Pengantar Ilmu Pendidikan
-
Upload
imanlaksana -
Category
Documents
-
view
74 -
download
3
description
Transcript of Pengantar Ilmu Pendidikan
BAB I
Hakikat Manusia dan Pendidikan
1.1 Hakikat Manusia
Banyak terlontar berbagai pandangan tentang hakikat manusia dan kemanusiaan yang
dihubungkan dengan sifat dan ciri dan hakiki yang ada pada diri manusia itu sendiri. Ragam
pemahaman tentang hakikat manusia tersebut dapat dikaji dalam bahan berikut ini:
1. Homo religius: pandangan tentang sososk manusia dan hakikat manusia sebagai mahkluk yang
beragama. Manusia meyakini bahwa ia memiliki keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin
ada kekuatan lain, yaitu Tuhan Sang Pancipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, sudah menjadi
fitrah manusia pada hakikatnya manusia adalah sebagai makhluk religius yang mempercayai
adanya Sang Maha Pencipta yang mengatur seluruh sistem kehidupan dimuka buni ini.
2. Homo Sapiens: pemahaman hakikat manusia sebagai makhluk yang bijaksana dan dapat
berfikir atau sebagai animal rationale. Manusia sebagai suatu organisme kehidupan dapat
tumbuh dan berkembang, namun yang mebedakan antara manusia dengan makhluk hidup
lainnya adalah manusia memiliki daya pikir, sehingga ia bisa bicara, berfikir, berbuat, belajar,
dan memiliki cita-cita sebagai dambaan dalam menjalankan kehidupan yang lebih baik.
3. Homo Faber: pemahaman tentang manusia sebagai makhluk yang berpiranti (perkakas).
Manusia dengan akal dan ketrampilan tangannya dapat menciptakan atau menghasilkan
sesuatu (sebagai produsen) dan pada pihak lain ia juga menggunakan karya lain (sebagai
konsumen) untuk kesejahteraan dan kemakmuran hidupnya.
4. Homo Homini Socius: kendati sosok manusia sebagai makhluk individu, makhluk yang
memiliki jati diri, yang memiliki ciri pembeda antara yang satu dengan yang lainnya, namun
pada saat yang bersamaan manusia sebagai kawan sosial bagi manusia lainnya.
5. Manusia sebagai makhluk etis dan estetis: hakikat manusia pada dasarnya sebagai mahkluk
yang memiliki kesadaran susila (etika). Sedangkan makna estetis yaitu pemahaman tentang
hakikat manusia sebagai makhluk yang memiliki rasa keindahan (sense of beuaty) dan rasa
estetika (sense of estetics). Sososk manusia yang memiliki cita, ras, dan dimensi keindahan
atau estetika lainnya.
Begitu kompleksnya hakikat manusia dan kemanusiaan, serta tak hanya terbatas pada
dimensi atau dimensi kejiwaan, terlontar pamehaman lain tentang hakikat manusia dan
kemanusiaan yaitu:
a. Manusia sebagai makhluk monodualis: manusia terdiri dari dua segi yang tak terpisahkan satu
sama lain, yaitu hakikat manusia yang ditilik dari segi jiwa dan raga. Atau sosok manusia yang
ditoleh dari segi individual dan sosial.
b. Manusia sebagai makhluk monopluralis: artinya aspek manusia dengan kemanusiaanya terdiri
dari banyak segi dan ragam dimensi, tetapi merupakan suatu kesatuan. Lengeveld misalnya,
menyebut tiga inti hakiki kemanusiaan yaitu manusia sebagai makhluk individu, makhluk
sosial, dan makhluk susila.
1.2 Pandangan Tentang Hakikat Manusia
1. Pandangan psikoanalitik: Suatu aliran dalam ilmu jiwa yg mencoba menganalisis kejiwaan
manusia atas bagian-bagiannya.
Struktur Kepribadian Manusia terdiri dari 3 komponen (Freud)
a. Id yang berfungsi untuk menggerakkan seseorang untuk memuaskan kebutuhannya
b. Ego berfungsi untuk menjembatani antara keinginan id dg lingkungan yang realistis
c. Super ego berfungsi untuk mengawasi dan mengontrol tingkah laku seseorang agar sesuai
dengan aturan dan nilai-nilai moral
2. Pandangan Humanistik: Melihat manusia itu secara manusiawi
a. Roger
Manusia adalah makhluk yg terus berubah dan diibaratkan dengan air mengalir yg tanpa
hentinya.
b. Jean Jacues Rousseau
Pada dasarnya manusia itu adalah baik tapi dirusak oleh masyarakat atau lembaga.
3. Pandangan Behavioristik
Tingkah laku manusia ditentukan oleh lingkungan dimana individu itu berada:
Dipelopori oleh Skinner, Kohler, Wetson, Thorndike
1. Tingkah laku manusia ditentukan oleh lingkungan di mana individu itu berada
2. Tingkah laku manusia dapat dikendalikan dengan mengatur lingkungan tempat individu itu
berada
1.3 Sifat Hakikat Manusia dan wujud sikap hakikat manusia
Sifat hakikat manusia menajadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat antropologi.
Hal ini menjadi keharusan karena pendidikan bukanlah sekedar soal praktek melainkan praktek
yang berlandasan dan bertujuan. Sedangkan landasan dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya
filosofis normative. Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara
prinsipiil (jadi bukan hanya gradual) membedakan manusia dari hewan .
Meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari
segi biologinya. Kenyataan dan pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru,
mengira bahwa hewan dan manusia itu hanya berbeda secara GRADUAL. Wujud sifat hakikat
manusia, pada bagian ini akan di paparkan wujud sifat hakikat manusia (yang tidak dimiliki
oleh hewan) yang dikemukakan oleh paham eksistensi dengan maksud menjadi masukan
membenahi konsep pendidikan, yaitu:
a. Kemampuan menyadari diri
Kaum Rasionalis menunjuk kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adnya
kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia, maka manusia menyadari bahwa
dirinya memiliki cirri khas atau karateristik.
b. Kemampuan bereksistensi
Dengan keluar dari dirinya, dan dengan membuat jarak antara aku dengan dirinyasebagai
objek, lalu melihat objek itu sebagai sesuatu, berarti manusia itu dapat menembus atau
menerobos dan mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Kemampuan menerobos ini
bukan saja soal ruang, melainkan juga dengan waktu. Kemampuan menempatkan diri dan
menerobos inilah yang disebut kemampuan bereksistensi.
c. Kata hati
Kata hati atau conscieice of Man juga serung disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati,
pelita hati, dan sebagainya. Manusia memiliki pengertian yang menyertai tentang ap yang akan,
yang sedang, dan yang telah dibuatnya. Bahkan mengerti juga akibatnya baik atau buruk bagi
manusia sebagai manusia.
d. Moral
Jika kata hati dikatakan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan, maka yang
dimaksud dengan moral adlah perbuatan itu sendiri. Di sini masih tampak bahwa masih ada
jarak antar kata hati dengan moral. Artinya seseorang yang telah memiliki kata hati yang tajam
belum otomatis perbuatannya merupakan realisasi dari kata hatinya itu. Untuk
menjembatanijarak yang mengantarai keduanya masih ada aspek yang diperlukan yaitu
kemauan.
e. Tanggung jawab
Kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang menuntut jawab,
merupakan pertanda dari sifat orang yang bertanggung jawab. Wujud bertanggung jawab ada
bermacam-macam, ada bertanggung jawab pada diri sendiri, masyarakat, dan kepada Tuhan.
f. Rasa kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas tidak merasa terikat oleh sesuatu tetapi sesuai denagn tuntutan
kodrat manusia. Dalam pernyataan ini ada dua hal yang kelihatannya saling bertentangan yaitu
“rasa bebas” dan “sesuai dengan tuntutan kodrat manusia” yang berarti ada ikatan.
g. Kewajiban dan Hak
Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai manifestasi dari manusia
sebagai mahluk sosial.Tak ada hak tanpa kewajiban. Jika seseorang mempunyai hak untuk
menuntut sesuatu maka tentu ada kewajiban yang harus dipenuhi terlebih dahulu yang pada
saat itu belum di penuhi. Dalam relitas hidup sehari-hari umumnya hak diasosiasikan dengan
sesuatu yang menyenangkan, sedangkan kewajiban di pndang sebagai sesuatu beban. Benarkah
kewajiban menjadi beban bagi manusia ?. ternyata bukan beban melainkan suatu keniscayaan.
Artunya selama orang itu menyebut diriny manusia dan mau dipandang sebagai manusia, maka
kewajiban itu menjadi keniscayaan baginya.
h. Kemampuan menghayati kebahagiaan
Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia. Ambillah missal
tentang sebutan senang, gembira, baahagia, dan sejumlah istilah lain yang mirip dengan itu.
Sebagian orang mungkin menganggap bahwa seseorang yang sedangmengalami rasa senang
atau gembira itulah sedang mengalami kebahagiaan. Maka kita bisa menyimpulkan bahwa
kebahagiaan itu rupanya tdk terletak pada keadaannya sendiri secara factual atuapun pada
rangkaian prosesnya tetapi terletak pada kesanggupannya menghayati semua itu dengan
keheningan jiwa, dan menundukan suatu hal di dalam rangkaian atau ikatan tiga hal yaitu :
usah, norma-norma dan takdir. Usaha adalah perjuangan yang terus menerus untuk mengatasi
masalah hidup. Selanjutnya usaha tersebut harus bertumpu ada norma-norma dan kaidah-
kaidah. Kemudian takdir merupakan rangkaian yang terpisah dalam proses terjadinya
kebahagiaan. Komponen takdir ini erat bertalian dengan komponen usaha.
1.4 Hakikat Manusia dan Dimensi-dimensinya
1. Dimensi Keindividualan
Lysen mengartikan individu sebagai ”orang seorang” sesuatu yang merupakan suatu
keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu diartikan sebagai
pribadi. Karena adanya individualitas itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita,
kecendrungan, semangat dan daya tahan yang berbeda.
Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan cirri yang sangat
esensial dari adanya individualitas pada diri manusia. Sifat sifat sebagaimana di gambarkan di
atas secara potensial telah di miliki sejak lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui pendidikan
agar bisa menjadi kenyataan. Sebab tanpa di bina, melalui pendidikan, benih-benih
individualitas yang sangat berharga itu yang memungkinkan terbentuknya suatu kepribadian
seseorang tidak akan terbentuk semestinya sehingga seseorang tidak memiliki warna
kepribadian yang khas sebagai milikinya. Padahal fungsi utama pendidikan adalah membantu
peserta didik untuk membentuk kepripadiannya atau menemukan kediriannya sendiri. Pola
pendidikan yang bersifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh
dan berkembangnya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang
menghambat perkembangan individualitas (misalnya yang bersifat otoriter) dalam hubungan
ini disebut pendidikan yang patologis.
2. Dimensi kesosialan
Setiap anak dikaruniai kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling
berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya terkandung untuk saling memberi dan
menerima. Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampat lebih jelas pada dorongan
untuk bergaul. Dengan adanya dorogan untuk bergaul,.
Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam interaksi
dengan sesamanya. Seorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain, mengidentifikasi
sifat-sifat yang di kagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta menolak sifat yang tidak di
cocokinya. Hanya di dalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam saling menerima dan
memberi, seseorang menyadari dan menghayati kemanusiaanya.
3. Dimensi kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi di
dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika di dalam
yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung. Karena itu maka
pengertian yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang
mempunyai konotasi berbeda yaitu, etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika
(persoalan kebaikan). hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan
susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu adalah mahluk susila.
4. Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah mahluk religius. Beragama merupakan kebutuhan manusia
karena manusia adalah mahluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia
memerlukan agama demi kesalamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama menjadi
sandaran vertical manusia. Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan
agama. Pendidikan agama bukan semata-mata pelajaran agama yang hanya memberikan
pengetahuan tentang agama, jadi segi-segi afektif harus di utamakan. Di samping itu
mengembangkan kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan penganut kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa perlu mendapat perhatian.
1.5 Hubungan Hakikat Manusia dengan pendidikan
Ada ahli yang mengatakan bahwa manusia sebagai animal educable artinya pada
hakikatnya manusia adalah mahluk yang dapat di didik. Disamping itu menurut lageveld,
manusia juga bisa di sebut sebagai animal edukandum yang artinya manusia pada hakikatnya
adalah mahluk yang harus di didik, dan homo educandus yang bermakna bahwa manusia
merupakan mahluk yang bukan hanya harus dan dapat dididik tetapi juga harus dapat mendidik.
Garapan pendidikan merupakan keharusan mutlak bagi manusia. Malahan pendidikan telah
di anggap sebagai salah satu hak asasi manusia yang harus dipenuhi. Persoalannya garapan
pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia, mengapa manusia harus dididik dan
harus mendidik.
Hal tersebut dapat ditinjau dari beberapa segi antara lain:
a. Hakikat anak sebagai manusia
Manusia yang baru lahir dalam keadaan yang serba lemah. Ia belum dapat berdiri
sendiri, masih butuh bantuan orang lain. Walaupun demikian ia telah menunjukkan
keunikannya kendati dalam takaran yang sederhana.
Paling tidak da empat pandangan yang bisa mempengaruhi perkembangan anak:
1. Pandangan nativisme
2. Pandangan Naturalisme
3. Pandanggan Environtalisme
4. Pandangan konfergensi
b. Manusia dengan sifat kemanusiaanya
Kegiatan mendidik adalah sifat yang khas yang dimiliki manusia. Imanuelkant
mengatakan, “ manusia hanya dapat menjadi manusia karna pendidikan “. Jadi jika manusia
tak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Misalnya,
dilukiskan dalm cerita anak liar diindia yang dalam sejarah pendidikan terkenal dengan nama
Ramu dan diasuh oleh seorang dokter bernama Sorma. Konsepsi tersebut memberi penekanan
bahwa lingkungan pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukan pribadi anak.
c. Manusia sebagai makhluk budaya
Manusia dengan budi, rasa, dan karsanya menciptakan kebudayaan. Agar manusia
dapat hidup dan menghayati dunia kebudayaan tadi, manusia patut dilengkapi dengan nilai –
nilai atau norma kebudayaannya sepatutnya disampaikan dengan harapan pendidikan.
pendidikan sebagai proses budaya guna meningkakatkan harkat dan martabat manusia,
merupakan [roses yang panjang dan berlangsung sepanjang hanyat. Kemudian proses
pendidikan itu diperkaya dalam lingkungan masyarakat dan hasil – hasinya dapat digunakan
dalam pembangunan kehidupan pribadi, agama, kelurga, masyarakat, bangsa dan Negara untuk
meningkatakan peradaban umat manusia.
BAB II
Pengertian dan Unsur-unsur Pendidikan
2.1 Penegertiann pendidikan
1. Batasan tentang pendidikan
Pendidikan seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya
sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu, maka tidak sebuah batasan pun yang
cukup memdai untuk menjelaskan arti pendidikan secara lengkap.
Dibawh ini dikemukakan beberapa batasan pendidikan yang berbeda berdasrkan fungsinya:
a. Pendidikan sebagi transformasi budaya
Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan
budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses
transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai
yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan lain-lain.
b. Pendidikan sebgai proses pembentukan pribadi
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagi suatu kegiatan yang
sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses
pembentukan pribadi melalui 2 sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum
dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri.
c. Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara
Pendidikan sebagai penyiapan warganegara diartikan sebagai suatu kegiatan yang
terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.
d. Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja
Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta
didik sehingga memiliki bekal dasar utuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari
pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.
e. Definisi pendidikan menurut GBHN
GBHN 1988(BP 7 pusat, 1990: 105) memberikan batasan tentang pendidikan nasional
sebagai berikut: pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa indonesia dan
berdasarkan pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk meningkatkan
kecerdasan serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab
atas pembangunan bangsa.
2.2 Tujuan dan proses pendidikan
a. Tujuan pendidikan
Yang dimaksud dengan tujuan pendidikan adalah seperangkat sasaran kemana
pendidikan itu diarahkan. Wujud tujuan pendidikan dapat berupa pengetahuan, keterampilan,
serta nilai dan sikap. Maka tujuan pendidikan merupakan suatu sistem nilai yang disepakati
kebenaran dan kepentingannya dan ingin dicapai melalui berbagai kegiatan, baik didalam jalur
pendidikan sekolah maupun di jalur pendidikan luar sekolah (Drs. Dirto Hadisusanto,
Pengantar Ilmu Pendidikan, 1995: 59). Selain itu, pendidikan juga bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
b. Proses pendidikan
Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen pendidikan
oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Bagaiman proses pendidikan itu
dilaksanakan sangant menentukan kualitas hasil pencapaian tujuan pendidikan. Kualitas proses
pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya.
Pengelolaan pendidikan meliputi ruang linkup makro, meso, dan mikro. Yang menjadi tujuan
utama pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar
yang optimal.
c. Konsep pendidikan sepanjang hayat
Konsep ini akan dikekemukan secar rinci karena mendasari arah baru dunia pendidikan. Ide
dan konsep pendidikan sepanjang hayat (PHS) atau pendidikan seumr hidup yang secara
operasional sering pula disebut “pendidikan sepanjang raga” bukanlah sesuatu yang baru.
Sebagi konsep yang lebih ilmiah dan sekaligus sebagai gerakan global yang merambah
keberbagai negara memeng baru mulai dirasakan pada tahun 70-an. Pada zaman Nabi
Muhamad saw. 14 abad yang lampau, ide dan konsep itu telah disiarkannya dalam bentuk suatu
imabuan: tuntutlah ilmu mulai sejak dibuaian hingga keliang lahat.
d. Kemandirian dalam belajar
Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsungnya
lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari
pembelajaran. Konsep kemandirian, dalam belajar hanya bertumpu pada prinsip bahwa
individu yang belajar hanya akan sampai kepada perolehan hasil belajar, mulai ketrampilan,
pengembangan penalaran, pembentukan sikap sampai kepada penemuan diri sendiri, apabila ia
mengalami sendiri dalam proses perolehan hasil belajar tersebut.
2.3 Unsur-unsur pendidikan
Proses pendidikan melibatkan banyak hal, yaitu:
1. Subjek yang dibimbing (peserta didik)
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan moderen cenderung menyebut
demikian oleh karen peserta didik (tanpa pandangan usia) adalah subjek pribadi otonom, yang
ingin diakui keberadaanya.
2. Orang yang membimbing (pendidik)
Yang dimaksud pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga
lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masayarakat
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah konikasi timbal balik antara peserta didik
dengan pendidikan yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secar
optimal ditempuh melalaui proses berkomunikasi intensif dengan memenipulasi isi, metode
serta alat-alat pendidikan.
4. Kearah mana bimbingan ditunjukka (tujuan pendidikan)
Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kegiatan pendidikan.
Tujuan pendidikan, menurut jenisnya, terbagi dalam beberapa jenis, yaitu tujuan nasional,
institusional, kurikuler, dan instruksional. Tujuan nasional adalah tujuan pendidikan yang ingin
dicapai oleh suatu bangsa; Tujuan institusional adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai
suatu lembaga pendidikan; Tujuan kurikuler adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh
suatu mata pelajaran tertentu; Tujuan intruksional adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai
oleh suatu pokok atau sub-pokok bahasan tertentu.
