PENGARUH BIMBINGAN AGAMA TERHADAP KECERDASAN EMOSI WARGA...
Transcript of PENGARUH BIMBINGAN AGAMA TERHADAP KECERDASAN EMOSI WARGA...
1
PENGARUH BIMBINGAN AGAMA TERHADAP
KECERDASAN EMOSI WARGA BINAAN PRIA
PADA RUMAH TAHANAN NEGARA (RUTAN)
KELAS I CIPINANG JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)
Disusun Oleh
MOHAMMAD CHOTIB IQBAL
NIM: 1113052000025
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/2020 M
v
PENGARUH BIMBINGAN AGAMA TERHADAP
KECERDASAN EMOSI WARGA BINAAN PRIA
PADA RUMAH TAHANAN NEGARA (RUTAN)
KELAS I CIPINANG JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)
Disusun Oleh
Mohammad Chotib Iqbal
Nim: 1113052000025
Pembimbing
M. Jufri Halim. M.Si
NIP. 19730726201411 1 002
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/2020 M
v
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul PENGARUH BIMBINGAN AGAMA
TERHADAP KECERDASAN EMOSI WARGA BINAAN
PRIA PADA RUMAH TAHANAN NEGARA (RUTAN)
KELAS I CIPINANG JAKARTA TIMUR telah diujikan
munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 9 Juni 2020. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Sosial pada Program Studi Bimb ingan dan Penyuluhan Islam.
Jakarta, 09 Juni 2020
Sidang Muinaqasyah
Ketua Sidang
Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si
NIP. 19650301 199903 1 001
Sekretaris Sidang
Artiarini Puspita Arwan, M.Psi
NIP. 19861109 201101 2 016
Penguji I
Drs. Azwar Chatib, M.Si
NIP. 19550501 198503 1 006
Penguji II
Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si
NIP. 19690607 1995 2 003
Pembimbing
M. Jufri Halim. M.Si
NIP. 19730726201411 1 002
v
v
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
FORMULIR PENDAFTARAN UJIAN SKRIPSI
(Untuk Fakultas)
Nama : Mohammad Chotib Iqbal
NIM : 11130520000025
Tempat & Tgl Lahir : Jakarta, 15 November 1994
Jurusan : Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Alamat : Jl. Wahid Khasim, No. 22 RT.001/003
Limo, Depok
Telepon & Handphone: 081295977629
Judul Skripsi : Pengaruh Bimbingan Agama Terhadap
Kecerdasan Emosi Warga Binaan Pada Rumah Tahanan Negara
(Rutan) Kelas I Cipinang Jakarta Timur.
Diisi oleh Fakultas Jurusan:
Hari & Tgl Ujian : Selasa, 09 Juni 2020
Pukul : 10:00-11:00
Tempat : Daring via Google Meet
Tim Penguji :
1. Ketua : Noor Bekti Negoro, SE., M.Si.
2. Sekretaris : Artiarini Puspita A., M.Psi.
3. Penguji I : Drs. Azwar Chatib, M.Si.
4. Penguji II : Rini L. Prihatini, M.Si.
5. Pembimbing : M. Jufri Halim, M.Si.
Jakarta, 05 Juni 2020
a.n Dekan
Sekretaris Jurusan
Artiarini Puspita A., M.Psi.
NIP. 198611092011012016
i
ABSTRAK
Mohammad Chotib Iqbal, 1113052000025, Pengaruh
Bimbingan Agama Terhadap Kecerdasan Emosi Warga
Binaan Pria Pada Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas I
Cipinang Jakarta Timur, di bawah Bimbingan M. Jufri
Halim, M. Si.
Berdasarkan data Podes periode tahun 2011-2018 jumlah
desa/kelurahan yang menjadi ajang konflik massal cenderung
meningkat, dari sekitar 2.500 kelurahan pada tahun 2011 menjadi
sekitar 2.800 kelurahan pada tahun 2014, dan kembali meningkat
menjadi sekitar 3.100 kelurahan pada tahun 2018. Berdasarkan
data tersebut, terlihat bahwa tingginya tingkat kriminalitas yang
terjadi. Keadaan seperti ini sangat dibutuhkan seseorang untuk
memberikan bimbingan agama kepada para warga binaan, agar
terbangun kecerdasan emosi para warga binaan didalam maupun
setelah kembali ke masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
bimbingan agama terhadap kecerdasan emosi, dan untuk
mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi kecerdasan
emosi dari bimbingan agama warga binaan Rutan Cipinang.
Penelitian ini menggunakan teori bimbingan agama dan
kecerdasan emosi. Metodologi penelitian yang digunakan adalah
pendekatan kuantitatif dengan jenis deskriptif, sampel dalam
penelitian ini berjumlah 60 Responden dengan menggunakan
teknik purposive sampling. Analisis data menggunakan uji regresi
linier sederhana, uji regresi linear berganda, uji koefision korelasi
dan determinasi, uji F-test dan uji T-test.
Hasil penelitian ini menemukan: (1) Terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan antara variabel bimbingan agama terhadap
kecerdasan emosi warga binaan pada Rumah Tahanan Negara
(Rutan) Kelas I Cipinang, dengan F-test nilai siginifikansinya
sebesar (0,002b) atau kurang dari 0,05. (2) Faktor dominan yang
mempengaruhi bimbingan agama terhadap kecerdasan emosi
warga binaan pada Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas I
Cipinang adalah pada aspek afektif.
Kata Kunci: Bimbingan Agama, Kecerdasan Emosi, Warga
Binaan.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur milik Allah semata
yang memberikan ilmu sebagai salah satu sumber cahaya dan
telah memberikan kenikmatan yang tak terhingga kepada setiap
makhluknya. Karena berkat rahmat dan karunianya penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “ Pengaruh Bimbingan
Agama Terhadap Kecerdasan Emosi Pada Rumah Tahanan
Negara (RUTAN) Kelas I Cipinang Jakarta Timur “
Shalawat serta salam kepada baginda alam Nabi besar
Muhammad SAW, yang telah memberikan contoh suri tauladan
yang baik kepada umatnya.
Pada penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Hal ini
dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan
penulis. Oleh sebab itu dengan hati yang terbuka penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga
penulis dapat mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki
kesalahan – kesalahan yang ada dikemudian hari. Adapun dalam
penyusunan penelitian ini tidak semata – mata hasil kerja sendiri,
melainkan juga berkat bimbingan dan dorongan dari pihak –
pihak yang membantu, baik materi maupun secara spritiual,
selain itu tentu penulis juga sangat berterimakasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian ini yang
diantaranya :
1. Prof Dr. Amany Burhanudin Umar Lubis, Lc MA. Rektor
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
2. Bapak Suparto, M.Ed., Ph.D. sebagai Dekan, Dr. Siti
Napsiyah, S.Ag,. BSW, MSW., Wakil Dekan I Bidang
Akademik, Dr. Sihabuddin N, M.Ag,. Wakil Dekan II
Bidang Administrasi, Cecep Sastra Wijaya MA., Wakil
Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidaytullah Jakarta.
3. Ir. Noor Bekti Nugroho, SE, M.Si dan Artiarini Puspita
Arwan, M.Psi, selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
4. Kepada Bapak M. Jufri Halim, M.Si, selaku Dosen
Pembimbing, yang telah membimbing penulisan skripsi
ini sampai dengan selesai.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang
bermanfaat kepada penulis selama menempuh pendidikan
di UIN Syraif Hidayatullah Jakarta.
6. Bagian Tata Usaha (TU) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Khususnya
Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah
membuatkan surat – surat untuk pengantar penelitian
lapangan.
7. Kedua orang tua penulis Ayahanda H. Hardi Sarwan dan
Ibunda Hj. Sukaesih, Spd yang selalu memberikan
motivasi, perhatian dan do’a kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini,
berserta adik penulis Syukron Athoilla Rasyid yang
iv
membuat penulis selalu bersemangat untuk
menyelesaikan skripsi ini.
8. Kepada Kepala Rutan dan jajarannya terkhusus kepada
Kanda Mubarok, selaku pembimbing serta penyuluh di
tempat penelitian penulis di Rutan Kelas I Cipinang.
9. Ahmad Yusuf Afiffurohman, selaku Direktur Utama PT.
AFA Grup Internasional yang telah memberikan semangat
baik materi maupun spiritual, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
10. Kepada sahabat penulis, M. Irfan Najmi, S.Sos, Ulan
Fakhri, Adam Yuliawan, S.Sos. dan seluruh rekan - rekan
BPI angkatan 2013.
11. Kepada semua pihak yang telah memberikan motivasi dan
semangat kepada penulis, penulis mohon maaf tidak dapat
menyebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT, memberikan balasan yang berlipat
gandakan dan menjadi amal kebaikan di akhirat kelak, selain itu
penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan
pembaca pada umumnya.
Jakarta, 01 Mei 2020
Penulis
Muhammad Chotib Iqbal
1113052000025
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ......................................... 8
1. Batasan Masalah......................................................... 8
2. Rumusan Masalah ...................................................... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 9
1. Tujuan Penelitian ....................................................... 9
2. Manfaat Penelitian ..................................................... 9
D. Tinjauan Kajian Terdahulu................................................ 10
E. Sistematika Penulisan ........................................................ 14
BAB II TINJAUAN TEORITIS ......................................................... 17
A. Bimbingan Agama............................................................. 17
1. Pengertian Bimbingan Agama ................................... 17
2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama ...................... 24
3. Metode Bimbingan Agama ........................................ 26
4. Materi Bimbingan Agama .......................................... 33
B. Kecerdasan Emosi ............................................................. 41
1. Pengertian Kecerdasan Emosi .................................... 41
2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosi ................................ 46
C. Narapidana ........................................................................ 48
1. Definisi Narapidana ................................................... 48
vi
2. Jenis Sanksi Pidana .................................................... 49
3. Tahap Pembinaan Narapidana ................................... 51
4. Hak dan Kewajiban Narapidana ................................ 52
D. Kerangka Berpikir ............................................................. 54
E. Hipotesis Penelitian ........................................................... 55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................... 56
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................ 56
1. Pendekatan Penelitian ................................................ 56
2. Jenis Penelitian ........................................................... 57
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 57
1. Tempat Penelitian....................................................... 57
2. Waktu Penelitian ........................................................ 58
C. Sumber Data ...................................................................... 58
D. Populasi dan Sampel ......................................................... 59
1. Populasi ...................................................................... 59
2. Sampel ........................................................................ 59
E. Variabel Penelitian ............................................................ 60
F. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian .................. 61
G. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 67
1. Observasi .................................................................... 67
2. Kuesioner ................................................................... 68
3. Dokumentasi .............................................................. 68
H. Instrumen Pengumpulan Data ........................................... 69
1. Uji Validitas ............................................................... 69
2. Uji Reliabilitas ........................................................... 70
I. Teknik Analisis Data ......................................................... 72
vii
1. Uji Regresi Linear Sederhana .................................... 73
2. Uji Regresi Linear Berganda ...................................... 74
3. Uji Koefisien Determinasi.......................................... 75
4. Uji F-test (Simultan) .................................................. 76
5. Uji T-test (Parsial) ...................................................... 77
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN HASIL ANALISIS DATA .... 78
A. Gambaran Umum Lembaga Rumah Tahanan Negara
(Rutan) Kelas I Cipinang.................................................. 78
1. Latar Belakang Lembaga Rutan Kelas I Cipinang ..... 78
2. Sejarah Singkat Lembaga Rutan Kelas I Cipinang .... 79
3. Visi dan Misi Lembaga Rutan Kelas I Cipinang ....... 79
4. Keadaan dan Bangunan Lembaga Rutan Kelas I
Cipinang .................................................................... 80
5. Tugas Pokok dan Fungsi Pejabat Struktural Lembaga
Rutan Kelas I Cipinang .............................................. 81
6. Struktur Organisasi Lembaga Rutan Kelas I
Cipinang ..................................................................... 83
B. Temuan dan Hasil Analisis Data ....................................... 84
1. Klasifikasi Responden ............................................... 84
2. Uji Regresi Linear Sederhana .................................... 87
3. Uji Regresi Linear Berganda ...................................... 90
4. Uji Regresi Pengaruh Antar Variabel ........................ 93
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 101
A. Kesimpulan........................................................................ 101
B. Saran .................................................................................. 102
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk individual tidak hanya dalam
arti makhluk keseluruhan jiwa raga, tetapi juga dalam arti bahwa
setiap orang itu merupakan pribadi yang khas menurut corak
kepribadiannya, termasuk kecakapan-kecakapan sendiri.1
Pada
intinya dikatakan makhluk individu karena untuk membedakan
antara individu yang satu dengan individu lainnya.
Segi utama lainnya yang perlu diperhatikan adalah bahwa
manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial. Sejak ia
dilahirkan, ia membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologisnya, yaitu makanan,
minuman dan lain-lain.2
Selain itu, manusia juga membutuhkan agama sebagai nutrisi
hati, pengarah dan landasan untuk pembentukan dan
pengembangan kepribadian manusia. Nilai-nilai keagamaan
memainkan peranan dalam masyarakat selama nilai- nilai tersebut
dikenal dan diyakini oleh setiap anggota masyarakat.3 Maka dari
itu nilai-nilai keagamaan menjadi penting bagi semua manusia
sebagai landasan hidup.
1 W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama,
2004), h. 24 2 Ibid., h. 26
3 Nottingham Elizabeth K, Agama dan Masyarakat, Suatu Pengantar
Sosiologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), h. 44
2
Agama dalam kehidupan manusia mempunyai pengaruh
yang sangat besar. Menurut Zakiyah Daradjat ada tiga fungsi
agama terhadap mereka yang meyakini kebenarannya, yaitu:
a) Memberikan bimbingan dalam hidup.
b) Menolong dalam menghadapi kesukaran.
c) Menentramkan batin.4
Agama memberikan patokan dan tuntunan berupa perintah
dan larangan kepada manusia dalam aktualisasi kehidupan. Suatu
hal yang berhubungan dengan agama menjadi penting, karena
agama berperan dalam pembentukan tingkah laku dan
pengarahan penggunaan akal untuk perbaikan hidup manusia dan
kaitannya disini adalah keagamaan Islam. Islam adalah agama
samawi terakhir yang berfungsi sebagai rahmat dan nikmat bagi
manusia seluruhnya, maka Allah SWT mewahyukan agama Islam
dalam nilai kesempurnaan tertinggi.5
Tidak dapat dipungkiri agama adalah pedoman atau landasan
dasar setiap manusia, agama adalah aturan yang harus ditaati,
maka dari itu agama dapat dikatakan sebagai arahan, acuan serta
batasan. Agama merupakan risalah yang disampaikan Allah SWT
kepada Nabi SAW sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-
hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam
menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta mengatur
hubungan dengan dan tanggung jawab kepada Allah SWT,
dirinya sebagai hamba Allah SWT, manusia dan masyarakat serta
4 Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1982), h. 56 5 Ibid., h. 57
3
alam sekitarnya.6 Hukum yang dimaksud disini ialah sebagai alat
keseimbangan kehidupan manusia di dunia dan di akhirat yang
mengatur pemeliharaan hubungan antara manusia dengan Sang
Khalik, manusia dengan manusia, dan manusia dengan
lingkungannya.
Dakwah Islam adalah suatu kegiatan ajakan baik dalam
bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yang
dilakukan secara sadar dan berencana. Dakwah Islam adalah
usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun
secara kelompok, supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian,
kesadaran, sikap penghayatan, serta pengamalan terhadap ajakan
agama sebagai pesan yang disampaikan kepadanya tanpa adanya
unsur-unsur paksaan.7 Ruang geraknya pun begitu luas, tidak
sebatas di kalangan umat yang bebas di dunia luar saja, namun
juga di kalangan umat yang sulit untuk melihat dunia luar.
Salah satu individu atau kelompok yang sangat
membutuhkan Dakwah Islam atau Bimbingan agama adalah
narapidana atau warga binaan, karena mereka merupakan
kelompok yang rentan akan kehilangan rasa kesadaran beragama
setelah memasuki Lapas atau Rutan. Selain mereka kehilangan
rasa stabilitas emosional, mereka juga harus menanggung sanksi
hukum yang berat dan harus siap menanggung sanksi moral
6 Zakiyah Darajat, dkk, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1984), h.58 7 M Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 6
4
ketika mereka keluar nanti. Perasaan bersalah membuatnya selalu
berfikir “saya tidak berguna lagi”.8
Tingginya orang yang melakukan tindak kejahatan yang
menyebabkan menurunnya kesadaran beragama terlihat dari
tingginya jumlah kriminalitas di Indonesia. Data registrasi Polri
mencatat bahwa tingkat kejahatan (crime rate) selama periode
tahun 2015-2017 mengalami penurunan. Jumlah orang yang
terkena tindak kejahatan setiap 100 ribu penduduk pada tahun
2015 sekitar 140 orang, menjadi 130 orang pada tahun 2016, dan
menurun menjadi 129 orang pada tahun 2017.
Data Susenas yang menggambarkan persentase penduduk
menjadi korban kejahatan di Indonesia selama periode tahun
2016–2017 juga memperlihatkan pola yang mirip. Persentase
penduduk korban kejahatan mengalami penurunan dari 1,22
persen pada tahun 2016 menjadi 1,18 persen pada tahun 2017.
Berdasarkan data Podes periode tahun 2011-2018 jumlah
desa/kelurahan yang menjadi ajang konflik massal cenderung
meningkat, dari sekitar 2.500 desa pada tahun 2011 menjadi
sekitar 2.800 desa/kelurahan pada tahun 2014, dan kembali
meningkat menjadi sekitar 3.100 desa/kelurahan pada tahun
2018.9
Terlihat pula Pada artikel yang telah tayang di Kompas.com
dengan judul "Jumlah Narapidana Melonjak, Uang Makan Capai
8 Kartini Kartono, Patologi Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2007), h. 196 9
Statistik Kriminal 2018, Sub Direktorat Statistik Politik dan
Keamanan,http://bps.go.id/website/pdf_publikasi/watermark%20_Statistik_Kri
minal_2018.pdf, diakses pada tanggal 6 Mei 2019
5
Rp 1,3 Triliun", dari jumlah narapidana di Indonesia yang berada
di Lapas dan Rutan selama periode tahun 2015-2018. Jumlah napi
tahun 2018 di 526 lapas di Indonesia mencapai 242.903 orang.
Padahal tahun 2015 lalu, jumlahnya hanya sekitar 160-170 ribu
orang. Sementara itu kapasitas lapas rata-rata hanya 124.000
orang.10
Dari hasil tersebut membuat Saya tertarik untuk
melakukan penelitian di salah satu Rumah Tahanan Negara
(Rutan) yang ada di Jakarta yaitu di Rutan Kelas I Cipinang.
Jumlah hunian di Rutan Kelas I Cipinang berjumlah melebihi
kapasitas yaitu 4600 pada tahun 2019.
Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa tingginya tingkat
kriminalitas yang terjadi. Keadaan seperti ini sangat dibutuhkan
seseorang untuk memberikan bimbingan agama kepada para
warga binaan, agar terbangun kecerdasan emosi para warga
binaan didalam maupun setelah kembali ke masyarakat. Banyak
kejadian warga binaan yang terjerumus kembali ke Rutan karena
tidak dapat mengendalikan emosionalnya, maka dari itu
diperlukan bimbingan agama yang dapat menimbulkan
kecerdasan emosi agar tidak melakukan hal negatif atau kriminal
kembali.
