PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein...

71
1 PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH INSTAN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI-UV DERIVATIF APLIKASI PEAK TO PEAK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: Yosepha Henny Ermawati NIM : 038114124 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

Transcript of PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein...

Page 1: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

1

PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH INSTAN

DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI-UV DERIVATIF

APLIKASI PEAK TO PEAK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Yosepha Henny Ermawati

NIM : 038114124

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

Page 2: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

2

Skripsi berjudul

PENETAPAN KADAR KAFEIN DALAM MINUMAN TEH INSTAN

MERK X SECARA SPEKTROFOTOMETRI-UV DERIVATIF

METODE PEAK TO PEAK

Oleh:

Yosepha Henny Ermawati

NIM : 038114124

Telah disetujui oleh:

Page 3: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

3

Page 4: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

4

�������������������� �

����� �������� ����������

� �� ����� ��������� ��

�����������������������

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

Sebagai rasa hormat dan baktiku,Sebagai rasa hormat dan baktiku,Sebagai rasa hormat dan baktiku,Sebagai rasa hormat dan baktiku,

aku persembahkan karya kecil ini kepada:aku persembahkan karya kecil ini kepada:aku persembahkan karya kecil ini kepada:aku persembahkan karya kecil ini kepada:

Bapak dan Bapak dan Bapak dan Bapak dan IIIIbu yang telah melimpahkan kasih sayangbu yang telah melimpahkan kasih sayangbu yang telah melimpahkan kasih sayangbu yang telah melimpahkan kasih sayang dan perhat dan perhat dan perhat dan perhatian ian ian ian

dalam membimbingkudalam membimbingkudalam membimbingkudalam membimbingku

KakakKakakKakakKakak----kakakku terkasih kakakku terkasih kakakku terkasih kakakku terkasih Mas ”Black” Wawan, Mbak Inggit, si kecil Mas ”Black” Wawan, Mbak Inggit, si kecil Mas ”Black” Wawan, Mbak Inggit, si kecil Mas ”Black” Wawan, Mbak Inggit, si kecil

Ega, Mbak ”En” Wiwien yang selalu membantuEga, Mbak ”En” Wiwien yang selalu membantuEga, Mbak ”En” Wiwien yang selalu membantuEga, Mbak ”En” Wiwien yang selalu membantu....

����

Page 5: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

5

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Bapa, karena hanya atas

rahmat dan karuniaNya sajalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

ini. Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang

memberikan bantuan baik materiil maupun non materiil.

1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang dengan

sabar telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan

kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Sulasmono, Apt selaku dosen penguji yang telah memberikan

kritik dan saran untuk skripsi ini.

4. Ibu Dra. M.M. Yetty Tjandrawati, M.Si selaku dosen penguji yang telah

memberikan kritik dan saran untuk skripsi ini.

5. Bapak Y. Kristio Budiasmoro selaku dosen pembimbing akademik yang

telah membimbing selama masa perkuliahan.

6. Seluruh staf laboratorium kimia: Pak Prapto, Pak Mukmin, Pak Parlan, dan

Mas Kunto terima kasih atas bantuannya selama ini.

7. Rekan seperjuanganku “Raya” terima kasih untuk semua yang telah kita

lalui, baik senang maupun susah, terima kasih juga untuk semua bantuan dan

diskusinya.

Page 6: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

6

8. Mbak Devi terima kasih atas diskusi, bantuan, bahan dan arahan yang sangat

membantu dalam penyusunan skripsi ini.

9. Untuk “Che-mistry” 2003, terimakasih untuk kebersamaan dan canda

tawanya. Life must go on... but friendship never end.

10. Keluarga besar Wisma Rosari: Bapak dan Ibu Djoko Pamungkas.

11. Mbak Dinta terima kasih bahannya, Mas Layli Prasojo terimakasih atas

diskusinya, Vera (Ciwa), Mbak Agnes (Kibo), Wenny, Utik, Via, Ipil, Okki,

Mbak Sri (I’ie), Agnes (Con-con), Tina, Tika, dan Mbak Esti (Tong-tong),

serta teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu terima kasih

atas bantuannya selama ini

12. Untuk semua anggota P3W, karyawan, dan staff KP3 terima kasih atas

kebersamaan dan dukungannya selama ini. Pertemuan ini begitu singkat dan

melelahkan, namun terasa manis.

13. Desi dan Lintang (kakak) ”TheThreeMuskenteer” terima kasih atas

persahabatan kita yang indah, dukungan, dan sharing selama ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan.

Oleh karena itu penulis menerima masukan dan kritik yang membangun demi

tercapainya kesempurnaan karya ini.

Akhir kata, semoga karya ini memberikan manfaat bagi dunia ilmu

pengetahuan dan semua pembaca khususnya.

Penulis

Page 7: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

7

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 26 Juli 2007

Penulis

Yosepha Henny Ermawati

Page 8: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

8

INTISARI

Penetapan kadar kafein minuman teh instan merek X secara spektrofotometri ultraviolet akan terganggu oleh adanya kandungan senyawa lain dalam ekstrak teh, antara lain tanin, teofilin, dan teobromin. Senyawa teofilin dan teobromin akan memberikan serapan maksimum pada daerah panjang gelombang yang berdekatan dengan kafein. Selain itu adanya senyawa tanin akan menyebabkan larutan berwarna sehingga mengganggu pengukuran. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan pengembangan spektrofotometri derivatif metode peak-to-peak dimana kafein dapat dianalisis tanpa perlu dilakukan pemisahan terlebih dahulu.

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental deskriptif. Penelitian ini dilakukan dengan membuat spektrum serapan normal absorbansi terhadap panjang gelombang, serta membuat spektrum derivatif pertama, kedua, ketiga, dan keempat dari larutan baku dan sampel kemudian ditentukan panjang gelombang peak-to-peak kafein. Metode ini didasarkan pada pengukuran jarak vertikal antara puncak maksimum dan minimum pada panjang gelombang peak-to-peak yang selanjutnya disebut sebagai amplitudo peak-to-peak.

Hasil penelitian menunjukkan kadar kafein dalam minuman teh instan merek X adalah sebesar 13,570 ± 0,058 mg per kemasan, nilai recovery kafein berada pada rentang 95,34%-109,74% dan nilai CV sebesar 1,033%. Dapat disimpulkan bahwa penetapan kadar kafein minuman teh instan merek X secara spektrofotometri ultraviolet derivatif peak-to-peak memberikan akurasi dan presisi yang baik. Kata kunci : kafein, teh instan, spektrofotometri deivatif peak-to-peak

Page 9: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

9

ABSTRACT Determination of caffeine in instant tea brand X using spectrophotometry ultraviolet will be disturbed by other components in extract tea, for example tannin, theophylline, and theobromine. Theophylline and theobromine will give maximum absorbans at near wavelength with caffeine. Tannin make the solution colored which will disturb the measurement. Therefore this research will develop spectrophotometry derivative peak-to-peak method where caffeine can be analyzed without isolation. This research is descriptive non experimental research. The research has been conducted by creating normal spectrum by plotting absorbance versus wavelength, and also first , second, third, and fourth derivative spectrum of sample and caffeine standard. This method based on measurements vertically distance of maximum and minimum peak at peak-to-peak wavelength next it is called peak-to-peak amplitude. The result of this research shows that caffeine in instant tea brand X is 13,570 ± 0,058 mg per sachet, range recovery value 95,34%-109,74%, and CV value 1,033%. It can be concluded that determination of caffeine in instant tea brand X by spectrophotometry ultraviolet derivative peak-to-peak gives good accuracy and precision. Key words: caffeine, instant tea, spectrofotometry derivative peak-to-peak

Page 10: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

10

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………...………......i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………...…….....ii

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………..………....iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………………………..…………………….....iv

PRAKATA………….…………………………………..…………………….....v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………….….………………....vii

INTISARI……………..…….…………………………….…………………...viii

ABSTRACT…………………………………………………………...................ix

DAFTAR ISI……………………………………………………………..……...x

DAFTAR TABEL……………………………………………………..…….…xii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….....…xiii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………..........xiv

BAB I. PENGANTAR……………………………………………………..…….1

A. Latar

Belakang.....................................................................................................1

1. Permasalahan........................................................................................2

2. Keaslian Penelitian...............................................................................3

3. Manfaat Penelitian................................................................................3

B. Tujuan Penelitian........................................................................................3

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA………………………….……..……….....4

A. Teh..............................................................................................................4

B. Teh Instan...................................................................................................5

C. Kafein.........................................................................................................5

D. Spektrofotometri UV..................................................................................6

1. Analisis kualitatif.................................................................................9

2. Analisis kuantitatif...............................................................................9

3. Instrumentasi.......................................................................................11

Page 11: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

11

E. Metode Derivatif Peak-to-peak................................................................13

F. Validasi Metode Analisis.........................................................................15

G. Keterangan Empiris.................................................................................16

BAB III. METODE PENELITIAN……………………………….…………....18

A. Jenis dan Rancangan Penelitian...............................................................18

B. Definisi Operasional................................................................................18

C. Bahan Penelitian......................................................................................18

D. Alat Penelitian..........................................................................................19

E. Tata Cara Penelitian.................................................................................19

F. Analisis Hasil...........................................................................................21

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN….....……….....……..23

A. Pemilihan Sampel.....................................................................................23

B. Penyiapan Sampel.....................................................................................24

C. Pembacaan Serapan Kafein.......................................................................25

D. Penentuan Panjang Gelombang Peak-to-peak..........................................28

E. Pembuatan Kurva Baku Kafein.................................................................33

F. Penetapan Kadar Kafein............................................................................35

BAB V. KESIMPULAN ………………………………...................…………...38

DAFTAR PUSTAKA……………………………......…………………………..39

LAMPIRAN…………………………….......……….………………...…………41

BIOGRAFI PENULIS………………….....…………………………………......56

Page 12: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

12

DAFTAR TABEL

Tabel I. Data Persamaan Kurva Baku..................................................................34

