PENERAPAN MODEL TALKING STICK PADA PEMBELAJARAN …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel...
Transcript of PENERAPAN MODEL TALKING STICK PADA PEMBELAJARAN …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel...
1
PENERAPAN MODEL TALKING STICK PADA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA SISWA KELAS X MA NEGERI 1 LUBUKLINGGAU
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
ARTIKEL ILMIAH
Oleh:
Nama : Oka Jeni Jayanti
NPM : 4010189
Prodi : Pendidikan Matematika
Dosen Pembimbing : Yulianti, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2014
3
PENERAPAN MODEL TALKING STICK PADA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA SISWA KELAS X MA NEGERI 1 LUBUKLINGGAU
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh
Oka Jeni Jayanti1
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan MIPA
STKIP-PGRI Lubuklinggau
ABSTRACT
This thesis entitled "Implementation Model Talking Stick In Learning Mathematics Tenth
Grade Students of MA Negeri 1 Lubuklinggau 2013/2014 academic year". The formulation
of the problem is Do the math learning outcomes Senior High School tenth grade students
in academic year 2013/2014 9 Lubuklinggau after the applied model Talking Stick
significantly Student Have been completed? ". The purpose of the study to determine the
completeness of the results of learning mathematics Senior High School tenth grade
students in academic year 2013/2014 1 Lubuklinggau after Student Talking Stick applied
model. The method used a quasi-experimental methods. The population is the entire tenth
grade students of MA Negeri 1 Lubuklinggau Academic Year 2013/2014, amounting to 189
students and the class as a sample drawn at random X.C totaling 36 students. The data
collection was done by using the test. The data were analyzed using t-test at significance
level α = 0.05. Thus obtained t (2.347)> t-table (1.69), Based on the analysis of the test
data it can be concluded that the learning outcomes of students after learning of
mathematics followed by Talking Stick model significantly complete.
Keywords: Talking Stick Model, The Learning Of mathematic, The Result Of Learning
Pendahuluan
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab (Trianto, 2011:3). Selain itu juga, pendidikan mempunyai peran yang
sangat menentukan, tidak hanya untuk perwujudan dan perkembangan individu melainkan
juga bagi perkembangan bangsa dan negara. Oleh sebab itu, perbaikan kualitas pendidikan
menjadi prioritas utama bagi pemerintah.
4
Matematika adalah sebagai sistem lambang formal sebab matematika bersangkut
paut dengan sifat – sifat struktural dari simbol- simbol melalui berbagai sasaran yang
menjadi objek matematika. Bilangan-bilangan misalnya, dipandang sebagai sifat-sifat
struktural paling abstrak yang dilepaskan dari suatu arti tertentu dan hanya menunjukkan
bentuknya saja. Berdasarkan landasan ini, seorang pendukung mazhab formalisme
merumuskan matematika sebagai ilmu tentang sistem-sistem formal (Uno, 2008:126).
Rendahnya hasil belajar matematika disebabkan oleh penguasaan konsep dasar
matematika dan kreativitas menjawab soal yang sangat lemah terus berkelanjutan sampai
ke tingkat perguruan tinggi. Salah satu faktor yang menyebabkan adanya kesenjangan
antara kenyataan dan kondisi ideal adalah hasil belajar matematika rendah, siswa kurang
aktif dalam proses belajar mengajar dan cara guru mengajar kurang menarik bagi peserta
didik (Situmorang, 19 Maret 2014). Jadi Pemahaman konsep merupakan langkah awal
yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran matematika.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di MA Negeri 01
Lubuklinggau tahun pelajaran 2013/2014 diperoleh nilai rata-rata ulangan harian siswa
kelas X hanya mencapai 67,65. Sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan
sekolah yaitu 78. Adapun siswa yang belum tuntas sebanyak 123 siswa (65,08%) dan
siswa yang tuntas 66 siswa (34,92%) dari seluruh jumla siswa kelas X yaitu sebanyak 189
siswa. Sehingga siswa yang belum tuntas harus mengikuti program remedial.
