Penerapan Sistem Informasi Manajemen Pada Badan Amil Zakat...
Transcript of Penerapan Sistem Informasi Manajemen Pada Badan Amil Zakat...
Penerapan Sistem Informasi Manajemen Pada Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) Dalam Peningkatan Akuntabilitas dan Mutu
Pengelolaan Zakat, Infaq dan Sedekah
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Mochammad Rizki Bayu
NIM: 1111053000014
KONSENTRASI MANAJEMEN ZISWAF
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
i
ABSTRAK
Mochammad Rizki Bayu, Penerapan Sistem Informasi Manajemen Pada
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Dalam Peningkatan Akuntabilitas
dan Mutu Pengelolaan Zakat, Infaq dan Sedekah, dibawah Bimbingan Drs.
Nurul Jamali, M.Si
Arus perkembangan dan kemajuan di bidang teknologi informasi yang kini
semakin pesat akan memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mengakses
informasi seluas-luasnya di era keterbukaan informasi publik saat ini. Sistem
Informasi Manajemen merupakan sebuah sarana informasi yang difasilitasi
BAZNAS bagi masyarakat untuk mengoptimalkan sisi pengawasan terhadap
BAZNAS sebagai lembaga publik serta memperoleh informasi secara jelas, akurat
dan transparan seputar pengelolaan zakat, infaq dan sedekah.
Penelitian ini bersifat kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan
bagaimana implikasi dari diterapkannya Sistem Informasi Manajemen sebagai
upaya peningkatan Akuntabilitas dan Mutu Pengelolaan zakat, infaq dan sedekah
pada BAZNAS. Disamping itu juga diuraikan faktor-faktor pendukung dan
penghambat pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen dalam pengelolaan zakat,
infaq dan sedekah. Data penelitian ini diperoleh melalui sejumlah pertanyaan yang
diajukan dalam wawancara langsung dengan pihak-pihak terkait, baik muzakki,
mustahik maupun pengurus BAZNAS. Peneliti juga melakukan observasi
terhadap objek yang diteliti yakni Sistem Informasi Manajemen BAZNAS.
Hasil temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa BAZNAS telah
melakukan upaya-upaya untuk peningkatan akuntabilitas dan transparansi dalam
pengelolaan ZIS, yakni dengan menyajikan informasi yang terbuka kepada publik
tentang pengelolaan ZIS yang dapat diakses oleh masyarakat melalui website dan
muzakki corner untuk yang telah terdaftar sebagai muzakki BAZNAS. Dengan
bantuan Sistem Informasi Manajemen, pengelolaan ZIS yang dilakukan BAZNAS
menjadi lebih efektif dan efisien. Meskipun demikian, dalam pelaksanaannya
BAZNAS terus mengupayakan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap
sistem tersebut agar pelayanannya dapat lebih optimal.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga tugas akhir skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Shalawat beriring salam semoga tercurah limpahkan
kepada qudwah hasanah Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga, sahabat, dan
para pengikutnya yang istiqomah dalam memegang teguh risalahnya dan
menjalankan sunnah-sunnahnya.
Tahapan demi tahapan dalam penulisan skripsi ini telah dilalui demi
tersusunnya sebuah karya ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan secara
akademis dan dirasakan manfaatnya. Penulis sepenuhnya menyadari bahwa dalam
penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan, baik dalam teknik penulisannya
maupun penyajiannya. Dalam penyusunan karya ilmiah ini tentu tidak lepas dari
dukungan berbagai pihak, baik yang berhubungan secara langsung maupun tidak
langsung.
Dengan demikian dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada berbagai pihak yang telah
membantu penulis, diantaranya:
1. Bapak Dr. Arif Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Bapak Suparto, M.Ed., Ph.D., selaku Wakil Dekan I,
Ibu Dr. Hj. Roudhonah, MA. selaku Wakil Dekan II, Bapak Dr. Suhaimi,
M.Si. selaku Wakil Dekan III.
2. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA. selaku Ketua Jurusan Manajemen
Dakwah dan Bapak Mulkanasir, B.A, S.Pd, MM., selaku Sekretaris
Jurusan Manajemen Dakwah yang telah memberikan banyak saran
masukan dalam tahap penulisan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Nurul Jamali, M.Si. selaku pembimbing dalam penulisan
skripsi ini, yang telah bersedia meluangkan banyak waktunya untuk
berdiskusi kepada penulis serta memberikan motivasi penulis agar terus
berusaha dalam menggali dan menemukan esensi dari tema yang ditelaah
pada skripsi ini.
iii
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
mentransfer ilmu dan pengalamannya kepada penulis. Staff TU Pusat dan
Fakultas yang telah membantu penulis dalam melengkapi kebutuhan
administrasi.
5. Para pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah, dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah menyediakan berbagai referensi buku, karya ilmiah
maupun jurnal sehingga memudahkan penulis dalam penyelesaian skripsi
ini.
6. Segenap pengurus BAZNAS yang telah membantu penulis dalam
memperoleh data dalam penelitian ini, khusus kepada Bapak Ahmad Setio
Adinugroho (Kepala bagian Informasi dan Teknologi), Ibu Dwi Nuraini
(Bagian Perencanaan dan Pengembangan), Bapak Agus Siswanto
(Manajer Divisi Penghimpunan). Serta karyawan lainnya yang tidak
disebutkan satu-persatu.
7. Kepada kedua orangtua tercinta, Ibu Rosilawati dan Bapak Suwardi
Atmoredjo sebagai penyulut semangat belajar bagi penulis. Terima kasih
atas segala do’a, kesabaran, jerih payah, serta nasihatnya yang tiada pernah
lepas mengiringi penulis untuk menggapai cita-cita. Mohon maaf atas
keterlambatannya dalam menyelesaikan studi ini. Serta untuk Adikku,
Muhammad Alfiansyah Bayu Sakti, yang telah memberikan dukungan
moril.
8. Rekan-rekan seperjuangan Manajemen Dakwah 2011, konsentrasi
ZISWAF, LKS dan MHU. Terima kasih atas kontribusi pemikiran, sharing
pengalaman serta persahabatan yang terjalin selama ini, semoga kita
semua dapat meraih segala yang dicita-citakan.
9. Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Tangerang
Selatan. Menjadi bagian dari organisasi ini adalah suatu kesyukuran,
terimakasih kepada kawan-kawan yang telah ikut membersamai saya
selama 4 tahun berada di organisasi ini.
iv
10. Karya ini saya dedikasikan untuk kakak tercinta, Almh. Amalia Imaniar Al
wa’asi yang telah memberikan pelajaran hidup yang berarti kepada
penulis, bahwa segala sesuatunya membutuhkan perjuangan dan
pengorbanan yang tidak sedikit. Semoga segala amal kebaikanmu diterima
disisi Allah SWT.
Akhirnya, semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal
kepada mereka atas segala upaya yang dilaksanakannya. Sebagai bentuk
sumbangsih keilmuan yang penulis dapati selama menempuh studi S1,
penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat, khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Aamiin Ya Rabbal ’Alamin
Jakarta, 30 September 2015
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah......................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 8
D. Metodologi Penelitian ................................................................ 9
E. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 14
F. Sistematika Penulisan .............................................................. 15
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Sistem Informasi Manajemen
1. Pengertian Sistem Informasi Manajemen .......................... 18
2. Karakteristik Sistem Informasi Manajemen....................... 20
3. Fungsi Sistem Informasi Manajemen................................. 20
4. Sintesis Struktur Sistem Informasi Manajemen ................. 21
B. Akuntabilitas
1. Pengertian Akuntabilitas .................................................... 22
2. Ukuran-ukuran Akuntabilitas ............................................. 26
3. Akuntabilitas Pengelolaan Zakat ....................................... 28
C. Mutu Pengelolaan Zakat, Infaq dan Sedekah
1. Pengertian Mutu ................................................................. 31
2. Pengertian Pengelolaan ...................................................... 33
3. Pengertian Zakat................................................................. 35
4. Pengertian Infaq ................................................................. 36
5. Pengertian Sedekah ............................................................ 37
D. Tujuan dan Asas Hukum Pengelolaan Zakat, Infaq dan
Sedekah
1. Tujuan Pengelolaan Zakat, Infaq dan Sedekah ................... 39
2. Asas Hukum Pengelolaan Zakat, Infaq dan Sedekah ........... 41
BAB III GAMBARAN UMUM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
(BAZNAS)
A. Sejarah Berdirinya BAZNAS ..................................................... 43
B. Landasan Hukum BAZNAS ................................................... 44
C. Visi dan Misi BAZNAS .......................................................... 46
D. Fungsi dan Tugas PokokBAZNAS ......................................... 47
vi
E. Struktur Organisasi BAZNAS ................................................ 48
F. Program Kerja BAZNAS ........................................................ 48
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Implikasi Sistem Informasi Manajemen dalam Peningkatan
Akuntabilitas dan Mutu Pengelolaan ZIS pada BAZNAS ....... 56
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Sistem
Informasi Manajemen BAZNAS dalam Pengelolaan Zakat,
Infaq, dan Sedekah .................................................................. 66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 70
B. Saran ......................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 73
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara demografik dan kultural, bangsa Indonesia, khususnya
masyarakat muslim Indonesia sebenarnya memiliki potensi strategis yang
layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan pendapatan,
yaitu institusi zakat, infak, dan sedekah (ZIS). Zakat, infak, dan sedekah
adalah sebagian dari mekanisme agama yang berintikan semangat
pemerataan pendapatan. Oleh karenanya penduduk Indonesia yang
mayoritas beragama Islam dan secara kultural diwajibkan untuk berzakat,
pun demikian halnya dorongan untuk berinfak dan bersedekah di jalan
Allah telah mengakar kuat dalam tradisi kehidupan masyarakat di
Indonesia.
Zakat memiliki peranan yang sangat strategis dalam upaya
pengentasan kemiskinan atau pembangunan ekonomi. Hal tersebut berbeda
dengan sumber keuangan untuk pembangunan yang lain, zakat tidak
memiliki dampak balik apapun kecuali ridha dan mengharap pahala dari
Allah semata. Namun demikian, bukan berarti mekanisme zakat tidak ada
sistem kontrolnya.
Nilai strategis zakat dapat dilihat melalui, Pertama, zakat
merupakan panggilan agama. Ia merupakan cerminan dari keimanan
seseorang. Kedua, sumber keuangan zakat tidak akan pernah berhenti.
2
Artinya seorang yang membayar zakat tidak akan pernah habis dan yang
telah membayar setiap tahun atau periode waktu yang lain akan terus
membayar. Ketiga, zakat secara empirik dapat menghapuskan kesenjangan
sosial dan sebaliknya dapat menciptakan redistribusi aset dan pemerataan
pembangunan.1
Nilai-nilai zakat tersebut dapat mendatangkan manfaat bagi
golongan mampu (wajib zakat), ataupun bagi mustahik (khususnya
golongan miskin). Dengan nilai zakat tersebut bagi mustahik dapat
mengubah kehidupan mereka yaitu untuk meringankan beban biaya hidup,
menjadikan kuat berusaha dengan modal dari zakat, juga memberikan
suatu kesadaran penggunaan dana zakat, serta dapat mengembangkan etos
kerja. Sedangkan untuk para muzakki nilai tersebut menjadikan diri bersih,
menimbulkan kesadaran terhadap golongan yang tidak mampu dan
menimbulkan ketenangan dalam hidup, karena kewajiban itu (zakat) telah
terpenuhi.2
Sebagaimana yang kita ketahui, negara Indonesia ini merupakan
negara dengan jumlah masyarakat muslim yang mayoritas. Namun,
sayangnya belum dapat mengoptimalkan potensi zakat yang ada di
dalamnya. Penyebabnya memang beraneka ragam, selain ketersediaan
infrastruktur sebagai upaya pengumpulan dana zakat, persoalan mengenai
1 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), (Yogyakarta: UII
Press, 2005.Cet 2), h.189-190 2 M. Djamal Doa,Membangun Ekonomi Umat Melalui Pengelolaan Zakat Harta,
(Jakarta: Nuansa Madani, 2001), h. 28
3
pemahaman masyarakat yang masih kurang terhadap pentingnya zakat
juga perlu dikembangkan kembali.
Berkaitan dengan hal tersebut sebagai upaya meningkatkan kinerja
dalam mengoptimalkan penghimpunan zakat, maka pengelolaan zakat
dilakukan oleh suatu wadah yaitu Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
yang merupakan suatu badan bentukan pemerintah bersifat non struktural
yang terdiri dari unsur masyarakat dan pemerintah, dan bertugas
melakukan pengelolaan zakat secara nasional sebagaimana yang termaktub
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011.3
BAZNAS dibentuk sebagai badan yang bertugas mengumpulkan,
mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat dengan menggunakan
konsep amil zakat yang profesional, amanah, dan terpercaya sesuai dengan
ketentuan agama dengan tujuan pengelolaan zakat dapat terlaksana dengan
baik dan hikmah zakat itu sendiri dapat dirasakan oleh masyarakat,
sehingga tercapai kesejahteraan umat seperti yang dicita-citakan bangsa.
Keberadaan institusi ini diharapkan berjalan dengan kegiatannya
masing-masing guna meningkatkan efektifitas pengumpulan dan
pengalokasian dana zakat untuk mencapai sasaran yang ditargetkan.
Disamping itu Badan Amil Zakat Nasional sebagaimana diamanatkan
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 yaitu sebagai koordinator
zakat secara nasional yang menaungi badan-badan amil zakat di tingkat
Provinsi, Kabupaten/Kota, dan juga Lembaga Amil Zakat (LAZ).
3Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat
4
Sejalan dengan itu arus perkembangan dan kemajuan di bidang
teknologi informasi kini semakin pesat yang dapat memberikan akses
informasi secara terbuka bagi setiap orang. Dengan kemajuan teknologi
informasi tersebut, turut mempermudah BAZNAS dalam pelaksanaan
pengelolaan ZIS yang sistematis dan terintegrasi. Hadirnya teknologi
informasi ini pun turut memudahkan masyarakat dalam mengakses
informasi seluas-luasnya. Maka hal ini merupakan suatu keharusan bagi
setiap badan atau lembaga pemerintahan agar menyajikan informasi publik
yang tepat dan akurat sebagai upaya mewujudkan penyelanggara Negara
yang baik, transparan dan akuntabel.
Menurut Sondang. P Siagian dalam bukunya Sistem Informasi
Manajemen, dikemukakan bahwa semakin pentingnya peranan informasi
dalam pengelolaan suatu organisasi dalam lingkungan masyarakat
informasional merupakan “produk” sebab-akibat. Faktor pemicunya ialah
makin majunya masyarakat karena berbagai faktor seperti pendidikan,
demokratisasi politik, pembangunan ekonomi yang membawa serta
berbagai macam permasalahan yang bentuk, jenis, dan respon yang
diberikan oleh pakar, ilmuan, dan ahli teknologi yang berupaya untuk
menciptakan berbagai instrumen baru untuk memecahkan berbagai
permasalahan baru tersebut karena lama dirasakan dan bahkan ternyata
tidak ampuh lagi.4
4Sondang P. Siagian, Sistem Informasi Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.15
5
Untuk menentukan bentuk proses yang ideal bagi birokrasi
tradisional dengan menggunakan sistem informasi manajemen, maka pola
formalisasi kompleksitas dan sentralisasi ditekan seminimal mungkin
sehingga tidak terjadi duplikasi dan tumpuh tindih kebijakan. Karena
proses informasi manajemen merupakan proses spesialisasi informasi,
yang selalu berperan untuk pengembangan dalam sistem berbasis
komputer. Peralatan teknologi komputer tidak akan berfungsi dengan
optimal apabila hanya menggunakan pendekatan tradisional, karena
komputer diciptakan sebagai alat bantu manajemen untuk meningkatkan
kecepatan informasi.5
Dalam hal integrasi pengelolaan zakat, Undang-Undang No.23
Tahun 2011 memberikan amanah kepada BAZNAS sebagai koordinator
zakat nasional. Dengan adanya amanah tersebut, BAZNAS kemudian
berupaya membuat sebuah sistem informasi manajemen yang dapat
membantu operasional BAZNAS (pusat, provinsi, kabupaten/kota) dan
LAZ dalam sistem informasimanajemen yang bisa menghasilkan laporan
yang berjenjang dari kabupaten/kota ke provinsi, dari provinsi ke pusat,
dan dari pusat ke Presiden melalui Kementerian Agama.6
Sebuah langkah tepat yang telah diambil sehingga pada tanggal 3
Oktober 2013, BAZNAS mengembangkan sebuah teknologi manajemen
informasi yang berbasis jaringan internet bernama SIMBAZNAS. Sistem
5Ahmad Nidjam dan Alatief Hanan, Manajemen Haji, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2001), h.
