PENGARUH DAN FAKTOR-FAKTOR LAINNYA TERHADAP TINGKAT INFLASI …digilib.unila.ac.id/28485/10/SKRIPSI...
Transcript of PENGARUH DAN FAKTOR-FAKTOR LAINNYA TERHADAP TINGKAT INFLASI …digilib.unila.ac.id/28485/10/SKRIPSI...
PENGARUH TAX AMNESTY DAN FAKTOR-FAKTOR LAINNYATERHADAP TINGKAT INFLASI
(Skripsi)
Oleh
MELATI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF TAX AMNESTY AND OTHER FACTORS ONINFLATION RATE
By
MELATI
This study aims to examine the influence of tax amnesty and other factors oninflation rate. The independent variable of this study is tax amnesty and the otherfactors are consumer price index, interest rate, exchange rate, foreign exchangereserves and the dependent variable is the rate of inflation.Tax amnesty wasmeasured by a number of letter of tax deposits. Consumer price index wasmeasured by the results of the calculation by Central Agency on Statistics.Interest rate, exchange rate and foreign exchange reserves were measured byIndonesia Bank provision. While the dependent variable, rate of inflation, wasmeasured by the occurences of tax amnesty.
The population in this study are 3 periods of tax amnesty, consisting of 3 monthsfor each period, total is 9 months. Research samples were selected using purposejudgment sampling method and cross-section data, which were obtained for 9months. Data were analyzed using multiple linier regression analysis.
The result indicates that tax amnesty, interest rate and exchange rate does notsignificantly influence the rate of inflation. While on the variables of consumerprice index and foreign exchange reserves significantly influence the rate ofinflation. Based on the results, writer can conclude that the rate of inflation isunaffected by the tax amnesty, when interest rate, exchange rate and the rate ofinflation are affected by the consumer price index and foreign exchange reserves.
Keywords : tax amnesty, consumer price index, interest rate, exchange rate,foreign exchange reserves and the rate of inflation.
ABSTRAK
PENGARUH TAX AMNESTY DAN FAKTOR-FAKTOR LAINNYATERHADAP TINGKAT INFLASI
OLEH
MELATI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tax amnesty dan faktor-faktorlainnya terhadap tingkat inflasi. Variabel independen penelitian ini adalah taxamnesty dan faktor-faktor lainnya yaitu indeks harga konsumen, suku bunga, kurs,cadangan devisa dan variabel dependen yaitu tingkat inflasi. Tax amnesty diukurmenggunakan hasil surat setoran pajak yang disetorkan. Indeks harga konsumendiukur menggunakan hasil penghitungan Badan Pusat Statistika. Suku bunga, kursdan cadangan devisa diukur menggunakan ketetapan Bank Indonesia. Sedangkantingkat inflasi diukur pada saat terjadinya tax amnesty.
Populasi penelitian ini adalah 3 pada saat periode pemungutan tax amnesty yangterdiri dari 3 bulan setiap periode sehingga totalnya adalah 9 bulan. Sampelpenelitian dipilih menggunakan metode purpose judgment sampling, danberdasarkan waktu pengumpulan datanya adalah cross-section. Sehingga,diperoleh sebanyak 9 bulan. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian iniadalah analisis regresi linier berganda.
Hasil analisis menunjukan bahwa variabel tax amnesty, suku bunga dan kurs tidakberpengaruh secara signifikan terhadap tingkat inflasi. Sedangkan pada variabelindeks harga konsumen dan cadangan devisa berpengaruh secara signifikanterhadap tingkat inflasi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut berarti tingkatinflasi tidak dipengaruhi oleh tax amnesty, suku bunga dan kurs pada saat taxamnesty berlangsung dan tingkat inflasi dipengaruhi oleh indeks harga konsumendan cadangan devisa pada saat tax amnesty berlangsung.
Kata kunci : tax amnesty, indeks harga konsumen, suku bunga, kurs,cadangan devisa dan tingkat inflasi.
PENGARUH TAX AMNESTY DAN FAKTOR-FAKTOR LAINNYATERHADAP TINGKAT INFLASI
Oleh
MELATI
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 12 Maret
1995 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan
Bapak Drs. Hi. Mukharam Ibrahim, S.Pd.I., M.M. dan Ibu Hj.
Suresmiati AR.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Al-Kautsar, Bandar
Lampung tahun 2001. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) di Al-Kautsar Bandar
Lampung tahun 2007. Melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Al-
Kautsar Bandar Lampung tahun 2010 dan menyelesaikan Sekolah Menengah Atas
(SMA) di SMA Negeri 3 Bandar Lampung tahun 2013.
Pada tahun 2013, penulis diterima sebagai mahasiswi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Lampung Jurusan S1 Akuntansi melalui jalur Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswi, penulis
terdaftar sebagai anggota aktif dalam organisasi kemahasiswaan Himakta
(Himpunan Mahasiswa Akuntansi) dan KSPM (Kelompok Studi Pasar Modal)
FEB Unila. Pada tahun 2016, Penulis mengikuti program pengabdian kepada
masyarakat yaitu Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Penggawa V Ulu,
Kecamatan Karya Penggawa, Kabupaten Pesisir Barat selama 60 hari.
MOTTO
“Tidak ada sesuatu yang lebih utama setelah yang fardhu melebihi menuntut
ilmu.”
(Imam Syafi’i)
“Barang siapa ingin mutiara, harus berani terjun di lautan yang dalam.”
(Ir. Soekarno)
“Do it before it’s too late.”
(Anonymous)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan
Penyayang, maka dengan cinta dan ketulusan hati, karya ini kupersembahkan
kepada:
Kedua orang tua tercinta Ayahanda Drs. Hi. Mukharam Ibrahim, S.Pd.I., M.M.
dan Ibunda Hj. Suresmiati AR. Terima kasih atas seluruh kasih sayang, ilmu,
dukungan serta doa yang telah diberikan sehingga menjadikanku wanita yang
kuat, mandiri dan insya Allah dapat membanggakan kalian.
Kedua Kakakku Ahmad Rezatama, S.M.B. dan Mutiara serta Kakak Iparku
Wiwinda, S.Pd.
Terima kasih telah memberikan kasih sayang, ilmu, dukungan dan doa.
Keluarga besar Ibrahim dan Alwi yang selalu mendoakan dan menanti
kesuksesanku.
Serta seluruh pihak yang selalu mendukung dan menemani di setiap langkahku.
Almamaterku tercinta, Universitas Lampung.
SANWACANA
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur Alhamdulillah, penulis ucapkan sebagai tanda rasa syukur atas rahmat
dan karunia yang telah diberikan Allah SWT sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Tax Amnesty dan Faktor-Faktor
Lainnya Terhadap Tingkat Inflasi” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua
pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses
penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Yuztiya Asmaranti, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Ibu Dr. Ratna Septiyanti, S.E., M.Si., Akt., selaku Dosen Pembimbing
Utama dan Ibu Ade Widiyanti, S.E., M.S.Ak., Akt., selaku Dosen
Pembimbing Kedua yang telah meluangkan waktu untuk penulis guna
memberikan ilmu, bimbingan dan arahan yang baik dalam penyusunan
skripsi ini. Terima kasih ibu, sudah membimbing penulis selama ini,
semoga ibu selalu diberikan kesehatan dan kesuksesan.
5. Bapak Drs. A. Zubaidi Indra, M.M., C.A., C.P.A., Akt., selaku Dosen
Penguji Utama yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan untuk
penyempurnaan skripsi ini. Terima kasih bapak, semoga bapak selalu
diberikan kesehatan dan kesuksesan.
6. Ibu Dr. Fajar Gustiawaty Dewi, S.E., M.Si., Akt., selaku Dosen
Pembimbing Akademik yang telah memberikan saran dan dukungan selama
penulis menjadi mahasiswi akuntansi.
7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan, serta pembelajaran
selama penulis menyelesaikan pendidikan di Universitas Lampung.
8. Karyawan dan Karyawati (Mbak Tina, Mpok Nurul, Pak Sobari, Mas Feri,
Mas Leman, Mas Yana, Mas Yogi dan Mas Ruli) Jurusan S1 Akuntansi
yang telah banyak membantu dalam kelancaran perkuliahan.
9. Kedua orang tuaku, Ayahanda Drs. Hi. Mukharam Ibrahim, S.Pd.I., M.M.
dan Ibunda Hj. Suresmiati AR, terima kasih atas seluruh kasih sayang, ilmu,
dukungan serta doa yang telah diberikan sehingga menjadikanku wanita
yang kuat, mandiri dan insya Allah dapat membanggakan kalian.
10. Kedua Kakakku Ahmad Rezatama, S.M.B. dan Mutiara serta Kakak Iparku
Wiwinda, S.Pd., terima kasih telah memberikan kasih sayang, ilmu,
dukungan dan doa
11. Keluarga besar dari kedua belah pihak orang tuaku yang selalu mendukung
dan mendoakan agar dapat menyelesaikan perkuliahan ini dengan baik dan
lancar. Kiranya penyelesaian skripsi ini dapat menjadi kebanggaan untuk
mereka semua.
12. Sahabat-sahabatku, Lulu Kamila Sakinah, Anisha Nabila Ramadhani, Ulfa
Aini, Yesica Nurzaman, dan Legista Baranti terima kasih sudah setia
mendengarkan curahan hatiku, dan memberikan keceriaan sejak dahulu
kala. Semoga persahabatan kita tidak pernah terputus sampai kapan pun
dan selalu menjadi keluarga.
13. Bidadari Akuntansi, Fathiya Nandhiaty Putri, Mesfi Vidimarsella, Ayu
Luthfiah Putri, Gusti Resha Primarini, Monica Patricia, Ayu Fatmasari dan
Rullita Aprilia yang selalu berbagi cerita, canda tawa, dan menjadi suka
duka selama perkuliahan. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini
semoga kelak kita menjadi orang yang sukses.
14. Gadis-gadis manjaku, Stevia Permata Sari dan Shinta Ria Magdalena yang
selalu ada disaat penulis membutuhkan hiburan. Sudah mau meluangkan
waktunya untuk mendengarkan atau menemani penulis.
15. Sahabat-sahabat SMAku Aprilisa Ningrum, Fitra Suanadia Wahab, Lisca
Juita, Nia Amanda dan Raditha Amalia yang telah merajut mimpi-mimpi
bersama semasa sekolah dulu dan Alhamdulillah penulis telah selesai
mencapai salah satu mimpi yang direncanakan bersama.
16. Teman-teman Akuntansi, Kak Marissa, Kak Yuninda, Bagus Putri, Ari, Ayi,
Indah CP, Fatma, Rifka, Terry, Veiga, Inun, Faizah, Anis, Kak Mimi, Robi,
Yuda, Ade, Fabio, Samie, Egi, Ruchi, Ardi, Bobby dan teman-teman
Akuntansi 2013 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih
telah memberikan cerita, bantuan, dan kebersamaan selama kuliah, semoga
kelak kita semua menjadi orang yang sukses.
