Pengaruh Allelopati Jenis Tumbuhan Terhadap Perkecambahan Nengsi
Transcript of Pengaruh Allelopati Jenis Tumbuhan Terhadap Perkecambahan Nengsi
PENGARUH ALLELOPATI JENIS TUMBUHAN TERHADAP PERKECAMBAHAN
Diposkan oleh Ѽ. PooR pRinZa aPpLe .Ѽ di 16.29.00
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI UMUM II
“PENGARUH ALLELOPATI JENIS TUMBUHAN TERHADAP
PERKECAMBAHAN”
Oleh:
Oleh:
Nama : Dian Octarina
NIM : 08081004023
Asisten : Ayu Dian Mardita
Kelompok : III (Tiga)
LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2009
ABSTRAK
Praktikum yang berjudul, “Pengaruh Allelopati Jenis Tumbuhan Terhadap Perkecambahan bertujuan untuk mempelajari pengaruh allelopati dari jenis tumbuhan terhadap perkecambahan tanaman. Praktikum dilaksanakan pada hari Jum’at, 15-22 Mei 2009 pukul 13.30-15.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Inderalaya. Alat yang digunakan adalah blender, cawan petri, corong penyaring, gelas ukur 10 cc, kapas/tissue, kertas saring, mangkuk pengerus, penggaris, pipet tetes, piring plastik, dan pisau/gunting sedangkan bahan yang digunakan adalah Acacia mangium, akuades, Phaseolus radiates, Zea mays. Dari percobaan, didapat hasil yaitu kita dapat mengetahui pengaruh allelopati Acacia mangium terhadap pertumbuhan Phaseolus radiates dan Zea mays, serta faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan. Kesimpulan yang didapat pada praktikum ini adalah allelopati menghambat pertumbuhan tumbuhan jenis lain yang tumbuh yang bersaing dengan tumbuhan allelopati tersebut.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan
kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling
mempengaruhi. Ilmu yang mempelajari ekosistem disebut ekologi. Ekologi berasal dari dua
kata dalam bahasa Yunani, yaitu oikos dan logos. Oikos artinya rumah atau tempat tinggal,
dan logos artinya ilmu. Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru
muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap
cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan
kehidupannya dengan mengadakan hubungan atarmakhluk hidup dan dengan benda tak hidup
di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya (Anonima 2009 : 1).
Para ahli ekologi mempelajari hal berikut : pertama, perpindahan energi dan materi
dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lain ke dalam lingkungannya dan
faktor-faktor yang menyebabkannya. Kedua, perubahan populasi atau spesies pada waktu
yang berbeda dalam faktor-faktor yang menyebabkannya. Dan ketiga, terjadi hubungan
antarspesies (interaksi antarspesies) makhluk hidup dan hubungan antara makhluk hidup
dengan lingkungannya. Komponen-komponen pembentuk ekosistem adalah komponen hidup
(biotik) dan komponen tak hidup (abiotik). Kedua komponen tersebut berada pada suatu
tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur (Anonima 2009 : 1).
Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi antara makhluk
hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia (Rohman dan I wayan
Sumberartha, 2001). Sedangkan menurut Odum (1971) dalam Rohman dan I wayan
Sumberartha (2001) alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan
yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang
tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Istilah ini mulai digunakan oleh Molisch pada
tahun 1937 yang diartikan sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi
terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan
untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu senyawa
kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan (Anonimb 2009 : 1).
Zat-zat kimia atau bahan organik yang bersifat allelopathy dapat dibagi menjadi dua
golongan berdasarkan pengaruhnya terhadap tumbuhan atau tanaman lain, yaitu autotoxin,
yaitu zat kimia bersifat allelopathy dari suatu tumbuhan yang dapat mematikan atau
menghambat pertumbuhan anaknya sendiri atau individu lain yang sama jenisnya dan
antitoxic, yaitu zat kimia bersifat allelopathy dari suatu tumbuhan yang dapat mematikan atau
menghambat pertumbuhan tumbuhan lain yang berbeda jenisnya (Indrianto 2006).
Zat-zat kimia atau bahan organik yang bersifat allelopathy dilepaskan oleh tumbuhan
penghasilnya ke lingkungan tumbuhan lain melalui beberapa cara antara lain melalui serasah
yang telah jatuh kemudian membusuk, melalui pencucian daun atau batang oleh air hujan,
melalui penguapan dari permukaan organ-organ tumbuhan, dan eksudasi melalui akar (root
exudation) ke dalam tanah. Contoh jenis tumbuhan yang mengeluarkan zat kimia bersifat
allelopatyy melalui daun, misalnya Adenostena fasciculatum, Eucalyptus globules,
Camelina alyssum, Erenophylla mitchellii, yang mengeluarkan zat allelopathy melalui
perakaran misalnya gandum, gandum hitam, dan apel, sedangkan yang mengeluarkan zat
Allelopathy melalui pembusukan nisalnya Helianthus, Aster, dan Agropyron repens
(Indrianto 2006).
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mempelajari pengaruh alelopati dari jenis
tumbuhan terhadap perkecambahan tanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Interaksi antarkomponen ekologi dapatmerupakan interaksi antarorganisme,
antarpopulasi, dan antarkomunitas. Interaksi antar organisme dimana semua makhluk hidup
selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan
dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau
individu-individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita.
Interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat.
Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan sebagai netral, predasi, parasitisme,
komensalisme, dan mutualisme. Netral yakni hubungan tidak saling mengganggu
antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak
merugikan kedua belah pihak, disebut netral. Contohnya, antara capung dan sapi. Predasi
adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab
tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai
pengontrol populasi mangsa (Anonimf 2009 : 1)
Interaksi antarpopulasi, yakni terjadi antara populasi yang satu dengan populasi lain
selalu terjadi interaksi secara langsung atau tidak langsung dalam komunitasnya.Contoh
interaksi antarpopulasi adalah alelopati. Allelopathy merupakan interaksi antarpopulasi, bila
populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain.
Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena
tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati
dikenal sebagai anabiosa.Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu. Kompetisi merupakan interaksi
antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan
untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh, persaingan antara populasi kambing
dengan populasi sapi di padang rumput (Anonimf 2009 : 1).
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan sistem tumpang sari yaitu pada pohon-
pohon yang ada. Pohon-pohon yang terdapat pada areal hutan yang akan digunakan sebagai
tanaman utama, dapat mengeluarkan zat-zat penghambat tumbuh yang dikenal dengan
allelopathy. Zat-zat penghambat tumbuh yang paling umum adalah senyawa-senyawa
aromatic seperti fenol dan laktan, alkaloid tertentu, asam organic dan asam lemak bahkan
ion-ion logam dapat juga bertindak sebagai penghambat. Pengaruh buruk dari allelopathy
berupa gangguan atau hambatan pada perbanyakan dan perpanjangan sel, aktifitas giberalin
dan Indole Acetid Acid ( IAA ), penyerapan hara, laju fotosintesis, respirasi, pembukaan
mulut daun, sintesa protein, aktivitas enzim tertentu dan lain-lain. Patrick (1971) dalam
Salampessy (1998) menyatakan bahwa hambatan allelopathy dapat pula berbentuk
pengurangan dan kelambatan perkecambahan biji, penahanan pertumbuhan tanaman,
gangguan sistim perakaran, klorosis, layu, bahkan kematian tanaman (Anonimc 2009 : 1).
Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi antara makhluk
hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia (Rohman dan I
wayan Sumberartha, 2001). Sedangkan menurut Odum (1971) dalam Rohman dan I wayan
Sumberartha (2001) alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan
yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang
tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Istilah ini mulai digunakan oleh Molisch pada
tahun 1937 yang diartikan sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi
terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan
untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu senyawa
kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan. Dalam Rohman dan I wayan
Sumberartha (2001) disebutkan bahwa senyawa-senyawa kimia tersebut dapat ditemukan
pada jaringan tumbuhan (daun, batang, akar, rhizoma, bunga, buah, dan biji). Lebih lanjut
dijelaskan bahwa senyawa-senyawa tersebut dapat terlepas dari jaringan tumbuhan melalui
berbagai cara yaitu melalui penguapan, eksudat akar, pencucian, dan pembusukan bagian-
bagian organ yang mati (Anonimd 2009 : 1).
Melalui penguapan, senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan.
Beberapa genus tumbuhan yang melepaskan senyawa alelopati melalui penguapan adalah
Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia. Senyawa kimianya termasuk ke dalam golongan
terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap, bentuk
embun, dan dapat pula masuk ke dalam tanah yang akan diserap akar. Eksudat akar, banyak
terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh akar tumbuhan (eksudat akar), yang
kebanyakan berasal dari asam-asam benzoat, sinamat, dan fenolat. Pencucian, sejumlah
senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian tumbuhan yang berada di atas permukaan
tanah oleh air hujan atau tetesan embun (Anonimd 2009 : 1).
Hasil cucian daun tumbuhan Crysanthemum sangat beracun, sehingga tidak ada jenis
tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah naungan tumbuhan ini. Pembusukan organ
tumbuhan, setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati, senyawa-senyawa kimia
yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-sel pada bagian-bagian organ yang mati
akan kehilangan permeabilitas membrannya dan dengan mudah senyawa-senyawa kimia
yang ada didalamnya dilepaskan. Beberapa jenis mulsa dapat meracuni tanaman budidaya
atau jenis-jenis tanaman yang ditanam pada musim berikutnya. Selain melalui cara-cara
tersebut, pada tumbuhan yang masih hidup dapat mengeluarkan senyawa alelopati lewat
organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah. Demikian juga tumbuhan yang
sudah matipun dapat melepaskan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah
maupun yang di bawah tanah (Anonimd 2009 : 1).
Alelopati tentunya menguntungkan bagi spesies yang menghasilkannya, namun
merugikan bagi tumbuhan sasaran. Oleh karena itu, tumbuhan-tumbuhan yang menghasilkan
alelokimia umumnya mendominasi daerah-daerah tertentu, sehingga populasi hunian
umumnya adalah populasi jenis tumbuhan penghasil alelokimia. Dengan adanya proses
interaksi ini, maka penyerapan nutrisi dan air dapat terkonsenterasi pada tumbuhan penghasil
alelokimia dan tumbuhan tertentu yang toleran terhadap senyawa ini. Proses pembentukkan
senyawa alelopati sungguh merupakan proses interaksi antarspesies atau antarpopulasi yang
menunjukkan suatu kemampuan suatu organisme untuk mempertahankan kelangsungan
hidup dengan berkompetisi dengan organisme lainnya, baik dalam hal makanan, habitat, atau
dalam hal lainnya (Anonime 2009 : 1).
Senyawa-senyawa kimia dari dalam tubuh tumbuhan yang bersifat allelopathy
misalnya phenolic, terpenes, alkaloids, nitrils, glycosides, difenol, asam benzoate, asam
lemak, koumarin, fanin, slfida, glucocida, parin dan nucleocida. Beberapa jenis tumbuhan
penghasil sat allelopathy antara lain, Juglans nigra, Salvia leucophylla, Parthenium
argentatum, Arthemisia absinthium dan A. vulgaris, Encelia farinose, Hordeum vulgare,
Helianthus annuus, dan diduga jenis tumbuhan lainnya yang diduga menghasilkan zat
allelopathy, yaitu genus Eucalyptus, Acacia, pinus, Eucelia, Hordeum, grevillea, Camelina,
Adenostena, Erenophylla, dan Agropyron (Indrianto 2006).