Kecerdasan emosi menurut Yamarulis adalah kecerdasan
yang berkaitan dengan pengendalian nafsu-nasfu impulsive dan
agresif sehingga seseorang akan terarah untuk bertindak secara
hati-hati, waspada, tenang dan sabar.11
Sebagian dari mereka
10
Yoga Sukmana, Jumlah Narapidana Melonjak, Uang Makan Capai
Rp 1,3 Triliun, https://nasional.kompas.com/read/jumlah-narapidana-melonjak-
uang-makan-capai-rp-13-triliun, diakses pada 7 Mei 2019 11 Yamarulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 95
6
amat merasa terganggu dan tidak nyaman dengan keadaan
mereka.
Mereka merasa mempunyai kesalahan fatal yang sulit
diperbaiki, oleh karena itu penting bagi para warga binaan untuk
mampu keluar dari berbagai sesuatu yang menekan baik dari
dalam dirinya seperti muncul perasaan rendah diri, minder,
frustasi, mengisolasi diri, yang mengabaikan munculnya
penolakan terhadap diri, maupun juga sikap dari masyarakat,
entah itu positif maupun negatif. Untuk keluar dari situasi
tersebut individu harus secara cerdas memaknai setiap masalah
yang dihadapi dan mampu merespon secara tepat, sehingga ketika
nanti harus beradaptasi dengan lingungan sosialnya individu tidak
mengalami kesulitan dan mampu membawa diri dengan baik.
Dalam hal ini kecerdasan memiliki peran yang sangat penting
baik itu kecerdasan intelektual, emosional maupun spiritual.12
Kecerdasan emosional atau EQ bukan didasarkan pada
kepintaran seseorang, melainkan pada sesuatu yang dahulu
disebut karakteristik pribadi. Penelitian-penelitian sekarang
menemukan bahwa keterampilan sosial dan emosional ini
mungkin bahkan lebih penting bagi keberhasilan hidup
ketimbang kemampuan intelektual. Dengan kata lain memiliki
EQ tinggi mungkin lebih penting dalam pencapaian keberhasilan
ketimbang IQ tinggi yang diukur berdasarkan uji standar terhadap
kecerdasan kognitif verbal dan nonverbal.
12
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, terj. T. Hermaya, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2004), cet. 14, h. 7
7
Kecerdasan emosi tidak muncul dari pemikiran intelek yang
jernih, tetapi dari pekerjaan hati manusia. Kecerdasan emosional
menuntut individu untuk belajar mengakui dan menghargai
perasaan diri sendiri dan orang lain serta untuk menanggapinya
dengan tepat, menerapkan dengan efektif informasi dan energy
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya, seseorang yang
memiliki kecerdasan emosional mudah menyerap segala
peristiwa maupun keadaan yang membahayakan sekalipun
menjadi peristiwa yang penuh tantangan dan menyenangkan.13
Goleman menyebutkan beberapa unsur pembentukan
kecerdasan emosional, seperti, “keyakinan, rasa ingin tahu, niat,
kendali diri, keterkaitan, kecakapan berkomunikasi, dan
koperatif”. Unsur keyakinan inilah kemudian yang diajarkan oleh
suatu agama dalam menyikapi segala hal, termasuk dalam urusan
bagaimana menyikapi dan meluapkan emosi.14
Agama (khususnya
Islam) telah mengajarkan etika kepada manusia tentang
bagaimana meregulasi emosi dengan baik. Oleh karenanya, orang
yang beragama seharusnya memiliki kecerdasan emosi yang
tinggi dibanding orang yang tidak beragama.
Harapan seseorang yang memiliki masalah seperti warga
binaan yang berada di Lapas adalah dapat memiliki kecerdasan
emosi untuk mengontrol dirinya dan tidak mengulangi kesalahan
kembali. Salah satu program yang ada di Rutan yang dapat
berdampak pada kecerdasan emosi adalah bimbingan agama.
13 Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, terj. T. Hermaya, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2004), cet. 14, h. 273 14 Ibid., h. 274
8
Penelitian ini menarik untuk diteliti karena untuk mengukur
tingkat pengaruh bimbingan agama yang telah diberikan oleh
pembimbing Agama yang berada di Rutan kepada warga binaan
terhadap kecerdasan emosi. Seringkali pembimbing Agama
memberikan bimbingan agama tanpa mengetahui apakah dapat
menimbulkan hasil yang positif kepada para warga binaan. Ada
beberapa hal yang mendorong mengapa laki-laki yang diteliti
dalam hal ini, bahwa yang menarik perhatian peneliti adalah
kenyataan yang tak dapat dipungkiri yaitu terdapat perbedaan
antara kaum laki-laki dan kaum wanita dalam hal emosi, dimana
laki-laki lebih cenderung mengalami tingkat emosi atau
tempramen yang lebih tinggi dibanding wanita.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian di Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas
I Cipinang Jakarta Timur Jakarta. Rutan ini memiliki peranan
yang sama seperti Lembaga Pemasyarakatan atau Rumah
Tahanan Negara lainnya yang ada di Indonesia, yang berkaitan
dengan bimbingan agama bagi warga binaan di Rumah Tahanan
Negara. Adapun judul penelitian ini adala Adapun judul
penelitian ini adalah “Pengaruh Bimbingan Agama Terhadap
Kecerdasan Emosi Warga Binaan Pria pada Rumah Tahanan
Negara (Rutan) Kelas I Cipinang Jakarta Timur”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Batasan dari penelitian ini adalah:
9
a. Penelitian terfokus pada program bimbingan agama
Islam terkait materi, metode dan media di Rutan
Kelas I Cipinang Jakarta Timur.
b. Penelitian memfokuskan pada Responden yang aktif
mengikuti kegiatan bimbingan agama Islam di
Rutan Kelas I Cipinang Jakarta Timur.
c. Batasan kecerdasan emosi terfokus pada kesadaran
diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan
keterampilan sosial warga binaan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan
masalah yang telah diuraikan, maka peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana pengaruh bimbingan agama terhadap
kecerdasan emosi warga binaan pria pada Rutan
Kelas I Cipinang Jakarta Timur ?
b. Apa faktor dominan yang mempengaruhi bimbingan
agama terhadap kecerdasan emosi warga binaan pria
pada Rutan Kelas I Cipinang Jakarta Timur ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh bimbingan
agama terhadap kecerdasan emosi warga binaan pria
pada Rutan Kelas I Cipinang Jakarta Timur.
10
b. Untuk mengetahui faktor dominan yang
mempengaruhi bimbingan agama terhadap
kecerdasan emosi warga binaan pria pada Rutan
Kelas I Cipinang Jakarta Timur.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini sebagai berikut:
a. Untuk pengembangan kurikulum Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang berkaitan dengan mata
kuliah.
b. Sebagai referensi tempat untuk pelaksanaan mata
kuliah Praktikum Profesi Mikro Jurusan Bimbingan
dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi.
c. Untuk lembaga dapat dijadikan bahan evaluasi
dalam pelaksanaan bimbingan agama pada warga
binaan.
D. Tinjauan Kajian Terdahulu
Pada penyusunan skripsi ini, penulis sebelumnya
mengadakan penelitian lebih lanjut kemudian menyusun menjadi
suatu karya ilmiah, maka langkah awal yang penulis tempuh
adalah mencari informasi serta mengumpulkan terlebih dahulu
terhadap objek penelitian untuk dijadikan sebuah karya ilmiah.
Maksud dari mencari dan mengumpulkan informasi ini adalah
untuk mengetahui apakah objek yang penulis teliti ini
11
sebelumnya sudah ada yang melaksanakan penelitian dalam suatu
karya ilmiah. Tinjauan pustaka yang penulis telusuri yaitu:
1. Hoirunnisa dengan judul penelitian “Pengaruh
Pembinaan Agama Islam Terhadap Tingkat Rasa
Percaya Diri Warga Binaan Wanita Pada Rumah
Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta
Timur”. Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2016. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis
penelitian survey. Hasil dari penelitian yang dilakukan
Hoirunnisa bahwa pembinaan keagamaan berpengaruh
positif terhadap kesadaran beragama Residen. Kelebihan
penelitian ini adalah pembahasannya terfokus pada
kegiatan pengaruh pembinaan Agama Islam yang
memang rutin dilaksanakan oleh Lembaga tersebut
sebagai upaya untuk mengembalikan dan menumbuh
kembangkan aspek keagamaan dalam diri agar kelak
dapat memiliki kepercayaan diri dan dapat diterima
kembali di dalam masyarakat. Kekurangan penelitian ini
belum dijelaskan tahapan-tahapan secara runtut
mengenai proses pembinaan Agama yang lebih luas.
2. Fajriah Septiani dengan judul penelitian “Efektivitas
Metode Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak
Remaja di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat
Leuwisadeng Bogor”. Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan
12
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.
Jenis penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan
jenis penelitian survey. Hasil penelitian dapat diketahui
bahwa Efektivitas metode Bimbingan Agama efektif
atau tidak dalam dalam bimbingan agama di Pondok
Pesantren Nurul Hidayah Pusat. Kelebihan dari
penelitian ini adalah menggunakan Metode bimbingan
agama yang digunakan di pondok pesantren Nurul
Hidayah pusat yaitu metode ceramah yakni penyampaian
informasinya melalui lisan dengan cara berkelompok.
Kekurangan penelitian ini adalah harus melakukan
inovasi-inovasi dalam pelaksanaan program bimbingan
agama agar terkesan tidak monoton.
3. M.Yusuf Affifurahman dengan judul penelitian
“Pengaruh Bimbingan Agama Terhadap Tingkat
kesadaran Beragama santri di Pondok Pesantren Al-
Hikmah Jepara Jawa Tengah”. Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Program Studi Bimbingan dan
Penyuluhan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2015. Skripsi ini saudara M.Yusuf Affifurahman
membahas tentang perngaruh bimbngan terhadap santri,
dan mengukur tingkat kesadaran beragama santri setelah
diberikan program kegiatan Bimbingan Agama,
penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan jenis penelitian survey dan design yang
digunakan adalah penelitian experimental, data yang
diperoleh menggunakan kuisioner kemudian dilakukan
13
pengujian analisis regresi linier sederhana untuk
mengetahui hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen. Kelebihan dari penelitian ini adalah
menggunakan metode penelitian experimental, yang
tidak semua peneliti melakukannya. Kekurangan dari
penelitian ini adalah melakukan penelitian di Pesantren,
dimana memiliki bimbingan agama yang rutin dan
menimbulkan asumsi adanya pengaruh bimbingan
agama terhadap kesadaran beragama para Santri.
4. Dede Badriyah dengan judul penelitian “Pengaruh
Remunerasi Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai
Pada Pengadilan Agama Tigaraksa”. Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Program Studi Manajemen
Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.
Dalam skripsi ini saudara Dede Badriyah membahas
tentang pengaruh Remunerasi terhadap produktivitas
kerja pada pegawai pengadilan agama Tigaraksa, dalam
skripsi ini peneliti mengukur seberapa pengaruh
remunerasi terhadap tingkat produktivitas kinerja
pegawai dalam skripsi ini saudara dede menggunakan
metode penulisan kuantitatif sebagai hasil dari pada
peneleitian, hasil penelitian ini adalah terdapat pengaruh
yang signifikan antara remunerasi terhadap produktivitas
kerja pegawai. Kelebihan dari penelitian ini adalah
melakukan penelitian terkait pegawai di Pengadilan
Agama, yang terkesan sulit dan tertutup untuk
dilakukannya penelitian. Kekurangan dari penelitian ini
14
adalah melakukan penelitian terkait pengaruh remunerasi
terhadap produktivitas kerja, yang menimbulkan asumsi
adanya pengaruh didalamnya.
5. Irhamna Rhomadlon dengan judul penelitian “Pengaruh
Pembinaan Mental Islam Terhadap Pemahaman Dan
Kesadaran Keagamaan Anggota di Markas Korps
Brimob Kelapa Dua Depok”. Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013.
Penelitian ini berisi tentang Pengaruh Pembinaan Mental
Islam Terhadap Pemahaman Dan Kesadaran Keagamaan
Anggota di Markas Korps Brimob Kelapa Dua Depok.
Penelitian ini menggunakan metodelogi penelitian
kuantitatif dengan jenis penelitian Survey dan desain
yang digunakan adalah penelitian interfensial. Data
diperoleh menggunakan kuisioner (skala likert)
kemudian dilakukan pengujian analisis regresi linier
sederhana untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen. Hasil penelitian ini
adalah bahwa adanya pengaruh positif terhadap
pemahaman dan kesadaraan keagamaan anggota brimob
di markas kelapa dua. Kelebihan dari penelitian ini
adalah melakukan penelitian di Korps Brimob yang tidak
semua memiliki kesempatan tersebut. Kekurangan dari
penelitian ini adalah tidak dijelaskan secara rinci
pemahaman dan kesadaran keagamaan seperti apa yang
15
didapatkan para Brimob setelah mendapatkan pembinaan
mental.
Dari semua tinjauan pustaka di atas penelitian yang akan di
laksanakan memiliki perbedaan sebagai berikut:
1. Lokasi penelitian skripsi ini yaitu di bimbingan agama
terhadap kecerdasan emosi pada Rutan Kelas I Cipinang
Jakarta Timur. Lokasi penelitian ini berbeda dengan
tinjauan pustaka di atas.
2. Penelitian ini terfokuskan pada pengaruh bimbingan
agama terhadap kecerdasan emosi di bimbingan agama
terhadap kecerdasan emosi pada Rutan Kelas I Cipinang
Jakarta Timur.
3. Metode yang digunakan skripsi ini yaitu metode
kuantitatif experiment.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian skripsi ini peneliti mengacu pada pedoman
penulisan karya ilmiah (Skripsi) yang diterbitkan oleh CeQDA
(Center for Quality Development and Assurance) Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2013/2014. Sistematika penulisan dalam penelitian ini terbagi
dalam lima bab yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Isi dari bab ini membahas hal-hal yang menyangkut latar
belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
16
tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Bab ini menguraikan tentang bimbingan agama dan
kecerdasan emosi yang mencakup landasan teori yang
berhubungan dengan penelitian yang memuat pengertian dan
tujuan bimbingan agama dan kecerdasan emosi, metode dan
materi bimbingan agama, pelaksanaan bimbingan agama di
Rutan Kelas I A Cipinang Jakarta Timur.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai pendekatan dan jenis
penelitian, tempat dan waktu penelitian, sumber data,
populasi dan sampel, variabel penelitian, hipotesis penelitian,
definisi operasional dan indikator variabel, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, instrument
pengumpulan data, uji validitas, uji reliabilitas.
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN HASIL ANALISIS
DATA
a. Gambaran umum Rutan Kelas I Cipinang Jakarta Timur.
Bab ini berisi tentang sejarah Rutan Kelas I Cipinang Jakarta
Timur, visi misi Rutan Kelas I Cipinang Jakarta Timur,
struktur organisasi Rutan Kelas I Cipinang Jakarta Timur,
sarana dan prasarana Rutan Kelas I Cipinang Jakarta Timur,
keadaan warga binaan di Rutan Kelas I Cipinang Jakarta
17
Timur, dan jenis bimbingan agama Rutan Kelas I Cipinang
Jakarta Timur.
b. Temuan dan Analisis Data tentang bimbingan agama pada
warga binaan. Bab ini juga menguraikan tentang data-data
hasil penelitian, hasil angket, klasifikasi responden, deskripsi
hasil penelitian, dan analisis data.
BAB V PENUTUP
Bab ini membahas secara singkat mengenai kesimpulan
berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian yang menjawab
rumusan masalah di Bab I dan saran-saran serta rekomendasi
yang menjadi penutup dari pembahasan skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
17
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Bimbingan Agama
1. Pengertian Bimbingan Agama
Pengertian harfiyyah “bimbingan” adalah “menunjukan,
memberi jalan, atau menuntun” orang lain ke arah tujuan
yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini, dan masa
mendatang. Istilah “bimbingan” merupakan terjemahan dari
bahasa Inggris yaitu “guidance” yang berarti
“menunjukan”.15
Secara terminologi, bimbingan adalah suatu usaha
membantu orang lain dengan mengungkapkan dan
membangkitkan potensi yang dimilikinya sehingga dengan
potensi itu ia akan memiliki kemampuan untuk
mengembangkan dirinya secara wajar dan optimal, yakni
dengan memahami dirinya maupun mengambil keputusan
untuk hidupnya. Maka dengan itu ia akan dapat mewujudkan
kehidupan yang baik, berguna dan bermanfaat untuk masa
kini dan masa yang akan datang.16
Kemudian menurut Dra. Dewa Ketut Sukardi juga
memberikan definisi, bimbingan yaitu sosok pemberian
bantuan yang di berikan kepada seseorang atau sekelompok
orang secara terus menerus dan sistematis oleh pembimbing
15
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan
Agama (Jakarta: PT. Golden Terayon Press, 1982), Cet. Ke- 1, h. 1 16
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling)
Islam (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 6
18
agar individu atau sekelompok individu menjadi pribadi yang
mandiri.17
Dalam kamus Bimbingan dan Konseling, Bimbingan
adalah proses bantuan pertolongan, menunjukkan jalan, dan
memberikan pengarahan. Bimbingan adalah bantuan yang
ditujukan untuk membantu individu dalam memahami diri
(bakat, minat, kemauan) dan lingkungan agar mampu
membuat keputusan sehingga tercapai perkembangannya
secara maksimal untuk kepentingan dirinya dan
masyarakat.18
Adapun definisi bimbingan sendiri para ahli mempunyai
pendapat yang berbeda-beda berdasarkan sudut pandang
masing-masing. Diantara pendapat para ahli tentang definisi
bimbingan adalah sebagai berikut:
a. Djumhur dan Moh. Surya, bimbingan adalah suatu
proses pemberian bantuan yang terus menerus dan
sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah
yang di hadapinya, agar tercapai kemampuan untuk
memahami dirinya (self understanding), kemampuan
untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan
untuk mengarahkan dirinya (self direction), dan
kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self
realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya
17
Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan (Jakarta:
PT. Rineka Cipta), Cet. Ke- 1, h. 2 18
Tantawy R, Kamus Bimbingan dan Konseling (Jakarta : PT.
Pamator, 1997), h. 13
19
dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan,
baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat.19
b. DR. Moh Surya, bimbingan adalah suatu proses
pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis
dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai
kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri,
pengerahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai
tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian
diri dengan lingkungan.20
c. Menurut H. M. Umar dan Sartono, pengertian
bimbingan yang formulatif adalah “bantuan yang
diberikan kepada individu agar dengan potensi yang
dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal
dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan,
mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa
depan yang baik”.21
Dari pendapat di atas kita dapat memahami bahwa yang
dimaksud bimbingan adalah proses pemberian bantuan
secara psikis atau kejiwaan yang terus menerus baik kepada
individu, keluarga maupun kelompok. Terutama kepada
warga binaan Rutan Cipinang untuk mengenali segala
potensi yang dimiliki dan guna penyesuaian diri terhadap
tuntutan hidup sehingga mampu mengatasi hambatan guna
19
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Islam, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 7 20
Hallen. A, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Quantum Teaching,
2005), Cet. Ke- 3, h. 4 21
Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV.