172 6http://pusat.baznas.go.id/berita-utama/1-tahun-baznas-telah-kembangkan-simba/ diakses
pada tanggal 15 Maret 2015 Pukul. 22.28
6
Manajemen informasi BAZNAS (SIMBAZNAS) lahir dan diawali dengan
membangun master plan IT pada bulan November 2011-Januari 2012.
Dalam rancangan tersebut, sistem informasi di BAZNAS dibangun baik
dari teknologinya, ruang lingkupnya, input maupun output-nya. Setelah
itu, dibuatlah standard operating procedure (SOP)-nya. Targetnya adalah
agar sebuah sistem dapat meng-integrasi data BAZNAS pusat dan
BAZNAS di seluruh Indonesia dengan cara yang efektif, singkat serta
terjangkau ke seluruh daerah. Maka SIMBAZNAS dapat dipergunakan
oleh BAZNAS di seluruh Indonesia sebagai standar operasional lembaga
zakat dan pelaporan zakat nasional.7
Pada dasarnya Sistem Informasi Manajemen menghasilkan
informasi untuk memantau kinerja, memelihara koordinasi dalam proses
organisasi. Selain itu, SIM disebut juga jaringan prosedur pengolahan data
yang dikembangkan dalam suatu sistem terintegrasi dengan maksud
memberikan informasi yang bersifat intern maupun ekstern.
Berdasarakan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti
permasalahan dalam penelitian ini yang kemudian akan dimuat dalam
tulisan (Karya Ilmiah) dengan judul: “Penerapan Sistem Informasi
Manajemen Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Dalam
Peningkatan Akuntabilitas dan Mutu Pengelolaan Zakat, Infaq dan
Sedekah”
7http://pusat.baznas.go.id/berita-utama/1-tahun-baznas-telah-kembangkan-simba/ diakses
pada tanggal 15 Maret 2015 Pukul. 22.28
7
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah merupakan usaha untuk menetapkan batasan-
batasan dari masalah penelitian yang akan diteliti. Batasan-batasan ini
berguna untuk mengidentifikasi faktor mana saja yang tidak termasuk
ruang lingkup masalah penelitian.8
Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas dan fokus
pada permasalahan yang akan dibahas, serta demi mencapai hasil yang
tepat sasaran dan sesuai dengan yang diharapkan, maka penulis membatasi
masalahdalam pembahasan penelitian ini mengenai implikasi dari Sistem
Informasi Manajemen yang diterapkan Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) Dalam Peningkatan Akuntabilitas dan Mutu Pengelolaan
Zakat, Infaq dan Sedekah.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari pembatasan masalah diatas, maka secara spesifik
perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana implikasi dari Sistem Informasi Manajemen
BAZNAS dalam peningkatan akuntabilitas dan mutu
pengelolaan zakat, infaq dan sedekah ?
b. Apa saja faktor pendukung dan penghambat penerapan Sistem
Informasi Manajemen BAZNAS dalam pengelolaan zakat,
infaq dan sedekah ?
8Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial. (Jakarta:
Bumi Aksara, 2006), h.23
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan diatas, maka penelitian ini
bertujuan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui implikasi Sistem Informasi Manajemen
BAZNAS dalam peningkatan akuntabilitas dan mutu pengelolaan
zakat, infaq dan sedekah
b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat penerapan
Sistem Informasi Manajemen BAZNAS dalam pengelolaan dana
zakat, infaq dan sedekah
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini antara
lain sebagai berikut:
a. Dari segi akademis.
1) Sebagai bentuk kontribusi pemikiran dan pengembangan
khazanah pengetahuan bagi pembaca berkaitan dengan dunia
perzakatan nasional.
2) Dapat menjadi masukan dan saran bagi sivitas akademika,
serta dapat menjadi penambahan literatur dan pembanding
dengan penelitian-penelitian selanjutnya.
9
b. Dari segi Praktis
1) Penelitian ini dapat memberikan wawasan baru bagi penulis
mengenai Sistem Informasi Manajemen yang diterapkan
BAZNAS dalam pengelolaan zakat, infaq dan sedekah.
2) Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk lebih
mengoptimalkan dalam penerapan Sistem Informasi
Manajemen BAZNAS.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam pembahasan skripsi ini metode penelitian yang digunakan
adalahjenis penelitian kualitatif melalui pendekatan deskriptif analisis.
Yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis dari sumber-sumber yang diperoleh dari hasil
penelitian dengan pengamatan langsung yang bersifat interatif dan
memaparkan sesuai data yang didapat.9
Penelitian ini hendak mengkaji Implikasi dari Penerapan Sistem
Informasi Manajemen Dalam Peningkatan Akuntabilitas dan Mutu
Pengelolaan ZIS dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus alamiah dan dengan memanfaatkan
metode alamiah.
9 S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tasiti, 1989), h. 9
10
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek Penelitian adalah orang atau kelompok yang dinilai dapat
memberikan informasi kepada peneliti, yaitu Pengurus Badan Amil Zakat
Nasional, Muzakki dan Mustahik Badan Amil Zakat Nasional. Sedangkan
objek penelitian ini adalah Implikasi dari Sistem Informasi Manajemen
Badan Amil Zakat Nasional dalam peningkatan akuntabilitas dan mutu
pengelolaan zakat, infaq dan sedekah.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Amil Zakat Nasional
yang beralamat di Jl. Kebon Sirih No. 57 Jakarta Pusat.Pemilihan lokasi
penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive). Pengambilan data
penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2015 - Agustus 2015.
4. Jenis dan Sumber data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari
mana data dapat diperoleh. Data dalam penelitian digolongkan menjadi
data primer dan data sekunder yang diklasifikasikan sebagai berikut:10
a. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan secara langsung dari
sumber pertama atau dari individuseperti hasil wawancara yang
bisa dilakukan peneliti.11
Dalam memperoleh data primer ini,
peneliti melakukannya dengan wawancara langsung dengan pihak-
pihak yang terkait dalam penelitian ini diantaranya pengurus/amil,
muzakki, dan mustahik BAZNAS.
10
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 129 11
Dergibson Siagian dan Sugiarto, Metode Statistik untuk Bisnis dan Ekonomi, (Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), h.16
11
b. Data sekunder, yaitu data primer yang diperoleh dari pihak lain
atau data primer yang diolah lebih lanjut dan disajikan oleh
pengumpulan data primer atau oleh pihak lain.12
Data sekunder
diambil dari buku-buku, jurnal, internet, data penelitian terdahulu
dan sumber-sumber tertulis lainnya yang semuanya dapat
mendukung penelitian ini.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penyusunan skripsi ini dibutuhkan data-data serta informasi
yang relatif lengkap sebagai bahan yang dapat mendukung kebenaran
uraian teori dan pembahasan. Proses pengumpulan data dapat dilakukan
dengan teknik-teknik tertentu. Teknik yang dipilih dan digunakan dalam
proses pengumpulan data tergantung pada sifat penelitian yang dilakukan.
Adapun teknik yang peneliti gunakan dalam mengumpulkan data-data
adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti.13
Penelitian ini dilakukan
dengan mengumpulkan data dan informasi dengan cara meninjau
dan mengamati langsung proses pengelolaan dana ZIS pada
BAZNAS dari proses penghimpunan, penyaluran sampai dengan
pencatatan laporan.Adapun tujuan melakukan observasi adalah
sebagai berikut:
12
Dergibson Siagian dan Sugiarto, Metode Statistik... h. 16 13
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2003), Cet. Ke-4 h. 53
12
1. Mengamati proses pendataan muzakki dan proses
pendataan mustahik;
2. Melihat model transaksi dari penghimpunan dan
penyaluran ZIS;
3. Mengetahui bentuk pertanggungjawaban berupa laporan
sebagai wujud akuntabilitas.
b. Wawancara (Interview)
Wawancara atau interview yaitu metode pengumpulan data dengan
jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan
berlandaskan kepada tujuan penelitian. Wawancara ini dilakukan
secara langsung pada bagian divisi perencanaan dan pengembangan
dengan sekelompok individu yang berada di dalamnya.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, buku, majalah, notulen, rapat, dan lain
sebagainya.14
Dalam hal ini peneliti dapat memperoleh dari arsip-
arsip dokumentasi BAZNAS seperti profil lembaga, landasan
hukum, visi dan misi, program, laporan keuangan dan sistem yang
sedang berjalan.
6. Teknik Analisa Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskripsi dengan pendekatan kualitatif, yaitu suatu teknik analisis data;
14
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian.. h. 206
13
dimana penulis menyusun secara sistematis, data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting
dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.15
Dengan kata lain penulis
berusaha untuk menggambarkan objek penelitian apa adanya sesuai
dengan kenyataan.
Sedangkan mengenai pekerjaan analisa data disini adalah
mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode dan
mengkategorikannya. Adapun langkah analisis data yang peneliti lakukan
adalah sebagai berikut:
1. Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu
wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan
lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan
lain sebagainya.
2. Mengadakan reduksi data (memilah hal-hal pokok yang sesuai
dengan fokus penelitian) yang dilakukan dengan jalan
melakukan abstraksi yang merupakan usaha membuat
rangkuman dengan tetap menjaga yang inti, proses dan
pernyataan yang ada;
3. Menyusun data hasil reduksi dalam satuan-satuan;
15
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), cet. Ke-13, h. 244
14
4. Memeriksa keabsahan data dengan metode triangulasi,
melakukan penafsiran data dalam mengelola hasil sementara
menjadi teori substansif.
7. Teknik Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis merujuk pada “Pedoman
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh
CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif
Hidayatulllah Jakarta.16
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum menelaah lebih jauh mengenai pembahasan penelitian ini,
ada beberapa penelitian terdahulu yang mengangkat topik pembahasan
yang semisal dengan penelitian kali ini. Namun tentunya ada sudut
perbedaan dalam ruang lingkup pembahasan maupun obyek kajian dalam
penelitian ini. Adapun penelitian tersebut diantaranya sebagai berikut:
1) Analisis Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah pada Badan Amil
Zakat Nasional. Skripsi yang disusun oleh Khafid Yusuf, Mahasiswa
Jurusan Muamalah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2) Manajemen Penghimpunan dan Pendistribusian Zakat melalui
Teknologi Informasi pada M-Zakat Jakarta. Skripsi yang disusun
16
Oman Fathurahman, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis dan
Disertasi, (Jakarta: CEQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2007).
15
oleh Panca Mardisiswanto Mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah
(Konsentrasi Manajemen ZISWAF) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3) Manajemen Penghimpunan dan Pendayagunaan Zakat, Infaq dan
Sedekah (ZIS) dan Wakaf Uang melalui Teknologi Informasi Pada
Lembaga Amil Zakat (LAZ) Portal Infaq. Skripsi yang disusun oleh
Wahyudin, Mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah (Konsentrasi
Manajemen ZISWAF) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Persamaan penelitian ini terletak pada pembahasan seputar
pengelolaan zakat, infaq dan sedekah. Sedangkan perbedaannya adalah
penelitian terdahulu tidak membahas objek kajian, pokok permasalahan
seperti dalam penelitian ini. Objek penelitian ini lebih diarahkan pada
aspek implikasi atau keterlibatan Sistem Informasi Manajemen yang
diterapkan Badan Amil Zakat Nasional dalampeningkatan akuntabilitas
dan mutu pengelolaan zakat, infaq dan sedekah.
F. Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini bersifat sistematis dan mempermudah
tahap demi tahap pembahasan dalam penulisan karya ilmiah ini, maka
penulis membaginya menjadi lima bab, dimana setiap babnya terdiri dari
beberapa sub bab, adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:
16
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab pertama membahas tentang pendahuluan yang meliputi: latar
belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, pedoman
penulisan, dan sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Pengertian sistem informasi manajemen, karakteristik, fungsi, sintesis
struktur sistem informasi manajemen, pengertian zakat, infaq dan
sedekah, hikmah dan tujuan zakat, infaq dan sedekah, pengertian
pengelolaan, tujuan dan asas hukum pengelolaan zakat, infaq dan sedekah,
pengertian akuntabilitas dan akuntabilitas pengelolaan zakat.
BAB III GAMBARAN UMUM BAZNAS
Memberikan gambaran umum tentang Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) yang meliputi, (a) Latar Belakang Berdirinya Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS), (b) Landasan Hukum BAZNAS, (c) Visi dan
Misi BAZNAS, (d) Fungsi dan Tugas Pokok BAZNAS, (e) Struktur
Organisasi BAZNAS, (f) Program Kerja BAZNAS.
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
Menjelaskan tentang hasil dari temuan penelitian mengenai implikasi dari
sistem informasi manajemen yang diterapakan BAZNAS dalam
peningkatan akuntabilitas dan mutu pengelolaan zakat, infaq dan sedekah.
Menguraikan tentang faktor pendukung dan penghambat penerapan sistem
17
informasi manajemen BAZNAS dalam pengelolaan zakat, infaq dan
sedekah Kemudian peneliti menganalisisnya agar dapat menjawab
permasalahan dalam penelitian ini.
BAB V PENUTUP
Merupakan bagian penutup dari pembahasan penelitian ini yang berisi
tentang kesimpulan dan saran-saran.
18
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Sistem Informasi Manajemen
1. Pengertian Sistem Informasi Manajemen
Pada umumnya sistem informasi manajemen adalah suatu
sistem yang diciptakan untuk melaksanakan pengolahan data yang
akan dimanfaatkan oleh suatu organisasi. Pemanfaatan data disini
dapat berarti penunjangan pada tugas-tugas rutin, evaluasi terhadap
prestasi organisasi, atau untuk pengambilan keputusan oleh organisasi
tersebut. Kini apabila orang mendengar istilah sistem informasi
manajemen, biasanya mereka juga membanyangkan suatu sistem yang
terkomputerisasi.
Secara harfiah, sistem informasi manajemen adalah sebuah
bentuk sistem informasi yang ditujukan untuk melayani para manajer.
Definisi mengenai sistem informasi manajemen sebenarnya lebih
dikenal dengan arti sebuah sistem manusia dan mesin komputer yang
terpadu untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi
organisasi, manajemen dan proses pengambilan keputusan didalam
suatu organisasi.17
Sesungguhnya, pengertian tentang sistem informasi
manajemen di dalam organisasi telah ada sebelum perangkat komputer
17
Tata Sutabri, Sistem Informasi Manajemen, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005), h. 90
19
diciptakan. Sejak kemampuan alat proses komputer ini berkembang
dan meningkat dengan pesat, sehingga dalam penggunaannya pun kini
tidak hanya sebagai alat untuk mempercepat proses, namun juga
sebagai alat yang mampu memberikan informasi secara akurat,
relevan, tepat waktu dan lengkap.
