Penerapan metode bercerita untuk meningkatkan kosakata anak pada paud mawar hidayah katapang soreang...
-
Upload
indri-riana -
Category
Education
-
view
943 -
download
0
Transcript of Penerapan metode bercerita untuk meningkatkan kosakata anak pada paud mawar hidayah katapang soreang...
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Masa anak-anak adalah masa yang penting untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. Pada diri
anak memiliki karakteristik yang unik. Karena pada diri anak mempunyai
perbedaan antara anak yang satu dengan yang lain.
Pendidikan anak usia dini merupakanproses pembelajaran dengan
menggunakan prinsisp “bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain” yang
sesuai dengan karakteristik dan aspek perkembangan anak usia dini.
Salah satu metode pembelajaran yang baik adalah menggunakan
metode bercerita.Menurut Musfiroh (2008 : 58)berpendapat bahwa bercerita
dipandang sebagai salah satu metode pengembangan kosakata anak yang tepat
untuk diterapkan di Paud. Metode bercerita salah satunya untuk
mengembangkan kemampuan berbahasa anak, sedangkan fungsi bercerita juga
adalah membantu perkembangan kemampuan bahasa anak dengan menambah
perbendaharaan kosakata, mengucapkan kata-kata, melatih merangkai kalimat
yang sesuai dengan tahap perkembangannya. Pengaruh metode bercerita juga
merupakan suatu pemberian pengalaman belajar. Berdasarkan observasi awal,
kemampuan kosakata anak-anak usia 3-4tahun pada PAUD Mawar Hidayah
Katapang Kab.Bandung belum mampu dalam kosakata. Dari 20 anak usia 3-4
tahun,60% (9 anak) belum mampu dalam kosakata dan 40% (6 anak) sudah
mampu dalam kosakata. Kondisi ini disebabkan karena kurangnya motivasi
anak dalam belajar, pemilihan metode yang kurang sesuai dalam penyampaian
pembelajaran tentang kosakata anak, mengganggu teman yang sedang
mendengarkan/ memperhatikan dan dilihat dari tanda-tanda anak belum
mampu dalam kosakata salah satunya, bisa dilihat dalam perilaku anak waktu
disuruh untuk menceritakan kembali cerita yang telah disampaikan oleh guru
tentang kosakata, dia hanya diam saja dan waktu diminta maju kedepan dia
tidak mau atau maju tapi diam saja bahkan tidak menjawab, atau ketika
diminta menjawab dia menangis.
Selama ini pembelajaran kosakata yang diajarkan dengan
menggunakan metode ceramah, metode bercakap-cakap,dan metode tanya
jawab. Sementara pembelajaran kosakata jarang digunakan melalui metode
bercerita sehingga tidak begitu menarik bagi anak PAUD Mawar Hidayah
Katapang. Selain itu media yang digunakan masih sederhana berupa gambar
yang tidak berwarna dan berwarna tetapi gambar kurang menarik sehingga
kurang menarik bagi anak. Cara guru menerangkan pembelajaran masih
monoton. Intonasi bahasa yang digunakan datar. Guru hanya berdiri di depan
kelas, kurang komunikatif dengan anak dan cara menyampaikan kemampuan
kosakata sulit dipahami oleh anak sehingga hasil pembelajaran yang diperoleh
kurang optimal. Dari sekian banyak metode pembelajaran yang sesuai untuk
penelitihanya dengan menggunakan metode bercerita. Karena melalui metode
bercerita guru dapat mengkomunukasikan nilai-nilai budaya, nilai-nilai soSial,
nilai-nilai agama, membantu mengembangkan fantasi anak, kognitif dan
mengembangkan bahasa anak melalui perbendaraan kosakatanya.