Pustaka Setia, 1998), Cet. Ke-1, h. 9
20
merencanakan masa depan yang lebih baik dan mampu
menghadapi kesulitan-kesulitan dalam kehidupan.
Fungsi pokok pembinaan mencakup tiga hal, yaitu:
1. Penyampaian informasi dan pengetahuan (Kognitif)
2. Perubahan dan pengembangan sikap (Afektif)
3. Latihan dan pengembangan kecakapan serta
keterampilan (Psikomotorik).22
Pengertian agama berdasarkan asal kata, yaitu al-Dien,
religi, (relegere, religare) dan agama al-Dien (semit) yang
berarti undang-undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa
Arab, kata ini mengandung arti menguasai, menundukan,
patuh, utang, balasan dan kebiasaan. Sedangkan dari kata
religi (latin) atau releger berarti “mengikat”. Adapun kata
agama terdiri dari a = tidak; gam = pergi, mengandung arti
tidak pergi, tetap di tempat atau di warisi turun temurun.23
Agama menurut para ahli sebagai berikut:
a. Agama menurut M. Arifin dibagi menjadi dua
aspek, yaitu:
1. Aspek Subjektif (Pribadi Manusia)
Agama mengandung pengertian tentang tingkah
laku manusia, yang dijiwai oleh nilai-nilai
keagamaan yang berupa getaran batin, yang
mengatur dan menggerakan tiangkah laku tersebut
kepada pola hubungan dengan masyarakat serta
22 A. Mangundharjana, Pengembangan:Arti dan Metodenya,
(Yogjakarta: Kanisius, 1995), h. 14 23
Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007), h. 12
21
alam sekitarnya. Dari aspek inilah manusia dengan
tingkah lakunya itu merupakan perwujudan
(manifestasi) dari “pola hidup” yang telah
membudaya dalam batinya, di mana nilai-nilai
keagamaan telah membentuknya menjadi rujukan
(referensi) dari sikap, dan orientasi hidup
seharihari.24
2. Aspek Objektif (Doktriner)
Agama dalam pengertian ini mengandung nilai-
nilai ajaran Tuhan yang bersifat menuntun manusia
ke arah tujuan yang sesuai dengan kehendak ajaran
tersebut. Agama dalam pengertian ini belum masuk
dalam batin manusia, atau belum membudaya dalam
tingkah laku manusia, karena masih berupa doktrin
(ajaran) yang objektif berada di luar diri manusia.
Oleh karena itu secara formal, agama dilihat dari
aspek objektif dapat diartikan sebagai “Peraturan
yang berisifat Ilahi (dari Tuhan) yang menuntun
orang-orang berakal budi ke arah ikhtiar untuk
mencapai kesejahteraan hidup di dunia, dan
memperoleh kebahagian hidup di akhirat”.25
b. Menurut Zakiah Darajat, agama adalah kebutuhan
jiwa atau psikis manusia yang akan mengatur dan
24
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan
Agama, (Jakarta: PT. Golden Terayon Press, 1982), Cet. Ke- 1, h. 1 25
Ibid., h. 2
22
mengendalikan sikap, pandangan hidup, kelakuan
dan cara menghadapi tiap-tiap masalah.26
c. Harun Nasution merumuskan empat unsur yang
terdapat dalam agama ialah:
1. Kekuatan ghaib; manusia merasa dirinya lemah
dan berhajat pada kekuatan ghaib sebagai
tempat minta tolong. Oleh karena itu manusia
merasa harus mengadakan hubungan baik
dengan kekuatan ghaib tersebut. Hubungan baik
dapat di wujudkan dengan mematuhi perintah
dan larangan kekuatan ghaib itu.
2. Keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di
dunia ini dan hidupnya di akhirat tergantung
pada adanya hubungan baik dengan kekuatan
ghaib yang dimaksud. Dengan hilangnya
hubungan baik itu, kesejahteraan dan
kebahagiaan yang dicari akan hilang pula.
3. Respon yang bersiat emosional dari manusia.
Respon itu bisa mengambil bentuk perasaan
takut seperti yang terdapat dalam agama-agama
primitif, atau perasaan cinta seperti yang
terdapat pada dalam agama monoteisme.
Adapun definisi tentang bimbingan agama secara utuh
berdasarkan pendapat para ahli yaitu sebagai berikut:
26
Zakiah Darajat, Pendidikan Agama dan Pembinaan Mental,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1982), Cet. Ke-3, h. 52
23
a. M. Arifin mendefinisikan bimbingan dan
penyuluhan agama adalah segala kegiatan yang
dilakukan oleh seorang dalam rangka memberikan
bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan-
kesulitan rohaniah dalam lingkungan hidupnya agar
orang tersebut mampu mengatasinya sendiri karena
timbul kesadaran dan penyerahan diri terhadap
kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga timbul pada
diri pribadinya suatu cahaya harapan kebahagiaan hidup
masa sekarang dan masa depannya.27
b. Rasyidan, mendefinisikan bimbingan dan
penyuluhan agama sebagaimana dikutip oleh Imam
Sayuti Farid dalam bukunya yang berjudul pokok-pokok
bahasan tentang bimbingan dan penyuluhan agama
sebagai teknik dakwah adalah suatu proses pemberian
bantuan kepada individu atau kelompok masyarakat,
dengan tujuan untuk memfungsikan seoptimal mungkin
nilai-nilai keagamaan dalam kebulatan pribadi atau
tatanan masyarakat, sehingga dapat memberikan manfaat
bagi dirinya dan masyarakat.28
Dengan demikian berdasarkan pengertian-pengertian
diatas, konsep bimbingan agama yang digunakan oleh
peneliti adalah suatu proses pemberian bantuan secara terus-
27
M. Arifin, Pokok-pokok Pikiran Bimbingan dan Penyuluhan
Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 25 28
Imam Sayuti Farid, Pokok-pokok Bahasan tentang Bimbingan
Penyuluhan Agama sebagai Tenik Dakwah, (Jakarta: Bulan Bintang, 2007), h.
25
24
menerus yang diberikan oleh pembimbing agama kepada
warga binaan tentang nilai-nilai ajaran Agama sehingga
warga binaan mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya serta mampu menghadapi segala persoalan
hidupnya dengan potensi yang dimilikinya, karena timbulnya
kesadaran dan penyerahan diri terhadap kekuasaan Tuhan
Yang Maha Esa, sehingga memperoleh kebahagiaan hidup di
dunia maupun di akhirat.
2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama
a. Tujuan Bimbingan Agama
Secara umum, tujuan bimbingan agama adalah
membantu individu mewujudkan dirinya sebagai
manusia seutuhnya, agar mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat.29
Dalam menjalankan
kehidupannya, manusia pasti mengalami hambatan-
hambatan dalam mewujudkan keinginannya, sehingga
diperlukan bimbingan agama, untuk itulah bimbingan
agama berusaha untuk membantu individu agar mampu
menghadapi masalah dalam hidupnya. Bimbingan agama
memiliki tujuan-tujuan antara lain:
1. Membantu individu agar tidak menghadapi
masalah
2. Membantu individu menghadapi masalah yang
dihadapi
29
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam,
(Yogyakarta: UII Press, 2001), h. 35
25
3. Membantu individu memelihara dan
mengembangkan situasi dan kondisi yang lebih
baik, sehingga tidak menjadi sumber masalah
bagi dirinya dan orang lain.30
Bila dicermati secara umum tujuan-tujuan tersebut
bisa pula dirumuskan menjadi “membantu individu,
keluarga dan kelompok masyarakat agara dapat
mengenal, mengarahkan dan mewujudkan dirinya
sendiri (mandiri) sebagai manusia seutuhnya, sehingga
terbuka jalannya untuk mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat.
Kecuali itu, bimbingan dan penyuluhan (konseling)
dalam Islam juga bertujuan membantu manusia agar
kembali kepada fitri (fithrah), menyadari tugas dan
kewajibannya sebagai makhluk Tuhan yang bertanggung
jawab terhadap dirinya, keluarganya dan masyarakat
sekitarnya, atau membantu manusia dalam mewujudkan
potensi dan eksistensi dirinya sebagai makhluk pilihan
(mulia) dan memegang tugas kekhalifahan di muka bumi
dengan adanya kegiatan bimbingan dan penyuluhan
(konseling) maka setiap individu akan terbantu dalam
memelihara dan mewujudkan amanah yang diberikan
Tuhan kepadanya. Karna itu pula, maka manusia akan
mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
30
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam,
(Yogyakarta: UII Press, 2001), h. 36
26
bagi kepentingan hidup dunia global (fana) dan
kehidupan di akhirat (yang abadi)”.31
b. Fungsi Bimbingan Agama
Memperhatikan tujuan bimbingan agama di atas,
Ainur Rahim Faqih merumuskan fungsi dari bimbingan
agama yaitu:
1. Fungsi Preventif, yaitu membantu individu
menjaga atau mencegah timbulnya masalah
bagi dirinya.
2. Fungsi Kuratif atau Korektif, yaitu membantu
individu memecahkan masalah yang sedang
dihadapi atau dialaminya.
3. Fungsi Preservatif, yaitu membantu individu
agar situasi yang semula tidak baik menjadi
lebih baik, dan kebaikan itu bertahan lama.
4. Fungsi Development dan pemeliharaan, yaitu
membantu individu memelihara dan
mengembangkan situasi dan kondisi yang baik,
sehingga tidak memungkinkannya menjadi
sebab masalah baginya.32
3. Metode Bimbingan Agama
Metode atau metodik berasal dari kata Yunani, yaitu
“meta” yang berarti melalui dan “hodos” berarti jalan atau
cara. Metodik berarti cara yang harus ditempuh untuk
31
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling)
Islam (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 99 32
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam,
(Yogyakarta: UII Press, 2001), h. 36
27
mencapai tujuan tertentu. Metode berarti suatu cara kerja
yang sistematis dan umum, seperti cara kerja ilmu
pengetahuan.33
Dalam Bahasa Arab, metode dikenal dengan istilah
“thariqah” yang berarti langkah-langkah strategis
dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.34
Dengan
kata lain, metode dapat dipahami sebagai cara yang ditempuh
agar hal yang akan disampaikan dapat diterima atau difahami
dengan baik, mudah dan efisien sehingga dapat mewujudkan
tujuan tertentu. Berbagai cara ditempuh oleh seorang
pembina dalam menyampaikan bimbingan agama. Agar
proses bimbingan berjalan dengan lancar, maka perlu dipilih
cara yang tepat dalam menyampaikan metode bimbingan.
Menurut H.M. Arifin, metode yang dapat digunakan
dalam bimbingan agama, antara lain sebagai berikut:
a. Wawancara
Salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaan
yang dapat dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana
sebenarnya hidup beragama pada saat tertentu yang
memerlukan bantuan. Saya melakukan wawancara
dengan satu petugas pembimbing agama Islam dan tiga
orang warga binaan wanita.
b. Metode group guidance (bimbingan secara
kelompok)
33
Zakiah Daradjat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 10 34
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam
Mulia, 2005), h. 23
28
Bimbingan kelompok adalah cara
pengungkapan jiwa/batin serta pembinaannya melalui
kegiatan kelompok, seperti ceramah, diskusi, seminar,
simposium, atau dinamika kelompok (group dinamics).35
Dalam proses pembinaan kelompok ini pembina
hendaknya mengarahkan minat dan perhatian warga
binaan kepada hidup kebersamaan dan saling tolong-
menolong dalam memecahkan permasalahan yang
menyangkut kepentingan mereka bersama. Pembinaan
agama juga hendaknya mengendalikan dan mengamati
setiap klien atau warga binaan mengenai keaktifan dalam
kegiatan kelompok.
c. Metode non-directif (cara yang tidak mengarah)
Metode ini dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Metode client centered, yaitu pengungkapan
tekanan batin yang dirasakan menjadi
penghambat mereka dalam belajar dengan sistem
pancingan yang berupa satu dua pertanyaan
terarah. Selanjutnya mereka diberi kesempatan
seluas-luasnya untuk menceritakan segala uneg-
uneg (tekanan batin) yang disadari sebagai
hambatan jiwanya.36
Pembina bersikap
memperhatikan, mendengarkan serta mencatat
35
H.M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan
Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 109 36
Ibid., h. 111
29
point-point penting yang dianggap rawan untuk
diberi bantuan.
2. Metode educatif, yaitu cara mengungkapkan
tekanan perasaan yang menghambat
perkembangan belajar dengan menggali sampai
tuntas perasaan yang menyebabkan hambatan
dan ketegangan, dengan cara client centered,
yang diperdalam dengan permintaan/pertanyaan
yang motivatif dan persuasif (meyakinkan) untuk
mengingat serta mendorong agar berani
mengungkapkan perasaan tertekan sampai ke
akar-akarnya. Pada akhirnya, pembina
memberikan petunjuk-petunjuk tentang usaha apa
sajakah yang baik dengan cara yang tidak
bernada imperatif (wajib). Akan tetapi hanya
berupa anjuran-anjuran yang tidak mengikat.37
3. Metode psikoanalitis (penganalisaan jiwa) yaitu
menganalisa gejala-gejala tingkah laku, baik
melalui mimpi (kondisi tidak sadar), ataupun
melalui tingkah laku yang serba salah, dengan
menitikberatkan pada perhatian atas hal-hal apa
sajakah perbuatan salah itu terjadi berulang.
Dengan demikian, maka akhirnya akan diketahui
bahwa masalah pribadi mereka akan terungkap
dan selanjutnya disadarkan kembali (dicerahkan)
37
H.M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan
Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 112
30
agar masalah tersebut dianggap telah selesai dan
tidak perlu dianggap suatu hal yang
memberatkan, dan sebagainya.38
Oleh karena itu nilai-nilai iman dan taqwa
harus dibangkitkan dalam pribadi warga binaan,
sehingga terbentuklah dalam pribadinya sikap
tawakkal dan optimisme dalam menempuh
kehidupan baru.
4. Metode direktif (metode yang bersifat
mengarahkan)
Metode ini lebih bersifat mengarahkan
kepada mereka untuk berusaha mengatasi
kesulitan (problem) yang dihadapi. Pengarahan
yang diberikan ialah dengan memberikan secara
langsung jawaban-jawaban terhadap
permasalahan yang menjadi sebab kesulitan.39
Adapun metode yang digunakan dalam bimbingan
agama di Lapas dan Rutan adalah sebagai berikut:
1. Metode pembinaan berdasarkan situasi
Metode ini digunakan untuk merubah cara berfikir
narapidana atau warga binaan untuk tidak bergantung
pada situasi yang menyertai, tetapi menguasai situasi
tersebut. Dalam hal ini, digunakan dua macam
pendekatan, yaitu pendekatan dari atas (top down
38
H.M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan
Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 113 39
Ibid., h. 114
31
approach) dan pendekatan dari bawah (bottom down
approach).
2. Metode pembinaan perorangan (Individual
Treatment)
Metode ini diberikan kepada narapidana secara
perorangan oleh petugas pembimbing Lapas atau Rutan.
3. Metode pembinaan kelompok (Classical
Treatment)
Dalam pembinaan secara kelompok dapat dilakukan
dengan metode ceramah, peragaan/demonstrasi, tanya jawab,
diskusi, dan pemberian tugas. Adapun metode tersebut
adalah sebagai berikut:40
1. Metode Ceramah
Metode Ceramah ialah penerangan dan penuturan
secara lisan oleh petugas pembimbing agama dari
dalam Lapas atau Rutan maupun pembina dari luar.
Pembina keagamaan menerangkan atau menjelaskan
apa yang akan disampaikan dengan lisan di depan
warga binaan.41
Metode ceramah merupakan metode
yang sudah lama dipakai dalam proses pembelajaran.
Metode ini sering dibarengi dengan metode tanya
jawab.
2. Metode tanya jawab
40
Harsono.C.I, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, (Jakarta:
Djambatan, 1995), h. 342 41
Ibid., h. 344
32
Metode tanya jawab adalah cara penyajian
pembinaan dalam bentuk pertanyaan yang harus
dijawab. Cara yang ditempuh biasanya pembimbing
agama mengajukan pertanyaan kepada warga binaan
tentang materi yang telah diajarkan. Pembimbing
agama mengharapkan jawaban yang diberikan
narapidana berupa fakta. Pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan biasanya bukan hanya sebatas dari
pembimbing agama dan narapidana menjawab, akan
tetapi pertanyaan ini biasa muncul dari narapidana
kemudian pembimbing agama menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh narapidana tersebut. Ada kalanya
jawaban itu juga bisa berasal dari narapidana yang
lain dalam proses pembelajaran yang sedang
berlangsung tersebut.
3. Metode demonstrasi atau peragaan
Metode demonstrasi yaitu metode mengajar
dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas
suatu pengertian atau untuk memperlihatkan
bagaimana suatu proses pembentukan tertentu kepada
narapidana. Pada metode demonstrasi, titik tekannya
adalah memperagakan tentang jalannya suatu proses
tertentu. Biasanya pembimbing agama
memperagakan terlebih dahulu, kemudian narapidana
mengikutinya.42
42
Harsono.C.I, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, (Jakarta:
Djambatan, 1995), h. 350
33
4. Metode diskusi
Metode diskusi adalah cara mengajar atau
menyajikan materi melalui pengajuan masalah yang
pemecahannya dilakukan secara terbuka. Dalam
sebuah diskusi semua anggota narapidana ikut
terlibat. Di antara prinsip-prinsip diskusi antara lain:
adanya ketua dan anggota, topik yang diangkat jelas
dan menarik, narapidana wanita saling memberi dan
menerima serta suasana berjalan tanpa tekanan.
5. Metode pemberian tugas
Metode pemberian tugas diterapkan dalam materi
tertentu setelah disampaikan oleh pembimbing
agama, kemudian narapidana diminta untuk
meringkas kembali di dalam blok sel masing-masing.
Pemberian tugas ini biasanya juga digunakan juga
dalam penugasan untuk shalat sunah. Metode ini
diterapkan agar narapidana dapat bertanggung
jawab.43
Dengan demikian dari penjelasan diatas bahwa dalam
penelitian ini menggunakan metode perorangan yang
terdiri dari individu tersebut dan metode kelompok yang
terdiri dari wawancara, tanya jawab, demonstrasi atau
perorangan, diskusi, dan pemberian tugas.
43
Harsono.C.I, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, (Jakarta:
Djambatan, 1995), h. 363
34
4. Materi Bimbingan Agama
Materi yang dipakai dalam pembimbing agama adalah
semua yang terkandung dalam Al-Qur’an yaitu sebagai
berikut:
a. Aqidah
Aqidah menurut bahasa berasal dari kata aqada,
ya‟qidu, aqdan atau aqidatan yang artinya mengikatkan.