Inti dari sistem informasi manajemen tentu saja terkandung
dalam pekerjaan-pekerjaan sistematis seperti pencatatan agenda,
kerasipan, komunikasi diantara manajer organisasi, penyajian
informasi untuk pengambilan keputusan, dan sebagainya. Seiring
dengan perkembangan sistem informasi manajemen dan kebutuhan
manajer terus berubah dan meningkat, maka berkembanglah sistem-
sistem yang lain seperti Sistem Pendukung Keputusan (SPK), Sistem
Informasi Eksekutif (SIE), Sistem Informasi Perkantoran (SIP) dan
Enterprise Resorce Planning (ERP).18
Dari beberapa uraian pengertian diatas, penulis menarik
kesimpulan bahwa sistem informasi manajemen adalah kumpulan dari
sub-sub sistem yang saling terintegrasi dan berkolaborasi untuk
membantu manajemen dalam menyelesaikan masalah dan
memberikan informasi yang berkualitas kepada manajemen dengan
cara mengolah data dengan komputer sehingga bermanfaat bagi
pengguna, atau dengan kata lain sistem informasi manajemen dapat
diartikan sebagai suatu sistem informasi berbasis komputer yang
18
Rohmat Taufiq, Sistem Informasi Manajemen: Konsep Dasar, Analisis dan Metode
Pengembangan. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h. 58
20
digunakan oleh manajemen untuk memproses data dan memberikan
informasi yang berkualitas kepada pihak yang membutuhkan.
2. Karakteristik Sistem Informasi Manajemen
a. SIM didesain untuk memberikan laporan operasional sehari-hari
sehingga dapat memberi informasi untuk mengontrol operasi
tersebut dengan lebih baik.
b. SIM sangat bergantung pada keberadaan data organisasi secara
keseluruhan, serta bergantung pada alur informasi yang dimiliki
oleh organisasi tersebut.
c. SIM biasanya tidak memiliki kemampuan untuk menganalisis
masalah. Kemampuan untuk menganalisis masalah terletak pada
Decision Suppport Syste.
d. SIM membantu manajer secara terstruktur pada tingkat
operasional dan tingkat kontrol.
e. SIM berorientasi pada data-data di dalam organisasi dibanding
data-data di luar organisasi. Oleh karenanya, informasi yang
dibutuhkan oleh SIM adalah informasi yang sudah diketahui
formatnya serta relatif stabil.
3. Fungsi Sistem Informasi Manajemen
Pada dasarnya fungsi sistem informasi manajemen secara
umum adalah suatu sistem jaringan informasi merupakan kumpulan
dua atau lebih unit pusat dokumentasi secara bersama-sama berusaha
untuk saling memperkuat atau melengkapi kekuatan koleksi sumber-
21
sumber informasi yang mereka miliki serta melancarkan dan
mempertinggi mutu pelayanan informasi yang mereka berikan kepada
para pemakai layanan informasi. (Soejono Trimo, 1987)
Menurut George M. Scolt, sistem informasi dapat
dipergunakan secara nyata untuk mengendalikan operasi. Strategi dan
perencanaan jangka panjang, perencanaan jangka pendek,
pengendalian manajemen dan pemecahan masalah. Pemecahan
masalah yang senantiasa melingkupi sebuah organisasi, tidak
menutupi kemungkinan mendapat acuan solusi dari adanya sistem
informasi manajemen.19
4. Sintesis Struktur Sistem Informasi Manajemen
Struktur Sistem Informasi Manajemen diuraikan dengan dua
cara, yaitu atas dasar kegiatan manajemen dan fungsi organisatoris.
Kedua rancangan ditambah konsep struktur kini akan disintesiskan ke
dalam suatu struktur SIM. Pada hakekatnya hal ini merupakan suatu
kerangka konseptual yang memungkinkan pembahasan dan
perencanaan sistem informasi. SIM didefinisikan sebagai suatu
gabungan subsistem fungsional yang masing-masing dibagi dalam
empat seksi pengolahan informasi:
a. Pengolahan Transaksi
b. Dukungan operasi sistem informasi
c. Dukungan pengendalian manajerial sistem informasi
19
George M. Scolt, Prinsip-Prinsip Sistem Informasi Manajemen, (Jakarta: Remaja
Karya, 2004), h. 72
22
d. Dukungan perencanaan strategis sistem informasi
B. Akuntabilitas
1. Pengertian Akuntabilitas
Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI dan BPKP
menjelaskan, “Akuntabilitas berasal dari bahasa inggris, yaitu
accountability yang artinya keadaan untuk dipertanggungjawabkan,
keadaan dapat dimintai pertanggung jawaban”20
Lembaga
Administrasi Negara (LAN) RI dan BPKP mengutip beberapa sumber
mengenai pengertian akuntabilitas diantaranya sebagai berikut;
Menurut J.B. Ghartey, akuntabilitas ditujukan untuk mencari
jawaban terhadap pertanyaan yang berhubungan dengan pelayanan
apa, siapa, kepada siapa, milik siapa, yang mana, dan bagaimana.
Ledvina V. Carino, mengatakan akuntabilitas merupakan suatu
evaluasi kegiatan yang dilaksanakan oleh seorang petugas baik masih
berada pada alur otoritasnya atau sudah jauh di luar tanggungjawab
dan kewenangannya. Dengan demikian, dalam setiap tingkah lakunya
seorang pejabat pemerintah mutlak harus selalu memperhatikan
lingkungan. Ada (empat) dimensi yang membedakan akuntabilitas
dengan yang lain, yaitu siapa yang harus melakukan akuntabilitas;
kepada siapa dia berakuntabilitas; apa standar yang digunakan untuk
penilaian akuntabilitasnya; dan nilai akuntabilitas itu sendiri.
20
http://tesisdisertasi.blogspot.com/2010/05definisi-akuntabilitas.html diakses pada
tanggal 28 Mei 2015 Pukul 14.03
23
Sedangkan menurut sumber lain, akuntabilitas adalah
kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau menjawab
dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan
hukum/pimpinan suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak
atau berwenang untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.
Semua instansi pemerintah, badan atau lembaga Negara di pusat dan
daerah sesuai dengan tugas pokok masing-masing, karena
akuntabilitas yang diminta meliputi keberhasilan dan juga kegagalan
pelaksanaan misi instansi yang bersangkutan.21
Pertanggungjawaban sebagai akuntabilitas (accountability)
merupakan suatu istilah yang pada awalnya diterapkan untuk
mengukur apakah dana publik telah digunakan secara tepat untuk
tujuan dimana dana publik ditetapkan dan tidak digunakan secara
illegal. Dalam perkembangannya akuntabilitas digunakan juga bagi
pemerintah untuk melihat akuntabilitas efisiensi ekonomi program.
Akuntabiblitas menunjuk pada institusi tentang “check and balance”
dalam sistem administrasi.22
Akuntabilitas menurut Ronald J. Oekerson, sebagaimana
dikemukakan Muhammad Zarei,23
mengandung sebuah tindakan
pertanggungjawaban yang berbentuk pelaporan atau penjelasan atas
berbagai keputusan dan tindakan yang telah dilakukan kepada yang
21
Hamid Abidin dan Mimin Rukmini, ed., Kritik dan Otokritik LSM, membongkar
kejujuran dan keterbukaan LSM di Indonesia, (Jakarta: Piramedia, 2004), h. 56 22
Nico Andrianto, Good Government: Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui e-
Government, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), Cet. I, h. 23 23
Hamid Abidin dan Mimin Rukmini, Kritik dan Otokritik LSM … h. 116
24
berwenang. Dalam hal ini, juga sebuah sikap untuk menerima
berbagai konsekuensi atas keputusan dan tindakan yang telah
dikeluarkan tadi.
“Accountability means to give account or explain ones
dicession or action to another authourity and accept any
consequenxes thereform”. Pengertian ini memberikan makna
akuntabilitas adalah sebuah pertanggungjawaban atas berbagai
keputusan dan tindakan yang dibuat dalam sebuah masyarakat.
Artinya tindakan maupun keputusan yang dibuat sesuai dengan nilai,
kebutuhan serta keinginan masyarakat. Konsekuensi atas keputusan
dan tindakan yang diterima dari faktor publik sebagai “hukuman” atau
“imbalan”, juga sebuah bentuk dari akuntabilitas.
Ciri-ciri pemerintahan atau lembaga publik yang accountable
adalah sebagai berikut;
1. Mampu menyajikan informasi penyelenggaraan
pemerintahan secara terbuka, cepat, dan tepat kepada
masyarakat,
2. Mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi
publik,
3. Mampu menjelaskan dan mempertanggungjawabkan
setiap kebijakan publik secara proporsional.
4. Mampu memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat
dalam proses pembangunan dan pemerintahan.
25
Aspek yang terkandung dalam pengertian akuntabilitas adalah
bahwa publik mempunyai hak untuk mengetahui kebijakan-kebijakan
yang diambil oleh pihak yang mereka beri kepercayaan. Media
pertanggungjawaban dalam konsep akuntabilitas tidak terbatas pada
laporan pertanggungjawaban saja, tetapi mencakup juga praktek-
praktek kemudahan si pemberi mandat dalam mendapatkan informasi,
baik langsung maupun tidak langsung secara lisan maupun tulisan.
Akuntabilitas akan tumbuh subur pada lingkungan yang
mengutamakan keterbukaan sebagai landasan penting dan dalam
suasana tranparan. Adanya sarana bagi publik tidak lain untuk menilai
kinerja (performance) pemerintah atau lembaga publik. Dengan
pertanggungjawaban publik, masyarakat dapat menilai derajat
pencapaian pelaksanaan program/kegiatan pemerintah atau lembaga.24
Dari sudut pandang fungsional, J.D Stewart mengidentifikasi
bahwa akuntabilitas publik terdiri dari lima tingkatan, yaitu:
1. Policy Accountability, yakni akuntabilitas atas pilihan-
pilihan kebijakan yang dibuat.
2. Program Accountability, yakni akuntabilitas atas
pencapaian tujuan hasil dan efektivitas yang dicapai.
3. Performance Accountability, yakni akuntabilitas terhadap
pencapaian kegiatan yang efisien,
24
Nico Andrianto, Good Government: Transparansi dan Akuntabilitas… h. 23
26
4. Process Accountabiliy, yakni akuntabilitas atas
penggunaan proses prosedur, atau ukuran yang layak
dalam melaksanakan tindakan-tindakan yang ditetapkan,
5. Probity and Legality Accountability, yakni akuntabilitas
atas legalitas dan kejujuran penggunaan dana sesuai
anggaran yang disetujui atau ketaatan terhadap undang-
undang yang berlaku.25
2. Ukuran-Ukuran Akuntabilitas
Dalam mengukur suatu akuntabilitas dibedakan menjadi
beberapa tipe, diantaranya dikategorikan menjadi dua tipe yaitu :26
a. Akuntabilitas Internal
Berlaku bagi setiap tingkatan organisasi internal
penyelenggara pemerintah negara termasuk pemerintah dimana
setiap pejabat atau pengurus publik baik individu maupun
kelompok secara hierarki berkewajiban untuk
mempertanggungjawabkan kepada atasannya langsung
mengenai perkembangan kinerja kegiatannya secara periodik
maupun sewaktu-waktu bila dipandang perlu. Keharusan dari
akuntabilitas internal pemerintah tersebut telah diamanatkan
dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Instansi Pemerintah (AKIP).
25
Nico Andrianto, Good Government: Transparansi dan Akuntabilitas… h. 23-24 26
http://Pengukuran_Kinerja_Sektor_Publik_Akuntabilitas_Kinerja.htmldiakses pada
tanggal 2 Oktober 201 Pukul 14.24
27
b. Akuntabilitas Eksternal
Melekat pada setiap lembaga negara sebagai suatu
organisasi untuk mempertanggungjawabkan semua amanat
yang telah diterima dan dilaksanakan ataupun
perkembangannya untuk dikomunikasikan kepada pihak
eksternal lingkungannya atau sektor publik.
Menurut Ellwood, dijelaskan bahwa terdapat empat dimensi
akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik
(memiliki badan hukum), yaitu:27
1. Akuntabilitas Kejujuran dan Akuntabilitas Hukum.
Akuntabilitas kejujuran terkait dengan penghindaran
penyalahgunaan jabatan (abuse of power), sedangkan
akuntabilitas hukum terkait dengan jaminan adanya
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang
disyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik.
2. Akuntabilitas Proses.
Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur
yang telah digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup
baik dalam hal kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem
informasi manajemen dan prosedur administrasi.
Akuntabilitas proses termanifestasikan melalui pemberian
pelayanan publik yang cepat, responsif, dan murah biaya.
27
Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia (YPAPI), Memahami
GoodGovernment Governance dan Good Coorporate Governance, Yogyakarta :
PenerbitYPAPI,Oktober 2004, hal 70
28
3. Akuntabilitas Program.
Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan
apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak dan
apakah telah mempertimbangkan alternatif program yang
memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal.
4. Akuntabilitas Kebijakan.
Akuntabilitas kebijakan terkait dengan
petanggungjawaban pembina,pengurus dan pengawas atas
kebijakan-kebijakan yang diambil.
3. Akuntabilitas Pengelolaan Zakat
Akuntabilitas mewajibkan setiap individu dan organisasi untuk
mempertanggungjawabkan setiap input, proses, dan kinerja yang
menjadi tugas, hak, wewenang dan kewajiban dalam rangka
pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.28
Salah satu aspek yang akan mempengaruhi persepsi dan
komitmen publik dalam menunaikan kewajiban zakatnya adalah
transparansi dan akuntabilitas. Sesungguhnya zakat itu harus dikelola
oleh lembaga amil zakat yang kredibel, amanah dan transparan, atau
amil yang memberikan laporan secara kontinyu kepada masyarakat.
Akuntabilitas dalam penegelolaan zakat ini diwujudkan dalam bentuk
transparansi (keterbukaan) dalam menyampaikan laporan
28
Eko Prasodjo, Buku Panduan Tentang Transparansi dan Akuntabilitas Parlemen,
(Jakarta: Sekretariat Jenderal DPR RI dan UNDP, 2011), h. 12
29
pertanggungjawaban secara berkala dan juga ketetapan penyalurannya
sejalan dengan ketentuan-ketentuan syariah Islamiyah.
Dengan adanya ekspetasi yang muncul dari masyarakat maka
alangkah baiknya lembaga pengelola zakat harus bisa meningkatkan
kembali kualitas transparansi. Hal ini harus secara kontinyu dilakukan,
baik dalam kepengurusan ataupun informasi kejelasan bagi para
muzakki, atau orang yang memberikan zakatnya. Jika para muzakki
memberikan zakatnya, tentu akan merasa puas apabila informasi
mengenai kemana uang yang ia berikan akan berlabuh atau disalurkan.
Informasi yang diberikan tersebut selain menjadi salah satu wujud
nyata transparansi, juga akan menambah kepercayaan dari muzakki
kepada lembaga zakat yang ia percayai.
Laporan tersebut tentu tidak harus dalam bentuk kertas atau
tulisan saja, tapi bisa juga laporan dengan menggunakan media
lainnya seperti internet misalnya. Untuk itu lembaga pengelola zakat
bisa mempublikasikan laporan yang berkaitan dengan kegiatannya ke
dalam website resmi yang dimiliki, sehingga bisa diakses oleh semua
orang, khususnya bagi muzakki. Sebab itu teknologi informasi
sebenarnya bukan menjadi alasan untuk tidak memberikan laporan
tentang uang yang sudah dititipkan kepada lembaga yang
bersangkutan, justru dengan hadirnya teknologi harus bisa
dimanfaatkan setiap lembaga pengelola zakat dalam menampilkan
aspek transparansinya kepada publik.
