penerapan Total productive maintenace

download penerapan Total productive maintenace

of 124

description

penerapan total productive maintenance dengan methode ovoral effectiveness

Transcript of penerapan Total productive maintenace

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE UNTUK

    PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI DENGAN

    MEGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT

    EFFECTIVENESS DI PT. PERKEBUNAN

    NUSANTARA III GUNUNG PARA

    TUGAS SARJANA

    Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari

    Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri

    Oleh

    HENRY JOY HUTAGAOL

    080423056

    PROGRAM PENDIDI KAN SARJANA E KSTENSI

    D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

    F A K U L T A S T E K N I K

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN

    2009

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YESUS KRISTUS, atas

    segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat melaksanakan dan

    menyelesaikan penulisan Tugas Sarjana ini.

    Tugas Sarjana ini merupakan salah satu syarat akademis yang harus

    diselesaikan setiap mahasiswa jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik

    Universitas Sumatera Utara. Adapun judul tugas sarjana ini adalah Penerapan

    Total Productive Maintenance Untuk Meningkatan Efisiensi Produksi Dengan

    Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness di PT. Perkebunan

    Nusantara III Gunung Para.

    Dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini Penulis menyadari bahwa

    teradapat kekurangan-kekurangan dalam penyelesaiannya. Untuk itu dengan

    tangan terbuka Penulis menerima saran dan kritikan untuk lebih sempurnanya

    Tugas Sarjana ini.

    Akhir kata Penulis mengharapkan semoga Tugas Sarjana ini bermanfaat

    bagi pembaca sekalian. Semoga Tuhan memberkati kita semua. Terima Kasih.

    Medan, Juli 2009

    Henry Joy Hutagaol

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Pertama dan yang utama penulis mengucapkan terima kasih kepada Tuhan

    YESUS KRISTUS karena atas kuasa Nya Tugas Sarjana ini dapat diselesaikan.

    Dalam penulisan Tugas Sarjana ini Penulis juga banyak mendapatkan dotrongan

    dan bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu pada

    kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak

    yang telah memberikan bantuan, antara lain :

    1. Teristimewa buat kedua orang tuaku yang tercinta Farel Efendy Hutagaol dan

    Rosalina Eldini Siahaan yang selalu memberikan dukungan, Doa, nasehat, dan

    materi yang sangat membantu dalam penyelesaian Tugas Sarjana.

    2. Kedua sauadara saya Renaldy dan Artha Junita yang selalu memberi

    dukungan kepada saya.

    3. Bapak Ir. Nimpan S. Depari selaku Pembimbing I yang telah membimbing

    Penulis dari awal sampai akhir penelitian dalam penulisan Tugas Sarjana ini.

    4. Bapak Aulia Ishak ST,MT selaku Pembimbing II yang telah membimbing

    Penulis dari awal sampai akhir penelitian dalam penulisan Tugas Sarjana ini.

    5. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri yang

    membantu mahsiswanya untuk menyelesaikan studinya

    6. Bapak Ir. Zulaiden ST, yang telah meluangkan waktu untuk menerima dan

    membantu selama melakukan penelitian dan juga seluruh staf dan karyawan

    PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para.

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    7. Teman-temanku stambuk 2003 dan 2008, David, Wanjun, Melyana, Sri, Elly,

    Wandy, Herman, Fahri, Hafis, Bobby, Acoel, Amek, Linggom, Aspri gank

    dan The Gedoys Just Rock n Roll yang telah membantu penulis dalam

    menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

    Semoga dengan adanya Tugas Sarjana ini dapat memberikan manfaat bagi

    semua pihak. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan mohon

    maaf yang sebesar-besarnya jika ada kekurangan maupun kesalahan dalam

    penulisan Karya Akhir ini.

    Medan, Juli 2009

    Henry Joy Hutagaol

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    DAFTAR ISI

    BAB HALAMAN

    KATA PENGANTAR .................................................................... i

    UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................... iii

    DAFTAR ISI ................................................................................... iv

    DAFTAR TABEL ........................................................................... x

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xii

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... xiii

    I PENDAHULUAN.. I-1

    1.1. Latar Belakang Permasalahan ....................................................... I-1

    1.2. Pokok Permasalahan ..................................................................... I-1

    1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... I-2

    1.4. Pembatasan Masalah ..................................................................... I-2

    1.5. Asumsi-asumsi yang Digunakan ................................................... I-3

    1.6. Sistematika Penulisan Karya Akhir ............................................... I-4

    II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ........................................... II-1

    2.1. Sejarah Perusahaan ...................................................................... II-1

    2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ..................................................... II-2

    2.3. Lokasi Perusahaan ........................................................................ II-2

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    DAFTAR ISI (LANJUTAN)

    BAB HALAMAN

    2.4. Daerah Pemasaran ....................................................................... II-2

    2.5. Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan .................................... II-3

    2.6. Proses Produksi ........................................................................... II-4

    2.6.1. Standard Mutu Produk ....................................................... II-4

    2.6.2. Bahan yang Digunakan ....................................................... II-6

    2.6.2.1. Bahan Baku ............................................................ II-6

    2.6.2.2. Bahan Tambahan .................................................... II-6

    2.6.2.3. Bahan Penolong...................................................... II-7

    2.6.3. Uraian Proses ...................................................................... II-7

    2.7. Mesin dan Peralatan ..................................................................... II-11

    2.7.1. Utilitas ............................................................................... II-11

    2.7.2. Safety and Fire Protection ................................................. II-11

    2.7.3. Waste Treatment ................................................................ II-13

    2.8. Struktur Organisasi Perusahaan .................................................... II-13

    2.9. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab .............................................. II-16

    2.10. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja .......................................... II-16

    2.10.1. Jumlah Tenaga Kerja ........................................................ II-16

    2.10.2. Jam Kerja ......................................................................... II-16

    2.11. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan ..................... II-17

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    DAFTAR ISI (LANJUTAN)

    BAB HALAMAN

    III LANDASAN TEORI ........................................................................ III-1

    3.1. Pengertian dan Tujuan Maintenance ........................................... III-1

    3.1.1. Pengertian Maintenance .................................................. III-1

    3.1.2. Tujuan Maintenance ........................................................ III-3

    3.2. Jenis-jenis Maintenance .............................................................. III-4

    3.2.1. Planned Maintenance (Pemeliharaan Terencana) ............. III-4

    3.2.2. Unplanned Maintenance (Pemeliharaan Tak Terencana) .. III-5

    3.2.3. Autonomous Maintenance (Pemeliharaan Mandiri) ........... III-6

    3.3. Tugas dan Pelaksanaan Kegiatan Maintenance ........................... III-7

    3.4. Total Productive Maintenance (TPM) ......................................... III-8

    3.4.1. Pendahuluan ..................................................................... III-8

    3.4.2. Pengertian Total Productive Maintenance ........................ III-9

    3.4.3. Manfaat Dari Total Productive Maintenance .................... III-10

    3.5. Analisa Produktivitas : Six Big Losses (Enam Kerugian Besar) .... III-10

    3.5.1. Equipment Failur (Kerugian karena kerusakan peralatan) . III-12

    3.5.2. Set-up and Adjustment Losses (Kerugian karena

    pemasangan dan penyetelan) ............................................ III-12

    3.5.3. Idling and Minor Stoppages Losses (Kerugian karena

    beroperasi tanpa beban maupun karena berhenti sesaat) ..... III-13

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    DAFTAR ISI (LANJUTAN)

    BAB HALAMAN

    3.5.4. Reduced Speed Losses (Kerugian karena kerusakan

    peralatan) ......................................................................... III-13

    3.5.5. Prosess Defect Losses (Kerugian karena produk cacat

    maupun karena prodik diproses ulang) ............................. III-14

    3.5.6. Reduced Yield Losses (Kerugian pada awal waktu

    produksi hingga mencapai produksi yang stabil) .............. III-14

    3.6. Overall Equipment Effectiveness (OEE) ...................................... III-14

    3.6.1. Availability....................................................................... III-16

    3.6.2. Performance Efficiency .................................................... III-17

    3.6.3. Rate of Quality Product .................................................... III-19

    3.7. Diagram Sebab Akibat (Cause and Effect Diagram) .................... III-19

    IV METODOLOGI PENELITIAN .................................................... IV-1

    4.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ..................................... IV-1

    4.2. Rancangan Penelitian .................................................................. IV-1

    4.3. Objek Penelitian .......................................................................... IV-1

    4.4. Variabel Penelitian ..................................................................... IV-2

    4.5. Instrumen Penelitian .................................................................... IV-2

    4.6. Pelaksanaan Penelitian ................................................................. IV-2

    4.7. Pengolahan Data .......................................................................... IV-4

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    DAFTAR ISI (LANJUTAN)

    BAB HALAMAN

    4.8. Analisa Data dan Pemecahan Masalah ......................................... IV-4

    V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ........................... V-1