Bentuk jama’ dari aqidah adalah aqaid yang berarti
simpulan atau ikatan iman. Dari kata itu muncul pula
kata I‟tiqad yang berarti kepercayaan. Sedangkan aqidah
secara etimologis berarti ikatan atau sangkutan. Secara
praktis, aqidah berarti kepercayaan, keyakinan, atau
iman.44
Aqidah menurut Zuhairi adalah bersifat I’tikad
batin, berfungsi mengajarkan ke-Esaan Allah, Esa
sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur, dan
meniadakan ala mini.45
Aqidah dalam Islam adalah
bersifat i‟tiqad bathiniyah yang mencakup masalah-
masalah yang erat hubungannya dengan iman kepada:
1. Iman kepada Allah
Kata “iman” berasal dari bahasa Arab yang artinya
percaya. Sedangkan percaya berarti pengakuan
terhadap adanya sesuatu yang bersifat ghaib, atau
sesuatu itu benar. Iman kepada Alah berarti
44
E. Hassan Saleh, Study Islam Diperguruan Tinggi Pembinaan
IMTAQ dan Pengembangan Wawasan, (Jakarta: ISTN, 2000), h. 55 45
Zuhairi, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1983), h. 50
35
menyakini bahwa Allah adalah satu-satunya tempat
mengabdi, menghambakan diri, serta mengadu
(tauhid al-ibadah), dan Allah sebagai satu-satunya
pembuat peraturan yang sempurna (tauhid al-tasyri).
2. Iman kepada Malaikat-Nya
Iman kepada malaikat adalah meyakini malaikat
adalah makhluk Allah yang diciptakan dari nur
(cahaya) dan bahwa malaikat adalah makhluk yang
paling taat dan tidak sekalipun berbuat maksiat.
3. Iman kepada Kitab-KitabNya
Pengertian kepada kitab-kitab Allah adalah
meyakini bahwa kitab Allah itu benar datang dari
Allah SWT kepada para nabi atau rasul yang berisi
wahyu Allah untuk disampaikan kepada seluruh
umat manusia. Salah satu kitab Allah adalah Al-
Qur’an, dengan membaca dan memahami isi Al-
Qur’an, maka manusia akan merasa dekat dengan
Allah dan tenang dalam menghadapi segala hal.
4. Iman kepada Rasul-RasulNya
Iman kepada Rasul adalah percaya dengan
sepenuh hati bahwa Rasul adalah orang-orang yang
telah dipilih oleh Allah SWT untuk menerima
wahyu dari-Nya untuk disampaikan kepada seluruh
umat manusia agar menjadi pedoman hidup demi
memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.
36
5. Iman kepada Hari Akhir
Hari akhir adalah meyakini dengan sepenuh
hati bahwa Allah telah menetapkan hari akhir
sebagai tanda akhir dari kehidupan di dunia dan
awal dari kehidupan di akhirat. Karena itu, manusia
janganlah lengah, lupa diri ataupun terpesona
dengan kehidupan di dunia yang sifatnya hanya
sementara.
6. Iman kepada Qadha dan Qadhar
Iman kepada Qadha dan Qadhar artinya
percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa
Allah SWT telah menentukan segala sesuatu bagi
semua makhluk hidup.46
Dengan demikian dapat simpulkan bahwa aqidah
merupakan keimanan seseorang baik dalam sikap,
ucapan maupun tindakannya.
b. Syari’ah
Secara bahasa syari’ah adalah jalan (ke sumber mata
air) yang harus ditempuh (oleh setiap umat Islam).
Sedangkan menurut istilah makna syari’ah adalah sistem
norma (kaidah) yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah Swt, hubungan manusia dengan manusia
dalam kehidupan sosial dan hubungan manusia dengan
46
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya:
Al-Ikhlas, 1983), h. 60
37
benda dan alam lingkungan hidupnya.47
Syari’ah terdiri
dari beberapa aspek yaitu:
1. Ibadah
Ibadah (dalam arti sempit) seperti, thaharah,
shalat, zakat, puasa, haji bila mampu. Ibadah
tersebut hukumnya wajib. Ibadah secara umum
memiliki arti mengikuti segala hal yang di cintai
Allah dan di ridhoi-Nya, baik perkataan maupun
perbuatan lahir dan batin.
2. Muamalah
Kata muamalah berasal dari fiil madhi amala
yang berarti bergaul dengannya, berurusan
(dagang). Sedangkan muamalah adalah ketetapan
Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya, dan dengan lingkungannya (alam
sekitar)nya. Muamalah berarti aturan-aturan
(hukum) Allah yang mengatur hubungan manusia
dengan sesama dan lingkungan
sekitarnya.Kaitannya dengan hubungan antar
sesama manusia, maka dalam muamalah ini
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan masalah
ekonomi, politik, sosial, hukum, dan kebudayaan.48
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
syari’ah merupakan hukum Allah guna mengatur
47
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2000), h. 134 48
Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1992), h. 1
38
hubungan antara manusia dengan Allah dan manusia
dengan manusia lainnya.
c. Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim
mashdar dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai
dengan timbangan tsulasi majid af‟ala, yuf‟ilu if‟alan
yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-thabi‟ah
(kelakuan, tabi’at, watak dasar), al-„adat (kebiasaan,
kelaziman), al-maru‟ah (peradaban yang baik), dan al-
din (agama).49
Terdapat beberapa pengertian akhlak menurut para
ahli, yaitu:
1. Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah sifat
yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya
untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.
2. Menurut Imam Al-Ghazali yang dikenal sebagai
Hujjatul Islam (Pembela Islam) karena
kepiawaianya dalam membela Islam dari
berbagai faham yang dianggap menyesatkan, Ia
mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam
perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.50
49
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2006), h. 1 50
Ibid., h. 2
39
3. Menurut Zuhairi, akhlak adalah suatu amalan
yang bersifat pelengkap penyempurna bagi
kedua amal yaitu akidah dan syari’ah dan
mengajarkan tentang cara pergaulan hidup
manusia.51
Dengan demikian, akhlak merupakan sifat jiwa yang
berhubungan dengan niat baik dan buruk yang berada
didalam jiwa manusia tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan sehingga melahirkan suatu perbuatan yang
tanpa disengaja dan tanpa dibuat-buat. Maka dari itu
dalam pembinaan agama Islam sangat perlu diadakan
pembinaan akhlak, dimana akan mengarahkan manusia
kea rah tujuan hidup yang bahagia dunia dan akhirat.
Macam-macam akhlak menurut Mohammad Ardani
yaitu, sebagai berikut:52
a. Akhlak Al-Karimah
Akhlak Al-karimah atau akhlak yang mulia sangat
amat jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan
manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia,
akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Akhlak terhadap Allah
Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan
kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia
memiliki sifat-sifat terpuji demikian Agung sifat itu,
51
Zuhairi, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1983), h. 60 52
Mohammad Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Mitra Cahaya
Utama, 2005), Cet ke-2, h. 49
40
yang jangankan manusia, malaikatpun tidak akan
menjangkau hakekatnya.
2. Akhlak terhadap diri sendiri
Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat
diartikan menghargai, menghormati, menyayangi
dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya,
karena sadar bahwa dirinya itu sebgai ciptaan dan
amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan
dengan sebaik-baiknya.
3. Akhlak terhadap sesama manusia
Manusia adalah makhluk sosial yang kelanjutan
eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak
bergantung pada orang lain, untuk itu, ia perlu
bekerjasama dan saling tolong-menolong dengan
orang lain. Islam menganjurkan berakhlak yang baik
kepada saudara, karena ia berjasa dalam ikut serta
mendewasakan kita, dan merupakan orang yang
paling dekat dengan kita. Caranya dapat dilakukan
dengan memuliakannya, memberikan bantuan,
pertolongan dan menghargainya.
b. Akhlak Al-Mazmumah
Akhlak Al-mazmumah (akhlak yang tercela) adalah
sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik
seagaimana tersebut di atas. Dalam ajaran Islam tetap
membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar
41
dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui cara-
cara menjauhinya.53
Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai
berbagai macam akhlak yang tercela, di antaranya:
1. Berbohong ialah memberikan atau
menyampaikan informasi yang tidak sesuai
dengan yang sebenarnya.
2. Takabur atau sombong ialah merasa atau
mengaku dirinya besar, tinggi, mulia, melebihi
orang lain. Pendek kata merasa dirinya lebih
hebat.
3. Dengki ialah rasa atau sikap tidak senang atas
kenikmatan yang diperoleh orang lain.
Bakhil atau kikir ialah sukar baginya mengurangi
sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk orang
lain.54
B. Kecerdasan Emosi
1. Pengertian Kecerdasan Emosi
Pada makna paling harfiah, Oxford English Dictionary
mendefinisikan emosi sebagai “Any agitation or distrubance
of mind, feeling, passion, any vehement or excited mental
53
Mohammad Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Mitra Cahaya
Utama, 2005), Cet ke-2, h. 49 54
Mohammad Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Mitra Cahaya
Utama, 2005), Cet ke-2, h. 56
42
state”.55
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa emosi
adalah keadaan yang sangat mempengaruhi perilaku
individu. Emosi merupakan reaksi terhadap perangsang dari
luar maupu dalam diri individu yang berkaitan dengan
perubahan fisiologis dan psikis.
Menurut Lazarus sebagaimana dikutip oleh Riani
Mashar mengatakan bahwa emosi dapat didefinisikan
sebagai “Keadaan yang kompleks pada diri organisme, yang
meliputi perubahan secara badaniah dalam bernapas, detak
jantung, perubahan kelenjar-dan kondisi mental, seperti
keadaan menggembirakan yang ditandai dengan perasaan
yang kuat dan biasanya disertai dengan dorongan yang
mengacu pada suatu bentuk perilaku.56
Menurut Lewis dan Haviland-Jones emosi dapat
diartikan sebagai aktivitas badaniah secara eksternal, atau
reaksi meyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap
peristiwa atau suatu kondisi mental tertentu.57
Sedangkan
menurut Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf, dalam
bukunya, Executive EQ, kata emotion bisa didefinisikan
dengan gerakan (movement), baik secara metamorphosis
maupun literal; kata emotion adalah kata yang menunjukkan
gerakan perasaan.58
55
Netty Hartaty, TAZKIYA Journal of Psikologi vol.6 no.1, (Ciputat:
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006), h.55 56
Riani Mashar, Emosi Anak Usia Dini dan Strategi
Pengembangannya, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. 1, h. 16 57
Ibid., h. 18 58
Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21, (Bandung:
ALFABETA, 2005), Cet. 1, h. 176
43
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa emosi
adalah keadaan yang sangat mempengaruhi perilaku
individu. Emosi merupakan reaksi terhadap perangsang dari
luar maupu dalam diri individu yang berkaitan dengan
perubahan fisiologis dan psikis.
Para peneliti berdebat tentang emosi mana yang benar-
benar dapat dianggap sebagai emosi primer. Sejumlah
teoritikus mengelompokkan emosi dalam golongan-golongan
besar. Jenis-jenis emosi tersebut adalah:
a. Amarah: beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal
hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung,
bermusuhan, dan yang paling hebat, tindak
kekerasan dan kebencian patologis.
b. Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis,
mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan
jika menjadi patologis – depresi hebat.
c. Rasa takut: cemas, takut, gugup, khawatir, was-was,
waspada, sedih, tidak tenang, ngeri, dan jika
menjadi patologi, fobia dan panik.
d. Kenikmatan: bahagia, gembira, ringan, puas, riang,
senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi,
takjub, rasa terpesona, rasa terpenuhi, kegirangan
luar biasa, dan batas ujungnya-mania.
e. Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan,
kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran,
kasih.
f. Terkejut: terkejut, terkesiap, takjub, terpana.
44
g. Jengkel: hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka,
mau muntah.
h. Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina,
aib, dan hati hancur lebat.59
Petunjuk tentang emosi manusia terdapat dalam al-
Quran, dan lebih ditekankan pada jenis-jenis emosi yang
dimiliki manusia itu sendiri dan kapan emosi itu muncul.
Allah dalam al-Qur’an menjelaskan tentang jenis-jenis emosi
manusia seperti :
a. Takut. Emosi ini dijelaskan antara lain dalam surah
Al-Anfal:2, Asy- Syu’ara:14, Az-Zumar:13.
b. Marah. Emosi ini antara lain dijelaskan dalam surah
Al-A’raf: 150; dan Ali Imran: 119.
c. Cinta. Emosi ini dijelaskan antara lain dalam surah
al-Baqarah : 165; Al-Adiyat :8.
d. Senang atau gembira. Emosi ini dijelaskan antara
lain dalam surah Ar-Rad: 26; Al-Insan: 11.
e. Benci. Emosi benci dijelaskan dalam surah An-nisa:
19 dan A-hasyr :10.
f. Cemburu. Emosi ini dijelaskan Allah dalam surah
Yusuf : 8-9.
g. Dengki/iri hati. Penjelasan emosi ini diungkapkan
dalam surah An-nisa: 54, Al-Falaq: 5.
h. Penyesalan. Emosi ini dijelaskan dalam surah al-
Qiyamah: 1-2, Al- Maidah 30-31.
59
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, Terj. T. Hermaya,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), cet. 14, h. 412-413.
45
i. Sedih. Emosi ini dijelaskan antara lain dalam surah
Yusuf: 84-86, Ali-Imran: 176.
j. Bahagia. Penjelasan tentang emosi bahagia ini
dikemukakan dalam surah Ar-Ra’d: 26, Yunus: 57-
58.60
Kecerdasan manusia yang dianggap sebagai faktor
penting yang dapat mempengaruhi terhadap prestasi
seseorang, yakni kecerdasan emosional. Istilah kecerdasan
emosional pertama kali dilontaran pada tahun 1990 oleh
Salovey dan John Mayer yang menerangkan kualitas
kecerdasan emosional yang penting bagi keberhasilan.
Kualitas-kualitas ini antara lain adalah empati,
mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan
amarah, kemandirian, kemampuan menyesuakan diri,
disukai, kemampuan memecahkan masalah antar pribadi,
ketekunan, kesetiakawanan, keramahan dan sikap hormat.61
Istilah kecerdasan emosional dalam Islam dapat pula
dijumpai dalam konsep lahir batin yang terdapat dalam
ajaran Islam. Menurut petunjuk al-Qur’an bahwa setiap
ciptaan Tuhan seperti tumbuh-tumbuhan, binatang, air,
udara, tanah, dan sebagainya memiliki jiwa. Yaitu selain
mengisyaratkan adanya sifat kasih saying dan kekuasaan
60
Netty Hartaty, TAZKIYA Journal of Psikologi vol.6 no.1, (Ciputat:
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006), h.56 61
Lawrence E. Shapiro, Mengajarkan Emosional Intelligence pada
Anak, ( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 5
46
Tuhan yang terdapat di balik ciptaan tersebut juga semua itu
memiliki jiwa emosi.62
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli
diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional
merupakan suatu kemampuan dan keterampilan yang
dimiliki seseorang dalam hubungannya dengan diri sendiri
maupun dengan orang lain dalam hal menilai dan mengelola
emosi diri, sehingga mampu mengatasi kesulitan, tantangan
dan hambatan hidup dalam menjalin hubungan dengan orang
lain.
2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosi
Menurut Salovey ada lima aspek dalam kecerdasan
emosional yaitu:
a. Mengenali Emosi Diri
Kesadaran diri (mengenali perasaan sewaktu
perasaan itu terjadi) merupakan dasar kecerdasan
emosional. Kemampuan untuk memantau perasaan dari
waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan
psikologi dan pemahaman diri. Ketidakmampuan untuk
mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat
individu ada dalam kekuasaan perasaan.
Kesadaran diri adalah kemampuan individu untuk
menyadari emosi yang sedang dialaminya, dapat
mengenal emosi itu, memahami kualitas, intensitas, dan
62
Abudin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan
Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2003), Cet. 1, h. 49
47
durasi emosi yang sedang berlangsung serta tahu
penyebab terjadinya.63
b. Mengelola Emosi
Menangani perasaan agar perasaan terungkap
dengan baik adalah kecakapan yang bergantung pada
kesadaran diri.Mengelola emosi ini meliputi kemampuan
menghibur diri sendiri, melepas kecemasan, kemurungan
atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang timbul
karena gagalnya keterampilan dasar.
c. Memotivasi Diri Sendiri
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan
adalah hal yang sangat penting dalam kaitan untuk
memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan
menguasai diri sendiri. Orang yang memiliki
keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan
efektif dalam hal apapun yang dikerjakan.
d. Mengenali Emosi Orang Lain
Empati, kemampuan yang juga bergantung pada
kesadaran diri emosional, yang merupakan keterampilan
dasar “bergaul”. Kemampuan berempati yaitu
kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan
orang lain, ikut berperan dalam pergulatan arena
kehidupan. Orang yang empatik lebih mampu
menangkap sinyal-sinyal yang tersembunyi yang
mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau
63
Netty Hartaty, TAZKIYA Journal of Psikologi vol.6 no.1, (Ciputat:
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006), h. 62
48
dikehendaki orang lain. Semakin individu terbuka
kepada emosi diri sendiri, maka individu akan semaki
terampil membaca perasaan.
Emosi jarang diungkapkan dengan kata-kata, emosi
jauh lebih sering
diungkapkan melalui isyarat. Kunci untuk memahami
perasaan orang lain adalah mampu membaca pesan
nonverbal, diantaranya nada bicara, gerak-gerik, ekspresi
wajah, dan sebagainya.
e. Membina Hubungan dengan Orang Lain
Seni membina hubungan sebagian besar merupakan
keterampilan mengelola emosi orang lain. Keterampilan
ini menunjang popularitas, kepemimpinan, dan
keberhasilan antar pribadi.64
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada
intinya aspek kecerdasan emosi ada tiga yaitu,
mengelola emosi diri sendiri, mengenali emosi orang
lain, dan membina hubungan dengan orang lain.
Kecerdasan emosional dapat menstabilkan kondisi
psikologis dengan adanya kesadaran seseorang baik pada
diri sendiri maupun orang lain, bagaimana sesorang
dapat mengelola emosinya, dan mereka dapat bertahan
dengan berbagai tekanan serta dapat menjalin hubungan
baik dalam lingkungan sendirinya.
64
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, Terj. T. Hermaya,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), cet. 14, h. 58-59
49
Dalam mengembangkan kecerdasan emosional, tentunya
tidak begitu saja dapat terbentuk dengan baik dalam diri pibadi
seseorang. Kecerdasan emosional ini dipengaruhi oleh faktor-
faktor seperti otak, keluarga, dan lingkungan.
C. Hubungan Antara Bimbingan Agama dengan
Kecerdasan Emosi
Seseorang yang memiliki religiusitas tinggi cenderung lebih
tenang dalam menghadapi permasalahan yang sedang dihadapi
karena mereka merasa telah menyerahkan semua permasalah
kepada Tuhannya. Selain itu, seseorang yang memiliki
religiusitas tinggi juga berfikir bahwa ketika ia beraktivitas dalam
kehidupan sehari-hari adalah sebuah ibadah sehingga kelelahan
fisik yang dialami tidak akan terasa. Ketika seseorang memiliki
ketenangan di dalam hatinya dalam menghadapi permasalahan
yang terjadi dan berfikir semua yang dilakukan adalah sebuah
ibadah maka ia akan mampu mengelola dirinya dengan baik.
Kemampuan mengelola diri tidak lepas dari kecerdasan
emosi yang dimiliki. Kecerdasan emosi menurut Daniel Goleman
merupakan kemampuan untuk memotivasi diri dan bertahan
menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak
melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan
menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan
berfikir, berempati dan berdoa.65
65 Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, terj. T. Hermaya,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), cet. 14, h. 169
50
Kecerdasan emosional merupakan suatu bentuk kemampuan
memahami, memantau, mengendalikan perasaan dan emosi diri
sendiri maupun orang lain serta menggunakan perasaan-perasaan
tersebut untuk memandu pikiran dan tindakan diri. Kecerdasan
ini merupakan hasil belajar manusia melalui lingkungan dan
pergaulannya.
