Penetapan Kadar Parasetamol Dalam Tablet Isi

30
BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Spektrofotometri UV-VIS Spektroskopi merupakan studi antaraksi radiasi elekromagnetik dengan materi. Radiasi elektromagnetik adalah suatu bentuk dari 1nalge yang diteruskan melalui ruang dengan kecepatan yang luar biasa. Dikenal berbagai bentuk radiasi elektromagnetik dan yang mudah dilihat adalah cahaya atau sinar tampak. Daerah sinar tampak mulai dari warna merah pada panjang gelombang 780 nm sampai warna ungu pada panjang gelombang 380 nm (kisaran frekuensi 12800 – 26300 cm -1 ). Sedangkan daerah ultraviolet berkisar dari 380 nm sampai 180 nm (kisaran frekuensi 2630 – 55500 cm -1 ). Energi pada daerah ultraviolet dan sinar tampak berkisar dari 140 sampai 660 kj/mol (Mudzakir dan Soja Fatimah, 2008: 62-65). 1

Transcript of Penetapan Kadar Parasetamol Dalam Tablet Isi

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Spektrofotometri UV-VIS

Spektroskopi merupakan studi antaraksi radiasi elekromagnetik

dengan materi. Radiasi elektromagnetik adalah suatu bentuk dari 1nalge

yang diteruskan melalui ruang dengan kecepatan yang luar biasa. Dikenal

berbagai bentuk radiasi elektromagnetik dan yang mudah dilihat adalah

cahaya atau sinar tampak. Daerah sinar tampak mulai dari warna merah

pada panjang gelombang 780 nm sampai warna ungu pada panjang

gelombang 380 nm (kisaran frekuensi 12800 – 26300 cm -1). Sedangkan

daerah ultraviolet berkisar dari 380 nm sampai 180 nm (kisaran frekuensi

2630 – 55500 cm-1). Energi pada daerah ultraviolet dan sinar tampak

berkisar dari 140 sampai 660 kj/mol (Mudzakir dan Soja Fatimah, 2008:

62-65).

Gambar 1. Daerah Spektrum Radiasi Elektromagnetik

(sumber: http://gusnil45mind.files.wordpress.com/2010/09/spektrum-warna.png)

1

Teknik spektroskopi pada daerah ultraviolet dan sinar tampak biasa

disebut spektroskopi UV-Vis atau spektrofotometer UV-Vis. Dari spekrum

absorbsi dapat diketahui panjang gelombang dengan absorbansi maksimum dari

suatu unsur atau senyawa. Konsentrasi suatu unsur atau senyawa juga dengan

mudah dapat dihitung dari kurva standar yang diukur pada panjang gelombang

dengan absorbansi maksimum yang telah ditentukan.

Radiasi yang berasal dari ultraviolet-visibel diabsorbsi oleh molekul

organik aromatik, molekul yang mengandung elektron-π terkonjugasi dan atau

atom yang mengandung elektron-n, menyebabkan transisi elektron dari orbit

terluarnyadari tingkat energi elektron dasar ke tingkat energi elektron tereksitasi

yang lebih tinggi. Besarnya absorbansi radiasi tersebut sebanding dengan

banyaknya molekul analit yang mengabsorbsi dan dapat digunakan untuk analisis

kuantitatif (Satiadarma, dkk, 2004:87)

Spektrofotometer Spectronic-20 merupakan salah satu contoh spektrofotometer

yang dapat digunakan untuk mengukur serapan sinar ultraviolet dan sinar tampak

oleh suatu materi dalam bentuk larutannya. Jumlah cahaya yang diserap oleh

suatu zat dalam larutan berbanding lurus dengan konsentrasi zat dalam larutannya.

