PENGARUH ELECTRIC FURNACE SLAG SILICA GEL DAN UNSUR … · Namun, menurut Peraturan Pemerintah...
Transcript of PENGARUH ELECTRIC FURNACE SLAG SILICA GEL DAN UNSUR … · Namun, menurut Peraturan Pemerintah...
PENGARUH ELECTRIC FURNACE SLAG, SILICA GEL DAN UNSUR
MIKRO TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH SERTA PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) PADA
TANAH GAMBUT DARI KUMPEH, JAMBI
Ehsa Septy Listianti
A14080092
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
ii
RINGKASAN
EHSA SEPTY LISTIANTI. Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica gel dan Unsur
Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah serta Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi
Sawah (Oryza sativa L.) pada Tanah Gambut dari Kumpeh, Jambi. Dibimbing oleh
KOMARUDDIN IDRIS dan SUWARNO.
Makanan pokok bangsa Indonesia adalah beras, sehingga padi merupakan
tanaman pertanian yang paling penting di negara kita. Tanah gambut merupakan
salah satu tanah marjinal yang penting untuk perluasan areal bagi padi sawah di
Indonesia. Tanah gambut Indonesia umumnya memiliki tingkat kesuburan dan
ketersediaan silikon (Si) yang rendah. Silikon merupakan unsur benefisial yang
penting bagi pertumbuhan tanaman padi sawah. Saat ini, bahan yang umum
digunakan sebagai sumber Si untuk padi sawah di berbagai Negara adalah steel slag.
Jenis steel slag yang diproduksi di Indonesia adalah ElectricFurnace Slag (EF) slag.
Namun, menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 dan Nomor 85 tahun
1999, steel slag termasuk limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh EF slag silica gel dan
unsur mikro terhadap sifat kimia tanah serta pertumbuhan dan produksi tanaman padi
pada tanah gambut dan mengevaluasi kandungan logam berat dalam beras untuk
kelayakan konsumsi. Penelitian ini menggunakan tanah gambut dari Kecamatan
Kumpeh, Jambi dan dibagi menjadi dua macam percobaan, yaitu percobaan inkubasi
yang dilakukan di laboratorium dan percobaan pot yang dilakukan di rumah kaca.
Dosis yang diberikan untuk perlakuan EF slag dan silica gel ekuivalen EF slag, yaitu
0%, 2%, 4%, 6%, dan 8%.
Pemberian EF slag berpengaruh sangat nyata meningkatkan pH, basa-basa Ca
dan Mg dapat dipertukarkan, Fe, Mn, Zn, SiO2, serta P-tersedia. Pertumbuhan dan
produksi tanaman padi sawah pada perlakuan EF slag lebih baik daripada perlakuan
silica gel dan unsur mikro. Selain itu, kandungan logam berat pada beras rendah
sekali, sehingga beras yang dihasilkan tidak berbahaya dan bisa untuk dikonsumsi
manusia.
Kata kunci : Gambut, Silica gel, Unsur mikro, Electric furnace slag, Padi
iii
SUMMARY
EHSA SEPTY LISTIANTI. Effect of Electric Furnace Slag, Silica gel, and Micro
Nutrient on Chemical Soil Properties, Growth, and Yield Rice (Oryza sativa L.) on
Peat Soil from Kumpeh, Jambi. Under guidance of KOMARUDDIN IDRIS and
SUWARNO.
The staple food of Indonesian is rice, concequently paddy is the most
important crop in agriculture. Peat soil is one of marginal land which potential to
create the availability of land for paddy in Indonesia. Generally, peat soil in Indonesia
has low fertility and availability of silicon (Si). Silicon is beneficial element for
paddy rice. Recently, general material used as sources of Si in some countries is steel
slag of which consist calcium silicate. One kind of steel slag produced in Indonesia is
electric furnace slag. However, according to regulation of government (PP No. 18,
1999 and No. 85, 1999), steel slag is categoried at hazardous waste.
The objectives of this research were to determine the effect of EF slag, silica
gel, and micro elements on chemical properties of soil, growth and yield of paddy
rice on peat soil and to evaluate content of heavy metal in rice for worthiness of rice
consumption. This research used peat soil from Kumpeh Regency, Jambi. The
research consisted of two experiments, they were incubation experiment in laboratory
and pot experiment in greenhouse. The dosage applied for treatment of EF slag and
silica gel were 0%, 2%, 4%, 6%, and 8%.
Application of EF slag significantly increased pH, exchangeable Ca and Mg,
available-Fe, Mn, Zn, SiO2, and P. Growth and yield of paddy rice with EF slag was
better than with silica gel and micro nutrients. Furthermore, the content of heavy
metal in rice was very low, so that the rice produced is not harmful and can be
consumed.
Keyword : Peat, Silica gel, Micro elements, Electric furnace slag, Rice
iv
PENGARUH ELECTRIC FURNACE SLAG, SILICA GEL DAN UNSUR
MIKRO TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH SERTA PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) PADA
TANAH GAMBUT DARI KUMPEH, JAMBI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
EHSA SEPTY LISTIANTI
A14080092
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
v
Judul Penelitian : Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica gel dan Unsur
Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah Serta Pertumbuhan
dan Produksi Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.)
pada Tanah Gambut dari Kumpeh, Jambi
Nama Mahasiswa : Ehsa Septy Listianti
NRP : A14080092
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr.Ir.Komaruddin Idris, M.S. Dr.Ir.Suwarno, M.Sc.
NIP. 19490303 197603 1 001 NIP. 19621120 198811 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc.
NIP. 19621113 198703 1 003
Tanggal Lulus :
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 September 1990 dari
pasangan R. Eling Herman Suhartono, SE. dan Saidah. Penulis merupakan anak
ke-dua dari tiga bersaudara.
Penulis memulai studinya di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 01 Jakarta
Timur, dan lulus pada tahun 2002. Setelah itu penulis melanjutkan studi ke
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 51 Jakarta Timur, dan lulus pada
tahun 2005. Kemudian penulis melanjutkan studi ke Sekolah Menengah Atas
Negeri (SMAN) 53 Jakarta Timur, dan lulus tahun 2008. Pada tahun yang sama
dengan kelulusan SMA, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada program
studi Manajemen Sumberdaya Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan, Fakultas Pertanian.
Selama menjalani studi di IPB penulis aktif di organisasi, yaitu Himpunan
Mahasiswa Ilmu Tanah (HMIT) sebagai staff di divisi Informasi dan Komunikasi
(INFOKOM) tahun 2009/2010 dan koordinator Hubungan Luar dan Alumni
(HUBLU) tahun 2010/2011. Selain aktif di organisasi kemahasiswaan, penulis
juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Tanah pada tahun 2012.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat
Kimia Tanah serta Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi Sawah (Oryza
sativa L.) pada Tanah Gambut dari Jambi” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Manajemen Sumberdaya
Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
moril dan materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Komaruddin Idris, M.S. dan Dr. Ir.Suwarno, M.Sc. selaku dosen
pembimbing atas bimbingan, arahan, bantuan, saran, dan motivasi yang
diberikan selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Sri Djuniwati, M.Sc. selaku dosen Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan yang telah bersedia menjadi dosen penguji dan
memberikan saran bagi penulis.
3. Proyek kerjasama IPB dan Research Institute of Industrial Science and
Technology Korea yang telah mendanai penelitian ini.
4. Kedua orang tua penulis, Bapak R. Eling Herman Suhartono, SE dan Ibu
Saidah, serta kakak dan adik penulis (Gama Putra Prakarsa dan Bemy
Catunawa Pamungkas), atas dorongan dan motivasi yang diberikan kepada
penulis sehingga penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh staf Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu
Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB yang telah memberikan
bantuan selama melakukan analisis di laboratorium.
6. Staf University Farm Cikabayan IPB yang telah membantu penulis selama
melakukan penelitian di rumah kaca.
viii
5. Teman-teman satu penelitian, Fiqolbi Nuro Pohan, SP., Hastiana Utami, Sri
Ginanjar, dan Alfarizi yang telah banyak membantu penulis selama masa
penelitian.
6. Teman-teman seperjuangan, Evy Nurfiana, Maulina Sendy Oktaviani, Fauziah
Dwi Hayati, Edvan Istichori, Yenni Fiqhiany, Winda Ika Susanti, Mahartika
Setianingsih, teman-teman wisma panjen dan seluruh soilers 45 yang telah
banyak memberikan dukungannya kepada penulis selama masa penelitian.
Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan
kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu tanah.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.
Bogor, Desember 2012
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Tujuan ............................................................................................. 2
1.3. Hipotesis ......................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 4
2.1 Tanah Gambut ................................................................................. 4
2.2. Steel Slag ......................................................................................... 6
2.3. Karakteristik Tanaman Padi ............................................................ 10
2.4. Silikat .............................................................................................. 11
2.5. Logam Berat dalam Tanah .............................................................. 12
III. BAHAN DAN METODE ............................................................................ 14
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 14
3.2. Bahan dan Alat ................................................................................ 14
3.3. Metode Penelitian ............................................................................ 15
3.4. Variabel yang diamati ..................................................................... 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................... 20
4.1. Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica gel dan Unsur Mikro
terhadap Sifat Kimia Tanah ............................................................. 20
4.2. Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica gel dan Unsur Mikro
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi Varietas IR
64 ..................................................................................................... 29
4.3. Kandungan Logam Berat pada Beras .............................................. 34
4.4. Kandungan SiO2 pada Jerami Padi .................................................. 35
V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 37
5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 37
5.2. Saran ................................................................................................ 37
VI. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 38
LAMPIRAN ....................................................................................................... 41
x
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Kandungan Logam Berat dalam Tanah Secara Alamiah .................. 13
2. Jenis dan Dosis Perlakuan Setiap Pot Pada Percobaan
Inkubasi ................................................................................. 16
3. Jenis dan Dosis Perlakuan Setiap Pot pada Percobaan Pot
Rumah Kaca .......................................................................... 18
4. Pengaruh EF Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap pH
Tanah dan Basa-Basa Dapat Dipertukarkan .......................... 21
5. Pengaruh EF Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap
Kadar Unsur Mikro, P, dan SiO2 Tersedia dalam Tanah ...... 24
6. Pengaruh EF Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap N-total
Tanah .................................................................................... 28
7. Kandungan Logam Berat pada Tanah ............................................... 29
8. Pengaruh EF Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap
Pertumbuhan Tanaman Padi IR 64 ....................................... 30
9. Pengaruh EF Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap
Produksi Tanaman Padi IR 64 .............................................. 33
10. Pengaruh EF Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Kadar
Logam Berat pada Beras ....................................................... 35
11. Pengaruh EF Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Kadar
SiO2 pada Jerami Padi ........................................................... 36
Lampiran
1. Hasil Analisis Awal Sifat Kimia Tanah Gambut .............................. 42
2. Komposisi Kimia dari Electric Furnace Slag Indonesia .................. 43
3. Deskripsi Padi Varietas IR 64 ........................................................... 44
4. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap pH Tanah ............................................................... 45
xi
5. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap Ca-dd Tanah .......................................................... 45
6. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap Mg-dd Tanah ......................................................... 45
7. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap Kadar Fe-tersedia Tanah ....................................... 45
8. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap Kadar Mn-tersedia Tanah ...................................... 46
9. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap Kadar Cu-tersedia Tanah ....................................... 46
10. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap Kadar Zn-tersedia Tanah ....................................... 46
11. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap Kadar P-tersedia Tanah ......................................... 46
12. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap Kadar SiO2-tersedia Tanah .................................... 47
13. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap Tinggi Tanaman Padi 11 MST .............................. 47
14. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap Jumlah Anakan Produktif Tanaman Padi .............. 47
15. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap Jumlah Anakan Maksimum Tanaman Padi ........... 47
16. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap Bobot Gabah Kering Panen Tanaman Padi ........... 48
17. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap Bobot Gabah Kering Giling Tanaman Padi .......... 48
18. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap Bobot Gabah Kering Bernas Tanaman Padi ......... 48
19. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap Bobot Gabah Kering Hampa Tanaman Padi ......... 48
20. Batas Maksimum Logam Berat pada Beras (SNI 7387:2009) .......... 49
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Perbandingan Nilai pH Tanah Gambut antara Kontrol dan
Semua Perlakuan pada Tanah ............................................... 21
2. Pengaruh EF Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap
Mg-dd Tanah Gambut ........................................................... 22
3. Pengaruh EF Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap
Ca-dd Tanah Gambut ............................................................ 22
4. Pengaruh EF Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Fe-
tersedia Tanah Gambut ......................................................... 25
5. Pengaruh EF Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap.Mn-
tersedia Tanah Gambut ......................................................... ̀ 25
6. Pengaruh EF Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Cu-
tersedia Tanah Gambut ......................................................... 25
7. Pengaruh EF Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Zn-
tersedia Tanah Gambut ......................................................... 26
8. Pengaruh EF Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap P-
tersedia Tanah Gambut ......................................................... 26
9. Pengaruh EF Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap SiO2-
tersedia dalam Tanah Gambut .............................................. 27
10. Pengaruh EF Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Tinggi
Tanaman 11 MST ................................................................. 30
11. Pengaruh EF Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap
Jumlah Anakan Maksimum Tanaman Padi .......................... 31
12. Pengaruh EF Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap
Jumlah Anakan Produktif Tanaman Padi ............................. 32
13. Pengaruh EF Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap
Bobot Gabah Kering Giling .................................................. 34
14. Pengaruh EF Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap
Bobot Gabah Kering Bernas ................................................. 34
xiii
Lampiran
1. Percobaan Pot Rumah Kaca ............................................................... 53
2. Percobaan Inkubasi ............................................................................ 53
3. Pengambilan Sampel Tanah Gambut ................................................. 54
4. Lokasi Pengambilan Sampel Tanah Gambut ..................................... 54
5. Perlakuan: (a) Electric Furnace Slag dan (b) Silica gel .................... 55
6. Perbandingan Tinggi Tanaman Padi Varietas IR 64 Perlakuan
Kontrol, EF Slag dan Unsur Mikro Umur 7 MST ................. 55
7. Perbandingan Tinggi Tanaman Padi Varietas IR 64 Perlakuan
Kontrol, Silica Gel dan Unsur Mikro Umur 7 MST .............. 56
8. Perbandingan Tinggi Tanaman Padi Varietas IR 64 Perlakuan
Kontrol, Silica Gel dan Unsur Mikro Umur 17 MST ............ 56
9. Perbandingan Tinggi Tanaman Padi Varietas IR 64 Perlakuan
Kontrol, EF Slag dan Unsur Mikro Umur 17 MST ............... 57
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Prosedur Analisis di Laboratorium .................................................... 50
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Makanan pokok bagi bangsa Indonesia adalah beras, sehingga padi
merupakan tanaman pertanian yang paling penting di Indonesia. Untuk memenuhi
kebutuhan pangan seperti beras, maka diperlukan lahan untuk menanam padi.
