PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

200
PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN DAKWAH PASCA REFORMASI (Studi Kasus Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Provinsi Jawa Barat) Tesis Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Dalam Bidang Dakwah dan Komunikasi Oleh: ALIF FAHLEFI NIM: 99.2.00.1.07.01.0161 Pembimbing: Prof. Dr. H.M. Yunan Yusuf, MA Dr. A. Wahib Mu’thi KONSENTRASI DAKWAH DAN KOMUNIKASI SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2007-2008

Transcript of PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

Page 1: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMENDALAM KEGIATAN DAKWAH PASCA REFORMASI

(Studi Kasus Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Provinsi Jawa Barat)

Tesis

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar MagisterDalam Bidang Dakwah dan Komunikasi

Oleh:ALIF FAHLEFI

NIM: 99.2.00.1.07.01.0161

Pembimbing:Prof. Dr. H.M. Yunan Yusuf, MA

Dr. A. Wahib Mu’thi

KONSENTRASI DAKWAH DAN KOMUNIKASISEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA2007-2008

Page 2: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul “PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN

DALAM KEGIATAN DAKWAH PASCA REFORMASI (Studi Kasus

Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Jawa Barat)” yang ditulis oleh Alif

Fahlefi dengan nomor NIM: 99.2.00.1.07.01.0161 disetujui untuk diajukan ke

sidang ujian tesis.

Pembimbing I, Pembimbing, II

Prof. Dr. H.M. Yunan Yusuf, MA Dr. A. Wahib Mu’thi

Tanggal: Tanggal:

Page 3: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

PERSETUJUAN PENGUJI

Tesis dengan judul “PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN

DALAM KEGIATAN DAKWAH PASCA REFORMASI (Studi Kasus

Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Jawa Barat)” yang ditulis oleh Alif

Fahlefi dengan nomor NIM: 99.2.00.1.07.01.0161 disetujui untuk diajukan ke

sidang ujian tesis.

Penguji I, Penguji II, Penguji, III

Page 4: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

PENGESAHAN

Tesis dengan judul “PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN

DALAM KEGIATAN DAKWAH PASCA REFORMASI (Studi Kasus

Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Provinsi Jawa Barat)” yang ditulis oleh

Alif Fahlefi dengan nomor NIM: 99.2.00.1.07.01.0161, telah diujikan pada

tanggal 27 Maret 2008 dan telah direvisi untuk selanjutnya diberikan persetujuan

akhir dari tim penguji.

Ketua Sidang,

Dr. Fuad Jabali, MA

Tanggal:

Penguji, I Penguji, II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA

Tanggal: Tanggal:

Pembimbing, I Pembimbing, II

Prof. Dr. H. M. Yunan Yusuf, MA Dr. A. Wahib Mu’thi

Tanggal: Tanggal:

Page 5: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN DAKWAH PASCA REFORMASI

(Studi Kasus Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Provinsi Jawa Barat)

Tesis

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar MagisterDalam Bidang Dakwah dan Komunikasi

Oleh:ALIF FAHLEFI

NIM: 99.2.00.1.07.01.0161

Pembimbing:Prof. Dr. H. M. Yunan Yusuf, MA

Dr. A. Wahib Mu’thi

KONSENTRASI DAKWAH DAN KOMUNIKASISEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM

NEGERI (UIN)JAKARTA

2008

Page 6: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

memberikan kekuatan lahiriyah dan bathiniyah, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini. Shalawat serta salam tidak lupa penulis haturkan

kepada kepada Basyarun la kalbasyar, yaitu, nabi Muhammad SAW.

Dalam penulisan tesis ini, penulis telah banyak mendapatkan pelajaran

yang sangat berharga baik yang berupa keberanian, keuletan dan kesabaran,

serta pengetahuan tentang bagaimana seharusnya menjadikan diri untuk secara

konsisten mendalami keilmuan atau bidang tertentu, yang secara tidak

langsung bukan hanya untuk diri penulis sendiri tetapi juga untuk orang lain,

agar apa yang penulis dapatkan melalui bimbingan para dosen memiliki atsar

atau bekas, sebagai bekal dikemudian hari.

Oleh karena itu, penulis haturkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Yunan Yusuf, MA, selaku dosen pembimbing I.

Selama dalam penulisan tesis, banyak hal yang penulis dapatkan dari

beliau yang berupa pendidikan dan pelajara yang sangat berharga,

terutama mengenai konsistensi menjadi seorang penulis dan peneliti, yang

memerlukan kesabaran dan keuletan dalam melakukan penulisan tersebut.

Dengan kesabaran dan kebaikannya, beliau telah memberikan waktu yang

begitu banyak, sehingga dengan rasa Syukur kepada Allah penulisan tesis

ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Dr. Wahib Mu’thi, selaku dosen pembimbing II. Beliau adalah

seorang yang baik budi. Sewaktu penulis mendapatkan kesulitan dalam

penulisan tesis ini, beliau telah memberikan solusi yang terbaik, sehingga

dalam penulisan tesis ini penulis telah mendapatkan motivasi, seakan

memberikan titik api yang penulis rasakan terkadang redup kemudian

kembali berkobar.

3. Bapak Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, selaku Rektor Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

4. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA, selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Kedua orang tuaku yang tercinta, Bapak H. Karman dan Ibu Hj. Arsiah.

6. Istriku yang tercinta Imas Masniyati, yang begitu sabar dalam menjaga

keutuhan dan kebahagian rumah tangga.

7. Penghargaan yang setinggi-tingginya, kepada kakakku Nuryasin, A.Md,

yang telah mendukung dalam pengambilan perkuliahan program magister

ini.

8. Anakku yang tercinta Sayyid Agil fahlefi dan Abu Yazid Fahlefi

9. Bagian administrasi Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta

Untuk kesemuanya itu, penulis hanya dapat menyerahkan kepada

Tuhanku yang Maha Adil yang akan membalas semua kebaikan mereka.

Akhirnya, penulis menyadari akan adanya kekurangan dan

kesalahan yang memerlukan perbaikan dan kesempurnaan. Dengan

demikian penulis mengharapkan saran-saran yang dapat menyempurkan

tesis ini. Dengan harapan semoga tesis ini dapat bermanfaat terutama

untuk meningkatkan kegiatan dakwah secara efektif, serta dapat menjadi

bagian dari sumbangsi akademis dalam Program Studi Pengkajian Islam,

terutama pada konsentrasi Dakwah dan Komunikasi.

Jakarta, 06 Desember

2006

Penulis

Page 8: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

ABSTRAK

Dakwah yang mengandung pengertian mengajak kepada kebaikan

sesuai dengan aturan Al-Qur’an dan As-Sunnah, adalah merupakan perintah

Tuhan yang diwajibkan bagi setiap umat Islam. Perintah dakwah pada

dasarnya merupakan bagian dari usaha atau sebagai upaya manusia dalam

mencapai hubungan yang lebih dekat dengan Tuhannya. Seperti halnya para

nabi, kegiatan dakwah yang dilakukan merupakan bagian dari usaha untuk

liraf’i al-darajat atau meningkatkan derajat kenabiannya.

Namun demikian, tugas dakwah yang dianggap sebagai tugas suci itu,

tidaklah cukup dengan hanya memberikan wejangan-wejangan atau nasihat-

nasihat tanpa memperhatikan efektivitasnya. Manajemen yang dianggap

sebagai ilmu, seni atau apapun dia, di dalamnya terdapat cara-cara untuk

mencapai tujuan dalam suatu kegiatan, agar kegiatan tersebut berjalan lebih

baik sesuai dengan yang diharapkan. Cara-cara atau proses dalam mencapai

tujuan itu, dikenal dalam ilmu manajemen dengan istilah fungsi manajemen

yaitu, planning (perencanaan), organizing (pengelompokkan), staffing

(kepegawaian), motivating (pengarahan) dan controlling (pengawasan).

Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) yang lebih dikenal dengan

nama Dewan Dakwah, adalah merupakan organisasi yang sangat konsen

terhadap kegiatan dakwah khususnya di Indonesia. Lembaga dakwah tersebut

telah mempunyai perwakilan-perwakilan diberbagai daerah di Indonesia dan

salah satunya adalah di Provinsi Jawa Barat.

Page 9: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

Tesis ini akan meneliti hal-hal tersebut di atas, yakni apa saja fungsi-

fungsi manajemen dakwah Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII)

Provinsi Jawa Barat ?, apakah mereka telah menerapkan fungsi-fungsi

manajemen tersebut dalam kegiatan dakwahnya ?, dan bagaimana proses

penerapannya ?.

Kesimpulan Tesis

Tesis ini memberikan penjelasan bahwa, Dewan Dakwah Islamiyah

Indonesia (DDII) Provinsi Jawa Barat tidak atau belum menerapkan fungsi-

fungsi manajemen dalam kegiatan dakwahnya.

Hal tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian terhadap 135

responden yang menunjukkan:

1. Organizing (pembagian kerja berdasarkan keahlian), 40% yang menjawab

”Ya” atau sudah dilaksanakan dengan baik dan 60% ”Tidak” atau belum

dilaksanakan dengan baik. Staffing (perekrutan dan seleksi para pegawai)

49,2% yang menjawab ”Ya” atau sudah dilakukan dan 50,8% yang

menjawab ”Tidak” atau belum dilakukan. Motivating (pengarahan) 30%

yang menjawab ”Ya” dan 70% yang menjawab ”Tidak” atau belum

diakukan. Controlling (pengawasan yang berupa tindakan korektif dan

evaluasi), 40% yang menjawab ”Ya” atau sudah dilaksanakan dengan baik

dan 60% yang menjawab ”Tidak” atau belum dilaksanakan dengan baik.

2. Akar masalah ”Tidak” atau belum dilaksanakannya fungsi-fungsi

manajemen dalam kegiatan dakwah Provinsi Jawa Barat dengan baik

adalah, karena disebabkan oleh para pengurus yang lebih disibukkan

Page 10: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

dengan kegiatan masing-masing pengurus atau para da’i, seperti

terlibatnya dalam kegiatan kepartaian dan adanya pengurus yang masuk

anggota DPRD.

Ini merupakan esensi dari permasalahan tidak atau belum dilaksanakannya

fungsi-fungsi manajemen oleh Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat

dengan baik, sehingga terjadi perbedaan antara yang ideal dengan realisasi.

Metode Yang Digunakan.

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, penulisan atau penelitian

tesis ini dengan menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu metode

penelitian yang bertujuan untuk meneliti fenomena sosial atau keagamaan

dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variable yang akan diteliti. Atau

membuat sesuatu yang kompleks yang sulit dimengerti, menjadi sesuatu yang

dapat dimengerti dengan menguraikan menjadi sebuah komponen-komponen.

Berdasarkan sumber datanya, penelitian ini dengan menggunakan metode

penelitian lapangan atau studi kasus, yaitu suatu penelitian yang menggunakan

pendekatan atau penelaahannya pada suatu kasus, yang dilakukan secara

intensif dan mendalam. Sedangkan berdasarkan proses penelitiannya, dengan

menggunakan metode kualitatif, yaitu suatu metode yang tidak selalu mencari

sebab-akibat sesuatu, tetapi juga berupaya memahami situasi tertentu dan

menginterpretasikan masalahnya.

Sedangkan untuk teknik analisis data langkah-langkah yang diambil

yaitu:

Page 11: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

1. menyusun data-data atau kata-kata dari hasil wawancara, record (bukti

catatan) dan dokumen-dokumen berdasarkan katagorisasi. Data ini tidak

dianggap sebagai error reality (data yang dipersalahkan) tetapi another

reality (apa adanya).

2. Berdasarkan katagorisasi, dicari makna dan inferensi (kesimpulan)

3. Untuk menghilangkan subjektifitas si pelaku, maka dilakukan

pengecekkan terhadap objek lain mengenai hal yang sama dengan melalui

angket. Metode ini dinamakan dengan metode triangulasi, yaitu suatu

metode dengan mencocokkan antara hasil-hasil yang telah didapatkan

melalui studi dokumenter, wawancara, angket dan hasil observasi di

lapangan.

Page 12: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

ABSTRACT

Dakwah or acussation that has understanding “call or invite” to the

good as Al-Qur’an and As-sunnah rools, is the instruction of god that has been

obliged for every Moslems. The instruction of acussation, realy is part of

humanbeing effort in reaching relationship with their god. As Prophets,

acussation activities were done as part of effort for “liraf’i ad-darajat” or

increase prophets level.

Nevertheless, the duty of acussation that considered as the holy effort,

is not enough by just giving the advices without paying attention the

efectivity. The management is considered as the science and art, there are the

methods to increase the purpose in an activity, in order tobe effective and as

the hope. The methods or increasing process the purpose, are known in the

management science by the name management functions are, planning,

organizing, staffing, motivating and controlling.

Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) that was known as Dewan

Dakwah, is the organization verry consistent for the acussation activity

specially in Indonesia. That acussation institution has the representations in

every region in Indonesia and one of it is in west Java Province.

This thesis will discuss about it, such as everything else the

management functions of Dewan Dakwah West Java Province ?, have they

used the functions of management in their acussation activities ? and how do

they process ?.

Page 13: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

The Conclusion

This thesis gives the explanation that, Dewan Dakwah Islamiyah

Indonesia (DDII) West Java Province did not used the functions of

management in their acussation activity.

It has been proved by the research result to 135 respondence that

explans:

1. Organizing (Jobs organizing based on the talent), 40% answer ”Yes” or

has been done as good as possible and 60% ”No” or did not practiced

goodly. Staffing (recruitment and officials selection) 49,2% answer ”Yes”

or has been done and 50,8% ”No” or did not practiced. Motivating

(direction) 30% answer ”Yes” or has been done and 70% ”No” or did not

practiced. Controlling (controlling as corrective action and evaluatioan),

40% answer ”Yes” or has been done as good as possible and 60% ”No” or

did not practiced as good as possible.

2. The sourch of problem ”No” or did not practiced functions of management

in the acussation activity West Java Province is because of the officials

were busied by the every work from the officials and the caller or inviter,

such as the party and there are the officials are DPRD team.

This is the essential of problem “No” or it did not practiced the

management functions by the Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia goodly,

so there is the difference between the ideal and the reality.

Page 14: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

The Methode Was Used

Based on the aim will be reached, writing or research this thesis by the

description methode, is the research methode has the aim to research social

phenomenon or religion by description every variable will be researched. Or

make the difficulties to understand, becomes easy tobe understood. Base on

the data source, this research by the field research methode, is the research for

some problems will be understood deepenly. And based on researching

process, by using the qualitative methode, the methode does not just for

looking for the cause and effect, but looking for the situation understanding

and interpreting the problem.

For the data analysis the methodes are:

1. Arrange the datas or the words from the interview, record and the

documents based on word for word. This data is not error reality but

another reality

2. Based on word for word is looked for the inference

3. for losing the subjectivity, so it was crossed chect to the another object

about the same problem by the questionnaire . this methode namely is

triangulasi methode, is a methode by adapt between the results have been

found from the document study, interview, questionnaire and observation

in the field

Page 15: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap

penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam kegiatan dakwah pasca

reformasi, yang telah dilakukan oleh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

(DDII) Provinsi Jawa Barat, dapat dideskripsikan atau digambarkan

sebagai berikut:

a. Perencanaan, perencanaan jangka panjang dan jangka pendek, sudah

berjalan dengan baik karena sudah terealisasi 60 %

b. Pembagian kerja dan keahlian belum dilaksanakan dengan baik,

karena hanya terealisasi 43,7 %

Page 16: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

c. Koordinasi antara para pegawai atau da’i belum berjalan dengan

baik sebagaimana mestinya, karena baru terealisasi 33,3 %

d. Perekrutan dan seleksi para pegawai belum dilaksanakan dengan

baik, karena terealisasi 49,6 %

e. Pengarahan belum berjalan dengan baik, karena baru terealisasi 33,3

%

f. Pengawasan dan tindakan korektif, belum dilakukan dengan baik

karena baru terealisasi 39,2 %

g. Evaluasi belum dilaksanakan dengan baik, karena baru terealisasi

44,4 %

Dengan gambaran di atas, maka penerapan fungsi-fungsi

manajemen dalam kegiatan dakwah yang telah dilakukan oleh Dewan

Dakwah Islamiyah Indonesia Provinsi Jawa Barat dapat disimpulkan

sebagai berikut:

3. Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Provinsi Jawa Barat, hanya

menerapkan pada Fungsi manajemen yang pertama yaitu planning

(perencanaan), karena responden yang memilih ”Ya” berjumlah 81

orang, lebih banyak dari responden yang menjawab ”Tidak” atau

belum dilaksanakan dengan jumlah responden 51 orang.

4. Pada penerapan fungsi-fungsi manajemen yang lainnya, seperti

organizing (pembagian kerja berdasarkan keahlian dan koordinasi

antara para pegawai atau da’i), staffing (perekrutan dan seleksi para

pegawai), motivating (pengarahan) serta controlling (pengawasan yang

berupa tindakan korektif dan evaluasi), belum dilaksanakan dengan

baik. Karena jumlah responden yang memilih ”Ya” atau sudah

dilaksanakan dengan baik lebih sedikit yaitu 58,4% dengan

responden yang menjawab ”Tidak” atau belum dilaksanakan dengan

baik yaitu berjumlah 76,6%

5. Yang paling rendah nilainya di antara fungsi-fungsi manajemen yang

belum diterapkan oleh Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat dengan

Page 17: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

baik adalah organizing atau pengorganisasian, yaitu dalam hal

koordinasi antara para pegawai.

6. Secara keseluruhan, kesimpulan tentang penerapan fungsi-fungsi

manajemen dalam kegiatan dakwah yang telah dilakukan oleh Dewan

Dakwah Provinsi Jawa Barat pasca reformasi belum dilaksanakan

dengan baik, karena baru terlaksana 43,3 %

7. Akar masalah ”Tidak” atau belum dilaksanakannya fungsi-fungsi

manajemen dalam kegiatan dakwah Provinsi Jawa Barat dengan

baik, karena disebabkan oleh para pengurus yang lebih disibukkan

dengan kegiatan masing-masing pengurus atau para da’i, seperti

terlibatnya dalam kegiatan kepartaian, adanya pengurus yang masuk

anggota DPRD dan lain sebagainya.

Ini merupakan esensi dari permasalahan tidak atau belum

dilaksanakannya fungsi-fungsi manajemen oleh Dewan Dakwah

Provinsi Jawa Barat dengan baik, sehingga terjadi perbedaan antara

yang ideal dengan realisasi.

Metode Yang Digunakan.

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, penulisan atau

penelitian tesis ini dengan menggunakan metode penelitian deskriptif,

yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk meneliti fenomena social

atau keagamaan dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variable yang

akan diteliti. Atau membuat sesuatu yang kompleks yang sulit

dimengerti, menjadi sesuatu yang dapat dimengerti dengan menguraikan

menjadi sebuah komponen-komponen. Berdasarkan sumber datanya,

penelitian ini dengan menggunakan metode penelitian lapangan atau

studi kasus, yaitu suatu penelitian yang menggunakan pendekatan atau

penelaahannya pada suatu kasus, yang dilakukan secara intensif dan

mendalam. Sedangkan berdasarkan proses penelitiannya, dengan

menggunakan metode kualitatif, yaitu suatu metode yang tidak selalu

Page 18: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

mencari sebab-akibat sesuatu, tetapi juga berupaya memahami situasi

tertentu dan menginterpretasikan masalahnya.

Data-data yang telah diambil dalam penelitian tesis ini yaitu dari

sumber primer, yang terdiri dari hasil wawancara, angket, observasi.