    5.1. Pengumpulan Data ...................................................................... V-1

    5.2. Pengolahan Data ......................................................................... V-7

    5.2.1. Perhitungan Avialibility .................................................... V-7

    5.2.2. Perhitungan Performance Efficiency ................................ V-8

    5.2.3. Perhitungan Rate of Quality Product ................................ V-10

    5.2.4. Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) ....... V-11

    5.2.5. Perhitungan OEE Six Big Losses ...................................... V-12

    5.2.5.1. Downtime Losses .............................................. V-12

    5.2.5.2. Speed Loss ........................................................ V-15

    5.2.5.3. Defect Loss ....................................................... V-19

    VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH .......................................... VI-1

    6.1. Analisa Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) ....... VI-1

    6.2. Analisa Perhitungan OEE Six Big Losses ...................................... VI-1

    6.3. Analisa Diagram Sebab Akibat ..................................................... VI-2

    6.4. Usulan Penyelesaian Masalah ...................................................... VI-5

    6.4.1. Usulan Penyelesaian Masalah Six Big Losses ...................... VI-5

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    DAFTAR ISI (LANJUTAN)

    BAB HALAMAN

    6.4.2. Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) ................ VI-8

    VII KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... VII-1

    7.1. Kesimpulan .................................................................................. VII-1

    7.2. Saran .......................................................................................... VII-3

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    DAFTAR TABEL

    TABEL HALAMAN

    2.1. Skema Persyaratan mutu SIR 1988 (Standar Indonesia Rubber) ............ II-6

    2.2. Rincian tenaga kerja di PT. Nusantara III Gunung Para .......................... II-16

    2.3. Waktu kerja karyawan kantor di PT. Nusantara III Gunung Para ............ II-17

    2.4. Waktu kerja karyawan produksi di PT. Nusantara III Gunung Para ........ II-17

    5.1. Data Waktu Kerusakan (Breakdown) Mesin Dryer Twind ...................... V-2

    5.2. Data Waktu Pemeliharaan Mesin Dryer Twind ....................................... V-3

    5.3. Data Waktu Setup Mesin Dryer .............................................................. V-4

    5.4. Data Produksi Mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 Jan 2009 ........... V-6

    5.5. Availability mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 - Jan 2009 .................. V-8

    5.6. Performance Efficiency Mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 - Jan

    2009 ...................................................................................................... V-9

    5.7. Rate of Quality Product Mesin Dryer Periode Feb 2008 - Jan 2009 .......... V-11

    5.8. Perhitungan Overall Equipment Effectivenes (OEE) Mesin Dryer Twind

    Periode Feb 2008 - Jan 2009 .................................................................. V-12

    5.9. Breakdown Loss pada mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 Jan

    2009 ....................................................................................................... V-13

    5.10. Set up and Adjustment Losses di mesin Dryer TwindPeriode Feb 2008

    Jan 2009 ................................................................................................. V-15

    5.11. Idling an Minor Stoppages di Mesin Dryer Twind Periode Feb 2008

    Jan 2009 ................................................................................................. V-16

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

    TABEL HALAMAN

    5.12. Reduced Speed Loss di Mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 - Jan

    2009 ....................................................................................................... V-18

    5.13. Rework Loss Mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 - Jan 2009 ............... V-19

    5.14. Yield/scrap Loss Mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 - Jan 2009 ........ V-21

    6.1. Persentase Faktor Six Big Losses mesin Dryer Twind Periode

    Feb 2008 - Jan 2009 ................................................................................. VI-2

    6.2. Usulan Penyelesaian Masalah Reduced Speed Loss .................................. VI-6

    6.3. Usulan Penyelesaian Masalah Set Up/ Adjusment Loss ............................. VI-7

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    DAFTAR GAMBAR

    GAMBAR HALAMAN

    2.1. Skema pengolahan crumb rubber ........................................................... II-10

    2.2. Struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara III .................................. II-15

    3.1. Overall Eqiupment Effectiveness and Goals ........................................... III-15

    3.2. Diagram Sebab Akibat .......................................................................... III-20

    4.1. Tahapan Proses Pemecahan Masalah ...................................................... IV-5

    4.2. Block Diagram Perhitungan Overall Equipment Effectiveness ............... IV-6

    6.1. Bar Chart Six Big Losses Mesin Dryer Twind ....................................... VI-2

    6.2. Diagram Sebab Akibat Reduced Speed Loss Mesin Dryer Twind ...VI-10

    6.3. Diagram Sebab Akibat Setup/Adjusment Mesin Dryer Twind VI-11

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    DAFTAR LAMPIRAN

    LAMPIRAN HALAMAN

    1. Daftar mesin dan peralatan produksi PT. Perkebunan Nusantara III

    Gunung Para .............................................................................................. L-1

    2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ............................................................. L-2

    3. SK Tugas Sarjana ........................................................................................ L-3

    4. Surat Balasan dari Perusahaan .................................................................... L-4

    5. Lembar Asistensi Dosen Pembimbing ........................................................ L-5

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    ABSTRAK

    PT. Perkebunan Nusantara III Gunung merupakan perusahaan yang bergerak dalam pengolahan karet yang tidak terlepas dari masalah yang berhubungan dengan efektivitas mesin/peralatan yang diakibatkan oleh six big losses. Hal ini dapat terlihat dengan frekuensi kerusakan yang terjadi pada mesin/ peralatan karena kerusakan tersebut target produksi tidak tercapai. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah efektif dan efisien dalam pemeliharaan mesin dan peralatan untuk menanggulangi dan mencegah masalah tersebut.

    Total Productive Maintenance (TPM) adalah suatu prinsip manajemen untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi perusahaan dengan menggunakan mesin secara efektif.Tidak tepatnya penanganan dan pemeliharaan mesin akan mengakibatkan kerugian-kerugian disebut dengan Six Big Losess yaitu breakdown losses, set-up and adjustment losses, reduced speed losses, idling and minor stoppages, rework losses dan yield scarp losses

    Tahapan pertama dalam usaha peningkatan efisiensi produksi pada perusahaan ini adalah dengan melakukan pengukuran efektifitas mesin dryer twind dengan menggunakan metode Overall Equipment Effectifitas (OEE) yang kemudian dilanjutkan dengan pengukuran OEE six big losses untuk mengetahui besarnya efisiensi yang hilang pada keenam faktor six big losses. Dari keenam faktor tersebut selanjutnya dicari faktor apa yang memberikan kontribusi terbesar yang mengakibatkan besarnya efisiensi pada mesin dryer twind. Dengan diagram sebab akibat dapat dianalisa masalah sebenarnya yang menjadi penyebab utama tingginya kerugian yang mengakibatkan rendahnya efisiensi mesin dryer twind.

    Kesimpulan yang dapat diambil pada mesin dryer twind bahwa nilai OEE untuk periode Februari 2008 Januari 2009 berkisar antara 77,15% sampai 82,72%. Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan mesin dryer twind dalam mencapai target dan dalam pencapaian efektivitas penggunaan mesin/peralatan belum mencapai kondisi yang ideal (85%). Adapun yang mempengaruhi nilai OEE dan menjadi prioritas utama untuk dieliminasi perusahaan adalah faktor idling dan minor stoppages sebesar 83.59% dan breakdown loss sebesar 18,58%.

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Permasalahan

    Terhentinya suatu proses pada lantai produksi sering kali disebabkan

    adanya masalah dalam mesin/peralatan produksi, misalnya mesin berhenti secara

    tiba-tiba, menurunnya kecepatan produksi mesin, lamanya waktu setup dan

    adjusment, mesin menghasilkan produk yang cacat dan mesin beroperasi tetapi

    tidak menghasilkan produk.

    Hal ini akan menimbulkan kerugian pada perusahaan karena selain dapat

    menurunkan tingkat efisiensi dan efektifitas mesin/ peralatan mengakibatkan

    adanya biaya yang harus dikeluarkan akibat kerusakan tersebut.

    PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para merupakan perusahaan

    yang bergerak bergerak dalam produksi Crumb rubber yang tidak terlepas dari

    masalah yang berkaitan dengan efektivitas mesin/peralatan. Oleh karena itu

    diperlukan langkah-langkah untuk mencegah atau mengatasi masalah tersebut.

    Total productive maintenance (TPM) merupakan pengembangan ide dari

    productive maintenance adalah metode pemeliharaan mesin dan peralatan. TPM

    berkembang dari sistem maintenance tradisional yang melibatkan semua

    departemen dan semua orang untuk ikut berpartisipasi dan mengemban tanggung

    jawab dalam pemeliharaan mesin/peralatan. Langkah untuk mencegah atau

    mengatasi masalah tersebut dalam usaha peningkatan efisiensi produksi

    dilakukan dengan TPM yang menggunakan metode Overall Equipment

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    Effectiveness (OEE) sebagai alat yang digunakan untuk mengukur dan

    mengetahui kinerja mesin/peralatan.

    Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kesesuaian

    faktor-faktor yang menentukan kebutuhan penerapan total productive

    maintenance dengan kondisi perusahaan dan melihat faktor mana dari six big

    losses tersebut yang dominan mempengaruhi terjadinya penurunan efektivitas

    mesin/peralatan. Dengan demikian penulisan ini akan memberikan usulan

    perbaikan efektivitas mesin/peralatan dalam usaha meningkatkan efisiensi

    produksi pada perusahaan melalui penerapan total productive maintenance.