Alelokimia pada tumbuhan dilepas ke lingkungan dan mencapai organisme sasaran
melalui penguapan, eksudasi akar, pelindian, dan atau dekomposisi. Setiap jenis alelokimia
dilepas dengan mekanisme tertentu tergantung pada organ pembentuknya dan bentuk atau
sifat kimianya. Mekanisme pengaruh alelokimia (khususnya yang menghambat) terhadap
pertumbuhan dan perkembangan organisme (khususnya tumbuhan) sasaran melalui
serangkaian proses yang cukup kompleks, namun menurut Einhellig (1995) proses tersebut
diawali di membran plasma dengan terjadinya kekacauan struktur, modifikasi saluran
membran, atau hilangnya fungsi enzim ATP-ase. Hal ini akan berpengaruh terhadap
penyerapan dan konsentrasi ion dan air yang kemudian mempengaruhi pembukaan stomata
dan proses fotosintesis. Hambatan berikutnya mungkin terjadi dalam proses sintesis protein,
pigmen dan senyawa karbon lain, serta aktivitas beberapa fitohormon. Sebagian atau seluruh
hambatan tersebut kemudian bermuara pada terganggunya pembelahan dan pembesaran sel
yang akhirnya menghambat pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sasaran (Anonime
2009 : 1).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Jum’at , 15-22 Mei 2009, pukul 13.30-15.00 WIB
bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah blender, cawan petri, corong penyaring, gelas ukur 10 cc,
kapas/tissue, kertas saring, mangkuk pengerus, penggaris, pipet tetes, piring plastik, dan
pisau/gunting sedangkan bahan yang digunakan adalah Acacia mangium, akuades, Phaseolus
radiatus, Zea mays.
3.3. Cara Kerja
Dibuat ekstrak Acacia mangium, daun akasia dipotong-potong kecil untuk
mempermudah penggilingan dan pemblenderan. Ditimbang potongan daun akasia. Dicampur
potongan akasia dengan air dengan perbandingan (w/v) 1:7 ; 1:14 ; 1:21 ; 1:0 (kontrol) dan
diblender sampai halus untuk masing-masing perlakuan. Disaring ekstrak hasil
pemblenderan. Disimpan hasil ekstrak di dalam lemari es (freezer) selama 24 jam. Dipilih biji
jagung dan kacang hijau yang berkualitas baik (besar, tidak rusak, tenggelam dalam air).
Ditaburkan biji jagung dan kacang hijau (10 buah) pada piring plastik. Disira dengan ekstrak
Acacia mangium sesuai dengan masing-masing perlakuan, sebanyak 10 tetes (setiap hari).
Diamati selama 1 minggu dan dihitung panjang perkecambahan bijinya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, didapat hasil sebagai berikut:
Pada Phaseolus radiatus maupun Zea mays, tidak tejadi pertumbuhan kecambah.
4.2. Pembahasan
Allelopathy berpengaruh dalam pertumbuhan tumbuhan disekitarnya. Allelopathy
dapat menghambat atau mematikan pertumbuhan/perkecambahan. Hal ini sesuai dengan
Anonimc (2009 : 1) bahwa zat-zat penghambat tumbuh yang paling umum adalah senyawa-
senyawa aromatic seperti fenol dan laktan, alkaloid tertentu, asam organik dan asam lemak
bahkan ion-ion logam dapat juga bertindak sebagai penghambat. Pengaruh buruk dari
alleolopathy berupa gangguan atau hambatan pada perbanyakan dan perpanjangan sel,
aktifitas giberalin dan Indole Acetid Acid ( IAA ), penyerapan hara, laju fotosintesis,
respirasi, pembukaan mulut daun, sintesa protein, aktivitas enzim tertentu dan lain-lain.
Hambatan allelopathy dapat pula berbentuk pengurangan dan kelambatan perkecambahan
biji, penahanan pertumbuhan tanaman, gangguan sistim perakaran, klorosis, layu, bahkan
kematian tanaman.
Perkecambahan benih dapat dipengaruhi oleh faktor yang meliputi : tingkat
kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan penghambat perkecambahan, serta faktor luar
yang meliputi: air, temperatur, oksigen, dan cahaya. Hal ini sesuai dengan Sutopo
(1983) bahwa benih yang dipanen sebelum mencapai tingkat kemasakan fisiologis tidak
mempunyai viabilitas tinggi. Pada beberapa jenis tanaman, benih yang demikian tidak akan
dapat berkecambah. Hal ini diduga benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan
pembentukan embrio belum sempurna. Karbohidrat, protein, lemak, dan mineral ada dalam
jaringan penyimpanan benih. Ukuran benih mempunyai korelasi yang positip terhadap
kandungan protein pada benih. semakin besar/berat ukuran benih maka kandungan protein
juga makin meningkat. Benih dorman adalah benih yang sebenarnya hidup tetapi tidak mau
berkecambah meskipun diletakkan pada lingkungan yang memenuhi syarat untuk
berkecambah. Penyebab dormansi antara lain adalah impermeabilitas kulit biji terhadap air
atau gas-gas (sangat umum pada famili leguminosae), embrio rudimenter, halangan
perkembangan embrio oleh sebab-sebab mekanis, dan adanya bahan-bahan penghambat
perkecambahan. Banyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan benih.
Zat-zat tersebut adalah herbisida, auksin, bahan-bahan yang terkandung dalam buah, larutan
mannitol dan NaCl yang mempunyai tingkat osmotik tinggi, serta bahan yang menghambat
respirasi (sianida dan fluorida). Semua persenyawaan tersebut menghambat perkecambahan
tetapi tak dapat dipandang sebagai penyebab dormansi.
Proses penyerapan terhadap air, juga dilakukan oleh benih tanaman. Hal ini sesuai
dengan Anonimg (2009 : 1) bahwa faktor yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih ada
dua, yaitu sifat kulit pelindung benih dan jumlah air yang tersedia pada medium sekitarnya.
Jumlah air yang diperlukan untuk berkecambah bervariasi tergantung kepada jenis benih,
umumnya tidak melampaui dua atau tiga kali dari berat keringnya. Proses respirasi akan
berlangsung selama benih masih hidup. Pada saat perkecambahan berlangsung, proses
respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan
karbondioksida, air dan energi. Pada umumnya, proses perkecambahan dapat terhambat bila
penggunaan oksigen terbatas. Temperatur harus dikendalikan dengan teliti beberapa macam
benih berkecambah diatas suatu batas yang lebar dari temperatur yang wajar, tetapi yang lain
mulai tumbuh dengan segera hanya dibatas yang sempit. Benih berkecambah biasanya pada
temperatur dimana benih itu telah menyesuaikan dengan iklim di tempat benih tersebut
dihasilkan. Ketersediaan air di lingkungan sekitar benih merupakan faktor penting. Kurang
tersedianya air pada lingkungan benih akan menyebabkan jumlah air yang diambil untuk
berkecambah menjadi semakin rendah atau tidak terpenuhi.
Perkecambahan pada biji kacang hijau maupun jagung tidak terjadi. Hal ini
disebabkan karena praktikan tidak melakukan prosedur percobaan sebagai mana mestinya.
Yakni menetesi biji kacang hijau dan jagung sebanyak 10 tetes setiap harinya secara rutin.
Menurut Anonimc (2009 : 1), bahwa laju perkecambahan juga tergantung pada tanggapan dari
jenis benih terhadap daya penghambat dari allelopathy dimana benih jagung memiliki laju
perkecambahan benih yang lebih lambat dari benih kacang hijau. Hal ini karena kondisi benih
jagung yang lebih memungkinkan untuk menerima daya penghambat dari allelopathy
dibandingkan benih kacang hijau.
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Allelopathy merupakan pengaruh yang menghambat atau merusak pertumbuhan dari
tumbuhan lain disekitar yang disebabkan oleh senyawa kimia yang dihasilkan oleh suatu
tumbuhan ke lingkungannya.
2. Allelopathy adalah senyawa kimia yang menghambat pertumbuhan jenis lain yang tumbuh
bersaing dengan tumbuhan penghasil Allelopathy tersebut.
3. Berdasarkan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tumbuhan, zat-zat kimia yang bersifat
allelopathy dapat dibagi menjadi autotoxic dan antitoxic.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan terdiri dari faktor dalam dan faktor luar.
5. Faktor dalam perkecambahan, meliputi tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi,
dan penghambat perkecambahan.
6. Faktor luar yang mempengaruhi perkecambahan meliputi : air, temperatur, oksigen, dan
cahaya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim a. 2009. Ekosistem. Http://id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem. Diakses tanggal 13 Mei 2009 jam 20:28 WIB.
Anonim b. 2009. Allelopathy. Http://iqbalali.com/2008/01/23/alelopati. Diakses tanggal 13 Mei 2009 jam 19:58 WIB.
Anonim c. 2009. Pengaruh Allelopathy terhadap Perkecambahan. www.irwantoshut.com. Diakses tanggal 17 Mei 2009 jam 22:13 WIB.
Anonim d. 2009. Allelopathy Gulma. Http://fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-4.htm. Diakses tanggal 18 Mei 2009 jam 21:27 WIB.
Anonim e. 2009. Interaksi Populasi. Http://nandito106.wordpress.com/2009/03/02/ alelopati-interaksi-antarpopulasi. Diakses tanggal 19 Mei 2009 jam 20:28 WIB.
Anonim f. 2009. Interaksi Populasi. Http://www.cixers.co.cc/2008/09/interaksi-antar-komponen-ekologi.html. Diakses tanggal 19 Mei 2009 jam 20:47 WIB.
Indrianto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta : v + 210 hlm.
Sutopo, L. 1985. Teknologi Benih. Grafindo. Jakarta : ix + 223 hlm.
http://dianapple.blogspot.com/2011/01/pengaruh-allelopati-jenis-tumbuhan.html
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan dapat mengeluarkan senyawa alelopati melalui organ yang berada di atas tanah maupun yang berada di bawah tanah. Demikian juga tumbuhan yang mati pun dapat melepaskan senyawa alelopati melalui organ yang berada di atas tanah meupun yang di bawah tanah. Alang-alang (Imperata cylindrica) dan teki (Cyperus rotundus) yang masih hidup mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ di bawah tanah, jika sudah mati beik organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah sama-sama dapat melepaskan senyawa alelopati (Moenandir, 1988)
Beberapa pengaruh alelopati terhadap aktivitas tumbuhan antara lain:
1. Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara, yaitu dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion oleh tumbuhan.
2. Beberapa alelopati menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan.3. Beberapa alelopati dapat menghambat pertumbuhan, yaitu dengan mempengaruhi perbesaran
sel tumbuhan.4. Beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat respirasi akar.5. Senyawa alelopati memberika pengaruh menghambat sintesis protein.6. Beberapa senyawa alelopati dapat menurunkan daya permeabilitas membran pada sel
tumbuhan.7. Pengaruh alelopati dapat menghambat aktivitas enzim.