Dr. M.J. Langeveld (Belanda) mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam 6
macam, yaitu :
1. Tujuan umum
Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai di akhir proses pendidikan, yaitu tercapainya
kedewasaan jasmani dan rohani anak didik. Maksud kedewasaan jasmani adalah jika
pertumbuhan jasmani sudah mencapai batas pertumbuhan maksimal, maka pertumbuhan
jasmani tidak akan berlangsung lagi. Sedangkan maksud kedewasaan rohani adalah peserta
didik sudah mampu menolong dirinya sendiri, mampu berdiri sendiri, dan mampu bertanggung
jawab atas semua perbuatannya.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus adalah pengkhususan tujuan umum atas dasar usia, jenis kelamin, sifat, bakat,
inteligensi, lingkungan sosial budaya, tahap-tahap perkembangan, tuntutan syarat pekerjaan,
dsb.
3. Tujuan tidak lengkap
Tujuan tidak lengkap adalah tujuan yang menyangkut sebagian aspek manusia, misalnya aspek
psikologis, biologis, atau sosiologis saja.
4. Tujuan sementara
Tujuan sementara adalah tujuan yang sifatnya sementara. Ketika tujuan sementara berhasil
dicapai, tujuan itu akan ditinggalkan dan diganti dengan tujuan lain. Misalnya, orang tua ingin
anaknya berhenti merokok, dengan cara mengurangi uang sakunya. Kalautujuan tersebut sudah
tercapai, lalu diganti dengan tujuan lain misalnya agar tidak suka begadang.
5. Tujuan intermediet
Tujuan intermediet adalah tujuan perantara bagi tujuan lainnya yang pokok. Misalnya, anak
dibiasakan untuk menyapu halaman, maksudnya agar ia kelak mempunyai rasa tanggung
jawab.
6. Tujuan insidental
Tujuan insidental adalah tujuan yang dicapai pada saat-saat tertentu, yang sifatnya seketika dan
spontan. Misalnya, orang tua menegur anaknya agar berbicara sopan.
Menurut Bloom, tujuan pendidikan dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Cognitive domain
Cognitive domain meliputi kemampuan-kemampuan yang diharapkan dapat tercapai setelah
dilakukannya proses belajar mengajar. Kemampuan tersebut meliputi pengetahuan, pengertian,
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Keenam kemampuan tersebut bersifat hierarkis.
Artinya, untuk mencapai semuanya harus sudah memiliki kemampuan sebelumnya.
2. Affective domain
Affective domain berupa kemampuan untuk menerima, menjawab, menilai, membentuk, dan
mengarakterisasi.
3. Psychomotor domain
Terdiri dari kemampuan persepsi, kesiapan, dan respons terpimpin
5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)
Yang termasuk dalam materi pendidikan ialah segala sesuatu oleh pendidik yang langsung
diberikan kepada peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Materi pendidikan
memuat gambaran tentang apa yang harus diberikan oleh pembimbing kepada peserta didik –
bahan ajar yang harus dipelajari dan dikembangkan oleh peserta didik. Dalam usaha pendidikan
baik yang diselenggarakan di keluarga, di sekolah, dan di masyarakat, di mana dalam hal
pemilihan materi pendidikan harus sesuai dengan tujuan pendidikan dan hendaknya
disesuaikan juga dengan kemampuan peserta didik. Materi Pendidikan dibuat dan ditentukan
oleh pelaksana dan penyelenggara pendidikan dengan mengacu kepada ketetapan pemerintah
tentang standar proses, standar isi dan standar kelulusan.
6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan
sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara khusus alat melihat jenisnya sedangkan
metode melihat efisiensi dan efektifitasnya. Alat pendidikan dibedakan atas alat yang preventif
dan yang kuratif.
a. Alat
Alat pendidikan adalah hal yang tidak saja membuat kondisi-kondisi yang memungkinkan
terlaksananya pekerjaan mendidik, tetapi juga mewujudkan diri sebagai perbuatan atau situasi
yang membantu pencapaian tujuan pendidikan. Alat pendidikan terbagi dalam beberapa
kategori yakni:
1. Alat Pendidikan Positif dan Negatif
Alat pendidikan positif dimaksudkan sebagai alat yang ditujukan agar anak mengerjakan
sesuatu yang baik. Misalnya, pujian agar anak mengulang pekerjaan yang menurut ukuran
adalah baik. Alat pendidikan negatif dimaksudkan agar anak tidak mengerjakan sesuatu yang
buruk. Misalnya, larangan atau hukuman agar anak tidak mengulangi perbuatan yang menurut
ukuran norma adalah buruk.
2. Alat Pendidikan Preventif dan Korektif
Alat pendidikan preventif merupakan alat untuk mencegah anak mengerjakan sesuatu yang
tidak baik. Misalnya peringatan atau larangan. Alat pendidikan korektif adalah alat untuk
memperbaiki kesalahan atau kekeliruan yang telah dilakukan peserta didik. Misalnya
hukuman.
3. Alat Pendidikan yang Menyenangkan dan Tidak Menyenangkan
Alat pendidikan yang menyenangkan marupakan alat yang digunakan agar peseta didik
menjadi senang. Misalnya dengan hadiah atau ganjaran. Alat pendidikan yang tidak
menyenangkan dimaksudkan sebagai alat yang dapat membuat peserta didik merasa tidak
senang. Misalnya dengan hukuman atau celaan.
b. Metode
Peristiwa pendidikan ditandai dengan adanya interaksi edukatif. Agar interaksi ini dapat
berlangsung secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan, maka di samping dibutuhkan
pemilihan bahan/materi pendidikan yang tepat, perlu dipilih metode yang tepat pula. Metode
adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Untuk
menentukah apakah sebuah metode dapat disebut baik diperlukan patokan (kriterium) yang
bersumber pada beberapa faktor. Faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang akan
dicapai.
Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan
sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara khusus alat melihat jenisnya sedangkan
metode melihat efisiensi dan efektifitasnya. Alat pendidikan dibedakan atas alat yang preventif
dan yang kuratif.
a. Alat
Alat pendidikan adalah hal yang tidak saja membuat kondisi-kondisi yang memungkinkan
terlaksananya pekerjaan mendidik, tetapi juga mewujudkan diri sebagai perbuatan atau situasi
yang membantu pencapaian tujuan pendidikan. Alat pendidikan terbagi dalam beberapa
kategori yakni:
4. Alat Pendidikan Positif dan Negatif
Alat pendidikan positif dimaksudkan sebagai alat yang ditujukan agar anak mengerjakan
sesuatu yang baik. Misalnya, pujian agar anak mengulang pekerjaan yang menurut ukuran
adalah baik. Alat pendidikan negatif dimaksudkan agar anak tidak mengerjakan sesuatu yang
buruk. Misalnya, larangan atau hukuman agar anak tidak mengulangi perbuatan yang menurut
ukuran norma adalah buruk.
5. Alat Pendidikan Preventif dan Korektif
Alat pendidikan preventif merupakan alat untuk mencegah anak mengerjakan sesuatu yang
tidak baik. Misalnya peringatan atau larangan. Alat pendidikan korektif adalah alat untuk
memperbaiki kesalahan atau kekeliruan yang telah dilakukan peserta didik. Misalnya
hukuman.
6. Alat Pendidikan yang Menyenangkan dan Tidak Menyenangkan
Alat pendidikan yang menyenangkan marupakan alat yang digunakan agar peseta didik
menjadi senang. Misalnya dengan hadiah atau ganjaran. Alat pendidikan yang tidak
menyenangkan dimaksudkan sebagai alat yang dapat membuat peserta didik merasa tidak
senang. Misalnya dengan hukuman atau celaan.
b. Metode
Peristiwa pendidikan ditandai dengan adanya interaksi edukatif. Agar interaksi ini dapat
berlangsung secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan, maka di samping dibutuhkan
pemilihan bahan/materi pendidikan yang tepat, perlu dipilih metode yang tepat pula. Metode
adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Untuk
menentukah apakah sebuah metode dapat disebut baik diperlukan patokan (kriterium) yang
bersumber pada beberapa faktor. Faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang akan
dicapai.
7. Tempat dimana peristiwa berlangsung (lingkaran pendidikan)
Lingkungan pendidikan biasanya disebut tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah
dan masyarakat. Situasi lingkungan pun bisa mempengaruhi proses dan hasil
pendidikan. Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan yang melingkupi terjadinya proses
pendidikan. Lingkungan pendidikan meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
BAB III
Landasan Asas-asas pendidikan dan Penerapannya
3.1 Landasan dan asas-asas pendidikan
pendidikan sebagai suatu sistem memunculkan suatu fenomena bahwa perencanaan,
pelaksanaan, dan pembinaan pendidikan dan banyak faktor yang terlibat di dalamnya.
Landasan dan asas-asas pendidikan sangat diperlukan sebagai satu pijakan dalam perencanaan
dan implementasi pendidikan. Faktor-faktor tersebuat akan sanagt memeberi warna dan
kontribusi terhadap program perencanaan dan pelaksanaan pendidikan, baik secara makro
maupun mikro.
