PENGARUH GAYA HIDUP, KESENANGAN BERINTERNET DAN...
Transcript of PENGARUH GAYA HIDUP, KESENANGAN BERINTERNET DAN...
PENGARUH GAYA HIDUP, KESENANGAN BERINTERNET
DAN SUSCEPTIBILITY TO INTERPERSONAL INFLUENCE
TERHADAP PEMBELIAN IMPULSIF PRODUK SALE E-
COMMERCE.
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Indira Cahya Fitriya
NIM: 11150700000050
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
i
PENGARUH GAYA HIDUP, KESENANGAN BERINTERNET
DAN SUSCEPTIBILITY TO INTERPERSONAL INFLUENCE
TERHADAP PEMBELIAN IMPULSIF PRODUK SALE E-
COMMERCE.
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi
untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Indira Cahya Fitriya
NIM: 11150700000050
Pembimbing
Drs. Akhmad Baidun, M.Si
NIP. 19640814 200112 1 001
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul “PENGARUH GAYA HIDUP, KESENANGAN
BERINTERNET DAN SUSCEPTIBILITY TO INTERPERSONAL
INFLUENCE TERHADAP PEMBELIAN IMPULSIF PRODUK SALE E-
COMMERCE” telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 30 September 2019.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
psikologi (S.Psi) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 30 September 2019
Sidang Munaqasah
Dekan/ Wakil/
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si Bambang Suryadi, Ph.D
NIP. 19620724 198903 2 001 NIP. 19700529 200312 1 002
Anggota
Dr. Yunita Faela Nisa, Psi Ikhwan Lutfi, M.Psi
NIP. 19770608 200501 2 003 NIP. 19730710 200501 1 006
Drs. Akhmad Baidun, M.Si
NIP. 19640814 200112 1 001
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 30 September 2019
Indira Cahya Fitriya
NIM : 11150700000050
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Bekerja keras dan bersikap baiklah. Hal luar biasa akan terjadi.
-Conan O’Brien-
Karya tulis ini dipersembahkan untuk kedua orang tua saya tercinta, ayah dan ibu
serta keluarga dan sahabat terkasih yang selalu menyemangati dan menemani
perjalanan hidup saya.
v
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
B) September 2019
C) Indira Cahya Fitriya
D) Pengaruh Gaya Hidup, Kesenangan Berinternet dan Susceptibility To
Interpersonal Influence terhadap Pembelian Impulsif Produk Sale E-
commerce.
E) xiv + 112 halaman + Lampiran
F) Pembelian impulsif seringkali terjadi karena adanya stimulus yang menyebabkan
konsumen melakukan pembelian dengan segera tanpa perencanaan sebelumnya.
Respon dari stimuli membuat keinginan membeli semakin menguat dan tidak
rasional mengakibatkan individu membeli produk di luar kebutuhannya. Penelitian
ini dilakukan untuk menguji pengaruh gaya hidup, kesenangan berinternet dan
susceptibility to interpersonal influence terhadap pembelian impulsif produk sale
e-commerce.
Populasi dalam penelitian ini merupakan konsumen e-commerce yang
membeli produk sale. Sampel berjumlah 325 responden terdiri dari 120 laki-laki
dan 205 perempuan. Penelitian ini menggunakan model non probability sampling.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Impulsive Buying Tendency
Scale (IBTS), skala Activity, Interest, Opinion (AIO), skala enjoyment of web
experience dan skala SUSCEP (Consumer Susceptibility To Interpersonal
Influence). Kuesioner disebarkan secara online dan langsung dengan menggunakan
non-probability sampling technique, yakni accidental sampling. Uji validitass alat
ukur yang digunakan adalah teknik CFA (Confirmatory Factor Analysis) di Lisrel
8.7. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan multipe regression
analysis di SPSS 2.0.
Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa gaya hidup, kesenangan
berinternet dan susceptibility to interpersonal influence memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap pembelian impulsif. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa
shopping activity, interests related to fashion, opinion about products, fulfillment,
dan pengaruh normatif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembelian
impulsif. Sementara itu, working activity, fashion as self representation, interests
related to home, intersts related to family, opinion about themselves, engangement,
positive affect variabel pengaruhnya tidak signifikan terhadap pembelian impulsif.
Hasil penelitian ini juga memperoleh R-Square sebesar 0.413 atau 41,3%. Artinya,
proporsi varians dari pembelian impulsif yang dijelaskan oleh seluruh variabel
independent adalah 41,3%, sedangkan 58,7% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain
diluar penelitian ini. Penelitian selanjutnya disarankan agar meneliti variabel lain
yang diduga mempengaruhi pembelian impulsif, seperti motif hedonis, emosi dan
lingkungan toko.
G) Daftar Bacaan: 66; buku: 8 + jurnal: 44 + artikel: 14.
vi
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology, Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta
B) September 2019
C) Indira Cahya Fitriya
D) The influence of Lifestyle, Enjoyment Of Web Experience and Susceptibility to
Interpersonal Influence on Impulsive Purchasing Of E-commerce Product Sale
E) xiv + 112 pages + Appendix
F) Impulsive purchases often occur because of a stimulus that drives consumers to
make purchases stuff immediately without prior planning. The response from
stimuli makes the desire to buy stronger and irrational so that an individual buy a
product out of necessity. This research aims to examine the influence of lifestyle,
enjoyment of web experience and susceptibility to interpersonal influence on
impulsive purchases of e-commerce sale products.
The population were e-commerce consumers who buy sale products. The
sample consisted of 325 respondents consists of 120 men and 205 women. The
measuring instruments used in this study were The Impulsive Buying Tendency
Scale (IBTS), The Activity, Interest, Opinion (AIO) scale, The enjoyment of web
experience scale and The SUSCEP scale (Consumer Susceptibility To Interpersonal
Influence). The data were taken both online and direct using accidental sampling
that was categorized as non-probability sampling technique. The validity test of the
measuring instrument used was CFA (Confirmatory Factor Analysis) technique in
Lisrel 8.7. Testing the hypothesis in this study used multiple regression analysis in
SPSS 20.
Hyphothesis test result show that shopping activity, interests related to
fashion, opinion about products, fulfillment and normative influence have a
significant effect on impulsive purchases. Meanwhile, working activity, fashion as
self representation, interests related to home, intersts related to family,
engangement, positive affect and informational influence have no significant effect
on impulsive purchases. This result of the study also obtained an R-square of 0.413
or 41,3%. That is, the proportion of variance from impulsive purchases explained
by all independent variable is 41,3% while the remaining 58,7% is influenced by
other variables outside of this study. Future studies are suggested to examine other
variables that are suscepted to influence impulsive purchases, such as motif
hedonic, emotion and store environtment .
G) Reading List: 66; books: 8 + journal: 44 + article: 14.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, rasa syukur yang luar biasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Gaya Hidup, Kesenangan
Berinternet dan Susceptibility to Intepersonal Influence terhadap Pembelian
Impulsif Produk Sale E-Commerce”. Penulis menyadari bahwa penyusunan
skripsi ini tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada:
1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Ibu Dr. Zahrotun Nihayah,
M.Si, beserta wakil dekan dan jajarannya.
2. Dosen pembimbing skripsi, Bapak Drs. Akhmad Baidun, M.Si, terimakasih
penulis ucapkan atas segala arahan, masukan, kritik, serta waktu yang telah
diberikan selama proses bimbingan skripsi ini.
3. Dosen pembimbing akademik, Bapak Miftahuddin, M.Psi, terima kasih atas
motivasi, masukan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama
perkuliahan.
4. Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak
memberikan ilmu dan pemahaman kepada penulis baik.
5. Kepada keluarga tercinta, khususnya orang tua yang selalu mendukung baik
berupa dukungan moril, materil, mental dan spritiual ataupun memberikan
semangat serta mendo’akan selama penyusunan skripsi.
viii
6. Teman-teman seperjuangan angkatan 2015 Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Terimakasih untuk Kindy, Nasya, Dewi, Nida, Tisal,
Liana, Windy, Sese, Lalita dan Dewi Anggraini serta teman-teman lainnya
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terimakasih telah sama-sama
saling menguatkan, saling membantu serta tidak pernah berhenti memberikan
semangatnya selama penyusunan laporan skripsi ini.
7. Teman-teman seperbimbingan dalam proses pengerjaan skripsi, Kindy, Radit,
Kak Siti, dan Lukas yang telah bersama-sama berjuang dan memberikan
semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh responden yang tidak dapat dituliskan satu per satu, terima kasih telah
bersedia menjadi responden pada penelitian. Semoga selalu dalam lindungan
dan rahmat Allah, dan kebaikan yang telah diberikan dibalas dengan kebaikan
yang akan Allah SWT berikan dengan sebaik-baiknya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan sangat berguna agar pada
penulisan selanjutnya dapat menghasilkan karya yang lebih baik lagi. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Jakarta, 30 September 2019
Indira Cahya Fitriya
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL. ................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iii
MOTTO ................................................................................................................ iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
1.2.1 Pembatasan masalah ............................................................................ 11
1.2.2 Rumusan masalah ................................................................................ 12
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................... 14
1.3.1 Tujuan penelitian ................................................................................. 14
1.3.2 Manfaat penelitian ............................................................................... 14
BAB 2 LANDASAN TEORI ............................................................................... 16
2.1 Pembelian Impulsif (impulsive buying) ........................................................ 16
2.1.2 Definisi pembelian impulsif ................................................................ 16
2.1.2 Dimensi pembelian impulsif ............................................................... 18
2.1.3.1 Dimensi Cognitive ................................................................... 19
2.1.3.1 Dimensi Affective .................................................................... 19
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif ...................... 19
2.1.3.1 Faktor eksternal ....................................................................... 19
2.1.3.2 Faktor internal ......................................................................... 19
2.1.4 Pengukuran pembelian impulsif .......................................................... 22
2.2 Gaya Hidup ................................................................................................... 24
2.2.1 Pengertian gaya hidup ......................................................................... 24
2.2.2 Dimensi-dimensi gaya hidup ............................................................... 25
2.2.3 Pengukuran gaya hidup ....................................................................... 27
2.3 Kesenangan Berinternet (Enjoyment of Web Experience) ............................ 28
2.3.1 Pengertian kesenangan berinternet ...................................................... 28
2.3.2 Dimensi kesenangan berinternet (Enjoyment of Web Experience) ..... 30
2.3.3 Pengukuran kesenangan berinternet (Enjoyment of Web Experience) 31
2.4 Susceptibility To Interpersonal Influence ..................................................... 33
2.4.1 Pengertian susceptibility to interpersonal influence ........................... 33
2.4.2 Dimensi susceptibility to interpersonal influence ............................... 35
2.4.3 Pengukuran susceptibility to interpersonal influence ......................... 36
2.5 Kerangka Berpikir ........................................................................................ 38
2.6 Hipotesis Penelitian ...................................................................................... 44
x
BAB 3 METODE PENELITIAN ........................................................................ 47
3.1 Populasi Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel...................................... 47
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian.............................. 48
3.2.1 Identifikasi variabel penelitian ............................................................ 48
3.2.2 Definisi operasional variabel ............................................................... 48
3.3 Instrumen Pengumpulan Data....................................................................... 50
3.3.1 Skala pembelian impulsif .................................................................... 51
3.3.2 Skala gaya hidup ................................................................................. 52
3.3.3 Skala kesenangan berinternet (enjoyment of web experience ............ 53
3.3.4 Skala susceptibility to interpersonal influence.................................... 54
3.4 Uji Validitas Konstruk .................................................................................. 55
3.4.1 Uji validitas konstruk pembelian impulsif .......................................... 58
3.4.2 Uji validitas konstruk gaya hidup........................................................ 60
3.4.2.1 Dimensi working activity ............................................................. 60
3.4.2.2 Dimensi shopping activity ........................................................... 61
3.4.2.3 Dimensi interests related to fashion ........................................... 62
3.4.2.4 Dimensi Fashion as Self Representation ................................... 63
3.4.2.5 Dimensi interests related to home .............................................. 64
3.4.2.6 Dimensi interests related to family ............................................. 65
3.4.2.7 Dimensi Opinion about Themselves ........................................... 66
3.4.2.8 Dimensi Opinion about Products ............................................... 67
3.4.3 Uji validitas konstruk kesenangan berinternet .................................... 68
3.4.3.1 Dimensi engagement .................................................................... 68
3.4.3.2 Dimensi positive affect ................................................................. 69
3.4.3.3 Dimensi fulfillment ....................................................................... 71
3.4.4 Uji validitas konstruk suceptibility to interpersonal influence ........... 72
3.4.4.1 Dimensi pengaruh normatif ......................................................... 72
3.4.4.2 Dimensi pengaruh informasional ................................................ 73
3.5 Teknik Analisa Data ..................................................................................... 74
BAB 4 HASIL PENELITIAN ............................................................................. 79
4.1 Gambaran Subjek Penelitian......................................................................... 79
4.2 Hasil Analisis Deskriptif............................................................................... 80
4.3 Kategorisasi Skor Variabel ........................................................................... 82
4.4 Uji Hipotesis Penelitian ................................................................................ 87
4.4.1 Analisis regresi variabel penelitian ..................................................... 87
4.4.2 Proporsi varians independent variable ................................................ 94
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ............................................. 98
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 98
5.2 Diskusi .......................................................................................................... 98
5.3 Saran ........................................................................................................... 105
5.3.1 Saran teoritis ...................................................................................... 105
5.3.2 Saran praktis ...................................................................................... 106
xi
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 108
LAMPIRAN ........................................................................................................ 113
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor untuk pernyataan positif dan negatif skala likert .......................... 51
Tabel 3.2 Blue print skala Pembelian Impulsif ..................................................... 52
Tabel 3.3 Blue print skala gaya hidup ................................................................... 53
Tabel 3.4 Blue print skala enjoyment of web experience ..................................... 54
Tabel 3.5 Blue print skala susceptibility to interpersonal influence ..................... 55
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Pembelian Impulsif .............................................. 59
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Working Activity ................................................... 60
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Shopping Activity ................................................. 61
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Interests Related to Fashion ................................ 62
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Fashion as Self Representation .......................... 63
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Interests Related to Home .................................. 65
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Interests Related to Family ................................ 66
Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Opinion About Themselves................................. 67
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Opinion About Products..................................... 68
Tabel 3.15 Muatan Faktor Item Engagement ........................................................ 69
Tabel 3.16 Muatan Faktor Item Positive Affect .................................................... 70
Tabel 3.17 Muatan Faktor Item Fulfillment .......................................................... 71
Tabel 3.18 Muatan Faktor Item Pengaruh normatif .............................................. 73
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Pengaruh informasional ..................................... 74
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian (N=325) ...................................... 79
Tabel 4.2 Analisis Deskriptif ................................................................................ 81
Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor .................................................................... 83
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel ................................................................... 83
Tabel 4.5 Model Summary Analisis Regresi ........................................................ 88
Tabel 4.6 Anova Pengaruh Keseluruhan Independent Variable terhadap
Dependent Variable .............................................................................. 89
Tabel 4.7 Koefesien Regresi ................................................................................. 90
Tabel 4.8 Proporsi Varians Independent Variable ................................................ 94
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir .................................................................. 51
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ........................................................................ 114
Lampiran 2 Syantax dan Path Diagram ............................................................. 122
Lampiran 3 Output Regresi ................................................................................. 136
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi di Indonesia yang semakin pesat, membuat perubahan
pola belanja masyarakat yang bergeser ke arah elektronik atau online shopping, hal
ini memicu terjadinya pembelian impulsif dalam konteks online. Pembelian
impulsif seringkali terjadi pada masyarakat kita saat ini, banyak konsumen membeli
barang yang “menggoda mata” namun sebenarnya barang tersebut tidak di
butuhkan. Konsumen melakukan pembelian yang tidak direncanakan dan kurang
pertimbangan serta diikuti oleh dorongan emosional, model pembelian seperti ini
dikenal dengan pembelian impulsif (Verplanken & Herabadi, 2001).
Pembelian impulsif sering dilakukan oleh konsumen dengan membeli produk
menggunakan bantuan alat elektronik secara online, seperti smartphone (Martin &
Catala’n, 2013). Kemudahan proses transaksi jual beli dalam belanja online,
membuat belanja online semakin banyak peminatnya. Hal ini didukung oleh
laporan tahunan yang dikeluarkan We Are Social, persentase masyarakat Indonesia
yang membeli barang dan jasa secara online dalam kurun waktu sebulan di 2018
mencapai 40% dari total populasi, meningkat 14% dibanding tahun 2016 yang
hanya 26% (Kemp, 2018).
Konsumen Indonesia cenderung tidak memiliki rencana ketika melakukan
pembelian, sehingga membuat pola belanja konsumen Indonesia relatif tidak
teratur, ini yang membuat proses pembelian melalui pembelian impulsif menjadi
relatif tinggi (Irawan, 2007). Sejalan dengan pernyataan Putra et.al. (2017)
2
menyatakan bahwa konsumen di Indonesia memiliki keunikan karakteristik, salah
satunya cenderung impulsif saat berbelanja karena memiliki kecenderungan untuk
melakukan pembelian yang tidak terencana. Pembelian impulsif saat ini sudah
meluas sampai dibanyak konsumen online, demikian dibuktikan oleh penelitian
Dolliver (dalam Xu dan Huang 2014) menemukan bahwa hampir 60% pembeli
online adalah pembeli impulsif dan 40% belanja online dihasilkan melalui
pembelian impulsif. Penelitian tersebut juga mengatakan bahwa konsumen yang
cenderung mengalihkan pembelian dari konvensional menjadi online adalah
pembeli yang impulsif.
Perkembangan dalam hal belanja online mempengaruhi keputusan membeli
konsumen, seperti survei yang dilakukan oleh ShopBack tahun 2018 terhadap lebih
dari 1.000 responden di Indonesia, menemukan sebanyak 70,2% responden
menganggap keberadaan toko online memengaruhi perilaku belanja konsumen,
sehingga responden lebih sering berbelanja online dibanding berbelanja di toko
offline. Selain itu 83,1% responden mengaku pernah ke toko offline untuk melihat
barang dan kemudian membelinya secara online. Hal ini disebabkan banyak promo
sale yang ditawarkan oleh platfrom e-commerce (Arini, 2018). Keinginan membeli
dapat semakin menguat jika konsumen melihat banyaknya tawaran promosi di e-
commerce seperti sale.
Para pesaing e-commerce mencoba banyak bentuk promosi sale, salah satu
bentuk sale saat ini yang paling banyak di tawarkan oleh para e-commerce adalah
“Flash Sale”. Flash Sale adalah salah satu kegiatan promo di mana para Seller
dapat memberikan diskon atau potongan harga kepada pembeli dalam jangka waktu
3
yang ditentukan dan stok barang yang juga terbatas. Misalnya untuk flash sale
Tokopedia diadakan 3 kali dalam sehari pada pukul 08:00, 12:00, dan 17:00 WIB,
sedangkan Shopee flash sale juga diadakan 3 kali dalam sehari yaitu pukul 12.00,
18.00 dan 22.00 WIB. E-commerce bukalapak juga mengadakan flash sale dengan
nama flash deal yang diadakan 3 kali dalam sehari yaitu pukul 12.00, 16.00, dan
21.00 WIB. Promosi flash sale ini ditawarkan oleh berbagai e-commerce dengan
bentuk yang berbeda dan rentang harga sale yang berbeda pula. Promosi ini
memang menawarkan harga cenderung lebih murah dibanding kondisi normal, ini
dilakukan pemasar untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar di Indonesia
(Rosyadi, 2018).
Flash sale besar-besaran juga diadakan pada hari tertentu, misalnya
menjelang akhir tahun ada banyak pesta belanja di dunia online yang dirayakan
secara bergantian setiap bulannya. Pesta ini berlangsung mulai september hingga
desember dan jatuh pada tanggal-tanggal bagus seperti 9.9, 10.10, 11.11 dan 12.12.
Salah satu pesta belanja yang disebut Single’s Day atau 11.11 diadakan setiap
tanggal 11 November, pesta belanja ini disambut cukup baik oleh konsumen di
Indonesia, terutama di kalangan konsumen muda. Survei Picodi.com mencatat,
jumlah transaksi pada Single’s Day meningkat secara signifikan yaitu 23%
dibandingkan hari biasa. Rata-rata konsumen Indonesia bersedia menghabiskan
Rp.1.175.000 untuk berbelanja pada pesta belanja online tersebut. Kemudian, 52%
masyarakat Indonesia juga mengungkapkan bahwa ketika berbelanja konsumen
tidak mempersiapkan daftar belanjaan, melainkan membeli secara spontan
(Picodi.id, 2019).
4
Selain itu, Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) atau 12.12 yang
diadakan pada tanggal 12 desember merupakan puncak pesta belanja yang paling
ditunggu oleh banyak konsumen serta sejumlah flash sale akan hadir memeriahkan
pesta belanja online ini. Berbagai e-commerce di Indonesia seperti JD.ID,
Bukalapak, Shopee, Blibli, Zalora, Lazada serta 300 e-commerce lainnya turut
menggelar flash sale. Seperti, Lazada menyambut Harbolnas dengan menghadirkan
Lazada 12.12 Grand Year End Sale selama tiga hari mulai 10 - 12 Desember 2018,
diskon ini ditawarkan hingga 99 persen melalui program crazy flash sale.
Kemudian Blibli juga menggelar flash sale mulai pukul 10.00 - 17.00 WIB. Diskon
yang ditawarkan saat flash sale pada 12.12 sebesar 52 persen. Di susul
penyambutan Harbolnas 12.12, oleh Shopee yang menghadirkan flash sale delapan
kali dalam sehari, dengan harga barang yang di sale berkisar mulai dari Rp99.
Selain itu e-commerce Bukalapak juga ikut memeriahkan Harbolnas dengan
menghadirkan flash deal serba Rp12 selama 6 jam tanpa henti (Debora, 2018).
Ajang pesta belanja online terbesar di Indonesia yaitu Hari Belanja Online
Nasional (Harbolnas) 2018 ini, ternyata berhasil mendapatkan transaksi hingga
sebesar Rp 6,8 triliun. Jumlah transaksi Harbolnas 2018 ini naik sebesar Rp2,1
triliun dari nilai transaksi tahun lalu. Penjualan pada saat Harbolnas diketahui
menembus angkat 11 juta pemesanan dengan 40% pemesanan berasal dari Shopee
Indonesia (Luthfi, 2019). Berdasarkan hasil riset Nielsen Indonesia, nilai transaksi
di platform e-commerce selama flash sale untuk Harbolnas terjadi peningkatan
yaitu rata-rata meningkat 6,9 kali dibanding rata-rata transaksi harian (Hasibuan,
5
2018). Hal ini membuktikan bahwa banyak konsumen yang tergiur melakukan
pembelian produk sale dilihat dari transaksi yang meningkat saat sale berlangsung.
Kecenderungan pembelian impulsif merupakan sifat perseorangan yang
muncul sebagai respon atas suatu stimuli (Peck & Childers, 2006). Stimuli seperti
sale yang diberikan oleh pihak pemasar dapat membuat konsumen tergiur untuk
membeli barang dan melakukan pembelian impulsif. Keterbatasan stok produk
serta batasan waktu saat sale membuat individu ingin memiliki produk dengan
segara dan berakhir pada keputusan yang kurang pertimbangan, oleh karena itu
teknik promosi dan sale sangat berpengaruh besar kepada konsumen terlebih lagi
masyarakat Indonesia yang masih sensitif terhadap harga (Triwijanarko, 2018).
Penelitian dari The Yankee Group (2000) membuktikan bahwa "sale" akan
memotivasi konsumen untuk melakukan pembelian impulsif di e-commerce. Bagi
pemasar, sale dapat memberikan banyak keuntungan, namun konsumen juga
seringkali di buat kecewa atas produk sale yang dibelinya secara online.
Seperti survey yang dilakukan oleh Shopback kepada 2.455 responden selama
Agustus 2017 membuktikan bahwa sebanyak 62,9% konsumen merasa barang yang
dibeli tidak sesuai dengan produk yang ada di foto. Dalam hal pelayanan, 43%
konsumen belanja online mengatakan pernah memiliki pengalaman yang kurang
baik seperti harga yang dinaikkan terlebih dahulu sebelum sale, harga sale tidak
akurat dan barang yang diterima telah rusak (Handayani, 2017). Beberapa
tanggapan responden di atas membuktikan bahwa konsumen mengalami beberapa
kerugian ketika membeli produk sale secara online.
6
E-commerce mempunyai tujuan untuk memudahkan konsumen melakukan
pencarian informasi secara efesien mengenai produk yang ingin dibeli sehingga
konsumen dapat lebih berpikir rasional saat melakukan pembelian (LaRose, 2001).
Namun keunggulan dalam penggunaan e-commerce seperti akses mudah ke produk,
kemudahan proses pembelian, kurangnya tekanan sosial, dan tidak adanya upaya
membeli, justru dapat mengakibatkan pembeli online menjadi lebih tidak rasional
dalam mengambil keputusan membeli, sehingga lebih impulsif saat berbelanja
(Jeffrey & Hodge, 2007).
Konsumen seringkali mengalami kerugian finansial ketika melakukan
pembelian impulsif secara online, dikarenakan kemudahan transaksi online yang
tidak memerlukan jarak tempuh untuk membeli produk, sehingga menyebabkan
konsumen tidak terasa telah mengeluarkan uang lebih banyak (Dittmar & Meek,
2004). Selain itu penelitian oleh LaRose (2001) membuktikan bahwa konsumen
diikuti rasa penyesalan setelah melakukan pembelian impulsif secara online,
banyaknya bentuk promosi seperti sale atau bonus produk yang ditawarkan e-
commerce, membuat individu membeli secara berlebihan sehingga akhirnya merasa
bersalah atas produk yang telah dibelinya. Fonemena ini sering ditemukan pada
banyak konsumen online, individu melakukan pembelian yang awalnya tidak
dinginkan atau produk yang sama sekali tidak dibutuhkan, namun karena beberapa
alasan yang tidak diketahui, akhirnya individu membuat keputusan yaitu membeli
secara impulsif (Ahmed et.al. 2015).
Banyak faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif, salah satunya
adalah penelitian yang dilakukan oleh Wu dan Huan (2010) menemukan bahwa
7
inkonsistensi waktu, konformitas dan demografi memiliki pengaruh yang positif
terhadap pembelian impulsif. Selanjutnya penelitian Dawson & Kim (2009)
menemukan bahwa terdapat pengaruh internet retail, normative evaluation dan
promotion terhadap pembelian impulsif online. Dalam pembelian impulsif online
telah dilakukukan sebelumnya oleh Verhagen dan Dolen (2011) yang menemukan
pengaruh signifikan antara online store beliefs on consumer terhadap pembelian
impulsif online. Ditinjau dari beberapa penelitian sebelumnya, maka penelitian ini
memfokuskan pembelian impulsif online yaitu pada produk sale di e-commerce.