Pengaruh alelopati terhadap terhadap pertumbuhan tanaman, yaitu:Keberadaan senyawa alelopati dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Alang-alang menghambat pertumbuhan tanaman jagung dan ini telah dibuktikan dengan menggunakan percobaan pot-pot bertingkat di rumah kaca di Bogor. Mengingat unsur hara, air, dan cahaya bukan merupaka pembatas utama, maka diduga bahwa alang-alang merupakan senyawa beracun yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jagung. Tumbuhan yang telah mati dan sisa-sisa tumbuhan yang telah dibenamkan ke dalam tanah juga dapat menghambat pertumbuhan jagung. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak organ tubuh alang-alang, semakin besar pengaruh negatifnya terhadap kecambah padi gogo (Hay, 1991)
Pada umumnya, terdapat 2 jenis alelopati yang ada di alam, yaitu:1. Alelopati yang sebenarnya, adalah pelepasan senyawa-senyawa beracun dari tumbuhan ke
lingkungan sekitar dalam bentuk senyawa aslinya yang dihasilkan.2. Alelopati fungsional, adalah pelepasan senyawa kimia oleh tumbuh-tumbuhan ke lingkungan
sekitar yang bersifat sebagai racun setelah mengalami perubahan yang disebabkan oleh mikroba tanah (Palungkum, 1992)
Resosoedarmo (1986) dalam Adriani (2010) tidak semua gulma mengeluarkan senyawa beracun. Spesies gulma yang diketahui mengeluarkan senyawa racun adalah alang-alang (Imperata cylinarica), grinting (Cynodon dactylon), teki (Cyperus rotundus), Agropyron intermedium, Salvia lenocophyela dan lain-lain. Apabila gulma mengeluarkan senyawa beracun maka nilai persaingan totalnya dirumuskan sebagai berikut :
TCV = CVN + CVW + CVL + AV
dimana TCV = total competition value, CVN = competition value of nutrient, CVW = competition value of water, CVL = competition value of light, dan AV = allelopathic value. Nilai persaingan total yang disebabkan oleh gulma yang mengeluarkan alelopat terhadap tanaman pokok merupakan penggabungan dari nilai persaingan untuk hara + nilai persaingan untuk air + nilai persaingan untuk cahaya + nilai alelopati (Resosoedarmo, 1986).
Odum (1971) dalam rina (2011) alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Istilah ini mulai digunakan oleh Molisch pada tahun 1937 yang diartikan sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan
Alelopati memberi pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, untuk itu pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan mengenai alelopati terhadap pertumbuhan dan pekecambahan tanaman jagung dan kacanga ijo.
B. TujuanMempelajari pengaruh alelopati terhadap perkecambahan kacang hijau
C. PermasalahanBagaimanakan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan kacang hijau?
BAB IIMETODELOGI
A. Waktu dan TempatWaktu: Selasa, 18 Oktober 2011Tempat: Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP UNTAN
B. Alat dan BahanAlat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah cawan petri, kertas saring whatman #4, corong penyaring, blender, gunting, mortar dan alu, kertas buram, penggaris, benang, gelas kimia, dan gelas ukur. Sedangkan bahan yang digunakan adalah akar ilalang, umbi bawang putih, daun akasia, dan biji kacang hijau.
C. Cara Kerja1. Dipilih biji kacang hijau yang baik2. Disiapkan 4 cawan petri yang telah diberi kertas buram3. Dibuat ekstrak akar ilalang, akasia dan bawang puti sebagai berikut:a. Bagian tumbuhan di atas dihaluskan dengan blender, mortar dan alu atau digunting halusb. Dibuat ekstrak atau hasil remdaman bagian tumbuhan tersebut dengan akuades dengan
perbandingan sebagai berikut:i. Bagian tumbuhan dan air (1:7)ii. Bagian tumbuhan dan air (1:14)iii. Bagian tumbuhan dan air (1:21)
Dibiarkan selama 24 jam, lalu disaring dengan menggunakan alat penyaring.Ini adalah larutan ekstrak yang akan digunakan sebagai perlakuan.
4. Diletakkan masing-masing 10 biji kacang hijau ke dalam cawan petri5. Dilakukan perlakuan pada kacang hijau sebagai berikut:a. Cawan petri dengan kacang hijau + 5 ml akuadesb. Cawan petri dengan kacang hijau + 5 ml ekstrak ilalang- Ekstrak perbandingan I (1:7)- Ekstrak perbandingan II (1:14)- Ekstrak perbandingan III (1:21)
Diulangi hal yang sama dengan menggunakan ekstrak akasia dan bawang putihc. Cawan petri dengan kacang hijau + 5 ml ekstrak akasiad. Cawan petri dengan kacang hijau + 5 ml ekstrak bawang putih
Dibuat ulangan 3 kali6. Diamati perkecambahan biji-biji tersebut setiap hari selama 10 hari dan diamati pertumbuhan
kecambahnya denga mengukur panjang kecambah
7. Persen perkecambahan ditentukan8. Hasil pengamatan dibandingkan dengan menggunakan RAL dan RAL faktorial
BAB IIIANALISIS DATA
A. Hasil PengamatanHari pertama
Faktor BFaktor A
Jumlah0 M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M
Akasia 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0Bawang
putih0 0 0 0 0
0 0 0 0 00 0 0 0 0
Ilalang 0 0 0 0 00 0 0 0 00 0 0 0 0
Total 0 0 0 0 0
Faktor BFaktor A
0 M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M Total A
Akasia 0 0 0 0 0Bawang
Putih 0 0 0 0 0Ilalang 0 0 0 0 0Total B 0 0 0 0 0
Tabel ANNOVASource df SS MS Ftest
Konsentrasi 2 0,00 0,00 0Ekstrak 3 0,00 0,00 0Kons*Ekst 6 0,00 0,00 0Eksp. Error 24 0,00 0,00Total 35 0,00 0,00
Ftest > Ftab = Konsentrasi, Ekstrak alelopati dan kombinasi dari konsentrasi & ekstrak mempengaruhi pertumbuhan tanaman kacang hijau
Hari kedua
Faktor BFaktor A
Jumlah0 M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M
Akasia 1,05 1,1 1,6 1,15 4,9
1,05 1,17 1,2 1,15 4,57
1,05 0,95 1,15 1,15 4,3Bawang
Putih1,25 1,15 0,85 0,31 3,56
1,25 1,2 0,8 0,25 3,51,25 1,2 0,9 0,58 3,93
Ilalang 2,05 0,85 1,1 1,05 5,052,05 1,25 1,2 0,67 5,172,05 1,15 0,67 0,35 4,22
Total 13,05 10,02 9,47 6,66 39,2
Faktor BFaktor A
0 M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M Total A
Akasia 3,15 3,22 3,95 3,45 13,77Bawang
Putih 3,75 3,55 2,55 1,14 10,99Ilalang 6,15 3,25 2,97 2,07 14,44Total B 13,05 10,02 9,47 6,66 39,2
Tabel ANNOVASource df SS MS Ftest
Konsentrasi 2 0,56 0,28 9,48Ekstrak 3 2,29 0,76 25,90Kons*Ekst 6 2,39 0,40 13,53Eksp. Error 24 0,71 0,03Total 35 5,94 1,47
Ftest > Ftab = Konsentrasi, Ekstrak alelopati dan kombinasi dari konsentrasi & ekstrak mempengaruhi pertumbuhan tanaman kacang hijau
Hari ke-3
Faktor BFaktor A
Jumlah0 M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M
Akasia 1,8 2,73 1,93 1,83 8,29
1,8 2,01 3,25 1,87 8,93
1,8 1,5 2,74 1,89 7,93Bawang
Putih3,89 2,79 2,76 1,9 11,34
3,89 3,02 2,77 1,96 11,643,89 4,33 2,57 1,78 12,57
Ilalang 2,21 1,78 2,98 1,59 8,562,21 2,97 1,87 1,92 8,972,21 2,83 1,73 1,04 7,81
Total 23,7 23,96 22,6 15,78 86,04
Faktor BFaktor A
0 M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M Total A
Akasia 5,4 6,24 7,92 5,59 25,15Bawang
Putih 11,67 10,14 8,1 5,64 35,55Ilalang 6,63 7,58 6,58 4,55 25,34Total B 23,7 23,96 22,6 15,78 86,04
Tabel ANNOVASource df SS MS Ftest
Konsentrasi 2 5,90 2,95 13,48Ekstrak 3 4,98 1,66 7,58Kons*Ekst 6 4,79 0,80 3,65Eksp. Error 24 5,25 0,22Total 35 20,92 5,63
Hari ke-4
Faktor BFaktor A
Jumlah0 M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M
Akasia 2,6 3,35 2,35 2,85 11,15
2,6 2,33 5,7 2,25 12,88
2,6 3,7 3,05 2,25 11,6Bawang
Putih5,9 4,4 4,23 2,21 16,74
5,9 4,25 3,73 2,1 15,985,9 5,08 2,68 1,99 15,65
Ilalang 4,89 2,2 3,05 2,8 12,944,89 4,02 2,59 2,21 13,714,89 3,31 2,46 2,66 13,32
Total 40,17 32,64 29,84 21,32 123,97
Faktor BFaktor A
0 M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M Total A
Akasia 7,8 9,38 11,1 7,35 35,63Bawang
Putih 17,7 13,73 10,64 6,3 48,37Ilalang 14,67 9,53 8,1 7,67 39,97Total B 40,17 32,64 29,84 21,32 123,97
Tabel ANNOVASource df SS MS Ftest
Konsentrasi 2 6,99 3,50 7,47Ekstrak 3 20,20 6,73 14,39Kons*Ekst 6 16,31 2,72 5,81Eksp. Error 24 11,23 0,47Total 35 54,74 13,42
Ftest > Ftab = Konsentrasi, Ekstrak alelopati dan kombinasi dari konsentrasi & ekstrak mempengaruhi pertumbuhan tanaman kacang hijau
Hari ke-5
Faktor BFaktor A
Jumlah0 M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M
Akasia 2,92 3,74 2,95 4,01 13,62
2,92 2,81 5,91 2,71 14,35
2,92 4,1 3,79 2,46 13,27Bawang
Putih6,08 4,8 4,28 2,52 17,68
6,08 6,2 3,93 2,5 18,716,08 6,05 3,3 7,05 22,48
Ilalang 6,47 4,77 3,12 10,2 24,566,47 4,31 3,59 6,05 20,426,47 3,71 9,2 7,35 26,73
Total 46,41 40,49 40,07 44,85 171,82
Faktor BFaktor A
0 M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M Total A
Akasia 8,76 10,65 12,65 9,18 41,24Bawang
Putih 18,24 17,05 11,51 12,07 58,87Ilalang 19,41 12,79 15,91 23,6 71,71Total B 46,41 40,49 40,07 44,85 171,82
Tabel ANNOVASource df SS MS Ftest
Konsentrasi 2 39,00 19,50 8,54Ekstrak 3 3,33 1,11 0,49Kons*Ekst 6 33,09 5,52 2,42Eksp. Error 24 54,80 2,28Total 35 130,23 28,41
Ftest > Ftab = Konsentrasi, Ekstrak alelopati dan kombinasi dari konsentrasi & ekstrak mempengaruhi pertumbuhan tanaman kacang hijau
Hari ke-6
Faktor BFaktor A
Jumlah0 M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M
Akasia 10,25 7,05 6,1 6,8 30,2
10,25 7,01 13,5 7,9 38,66
10,25 9,5 15,2 4,79 39,74Bawang
Putih18,29 7,6 6,8 4,32 37,01
18,29 6,57 6,2 4,81 35,8718,29 8,6 5,3 7,21 39,4
Ilalang 10,73 7,3 13,5 11,8 43,3310,73 10,8 12,6 10,1 44,2310,73 11,8 10,92 9,08 42,53
Total 117,81 76,23 90,12 66,81 350,97
Faktor BFaktor A
0 M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M Total A
Akasia 30,75 23,56 34,8 19,49 108,6Bawang