Ada tiga landasan atau asas pokok patut dipertimbangkan dalam melaksnakan, membina,
dan mengembangkan pendidikan. Ketiga landasan atau asa pendidikan itu adalah sebagai
berikut:
a. Asas Filosofis
Filsafat adalah merupakan sistem nilai (value system) artinya filsafat dapat dianggap
sebagai pandangan hidup manusia dalam mengarungi bahtera kehidupan. Bila filsafat dianggap
sebagi sistem nilai, artinya setiap manusia mempunyai sistem nilai tersendiri yang memungkin
berbeda dengan sistem masyarakat yang dianut masyarakat lainnya. Dengan demikian sistem
nilai yang ada adalam suatu masyarakat dapat dipandang sebagai sistem nilai yang harus dianut
dalam garapan pendidikan yang dilakukannya. Dalam bidang pendidikan, filsafat akan
mengkaji persoalan yang berkaiatan dengan apa yang ingin diketahui, bagaimana cara
mendapatkannya, serta apa nilai kegunaan pendidikan bagi manusia. Dengan demikian filsafat
pendidikan merupakan pola pikr fisafat dalam menjawab masalah-masalah yang berkaitan
dengan perencanaan implementasi pendidikan.
b. Asas Sosiologis
Pendidikan adalah proses sosialisasi budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Dengan demikian, garapan pendidikan secara nyata merupakan proses sosialisasi antarwarga
melalui interaksi insani menuju masyarakat yang berbudaya. Dalam konteks inilah peserta
didik dihadapkan dengan budaya manusia. Nana Sudjana (1989) menyebutkan tiga gejala yang
diwujudkan dalam kebudayaan manusia berupa:
1. Ide dan gagasan seperti: konsep, nilai, norma, peraturan sebagai hasil cipta dan karya manusia
2. Kegiatan seperti tindakan yang berpola dari manusia dalam bermasyarakat
3. Hasil karya cipta manusia
c. Asas Ilmiah dan Teknologis
Asas lain yang sangat mempengaruhi garapan penddiikan adalah perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek). Hal yang patut diakui, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam beberapa dasawarsa terakhir ini maju dengan pesat, sebagai buah dari
penelitian dalm bidang ilmu murni (pure science) dan ilmu terapan (applied science) yang
berkembang pesat pula. Perkembangan ini jelas memberi pengaruh dan dampak yang sanagt
kuat pada garapan pendidikan. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan isi kurikulum
pendidikan.
3.1 Asas-asas Pokok Pendidikan
Selain ketiga landasan yang telah disebutkan diatas ada beberapa asas-asas pokok
pendidikan antara lain:
1. Asas Tut Wuri Handayani
Asas tut wuri handayani yang kini menjadi semboyan Depdikbud, pada awalnya
merupakan slah satu dari “Asas 1992” yakni tuju buah asas dari Perguruan Nasional Taman
Siswa (didirikan 3 juli 1922). Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari
sistem among dari perguruan itu. Asas atau pun semboyan tut wuri handayani yang
dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara itu mendapat tanggapan positif dari Drs. R.M.P
Sostrokartono (filsuf dan ahli bahasa) dengan menambah dua semboyan untuk melengkapinya,
yakni Ing Ngarso Sung Tulada dan Ing Madya karsa.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas, yakni:
Ing Ngarso Sung Tulada (jika di depan, menjadi contoh)
Ing Madya Mangun Karsa (jika ditengah-tengah, membengkitkan kehendak, hasrat atau
motivasi)
Tut Wuri Handayani (jika dibelakang mengikuti dengan awas)
2. Asas belajar sepanjang hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain
terdapat pendidikan seumur hidup (life long education). Pendidikan seumur hidup merupakan
a concept (P. Lengrand, 1970) yang new signifikance of an old idea (Dave, 1973) tetapi
universally acceptable defination is difficult (Cropley, 1979). Oleh karen itu UNESCO Institute
for Education (UIE Hamburg) menetapkan suatu definisi kerja yakni pendidikan seumur hidup
dalah pendidikan yang harus:
1. Meliputi seluruh hidup individu
2. Mengarahkan kepada pembentukan, pembaruan, peningkatan, dan penyempurnaan secar
sistematis.
3. Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri (self fufilment) setiap individu.
4. Meningkatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri.
5. Mengakui semua kontibusi dari semua pengaruh pendididkan.
Dalam latar belakang pendidikan seumur hidup, proses belajar-mengejar disekolah
seyogyanya mengemban sekurang-kurangnya dua misi, yakni membelajarkan peserta didik
dengan efisien dan efektif. Dan serentak dengan itu mwningkatkan kemauan dan kemampuan
belajar mandiri sebagai basis belajar dari pendidikan sepanjang hayat.
3. Asas kemandirian dalam belajar
Wujud asas kemandirian dalam beljar akan menempatkan gru dalam peran utama
sebagai fasilitator dan motivator, disamping peran-peran lain: Informator, Organisai, dan
sebagainya. Sebagai fasilitator, guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai sumber
belajar sedemikian sehingga memudahkan peserta didik berinteraksi dengan sumber-sumber
tersebut. Sedangkan sebagai motivator, guru mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik
untuk memenfaatkan sumber belajar itu.
BAB IV
Pengertian, Fungsi, dan Jenis Lingkungan Pendidikan
4.1 Pengertian dan fungsi lingkungan pendidikan
Manusia memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui
pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena interaksi manusia dengan lingkungannya, baik
lingkungan fisik maupun sosial manusia secara efisien dan efektif itulah yang disebut dengan
pendidikan. Dan latar tempat berlangsungnya pendidikan itu disebut lingkungan pendidikan,
khususnya pada tiga lingkungan utama pendidikan yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Bedasarkan perbedaan ciri-ciri penyelenggaraan pendidikan pada ketiga lingkungan
pendidikan itu, maka ketiganya sering dibedakan sebagai pendidikan informal, pendidikan
formal, dan pendidikan non formal.
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam
berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik, sosial, budaya), utamanya berbagai
sumber daya pendidikan yang tersedia agar dapat dicapai tujuan pendidikan yang optimal.
Perlu pula dikemukan bahwa tripusat pendidikan dilakukan melalui tiga kegiatan ykni
membimbing, mengajar, dan atau melatih (Ayat 1 Pasal 1 dari UU RI No. 2/1989). Meski
ketiga kegiatan itu pada hakikatnya tritunggal, namun dapat dibedakan aspek tujuan pokok dari
ketiganya:
1. Membimbing, terutama berkaitan dengan pemantapan jati diri dan pribadi segi-segi perilaku
umum (aspek pembudayaan).
2. Mengajar, terutama berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan, dan
3. Melatih, tertama berkaitan dengan ketrampilan kemahiran (aspek terknologi).
4.2 Tripusat Pendidikan
Manusia sepanjang hidupnya selalu akan menerima pengaruh dari tiga lingkungan
pendidikan yang utama yakni keluarga, sekolah, dan ketiganya disebut Tripusat pendidikan.
1. Keluarga
Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang
karena hubungan semenda dan sedarah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarfa inti (nucleus
family: ayah, ibu, dan anak), ataupun keluarga yang diperluas (dismping inti, ada orang lain:
kakek, nenek, adik/ipar, pembantu, dan lain-lain). Faktor-faktor yang terdapat didalam
keluarga mempengaruhi tumbuh kembang anak, seperti kebudayaan, tingkat kemakmuran,
keadaan perumahannya, dan sebagainya. Dengan kata lain, tumbuh kembang anak dipengaruhi
oleh keseluruhan situasi dan kondisi keluarganya.
Fungsi dan peran keluarga, disamping pemerintah dan masyarakat, dalam Sisdiknas
Indonesia tidak terbatas hanya pada pendidikan keluarga saja, akan tetapi keluarga ikut serta
bertanggung jawab terhadap pendidikan lainnya. Khususnya untuk pendidikan keluarga,
terdapat beberapa ketentuan dalam UU RI No. 2 tahun1989 tentang Sikdinas yang menegaskan
fungsi dan peran keluarga dalam pencapaian tujuan pendidikan yakni membangun manusia
indonesia seutuhnya. Menurut Ki Hajar Dewantara, suasana kehidupan keluarga merupakan
temapt yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan orang-seorang (pendidikan
individual) maupun pendidikan sosial.
2. Sekolah
Diantara tiga pusat pendidikan, sekolah merupakan sarana yang secara sengaja
dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting
peranan sekolah dalam mempersiapkan genersi muda sebelum masuk dalam proses
pembangunan masyarakat. Oleh karena itu kajian ini terutama diarahkan kepada pencarian
bebagai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan peranan dan fungsi sekolah untuk
tantangan.
Salah satu alternatif yang mungkin dilakukan disekolah untuk melaksanakan kebijakan
nasional itu adalah secara bertahap mengembangkan sekolah menjadi suatu tempat pusat
latihan (training centre) manusia indonesia dimasa depan. Suatu alternatif yang mungkin
dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah, antara lain: pengajaran yang mendidik,
peningkatan dan pemantapan pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan,
pengembangan perpustakaan sekolah menjadi pusat sumber belajar, dan peningkatan dan
pemantapan program pengelolaan sekolah.
3. Masyarakat
Kaitan antara masyarakat dengan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi yakni:
a. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang diselenggarakan (jalur sekolah dan
jalur luar sekolah)nmaupun yang tidak dilembagakan (jalur luar sekolah)
b. Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan ataua kelompok sosial masyarakat, baik langsung
maupun tak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif
c. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang (by design) maupun
yang dimanfaatkan (utlity)
Fungsi masyarakat sebagai pusat pendidikan sangat tergantung pada taraf
perkembangan dari masyarakat itu beserta sumber-sumber belajar yang tersedia didalamnya.
Setelah keluarga, kelompok sebaya mungkin paling besar pengaruhnya terhadap
pembentukkan kepribadin, terutama pada saat anak berusaha melepaskan diri dari pengaruh
kekuasaan orang tua. Kelompok sebayaseringg disertai dengan adanya konflik dan ketegangan
yang bersumber dari pihak anak maupun dari pihak orang tua. Salah satu faktor dalam
lingkungan masyarakat yang makin penting peranannya yakni media massa. Pada umunya
media massa itu mempunyai tiga fungsi, yakni informasi, edukasi, dan rekreasi.Wayan
Ardhana (1989:modul 4/23) mengemukakan bahwa media massa memiliki tiga macam
pengaruh. Pertama, pengaruh sosial, utamanya tentang sikap dan nilai-nilai dasar masyarakat
serta model tingkah laku dalam berbagai bidang kehidupan. Kedua, pengaruhkhusus jangka
pendek, media massa memungkin orang membeli produk tertentu atapu memberi
suara/pendapat dengan cara tertentu. Ketiga, media massa meberi pendidikan dlama pengrtian
yang lebih formal, yaitu dalam memberi informasi atau menyajikan pengajaran dalam suatu
bidang studi tertentu.