Hubungan antara serapan cahaya dengan konsentrasi zat dalam larutan dapat

dinyatakan dengan persamaan Lambert-Beer berikut ini:

A = - log T = є b c

Dimana: A = absorbansi

T = transmitansi

2

є = absorptivitas molar (L/mol cm)

b = panjang sel (cm)

c = konsentrasi zat yang menyerap sinar (mol/L)

Dalam aplikasinya, terdapat beberapa persyaratan agar hukum Lambert‐Beer

dapat digunakan, yaitu:

a. Syarat konsentrasi, konsentrasi larutan yang diukur harus encer

b. Syarat kimia, zat pengabsorbsi (zat yang dianalisis) tidak boleh

terdisosiasi, berasosiasi atau bereaksi dengan pelarut menghasilkan produk

lain.

c. Syarat cahaya, radiasi cahaya yang digunakan untuk pengukuran harus

monokromatis (cahaya yang mempunyai satu macam panjang gelombang).

d. Syarat kejernihan, kekeruhan larutan yang disebabkan oleh partikel-

partikel koloid misalnya menyebabkan penyimpangan hukum Beer.

Gambar 2. Spektronik 20 (Model Camspec M-106)

(Sumber: http://teknologikimiaindustri.blogspot.com/2011/01/uv-visible.html)

Penyimpangan dari Hukum Beer dapat disebabkan oleh 3nalgesi kimia

atau 3nalgesic3. Kegagalan Hukum Beer dapat disebabkan oleh perubahan kadar

molekul terlarut sebagai akibat asosiasi molekul terlarut atau asosiasi antara 3

molekul terlarutdan molekul pelarut, atau disosiasi atau ionisasi. Penyimpangan

lain dapat disebabkan oleh pengaruh 4nalgesic4 seperti radiasi polikromatis, lebar

celah, atau cahaya yang menyimpang (Hendayana, 1994: 176).

Secara eksperimental, sangat mudah untuk mengukur banyaknya radiasi

yang diserap oleh suatu molekul sebagai fungsi frekuensi radiasi. Suatu grafik

yang menghubungkan antara banyaknya sinar yang diserap dengan frekuensi (atau

panjang gelombang) sinar merupakan 4nalgesi absorpsi. Transisi yang dibolehkan

(allowed transition) untuk suatu molekul dengan struktur kimia yang berbeda

tidaklah sama, sehingga 4nalgesi absorpsinya juga berbeda. Dengan demikian,

sepektrum dapat digunakan sebagai bahan informasi yang bermanfaat untuk

analisa kualitatif. Banyaknya sinar yang diabsorbsi pada panjang gelombang

tertentu sebanding dengan banyaknya molekul yang menyerap radiasi, sehingga

spectrum absorpsi juga dapat digunakan untuk analisa kuantitatif (Gandjar dan

Rohman (2007) dalam Sirait, 2009: 21).

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometer ultraviolet,

diantaranya:

a. Pemilihan panjang gelombang maksimum

Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang

gelombang dimana terjadi serapan maksimum. Untuk memperoleh panjang

gelombang serapan maksimum, dilakukan dengan membuat kurva hubungan

antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada

konsentrasi tertentu.

4

b. Pembuatan kurva kalibrasi

Kurva kalibrasi dibuat seri dari larutan baku zat yang akan dianalisis dengan

berbagai konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai

absorbansi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara

absorbansi dengan konsentrasi. Bila hukum Lamber-Beer terpenuhi maka kurva

kalibrasi berupa garis lurus.

c. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan

Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai

0,6. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa pada kisaran nilai absorbansi

tersebut kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal.

Sama halnya seperti instrumentasi spektrofotometer ultraviolet lainnya,

spektronik 20 model Camspec M-106 Spectrophotometer memiliki instrumentasi

yang terdiri dari lima komponen utama, yaitu ;

a. Sumber sinar

Sumber sinar yang ideal untuk spektroskopi absorpsi harus memancarkan

spectrum yang kontinyu, berintensitas tinggi dan merata pada daerah panjang

gelombang yang digunakan. Sumber sinar dapat dibedakan menjadi dua jenis:

1. Sumber sinar ultraviolet

Spektrum kontinyu dalam daerah UV dihasilkan dari eksitasi electron

deuterium pada tekanan rendah. Harga lampu cukup mahal dan umur

pemakaiannya 5nalgesi pendek.

2. Sumber sinar tampak

5

Sumber sinar tampak biasanya lampu Tungsten atau pijaran kawat Wolfram.

