PENGARUH FUNGISIDA ASAM FOSFIT TERDAHAP …digilib.unila.ac.id/54982/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of PENGARUH FUNGISIDA ASAM FOSFIT TERDAHAP …digilib.unila.ac.id/54982/3/SKRIPSI TANPA BAB...
PENGARUH FUNGISIDA ASAM FOSFIT TERDAHAP
PERKECAMBAHAN, PANJANG TABUNG KECAMBAH KONIDIA
Peronosclerospora maydis DAN INTENSITAS PENYAKIT BULAI
TANAMAN JAGUNG ( Zea mays L.)
Skripsi
Oleh
YESI NOVITA SARI
1414121250
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
PENGARUH FUNGISIDA ASAM FOSFIT TERHADAP
PERKECAMBAHAN, PANJANG TABUNG KECAMBAH KONIDIA
Peronosclerospora maydis DAN INTENSITAS PENYAKIT BULAI
TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)
Oleh
YESI NOVITA SARI
Penyakit bulai merupakan salah satu penyakit penting yang menimbulkan
kerusakan pada tanaman jagung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh fungisida asam fosfit dalam menekan daya berkecambah dan panjang
tabung kecambah konidia Peronosclerospora maydis, pengaruh perlakuan
fungisida asam fosfit terhadap konidia P. maydis dalam menekan penyakit bulai
pada tanaman jagung, pengaruh aplikasi fungisida asam fosfit dalam menurunkan
intensitas penyakit bulai pada tanaman jagung. Penelitian ini terdiri dari tiga
pengujian satu pengujian dilakukan secara in vitro dan dua pengujian secara in
vivo. Untuk pengujian secara in vitro perlakuan disusun dalam rancangan acak
lengkap (RAL) sedangkan dua pengujian secara in vivo, perlakuan disusun dalam
rancangan acak kelompok (RAK) dengan dua perlakuan yaitu perlakuan kontrol
dan perlakuan fungisida asam fosfit. Pengujian satu dilakukan secara in vitro
Yesi Novita Sari
dengan memberi perlakuan fungisida pada suspensi konidia, pengujian dua
dilakukan secara in vivo 1 dengan menginokulasikan suspensi konidia yang telah
diberi perlakuan fungisida pada tanaman jagung (inokulasi buatan) dan pengujian
tiga dilakukan secara in vivo 2 dengan meletakkan tanaman sumber inokulum dan
melakukan penyemprotan fungisida pada tanaman jagung (inokulasi alami).
Homogenitas ragam dan perbandingan nilai tengah pada dua perlakuan diuji
dengan uji T pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukan bahwa fungisida
berbahan aktif asam fosfit mampu menekan perkecambahan dan dapat
menurunkan daya infeksi konidia P. maydis terhadap tanaman jagung. Selain itu,
aplikasi penyemprotan fungisida asam fosfit pada daun mampu menekan
intensitas penyakit bulai. Dengan demikian aplikasi fungisida asam fosfit mampu
menekan penyakit bulai pada tanaman jagung.
Kata kunci : Bulai, fungisida asam fosfit, tanaman jagung.
PENGARUH FUNGISIDA ASAM FOSFIT TERDAHAP
PERKECAMBAHAN, PANJANG TABUNG KECAMBAH KONIDIA
Peronosclerospora maydis DAN INTENSITAS PENYAKIT BULAI
TANAMAN JAGUNG ( Zea mays L.)
Oleh
YESI NOVITA SARI
1414121250
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 30 November 1996, dari
pasangan Bapak Maryono dan Ibu Ema Sumarni. Penulis adalah anak pertama
dari tiga bersaudara. Penulis menempuh pendidikan pertama di Taman Kanak-
kanak Melati Puspa, Bandar Lampung pada tahun 2002, dilanjutkan di SD Negri 1
Tanjung Senang, Bandar Lampung dan menyelesaikannya pada tahun 2008.
Pendidikan Sekolah Menengah Pertama ditempuh di SMP Surya Dharma 2
Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 2011, kemudian dilanjutkan
pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung dan
diselesaikan pada tahun 2014, kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke
jenjang universitas, dan penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada tahun 2014,
melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri).
Pada bulan Januari-Februari 2017, penulis melaksanakan program Kuliah Kerja
Nyata (KKN) Universitas Lampung di Desa Gayau Sakti, Kecamatan Seputih
Agung, Lampung Tengah. Kemudian pada bulan Juli-Agustus 2017, penulis
melaksanakan kegiatan Praktik Umum (PU) di PT. Perusahaaan Nusantara VII
Distrik Bungmayang, Kota Bumi, Lampung Utara. Penulis juga pernah dipercaya
menjadi asisten dosen mata kuliah Pengendalian Penyakit Tanaman,
Bioekologi Hama Tumbuhan dan Kimia Dasar. Selain menjadi mahasiswa,
penulis aktif di organisasi kemahasiswaan sebagai anggota Bidang Penelitian dan
Pengembangan PERMA AGT FP dan menjadi anggota di Bidang Kaderisasi serta
Biro Dana Usaha dan Inventaris UKM-U KOIN periode 2015/2017.
Bismillahirohhmanirohhim...
Dengan penuh Rasa Syukur,
Kupersembahkan karya
sederhana ini untuk kedua
orang tuaku tercinta dan kedua
adikku tersayang.
Almamater tercinta
Agroteknologi, Universitas Lampung
“ALLAH tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai demgan kesanggupannya”
(Q.S. Al-Baqarah :286)
Bunga adalah cara Tuhan memberi hadiah kepada semua
tumbuhan yang sabar. (Nom de plume)
“Orang yang berbahagia bukanlah orang hebat dalam segala hal, tapi orang yang
bisa menemukan hal sederhana dalam hidupnya dan mengucap syukur”
(Warren Buffet)
Tidak ada alasan untuk senantiasa bersyukur karena tidak setiap kehidupan sama, tetapi dengan bersyukur setiap bahagia terasa sama.
( Yesi Novita Sari)
SANWACANA
Puji syukur selalu penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi dengan judul “ Pengaruh Fungisida Asam Fosfit terhadap
Perkecambahan, Panjang Konidia Peronosclerospora sp. dan Intensitas
Penyakit Bulai Tanaman Jagung (Zea mays L.)” salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari Universitas Lampung. Selama
penyusunan dan penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini,
penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S., selaku Ketua Bidang Proteksi Tanaman,
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Cipta Ginting, M.Sc., selaku pembimbing pertama atas ide
penelitian, bimbingan, motivasi, saran, serta kesabaran dalam memberikan
nasihat-nasihatnya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Ibu Ivayani, S.P., M.Si., selaku pembimbing kedua atas bimbingan, motivasi,
saran dan kesabarannya dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku pembahas yang telah
memberikan kritik dan saran serta nasihat dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak Ir. Ardian, M.Agr., selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan, nasehat-nasehat dan arahan selama perkuliahan.
8. Ir. Dad R. J. Sembodo, M.S., yang telah berbaik hati memberikan fasilitas
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
9. Bapak dan Ibuku tercinta yang selalu memberikan doa, kasih sayang,
semangat, pengorbanan serta dorongan moril dan materil dalam pencapaian
cita-citaku. Kedua adikku tersayang yang senantiasa memberikan doa,
semangat dan meringankan beban bagi penulis.
10. Teruntuk Rocky Pratama dan sahabat seperjuangan Shafira Fatimah, Yais
Daniati,Vredigh Richal, Septiana Putri, Ruri Mayang, Siti Rahmah, Winoza
Wulandari, Rosa Invira, Widhi Salikha, Sinta Nur terimakasih untuk segala
dukungan, semangat, senantiasa meringankan beban, menguatkan,
kebersamaan, serta kebahagiannya dalam segala suasana.
11. Team penelitian bulai 2014, Mba-Abang (bulai), Pak Khoiri, teman-teman
jurusan Agroteknologi, Proteksi Tanaman khususnya angkatan 2014 dan
untuk semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini baik secara
langsung maupun tidak langsung terimakasih atas bantuan, semangat serta
dukungannya selama ini.