Mengingat banyaknya metode pembelajaran yang dipakai penulis
yaitu dengan menggunakan metode demonstrasi contohnya menyanyi,
pemberian tugas contohnya mewarnai, bercakap-cakap contohnya tentang
tema, sehingga dalam pencapaian kemampuan kosakata anak sangat kurang,
penulis kurang efektif dalam metode pembelajaran yang selama ini dipakai
saat kegiatan pembelajaran berlangsung dan anak kurang fokus dalam
kegiatan pembelajaran, maka penulis menggunakan metode pembelajaran
bercerita karena melalui metode bercerita guru dapat menyampaikan
pembelajaran yang dapat mengembangkan bahasa anak yang salah satunya
menambah kosa kata anak. Metode bercerita dipilih penulis karena metode
bercerita memiliki keutamaan antara lain mengkomunikasikan nilai-nilai
budaya,mengkomunikasikan nilai-nilai sosial, mengkomunikasikan nilai-nilai
agama, membantu mengembangkan fantasi anak, membantu mengembangkan
kognitif anak dan membantu mengembangkan bahasa anak.
1.2. Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang diambil adalah:
1. Bagaimanakah penggunaan metode bercerita dapat meningkatkan
kemampuan berbahasa anak?
2. Apakah kemampuan kosakata anak dapat meningkat melalui metode
bercerita?
1.3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan metode bercerita
dalam meningkatkan kemampuan kosakata pada PAUD Mawar Hidayah
Katapang
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru penelitian ini bisa menjadi rujukan untuk penggunaan
metode bercerita dengan meningkatkan kemampuan berbahasa.
2. Bagi anak dapat meningkatkan kemampuan berbahasa dan menambah
kosakata anak dalam bercerita.
1.5. Keterbatasan
Karena untuk membatasi penelitian diperlukan batasan masalah
1. Penelitian ini hanya diperuntukkanpada anak PAUD Mawar
Hidayah Katapang
2. Peneliti hanya terbatas untuk mengetahui metode bercerita yang
berkaitan dengan perkembangan bahasa anak.
1.6. Asumsi
Asumsi adalah suatu anggapan dasar yang diyakini kebenarannya
oleh peneliti yang dijadikan dasar untuk langkah penelitian. Dengan judul
penelitian “Penerapan Metode Bercerita Untuk Meningkatkan
Kosakata Anak Pada PAUD Mawar Hidayah Katapang Soreang Kab.
Bandung Barat”, maka dapat diasumsikan sebagai berikut:
1. Pada dasarnya anak memiliki potensi kemampuan bercerita
untuk di kembangkan.
2. Anak dengan menggunakan metode bercerita bisa menambah
kosakata anak.
3. Kemampuan bercerita merupakan kemampuan yang penting
untuk dikembangkan.
BAB. II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Penerapan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia penerapan mempunyai dua arti yaitu:
a. Pemasangan, Contoh: Penerapan mesin pembangkit tenaga listrik
dilaksanakan oleh teknisi Indonesia.
b. Pengenalan, perihal mempraktekkan. Contoh: Penerapan metode bercerita
dalam pengembangan Kosa Kata anak.
Sedang dalam pengertian yang lain, penerapan adalah kemampuan menggunakan
atau menafsirkan suatu bahan yang sudah dipelajari ke dalam situasi baru atau
situasi yang kongkrit seperti menerapkan suatu dalil, metode, konsep, prinsip, atau
teori.
2.2. Metode Bercerita
a. Pengertian Metode Bercerita
Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan
atau sesuatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan
pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain (Bachri :2005:10).
Dengan kata lain bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan
tentang perbuatan atau suatu kejadian secara lisan dalam upaya untuk
mengembangkan potensi kemampuan berbahasa.
Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi
pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik. Dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran di Paud, metode bercerita dilaksanakan dalam
upaya memperkenalkan, memberikan keterangan, atau penjelasan tentang hal baru
dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai
kompetensi dasar usia anak Paud. Oleh karena itu materi yang disampaikan
berbentuk cerita yang awal dan akhirnya berhubungan erat dalam kesatuan yang
utuh, maka cerita tersebut harus dipersiapkan terlebih dahulu. Biasanya kegiatan
bercerita dilaksanakan pada kegiatan penutup, sehingga kalau anak pulang, anak
menjadi tenang dan senang setelah mengikuti pembelajaran, Namun demikian
pada prakteknya tidak selalu pada saat kegiatan penutup, bercerita dapat dilakukan
pada saat kegiatan pembukaan, kegiatan inti, maupun pada waktu-waktu senggang
di sekolah, misalnya pada saat waktu istirahat, karena mendengarkan cerita adalah
sesuatu yang mengasyikkan bagi anak usia Paud.
