PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/593/1/Desi...
Transcript of PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/593/1/Desi...
PENERAPAN PENDEKATAN SAVI
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA
MATERI CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
BAGI SISWA KELAS V SEMESTER II
MI MA’ARIF PULUTAN SIDOREJO SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
DESI NURAINI
NIM 11511024
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2015
PENERAPAN PENDEKATAN SAVI
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA
MATERI CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
BAGI SISWA KELAS V SEMESTER II
MI MA’ARIF PULUTAN SIDOREJO SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
DESI NURAINI
NIM 11511024
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2015
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax.323433 Kode Pos. 50721 Salatiga
http//www.salatiga.ac.id e-mail:[email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara :
Nama : Desi Nuraini
NIM : 11511024
Fakultas : Tarbiyah Ilmu dan Keguruan
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul : Penerapan Pendekatan SAVI untuk Meningkatkan
Hasil Belajar IPA Materi Cahaya dan Sifat-Sifatnya
bagi Siswa Kelas V Semester II MI Ma’arif Pulutan
Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
SKRIPSI
PENERAPAN PENDEKATAN SAVI
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA
MATERI CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA
BAGI SISWA KELAS V SEMESTER II
MI MA’ARIF PULUTAN SIDOREJO SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
DISUSUN OLEH
DESI NURAINI
11511024
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Tarbiyah Ilmu dan Keguruan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 29 Agustus 2015 dan
telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana SI
Kependidikan Islam.
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini
Nama : Desi Nuraini
NIM : 11511024
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.
MOTTO
يه للاه يزفع وا الذ نكهم ءامنه يه م وتهوا والذ هلم أ ه تعملهون ب ما وللاه درجات الع خب يزه
Artinya :
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Q.s. al-Mujadalah : 11)
PERSEMBAHAN
Untuk keluarga besar tercinta yang selalu memberikan motivasi,
khususnya Bapak, Ibu dan Adikku Muhammad Muhlisin;
Calon bapaknya anak-anakku tersayang Edi Widjanarko;
Sahabat-sahabat yang selalu ada buat aku, you all the best for
me;
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayahnya, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Pendekatan SAVI untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Cahaya dan Sifat-sifatnya bagi Siswa
Kelas V Semester II MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran
2014/2015” ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna
memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah pada IAIN
Salatiga.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita,
Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan
ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal
hidup kita di dunia dan akhirat kelak. Penulisan skripsi ini tentu tidak lepas dari
bimbingan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuannya, khususnya kepada:
1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Suwardi, S.Pd, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Peni Susapti, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah IAIN Salatiga.
4. Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd, sebagai dosen pembimbing yang telah tulus,
ikhlas dan senantiasa berkenan memberikan sumbangsih pikiran, serta
waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
5. Ayahanda (Karsimin) dan Ibunda tercinta (Al Qomah), dan adik tersayang
(M. Muhlisin).
6. Kepala MI Ma’arif Pulutan, guru dan karyawan serta semua siswa-siswi yang
telah berkenan membantu dan memberikan data kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulisan skripsi ini.
Atas jasa mereka, peneliti hanya dapat memohon doa semoga amal mereka
mendapat balasan yang lebih baik serta mendapat kesuksesan baik di dunia
maupun di akhirat. Peneliti dalam hal ini juga mengharap kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Dan akhirnya
peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti dan pembaca pada
umumnya.
Salatiga, Juni 2015
Penulis
ABSTRAK
Nuraini, Desi. 2015. Penerapan Pendekatan SAVI untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Cahaya dan
Sifat-sifatnya bagi Siswa Kelas V Semester II MI
Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran
2014/2015. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd.
Kata Kunci: Hasil Belajar, IPA dan Pendekatan SAVI
Kualitas pendidikan telah diupayakan melalui peningkatan kualitas tenaga
pendidik, pengelolaan satuan pengajaran dan pemanfaatan pembelajaran yang
digunakan. Namun kenyataannya belum memperlihatkan hasil yang optimal.
Kondisi ini disebabkan kurang efektifnya pendekatan pembelajaran yang
diterapkan oleh pendidik yang berakibat ketidaknyamanan siswa dalam belajar.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penerapan
pendekatan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi cahaya dan sifat-
sifatnya bagi siswa kelas V semester II MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga
Tahun Pelajaran 2014/2015? Apakah penerapan pendekatan SAVI dapat
memenuhi target pencapaian KKM mata pelajaran IPA materi cahaya dan sifat-
sifatnya bagi siswa kelas V semester II MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga
Tahun Pelajaran 2014/2015? Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
tindakan kelas yang dilakukan melalui siklus, yakni: perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data dengan observasi, tes dan
dokumentasi.
Hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa penerapan pendekatan SAVI
dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya pada siswa
kelas V semester II MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga tahun pelajaran
2014/2015 dibuktikan dengan prosentase peningkatan pada prasiklus sebanyak 3
siswa atau sebesar 15%, siklus I sebanyak 8 siswa atau sebesar 40%, siklus II
sebanyak 15 siswa atau sebesar 75% dan siklus III sebanyak 18 siswa atau sebesar
90%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPA sebanyak 15
siswa atau sebesar 75%; dan pendekatan SAVI dapat memenuhi target pencapaian
KKM mata pelajaran IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya dari rata-rata pra siklus
43, siklus I sebesar 59,75, siklus II sebesar 72,5, dan siklus III sebesar 83,5, serta
dapat melampaui KKM sebesar 65.
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DARTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ........................ 6
E. Kegunaan Penelitian ................................................................. 7
F. Definisi Operasional .................................................................. 8
G. Metode Penelitian ...................................................................... 10
1. Rancangan Penelitian ......................................................... 10
2. Subjek Penelitian ................................................................ 11
3. Langkah-langkah Penelitian ............................................... 11
4. Instrument Penelitian .......................................................... 13
5. Pengumpulan Data ……………………………………….. 15
6. Analisis Data ....................................................................... 17
H. Sistematika Penulisan ................................................................ 19
BAB II KAJIAN PUSTAKA...................................................................... 21
A. Hasil Belajar IPA ........................................................................ 21
1. Pengertian Hasil Belajar ...................................................... 21
2. Macam-macam Hasil Belajar ............................................. 22
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar .............. 24
4. IPA Materi Cahaya dan Sifat-sifatnya ................................ 28
B. Pendekatan SAVI ....................................................................... 43
1. Pengertian Pendekatan SAVI ............................................... 43
2. Tahapan Pendekatan SAVI .................................................. 49
3. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan SAVI .................... 53
C. Kriteria Ketuntasan Minimal ...................................................... 56
1. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ................. 56
2. Fungsi Kriteria Ketuntusan Minimal .................................... 57
3. Prinsip Penetapan KKM ....................................................... 59
4. Jenis Ketuntasan Kriteria Minimal ....................................... 60
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ……………………………… 61
A. Subyek Penelitian ……………………………………………... 61
1. Sejarah Singkat Berdirinya MI Ma’arif Pulutan .................. 61
2. Visi dan Misi Madrasah ....................................................... 61
3. Waktu Pelaksanaan Penelitian ............................................. 62
4. Tempat Penelitian ................................................................ 62
5. Keadaan Guru dan Siswa .................................................... 63
B. Deskripsi Kondisi Awal ……………………………………….. 65
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ………………………………... 68
D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ………………………………. 76
E. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III ……………………………… 84
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 93
A. Deskripsi Hasil Penelitian Per Siklus ....................................... 93
1. Deskripsi Hasil Kondisi Awal (Pra Siklus) ………………... 93
2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I ....................................... 94
3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II ....................................... 99
4. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus III……………………….. 104
B. Perbandingan Antar Siklus ........................................................ 109
BAB V PENUTUP .................................................................................... 111
A. Kesimpulan ................................................................................ 111
B. Saran ………………………………………………………….. 112
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Indikator Keberhasilan ................................................................. 7
Tabel 2. 1 Karakteristik Pembelajaran SAVI ……………………………… 47
Tabel 3. 1 Pelaksanaan Penelitian …………………………………………. 62
Tabel 3. 2 Daftar Guru MI Ma’arif Pulutan .................................................. . 63
Tabel 3. 3 Daftar Siswa MI Ma’arif Pulutan ................................................ 64
Tabel 3. 4 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Prasiklus …………………… 66
Tabel 3. 5 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Prasiklus …………………….. 67
Tabel 3. 6 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I ……………………. 71
Tabel 3. 7 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Siklus I ………………………. 72
Tabel 3. 8 Hasil Observasi Aktifitas Belajar Siswa Pada Siklus I ………… 74
Tabel 3. 9 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus II …………………….. 80
Tabel 3. 10 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Siklus II ………………………. 81
Tabel 3. 11 Hasil Observasi Aktifitas Belajar Siswa Pada Siklus II ………... 82
Tabel 3. 12 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus III …………………… 88
Tabel 3. 13 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Siklus III ………….………….. 89
Tabel 3. 14 Hasil Observasi Aktifitas Belajar Siswa Pada Siklus III ……….. 91
Tabel 4. 1 Rata-rata Hasil Tes Awal ……………………………………….. 93
Tabel 4. 2 Rata-rata Hasil Tes Siklus I …………………………………….. 95
Tabel 4. 3 Pengamatan Responden Guru Menerapkan Pendekatan SAVI
Siklus I ………………………………………………………….. 96
Tabel 4. 4 Pengamatan Responden Siswa Menerapkan Pendekatan SAVI
Siklus I ………………….………………………………………. 97
Tabel 4. 5 Pengamatan Responden Guru Menerapkan Pendekatan SAVI
Siklus II …………………………………………………………. 100
Tabel 4. 6 Pengamatan Responden Siswa Menerapkan Pendekatan SAVI
Siklus II …………………………………………………………. 101
Tabel 4. 7 Rata-rata Hasil Tes Siklus II …………………………………….. 102
Tabel 4. 8 Pengamatan Responden Guru Menerapkan Pendekatan SAVI
Siklus III …………………………………………………………. 105
Tabel 4. 9 Pengamatan Responden Siswa Menerapkan Pendekatan SAVI
Siklus III …………………………………………………………. 106
Tabel 4. 10 Rata-rata Hasil Tes Siklus III ……………………………………. 107
Tabel 4. 11 Perbandingan Hasil Belajar IPA Pra Siklus, Siklus I, Siklus II dan
Siklus III ………………………………………………………… 109
Tabel 4. 12 Peningkatan Hasil Belajar Siklus I, Siklus II dan Siklus III ……. 110
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas …………………………….... 12
Gambar 2.1 Cahaya Menembus Benda Bening ……………...……………… 32
Gambar 2.2 Cahaya Merambat Lurus ………………………………….......... 32
Gambar 2.3 Cahaya Dapat Dipantulkan ……………………………………. 33
Gambar 2.4 Cahaya Dapat Dibiaskan………………………………………... 34
Gambar 2.5 Pemantulan Cahaya …………………………………………….. 34
Gambar 2.6 Pembentukan Cahaya pada Cermin Datar………………………. 36
Gambar 2.7 Pembentukan Cahaya pada Cermin Cekung …………………... 37
Gambar 2.8 Pembentukan Cahaya pada Cermin Cembung …………………. 38
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kumpulan dari semua proses yang
memungkinkan seseorang mampu mengembangkan seluruh kemampuan,
sikap-sikap, dan bentuk perilaku positif di masyarakat tempat individu yang
bersangkutan berada (Sukardjo dan Komarudin, 2009: 9). Salah satu cara
untuk menghasilkan manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan.
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003,
pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara (UU Sisdiknas, 2003:1).
Dalam pelaksanaan proses pendidikan di tingkat dasar merupakan
masalah yang paling mendasar. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 tujuan pendidikan adalah
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab (UU Sisdiknas, 2003:8).
Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa pendidikan memegang peranan
yang sangat penting dalam semua aspek kehidupan. Dengan adanya
pendidikan, sumber daya manusia dapat berkembang ke arah yang lebih baik.
Salah satunya dapat dilihat dari kemampuan dan kreatifitas guru dalam
mengajar. Dalam perkembangannya, guru harus memiliki keahlian untuk
memilih dan menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan
materi yang akan diajarkan. Terdapat kecenderungan pemikiran dalam dunia
pendidikan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa siswa akan
belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih
bermakna jika siswa mengalami apa yang dipelajarinya, bukan
mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi
terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam
membekali siswa memecahkan persoalan kehidupan jangka panjang.
Pendidikan diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari termasuk mata
pelajaran IPA. Dalam pembelajaran IPA menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi
dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Oleh sebab itu guru harus mempu
mengetahui kondisi siswa dalam penguasaan keterampilan yang lain. Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Materi yang tertuang dalam mata pelajaran IPA diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui
pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan
pendekatan pembelajaran IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak
berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat MI diharapkan ada
penekanan pembelajaran IPA, lingkungan teknologi dan masyarakat yang
diarahkan pada pengalaman belajar siswa untuk merancang dan membuat
suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kemampuan bekerja secara
ilmiah dan bijaksana.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti,
ditemukan bahwa guru IPA Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Pulutan Sidorejo
Salatiga dalam mengajar cenderung bersifat informatif atau hanya transfer
ilmu pengetahuan dari guru ke siswa sehingga siswa belum terlibat secara
aktif dalam proses pembelajaran. Guru dalam mengajar sehari-hari cenderung
secara klasikal, verbal, dan hanya menggunakan buku paket sebagai sumber
belajar. Pembelajaran yang bersifat tradisional kurang melibatkan siswa secara
aktif dalam proses pembelajaran dan terkesan verbalisme sehingga siswa
kurang antusias untuk mengikuti pelajaran IPA.
Siswa di madrasah tersebut juga belum sepenuhnya menyukai
pelajaran IPA yang disebabkan kurangnya minat belajar maupun kreativitas
yang dimiliki oleh siswa. Sehingga hasil belajar siswa khususnya pada mata
pelajaran IPA masih tergolong rendah. Kondisi tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor dalam pembelajaran, diantaranya alat peraga di madrasah
tersebut khususnya untuk mata pelajaran IPA masih terbatas. Sehingga
mengakibatkan minat siswa terhadap mata pelajaran IPA berkurang. Tidak
adanya sarana dan prasarana belajar yang menunjang seperti perpustakaan dan
laboratorium juga menjadi faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang
diperoleh siswa.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu pendekatan
pembelajaran yang berguna untuk meningkatkan hasil belajar siswa secara
optimal, salah satunya dengan menggunakan pendekatan SAVI (Somatis,
Auditori, Visual, Intelektual). Penggunakan pendekatan SAVI mempunyai
tujuan agar siswa Belajar Berdasar-Aktivitas (BBA) bergerak aktif secara fisik
ketika belajar, dengan memanfaatkan indera sebanyak mungkin dan membuat
seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses belajar (Meier, 2002: 90). Dengan
pendekatan SAVI, semua tipe gaya belajar dapat diterapkan. Sehingga melalui
pendekatan SAVI diharapkan proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam
bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami bukan transfer pengetahuan dari
guru ke siswa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian
tindakan kelas dengan judul “Penerapan Pendekatan SAVI Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Cahaya dan Sifat-sifatnya Bagi Siswa
Kelas V Semester II MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran
2014/2015”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar
IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya bagi siswa kelas V semester II MI
Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015?
2. Apakah penerapan pendekatan SAVI dapat memenuhi target pencapaian
KKM mata pelajaran IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya bagi siswa kelas
V semester II MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran
2014/2015?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Mengetahui peningkatan hasil belajar IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya
melalui penerapan pendekatan SAVI bagi siswa kelas V semester II MI
Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015.
2. Memenuhi target pencapaian KKM mata pelajaran IPA materi cahaya dan
sifat-sifatnya bagi siswa kelas V semester II MI Ma’arif Pulutan Sidorejo
Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015.
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis berasal dari kata hipo berarti kurang atau lemah dan
tesis atau thesis yang berarti teori yang disajikan sebagai bukti. Jadi
hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih
perlu dibuktikan kenyataannya (Narbuko dan Achmadi, 2007: 28). Adapun
hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
a. Melalui penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar
IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya bagi siswa kelas V semester II MI
Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015.
b. Melalui penerapan pendekatan SAVI dapat memenuhi target
pencapaian KKM mata pelajaran IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya
bagi siswa kelas V semester II MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga
Tahun Pelajaran 2014/2015.
2. Indikator Keberhasilan
Menurut Djamarah dan Zain, (2002:120) yang menjadi petunjuk
bahwa sesuatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah sebagai
berikut:
a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai
prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus
(TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun
kelompok.
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini dapat peneliti
tunjukkan pada tabel berikut:
Tabel: 1.1
Indikator Keberhasilan
E. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka dapat diketahui kegunaan
penelitian ini yaitu:
1. Secara Teoritis
Secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
berupa ilmu pengetahuan, atau referensi khususnya tentang penerapan
pendekatan SAVI yang akan meningkatkan hasil belajar IPA materi
cahaya dan sifat-sifatnya bagi siswa kelas VMI Ma’arif Pulutan Sidorejo
Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015.
Indikator Keberhasilan Sub Indikator Keberhasilan
Peningkatan Hasil belajar IPA
materi cahaya dan sifat-sifatnya
dengan menerapkan pendekatan
SAVI
Siswa dapat menyebutkan
sifat-sifat cahaya
Siswa dapat menjelaskan sifat
bayangan cermin datar,
cermin cekung dan cermin
cembung
Siswa dapat menyebutkan
pengertian cacat mata
Siswa dapat menjelaskan
macam-macam alat optik
Siswa dapat membuat karya
model kaca pembesar dari
bahlom
Siswa dapat menampilkan
hasil karya model kaca
pembesar dari bahlom
2. Secara Praktis
a. Bagi siswa, dapat memberikan suasana pembelajaran yang
menyenangkan sehingga dapat meningkatkan kemampuan hasil
belajar.
b. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dan masukkan untuk
memperkenalkan belajar IPA melalui penerapan pendekatan SAVI
dapat meningkatkan hasil belajar IPA sehingga tercipta pembelajaran
yang efektif dan efisien. Selain demikian, dengan mengetahui hasil
penelitian apabila terdapat hasil yang negatif atau adanya kekurangan
dalam penyampaian materi dengan menggunakan pendekatan SAVI
maka bagi para guru madrasah untuk dapat menghindari adanya
kesalahan dan lebih meningkatkan serta mengacu untuk lebih kreatif
dalam penyampaian materi kepada siswa.
c. Bagi MI dapat dijadikan sebagai contoh bentuk peningkatan yang
berbasis sekolah/madrasah dalam upaya hasil belajar.
F. Definisi Operasional
1. Penerapan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian
penerapan adalah perbuatan menerapkan. Sedangkan menurut beberapa
ahli berpendapat bahwa penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan
suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk
suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan
yang terencana dan tersusun sebelumnya.
2. Pendekatan SAVI
Menurut Meier (2002:90) pendekatan SAVI adalah pendekatan
pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan
semua alat indera yang dimiliki siswa, dengan menitikberatkan
pembelajaran pada keterlibatan siswa secara utuh dalam proses
pembelajaran. Pendekatan SAVI yang digunakan dalam penelitian ini
adalah yang berdasar Kementerian Pendidikan Nasional.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri
siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
sebagai hasil dari kegiatan belajar (Susanto, 2013: 5). Sedangkan menurut
Suprijono (2012:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.
4. IPA Materi Cahaya
Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu pengetahuan teoritis yang
diperoleh dengan cara yang khas yaitu melakukan eksperimentasi,
penyimpulan, penyusunan teori, observasi, yang terkait dengan sinar
terang (dari sesuatu yang bersinar seperti matahari, bulan dan lampu) yang
memungkinkan mata menangkap bayangan benda-benda di sekitarnya
(Salirawati, 2008: 21).
5. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah kriteria paling rendah
untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan. KKM harus
ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai (KKM, 2008: 4).