30
Pada dasarnya untuk meningkatkan akuntabilitas publik,
pertanggungjawaban yang benar-benar harus diupayakan dan
mendapat perhatian khusus oleh lembaga pengelola zakat setidaknya
terdapat tiga jenis bentuk pertanggungjawaban, yaitu
pertangungjawaban substantif, pertanggungjawaban administrasi dan
pertangungjawaban etika.29
Pertangungjawaban substantif menekankan pada inti dari
pengelolaan zakat yang secara subtansi dilihat pada sisi pelayanan,
yaitu dimana institusi zakat harus menampilkan secara kongkrit
kepada publik mengenai pelayanan yang dilakukannya untuk
meningkatkan kualitas sebuah lembaga. Untuk itu, terkait dengan
masalah pelayanan ini, para pengelola zakat harus berani dalam
melakukan inovasi-inovasi mengenai pelayanan zakat agar dapat lebih
baik,serta jenis program apa yang akan dilakukan para pengelola zakat
untuk mustahik.
Selanjutnya, pertanggungjawaban administrasi. Ini sangat erat
kaitannya dengan transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan
yang disampaikan oleh lembaga zakat kepada publik. Misalnya,
berapa total penerimaan zakat, berapa total penyalurannya, kemana
saja amil membelanjakan haknya, serta bagaimana validitas dan
keberadaan bukti-bukti pendukung secara administratif merupakan
variabel yang perlu mendapat perhatian kita jika ingin
29
http://pusat.baznas.go.id/berita-artikel-pertanggungjawaban-pengelolaan -zakat/ diakses
pada tanggal 15 Juli 2015 Pukul. 21.18
31
pertanggungjawaban administrasi ini bisa menjadi alat untuk
meyakinkan publik untuk mau berzakat via amil resmi. Dalam hal
transparansi, lembaga zakat harus bisa menyajikan data pengelolaan
ZIS berupa laporan keuangan yang dapat diakses oleh masyarakat.
Pertanggungjawaban yang ketiga, yaitu pertanggungjawaban
etika, sangat erat kaitannya dengan aspek “kepantasan” atau kepatutan
dari suatu aktivitas kegiatan yang dilakukan oleh para penggiat zakat.
Hal ini harus terefleksikan dalam seluruh kegiatan pengelolaan zakat,
yaitu adanya pemberian laporan pertanggungjawaban secara
berjenjang dari setiap lembaga pengelola zakat kepada BAZNAS
selaku koordinator pengelolaan zakat. Nantinya BAZNAS juga
diwajibkan menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat,
infaq dan sedekah kepada Menteri Agama.
C. Mutu Pengelolaan Zakat, Infaq dan Sedekah
1. Pengertian Mutu
Dalam mendefinisikan mutu ada beberapa pakar utama dalam
Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Manajemen) yang saling
berbeda pendapat, tetapi maksudnya sama. Diantaranya adalah
sebagai berikut:30
a. Deming, mutu sebagai penyesuai bagi produk yang akan
dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pasar atau konsumen.
30
M.N Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 3
32
b. Feigenbaum, mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya
(full customer satisfaction). Membuat konsumen merasa
puas atas produk yang dibuat dan sesuai dengan apa yang
mereka harapkan.
c. Garvis dan Davis, mutu merupakan kondisi yang selalu
bergerak secara dinamis dalam hal produk, kinerja sumber
daya manusia, tahapan proses dan tugas lingkungan yang
dapat memenuhi harapa yang diinginkan konsumen.
Dari definisi di atas terdapat beberapa persamaan, yaitu dari
elemen-elemen sebagai berikut:31
1. Mutu mencakup usaha untuk memenuhi atau melebihi
harapan dari konsumen.
2. Mutu mencakup kondisi yang selalu berubah (misalnya apa
yang dianggap merupakan mutu untuk saat ini dan mungkin
akan dianggap kurang bermutu pada masa mendatang.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa mutu adalah
kemampuan suatu produk, baik itu barang maupun jasa/layanan untuk
memenuhi keinginan pelanggannya. Sehingga setiap barang atau jasa
selalu diacu untuk memenuhi mutu yang diminta pelanggan melalui
pasar.
31
M.N Nasution, Manajemen Mutu Terpadu…h. 4
33
2. Pengertian Pengelolaan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pengelolaan dapat
diartikan sebagai berikut:
a. Proses membantu merumuskan kebijaksanaan dan tinjauan
organisasi.
b. Proses yang memberikan pengawasan pada hal yang
terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dari pencapaian
tujuan.
c. Proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan
tenaga orang lain.
Dan didefinisikan juga pengelolaan adalah langkah-langkah
yang dilakukan dengan cara apapun yang mungkin, guna untuk
membuat data yang dapat dipergunakan bagi suatu maksud tertentu.32
Sedangkan pengertian pengelolaan zakat menurut Undang-
Undang No.23 Tahun 2011 adalah kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, dan pengkoordinasian dalam pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Dengan demikian
pengelolaan zakat merupakan suatu pekerjaan yang sudah selayaknya
dilakukan oleh orang-orang atau badan yang memang berkompeten
dalam bidang perzakatan.
Amil zakat sebagai orang atau individu yang diamanatkan
dalam melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan penghimpunan,
32
Aliminisyah, Kamus Istilah Manajemen Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris.
(Bandung: CV.Yrama Widya, 2004), h. 232
34
pengelolaan, pencatatan dan pendayagunaan dana ZIS. Mereka dipilih
oleh pemerintah apabila mereka bekerja pada Badan Amil Zakat
(BAZ) sebagai bentukan pemerintah dan dipilih oleh pengurus
Lembaga Amil Zakat (LAZ) sebagai bentukan masyarakat.
Amil zakat berhak untuk menjalankan fungsi penghimpunan
dan pendayagunaan dana tersebut serta melakukan tugas-tugas lain
yang berkaitan dengan zakat seperti memberikan edukasi dan
pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya menunaikan
zakat, menerangkan tentang sifat-sifat pemilik harta yang wajib
dikeluarkan zakatnya dan golongan-golongan yang berhak menerima
zakat.
Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ)
yang ada pada masa kini juga dianggap memiliki hak sebagaimana
ditetapkan didalam syari’at Islam. Oleh karena itu BAZ dan LAZ
wajib mengikuti syarat-syarat yang ditetapkan didalam mengambil
bagian amil zakat. Pihak yang sudah memilih dan sudah menetapkan
seseorang sebagai amil zakat tetap harus mengawasi dan
memperhatikan sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad
SAW, yakni amil zakat hendaklah seseorang yang jujur (amanah) dan
ia adalah orang yang bertanggung jawab untuk menggantikan segala
kerusakan, kehilangan dana zakat yang disebabkan oleh kecerobohan
dan kelalainnya.
35
3. Pengertian Zakat
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar
(masdar) dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik.33
Sedangkan menurut al-Wahidi dan lain-lain sebagaimana dikutip
Yusuf Qardhawi bahwa kata dasar zaka yang berarti bertambah,
tumbuh, sehingga dapat dikatakan bahwa setiap sesuatu yang
bertambah adalah zaka (bertambah). Apabila satu tanaman tumbuh
tanpa cacat maka kata zaka disini berarti bersih.34
Ditinjau dari segi terminologi fiqh seperti yang dikemukakan
oleh pengarang Kifayah al-Akhyar, Taqiy al-Din Abu Bakar, zakat
berarti “sejumlah harta tertentu yang diserahkan kepada orang-orang
yang berhak dengan syarat tertentu”.35
Jumlah yang dikeluarkan dari
kekayaan itu disebut zakat karena yang dikeluarkan itu menambah
banyak membuat lebih berarti, dan melindungi kekayaan itu dari
kebinasaan.36
Zakat adalah suatu kewajiban bagi umat Islam yang telah
ditetapkan dalam Al-Qur’an, sunnah Nabi, dan ijma ulama, zakat
merupakan salah satu rukun Islam yang selalu disebut sejajar dengan
33
Mu’jam Wasith, juz 1 h. 398 34
Yusuf Qardhawi, Fiqh al-Zakat, (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1973), Jilid 1, Cet.2,
h.34 35
Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad al-Husaini al-Hishni Al-Dimasyqi Al-Syafi’I,
Kifayah al-Akhyar, (Surabaya: Al-HIdayah), Jilid 1, h.172 36
Yusuf Qardhawi, Fiqh al-Zakat..h.35
36
salat.37
Dinamakan zakat karena didalamnya terdapat harapan akan
adanya keberkahan, kesucian jiwa, dan berkembang didalamnya
kebaikan. Zakat ditujukan dalam Al-Qur’an sebagai pernyataan yang
jelas akan kebenaran dan kesucian iman. Iman tidaklah sekadar kata-
kata, melainkan dengan iman kita harus dapat mewujudkan
keberadaan dan kebaikan Allah SWT.38
4. Pengertian Infaq
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, infaq berarti
“Pemberian (sumbangan) harta dan sebagainya (selain zakat wajib)
untuk kebaikan”.39
Infaq berasal dari kata “anfaqa” yang berarti
mengeluarkan sesuatu (harta) untuk kepentingan sesuatu. Termasuk
kedalam pengertian ini, infaq yang dikeluarkan orang-orang kafir
untuk kepentingan agamanya.
Menurut terminologi syariat, infaq berarti mengeluarkan
sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu
kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Infaq tidak ditentukan
besaran hartanya atau kadarnya, infaq dikeluarkan oleh setiap orang
yang beriman, baik yang mempunyai penghasilan tinggi maupun yang
37
Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba’iy, 2006, Ekonomi Zakat Sebuah Kajian Moneterdan
Keuangan Syariah, (Jakarta:Grafindo Persada), h.16 38
Syaikh As-Sayyid Sabiq, 2005, Panduan Zakat Menurut Al-Qur’an dan Sunnah,
(Bogor:Pustaka Ibnu Katsir), h.22 39
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), h. 380
37
berpenghasilan rendah, dalam keadaan lapang maupun dalam keadaan
sempit yang diberikan kepada keluarga maupun orang lain.40
Dijelaskan dalam Surat Ali- Imran ayat 134 sebagai berikut:
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya),
baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang
menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.
Perbedaan infaq dengan zakat adalah jika zakat memiliki
nishab sedangkan infaq tidak memakai syarat nishab. Jika zakat
diberikan kepada mustahik tertentu maka infaq boleh diberikan
kepada siapapun juga, misalnya untuk kedua orang tua, anak yatim,
kerabat, tetangga dan lain sebagainya.
5. Pengertian Sedekah
Sedekah sering disebut dalam bahasa Al-Qur’an yang
dimaksudkan darinya adalah zakat. Yusuf Qaradhawi mengutip
pendapatnya Mawardi yang mengatakan “bahwa sedekah itu adalah
40
Didin Hafiduddin, Panduan Praktis Tentang Zakat Infak dan Sedekah, (Jakarta: PT.
Gema Insani Press, 1998), h. 14-15
38
zakat dan zakat itu adalah sedekah, berbeda nama tapi arti sama”.41
Hal ini disandarkan pada firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 58
sebagai berikut:
Artinya: “Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu
tentang (distribusi) zakat; jika mereka diberi sebahagian dari
padanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi
sebahagian dari padanya, dengan serta merta mereka menjadi
marah”.
Dalam kamus Bahasa Indonesia, sedekah berarti “derma
kepada orang miskin dan sebagainya (berdasarkan cinta kasih kepada
manusia)”.42
Dalam syariat Kata zakat dinamakan shadaqah berasal
dari kata shidiq yang berarti benar. Sehingga menjadi bukti
pembenaran dari perbuatan, ucapan dan keyakinan. Banyak kata
shadaqah dalam berbicara, berarti benar.
Bentuk kata shadaqah dalam hal kekayaan berarti dizakatkan
dan bentuk kata ashdaqa kepada perempuanberarti membayar mahar
perempuan tersebut. Dan diungkapkan semua dengan kata shadaq
dimaksudkan untuk menunjukkan perbuatan menyedekahkan itu.
Orang yang mempunyai keyakinan akan akhirat yang menjadi tujuan,
41
Yusuf Qaradhawi, Hukum Zakat, (Bandung: PT. Pustaka Mizan, 1996), h. 36 42
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia.. h. 883
39
maka ia tentu tak akan segan-segan mengorbankan apa yang
diperolehnya di dunia untuk tujuan akhirat sebagai bukti pembenaran
dan keyakinan tersebut. Orang yang suka bersedekah adalah orang
yang benar pengakuan imannya.43
D. Tujuan dan Asas Pengelolaan Zakat, Infaq dan Sedekah
1. Tujuan Pengelolaan Zakat, Infaq dan Sedekah
Tujuan pengelolaan zakat memberikan arah dan apa yang
harus dicapai dalam sistem pengelolaan zakat nasional. Tujuan
pengelolaan zakat merupakan tolok ukur berhasil atau tidak para
pengelola zakat dalam mengemban amanah mengelola zakat.
UU Nomor 23 Tahun 2011 menetapkan bahwa pengelolaan
zakat bertujuan (1) meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan
dalam pengelolaan zakat dan (2) meningkatkan manfaat zakat untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan
kemiskinan. Tujuan pertama pengelolaan zakat terkait dengan
pengumpulan dan penyaluran. Zakat yang berhasil dikumpulkan oleh
para pengelola zakat harus terus meningkat hingga mencapai potensi
yang ada. Proses sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang
zakat dan pembayaran melalui pengelola zakat serta pelayanan
muzakki harus dilakukan terus-menerus, efektif, dan efisien.
43
Yusuf Qaradhawi, Hukum Zakat.. h. 38
40
Tujuan kedua pengelolaan zakat khusus terkait penyaluran
zakat. Penyaluran zakat yang terangkum dalam dua tujuan
pengelolaan zakat, sekaligus menggambarkan bahwa keberhasilan
pengelolaan zakat yang paling utama adalah bahwa bagaimana
manfaat zakat dapat dirasakan oleh masyarakat banyak, bahwa zakat
berperan dalam meningkatkan kesejahteraan dan pengentasan
kemiskinan, serta menjadi kontribusi umat Islam mewujudkan peran
Negara dalam mensejahterakan fakir miskin dan anak-anak terlantar.
Inilah tujuan utama pengelolaan zakat dan yang harus menjadi kriteria
utama dalam mengukur keberhasilan pengelolaan zakat.
Muhammad Taufik Ridho dalam “Zakat Profesi dan
Perusahaan” mencoba menyimpulkan tentang tujuan dan
keutamaan zakat, baik itu untuk muzakki atau orang yang
menunaikan ibadah zakat, mustahik orang yang menerima zakat,
dan untuk amil atau para pengumpul dana zakat, antara lain
sebagai berikut:44
1. Orang yang berzakat adalah orang yang selalu
berkeinginan membersihkan diri dan jiwanya dari berbagai
sifat buruk.
2. Merupakan ciri khas orang-orang yang bertakwa kepada
Allah yang senantiasa akan diberi kemudahan Allah dalam
urusan hidupnya.
44
Muhammad Taufik Ridho, Zakat Profesi dan Perusahaan. (Jakarta: Institut
Manajemen Zakat, 2007), h. 5
41
3. Zakat dipandang sebagai indikator utama ketundukan
seseorang terhadap ajaran Islam.
4. Ciri utama mukmin yang akan mendapatkan kebahagiaan
hidup.
5. Zakat berfungsi untuk menolong, membantu dan membina
terutama golongan fakir dan miskin menuju arah
kehidupan yang lebih baik.
6. Zakat sebagai pilar kerjasama antara pihak muzakki, amil
dan mustahik.