Dan yang kedua sumber sekunder (studi dokumenter), yaitu cara

pengumpulan data dengan melalui peninggalan tertulis

Sedangkan untuk teknik analisis data langkah-langkah yang

diambil yaitu:

3. menyusun data-data atau kata-kata dari hasil wawancara, record

(bukti catatan) dan dokumen-dokumen berdasarkan katagorisasi.

Data ini tidak dianggap sebagai error reality (data yang

dipersalahkan) tetapi another reality (apa adanya).

4. Berdasarkan katagorisasi, dicari makna dan inferensi

(kesimpulan)

5. Untuk menghilangkan subjektifitas si pelaku, maka dilakukan

pengecekkan terhadap objek lain mengenai hal yang sama dengan

melalui angket. Metode ini dinamakan dengan metode triangulasi,

yaitu suatu metode dengan mencocokkan antara hasil-hasil yang telah

didapatkan melalui studi dokumenter, wawancara, angket dan hasil

observasi di lapangan.

Page 19: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

D. Signifikansi Penelitian

E. Tinjauan Pustaka

F. Sistematika Penulisan

BAB II : LANDASAN TEORI

A. Manajemen

1. Pengertian Manajemen

2. Fungsi-fungsi Manajemen

B. Manajemen Dakwah

C. Sejarah Perkembangan dan Timbulnya Teori Manajemen

D. Teori Manajemen Klasik

E. Teori Manajemen Ilmiah

Page 20: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

BAB III : METODELOGI PENELITIAN

A. Metode dan Objek Penelitian

B. Teknik Pengumpulan Data

C. Teknik Analisis Data

BAB IV : GAMBARAN UMUM DEWAN DAKWAH ISLAMIYAH

INDONESIA

( DDII )

A. Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia ( DDII ) Pusat

1. Sejarah Berdirinya

2. Organisasi dan Kepengurusan DDII

3. Visi dan Misi Dewan Dakwah

B. Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia ( DDII ) Provinsi Jawa

Barat

1. Struktur Organisasi DDII Provinsi Jawa Barat

2. Tugas dan Fungsi Personalia

3. Sejarah Berdirinya

BAB V : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan Fungsi-fungsi Manajemen Dalam Kegiatan

Dakwah DDII Provinsi Jawa Barat Pasca Reformasi

1. Perencanaan (Planning)

2. Pengorganisasian (Organizing)

Page 21: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

3. Kepegawaian (Staffing)

4. Pengarahan (Motivating)

5. Pengawasan (Controlling)

B. Analisis Pelaksanaan Fungsi-fungsi Manajemen Dalam

Kegiatan Dakwah DDII Provinsi Jawa Barat Pasca Reformasi

1. Analisis Fungsi Perencanaan

2. Analisis Fungsi Pengorganisasian

3. Analisis Fungsi Kepegawaian

4. Analisis Fungsi Pengarahan

5. Analisis Fungsi Pengawasan

C. Faktor Pendukung dan Penghambat

D. Analisis SWOT Kegiatan Dakwah DDII Jawa Barat

BAB VI : PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran-saran

Page 22: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Mas’oed, H., Islam Dalam Pelukan Muhtadin Mentawai: 30 Tahun Perjalanan Dakwah Ila’llah Mentawai Menggapai Cahaya Iman, (Jakarta: Biro Khusus Dakwah Mentawai DDII 1997), cet. Ke-1,

Abu Bakar, Hasanuddin, Dt. Rajo Angek, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Visi dan Missi, (Jakarta: Dewan Dakwah, 2000)

A.F. Stoner, James., Manajemen, (Jakarta: PT. Midas Surya Grafindo, 1988), cet. Ke-2, Pengantar Manajemen Umum, (Jakarta: Gunadarma, 1991), cet. Ke-1

Ahmad, Amrullah, Dakwah Islam Sebagai Ilmu, Sebuah Pendekatan Epistimologi Islam, Makalah Simposium di Fakultas Dakwah IAIN Sunan Kalijaga, 14 Desember 1995

Alijoyo, Antonius., Enterprise Risk Management Pendekatan Praktis,(Jakarta: PT. Ray Indonesia, 2005), cet. Ke-I

Alwasilah, A. Chaedar, Pokoknya Kualitatif, Dasar-dasar Merancang dan Melakukan penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 2006), cet. Ketiga

Busyairi, Badruzzaman : Catatan Perjuangan H.M. Yunan Nasution, (Jakarta: PT. Pustaka Panjimas, 1989), cet. I

Page 23: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), cet.Ke-3

Dewan Dakwah Pusat, Selayang Pandang Dewan Dakwah Islamiyan Indonesia, (Jakarta: Dewan Dakwah)

, , Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan,

(Dewan Dakwah: Jakarta, 2000), vol. 2. no. 1 Juli

Echols, John, M., dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1990), cet. Ke-XIX.

Evison, Alan, Oxford Learner’s Pocket Dictionary, (Hongkong: Oxford University Press, 1987), cet. Ke-6

Habib, M. Syafa’at, Buku Pedoman Da’wah, (Jakarta: PT. Bumirestu, 1982),

cet. ke-1

Hakiem, Lukman dan Tamsil Linrung, Menunaikan Panggilan Risalah Dokumentasi Perjalanan 30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, (Jakarta: Media Dakwah, 1997)

Handoko, T. Hani, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 1997), cet. ke-11

Husin, Asna, “Phylosophical and Sociological Aspect of Da’wah: Study of Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia”, Disertasi (Colombia: Colombia University, 1998)

Koontz, Harold dan Cyril O’donnell, Prinsip-prinsip Manajemen: Suatu Analisa Mengenai Fungsi-fungsi Managerial, (Jakarta: Bhratara, 1966), Jilid 1

Luth, Thohir, M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), cet. Ke-1

Ma’luf, Luwais, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-I’lam, (Beirut: Daaru al-Masyrik,1992), cet. XXXIII.

M. Arifin, Tatang, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995)

Moleong, Lexy J, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), cet. Ke-23

Page 24: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), cet. Ke-13

Muchtarom, Zaini, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-Amin dan IKFA, 1996), cet. ke-1

Mukhyi, M.A, Pengantar Manajemen Umum, (Jakarta: Gunadarma, 1991),

cet. Ke-1

M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2006), cet. Ke-1

Nasution, Mulia, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Djambatan, 1196)

Nawawi, H. Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995), cet. Ke-7

P. Robbins, Stephen., dan Mary Coulter, Management, Sixth Edition(Terjemahan), (PT. Prenhallindo: Jakarta, 1999)

, Perilaku Organisasi Seventh Edition, (PT. Prenhallindo:

Jakarta:1996)

Pujaatmaka, Hadyana, Perilaku Organisasi, (PT. Prenhallindo: Jakarta:1996)

Rahardjo, M. Dawam, Intelektual, Inteligensia dan Prilaku Politik Bangsa: Risalah Cendekiawan Muslim, (Bandung: Mizan, 1993), cet. Ke-1

Rahmat, Jalaluddin, Islam Alternatif, (Bandung: Mizan, 1986), cet.Ke-1

R. Terry, Georgy., dan Leslie W. Rue, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), Cet. Ke-9

Sabarguna, Boy S. MARS, Sabarguna, Analisis Data Pada Penelitian Kualitatif, (Jakarta: UI Press, 2006), cet. Pertama

Sarwoto, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1991), cet. Ke-8

Shaleh, Abd. Rosyad, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), cet. Ke-3

Page 25: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

Shihab, Alwi, Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama,(Bandung: Mizan, 1997), cet. Ke-1

Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1995), cet.

Ke-10

Subagyo, P. Jiko Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991)

Tanthowi, Jawahir, Unsur-unsur Manajemen Menurut Ajaran Al-Qur’an,(Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983)

Uwes, Sanusi, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), cet. Pertama

Warman, John, Manajemen Pergudangan,(Jakarta: PT.Sinar Agape Press, 1993),cet.Ke-3

Widyatmini, Izzati Amperaningrum, Pengantar Organisasi dan Metode, (Jakarta: Gunadarma, 1991)

Winardi, Sejarah Perkembangan Pemikiran Dalam Bidang Manajemen,(Bandung: Mandar Maju, 2002).

Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, Dasar-dasar dan Aplikasi,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005)

U. Maman, et.al, Metodologi Penelitian Agama: Teori dan Praktik, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

I. PRIBADI:

Nama : Alif Fahlefi

Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 06 Mei 1972

Pekerjaan : Guru

Page 26: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

Alamat : Jl. Jend. Sudirman Gg. Masjid Al-Falah Rt.

05/06

Babakan Tangerang. Telp. 55780639

II. KELUARGA:

Istri : Imas Masniyati

Anak : 1. Sayyid Agil Fahlefi

2. Abu Yazid Fahlefi

III.ORANG TUA

Bapak : H. Karman

Ibu : Hj. Arsiyah

IV. RIWAYAT PENDIDIKAN:

SD : Madrasah Ibtidaiyah (MI) Buaran Tangerang

SLTP : Sekolah Menengah Pertama (SMP) Nyimas

Melati

Tangerang

SLTA : Madrasah Aliyah (MA) Al-Husna Tangerang

Pondok Pesantren Daru At-Tafsir Bogor

Pondok Pesantren Gontor Jawa Timur

S.1 : Universitas Islam As-syafi’iyah (UIA) Jakarta

S.2 : Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah

Jakarta

V. PENGALAMAN KERJA

Guru di Sekolah Menengah Umum (SMU) Yayasan Pendidikan Karya

Tangerang

Guru di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cipondoh Tangerang

Page 27: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

Guru di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Otomotif Al-Husna

Tangerang

VI. PENGALAMAN ORGANISASI

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bekasi

Pengurus Anak Cabang (PAC) Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

Ketua Dewan Pengurus Cabang (DPC) Partai Kejayaan Demokrasi

(PEKADE)

Kota Tangerang

Page 28: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

BAB IPENDAHULUAN

HALAMAN : 7

C. Tujuan Penelitian

D. Hipotesis

Penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk menjawab beberapa

pertanyaan permasalahan. Di dalam kegiatan ini ada beberapa anggapan dasar

atau asumsi berupa pernyataan yang perlu pembuktian secara empiris untuk

menentukan jawabannya. Pertanyaan tersebut adalah merupakan permasalahan

yang akan dijawab sesuai dengan salah satu tujuan penelitian, yaitu untuk

mengetahui perbedaan sikap para pengurus, da’I dan masyarakat terhadap

penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam kegiatan dakwah pasca reformasi,

sudah dilaksanakan dengan baik atau belum di lembaga dakwah Dewan

Dakwah Islamiyah Indonesia Provinsi Jawa Barat.

Untuk mengetahui perbedaan sikap secara empiris, maka penulis

menggunakan hipotesis sebagai berikut:

- Hipotesis Alternatif = Ha

“Ada perbedaan yang signifikan antara pegawai yang menjawab bahwa

fungsi-fungsi manajemen sudah dilaksanakan dengan baik, dengan

pegawai yang menjawab belum dilaksanakan dengan baik.

- Hipotesis Nihil =Ho

“Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pegawai yang menjawab

bahwa fungsi-fungsi manajemen telah dilaksanakan dengan baik, dengan

pegawai yang menjawab belum dilaksanakan dengan baik.

E. Signifikansi Penelitian

Page 29: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

HALAMAN: 82

A. Metodelogi dan Objek Penelitian (H.76)

B. Populasi

Populasi dalam sebuah penelitian mempunyai kedudukan yang sangat

penting pada setiap penelitian ilmiah. Karena semua kegiatan yang dilakukan

dalam penelitian, selalu berkaitan dengan populasi. Dan dari hasil penelitian

itu, biasanya akan digeneralisasikan juga pada populasi.

Menurut Suharsimi Arikunto, yang dimaksud dengan populasi adalah

“keseluruhan subjek penelitian”. Kemudian menurut P. Joko Subagyo,

populasi adalah “objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan

mengumpulkan data”. Selanjutnya menurut Sudjana, populasi adalah “totalitas

semua yang mungkin baik hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif

maupun kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek

yang lengkap dan jelas”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat kita simpulkan bahwa

populasi adalah seluruh objek penelitian baik benda hidup maupun benda

mati, secara kualitatif dan kuantitif yang akan dijadikan sebagai sumber data

dalam suatu penelitian.

Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah, seluruh pengurus Dewan

Dakwah Islamiyah Indonesia Provinsi Jawa Barat, para da’i dan masyarakat,

Page 30: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

dengan mengambil penarikan sample sebanyak 135 orang, dengan rincian da’i

berjumlah 35 orang dan masyarakat berjumlah 100 orang.

C. Sampel

Menurut Sutrisno Hadi, yang dimaksud dengan sample atau contoh

adalah “sebagian individu yang diselidiki”. Selanjutnya Sudjana menyebutkan

bahwa sample adalah “sebagian yang diambil dari populasi dengan

menggunakan cara-cara tertentu”. Sejalan dengan itu, H. Hadari Nawawi

mengemukakan bahwa, “sample secara sederhana diartikan sebagai bagian

dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian.

Dengan kata lain, sample adalah sebagian dari populasi untuk mewakili dari

populasi.”

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, sample

adalah sebagian objek penelitian yang diambil dari populasi untuk mewakili

seluruh populasi”.

Sutrisno Hadi mengatakan bahwa, ada dua teknik pengambilan sample

yang sering digunakan yaitu:

“(1). Random Sampling. Random sampling adalah pengambilan sample

secara random atau tanpa pandang bulu, semua individu dalam populasi

baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama, diberi kesempatan yang

sama untuk dipilih menjadi anggota sample. (2) Nonrandom Sampling.

Dalam sampling ini tidak semua individu dalam populasi diberi peluang

yang sama untuk ditugaskan menjadi anggota sample”.

Bila dilihat dari pendapat tersebut di atas, maka teknik pengambilan

sample dalam penulisan tesis ini adalah dengan menggunakan nonrandom

sampling, karena tidak semua individu dalam populasi diberi peluang yang

sama, yaitu hanya para da’i dan masyarakat. Hal tersebut dilakukan dengan

pertimbangan:

1. Pengambilan sample para da’i dan masyarakat, dapat dijadikan tolak

ukur sudah dilakukan atau tidaknya fungsi-fungsi manajemen tersebut

Page 31: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

dalam kegiatan dakwah yang telah dilaksanakan oleh Dewan Dakwah

Islamiyah Indonesia Provinsi Jawa Barat

2. Para da’I dan masyarakat, mereka adalah orang-orang yang mengetahui

benar terhada apa-apa yang telah dilakukan oleh Dewan Dakwah

Islamiyah Indonesia Provinsi Jawa Barat

3. Mengindarkan subjektivitas dari pengurus kantor Dewan Dakwah

Islamiyah Indonesia Provinsi Jawa Barat. Karena pada umumnya, setiap

organisasi lebih cenderung dikatakan baik dari pada tidak baiknya.

D. Teknik Pengumpulan Data (H. 82)

E. Teknik Analisis Data (H.88)

F. Pengujian Hipotesis

Untuk pengujian hipotesis yang telah dikemukakan pada bab I, maka

digunakan analisis statistik komparasional bivariat, yaitu dengan

menggunakan teknik analisis tes “Kai Kuadrat” atau Chi Square Test” dengan

menggunakan rumus seperti yang telah dikemukakan Anas Sudiono sebagai

berikut:

N (AD-BC)X =

(A+B) (C+D) (A+C) (B+D)

Page 32: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

memberikan kekuatan lahiriyyah dan batiniyyah, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini. Salawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada

kepada basyarun la ka al-basyar, yaitu, nabi Muhammad SAW.

Dalam penulisan tesis ini, penulis telah banyak mendapatkan pelajaran

yang sangat berharga baik yang berupa keberanian, keuletan dan kesabaran,

serta pengetahuan tentang bagaimana seharusnya menjadikan diri untuk secara

konsisten mendalami keilmuan atau bidang tertentu, yang secara tidak langsung

bukan hanya untuk diri penulis sendiri tetapi juga untuk orang lain, agar apa

yang penulis dapatkan melalui bimbingan para dosen memiliki atsar atau

bekas, sebagai bekal dikemudian hari.

Oleh karena itu, penulis haturkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Qomaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bapak Prof. Dr. Azyumardi Azra, Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Bapak Prof. Dr. H. M. Yunan Yusuf, MA, selaku dosen pembimbing I.

4. Bapak Dr. Wahib Mu’thi, selaku dosen pembimbing II.

5. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, selaku penguji I

6. Bapak Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA, selaku penguji II

7. Bapak Dr. Fuad Jabali, MA selaku Ketua Sidang

Page 33: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

ii

8. Bapak Dr. Yusuf Rahman

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga ditujukan kepada pihak

Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), yang telah mengijinkan penulis

dalam melakukan penelitian, yaitu H. Mishbah Malim, Lc, Msc., Kepala Biro

Administrasi dan Organisasi/ Kepala Koordinator Da’i DDII Pusat, H. Moch.

Daud Gunawan, S.E, Wakil Ketua Umum DDII Provinsi Jawa Barat,

Hadiyanto A. Rachim, Sekretaris Umum DDII Provinsi Jawa Barat, M. Roinul

Balad, S.Sos, Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan, Ayi Suhyadi Nata,

Ketua DDII Kabupaten Cimahi, Amri Sobri, Kepala Sekretariat.

Terakhir, penulis ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada

orang-orang yang telah mendukung perkuliahan ini dan telah membantu baik

dalam bentuk moril maupun materil, yaitu Kedua orang tuaku yang tercinta,

Bapak H. Karman dan Ibu Hj. Arsiah, Istriku yang tercinta Imas Masniyati,

Anakku yang tercinta Sayyid Agil fahlefi dan Abu Yazid Fahlefi

Akhirnya, penulis menyadari akan adanya kekurangan dan kesalahan

yang memerlukan perbaikan dan kesempurnaan. Dengan demikian penulis

mengharapkan saran-saran yang dapat menyempurkan tesis ini. Dengan

harapan semoga tesis ini dapat bermanfaat terutama untuk meningkatkan

kegiatan dakwah secara efektif, serta dapat menjadi bagian dari sumbangsi

akademis dalam Program Studi Pengkajian Islam, terutama pada konsentrasi

Dakwah dan Komunikasi.

Jakarta, 26 Mei 2008

Penulis

Page 34: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

KATA PENGANTAR ……………………………………………...

DAFTAR ISI ………………………………………………………..

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .........................

C. Tujuan Penelitian ........................................................

D. Signifikansi Penelitian ................................................

E. Tinjauan Pustaka ........................................................

F. Sistematika Penulisan ..................................................

BAB II : LANDASAN TEORI

A. Manajemen

1. Pengertian Manajemen ..........................................

2. Fungsi-fungsi Manajemen .....................................

B. Manajemen Dakwah ....................................................

C. Sejarah Perkembangan dan Timbulnya Teori

Manajemen...................................................................

D. Teori Manajemen Klasik .............................................

E. Teori Manajemen Ilmiah .............................................

i

iii

1

4

6

6

7

9

12

15

42

54

71

73

Page 35: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

iv

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi dan Objek Penelitian.................................