Hasil belajar siswa rendah dapat disebabkan dari pemahaman siswa terhadap
suatu materi itu kurang dan siswa cenderung hanya menunggu informasi yang diberikan
oleh guru. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Situmorang (19 Maret 2014) hasil
belajar yang rendah juga dapat diakibatkan karena siswa kurang aktif dalam proses belajar
mengajar. Faktor kecil yang dapat mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa adalah
karena pengajaran disajikan masih dalam bentuk yang kurang menarik, sehingga terkesan
menakutkan sehingga siswa sering tidak menguasai konsep dasar yang terkandung dalam
materi pelajaran matematika yang dapat menghambat kreativitas siswa dalam menjawab
soal, yang akhirnya hasil belajar siswa menjadi rendah.
Masalah yang harus segera diatasi adalah hasil belajar siswa. Perubahan hasil
belajar siswa tersebut memudahkan kita dalam mengetahui sejauh mana perkembangan
anak didik kita dalam mengikuti proses belajar mengajar yang telah kita terapkan kepada
mereka dengan menggunakan model Talking Stick pada setiap proses pembelajaran
dilakukan.
5
Untuk mengatasi masalah hasil belajar siswa, perlu diterapkannya model
pembelajaran yang banyak melibatkan siswa sehingga siswa dapat lebih aktif. Salah satu
model yang dapat digunakan untuk meningkatkan pembelajaran yaitu model pembelajaran
Talking Stick. Menurut Hasan (9 April 2014) Model pembelajaran Talking Stick
merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa karena
model pembelajarannya yang menarik menggunakan tongkat sehingga dapat membuat
peseta didik menjadi bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran model ini dapat
diterapkan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yang pada akhirnya meningkatkan
hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul
“Penerapan Model Talking Stick Pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas X MA
Negeri 1 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2013/2014”.
Landasan Teori
Menurut Diah (9 April 2014) model pembelajaran Talking Stick merupakan sebuah
model pembelajaran yang dalam proses pembelajarannya menggunakan sebuah tongkat
sebagai alat penunjuk giliran dan tongkat tersebut berisi sebuah pertanyaan yang harus
dijawab oleh siswa. Kemudian secara estafet tongkat tersebut berpindah ketangan siswa
lainya secara bergiliran setelah diisi pertanyaan yang berbeda oleh guru. Demikian
seterusnya sampai seluruh siswa mendapat tongkat dan menjawab pertanyaan.
Menurut Hasan (9 April 2013) model pembelajaran Talking Stick adalah
pembelajaran dengan menggunakan tongkat untuk mendorong peserta didik mampu
mengemukakan pendapat. Model Talking Stick dilengkapi dengan pemutaran lagu,
sehingga siswa yang memegang tongkat ketika lagu tersebut berhenti yang menjawab
pertanyaan guru, jika siswa tersebut tidak bisa menjawab, maka diberi hukuman.
Berdasarkan menurut beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Talking Stick adalah pembelajaran dengan menggunakan tongkat sebagai alat
penunjuk giliran dan tongkat tersebut berisi sebuah pertanyaan yang harus dijawab oleh
siswa yang dilakukan secara estafet dan yang tidak bisa menjawab diberi hukuman.
Adapun langkah-langkah model Talking Stick yaitu: 1) Guru menjelaskan materi
pokok yang dipelajari. 2) Peserta didik diberikan kesempatan untuk membaca dan
mempelajari materi tersebut, berikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini. 3) Guru
meminta kepada peserta didik untuk menutup bukunya. 4) Guru mengambil tongkat yang
telah dipersiapkan sebelumnya. 5) Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu peserta
6
didik. 6) Ketika stick bergulir dari peserta didik ke peserta didik lainnya, seyogianya
diiringi musik. 7) Ketika musik berhenti, peserta didik yang menerima tongkat tersebut
diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya. 8) Guru bersama siswa
memberikan kesimpulan.