Pada perkembangannya manusia dipengaruhi oleh faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik. Kepribadian seseorang sangat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sosial dan budaya setempat.
Kecerdasan emosional memiliki relevansi yang sangat penting
dalam proses pembentukan dan pengembangan perilaku
keagamaan seseorang. Seseorang yang memiliki pemahaman
agama yang tinggi akan berimplikasi langsung pada tindakan dan
perilaku mereka yang baik dalam kehidupan sehari-hari dan dapat
memanage emosional mereka.
Dengan demikian, sangat jelas bahwa kecerdasan emosional
merupakan potensi fitrah manusia, yang jika difungsikan secara
baik dan efektif memiliki hubungan yang sangat besar dengan
perilaku keagamaan manusia dalam menentukan sikap dan tujuan
yang mencerminkan kepribadiannya sebagai seorang manusia
yang berperilaku baik tanpa harus menghilangkan konsep agama
sebagai landasan hidup manusia.
D. Narapidana
1. Pengertian Narapidana
Narapidana secara terminologi berarti orang yang
sedang menjalani pidana hilang kemerdekaan di lembaga
51
pemasyarakatan.34
Arti dari pidana itu sendiri secara
terminologi adalah hukuman yang dijatuhkan terhadap
orang yang terbukti bersalah melakukan delik berdasarkan
putusan yang berkekuatan hukum yang tetap.35
Menurut Yusfar Lubis, narapidana adalah seorang
terhukum yang dikenakan pidana dengan menghilangkan
kemerdekaannya ditengah-tengah masyarakat yang telah
mendapat keputusan pengadilan (hakim).66
Pidana penjara
(KUHP, 10) yaitu pidana yang berupa hilang kemerdekaan
seumur hidup atau sementara waktu yang harus dijalani
narapidana di lembaga pemasyarakatan.36
2. Jenis Sanksi Pidana
Jenis sanksi yang digunakan dalam konsep KUHP,
terdiri dari jenis “pidana” dan “tindakan”. Masing-masing
jenis sanksi ini terdiri dari:
a. Pidana
1. Pidana Pokok
a) Pidana penjara.
b) Pidana tutupan.
c) Pidana pengawasan.
d) Pidana denda.
e) Pidana kerja sosial.
2. Pidana tambahan
a) Pencabutan hak-hak tertentu.
66
Yusfar Lubis, Metodologi Dakwah Terhadap Narapidana, (Jakarta:
Proyek Penerangan Departemen Agama, 1978), h. 13
52
b) Perampasan barang-barang tertentu dan
tagihan.
c) Pengumuman putusan hakim.
d) Pembayaran ganti kerugian.
e) Pemenuhan kewajiban.
b. Tindakan
1. Untuk orang yang tidak atau kurang mampu
bertanggung jawab (“tindakan” dijatuhkan
tanpa pidana):
a) Perawatan di rumah sakit jiwa.
b) Penyerahan kepada pemerintah.
c) Penyerahan kepada seseorang.
2. Untuk orang pada umumnya yang mampu
bertanggung jawab (dijatuhkan bersama-sama
dengan pidana):
a) Pencabutan surat izin mengemudi.
b) Perampasan keuntungan yang diperoleh
dari tindak pidana.
c) Perbaikan akibat-akibat tindak pidana
d) Latihan kerja.
e) Rehabilitasi
f) Perawatan di dalam suatu lembaga.67
Menurut konsep hanya ada tiga kategori pengelompokan
tindak pidana, yaitu:
67
Barda Nawawi. Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana
(Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru), (Jakarta: Kencana, 2011),
h. 83
53
1. Hanya diancam pidana denda (untuk delik yang
bobotnya dinilai kurang dari 1 tahun penjara).
2. Hanya diancam pidana penjara atau denda secara
alternatif (untuk delik yang diancam dengan pidana
penjara 1 – 7 tahun).
3. Hanya diancam dengan pidana penjara (untuk
delik yang diancam dengan pidana penjara lebih
dari 7 tahun).
3. Tahap Pembinaan Narapidana
Tahap pembinaan narapidana dilakukan melaui 3 tahap
pembinaan yaitu :
a. Tahap awal (awal masuk s.d 1/3 masa pidana)
Pada tahap ini pembinaannya meliputi pemeriksaan
badan maupun barang bawaan, pendataan data diri
narapidana, pemberian barang invertaris. Setelah ini bagi
narapidana tindak pidana ringan mereka bisa langsung
mengikuti kegiatan pembinaan, namun bagi narapidana
tindak pidana berat harus melalui proses kurungan sunyi
terlebih dahulu.
b. Tahap pembinaan I (1/3 s.d 1/2 masa pidana)
Pada tahap ini narapidana menjalani pembinaan
kedisiplinan dan ketertiban, pembinaan mental (agama
dan kerokhanian), pembinaan intelektual dan wawasan
kebangsaan, keterampilan dan pembinaan fisik.Semua
pembinaan ini bertujuan untuk menjadikan narapidana
sebagai manusia yang lebih baik dan mampu
bertanggungjawab.
54
c. Tahap pembinaan II (1/2 sampai akhir masa pidana)
Pada tahap ini pembinaannya diarahkan pada
pembauran atau perlibatan dengan masyarakat luar,
kegiatan yang biasanya dilakukan antara lain : cuti
mengunjungi keluarga, pelepasan bersyarat, cuti
menjelang bebas, dan kerja bakti, olahraga, ibadah di
luar. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan
kesadaran kepada narapidana untuk secepatnya bisa
menyerap dan menyesuaikan diri dengan norma yang
berlaku dan berkembang di masyarakat.68
4. Hak dan Kewajiban Narapidana
Undang-undang nomor 12 tahun 1995 tentang
pemasyarakatan pada pasal 14 ayat (1), sangat jelas mengatur
hak-hak seorang warga binaan atau narapidana selama
menghuni lembaga pemasyarakatan yaitu :
a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
b. Mendapatkan perawatan, baik perawatan rohani
maupun jasmani.
c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran.
d. Mendapatkan pengajaran dan makanan yang layak.
e. Menyampaikan keluhan.
f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran
media massa lainnya yang tidak dilarang.
68
Barda Nawawi. Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana
(Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru), (Jakarta: Kencana, 2011),
h. 197
55
g. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum,
atau orang tertentu lainnya.
h. Mendapatkan upah atau premi atas perkerjaan yang
telah dilakukan.
i. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi).
j. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk
cuti mengunjungi keluarga.
k. Mendapatkan pembebasan bersyarat.
l. Mendapatkan cuti menjelang bebas.
m. Mendapatkan hak-hak lainnya sesuai perundangan
yang berlaku.69
Sedangkan kewajiban warga binaan aalah sebagaimana
yang ada di Pasal 15, yaitu:
1) Narapidana wakib mengikuti secara tertib program
pembinaan dan kegiatan tertentu.
2) Ketentuan mengenai program pembinaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.70
D. Kerangka Berpikir
Sesuai latar belakang dan teori yang sudah ada, maka dapat
disimpulkan dalam suatu kerangka berpikir sebagai berikut:
69
Undang-Undang Pemasyarakatan, (Bandung: Fokusindo Mandiri,
2014), h. 9 70
Barda Nawawi. Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana
(Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru), (Jakarta: Kencana, 2011),
h. 214
56
Diagram 1
Kerangka Berpikir Berdasarkan Subtes
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat
sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya
masih lemah sehingga harus di uji secara empiris.71
Berdasarkan
perumusan masalah yang telah dikemukakan maka hipotesis yang
akan di jawab dan di buktikan dalam penelitian ini adalah:
71
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), edisi revisi IV, h. 31
Bimbingan Agama (X)
(Mangndharjana)
Afektif
Kognitif
Psikomotorik
Kecerdasan Emosi (Y)
(Salovey)
Keterampilan Sosial
Motivasi
Pengaturan diri
Kesadaran diri
Empati
57
: Tidak ada pengaruh signifikan bimbingan agama
terhadap kecerdasan emosi pada Rutan Kelas I A Cipinang
Jakarta Timur.
: Ada pengaruh signifikan bimbingan agama terhadap
kecerdasan emosi pada Rutan Kelas I A Cipinang Jakarta
Timur.
Dengan ketentuan sebagai berikut:
Sig < 0,05 maka ditolak dan diterima
Sig > 0,05 maka diterima dan ditolak
56
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif, karena pendekatan kuantitatif dapat menghasilkan
data yang akurat setelah perhitungan yang tepat. Penelitian
kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara
random, pengumpulan data menggunakan instrument
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif statistik dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapakan.
Penelitian kuantitatif sifatnya objektif, sehingga kita bisa
melihat langsung sebuah keadaan.72
Adapun alasan peneliti menggunakan penelitian
kuantitatif adalah karena penelitian kuantitatif bersifat
mutlak sesuai dengan tata cara perhitungan statistik yang
terukur dan peneliti ingin menguji teori tentang bimbingan
keagamaan dan kecerdasan emosi, menunjukkan hubungan
antar variabel pengaruh bimbingan agama dengan kecerdasan
emosi untuk mendapatkan tingkat objektivitas yang tinggi,
memberikan deskripsi statistik.
72
Sugiyono ,Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
dan R & D (Bandung : Alfabeta, 2008), h. 14
57
2. Jenis Penelitian
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian experimental. Menurut
Sugiyono, Penelitian eksperimen merupakan suatu penelitian
yang menjawab pertanyaan “jika kita melakukan sesuatu
pada kondisi yang dikontrol secara ketat maka apakah yang
akan terjadi?”. Untuk mengetahui apakah ada perubahan atau
tidak pada suatu keadaan yang di control secara ketat maka
kita memerlukan perlakuan (treatment) pada kondisi tersebut
dan hal inilah yang dilakukan pada penelitian eksperimen.
Sehingga penelitian eksperimen dapat dikatakan sebagai
metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan.73
Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti berusaha
mengambil sampel dengan menggunakan kuesioner untuk
mengetahui pengaruh pengaruh bimbingan agama terhadap
kecerdasan emosi warga binaan pria pada Rutan Kelas I
Cipinang Jakarta Timur.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Adapun lokasi penelitian skripsi ini yaitu di Rutan Kelas
I Cipinang Jakarta Timur, yang berlokasi di Jalan Raya
Bekasi Timur No 170 A, Jakarta Timur, DKI Jakarta,
73
Sugiyono ,Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
dan R & D (Bandung : Alfabeta, 2008), h. 25
58
Indonesia. Tempat ini merupakan salah satu fasilitas
penahanan yang berada dalam wilayah kerja kantor Wilayah
Kementrian Hukum dan HAM DKI Jakarta.
Adapun yang dijadikan alasan dan pertimbangan
pemilihan lokasi penelitian ini adalah:
a. Rutan Kelas I Cipinang Jakarta Timur memiliki
kegiatan bimbingan agama yang rutin dilakukan.
b. Peneliti belum menemukan hasil penelitian
tentang pengaruh bimbingan agama terhadap kecerdasan
emosi warga binaan pria pada Rutan Kelas I Cipinang
Jakarta Timur.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dimulai sejak bulan Juni sampai
Agustus 2019 dengan melakukan survei lokasi, penyerahan
surat penelitian dari UIN Jakarta kepada Kementerian
Hukum dan HAM Jakarta Timur, persetujuan Kepala Rutan
Kelas I Cipinang Jakarta Timur untuk melakukan penelitian
skripsi, serta mentor untuk peneliti. Selanjutnya peneliti
melakukan penelitian lanjutan, yaitu menggali data dan
mengenai program pembinaan agama di Rutan Kelas I
Cipinang Jakarta Timur.
C. Sumber Data
Maksud dari sumber data seperti yang dikutip Sinta Paramita
dari bukunya Kristi Purwandari yaitu unsur utama yang dijadikan
sasaran dalam penelitian untuk memperoleh data-data konkret,
dan yang dapat memberikan informasi untuk memperoleh data
59
yang diperlukan dalam penelitian ini.74
Sumber data dalam
penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu:
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari
sumber data pertama dilokasi penelitian atau objek
penelitian.75
Sumber data pertama dalam penelitian ini yaitu
warga binaan di Rutan Kelas I A Cipinang Jakarta Timur.
2. Data Sekunder
Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber
kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan.76
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
berupa dokumen-dokumen, catatan-catatan dan buku-buku.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.77
Sesuai judul penelitian
diatas, maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
74
Shinta Paramita “Efektifitas Penanganan Masalah Rumah Tangga
Melalui Lembaga Pelayanan Konsultasi di Masjid Agung Al Azhar Jakarta,”
(Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri
Jakarta, 2009), h. 10 75
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta:
Kencana, 2010) h. 122 76
Ibid., h. 123 77
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 80
60
warga binaan yang beragama Islam yaitu berjumlah 120
Responden.
2. Sampel
Sedangkan sampel adalah bagian dari kumpulan objek
penelitian (populasi) yang dipelajari dan diamati.78
Penentuan sampel penelitian ini harus dilakukan sehingga
diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili dan dapat
menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.
Berdasarkan populasi diatas maka penetapan sampel
dilakukan dengan teknik purposive sampling, adalah salah
satu teknik sampling non random sampling dimana peneliti
menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan
ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian
sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan
penelitian.79
Teknik ini dapat dilakukan dengan kriteria yang
kita inginkan.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:
a. Beragama Islam
b. Mengikuti kegiatan bimbingan agama di Rutan
Berdasarkan kriteria yang disebutkan diatas, peneliti
hanya mengambil 50% dari populasi, maka mendapatkan
hasil 60 Responden dari 120 populasi.
78
Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1994), h. 78 79
Syofian Siregar, Statistika Deskriptif Untuk Penelitian, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011), edisi 1-2, h. 145
61
E. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel
independen sebagai variabel X dan variabel dependen sebagai
variabel Y.
1. Variabel bebas (independent variable) (X)
Variabel independen atau juga disebut variabel bebas
adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen.80
Dalam penelitian ini sebagai variabel bebas yaitu
pembinaan agama Islam yang terdiri dari:
a. Kognitif, yang meliputi Aqidah, Syariah, Akhlak,
b. Afektif, yang meliputi minat, menyukai, menerima,
memperhatikan, semangat untuk berubah.
c. Psikomotorik, yang meliputi berani bertanya, berani
berbicara didepan, mampu membaca Al-Qur’an
2. Variabel terikat (dependent variable) (Y)
Variabel dependen atau sering juga disebut variabel
terikat adalah merupakan variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.81
Dengan
demikian dapat diketahui bahwa kecerdasan emosi
merupakan variabel terikat dalam penelitian ini yang
meliputi:
a. Kesadaran diri
b. Pengaturan diri
80
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2009), h. 39 81
Ibid., h. 40
62
c. Motivasi
d. Empati
e. Keterampilan sosial
F. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian
Berikut adalah tabel definisi operasional dan indikator dalam
penelitian ini :
Tabel 1. Definisi Operasional dan Indikator Variabel
Penelitian
Variabel
Definisi
Operasional
Sub Variabel
Indikator
Bimbingan
Agama (X)
Bimbingan
Agama yaitu
merupakan
sebuah proses
pemberian
bantuan yang
berupa
bimbingan
keagamaan
yang diberikan
terus menerus
dan sistematis
oleh
pembimbing
agama, Ustadz
atau kyai
kepada yang
terbimbing
(warga binaan
Rutan)
1. Penyampaian
informasi dan
pengetahuan
(Kognitif)
a. Aqidah
Percaya
kepada Allah,
Percaya
kepada
malaikat-
malaikat,
percaya
kepada Al-
Qur’an
b. Ibadah
adalah
sebutan yang
mencakup
seluruh apa
yang dicintai
dan diridhoi
Allah Azza
1. Penyampaian
Informasi dan
pengetahuan
(Kognitif)
1) Warga binaan
meyakini bahwa
segala sesuatu yang
terjadi diatas muka
bumi ini adalah
atas seizin Allah
2) Warga binaan
meyakini bahwa
Allah menciptakan
malaikat.
3) Warga binaan
merasa bahwa
segala ucapan dan
tindakan yang
dilakukan di catatat
oleh malaikat
4) Warga binaan
meyakini Al-
63
wa Jalla, baik
berupa
ucapan,
perbuatan
1. Sholat
2. Zakat
3. Puasa
4. Haji
c. Akhlak
Akhlak kepad
sesama
manusia dan
akhlak
kepada diri
sendiri
2. Perubahan dan
pengembangan
sikap (Afektif)
a. Merasakan
b. Menyukai
c. Minat
d. Menerima
e. Memperhatik
an
f. Menanggapi
3. Pengembangan
keterampilan
(Psikomotorik)
a. Berani
bertanya
b. Berani
berbicara
didepan
c. Mampu
membaca Al-
Qur’an
Qur’an sebagai
penyejuk jiwa.
5) Warga binaan
memhami makna
dari dua kalimat
syahadat
6) Warga binaan
mengetahui sholat
adalah rukun islam
kedua
7) Warga binaan
mengetahui puasa
adalah rukun islam
ketiga
8) Warga binaan
memiliki
pengetahuan bahwa
haji merupakan
media untuk
berlatih
menghadapi
kesulitan dan
merendahkan diri
9) Warga binaan
berpakaian sesuai
dengan tuntunan
agama (menutup
aurat).
10) Warga binaan
mengetahui mana
perbuatan baik dan
mana perbuatan
buruk
11) Islam
mengajarkan untuk
saling
menghormati dan
menghargai kepada
sesama manusia
12) Warga binaan
64
menjauhkan diri
dari kebiasaan
berkata-kata kasar
dan tidak
bermanfaat.
13) Warga binaan
mengetahui 99
Asmaul Husna
2. Perubahan dan
Pengembangan
Sikap (Afektif)
1) Warga binaan
merasakan adanya
manfaat dari proses
bimbingan
agama di Lapas
2) Warga binaan
merasa termotivasi
setelah mengikuti
bimbingan
agama di Lapas
3) Warga binaan
menyukai
bimbingan agama
di Lapas
4) Warga binaan
mengakui
kesalahannya dan
ingin berubah
menjadi
lebih baik.
5) Warga binaan
merasa ada
perubahan sikap
yang membaik
setelah
mengikuti
pembinaan agama.
6) Warga binaan
merasa semakin
65
dekat dengan Allah
setelah mengikuti
bimbingan agama
di Lapas
3. Pengembangan
keterampilan
(Psikomotorik)
1) Warga binaan
bertanya saat
bimbingan agama.