4.3 Pengaruh timbal balik antara tripusat pendidikan terhadap perkembangan peserta didik
Perkembangan peserta didik, seperti juga tumbuh-kembang anak pada umunya,
dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni hedereditas, lingkungan proses perkembangan, dan
anugerah. Khusunya untuk faktor lingkungan, peran tripusat itulah yang paling menentukan,
baik secara sendiri-sendiri ataupun secara bersama-sama. Dikaitkan dengan tiga poros kegiatan
utama pendidikan (membimbing, mengajar, dan melatih seperti tersebut Ayat 1 Pasal 1 UU RI
No. 2/1989, peran ketiga tripusat pendidikan itu bervariasi meskipun ketiganya melakukan tiga
kegiatan pokok dalam pendidikan tersebut. Kaitan antara tripusat pendidikan dengan tiga
kegiatan pendidikan untuk mewujudkan jati didri yang mantap, pengusaan pengetahuan, dan
kemahiran ketrampilan dilukiskan pada bagan 5.1 (hlm 183).
Dari bagan 5.1 tersebut dilukiskan bahwa setiappusat pendidikan dapat berpeluang
memberi kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan pendidikan, yakni:
1. Pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi
2. Pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan
3. Pelatihan dalam upaya pemahiran ketrampilan
BAB V
Aliran-Aliran pendidikan
5.1 Progresivisme
1. Pandangan tentang realita
Sejalan dengan pendukungnya yaitu aliaran filsafat pragmatisme, progresivme
berpendapat behwa tidak ada teori relita yang umum. Dalam kamus progresifme, tidak ada
istilah alam semesta. Progresiv,e menggunakan istilah alam semesta. Menurut progresivme,
dunia ialah suatu proses atau tata dimana manusia hidup didalamnya.
2. Pandangan tangtang nilai
Menurut progresivme, sedikitnya ada dua syarat agar nilai itu dapat dikatakan ada.
Yang pertama harus ada bahasa dan yang kedua adanya masyarakat pergaulan.
3. Pandangan tentang pendidikan
Dalam bagian ini akan dikemukakan pandangan progresivme terhadap belajar dan
kurikulum. Pengertian tentang belajar, menurut progresivme anak adalah wujud dari ilmiah
dan mempunyai hubungan dengan wujud alamiah lain. Progresivme membedakan antara
belajar edukatif dan dan belajar mis edukatif.
4. Pandangan mengnai pengetahuan
Dari pandangan progresivme tetang realita, dapat ditarik kesimpulan bahwa
progesivme lebih mengutamakan pembahasan mengenai soal-soal bersifat episotimogis dari
pada metafisis. Dan progresivme identik dengan pengetahuan.
5.2 Esensialisme
1. Pandangan realitas
Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan harus mempunyai pegangan yang cukup
kokoh kuat yaitu berupa nilai-nilai telah teruji telah mampu tegak berdiri walaupun dirongrong
waktu dan memilki tata yang jelas.
2. Pandangan tentang nilai
Menurut realisme kualitas nilai tidak dapat ditentukan secar konseptual melainkan
melainkan tergantung keadaannya. Menurur idealisme niali itu berakar pada eksistensi.
3. Pandangan mengenai pengetahuan
Menurut pandangan realisme manusia adalah makhluk yang padanya berlaku hukum
mekanis evolusionotis. Menurut asosianisme, gagsan atu jiwa terbentuk karena adanya
peraturan unsur-unsur. Menurut behaviorisme, pengetahuan berbentuk karena bersatunya
stimulus dan tanggapn tertentu (respon). Menurut idealisme mengnai pengetahuan bertolak
dari pengertian.
4. Pandangan mengenai pendidikan
Esensialisme berpendirian bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai-nilai yang telah
teruji keteguhan, ketangguhan dan kekuatannya sepanjang masa.
5.3 Perenialisme dan konttruktivisme
Perenialisme berpendirian bahwa untuk mengendalikan keadan kacau balau seperti
sekarang ini, jalan yang harus ditempuh adlah kembali kepada prinsip-prinsip umum yang telah
teruji. Menurut perenialisme, kenyataan yang kita hadapi adlah dunia dengan segala isinya.
Perenialisme berpandangan bahwa persoalan nilai adalah persoalan spriritual, sebab akibat
manusia adalah pada jiwanya. Sesuatu dinilai indah haruslah baik.
Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan adalah sebagai berikut.
1. Program pendidikan yang ideal harus didasarka atas paham adanya nafsu, kemauan, dan akal
(plato).
2. Perkembangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat
untuk mencapainya (aristoteles).
3. Pendidikan adalah menuntut kemampua-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif atau
nyata (Thomas Aqhuines)
Adapun norma fundamental pendidikan menurut Jaques Maritain adalah cinta
kebenaran, cinta kebaikan dan keadilan, kesederhanaan dan sifat terbuka terhadap eksistensi,
serta cinta kerja sama.
Beberapa pandangan kontruktivisme terhadap pembelajaran:
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif
2. Tekanan proses belajar terletak pada siswa
3. Mengajar adalah membantu siswa belajar
4. Tekanan dalam proses belajar lebih pada hasil akhir
5. Kurikulum lebih menekankan pada partisipasi siswa
6. Guru adalah mediator dan fasilitator
BAB VI
Permasalahan Pendidikan
6.1 Permasalah pokok pendidikan dan penanggulangannya
Sistem pendidikan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sosial budaya
dan masyarakat sebagi supra sistem. Kaitan yang erat antara bidang pendidikan sebagai sistem
dengan sistem sosial budaya sebagai supro sistem tersebut dimana sistem pendidikan menjadi
bagiannya, menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga permasalah interen sistem
pendidikan itu menjadi sangat kompleks. Berdasarkan kenyataan tersebut maka
penanggulangan maslah pendidikan juga sanagt kompleks, menyangkut banayak komponen,
dan melibatkan banyak pihak.
Pada dasanya ada dua maslah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan ditanah air
ini yaitu:
a. Bagaiman semua warga negar dapat menikmati kesempatan pendidikan
b. Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik denga ketrampilan kerja yang mantap
untuk dapat terjun kekancah masyarakat
Yang pertama mengenai masalah pemerataan, dan yang kedua adalah masalah mutu,
relevansi, an juga efisiensi pendidikan.
6.2 Jenis permasalah pokok pendidikan
Seperti yang telah dikemukakan pada bagian A, pada bagian ini akan dibahas empat masalah
pokok pendidikan yang telah menjadi kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan
penanggulangannya. Masalah yang dimaksud yaitu:
1. Masalah pemerataan pendidikan
2. Masalah mutu pendidikan
3. Masalah efisiensi pendidikan
4. Masalah relevansi pendidikan
Keempat masalah tersebut akan dibahas secara berurutan pada bagian berikut ini:
1.Masalah pemerataan pendidikan
Masalah pemeretaan pendidikan adlah persoalan bagaiman sistem pendidikan dapat
menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk
memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber
daya manusia untuk menunjang pembangunan. Maslah pemerataan pendidikan timbul apabila
masih banyak warga negar khususnya anak usia sekolah yang tidak ditampung dalam sistem
atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan tersedia.
Pemecahan masalah pemerataan pendidikan:
Bnayk pemecahan masalah yang telah dan sedang diakukan oleh pemenrintah untuk
meningkatkan pemerataan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
langkah-langkah ditempuh melalui cara konvesisonal dan cara inovatif.
Cara konvensional:
a. Mebangun gedung sekolah seperti SD inpres dan atau ruangan belajar
b. Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem berganti pagi dan sore)
Sehubung dengan itu yang perlu digalakkan, utamanya untuk pendidikan dasar ialah
membangkitakan kemauan belajar bagi masyarakat/ kelurga yang kurang mampu agar mau
menyekolahkan anaknya.
Cara inovatif antara lain:
a. Sistem pamong
b. SD kecil pada daerah terpencil
c. SMP Terbuka (ISOSA- In School Out off School Approach)
d. Kejar paket A dan B
e. Belajar jarak jauh, universitas terbuka
2.Masalah mutu pendidikan
Mutu pendidikan dipermaslahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti
yang diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama dilakukan oleh lembaga
penghasilan sebagai produsen tenaga terhadap calon luaran, dengan sistem sertifikasi.
Selanjutnya luaran tersebut terjun kelapangan kerja kerja penilaian dilakukan oleh lembag
pemakai sebagai konsumen tenaga dengan sistem tes unjuk kerja (pergormance test). Lazimnya
sesudah itu masih dilakukan pelatian0pemegangan bagi calaon untuk penyesuaian dengan
tuntutan persyaratan kerja lapangan.
Meskipun tiap-tiap jenis dan jenjang pendidikan masing-masing memiliki kekhususan,
namun namun pada dasarnya pemecahan masalah mutu pendidikan bersasaran pada perbaikan
kualitas komponen pendidikan. Upaya pemechan maslah mutu pendidikan dalam garis besar
meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manajemen sebagai
berikut:
a. Seleksi yang lebih rasional terhadap masukkan mentah, khusunya SLTA dan PT.
b. Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjaut, misalnya berupa
pelatihan, penataran, seminar, kegiatan-kegiatan kelompok studi seperti PKG dan lain-lain.
c. Penyempurnaan kurikulum
d. Pengembangan prasrana yang menciptakan lingkungan tentram untuk belajar
e. Penyempurnaan sara belajar
f. Peningkatan administrasi manajemen
g. Kegiatan pengendalian mutu
3.Masalah efiensi pendidikan
Maslah efiensi pendidikan mempersioalakan bagaiman suatu sistem pendidikan
mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika
oenggunaanya hemat dan tepat sasaran dikatakan efisiensinya tinggi, jika terjadi yang
sebliknya efisiensinya berarti rendah.