17. Teman-teman KKN Nadia, Muthia, Kak Bayu, Kak Anam dan Suhen yang
telah memberikan pengalaman hidup yang luar biasa dan sangat berharga
selama di Desa Penggawa V Ulu.
18. Seluruh teman, kerabat, dan pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, terima kasih telah membantu selama proses penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kasih sayang dan perlindungannya
kepada kita semua. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini
dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.
Bandar Lampung, 15 September 2017
Penulis,
Melati
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL.....................................................................................iABSTRACT......................................................................................................iiABSTRAK ........................................................................................................iiiHALAMAN JUDUL ........................................................................................ivHALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................vHALAMAN PENGESAHAN..........................................................................viLEMBAR PERNYATAAN .............................................................................viiRIWAYAT HIDUP ..........................................................................................viiiMOTTO ............................................................................................................ixPERSEMBAHAN.............................................................................................xSANWACANA .................................................................................................xiDAFTAR ISI ....................................................................................................xviDAFTAR TABEL ............................................................................................xixDAFTAR GAMBAR........................................................................................xxDAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xxi
BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang ..........................................................................................11.2 Perumusan Masalah ..................................................................................81.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................81.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Landasan Teori..........................................................................................9
2.1.1 Teori Legitimasi ............................................................................92.1.2 Teori Kuantitas Uang ....................................................................102.1.3 Teori Paritas Daya Beli .................................................................10
2.2 Tax Amnesty ...............................................................................................112.3 Indeks Harga Konsumen ............................................................................132.4 Suku Bunga ................................................................................................142.5 Kurs ............................................................................................................162.6 Cadangan Devisa........................................................................................17
2.7 Inflasi..........................................................................................................172.8 Penelitian Terdahulu ..................................................................................192.9 Kerangka Pemikiran...................................................................................252.10 Pengembangan Hipotesis ...........................................................................26
2.10.1 Pengaruh Tax Amnesty terhadap Tingkat Inflasi...........................262.10.2 Pengaruh Indeks Harga Konsumen terhadap Tingkat Inflasi........272.10.3 Pengaruh Suku Bunga terhadap Tingkat Inflasi............................272.10.4 Pengaruh Kurs terhadap Tingkat Inflasi........................................292.10.5 Pengaruh Cadangan Devisa terhadap Tingkat Inflasi ...................29
BAB III METODE PENELITIAN3.1 Jenis dan Sumber Data..............................................................................313.2 Populasi dan Sampel .................................................................................313.3 Metode Pengumpulan Data .......................................................................323.4 Variabel Penlitian dan Definisi Operasional Variabel ..............................32
3.4.1 Variabel Independen .....................................................................323.4.1.1 Tax Amnesty ......................................................................323.4.1.2 Indeks Harga Konsumen...................................................333.4.1.3 Suku Bunga .......................................................................343.4.1.4 Kurs...................................................................................353.4.1.5 Cadangan Devisa...............................................................35
3.4.2 Variabel Dependen........................................................................363.4.2.1 Tingkat Inflasi ...................................................................36
3.5 Metode Analisis ........................................................................................373.5.1 Analisis Statistik Deskriptif ..........................................................373.5.2 Uji Asumsi Klasik .........................................................................38
3.5.2.1 Uji Multikolonieritas ........................................................383.5.2.2 Uji Autokorelasi................................................................383.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas .....................................................393.5.2.4 Uji Normalitas ..................................................................39
3.5.3 Analisis Regresi Linier Berganda .................................................403.5.4 Pengujian Hipotesis.......................................................................41
3.5.4.1 Koefisien Determinasi (Adj. R2) .......................................413.5.4.2 Uji Statistik F....................................................................413.5.4.3 Uji Statistik t .....................................................................42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Pemilihan Sampel .....................................................................................434.2 Metode Analisis ........................................................................................44
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ..........................................................444.2.2 Uji Asumsi Klasik.........................................................................45
4.2.2.1 Uji Multikolonieritas.........................................................45
4.2.2.2 Uji Autokorelasi ................................................................474.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas......................................................484.2.2.4 Uji Normalitas...................................................................49
4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda .................................................534.2.4 Pengujian Hipotesis ......................................................................55
4.2.4.1 Koefisien Determinasi (Adj. R2)........................................554.2.4.2 Uji Statistik F ....................................................................564.2.4.3 Uji Statistik t .....................................................................57
4.3 Pembahasan...............................................................................................604.3.1 Pengaruh Tax Amnesty terhadap Tingkat Inflasi ..........................604.3.2 Pengaruh Indeks Harga Konsumen terhadap Tingkat Inflasi .......614.3.3 Pengaruh Suku Bunga terhadap Tingkat Inflasi ...........................624.3.4 Pengaruh Kurs terhadap Tingkat Inflasi .......................................634.3.5 Pengaruh Cadangan Devisa terhadap Tingkat Inflasi...................64
BAB V SIMPULAN DAN SARAN5.1 Simpulan ...................................................................................................665.2 Keterbatasan Penelitian.............................................................................685.3 Saran..........................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1 Faktor-Faktor Lainnya ..............................................................................7
2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................................19
3.1 Periode Pengumpulan Tax Amnesty..........................................................33
3.2 Periode Indeks Harga Konsumen .............................................................34
3.3 Periode Suku Bunga .................................................................................34
3.4 Periode Kurs .............................................................................................35
3.5 Periode Cadangan Devisa .........................................................................36
3.6 Periode Tingkat Inflasi .............................................................................37
4.1 Proses Pengambilan Sampel Penelitian.....................................................43
4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif.....................................................................44
4.3 Hasil Uji Multikolonieritas .......................................................................46
4.4 Hasil Uji Autokorelasi...............................................................................47
4.5 Hasil Uji Normalitas .................................................................................52
4.6 Hasil Analisis Regresi ...............................................................................53
4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adj. R2) ................................................55
4.8 Hasil Uji Statistik F...................................................................................57
4.9 Hasil Uji Statistik t ....................................................................................59
4.10 Hasil Hipotesis ..........................................................................................60
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran....................................................................................25
4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas ......................................................................49
4.2 Hasil Uji Normalitas ...................................................................................51
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Tax AmnestyLampiran 2 : Inflasi
Lampiran 2.1 : Tingkat InflasiLampiran 2.2 : Indeks Harga Konsumen
Lampiran 3 : Faktor-Faktor LainnyaLampiran 3.1 : Indeks Harga KonsumenLampiran 3.2 : Suku Bunga Bank Indonesia 7-Day Reverse Repo RateLampiran 3.3 : Kurs Referensi Jkt Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor)
USD IDRLampiran 3.4 : Cadangan Devisa (dalam juta USD)
Lampiran 4 : Hasil Olah Data Dengan SPSS 22Lampiran 4.1 : Analisis Statistik DeskriptifLampiran 4.2 : Uji Asumsi KlasikLampiran 4.3 : Analisis Regresi Linier BergandaLampiran 4.4 : Pengujian Hipotesis
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu dari negara berkembang yang ada di dunia dan
sedang gencar dalam melakukan pembangunan nasional.Agar terwujudnya cita-
cita bangsa Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
Pembangunan nasional itu sendiri adalah kegiatan yang berlangsung terus-
menerus dan berkesinambungan bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat
yang mencakup disegala bidang yang pelaksanaannya membutuhkan dana yang
tidak sedikit dalam membangun.Maka banyak aturan-aturan baru yang sengaja
dibuat untuk meningkatkan pendanaan demi tercapainya tujuan
tersebut.Diharapkan pula aturan tersebut dapat berjalan dengan semestinya sesuai
dengan yang diharapkan.
Peraturan terbaru yang dikeluarkan Pemerintah untuk meningkatkan penerimaan
dan pertumbuhan perekonomian serta kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam
pelaksanaan kewajiban perpajakan perlu menerbitkan kebijakan Pengampunan
Pajak (Tax Amnesty). Diwarnai penolakan dan perdebatan, Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) akhirnya sepakat memasukkan RUU (Rancangan Undang-Undang)
pengampunan pajak ke dalam program legislasi nasional (prolegnas), hari Selasa
15 Desember 2015. Meski dianggap berpotensi diselewengkan, pemerintah
2
bersikukuh kebijakan ini dapat meningkatkan penerimaan pajak, terutama dari
dana yang diparkir di luar negeri. Para politikus di DPR juga menganggap masih
ada peluang untuk memperbaiki lubang-lubang dalam draf RUU ini selama proses
pembahasan tahun 2016. Dalam draf RUU itu disebutkan, wajib pajak akan
diampuni dari pajak terutang, sanksi administrasi, serta sanksi pidana. Namun
demikian, mereka harus membayar uang tebusan serta melunasi tunggakan pajak.
Sebelumnya, Menteri Keuangan mengatakan kalau wajib pajak bersedia
merepatriasi asetnya di luar negeri, akan diberikan tarif tebusan yang lebih rendah.
Kemenkeu telah menyiapkan draf pasal pilihan (optional) repatriasi dalam RUU
pengampunan pajak, utamanya dana-dana yang diparkir di luar negeri. Sejumlah
kalangan menyebutkan, kebijakan pengampunan pajak ini membidik dana WNI
yang diparkir di luar negeri. Pernyataan sejumlah pejabat juga menegaskan bahwa
pengampunan pajak ini bukan bentuk pengampunan bagi para pelaku tindak
pindana korupsi.Dalam berbagai kesempatan, Kementrian terkait menyatakan,
kebijakan pengampunan pajak ini untuk memperbesar pendapatan negara dari
sektor pajak.
Hingga Agustus 2015 lalu, realisasi penerimaan pajak baru mencapai sekitar
Rp598 triliun atau sekitar 46% dari target APBN 2015.Mereka yang pesimistis
mengkhawatirkan RUU pengampunan pajak tidak akan berjalan sesuai harapan.
Sekjen Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA), Yenny Sucipto
mengatakan dirinya termasuk yang pesimistis selama kelemahan sistem
perpajakan dan praktik pengemplangan pajak tidak dibenahi terlebih
dahulu.Karena, regulasinya itu masih tumpang-tindih yang membuat celah atau
peluang adanya permainan, sehingga berpotensi kehilangan penerimaan
3
negara.Pada tahun 1960-an, menurut FITRA, Indonesia pernah mencoba
menerapkan kebijakan pengampunan pajak tetapi kenyataannya banyak
disalahgunakan oleh para pengemplang pajak.