Selain faktor yang telah disebutkan, terdapat faktor gaya hidup yang diduga
dapat mempengaruhi pembelian impulsif. Konsumen melihat, berpikir, memilih
dan membeli produk sesuai gaya hidupnya sehingga gaya hidup merupakan konsep
yang popular untuk memahami perilaku konsumen (Pandey & Pandey, 2013).
Individu akan melakukan berbagai cara untuk memenuhi gaya hidup yang
menurutnya sesuai dengan dirinya, berkaitan dengan hobi, pekerjaan, belanja
ataupun minat individu terhadap suatu produk serta pendapatnya mengenai produk
yang akan dibeli, hal ini tentu berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Seperti
penelitian yang telah dilakukan oleh Wahidah, Herkulana & Achmadi (2013)
menyatakan bahwa Individu yang memiliki gaya hidup berbelanja sangat mudah
terpengaruh rayuan iklan, konformitas, serta gengsi tanpa mempertimbangkan
kegunaan barang tersebut hingga akhirnya akan lebih mudah membeli barang atau
produk.
Sejalan dengan penelitian dari Tambuwun (2016) menyatakan bahwa
pengalaman berbelanja yang menyenangkan dan nyaman akan membentuk
8
kebiasaan dan dijadikan gaya hidup oleh individu. Sehingga penelitian tersebut
mendapatkan hasil bahwa gaya hidup berbelanja hedonik berpengaruh signifikan
terhadap pembelian impulsif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Bashir, et.al (2013) menunjukkan hasil bahwa gaya hidup berpengaruh signifikan
terhadap pembelian impulsif. Oleh karena itu penelitian ini mengambil faktor gaya
hidup yang mengacu pada gaya hidup sebagai fakor yang dapat mempengaruhi
pembelian impulsif.
Kemudian, faktor yang diduga berpengaruh terhadap pembelian impulsif
adalah kesenangan berinternet. Monsuwe, Dellaert, Ruyter (2004) menjelaskan
kesenangan dalam menggunakan web e-commerce dapat memotivasi individu
untuk belanja di internet. Holbrook (dalam Monsuwe et.al., 2004) juga menemukan
kesenangan berinternet menjadi konsisten dan merupakan prekditor yang kuat
dalam sikap belanja online. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Floh dan
Madlberger (2013) mengemukakan kesenangan berinternet berpengaruh secara
signifikan terhadap pembelian impulsif. Konsumen yang menikmati pengalaman
saat berbelanja sebenarnya mencoba mempertahankan suasana hati yang positif dan
dengan demikian memiliki kecenderungan untuk membeli secara impulsif yang
lebih tinggi karena konsumen berharap untuk mendapatkan kepuasan segera dari
tindakan pembelian. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Verhagen dan Dolen
(2011) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat mengenai kesenangan
berinternet dengan pembelian impulsif.
Hal ini juga didukung oleh penelitian Parboteeah (2009) yang menemukan
bahwa kesenangan berinternet merupakan salah satu penyebab individu melakukan
9
pembelian impulsif online. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa daya tarik
dari situs web yang ditampilkan dapat memengaruhi pengguna merasakan
kesenangan ketika menjelajahi situs web dan memengaruhi suasana yang
berdampak pada pembelian secara impulsif. Kemudian penelitian terakhir yang
dilakukan oleh Mohan et.al. (2013) mendapatkan hasil bahwa konsumen yang
merasakan kenikmatan saat berbelanja ditemukan lebih impulsif , sehingga hal ini
menunjukkan hubungan positif antara kesenangan berinternet dan pembelian
impulsif
Selain fakor gaya hidup dan kesenangan berinternet, faktor lain yang juga
diduga mempengaruhi pembelian impulsif adalah susceptibility to interpersonal
influence. Individu memiliki kebutuhan untuk mengidentifikasi, atau meningkatkan
image dimata significant others (orang yang dianggap penting) melalui penggunaan
produk serta keinginan untuk memenuhi harapan orang lain dalam mengambil suatu
keputusan pembelian yang disebut sebagai susceptibility to interpersonal influence
(Bearden & Teel 1989). Didukung oleh penelitian yang dilakukan Luo (2005)
mendapatkan hasil bahwa kerentanan dampak interpersonal (Susceptibility to
Interpersonal Influence) mempengaruhi pembelian impulsif. Individu dapat
melibatkan orang lain dalam perilaku pembelian sebagai pembenaran untuk dirinya
sendiri, dengan demikian individu merasa tidak ada hambatan dalam membeli.
Selain itu Luo (2005) menyatakan bahwa berbelanja dengan orang lain membuat
konsumen melakukan pembelian impulsif.
Untuk memperkuat penelitian ini dilakukan survey awal pada 13-15
Februari 2019 terhadap 10 konsumen e-commerce ( Shopee, Tokopedia, Lazada,
10
Bukalapak, dan Bli-bli) yang bertempat tingal di sekitar Jakarta dan Tangerang
Selatan. Dari hasil wawancara dengan konsumen didapatkan informasi bahwa
konsumen senang berbelanja menggunakan e-commerce karena banyaknya tawaran
sale, gratis ongkos pengiriman, serta tersedia banyak pilihan produk. Selain itu 8
dari 10 konsumen mengatakan sering membeli produk sale di e-commerce tanpa
ada perencanaan terlebih dahulu.
Survey yang dilakukan oleh Priceza juga menemukan selama tiga tahun
berturut-turut yaitu 2015-2017, Kota Jakarta dan sekitarnya menempati urutan
pertama pengguna e-commerce terbanyak di Indonesia sebesar 41,94%
dibandingkan dengan kota-kota lainnya (Bachdar, 2018). Sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (2017) bahwa
masyarakat perkotaan lebih banyak dalam hal penggunaan internet sebesar 72,4%
di tahun 2017 dibanding dengan masyarakat pedesaan, sehingga akses untuk
membeli barang secara online menjadi cukup mudah. Penelitian ini memfokuskan
pada konsumen e-commerce seperti shopee, Tokopedia, Lazada, Bukalapak, dan
Bli-bli. Dikarenakan menurut survei yang dilakukan iPrice (2018) per Oktober
2018, ditemukan bahwa Shopee, Tokopedia, Lazada, Bukalapak, dan Bli-bli
merupakan peringkat 5 besar e-commerce yang paling populer di Indonesia dilihat
dari banyaknya pengunjung website e-commerce.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka pada
penelitian ini ingin mengkaji lebih lanjut mengenai pembelian impulsif di e-
commerce. Dalam hal ini yang menjadi variabel terikat adalah pembelian impulsif,
sedangkan varibel bebas dalam penelitian ini adalah gaya hidup, kesenangan
11
berinternet dan susceptibility to intepersonal influence. Oleh sebab itu penelitian ini
akan diberi judul “Pengaruh Gaya Hidup, Kesenangan Berinternet dan
Susceptibility to Intepersonal Influence terhadap Pembelian impulsif pada
Produk Sale di E-Commerce”.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Untuk menghindari kesimpangsiuran, kesalahan persepsi dan lebih terarahnya
pembahasan, maka penelitian ini membatasi masalah pembelian impulsif yang
dipengaruhi oleh gaya hidup, kesenangan berinternet dan susceptibility to
intepersonal influence. Adapun pengertian konsep yang digunakan sebagai berikut:
1. Pembelian impulsif (impulsive buying) dalam penelitian ini adalah pembelian
yang tidak rasional dan diasosiasikan dengan pembelian yang cepat dan kurang
perencanaan, serta diikuti oleh dorongan emosional (Verplanken & Herabadi,
2001). Pembelian impulsif dalam penelitian ini yaitu terhadap produk sale.
2. Gaya hidup dalam penelitian ini adalah pola kehidupan sehari-hari individu
dalam hal bagaimana individu menghabiskan waktu, apa yang individu minati,
serta pendapat individu mengenai diri sendiri dan lingkungan sekitar
(Plummer,1974).
3. Kesenangan Berinternet (enjoyment of web experience) dalam penelitian ini
adalah perasaan yang berasal dari dalam diri sendiri (intrinsik) berupa
perasaan terlibat, perasaan senang dan perasaan terpenuhi kebutuhannya
yang didasarkan pada pengalaman menggunakan web (Lin, Gregor, &
Ewing, 2008). Dalam penelitian ini pengalaman yang dimaksud yaitu
12
pengalaman menggunakan web e-commerce ketika membeli produk.
4. Susceptibility to interpersonal influence dalam penelitian ini adalah kebutuhan
individu untuk mengidentifikasi produk dengan bantuan pandangan atau opini
orang lain dan keinginan untuk mengikuti orang lain terhadap keputusan
pembelian, serta kecenderungan untuk mempelajari suatu produk dan jasa
dengan mengobservasi dari orang lain (Bearden & Teel 1989).
5. Sampel penelitian pada penelitian ini adalah konsumen yang membeli produk
sale di e-commerce, dan pada penelitian ini memfokuskannya pada Shopee,
Tokopedia, Lazada, Bukalapak, dan Bli-bli di Jabodetabek.
1.2.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, pada
penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan gaya hidup, kesenangan berinternet
dan susceptibility to interpersonal influence terhadap pembelian impulsif
produk sale e-commerce?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan working activity pada variabel gaya
hidup terhadap pembelian impulsif produk sale e-commerce?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan shopping activity pada variabel gaya
hidup terhadap pembelian impulsif produk sale e-commerce?
4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan interests related to fashion pada
variabel gaya hidup terhadap pembelian impulsif produk sale e-commerce?
5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan fashion as self representation pada
variabel gaya hidup terhadap pembelian impulsif produk sale e-commerce?
13
6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan interests related to home pada
variabel gaya hidup terhadap pembelian impulsif produk sale e-commerce?
7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan interests related to family pada
variabel gaya hidup terhadap pembelian impulsif produk sale e-commerce?
8. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan opinion about themselves pada
variabel gaya hidup terhadap pembelian impulsif produk sale e-commerce?
9. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan opinion about product pada variabel
gaya hidup terhadap pembelian impulsif produk sale e-commerce?
10. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan engagement pada variabel
kesenangan berinternet terhadap pembelian impulsif produk sale e-commerce?
11. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan positive affect pada variabel
kesenangan berinternet terhadap pembelian impulsif produk sale e-commerce?
12. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan fulfillment pada variabel
kesenangan berinternet terhadap pembelian impulsif produk sale e-commerce?
13. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan pengaruh normatif pada variabel
dan susceptibility to interpersonal influence terhadap pembelian impulsif
produk sale e-commerce?
14. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan pengaruh informasional pada
variabel dan susceptibility to interpersonal influence terhadap pembelian
impulsif produk sale e-commerce?
14
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang akan dicapai dalam
penelitian ini untuk menguji signifikansi pengaruh gaya hidup (working activity,
shopping activity, interests related to fashion, fashion as self representation,
interest related to home, interests related to family, opinion about themselves,
opinion about products), kesenangan berinternet (engagement, positive affect,
fulfillment), dan susceptibility to interpersonal influence (pengaruh normatif dan
pengaruh informasional) secara bersama-sama terhadap pembelian impulsif pada
produk sale di e-commerce
1.3.2 Manfaat penelitian
1.3.2.1 Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu
psikologi, khususnya di bidang Psikologi Konsumen. Selain itu, penelitian ini juga
diharapkan dapat menjadi acuan dan memberikan manfaat berupa kerangka teoritis
tentang pembelian impulsif , terkhusus untuk pembelian impulsif secara online serta
faktor-faktor penyebabnya. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya mengenai
pengaruh gaya hidup, kesenangan berinternet, dan susceptibility to interpersonal
influence terhadap pembelian impulsif pada produk sale di di e-commerce.
1.3.2.2 Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan temuan yang bermanfaat baik bagi
konsumen. Sehingga temuan dari penelitian ini dapat dijadikan masukan dan bahan
15
pertimbangan bagi konsumen agar dapat lebih cermat dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, menggunakan akal rasional dan tidak hanya membeli dengan emosi. Bagi
para praktisi produk yang rentan terhadap pembelian impulsif, sehingga temuan dari
penelitian ini dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan bagi manager dalam
menyusun strategi pemasaran yang tepat.
16
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pembelian Impulsif (impulsive buying)
2.1.2 Definisi pembelian impulsif
Verplanken dan Herabadi (2001) mendefinisikan penembelian impulsif yaitu
pembelian yang tidak rasional dan diasosiasikan dengan pembelian yang cepat dan
kurang perencanaan, serta diikuti oleh dorongan emosional. Dorongan emosional
terkait dengan adanya perasaan intens yang ditunjukkan dengan dorongan untuk
membeli suatu produk dengan segera, mengabaikan konsukensi negatif, dan
merasakan kepuasan.
Pembelian impulsif, melibatkan dua sistem inti yaitu afektif (emosi) dan
kognitif (Verplanken & Herabadi, 2001). Kemudian Zajonc (dalam Verplanken &
Herabadi, 2001), mengatakan lebih lanjut bahwa kognisi dan emosi dipahami
sebagai dua sistem yang terpisah. Kognisi dan emosi dapat melakukan prosesnya
masing-masing dan ada kalanya kognisi dan emosi bekerja secara bersama-sama.
Namun dalam beberapa hal, sisi emosi sering menjadi yang paling utama, bahkan
mendahului dan mampu mempengaruhi kognisi. Emosi bisa terjadi secara otomatis
tanpa peran aktif dari kognitif, yaitu kesadaran (dalam Verplanken & Herabadi,
2001).
Menurut Rook (1987) pembelian impulsif adalah pembelian yang dilakukan
tanpa perencanaan, terjadi ketika konsumen mengalami dorongan tiba-tiba, kuat,
dan dorongan yang tetap untuk membeli sesuatu dengan segera. Selain itu
pembelian impulsif cenderung mengganggu perilaku konsumen, karena individu
17
yang melakukan pembelian impulsif lebih menggunakan emosional dari pada
rasionalnya, sehingga konsumen lebih cenderung merasa lepas kendali saat
melakukakan pembelian.
Beatty dan Ferrel (1998) memperluas definisi dari Rook (1987), bahwa
pembelian impulsif adalah pembelian tiba-tiba dan langsung, tanpa niat sebelum
berbelanja, baik dengan tujuan membeli produk tertentu atau untuk memenuhi
tugas membeli. Perilaku impulsif terjadi setelah mengalami dorongan untuk
membeli dan cenderung spontan tanpa banyak refleksi dan tidak termasuk
pembelian sederhana, seperti barang-barang yang hanya dibeli ketika persediaan
barang dirumah telah habis.
Sedangkan menurut Dincer (2010) pembelian impulsif diartikan sebagai
kecenderungan individu membeli sesuatu yang tidak dibutuhkan, segera dan
unreflective. Konsumen dengan kecenderungan memiliki gaya pembelian impulsif
yang tinggi memiliki kecenderungan secara umum untuk membeli barang-barang
dari semua kategori produk. Selama pengambilan keputusan, tindakan atau reaksi
terhadap rangsangan diproses secara efektif, kognitif atau keduanya. Proses
pemikiran dan emosi serta perbedaan perilaku konsumen ini sangat menarik bagi
perusahaan yang secara aktif mencari metode untuk mendapatkan manfaat dari
kecenderungan pembelian impulsif.
Banerjee dan Saha (2012) mendifinisikan pembelian impulsif merupakan
pembelian tidak terencana yang disebabkan oleh stimulus. Stimulus dapat
diberikan melalui rangsangan sensorik yang memungkinkan untuk menyentuh
produk, dengan informasi yang jelas tentang penawaran dan membantu mengingat
18
apa yang individu butuhkan.
Oleh karena itu pada penelitian ini menggunakan teori pembelian impulsif
dari Verplanken dan Herabadi (2001) yaitu pembelian yang tidak rasional dan
diasosiasikan dengan pembelian yang cepat dan kurang perencanaan, serta diikuti
oleh dorongan emosional. Teori ini dipilih karena memiliki definisi yang paling
sesuai untuk menjabarkan pengertian pembelian impulsif.
2.1.2 Dimensi pembelian impulsif
Verplanken dan Herabadi (2001) membagi pembelian impulsif menjadi dua
dimensi , yaitu cognitive dan affective.
2.1.2.1 Dimensi Cognitive
Cognitive adalah proses psikologis individu yang merujuk kepada struktur dan
proses mental yang meliputi pemikiran, pemahaman dan penginterpretasian.
Menurut Verplanken dan Herabadi (2001) pembelian impulsif terjadi karena ada
desakan membeli tanpa melakukan pertimbangan yang matang terlebih dahulu.
Selain itu, individu melakukan pembelian dengan kurangnya perencanaan, dan
tanpa memikirkan kegunaan pada produk yang akan dibeli. Dimensi kognitif terdiri
dari tiga komponen, yaitu :
1. Cognitive deliberation, suatu keadaan (calon) konsumen merasakan adanya
desakan untuk bertindak sehingga kurangnya pertimbangan mendalam atau
memikirkan konsekuensinya.
2. Unplanned buying, suatu keadaan (calon) konsumen kurang memiliki rencana
yang jelas dalam berbelanja.
3. Disregard for the future, suatu keadaan (calon) konsumen melakukan pembelian
19
impulsif tanpa mempertimbangkan kegunaan kedepannya.
2.1.2.2 Dimensi Affective
Affective adalah proses psikologis dalam diri individu yang merujuk kepada emosi,
perasaan maupun suasana hati (mood). Menurut Verplanken dan Herabadi (2001)
yang dimaksud pada dimensi ini adalah, keadaan individu tidak mampu menahan
dirinya untuk tidak melakukan membelian, adanya desakan membeli yang
dipengaruhi oleh suasana hati dan ketika melakukan pembelian dapat mengubah
suasana hati individu. Proses ini terdiri dari tiga komponen, yaitu:
1. Irresistible urge to buy, suatu keadaan (calon) konsumen memiliki keinginan
yang instan, terus menerus dan begitu memaksa, sehingga (calon) konsumen
tidak dapat menahan dirinya.
2. Positive buying emotion, suatu keadaan (calon) konsumen memiliki suasana hati
positif yang berasal dari motivasinya untuk memuaskan diri melalui pembelian
impulsif.
3. Mood management, suatu keadaan (calon) konsumen muncul keinginan untuk
mengubah atau menata perasaannya melalui pembelian impulsif.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif
Faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif dibagi ke dalam dua faktor yaitu
faktor eksternal dan internal.
2.1.3.1 Faktor eksternal
1. Menurut Youn dan Faber (dalam Dawson & Kim, 2009) faktor eksternal
pembelian impulsif mengacu pada isyarat pemasaran atau rangsangan yang
ditempatkan dan dikendalikan oleh pemasar dengan tujuan untuk memikat
20
konsumen dalam perilaku pembelian.
Verplanken dan Herabadi (2001) menyatakan bahwa faktor eksternal yang
mempengaruhi pembelian impulsif, yaitu lingkungan toko. Beberapa variabel
yang ada di lingkungan toko antara lain adalah penampilan produk, cara
menampilkannya, atau adanya tambahan seperti harumnya toko, warna yang
indah atau music yang menyenangkan. Isyarat ini dapat menarik perhatian,
menimbulkan motivasi untuk membeli, dan menimbulkan suasana hati yang
positif. Variabel situasional lain yang dapat mempengaruhi pembelian impulsif
adalah tersedianya waktu dan uang, baik benar-benar tersedia (benar-benar
memiliki waktu dan uang), maupun hanya perasaan saja (hanya merasa memiliki
waktu dan uang).
Adapun faktor eksternal yang dipengaruhi oleh teman kelompok, seperti:
1. Konformitas. Myers (2010) menyatakan bahwa konfromitas merupakan
perubahan perilaku akibat dari tekanan kelompok, terlihat dari kecenderungan
individu untuk selalu menyamakan perilakunya dengan kelompok acuan agar
terhindar dari celaan maupun keterasingan. Penelitian yang dilakukan oleh Wu
dan Huan (2010) menunjukkan bahwa individu dengan konformitas yang tinggi
lebih cenderung untuk melakukan pembelian impulsif karena adanya harapan
agar dapat diterima oleh teman dalam kelompoknya.
2. Kerentanan terhadap pengaruh orang lain. Selain konformitas, faktor sosial lain
yang juga mempengaruhi pembelian impulsif adalah kerentanan terhadap
pengaruh orang lain. Banyak penelitian yang telah meneliti pengaruh kehadiran
orang lain saat berbelanja terhadap pembelian impulsif konsumen. Sebuah
21
penelitian yang dilakukan oleh lee, et.al (2009) menemukan bahwa individu
akan cenderung lebih impulsive dalam berbelanja jika ia pergi bersama temannya
dibandingkan jika berbelanja sendiri.
2.1.3.2 Faktor internal
Menurut Kacen dan Lee (dalam Dawson & Kim, 2009) faktor internal pembelian
impulsif yaitu memiliki fokus langsung pada individu, faktor internal dan
karakteristik individu yang membuat individu terlibat dalam pembelian impulsif.
Verplanken dan Herabadi (2001) menjelaskan faktor- faktor internal yang
mempengaruhi pembelian impulsif, yaitu:
1. Emosi. Perilaku pembelian impulsif (Verplanken & Herabadi, 2001)
berhubungan dengan suasana hati tertentu. Sebagai contoh adanya percampuran
rasa senang, kegairahan dan kekuasaan sehingga menimbulkan kecenderungan
untuk melakukan pembelian impulsif. Salah satu alasan konsumen melakukan
pembelian impulsif adalah menghilangkan depressed mood.
2. Sex. Identitas diri konsumen seperti jenis kelamin merupakan salah satu
perbedaan individu dalam melakukan pembelian impulsif.
3. Motif hedonis. Rook (1987) menyebutkan bahwa pembelian impulsif berkaitan
dengan kepuasan hedonis. Sifat dasar hedonis itu sendiri yaitu, kesenangan,
kejutan, kepuasan, sesuatu yang baru, menyenangkan dan keakraban. Konsumen
melakukan pembelian impulsif pada saat sedang termotivasi oleh kebutuhan
hedonisnya.
4. Gaya Hidup. Engel, Blackwell dan Miniard (1994) menyebutkan gaya hidup
sebagai pola dimana individu hidup dan menghabiskan waktu serta uangnya.
22
Gaya hidup juga merupakan konsep popular untuk memahami perilaku
konsumen, gaya hidup merefleksikan aktifitas, minat dan opini individu.
Konsumen merupakan fondasi dasar setiap bisnis. Saat ini konsumen melihat,
berpikir, memilih dan membeli produk sesuai gaya hidupnya dan menjadi
kesempatan bagi pemasar untuk menyempurnakan penawaran dan mencapai
kepuasan konsumen (Pandey & Pandey, 2013).
5. Kesenangan berinternet (enjoyment). Shopping enjoyment didefinisikan sebagai
kesenangan yang diperoleh dalam proses belanja (Beatty dan Ferrell, 1998).
Konsumen yang menikmati pengalaman saat berbelanja sebenarnya mencoba
mempertahankan suasana hati yang positif dan dengan demikian memiliki
kecenderungan untuk membeli secara impulsif yang lebih tinggi karena
konsumen berharap untuk mendapatkan kepuasan segera dari tindakan
pembelian (Floh dan Madlberger, 2013).
2.1.4 Pengukuran pembelian impulsif
Terdapat beberapa alat ukur yang dapat mengukur pembelian impulsif, diantaranya
sebagai berikut:
1. Consumer Impulsiveness Scale (CIS). CIS adalah ukuran dua faktor yang terdiri
dari subskala "prudence" dan subskala "hedonic"yang disusun oleh Puri (1996).
Subskala prudence memiliki tujuh item, dan subskala hedonic memiliki lima
item. Semua item diwakili oleh kata sifat tunggal, responden diminta untuk
menunjukkan kata sifat yang menggambarkan diri responden dalam skala 7 poin.
Melalui Confirmatory Factor Analyses (CFA) ditemukan bahwa model dua
faktor, yang mewakili subdimensi prudence dan hedonic fit dengan data. Alat
23
ukur ini memiliki koefisien alpha untuk dua subdimensi ini berkisar dari 0,53
hingga 0,82 dalam masing-masing subdimensi.
2. Impulse Buying Tendency Scale (IBTS). Verplanken dan Herabadi (2001)
mengukur pembelian impulsif dengan menggunakan Impulse Buying Tendency
Scale (IBTS). IBTS terdiri dari 20 item yang mengukur dua apsek kognitif dan
afektif. Dimensi kognitif mengenai kurangnya perencanaan dan kehati-hatian,
sedangkan pada dimensi afektifnya mengukur perasaan menyenangkan,
kegairahan, tekanan, kontrol yang rendah dan rasa penyesalan. Alat ukur ini
memiliki koefisien alpha sebesar 0,91 untuk dimensi dimensi kognitif dan 0,83
untuk dimensi afektif.
3. Buying Impulsiveness Scale (BIS). Skala ini dikembangkan oleh Rook dan
Fisher (1995) yang terdiri dari 35 item hasil review penelitian pembelian
impulsif oleh Rook (1987) dan dari literatur pengukuran mengenai impulsif.
Kemudian, setelah dilakukan uji CFA, didapatkan 9 item yang sesuai model,
dengan pilihan jawaban setuju untuk point tertinggi, hingga tidak setuju untuk
point terendah. Alat ukur ini memiliki koefisien alpha sebesar 0,60 sampai 0.88.
Dalam penelitian ini memodifikasi alat ukur yang digunakan oleh
Verplanken dan Herabadi (2001) terdiri dari 20 item yang menjelaskan dimensi
kognitif mengenai kurangnya perencanaan dan kehati-hatian, sedangkan pada
dimensi afektifnya mengukur dorongan emosional seperti kegairahan, tekanan, dan
kontrol yang rendah, alat ukur ini dipilih karena memiliki kriteria yang sesuai
dengan dimensi-dimensi yang akan diukur.
24
2.2 Gaya Hidup
2.2.1 Pengertian gaya hidup
Gaya hidup menurut Hawkins et.al. (1995) adalah berkaitan dengan barang yang
dibeli, bagaimana menggukannya, dan apa yang dipikirkan. Gaya hidup merupakan
manifestasi dari citra diri atau konsep diri, gambaran total mengenai diri individu
sebagai hasil dari budaya yang dijalani dan pengalaman individu yang membentuk
pola kehidupan sehari-hari. Gaya hidup memiliki dua aspek bagi konsumen,
pertama, berfungsi sebagai pendorong, motivator (keinginan untuk
mempertahankan atau menunjang gaya hidup sekarang) untuk berbagai kegiatan
membeli. Maksudnya kebutuhan untuk membuat keputusan membeli timbul dari
siapa konsumen, apa masalah konsumen dan peluang apa yang konsumen hadapi
dalam kehidupan. Aspek kedua ialah gaya hidup dapat berubah sebagai hasil dari
proses pengambilan keputusan konsumen. Hasil dari keputusan yang dibuat
konsumen tentang produk (barang dan jasa) memberi informasi tentang motivasi
dan sikap yang dapat mengubah atau memperkuat gaya hidup.
Menurut Plummer (1974) gaya hidup adalah pola kehidupan sehari-hari
individu dalam hal bagaimana individu menghabiskan waktu, apa yang individu
itu minati, serta pendapat individu mengenai diri sendiri dan lingkungan sekitar.