B. Teknik Pengumpulan Data ..........................................

C. Teknik Analisis Data ...................................................

BAB IV : GAMBARAN UMUM DEWAN DAKWAH

ISLAMIYAH INDONESIA ( DDII )

A. Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia ( DDII ) Pusat

1. Sejarah Berdirinya .................................................

2. Organisasi dan Kepengurusan DDII ......................

3. Visi dan Misi Dewan Dakwah ...............................

B. Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia ( DDII )

Provinsi Jawa Barat

1. Struktur Organisasi DDII Provinsi Jawa Barat .....

2. Tugas dan Fungsi Personalia .................................

3. Sejarah Berdirinya .................................................

BAB V : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan Fungsi-fungsi Manajemen Dalam

Kegiatan Dakwah DDII Provinsi Jawa Barat Pasca

Reformasi

1. Perencanaan (Planning) ........................................

2. Pengorganisasian (Organizing) .............................

3. Kepegawaian (Staffing) .........................................

4. Pengarahan (Motivating) .......................................

80

87

93

97

103

110

113

116

118

126

128

129

131

Page 36: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

v

5. Pengawasan (Controlling)......................................

B. Analisis Pelaksanaan Fungsi-fungsi Manajemen

Dalam Kegiatan Dakwah DDII Provinsi Jawa Barat

Pasca Reformasi

1. Analisis Fungsi Perencanaan .................................

2. Analisis Fungsi Pengorganisasian .........................

3. Analisis Fungsi Kepegawaian ...............................

4. Analisis Fungsi Pengarahan ..................................

5. Analisis Fungsi Pengawasan .................................

C. Faktor Pendukung dan Penghambat ............................

D. Analisis SWOT Kegiatan Dakwah DDII Provinsi

Jawa Barat ...................................................................

BAB VI : PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................

B. Saran-saran ..................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

132

139

142

145

147

149

152

154

152

158

Page 37: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dakwah yang mengandung pengertian mengajak kepada kebaikan sesuai

dengan aturan Al-Qur’an dan As-Sunnah, adalah perintah Tuhan yang diwajibkan

bagi setiap umat Islam. Perintah dakwah, pada dasarnya merupakan bagian dari

usaha atau sebagai upaya manusia dalam mencapai hubungan yang lebih dekat

kepada Tuhan. Seperti halnya para nabi, kegiatan dakwah yang dilakukannya

merupakan bagian dari usaha untuk liraf’i al-darajat atau meningkatkan darajat

kenabiannya.

Begitu juga seorang da’i, ia adalah seorang yang mempunyai tugas untuk

mengajak kepada kebersihan dan kebaikan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an.

Seorang pengajak, maka ia harus mempunyai jiwa yang bersih terlebih dahulu.

Karena dengan jiwa yang bersih, akan memberikan pancaran kebersihan kepada

orang yang akan diajaknya. Oleh karena itu, bila tugas dakwah yang dilakukan

oleh para nabi termasuk bagian dari usaha untuk meningkatkan kenabiannya

(liraf’i al-darajat), maka bagi manusia juga sebagai bagian dari usaha untuk

meningkatkan kemanusiaannya, yang pada dasarnya manusia itu bersih dan

menyadari akan keterikatan “kontrak ilahiyyah”, yakni dengan mengajak seluruh

manusia kepada jalan kebaikan, sesuai dengan filosofi dakwah yaitu mengajak

dari kekufuran kepada keimanan.

Dalam era globalisasi sekarang ini, tuntuan dan tantangan kehidupan

semakin berat, sehingga memungkinkan masyarakat untuk berpikir kepada paham

kebendaan atau materialistik. Adalah sebuah konsekwensi logis bila masyarakat

Page 38: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

2

akan semakin jauh dari ajaran-ajaran agamanya, dalam hal ini adalah Al-Qur’an

sebagai kitab suci umat Islam, serta memungkinkan terjadinya konversi agama.

Selanjutnya, kegiatan dakwah Islam yang sedang dan telah dilakukan oleh

para da’i lebih banyak pada kegiatan dakwah secara praktis sama dengan tabligh,

yang dipahami sebagai kegiatan menyampaikan ajaran Islam secara lisan.

Disamping ada kelebihannya, namun da’wah bi al-lisan juga mempunyai

kekurangannya yaitu, tidak adanya continuitas, kurangnya pendekatan personal

yang secara psikologis sangat mempengaruhi dari kegiatan dakwah, serta tidak

adanya evaluasi yang berupa penilaian hasil dari kegiatan dakwah tersebut.

Dengan melihat problematika dakwah di atas, hal tersebut mendorong para

aktifis dakwah untuk berpikir kritis terhadap efektivitas dakwah yang akan

mereka lakukan, dengan melihat permasalahan dakwah yang semakin kompleks

yang harus mereka benahi. Dengan melihat kompeksitas permasalahan dakwah

dan timbulnya kesadaran akan keterbatasan kemampuan manusia, maka para da’i

atau aktivis dakwah, memandang perlu, adanya kerjasama antar mereka. Karena

dengan bekerjasama manusia dapat mengerjakan maksud dan tujuannya menjadi

rapih. Dengan demikian, dibentuklah sebuah wadah dengan nama organisasi atau

lembaga, yang digunakan sebagai instrumen yang di dalamnya mengandung

rumusan-rumusan cara mencapai tujuan yang dikenal dengan istilah fungsi-fungsi

manajemen.

Fungsi-fungsi manajemen, pada dasarnya sudah banyak diterapkan pada

organisasi-organisasi sosial ataupun keagamaan, salah satunya adalah Dewan

Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). DDII yang dikenal dengan sebutan Dewan

Dakwah ini, adalah sebuah organisasi Islam yang mempunyai sejarah panjang

Page 39: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

3

terhadap perkembangan dakwah Islam khususnya di Indonesia. Dewan Dakwah

lahir, yaitu pada masa peralihan, dari masa Orde Lama ke masa Orde Baru

tepatnya tanggal 26 Pebruari 1967, yang berorientasi kepada dakwah Islam.

Lembaga ini lahir dari sebuah kesepakatan yang dihasilkan oleh beberapa

alim ulama di Jakarta pada pertemuan halal bi halal tahun itu juga. Pada

pertemuan tersebut dibahas tentang perkembangan dakwah Islam, terutama yang

dapat diamati pada masa transisi politik setelah terjadinya pergolakan G.30 S /

PKI. Forum yang dihadiri oleh M. Natsir, H.M. Rasyidi, K.H. Taufiqurrahman,

Haji Mansur Daud, Datuk Palimo Kayo dan Haji Nawawi Duski, memiliki

pengamatan yang khusus. Menurut mereka, perkembangan agama Islam cukup

memprihatinkan. Dakwah Islam yang dilakukan, baik perorangan maupun

lembaga organisasi keagamaan, dinilai berjalan sporadis, kurang koordinasi..

Melihat kenyataan demikian, maka didirikanlah lembaga yang berbentuk yayasan

yang tujuan umumnya untuk menggiatkan dan meningkatkan mutu dakwah Islam

di Indonesia.1

Sebagai realisasi dari pengembagangan dakwahnya, Dewan Dakwah

Islamiyah Indonesia telah membuka cabang-cabang atau perwakilan-

perwakilannya di 16 Provinsi di Indonesia, seperti di Kepulauan Mentawai2,

Aceh, Jawa Barat, Maluku, Kalimantan dan lain sebagainya.

1 . Thohir Luth, M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), cet. Ke-1,

h. 56. Lihat juga, Hasanuddin Abu Bakar Dt. Rajo Angek, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Visi dan Missi, (Jakarta: Dewan Dakwah, 2000), h. 2

2 . Tesis yang meneliti tentang Penerapan Fungsi-fungsi Manajemen Dalam Kegiatan Dakwah Pasca Reformasi ini, sebelumnya mengambil objek atau tempat di Kepulauan Mentawai, dan sekarang dipilih atau dialihkan ke Provinsi Jawa Barat. Hal tersebut dilakukan pertama, Kegiatan dakwah di kepulauan Mentawai telah dilakukan dari tahun 1967 sampai sekarang, sehingga dalam memberikan batasan waktu penelitian sulit dilakukan. Kedua, Mempermudah penelitian yang akan dilakukan, terutama dalam hal transportasi, jarak yang akan ditempuh dan pendanaan. Mengenai kepulauan Mentawai, lihat H. Mas’oed Abidin, Islam Dalam Pelukan Muhtadin Mentawai: 30 Tahun Perjalanan Dakwah Ila’llah Mentawai Menggapai Cahaya Iman, (Jakarta: Biro Khusus Dakwah Mentawai, 1997), cet. Ke-1. h. 85.

Page 40: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

4

Dalam melakukan kegiatan dakwahnya, DDII telah melakukan pengiriman

da’i dalam rangka membina umat Islam terutama di daerah pedesaan, sekaligus

membentengi umat dari berbagai pengaruh terhadap pendangkalan aqidah,

pemurtadan dan lain sebagainya. Para da’i umumnya direkrut dari masyarakat

desa sendiri. Mereka dididik dan dilatih dibekali dengan berbagai ilmu dan

keterampilan yang diperlukan, baik dari golongan awam, menengah maupun

pelajar. Tujuannya adalah memberikan informasi keagamaan dan sosial

kemasyarakatan kepada masyarakat secara luas, supaya mereka memahami agama

dan persoalan-persoalan sosial secara tepat.3

Melihat kenyataan tersebut, menurut hemat penulis Dewan Dakwah

Islamiyah Indonesia (DDII) yang dikenal dengan nama Dewan Dakwah adalah

sebuah lembaga dakwah Islam yang layak diteliti dari segi manajemen, terutama

mengenai penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam kegiatan dakwah, dengan

alasan:

1. Dewan Dakwah adalah lembaga dakwah yang sangat konsen terhadap

perkembangan dakwah Islam khususnya di Indonesia.

2. Manajemen dakwah merupakan unsur yang sangat penting dalam menentukan

keberhasilan dakwah.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Proses dalam mencari objek dakwah serta penentuan kegiatan-kegiatan

dakwah yang dilakukan oleh Dewan Dakwah Pusat di daerah-daerah, baik

terhadap suku terasing atau pedalaman maupun daerah perkotaan, itu sepenuhnya

ditentukan oleh Dewan Dakwah Propinsi. Karena Dewan Dakwah Provinsi lebih

3 . Dt. Rajo Angek, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Visi dan Missi, h. 70

Page 41: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

5

mengetahui keadaan serta kebutuhan-kebutuhan yang akan diperlukan ketika

kegiatan dakwah itu dilaksanakan. Sedangkan Dewan Dakwah Pusat, memberikan

rekomendasi serta solusi-solusi seperti masalah pendanaan, yang memungkinkan

kegiatan dakwah yang akan dilakukan di daerah dapat berjalan dengan baik.4

Hal ini menggambarkan bahwa, manajemen dakwah yang dilakukan oleh

Dewan Dakwah Pusat adalah manajemen dakwah yang bersifat umum. Dalam

pengertian, manajemen dakwah tersebut mencakup seluruh kegiatan dakwah yang

dilakukan oleh Dewan Dakwah untuk seluruh wilayah di Indonesia. Sedangkan

kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Dewan Dakwah Provinsi memiliki cakupan

tidak begitu luas, yang terfokus pada kegiatan dakwah terhadap daerahnya

masing-masing. Seperti halnya kegiatan dakwah yang telah dilakukan di Jawa

Barat dan daerah-daerah lainnya. Dewan Dakwah Provinsi sepenuhnya

menentukan kegiatan-kegiatan dakwah yang akan dilakukannya. Dengan

demikian, menurut hemat penulis Dewan Dakwah di daerah atau Provinsi

merupakan objek penelitian yang lebih layak untuk diteliti terutama berkaitan

dengan manajemen dakwahnya.

Oleh karena itu, mengingat luasnya cakupan pemikiran tentang

manajemen dakwah, terutama yang berkaitan dengan manajemen dakwah DDII

maka penulis membatasi diri, yaitu dengan mengambil objek penelitian Dewan

Dakwah Provinsi Jawa Barat yang merupakan program dakwah Dewan Dakwah

pasca reformasi,5 dengan mengambil judul “Penerapan Fungsi-fungsi Manajemen

4 . H. Mishbah Malim, Kepala Biro Administrasi dan Organisasi/ Kepala Koordinator

Da’i di Lapangan DDII Pusat, Wawancara Pribadi, Jakarta, 23 Oktober 20065 . H. Mishbah Malim, Kepala Biro Administrasi dan Organisasi/ Kepala Koordinator

Da’i di Lapangan DDII Pusat, Wawancara Pribadi, Jakarta, 13 April 2007

Page 42: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

6

dalam Kegiatan Dakwah Pasca Reformasi” (Studi kasus Dewan Dakwah

Islamiyah Indonesia Jawa Barat)6

Adapun perumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Apa fungsi-fungsi manajemen Dakwah DDII Provinsi Jawa Barat ?

2. Apakah DDII Provinsi Jawa Barat telah menerapkan fungsi-fungsi manajemen

dalam kegiatan dakwahnya ?

3. Bagaimana proses penerapan fungsi-fungsi manajemen tersebut dalam

kegiatan dakwahnya pasca reformasi ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan tesis yang berjudul Penerapan Fungsi-fungsi

Manajemen Dalam Kegiatan Dakwah Pasca Reformasi (Studi kasus Dewan

Dakwah Islamiyah Indonesia Jawa Barat) adalah sebagai berikut:

1. Menguraikan fungsi-fungsi manajemen DDII Jawa Barat

2. Untuk memberikan bukti empiris tentang penerapan fungsi-fungsi manajemen

DDII Provinsi Jawa Barat dalam kegiatan dakwahnya

3. Menganalisis penerapan fungsi-fungsi manajemen DDII Jawa Barat pasca

reformasi

D. Signifikansi Penelitian

Secara akademis, penelitian tentang penerapan fungsi-fungsi manajemen

dalam kegiatan dakwah yang telah dilakukan oleh Dewan Dakwah Provinsi Jawa

6 . Pasca reformasi yang dimaksud dalam tesis ini adalah, untuk memberikan batasan-

batasan waktu dalam penulisan atau penelitian tesis. Sehingga penelitian yang akan dilakukan tidak terlalu luas dan akan terfokus pada permasalahan atau kegiatan dakwah yang hanya dilakukan oleh DDII Provinsi Jawa Barat pasca reformasi.

Page 43: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

7

Barat pasca reformasi ini, dapat dijadikan sebagai sumbangsi akademis dalam

Program Studi Pengkajian Islam, terutama pada konsentrasi Dakwah dan

Komunikasi.

Secara praktis penelitian ini mempunyai signifikansi, pertama, secara

umum sebagai bahan perbandingan dan masukan bagi para da’i dan lembaga-

lembaga dakwah yang konsen terhadap perkembangan dakwah di Indonesia, dan

secara khusus bagi Dewan Dakwah itu sendiri. Kedua, untuk melihat efektivitas

lembaga dakwah yang sudah ada dalam melakukan kegiatan dakwahnya.

Sedangkan untuk kepentingan sosial, diharapkan menjadi khazanah intelektual

bagi para pembacanya.

E. Tinjauan Pustaka

Penulisan tentang manajemen dakwah secara umum sudah banyak

dilakukan, seperti yang telah dilakukan oleh Opi Palopi dari Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan tesisnya yang berjudul Studi Teoritis

Pengembangan Manajemen Lembaga Dakwah. Tesis yang ditulis pada tahun

2002 ini, merupakan studi pustaka dan tidak melibatkan organisasi atau lembaga

dakwah tertentu, atau dengan kata lain, penulisan manajemen lembaga dakwah

tersebut hanya pada kerangka teoritis yang bersifat umum. Sedangkan penulisan

atau penelitian yang berhubungan dengan penerapan fungsi-fungsi manajemen

dakwah yang dilakukan oleh Dewan Dakwah belum pernah dilakukan. Asna

Husin dari Colombia University, dengan disertasinya yang berjudul

”Phyloshopical and Sociological Aspects of Da’wah (Study of Dewan Dakwh

Islamiyah Indonesia).” Dalam penulisan tesisnya ini, ia mengambil studi kasus

dengan objek Dewan Dakwah, ia menulis atau meneliti dari segi aspek sosial dan

Page 44: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

8

filosofi dakwah yang dilakukan oleh Dewan Dakwah, yang dibagi menjadi empat

bagian. Pada bagian pertama, ia menulis tentang konsep dakwah menurut Al-

Qur’an (the qur’anic concept of da’wah). Pada bagian ke-dua, ia menulis dalam

konteks sejarah, idiologi dan sosial politik Dewan Dakwah (the historical –

ideological and socio- political contexts in which DDII). Pada bagian ke-tiga,

penulisannya difokuskan pada objek dan tempat dakwah (Specifically target

muslims and projects as religions learning institution). Dan yang terakhir,

menulis tentang sikap kritis yang dilakukan oleh Dewan Dakwah terhadap paham-

paham atau gerakan-gerakan sekuler yang dipandang “menyimpang” dari ajaran

agama Islam (DDII’s criticism of the religious currents and ideologies)7.

Sedangkan penulis melakukan penulisan dan penelitian dengan judul ”Penerapan

Fungsi-fungsi Manajemen dalam Kegiatan Dakwah Pasca Reformasi (Studi

Kasus Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Jawa Barat).”

Perbedaan dengan apa yang telah dilakukan oleh Asna Husin adalah, Asna

Husin dalam penelitiannya, lebih mengarah kepada kerangka berpikir Dewan

Dakwah sebagai suatu lembaga dakwah Islam. Karenanya, ia membahas juga

tentang sejarah, idiologi dan sosial politik, yang menurut hemat penulis dapat

dianggap sebagai latar belakang terbentuknya kerangka berpikir atau cara

pandang Dewan Dakwah terhadap dakwah. Sedangkan penulis sendiri, lebih

mengedepankan kepada bagaimana cara Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

(DDII) Provinsi Jawa Barat dalam menuangkan cara pandang atau kerangka

berpikirnya tentang dakwah yang dikemas dalam bentuk manajemen pasca

reformasi. Dalam bentuk manajemen yang dimaksud di sini adalah, fungsi-fungsi

7 . Asna Husin, “Phylosophical and Sociological Aspect of Da’wah: Study of Dewan

Dakwah Islamiyah Indonesia”, Disertasi (Colombia: Colombia University, 1998), h. 6.

Page 45: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

9

manajemen yang diterapkan oleh Dewan Dakwah provinsi Jawa Barat dalam

melakukan kegiatan dakwahnya pasca reformasi. Seperti bagaimana Dewan

Dakwah melakukan perencanaan, pengorganisasian, kepegawaian, pengarahan

dan melakukan pengontrolan atau pengawasan secara teoritis. Dalam tesis ini

pula, akan dibahas mengenai pembuktian secara empiris tentang penerapan

fungsi-fungsi manajemen DDII Provinsi Jawa Barat pasca reformasi dalam

kegiatan dakwahnya, serta menganalisis fungsi-fungsi manajemen tersebut yang

mereka terapkan berdasarkan teori Georgy R. Terry.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan ini setelah kata pengantar dan daftar isi, dilakukan

pembahasan masalah yang dibagi menjadi lima bab, yaitu:

BAB I : Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan

dan perumusan masalah, tujuan penulisan, signifikansi penelitian,

tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. Pendahuluan ini penulis

letakkan pada bab I, sebagai landasan atas permasalahan-permasalahan

yang akan dibahas dalam tesis ini

BAB II : Landasan teori yang meliputi, manajemen yang terdiri dari pengertian

Manajemen, fungsi - fungsi manajemen dan pengertian manajemen

dakwah, serta sejarah perkembangan dan timbulnya teori manajemen

teori manajemen klasik dan teori manajemen ilmiah. Landasan

teori ini penulis letakkan pada bab II, dimaksudkan sebagai pengenalan

awal atau penjelasan mengenai pemahaman tentang pengertian

manajemen secara umum, manajemen dakwah secara khusus serta

kaitannya yang berhubungan dengan manajemen yakni fungsi-fungsi

Page 46: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

10

manajemen itu sendiri. Sehingga hal tersebut akan memberikan

dan membantu pemahaman tentang materi yang akan dibahas atau

diteliti dalam penulisanan tesis ini.