RUU ini berpotensi menjadi fasilitas “karpet merah” bagi konglomerat, pelaku
kejahatan ekonomi dan para pelaku pencucian uang.Kebijakan Pengampunan
Pajak (Tax Amnesty) telah dituangkan pada Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2016. Melalui undang-undang tersebut, para wajib pajak yang
belum melaporkan pajaknya akan mendapat tarif tebusan yang lebih rendah. Tarif
tersebut terbagi menjadi tiga kategori, yaitu bagi usaha kecil menengah, bagi
wajib pajak yang bersedia merepatriasi asetnya di luar negeri, serta deklarasi aset
di luar negeri tanpa repatriasi. Untuk wajib pajak usaha kecil menengah yang
mengungkapkan harta sampai Rp10 miliar akan dikenai tarif tebusan sebesar
0,5%, sedangkan yang mengungkapkan lebih dari Rp10 miliar dikenai 2%.
Lalu, untuk wajib pajak yang bersedia merepatriasi asetnya di luar negeri akan
diberikan tarif tebusan sebesar 2% untuk Juli-September 2016, 3% untuk periode
Oktober-Desember 2016, dan 5% untuk periode 1 Januari 2017 sampai 31 Maret
2017. Terakhir, wajib pajak yang mendeklarasikan asetnya di luar negeri tanpa
repatriasi akan dikenai tarif 4% untuk periode Juli-September 2016, 6% untuk
periode Oktober-Desember 2016, dan 10% untuk periode Januari-Maret
2017.Penetapan periode menjadi penting karena undang-undang Pengampunan
Pajak (Tax Amnesty) hanya berlaku hingga akhir Maret 2017.Dalam berbagai
kesempatan, pemerintah mengatakan kebijakan pengampunan pajak ini untuk
memperbesar pendapatan negara dari sektor pajak.Dengan menggunakan undang-
undang Pengampunan Pajak (Tax Amnesty), pendapatan negara diperkirakan
4
bertambah Rp165 triliun. Sejak undang-undang ini masih dalam tahap rancangan,
sejumlah pelaku pasar memperkirakan tambahan uang itu akan berdampak baik
untuk roda perekonomian Indonesia.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencemaskan risiko kenaikan inflasi akibat
kegagalan penyaluran dana-dana repatriasi dari kebijakan pengampunan pajak
(Tax Amnesty) ke dalam asset produktif. Ketua Dewan Komisioner OJK
Muliaman D Hadad menyatakan, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan
dalam menyikapi masuknya dana repatriasi dari kebijakan tax amnesty. Salah satu
aspek tersebut adalah dampak lanjutan pasca masuknya dana-dana tersebut ke
dalam keuangan nasional.“Sektor keuangan harus mampu menyalurkan dana-dana
yang besar tersebut dalam penyediaan pembiayaan pembangunan,” kata
Muliaman dalam rapat bersama Komisi XI DPR. Muliaman menuturkan,
kegagalan penyaluran dana repatriasi ke dalam aset produktif akan mengakibatkan
peningkatan biaya dana.
Likuiditas yang berlebihan di perbankan dikhawatirkan akan mendorong naiknya
tingkat inflasi dan juga penyaluran kredit yang kurang berhati-hati. Meskipun
demikian, OJK menyambut baik upaya pemerintah untuk memperbaiki ease of
doing business alias kemudahan berusaha dan program transformasi
ekonomi.Pendalaman pasar keuangan perlu terus didorong.OJK tengah
menyediakan infrastruktur pendukung dalam berbagai bentuk pengaturan dan
pengawasan serta sosialisasi. Pada dasarnya, dana hasil repatriasi bisa
memberikan dampak positif di sektor-sektor jasa keuangan dan diharapkan bisa
masuk ke instrument investasi jangka panjang.
5
Dengan masuknya dana repatriasi ke pasar modal, maka ketahanan bursa dalam
negeri akan semakin baik, seiring dengan peningkatan porsi kepemilikan efek
oleh investor lokal. Masuknya dana-dana itu di perbankan bisa menurunkan cost
of fund, sehingga repatriasi berpeluang menurunkan suku bunga kredit.
Pemanfaatan dana repatriasi bisa mendorong percepatan inklusi keuangan melalui
pembiayaan proyek-proyek start-up dan usaha mikro.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistika (BPS) Sasmito
Hadi Wibowo menilai, pengampunan pajak (tax amnesty) akan membangun
Indonesia dan dapat meredam inflasi, sehingga pertumbuhan ekonomi membaik.
Hal itu dikarenakan dan repatriasi yang masuk, seharusnya bisa digenjot untuk
sektor riil.Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan dari sisi
investasi, jika likuiditas yang diperkirakan mencapai Rp 560 triliun dari repatriasi
tersalur ke sektor riil maka investasi diperkirakan naik signifikan.Peningkatan
modal juga akan memicu penguatan rupiah sehingga beban biaya impor bahan
baku mengecil. Dengan begitu, minat investasi swasta akan meningkat dan
mendorong ekonomi tumbuh lebih baik. Terapresiasinya rupiah imbas kepastian
UU Pengampunan Pajak juga akan berdampak positif terhadap konsumsi rumah
tangga. Sebab, inflasi akan mengecil karena harga barang-barang impor menjadi
lebih murah. Bank Sentral memperkirakan inflasi hingga akhir tahun di kisaran
3,9%, lebih optimis dari proyeksi awal 4%.Capital Inflow dari tax amnesty akan
memperbaiki kinerja ekonomi melalui beberapa aspek. Yang jelas dengan aliran
dana masuk rupiah bisa menguat sehingga mendorong kredit dan investasi
swasta.Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) terus memantau penerapan program
pengampunan pajak alias tax amnesty.Jika program berjalan efektif dalam
6
menjaringdana repatriasi maka diyakini akan mempengaruhi suku bunga
perbankan. Kepala eksekutif LPS Fauzi Ichsan mengatakan, jika dana repatriasi
yang masuk cukup besar akan menambah likuiditas dari dana investor yang sudah
ada. Alhasil suku bunga perbankan akan turun, khususnya suku bunga pinjaman.
Bukan hanya itu, menurut Fauzi jika dana repatriasi yang masuk cukup besar akan
mempengaruhi optimism pelaku pasar. Alhasil investor akan lebih besar
menanamkan modalnya. Dengan begitu, juga akan mempengaruhi penguatan mata
uang rupiah. Hal itu juga diyakini akan mempengaruhi laju inflasi. Dana repatriasi
juga akan memperluas likuiditas di industry perbankan. Perbankan akan lebih
leluasa menyalurkan kredit.
Hal-hal lain yang dapat mempengaruhi inflasi dapat dilihat juga dari faktor indeks
harga konsumen, suku bunga, kurs dan cadangan devisa. Ini dapat dilihat dari
Bank Indonesia karena faktor-faktor tersebut merupakan elemen dari kebijakan
moneter yang ada Indonesia. Data di bawah ini adalah data indeks harga
konsumen, suku bunga,kurs dan cadangan devisa pada saat terjadi pemungutan
tax amnesty. Sehingga, dapat dilihat hal-hal apakah yang mempengaruhi tingkat
inflasi pada saat terjadinya pemungutan tax amnesty tersebut. Apakah dari tax
amnesty itu sendiri atau dari faktor-faktor lain.
7
Tabel 1.1 Faktor-Faktor Lainnya
No. Bulan IHK Suku
Bunga Kurs USD
IDR
Cadangan
Devisa
1. Juli 2016 125,15 6,50% 13,094.00 111,409
2. Agustus 2016 125,13 5,25% 13,300.00 113,538
3. September 2016 125,41 5,00% 12,998.00 115,671
4. Oktober 2016 125,59 4,75% 13,051.00 115,037
5. November 2016 126,18 4,75% 13,563.00 111,466
6. Desember 2016 126,71 4,75% 13,436.00 116,362
7. Januari 2017 127,94 4,75% 13,343.00 116,890
8. Februari 2017 128,24 4,75% 13,347.00 119,863
9. Maret 2017 128,22 4,75% 13,321.00 121,806
Sumber: data diolah
Pada Tabel 1.1 di atas terlihat bahwa indeks harga konsumen pada periode
peumungutan pertama tidak mengalami perubahan yang signifikan.Perubahan
terlihat pada periode kedua dan ketiga. Pada kolom suku bunga terlihat tinggi
pada saat periode pertama yaitu senilai 6,50% pada bulan Juli, 5,25% pada bulan
Agustus, dan 5,00% pada bulan September. Kemudian suku bunga turun menjadi
4,75% hingga akhir periode tidak mengalami perubahan kembali. Sedangkan pada
nilai kurs dollar ke rupiah tidak memiliki perubahan hanya saja pada bulan
September terjadi adanya penurunan yaitu sebesar 12,998.00 dan kembali stabil
hingga akhir periode pemungutan. Pada kolom cadangan devisa terlihat terus
meningkat setiap bulannya, tetapi terjadi penurunan pada bulan November yaitu
menjadi 111,466 kemudian hingga akhir pemungutan cadangan devisa tetap
mengalami kenaikan yang signifikan.
Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Pengaruh Tax Amnestydan Faktor-Faktor Lainnya
Terhadap Tingkat Inflasi”.
8
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang diangkat dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakahtax amnesty berpengaruh terhadap tingkat inflasi?
2. Apakah indeks harga konsumen berpengaruh terhadap tingkat inflasi?
3. Apakah suku bunga berpengaruh terhadap tingkat inflasi?
4. Apakah kurs berpengaruh terhadap tingkat inflasi?
5. Apakah cadangan devisa berpengaruh terhadap tingkat inflasi?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah tax amnestydan faktor-
faktor lainnya mempengaruhi tingkat inflasi.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Akademisi
a. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti.
b. Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan dan masukan dalam
melakukan penelitian pada bidang yang sejenis.
2. Bagi Praktisi
a. Bagi Pemerintah, penelitian ini menjadi bahan evaluasi dalam hal yaitu
pengaruh tax amnestydan faktor-faktor lainnya terhadap tingkat inflasi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Legitimasi
Dowling dan Pfeffer (1975) menjelaskan bahwa dalam teori legitimasi organisasi
berusaha menciptakan keselarasan antara nilai-nilai sosial yang ada pada kegiatan
organisasi dengan norma-norma yang ada pada lingkungan sosial dimana
organisasi tersebut merupakan bagian dalam lingkungan sosial tersebut. Dasar
teori legitimasi adalah “kontrak sosial” yang terjadi antara perusahaan dengan
masyarakat dimana perusahaan beroperasi. Ketika terdapat ketidakselarasan
antara kedua sistem tersebut, maka akan muncul ancaman terhadap legitimasi
perusahaan.
Deegan dan Tobin (2002) mengatakan bahwa legitimasi dapat diperoleh manakala
terdapat kesesuaian antara keberadaan perusahaan tidak mengganggu atau sesuai
dengan eksistensi sistem nilai yang ada dalam masyarakat dan lingkungan. Salah
satu bentuk tanggungjawab sosial perusahaan adalah melalui pemerintah.