Menurut Tampubolon (1991:50), “Bercerita kepada anak memainkan peranan
penting bukan saja dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca, tetapi
juga dalam mengembangkan bahasa dan pikiran anak”.
Fungsi kegiatan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah membantu
perkembangan bahasa anak dan dengan bercerita pendengaran anak dapat
difungsikan dengan baik, untuk kemampuan berbicara dengan menambah
perbendaharaan kosa kata, kemampuan mengucapkan kata-kata, melatih
merangkai kalimat sesuai dengan tahap perkembangannya, selanjutnya anak dapat
mengekpresikannya melalui bernyanyi, menulis, ataupun menggambar sehingga
pada akhirnya anak mampu membaca situasi , gambar, tulisan atau bahasa isyarat.
Bercerita merupakan salah satu metode dan teknik bermain yang banyak
dipergunakan di Paud. Bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman
belajar bagi anak Paud dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Jadi,
bercerita adalah cara bertutur dan menyampaikan cerita atau memberikan
penjelasan secara lisan. Bercerita juga merupakan cara untuk menyampaikan
nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Seorang guru paud hendaklah mampu
menjadi seorang pendongeng yang baik yang akan menjadikan cerita sebagai
kegiatan bermain yang menarik dan dapat menjadikan pengalaman yang unik bagi
anak. Isi cerita pun diupayakan berkaitan dengan cara berikut ini :
a) Dunia kehidupan anak yang penuh suka cita, yang menuntut isi cerita
memiliki unsur yang dapat memberikan perasaan gembira, lucu, menarik
dan mengasyikkan bagi anak. Dunia kehidupan anak berkaitan dengan
cerita seputar lingkungan terdekat anak, seperti lingkungan keluarga,
sekolah dan lingkungan bermain anak.
b) Minat anak pada umumnya anak Paud sangat berminat pada cerita-cerita
tentang : binatang, tanaman, kendaraan, boneka, robot, planet, dan lain-
lain.
c) Tingkat usia, kebutuhan dan kemampuan mencerna isi cerita. Ceritanya
harus cukup pendek dalam rentang perhatian anak. Cerita tersebut bersifat
meningkatkan daya pikir anak seperti cerita-cerita tentang makanan dan
minuman sehat, kebersihan diri melayani diri sendiri.
d) Membuka kesempatan bagi anak untuk bertanya dan menanggapi setelah
guru selesai bercerita.
b. Manfaat Metode Bercerita
Menurut Tadkiroatun Musfiroh, (2005:95) ditinjau dari beberapa aspek, manfaat
metode bercerita sebagai berikut:
1) Membantu pembentukan pribadi dan moral anak, 2) Menyalurkan kebutuhan
imajinasi dan fantasi, 3) Memacu kemampuan verbal anak, 4) Merangsang minat
menulis anak, 5) Merangsang minat baca anak, 6) Membuka cakrawala
pengetahuan anak
Sedangkan menurut Bachri (2005: 11), manfaat bercerita adalah “dapat
memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab dalam bercerita anak
mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal baru baginya”.
Manfaat bercerita dengan kata lain adalah menyalurkan kebutuhan imajinasi dan
fantasi sehingga dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak. Misalnya
melalui media dongeng/bercerita dapat berfungsi sebagai penggugah kreativitas
anak-anak. Melalui dongeng/cerita, guru bisa menyampaikan pesan-pesan,
hikmah-hikmah dan pengalaman-pengalaman kepada murid-muridnya. Disamping
memperkaya imajinasi anak, dongeng/bercerita pun menjadikan anak-anak merasa
belajar sesuatu, tetapi tak merasa digurui. Bahkan, dengan melalui dongeng/cerita
diketahui adalah merupakan salah satu cara yang efektif mengembangkan aspek-
aspek kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan), social dan aspek konatif
(penghayatan) anak-anak. Dongeng/cerita mampu membawa anak-anak pada
pengalaman-pengalaman baru yang belum pernah dialaminya. Karena itu guru
perlu memiliki kreativitas, penghayatan, dan kepekaan pada saat bercerita agar
pesan dapat sampai kepada murid-muridnya.