    1.2. Pokok Permasalahan

    Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas masalah pokok yang

    menjadi fokus pembahasan dalam penelitian ini adalah masih rendahnya efisiensi

    dan efektivitas penggunaan mesin/perlatan dikarenakan ketidak mampuan dalam

    pengelolaan perawatan secara tepat, sehingga perlu dilakukan pengidentifikasian

    terhadap faktor-faktor dominan dari kerugian yang diakibatkan oleh kerusakan

    mesin dan melakukan analisa terhadap penyebab besarnya kontribusi faktor-faktor

    tersebut sehingga menjadi masukan dalam penerapan total productive

    maintenance. Penelitian ini dilakukan pada bagian pengeringan di PTP-Nusantara

    III yaitu pada mesin Dryer Twind. Karena mesin ini bersifat critical unit dimana

    ketika terjadi kerusakan pada mesin ini akan mengakibatkan terhentinya proses

    produksi dan juga sering memerlukan pemeriksaan sistem kerja, perawatan

    maupun pergantian komponen mesin.

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    1.3. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini terbagi atas tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu :

    1. Tujuan Umum

    Secara umum penelitian dilakukan meningkatkan efisiensi dan efektivitas

    produksi dengan penerapan total productive maintenance dengan menggunakan

    metode overall equipment effectiveness (OEE).

    2. Tujuan Khusus

    a. Melakukan pengukuran efektivitas penggunaan mesin secara menyeluruh

    dengan menggunakan data masa lalu perusahaan.

    b. Mengetahui besarnya masing-masing faktor yang terdapat dalam six big

    losses yang memberikan kontribusi terbesar dari keenam faktor six big

    losses menggunakan diagram pareto.

    c. Melakukan analisis terhadap faktor yang menjadi prioritas utama sebagai

    dasar untuk dilakukan perbaikan menggunakan diagram cause and effect.

    1.4. Pembatasan Masalah

    Dalam melakukan penelitian faktor yang akan selalu menjadi penghalang

    dan tidak dapat dihindarkan adalah faktor waktu, dana dan keterbatasan fasilitas.

    Untuk itulah dilakukan pembatasan masalah agar hasil yang diperoleh tidak

    menyimpang dari tujuan yang diinginkan sebagai berikut :

    1. Penelitian yang dilakukan hanya meneliti satu lini produksi saja pada

    Crumb Rubber yaitu pada bagian pengeringan dan pengamatan dilakukan

    pada mesin Dryer Twind.

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    2. Tingkat produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan yang di ukur adalah

    dengan menggunakan metode Overall Equipment Effectiveness (OEE)

    sesuai dengan prinsip Total Productive Maintenance untuk mengetahui

    besarnya kerugian pada mesin/peralatan yang dikenal dengan six big

    losses

    3. Data yang diambil adalah data bulan Februari 2008 - Januari 2009.

    1.5. Asumsi-asumsi yang Digunakan

    Asumsi-asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut :

    1. Metode kerja dan teknologi yang dilakukan tidak berubah.

    2. Proses produksi berjalan normal selama penelitian dilakukan.

    3. Pihak manajemen perusahaan setuju untuk melakukan perbaikan pada sistem

    pemeliharaan.

    1.6. Sistematika Penulisan Karya Akhir

    Untuk memudahkan penulisan, pembahasan dan penilaian karya akhir ini,

    maka dalam pembuatannya akan dibagi menjadi beberapa bab dengan sistematika

    sebagai berikut:

    BAB I. PENDAHULUAN

    Menjelaskan latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan

    penelitian, manfaat penelitian, asumsi yang digunakan dan sistematika

    penulisan.

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    BAB II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

    Menguraikan gambaran umum perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III

    Gunung Para, jenis produk dan spesifikasinya, bahan baku, proses

    produksi, mesin dan peralatan, serta organisasi dan manajemen

    perusahaan.

    BAB III. LANDASAN TEORI

    Menyajikan teori-teori yang berhubungan dengan sistem pemeliharaan

    mesin/peralatan umumnya dan khususnya Total Productive

    Maintenance (TPM) dan teori lainnya.

    BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

    Mengemukakan langkah-langkah serta prosedur yang akan dilakukan

    dalam melakukan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data,

    analisis dan evaluasi, serta kesimpulan dan saran.

    BAB V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

    Mengidentifikasi keseluruhan data penelitian yang berhasil di dapat

    selama penelitian, baik data primer maupun data sekunder yang

    dikumpulkan serta berisi rancangan untuk melakukan penelitian. Serta

    memuat tahapan-tahapan pengolahan data yang dikumpulkan hingga

    digunakan untuk memecahkan masalah.

    BAB IV. ANALISA PEMECAHAN MASALAH

    Menjelaskan pemecahan masalah dan perencanaan langkah-langkah

    yang akan dilakukan dalam memecahkan masalah, perhitungan

    availability, performance efficiency dan rate of quality product yang

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    akan digunakan dalam perhitungan overall equipment effectivness

    (OEE) untuk mengetahui seberapa besar kerugian efisiensi pada

    mesin/peralatan.

    BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN

    Berisi kesimpulan dan saran yang mengemukakan kesimpulan semua

    hal yang dilakukan penelitian, terutama akan hal pengolahan data yang

    diperoleh pemecahannya serta langkah-langkah yang patut dilakukan

    pihak perusahaan

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    BAB II

    GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

    2.1. Sejarah perusahaan

    PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para berlokasi kecamatan Dolok

    Merawan Kabupaten Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara. Perusahaan ini

    bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil

    perkebunan. Berdasarkan letak geografisnya PTP-Nusantara III ini berada pada

    (0309- 0311 LU) dan (9904- 9906 BT). Dimana jarak perusahaan ini 112

    km dari Medan dengan ketinggian 96 114 meter di atas permukaan laut, dengan

    jenis podsolik kuning dan letak topografinya berbukit dan bergelombang.

    Sejarah Perusahaan ini diawali dengan proses pengambilalihan

    perusahaan-perusahaan perkebunan milik Belanda oleh pemerintah RI pada

    tanggal 10 Desember 1957 yang dikenal sebagai proses nasionalisasi perusahaan

    perkebunan asing menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN).

    PT. Perkebunan Nusantara telah mengalami beberapa pergantian nama.

    Pada tahun 1957 sampai tahun 1960 bernama Perseroan Perkebunan Negara Baru

    (PPN Baru), Tahun 1961 sampai 1962 bernama PPN Kesatuan Sumut VII, Tahun

    1963 - 1968 bernama PPN Karet IV, Tahun 1976 - 1994 bernama PT.Perkebunan

    IV, sampai dengan tahun 1996 di Sumatera terdapat tujuh PTP (PTP II- PTP VIII)

    Melalui Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1996, sejak tanggal 14 Februari

    1996 sampai sekarang, PTP III, PTP IV, PTP V digabung dan diberi nama PT.

    Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III.

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    2.2. Ruang lingkup bidang usaha

    Pabrik karet kebun Gunung Para adalah pabrik yang menghasilkan crumb

    rubber. Pengolahan kompo menjadi crumb rubber mulai beroperasi pada tahun

    1960. Hasil produk yang diolah adalah SIR 10.

    Bahan baku Crumb rubber berasal dari kebun sendiri atau kebun milik

    perusahaan. Hasil olahan sebagian besar diekspor dan selebihnya dipasarkan di

    dalam negeri (lokal).

    2.3. Lokasi perusahaan

    PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para terletak di kecamatan

    Dolok Merawan Kabupaten Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara.

    Berdasarkan letak geografisnya PTP-Nusantara III ini berada pada (0309- 0311

    LU) dan (9904- 9906 BT). Dimana jarak perusahaan ini 112 km dari Medan

    dengan ketinggian 96 114 meter di atas permukaan laut, dengan jenis podsolik

    kuning dan letak topografinya berbukit dan bergelombang. Sarana transportasi ke

    kawasan ini cukup baik dengan kondisi jalan yang lebar yang dapat dilalui oleh

    kendaraan besar dan kecil.

    2.4. Daerah pemasaran

    PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para menghasilkan jenis

    produk untuk tujuan ekspor. Aspek pasar dan perusahaan merupakan salah satu

    dari beberapa aspek yang penting dalam menjalankan dan mempertahankan

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    kelangsungan tujuan usaha perusahaan. Pasar merupakan tempat dimana produsen

    dan konsumen melangsungkan transaksi suatu produk barang atau jasa.

    Pemasaran adalah suatu aktivitas atau usaha yang digunakan untuk

    menyediakan atau memindahkan produk atau jasa dari produsen ke konsumen.

    Perusahaan yang lebih memperhatikan kepentingan dan kebutuhan konsumen,

    dalam jangka panjang lebih berhasil dan akan tetap eksis dibandingkan dengan

    perusahan yang mengabaikannya. Perusahaan yang menggunakan pola pikir

    demikian akan selalu menempatkan konsumen dan kebutuhannya sebagai titik

    pusat bidang usahanya, sehingga produk yang dihasilkan juga lebih berkualitas

    dimata konsumen.

    Menurut kebijaksanaan, hasil produksi PT. Perkebunan Nusantara III

    Kebun Gunung Para dipasarkan melalui pelabuhan Belawan yang akan diekspor

    keluar negeri seperti ke Jepang, Amerika Serikat, Australia, Jerman, Korea

    Selatan, Italia, sebagian produk dipasarkan di dalam negeri. Perusahaan memilih

    pasar di luar negeri karena pasar luar negeri lebih luas dan terbuka lebar.