Perusahaan bisa bertanggungjawab sosial kepada masyarakat melalui pemerintah
dengan cara membayar beban pajak sesuai dengan ketentuan, dan juga tidak
melakukan penghindaran pajak. Karena dana pajak akan digunakan oleh
10
pemerintah untuk melaksanakan tugas Negara di berbagai sektor kehidupan untuk
mencapai kesejahteraan umum (Yoehana, 2013).
2.1.2 Teori Kuantitas Uang
Teori kuantitas uang yang dikembangkan oleh Irving Fisher mengatakan bahwa
pada hakikatnya berpendapat bahwa perubahan dalam jumlah uang beredar akan
menimbulkan perubahan yang sama cepatnya ke atas harga-harga. Perubahan ini
maksudnya jika uang beredar bertambah sebanyak 5%, maka tingkat harga-harga
juga akan bertambah sebanyak 5% atau sebaliknya. Pandangan teori kuantitas
yang demikian timbul sebagai akibat dari 2 permisalan penting teori itu mengenai
kenyataan yang wujud dalam perekonomian. Berdasarkan teori ini, jumlah uang
yang beredar dalam suatu perekonomian menentukan nilai uang, sementara
pertumbuhan jumlah yang beredar merupakan sebab utama terjadinya inflasi.
Secara umum, teori kuantitas uang menggambarkan pengaruh jumlah uang
beredar terhadap perekonomian (Dewi, 2011).
2.1.3 Teori Paritas Daya Beli
Jeff Madura (2000) menyatakan bahwa nilai tukar akan menyesuaikan diri dari
waktu ke waktu untuk mencerminkan selisih inflasi antar 2 negara, akibatnya daya
beli konsumen beli produk-produk domestik akan sama dengan daya beli mereka
untuk produk luar negeri. Sehingga jatuhnya daya beli domestik pada suatu mat
uang (meningkatnya tingkat harga domestik atau meningkatnya inflasi) akan
diikuti oleh depresiasi pada mata uang negara tersebut di pasar uang luar negeri.
Namun, jika yang terjadi adalah sebaliknya yaitu daya beli domestik mengalami
11
kenaikan (tingkat inflasi turun/terjadi deflasi) maka akan diikuti pula oleh
apresiasi pada mata uangnya (Dewi, 2011).
2.2 Tax Amnesty
Pengampunan pajak (Tax Amnesty) (Hutagaol, 2007) merupakan kebijakan
pemerintah di bidang perpajakan yang memberikan penghapusan pajak yang
seharusnya terutang dengan membayar tebusan dalam jumlah tertentu yang
bertujuan untuk memberikan tambahan penerimaan pajak dan kesempatan bagi
Wajib Pajak yang tidak patuh (tax evaders) menjadi Wajib Pajak yang patuh
(honest taxpayers) sehingga diharapkan akan mendorong peningkatan kepatuhan
sukarela Wajib Pajak (taxpayer’s voluntarily compliance) dimasa yang akan
datang. Tax amnesty berasal dari kata “amnesty” yang berarti memaafkan atau
mengampunkan (forgiveness). Tax amnesty dapat dibedakan atas beberapa jenis
yaitu filling amnesty, record-keeping amnesty, revision amnesty, investigation
amnesty, dan prosecution amnesty. Selain itu, tax amnesty dapat diberikan sekali
saja (one-shot amnesty atau permanent amnesty) atau lebih dari satu kali
(intermittent amnesty atau temporary amnesty).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016 tentang
Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) adalah penghapusan pajak yang seharusnya
terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang
perpajakan, dengan cara mengungkap harta dan membayar uang tebusan
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Tarif dan cara menghitung uang
tebusannya yaitu:
12
1. Tarif uang tebusan atas harta yang berada di dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia atau harta yang di luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang dialihkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan diinvestasikan di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dalam jangka waktu paling singkat 3 (tiga) tahun terhitung sejak
dialihkan, adalah sebesar:
a. 2% (dua persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan pada bulan
pertama sampai dengan akhir bulan ketiga terhitung sejak Undang-Undang
ini mulai berlaku;
b. 3% (tiga persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan pada bulan
keempat terhitung sejak Undang-Undang ini mulai berlaku sampai dengan
tanggal 31 Desember 2016; dan
c. 5% (lima persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan terhitung
sejak tanggal 1 Januari 2017 sampai dengan tanggal 31 Maret 2017.
2. Tarif uang tebusan atas harta yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan tidak dialihkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah sebesar:
a. 4% (empat persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan pada
bulan pertama sampai dengan akhir bulan ketiga terhitung sejak Undang-
Undang ini mulai berlaku;
b. 6% (enam persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan pada
bulan keempat terhitung sejak Undang-Undang ini mulai berlaku sampai
dengan tanggal 31 Desember 2016; dan
13
c. 10% (sepuluh persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan
terhitung sejak tanggal 1 Januari 2017 sampai dengan tanggal 31 Maret
2017.
3. Tarif uang tebusan bagi Wajib Pajak yang peredaran usahanya sampai dengan
Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) pada Tahun
Pajak Terakhir adalah sebesar:
a. 0,5% (nol koma lima persen) bagi Wajib Pajak yang mengungkapkan nilai
harta sampai dengan Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dalam
Surat Pernyataan; atau
b. 2% (dua persen) bagi Wajib Pajak yang mengungkapkan nilai harta lebih
dari Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dalam Surat
Pernyataan,
untuk periode penyampaian Surat Pernyataan pada bulan pertama sejak Undang-
Undang ini mulai berlaku sampai dengan tanggal 31 Maret 2017.
2.3 Indeks Harga Konsumen
Menurut Badan Pusat Statistika (2017) indeks harga konsumen adalah indeks
yang menghitung rata-rata perubahan harga dari suatu paket barang dan jasa yang
dikonsumsi oleh rumah tangga dalam kurun waktu tertentu. IHK merupakan
indicator yang digunakan untuk mengukur tingkat inflasi. Perubahan IHK dari
waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan
(deflasi) dari barang dan jasa. Menurut Bank Indonesia (2017) indikator yang
sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen
(IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari
14
paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Penentuan barang dan jasa
dalam keranjang IHK dilakukan atas dasar Survey Biaya Hidup (SBH) yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor
perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa
kota, di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap
kota. Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7
kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification of individual consumption
by purpose – COICOP), yaitu:
1. Kelompok Bahan Makanan
2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
3. Kelompok Perumahan
4. Kelompok Sandang
5. Kelompok Kesehatan
6. Kelompok Pendidikan dan Olah Raga
7. Kelompok Transportasi dan Komunikasi
2.4 Suku Bunga
Pengertian suku bunga adalah harga dari sebuah pinjaman. Suku bunga
mencerminkan jumlah yang dibayar oleh peminjam dan jumlah yang diterima
oleh pemberi pinjaman atas tabungan mereka (Mankiw, 2006). Menurut Bank
Indonesia (2017) BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap
atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan
diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank
Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada
15
operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas
(liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional
kebijakan moneter. Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada
perkembangan suku bunga Pasar Uang antar Bank Overnight (PUAB O/N).
Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan diikuti oleh perkembangan di
suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan. Dengan
mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia
pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan
melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan
menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah
sasaran yang telah ditetapkan. Bank Indonesia melakukan penguatan kerangka
operasi moneter dengan memperkenalkan suku bunga acuan atau suku bunga
kebijakan baru yaitu BI 7-Day Repo Rate, yang akan berlaku efektif sejak 19
Agustus 2016. Selain BI Rate yang digunakan saat ini, perkenalan suku bunga
kebijakan yang baru ini tidak mengubah stance kebijakan moneter yang sedang
diterapkan. BI memperkenalkan suku bunga acuan BI baru agar suku bunga
kebijakan dapat secara cepat mempengaruhi pasar uang, perbankan dan sektor riil.
Instrument BI 7-Day Repo Rate sebagai acuan yang baru memiliki hubungan yang
lebih kuat ke suku bunga pasar uang, sifatnya transaksional atau diperdagangkan
di pasar, dan mendorong pendalaman pasar keuangan.
16
2.5 Kurs
Nilai tukar merupakan perbandingan nilai atau harga antara dua mata uang yang
berbeda. Diciptakannya sistem nilai tukar ini dimaksudkan untuk mempermudah
transaksi barang dan jasa internasional (Nopirin, 2000). Nilai tukar atau kurs
adalah perbandingan nilai tukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara
asing atau perbandingan nilai tukar valuta asing antar negara (Hasibuan, 2001).
Kurs adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling
melakukan perdagangan (Mankiw, 2006). Menurut Bank Indonesia (2017) kurs
transaksi BI disajikan dalam bentuk kurs jual dan kurs beli valas terhadap rupiah,
digunakan sebagai acuan transaksi BI dengan ketiga seperti pemerintah. Titik
tengah kurs transaksi BI USD/IDR menggunakan Kurs Referensi (JISDOR). Kurs
transaksi BI diumumkan sekali setiap hari kerja. JISDOR (Jakarta Interbank Spot
Dollar Rate) merupakan harga spot USD/IDR, yang disusun berdasarkan kurs
transaksi USD/IDR terhadap rupiah antar bank di pasar valuta asing Indonesia,
melalui Sistem Monitoring Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah
(SISMONTAVAR) di Bank Indonesia secara real time. JISDOR dimaksudkan
untuk memberikan referensi harga pasar yang representatif untuk transaksi spot
USD/IDR pasar valuta asing Indonesia.
17
2.6 Cadangan Devisa
Cadangan devisa merupakan stok mata uang asing yang dimiliki yang sewaktu-
waktu dapat digunakan untuk transaksi atau pembayaran internasional (Nilawati,
2000). Posisi cadangan devisa suatu negara biasanya dinyatakan aman apabila
mencukupi kebutuhan impor untuk jangka waktu setidak-tidaknya tiga bulan. Jika
cadangan devisa yang dimiliki tidak mencukupi kebutuhan untuk tiga bulan
impor, maka hal itu dianggap rawan. Tipisnya persediaan valuta asing suatu
negara dapat menimbulkan kesulitan ekonomi bagi negara yang bersangkutan.
Bukan saja negara tersebut akan kesulitan mengimpor barang-barang yang
dibutuhkannya dari luar negeri, tetapi juga memerosotkan kredibilitas mata
uangnya. Kurs mata uangnya di pasar valuta asing akan mengalami depresiasi.
Apabila posisi cadangan devisa it uterus menipis dan semakin menipis, makan
dapat terjadi “serbuan” (rush) terhadap valuta asing di dalam negeri. Apabila telah
demikian keadaannya, sering terjadi pemerintah negara yang bersangkutan
akhirnya terpaksa melakukan devaluasi (Dumairy, 1997).