Lampu ini tidak memerlukan perawatan khusus karena 6nalgesi murah serta

sinar yang dipancarkan tidak membahayakan (Soja Siti Fatimah, 2003:6-7).

b. Wadah sampel

Wadah sampel yang digunakan pada umumnya disebut sel atau kuvet. Kuvet

harus mempunyai jendela dari bahan tembus sinar pada daerah spectra

pengamatan. Bahan yang sering digunakan adalah: gelas, kuarsa dan 6nalges

bergantung kebutuhan. Kuvet adalah bagian dari jalan 6nalg, sehingga sifat-sifat

optiknya sangat penting. Kuvet mudah terkontaminasi oleh penguapan pelarut,

mudah terkena debu dan lemak bila dipegang langsung dan mudah tergores.

Keadan tersebut dapat menurunkan sifat transmisi dan akibatnya ketelitian

menurun. Beberapa macam kuvet berdasarkan berbagai penggolongannya dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Beberapa Macam Kuvet / Wadah Sampel

No. Penggolongan Macam Keterangan

1

Berdasarkan

pemakaiannya

Kuvet permanen

dibuat dari bahan

gelas atau leburan

silika

Kuvet 6nalgesic6 dibuat dari 6nalge

atau plastik

2 Berdasarkan bahannya Kuvet dari silika dipakai untuk

analisis kuantitatif

dan kualitatif pada

6

daerah pengukuran

190‐1100 nm

Kuvet dari gelas

dipakai untuk

analisis kuantitatif

dan kualitatif pada

daerah pengukuran

380‐1100 nm

karena bahan dari

gelas dapat

mengabsorpsi

radiasi UV

3

Berdasarkan

penggunaannya

Kuvet bermulut

sempit

untuk mengukur

kadar zat alam

pelarut yang mudah

menguap

Kuvet bermulut

lebar

untuk mengukur

kadar zat alam

pelarut yang tidak

mudah menguap

c. Monokromator

Monokromator adalah alat yang paling umum dipakai untuk menghasilkan

berkas radiasi dengan satu panjang gelombang. Monokromator untuk radiasi ultra

violet, sinar tampak, dan infra merah adalah serupa yaitu mempunyai celah (slit),

lensa, cermin, dan prisma atau grating.

7

Terdapat dua macam monokromator yaitu monokromator prisma Bunsen dan

monokromator grating Czerney – Turner. Pada dasarnya, komponen

monokromator terdiri dari :

1. Celah masuk, berperan penting dalam terbentuknya radiasi

monokromatis dan resolusi panjang gelombang.

2. Filter, berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga

cahaya yang diteruskan merupakan cahaya berwarna yang sesuai

dengan panjang gelombang yang dipilih.

3. Prisma, berfungsi untuk mendispersikan radiasi elektromagnetik

sebesar mungkin supaya didapatkan resolusi yang baik dari radiasi

polikromatis.

4. Kisi, fungsinya sama seperti prisma, namun karena bentuk kisi

adalah konkaf, maka dapat memberikan resolusi radiasi yang lebih

baik.

5. Celah keluar, tempat keluarnya sinar monokromatis yang

selanjutnya akan diteruskan menuju sampel.

d. Detektor dan Transducer

Peralatan 8nalgesi telah didukung oleh transducer yang mampu mangubah

8nalge radiasi menjadi isyarat listrik yang nantinya diperkuat oleh amplifier

sehingga mampu menggerakkan jarum pembacaan atau pena rekorder melalui

meter dalam bentuk % transmitansi (%T) atau absorbansi.. Detektor sendiri

berfungsi untuk mendeteksi cahaya yang melewati larutan.

8

Dikenal 2 macam 9nalgesi yaitu 9nalgesi foton dan 9nalgesi panas. Detektor foton

termasuk (1) sel photovoltalc, (2) phototube, (3) photomultiplier tube, (4) 9nalgesi

semi konduktor, dan (5) 9nalgesi diode silicon. Detektor panas biasa dipakai

untuk mengukur radiasi infra merah, termasuk thermocouple dan bolometer.

e . Rekorder

Signal listrik dari detector biasanya diperkuat lalu direkam sebagai

9nalgesi yang berbentuk puncak-puncak. Plot antara panjang gelombang dan

absorbansi akan dihasilkan 9nalgesi. Rekorder inilah yang berperan dalam

merekam hasil senyawa yang telah masuk detector ( Tim Kimia Anorganik,

2008:67-68).