Dengan ketulusan hati penulis menyampaikan terima kasih dan berharap semoga
Allah SWT membalas atas semua kebaikan yang telah diberikan. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung
Penulis
YESI NOVITA SARI
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xxiii
I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 2
1.2 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 3
1.3 Kerangka Pemikiran ................................................................................ 4
1.4 Hipotesis .................................................................................................. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 6
2.1 Tanaman Jagung ................................................................................. 7
2.2 Penyakit Bulai ..................................................................................... 8
2.2.1 Gejala Penyakit ......................................................................... 8
2.2.2 Penyebab Penyakit .................................................................... 8
2.2.3 Daur Penyakit ............................................................................. 9
2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhui Perkembangan
penyakit ....................................................................................... 10
2.2.5 Pengendalian Penyakit Bulai ...................................................... 11
2.3 Fungisida Asam Fosfit ......................................................................... 11
III. BAHAN DAN METODE .......................................................................... 15
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 15
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................... 15
3.3 Metode Penelitian ............................................................................... 16
3.4 Pelaksanaan Penelitian........................................................................ 17
3.4.1 Uji Daya Kecambah dan Panjang Kecambah .......................... 17
3.4.1.1 Persiapan dan Pengambilan Sumber Inokulum ........... 17
3.4.1.2 Pembuatan Suspensi Fungisida ................................... 17
xv
3.4.1.3 Pencampuran Suspensi Konidia dan Fungisida ........... 17
3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan dan Panjang Bulu
Kecambah Konidia ...................................................... 18
3.4.2 Uji Daya Infeksi Konidia Secara (in vivo 1)............................. 19
3.4.2.1 Penyaiapan Media Tanam ........................................... 19
3.4.2.2 Penyiapan Suspensi Fungisida untuk Inokulasi .......... 19
3.4.2.3 Pengamatan Uji Daya Infeksi terhadap Intensitas
Penyakit (In vivo 1) ..................................................... 20
3.4.2.3.1 Keterjadian Penyakit..................................... 20
3.4.2.3.2 Keparahan Penyakit ...................................... 21
3.4.3 Uji Efektivitas Fungisida Asam Fosfit (In vivo 2) .................... 22
3.4.3.1 Penyiapan Lahan dan Pembuatan Petak Percobaan .... 22
3.4.3.2 Penyiapan Inokulasi Alami dan Penanaman Jagung ... 22
3.4.3.3 Inokulasi dan Pemeliharaan Tanaman ......................... 23
3.4.3.4 Aplikasi Fungisida Asam Fosfit .................................. 24
3.4.3.5 Pengamatan Uji Efektivitas Fungisida Asam Fosfit
terhadap Intensitas Penyakit dan Kerapat Konidia ...... 24
3.4.3.5.1 Keterjadian dan Keparahan Tanaman........... 24
3.4.3.5.2 Kerapatan Konidia ........................................ 24
3.5 Analisis Data ....................................................................................... 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 26
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................... 26
4.1.1 Gejala Penyakit dan Identifikasi Patogen ................................... 26
4.1.2 Daya Berkecambah dan Panjang Tabung Kecambah Konidia
P. maydis ..................................................................................... 27
4.1.3 Keterjadian Penyakit .................................................................. 30
4.1.4 Keparahan Penyakit .................................................................. 31
4.1.5 Kerapatan Konidia ....................................................................... 32
4.2 Pembahasan ......................................................................................... 33
V. SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 37
5.1. Simpulan .............................................................................................. 37
5.2. Saran .................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 38
LAMPIRAN ....................................................................................................... 39
Lampiran Data Penelitian .................................................................................... 43-67
Lampiran gambar kegiatan .................................................................................. 68-69
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Skor keparahan penyakit ........................................................................... 21
2. Daya berkecambah konidia P. maydis ...................................................... 28
3. Panjang tabung kecambah konidia P. maydis ........................................... 30
4. Keterjadian penyakit bulai pada percobaan in vivo 1
(inokulasi buatan) ..................................................................................... 30
5. Keterjadian penyakit bulai pada percobaan in vivo 2
(inokulasi alami) ....................................................................................... 31
6. Keparahan penyakit bulai pada percobaan in vivo 1
(inokulasi buatan) ..................................................................................... 31
7. Keparahan penyakit bulai pada percobaan in vivo 2
(inokulasi alami) ....................................................................................... 32
8. Kerapatan koniidia P. maydis pada percobaan in vivo 2 .......................... 32
9. Data daya berkecambah konidia P. maydis (%) perlakuan kontrol .......... 43
10. Data daya berkecambah konidia P. maydis (%) perlakuan fungisida ...... 43
11. Rata-rata panjang tabung kecambah pada setiap bidang pengamatan ...... 43
12. Data pengamatan keterjadian penyakit (%) in vivo 1 perlakuan
kontrol ....................................................................................................... 44
13. Data pengamatan keparahan penyakit (%) in vivo 1 perlakuan
kontrol ....................................................................................................... 44
14. Data pengamatan keterjadian penyakit (%) in vivo 1 perlakuan
fungisida ................................................................................................... 45
15. Data pengamatan keparahan penyakit (%) in vivo 1 perlakuan
fungisida ................................................................................................... 45
xvii
16. Data pengamatan keterjadian penyakit (%) in vivo 2 perlakuan
kontrol ....................................................................................................... 45
17. Data pengamatan keparahan penyakit (%) in vivo 2 perlakuan
kontrol ....................................................................................................... 46
18. Data pengamatan keparahan penyakit (%) in vivo 2 perlakuan
fungisida ................................................................................................... 46
19. Data pengamatan keterjadian penyakit (%) in vivo 2 perlakuan
fungisida ................................................................................................... 46
20. Hasil kerapatan konidia P. maydis percobaan in vivo 2 ........................... 46
21. Data daya berkecambah konidia P. maydis pengamatan 2 jam setelah
inkubasi ..................................................................................................... 47
22. Uji homogenitas daya berkecambah konidia P. maydis pengamatan
2 jam setelah inkubasi ............................................................................... 47
23. Data daya berkecambah konidia P. maydis pengamatan 4 jam
setelah inkubasi ......................................................................................... 47
24. Uji homogenitas daya berkecambah konidia P. maydis pengamatan
4 jam setelah inkubasi ............................................................................... 48
25. Data daya berkecambah konidia P. maydis pengamatan 6 jam
setelah inkubasi ......................................................................................... 48
26. Uji homogenitas daya berkecambah konidia P. maydis pengamatan
6 jam setelah inkubasi ............................................................................... 48
27. Uji t daya berkecambah konidia P. maydis pengamatan 2-6 jam
setelah inkubasi ......................................................................................... 49
28. Data panjang tabung kecambah konida P. maydis pengamatan 2 jam
setelah inkubasi ......................................................................................... 49
29. Uji homogenitas panjang tabung kecambah konidia P. maydis
pengamatan 2 jam setelah inkubasi .......................................................... 49
30. Data panjang tabung kecambah konidia P. maydis pengamatan
4 jam setelah inkubasi ............................................................................... 50
31. Uji homogenitas panjang tabung kecambah konidia P. maydis
pengamatan 4 jam setelah inkubasi .......................................................... 50
32. Data panjang tabung kecambah konidia P. maydis pengamatan
6 jam setelah inkubasi ............................................................................... 50
xviii
33. Uji homogenitas panjang tabung kecambah konidia P. maydis
6 jam setelah inkubasi ............................................................................... 51
34. Uji t panjang tabung kecambah konidia P. maydis
pengamatan 2-6 jam setelah inkubasi ....................................................... 51
35. Data keterjadian penyakit bulai percobaan in vivo 1 (1 msi) .................... 51
36. Uji homogenitas data keterjadian penyakit bulai percobaan
in vivo 1 (1 msi) ........................................................................................ 52
37. Data keterjadian penyakit bulai percobaan in vivo 1 (2 msi) .................... 52
38. Uji homogenitas data keterjadian penyakit bulai percobaan
in vivo 1 (2 msi) ........................................................................................ 52