    2.5. Dampak terhadap sosial ekonomi dan lingkungan

    Dampak terhadap sosial ekonomi dan lingkungan yaitu dengan adanya PT.

    Perkebunan Nusantara III kebun Gunung Para maka masyarakat yang ada didekat

    perusahaan, sosial ekonominya akan meningkat dimana mereka dapat bekerja

    dengan gaji yang telah ditetapkan pemerintah. Dengan adanya pekerjaan yang

    menetap maka sosial ekonomi masyarakat yang ada di dekat lingkungan dapat

    terjamin. Dampak terhadap lingkungan yaitu perusahaan menghasilkan limbah

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    yang terdiri dari limbah padat dan cair dan limbah yang dihasilkan tidak

    membahayakan terhadap lingkungan sekitar.

    Fasilitas-fasilitas yang diberikan perusahaan kepada karyawan adalah

    perumahan, jaminan kesehatan, pembayaran sekolah anak.

    2.6. Proses produksi

    2.6.1. Standar mutu produk

    Spesifikasi produk jadi pada PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para

    adalah sesuai dengan jenis mutunya yang disebut sebagai produk utama yaitu SIR

    10. Untuk mendapatkan produk utama dibuat skema mutu SIR (Standard

    Indonesia Rubber).

    Spesifikasi karet alam PT. Nusantara III Gunung Para adalah sebagai

    berikut :

    1. Kadar kotoran (Dirt Content)

    Kadar kotoran yang tidak larut dalam karet tidak dalam jumlah yang

    berlebihan. Bila berlebihan menyebabkan penurunan sifat dinamik dari barang

    jadi yang terbuat dari karet mengenai ketahanan lenturnya.

    2. Kadar Abu (Ash Content)

    Penentuan kadar abu dimaksud untuk menjamin agar karet mentah yang

    dijual tidak terlalu banyak mengandung abu dari karet alam yang berisi bahan-

    bahan lain yang berasal dari karet alam dan yang bukan berasal dari karet alam

    yang merugikan.

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    3. Kadar Zat Menguap (Volatile Matter)

    Kadar zat menguap adalah kadar air yang terdapat dari karet untuk

    memastikan bahwa karet tersebut benar-benar sudah kering dan bila karet mentah

    sudah kering sedikit kemungkinan timbulnya jamur.

    4. Plastysity Retention Index (PRI)

    Adalah ukuran ketahanan karet yang sudah mengalami pemanasan

    dibandingkan sebelum pemanasan yang ditentukan dengan Plastimeter Walance

    yaitu dari potongan uji sebelum dan sesudah dipanaskan. Dengan diketahuinya

    nilai PRI, dapat diketahui ketahanan karet dan mudah tidaknya karet tersebut

    menjadi lengket bila disimpan lama.

    5. Po (Plastisitas awal)

    Po adalah plastisitas karet sebelum diberi perlakuan panas. Karet yang

    memiliki nilai Po yang memenuhi spesifikasi akan dapat mempertahankan

    keelastisannya (tidak menyusut atau mengerut).

    Dan untuk mendapatkan mutu produk yang utama di berlakukan syarat

    mutu SIR. (Tertera pada Tabel 2.1).

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    Tabel 2.1. Skema persyaratan mutu SIR 1988

    (Standard Indonesia Rubber)

    Sumber : PT.Perkebunan Nusantara III Gunung Para

    2.6.2. Bahan yang digunakan

    2.6.2.1. Bahan baku

    Bahan baku memiliki komposisi terbesar dari semua bahan yang

    digunakan. Bahan ini merupakan bahan utama dalam proses produksi dimana sifat

    dan bentuknya akan mengalami perubahan. Bahan baku pada produk crumb

    rubber adalah kompo yang terdiri dari slab dan cup Lump.

    2.6.2.2. Bahan tambahan

    Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam produk atau

    bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk.

    No Jenis Uji

    Satuan SIR 10 Kerakteristik

    1 Kadar Kotoran % Max 0.1

    2 Kadar Abu % Max 0.75

    3 Kadar Zat Menguap % Max 0.80

    4 PRI - Min 60

    5 Po - Min 30

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    Bahan tambahan yang digunakan adalah:

    1. Plastik pembungkus digunakan untuk membungkus bale yang sudah di press

    dan sebagai alas metal box.

    2. Metal box atau peti pallet digunakan untuk pengepakan atau kemasan bale.

    3. Band izjer digunakan untuk mengikat produk yang sudah di pallet.

    2.6.2.3. Bahan penolong

    Bahan penolong adalah bahan yang digunakan sebagai penolong dalam

    proses pengolahan pada kegiatan produksi. Bahan penolong yang digunakan pada

    proses pengolahan crumb rubber adalah air, digunakan untuk pencucian dan

    melembutkan bahan baku.

    2.6.3. Uraian proses

    Uraian proses produksi crumb rubber PT. Perkebunan Nusantara III adalah

    sebagai berikut :

    1. Penerimaan Bahan baku

    Sebelum kompo dibawa ketempat penerimaan bahan baku, truck yang

    membawa Kompo ditimbang. Setelah itu ditempatkan bak penerimaan bahan

    baku lalu dituang ke bak penimbunan untuk disortasi bahan baku. Apabila di

    dalam sortasi terdapat benda-benda non karet dikumpulkan dan dikembalikan

    ke kebun pengirim.

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    2. Bak Makro Blending

    Setelah itu kompo dimasukan ke dalam bak Makro Blending yang berfungsi

    sebagai pencucian kompo agar terhindar dari kotoran-kotoran seperti:

    pasir,tanah,dan dedaunan.

    3. Mesin Prebreaker

    Slab dan lump dimasukkan ke dalam mesin prebreker untuk pemecahan

    bongkahan slab dan lump menjadi ukuran 30 mm.

    4. Bak Mikro Blending

    Bak mikro blending berfungsi sebagi tempat penampungan kompo yang telah

    dicacah dan juga sebagai tempat pencucian. Bak mikro blending ini

    berbentuk lingkaran dan di tengahnya terdapat mesin agitator yang berfungsi

    sebagai pengaduk.

    5. Mesin Hummer Mill

    Karet dimasukkan ke dalam mesin hummer mill untuk pemecahan lanjutan

    menjadi diameter 15 mm.

    6. Bak Sirkulasi

    Bak sirkulasi berfungsi sebagai aliran jalan kompo dari mesin hammer mill ke

    mesin creffer jumbo. Alat Bantu yang digunakan sebagai aliran jalan kompo

    yaitu: dengan menggunakan air.

    7. Mesin Crepper

    Cacahan karet dimasukkan ke dalam mesin Crepper untuk menggiling

    cacahan karet menjadi lembaran blengket menjadi ketebalan 3-5 mm. Dengan

    10 kali penggilingan.

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    8. Maturasi

    Gulungan blengket dimasukkan ke dalam ruang maturasi (pemeraman) untuk

    mengeringkan gulungan blangket selama 7 hari sehingga kadar air turun.

    9. Mesin Schereder

    Gulungan blengket dikeluarkan dari ruang maturasi dan dimasukkan ke dalam

    mesin schreder untuk merajang blengket menjadi butiran karet dengan ukuran

    3 mm. Hasil butiran dari mesin dimasukkan ke dalam box dryer lalu butiran

    ditiriskan selama 1,5- 2 jam sebelum masuk ke mesin dryer.

    10. Mesin Dryer

    Butiran karet dimasukkan ke dalam mesin dryer untuk mengeringkan butiran

    karet. Pengeringan dilakukan selama 4 jam dengan temperatur 110-120 0C.

    11. Penimbangan

    Rempahan karet selanjutnya ditimbang dengan berat sekitar 33kg sesuai

    dengan permintaan pasar lalu diproses/packing.

    12. Pengepresan

    Sebelum dipacking butiran karet kemudian dipress untuk memadatkan butiran

    karet yang sudah kering menjadi berbentuk bandela.

    13. Packing

    Karet yang sudah berbentuk bandela di packing. Bale disusun dalam pallet

    yang berisikan 36 bale dengan berat 1260 kg/pallet.

    14. Penyimpanan produk pada gudang produksi siap eksport.

    Uraian proses produksi dapat dilihat pada skema pengolahan crumb

    rubber seperti pada Gambar 2.1.

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    PENERIMAAN

    BAK MAKRO BLENDING

    MESIN PREBREAKER

    BAK MIKRO BLENDING

    MESIN HUMMER MILL

    BAK SIRKULASI

    MESIN CREPPER

    MATURASI

    MESIN SCHEREDER

    MESIN DRYER

    PENGEPRESAN

    PACKING

    PENIMBANGAN

    PENYIMPANAN

    Gambar 2.1. Skema pengolahan crumb rubber

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    2.7. Mesin dan peralatan

    Mesin dan peralatan yang digunakan dalam kegiatan produksi crumb rubber

    dapat dilihat pada Lampiran 1.