Beberapa maslah efisiensi pendidikan yang penting ialah:
a. Bagaimana tenaga kependidikan difungsikan
b. Bagaiman sarana dan prasarana pendidikan digunakan
c. Bagaiman pendidikan diselenggarakan
4.Masalah relevansi pendidikan
Telah dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa tugas pendidikan ialah menyiapkan
sumber daya manusia untuk pembangunan. Maslah itu ilah menyiapkan sumber daya manusia
untuk pembangunan. Maslah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sitem pendidikan
dapat menghasilkan luaran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan yaitu masalah-maslah
seperti yang digambarkan dalam rmusa tujuan pendidikan.
Luaran pendidikan diharapkan dapat mengisi semua sektor pembangunan yang beraneka
ragam seperti sektor produksi, sektor jasa, dan lain-lain. Umunya luara yang diproduksi oleh
sistem pendidikan (lembaga yang menyiapkan tenaga kerja) jumlahnya secara kumulatif lebih
besar dari pada yang dibutuhkan dilapangan. Sebaliknya ada jenis-jenis tenaga kerja yang
dibutuhkan dilapangan kurang diproduksi atau bahkan tidak produktif.
Dari keempat macam-macam maslah pendidikan tersebut masing-masing dikatakan teratasi jika
pendidikan:
1. Dapat menyediakan kesempatan pemerataan belajar artinya, semua warga negra yang butuh
pendidikan dapat ditampung dalam suatu satuan pendidikan
2. Dapat mencapai hasil yang bermutu. Artinya: perencanaan, pemrosesan pendidikan dapat
mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan
3. Dapat terlaksana secar efisien, artinya: pemrosesan pendidikan sesuai dengan rancangan dan
tujuan yang ditulis dalam rancangan
4. Produknya yang bermutu tersebut relevan, artinya: hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat pembangunan
6.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan
Permaslah pendidikan seperti yang telah diuraka pada materi-materi diatas merupakan
maslah pembangunan mikro dan makro.berikut inin beberapa faktor yang
mempengaruhi berkembangnya maslah pendidikan:
1. Perkembangan iptek dan seni
2. Laju pertumbuhan penduduk
3. Aspirasi masyarakat
4. Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan
6.4 Permaslahan aktual pendidikan di Indonesia dan Penangulangannya
Permasalahan aktual pendidikan di Indonesia
Pendidikan selalu menghadapi maslah, karena selalu terdapat kesenjangan antar apa
yang diharapkan dengan hasil yang dapat dicapai dari proses pendidikan. Permasalahan aktual
berupa kesenjangan-kesenjangann yang pada saat ini kita hadapi dan terasa mendesak untuk
ditangulangi. Beberapa maslah aktual pendidikan antara lain:
1. Maslah keutuhan pencapaian sasaran
2. Kurikulum
3. Peranan guru
4. Pendidikan dasar 9 tahun
5. Pendayagunaan teknologi pendidikan
Upaya penanggulanga masalah aktual pendidikan
a. Pendidikan efektif perlu ditingktkan secara terprogram tidak cukup berlangsung hanya secara
insidental
b. Pelaksanaan KO dan ekstra kurikuler dikerjakan dengan penuh kesungguhan dan hasilnya
diperhitungkan dalam menetapkan nilai akhir
c. Pemilihan siswa atas kelompok belajar yang akan melanjutkan belajar keperguruan tunggi.
d. Pendidikan tenaga kependidikan (prajbatan dan jabatan).
e. Untuk pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun, apalagi jika dikaitkan dengan gerakan wajib
belajar, perlu diadakan penelitian secar meluas pada masyarakat untuk menemukan faktor
penunjang dan utmanya faktor penghambat.
BAB VII
Sistem Pendidikan Nasional
7.1 Pengertian sistem
Istilah sistem berasal dari bahsa Yunani ”systema”, yang berarti sehimpunan atau
komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan. Istilah
sistem dipakai untuk menunjuk beberapa pengertian misalnya:
a. Dipakai untuk menunjuk adanya suatu himpunayang saling berkaitan.
b. Sistem dapat menunjuk adanya alat-alat atau organ tubuh secara keseluruhan.
c. Sistem dapat dipakai untuk menunjuk sehimpunan gagasan atau ide.
d. Sistem dapat digunakan untuk menunjukkan suatu hipotesis atau uraian suatu teori.
e. Sistem dapat digunakan untuk menunjuk pada suatu cara atau metode.
Zahra Idris (1987) mengemukakan bahwa sistem adalah suatu kesatuan yang terdidri atas
komponen-kompone atau elemen-elemen atau unsur-unsur sebagai sumber-sumber yang
mempunyai hubungan fungsional yang teratur, tidak sekedar acak, yang saling membantu
untuk mencapai suatu hasil.
Sedangkan menurut departemen pendidikan dan kebudayaan (1984/1985) setiap sistem
mepunyai cicri-ciri sebagai berikut:
a. Tujuan: setiap sistem mempunyai tujuan. Sebagai contoh sebuah sistem pendidikan memberi
pelayanan kepada yang membutuhkan.
b. Fungsi-fungsi: adanya tujuan yang harus dicapai oleh suatu sistem menuntut terlaksananya
berbagai fungsi yang diperlukan untuk menunjang usaha mencapai tujuan.
c. Kompone-kompone: sistem terdiri dari koponen-kompone dan masing-masing komponen
mempunyai fungsi khussus.
d. Interaksi atau saling hubungan: semua komponen dalam suatu sistem, seperti kompone-
kompone intruksional tadi saling berhubungan satu sam lain, saling mempengaruhi dan saling
membutuhkan.
e. Penggabungan yang menimbulkan jalinan perpaduan: mislanya guru dalam kegiatan belajar
mengajar berusaha menimbulkan jalina keterpaduan antara berbagai komponen intruksional
dengan melaksanakan pengembangan sistem intruksional untuk mencapai hasil belajar yang
optimal.
f. Proses transformasi: semua sistem mempunyai misi untuk mencapai suatu tujuan.
g. Umpan balik untuk koreksi: untuk mengetahui apakah masing-masing fungsi terlaksana dengan
baik diperlukan fungsi kontrol yang mencakup monitoring dan koreksi.
h. Daerah batasan dan lingkungan: antara sustu sistem dan bagian-bagian lain atau lingkungan
disekitarnya akan terjadi interaksi.
7.2 Pendidikan sebagai suatu sistem
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Sustu usaha
pendidikan menyangkuttiga unsur pokok, yaitu unsur masukan, unsur proses usaha itu sendidri,
dan ussur hasil usaha. Masukan usaha pendidikan ialah peserta didik dengan berbagai ciri-ciri
yang ada pada diri peserta didik itu (antara lain, bakat, minat, kemampuan, keadaan
jasmani).dalam proses pendidikan terkait berbagai hal, seperti pendidik, kurikulum, gedung
sekolah, buku, metode mengajar, dan lain-lain. Sedangkan hasil pendidikan dapat meliputihasil
belajar.
Unsur dalam sistem pendidikan saling berkaitan dan pengaruh mepengruhi. Kelemahan
salah satu unsur dalam sistem tersebaut akan mempengaruhi sekuruh sistem pendidikan lain.
Oleh karena itu dalam usaha mengembangkan sistem pendidika. Setiap unsur pokok dalam
sistem pendidikan harus mendapatkan oerhatian dan pengembangan yang utama.
P.H. Combs (1982) mengemukakan dua belas komponen pendidikan seperti berikut:
a. Tujuan dan prioritas
b. Peserta didik
c. Manajemen atau Pengelolaan
d. Struktur dan Jadwal Waktu
e. Isi dan Bahan Pengajaran
f. Guru dan Pelaksana
g. Alat Bantu Belajar
h. Fasilitas
i. Teknologi
j. Pengawasan Mutu
k. Penelitian
l. Biaya
7.3 Pengertian Pendidikan Nasional
Menurut Sunarya (1969), pendidikan nasional adalah suatu sistem pendidikan yang berdiri
diatas landasan dan dijiwaioleh falsafat hidup suatu bangsa dan tujuannya bersifat mengabdi
kepada kepentingan dan cita-cita nasional bangsa tersebut.
Sementara itu departemen pendidikan dan kebudayaan (1976), merumuskan bahwa
pendidikan nasional ialah suatu usaha untuk membimbing para warga negara indonesia
menjadi pancasiala, yang berkepribadi, berdasarkan ketuhana berkesadaran masyarakat dan
mapu membudayakan alam sekitar,
Dalam undang-undang RI No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pedidikan nasional Pada Bab
1 Pasal 2 berbunyi: pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan
bangsa indonesia dan berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Dasar ini dapat dilihat dari
pembukaan UUD 1945 alinea 4 dan batang tubuh UUD 1945 Bab XIII Pasal 31.
7.4 Pendidikan Nasional Sebagi Suatu Sistem
Menurut undang-undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989, tentang sistem
pendidikan nasional dikemukakan pendidikan nasional adalah usaha sadar untuk menyiapakan
peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi perananya dimasa yang
akan datang.
Sebagai suatu sistem, pendidikan nasional mempunyai tujuan yang jelas, seperti yang
dicantumkan pada undang-undang pendidikan. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional itulah
dilaksanakan proses pendidikan di Indonesia. Setiap lima tahun sekali biasanya ditetapkan
tujuan pendidikan nasional itu dalam ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat dan
dijelaskan Dalam Gari-garis Besar Haluan Negara.
Zahra Idris (1987) mengemukakan bahwa “ pendidikan nasional sebagai suatu sistem
adalah karya manusia yang terdiri dari kompone-kompone yang mempunyai hubungan
fungsional dalam rangka membantu terjadinya proses transformasi atau perubahan tingkah laku
seseorang sesuai dengan tujuan nasional seperti yang tercantum dalam Undang-Undang
Republik Indonesia 1945.