Gaya hidup berhubungan dengan aspek kehidupan sehari-hari yang berorientasi
pada perilaku serta perasaan, sikap, dan pendapat individu. Selain itu semakin
pemasar memahami mengenai gaya hidup para konsumen, semakin efektif pula
pemasar berkomunikasi dan memasarkan produknya kepada konsumen.
25
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994), gaya hidup menunjukkan pola
dimana individu hidup dan menghabiskan waktu serta uangnya. Gaya hidup juga
merupakan konsep popular untuk memahami perilaku konsumen, gaya hidup
merefleksikan aktifitas, minat dan opini individu (AIO). Gaya hidup adalah
konsepsi ringkasan yang mencerminkan nilai konsumen. Konsumen
mengembangkan seperangkat konsepsi yang meminimumkan ketidakcocokan
didalam nilai dan gaya hidup konsumen. Individu menggunakan konsepsi seperti
gaya hidup untuk menganalisis peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan untuk
menafsirkan, mengonseptualisasikan, serta meramalkan peristiwa.
Sedangkan menurut Kotler dan Armstrong (2008:140), gaya hidup adalah pola
kehidupan individu yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya
hidup menggambarkan “keseluruhan diri individu” dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Gaya hidup juga sangat berkaitan dengan perkembangan zaman
dan teknologi, semakin bertambahnya zaman dan semakin canggihnya teknologi,
maka semakin berkembang luas pula penerapan gaya hidup oleh manusia dalam
kehidupan sehari-hari
Dari beberapa definisi di atas, penelitan ini menggunakan definisi menurut
Plummer (1974) yaitu gaya hidup adalah pola kehidupan sehari-hari individu
dalam hal bagaimana individu menghabiskan waktu, apa yang individu itu minati,
serta pendapat individu mengenai diri sendiri dan lingkungan sekitar.
2.2.2 Dimensi-dimensi gaya hidup
Menurut Kwan, et.al (2008) yang mengembangkan konsep gaya hidup dari
Plummer (1974) terdapat 8 dimensi dari gaya hidup:
26
Activity merupakan wujud dari aksi atau tindakan nyata yang dilakukan
individu dalam menghabiskan waktunya (dapat diobservasi).
1. Working activities: kegiatan individu terkait pekerjaan yang individu lakukan
sehari-hari, seperti, kegiatan terkait tugas dan kegiatan terkait dengan belajar
2. Shopping activities: kegiatan individu terkait pembelajaan yang dilakukan
individu dalam menghabiskan waktunya, seperti, kegiatan membandingkan
barang ketika berbelanja, memilih model pakaian dan menghabiskan uang
Interest merupakan perhatian khusus secara berkelanjutan pada objek,
kejadian atau topik, seperti hal yang dianggap penting di lingkungan.
3. Interests related to fashion: perhatian khusus secara berkelanjutan (minat)
individu yang berhubungan dengan fashion, seperti, memperhatikan trend
fashion saat ini dan ketertarikan terhadap trend fashion
4. Fashion as self representation: kepercayaan konsumen terhadap pakaian yang
dibeli tidak hanya untuk manfaat fungsional, tetapi juga sebagai penanda
simbolik dari citra dirinya. Ketertaikan bahwa fashion adalah alat penting
untuk mengekspreksikan diri dan berpakaian bagus adalah tanda harga diri.
5. Interests related to home: minat individu yang berkaitan dengan rumah, seperti
menghabiskan waktu dirumah dan merasa senang ketika berada dirumah
6. Interests related to family: perhatian khusus secara berkelanjutan yang
ditunjukan individu terkait dengan keluarga, seperti menghabiskan waktu
dengan keluarga dan mementingkan keluarga.
Opinion merupakan tanggapan terhadap peristiwa tertentu seperti
pandangan tentang diri dan lingkungan sekitar. Merupakan“jawaban” lisan atau
27
berupa tulisan yang diberikan oleh individu sebagai respon terhadap situasi
stimulus berupa pertanyaan, serta pandangan individu dalam menanggapi isu-
isu global, ekonomi dan sosial .
7. Opinion about themselves: pandangan individu mengenai dirinya sendiri,
seperti memberikan pendapat mengenai diri sendiri dan mengenal diri sendiri.
8. Opinion about products: pandangan individu mengenai produk, seperti
pendapat individu terkait merk, dan pendapat individu terkait kualitas produk.
2.2.3 Pengukuran gaya hidup
Terdapat beberapa pengukuran yang digunakan untuk mengukur gaya hidup,
diantaranya sebagai berikut:
1. Activity Interests Opinion (AIO). Konsep AIO telah dikembangkan oleh
beberapa ahli terdahulu salah satunya oleh Plummer (1974), Alat ukur ini terdiri
dari 37-item dengan faktor loading diatas 0,50. Alat ukur ini mengukur Activity,
Interests, Opinion. AIO diidentifikasi menjadi delapan karakteristik yaitu,
working activities, shopping activities, interests related to home, interests
related to family, interests related to fashion, fashion as self representation,
opinion about themselves, dan opinion about products (Kwan et. al 2008).
Menurut Loudon dan Bitta (1993) psikografik adalah sebuah metode yang
mendefinisikan gaya hidup melalui pengukuran. Pernyataan-pernyataan dalam
AIO ini dapat berupa pernyataan-pernyataan umum dan pernyataan-pernyataan
spesifik.
28
2. List of Values (LOV). Alat ukur ini dikembangkan oleh Kahle, yang terdiri dari
9 nilai. Skala penting lainnya untuk menilai sistem value dikembangkan oleh
Schwartz dan Bilsky dan kemudian dimodifikasi oleh Schwartz (Vyncke, 2002).
3. Values and Lifestyle (VALS). Program VALS dibuat oleh SRI International pada
tahun 1978 dalam upaya untuk memahami kepribadian individu melalui perilaku
masyarakat di tengah perubahan nilai dan gaya hidup. Alat ukur ini mengukur
dimensi yang mendasari persepsi gaya hidup yang terdiri dari 36 item dengan
faktor loading diatas 0,50. VALS digunakan untuk melihat individu berdasarkan
sikap, kebutuhan, keinginan, kepercayaan, dan demografi (Anandan et.al 2006).
Dari beberapa alat ukur yang telah dijelaskan, penelitian ini memodifikasi
konsep activity, interests dan opinion (AIO) dari Plummer (1974) yang
dikembangkan oleh Kwan et. al (2008) dan terdiri dari 32 item yang mengukur 8
dimensi yaitu working activities, shopping activities, interests related to home,
interests related to family, interests related to fashion, fashion as self
representation, opinion about themselves, dan opinion about products. Alat ukur
ini dipilih karena dimensi yang akan diukur sesuai dengan apa yang akan diteliti
2.3 Kesenangan Berinternet (Enjoyment of Web Experience)
2.3.1 Pengertian kesenangan berinternet
Konsep enjoyment dalam penggunaan sistem sebelumnya telah diukur dan
didefinisikan sebagai tingkat dimana melakukan kegiatan dipersepsikan sebagai
aktivitas yang dianggap dapat memberikan kesenangan dan kebahagiaan dalam diri
sendiri, diluar dari bagaimana konsekuensi kinerja yang dihasilkan dari sistem. Ada
29
bagian teori yang signifikan dan bukti empirik mengenai pentingnya peran motivasi
instrinsik (Davis, 1989).
Enjoyment merupakan nilai intrisik dalam individu yang dapat memotivasi
individu untuk belanja di internet , hal ini dituangkan dalam jurnal penelitian yang
dilakukan oleh Monsuwe et.al. (2004). Nilai intinsik atau enjoyment berasal dari
apresiasi pengalaman untuk kepentingan sendiri, selain dari segala konsekuensi
yang mungkin terjadi,membuktikan enjoyment of web experience menjadi
konsisten dan merupakan prekditor yang kuat dalam sikap belanja online.
Konsep enjoyment of web experience sering dianggap identik dengan
istilah-istilah seperti happiness, pleasure, playfulness, and flow. Namun,
pendekatan ilmiah untuk gagasan enjoyment telah membedakannya dari konsep lain
dengan berfokus pada suatu perasaan yang berasal dari dalam diri sendiri (intrinsik)
dimana pengalaman yang dilakukan membuat individu terlibat dalam kegiatannya,
memberikan perasaan senang, dan mampu memenuhi kebutuhan individu.yang
memberikan kenikmatan sebagai respon terhadap pengalaman tertentu, bukan
sebagai keadaan yang sederhana (Lin, Gregor, & Ewing, 2008). Pengertian ini telah
didefinisikan secara berbeda dan digunakan oleh para ahli lintas disiplin, dengan
tiga dimensi dalam membangun konsep enjoyment of web experience seperti
engagement, positive affect, dan fulfillment. Enjoyment aktivitas online, khususnya
pengalaman dari situs web tertentu, telah paling dekat diteliti oleh Lin et.al. (2008).
Sejalan dengan Perry (1967), menganggap bahwa gagasan mengenai
enjoyment perlu dibatasi dengan cara di mana konsep happiness, pleasure,
playfulness, and flow tidak disamakan. Kenikmatan hanya dapat dikatakan muncul
30
ketika ada tindakan yang dilakukan atau kegiatan yang dilakukan; atau di mana
individu mengalami sesuatu dalam arti menonton, melihat, mendengarkan,
mencicipi, mencium, atau merasakannya atau dalam pengertian memilikinya
(sensasi).
Gagasan utama di balik definisi ini adalah bahwa enjoyment of web
experience terdiri dari harmoni tertentu antara tiga elemen: aktivitas atau
pengalaman itu sendiri; konsep dimana aktivitas atau pengalaman ini menyebabkan
individu percaya untuk melakukannya dan adanya keinginan tertentu pada konsep-
konsep yang sama (Warner, 1980 dalam Lin et.al, 2008). Ketika membedah definisi
ini, tiga konsep penting dapat diekstraksi engagement, positive affect, dan
fulfillment. Asumsi mendasar dalam definisi Warner adalah bahwa kenikmatan
terkait dengan “pengalaman atau kegiatan” bahwa individu melakukan sesuatu
yang melibatkan kognisi dan perasaannya.
Dari beberapa penjelasan di atas, penelitian ini menggunakan konsep
enjoyment dari Lin, Gregor, & Ewing, (2008) yaitu perasaan yang berasal dari
dalam diri sendiri (intrinsik) berupa perasaan terlibat, perasaan senang dan
perasaan terpenuhi kebutuhannya yang didasarkan pada pengalaman membeli
produk menggunakan web.
2.3.2 Dimensi kesenangan berinternet (Enjoyment of Web Experience)
Terdapat tiga dimensi mengenai konsep enjoyment of web experience seperti yang
dijelaskan oleh Lin et.al. (2008), yaitu : engagement, positive affect dan fulfillment.
1. Engagement adalah keterlibatan individu dalam suatu kegiatan, ketika perhatian
difokuskan pada kegiatan sehingga tingkat perhatian yang lebih tinggi dikaitkan
31
dengan tingkat kenikmatan yang lebih tinggi. Engagement mengacu pada
beberapa objek yang erat dengan apa yang dialami oleh individu ketika
berkonsentrasi penuh.
2. Positive affect adalah suatu kenikmatan yang mengacu pada perasaan baik yang
dialami individu ketika perasaan mampu melewati batas-batas homeostatis
(keseimbangan yang ideal). Dimana individu memperoleh kenikmatan dari suatu
hal yang logis cenderung memberikan kenyamanan. Positive affect dapat
ditentukan oleh perasaan senang, bahagia, puas, nikmat atau emosi serupa.
3. Fulfillment adalah pemenuhan beberapa kebutuhan atau keinginan, meskipun
kebutuhan ini mungkin belum pernah disadari sebelumnya. Terdapat peristiwa
menyenangkan yang terjadi oleh individu ketika individu mencapai keinginan
yang lebih dimana tidak hanya bertemu dengan yang diharapkannya tetapi juga
mencapai sesuatu yang tak terduga, mungkin sesuatu yang bahkan tidak
dibayangkan sebelumnya seperti perasaan terpenuhi, sesuai keinginan, dan
merasa sesuatu berguna.
2.3.3 Pengukuran kesenangan berinternet (Enjoyment of Web Experience)
Terdapat beberapa pengukuran yang digunakan untuk mengukur enjoyment ,
diantaranya sebagai berikut:
1. Enjoyment of Web Experiences Scale. Pengukuran sebelumnya mengenai
enjoyment of web experience telah dikembangkan oleh Lin et.al. (2008)
terhadap pengalaman mengenai enjoyment ketika menggunakan website, Lin
et.al. (2008) . Alat ukur ini disusun berdasarkan skala Likert dengan 9 skala
penilaian yang dimodifikasi menjadi 7 skala penilaian dari point sangat tidak
32
setuju ke sangat setuju yang terdiri dari 12 item dimana 4 item mengukur
dimensi engagement, 4 item mengukur dimensi positive affect dan 4 item
mengukur dimensi fulfillment dengan skor koefesien alpha sebesar 0,941
untuk dimensi engagement, 0,964 untuk dimensi positive affect , dan 0,966
untuk dimensi fulfillment.
2. Enjoyment of the shopping experience scale. Alat ukur ini dikembangkan
oleh Hart et.al. (2007) mengenai kenikmatan yang dirasakan individu ketika
berbelanja di retail yang dapat mempengaruhi niat membeli konsumen.
Terdapat 4 dimensi yang diukur yaitu accessibility (0,70), atmosphere (0,89),
environment (0,83) dan service personnel (0,95) yang terdiri dari 14 item
dengan 10 skala penilaian dari point 1 (sangat tidak setuju ) sampai 10 (sangat
setuju).
3. Learners’ enjoyment: E-Game Flow scale. Alat ukur ini dikembangkan oleh
Fu et.al. (2009) untuk mengukur kenikmatan yang ditawarkan oleh game e-
learning yang dapat membantu perancang permainan untuk memahami
kekuatan dan kelemahan permainan secara efisien dari sudut pandang pelajar.
Skala yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari delapan dimensi:
Immersion, social interaction, challenge, goal clarity, feedback,
concentration, control, dan knowledge improvement. Alat ukur ini terdiri dari
56 item dengan koefisien alpha sebesar 0,942, disusun berdasarkan skala
Likert dengan skala 7 skala penilaian dari 1 (sangat tidak setuju) sampai 7
(sangat setuju).
Dalam penelitian ini menggunakan pengukuran enjoyment of web
33
experience yang di adaptasi dari skala Likert yang digunakan oleh Lin et.al.
(2008) yang terdiri dari 22 item dengan beberapa modifikasi sesuai dengan
tujuan penelitian. terdapat empat pilihan jawaban untuk masing-masing dimensi
engagement, positive affect, dan fulfillment yaitu Sangat Sesuai (SS) dengan
nilai 4 sampai Sangat Tidak Sesuai (STS) dengan nilai 1.
2.4 Susceptibility To Interpersonal Influence
2.4.1 Pengertian susceptibility to interpersonal influence
Park dan Lessig (1997) melihat susceptibility to interpersonal influence sebagai
pengaruh kelompok referensi yang berasal dari individu atau kelompok yang
dianggap memiliki relevansi signifikan terhadap evaluasi, aspirasi atau perilaku
individu. Pengaruh kelompok referensi memiliki tiga komponen motivasi yaitu:
pengaruh informasi, utilitarian, dan nilai ekspresif. Pengaruh informasi diterima
orang lain intuk meningkatkan pengetahuan individu tetang lingkungannya.
Pengaruh utilitarian didasarkan pada kepatuhan dengan orang lain. Individu
mematuhi karena merasa orang lain dapat memberi pujian atau hukuman. Pengaruh
nilai ekspresif berkaitan dengan keinginan individu untuk meningkatkan konsep
dirinya di mata orang lain.
Susceptibility to interpersonal influence menurut MCGuire (dalam Bearden
dan Teel, 1989) merupakan sifat umum yang bervariasi antar individu dan bahwa
kemampuan relatif individu dalam satu situasi cenderung memiliki hubungan
positif yang signifikan dengan kemampuannya dalam berbagai situasi sosial
lainnya. McGuire (dalam Bearden dan Teel 1989) juga mengutip bukti yang
menunjukkan bahwa ada konformitas dan persuasi di seluruh kejadian. Artinya,
34
individu yang menyesuaikan diri dengan satu sumber pada satu masalah
kemungkinan akan menyesuaikan dengan sumber lain pada masalah lain.
Sedangkan menurut Bearden dan Teel (1989) susceptibility to interpersonal
influence adalah kebutuhan individu untuk mengindentifikasi sesuatu dengan
bantuan pandangan/opini orang lain serta keinginan untuk mengikuti orang lain
yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian, dan kecenderungan untuk
mempelajari suatu produk dan jasa dengan mengobservasi dari orang lain.
susceptibility to interpersonal influence dianggap sebagai sifat umum yang
bervariasi antar individu dan terkait dengan sifat dan karakteristik individu lainnya.
Menurut Lennox dan Wolfe (1984) mengartikan susceptibility to
interpersonal influence memfokuskannya pada perbandingan sosial, keadaan ketika
individu sadar akan reaksi orang lain terhadap perilakunya dan individu merasa
peduli atau peka terhadap sifat dari reksi tersebut. Dapat diartikan individu akan
peduli dengan apa yang dipirkan orang lain tentang dirinya dan mencari petunjuk
tentang reaksi orang lain terhadap dirinya.
Dalam penelitian ini, mengunakan definisi yang dikemukakan oleh Bearden
dan Teel (1989) susceptibility to interpersonal influence adalah kebutuhan individu
dalam mengindentifikasi sesuatu dengan bantuan pandangan/opini orang lain dan
keinginan untuk mengikuti orang lain yang mempengaruhi keputusan pembelian,
serta kecenderungan untuk mempelajari suatu produk dan jasa dengan
mengobservasi dari orang lain. Alasan pada penelitian ini memilih definisi yang
dikembangkan oleh (Bearden & Tell 1989) karena telah dilengkapi dengan properti
35
konstruk seperti dimensi dan alat ukur yang sudah diakui dan digunakan dalam
banyak penelitian psikologi.
2.4.2 Dimensi susceptibility to interpersonal influence
Bearden dan Tell (1989) mengemukakan bahwa Susceptibility to interpersonal
influence memiliki dua dimensi, yaitu pengaruh normatif dan pengaruh
informasional.
1. Pengaruh normatif
Susceptibility to normative influence atau kerentanan konsumen terhadap pengaruh
normatif didefinisikan sebagai kecenderungan untuk memenuhi harapan orang lain
(Bearden & Tell 1989). Lalu Bearden dan Tell (1989) membagi dimensi pengaruh
normatif kedalam dua sub-dimensi, yakni kerentanan konsumen terhadap nilai
ekspresif dan kerentanan konsumen terhadap nilai utilitarian.
Kerentanan konsumen terhadap nilai ekspresif menggambarkan keinginan
individu untuk meningkatkan citra diri melalui asosiasi dengan kelompok tertentu.
Munculnya nilai ekspresif pada diri individu disebabkan oleh keinginan individu
untuk meningkatkan dan mendukung citra diri dengan mengidentifikasi dirinya
pada individu lain atau kelompok tertentu. Proses munculnya nilai ekspresif diawali
oleh kepuasan individu yang didapatkan ketika mengadopsi perilaku serta pendapat
individu lain (Brinberg & Plimtom, dalam Beaarden & Tell, 1989).
Sedangkan sub-dimensi utilitarian adalah sebagai upaya individu untuk
memenuhi harapan individu lain, baik untuk mendapatkan imbalan, atau
menghindari hukuman. Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa pengaruh
utilitarian lebih kepada bentuk kepatuhan individu, bukan bentuk dari keinginan
36
untuk meningkatkan citra diri, layaknya nilai ekspresif. Adapun pengaruh normatif
yang dimaksud pada pembelian impulsif disini ialah, melakuan pembelian suatu
produk karena pengaruh orang lain, dimana individu mempunyai keinginan untuk
meniru orang lain. Jika individu membeli produk yang dibeli oleh orang lain
individu merasa mempunyai kedekatan dengan orang tersebut.
2. Pengaruh informasional
Bearden dan Tell (1989) mendefinisikan susceptibility to informasional influence
(kerentanan konsumen terhadap pengaruh informasional) sebagai kecenderungan
individu untuk menerima informasi dari individu lain terkait bukti tentang
kenyataan. Kerentanan konsumen terhadap pengaruh informasional dapat muncul
melalui dua cara, pertama, mencari informasi dari individu lain yang dianggap
memiliki pengetahuan lebih baik. Kedua, membuat kesimpulan berdasarkan
pengamatan terhadap perilaku orang lain. Beberapa penelitian membuktikan bahwa
pengaruh informasional dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam memilih
dan membeli produk (Bearden & Etzel, dalam Bearden & Tell, 1989).
2.4.3 Pengukuran susceptibility to interpersonal influence
Terdapat pengukurann yang terkait dengan susceptibility to interpersonal influence,
diantaranya sebagai berikut:
1. Attention To Social Comparison Information (ATSCI). Alat ukur ini
dikembangkan oleh Lennox dan Wolfe (1984) yang memfokuskan pada
perbandingan sosial. Yaitu menilai kesadaran individu terhadap reaksi orang lain
dan kepedulian terhadap rekasi tersebut, serta kepedulian tentang apa yang
difirkan orang lain tentang dirinya. Alat ukur ini terdiri dari 13 item dengan skala
37
Likert yang disusun berdasarkan 5 penilaian yaitu 0 (selalu salah) hingga 5
(selalu benar) .Alat ukur ini memiliki koefisien alpha sebesar 0,83.
2. Consumer Susceptibility to Reference Group Influence. Alat ukur ini
dikembangkan oleh Park dan Lessig (1977). Setiap item pada alat ukur ini
menanyakan kepada responden mengenai relevensi dari sikap pernyataan
(terkait pengaruh interpersonal) dalam pembelian sebuah produk atau merek
yang diberikan. Alat ukur ini mengukur 3 dimensi yaitu informational influence,
utilitarian influence, dan value expressive.
Alat ukur ini terdiri dari 14 item dengan skala Likert yang disusun
berdasarkan 4 penilian yaitu dari 1 (tidak relevan) hingga 4 (sangat relevan).
Meski telah digunakan dalam beberapa penelitian, namun alat ukur ini memiliki
keterbatasan. Alat ukur ini dianggap tidak dapat dibandingkan dengan
kepribadian umum dan karakteristik personal yang dimiliki individu, karena alat
ukur ini menyebutkan merek dan produk tertentu secara spesifik, sehingga
memungkinkan adanya bias dari individu.
3. SUSCEP scale. Selain Park dan lessig (dalam Bearden & Tell 1989) tidak pernah
menyebutkan hasil pengukuran reliabilitas dan validitas dari alat ukur
susceptibility to interpersonal influence yang telah dikembangkan ini. Bearden
dan Tell (1989) kemudian mencoba untuk mengembangkan sebuah alat ukur
Susceptibility to interpersonal influence, untuk memperbaiki keterbatasan yang
terdapat pada alat ukur yang dikembangkan Park dan lessig (1977). Alat ukur ini
bernama SUSCEP scale yang mengukur dua dimensi, yaitu pengaruh normatif
dan pengaruh informasional yang terdiri dari 12 item dengan skala Likert yang
38
disusun menjadi 7 skala penilaian yaitu dari 1 (sangat tidak setuju) hingga 7
(sangat setuju). Koefisien alpha dari dua subskla ini adalah 0,82 untuk pengaruh
informasi, dan 0,88 untuk pengaruh normatif.
Pada penelitian ini memodifikasi alat ukur SUSCEP scale yang
dikembangkan oleh Bearden dan Tell (1989) terdiri dari 18 item yang mengukur
pengaruh normatif dan pengaruh informasional. Dikarenakan alat ukur merupakan
hasil perbaikan dari versi sebelumnya yang memiliki beberapa keterbatasan dan alat
ukur ini memiliki dimensi yang sesuai dengan penelitian.
2.5 Kerangka Berpikir
Belakangan ini perilaku konsumen menjadi begitu kompleks, pembelian memang
dilakukan oleh banyak individu dalam kegiatan sehari-hari untuk memenuhi
kebutuhan. Namun begitupula, banyak konsumen yang melakukan pembelian tanpa
rencana karena terdorong situasi tertentu dan menyebabkan konsumen membeli
barang tanpa pertimbangan yang matang. Hal ini dapat menyebabkan konsumen
melakukan pembelian impulsif. Pembelian impulsif atau pembelian dengan
dorongan tanpa perencanaan sebelumnya, mungkin saja terjadi dengan adanya
stimuli yang diberikan oleh perusahaan untuk mempengaruhi emosi konsumen.
Pembelian menjadi sangat mudah dilakukan, dikarenakan perkembangan
teknologi yang semakin pesat membuat banyak bermunculan e-commerce baru
yang dapat dijadikan pilihan untuk berbelanja bagi konsumen. Pembelian dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja, membuat pembelian melalui online ini
banyak di minati oleh konsumen. Sehingga para e-commerce ini secara bersamaan
menawarkan banyak strategi pemasaran untuk meningkatkan transaksi pembelian,
39
salah satu teknik yang paling banyak digunakan adalah sale. Teknik sale ini juga
merupakan salah satu alasan konsumen berpindah yang tadinya berbelanja secara
konvensional dan sekarang beralih membeli secara online. Sale juga dikatakan
dapat menjadi salah satu motivasi konsumen untuk melakukan pembelian tanpa
pertimbangan yaitu pembelian impulsif.
Ketika konsumen dihadapkan pada situasi belanja, seringkali konsumen
tidak dapat berpikir jernih, tidak mampu mengontrol dirinya dan diikuti oleh rasa
terburu-buru ingin memiliki produk. Dalam hal ini sale merupakan stimuli yang
diberikan oleh lingkungan belanja yang pada akhirnya membuat konsumen menjadi
pembeli impulsif. Para konsumenpun juga menjadi “gelap mata” jika dihadapkan
pada situasi sale yang sangat menggiurkan, padahal banyak pertimbangan yang
harus dipikirkan sebelum membeli produk sale terlebih lagi untuk sale yang
diadakan di online .
Pembelian impulsif berkaitan dengan gaya hidup dari konsumen itu sendiri.
Gaya hidup telah menjadi nilai-nilai yang dipercayai dalam melakukan suatu
kegiatan, minat dan opini individu, oleh karena itu hal ini sangat mempengaruhi
gaya pengambilan keputusan dalam membeli. Gaya hidup sering dipelajari dengan
orientasi belanja sehingga gaya belanja konsumen dapat menjadi cerminan dari
gaya hidup konsumen. Kebutuhan konsumen untuk meningkatkan citra diri
biasanya dilihat melalui produk apa yang konsumen beli dan gunakan, dan
seringkali menjadi hedonis hanya untuk memenuhi kebutuhannya. Sehingga
Individu rela mengorbankan apapun untuk memenuhi kebutuhan yang berkaitan
dengan gaya hidupnya.