Tabel II. Data Perhitungan Kadar Kafein..............................................................35

Tabel III. Data Perhitungan Recovery dan CV.......................................................36

Page 13: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

13

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur kafein..................................................................................6

Gambar 2. Diagram tingkat energi elektronik..................................................7

Gambar 3. Instrumen Spektrofotometer berkas ganda.....................................12

Gambar 4. Penurunan spektra normal menjadi spektra derivatif.....................14

Gambar 5. Analisis kuantitatif metode derivatif..............................................14

Gambar 6. Gugus kromofor kafein..................................................................26

Gambar 7. Spektra serapan kafein...................................................................27

Gambar 8. Spektra normal gabungan kafein dan sampel.................................28

Gambar 9. Spektra derivatif pertama gabungan kafein dan sampel................30

Gambar 10. Spektra derivatif kedua gabungan kafein dan sampel....................31

Gambar 11. Spektra derivatif ketiga gabungan kafein dan sampel....................32

Gambar 12. Spektra derivatif keempat gabungan kafein dan sampel................33

Page 14: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

14

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Sertifikat analisis kafein.................................................................41

Lampiran 2. Teh instan merk X..........................................................................42

Lampiran 3. Data penimbangan bahan...............................................................43

Lampiran 4. Contoh perhitungan kadar larutan baku kafein..............................44

Lampiran 5. Data optimasi delta panjang gelombang........................................45

Lampiran 6. Data perhitungan kadar kafein dalam sampel................................47

Lampiran 7. Perhitungan Recovery……………………………………………49

Lampiran 8. Contoh perhitungan derivatif peak-to-peak……………………...52

Page 15: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

15

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Minuman teh telah dikenal lama. Sejak dahulu orang menyukai minuman

ini karena efek yang ditimbulkan dapat menyegarkan badan. Hal ini disebabkan

salah satu kandungan teh, yaitu kafein. Kafein terdapat secara alami dalam

tanaman teh dalam bentuk garam alkaloid, dan menurut Sunaryo (1995) kafein

dapat memberikan efek sebagai stimulan.

Salah satu cara tradisional untuk menyajikan teh adalah dengan

menyeduh serbuk daun teh dengan air panas dengan atau tanpa menambahkan

gula. Demi alasan kepraktisan maka produsen minuman ringan mencoba

menciptakan produk teh instan yang memudahkan konsumen dalam membuatnya.

Produsen teh instan mencantumkan bahwa produknya mengandung ekstrak teh

alami, namun tidak mencantumkan kandungan kafein dalam setiap kemasannya.

Selain itu untuk mengetahui apakah kandungan kafein dalam setiap kemasan

sesuai dengan keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia Nomor HK.00.05.23.3644 yaitu 150 mg dibagi dalam 3 dosis, dan

maksimal 50 mg per saji.

Menurut Anonim (1990) kafein dapat ditetapkan kadarnya dengan

spektrofotometri UV dengan melalui tahap isolasi. Penelitian Sartondo (2003)

membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada rata-rata kadar

kafein dalam larutan teh seduh yang ditetapkan secara spektrofotometri UV dan

Page 16: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

16

HPLC (High Performance Liquid Chromatography) atau KCKT, dimana kadar

kafein dalam larutan teh yang ditetapkan secara KCKT lebih besar daripada kadar

kafein yang ditetapkan secara spektrofotometri UV. Hal ini terjadi karena pada

penetapan kadar kafein dalam larutan teh secara spektrofotometri UV kafein harus

diisolasi terlebih dahulu dengan cara ekstraksi. Ekstraksi yang dilakukan

kemungkinan kurang efektif untuk mengisolasi kafein secara optimal sehingga

kemungkinan belum semua kafein terisolasi. Menurut Alpdopogan, Karabina, and

Sungur (2000) metode derivatif peak-to-peak dapat digunakan dalam menetapkan

kadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan

dapat memberikan akurasi dan presisi yang baik.

Spektrofotometri derivatif adalah sebuah teknik untuk analisis kuantitatif.

Teknik analisis ini relatif lebih mudah dan cepat karena tidak diperlukan

pemisahan terlebih dahulu. Metode derivatif peak-to-peak didasarkan pada

pengukuran jarak antara dua nilai ekstremum spektra derivatif pada daerah

panjang gelombang yang sama antara sampel dan kafein baku.

1. Permasalahan

Menurut keterangan di atas timbul permasalahan yang dapat diteliti

yaitu:

a. Berapakah kadar kafein dalam teh instan yang ditetapkan dengan metode

spektrofotometri derivatif aplikasi peak-to-peak ?

b. Apakah penetapan kadar kafein dalam teh instan yang dilakukan secara

dengan metode spektrofotometri UV derivatif metode aplikasi peak-to-peak

memberikan akurasi dan presisi yang baik?

Page 17: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

17

2. Keaslian Penelitian

Penelitian dengan metode spektrofotometri derivatif aplikasi peak-to-

peak sudah pernah dilakukan sebelumnya, namun pada penetapan kadar kafein

dalam minuman teh instan belum pernah dilakukan. Penelitian yang sudah pernah

dilakukan dengan metode spektrofotometri derivatif aplikasi peak-to-peak antara

lain penetapan kadar kafein dalam campuran parasetamol, salisilamida, dan kafein

(Friamita, 2006), penetapan kadar asam askorbat dalam sayuran (Aydogmus and

Cetin, 2001), dan penetapan kadar kafein dalam minuman ringan (Alpdopogan,

Karabina, and Sungur, 2000).

3. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

a. Manfaat Metodologis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan ilmiah terhadap perkembangan metode spektrofotometri derivatif

aplikasi peak-to-peak.

b. Manfaat Praktis. Memberikan kontribusi analisis kuantitatif kadar

kafein dalam minuman teh instan dengan metode yang lebih praktis.

B. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar kafein dalam minuman

teh instan yang ditetapkan dengan metode spektrofotometri UV derivatif aplikasi

peak-to-peak dan apakah metode spektrofotometri UV derivatif aplikasi peak-to-

peak dapat memberikan nilai presisi dan akurasi yang baik.

Page 18: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

18

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Teh

Daun muda kering dari tanaman Camellia sinensis (Linne) O. Kuntze

(Fam. Tehaceae) diolah menjadi minuman teh (Robbers, Speedie, Tyler, 1996).

Menurut Trease and Evans (2002) teh mengandung kafein 1-5% dan 10-24 %

tanin, serta teobromin, teofilin dan minyak atsiri dalam jumlah kecil.

Teh yang banyak beredar di Indonesia menurut cara pengolahannya dapat

dibedakan menjadi:

1. teh hijau, yaitu teh yang dibuat melalui inaktivasi enzim polifenol oksidase di

dalam daun teh segar. Metode inaktivasi enzim polifenol oksidase teh hijau

dapat dilakukan melalui pemanasan (udara panas) dan penguapan (steam/uap

air).

2. teh oolong (semifermentasi), yaitu teh yang diproses melalui pemanasan daun

dalam waktu singkat setelah penggulungan. Oksidasi terhenti dalam proses

pemanasan, sehingga teh oolong disebut dengan teh semifermentasi.

Karakteristik teh oolong berada diantara teh hijau dan teh hitam.

3. teh hitam, yaitu teh yang dibuat melalui oksidasi polifenol dalam daun segar

dengan katalis polifenol oksidase atau disebut dengan fermentasi. Proses

fermentasi ini menghasilkan teh yang berwarna kuat dan berasa tajam (Syah,

2006).

Page 19: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

19

Menurut cara penyajiannya teh dapat dibedakan menjadi:

1. teh celup, yaitu teh yang dikemas dalam kantong dan biasanya dibuat dari

kertas.

2. teh seduh, yaitu teh yang dikemas dalam kaleng atau dibungkus dengan

pembungkus dari plastik atau kertas.

3. teh instan, yaitu teh berbentuk bubuk yang tinggal diseduh dalam air panas

atau air dingin (Anonim, 2005).

B. Teh Instan

Salah satu bentuk minuman teh yang banyak dikonsumsi oleh

masyarakat adalah teh instan. Teh instan mengandung ekstrak teh (ekstrak kering)

yang dibuat dengan pengeringan semprot (spray drying) seduhan tersebut setelah

dikonsentrasikan menjadi padatan 40-50% (Syah, 2006).

Menurut FAO teh instan dapat dibuat langsung dari daun teh yang masih

segar kemudian cairan yang didapatkan dari daun segar difermentasikan dan

dikeringkan. Cara lain pembuatan teh instan yaitu dengan memfermentasikan

daun segar yang telah dimaserasi, kemudian ekstrak dipekatkan dan dikeringkan

(Anonim, 1988).

C. Kafein

Kafein secara alami berada dalam bentuk garam alkaloid (Syah, 2006)

merupakan salah satu golongan basa purin (metilxantin) yang penting secara

biologis. Efek yang ditimbulkan antara lain: stimulasi sistem syaraf pusat, induksi

Page 20: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

20

diuresis, peningkatan ekskresi asam lambung, dan penghambatan kontraksi uterus

(Robbers, Speedie, Tyler, 1996).

N

NN

N

O

H3C

O

CH3

CH3

Gambar1. Struktur Kafein 1,3,7-trimetil xantin (Anonim, 1995)

Kafein memiliki sinonim 1,3,7-trimetil xantin. Bobot molekul kafein

adalah 194,19 dengan rumus molekul C8H10N4O2. Pemerian kafein adalah berupa

serbuk putih atau bentuk jarum mengkilat; biasanya menggumpal; tidak berbau;

rasa pahit. Titik lebur pada 235o-237o. Kafein agak sukar larut dalam air, etanol,

sukar larut dalam eter, tetapi mudah larut dalam kloroform, (Anonim, 1995).

Lebih larut dalam asam encer (Clarke, 1969).

Kafein dalam 0,1 N HCl, memberikan spektra absorpsi maksimum pada

272 m� (A1%, 1 cm 470). Serapan dilambangkan A, serapan jenis (A1% 1 cm)

470 artinya kafein pada konsentrasi 1 g per 100 ml larutan dengan ketebalan

cairan 1 cm memberikan nilai serapan sebesar 470 (Watson, 2003).