Putih 54,87 22,77 18,3 16,34 112,28Ilalang 32,19 29,9 37,02 30,98 130,09Total B 117,81 76,23 90,12 66,81 350,97
Tabel ANNOVASource df SS MS Ftest
Konsentrasi 2 22,02 11,01 3,21Ekstrak 3 164,49 54,83 16,01
Kons*Ekst 6 219,52 36,59 10,68Eksp. Error 24 82,22 3,43Total 35 488,24 105,85
Ftest > Ftab = Konsentrasi, Ekstrak alelopati dan kombinasi dari konsentrasi & ekstrak mempengaruhi pertumbuhan tanaman kacang hijau
Hari ke-7
Faktor BFaktor A
Jumlah0 M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M
Akasia 11,3 9,85 10,5 8,5 40,15
11,3 10,1 14,7 8,7 44,8
11,3 11,1 15,7 5,6 43,7Bawang
Putih18,73 10,6 8,3 6,2 43,83
18,73 8,8 9,8 7,7 45,0318,73 10,5 8,2 8,1 45,53
Ilalang 12,21 11,4 14,3 12,8 50,7112,21 11,4 15,2 12,7 51,5112,21 12,6 12,5 11,3 48,61
Total 126,72 96,35 109,2 81,6 413,87
Faktor BFaktor A
0 M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M Total A
Akasia 33,9 31,05 40,9 22,8 128,65Bawang
Putih 56,19 29,9 26,3 22 134,39Ilalang 36,63 35,4 42 36,8 150,83Total B 126,72 96,35 109,2 81,6 413,87
Tabel ANNOVASource df SS MS Ftest
Konsentrasi 2 22,09 11,04 7,81Ekstrak 3 122,49 40,83 28,88Kons*Ekst 6 179,46 29,91 21,16Eksp. Error 24 33,93 1,41Total 35 357,96 83,20
Ftest > Ftab = Konsentrasi, Ekstrak alelopati dan kombinasi dari konsentrasi & ekstrak mempengaruhi pertumbuhan tanaman kacang hijau
Hari ke-8
Faktor BFaktor A
Jumlah0 M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M
Akasia 11,5 12,4 10,61 9,8 44,31
11,5 10,5 16,2 9,2 47,4
11,5 11,4 16,3 6,8 46Bawang
Putih18,31 12,5 9,2 6,9 46,91
18,31 10,6 10,1 8,2 47,2118,31 11,01 9,5 8,5 47,32
Ilalang 13,3 12,5 17,1 13,7 56,613,3 12,9 17,5 13,1 56,813,3 14,2 15,6 12,6 55,7
Total 129,33 108,01 122,11 88,8 448,25
Faktor BFaktor A
0 M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M Total A
Akasia 34,5 34,3 43,11 25,8 137,71Bawang
Putih 54,93 34,11 28,8 23,6 141,44Ilalang 39,9 39,6 50,2 39,4 169,1Total B 129,33 108,01 122,11 88,8 448,25
Tabel ANNOVASource df SS MS Ftest
Konsentrasi 2 49,01 24,50 16,28Ekstrak 3 106,30 35,43 23,55Kons*Ekst 6 160,23 26,71 17,75Eksp. Error 24 36,12 1,50Total 35 351,66 88,15
Ftest > Ftab = Konsentrasi, Ekstrak alelopati dan kombinasi dari konsentrasi & ekstrak mempengaruhi pertumbuhan tanaman kacang hijau
Hari ke-9
Faktor BFaktor A
Jumlah0 M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M
Akasia 11,8 16,5 11,3 10,46 50,06
11,8 11,2 18,32 10,76 52,08
11,8 11,75 18,4 7,94 49,89Bawang
Putih19,15 14,7 10,32 7,65 51,82
19,15 12,86 11,9 9,72 53,6319,15 12,6 10,72 9,21 51,68
Ilalang 14,32 13,42 19,12 14,72 61,5814,32 13,42 18,3 14,27 60,3114,32 16,1 18,77 13,42 62,61
Total 135,81 122,55 137,15 98,15 493,66
Faktor BFaktor A
0 M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M Total A
Akasia 35,4 39,45 48,02 29,16 152,03Bawang
Putih 57,45 40,16 32,94 26,58 157,13Ilalang 42,96 42,94 56,19 42,41 184,5Total B 135,81 122,55 137,15 98,15 493,66
Tabel ANNOVASource df SS MS Ftest
Konsentrasi 2 50,82 25,41 9,06Ekstrak 3 109,04 36,35 12,96Kons*Ekst 6 175,99 29,33 10,46Eksp. Error 24 67,31 2,80Total 35 403,16 93,89
Hari ke-10
Faktor BFaktor A
Jumlah0 M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M
Akasia 12,3 18,65 12,41 11,32 54,68
12,3 12,37 20,21 11,32 56,2
12,3 12,12 20,19 8,25 52,86Bawang
Putih20,27 16,86 11,43 8,55 57,11
20,27 14,57 12,57 10,82 58,2320,27 13,72 11,82 10,32 56,13
Ilalang 15,43 14,55 21,02 15,87 66,8715,43 17,25 19,32 15,34 67,3415,43 18,73 21,83 14,56 70,55
Total 144 138,82 150,8 106,35 539,97
Faktor BFaktor A
0 M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M Total A
Akasia 36,9 43,14 52,81 30,89 163,74Bawang
Putih 60,81 45,15 35,82 29,69 171,47Ilalang 46,29 50,53 62,17 45,77 204,76Total B 144 138,82 150,8 106,35 539,97
Tabel ANNOVASource df SS MS Ftest
Konsentrasi 2 79,18 39,59 9,89Ekstrak 3 129,56 43,19 10,79Kons*Ekst 6 199,74 33,29 8,32Eksp. Error 24 96,05 4,00Total 35 504,53 120,07
Ftest > Ftab = Konsentrasi, Ekstrak alelopati dan kombinasi dari konsentrasi & ekstrak mempengaruhi pertumbuhan tanaman kacang hijau
B. PembahasanPada praktikum kali ini dilakukan pengamatan tentang alelopati. Praktikum kali ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh alelopati terhadap perkecambahan kacang hijau. Tanaman alelopati yang digunakan pada praktikum kali ini adalah akasia, bawang putih, dan alang-alang. Hasil dari perkecambahan kacang hijau selama 10 hari menunjukan bahwa ekstrak alelopati berpengaruh pada perkecambahan kacang hijau. Hal ini diketahui dengan lebih rendahnya tanaman yang diberi ekstrak alelopati dibandingkan dengan kontrol. Jika dilihat dari perhitungan, diketahui bahwa Ftest > Ftab, yang berarti konsentrasi, ekstrak alelopati dan kombinasi dari konsentrasi & ekstrak mempengaruhi pertumbuhan tanaman kacang hijauTumbuhan yang bersifat sebagai alelopat mempunyai kemampuan bersaing yang lebih hebat sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Namun kuantitas dan kualitas senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh tumbuhan dapat dipengaruhi oleh kerapatan tumbuhan alelopat, macam tumbuhan alelopat, saat kemunculan saat kemunculan tumbuhan alelopat, lama keberadaan tumbuhan alelopat, habitus tumbuhan alelopat, kecepatan tumbuh tumbuhan alelopat, dan jalur fotosintesis tumbuhan alelopat (C3 atau C4).
BAB IVPENUTUP
A. Kesimpulan1. Kacang hijau yang diberi ekstrak alelopati mengalami pertumbuhan yang lambat2. Ekstrak alelopati memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan kacang hijau
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, Uli. 2010. Zat Alelopati. (http://uli-adriani.blogspot.com/2010/04/zat-alelopati.html). Diakses 23 November 2011
Hay, R.K.M dan Fitter. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: UGM PressMoenandir, J. 1998. Persaingan Tanaman Budidaya Dengan Gulma. Jakarta: Rajawali PressPalungkum, Rony. 1992. Bawang Putih Dataran Rendah. Bandung: Sinar BaruRina. 2011. Ekologi Alelopati. (http://rinaningtyasbiology.blogspot.com/2011/01/lapekologi-
alelopati.html). Diakses 23 November 2011 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN (ALELOPATI)
LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI TUMBUHAN
(ALELOPATI)
Oleh :
Nama : Novita Ristianingrum
NPM : 09321054
Prody : Biologi A
Kelompok : 7
LABORATORIUM PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2011
I. Topik : Alelopati
II. Hari / Tanggal : Kamis, 22 Desember 2011
III. Tujuan : Bertujuan untuk mempelajari pengaruh allelopati dari
beberapa jenis tanaman terhadap perkecambahan
IV. Dasar teori
“ Allelopati adalah produksi substansi (zat) oleh suatu tanaman yang merugikan tanaman
lain. Permasalahannya adalah bahwa tanaman mengandung substansi yang sangat luas yang
bersifat toksik dan beberapa percobaan berusaha mendemonstrasikan pengaruh alelopati
dengan memberikan ekstrak suatu tanaman kepada biji-biji atau pun bibit tanaman lainnya.
Terlepas dari suatu kenyataan bahwa ekstrak suatu tanaman bukanlah material percobaan
yang cicik, karena tidak terdapat di alam. Ekstrak tersebut sering sekali tidak steril sehingga
transformasi bakteri barang kali telah berlangsung dan biasanya tanaman-tanaman tersebut
tidak memiliki hubungan ekologis. Penelitian seperti ini sulit ditafsirkan. Pertanyaannya
adalah apakah beberapa tanaman mempunyai suatu pegaruh toksik pada tanaman lainnya
yang tumbuh di lapangan dan ini harus terpisah dari setiap kompetisi untuk cahaya, air dan
hara.”
Anonimus (2009:online)
Menurut Sukman (1991 : 231 ) menyatakan bahwa “ Tumbuhan dapat menghasilkan senyawa
alelokimia yang merupakan metabolit sekunder di bagian akar, rizoma, daun, serbuk sari,
bunga, batang, dan biji. Fungsi dari senyawa alelokimia tersebut belum diketahui secara pasti,
namun beberapa senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai pertahanan terhadap herbivora dan
patogen tanaman. Tanaman yang rentan terhadap senyawa alelokimia dari tanaman lainnya
dapat mengalami gangguan pada proses perkecambahan, pertumbuhan, serta
perkembangannya. Perubahan morfologis yang sering terjadi akibat paparan senyawa
alelokimia adalah perlambatan atau penghambatan perkecambahan biji, perpanjangan
koleoptil, radikula, tunas, dan akar“
Menurut Soerjani (2001 : 1978) menyatakan bahwa “Sebagai allelopat, substansi kimiawi itu
terkandung dalam tubuh tumbuhan, baik tanaman maupun gulma. Bertindaknya allelopat
tersebut setelah tumbuhan atau bagian tumbuhan mengalami pelapukan, pembusuk,
pencucian ataupun setelah dikeluarkan berupa eksudat maupun penguapan. Tumbuhan yang
suseptibel bila terkena substansi semacam itu akan mengalami gangguan yang berupa
penghambatan pertumbuhan atau penurunan hasil “
Menurut Odum, ( 1998 : 206 ).menyatakan bahwa “Dalam persaingan antara individu-
individu dari jenis yang sama atau jenis yang berbeda untuk memperebutkan kebutuhan-
kehbutuhan yang sama terhadap faktor-faktor pertumbuhan, kadang-kadang suatu jenis
tumbuhan mengeluarkan senyawa kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dari
anaknya sendiri. Peristiwa semacam ini disebut allelopati. Allelopati terjadi karena adanya
senyawa yang bersifat menghambat. Senyawa tersebut tergolong senyawa sekunder karena
timbulnya sporadis dan tidak berperan dalam metabolisme primer organisme organisme.