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
kolaboratif. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu bentuk
penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan
tertentu untuk memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik
pembelajaran di kelas secara lebih profesional (Mahmud, 2011: 199).
Sedangkan menurut Arikunto (2008:3) Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan, yang disengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
secara bersama.
Mahmud (2011:210) PTK kolaboratif adalah penelitian yang
melibatkan beberapa pihak, baik guru, kepala sekolah maupun dosen
secara serentak, dengan tujuan meningkatkan praktik pembelajaran,
menyumbang perkembangan teori, dan peningkatan karier guru. Dalam
penelitian kolaboratif, hubungan guru sebagai peneliti dengan dosen
bersifat kemitraan sehingga mereka dapat duduk bersama untuk
memikirkan persoalan-persoalan yang akan diteliti melalui penelitian
tindakan kelas.
Sedangkan Arikunto (2008:17) memperjelas PTK kolaboratif bisa
dilakukan oleh dua orang guru, yang dengan cara bergantian mengamati.
Ketika sedang mengajar, dia adalah seorang guru; ketika sedang
mengamati, dia adalah seorang peneliti.
2. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah siswa
kelas VB MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga tahun pelajaran 2014/2015.
Peneliti memilih subyek siswa kelas VB karena dinilai perlu adanya
pembaharuan pendekatan pembelajaran, agar hasil belajar IPA dapat
meningkat. Jumlah siswa kelas VB MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga
adalah 20 anak, yang terdiri dari 13 laki-laki dan 7 perempuan.
3. Langkah-langkah Penelitian
Menurut Mulyasa (2009:70-73) prosedur Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) biasanya meliputi beberapa siklus, sesuai dengan tingkat
permasalahan yang akan dipecahkan dan kondisi yang akan ditingkatkan.
Gambar: 1.1
Siklus Penelitian Tindakan Kelas
(Mulyasa, 2009: 73)
Siklus I Siklus II
Siklus-siklus dalam penelitian tindakan kelas tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Rencana pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas antara lain
mencakup kegiatan sebagai berikut:
1) Tim peneliti melakukan analisis standar isi untuk mengetahui
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) yang akan
diajarkan kepada peserta didik.
2) Mengembangkan Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP), dengan
memperhatikan indikator-indikator hasil belajar.
3) Mengembangkan alat peraga, alat bantu, atau media pembelajaran
yang menunjang pembentukan SKKD dalam rangka implementasi
Penelitan Tindakan Kelas.
4) Menganalisis berbagai alternatif pemecahan masalah yang sesuai
dengan kondisi pembelajaran.
5) Mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS).
1. Perencanaan
2. Tindakan
3. Observasi
4. Refleksi
1.Perencanaan
2Tindakan
3.Observasi
4. Refleksi
?
6) Mengembangkan pedoman atau instrumen yang digunakan dalam
siklus Penelitian Tindakan Kelas.
7) Menyusun alat evaluasi pembelajaran sesuai dengan indikator
hasil belajar.
b. Tindakan
Mencakup prosedur dan tindakan yang akan dilakukan, serta
proses perbaikan yang akan dilakukan.
c. Observasi
Mencakup prosedur perekaman data tentang proses dan hasil
imlementasi tindakan yang dilakukan.
d. Refleksi
Refleksi menguraikan tentang prosedur analisis terhadap
hasil pemantauan, refleksi tentang proses dampak tindakan perbaikan
yang dilakukan serta kriteria dan rencana tindakan pada siklus
berikutnya.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalalm penelitian ini terdiri
dari:
a. Pedoman Observasi
Observasi artinya pengamatan dan pencatatan dengan
sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi dilakukan
untuk menemukan data dan informasi dari gejala atau fenomena
(kejadian atau peristiwa) secara sistematis dan didasarkan pada tujuan
penyelidikan yang telah dirumuskan (Mahmud, 2011:168).
Sedangkan menurut Kusumah dan Dwitagama (2010:66) memperjelas
observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian dimana
peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian. Pedoman observasi
digunakan untuk mengamati secara langsung kegiatan siswa dalam
proses pembelajaran mata pelajaran IPA.
b. Soal Tes
Tes merupakan rangkaian pertanyaan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, inteligensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Mahmud,
2011:185). Menurut Kusumah dan Dwitagama (2010:78) tes
merupakan seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada
seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang
dijadikan penetapan skor angka. Tes sebagai alat pengukur data yang
berharga dalam penelitian. Soal tes digunakan untuk mengetahui hasil
belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan penerapan
pendekatan SAVI mata pelajaran IPA materi cahaya dan sifat-
sifatnya.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang
tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian, tetapi melalui
dokumen (Mahmud, 2011:183). Sedangkan menurut Sedarmayati
dalam buku Mahmud (2011:183) dokumentasi adalah catatan tertulis
yang isinya merupakan pernyataan tertulis yang disusun oleh
seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa,
dan berguna bagi sumber data, bukti, informasi kealamiahan yang
sukar diperoleh, sukar ditemukan, dan membuka kesempatan untuk
lebih memperluas pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.
5. Pengumpulan Data
Dalam penelitian tindakan kelas ini metode yang akan digunakan
dalam pengumpulan data adalah observasi, tes dan dokumentasi.
a. Observasi
Teknik penilaian alternatif yang dilakukan dengan cara
melakukan pengamatan secara teliti serta mencatat secara sistematis
tentang sesuatu yang terjadi pada diri siswa dalam proses
pembelajaran di kelas atau di luar kelas (Rusman, 2013: 279).
Observasi ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai keadaan
kelas, suasana pembelajaran, kreatifitas guru, keaktifan siswa dan
sebagainya.
b. Tes
Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur
hasil belajar siswa (Sudjana, 1990: 35). Jenis tes dalam penelitian
ini berupa tes tertulis bertipe pilihan ganda dan isian, yaitu setiap
siswa diberi soal oleh guru sesuai dengan pokok bahasan kemudian
diminta untuk mengerjakannya. Data dari tes tersebut
didokumentasikan dan dianalisis untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar IPA siswa.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini bersumber
dari: silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), nilai peserta
didik sebelum diterapkan pendekatan SAVI pada mata pelajaran IPA
materi cahaya dan sifat-sifatnya, foto-foto kegiatan pembelajaran
persiklus, dan data lain yang dapat melengkapi penyusunan
penelitian ini.
Silabus merupakan rencana dan pengaturan tentang kegiatan
pembelajaran, pengolahan kelas yang digunakan oleh peneliti
sebagai landasan penyusunan RPP. Sedangkan RPP sendiri
merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai
pedoman pembelajaran guru dan disusun dalam tiap-tiap putaran
pembelajaran. Nilai peserta didik sebelum menerapkan pendekatan
SAVI pada mata pelajaran IPA materi Cahaya dan Sifat-sifatnya
peneliti gunakan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik
mengetahui pemahaman materi pelajaran.
6. Analisis Data
Sesuai rancangan penelitian yang digunakan, maka analisis data
dilakukan dengan menggunakan analisis reflektif dalam setiap
siklusnya berdasarkan hasil penelitian yang terekam dalam tes dan
format pengamatan lainnya. Analisis reflektif dilakukan peneliti
bersama guru IPA MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga sebagai
pijakan untuk menemukan program aksi pada siklus selanjutnya atau
mendeteksi tolak ukur ketercapaian tujuan dalam penelitian tindakan
kelas. Peneliti menggunakan analisis deskriptif untuk memperoleh
nilai rata-rata tes formatif yang dirumuskan oleh Aqib (2010:40)
sebagai berikut:
x =
Keterangan:
x = Nilai rata-rata
∑X = Jumlah semua nilai siswa
∑N = Jumlah siswa.
Sedangkan menurut Djamarah (2006:225-226) untuk
menghitung prosentase ketuntasan belajar siswa, dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
P =
x 100%
P = Nilai dalam persen
F = Frekuensi
N = Jumlah keseluruhan.
Sebagai standar ketuntasan belajar digunakan patokan yang
digunakan Depdiknas (2007) dalam KTSP SD/MI 2006. Untuk
menentukan analisis proporsi butir soal (P) dapat ditentukan menggunakan
rumus sebagai berikut:
P =
x 100%
N = Jumlah siswa yang menjawab benar butir soal
T = Jumlah siswa yang menjawab salah butir soal
Analisis dari data hasil belajar siswa digunakan untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar siswa. Skor yang diperoleh siswa melalui tes
hasil belajar akan digunakan untuk menentukan ketuntasan individual
dan ketuntasan klasikal siswa terhadap indikator yang ditetapkan.
Ketuntasan individual atau ketuntasan persiswa ditentukan dengan
rumus sebagai berikut:
P =
x 100%
Si = jumlah skor yang dicapai
St = jumlah skor total seluruh butir soal
Siswa dikatakan tuntas belajarnya jika proporsi jawaban siswa
benar, atau persen ketuntasan belajarnya (P2) ≥ 75%. Menurut standar
ketuntasan belajar untuk anak SD/MI proporsi jawaban benar uji akhir (P2)
≥ 70%. Berdasarkan standar ketuntasan belajar tersebut, suatu kelas
dikatakan tuntas belajarnya jika proses uji akhir (P2) ≥ 75% atau 70%.
H. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: bagian awal,
bagian isi, dan bagian akhir. Pada bagian awal terdiri dari sampul, persetujuan
pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan
persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar table, daftar gambar,
dan lampiran.
Sedangkan pada bagian isi dalam skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab,
yaitu:
Bab I Pendahuluan. Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator
keberhasilan, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab II Kajian pustaka. Pada bab ini mencakup: Hasil belajar IPA
meliputi pengertian hasil belajar, macam-macam hasil belajar, faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar dan ranah hasil belajar. Pembelajaran IPA
Materi Cahaya meliputi pengertian IPA, fungsi mata pelajaran IPA di SD/MI,
tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI dan ruang lingkup mata pelajaran IPA
untuk SD/MI. Materi cahaya dan sifat-sifatnya meliputi sumber cahaya, sifat
cahaya, pemantulan cahaya, lensa, hubungan cahaya dan penglihatan, cacat
mata, alat optik dan karya berteknologi sederhana. Pendekatan SAVI meliputi
pengertian pendekatan, tahap pendekatan SAVI, dan kelebihan kekurangan
pendekatan SAVI. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) meliputi pengertian
KKM, fungsi KKM, dan prinsip penetapan KKM.
Bab III Pelaksanaan Penelitian. Pada bab ini mencakup: Subyek
penelitian, deskripsi kondisi awal, deskripsi pelaksanaan siklus I, deskripsi
pelaksanaan siklus II dan deskripsi pelaksanaan siklus III.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini mencakup:
Deskripsi paparan per siklus meliputi, deskripsi hasil kondisi awal, deskripsi
hasil penelitian siklus I, deskripsi hasil penelitian siklus II, deskripsi hasil
penelitian siklus III dan perbandingan antar siklus.
Bab V Penutup. Pada bab ini bersisi tentang kesimpulan dan saran
yang selanjutnya akan bermanfaat bagi perkembangan teori maupun praktek
bidang yang diteliti.
Sedangkan pada bagian akhir pada skripsi ini terdiri dari daftar
pustaka, lampiran-lampiran, dan riwayat hidup penulis.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar IPA
1. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Susanto (2013:5) hasil belajar adalah perubahan-
perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.
Pengertian hasil belajar tersebut dipertegas lagi oleh Nawawi dalam
Susanto (2013:5) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan
sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di
sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes
mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Pendapat lain yang
dikemukakan oleh Suprijono (2012:5) hasil belajar merupakan pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan
keterampilan-keterampilan.
Menurut Gagne dalam Suprijono (2013:5-6) hasil belajar terdiri
dari:
a. Informasi verbal yaitu kapasibilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bahasa, baik lisan maupun tertulis.
b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep
dan lambang.
c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri.
d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerak jasmani dalam koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani.
e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini sejalan dengan teori
Nawawi dalam Susanto (2013:5) yang menyatakan bahwa hasil belajar
dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari
materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh
dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan hasil belajar
menurut peneliti adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan diri
seseorang yang dinyatakan dengan cara bertingkah laku karena
pengalaman baru. Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar, maka hasil
belajar merupakan hasil kegiatan belajar sedangkan belajar lebih
menekankan pada proses kegiatan selain pada hasil kegiatannya.
2. Macam-macam Hasil Belajar
Menurut Susanto (2013:6-11) macam-macam hasil belajar adalah
sebagai berikut:
a. Pemahaman Konsep
Pemahaman menurut Bloom dalam Susanto (2013:6) diartikan
sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang
dipelajari. Pemahaman ini berarti seberapa besar siswa mampu
menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh
guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta
mengerti apa yang dibaca, dilihat, dialami, atau dirasakan berupa hasil
penelitian atau observasi langsung yang dilakukan. Sedangkan
menurut Sumaatmadja dalam Susanto (2013:8) konsep adalah sesuatu
yang tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan, atau suatu
pengertian. Jadi konsep ini merupakan sesuatu yang telah melekat
dalam hati seseorang dan tergambar dalam pikiran, gagasan, atau
suatu pengertian. Dari beberapa pengertian tersebut, untuk mengukur
hasil belajar siswa yang berupa pemahaman konsep, guru dapat
melakukan evaluasi produk. Hasil belajar siswa erat hubungannya
dengan tujuan instruksional (pembelajaran) yang telah dirancang guru
sebelum melaksanakan proses belajar mengajar. Evaluasi produk
dapat dilaksanakan dengan mengadakan berbagai tes baik secara lisan
maupun secara tertulis.
b. Keterampilan Proses
Indrawati dalam Susanto (2013:9) merumuskan bahwa keterampilan
proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik
kognitif maupun psikomotorik) yang dapat digunakan untuk
menemukan suatu konsep, prinsip atau teori untuk mengembangkan
konsep yang telah ada sebelumnya, atau untuk melakukan
penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi). Dengan kata lain
keterampilan ini digunakan sebagai wahana penemuan dan
pengembangan konsep, prinsip, dan teori.
c. Sikap
Menurut Sardiman dalam Susanto (2013:11) sikap merupakan
kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola,
dan teknik tertentu terhadap dunia disekitarnya baik berupa individu-
individu maupun objek-objek tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan,
perilaku, atau tindakan seseorang. Dalam hubungan dengan hasil
belajar siswa, sikap ini lebih diarahkan pada pengertian pemahaman
konsep. Karena pemahaman konsep, maka dominan yang sangat
berperan adalah domain kognitif.
3. Faktor-faktor yang Mempengarui Hasil Belajar
Menurut Slameto (1988:56-74), faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan belajar dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu faktor
intern dan faktor ekstern.
a. Faktor Intern
Faktor intern yang mempengaruhi keberhasilan belajar yaitu: faktor
biologis (jasmaniah), kondisi fisik yang sehat dan segar sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar. Dalam menjaga kesehatan fisik,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan
minum yang teratur, olahraga serta cukup tidur. Kondisi cacat tubuh
juga dapat mempengaruhi belajar siswa. Faktor Psikologis, kondisi
mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi
mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal
berikut. Pertama, intelegensi. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar
seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar
seseorang. Kedua, perhatian. Siswa harus mempunyai perhatian
terhadap bahan yang dipelajarinya agar dapat memperoleh hasil belajar
yang baik. Ketiga, kemauan. Kemauan dapat dikatakan faktor utama
penentu keberhasilan belajar seseorang. Keempat, bakat. Bakat ini
bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu
bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya
kemampuan seseorang dalam suatu bidang. Kelima, motif. Motif yang
kuat sangat diperlukan dalam belajar, di dalam membentuk motif yang
kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan. Keenam,
kematangan. Belajar akan lebih berhasil jika siswa sudah siap (matang)
dengan adanya latihan-latihan dan pelajaran. Ketujuh, kesiapan.
Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa
belajar dan sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.
Faktor kelelahan juga dapat mempengaruhi belajar dan untuk
menghindarinya perlu adanya upaya untuk menghindarkan kondisi
yang menyebabkan kelelahan pada saat proses belajar.
b. Faktor Ekstern
Yang dimaksud faktor ekstern adalah lingkungan keluarga, cara orang
tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan
ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan
akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya. Faktor lingkungan
sekolah, hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para
siswa di sekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat
pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan
gedung, metode belajar dan tugas rumah. Faktor lingkungan
masyarakat, masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga
berpengaruh terhadap belajar siswa karena keberadaannya dalam
masyarakat, di antaranya kegiatan siswa dalam masyarakat, mass
media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. Menurut teori
Gestalt, belajar merupakan suatu proses perkembangan, artinya secara
kodrati jiwa raga anak mengalami perkembangan. Berdasarkan teori
inihasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu sendiri dan
lingkungan. Pertama siswa, dalam arti kemampuan berpikir atau
tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa baik
jasmani maupun rohani. Kedua, lingkungan yaitu sarana dan
prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar,
metode serta dukungan lingkungan, keluarga dan lingkungan (Susanto,
2013:12).
c. Ranah Hasil Belajar
Proses belajar yang berlangsung menyebabkan terjadinya
perubahan dan peningkatan kemampuan, pengetahuan dan keterampilan
siswa, baik dari segi kognitif, psikomotor maupun afektif. Benyamin
Bloom dalam Sudjana (1990:22-34), secara garis besar membagi tipe hasil
belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotoris.
Perinciannya adalah sebagai berikut:
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut
kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk
kognitif tingkat tinggi.
2) Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek,
yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan
internalisasi.
3) Ranah Psikomotoris
Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek dalam ranah psikomotoris,
yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan
perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan
kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar,
namun di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling
banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan
kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.
Batasan hasil belajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah hasil
belajar pada ranah kognitif siswa, di mana siswa dapat mengetahui,
memahami, menganalisis setiap soal yang diberikan oleh guru.
4. IPA Materi Cahaya dan Sifat-Sifatnya
a. Pengertian IPA
Menurut Lord Bullock (dalam Garnida dan Budiman,
2002:6) IPA merupakan suatu proses terbuka dan IPA dipandang
sebagai studi yang banyak berhubungan dengan manusia dan
masyarakat, yaitu suatu studi yang memerlukan imajinasi,
perasaan, pengamatan dan juga analisis. Salirawati (2008:21)
mempertegas, Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu
pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang
khas atau khusus, yaitu melakukan eksperimentasi, penyimpulan,
penyusunan teori, observasi, dan demikian seterusnya kait mengait
antara cara yang satu dengan cara yang lain.
b. Fungsi IPA di SD/MI
Fungsi mata pelajaran IPA di SD/MI adalah sebagai berikut :
1) Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan perangai
lingkungan alam dan lingkungan buatan dalam kaitannya dengan
pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.
2) Mengembangkan keterampilan proses.
3) Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi
siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
4) Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan berkaitan
yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi
dengan keadaan lingkungan dan pemanfaatannya bagi kehidupan
sehari-hari.
5) Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta ketrampilan yang
berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan
pendidikan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi (Garnida dan
Budiman, 2002:253-254).
c. Tujuan IPA di SD/MI
Tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI adalah agar siswa
memiliki kemampuan sebagai berikut :
1) Memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan
kehidupan sehari-hari.
2) Memiliki ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan
gagasan tentang alam sekitar.
3) Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda
serta kejadian di lingkungan sekitar.
4) Bersikap ingin tahu, terbuka, kritis, mawas diri,
bertanggungjawab, bekerjasama, dan mandiri.
5) Mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan
gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
6) Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk
memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari.
7) Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar sebagai
kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa (Garnida dan
Budiman, 2002:254).
d. Ruang Lingkup IPA untuk SD/MI
Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi
aspek-aspek sebagai berikut :
1) Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya.
2) Materi, sifat-sifat, dan kegunaannya meliputi : udara, air, tanah
dan batuan.
3) Listrik dan magnet, energi dan panas, gaya dan pesawat
sederhana, cahaya dan bunyi, tata surya, bumi dan benda-benda
langit lainnya.