D. Spektrofotometri UV

Teknik spektroskopi adalah salah satu teknik analisis fisiko-kimia yang

mengamati interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik. Setiap

Page 21: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

21

spesies molekul mempunyai keadaan energi yang unik dan keadaan terendah

elektron disebut dengan ground state. Apabila pada molekul tersebut dikenakan

foton yang sesuai dengan perbedaan energi elektron dari keadaan ground state ke

tingkat energi yang lebih tinggi dari suatu radiasi elektromagnetik, maka akan

terjadi absorbsi energi. Tingkat energi yang lebih tinggi ini dikenal sebagai orbital

elektron antibonding. Energi yang dibutuhkan tersebut sesuai dengan persamaan:

λυ c h.

.h ==E (1)

Keterangan: E = tenaga foton dalam erg � = frekuensi radiasi elektromagnetik dalam hertz h = tetapan planck (6,624 x 10-34 J/det)

(Christian, 2004)

Karena elektron dalam molekul memiliki tenaga yang tak sama, maka

tenaga yang diserap dalam proses eksitasi dapat mengakibatkan terjadinya satu

atau lebih transisi tergantung pada jenis elektron yang terlihat (Sastrohamidjojo,

2001).

Ada empat tipe transisi elektronik yang mungkin terjadi yaitu ���*,

n��*, n��*, dan ���*. Diagram tingkat energi elektron pada tingkat dasar dan

keadaan tereksitasi ditunjukkan pada gambar 2.

�* Anti bonding �* Antibonding E n Non bonding � Bonding

� Bonding

Gambar 2. Diagram tingkat energi elektronik (Mulja dan Suharman, 1995)

E

Page 22: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

22

Eksitasi elektron (���*) memberikan energi yang terbesar dan terjadi

pada daerah ultraviolet jauh yang diberikan oleh ikatan tunggal, sebagai contoh

pada alkana. Sedangkan eksitasi elektron (���*) diberikan oleh ikatan rangkap

dua dan tiga (alkena dan alkuna) juga terjadi pada daerah ultraviolet jauh. Transisi

ini menunjukkan pergeseran merah (batokromik) dengan adanya substitusi gugus-

gugus yang memberi atau menarik elektron. Pada gugus karbonil (dimetil keton

dan asetaldehid) akan terjadi eksitasi elektron (n��*) yang terjadi pada daerah

ultraviolet jauh. Eksitasi elektron (n��*) ditunjukkan oleh senyawa jenuh yang

mengandung hetero atom (oksigen, nitrogen, belerang, atau halogen) memiliki

elektron-elektron tak berikatan dan menunjukkan jalur serapan yang disebabkan

oleh transisi elektron-elektron dari orbital tak berikatan heteroatom ke orbital anti

ikatan �* (Sastrohamidjojo, 2001). Disamping itu gugus karbonil juga

memberikan eksitasi elektron (n��*) menunjukkan pergeseran biru (hipsokromik)

yang terjadi pada panjang gelombang 280-290 nm, tetapi eksitasi elektron (n��*)

adalah forbidden transition karena memberikan harga �maks kurang dari 1000,

yaitu �maks=12-16 (Mulja dan Suharman, 1995).

Gugus atom yang mengabsorpsi radiasi UV-Vis disebut sebagai

kromofor (Mulja dan Suharman, 1995). Kromofor menyatakan gugus tak jenuh

kovalen yang dapat menyerap radiasi dalam daerah-daerah ultraviolet dan terlihat.

Senyawa yang mengandung kromofor disebut dengan kromogen. Auksokrom

adalah heteroatom yang langsung terikat pada kromofor, misal: -OCH3, –Cl, -OH,

dan –NH2 dan memberikan transisi (n��*). Auksokrom tidak mengabsorbsi

radiasi tetapi jika terdapat dalam molekul, auksokrom dapat meningkatkan

Page 23: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

23

absorpsi kromofor atau merubah panjang gelombang absorbsi jika terikat dengan

kromofor. Auksokrom mempunyai elektron n yang akan berinteraksi dengan

elektron � pada kromofor. Perubahan spektra dapat dikelompokkan menjadi:

a. Bathochromic shif, panjang gelombang absorpsi maksimum berubah ke

panjang gelombang yang lebih panjang. Pergeseran ini juga disebut

pergeseran merah.

b. Hypsochromic shift, panjang gelombang absorpsi maksimum berubah ke

panjang gelombang yang lebih pendek. Pergeseran ini disebut juga pergeseran

biru.

c. Hyperchromis, peningkatan daya serap molar (�).

d. Hypochromism, penurunan daya serap molar (�).

(Christian, 2004)

1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis dapat

ditentukan dengan dua cara, yaitu:

a. Pemeriksaan kemurnian spektrum UV-Vis dilakukan pembandingan

kemiripan spektrum UV-Vis yang ditentukan reference standar.

b. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum (�max) didasarkan atas

perhitungan pergeseran panjang gelombang maksimum karena adanya

penambahan gugus pada sistem kromofor induk (Mulja dan Suharman, 1995).

2. Analisis Kuantitatif

Analisis dengan spektrofotometri UV-Vis selalu melibatkan pembacaan

absorban radiasi elektromagnetik oleh molekul atau radisasi elektromagnetik yang

Page 24: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

24

diteruskan. Keduanya dikenal sebagai absorban (A) tanpa satuan dan transmitan

(T) dengan satuan %T.

.c.b-

o

t 10 II

T ε== (2)

Keterangan : It = Intensitas radiasi yang ditransmisikan Io= Intensitas radiasi mula-mula � = daya serap molar c = konsentrasi larutan dalam (Molar) b = tebal kuvet

Intensitas dari suatu berkas radiasi akan berkurang sehubungan dengan jarak yang

ditempuhnya melalui medium penyerap. Intensitas tersebut akan berkurang

sehubungan dengan kadar molekul atau ion yang terserap dalam medium tersebut.

kedua faktor tersebut menentukan proporsi dari kejadian total energi yang timbul.

Penurunan daya radiasi monokromatis yang melalui medium penyerap yang

homogen dinyatakan secara kuantitiatif oleh hukum Beer (Anonim, 1995).

c b T1

log 10 ε=��

���

�=A (3)

Keterangan: A = absorbansi a = dayaserap b = tebal larutan (cm)

c = konsentrasi sampel (Molar)

Harga � didefinisikan sebagai daya serap molar atau koefisien ekstingsi

molar. Harga � adalah karakteristik untuk molekul atau ion penyerap dalam

pelarut tertentu, pada panjang gelombang tertentu dan tidak bergantung pada

konsentrasi dan panjang gelombang lintasan radiasi (Sastrohamidjojo, 2001).

Harga � dapat diganti dengan a yang disebut sebagai daya serap, bila konsentrasi

larutan dalam gram/liter hubungan � dan a adalah sebagai berikut:

� = a M (4)

Page 25: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

25

Dimana M adalah berat molekul larutan (Silverstein, 1991). Harga ε bergantung

pada luas penampang senyawa yang terkena radiasi (A) dan probabilitas

terjadinya transisi energi yang diserap (P). Hubungan ε dan variabel tersebut

adalah sebagai berikut:

� = 8,7 x 1019 P A (5)

nilai harga P adalah 0,1 sampai 1 yang menunjukkan kekuatan pita absorbansi

akibat trasisi elektronik yang diperbolehkan dengan memberikan nilai ε > 104.

Sedangkan untuk harga ε < 103 atau harga P < 0,01 merupakan forbidden

transition. Secara umum dapat dikatakan bahwa harga sangat mempengaruhi

puncak spektrum suatu zat. Rincian harga ε terhadap puncak spektrum adalah

sebagai berikut: 1-10 : sangat lemah; 10-102 : lemah; 102-103 : sedang; 103-104 :

kuat; 104-105: sangat kuat (Mulja dan Suharman, 1995).

3. Instrumentasi

Untuk pelaksanaan teknik analisis spektroskopik dipakai instrumen

sebagai pengukur dan perekam sinyal hasil interaksi molekul dengan radiasi

elektromagnetik (Mulja dan Suharman, 1995).

Pada spektrofotometer double-beam (berkas ganda) cahaya melalui kuvet

sampel dan referensi bergantian. Prosedur ini memberikan koreksi automatis

untuk arus dari intensitas sumber atau respon detektor.

Page 26: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

26

Gambar 3. Instrumen spektrofotometer berkas ganda (Skoog et al, 1994)

Bagian-bagian penting dalam spektrofotometer meliputi:

a. sumber radiasi

Sumber radiasi ultraviolet yang kebanyakan digunakan adalah lampu

hidrogen dan lampu deuterium yang terdiri atas sepasang elektroda yang

terselubung dalam tabung gelas dan diisi dengan gas hidrogen atau deuterium

pada tekanan yang rendah. Sumber radiasi yang ideal untuk pengukuran serapan

harus menghasilkan spektrum kontinyu dengan intensitas yang seragam pada

keseluruhan kisaran panjang gelombang yang sedang dipelajari.

b. monokromator

Monokromator merupakan serangkaian alat optik yang menguraikan

radiasi polikromatik menjadi jalur-jalur yang efektif/panjang gelombang

tunggalnya.

c. tempat cuplikan

Cuplikan yang akan dipelajari pada daerah ultraviolet atau terlihat

biasanya berupa gas atau larutan yang ditempatkan pada kuvet. Untuk daerah

ultraviolet biasanya digunakan quartz atau sel dari silica yang dilebur.

Page 27: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

27

d. detektor

Setiap detektor menyerap energi foton yang mengenainya dan mengubah

energi tersebut untuk dapat diukur secara kuantitatif sebagai arus listrik atau

perubahan-perubahan panas. Persyaratan penting untuk detektor meliputi:

sensitivitas tinggi, waktu respon pendek, stabilitas lama untuk menjamin respon

secara kuantitatif, dan sinyal elektronik yang mudah diperjelas (Sastrohamidjojo,

2001).

e. alat pencatat

Fungsi alat pencatat adalah mengubah sinyal elektronik yang dihasilkan

oleh detektor menjadi bentuk yang dapat diinterpretasikan (Pecsok et al.,1976).