2.7 Inflasi
Inflasi (Karl dan Ray, 2006) adalah peningkatan harga secara keseluruhan. Inflasi
terjadi ketika banyak harga naik secara serentak. Inflasi diukur dengan
menghitung peningkatan harga rata-rata sejumlah besar barang selama beberapa
periode waktu. Inflasi disebabkan oleh berbagai faktor antara lain konsumsi
masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu
konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya
18
ketidaklancaran distribusi barang. Menurut Badan Pusat Statistika (2016) inflasi
adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yang
berlangsung secara terus menerus. Jika inflasi meningkat, maka harga barang dan
jasa di dalam negeri mengalami kenaikan. Naiknya harga barang dan jasa tersebut
menyebabkan turunnya nilai mata uang. Dengan demikian, inflasi dapat juga
diartikan sebagai penurunan nilai mata uang terhadap nilai barang dan jasa secara
umum. Menurut Bank Indonesia (2017) kestabilan inflasi merupakan prasyarat
bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya
memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya
pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan
tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi
masyarakat.
1. Inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus
turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan
semua orang, terutama orang miskin, bertambah miskin.
2. Inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi
pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris
menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan
masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada
akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.
3. Tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di
Negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak
kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah.
19
2.8 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No.Nama
Peneliti Judul VariabelMetodeAnalisis Hasil Analisis
1. Harunurrasyid danYoviNoveriza(2005)
PengaruhTingkatBunga SBIterhadapTingkatInflasi diIndonesia
Variabelbebas yangdigunkanadalah sukubunga SBI.Variabelterikattingkatinflasi.
RegresiLinierSederhana
Variabel tingkatbunga SBImemiliki pengaruhpositif dansignifikanterhadap tingkatinflasi diIndonesia.
2. FeryAndrianusdanAmeliaNiko(2006)
AnalisaFaktor-Faktor yangMempengaruhi Inflasi diIndonesiaPeriode1997:3 –2005:2
Variabelbebas yangdigunakanadalahjumlah uangberedar,produkdomestikbruto, nilaitukar dantingkat sukubunga.Variabelterikat yangdigunakanadalahinflasi diIndonesiaperiode1997:3 2005:2.
MetodeOrdinaryLeastSquare(OLS) danPartialAdjustment Model(PAM)
Terdapat 2variabel yangmempengaruhiinflasi, yaitu nilaitukar dan tingkatsuku bunga. HasilOLS dan PAMdapat dijelaskanbahwa pengaruhtingkat suku bungaternyata lebihdominan terhadapinflasidibandingkandengan nilai tukar.
3. Rahmatullah Rizieq(2006)
AnalisisFaktor-Faktor yangMempengaruhi CadanganDevisaIndonesia
Variabelbebas yangdigunakanadalahpendapatannasional,cadangandevisatahun
AnalisisRegresiLinierBergandadanMetodeOrdinaryLeastSquare
1. Pendapatandan kreditdomestikmemiliki efeknegatif yangsignifikanterhadapcadangandevisa.
20
sebelumnya, kreditdomestikdan kursdevisa.Variabelterikat yangdigunakanadalahcadangandevisa.
(OLS) 2. Cadangandevisa tahunsebelumnyadan nilai tukarberpengaruhpositifsignifikanterhadapcadangandevisa.
4. Murti SariDewi(2011)
AnalisisPengaruhVariabelMakroekonomi terhadapInflasi diIndonesiaSebelum danSesudahDiterapkannya KebijakanInflationTargetingFrameworkPeriode2002:1 2010:12
Variabelbebas yangdigunakanadalahjumlah uangberedar(M2),pengeluaranpemerintahdan kurs.Variabelterikat yangdigunakanadalahinflasi.
ErrorCorrectionModel(ECM)
1. Jumlah uangberedar (M2)berpengaruhsignifikanterhadaptingkat inflasi.
2. Variabelpengeluaranpemerintahberpengaruhsignifikanterhadaptingkat inflasi.
3. Variabel kursberpengaruhsignifikanterhadaptingkat inflasi.
5. Ngadimandan DanielHuslin(2015)
PengaruhSunsetPolicy, TaxAmnesty, danSanksi PajakterhadapKepatuhanWajib Pajak(StudiEmpiris diKantorPelayananPajakPratamaJakartaKembangan)
Variabelbebas yangdigunakanadalahsunsetpolicy, taxamnesty dansanksipajak.Variabelterikat yangdigunakanadalahkepatuhanwajib pajak.
Analisisregresilinierberganda
Sunsest policyberpengaruhnegatif dan tidaksignifikan,sedangkan taxamnesty dansanksi pajakberpengaruhpositif dansignifikanterhadapkepatuhan wajibpajak.
6. FakhraniNurhayatiSyafrida
AnalisisPenerapanTax Amnesty
Variabelbebas yangdigunakan
Studiberbagailiteratur
Penerapan TaxAmnesty diIndonesia jika
21
(2015) di IndonesiadalamRangkaMeningkatkanPenerimaanNegara padaSektorPerpajakan
adalahpenerapantax amnesty.Variabelterikat yangdigunakanadalahmeningkatkanpenerimaannegara padasektorperpajakan.
yangdikumpulkan dariliteraturtidaksecaralangsung
dilihat daripengalamanberbagai negarayang telahmenerapkan,Indonesia masihmemiliki potensidan peluang untukmeningkatkandana-dana masukke Indonesia yangcukup banyakdisimpan di luarnegeri. Kebijakanini memilikipotensi yangcukup besarberpengaruhpositif bagi pasarBEI, dimana akanterjadipenambahanemiten barukarenaperusahaan-perusahaan tidakperlu khawatir ataspermasalahanpajak yang telahlewat karenamerupakan salahsatu faktor yangdianggapmemberatkan bagicalon emitenuntuk mengubahstatus perusahaanmenjadiperusahaanterbuka. Namun,upaya-upaya yangharus dilakukanpemerintah dalammengoptimalkanpajak, Indonesiaharus terlebihdahulu melakukanprogram
22
sosialisasikeseluruh lapisanmasyarakat luasdengan strategiyang tepat danterarah agarmasyarakatmengerti tujuandiadakannyakebijakanpengampunanpajak ini.
7. Amida TriSeptifany,R. RustamHidayatdan SriSulasmiyati (2015)
AnalisisPengaruhInflasi,TingkatSuku Bunga,Nilai TukarRupiah, danCadanganDevisaterhadapPenanamanModal Asingdi Indonesia(Studi padaBankIndonesiaPeriodeTahun 2006– 2014)
Variabelbebas yangdigunakanadalahinflasi,tingkat sukubunga, nilaitukar rupiahdancadangandevisa.Variabelbebas yangdigunakanadalahpenanamanmodal asingdiIndonesia.
RegresiLinierBerganda
1. Variabel sukubunga SBI dancadangandevisamemiliki efekpositif dansignifikanterhadappenanamanmodal asing diIndonesia.
2. Variabelinflasi dannilai tukarrupiahterhadap dolarmemiliki efeknegatif danberpengaruhsignifikanterhadappenanamanmodal asing diIndonesia.
8. FerryAlberto(2016)
PengaruhKebijakanPengampunan Pajak (TaxAmnesty)olehPemerintahTerhadapPotensiPeningkatanPenerimaanPajak di
Variabelbebas yangdigunakanadalahkebijakanpengampunan pajak(taxamnesty).Variabelterikat yangdigunakan
Metodeanalisisdatakualitatif
Implementasipengampunanpajak di Indonesiamemiliki peluanguntuk berhasildilaksanakandengan jenisinvestigationamnesty yang jugatelah suksesditerapkandibeberapa negara
23
IndonesiaTahun 2015
adalahpotensipeningkatanpenerimaanpajak diIndonesiaTahun2015.
lain. Namun,pemerintahbersama DPRharus segeramenyelesaikanRUU tersebutsertamensosialisasikanperaturan kepadamasyarakat agardapatmeningkatkanpenerimaan pajak.
9. Putu AdeSetiawan,Ni KadekSinarwati,dan GedeAdiYuniarta(2017)
PelaksanaanKebijakanPengampunan Pajak (TaxAmnesty)BerdasarkanUndang-UndangNomor 11Tahun 2016(StudyKasus padaKantorPelayananPajak (KPP)PratamaSingaraja)
Variabelbebas yangdigunakanadalahkebijakanpengampunan pajak(taxamnesty).Variabelterikat yangdigunakanadalahwajib pajakyangterdaftar diKPPPratamaSingaraja.
Kualitatifdenganmenggunakan metodepengumpulan data
1. Wajib pajakyang terdaftardi KPPPratamaSingaraja yangtelahmelaksanakanKebijakanPengampunanPajak (TaxAmnesty)sebanyak 126WP Badan dan1.164 WPOPterhitunghingga periodeII.
2. Pelaksanaandari KebijakanPengampunanPajak (TaxAmnesty) dapatdiketahuipelaksanaannya daripersiapansebelumkebijakan iniresmidilaksanakanserentak,pelaksanaankebijakanmemilikipetunjuk teknis
24
yang tidaklahsusah dantidaklah rumitbagi WP yangmelaksanakannya, dan KPPPratamaSingarajadalammelaksanakankebijakanmengalamibeberapakendala,seperti systemjaringanmengalamikoneksilambat.
10. WendiAsmorojati, NurDiana, danAfifudin(2017)
ReaksiInvestorTerhadapPengumuman KebijakanTax Amnestypada tanggal1 Juli 2016(Event StudipadaPerusahaanLQ45 yangTerdaftar diBEI)
Variabelbebas yangdigunakanadalahreaksiinvestor.Variabelterikat yangdigunakanadalahpengumuman kebijakantax amnestypada tangal1 Juli 2016.
Studiperistiwa(eventstudy)
Meskipunpengumumankebijakan taxamnesty padatanggal 1 Juli 2016merupakan beritabaik (good news),namunpengumumantersebut tidakmemilikikandunganinformasi yangberarti bagiinvestor, sehinggamenyebabkanpasar modal tidakbereaksi.
Sumber: Data diolah
25
2.9 Kerangka Pemikiran
Variabel independen yang mempengaruhi tingkat inflasi dalam penelitian ini
diduga dipengaruhi oleh tax amnesty dan faktor-faktor lainnya. Faktor-faktor
lainnya yaitu indeks harga konsumen, suku bunga, kurs dan cadangan devisa.
Adapun model kerangka pemikiran yang dimaksud sebagaimana gambar berikut
ini :
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Tax Amnesty
(X1)
Tingkat Inflasi
(Y)
Indeks HargaKonsumen
(X2)
Suku Bunga
(X3)
Kurs
(X4)
Cadangan Devisa
(X5)
26
2.10 Pengembangan Hipotesis
2.10.1 Pengaruh Tax Amnesty terhadap Tingkat Inflasi
Tax amnesty diperkirakan akan menaikkan tingkat inflasi. Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) mencemaskan risiko kenaikan inflasi dari kebijakan tax amnesty tersebut.
Adanya penyaluran dana-dana repatriasi akibat dari kebijakan tax amnesty.