Gambar 3. Skema Diagram Instrumen Spektrofotometer

(Sumber: http://www.tarleton.edu/Faculty/alow/1084exp2.htm)

Pada dasarnya, langkah utama di dalam analisis spektrofotometri meliputi

penetapan kondisi kerja dan pembuatan suatu kurva kalibrasi yang

menghubungkan konsentrasi dengan absorbansi.

9

Dalam hal pemilihan panjang gelombang, pengukuran absorbansi

spektrofotometri dilakukan pada suatu panjang gelombang yang sesuai dengan

10nalges maksimum karena perubahan absorbansi permit. Konsentrasi besar pada

titik ini, artinya absorbansi larutan encer masih terdeteksi.

Selain itu, terdapat pula 10nalge-faktor yang mempengaruhi 10nalges;

meliputi jenis pelarut, Ph larutan, suhu, konsentrasi elektrolit yang tinggi, dan

adanya zat pengganggu. Pengaruh-pengaruh ini diketahui ; kondisi analisis harus

dipilih sedemikian hingga absorbansi tidak akan dipengaruhi sedikitpun.

Kebersihan juga akan mempengaruhi 10nalges termasuk bekas jari pada

dinding tabung harus dibersihkan dengan kertas tisu dan hanya memegang bagian

ujung atas tabung sebelum pengukuran.

Setelah menetapkan kondisi untuk menganalisis (seperti panjang

gelombang yang sesuai), kemudian menyiapkan kurva kalibrasi dari sederet

larutan standar sebagai penentuan hubungan antara absorbansi dan konsentrasi

(Sumar Hendayana, 1994:176).

Untuk berbagai bahan farmasi, pengukuran spectrum dalam daerah ultraviolet dan

cahaya tampak dapat dilakukan dengan ketelitian dan kepekaan yang lebih baik

daripada dalam daerah inframerah dekat dan inframerah. Apabila larutan diamati

dalam kuvet 1 cm, kadar lebih kurang 10 µg specimen per Ml, sering

menghasilkan serapan sebesar 0,2 hingga 0,8 di daerah ultraviolet atau cahaya

tampak. Di daerah inframerah atai inframerah dekat, diperlukan kadar masing-

masing sebesar 1 mg hingga 10 mg per Ml dan hingga 100 mg per Ml, untuk

menghasilkan serapan yang memadai; untuk daerah 10nalgesi ini biasanya dipakai

sel dengan panjang 0,01 mm hingga 3 mm.

10

Spektrum ultraviolet dan cahaya tampak suatu zat pada umumnya tidak

mempunyai derajat spesifikasi yang tinggi. Walaupun demikian, 11nalgesi

tersebut sesuai untuk pemeriksaan kuantitatif dan untuk berbagai zat zat 11nalgesi

tersebut bermanfaat sebagai tambahan untk identifikasi (Farmakope Indonesia,

1995: 1061).

1.2 Parasetamol (Asetaminofen)

Parasetamol merupakan zat aktif pada obat yang banyak digunakan dan

dimanfaatkan sebagai 11nalgesic dan antipiretik. Selain itu, zat aktif ini biasa

digunakan sebagai 11nalgesice pengganti aspirin yang dapat diperoleh tanpa

adanya resep dari dokter sekalipun ( Suzen, et al: 1998:94).

Parasetamol yang juga dikenal sebagai asetaminofen telah digunakan

secara klinis sejak tahun 1893. Parasetamol tergolong kedalam kelompok besar

obat antiinflamasi nonsteroid ( Non Steroid Antiinflamatory Drugs/NSAID) yang

merupakan antipiretik efektif dengan dosis yang 11nalgesi rendah. Sedangkan

kemampuan efisiensi analgesiknya sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan

NSAIDs (Munsterhjelm, 2006: 15).