E. Metode Derivatif Peak-to-Peak

Spektrofotometri derivatif merupakan metode manipulasi spektra pada

spektrofotometri ultraviolet dan tampak (Connors,1982). Pada spektrofotometri

konvensional, spektrum normal merupakan plot serapan A terhadap panjang

gelombang �. Spektrum derivatif pertama didapatkan dengan menggambarkan

selisih absorban dua panjang gelombang (�A = A�1-A�2) terhadap harga rata-rata

dua panjang gelombang tersebut yang teratur berderet, yaitu:

2

21m

λλλ += (6)

Profil penurunan spektrum derivatif dari spektrum basal sampai derivatif keempat

tampak pada gambar berikut:

Page 28: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

28

Gambar 4. Penurunan spektra normal menjadi spektra derivatif

a: spektra normal, b: spektra derivatif pertama, c: spektra derivatif kedua, d: spektra derivatif ketiga, e: spektra derivatif keempat (Mulja dan Suharman, 1995)

Pada prinsipnya semua spektrum yang dihasilkan oleh semua

spektrofotometer UV-Vis jenis apapun dapat diturunkan spektra derivatifnya

secara manual maupun otomatis. Metode ini dapat digunakan untuk analisis

kuantitatif campuran tanpa pemisahan terlebih dahulu (Willard, 1988). Dalam

analisis kuantitatif secara spektrofotometri ada 3 metode yang dapat digunakan

antara lain metode tangent, metode peak-peak, dan metode peak-zero (Anonim,

2006).

Gambar 5. Analisis kuantitatif metode derivatif (Anonim, 2006)

Menurut Aldopogan, Karabina, dan Sungur (2002) dalam penetapan

kadar kafein pada beberapa produk minuman ringan yang beredar, metode

spektrofotometri derivatif bisa dilakukan tanpa isolasi terlebih dahulu. Metode

Page 29: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

29

peak-to-peak didasarkan pada pengukuran amplitudo peak-to-peak, yaitu jarak

vertikal antara puncak maksimum dan puncak minimum dua nilai ekstremum.

F. Validasi MetodeAnalisis

Validasi metode analisis adalah proses terdokumentasi yang menjamin

bahwa pelaksanaan metode analisis yang bersifat karakteristik telah sesuai dengan

tujuan pelaksanaan (Mulja dan Hanwar, 2003).

Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi

metode analisis:

1. Kecermatan (accuracy)

Akurasi suatu metode merupakan keterdekatan nilai pengukuran dengan

nilai sebenarnya dari analit dari sampel (Suharman dan Hanwar, 2003). Nilai

kecermatan ini dinyatakan dengan persen recovery atau perolehan kembali.

Akurasi untuk bahan obat dengan kadar kecil 90-110%, untuk kadar obat yang

lebih besar 95-105%, untuk bahan baku 98-102%, sedangkan untuk bioanalisis

rentang akurasi 80-120% masih dapat diterima. (Mulja dan Hanwar, 2003).

2. Keseksamaan (precision)

Keseksamaan suatu metode analisis merupakan sejumlah pencaran hasil

yang diperoleh dari analisis berulangkali pada suatu sampel homogen. Agar

bermakna, penelitian presisi harus dilakukan menggunakan sampel yang pasti dan

prosedur preparasi standar yang akan digunakan pada metode akhir. Presisi

dinyatakan dengan Coefficient of Variant (CV). CV < 2% dapat dikatakan metode

Page 30: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

30

tersebut memberikan presisi yang baik, sedangkan untuk bioanalisis CV 15-20%

masih dapat diterima (Mulja dan Hanwar, 2003).

3. Linieritas

Linieritas suatu metode analisis dari suatu proedur analisis merupakan

kemampuannya untuk mendapatkan hasil uji secara langsung proporsional dengan

konsentrasi (jumlah) analit dari sampel. Rentang adalah jarak antar level terbawah

dan teratas dari metode analisis yang telah dipakai untuk mendapatkan presisi,

linieritas, dan akurasi yang bisa diterima. Persyaratan data linieritas yang bisa

diterima jika memenuhi nilai koefisien korelasi (r) > 0,999 (Mulja dan Hanwar,

2003).

4. Spesifisitas

Spesifisitas merupakan kemampuan suatu metode untuk mengukur

dengan akurat respon analit diantara seluruh komponen sampel potensial yang

mungkin ada dalam matriks sampel (Mulja dan Hanwar, 2003).

G. Keterangan Empiris

Salah satu kandungan dalam teh adalah kafein. Kafein dapat ditetapkan

dengan spektrofotometri UV karena mempunyai daerah serapan pada panjang

gelombang ultraviolet. Adanya senyawa lain dalam teh seperti: tanin, teobromin,

dan teofillin akan mengganggu proses analisis, oleh karena itu dikembangkan

spektrofotometri derivatif.

Spektrofotometri derivatif merupakan metode manipulatif terhadap

spektra pada spektrofotometri ultraviolet dan tampak. Aplikasi metode peak to

Page 31: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

31

peak pada spektra derivatif diharapkan dapat digunakan untuk menetapkan kadar

kafein dalam minuman teh instan tanpa dilakukan isolasi.

Page 32: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental deskriptif karena

tidak ada subyek uji yang dimanipulasi atau diberi perlakuan.

B. Definisi Operasional

1. Teh instan adalah teh berbentuk bubuk yang tinggal dilarutkan dalam air

panas atau air dingin.

2. Produk teh instan yang digunakan adalah produk merk X yang berbentuk

bubuk.

3. Spektrofotometri derivatif merupakan metode manipulatif terhadap spektra

pada spektrofotometri ultraviolet dan tampak.

4. Panjang gelombang peak-to-peak adalah panjang gelombang dimana kafein

baku dan sampel memberikan nilai maksimum dan minimum pada panjang

gelombang yang sama.

5. Amplitudo peak-to-peak merupakan jarak vertikal antara puncak maksimum

dan puncak minimum pada panjang gelombang peak-to-peak.

C. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kafein kualitas

working standar (Brataco Chemika); HCl 0,1 N; KMnO4 1,5%; larutan pereduksi

(Na2SO3 dan KSCN); H3PO4; produk teh instan merk X, dan aquades.

Page 33: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

33

D. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spektrofotometer

UV/Vis Perkin Elmer lambda 20, kuvet, timbangan analitik merk Scaltec,

timbangan elektrik merk Mettler, pipet mikroliter merk Soccorex, dan seperangkat

alat-alat gelas.

E. Tata Cara Penelitian

1. Pemilihan sampel

Dalam penelitian ini digunakan sampel teh instan merk X yang beredar

di pasaran yang menyatakan mengandung ekstrak teh alami.

2. Penyiapan sampel

Dari 20 kemasan sampel teh instan merk X ditimbang kemudian dicari

bobot rata-ratanya. Serbuk yang sudah ditimbang dicampur menjadi satu hingga

diperoleh sampel yang homogen.

3. Pembuatan larutan stok kafein baku

Kurang lebih 10 mg kafein baku ditimbang secara seksama, larutkan

dalam 100 ml HCl 0,1 N.

4. Pembacaan serapan kafein

Pipet 0,300 ml; 0,450 ml; 0,600 ml larutan stok kafein baku, encerkan

dalam labu ukur 10 ml. Baca serapannya pada panjang gelombang 250-310 nm

dengan selisih panjang gelombang 2 nm.

5. Penentuan panjang gelombang peak-to-peak

Page 34: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

34

a. Penentuan spektra kafein standar. Pipet 2,0 ml larutan stok baku

kafein, encerkan dalam 10 ml 0,1 N HCl. Ukur serapannya pada panjang

gelombang 250-310 nm.

b. Penentuan spektra sampel. Kurang lebih 2 g sampel ditimbang

seksama, larutkan dalam 25 ml aquades. Pipet 10,0 ml masukkan ke dalam labu

50 ml. Tambahkan 5 ml larutan KMnO4 1,5%, diamkan selama 5 menit.

Tambahkan 10 ml larutan pereduksi, lalu tambahkan 1 ml larutan H3PO4 dan

tambahkan dengan aquades sampai batas. Ukur serapannya pada panjang

gelombang 250-310 nm.

c. Penentuan panjang gelombang peak-to-peak. Spektra serapan baku

dan serapan sampel dibuat derivat pertama hingga keempat dengan interval

panjang gelombang 2 nm. Dari spektrum derivatif kafein baku dan sampel

ditentukan panjang gelombang peak-to-peak.

6. Pembuatan kurva baku kafein

a. Pembuatan seri konsentrasi larutan baku kafein. Dari larutan stok

kafein pipet 1,750 ml; 2,000 ml; 2,250 ml; 2,500 ml; dan 3,000 ml. Masing-

masing diencerkan dengan HCl 0,1 N hingga volumenya tepat 10 ml.

b. Pembuatan kurva baku kafein. Seri konsentrasi larutan baku dibaca

serapannya dan dibuat spektra derivatif pertama hingga keempat, lalu hitung jarak

vertikal antara puncak maksimum dan puncak minimum pada panjang gelombang

peak-to-peak yang telah ditentukan sebagai amplitudo peak-to-peak. Buat

persamaan regresi linier antara konsentrasi vs anplitudo sehingga didapat

Page 35: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

35

persamaan y=b(x)+a, dimana x adalah konsentrasi kafein dan y adalah amplitudo

peak-to-peak.

7. Pembuatan stok kafein baku adisi

Timbang kurang lebih kafein 50 mg kafein secara seksama. Larutkan

dalam 50 ml HCl 0,1 N. sehingga didapatkan konsentrasi kafein sebesar 0,1% b/v.