4) Sumber daya alam, kegunaan, pemeliharaan dan pelestariannya
(Garnida dan Budiman, 2002:254).
e. Materi Cahaya dan Sifat-sifatnya
1) Pengertian Cahaya
Menurut Sarjono (2012:104), cahaya sangat diperlukan
untuk penglihatan. Tetapi cahaya yang berlebihan juga dapat
merusak penglihatan. Pada siang hari keadaan di sekeliling kita
menjadi terang karena ada cahaya matahari, sedangkan pada
malam hari, kita dapat melihat karena ada lampu. Dengan
demikian cahaya sangat diperlukan untuk melihat benda-benda
yang ada disekitar.
2) Sumber Cahaya
Benda-benda yang memancarkan cahaya sendiri disebut
sumber cahaya. Contoh: matahari, lilin, lampu dan nyala api.
Benda yang tidak memancarkan cahaya sendiri disebut benda
gelap. Contoh: meja, kursi, papan tulis, dan lain sebagainya.
3) Sifat-sifat Cahaya
Cahaya mempunyai sifat-sifat yang menembus benda
bening, merambat lurus, dapat dipantulkan dan dapat dibiaskan.
a. Cahaya menembus benda bening
Benda tembus pandang atau benda bening hampir seluruhnya
meneruskan cahaya yang diterimanya. Kaca, gelas, botol, dan
air jernih adalah benda-benda yang tembus cahaya. Tumbuhan
dan hewan yang hidup dalam air memerlukan cahaya matahari.
Cahaya metahari dapat menembus air laut, air sungai dan air
kolam yang dalam asalkan air tersebut jernih.
Gambar: 2.1
Cahaya Menembus Benda Bening
b. Cahaya merambat lurus
Cahaya merupakan partikel-partikel yang sangat kecil dan
bergerak sangat cepat dengan lintasan garis lurus dengan
kecepatan 300.000 km/detik. Garis-garis yang menggambarkan
cahaya disebut sinar cahaya. Kumpulan sinar cahaya akan
membentuk berkas cahaya. Bayangan-bayangan terjadi karena
cahaya merambat lurus. Cahaya tidak dapat mencapai daerah di
belakang benda.
Gambar: 2.2
Cahaya Merambat Lurus
c. Cahaya dapat dipantulkan
Bila cahaya mengenai benda ada dua peristiwa yang dialami
oleh cahaya yang jatuh pada benda tersebut, yaitu: sebagian
cahaya itu diteruskan ke dalam benda yang dikenainya. Dan
sebagian cahaya itu dipantulkan kembali.
Gambar: 2.3
Cahaya Dapat Dipantulkan
d. Cahaya dapat dibiaskan
Cahaya yang merambat dari suatu zat ke zat yang lain akan
dibiaskan di bidang perbetasan. Pembiasan cahaya disebut juga
pembelokan cahaya. Pembiasan cahaya ada dua macam:
pertama, pembiasan cahaya dari zat renggang ke zat yang rapat
akan mendekati normal, misalnya cahaya udara ke air. Dan
kedua, pembiasan cahaya dari zat rapat ke zat yang renggang
akan menjadi normal.
Gambar: 2.4
Cahaya Dapat Dibiaskan
Besar kecilnya pembiasan cahaya terhadap suatu zat
tergantung pada besar kecilnya kerapatan zat tersebut. Semakin
rapat zat yang dilalui, semakin besar pula pembiasan yang terjadi.
Akibat dari adanya pembiasan cahaya antara lain: tongkat atau
pensil yang dicelupkan ke air kelihatan seperti patah dan dasar
kolam yang airnya jernih tampak seperti dangkal dari yang
sebenarnya.
Gambar: 2.5
Pemantulan Cahaya
Cahaya matahari yang putih sebenarnya terdiri dari
berbagai warna yang tersusun dalam suatu spektrum warna.
Peristiwa penguraian cahaya putih menjadi berbagai warna disebut
dispresi. Pelangi adalah cahaya matahari yang mengalami
pembiasan oleh air hujan. Bila seberkas sinar matahari mengenai
titik air, maka titik air berfungsi sebagai pengurai cahaya. Sinar
matahari yang putih diuraikan menjadi warna warna merah, jingga,
kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Sinar tersebut disebut
polikromatik, sedangakan warna yang tidak dapat diuraikan
menjadi warna lain disebut warna tunggal atau monokromatik.
4) Pemantulan Cahaya
Cermin memantulkan cahaya dengan teratur, berkas cahaya
sejajar dipantulkan dalam bentuk berkas sejajar pula. Pemantulan
teratur menyebabkan cermin dapat membentuk bayangan dari
sebuah benda. Pada cermin datar, jarak benda ke cermin sama
dengan bayangan ke cermin. Kiri kanan pada bayangan terbalik
dengan kiri kanan benda. Cermin cekung dapat membentuk
bayangan nyata dari sebuah benda. Bayangan nyata ialah bayangan
yang dapat ditangkap oleh sebuah layar. Bayangan semu berbentuk
kalau jarak benda dengan cermin dekat. Bayangan semu dalam
cermin cekung biasanya lebih besar dari bendanya. Cermin
cembung hanya dapat membentuk bayangan maya dari sebuah
benda. Bayangan maya yang dibentuk oleh cermin cembung lebih
kecil dari bendanya.
Jika permukaan cermin merupakan satu bidang datar,
cermin itu disebut cermin datar. Cermin datar memantulkan sinar
pada satu arah saja. Pemantulan cermin itu disebut pemantulan
teratur. Pemantulan sinar ke segala arah atau yang terhambur itu
disebut sebagai pantulan baur atau pantulan difus. Pantulan penting
bagi kita. Bila cahaya matahari tidak dihamburkan oleh butir-butir
debu di udara dan benda di sekelilingnya, sudut-sudut ruangan di
dalam rumah dan dibawah rindangan pohon gelap gulita. Hukum
pemantulan cahaya (Hukum Snellius) menyatakan bahwa: sudut
datang selalu sama dengan sudut pantul, sinar datang, normal dan
sinar pantul terletak pada sebuah bidang datar.
Gambar: 2.6
Pembentukan Cahaya pada Cermin Datar
Gambar: 2.7
Pembentukan Cahaya pada Cermin Cekung
Gambar: 2.8
Pembentukan Cahaya pada Cermin Cembung
5) Lensa
Lensa umumnya terbuat dari kaca. Salah satu atau kedua
permukaannya melengkung. Lensa dapat digolongkan menjadi dua
yaitu lensa cembung dan lensa cekung.
a) Lensa Cembung
Lensa cembung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tebal
daripada bagian tepinya. Sifat bayangan dapat membentuk
bayangan nyata atau maya, tegak, atau terbalik, lebih besar atau
lebih kecil daripada bendanya (tergantung pada letak benda
terhadap lensa).
b) Lensa Cekung
Lensa cembung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tipis
daripada bagian tepinya. Sifat bayangan: selalu maya, tegak,
lebih kecil daripada bendanya.
6) Hubungan Cahaya dan Penglihatan
Kita melihat dengan mata. Oleh karenanya mata kita juga
disebut indera. Mata mempunyai alis mata, kelopak mata, dan bulu
mata. Bagian ini untuk melindungi mata agar debu dan keringat
tidak mengotori mata. Mata selalu basah dengan air. Air mata
selalu mencuci mata kita bila kemasukan debu atau benda kecil ke
dalam mata.
Mata kita terdapat berbagai alat misalnya: selaput pelangi
atau iris, anak mata atau pupil, urat saraf, selaput tanduk atau
kornea, lensa dan retina. Di belakang lensa juga terdapat rongga.
Rongga ini agak besar berisi zat cair. Dinding dalam bola mata
bagian belakang disebut retina. Retina inilah yang peka terhadap
cahaya. Retina dihubungkan dengan otak melalui saraf mata. Bila
kita melihat sebuah benda, kita arahkan bola itu ke benda.
Misalnya, kita memandang ke pohon cahaya itu dari pohon masuk
ke mata melaui pupil atau anak mata. Cahaya itu kemudian
melewati lensa mata. Oleh lensa mata dibentuk gambar pohon pada
retina. Gambar pohon tentu terbalik letaknya.
Otot mata bergerak dengan lincahnya mengubah tebal
tipisnya lensa. Dengan cara menebalkan dan menipiskan lensa, otot
mata dapat mengatur agar jarak titik api lensa sesuai dengan jarak
benda yang diamati. Kemampuan otot mata untuk menebal tipiskan
lensa dengan benda disebut akomodasi.
Untuk melihat benda-benda yang dekat, otot mata kita
membentuk lensa cembung. Untuk melihat benda-benda yang jauh
otot-otot kita berusaha menguarangi kecembungan lensa.
Perubahan bentuk lensa mata (akomodasi) agar benda-benda
terlihat oleh mata normal.
7) Cacat Mata
Ada beberapa cacat mata, antara lain:
a) Astigmatisma (kelengkungan lensanya tidak merata, berkas-
berkas sinar mengenai mata tidak dapat terpusat sempurna).
Penderita astigmatisma tidak mungkin dapat membedakan
garis-garis tegak lurus dan mendatar pada saat yang
bersamaan. Cacat mata ini dapat ditolong dengan kaca mata
yang lensanya berbentuk silinder.
b) Rabun jauh atau miopi. Orang yang menderita miopi jarak
fokus lensa matanya terlalu pendek. Penderita ini tidak dapat
melihat dengan jelas benda-benda yang jauh letaknya. Dapat
ditolong dengan kaca mata cekung (lensa negatif).
c) Rabun dekat atau hipermetropi. Kelainan mata seperti ini dapat
ditolong dengan menggunakan kaca mata berlensa cembung
(lensa positif).
d) Presbiopi, penderita ini kemampuan berakomodasinya sangat
lemah. Ia tak dapat melihat benda sangat jauh letaknya dan
tidak bisa membaca buku pada jarak normal (20 sampai
dengan 30 cm). Kelainan ini dapat ditolong dengan
menggunakan kaca mata berlensa rangkap.
8) Alat Optik
Selain kacamata ada juga alat optik yang lain, yaitu sebagai
berikut:
a) Kaca pembesar
Kaca pembesar atau lup merupakan mikroskop yang paling
sederhana. Kaca pembesar terdiri dari sebuah lensa cembung.
Alat ini digunakan untuk melihat benda-benda yang kecil agar
kelihatan lebih besar. Pemakaian kaca pembesar didasarkan
pada sifat-sifat lensa cembung.
b) Kamera
Kamera atau alat pemotret adalah alat optik yang digunakan
untuk membentuk gambar suatu benda. Lensa kamera
umumnya terdiri dari lensa yang dipasang bersusun. Di dalam
susunan ini terdapat diafragma. Diafragma berguna untuk
mengatur cahaya yang akan masuk ke dalam kamera. Jika
cahaya terang maka diafragma menyempit. Dan jika cahaya
redup maka diafragma melebar. Cahaya yang masuk ke dalam
kamera membentuk gambar pada film. Jadi, diafragma
berfungsi seperti pupil pada mata. bayangan benda yang
berbentuk harus jatuh pada film. Film yang digunakan pada
kamera merupakan gulungan seluloid yang dilapisi zat kimia
yang peka terhadap cahaya. Film itu jika dicuci akan
memperlihatkan benda yang difoto pada gulungan seluloid
tersebut. Kemudian jika gulungan seluloid dicetak pada keretas
foto, maka bayangan itu akan terlihat seperti bentuk aslinya.
c) Mikroskop
Mikroskop adalah alat optik yang berguna untuk mengamati
benda-benda renik misalnya bakteri. Mikroskop dapat
membentuk bayangan yang diperbesar kira-kira sampai seratus
kali. Pada dasarnya mikroskop terdiri dari dua lensa cembung.
Lensa cembung yang terletak dekat benda disebut lensa
objektif dan lensa cembung yang terleteak dekat mata disebut
lensa okuler.
d) Teropong
Teropong adalah alat optik yang digunakan untuk mengamati
benda-benda yang letaknya jauh, misalnya untuk mengamati
bintang, bulan, dan planet-planet.
e) Periskop
Periskop adalah sejenis teropong yang biasa dipasang pada
kapal selam untuk mengamati keadaan di permukaan laut. Di
dalam sebuah periskop terdapat cermin dan lensa agar kita
dapat melihat benda-benda yang berada di atas batas pandang.
f) Overhead Projector
Overhead Projector (OHP) digunakan pada gambar tembus
cahaya. Alat ini biasanya digunakan sebagai alat bantu
mengajar, rapat, atau seminar. Alat ini digunakan di ruangan
yang tidak terlalu gelap. Gambar atau tulisan dengan spidol
pada plastik tembus cahaya dapat diproyeksikan pada layar.
9) Karya Berteknologi Sederhana
Karya berteknologi sederhana membuat kaca pembesar dari
bohlam:
a) Bahan dan alat yang diperlukan antara lain: bohlam bekas,
obeng, plastik, karet gelang, air jernih, dan kertas karton.
b) Cara membuat: pertama, keluarkan isi bohlam dengan cara
membukanya. Kedua, isilah bohlam kosong dengan air jernih.
Ketiga, tutup leher bohlam dengan plastik dan ikat dengan
karet gelang. Keempat gunakan kaca pembesar sederhana ini
untuk melihat benda-benda yang kecil.
B. Pendekatan SAVI
1. Pengertian Pendekatan SAVI
Menurut Rusman (2013:380) pendekatan adalah titik tolak atau
sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum. Kellen dalam Rusman (2013:380) menegaskan bahwa ada dua
pendekatan dalam pembelajaran yaitu pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada guru (Teacher Centered) dan pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada siswa (Student Centered). Pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada guru menurunkan pembelajaran langsung,
pembelajaran deduktif atau ekspositori. Sedangkan pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan pembelajaran
discovery dan inquiry serta strategi pembelajaran induktif.
Menurut Meier (2002:91) pendekatan SAVI adalah pendekatan
pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan
semua alat indera yang dimiliki siswa. Pendekatan SAVI merupakan hasil
pemikiran Meier yang menitik beratkan pembelajaran pada keterlibatan
siswa secara utuh dalam proses pembelajaran. Pendekatan SAVI
menekankan belajar berdasarkan aktivitas, yaitu bergerak aktif secara fisik
ketika sedang belajar dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin dan
membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses belajar.
Menurut Meier (2002:92) istilah SAVI kependekan dari Somatik
(S) yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik), yaitu belajar
dengan mengalami dan melakukan. Auditori (A) bermakna bahwa belajar
dengan mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi,
mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Visual (V) bermakna belajar
menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar,
mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga.
Intelektual (I) bermakna bahwa belajar menggunakan kemampuan berpikir
(minds-on) belajar dengan konsentrasi pikiran dan berlatih
menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi,
menemukan, menciptakan, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan
menerapkan. Belajar dapat optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam
satu peristiwa pembelajaran (Meier, 2002: 100).
Seorang siswa dapat belajar sedikit dengan menyaksikan
presentasi, tetapi dapat belajar jauh lebih banyak jika dapat melakukan
sesuatu ketika presentasi sedang berlangsung, membicarakan apa yang
sedang dipelajari, dan memikirkan cara menerapkan informasi dalam
presentasi tersebut untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada.
a. Belajar Somatis
Menurut Meier (2002:92) belajar somatis berarti belajar dengan
indra peraba, kinestetik, praktis melibatkan fisik dan menggunakan
serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Namun, dalam
pembelajaran di sekolah pada umumnya terdapat pemisahan antara
tubuh dan pikiran, sehingga yang berlaku adalah duduk manis, jangan
bergerak, dan tutup mulut, karena beberapa guru di sekolah masih
menggunakan paradigma lama yaitu belajar hanya melibatkan otak
saja. Kini, pemisahan tubuh dan pikiran dalam belajar mengalami
tantangan serius, karena penelitian Neurologi menemukan bahwa
pikiran tersebar di seluruh tubuh atau pada intinya, tubuh adalah
pikiran, dan pikiran adalah tubuh. Jadi, dengan menghalangi
pembelajar somatis menggunakan tubuh sepenuhnya dalam belajar,
berarti menghalangi fungsi pikiran sepenuhnya (Meier, 2002: 93-95).
b. Belajar Auditori
Menurut Meier (2002:95) pikiran auditori lebih kuat daripada
yang telah disadari. Telinga terus menerus menangkap dan menyimpan
informasi auditori, bahkan tanpa disadari. Ketika membuat suara
sendiri dengan berbicara, beberapa area penting di otak menjadi aktif.
Perancangan pembelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang
kuat dalam pikiran pembelajar dapat dilakukan dengan cara mengajak
pembelajar membicarakan apa yang sedang dipelajari. Guru dapat
menyuruh siswa menterjemahkan pengalaman dengan suara, membaca
dengan keras atau secara dramatis, ajak siswa berbicara saat
memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi,
membuat rencana kerja, menguasai ketrampilan, membuat tinjauan
pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri
siswa sendiri (Meier, 2002: 96-97).
c. Belajar Visual
Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian
orang, sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasannya adalah bahwa di
dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses
informasi visual daripada semua indra yang lain. Setiap orang
(terutama pembelajar visual) lebih mudah belajar jika dapat melihat
apa yang sedang dibicarakan. Pembelajar visual belajar paling baik
jika dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan,
ikon, gambar, dan gambaran dari segala macam hal ketika sedang
belajar. Kadang-kadang dapat belajar lebih baik lagi jika menciptakan
peta gagasan, diagram, ikon, dan citra sendiri dari hal yang sedang
dipelajari. Teknik lain yang bisa dilakukan semua orang, terutama
orang-orang dengan keterampilan visual yang kuat, adalah meminta
mengamati situasi dunia nyata lalu memikirkan serta membicarakan
situasi itu, menggambarkan proses, prinsip, atau makna yang
dicontohkan (Meier, 2002: 97-99).
d. Belajar Intelektual
Intelektual menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam
pikiran secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk
merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna,
rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Intelektual adalah bagian
dari yang merenung, mencipta, memecahkan masalah, dan
membangun makna. Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran;
sarana yang digunakan manusia untuk berfikir, menyatukan
pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru, dan belajar (Meier,
2002: 99-100).
Karakteristik pembelajaran SAVI menurut Meier (2002) dapat
dilihat pada Tabel berikut:
Tabel: 2.1
Karakteristik Pembelajaran SAVI
Pendekatan
Belajar
Aktivitas Belajar
Somatis (S) Orang dapat bergerak ketika mereka :
1. Membuat model dalam suatu proses atau
prosedur
2. Secara fisik menggerakkan berbagai
komponen dalam suatu proses atau
sistem
3. Menciptakan piktogram dan periferalnya
4. Memeragakan suatu proses, sistem, atau
seperangkat konsep
5. Mendapatkan pengalaman lalu
menceritakannya dan merefleksikannya
6. Melengkapi suatu proyek yang
memerlukan kegiatan fisik
7. Menjalankan pelatihan belajar aktif
(simulasi, permainan belajar dan lain-
lain)
8. Melakukan kajian lapangan. Lalu tulis,
gambar dan bicarakan tentang apa yang
dipelajari
9. Mewawancarai orang-orang di luar kelas
10. Dalam tim, menciptakan pelatihan
pembelajaran aktif bagi seluruh kelas
Auditori (A) Berikut ini gagasan-gagasan awal untuk
meningkatkan sarana auditori dalam belajar.