BAB III : Metodelogi penelitian yang meliputi, metode dan objek penelitian,

teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Metodelogi

penelitian ini diletakkan pada bab III setelah landasan teori,

dimaksudkan sebagai bahan acuan atau rujukan metode yang

digunakan terhadap permasalahan yang akan diteliti atau ditulis

terutama berkaitan dengan fungsi - fungsi manajemen yang akan

dibahas dalam landasan teori tersebut

BAB IV : Gambaran umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII ), yang

terdiri dari Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Pusat yang meliputi

sejarah berdirinya, organisasi dan kepengurusan DDII, visi dan misi

Dewan Dakwah. Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Provinsi

Jawa Barat, yang terdiri dari struktur organisasi DDII Provinsi Jawa

Barat, tugas dan fungsi personalia serta sejarah berdirinya. Gambaran

umum ini diletakkan pada bab IV, hal tersebut dimaksudkan, sebagai

penjelasan terhadap objek yang akan diteliti yang berupa organisasi

dakwah dengan nama Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII)

terutama mengenai manajemennya yang telah dijelaskan pada bab II

berdasarkan teori Georgy R. Terry, dengan menggunakan metodelogi

penelitian yang telah dijelaskan dan diletakkan pada bab III.

BAB V : Pembahasan hasil penelitian, yang meliputi pelaksanaan fungsi-fungsi

manajemen dalam kegiatan dakwah DDII Provinsi Jawa Barat pasca

Page 47: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

11

reformasi, yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,

kepegawaian, pengarahan dan pengawasan. Analisis

pelaksanaan fungsi – fungsi manajemen dalam kegiatan dakwah

DDII Provinsi Jawa Barat pasca reformasi, yang terdiri dari

analisis fungsi perencanaan, analisis fungsi pengorganisasian,

analisis fungsi kepegawaian, analisis fungsi pengarahan dan

analisis fungsi pengawasan, serta faktor pendukung dan

penghambat, dan analisis SWOT kegiatan dakwah DDII Provinsi Jawa

Barat. Pembahasan hasil penelitian ini diletakkan pada bab V, sebagai

bahan gambaran secara empiris yang telah dilakukan dan

didapatkan oleh penulis di lapangan, agar hasil yang didapatkan

tergambar secara jelas.

BABVI : Penutup, yang meliputi kesimpulan dan saran-saran. Penutup ini

diletakkan pada bab terakhir, yang sudah barang tentu dijadikan

sebagai bahan atau jawaban terhadap apa-apa yang menjadi target

dalam penulisan dan penelitian tesis ini.

Page 48: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

12

BAB IILANDASAN TEORI

A. Manajemen

1. Pengertian Manajemen

Selama hayat di kandung badan, hampir selama ini pula kita adalah

anggota dari suatu organisasi atau lainnya, sebuah perguruan tinggi, sebuah tim

olah raga, sebuah kelompok musik atau drama, sebuah asosiasi keagamaan atau

kesenian, sebuah jajaran angkatan bersenjata, atau sebuah perusahaan. Dalam

banyak hal, organisasi-organisasi yang kita masuki itu akan jelas berbeda satu

sama lain. Ada sebagian, seperti angkatan bersenjata atau perusahaan yang besar,

mungkin diorganisasikan dengan sangat formal. Sebagiannya lagi, seperti tim

bola basket di kampung mungkin dibentuk dengan begitu sederhana. Akan

tetapi, terlepas dari perbedaan-perbedaan yang ada, semua organisasi yang kita

masuki itu memiliki beberapa kesamaan pokok.

Barangkali unsur kesamaan yang paling jelas, tampak dimiliki oleh

organisasi-organisasi kita adalah, tujuan atau maksud. Tujuan tersebut dapat

berupa memenangkan sebuah kejuaraan, menghibur penonton, menjual sebuah

produk. Tetapi tanpa suatu tujuan, maka tidak ada alasan bagi suatu organisasi

untuk hadir di tengah-tengah kita.

Organisasi-organisasi kita pun harus memiliki suatu program atau metode

tertentu untuk mencapai tujuan. Tanpa adanya rencana untuk apa rencana itu

harus dibuat, tidak ada satu organisasipun yang mungkin dapat bekerja secara

efektif. Organisasi-organisasi kita harus memperoleh dan mengalokasikan

Page 49: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

13

sumberdaya-sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Organisasi

kita tidaklah hidup sendirian, tetapi selalu berada di sebuah lingkungan bersama

organisasi-organisasi lainnya, karena hal itu merupakan sumberdaya yang akan

diperoleh oleh organisasi kita. Dalam sebuah organisasi harus ada pemimpin dan

yang dipimpin, tidak lah kita melihat bahwa kita harus selalu menjadi pemimpin

atau yang dipimpin, lepas dari pada itu, semua orang yang ada dalam organisasi

tersebut mempunyai maksud yang sama yaitu agar tujuan mereka dapat

terlaksana dengan baik.

Hal ini kita akui sebagai manusia, yang mempunyai kemampuan-

kemampuan fisik, bilogis dan jiwanya terbatas, manusia telah menyadari akan

perlunya kerjasama dengan orang lain untuk mencapai maksud dan tujuannya.

Koordinasi manusia itu adalah sesuatu yang hakiki dari semua aksi

berkelompok, baik tujuan yang dicarinya itu adalah berupa dagang, militer,

agama, pendidikan atau kemasyarakatan, dimana kerjasama para individu kearah

tujuan yang sama menjadi terorganisasi di dalam perkumpulan yang formal,

komponen yang azasi dan hakiki dari perkumpulan ini ialah manajemen yang

berfungsi menjadikan hal-hal dikerjakan melalui orang lain. Di dalam

mewujudkan koordinasi kegiatan kelompok, si pemimpin, sebagai pemimpin

merencanakan, mengorganisasikan, menempatkan petugas-petugas,

mengarahkan dan mengontrol kegiatan-kegiatan.

Manajemen bukan hanya berfungsi untuk organisasi-organisasi besar,

tetapi juga digunakan pada segala tingkatan organisasi. Manajemen bukan hanya

digunakan oleh seorang pemimpin umum perusahaan dan seorang Jendral

Page 50: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

14

tentara, akan tetapi manajemen juga berfungsi untuk si mandor pabrik dan si

komandan kompi.1 Dengan pengertian lain, bahwa manajemen berfungsi pada

semua aspek kehidupan manusia.

Secara etimologis, kata manajemen berasal dari bahasa Inggris,

management (Noun/kata benda), yang berarti control collectively (pengontrolan

atau pengawasan secara kelompok). Management berasal dari kata kerja

“manage” yang memiliki arti yang sama yaitu “control” (pengontrolan atau

pengawasan) 2. Management atau manage juga mempuyai pengertian,

mengurus, mengatur atau mengelola.3 Pengaturan atau pengelolaan adalah

sesuatu yang bersifat umum dan sesuatu hal yang wajar apabila manajemen

memiliki pengertian yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan seseorang.

Oleh karena itu, dalam literatur-literatur yang ada, definisi manajemen

memiliki bermacam- macam pengertian. Pertama, manajemen diartikan sebagai

suatu proses, kedua, manajemen diartikan sebagai suatu kolektivitas manusia,

dan yang ketiga, manajemen diartikan sebagai ilmu (science) dan seni (art).4

1 . Harold Koontz dan Cyril O’donnell, Prinsip-prinsip Manajemen: Suatu Analisa

Mengenai Fungsi-fungsi Managerial, (Jakarta: Bhratara, 1966), Jilid 1, h. 13.2 . Alan Evison, Oxford Learner’s Pocket Dictionary, (Hongkong: Oxford University

Press, 1987), cet. Ke-6, h. 227.3 . John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT.Gramedia

1990), cet. Ke-XIX., h. 372.4 . Manajemen sebagai suatu kolektifitas manusia yaitu merupakan suatu kumpulan dari

orang-orang yang bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan bersama. Lihat, Widyatmini dan Izzati Amperaningrum, Pengantar Organisasi dan Metode, (Jakarta: Gunadarma, 1991), h. 3. Manajemen sebagai ilmu yaitu manejemen sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha untuk memahami mengapa dan bagaimana orang-orang bekerjasama untuk mencapai sasaran dan menjadikan system kerjasama ini lebih berguna bagi kemanusiaan. James A.F. Stoner, Manajemen, (Jakarta: PT. Midas Surya Grafindo, 1988), cet. Ke-2, h. 28. Manajemen sebagai seni, karena dalam melakukan pekerjaannya dengan melalui orang lain. M.A. Mukhyi, Pengantar Manajemen Umum, (Jakarta: Gunadarma, 1991), cet. Ke-1, h. 3.

Page 51: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

15

Dalam penulisan tesis ini, terutama berkaitan dengan teori manajemen,

penulis membatasi dengan menggunakan teori George R. Terry dan Leslie W.

Rue.5 Dalam bukunya Principles of Management yang diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia menjadi Dasar-dasar Manajemen, George R. Terry dan Leslie

W. Rue mendefinisikan bahwa manjemen adalah suatu proses atau kerangka

kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang

ke arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.6

Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah managing, yang

memiliki pengertian pengelolaan. Sedangkan orang yang melaksanakannya

disebut manager atau pelaksana.

2. Fungsi-fungsi Manajemen

Fungsi-fungsi manajemen menurut Georgy R. Terry dan Leslie W. Rue

adalah sebagai berikut:

5 . Menurut hemat penulis, pemikiran Georgy R. Terry dan Leslie W. Rue yang dituangkan dalam

bukunya yang berjudul Principles of Manajement (Dasar-dasar Manajemen), walaupun bersifat klasik namun masih relevan. Menjelaskan tentang definisi manajemen, proses dan fungsi-fungsinya serta bagaimana cara menguji keefektifannya. Sehingga penjelasannya, dapat dijadikan standarisasi atau ukuran penilaian dalam penulisan dan penelitian tesis ini. Georgy R. Terry adalah seorang pakar manajemen yang sangat dikenal oleh kalangan mahasiswa lewat bukunya yang berjudul “Principles of Management” yang ditulis sekitar tahun delapan puluhan. Winardi, Sejarah Perkembangan Pemikiran Dalam Bidang Manajemen, (Bandung: Mandar Maju, 2002), h. 3

6 . Georgy R. Terry dan Leslie W. Rue, Dasar-dasar Manajemen, terjemahan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), Cet. Ke-9, h. 1. Pengertian manajemen sebagai proses, telah diungkapkan pula oleh James A.F. Stoner dan Charles Wanker, yakni, manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan dan pengendalian agar tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Pengertian manajemen sebagai proses ini, merupakan batasan yang diambil oleh James A.F. Stoner dan Charles Wanker ketika mulai pembahasan mengenai manajemen. James A.F. Stoner dan Charles Wanker, Manajement,(Jakarta: PT. Midas Surya Grafindo, 1988), cet. Ke-2, h. 4.

Page 52: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

16

a. Planning (Perencanaan)

Perencanaan adalah proses memutuskan tujuan-tujuan apa yang akan

dikejar selama suatu jangka waktu yang akan datang, dan apa yang dilakukan

agar tujuan-tujuan itu dapat tercapai. Perencanaan adalah suatu proses

memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang mendatang dan

mempersiapkan sesuatu untuk masa mendatang. Ini berarti bahwa setidak-

tidaknya harus ada sepercik seni dan segenggam ilmu dalam perencanaan. Apa

yang harus jelas sebelum melakukan perencanaan ialah saran atau sejumlah

sasaran yang pasti, sekalipun hanya berupa inti sari dari harapan dan keinginan.

Seorang perencana harus mempunyai cukup daya khayal untuk membayangkan

apa yang akan terjadi, dan dapat mengubah gagasan ke dalam bentuk yang cukup

praktis, sehingga dapat diterjemahkan ke dalam tindakan.7

Perencanaan tidak bersangkut paut dengan keputusan-keputusan yang

akan datang, tetapi dengan dampak akan datang dari keputusan-keputusan yang

sekarang. Perencanaan menjembatani lowongan antara dimana anda berada dan

kemana anda hendak pergi. Ia menjawab, terlebih dahulu, siapa, apa, kapan, di

mana, mengapa dan bagaimana dari kegiatan-kegiatan yang akan datang.

Perencanaan yang efektif haruslah didasarkan atas fakta-fakta dan

informasi dan tidak atas emosi dan keinginan. Fakta-fakta yang bersangkutan

langsung dengan situasi yang dalam pembahasan, dikaitkan dengan pengalaman

dan pengetahuan manajer itu. Karenanya, John Adair mengatakan bahwa,

7 . John Warman, Manajemen Pergudangan,(Jakarta: PT. Sinar Agape Press,

1993),cet.Ke-3,h.23

Page 53: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

17

perencanaan adalah menciptakan metode untuk membuat atau melakukan

sesuatu untuk mencapai tujuan. 8 Cara berpikir reflektif diperlukan. Imajinasi dan

pandangan ke depan sangat membantu. Seorang perencana harus mampu untuk

membayangkan pola kegiatan yang diusulkan dengan jelas.9 Pada dasarnya

perencanaan adalah suatu proses intelektual.

Dengan menggunakannya, para manajer mencoba memandang ke depan,

menduga-duga kemungkinan - kemungkinan, bersedia siap untuk hal yang

tak terduga, memetakan kegiatan-kegiatan, dan mengadakan urutan-urutan yang

teratur untuk mencapai tujuan-tujuan.

1). Perencanaan Strategis dan Taktis

Perencanaan strategis dan perencanaan taktis adalah, dua buah konsep

yang secara luas digunakan dalam manajemen sekarang. Perencanaan strategis

meliputi suatu jangka waktu yang relatif panjang, mencakup perumusan tujuan-

tujuan, dan mempengaruhi banyak segi-segi organisasi. Perencanaan taktis,

meliputi suatu jangka waktu yang relatif pendek, terutama sekali mengenai

8 . John Adair, Menjadi Pemimpin yang Efektif, (Jakarta: PT. Gramedia, 1994), cet. Ke-

3, h. 1149 . Cara berpikir imajinatif ini, Georgy R. Terry menyebutnya dengan istilah forecasting atau

ramalan. Ramalan dalam sebuah perencanaan diistilahkan sebagai usaha untuk meramalkan melalui penelitian atau analisa data-data bersangkutan yang tersedia sekarang dan kondisi-kondisi yang mungkin terjadi dimasa datang. Kecakapan meramalkan dipertinggi dengan memeriksa data-data yang tersedia, meminta partisipasi para personil dalam meramalkan dan berdasarkan pengalaman yang diperoleh. Ketepatan ramalan juga haruslah mempunyai informasi yang berhubungan dengan, pertama, lingkungan. Data-data ini mengenai faktor-faktor ekonomi, politik dan sosial, yang mempengaruhi iklim dalam mana organisasi itu harus beroperasi. Kedua persaingan. Informasi ini berkaitan dengan persaingan organisasi lain yang dianggap sebagai “penghambat” bagi terlaksananya kegiatan. Dan ketiga, organisasi itu sendiri, yaitu mengidentifikasi kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan organisasi. R. Terry dan W. Rue, Dasar-dasar Manajemen, h. 55-59. Informasi-informasi seperti ini, pada masa sekarang dikenal dengan istilah informasi internal dan eksternal. Informasi-informasi ini digunakan untuk memproses dan menyaring sejumlah besar data menjadi informasi yang dapat ditindak-lanjuti.. Tantangan ini dipenuhi dengan membuat infrastruktur sistem informasi terkomputerisasi untuk menjadi sumber, menangkap, memproses, menganalisis dan melaporkan informasi yang relevan. Lihat, Antonius Alijoyo, Enterprise Risk Management Pendekatan Praktis, (Jakarta: PT. Ray Indonesia, 2005), cet. Ke-I, h. 67

Page 54: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

18

bagaimana caranya mencapai tujuan-tujuan dan biasanya sangat khusus

sifatnya.10 Dinyatakan dengan jelas, perencanaan strategis menjawab pertanyaan

”kemana harusnya kita akan pergi ?”. Sebalikanya, perencanaan taktis menjawab

”bagaimana caranya kita sampai ke situ?”.11

Perencanaan strategis dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dengan

pengacuan kepada maksud dan operasi-operasi organisasi. Hasil-hasil dan jasa-

jasa apakah yang kita coba mengadakannya ?. Haruskah kita membuat segala

yang kita adakan sekarang ?. Apakah yang akan terjadi secara sosial, politik

dan teknologi, yang akan dapat

mempunyai dampak yang serius pada kita ?.12 Jawaban -jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan seperti ini akan membantu dalam penentuan, apakah apa

yang sekarang sedang dikerjakan seharusnya dikerjakan, sambil memutuskan

kegiatan-kegiatan yang mana harus dipertahankan atau tambah, dan

memasukkan pemikiran-pemikiran ini ke dalam rencana-rencana.

Pokok-pokok yang biasa dari perencanaan strategis adalah tujuan dari

organisasi, pengaruh-pengaruh utama dari lingkungan, permintaan untuk hasil

produksi atau jasa dari praktek-praktek persaingan. Beberapa keuntungan-

10 . Mengenai perencanaan strategis dan taktis, hal senada telah diungkapkan oleh Stephen P.

Robbins dan Mary Coulter seorang dosen pada Universitas Montreal dan Universitas Arkansas, bahwa perencanaan adalah mencakup mendefinisikan tujuan, menetapkan strategi dan mengembangkan rencana untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan menetapkan strategi termasuk di dalamnya menyediakan sarana-sarana untuk mencapainya. Stephen P. Robbins dan Mary Coulter, Management, Sixth Edition (Terjemahan), (PT.Prenhallindo: Jakarta, 1999),h. 11

11 . R. Terry dan W. Rue, Dasar-dasar Manajemen, h. 6212 . Bila kita perhatikan perencanaan strategis dan taktis dalam sebuah perusahaan yang telah

diungkapkan oleh Georgy R. Terry, maka kita dapat mengadakan juga pada lembaga atau organisasi dakwah, seperti kegiatan-kegiatan apa saja yang akan kita lakukan ?, apakah kegiatan tersebut akan memiliki tantangan atau dampak baik secara politik maupun sosial ?. Sedangkan perencanaan taktisnya adalah yang berkaitan dengan teknik pelaksanaan dari kegiatan strategis tersebut, seperti, bagaimana cara melakukannya ?.

Page 55: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

19

keuntungan terbit dari perencanaan strategis, seperti (1) kesalahan-kesalahan dan

bidang-bidang lemah yang ada sekarang dapat dikoreksi, (2) diberikannya

bantuan untuk sampai kepada keputusan-keputusan mengenai hal-hal yang tepat

pada waktu yang tepat pula (3) membantu menanggulangi hal-hal yang tak

terduga yang diperoleh masa datang, dan (4) tindakan-tindakan yang akan datang

itu sebagai yang diinginkan, jadi teridentifikasikan dengan jelas.

Perencanaan taktis mendukung perencanaan strategis, gabungan rencana

strategis dan taktis membuatnya layak bagi para pegawai untuk mendapatkan

suatu pengertian dari berbagai-bagai kegiatan sebuah organisasi dan mengapa

kegiatan-kegiatan ini akan dilakukan.

2). Ciri-ciri Tujuan yang Efektif

Sang manajer mungkin saja bertanya, apakah yang sebenarnya mampu

dicapai perorangan atau kelompok itu ?, Apa yang sedang terjadi

dalam industri ?.Tujuan-tujuan seharusnya merupakan tantangan, praktis dan

dapat dicapai oleh para pegawai-pegawainya.