Beberapa manfaat metode bercerita bagi anak paud (Moeslichatoen 2004:45) di
antaranya adalah :
1) Melatih daya serap atau daya tangkap anak Paud, artinya anak
usia Paud dapat dirangsang untuk mampu memahami isi atau ide-
ide pokok dalam cerita secara keseluruhan,
2) Melatih daya pikir anak Paud, untuk terlatih memahami proses
cerita, mempelajari hubungan bagian-bagian dalam cerita
termasuk hubungan-hubungan sebab akibatnya, 3)Melatih daya
konsentrasi anak Paud untuk memusatkan perhatiannya kepada
keseluruhan cerita, 4) Mengembangkan daya imajinasi anak,
artinya dengan bercerita anak dengan daya fantasinya dapat
membayangkan atau menggambarkan sesuatu situasi yang berada
di luar jangkauan inderany, 5) Menciptakan situasi yang
menggembirakan serta mengembangkan suasana hubungan yang
akrab sesuai dengan tahap perkembangannya, 6) Membantu
perkembangan bahasa anak dalam berkomunikasi secra efektif
dan efisien sehingga proses percakapan menjadi komunikatif.
Adapun fungsi dari pada metode bercerita (Moeslichatoen 2004:45) yaitu :
1) Melatih daya konsentrasi, 2) Melatih mengungkapkan daya pikir, 3)
Menambah pengetahuan dan keterampilan anak dalam
mengkomunikasikan isi gambar, 4) Melatih menghubungkan isi gambar
sesuai dengan imajinasi anak, 5) Melatih mengungkapkan imajinasi anak,
6) Melatih anak berkomunikasi secara lisan, 7) Menambah kosa kata
dalam berbahasa
Anak membutuhkan dongeng atau cerita karena beberapa hal:
a. Anak membangun gambaran-gambaran mental pada saat guru
memperdengarkan kata-kata yang melukiskan kejadian.
b. Anak memperoleh gambaran yang beragam sesuai dengan latar
belakang pengetahun dan pengalaman masing-masing.
c. Anak memperoleh kebebasan untuk melakukan pilihan secara mental.
d. Anak memperoleh kesempatan menangkap imajinasi dan citraan-
citraan cerita: citraan gerak, citraan visual, dan auditif.
Cerita mendorong anak bukan saja senang menyimak cerita, tetapi juga
senang bercerita atau berbicara. Anak belajar tentang tata cara berdialog dan
bernarasi dan terangsang untuk menirukannya. Kemampuan untuk
mempraktekkan terdorong karena dalam cerita ada negosiasi, pola tindak-tutur
yang baik seperti menyuruh, melarang, berjanji, mematuhi larangan dan memuji.
Memacu kemampuan bercerita anak merupakan sesuatu yang penting, karena
beberapa alasan, yaitu :
Pertama anak memiliki kosa kata cenderung berhasil dalam meraih
prestasi akademik.
Kedua, anak yang pandai berbicara memperoleh perhatian dari orang lain.
Hal ini penting karena pada hakikatnya anak senang menjadi pusat
perhatian dari orang lain.
Ketiga, anak yang pandai berbicara mampu membina hubungan dengan
orang lain dan dapat memerankan kepemimpinannya dari pada anak yang
tidak dapat berbicara. Berbicara baik mengisyaratkan latar belakang yang
baik pula.
Keempat, anak yang pandai berbicara akan memiliki kepercayaan diri dan
penilaian diri yang positif, terutama setelah mendengar komentar orang
tentang dirinya.