2. Asas Pengelolaan Zakat, Infaq dan Sedekah
Islam mengatur dengan tegas dan jelas tentang pengelolaan
harta zakat, manajemen zakat yang ditawarkan oleh Islam dapat
memberikan kepastian keberhasilan dana zakat sebagai dana umat
Islam. Hal ini terdapat dalam Al-Qur’an bahwa Allah SWT
memerintahkan Rasulullah SAW untuk memungut zakat yang telah
dijelaskan dalam QS. At-Taubah ayat 103.45
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat
itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah
untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman
45
Masdar F. Mas’udi, dkk, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju Efektifitas
Pemanfaatan Zakat, Infaq dan Sedekah, (Jakarta: Piramedia, 2004), h. 15
42
jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui”. (QS.At-Taubah:103)
Imam Al-Qurtubi menafsirkan amil sebagai pengelola zakat
dalam suart At-Taubah ayat 60, merupakan orang-orang yan
ditugaskan (diutus oleh Imam atau Pemerintah) untuk mengambil,
menulis, menghitung dan mencatat zakat yang diambilnya dari
muzakki, untuk selanjutnya diberikan kepada mustahik.46
Setiap
lembaga pengelolaan zakat dalam operasional kegiatannya perlu
menerapkan prinsip kerja lembaga yang intinya tercermin dalam tiga
kunci yaitu prinsip amanah, profesional, dan transparan.
Menurut Undang-Undang No.23 Tahun 2011, definisi
Pengelolaan zakat adalah kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, dan pengkoordinasian dalam pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Selanjutnya Pengelolaan
zakat berasaskan sebagai berikut:47
a. Syariat Islam;
b. Amanah;
c. Kemanfaatan;
d. Keadilan;
e. Kepastian Hukum;
f. Terintegrasi; dan
g. Akuntabilitas.
46
Subki Risya, MH, Zakat Untuk Pengentasan Kemiskinan, (Jakarta: PP.Lazis NU,
2009), cet. Pertama 47
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat
43
BAB III
GAMBARAN UMUM BAZNAS
A. Sejarah Berdirinya BAZNAS
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi
yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan keputusan Presiden RI No. 8
Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan
menyalurkan zakat, infaq dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional.48
BAZNAS mengedepankan perannya sebagai lembaga yang berwenang
melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional yang dikelola secara
profesional, amanah, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat kian mengukuhkan BAZNAS dalam melakukan
pengelolaan zakat secara nasional. Pengelolaan zakat sebagaimana yang
dimaksud dalam Undang-Undang tersebut yaitu meliputi kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian terhadap pengumpulan dan
pendistribusian serta pendayagunaan zakat.49
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan satu-satunya
lembaga pengelola zakat yang dibentuk dengan keputusan Presiden RI
yaitu keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 2011 sehingga memiliki
kekuatan formal sebagai lembaga non-struktural.Dengan demikian,
BAZNAS bersama pemerintah bertanggungjawab untuk mengawal
48
Dokumentasi BAZNAS, Company Profile 49
Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat
44
pengelolaan zakat yang berasaskan: Syari’at Islam, amanah, kemanfaatan
keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.50
B. Landasan Hukum BAZNAS
Zakat sebagai rukun Islam merupakan kewajiban setiap muslim
yang mampu untuk membayarnya dan diperuntukkan bagi mereka yang
berhak menerimanya. Dengan pengelolaan yang baik, zakat merupakan
sumber dana potensial yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan
kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat.
Agar menjadi sumber dana yang dapat dimanfaatkan bagi
kesejahteraan masyarakat terutama untuk mengentaskan masyarakat dari
kemiskinan dan menghilangkan kesenjangan sosial, perlu adanya
pengelolaan zakat secara professional dan tanggung jawab yang dilakukan
oleh masyarakat bersama pemerintah. Dalam hal ini, pemerintah
berkewajiban memberikan perlindungan, pembinaan, dan pelayanan
kepada muzakki, mustahik, dan pengelola zakat tentang pengelolaan zakat
yang berasaskan iman dan taqwa.51
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi
dan satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan
Presiden RI No. 8 Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi
menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) pada
tingkat nasional.
50
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat 51
H.M Ridwan Yahya, Buku Pintar Praktis Fiqih & Amaliyah Zakat, (Jakarta: Pustaka
Nawaitu, 2009), h. 38
45
Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS
sebagailembaga yang berwenang melakukan pengelolaan zakat secara
nasional. BAZNAS sebagai lembaga pemerintah nonstruktural bersifat
mandiri dan bertanggung jawab kepada presiden melalui menteri,
mempunyai otoritas khusus dalam otoritas pengawasan. Kewenangan
tersebut meliputi pembuatan regulasi, kewenangan mengeluarkan izin
mendirikan lembaga zakat dan mencabutnya, kewenangan mengangkat
dan memberhentikan anggota BAZNAS, serta kewenangan melakukan
audit syariah.BAZNAS menjalankan empat fungsi, yaitu:52
1. perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat;
2. pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian,dan
pendayagunaan zakat;
3. pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat; dan
4. pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan
zakat.
Untuk terlaksananya tugas dan fungsi tersebut, maka BAZNAS
memiliki kewenangan:
1. Menghimpun, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat.
52
http://pusat.baznas.go.id/profil/ diakses pada tanggal 2 Oktober Pukul 14.25
46
2. Memberikan rekomendasi dalam pembentukan BAZNAS
Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota, dan LAZ
3. Meminta laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak,
sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS
Provinsi dan LAZ.
C. Visi dan Misi BAZNAS53
1. Visi
“Menjadi Badan Zakat Nasional yang amanah, transparan dan
professional”
2. Misi
a. Meningkatkan kesadaran umat untuk berzakat melalui amil zakat
b. Meningkatkan penghimpunan dan pendayagunaan zakat nasional
sesuai dengan ketentuan syariah dan prinsip manajemen modern.
c. Menumbuh kembangkan pengelola/amil zakat yang amanah,
transparan, profesional, dan terintegrasi.
d. Mewujudkan pusat data zakat nasional.
e. Memaksimalkan peran zakat dalam menanggulangi kemiskinan di
Indonesia melalui sinergi dan koordinasi dengan lembaga terkait.
53
http://pusat.baznas.go.id/visi-misi/ diakses pada tanggal 2 Oktober Pukul 14.25
47
D. Fungsi dan Tugas Pokok BAZNAS
Tugas pokok BAZNAS dalam merealisasikan misi BAZNAS yaitu:54
1. Meningkatkan kesadaran umat untuk berzakat.
2. Perencanaan, pengumpulan, pelaksanaan pengumpulan,
pengendalian pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan dan
pelaporan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.
3. Mengarahkan masyarakat mencapai kesejahteraan baik fisik
maupun non fisik melalui pendayagunaan zakat.
4. Meningkatkan status mustahik menjadi muzakki melalui
peningkatan kualitas SDM, dan pengembangan ekonomi
masyarakat.
5. Mengembangkan budaya “memberi lebih baik dari menerima” di
kalangan mustahik.
6. Mengembangkan manajemen yang amanah, professional dan
transparan dalam mengelola zakat.
7. Menjangkau muzakki dan mustahik seluas-luasnya.
8. Memperkuat jaringan antar organisasi pengelola zakat. Sebagai
Badan Amil Zakat, kegiatan pokok BAZNAS adalah menghimpun
ZIS dari muzakki dan menyalurkannya kepada mustahik yang
berhak menerima sesuai ketentuan agama.
54
Dokumentasi BAZNAS, Company Profile
48
E. Struktur Organisasi BAZNAS
Pengurus BAZNAS yang ditetapkan berdasarkan Keputusan
Presiden No. 66 Tahun 2015 Tentang Pengangkatan Anggota Badan Amil
Zakat Nasional Periode 2015-2020 berjumlah 11 orang anggota.Adapun
11 orang anggota tersebut diantaranya terdiri atas 3 orang yang berasal
dari unsur pemerintah dan 8 orang yang berasal dari unsur masyarakat.55
F. Program BAZNAS
BAZNAS sebagai lembaga amil zakatyang dibentuk oleh
pemerintah memilikiprogram yang dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat Indonesia, khususnya mustahik, yaitu yang berhak
mendapatkan bagian dana penyaluran zakat.
55
Salinan Keputusan Presiden No. 66 Tahun 2015 Tentang Pengangkatan Anggota Badan
Amil Zakat Nasional Periode 2015-2020
49
1. Rumah Cerdas Anak Bangsa
Program pendanaan dan bimbingan bagi siswa dan
mahasiswa dalam bidang pendidikan dan pelatihan yang
bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat dan
meningkatkan kualitas pendidikannya, serta mendorong
menjadi individu yang mandiri. Indonesia berada dalam
peringkat ke-108 di antara bangsa-bangsa lain di dunia
(Human index 2010). Mahalnya biaya pendidikan di Indonesia
menyebabkan berbagai permasalahan, salah satunya angka
pengangguran terbuka 10,45 % dan angka setengah
pengangguran 28,16 % (BPS 2007).56
Melihat kondisi ini, BAZNAS bermaksud membuka
jalan bagi masyarakat kurang mampu dan mengajak mereka
menatap tegap masa depan melalui program pengembangan
pendidikan.Dalam program RCAB ini ada beberapa macam
yang dilakukan, yaitu sebagai berikut:
a. Program beastudy Satu Keluarga Satu Sarjana (SKSS)
untuk mahasiswa berprestasi di kampus negeri di seluruh
Indonesia.
b. Rumah Pintar, yaitu rumah pusat pembelajaran
masyarakat yang di dalamnya terdapat perpustakaan
dengan 5.000 unit buku, sarana bermain edukatif,
56
http://pusat.baznas.go.id/rumah-cerdas-anak-bangsa/ diakses pada tanggal 2 Oktober
Pukul 14.26
50
peralatan ketrampilan bagi anak, remaja, ibu dan
masyarakat sekitarnya.
c. Dana Infaq Abadi Negeri (DINNAR) yang diperuntukkan
bagi siswa berprestasi untuk tingkat SD-SMA di seluruh
Indonesia.
d. Bimbel Gratis yang merupakan Program peningkatan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan hidup kepada
dhuafa sebagai upaya peningkatan prestasi belajar untuk
melanjutkan pendidikan formal ke jenjang yang lebih
tinggi.
e. Program Motor/Mobil Pintar berupa penyediaan
motor/mobil pintar untuk dipergunakan sebagai
perpustakaan keliling. Program-program pendidikan
merupakan bagian dari kegiatan BAZNAS untuk
membantu masyarakat dhuafa agar mendapatkan
pendidikan secara gratis.
2. Rumah Sehat BAZNAS
Rumah Sehat BAZNAS (disingkat RS BAZNAS)
adalah Program Layanan Kesehatan cuma-cuma bagi
masyarakat miskin, sering disebut juga sebagai “Rumah Sakit
tanpa kasir”, karena memang tidak menyediakan kasir
pembayaran alias GRATIS.
51
Rumah Sehat BAZNAS hanya dikhususkan untuk
masyarakat miskin secara GRATIS dengan menggunakan
sistem membership.Model pelayanan Rumah Sehat BAZNAS
diberikan dalam bentuk model pelayanan dalam ruang dan
model pelayanan luar ruang. Rumah Sehat BAZNAS (RSB)
adalah program dalam bentuk pelayanan dalam ruang berupa
pemberian bantuan kesehatan kepada dhuafa setingkat rumah
sakit.
Rumah Sehat BAZNAS ini untuk melayani perawatan
media maupun konsultasi kesehatan. Sedangkan model
pelayanan luar ruang BAZNAS mempunyai beberapa program
dalam pelayanan kesehatan, yaitu: Unit Kesehatan Keliling
(UKK), Dokter Keluarga Prasejahtera (DKPS).57
3. Rumah Makmur BAZNAS
Program Rumah Makmur BAZNAS (Baitul Qiradh
BAZNAS) adalah lembaga keuangan mikro syariah berbadan
hukum koperasi yang menyalurkan dana ZIS secara produktif
baik melalui pinjaman kebajikan (Al Qardhul Hasan) maupun
melalui pembiayaan dengan pola syariah kepada para
mustahik. Program ini bertujuan untuk menumbuhkan
57
http://pusat.baznas.go.id/rumah-sehat-baznas/ diakses pada tanggal 2 Oktober Pukul
14.27
52
kemandirian mustahik, lebih jauh bertujuan mengangkat
derajat mereka agar bisa menjadi muzakki.58
4. Rumah Dakwah BAZNAS
Program Rumah Dakwah BAZNAS adalah program
penyaluran zakat yang ditujukan kepada mualaf kaderisasi
seribu ulama dan berbagai kegiatan dakwah untuk masyarakat
miskin di daerah terpencil dan terluar.Ada tiga bentuk program
yaitu Kafalah Da’i Daerah Terpencil, Bina Mualaf dan
Kaderisasi Seribu Ulama (KSU).
Kafalah da’i daerah terpencil merupakan program
pengiriman da’i ke daerah-daerah terpencil di nusantara. Da’i
yang ditugaskan adalah da’i yang telah melewati seleksi dan
memiliki kesiapan untuk terjuan ke daerah terpencil.
Kaderisasi seribu ulama yang merupakan peningkatan jenjang
pendidikan (penambahan ilmu) bagi ulama yang sudah
bergerak di masyarakat. Program yang bekerjasama dengan
Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) bertujuan untuk
melahirkan ulama yang mampu menjawab permasalahan umat
terkini.KSU menyediakan beasiswa program magister dan
doktoral pada program studi khusus sehingga lahir para ulama
58
http://pusat.baznas.go.id/rumah-makmur-baznas/ diakses pada tanggal 2 Oktober Pukul
14.27
53
yang fakih dalam agama, berakhlak mulia, dan produktif dalam
dakwah serta melahirkan kitab-kitab rujukan umat.59
5. Tanggap Darurat Bencana
Program tanggap darurat bencana adalah program
bantuan kepada individu atau lembaga untuk memenuhi
kebutuhan hidup sesaat atau bantuan kepada masyarakat yang
tertimpa musibah secepat mungkin.Program Tanggap Bencana
adalah program MERESPON untuk memberikan bantuan
kepada masyarakat yang tertimpa musibah sesaat setelah
terjadi bencana. Program Tanggap bencana meliputi tanggap
darurat, evakuasi, recovery, dan rekontruksi, pelaksanaan
kegiatan tanggap darurat bencana dilakukan makasimal 14
hari.
Program Tanggap Bencana dilakukan bekerjasama
dengan instansi pemerintah terkait penanggulangan bencana
dan Jaringan Relawan Indonesia ( JARI ) yang tersebar di 33
propinsi dan berbagai lembaga sosial. Dengan sistem
kemitraan, Program Tanggap Bencana dapat dilaksanakan
sesegera mungkin, setelah terjadinya bencana.60
59
http://pusat.baznas.go.id/rumah-dakwah-baznas/ diakses pada tanggal 2 Oktober Pukul
14.28 60
http://pusat.baznas.go.id/tanggap-darurat-bencana/ diakses pada tanggal 2 Oktober
Pukul 14.28
54
6. Zakat Community Development
Program Zakat Community Development (ZCD) adalah
proses jangka panjang dengan mengintegrasikan program-
program untuk mengatasi masalah kesehatan, pendidikan,
ekonomi dan masalah sosial, dengan menggunakan dana Zakat
Infak Shodaqoh, diharapkan ada perubahan yang sangat
signifikan dengan adanya program ZCD, dengan partisipasi
komunitas/masyarakat, dengan segala fasilitas dan teknologi
yang diinovasikan pada suatu program.61
7. Konter Layanan Mustahik
Konter Layanan Mustahik (KLM) adalah tempat
pelayanan mustahik yang dibentuk BAZNAS untuk
memudahkan mustahik mendapatkan bantuan sesuai
kebutuhannya.Bantuan yang disalurkan PPM berbentuk hibah
(program karitas), yang disalurkan untuk perorangan maupun
lembaga.