Semakin bertambahnya penduduk semakin bertambah pula kebutuhan akan beras,
maka akan semakin bertambah pula kebutuhan akan lahan untuk menanam padi.
Ledakan penduduk akan mengakibatkan terjadinya perebutan lahan untuk
perumahan dan pertanian. Penggunaan tanah-tanah subur oleh sektor non-
pertanian terus meningkat setiap tahun. Hal itu menyebabkan luas areal tanah
sawah terus berkurang dan areal persawahan tergusur ke tanah-tanah marjinal.
Tanah gambut merupakan salah satu tanah marjinal yang penting untuk perluasan
areal bagi padi sawah di Indonesia.
Unsur silikat sangat diperlukan oleh tanaman, terutama padi. Secara
umum, tanah gambut Indonesia memiliki tingkat kesuburan dan ketersediaan
silikon (Si) yang rendah, karena kandungan unsur hara yang rendah dan tanah
yang bersifat sangat masam yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman padi.
Perlu dilakukan upaya pemupukan silikat untuk tanah-tanah yang kekurangan
unsur Si. Beberapa sumber pupuk Si di Indonesia adalah fly ash batubara, kalium
silikat cair, slag pabrik baja, dan silica gel (Balai Penelitian Tanah, 2011).
Namun, pemupukan Si pada tanah gambut di Indonesia belum umum, sehingga
belum banyak informasi hasil-hasil penelitian tentang respon pemupukan Si
terhadap pertumbuhan maupun hasil tanaman.
Saat ini, suatu bahan yang paling umum dipakai sebagai sumber Si dalam
budidaya padi sawah di berbagai negara, misalnya Jepang dan Korea adalah steel
slag yang mengandung kalsium silikat. Suatu jenis steel slag yang diproduksi di
Indonesia adalah electric furnace slag (EF) slag, yaitu hasil sampingan dari
proses pemurnian besi cair dalam proses pembuatan baja. Oota, 1979 dalam
Fattah, 1997 menyatakan bahwa pada percobaannya penggunaan pupuk silikat
berupa slag, nyata dapat meningkatkan kandungan SiO2 dalam jaringan tanaman
padi yang diikuti dengan meningkatnya hasil panen. Akan tetapi, menurut
2
Peraturan Pemerintah (Nomor 18 tahun 1999 dan Nomor 85 tahun 1999)
mengenai pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun, steel slag termasuk
limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) namun, dalam percobaan sebelumnya
yang dilakukan oleh Syihabuddin (2011), jumlah logam berat yang terdapat pada
beras akibat pemberian slag masih berada dibawah batas maksimum cemaran,
yang di sarankan oleh Badan Standarisasi Nasional (2009), dan beras yang
dihasilkan aman untuk dikonsumsi.
Berdasarkan pada permasalahan di atas, maka perlu dilakukan perbaikan
sifat kimia tanah gambut agar dapat menunjang program ketahanan pangan. Pada
penelitian ini dilakukan penelitian dengan pemberian bahan amelioran tanah
(electric furnace slag dan silica gel) serta pupuk mikro (CuSO4 dan Zn SO4) pada
tanaman padi varietas IR 64 di tanah gambut dari Kumpeh, Jambi.
1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui perbandingan pengaruh antara electric furnace slag PT.
Krakatau Steel, silica gel dan unsur mikro terhadap sifat kimia tanah serta
pertumbuhan dan produksi padi sawah (Oryza sativa L.) pada tanah
gambut dari Kumpeh, Jambi.
2. Mengetahui pengaruh pemberian electric furnace slag terhadap kandungan
logam berat beracun dalam tanah dan beras untuk kelayakan konsumsi.
1.3. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:
1. Pemberian electric furnace slag, silica gel, dan unsur mikro dapat
memperbaiki sifat kimia tanah gambut terutama meningkatkan pH, basa-
basa dapat dipertukarkan, serta unsur mikro tanah gambut. Peningkatan
pertumbuhan dan produksi padi dengan electric furnace slag lebih baik
dibandingkan dengan pemberian silica gel dan unsur mikro.
3
2. Pemberian electric furnace slag, slica gel, ataupun unsur mikro tidak
berpengaruh terhadap kandungan logam berat beracun dalam tanah dan
beras.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanah Gambut
Menurut Andriesse, 1988 dalam Najiyati et al., 2005, secara umum,
pembentukan dan pematangan gambut berjalan melalui tiga proses yaitu
pematangan fisik, pematangan kimia dan pematangan biologi. Kecepatan proses
tersebut dipengaruhi oleh iklim, (suhu dan curah hujan), susunan bahan organik,
aktivitas organisme, dan waktu. Ketebalan gambut pada setiap bentang lahan
adalah sangat tergantung pada: (1) proses penimbunan, yaitu jenis tanaman yang
tumbuh, kerapatan tanaman dan lama pertumbuhan tanaman sejak terjadinya
cekungan tersebut, (2) proses kecepatan perombakan gambut, (3) proses
kebakaran gambut, dan (4) perilaku manusia terhadap lahan gambut.
Kenampakan fisik khas air gambut dicirikan oleh warna larutan kuning-
coklat yang kepekatannya memberikan gambaran tentang kualitas airnya. Warna
kuning-coklat air gambut disebabkan oleh kandungan bahan organik terlarut yang
dihasilkan oleh pelapukan sisa tumbuhan. Kualitas air gambut berbanding terbalik
dengan kepekatan bahan organik terlarut. Ciri lain air gambut adalah kemasaman
yang tinggi. Bahan organik terlarut di dalam air tersebut umumnya dalam bentuk
asam organik hasil dekomposisi berupa asam, sehingga semakin tinggi kandungan
bahan organik, semakin pekat warna air dan kemasaman semakin meningkat.
Umumnya air gambut memiliki pH di bawah 6 sedangkan pada air gambut yang
pekat nilai pH bisa mencapai 3.5 (Page, 1997 dan Djuwansah, 2001 dalam
Djuwansah, 2007).
Gambut di alam dijumpai sebagai pasta berwarna coklat kehitaman yang
mengandung banyak serat dan sisa tumbuhan dengan proporsi yang sangat
ditentukan oleh tingkat pelapukannya. Berat jenis gambut tropis berkisar antara
0.05 g/cm3 sampai 0.4 g/cm
3 dan sangat tergantung pada kandungan mineral dan
kemampatan (packing) nya. Gambut segar yang lembab memiliki sifat koloidal
yang hidrofil (mengikat air) yang membuat masa gambut dapat menahan air
sekitar delapan kali dari volumenya. Kebanyakan tanah gambut yang masih belum
tersentuh dijumpai dalam keadaan basah dengan muka air yang dekat atau di atas
permukaan tanah (Djuwansah, 2007).
5
Karena dibentuk dari bahan, kondisi lingkungan, dan waktu yang berbeda,
tingkat kematangan gambut bervariasi. Gambut yang telah matang akan
cenderung lebih halus dan lebih subur. Sebaliknya yang belum matang, banyak
mengandung serat kasar dan kurang subur. Serat kasar merupakan bagian gambut
yang tidak lolos saringan 100 mesh (100 lubang/inci persegi) (Najiyati et al.,
2005).
Berdasarkan tingkat kematangan/dekomposisi bahan organik, gambut
dibedakan menjadi tiga yakni:
1. Fibrik, yaitu gambut dengan tingkat pelapukan awal (masih muda) dan
lebih dari ¾ bagian volumenya berupa serat segar (kasar). Cirinya bila
gambut diperas dengan telapak tangan dalam keadaan basah, maka
kandungan serat yang tertinggal di dalam telapak tangan setelah
pemerasan adalah tiga perempat bagian atau lebih (≥ ¾);
2. Hemik, yaitu gambut yang memiliki tingkat pelapukan sedang (setengah
matang), sebagian bahan telah mengalami pelapukan dan sebagian lagi
berupa serat. Bila diperas dengan telapak tangan dalam keadaan basah,
gambut agak mudah melewati sela-sela jari dan kandungan serat yang
tertinggal di dalam telapak tangan setelah pemerasan adalah antara kurang
dari tiga perempat sampai seperempat bagian atau lebih (¼ dan < ¾);
3. Saprik, yaitu gambut yang tingkat pelapukannya sudah lanjut (matang).
Bila diperas, gambut dengan mudah melewati sela jari-jari dan serat yang
tertinggal dalam telapak tangan kurang dari seperempat bagian (< ¼)
(Najiyati et al., 2005).
Meskipun bahan asal gambut berwarna kelabu, coklat atau kemerahan
tetapi setelah dekomposisi muncul senyawa-senyawa yang berwarna gelap
sehingga gambut umumnya berwarna coklat sampai kehitaman. Warna gambut
menjadi salah satu indikator kematangan gambut. Semakin matang, gambut
semakin berwarna gelap. Fibrik berwarna coklat, hemik berwarna coklat tua, dan
saprik berwarna hitam (Darmawidjaya, 1990 dalam Najiyati et al. 2005). Dalam
keadaan basah, warna gambut biasanya semakin gelap.
Wahyunto et al., 2003 membuat klasifikasi nilai berat jenis atau bobot isi
(bulk density) tanah gambut di Sumatera sebagai berikut: gambut saprik nilai
6
bobot isinya sekitar 0.28 g/cc, hemik 0.17 g/cc dan fibrik 0.10 g/cc. Akibat berat
jenisnya yang ringan, gambut kering mudah tererosi/terapung terbawa aliran.
Gambut memiliki porositas yang tinggi sehingga mempunyai daya
menyerap air yang sangat besar. Apabila jenuh, kandungan air pada gambut
saprik, hemik dan fibrik berturut-turut adalah <450%, 450-850%, dan >850% dari
bobot keringnya atau 90% volumenya (Suhardjo dan Driessen, 1975, dalam
Najiyati et al. 2005). Oleh sebab itu, gambut memiliki kemampuan sebagai
penambat air (reservoir) yang dapat menahan banjir saat musim hujan dan
melepaskan air saat musim kemarau sehingga intrusi air laut saat kemarau dapat
dicegahnya.
Kadar abu merupakan petunjuk yang tepat untuk mengetahui keadaan
tingkat kesuburan alami gambut. Suhardjo dan Driessen, 1975 serta Suhardjo dan
Widjaya-Adhi, 1976 dalam Najiyati et al, 2005 telah meneliti kadar abu tanah
gambut untuk tujuan reklamasi lahan di daerah Riau. Pada umumnya gambut
dangkal (<1 m) yang terdapat di bagian tepi kubah mempunyai kadar abu sekitar
15%, bagian lereng dengan kedalaman 1-3 meter berkadar abu sekitar 10%,
sedangkan di pusat kubah yang dalamnya lebih dari 3 meter, berkadar abu kurang
dari 10% bahkan kadang-kadang kurang dari 5%. Hal ini sejalan dengan
pengayaan oleh air sungai atau air laut atau kontak dengan dasar depresi.
2.2. Steel Slag
Steel Slag merupakan hasil sampingan dari proses pemurnian besi cair
dalam pembuatan baja. Kandungan unsur-unsur dalam steel slag bervariasi
tergantung dari sifat dan jenis steel slag. Pada umumnya steel slag mengandung
Ca, Mg, Fe, Si, dan beberapa unsur mikro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
steel slag Indonesia (electric furnace slag) mengandung unsur-unsur sebagai
berikut : 42% Fe2O3, 7.2% Al2O3, 21.5% CaO, 11.2% MgO, 14.6% SiO2 dan
0.4% P2O5 (Suwarno dan Goto, 1997). Selain itu, steel slag juga mengandung
unsur-unsur sekunder yang terdiri dari Mg, Si, Mn, Cu, Co, dan Mo sehingga
bahan ini sangat baik untuk digunakan sebagai pupuk (Boxus, 1965 dalam Rahim
1995).
7
Slag merupakan pupuk yang baik untuk lahan masam dan mempunyai efek
pengapuran disamping mengandung unsur mikro (Ismunadji et al., 1991). Di
Indonesia slag ini dapat diperoleh misalnya pada pabrik peleburan baja milik PT.
Krakatau Steel di Cilegon yang mempunyai sisa-sisa pengecoran sampai beratus-
ratus ton (Soepardi et al., 1979 dalam Rahim, 1995).
Barber, 1967 dan Christenson, 1982 dalam Priambudi, 1997
mengklasifikasikan slag kedalam tiga kelompok. Bentuk-bentuknya yaitu: (1)
blast furnace slag, (2) open-hearth slag, dan (3) basic slag.
Pembuatan BF slag dilakukan dengan cara penambahan kapur dan
batubara pada biji besi dengan kadar tetap ke dalam tanur (blast furnace). Dengan
pemanasan mencapai suhu 1500°C, biji besi tadi akan meleleh dan terakumulasi
di bagian bawah tanur. Pada bagian atasnya terbentuk lapisan slag. Pada waktu
yang tertentu slag ini dapat dikeluarkan melalui lubang pada dinding bagian
bawah tanur. Bila slag encer tersebut langsung dimasukkan ke dalam air, maka
terjadilah slag berbentuk butiran seperti pasir, yang disebut water granulated slag
atau quenched slag. Sedangkan bila slag encer tadi ditampung dalam wajan dan
kemudian didinginkan perlahan-lahan, maka yang diperoleh adalah air cooled
slag atau slowly cooled slag. Kedua bentuk slag tersebut mempunyai komposisi
kimia yang sama. Bila keduanya ditumbuk dalam ukuran butir yang sama akan
diperoleh pupuk yang disebut sebagai pupuk silikat (Oota, 1979 dalam Fattah,
1997). Daya netralisasi dari blast furnace slag sekitar antara 74-90 % (Tisdale et
al., 1985 dalam Priambudi, 1997). Slag ini digunakan seperti bahan pengapuran
yang lainnya yaitu guna menetralisir kemasaman tanah dan mensuplai kalsium
serta magnesium (Barber, 1967 dalam Priambudi, 1997). Blast Furnace slag asal
Jepang mengandung 35% CaO; 6.6% MgO; 34% SiO2 dan sedikit mengandung
Fe, Al, dan P (Suwarno dan Goto, 1997).