39. Data keterjadian penyakit bulai percobaan in vivo 1 (3 msi) .................... 53
40. Uji homogenitas data keterjadian penyakit bulai percobaan
in vivo 1 (3 msi) ........................................................................................ 53
41. Data keterjadian penyakit bulai percobaan in vivo 1 (4 msi) .................... 53
42. Uji homogenitas data keterjadian penyakit bulai percobaan
in vivo 1 (4 msi) ........................................................................................ 54
43. Data keterjadian penyakit bulai percobaan in vivo 1 (5 msi) .................... 54
44. Uji homogenitas data keterjadian penyakit bulai percobaan
in vivo 1 (5 msi) ........................................................................................ 54
45. Uji t keterjadian penyakit bulai percobaan in vivo 1 pengamatan
(1-5 msi) .................................................................................................... 55
46. Data keparahan penyakit bulai percobaan in vivo 1 (1 msi) ..................... 55
47. Uji homogenitas data keparahan penyakit bulai percobaan
in vivo 1 (1 msi) ........................................................................................ 55
48. Data keparahan penyakit bulai percobaan in vivo 1 (2 msi) ..................... 56
49. Uji homogenitas data keparahan penyakit bulai percobaan
in vivo 1 (2 msi) ........................................................................................ 56
50. Data keparahan penyakit bulai percobaan in vivo 1 (3 msi) ..................... 56
51. Uji homogenitas data keparahan penyakit bulai percobaan
in vivo 1 (3 msi) ........................................................................................ 57
52. Data keparahan penyakit bulai percobaan in vivo 1 (4 msi) ..................... 57
xix
53. Uji homogenitas data keparahan penyakit bulai percobaan
in vivo 1 (4 msi) ........................................................................................ 57
54. Data keparahan penyakit bulai percobaan in vivo 1 (5 msi) ..................... 58
55. Uji homogenitas data keparahan penyakit bulai percobaan
in vivo 1 (5 msi) ........................................................................................ 58
56. Uji t keparahan penyakit bulai percobaan in vivo 1
pengamatan (1-5 msi) .................................................................................. 58
57. Data keterjadian penyakit percobaan in vivo 2 (1 msi) ............................. 59
58. Data transformasi keterjadian penyakit percobaan
in vivo 2 (1 msi) ........................................................................................ 59
59. Data keterjadian penyakit percobaan in vivo 2 (1 msi) ............................. 59
60. Data transformasi keterjadian penyakit percobaan
in vivo 2 (2 msi) ........................................................................................ 59
61. Uji homogenitas data keterjadian penyakit percobaan
in vivo 2 (2 msi) ........................................................................................ 60
62. Data keterjadian penyakit percobaan in vivo 2 (3 msi) ............................. 60
63. Uji homogenitas data keterjadian penyakit percobaan
in vivo 2 (3 msi) ........................................................................................ 60
64. Data keterjadian penyakit bulai percobaan in vivo 2 (4 msi) .................... 61
65. Uji homogenitas data keterjadian penyakit percobaan
in vivo 2 (4 msi) ........................................................................................ 61
66. Data keterjadian penyakit bulai percobaan in vivo 2 (5 msi) .................... 61
67. Uji homogenitas data keterjadian penyakit percobaan
in vivo 2 (5 msi) ........................................................................................ 62
68. Uji t keterjadian penyakit percobaan in vivo 2
pengamatan (1-5 msi) ............................................................................... 62
69. Data keparahan penyakit bulai percobaan in vivo 2 (1 msi) ..................... 62
70. Uji homogenitas data keparahan penyakit percobaan
in vivo 2 (1 msi) ........................................................................................ 63
71. Data keparahan penyakit bulai percobaan in vivo 2 (2 msi) ..................... 63
xx
72. Uji homogenitas data keparahan penyakit percobaan
in vivo 2 (2 msi) ........................................................................................ 63
73. Data keparahan penyakit bulai percobaan in vivo 2 (3 msi) ..................... 64
74. Uji homogenitas data keparahan penyakit percobaan
in vivo 2 (3 msi) ........................................................................................ 64
75. Data keparahan penyakit bulai percobaan in vivo 2 (4 msi) ..................... 64
76. Data transformasi keparahan penyakit bulai percobaan
in vivo 2 (4 msi) ........................................................................................ 64
77. Uji homogenitas data keparahan penyakit percobaan
in vivo 2 (4 msi) ........................................................................................ 65
78. Data keparahan penyakit bulai percobaan in vivo 2 (5 msi) ..................... 65
79. Uji homogenitas data keparahan penyakit percobaan
in vivo 2 (5 msi) ....................................................................................... 65
80. Uji t keparahan penyakit percobaan In vivo 2 pengamatan
(1-5 msi) .................................................................................................... 66
81. Data kerapatan penyakit bulai percobaan in vivo 2 .................................. 66
82. Data transformasi kerapatan penyakit bulai percobaan in vivo 2 ............. 66
83. Uji homogenitas kerapatan penyakit bulai percobaan in vivo 2 ............... 67
84. Uji t kerapatan penyakit bulai percobaan In vivo 2 .................................. 67
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tata letak petak percobaan tanaman jagung uji daya infeksi konidia
(in vivo 1) ................................................................................................ 19
2. Tata letak petak percobaan uji efektifitas fungisida terhadap intensitas
penyakit dan kerapatan konidia secara in vivo (2) ................................. 22
3. Tata letak penempatan tanaman bergejala bulai pada tiap petak ........... 23
4. Gejala dan tanda penyakit bulai pada tanaman jagung .......................... 26
5. Hasil pengamatan morfologi dengan perbesaran 400x konidia
Peronosclerospora maydis .................................................................... 27
6. Hasil pengamatan daya berkecambah Peronosclerospora maydis ........ 28
7. Hasil pengamatan panjang tabung kecambah pada perlakuan kontrol ... 29
8. Hasil pengamatan panjang tabung kecambah pada perlakuan
fungisida ................................................................................................. 29
9. Tanaman sumber inokulum .................................................................... 68
10. Tata letak percobaan ............................................................................... 68
11. Benih jagung P27 ................................................................................... 68
12. Fungisida berbahan aktif asam fosfit ...................................................... 69
13. Tingkat skor keparahan penyakit bulai pada tanaman jagung ............... 69
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan penghasil
karbohidrat yang banyak digunakan sebagai bahan baku pangan yang cukup
penting bagi kehidupan manusia. Jagung memiliki kandungan nutrisi yang banyak
seperti serat, asam lemak esensial, isoflafon, mineral (Ca, Mg, K, Na, P, dan Fe),
antosianin, betakaroten (provitamin A), dan komposisi asam amino esensial.
Selain dikonsumsi sebagai bahan makanan pokok jagung juga dapat dimanfaatkan
sebagai pakan ternak dan dapat diolah menjadi bahan dasar untuk membuat
minyak goreng, tepung maizena, etanol, asam organik dan berbagai makanan
ringan. Perkiraan permintaan jagung secara global untuk pangan dan pakan
sebesar 852 juta ton pada tahun 2020 (Rosegrant et al., 2001).
Menurut Badan Pusat Statistik (2016), Provinsi Lampung merupakan salah satu
sentra penghasil jagung di Indonesia. Produksi jagung tahun 2015 turun 216,59
ribu ton (12,60 persen) dibanding produksi tahun 2014. Penurunan produksi
jagung tahun 2015 terjadi karena adanya penurunan hasil panen sebesar 45,36 ribu
hektar (13,39 persen). Turunnya produktivitas karena luas panen menurun dan
faktor serangan jamur Peronosclerospora sp. yang menyebabkan penyakit bulai.
2
Penyakit bulai ( Peronosclerospora sp. ) merupakan salah satu penyakit utama
pada tanaman jagung di Asia. Potensi hasil jagung tidak tercapai apabila tanaman
jagung terinfeksi penyakit bulai ( Lukman et al., 2006). Penyakit bulai merupakan
penyakit epidemik yang menyerang tanaman jagung hampir di setiap musim
terutama di musim hujan. Peronosclerospora sp. dapat menurunkan produksi
hingga 90% dan bahkan dapat menyebabkan kegagalan panen terutama apabila
infeksi patogen terjadi sejak awal periode pertumbuhan vegetatif (Hoerussalam et
al., 2013).
Gejala penyakit bulai dicirikan dengan klorosis pada daun tanaman jagung muda
saat daun mulai membuka. Klorosis kemudian melebar membentuk jalur yang
sejajar dengan tulang induk. Gejala ini kemudian meluas sampai pangkal daun
sehingga pada waktu pagi hari pada bagian bawah daun terdapat lapisan beludu
berwarna putih yang merupakan konidiofor dan konidium jamur (Semangun,
2004).
Penyebaran penyakit bulai pada tanaman jagung yaitu melalui konidia yang
terbawa oleh angin, kemudian konidia jatuh dibagian atas permukaan daun,
konidia berkecambah dan menginfeksi daun, menyebabkan gejala lokal, kemudian
menyerang titik tumbuh sehingga menimbulkan gejala sistemik. Studi mengenai
perkecambahan konidia penting dilakukan untuk mengetahui kemampuan
Peronosclerospora sp. menginfeksi tanaman jagung.Pengendalian yang dapat
dilakukan untuk mendalikan penyakit bulai pada tanaman jagung antara lain yaitu
melakukan penyemprotan menggunakan fungisida. Penggunaan fungisida
3
bertujuan untuk membunuh jamur penyebab penyakit pada tanaman, jenis
fungisida yang bekerja secara sistemik dapat digunakan untuk mengendalikan
penyakit bulai, karena fungisida tersebut dapat diserap ke dalam jaringan tanaman
sehingga keefektifan fungisida kurang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, selain
itu fungisida masih dapat efektif mengendalikan penyakit meskipun serangan
patogen telah terjadi (Ginting, 2013).