Konter Layanan Mustahik memberikan pelayanan
kepada mustahik dengan prinsip cepat, tepat dan akurat.Konter
Layanan Mustahik berlokasi di Kantor Pusat BAZNAS, Jl.
Kebon Sirih No 57, Jakarta Pusat. Buka setiap hari kerja mulai
pukul 9 pagi sampai dengan pukul 3 sore.
61
http://pusat.baznas.go.id/zakat-community-development/ diakses pada tanggal 2
Oktober Pukul 14.29
55
Bantuan yang diberikan diantaranya: (a). Bantuan
kebutuhan hidup Mustahik, (b). Bantuan kesehatan (bantuan
pengobatan jalan), (c). Bantuan pendidikan (biaya tunggakan
sekolah dll), (d) Bantuan ibnu sabil (bantuan untuk orang
terlantar), (e).Bantuan Gharimin, (f).Bantuan Mualaf,
(g).Bantuan fisabilillah, (h).Bantuan advokasi pelayanan
pendidikan, kesehatan dll.62
62
http://pusat.baznas.go.id/konter-layanan-mustahik/ diakses pada tanggal 2 Oktober
Pukul 14.29
55
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
a. Implikasi Sistem Informasi Manajemen dalam Peningkatan
Akuntabilitas dan Mutu Pengelolaan ZIS pada BAZNAS
1. Sistem Informasi Manajemen sebagai Akuntabilitas Publik
Sistem Informasi Manajemen (SIM) pada dasarnya
menghasilkan sekumpulan informasi untuk memantau kinerja dan
memelihara koordinasi dalam proses organisasi. SIM disebut juga
jaringan prosedur pengolahan data yang dikembangkan dalam suatu
sistem terintegrasi dengan maksud memberikan informasi yang
bersifat intern maupun ekstern.
Di era keterbukaan informasi publik saat ini mewajibkan setiap
badan atau lembaga pemerintahan, baik yang bersifat struktural
maupun non-struktural untuk menyajikan informasi publik yang tepat
dan akurat sebagai upaya mewujudkan penyelanggara Negara yang
baik, transparan dan akuntabel.63
Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, merupakan
lembaga bentukan pemerintah yang bertugas melakukan pengelolaan
zakat, infak dan sedekah secara nasional dengan landasan
professional, transparan dan akuntabel.
63
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
56
Hal tersebut dibuktikan berdasarkan hasil temuan peneliti
dalam wawancara oleh Ahmad Setio Adinugroho selaku Manager
Divisi Informasi dan Teknologi yang dijelaskan sebagai berikut:
“Diawal tahun 2011 dalam rangka mewujudkan visi sebagai
lembaga yang professional, akuntabel dan transaparan, Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS) telah membuat suatu
arsitektur dan merancang blue print tentang sistem informasi
dan teknologi, yang kedepannya akan menjadi panduan dalam
mengembangkan sistem pengelolaan zakat berbasis aplikasi”.64
Dari keterangan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa atas
landasan professional, transparan dan akuntabel sebagaimana yang
dimuat dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat, maka dapat dikatakan bahwa langkah yang
dilakukan oleh BAZNAS sudah tepat karena adanya fokus
perhatiannya terhadap aspek transparansi (keterbukaan) yang erat
kaitannya dengan penyampaian informasi kepada publik tentang
keberadaan lembaga dan kegiatan yang dilakukan oleh lembaga
tersebut, yakni pengelolaan zakat, infaq dan sedakah. Oleh karenanya
dengan bantuan sistem informasi, upaya BAZNAS dalam
mewujudkan lembaga zakat yang akuntabel dan transparan tentunya
akan lebih mudah terealisasikan.
Kemajuan teknologi informasi yang sudah semakin pesat ini
akan memudahkan setiap lembaga untuk memberikan informasi
secara terbuka kepada masyarakat. Kehadiran sistem informasi dirasa
sangat penting bagi setiap badan/lembagauntuk mempercepat,
64
Wawancara, Ahmad Setio Adinugroho, tanggal 24 Juni 2015
57
memperlancar,mengefisienkan serta mengekfektifkan waktu dalam
setiap transaksi sehari-hari, dan juga untuk menampilkan informasi
yang transparantif kepada publik. Sistem informasi dapat membantu
fungsi pencatatan data, pengumpulan, penyimpanan dan pemberian
laporan setiap kegiatan yang dibutuhkan setiap badan usaha atau
organisasi.
Sebagaimana yang diutarakan Manager Divisi Informasi dan
Teknologi BAZNAS kepada peneliti dalam wawancara sebagai
berikut:
“Pada saat Sistem Informasi Manajemen BAZNAS
diperkenalkan dan disosialisasikan pertama kali, SIMBAZNAS
merupakan sebuah konsep yang didalamnya terdapat empat
rancangan sub sistem yang dikategorikan sebagai berikut.
Pertama, Enterprise Resource Planning (ERP) yang
difokuskan untuk dikelola oleh BAZNAS Pusat sebagai
monitoring dalam kegiatan operasional sehari-hari. Kedua,
Sistem Manajemen Informasi BAZNAS (SiMBA) yaitu
fokusnya untuk digunakan BAZNAS di tingkat Provinsi dan
Kabupaten/Kota dalam melakukan aktivitas pengelolaan zakat
harian. Ketiga, sistem informasi publik yang terdapat dua jenis
yaitu Website dan Muzakki Corner yang digunakan oleh
masyarakat dan muzakki untuk memperoleh informasi seputar
pengelolaan zakat BAZNAS. Keempat, aplikasi support yang
digunakan oleh mitra kerjasama BAZNAS”.65
Berdasarkan keterangan yang dipaparkan di atas, dapat
dikatakan bahwa BAZNAS telah melakukan upaya-upaya pada
pengembangan dan peningkatan kualitas lembaga dalam melakukan
pengelolaan zakat, infaq sedekah sehingga menjadi lebih tersistematis.
65
Wawancara, Ahmad Setio Adinugroho, tanggal 24 Juni 2015
58
Salah satu aspek yang akan memengaruhi persepsi dan
komitmen publik untuk menunaikan kewajiban zakatnya adalah
adanya akuntabilitas dan transparansi. Pada praktiknya Badan Amil
Zakat Nasional sebagai sebuah lembaga publik yang mengelola dana
ZIS juga memfasilitasi masyarakat dan muzakki dalam mengakses
informasi pengelolaan zakat dari mulai penghimpunan,
pendistribusian, sampai pada tahap pelaporan keuangan ZIS melalui
sistem informasi publik yakni website dan muzakki corner. Tujuannya
adalah agar publik dapat mengetahui, melihat dan menilai kinerja
BAZNAS.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan Manager Informasi
dan Teknologi BAZNAS dijelaskan sebagai berikut:
“Sejauh ini keterlibatan dan partisipasi dari masyarakat dalam
mengawal pengelolaan ZIS, kita fasilitasi melalui website atau
muzakki corner. Makanya transparansi yang terus kita
upayakan yaitu dalam bentuk laporan realtime yang dibuat
secara berkala oleh bagian keuangan. Kemudian dari laporan
tersebut kita tampilkan di website, supaya publik pun dapat
melihat. Khusus untuk muzakki corner, pada halaman depan
akan menampilkan data-data berupa pengumpulan yang
berikut juga penyaluran ZIS nya”.66
Sebagaimana pemaparan Ahmad Setio Adinugroho selaku
Manager Divisi Informasi dan Teknologi, peneliti menyimpulkan
bahwa pada praktiknya BAZNAS sebagai lembaga publik telah
melakukan upaya akuntabilitas dan transparansi dengan adanya akses
66
Wawancara, Ahmad Setio Adinugroho, tanggal 24 Juni 2015
59
informasi terhadap pengelolaan zakat, infaq dan sedekah yang
dilakukan BAZNAS, baik melalui website maupun muzakki corner.
Untuk mengetahui suatu akuntabilitas bagi sebuah lembaga
pengelola zakat, setidaknya hal itu dapat diejawantahkan melalui
bentuk laporan pertanggungjawaban. Pertanggungjawaban tersebut
terbagi menjadi dua yakni pertanggungjawaban secara substantif dan
secara administrasif. Pada pertanggungjawaban substantif, institusi
zakat harus menampilkan secara kongkrit kepada publik mengenai
pelayanan yang dilakukannya untuk meningkatkan kualitas sebuah
lembaga. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah
satumuzakki dan mustahik BAZNAS, diperoleh keterangan sebagai
berikut:
“Menurut saya BAZNAS sudah cukup baik dalam melayani
muzakki yang ingin membayarkan zakatnya. Harapan saya
mudah-mudahan ke depannya BAZNAS terus mengupayakan
pelayanan yang lebih maksimal lagi agar membuat muzakki
merasa lebih nyaman saat membayarkan zakatnya”67
“Dengan pelayanan yang saat ini sudah tersistem, harapan saya
nantinya dapat mempercepat dalam proses pelayanannya
kepada masyarakat yang ingin mengajukan permohonan
bantuannya kepada BAZNAS”.68
Berdasarkan keterangan yang dipaparkan di atas, peneliti
menilai bahwa dengan adanya wujud pelayanan-pelayanan yang baik
bagi muzakki maupun mustahik, maka dapat dijadikan sebagai salah
satu tolok ukur dari segi akuntabilitas.
67
Wawancara Muzakki BAZNAS, Imam Wahyudin, tanggal 3 Agustus 2015 68
Wawancara Mustahik BAZNAS, Prayoga, tanggal 7 Agustus 2015
60
Selain pertanggungjawaban substantif, selanjutnya lembaga
zakat juga diharapkan menyampaikan pertanggungjawaban secara
administrasi. Ini sangat erat kaitannya dengan transparansi dan
akuntabilitas laporan keuangan yang disampaikan oleh lembaga zakat
kepada publik dan muzakki yang menitipkan zakatnya kepada
lembaga yang dipercayainya. Dalam hal transparansi, lembaga zakat
harus bisa menyajikan data pengelolaan ZIS berupa laporan keuangan
yang dapat diakses oleh masyarakat. Sebagaimana hasil wawancara
peneliti dengan salah satu muzakki BAZNAS, dijelaskan sebagai
berikut :
“BAZNAS sebagai lembaga zakat secara administrasi harus
terbuka dalam menginformasikan kegiatannya kepada
masyarakat. Dengan adanya dukungan teknologi informasi
seperti internet maka masyarakat akan mudah mengetahui
tentang BAZNAS”.69
Sebagaimana yang dijelaskan dalam keterangan di atas,
menurut peneliti bahwa dengan hadirnya teknologi informasi, maka
sudah seharusnya bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh BAZNAS
dalam menampilkan aspek transparansinya kepada publik. Melalui
website BAZNAS, nantinya masyarakat pun dapat mengakses setiap
laporan pertanggujawaban yang dipublikasikan oleh pengurus
BAZNAS secara periodik. Di satu sisi, bagi para muzakki yang
memberikan zakatnya, tentu akan merasa puas apabila informasi
mengenai kemana uang yang ia berikan akan berlabuh atau disalurkan.
69 Muzakki BAZNAS, Imam Wahyudin, tanggal 3 Agustus 2015
61
Informasi yang diberikan tersebut selain menjadi salah satu wujud
nyata transparansi, juga akan menambah kepercayaan dari muzakki
kepada lembaga zakat yang ia percayai.
2. Sistem Informasi Manajemen dalam Pengelolaan Zakat, Infaq
dan Sedekah.
Sistem Informasi Manajemen merupakan suatu sistem
informasi berbasis komputer yang digunakan oleh manajemen untuk
memproses data dan memberikan informasi yang berkualitas kepada
pihak yang membutuhkan.
Bagi lembaga zakat, kehadiran sistem informasi manajemen
ini ditujukan untuk mengefektifkan dan mengefisienkan setiap
individu dari lembaga tersebut (amil zakat) dalam melakukan
transaksi pengumpulan, pendistribusian, maupun pelaporan ZIS. Maka
sistem informasi ini beroperasi untuk mencatat data, mengumpulkan,
menyimpan dan memberi laporan setiap kegiatan yang dibutuhkan
suatu badan atau organisasi. Dalam melakukan aktivitas pengelolaan
zakat, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sendiri kini sudah
menerapkan pengelolaan zakat berbasis sistem informasi yang
dinamakan SIMBAZNAS.
Sebagaimana berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap
Manager Informasi dan Teknologi BAZNAS, yang dijelaskan sebagai
berikut:
62
"Kegiatan pengelolaan ZIS dari proses pengumpulan,
pendistribusian, pelaporan dilakukan secara tersistem melalui
teknologi komputer. BAZNAS sebelumnya pernah memiliki
Sistem Informasi Zakat Terpadu (SIZT), perbedannya sistem
tersebut hanya digunakan oleh BAZNAS Pusat, tidak demikian
dengan BAZNAS Daerah Provinsi dan Kab/Kota, artinya
ketika itu di tiap daerah masih menggunakan model
pengelolaan zakat yang berbeda, baik yang secara manual
maupun yang terkomputerisasi. Maka dari itu kita buatlah
SIMBAZNAS, sistem ini telah terintegrasi dengan BAZNAS
Daerah Provinsi dan Kab/Kota. Dengan demikian pengelolaan
zakat ini dapat tersentralisasi secara nasional”.70
Berdasarkan keterangan yang dipaparkan di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa sistem yang saat ini diterapkan, dirancang agar
dalam melakukan pengelolaan zakat, setiap organisasi pengelola zakat
(OPZ) dapat tersentralisasi. Dengan kata lain sistem ini digunakan
sebagai upaya untuk merealisasikan pengelolaan zakat secara nasional
yaitu dengan mengintegrasi data pengelolaan ZIS dari tiap-tiap
BAZNAS Daerah, maka BAZNAS Pusat selaku koordinator
badan/lembaga pengelola zakat dapat memonitoring kegiatan yang
bersifat operasional pengelolaan ZIS sehari-hari.
Aktivitas operasional sehari-hari seperti transaksi
penghimpunan ZIS, penginputan database muzakki, database
mustahik, donasi yang telah tersalurkan, nantinya akan dapat diakses
oleh BAZNAS Pusat. Dengan begitu, SIMBAZNAS ini dibangun
untuk memudahkan dari sisi pengendalian melalui monitoring. Oleh
karenanya semua kegiatan sistem informasi manajemen dilakukan
secara komputerisasi, maka dapat mempermudah dalam pencatatan
70 Wawancara, Ahmad Setio Adinugroho, tanggal 24 Juni 2015
63
penghimpunan, penyaluran yang telah terpisah sesuai dengan
bagiannya masing-masing dan juga data yang telah diubah ke dalam
bentuk informasi akan memudahkan sebagai bahan pengambilan
keputusan.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan Manager Informasi
dan Teknologi BAZNAS dijelaskan sebagai berikut:
“Arus perkembangan teknologi saat ini menuntun kita untuk
lebih expert dalam mengikutinya. Dukungan teknologi akan
sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan aktivitas sebuah
lembaga. Sistem Informasi Manajemen yang telah kami
bangun dan kembangkan tentu menjadi punya nilai tersendiri.
Maka ketika diawal perancangannya, kami men-design sebaik
mungkin agar dalam penggunaannya tidak memiliki kerumitan
dalam proses penginputan data. Selain itu kami juga turut
sertakan unsur-unsur yang menarik dalam aplikasi sistem ini
agar penggunanya dapat merasa nyaman dan terbiasa”.71
Menurut hemat peneliti, dengan adanya paradigma baru dalam
sistem manajemen modern seperti ini dapat membantu BAZNAS
untuk memaksimalkan kinerjanya sebagai amil zakat yang
professional dalam melaksanakan pengelolaan zakat secara nasional.