Tujuan-tujuan harus mempunyai arti yang tepat bagi manajer.

Menyatakan tujuan-tujuan dalam istilah-istilah yang kabur, akan membiarkan

banyak peluang untuk berangan-angan. Manajer perlu mengetahui berapa

banyak penduduk, dengan ciri-ciri khas apa dan dalam kurun waktu yang mana.

Sumber-sumber apa yang akan digunakan, dalil-dalil dan resiko yang mana yang

akan diterima, apa kemungkinan-kemungkinannya untuk berhasil, dan apa yang

Page 56: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

20

harus diperbuat, semuanya itu akan lebih mudah ditentukan, kalau tujuan-tujuan

itu dinyatakan dengan tegas.

Tujuan-tujuan dan ”timing” haruslah bertalian secara logis. Tujuan mana

yang harus dikejar terlebih dahulu. Jikalau lebih dari satu, maka dalam urutan

yang mana dan bagaimana seharusnya mereka mengkoordinasikannya ?.

b. Organizing (Pengorganisasian)

Organizing atau pengorganisasian adalah, proses pengelompokkan

kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan13 dan penugasan setiap kelompok

kepada seorang manajer, yang mempunyai kekuasaan, yang perlu untuk

mengawasi anggota-anggota kelompok14 Pengorganisasian dilakukan untuk

menghimpun dan mengatur semua sumber-sumber yang diperlukan termasuk

manusia, sehingga pekerjaan yang dikehendaki dapat dilakukan dengan berhasil.

Sebenarnya, manusia adalah yang paling terdepan dalam pentingnya dan

perhatian. Dengan cara mengorganisir, orang-orang dipersatukan dalam

pelaksanaan tugas-tugas yang paling berkaitan.. Tinjauan teratas dari

”organizing” adalah untuk membantu orang-orang dalam bekerja bersama-sama

secara efektif.

13 . Istilah tujuan, digunakan dalam pengertian untuk menunjukkan hasil akhir yang dicari dan akan

dicapai. T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 1997), cet. ke-11, h. 107. Tujuan juga dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang ingin dicapai dalam kadar tertentu dengan segala usaha yang diarahkan kepadanya. Batasan ini mengandung empat unsure, (1). Apa sasaran yang akan dicapai, (2) berapa kadar atau jumlah yang diinginkan, (3) kejelasan tentang sesuatu yang akan dicapai, dan (4) arah yang dituju dari setiap usaha. Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-Amin dan IKFA, 1996), cet. ke-1, h. 18

14 . R. Terry dan W. Rue, Dasar-dasar Manajemen, h. 82. Menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter, fungsi ini mencakup proses menentukan mana tugas yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas itu harus dikelompokkan, siapa melapor kepada siapa dan pada tingkat mana keputusan-keputusannya harus diambil. P. Robbins dan Coulter, Management, Sixth Edition, h. 11

Page 57: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

21

Seorang manajer harus mengetahui, kegiatan-kegiatan apa yang akan

diurus, siapa yang membantu dan siapa yang dibantu, saluran-saluran

komunikasi, pengelompokkan pekerjaan yang diikuti, hubungan-hubungan

antara kelompok-kelompok kerja yang berbeda-beda susunan umum dari

kelompok kerja itu. Jawaban-jawaban untuk persoalan-persoalan diberikan

dengan cara pengorganisasian yang efektif. Seharusnya, semua pegawai harus

(a) mempunyai pengertian yang tepat dan ringkas mengenai keperluan-keperluan

pekerjaan mereka dan (b) mengetahui hubungan mereka dengan manajer dalam

kelompok kerja itu. Dalam organizing, banyak pikiran, tangan dan kecakapan

yang mungkin dihimpun, dan semuanya ini harus dikoordinasikan tidak saja

untuk menyelesaikan pekerjaan yang ditentukan, tetapi juga dengan cara yang

paling efektif.

1). Pembagian Kerja

Pada dasarnya mengorganisir adalah suatu proses pembagian kerja. Kerja dapat dibagi-bagi secara garis tegak (vertikal) maupun mendatar (horisontal).Pembagian kerja secara vertikal didasarkan atas penetapan garis-garis kekuasaan dan menentukantingkat-tingkat yang membentuk bangunan organisasi itu secara tegak. Selain dari menetapkan kekuasaan, pembagian kerja vertikal memudahkan arus komunikasi dalam organisasi.15

Pembagian kerja secara horisontal, didasarkan atas spesialisasi kerja.16

Asumsi dasar yang melandasi pembagian kerja garis datar adalah bahwa, dengan

15 . R. Terry dan W. Rue, Dasar-dasar Manajemen, h. 8416 . Henry Ford mengatakan bahwa pada spesialisi kerja atau pembagian tenaga kerja

difungsikan untuk memberikan sampai tingkat mana tugas dalam organisasi di pecah-pecah menjadi pekerjaan-pekerjaan yang terpisah-pisah. Stephen P. Robbins dan Mary Coulter,Perilaku Organisasi Seventh Edition, (PT. Prenhallindo: Jakarta:1996), h.166-167

Page 58: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

22

membuat setiap tugas pekerja menjadi terperinci, makin banyak pekerjaan yang

dapat dihasilkan dengan usaha yang sama melalui peningkatan efisiensi dan

kualitas. Secara terperinci, pembagian kerja horisontal berakhir dengan

keuntungan-keuntungan sebagai berikut:

1. Lebih sedikit kecakapan diperlukan seseorang.

2. Lebih mudah untuk memperinci kecakapan-kecakapan yang diperlukan

untuk penyaringan atau tujuan-tujuan latihan.

3. Mengulangi atau mempraktekkan kerja yang sama mengembangkan

kemahiran.17

4. Penggunaan kecakapan-kecakapan secara efisien, terutama sekali dengan

menggunakan kecakapan-kecakapan terbaik setiap pekerja.

5. Kemampuan untuk beroperasi bersama-sama.

Persoalan utama dengan pembagian kerja secara garis datar adalah,

bahwa cara itu dapat berakhir dengan kebosanan dan bahkan dengan penurunan

martabat si pekerja.

2). Komponen-komponen Pengorganisasian

Ada empat komponen nyata dari penorganisasian, dan komponen-

komponen itu dapat diingat dengan perkataan ”WERE”, yang berarti

”work” (pekerja), employes (pegawai-pegawai), relationships (hubungan-

17 . Teori ini, sama halnya dengan apa yang telah diterapkan oleh Henry Ford, Henry

Ford adalah seorang yang menjadi terkenal dengan membuat mobil pada suatu lini perakitan. Semua buruh Ford diberi tugas yang spesifik dan berulang-ulang. Misalnya, satu orang hanya bertugas memasang roda depan dan seorang lain akan memasang pintu kanan depan. Lihat, P. Robbins dan Coulter, Perilaku Organisasi Seventh Edition, h.166-167.

Page 59: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

23

hubungan) dan environment (lingkungan-lingkungan)”. Penjelasan empat macam

komponen itu adalah sebagai berikut:

- Work (Pekerjaan)

Fungsi-fungsi yang akan dijalankan berasal dari tujuan-tujuan yang

dinyatakan itu. Mereka merupakan landasan bagi organisasi. Fungsi-fungsi itu

dipisah-pisahkan dalam sub fungsi-sub fungsi. Hal ini dilakukan karena: (a)

pembagian pekerjaan dikalangan sebuah kelompok menghendaki, bahwa

pekerjaan itu harus dibagi-bagi dan (b) spesialisasi pekerjaan mengharuskan

satuan-satuan tugas yang kecil-kecil. Dari berbagai fungsi ini, kelompok-

kelompok kegiatan kerja sekarang dibentuk atas dasar persamaan pekerjaan

maupun efesiensi, yaitu fungsi-fungsi tertentu, jika ditempatkan dalam

kelompok-kelompok akan terlaksanakan dengan cara yang paling baik.

Kelompok-kelompok ini dinamakan dengan istilah ”organization work

units”.

- Employes (Pegawai-pegawai)

Kepada setiap orang ditugaskan suatu bagian khusus dari pekerjaan

keseluruhannya. Lebih disukai, kalau penugasan itu akan memberikan

pengakuan sepenuhnya kepada perhatian pegawai itu, prilakunya,

pengalamannya dan kecakapannya. Pengakuan ini adalah vital dalam

mengorganisir.

- Relationships (Hubungan-hubungan)

Ini merupakan kepentingan utama dalam pengorganisasian. Hubungan

seorang pegawai dengan pekerjaan, interaksi seorang pegawai dengan

Page 60: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

24

yang lain dan dari satuan unit pekerjaan dengan unit pekerjaan lain,

merupakan isu-isu yang menentukan pengorganisasian. Keselarasan dan

kesatuan usaha mungkin hanya kalau hubungan-hubungan ini baik.

Kebanyakan persoalan dalam pengorganisasian, sampai beberapa jauh

menyangkut kesulitan kesulitan-kesulitan hubungan.18

- Environment (Lingkungan)

Komponen nyata terakhir ini dari pengorganisasian mencakup alat-alat fisik

dan iklim umum, yang mana para pegawai akan melaksanakan pekerjaan.

Lokasi, peralatan, penerangan, semangat umum dan sikap-sikap adalah

contoh-contoh dari faktor-faktor yang membentuk lingkungan. Lingkungan

mempunyai dampak yang berarti kepada hasil-hasil yang diperoleh dari

pengorganisasian.

3). Departementasi

Departementasi merupakan metode yang paling sering digunakan untuk

melakukan pembagian kerja.19 Departementasi mencakup pengelompokkan

kegiatan-kegiatan dalam satuan yang berhubungan. Ada beberapa faktor

18 . Wujud dari pelaksanaan organizing adalah, tampaknya kesatuan yang utuh, kekompakkan,

kesetiakawanan dan terciptanya mekanisasi yang sehat, sehingga kegiatan lancar, stabil dan mudah mencapai tujuan yang ditetapkan. Jawahir Tanthowi, Unsur-unsur Manajemen Menurut Ajaran Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983), h. 71

19 . Departementasi, adalah salah satu cara paling popular untuk mengelompokkan kegiatan menurut fungsi yang dijalankan. Dan spesialisasi pekerjaan ini, merupakan dasar yang dipakai dalam mengelompokkan pekerjaan. Sebagai contoh departementasi adalah, seperti kita pernah pergi ke kantor kendaraan bermotor untuk membuat SIM. Kita akan melalui beberapa departemen sebelum memperoleh surat ijin itu. Paling tidak ada tiga tahapan, masing-masing ditangani oleh departemen yang terpisah. Pertama validasi, oleh devisi kendaraan bermotor. Kedua, pemrosesan, oleh departemen lisensi, dan ketiga, penerimaan pembayaran, oleh departemen bendahara.. P. Robbins dan Coulter,Perilaku Organisasi, h. 168-169

Page 61: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

25

berkaitan dengan pengorganisasian, yang mempengaruhi kepuasan, yang

diambilkan seseorang dari pekerjaannya.

- Lingkup Pembuatan Keputusan

Kebebasan untuk memutuskan isu-isu yang bersangkutan dengan pekerjaan

seseorang sanggup memberikan penahanan diri, yang secara pribadi

memuaskan kebanyakan orang. Kebebasan ini membantu untuk keperluan-

keperluan pengungkapan diri dan memungkinkan orang untuk memperoleh

perasaan, bahwa mereka melakukan pekerjaannya sendiri, mempersiapkan

diri sendiri untuk pertumbuhan yang akan datang, serta menikmati kepuasan

mencapai tujuan.

- Hubungan-hubungan Timbal Balik

Untuk kepuasan yang setinggi-tingginya, pengorganisasian harus

mengusahakan hubungan-hubungan timbal balik, bukan satu arah. Para

pegawai senang dengan pembicaraan ”tolak angsur” mengenai isu-isu,

mengenai mereka maupun faktor-faktor yang mempengaruhi pekerjaan

mereka.

- Besarnya Satuan Pegawai Kerja

Kepuasan akan ”masuk hitungan”, hasil yang dicapai sendiri dan

melaksanakan suatu yang penting diperkuat kalau kelompok kerja itu dibatasi

sampai ukuran yang wajar. Jumlah pegawai yang berlebihan, pemuasan

keperluan-keperluan pribadi para pegawai melalui pengorganisasian menjadi

lebih sulit. Begitu juga, menyuruh seorang pegawai bekerja seorang diri saja

Page 62: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

26

mungkin menimbulkan kesulitan-kesulitan, karena orang itu jadi terpencil dan

tidak dapat berinteraksi dengan sesama pekerja-pekerja lainnya.

- Tingkatan Perincian Pekerjaan

Sebuah pekerjaan yang amat terperinci dapat merampas pegawai itu dari

kesempatan untuk tumbuh, untuk melihat hubungan tugas itu dengan

pekerjaan keseluruhannya, dan untuk mencapai suatu rasa keberhasilannya.

Perincian kerja dapat jadi dilebih-lebihkan sampai titik akhir, dimana

perhatian pegawai itu dalam pekerjaan menjadi tumpul, suatu rasa

keberhasilan menjadi berkurang dan kelesuan pun datang dengan lebih cepat.

Akibat-akibat yang tidak diinginkan ini dapat dihindari dengan memperluas

keanekaragaman pekerjaan dan menghapuskan pemusatan pada satu tugas

tunggal. Ini diacukan sebagai ”job enlargement” perluasan kerja.

- Melapor Kepada Para Executive Tingkat Tinggi

Hampir setiap orang suka melapor kepada seorang pada tingkat puncak. Ini

menandakan status, menambah tingginya prestise sang pelapor, dan

mencerminkan pentingnya pekerjaan yang dilakukan. Pengorganisasian dapat

mengadakan pengaturan ini, kalau dianggap perlu. 20

4). Ciri-ciri Departementasi yang Efektif{

- Membantu Koordinasi21

20 . R. Terry dan W. Rue, Dasar-dasar Manajemen, h. 98-99.21. Ketika berbicara tentang pengkoordinasian, Abd. Rosyad Shaleh mengatakan bahwa,

pengorganisasian yang mengandung koordinasi, akan mendatangkan keuntungan yang berupa, terpadunya berbagai kemampuan dan keahlian dari para pelaksana dakwah dalam satu kerangka kerjasama dakwah, yang kesemuanya diarahkan pada sasaran yang telah ditentukan. Abd. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), cet. Ke-3, h. 78

Page 63: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

27

Penugasan kerja kepada kesatuan, yang paling baik dapat melaksanakannya

serta menyederhanakan koordinasi. Satuan - satuan yang tidak sama dan

terpisah-pisah, yang mengharuskan koordinasi ketat, mungkin ditempatkan

dalam departemen yang sama. Selanjutnya, dimana terdapat dengan jelas

suatu tujuan dominan berkaitan dengan beberapa satuan yang berbeda-beda,

biasanya adalah efektif untuk menempatkan satuan-satuan ini dalam satu

bagian dari struktur organisasi.

- Mempercepat Pengawasan

Ia membantu pengawasan untuk mempunyai seorang anggota manajemen

berkemampuan tinggi dalam setiap satuan organisasi. Karena itu, suatu satuan

dapat ditempatkan sedemikian dalam organisasi keseluruhannya agar tujuan

ini dapat tercapai.

- Mengurangi Biaya

Biaya harus selalu dipertimbangkan dalam menentukan struktur organisasi.

Jumlah satuan-satuan yang digunakan mempunyai akibat langsung pada

biaya. Biaya-biaya tambahan, seharusnya tidak diperbuat tanpa sekedar

pemikiran mengenai nilai sumbangan dari satuan.

- Memberikan Nilai pada Hubungan-hubungan Manusia

Untuk menilai kita tidak boleh melupakan bahwa, pengorganisasian yang

efektif harus memperhitungkan hubungan-hubungan manusia. Pendekatan

yang logis, tidak dapat berhasil untuk suatu masa yang panjang, jika tidak

dibarengi dengan penilaian hubungan-hubungan antar manusia.

Page 64: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

28

c. Staffing (Kepegawaian)

Staffing atau kepegawaian adalah, menentukan keperluan-keperluan

sumber daya manusia, pengerahan, penyaringan, latihan dan pengembangan

tenaga kerja. Adalah penting untuk menggunakan sebuah organisasi yang baik,

tetapi sama juga pentingnya untuk menempatkan orang-orang yang tepat dalam

berbagai pekerjaan. Kualitas pegawailah yang biasanya membuat perbedaan

antara keberhasilan dan kegagalan sebuah organisasi. Kalau pegawai-pegawai

tidak mampu dibimbing oleh manajer, manajer tidak mampu, maka hampir

pastilah, bahwa hasil-hasilnya akan mengecewakan. Karena itu, maka sangatlah

penting, bahwa tugas penunjukkan staf dilakukan dengan keahlian. ”Staffing”

melibatkan pemeriksaan teliti, perkembangan personal untuk pekerjaan-

pekerjaan, yang diciptakan oleh fungsi-fungsi pengorganisasian. Ia juga meliputi

pengerahan, penyaringan, penaikkan pangkat, pemindahan dan pensiunan

pegawai.22

1). Sebuah Pendekatan Terhadap Staffing

Untuk maksud-maksud praktis, staffing adalah sebuah fungsi yang

digunakan untuk menyusun pekerjaan-pekerjaan, yang diungkapkan dengan ”job

descreption” penguraian pekerjaan. Sesudah itu diperlukan perincian-

22 . Georgy R. Terry mengatakan bahwa dirinya dan sebagian orang yang menganggap staffing

suatu fungsi manajer tersendiri, sedangkan yang lain menganggapnya sebagai sebuah bagian dari fungsi pengorganisasian. Namun demikian, ada kesepakatan umum bahwa perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan harus disebutkan sebagai fungsi-fungsi manajemen. R. Terry dan W. Rue, Dasar-dasar Manajemen, h. 14. Salah satu contoh sesuai dengan yang telah diungkapkan oleh Georgy R. Terry adalah Henrt Fayol. Fayol mengatakan bahwa pengorganisasian mencakup semua aktivitas, yang menyebabkan timbulnya sebuah struktur tugas-tugas. Fungsi ini juga, mengarah kepada penggunaan mesin-mesin yang tepat, bahan-bahan dan manusia sebagai pelaksana. Winardi, Sejarah Perkembangan Pemikiran Dalam Bidang Manajemen, (Bandung: Mandar Maju, 2002), h.12

Page 65: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

29

perinciannya. Calon-calon yang memenuhi persyaratan pekerjaan ini, kemudian

dikerahkan, dipilih dan diupah.23

Hal yang pertama yang harus diperbuat adalah mengidentifikasikan isi

setiap jabatan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti (a) Apa yang diharapkan

akan diperbuat oleh orang dalam jawaban itu ?, (b) Apa yang diliputi pekerjaan

itu ?, (c) Hubungan-hubungan penting apakah yang harus dikembangkan dan

dipelihara oleh pemegang jabatan ini ? misalnya, mengeja dengan tepat isi

pekerjaan itu serta hubungan-hubungan yang diminta oleh pendudukan jabatan

itu. Semuanya itu menghasilkan ”job descreption” uraian jabatan. Namun

demikian, sebuah uraian pekerjaan itu tidak berusaha untuk merupakan daftar

dari semua kewajiban-kewajiban dan semua tanggungjawab yang dibawanya.

Kalau diperbuat seperti itu, maka uraian itu akan menjadi penghalang dan tidak

praktis. Lebih baik, sebuah uraian kerja dipusatkan pada faktor-faktor utama dari

pekerjaan.

