Penerapan Teknik Latihan Fisik
-
Upload
j-tr-zainal-style-enjoy -
Category
Documents
-
view
60 -
download
11
Transcript of Penerapan Teknik Latihan Fisik
PENERAPAN TEKNIK LATIHAN FISIK ( JALAN KAKI )
PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS TERHADAP
PENINGKATAN LAJU FILTRASI GLUMERULUS DAN
KONSUMSI OKSIGEN TIAP SATUAN WAKTU (VO2)
DI RUANG MARWAH 4 RSU HAJI SURABAYA
OLEH:
FARIDATUL ISTIBSAROH
NIM. 08600019
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2012
“CHRONIC KIDNEY DISEASE (GAGAL GINJAL KRONIS)”
1. Pengertian
Merupakan penyakit ginjal tahap akhir
Progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang
mengakibatkan penumpukan sisa metabolit (Toksik uremik) karena adanya
penurunan fungsi glomerolus akibat banyaknya nefron yang rusak sehingga
ginjal tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal. Toksik uremik
adalah bahan yang dituduh sebagai penyebab sindrom klinik uremia. Toksik
uremik yang telah diterima adalah : H2O, Na, K, H, P anorganik dan PTH
Renin. Sedangkan yang belum diterima adalah : BUN, Kreatinin, asam
Urat, Guanidin ( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448).
2. Etiologi
Menurut (Price, 2005) penyebab dari gagal ginjal kronik antara lain :
Klasifikasi Penyakit Penyakit
Penyakit infeksi dan peradangan Pielonefritis kronik Glomerulonefritis
Penyakit vaskuler hipertensif Nefrosklerosis benigna Nefrosklerosis maligna Stenosis arteri renalis
Gangguan jaringan penyambung Lupus eritematosus sistemik Poliartritis nodusa Sklerosis sistemik progresif
Gangguan kongenital dan herediter Penyakit ginjal polikistik Asidosis tubulus ginjal
Penyakit metabolik Diabetes Melitus Gout Disease Hipertiroidisme
Nefropati toksi Penyalahgunaan analgesic Nefropati timbale
Nefropati obstruksi Saluran kemih bagian atas: kalkuli, neoplasma, fibrosis retroperineal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomali leher kandung kemih dan uretra.
3. Manifestasi Klinis
Menurut Nursalam (2006), manifestasi klinis yang terjadi :
a. Gastrointestinal : ulserasi saluran pencernaan dan perdarahan.
b. Kardiovaskuler : hipertensi, perubahan EKG, perikarditis, efusi pericardium,
tamponade pericardium.
c. Respirasi : edema paru, efusi pleura, pleuritis.
d. Neuromuskular : lemah, gangguan tidur, sakit kepala, letargi, gangguan
muskular, neuropati perifer, bingung dan koma.
e. Metabolik/ endokrin : inti glukosa, hiperlipidemia, gangguan hormon seks
menyebabkan penurunan libido, impoten dan ammenore.
f. Cairan-elektrolit : gangguan asam basa menyebabkan kehilangan sodium
sehingga terjadi dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipermagnesemia,
hipokelemia.
g. Dermatologi : pucat, hiperpigmentasi, pluritis, eksimosis, uremia frost.
h. Abnormal skeletal : osteodistrofi ginjal menyebabkan osteomalaisia.
i. Hematologi : anemia, defek kualitas flatelat, perdarahan meningkat.
j. Fungsi psikososial : perubahan kepribadian dan perilaku serta gangguan
proses kognitif.
4. Klasifikasi
Berdasarkan perjalanan klinis, gagal ginjal dapat dibagi menjadi tiga stadium
(Suharyanto dan Madjid, 2009), yaitu :
1) Stadium I, dinamakan penurunan cadangan ginjal
Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal, dan penderita
asimptomatik. Gangguan fungsi ginjal hanya dapat diketahui dengan tes
pemekatan kemih dan tes GFR yang teliti.
2) Stadium II, dinamakan insufisiensi ginjal
Pada stadium ini dimana lebih dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak.
GFR menurun menjadi 20 ml/menit (normal : 100-120 ml/menit)l. Kadar
BUN dan kreatinin serum mulai meningkat dari normal. Gejala-gejala
nokturia atau sering berkemih di malam hari sampai 700 ml dan poliuria
(akibat dari kegagalan pemekatan) mulai timbul.
3) Stadium III, dinamakan gagal ginjal stadium akhir atau uremia
Sekitar 90 % dari massa nefron telah hancur atau rusak, atau hanya sekitar
200.000 nefron saja yang masih utuh. Nilai GFR hanya 10 % dari keadaan
normal. Kreatinin serum dan BUN akan meningkat dengan mencolok. Gejala-
gejala yang timbul karena ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan
homeostasis cairan dan elektrolit dalam tubuh, yaitu : oliguri karena
kegagalan glomerulus, sindrom uremik.
5. Web Of Caution (WOC)
6. Pemeriksaan Diagnostik
a) URIN
- Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tak ada (anuria)
- Warna: secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus,
bakteri, lemak, kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb, mioglobin.
- Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat
- Osmolalitas: kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan ginjal
tubular dan rasio urin/serum sering 1:1
- Klirens kreatinin: mungkin agak menurun
- Natrium : lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi
natrium
- Protein: Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkan kerusakan
glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
b) DARAH
- BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir
- Ht : menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl
- SDM: menurun, defisiensi eritropoitin
- GDA: asidosis metabolik, pH kurang dari 7,2
- Natrium serum : rendah
- Kalium: meningkat
- Magnesium: Meningkat
- Kalsium: menurun
- Protein (albumin) : menurun
c) Osmolalitas serum: lebih dari 285 mOsm/kg
d) Pelogram retrograd: abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
e) Ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya masa , kista, obstruksi
pada saluran perkemihan bagian atas
f) Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu,
hematuria dan pengangkatan tumor selektif
g) Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskular, masa
h) EKG: ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa (Doenges, 2000, hal 628)
7. Penatalaksanaan
8. Kesimpulan
a) Latihan fisik (jalan kaki) bisa di aplikasikan pada pasien gagal ginjal
kronis stadium ….. yang sedang dirawat di Marwah 4 RSU Haji Surabaya
karena
b)
Latihan Fisik (Jalan Kaki) ; dengan sistem duduk-jalan tiap 6 menit selama
30 menit ; 3x/minggu; 3-12 bulan
Terbukanya kapiler paru Filamen aktin dan myosin meningkat di
masing2 serat otot
Peningkatan Asam amino
Luas permukaan difusi oksigen bertmabah dari alveolus ke dalam darah
Pecah; shg tjd peningkatan
simpanan trigliserida 75-100%
Pemisahan myofibril membentuk myofibril baru
Peningkatan enzim mitokondria hingga 120%
Peningkatan Laju Filtrasi Glumerulus
(LFG)
Peningkatan reabsorpsi asam amino dan natrium
di tubulus proximal
Di reabsorpsi di tubulus proximal melalui transport
natrium
Bebas di dalam darah
Peningkatan Konsumsi O2 per
satuan waktu (VO2)
Peningkatan metabolisme
oksidatif
Kapasitas difusi O2
meningkat
Ada energi untuk
beraktivitas
Hipertrofi otot ( meningkatkan massa otot total)
Peningkatan Adenosin Trifosfat (ATP)
Tidak ada kelemahan
pada individu
Kekuatan otot rangka
meningkat