Open-hearth slag diproduksi dari hasil proses pembakaran yang di
lakukan oleh pabrik baja (Barber, 1967 dan Christenson, 1982 dalam Priambudi,
1997). Kandungan slag ini terdiri dari ± 20 % besi dan 10% mangan. Basic slag
diproduksi dengan metode Open-Hearth dari pembuatan baja dengan kandungan
fosfor yang tinggi. Kotoran besi terdiri dari silikat dan fosfor yang kemudian
dicampur dengan kapur dan berubah menjadi slag. Slag kemudian didinginkan
8
dan kemudian dihaluskan. Slag jenis ini mempunyai daya netralisasi ± 60-70 %
(Tisdale et al., 1985 dalam Priambudi, 1997).
Electric furnace slag adalah slag hasil reduksi pembakaran secara elektrik
dari batuan fosfat dalam preparasi bahan-bahan fosfor. Slag ini terbentuk ketika
pembakaran silikat dan kalsium oksida menghasilkan kalsium silikat dalam
jumlah yang besar. Kandungan P2O5 0.9-2.3 dan daya netralisasinya ± 65-80 %
(Tisdale et al., 1985 dalam Priambudi 1997). Electric furnace slag merupakan
campuran dari kalsium dan silikat dengan daya netralisasi tinggi, yaitu ± 89 %.
Electric furnace slag asal Indonesia mengandung 42% Fe2O3; 7.2% Al2O3, 21,5%
CaO; 11,2% SiO2; 0.4% P2O5 (Suwarno dan Goto, 1997).
Di Jepang, kebutuhan silikat diatasi dengan pemberian slag. Pemanfaatan
slag di bidang pertanian di antaranya sebagai sumber kalsium dan magnesium
atau bahan pengapuran, sumber silikat, sebagai bahan amelioran dan untuk
menurunkan kadar Fe dan Mn dalam tanah (Okuda dan Takahashi, 1962 dalam
Hidayatullah, 2006).
Apabila slag diberikan ke dalam tanah, maka akan terjadi beberapa
perubahan. Perubahan ini dapat berpengaruh terhadap serapan hara oleh tanaman,
baik hara yang sudah ada dalam tanah maupun hara dari slag. Penambahan slag
juga dapat mengakibatkan perubahan pH tanah, nisbah ionik tanah dan komposisi
ion dalam jaringan tanaman (Farrar, 1969). Selanjutnya Oota (1979 dalam Rahim,
1995) menyatakan bahwa pemberian steel slag dalam tanah akan menghasilkan
SiO2 koloidal yang kemudian berubah menjadi SiO3-2
dan dapat menyerap kation
bebas dalam tanah.
Pemberian slag ke dalam tanah yang diperlakukan dengan tingkat
pemupukan N, P dan K berat dan ringan dapat membantu memperbaiki
pertumbuhan tanaman padi yang ditumbuhkan dalam keadaan sawah. Perbaikan
pertumbuhan bagian atas tanaman akibat pemberian slag dapat ditunjukkan oleh
meningkatnya kandungan Si, N, P dan K dalam jaringan tanaman (Soepardi et al.,
1979 dalam Fattah, 1997).
Berdasarkan percobaan (Oota, 1979 dalam Rahim, 1995), pemberian slag
masih dapat diharapkan pengaruhnya sampai dengan waktu penanaman yang
keempat kalinya, yang berarti bahwa selama periode waktu tersebut masih ada
9
pengaruh slag dalam mempertahankan kadar silikat dan bahkan mungkin juga
unsur hara atau faktor penunjang lainnya. Oleh karena terbukti bahwa pada tanah
yang tidak diberi slag, selama periode tanam gandum ke-15, tanah menjadi
masam dan tidak lagi terjadi perkecambahan.
Suwarno (1993) dalam percobaan pot telah mempelajari pengaruh electric
furnace slag Indonesia, converter furnace slag Jepang dan dolomit dalam rotasi
tanaman shorgum-turnip-turnip pada tanah Andosol. Hasilnya menunjukkan
bahwa slag Indonesia sama baik dengan slag yang berasal dari Jepang untuk
pengapuran pada tanah Andosol dan pengaruhnya lebih baik dari dolomit.
Pengaruh electric Furnace slag Indonesia dan converter furnace slag Jepang
dengan kalsit dan dolomit dalam rotasi tanaman kedelai-shorgum-bayam pada
tanah Podzolik Merah Kuning menunjukkan bahwa bahan-bahan pengapuran
tersebut memperbaiki pertumbuhan dan peningkatan hasil tanaman tersebut.
Meskipun demikian, perbedaan pengaruh slag, kalsit, dan dolomit tidak nyata.
Lian, 1976 dalam Rahim, 1995 melaporkan bahwa pemberian slag di
Taiwan dengan dosis 1.5 ton/ha masih menunjukkan pengaruhnya sampai 4.7
tahun, sedangkan pemberian di Jepang dengan dosis 1.5-2.0 ton/ha memberikan
pengaruh cukup baik selama dua tahun.
Penelitian yang dilakukan Suwarno dan Goto (1997) pada tanah Andosol
menunjukkan bahwa pemberian slag mampu meningkatkan pH, Ca, Mg dapat
ditukar, Si, dan P tersedia serta mengurangi Al dapat ditukar. Slag merupakan
pupuk yang baik untuk lahan masam dan mempunyai efek pengapuran disamping
mengandung unsur mikro (Ismunadji et al., 1991) dan menurut Silva, 1971 dalam
Rahim, 1995, pemberian slag dapat mengurangi sifat beracun dari Fe dan Al. Slag
yang diberikan mampu menekan ketersediaan Fe dan Al baik yang terdapat bebas
dalam larutan tanah maupun yang dapat ditukar.
Slag mengandung Al dan Fe relatif banyak yang bila terhidrolisis
menghasilkan ion hidrogen sehingga akan meningkatkan kemasaman tanah.
Namun, menurut Farrar (1969) kedua unsur tersebut berada dalam bentuk
senyawa oksida yang daya larutnya rendah.
10
2.3. Karakteristik Tanaman Padi
Tanaman padi (Oryza sativa L.) termasuk ke dalam famili graminae dan
genus Oryzae (De Datta, 1981). Keseluruhan organ tanaman padi terdiri dari dua
kelompok, yaitu organ vegetatif dan organ generatif (reproduktif). Bagian-bagian
vegetatif terdiri dari akar, batang, dan daun, sedangkan organ generatif terdiri dari
malai, gabah, dan bunga.
Padi dapat tumbuh baik pada kisaran suhu rata-rata harian 27-37°C,
dengan radiasi matahari rata-rata 300 kal/cm2. Padi merupakan tanaman berhari
pendek. (Yoshida, 1981). Umur tanaman dan lama setiap fase tumbuh berbeda
menurut varietas dan tinggi tanaman. Lama fase vegetatif cepat, reproduktif dan
pematangan gabah pada umumnya hampir sama. Perbedaan umur antar macam-
macam varietas padi disebabkan oleh adanya perbedaan waktu fase vegetatif
lambat. Varietas yang berumur panen 130 hari, pada umumnya tidak mempunyai
fase vegetatif lambat, sedangkan varietas yang berumur kurang dari 130 hari,
terjadi saling tindih (overlap) antara fase vegetatif cepat dan reproduktif, artinya
pembentukan primordial sudah terjadi sebelum jumlah anakan maksimum dicapai.
Varietas yang berumur panen lebih dari 130 hari mempunyai fase vegetatif yang
lebih lama (Anonim, 1983).
Padi merupakan tanaman berhari pendek, berfotosintesis mengikuti jalur
C-3, tetapi laju fotosintesis padi lebih tinggi dari tanaman C-3 lainnya, yaitu 40-50
mg CO2/dm2/jam. Kisaran suhu optimum untuk fotosintesis khususnya varietas
padi Indika adalah 25-33°C. Suhu udara tinggi diperlukan pada fase vegetatif
untuk merangsang anakan, tetapi pada fase reproduktif dari stadia pengisian gabah
sampai panen diperlukan suhu sejuk. Suhu rata-rata harian <20°C menyebabkan
perkecambahan terhambat, pembungaan terhambat dan kehampaan tinggi
(Yoshida, 1981).
Perbedaan umur antara tanaman padi terletak paada fase vegetatif. Untuk
varietas padi yang berumur 120 hari yang ditanam di daerah tropik, maka fase
vegetatifnya memerlukan waktu 60 hari, fase reproduktif 30 hari, dan pemasakan
30 hari tinggi (Yoshida, 1981).
11
Menurut Yoshida (1981) pertumbuhan tanaman padi dibagi menjadi tiga
fase, yakni fase vegetatif, reproduktif, dan fase pemasakan.
1. Fase Vegetatif, meliputi pertumbuhan mulai kecambah sampai dengan
inisiasi primordial malai. Selama fase vegetatif, anakan tanaman
bertambah dengan cepat, tanaman bertambah tinggi, dan daun tumbuh
secara reguler. Anakan aktif ditandai dengan pertambahan anakan yang
cepat sampai tercapainya anakan maksimum. Setelah anakan maksimum
tercapai, sebagian dari anakan akan mati dan tidak menghasilkan malai,
yang disebut sebagai anakan tidak efektif.
2. Fase Reproduktif, dimulai dari inisiasi primordial malai sampai berbunga
(heading). Ditandai dengan memanjangnya ruas teratas pada batang, yang
sebelumnya tertumpuk rapat dekat permukaan tanah. Di samping itu,
stadia reproduktif juga ditandai dengan berkurangnya jumlah anakan,
munculnya daun bendera, bunting, dan pembungaan. Inisiasi primordial
malai biasanya dimulai 30 hari sebelum bunga. Pembungaan merupakan
stadia keluarnya malai. Dalam suatu rumpu atau komunitas tanaman, fase
pembungaan memerlukan waktu 10-14 hari. Antesis telah mulai bila
benang sari bunga yang paling ujung pada tipe cabang malai telah tampak
keluar.
3. Fase Pemasakan, dimulai dari berbunga sampai masak panen. Ditandai
dengan bobot jerami mulai turun, bobot gabah meningkat dengan cepat
dan terjadi penuaan daun. Fase pemasakan terdiri dari masak susu (dough),
masak bertepung, menguning, dan masak panen. Periode pemasakan kira-
kira membutuhkan waktu kira-kira 30 hari.
2.4. Silikat
Salah satu komponen utama tanah mineral adalah silikat (Krauskopf,
1967;Takahashi dan Miyake, 1977). Hal tersebut tercermin dalam jumlah Si yang
melimpah pada kerak bumi (Beckwith dan Revee, 1963).
Silikat merupakan penyusun dari sepuluh hingga lima puluh persen abu
jaringan tanaman dan binatang. Banyak peneliti telah menunjukkan bahwa silikat
diperlukan untuk pertumbuhan padi, terutama pada tanah-tanah yang yang
12
kekurangan silikat tersedia. Sommer (dalam Okuda dan Takahashi, 1964),
mengemukakan bahwa tidak adanya silikat dalam larutan hara nyata dapat
menghambat pertumbuhan padi. Hal ini menunjukkan bahwa Si merupakan unsur
hara yang bersifat ‘beneficial’ bagi pertumbuhan padi (Rahim, 1995).
Imaizumi dan Yoshida (1958) mengemukakan bahwa asam silikat yang
larut dalam asam lemah berkorelasi baik dengan serapan silikat oleh tanaman,
sedangkan silikat yang larut dalam basa tidak mencerminkan ketersediaan silikat
untuk tanaman.
Pengaruh positif silikat terhadap pertumbuhan tanaman tersebut menurut
Silva (1971) sebagai akibat dari: (1) adanya kenaikan penyerapan fosfor oleh
tanaman; (2) penggunaan fosfor oleh tanaman lebih efektif; (3) kadar kalsium,
kalium dan basa lain dalam tanaman meningkat; dan (4) kadar silikat dalam
tanaman juga meningkat.
Kekurangan silikat pada padi dapat menimbulkan gejala daun bagian
bawah berwarna coklat dan sewaktu-waktu dapat terjadi nekrosa, abu-abu dan
akhirnya menjadi bercak daun. Penyakit ini lambat laun dapat juga terjadi pada
daun teratas, dan kulit gabah umumnya berwarna coklat gelap serta gabah lebih
kecil dibandingkan dengan yang tumbuh normal (Mitsui dan Takatoh, 1963).
Pada umumnya pupuk silikat diperoleh dalam bentuk slag (sisa-sisa besi,
feronikel dan peleburan bijih mangan). Susunan mineralogi slag sangat kompleks.
Beberapa mineral silikat utama yang terdapat dalam slag adalah walastonit,
dikalsium silikat, gehlenit, anortit dan sebagainya (Oota, 1979). Oleh karena slag
mempunyai daya larut yang berbeda-beda, maka pengaruh slag berbeda menurut
jenis mineral silikat yang dikandungnya.
2.5 Logam Berat dalam Tanah
Logam berat merupakan suatu unsur logam yang tergolong sebagai unsur
dengan berat molekul yang tinggi. Beberapa unsur logam merupakan unsur logam
berat yang sering dihasilkan oleh proses undustri antara lain Timbal (Pb),
Tembaga (Cu), Chromium (Cr), Cadmium (Cd), Air raksa (Hg), Nikel (Ni), Seng
(Zn), dan Arsenik (As). Unsur-unsur tersebut sudah dapat menjadi racun bagi
makhluk hidup dalam kadar yang rendah (Anonim, 1976)
13
Subowo, et al., 1999 menyatakan bahwa adanya logam berat dalam tanah
pertanian dapat menurunkan produktivitas pertanian dan kualitas hasil pertanian
selain dapat membahayakan kesehatan manusia melalui konsumsi pangan yang
dihasilkan dari tanah yang tercemar logam berat tersebut.
