menyatakan bahwa
dewan komisaris independen tidak bepengaruh terhadap manajemen laba.
Sedangkan hasil dari penelitian ini tidak didukung oleh penelitian dari Putri
(2012), Anggana dan Prastiwi (2013), Susilowati et al (2011), dan Kodriyah
(2015) yang menyatakan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh
terhadap manajemen laba.
3.1.2 Komite Audit Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa komite audit tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba. Diketahui bahwa komite audit mempunyai
koefisien regresi sebesar positif 0,043 dengan thitung positif 1,496, dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,138 dinyatakan lebih besar dari nilai signifikansi
alpha 0,05, sehingga membuat H2 ditolak karena tidak memenuhi kriteria
yang ditetapkan.
Besar kecilnya jumlah komite audit dalam perusahaan tidak dapat
mencegah tindakan manajeman laba. Hal ini terjadi karena keberadaan komite
audit hanya didasarkan untuk memenuhi regulasi saja sehingga membuat
5
keberadaan komite audit dirasa kurang membawa manfaat. Selain itu
pengangkatan seorang komite audit juga tidak berlandaskan dari kualitas
kompetensi yang dimiliki oleh seorang komite audit melainkan
penganggakatan tersebut hanya berdasarkan dari hubungannya dengan dewan
komisaris (Asward dan Lina, 2015). Sehingga, dalam pelaksanaannya komite
audit kurang efektif dalam mejalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam
melakukan pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan dengan menjunjung
prinsip good corporate governance sehingga membuat keberadaan komite
audit dalam tidak dapat membawa manfaat untuk mencegah terjadinya
manajemen laba (Rahmawati 2013). Hasil ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan Taco dan Ilat (2016) dan Agustia (2013) yang menyatakan bahwa
komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan hasil
dari penelitian ini tidak didukung oleh penelitian dari Lidiawati dan Asyik
(2016), Nasution dan Setiawan (2007), dan Anggraeni dan Hadiprajitno
(2013) yang menyatakan bahwa komite audit berpengaruh terhadap
manajemen laba.
3.1.3 Kepemilikan Manajerial Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Diketahui bahwa kepemilikan
manajerial mempunyai koefisien regresi sebesar negatif 0,001 dengan thitung
negatif 0,623, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,535 dinyatakan lebih besar
dari nilai signifikansi alpha 0,05, sehingga membuat H3 ditolak karena tidak
memenuhi kriteria yang ditetapkan.
Besar kecilnya kepemilikan manajerial tidak memberikan pengaruh
terhadap manajemen laba. Karena manajer sebagai penanggungjawab atas
pengelolaan suatu perusahaan hanya akan berusahaan memberikan kinerja
terbaiknya untuk memenuhi permintaan para investor. Hal itu ditujukan untuk
menjaga kepercayaan investor terhadap kinerja manajer. Untuk mewujudkan
hal tersebut manajer akan bekerja secar maksimal dan menghindarkan diri dari
perilaku oportunistik, sehingga ada atau tidaknya kepemilikan manajerial
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil ini didukung oleh
6
penelitian yang dilakukan Agustia (2013), Christiantie dan Christiawan
(2013), Yendrawati (2015) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan hasil dari penelitian
ini tidak didukung oleh penelitian dari Anggana dan Prastiwi (2013), Pricilia
dan Susanto (2017) dan Susilowati et al (2011) yang menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba.
3.1.4 Kepemilikan Institusional Berpengarh Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Diketahui bahwa kepemilikan
institusional mempunyai koefisien regresi sebesar positif 0,000 dengan thitung
negatif 0,919, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,361 dinyatakan lebih besar
dari nilai signifikansi alpha 0,05, sehingga membuat H4 ditolak karena tidak
memenuhi kriteria yang ditetapkan.
Kepemilikan institusional yang dianggap dapat menekan terjadinya
manajemen laba kenyataannya justru tidak memberikan pengaruhnya terhadap
manajemen laba. Kepemilikan institusional yang semakin besar pun juga tidak
dapat membatasi perilaku manajemen untuk tidak melakukan manajemen
laba. Hal ini terjadi karena pihak investor institusional tidak dapat berperan
secara maksimal menjadi sophisticated investors. Keahlihan pihak
institusional untuk melakukan pengawasan atau monitoring tidak memberikan
pengaruhnya terhadap manajemen laba, sehingga dengan adanya kepemilikan
institusional tidak dapat menjamin pihak institusional dapat melakukan
monitoring dengan optimal (Aryanti et al, 2017). Maka dapat disimpulkan
kepemilikan institusional yang besar perannya untuk menekan manajemen
laba justru tidak terwujud, sehingga membuat kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Lidiawati dan Asyik (2016), Yendrawati (2015), Agustia
(2013), Christiantie dan Christiawan (2013) yang menyatakan bahwa
kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Sedangkan hasil dari penelitian ini tidak didukung oleh penelitian dari
7
Sumanto dan Kiswanto (2014), dan A Gumilang et al (2015) yang menyatakan
bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba.