2). Recruiting (Pengerahan Tenaga Kerja)

Dengan selesainya perincian-perincian pekerjaan, langkah berikutnya

dalam mengisi staf organisasi adalah mengerahkan calon-calon. Dalam bagian

tertentu kasus-kasus disarankan untuk selalu mengadakan pengamatan-

pengamatan untuk calon-calon yang potensial. Pengerahan yang yang agresif

diperlukan, jika perusahaan akan menemukan dan menarik calon-calon yang

23 . Menyusun pekerjaan-pekerjaan dalam bentuk “job descreption” seperti, tugas-tugas,

kegiatan-kegiatan, tanggungjawab dan hasil yang diharapkan. Sedangkan seleksi calon-calon adalah seperti penilaian kemampuan dan keahlian, kepribadian dan pengalaman dengan cara test, interview dan observasi. Lihat, R. Terry dan W. Rue, Dasar-dasar Manajemen, h. 160

Page 66: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

30

paling mungkin. Tidak ada organisasi yang dapat berleha-leha untuk mengiming-

iming nama baiknya dan mengharapkan jumlah yang cukup untuk lamaran

calon-calon yang memenuhi syarat.

3). Pengerahan Pegawai-pegawai dari Luar

Kalau lamaran-lamaran baru, pikiran-pikiran segar dan pandangan yang

lebih baik perlu dipercayai, tidak tersedia dalam organisasi, maka mungkin

pegawai-pegawai diperoleh dari luar. Seringkali terjadi yang demikian, kalau

organisasi itu memasuki suatu jenis kegiatan yang berbeda dan baru baginya atau

kalau sudah tercapai suatu kedudukan yang mandek. Sebaliknya, masalah-

masalah semangat dapat timbul dengan memilih pegawai-pegawai dari luar.

Namun demikian, mungkin tidak benar, bahwa seorang calon dari luar lebih baik

persyaratan-persyaratannya dari pada seorang yang sudah berada dalam

organisasi. Maka diperlukanlah ukuran-ukuran untuk kualifikasi-kualifikasi.

4). Pemilihan Tenaga Kerja

Pemilihan dapat mengikuti pola-pola yang berbeda-beda. Kebanyakan

meliputi beberapa ”appraisals” (perkiraan) dengan menggunakan data biografi,

wawancara, pengamatan dan ujian. Appraisal itu tidak selalu mengikuti urutan

ini, tetapi perkiraan-perkiraan itu diintegrasikan ke dalam suatu paduan dari

kualifikasi-kualifikasi calon itu. Data - data riwayat hidup, yang menunjukkan

data pribadi, tempat-tempat kerja yang lalu, dan keberhasilan-keberhasilan yang

lalu, memberikan informasi yang diperlukan untuk rekaman-rekaman pekerjaan.

Wawancara oleh pewawancara yang berlainan untuk setiap calon, dapat

Page 67: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

31

digunakan untuk memberikan pandangan mengenai cara mengungkapkan,

tujuan-tujuan, perhatian dan nilai-nilai calon itu.

Pengamatan-pengamatan memberikan informasi mengenai (a) reaksi-

reaksi seorang calon terhadap keadaan, (b) pemikiran-pemikiran yang

dikemukakan, (c) cara beraspirasi dan (d) kesan umum yang diberikan kepada

orang lain. Ujian-ujian mengukur sejumlah sifat-sifat dan dapat menolong, tetapi

tidak menentukan. Serentetan ujian-ujian yang direncanakan untuk mengukur

banyak sifat-sifat, yang biasanya dipercayakan untuk memberikan keinsafan

akan sebanyak mungkin sifat-sifat calon itu.

d. Motivating (Pengarahan)

Motivating atau pengarahan adalah, mengarahkan atau menyalurkan

perilaku manusia ke arah tujuan-tujuan.24 Semua usaha kelompok memerlukan

pengarahan. Untuk maksud ini, rencana-rencana haruslah diberitahukan kepada

semua anggota dalam bentuk instruksi-instruksi atau perintah-perintah, yang

diakui secara resmi. Pengarahan yang baik bukanlah kediktatoran. Seorang

pegawai harus diberikan informasi yang diperlukan mengenai kuantitas, kualitas

dan batas-batas pemakaian waktu pekerjaannya. Karena cara pelaksanaan

24 . Menurut Georgy R. Terry, adanya ketidak sepakatan mengenai istilah yang diberikan

kepada fungsi manajemen terutama mengenai pemotivasian (motivating). Beberapa penulis menggunakan motivating bagian dari “directing”, sedangkan yang lain menggunakan istilah “leading” (memimpin). “Influencing” (mempengaruhi), atau “actuating” (menjalankan). Sedangkan Geory R. Terry sendiri menggunakan istilah ini dengan “motivating”. R. Terry dan W. Rue, Dasar-dasar Manajemen, h. 10-14. Henri Fayol menyebut motivating dengan istilah commanding (memimpin), yang memiliki pengertian mengarahkan aktivitas-aktivitas bawahan agar mencapai keberhasilan. Winardi, Sejarah Perkembangan Pemikiran Dalam Bidang Manajemen, h. 12

Page 68: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

32

pekerjaan diperinci menjadi rentetan-rentetan situasi rutin, maka ditentukanlah

cara-cara kelaziman untuk bekerjasama dan menyelesaikan pekerjaan. Partisipasi

oleh pegawai, komunikasi yang mencukupi dan kepemimpinan yang kuat, adalah

penting bagi keberhasilan pengarahan.

Motivasi yang efektif dimulai dari diri sendiri, dengan kepercayaan pada

diri sendiri dan pada orang lain (di bawah pengaruh pimpinan). Dan pimpinan

mempunyai keyakinan bahwa ia dapat mendorong bawahan. Kepercayaan yang

diberikan ini dapat meningkatkan peran dalam membuat rencana, kekuasaan dan

pekerjaan yang lebih baik. Motivasi adalah menyangkut perilaku manusia dan

merupakan sebuah unsur yang vital dalam manajemen. Ia dapat didefinisikan

sebagai membuat seseorang menyelesaikan pekerjaan dengan semangat, karena

orang itu ingin melakukannya. Tugas manajer adalah menciptakan kondisi-

kondisi kerja yang akan membangkitkan dan memelihara keinginan yang

bersemangat ini. Untuk melakukan hal ini, pengetahuan mengenai manusia dan

kecakapan dalam berurusan dengan perilaku mereka adalah penting. Motivasi

berbeda-beda, tergantung dari banyak faktor-faktor seperti kewibawaan, ambisi,

pendidikan dan umur. Seorang manajer yang tidak bermotivasi untuk kemajuan

dan keberhasilan, akan mendapatkan hal yang sangat sulit untuk memotivasikan

orang-orang lain. Motivasi diri sendiri berasal dari keinginan yang keras untuk

mencapai suatu tujuan tertentu. Tidak peduli terhadap kesulitan-kesulitan apapun

yang harus diatasi. Pemikiran-pemikiran positif dan ketaatan kepada jalannya

kegiatan yang dinyatakan, juga merupakan faktor-faktor motivasi. Namun

demikian, perangai dapat dipercaya atau tidak dan sikap dari manajer itu

Page 69: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

33

terhadap anggota kelompok akan ditimbang oleh para bawahan dan akan

mempengaruhi dayaguna manajer itu dalam mengarahkan mereka.

1). Faktor-faktor yang Mendorong Seseorang Dapat Melakukan

Pekerjaan

- Buatlah Pekerjaan itu Menarik

Manajer harus dengan hati-hati memeriksa setiap pekerjaan, dalam

pengawasannya. Manajer harus selalu bertanya ”dapatkah pekerjaan itu

diperkaya agar dapat membuat pekerjaan itu lebih merupakan tantangan ?”,

ada batasnya seberapa jauh orang dapat diharapkan untuk melaksanakan

dengan memuaskan dalam tugas-tugas yang sangat rutin. Melakukan tugas

sederhana yang sama berulang-ulang kali setiap menit hari kerja, dapat dengan

cepat membawa pegawai itu kepada keadaan tak perduli dan kebosanan

- Perlihatkanlah Ganjaran-ganjaran dengan Pelaksanaan

Banyak alasan, mengapa para manajer merasa enggan untuk mengaitkan

ganjaran- ganjaran secara langsung dengan pelaksanaan. Terutama sekali,

adalah lebih mudah untuk memberikan kepada setiap orang kenaikan upah

yang sama. Dalam contoh-contoh lain, kebanyakan organisasi menentukan,

bahwa kenaikan upah adalah selaras dengan garis-garis petunjuk tertentu, yang

tidak berkaitan dengan pekerjaan. Walaupun begitu, biasanya ada ganjaran-

ganjaran, lain dari upah yang dapat dihubungkan dengan pekerjaan. Dalamnya

mungkin, termasuk penunjukkan tugas-tugas yang lebih disenangi atau suatu

Page 70: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

34

jenis pengakuan formal.25 Dalam ilmu psikologi Abraham H. Maslow

mengatakan, ”semua orang dalam masyarakat kita, mempunyai kebutuhan-

kebutuhan dan keinginan-keinginan akan penilaian, harga diri dan penghargaan

dari orang lain. Karenanya, kebutuhan-kebutuhan ini dapat diklasifikasikan

dalam dua perangkat tambahan, yakni pertama, keinginan akan prestasi,

kecukupan, keunggulan dan kemerdekaan. Kedua, kita memiliki apa yang

disebut dengan hasrat akan nama baik atau gengsi, prestise (yang dirumuskan

sebagai penghormatan dan penghargaan diri orang lain).”26

- Perlakukan Pegawai Sebagai Perorangan-perorangan

Orang-orang yang berbeda-beda mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda

pula. Memperlakukan setiap orang dengan cara yang sama, berarti

mengabaikan perbedaan-perbedaan ini. Dalam dunia zaman sekarang yang

sangat impersonal, terdapat kecenderungan yang bertambah besar untuk

memperlakukan pegawai-pegawai seakan-akan mereka angka-angka komputer.

Kebanyakan orang suka menerima perhatian khusus dan diperlakukan sebagai

perorangan.

- Doronglah Partisipasi

Sebagian orang suka merasa sebagai bagian dari sekelilingnya. Begitu pula

orang suka merasakan bahwa, mereka memberikan sumbangannya kepada

25 . R. Terry dan W. Rue, Dasar-dasar Manajemen, h. 17826 . Abraham H. Maslow, Motivasi dan Kepribadian, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

1993), cet. Ke-4, h. 55

Page 71: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

35

sekelilingnya. Juga biasa bagi orang banyak merasa terikat dengan keputusan-

keputusan, yang didalamnya mereka ikut serta.

- Adakanlah Umpan Balik yang Tepat dan Pada Waktunya

Tidak ada orang yang suka berada dalam kegelapan mengenai pekerjaan.

Sebenarnya, suatu tunjangan pekerjaan yang negatif mungkin lebih baik dari

pada tidak ada tunjangan. Dalam keadaan ini, seseorang sekurang-kurangnya

mengetahui, apa yang harus diperbuat untuk memperbaiki. Ketiadaan umpan

balik biasanya mengakibatkan kebingungan pada pegawai. Seringkali

kebingungan ini memempunyai dampak yang negatif pada pekerjaan

pegawai.27

2). Cara-cara mengarahkan

Yang paling baik pengarahan efektif dilakukan oleh seorang-perorangan untuk satu kelompok. Biasanya, ini adalah manajernya, karena orang itu (a) mengenal orang-orang bawahannya, (b) sudah biasa dengan kecakapan dan kemampuan mereka, (c) mengerti akan kapasitas-kapasitas dan perhatian mereka, (d) mengetahui apa yang dapat mereka hasilkan, dan (e) sudah mengamati perilaku mereka.28

Dengan semuanya ini, sebagai latar belakang, maka manajer itu cukup

mempunyai kualifikasi untuk memilih teknik pengarahan untuk melanjutkan

tujuan-tujuan yang dicari dengan cara sebaik-baiknya. Memberikan informasi

yang diperlukan untuk mengambil tindakan yang efektif, merupakan sumbangan

yang penting dari pengarahan. Informasi apa yang diperlukan untuk pekerjaan

27 . R. Terry dan W. Rue, Dasar-dasar Manajemen, h. 180. Mengenai pentingnya

seorang manajer, Stephen P. Robbins dan Mary Coulter mengomentari bahwa, para manajer penting karena mereka menanamkan perilaku yang diharapkan (berorientasi perusahaan) di dalam diri para karyawan untuk mencapai sasaran-sasaran. P. Robbins dan Coulter, Perilaku Organisasi Six Edition, h. 12

28 . R. Terry dan W. Rue, Dasar-dasar Manajemen, h. 183

Page 72: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

36

yang baik dan bagaimana cara menyampaikannya, adalah keputusan-keputusan

yang dibuat oleh manajer itu. Biasanya di dalamnya tercakup (a) lokasi peralatan

yang bersangkutan (b) sebuah rumusan kerja, (c) hubungan suatu kerja tertentu

dengan kerja-kerja lain dalam organisasi itu, (d) saran-saran mengenai cara

mengisi laporan-laporan yang diminta, dan (e) informasi mengenai cara

bagaimana pekerjaan seseorang akan dinilai. Adalah sesuatu yang sangat

penting, bahwa para bawahan selalu memberitahukan manajer-manajer mereka

segala sesuatunya, kalau tidak, manajer-manajer itu menjadi terhalang dalam

pengarahan usaha-usaha. Sering kali laporan-laporan dan rapat-rapat, yang

biasanya digunakan untuk maksud ini, tidak mencukupi. Pertanyaan-pertanyaan

besar dalam pikiran orang-orang bawahan adalah, apa yang harus saya laporkan

?. Haruskah dilaporkan semua kegiatan-kegiatan dan diambil risiko

memberatkan atasan tidak pada tempatnya ?. Jawabannya adalah, orang bawahan

haruslah hanya menyampaikan informasi yang bersangkutan dan yang penting-

penting saja untuk penyelesaian tugas itu. Menjalankan mandat ini memerlukan

kepandaian memilih dan keberanian.

3). Instruksi-instruksi

Sebuah bagian penting dari pengarahan adalah memberikan perintah-perintah dan petunjuk-petunjuk. Perintah dan petunjuk dapat dimulai, stop atau memperbaiki suatu kegiatan. Semua itu digunakan oleh para manajer. Sebagai alat pengarah, sebuah aturan adalah dalam sifat perintah, yang mengharuskan seorang bawahan untuk bertindak dengan cara tertentu dan dalam suatu keadaan tertentu. Namun praktek yang biasa adalah, untuk mengungkapkan sebuah perintah secara informal dalam bahasa yang tidak otoriter, seperti ”mari kita teruskan dengan rencana yang diubah sekarang juga”. 29

29 . R. Terry dan W. Rue, Dasar-dasar Manajemen, h. 184

Page 73: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

37

Biasanya terdapat suatu hubungah pribadi antara orang yang memberi

perintah dan yang menerima perintah dan urutannya adalah selalu dari atasan

kepada bawahan. Untuk kesempurnaannya, sebuah perintah mengatakan apa

yang akan dikerjakan, siapa yang akan mengerjakan, kapan, dimana, bagaimana

dan mengapa. Lebih disukai, ia haruslah jelas sedemikian, sehingga dapat

ditafsirkan hanya sebagai yang dimaksud. Perintah-perintah dilakukan secara

lisan atau tertulis, terutama sekali tergantung dari: (a) tingkat kepercayaan yang

ada antara pemberi dan penerima, (b) lamanya mereka berada dalam organisasi

itu, dan (c) perlu adanya sebuah catatan untuk acuan yang akan datang. Dalam

sebagian organisasi, perintah-perintah lisan yang berkaitan dengan soal-soal

penting, diulang oleh si penerima untuk memastikan kesempurnaannya dan

ketepatannya. Perintah-perintah haruslah diberikan hanya kalau perlu saja.

Perintah-perintah yang berlebih-lebihan menyebabkan kebingungan dan

pemborosan.

e. Controlling (Pengawasan)

Controlling atau pengawasan, yaitu mengukur pelaksanaan dengan

tujuan-tujuan, menentukan sebab-sebab penyimpangan-penyimpangan dan

mengambil tindakan - tindakan korektif dimana perlu.30 Pengawasan

30 . Definisi yang telah diutarakan oleh Georgy R. Terry ini, diutarakan pula oleh Henri

Fayol dan William A. Shrode. William mengatakan bahwa pengawasan adalah mencakup evaluasi kegiatan-kegiatan dan ia meliputi penyesuaian-penyesuaian terhadap rencana-rencana, saran-saran dan keputusan-keputusan. Sedangkan Fayol mengatakan bahwa fungsi pengawasan adalah upaya untuk memastikan bahwa aktivitas-aktivitas actual adalah konsisten dengan rencana-rencana yang disusun.. Winardi, Sejarah Perkembangan Pemikiran Dalam Bidang Manajemen, h. 13-36.

Page 74: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

38

merupakan penilaian dan koreksi atas pelaksanaan kerja yang dilakukan oleh

bawahan, dengan maksud untuk mendapatkan keyakinan atau menjamin bahwa

tujuan organisasi dan rencana-rencana yang digunakan untuk mencapainya

dilaksanakan. Dengan demikian, pengawasan berhubungan erat dengan

perencanaan. Sebab, segala rencana ketika dilaksanakan, sering ditemukan

penyimpangan-penyimpangan baik besar maupun kecil. Maka dengan adanya

fungsi pengawasan ini dapat dikontrol seberapa besar rencana yang terlaksana

dengan baik, dan seberapa besar penyimpangan yang terjadi.31

Seorang manajer mengelola agar tercapai hasil-hasil yang diinginkan atau

direncanakan. Keberhasilan atau kegagalan yang disajikan hasil-hasil ini

dipertimbangkan dari segi tujuan yang telah ditentukan. Hal ini mencakup

pengawasan, yaitu mengevaluasikan pelaksanaan kerja, pemeriksaan untuk

memastikan dan jika perlu, memperbaiki apa yang sedang dikerjakan untuk

menjamin tercapainya hasil-hasil menurut rencana.32

Georgy R. Terry mencontohkan pengawasan sebagai alat pengatur suhu untuk rumah tangga. Ia mengatakan bahwa fungsi kerja dalam pengawasan adalah ibarat sebuah termostat, yang alat ini mencakup sebuah barometer dan sebuah satuan pemanas dan pendingin. Umpamakanlah termostat itu distel pada suhu 70, dengan harapan bahwa suhu ini akan tetap bertahan ”expectancy”(yang diharapkan). Sesudah itu, termometer mencatat 60, suhu yang sebenarnya sedang diterima ”performance” (pelaksanaan). Kemudian, dengan membandingkan expectancy dan performance, maka kita melihat suatu perbedaan antara apa yang diharapkan dan apa yang diperoleh ”comparison”

31 . Sarwoto, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia,

1991), cet. Ke-8, h. 9632 . R. Terry dan W. Rue, Dasar-dasar Manajemen, h. 232. P. Robbins dan Coulter juga

mengatakan bahwa, pengawasan berfungsi untuk untuk memantau kemajuan bawahan. P. Robbins dan Coulter, Perilaku Organisasi Seventh Edition, h. 174

Page 75: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

39

(perbandingan). Dari hasil perbandingan ini, maka diambillah langkah ”correction” (koreksi).33

1). Menentukan Performance (Pelaksanaan Kerja)

Ada beberapa cara untuk menentukan pelaksanaan kerja: pengamatan-

pengamatan, laporan-laporan dan data-data. Pengamatan langsung memberikan

gambaran yang dikenal baik dari pelaksanaan kerja. Kuantitas dan kualitas

pekerjaan, metode-metode yang diikuti dan lingkungan umum pekerjaan, sesuai

benar dengan pengamatan dan merupakan alat yang sangat baik untuk

memeriksa dan melaporkan.