2) Warga binaan
merubah sikapnya
menjadi lebih baik
3) Warga binaan
menjadi rajin
ibadah setelah
mengikuti
bimbingan
agama
4) Warga binaan
menaati peraturan-
peraturan di Lapas
5) Warga binaan
menjalakan
kewajibannya
terhadap Tuhan
Yang Maha
Esa
6) Warga binaan
dapat
mengimplementasi
kan setiap ilmu
yang didapat
dalam proses
bimbingan agama
di Lapas
66
Kecerdasan
Emosi (Y)
Kecerdasan
emosional
merupakan suatu
kemampuan dan
keterampilan
yang dimiliki
seseorang dalam
hubungannya
dengan diri
sendiri maupun
dengan orang lain
dalam hal menilai
dan mengelola
emosi diri,
sehingga mampu
mengatasi
kesulitan,
tantangan dan
hambatan hidup
dalam menjalin
hubungan dengan
orang lain
1. Kesadaran diri
2. Pengaturan diri
3. Motivasi
4. Empati
5. Keterampilan
sosial
1. Kesadaran diri
a. Warga binaan
mengenali emosi
diri sendiri dan
efeknya
b. Warga binaan
mengetahui
kekuatan dan
kelemahan diri
c. Warga binaan
keyakinan terhadap
kemampuan diri
sendiri
2. Pengaturan diri
a. Mampu
mengontrol dan
menahan emosi
yang mendesak
b. Memiliki sifat
dapat dipercaya
jujur dan integritas
c. Bertanggung
jawab atas apa
yang dilakukan
d. Mampu
menyesuaikan diri
e. Terbuka
terhadap gagasan-
gagasan baru
3. Motivasi
a. Memiliki
dorongan
berprestasi
b. Komitmen
dengan apa yang
dilakukan
c. Inisiatif
d. Optimisme,
gigih
4. Empati
67
G. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tiga teknik
pengumpulan data, antara lain sebagai berikut:
1. Observasi atau pengamatan
a. Memahami
orang lain
b. Berusaha
memberikan
pelayanan terbaik
bagi orang lain
c. Dapat
memanfaatkan
jaringan
d. Pertemanan
e. Mampu
membaca arus-arus
emosi sebuah
kelompok
5. Keterampilan
sosial
a. Memiliki
kemampuan
melakukan
Persuasi
b. Komunikatif
c. Dapat menjadi
penengah dalam
konflik
d. Membangun
jaringan dengan
teman sebaya
bekerjasama
dengan teman
sebaya
e. Bekerjasama
dengan teman
sebaya
68
Observasi atau pengamatan merupakan susunan proses
pengamatan dan ingatan baik biologis maupun psikologis.82
Semua bentuk penelitian psikologis, baik kualitatif maupun
kuantitatif mengandung aspek observasi didalamnya yang
diarahkan pada kegiatan memerhatikan secara akurat,
mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan
hubungan antar aspek fenomena tersebut.83
Adapun observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara mengamati kegiatan bimbingan agama yang dilakukan
pembimbing agama terhadap Warga binaan di Rutan Kelas I
Cipinang Jakarta Timur.
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan
cara tanya jawab secara langsung dan tertulis. Pengumpulan
data menggunakan kuesioner ini diberikan oleh peneliti
kepada 60 Responden yang mengikuti bimbingan agama
untuk mengetahui pengaruh bimbingan agama terhadap
kecerdasan emosi pada Warga binaan di Rutan Kelas I
Cipinang Jakarta Timur.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik mencari data mengenai
hal-hal atau wariabel yang beruba catatan, transkrip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda
82
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2011), Cet. Ke-14, h. 145. 83
E. Kristi Perwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Perilaku
Manusia, (Depok: LPSP3-UI, 2011), Cet. Ke-4, h. 134.
69
dan sebagainya.84
Peneliti mendokumentasikan kegiatan
bimbingan agama, serta mencari dokumen-dokumen tertulis
lain yang relevan dengan kebutuhan penelitian.
H. Instrumen Pengumpulan Data
Pada pembuatan kuesioner, teknik pengukurannya
menggunakan skala likert dengan 4 kategori pilihan jawaban.
Penggunaan skala likert dipilih karena dapat mempermudah
subyek penelitian. Adapun 4 kategori jawaban dalam Skala Likert
adalah sebagai berikut85
:
Tabel 2. Skala Likert
Pilihan Jawaban Favorable Unfavorable
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
Selanjutnya untuk mengetahui apakah instrumen tersebut
tepat untuk melakukan pengukuran dan untuk mengukur
konsistensi instrumen penelitian, maka dilakukan uji validitas dan
uji reliabilitas instrument.
84
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), edisi revisi IV, h. 236. 85
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei,
(Jakarta: LP3ES, 1995), h. 110.
70
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen86
.
Suatu hasil penelitian dikatakan valid apabila instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data penelitian tersebut
valid. Sehingga uji validitas sangat penting dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana ketepatan/kebenaran suatu
instrumen untuk dijadikan sebagai alat ukur.
Pendekatan yang digunakan untuk uji validitas dalam
penelitian ini adalah construct validity, yaitu untuk mengukur
construct tertentu sesuai dengan yang diharapkan. Rumus
yang digunakan untuk mengukur validitas penelitian ini
adalah rumus korelasi Pearson Product Moment dan
menggunakan program SPSS 20 for Windows.
Berdasarkan hasil uji validitas yang telah dilakukan pada
60 responden, maka diperoleh skor sebesar 0.30 pada taraf
signifikansi sebesar 5%. Selanjutnya setelah dilakukan uji
validitas dengan teknik Product Moment pada skala
bimbingan agama sebanyak 60 responden, dari 19 item butir
pernyataan yang diujikan, tidak terdapat item yang tidak
valid atau 0 item pernyataan. Maka skala bimbingan agama
terdapat 19 butir pernyataan yang valid. Sedangkan pada
skala kecerdasan emosi, dari 30 butir pernyataan yang
diujikan terdapat 9 butir pernyataan yang tidak valid dan 21
butir pernyataan yang valid.
86
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2009), h. 211
71
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas bertujuan untuk menunjukkan sejauh
mana suatu hasil pengukuran relatif konsisiten, apabila
pengukuran diulang dua kali atau lebih. Jadi, dengan kata
lain reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh
mana suatu alat pengukur dapat dipercaya dan diandalkan.
Teknik perhitungan reliabilitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah reability analysiz dengan metode
Cronbach Alpha. Rumus untuk menentukan koefisien
reliabilitas alfa cronbach adalah sebagai berikut:
{
∑
}
Item instrument dikatakan reliabel atau mempunyai
kehandalan yang tinggi apabila diperoleh nilai alfa cronbach
> 0.6.87
Adapun hasil uji reliabilitas variabel pembinaan agama
Islam berdasarkan perhitungan dengan bantuan program
SPSS for Window versions 20.0 diperoleh tabel hasil output
sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Output Uji Reliabilitas Variabel X
(Bimbingan Agama)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.920 19
87
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivarians dengan Program
SPSS, (Semarang: UNDIP, 2003), hal. 41.
72
Dengan demikian apat kita lihat dari hasil output tabel 3.
Hasilnya dapat diketahui nilai Cronbach Alfa untuk variabel
bimbingan agama sebesar 0.920.
Adapun hasil uji reliabilitas variabel kecerdasan emosi
berdasarkan perhitungan dengan bantuan program SPSS for
Window versions 20.0 diperoleh tabel hasil output sebagai
berikut:
Tabel 4. Hasil Output Uji Reliabilitas Variabel Y
(Kecerdasan Emosi)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.814 21
Dengan demikian dapat kita lihat dari hasil output tabel
4. Hasilnya dapat diketahui nilai Cronbach Alfa untuk
variabel kecerdasan emosi sebesar 0.814.
Dari kedua tabel hasil output uji reliabilitas dapat dilihat
bahwa uji reliabilitas variabel bimbingan agama
mendapatkan nilai tertinggi yaitu 0.920 dibandingkan uji
reliabilitas variabel kecerdasan emosi dengan nilai 0.814.
Hasilnya dapat diketahui bahwa nilai Cronbach Alfa untuk
kedua variabel dikatakan sempurna (reliabel), karena
diperoleh nilai alfa cronbach > 0.6.
I. Teknik Analisis Data
73
Pada tahap ini data akan dimanfaatkan sedemikian rupa
sehingga diperoleh kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai
untuk menjawab persoalaan yang diajukan dalam penelitian.
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan analisis
kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dan dikumpulkan kemudian
diolah melalui tiga tahap yaitu editing, coding dan tabulating.88
1. Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang
telah dikumpulkan karena kemungkinan data yang telah
dikumpulkan tidak logis dan meragukan. Tujuannya
untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat
pada pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi.
2. Coding yaitu pemberian kode-kode pada tiap-tiap data
yang termasuk dalam kategori yang sama.
3. Tabulasi yaitu membuat tabel-tabel yang berisikan data
yang telah diberi kode sesuai dengan analisis yang
dibutuhkan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode deskriptif analisis dengan cara
mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menganalisis data
yang berwujud angka kemudian menguraikan naratif.89
1. Uji Regresi Linier Sederhana
88
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2004), hal. 24. 89
Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan
Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010), h. 336.
74
Oleh karena dalam penilitian ini terdiri dari dua variabel
yaitu satu variabel independen dan satu variabel dependen
maka untuk mengetahui berapa besar pengaruh bimbingan
agama terhadap kecerdasan emosi di Rutan Kelas I Cipinang
Jakarta Timur. Uji statistik regresi linier sederhana
digunakan untuk menguji signifikan atau tidaknya hubunga
dua variabel melalui koefesien regresinya.90
Kemudian, dengan uji regresi linier sederhana pula akan
diketahui sejauh mana perubahan nilai variabel dependen
terhadap perubahan nilai variabel independen. Adapun
persamaan regresi linier sedarhana adalah:91
Y = a + bX
Keterangan:
Y = Variabel dependen (kecerdasan emosi di
Rutan Kelas I Cipinang Jakarta Timur).
a = Harga Y ketika harga X = 0 (harga konstan).
b = Angka arah atau koefesien regresi, yang
menunjukkan angka peningkatan ataupun
penurunan variabel dependen yang
didasarkan pada perubahan variabel
independen.
90
Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan
Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010), h. 103. 91
Sugiyono, Statistik untuk penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2012), h.
261.
75
X = Variabel independen yang mempunyai nilai
tertentu (bimbingan agama di Rutan Kelas I
A Cipinang Jakarta Timur)
2. Uji Regresi Linier Berganda
Uji regresi linier berganda untuk mengetahui bagaimana
hubungan fungsional ataupun kausal antara beberapa variabel
independen dengan variabel dependen. Menurut Fred N.
Kerlinger persamaan umum regresi linier berganda adalah
sebagai berikut92
:
Y= ao+a1X1+a2X2+a3X3+….+anXn
Keterangan:
Y = Variabel dependen (kecerdasan emosi)
X = Variabel independen (bimbingan agama)
ao = Nilai konstanta
a1 = Angka arah atau koefisien regresi untuk variable
bebas ke-1
an = Angka arah atau koefisien regresi untuk variable
ke-n
3. Uji Koefesien Determinasi
Uji koefesien determinasi yaitu untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan varians dari variabel dependen. Koefesien ini
juga disebut koefesien penentu, karena varians yang terjadi
92
Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan
Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010), h. 929.
76
pada variabel dependen dapat dijelaskan melalui varians
yang terjadi pada variabel independen.93
Dalam output SPSS 20.0 for windows, koefesien
determinasi dapat diketahui dari nilai R square pada tabel
model summary. Dimana interval nilai R square yaitu antara
nol sampai dengan satu. Nilai koefesien determinasi atau R
square besarnya adalah kuadrad dari koefesien korelasi ( ).
Dengan demikian koefesien determinasi dapat dihitung
dengan rumus:94
KD = x 100%
Dimana: KD = Koefesien Determinasi (angka atau
indeks yang digunakan untuk
mengetahui besarnya sumbangan
suatu variabel terhadap variasi
variabel yang lain)
= Kuadrat Koefesien Korelasi (Nilai
R square dalam output SPSS 20.0
for wondows)
4. Uji F-test (Simultan)
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel
terikat. Hasil uji F dapat dilihat dalam tabel ANOVA dalam
kolom sig. Menggunakan taraf signifikansi 5% (0,05), jika
nilai probabilitas < 0,05, maka dapat dikatakan terdapat
93
Sugiyono, Statistik untuk penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2012),
hal. 231. 94
Jonathan Sarwono, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS,
(Yogyakarta: Andi, 2006), h. 123.
77
pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara
variabel bebas terhadap variabel terikat. Namun, jika nilai
signifikansi > 0,05 maka tidak terdapat pengaruh yang
signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas
terhadap variabel terikat. Uji F bisa dilakukan dengan
bantuan software SPSS 20.0.
5. Uji T-test (Parsial)
Uji koefesien korelasi parsial yaitu uji statistik untuk
menganalisis bila peneliti bermaksud mengetahui pengaruh
atau mengetahui hubungan antara variabel independen dan
dependen, dimana salah satu variabel independennya dibuat
tetap atau dikendalikan.95
Adapun untuk mengetahui
signifikan atau tidak koefesien korelasi parsial yang di
peroleh maka dilakukan uji t dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:96
√
√
Dimana: t = Koefesien korelasi parsial
n = Jumlah sampel
r = Koefesien korelasi
m = Banyaknya variabel
Selanjutnya, harga t hitung yang diperoleh dibandingkan
dengan harga t tabel, dengan ketentuan dk = n – muntuk taraf
95
Sugiyono, Statistik untuk penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2012),
h. 235. 96
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2009), h. 184.
78
kesalahan 5% uji dua pihak. Adapun angka signifikansi dalam
output SPSS 20.0 for windows terdapat pada tabel anova dan
tertulis Sig. Dari nilai signifikansi tersebut untuk mengetahui
apakah ada hubungan linier antara variabel bimbingan agama dan
kecerdasan emosi di Rutan Kelas I Cipinang Jakarta Timur.
78
BAB IV
GAMBARAN UMUM DAN HASIL ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Lembaga Rumah Tahanan Negara
(Rutan) Kelas I Cipinang
1. Latar Belakang Lembaga Rutan Kelas I Cipinang
Secara filosofis Pemasyarakatan adalah sistem
pemidanaan yang sudah jauh bergerak meninggalkan filosofi
Retributif (pembalasan), Deterrence (penjeraan), dan
Resosialisasi. Sehingga pemidanaan ditujukan untuk
memulihkan atau menyatukan kembali terpidana dengan
masyarakatnya(reintegrasi) sesuai dengan Undang-Undang
No. 12 Tahun 1995 Pasal 2.
Rumah Tahanan Negara atau lebih sering disebut Rutan
didirikan pada setiap ibukota kabupaten atau kota. Dan
apabila perlu, dapat dibentuk pula Cabang Rutan. Di dalam
lingkungan Rutan, ditempatkan para tahanan yang statusnya
masih dalam proses penyidikan, penuntutan, dan masa
pemeriksaan atau banding di tingkat Pengadilan Negeri,
Pengadilan tinggi ataupun Mahkamah Agung. Dalam Sistem
Pemasyarakatan, Rutan merupakan instansi yang terlibat
dalam penegakan hukum tahap pre-adjudikasi.
Pada tahap inilah Sistem Pemasyarakatan berperan
dalam memberikan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM)
bagi setiap Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP).
79
2. Sejarah Singkat Lembaga Rutan Kelas I Cipinang
Sejarah Rutan Klas 1 cipinang sebagai salah satu Unit
Pelaksanaan Teknis Pemasyarakatan Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia DKI Jakarta
dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.05.PR.07.03
Tahun 2007 tanggal 27 Februari 2007 Tentang Pembentukan
Rumah Tahanan Negara Klas 1 Cipinang menimbang bahwa
dalam rangka peningkatan pelaksanaan tugas
pemasyarakatan dibidang perawatan tahanan dan untuk
mengatasi peningkatan kapasitas hunian maka perlu dibentuk
Rutan yang tertib, aman, lancar dan terkendali.
Rutan Klas 1 Cipinang mulai beroperasi pada tanggal 14
April 2008 sesuai SK. Kanwil Kemenkumham DKI Jakarta
Nomor : W7.PK.01-1437 tanggal 08 April 2008, dan
diresmikan oleh Bp. Patrialis Akbar selaku Menteri
Kemenkumham RI pada tanggal 27 April 2010.
3. Visi dan Misi Lembaga Rutan Kelas I Cipinang
Visi : “Profesionalisme dalam memberikan pelayanan
prima dan kepastian hokum kepada masyarakat”
Misi : “Optimalisasi kinerja dan pelayanan dalam rangka
REFORMASI BIROKRASI”
Motto : “Bersama Pasti Bisa”
Maklumat Pelayanan : “Kami berjanji melayani dengan
ikhlas dan professional dalam segala bidang”
80
4. Keadaan dan Bangunan Lembaga Rutan Kelas I
Cipinang
Rumah Tahanan Negara Klas 1 Cipinang memiliki luas
tanah sebanyak 25.757 m2. Adapun rincian bangunan pada
Rutan Klas 1 Cipinang adalah sebagai berikut :
a. Gedung I Kantor Utama : 928,8 m2
b. Gedung II Kantor Umum : 1.107 m2
c. Gedung III Kantor KPR dan Yantah : 699,6 m2
d. Gedung Dapur RUTAN dan Gudang Beras : 477 m2
e. Gedung Instalasi Gardu Listrik : 120 m2
f. Blok Hunian Type 7 (ACHMAD ARIEF) : 5.160
m2
g. Blok Hunian Type 3 (BAHARUDDIN LOPA) :
3.228 m2
h. Blok Hunian Type 5 (R.A KOESNOEN & DR.
SAHARDJO) : 5.160 m2
i. Masjid Nurul Iman : 256 m2
j. Gereja Galilea : 147,6 m2
k. Vihara Dharma Boddhi : 64,8 m2
l. Areal Lapangan Rumput : 2.154,6 m2
m. Luas Halaman Depan : 1.610 m2
Seluruh bangunan dimanfaatkan secara maksimal sesuai
dengan peruntukan dan pemanfaatannya guna menunjang
kelancaran pelaksanaan tugas RUTAN Kelas 1 Cipinang.
81
5. Tugas Pokok dan Fungsi Pejabat Struktural
Lembaga Rutan Kelas I Cipinang
a. Kepala Seksi Pengelolaan:
Mengkoordinasikan pengurusan keuangan,
perlengkapan, rumah tangga dan kepegawaian
berdasarkan peraturan yang berlaku guna memberikan
pelayanan Dibidang keuangan, perlengkapan,
kepegawaian dan kerumahtanggaan dalam lingkungan
Rumah Tahanan Negara.
b. Kepala Seksi Pelayanan Tahanan
Mengkoordinasikan tugas pelayanan tahanan yang
berkaitan dengan administrasi dan perawatan, bantuan
dan penyuluhan hukum, serta bimbingan kegiatan kerja.
c. Kepala Kesatuan Pengamanan:
Mengkoordinasikan tugas pengamanan dan
ketertiban dengan melakukan pengaturan jadwal
penjagaan, penggunaan peralatan pengamanan dan
pembagian petugas jaga agar terciptanya suasana aman
dan tertib dalam lingkungan Rumah Tahanan Negara
d. Kepala Urusan Tata Usaha
Mengelola tata persuratan dan kearsipan Rumah
Tahanan Negara dengan mencatat dan mengendalikan
arus surat serta kearsipan untuk memperlancar pekerjaan
dan informasi padaRumah Tahanan Negara.
e. Kepala SUB Seksi Administrasi dan Perawatan
Mengkoordinasikan, mengorganisasikan dan
mengawasi penerimaan, pendaftaran tahanan baru dan
82
barang-barang bawaan untuk perawatan, penempatan
dan penyusunan statistic dan dokumentasi serta
mengurus kesehatan tahanan.
f. Kepala SUB Seksi Bantuan Hukum dan Penyuluhan
Tahanan
Memberikan bantuan hukum, penyuluhan,
pendidikan, kegiatan agama, olahraga dan kesenian bagi
warga binaan.
g. Kepala SUB Seksi Bimbingan Kegiatan
Melakukan pembinaan terhadap warga binaan
berdasarkan ketentuan dan peraturan yang berlaku dalam
rangka peningkatan bakat dan ketrampilan warga binaan
Rumah Tahanan Negara.
h. Kepala SUB Seksi Keuangan dan Perlengkapan
Melaksanakan pengelolaan keuangan dan
perlengkapan Rutan sesuai dengan ketentuan
danperaturan yang berlaku untuk memberikan pelayanan
dana dan perlengkapan dalam menunjangtugas Rumah
Tahanan Negara.
i. Dokter
Memberikan pemeriksaan pada warga binaan untuk
mendiagnosa penyakit warga binaan dan memberikan
terapi secara cepat dan tepat.
j. Perawat
Memberikan pelayanan kesehatan kepada warga
binaan sesuai diagnosa penyakit yang terjadi.