Salah satu fungisida yang bekerja secara sistemik yaitu fungisida yang berbahan
aktif asam fosfit. Fungisida dengan bahan aktif asam fosfit dapat diaplikasikan
dengan penyemprotan melalui daun dan infus melalui akar, fungisida ini mampu
mengendalikan jamur dari genus Phythophora, Fusarium, Rhizoctonia, Erwinia,
Peronospora dan Plasmopora (Fernandez et al., 2014). Oleh karena itu perlu
dilakukan pengujian pengaruh fungisida dengan bahan aktif asam fosfit terhadap
perkecambahan konidia, panjang kecambah konidia dan daya infeksi
(Peronosclerospora sp.) serta intensitas penyakit bulai tanaman jagung.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui pengaruh fungisida asam fosfit dalam menekan daya berkecambah
dan panjang tabung kecambah konidia Peronosclerospora maydis.
2. Mengetahui pengaruh perlakuan fungisida asam fosfit terhadap konidia P.
maydis dalam menekan intensitas penyakit bulai pada tanaman jagung.
4
3. Mengetahui pengaruh aplikasi fungisida asam fosfit dalam menurunkan
intensitas penyakit bulai pada tanaman jagung.
1.3 Kerangka Pemikiran
Pengendalian penyakit tanaman yangdianggap paling efektif yaitu dengan
menggunakantanaman varietas tahan. Akan tetapi keterbatasantersedianya
tanaman tahan penyakit dan sifatketahanannya yang relatif mudah untuk
dipatahkanmenyebabkan pengendalian penyakit tanamanmasih mengandalkan
pada penggunaan fungisida(Agrios, 2005).
Fungisida berbahan aktif asam fosfit termasuk dalam golongan fosfonat, asam
fosfit termasuk fungisida sistemik yang efektif untuk mengendalikan jamur dari
berbagai genus yaitu Rhizoctonia, Peronospora, Plasmopora, Phythopthora dan
Fusarium. Asam fosfit dapat digunakan di lapangan sebagai tindakan preventif
dan kuratif dalam pengendalian jamur. Tanaman yang diaplikasikan fungisida
asam fosfit aktivitas enzim seperti fenilalanin amonia lyase yang berperan dalam
peningkatan sintesis senyawa fenolik dan pertahanan seluler dapat meningkat
(Fernandes et al., 2014)
Asam fosfit berdasarkan sifat kimianya termasuk golongan fosfonat yang diduga
dapat meningkatkan ketahanan tanaman untuk mencegah gangguan penyakit
terutama layu fusarium. Penggunaan fungisida berbahan aktif asam fosfit 500
ppm dapat meningkatkan ketahanan tanaman pisang dari toleran menjadi tahan
5
terdapat penyakit fusarium yang disebabkan jamur Fusarium oxysporum
(Kristiawati et al., 2014).
Menurut Mc Donald et al. (2001) fungisida berbahan aktif asam fosfit efektif
dalam menekan serangan patogen salah satunya penyakit yang disebabkan oleh
genus Phythopthora. Hasil penelitian Bastian (2014) aplikasi penyemprotan
fungisida asam fosfit dapat mengendalikan penyakit busuk buah kakao yang
disebabkan oleh Phythopthora palmivora. Penggunaan fungisida sistemik yang
berbahan aktif berbeda dapat meminimalisir potensi resistensi dari patogen
penyebab penyakit bulai. Penggunaan fungisida berbahan aktif asam fosfit
mengandung fosfonat yang mampu mengurangi intensitas penyakit bulai serta
dapat mengurangi sporulasi dari Peronosclerospora sorghi (Panicker dan
Gangadharan, 1999).
1.4 Hipotesis
Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan maka hipotesis yang diajukan
pada penelitian ini yaitu :
1. Fungisida asam fosfit dapat menekan perkecambahan dan panjang tabung
kecambah konidia P. maydis
2. Perlakuan fungisida asam fosfit terhadap konidia P. maydis dapat menurunkan
intensitas penyakit bulai pada tanaman jagung.
3. Aplikasi fungisida asam fosfit dapat menurunkan intensitas penyakit bulai
pada tanaman jagung.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Jagung
Jagung merupakan tanaman biji-bijian herbasius penghasil karbohidrat yang
banyak digunakan sebagai bahan makanan pokok, pakan ternak dan bahan
industri. Pemanfaatan jagung sebagai bahan baku pangan dan pakan merupakan
prioritas utama kendati komoditas ini masih dapat menghasilkan minyak jagung
sebagai biofuel. Pemilihan tersebut juga akan menghindarkan pada konflik
kepentingan antara penyediaan bahan pangan atau pakan dengan penyediaan
energi (Nur, 2013).
Menurut Tjitrosoepomo (1991), tanaman jagung termasuk ke dalam famili
Poaceae dengan klasifikasi taksonomi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (Graminae)
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
7
Tanaman jagung merupakan tanaman semusim yang memiliki batang yang tinggi
dan tegak, batang jagung beruas-ruas dengan jumlah ruas biasanya berjumlah 14,
kebanyakan jagung mempunyai ketinggian antara 1,5-3 m. Diameter batang
jagung dapat membesar sampai 3-4 cm. Akar tanaman jagung merupakan akar
serabut. Selain itu, tanaman jagung juga memiliki daun yang memanjang dengan
ujung daun yang meruncing dan jumlah daunnya berkisar 10-20 helai pertanaman
(Suprapto dan Marzuki, 2005).
2.2 Penyakit Bulai
Penyakit bulai merupakan penyakit utama pada tanaman jagung yang dapat
menyebabkan kehilangan hasil hingga 100%. Faktor yang dapat mempercepat
perkembangan penyakit ini yaitu suhu dan kelembaban. Penyebaran spora bulai
dapat melalui media udara, tanah ataupun benih. Patogen Peronosclerospora sp.
menyerang pada tanaman jagung varietas rentan hama penyakit dan umur muda
(1-2 MST) (Surtikanti, 2013).
Sejumlah daerah di Indonesia seperti Bengkayang, Kalimantan Barat, Kediri Jawa
Timur dan Sumatera Utara dilaporkan telah menjadi daerah endemik penyakit
bulai.Lokasi penyebaran dan identifikasi spesies Peronosclerospora sp. telah
diketahui di 20 kabupaten dan kota di Indonesia. P. maydis umumnya menyerang
tanaman jagung di Pulau Jawa seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan DIY P.
philipinensis banyak menyerang tanaman jagung di Sulawesi Selatan, Kalimantan
8
Selatan sampai Sulawesi Utara, sedangkan P. sorghi banyak ditemukan di Tanah
Karo Sumatera Utara dan Bati-Malang (Surtikanti, 2013).
2.2.1 Gejala Penyakit
Gejala penyakit bulai yaitu terdapat klorotik pada daun, yang awalnya muncul
pada titik tumbuh. Gejala akan mucul pada 3-6 hari setelah terinfeksi patogen
penyebab penyakit bulai (Murray, 2009). Pada waktu pagi hari, bagian sisi bawah
daun terdapat lapisan beledu putih yang terdiri dari konidiofor dan konidium
jamur (Semangun, 2004).
Bagian tanaman yang menunjukkan gejala penyakit bulai yaitu daun yang
mengalami perubahan warna, bunga jantan menjadi abnormal dan tanaman akan
menjadi kerdil. Karena adanya miselium jamur dalam ruang antar selnya, daun
tampak kaku, agak menutup dan lebih tegak, akar kurang terbentuk dan tanaman
mudah rebah. Tanaman yang terinfeksi pada waktu masih sangat muda biasanya
tidak dapat membentuk buah, sedangkan bila tanaman terinfeksi pada saat lebih
tua, tanaman dapat tumbuh terus dan membentuk buah. Tetapi buah yang
terbentuk memiliki sedikit biji, kelobot tidak menutupi ujung buah dan memiliki
tangkai yang lebih panjang (Susmawati, 2014).
2.2.2 Penyebab Penyakit
Penyakit bulai pada tanaman jagung disebabkan oleh jamur patogen
Peronosclerospora maydis.