Hambatan dan gangguan allelopati dapat terjadi pada perbandingan dan perpanjangan sel,
aktivitas giberelin dan IAA, penyerapan hara mineral, laju fotosintesis, respirasi, pembukaan
stomata, sistem protein, dan aktivitas enzim tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya daya hambat senyawa kimia penyebab allelopati dari tanaman antara lain jenis
tanaman yang menghasilkan, macam tanaman yang dipengaruhi, keadaan pada waktu sisa
tanaman mengalami perombakan “
Menurut Mc.Naughton and Wolf (1990; 132 ) menyatakan bahwa “Allelopati dapat
meningkatkan agresivitas gulma didalam hubungan interaksi antara gulma dan tanaman
melalui eksudat yang di keluarkannya, yang tercuci,yang teruapkan,atau melalui hasil
pembusukan bagian-bagian organ yang telah mati. Beberapa jenis tanaman yang mempunyai
efek allelopati adalah Pinus merkusii, Imperata silindrica, Musa spp, dan Acacia mangium,
dsb. Dalam pengaruhnya, Allelopati memiliki pengaruh yaitu antara lain senyawa allelopati
dapa menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion
oleh tumbuhan, beberapa allelopat menghambat pembelahan sel-sel akar
tumbuhan,mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan, menghambat respirasi akar,
menghambat sintesa protein, menurunkan daya pemeabilitas membran pada sel tumbuhan
dan dapat mengahambat aktivitas enzim “
V. Alat dan bahan
Alat : 1). Mortal
2). Skepel ( penumbuk )
3). Cawan petri 2 buah
4). Gelas kimia 2 buah
5). Kertas saring
6). Corong kaca
7). Kapas
8). Tanah liat , air , dan 2 buah gelas atom.
Bahan :
1). Rumput teki ( Cyprinus sp )
2). Kacang hijau
VI. Cara kerja
1) Membuat ekstrak rumput teki dengan cara menumbuk dengan mortal dan skepel .
2) Member air pada rumput teki yang telah di haluskan
3) Menyaring ekstrak rumput teki kedalam gelas kimia dengan perbandingan 2 : 28.
4) Meletakkan biji kacang hijau diatas media kapas dan tanah pada cawan petri .
5) Meneteskan ekstrak rumput teki pada masing-masing media sebanyak 5 tetes .
6) mengamati perkecambahan biji-biji tersebut selama 1 minggu.
7) Menghitung persen perkecambahannya dan diukur panjangnya.
VII. Data Hasil Pengamatan
VIII. Deskripsi data
IX. Pembahasan
Dari percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa dosis ekstrak tanaman allelopati
yang diberikan terhadap ketiga biji yang dijadikan sebagai objek percobaan sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan dari biji pada saat perkecambahan ini.
Kebanyakan biji yang diberikan dosis ekstrak tanaman allelopati yang tinggi sebagiannya
mati. Namun sebaliknya pada biji yang diberi perlakukan dengan dosis ekstrak allelopati
yang tidak terlalu tinggi persen perkecambahannya tergolong besar. Hal ini menandakan
bahwa ekstrak dari tanaman allelopati ini sangat mempengaruhi perkecambahan dari biji
percobaan. Biji-biji yang dijadikan sebagai objek percobaan terlihat rusak karena diberi
perlakuan dengan ekstrak tanaman allelopati. Dalam prinsipnya Allelopati merupakan
pengaruh yang bersifat merusak, menghambat, merugikan dan dalam keadaan kondisi
tertentu dapat juga menguntungkan. Dimana pengaruh ini terjadi pada perkecambahan,
pertumbuhan maupun pada saat metabolisme tanaman. Pengaruh ini disebabkan oleh adanya
senyawa kimia yang di lepaskan oleh suatu tanaman ke tanaman yang lainnya.
Dari data hasil percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa persen
perkecambahan tertinggi ada pada tanaman kacang hijau yaitu sebesar 46,6 %, sedangkan
yang terendah adalah pada biji jagung yaitu sebesar 30 %. Ini dapat terjadi demikian,
mungkin karena tanaman kacang hijau lebih tahan terhadap zat kimia yang dikeluarkan oleh
tanaman allelopati tertentu sedangkan tanaman jagung spesiesnya tidak tahan terhadap zat
allelopati yang dikeluarkan oleh tanaman tertentu. Dalam kejadian ini terlihat bahwa adanya
persaingan tanaman untuk mempertahankan hidup dari zat-zat yang bersifat allelopati yang
dikeluarkan oleh tanaman lain uyang bersifat merusak. Dalam persaingan antara individu-
individu dari jenis yang sama atau jenis yang berbeda untuk memperebutkan kebutuhan-
kehbutuhan yang sama terhadap faktor-faktor pertumbuhan, kadang-kadang suatu jenis
tumbuhan mengeluarkan senyawa kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dari
anaknya sendiri. Peristiwa semacam ini disebut allelopati. Allelopati terjadi karena adanya
senyawa yang bersifat menghambat. Senyawa tersebut tergolong senyawa sekunder karena
timbulnya sporadis dan tidak berperan dalam metabolisme primer organisme organisme.
Dalam percobaan allelopati ini, adapun jenis tanaman yang dijadikan ekstrak yang
diketahui mengandung zat allelopati yaitu ekstrak rumput teki . Bagian-bagian tanaman yang
digunakan adalah bagian akar dan daun. senyawa beracun yang dapat mempengaruhi
perumbuhan tanaman. Tumbuhan yang telah mati dan sisa-sisa tumbuhan yang dibenamkan
kedalam tanah juga dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Kartawinata dalam teori nya
menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstraks organ tubuh alang-alang, maka
semakin besar pengaruh negatifnya terhadap pertumbuhan kecambah suatu tanaman. Contoh,
jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri tertentu. Alelokimia pada tumbuhan dilepas ke lingkungan dan mencapai organisme
sasaran melalui penguapan, eksudasi akar, pelindian, dan atau dekomposisi. Setiap jenis
alelokimia dilepas dengan mekanisme tertentu tergantung pada organ pembentuknya dan
bentuk atau sifat kimianya . Mekanisme pengaruh alelokimia (khususnya yang menghambat)
terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme (khususnya tumbuhan) sasaran melalui
serangkaian proses yang cukup kompleks, proses tersebut diawali di membran plasma dengan
terjadinya kekacauan struktur, modifikasi saluran membran, atau hilangnya fungsi enzim
ATP-ase. Hal ini akan berpengaruh terhadap penyerapan dan konsentrasi ion dan air yang
kemudian mempengaruhi pembukaan stomata dan proses fotosintesis. Hambatan berikutnya
mungkin terjadi dalam proses sintesis protein, pigmen dan senyawa karbon lain, serta
aktivitas beberapa fitohormon. Sebagian atau seluruh hambatan tersebut kemudian bermuara
pada terganggunya pembelahan dan pembesaran sel yang akhirnya menghambat
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sasaran.
Alelopati tentunya menguntungkan bagi spesies yang menghasilkannya, namun
merugikan bagi tumbuhan sasaran. Oleh karena itu, tumbuhan-tumbuhan yang menghasilkan
alelokimia umumnya mendominasi daerah-daerah tertentu, sehingga populasi hunian
umumnya adalah populasi jenis tumbuhan penghasil alelokimia. Dengan adanya proses
interaksi ini, maka penyerapan nutrisi dan air dapat terkonsenterasi pada tumbuhan penghasil
alelokimia dan tumbuhan tertentu yang toleran terhadap senyawa ini.
Proses pembentukkan senyawa alelopati sungguh merupakan proses interaksi
antarspesies atau antarpopulasi yang menunjukkan suatu kemampuan suatu organisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dengan berkompetisi dengan organisme lainnya, baik
dalam hal makanan, habitat, atau dalam hal lainnya.
X. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa Proses
pembentukkan senyawa alelopati sungguh merupakan proses interaksi antarspesies atau
antarpopulasi yang menunjukkan suatu kemampuan suatu organisme untuk mempertahankan
kelangsungan hidup dengan berkompetisi dengan organisme lainnya, baik dalam hal
makanan, habitat, atau dalam hal lainnya. Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila
populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain .
Allelopati terjadi karena adanya senyawa yang bersifat menghambat. Senyawa tersebut
tergolong senyawa sekunder karena timbulnya sporadis dan tidak berperan dalam
metabolisme primer organisme organisme.
XI. Daftar pustaka
Anonim a. Tanpa Tahun. Alelopati. (Online) (http://io.ppi jepang.org/download.php?
file=files/inovasi diakses tanggal 5 Desember 2007).
Odum . 1998 . ekologi tumbuhan .rineka cipta : Jogjakarta
Petelay, Febian. 2003. Pengaruh Allelopathy Acacia mangium wild terhadap Perkecambahan
Benih Kacang Hijau (Phaseolus radiatus) dan Jagung (Zea mays). (Online)
(http://www.geocities.com/irwantoshut/allelopathy_acacia.doc. diakses pada tanggal 21
November 2007).
Soejani . 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sukman, Y., & Yakub. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta: Rajawali Pers http://novita-ristiani.blogspot.com/2012/11/laporan-praktikum-ekologi-tumbuhan.html
PENGARUH ALLELOPATI JENIS TUMBUHANTERHADAP PERKECAMBAHAN
OLEH :
DUMORA MANURUNGGRESYA HUTABARAT
JHON HERY MANURUNGLESTARI DOLOKSARIBU
NURY SYAHPUTRI HARAHAPSITI NURHAYATI TAMBUNAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2011ABSTRAK
Praktikum yang berjudul, “Pengaruh Allelopati Jenis Tumbuhan Terhadap
Perkecambahan bertujuan untuk mempelajari pengaruh allelopati dari jenis
tumbuhan terhadap perkecambahan tanaman. Praktikum dilaksanakan
pada hari Jum’at. Bertempat di Laboratorium Ekologi Tumbuhan, Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Medan (UNIMED), Medan. Alat yang digunakan adalah blender,
cawan petri, corong penyaring, gelas ukur 10 cc, kapas/tissue, Kertas
saring, mangkuk pengerus (lumping dan alu), penggaris, pipet tetes, piring
plastik, dan pisau/gunting sedangkan bahan yang digunakan adalah ekstrak
Acacia mangium (akasia) dan ekstrak Imperata cylindrica (alang-alang) ,
akuades, Phaseolus radiates (kacang hijau), Zea mays (jagung). Dari
percobaan, didapat hasil yaitu kita dapat mengetahui pengaruh allelopati
Acacia mangium dan Imperata cylindrica terhadap pertumbuhan
Phaseolus radiatus dan Zea mays, serta faktor-faktor yang mempengaruhi
perkecambahan. Kesimpulan yang didapat pada praktikum ini adalah
allelopati menghambat pertumbuhan tumbuhan jenis lain yang tumbuh
yang bersaing dengan tumbuhan allelopati tersebut.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu
tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat
pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan
tersebut. Istilah ini mulai digunakan dan diartikan sebagai pengaruh
negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan,
pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan untuk
menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu
senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan.
Terlepas dari suatu kenyataan bahwa ekstrak suatu tanaman
bukanlah material percobaan yang cicik, karena tidak terdapat di alam.
Ekstrak tersebut sering sekali tidak steril sehingga transformasi bakteri
barang kali telah berlangsung dan biasanya tanaman-tanaman tersebut
tidak memiliki hubungan ekologis. Penelitian seperti ini sulit ditafsirkan.
Pertanyaannya adalah apakah beberapa tanaman mempunyai suatu
pegaruh toksik pada tanaman lainnya yang tumbuh di lapangan dan ini
harus terpisah dari setiap kompetisi untuk cahaya, air dan hara. Itulah
sebabnya mengapa kita perlu mempelajari pengaruh alelopati ini terhadap
tumbuhan lain.