1. Ajaklah pembelajar membaca keras-keras
materi dari buku panduan dan layar
komputer
2. Ceritakanlah kisah-kisah yang
mengandung materi pembelajaran yang
terkandung dalam buku pembelajaran
yang dibaca mereka
3. Mintalah pembelajar berpasang-pasangan
memperbincangkan secara terperinci apa
yang baru saja mereka pelajari dan
bagaimana mereka akan menerapkannya
4. Mintalah pembelajar mempraktikkan
suatu keterampilan atau memperagakan
suatu fungsi sambil mengucapkan secara
singkat dan terperinci apa yang sedang
mereka kerjakan
5. Ajaklah pembelajar membuat sajak atau
hafalan dari yang mereka pelajari
6. Mintalah pembelajar berkelompok dan
bicara non stop saat sedang menyusun
pemecahan masalah atau membuat
rencana jangka panjang
Visual (V) Hal-hal yang dapat dilakukan agar
pembelajaran lebih visual adalah :
1. Bahasa yang penuh gambar (metafora,
analogi)
2. Grafik presentasi yang hidup
3. Benda 3 dimensi
4. Bahasa tubuh yang dramatis
5. Cerita yang hidup
6. Kreasi pictogram (oleh pembelajar)
7. Pengamatan lapangan
8. Dekorasi berwarna-warni
9. Ikon alat bantu kerja
Intelektual (I) Aspek intelektual dalam belajar akan terlatih
jika kita mengajak pembelajaran tersebut
dalam aktivitas seperti :
1. Memecahkan masalah
2. Menganalisis pengalaman
3. Mengerjakan perencanaan strategis
4. Memilih gagasan kreatif
5. Mencari dan menyaring informasi
6. Merumuskan pertanyaan
7. Menciptakan model mental
8. Menerapkan gagasan baru pada pekerjaan
9. Menciptakan makna pribadi
10. Meramalkan implikasi suatu gagasan
2. Tahapan Pendekatan SAVI
Menurut Meier dalam Rusman (2013:374), pembelajaran
SAVI akan tercapai dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan baik
jika empat tahap berikut dilaksanakan dengan baik. Empat tahapan
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Tahap Persiapan (Kegiatan Pendahuluan)
Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa,
memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar
yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi
optimal untuk belajar. Secara spesifik meliputi hal sebagai
berikut :
1) Memberikan sugesti positif (Auditori)
2) Memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada
siswa (Auditori)
3) Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna (Auditori)
4) Membangkitkan rasa ingin tahu (Intelektual)
5) Menciptakan lingkungan fisik yang positif (Visual)
6) Menciptakan lingkungan emosional yang positif
(Intelektual)
7) Menciptakan lingkungan sosial yang positif (Visual)
8) Menenangkan rasa takut (Auditori)
9) Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar (Intelektual)
10) Banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah
(Auditori)
11) Merangsang rasa ingin tahu siswa (Intelektual)
12) Mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal (Somatis).
b. Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti)
Pada tahap ini guru membantu siswa menemukan
materi belajar yang baru dengan cara menarik, menyenangkan,
relevan, melibatkan panca indra, dan cocok untuk semua gaya
belajar. Hal yang dapat dilakukan guru adalah sebagai berikut :
1) Uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan (Intelektual)
2) Pengamatan fenomena dunia nyata (Visual)
3) Pelibatan seluruh otak dan seluruh tubuh (Somatis,
Auditori, Visual, Intelektual)
4) Presentasi interaktif (Auditori, Visual)
5) Grafik dan sarana presentasi yang berwarna-warni
(Visual)
6) Aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya
belajar (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual)
7) Proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim
(Somatis, Auditori, Visual, Intelektual)
8) Latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok)
(Intelektual)
9) Pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual
(Intelektual)
10) Pelatihan memecahkan masalah (Intelektual).
c. Tahap Pelatihan (Kegiatan Inti)
Pada tahap ini guru membantu siswa mengintegrasikan
dan menyerap pengetahuan dan ketrampilan baru dengan
berbagai cara. Secara spesifik, yang dilakukan guru adalah
sebagai berikut :
1) Aktivitas pemrosesan siswa (Somatis, Auditori, Visual,
Intelektual)
2) Usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha
kembali (Somatis, Intelektual)
3) Simulasi dunia nyata (Somatis, Auditori, Visual,
Intelektual)
4) Permainan dalam belajar (Somatis, Auditori, Visual,
Intelektual)
5) Pelatihan aksi pembelajaran (Somatis, Auditori, Visual,
Intelektual)
6) Aktivitas pemecahan masalah (Intelektual)
7) Refleksi dan artikulasi individu (Auditori)
8) Dialog berpasangan atau berkelompok (Somatis, Auditori)
9) Pengajaran dan tinjauan kolaboratif (Somatis, Auditori,
Visual, Intelektual)
10) Aktivitas praktis membangun ketrampilan (Somatis,
Intelektual)
11) Mengajar balik (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual)
d. Tahap Penampilan Hasil (Kegiatan Penutup)
Pada tahap ini guru membantu siswa menerapkan dan
memperluas pengetahuan atau ketrampilan baru mereka pada
pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan
hasil akan terus meningkat. Hal yang dapat dilakukan guru
adalah sebagai berikut :
1) Penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera (Somatis,
Auditori, Visual, Intelektual)
2) Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi (Somatis,
Auditori, Visual, Intelektual)
3) Aktivitas penguatan penerapan (Somatis, Auditori, Visual,
Intelektual)
4) Materi penguatan pascasesi (Somatis, Auditori, Visual,
Intelektual)
5) Pelatihan terus-menerus (Somatis, Auditori, Visual,
Intelektual)
6) Umpan balik dan evaluasi kinerja (Somatis, Auditori,
Visual, Intelektual)
7) Aktivitas dukungan kawan (Somatis, Auditori, Visual,
Intelektual).
3. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan SAVI
Penerapan pendekatan SAVI dalam pembelajaran tidak
terlepas dari kelebihan dan kekurangannya dibandingkan dengan
pendekatan belajar lainnya. Menurut Nurhayati (2014) kelebihan
dan kekurangan dari pendekatan SAVI adalah sebagai berikut :
a. Kelebihan dari pendekatan SAVI antara lain :
1) Membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh
melalui penggabungan gerak fisik dengan aktivitas
intelektual.
2) Memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik
dan efektif.
3) Mampu membangkitkan kreatifitas dan meningkatkan
kemampuan psikomotor siswa.
4) Memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa melalui
pembelajaran secara visual, auditori dan intelektual.
5) Pembelajaran lebih menarik dengan adaya permainan
belajar.
6) Pendekatan yang ditawarkan tidak kaku tetapi dapat
sangat bervariasi tergantung pada pokok bahasan, dan
pembelajaran itu sendiri.
7) Dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif. Orang
yang dapat belajar paling baik dalam lingkungan fisik,
emosi dan sosial yang positif yaitu lingkugan yang tenang
sekaligus menggugat semangat, adanya rasa minat dan
kegembiraan sangat penting untuk mengoptimalkan
pembelajaran.
8) Adanya keterlibatan pembelajaran sepenuhnya. Orang
dapat belajar paling baik jika dia terlihat secara penuh dan
aktif serta mengambil tanggung jawab penuh atas usaha
belajarnya sendiri. Belajar bukanlah sejenis olahraga
untuk ditonton, melainkan menuntun peran serta semua
pihak.
9) Terciptanya kerja sama di antara pembelajar. Biasanya
belajar paling baik dalam lingkungan kerja sama. Semua
cara belajar cenderung bersifat sosial.
10) Merupakan variasi yang cocok untuk semua gaya belajar.
Orang dapat belajar dengan baik jika dia mempunyai
banyak variasi pilihan belajar yang memungkinkannya
untuk memanfaatkan seluruh inderanya dan menerapkan
gaya belajar yang dikuasainya.
b. Kekurangan dari pendekatan SAVI antara lain :
1) Pendekatan ini sangat menuntut adanya guru yang
sempurna sehingga dapat memadukan keempat komponen
dalam SAVI secara utuh.
2) Penerapan pendekatan ini membutuhkan kelengkapan
sarana dan prasarana pembelajaran yang menyeluruh dan
disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga memerlukan
biaya pendidikan yang sangat besar. Terutama untuk
pengadaan media pembelajaran yang canggih dan
menarik. Ini dapat dipenuhi pada sekolah-sekolah maju.
3) Pendekatan yang memang tidak kaku tetapi harus
disesuaikan dengan pokok bahasan materi pembelajaran.
Jadi tidak berlaku untuk semua pelajaran.
4) Pendekatan SAVI ini masih tergolong baru, banyak
pengajar guru sekalipun yang belum menguasai
pendekatan SAVI tersebut.
5) Pendekatan SAVI ini cenderung kepada keaktifan siswa,
sehingga untuk siswa yang memiliki tingkat kecerdasan
kurang, menjadikan siswa itu minder.
C. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
1. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah kriteria paling rendah
untuk menyatakan peserta didik mencapai Ketuntasan Minimal. KKM
harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai. Seberapapun
besarnya jumlah peserta didik yang melampaui batas ketuntasan minimal,
tidak mengubah keputusan pendidik dalam menyatakan lulus dan tidak
lulus pembelajaran. Acuan kriteria tidak diubah secara serta merta karena
hasil empirik penilaian. Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan
pendidikan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan
atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir
sama. Kriteria ketuntasan menunjukkan tingkat pencapaian kompetensi
sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka
maksimal 100 merupakan Kriteria ketuntasan ideal (KKM, 2008: 4).
2. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal
Kriteria Ketuntasan Minimal mempunyai fungsi yaitu sebagai
berikut:
a. Sebagai Acuan bagi Pendidik
Bagi pendidik, KKM digunakan untuk menilai kompetensi peserta
didik sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. Setiap
kompetensi dasar dapat diketahui ketercapaiannya berdasarkan KKM
yang ditetapkan. Pendidik harus memberikan respon yang tepat
terhadap pencapaian kompetensi dasar dalam bentuk pemberian
remidial atau layanan pengayaan.
b. Sebagai Acuan bagi Peserta Didik
Bagi peserta didik KKM digunakan untuk menyiapkan diri mengikuti
penilaian mata pelajaran. Setiap kompetensi dasar (KD) dan indikator
ditetapkan KKM yang harus dicapai dan dikuasai oleh peserta didik.
Peserta didik diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam mengikuti
penilaian agar mencapai nilai melebihi KKM. Apabila hal tersebut
tidak bisa dicapai, peserta didik harus mengikuti KD-KD yang belum
tuntas dan perlu perbaikan.
c. Sebagai Komponen Evaluasi KKM
Sebagai komponen evaluasi KKM merupakan program pembelajaran
yang dilaksanakan di sekolah. Evaluasi keterlaksanaan dan hasil
program kurikulum dapat dilihat dari keberhasilan pencapaian KKM
sebagai tolok ukur. Oleh karena itu hasil pencapaian KD berdasarkan
KKM yang ditetapkan perlu dianalisis untuk mendapatkan informasi
tentang peta KD-KD tiap mata pelajaran yang mudah atau sulit, dan
cara perbaikan dalam proses pembelajaran maupun pemenuhan sarana-
prasarana belajar di sekolah.
d. Sebagai kontrak pedagogik peserta didik dan satuan pendidikan.
Keberhasilan pencapaian KKM merupakan upaya yang harus
dilakukan bersama antara pendidik, peserta didik, pimpinan satuan
pendidikan, dan orang tua. Pendidik melakukan upaya pencapaian
KKM dengan memaksimalkan proses pembelajaran dan penilaian.
Peserta didik melakukan upaya pencapaian KKM dengan proaktif
mengikuti kegiatan pembelajaran serta mengerjakan tugas-tugas yang
telah didesain pendidik. Orang tua dapat membantu memberikan
motivasi dan dukungan penuh bagi putra-putrinya dalam mengikuti
pembelajaran. Sedangkan pimpinan satuan pendidikan berupaya
memaksimalkan pemenuhan kebutuhan untuk mendukung
terlaksananya proses pembelajaran dan penilaian di sekolah.
e. Sebagai target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi mata
pelajaran.
Satuan pendidikan harus berupaya semaksimal mungkin untuk
melampaui KKM yang ditetapkan. Keberhasilan pencapaian KKM
merupakan salah satu tolok ukur kinerja satuan pendidikan dalam
menyelenggarakan program pendidikan. Satuan pendidikan dengan
KKM yang tinggi dan dilaksanakan secara bertanggung jawab dapat
menjadi tolok ukur kualitas mutu pendidikan bagi masyarakat (KKM,
2008: 5-6).
3. Prinsip Penetapan KKM
Penetapan Kriteria Minimal perlu mempertimbangkan ketentuan
sebagai berikut:
a. Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan
melalui metode kualitatif dan atau kuantitatif.
b. Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui
analisis belajar minimal pada setiap indikator dengan
memperhatikan kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta
didik untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan standar
kompetensi.
c. Kriteria ketuntasan minimal setiap Kompetensi Dasar (KD)
merupakan rata-rata dari indikator yang terdapat dalam
Kompetensi Dasar tersebut.
d. Kriteria ketuntasan minimal setiap Standar Kompetensi (SK)
merupakan rata-rata KKM Kompetensi Dasar (KD) yang
terdapat dalam SK tersebut.
e. Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran merupakan rata-rata
dari semua KKM-SK yang terdapat dalam satu semester atau
satu tahun pembelajaran, dan dicantumkan dalam Laporan Hasil
Belajar (LHB/Rapor) peserta didik.
f. Indikator merupakan acuan/rujukan bagi pendidik untuk
membuat soal-soal ulangan, baik Ulangan Harian (UH),
Ulangan Tengah Semester (UTS) maupun Ulangan Akhir
Semester (UAS).
g. Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimungkinkan
adanya perbedaan nilai ketuntasan minimal (KKM, 2008:7-8).
4. Jenis Ketuntasan Kriteria Minimal
Berdasarkan teori Mastery Learning KKM terdiri dari tiga aspek
antara lain:
a. KKM Individual
KKM Individual wajib dicapai oleh masing-masing siswa pada
mata pelajaran IPA kelas V MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga
tahun pelajaran 2014/2015.
b. KKM Kelas
Pembelajaran dalam satu kelas dinyatakan berhasil mencapai
ketuntasan manakala dari total siswa 85% telah mencapai KKM.
c. KKM Nasional
KKM Nasional merupakan ketetapan yang telah ditentukan oleh
pemerintah di tingkat nasional yaitu 75.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
1. Sejarah Singkat Berdirinya MI Ma’arif Pulutan
Sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam pendidikan yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik ilmu
pengetahuan umum maupun ilmu pengetahuan agama Islam dan sekaligus
untuk meningkatkan life skill. Maka MI Ma’arif Pulutan didirikan pada
tahun 1954 di Pulutan Sidorejo Salatiga Propinsi Jawa Tengah. Dalam
perjalanan sejarah MI Ma’arif Pulutan yang sekarang ini memasuki tahun
ke-61 dalam perjalanannya mengalami perkembangan yang signifikan.
2. Visi dan Misi Madrasah
Visi:
Terwujudnya centre of excellence on Elementery School, dalam
agama, budi pekerti, bahasa dan sains tech.
Misi:
a. Membangun rasa cinta dan bangga terhadap agama, bangsa, dan tanah
air .
b. Menanamkan nilai-nilai Islam ahlus sunnah wal jama’ah dalam
perilaku sehari-hari.
c. Membentuk pribadi berakhlak mulia dan berprestasi tinggi.
d. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan beragam bahasa
(Arab, Inggris, dan Jawa).
e. Membekali sains tech tepat guna.
3. Waktu Pelaksanaan Penelitian
Penelitian tindakan ini dilakukan di MI Ma’arif Pulutan,
Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga. Waktu penelitian dimulai tanggal 24
Februari 2015 sampai dengan tanggal 3 Maret 2015. Penelitian dilakukan
sesuai dengan jadwal IPA kelas V B MI Ma’arif Pulutan. Sehingga tidak
mengganggu jadwal mata pelajaran lainnya. Adapun jadwal pelaksanaan
penelitian sebagai berikut:
Tabel : 3.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Waktu Kegiatan
1 20 Februari 2015 Permohonan Ijin Penelitian
2 24 Februari 2015 Pelaksanaan Pra Siklus
3 25 Februari 2015 Pelaksanaan Siklus I
4 2 Maret 2015 Pelaksanaan siklus II
5 3 Maret 2015 Pelaksanaan Siklus III
4. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan dilaksanakan di kelas V B MI Ma’arif Pulutan
Kecamatan Sidorejo kota Salatiga. Pemilihan tempat penelitian didasarkan
pada:
a. Pembelajaran IPA di MI Ma’arif Pulutan masih bersifat informatif.
b. Hasil belajar IPA kelas V B masih kurang.
5. Keadaan Guru dan Siswa
a. Keadaan Guru MI Ma’arif Pulutan, Kec. Sidorejo, Kota Salatiga.
Tabel: 3.2
Guru MI Ma’arif Pulutan
NO NAMA L/P IJAZAH
1 Drs. H. Abdul Basith, M
PdI
L S2
2 Saefudin Kolyubi, S.Pd.I
L S1
3 Murtadho, S.Ag L S1
4 Wiwin Nuryani, S.Pd.I P S1
5 Hanik Mufidah, S Ag. P S1
6 M. Agus Indriyatno, S PdI
L S1
7 Asibro Mulisi, S.Pd.I L S1
8 Siti Anisah, S PdI P S1
9 Y. Ari Purwanto, S Pd L S1
10 Siti Haniah, S.Pd.I P
S1
11 Ustadzah, S Ag
P S1
12 Yeni Setiawan, S Psi P S1
13 Aini Nur Faizah, S Pd P S1
14 Sujoro, S Pd.
L S1
15 Umi Tasripah, S Pd
P S1
16 Khurotul Aini, S Pd.
P S1
17 Hj. RA Umi Saktie H, Lc
P S2
18 Ratim, S.Ag
L S1
19 Ulfah Rahmawati, M.Pd.I
P S2
20 Mufidati Asy'ari, S.Pd.I
P S1
21 Sugianto, S.Pd.I
L S1
22 M. Miftahul Huda L S1
23 Umi Tafrikah, S.Pd P S1
24 Desi Nuraini P SMA
b. Keadaan Siswa Kelas V B MI Ma’arif Pulutan
Siswa kelas V B MI Ma’arif Pulutan berjumlah 20 Siswa,
terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel: 3.3
Daftar Siswa kelas V B di MI Ma’arif Pulutan
No. Nama L/P
1 Agus Riyanto L
2 Andika Rahmat Dhany L
3 Asna Aniva Fuadiyah P
4 Avriel Putri Antix P
5 Awaludin Fajar Maulana L
6 Bahra Marsa Tibra P
7 Dzal Mahera L
8 Fabilla Al Hanuf P
9 Hafsyah Zata Huwaina L
10 Hussein Nurrokhim L
11 Laelatul Maghfiroh P
12 M. Firmansyah L
13 M. Kevin Reynanta Febriannur L
14 M. Nabawi L
15 Maulana Deta Ariyadi L
16 Nidaul Fahrina P
17 Rifqi Ahmad Yusuf L
18 Rizki Ali Makruf L
19 Robert Aqdam Syauqillah L
20 Windy Astini P
B. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus)
Kondisi awal merupakan tindakan awal pembelajaran sebelum
dilakukan tindakan penelitian. Hasil belajar atau tes prasiklus dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui keadaan awal hasil belajar siswa kelas V
pada mata pelajaran IPA di MI Ma’arif Pulutan Kec. Sidorejo Kota Salatiga
Tahun Pelajaran 2014/2015. Hasil prasiklus diperoleh melalui tes tertulis
berupa hasil belajar atau nilai sebelum diadakannya penelitian pada mata
pelajaran IPA.