8. Penetapan kadar kafein dalam sampel

Timbang kurang lebih 4 g sampel secara seksama, larutkan dalam 50,0

aquades. Pipet 10,0 ml masukkan dalam labu 50 ml. Tambahkan 5 ml KMnO4

1,5% diamkan selama 5 menit. Tambahkan 10 ml larutan pereduksi, kemudian 1

ml H3PO4, larutan ini dinamakan larutan A. Tambahkan aquades sampai 50 ml,

larutan ini dinamakan larutan B. Baca serapan larutan B, lalu buat derivat

keempat. Hitung amplitudo pada panjang gelombang peak-to-peak, lalu masukkan

ke dalam persamaan regresi. Kadar kafein yang terukur dalam larutan B diberi

notasi kafein B. Ke dalam larutan A tambahkan 0,250 ml larutan stok kafein baku

adisi, kemudian encerkan sampai tanda. Hitung pada panjang gelombang peak-to-

peak lalu masukkan ke dalam persamaan regresi. Kafein yang terukur dalam

larutan C kemudian diberi notasi kafein C. Selisih kafein yang ditambahkan

ditunjukkan dengan notasi kafein (C-B).

F. Analisis Hasil

Data yang dianalisis meliputi kadar kafein dalam kemasan teh instan

merk X, validitas metode yang dianalisis meliputi data recovery dan kesalahan

acak (CV).

Page 36: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

36

1. Kadar kafein

Kadar kafein dalam sampel diukur dari jumlah kafein total dalam larutan

B dan ditentukan oleh nilai ( SEX ± )

2. Validitas metode

Validitas metode yang digunakan dalam penetapan kadar kafein dalam

teh instan secara spektrofotometri derivatif metode peak-to-peak ditentukan oleh

parameter berikut:

a. Akurasi

Akurasi metode analisis dinyatakan dengan nilai recovery atau perolehan

kembali yang diukur dari kadar terukur dibandingkan kadar sebenarnya dikalikan

100%.

% 100 sebenarnya B)-(CKafein

terukurB) -(CKafein Recovery ×=

b. Presisi

Presisi metode analisis dinilai berdasarkan Coefficient of Variation (CV).

Jika CV < 2 % maka metode dinilai mempunyai presisi yang baik (Mulja dan

Hanwar, 2003).

100% rata-rata nilaibaku simpangan

CV ×=

Page 37: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

37

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pemilihan Sampel

Pada penelitian ini akan ditetapkan kadar kafein dalam produk minuman

teh instan. Produk minuman teh instan yang digunakan adalah minuman teh instan

berbentuk serbuk yang beredar di Yogyakarta, memiliki nomor registrasi dan

mencantumkan kandungan ekstrak teh pada kemasannya. Produk yang memiliki

nomor registrasi tertentu sebagai ijin edar, yaitu : MD. 650110122007

menunjukkan bahwa produk tersebut merupakan produk yang diproduksi di

Indonesia. Dengan mencantumkan kandungan ekstrak teh alami diasumsikan

bahwa dalam sampel terkandung kafein, karena secara alami teh mengandung

kafein.

Produk merek X adalah produk teh instan yang dipilih karena produk

merek X merupakan salah satu produk teh instan yang banyak dikonsumsi oleh

masyarakat, selain itu produk merek X memiliki nomor registrasi dan

mencantumkan kandungan ekstrak teh pada kemasannya.

Produk merek X yang digunakan adalah produk yang dikemas dalam

bentuk kemasan (sachet). Jumlah kemasan yang digunakan sebanyak 20 kemasan

dari batch yang sama. Tujuan menggunakan batch yang sama untuk menunjukkan

bahwa sampel tersebut melalui tahap produksi yang sama. Selanjutnya 20

kemasan tersebut ditimbang satu per satu dan dihomogenkan.

Page 38: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

38

B. Penyiapan sampel

Tanin merupakan komponen yang paling banyak terkandung dalam teh,

yaitu sebesar 10-24 % (Trease and Evans, 2002) dan mempunyai struktur yang

paling kompleks terdiri dari molekul karbon, hidrogen, dan oksigen (CxHyOz).

Adanya tanin dapat mengganggu pembacaan absorbansi karena senyawa tanin

akan menyebabkan larutan sampel berwarna coklat pekat, oleh karena itu senyawa

tanin harus dihilangkan terlebih dahulu dengan reaksi reduksi oksidasi (redoks).

Senyawa tanin yang tersusun atas molekul karbon, hidrogen, dan oksigen

dioksidasi menggunakan larutan kalium permanganat (KMnO4). Senyawa-

senyawa mangan(VII) mengandung ion manganat(VII) atau permanganat (MnO4–

) merupakan oksidator yang kuat (Vogel, 1979). Dengan adanya ion permanganat

(MnO4-) tanin (CxHyOz) dioksidasi menjadi CO2 dan H2O.

Oksidator yang digunakan untuk mengoksidasi tanin yaitu KMnO4 harus berlebih

supaya benar-benar yakin bahwa semua tanin sudah teroksidasi. Kelebihan

KMnO4 ini ditandai dengan adanya warna ungu dari KMnO4 setelah larutan

dicampur selama 5 menit. Hal ini menunjukkan bahwa ada sisa KMnO4 yang

tidak bereaksi dengan tanin karena tanin sudah teroksidasi semua.

Kelebihan KMnO4 ini harus dihilangkan dengan menggunakan larutan

pereduksi. Larutan pereduksi yang digunakan berisi KSCN dan Na2SO3. Dalam

suasana asam KSCN dan Na2SO3 ini mampu mereduksi ion permanganat menjadi

Oksidasi : CxHyOz � a CO2 + b H2O + n e x 3 Reduksi : MnO4 - + 4H+ + 3 e � MnO2 + 2H2O x n 3CxHyOz + n MnO4 - + 4n H+ � 3a CO2 + n MnO2 + 2n H2O + 3b H2O (9)

Page 39: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

39

Mn2+. Penambahan asam lemah, yaitu asam fosfat bertujan untuk memberikan

suasana asam dalam larutan sehingga reaksi reduksi terhadap ion permanganat

dapat dilaksanakan.

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

Reduksi dengan KSCN

Ion sulfit (SO32-) merupakan zat pereduksi yang kuat yang akan

mereduksi MnO4-.

Reduksi dengan Na2SO3:

MnO2 yang terbentuk berupa endapan dan akan menyebabkan larutan menjadi

coklat, untuk menghilangkan MnO2 ini digunakan asam phosphat. Asam phosphat

ini akan memberikan suasana asam yang menyebabkan terjadinya reaksi reduksi

MnO2 menjadi ion Mn2+.

6MnO2 + 4H3PO4 � 2Mn3(PO4)2 + 6H2O + 3O2� (12)

Ion Mn2+ selanjutnya akan membentuk garam Mn3(PO4)2 yang larut dalam air

(Vogel, 1969) sesuai dengan persamaan 12 sehingga larutan menjadi jernih.

Oksidasi : SCN - + 4H2O � SO42- + CN- + 8H+ + 6e x 6

2 CN - + 4 H2O � 2CO2 + N2 + 8 H+ + 10e x 3 Reduksi : MnO4 - + 4H+ + 3 e � MnO2 + 2H2O x 22 22MnO4 - + 6SCN - + 16H+ � 22MnO2 + 6SO4

2-+ 6CO2� + 3 N2� + 8H2O (10)

Oksidasi : SO3 2- +H2O � SO42- + 2H

+ + 2e- x 3 Reduksi : MnO4 - + 4H+ + 3 e � MnO2 + 2H2O x 2 2MnO4 - + 2H+ + 3SO3 � 2MnO2 + 3SO4

2-+ H2O (11)

Page 40: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

40

N

NN

N

O

H3C

O

CH3

CH3

C. Pembacaan Serapan Kafein

Spektra serapan dibuat dengan cara melakukan pembacaan serapan pada

panjang gelombang 250 nm sampai dengan panjang gelombang 310 nm, dengan

selisih panjang gelombang pengamatan 2 nm. Selisih panjang gelombang 2 nm

adalah hasil optimasi, dimana pada selisih panjang gelombang tersebut didapatkan

panjang gelombang peak-to-peak yang jelas. Pembacaan serapan dilakukan pada

panjang gelombang 250-310 nm, karena menurut Clarke (1969) kafein dalam HCl

0,1 N mempunyai serapan maksimal pada panjang gelombang 272 nm. Aquades

memberikan serapan pada panjang gelombang 190 nm, maka panjang gelombang

250 nm sebagai batas bawah pengamatan tidak akan mengganggu serapan kafein.

Spektra serapan kafein dapat diamati pada panjang gelombang UV

karena kafein dapat menyerap radiasi sinar UV. Hal tersebut dikarenakan kafein

memiliki gugus kromofor yang ditunjukkan pada gambar 6. Gugus kromofor yang

dimiliki kafein mengandung ikatan rangkap yang menyediakan elektron pada

orbital � yang mudah tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi yaitu �*

apabila dikenai radiasi sinar UV yang memiliki energi yang sesuai dengan energi

yang dibutuhkan untuk terjadinya eksitasi.

Gambar 6. Gugus kromofor kafein Keterangan: (-------) gugus kromofor

Page 41: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

41

Penentuan panjang gelombang serapan maksimal dapat digunakan untuk

analisis kualitatif (data sekunder) pada spektrofotometri ultraviolet. Dalam

Farmakope Indonesia edisi IV disebutkan bahwa pengujian panjang gelombang

serapan maksimum mempunyai makna jika serapan maksimum tersebut tepat atau

dalam batas 2 nm dari panjang gelombang yang ditentukan (Anonim, 1995).

Spektrum serapan kafein dibuat 3 seri kadar, yaitu 0,3.10-3 % b/v; 0,4.10-

3% b/v; dan 0,5.10-3% b/v. Digunakan ketiga konsentrasi tersebut dengan tujuan

untuk mengetahui apakah pada kenaikan konsentrasi senyawa yang dimaksud

akan memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang yang sama. Ketiga

konsentrasi tersebut menunjukkan serapan maksimum pada panjang gelombang

271,9 nm, seperti ditunjukkan pada gambar 7.