Dalam berbicara terkadang individu dapat menyesuaikam dengan
keinginannya sendiri. Pada dasarnya berbicara sama halnya dengan menuangkan
segala perasaan kita yang tersimpan. Kita dalam berbicara dapat mengungkapkan,
serta mengekspresikan apa keinginan kita
c. Tujuan, Kelebihan, dan kekurangan Metode Bercerita
Tujuan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah agar anak mampu
mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang disampaikan orang lain, anak
dapat bertanya apabila tidak memahaminya, anak dapat menjawab pertanyaan,
selanjutnya anak dapat menceritakan dan mengekpresikan terhadap apa yang
didengarkan dan diceritakannya, sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami
dan lambat laun dapat didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan, dan diceritakan
pada orang lain. Karena menurut Jerome S. Brunner (Tampubolon, 1991 : 10)
”Bahasa berpengaruh besar pada perkembangan pikiran anak”
Adapun kelebihan dan kekurangan daripada metode bercerita (Dhieni, 2006 : 6.9)
antara lain :
1) Dapat menjangkau jumlah anak yang relatif banyak, 2) Waktu yang tersedia
dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efisien, 3) Pengaturan kelas menjadi lebih
sederhana, 4) Guru dapat menguasai kelas dengan mudah, 5) Secara relatif tidak
banyak memerlukan biaya, 6) Anak didik menjadi pasif, karena lebih banyak
mendengarkan atau menerima penjelasan dari guru, 7) Kurang merangsang
perkembangan kreativitas dan kemampuan siswa untuk mengutarakan
pendapatnya, 8) Daya serap atau daya tangkap anak didik berbeda dan masih
lemah sehingga sukar dipahami tujuan pokok isi cerita, 9) Cepat menumbuhkan
rasa bosan terutama apabila penyajiannya tidak menarik.
d. Kegiatan Bercerita di Sekolah
Untuk menyajikan secara menarik, diperlukan beberapa persiapan, mulai
dari memilih jenis cerita, menyiapkan tempat, panyiapan alat peraga dan
sebagainya hingga penyajian cerita. Menurut Tampubolon, (1991 : 11) persiapan
kegiatan bercerita yaitu: ”1) Memilih dan memilah materi cerita, 2) Pengelolaan
kelas untuk bercerita, 3) Pengelolaan tempat untuk bercerita, 4) Strategi
penyampaian”.
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1) Memilah dan memilih materi cerita
Diantara berbagai jenis cerita, cerita tentang pengalaman seseorang dan faktor
tradisional merupakan sumber cerita terbaik bagi anak-anak.
2) Jenis cerita
Dalam program pembelajaran di paud, cerita dapat digolongkan menjadi tiga,
yakni cerita untuk program inti, cerita untuk program pembuka, dan cerita untuk
tujuan rekreasi pada akhir program. Cerita untuk program inti, digunakan dalam
kegiatan inti cerita ini disampaikan oleh guru sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang ingin di capai. Misalnya cerita tentang Bebek si buruk rupa. Cerita ini
menggambarkan seekor bebek yang buruk rupanya, tetapi hatinya baik, suka
menolong dan sebagainya. Tujuan pembelajaran ini, guru ingin menanamkan rasa
saling tolong menolong, tidak membeda-bedakan teman. Cerita untuk program
pembuka dan penutup, disampaikan pada kegiatan inti dan penutup yang
menyampaikan adalah anak, seorang guru hanya memberikan stimulasi, misalnya
dalam kegiatan berbagi cerita tentang pengalaman naik sepeda dan sebagainya.
Sedangkan cerita untuk tujuan rekreasi pada akhir program, cerita ini disampaikan
oleh anak setelah liburan sekolah. Untuk jenis cerita anak yang banyak disukai
adalah cerita fable karena anak sedang senang dengan binatang-binatang
peliharaan.
3) Pengelolaan kelas untuk bercerita
Pengelolaan kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas
pengelolaan kelas dengan baik seorang guru perlu memperhatikan aspek-aspek
pengelolaan kelas Tampubolon, (1991 : 29) yang terdiri: “Pengorganisasian siswa,
penugasan kelas, disiplin kelas dan pembimbingan siswa”.