Metode Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian ini adalah
penelitian eksperimen. Menurut Arikunto (2010:9) “Penelitian eksperimen adalah suatu
cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh
peneliti dengan mengurangi atau menyisipkan faktor-faktor lain yang mengganggu”.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MA Negeri 1
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 189 siswa dan terdiri dari 5
kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Simple Random Sampling.
Sampel yang dijadikan sebagai subyek penelitian yaitu siswa kelas X3 dengan jumlah
siswa sebanyak 36 siswa. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah tes. Tes
diadakan sebanyak dua kali, yaitu Pre-test dan Post-test. Tes ini digunakan untuk
mengumpulkan data tentang hasil belajar matematika setelah diberikan perlakuan
pembelajaran dengan menggunakan model Talking Stick. Tes yang digunakan dalam
penelitian ini berbentuk tes uraian, karena dengan tes uraian terlihat kemampuan siswa
dalam mempresentasikan setiap soal yang diberikan disamping melihat langkah-langkah
pengerjaan soal dengan jumlah 5 soal yang dapat dipakai, dengan materi tentang ruang
dimensi tiga.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah “Hasil belajar matematika siswa
kelas X MA Negeri 1 Lubuklinggau tahun pelajaran 2013/2014 setelah diterapkan model
Talking Stick secara signifikan tuntas”.
Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30 April 2014 sampai dengan 7 Juni 2014
Di kelas X MA Negeri 1 Lubuklinggau tahun pelajaran 2013/2014. Subjek penelitian ini
adalah siswa kelas X.3 MA Negeri 1 lubuklinggau yang berjumlah 36 siswa. Sesuai
dengan judul “ Penerapan Model Talking Stick Pada Pembelajaran Matematika Siswa
Kelas X MA Negeri 1 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2013/2014”. Data hasil penelitian
diperoleh dari data hasil kemampuan awal (Pre-test) dan tes kemampuan akhir (Post-test).
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan sebanyak lima kali pertemuan dengan rincian
satu kali pemberian tes awal (Pre-test), tiga kali proses pembelajaran dengan menerapkan
7
model Talking Stick dan satu kali pemberian tes akhir (Post-test). Sebelum pembelajaran
dimulai dengan menggunakan model Talking Stick dalam materi ruang dimensi tiga
peneliti menjelaskan terlebih dahulu bagaimana cara belajar dengan menggunakan model
Talking Stick tersebut. Mengingat bahwa model tersebut belum pernah dilakukan
sebelumnya di sekolah yang bersangkutan.
Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa sebelum
mengikuti pelajaran. Kemampuan awal tersebut menggambarkan kesiapan siswa dalam
menerima pembelajaran yang disampaikan oleh peneliti. Setelah kemampuan awal
diketahui, dilanjutkan dengan menerapkan model Talking Stick dalam proses pembelajaran
yang dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Pada akhir peneliatian dilaksanakan post-test
untuk mengetahui kemampuan akhir siswa dalam menguasai materi ruang dimensi tiga
yang telah dibahas oleh peneliti dalam tiga kali pertemuan dengan menggunakan model
Talking Stick.
1. Kemampuan Awal
Pemberian tes awal (pre-test) dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
sebelum diberikan perlakuan dengan model Talking Stick pada materi ruang dimensi tiga.
Pemberian tes awal dilakukan pada tanggal 24 Mei 2014 di kelas X.3 dengan jumlah siswa
36 orang. Berdasarkan hasil perhitungan tes awal (lampiran D), rekapitulasi hasil tes awal
siswa dapat dilihat pada tabel 1 berikut:
Tabel 1
Rekapitulasi Data Tes Awal (Pretest)
No. Kategori Keterangan
1 Nilai Minimum 2
2 Nilai Maksimum 71
3 Rata-rata Nilai 31,39
4 Simpangan Baku 18,98
5 Jumlah siswa yang tuntas 0 orang (0%)
Berdasarkan hasil penelitian data hasil tes awal pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa
tidak ada siswa yang mendapatkan nilai lebih atau sama dengan 78 (Tuntas). Rata-rata (𝑥 )
nilai secara keseluruhan sebesar 31,39. Jadi secara deskriptif dapat dikatakan bahwa
kemampuan awal siswa sebelum penerapan pembelajaran dengan model Talking Stick
termasuk kategori belum tuntas.