40
Activity (aktivitas) dalam penelitian ini adalah working activity dan shopping
activity, kegiatan-kegiatan tersebutlah yang sering dilakukan oleh konsumen muda
dalam mengabiskan waktunya. Dalam melakukan kegiatan tentunya ada beberapa
kebutuhan ataupun barang yang harus dipenuhi dari kegiatan tersebut, misalnya
kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan ataupun kegiatan individu ketika
melakukan pembelanjaan, untuk memenuhi kegiatannya membutuhkan beberapa
barang yang harus dibeli. Sehingga semakin tinggi individu memiliki keinginan
untuk melakukan kegiatan berkaitan dengan pekerjaan ataupun pembelanjaan,
semakin tinggi pula kemungkin individu melakukan pembelian impulsif untuk
memenuhi kebutuhan dari kegiatannya.
Interest (minat) dalam penelitian ini yaitu interest related to fashion, fashion
as self representation, interest related to home dan interest related to family, ke
empat dimensi interest tersebut merupakan karakteristik minat yang dimiliki oleh
konsumen muda. Keterikatan individu terhadap sesuatu membuat individu
memberikan perhatiannya secara berkelanjutan. Seringkali individu bersedia
melakukan apa saja untuk memenuhi minatnya seperti membeli barang-barang
yang berkaitan dengan minat individu. Sehingga semakin tinggi individu memiliki
keinginan untuk memenuhi minat terhadap sesuatu, semakin tinggi pula individu
melakukan pembelian impulsif.
Opinion (opini) dalam penelitian ini dibagi menjadi dua dimensi yaitu opini
about themselves dan opini about products, opini tersebut didasarkan pada
pandangan individu mengenai dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya. Dalam hal
pendapat mengenai diri sendiri dan pendapatnya terhadap produk sangat
41
menentukan individu dalam keputusan membeli. Ketika individu memiliki
pandangan mengenai diri sendiri, individu menjadi paham apa yang harus
dilakukan untuk dirinya begitu pula dalam hal membeli barang. Selanjutnya
keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh pendapat individu mengenai produk
tersebut, individu akan lebih mudah membeli barang karena telah memiliki
pandangan baik atau kuang baik mengenai produk tersebut sehingga cenderung
lebih mudah mengambil keputusan membeli. Oleh karena itu semakin individu
memiliki opini terkait dirinya sendiri dan opini terkait produk semakin tinggi pula
individu melakukan pembelian impulsif.
Lalu pembelian impulsif juga dapat dipengaruhi oleh kesenangan berinternet
(enjoyment of web experience). Kesenangan berinternet bersifat intrinsik yang
dirasakan oleh individu dari kegiatan atau pengalaman yang individu itu lakukan.
Dalam proses pembelian menggunakan web/e-commerce banyak hal yang dapat
membuat konsumen merasakan kesenangan dari web itu sendiri yakni kemudahan
dalam penggunaan web, kenyamanan dari tampilan web, serta tampilan web yang
dibuat menarik, hal ini salah satu faktor individu menikmati moment saat
menggunakan web.
Engagement sangat menentukan individu dalam membuat keputusan
membeli. Perhatian yang difokuskan terhadap kegiatan, konsentrasi penuh dan
perasaan terlibat yang dirasakan individu dalam melakukan pembelian membentuk
keterikatan individu terhadap kegiatan yang sedang dilakukan. Dalam hal ini
tampilan web e-commerce yang di buat senyaman dan semudah mungkin mampu
membuat individu merasa terikat dalam proses pembelian. Sehingga semakin tinggi
42
engagement individu ketika menggunakan e-commerce untuk pembelian semakin
tinggi pula kemungkinan individu melakukan pembelian impulsif.
Ketika individu merasakan pengalaman menyenangkan menggunakan e-
commerce untuk melakukan pembelian, hal ini tentu berkaitan dengan positive
affect. Perasaan bahagia, puas, senang, dan menikmati kegiatan yang sedang
dilakukan ketika menggunakan e-commerce mampu memberikan kenyaman dalam
proses pembelian. Individu menjadi tidak sadar telah menghabiskan waktu lama
dalam melakukan pembelian dan perasaan menyenangkan membawanya pada
pembelian yang tidak direncakan sebelumnya. Sehingga semakin tinggi positive
affect semakin tinggi pula individu melakukan pembelian impulsif.
Kegiatan menggunakan e-commerce untuk berbelanja seringkali membuat
individu merasa terpenuhi kebutuhannya, sesuai keingian dan berguna.
Menggunakan e-commerce individu dapat dengan mudah membeli barang yang
diinginkan, hal ini berkaitan dengan fulfillment. Ketika individu merasa e-
commerce memiliki kegunaan dan mampu memenuhi kebutuhan, tentu individu
merasa mendapatkan kenyaman dari pengalamannya. Sehingga semakin individu
merasa fulfillment semakin tinggi pula individu akan melakukan pembelian
impulsif.
Selain gaya hidup dan kesenangan berinternet, pembelian impulsif juga dapat
dipengaruhi oleh susceptibility to interpersonal influence. susceptibility to
interpersonal influence merupakan kebutuhan individu dalam mengidentifikasi
sesuatu melalui bantuan pandangan/opini orang lain, adanya keinginan untuk
mengikuti orang lain dan kecenderungan dalam mempelajari suatu produk dengan
43
mengobservasi orang lain. Hal ini akan berdampak pada keputusan membelinya,
dimana pengaruh orang lain dapat menjadi sesuatu yang dipercaya oleh individu.
Dalam dimensi pengaruh normatif, dibeberapa individu lainnya yang
melakukan pembelian impulsif cenderung melakukan pembelian yang dipengaruhi
oleh orang lain atau memenuhi harapan orang lain serta seringkali mengadopsi
perilaku orang lain. Ketika individu mampu mengikuti harapan orang lain individu
merasa hal itu dapat meningkatkan citra dirinya dalam seuatu kelompok, sehingga
apa yang orang lain inginkan sangat mempengaruhi keputusannya dalam membeli.
Oleh karena itu semakin tinggi pengaruh normatif semakin tinggi pula individu
tersebut melakukan pembelian impulsif.
Berbeda dalam dimensi pengaruh informasional, beberapa individu ketika
melakukan pembelian cenderung terlebih dahulu melakukan pengamatan, mencari
informasi tentang produk yang akan dibelinya serta mengikuti pendapat dari orang
lain. Informasi yang didapat tersebut tentu menjadi pertimbangan untuk membeli
barang, ketika individu memiliki banyak informasi terhadap barang yang akan
dibelinya, individu menjadi lebih berhati-hati dan menimbang-nimbang dalam
keputusan membelinya. Sehingga semakin tinggi pengaruh informasi maka
semakin rendah kemungkinan melakukan pembelian impulsif.
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka penelitian dapat dirumuskan
dalam bentuk skema sebagai berikut :
44
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
2.6 Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis mayor
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan gaya hidup, kesenangan berinternet dan
susceptibility to interpersonal influence terhadap pembelian impulsif produk
sale e-commerce.
45
2. Hipotesis minor
H2: Terdapat pengaruh yang signifikan working activity pada variabel gaya hidup
terhadap pembelian impulsif produk sale e-commerce.
H3: Terdapat pengaruh yang signifikan shopping activity pada variabel gaya hidup
terhadap pembelian impulsif produk sale e-commerce.
H4: Terdapat pengaruh yang signifikan interest related to fashion pada variabel gaya
hidup terhadap pembelian impulsif produk sale e-commerce.
H5: Terdapat pengaruh yang signifikan fashion as self representation pada variabel
gaya hidup terhadap pembelian impulsif produk sale e-commerce.
H6: Terdapat pengaruh yang signifikan interest related to home pada variabel gaya
hidup terhadap pembelian impulsif produk sale e-commerce.
H7: Terdapat pengaruh yang signifikan interest related to family pada variabel gaya
hidup terhadap pembelian impulsif produk sale e-commerce.
H8: Terdapat pengaruh yang signifikan opinion about themselves pada variabel gaya
hidup terhadap pembelian impulsif produk sale e-commerce.
H9: Terdapat pengaruh yang signifikan opinion about products pada variabel gaya
hidup terhadap pembelian impulsif produk sale e-commerce.
H10: Terdapat pengaruh yang singifikan engagement pada variabel kesenangan
berinternet pada pembelian impulsif produk sale e-commerce
H11: Terdapat pengaruh yang signifikan positive affect pada variabel kesenangan
berinternet terhadap pembelian impulsif produk sale e-commerce.
H12: Terdapat pengaruh yang signifikan fulfillment pada variabel kesenangan
berinternet terhadap pembelian impulsif produk sale e-commerce.
46
H13: Terdapat pengaruh yang signifikan pengaruh normatif pada variabel
susceptibility to interpersonal influence terhadap pembelian impulsif produk
sale e- commerce.
H14: Terdapat pengaruh yang signifikan pengaruh informasional pada variabel
susceptibility to interpersonal influence terhadap pembelian impulsif produk
sale e-commerce.
Seluruh hipotesis di atas akan dijadikan H0 untuk kajian pengujian statistik
selanjutnya.
47
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
3.1.1 Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen online di daerah Jakarta, Bogor,
Depok, dan Tangerang (Jabodetabek). Penelitian ini memiliki jumlah keseluruhan
populasi yang tidak teridentifikasikan karena populasi dalam penelitian ini tidak
terbatas. Sampel dalam penelitian ini yaitu konsumen yang melakukan pembelian
produk sale di e-commerce Shopee, Tokopedia, Lazada, Bukalapak, dan Bli-bli
sebanyak 325 orang. Pada penelitian ini memilih kelima e-commerce karena
menurut survey iPrice per Oktober 2018, Shopee, Tokopedia, Lazada, Bukalapak,
dan Bli-bli merupakan peringkat 5 besar e-commerce yang populer di Indonesia
dilihat dari banyaknya pengunjung website.
Kriteria populasi pada penelitian ini yaitu: laki-laki atau perempuan, usia
(18-25) tahun, konsumen yang membeli produk sale di e-commerce seperti Shopee,
Tokopedia, Lazada, Bukalapak, dan Bli-bli dan berdomisili di daerah Jabodetabek.
1.1.2 Teknik pengambilan sampel
Metode pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah non
probability sampling dengan menggunakan teknik accidental sampling
(convenience sampling) yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan.
Siapa saja yang secara kebetulan atau insidental bertemu, bila dipandang orang
yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data serta anggota populasi
bersedia menjadi responden dapat dijadikan sebagai sampel. Pengambilan sampel
dilakukan mulai tanggal 03 Juni 2019 sampai 01 juli 2019 melalui online dan
48
penyebaran kuesioner langsung. Pengambilan sampel untuk online melalui google
form di link http://bit.ly/lagisale, mendapatkan sebanyak 209 responden sedangkan
116 responden lainnya melalui penyebaran secara langsung kepada responden yang
sesuai dengan kriteria penelitian. Sehingga, total keseluruhan sampel yang
didapatkan pada penelitian ini sebanyak 325 responden.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian
3.2.1 Identifikasi variabel penelitian
Dalam penelitian ini secara keseluruhan terdapat sembilan variabel, yang terdiri
dari delapan variabel bebas atau Independent Variable (IV) dan satu variabel terikat
atau Dependent Variable (DV). Adapun variabel pada penelitian ini yaitu:
1. Dependent Variable (DV): Pembelian impulsif.
2. Independent Variable (IV): working activities (X1), shopping activities (X2),
interests related to home (X3), interests related to family (X4), interests related
to fashion (X5), fashion as self representation (X6), opinion about themselves
(X7), opinion about products (X8), engagement (X9), positive affect (X10),
fulfillment (X11), pengaruh normatif (X12) , pengaruh informasional(X13).
3.2.2 Definisi operasional variabel
Setelah menentukan variabel mana yang menjadi variabel dependent dan
independent, maka selanjutnya menentukan definisi operasional dari variabel-
variabel penelitian yang kemudian akan digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan
definisi variabel operasional adalah sebagai berikut:
1. Pembelian impulsif (impulsive buying) adalah pembelian yang tidak rasional
dan diasosiasikan dengan pembelian yang cepat dan kurang perencanaan, serta
49
diikuti oleh dorongan emosional. Pembelian impulsif diukur dengan
menggunakan skala Impulse Buying Tendency Scale (IBTS) dari Verplanken
dan Herabadi (2001) yang menekankan pada dua aspek yaitu aspek kognitif
dan aspek afektif. Aspek kognitif mengenai desakan membeli tanpa ada
pertimbangan, muncul keinginan membeli tanpa perencanaan sebelumnya dan
pembelian tanpa memikirkan kegunaan. Aspek afektif mengenai kesulitan
menahan keinginan untuk tidak membeli, desakan membeli barang akibat
perasaan/suasana hati positif, melakukan pembelian untuk mengubah
perasaan.
2. Gaya hidup adalah pola kehidupan sehari-hari individu dalam hal bagaimana
individu menghabiskan waktu, apa yang individu itu minati, serta pendapat
individu mengenai diri sendiri dan lingkungan sekitar (Plummer,1974). Gaya
hidup diukur menggunakan konsep AIO (Activity, Interest, and Opinion) oleh
Plummer (1974) yang dikembangan oleh Kwan et. al (2008) yang membagi
gaya hidup menjadi 8 dimensi yaitu working activity, shopping activity,
interests related to fashion, fashion as self representation, interest related to
home, interests related to family, opinion about themselves, opinion about
products, engagement, positive affect, fulfillment, pengaruh normatif dan
pengaruh informasional yang dijelaskan dalam indikator seperti kegiatan
terkait tugas, membandingkan baeangm memperhatikan trend setter,
memperhatikan cara berpakaian, menghabiskan waktu dirumah,
menghabiskan waktu dengan keluarga dan mengenal diri sendiri.
3. Kesenangan Berinternet (enjoyment of web experience) adalah perasaan yang
50
berasal dari dalam diri sendiri (intrinsik) berupa perasaan terlibat, perasaan
senang dan perasaan terpenuhi kebutuhannya yang didasarkan pada
pengalaman membeli produk menggunakan web. Pada penelitian ini
menjelaskan enjoyment of web experience akan diukur menggunakan alat ukur
yang di adaptasi dari penelitian yang dilakukan oleh Lin, et al (2008) yang
terdiri dari tiga aspek yaitu engagement, positive affect, dan fulfillment yang
dijelaskan dalam indikator seperti perhatian terfokus, konsentrasi penuh,
perasaan terlibat, merasa puas, merasa bahagia, menikmati waktu
menggunakan web, merasa kebutuhan terpenuhi, merasa sesuai keinginan dan
merasa web sangat berguna.
4. Susceptibility to interpersonal influence adalah kebutuhan individu untuk
mengidentifikasi suatu produk dengan bantuan pandangan atau opini individu
dan keinginan untuk mengikuti orang lain terhadap keputusan pembelian.
Dalam penelitian ini menggunakan alat ukur Susceptibility to interpersonal
influence (SUSCEP) scale dari Bearden dan Tell (1989) yang mengukur dua
dimensi, yaitu pengaruh normatif dan pengaruh informasional yang dijelaskan
dalam indikator seperti mengikuti harapan orang lain, mengadopsi perilaku
orang lain, melakukan pengamatan, mencari informasi dan mengikuti pendapat
orang lain.
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner, karena diharapkan
para responden dapat menilai perasaan, sikap ataupun opini mengenai diri
responden sendiri. Kuesioner dalam penelitian ini juga menyertakan halaman
51
identitas responden untuk mempermudah mengelompokan gambaran subyek
mengenai usia dan jenis kelamin. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini
berbentuk skala model Likert, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS)
dan sangat tidak sesuai (STS). Subjek diminta untuk memilih salah satu dari pilihan
jawaban yang masing-masing jawaban menunjukan kesesuaian pernyataan yang
diberikan dengan keadaan yang dirasakan oleh subjek. Model skala Likert ini terdiri
dari pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable).
Perhitungan skor tiap-tiap pilihan jawaban adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1
Skor untuk pernyataan positif dan negatif skala likert
Kategori Favorable Unfavorable
Sangat Sesuai 4 1
Sesuai 3 2
Tidak Sesuai 2 3
Sangat Tidak Sesuai 1 4
Instrumen dalam pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas empat
skala, yaitu: skala pembelian impulsif, skala gaya hidup, dan skala susceptibility
to interpersonal influence.
3.3.1 Skala pembelian impulsif
Pada variabel pembelian impulsif, menggunakan skala pembelian impulsif yang di
modifikasi dari Verplanken dan Herabadi (2001). Alat ukur terdiri dari 20 item yang
terbagi menjadi 2 dimensi, yaitu dimensi cognitive yang berjumlah 10 item
mengenai kurangnya perencanaan dan kehati-hatian dan dimensi affective yang
berjumlah 10 item mengukur dorongan emosional seperti kesulitan menahan
keinginan untuk tidak membeli, desakan membeli barang akibat perasaan/suasana
hati positif, melakukan pembelian untuk mengubah perasaan. Alat ukur ini
52
menggunakan skala model likert dengan rentang 4 point, yaitu skala 1 (sangat tidak
setuju) sampai dengan 4 (sangat setuju). Ada pun blue print skala pembelian
impulsif pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2. berikut ini.
Tabel 3.2
Blue print skala Pembelian Impulsif
No Dimensi Indikator Fav Unfav Jml Contoh item
1. Dimensi
kognitif
- Kurangnya
pertimbangan
- Kurangnya
perencanaan
- Membeli tanpa
memikirkan kegunaan
1
4, 9
2, 6
7, 3
5, 8
10
10
item
Saya
membeli
barang sale
di e-
commerce
meskipun
jarang
digunakan.
2. Dimensi
afektif
- Kesulitan
menahan diri
- Membeli akibat
suasana hati
- Membeli untuk
mengubah perasaan
16, 11, 14
13, 17, 19
15, 18, 20
12 10
Item
Saya sulit
tergoda
melihat
barang sale
di e-
commerce
Jumlah 20
3.3.2 Skala gaya hidup
Skala gaya hidup pada penelitian memodifikasi konsep dasar activity, interest and
opinion (AIO) dari Plummer (1974), yang telah dikembangkan oleh Kwan et. al
(2008) dengan menggunakan 8 dimensi. Alat ukur ini terdiri dari 32 item, diukur
berdasarkan dimensi-dimensinya, yakni working activity, shopping activity,
interests related to fashion, fashion as self representation, interest related to home,
interests related to family, opinion about themselves dan opinion about products.
Alat ukur ini menggunakan skala model likert dengan rentang 4 point, yaitu skala
1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 4 (sangat setuju). Ada pun blue print skala
gaya hidup pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.3. berikut ini.
53
Tabel 3.3
Blue print skala gaya hidup
3.3.3 Skala kesenangan berinternet (enjoyment of web experience)
Skala kesenangan berinternet pada penelitian ini memodifikasi pengukuran dari
penelitian yang dilakukan oleh Lin et.al (2008). Alat ukur ini terdiri dari 22 item,
diukur berdasarkan dimensinya yaitu 7 item mengenai dimensi engagement
mengukur perasaan keterlibatan individu dalam kegiatan, 8 item mengenai dimensi
positive affect mengukur perasaan baik atau positif yang dirasakan individu ketika
melakukan kegiatan dan 7 item mengenai dimensi fulfillment mengukur perasaan
No Dimensi Indikator Fav Unf
av
Jml Contoh item
1
Working
activity
- Kegiatan terkait tugas 1, 9 4 Ketika sudah memulai
belajar, saya akan sulit
untuk berhenti. untuk
melakukannya.
- Menghabiskan waktu
dengan belajar
25
17
2 Shopping
activity
- Membandingkan barang
- Memilih model pakaian
- Menghabiskan uang
2
18
26
10
4 Saya membandingkan
barang di satu toko
dengan toko lainnya.
3 Interests
related to
fashion
- Memperhatikan trend
fashion
- Tertarik dengan trend
fashion
11, 19
27
3
4 Saya selalu
memperhatikan trend
fashion terbaru.
4 Fashion as self
representation
- Memperhatikan cara
berpakaian
- Mencerminkan diri
melalui pakaian
4, 28
12
20
4 Berpakaian baik
merupakan bentuk
menghargai diri sendiri.
5 Interests
related to home
- Menghabiskan waktu
dirumah
- Senang berada dirumah
21
5, 29
13
4 Saya lebih banyak
menghabiskan waktu
senggang dirumah
6 Intersted
related to
family
- menghabiskan waktu
dengan keluarga
- Mementingkan keluarga
6
14, 30
22
4 Keluarga meupakan hal
yang paling penting
bagi saya.
7 Opinion about
themselves
- Mengenal diri sendiri
- Pendapat tentang diri
23
7, 31
15 4 Saya selalu bangga
dengan diri saya.
8 Opinion about
products
- Pendapat terkait merek
- Berpendapat tentang
kualitas
8
16, 24
32 4 Saya bersedia
membayar harga lebih
mahal untuk merek
terkenal.
Jumlah 32
54
individu ketika kebutuhannya terpenuhi, Alat ukur ini menggunakan skala model
likert dengan rentang 4 point, yaitu skala 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 4
(sangat setuju). Ada pun blue print skala enjoyment of web experience pada
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.4. berikut ini
Tabel 3. 4
Blue print skala kesenangan berinternet
3.3.4 Skala susceptibility to interpersonal influence
Untuk mengukur susceptibility to interpersonal influence dalam penelitian ini
memodifikasi alat ukur yang diperkenalkan oleh Bearden dan Teel (1989) yaitu
susceptibility to interpersonal influence (SUSCEP) scale yang terdiri dari 18 item
yang mengukur dua subskala. Sub skala pertama melihat pengaruh pengaruh
normatif yang mencakup 8 item untuk mengukur kecenderungan perilaku individu
berdasarkan persetujuan atau penegasan dari lingkungan sosial. Sedangkan
subskala kedua melihat pengaruh component informative yang mencakup 10 item
No Dimensi Indikator Fav Unfav Jml Contoh item
1 Engagement - Perhatian
terfokus
- Konsentrasi
penuh
- Perasaan terlibat
1,10
2
12
19
11
7 Saat memilih produk
di web e-commerce,
perhatian saya sangat
terfokus
3
2 Positive
affect
- Merasa puas
- Merasa bahagia
- Menikmati
menggunakan
web
4
14, 20
6, 15
13 8 Saya menikmati
semua moment yang
dialami dalam
membeli produk di e-
commerce
5
21
3 Fulfillment - Merasa
kebutuhan
terpenuhi
- Merasa sesuai
keinginan
- Merasa web
sangat berguna
7, 16
8
18, 22
7 Membeli produk di e-
commerce merupakan
kegiatan yang
bermanfaat
17
9
Jumlah 22
55
mengukur kecenderungan individu mencari informasi yang berkaitan dengan
pembelian dari lingkungan sosialnya. Alat ukur ini menggunakan skala model likert
dengan rentang 4 point, yaitu skala 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 4 (sangat
setuju). Ada pun blue print skala susceptibility to interpersonal influence pada
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.5. berikut ini
Tabel 3.5
Blue print skala susceptibility to interpersonal influence
3.4 Uji Validitas Konstruk
Instrumen penelitian diuji validitas dengan menggunakan metode Confirmatory
Factor Analysis (CFA). CFA adalah suatu bagian dari analisis faktor yang
digunakan untuk menguji apakah masing-masing item valid dalam mengukur
konstruk yang hendak diukur. Confirmatory Factor Analysis diuji dengan
menggunakan software LISREL 8.7. Adapun langkah-langkah dalam menguji
validitas setiap alat ukur menurut Umar, 2012 (dalam Suryadi, et al 2014), yaitu :
1. Menguji apakah hanya terdapat satu faktor saja yang menyebabkan item-item
saling berkorelasi (hipotesis unidimensionalitas item). Hipotesis ini diuji
No Dimensi Indikator Fav Unfav Jml Contoh item
1 Pengaruh
normatif
- Mengikuti harapan
orang lain
- Mengadopsi perilaku
orang lain
1, 6,
11
2, 7, 12
16
17
8 Ketika membeli
produk, saya
biasanya membeli
merek-merek yang
menurut saya akan
disetujui oleh
orang lain.
2 Pengaruh
informasional
- Melakukan pengamatan
- Mencari informasi
- Mengikuti pendapat
orang lain
3, 13
9, 18
5, 10
8
4, 14
10 Saya sering
mengumpulkan
informasi dari
teman atau
keluarga tentang
suatu produk
sebelum saya
membeli.
15
Jumlah 18
56
dengan chi-square untuk memutuskan ada atau tidak ada perbedaan antara
matriks korelasi yang diperoleh dari data dengan matriks korelasi yang
dihitung menurut teori atau model. Jika P-value tidak signifikan (P-value >
0,05), artinya item yang diuji mengukur satu faktor saja (unidimensional).
Sedangkan, jika nilai P-value signifikan (P-value < 0,05) maka item-
item yang diuji ternyata mengukur lebih dari satu faktor (multidimensional).
Dalam keadaan demikian maka penelitian ini melakukan modifikasi terhadap
model dengan cara memperbolehkan kesalahan pengukuran pada item-item
saling berkorelasi tetapi dengan tetap menjaga bahwa item hanya mengukur
satu faktor (unidimensional). Jika sudah diperoleh model yang fit (tetapi tetap
unidimensional) maka dilakukan langkah selanjutnya.
2. Menganalisis item mana yang menjadi sumber tidak fit. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan untuk mengetahui item mana yang menjadi sumber tidak fit,
yaitu:
- Melakukan uji signifikansi terhadap koefisien muatan faktor dari
masingmasing item dengan menggunakan t-test. Jika nilai t yang diperoleh
pada sebuah item tidak signifikan (t < 1,96), maka item tersebut akan
dieliminasi karena dianggap tidak signifikan sumbangannya terhadap
pengukuran yang sedang dilakukan.
- Melihat arah dari koefisien muatan faktor (factor loading). Jika suatu item
memiliki muatan faktor negatif, maka item tersebut dieliminasi karena
tidak sesuai dengan pengukuran (berarti semakin tinggi nilai pada item
tersebut semakin rendah nilai pada faktor yang diukur).
57
3. Sebagai kriteria tambahan (optional) dapat dilihat juga banyaknya korelasi
partial antar kesalahan pengukuran, yaitu kesalahan pengukuran pada suatu
item yang berkorelasi dengan kesalahan pengukuran pada item lain. Jika pada
suatu item terdapat terlalu banyak korelasi seperti ini (misalnya lebih dari tiga),
maka item tersebut juga akan dieliminasi. Alasannya adalah karena item yang
demikian selain mengukur apa yang ingin diukur juga mengukur hal lain
(multidimensional item).
4. Setelah melakukan modifikasi terhadap model, maka dilakukan olah data untuk
mendapatkan faktor skor. Olah data dilakukan dengan menggunakan SPSS
versi 20 dengan ketentuan tidak mengikutserakan skor mentah dari item yang
sudah di drop.
5. Setelah mendapatkan faktor skor, kemudian ditransform dalam skala T-score
(true score) dengan menggunakan formula:
T-score= 50+ (10*F-score)
Faktor skor yang masih mengandung angka negatif harus ditransform menjadi
true score dengan mean= 50 dan standart deviation (SD)= 10.