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

250

252

254

256

258

260

262

264

266

268

270

272

274

276

278

280

282

284

286

288

290

292

294

296

298

300

302

304

306

308

310

� nm

A

Gambar 7. Spektra serapan kafein (�max = 271,9 nm) Keterangan : konsentrasi 0,3 mg%(�); 0,4 mg% (�); 0,5 mg% (�)

Page 42: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

42

Menurut Clarke (1969) spektrum serapan ultraviolet kafein dalam HCl

0,1 N memiliki serapan maksimum pada 272 nm. Dalam penelitian ini tidak

terjadi penyimpangan dan masih memenuhi persyaratan yang tercantum dalam

Farmakope Indonesia edisi IV. Hal ini membuktikan bahwa senyawa yang

digunakan adalah kafein.

D. Penentuan Panjang Gelombang Peak-to-Peak

Dalam analisis kuantitatif spektrofotometri derivatif peak-to-peak

dilakukan pengamatan panjang gelombang peak-to-peak terlebih dahulu. Sebelum

dilakukan derivatisasi spektra, dilakukan pengamatan spektra normal kafein baku

dan sampel.

-0.5

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

250 255 260 265 270 275 280 285 290 295 300 305 310

� (nm)

A

Gambar 8. Spektra normal gabungan kafein dan sampel Keterangan: kafein (�), sampel (�)

Page 43: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

43

Selisih panjang gelombang yang digunakan pada pengamatan ini adalah 2 nm

karena pada selisih panjang gelombang inilah didapatkan pengamatan panjang

gelombang peak-to-peak yang optimal.

Pada spektra sampel terlihat spektra yang tidak berbentuk kerucut, hal ini

disebabkan adanya senyawa-senyawa lain dalam sampel yang berasal dari

kandungan ekstrak teh antara lain teofillin dan teobromin yang juga memiliki

serapan pada daerah panjang gelombang pengamatan. Menurut Clarke (1986)

teofillin dalam larutan asam mempunyai serapan maksimum pada panjang

gelombang 270 nm, sedangkan teobromin dalam larutan asam mempunyai

serapan maksimum pada panjang gelombang 272 nm. Kedua senyawa tersebut

mempunyai daerah panjang gelombang serapan maksimum yang berdekatan

dengan daerah panjang gelombang serapan maksimum kafein yang akan

menyebabkan peningkatan absorbansi total. Absorbansi total adalah penjumlahan

absorbansi masing-masing konstituen penyerap pada larutan (Day and

Underwood, 1980).

Selanjutnya dari spektrum normal tersebut dibuat spektra derivatif

pertama dengan memplotkan dA/d� terhadap panjang gelombang yang dapat

dilihat pada gambar 9 berikut ini. Tujuan derivatisasi ini untuk mendapatkan

spektra yang lebih terinci sehingga didapatkan panjang gelombang peak-to-peak.

Page 44: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

44

-0.35

-0.3

-0.25

-0.2

-0.15

-0.1

-0.05

0

0.05

0.1

250 260 270 280 290 300 310

� (nm)

dA/d�

Gambar 9. Spektra derivatif pertama gabungan kafein dan sampel Keterangan: kafein (�), sampel (�)

Pada gambar tersebut belum ditemukan adanya spektra sampel yang

berhimpitan satu sama lain dan memberikan pola yang sama dengan kafein baku,

oleh karena itu dibuat derivatisasi selanjutnya sehingga didapatkan pemecahan

puncak-puncak yang lebih terinci dan jelas. Spektra derivatif kedua dapat dilihat

pada gambar 10.

Page 45: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

45

-0.14

-0.12

-0.1

-0.08

-0.06

-0.04

-0.02

0

0.02

0.04

0.06

0.08

250 255 260 265 270 275 280 285 290 295 300 305 310

� (nm)

d2A

/d�

2

Gambar 10. Spektra derivatif kedua gabungan kafein dan sampel Keterangan: kafein (�), sampel (�)

Pada spektra derivatif kedua spektra sampel dan kafein dibandingkan

untuk mendapatkan pola yang sama dan berhimpitan namun pada derivatif kedua

ini belum ditemukan spektra sampel dan kafein baku yang saling berhimpitan,

oleh karena itu dibuat spektra derivatif ketiga. Spektra derivatif ketiga sampel

dan kafein baku dapat dilihat pada gambar 11.

Page 46: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

46

-0.02

-0.01

0

0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

0.06

0.07

0.08

250

252

254

256

258

260

262

264

266

268

270

272

274

276

278

280

282

284

286

288

290

292

294

296

298

300

302

304

306

308

� (nm)

d3A

/d�

3

Gambar 11. Spektra derivatif ketiga gabungan kafein dan sampel

Keterangan: kafein (�), sampel (�)

Pada spektra derivatif ketiga larutan kafein baku dan sampel terlihat

bahwa pemecahan puncak lebih terinci dan jelas namun belum ditemukan adanya

spektra yang berhimpitan satu sama lain sehingga dibuat spektra derivatif keempat

untuk menentukan panjang gelombang peak-to-peak. Spektra derivatif keempat

dapat dilihat pada gambar 12.

Page 47: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

47

-0.03

-0.025

-0.02

-0.015

-0.01

-0.005

0

0.005

0.01

252 254 256 258 260 262 264 266 268 270 272 274 276 278 280 282 284 286 288 290 292 294 296 298 300 302 304 306

� (nm)

d4A

/d�4

Gambar 12. Spektra derivatif keempat gabungan kafein dan sampel Keterangan: kafein (�), sampel (�)

Pada spektra derivatif keempat terdapat spektra berhimpitan satu sama

lain secara total dan menghasilkan puncak maksimum pada panjang gelombang

268 nm, dan puncak minimum pada 270 nm. Panjang gelombang inilah yang

disebut dengan panjang gelombang peak-to-peak dan selanjutnya digunakan

pengamatan amplitudo peak-to-peak.

E. Pembuatan Kurva Baku Kafein

Kurva baku dibuat pada panjang gelombang peak-to-peak. Jarak vertikal

antara puncak maksimum pada panjang gelombang 268 nm dan puncak minimum

pada 270 nm pada spektra derivatif keempat dari seri konsentrasi larutan baku

dihitung dan dinyatakan sebagai nilai amplitudo peak-to-peak. Persamaan kurva

Page 48: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

48

baku menyatakan hubungan linier antara konsentrasi dan amplitudo peak-to-peak.

Sebagai parameter linieritasnya digunakan koefisien korelasi (r). Koefisien

korelasi menunjukkan konsentrasi dan amplitudo. Dalam penelitian ini nilai r

yang digunakan adalah nilai r yang lebih besar dari nilai r tabel untuk lima data

dengan derajat bebas (db) = 3, yaitu sebesar 0,878 (pada taraf kepercayaan 95%).

Dari replikasi yang dilakukan sebanyak 3 kali, dapat dilihat bahwa nilai r

yang diperoleh semuanya lebih besar dari nilai r tabel, hal ini menunjukkan

persamaan kurva baku tersebut mempunyai korelasi yang baik sehingga dapat

digunakan untuk menghitung kadar kafein.

Tabel I. Data persamaan kurva baku kafein Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3

konsentrasi

(g/100ml) Amplitudo

konsentrasi

(g/100ml) Amplitudo

konsentrasi

(g/100ml) Amplitudo

0,00180 0,0074 0,00189 0,0113 0,00181 0,0125

0,00206 0,0124 0,00216 0,0215 0,00207 0,0122

0,00232 0,0358 0,00244 0,0744 0,00233 0,0292

0,00258 0,0492 0,00271 0,0911 0,00259 0,0518

0,00309 0,0855 0,00325 0,0983 0,00310 0,0740

A = -0,11106 A = -0,11642 A = -0,08880

B = 6,29209 B = 7,06121 B = 5,24485

r = 0,99058 r = 0,91164 r = 0,97553

SE = 0,00499 SE = 0,01912 SE = 0,00678

Dari ketiga replikasi kurva baku yang digunakan adalah replikasi pertama

karena mempunyai nilai koefisien korelasi (r) yang paling besar yaitu 0,99058 dan

nilai r ini lebih besar dari nilai r table, selain itu nilai SE terkecil diantara ketiga

replikasi.

Page 49: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

49

F. Penetapan Kadar Kafein

Pada penetapan kadar kafein dalam sampel, dilakukan preparasi sampel

yang bertujuan untuk menghilangkan senyawa tanin yang dapat mengganggu

pembacaan absorban. Selanjutnya spektrum serapan sampel dibuat derivatif

keempat, dan pada panjang gelombang peak-to-peak, yaitu pada panjang

gelombang 268 nm sebagai puncak maksimum dan 270 nm sebagai puncak

minimum kemudian dihitung amplitudonya. Nilai amplitudo yang terukur

dihitung sebagai nilai y yang kemudian dimasukkan ke dalam persamaan kurva

baku replikasi pertama, yaitu y = 6,29209 (x) – 0,11106 sehingga didapatkan

kadar kafein dalam larutan.

Perhitungan kadar kafein dari keenam replikasi dimana setiap replikasi

dilakukan duplo didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut:

Tabel II. Data Perhitungan Kadar kafein Replikasi Kafein

(mg per kemasan)

1 13,28789 I

2 13,77352

1 13,73287 II

2 13,84549

1 13,45772 III

2 13,29583

1 13,48670 IV

2 13,55706

1 13,50143 V

2 13,39606

Page 50: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

50

1 13,87079 VI

2 13,64265

Kadar rata-rata = 13,57067

SE = 0,05832

Dari data di atas dapat dilihat bahwa dengan spektrofotometri derivatif peak-to-

peak didapatkan kadar kafein rata-rata perkemasan sebesar 13,570 ± 0,058 mg.