2. Kemampuan Akhir
Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi ruang dimensi tiga merupakan
8
Hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan model Talking Stick.
Pelaksanaan post-test dilaksanakan tanggal 7 Juni 2014. Berdasarkan hasil perhitungan
data tes akhir (lampiran D), rekapitulasi hasil test
akhir siswa dapat dilihat pada tabel 2 berikut :
Tabel 2
Rekapitulasi Data Tes Akhir (Post-Test)
No. Kategori Keterangan
1 Nilai Minimum 65
2 Nilai Maksimum 98
3 Rata-rata Nilai 82,03
4 Simpangan Baku 10,30
5 Jumlah siswa yang tuntas 25 orang (69,44%)
Berdasarkan hasil penelitian data hasil tes akhir pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa
siswa yang mendapatkan nilai lebih atau sama dengan 78 (Tuntas) di kelas X.3 sebanyak
25 siswa (69,44%). Rata-rata (𝑥 ) nilai siswa secara keseluruhan sebesar 82,03. Jadi secara
deskriptif dapat dikatakan bahwa kemampuan akhir siswa setelah penerapan pembelajaran
dengan model Talking Stick termasuk kategori tuntas.
Dari data penelitian hasil pre-test dan post-test yang diperoleh digunakan untuk
menganalisis peningkatan kemampuan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan menguji hipotesis secara statistika. Dari uji normalitas data dengan uji chi-kuadrat
(2 ). Ketentuan mengenai uji normalitas data dengan taraf kepercayaan α = 0,05, data
berdistribusi normal jika hitung2 < .2
tabel Untuk mengetahui hasil uji normalitas data
pre-test dapat dilihat pada tabel 3 berikut :
Tabel 3
Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data
Kelas χ2hitung dk χ
2tabel Kesimpulan
1. Tes awal 3,923 5 11,070 Normal
2. Tes akhir 6,441 5 11,070 Normal
Dari tabel diatas diperoleh bahwa kedua data hitung2 < tabel
2 , maka data
berdistribusi normal. Dan selanjutnya dilakukan uji normalitas didapat data baik pre-test
maupun post-test adalah normal dan simpangan baku populasinya tidak diketahui. Oleh
karena itu, dapat dilakukan uji hipotesis, uji yang digunakan untuk data pre-test dan post-
test adalah uji-t.
9
Berdasarkan perhitungan hasil analisis data pada (Lampiran C). Hasil uji-t untuk
data post-test dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini:
Tabel 4
Hasil Uji-t Data Post-Test
Tes 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 Dk 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kesimpulan
Post-test 2,347 35 1,69 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
( 𝐻0 ditolak dan 𝐻𝑎 diterima)
Setelah data dianalisis menggunakan rumus uji-t diperoleh thitung = 2,347. Kemudian
diperoleh ttabel pada daftar distribusi t dengan derajat kebebasan dk = n –1, sehingga di
dapat dk = 36 - 1 = 35 dan α = 0,05. Nilai ttabel dengan dk = 1,69. Selanjutnya thitung
dibandingkan dengan ttabel diperoleh thitung > ttabel yaitu thitung (2,347) > ttabel (1,69) hal ini
berarti H0 di tolak dan Ha diterima. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini dapat diterima kebenarannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar matematika siswa kelas X MA Negeri 1 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2013/2014
setelah diterapkan model Talking Stick secara signifikan tuntas.
Pembahasan
Berdasarkan pada rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah
“Apakah Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X MA Negeri 1 Lubuklinggau Tahun
Pelajaran 2013/2014 Setelah Diterapkan Model Talking Stick Secara Signifikan Tuntas?”.