Laporan-laporan mengambil bentuk (a) lisan seperti wawancara-wawancara dan pembahasan berkelompok, (b) tertulis, yang mungkin hanya deskriptif semata atau membuat data statistik. Pelaporan lisan, memuaskan untuk keadaan-keadaan yang beruang lingkup luas atau dimana diperlukan peluang pertanyaan-pertanyaan untuk menjernihkan salah paham atau memastikan informasi tambahan. Laporan tertulis yang paling baik adalah, kalau informasi panjang lebar dan terperinci yang harus disampaikan. Mereka merupakan suatu catatan tetap dan memudahkan kompilasi analisa-analisa kecenderungan. Laporan tertulis haruslah ditinjau secara berkala untuk menentukan apakah mereka masih diperlukan. Ukurannya haruslah dirancang sedemikian, sehingga mudah dibaca dan mempercepat pengawasan, untuk mana laporan itu digunakan.34

Langkah selanjutnya dari proses pengawasan menyeluruh adalah

membandingkan sebenarnya mengevaluasi pelaksanaan kerja ”performance”.

Dimana terdapat suatu perbedaan antara ekspektansi dan performance, maka

diperlukan pertimbangan untuk menentukan pentingnya ”differential” itu.

Dalam beberapa hal, suatu penyimpangan kecil saja mungkin jadi serius, namun

33 .Tentang pentingnya pengawasan telah diungkapkan pula oleh Antonius Alijoyo, bahwa

pelaporan dan pengawasan adalah infrastruktur yang amat krusial, karena mereka akan menentukan efektifitas informasi yang mengalir dari atas ke bawah dan sebaliknya. Lihat, Alijoyo, Enterprise Risk Management Pendekatan Praktis,h. 24

34 . R. Terry dan W. Rue, Dasar-dasar Manajemen, h. 236

Page 76: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

40

dalam beberapa hal tidak demikian. Untuk kepentingan pengelolaan yang baik,

perbandingan itu haruslah dibuat sedekat mungkin dengan waktu pelaksanaan

kerja. Yang lebih penting dalam langkah perbandingan itu adalah kasus-kasus

pengecualian perbandingan-perbandingan, yang memperlihatkan penyimpangan-

penyimpangan, yang jauh lebih besar dari pada apa yang dapat dianggap biasa.

Biasanya, kasus-kasus pengecualian ini berada dalam jumlah yang kecil dan

dengan begitu mempermudah pengawasan. Karenanya, Antonius Alijoyo

mengatakan bahwa, ”proses evaluasi mencakup analisis baik atas desain sistem

atau proses maupun dari hasil pengujian yang dilaksanakan. Analisis atas desain

sistem adalah, untuk menentukan apakah prosesnya memberikan jaminan wajar

dengan memperhatikan tujuan yang dinyatakan, sementara ”pengujian kinerja”

adalah untuk menentukan bagaimana sebenarnya sistem itu bekerja.”35

Sedangkan yang terakhir dari proses pengawasan adalah melakukan

pembetulan atau koreksi, yang terdiri atas penjagaan, bahwa operasi-operasi

disesuaikan untuk mencapai hasil-hasil yang selaras dengan ekspektansi.

Mungkin pula diperlukan penyesuaian-penyesuaian dalam sebuah atau semua

kegiatan pengelolaan. Misalnya, mungkin suatu metode, suatu kesemrawutan

kekuasaan diperlurus atau motivasi yang lebih baik dicapai. Tindakan

pembetulan haruslah diambil oleh orang yang mempunyai kekuasaan atas

pekerjaan itu. Dalam setiap departemen atau bagian, dinasihatkan untuk

35 .Alijoyo, Enterprise Risk Management Pendekatan Praktis, h. 74

Page 77: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

41

mempertanggungjawabkan seorang anggota manajemen dengan pelaksanaan

pekerjaan mengoreksi yang diperlukan dalam kesatuan itu.

2). Pengawasan yang Efektif

Pengawasan yang tepat membantu hubungan-hubungan manusia yang

baik. Pengawasan dapat dan seharusnya digunakan untuk meningkatkan

hubungan yang menguntungkan dikalangan semua pegawai. Pengawasan

haruslah merupakan suatu kegiatan yang positif dan membantu. Manajer yang

efektif menggunakan pengawasan untuk membagi-bagi informasi, memuji

pelaksanaan yang baik dan menjelaskan mereka yang memerlukan bantuan, serta

menentukan bantuan jenis apa yang mereka perlukan. Bersamaan dengan itu,

pegawai-pegawai ingin menyumbangkan pelaksanaan yang baik, mereka ingin

mengetahui dan memenuhi persyaratan-persyaratan itu. Dalam semua usaha-

usaha itu, pengawasan benar-benar dapat merupakan bantuan dan karena itu,

dapat memberikan sumbangan untuk hubungan-hubungan manusia dengan baik.

Seterusnya, pengawasan haruslah dihubungkan pola organisasi, dan

dengan demikian membuatnya lebih mudah untuk menugaskan tanggungjawab

untuk pengawasan kepada orang-orang yang mengelola kegiatan masing-masing

dan memberikan data-data pengawasan, yang dapat dipakai kepada manajer yang

bersangkutan. Dan yang terakhir, pengawasan haruslah menunjukkan jalan bagi

tindakan koreksi, termasuk di dalamnya mencari tahu dimana tindakan itu perlu

diambil, siapa yang bertanggungjawab untuk mengambil tindakan itu dan apa

yang seharusnya dilakukan. Pengawasan membantu untuk mengidentifikasikan

Page 78: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

42

persoalan pengelolaan. Sepanjang pengidentifikasian suatu persoalan,

merupakan tantangan terus-menerus bagi para manajer, maka sumbangan

pengawasan ini adalah sangat relevan. Seorang manajer menjadi sadar akan

suatu persoalan, kalau tampak penyimpangan dari suatu tujuan.36 Paling tidak

rumusan dalam pengawasan adalah, yaitu untuk mengetahui hasil pelaksanaan,

kesalahan, kegagalan untuk diperbaiki kemudian, dan mencegah terulangnya

kembali kesalahan itu, begitu pula mencegah sehingga pelaksanaan tidak

berbeda dengan rencana yang telah ditetapkan.37

B. Manajemen Dakwah

1. Pengertian Manajemen Dakwah

Manajemen dakwah adalah terminologi yang terdiri dari dua kata, yakni

manajemen dan dakwah. Kedua kata ini berangkat dari dua disiplin ilmu yang

sangat berbeda sama sekali. Istilah yang pertama, berangkat dari disiplin ilmu

yang sekuler, yakni ilmu ekonomi. Ilmu ini diletakkan di atas paradigma

materialistis. Prinsipnya adalah, dengan modal yang sekecil-kecilnya untuk

mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Sementara itu, istilah yang

kedua berasal dari lingkungan agama, yakni ilmu dakwah. Ilmu ini diletakkan di

atas prinsip, ajakan menuju keselamatan dunia dan akhirat, tanpa paksaan dan

intimidasi serta tanpa bujukan dan iming-iming material. Ia datang dengan tema

menjadi rahmat bagi sekalian alam.

36 . R. Terry dan W. Rue, Dasar-dasar Manajemen, h. 23837 . Jawahir Tanthowi, Unsur-unsur Manajemen Menurut Ajaran Al-Qur’an, h. 78.

Page 79: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

43

Pada penjelasan sebelumnya telah dikatakan bahwa, manajemen

memiliki pengertian yang bermacam-macam yakni sebagai proses, kolektivitas

manusia, ilmu (science) dan seni (art). Begitu juga halnya dengan dakwah. Bila

ditinjau dari segi bahasa, dakwah berarti panggilan, seruan atau ajakan. Bentuk

perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut masdar. Sedangkan bentuk kata

kerja atau fi’ilnya adalah da’a, yad’u, yang berarti memanggil, menyeru atau

mengajak. Dalam pengertian inilah, dakwah memiliki maknah luas. Sebab, apa

saja yang termasuk menyeru atau mengajak, dapat dikatakan sebagai dakwah.

Dakwah dalam pengertian terminologis, banyak pakar yang memberikan

definisi. Muhammad Javad As-Sahlani, dalam Al-tarbiyyah wa Al-ta’lim fi Al-

Qur’an Al-karim, mendefinisikan dakwah Islam didasarkan pada ayat-ayat al-

Qur’an.38

1. Dakwah Islam adalah sebagai proses pencapaian kepada tingkat

kesempurnaan. Gambaran tentang manusia sempurna ialah manusia yang

sudah mencapai ketinggian iman dan ilmu.

Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: ”Berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa

38 . Definisi dakwah yang diutarakan oleh Muhammad Javad As-Sahlani ini adalah,

definisi dakwah yang dapat dilakukan dalam bidang pendidikan. Pendidikan dalam pengertian formal disepakati sebagai bidang strategis dakwah, yang kita perlukan ialah bagaimana membentuk pola dakwah yang secara naqli dapat dipertanggung jawabkan, dan secara aqli dapat dilaksanakan. Lihat, Jalaluddin Rahmat , Islam Alternatif, (Bandung: Mizan, 1986), cet.Ke-1, h. 115-119.

Page 80: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

44

derajat. Dan Allah akan mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Mujadalah:11). 39

Tingkat ini ditunjukkan dengan kemampuan melahirkan amal terbaik.

Artinya: ”Yang menjadi mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di

antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha

Pengampun.” (Al-Mulk:2).

Sebagaimana kata iman seringkali dikaitkan dengan amal saleh dan ilmu

juga sering diberi sifat ”yang bermanfaat”.

2. Al-Qur’an menunjukkan bahwa pada diri manusia ada potensi berbuat baik

dan berbuat jahat sekaligus.

Artinya: ”Maka Allah mengilhami kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan

ketaqwaan”. (as-Syams: 8)

Di banyak ayat Al-Qur’an disebutkan potensi-potensi negatif di dalam

diri manusia, seperti lemah, tergesa-gesa dan selalu berkeluh-kesah.

Artinya: Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia

dijadikan bersifat lemah.” (an-Nisa: 28)

39 . Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qu’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Al-Hidayah,

2002), h. 910

Page 81: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

45

Artinya: ”Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku

perlihatkan tanda-tanda (azab Ku), maka janganlah kamu minta kepada-Ku

mendatangkannnya dengan segera.” (al-Anbiya: 37)

Artinya: Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh-kesah lagi kikir.”

(al-Ma’arij: 19)

disamping itu, disebutkan juga bahwa manusia diciptakan dengan bentuk

yang paling baik, dan bahwa ruh Tuhan ditiupkan kepadanya pada saat

penyempurnaan penciptaannya

Artinya: Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah

meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya

dengan bersujud.” (al-Hijr: 29)

Karena itu, dakwah Islam harus ditunjukkan untuk membangkitkan

potensi-potensi baik kepada mad’unya dan mengurangi potensi-potensi jelek.

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa dakwah Islam adalah,

sebagai usaha atau proses mengajak manusia atau membangkitkan potensi-

potensi manusia yang baik, yang mengarah kepada pencapaian ketinggian iman

dan ilmu.

M. Syafa a’t Habib mengartikan dakwah secara luas, yaitu dakwah

sebagai agen merubah manusia ke arah yang lebih baik.40 Dalam arti yang lebih

40 . M. Syafa’at Habib, Buku Pedoman Da’wah, (Jakarta: PT. Bumirestu, 1982), cet. ke-

1, h. 93.

Page 82: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

46

luas itu, dakwah akan menjamah kegiatan-kegiatan fisik, termasuk pembangunan

sarana pendidikan, hospital, rumah anak yatim-piatu, bahkan pembangunan

tempat-tempat rekreasi yang sesuai dengan selera ajaran agama, jalan, jembatan

dan lain sebagainya, yang bertujuan untuk memberikan pengaruh ”perubahan”

pada tingkah laku manusia, sesuai dengan yang dikehendaki dakwah.

Alwi Shihab mengatakan bahwa, dakwah adalah merupakan istilah teknis

yang pada dasarnya dipahami sebagai upaya untuk mengimbau orang lain ke

arah Islam.41 Dalam hal ini, dakwah lebih dititik beratkan kepada teknik atau

metode mengajak atau mengimbau seseorang dengan penuh kebijakan, perhatian

dan kesabaran. Atau dengan kata lain, dakwah harus dicapai melalui pengertian

dan kasih sayang.

Perguruan Tinggi Dakwah Islam (PTDI) mendefinisikan dakwah

”sebagai suatu kegiatan membawa masyarakat dari satu kondisi ke kondisi lain

yang lebih baik”. Definisi yang diungkapkan pada dasawarsa 1980-an,

sebenarnya mengandung dasar-dasar pemikiran dan teori yang memuat pada

perspektif perubahan sosial.42 Definisi yang sama juga diungkapkan oleh

Quraish Shihab yang mengatakan bahwa dakwah adalah, seruan atau ajakan

41 . Alwi Shihab, Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama, (Bandung:

Mizan, 1997), cet. Ke-1, h. 252-25342 . Pemikiran dakwah pada perspektif perubahan social itu, adalah merupakan refleksi

terhadap situasi dan keadaan pada tahun-tahun 1960-an, yang antara lain ditandai oleh kecenderungan sebagian masyarakat terhadap Marxisme yang kufur. M. Dawam Rahardjo, Intelektual, Inteligensia dan Prilaku Politik Bangsa: Risalah Cendekiawan Muslim, (Bandung: Mizan, 1993), cet. Ke-1, 159-160.

Page 83: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

47

kepada keinsafan, atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik

dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.43

M. Natsir mengatakan bahwa dakwah ialah, tidak hanya diucapkan

dengan lidah saja tetapi juga diciptakan dengan amal.44 Menurut M. Natsir, etika

berdakwah merupakan suatu yang sangat penting untuk mendukung proses

pencapaian tujuan dakwah Islam. Karenanya, akhlak karimah dalam dakwah

bagi M. Natsir merupakan masalah penting yang tidak boleh dilupakan oleh para

pelaku dakwah. Dalam bukunya ”Fungsi Dakwah Islam Dalam Rangka

Perjuangan”, M. Natsir juga mendefinisikan dakwah adalah sebagai ”usaha-

usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh

umat konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini,

yang meliputi amar ma’ruf nahi munkar, dengan berbagai macam media dan cara

yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam

perikehidupan perorangan, perikehidupan dalam berumah tangga (usrah),

perikehidupan kemasyarakatan dan perikehidupan dalam bernegara”.45

Amrullah Ahmad, mendefinisikan dakwah dengan mangajak atau

menyeru kepada orang lain, agar masuk ke dalam sabilillah bukan untuk

mengikuti da’i, atau bukan pula untuk mengikuti sekelompok orang.46

43 . M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1995), cet. Ke-10, h.

19444 . Thohir Luth, M. Natsir: Dakwah dan Pemikirannya, (Jakarta: Gema Insani Press,

1999), cet. Ke-1, h. 6845 . Muhammad Natsir, Fungsi Da’wah Islam Dalam Rangka Perjuangan, h. 7. Hal

senada telah diungkapkan juga oleh Abd. Rosyad Shaleh Shaleh, Abd. Rosyad, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), cet. Ke-3, h. 8

46 . Amrullah Ahmad, Dakwah Islam Sebagai Ilmu, Sebuah Pendekatan Epistimologi Islam, Makalah Simposium di Fakultas Dakwah IAIN Sunan Kalijaga, 14 Desember 1995

Page 84: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

48

Definisi dakwah yang diberikan oleh mereka di atas, paling tidak dapat

kita pahami bahwa kegiatan dakwah mengandung makna ajakan yang mengarah

kepada perbaikan-perbaikan, baik perbaikan terhadap perekonomian umat,

pemahaman keagamaan dan perbaikan sikap sesuai dengan tuntunan ajaran

Islam.

Setiap usaha apapun hanya dapat berjalan secara efektif dan efesien,

bilamana sebelumnya sudah dipersiapkan dan direncanakan terlebih dahulu

dengan matang. Demikian juga dengan dakwah Islam yang menyangkut segi-

segi yang sangat luas itu pun hanya dapat berlangsung dengan efektif dan

efesien, apabila sebelumnya sudah dilakukan tindakan-tindakan persiapan dan

perencanaan secara matang. Sesuai dengan pengertian dakwah yang begitu luas,

maka pelaksanaan dakwah tidaklah mungkin dilakukan oleh orang-perorang.

Pelaksanaan dakwah yang memiliki skope kegiatan yang begitu kompleks, hanya

akan berjalan secara efektif, bilamana dilakukan oleh tenaga-tenaga yang secara

kualitatif dan kuantitatif mampu melaksanakan tugasnya. Dengan perkataan lain,

proses dakwah yang mencakup segi-segi yang begitu luas, hanya dapat berjalan

dengan lancar dan berhasil dengan baik, bilamana tersedia tenaga-tenaga

pelaksana yang cukup, serta masing-masing memiliki kemampuan dan keahlian

yang diperlukan.

Di samping itu, adanya tenaga-tenaga yang cukup dan berkemampuan

tersebut, barulah efektif setelah mereka diorganisir dan dikombinasikan

sedemikian rupa dengan faktor-faktor lain yang diperlukan. Ini berarti bahwa,

faktor tenaga manusia yang bermacam-macam kemampuan dan keahliannya itu

Page 85: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

49

haruslah disusun dan diatur dengan sebaik-baiknya. Sehingga dalam

menjalankan kegiatan dakwah yang mencakup berbagai segi itu, mereka

merupakan satu kesatuan dan kebulatan. Sebab bilamana tidak, tenaga-tenaga

yang bermacam-macam tersebut cenderung untuk memperturutkan kemauannya

sendiri-sendiri. Bilamana hal ini sampai terjadi, maka akan mengakibatkan

timbulnya kekacauan, kekosongan dan kesamaan dalam melaksanakan kegiatan-

kegiatan dakwah, yang pada gilirannya akan mengakibatkan kegagalan bagi

proses dakwah itu sendiri. Demikian juga faktor-faktor lain yang diperlukan

dalam proses dakwah, misalnya fasilitas dan lain sebagainya, haruslah dapat

dihimpun dan dikerahkan serta diatur penggunaannya sesuai dengan keperluan

dalam rangka pencapaian tujuan dakwah yang telah ditetapkan.

Faktor tenaga pelaksana yang memiliki kemampuan dan keahlian yang

bermacam-macam itu, tidaklah tersedia dan terhimpun dengan sendirinya,

terkadang harus dicari dan dipersiapkan terlebih dahulu. Demikian pula, setelah

tenaga-tenaga itu berhasil dapat dihimpun dan dipersiapkan, mereka pun tidak

dengan sendirinya mengetahui dibidang mana mereka masing-masing harus

bertugas, apa tugas yang harus dilaksanakan, bagaimana cara melakukan tugas

tersebut, kapan, dimana, dan dengan apa tugas tersebut harus dilaksanakan dan

sebagainya. Begitu pula masing-masing tenaga pelaksana itu, tidak dengan

sendirinya dapat mengatur dirinya sendiri dan menjalin hubungan antara satu

dengan yang lainnya. Sehingga, walaupun tugasnya bermacam-macam dan

berbeda-beda, tetapi merupakan satu kesatuan. Disinilah pentingnya manajemen

dakwah Islam.