    2.7.1. Utilitas

    Sarana penunjang untuk menjalankan kegiatan produksi dari awal hingga

    produk ahkir sangat penting. Utilitas merupakan unit penunjang bagi unit-unit lain

    dalam suatu pabrik.

    1. Air

    Dalam kelangsungan proses produksi air memegang peranan penting,

    digunakan dalam proses pencampuran dan pencucian. Air juga dibutuhkan

    dalam keperluan lainnya seperti keperluan kamar mandi, pencucian alat-alat

    dan keperluan lainnya.

    2. Listrik

    Sumber listrik yang digunakan berasal dari PLN, listrik digunakan untuk

    bagian produksi, kantor, dan bagian lainnya. Pabrik juga menyediakan genset

    bilamana terjadi pemadaman listrik dari PLN.

    2.7.2. Safety and fire protection

    Kenyamanan dan keselamatan kerja merupakan hal yang harus

    diperhatikan oleh pabrik dalam proses produksi baik untuk karyawan maupun

    pabrik itu sendiri. Dengan usaha untuk pencegahan terjadinya gangguan

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    keselamatan dan kesehatan kerja maka produktivitas kerja dapat ditingkatkan serta

    target produksi dapat tercapai.

    Bila terjadi kebakaran atau bencana alam petugas kamar mesin dan

    petugas keamanan atau hansip segera membuyikan lonceng sesegera mungkin.

    Tanda yang diberlakukan pada pabrik ini adalah:

    1. Tanda Bahaya

    a. Pemukulan lonceng dipukul satu kali dengan nada cepat minimum 2

    menit.

    b. Sirine, dibunyikan dengan nada bergelombang selam diperlukan minimum

    1 menit.

    15. Tanda berkumpul

    a. Pemukulan lonceng, dipukul dua kali dengan nada biasa minimum 2

    menit.

    b. Sirine dibunyikan dengan nada terputus selama diperlukan minimum 1

    menit

    16. Tanda aman

    a. Pemukulan lonceng; dipukul tiga kali dengan nada biasa minimum 2

    menit.

    b. Sirine dibunyikan dengan nada panjang selama 3 menit.

    Tujuan dari mengenal semua tanda yang telah ditentukan adalah untuk

    menjamin pengamanan atau penanggulangan keadaan darurat dengan lancar,

    terkoordinir dan terlaksana dengan baik dan setiap regu tanggap darurat

    mengetahui tugas dan tanggung jawabnya.

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    2.7.3. Waste treatment

    Suatu pabrik harus memiliki waste treatment yang tidak berbahaya.

    Limbah yang dihasilkan terdiri dari limbah padat berupa sisa-sisa proses dari

    pengolahan crumb rubber berupa lateks yang menggumpal dan air pencucian dan

    pencampuran. Limbah dialirkan menuju kolam-kolam pengolahan limbah di

    dalam saluran yang berbentuk parit. Parit tersebut di beri saringan untuk

    menangkap potongan kecil sisa olahan karet.

    2.8. Struktur organisasi perusahaan

    Sistem organisasi dan manajemen yang baik sangat diperlukan pada satu

    perusahaan, terutama perusahaan industri yang berskala besar. Penyusunan sistem

    organisasi dan manajemen harus disesuaikan dengan keadaan perusahaan yang

    bersangkutan, sebab sistem yang baik bagi suatu perusahaan belum tentu baik

    bagi perusahaan lain. Adanya sistem yang terencana dengan baik, akan menjamin

    lancarnya informasi dan komunikasi di dalam organisasi sehingga dapat diperoleh

    kebijaksanaan-kebijaksanaan yang tepat pada keadaan yang dibutuhkan. Struktur

    organisasi adalah bagan yang menggambarkan hubungan kerja antara dua orang

    atau lebih pada tugas yang saling berkaitan untuk pencapaian suatu tujuan

    tertentu. Struktur organisasi memberikan gambaran mengenai pembagian tugas-

    tugas serta tanggungjawab kepada individu maupun bagian-bagian pada suatu

    organisasi. Struktur organisasi yang baik adalah pembagian tugas, wewenang dan

    tanggung jawab yang jelas, yang memperlancar suatu proses untuk menuju suatu

    keberhasilan yang maksimum dengan modal yang sekecil-kecilnya dan

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    menggunakan sarana yang tersedia semaksimal mungkin. Pendistribusian tugas-

    tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungannya satu sama lain pada

    pokoknya dapat digambarkan pada suatu struktur organisasi, sehingga para

    pegawai dan karyawan dapat dengan jelas mengetahui apa yang menjadi tugasnya,

    darimana ia mendapatkan perintah dan kepada siapa dia harus bertanggung jawab.

    Sehingga akan tercipta suasana kerja yang baik dan terhindar dari tumpang tindih

    pada perintah dan tanggung jawab.

    Organisasi adalah suatu kerangka hubungan kerja antara individu-individu

    yang bekerja secara sadar untuk mencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan

    wewenang, tanggung jawab dan hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan

    bersama serta untuk dilaksanakan dalam suatu kesatuan yang utuh.

    Struktur organisasi biasanya digambarkan dalam bentuk bagan organisasi

    (organization chart) yang memperlihatkan susunan fungsi-fungsi, departemen-

    departemen dalam organisasi dan menunjukkan bagaimana hubungan kerja baik

    secara horizontal maupun vertikal. Perusahaan mempunyai struktur organisasi

    dalam bentuk organisasi garis atau lini, dan fungsional. Struktur organisasi

    perusahaan dapat dilihat pada Gambar 2.2. dibawah ini.

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    Asisten Teknik

    Asisten Laboratorium

    Asisten Pengolahan

    Asisten Tata

    Usaha

    Asisten Sipil/ dan Alat Berat

    Asisten Personalia

    Kebun

    Masinis Kepala

    Manajer

    Fungsional

    Lini

    KaryawanPelaksana

    KaryawanPelaksana

    KaryawanPelaksana

    KaryawanPelaksana

    KaryawanPelaksana

    KaryawanPelaksana

    Keterangan Garis

    Gambar 2.2. Struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara III

    Struktur organisasi yang digunakan pada PT. Perkebunan Nusantara III

    Gunung Para adalah struktur organisasi fungsional dan lini. Struktur organisasi

    fungsional adalah struktur organisasi berdasarkan pembagian tugas yang

    dilakukan menurut fungsinya masing-masing. Bentuk ini ditunjukkan dengan

    adanya spesialisasi tugas pada setiap unit organisasi sehingga pelimpahan

    wewenang dari pimpinan dalam pekerjaan tertentu sesuai dengan fungsinya. Dan

    dikatakan struktur organisasi lini karena kekuasaan mengalir secara langsung dari

    menejer ke kepala bagian, kemudian ke para karyawan di bawahnya dan kepala

    bagian menjalankan semua pengawasan dalam jajarannya. Pada perusahaan ini

    terdiri dari sejumlah afdeling dan setiap karyawan bertanggung jawab pada setiap

    afdeling.

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    2.9. Uraian tugas dan tanggung jawab

    Adapun uraian tugas dan tanggung jawab karyawan PT. Nusantara III

    Gunung Para dapat dilihat pada Lampiran 2.

    2.10. Jumlah tenaga kerja dan jam kerja

    2.10.1. Jumlah tenaga kerja

    Tenaga kerja yang terdapat di PT. Nusantara III Gunung Para dapat dilihat

    pada Tabel 2.2. dibawah ini :

    Tabel 2.2. Rincian tenaga kerja di PT. Nusantara III Gunung Para

    Uraian

    KARYAWAN

    Pensiunan Total Pria

    (Orang)

    Wanita

    (Orang)

    Jumlah

    (Orang)

    Manajer 1 - 1 - 1

    Karyawan

    Pimpinan 15 - 15 - 15

    Karyawan

    Pelaksana 838 114 952 376 1.328

    Jumlah 854 114 968 376 1.344 Sumber : PT.Perkebunan Nusantara III Gunung Para

    2.10.2. Jam kerja

    Jam kerja di PT. Nusantara III Gunung Para terdiri dari dua bagian yaitu

    jam kerja karyawan kantor dan jam kerja karyawan produksi. Adapun pembagian

    jam kerja tersebut adalah sebagai berikut:

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    a. Waktu kerja karyawan kantor

    Tabel 2.3. Waktu kerja karyawan kantor

    di PT. Nusantara III Gunung Para

    NO HARI WAKTU (WIB) Istirahat

    1 Senin- Jumat 08.00 16.00 12.00 13.00 2 Sabtu 08.00 12.00 -

    b. Waktu kerja karyawan produksi

    Untuk karyawan produksi terbagi atas 3 shift (Senin-Minggu)

    Tabel 2.4. Waktu kerja karyawan produksi di

    PT. Nusantara III Gunung Para

    NO SHIFT WAKTU (WIB) Istirahat

    1 I 07.00 15.00 12.00 13.00 2 II 15.00 22.00 18.00-19.00 3 III 22.00 07.30 -

    2.11. Sistem pengupahan dan fasilitas yang digunakan

    Karyawan diberikan gaji pokok sesuai dengan golongan. Disamping gaji

    pokok kepada karyawan diberikan tunjangan tetap. Besarnya gaji untuk golongan

    terendah disesuaikan sejalan dengan penetapan upah minimum yang berlaku.