Untuk memperhitungkan nilai recovery pada larutan sampel ditambahkan

larutan kafein baku sebagai adisi dengan konsentrasi yang telah diketahui. Dari

hasil enam kali replikasi, dimana masing-masing replikasi dilakukan duplo

didapatkan hasil recovery sebagai berikut:

Tabel III. Data perhitungan recovery dan CV Replikasi Selisih Kafein (C-B) Recovery (%)

(mg / 50 ml larutan)

1 1plo 0,25578 102,29

2plo 0,25576 101,30

2 1plo 0,25329 96,49

2plo 0,26323 105,27

3 1plo 0,26074 104,28

2plo 0,24833 99,31

4 1plo 0,25580 102,30

2plo 0,23840 95,34

5 1plo 0,25329 101,30

2plo 0,25329 101,30

6 1plo 0,26729 106,89

2plo 0,27440 109,74

Rentang recovery = 95,34% - 109,74%

Rata-rata kafein (C-B) terukur = 0,25663

SD = 0,00918

SE = 0,00265

Page 51: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

51

CV = 1,033%

Salah satu parameter validitas metode yang digunakan yaitu akurasi,

dinyatakan dengan nilai recovery atau perolehan kembali. Berdasarkan data di

atas rentang recovery yang diperoleh adalah 95.34%-109,74 %. Nilai ini

memenuhi untuk persyaratan nilai recovery yang baik untuk sampel dengan kadar

kecil yaitu 90-110% (Mulja dan Hanwar, 2003). Hasil ini menunjukkan bahwa

metode yang digunakan memiliki akurasi yang baik. Parameter validitas metode

presisi dinyatakan dengan nilai CV (Coefficient of Variation).

Nilai CV yang diperoleh adalah 1,033%. Nilai ini memenuhi syarat

presisi yang baik yaitu harga CV kurang dari 2% (Mulja dan Hanwar, 2003) dan

dapat dikatakan bahwa metode ini memiliki presisi yang baik. Dari hasil analisis

tersebut menunjukkan bahwa penetapan kadar kafein dalam minuman teh instan

secara spektrofotometri derivatif dengan metode peak-to-peak memiliki akurasi

dan presisi yang baik.

Page 52: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

52

BAB V

KESIMPULAN

1. Kadar kafein dalam minuman teh instan merek X adalah sebesar 13,570 ±

0,058 mg per kemasan dan masih dalam batas yang ditentukan oleh BPOM,

yaitu kurang dari 50 mg per saji dan maksimal 150 mg per hari.

2. Penetapan kadar kafein dalam minuman teh instan merek X metode

spektrofotometri-UV derivatif aplikasi peak-to-peak memberikan nilai akurasi

dan presisi yang baik.

Page 53: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

53

DAFTAR PUSTAKA

Aldopogan, Guzin., Karabina, Kadir, and Sungur, Sidika., 2000, Derivatif Spechtrophotometric Determination of Caffein in Some Beverages, Turk Journal Chemistry, 26, 295-302

Anonim, 1986, Clarke’s Isolation and Identification of Drugs, Second Edition,

254, The Pharmaceutical Press, London Anonim, 1988, Tea Processing, Agricultural Services Bulletin, 26, Compiled by J.

Werkhoven, Food and Agricultural Organization, Italia Anonim, 1990, Official Methods of Analysis, 15th Edition, 753, Edited by Kenneth

Helrich, Association of Official Analytical Chemistry Inc., USA. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 254, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 2003, United States of Pharmacopeia, 26th

Ed, New York, U.S.A, 2442. Anonim, 2005, Teh, http//id.wikipedia.org/wiki/Teh. Diakses pada 13 Maret 2007 Anonim,2006,http//www.iupac.org/publications/analytical_compendium/Cha10se

c352.pdf, Diakses pada 27 Maret 2006. Aydogmus, Z., Cetin, S.M., Uzgur, M.U., 2001, Determination of Ascorbic Acid

in Vegetables by Derivative Spectrophotometry, Turk Journal Chemistry, 26, 697-704

Christian, G.D., 2004, Analytical Chenistry, 6th Ed., 465, Jhon Wiley & Sons,

Inc., U.S.A. Clarke, E.G.C., 1969, Isolation and Identification of Drugs, 465, The

Pharmaceutical Press, London Connors, K.A., 1982, Textbook of Pharmaceutical Analysis, 3th Ed., 221, Wiley,

New York Day, R. A., dan Underwood, A. L., 1980, Quantitative Analysis, diterjemahkan

oleh R. Sendoro, Edisi 4, 417-419, Erlangga, Jakarta Friamita, R. D., 2006, Penetapan Kadar Kafein Dalam Campuran Parasetamol,

Salisilamida, dan Kafein Secara Spektrofotometri Derivatif dengan Aplikasi Metode Peak-to-Peak, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Page 54: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

54

Mulja, M., Suharman, 1995, Analisis Instrumental, 19-61, Penerbit Erlangga,

Surabaya Mulja, M., dan Hanwar, D., 2003, Prinsip-Prinsip Cara Berlaboratorium yang

Baik (Good Laboratory practice), Majalah Farmasi Airlangga, Vol III, No.2, 71-76

Pecsok, R.L., Shields, L.D., Cairns, T., dan Mc. William, I.G., 1976, Modern

Methods of Chemycal Analysis, 2nd Ed, 148-158, Jhon Wiley and Sons, New York

Robbers, E. James; Speedie, K. Marilyn; Tyler, E. Vavro, 1996, Pharmacognosy

and Biotechnology, 182-185, Williams & Wilkins, USA Sartondo, T. R., 2003, Perbandingan Metode Spektrofotometri UV dan HPLC

(High Performance Liquid Chromatography) pada Penetapan Kadar Kafein dalam Larutan Teh, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Sastrohamidjojo, H., 2001, Spektroskopi, 1-43, Liberty, Yogyakarta Silverstein, R.M., 1991, Spectrometric Identification of Organic Compound, 5th

Ed, 289-294, John Wiley and Sons. Inc., Singapura Skoog, West, and Holler, 1994, Analytical Chemistry, 6th Edition, 424, Saunders

College Publisher, Philadelphia Sunaryo, 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, 226-227, Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, Jakarta Syah, A.N.A., 2006, Taklukkan Penyakit dengan Teh Hijau, 60-87, Agromedia

Pustaka, Jakarta Trease and Evans, 2002, Pharmacognosy, 15th Edition, 302, W.B. Saunders,

London Vogel, 1979, Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis,

114-116, Longman Group Limited, London Watson, D.G., 2003, Pharmaceutical Analysis, 79, Churchill Livingstone, British Willard, H.H., Merrit, Jr., L.L., Dean, J.A., and Settle Jr., F.A., 1988,

Instrumental Methods of Analysis, 7th Ed, 177, Wadsworth Publishing

Company, California.

Page 55: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

55

Lampiran 1. Sertifikat analisis kafein

Page 56: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

56

Lampiran 2. Teh instant merk X

Komposisi:

Gula, ekstrak teh alami, aspartame 20 mg/sachet, perasa jasmin

Analisis organoleptis:

Bentuk : Serbuk

Warna : coklat muda

Bau : aroma khas teh

Rasa : manis, khas teh

Page 57: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

57

Lampiran 3. Data Penimbangan Bahan

Data Penimbangan Bahan

a. Kafein baku

Replikasi 1 : 0,01030 gram

Replikasi 2 : 0,01082 gram

Replikasi 3 : 0,01034 gram

b. Data Penimbangan Sampel

Berat penimbangan sampel

Replikasi 1 3,99965 gram

Replikasi 2 3,99919 gram

Replikasi 3 3,99938 gram

Replikasi 4 4,00122 gram

Replikasi 5 4,00728 gram

Replikasi 6 3,99641 gram

Page 58: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

58

Lampiran 4. Contoh perhitungan kadar larutan baku kafein

Contoh perhitungan kadar larutan baku:

a. Skema pembuatan

Kurang lebih 10 mg kafein ditimbang secara seksama

larutkan dalam 100 ml HCl 0,1 N

Pipet 1,750 ml; 2,000 ml; 2,250 ml; 2,500 ml; dan 3,000 ml

Encerkan dengan HCl 0,1 N hingga volumenya tepat 10 ml

b. Perhitungan seri kadar kafein

Bobot kafein hasil penimbangan = 0,01030 gram

Kadar kafein dalam larutan = vbml

g/%01030,0

10001030,0 =

Seri Kadar Perhitungan Kadar Kafein

1

2

3

4

5

vbvbml

ml/%10803,1/%01030,0

10750,1 3−⋅=×

vbvbml

ml/%10060,2/%01030,0

10000,2 3−⋅=×

vbvbml

ml/%10318,2/%01030,0

10250,2 3−⋅=×

vbvbml

ml/%10575,2/%01030,0

10500,2 3−⋅=×

vbvbml

ml/%10090,3/%01030,0

10000,3 3−⋅=×

Page 59: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

59

Lampiran 5. Data optimasi delta panjang gelombang

Data optimasi panjang gelombang d�

a. Derivatif pertama

d� = 1 nm

-0.5

-0.4

-0.3

-0.2

-0.1

0

0.1

0.2

250 260 270 280 290 300 310

� (nm)

dA/d�

d� = 2 nm

-0.35

-0.3

-0.25

-0.2

-0.15

-0.1

-0.05

0

0.05

0.1

250 260 270 280 290 300 310

� (nm)

dA/d�

Keterangan : kafein (�), sampel (�)

Page 60: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

60

b. Derivatif keempat

d� = 1 nm

-0.2

-0.1

0

0.1

0.2

260 262 264 266 268 270 272 274 276 278 280 282 284 286 288 290 292 294 296 298 300 302 304 306 308

� (nm)

d4A

/d�4

Tidak ditemukan panjang gelombang peak-to-peak.

d� = 2 nm

-0.03

-0.025

-0.02

-0.015

-0.01

-0.005

0

0.005

0.01

252 254 256 258 260 262 264 266 268 270 272 274 276 278 280 282 284 286 288 290 292 294 296 298 300 302 304 306

� (nm)

d4A

/d�4

Keterangan : kafein (�), sampel (�)

Panjang gelombang peak-to-peak pada 268 nm dan 270 nm.