6. Setelah proses true score (T-score) dari masing-masing variabel, maka
dilakukan analisis regresi. Dalam penelitian ini menggunakan analisiss regresi
berganda (multiple regression analysis).
Dapat disimpulkan, dalam penelitian ini terdapat 3 syarat untuk melihat
validitas konstruk alat ukur:
- Root Mean Square Eror of Approximation (RMESEA). RMSEA adalah ukuran
kesalahan yang dipakai oleh SEM untuk mungukur tingkat kesalahan model
58
terhadap data. Model konstruk dapat dinyatakan fit apabila RMSEA > 0.05
(Browne & Cudeck, 1992).
- P-value. P-value adalah nilai kesalahan yag didapat dalam konstruk alat ukur.
Dengan nilai a (alpha) yaitu batas kesalahan maksimal sebesar 0.05. Dalam
validitas konstruk data dikatakan fit dengan model jika bentuknya
unidimensional yaitu item yang di uji mengukur satu faktor saja. Sehingga
model konstruk dapat dikatakan fit apabila P-value > 0.05. (Browne & Cudeck,
1992).
- T-value. T-value adalah nilai yang diperoleh melalui uji t, yang bertujuan untuk
menguji signifikansi terhadap koefisien faktor dari masing-masing item. Item
dapat dikatakan valid apabila T-value > 1.96 dan memiliki arah faktor loading
yaitu positive (Hair et.al, 2014).
3.4.1 Uji validitas konstruk pembelian impulsif
Skala pembelian impulsif terdiri atas 20 item. Penelitian ini menguji apakah 20 item
yang ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur pembelian
impulsif. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata
tidak fit, dengan Chi-Square = 1342.46, df = 170 P-value = 0.00000, RMSEA =
0.146. Oleh karena itu, penelitian ini melakukan modifikasi terhadap model,
dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu
sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan Chi-Square = 140.80, df = 118 P-
value = 0.07481, RMSEA = 0.024, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit
artinya model dengan satu faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur
satu faktor yaitu pembelian impulsif maka diperoleh model fit.
59
Tahap selanjutnya, dilihat apakah item tersebut signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau
dipertahankan. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.6
Tabel 3.5
Muatan Faktor Item Pembelian Impulsif
No. Koefisien Std.Eror T-Value Signifikan
1 0.59 0.05 10.99 V
2 0.63 0.05 12.55 V
3 0.54 0.05 9.90 V
4 0.56 0.05 10.53 V
5 0.37 0.06 6.74 V
6 0.54 0.05 10.10 V
7 0.49 0.05 8.99 V
8 0.47 0.05 8.60 V
9 0.69 0.05 13.75 V
10 0.56 0.05 10.43 V
11 0.75 0.05 15.21 V
12 0.50 0.05 9.17 V
13 0.62 0.05 11.88 V
14 0.77 0.05 15.81 V
15 0.59 0.05 11.20 V
16 0.78 0.05 16.25 V
17 0.75 0.05 15.31 V
18 0.66 0.05 12.93 V
19 0.58 0.05 11.07 V
20 0.64 0.05 12.33 V
Keterangan: tanda V Signifikan (t>1.96)
Selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang perlu
digugurkan atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t dan muatan
faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.
Berdasarkan tabel 3.6 terlihat bahwa secara keseluruhan item tidak ada yang harus
60
di drop out. Artinya bobot nilai pada item tersebut akan ikut dianalisis dalam
perhitungan factor score.
3.4.2 Uji validitas konstruk gaya hidup
3.4.2.1 Dimensi working activity
Skala working activity terdiri atas 4 item. Penelitian ini menguji apakah 4 item yang
ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur working activity. Dari
hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata fit, dengan
Chi-Square =3.04, df = 2 P-value = 0.21898, RMSEA = 0.040. Oleh karena itu,
nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu working activity
maka diperoleh model fit.
Tahap selanjutnya, dilihat apakah item tersebut signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau
dipertahankan. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.7.
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Working Activity
No. Koefisien Std.Eror T-Value Signifikan
1 0.43 0.07 6.32 V
9 0.46 0.07 6.78 V
25 0.38 0.07 5.75 V
17 0.80 0.08 9.55 V
Keterangan: tanda V Signifikan (t>1.96)
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor
item 1,9,25,17 adalah signifikan karena t > 1.96. Dengan demikian secara
61
keseluruhan item tidak ada yang harus di drop out. Artinya bobot nilai pada item
tersebut akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor score.
3.4.2.2 Dimensi shopping activity
Skala shopping activity terdiri atas 4 item. Penelitian ini menguji apakah 4 item
yang ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur shopping activity.
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata fit,
dengan Chi-Square =0,07, df = 2 P-value = 0.96529, RMSEA = 0.000. Oleh karena
itu, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu shopping activity
maka diperoleh model fit.
Tahap selanjutnya, dilihat apakah item tersebut signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau
dipertahankan. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.8.
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item Shopping Activity
No. Koefisien Std.Eror T-Value Signifikan
2 0.15 0.08 1.99 V
10 0.24 0.10 2.45 V
18 0.24 0.10 2.43 V
26 1.00 0.34 2.92 V
Keterangan: tanda V Signifikan (t>1.96)
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor
item 2,10,18,26 adalah signifikan karena t > 1.96. Dengan demikian secara
62
keseluruhan item tidak ada yang harus di drop out. Artinya bobot nilai pada item
tersebut akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor score.
3.4.2.3 Dimensi interests related to fashion
Skala interests related to fashion terdiri atas 4 item. Penelitian ini menguji apakah
4 item yang ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur interests
related to fashion. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor
ternyata tidak fit, dengan Chi-Square =21,51, df = 2 P-value = 0.00002, RMSEA =
0.174. Oleh karena itu, penelitian ini melakukan modifikasi terhadap model,
dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkolerasi satu
sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan Chi-Square =0.08, df = 1 P-value
= 0.77931, RMSEA = 0.000, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya
model dengan satu faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu
faktor yaitu interests related to fashion maka diperoleh model fit.
Tahap selanjutnya, dilihat apakah item tersebut signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau
dipertahankan. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.9.
Tabel 3.9
Muatan Faktor Item Interests Related to Fashion
No. Koefisien Std.Eror T-Value Signifikan
3 0.49 0.06 8.50 V
11 0.76 0.05 14.81 V
19 0.87 0.05 17.25 V
27 0.63 0.05 11.51 V
Keterangan: tanda V Signifikan (t>1.96)
63
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor
item 3,11,19,27 adalah signifikan karena t > 1.96. Dengan demikian secara
keseluruhan item tidak ada yang harus di drop out. Artinya bobot nilai pada item
tersebut akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor score.
3.4.2.4 Dimensi Fashion as Self Representation
Skala fashion as self representation terdiri atas 4 item. Penelitian ini menguji
apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur
fashion as self representation. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor ternyata fit, dengan Chi-Square =0,16, df = 2 P-value = 0.92168,
RMSEA = 0.000. Oleh karena itu, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit
artinya model dengan satu faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur
satu faktor yaitu fashion as self representation maka diperoleh model fit.
Tahap selanjutnya, dilihat apakah item tersebut signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau
dipertahankan. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.10.
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Fashion as Self Representation
No. Koefisien Std.Eror T-Value Signifikan
4 0.56 0.07 8.50 V
12 0.89 0.08 11.51 V
28 0.42 0.06 6.68 V
20 0.36 0.06 5.74 V
Keterangan: tanda V Signifikan (t>1.96)
64
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor
item 4,12,28,20 adalah signifikan karena t > 1.96. Dengan demikian secara
keseluruhan item tidak ada yang harus di drop out. Artinya bobot nilai pada item
tersebut akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor score.
3.4.2.5 Dimensi interests related to home
Skala interests related to home terdiri atas 4 item. Penelitian ini menguji apakah 4
item yang ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur interests
related to home. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor
ternyata tidak fit, dengan Chi-Square =32,09, df = 2 P-value = 0.00000, RMSEA =
0.215. Oleh karena itu, penelitian ini melakukan modifikasi terhadap model,
dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkolerasi satu
sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan Chi-Square =0.00, df = 0 P-value
= 1.00000, RMSEA = 0.000, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya
model dengan satu faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu
faktor yaitu interests related to home maka diperoleh model fit.
Tahap selanjutnya, dilihat apakah item tersebut signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau
dipertahankan. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.11.
65
Tabel 3.11
Muatan Faktor Item Interests Related to Home
No. Koefisien Std.Eror T-Value Signifikan
5 0.57 0.08 7.35 V
13 0.35 0.06 5.44 V
21 0.69 0.09 7.37 V
29 1.08 0.12 9.30 V
Keterangan: tanda V Signifikan (t>1.96)
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor
item 5,13,21,29 adalah signifikan karena t > 1.96. Dengan demikian secara
keseluruhan item tidak ada yang harus di drop out. Artinya bobot nilai pada item
tersebut akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor score.
3.4.2.6 Dimensi interests related to family
Skala interests related to family terdiri atas 4 item. Penelitian ini menguji apakah 4
item yang ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur interests
related to family. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor
ternyata tidak fit, dengan Chi-Square =35.97, df = 2 P-value = 0.00000, RMSEA =
0.229. Oleh karena itu, penelitian ini melakukan modifikasi terhadap model,
dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkolerasi satu
sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan Chi-Square =0.00, df = 0 P-value
= 1.00000, RMSEA = 0.000, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya
model dengan satu faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu
faktor yaitu interests related to home maka diperoleh model fit.
Tahap selanjutnya, dilihat apakah item tersebut signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau
dipertahankan. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
66
muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.12
Tabel 3.12
Muatan Faktor Item Interests Related to Home
No. Koefisien Std.Eror T-Value Signifikan
6 0.91 0.18 5.05 V
14 1.06 0.22 4.88 V
22 0.17 0.07 2.66 V
30 0.60 0.13 4.57 V
Keterangan: tanda V Signifikan (t>1.96)
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor
item 6,14,22,30 adalah signifikan karena t > 1.96. Dengan demikian secara
keseluruhan item tidak ada yang harus di drop out. Artinya bobot nilai pada item
tersebut akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor score.
3.4.2.7 Dimensi Opinion about Themselves
Skala opinion about themselves terdiri atas 4 item. Penelitian ini menguji apakah 4
item yang ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur opinion about
themselves. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor
ternyata fit, dengan Chi-Square =2.60, df = 2 P-value = 0.27265, RMSEA = 0.030.
Oleh karena itu, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model dengan
satu faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu
opinion about themselves maka diperoleh model fit.
Tahap selanjutnya, dilihat apakah item tersebut signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau
dipertahankan. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
67
muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.13.
Tabel 3.13
Muatan Faktor Item Opinion about Themselves
No. Koefisien Std.Eror T-Value Signifikan
7 0.09 0.05 1.86 X
15 0.22 0.10 2.21 V
23 1.25 0.53 2.37 V
31 0.29 0.12 2.35 V
Keterangan: tanda V Signifikan (t>1.96)
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor
item 15,23,31 adalah signifikan karena t > 1.96. Dengan demikian item 7 harus di
drop out karena memiliki nilai t <1.96. Artinya bobot nilai pada item tersebut tidak
akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor score.
3.4.2.8 Dimensi Opinion about Products
Skala opinion about products terdiri atas 4 item. Penelitian ini menguji apakah 4
item yang ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur opinion about
products. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata
fit, dengan Chi-Square =1.01, df = 2 P-value = 0.60489, RMSEA = 0.000. Oleh
karena itu, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model dengan satu
faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu opinion
about products maka diperoleh model fit.
Tahap selanjutnya, dilihat apakah item tersebut signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau
dipertahankan. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
68
muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.14.
Tabel 3.14
Muatan Faktor Item Opinion about Products
No. Koefisien Std.Eror T-Value Signifikan
8 0.68 0.08 8.36 V
16 0.43 0.07 6.04 V
24 0.33 0.07 4.74 V
32 0.55 0.07 7.36 V
Keterangan: tanda V Signifikan (t>1.96)
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor
item 8,16,24,32 adalah signifikan karena t > 1.96. Dengan demikian secara
keseluruhan item tidak ada yang harus di drop out. Artinya bobot nilai pada item
tersebut akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor score
3.4.3 Uji validitas konstruk kesenangan berinternet
3.4.3.1 Dimensi engagement
Skala engagement terdiri atas 7 item. Penelitian ini menguji apakah 7 item yang ada
bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur engagement. Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan
Chi-Square = 125.94, df = 14 P-value = 0.00000, RMSEA = 0.157. Oleh karena itu,
penelitian ini melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh
model fit dengan Chi-Square = 11.19, df = 8 P-value = 0.19133, RMSEA= 0.035,
nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu engagement maka
diperoleh model fit.
69
Tahap selanjutnya, dilihat apakah item tersebut signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau
dipertahankan. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.15.
Tabel 3. 15
Muatan Faktor Item Engagement
No. Koefisien Std.Eror T-Value Signifikan
1 0.79 0.06 14.03 V
2 0.78 0.06 13.92 V
3 0.34 0.06 5.59 V
10 0.40 0.06 6.64 V
11 0.12 0.07 1.82 X
12 0.55 0.06 9.55 V
19 0.06 0.07 0.88 X
Keterangan: tanda V Signifikan (t>1.96)
Selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang perlu
digugurkan atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t dan muatan
faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item item 1,2,3,10,12 adalah signifikan karena t >
1.96. Dengan demikian secara keseluruhan item nomor 11,19 di drop karena
memiliki nilai t < 1.96 ataupun bernilai negatif. Artinya bobot nilai pada item
tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor score.
3.4.3.2 Dimensi positive affect
Skala positive affect terdiri atas 8 item. Penelitian ini menguji apakah 8 item yang
ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur positive affect. Dari
hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit,
dengan Chi-Square = 133.24, df = 20 P-value = 0.00000, RMSEA = 0.132. Oleh
70
karena itu, penelitian ini melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka,
diperoleh model fit dengan Chi-Square = 19.40, df = 12 P-value = 0.07927,
RMSEA= 0.044, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model dengan
satu faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu
engagement maka diperoleh model fit.
Tahap selanjutnya, dilihat apakah item tersebut signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau
dipertahankan. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.16.
Tabel 3. 16
Muatan Faktor Item Positive Affect
No. Koefisien Std.Eror T-Value Signifikan
4 0.58 0.06 10.45 V
5 0.30 0.06 5.00 V
6 0.70 0.05 13.88 V
13 0.41 0.06 6.46 V
14
15
20
21
0.86
0.80
0.66
0.22
0.05
0.05
0.05
0.06
17.01
16.17
12.36
3.85
V
V
V
V
Keterangan: tanda V Signifikan (t>1.96).
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor
keseluruhan item adalah signifikan karena t > 1.96 dan secara keseluruhan item
tidak ada yang harus di drop out. Artinya bobot nilai pada item tersebut akan ikut
dianalisis dalam perhitungan factor score.
71
3.4.3.3 Dimensi fulfillment
Skala fulfillment terdiri atas 7 item. Penelitian ini menguji apakah 7 item yang ada
bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur fulfillment. Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan
Chi-Square = 62.30, df = 14 P-value = 0.00000, RMSEA = 0.103. Oleh karena itu,
penelitian ini melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh
model fit dengan Chi-Square = 12.35, df = 10 P-value = 0.26241, RMSEA= 0.027,
nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu engagement maka
diperoleh model fit seperti.
Tahap selanjutnya, dilihat apakah item tersebut signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau
dipertahankan. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.17.
Tabel 3. 17
Muatan Faktor Item Fulfillment
No. Koefisien Std.Eror T-Value Signifikan
7 0.68 0.05 12.84 V
8 0.68 0.05 12.92 V
9 0.50 0.06 8.46 V
16 0.68 0.05 12.72 V
17 0.15 0.06 2.34 V
18 0.73 0.05 14.27 V
22 0.73 0.05 14.24 V
Keterangan: tanda V Signifikan (t>1.96)
72
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor
keseluruhan item adalah signifikan karena t > 1.96 dan secara keseluruhan item
tidak ada yang harus di drop out. Artinya bobot nilai pada item tersebut akan ikut
dianalisis dalam perhitungan factor score.
3.4.4 Uji validitas konstruk suceptibility to interpersonal influence
3.4.4.1 Dimensi pengaruh normatif
Skala pengaruh normatif terdiri atas 8 item. Penelitian ini menguji apakah 8 item
yang ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur pengaruh normatif.
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit,
dengan Chi-Square = 93.82, df = 20 P-value = 0.00000, RMSEA = 0.122. Oleh
karena itu, penelitian ini melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka,
diperoleh model fit dengan Chi-Square = 15.70, df = 13 P-value = 0.26596,
RMSEA= 0.029, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model dengan
satu faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu
engagement maka diperoleh model fit.
Tahap selanjutnya, dilihat apakah item tersebut signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau
dipertahankan. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.18.
73
Tabel 3. 18
Muatan Faktor Item Pengaruh normatif
No. Koefisien Std.Eror T-Value Signifikan
1 0.72 0.06 12.23 V
2 0.71 0.06 11.61 V
6 0.82 0.06 14.79 V
7 0.80 0.06 14.23 V
11 0.33 0.07 4.87 V
12 0.71 0.06 12.10 V
16
17
0.70
0.39
0.06
0.06
12.01
6.04
V
V
Keterangan: tanda V Signifikan (t>1.96).
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor
keseluruhan item adalah signifikan karena t > 1.96 dan secara keseluruhan item
tidak ada yang harus di drop out. Artinya bobot nilai pada item tersebut akan ikut
dianalisis dalam perhitungan factor score.
3.4.4.2 Dimensi pengaruh informasional
Skala pengaruh informasional terdiri atas 10 item. Penelitian ini menguji apakah 10
item yang ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur pengaruh
informasional. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor,
ternyata tidak fit, dengan Chi-Square = 286.00, df = 35 P-value = 0.00000, RMSEA
= 0.149. Oleh karena itu, penelitian ini melakukan modifikasi terhadap model,
dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu
sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan Chi-Square = 25.91, df = 18 P-
value = 0.10184, RMSEA= 0.037, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit
artinya model dengan satu faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur
satu faktor yaitu pengaruh informasional maka diperoleh model fit.
74
Tahap selanjutnya, dilihat apakah item tersebut signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau
dipertahankan. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.19.
Tabel 3.19
Muatan Faktor Item Pengaruh Informasional
No. Koefisien Std.Eror T-Value Signifikan
3 0.15 0.06 2.38 V
4 0.17 0.06 2.91 V
5 0.64 0.05 12.28 V
8 -0.03 0.06 -0.54 X
9 0.81 0.05 16.26 V
10 0.92 0.05 18.98 V
13
14
15
18
0.22
0.18
0.19
0.31
0.06
0.06
0.06
0.06
3.78
3.02
3.01
5.51
V
V
V
V
Keterangan: tanda V Signifikan (t>1.96).
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor item
3,4,5,9,10,13,14,15,18 adalah signifikan karena t > 1.96. Dengan demikian secara
keseluruhan item nomor 8 di drop karena memiliki nilai t < 1.96 ataupun bernilai
negatif. Artinya bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam
perhitungan factor score.
3.5 Teknik Analisa Data
Analisis data digunakan untuk melihat pengaruh independent variable terhadap
dependent variable. Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
multiple regression analysis atau analisis regresi berganda. Analisis regresi
75
berganda merupakan analisis regresi dengan satu variabel dependen dan lebih dari
satu variabel independen. Rumus regresi berganda pada penelitian ini adalah:
Keterangan :
Y = Pembelian impulsif
X1 = Working activity
X2 = Shopping activity
X3 = Interests related to fashion
X4 = Fashion as self representation
X5 = Interest related to home
X6 = Interests related to family
X7 = Opinion about themselves
X8 = Opinion about products
X9 = Engagement
X10 = Positive affect
X11 = Fulfillment
X12 = Pengaruh normatif
X13 = Pengaruh informational
a = Intersept
b = Koefisien regresi untuk masing-masing X
e = Residual
Dari analisis regresi berganda dapat diperoleh nilai R, yaitu koefisien
korelasi berganda antara pembelian impulsif pada produk sale di e-commerce
dengan yaitu gaya hidup, kesenangan berinternet, dan susceptibility to
interpersonal influence. Besarnya nilai pembelian impulsif disebabkan oleh
independent variable yang telah disebutkan ditunjukkan oleh koefisien determinasi
berganda atau R2 (R Square). R2 merupakan proporsi varian pembelian impulsif
pada produk sale di e-commerce yang dijelaskan oleh yaitu gaya hidup, enjoyment,
dan susceptibility to interpersonal influence. Untuk mendapatkan nilai R2,
digunakan rumusan sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 +
b10 X10 + b11X11 + b12X12 + b13X13 + e
76
Dari analisis Multiple Regression ini dapat diperoleh beberapa informasi, di
antaranya:
1. R2, yang menunjukkan proporsi varians (persentase varian) dari variable
pembelian impulsif pada produk sale di e-commerce yang dijelaskan oleh yaitu
gaya hidup, kesenangan berinternet, dan susceptibility to interpersonal
influence.
2. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien
regresi. Koefisien regresi yang signifikan menunjukkan dampak yang
signifikan dari yaitu gaya hidup, kesenangan berinternet, dan susceptibility to
interpersonal influence.
3. Persamaan regresi yang di temukan biasa digunakan untuk membuat prediksi
tentang pembelian impulsif pada produk sale di e-commerce jika yaitu gaya
hidup, kesenangan berinternet, dan susceptibility to interpersonal influence
diketahui.
Kemudian untuk membuktikan apakah regresi yaitu gaya hidup,
kesenangan berinternet, dan susceptibility to interpersonal influence terhadap
pembelian impulsif pada produk sale di e-commerce signifikan, maka digunakan
uji F. Dari hasil uji F yang dilakukan, dapat dilihat apakah yaitu gaya hidup,
enjoyment of web experience, dan susceptibility to interpersonal influence
memiliki pengaruh terhadap pembelian impulsif pada produk sale di e-commerce
dengan rumus sebagai berikut :
R2 = SSREG/∑Y2
77
F= R2/k
(1- R2) / (N-k-1)
Keterangan :
k = jumlah independent variable
N = jumlah sampel.
Kemudian, hipotesis minor dianalisa melalui penjelasan tentang apakah
terdapat pengaruh signifikan yang diberikan yaitu gaya hidup, kesenangan
berinternet, dan susceptibility to interpersonal influence terhadap pembelian
impulsif terhadap caranya adalah dengan dilakukan uji koefisien regresi dari tiap
IV dan DV yang dianalisis. Uji tersebut digunakan untuk melihat apakah pengaruh
yang diberikan yaitu gaya hidup, kesenangan berinternet, dan susceptibility to
interpersonal influence signifikan terhadap pembelian impulsif pada produk sale
di e-commerce secara dimensional atau parsial.
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah sebuah IV memberikan kontribusi
terhadap DV. Sebelum di dapatkan nilai t dari tiap IV, harus di dapat dulu nilai
standard error estimate dari b (koefisien regresi) yang di dapatkan melalui akar
Msres dibagi dengan SSx. Setelah di dapatkan Sb barulah bias dilakukan uji t,
yaitu hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan Sb itu sendiri. Uji t akan
dilakukan sebanyak sebelas kali sesuai dengan variabel yang dianalisis. Uji t yang
dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut:
T= b / Sb
78
Keterangan :
b = koefisien regresi
Sb = standar eror dari b
Di mana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standard error dari b. Hasil
uji t ini akan diperoleh dari hasil regresi yang akan dilakukan nantinya.
79
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah 325 orang pengguna e-commerce yang membeli
produk sale. Selanjutnya akan dijelaskan gambaran subjek berdasarkan dari jenis
kelamin dan usia pada tabel 4.1 berikut
Tabel 4.1
Gambaran Umum Subjek Penelitian (N=325)
Sampel Penelitian Frekuensi Presentase
Jenis Kelamin
Laki-laki 120 36,9%
Perempuan
Total
205
325
63,1%
100%
Domisili
Jakarta 99 30,5%
Bogor 37 11,4%
Depok 29 8,9%
Tangerang 120 36,9%
Bekasi
Total
40
325
12,3%
100%
Pengguna E-commerce
Shoppee 200 61,5%
Tokopedia 42 12,9%
Lazada 41 12,6%
Bukalapak 23 7,1%
Bli-bli
Total
19
325
5,8%
100%
Berdasarkan data tabel 4.1 di atas dapat diketahui jumlah sampel sebanyak
325 responden. Dari keseluruhan responden jenis kelamin perempuan lebih banyak
daripada laki-laki. Laki-laki sebanyak 120 orang (36,9%) dan perempuan sebanyak
205 orang (63,1%). Selanjutnya, berdasarkan domisili didominasi oleh responden
di kota Tangerang, dan paling sedikit adalah responden di kota Depok. Terdapat
80
sampel berdomisili di kota Jakarta sebanyak 99 orang (30,5%), kota Bogor
sebanyak 37 orang (11,4%), Depok sebanyak 29 orang (8,9%), Tangerang sebanyak
120 orang (36,9%), dan Bekasi sebanyak 40 orang (12,3%). Berdarkan e-commerce
yang paling sering digunakan oleh responden, didominasi oleh pengguna e-
commerce shopee dan yang paling sedikit adalah bli-bli. Pengguna shopee sebanyak
200 orang (61,5%), pengguna tokopedia sebanyak 42 orang (12,9%), pengguna
lazada sebanyak 41 orang (12,6%), pengguna bukalapak sebanyak 23 orang
(7,1%), dan pengguna bli-bli sebanyak 19 orang (5,8%)
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Sebelum diuraikan secara lebih terperinci tentang beberapa sub bab selanjutnya,
perlu dijelaskan bahwa skor yang digunakan dalam analisis statistik adalah skor
murni (true score) yang merupakan hasil proses konversi dari raw score. Proses ini
ditujukan agar mudah dalam membandingkan antar skor hasil pengukuran variabel
yang diteliti. Dengan demikian semua raw score menjadi z-score. Untuk
menghilangkan bilangan negatif dari z-score, semua skor ditransformasi ke rumus
t. Dalam hasil analisis deskriptif ini akan disajikan nilai maksimum, minimum,
mean dan standar deviasi variabel.