83
k. Petugas Blok
Melakukan pemantauan dan pengawasan pembagian
makanan, pelaksanaan pembinaan,layanan kesehatan dan
areal blok hunian, melakukan pemanggilan narapidana
dan tahanan,melaporkan setiap bentuk gangguan
Kamtib, melaporkan kondisi penghuni bangunan, sarana
prasarana blok.
l. Petugas P2U Pengaman Pintu Utama
Mengawasi keluar masuknya orang dan barang,
melaporkan setiap
6. Struktur Organisasi Lembaga Rutan Kelas I
Cipinang
Berikut Struktur Organisasi Lembaga Rutan Kelas I
Cipinang :
84
B. Temuan dan Hasil Analisis Data
1. Klasifikasi Responden
Hasil analisis mengenai profil responden diperoleh data
mengenai responden yang menjadi sampel dalam penelitian
ini, antara lain: kasus, usia, dan pendidikan terakhir.
Selanjutnya akan dijelaskan dalam bentuk tabel beserta
uraiannya.
a. Karakteristik Responden berdasarkan Kasus
Tabel 5. Karakteristik Responden berdasarkan Kasus
No Kasus Frekuensi Presentase
1 Kriminal 6 Responden 10 %
2 Narkoba 19 Responden 31.67 %
3 Perlindungan anak 1 Responden 1.67 %
4 Penggelapan 1 Responden 1.67 %
5 27 1 Responden 1.67 %
6 82 1 Responden 1.67 %
7 112 1 Responden 1.67 %
8 114 1 Responden 1.67 %
9 170 1 Responden 1.67 %
10 245 1 Responden 1.67 %
11 263 1 Responden 1.67 %
12 280 1 Responden 1.67 %
13 281 1 Responden 1.67 %
14 310 1 Responden 1.67 %
15 340 1 Responden 1.67 %
85
No Kasus Frekuensi Presentase
16 351 1 Responden 1.67 %
17 362 1 Responden 1.67 %
18 363 9 Responden 15 %
19 365 3 Responden 5 %
20 368 3 Responden 5 %
21 374 2 Responden 3.33 %
22 381 1 Responden 1.67 %
23 480 1 Responden 1.67 %
24 506 1 Responden 1.67 %
Berdasarkan tabel 5, maka sebagian besar Responden
dalam penelitian ini memiliki kasus Narkoba, 363
(Pencurian) dan Kriminal.
b. Karakteristik Responden berdasarkan Usia
Tabel 6. Karakteristik Responden berdasarkan Usia
No Usia Frekuensi Presentase
1 Remaja awal
12 – 16 tahun 0 Responden 0 %
2 Remaja akhir
17 – 25 tahun 25 Responden 41.67 %
3 Dewasa awal
26 – 35 tahun 17 Responden 28.3 %
4
Dewasa akhir
36 – 45 tahun
12 Responden 20 %
86
No Usia Frekuensi Presentase
5 Lansia awal
46 – 55 tahun 2 Responden 3.33 %
6 Lansia akhir
56 – 65 tahun 4 Responden 6.67 %
Berdasarkan tabel 6, diketahui bahwa karakteristik
Responden berdasarkan usia adalah sebanyak 0 responden
remaja awal berusia 12-16 tahun, kemudian remaja akhir
sebanyak 25 responden berusia 17-25 tahun. Selanjutnya
dewasa awal sebanyak 17 responden berusia 26-35 tahun,
selanjutnya dewasa akhir sebanyak 12 responden berusia 36-
45 tahun, 2 responden lansia awal berusia 46 – 55 tahun, dan
terakhir lansia akhir sebanyak 4 responden berusia 56 – 65
tahun.
Berdasarkan jumlah tersebut, maka sebagian besar
responden dalam penelitian ini adalah remaja akhir berusia
17-25 tahun sebanyak 25 responden. Dengan demikian
responden dalam penelitian ini berada dalam usia produktif.
c. Karakteristik Responden berdasarkan Agama
Tabel 8. Karakteristik Responden berdasarkan Agama
No Agama Frekuensi Presentase
1 Islam 12 Responden 20 %
2 Kristen 19 Responden 31.67 %
3 Konghucu 1 Responden 1.67 %
4 Hindu 18 Responden 30 %
5 Budha 7 Responden 11.67 %
87
d. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan
Tabel 8. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Frekuensi Presentase
1 SD 12 Responden 20 %
2 SMP 19 Responden 31.67 %
3 MTs 1 Responden 1.67 %
4 SMA 18 Responden 30 %
5 SMK 7 Responden 11.67 %
6 STM 1 Responden 1.67 %
7 S1 2 Responden 3.33 %
Berdasarkan tabel 8, diketahui bahwa karakteristik
responden berdasarkan pendidikan terakhir adalah sebanyak
12 responden pada pendidikan terakhir SD, 19 responden
pada pendidikan terakhir SMP, kemudian 1 responden
berpendidikan terakhir MTs, 18 responden pendidikan
terakhir SMA, 7 responden berpendidikan SMK, 1 responden
berpendidikan STM dan terakhir 2 responden lulusan S1
(Sarjana).
2. Uji Regresi Linear Sederhana
Pada tahap awal penelitian ini dilakukan uji regresi
linear sederhana untuk mengetahui pengaruh antara variabel
bimbingan agama (X) dan variabel kecerdasan emosi (Y).
1. Koefisien Regresi Linear Sederhana
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah
dengan menggunakan bantuan software SPSS 20.0, maka
didapatkan hasil sebagai berikut:
88
Tabel 8. Koefisien Regresi Linear Sederhana
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Sig.
B Std. Error
1 (Constant) 38.295 8.697 .000
Bimbingan Agama .393 .124 .002
a. Dependent Variable: Kecerdasan Emosi
Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa bimbingan
agama berpengaruh terhadap kecerdasan emosi para
warga binaan, dapat dilihat dengan nilai Sig <0,05 (Sig =
0,002) maka dengan kata lain Ho ditolak.
Uji tersebut dapat dijelaskan bahwa bimbingan
agama berpengaruh terhadap kecerdasan emosi para
warga binaan positif secara signifikan. Sebagaimana
Abudin Nata menjelaskan bahwa istilah kecerdasan
emosional dalam Islam dapat pula dijumpai dalam
konsep lahir batin yang terdapat dalam ajaran Islam.
Menurut petunjuk al-Qur’an bahwa setiap ciptaan Tuhan
seperti tumbuh-tumbuhan, binatang, air, udara, tanah,
dan sebagainya memiliki jiwa. Yaitu selain
mengisyaratkan adanya sifat kasih sayang dan kekuasaan
Tuhan yang terdapat di balik ciptaan tersebut juga semua
itu memiliki jiwa emosi.97
Dalam hal ini yaitu pemahaman mengenai kegiatan
bimbingan agama yang berada di Rutan Kelas I
97
Abudin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan
Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2003), Cet. 1, h. 49.
89
Cipinang sangat berpengaruh terhadap kecerdasan
emosi.
Hal ini menunjukkan bahwa responden dapat
menerapkan kognitif, afektif dan psikomotorik
bimbingan agama yang diberikan pada pembimbing
agama yang berupa akhlak, ibadah, aqidah dengan cara
melaksanakan ibadah shalat lima waktu berjamaah di
Masjid Rutan dan mengaji bersama para pembimbing
agama, karena dengan melaksanakan shalat dapat
menentramkan hati dan jiwa responden, dengan begitu
bimbingan agama yang disampaikan oleh pembimbing
agama akan lebih mudah diterima oleh responden dan
akan menimbulkan kecerdasan emosi terhadap
lingkungan sekitar.
Berdasarkan model persamaan regresi dapat
diperoleh sebagai berikut:
Y = 38.295+0.393X
Dengan demikian dapat diketahui bahwa dari setiap
bimbingan agama yang diberikan pembimbing agama
maka akan diikuti kenaikan nilai kecerdasan emosi
sebesar 0.393. Oleh karena itu, semakin baik bimbingan
agama maka kecerdasan emosi warga binaan di Rutan
Kelas I Cipinang juga akan semakin meningkat.
2. Koefisien Determinasi
Berikut merupakan hasil tabel koefisien determinasi
dalam penelitian ini:
90
Tabel 9. Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .384a .148 .133 6.400
a. Predictors: (Constant), Bimbingan Agama
Berdasarkan tabel 9, terlihat bahwa nilai R yang
merupakan simbol nilai dari koefisien korelasi. Nilai
korelasi diatas adalah 0.384. Nilai ini dapat di
interpretasikan bahwa ada hubungan bimbingan agama
dan kecerdasan emosi.
Melalui tabel ini pula diperoleh R Square atau
koefisien determinasi yang menunjukkan seberapa bagus
model regresi yang dibentuk oleh interaksi variabel
bebas dan terikat. Nilai koefisien determinasi yang
diperoleh adalah 0.148, yang artinya bahwa variabel X
memiliki pengaruh 14.8% terhadap variabel Y dan
85.2% dipengaruhi oleh faktor lain.
3. Uji Regresi Linear Berganda
Uji regresi linear berganda dilakukan untuk mengetahui
pengaruh bimbingan agama terhadap kecerdasan emosi
secara siginifikan atau terperinci.
1. Koefisien Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda adalah hubungan
secara linear antara dua atau lebih variabel independen
(X1, X2, X3) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini
91
untuk mengetahui arah hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen, apakah masing-
masing variabel independen berhubungan positif atau
negatif. Uji regresi linear berganda dilakukan dengan
menggunakan bantuan software SPSS 20.0.
Setelah dilakukan pengolahan data maka didapat
hasil sebagai berikut:
Tabel 10. Koefisien Regresi Linear Berganda
zCoefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 37.648 10.012 3.760 .000
Kognitif -.138 .398 -.055 -.347 .730
Afektif 1.568 .765 .517 2.048 .045
Psikomotorik -.138 .655 -.051 -.211 .834
a. Dependent Variable: Kecerdasan Emosi
Berdasarkan tabel 10, maka diperoleh persamaan
regresi linear berganda yaitu: Y = 37.648, pengaruh
positif -0.138 X1_Kognitif, pengaruh positif 1.568
X2_Afektif dan pengaruh positif -0138
X3_Psikomotorik.
Besarnya nilai bimbingan agama adalah 37.648.
Nilai -0.138 merupakan nilai koefisien regresi yang
menunjukkan bahwa akan terjadi peningkatan variabel
kecerdasan emosi sebesar -0.138 yang didasarkan pada
92
perubahan variabel bimbingan agama aspek kognitif.
Nilai 1.156 merupakan nilai koefisien regresi yang
menunjukkan bahwa akan terjadi peningkatan variabel
kecerdasan emosi sebesar 1.156 yang didasarkan pada
perubahan variabel bimbingan agama aspek afektif. Nilai
-0.138 merupakan nilai koefisien regresi yang
menunjukkan bahwa akan terjadi peningkatan variabel
kecerdasan emosi sebesar -0.138 yang didasarkan pada
perubahan variabel bimbingan agama aspek
psikomotorik.
Hal tersebut diketahui bahwa terdapat hubungan
yang positif antara bimbingan terhadap kecerdasan
emosi para warga binaan di Rutan Kelas I Cipinang.
Aspek yang paling berpengaruh terhadap kecerdasan
emosi adalah aspek afektif, yang artinya aspek mengenai
perubahan dan pengembangan sikap para warga binaan.
Pada intinya bimbingan agama memiliki hubungan
positif untuk perkembangan kecerdasan emosi
responden.
2. Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi berfungsi untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan varians dari variabel
dependen dapat diketahui dari nilai R square koefisien
determinasi pada tabel Model Summary.
Pada hasil pengolahan data menggunakan SPSS 20.0
for Window maka didapatkan hasil sebagai berikut:
93
Tabel 11. Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .441a .194 .151 6.333
a. Predictors: (Constant), Psikomotorik, Kognitif, Afektif
Berdasarkan tabel 11, dapat diketahui bahwa nilai
koefesien determinasi (R Square) yaitu sebesar 0.194,
hal ii menunjukan bahwa pengaruh variable X1,X2 dan
X3 berpengaruh secara stimultan terhadap variable Y.
adalah sebesar 19.4 %
KD = x 100 %
= 0.194 x 100 %
= 19.4 %
Menurut hasil tersebut menunjukkan bahwa
bimbingan agama mempunyai pengaruh sebesar 19.4%
terhadap kecerdasan emosi Residen. Selebihnya,
dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diluar bimbingan
agama misalnya lingkungan, keterampilan dan lain-lain.
4. Uji Regresi Pengaruh Antar Variabel
1. Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji T)
Adapun hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol
(H0) dan hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis nol (H0)
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan
bimbingan agama dengan kecerdasan emosi Residen di
Rutan Kelas I Cipinang.
94
Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) menyatakan ada
pengaruh yang signifikan bimbingan agama dengan
kecerdasan emosi Residen di Rutan Kelas I Cipinang.
Uji T dilakukan dengan menggunakan program SPSS,
maka uji hipotesis dilakukan dengan membandingkan
signifikansi yang diperoleh dengan taraf probabilitas
0.05 dengan cara pengambilan keputusan sebagai
berikut:
a. Jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima
b. Jika signifikansi < 0,05 maka Ha diterima
Pengujian koefisien regresi parsial (Uji t) digunakan
untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh bimbingan
agama dengan kecerdasan emosi Residen di Rutan Kelas
I Cipinang. Uji t dimaksudkan untuk mengetahui
pengaruh masing-masing aspek yang terdapat didalam
variabel bebas (bimbingan agama) terhadap variabel
terikat (kecerdasan emosi), signifikan atau tidak, disini
terdapat tiga aspek didalam bimbingan agama yaitu:
X1: Kognitif (Materi, Metode dan Media),
X2: Afektif (Pemahaman Materi), dan
X3: Psikomotorik (Pengaplikasian),
Penelitian ini menggunakan perbandingan t hitung dan
t tabel dengan taraf signifikan 5% dan N 60, sedangkan
tabel distribusi t dicapai pada α = 5% : 2 = 2,5% (Uji 2
sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k = 60 – 1 = 59 (n
jumlah responden dan k adalah jumlah variabel
independen).
95
Hasil diperoleh dari t tabel adalah 2.001. Pada
pengujian ini menggunakan bantuan program SPSS 20.0
for Window untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel
sebagai berikut:
Tabel 12. Hasil Persamaan Regresi
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 38.295 8.697 4.403 .000
Bimbingan
Agama .393 .124 .384 3.171 .002
a. Dependent Variable: Kecerdasan Emosi
Berdasarkan tabel 12. Model persamaan regresi
dapat diperoleh sebagai berikut:
Y = 38.295+0.393X
Hasil persamaan diatas menunjukkan bahwa dari
setiap bimbingan agama yang diberikan pembimbing
agama maka akan diikuti kenaikan nilai kecerdasan
emosi sebesar 3.93 %.
1) Hasil Uji T
Berikut merupakan hasil uji koesfisien parsial :
96
Tabel 13. Hasil Uji Koefisien Parsial (Uji T)
Terlihat pada tabel 13 mengenai Hasil Uji
Koefisien Parsial (Uji T) :
a. Variabel bimbingan agama dalam aspek
kognitif (X1) terhadap kecerdasan emosi (Y)
Terlihat pada tabel 13 Model X1_Kognitif
terdapat nilai sig 0.730. Nilai sig lebih besar dari
nilai probabilitas 0.05 atau nilai 0.730>0.05, maka
H1 ditolak dan Ho diterima. Data tersebut
menunjukkan bahwa aspek kognitif tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kecerdasan
emosi.
b. Variabel bimbingan agama dalam aspek afektif
(X2) terhadap kecerdasan emosi (Y)
Terlihat pada tabel 13 Model X2_Afektif
terdapat nilai sig 0.045. Nilai sig lebih kecil dari
nilai probabilitas 0.05 atau nilai 0.045<0.05, maka
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 37.648 10.012 3.760 .000
Kognitif -.138 .398 -.055 -.347 .730
Afektif 1.568 .765 .517 2.048 .045
Psikomotorik -.138 .655 -.051 -.211 .834
a. Dependent Variable: Kecerdasan Emosi
97
H2 diterima dan Ho ditolak. Data tersebut
menunjukkan bahwa aspek afektif memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kecerdasan
emosi.
c. Variabel bimbingan agama dalam aspek
psikomotorik (X3) terhadap kecerdasan emosi
(Y)
Terlihat pada tabel 13 Model X3_Psikomotorik
terdapat nilai sig 0.834. Nilai sig lebih besar dari
nilai probabilitas 0.05 atau nilai 0.834>0.05, maka
H3 ditolak dan Ho diterima. Data tersebut
menunjukkan bahwa aspek psikomotorik tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kecerdasan emosi.
Berdasarkan pemaparan diatas menunjukkan
bahwa aspek afektif memiliki pengaruh yang paling
signifikan terhadap kecerdasan emosi warga binaan.
Salah satu contoh aspek afektif adalah dengan
adanya rasa menyukai dan minat terhadap kegiatan
bimbingan agama yang berdampak pada perubahan
sikap para warga binaan.
2) Hasil Analisis Uji T
Berikut merupakan analisis hasil Uji T:
98
Tabel 14. Analisis Hasil Uji T
Berdasarkan tabel 14 menunjukkan bahwa
aspek afektif memiliki pengaruh signifikan terhadap
kecerdasan emosi. Nilai yang paling besar
berpengaruh signifikan adalah aspek afektif.
2. Uji Koefisien Regresi secara Simultan (Uji F)
Pengujian hipotesis ini digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh antara
bimbingan agama dan kecerdasan emosi warga
binaan di Rutan Kelas I Cipinang, secara simultan
dengan menggunakan uji F. Pada pengujian ini
menggunakan bantuan program SPSS 20.0 for
Windows.
Uji F yaitu pengujian yang dilakukan secara
bersama-sama (simultan) antara pengaruh variabel
Variabel Independen Thitung Ttabel Kesimpulan
X1 Kognitif -0.347 2.001 Ho diterima, tidak
terdapat pengaruh yang
signifikan X1 terhadap Y
X2 Afektif 2.048 2.001 Ho ditolak, terdapat
pengaruh signifikan X2
terhadap Y
X3 Psikomotorik -0.211 2.001 Ho diterima, tidak
terdapat pengaruh
signifikan X3 terhadap Y
99
bebas terhadap variabel terikat. Pada hal ini adalah
pengaruh yang signifikan antara bimbingan agama
dan kecerdasan emosi warga binaan di Rutan Kelas
I Cipinang. F tabel dicari pada distribusi nilai r tabel
statistik pada signifikansi rumus F tabel = (k; n-k).