9
Menurut Rustiani et al. (2015) P. maydis memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Filum : Oomycota
Kelas : Oomycetes
Ordo : Sclerosoprales
Famili : Peronosclerosporaceae
Genus : Peronosclerospora
Spesies : Peronosclerospora maydis
P. maydis dikenal sebagai spesies asli Indosnesia, karena dilaporkan sudah ada di
Indonesia sejak 100 tahun dengan nama umum Java downy mildew (CABI,
2014). P. maydis ditemukan di Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa
Barat, Banten, Lampung, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,
Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Papua. P.
maydis memiliki karakter morfologi yaitu konidiofor bercabang tiga sampai
empat kali, berukuran 111–410 μm dan dilengkapi dengan sterigmata berujung
konidia. Konidia berdinding tipis dengan bentuk spherical dan subspherical
berdiameter 12–23 x 25–44 μm (Rustiani et al., 2015).
2.2.3 Daur penyakit
Miselium jamur Peronosclerospora spp. berkembang dalam jaringan diantara sel
daun dan merusak klorofil. Miselium bercabang keluar melewati mulut daun
membentuk konidiofor dan jika diperhatikan permukaan daun tampak membentuk
lapisan tipis berwarna putih. Jika kelembapan dan temperatur tinggi, konidiofor
akan menghasilkan konidoum. Konidium terbentuk diwaktu malam ketika daun
berembun dan konidium segera dipencarkan oleh angin, namun konidium tidak
dapat terangkut jauh oleh angin karena embun hanya terjadi bila udara tenang,
10
kemudian konidium akan melekat pada mulut daun dan berkecambah pada daun
muda dari tanaman muda (Semamgun, 2004). Jika keadaan cocok, konidium akan
berkembang dan masa inkubasi kurang dari 10 hari. Penyakit ini terdapat di
dataran rendah pada waktu udara lembab dan panas sedangkan pada waktu udara
dingin dan kering, serangan akan terhenti (Pracaya, 2005).
Konidium tumbuh dengan membentuk pembuluh kecambah, konidium tidak
dapat bertahan hidup secara saprofitik. Selain itu jamur tidak dapat membentuk
oospora. Bekas pertanaman jagung yang terserang penyakit bulai dapat ditanami
kembali karena tidak terdapat tanda-tanda bahwa jamur dapat bertahan didalam
tanah. Oleh karena itu, jamur ini harus bertahan dari musim ke musim pada
tanaman hidup (Semangun, 2004).
Jamur dapat bertahan hidup sebagai miselium dalam biji, namun tidak begitu
penting sebagi sumber inokulum. Infeksi dari konidia yang tumbuh dipermukaan
daun akan masuk jaringan tanaman melalui stomata tanaman muda dan lesion
local berkembang ke titik tumbuh yang menyebabkan infeksi sistemik. Konidiofor
dan konidia terbentuk leura dari stomata daun pada malam hari yang lembab.
Apabila bijinya terinfeksi, maka daun kotiledon selalu terinfeksi, tetapi jika
inokulum berasal dari spora, daun kotiledon tetap sehat (Wakman, 2013).
2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Penyakit Bulai
Kapasitas udara dalam menampung uap semakin tinggi dengan naiknya suhu
udara sehingga mengakibatkan kelembapan udara akan lebih rendah pada siang
11
hari dan lebih tinggi pada malam hari. Kelembapan udara tinggi mendorong
percepatan perkembangan penyakit bulai dan kisaran suhu rendah mendukung
pembentukan konidia jamur P. maydis (Surtikanti, 2012). Konidia yang sudah
masuk akan disebarkan oleh angin pada pukul 02:00 s.d 03:00 padi dan
berlangsung sampai 06:00 s.d 07:00 pagi. Infeksi sangat ditentukan oleh umur
tanaman dan umur daun yang terinfeksi. Tanaman yang umurnya lebih dari tiga
minggu relatif lebih tahan dibandingkan tanaman yang lebih muda (Agrios, 2005).
2.2.5 Pengendalian Penyakit Bulai
Pengendalian penyakit bulai dapat dilakukan dengan penggunaan varietas tahan,
eradikasi tanaman jagung yang terinfeksi bulai agar tidak menjadi sumber infeksi
bagi tanaman di sekitarnya, penerapan pola pergiliran tanaman (rotasi tanaman)
dan pengendalian dengan cara kimiawi yaitu penggunaan fungisida kimia sintetik
(Susmawati, 2014).
Pengendalian penyakit tanaman yangdianggap paling efektif adalah dengan
menggunakantanaman varietas tahan. Akan tetapi keterbatasantersedianya
tanaman tahan penyakit dan sifatketahanannya yang relatif mudah untuk
dipatahkanmenyebabkan pengendalian penyakit tanamanmasih mengandalkan
pada penggunaan fungsida(Agrios, 2005).
2.3 Fungisida Asam Fosfit
Fungisida yaitu bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan dapat
digunakan untuk memberantas dan mencegah jamur patogen penyebab penyakit
12
pada tanaman. Fungisida merupakan zat kimia baik itu kimia organik maupun
anorganik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan
miselium/spora jamur (Sembiring, 2008). Penggunaan fungisida termasuk
dalampengendalian secara chemis (kimia). Adapun keuntungan yang diperoleh
dalampenggunaan fungisida ini yaitu mudah diaplikasikan, tidak memerlukan
banyaktenaga kerja dan penggunaanya praktis (Djojosumarto, 2008).
Penggunaan fungisida menimbulkan pengaruh buruk terhadap lingkungan, namun
pengguna fungisida enggan beralih ke jenis pengendali hayati. Permasalahan
tersebut disebabkan oleh hambatan pertumbuhan dan perkembangan fungi
patogen yang dikendalikan menggunakan fungisida lebih cepat dapat diamati
hasilnya dibandingkan menggunakan pengendali hayati, dan para pengguna
fungisida tidak memahami akibat buruk dari penggunaan fungisida tersebut
(Djojosumarto, 2008).
Menurut Kristiawati et al. (2014) fungisida berbahan aktif Asam fosfit (H3PO3)
termasuk dalam golongan fosfonat. Aplikasi fungisida asam fosfit pada tanaman
dapat meningkatkan aktivitas enzim seperti fenilalanin amonia lyase yang
berperan dalam pertahanan seluler dan peningkatan sintesis senyawa fenolik.
Fungisida asam fosfit bersifat fungistatik yaitu hanya dapat menghambat
pertumbuhan tanpa membunuh jamur.
13
Cara kerja dari fungisida berbahan aktif asam fosfit yaitu dengan menghambat
beberapa kerja enzim dari jalur pentosa-fosfat glikolitik dan oksidatif. Pada
konsentrasi rendah, fosfonat mampu mengganggu metabolisme jamur tanpa
mengurangi kecepatan pertumbuhan jamur (Mc Donald, 2001). Berdasarkan
rekomendasi yang tertera pada label kemasan, fungisida berbahan aktif asam fosfit
diaplikasikan dengan cara disemprot dan konsentrasi formulasi 6-8 ml/l.
Penyemprotan daun dimulai pada saat tanaman berumur 2 minggu dan diulang
tiap 7 hari (MKD Group, 2017).
Asam fosfit mampu menghambat perkembangan vegetatif jamur, yaitu dengan
menghambat perkembangan miselium jamur. Asam fosfit dapat merangsang
tanaman memproduksi lebih banyak zat phytoallexin yang bersifat racun terhadap
patogen tanaman (MKD Group, 2016). Terjadi oksidasi fosfit menjadi fosfat
ketika fosfit mengalami kontak dengan bakteri, baik dalam sistem perakaran
tanaman atau di dalam tanah. Tingkat kepekatan asam fosfit yang rendah di
perakaran mampu meningkatkan ketahanan tanaman, tetapi jika kepekatan yang
diberikan tinggi, maka ketahanan tanaman tidak akan berubah dan asam fosfit
akan menghambat pertumbuhan jamur sebelum menyebabkan penyakit.
Aplikasi terbaik fungisida asam fosfit yaitu dengan melakukan penyemprotan
melalui daun dan infus melalui akar karena dapat menjaga efisiensi bahan yang
diserap oleh tanaman. Penyemprotan daun dilakukan dengan cara menyemprotkan
fungisida ke seluruh permukaan daun sampai basah (Roesmiyanto et al., 2000).
Fungisida berbahan aktif asam fosfit digunakan sebagai tindakan preventif dan
14
kuratif di lapangan, dan memiliki sifat sistemik yang efektif untuk mengendalikan
jamur Oomycetes, khususnya Phythopthora spp., (Vyas, 1984 dalam Hasibuan
2004).