Hasil deskriptif memberikan gambaran mengenai data dalam suatu
penelitian. Dalam penelitian ini, hasil analisis deskriptif menyajikan nilai
minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi serta kategorisasi tinggi dan
rendahnya skor variabel penelitian. Hasil analisis deskriptif akan dijelaskan pada
tabel 4.2 sebagai berikut:
81
Tabel 4.2
Analisis Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Pembelian Impulsif 325 26,18 79,00 50,0000 9,57501
Working Activity 325 23,31 65,28 50,0000 7,82063
Shopping Activity 325 30,28 67,77 50,0000 8,90580
Interests Related to Fashion 325 30,21 73,80 50,0000 8,90739
Fashion as Self Representasion 325 16,49 65,91 50,0000 8,37429
Interests Related to Home 325 22,64 62,57 50,0000 8,54324
Interests Related to Family 325 19,41 62,17 50,0000 8,36199
Opinion about Themselves 325 22,14 62,80 50,0000 8,67442
Opinion about Products 325 32,63 71,40 50,0000 7,50702
Engangement 325 23,90 69,09 50,0000 8,47139
Positive Affect 325 24,37 73,57 50,0000 8,78944
Fulfillment 325 19,24 70,25 50,0000 8,72122
Pengaruh Normatif 325 31,46 85,11 50,0000 9,26272
Pengaruh Informasional 325 17,86 66,63 50,0000 9,01011
Valid N (listwise) 325
Berdasarkan data pada tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa mean dari
masing-masing variabel adalah 50. Secara keseluruhan variabel yang memiliki
standar deviasi dengan nilai 9 terdapat 3, yaitu pembelian impulsif, pengaruh
normatif dan pengaruh informasional. Varibel yang memilliki standar deviasi
dengan nilai 8 terdapat 9, yaitu shopping activity, interests related to fashion,
fashion as self representation, fashion self as representation, interests related to
home, interests relate to family, opinion about themselves, engangement, possitive
affect, dan fulfillment. Sedangkan standar deviasi dengan nilai 7 terdapat 2, yaitu
working activity dan opinion about products.
Variabel pembelian impulsif memiliki nilai minimum = 26,18, nilai
maksimum = 79,00, SD = 9,57501. Kedua, variabel working activity dengan nilai
82
minimum = 23,31, maksimum = 65,28, dan SD = 7,82063. Ketiga, variabel
shopping activity dengan nilai minimum = 30,28, maksimum = 67,77, dan SD =
8,90580. Keempat, variabel interesets related to fashion dengan nilai minimum =
30,21, maksimum = 73,80, dan SD = 8,90739. Kelima, variabel fashion as self
representation dengan nilai minimum = 16,49, maksimum = 65,91, dan SD =
8,37429. Keenam, variabel interests related to home dengan nilai minimum =
22,64, maksimum = 62,57, dan SD = 8,54324. Ketujuh, variabel interests related
to family dengan nilai minimum = 19,41, maksimum = 62,17, dan SD = 8,36199,
kedelapan opinion about themselves dengan nilai minimum = 22,14, maksimum =
62,80, dan SD = 8,67442. Kesembilan, variabel opinion about products dengan
nilai minimum = 32,63, maksimum = 71,40, dan SD = 7,50702. Kesepuluh, variabel
engagement dengan nilai minimum = 23,90, maksimum = 69,09, dan SD = 8,47139.
Kesebelas, variabel positive affect dengan nilai minimum = 24,37, maksimum =
73,57, dan SD = 8,78944. Keduabelas, variabel fulfillment dengan nilai minimum
= 19,24, maksimum = 70,25, dan SD = 8,72122. Ketigabelas, variabel pengaruh
normatif dengan nilai minimum = 31,46, maksimum = 85,11, dan SD = 9,26272.
Keempatbelas, variabel pengaruh informasional dengan nilai minimum = 17,86,
maksimum = 66,63, dan SD = 9,01011.
4.3 Kategorisasi Skor Variabel
Berdasarkan pada alat ukur yang digunakan, kategorisasi skor dalam penelitian ini
dibuat menjadi dua kategori yaitu, tinggi dan rendah. Selanjutnya, menggunakan
informasi tersebut sebagai acuan untuk membuat norma kategorisasi dalam
penelitian ini yang datanya bukan menggunakan raw score tetapi menggunakan true
83
score yang skalanya telah dipindah menggunakan rumus T score yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya. Pedoman interpretasi skor adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 3
Pedoman Interpretasi Skor
Kategorisasi Norma
Rendah X < Mean
Tinggi X > Mean
Uraian mengenai gambaran kategori skor variabel berdasarkan tinggi dan
rendahnya untuk variabel pembelian impulsif, working activity, shopping activity,
interests related to fashion, fashion as self representation, interest related to home,
interests related to family, opinion about themselves, opinion about products,
engagement, positive affect, fulfillment, pengaruh normatif dan pengaruh
informasional pada tabel 4.4.
Tabel 4. 4
Kategorisasi Skor Variabel
Variabel Rendah Tinggi
N % N %
Pembelian Impulsif
Working Activity
Shopping Activity
Interests Related to Fashion
Fashion as Self Representation
Interests Related to Home
Interests Related to Family
Opinion About Themselves
Opinion About Products
164
188
151
167
197
176
180
224
170
50,5%
57,8%
46,5%
51,4%
60,6%
54,2%
55,4%
68,9%
52,3%
161
137
174
158
128
149
145
101
155
49,5%
42,2%
53,5%
48,6%
39,4%
45,8%
44,6%
31,1%
47,7%
Engagement 180 55,4% 145 44,6%
Positive Affect 206 63,4% 119 36,9%
Fulfillment 184 56,6% 141 43,4%
Pengaruh Normatif 175 53,8% 150 46,2%
Pengaruh Informasional 167 51,4% 158 48,6%
Berdasarkan data pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa 50,5% atau 164
responden memiliki pembelian impulsif yang rendah, Sedangkan responden yang
84
memiliki pembelian impulsif yang tinggi, yaitu 49,5% atau 161 responden. Dapat
disimpulkan bahwa tingkat pembelian impulsif dari keseluruhan responden paling
dominan berada pada kategorisasi rendah.
Pada tabel 4.4 juga dijelaskan mengenai kategorisasi skor dimensi gaya
hidup, dapat dilihat bahwa 57,8% atau 188 responden memiliki working activity
yang rendah. Sedangkan responden yang memiliki working activity yang tinggi,
yaitu 42,2% atau 137 responden. Dapat disimpulkan bahwa tingkat working activity
dari keseluruhan responden paling dominan berada pada kategorisasi rendah.
Pada variabel shopping activity, dapat dilihat bahwa sebesar 46,5% atau 151
responden memiliki tingkat shopping activity yang rendah. Sedangkan responden
yang memiliki shopping activity yang tinggi, yaitu 53,5 atau 174 responden. Dapat
disimpulkan bahwa tingkat shopping activity dari keseluruhan responden paling
dominan berada pada kategorisasi tinggi.
Kemudian pada variabel interests related to fashion, dapat dilihat bahwa
sebesar 51,4% atau 167 responden memiliki interests related to fashion yang
rendah. Sedangkan responden yang memiliki interests related to fashion yang
tinggi, yaitu 48,6% atau 158 responden. Dapat disimpulkan bahwa tingkat interest
related to fashion dari keseluruhan responden paling dominan berada pada
kategorisasi rendah.
Selanjutnya pada variabel fashion as self representation, dapat dilihat
bahwa sebesar 60,6% atau 197 responden memiliki fashion as self representation
yang rendah. Sedangkan responden yang memiliki fashion as self representation
yang tinggi, yaitu 39,4% atau 128 responden. Dapat disimpulkan bahwa tingkat
85
fashion as self representation dari keseluruhan responden paling dominan berada
pada kategorisasi rendah.
Pada variabel interests related to home, dapat dilihat bahwa sebesar 54,2%
atau 176 responden memiliki interests related to home yang rendah. Sedangkan
responden yang memiliki interests related to home yang tinggi, yaitu 45,8% atau
149 responden. Dapat disimpulkan bahwa tingkat interest related to home dari
keseluruhan responden paling dominan berada pada kategorisasi rendah.
Pada variabel interests related to family, dapat dilihat bahwa sebesar 55,4%
atau 180 responden memiliki interests related to family yang rendah. Sedangkan
responden yang memiliki interests related to family yang tinggi, yaitu 44,6% atau
145 responden. Dapat disimpulkan bahwa tingkat interest related to family dari
keseluruhan responden paling dominan berada pada kategorisasi rendah.
Pada variabel opinion about themselves, dapat dilihat bahwa sebesar 68,9%
atau 224 responden memiliki opinion about themselves yang rendah. Sedangkan
responden yang memiliki opinion about themselves yang tinggi, yaitu 31,1% atau
101 responden. Dapat disimpulkan bahwa tingkat opinion about themselves dari
keseluruhan responden paling dominan berada pada kategorisasi rendah.
Pada variabel opinion about products, dapat dilihat bahwa sebesar 52,3%
atau 170 responden memiliki opinion about products yang rendah. Sedangkan
responden yang memiliki opinion about products yang tinggi, yaitu 47,7% atau 155
responden. Dapat disimpulkan bahwa tingkat opinion about products dari
keseluruhan responden paling dominan berada pada kategorisasi rendah.
86
Berdasarkan data pada tabel 4.4 juga dijelaskan mengenai kategorisasi skor
dimensi kesenangan berinternet, dapat dilihat bahwa 55,4% atau 180 responden
memiliki engagement yang rendah. Sedangkan responden yang memiliki
engagement yang tinggi, yaitu 44,6% atau 145 responden. Dapat disimpulkan
bahwa tingkan engagement dari keseluruhan responden paling dominan berada
pada kategorisasi rendah.
Variabel yang memiliki tingkat tinggi yaitu positive affect. Dapat dilihat
bahwa sebesar 63,4% atau 206 responden memiliki positive affect yang rendah.
Sedangkan responden yang memiliki positive affect yang tinggi, yaitu 36,9% atau
119 responden. Dapat disimpulkan bahwa tingkat positive affect dari keseluruhan
responden paling dominan berada pada kategorisasi rendah.
Pada variabel fulfillment dapat dilihat bahwa sebesar 56,6% atau 184
responden memiliki fulfillment yang rendah. Sedangkan responden yang memiliki
fulfillment yang tinggi, yaitu 43,4% atau 141 responden. Dapat disimpulkan bahwa
tingkat fulfillment dari keseluruhan responden paling dominan berada pada
kategorisasi rendah.
Pada tabel 4.4 juga dijelaskan mengenai kategorisasi skor dimensi
susceptibility to interpersonal influence, dapat dilihat bahwa 53,8% atau 175
responden memiliki pengaruh normatif yang rendah. Sedangkan responden yang
memiliki pengaruh normatif yang tinggi, yaitu 46,2% atau 150 responden. Dapat
disimpulkan bahwa tingkat pengaruh normatif dari keseluruhan responden paling
dominan berada pada kategorisasi rendah.
87
Selanjutnya dapat dilihat bahwa sebesar 51,4% atau 167 responden
memiliki pengaruh informasional yang rendah. Sedangkan responden yang
memiliki pengaruh informasional yang tinggi, yaitu 48,6% atau 158 responden.
Dapat disimpulkan bahwa tingkat pengaruh informasional dari keseluruhan
responden paling dominan berada pada kategorisasi rendah.
4.4 Uji Hipotesis Penelitian
4.4.1 Analisis regresi variabel penelitian
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing IV terhadap
DV dalam penelitian ini, analisisnya dilakukan dengan teknik multiple regression
analysis. Data yang dianalisis ialah faktor skor atau true score yang diperoleh dari
hasil analisis faktor. Lalu memindahkan skala faktor skor tersebut menjadi T score
dengan berdasarkan rumus yang telah dipaparkan sebelumnya pada bab 3.
Penggunaan T score ini ialah untuk menghindari dampak negatif dari kesalahan
pengukuran dan juga agar tidak ada responden yang mendapatkan nilai negatif.
Pada tahapan ini, menguji hipotesis dengan multiple regression analysis
dengan menggunakan software SPSS 20.0. Dalam melakukan analisis regresi, ada
3 hal yang dilihat, yaitu melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen
varians DV yang dijelaskan oleh IV, kedua apakah secara keseluruhan IV
berpengaruh secara signifikan terhadap DV, kemudian terakhir melihat signifikan
atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing IV.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan beberapa tahapan. Langkah pertama,
melihat besaran R2 untuk mengetahui berapa persen varians dependent variable
88
yang dijelaskan oleh independent variable. Selanjutnya untuk tabel yang berisi R2,
dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4. 5
Model Summary Analisis Regresi
Model R R
Square
Adjusted
R
Square
Std.
Error of
the
Estimate
Change Statistics
R
Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 ,643a ,413 ,389 7,48669 ,413 16,843 13 311 ,000
a. Predictors: (Constant), Pengaruh Informasional, Opinion about Themselves,
Opinion about Product, Engangement, Fashion as Self Representasion, Interests
Related to Home, Working Activity, Shopping Activity, Pengaruh Normatif,
Positive Affect, Interests Related to Fashion, Interests Related to Family,
Fulfillment
Berdasarkan pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa perolehan R Square sebesar
0,413 atau 41,3%. Artinya proporsi varians dari pembelian impulsif yang dijelaskan
oleh working activity, shopping activity, interests related to fashion, fashion as self
representation, interest related to home, interests related to family, opinion about
themselves, opinion about products, engagement, positive affect, fulfillment,
pengaruh normatif dan pengaruh informasional sebesar 41,3% sedangkan 58,7%
sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Langkah selanjutnya adalah melihat koefisien regresi dari masing-masing
independent variable. Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya koefisien regresi
yang dihasilkan, dapat dilihat melalui kolom Sig. Jika Sig. < 0.05 maka koefisien
regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap pembelian impulsif
begitupula sebaliknya. Adapun besarnya koefisien regresi dari masing-masing IV
terhadap pembelian impulsif dapat dilihat pada tabel 4.6
89
Tabel 4. 6
Anova Pengaruh Keseluruhan Independent Variable terhadap Dependent
Variable
Model Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
1
Regression 12272,889 13 944,068 16,843 ,000b
Residual 17431,703 311 56,050
Total 29704,592 324
a. Dependent Variable: Pembelian Impulsif
b. Predictors: (Constant), Pengaruh Informasional, Opinion about Themselves,
Opinion about Product, Engangement, Fashion as Self Representasion, Interests
Related to Home, Working Activity, Shopping Activity, Pengaruh Normatif,
Positive Affect, Interests Related to Fashion, Interests Related to Family,
Fulfillment
Berdasarkan tabel 4.6 diatas diketahui bahwa nilai p (sig) pada kolom paling
kanan adalah sebesar 0,000 atau dengan nilai P-value < 0,05. Artinya terdapat
pengaruh yang signifikan dari working activity, shopping activity, interests related
to fashion, fashion as self representation, interest related to home, interests related
to family, opinion about themselves, opinion about products, engagement, positive
affect, fulfillment, pengaruh normatif dan pengaruh informasional terhadap
pembelian impulsif.
Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi dari masing-masing
independent variable. Jika sig < 0,05 maka koefisien regresi tersebut signifikan
yang berarti independent variable tersebut memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pembelian impulsif. Besarnya koefisien regresi dari masing-masing
independent variable terhadap pembelian impulsif dapat dilihat pada tabel 4.7
berikut:
90
Tabel 4. 7
Koefesien Regresi
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std.
Error
Beta
1
(Constant) 5,122 5,474 ,936 ,350
Working Activity -,055 ,060 -,045 -,916 ,360
Shopping Activity ,225 ,055 ,209 4,109 ,000*
Interests Related to Fashion ,153 ,060 ,142 2,532 ,012*
Fashion as Self Representasion -,039 ,055 -,034 -,698 ,486
Interests Related to Home -,075 ,061 -,067 -1,219 ,224
Interests Related to Family -,032 ,068 -,028 -,472 ,637
Opinion about Themselves -,045 ,054 -,041 -,829 ,408
Opinion about Product ,277 ,064 ,217 4,316 ,000*
Engangement -,121 ,063 -,107 -1,914 ,057
Positive Affect ,132 ,068 ,122 1,957 ,051
Fulfillment ,177 ,072 ,161 2,447 ,015*
Pengaruh Normatif ,257 ,056 ,249 4,603 ,000*
Pengaruh Informasional ,043 ,050 ,041 ,870 ,385
a. Dependent Variable: Pembelian Impulsif
Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.7 diatas, dapat diketahui
persamaan regresi sebagai berikut: (*signifikan)
Pembelian impulsif = 5,122 - 0.055 (working activity) + 0.225 (shopping
activity)* + 0.153 (interests related to fashion)* – 0.039 (fashion as self
representation) – 0.075 (interests related to home) – 0.032 (interests related to
family) – 0.045 (opinion about themselves) + 0.277 (opinion about products)* –
0.121 (engagement) + 0.132 (positive affect) + 0.177 (fulfillment)* + 0.257
(pengaruh normatif)* + 0.043 (pengaruh informasional).
Dari persamaan regresi tersebut dapat dilihat bahwa koefisien regresi
working activiy, interests related to fashion, opinion about products, fulfillment dan
pengaruh normatif yang signifikan. Hal ini berarti dari tiga belas hipotesis minor
91
terdapat lima yang signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh
masing-masing independent variable adalah sebagai berikut:
1. Variabel Working Activity
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,055 dengan signifikan 0,360 (P-
value > 0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa hipotesis nihil diterima, yang
berarti pengaruh variabel working activiy terhadap pembelian impulsif tidak
signifikan.
2. Variabel Shopping Activity
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,225 dengan signifikansi 0,000 (P-
value < 0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa hipotesis nihil ditolak, yang
berarti pengaruh variabel shopping activity terhadap pembelian impulsif
signifikan. Arah positif menunjukan bahwa semakin tinggi shopping activity
maka semakin tinggi juga pembelian impulsif.
3. Variabel Interests Related to Fashion
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,153 dengan signifikansi 0,012 (P-
value < 0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa hipotesis nihil ditolak, yang
berarti pengaruh variabel interest related to fashion terhadap pembelian
impulsif signifikan. Arah positif menunjukan bahwa semakin tinggi intersts
related to fashion maka semakin tinggi juga pembelian impulsif.
4. Variabel Fashion as Self Representation
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,039 dengan signifikan 0,486 (P-
value > 0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa hipotesis nihil diterima, yang
92
berarti pengaruh variabel fashion as self representation terhadap pembelian
impulsif tidak signifikan.
5. Variabel Interests Related to Home
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,075 dengan signifikan 0,224 (P-
value > 0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa hipotesis nihil diterima, yang
berarti pengaruh variabel interests related to home terhadap pembelian
impulsif tidak signifikan.
6. Variabel Interests Related to Family
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,032 dengan signifikan 0,637 (P-
value > 0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa hipotesis nihil diterima, yang
berarti pengaruh variabel interests related to family terhadap pembelian
impulsif tidak signifikan.
7. Variabel Opinion about Themselves
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,045 dengan signifikan 0,408 (P-
value > 0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa hipotesis nihil diterima, yang
berarti pengaruh variabel opinion about themselves terhadap pembelian
impulsif tidak signifikan.
8. Variabel Opinion about Products
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.277 dengan signifikansi 0,000 (P-
value < 0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa hipotesis nihil ditolak, yang
berarti pengaruh variabel opinion about products terhadap pembelian impulsif
signifikan. Arah positif menunjukan bahwa semakin tinggi opinion about
products maka semakin tinggi juga pembelian impulsif.
93
9. Variabel Engagement
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,121 dengan signifikan 0,057 (P-
value > 0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa hipotesis nihil diterima, yang
berarti pengaruh variabel engangement terhadap pembelian impulsif tidak
signifikan.
10. Variabel Positive Affect
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.132 dengan signifikan 0,051 (P-
value > 0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa hipotesis nihil diterima, yang
berarti pengaruh variabel positive affect terhadap pembelian impulsif tidak
signifikan.
11. Variabel Fulfillment
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.177 dengan signifikansi 0,015 (P-
value < 0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa hipotesis nihil ditolak, yang
berarti pengaruh variabel fulfillment terhadap pembelian impulsif signifikan.
Arah positif menunjukan bahwa semakin tinggi fulfillment maka semakin
tinggi juga pembelian impulsif.
12. Variabel Pengaruh normatif
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.257 dengan signifikansi 0,000 (P-
value < 0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa hipotesis nihil ditolak, yang
berarti pengaruh variabel pengaruh normatif terhadap pembelian impulsif
signifikan. Arah positif menunjukan bahwa semakin tinggi pengaruh normatif
maka semakin tinggi juga pembelian impulsif.
94
13. Variabel Pengaruh informasional
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.043 dengan signifikansi 0,385 (P-
value > 0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa hipotesis nihil diterima, yang
berarti pengaruh variabel pengaruh informasional terhadap pembelian impulsif
tidak signifikan.
4.4.2 Proporsi varians independent variable
Pengujian pada tahap ini bertujuan untuk melihat signifikansi tidaknya penambahan
proporsi varians dari tiap independent variable. Independent variable tersebut
dianalisis satu per satu. Pada tabel 4.8 dipaparkan besarnya proporsi varians pada
pembelian impulsif.
Tabel 4. 8
Proporsi Varians Independent Variable
Model R R
Square
Adjusted
R
Square
Std.
Error of
the
Estimate
Change Statistics
R
Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 ,101a ,010 ,007 9,54092 ,010 3,320 1 323 ,069
2 ,415b ,172 ,167 8,74010 ,162 62,902 1 322 ,000*
3 ,508c ,258 ,251 8,28581 ,086 37,276 1 321 ,000*
4 ,509d ,259 ,250 8,29269 ,001 ,468 1 320 ,495
5 ,513e ,264 ,252 8,28099 ,004 1,905 1 319 ,169
6 ,519f ,269 ,255 8,26405 ,005 2,310 1 318 ,130
7 ,520g ,270 ,254 8,26830 ,002 ,673 1 317 ,413
8 ,576h ,332 ,315 7,92337 ,062 29,201 1 316 ,000*
9 ,577i ,333 ,314 7,93261 ,001 ,264 1 315 ,608
10 ,597j ,356 ,336 7,80417 ,023 11,454 1 314 ,001*
11 ,604k ,365 ,343 7,76354 ,009 4,295 1 313 ,039*
12 ,642l ,412 ,389 7,48378 ,047 24,839 1 312 ,000*
13 ,643m ,413 ,389 7,48669 ,001 758 1 311 ,385
a. Predictors: (Constant), working activity, shopping activity, interests related to
fashion, fashion as self representation, interest related to home, interests related to
family, opinion about themselves, opinion about products, engagement, positive
affect, fulfillment, pengaruh normatif dan pengaruh informasional
Berdasarkan data pada tabel 4.8 dapat disampaikan informasi sebagai berikut:
95
1. Variabel working activity memberikan sumbangan proporsi varians sebesar
.010 atau 1% terhadap pembelian impulsif. Sumbangan variabel working
activity pengaruhnya tidak signifikan dengan F change = 3,320, df1 = 1, df2 =
323 dan Sig. F change = 0,069 (P-value > 0,05).
2. Variabel shopping activity memberikan sumbangan proporsi varians sebesar
.162 atau 16,2% terhadap pembelian impulsif. Sumbangan variabel shopping
activity pengaruhnya signifikan dengan F change = 62,902, df1 = 1, df2 = 322
dan Sig. F change = 0,000 (P-value < 0,05).
3. Variabel interests related to fashion memberikan sumbangan proporsi varians
sebesar .086 atau 8,6% terhadap pembelian impulsif. Sumbangan variabel
interests related to fashion pengaruhnya signifikan dengan F change = 37,276,
df1 = 1, df2 = 321 dan Sig. F change = 0,000 (P-value < 0,05).
4. Variabel fashion as self representation memberikan sumbangan proporsi
varians sebesar .001 atau 0,1% terhadap pembelian impulsif. Sumbangan
variabel fashion as self representation pengaruhnya tidak signifikan dengan F
change = 0,468, df1 = 1, df2 = 320 dan Sig. F change = 0,495 (P-value > 0,05).
5. Variabel interests related to home memberikan sumbangan proporsi varians
sebesar .004 atau 0,4% terhadap pembelian impulsif. Sumbangan variabel
interests related to home pengaruhnya tidak signifikan dengan F change =
1,905, df1 = 1, df2 = 319 dan Sig. F change = 0,169 (P-value > 0,05).
6. Variabel interests related to family memberikan sumbangan proporsi varians
sebesar .005 atau 0,5% terhadap pembelian impulsif. Sumbangan variabel
96
interests related to family pengaruhnya tidak signifikan dengan F change =
2,310 df1 = 1, df2 = 318 dan Sig. F change = 0,130 (P-value > 0,05).
7. Variabel opinion about themselves memberikan sumbangan proporsi varians
sebesar .002 atau 0,2% terhadap pembelian impulsif. Sumbangan variabel
opinion about themselves pengaruhnya tidak signifikan dengan F change =
0,673, df1 = 1, df2 = 317 dan Sig. F change = 0,413 (P-value > 0,05).
8. Variabel opinion about products memberikan sumbangan proporsi varians
sebesar .062 atau 6,2% terhadap pembelian impulsif. Sumbangan variabel
opinion about products pengaruhnya signifikan dengan F change = 29,201, df1
= 1, df2 = 316 dan Sig. F change = 0,000 (P-value < 0,05).
9. Variabel engagement memberikan sumbangan proporsi varians sebesar .001
atau 0,1% terhadap pembelian impulsif. Sumbangan variabel engagement
pengaruhnya tidak signifikan dengan F change = 0,264, df1 = 1, df2 = 315 dan
Sig. F change = 0,608 (P-value > 0,05).
10. Variabel positive affect memberikan sumbangan proporsi varians sebesar .023
atau 2,3% terhadap pembelian impulsif. Sumbangan variabel positive affect
pengaruhnya signifikan dengan F change = 11,454, df1 = 1, df2 = 314 dan Sig.
F change = 0,001 (P-value < 0,05).
11. Variabel fulfillment memberikan sumbangan proporsi varians sebesar .009 atau
atau 0,9% terhadap pembelian impulsif. Sumbangan variabel fulfillment
pengaruhnya signifikan dengan F change = 4,295 df1 = 1, df2 = 313 dan Sig.
F change = 0,039 (P-value < 0,05).
97
12. Variabel pengaruh normatif memberikan sumbangan proporsi varians sebesar
.047 atau 4,7% terhadap pembelian impulsif. Sumbangan variabel pengaruh
normatif pengaruhnya signifikan dengan F change = 24,839, df1 = 1, df2 = 312
dan Sig. F change = 0,000 (P-value < 0,05).
13. Variabel pengaruh informasional memberikan sumbangan proporsi variasns
sebesar .001 atau 0,1% terhadap pembelian impulsif. Sumbangan variabel
pengaruh informasional pengaruhnya tidak signifikan dengan F change = 0,758
df1 = 1, df2 = 311 dan Sig. F change = 0,385 (P-value > 0,05).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dari masing-masing
independent variabel yang memiliki sumbangan proporsi varians signifikan
terhadap pembelian impulsif yaitu variabel shopping activity, interests related to
fashion, opinion about products, positive affect, fulfillment dan pengaruh normatif..
Sedangkan variabel independent lainnya yaitu working activity, fashion as self
representation, interests related to home, intersts related to family, opinion about
themselves, engagement dan pengaruh informasional pengaruhnya tidak signifikan
terhadap pembelian impulsif.