Asetaminofen (parasetamol) sebagai 11nalgesic, digunakan luas pada

penderita sakit gigi dan sakit kepala. Efek penggunaan parasetamol mulai dapat

dirasakan setelah 30 menit konsumsi obat dan kerjanya berlangsung selama ±3

jam. Asetaminofen dapat berkonjugasi dengan asam glukuronat atau sulfat dalam

kelompok hidroksil fenolik, yang kemudian terjadi penghilangan konjugatnya di

dalam lambung. Pada dosis kecil, sebagian konjugat dioksidasi menjadi N-asetil-

11

benzoquinonimine . Konsumsi dosis yang tinggi (sekitar 10 g) dapat

menyebabkan kerusakan pada hati. Kerusakan pada hati dapat dihindari dengan

pemberian N-asetilsitein yana diberikan secara intravena. Konsumsi asetaminofen

yang rutin dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal (Lullman, et al, 2000: 198).

Dalam Farmakope Indonesia Edisi IV (1995:649-650), parasetamol

memiliki beberapa sinonim yaitu; paracetamolum, asetaminofen dan 4-

hidroksiasetanilida. Dengan rumus kimia C8H9NO2 dan berat molekul 151,16 ,

senyawa ini berwujud serbuk hablur berwarna putih, tidak berbau dengan rasa

sedikit pahit. Parasetamol bersifat mudah larut dalam etanol, air mendidih serta

dalam natrium hidroksida 1 N.

Identifikasi dari senyawa ini dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

a. Inframerah

Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan di atas pengering

yang cocok dan didispersikan dalam kalium bromide P menunjukkan harga

maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada parasetamol

BPFI.

b. Serapan ultraviolet

Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam 200.000) dalam campuran

asam klorida 0,1 N dalam methanol P (1 dalam 100), menunjukkan maksimum

dan minimum pada panjang gelombang yang sama seperti pada parasetamol

BPFI.

Dengan reaksi : C8H9NO2 + 2NaOH -> C6H6NaNO + C2H3NaO2 + H2O

12

c. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Dalam uji ini, digunakan larutan 1 mg per Ml dalam methanol P dan fase

gerak diklorometana P-metanol P.

Gambar 4. Struktur Kimia Parasetamol

(Sumber: Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995: 649)

Cara kerja parasetamol sebagai 13nalgesic ialah bekerja dengan

meningkatkan ambang rangsang rasa sakit. Sedangakan sebagai antipiretik,

parasetamol diduga bekerja langsung pada pusat pengatur panas di hipotalamus.

Indikasi dari parasetamol ialah kemampuannya dalam meringankan rasa sakit

pada keadaan sakit kepala, sakit gigi dan menurunkan demam, dengan kontradiksi

penderita gangguan fungsi hati yang berat dan penderita hipersensitif terhadap zat

aktif dari senyawa ini. Efek samping yang biasa terjadi dari penggunaan bahan

aktif ini pada penggunaan jangka lama dan dosis besar dapat menyebabkan

kerusakan hati dan reaksi hipersensitivitas (http://www.actavis.co.id).

Parasetamol yang dijual dengan berbagai nama dagang beberapa

diantaranya adalah Sanmol, Pamol, Fasidol, Panadol, Itramol dan lain-lain.

Menurut peraturan Depkes, semua obat yang dijual bebas harus menuliskan nama

13

generic dibawah nama dagangnya yang dicantumkan di bawah “kandungan”.

Namun, patut diingat bila gejalanya hanya demam, tidak dibenarkan untuk

menggunakan parasetamol yang dicampur dengan bahan aktif lainnya, misalnya

untuk pilek, batuk, dan sebagainya. Tambahan bahan lain itu selain tidak ada

gunanya, juga menjadikan harga obat menjadi lebih mahal. Belum lagi bila

menimbulkan efek sampingan.

Secara kimia, parasetamol merupakan nalgesi dari para amino fenol. Di

Indonesia penggunaan parasetamol sebagai 14nalgesic dan antipiretik, telah

menggantikan penggunaan salisilat. Dalam sediannya, parasetamol sering

dikombinasikan dengan kafein yang berfungsi meningkatkan efektifitasnya tanpa

perlu meningkatkan dosisnya.