Penerapan alelopati dalam pertanian secara garis besar adalah untuk
mengendalikan gulma dan penyakit menggunakan bahan yang berasal dari
tumbuhan atau mikroorganisme. Penggunaan pestisida yang berasal dari
tumbuhan bersifat relatif aman, karena berbeda dengan bahan kimia
sintetis, bahan alami mudah terurai sehingga tidak akan meninggalkan
residu di tanah atau air, dan oleh karena itu tidak menimbulkan
pencemaran. Penanaman tanaman produksi maupun non-produksi yang
alelopatik terhadap gulma atau patogen bahkan dapat dikatakan tidak
menimbulkan efek negatif terhadap lingkungan dan manusia, dan murah
bagi petani sehingga petani tidak perlu menambahkan input dari luar.
Diperkirakan ada sekitar 641/2 juta hektar padang rumput di
Indonesia, di mana sebagian besar Imperata. Di Indonesia nampaknya
Imperata bukan merupakan jenis tumbuhan alamiah. Hampir seluruhnya
terbentuk ada di ladang karena rumput-rumput ini akan merupakan saingan
bagi tanaman budaya dan akan merupakan tanaman yang tidak disenangi
bagi ladang-ladang yang baru saja dibero karena rumput-rumput ini akan
menghambat penghutanan kembali sehingga akan memperlama waktu
bero yang diperlukan sebelum tanah tersebut bisa digarap kembali. Sifat-
sifat dari tanaman ini yang sangat membutuhkan banyak sinar, tingginya
tanaman, kecepatannya tumbuh, dan daun-daunnya yang rimbun,
kesemuanya merupakan faktor saingan bagi tumbuhan rumput yang telah
ada di tempat-tempat seperti itu (Dove dan Martopo,1987).
Gulma adalah tanaman tumbuhan liar yang tidak dikehendaki
tumbuh di antara tanaman pokok. Beberapa gulma sering menjadi inang
hama dan penyakit tanaman tertentu atau mengandung zat tertentu (zat
allelophaty) yang dapat merugikan tanaman pokok. Persaingan gulma pada
awal pertumbuhan akan mengurangi kuantitas hasil, sedangkan persaingan
dan gangguan gulma menjelang panen berpengaruh besar terhadap kualitas
hasil. Perbedaan cara penanaman, laju pertumbuhan dan umur varietas
yang ditanam, dan tingkat ketersediaan unsur hara juga akan menentukan
besarnya persaingan gulma dengan tanaman (Djojosumarto, 2001).
Untuk melihat lebih lanjut dan langsung mengamati perngaruh
allelopati dari alang-alang (Imperata cylindrica) dan akasia (Acacia
mangium), terhadap perkecambahan jenis tumbuhan lain, maka dilakukan
suatu percobaan. Dimana dari jenis tumbuhan alang-alang (Imperata
cylindrica) dan akasia (Acacia mangium), akan dibuatkan suatu ekstrak
yang kemudian didalamnya akan dimasukkan beberapa jenis biji tanaman.
Dan dalam percobaan ini jenis biji yang akan digunakan yaitu biji Kacang
Hijau dan jagung.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum adalah bagaimana pengaruh
ekstrak daun Acacia mangium dan imperata cylindrica terhadap
perkecambahan dan pertumbuhan Phaseolus radiates dan Zea mays.
Batasan Masalah
Batasan masalah pada praktikum adalah pengamatan perkecambahan
biji Phaseolus radiates dan Zea mays (persen perkecambahan) serta
pengamatan pertumbuhan fase vegetatif Phaseolus radiates dan Zea mays
(tinggi tanaman) yang telah diberi ekstrak daun Acacia mangium dan
imperata cylindrica.
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh allelopati dari
beberapa jenis tanaman terhadap perkecambahan atau pertumbuhan jenis
tumbuhan lain.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
pengaruh yang diberikan alelopati Acacia mangium dan imperata
cylindrical terhadap perkecambahan biji dan pertumbuhan vegetatif
tanaman uji Phaseolus radiates dan Zea mays.
TINJAUAN PUSTAKA
Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk
interaksi antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya
melalui senyawa kimia. Pendapat lain mengungkapkan bahwa alelopati
merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang
menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang
lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Istilah ini diartikan
sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap
perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya.
Kemampuan untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan
akibat adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis
tumbuhan (Indriyanto, 1999).
Dalam persaingan antara individu-individu dari jenis yang sama
atau jenis yang berbeda untuk memperebutkan kebutuhan-kebutuhan yang
sama terhadap factor-faktor pertumbuhan, kadang-kadang sustu jenis
tanaman mengeluarkan suatu jenis senyawa kimia yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan jenis-jenis tanaman lain dan mungkin juga
dapat mempengaruhi pertumbuhan dari anakannya sendiri, dan inilah
yang merupakan suatu peristiwa yang dikenal dengan allelopati (Onrizal.
2008).
Tumbuhan juga dapat bersaing antara sesamanya dengan secara
interaksi biokimia, yaitu salah satu tumbuhan mengeluarkan senyawa
beracun ke sekitarnya dan dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan
tunbuhan lainnya. Interaksi antara gulma dan pertanaman antara lain
menyebabkan gangguan perkecambahan biji, kecambah jadi abnormal,
pertumbuhan memanjang akar terhambat, perubahan susunan sel-sel akar
dan lain sebagainya. Persaingan yang timbul akibat dikeluarkannya zat
yang meracuni tumbuhan lain disebut allelophaty, senyawa-senyawa kimia
yang mempunyai potensi allelophaty dapat ditemukan di setiap organ
tumbuhan, antara lain terdapat pada: daun, batang, akar, rhizoma, buah,
biji dan umbi serta bagian-bagian tumbuhan yang membusuk. Umumnya
senyawa yang dikeluarkan adalah dari golongan fenol. Species gulma yang
diketahui mengeluarkan senyawa-senyawa beracun adalah alang-alang
(Imperata cylindrica), teki (Cyperus rotundus), Agropyron intermedium,
Salvia lencophyella, Cynodon dactylon, Cyperus esculentus dan lainnya.
Sehingga gulma merupakan persaingna lami yang kuat dengan daya
kecambah yang tinggi dan lahan tahan terhadap gangguan tanah,
pertumbuhan cepat, daya regenerasi kuat (gulma tahunan), tidak peka
terhadap sinar matahari yang kurang akibat penaungan tumbuhan lain,
tingkat absorpsi dan penggunaan unsur hara dan air yang besar, dan daya
penyesuaian terhadap iklim yang luas. Gulma yang menimbulkan
persaingan berat terhadap tanaman adalah yang memiliki tajuk dan
perakaran yang luas dan banyak, pertumbuhan yang cepat, waktu
berkecambah dan pemunculan yang lebih awal dari tanaman, kerapatan
yang cepat meninggi dan berjalur fotosintesis C4 (Sukman dan Yakup,
1995).
Alang-alang (Imperata cylindrica) merupakan gulma tahunan yang
keberadaannya sangat tidak dikehendaki oleh kaum petani khususnya.
Tumbuhan ini banyak terdapat di lahan pertanian di daerah tropis dan
subtropis. Alang-alang dapat menghasilkan hormon alelopati, yaitu zat
yang dapat mematikan tumbuhan lain. Akibat pada suatu lahan dapat
terjadi monokultur, dan yang ada hanya alang-alang. Dengan mengacu
pada kemampuan alelopati untuk mematikan tumbuhan lain, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh alelopati yang terdapat pada
rimpang alang-alang terhadap pertumbuhan gulma teki (Cyperus rotundus)
(Wijaya, 1998).
Pengaruh allelopati bagi tumbuhan:
1. Menghambat penyerapan hara oleh akar tanaman
2. Menghambat pembelahan sel
3. Menghambat pertumbuhan tanaman
4. Menghambat aktivitas fotosintesis
5. Memacu atau menghambat respirasi
6. Mempengaruhi sintesis protein
7. Menurunkan permeabilitas membran
8. Menghambat aktivitas enzim
9. Menghambat fiksasi N dan nitrifikasi (Soejono, 2007).
Kehadiran tumbuhan yang mengeluarkan bahan kimia seperti
penghambat pertumbuhan spesies lain di sekitarnya. Pengaruh bahan kimia
dapat menyebabkan pertumbuhan yang terhambat sama sekali,
pertumbuhan terlambat. Apabila terjadi pertumbuhan yang sama sekali
terhambat maka akibatnya dapat terlihat dari bentuk daerah yang gundul
disekitar tumbuhan yang mengeluarkan bahan kimia itu. Gejala ini sering
disebut allelopati (Ewusei, 1990).
Allelokimia (senyawa penyebab allelopati) berasal dari bagian yang
berbeda pada tumbuhan penghasilnya; akan tetapi, bagian terpenting
sebagai sumber allelokimia adalah akar dan daun. Eksudat akar berperan
aktif dalam pengaturan sismbiosis dan proteksi tumbuhan terhadap
mikroorganisme. Dalam interaksi allelopati, tumbuhan donor
menggunakan metabolit sekunder yang dikeluarkan akar ke rizosfir untuk
mengganggu pertumbuhan tumbuhan lain di sekitarnya (Bais et al., 2004).
Peristiwa allelopati ialah peristiwa adanya pengaruh jelek dari zat
kimia (allelopat) yang dikeluarkan tumbuhan tertentu yang dapat
merugikan pertumbuhan tumbuhan lain yang tumbuh di
sekitarnya.Pertumbuhan jagung banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor
genetic dan lingkungan, diantara faktor lingkungan adalah adanya
persaingan dengan gulma. Pertumbuhan gulma disekitar tanaman jagung
perlu dikendalikan karena menurunkan kualitas dan kuantitas hasil panen
(Kurniawan, 2006).
Allelopati adalah produksi substansi (zat) oleh suatu tanaman yang
merugikan tanaman lain atau mikroba. Ini merupakan topic yang
kontroversi (bertentangan). Masalahnya adalah bahwa tanaman
mengandung substansi yang sangat luas yang bersifat toksik dan beberapa
percobaan berusaha mendemonstrasikan pengaruh allelopati dengan
memberikan ekstrak suatu tanaman kepada biji-biji ataupun bibit tanaman
lain. Terlepas dari kenyataan bahwa ekstrak suatu tanaman bukanlah
material percobaan yang cocok, karena tidak terdapat di alam, ekstrak
tersebut sering kali tidak steril sehingga transformasi bakteri barangkali
telah berlangsung dan biasanya tanaman-tanaman tersebut tidak memiliki
hubungan ekologi (Fitter dan Hay, 2000).
BAB II
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Adapun Praktikum Ekologi Tumbuhan yang berjudul “ Pengaruh
Allelopati Beberapa Jenis Tumbuhan Terhadap Perkecambahan Beberapa
tanaman” dilaksanakan pada tanggal 18 September – 24 September 2010
, pukul 14.00 WIB di Ruang Laboratorium Ekologi Tumbuhan, Jurusan
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Medan, Medan.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Bagian akar atau daun alang-alang (Imperata cylindrica), dan daun akasia
(Acacia mangium), sebagai bahan pembuat ekstrak.
2. Biji jagung, biji kacang hijau, sebagai bahan percobaan (biji yang akan
dikecambahkan).
3. Air, fungsinya untuk membasahi kapas dan pengenceran ekstrak sebagai
media tanam.
4. Kapas, sebagai bahan media tanam.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Blender atau mangkok penggerus, fungsinya sebagai alat penghalus
bagian akar atau daun alang-alang (Imperata cylindrica), daun akasia
(Acacia mangium).