    Sistem pengupahan yang berlaku pada perusahaan adalah sebagai berikut :

    1. Karyawan musiman dibayar setiap akhir minggu, besar upah yang diterima

    adalah sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional).

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    2. Untuk karyawan tetap ada dua sistem penggajian yaitu :

    a. Karyawan harian, gaji dibayarkan sebesar 30 hari kerja dipotong hari kerja

    yang absen.

    b. Karyawan bulanan, gaji dibayarkan setiap bulan tanpa potongan hari kerja

    absen.

    Untuk pelayanan kesehatan perusahaan memiliki unit P3K. Apabila

    penyakit yang diderita tidak dapat ditanggulangi oleh P3K maka karyawan dapat

    berobat ke rumah sakit yang ditunjuk oleh perusahaan.

    Selain upah yang diberikan perusahaan juga memperhatikan keselamatan

    karyawan dalam bentuk jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek). Seluruh pekerja

    memperoleh jaminan atas keselamatannya selama melaksanakan pekerjaan.

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    BAB III

    LANDASAN TEORI

    3.1. Pengertian dan Tujuan Maintenance

    3.1.1. Pengertian maintenance

    Maintenance merupakan suatu fungsi dalam suatu industri manufaktur

    yang sama pentingnya dengan fungsi-fungsi lain seperti produksi. Hal ini karena

    apabila kita mempunyai mesin/peralatan, maka biasanya kita selalu berusaha

    untuk tetap dapat mempergunakan mesin/peralatan sehingga kegiatan produksi

    dapat berjalan lancar. Dalam usaha untuk dapat menggunakan terus

    mesin/peralatan agar kontinuitas produksi dapat terjamin , maka dibutuhkan

    kegiatan-kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang meliputi :

    a) Kegiatan pengecekan.

    b) Meminyaki (lubrication).

    c) Perbaikan/reparasi atas kerusakan-kerusakan yang ada.

    d) Penyesuain/penggantian spare part atau komponen.

    Ada dua jenis peneurunan kemampuan mesin/peralatan yaitu :

    1. Natural Deterioration yaitu menurunnya kinerja mesin/peralatan secara alami

    akibat terjadi pemburukan/keausan pada fisik mesin/peralatan selama waktu

    pemakaian walaupun penggunaan secara benar.

    2. Accelerated Deterioration yaitu menurunnya kinerja mesin/peralatan akibat

    kesalahan manusia (human error) sehingga dapat mempercepat keausan

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    mesin/peralatan karena mengakibatkan tindakan dan perlakuan yang tidak

    seharusnya dilakukan terhadap mesin/peralatan

    Dalam usaha mencegah dan berusaha untuk menghilangkan kerusakan

    yang timbul ketika proses produksi berjalan, dibutuhkan cara dan metode untuk

    mengantisipasinya dengan melakukan kegiatan pemeliharaan mesin/peralatan.

    Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau

    menjaga mesi/peralatan dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian/penggantian

    yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan

    sesuai dengan apa yang direncanakan. Jadi dengan adanya kegiatan maintenance

    maka mesin/peralatan dapat dipergunakan sesuai dengan rencana dan tidak

    mengalami kerusakan selama dipergunakan untuk proses produksi atau sebelum

    jangka waktu tertentu direncanakan tercapai.

    Hasil yang diharapakan dari kegiatan pemeliharaan mesin/peralatan

    (equipment maintenance) merupakan berdasarkan dua hal sebagai berikut :

    1. Condition maintenance yaitu mempertahankan kondisi mesin/peralatan agar

    berfungsi dengan baik sehingga komponen-komponen yang terdapat dalam

    mesin juga berfungsi dengan umur ekonomisnya.

    2. Replecement maintenance yaitu melakukan tindakan perbaikan dan

    penggantian komponen mesin tepat pada waktunya sesuai dengan jadwal yang

    telah diencanakan sebelum kerusakan terjadi.

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    3.1.2. Tujuan maintenance

    Maintenance adalah kegiatan pendukung bagi kegiatan komersil, maka

    seperti kegiatan lainnya, maintenance harus efektif, efisien dan berbiaya rendah.

    Dengan adanya kegiatan maintenance ini, maka mesin/peralatan produksi dapat

    digunakan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami kerusakan selama jangka

    waktu tertentu yang telah direncanakan tercapai.

    Beberapa tujuan maintenance yang utama antara lain:

    1. Kemampuan berproduksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan

    rencana produksi

    2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang

    dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak

    terganggu

    3. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang diluar

    batas dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama

    waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijakan perusahaan mengenai

    investasi terseut.

    4. Untuk mencapai tingkat biaya maintenance secara efektif dan efisien

    keseluruhannya.

    5. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut

    6. Memaksimumkan ketersedian semua peralatan sistem produksi

    (mengurangi downtime)

    7. Untuk memperpanjang umur/masa pakai dari mesin/peralatan

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    3.2. Jenis-Jenis Maintenance

    3.2.1. Planned Maintenance (Pemeliharaan Terencana)

    Planned maintenance (pemeliharaa terencana) adalah pemeliharaan yang

    terorganisir dan dilakukan dengan pemikiran ke masa depan, pengendalian dan

    pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh karena

    itu program maintenance yang akan dilakukan harus dinamis dan memerlukan

    pegawasan dan pengendalian secara aktif dari bagian maintenance melalui

    informasi dari catatan riwayat mesin/peralatan.

    Konsep planned maintenance ditujukan untuk dapat mengatasi masalah

    yang dihadapi manajer dengan pelaksanaan kegiatan maintenance. Komunikasi

    dapat diperbaiki dengan informasi yang dapat memberi data yang lengkap untuk

    mengambil keputusan. Adapun data yang penting dalam kegiatan maintenance

    antara lain laporan permintaan pemeliharaan, laporan pemeriksaan, laporan

    perbaikan, dan lain-lain.

    Pemeliharaan terencana (planned maintenance) terdiri dari tiga bentuk

    pelaksanaan, yaitu :

    a. Preventive maintenance (pemeliharaan pencegahan)

    preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang

    dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak terduga

    dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas produksi

    mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi.

    Dengan demikian semua fasilitas produksi yang diberikan preventive

    maintenance akan terjamin kelancarannya dan selalu diusahakan dalam kondisi

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    atau keadaan yang siap dipergunakan untuk setiap operasi atau proses produksi

    pada setiap saat. Sehingga dapatlah dimungkinkan pembuatan suaturencana dan

    jadwal pemeliharaan dan perawatan yang sangat cermat dan rencana produksi

    yang lebih tepat.

    b. Corrective maintenance (Pemeliharaan Perbaikan )

    Corrective maintenance adalah suatu kegiatan maintenance yang

    dilakukan setelah terjadinya kerusakan atau kelalaian pada mesin/peralatan

    sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik.

    c. Predictive maintenance

    Predictive maintenance adalah tindakan-tindakan maintenance yang

    dilakukan pada tanggal yang ditetapkan berdasarkan prediksi hasil analisa dan

    evaluasi data operasi yang diambil untuk melakukan predictive maintenance itu

    dapat berupa data getaran, temperature, vibrasi, flow rate, dan lain-lainnya.

    Perencanaan predictive maintenance dapat dilakukan berdasarkan data dari

    operator di lapangan yang diajukan melalui work order ke departemen

    maintenance untuk dilakuakan tindakan tepat sehingga tidak akan merugikan

    perusahaan

    3.2.2. Unplanned Maintenance (Pemeliharaan Tak Terencana)

    Unplanned maintenance biasanya berupa breakdown/emergency

    maintenance. Breakdown/emergency maintenance (pemeliharaan darurat) adalah

    tindakan maintenance yang tidak dilakukan pada mesin peralatan yang masih

    dapat beroperasi, sampai mesin/peralatan tersebut rusak dan tidak dapat berfungsi

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    lagi. Melalui bentuk pelaksanaan pemeliharaan tak terencana ini, diharapkan

    penerapan pemeliharaan tersebut akan dapat memperpanjang umur dari

    mesin/peralatan, dan dapat memperkecil frekuensi kerusakan.

    3.2.3. Autonomous maintenance (Pemeliharaan Mandiri)

    Autonomous maintenance atau pemeliharaan mandiri merupakan suatu

    kegiatan untuk dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan

    melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh operator untuk memelihara

    mesin/peralatan yang mereka tangani sendiri. Prinsip-prinsi yang terdapat pada

    lima S, merupakan prinsip yang mendasari kegiatan autonomous maintenance,

    yaitu :

    1. Seiri (clearing up) : Menyingkirkan benda-benda yang tidak diperlukan

    2. Seiton (organazing) : Menempatkan benda-benda yang diperlukan dengan rapi

    3. Seiso (cleaning) : Membersikan peralatan dan tempat kerja

    4. Seikatsu (standarizing) : Membuat standar kebersihan, pelumasan dan inspeksi

    5. Shitsuke (training and discipline) : Meningkatkan skill dan moral

    Autonomous maintenance diimplementasikan melalui 7 langkah yang akan

    membangun keahlian yang dibutuhkan operator agar mereka mengetahui tindakan

    apa yang harus dilakukan.