Berdasarkan analisis data pre-tes dapat dilihat bahwa tidak ada siswa yang mendapatkan
nilai lebih dari 78 (tuntas). Rata-rata nilai siswa secara keseluruhan 31,39, jadi dapat
disimpulkan hasil pre-test sebelum diterapkan model Talking Stick belum tuntas, hal ini
terjadi karena materi Ruang dimensi tiga belum dipelajari.
Setelah dilakukannya tes awal, peneliti melakukan pembelajaran dengan penerapan
model Talking Stick. Pembelajaran dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, pada
pertemuan pertama sebelum melakukan pembelajaran peneliti menjelaskan bagaimana cara
pembelajaran dengan menggunakan model Talking Stick serta menyampaikan ketentuan
pada saat terjadinya estafet tongkat dari siswa satu ke siswa yang lain itu harus mengetuk
tongkat tersebut sebanyak dua kali dan tongkat tersebut baru boleh untuk berpindah
tangan. Setelah penjelasan tersebut proses pembelajaran dengan menerapkan model
tersebut dilakukan dengan langkah pertama, peneliti menjelaskan materi tentang
menentukan kedudukan, jarak, dan besar sudut yang melibatkan titik, garis, dan bidang
10
dalam ruang dimensi tiga. Kemudian siswa diminta untuk mempelajari materi yang telah
diberikan dengan waktu selama 20 menit.
Setelah mempelajari materi, siswa diminta untuk menutup buku bacaannya
kemudian peneliti menuliskan pertanyaan yang diberikan kepada siswa yang mendapatkan
tongkat. Berikan waktu kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal tersebut agar nantinya
mereka tidak mengalami kesulitan pada saat mengerjakan soal di papan tulis. Setelah siswa
diberikan kesempatan mengerjakan soal kemudian peneliti memberikan tongkat kepada
salah satu siswa sambil diiringi musik. Dan ketika musik itu berhenti maka siswa yang
memegang tongkat tersebut wajib untuk menjawab pertanyaan yang telah disiapkan oleh
peneliti. Pada akhir pertemuan pertama, peniliti melakukan evaluasi proses belajar
mengajar dengan menggunakan model Talking Stick.
Pada pertemuan kedua peneliti mengingatkan kembali cara pembelajaran dengan
menggunakan model Talking Stick. Peneliti memulai proses pembelajaran dengan
menerapkan model tersebut dilakukan dengan langkah pertama, peneliti menjelaskan
materi tentang menentukan jarak dari titik ke garis dan dari titik ke bidang dalam ruang
dimensi tiga. Kemudian siswa diminta untuk mempelajari materi yang telah diberikan
dengan waktu selama 20 menit. Setelah mempelajari materi, siswa diminta untuk menutup
buku bacaannya kemudian peneliti menuliskan pertanyaan yang diberikan kepada siswa
yang mendapatkan tongkat. Berikan waktu kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal
tersebut agar nantinya mereka tidak mengalami kesulitan pada saat mengerjakan soal di
papan tulis. Setelah siswa diberikan kesempatan mengerjakan soal kemudian peneliti
memberikan tongkat kepada salah satu siswa sambil diiringi musik. Dan ketika musik itu
berhenti maka siswa yang memegang tongkat tersebut wajib untuk menjawab pertanyaan
yang telah disiapkan oleh peneliti. Pada akhir pertemuan kedua, peneliti melakukan
evaluasi. proses belajar mengajar dengan menggunakan model Talking Stick sekaligus
membahas jawaban soal yang dikerjakan siswa.
Pertemuan Ketiga peneliti memulai proses pembelajaran dengan menerapkan
model tersebut dilakukan dengan langkah pertama, peneliti menjelaskan materi tentang
menentukan jarak dari titik ke garis dan dari titik ke bidang dalam ruang dimensi tiga..
Kemudian siswa diminta untuk mempelajari materi yang telah diberikan dengan waktu
selama 20 menit. Setelah mempelajari materi, siswa diminta untuk menutup buku
bacaannya kemudian peneliti menuliskan pertanyaan yang diberikan kepada siswa yang
mendapatkan tongkat.