Kandungan logam berat di dalam tanah secara alamiah sangat rendah,
kecuali tanah tersebut sudah terlebih dahulu tercemar (Tabel 1). Kandungan
logam berat dalam tanah sangat berpengaruh terhadap kandungan logam pada
tanaman yang tumbuh di atasnya, kecuali terjadi interaksi di antara logam itu
sehingga terjadi hambatan penyerapan logam tersebut oleh tanaman. Akumulasi
logam dalam tanaman tidak hanya tergantung pada kandungan logam dalam
tanah, tetapi juga tergantung pada unsur kimia tanah, jenis logam, pH tanah, dan
spesies tanaman yang sensitif terhadap logam berat tertentu (Darmono, 1995).
Tabel 1. Kandungan Logam Berat dalam Tanah Secara Alamiah
Unsur Logam Kandungan dalam tanah
As (Arsenik)
ppm
100
Co (Kobalt) 8
Cu (Tembaga) 20
Pb (Timbal) 10
Zn (Seng) 50
Cd (Cadmium) 0.08
Hg (Merkuri) 0.03
Sumber : Peterson dan Aloway, 1979 dalam Darmono, 1995.
Menurut Darmono (1995), interaksi logam berat lingkungan tanah
dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu : a) proses sorbsi atau desorbsi, b) difusi
pencucian, dan c) degradasi.
14
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari 2012 sampai dengan
September 2012. Penelitian terdiri dari 2 percobaan, yaitu (1) Percobaan inkubasi
dan (2) Percobaan pot rumah kaca yang dilakukan di rumah kaca kebun percobaan
University Farm, Institut Pertanian Bogor (Gambar Lampiran 1 dan 2). Analisis
hara tanah dan tanaman yang dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah
dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor, Dramaga.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya adalah:
contoh tanah gambut dalam dengan kedalaman ±7 m (dengan ketinggian muka air
tanah 70 cm) yang berasal dari Desa Arang-Arang, Kecamatan Kumpeh Ulu,
Kabupaten Muaro Jambi, Propinsi Jambi dan diambil dari kedalaman 0 – 20 cm.
Pengambilan sampel tanah gambut dan lokasi pengambilan sampel tanah gambut
terdapat pada Gambar Lampiran 3 dan 4. Hasil analisis awal sifat kimia tanah
gambut terdapat pada Tabel Lampiran 1. Slag yang digunakan berukuran kurang
dari 2 mm yang berasal dari PT. Krakatau Steel, Cilegon (Electric Furnace Slag)
dengan daya netralisasi (DN) sebesar 66.08% dan kandungan SiO2 sebesar
12.70%, silica gel dengan dosis yang ekuivalen dengan jumlah SiO2 dalam EF
slag (Gambar Lampiran 5), dan unsur mikro (CuSO4 dan ZnSO4). Tabel Lampiran
2 menyajikan komposisi kimia dari electric furnace slag. Pupuk Urea dengan
dosis 300kg/ha, SP-36 dengan dosis 300 kg/ha, dan KCl dengan dosis 150 kg/ha
digunakan sebagai pupuk dasar. Benih padi yang digunakan adalah varietas IR 64
dengan daya kecambah sebesar 81% yang berasal dari Balai Penelitian Padi
Muara, serta bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis tanah dan tanaman
di laboratorium. Deskripsi padi varietas IR-4 di sajikan dalam Tabel Lampiran 3.
Alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya adalah: ember
plastik berukuran 5 kg sebagai wadah media tanaman, nampan plastik, plastik,
botol semprot, timbangan, penggaris, meteran, jaring penangkap burung, kain
15
kassa, bambu, kamera. Beberapa peralatan yang digunakan untuk analisis tanah
dan tanaman di laboratorium, yaitu atomic absorption spectrophotometer (AAS),
labu kjeldhal digestion, destilator dan labunya, spectrophotometer, dan flame
photometer, pipet, oven, alat tulis, alat-alat gelas seperti botol kaca, gelas ukur,
tabung reaksi, buret, gelas piala, labu ukur, corong, erlenmeyer, dan alat-alat
kimia lainnya.
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Rancangan Percobaan
Penelitian ini terdiri dari dua percobaan, yaitu percobaan inkubasi tanah di
laboratorium dan percobaan pot di rumah kaca. Masing-masing percobaan,
inkubasi tanah di laboratorium dan percobaan pot di rumah kaca terdiri dari 10
perlakuan dan 3 kali ulangan sehingga jumlah satuan percobaan sebanyak 30
satuan percobaan. Perlakuan yang diberikan tertera pada Tabel 2 (untuk
percobaan inkubasi di laboratorium) dan Tabel 3 (untuk percobaan pot rumah
kaca). Rancangan percobaan yang dipakai adalah rancangan acak lengkap (RAL).
Rancangan ini digunakan karena dalam percobaan ini kondisi unit percobaan yang
digunakan relatif homogen. Adapun model matematika rancangan ini adalah
sebagai berikut:
Yij = μ + αi + Eij
Keterangan :
Yij = hasil pada perlakuan ke-i, dan ulangan ke-k.
μ = rataan umum.
αi = Pengaruh perlakuan ke-i.
Eij = galat.
Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis statistik dengan menggunakan
ANOVA. Apabila didapatkan pengaruh perlakuan berpengaruh nyata selanjutnya
dilakukan analisis lanjutan dengan menggunakan Duncan’s Multiple Range Test
(DMRT) atau uji wilayah Berganda Duncan pada taraf α = 5%.
16
3.3.2 Percobaan Inkubasi
Tanah gambut yang digunakan di campur merata agar sifatnya homogen,
kemudian dilakukan penetapan kadar air tanah gambut berdasarkan metode
gravimetrik. Pengeringan gambut dilakukan pada suhu 105°C selama 24 jam.
Bobot kering mutlak (BKM) yang digunakan untuk percobaan inkubasi sebesar
100g/pot, sehingga berdasarkan perhitungan didapatkan bobot kering mutlak
(BKU) tanah gambut yang akan digunakan untuk percobaan inkubasi adalah
seberat 403.52 g/pot.
Dari hasil pengukuran diperoleh nilai KA = 303,52 %. Setelah diketahui
kadar air, maka dapat ditentukan berapa kg tanah yang harus dimasukkan ke
dalam pot untuk diinkubasi bersama electric furnace slag (slag), silica gel, dan
unsur mikro.
Electric furnace slag (terak baja) dan silica gel diberikan masing – masing
dengan dosis 0%, 2%, 4%, 6%, dan 8% (Tabel 2), lalu dicampur rata dengan cara
diaduk bersamaan dengan tanah (bobot kering udara) dan ditambahkan air, hingga
tinggi genangan air yang berada dalam pot ± 5 cm. Terdapat tiga kali ulangan
untuk setiap perlakuan yang digunakan. Untuk percobaan inkubasi, tanah yang
sudah dicampur dengan EF Slag, silica gel, maupun unsur mikro yang berada
dalam pot kemudian diinkubasi selama 1 bulan.
Tabel 2. Jenis dan Dosis Perlakuan setiap Pot pada Percobaan Inkubasi
Perlakuan EF slag Silica gel ZnSO4 CuSO4
------------------------(g/pot)--------------------------
Kontrol
EF slag 2%
EF slag 4%
EF slag 6%
EF slag 8%
0
2
4
6
8
0
-
-
-
-
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Silica gel ek EF slag 2%
Silica gel ek EF slag 4%
Silica gel ek EF slag 6%
Silica gel ek EF slag 8%
Unsur Mikro
-
-
-
-
0
0.25
0.50
0.75
1
0
0
0
0
0
0.005
0
0
0
0
0.005
17
Setelah diinkubasi 1 bulan, diambil sampel tanah pada setiap perlakuan
dan ulangannya untuk dianalisis sifat kimianya di laboratorium, yaitu: pH, unsur
mikro (Fe, Mn, Cu, dan Zn tersedia), basa-basa dapat dipertukarkan (Mg, Ca, K,
dan Na), N total, P tersedia, SiO2 tersedia, dan logam berat tersedia (Pb, Cd, dan
Hg) dengan % KA sebagai faktor koreksnya.
3.3.3 Percobaan Pot Rumah Kaca
Terdapat beberapa tahap yang dilakukan pada percobaan pot rumah kaca,
tahap-tahap tersebut antara lain: tahap persiapan media tanam, penyemaian,
penanaman dan pemeliharaan, pengamatan, pemanenan, dan analisis tanaman di
laboratorium.
Tanah gambut yang digunakan di campur merata agar sifatnya homogen.
Bobot kering mutlak (BKM) yang telah ditentukan digunakan sebagai patokan
bobot tanah gambut yang akan digunakan. Bobot tanah gambut yang akan
dimasukan kedalam masing–masing pot yaitu 1,75 kg/pot (bobot kering oven),
dengan kadar air sebesar 303.52% sehingga bobot tanah setara dengan 7.06 kg/pot
(bobot tanah lembab).
Setiap perlakuan sesuai dengan taraf dosis (Tabel 3) diberikan 1 bulan
sebelum tanam (inkubasi). Perlakuan tersebut dicampur merata dengan contoh
tanah gambut. Kemudian pot ditutup agar diharapkan kadar air yang berada dalam
pot tidak berubah dan tinggi genangan air dikontrol setiap 2 hari sekali. Pupuk
dasar diberikan dan kemudian dicampur dengan contoh tanah gambut, yaitu
pupuk urea (⅓ bagian saat tanam, ⅓ bagian saat umur 21 HST, dan ⅓ bagian saat
umur 35 HST), pupuk SP-36 (pada saat tanam), dan pupuk KCl (½ bagian saat
tanam dan ½ bagian saat umur 35 HST).
18
Tabel 3. Jenis dan Dosis Perlakuan setiap Pot pada Percobaan Pot Rumah Kaca
Perlakuan EF slag Silica gel Urea SP-18 KCl ZnSO4 CuSO4
-------------------------------------------(g/pot)----------------------------------
Kontrol
EF slag 2%
EF slag 4%
EF slag 6%
EF slag 8%
0
35
70
105
140
0
-
-
-
-
0
2.63
2.63
2.63
2.63
0
2.63
2.63
2.63
2.63
0
1.31
1.31
1.31
1.31
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Silica gel ek 2%
Silica gel ek 4%
Silica gel ek 6%
Silica gel ek 8%
Unsur Mikro
-
-
-
-
0
4.45
8.9
13.35
17.80
0
2.63
2.63
2.63
2.63
2.63
2.63
2.63
2.63
2.63
2.63
1.31
1.31
1.31
1.31
1.31
0
0
0
0
0.0875
0
0
0
0
0.0875
Benih padi varietas IR 64 disemai selama 21 hari, setelah itu dipindahkan
untuk ditanam ke dalam pot perlakuan di rumah kaca. Setiap pot perlakuan
ditanam sebanyak 2 bibit padi. Plastik penutup sebesar pot dipasang di atas pot
pada saat malai pada tanaman padi sudah mulai keluar, agar malai tidak dimakan
oleh burung dan mengurangi serangan hama yang menyerang batang dan daun
tanaman padi. Setiap 2 hari sekali tanaman disiram hingga tinggi genangan air
mencapai ± 5 cm dari permukaan tanah. Setiap seminggu sekali dilakukan
pengamatan terhadap pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman, jumlah anakan, dan
jumlah malai) tanaman padi.
Pada saat umur padi sekitar 123–127 hari dilakukan pemanenan, karena
padi sudah siap panen, ditandai dengan 95% butir sudah menguning. Tanaman
yang sudah dipanen kemudian dipisahkan antara malai, batang, daun dan gabah,
kemudian gabah ditimbang dan ditetapkan sebagai bobot gabah kering panen
(BGKP). Gabah tersebut kemudian diletakkan di dalam paper bag dan diberi kode
perlakuan agar tidak tertukar dan kemudian dimasukkan ke dalam oven yang
berada di kebun percobaan dengan suhu 60°C selama 24 jam dan setelah itu
ditimbang untuk kemudian dijadikan bobot gabah kering giling (BGKG). Setelah
itu dilakukan pemilahan antara gabah bernas dan gabah hampanya dan dilakukan
19
penimbangan agar didapatkan bobot gabah kering bernas (BGKB) dan bobot
gabah kering hampa (BGKH).
Setelah malai selesai di pisahkan, batang dan daun tanaman padi kemudian
dicuci untuk dilakukan analisis SiO2 yang terdapat pada jerami padi. Gabah
bernas yang sudah dipisahkan dan ditimbang, dikupas kulitnya dan kemudian
beras tersebut ditumbuk untuk dianalisis kandungan logam berat beracunnya.
3.4 Variabel yang Diamati
Variabel yang diamati dalam percobaan inkubasi antara lain: pH H2O
(perbandingan 1:5), N total (metode Kjeldahl), P-tersedia (metode Bray I), basa-
basa dapat ditukar (Ca, Mg, Na, K) dengan metode NH4OAc 1 N pH 7, SiO2
tersedia metode ekstraksi Natrium asetat 1 N pH 4, unsur-unsur mikro seperti Fe,
Mn, Cu, Zn tersedia metode ekstraksi DTPA pH 7.3 (Dietilen Triamine Penta
Acetic Acid), logam-logam berat (Pb, Cd, Hg) tersedia metode ekstraksi HCl 0.05
N.
Variabel yang diamati pada percobaan rumah kaca yaitu: variabel vegetatif
meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan (umur 3-11 MST)., dan jumlah anakan
maksimum Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur tinggi
tanaman mulai dari permukaan tanah sampai dengan ujung daun tertinggi setelah
diluruskan. Variabel generatif meliputi jumlah anakan produktif, bobot gabah
kering panen (BGKP), bobot gabah kering giling (BGKG), bobot kering gabah
bernas (BKGB), dan bobot kering gabah hampa (BKGH). Analisis jaringan
tanaman yang dilakukan yaitu penetapan kadar hara SiO2 dengan metode ekstraksi
HNO3 dan HClO4, dan kandungan logam berat (Pb, Cd, dan Hg) pada beras
dengan metode ekstraksi HNO3 dan HClO4.