    Tujuh langkah kegiatan yang terdapat dalam autonomous maintenance adalah :

    1. Membersihkan dan memeriksa (clean and inspect)

    2. Membuat standar pembersihan dan pelumasan

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    3. Menghilangkan sumber masalah dan area yang tidak terjangkau (eliminete

    problem and anaccesible area)

    4. Melaksanakan pemeliharaan mandiri (conduct autonomous maintenance)

    5. Melaksanakan pemeliharaan menyeluruh (conduct general inspection)

    6. Pemeliharaan mandiri secara penuh (fully autonomous maintenance)

    7. Pengorganisasian dan kerapian (organization and tidines)

    3.3. Tugas dan Pelaksanaan Kegiatan Maintenance

    Semua tugas-tugas atau kegiatan daripada maintenance dapat digolongkan

    kedalam salah satu dari lima tugas pokok yang berikut :

    1. Inspeksi (Inspections)

    Kegiatan inpeksi meliputi kegiatan pengecekan dan pemeriksaan secara

    berkalas (routine schedule check) terhadap mesin/peralatan sesuai dengan rencana

    yang bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan selalu mempunyai fasilitas

    mesin/peralatan yang baik untuk menjamin kelancaran proses produksi.

    2.Kegiatan Teknik (Engineering)

    Kegiatan teknik meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru

    dibeli, dan kegiatan pengembangan komponen atau peralatan yang perlu diganti,

    serta melakukan penelitian-penelitian terhadap kemungkinan pengembangan

    komponen atau peralatan, juga berusaha mencegah terjadinya kerusakan.

    3. Kegiatan Produksi

    Kegiatan produksi merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya

    yaitu dengan memperbaiki seluruh mesin/peralatan produksi

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    4. Kegiatan Administrasi

    Kegiatan administrasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan

    pencatatan-pencatatan mengenai biaya-biaya yang terjadi dalam melakukan

    kegiatan pemeliharaan, penyusunan planning dan schedulling, yaitu rencana

    kapan kegitan suatu mesin/peralatan tersebut harus diperiksa, diservice dan

    diperbaiki.

    5. Pemeliharaan Bangunan

    Kegiatan pemeliharaan bangunan merupakan kegiatanyang tidak termasuk

    dalam kegiatan teknik dan produksi dari bagian maintenance.

    3.4. Total Productive Maintenance (TPM)

    3.4.1 Pendahuluan

    Manajemen pemeliharaan mesin/peralatan modern dimulai dengan apa

    yang disebut preventive maintenance yang kemudian berkembang menjadi

    productive maintenance. Kedua metode pemeliharaan ini umumnya disingkat

    dengan PM dan pertama kali diterapkan oleh industri-industri manufaktur di

    Amerika Serikat dan pusat segala kegiatannya ditempatkan satu departemen yang

    disebut maintenance departement.

    Preventive maintenance mulai dikenal pada tahun 1950-an, yang

    kemudian berkembang seiring dengan perkembanagan teknologi yang ada dan

    kemudian pada tahun 1960-an muncul apa yang disebut productive maintenance.

    Total productive maintenance (TPM) mulai dikembangkan pada tahun 1970-an

    pada perusahaan di negara jepang yang merupakan pengembang konsep

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    maintenance yang diterapkan pada perusahaan industri manufaktur Amerika

    Serikat yang disebut Preventive maintenance. Seperti dapat dilihat masa periode

    perkembangan PM di Jepang dimana periode tahun 1950-an juga bisa

    dikatagorikan sebagai periode breakdown maintenance.

    Mempertahankan kondisi mesin/peralatan yang mendukung pelaksanaan

    proses produksi merupakan komponen yang penting dalam pelaksanaan

    pemeliharaan unit produksi. Tujuan pemeliharaan produktif (productive

    maintenance) adalah untuk mencapai apa yang disebut dengan profitable PM.

    3.4.2 Pengertian Total Productive Maintenance (TPM)

    TPM adalah hubungan kerjasama yang erat antara perawatan dan

    organisasi produksi secara menyeluruh bertujuan untuk meningkatkan kualitas

    produksi, mengurangi weast, mengurangi biaya produksi, meningkatkan

    kemampuan peralatan dan pengembangan dari keseluruhan sistem perawatan pada

    perusahaan manufaktur. Secara menyeluruh definisi dari total productive

    maintenance mencakup lima elemen yaitu sebagai berikut :

    1. TPM bartujuan untuk menciptakan suatu sistem preventive maintenance (PM)

    untuk memperpanjang umur penggunaan mesin/peralatan

    2. TPM bertujuan untuk memaksimalkan efektifitas mesin/peralatan secara

    keseluruhan (overall effectiveness).

    3. TPM dapat diterapkan pada berbagai departemen (seperti engineering, bagian

    produksi, bagian maintenance)

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    4. TPM melibatkan semua orang mulai dari tingkatan manajemen tertiggi hingga

    para karyawan/operator lantai produksi.

    5. TPM merupakan pengembangan dari sistem maintenance berdasarkan PM

    melalui manajemen motivasi

    3.4.3. Manfaat dari Total Produtive Maintenance (TPM)

    Manfaat dari studi aplikasi TPM secara sistematik dalam rencana kerja

    jangka panjang pada perusahaan khususnya menyangkut faktor-faktor berikut :

    1. Peningkatan produktivitas dengan menggunakan prinsip-prinsip TPM akan

    meminimalkan kerugian-kerugian pada perusahaan.

    2. Meningkatkan kualitas dengan TPM, meminimalkan kerusakan pada

    mesin/peralatan dan downtime mesin dengan metode terfokus

    3. Waktu delivery ke konsumen dapat ditepati, karena produksi yang tanpa

    gangguan akan lebih mudah untuk dilaksanakan.

    4. Biaya produksi rendah karena rugi dan pekerjaan yang tidak memberi nilai

    tambah dapat dikurangi.

    5. Kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja lebih baik.

    6. Meningkatkan motivasi kerja, karena hak dan tanggung jawab didelegasikan

    oleh setiap orang

    3.5. Analisa Produktivitas : Six Big Losses (Enam Kerugian Besar)

    Kegiatan dan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam TPM tidak hanya

    berfokus pada pencegahan terjadinya kerusakan pada mesin/peralatan dan

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    meminimalkan downtime mesin/peralatan. Akan tetapi banyak faktor yang dapat

    meyebabkan kerugian akibat rendahnya efisiensi mesin/peralatan saja. Rendahnya

    produktivitas mesin/peralatan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan sering

    diakibatkan oleh penggunaan mesin/peralatan yang tidak efektif dan efisien

    terdapat enam faktor yang disebut enam kerugian besar (six big losses). Efisiensi

    adalah ukuran yang menunjukkan bagaimana sebaiknya sumber-sumber daya

    digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output. Efisiensi

    merupakan karakteristik proses mengukur performansi aktual dari sumber daya

    relatif terhadap standar yang ditetapkan. Sedangkan efektivitas merupakan

    karakteristik lain dari proses mengukur derajat pencapaian output dari sistem

    produksi. Efektivitas diukur dari aktual output rasio terhadap output direncanakan.

    Dalam era persaingan bebas saat ini pengukuran sistem produksi yang hanya

    mengacu pada kuantitas output semata akan dapat menyesatkan, karena

    pengukuran ini tidak memperhatikan karakteristik utama dari proses yaitu :

    kapasitas, efisiensi dan efektivitas.

    Menggunakan mesin/peralatan seefisien mungkin artinya adalah

    memaksimalkan fungsi dari kinerja mesin/peralatan produksi dengan tepat guna

    dan berdaya guna. Untuk dapt meningkatkan produktivitas mesin/peralatan yang

    digunakan maka perlu dilakukan analisis produktivitas dan efisiensi

    mesin/peralatan pada six big losses. Adapun enam kerugian besar (six big losses)

    tersebut adalah sebagai berikut :

    1. Downtime (Penurunan Waktu)

    a. Equipment failur/ Breakdowns (Kerugian karena kerusakan peralatan).

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    b. Set-up and adjustment (Kerugian karena pemasangan dan penyetelan).

    2. Speed losses (Penurunan Kecepatan)

    a. Idling and minor stoppages (Kerugian karena beroperasi tanpa beban

    maupun berhenti sesaat).

    b. Reduced speed (Kerugian karena penurunan kecepatan produksi).

    3. Defects (Cacat).

    a. Process defect (Kerugian karena produk cacat maupun karena kerja

    produk diproses ulang).

    b. Reduced yieled losses (Kerugian pada awal waktu produksi hingga

    mencapai waktu produksi yang stabil).

    3.5.1. Equipment failur/ Breakdowns (Kerugian karena kerusakan peralatan)

    Kerusakan mesin/peralatan (equipment failur breakdowns) akan

    mengakibatkan waktu yang terbuang sia-sia yang mengakibatkan kerugian bagi

    perusahaan akibat berkurangnya volume produksi atau kerugian material akibat

    produk yang dihasilkan cacat.