Likuiditas yang berlebihan diperbankan dikhawatirkan akan mendorong naiknya
tingkat inflasi dan juga penyaluran kredit yang kurang berhati-hati (Kompas,
2016). Tetapi, menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo
mengakatan terapresiasinya rupiah imbas kepastian Undang-Undang
Pengampunan Pajak juga akan berdampak positif terhadap konsumsi rumah
tangga. Bank Sentral memperkirakan inflasi hingga akhir tahun di kisaran 3,9%,
lebih optimis dari proyeksi awal 4%. Capital inflow dari tax amnesty akan
memperbaiki kinerja ekonomi melalui beberapa aspek. Yang jelas, dengan aliran
dana masuk rupiah bisa menguat sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi,
disamping inflasi yang rendah. Likiuditas akan lebih banyak sehingga mendorong
kredit dan investasi swasta (Katadata, 2016). Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ngadiman dan Huslin (2015) menunjukkan tax amnesty berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Pada hakekatnya implementasi tax
amnesty secara psikologis sangat tidak memihak pada wajib pajak yang selama ini
taat membayar pajak. Kalaupun kebijakan itu diterapkan di suatu negara, harus
ada kajian mendalam mengenai karakteristik wajib pajak yang ada di suatu negara
tersebut karena karakteristik wajib pajak tentu saja berbeda-beda.
27
H0 : Tax amnesty tidak berpengaruh terhadap tingkat inflasi.
Ha : Tax amnesty berpengaruh terhadap tingkat inflasi.
2.10.2 Pengaruh Indeks Harga Konsumen terhadap Tingkat Inflasi
Menurut Badan Pusat Statistika (2017) perubahan indeks harga konsumen dari
waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan
(deflasi) dari barang dan jasa. Indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga
dari suatu paket barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dalam kurun
waktu tertentu. Cara mengukur inflasi menggunakan indeks harga konsumen.
Yaitu indeks harga konsumen periode t dikurangi dengan indeks harga konsumen
periode t-1 lalu dibagi dengan indeks harga konsumen periode t-1 lalu dikalikan
100% (Prasetyo, 2011). Menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo
mengatakan terapresiasinya rupiah imbas kepastian Undang-Undang
pengampunan pajak akan berdampak positif terhadap konsumsi rumah tangga.
Sebab, inflasi akan mengecil karena harga barang-barang impor menjadi lebih
murah (Katadata, 2016). Maka dapat disimpulkan bahwa indeks harga konsumen
sangat mempengaruhi tingkat inflasi. Jadi jika indeks harga konsumen turun maka
tingkat inflasi turun, dan sebaliknya.
H1 : Indeks harga konsumen berpengaruh positif terhadap tingkat inflasi.
2.10.3 Pengaruh Suku Bunga terhadap Tingkat Inflasi
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) terus memantau penerapan program
pengampunan pajak alias tax amnesty. Jika program berjalan efektif dalam
menjaring dana repatriasi maka diyakini akan mempengaruhi suku bunga
28
perbankan. Hal ini diyakini akan mempengaruhi laju inflasi. Karena otomatis suku
bunga acuan Bank Sentral dan suku bunga pasar juga bisa ikut turun, itu yang
diharapkan (Okezone, 2016). Pada penilitian yang dilakukan oleh Harunurrasyid
dan Yovi Noveriza (2005) menunjukkan bahwa selama periode 1988-2003
variabel tingkat bunga SBI berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
tingkat inflasi di Indonesia. Bisa dilihat dari periode sebelum krisis (1988-1996)
dan sesudah krisis moneter (1998-2003), maka terdapat beda hasil perhitungan di
antara kedua periode tersebut. Sebelum krisis, variabel tingkat bunga SBI
berpengaruh secara negatif, namun tidak signifikan. Sebaliknya, pada masa
setelah krisis variabel tersebut berpengaruh secara positif dan signifikan. Pada
periode sesudah krisis moneter (1997-2003) tingkat bunga SBI berpengaruh
secara positif terhadap inflasi menunjukkan bahwa tingkat bunga SBI cenderung
mengikuti pergerakan tingkat inflasi. Keadaan ini mengindikasikan bahwa
kebijakan moneter yang diambil cenderung bersifat reaktif. Pada periode ini
inflasi cenderung lebih banyak disebabkan oleh faktor kenaikan biaya produksi
atau cost-push inflation. Tingkat bunga SBI berpengaruh secara negatif terhadap
inflasi pada periode sebelum krisis moneter (1988-1996) mengisyaratkan bahwa
kebijakan moneter yang diambil cenderung bersifat antisipatif. Pada periode
tersebut inflasi cenderung lebih banyak disebabkan oleh faktor-faktor dari sisi
permintaan atau demand pull inflation. Penelitian yang dilakukan Fery Andrianus
dan Amelia Niko (2006) didapatkan hasil bahwa pengaruh tingkat suku bunga
sangat dominan terhadap inflasi di Indonesia selama periode 1997:3-2005:2
dibandingkan dengan nilai tukar.
H2 : Suku bunga berpengaruh positif terhadap tingkat inflasi.
29
2.10.4 Pengaruh Kurs terhadap Tingkat Inflasi
Deputi Gubernur Bank Indonesia mengatakan bahwa peningkatan modal akibat
adanya tax amnesty juga akan memicu penguatan rupiah sehingga beban biaya
impor bahan mengecil. Terapresiasinya rupiah juga akan berdampak positif
terhadap konsumsi rumah tangga. Sebab, inflasi mengecil karena harga barang-
barang impor menjadi lebih murah. Capital inflow dari tax amnesty akan
memperbaiki kinerja ekonomi melalui beberapa aspek. Yang jelas, dengan aliran
dana masuk rupiah bisa menguat sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi, di
samping inflasi yang rendah (Katadata, 2016). Pada penelitian Murti Sari Dewi
(2011) menunjukkan data kurs rupiah berpengaruh secara signifikan terhadap
inflasi. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam jangka panjang variabel
nilai tukar (kurs) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat inflasi,
sedangan dalam jangka pendek, variabel nilai tukar (kurs) tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap tingkat inflasi artinya tujuan kebijakan
Pemerintah dalam menerapkan ITF untuk menstabilkan harga dalam jangka
panjang.
H3 : Kurs berpengaruh positif terhadap tingkat inflasi.
2.10.5 Pengaruh Cadangan Devisa terhadap Tingkat Inflasi
Menurut ekonom Bank Permata, Josua Pardede (Tempo, 2017) Bank Indonesia
mencatat cadangan devisa pada Desember 2016 sebesar US$ 116,4 miliar atau
meningkat dibanding periode bulan sebelumnya, sebesarnya US$ 111,5 miliar.
Salah satu penyebab peningkatan cadangan devisa itu adalah menguatnya aliran
dana asing yang masuk ke Indonesia. Penguatan cadangan devisa itu adalah dana
30
asing dari pasar keuangan bersamaan dengan masuknya dana repatriasi. Akhir
Desember 2016 merupakan batas periode II program pengampunan pajak (tax
amnesty) pemerintah. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mengumumkan dana hasil
repatriasi mencapai Rp 141 triliun. Dengan meningkatkan pasokan devisa, rupiah
menguat dan akan menurunkan inflasi, sumber pembiayaan anggaran pemerintah
lebih murah, dan tersedianya sumber pembiayaan untuk investasi di dalam negeri
(Abimanyu, 2011). Pada penelitian yang dilakukan oleh Amida, dkk (2015)
didapatkan hasil bahwa penanaman modal asing dapat dipengaruhi secara
signifikan oleh cadangan devisa atau dengan meningkatkan cadangan devisa maka
penanaman modal asing akan mengalami peningkatan secara nyata. Hal tersebut
berarti cadangan devisa menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh
calon investor asing.
H4 : Cadangan devisa berpengaruh negatif terhadap tingkat inflasi.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan tujuan penelitian ini
adalah meneliti hubungan pengaruh antara dua variabel, yaitu variabel independen
(tax amnesty, indeks harga konsumen, suku bunga, kurs dan cadangan devisa) dan
variabel dependen (tingkat inflasi). Sumber data dalam penelitian ini adalah data
sekunder, yaitu laporan yang diperoleh secara tidak langsung melalui perantara
(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data yang digunakan dapat diperoleh dari
Direktorat Jenderal Pajak yaitu www.pajak.go.id, Bank Indonesia yaitu
www.bi.go.id, Badan Pusat Statistika yaitu www.bps.go.id, serta sumber lain yang
relevan seperti dari website berita online.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah data tax amnesty dan faktor-faktor lainnya
yaitu indeks harga konsumen, suku bunga, kurs, dan cadangan devisa di Indonesia
pada 3 periode yaitu mulai dari Juli 2016 sampai Maret 2017. Metode yang
digunakan dalam pengambilan sampel ini adalah metode purpose judgment
sampling, yaitu metode pemilihan sampel secara tidak acak (non-probabilitas)
yang penentuannya berdasarkan pertimbangan atau kriteria tertentu.Sedangkan
32
menurut waktu pengumpulan datanya adalah cross-section data yaitu data yang
dikumpulkan pada waktu tertentu untuk menggambarkan keadaan waktu itu.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
arsip.Pengumpulan data arsip dapat berupa data primer atau data sekunder
(Jogiyanto, 2004). Sumber data dalam penelitian ini adalah sekunder maka teknik
pengumpulan data yang dapat digunakan adalah teknik pengumpulan data di basis
data.
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.4.1 Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi
variabel dependen atau variabel terikat. Variabel independen atau variabel bebas
dalam penelitian ini adalah tax amnesty dan faktor-faktor lainnya yaitu indeks
harga konsumen, suku bunga, kurs dan cadangan devisa.
3.4.1.1 Tax Amnesty (X1)
Tax amnesty merupakan variabel dependen atau variabel bebas dalam penelitian
ini. Tax amnesty yang dimaksud dalam penelitian ini adalah apakah tingkat
kepatuhan Wajib Pajak dalam mengakui kekayaannya mempengaruhi tingkat
inflasi.Apakah peraturan pemerintah yang baru menaikkan tingkat inflasi di
33
Indonesia.Periode yang digunakan adalah 3 periode yaitu mulai dari Juli 2016
sampai Maret 2017.
Tabel 3.1 Periode Pengumpulan Tax Amnesty
Periode Pengumpulan Tax Amnesty Jangka Waktu
Periode I Juli 2016 – September 2016
Periode II Oktober 2016 – Desember 2016
Periode III Januari 2017 – Maret 2017
3.4.1.2 Indeks Harga Konsumen (X2)
Indeks harga konsumenmerupakan variabel dependen atau variabel bebas dalam
penelitian ini.Indeks harga konsumenyang dimaksud dalam penelitian ini adalah
yang ada pada Badan Pusat Statistika yang digunakan sebagai alat ukur
inflasi.Apakah pada saat dikeluarkan peraturan pemerintah yang baru indeks
harga konsumen mampu menaikkan tingkat inflasi di Indonesia.Periode yang
digunakan adalah 3 periode yaitu mulai dari Juli 2016 sampai Maret 2017.