98
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, kesimpulan yang dapat diambil dari
penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan gaya hidup (working
activity, shopping activity, interests related to fashion, fashion as self
representation, interest related to home, interests related to family, opinion about
themselves, opinion about products), kesenangan berinternet (engagement, positive
affect dan fulfillment) dan susceptibility to interpersonal influence (pengaruh
normatif dan pengaruh informasional) terhadap pembelian impulsif.
Berdasarkan hasil pengujian pengaruh masing-masing independent variabel
terhadap pembelian impulsif menunjukkan terdapat lima variabel yang
pengaruhnya signifikan yaitu shopping activity, interests related to fashion, opinion
about products, fulfillment dan pengaruh normatif. Sedangkan variabel independent
lainnya yaitu working activity, fashion as self representation, interests related to
home, interests related to family, opinion abaout product, engagement dan
pengaruh informasional pengaruhnya tidak signifikan terhadap pembelian impulsif.
5.2 Diskusi
Sebagaimana yang telah diuraikan fokus pada penelitian ini untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif pada produk sale di e-
commerce. Hasil penelitian berdasarkan koefisien regresi masing-masing
independent variable menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara gaya hidup, kesenangan berinternet dan susceptibility to interpersonal
99
influence terhadap pembelian impulsif. Variabel yang memiliki nilai signifikan
terhadap pembelian impulsif adalah shopping activity, interests related to fashion,
opinion about product, fulfillment dan pengaruh normatif. Sedangkan variabel
independent lainnya yaitu working activity, fashion as self representation, interests
related to home, interests related to family, opinion abaout product, engagement
dan pengaruh informasional pengaruhnya tidak signifikan terhadap pembelian
impulsif.
Working activity pada variabel gaya hidup pengaruhnya tidak signifikan
terhadap pembelian impulsif dalam penelitian ini. Temuan ini tidak sejalan dengan
penelitian Kwan, et. al (2008) yang menemukan terdapat pengaruh signifikan
working activity terhadap pembelian impulsif. Hasil yang tidak signifikan ini
kemungkinan terjadi karena responden yaitu konsumen muda tidak terlalu
memikirkan hal terkait tugas dalam menghabiskan waktu luang. Namun, konsumen
muda cenderung lebih mengahabiskan waktu luangnya untuk bersenang senang
seperti dengan melakukan kegiatan pembelanjaan sehingga cenderung melakukan
gaya pengambilan keputusan seperti pembelian impulsif (Kwan, et. al 2008).
Shopping activity pada variabel gaya hidup pengaruhnya signifikan
terhadap pembelian impulsif dalam penelitian ini. Temuan ini sejalan dengan
penelitian terdahulu oleh Kwan, et. al (2008) yang membuktikan bahwa shopping
activity memiliki pengaruh yang positif terhadap pembelian impulsif. Berbelanja
adalah kegiatan yang dianggap oleh sebagian besar responden sebagai hobi yang
baik dan cara penting untuk memperoleh pengetahuan mode. Setiap melakukan
kegiatan berbelanja seringkali individu membeli barang ketika menjelajahi setiap
100
toko, oleh karena itu konsumen cenderung lebih impulsif ketika melakukan
kegiatan berbelanja.
Interest related to fashion pada variabel gaya hidup pengaruhnya signifikan
terhadap pembelian impulsif dalam penelitian ini. Temuan ini sejalan dengan
penelitian terdahulu oleh Kwan, et. al (2008) yang membuktikan bahwa interest
related to fashion berpengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif. Dalam
penelitiannya dijelaskan bahwa konsumen yang memiliki minat lebih tinggi
terhadap fashion akan lebih cenderung impulsif dan ceroboh ketika membuat
keputusan membeli pakaian. Minat dapat berpengaruh tidak signifikan dikarenakan
faktor seperti harga dan kesadaran nilai. Konsumen yang memiliki minat lebih
rendah terhadap fashion cenderung lebih sadar terhadap harga dan nilai.
Fashion as self representation pada variabel gaya hidup pengaruhnya tidak
signifikan terhadap pembelian impulsif dalam penelitian ini. Temuan ini sejalan
dengan penelitian Kwan, et. al (2008) yang menemukan tidak ada pengaruh
signifikan fashion as self representation terhadap pembelian impulsif. Hasil yang
tidak signifikan ini kemungkinan terjadi karena konsumen dalam penelitian ini
memiliki kesamaan dengan responden di Hongkong dalam penelitian Kwan, et. al
(2008) dimana responden tidak terlalu peduli dengan pakaian karena lebih
cenderung mengalihkan fokus pembelian ke produk lainnya untuk representasi diri,
seperti ponsel, jam tangan, tas, dll.
Interest related to home pada variabel gaya hidup pengaruhnya tidak
signifikan terhadap pembelian impulsif dalam penelitian ini. Temuan ini sejalan
dengan penelitian Kwan, et. al (2008) yang menemukan tidak terdapat pengaruh
101
signifikan Interest related to home terhadap pembelian impulsif. Hasil yang tidak
signifikan ini kemungkinan terjadi karena konsumen muda dalam penelitian ini
lebih senang menghabiskan waktu di luar rumah, sehingga konsumen tidak
melakukan pembelian untuk kebutuhan yang terkait dengan rumah.
Interest related to family pada variabel gaya hidup pengaruhnya tidak
signifikan terhadap pembelian impulsif dalam penelitian ini. Temuan ini sejalan
dengan penelitian Kwan, et. al (2008) yang menemukan tidak ada pengaruh
signifikan Interest related to family terhadap pembelian impulsif. Hasil yang tidak
signifikan ini kemungkinan terjadi karena konsumen dalam penelitian ini memiliki
kesamaan dengan responden di Hongkong dalam penelitian Kwan, et. al (2008)
yaitu konsumen muda di Hong Kong cenderung tidak mendengarkan saran orang
tua ketika membuat keputusan pembelian.
Opinion about themselves pada variabel gaya hidup pengaruhnya tidak
signifikan terhadap pembelian impulsif dalam penelitian ini. Temuan ini sejalan
dengan penelitian Kwan et. al (2008) yang menemukan tidak terdapat pengaruh
signifikan opinion about themselves terhadap pembelian impulsif. Hasil yang tidak
signifikan ini kemungkinan terjadi karena konsumen dalam penelitian ini memiliki
kesamaan dengan responden di Hongkong dalam penelitian Kwan, et. al (2008)
yaitu konsumen muda di Hong Kong diidentifikasi sebagai kurang percaya diri
tentang diri sendiri dan prospek masa depannya sehingga konsumen relatif lebih
khawatir tentang diri serta masa depan, ketidakpastian seperti itu umumnya
disebabkan oleh penurunan ekonomi, tingginya tingkat pengangguran dan
102
ketidakamanan kerja di Hong Kong dalam beberapa tahun terakhir sehingga hal ini
mempengaruhi keputusan membeli konsumen.
Opinion about product pada variabel gaya hidup pengaruhnya signifikan
terhadap pembelian impulsif. Temuan ini sejalan dengan temuan dari penelitian
terdahulu oleh Kwan, et. al (2008), menemukan bahwa terdapat hasil yang
signifikan dari variabel opinion terhadap pembelian impulsif. Dalam penelitiannya
dijelaskan bahwa semakin tinggi konsumen memiliki preferensi pada produk-
produk bermerek asing, semakin besar kemungkinan responden memiliki
kesadaran perfeksionisme akan suatu barang dan membuat kebiasaan membeli
secara impulsif pada barang-barang yang bermerk. Konsumen juga bersedia
membayar harga yang lebih tinggi untuk merek terkenal, terutama barang impor
yang bagus menurut pendapatnya.
Engagement pada variabel kesenangan berinternet pengaruhnya tidak
signifikan terhadap pembelian impulsif. Hal ini sejalan dengan penelitian Tendai
dan Crispen (2009) yang menemukan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan
engagement terhadap pembelian impulsif. Faktor-faktor dengan efek engagement
seperti musik, aroma yang segar dan tampilan yang bagus mungkin hanya penting
dalam membantu menjaga konsumen lebih lama di toko-toko, meskipun faktor
tersebut tidak mungkin secara langsung mempengaruhi pembelian impulsif.
Konsumen yang tinggal lebih lama di toko mungkin lebih cenderung terlibat dalam
perbandingan harga dan mencari promosi. Akibatnya, konsumen lebih cenderung
untuk melakukan pembelian yang lebih impulsif.
103
Positive affect pada variabel kesenangan berinternet pengaruhnya tidak
signifikan terhadap pembelian impulsif. Hal ini sejalan dengan penelitian Silvera
et.al (2008) yang menemukan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan positive
affect terhadap pembelian impulsif. Dalam penelitiannya menjelaskan negative
affect mempunyai pengaruh lebih daripada positive affect sebagai pendorong
pembelian impulsif yang lebih kronis. Sejauh fungsi utama pembelian impulsif
adalah sebagai mekanisme untuk melarikan diri dari keadaan psikologis negatif,
keberadaan negative affect harus dikaitkan dengan kecenderungan pembelian
impuls kronis.
Fulfillment pada variabel kesenangan berinternet pengaruhnya signifikan
terhadap pembelian impulsif. Temuan ini sejalan dengan temuan dari penelitian
terdahulu oleh Floh dan Madlberger (2013) yang menemukan bahwa ada pengaruh
yang signifikan fulfillment terhadap pembelian impulsif. Internet mampu
memenuhi kebutuhan pembeli impulsif, walaupun internet tidak dapat menawarkan
barang dalam bentuk fisik, namun penelitian tersebut menyimpulkan bahwa e-
commerce memiliki peran dalam memenuhi kebutuhan konsumen sehingga
konsumen melakukan pembelian yang impulsif. Internet dapat memberi konsumen
berbagai rangsangan pemasaran, mulai dari representasi visual, rekomendasi
produk hingga insentif harga dapat membuat seseorang terpenuhi kebutuhannya
dan memicu keputusan pembelian impulsif. Selain itu, pembeli impulsif dapat
memperoleh kepuasan dari tindakan pembelian serta dari memiliki produk yang
dibelinya di internet.
104
Pengaruh normatif pada variabel susceptibility to interpersonal influence
pengaruhnya signifikan terhadap pembelian impulsif. Temuan ini sejalan dengan
temuan dari penelitian terdahulu oleh Silvera et.al (2008) yang menemukan bahwa
ada pengaruh yang signifikan pengaruh normatif terhadap pembelian impulsif.
Pengaruh normatif mencakup kurangnya kepercayaan diri yang mengarah pada
ketergantungan orang lain untuk memutuskan apa yang "benar" atau "terbaik".
Sehingga orang lain dijadikan acuan ketika melakukan keputusan membeli
termasuk keputusan membeli impulsif. Konformitas adalah dasar dari unsur
normatif, yang berkaitan dengan keinginan individu untuk melakukan pembelian
yang mengidentifikasi atau memenuhi persetujuan orang lain. Konsumen yang
rentan terhadap pengaruh normatif lebih cenderung impulsif karena menggunakan
pembelian untuk membuktikan, atau meningkatkan citra diri di mata orang lain
yang signifikan, dan memiliki kemauan untuk menyesuaikan diri dengan harapan
orang lain dalam membuat keputusan pembelian (Lee et.al, 2009).
Pengaruh informasional pada variabel susceptibility to interpersonal
influence pengaruhnya tidak signifikan terhadap pembelian impulsif. Temuan ini
tidak sejalan dengan temuan dari penelitian terdahulu oleh Lin & Chen (2012)
karena perbedaan sampel penelitian, dalam penelitian terdahulu menggunakan
sampel remaja. Penelitian tersebut menyatakan bahwa remaja akan lebih
mempertimbangkan informasi dari teman sebaya ketika membuat keputusan
membeli. Berbelanja dengan teman dapat membantu konsumen remaja dalam
mendapatkan informasi, sehingga memastikan bahwa remaja membuat keputusan
pembelian yang dianggap “tepat“ oleh rekan-rekannya.
105
Dari diskusi yang telah dijelaskan, terdapat beberapa keterbatasan yang
membuat hasil pada penelitian ini memiliki beberapa kekurangan dan berbeda
dengan penelitian terdahulu. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan latar belakang
dari responden penelitian seperti pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki oleh
responden serta perbedaan kondisi demografi pengambilan sampel penelitian
seperti usia, tempat dan jenis kelamin, serta dipengaruhi juga oleh perbedaan dan
perubahan kondisi psikologis dari masing-masing responden. Adanya keterbatasan
dalam penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penelitian
selanjutnya, sehingga diharapkan penelitian selanjutnya mendapatkan hasil yang
lebih maksimal.
5.3 Saran
Saran dalam penelitian ini terdiri dari: saran teoritis dan saran praktis. Saran dalam
penelitian ini dapat dijadikan sebuah pertimbangan bagi penelitian lainnya dalam
melakukan proses penelitian dengan variabel yang serupa.
5.3.1 Saran teoritis
Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat beberapa saran teoritis, yaitu:
1. Pada penelitian ini ditemukan bahwa proporsi varian dari pembelian impulsif
dijelaskan oleh semua Independent Variable (IV) yaitu dimensi dari gaya hidup,
kesenangan berinternet dan susceptibility to interpersonal influence adalah
sebesar 41,3%, sedangkan 58,7% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain di luar
penelitian ini. Oleh karena itu, disarankan untuk penelitian selanjutnya agar
meneliti pengaruh dari variabel lainnya yang juga memiliki pengaruh terhadap
pembelian impulsif seperti motif hedonis, emosi, dan lingkungan toko.
106
2. Penelitian ini menggunakan sampel dari ke lima pengguna e-commerce yaitu:
shopee, tokopedia, lazada, bukalapak dan bli-bli. Sehingga jumlah populasi
dalam penelitian ini tidak teridentifikasi karena jumlahnya yang tidak terbatas,
Saran bagi penelitian selanjutnya, untuk memfokuskan ke salah satu pengguna
e-commerce, sehingga target populasi penelitian menjadi lebih tepat.
5.3.2 Saran praktis
Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat beberapa saran praktis, yaitu:
1. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa shopping activity berkontribusi terhadap
tingkat pembelian impulsif. Dengan demikian, bagi individu diharapkan untuk
menurunkan shopping activity dengan cara melakukan kegiatan-kegiatan lain
yang lebih bermanfaat untuk mengisi waktu luang dan tidak menghabiskan uang
seperti melakukan kegiatan sosial maupun berolahraga yang lebih
mendatangkan manfaat untuk diri sendiri maupun orang lain.
2. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa interests related to fashion berkontribusi
terhadap tingkat pembelian impulsif. Dengan demikian, individu diharapkan
untuk menurunkan interests related to fashion dengan cara mengurangi mencari
informasi terkait trend fashion saat ini yang sedang berkembang melalui youtube
ataupun media sosial dan mengalihkan ketertarikannya ke hal-hal seperti prestasi
dan komunitas.
3. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa opinion about product berkontribusi
terhadap tingkat pembelian impulsif. Dengan demikian, individu diharapkan
dapat menurunkan opinion about product dengan cara sebelum membuat suatu
opini mengenai produk individu dapat memperbanyak informasi mengenai
107
produk tersebut terlebih dahulu sehingga tidak mudah tergiur tawaran sale oleh
pemasar.
4. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa fulfillment berkontribusi terhadap tingkat
pembelian impulsif. Dengan demikian, individu diharapkan dapat menurunkan
fulfillment dangan cara mengontrol emosinya ketika melakukan pembelian
melalui e-commerce agar dapat tetap memiliki pikiran yang rasional ketika
berhadapan dengan berbagai macam tawaran promosi dan kemudahan
menggunakan e-commerce.
5. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa pengaruh normatif berkontribusi terhadap
tingkat pembelian impulsif. Dengan demikian, individu diharapkan dapat
menurukan pengaruh normatif dengan cara membuat daftar belanjaan atau
wishlist sebelum melakukan pembelanjaan agar individu dapat lebih
mempertimbangkan barang-barang yang memang benar-benar dibutuhkan atas
dasar kebutuhan pribadi bukan karena terpengaruh oleh dorongan sosial.
108
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, M., Ali, H., Malik, M., Humayun, A., Ahmad, S. (2019). Factors affecting
impulsive buying behavior with mediating role of positive mood: an empirical
study. Journal of Natural and Social Sciences. Vol.8, No 1 pp. 17-35. 17-35.
Ahmed, R.R., Soomro, H.A., Ali, Kashif., Ali, Wajid. (2015). Influence of lifestyle
and culture values on impulse buying behavior. Journal of Culture, Society and
Development. Vol.10, 2015.
Anandan, C., Mohanraj, M. P., & Madhu, S. (2006). A study of the impact of values
and lifestyle (VALS) on brand loyalty with special reference to english
newspaper. XIMB Journal of Management. 97-112.
Arini, N. (2018). 5 Prediksi Tren E-commerce di Indonesia Pada Tahun 2018.
Diunduh pada 10 oktober 2018 dari https://www.shopback.co.id.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). (2017). Hasil survei
penetrasi dan perilaku pengguna internet indonesia. Diunduh pada tanggal
10 Oktober 2018 dari http://apjii.or.id/survei2017.
Bachdar, S. (2018). 5 kota indonesia dengan jumlah pembelanja online terbesar.
Diunduh pada tanggal 10 Oktober 2018 dari http://marketeers.com/.
Banerjee, S., Saha, S. (2012). Impulse buying behaviour in retail store-triggering
the senses. Asia Pasific Journal or Marketing and Mangemen Review, 1(2):
2319-2836.
Bashir, S., Zeeshan, M., Sabbar, S., Hussain, R., & Sarki, I. (2013). Impact of
cultural values and life style on impulse buying behavior: a case study of
Pakistan. International Review of Management and Business Research
Journal. 2(1)193-200.
Bearden, W., Netemeyer, R., & Teel, J. (1989). Measurement of consumer
susceptibility to interpersonal influence. Journal of Consumer
Research, 15(4), 473-481.
Beatty, S. E., & Elizabeth Ferrell, M. (1998). Impulse buying: modeling its
precursors. Journal of Retailing, 74(2), 169–191.
Browne, M. W., Cudeck, R. (1992). Alternative ways of assesing model fit.
Sociological Methods & research, vol. 21, No.2, 230-258.
Davis, F. D. (1989). Perceived usefulness, perceived ease of use, and user
acceptance of information technology. MIS Quarterly, 13, 319–339.
Dawson, S., Kim, M. (2009). External and internal trigger cues of impulse
buying online. Direct Marketing: An International Journal, Vol. 3 Issue: 1,
pp.20-34.
109
Debora, Y. (2018). Daftar flash sale harbolnas 12.12 2018, dari jd.id hingga lazada.
Diunduh pada tanggal 8 Oktober 2019 dari http://tirto.id
Dincer, C. (2010). The influence of affect and cognition on impulse buying. Social
Responsibility Journal and Review of Social, Economic and Business Studies.
9(33), 153-158.
Dittmar, H., Long, K., & Meek, R. (2004). Buying on the internet: gender
differences in on-line and conventional buying motivations. Sex Roles,
50(5/6), 423–444.
Engel, J. F., Blackwell, R. D., & Miniard, P. W. (1994). Perilaku konsumen edisi
keenam. Jilid 1 (terjemahan) . Jakarta: Binarupa Aksara.
Floh, A., & Madlberger, M. (2013). The role of atmospheric cues in online impulse-
buying behavior. Electronic Commerce Research and Applications, 12(6),
425–439.doi:10.1016/j.elerap.2013.06.001
Fu, F.L., Su, R.C., & Yu, S.C. (2009). EGameFlow: A scale to measure learners’
enjoyment of e-learning games. Computers & Education. 52. 101-112.
10.1016/j.compedu.2008.07.004.
Hair, J.F., Black, W.C., Babin, J.B., Anderson, E.R. (2014). Multivariate data
analysis. London: Pearson Education Limited.
Handayani, R. (2017). Konsumen online banyak yang kecewa. Diunduh pada 28
Agustus 2019 dari https://www.republika.co.id/.
Hart, C., Farrell, A. M.,Stachow, G., Reed, G.,Cadogan,J.W. (2007). Enjoyment of
the shopping experience: impact on customers' repatronage intentions and
gender influence. The Service Industries Journal, 27:5, 583-604.
Hasibuan, L. (2018). Nilai transaksi harbolnas tahun ini tembus Rp 6,8 T. Diunduh
pada tanggal 8 Oktober 2019 dari http://cnbcindonesia.com/
Hawkins,D.I., Best, R.J., Coney., K.A (1995). Consumer behavior:implications for
marketing strategy. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Iprice. (2018). Peta e-commerce indonesia. Diunduh pada tanggal 12 November
2018 dari https://iprice.co.id/insights/mapofecommerce/.
Irawan, Handi. (2007). Karakter dan perilaku khas konsumen indonesia. Diunduh
pada tanggal 12 november 2018 dari http://marketing.co.id.
Jeffrey, S. A., & Hodge, R. (2007). Factors influencing impulse buying during an
online purchase. Electronic Commerce Research, 7, 367-379.
Kemp, S. (2018). Digital in 2018: world’s internet users part the 4 billion mark.
Diunduh pada tanggal 20 Mei 2018 dari https://wearesocial.com/.
Kotler. P., & Amstrong, G. (2008). Principles of marketing 12th edition. London:
Pearson Education.
110
Kwan, C. Y., Yeung, K. W. & Au, K. F. (2008). Relationship between consumer
decision-making styles and lifestyle characteristics: young fashion consumers
in China. The Journal of The Textile Institute. 99(3),193-209.
LaRose, R. (2001). On the negative effects of e‐commerce: a sociocognitive
exploration of unregulated on‐line buying. Journal of Computer‐Mediated
Communication, 6: 0-0. doi:10.1111/j.1083-6101.2001.tb00120.x
Lee, M.-H., Schellhase, R., Koo, D. M., & Lee, M.-J. (2009). The impacts of need
for cognitive closure, psychological wellbeing, and social factors on
impulse purchasing. Journal of Global Academy of Marketing Science,
19(4), 44–56.
Lennox, R. D., & Wolfe, R. N. (1984). Revision of the self-monitoring
scale. Journal of Personality and Social Psychology, 46(6), 1349-1364.
Lin, A., Gregor, S., and Ewing, M. (2008). Developing a scale to measure the
enjoyment of web experiences. Journal of Interactive Marketing, 22(5), 40-
57.
Lin, Y., & Chen, C. (2012). Adolescents’ impulse buying: susceptibility to
interpersonal influence and fear of negative evaluation. Social Behavior and
Personality: An international journal, 40, 353-358.
Loudon, D.L & Bitta, A.J. (1993). Consumer behavior (4th edition). New York:
Mc Graw-Hill, Inc.
Luo, X. (2005). How does shopping with others influence impulsive purchasing?.
Journal of Consumer Psychology, 15(4), 288–294.
Luthfi, A. (2019). Ini peta persaingan e-commerce Indonesia Q4 2018. Diunduh
pada tanggal 8 Oktober dari https://techno.okezone.com
Martin, S.S., Catala´n, B.L. (2013). How can a mobile vendor get satisfied
customers?. Journal Of Industrial Management & Data Systems, Vol. 113
No. 2, pp. 156-170.
Mohan,G., Sivakumaran, B., Piyush, S. (2013). Impact of store environment on
impulse buying behavior . European Journal of Marketing, Vol. 47 Issue:
10, pp.1711-1732.
Monsuwe, P.T, Dellaert, B, and Ruyter, K.D. (2004). What drives consumer to shop
online? a literature review. Netherlands, 15(1), 102-121.
Myers, D. G. (2010). Social psychology 10th edition. New York: McGraw-Hill.
111
Pandey, A. C., & Pandey, M. K. (2013). Impact of lifestyle on brand preference of
buyer behavior: A case study of Uttarakhand. Journal of Research in
Management & Technology, 2, 151–165.
Parboteeah, D & Valacich, Joseph & Wells, John. (2009). The influence of website
characteristics on a consumer's urge to buy impulsively. Information
Systems Research, 20. 60-78. 10.1287/isre.1070.0157.
Park, C.W., Lessig, V.P. (1997). Students and housewives: difference in
susceptibility to reference group influence. Journal of Consumer Research.
3, 102-110.
Peck, J., & Childers, T. L. (2006). If i touch it i have to have it: individual and
environmental influences on impulse purchasing. Journal of Business
Research, 59(6), 765–769.doi:10.1016/j.jbusres.2006.01.014.
Perry, D. L. (1967). The concept of pleasure. The Hague: Mouton & Co.
Picodi Indonesia. (2019). Singles day 2019 (11.11). Diunduh pada tanggal 8
Oktober 2019 dari https://picodi.com/.
Plummer, J. T. (1974). The concept and application of life style segmentation.
Journal of Marketing. 38(1)33-37.
Puri, Radhika. (1996). Measuring and modifying consumer impulsiveness: a cost-
benefit accessibility framework. Journal of Consumer Psychology, 5(2), pp.
87-114.
Putra, A.H.P.K., Said, S., & Hasan, S. (2017). Implication of external and internal
factors of mall consumers in Indonesia to impulse buying behavior.
International Journal of Business Accounting and Management. 2(4)1-10.
Rook, D.W. (1987). The buying impulse. Journal of Consumer Research. 14(2),
189- 199.
Rook, D.W., Fisher, R.J. (1995). Normative influence on impulsive buying
behaviour. Journal of Consumer Research, Vol. 22, No. 3 (Dec., 1995), pp.
305-313.
Rosyadi, M. I. (2018). Ini alasan orang indonesia hobi belanja flash sale. Jakarta:
https://inet.detik.com/consumer/d-4230403/ini-alasan-orang-indonesia-
hobi-belanja-flash-sale.
Silvera, D.H., Lavack, M.A., Kropp, F. (2008). Impulse buying: the role of affect,
social influence, and subjective wellbeing. Journal of Consumer Marketing.
Vol. 25 Issue: 1, pp.23-33.
112
Suryadi, B., Mutiah, D., Miftahuddin, Dewi, M.S., Muchtar, Y.D., & Tresniasari,
N. (2014). Metodologi penelitian. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Tambuwun, M. (2016). Shopping lifestyle as intervening relation between hedonic
motive and gender on impulse buying. International Journal of Business
and Finance Management Research. 9-16.
Tendai, Mariri., Crispen, Chipunza. (2009). In-store shopping environment and
impulsive buying. African Journal of Marketing Management. Vol. 1(4)
pp.102-108
The Yankee Group. (2002). E-commerce white paper: what causes customers to
buy on impulse. Diunduh pada tanggal 28 Agustus 2018 dari
http://www.uie.com/publications/whitepapers/ImpulseBuying.pdf.
Triwijanarko, R. (2018). Ini kata shopee, lazada, dan tokopedia soal efektivitas
promosi dan diskon. Diunduh pada tanggal 10 Oktober 2018 dari
http://marketeers.com/.
Verhagen, T., & van Dolen, W. M. (2011). The influence of online store beliefs on
consumer online impulse buying: A model and empirical
application. Information and Management, 48, 320-327.
Verplanken, B., & Herabadi, A.G. (2001). Individual differences in impulse buying
tendency: feeling and no thinking. European Journal of Personality, 5(1),
571-583.