Pada prinsipnya sistem pengelolaan zakat tidak lepas dari
unsur-unsur seperti muzakki, mustahik, amil, penghimpunan,
penyaluran, pelayanan. Jika tidak ada muzakki, sangat tidak mungkin
akan ada dana zakat yang terhimpun. Demikian pula jika tidak ada
mustahik, maka dana zakat yang telah terhimpun tidak dapat
tersalurkan kepada orang yang berhak menerimanya. SIMBAZNAS
71
Wawancara, Ahmad Setio Adinugroho, tanggal 24 Juni 2015
64
juga dirancang dalam peningkatan pelayanan terhadap muzakki
maupun mustahik dari tahap penghimpunan sampai pada penyaluran.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Manager Informasi dan
Teknologi yaitu sebagai berikut :
“Mekanisme SIMBAZNAS dalam pengelolaan ZIS dari tahap
penghimpunan sampai dengan penyaluran sebenarnya itu bisa
dikatakan sangat simple sekali. Artinya kita memposisikan
sistem ini seperti aplikasi kasir, yang berbasis kas masuk dan
kas keluar. Alur prosesnya yaitu muzakki sebelumnya kita
daftarkan terlebih dahulu ke dalam sistem kami, setelah
muzakki didaftarkan kemudian data tersebut diproses dan
dicetakan NPWZ (Nomor Pokok Wajib Zakat) sebagai
keterangan telah terdaftar sebagai muzakki BAZNAS, baru
setelah itu kita bisa catat pembayaran donasi zakatnya dan
selanjutnya kita berikan bukti laporan donasi zakatnya kepada
muzakki tersebut. Sedangkan untuk mustahik yang
mengajukan permohonan bantuan sebelumnya akan dicatat
terlebih dahulu dan dikelompokkan sesuai dengan bantuan
yang dibutuhkan. Maka setiap pencatatan penyaluran kepada
mustahik, data tersebut kami simpan dalam database
mustahik“.72
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa
pengelolaan zakat yang dilakukan BAZNAS secara terkomputerisasi
dapat memudahkan BAZNAS dalam melakukan aktivitas pengelolaan
zakat dengan cara efektif dan efisien.
72 Wawancara, Ahmad Setio Adinugroho, tanggal 24 Juni 2015
65
b. Faktor Pendukung dan Penghambat Sistem Informasi
Manajemen Badan Amil Zakat Nasional (SIMBAZNAS) dalam
Pengelolaan Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS)
Dalam setiap pelaksanaan sebuah organisasi, ada beberapa
faktor yang dapat mendukung serta menghambat berjalannya sebuah
sistem infomasi manajemen, diantaranya sebagai berikut:
1. Faktor Pendukung
Dilihat dari sisi teknologi, berdasarkan wawancara
peneliti dengan Ahmad Setio Adinugroho selaku Manager
Divisi Informasi dan Teknologi dijelaskan sebagai berikut :
“Dengan teknologi yang saat ini sudah semakin
canggih akan mengefektifkan dan mengefisienkan
setiap transaksi pengelolaan ZIS. Dukungan Sistem
Informasi Manajemen ini pula yang membantu
BAZNAS dalam melakukan pengelolaan zakat
secara nasional“.73
Dalam penerapannya, SIMBAZNAS memiliki
sebuah sub sistem yang bernama Enterprise Resource
Planning (ERP). Sistem tersebut yang mengintegrasikan
data pengelolaan ZIS dari seluruh BAZNAS Daerah tingkat
Provinsi. Melalui sistem ini, maka BAZNAS Pusat akan
lebih mudah melakukan monitoring terhadap data
pengelolaan ZIS yang diperoleh dari seluruh BAZNAS
Provinsi di Indonesia. Data yang masuk ke BAZNAS Pusat,
yakni meliputi pencatatan transaksi harian, database
73 Wawancara, Ahmad Setio Adinugroho, tanggal 24 Juni 2015
66
muzakki, database mustahik, jumlah penghimpunan dan
juga alokasi penyaluran dana ZIS tersebut.
Sedangkan bila dilihat dari teknis pelaksanaannya,
berdasarkan wawancara peneliti dengan Ahmad Setio
Adinugroho selaku Manager Divisi Informasi dan
Teknologi dijelaskan sebagai berikut :
“Dukungan sumber daya manusia atau amil
BAZNAS yang mumpuni dan kompeten dalam
mengoperasikan sistem ini tentunya akan
berpengaruh terhadap meningkatnya kualitas kinerja
BAZNAS sebagai amil yang professional”.74
Sebagaimana keterangan diatas maka dapat
dikatakan bahwa amil BAZNAS turut berperan dalam
merealisasikan pengelolaan ZIS berbasis teknologi
informasi.
2. Faktor Penghambat
Dalam pelaksanaan SIMBAZNAS ini ada beberapa
hambatan yang terjadi. Bila dilihat dari sisi
pengendaliannya, berdasarkan wawancara peneliti dengan
Ahmad Setio Adinugroho selaku Manager Divisi Informasi
dan Teknologi dijelaskan sebagai berikut :
“BAZNAS belum memiliki suatu sistem verifikasi
data atau verifikator dalam mengukur kevalidan dari
setiap data operasional pengelolaan ZIS yang diinput
oleh setiap BAZNAS Daerah.Jadi dari sisi
monitoringnya, kita hanya bisa melihat dari
keaktifan BAZNAS Daerah dalam menggunakan
74 Wawancara, Ahmad Setio Adinugroho, tanggal 24 Juni 2015
67
sistem ini meskipun hal itu tidak dapat dijadikan
ukuran valid atau tidaknya data. Namun sisi
pengendalian tetap diupayakan BAZNAS sebagai
langkah antisipasi, yaitu dengan melihat laporan
pelaksanaan pengelolaan ZIS dari setiap BAZNAS
Daerah yang telah di audit syariat dan keuangan”.75
Sebagaimana yang dipaparkan dalam keterangan di
atas, dapat dikatakan bahwa BAZNAS belum sepenuhnya
menggunakan sistem ini secara baik dan tepat guna,
khususnya pada sisi pengendalian sistem tersebut yang
belum memiliki verifikator data.
Sedangkan bila dilihat dari sisi penggunaan
sistemnya, berdasarkan wawancara peneliti dengan Ahmad
Setio Adinugroho selaku Manager Divisi Informasi dan
Teknologi dijelaskan sebagai berikut :
“Kurangnya dukungan yang menyeluruh dari
masing-masing pengurus BAZNAS Daerah, menurut
catatan kami sampai pada tahun 2014 kita sudah
melakukan pelatihan sistem ini kepada 250
BAZNAS Daerah, tetapi diakhir tahun tersebut kita
akumulasikan hanya sebanyak 50 BAZNAS Daerah
yang aktif menggunakan sistem ini, faktornya karena
kurangnya teknisi atau tenaga ahli di bidang IT dan
kesediaan infrastruktur perangkat yang memadai
untuk dapat digunakan”.76
Dari keterangan tersebut, peneliti menarik
kesimpulan bahwa dalam penggunaan sistem ini ternyata
masih terdapat kendala-kendala diantaranya adalah kurang
tersedianya tenaga ahli yang cukup di bidang IT pada
75
Wawancara, Ahmad Setio Adinugroho, tanggal 24 Juni 2015 76
Wawancara, Ahmad Setio Adinugroho, tanggal 24 Juni 2015
68
BAZNAS Daerah dan kesediaan infrastruktur perangkat
yang memadai untuk dapat digunakan.
Faktor lain yang menjadi penghambat dalam
penggunaan sistem ini juga terletak pada pihak ekstern,
dalam hal ini yakni muzakki dan mustahik. Berdasarkan
wawancara peneliti dengan beberapa muzakki dan mustahik
BAZNAS yang dipilih secara incidental, peneliti
menemukan bahwa masih kurangnya antusiasme dari
muzakki maupun mustahik dalam memanfaatkan kemajuan
teknologi informasi saat ini seperti internet untuk
memperoleh informasi seputar pengelolaan ZIS dan
keberadaan BAZNAS. Faktornya adalah karena
keterbatasan pengetahuan, sehingga diantara muzakki dan
mustahik masih belum begitu mengerti dalam
mengoperasikan sistem pengelolaan zakat yang sudah
berbasis teknologi tersebut.
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan-temuan yang peneliti dapatkan
berkenaan dengan Penerapan Sistem Informasi Manajemen pada Badan
Amil Zakat Nasional, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. BAZNAS telah melakukan upaya-upaya untuk mewujudkan
akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan ZIS, dengan
menyajikan informasi yang terbuka kepada publik tentang
pengelolaan ZIS yang dapat diakses oleh masyarakat melalui website
BAZNAS dan muzakki corner untuk yang telah terdaftar sebagai
muzakki BAZNAS. Namun demikian, BAZNAS terus berupaya untuk
melakukan peningkatan kualitas transparansi agar dapat memelihara
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pengelola zakat.Dengan
bantuan Sistem Informasi Manajemen, pengelolaan ZIS yang
dilakukan BAZNAS menjadi lebih efektif dan efisien. Meskipun
demikian, dalam pelaksanaannya BAZNAS terus mengupayakan
untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sistem tersebut agar
pelayanannya dapat lebih optimal.
2. Sistem Informasi Manajemen merupakan salah satu sarana atau alat
yang digunakan BAZNAS untuk mewujudkan sentralisasi dalam
pengelolaan ZIS. Sistem ini yang mengintegrasikan BAZNAS Daerah
71
dengan BAZNAS Pusat. Namun dalam pelaksanaannya, dari sebanyak
250 BAZNAS Daerah yang mengikuti pelatihan SIMBAZNAS, hanya
sebanyak 50 BAZNAS Daerah saja yang aktif dalam menggunakan
sistem ini. Selain itu pada sisi pengendaliannya, SIMBAZNAS masih
belum dilengkapi dengan suatu sistem verifikator yang dapat
memverifikasi setiap data pengelolaan ZIS yang diinput oleh
BAZNAS Daerah ke dalam SIMBAZNAS. Sehingga untuk
mengetahui dan mengukur kevalidan datanya, BAZNAS melihatnya
dari laporan pelaksanaan pengelolaan ZIS dari setiap BAZNAS
Daerah yang telah di audit syariat dan keuangan.
B. Saran
1. Perlunya inovasi baru dalam rangka peningkatan pelayanan dan
kualitas transparansi kepada publik, dengan harapan agar lebih gencar
dalam melakukan sosisalisasi tentang keberadaan BAZNAS yang
merupakan badan amil zakat bentukan pemerintah. Hal ini tentunya
akan dapat menarik minat masyarakat untuk menyalurkan zakatnya
serta menumbuhkan image positif sebagai lembaga yang akuntabel
dan transparan.
2. Pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia pada BAZNAS
dengan diadakannya berupa pelatihan-pelatihan khusus yang ditujukan
untuk mengantisipasi tantangan pengelolaan zakat yang dihadapi
kedepannya. Hal ini akan mencerminkan sebagai amil yang capable
72
yang dapat menjaga keberlangsungan dan eksistensi BAZNAS dalam
kancah perzakatan nasional.
3. Dengan adanya pengendalian terhadap sistem yang mengintegrasikan
data pengelolaan ZIS BAZNAS Daerah dengan BAZNAS Pusat,
maka akan dapat mengurangi kesalahan dalam input data serta dapat
meminimalisir adanya manipulasi atau duplikasi data. Oleh
karenanya, sistem verifikasi data pada SIMBAZNAS diupayakan agar
lebih ditingkatkan secara maksimal sehingga dapat menjamin
kevalidan terhadap data pengelolaan ZIS yang dikelola.
73
DAFTAR PUSTAKA
Aflah, Kurtanto Noor dan Mohd. Nasir Tajang, ed., Zakat dan Peran Negara.
Jakarta: FOZ, 2006
Aflah, Noor. Arsitektur Zakat Indonesia. Jakarta: UI Press, 2009
Davis, Gordon B. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian 1:
Pengantar. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo, 1999
Depag RI. Modul Penyuluhan Zakat. Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Zakat,
2012
Fathurahman, Oman dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis dan
Disertasi, Jakarta: CEQDA (Center for Quality Development and Assurance)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2007
Hafidhuddin, Didin dan Ahmad Juwaini. Membangun Peradaban Zakat:
Sebuah Jalan Kegemilangan Zakat. Jakarta: Institut Manajemen Zakat, 2007
Hafidhuddin, Didin. Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema
Insani, 2002
Hafidhuddin, Didin. Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, Sedekah. Jakarta:
Gema Insani, 1998
Hafidhuddin, Didin, dkk. Mewujudkan Pusat Zakat Nasional yang Amanah,
Transparan, dan Professional. Jakarta: BAZNAS, 2008
Hafidhuddin, Didin, dkk. Fiqih Zakat Indonesia. Jakarta: BAZNAS, 2015
Inayah, Gazi. Teori Komprehensif Tentang Zakat dan Pajak. Yogyakarta: Tiara
Wacana, 2003
Jaya Putra, Syopiansyah dan A’ang Subiyanto. Pengantar Sistem Informasi.
Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006
Masdar, dkk. Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju Efektivitas
Pemanfaatan Zakat, Infak dan Sedekah, 2004
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. 2007
Qardawi, Yusuf. Hukum Zakat. Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2011
Salam, Syamsir. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:UIN Jakarta Press, 2006
Siagian, Sondang. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara, 2005
Sudirman. Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas. Malang:UIN-Malang Press,
2007
73
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta. 2011
Sutabri, Tata. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: Andi Offset, 2006
Taufiq, Rohmat. Sistem Informasi Manajemen: Konsep Dasar, Analisis dan
Metode Pengembangan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003
Wahyono, Teguh. Sistem Informasi (Konsep Dasar, Analisis Desain dan
Implementasi). Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004
Internet
http://pusat.baznas.go.id/berita-utama/1-tahun-baznas-telah-kembangkan-
simba/ diakses pada tanggal 15 Maret 2015 Pukul. 22.28
http://tesisdisertasi.blogspot.com/2010/05definisi-akuntabilitas.html diakses
pada tanggal 28 Mei 2015 Pukul 14.03
http://pusat.baznas.go.id/berita-artikel-pertanggungjawaban-pengelolaan -
zakat/ diakses pada tanggal 15 Juli 2015 Pukul. 21.18
http://pusat.baznas.go.id/profil/diakses pada tanggal 2 Oktober Pukul 14.25
http://pusat.baznas.go.id/visi-misi/diakses pada tanggal 2 Oktober Pukul 14.25
http://pusat.baznas.go.id/program/diakses pada tanggal 2 Oktober Pukul 14.26
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
DIVISI INFORMASI & TEKNOLOGI BAZNAS
Nama Responden : Ahmad Setio Adinugroho
Jabatan : Manager Divisi IT
Hari / Tanggal : Rabu, 24 Juni 2015
1. Bagaimana Sistem Pengelolaan ZIS yang diterapkan BAZNAS ?
Jawab : Diawal tahun 2011 kita telah membuat sebuah arsitektur atau
blue print tentang sistem informasi dan teknologi, itulah yang menjadi
panduan kita ketika ke depannya mengembangkan aplikasi. Ketika itu
kita telah berhasil membangun sebuah sistem yang dinamakan SIZN
(Sistem Informasi Zakat Nasional). Namun, sistem tersebut bukan
dibuat oleh BAZNAS, melainkan oleh BRI Syariah yang saat itu ingin
menginfakkan sesuatu kepada BAZNAS, maka dibuatlah sistem
tersebut. Ketika diserah terimakan SIZN tidak pernah digunakan
karena ketidak cocokan antara kode akun pada aplikasi dengan yang
digunakan BAZNAS. Belajar dari pengalaman tersebut maka kita
berupaya mendesign sedemikian rupa aplikasi yang memenuhi
kebutuhan lembaga sesuai dengan panduannya (Standar Operasional
Prosedur) yang telah dibuat. Maka dibuatlah Sistem Informasi
BAZNAS yang telah tersentralisasi dengan BAZNAS Daerah
Kab/Kota dan Provinsi. Pertama kali kita memperkenalkan tentang
SIMBAZNAS ini pada bulan Oktober tahun 2012 yang saat itu kita
mengadakan soft launching dengan melakukan pelatihan kepada 40
BAZNAS Daerah. SIMBAZNAS sendiri di dalamnya tersebut
terdapat 4 rancangan sistem. Pertama, Enterprise Resource Planning
(ERP) aplikasi ini yang fokusnya diakses oleh BAZNAS Pusat
sebagai monitoring dalam kegiatan operasional. Kedua, Sistem
Manajemen Informasi BAZNAS (SIMBA) yang difokuskan untuk
digunakan BAZNAS Daerah dan LAZ. Ketiga, aplikasi publik yang
fokusnya digunakan oleh masyarakat, sejauh ini ada 2 jenis aplikasi
publik yaitu Muzakki Corner dan Website. Keempat, aplikasi support
yang digunakan oleh mitra kerjasama BAZNAS.