20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap
Sifat Kimia Tanah
Pengaplikasian Electric furnace slag (EF) slag pada tanah gambut yang
berasal dari Jambi mengakibatkan terjadinya beberapa perubahan sifat kimia
tanah. Hal ini terjadi dikarenakan oleh adanya interaksi antara unsur-unsur yang
terdapat di dalam EF slag, seperti Ca, Mg, Fe, Al, P dan juga Si dengan tanah.
Analisis pendahuluan menunjukkan bahwa tanah gambut masih memiliki
kandungan bahan organik yang tinggi, yaitu sebesar 55.54% dan nilai pH H2O 1:1
sebesar 4.6. Ciri lain yang dimiliki tanah ini antara lain N-total sebesar 3.72% dan
kandungan basa-basa, yaitu Ca-dd 5.54 (me/100g), Mg-dd 3.11 (me/100g), K-dd
2.90 (me/100g), dan Na-dd 1.84 (me/100g).
4.1.1 pH Tanah dan Basa-Basa Dapat Ditukar
Tanah gambut yang digunakan pada penelitian ini memiliki tingkat
kemasaman yang tergolong tinggi. Dari Tabel 4 dapat terlihat bahwa nilai hasil
pengukuran pH tanah gambut sangat rendah, yaitu berkisar antara 3.5-4.35. Hasil
analisis ragam (Tabel Lampiran. 4) menunjukkan bahwa pemberian EF slag dan
silica gel nyata meningkatkan pH. Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa kadar Mg-
dd dan Ca-dd tanah pada perlakuan unsur mikro dan silica gel tidak berbeda nyata
dengan kontrol.
Dari hasil analisis tanah diketahui bahwa pH tanah pada perlakuan unsur
mikro tidak berbeda nyata dengan kontrol. Gambar 1 memperlihatkan nilai pH
tanah pada perlakuan EF slag meningkat seiring dengan bertambahnya dosis yang
diberikan dan EF slag mampu meningkatkan pH tanah lebih besar dibandingkan
silica gel. Peningkatan pH tanah akibat pemberian EF slag juga sesuai dengan
pendapat Silva (1971) yang menyatakan bahwa pemberian slag sebagai sumber
silikat dapat menaikkan pH tanah .
21
Tabel 4. Pengaruh EF Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap pH Tanah dan
Basa-Basa Dapat Dipertukarkan
Perlakuan pH Tanah Basa-Basa Dapat Dipertukarkan
Mg-dd Ca-dd
-------(me/100g)-------
Kontrol 3.50a 3.60a 10.73a
EF slag 2 % 3.73b 4.38ab 15.04a
EF slag 4 % 4.03c 5.67bc 13.65a
EF slag 6 % 4.18d 6.13cd 26.37b
EF slag 8 % 4.35e 7.34d 31.91b
Silica gel ek 2 % 3.77b 3.27a 5.81a
Silica gel ek 4 % 3.73b 4.01a 5.27a
Silica gel ek 6 % 3.70b 3.80a 6.73a
Silica gel ek 8 % 3.73b 3.92a 6.39a
Unsur Mikro 3.55a 3.39a 5.10a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda pada taraf α = 5%
dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)
Peningkatan nilai pH ini diduga karena kandungan basa-basa dapat ditukar
(terutama Ca dan Mg) yang terdapat dalam EF slag. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Soepardi (1983) dimana pada proses pengapuran, kapur karbonat
berinteraksi dengan H2O dalam tanah dan kemudian terjadi pelepasan ion oleh
Ca2+
, Mg2+
, CO32-
, dan OH-. Karbonat (CO3
2-) inilah yang kemudian mengikat ion
H+ dan membuat ion H
+ keluar dari kompleks jerapan tanah. Posisi H
+ dalam
kompleks jerapan digantikan oleh kation Ca2+
dan Mg 2+
(sehingga ketersediaan
Ca dan Mg dalam tanah meningkat).
Gambar 1. Perbandingan Nilai pH Tanah Gambut antara Kontrol dan Semua
Perlakuan pada Tanah.
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Kontrol 2% 4% 6% 8% Unsur Mikro
pH
Tan
ah
Perlakuan
EF SlagSilica Gel Eq EF Slag
22
Nilai pH terendah (pH 3.5) terdapat pada perlakuan kontrol, sedangkan
nilai pH tertinggi (pH 4.35) terdapat pada perlakuan EF slag 8% dengan kenaikan
sebesar 24.28% dibandingkan kontrol. Pada perlakuan silica gel nilai tertinggi
terdapat pada dosis perlakuan 2% (pH 3.77) dengan kenaikan sebesar 7.71%
dibandingkan kontrol.
Pada Gambar 2 dan 3 dapat terlihat bahwa kadar Ca-dd dan Mg-dd tanah
meningkat seiring dengan semakin tingginya dosis perlakuan EF slag yang
diberikan. Pemberian EF slag mampu meningkatkan kadar Ca-dd dan Mg-dd
tanah lebih besar dibandingkan perlakuan unsur mikro dan silica gel.
Gambar 2. Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap
Mg-dd Tanah Gambut.
Gambar 3. Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap
Ca-dd Tanah Gambut.
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
Kontrol 2% 4% 6% 8% Unsur Mikro
Mg-
dd
Tan
ah(m
e/1
00
g)
Perlakuan
EF Slag
Silica Gel Eq EF Slag
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
Kontrol 2% 4% 6% 8% Unsur Mikro
Ca-
dd
Tan
ah(m
e/1
00
g)
Perlakuan
EF Slag
Silica Gel Eq EF Slag
23
Berdasarkan hasil analisis ragam (Tabel Lampiran. 5 dan 6), pemberian
EF slag berpengaruh sangat nyata terhadap kadar Mg dan Ca dapat dipertukarkan
tanah. Kadar Mg-dd tertinggi (Mg-dd=7.34 me/100g) terdapat pada perlakuan EF
slag 8% dengan kenaikan 103.88% dibandingkan kontrol dan kadar Ca-dd
tertinggi (Ca-dd=31.91 me/100g) terdapat pada perlakuan EF slag 8% dengan
kenaikan 197.4% dibandingkan kontrol. Nilai Mg-dd terendah terdapat pada
perlakuan silica gel ekuivalen EF slag 2% (Mg-dd=3.27 me/100g) dan Ca-dd
terendah pada perlakuan unsur mikro (Ca-dd= 5.10 me/100g).
Peningkatan Ca akibat pemberian slag sesuai dengan pendapat Silva
(1971) bahwa pemberian kalsium silikat (EF slag) dapat meningkatkan
kandungan kalsium tanah. Meningkatnya Ca dan Mg tersedia tanah akibat
pemberian EF slag dikarenakan pada EF slag juga terkandung unsur Ca dan Mg
(Tabel Lampiran 2).
4.1.2 Pengaruh EF Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Kadar
Unsur Mikro, P, dan SiO2 Tersedia dalamTanah
Pada hasil analisis (Tabel Lampiran 7, 8, 9, dan 10) dapat diketahui bahwa
pemberian EF slag berpengaruh nyata meningkatkan kadar Fe, Mn, Cu, dan Zn
tersedia tanah. Slag dalam bidang pertanian digunakan antara lain: (1) untuk
menetralkan kemasaman tanah serta menambah unsur Ca dan Mg; (2)
meningkatkan jumlah fosfor dalam tanah karena mengandung 5-10% fosfor
tersedia; serta (3) sebagai sumber silikat (Barber, 1967 dalam Priambudi, 1997).
Dari Tabel 5 dapat diketahui kadar Fe-tersedia tanah tertinggi terdapat
pada perlakuan EF slag 8% (855.21 ppm) dengan kenaikan sebesar 109%
dibandingkan kontrol dan terendah pada perlakuan silica gel ekuivalen EF slag
6% (409.63 ppm). Meningkatnya ketersediaan Fe pada perlakua EF slag diduga
karena di dalam EF slag terdapat kadar Fe yang cukup tinggi (Fe2O3 = 43.18%).
Kadar Mn-tersedia tanah tertinggi terdapat pada perlakuan EF slag 8% (81.36
ppm) dengan kenaikan sebesar 1162.9% dibandingkan kontrol dan terendah pada
perlakuan unsur mikro (5.49 ppm). Kadar Cu-tersedia tanah tertinggi terdapat
pada perlakuan unsur mikro (334.63 ppm) dengan kenaikan sebesar 117.9%
dibandingkan kontrol dan terendah pada perlakuan silica gel ekuivalen EF slag
2% (12.80 ppm). Pemberian unsur mikro nyata meningkatkan Zn-tersedia tanah.
24
Kadar Zn-tersedia tanah tertinggi terdapat pada perlakuan unsur mikro (31.37
ppm) dengan kenaikan sebesar 160.55% dibandingkan kontrol dan terendah pada
perlakuan EF slag 4% (10.98 ppm).
Tabel 5. Pengaruh EF Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Kadar Unsur
Mikro,P dan SiO2 Tersedia dalam Tanah
Perlakuan Unsur Hara Mikro
P-tersedia SiO2-tersedia
Fe-tersedia Mn-tersedia Cu-tersedia Zn-tersedia
-------------------------------------------(ppm)-------------------------------------------
Kontrol 409.99a 6.41a 15.89abcd 12.04ab 48.68a 53.10a
EF Slag 2 % 588.06bc 37.47b 17.34bcd 12.58abc 80.96abc 240.03b
EF Slag 4 % 683.89c 54.65c 14.35abc 10.98a 86.54bc 293.67b
EF Slag 6 % 836.91d 67.24d 14.19ab 14.08bcd 109.02cd 277.66b
EF Slag 8 % 855.21d 81.36e 17.29bcd 14.75cd 119.83d 257.86b
Silica gel ek 2 % 440.39ab 9.09a 12.80a 11.78ab 63.05ab 95.61a
Silica gel ek 4 % 410.78a 10.94a 17.734d 12.90abcd 73.97ab 74.71a
Silica gel ek 6 % 409.63a 8.90a 17.54cd 14.96cd 69.37ab 74.01a
Silica gel ek 8 % 428.11a 5.55a 18.754d 15.15d 64.22ab 54.88a
Unsur Mikro 483.12ab 5.49a 34.63d 31.37d 68.55ab 70.412a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda pada taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)
Kadar Fe dan Mn tersedia tanah pada perlakuan EF slag (Gambar 4 dan 5)
meningkat seiring dengan penambahan dosis. Kadar Fe tersedia pada perlakuan
silica gel cenderung mengalami penurunan seiring dengan penambahan dosis.
Menurut Silva, 1971 dalam Pramono, 1981, kalsium silikat yang terkandung
dalam slag dapat mengurangi sifat racun yang ditimbulkan oleh unsur Fe pada
jumlah yang relatif tinggi. Pemberian unsur mikro mampu meningkatkan kadar
Cu dan Zn tersedia tanah lebih besar dibandingkan perlakuan EF slag dan silica
gel (Gambar 6 dan 7).
25
Gambar 4. Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap
Fe-tersedia Tanah Gambut.
Gambar 5. Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap
Mn-tersedia Tanah Gambut.
Gambar 6. Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap
Cu-tersedia Tanah Gambut.
0.00
200.00
400.00
600.00
800.00
1000.00
Kontrol 2% 4% 6% 8% Unsur Mikro
Fe-t
ers
ed
ia T
anah
(pp
m)
Perlakuan
EF Slag
Silica Gel Eq EF Slag
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
Kontrol 2% 4% 6% 8% Unsur Mikro
Mn
-te
rse
dia
Tan
ah(p
pm
)
Perlakuan
EF Slag
Silica Gel Eq EF Slag
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
Kontrol 2% 4% 6% 8% Unsur Mikro
Cu
-te
rse
dia
Tan
ah(p
pm
)
Perlakuan
EF Slag
Silica Gel Eq EF Slag
26
Gambar 7. Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap
Zn-tersedia Tanah Gambut.
Berdasarkan hasil analisis (Tabel Lampiran 11) dapat diketahui bahwa
pemberian EF slag berpengaruh nyata dalam meningkatkan kadar P-tersedia
tanah. Dari Gambar 8 dapat terlihat bahwa perlakuan EF slag nyata meningkatkan
P-tersedia tanah lebih baik dibandingkan perlakuan silica gel dan unsur mikro.
Kadar P-tersedia tertinggi terdapat pada perlakuan EF slag 8% (P-
tersedia=119.83 ppm) dengan kenaikan sebesar 146.15% dibandingkan kontrol,
sedangkan untuk nilai terendah terdapat pada perlakuan kontrol, yaitu 48.68 ppm.
Kadar P-tersedia pada perlakuan EF slag meningkat seiring dengan bertambahnya
dosis perlakuan yang diberikan. Meningkatnya kadar P-tersedia dalam tanah pada
perlakuan EF slag diduga karena jumlah kandungan P2O5 dalam EF slag (P2O5
=530 ppm) turut menyumbangkan ketersediaan P yang ada di dalam tanah.
Gambar 8. Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap
P-tersedia Tanah Gambut.
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
Kontrol 2% 4% 6% 8% Unsur Mikro
Zn-t
ers
ed
ia T
anah
(pp
m)
Perlakuan
EF Slag
Silica Gel Eq EF Slag
0.00
50.00
100.00
150.00
Kontrol 2% 4% 6% 8% Unsur Mikro
P -
ters
ed
ia T
anah
(pp
m)
Perlakuan
EF Slag
Silica Gel Eq EF Slag
27
Berdasarkan hasil analisis (Tabel Lapiran 12) pemberian EF slag
berpengaruh nyata terhadap SiO2-tersedia tanah. Dari Gambar 9 dapat dilihat,
kadar SiO2-tersedia di dalam tanah paling tinggi diperoleh pada perlakuan EF slag
4% (SiO2-tersedia=293.67 ppm) dengan kenaikan sebesar 451.79% dibandingkan
kontrol, sedangkan untuk nilai terendah terdapat pada perlakuan unsur mikro
(43.13 ppm). EF slag meningkatkan kadar SiO2-tersedia tanah yang lebih baik
dibandingkan perlakuan silica gel dan unsur mikro. Kenaikan kadar SiO2-tersedia
perlakuan EF slag terhenti pada dosis 4%, kemudian pada dosis 6% mulai
menunjukkan penurunan kadar SiO2-tersedia tanah. Pada perlakuan silica gel,
kadar SiO2-tersedia menurun seiring dengan bertambahnya dosis.