Berdasarkan hasil tes awal didapat bahwa rata-rata hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA masih di bawah kriteria ketuntasan minimal yang
telah ditetapkan yaitu 65. Sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh hanya 43
dengan presentase secara klasikal siswa yang belum tuntas adalah sebesar
85% dan siswa yang tuntas 15%. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh baik
oleh guru maupun siswa itu sendiri. Faktor dari guru berupa terlalu
monotonnya penerapan pendekatan dalam pembelajaran sehingga siswa
merasa bosan dan kurang tertarik dengan materi pembelajaran yang diberikan,
sehingga hasil belajarnya masih kurang memuaskan. Hasil belajar pada
pembelajaran prasiklus dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel: 3.4
Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Prasiklus
No Nama Siswa Nilai
Prasiklus
Ketuntasan
Tuntas Belum
Tuntas
1 Agus Riyanto 40 √
2 Andika Rahmat
Dhany
40 √
3 Asna Aniva
Fuadiyah
30 √
4 Avriel Putri Antix 25 √
5 Awaludin Fajar
Maulana
35 √
6 Bahra Marsa Tibra 25 √
7 Dzal Mahera 40 √
8 Fabilla Al Hanuf 45 √
9 Hafsyah Zata
Huwaina
75 √
10 Hussein Nurrokhim 35 √
11 Laelatul Maghfiroh 55 √
12 M. Firmansyah 50 √
13 M. Kevin Reynanta
Febriannur
35 √
14 M. Nabawi 50 √
15 Maulana Deta
Ariyadi
75 √
16 Nidaul Fahrina 25 √
17 Rifqi Ahmad Yusuf 30 √
18 Rizki Ali Makruf 35 √
19 Robert Aqdam
Syauqillah
45 √
20 Windy Astini 70 √
Jumlah 860 3 17
Nilai rata-rata 43 15% 85%
Dari data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabel guna
mengklasifikasikan nilai hasil belajar siswa. Adapun klasifikasi nilai dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel: 3.5
Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Pada Prasiklus
No Skor Kriteria
(Indikator)
Jumlah
Siswa
Persentase
1 90-100 Baik sekali (Sangat Baik) 0 0%
2 70-89 Baik (Tinggi) 3 15%
3 50-69 Cukup Baik (Cukup) 3 15%
4 ≤30-49 Kurang Baik (Rendah) 14 70%
Jumlah 20 100%
Dilihat dari tabel 3.5 diatas, masih banyak siswa yang belum tuntas
belajarnya, dalam proses pembelajaran prasiklus tersebut siswa kurang
bersemangat dan bermalas-malasan. Selain itu siswa terlihat tegang saat
peneliti mulai menunjuk siswa untuk maju ke depan kelas. Oleh karena itu
untuk menumbuhkan semangat dan mempermudah siswa untuk memahami
materi cahaya dan sifat-sifatnya maka perlu dilakukan perbaikan pembelajaran
menggunakan penerapan pendekatan SAVI. Perbaikan pembelajaran tersebut
dilakukan melalui penelitian tindakan kelas dengan tiga tahap, yaitu
pembelajaran siklus I, siklus II dan siklus III. Pelaksanaan tindakan kelas
disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya.
C. Diskripsi Pelaksanaan Siklus I
Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran dan menganalisa hasil
observasi yang dikaitkan dengan hasil tertulis, maka pada siklus pertama perlu
ditanggulangi dengan menggali persepsi awal siswa tentang materi yang akan
dipelajari sebelum proses pembelajaran berlangsung. Siklus pertama
dilaksanakan pada tanggal 25 Februari 2015 dan terdiri dari empat tahap,
yaitu:
1. Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti menyusun perencanaan tindakan dimulai
dengan menentukan materi pembelajaran kelas V semester II yaitu mata
pelajaran IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya, membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan tujuan pembelajaran siswa dapat
memahami dan menjelaskan tentang penerapan konsep cahaya dan sifat-
sifatnya melalui pendekatan SAVI dan membuat rangkaian penilaian
berupa tes tertulis untuk mengetahui hasil belajar siswa dan juga membuat
instrument penilaian observasi guna mengetahui aktifitas belajar siswa.
Perencanaan pada tindakan siklus I dituangkan dalam bentuk
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). RPP yang dibuat memperhatikan
berbagai aspek seperti mencantumkan (a) Standar Kompetensi (SK); (b)
Kompetensi Dasar (KD); (c) Indikator; (d) Tujuan pembelajaran; (e)
Materi pembelajaran; (f) Pendekatan Pembelajaran; (g) Langkah-langkah
pembelajaran; (h) Media dan sumber belajar; dan (i) Penilaian.
2. Pelaksanaan
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 25 Februari 2015 di kelas V B
MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga dengan jumlah siswa sebanyak 20
siswa dan seluruh siswa hadir. Penelitian siklus I sudah menerapkan
pendekatan SAVI yaitu dengan menggunakan media audio visual dan
melakukan praktikum. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru atau
pengajar, adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana
pembelajaran yang telah disiapkan. Pada pelaksanaan tindakan ini
dilakukan dengan langkah-langkah kegiatan sebagaimana tertuang dalam
RPP sebagai berikut:
a. Kegiatan Awal
1) Guru mengkondisikan kelas dengan mengucapkan salam dan
mengajak siswa untuk berdoa.
2) Guru mengabsensi siswa.
3) Apersepsi, guru mengajukan pertanyaan tentang materi cahaya dan
sifat-sifatnya.
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
1) Eksplorasi
- Guru meminta siswa untuk menulis hal-hal yang belum
dipahami ketika materi pembelajaran cahaya dan sifat-sifatnya
ditayangkan dengan video pembelajaran.
- Guru meminta siswa untuk mendengarkan dan mengamati
materi pembelajaran cahaya dan sifat-sifatnya yang
ditayangkan dalam video pembelajaran.
2) Elaborasi
- Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 5 siswa.
- Guru membentuk 4 pos yang masing-masing pos berisi
perintah untuk melakukan praktik cahaya merambat lurus,
cahaya menembus benda bening, cahaya dapat dipantulkan dan
cahaya dapat dibiaskan.
- Siswa secara bergantian praktik dan secara berkelompok
bergeser untuk berpindah dari pos 1 ke pos 4.
3) Konfirmasi
- Beberapa siswa disuruh maju ke depan kelas untuk
menjelaskan hasil praktikum.
- Guru memberikan tanggapan dari penjelasan siswa yang maju
ke depan kelas.
- Guru memberikan penjelasan tambahan dan penguatan
terhadap hasil pembelajaran tersebut.
c. Kegiatan Akhir
1) Guru memberikan penguatan dan kesimpulan.
2) Guru memberikan tes formatif.
3) Guru mengevaluasi dan merekap penilaian.
4) Guru memberitahukan materi pelajaran yang akan datang.
5) Guru mengakhiri KBM dengan membaca hamdalah.
6) Guru mengucap salam kepada siswa sebelum keluar dari kelas.
Sebagaimana disebutkan dalam kegiatan diatas bahwa diakhir
proses pembelajaran guru memberikan tes praktek dan tes tertulis guna
mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa. Data hasil
belajar siswa pada pelaksanaan tindakan kelas pertama sebagaimana
berikut:
Tabel: 3.6
Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I
No Nama Siswa Nilai
Siklus I
Ketuntasan
Tuntas Belum
Tuntas
1 Agus Riyanto 60 √
2 Andika Rahmat
Dhany
65 √
3 Asna Aniva
Fuadiyah
50 √
4 Avriel Putri Antix 40 √
5 Awaludin Fajar
Maulana
55 √
6 Bahra Marsa Tibra 40 √
7 Dzal Mahera 60 √
8 Fabilla Al Hanuf 60 √
9 Hafsyah Zata
Huwaina
85 √
10 Hussein Nurrokhim 60 √
11 Laelatul Maghfiroh 70 √
12 M. Firmansyah 65 √
13 M. Kevin Reynanta
Febriannur
50 √
14 M. Nabawi 65 √
15 Maulana Deta
Ariyadi
80 √
16 Nidaul Fahrina 40 √
17 Rifqi Ahmad Yusuf 55 √
18 Rizki Ali Makruf 50 √
19 Robert Aqdam
Syauqillah
65 √
20 Windy Astini 80 √
Jumlah 1195 8 12
Nilai rata-rata 59,75 40% 60%
Dari data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabel guna
mengklasifikasikan nilai hasil belajar siswa. Adapun klasifikasi nilai dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel: 3.7
Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I
No Skor Kriteria
(Indikator)
Jumlah
Siswa
Persentase
1 90-100 Baik sekali (Sangat Baik) 0 0%
2 70-89 Baik (Tinggi) 4 20%
3 50-69 Cukup Baik (Cukup) 13 65%
4 ≤30-49 Kurang Baik (Rendah) 3 15%
Jumlah 20 100%
Berdasarkan table 3.7 di atas dapat diketahui bahwa persentase siswa
yang mencapai nilai sesuai dengan indikator keberhasilan yang diharapkan
sebesar 8 anak atau sebesar 40%. Dari 20 siswa kelas V B, baru ada 4 anak
yang masuk kategori baik atau sebesar 20% dan sudah terdapat 13 anak atau
sebesar 65% yang masuk kategori cukup baik. Sedangkan siswa yang masih
berada pada kategori kurang baik adalah 3 anak atau 15%.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa hasil perbaikan pembelajaran
IPA melalui penerapan pendekatan SAVI pada siswa kelas V B dapat
meningkatkan hasil belajar IPA meskipun belum sempurna. Hasil yang
diperoleh pada siklus I belum mencapai indikator yang diharapkan, maka
masih diperlukan siklus selanjutnya yaitu siklus II.
3. Observasi
Pada tahap ini dilakukan observasi/ pengamatan ditujukan pada subyek
yaitu siswa sebagai responden. Adapun aspek yang diamati pada pengamatan
adalah penerapan pendekatan SAVI yang mencakup aspek somatis, auditori,
visual, dan intelektual.
Kegiatan pengamatan ini dilaksanakan selama kegiatan pelaksanaan
tindakan kelas pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar
observasi yang telah dipersiapkan. Hasil observasi pada pelaksanaan
perbaikan pembelajaran pada siklus I sebagaimana berikut:
Tabel: 3.8
Hasil Observasi Aktifitas Belajar Siswa Pada Siklus I
No Nama Aspek
Somatis
Aspek
Auditori
Aspek
Visual
Aspek
Intelektual
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 Agus Riyanto √ √ √ √
2 Andika Rahmat
Dhany
√ √ √ √
3 Asna Aniva
Fuadiyah
√ √ √ √
4 Avriel Putri Antix √ √ √ √
5 Awaludin Fajar
Maulana
√ √ √ √
6 Bahra Marsa T √ √ √ √
7 Dzal Mahera √ √ √ √
8 Fabilla Al Hanuf √ √ √ √
9 Hafsyah Zata
Huwaina √ √ √ √
10 Hussein
Nurrokhim
√ √ √ √
11 Laelatul
Maghfiroh
√ √ √ √
12 M. Firmansyah √ √ √ √
13 M. Kevin
Reynanta
Febriannur
√ √ √ √
14 M. Nabawi √ √ √ √
15 Maulana Deta
Ariyadi
√ √ √ √
16 Nidaul Fahrina √ √ √ √
17 Rifqi Ahmad
Yusuf
√ √ √ √
18 Rizki Ali Makruf √ √ √ √
19 Robert Aqdam
Syauqillah
√ √ √ √
20 Windy Astini √ √ √ √
Jumlah 8 12 16 4 15 5 6 14
Dari tabel 3.8 di atas didapat jumlah pengamatan pada aspek somatis
sebanyak 8 siswa, pada aspek auditori sebanyak 16 siswa, pada aspek visual
sebanyak 15 siswa dan pada aspek intelektual sebanyak 6 siswa. Dari hasil ini
dapat diartikan bahwa rata-rata aktifitas belajar siswa sudah bayak yang
memperhatikan semua aspek yang dinilai meskipun belum semua siswa
mengetahuinya.
4. Refleksi
Setelah proses perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan pada siklus
I, maka selanjutnya peneliti mengadakan refleksi. Dari hasil pelaksanaan
tindakan kelas yang sudah dilakukan, peneliti menemukan kelemahan yang
terjadi antara lain:
a. Guru kurang mengkondisikan siswa pada saat pembelajaran berlangsung
sehingga diperlukan penambahan aktifitas guru dalam pengkondisian
kelas.
b. Siswa belum begitu memahami mengenai materi cahaya dan sifat-sifatnya
sehingga terdapat beberapa siswa yang kurang memperhatikan materi yang
dipelajari.
c. Terdapat beberapa siswa yang merasa kesulitan dalam melakukan
penerapan pendekatan SAVI sehingga pada siklus selanjutnya guru lebih
merata dalam pendampingan siswa.
d. Pembelajaran belum bisa mengoptimalkan waktu sehingga untuk siklus
berikutnya perlu membatasi waktu agar semua kegiatan pembelajaran
terlaksana sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
e. Terdapat perilaku penyimpangan siswa diantaranya ada yang mengganggu
siswa lain.
Dengan demikian hasil yang diperoleh pada siklus I belum mencapai
indikator yang diharapkan yaitu sebesar 60% siswa belum tuntas belajar,
untuk itu masih perlu melaksanakan tahap berikutnya yaitu siklus II.
D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
Melihat hasil refleksi pada siklus I, maka siklus II peneliti mencoba
memperbaiki pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Setelah dilaksanakan
perbaikan dengan merubah alat peraga, media pembelajaran, pembagian
kelompok dan posisi tempat duduk diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar IPA dalam menerapkan pendekatan SAVI.
Adapun deskripsi data proses perbaikan pembelajaran IPA materi
antara cahaya dan penglihatan saling berhubungan dengan menerapkan
pendekatan SAVI pada siklus II sebagaimana uraian di bawah ini:
1. Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan dalam siklus II didasarkan pada hasil
yang diperoleh pada pembelajaran siklus I. Perencanaan siklus II adalah
sebagai berikut:
a. Menentukan waktu pelaksanaan siklus II yaitu pada tanggal 2 Maret
2015.
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan merevisi
bagian-bagian yang masih dianggap kurang pada RPP siklus pertama,
RPP disesuaikan dengan pokok bahasan dan instrumen pengumpulan
data selama penelitian dilaksanakan.
c. Penyiapan media pembelajaran, yaitu media audio visual serta
menyiapkan alat dan bahan untuk praktikum.
d. Seperti halnya siklus I, peneliti menyiapkan soal tes formatif dan
lembar observasi untuk siswa.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian siklus kedua pada tanggal 2 Maret 2015
pada kelas yang sama. Proses belajar mengajar mengacu pada rencana
pembelajaran yang telah disiapkan. Kegiatan pelaksanaan pada siklus II
pada dasarnya sama dengan siklus sebelumnya. Pada pelaksanaan tindakan
ini dilakukan dengan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:
a. Kegiatan awal
1) Guru mengkondisikan kelas dan mengucapkan salam.
2) Guru mengajak peserta didik berdoa sebelum pelajaran dimulai.
3) Guru mengabsen siswa.
4) Apersepsi, guru mengajukan pertanyaan tentang materi yang akan
dipelajari.
5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
6) Guru memotivasi siswa untuk membangkitkan minat dan
menumbuhkan kesadaran untuk belajar
7) Guru merubah posisi tempat duduk dalam bentuk leter U,
dilanjutkan mempersiapkan siswa mengikuti tahapan pembelajaran
selanjutnya.
b. Kegiatan Inti
1) Eksplorasi
- Guru meminta siswa untuk menulis hal-hal yang belum
dipahami ketika materi pembelajaran cahaya dan sifat-sifatnya
ditayangkan dengan video pembelajaran.
- Guru meminta siswa untuk mendengarkan, mengamati dan
menceritakan ulang materi antara cahaya dan penglihatan
saling berhubungan yang sudah ditayangkan dalam video
pembelajaran.
2) Elaborasi
- Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 5 siswa.
- Siswa secara bergantian dalam setiap kelompok
mempraktikkan sifat bayangan yang terjadi dalam cermin datar,
cermin cekung dan cermin cembung.
- Setelah selesai praktikum, setiap kelompok berdiskusi tentang
cacat mata dan alat optik yang membantu penglihatan.
3) Konfirmasi
- Setiap kelompok maju ke depan kelas untuk menjelaskan hasil
diskusi dengan menunjuk salah satu siswa menjadi juru bicara.
- Guru memberikan tanggapan dari penjelasan siswa yang maju
ke depan kelas.
- Guru memberikan penjelasan tambahan dan penguatan
terhadap hasil pembelajaran tersebut.
c. Kegiatan Akhir
1) Guru memberikan penguatan dan kesimpulan serta memberi
hadiah bagi siswa yang bias menjawab pertanyaan secara lisan.
2) Guru memberikan tes formatif.
3) Guru mengevaluasi dan merekap penilaian.
4) Guru memberitahukan materi pelajaran yang akan datang.
5) Guru mengakhiri KBM dengan membaca hamdalah.
6) Guru mengucap salam kepada siswa sebelum keluar dari kelas.
Sebagaimana pada siklus sebelumnya, pada siklus II di akhir
belajar mengajar siswa diberi tugas untuk mengerjakan tes formatif. Dari
akhir pelaksanaan siklus II tersebut diperoleh hasil belajar siswa sebagai
berikut:
Tabel: 3.9
Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus II
No Nama Siswa Nilai
Siklus II
Ketuntasan
Tuntas Belum
Tuntas
1 Agus Riyanto 80 √
2 Andika Rahmat
Dhany
85 √
3 Asna Aniva
Fuadiyah
60 √
4 Avriel Putri Antix 55 √
5 Awaludin Fajar M 60 √
6 Bahra Marsa Tibra 55 √
7 Dzal Mahera 70 √
8 Fabilla Al Hanuf 75 √
9 Hafsyah Zata
Huwaina
90 √
10 Hussein Nurrokhim 70 √
11 Laelatul Maghfiroh 80 √
12 M. Firmansyah 75 √
13 M. Kevin Reynanta
Febriannur
70 √
14 M. Nabawi 75 √
15 Maulana Deta
Ariyadi
90 √
16 Nidaul Fahrina 60 √
17 Rifqi Ahmad Yusuf 65 √
18 Rizki Ali Makruf 65 √
19 Robert Aqdam
Syauqillah
80 √
20 Windy Astini 90 √
Jumlah 1450 15 5
Nilai rata-rata 72,5 75% 25%
Dari data di atas kemudian dimasukkan ke dalam tabel guna
mengklasifikasikan nilai hasil belajar siswa. Adapun klasifikasi nilai
tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel: 3.10
Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II
No Skor Kriteria
(Indikator)
Jumlah
Siswa
Persentase
1 90-100 Baik sekali (Sangat Baik) 3 15%
2 70-89 Baik (Tinggi) 10 50%
3 50-69 Cukup Baik (Cukup) 7 35%
4 ≤30-49 Kurang Baik (Rendah)
Jumlah 20 100%
Berdasarkan tabel 3.10 dapat diketahui bahwa persentase siswa
yang mencapai nilai sesuai dengan indikator keberhasilan yang diharapkan
sebanyak 15 siswa atau 75%. Dari 20 siswa, sudah terdapat 3 anak yang
masuk kategori baik sekali atau sebesar 15%, dan siswa yang mendapat
kategori baik sebanyak 10 anak atau 50%, siswa yang masuk kategori
cukup baik 7 anak atau 35% sedangkan siswa yang masuk kategori kurang
baik sudah tidak ada.
Melihat hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa
menunjukkan hasil rata-rata 72,5 dan ketuntasan belajar secara klasikal
75%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar, meskipun
belum sempurna. Meskipun demikian, masih perlu adanya perbaikan atau
pelaksanaan tindakan kelas berikutnya guna menyempurnakan ketuntasan
hasil belajar yang diinginkan.