2. Pipet tetes, fungsinya untuk meneteskan ekstrak pada cawan petri (petri
dish) yang berisi biji kacang hijau dan biji jagung.
3. Kertas saring, fungsinya untuk menyaring ekstrak.
4. Gelas ukur, fungsinya untuk mengukur volume ekstrak..
5. Pisau atau gunting, fungsinya untuk memotong bagian akar atau daun
alang-alang (Imperata cylindrica) dan daun akasia (Acacia mangium).
C. Prosedur kerja
1. Dibuat ekstrak alang-alang dan akasia dengan cara sebagai berikut :
a. Dihancurkan dan dihaluskan bagian tumbuhan yang dipilih tersebut
dengan mangkok penggerus atau blender.
b. Dibuat ekstrak atau hasil rendaman bagian tumbuhan tersebut dengan air,
dengan perbandingan bagian tumbuhan : air adalah 1 : 7, 1 : 14, dan 1 : 21
dan dibiarkan selam 24 jam. Setelah 24 jam, saringlah ekstrak yang
diperoleh dengan menggunakan alat penyaring.
2. Diletakan biji kacang hijau dan jagung pada cawan petri, masing-masing
10 biji pada masing-masing 4 cawan. Sebelumnya di dalam gelas aqua
sudah dimasukkan kapas yang dibasahi dengan air.
3. Ditetesi sebanyak 10 tetes ekstrak allelopati ke dalam gelas aqua yang
telah berisi biji kacang hijau dan jagung.
4. Dipilih kombinasi perlakuan oleh masing-masing kelompok, biji kacang
hijau dan jagung dengan perlakuan (kontrol dan perlakuan ekstrak dengan
salah satu konsentrasi 1 : 7, atau 1 : 14, atau 1 : 21).
5. Tiap kelompok terdapat 4 (empat) perlakuan dengan masing-masing
perlakuan 3 (tiga) ulangan.
6. Diamati perkecambahan biji-biji tersebut selama 1 minggu, tentukan
persen kecambahnya dan ukur panjang kecambahnya.
7. Dengan menggunakan rancangan percobaan acak lengkap gunakan sidik
ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemberian ekstrak bahan
allelopati terhadap respon tumbuhan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan dan pendataan yang dilakukan
terhadap percobaan maka diperoleh data sebagai berikut :
1. Perlakuan ekstrak Akasia (Acacia mangium) terhadap jagung (Zea mays)
Ulang
an
Kontr
ol
1:7 1:1
4
1:2
1
∑
1 5,54 5,14 7,03 6,87 24,5
8
2 4,83 3,43 6,04 2,16 16,4
6
3 7,04 7,46 2,71 6,91 24,1
2
Total 17,41 16,0
3
15,7
8
15,9
4
65,1
6
Faktor koreksi
= V 2 12
= (65,16)2 = (4245,826) = 353,819 12 12
Jangkauan kuadrat tengah (JKT)
= [(5,54)2 + (5,14)2 + (7,03)2 + (6,87)2 + (4,83)2 + (3,43)2 + (6,04)2+ (2,16)2 +
(7,04)2 + (7,46) + (2,71)2 + (6,91)2] - (353,819)
= [(30.69) + (26,42) + (49,42) + (47,20) + (23,33) + (11,76) + (36,48) +
(4,67) + (49,56) + (55,652) + (7,34) + (47,75) ] - (353,819)
= [(390,272) - (353,819)]
= 36,453
Jangkauan kuadrat perlakuan (JKP)
=[ (17,41) 2 + ( 16,03 ) 2 + ( 15,78 ) 2 + ( 15,94 ) 2 ] – 353,819 3=[ (303,108) + (256,961) + (249,008) + (254,084) ] – 353,819 3= (1063,161) – 353,819 3= 354,387 – 353,819
= 0,568
Jangkauan Kuadrat Galat (JKG)
JKG = JKT − JKP
= 27,932 – 0,568
= 27,364
2. Perlakuan ekstrak Alang-alang terhadap Zea mays
Ulang
an
Kontr
ol
1:7 1:14 1:21 ∑
1 5,54 4,85 9,65 8,68 28,5
9
2 4,83 6,22 8,01 8,44 27,5
2
3 7,04 6,34 8,85 5,4 27,5
3
Total 17,41 17,4
1
26,5
1
22,5
2
83,6
4
Faktor koreksi
= V 2
12
= (83,64)2 = (6995,65)2 = 582, 971 12 12
Jangkauan kuadrat tengah (JKT)
= [(5,41)2 + (4,85)2 + (9,65)2 + (8,68)2 + (4,85)2 + (6,22)2 + (8,01)2 + (8,44)2 +
(6,94)2 + (6,34)2 + (8,85)2 + (5,4)2] - ( 582, 971)
= [(29,27) + (23,52) + (93,12) + (75,34) + (23,52) + (38,69) + (64,16) +
(71,23) + (48,16) + (40,20) + (78,32) + (29,16)] - (582,971)
= [ (614,69) - (582,971) ]
= 31,719
Jangkauan kuadrat perlakuan (JKP)
= [ ( 17,41 ) 2 + ( 17,41 ) 2 + ( 26,51 ) 2 + ( 22,52 ) 2 ] – 582,971 3
= [(303,108) + (303,108) + (702,780) + (507,150)] – 582,971 3
= 605,382 – 582,971
= 22,411
3. Perlakuan ekstrak Akasia (Acacia mangium) terhadap kacang hijau
(Phaseolus radiatus)
Ulanga
n
Kontro
l
1:
7
1:1
4
1:2
1
∑
1 1 - - - 1
2 1,5 - - - 1,
5
3 2 0,7 0,4 0,2 3,
3
Total 4,5 0,7 0,4 0,2 5,
8
Faktor koreksi
= V 2 12
= (5,8)2 = (33,64) = 2,803 12 12
Jangkauan kuadrat tengah (JKT)
= [(1)2 + (1,5)2 + (2)2 + (0,7)2 + (0,4)2 + (0,2)2 ] - (2,803)
= [(1) + (2,25) + (4) + (0,49) + (0,16) + (0,04)] - (2,803)
= [(7,94) - (2,803)]
= 5,137
Jangkauan kuadrat perlakuan (JKP)
=[ (4,5) 2 + ( 0,7 ) 2 + ( 0,4 ) 2 + ( 0,2 ) 2 ] – 2,803 3=[ (20,25) + (0,49) + (0,16) + (0,04) ] – 2,803 3
= (20,94) – 2,803 3= 6,98 – 2,803
= 4,177
Jangkauan Kuadrat Galat (JKG)
JKG = JKT − JKP
= 5,137 – 4,177
= 0,960
4. Perlakuan ekstrak Alang-alang terhadap Zea mays
Ulanga
n
Kontrol 1:7 1:14 1:21 ∑
1 1,3 - - - 1,3
2 1,8 - - - 1,8
3 2,4 - - - 2,4
Total 5,5 - - - 5,5
Faktor koreksi
= V 2
12
= (5,5)2 = (30,25)2 = 2,52 12 12
Jangkauan kuadrat tengah (JKT)
= [(1,3)2 + (1,8)2 + (2,4)2 ] - (2,52)
= [(1,69) + (3,24) + (5,76)] - (2,52)
= [ (10,69) - (2,52) ]
= 8,17
Jangkauan kuadrat perlakuan (JKP)
= [ ( 5,5 ) 2 ] – 8,17 3
= [(30,25)] – 8,17 3
= 10,083 – 8,17
= 1,913
Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh, maka dapat dapat
dilihat bahwa F.hitung yang lebih besar daripada F.tabel, untuk F.Hitung
pada ekstrak alang-alang (Imperata cilindryca) adalah 4,562 dan untuk
ekstrak akasia (Acacia mangium) adalah 0,055 maka dapat diamati bahwa
yang berpengaruh besar terhadap perkecambahan jagung dalam percobaan
ini adalah ekstrak alang-alang.
Allelopati yang berasal dari pinus berpengaruh terhadap
perkecambahan jagung. Allelopati yang dihasilkan dari ekstrak tersebut
sangat berpengaruh pada perkecambahan. Hal ini sesuai dengan literature
yang dikemukakan oleh Indriyanto (1999), yang
menyatakan bahwa alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu
individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat
pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan
tersebut. Istilah ini diartikan sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis
tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan
pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan untuk menghambat
pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu senyawa
kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan.
Dari pengamatan terhadap percobaan, diketahui bahwa bagian
daun alang-alang (Imperata cylindrica) dan akasia (Acacia mangium)
terkandung senyawa kimia yang bersifat menghambat pertumbuhan
(allelopati) dari perkecambahan biji jagung (Zea mays) dan kacang hijau
(Phaseolus radiatus). Hal ini sesuai dengan pernyataan Suryanto (2007),
yang menyatakan bahwa sebagai allelopat, substansi kimiawi itu
terkandung dalam tubuh tumbuhan, baik tanaman maupun gulma.
Bertindaknya allelopat tersebut setelah tumbuhan atau bagian tumbuhan
mengalami pelapukan, pembusukan, pencucian ataupun setelah
dikeluarkan berupa eksudat maupun penguapan.
Namun pada percobaan praktikum ini, dapat dilihat bahwa
allelopat dari ekstrak akasia kurang berpengaruh nyata pada
perkecambahan jagung. Hal ini dapat dilihat berdasarkan F.hitung untuk
ekstrak akasia hanya 0,055. Yang berarti nilai F hitung kedua ekstrak ini
lebih kecil daripada F.tabelnya.
Pada objek pengamatan ini, maka dapat diamati juga wadah
percobaan allelopati untuk jagung dan kacang hijau yang diberi ekstrak
alang-alang warnanya lebih pekat dibandingkan dengan kedua ekstrak
lainnya. Dapat dipastikan ini juga yang mempengaruhi allelopati pada
perkecambahan jagung.
Tumbuhan yang suseptibel bila terkena substansi semacam itu akan
mengalami gangguan berupa penghambatan pertumbuhan atau penurunan
hasil. Dan dalam percobaan ini allelopati dari alang-alang (Imperata
cylindrica) dan akasia (Acacia mangium) dibuat dalam bentuk ekstrak
(eksudat). Pengaruh bahan kimia dapat menyebabkan pertumbuhan sama
sekali terhambat, pertumbuhan terlambat. Apabila terjadi pertumbuhan
yang sama sekali terhambat, maka akibatnya dapat terlihat dalam bentuk
daerah gundul di sekitar pohon yang menggetahkan bahan kimia itu.
Gejala ini sekarang dikenal sebagai allelopati. Jelas kiranya bahwa
allelopati dapat merupakan faktor dalam suksesi tumbuhan, dalam
kemenonjolan spesies tunggal, dan dalam pembentukan pola nabatah pada
umumnya.
Untuk hasil percobaan ini, sudah dapat diketahui bahwa allelopati
tersebut berpengaruh nyata terhadap perkecambahan jagung (Zea mays).
Namun untuk hasil lebih jelasnya, percobaan ini sebenarnya belum akurat,
karena keadaan ynag terjadi di alam sebenarnya tak semudah dengan
percobaan ini. Hal ini sesuai dengan Fitter dan Hay (2000), yang
menyatakan bahwa ekstrak suatu tanaman bukanlah material percobaan
yang cocok, karena tidak terdapat di alam, ekstrak tersebut sering kali
tidak steril sehingga transformasi bakteri barangkali telah berlangsung dan
biasanya tanaman-tanaman tersebut tidak memiliki hubungan ekologi.