Gambar 9. Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap
SiO2-tersedia dalam Tanah Gambut.
4.1.3 Pengaruh EF Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap N-Total
Tanah
Berdasarkan hasil analisis ragam didapatkan bahwa pemberian EF slag,
silica gel, dan unsur mikro tidak berpengaruh nyata terhadap kadar N-total tanah.
Pada Tabel 9 dapat terlihat bahwa kenaikan kadar N-total tanah hampir seragam
pada seluruh perlakuan. Hal ini membuktikan bahwa dengan pemberian EF slag,
silica gel, dan unsur mikro tidak mempengaruhi kadar N-total tanah.
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
300.00
Kontrol 2% 4% 6% 8% Unsur Mikro
SiO
2-t
ers
ed
ia T
anah
(pp
m)
Perlakuan
EF Slag
Silica Gel Eq EF Slag
28
Tabel 6. Pengaruh EF Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap N-Total Tanah
Perlakuan N-total
(%)
Kontrol 1.30
EF Slag 2 % 1.15
EF Slag 4 % 1.28
EF Slag 6 % 1.19
EF Slag 8 % 1.30
Silica gel ek 2 % 1.10
Silica gel ek 4 % 1.16
Silica gel ek 6 % 1.08
Silica gel ek 8 % 1.17
Unsur Mikro 1.08
Kadar N-total tertinggi dihasilkan oleh perlakuan EF slag 8% (N-
total=1.30 %), sedangkan nilai terkecil ada pada perlakuan silica gel ekuivalen EF
slag 6% dan unsur mikro (N-total=1.08%).
4.1.4 Kandungan Logam Berat dalam Tanah
Dari hasil analisis logam berat pada tanah dapat diketahui bahwa
pemberian EF slag, silica gel, dan unsur mikro tidak berpengaruh nyata terhadap
ketersediaan logam berat Pb, Cd, dan Hg dalam tanah. Pada Tabel 7 dapat terlihat
bahwa kandungan logam berat beracun pada perlakuan EF slag sangat sedikit dan
tidak terdapat kandungan logam berat Hg di dalam tanah. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Peterson dan Aloway (1979) dalam Darmono (1995), bahwa
kandungan logam berat di dalam tanah secara alamiah sangat rendah, kecuali
tanah tersebut sudah terlebih dahulu tercemar.
Untuk logam berat Pb, kandungan tertinggi terdapat pada kontrol, yaitu
0.35 ppm, sedangkan kandungan yang terendah terdapat pada perlakuan EF slag
dengan dosis perlakuan 2 dan 4%, yaitu 0.00 ppm. Untuk logam berat Cd,
kandungan tertinggi terdapat pada kontrol, yaitu 0.08 ppm, sedangkan kandungan
yang terendah terdapat pada perlakuan unsur mikro, yaitu 0.02 ppm
29
Tabel 7. Kandungan Logam Berat pada Tanah
Perlakuan Pb tersedia Cd tersedia Hg tersedia
-----------------------(ppm)----------------------
Kontrol 0.35 0.08 0.00
EF Slag 2 % 0.00 0.04 0.00
EF Slag 4 % 0.00 0.07 0.00
EF Slag 6 % 0.70 0.04 0.00
EF Slag 8 % 0.23 0.04 0.00
Silica gel ek 2 % 0.13 0.06 0.00
Silica gel ek 4 % 0.12 0.04 0.00
Silica gel ek 6 % 0.23 0.07 0.00
Silica gel ek 8 % 0.12 0.05 0.00
Unsur Mikro 0.13 0.02 0.00
4.2 Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi Varietas IR 64
4.2.1 Pertumbuhan Tanaman Padi Varietas IR 64
Perkembangan rata-rata dari pertumbuhan tanaman padi yang meliputi
tinggi tanaman pada 11 MST, jumlah anakan maksimum dan jumlah anakan
produktif pada berbagai perlakuan disajikan pada Tabel 8. Tinggi tanaman pada
umur 11 MST menunjukkan bahwa pada perlakuan EF slag terjadi peningkatan
tinggi tanaman seiring dengan meningkatnya dosis perlakuan (Gambar 10). Pada
perlakuan silica gel, tanaman sudah tidak mengalami peningkatan tinggi pada
minggu ke-4. Hasil uji statistik pengaruh pemberian EF slag, silica gel, dan unsur
mikro disajikan pada Tabel 8.
30
Tabel 8. Pengaruh EF Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Pertumbuhan
Tanaman Padi IR 64
Perlakuan Tinggi
Tanaman
Jumlah Anakan
Maksimum
Jumlah Anakan
Produktif
(cm) ---------(batang/pot)--------
Kontrol 15.40a 2a 0a
EF Slag 2 % 51.27b 9.7b 4b
EF Slag 4 % 76.50c 13.7c 9.7c
EF Slag 6 % 84.00c 23d 22.7d
EF Slag 8 % 83.67c 25.3cd 21.3d
Silica gel ek 2 % 24.67a 1.7a 0a
Silica gel ek 4 % 12.43a 0a 0a
Silica gel ek 6 % 14.13a 0a 0a
Silica gel ek 8 % 18.87a 0a 0a
Unsur Mikro 15.77a 0a 0a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda pada taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT).
Hasil pengamatan yang dilakukan di rumah kaca menunjukkan bahwa
pada awal masa tanam, tanaman mulai menunjukkan gejala kekurangan unsur N.
Hal ini diduga dikarenakan N yang dapat diserap oleh tanaman dari tanah terbatas.
Pada umur 6 MST, tanaman dengan perlakuan unsur mikro, dan kontrol sudah
mati, sedangkan tanaman dengan perlakuan silica gel mati pada usia 11 MST.
Gambar 10. Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro
terhadap Tinggi Tanaman 11 MST
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
Kontrol 2% 4% 6% 8% Unsur Mikro
Tin
ggi T
anam
an 1
1 M
ST(c
m)
Perlakuan
EF Slag
Silica Gel Eq EF Slag
31
Pada Gambar 11 dan 12 dapat terlihat perbandingan jumlah anakan
maksimum dan anakan produktif antara perlakuan EF slag, silica gel, dan unsur
mikro. Berdasarkan hasil analisis (Tabel Lampiran 13, 14, dan 15) menunjukkan
bahwa pemberian EF slag berpengaruh nyata meningkatkan pertumbuhan seiring
dengan meningkatnya dosis. Tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan EF slag
6% (84 cm) dengan kenaikan sebesar 445.5% dibandingkan kontrol, sedangkan
untuk tanaman terendah terdapat pada perlakuan silica gel ekuivalen EF slag 4%
(12.43 cm).
Gambar Lampiran 6, 7, 8, dan 9 menunjukkan perbandingan tinggi
tanaman padi varietas IR 64 perlakuan kontrol, EF slag, silica gel, dan unsur
mikro umur 7MST dan 17MST. Perbedaan jumlah anakan tampak sangat nyata
antara kontrol, unsur mikro, silica gel dengan perlakuan EF slag. Jumlah anakan
maksimum tertinggi terdapat pada perlakuan EF slag 8%, yaitu 25.3 batang/pot
dan anakan produktif tertinggi terdapat pada perlakuan EF slag 6%, yaitu 22.7
batang/pot, sedangkan pada kontrol, unsur mikro dan silica gel pada seluruh dosis
perlakuan, yaitu sama sekali tidak ada anakan yang muncul hingga saat tiba
waktunya panen.
Gambar 11. Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro
terhadap Jumlah Anakan Maksimum Tanaman Padi.
0
5
10
15
20
25
30
Kontrol 2% 4% 6% 8% Unsur Mikro
Jum
lah
An
akan
Mak
sim
um
(b
atan
g/p
ot)
Perlakuan
EF Slag
Silica Gel Eq EF Slag
32
Gambar 12. Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro
terhadap Jumlah Anakan Produktif Tanaman Padi.
Waktu pemanenan untuk seluruh perlakuan berbeda-beda. Hal ini
dikarenakan waktu pemasakan bulir padi yang tidak sama. Waktu yang
dibutuhkan oleh perlakuan EF slag agar bulir padinya masak lebih cepat
dibandingkan perlakuan silica gel, unsur mikro dan kontrol. Semakin tinggi dosis
perlakuan pada EF slag yang diberikan semakin cepat pula proses pemasakan
bulirnya dan bulir padi yang dihasilkan juga lebih banyak.
4.2.2 Produksi Tanaman
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi selama fase vegetatif
memegang peranan yang menentukan terhadap kualitas dan produksi tanaman
padi. Oleh karena itu, perlakuan yang berpengaruh sangat nyata dalam
meningkatkan pertumbuhan tanaman padi diharapkan pula dapat meningkatkan
produksi dan komponen produksi tanaman, khususnya pada tanaman padi. Tabel 9
menunjukkan pengaruh EF slag, silica gel, dan unsur mikro terhadap produksi
tanaman padi. Terdapat beberapa komponen produksi yang diukur di antaranya
adalah bobot gabah kering panen (GKP), bobot gabah kering giling (GKG), bobot
gabah kering bernas (GKB) dan bobot gabah kering hampa (GKH). Produksi
gabah yang dihasilkan oleh tanaman padi dengan perlakuan EF slag dan tanpa EF
slag terlihat perbedaan yang sangat jelas.
Tabel 9 menunjukkan bahwa pada perlakuan EF slag, terjadi peningkatan
produksi gabah seiring dengan meningkatnya dosis yang diberikan. Sedangkan
0
5
10
15
20
25
Kontrol 2% 4% 6% 8% Unsur Mikro
Jum
lah
An
akan
Pro
du
ktif
(bat
ang/
po
t)
Perlakuan
EF Slag
Silica Gel Eq EF Slag
33
pada perlakuan tanpa slag, seperti silica gel dan juga kontrol, sama sekali tidak
ada gabah yang berhasil diproduksi. Hal ini di sebabkan karena tanah yang di beri
perlakuan silica gel, unsur mikro, dan kontrol pada tanaman yang berumur 6 MST
sudah mulai tidak tumbuh atau bertambah tingginya, bahkan ada beberapa
tanaman yang sudah mati, sehingga dari saat awal penanaman hingga tiba saatnya
panen masih belum menghasilkan malai.
Tabel 9. Pengaruh EF Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Produksi
Tanaman Padi IR 64
Perlakuan Bobot GKP Bobot GKG Bobot GKB Bobot GKH
------------------------------(g/pot)------------------------------
Kontrol 0.00a 0.00a 0.00a 0.00a
EF Slag 2 % 0.70a 0.63a 0.02a 0.61a
EF Slag 4 % 4.60a 4.09a 2.05a 2.05b
EF Slag 6 % 15.99b 14.23b 11.63b 2.60bc
EF Slag 8 % 19.67b 17.51b 14.34b 3.16c
Silica gel ek 2 % 0.00a 0.00a 0.00a 0.00a
Silica gel ek 4 % 0.00a 0.00a 0.00a 0.00a
Silica gel ek 6 % 0.00a 0.00a 0.00a 0.00a
Silica gel ek 8 % 0.00a 0.00a 0.00a 0.00a
Unsur Mikro 0.00a 0.00a 0.00a 0.00a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda pada taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)
Berdasarkan hasil analisis (Tabel Lampiran 16, 17, 18, dan 19)
menunjukkan bahwa pemberian EF slag nyata meningkatkan produksi tanaman
padi, sedangkan perlakuan silica gel dan unsur mikro tidak nyata meningkatkan
produksi tanaman padi. Bobot gabah kering panen paling tinggi (Tabel 9)
didapatkan oleh tanaman yang diberi perlakuan EF slag 8%, yaitu 19.67 gram/pot,
sedangkan untuk bobot terendah terdapat pada perlakuan unsur mikro dan silica
gel yang sama sekali tidak menghasilkan gabah.
Begitupun halnya dengan bobot gabah kering giling dan bobot gabah
kering bernas (Gambar 13 dan 14), bobot tertinggi diperoleh pada perlakuan EF
slag dengan dosis 8%, yaitu berturut-turut 17.51 gram/pot dan14.34 gram/pot.
Sedangkan bobot gabah yang terendah terdapat pada perlakuan unsur mikro, silica
gel, dan kontrol. Bobot gabah kering hampa tertinggi diperoleh pada perlakuan
EF slag 8%, yaitu 3.16 g/pot.
34
Gambar 13. Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro
terhadap Bobot Gabah Kering Giling.
Gambar 14. Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro
terhadap Bobot Gabah Kering Bernas.
4.3 Kandungan Logam Berat pada Beras
Pada saat tanaman berumur 6MST, tanaman sudah mulai tidak tumbuh
atau tidak bertambah tingginya. Hal ini menyebabkan ada beberapa ulangan
tanaman pada perlakuan silica gel, unsur mikro, dan kontrol yang tidak
menghasilkan malai dan bulir padi, sehingga data menjadi tidak lengkap dan tidak
mencukupi bobot yang di butuhkan untuk di analisis. Oleh karena itu, tidak semua
perlakuan bisa di analisis di laboratorium dan tidak bisa di lanjutkan ke tahap
selanjutnya, yaitu analisis ragam.