3.1.5 Free Cash Flow Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa free cash flow berpengaruh
terhadap manajemen laba. Diketahui bahwa komite audit mempunyai
koefisien regresi sebesar negatif 0,445 dengan thitung negatif 5,830, dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,000 dinyatakan lebih kecil dari nilai signifikansi
alpha 0,05, sehingga membuat H5 diterima karena telah memenuhi kriteria
yang ditetapkan.
3.2 Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa free cash flow berpengaruh terhadap
manajemen laba. Free cash flow merupakan determinan yang penting dalam
penentuan nilai perusahaan, sehingga hal tersebut akan memotivasi manajer
untuk lebih fokus pada usahanya dalam meningkatkan free cash flow dan
mengurangi tindakan manajemen laba (Isnawati, 2011). Perusahaan yang
mempunyai free cash flow yang tinggi cenderung akan mengurangi terjadinya
manajemen laba, karena tersedianya free cash flow yang tinggi
mengindikasikan bahwa perusahaan mempunyai sumber dana yang memadai
untuk aktivitas operasional perusahaan. Selain itu juga merupakan sinyal yang
baik untuk menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membagikan
deviden kepada investor atas modal yang telah diinvestasikan. Sehingga
manajer tanpa harus melakukan manajemen laba sudah dapat meningkatkan
harga saham untuk meningkatkan kemampuannya dalam pembagian deviden
(Mardiyanto 2008: 281 dalam Agustia 2013). Free cash flow yang tinggi juga
menunjukkan bahwa manajer perusahaan mempunyai kinerja yang baik dalam
mengelola perusahaan (Yogi dan Damayanthi, 2016). Jadi semakin tinggi free
cash flow perusahaan semakin rendah manajemen laba yang terjadi dalam
perusahaan. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Kono dan
Yuyetta (2013) dan Agustia (2013) yang menyatakan bahwa free cash flow
berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan hasil dari penelitian ini
8
tidak didukung oleh penelitian dari Almalita (2017) yang menyatakan bahwa
free cash flow tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa leverage berpengaruh terhadap
manajemen laba. Diketahui bahwa leverage mempunyai koefisien regresi
sebesar negatif 0,001 dengan thitung negatif 2,534, dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,01 dinyatakan lebih kecil dari nilai signifikansi alpha 0,05, sehingga
membuat H6 diterima karena telah memenuhi kriteria yang ditetapkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage berpengaruh terhadap
manajemen laba. Hal tersebut disebabkan leverage merupakan pengukur
besarnya aktiva yang dibiayai hutang. Dengan semakin banyaknya hutang
maka manajemen harus dapat lebih menyakinkan pihak kreditur bahwa
perusahaan tetap dapat mengembalikan pokok pinjaman beserta bunganya.
Leverage yang tinggi akan berpengaruh dengan nilai pembiayaan yang juga
tinggi dengan maksud untuk mempertahankan kinerja keuangan perusahaan
dalam jangka panjang, dengan mempertahankan kinerja perusahaan tersebut,
diharapkan kreditur juga akan tetap memiliki kepercayaan terhadap
manajemen perusahaan sehingga hal tersebut dapat menurunkan tindakan
manajemen laba. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Agustia (2013) dan Sari dan Asyik (2013) yang menyatakan bahwa leverage
berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan penelitian ini tidak
didukung oleh penelitian dari Lidiawati dan Asyik (2016), Putri dan Titik
(2014), Kodriyah (2015), dan Susilowati et al (2011) yang menyatakan bahwa
leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa
free cash flow dan leverage berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan
dewan komisaris independen, komite audit, kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian antara lain (1) Penelitian ini
hanya menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
9
Indonesia (BEI) dan menggunakan periode penelitian yang terbatas. Sehingga
sampel yang digunakan hanya terbatas dan dirasa hasil dari penelitian ini tidak
bisa sepenuhnya dapat mewakili semua sektor perusahaan yang ada didalam
BEI, (2) Penelitian ini hanya terfokus pada metode akrual dalam mengukur
manajemen laba sehingga belum cukup menggambarkan hasil manajemen
laba yang seutuhnya, (3) Variabel yang digunakan hanya sebatas dewan
komisaris independen, komie audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, free cash flow, dan leverage. Variabel independen tersebut hanya
mampu menjelaskan 28,2% terhadap variabel dependen.