Menurut Fernandez et al. (2014) fungisida asam fosfit efektif untuk
mengendalikan jamur dari genus Phytophora, Fusarium, Rhizoctonia, Erwinia,
Peronospora dan Plasmopora. Penggunaan fungisida asam fosfit mampu
mengurangi intensitas penyakit bulai serta dapat mengurangi sporulasi dari
Peronosclerospora sorghi (Panicker dan Gangadharan, 1999). Menurut MKD
Group (2016), berdasarkan rekomendasi, fungisida berbahan aktif asam fosfit
diaplikasikan pada daun (penyemprotan) dengan konsentrasi 1–8 ml/l untuk
mengendalikan patogen Phytophora spp., Rhizoctonia solani,Peronospora
destructor dan Plasmopora viticola. Penyemprotan dilakukan dengan
menyemprotkan ke seluruh permukaan daun pada tanaman yang berumur 2
minggu setelah tanaman (mst) dan diulang setiap 7 hari (1 minggu sekali).
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2018 di Laboratorium
Hama dan Penyakit Tanaman, Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung dan di Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten
Lampung Selatan.
3.2 Alat dan Bahan
Alat- alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu mikroskop cahaya, cover
glass, haemocytometer, gelas ukur, pipet tetes, cawan petri, gelas piala (beaker
glass), drigalski, autoklaf, pipet tetes, kaca preparat cekung, tabung reaksi, pinset,
polybag, tali rapia, mikropipet, kuas, polibag, alat tulis, plastik bening dan alat
pendukung lainnya.
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu fungsida sintetik (berbahan
aktif asam fosfit), tanaman jagung bergejala bulai yang disebabkan oleh P.
maydis., benih jagung hibrida varietas P27, akuades, alkohol 70%, tisu dan media
tanah yang sudah dicampur pupuk kandang.
16
3.3 Metode Penelitian
Pengujian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu satu tahap pengujian dilakukan secara
in vitro dan dua tahap pengujian secara in vivo.
Pengujian daya berkecambah konidia dan panjang bulu kecambah konidia
dilakukan secara in vitro disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL) yaitu
dengan dua perbandingan, perlakuan fungisida asam fosfit dan tanpa fungisida
sebagai kontrol. Perlakuan suspensi spora ditambah suspensi fungisida sebagai
(P1) dan perlakuan suspensi spora tanpa fungisida / kontrol sebagai (P0).
Sedangkan perlakuan pengujian fungisida terhadap daya infeksi konidia pada
tanaman jagung secara (in vivo 1) disusun dalam rancangan acak kelompok
(RAK) yaitu dengan dua perlakuan. Perlakuan tersebut ialah perlakuan aplikasi
fungisida asam fosfit (P1) dan tanpa perlakuan sebagai kontrol (P1). Masing-
masing perlakuan diulang sebanyak 10 ulangan (10 kelompok).
Perlakuan pengujian efektivitas fungisida terhadap intensitas penyakit dan
kerapatan konidia secara (in vivo 2) disusun dalam rancangan acak kelompok
(RAK) yaitu dengan dua perlakuan, perlakuan aplikasi fungisida asam fosfit dan
tanpa fungisida (kontrol), masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 ulangan
(4 kelompok).
17
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Uji Daya Kecambah dan Panjang Kecambah
3.4.1.1 Persiapan dan pengambilan sumber inokulum
Sumber inokulum yang akan digunakan yaitu berasal dari tanaman jagung yang
telah menunjukan gejala penyakit bulai. Polybag tanaman jagung yang
menunjukan gejala dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran, kemudian diletakkan
diatas nampan dan disungkup dengan plastik bening sampai rapat kemudian
dimasukan ke dalam ruangan dengan suhu 170 C pada pukul 18.30 WIB untuk di
inkubasi + selama 7 jam. Konidia dipanen dari bagian permbukaan bawah daun
yang bergejala bulai pada pukul 04.00 WIB. Panen konidia dilakukan dengan
menggunakan kuas dan dimasukkan kedalam gelas piala berukuran 10 ml
aquades.
3.4.1.2 Pembuatan suspensi fungisida
Suspensi fungisida dibuat sesuai dengan konsentrasi anjuran, yaitu dengan
menyiapkan 6 ml konsentrasi fungisida kemudian dilarutkan dalam aquades steril
dengan perbandingan 6 ml/500 ml air steril kemudian diaduk sampai tercampur
menjadi larutan fungisida sesuai dengan konsentrasi yang akan diujikan.
3.4.1.3 Pencampuran suspensi konidia bulai dengan suspensi fungisida
Pencampuran suspensi konidia patogen dengan suspensi fungisida yaitu dengan
perbandingan 1:1. Perlakuan fungisida sebagai (P1) dengan mencampurkan 2 ml
suspensi konidia dengan 2 ml suspensi fungisida kedalam tabung reaksi kemudian
tabung digoyangkan agar kedua suspensi homogen. Sedangkan tanpa perlakuan
18
fungisida sebagai kontrol (P0) yaitu dengan mencampurkan 2 ml suspensi konidia
dan 2 ml aquades steril. Suspensi yang telah homogen didiamkan selama + 2 jam.
3.4.1.4 Pengamatan perkecambahan dan panjang bulu kecambah konidia
Pengamatan perkecambahan spora P. maydis dilakukan setiap 2 jam sekali
dimulai dari pukul 07.00 sampai dengan pukul 11.00 di bawah mikroskop dengan
cara mengambil campuran suspensi dengan mikropipet dan meneteskannya pada
kaca preparat lalu pada bagian atas ditutup dengan cover glass. Pengambilan
campuran suspensi dan pengamatan diulang sebanyak 3 kali ( 3 kaca preparat ).
Untuk setiap kaca preparat pengamatan akan dilakukan dengan melihat jumlah
konidia yang berkecambah, masing-masing tiga bidang pengamatan pada kaca
preparat di bawah mikroskop sehingga diperoleh sampel konidia pada setiap
bidang pengamatan lalu difoto. Peubah yang diamati ialah persentase
perkecambahan dan panjang bulu kecambah. Persentase perkecambahan dihitung
dengan menggunakan rumus :
V=
x 100%
dengan V: viabilitas (daya kecambah) spora, g: total/ banyaknya spora yang
berkecambah dan G: total seluruh spora yang diamati. Sementara itu, untuk
mengukur panjang bulu kecambah, konidia yang sedang berkecambah dipotret
kemudian panjang bulu kecambah diukur di bawah mikroskop dari dinding
konidia sampai ujung bulu kecambah.
19
3.4.2 Uji Daya Infeksi Konidia secara ( in vivo 1)
3.4.2.1 Penyiapan media tanam dan tanaman uji
Media tanam yang digunakan adalah tanah yang dicampurkan dengan pupuk
kandang dan pasir dengan perbandingan 1:1:1. Campuran tanah, pupuk kandang
dan pasir kemudian dimasukan kedalam polybag dengan ukuran 8 kg. Dengan dua
perlakuan yaitu fungisida (P1) dan tanpa fungisida sebagai kontrol (P0) masing-
masing diulang sebanyak 10 kelompok seperti Gambar 1. Pada setiap polybag
akan ditanam 10 benih, kemudian pada saat tanaman berumur 7 hari, sebagian
tanaman dicabut sehingga pada setiap polybag hanya berisi 6 tanaman. Tanaman
dipelihara di Halaman Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuh.
(a) (b)
Gambar 1. Tata letak petak percobaan tanaman jagung uji daya infeksi konidia (in
vivo 1). (a) Petak Perlakuan Kontrol, (b) Petak Perlakuan Fungisida.
3.4.2.2 Penyiapan suspensi fungisida untuk diinokulasikan pada tanaman uji
Suspensi fungisida akan disiapkan pada konsentrasi dua kali dari konsentrasi
anjuran. Pada saat dicampurkan suspensi konidia dalam volume yang sama,
konsentrasi yang diujikan sama dengan konsentrasi anjuran tersebut, dengan
demikian suspensi fungisida awal yaitu 12 ml/L. Suspensi konidia disiapkan
dengan prosedur yang sama, namun dalam volume yang lebih besar. Konidia
P0 P0
P0 P1 P0
P0 P0
P0
P0
P0
P0
P1
P1
P1
P1
P1
P1
P1
P1
P1
20
dipanen dari permukaan bawah daun yang bergejala bulai dengan menggunakan
kuas kemudian dimasukkan kedalam gelas beaker dan disesuaikan densitasnya
menjadi 105/ml.
Pengujian sebagai P1 akan dilakukan dengan menyiapkan sebanyak 30 ml
suspensi konidia dimasukkan ke dalam erlenmeyer berukuran 100 ml, kemudian
sebanyak 30 ml suspensi fungisida dimasukkan ke dalam erlenmeyer tersebut lalu
digoyangkan sehingga kedua suspensi homogen. Sedangkan untuk perlakuan P0
yaitu dengan mencampurkan 30 ml suspensi konidia dan 30 ml aquades steril.