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
Kontrol 2% 4% 6% 8% Unsur Mikro
Bo
bo
t G
abah
Ke
rin
g G
ilin
g(g
/po
t)
Perlakuan
EF Slag
Silica Gel Eq EF Slag
0.00
5.00
10.00
15.00
Kontrol 2% 4% 6% 8% Unsur Mikro
Bo
bo
t G
abah
Ke
rin
g B
ern
as(g
/po
t)
Perlakuan
EF Slag
Silica Gel Eq EF Slag
35
Pada Tabel 10 dapat terlihat, bahwa untuk logam berat Pb dan Hg ada
beberapa sampel yang tidak terukur karena kandungan logam berat yang terdapat
pada sampel beras tersebut sangat rendah, sedangkan untuk kandungan logam
berat Cd, yang dapat dianalisis hanya pada perlakuan EF slag denga dosis 4%,
6%, dan 8%. Hasil pengukuran logam berat untuk kadar Cd pada perlakuan EF
slag dengan dosis 4% adalah 0.13 ppm, EF slag dengan dosis 6% adalah 0.17
ppm, sedangkan untuk EF slag dengan dosis 8%, yaitu 0.13 ppm. Nilai yang
dihasilkan dari analisis logam berat Cd tersebut menurut Badan Standarisasi
Nasional (2009) pada Tabel Lampiran 20, tidak melewati batas maksimum
kandungan logam berat pada beras, sehingga beras yang dihasilkan tidak
berbahaya dan bisa dikonsumsi oleh manusia.
Tabel 10. Pengaruh EF Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Kadar Logam
Berat pada Beras
Perlakuan Pb Cd Hg
---------------------(ppm)-------------------
Kontrol - - -
EF Slag 2 % - - -
EF Slag 4 % td 0.13 Td
EF Slag 6 % td 0.17 Td
EF Slag 8 % td 0.13 Td
Silica gel ek 2 % - - -
Silica gel ek 4 % - - -
Silica gel ek 6 % - - -
Silica gel ek 8 % - - -
Unsur Mikro - - -
Keterangan : td = tidak terdeteksi
- = tidak ada sampel
4.5 Kandungan SiO2 pada Jerami Padi
Sama halnya dengan kandungan logam berat pada beras, pada penelitian
kandungan SiO2 pada jerami padi juga tidak bisa dilakukan analisis ragam. Hal ini
disebabkan karena pada saat tanaman berumur 6MST, tanaman sudah mulai tidak
tumbuh atau tidak bertambah tingginya, sehingga ada beberapa ulangan tanaman
pada perlakuan silica gel, unsur mikro, dan kontrol yang tidak menghasilkan
36
malai dan data menjadi tidak lengkap dan tidak mencukupi bobot yang di
butuhkan untuk di analisis. Oleh karena itu, tidak semua perlakuan bisa di analisis
di laboratorium dan tidak bisa di lanjutkan ke tahap selanjutnya, yaitu analisis
ragam.
Tabel 11 menunjukkan bahwa kadar SiO2 tertinggi dihasilkan oleh
perlakuan EF slag 4%, yaitu 19.41%, sedangkan kadar SiO2 yang terendah
terdapat pada pada silica gel ekuivalen EF slag 6%, yaitu 2.57%. Percobaan Oota
pada tahun 1952 (Oota, 1979) membuktikan bahwa penggunaan pupuk silikat
berupa slag, nyata dapat meningkatkan kandungan SiO2 dalam jaringan tanaman
padi yang diikuti dengan meningkatnya hasil panen padi.
Tabel 11. Pengaruh EF Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Kadar SiO2
pada Jerami Padi
Perlakuan SiO2
(%)
Kontrol -
EF Slag 2 % 12.46
EF Slag 4 % 19.41
EF Slag 6 % 18.81
EF Slag 8 % 8.94
Silica gel ek 2 % -
Silica gel ek 4 % -
Silica gel ek 6 % 2.57
Silica gel ek 8 % -
Unsur Mikro -
Keterangan : - = tidak ada sampel
37
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Electric Furnace slag nyata meningkatkan nilai pH tanah, Ca dan Mg
dapat dipertukarkan, SiO2-tersedia, P-tersedia tanah, serta unsur mikro (Fe, Mn,
dan Zn) tersedia tanah. Silica gel nyata meningkatkan pH tanah dan perlakuan
unsur mikro nyata meningkatkan Zn-tersedia pada tanah. Ketiga perlakuan
tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap N-total dan kadar logam berat (Pb, Cd,
dan Hg) tersedia tanah.
Electric furnace slag nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi
tanaman padi. Silica gel dan unsur mikro tidak berpengaruh nyata meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman padi. EF slag meningkatkan pertumbuhan
dan produksi tanaman padi lebih baik dibandingkan dengan perlakuan unsur
mikro dan silica gel.
Kadar logam berat yang terdapat dalam beras pada perlakuan EF slag
sangat rendah dan tidak melewati batas maksimum kandungan logam berat pada
beras, sehingga beras yang dihasilkan tidak berbahaya dan bisa dikonsumsi oleh
manusia.
5.2 Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai efek residu dari perlakuan EF
slag, silica gel, dan unsur mikro untuk tanaman padi pada tanah gambut.
38
VI. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1976. Dictionary of Geological Terms. American Geological Institute. Revised
Edition. Anchor Books. New York.
---------. 1983. Pedoman Bercocok Tanaman Padi, Palawija dan sayur-sayuran.
Departemen Pertanian. Satuan Pengendali. Bimas. Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional. 2009.http://agribisnis.deptan.go.id/…/batas maksimum
cemaran logam berat dalam pangan SNI 7387-2009.PDF.diakses pada tanggal 29
September 2012.
Beckwith, R. S. and R. Reeve. 1963. Studies on soluble Silica in soil I: The sorption of
silicic acid by soils and mineral. Aust. J. Soil. Des. 1 : 157-158.
Darmono. 1995. Logam Berat dalam Sistem Biologi. Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
De Datta, S. K. 1981. Principles and Practices of Rice Production. John Wiley and Sons.
New York.
Djuwansah, M. R. 2007. Tata Air dan Kerentanan Lingkungan Lahan Gambut. Hlm 108.
dalam Sumber Daya Air dan Lingkungan: Potensi, Degradasi, dan Masa Depan.
M. D. Robert. dan M. Dyah (Ed.). Jakarta: LIPI Press.
Farrar, K. 1969. Trace elements and magnesium in basic slag and their value to plants. N.
A. A. S. Advisory Papers 6: 1 – 24.
Fattah, M. Y. 1997. Pengaruh Terak Baja dan Pupuk Fosfat Terhadap Padi Sawah IR 64
serta Serapan P, Ca, Mg, dan Si pada Latosol Darmaga [Skripsi]. Jurusan Ilmu
Tanah, Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
Hidayatuloh, S. 2006. Pengaruh Slag terhadap Sifat Kimia Tanah dan Produksi Padi
Sawah pada Tanah Gambut Mukok, Sanggau [Skripsi]. Jurusan Ilmu Tanah,
Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
Imaizumi, K., and S. Yoshida. 1958. Edaphological Studies on Silica Supplying Power of
Paddy Field. Bul. Nat. Inst. Agr. Sci. Tokyo. 88: 261-304.
Ismunadji, M., S. Partohardjono dan A. S. Karama. 1991. Fosfor, Peranan dan
Penggunaannya dalam Bidang Pertanian. Kerjasama PT. Petrokimia Gresik
dengan Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor.
Krauskopf, K. B. 1967. Introduction to Geochemistry. Mc Graw-Hill. Book. Co. New
York.
39
Mitsui, S. and H. Takatoh. 1963. Nutritional study of silicon in graminaceous crop. Soil
Sci. Plant Nutr. 9: 7-16.
Najiyati, S., M. Lili, dan N. S I Nyoman. 2005. Panduan pengelolaan lahan gambut untuk
pertanian berkelanjutan. Proyek Climate Change, Forests and Peatlands in
Indonesia. Wetlands International–Indonesia Programme dan Wildlife Habitat
Canada. Bogor. Indonesia.
Okuda, A. and E. Takahashi. 1964. The role of silicon. Pp. 123-146. In The Mineral
Nutrition of Rice Plant, ed. By IRRI, jones Hopkins Press Baltimore, Maryland.
Oota, M. 1979. Pengaruh Pemupukan Terak. Seminar Fakultas Pertanian IPB. 28 Maret
1979.
Pramono, A. 1981. Perubahan Sifat Kimia Tanah Akibat Pemberian Terak Baja (Basic
Slag) [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Priambudi, A. 1997. Pengaruh Pemberian Slag (Terak Baja), Kalsit, dan Dolomit
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr)
serta Beberapa Sifat Kimia pada Tanah Latosol, Darmaga [Skripsi]. Jurusan Ilmu
Tanah, Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
Rahim, S. S. 1995. Penggunaan Slag Sebagai Sumber Silikat Bagi Pertumbuhan Dan
Produksi Padi Sawah Varietas IR 64 Pada Entisol Sukamandi [Skripsi]. Jurusan
Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
Silva, J. A. 1971. Possible mechanism for crops respone to silicate application. Proc.
Inter. Symp. on Soil Fertility Evaluation. New Delhi.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Subowo, Mulyadi, S., dan Asep Nugraha. 1999. Status dan Penyebaran Pb, Cd, dan
Pestisida pada Lahan Sawah Intensifikasi di Pinggir Jalan Raya. Prosiding.
Bidang Kimia dan Bioteknologi Tanah, Puslittanak, Bogor.
Suprihatno, B., A. A. Darajat, Satoto, Baehaki, Suprihatno, A. Setyono, S. D. Indrasari,
I.P. Wardana, dan H. Sembiring. 2010. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi, Subang.
Suwarno. 1993. The Application Effects of Indonesian Steel Slag as Acid Soils
Amandement. Master Thesis. Tokyo University of Agriculture.
------------- and I. Goto. 1997. Mineralogical and chemical properties of Indonesian
electric furnace slag and its applications effect as soil amendment. Setagaya.
Tokyo. Agric. Sci. J. 42: 151–162.
40
Syihabuddin, M. 2011. Pengaruh Terak Baja Terhadap Sifat Kimia Tanah Serta
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi (Oryza sativa) pada Tanah Gambut
Dalam dari Kumpeh, Jambi [Skripsi]. Bogor: Departeman Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB.
Takahashi, E and Y. Miyake. 1977. Silica and plant growth. Proc. Of the Int. Sem. on
Soil Env. and Fert. Manage in Intens Agric. Tokyo.
Wahyunto, S. Ritung dan H. Subagjo. 2003. Peta luas sebaran lahan gambut dan
kandungan karbon di Pulau Sumatera, 1990–2002. Proyek Climate Change,
Forests and Peatlands in Indonesia. Wetlands International–Indonesia Programme
and Wildlife Habitat Canada. Bogor. Indonesia.
Yoshida, S. 1981. Fundamentals of Rice Crop Science. International Rice Research
Institute, Los Banos, Philippines.
41
LAMPIRAN
42
TABEL LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Hasil Analisis Awal Sifat Kimia Tanah Gambut
Sifat Kimia Satuan Metode Nilai
pH H2O 1:1
Elektrometri 4.60
C-organik (%) Walkey&Black 55.54
N-total (%) Kjeldhal 3.72
P-tersedia (ppm) Bray I 24.50
Ca-dd (me/100g) N NH4OAc pH 7.0 5.54
Mg-dd (me/100g) N NH4OAc pH 7.0 3.11
K-dd (me/100g) N NH4OAc pH 7.0 2.90
Na-dd (me/100g) N NH4OAc pH 7.0 1.84
KTK (me/100g) N NH4OAc pH 7.0 133.68
KB (%)
9.71
Al-dd (me/100g) NKCl 3.28
H-dd (me/100g) NKCl 5.99
Fe tersedia (ppm) DTPA 923.20
Cu tersedia (ppm) DTPA 17.94
Zn tersedia (ppm) DTPA 57.92
Mn tersedia (ppm) DTPA 142.51
Pb tersedia (ppm) 0.05 N HCl 2.90
Cd tersedia (ppm) 0.05 N HCl Tr
Cr tersedia (ppm) 0.05 N HCl 1.82
As tersedia (ppm) 0.05 N HCl Tr
Hg tersedia (ppm) 0.05 N HCl 22.70
SiO2 (ppm) gravimetri 65
43
Tabel Lampiran 2. Komposisi Kimia dari Electric Furnace Slag Indonesia
Parameter Satuan EF slag Indonesia
Fe2O3 g kg-1
431.80
CaO g kg-1
260.00
SiO2 g kg-1
127.00
MgO g kg-1
78.60
Al2O3 g kg-1
72.10
K2O g kg-1
0.410
P2O5 g kg-1
0.53
Na2O g kg-1
3.30
Mn g kg-1
12.40
Cu g kg-1
22.00
Zn g kg-1
79.00
DN % 66.10
Logam Berat Berbahaya
As mg kg-1
3.17
Cd mg kg-1
0.17
Cr mg kg-1
832.00
Pb mg kg-1
5.00
Hg mg kg-1
0.08
44
Tabel Lampiran 3. Deskripsi Padi Varietas IR 64
Ciri Deskripsi
Nomor seleksi IR 18348-36-3-3
Asal persilangan IR 5657/ IR 2061
Golongan Cere
Umur tanaman 110-120 hari
Bentuk tanaman Tegak
Tinggi tanaman 115-126
Anakan produktif 20-35 batang
Warna kaki Hijau
Warna batang Hijau
Warna telinga daun Tidak berwarna
Warna lidah daun Tidak berwarna
Warna daun Hijau
Muka daun Kasar
Posis daun Tegak
Daun bendera Tegak
Bentuk gabah Ramping, panjang
Warna gabah Kuning bersih
Kerontokan Tahan
Kerebahan Tahan
Tekstur nasi Pulen
Kadar amilosa 23%
Indeks glikemik 70
Bobot 1000 butir 24.1 g
Rata-rata hasil 5.0 ton/ ha
Potensi hasil 6.0 ton
Ketahanan terhadap :
Hama Tahan wereng coklat biotipe 1, 2, dan agak tahan
wereng coklat biotipe 3
Penyakit Agak tahan hawar daun bakteri strain IV. Tahan
virus kerdil rumput
Anjuran tanam Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran
rendah sampai sedang
Pemulia Introduksi dari IRRI
Dilepas tahun 1986
Sumber : Suprihatno et al., 2010
45
Tabel Lampiran 4. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap pH Tanah.
Sumber
Keragaman db
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F
Hitung
F Tabel
F 0.05 F 0.01
Perlakuan 9 2.02 0.22 47.21** 2.40 3.45
Galat 20 0.09 0.00
Total Terkoreksi 29 2.11
** Pemberian EF Slag berpengaruh sangat nyata terhadap Ca-dd tanah dengan taraf α = 5%
Tabel Lampiran 5. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap Ca-dd Tanah.