34
Tabel 3.2 Periode Indeks Harga Konsumen
Periode Indeks Harga Konsumen Jangka Waktu
Periode I Juli 2016 – September 2016
Periode II Oktober 2016 – Desember 2016
Periode III Januari 2017 – Maret 2017
3.4.1.3 Suku Bunga (X3)
Suku bungamerupakan variabel dependen atau variabel bebas dalam penelitian
ini.Suku bungayang dimaksud dalam penelitian ini adalah BI Rate yang ada pada
Bank Indonesia yang digunakan sebagai alat kebijakan moneter.Apakah pada saat
dikeluarkan peraturan pemerintah yang baru suku bunga mampu menaikkan
tingkat inflasi di Indonesia.Periode yang digunakan adalah 3 periode yaitu mulai
dari Juli 2016 sampai Maret 2017.
Tabel 3.3 Periode Suku Bunga
Periode Suku Bunga Jangka Waktu
Periode I Juli 2016 – September 2016
Periode II Oktober 2016 – Desember 2016
Periode III Januari 2017 – Maret 2017
35
3.4.1.4 Kurs (X4)
Kursmerupakan variabel dependen atau variabel bebas dalam penelitian
ini.Kursyang dimaksud dalam penelitian ini adalah kurs JISDOR (Jakarta
Interbank Spot Dollar Rate) yang ada pada Bank Indonesia yang digunakan
sebagai alat kebijakan moneter.Apakah pada saat dikeluarkan peraturan
pemerintah yang baru kurs mampu menaikkan tingkat inflasi di Indonesia.Periode
yang digunakan adalah 3 periode yaitu mulai dari Juli 2016 sampai Maret 2017.
Tabel 3.4 Periode Kurs
Periode Kurs Jangka Waktu
Periode I Juli 2016 – September 2016
Periode II Oktober 2016 – Desember 2016
Periode III Januari 2017 – Maret 2017
3.4.1.5 Cadangan Devisa (X5)
Cadangan devisamerupakan variabel dependen atau variabel bebas dalam
penelitian ini. Cadangan devisayang dimaksud dalam penelitian ini adalah yang
ada pada Bank Indonesia yang digunakan sebagai alat indikator moneter. Apakah
pada saat dikeluarkan peraturan pemerintah yang baru cadangan devisa mampu
menaikkan tingkat inflasi di Indonesia. Periode yang digunakan adalah 3 periode
yaitu mulai dari Juli 2016 sampai Maret 2017.
36
Tabel 3.5 Periode Cadangan Devisa
Periode Cadangan Devisa Jangka Waktu
Periode I Juli 2016 – September 2016
Periode II Oktober 2016 – Desember 2016
Periode III Januari 2017 – Maret 2017
3.4.2 Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dijelaskan oleh
variabel independen atau variabel bebas. Variabel dependen atau variabel terikat
dalam penelitian ini adalah tingkat inflasi.
3.4.2.1 Tingkat Inflasi (Y)
Tingkat inflasi merupakan variabel independen atau variabel terikat dalam
penelitian ini. Tingkat inflasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah inflasi
yang dipengaruhi oleh tax amnestydan faktor-faktor lainnya yaitu indeks harga
konsumen, suku bunga, kurs dan cadangan devisa. Apakah dari variabeltax
amnesty dan faktor-faktor lainnya tersebut mempengaruhi tingkat inflasi.Periode
yang digunakan yaitu mulai dari Juni 2016 sampai Maret 2017.Rumus yang
digunakan adalah inflasi dengan indeks harga konsumen. Cara mengukurnya
menggunakan (Prasetyo, 2011):
Llt
37
Keterangan:
Llt Laju inflasi tahun atau periode t
IHKt Indeks Harga Konsumen periode t
IHKt-1 Indeks Harga Konsumen periode t-1
Tabel 3.6 Periode Tingkat Inflasi
Periode Tingkat Inflasi Jangka Waktu
Periode I Juli 2016 – September 2016
Periode II Oktober 2016 – Desember 2016
Periode III Januari 2017 – Maret 2017
3.5 Metode Analisis
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suata data yang dilihat
dari nilai minimum (min), nilai maksimum (max), nilai rata-rata (mean), dan
standar deviasi mengenai variabel independen dan dependen yang dijabarkan
dalam bentuk statistik (Ghozali, 2013). Analisis statistik deskriptif digunakan
untuk memberikan gambaran dan karakteristik data dari sampel yang digunakan.
38
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi yang dipakai
baik atau tidak. Terdapat 4cara untuk melakukan uji asumsi klasik, yaitu uji
multikolonieritas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji normalitas.
3.5.2.1 Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas independen.Model regresi yang baik
seharusnya tidaka terjadi korelasi di antara variabel independen.Salah satu untuk
mengetahui ada atau tidaknya multikolonieritas ini adalah dengan menggunakan
Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance.Nilai tolerance yang rendah sama
dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=1/Tolerance) (Ghozali, 2013). Kriteria
pengambilan keputusan dengan nilai tolerance dan VIF adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai tolerance ≤ 0,10 atau nilai VIF ≥ 10, berarti terjadi multikolonieritas.
2. Jika nilai tolerance ≥ 0,10 atau nilai VIF ≤ 10, berarti tidak terjadi
multikolonieritas.
3.5.2.2 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah terdapat korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu periode t-1
(sebelumnya).Apabila terdapat korelasi maka dinamakan ada problem
autokorelasi, sementara model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak
memiliki masalah autokorelasi.Salah satu cara untuk menguji ada atau tidaknya
39
autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson.Penulis
menggunakan uji Durbin-Watson yang mensyaratkan dL ≤ DW ≤ dU dan 4 dU
≤ DW ≤ 4 dL untuk model yang tidak mengalami autokorelasi (Ghozali, 2013).
3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas, jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Regresi yang
baik adalah yang tidak heteroskedastisitas atau homoskedastisitas.Uji
heteroskedastisitas dalam penelitian dilakukan melalui pengamatan pola pada
grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen dengan
residualnya.Model regresi dikatakan tidak heteroskedastisitas ketika titik-titik data
pada grafik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y (Ghozali,
2013).
3.5.2.4 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel
independen dan variabel dependen keduanya memiliki distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati
normal (Ghozali, 2013). Untuk menguji distribusi normal atau tidak dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu analisis grafik dan analisis statistik.
40
1. Uji yang dilakukan dengan menggunakan analisis grafik, dasar pengambilan
keputusannya:
1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau garis histogramnya menunjukkan pola distribusi normal,
maka pola regresi memenuhi syarat normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau garis histogramnya tidak menunjukkan pola distribusi
normal, maka pola regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji yang dilakukan menggunakan analisis statistik yaitu uji Kolmogorov-
Smirnov yang pada prinsipnya jika probabilitasnya diatas 0,05 maka data
berdistribusi normal, dan jika probabilitasnya dibawah 0,05 maka data tidak
berdistribusi normal.
3.5.3 Analisis Regresi Linier Berganda
Dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis regresi linier berganda.Sebelum
melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian atas data,
antara lain uji normalitas dan asumsi klasik. Model statistik yang dipakai adalah
model regresi linear berganda, yaitu suatu teknik yang digunakan untuk mengukur
besarnya pengaruh antara beberapa variabel independen dengan variabel
dependen.Model regresi linier bergandadapat dirumuskan sebagai berikut:
Y =
Keterangan:
Y = Tingkat Inflasi
= Konstanta
41
X1= Tax Amnesty
X2 Indeks Harga Konsumen
X3 Suku Bunga
X4 Kurs
X5 Cadangan Devisa
e = Standard error
3.5.4 Pengujian hipotesis
3.5.4.1 Koefisien Determinasi (Adj.R² )
Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besarnya kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen.Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu.Jika nilai R mendekati nol berarti kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas.Nilai yang
mendekati 1 berarti variabel independen memberikan hampir seluruh informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen.Pada penelitian ini
menggunakan Adjusted RSquare(Adj.R2) dalam menjelaskan pengaruh variabel
independennya dikarenakan terdapat lebih dari satu variabel independen (Ghozali,
2013).
3.5.4.2 Uji Statistik F
Uji statistik F digunakan untuk menguji apakah variabel independen atau bebas
yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara bersama-
42
sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2013).Kriteria
pengujiannya adalah sebagai berikut:
1. Ha ditolak yaitu apabila value ≥ 0,05 atau bila nilai signifikansi lebih dari nilai
α 0,05 berarti model regresi dalam penelitian ini tidak layak (fit) untuk
digunakan dalam penelitian.
2. Ha diterima yaitu apabila value 0,05 atau bila nilai signifikansi kurang dari
atau sama dengan nilai α 0,05 berarti model regresi dalam penelitian ini layak
(fit) untuk digunakan dalam penelitian.
3.5.4.3 Uji Statistik t
Uji statistik t ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara
individual mempengaruhi variabel dependen dengan asumsi variabel independen
lainnya konstan (Ghozali, 2013).Adapun penerimaan atau penolakan hipotesis
dalam uji t berdasarkan pada kriteria berikut:
1. Berdasarkan nilai thitung dan ttabel
a. Jika nilai thitung ≤ ttabel maka variabel independen tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
b. Jika nilai thitung ≥ ttabel maka variabel independen berpengaruh terhadap
variabel dependen.
2. Berdasarkan nilai signifikasi
a. Jika nilai signifikasi ≤ 0,05 maka variabel independen secara individual
berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Jika nilai signifikasi ≥ 0,05 maka variabel independen secara individual
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah tax amnesty dan faktor-
faktor lainnya memengaruhi tingkat inflasi. Populasi dalam penelitian ini adalah
data tax amnesty dan faktor-faktor lainnya di Indonesia pada 3 periode yaitu mulai
dari Juli 2016 sampai dengan Maret 2017. Periode yang digunakan adalah 3
periode dengan jangka waktu 1 periode adalah 3 bulan sehingga data yang
digunakan adalah 9 bulan. Periode I yaitu Juli 2016 sampai dengan September
2016, periode II yaitu Oktober 2016 sampai dengan Desember 2016 dan periode
III yaitu Januari 2017 sampai dengan Maret 2017. Penelitian ini menggunakan
analisis regresi linier berganda sebagai alat uji signifikan.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Variabel independen tax amnesty tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen tingkat inflasi. Sehingga, H0 yaitu tax amnesty tidak
berpengaruh terhadap tingkat inflasi terdukung. Ha yaitu tax amnesty
berpengaruh terhadap tingkat inflasi tidak terdukung. Kondisi ini
menunjukkan bahwa pada saat terjadinya pemungutan tax amnesty tidak
membuat perubahan pada tingkat inflasi.