3. Observasi
Kegiatan observasi pada siklus II ini hampir sama dengan
pelaksanaan siklus I. Selama proses belajar mengajar berlangsung, peneliti
melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa dalam pembelajaran
menggunakan lembar observasi untuk mengetahui peningkatan aktifitas
belajarnya. Adapun hasil penilaian untuk observasi siswa pada siklus II
sebagaimana tabel berikut:
Tabel: 3.11
Hasil Observasi Aktifitas Belajar Siswa Pada Siklus II
No Nama Aspek
Somatis
Aspek
Auditori
Aspek
Visual
Aspek
Intelektual Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 Agus Riyanto √ √ √ √
2 Andika Rahmat
Dhany
√ √ √ √
3 Asna Aniva
Fuadiyah
√ √ √ √
4 Avriel Putri
Antix
√ √ √ √
5 Awaludin Fajar
Maulana
√ √ √ √
6 Bahra Marsa T √ √ √ √
7 Dzal Mahera √ √ √ √
8 Fabilla Al Hanuf √ √ √ √
9 Hafsyah Zata
Huwaina
√ √ √ √
10 Hussein
Nurrokhim
√ √ √ √
11 Laelatul
Maghfiroh
√ √ √ √
12 M. Firmansyah √ √ √ √
13 M. Kevin
Reynanta
Febriannur
√ √ √ √
14 M. Nabawi √ √ √ √
15 Maulana Deta A √ √ √ √
16 Nidaul Fahrina √ √ √ √
17 Rifqi Ahmad
Yusuf
√ √ √ √
18 Rizki Ali
Makruf
√ √ √ √
19 Robert Aqdam
Syauqillah
√ √ √ √
20 Windy Astini √ √ √ √
Jumlah 15 5 18 2 16 5 13 7
Dari tabel 3.11 didapat jumlah pengamatan pada aspek somatis 15
siswa, pada aspek auditori 18 siswa, pada aspek visual 16 siswa dan pada
aspek intelektual 13 siswa. Hasil tersebut telah meningkat bila
dibandingkan dengan hasil pada siklus sebelumnya.
4. Refleksi
Setelah proses perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan siklus II
maka peneliti mengadakan refleksi. Dari hasil pelaksanaan tindakan
tersebut sudah cukup baik hal ini terbukti dengan 15 siswa atau sebesar
75% sudah tuntas belajarnya, kendati demikian ternyata ada kelemahan
yang terjadi sebagai berikut:
a. Guru atau peneliti belum bisa mengalokasikan waktu sesuai RPP.
b. Masih ditemukan beberapa siswa yang diskusi sendiri tidak
memperhatikan pelajaran.
c. Ada beberapa siswa yang masih mengalami kesulitan dalam penerapan
pendekatan SAVI.
d. Masih terdapat kesulitan siswa dalam menjawab soal.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti perlu melakukan
perbaikan sebagai berikut:
a. Meningkatkan motivasi kepada siswa agar lebih efektif dalam
pembelajaran.
b. Meningkatakan pengelolaan kelas.
c. Memperbaiki butir soal yang akan diujikan pada siklus berikutnya dan
menambahkan materi yang ada sesuai indikator yang telah ditetapkan.
d. Meningkatkan media pembelajaran, yaitu media audio visual serta alat
dan bahan untuk melakukan praktikum.
E. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III
Melihat hasil refleksi pada siklus II, maka pada siklus III peneliti
mencoba memperbaiki pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Adapun langkah-
langkah yang ditempuh sebagai berikut:
1. Perencanaan
Pada siklus III ini peneliti lebih teliti lagi dalam mempersiapkan
perangkat pembelajaran. Sebagaimana pada siklus kedua, perencanaan
tindakan pembelajaran pada siklus III dituangkan dalam bentuk RPP
dengan merevisi bagian yang masih dianggap kurang pada RPP siklus II.
Selain itu RPP juga dirancang dengan berorientasi pada penerapan
pendekatan SAVI untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPA materi karya berteknologi sederhana. Seperti halnya
siklus sebelumnya, pada siklus III peneliti juga mempersiapkan media
pembelajaran, materi pembelajaran, lembar observasi dan soal tes
formatif.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian siklus III dilakukan pada tanggal 3 Maret
2015 pada kelas yang sama. Proses belajar mengajar mengacu pada
rencana pembelajaran yang telah disiapkan. Kegiatan-kegiatan
pelaksanaan pada siklus III ini pada dasarnya sama dengan siklus-siklus
sebelumnya yaitu mengacu pada RPP yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Pada pelaksanaan tindakan kelas siklus III dilakukan dengan
langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:
a. Kegiatan awal
1) Guru mengkondisikan kelas dan mengucapkan salam.
2) Guru mengajak peserta didik berdoa sebelum pelajaran dimulai.
3) Guru mengabsen siswa.
4) Apersepsi, guru mengajukan pertanyaan tentang materi yang akan
dipelajari.
5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
6) Guru memotivasi siswa untuk membangkitkan minat dan
menumbuhkan kesadaran untuk belajar.
7) Guru merubah posisi tempat duduk dalam bentuk corak tim,
dilanjutkan mempersiapkan siswa mengikuti tahapan pembelajaran
selanjutnya.
b. Kegiatan Inti
1) Eksplorasi
- Guru meminta siswa untuk menulis hal-hal yang belum
dipahami ketika materi pembelajaran ditayangkan dengan
media audio visual.
- Guru meminta siswa untuk mendengarkan, mengamati dan
menceritakan ulang tentang materi pembelajaran karya
berteknologi sederhana yang ditayangkan melalui video
pembelajaran.
2) Elaborasi
- Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 5 siswa.
- Siswa secara berkelompok praktik membuat karya berteknologi
sederhana yaitu kaca pembesar dari bohlam.
3) Konfirmasi
- Setiap kelompok maju ke depan kelas dan menunjuk salah satu
siswa untuk menjelaskan hasil praktikum.
- Guru memberikan tanggapan dari penjelasan siswa yang maju
ke depan kelas.
- Guru memberikan penjelasan tambahan dan penguatan
terhadap hasil pembelajaran tersebut.
c. Kegiatan Akhir
1) Guru memberikan penguatan dan kesimpulan serta memberi
hadiah bagi siswa yang bias menjawab pertanyaan secara lisan.
2) Guru memberikan tes formatif.
3) Guru mengevaluasi dan merekap penilaian.
4) Guru memberitahukan materi pelajaran yang akan datang.
5) Guru mengakhiri KBM dengan membaca hamdalah.
6) Guru mengucap salam kepada siswa sebelum keluar dari kelas.
Data hasil belajar siswa pada pelaksanaan tindakan kelas siklus III
sebagaimana di bawah ini:
Tabel: 3.12
Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus III
No Nama Siswa Nilai
Siklus III
Ketuntasan
Tuntas Belum
Tuntas
1 Agus Riyanto 90 √
2 Andika Rahmat
Dhany
95 √
3 Asna Aniva
Fuadiyah
75 √
4 Avriel Putri Antix 60 √
5 Awaludin Fajar M 80 √
6 Bahra Marsa Tibra 70 √
7 Dzal Mahera 80 √
8 Fabilla Al Hanuf 90 √
9 Hafsyah Zata
Huwaina
100 √
10 Hussein Nurrokhim 85 √
11 Laelatul Maghfiroh 95 √
12 M. Firmansyah 85 √
13 M. Kevin Reynanta
Febriannur
80 √
14 M. Nabawi 85 √
15 Maulana Deta
Ariyadi
100 √
16 Nidaul Fahrina 60 √
17 Rifqi Ahmad Yusuf 75 √
18 Rizki Ali Makruf 80 √
19 Robert Aqdam
Syauqillah
90 √
20 Windy Astini 95 √
Jumlah 1670 18 2
Nilai rata-rata 83,5 90% 10%
Dari data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabel guna
mengklasifikasi nilai hasil belajar siswa. Adapun klasifikasi nilai tersebut
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel: 3.13
Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus III
No Skor Kriteria
(Indikator)
Jumlah
Siswa
Persentase
1 90-100 Baik sekali (Sangat Baik) 8 40%
2 70-89 Baik (Tinggi) 10 50%
3 50-69 Cukup Baik (Cukup) 2 10%
4 ≤30-49 Kurang Baik (Rendah)
Jumlah 20 100%
Berdasarkan tabel 3.13 dapat diketahui bahwa Persentase siswa
yang mencapai nilai sesuai dengan indicator keberhasilan yang diharapkan
yaitu ≥65 dari KKM atau nilai diatas 65 adalah 18 anak atau sebesar 90%.
Dari 20 siswa, sudah terdapat 8 anak yang masuk pada kategori
baik sekali atau sebesar 40% dan siswa yang mendapat nilai kategori baik
terdapat 10 anak atau sebesar 50%, sedangkan siswa yang masuk pada
kategori cukup baik tinggal 2 anak atau sebesar 10%, dan siswa yang
berada pada kategori kurang baik sudah tidak ada lagi sebagaimana pada
siklus II.
Dari hasil pelaksanaan tindakan siklus III tersebut dapat
diterangkan sebagai berikut:
1) Pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa 72,5 setelah dilakukan
perbaikan mengalami peningkatan menjadi 83,5 pada siklus III.
2) Jumlah siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar secara klasikal
pada siklus II sebesar 15 anak menjadi 18 anak tuntas belajar pada
siklus III.
Melihat hal tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA
menunjukkan hasil rata-rata 83,5 dan ketuntasan belajar secara klasikal
sebesar 90%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil tersebut memenuhi
indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu nilai rata-rata 65 dan
ketuntasan 85% sehingga proses perbaikan pembelajaran dinyatakan
berhasil dan tuntas pada pelaksanaan siklus III.
3. Observasi
Berdasarkan lembar pengamatan yang dilakukan guru kolaborator,
di siklus ketiga ini terdapat peningkatan hasil belajar IPA yang maksimal,
siswa juga sudah paham dan mengenal langkah-langkah pembelajaran
dengan penerapan pendekatan SAVI sehingga siswa sudah perhatian dan
semangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Kondisi kelas juga
terbukti sudah kondusif, siswa aktif dan gembira dalam mengikuti
pembelajaran. Adapun hasil penilaian untuk observasi siswa pada siklus
III sebagaimana tabel berikut:
Tabel : 3.14
Hasil Observasi Aktifitas Belajar Siswa Pada Siklus III
No Nama Aspek
Somatis
Aspek
Auditori
Aspek
Visual
Aspek
Intelektual
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 Agus Riyanto √ √ √ √
2 Andika Rahmat
Dhany
√ √ √ √
3 Asna Aniva
Fuadiyah
√ √ √ √
4 Avriel Putri Antix √ √ √ √
5 Awaludin Fajar
Maulana
√ √ √ √
6 Bahra Marsa T √ √ √ √
7 Dzal Mahera √ √ √ √
8 Fabilla Al Hanuf √ √ √ √
9 Hafsyah Zata
Huwaina
√ √ √ √
10 Hussein N √ √ √ √
11 Laelatul
Maghfiroh
√ √ √ √
12 M. Firmansyah √ √ √ √
13 M. Kevin
Reynanta
Febriannur
√ √ √ √
14 M. Nabawi √ √ √ √
15 Maulana Deta A √ √ √ √
16 Nidaul Fahrina √ √ √ √
17 Rifqi Ahmad
Yusuf
√ √ √ √
18 Rizki Ali Makruf √ √ √ √
19 Robert Aqdam
Syauqillah
√ √ √ √
20 Windy Astini √ √ √ √
Jumlah 19 1 20 0 20 0 19 1
Dari tabel 3.14 didapat jumlah pengamatan pada aspek somatis
sebanyak 19 siswa, pada aspek auditori sebanyak 20 siswa, pada aspek
visual 20 siswa dan pada aspek intelektual sebanyak 19 siswa. Hasil
tersebut jelas lebih meningkat dibandingkan dengan hasil pada siklus
sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan SAVI
pada pelajaran IPA kelas V materi cahaya dan sifat-sifatnya dapat
meningkat.
4. Refleksi
Hasil dari pengamatan siklus III dianalisis oleh peneliti untuk
mendapatkan suatu kesimpulan. Kesimpulan juga diambil dari siklus
sebelumnya. Diharapkan refleksi ini membenarkan hipotesis yang peneliti
ajukan.
Hasil dari pelaksanaan pembelajaran pada siklus III telah
menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPA dan hasil pada siklus
III juga telah memenuhi nilai kriteria ketuntasan minimal ataupun
indikator keberhasilan yang telah ditentukan. Untuk itu penelitian tindakan
kelas dinyatakan berhasil karena seluruh siswa yang berjumlah 20 anak
dinyatakan tuntas belajarnya sebesar 90% dengan nilai rata-rata 83.5 serta
peningkatan pada setiap aspek pengamatan.
Secara umum kesiapan guru dalam penyusunan RPP dan
penyediaan instrumen atau lembar pengamatan yang dibutuhkan dalam
penelitian ini sudah baik, guru mampu mengarahkan siswa pada tujuan
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru telah mampu mengelola
dengan baik sehingga pembelajaran dapat terlaksana sesuai rencana.
Setalah mengadakan perbaikan dalam menanggulangi kekurangan
sebagaimana ada pada siklus sebelumnya, maka semua dapat berjalan
dengan baik. Sebagian besar siswa sudah mengerti dengan penerapan
pendekatan SAVI sehingga siswa tidak bingung lagi dalam presentasi dan
mengerjakan tes formatif secara individu maupun kelompok. Setelah
dilakukan refleksi terhadap hasil belajar IPA yang diperoleh, maka dapat
disimpulkan bahwa penerapan pendekatan SAVI pada mata pelajaran IPA
materi cahaya dan sifat-sifatnya menunjukkan peningkatan yang
signifikan, untuk itu penelitian dapat dihentikan pada siklus ini.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Per Siklus
1. Deskripsi Hasil Kondisi Awal (Pra Siklus)
MI Ma’arif Pulutan terletak di Jl. Dipomenggolo No. 25
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Proses pembelajaran IPA di kelas V B
masih bersifat informatif yang menyebabkan kebosanan bagi siswa.
Sedangkan alat peraga untuk belajar khususnya mata pelajaran IPA masih
terbatas, sehingga menyebabkan minat belajar siswa berkurang.
Penyampaian materi pada saat pembelajaran dengan cara transfer ilmu
pengetahuan mengakibatkan daya ingat siswa menyerap pelajaran dalam
jangka pendek dan akan mudah lupa. Hal ini dapat diketahui dari hasil tes
awal sebelum dilaksanakan penelitian tindakan kelas. Adapun hasil tes
awal dapat dilihat dari tabel data sebagai berikut:
Tabel: 4.1
Rata-Rata Hasil Tes Awal
No Skor Kriteria
(Indikator)
Jumlah
Siswa Persentase
Rata-
rata
Kelas
1 90-100 Baik sekali (Sangat Baik) 0 0%
43 2 70-89 Baik (Tinggi) 3 15%
3 50-69 Cukup Baik (Cukup) 3 15%
4 ≤30-49 Kurang Baik (Rendah) 14 70%
Jumlah 20 100%
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa masih banyak siswa
yang belum tuntas belajarnya yaitu nilai ≤ 30 - 49 sebanyak 14 siswa atau
70%, dan nilai 50-69 sebanyak 3 siswa atau 15%. Sedangkan siswa yang
mencapai nilai KKM hanya 3 siswa atau 15%. Dari nilai rata-rata prasiklus
43 artinya tidak mencapai nilai KKM mata pelajaran IPA yakni 65.
Melihat kondisi awal tersebut maka perlu dilakukan tindakan kelas.
2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I
a. Perencanaan Penelitian Siklus I
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari pembelajaran I, soal tes formatif I dan alat-alat
pembelajaran yang mendukung. Selainitu juga dipersiapkan lembar
observasi/ pengamatan. Sebelum perbaikan siklus I, peran guru sangat
dominan dengan metode ceramah dalam pembelajaran, tetapi setelah
menggunakan pendekatan SAVI dominasi guru menjadi berkurang
sebab siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
b. Pelaksanaan Penelitian Siklus I
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I
dilaksanakan pada tanggal 25 Februari 2015 di kelas V B dengan
jumlah 20 siswa, dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan. Dalam siklus I
pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang direncanakan difokuskan
pada penerapan pendekatan SAVI sebagai upaya meningkatkan hasil
belajar IPA. Fokus penelitian adalah hal-hal yang berkaitan dengan
penggunaan pendekatan pembelajaran SAVI serta dampaknya terhadap
hasil pembelajaran.
Penelitian pada siklus I telah menunjukkan bahwa penerapan
pendekatan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada kelas V
materi cahaya dan sifat-sifatnya, meskipun belum mencapai indikator
keberhasilan secara klasikal yang diharapkan. Adapun hasil test siklus
I adalah sebagai berikut:
Tabel: 4.2
Rata-rata Hasil Tes Siklus I
No Skor Kriteria
(Indikator)
Jumlah
Siswa Persentase
Rata-
rata
Kelas
1 90-100 Baik sekali (Sangat
Baik)
0 0%
59,75 2 70-89 Baik (Tinggi) 3 15%
3 50-69 Cukup Baik (Cukup) 3 15%
4 ≤30-49 Kurang Baik
(Rendah)
14 70%
Jumlah 20 100%
Peningkatan hasil belajar meningkat cukup baik, yaitu dari nilai
rata-rata hasil belajar sebesar 43 pada kondisi awal atau prasiklus,
menjadi 59,75 pada siklus I atau mengalami kenaikan nilai rata-rata
sebesar 16,75 angka, sedangkan tingkat ketuntasan belajar baru
tercapai oleh 8 anak atau sebesar 40%. Hal ini menunjukkan bahwa
ketuntasan belajar klasikal mengalami kenaikan 25% dari prasiklus
yang hanya sebesar 15%.
Hasil ini masih di bawah indikator keberhasilan yang
diharapkan hal ini disebabkan oleh berbagai faktor baik dari diri siswa
maupun faktor dari guru. Faktor-faktor yang mempengaruhi
ketidakberhasilan pelaksanaan pada siklus I antara lain faktor dari
dalam diri siswa yaitu penerapan pendekatan SAVI pada aspek somatis
dan intelektual tidak maksimal. Hal ini terlihat dari siswa yang masih
berbicara sendiri diluar materi yang diajarkan sehingga siswa tidak
memahami materi yang disampaikan oleh guru dan kesulitan dalam
menjawab pertanyaan. Pada siklus selanjutnya perlu dicoba untuk
memberikan motivasi yang lain sehingga suasana kelas menjadi lebih
menyenangkan dan hasil belajar siswa juga makin meningkat sesuai
indikator keberhasilan yang telah ditentukan.
Dalam pelaksanaan siklus I selama proses pembelajaran
dibutuhkan adanya pengamatan dari guru kolaborator. Pengamatan ini
meliputi: pertama, pengamatan terhadap guru selama melaksanakan
proses pembelajaran, dan kedua, pengamatan terhadap siswa selama
mengikuti proses pembelajaran. Berikut tabel pengamatan terhadap
guru melaksanakan pendekatan SAVI dalam pembelajaran.
Tabel: 4.3
Pengamatan Responden Guru Menerapkan Pendekatan SAVI
Siklus I
No Variabel Skor Persentase Kategori Kriteria
1 Persiapan guru
memulai kegiatan
pembelajaran
2 50 C Cukup
2 Kemampuan guru
mengelola kelas
1 25 D Kurang
3 Kemampuan
mengelola waktu
2 50 C Cukup
4 Memberikan
apersepsi
2 50 C Cukup
5 Menyajikan
permasalahan
2 50 C Cukup
6 Kemampuan
membimbing
membuat hipotesis
3 75 B Baik
7 Kemampuan
membimbing
menemukan
informasi atau data
3 75 B Baik
8 Membimbing siswa
menganalisis data
3 75 B Baik
9 Membimbing siswa
mebuat kesimpulan
2 50 C Cukup
10 Menutup pelajaran 4 100 A Sangat
baik
Jumlah 24 600
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata
Persentase penilaian total dari hasil pengamatan terhadap guru pada
siklus I mencapai rata-rata 60% dengan kategori cukup. Selanjutnya
Persentase penilaian rata-rata dari hasil pengamatan terhadap siswa
selama melaksanakan pembelajaran IPA dengan menggunakan
pendekatan SAVI dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel: 4.4
Pengamatan Responden Siswa Menerapkan Pendekatan SAVI
Siklus I
No Variabel Skor Persentase Kategori Kriteria
1 Kedisiplinan
siswa
2 50 C Cukup
2 Kesiapan siswa
menerima
pelajaran
3 75 B Baik
3 Keaktifan siswa 3 75 B Baik
4 Kemampuan
membuat
hipotesis
2 50 C Cukup
5 Kemampuan
mendapatkan
informasiatau
data
3 75 B Baik
6 Kemampuan 3 75 B Baik
menganalisis
informasi atau
data
7 Kemampuan
membuat
kesimpulan
3 75 B Baik
Jumlah 19 475
Berdasarkan pada tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata
Persentase penilaian total dari hasil pengamatan terhadap siswa pada
siklus I adalah 67,85% dalam kategori cukup.
c. Pelaksanaan Refleksi Siklus I
Dalam pembelajaran siklus I sudah sesuai dengan pembelajaran
IPA yang menggunakan pendekatan SAVI, ini terlihat jelas pada
Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP) dan pelaksanaannya. Kegiatan
guru dalam pembelajaran ini sudah baik, ada beberapa aspek yang
belum mencapai 100% antara lain persiapan guru memulai pelajaran
50%, kemampuan guru mengelola kelas 25%, menyajikan pertanyaan
atau permasalahan 50%, membimbing membuat kesimpulan 50 %. Ini
yang menjadi tindakan lebih lanjut pada siklus II agar lebih baik.