Lampiran 6. Data perhitungan kadar kafein dalam sampel

Page 61: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

61

Data perhitungan kafein

a. Skema pembuatan

Timbang kurang lebih 4 gram sample secara seksama

Larutkan dengan aquades hingga 50,0 ml

Pipet larutan sebanyak 10,0 ml lalu masukkan dalam labu ukur 50 ml

Tambahkan larutan KMnO4 1,5% sebanyak 5 ml, diamkan selama 5 menit.

Tambahkan larutan pereduksi (KSCN dan Na2SO3) sebanyak 10 ml

Tambahkan 1 ml H3PO4

Encerkan dengan menambahkan aquades sampai tanda

b. Perhitungan kadar kafein terukur

Persamaan kurva baku; Y = 6,29209 (x) – 0,11106

Amplitudo peak-to-peak (Y) = 0,006938

Kadar terukur = 29209,6

11106,0006938,0 += 4,89206 mg/50 mL

= 4,892056 mg dalam 3,99965 gram sampel

Kafein tiap sachet

= emasananganTiapKrataPenimbBobotRataelbanganSampBobotPenim

nTerukurKadarKafei −×

= mggramgram

mg28789,1333577,11

99965,3892056,4 =× per kemasan

Page 62: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

62

Replikasi

Amplitudo

Larutan B

Jumlah kafein total

Larutan B

Kafein

(mg per kemasan)

1 1 0,006938 4.688427 13,28789

2 0,011250 4.859774 13,77352

2 1 0,010875 4.844874 13,73287

2 0,011875 4.884606 13,84549

3 1 0,008438 4.748026 13,45772

2 0,007000 4.690911 13,29583

4 1 0,008750 4.760442 13,48670

2 0,009375 4.785275 13,55706

5 1 0,009063 4.772858 13,50143

2 0,008125 4.735610 13,39606

6 1 0,012063 4,892,056 13,87079

2 0,009938 4,809,700 13,64265

Analisis dari data tersebut:

X = 13,57067 mg per kemasan

SD = 0,202038

SE = 0,05832

Kadar rata-rata = X ± SE = 13,570 ± 0,058 mg per kemasan.

Page 63: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

63

Lampiran 7. Perhitungan Recovery

a. Skema Pembuatan

Timbang kurang lebih kafein 50 mg kafein secara seksama

Larutkan dalam 50 ml HCl 0,1 N

Persiapkan larutan B sampel

Pipet larutan kafein adisi sebanyak 0,250 ml, tambahkan pada larutan B

Kemudian larutan ini disebut larutan C

b. Perhitungan kadar kafein sebenarnya

Bobot kafein hasil penimbangan : 50,01 mg

Kafein yang ditambahkan : mlmg

5001,50

ml250,0× = 0,25005 mg.

c. Perhitungan Recovery

Replikasi Kafein (C-B) Perhitungan Recovery

(mg/50 ml larutan)

1 0,26321 102,29% 100%

25005,025578,0 =×

I

2 0,24835 102,28% 100%

25005,025576,0 =×

1 0,25578 101,30% 100%

25005,025329,0 =×

II

2 0,25576 105,27% 100%

25005,026323,0 =×

III 1 0,25329 104,28% 100%

25005,026074,0 =×

Page 64: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

64

2 0,26323 99,31% 100%

25005,024833,0 =×

1 0,26074 102,30% 100%

25005,025580,0 =×

IV

2 0,24833 95,34% 100%

25005,023840,0 =×

1 0,25580 101,30% 100%

25005,025329,0 =×

V

2 0,23840 101,30% 100%

25005,025329,0 =×

1 0,26729

106,89% 100% 25005,026729,0 =×

VI

2 0,27440

109,74% 100% 25005,027440,0 =×

Rentang Recovery :95,34% - 109,74%

Page 65: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

65

d. Perhitungan Coefficient of Variancy (CV)

Replikasi Selisih Kafein (C-B)

(mg / 50 ml larutan)

1 1plo 0,25578

2plo 0,25576

2 1plo 0,25329

2plo 0,26323

3 1plo 0,26074

2plo 0,24833

4 1plo 0,25580

2plo 0,23840

5 1plo 0,25329

2plo 0,25329

6 1plo 0,26729

2plo 0,27440

Rata-rata kafein (C-B) terukur = 0,25663

SD = 0,00918

SE = 0,00265

CV = 1,033%

Rata-rata = 0,25663

SD = 0.00918

SE = n

SD

SE = 0.002650

CV = (SE ÷ rata-rata kafein terukur) × 100%

CV = 1,033%

Page 66: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

66

Lampiran 8. Contoh Perhitungan Derivatif Peak-to-peak

Derivat pertama:

12

12

- A - A

ddA

λλλ=

� A 2 -

12 λλλ = dA/d�

250 0.739 250.5 0.056

251 0.795 251.5 0.058

252 0.853 252.5 0.072

253 0.925 253.5 0.069

254 0.994 254.5 0.071

255 1.065 255.5 0.077

256 1.142 256.5 0.078

257 1.22 257.5 0.079

258 1.299 258.5 0.087

259 1.386 259.5 0.086

260 1.472 260.5 0.073

261 1.545 261.5 0.079

262 1.624 262.5 0.071

263 1.695 263.5 0.078

264 1.773 264.5 0.067

265 1.84 265.5 0.05

266 1.89 266.5 0.056

267 1.946 267.5 0.056

268 2.002 268.5 0.023

269 2.025 269.5 0.029

270 2.054 270.5 0.04

271 2.094 271.5 -0.014

Page 67: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

67

272 2.08 272.5 -0.013

273 2.067 273.5 -0.014

274 2.053 274.5 -0.013

275 2.04 275.5 -0.054

Derivat kedua:

� dA/d�

2 -

12 λλλ = d2A/d2�

250.5 0.056 251 0.002

251.5 0.058 252 0.014

252.5 0.072 253 -0.003

253.5 0.069 254 0.002

254.5 0.071 255 0.006

255.5 0.077 256 0.001

256.5 0.078 257 0.001

257.5 0.079 258 0.008

258.5 0.087 259 -0.001

259.5 0.086 260 -0.013

260.5 0.073 261 0.006

261.5 0.079 262 -0.008

262.5 0.071 263 0.007

263.5 0.078 264 -0.011

264.5 0.067 265 -0.017

265.5 0.05 266 0.006

266.5 0.056 267 0

267.5 0.056 268 -0.033

268.5 0.023 269 0.006

269.5 0.029 270 0.011

270.5 0.04 271 -0.054

271.5 -0.014 272 0.001

Page 68: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

68

272.5 -0.013 273 -0.001

273.5 -0.014 274 0.001

274.5 -0.013 275 -0.041

Derivat ketiga:

� d2A/d2� 2 -

12 λλλ = d3A/d3�

251 0.002 251.5 0.012

252 0.014 252.5 -0.017

253 -0.003 253.5 0.005

254 0.002 254.5 0.004

255 0.006 255.5 -0.005

256 0.001 256.5 0

257 0.001 257.5 0.007

258 0.008 258.5 -0.009

259 -0.001 259.5 -0.012

260 -0.013 260.5 0.019

261 0.006 261.5 -0.014

262 -0.008 262.5 0.015

263 0.007 263.5 -0.018

264 -0.011 264.5 -0.006

265 -0.017 265.5 0.023

266 0.006 266.5 -0.006

267 0 267.5 -0.033

268 -0.033 268.5 0.039

269 0.006 269.5 0.005

270 0.011 270.5 -0.065

271 -0.054 271.5 0.055

272 0.001 272.5 -0.002

273 -0.001 273.5 0.002

274 0.001 274.5 -0.042

Page 69: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

69

Derivat keempat:

� d3A/d3� 2 -

12 λλλ = d4A/d4�

251.5 0.012 252 -0.029

252.5 -0.017 253 0.022

253.5 0.005 254 -0.001

254.5 0.004 255 -0.009

255.5 -0.005 256 0.005

256.5 0 257 0.007

257.5 0.007 258 -0.016

258.5 -0.009 259 -0.003

259.5 -0.012 260 0.031

260.5 0.019 261 -0.033

261.5 -0.014 262 0.029

262.5 0.015 263 -0.033

263.5 -0.018 264 0.012

264.5 -0.006 265 0.029

265.5 0.023 266 -0.029

266.5 -0.006 267 -0.027

267.5 -0.033 268 0.072

268.5 0.039 269 -0.034

269.5 0.005 270 -0.070

270.5 -0.065 271 0.120

271.5 0.055 272 -0.057

272.5 -0.002 273 0.004

Page 70: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

70

273.5 0.002 274 -0.044

Nilai amplitudo absolut total pada panjang gelombang 268 nm dan 270 nm:

Amplitudo total: 0,072 + 0,07 = 0,142

Page 71: PENETAPAN KADAR KAFEIN MINUMAN TEH …repository.usd.ac.id/16775/2/038114124_Full.pdfkadar kafein dalam minuman ringan tanpa melakukan isolasi terlebih dahulu dan dapat memberikan

71

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi berjudul “Penetapan Kadar Kafein

Minuman Teh Instan dengan Metode

Spektrofotometri-UV Derivatif Aplikasi Peak-to-

Peak ” bernama lengkap Yosepha Henny Ermawati.

Penulis dilahirkan di Cilacap pada tanggal 10 Maret

1985 sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara dari

pasangan Amandus Kartono dan Maria Christina Sri

Widyanti.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh yaitu TK Katolik Swastiastu

Denpasar (1990-1991), SD Kanisius Kanutan (1997), SMP Negeri 1 Pandak,

Bantul (1997-2000), SMA Negeri 3 Yogyakarta (2000-2003), dan pada tahun

2003 penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta. Selama masa kuliah penulis pernah mengikuti beberapa

kepanitian serta menjadi anggota Paduan Suara Fakultas Farmasi “Veronica”.