67
2. Variabel independen indeks harga konsumen berpengaruh secara signifikan
dan bertanda positif terhadap variabel dependen tingkat inflasi. Sehingga, H1
yaitu indeks harga konsumen berpengaruh positif terhadap tingkat inflasi
terdukung. Kondisi ini menunjukkan bahwa indeks harga konsumen membuat
perubahan pada tingkat inflasi.
3. Variabel independen suku bunga tidak berpengaruh secara signifikan dan
bertanda positif terhadap variabel dependen tingkat inflasi. Sehingga, H2 yaitu
suku bunga berpengaruh positif terhadap tingkat inflasi tidak terdukung.
Kondisi ini menunjukkan bahwa suku bunga tidak membuat perubahan pada
tingkat inflasi.
4. Variabel independen kurs tidak berpengaruh secara signifikan dan bertanda
negatif terhadap variabel dependen tingkat inflasi. Sehingga, H3 yaitu kurs
berpengaruh positif terhadap tingkat inflasi tidak terdukung. Kondisi ini
menunjukkan bahwa kurs tidak membuat perubahan pada tingkat inflasi.
5. Variabel independen cadangan devisa berpengaruh secara signifikan dan
bertanda negatif terhadap variabel dependen tingkat inflasi. Sehingga, H4 yaitu
cadangan devisa berpengaruh negatif terhadap tingkat inflasi terdukung.
Kondisi ini menunjukkan bahwa cadangan devisa membuat perubahan pada
tingkat inflasi.
68
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya menggunakan variabel tax amnesty dan faktor-faktor
lainnya seperti indeks harga konsumen, suku bunga, kurs dan cadangan devisa
sebagai variabel independennya.
2. Penelitian ini menggunakan data awal mula peraturan tax amnesty begitupun
dengan faktor-faktor lainnya yaitu periode I sampai dengan periode III yang
berlangsung sejak Juli 2016 sampai dengan Maret 2017, sehingga hanya
mampu menilai apa yang terjadi selama proses berlangsung tidak
menggambarkan keadaan yang akan datang.
5.3 Saran
Pada penelitian yang akan datang terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mencari dan menambahkan variabel
independen lainnya yang mampu mempengaruhi tingkat inflasi secara lebih
tepat agar dapat menimbulkan dampak terhadap variabel dependennya.
2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperpanjang periode penelitiannya
yaitu setelah tax amnesty selesai, sehingga bisa diketahui apakah tax amnesty
dan faktor-faktor lainnya seperti indeks harga konsumen, suku bunga, kurs
dan cadangan devisa dapat mempengaruhi tingkat inflasi secara lebih
signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Anggito. 2011. Refleksi dan Gagasan Kebijakan Fiskal. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama
Alberto, Ferry. 2016. Pengaruh Kebijakan Pengampunan Pajak (Tax Amnesty)oleh Pemerintah Terhadap Potensi Peningkatan Penerimaan Pajak diIndonesia Tahun 2015. Jurnal Ilmiah Universitas Bakrie Volume 04, No.01 Februari 2016.
Amida Tri Septifany, R. Rustam Hidayat dan Sri Sulasmiyati. 2015. AnalisisPengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah, dan CadanganDevisa terhadap Penanaman Modal Asing di Indonesia (Studi pada BankIndonesia Periode Tahun 2006 – 2014). Jurnal Administrasi BisnisVolume 25, No. 02 Agustus 2015.
Badan Pusat Statistika. 2017. Indeks Harga Konsumen dan Inflasi BulananIndonesia. https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/907. Diaksespada tanggal 20 April 2017.
Badan Pusat Statistika. 2016. Konsep Inflasi.https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/3#subjekViewTab1|accordion-daftar-subjek1. Diakses pada tanggal 10 Januari 2016.
Bank Indonesia. 2017. BI 7-Day Reverse Repo Rate.http://www.bi.go.id/id/moneter/bi-7day-RR/data/Contents/Default.aspx.Diakses pada tanggal 29 Juli 2017.
Bank Indonesia. 2017. Definisi Inflasi.http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Default.aspx.Diakses pada tangga 15 September 2017.
Bank Indonesia. 2017. Informasi Kurs. http://www.bi.go.id/id/moneter/informasi-kurs/Contents/Default.aspx. Diakses pada tanggal 15 September 2017.
Bank Indonesia. 2017. Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar (JISDOR)USD IDR. http://www.bi.go.id/id/moneter/informasi-kurs/referensi-jisdor/Default.aspx. Diakses pada tanggal 29 Juli 2017.
Bank Indonesia. 2017. Penjelasan BI 7-Day Reverse Repo Rate.http://www.bi.go.id/id/moneter/bi-7day-RR/penjelasan/Contents/Default.aspx. Diakses pada tanggal 15 September2017.
Bank Indonesia 2017. Pengenalan BI Rate Sebagai Suku Bunga Acuan.http://www.bi.go.id/id/moneter/bi-rate/penjelasan/Contents/Default.aspx.Diakses pada tanggal 15 September 2017.
Bank Indonesia. 2017. Pentingnya Kestabilan Harga.http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Pentingnya.aspx. Diakses pada tanggal 10 April 2017.
Bank Indonesia. 2017. Perkembangan Besaran Moneter.http://www.bi.go.id/id/moneter/indikator/Default.aspx. Diakses padatanggal 29 Juli 2017.
Case, Karl, dan Fair, Ray C. 2006. Prinsip-Prinsip Ekonomi, Edisi Delapan.Jakarta: Erlangga.
Direktorat Jenderal Pajak. 2017. Statistik Amnesti Pajak.http://www.pajak.go.id/statistik-amnesti. Diakses pada tanggal 20 April2017.
Deegan. C, Rankin. M, and Tobin. J. 2002. “An Examination of the CorporateSocial and Environmental Disclosure VHP from 1983-1997 a Test ofLegitimacy Theory”. Accounting, Auditing and Accountability. Vol. 15,No 3.
Dewi, Murti Sari. 2011. Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi TerhadapInflasi di Indonesia Sebelum dan Sesudah Diterapkannya KebijakanInflation Targeting Framework Periode 2002:1 – 2010:2. Media EkonomiVolume 19, No. 2 Agustus 2011.
Dumairy. 1997. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Dowling, J. and Pfeffer, J. 1975. ”Organizational legitimacy: social values andorganizational behavior”. Pacific Sociological Review Volume 18, No. 1.
Fery Andrianus dan Amelia Niko. 2006. Analisa Faktor-Faktor yangMempengaruhi Inflasi di Indonesia Periode 1997:3 – 2005:2. JurnalEkonomi Pembangunan Volume 11, No. 02 Agustus 2006.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analiss Multivariate dengan Program IBM SPSS21. Edisi Tujuh. Semarang: Universitas Diponegoro.
Hartono, Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi Enam. Yogyakarta:Badan Penerbit Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah Mada.
Harunurraasyid dan Yovi Noveriza. 2005. Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBITerhadap Tingkat Inflasi di Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi Volume 7,No. 2 Desember 2005.
Hasibuan, H Malayu. 2001. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hutagaol, John. 2007. Perpajakan: Isu-Isu Kontemporer, Edisi Satu. Yogyakarta:Graha Ilmu.
Katadata. 2017. Terdongkrak Tax Amnesty, BI Ramal Ekonomi 2017 Tumbuh 5,5Persen. http://katadata.co.id/berita/2016/06/30/terdongkrak-tax-amnesty-bi-ramal-ekonomi-2017-tumbuh-55-persen. Diakses tanggal 15 September2017.
Kompas. 2016. OJK Cemaskan Kenaikan NPL dan Inflasi Akibat DanaRepatriasi Tax Amnesty.http://ekonomi.kompas.com/read/2016/04/25/153537526/OJK.Cemaskan.Kenaikan.NPL.dan.Inflasi.Akibat.Dana.Repatriasi.Tax.Amnesty. Diaksespada tanggal 31 Desember 2016.
Liputan 6. 2017. BI Ungkap Penyebab Rendahnya Inflasi di 2016.http://bisnis.liputan6.com/read/2819926/bi-ungkap-penyebab-rendahnya-inflasi-di-2016. Diakses pada tanggal 1 Juni 2017.
Madura, Jeff. 2000. Manajemen Keuangan Internasional. Jakarta: Erlangga.
Mankiw, N. Gregory. 2006. Pengantar Ekonomi Makro, Edisi Tiga, Terjemahan.Jakarta: Salemba Empat.
Ngadiman dan Daniel Huslin. 2015. Pengaruh Sunset Policy, Tax Amnesty, danSanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris di KantorPelayanan Pajak Pratama Jakarta Kembangan). Jurnal Akuntansi VolumeXIX, No. 02 Mei 2015.
Nilawati. 2000. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa dan AngkaPengganda Uang Terhadap Perkembangan Jumlah Uang Beredar diIndonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Volume 2, No. 2.
Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter, Buku II, Edisi Satu. Yogyakarta: BPFE UGM.
Okezone. 2016. LPS Yakin Tax Amnesty Ampuh Turunkan Suku Bunga.https://economy.okezone.com/read/2016/09/13/20/1488190/lps-yakin-tax-amnesty-ampuh-turunkan-suku-bunga. Diakses pada tanggal 15 September2017.
Prasetyo, P. Eko. 2011. Fundamental Makro Ekonomi. Yogyakarta: Beta Offset.
Putu Ade Setiawan, Ni Kadek Sinarwati, dan Gede Adi Yuniarti. 2017.Pelaksanaan Kebijakan Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) BerdasarkanUndang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 (Study Kasus pada KantorPelayanan Pajak (KPP) Pratama Singaraja). E-Jurnal UniversitasPendidikan Ganesha Volume 07, No. 01 Tahun 2017.
Rizieq, Rahmatullah. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang MempengaruhiCadangan Devisa Indonesia. Jurnal Equilibrium Volume III, No. 2Oktober 2006.
Syafrida, Fakhrani Nurhayati. 2015. Analisis Penerapan Tax Amnesty di Indonesiadalam Rangka Meningkatkan Penerimaan Negara pada Sektor Perpajakan.Jurnal Ilmiah Universitas Bakrie Volume 03, No. 03 Agustus 2015.
Tempo. 2017. Dana Repatriasi Tax Amnesty Bantu Dongkrak Cadangan Devisa.https://bisnis.tempo.co/read/834318/dana-repatriasi-tax-amnesty-bantu-dongkrak-cadangan-devisa. Diakses pada tanggal 15 September 2017.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak.
Wendi Asmorojati, Nur Diana, dan Afifudin. 2017. Reaksi Investor TerhadapPengumuman Kebijakan Tax Amnesty pada Tanggal 1 Juli 2016 (EventStudi pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di BEI). Jurnal RisetAkuntansi Volume 06, Tahun 2017.
Yoehana, Maretta. 2013. Analisis Pengaruh Corporate Social ResponsibilityTerhadap Agresivitas Pajak. Semarang: Universitas Diponegoro.