Kegiatan siswa dalam pembelajaran ini dalam kategori cukup yaitu
67,86% dapat disimpulkan bahwa Persentase tiap variabel belum bisa
maksimal.
Berdasarkan refleksi pada siklus I terlihat adanya beberapa
hambatan yakni masih terlihat adanya beberapa siswa yang nilainya
rendah, tertinggal dengan temannya disebabkan karena penerapan
SAVI pada aspek somatis dan kognitif tidak maksimal. Ditemukan
beberapa siswa bergurau sendiri sehingga tidak memperhatikan. Selain
itu terlihat bahwa kemampuan guru dalam mengelola waktu masih
kurang disebabkan karena guru memiliki kekhawatiran proses
pembelajaran tidak berhasil. Dalam kegiatan inti pembelajaran guru
tidak membatasi waktu sehingga siswa santai-santai dalam mencari
informasi atau data. Dengan pengelolaan waktu yang tidak maksimal
akhirnya pembelajaran membutuhkan waktu yang lama. Alokasi waktu
tidak dapat terpenuhi dengan maksimal.
Dengan munculnya hambatan pada saat penelitian siklus I,
maka perlu adanya perbaikan tindakan yang dilanjutkan pada
penelitian siklus II.
3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II
a. Pelaksanaan Penelitian Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2015, siklus II
dilaksanakan satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit
(2 jam pelajaran) dengan materi antara cahaya dan penglihatan saling
berhubungan. Pada siklus II guru membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan menggunakannya sebagai langkah-langkah
pembelajaran sudah dibuat berdasarkan pengalaman pada siklus I.
Indikator hasil belajar pada siklus II adalah siswa dapat menyebutkan
pengertian cacat mata, dan siswa dapat menjelaskan macam-macam
alat optik.
Sedangkan proses pembelajaran menerapkan pendekatan SAVI
yang meliputi aspek somatis, auditori, visual dan intelektual. Dalam
pembelajaran ini tugas guru adalah sebagai fasilitator. Kegiatan guru
pada pembelajaran siklus II lebih baik daripada siklus I. hasil
Persentase dapat dilihat di bawah ini:
Tabel: 4.5
Pengamatan Responden Guru Menerapkan Pendekatan SAVI
Siklus II
No Variabel Skor Persentase Kategori Kriteria
1 Persiapan guru
memulai kegiatan
pembelajaran
3 75 B Baik
2 Kemampuan guru
mengelola kelas
3 75 B Baik
3 Kemampuan
mengelola waktu
4 100 A Sangat
Baik
4 Memberikan
apersepsi
3 75 B Baik
5 Menyajikan
permasalahan
3 75 B Baik
6 Kemampuan
membimbing
membuat
hipotesis
3 75 B Baik
7 Kemampuan
membimbing
menemukan
informasi atau
data
4 100 A Sangat
Baik
8 Membimbing
siswa
menganalisis data
4 100 A Sangat
Baik
9 Membimbing
siswa mebuat
kesimpulan
4 100 A Sangat
Baik
10 Menutup
pelajaran
4 100 A Sangat
Baik
Jumlah 35 875
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata
Persentase penilaian total dari hasil pengamatan tehadap guru pada
siklus II adalah kategori baik yaitu 87,5%. Guru sudah dapat
melakukan pembelajaran dengan baik sesuai langkah-langkah
pembelajaran dengan pendekatan SAVI. Selanjutnya Persentase
penilaian rata-rata dari hasil pengamatan terhadap siswa selama proses
pembelajaran IPA dengan menggunakan menerapkan pendektan SAVI
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel:4.6
Pengamatan Responden Siswa Menerapkan Pendekatan SAVI
Siklus II
No Variabel Skor Persentase Kategori Kriteria
1 Kedisiplinan siswa 3 75 B Baik
2 Kesiapan siswa
menerima pelajaran
4 100 A Sangat
baik
3 Keaktifan siswa 4 100 A Sangat
baik
4 Kemampuan
membuat hipotesis
3 75 B Baik
5 Kemampuan
mendapatkan
informasiatau data
4 100 A Sangat
baik
6 Kemampuan
menganalisis
informasi atau data
3 75 B Baik
7 Kemampuan
membuat kesimpulan
4 100 A Sangat
baik
Jumlah 25 625
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata
Persentase penilaian total pada siklus II adalah 89,28 dalam kategori
baik.
b. Hasil Tes Siklus II
Hasil tes formatif pada siklus II mengalami perubahan yang
sangat baik dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel: 4.7
Rata-rata Hasil TesSiklus II
No Skor Kriteria
(Indikator)
Jumlah
Siswa Persentase
Rata-
rata
Kelas
1 90-100 Baik sekali (Sangat Baik) 3 15%
72,5 2 70-89 Baik (Tinggi) 10 50%
3 50-69 Cukup Baik (Cukup) 7 35%
4 ≤30-49 Kurang Baik (Rendah)
Jumlah 20 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil tes pada
siklus II mengalami perubahan yang baik yaitu dengan rata-rata kelas
72,5 lebih baik dibandingkan siklus I. Jumlah siswa yang mencapai
ketuntasan belajar sebanyak 15 siswa atau sebesar 75% dari rentangan
nilai 50-69 sejumlah 2 siswa atau 10%, rentang nilai 70-89 sejumlah
10 siswa atau 50% dan rentang nilai 90-100 sejumlah 3 siswa atau
15%.
c. Pelaksanaan Refleksi Siklus II
Pelaksanaan siklus II berpedoman pada rencana pelaksanaan
pembelajaran siklus II yang telah dibuat. Pada pelaksanaan siklus II
ini,berdasarkan pengamatan kegiatan guru melakukan pembelajaran
dengan menerapkan pendekatan SAVI 87,5% dalam kategori baik.
Pelaksanaan siklus II mampu memperbaiki siklus I. Hal ini
ditunjukkan pada pengamatan siswa menerapkan pendekatan SAVI
mencapai 89,28%. Hasil tersebut belum mencapai ketuntasan yang
diharapkan karena nilai rata-rata kelas masih mencapai 72,5%, untuk
itu masih perlu adanya perbaikan pembelajaran siklus III. Hal ini
dikarenakan masih terdapat beberapa kekurangan yang pada siklus II
diantaranya guru belum mengalokasikan waktu sesuai dengan
perencanaan dalam RPP, suasana kelas masih kurang kondusif. Dan
masih terdapat beberapa siswa yang tidak menerapkan pendekatan
SAVI aspek somatis, aduditori dan visual.
3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus III
a. Pelaksanaan Penelitian Siklus III
Siklus III dilaksanakan pada tanggal 3 Maret 2015, dengan
alokasi waktu satu kali pertemuan 2 x 35 menit (2 jam pelajaran)
dengan pokok bahasan karya berteknologi sederhana. Pada siklus III
guru membuat dan mempersiapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah diperbaiki sesuai dengan kekurangan
yang telah ditemukan pada siklus II.
Guru berusaha untuk lebih dalam mengkondisikan siswa agar
proses belajar kondusif. Guru juga berusaha lebih memotivasi siswa
yang masih pasif untuk dapat aktif melaksanakan pembelajaran dengan
penerapan pendekatan SAVI. Selain itu guru juga berusaha untuk
menjelaskan materi pelajaran secara detail dan lebih rinci agar siswa
dapat mengerjakan soal.
Indikator hasil belajar pada siklus III siswa dapat membuat
karya model kaca pembesar dari bahlom dan siswa dapat menampilkan
hasil karya model kaca pembesar dari bola lampu. Kegiatan guru pada
pembelajaran siklus III lebih baik daripada siklus II. Hasil Persentase
pengamatan guru dalam menerapkan pendekatan SAVI dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel: 4.8
Pengamatan Responden Guru Menerapkan Pendekatan SAVI
Siklus III
No Variabel Skor Persentase Kategori Kriteria
1 Persiapan guru
memulai kegiatan
pembelajaran
4 100 A Sangat
Baik
2 Kemampuan guru
mengelola kelas
4 100 A Sangat
Baik
3 Kemampuan
mengelola waktu
4 100 A Sangat
Baik
4 Memberikan
apersepsi
4 100 A Sangat
Baik
5 Menyajikan
permasalahan
4 100 A Sangat
Baik
6 Kemampuan
membimbing
membuat
hipotesis
4 100 A Sangat
Baik
7 Kemampuan
membimbing
menemukan
informasi atau
data
4 100 A Sangat
Baik
8 Membimbing
siswa
4 100 A Sangat
Baik
menganalisis data
9 Membimbing
siswa mebuat
kesimpulan
4 100 A Sangat
Baik
10 Menutup
pelajaran
4 100 A Sangat
Baik
Jumlah 40 1000
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata
Persentase penilaian total dari hasil pengamatan tehadap guru pada
siklus III adalah kategori sangat baik yaitu 100%. Guru sudah dapat
melakukan pembelajaran dengan baik sesuai langkah-langkah
pembelajaran dengan menerapkan pendekatan SAVI. Selanjutnya
Persentase penilaian rata-rata dari hasil pengamatan terhadap siswa
selama proses pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan
SAVI dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel: 4.9
Pengamatan Responden Siswa Menerapkan Pendekatan SAVI
Siklus III
No Variabel Skor Persentase Kategori Kriteria
1 Kedisiplinan siswa 4 100 A Sangat
baik
2 Kesiapan siswa menerima
pelajaran
4 100 A Sangat
baik
3 Keaktifan siswa 4 100 A Sangat
baik
4 Kemampuan membuat
hipotesis
4 100 A Sangat
baik
5 Kemampuan
mendapatkan
informasiatau data
4 100 A Sangat
baik
6 Kemampuan
menganalisis informasi atau data
3 75 B Baik
7 Kemampuan membuat
kesimpulan
4 100 A Sangat
baik
Jumlah 27 675
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata
Persentase penilaian total pada siklus III adalah 96,43 dalam kategori
sangat baik.
b. Hasil Tes Siklus III
Hasil tes pada siklus III mengalami perubahan yang sangat
baik, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel: 4.10
Rata-rata Hasil TesSiklus III
No Skor Kriteria
(Indikator)
Jumlah
Siswa Persentase
Rata-
rata
Kelas
1 90-100 Baik sekali (Sangat
Baik)
8 40%
83,5
2 70-89 Baik (Tinggi) 10 50%
3 50-69 Cukup Baik (Cukup) 2 10%
4 ≤30-49 Kurang Baik (Rendah)
Jumlah 20 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil yang
diperoleh dari pelaksanaan siklus III telah menunjukkan adanya
peningkatan Persentase hasil belajar IPA dibandingkan hasil belajar
IPA pada siklus II. Pada siklus III juga diperoleh rata-rata kelas hasil
belajar IPA adalah 83,5 yang berarti telah mencapai indikator
keberhasilan.
Hal tersebut dibuktikan dengan tercapainya hasil ketuntasan
belajar IPA secara klasikal sebanyak 18 anak atau sebesar 90% yang
pada kondisi awal hanya 3 anak atau 15%. Hal tersebut juga didukung
oleh peningkatan jumlah pengamatan pada aspek somatis 19 siswa,
auditori 20 siswa, visual 20 siswa dan intelektual 19 siswa.
c. Pelaksanaan Refleksi Siklus III
Pelaksanaan siklus III berpedoman pada rencana pelaksanaan
pembelajaran siklus III yang telah dibuat. Pada siklus III berdasarkan
pengamatan kegiatan guru menerapkan pendekatan SAVI mencapai
100% dalam kategori sangat baik. Pengamatan terhadap siswa juga
mengalami peningkatan mencapai 89,64 dalam kategori sangat baik.
Tercapainya indikator keberhasilan yang telah ditetapkan disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu telah diperbaikinya proses belajar mengajar
yang dilaksanakan berdasarkan refleksi terhadap hasil pada siklus II
dan penyempurnaan dalam perencanaan dan proses pembelajaran.
Perbaikan dan penyempurnaan pada proses belajar mengajar
pada siklus III membantu siswa untuk lebih aktif dan siswa lebih
mudah dalam mengerjakan tes formatif. Cara guru dalam memberikan
motivasi kepada siswa juga dapat meningkatkan aktifitas dan hasil
belajar IPA dalam mengerjakan soal tes formatif. Usaha guru dalam
mengkondisikan siswa agar tidak berbicara diluar materi yang
diajarkan berhasil terbukti hasil belajar IPA meningkat.
Dari hasil pada siklus III secara keseluruhan maka dapat
dinyatakan bahwa penelitian tindakan kelas telah berhasil mencapai
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Dengan demikian siklus
selanjutnya dapat dihentikan atau tidak perlu dilaksanakan. Sehingga hal
tersebut dapat membenarkan hipotesa tindakan yang menyatakan bahwa
“Penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar IPA
materi cahaya dan sifat-sifatnya pada siswa kelas V MI Ma’arif Pulutan
Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015”.
B. Perbandingan Antar Siklus
Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan pendekatan SAVI
dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Perbandingan hasil belajar IPA tiap
siklus dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel: 4.11
Perbandingan Hasil Belajar IPA
Prasiklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III
No
Tahapan
Nilai
Rata-
rata
Ketuntasan
Tuntas Persentase Belum
Tuntas
Persentase
1 Prasiklus 43 3 15% 17 85%
2 Siklus I 59,75 8 40% 12 60%
3 Siklus II 72,5 15 75% 5 25%
4 Siklus III 83,5 18 90% 2 10%
Berdasarkan perbandingan pra siklus, siklus I, siklus II dan siklus III
maka dapat dinyatakan hasil belajar IPA mengalami peningkatan. Dan
ketuntasan belajar siswa juga meningkat yaitu sebagai berikut:
Tabel: 4.12
Peningkatan Hasil Belajar Siklus I, Siklus II dan Siklus III
No Tahapan
Nilai Rata-
rata Hasil
Belajar
Peningkatan
Hasil
Belajar
Ketuntasan
(%)
Peningkatan
Ketuntasan
(%)
1 Pra Siklus 43 15%
2 Siklus I 59,75 16,75 40% 25%
2 Siklus II 72,5 12,75 75% 35%
3 Siklus III 83,5 11 90% 15%
Jumlah
Peningkatan 40,5 75%
Berdasarkan tabel diatas Persentase peningkatan hasil belajar IPA
materi cahaya dan sifat-sifatnya pada siswa kelas V semester II pada
prasiklus sebanyak 43 siswa atau sebesar 15%, siklus I sebesar 40%, siklus II
sebesar 75% dan pada siklus III sebesar 90%. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya sebesar 75%.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan dan analisis pada siklus I, siklus II dan siklus
III, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi
cahaya dan sifat-sifatnya bagi siswa kelas V semester II MI Ma’arif
Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015. Persentase
peningkatan hasil belajar IPA pada siswa kelas V semester II pada
prasiklus sebanyak 3 siswa atau sebesar 15%, siklus I sebanyak 8 siswa
atau sebesar 40%, siklus II sebanyak 15 siswa atau sebesar 75% dan siklus
III sebanyak 18 siswa atau sebesar 90%. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar IPA sebanyak 15 siswa atau sebesar 75%.
2. Pendekatan SAVI dapat memenuhi target pencapaian KKM mata pelajaran
IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya. Dapat dilihat dari rata-rata pra siklus
43, siklus I sebesar 59,75, siklus II sebesar 72,5, dan siklus III sebesar
83,5. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendekatan SAVI dapat
melampaui KKM sebesar 65.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti menyampaikan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Untuk Madrasah
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan
pendekatan SAVI, hendaknya pihak madrasah menyiapkan atau
menyediakan sumber dana (anggaran untuk penelitian tindakan kelas) dan
perlengkapan sarana prasarana alat peraga pembelajaran berhubungan
dengan materi pelajaran yang disampaikan. Agar proses belajar mengajar
dapat berjalan dengan baik dan lancer, hendaknya madrasah dalam
penentuan kurikulum dan nilai minimal ketuntasan belajar lebih teliti dan
cermat dengan mempertimbangkan beberapa aspek penilaian serta adanya
keterlibatan semua pihak (kepala madrasah, guru, pengurus komite,
masyarakat, dan pihak terkait lainnya). Madrasah wajib menganggarkan
biaya untuk peningkatan mutu guru guna peningkatan pengetahuan dan
kemampuan mengajarnya.
2. Untuk Guru
Guru hendaknya terus mengembangkan pendekatan SAVI dalam
kegiatan pembelajaran IPA, guru harus lebih kreatif dan inovatif dalam
pemilihan pendekatan pembelajaran agar siswa lebih mudah dan merasa
senang dalam menerima materi pelajaran yang diberikan, penyesuaian
antara materi dengan alat peraga dan media pembelajaran yang dipakainya.
Sehingga diharapkan tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.Dengan
adanya kesejahteraan guru yang lebih memadai, guru diharapkan bertindak
lebih professional dalam memegang tanggung jawab sebagai guru.
Hendaknya guru tidak terlalu sibuk di luar jam mengajar sehingga tidak
merugikan salah satu pihak, baik siswa maupun madrasah.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi & Narbuko. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta: BumiAksara
Aqib, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: YramaWidya.
Arikunto, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: BumiAksara.
Buku Kriteria Ketuntasan Minimal Kelas V Semester 1 dan 2.
Djamarah & Zein. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: RinekaCipta.
Dwitagama & Kusumah. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Permata Puri Media.
Garnida & Budiman. 2002. Buku Pedoman Guru Mata Pelajaran Pendidikan IPA
Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Kemenag RI.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: BumiAksara.
Haryanto. 2004. Sain suntuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta: Erlangga.
Haryono. 2013. Pembelajaran IPA yang Menarik dan Mengasikkan. Yogyakarta:
Kepel Press.
Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
PustakaPelajar.
Komarudin & Sukardjo. 2009. Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PustakaSetia.
Meier, Dave. 2002. The Accelerated Learning Handbook. Bandung: Kaifa.
Mulyasa. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nasution. 2010. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.
Jakarta: BumiAksara.
Nurhayati, Umi. 2013. Penerapan Pendekatan SAVI untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Pada Materi Kubus dan Balok bagi Siswa Kelas VIII B
SMP Islam Sudirman 1 Bancak Kabupaten Semarang Semester II
Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi. Universitas Kristen Satya
Wacana: Salatiga.
Rahma, Aly. 2013. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Remaja Rosda Karya.
Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Salirawati, Das. 2008. Ilmu Alamiah Dasar. Yogyakarta: Kanwa Publisher.
Sarjono. 2012. Rangkuman Pengetahuan Alam Lengkap. Surakarta: Karisma.
Slameto. 1998. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Rosdakarya.
Suprijono, Agus. 2013. Coopeative Learning Teoridan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: PustakaPelajar.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana Predana Media Group.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS 1
Sekolah : MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/Semester : 5/II
Materi Pokok : Cahaya dan Sifat-sifatnya
Pokok Bahasan : Sifat Cahaya
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
Hari/Tanggal : Rabu, 25 Februari 2015
A. Standar Kompetensi
6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu
karya/model
B. Kompetensi Dasar
6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya
Dengan Indikator:
1. Mengetahui sifat-sifat cahaya.
2. Menyebutkan sifat-sifat cahaya.
3. Memahami sifat-sifat cahaya.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan melihat demonstrasi dari guru, siswa dapat mengetahui sifat-
sifat cahaya melalui percobaan dalam peristiwa sehari-hari dengan
benar.