2. Apakah sistem pengelolaan ZIS yang saat ini sudah optimal ? (Jika
Sudah, apa ukurannya? / Jika belum kenapa, apa saja yang dirasa
kurang optimal?
Jawab : Jika dilihat dari sisi sistemnya saya rasa belum ya, karena
pekerjaan rumah kita lumayan masih banyak. Kalau melihat 4
rancangan yang tersebut tadi artinya kita harus mengembangkan
keempat kategori sistem tersebut. Sedangkan dari sisi penerapan
sistemnya, kita memiliki data pada awal tahun 2014 kita sudah
melatihkan sebanyak 250 BAZNAS Daerah, dan diakhir tahun 2014
kita akumulasikan hanya ada 50 BAZNAS Daerah yang menggunakan
sistem ini.
3. Menurut anda bagaimana urgensi Sistem Informasi Manajemen dalam
Pengelolaan ZIS ?
Jawab : Arus perkembangan teknologi saat ini menuntun kita untuk
lebih expert dalam mengikutinya. Tentu Sistem Informasi Manajemen
yang sudah kami bangun dan kembangkan menjadi punya nilai
tersendiri. Dengan teknologi yang saat ini sudah semakin canggih
akan mengefektifkan dan mengefisienkan setiap transaksi pengelolaan
ZIS yang dilakukan. Untuk teknisnya, BAZNAS Pusat hanya
menyelenggarakan satu kali pelatihan pada saat awal, pesertanya dari
BAZNAS Provinsi, untuk pelatihan selanjutnya itu BAZNAS Provinsi
melakukan ke BAZNAS Kabupaten/Kota. Sejauh ini sudah ada 19
BAZNAS Provinsi yang menyelenggarakan pelatihan kepada
BAZNAS Kabupaten/Kota sebanyak 298 BAZNAS Daerah, meskipun
pada penggunaannya hanya sebanyak 50 BAZNAS Daerah yang
berjalan.
4. Bagaimana sebelum dan sesudah menggunakan SIM, sejauh apa
pelayanan ZIS yang dilakukan ?
Jawab : Pelayanan yang kita lakukan dari proses pengumpulan,
pendistribusian, pelaporan dilakukan secara tersistem melalui
teknologi komputer. BAZNAS sebelumnya pernah memiliki Sistem
Informasi Zakat Terpadu (SIZT), perbedannya sistem tersebut hanya
digunakan oleh BAZNAS Pusat, tidak demikian dengan BAZNAS
Daerah Provinsi dan Kab/Kota, artinya ketika itu di tiap daerah masih
menggunakan model pengelolaan zakat yang berbeda, baik yang
secara manual maupun yang terkomputerisasi. Maka dari itu kita
buatlah SIMBAZNAS, sistem ini telah terintegrasi dengan BAZNAS
Daerah Provinsi dan Kab/Kota. Dengan demikian pengelolaan zakat
ini dapat tersentralisasi secara nasional. Beberapa fitur aplikasi yang
menjadi keunggulan seperti misalnya muzakki corner yang dapat
cetak Bukti Setor Zakat sendiri, dan juga sekarang telah kita
tambahkan dengan transaksi online lainnya.
5. Bagaimana mekanisme dan alur pengelolaan ZIS melalui Sistem
Informasi Manajemen BAZNAS?
Jawab : Mekanisme SIMBAZNAS dalam pengelolaan ZIS dari tahap
penghimpunan sampai dengan penyaluran sebenarnya itu bisa
dikatakan sangat simple sekali. Artinya kita memposisikan sistem ini
seperti aplikasi kasir, yang berbasis kas masuk dan kas keluar. Alur
prosesnya muzakki sebelum kita catat pembayarannya, ia harus
didaftarkan dahulu, kemudian data tersebut diproses dan dicetakan
NPWZ nya, baru setelah itu kita bisa catat pembayarannya. Kalau
untuk penyalurannya, mustahik terlebih dahulu kita catat profil atau
data riwayat pribadinya, dari situ akan secara otomatis masuk ke
dalam database. Artinya tanpa adanya muzakki tidak mungkin
pencatatan donasi itu bisa dilakukan, sebaliknya juga tanpa adanya
mustahik maka akan mustahil pencatatan penyaluran itu bisa ada.
6. Apa saja hambatan dan dukungan dalam penerapan sistem ini ?
Jawab : Penghambatnya bila dilihat dari sisi penggunaan sistem ini
adalah kurangnya dukungan yang menyeluruh dari masing-masing
pengurus BAZNAS Daerah. Menurut catatan kami sampai pada tahun
2014 kita sudah melakukan pelatihan sistem ini kepada 250 BAZNAS
Daerah, tetapi diakhir tahun tersebut kita akumulasikan hanya
sebanyak 50 BAZNAS Daerah yang aktif menggunakan sistem ini.
Kendalanya karena keterbatasan SDM yang memiliki keahlian di
bidang IT dan kesediaan infrastruktur perangkat yang memadai untuk
dapat digunakan. Kalau dukungannya tentu adanya teknologi
informasi yang saat ini sudah semakin canggih, jadi akan
mengefektifkan dan mengefisienkan setiap transaksi pengelolaan ZIS.
Selain itu Sistem Informasi Manajemen ini diharapkan dapat
membantu BAZNAS dalam melakukan pengelolaan zakat secara
nasional
7. Dalam hal integrasi, bagaimana fungsi pengendalian yang dilakukan
BAZNAS Pusat terhadap BAZNAS di tingkat provinsi dan
kota/kabupaten dalam penghimpunan maupun penyaluran ZIS ?
Jawab : Kalau pengendalian dalam artian valid atau tidaknya data
yang diinput itu terus terang belum ada kebijakan atau verivikatornya,
tapi dari pengendalian yang kita lakukan kita melihat dari sisi
seberapa mereka aktif dalam menggunakan sistem ini. Makanya
sejauh ini kita bisa melihat ada 50 BAZNAS Daerah yang memakai.
Jadi dari sisi monitoring yang telah kita lakukan untuk parameter
kevalidan data tersebut terus terang kita hanya melihat laporan
pelaksanaan pengelolaan ZIS dari setiap BAZNAS Daerah yang telah
di audit syariat dan keuangan sebagai langkah antisipasi adanya
manipulasi atau duplikasi data.
8. Bagaimana output dari penerapan Sistem Informasi Manajemen ini
terhadap muzakki atau donatur ?
Jawab : Satu hal yang sering saya dengar, bahwa muzakki cukup
apresiasi ketika ada SMS yang masuk setelah membayarkan zakat.
Muzakki itu mengapresiasi karena merasa BAZNAS care, ditambah
juga kita punya Muzakki Corner yang mempermudah pengelolaan
zakat bagi muzakki secara mandiri, sehingga bagi muzakki dapat
melakukan pembayaran secara online. Saat ini kita juga sedang
kembangkan aplikasi tersebut di smartphone untuk versi android dan
iOS dengan tambahan beberapa fitur seperti chatting sesama muzakki,
cek riwayat pembayaran, konfirmasi donasi, jemput zakat, cetak bukti
setor zakat, dan pembayaran online lainnya.
9. Adakah keterlibatan dan partisipasi dari masyarakat dalam mengawal
pengelolaan ZIS, baik dari penghimpunan, pendistribusian, maupun
pelaporan?
Jawab : Paling hanya via website atau muzakki corner makanya
transparansi kita dalam bentuk laporan realtime yang ada di website,
datanya diambil langsung dari SIMBAZNAS terus ditampilkan di
website supaya publik dapat melihat. Dan khusus di muzakki corner di
halaman depan ada data-data berupa pengumpulan dan penyaluran
ZIS nya. Artinya hanya sebatas itu saja, kalau lebih jauh atau lebih
intens lagi berinteraksi langsung dengan pengembangan aplikasi ini
tidak sampai sejauh itu.
10. Sebagai lembaga publik, bagaimana upaya atau realisasi BAZNAS
dalam mewujudkan sebagai lembaga yang akuntabel dan transparan ?
Jawab : Yang jelas laporan keuangan, itu yang terus ada dan saat ini
sedang diaudit. Kita selalu di website itu kan ada laporan bulanan
yang kita publish yang dikeluarkan oleh bagian keuangan. Jadi segala
yang bersifat transparansi, akuntabilitas dan lain sebagainya itu
dilakukan oleh bagian keuangan mengenai laporan realtime yang di
website tadi. Sejauh ini bentuk-bentuk akuntabilitasnya hanya berupa
laporan pertanggungjawaban keuangan saja.
Jakarta, 24 Juni 2015
_Adinugroho
List Interview Guide
Muzakki BAZNAS
Identitas Responden
Nama : Imam Wahyudin
Alamat : Kemayoran, Jakarta Utara
JenisKelamin : Laki-laki
Pekerjaan : KaryawanSwasta
WaktuWawancara : 3Agustus 2015
Question
1. Apakah alasan anda menyalurkan dana ZIS kepada BAZNAS ?
Jawaban: Karena kebetulan kantor BAZNAS letaknya berdekatan dengan kantor
tempat saya bekerja.
2. Bagaimana pendapat anda tentang pengelolaan ZIS yang dilakukan BAZNAS ?
Jawaban: Kalau melihat dari majalah BAZNAS yang terbit tiap bulan, menurut
saya pengelolaannya sudah cukup baik dan transparan.
3. Menurut anda seperti apakah lembaga zakat yang transaparan?
Jawaban: Lembaga zakat yang transparan adalah yang terbuka mengenai
laporannya dan eviden dari setiap kegiatannya harus selalu ditampilkan.
4. Salah satu amanat dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang
Keterbukaan Informasi Publik ialah perlunya mengoptimalkan pengawasan
publik terhadap badan/lembaga yang berkaitan dengan kepentingan publik.
Adakah bentuk pengawasan yang anda lakukan kepada BAZNAS ?
Jawaban: Paling hanya melihat laporan-laporan dari majalah bulanan yang
diberikan BAZNAS.
5. Menurut anda dengan adanya teknologi informasi apakah berpengaruh terhadap
kualitas pelayanan yang diberikan BAZNAS ?
Jawaban: Dengan adanya dukungan teknologi informasi seperti internet maka
masyarakat akan mudah mengetahui tentang BAZNAS, untuk itu BAZNAS harus
terbuka dalam menginformasikan kegiatannya kepada masyarakat.
6. Menurut sepengetahuan anda sebagai muzakki BAZNAS, apa bentuk
akuntabilitas/pertanggungjawaban BAZNAS dalam melakukan Pengelolaan ZIS
anda?
Jawaban: Yang saya rasakan sih saya selalu menerima bukti laporan setor zakat
dari BAZNAS.
7. Sebagai muzakki BAZNAS, apa yang anda ketahui tentang aplikasi Muzakki
Corner ?
Jawaban: Untuk melihat riwayat pembayaran zakat dari muzakki, tapi saya tidak
begitu mengerti cara menggunakannya seperti apa.
8. Bagaimana harapan anda kepada BAZNAS dalam peningkatkan kualitas
pengelolaan ZIS ?
Jawaban: Harapannya tetap selalu menjaga amanah yang dititipkan oleh para
muzakki.
Jakarta, 3 Agustus 2015
Imam Wahyudin
List Interview Guide
Mustahik BAZNAS
Identitas Responden
Nama : Prayoga
Alamat : Serang, Banten
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Buruh
Hari / Tanggal : Jumat, 7 Agustus 2015
Question
1. Apa yang anda ketahui tentang BAZNAS ?
Jawaban: Setahu saya BAZNAS ini lembaga yang menyalurkan zakat, infaq
sedekahnya kepada orang-orang yang membutuhkan pertolongan dan bantuan.
2. Bagaimana pendapat anda dengan keberadaannya BAZNAS saat ini ?
Jawaban: Dengan adanya BAZNAS memberikan keringanan bagi masyarakat
yang tidak mampu, menurut saya Alhamdulillah BAZNAS sangat membantu saya
saat saya mengajukan proposal.
3. Menurut anda bagaimana pelayanan yang dilakukan BAZNAS dari sisi
penyalurannya kepada mustahik ?
Jawaban: Dengan pelayanan yang saat ini sudah tersistem, harapan saya
nantinya dapat mempercepat dalam proses pelayanannya kepada masyarakat yang
ingin mengajukan permohonan bantuannya kepada BAZNAS.
4. Apa saja yang anda ketahui tentang program penyaluran BAZNAS ?
Jawaban: Program-program BAZNAS ada yang berupa pendidikan, pemberian
bantuan modal, kesehatan, sama buat orang-orang yang terlilit hutang.
5. Dari mana anda mengetahui atau mendapat informasi tentang keberadaan
BAZNAS ?
Jawaban: Dari orang-orang DKM Masjid di sekitar rumah saya, karena
kebetulan orang yang di DKM itu juga pernah mengajukan bantuan ke BAZNAS.
6. Menurut anda apakah media informasi seperti Website memberikan kemudahan
anda untuk mengetahui keberadaan BAZNAS ?
Jawaban: Kalau itu sih saya belum ya, karena saya begitu tahu dari orang, saya
langsung coba mendatangi ke tempat ini.
7. Menurut anda apakah BAZNAS sudah terbuka dan transparan dalam
menyebarluaskan informasi kepada publik tentang keberadaannya ?
Jawaban: Setahu saya umumnya sih BAZNAS sudah memberikan informasi
yang luas kepada masyarakat, cuma ya itu pasti ada prosedurnya. Mungkin
kebanyakan orang tidak tahu saja bagaimana prosedur yang harus dilewati.
8. Bagaimana harapan anda kepada BAZNAS mengenai pengelolaan dana Zakat,
Infak dan Sedekah ini secara khusus dalam hal penyaluran terhadap mustahik ?
Jawaban: Untuk saya mudah-mudahan BAZNAS ke depannya terus bisa lebih
meningkatkan lagi dari yang sekarang dalam pelayanannya.
Jakarta, 7 Agustus 2015
Prayoga
Dokumentasi Pada Saat Penelitian
Data Penggunaan Sistem Informasi Manajemen BAZNAS
Sumber : Arsip Dokumentasi Divisi Informasi dan Teknologi BAZNAS
Data Penggunaan Sistem Informasi Manajemen BAZNAS
Sumber : Arsip Dokumentasi Divisi Informasi dan Teknologi BAZNAS