11
Peneliti memberikan waktu kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal tersebut
agar nantinya mereka tidak mengalami kesulitan pada saat mengerjakan soal di papan tulis.
Setelah siswa diberikan kesempatan mengerjakan soal kemudian peneliti memberikan
tongkat kepada salah satu siswa sambil diiringi musik. Dan ketika musik itu berhenti maka
siswa yang memegang tongkat tersebut wajib untuk menjawab pertanyaan yang telah
disiapkan oleh peneliti. Pada akhir pertemuan ketiga, peneliti melakukan evaluasi. proses
belajar mengajar dengan menggunakan model Talking Stick sekaligus membahas soal
yang dikerjakan siswa. Peneliti menginformasikan kepada siswa bahwa pada pertemuan
selanjutnya diadakan Post-test. Siswa diminta untuk mempelajari kembali materi yang
telah dibahas pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga.
Post-test diadakan setelah penyampaian materi dengan model Talking Stick, dalam
hal ini dapat dilihat bahwa 25 siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 78. Rata-rata nilai
siswa secara keseluruhan 82,03. Berdasarkan pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa
“Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X MA Negeri 1 Lubuklinggau Tahun Pelajaran
2013/2014 Setelah Diterapkan Model Talking Stick Secara Signifikan Tuntas”.
Seluruh siswa mulai memahami bagaimana belajar dengan menggunakan model
Talking Stick. Dan siswa tidak lagi melemparkan tongkat sembarangan sebelum tongkat
tersebut diketuk sebanyak dua kali terlebih dahulu sebelum berpindah tangan. Siswa juga
sudah lebih siap jika mereka mendapat giliran untuk mengerjakan soal di depan kelas.
Siswa sangat menikmati proses pembelajaran dengan menggunakan model Talking Stick.
Siswa sangat senang dan termotivasi untuk belajar karena belajar mendengarkan musik dan
menciptakan suasana belajar sambil bermain sehingga siswa tidak merasa bosan.
Walaupun mereka merasa senang mengikuti pembelajaran menggunakan model Talking
Stick ini tapi, siswa masih takut dan cemas jika tongkat tersebut berhenti didirinya. Karena
ada sebagian siswa yang tidak terbiasa mengerjakan soal di papan tulis.
Hasil penelitian ini relevan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Alpi
Yulstianingsih mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau pada tahun 2013 yang berjudul
“Penerapan Model Kooperatif Talking Stick Untuk Meningkatkan Pembelajaran
Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri Surulangun”. Penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa hasil belajar siswa setelah penerapan model talking stick menunjukkan adanya
peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar (84,21%). Sedangkan hasil penelitian yang telah
dilakukan Ellysah pada tahun 2012 dengan judul “pengaruh model pembelajaran Talking
Stick untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas XI IPA MAN 2
12
Lubuklinggau”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa tampak peningkatan nilai rata-
rata kelas eksperimen awal sebesar 14,73 sedangkan dikelas kontrol rata-rata awalnya
sebesar 13,69. Setelah penerapan model di kelas eksperimen rata-rata sebesar 22,94
sedangkan kelas kontrol 17,18. Peningkatan kelas eksperimen sebesar 8,21% dan
peningkatan dikelas kontrol sebesar 3,69%. Sehingga pembalajaran dengan menggunakan
model Talking Stick berpengaruh pada hasil belajar siswa.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti, diperoleh bahwa penggunaan
model Talking Stick dapat dijadikan alternatif dalam proses pembelajaran ketika siswa
mengalami kebosanan dalam belajar matematika. Sehingga siswa lebih aktif mencari
informasi tentang materi yang dipelajari dari berbagai sumber yang memungkinkan siswa
dapat menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri. Sedangkan peneliti lebih
berperan sebagai fasilisator dan mengontrol tentang apa yang mereka ketahui dan apa yang
siswa perlukan untuk mengerjakan dan bagaimana mengatasi masalah yang mereka
temukan. Peneliti juga dapat membimbing siswa saat kesulitan dan membantu siswa untuk
mengembangkan materi yang akan disampaikan.