Masing-masing suspensi perlakuan didiamkan selama + 2 jam setelah perlakuan.
Kemudian campuran suspensi tersebut digunakan untuk menginokulasi tanaman
jagung berumur 7 hari. Inokulasi dilakukan dengan meneteskan sebanyak 3 tetes
campuran suspensi pada titik tumbuh dengan menggukan pipet tetes.
3.4.2.3 Pengamatan uji daya infeksi terhadap intensitas penyakit ( in vivo 1 )
3.4.2.3.1 Keterjadian Penyakit
Pengamatan keterjadian penyakit dilakukan dengan menghitung tanaman jagung
yang menunjukan gejala serangan penyakit bulai. Pengamatan dilakukan 1,2,3,4
minggu setelah inokulasi (MSI). Data yang diperoleh kemudian dihitung
menggunakan rumus :
TP = (n/ N) x 100%
dengan TP merupakan keterjadian penyakit (%), n : Jumlah tanaman jagung yang
menunjukkan gejala penyakit bulai dan N: Jumlah tanaman jagung yang diamati.
21
3.4.2.3.2 Keparahan Penyakit
Pengamatan keparahan penyakit dilakukan setalah 1 minggu inokulasi dan
pengamatan berlangsung selama 4 kali pengamatan. Data yang diperoleh
kemudian dihitung menggunakan rumus :
PP = ∑
x 100%
dengan PP merupakan keparahan penyakit (%), n adalah jumlah tanaman dengan
skor tertentu, v adalah nilai sklala dari setiap kategori serangan, N adalah Jumlah
tanaman yang diamati dan V adalah skor tertinggi. Dalam menghitung keparahan
penyakit tanaman, digunakan alat bantu berupa skor/skala penyakit. Penyakit
diberi skor sesuai dengan tingkat keparahan penyakit yang terjadi, semakin berat
penyakit maka semakin tinggi skor yang diberikan begitu juga sebaliknya. Angka
yang diberikan untuk menggambarkan intensitas penyakit dapat disebut skala
penyakit. Skala penyakit yang dipakai yaitu skala penyakit yang terdiri dari 5
kategori. Menurut Ginting (2013), nilai skala setiap kategori serangan dapat
dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 1. Skor keparahan penyakit
Skor Deskripsi Keterangan
0 Tidak terdapat infeksi Tanaman sehat
1 Serangan ringan, bila gejala <10% per daun Ringan
2 Serangan sedang, bila gejala 10-25% per daun Agak parah
3 Serangan agak berat, bila gejala 26-50% per daun Parah
4 Serangan berat, bila gejala > 50% per daun Sangat parah
22
3.4.3 Uji Efektifitas Fungisida Asam Fosfit ( in vivo 2)
3.4.3.1 Penyiapan Lahan dan Pembuatan Petak Percobaan
Dalam pelaksanaannya percobaan ini dilakukan di lapangan. Tanah diolah dengan
mencangkul sedalam lebih kurang 20 cm. Kemudian pada lahan tersebut dibuat
petak-petak percobaan yang totalnya sebanyak 2x4 yaitu 8 petak seperti Gambar
2. masing-masing petak berukuran 2x2 m dengan dua perlakuan yaitu fungisida
(P1) dan tanpa fungisida sebagai kontrol (P0), perlakuan diulang sebanyak 4 kali
(4 kelompok).
K1
K2
K3
K4
Gambar 2. Tata letak petak percobaan uji efektifitas fungisida terhadap
intensitas penyakit dan kerapatan konidia secara in vivo (2).
3.4.3.2 Penyiapan inokulasi alami dan penanaman jagung
Penyiapan tanaman sumber inokulum dilakukan dengan menanam 3-5 benih pada
polybag kemudian tanaman jagung yang berumur 5-7 hari setelah tanam (HST)
akan diinokulasi buatan dengan metode tetes. Benih jagung yang digunakan yaitu
benih jagung F1 varietas P27. Tanaman jagung ditanam dengan cara ditugal
sedalam 3-4 cm dengan jarak tanam 25 x 75 cm. Pada masing-masing lubang
ditanam 3-5 benih, kemudian setelah jagung tumbuh dilakukan penjarangan
P0
P1
P1
P0
P0
P1
P1
P0
23
dengan menyisakan satu tanaman per lubang tanam. Jumlah populasi dalam setiap
petak berukuran 2x2 m2
menjadi 21 tanaman.
3.4.3.3 Inokulasi dan pemeliharaan tanaman
Inokulasi dilakukan secara alami yaitu dengan meletakkan dua tanaman jagung
yang menunjukan gejala penyakit bulai pada masing-masing petak percobaan
diantara tanaman jagung sehat yang telah berumur 5-7 HST dengan pola letak
tanaman seperti Gambar 3.
Gambar 3.Tata Letak Penempatan tanaman bergejala bulai pada tiap petak.
Keterangan : : tanaman jagung yang sehat
: tanaman jagung bergejala bulai sebagai sumber inokulum.
Pemeliharaan tanaman di lapangan meliputi pemupukan, penyiangan gulma dan
penyiraman. Kegiatan pemeliharaan tanaman salah satunya adalah penyiraman.
Sumber air diperoleh dari air keran yang telah tersedia disekitar lahan pertanaman.
Selain kegiatan penyiraman, kebutuhan utama tanaman adalah unsur hara. Unsur
hara yang terkandung dalam tanah belum tentu dapat memenuhi kebutuhan
tanaman. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemupukan. Pemupukan dilakukan
24
dengan cara ditugal pada bagian samping tanaman dengan jarak 5 cm dari batang
jagung. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk Urea (300 kg/ha), SP-36 (200 kg/ha)
dan KCl (50 kg/ha) (Sirappa dan Razak, 2010). Untuk petak seluas 2x2 m, pupuk
yang diperlukan yaitu sebanyak 120 g Urea, 80 g TSP, dan 20g KCL. Pemupukan
Urea dilakukan tiga kali yaitu pada saat tanaman berumur 7-10 hari sebanyak 40
g/petak bersama dengan seluruh pupuk TSP dan KCL. Kemudian pemupukan
kedua diberikan pupuk urea sebanyak 60 g/petak pada 30 HST dan pemupukan
ketiga yaitu diberikan pupuk urea sebanyak 20 g/petak pada 40-45 HST.
3.4.3.4 Aplikasi fungisida Asam Fosfit dengan teknik semprot
Aplikasi fungisida asam fosfit dengan teknik semprot dilakukan pada saat
tanaman berumur 1, 2, 3, 4 dan 5 minggu setelah diletakkannya tanaman bergejala
dengan frekuensi penyemprotan satu kali/minggu. Penyemprotan fungisida asam
fosfit disemprotkan dengan konsentrasi anjuran 6 ml/L.
3.4.3.5 Pengamatan uji efektivitas fungisida asam fosfit terhadap intensitas
penyakit dan kerapatan konidia
3.4.3.5.1 Keterjadian dan Keparahan tanaman
Pengamatan keterjadian dan keparahan tanaman pada uji efektivitas fungisida
asam fosfit (in vivo 2) sama seperti pada uji daya infeksi (in vivo 1).
3.4.3.5.2 Kerapatan Konidia
Untuk menghitung karapatan konidia yaitu dengan mengambil daun ketiga dari
pucuk tanaman yang menunjukan gejala bulai. Diambil 3-5 potongan daun
berukuran 2 cm2. Potongan daun tersebut dimasukkan kedalam tabung reaksi
25
berisi 5 ml aquades, lalu dihomogenkan dengan menggunakan rotamixer.
Kemudian jumlah konidia dihitung kerapatannya dengan menentukan 5 sampel
kotak secara acak dari 25 kotak sedang menggunakan haemocytometer dan
dihitung dengan rumus :
Jumlah spora (S) = R x K
dengan S: jumlah spora, R: jumlah rata-rata spora pada 25 kotak pengamatan dan
K: konstanta koefisien (2,5 x 105).
3.5 Analisis Data
Uji homogenitas dan uji perbandingan nilai tengah dari data yang diperoleh
dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji T pada taraf 5% (Susilo, 2013).
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Fungisida asam fosfit dapat menekan daya berkecambah dan panjang tabung
konida P. maydis.
2. Perlakuan fungisida asam fosfit terhadap konidia P. maydis dapat menurunkan
intensitas penyakit terhadap tanaman jagung.