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a) Pengorganisasian siswa
Bentuk pengelompokan anak-anak yang akan dilibatkan atau diajak berinteraksi
dalam penceritaan terlebih dahulu guna mengetahui hubungan sosial antar anak
dalam kelas.
b) Penugasan kelas
Dalam kegiatan bercerita, penugasan kelas dapat dilakukan dengan meminta anak-
anak untuk mencari tokoh utama dalam cerita mengingatnya dan menyebutkan
kembali sifat-sifatnya. Tentunya tugas tersebut dikomunikasikan terlebih dahulu
sebelum penceritaan berlangsung.
c) Disiplin kelas
Dalam kegiatan bercerita di Paud, bentuk-bentuk disiplin kelas tentu harus
disesuaikan dengan karakteristik anak usia dini. Dalam melakukan peceritaannya
seorang guru tetap perlu menenangkan muridnya untuk mendengarkan pesan
melalui ceritanya. Proses menenangkan murid perlu dilakukan dengan cara
mendidik, tidak disertai dengan ancaman dilakuan dengan mengikat perhatian
mereka melalui cerita yang disajikan dengan menarik sehingga tidak membuat
anak sibuk sendiri.
d) Pembimbingan siswa
Dalam kegiatan bercerita, bimbingan yang diperlukan dapat berbentuk pemberian
informasi sejelas-jelasnya tentang proses dan tujuan cerita yang akan disampaikan
serta kemungkinan permasalahan yang muncul dalam memahami pembelajaran
yang akan diikutinya.
2) Pengelolaan tempat untuk bercerita
Banyak cara pengelolaan tempat untuk bercerita menurut Tampubolon, (1991 :
17) yang terdiri dari: “penataan tempat untuk bercerita, posisi media, penataan
ruang cerita dan strategi penyampaian cerita untuk anak”.
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a) Penataan tempat untuk bercerita
Tempat duduk sisa dalam kegiatan bercerita perlu mendapatkan perhatian yang
serius. Sebab tempat duduk berkaitan dengan banyak hal. Keterkaitan itu adalah
interaksi guru dan siswa, karakteristik materi penceritaan, media pembelajaran
yang digunakan dalam penceritaan.Oleh karena, itu tempat duduk siswa sangat
berpengaruh dalam keberhasilan kegiatan bercerita. Aktifitas bercerita tidak harus
dilakukan didalam kelas, kegiatan bercerita dapat dilakukan dimanapun asal
memenuhi kriteria kebersihan, keamanan dan kenyamanan. Jika jumlah anak
sedikit, bercerita dapat dilakukan diberbagai tempat seperti di teras, di bawah
pohon, dan lain sebagainya. Pada prinsipnya yang penting tempat tersebut dapat
menampung semua anak, teduh, bersih dan aman. Apabila jumlah anak relatif
banyak sebaiknya dipilih tempat yang lebih luas. Ruang kelas merupakan tempat
yang paling representative (memenuhi persyaratan) yang lebih baik lagi apabila
cerita yang disampaikan ditempat yang berkaitan.
b) Posisi media
Penempatan dalam ruangan perlu memperhatikan beberapa aspek. Keterjangkauan
menjadi prioritas bahwa semua media yang akan dipakai mudah dijangkau oleh
guru sehingga tidak mengganggu proses penceritaan. Aspek lain yang perlu
diperhatikan adalah keselamatan media terhadap kemungkinan gangguan yang
muncul berasal dari murid-murid sendiri. Untuk itu yang perlu dilakukan adalah
peraturan akan murid, guru dan media dengan baik.
c) Penataan Ruang Cerita
Kegiatan bercerita di Paud dapat dilakukan dimana saja. Pelaksanaanya dapat
dilakukan didalam maupun diluar kelas. Jika penceritaan dilakukan di dalam
kelas, maka kelas perlu dtata untuk memberikan dukungan penceritaan. Penataan
tersebut meliputi ventilasi, tata cahaya dan tata warna. Sedangkan penataan yang
dilakukan di luar kelas membutuhkan beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti
kesesuaian tuntutan cerita, keamanan dan kenyamanan.
4) Strategi Penyampain cerita untuk anak
Kegiatan bercerita di sekolah dapat dilakukan dengan baik, apabila sebelumnya
dipersiapkan terlebih dahulu, tidak hanya itu saja peran seorang guru disini juga
sangat berperan penting, untuk memberikan suasana yang menyenangkan agar
anak dalam mendengarkan cerita atau bercerita dengan hati yang senang. Karena
pada prinsipnya belajar di Paud itu belajar sambil bermain. Oleh karena itu
seorang guru harus mempunyai metode yang tepat dalam menyampaikan kegiatan
bercerita, strategi tersebut Tampubolon, (1991 : 18) yang terdiri dari: ”strategi
storytelling, strategi reproduksi cerita dan strategi simulasi kreatif.”