Dimana “k” adalah jumlah variabel independen,
sementara “n” adalah jumlah responden atau sampel
penelitian. Pada penelitian ini jumlah “k” adalah 1
yakni variabel bimbingan agama. Sementara jumlah
“n” adalah 60 warga binaan di Rutan Cipinang
(responden).
Selanjutnya nilai ini kita masukkan ke dalam
rumus, maka menghasilkan angka (1; 60-1) = (1;
59). Angka ini kita jadikan acuan untuk mencari
atau melihat nilai F tabel pada distribusi F tabel
statistik. Maka ditemukan F tabel adalah sebesar
2.76.
Berdasarkan perhitungan dengan bantuan
program SPSS for Windows versions 20.0 diperoleh
hasil tabel ANOVA sebagai berikut:
Tabel 15. Hasil Output Uji Koefisien Simultan
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 540.917 3 180.306 4.495 .007b
Residual 2246.333 56 40.113
Total 2787.250 59
a. Dependent Variable: Kecerdasan Emosi
b. Predictors: (Constant), Psikomotorik, Kognitif, Afektif
100
Pada tabel 15 dengan hasil analisis data
menggunakan perhitungan SPSS diperoleh F hitung
sebesar 4.495. Hal ini menunjukkan F hitung
(4.495) > Ftabel (2.76) dan tingkat signifikansi
0.007<0.05. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
nilai signifikansi uji serempak (uji F) diperoleh nilai
0.007, dengan demikian nilai signifikansi yang
diperoleh lebih kecil daripada probabilitas α yang
ditetapkan (0.007<0.05). Jadi Ho di tolak dan Ha
diterima.
Data tersebut menunjukkan adanya pengaruh
yang signifikan antara bimbingan agama dan
kecerdasan emosi warga binaan di Rutan Kelas I
Cipinang dengan nilai signifikansi 0.007. Bila
dilihat dari perbandingan antara nilai F hitung
dengan F tabel, maka hasil pengujian menunjukkan
pengaruh yang bersifat positif. Oleh karena itu, dari
hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa
bimbingan agama berpengaruh terhadap kecerdasan
emosi para responden.
Hal yang mempengaruhi bimbingan agama
terhadap kecerdasan emosi adalah, warga binaan
merasa adanya manfaat dari bimbingan agama yang
diberikan pembimbing agama yang berdampak pada
perubahan dan pengembangan sikap dari warga
binaan. Selain itu warga binaan merasa semakin
101
dekat dengan Allah karena selalu diberikan motivasi
yang mengarahkan hal kebaikan dan membuat
warga binaan menyadari kesalahannya.
Hal tersebut dikarenakan Responden
memahami materi pembinaan keagamaan berupa
materi aqidah, ibadah, akhlak yang diberikan oleh
pembimbing agama. Maka, semakin baik bimbingan
agama maka kecerdasan emosi warga binaan di
Rutan Kelas I Cipinang juga akan semakin baik.
101
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah
Tahanan Negara (Rutan) Kelas I Cipinang mengenai “Pengaruh
Bimbingan Agama Terhadap Kecerdasan Emosi Warga binaan
Pria” maka kesimpulan yang didapat adalah:
1. Pengaruh bimbingan agama terhadap kecerdasan emosi
warga binaan pada Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas I
Cipinang adalah berpengaruh positif dan signifikan, dengan
nilai siginifikansinya sebesar (0.002b) atau kurang dari 0.05.
Hal tersebut dikarenakan Responden memahami semua
aspek yang diberikan oleh pembimbing agama. Hal ini
berarti semakin besar pemberian bimbingan agama maka
kecerdasan emosi warga binaan pada Rumah Tahanan
Negara (Rutan) Kelas I Cipinang juga akan semakin baik.
2. Faktor dominan yang mempengaruhi bimbingan agama
terhadap kecerdasan emosi warga binaan pada Rumah
Tahanan Negara (Rutan) Kelas I Cipinang adalah pada aspek
afektif (perubahan dan pengembangan sikap). Salah satu
aspek afektif didalamnya terkait materi, metode dan media
bimbingan agama yang diberikan pembimbing agama di
Lapas Cipinang. Hal ini berarti semakin besar nilai masing-
masing aspek dari bimbingan agama, maka semakin besar
pula kecerdasan emosi pada warga binaan pada Rumah
Tahanan Negara (Rutan) Kelas I Cipinang. Apabila dilihat
dari masing-masing aspek, terlihat bahwa aspek kognitif
102
mempunyai nilai t hitung (-0.347) lebih kecil dari t tabel
(2.001). Aspek afektif mempunyai nilai t hitung (2.048) lebih
besar dari t tabel (2.001). Aspek psikomotorik mempunyai
nilai t hitung (-0.211) lebih kecil dari t tabel (2.001).
Berdasarkan pemaparan diatas menunjukkan bahwa aspek
afektif memiliki pengaruh signifikan terhadap kecerdasan emosi
pada Warga binaan pria di Rutan Kelas I Cipinang dengan nilai t
hitung (2.048) lebih besar dari t tabel (2.001).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data yang telah
dilakukan, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Untuk Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas I Cipinang
diharapkan untuk terus meningkatkan pelaksanaan kegiatan
bimbingan agama dan menjadikannya sebagai wadah bagi
para Warga Binaan dalam meningkatkan pengetahuan
(kognitif) dan keterampilan (psikomotorik) mereka agar
dapat mengatur kecerdasan emosinya, karena dari hasil
penelitian ini peneliti hanya mendapatkan satu aspek dari
ketiga aspek bimbingan agama yang memiliki kontribusi
terhadap kecerdasan emosi Warga Binaan yaitu aspek
pengembangan sikap (afektif).
2. Untuk pembimbing agama sudah bagus dalam
memberikan bimbingan agama. Agar lebih di perbarui dan
perbanyak kembali untuk metode, materi dan media
bimbingan agama.
3. Untuk program studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta agar dapat dijadikan bahan
103
rujukan dalam membuat program-program praktikum dan
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad, Daud. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada. 2000.
Ardani, Mohammad. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. Mitra Cahaya
Utama. 2005.
Arief, Barda, Nawawi. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana
(Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru). Jakarta:
Kencana. 2011.
Arifin, H, M. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan
Penyuluhan Agama. Jakarta: Bulan Bintang. 1985.
Arifin, M. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan
Agama. Jakarta: PT. Golden Terayon Press. 1982.
Arifin, M. Pokok-pokok Pikiran Bimbingan dan Penyuluhan
Agama. Jakarta: Bulan Bintang. 1979.
Arifin, M. Psikologi Dakwah. Jakarta: Bumi Aksara. 2000.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2002.
As, Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. 1992.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta:
Kencana. 2010.
Daradjat, Zakiah. Metode Khusus Pengajaran Agama Islam.
Jakarta: Bumi Aksara. 1995.
Darajat, Zakiah. Pendidikan Agama dan Pembinaan Mental.
Jakarta: Bulan Bintang. 1982.
Efendi, Agus. Revolusi Kecerdasan Abad 21. Bandung:
ALFABETA. 2005.
Faqih, Ainur, Rahim. Bimbingan dan Konseling Dalam Islam.
Yogyakarta: UII Press, 2001.
Farid, Imam, Sayuti. Pokok-pokok Bahasan tentang Bimbingan
Penyuluhan Agama sebagai Tenik Dakwah. Jakarta: Bulan
Bintang. 2007.
Gerungan, W, A. Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama
2004.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivarians dengan Program
SPSS. Semarang: UNDIP. 2003.
Goleman, Daniel. Kecerdasan Emosional, Terj. T. Hermaya.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2004.
Harsono, C, I. Sistem Baru Pembinaan Narapidana. Jakarta:
Djambatan. 1995.
Hartaty, Netty. TAZKIYA Journal of Psikologi vol.6 no.1.
Ciputat: Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. 2006.
Hasan, Iqbal. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta:
Bumi Aksara. 2004.
K, Nottingham, Elizabeth. Agama dan Masyarakat, Suatu
Pengantar Sosiologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. 1997.
Kartono, Kartini. Patologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2007.
Lubis, Yusfar. Metodologi Dakwah Terhadap Narapidana.
Jakarta: Proyek Penerangan Departemen Agama. 1978.
Lutfi, M. Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling)
Islam. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah. 2008.
Mangundharjana, A. Pengembangan:Arti dan Metodenya.
Yogjakarta: Kanisius. 1995.
Mashar, Riani. Emosi Anak Usia Dini dan Strategi
Pengembangannya. Jakarta: Kencana. 2011.
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. 2006.
Nata, Abudin. Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan
Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2003.
Paramita, Shinta. Efektifitas Penanganan Masalah Rumah
Tangga Melalui Lembaga Pelayanan Konsultasi di Masjid
Agung Al Azhar Jakarta. Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan
Komunikasi. Universitas Islam Negeri Jakarta. 2009.
Perwandari, E, Kristi. Pendekatan Kualitatif untuk Perilaku
Manusia. Depok: LPSP3-UI. 2011.
R, Tantawy. Kamus Bimbingan dan Konseling. Jakarta : PT.
Pamator. 1997.
Rahmat, Jalaluddin. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. 2007.
Rahmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. 1994.
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam
Mulia. 2005.
Ratna, Nyoman, Kutha. Metodologi Penelitian Kajian Budaya
dan Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.
Saleh, E. Hassan. Study Islam Diperguruan Tinggi Pembinaan
IMTAQ dan Pengembangan Wawasan. Jakarta: ISTN.
2000.
Sarwono, Jonathan. Analisis Data Penelitian Menggunakan
SPSS. Yogyakarta: Andi. 2006.
Shapiro, Lawrence, E. Mengajarkan Emosional Intelligence pada
Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2003.
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. Metode Penelitian
Survei. Jakarta: LP3ES. 1995.
Siregar, Syofian. Statistika Deskriptif Untuk Penelitian. Jakarta:
Rajawali Pers. 2011.
Statistik Kriminal 2018. Sub Direktorat Statistik Politik dan
Keamanan,http://bps.go.id/website/pdf_publikasi/watermar
k%20_Statistik_Kriminal_2018.pdf. diakses pada tanggal 6
Mei 2019
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta. 2009.
Sugiyono. Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. 2008.
Sugiyono. Statistik untuk penelitian. Bandung: Alfabeta. 2012.
Sukardi, Dewa, Ketut. Proses Bimbingan dan Penyuluhan.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sukmana, Yoga. Jumlah Narapidana Melonjak, Uang Makan
Capai Rp 1,3 Triliun.
https://nasional.kompas.com/read/jumlah-narapidana-
melonjak-uang-makan-capai-rp-13-triliun. diakses pada 7
Mei 2019.
Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya:
Al-Ikhlas. 1983.
Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung: CV.
Pustaka Setia. 1998.
Undang-Undang Pemasyarakatan. Bandung: Fokusindo Mandiri.
2014.
Yamarulis, Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia. 2002.
Zuhairi. Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam. Surabaya:
Usaha Nasional. 1983.
DAFTAR KUESIONER
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dengan ini saya “Mohammad Chotib Iqbal” mahasiswa Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
bermaksud untuk melaksanakan penelitian dalam rangka tugas akhir karya
ilmiah (skripsi) yang berjudul “Pengaruh Bimbingan Agama Terhadap
Kecerdasan Emosi pada Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas I A
Cipinang Jakarta Timur”, berkenaan dengan hal ini saya berharap
kesediaan Ibu untuk mengisi kuesioner ini dengan sebenar-benarnya sebagai
data yang akan digunakan dalam penelitian. Jawaban pertanyaan ini tidak
dilhat salah atau benar. Atas perhatian dan perkenaan Ibu, saya ucapkan
terima kasih.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
A. Identitas Responden
1. Nama : …………………………..
2. Kasus : …………………………..
3. Usia : …………………………….
4. Pendidikan terakhir : …………….
B. Petunjuk Pengisian
1. Bacalah setiap pernyataan dengan baik dan teliti.
2. Isilah dengan jujur dan benar.
3. Pilihlah salah satu jawaban yang tersedia dengan memberi ceklis ( √ )
dari setiap pernyataan yang dianggap paling tepat dengan
menggunakan skala berikut:
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
C. Daftar Pernyataan Bimbingan Agama
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya mengetahui makna dari dua kalimat syahadat
2 Saya tahu sholat adalah rukun Islam kedua
3 Haji merupakan media untuk berlatih menghadapi
kesulitan dan
merendahkan diri
4 Saya mengetahui batasan menutup aurat bagi laki
laki dan perempuan
5 Saya mengetahui mana perbuatan baik dan buruk
6 slam mengajarkan untuk saling menghormati dan
menghargai
kepada sesama manusia
7 Islam tidak mengajarkan berkata kata kasar dan
tidak
Bermanfaat
8 Asmaul husna ada 99
9 Setiap manusia ingin menjadi manusia yang lebih
baik lagi
10 Saya merasa adanya manfaat dari materi bimbingan
agama di
Lapas
11 Saya termotivasi setelah mengikuti bimbingan
agama di Lapas
12 Menurut saya, bimbingan agama di Lapas
sangatlah
berpengaruh positif
13 Bimbingan agama membutat saya sadar, bahwa
yang saya
lakukan itu salah
14 Saya merasa semakin dekat dengan Allah, setelah
mengikuti
bimbingan agama di Lapas
15 Saya tidak malu untuk bertanya pada saat
bimbingan agama
16 Saya mempraktekan materi bimbingan yang
disampaikan
17 Saya rajin beribadah setelah mengikuti bimbingan
18 Saya melaksanakan kewajiban saya kepada Tuhan
yang Maha
Esa
19 Saya selalu menuruti peraturan-peraturan yang ada
di lapas
D. Daftar Pernyataan Kecerdasan Emosi
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya tidak mudah bergaul dengan teman yang baru
saya kenal
2 Ketika terjadi perdebatan diantara teman, saya tidak
pernah berupaya memisahkannya
3 Saya segera bertanya ketika tidak mengerti
penjelasan pembimbing
4 Saya merasa kesulitan membujuk teman melakukan
sesuatu kebaikan
5 Perasaan saya mudah berubah-ubah
6 Saya siap menerima resiko atas keputusan yang
saya ambil
7 Saya tetap berusaha sebaik mungkin meskipun
banyak yang mengatakan bahwa saya tidak mampu
8 Setelah saya marah, saya menyesal bahawa hal
tersebut sebenarnya tidak sesuai dengan ajaran
agama
9 Saya dapat bersabar meskipun saat ini saya ingin
sekali marah
10 Ada keinginan kuat dalam diri saya untuk
mendapat kesembuhan
11 Ketika saya berbicara teman-teman memperhatikan
saya
12 Saya tidak tahu apa kelebihan dalam diri saya
13 Saya berusaha untuk selalu berkata jujur
14 Ketika menghadapi kondisi pertengkaran saya akan
mengajak teman-teman yang bertengkar untuk
menenangkan diri telebih
Dahulu
15 Saya merasa tenang dalam menyampaikan
pendapat saya dihadapan teman-teman
16 Saya tidak mengakui kesalahan yang saya perbuat
17 Saya dapat merasakan kesedihan teman-teman saya
18 Saya berteman dengan Residen dari berbagai
daerah
19 Saya selalu berusaha untuk melakukan sesuatu
yang bermanfaat untuk orang lain
20 Saya mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan
baru
21 Ketika saya menemukan seseorang yang
membutuhkan bantuan saya akan membantunya
22 Saya dapat merasakan kesedihan yang dirasakan
orang lain
23 Saya tidak pernah berpendapat didalam kelompok
karena saya tidak yakin dengan pendapat saya
sendiri
24 Seringkali saya mengingkari janji yang telah saya
perbuat
25 Ketika saya membutuhkan bantuan banyak teman
yang mau menolong
26 Seringkali saya menyerah mengerjakan sesuatu
yang sulit
27 Saya tidak dapat bekerja sama dalam kelompok /
group
28 Mengenal banyak teman membuat saya banyak
memahami berbagi hal
29 Saya mendengarkan dengan seksama apabila teman
saya menceritakan masalah pribadinya
30 Saya lebih memilih mengerjakan segala sesuatunya
seorang diri
Demikian jawaban ini dibuat dengan sebenar-benarnya, tanpa paksaan dari
pihak manapun.
Jakarta, 21 Agustus 2019
Responden
(………………..)
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Uji Validitas
No R Tabel R Hitung Validitas
Variabel X
1 0,30 0,589 Valid
2 0,30 0,518 Valid
3 0,30 0,523 Valid
4 0,30 0,728 Valid
5 0,30 0,585 Valid
6 0,30 0,551 Valid
7 0,30 0,509 Valid
8 0,30 0,640 Valid
9 0,30 0,661 Valid
10 0,30 0,816 Valid
11 0,30 0,599 Valid
12 0,30 0,687 Valid
13 0,30 0,428 Valid
14 0,30 0,707 Valid
15 0,30 0,886 Valid
16 0,30 0,769 Valid
17 0,30 0,738 Valid
18 0,30 0,730 Valid
19 0,30 0,683 Valid
Variabel Y
20 0,30 0,169 Tidak Valid
21 0,30 0,419 Valid
22 0,30 0,621 Valid
23 0,30 0,402 Valid
24 0,30 -0,024 Tidak Valid
25 0,30 0,474 Valid
26 0,30 0,565 Valid
27 0,30 0,480 Valid
28 0,30 0,456 Valid
29 0,30 0,524 Valid
30 0,30 0,286 Tidak Valid
31 0,30 -0,069 Tidak Valid
32 0,30 0,452 Valid
33 0,30 0,375 Valid
34 0,30 0,457 Valid
35 0,30 0,323 Valid
36 0,30 0,403 Valid
37 0,30 0,358 Valid
38 0,30 0,367 Valid
39 0,30 0,433 Valid
40 0,30 0,601 Valid
41 0,30 0,268 Tidak Valid
42 0,30 0,238 Tidak Valid
43 0,30 0,339 Valid
44 0,30 0,213 Tidak Valid
45 0,30 0,575 Valid
46 0,30 0,512 Valid
47 0,30 0,414 Valid
48 0,30 0,243 Tidak Valid
49 0,30 0,279 Tidak Valid
Reliabilitas variable X
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.920 19
Reliabilitas variable Y
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.814 21
Koefisien Regresi Linear Sederhana
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 38.295 8.697 4.403 .000
Bimbingan Agama .393 .124 .384 3.171 .002
a. Dependent Variable: Kecerdasan Emosi
Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .384a .148 .133 6.400
a. Predictors: (Constant), Bimbingan Agama
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 411.825 1 411.825 10.055 .002b
Residual 2375.425 58 40.956
Total 2787.250 59
a. Dependent Variable: Kecerdasan Emosi
b. Predictors: (Constant), Bimbingan Agama
Koefisien Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 37.648 10.012 3.760 .000
Kognitif -.138 .398 -.055 -.347 .730
Afektif 1.568 .765 .517 2.048 .045
Psikomotorik -.138 .655 -.051 -.211 .834
a. Dependent Variable: Kecerdasan Emosi
Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .441a .194 .151 6.333
a. Predictors: (Constant), Psikomotorik, Kognitif, Afektif
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 540.917 3 180.306 4.495 .007b
Residual 2246.333 56 40.113
Total 2787.250 59
a. Dependent Variable: Kecerdasan Emosi
b. Predictors: (Constant), Psikomotorik, Kognitif, Afektif
DOKUMENTASI