Reja Mudyaharjo dan Waini Rasyidi mengemukakan pendidikan nasional indonesia
merupakan sistem sosial dan salah satu sekor dalam keseluruhan kehidupan bangsa yang
sedang membangun. Lalu menurut Katz dan Kahn, sistem sosial merupakan sebiah peristiwa,
atau kejadian yang dilakukan suatu selompok orang untuk mencapai suatu hasil yang
diharapkan.
Selanjutnya dijelaskan bahwa ciri-ciri umum sistem terbuka yaitu:
a. Mengambil energi (masukan) dari lingkungannya.
b. Mentransformasikan energi yang tersedia
c. Memberikan hasil kepada lingkungan
d. Sistem merupakan rangkaian peristiwa atau kejadian yang terus menerus berlangsung.
e. Untuk mendapat hidup terus, sistem harus bergerak melawan proses entropi/kehancuran.
f. Masukkan sistem tidak hanya hal-hal yang bersifat materiil, tetapi juga berupa informasi yang
mengmbilnya bersifat selektif dan balikannya merupaksn balikan negtif.
g. Dalam sistem terdapat keadaan statis dan keseimbangan intern (homeostatis) yang dinamis.
h. Sistem bergerak menuju untuk melakukan peranan-perana yang semakin berdiferensiasi.
i. Sistem dapat mencapai akhir yang sama dengan kondisi awal yang berbeda dan dengan cara-
cara pencapaian yang tidak sama.
Pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989. Bab II Pasa4
dijelaskan pengertian manusia indonesia seutuhnya (lihat bagian 1.3 Landasan Operasional No.
6).
Pembangunan nasional indonesia (MIS) meliputi tujuh potensi kepribadian sikap dasar dan
lima wawasan dasar seperti berikut:
a. Potensi manusia indonesia secar integral
b. Sikap dasar yang menjadi substansi utama dalam pembinaan manusia indonesia
c. Wawasan dasar manusia indonesia seutuhnya
7.5 Dasar, Tujuan dan Fungsi Pendidikan Nasional
Pancasila yang tercantum dalam pembukaan undang-undamg dasar 1945 yang ditetapkan
pada tanggal 18 agustus 1945 adalah dasr negara. Kepribadian, tujuan, dan pandangan hidup
bangsa indonesia. Melalui sistem pendidikan nasional diharapkan setiap rakyat indonesia
mempertahankan hidupnya, mengembangkan dirinya dan secar bersama-sama mebangun
masyarakat. Pendidikan di Indonesia mempunyai landasan ideal adalah pancasila, landasan
konstitusiona ialah UUD 1945, dan Landasan operasional MPR tentang GBHN.
7.6 Unsur-unsur Pokok dan Asas-asas Pelaksanaan pendidikan nasional
a. Unsur-unsur pokok
Unsur pokok pendidikan nasional pancasila terdiri dari pendidikan moral pancasila
berdasarkan pedoman penghayatan dan pengalaman pancasila, pendidikan agama, pendidikan
watak dan kepribadian, pendidikan bahasa, pendidikan jasmani, pendidikan kesenian,
pendidikan ilmu pengetahuan, pendidikan ketrampilan, pendidikan kewarga negaraan dan
pendidikan kesadaran bersejarah.
b. Asas-asas Pelaksanaan
Pendidikan nasional dilaksanakan dengan memperhatikan asas-asas pelaksanaan seperti
berikut:
1. Asas semesta menyeluruh dan terpadu
2. Asas pendidikan seumur hidup
3. Asa pendidikan berlangsung dalam lingkungan rumah tangga, sekola, dan masyarakat
4. Asas tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah
5. Asas keselarasan dan keterpaduan
6. Asas bhineka tunggal ika
7. Asas keselarasan, kesrasian, keseimbangan, dan kebulatan yang utuh dalam seluruh kegiatan
pendidikan
8. Asas manfaat, adil, dan merata
9. Asas Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso dan Tutu Wuri Habdayani
10. Asas mobilitas, efisiensi, dan efetifitas
11. Asas kepastian hukum
Dengan bertitik tolak pada asa pendidikan diatas sistem pendidikan nasional diharapkan
memungkinkan setiap rakyat indonesia mempertahankan hidupnya, mengembangkan dirinya,
dan secara bersama-sama membangun masyarakat. Pada dasarnya melalui sistem pendidikan
nasional, setiap pendidikan nasional, setiap rakyat Indonesia harus mampu menghayati nilai-
nilai itu secar kreatif serta dapat meningkatkan kemampuan memperoleh dan menciptakan
pekerjaan melalui bermacam-macam kemungkinan.
7.7 Fungsi Pendidikan Nasional
Fungsi pendidikan nasional sebagai berikut:
a. Alat membangun pribadi, pembangunan warga negara, pengembangan kebudayaan, dan
pengembangan bangsa indonesia.
b. Menurut Undang-Undang RI No. 2Tahun 1989 Bab II Pasal 3 “ pendidikan nasional berfungsi
untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat bangsa
indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional”.
Setiap jenis dan jenjang pendidikan mepunyai fungsi berbeda-beda yang akan diuraikan pada
jenjang pendidikan (lihat pada bagian H; 2 Jenjang Pendidikan).
7.8 Kelembagaan, program dan pengelolaan pendidikan
a. Kelembagaan pendidikan
Ditinjau dari segi kelembagaanya maka penyelenggaraan melaului dua jalur, yaitu jalur
pendidikan sekolah dan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan
disekolah melalui belajar mengajar secar berkesinambungan, sedangkan jalur diluar sekolah
melalui kegiatan belajar mengajar tidak harus berjenjang dan berkesinambungan.
b. Jenis program pendidikan
1. Pendidikn umum
2. Pendidikan kejuruan
3. Pendidikan luar biasa
4. Pendidikan kedinasan
5. Pendidikan keagamaan
6. Pendidikan akademik
7. Pendidikan profesional
c. Jenjang pendidikan
Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan dasar,
pendidikan menengah, pendidikan tinggi. Selain jenjang pendidikan tersebut diselenggarakan
pendidikan pra sekolah sebagai persiapan untuk memasuki sekolah dasar.
d. Kurikulum atau program pendidikan
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional disusunlah kurikulum yang
memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuainya dengan lingkungan,
kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan. Kurikulum secara
nasional ditetepkan oleh menteri atau menteri lain maupun pimpinan lembaga pemerintah non
departemen berdasarkan perlimpahan wewenang dari menteri.
Isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat:
1. Pendidikan pancasila
2. Pendidikan agama
3. Pendidikan kewarganegaraan
Kurikulum sekolah yang berlaku sekarang adalah kurikulum yang sama untuk setiap
jenjang pendidikan. Akibat dari semua kurikulum yang sam untuk setiap murid untuk semua
daerah diseluruh indonesia, murid merasa asing atau kurang akrab terhadap lingkungannya,
baik lingkungan alam, sosial, dan budaya, serta pola tempat kehidupan masyarakat dibesrakan.
Mereka kurang mengenal unsur-unsur penting dan yang bermanfaat yang terdapat didalam
lingkungannya masing-masing. Dengan adanya muatan lokal dalam penyelenggaraan
pendidikan dengan keadaan dan situasi setempat.
e. Pengelolaan sistem pendidikan nasional
Penanggung jawab pendidikan nasional adalah presiden, sedangkan pengelolaannya
diatur sebagai berikut:
1. Pengelolaan sistem pendidikan nasional pada umumnya diserahkan oleh presiden kepada
departemen/menteri yang bertanggungjawab atas pendidikan.
2. Dalam hal tertentu pendidikan nasional yang mengandung kekhususan, diantaranya keagamaan
dan kedinasan merupakan bagian intergral dari sistem pendidikan nasional, diserahkan oleh
presiden kepada departemen atau pemerintah lainnya.
3. Dalam mengelola pendidikan nasional presiden dibantu oleh dewan pendidikan nasional, yang
anggotanya antara lain, terdiri dari wakil-wakil pengelola dan unsur-unsur masyarakat.
Untuk kelancaran proses peleksanaan pendidikan nasional yang berasakan Bhinneka
Tunggal Ika maka dilakukan secar desntralisasi. Kewenangan dalam aspek-aspek tertentu dari
pengelolaan dan pelaksanaan sistem pendidikan nasional itu perlu dilimpahkan kedaerah-
daerah tingkat I/provinsi. Dengan demikian, disetiap provinsi perlu dibentuk dewan pendidikan
daerah yang diketahui oleh gubernur kepala daerah.
BAB VIII
Pendidikan dan Pembangunan
8.1 Pendekatan strategik pendidikan
Pembangunan nasional pada hakikatnya adalah pembangunana manusia indonesia
seutuhnya dan seluruh masyrakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan
UUD 1945. Manusia adalah inti pembangunan. Betapa tidak, ialah yang memikirkan,
merencanakan, mengawasi, dan merencanakan suka duka beserta pahit manisnya
pembangunan. “ kualitas manusialah yang menjadi andalan utama keberhasilan
pembangunan”.
Selama ini upaya telah dan sedang dijalankan dengan prioritaas pembangunann bidang
ekonomi. Banyak kemajuan dan keberhasilan sekalipun masih dianggap gejala-gejala
kesenjangan fundamental yaitu produktivitas manusia yang masih memerlukan peningkatan
dengan seksama. Hal itu dapat dilihat dari efektivitas dan efisiensi pendidikan. Prioritas
pembangunan bidang ekonomi, tampaknya menuntut prioritas pendekatan pendidikan yang
baik bila pembangunan nasional ingin tinggallandas dengan mulus. Salah satu pendekatan yang
mendekati ialah pendekatan presfektif terpadu.