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a) Strategi Storytelling
Straregi Storytelling merupakan penceritaan cerita yang dilakukan secara
terencana dengan menggunakan boneka, atau benda-benda visual, metode ini
bertujuan untuk menghasilkan kemampuan berbahasa anak. Penggunaan metode
ini dibutuhkan untuk melatih dan membentuk ketrampilan berbicara,
pengembangkan daya nalar, dan pengembanangkan imajinasi anak. Metode ini
contohnya seperti metode sandiwara boneka, metode bermain peran, metode
bercakap-cakap dan metode tanya jawab.
b) Strategi Reproduksi Cerita
Strategi reproduksi cerita adalah kegiatan belajar mengajar bercerita kembali
cerita yang didengar. Tujuan kegiatan ini sama dengan tujuan straregi
Storytelling. Strategi ini dimulai setelah guru bercerita,kemudian anak diminta
menceritakan cerita itu sesuai dengan daya tangkap anak.
c) Strategi Simulasi Kreatif
Strategi simulasi kreatif dilaksanakan untuk memanipulasi kegiatan belajar sambil
bermain dari penggalan dialog cerita atau bermain peran membawakan tokoh-
tokoh dalam cerita.
2.3. Bercerita Untuk Meningkatkan Kosakata Anak
Menurut (Dhieni, dkk 2008 :6.4), bercerita adalah kegiatan yang dilakukan
oleh guru kepada anak didik untuk menyampaikan materi pembelajaran dengan
menarik. Jadi dari metode dan bercerita dapat disimpulkan metode bercerita
adalah cara penyajian cerita itu harus menarik perhatian dan salah satu cara
meneruskan warisan budaya. Sedangkan metode bercerita adalah merupakan salah
satu pemberian pengembangan belajar bagi anak PAUD dengan membawakan
cerita kepada anak secara lisan dengan bentuk buku cerita yang gambarnya harus
menarik dan mengundang perhatian anak. Pelaksanaan metode bercerita dalam
upaya memperkenalkan, memberikan keterangan atau penjelasan tentang hal baru
dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat meningkatkan kosakata
anak, karena bercerita adalah suatu yang mengasyikkan
BAB III.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Rencana Penelitian
Rencana dalam penelitian ini meliputi :
1. Pada penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK)
yang sifat penelitiannya yaitu penelitian secara deskriptif kualitatif.
2. Penelitian ini dilaksanakan di PAUD Mawar Hidayah Katapang
3. Subyek penelitian pada PTK ini adalah anak usia 3-4 tahun di
PAUD Mawar Hidayah Katapang yang berjumlah 20 orang.
Terdiri dari 8 laki-laki dan 12 perempuan.
4. Penelitian direncanakan berlangsung selama dua minggu. Setiap
siklus berlangsung satu minggu dan siklus dilakukan sebanyak dua
kali.
5. Sumber data dalam hal penelitian ini atas beberapa sumber yaitu
anak, dan guru.
6. Siklus penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui 2 siklus.
3.2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk menyesuaikan dengan variabel yang terdapat dalam judul
penelitian maka teknik pengumpulan data yang dipakai adalah:
1. Obsevasi
Observasi memiliki manfaat sebagai berikut :
a. Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami
konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat
diperoleh pandangan dan holistik.
b. Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung.
c. Dengan observasi, penelitiantidak melihat hal-hal yang kurangatau
tidak diamati orang lain.
d. Dengan observasi, penelitian memperoleh gambaran yang lebih
komperhensif dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.
e. Jenis observasi ini dilakukan karena penelitian terlibat langsung
dengan kegiatan sehari-hari dengan subjek yang sedang diamati atau
yang digunakan sebagai sumber data penelitian dan dalam observasi
ini peneliti ikut dan juga terlibat dengan subjek.
2. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2010 :240), mengatakan bahwa dokumen
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku. Dokumen bias berbentuk
tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah
kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang
berbentuk gambar, misalnya foto,gambar hidup, sketsa dan lain-lain.