    3.5.2. Set-up and Adjustment Losses (Kerugian karena pemasangan dan

    penyetelan)

    Kerugian karena set-up dan adjustment adalah semua waktu set-up

    termasuk waktu penyesuaian (adjustment) dan juga waktu yang dibutuhkan untuk

    kegiatan-kegiatan mengganti suatu jenis produk ke jenis produk berikutnya untuk

    produksi selanjutnya. Dengan kata lain total yang dibutuhkan mesin tidak

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    berproduksi guna menganti peralatan (dies) bagi jenis produk berikutnya sampai

    dihasilkan produk yang sesuai untuk proses selanjutnya.

    3.5.3. Idling and minor stoppages Losses (Kerugian karena beropersi tanpa

    beban maupun karena berhenti sesaat)

    Kerugian karena beroperasi tanpa beban maupun karena berhenti sesaat

    muncul jika faktor eksternal mengakibatkan mesin/peralatan berhenti berulang-

    ulang atau mesin/peralatan beroperasi tanpa menghasilkan produk.

    3.5.4. Reduced Speed Losses (Kerugian karena penurunan kecepatan operasi)

    Menurunnya kecepatan produksi timbul jika kecepatan operasi aktual lebih

    kecil dari kecepatan mesin yang telah dirancang beroperasi dalamm kecepatan

    normal. Menurunnya kecepatan produksi antaralain disebabkan oleh :

    a. Kecepatan mesin yang dirancang tidak dapat dicapai karena berubahnya jenis

    produk atau material yang tidak sesuai dengan mesin/peralatan yang digunakan

    b. Kecepatan produksi mesin/peralatan menurun akibat operator tidak mengetahui

    berapa kecepatan normal mesin/peralatan sesungguhnya.

    c. Kecepatan produksi sengaja dikurangi untuk mmencegah timbulnya masalah

    pada mesin/peralatan dan kualitas produk yang dihasilkan jika diproduksi pada

    kecepatan produksi yang lebih tinggi.

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    3.5.5. Process Defect Losses (Kerugian karena produk cacat maupun karena

    kerja produk diproses ulang)

    Produk cacat yang dihasilkan akan mengakibatkan kerugian material,

    mengurangi jumlah produksi, limbah produksi meningkat dan biaya untuk

    pengerjaan ulang. Kerugian akibat pengerjaan ulang termasuk biaya tenaga kerja

    dan yang waktu yang dibutuhkan untuk mengolah dan mengerjakan kembali

    ataupun memperbaiki cacat produk cuma sedikit akan tetapi kondisi seperti ini

    bisa menimbulkan masalah yang semakin besar.

    3.5.6. Reduced Yieled Losses ( Kerugian pada awal waktu produksi hingga

    mecapai kondisi produksi yang stabil)

    Reduced yieled losses adalah kerugian waktu dan material yang timbul

    selama waktu yang dibutuhkan oleh mesin/peralatan untuk menghasilkann produk

    baru dengan kualitas produk yang telah diharapkan. Kerugian yang timbul

    tergantung pada faktor-faktor seperti keadaan operasi yang tidak stabil, tidak

    tepatnya penanganan dan pemasangan mesin/pealatan atau cetakan (dies) ataupun

    operator tidak mengerti dengan kegiatan proses produksi yang dilakukan.

    3.6. Overall Equipment Effectiveness (OEE)

    Overall equipment effectiveness (OEE) merupakan produk dari six big

    losses pada mesin/peralatan. Keenam faktor dalam six big losses dapat

    dikelompokkan menjadi tiga komponen utama dalam OEE untuk dapat digunakan

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    dalam mengukur kinerja mesin/peralatan yakni, downtime loses, speed losses dan

    defect losses seperti dapat dilihat pada gambar 3.1

    EQUIPMENT

    Loading Time

    Operating Time

    Do

    wn

    tim

    eL

    os

    es

    s

    Nex OperatingTime

    Sp

    ee

    d L

    os

    es

    s

    ValuableOperating

    Time De

    fec

    t L

    os

    es

    s

    SIX BIG LOSESS

    Equipment failure

    2Setip and adjusment

    3Idding and minor

    Stoppages

    4Reduced speed

    5Defect in process

    6Reduced yield

    1

    CALCULATION OFOVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS

    Availability = Loading time Downtime x 100 Loading time

    (e.g)

    Availability = 460 mins 60 mins x 100 = 87 % 460 mins

    Performance = theoretical cycle time x processed amount x 100Efficiency operating time

    (e.g)

    Performance = 0,5 mins/unit x 400 units x 100 = 50 %Efficiency 400 mins

    Rate of Quality = Processed amount Defect amount x 100Product processed amount

    (e.g)

    Rate of Quality = 400 units 8 units x 100 = 98 %Product 400 units

    Overall Equipment = Availability x Performance Efficiency x Rate of Quality ProductEffectiveness

    Gambar 3.1. Overall Equipment Effectiveness and Goals

    OEE merupakan ukuran menyeluruh yang mengidentifikasikan tingkat

    produktivitas mesin/peralatan dan kinerjanya secara teori. Pengukuran ini sangat

    penting untuk mengetahui area mana yang perlu untuk ditingkatkan produktivitas

    ataupun efisiensi mesin/peralatan dan juga dapat menunjukkan area bottleneck

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    yang terdapat pada lintasan poduksi. OEE juga merupakan alat ukur untuk

    mengevaluasi dan memperbaiki cara yang tepat untuk menjamin peningkatan

    produktivitas penggunaan mesin/peralatan.

    Formula matematis dari overall equipment effectiveness (OEE)

    dirumuskan sebagai berikut :

    OEE = Availability x Performance efficiency x Rate of quality product x 100%

    Kondisi operasi mesin/peralatan produksi tidak akan akurat ditunjukkan

    jika hanya didasari oleh perhitungan satu faktor saja, misalnya performance

    efficiency saja. Dari enam pada six big losses baru minor stoppages saja yang

    dihitung pada performance efficiency mesin/peralatan. Keenam faktor dala six big

    losses harus diikutkan dalam perhitungan OEE, kemudian kondisi aktual dari

    mesin/peralatan dapat dilihat secara akurat.

    3.6.1. Availability

    Availability merupakan rasio operation time terdapat waktu loading time-

    nya. Sehingga dapat menghitung availability mesin dibutuhkan nilai dari :

    a. Operation time

    b. Loading time

    c. Downtime

    Nilai availability dihitung dengan rumus sebagai berikut :

    Avaibility = timeloadingtimeoperation x 100%

    Avaibility = timeloading

    timedowntimeloading x 100%

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    Loading time adalah waktu yang tersedia (availability) per hari atau per

    bulan dikurang dengan waktu downtime mesin direncanakan (planned downtime)

    Loading time = Total availability Planned downtime

    Planned downtime adalah jumlah waktu downtime mesin untuk

    pemeliharaan (scheduled maintenance) atau kegiatan manajemen lainnya.

    Operation time merupakan hasil pengurangan loading time dengan waktu

    downtime mesin (non-operation time), dengan kata lain operation time adalah

    waktu operasi tesedia (availability time) setelah waktu downtime mesin keluarkan

    dari total availability time yang direncanakan. Downtime mesin adalah waktu

    proses yang seharusnya digunakan mesin akan tetapi karena adanya gangguan

    pada mesin/peralatan (aquipment failures) mengakibatkan tidak ada output yang

    dihasilkan. Downtime meliputi mesin berhenti beroperasi akibat kerusakan

    mesin/peralatan, penggantian cetakan (dies), pelaksanaan prosedur setup dan

    adjesment dan lain-lainnya

    3.6.2. Performance Efficiency

    Performance afficiency merupakan hasil perkalian dari operation speed

    rate dan net operation rate, atau rasio kuantitas produk yang dihasilkan dikalikan

    dengan waktu siklus idealnya terhadap waktu yang tersedia yang melakuakn

    proses produksi (operation time).

    Operation speed rate merupakan perbandingan antara kecepatan ideal

    mesin berdasarkan kapasitas mesin sebenarnya (theoretical/ideal cycle time)

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    dengan kecepatan aktual mesin (actual cycle time). Persamaan matematiknya

    ditunjukkan sebagai berikut :

    time cycle actual

    time cycle ideal rate speedOperation =

    time operationtime processing actual rate operation Net =

    Net operation rate merupakan perbandingan antara jumlah produk yang

    diproses (processes amount) dikali actual cycle time dengan operation time. Net

    operation time berguna untuk menghitung rugi-rugi yang diakibatkan oleh minor

    stoppages dan menurunnya kecepatan produksi (reduced speed)

    Tiga faktor penting yang dibutuhkan untuk menghitung performance efficiency :

    1. ideal cycle ( waktu siklus ideal/waktu standar)

    2. Processed amount (jumlah produk yang diproses)

    3. Operation time (waktu operasi mesin)

    Perfomance efficiency dapat dihitung sebagai berikut :

    Perfomance efficiency = net operating x operating cycle time

    timecycleactualtimecycleideal

    timeoperatingcycletimeactualamountprocessed xx

    Performance efficiency = timeoperating

    timecycleidealamountprocessed x

  • Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

    3.6.3. Rate of quality product

    Rate of quality product adalah rasio jumlah produk yang lebih baik

    terhadap jumlah total produk yang diproses. Jadi rate of quality product adalah

    hasil perhitungan dengan menggunakan dua faktor berikut :

    a. processed amount (jumlah produk ya