Setelah dilaksanakan percobaan ini, maka dapat dikatakan bahwa
allelopat yang berpengaruh terhadap perkecambahan jagung (Zea mays)
adalah allelopat Alang-Alang (Imperata cylindrica). Untuk allelopat dari
akasia sifatnya kurang berpengaruh terhadap perkecambahan jagung ini,
sedangkan untuk perkecambahan kacang hijau yang lebih berpengaruh
adalah alelopat alang-alang (Imperata cylindrica) walaupun alelopat
akasia (Acacia mangium) juga berpengaruh namun tidak terlalu
berpengaruh mungkin karena ekstraknya yang terlalu encer.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pada daun alang-alang (Imperata cylindrica) dan akasia (Acacia
mangium) terdapat senyawa kimia yang bersifat racun (allelopati).
2. Allelopati berpengaruh nyata terhadap perkecambahan jagung (Zea mays)
dan kacang hijau (Phaseolus radiatus).
3. Ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica) berpengaruh terhadap
perkecambahan kacang hijau (Phaseolus radiatus).
4. Ekstrak akasia berpengaruh terhadap perkecambahan biji kacang hijau
(Phaseolus radiatus).
5. Ekstrak akasia (Acacia mangium) kurang pengaruhnya terhadap
perkecambahan jagung (Zea mays) dan begitu juga ekstrak alang-alang
(Imperata cylindrica) yang kurang berpengaruh terhadap perkecambahan
jagung dan hal tersebut mungkin disebabkan karena kekurang telitian para
praktikan dalam pengenceran ekstrak.
6. Allelopati merupakan produksi substansi (zat) oleh suatu tanaman yang
merugikan tanaman lain.
Saran
Disarankan agar praktikan lebih teliti pada saat pembuatan ekstrak,
agar hasil pada perkecambahan lebih akurat dan maksimal, selain itu
disarankan juga agar praktikan jeli pada saat pengambilan data agar hasil
perhitungan yang diperoleh maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S . 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor
Bais, H. P., S. W. Park, T. L. Weir, R. M. Callaway dan J. M. Vivanco. 2004. 'How Plants Communicate Using The Underground Information Superhighway'. http://plants.trends.com. [ diakses pada tanggal 15 September 2010 pukul 19.46 WIB)
Djojosumarto, P. 2001. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Penerbit Kanisius. Jakarta
Dove,M.R. dan S.Martopo. 1987. Manusia Dan Alang-alang Di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Fitter, A.H dan R.K.M.Hay. 2000. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Indriyanto. 1999. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta
Kurniawan. 2006. Pengaruh Alelopati Gulma Teki (Ciperus Rotundus) dan Alang-Alang( Imperata cylindrica) Terhadap Kadar Proteind Serat Kasar Hijau Jagung (Zea Mays L.). PS. September 2006. Jakarta
Onrizal dan Kusmana,C. 2005. Ekologi Hutan. Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan
Salampessy, N.S.M,1998, Pengaruh Allelopathy Pohon Titi (Gmelina Mollucana, Back) Terhadap Perkecambahan Beberapa Jenis Tanaman Tumpang Sari, Universitas Pattimura, Ambon (Skripsi, tudak dipublikasi)
Sukman, Y. dan Yakup. 1995. Gulma Dan Teknik Pengendaliannya. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta
Wijaya, F.H. 1998. Pemanfaatan Allelopati Pada Rimpang Alang-Alang (Imperata cylindrica) sebagai herbisida Organik Pengendali Gulma Teki (Cyperus rotundus). SMU Nusantara .Magelangokepmonroe.blogspot.com/2011/11/makalah-pengaruh-allelopati-pada.html
BAB IPENDAHULUAN1.1Latar BelakangAlelopati merupakan pelepasan senyawa bersifat toksik yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman disekitarnya dan senyawa yang bersifat alelopati disebut alelokimia (Kurniasih,2002). Sedangkan menurut Rice (1995), Inderjit & Keating (1999) dan Singh et al(2003) mendefinisikan alelopati sebagai pengaruh langsung maupun tidak langsung dari suatu tumbuhan terhadap tumbuhan lainnya, baik yang bersifat positif maupun negatif melalui pelepasan senyawa kimia ke lingkungannnya (Junaedi et al., 2006).Beberapa senyawa alelopatimenghambat pembelahan sel-sel akar, menghambat pertumbuhan yaitu dengan mempengaruhi pembesaran sel, menghambat respirasi akar
, menghambat sintesis protein, menghambat aktivitas enzim, serta menurunkan daya permeabilitas membran pada sel tumbuhan (Soetikno, 1990).Narwal (1999) dan Cipollini, et.al. (2008) menyatakan bahwa efek penghambatan senyawa alelopati pada organisme target bisa terjadi secara langsung maupun tidak langsung, namun bagaimana penghambatanterjadi di alam belum bisa diketahui secara pasti. Hal ini dikarenakan terdapat faktor lain selain alelokimia yang bisa menghambat pertumbuhan diantaranya kompetisi, faktor biotik, dan abiotik (Brooks, 2008) sehingga penelitian ‘bioassay’ penting dilakukan untuk mengevaluasi potensi alelokimia tersebut.L.camaramerupakan tanaman perdu yang banyak tumbuh di daerah tropis dan subtropis, bunganya yang menarik dan beraneka warna mulai dari putih, merah muda, jingga, kuning, dan ungu membuat tanaman ini sering ditanam sebagai tanaman hias baik yang ditanam dalam pot atau taman (Sharma et al., 1999). 1http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-9887-Chapter1.pdf
Pada posting sebelumnya di Kereta-Sains, kita telah
mempelajari macam-macam interaksi antar makhluk hidup. Pada posting
kali ini kita akan lebih menfokuskan pada alelopati. Alelopati berasal dari
bahasa Yunani, allelon yang berarti "satu sama lain" dan pathos yang
berarti "menderita". Alelopati didefinisikan sebagai suatu fenomena alam
dimana suatu organisme memproduksi dan mengeluarkan suatu senyawa
biomolekul (disebut alelokimia) ke lingkungan dan senyawa tersebut
memengaruhi perkembangan dan pertumbuhan organisme lain di
sekitarnya.
Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu
menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain.
Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan
lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada
mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa atau
antibiotisme. Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan
antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.
MEKANISME ALELOPATI
Fenomena alelopati mencakup semua tipe interaksi kimia antartumbuhan,
antarmikroorganisme, atau antara tumbuhan dan mikroorganisme.
Interaksi tersebut meliputi penghambatan dan pemacuan secara langsung
atau tidak langsung suatu senyawa kimia yang dibentuk oleh suatu
organisme (tumbuhan, hewan atau mikrobia) terhadap pertumbuhan dan
perkembangan organisme lain. Senyawa kimia yang berperan dalam
mekanisme itu disebut alelokimia. Pengaruh alelokimia bersifat selektif,
yaitu berpengaruh terhadap jenis organisme tertentu namun tidak
terhadap organisme lain.
Diagram alelopati
Alelokimia pada tumbuhan dibentuk di berbagai organ, mungkin di akar,
batang, daun, bunga dan atau biji. Organ pembentuk dan jenis alelokimia
bersifat spesifik pada setiap spesies. Pada umumnya alelokimia
merupakan metabolit sekunder yang dikelompokkan menjadi 14
golongan, yaitu asam organik larut air, lakton, asam lemak rantai panjang,
quinon, terpenoid, flavonoid, tanin, asam sinamat dan derivatnya, asam
benzoat dan derivatnya, kumarin, fenol dan asam fenolat, asam amino
nonprotein, sulfida serta nukleosida. Pelepasan alelokimia pada umumnya
terjadi pada stadium perkembangan tertentu, dan kadarnya dipengaruhi
oleh stres biotik maupun abiotik.
Alelokimia pada tumbuhan dilepas ke lingkungan dan mencapai
organisme sasaran melalui penguapan, eksudasi akar, pelindian, dan atau
dekomposisi. Setiap jenis alelokimia dilepas dengan mekanisme tertentu
tergantung pada organ pembentuknya dan bentuk atau sifat.
1. Penguapan
Senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan. Beberapa
genus tumbuhan yang melepaskan senyawa alelopati melalui penguapan
adalah Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia. Senyawa kimianya termasuk ke
dalam golongan terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh tumbuhan di
sekitarnya dalam bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula masuk ke
dalam tanah yang akan diserap akar.
2. Eksudat akar
Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh akar
tumbuhan (eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam-asam
benzoat, sinamat, dan fenolat.
3. Pencucian
Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian tumbuhan yang
berada di atas permukaan tanah oleh air hujan atau tetesan embun. Hasil
cucian daun tumbuhan Crysanthemum sangat beracun, sehingga tidak
ada jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah naungan tumbuhan
ini.
4. Pembusukan organ tumbuhan
Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati, senyawa-senyawa
kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-sel pada bagian-
bagian organ yang mati akan kehilangan permeabilitas membrannya dan
dengan mudah senyawa-senyawa kimia yang ada didalamnya dilepaskan.
Beberapa jenis mulsa dapat meracuni tanaman budidaya atau jenis-jenis
tanaman yang ditanam pada musim berikutnya.
Mekanisme pengaruh alelokimia (khususnya yang menghambat) terhadap
pertumbuhan dan perkembangan organisme (khususnya tumbuhan)
sasaran melalui serangkaian proses yang cukup kompleks, namun proses
tersebut diawali di membran plasma dengan terjadinya kekacauan
struktur, modifikasi saluran membran, atau hilangnya fungsi enzim ATP-
ase. Hal ini akan berpengaruh terhadap penyerapan dan konsentrasi ion
dan air yang kemudian mempengaruhi pembukaan stomata dan proses
fotosintesis. Hambatan berikutnya mungkin terjadi dalam proses sintesis
protein, pigmen dan senyawa karbon lain, serta aktivitas beberapa
fitohormon. Sebagian atau seluruh hambatan tersebut kemudian
bermuara pada terganggunya pembelahan dan pembesaran sel yang
akhirnya menghambat pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
sasaran.
Alelopati tentunya menguntungkan bagi spesies yang menghasilkannya,
namun merugikan bagi tumbuhan sasaran. Oleh karena itu, tumbuhan-
tumbuhan yang menghasilkan alelokimia umumnya mendominasi daerah-
daerah tertentu, sehingga populasi hunian umumnya adalah populasi
jenis tumbuhan penghasil alelokimia. Dengan adanya proses interaksi ini,
maka penyerapan nutrisi dan air dapat terkonsenterasi pada tumbuhan
penghasil alelokimia dan tumbuhan tertentu yang toleran terhadap
senyawa ini.
Pengaruh alelopati terhadap pertumbuhan tanaman adalah sebagai
berikut.
Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu
dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan.
Beberapa alelopat menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan.
Beberapa alelopat dapat menghambat pertumbuhan yaitu dengan
mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan.
Beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat
respirasi akar.
Senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat sintesis
protein.
Beberapa senyawa alelopati dapat menurunkan daya permeabilitas
membran pada sel tumbuhan.
Senyawa alelopati dapat menghambat aktivitas enzim.
Proses pembentukkan senyawa alelopati sungguh merupakan proses
interaksi antarspesies atau antarpopulasi yang menunjukkan suatu
kemampuan suatu organisme untuk mempertahankan kelangsungan
hidup dengan berkompetisi dengan organisme lainnya, baik dalam hal
makanan, habitat, atau dalam hal lainnya.
Sumber:
Rohman, Fatchur. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang:
Universitas Negeri Malang.
http://kereta-sains.blogspot.com/2012/04/alelopati.html