Adapun metode dokumentasi yang dipakai dalam penelitian ini yaitu
dengan cara mendokumentasikan kegiatan
anak yang berkaitan dengan penggunaan metode bercerita untuk
menigkatkan kosakata anak. Dan juga RKH peneliti yang berkaitan
dengan kegiatan bercerita pada anak usia 3-4 tahun pada PAUD Mawar
Hidayah Katapang.
3.3. Teknik Analisis Data
Peneliti menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif,
yaitu data yang berupa informasi yang berbentuk kalimat yang memberi
gambaran tentang ekspresi anak berkaitan dengan tingkat pemahaman
terhadap suatu materi belajar, Dalam analisis penilaian kinerja anak yang
diamati meliputi: aktivitas anak dalam mengajukan pertanyaan, menjawab
pertanyaan, atau menanggapi, menyampaikan ide atau pendapat,
mendengarkan secara aktif, pandangan atau sikap anak terhadap strategi
belajar yang baru (afektif), aktivitas anak mengikuti pelajaran, perhatian,
antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar, dan sejenisnya
dapat dianalisis secara kualitatif. Analisis ini digunakan untuk mengetahui
nilai keseluruhan yang diperoleh anak yang dinyatakan dengan persentase
(%) yang dihitung dengan rumus :
Keterangan:
P = Persentase
F = Nilai keseluruhan yang diperoleh tiap anak
N = Skor maksimal dikalikan jumlah anak
Untuk mengetahui persentase tersebut digunakan kriteria sebagai berikut :
1. 76 % - 100% = Sangat Baik
2. 56 % - 75 % = Baik
3. 41 % - 55 % = Cukup
4. 0 % - 40 % = Kurang
Adapun data tentang lembar aktivitas guru dan anak menggunakan rumus :
Nilai=( jumlahskor yamg diperoleh ) x100 %
JumlahSkor Maksimal
1 = Kurang 3 = Baik 2 = Cukup 4 = Sangat Baik (Arikunto, 2010 : 271).
Keberhasilan : Jika aktivitas guru dan anak mencapai 80 %.
Untuk memperoleh nilai klasikal digunakna rumus :
Nilai=( jumlahTuntas Siswaindividual ) x 100 %
Jumlah seluruh skor
3.4. Instrumen Penelitian
Menetapkan variabel-variabel yang akan dilakukan penilaian hasil belajar
a. Kemampuan berbahasa anak
b. Kegiatan belajar dengan bercerita
c. Menentukan aspek pencapaian
3.5. Jadwal Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan dalam rentang
waktu 2 minggu yang akan dilakukan kepada siswa PAUD Mawar
Hidayah Katapang Soreang Kelas A. Dengan jumlah siswa 20 Orang
yang terdiri dari 8 siswa laki-laki, 12 orang siswa Perempuan, dan
akan dimulai dari tanggal s.d .... kegiatan Penelitian ini dilakukan
melalui dua tahap yang dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tanggal/waktu Siklus Kegiatan
I
Tahap Perencanaan
Tahap Pelaksanaan
Tahap Refleksi
Tahap Revisi
II
Tahap Perencanaan
Tahap Pelaksanaan
Tahap Refleksi
Tahap Revisi
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. dkk.2006. Penelitian Tindakan Kelas .Jakarta : Bumi
Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2010.Manajemen Penelitian. Jakarta :
Depdiknas, 2000. Permainan Membaca Dan Menulis taman Kanak-Kanak .
Jakarta :
Dhinie Nurbianii, dkk. 2008. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional
Handayani, Eko. 2007. Psikologi Perkembangan Anak. Universitas Terbuka.
Rini Hildayani, dkk Metode Pengajaran di TK. Jakarta
Rineke Cipta.Moleong, lexy J. 2009.Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT Remaja Rosakarya.
Mustakim, Nur, Muh. 2005. Peran Cerita dalam Pembentukan Perkembangan
anak TK.Jakarta: Depdiknas.
Musfiroh, Takdiroatun, M. 2005.Bercerita untuk Anak Usia Dini.Jakarta :
Depdiknas.