3. Aplikasi penyemprotan fungisida asam fosfit dapat menurunkan intensitas
penyakit bulai pada tanaman jagung.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk melakukan penelitian yang sama
dengan menggunakan fungisida berbahan aktif asam fosfit dengan tingkat
konsentrasi yang berbeda untuk mendapatkan nilai konsentrasi yang paling efektif
dalam menekan penyakit bulai terutama pada aplikasi lapang.
DAFTAR PUSTAKA
Agrios, G. N. 2005. Plant Pathology. Academic Press. New York. 922 hlm.
Badan Pusat Statistik. 2016.Produksi Jagung Menurut Provinsi 1993-
2015.https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/868. Diakses pada
7 Maret 2018.
Bastian, M.D. 2014. Pengaruh Penyarungan Buah dan Aplikasi Asam Fosfit
Terhadap Hama Penggerek dan Penyakit Busuk Buah Kakao. Fakultas
Pertanian. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar lampung. 36 hlm.
Bonde M.R., Peterson G.L., Kenneth R.G., Vermeulen H.D., Sumartini &
Bustaman M,. 1982. Effect of temperature on conidial germination and
systemic infection of maizeby Peronosclerospora species. Phytopathology,
82: 104–109.
CAB International (CABI). 2014. Crop Potection Compendium.
http://www.cabi.org/cpc. Diakses pada 23 September 2018.
CIMMYT International Maize & Wheat Improvement Center. 2010.
DownyMicrob. http://dxi.org./10.4172/2157.7471.1000162. (Diakses 29
november Mildew (extended information). [internet].[diunduh 2017 Nov
30]. Tersediapada:htpp://www.maizedoctor.cimmyt.org/index.php.
Djojosumarto, P. 2008. Fungisida dan Aplikasinya. Agromedia Pustaka. Jakarta.
550 hlm.
Fernandes, L.H.M., de Oliveira Silveira, H.R., de Souza and K.R.D., de Resende,
M.L.V. &Alves, J.D. 2014. Inductors of resistance and their role in
photosynthesis and antioxidant system activity of coffee seedlings.
American Journal of Plant Sciences. 5: 3710-3716.
Ginting, C. 2013. Ilmu dan Penyakit Tumbuhan:Konsep dan Aplikasi. Lembaga
Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 203 hlm.
39
Hasibuan, M. 2004. Uji Efikasi Beberapa Fungisida untuk Mengendalikan
Phytium spp pada Pembibitan Tanaman Tembakau Deli ( Nicotiana
tabaccum L.) di Kec.Percut Sei Tuan.(Skripsi). Universitas Sumatera
Utara. Medan. 45 hlm.
Hoerussalam., A. Purwanto, & A. Kheruni. 2013. Induksi ketahanan tanaman
jagung (Zea mays L.) terdahap penyakit bulai melalui seed treatment serta
pewarisannya pada generasi S1. Jurnal Ilmu Pertanian 16 (2): 42-59.
Kristiawati, Y., Sumardiyono, C., & Wibowo, A. 2014. Uji pengendalian penyakit
layu fusarium pisang (Fusarium oxysporum f.sp. cubense) dengan asam
fosfit dan aluminium-fosetil. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia.
18(2):103-110.
Lukman, R., A. Ahmad, & L. Thomas. 2006. Tracing the signature of
Peronosclerospora maydis in maize seed. Australia Plant Pathologi
Ma’aruf, S. 2017. Efektifitas fungisida berbahan aktif asam fosfit 400 g/l terhadap
penyakit lanas (Phythopthora nicotianae) pada pembibitan tanaman
tembakau. (Tesis). Universitas Brawijaya. Malang. 36 hlm.
Mc Donald, A. E., Bruce, R. G., & William, C. P. 2001. Phosphite (phosphorous
acid): Its relevance in the environment and agriculture, and influence on
the plant phosphate starvation response. Journal Plant Nutrition. 24:1505-
1519.
MKD Group. 2016. Fungisida Folirfos. http://mkdgroup.com/mkd/ fungisida.
produk-folirfos-400-sl-88. htm. (Diakses pada 29 November 2017).
Murray,G., M. 2009. Philippine Downy Mildew Of Maize (Perenosclerospora
Philippensis) And Downy Mildew Of Sorghum (P. Sorghi).Industry
Biosecurity Plan For The Grains Industry.Plant Health Australia.
Australia.
Nur, S.,M. 2013. Karakteristik Tanaman Jagung sebagai Bahan Baku Bioenergi.
PT. Insan Fajar Mandiri Nusantara. Kalimantan Timur.
Panicker, S., &Gangadharan, K.1999. Controlling Downy Mildew of Maize
Caused by Peronosclerospora sorghi by Foliar Sprays of Phosphonic Acid
Compounds.Department of Plant Pathology. Tamil Nadu Agricultural
University. India. Crop protection 18: (115-118)
Pracaya. 2005. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta. 417
hlm.
40
Roesmiyanto,. Yuniastusi, S., Sugiyarto, M. 2000. Pengaruh cara Aplikasi
fungisida asam fosfit pada pengendalian penyakit busuk pangkal dan akar
Phytophthora tanaman
jeruk.(http://agris.fao.org/aos/records/ID2004001039).Diakses tanggal 14
maret 2018 pukul 20.00 WIB.
Rosegrant, M., Paisner,M.S.,Meijer, S., & Witcover, J. 2001. Global food
projections to 2020. Emerging trends and alternative futures. International
Food Policy Research Institute, Washington D.C.
http://www.ifpri.org/sites/ default/files/publications/gfp.pdf.Diakses pada
30 November 2017.
Rustiani, U., Sinaga, M., Hidayat, S., &Wiyono, S. 2015. Tiga
spesiesPeronosclerospora penyebab penyakit bulai jagung di Indonesia
(Three species of Peronosclerospora as a cause downy mildew on maize
inindonesia). Jurnal Berita Biologi. 14(1): 29–37.
Semangun, H. 2004. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia.
Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta. 449 hlm.
Sembiring, K. W. 2008. Efektifitas Mancozeb dan Metalaxyl dalam Menghambat
Pertumbuhan Cylindrocladium scoparium. Hawley Boedijn et Reitsma
Penyebab Penyakit Busuk Daun Teh (Camelia sinensis. L) di
Laboratorium. (Skripsi). Universitas Sumatera Utara. Medan. 53 hlm.
Sheridan JJ, &Sheehan PJ. 1980. Beberapa faktor yang mempengaruhi
perkecambahan. Irish Journal of Agricultural and Food Research. (19) :
155-159.
Sirappa, M.P & Razak, N. 2010. Peningkatan Produktivitas Jagung Melalui
Pemberian Pupuk N, P, K, dan Pupuk Kandang pada Lahan Kering di
Maluku. Peneliti pada Balai Pengkaji Teknologi Pertanian, Sulawesi
Utara. Prosiding Pekan Serealia Nasional. Maros. 27-28 Juni 2010. 227-
286.
Suprapto, H.S. &Marzuki, A.R. 2005. Bertanam Jagung Edisi Revisi. Penebar
Swadaya. Jakarta. 59 hlm.
Surtikanti. 2012. Penyakit Bulai pada Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman
Serealia. Suara Perlindungan Tanaman. 2 (1) : 41-48.
Surtikanti. 2013. Cendawan Peronosclerospora sp. Penyebab Penyakit Bulai di
Jawa Timur. Jurnal Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian. Balai
Penelitian Tanaman Serealia. 2 (1): 55-67.
41
Susilo, F.X. 2013. Aplikasi Statistika untuk Analisis Data Riset Proteksi
Tanaman. Anugrah Utama Raharja. Bandar Lampung. 168 hlm.
Susmawati. 2014. Hama dan Penyakit Pada Tanaman Jagung dan Cara
Pengendaliannya. Balai Besar Pelatihan Pertanian Binuang. 1-12 hlm.
Syhanen, DDN Sirait, & SE. Pinem. 2014. Teknik Uji Mutu Agen Pengendali
Hayati (ABK) di Laboratorium. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi
Tanaman Perkebunan (BBPPTP). Medan.
Tias. D.R.K 2017. Efikasi asam fosfit, dimetomorf dan metalaksil untuk
mengendalikan penyakit bulai (Peronosclerosporasorghi) pada tanaman
jagung (Zea mays L.) varietas P27. (Skripsi). Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung. Lampung. 65 hlm.
Tjitrosoepomo, G. 1991. Taksonomi Tumbuhan. Universitas Gadjah Mada Press.
Yogyakarta. 477 hlm.
Wakman ,W. 2013. Pengelolaan Penyakit Prapanen Jagung. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Serealia.