Manusia dilengkapi dengan kemampua dasar yang penuh kemungkinan, sebagai alat
supaya dapat berbuat dan bekerja, cipta, ras, karsa, dan karya untuk kemudian mengabdikan
dirinya kepada pencipta. Kemampuan dasar yang tersedia supaya berfungsi sebagaimana
mestinya, diperlukan berbagai upaya.salah satu upaya utama ialah belajar sepanjang hayat yang
berintikan membaca baik yang terjadi dilingkungan keluarga, masyarakat, maupun, lembaga
pendidikan formal. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia dapat dididik dalam batsan-
batasan tertentu, yaitu tergantung pada kemampuan dasar yang tersedia, pengalaman yang
didapat, kemauan yang ulet, dan sudah barang tentu takdir ilahi bagi mereka yang
mempercayainya. Ilmu pendidikan adalah ilmu yang memepelajari proses-prose pengaruh-
mempengaruhi antara peserta didik dengan pendidikam dalam berbagai sistuasi pendidikan
untuk mencapai tujuan pendidikan.
Ilmu pendidikan sebagai ilmu yang mempunyai ciri hakiki yaitu ilmu normatif, berbuat
dan tidak dapat melepaskan diri dari pandangan hidup. Ilmu pendidikan sebagai seni sangat
bertautan dengan profesi pendidikan, yang secar formal telah maju di Indonesia. Hal ini dilihat
pada keputusan Menteri Pendidikan dan Kebidayaan No. 0124/U/1979 yang kemudian
disempurnakan dengan surat keputusan No. 0211/U/1982. Dalam keputusan ini digariskan
bahwa di Indonesia ini hanya terdapat dua profesi besar yaitu profesi non kependidikan dan
profesi kependidikan. Kemajuan keduduan formal itu merupakan satu tonggak sejarah yang
harus diisi bila ilmu pendidikan tidak mau disebut telah mati. Sudah barang tentu ilmu
pendidikan tak dapat melepaskan diri dari ilmu-ilmu lainnya yang relevan. Oleh karena itu ilmu
pendidikan adalah ilmu yang interdisipliner, yang menuntut pendekatan dan teori-teori tertentu.
Sejauh mana peranan dan dampak ilmu pendidikan terhadap kehidupan, sangat dipengaruhi
oleh pengadministrasian atau penataan pendidikan itu sendidri. Itulah sebanya dalam
kesempatan ini diketengahkan administrasi pendidikan.
Hal yang penting dalam administrasi pendidikan.berbagai pendekatan dalam
administrasi pendidikan dapat dilakukan diantaranya:
1. Pendekatan presfektif terpadu
Presepektif terpadu (integratif) adalah suatu pendekatan yang berlandaskan kepada
norma dan keadaan-keadaan yang berlaku, menelaah kemassa silam, dan berorientasi kemassa
depan secar cermat dan terpadu dalam berbagai dimensi.
2. Pola dasar pengadministrasian pendidikan
Berpedoman kepada konsep dasar pendekatan persepekti terpadu yang dikemukakan,
terdapat tiga pola dasar pengadministrasian pendidikan yang perlu diperhatikan, secara makro
(tingkat nasional), meso (tingkat kelembagaan), dan mikro (tingkat profesional belajar
mengajar).
3. Pola dasar pendidikan secar makro
Kecenderungan kehidupan dengan cermat dan terpadu, menggariskan kualitas manusia
secar tepat yang mampu hidup layak dimassa depan, kemudian dapat menyediakan pendidikan
yang relevan, niscaya kualitas manusia indonesia tinggal landas akan menjelma dan kita dapat
melaksanakan tahap pembangunan tinggal landas yang tumbuh atas kekuatan sendiri.
8.2 Hubungan pendidikan dan pembangunan
Bahwa ciri-cirinmanusiawi dalam arti jasmaniah dan rohaniah tidak secar otomatis
dimiliki oleh sesorang. Kemampuan-kemampuan manusia tersebut marupakan hasil belajar
dan didikan. Pendidikan selamanya mengabdi pada nilai-nilai agung dan luhur bagi manusia
dan kemanusiaan. Dalam khasanah pendidikan disebutkan, bahwa tugas mulai pendidikan
terletak pada upaya mengembangkan aspek-aspek pribadi manusia baik yang jasmani dan
rohaniah. Upaya pendidikan bertujuan untuk terbentuknya manusia yang mampu, baik jasmani
maupun rihaniah menyesuaikan diri secar aktif didalam hidup dan kehidupannya. Perlu
diketahui, bahwahidup dan kehidupan sesorang tidak berada dalam keterpisahan dengan
lingkungan alamndan sosial budayanya. Dengan demikian hakikat pendidikan adalah upaya
kemanusiaan manusia, dan membudayakan manusia, sehingga mampu mencipta, berkarya,
mebudi dan membaik bagi kehidupan ekoferisnya (kebulatan diri dn lingkungan).
Istilah pembangunan sering diartikan pembanguna ekonomi dan industrialisasi.
Pengertian yang demikian itu karena memengsebaian besar negra-negara didunia memutuskan
diri pada pembangunan ekonomi dan industrialisasi dianggap sebagai kuda pacuan yang dapat
diandalkan lari secepatnya didalam mencapai tujuan ekonomi sendiri. Beberapa negara
memeberi arti, bahwa esensi usaha pengembangan tidak terletak pada perwujudnya
industrialisasi dan laju pertumbuhan ekonomi dalam skala nasional dan regional. Tetapi pada
teratasinya masalah dan terpenuhinya hajat hidup, baik biologis maupun rohani dari
masyarakat luas. Ini berarti, bahwa usaha pembangunan bertitik pangkal pada kepentingan
manusia, karena itu hasil akhirnya pun diukur berdasarkan indeks kenaikan perbaikan mutu
hidup manusia-manusia.
Uraian diatas mempertegas, bahwa titik temu pendidikan dan pembangunan terletak
pada unsur manusianya. Pendidikan menekankan aktualisasi modal kedirian manusia guna
manusia dan membudayakan bagi diri dan lingkungannya. Sedangkan pembangunan
menekankan manipulasi sumber-sumber yang terdapat dalam khasanah kehidupan manusia
guna terpenuhinya hajat hidup manusia itu sendiri. Secar sungkat dapat dikatakan, bahwa
pendidikan adalah ikhtiar keluar guna mencapai hidup yang baik dari manusia itu sendiri.
Dengan demikian, pada analisis terakhirnya pendidikan dan pembangunan tertumpu pada hajat
hidup manusia yang senantiasa ingin terangkat harkat dan martabatnya.
8.3 Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan
Dalam sejarah kehidupan manusia selamanya tidak terlepas dari sumbangan yang
diberikan oleh pendidikan. Memang tanpa makan dan bernafas, manusia tidak akan mampu
bertahan didalam hiudp dan kehidupan yang berhasil sesuai dengan niali manusiawi bagi diri
dan lingkunga seseorang mutlak memerlukan bekal kemampuan jasmani dan rohaniah dari
manusia itu sendiri. Dengan demikian pendidikan adalah merupakan bekal mutlak didalam
mengarungi hidup dan kehidupan manusia.
Usaha pembangunan selamanya merupakan ikhtiar untk menjawab tantangan masalah
dan hajat hidup sesuatu masyarakat atau bangsa. Pembangunan ekonomi, sosial budaya,
politik, dan pertahanan keamanan pada suatu bangsa atau negara, mutlak memerluka
keikutsertaan upaya pendidikan untuk menstimulasi dan menyertai dalam setiap faset
pembangunan. Penyertaan upaya prndidikan terhadap usaha pembangunan dibidang-bidang
seprti ekonomi, politik, sosial budaya, juga diperlukan dan diharapkan. Di Indonesia, dalam
rangka pembangunan manusia seutuhnya, sumbangan pendidikan diharapkan untuk
mewujudkan:
1. Pembinaan mental pancasila
2. Pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa
3. Pembinaan ketahanan nasional
4. Pembinaan hak-hak asasi manusia
5. Pembinaan Rule of Low
6. Pembinaan hidup rasional, efisien dan produktif serta
7. Pembinaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
8.4 Sistem pendidikan yang relevan dengan pembangunan
Sistem pendidikan yang relevan dengan pembangunan, berarti mempunyai tingkat
keterhubungan yang tinggi antara bekal pendidikan yang diberikan pada seseorang atau suatu
masyarakat atau bangsa. Jelas bahwa pendidikan yang relevan dengan pembangunan dituntut
untuk mengabdi pada kepentingan nasional, regional, lokal, sampai kelompok kecil berupa
keluarga dan juga pada kepentingan seseorang yang senantiasa mengalami perubahan dan
perkembangan diri masa kemasa.
Uraian diatas mempertegas orientasi yang perlu dijadikan titik tolak untuk
mengembangkan pendidikan yang relevan dengan pembangunan. Jadi dari orientasi tersebut
dapat ditarik pemikiran-pemikiran dasar, bahwa bekal pendidikan berisi penambahan
pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan, dan nila-nilai serta sikap-sikap haruslah
diarahkan untuk:
1. Menambahkan konformitas seseorang atau suatu masyarakat terhadap cita-cita atau program
pembangunan.
2. Mengembangkan sikap-sikap yang cocok untuk tuntutan hidup dan kehidupan
3. Menambahkan kepekaan seseorang
4. Menembahkan kemampuan menyelesaikan tantanngan persolan hajat hidup
Daftar Pustaka
Wahyu Dinn,dk. (2007). Pengantar pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka
Idris Zahra, H. dan Jamal Lisman , H. (1992). Pengantar pendidikan. Jakarta: Grasindo
Tirtaharja Umar, Prof. Drs. Dan Sula La, Drs. (2000). Pengantar pendidikan. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Ihsan Fuad, Drs. H. (1995). Dasar-dasar kependidikan. Seamarang: PT Rineka Cipta
Salam Burhanudin, Drs. H. (1997). Pengantar Pedagogik. Jakarta: PT Rineka Cipta