Sumber
Keragaman db
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F
Hitung
F Tabel
F 0.05 F 0.01
Perlakuan 9 2405.00 267.223 9.01** 2.40 3.45
Galat 20 593.12 29.656
Total Terkoreksi 29 2998.13
** Pemberian EF Slag berpengaruh sangat nyata terhadap Ca-dd tanah dengan taraf α = 5%
Tabel Lampiran 6. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap Mg-dd Tanah.
Sumber
Keragaman db
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F
Hitung
F Tabel
F 0.05 F 0.01
Perlakuan 9 50.02 5.558 10.93** 2.40 3.45
Galat 20 10.17 0.509
Total Terkoreksi 29 60.20
** Pemberian EF Slag berpengaruh sangat nyata terhadap Mg-dd tanah dengan taraf α = 5%
Tabel Lampiran 7. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap Kadar Fe-tersedia Tanah.
Sumber
Keragaman db
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F
Hitung
F Tabel
F 0.05 F 0.01
Perlakuan 9 854001.90 94889.100 15.47** 2.40 3.45
Galat 20 122703.60 6135.180
Total Terkoreksi 29 976705.50
** Pemberian EF Slag berpengaruh sangat nyata terhadap Fe-tersedia tanah dengan taraf α = 5%
46
Tabel Lampiran 8. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap Kadar Mn-tersedia Tanah.
Sumber
Keragaman db
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F
Hitung
F Tabel
F 0.05 F 0.01
Perlakuan 9 23017.83 2557.536 93.90** 2.40 3.45
Galat 20 544.76 27.238
Total Terkoreksi 29 23562.59
** Pemberian EF Slag berpengaruh sangat nyata terhadap Mn-tersedia tanah dengan taraf α = 5%
Tabel Lampiran 9. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap Kadar Cu-tersedia Tanah.
Sumber
Keragaman db
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F
Hitung
F Tabel
F 0.05 F 0.01
Perlakuan 9 1012.80 112.534 38.67** 2.40 3.45
Galat 20 58.21 2.910
Total Terk 29 1071.01
** Pemberian EF Slag berpengaruh sangat nyata terhadap Cu-tersedia tanah dengan taraf α = 5%
Tabel Lampiran 10. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap Kadar Zn-tersedia Tanah.
Sumber
Keragaman db Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F
Hitung
F Tabel
F 0.05 F 0.01
Perlakuan 9 942.84 104.760 66.90** 2.40 3.45
Galat 20 31.32 1.566
Total Terk 29 974.16
** Pemberian EF Slag berpengaruh sangat nyata terhadap Zn-tersedia tanah dengan taraf α = 5%
Tabel Lampiran 11. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap Kadar P-Tersedia Tanah.
Sumber
Keragaman db
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F
Hitung
F Tabel
F 0.05 F 0.01
Perlakuan 9 12733.67 1414.85 4.65** 2.40 3.45
Galat 20 6088.17 304.41
Total Terkoreksi 29 18821.84
** Pemberian EF Slag berpengaruh sangat nyata terhadap P-tersedia tanah dengan taraf α = 5%
47
Tabel Lampiran 12. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap Kadar SiO2 –tersedia Tanah.
Sumber
Keragaman db
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F
Hitung
F Tabel
F 0.05 F 0.01
Perlakuan 9 302436.24 33604.027 17.88** 2.40 3.45
Galat 20 37597.82 1879.891
Total Terk 29 340034.06
** Pemberian EF Slag berpengaruh sangat nyata terhadap SiO2-tersedia pada tanah dengan taraf α
= 5%
Tabel Lampiran 13. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap Tinggi Tanaman Padi 11 MST
Sumber
Keragaman db
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F
Hitung
F Tabel
F 0.05 F 0.01
Perlakuan 9 25812.08 2868.008 26.57** 2.40 3.45
Galat 20 2158.71 107.935
Total Terk 29 27970.78
** Pemberian EF Slag berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman padi dengan taraf α =
5%
Tabel Lampiran 14. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap Jumlah Anakan Produktif Tanaman Padi
Sumber
Keragaman db
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
F 0.05 F 0.01
Perlakuan 9 2237.37 248.596 138.11** 2.40 3.45
Galat 20 36.00 1.800
Total Terk 29 2273.37
** Pemberian EF Slag berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan produktif padi dengan
taraf α = 5%
Tabel Lampiran 15. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap Jumlah Anakan Maksimum Tanaman Padi
Sumber
Keragaman db
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
F 0.05 F 0.01
Perlakuan 9 2670.80 296.756 261.84** 2.40 3.45
Galat 20 22.67 1.133
Total Terk 29 2693.47
** Pemberian EF Slag berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan maksimum padi dengan
taraf α = 5%
48
Tabel Lampiran 16. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap Bobot Gabah Kering Panen Tanaman Padi
Sumber
Keragaman db
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F
Hitung
F Tabel
F 0.05 F 0.01
Perlakuan 9 1489.56 165.507 25.09** 2.40 3.45
Galat 20 131.91 6.596
Total Terk 29 1621.47
** Pemberian EF Slag berpengaruh sangat nyata terhadap bobot gabah kering panen padi dengan
taraf α = 5%
Tabel Lampiran 17. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap Bobot Gabah Kering Giling Tanaman Padi
Sumber
Keragaman db
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F
Hitung
F Tabel
F 0.05 F 0.01
Perlakuan 9 1179.88 131.098 25.09** 2.40 3.45
Galat 20 104.49 5.224
Total Terk 29 1284.37
** Pemberian EF Slag berpengaruh sangat nyata terhadap bobot gabah kering giling padi dengan
taraf α = 5%
Tabel Lampiran 18. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap Bobot Gabah Kering Bernas Tanaman Padi
Sumber
Keragaman db
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F
Hitung
F Tabel
F 0.05 F 0.01
Perlakuan 9 799.86 88.873 25.83** 2.40 3.45
Galat 20 68.80 3.440
Total Terk 29 868.66
** Pemberian EF Slag berpengaruh sangat nyata terhadap bobot gabah bernas padi dengan taraf α
= 5%
Tabel Lampiran 19. Analisis Ragam Pengaruh EF Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro
terhadap Bobot Gabah Kering Hampa Tanaman Padi
Sumber
Keragaman db
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F
Hitung
F Tabel
F 0.05 F 0.01
Perlakuan 9 42.71 4.745 17.62** 2.40 3.45
Galat 20 5.39 0.269
Total Terk 29 48.09
** Pemberian EF Slag berpengaruh sangat nyata terhadap bobot gabah hampa padi dengan taraf α
= 5%
49
Tabel Lampiran 20. Batas Maksimum Logam Berat pada Beras (SNI 7387:2009)
Elemen Batas Maksimum Cemaran
(mg/kg)
Pb 0.3
Cd 0.4
As 0.5
Sn 40
Hg 0.05
Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2009)
50
Lampiran 1. Prosedur Analisis di Laboratorium
a. Analisis SiO₂-tersedia pada Tanah dengan Metode Ekstraksi Natrium Asetat
Pada tanah gambut mengandungunsur silikat yang cukup banyak, oleh karena itu
dilakukan pengamatan kadungan sillikat pada tanah gambut, karena silikat sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman padi.
Contoh tanah sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam tabung sentrifiuse,
ditambah 50 ml natrium asetat 0,1 M PH 4,0 dan ditempatkan dalam water bath pada
suhu 40°C selama 5 jam. Setelah itu, disaring dengan menggunakan kertas saring,
selanjutnya kadar Si dalam ekstrak diukur menggunakan AAS.
- Perhitungan :
Kadar SiO₂ ppm = ppm SiO₂ AAS x 50
5 x Fka
- Keterangan:
Fka = Faktor kadar air
b. Analisis Logam Berat pada Tanah dan Tanaman
Analisis Logam Berat Pb, Cd, dan Hg-tersedia pada Tanah dengan Ekstraksi
HCl 0.05 N
Analisis logam berat pada tanah diperlukan, untuk mengetahui kandungan logam
berat yang terkandung di dalamnya. Semakin tinggi logam berat yang terkandung
didalamnya maka menyebabkan tanah keracunan logam berat tersebut.
Contoh tanah kering udara ditimbang sebanyak 5 g dan dimasukkan ke dalam
tabung kocok. Kemudian ditambahkan 20 ml HCl 0,05 N dan dikocok selama 30 menit
dengan menggunakan mesin pengocok. Selanjutnya, larutan tanah tersebut disaring dan
ditampung ke dalam botol film.
- Pengukuran :
Hasil ekstrak jernih diukur dengan AAS menggunakan deret standar masing
masing logam berat sebagai pembanding.
- Perhitungan :
Kadar unsur − unsur ppm = ppm AAS x ml ekstrak
1000 ml x
1000 g
g contohx Fka
- Keterangan:
ppm AAS = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar
deret standar dengan pembacaan AAS setelah di koreksi
blanko.
51
1000 = faktor konversi ke ppm.
Fka = faktor koreksi kadar air
Analisis Logam Berat Pb, Cd, dan Hg total pada Tanaman dengan Ekstraksi
Asam Nitrat dan Perklorat
Contoh gabah yang telah dikupas dan ditumbuk halus menjadi tepung, ditimbang
sebanyak 0.5 g, kemudian dimasukkan ke dalam tabung digestion. Selanjutnya,
ditambahkan campuran asam nitrat dan perkolat dengan perbandingan 2 : 1 sebanyak 5
ml, lalu didiamkan semalam. Destruksi dilakukan selama 1½ jam, dan suhu dinaikkan
menjadi 230°C. Setelah itu, tabung diangkat dan ditunggu hingga panas brkurang,
kemudian ditampung ke dalam labu ukur 50 ml dan ditambahkan aquades sampai dengan
tanda tera.
- Perhitungan :
Kadar unsur − unsur ppm = ppm AAS x ml ekstrak
1000ml x
1000 g
g contoh x fk
- Keterangan:
ppm AAS = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antaraa kadar
deret standar dengan pembacaan AAS setelah dikoreksi blanko.
1000 = faktor konversi ke ppm.
fk = faktor koreksi kadar air.
c. Analisis Ketersediaan Unsur Mikro dalam Tanah dengan Ekstrak DTPA.
Pengekstrak DTPA (dietilene triamine penta acetic acid) dapat melarutkan ion-
ion logam dalam bentuk senyawa khelat. Pada pH 7,3 larutan DTPA memiliki daya
khelat paling kuat untuk mengekstrak besi dan logam-logam lainya.
Timbang 10 g contoh tanah halus < 2mm. Tambah 20 ml larutan pengekstrak
DTPA, dikocok dengan mesin kocok selama 2 jam. Suspensi disaring atau disentrifusi
untuk mendapatkan ekstrak yan jernih. Ukur masing-masing unsur dengan alat AAS.
- Perhitungan :
Kadar unsur − unsur ppm = ppm AAS x ml ekstrak
1000mlx
1000g
g contohx fp x fk
- Keterangan:
ppm AAS = kadar contoh yag didapatdari kurva hubungan antaa kadar
deret standar dengan pembacaan AAS setlah dikoreksi blanko.
ml ekstrak = 20 ml
g contoh = 10 g
52
fp = faktor pengencer (bila ada)
fk = faktor koreksi KA
d. Analisis SiO2 pada Beras
Contoh sampel tanaman yang telah dikupas digiling sampai halus, ditimbang
sebanyak 1 g, kemudian dimasukkan ke cawan porselin (ditimbang berat cawan terlebih
dahulu). Selanjutnya, masukkan ke dalam oven 1050C selama 24 jam, lalu keluarkan dan
dinginkan 15 menit di eksikator setelah itu timbang cawan berisi sampel. Kemudian
masukkan kembali cawan ke dalam tanur 5500C selama 2 jam, lalu keluarkan dan
dinginkan kemudian timbang. Letakkan cawan pada hot plate yang telah dipanaskan, lalu
ditetesi HCl (pk) 15 tetes sampai merendam sampel selanjutnya dibiarkan sampai HCl
mengering. Bilas cawan dengan aquades yang telah dipanaskan sedikit demi sedikit, lalu
disaring. Hasil saringan (filtrat) dibuang setelah kertas saring mengering dimana kertas
saring tersebut dimasukkan ke dalam cawan yang akan dipanaskan ke dalam oven 1050C
selama 24 jam, lalu keluarkan dan dinginkan 15 menit di eksikator selanjutnya masukkan
ke dalam tanur 7000C selama 2 jam, keluarkan dan dinginkan lalu timbang berat cawan
berisi sampel
- Perhitungan :
% Si = Bobot Cawan + Sampel Akhir − (Bobot Cawan Awal)
Bobot Sampel Awal x 100 %
% SiO₂ = Bobot Molekul SiO₂
Bobot Molekul Si x % Si
- Keterangan:
ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antaraa kadar
deret standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko.
1000 = faktor konversi ke ppm.
fk = faktor koreksi kadar air.
53
Gambar Lampiran 1. Percobaan Pot Rumah Kaca
Gambar Lampiran 2. Percobaan Inkubasi
54
Gambar Lampiran 3. Pengambilan Sampel Tanah Gambut
Gambar Lampiran 4. Lokasi Pengambilan Sampel Tanah Gambut
55
(a) (b)
Gambar Lampiran 5. Perlakuan : (a) Electric Furnace Slag dan (b) Silica gel
Gambar Lampiran 6. Perbandingan Tinggi Tanaman Padi Varietas IR 64
Perlakuan Kontrol, EF Slag, dan Unsur Mikro umur 7 MST
56
Gambar Lampiran 7. Perbandingan Tinggi Tanaman Padi Varietas IR 64
Perlakuan Kontrol, Silica gel, dan Unsur Mikro umur 7
MST
Gambar Lampiran 8. Perbandingan Tinggi Tanaman Padi Varietas IR 64
Perlakuan Kontrol, Silica gel, dan Unsur Mikro umur 17
MST
57
Gambar Lampiran 9. Perbandingan Tinggi Tanaman Padi Varietas IR 64
Perlakuan Kontrol, EF Slag, dan Unsur Mikro umur 17
MST.
58