Vyncke, P. (2002). Lifestyle segmentation from attitudes, interests and opinions, to
values, aesthetic styles, life vision and media preferences. European Journal
of Communication. 17(4)445-463.
Wahidah, N., Herkulana, & Achmadi. (2013). Pengaruh perilaku konsumtif
terhadap gaya hidup mahasiswa pendidikan ekonomi fkip untan. Artikel
Penelitian Universitas Tanjung Pura.
Wu, W., Huan,T.(2010). The effect of purchasing situation and conformity
behavior on young students impulse buying. African Journal of Business
Management, Vol. 4(16), pp. 3530-3540.
Xu,Y., Huang, J. (2014). Effects of price discounts and bonus packs on online
impulse buying. Research Journal of Society for Personality, 42(8), 1293-
1302.
113
LAMPIRAN
114
LAMPIRAN 1
Kuesioner Penelitian
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Selamat pagi/siang/sore,
Salam sejahtera saya ucapkan, semoga Anda selalu mendapatkan berkah
serta perlindungan dari Allah Ta’ala sehingga dapat melaksanakan aktivitas sehari-
hari.
Perkenalkan saya Indira Cahya Fitria mahasiswa Psikologi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang saat ini melakukan penelitian dalam
rangka menyelesaikan skripsi. Untuk itu, saya mengharapkan kesediaan Anda
untuk dapat berpartisipasi dalam penelitian ini.
Anda dipersilahkan untuk mengisi kuesioner ini dengan mengikuti petunjuk
pengisian yang diberikan dan TIDAK ADA JAWABAN SALAH dalam kuesioner
ini. Anda diharapkan mengisi jawaban sesuai dengan keadaan saat ini. Data diri dan
semua jawaban Anda akan diolah secara general, bukan perorangan. Data dalam
penelitian ini akan dijaga KERAHASIAAN nya dan hanya untuk kepentingan
penelitian. Atas perhatian dan bantuannya peneliti ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
(Indira Cahya Fitriya)
115
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama / Inisial :
Jenis Kelamin : P/L
Usia :
*Beri tanda ceklis () pada jawaban yang sesuai dengan diri Anda
Pengguna e-commerce (yang paling sering digunakan) :
Shopee
Tokopedia
Lazada
Bukalapak
Blibli
Lainnya......
Tempat tinggal saat ini (domisili):
Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi
Isilah pertanyaan berikut terlebih dahulu:
1. Apakah Anda membeli barang yang sebenarnya sudah ada di rumah?
Ya Tidak
2. Apakah Anda sering membeli barang melebihi daftar list yang telah dibuat
sebelumnya?
Ya Tidak
3. Apakah anda lebih suka membeli produk dengan harga sale daripada harga
normal?
Ya Tidak
4. Apakah sebagian besar barang belanjaan Anda di e-commerce merupakan
produk sale?
Ya Tidak
Bersedia mengisi kuesioner ini tanpa adanya paksaan.
TTD
(Nama/Inisial)
116
II. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
1. Bacalah sejumlah pernyataan di bawah ini dengan teliti.
2. Anda dimohon untuk memberikan penilaian mengenai pernyataan dibawah ini.
3. Anda dimohon untuk memberikan jawaban sesuai dengan keadaan Anda secara
objektif dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu kriteria untuk setiap
pernyataan yang menurut Anda paling tepat.
4. Skor yang diberikan tidak mengandung nilai jawaban benar-salah melainkan
menunjukan kesesuaian penilaian Anda terhadap isi setiap pernyataan.
5. Pilihan jawaban yang tersedia adalah:
STS = Sangat tidak setuju
TS= Tidak Setuju
S =Setuju
SS= Sangat Setuju
6. Dimohon dalam memberikan penilaian tidak ada pernyataan yang terlewatkan.
Contoh:
No Pernyataan STS TS S SS
1 Saya mengetahui kelebihan dan kelemahan saya X
117
Skala Pembelian Impulsif
No. Pernyataan
STS TS S SS
1 Saya membeli barang sale di e-commerce tanpa
berpikir berulangkali.
2 Saya membeli barang sale di e-commerce meskipun
jarang digunakan.
3 Saya berpikir berulangkali sebelum membeli barang di e-commerce meskipun sedang sale.
4 Begitu ada barang sale yang menarik di e-commerce
saya langsung membelinya.
5 Saya hanya membeli barang sale yang telah
direncanakan sebelumnya.
6 Saya membeli barang sale, meskipun belum saya
gunakan dalam waktu dekat.
7 Sebelum membeli barang sale, saya mempertimbangkan
apakah saya membutuhkannya.
8 Saya hanya membeli barang sale yang ada dalam daftar
belanjaan.
9 Begitu ada barang bagus di e-commerce saya langsung
membelinya.
10 Saya hanya membeli barang sale yang akan saya
gunakan saja.
11 Sulit bagi saya mengabaikan barang-barang bagus yang
saya lihat di e-commerce.
12 Saya sulit tergoda melihat barang sale di e-commerce.
13 Saat tanggal muda, saya membeli barang yang sedang
sale di e-commerce.
14 Saya sulit menahan diri untuk membeli barang sale di e-
commerce.
15 Saya menghibur diri dengan belanja barang sale di e-
commerce.
16 Saya sulit menahan diri untuk membeli barang bagus di
e-commerce.
17 Saat melihat produk yang sedang sale di e-commerce,
saya antusias untuk membelinya.
18 Saya berbelanja produk sale di e-commerce untuk
menghilangkan rasa suntuk.
118
Skala Gaya Hidup
No Pernyataan STS TS S SS
1 Saya selalu memikirkan tugas.
2 Saya membandingkan barang di satu toko dengan
toko lainnya.
3 Saya hanya memiliki sedikit pakaian yang
mengikuti trend saat ini.
4 Pakaian merupakan hal terpenting untuk
mengekspresikan citra diri.
5 Rumah merupakan tempat yang paling nyaman.
6 Saya menghabiskan waktu senggang bersama
keluarga
7 Saya lebih percaya diri saat bersama teman.
8 Saya bersedia membayar harga yang lebih mahal
untuk merek terkenal
9 Saya seorang pekerja keras.
10 Saya hanya mengeluarkan sedikit uang untuk
belanja.
11 Saya membeli baju yang sesuai trend fashion saat
ini.
12 Cara saya berpakaian merupakan cerminan diri
saya.
13 Saya lebih suka di luar rumah daripada di rumah.
14 Keluarga merupakan hal yang paling penting bagi
saya.
15 Mengenal diri sendiri bukanlah hal yang penting.
16 Kualitas produk merek asing biasanya lebih baik
daripada merek lokal
17 Saya malas mengerjakan banyak tugas
18 Saya memilih model baju yang bulan depan hendak
saya beli.
19 Saya selalu memperhatikan trend fashion terbaru.
19 Saya bersemangat ketika membeli barang sale di e-
commerce
20 Demi menyenangkan hati, saya berbelanja barang sale di
e-commerce.
119
20 Cerminan diri saya bukan dilihat dari saya
berpakaian.
21 Saya lebih banyak menghabiskan waktu senggang
di rumah.
22 Saya lebih banyak menghabiskan waktu bersama
teman daripada dengan keluarga.
23 Saya selalu bangga dengan diri saya.
24 Harga produk yang tinggi sama dengan kualitas
produk yang tinggi.
25 Belajar merupakan hal terpenting dalam hidup saya.
26 Saya selalu memikirkan persediaan pakaian di
lemari
27 Saya ingin menjadi orang pertama yang mencoba
fashion terbaru.
28 Berpakaian baik merupakan bentuk menghargai diri
sendiri.
29 Saya menikmati waktu dirumah.
30 Saya selalu bangga dengan keluarga dekat saya.
31 Saya biasanya mudah mencapai target pekerjaan
32 Produk bermerk bukan tujuan utama saya dalam
membeli barang.
Skala Kesenangan Berinternet
No Pernyataan STS TS S SS
1 Perhatian saya sangat terfokus saat memilih produk di e-
commerce.
2 Saya berkonsentrasi saat memilih barang di e-commerce.
3 Saya mudah bosan ketika menggunakan e-commerce.
4 Harga yang murah membuat saya puas belanja di e-
commerce.
5 Saya terpaksa menggunakan e-commerce untuk
berbelanja.
6 Saya menikmati semua moment ketika menggunakan e-
commerce
7 Menggunakan e-commerce dapat memenuhi kebutuhan
saya megenai produk terbaru.
8 E-commerce memudahkan saya mencari produk yang
diinginkan dengan lebih cepat.
9 Saya merasa menggunakan e-commerce hanya memiliki
120
sedikit keuntungan
10 Saya memperhatikan gambar produk dengan detail ketika
berbelanja di e-commerce.
11 Banyak hal yang dapat menganggu konsentrasi saya
ketika menggunakan e-commerce.
12 Rasanya e-commerce membantu saya sebelum membeli
produk.
13 Saya kecewa menggunakan e-commerce untuk membeli
produk.
14 Saya senang mengunjungi e-commerce.
15 Saya nyaman menggunakan e-commerce untuk
berbelanja.
16 Promo menarik yang ada di e-commerce memenuhi
kebutuhan berbelanja saya.
17 Saya merasa e-commerce masih memiliki banyak
kekurangan.
18 E-commerce sangat berguna dalam menghemat waktu
belanja.
19 Ketika memilih produk menggunakan e-commerce
perhatian saya mudah teralihkan.
20 Saya senang melihat tampilan e-commerce yang menarik.
21 Banyak hal yang saya takuti ketika menggunakan e-
commerce untuk berbelanja.
22 Harga produk yang lebih murah di e-commerce
membantu saya menghemat uang belanja.
Skala Susceptibility To Interpersonal Influence
No Pernyataan STS TS S SS
1 Saya membeli model fashion terbaru yang disarankan
teman.
2 Saya berusaha membeli barang seperti yang dipakai artis.
3 Saya mengamati trend sepatu yang dipakai artis sebelum
membeli.
4 Saya kurang percaya terhadap informasi yang diberikan
orang lain mengenai suatu produk
5 Saya biasanya berkonsultasi dengan orang lain untuk
membantu memilih produk.
6 Saya berusaha membeli barang yang sama dengan teman
kelompok.
121
7 Saya membeli produk yang sama dengan orang yang
saya idolakan.
8 Saat belanja saya jarang memperhatikan produk yang dibeli orang lain.
9 Saya mengumpulkan informasi dari teman tentang suatu produk sebelum membeli.
10 Saya menanyakan kepada teman tentang suatu produk
11 Saya membeli produk yang saya sukai, walaupun teman-
teman kurang menyetujuinya.
12 Saya sering membeli produk yang sama dengan teman
kelompok
13 Saya memperhatikan gaya berpakaian trendsetter
sebelum membeli produk.
14 Saya biasanya membeli produk yang menurut saya bagus
tanpa perlu mencari informasi terlebih dahulu.
15 Saya akan memilih produk yang saya pikir bagus
daripada produk yang disarankan orang lain.
16 Jika saya berbelanja dengan teman, saya sering membeli
merek yang teman inginkan.
17 Saya lebih senang membeli produk yang sesuai dengan
style saya daripada mengikuti orang lain.
18 Sebelum membeli biasanya saya mencari review
mengenai produk.
122
LAMPIRAN 2
Syntax dan Path Diagram
1. Pembelian Impulsif
UJI VALIDITAS KONSTRUK PEMBELIAN IMPULSIF
DA NI=20 NO=325 MA=PM
LA
DV1 DV2 DV3 DV4 DV5 DV6 DV7 DV8 DV9 DV10 DV11 DV12 DV13 DV14
DV15 DV16 DV17 DV18 DV19 DV20
PM SY FI=DV.COR
MO NX=20 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
IMPULSIF
FR TD 10 7 TD 19 17 TD 20 19 TD 8 5 TD 7 3 TD 9 4 TD 20 18 TD 12 11 TD 3
1 TD 10 8
FR TD 8 7 TD 10 5 TD 7 5 TD 10 9 TD 19 15 TD 20 15 TD 18 15 TD 19 18 TD
12 9 TD 11 7
FR TD 15 13 TD 16 15 TD 17 15 TD 16 3 TD 19 7 TD 19 10 TD 20 13 TD 20 16
TD 20 17
FR TD 13 7 TD 6 3 TD 19 6 TD 16 1 TD 10 3 TD 14 10 TD 20 10 TD 14 11 TD
12 7 TD 7 4 TD FR TD 7 1 TD 9 5 TD 16 14 TD 19 16 TD 14 4 TD 17 1 TD 11 6
TD 14 6 TD 7 6 TD 10 6 TD 8 3 FR TD 19 5 TD 20 5
PD
OU TV SS MI
123
2. Working Activity
UJI VALIDITAS KONSTRUK WORKING ACTIVITY
DA NI=4 NO=325 MA=PM
LA
X1 X9 X25 X17
PM SY FI=WA.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
WORKING ACTIVITY
PD
OU TV SS MI
124
3. Shopping activity
UJI VALIDITAS KONSTRUK SHOPPING ACTIVITY
DA NI=4 NO=325 MA=PM
LA
X2 X10 X18 X26
PM SY FI=SA.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
SHOPPING
PD
OU TV SS MI
125
4. Interests related to fashion
UJI VALIDITAS KONSTRUK INTERESTS RELATED TO FASHION
DA NI=4 NO=325 MA=PM
LA
X3 X11 X19 X27
PM SY FI=IF.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
FASHION
FR TD 4 1
PD
OU TV SS MI
126
5. Fashion as self representation
UJI VALIDITAS KONSTRUK FASHION AS SELF REPRESENTATION
DA NI=4 NO=325 MA=PM
LA
X4 X12 X28 X20
PM SY FI=FSP.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
FSELF REPRESENTATION
PD
OU TV SS MI
127
6. Interests related to home
UJI VALIDITAS KONSTRUK INTERESTS RELATED TO HOME
DA NI=4 NO=325 MA=PM
LA
X5 X13 X21 X29
PM SY FI=INTERESTSHOME.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
INTERESTS HOME
FR TD 3 2 TD 4 3
PD
OU TV SS MI
128
7. Interests related to family
UJI VALIDITAS KONSTRUK INTERESTS RELATED TO FAMILY
DA NI=4 NO=325 MA=PM
LA
X6 X14 X22 X30
PM SY FI=INTERESTSFAMILY.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
INTERESTS FAMILY
FR TD 3 1 TD 2 1
PD
OU TV SS MI
129
8. Opinion about them selves
UJI VALIDITAS KONSTRUK OPINION ABOUT THEMSELVES
DA NI=4 NO=325 MA=PM
LA
X7 X15 X23 X31
PM SY FI=THEMSELVES1.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
OPINION THEMSELVES
PD
OU TV SS MI ME=UL
130
9. Opinion about products
UJI VALIDITAS KONSTRUK OPINION ABOUT PRODUCTS
DA NI=4 NO=325 MA=PM
LA
X8 X16 X24 X32
PM SY FI=OP.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
OPINION PRODUCTS
PD
OU TV SS MI
131
10. Engagement
UJI VALIDITAS KONSTRUK ENGAGEMENT
DA NI=7 NO=325 MA=PM
LA
ENT1 ENT2 ENT3 ENT10 ENT11 ENT12 ENT19
PM SY FI=ENGAGEMENT.COR
MO NX=7 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
ENT
FR TD 7 5 TD 5 2 TD 6 4 TD 7 3 TD 5 3 TD 7 1
PD
OU SS TV MI
132
11. Positive Affect
UJI VALIDITAS KONSTRUK POSITIVE AFFECT
DA NI=8 NO=325 MA=PM
LA
PA4 PA5 PA6 PA13 PA14 PA15 PA20 PA21
PM SY FI=PA.COR
MO NX=8 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
PA
FR TD 6 4 TD 8 6 TD 4 2 TD 5 1 TD 8 4 TD 5 4 TD 7 5 TD 5 2
PD
OU SS TV MI
133
12. Fulfillment
UJI VALIDITAS KONSTRUK FULFILLMENT
DA NI=7 NO=325 MA=PM
LA
FUL7 FIL8 FUL9 FUL16 FUL17 FUL18 FUL22
PM SY FI=FULFILLMENT.COR
MO NX=7 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
FULFILLMENT
FR TD 4 3 TD 7 5 TD 3 2 TD 5 3
PD
OU SS TV MI
134
13. Pengaruh normatif
UJI VALIDITAS KONSTRUK PENGARUH NORMATIF
DA NI=8 NO=352 MA=PM
LA
NOR1 NOR2 NOR6 NOR7 NOR11 NOR12 NOR16 NOR17
PM SY FI=NORMATIVE.COR
MO NX=8 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
NORMATIVE
FR TD 7 6 TD 8 5 TD 6 3 TD 2 1 TD 4 5 TD 4 2 TD 5 2
PD
OU SS TV MI
135
14. Pengaruh informasional
UJI VALIDITAS KONSTRUK PENGARUH INFORMASIONAL
DA NI=10 NO=325 MA=PM
LA
INF3 INF4 INF5 INF8 INF9 INF10 INF13 INF14 INF15 INF18
PM SY FI=INFORMATIONAL.COR
MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
INFORMATIONAL
FR TD 7 1 TD 8 2 TD 9 4 TD 10 8 TD 10 1 TD 5 2 TD 9 8 TD 8 4
FR TD 9 2 TD 4 2 TD 6 1 TD 7 3 TD 6 4 TD 9 6 TD 8 7 TD 8 1 TD 3 1
PD
OU SS TV MI
136
LAMPIRAN 3
Output Regresi
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Pembelian impulsif 325 26,18 79,00 50,0000 9,57501
Working activity 325 23,31 65,28 50,0000 7,82063
Shopping activity 325 30,28 67,77 50,0000 8,90580
Interests related to fashion 325 30,21 73,80 50,0000 8,90739
Fashion as self
representasion 325 16,49 65,91 50,0000 8,37429
Interests related to home 325 22,64 62,57 50,0000 8,54324
Interests related to family 325 19,41 62,17 50,0000 8,36199
Opinion about themselves 325 22,14 62,80 50,0000 8,67442
Opinion about products 325 32,63 71,40 50,0000 7,50702
Engangement 325 23,90 69,09 50,0000 8,47139
Positiveaffect 325 24,37 73,57 50,0000 8,78944
Fulfillment 325 19,24 70,25 50,0000 8,72122
Normatif 325 31,46 85,11 50,0000 9,26272
Informasional 325 17,86 66,63 50,0000 9,01011
Valid N (listwise) 325
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted
R
Square
Std.
Error of
the
Estimate
Change Statistics
R
Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 ,643a ,413 ,389 7,48669 ,413 16,843 13 311 ,000
a. Predictors: (Constant), Informasional, Opinion about themselves, Opinion
about product, Engangement, Fashion as self representasion, Interests related to
home, Working activity, Shopping activity, Normatif, Positive affect, Interests
related to fashion, Interests related to family, Fulfillment
137
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
1
Regression 12272,889 13 944,068 16,843 ,000b
Residual 17431,703 311 56,050
Total 29704,592 324
a. Dependent Variable: Pembelian Impulsif
b. Predictors: (Constant), Informasional, Opinion about themselves, Opinion
about product, Engangement, Fashion as self representasion, Interests related to
home, Working activity, Shopping activity, Normatif, Positive affect, Interests
related to fashion, Interests related to family, Fulfillment
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std.
Error
Beta
1
(Constant) 5,122 5,474 ,936 ,350
Working activity -,055 ,060 -,045 -,916 ,360
Shopping activity ,225 ,055 ,209 4,109 ,000
Interests related to fashion ,153 ,060 ,142 2,532 ,012
Fashion as self
representasion -,039 ,055 -,034 -,698 ,486
Interests related to home -,075 ,061 -,067 -
1,219 ,224
Interests related to family -,032 ,068 -,028 -,472 ,637
Opinion about themselves -,045 ,054 -,041 -,829 ,408
Opinion about products ,277 ,064 ,217 4,316 ,000
Engangement -,121 ,063 -,107 -
1,914 ,057
Positiveaffect ,132 ,068 ,122 1,957 ,051
Fulfillment ,177 ,072 ,161 2,447 ,015
Normatif ,257 ,056 ,249 4,603 ,000
Informasional ,043 ,050 ,041 ,870 ,385
a. Dependent Variable: IMPULSIF
138
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted
R
Square
Std.
Error of
the
Estimate
Change Statistics
R
Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 ,101a ,010 ,007 9,54092 ,010 3,320 1 323 ,069
2 ,415b ,172 ,167 8,74010 ,162 62,902 1 322 ,000
3 ,508c ,258 ,251 8,28581 ,086 37,276 1 321 ,000
4 ,509d ,259 ,250 8,29269 ,001 ,468 1 320 ,495
5 ,513e ,264 ,252 8,28099 ,004 1,905 1 319 ,169
6 ,519f ,269 ,255 8,26405 ,005 2,310 1 318 ,130
7 ,520g ,270 ,254 8,26830 ,002 ,673 1 317 ,413
8 ,576h ,332 ,315 7,92337 ,062 29,201 1 316 ,000
9 ,577i ,333 ,314 7,93261 ,001 ,264 1 315 ,608
a. Predictors: (Constant), WORKINGACTIVITY
b. Predictors: (Constant), WORKINGACTIVITY, SHOPPINGACTIVITY
c. Predictors: (Constant), WORKINGACTIVITY, SHOPPINGACTIVITY,
INTERESTFASHION
d. Predictors: (Constant), WORKINGACTIVITY, SHOPPINGACTIVITY,
INTERESTFASHION, FASHIONSELFASREPRESENTASION
e. Predictors: (Constant), WORKINGACTIVITY, SHOPPINGACTIVITY,
INTERESTFASHION, FASHIONSELFASREPRESENTASION,
INTERESTHOME
f. Predictors: (Constant), WORKINGACTIVITY, SHOPPINGACTIVITY,
INTERESTFASHION, FASHIONSELFASREPRESENTASION,
INTERESTHOME, INTERESTFAMILY
g. Predictors: (Constant), WORKINGACTIVITY, SHOPPINGACTIVITY,
INTERESTFASHION, FASHIONSELFASREPRESENTASION,
INTERESTHOME, INTERESTFAMILY, OPINIONTHEMSELVES
h. Predictors: (Constant), WORKINGACTIVITY, SHOPPINGACTIVITY,
INTERESTFASHION, FASHIONSELFASREPRESENTASION,
INTERESTHOME, INTERESTFAMILY, OPINIONTHEMSELVES,
OPINIONPRODUCT
i. Predictors: (Constant), WORKINGACTIVITY, SHOPPINGACTIVITY,
INTERESTFASHION, FASHIONSELFASREPRESENTASION,
INTERESTHOME, INTERESTFAMILY, OPINIONTHEMSELVES,
OPINIONPRODUCT, ENGANGEMENT
139
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted
R
Square
Std.
Error of
the
Estimate
Change Statistics
R
Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 ,577a ,333 ,314 7,93261 ,333 17,450 9 315 ,000
2 ,597b ,356 ,336 7,80417 ,023 11,454 1 314 ,001
3 ,604c ,365 ,343 7,76354 ,009 4,295 1 313 ,039
4 ,642d ,412 ,389 7,48378 ,047 24,839 1 312 ,000
5 ,643e ,413 ,389 7,48669 ,001 ,758 1 311 ,385
a. Predictors: (Constant), ENGANGEMENT, INTERESTFASHION,
OPINIONTHEMSELVES, INTERESTHOME,
FASHIONSELFASREPRESENTASION, WORKINGACTIVITY,
OPINIONPRODUCT, SHOPPINGACTIVITY, INTERESTFAMILY
b. Predictors: (Constant), ENGANGEMENT, INTERESTFASHION,
OPINIONTHEMSELVES, INTERESTHOME,
FASHIONSELFASREPRESENTASION, WORKINGACTIVITY,
OPINIONPRODUCT, SHOPPINGACTIVITY, INTERESTFAMILY,
POSITIVEAFFECT
c. Predictors: (Constant), ENGANGEMENT, INTERESTFASHION,
OPINIONTHEMSELVES, INTERESTHOME,
FASHIONSELFASREPRESENTASION, WORKINGACTIVITY,
OPINIONPRODUCT, SHOPPINGACTIVITY, INTERESTFAMILY,
POSITIVEAFFECT, FULFILLMENT
d. Predictors: (Constant), ENGANGEMENT, INTERESTFASHION,
OPINIONTHEMSELVES, INTERESTHOME,
FASHIONSELFASREPRESENTASION, WORKINGACTIVITY,
OPINIONPRODUCT, SHOPPINGACTIVITY, INTERESTFAMILY,
POSITIVEAFFECT, FULFILLMENT, NORMATIF
e. Predictors: (Constant), ENGANGEMENT, INTERESTFASHION,
OPINIONTHEMSELVES, INTERESTHOME,
FASHIONSELFASREPRESENTASION, WORKINGACTIVITY,
OPINIONPRODUCT, SHOPPINGACTIVITY, INTERESTFAMILY,
POSITIVEAFFECT, FULFILLMENT, NORMATIF, INFORMASIONAL
140
Frekuensi
KIMPULSIF1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1,00 164 50,5 50,5 50,5
2,00 161 49,5 49,5 100,0
Total 325 100,0 100,0
KWA
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1,00 188 57,8 57,8 57,8
2,00 137 42,2 42,2 100,0
Total 325 100,0 100,0
KSA
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1,00 151 46,5 46,5 46,5
2,00 174 53,5 53,5 100,0
Total 325 100,0 100,0
KIF
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1,00 167 51,4 51,4 51,4
2,00 158 48,6 48,6 100,0
Total 325 100,0 100,0
KFSR
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1,00 197 60,6 60,6 60,6
2,00 128 39,4 39,4 100,0
Total 325 100,0 100,0
141
KIH
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1,00 176 54,2 54,2 54,2
2,00 149 45,8 45,8 100,0
Total 325 100,0 100,0
KIFAM
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1,00 180 55,4 55,4 55,4
2,00 145 44,6 44,6 100,0
Total 325 100,0 100,0
KOPINIONTHEM
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1,00 224 68,9 68,9 68,9
2,00 101 31,1 31,1 100,0
Total 325 100,0 100,0
KOPINIONPRODUCT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1,00 170 52,3 52,3 52,3
2,00 155 47,7 47,7 100,0
Total 325 100,0 100,0
KENGAGEMENT1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1,00 180 55,4 55,4 55,4
2,00 145 44,6 44,6 100,0
Total 325 100,0 100,0
142
KPOSITIVEAFFECT1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1,00 206 63,4 63,4 63,4
2,00 119 36,6 36,6 100,0
Total 325 100,0 100,0
KFULFILLMENT1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1,00 184 56,6 56,6 56,6
2,00 141 43,4 43,4 100,0
Total 325 100,0 100,0
KNORMATIF1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1,00 175 53,8 53,8 53,8
2,00 150 46,2 46,2 100,0
Total 325 100,0 100,0
KINFORMASIONAL1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1,00 167 51,4 51,4 51,4
2,00 158 48,6 48,6 100,0
Total 325 100,0 100,0