Sifat antipiretik dari parasetamol disebabkan oleh gugus amino benzene

dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral. Beberapa reaksi alergi yang

dilaporkan sering muncul antara lain: kemerahan pada kulit, gatal, bengkak, dan

kesulitan bernafas/sesak (Ishak, 2009 dalam http://ishak.unpad.ac.id/?p=886).

BAB II

METODOLOGI PERCOBAAN

14

2.1 ALAT

 Spektrofotometer UV-Vis + kuvet

Labu takar 10ml, 25 ml dan 50 ml

Labu Erlenmeyer

Pipet ukur

2.2 BAHAN

 Tablet parasetamol

0,1 N dan 3 M NaOH

Aquadest

2.3 PROSEDUR KERJA

1. Dibuat pelarut standar dan sampel berupa NaOH 0,1 N.

2. Dibuat larutan stok parasetamol dengan melarutkan 25 mg

parasetamol pada NaOH 0,1 N pada labu 25 ml (C=1mg/ml).

3. Dibuat larutan standar dengan konsentrasi 2,4,6,8 dan 10 ug/ml.

4. Dibuat sampel dengan mengekstraksi 20 mg parasetamol yang

telah digerus dengan NaOH 0,1 N sebanyak 3 kali pada labu 50 ml,

kemudian add hingga 50 ml. Lalu dibuat larutan parasetamol yang

telah diencerkan menjadi 6 ug.

5. Pengukuran dengan spektrofotometer UV-Vis untuk parasetamol

dilakukan dengan lampu UV dengan blanko adalah 0,1 N NaOH.

15

6. Pertama-tama diukur dulu panjang gelombang yang memberikan

absorbansi maksimum.

7. Diukur satu-persatu absorbansi dari setiap konsentrasi parsetamol

pada panjang gelombang maksimum tersebut

BAB III

PERHITUNGAN

16

Dalam hal ini persamaan yang digunakan adalah persamaan lambert-Beer, yaitu

A = ε.b.c

Karena absorptivitas yang dicari adalah absorptivitas molar, maka persamaan menjadi

A = ε.b.c

Dengan A = absorbansi

ε = absorptivitas molar (mol-1cm-1)

b = tebal kuvet (cm)

c = konsentrasi larutan (mol L-1)

Untuk menentukan kadar sampel yang tidak diketahui dari sebuah kurva

kalibrasi hubungan antara absorbansi dan kadar larutan standart menggunakan

Persamaan Regresi Linier. Persamaan regresi linier berupa garis lurus yang

menyatakan dua variable pada sumbu X dan Y yang ditulis dengan rumus sebagai

berikut:

Y= bX + a

b = 17

Keterangan :

n = banyaknya larutan standart

X = konsentrasi/kadar larutan

( C )

Y = absorbansi larutan standart

Keterangan :

Y = absorbansi sampel

X = konsentrasi sampel

a =

mg Kadar Parasetamol = X x ml sampel x factor pengenceran

( kadar dalam etiket : 500 mg )

X = konsentrasi sampel

18

PENUTUP

Kesimpulan

Penetapan kadar parasetamol dalam tablet dengan spektrofotometri UV-

Vis dengan menggunakan reagen NaOH 0,1 N dimana digunakan 5 larutan

standart dengan konsentrasi yang berbeda tiap larutannya

Persamaan “lambert-Beer” digunakan sebagai dasar perhitungan

penetapan kadar parasetamol dengan spektrofotometer. Persamaan Regresi Linier

digunakan untuk menentukan kadar sampel yang tidak diketahui dari sebuah

kurva kalibrasi hubungan antara absorbansi dan kadar larutan standart

19

DAFTAR PUSTAKA

http://bestbuydoc.com/id/doc-file/984/validasi-metode-spektrofotometer-

ultraviolet-pada-penentuan kadar-parasetamol-dalam-sediaan-obatb.html ,

13 Desember 2011 , 20:57

Widodo, Wahyu Eko , http://farmasi07itb.wordpress.com/2010/03/13/uv-

vis-spektrofotometry/, 20 Desember 2011, 09:43

Novitasari, Anik E S.Si , Penuntun Praktikum Kimia Analitik Semester 3

20