4.2 Saran
Berdasarkan simpulan dan keterbatan penelitian yang telah dibahas, maka
saran untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut (1) Penelitian selanjutnya
diharapkan dapat memperluas objek dalam penelitian tidak hanya terfokus
pada perusahaan manufaktur saja. Melainkan dapat menambah objek
penelitian lain yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) agar hasil
penelitian dapat digeneralisasikan, (2) Penelitian selanjutnya diharapkan dapat
menggunakan variabel selain variabel dalam penelitian ini. Misalnya seperti
variabel profitabilitas, ukuran perusahaan, kualitas audit dan lain sebagainya,
(3) Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan rumus manajemen
laba selain yang digunakan dalam penelitian ini. Misal seperti model healy,
model de angelo dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Anggana, Gea Rafdan dan Andri Prastiwi. 2013. Analisis Pengaruh Corporate
Governance Terhadap Praktik Manajemen Laba. Diponegoro Journal Of
Accounting. ISSN Online: 2337-3806. Vol 2 (3).
Agustia, Dian. 2013.Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash
Flow, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan. ISSN 1411-0288 print / ISSN 2338-8137 online, 15 (1), 27- 42.
10
A Gumilang, Fidya dan Suhadak dan Sri Mangesti R. 2015. Pengaruh
Kepemilikan Institusional dan Asimteri Informasi Terhadap Manajemen
Laba. Jurnal Administrasi Bisnis. Vol 23 (1).
Anggraeni, Riske Meitha dan P. Basuki Hadiprajitno. 2013. Pengaruh Struktur
Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan dan Praktik Corporate
Governance Terhadap Manajemen Laba. Diponegoro Journal Of
Accounting. ISSN (Online): 2337-3806, Vol 2 (3) : 1-13.
Almalita, Yuliana. 2017. Pengaruh Corporate Governance dan Faktor Lainnya
Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, ISSN 1410
9875. Vol 18 (2) : 183-194.
Aryanti, Inne, dan Farida Titik Kristanti, dan Hendratno. 2017. Kepemilikan
Institusional, Kepemilikan Manajerial, Kualitas Audit Terhadap
Manajemen Laba. Jurnal Riset Akuntansi Kontemporer. ISSN print: 208
5091/ISSN online: 2597-6826. Vol 9 (2): 66-70.
Asward, Ismalia dan Lina. 2015. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance
Terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue
Model. Jurnal Manajemen Teknologi. Vol 14 (1).
Azlina, Nur. 2010. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba.
Pekbis Jurnal. Vol 2 (6) : 355-363.
Christiantie, Jane dan Yulius Jogi Christiawan. 2013. Analisis Pengaruh
Mekanisme Corporate Governance dan Reputasi KAP Terhadap Aktivitas
Manajemen Laba. Business Accounting Review. Vol 1.
Dechow, Patricia, M., Sloan, R.G., and Sweeney, A.P. 1996. Causes and
Consequences of Earnings Manipulation: An Analysis of Firms Subject to
Enforcement Actions by The SEC. Contemporary Accounting Research,
13, 1-36.
Ghozali, Imam dan A. Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
11
Isnawati. (2011). Pengaruh Free Cash Flow Dan Growth Terhadap Manajemen
Laba dengan Moderasi Komisaris Independen. Tesis tidak diterbitkan.
Surabaya Universitas Airlangga.
Jao, Robert dan Gagaring Pagalung. 2011. Corporate Governance, Ukuran
Perusahaan, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Perusahaan
Manufaktur Indonesia. Jurnal Akuntansi & Auditing. Vol 8 (1) : 43-54.
Jensen, M. 1986. Agency Cost of Free Cash Flow, Corporate Finance, and
Takeovers. American Economic Review, 76(2), pp: 323-329.
Kodriyah. 2015. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan,
Leverage dan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba.
Jurnal Akuntansi. ISSN: 2339-2436. Vol 2 (1).
Kono, Fransiska Dian Permatasari dan Etna Nur Afri Yuyetta. 2013. Pengaruh
Arus Kas Bebas, Ukuran KAP, Spesialisasi Industri KAP, Audit Tenur
dan Independensi Auditor Terhadap Manajemen Laba. Diponegoro
Journal Of Accounting. ISSN Online: 2337-3806. Vol 2 (3).
Kusumawati, Eny. 2017. Analisis Laporan Keuangan. Surakarta: Penerbit
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sumanto, Bowo dan Asrori Kiswanto. 2014. Pengaruh Kepemilikan Institusional
dan Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba. Accounting
Analysis Journal. ISSN: 2252-6765. Vol 3 (1).