Hambatan yang terjadi pada saat penerapan model adalah suasana sedikit ribut
pada saat tongkat itu bergulir dari siswa satu kesiswa lainnya, ada sebagian siswa yang
melemparkan tongkat itu tanpa mengetuk tongkat tersebut sebanyak dua kali terlebih
dahulu sebelum berpindah tangan. Hal ini terjadi karena siswa cemas dan takut jika
mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari peneliti yang telah disiapkan
sebelumnya. Hambatan ini dapat diatasi dengan memberikan perhatian dan memberikan
arahan kepada siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan yang telah diberikan oleh
peneliti.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar matematika siswa kelas X MA Negeri 1 Lubuklinggau tahun pelajaran 2013/2014
setelah diterapkan model Talking Stick secara signifikan tuntas. Rata-rata nilai akhir siswa
sebesar 82,03 dengan persentase siswa yang tuntas sebesar 69,44%.
Saran
1. Dengan pembelajaran menggunakan model Talking Stick, siswa diharapkan dapat
mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan penguasaan konsep matematika
dengan cara lebih banyak berlatih mengerjakan soal-soal.
13
2. Guru diharapkan dapat memperbaiki proses belajar matematika dengan
menggunakan model pembelajaran yang sesuai agar hasil yang dicapai sesuai
dengan tujuan. Salah satunyanmenggunakan model Talking Stick.
3. Sekolah harus memberikan dukungan dan kesempatan kepada guru selaku pendidik
untuk menggunakan model pembelajaran saat melaksanakan proses pembelajaran
agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
4. Peneliti diharapkan dapat memotivasi diri dalam mengembangkan pengetahuan
tentang penggunaan model Talking Stick pada proses pembelajaran sehingga
menciptakan suasana belajar yang menarik.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Peneltian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta:Rieneka Cipta.
Uno, B. Hamzah. 2008. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Inovatif. Jakarta:Bumi Aksara.
_______________2011. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta:Bumi Aksara.
Diah, Bidan. 2012. Model Pembelajaran Talking Stick.[online] http://jurnalbidandiah.
blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-talking-stick.html [9 April 2014].
Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rieneka Cipta.
Ellysah. 2012. pengaruh model pembelajaran Talking Stick untuk meningkatkan hasil
belajar matematika siswa kelas XI IPA MAN 2 Lubuklinggau. Lubuklinggau:
Jurusan MIPA STKIP-PGRI Lubuklinggau.
Situmorang. 2009. Model-Model Pembelajaran. [online].
http://sites.google.com/site/modelmodelpembelajaran/assignments. [19 Maret
2014]
Hasan, Rasmani. 2009. Jurnal Tentang Model Pembelajaran Talking Stick.[online]
http://pdfsb.net/jurnal+tentang+model+pembelajaran+
talking+stick. [9 April 2014].
Martiyono. 2012. Perencanaan Pembelajaran. Yogyakarta:Aswaja Pressindo
Pribadi, Benny A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:Dian Rakyat.
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru.Jakarta:RajaGrafindo Persada.
Sugiyono. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta.
14
Suherman dan Sukjaya. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Matematika.
Bandung:Wijaya Kusumah.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperatif Learning Teori & Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Suyono, 2011. Belajar Dan Pembelajaran Teori Dan Konsep Dasar. Bandung:Remaja
Rosdakarya.
Tim Penyusun Pedoman Makalah dan Skripsi Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.
2012. Pedoman Penulisan Makalah dan Skripsi Mahasiswa STKIP-PGRI
Lubuklinggau. Lubuklinggau:STKIP-PGRI Lubuklinggau.
Trianto, 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta:Bumi Aksara
Yulstianingsih, Alpi. 2013. penerapan model Talking Stick untuk meningkatkan
pembelajaran matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Surulangun. Skripsi tidak
diterbitkan. Lubuklinggau: Jurusan MIPA STKIP-PGRI Lubuklinggau.