2. Dengan tanya jawab dari guru, siswa dapat menyebutkan sifat-sifat
cahaya melalui percobaan dalam peristiwa sehari-hari dengan benar.
3. Dengan melakukan praktikum, siswa dapat memahami sifat-sifat
cahaya melalui percobaan dalam peristiwa sehari-hari dengan baik.
D. Karakter Siswa yang diharapkan:
1. Religius
2. Kepedulian
3. Kreatif
4. Tekun
5. Tanggung jawab
E. Materi Pembelajaran
Sifat Cahaya
F. Metode Pembelajaran
Diskusi dengan penerapan pendekatan SAVI
G. Media, Alat dan Sumber Pembelajaran
1. Media, alat dan bahan
a. LCD Proyektor
b. Karton tebal
c. Gunting
d. Pelubang
e. Lampu senter
f. Gelas bening
g. Tempat pensil/dusgrip
h. Buku
i. Plastik bening
j. Batu
k. Sendok
l. Cermin datar
m. Karton hitam
n. Pensil/bolpoin
o. Mangkuk bening
2. Sumber Belajar
Buku SAINS untuk Sekolah Dasar Kalas V halaman 141 – 150.
H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (10 Menit)
a. Guru memeriksa kerapian pakaian, posisi tempat duduk, serta
meminta siswa menyiapkan alat tulis.
b. Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam.
c. Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa.
d. Guru mengabsen siswa.
e. Guru menanyakan kabar siswa.
f. Guru menghubungkan materi dengan pengalaman siswa.
g. Guru memotivasi siswa akan manfaat dan kerugian.
h. Guru mengajukan pertanyaan yang mengaitkan materi
pelajaran.
i. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
j. Guru menjelaskan cakupan materi yang akan dipelajari selama
satu pertemuan.
2. Kegiatan Inti (45 Menit)
Eksplorasi
- Guru meminta siswa untuk menulis hal-hal yang belum
dipahami ketika materi pembelajaran cahaya dan sifat-sifatnya
ditayangkan dengan video pembelajaran (aspek somatis).
- Guru meminta siswa untuk mendengarkan dan mengamati
materi pembelajaran cahaya dan sifat-sifatnya yang
ditayangkan dalam video pembelajaran (aspek auditori dan
aspek visual).
Elaborasi
a. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 5 siswa (aspek somatis).
b. Guru membentuk 4 pos yang masing-masing pos berisi
perintah untuk melakukan praktik cahaya merambat lurus,
cahaya menembus benda bening, cahaya dapat dipantulkan dan
cahaya dapat dibiaskan (aspek somatis).
c. Siswa secara bergantian praktik dan secara berkelompok
bergeser untuk berpindah dari pos 1 ke pos 4 (aspek somatis).
Konfirmasi
a. Beberapa siswa disuruh maju ke depan kelas untuk
menjelaskan hasil praktikum (aspek somatis, aspek auditori dan
aspek visual).
b. Guru memberikan tanggapan dari penjelasan siswa yang maju
ke depan kelas (aspek auditori dan aspek visual).
c. Guru memberikan penjelasan tambahan dan penguatan
terhadap hasil pembelajaran tersebut (aspek auditori dan aspek
visual).
3. Penutup (15 Menit)
a. Guru memberikan penguatan dan kesimpulan.
b. Guru memberikan tes formatif (aspek intelektual).
c. Guru mengevaluasi dan merekap penilaian.
d. Guru memberitahukan materi pelajaran yang akan datang.
e. Guru mengakhiri KBM dengan membaca hamdalah.
f. Guru mengucap salam kepada siswa sebelum keluar dari
kelas.
I. Penilaian
1. Unjuk Kerja
PenerapanPendekatan SAVI MateriSifatCahaya
No Nama
Aspek
Somatis
Aspek
Auditori
Aspek
Visual
Aspek
Intelektual
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
2. Penilaian tertulis
a. Soal Pilihan Ganda
Benar x 1 = 10
b. Soal Isian
Benar x 2 = 10
c. Nilai = Jumlah x 5
=100
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS II
Sekolah : MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/Semester : 5/II
Materi Pokok : Cahaya dan Sifat-sifatnya
Pokok Bahasan : Antara Cahaya dan Penglihatan Saling
Berhubungan
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
Hari/Tanggal : Senin, 2 Maret 2015
A. Standar Kompetensi
6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu
karya/model
B. Kompetensi Dasar
6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya
Dengan Indikator:
1. Menjelaskan sifat bayangan cermin datar, cermin cekung dan cermin
cembung.
2. Menyebutkan pengertian cacat mata.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan melihat video pembelajaran dan praktikum, siswa dapat
menjelaskan sifat bayangan cermin datar, cermin cekung dan cermin
cembung dengan benar.
2. Dengan tanya jawab dari guru, siswa dapat menyebutkan pengertian
cacat mata dengan benar.
D. Karakter Siswa yang diharapkan:
1. Religius
2. Kepedulian
3. Kreatif
4. Tekun
5. Tanggung jawab
E. Materi Pembelajaran
Antara Cahaya dan Penglihatan Saling Berhubungan
F. Metode Pembelajaran
Diskusi dengan penerapan pendekatan SAVI
G. Media, Alat dan Sumber Pembelajaran
1. Media, alat dan bahan
a. LCD Proyektor
b. Karton tebal gambar bayangan cermin datar, cekung dan cembung
c. Sendok
d. Senter
e. Cermin
2. Sumber Belajar
Buku SAINS untuk Sekolah Dasar Kalas V halaman 151 – 152.
H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (10 Menit)
a. Guru memeriksa kerapian pakaian, posisi tempat duduk, serta
meminta siswa menyiapkan alat tulis.
b. Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam.
c. Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa.
d. Guru mengabsen siswa.
e. Guru menanyakan kabar siswa.
f. Guru menghubungkan materi dengan pengalaman siswa.
g. Guru memotivasi siswa akan manfaat dan kerugian.
h. Guru mengajukan pertanyaan yang mengaitkan materi pelajaran.
i. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
j. Guru menjelaskan cakupan materi yang akan dipelajari selama satu
pertemuan.
2. Kegiatan Inti (45 Menit)
Eksplorasi
a. Guru meminta siswa untuk menulis hal-hal yang belum dipahami
ketika materi pembelajaran cahaya dan sifat-sifatnya ditayangkan
dengan video pembelajaran (aspek somatis).
b. Guru meminta siswa untuk mendengarkan, mengamati dan
menceritakan ulang materi antara cahaya dan penglihatan saling
berhubungan yang sudah ditayangkan dalam video pembelajaran
(aspek auditori dan aspek visual).
Elaborasi
a. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 5 siswa (aspek somatis).
b. Siswa secara bergantian dalam setiap kelompok mempraktikkan
sifat bayangan yang terjadi dalam cermin datar, cermin cekung dan
cermin cembung (aspek somatis).
c. Setelah selesai praktikum, setiap kelompok berdiskusi tentang
cacat mata dan alat optik yang membantu penglihatan (aspek
somatis, aspek auditori dan aspek visual).
Konfirmasi
a. Setiap kelompok maju ke depan kelas untuk menjelaskan hasil
diskusi dengan menunjuk salah satu siswa menjadi juru bicara
(aspek somatis, aspek auditori dan aspek visual).
b. Guru memberikan tanggapan dari penjelasan siswa yang maju ke
depan kelas (aspek auditori dan aspek visual).
c. Guru memberikan penjelasan tambahan dan penguatan terhadap
hasil pembelajaran tersebut (aspek auditori dan aspek visual).
3. Penutup (15 Menit)
a. Guru memberikan penguatan dan kesimpulan serta memberi
hadiah bagi siswa yang bias menjawab pertanyaan secara lisan.
b. Guru memberikan tes formatif (aspek intelektual).
c. Guru mengevaluasi dan merekap penilaian.
d. Guru memberitahukan materi pelajaran yang akan datang.
e. Guru mengakhiri KBM dengan membaca hamdalah.
f. Guru mengucap salam kepada siswa sebelum keluar dari kelas.
I. Penilaian
1. Unjuk Kerja
Penerapan Pendekatan SAVI Materi Antara Cahaya dan
Penglihatan Saling Berhubungan.
No Nama
Aspek Somatis Aspek
Auditori
Aspek
Visual
Aspek
Intelektual
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
2. Penilaian tertulis
a. Soal Pilihan Ganda
Benar x 1 = 10
b. Soal Isian
Benar x 2 = 10
c. Nilai = Jumlah x 5
= 100
Salatiga, 2 Maret 2015
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS III
Sekolah : MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/Semester : 5/II
Materi Pokok : Cahaya dan Sifat-sifatnya
Pokok Bahasan : Karya Berteknologi Sederhana
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
Hari/Tanggal : Selasa, 3 Maret 2015
A. Standar Kompetensi
6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu
karya/model
B. Kompetensi Dasar
6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya
Dengan Indikator:
1. Menjelaskan macam-macam alat optik.
2. Membuat karya model kaca pembesar dari bohlam.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan melihat video pembelajaran, siswa dapat menjelaskan macam-
macam alat optik dengan benar.
2. Dengan praktikum, siswa dapat membuat karya model kaca pembesar
dari bahlom dengan baik.
D. Karakter Siswa yang diharapkan:
1. Religius
2. Kepedulian
3. Kreatif
4. Tekun
5. Tanggung jawab
E. Materi Pembelajaran
Karya berteknologi sederhana.
F. Metode Pembelajaran
Diskusi dengan penerapan pendekatan SAVI
G. Media, Alat dan Sumber Pembelajaran
1. Media, alat dan bahan
a. LCD Proyektor
b. Bola Lampu
c. Karet
d. Plastik
e. Air
2. Sumber Belajar
Buku SAINS untuk Sekolah Dasar Kalas V halaman 154 – 156.
H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (10 Menit)
a. Guru memeriksa kerapian pakaian, posisi tempat duduk, serta
meminta siswa menyiapkan alat tulis.
b. Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam.
c. Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa.
d. Guru mengabsen siswa.
e. Guru menanyakan kabar siswa.
f. Guru menghubungkan materi dengan pengalaman siswa.
g. Guru memotivasi siswa akan manfaat dan kerugian.
h. Guru mengajukan pertanyaan yang mengaitkan materi pelajaran.
i. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
j. Guru menjelaskan cakupan materi yang akan dipelajari selama satu
pertemuan.
2. Kegiatan Inti (45 Menit)
Eksplorasi
a. Guru meminta siswa untuk menulis hal-hal yang belum dipahami
ketika materi pembelajaran ditayangkan dengan media audio visual
(aspek somatis).
b. Guru meminta siswa untuk mendengarkan, mengamati dan
menceritakan ulang tentang materi pembelajaran karya
berteknologi sederhana yang ditayangkan melalui video
pembelajaran (aspek auditori dan aspek visual).
Elaborasi
a. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 5 siswa (aspek somatis).
b. Siswa secara berkelompok praktik membuat karya berteknologi
sederhana yaitu kaca pembesar dari bohlam (aspek somatis).
Konfirmasi
a. Setiap kelompok maju ke depan kelas dan menunjuk salah satu
siswa untuk menjelaskan hasil praktikum (aspek somatis, aspek
auditori dan aspek visual).
b. Guru memberikan tanggapan dari penjelasan siswa yang maju ke
depan kelas (aspek auditori dan aspek visual).
c. Guru memberikan penjelasan tambahan dan penguatan terhadap
hasil pembelajaran tersebut (aspek auditori dan aspek visual).
3. Penutup (15 Menit)
a. Guru memberikan penguatan dan kesimpulan serta memberi
hadiah bagi siswa yang bias menjawab pertanyaan secara lisan.
b. Guru memberikan tes formatif (aspek intelektual).
c. Guru mengevaluasi dan merekap penilaian.
d. Guru memberitahukan materi pelajaran yang akan datang.
e. Guru mengakhiri KBM dengan membaca hamdalah.
f. Guru mengucap salam kepada siswa sebelum keluar dari kelas.
I. Penilaian
1. Unjuk Kerja
Penerapan Pendekatan SAVI Materi Karya Berteknologi Sederhana
No Nama Aspek Somatis Aspek
Auditori Aspek Visual
Aspek Intelektual
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
2. Penilaian tertulis
a. Soal Pilihan Ganda
Benar x 1 = 10
b. Soal Isian
Benar x 2 = 10
c. Nilai = Jumlah x 5
=100
Salatiga, 3 Maret 2015
Soal Siklus I
Nama :
No :
==========================================================
=======
I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang
paling benar!
1. Yang bukan termasuk sumber cahaya adalah...
a. senter c. api
b. matahari d. cermin
2. Penggunaan lensa adalah memanfaatkan sifat cahaya...
a. merambat lurus c. menembus benda bening
b. dapat dipantulkan d. dapat dibiaskan
3. Contoh benda yang dapat ditembus oleh cahaya adalah...
a. kayu c. buku
b. kaca d. batu
4. Cahaya yang membentuk spektrum berwarna...
a. putih c. merah
b. hijau d. emas
5. Sebuah pensil diletakkan di dalam gelas akan terlihat patah, hal ini
disebabkan oleh sifat cahaya...
a. cahaya dapat dibiaskan c. cahaya menembus benda bening
b. cahaya merambat lurus d. cahaya dapat dipantulkan
6. Kaca spion pada mobil berfungsi untuk melihat kendaraan lain di
belakangnya, tanpa perlu menoleh ke belakang. Hal ini disebabkan karena
cahaya...
a. dipantulkan c. dibelokkan
b. dibiaskan d. bergerak lurus
7. Diantara objek berikut yang dapat memantulkan cahaya adalah...
a. besi c. kayu
b. kertas d. kain
8. Cemin yang memiliki bagian pemantul cahaya berupa cekungan adalah...
a. cermin datar c. cermin cembung
b.cermin cekung d. cermin rias
9. Kaca spion pada mobil dan motor adalah contoh pemantulan cahaya dari
cermin...
a. cembung c. datar
b. cekung d. rias
10. Cahaya yang mengenai dua medium yang berbeda akan
mengalami....cahaya.
a. perambatan c. pembiasan
b. pemantulan d. menembus
II. Jawablah soal di bawah ini dengan jelas dan benar!
1. Sebutkan macam-macam sifat cahaya!
Jawab............
2. Berikanlah contoh peristiwa yang menunjukkan cahaya merambat lurus!
Jawab.............
3. Sebutkan 3 contoh benda yang tembus cahaya!
Jawab..............
4. Berikanlah contoh peristiwa yang menunjukkan cahaya dapat dipantulkan!
Jawab............
5. Berikanlah contoh peristiwa yang menunjukkan cahaya dapat dibiaskan!
Jawab.............
Soal Siklus II
Nama :
No :
==========================================================
=======
I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang
paling benar!
1. Mata kita dapat melihat benda yang sangat kecil atau benda yang letaknya
sangat jauh dengan...
a. teropong c. kamera
b. ohp d. periskop
2. Penderita rabun jauh ditolong dengan menggunakan kacamata berlensa...
a. cekung c. cekung dan cembung
b. cembung d. ohp
3. Alat optik yang digunakan untuk melihat bakteri adalah...
a. proyektor c. mikroskop
b. kamera d. periskop
4. Jika kita melihat benda dengan mikroskop, maka benda akan tampak...
a. lebih kecil dari benda aslinya
b. lebih jauh dari benda aslinya
c. lebih besar dari benda aslinya
d. lebih dekat dari benda aslinya
5. Sifat bayangan pada kamera adalah...
a. nyata, tegak, dan diperkecil
b. nyata, terbalik, dan diperkecil
c. semu, tegak dan diperbesar
d. semu, terbalik dan diperbesar
6. Nama lain dari cacat mata miopi adalah...
a. rabun jauh c. silinder
b. rabun dekat d. cacat mata tua
7. Cahaya matahari yang terlihat putih karena paduan dari berbagai cahaya
warna yang disebut...
a. spektrum c. difusi
b. pelangi d. sumber cahaya
8. Benda yang berada di muka cermin datar memiliki bayangan yang bersifat...
a. semu, tegak seperti bendanya
b. terbalik, diperbesar
c. jarak bayangan tidak sama dengan jarak benda
d. ukurannya tidak sama dengan benanya
9. Bayangan yang terjadi pada retina adalah...
a. semu, diperbesar
b. diperkecil, nyata
c. tegak, diperbesar
d. semu,tegak
10. Untuk cacat mata miopi, dapat dibantu dengan kacamata berlensa...
a. cekung c. datar
b. cembung d. tegak
II. Jawablah soal di bawah ini dengan jelas dan benar!
1. Sebutkan 3 contoh-contoh alat optik!
Jawab....
2. Sebutkan sifat bayangan yang terjadi pada cermin cembung!
Jawab....
3. Sebutkan sifat bayangan yang terjadi pada cermin cekung!
Jawab....
4. Sebutkan sifat bayangan yang terjadi pada cermin datar!
Jawab....
5. Sebutkan macam-macam lensa!
Jawab....
Soal Siklus III
Nama :
No :
==========================================================
=======
I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang
paling benar!
1. Pensil di dalam gelas terlihat seolah-olah patah hal ini menunjukkan...
a. cahaya merambat lurus c. cahaya memantul
b. cahaya dibiaskan d. cahaya dibelokkan
2. Sejenis teropong yang digunakan untuk kapal selam adalah...
a. kamera c. mikroskop
b. periskop d. ohp
3. Contoh benda yang dapat ditembus oleh cahaya adalah...
a. kayu c. buku
b. kaca d. batu
4. Penderita rabun jauh dapat ditolong dengan kacamata berlensa...
a. cekung c. cekung dan cembung
b. cembung d. susun cembung
5. Alat optik yang digunakan untuk melihat benda-benda renik adalah...
a. mikroskop c. teropong
b. kamera d. periskop
6. Nama lain dari cacat mata miopi adalah...
a. rabun jauh c. silinder
b. rabun dekat d. cacat mata tua
7. Kaca pembesar menggunakan lensa...
a. cekung c. datar
b. cembung d. cekung cembung
8. Kaca pembesar sederhana terbuat dari bahan...
a. plastik c.cermin
b. kaca d.bola lampu
9. Yang tidak termasuk bahan karya teknologi kaca pembesar sederhana
adalah...
a. karet c. air
b. bola lampu d. cermin
10. Kaca pembesar berguna untuk melihat benda yang...
a. jauh c. besar
b. dekat d. kecil
II. Jawablah soal di bawah ini dengan jelas dan benar!
1. Sebutkan bahan yang diperlukan untuk membuat kaca pembesar dari
bohlam!
Jawab....
2. Sebutkan langkah pembuatan kaca pembesar dari bohlam!
Jawab....
3. Sebutkan 3 contoh cacat mata!
Jawab....
4. Sebutkan 3 contoh nama alat optik!
Jawab....
5. Sebutkan 3 sifat bayangan pada cermin cembung!
Jawab....
Foto Dokumentasi
Menerapkan Aspek Somatis
dengan Melakukan Percobaan
Sifat Cahaya
Menerapkan Aspek Auditori
dengan Mendengarkan
Penjelasan dari Guru
Menerapkan Aspek Auditori
dan Aspek Visual dengan
Mendengarkan dan Melihat
Vidio
Menerapkan Aspek Intelektual
dengan Mengerjakan Tes
Formatif
Menerapkan Aspek Somatis
dengan Merespon Tanya Jawab
dengan Guru
Menerapkan Aspek Somatis
dengan Membut Kaca
Pembesar dari Bola Lampu
Menerapkan Aspek Auditori
dan Aspek Visual dengan
Presentasi di Depan Kelas
Pengisian Lembar Pengamatan
oleh Guru Kolaborator