Page 86: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

50

Bila dipahami pengertian manajemen dakwah adalah, bila kegiatan

dakwah yang dilakukan berdasarkan profesionalisme sesuai dengan prinsip-

prinsip manajemen. Inilah yang dijadikan inti bahwa kegiatan dakwah yang

dilakukan secara manajerial. Sedangkan efektivitas dan efisiensi dalam

penyelenggaraan dakwah adalah merupakan suatu hal yang harus mendapatkan

prioritas, dan kegiatan dakwah dikatakan berjalan secara efektif, jika apa yang

menjadi tujuan benar-benar dapat dicapai.

A. Rosyad Shaleh mengartikan manajemen dakwah sebagai proses

perencanaan tugas, mengelompokkan tugas, menghimpun dan menempatkan

tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas, dan kemudian

menggerakkan ke arah pencapaian tujuan dakwah.47

Inilah yang merupakan inti dari manajemen dakwah, yaitu pengaturan

secara sistematis dan koordinatif dalam sebuah kegiatan dakwah, yang dimulai

dari sebelum pelaksanaan sampai akhir pelaksanaan.

2. Prinsip Manajemen Islam

Dalam sejarah perkembangannya, manajemen telah dipengaruhi oleh

agama, tradisi, adat istiadat dan sosial budaya. Hal ini karena bidang garapan

utama manajemen adalah aspek sosial kemasyarakatan yang berbentuk

organisasi. Organisasi dibutuhkan karena manusia terbatas kemampuan dan

47 . M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Fajar Interpratama Offset,

2006), cet. Ke-1, h. 36

Page 87: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

51

pengetahuannya, dan hakikat organisasi adalah kumpulan orang-orang yang

bekerja sama dalam berbagai aspek kehidupan.

Dalam sejarah kita banyak mengenal tentang struktur masyarakat zaman dahulu, yang tampak ada perbedaan dengan fungsi dan status mereka, seperti halnya dalam masyarakat kerajaan dengan rakyat biasa, dalam agama Hindu terdapat kasta-kasta yang satu dengan kasta-kasta yang lain berbeda. Dalam Islam kita mengenal Khalifah, Amir, Imam dan Ulama atau pemimpin keagamaan. Semua mereka pada hakekatnya disisi Allah S.W.T, adalah sama sedang yang membedakan mereka hanyalah taqwanya. Secara fakta menurut sosio masyarakat, status mereka berada antara seorang pemimpin dengan masyarakat biasa.48

Berkaitan pada pandangan di atas, maka Islam dalam memandang

manajemen berdasarkan teologi, yakni pada dasarnya manusia itu memiliki

potensi positif yang dilukiskan dengan istilah hanif. Potensi semacam ini

didasari atas cara pandang seseorang dalam melakukan pengelolaan,

pemberdayaan, serta penilaian terhadap manusia. Sebagaimana diketahui bahwa

ilmu manajemen itu berkembang sepanjang perkembangan dan perjalanan

manusia yang akan terus berubah. Keterkaitan antara manajemen dan watak

hanif adalah, watak hanif, akan menggiring manusia pada sifat dasarnya, yaitu

cenderung untuk memilih yang baik dan yang benar dalam kehidupannya.

Sedangkan standar penilaian tentang baik dan benar itu dapat diukur dengan latar

belakang pendidikannya, serta pengalamannya. Untuk itu manajemen sangat

berkaitan erat dengan kepemimpinan. Karena pada dasarnya manusia itu

memiliki potensi dasar untuk menjadi seorang pemimpin dalam pengertian yang

luas.

48 . Jawahir Tanthowi, Unsur-unsur Manajemen Menurut Ajaran Al-Qur’an, 25-26.

Page 88: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

52

Sebenarnya Islam telah jauh lebih dahulu dalam merumuskan tentang

bagian-bagian fungsi dari pemimpin tersebut. Dalam kitab suci Al-Qur’an

memberikan batasan ”peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”, dan

juga sabda Nabi Muhammad s.a.w menyebutkan bahwa ”tiap-tiap kamu adalah

pemimpin dan kepemimpinan kamu pasti kelak akan diminta pertanggung

jawabannya”.49 Dan banyak memuat pokok-pokok ajaran yang merupakan

prinsip dasar manajemen. Di mana di dalamnya, akan tergambar ajaran

mengenai hubungan manusia dengan khaliqnya (hablu mina Allah), pokok-

pokok ajaran hubungan antara manusia dengan manusia lainnya (hablu mina al-

nas), hubungan manusia dengan alam (hablu mina al-’alam), serta prinsip ajaran

akhlak.50

Kondisi semacem ini, merupakan sebuah konsekuensi dari manusia

sebagai bagian dinamis dari alam semesta, dimana manusia memiliki

kemampuan nalar yang sempurna di bandingkan dengan makhluk yang lain.

Pada saat yang sama, manusia memiliki misi sebagai rahmatan lil ’alamin, yang

maknanya sama dengan al-salam. Untuk itu harus mampu mengembangkan

potensi hubungan mereka dalam menjaga keseimbangan kehidupan.

Banyak teladan (uswah) dalam manajemen yang dapat diambil dari

kehidupan dakwah Rasulullah SAW. Karena pada dasarnya beliau diutus di

muka bumi ini untuk mengatur tatanan umat manusia, agar supaya selaras

dengan aturan-aturan Allah SWT. Karakter tersebut terpancar dari kepribadian

49 . Jawahir Tanthowi, Unsur-unsur Manajemen Menurut Ajaran Al-Qur’an, 36-37.50 . Munir dan Wahyu, Manajemen Dakwah, h. 43

Page 89: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

53

Rasulullah yang mulia dan direfleksikan secara nyata dalam kegiatan

dakwahnya, serta dalam kehidupan bermasyarakat-bernegara pada masanya.

Melalui petunjuk dan hidayah dari Allah SWT, Rasulullah mulai menata dan mengatur aktivitas dakwahnya. Secara hierarkis, tugas utama beliau adalah sebagai nabi, kemudian sebagai pengingat keluarga dekatnya, pengingat kaumnya, pengingat bangsa Arab, dan yang terakhir beliau adalah pengingat seluruh manusia sampai akhir zaman.51

Ketika Tuhan memerintahkan dalam surat al-Mudatsir, yang

mengandung seruan agar beliau tegak melakukan andzir (peringatan). Pada

kondisi semacem itu, objek dakwah nabi tidak pada masyarakat secara umum,

melainkan melakukan pendekatan secara persuasif pada orang-orang yang

terdekat secara sembunyi-sembunyi. Betapa tidak, bila kegiatan dakwah

dilakukan secara terbuka, maka secara langsung mereka akan menolaknya dan

bahkan akan bereaksi secara keras. Secara sistematis urutan dakwah yang

dilakukan Rasulullah SAW, adalah sebagai berikut:

- Dakwah pertama ditujukan kepada orang-orang yang serumah dengannya

- Berdakwah kepada orang-orang yang bersahabat dengannya

- Berdakwah kepada orang-orang yang agak dekat dengan beliau. Setelah itu

barulah secara terbuka Nabi Muhammad berdakwah kepada masyarakat luas,

disiplin dan militan, baru kemudian menyebarkan dakwah secara terbuka.

Dari situ terlihat bahwa dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW,

dilihat dari objek dakwahnya mengandung gambaran berlangsung secara

bertahap, dan menunjukkan sebuah pemikiran yang cermat dalam mencapai

51 . Munir dan Wahyu, Manajemen Dakwah, h. 48

Page 90: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

54

sasaran yang dikehendaki. Mula-mula secara sembunyi-sembunyi, dan setelah

mendapatkan pengikut yang kuat, disiplin dan militan, baru kemudian

menyebarkan dakwah secara terbuka. Inilah kerangka kerja yang telah

diterapkan oleh Rasulullah dalam melakukan kegiatan dakwahnya, sesuai

dengan pengertian manajemen sebagai suatu proses atau kerangka kerja, yang

melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah

tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.

C. Sejarah Perkembangan dan Timbulnya Teori Manajemen

Mengingat kebutuhan yang mendesak akan teori manajemen, kita

memang dapat mengharapkan, bahwa teori fungsi-fungsi kepemimpinan akan

menjadi salah satu bidang ilmu pengetahuan sosial yang paling maju. Kenyataan

bahwa ini tidaklah benar adanya, bahwa perkembangan teori manajemen hanya

terbatas selama beberapa puluh tahun belakangan ini saja, dan bahwa para

pengusaha dan lain-lain pada umumnya baru menyadari sejak Perang Dunia II

akan kebutuhan kesatuan susunan prinsip-prinsip demikian. 52 Para negara yang

industrial maju, mulai banyak melakukan riset manajemen dan para pimpinan

bisnis, makin tertarik untuk mempekerjakan para ahli lulusan universitas yang

terampil dalam konsep-konsep manajemen. Perhatian demikian, menyebabkan

munculnya sekolah-sekolah bisnis dan manajemen sebagai bidang studi.53

52 . Harold Koontz dan Cyril O’donnell, Prinsip-rinsip Manajemen: Suatu Analisa

Mengenai Fungsi-fungsi Managerial, (Jakarta: Bhrata, 1967), Jilid 1, h. 3053 . Winardi, Sejarah Perkembangan Pemikiran Dalam Bidang Manajemen, h. 169

Page 91: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

55

Di dalam menunjukkan beberapa alasan bagi kelambatan di dalam

mengembangkan prinsip-prinsip demikian ini, kita tidak dapat mengabaikan

abad-abad ketika perdagangan itu kurang dihargai. Kendatipun lembaga-lembaga

seperti asuransi, kredit dan marketing mulai tumbuh sejak jaman pertengahan

dan meskipun usaha ini dan lain-lain sudah cukup terbentuk menjelang waktu

Revolusi Industri, perusahaan itu sendiri dianggap sebagai pekerjaan yang

merendahkan derajat. Penggambaran Aristoteles tentang jual beli sebagai

manajemen yang “tidak wajar” , telah ditulis olehnya dalam buku Politics and

Ethics, adalah sebagai berikut:

“Diantara dua jenis cara mencari uang, yang bertama termasuk ke dalam manajemen rumah tangga, dan kedua adalah merupakan perdagangan eceran: Yang pertama, perlu dan terhormat, dan yang kedua, merupakan sejenis pertukaran yang baru saja diakui; karena perdagangan itu tidak wajar, dan menjadi suatu cara bagaimana seseorang dapat memperoleh keuntungan dari orang lain”. 54

Dalam buku Wealth of Nations, Adam Smith mengatakan tentang para

usahawan, “Mereka merupakan “segolongan manusia”, yang kepentingannya

tidak pernah sama dengan kepentingan umum, dan kepentingannya pada

umumnya adalah untuk menipu bahkan untuk menindas orang umum.”

Sebab lain dari kelambatan perkembangan ini adalah, perhatian yang

banyak dari para ahli ekonomi, ditumpahkan pada ekonomi politik dan aspek-

aspek nonmanagerial dari perusahaan. Di dalam analisa mereka mengenai usaha

dagang dan pertumbuhan ajaran-ajaran filosofis mengenai perusahaan, para ahli

54 . Koontz dan O’donnell, Prinsip-rinsip Manajemen: Suatu Analisa Mengenai Fungsi-

fungsi Managerial, h. 31

Page 92: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

56

ekonomi pada umumnya mengikuti pimpinan Adam smith, yang perhatiannya

ditumpahkan kepada tindakan yang akan menambah kekayaannya sesuatu negara

dan ajaran Ricardo, yang titik beratnya diletakkan pada distribusi kekayaan

kepada faktor-faktor produksi. Perhatian yang dibatasi para ahli ekonomi ini,

sehingga tidak memungkinkan mereka untuk memeriksa implikasi-implikasi

teoritis dari aspek perusahaan yang paling penting.

Kita mungkin mengharapkan, bahwa ilmu pengetahuan politik

seyogyanya menjadi bapak dari teori manajemen. Oleh karena pelaksanaan

kebijaksanaan politik menjadi salah-satu tugas utama pemerintah, dan

pemerintah itu sendiri merupakan bentuk yang paling lama dan lengkap dari

organisasi social. Akan tetapi, kendatipun sudah nyata pentingnya, para ahli teori

politik dahulu lambat mengalihkan perhatiannya kepada masalah-masalah

administrasi. Mereka, ssebagaimana halnya dengan para ekonomi permulaan itu,

terlalu menumpahkan perhatiannya pada soal-soal penentuan politik di tingkat

nasional dan internasional. Kendati demikian, sebagian dari sumbangan-

sumbangan di dalam teori manajemen, datang dari para sarjana di bidang Public

Administration, dan sumbangan-sumbangan yang penting terus mengalir dengan

deras dari sumber ini.

Pada batas tertentu kelambanan ini juga, disebabkan oleh kecenderungan

membagi di dalam kotak-kotak disiplin yang termasuk di dalam bidang ilmu

pengetahuan sosial yang luas, serta juga di dalam kegagalan menggunakan

research para ahli sosiologi dan psikologi pada bidang manajemen perusahaan.

Teori-teori sosiologi mengenai organisasi-organisasi formal dan informal,

Page 93: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

57

belakangan ini telah dipakai di dalam fungsi-fungsi manager perusahaan. Begitu

juga, research para ahli psikologi di dalam bidang-bidang dasar yang mendorong

prilaku seseorang reaksinya terhadap penguasa dan arti serta ukutan

kepemimpinan telah meluas ke persoalan-persoalan perusahaan.

Faktor yang lain adalah terdapat kepercayaan yang luas di kalangan para

pemimpin di dalam perusahaan, pemerintahan dan organisasi-organisasi lainnya,

bahwa manajemen itu tidak mudah untuk dikenakan prinsip, bahwa manajemen

itu ialah suatu keahlian bukan ilmu pengetahuan. Patut diperhatikan, bahwa bagi

pembuka studi sekarang ini, tentang manajemen sebagai ilmu pengetahuan,

dipatahkan oleh apa yang dinamakan manajemen Frederick W. Taylor 55 yang

memusatkan perhatiannya pada tingkat pabrik. Ia melihat banyaknya terjadi

berbagai kelemahan, pemborosan serta kurangnya efesiensi organisasi dan

pengawasan atas bekerja. Kemudian ia membentuk standar kerja untuk setiap

jenis, dan tahap kerja, dengan mengadakan aturan dan pengujian kepada setiap

bentuk dan unsur kerja, memperincinya sesuai dengan bagian-bagian yang

dibutuhkan. Setelah Taylor menyusun bagian-bagian dengan fungsinya masing-

masing, maka pada tahun 1911, ia menyusun prinsip-prinsip manajemen dalam

karyanya yang berjudul “The principle of management”. Maksud Taylor

55 . Pada tahun 1978, ia bekerja pada Madvale Steel Company di Philadelphia sebagai

seorang ahli mesin pada perusahaan tersebut. Di dalam bekerja ia selalu merenung, memikirkan bagaimana menciptakan suatu bentuk kerja yang lebih baik dan hemat. Jawahir Tanthowi, Unsur-unsur Manajemen Menurut Ajaran Al-Qur’an, h. 16. Ia dikenal sebagai “Bapak Manajemen Ilmiah (The Father of Scientific Manajement). Perhatian utamanya selama hidupnya adalah, upaya untuk memperbesar efisiensi dalam bidang produksi, bukan saja untuk menurunkan biaya-biaya dan meningkatkan laba, tetapi jug memungkinkan meningkatnya imbalan bagi para pekerja melalui produktivitas mereka yang lebih tinggi. Winardi, Sejarah Perkembangan Pemikiran Dalam Bidang Manajemen, h. 142

Page 94: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

58

menyusun ilmu pengetahuan manajemen adalah, untuk mengubah sistem yang

tidak berencana, kemudian menggerakkan fungsinya masing-masing.56

Sebagai tambahan dari faktor-faktor tersebut di atas adalah para

usahawan sendiri di masa yang lampau tidak mendorong perkembanga teori

manajemen. Terlalu sering dititik beratkan kepada teknologi, harga dan daftar

saldo. Suatu orientasi yang sama sekali tidak membantu ke arah pengetian dan

penelitian kerja manager itu.

Dorongan utama kearah perkembangan teori manajemen perusahaan datang pada seperempat abad belakangan ini, sebagai hasil dari pengakuan, bahwa ‘Missing Link’ di dalam mencapai sistem perusahaan yang efektif ialah soal hubungan-hubungan antar manusia. Zaman Malaise, sesudah tahun 1929 menimbulkan gejala-gejala kegelisahan manusia seperti New Deal dan Perserikatan Buruh yang mempertegas peringatan kepada para usahawan, bahwa diantara kekurangan-kekurangan dari perkembangan industri Amerika,agaknya yang paling besar adalah perhatiannya yang dipusatkan hanya pada manipulasi sumber-sumber. Agaknya tidak terlalu berlebih-lebihan, untuk mengatakan bahwa, pergolakan tahun tiga puluhan itu, serangan pemerintah dan lain-lain kelompok sosial terhadap lembaga-lembaga usaha swasta menjadi menjadi perantara di dalam memaksakan para manager perusahaan untuk meneliti sifat pekerjaan mereka.57

Perang Dunia II dan program-program pertahanan sebagai kelanjutannya

memberikan pengaruh yang malahan lebih penting lagi di dalam perkembangan

teori manajemen. Titik berat yang diletakkan atas produksi dengan ongkos yang

sekecil-sekecilnya di dalam bahan-bahan dan tenaga kerja menyorotkan

perhatian atas pekerjaan si manager, pada setiap tingkat di dalam organisasi,

sebagai faktor strategis di dalam mencapai maksud tujuan. Maka pentingnya

56 . Untuk lebih jelas mengenai empat prinsip yang telah diutarakan oleh Taylor, penulis

membahas pada bagian “teori manajemen ilmiah”, yang diutarakan pada pembahasan berikutnya.57 . Koontz dan O’donnell, Prinsip-rinsip Manajemen: Suatu Analisa Mengenai Fungsi-

fungsi Managerial h. 34

Page 95: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

59

manager itu di dalam perusahaan, sebaliknya dari pada berkurang menjelang

akhir Perang Dunia II, menjadi bertambah besar di dalam tahun-tahun sesudah

peperangan itu. Di satu pihak, penyedotan pemuda-pemuda yang semakin cakap

ke dalam program-program militer selama perang, mengakibatkan kurangnya

tenaga kerja yang dapat diharapkan sesudah perang itu. Di lain pihak, kemajuan-

kemajuan teknik yang mengikuti perang itu lebih membesar, keterbelakangan

pengetahuan dan kecakapan managerial dari pada kemampuan teknik.

Lawrence A. Appley, Presiden dari American Management Association,

mengemukakan bahwa:

“jumlah para pemimpin perusahaan yang telah menyadari kebutuhan ini bertambah dengan cepat sekali. Personalia manajemen di Amerika, dapat dibagi dalam empat golongan. Pertama, golongan tradisional, kedua, golongan tidak beruntung, ketiga, golongan yang jujur dan sungguh-sungguh, dan keempat adalah golongan yang tumbuh dengan lambat.” 58

Golongan tradisional, adalah golongan yang telah menganggap

manajemen sebagai manipulasi modal dan eksploitasi manusia, pandangan

seperti itu dengan cepat mulai lenyap di Amerika. Golongan kedua adalah,

yang disebut Appley sebagai golongan yang “tidak sadar dan tidak beruntung”,

yaitu golongan manager yang tampil bekerja setiap hari secara rutin. Jumlah

golongan ini, sudah banyak yang lenyap. Golongan ketiga, yang disebut “jujur di

dalam hasratnya dan sungguh-sungguh di dalam usahanya”, adalah masa yang

terus tumbuh bertambah besar dari para manager perusahaan, pada semua tingkat

58 . Koontz dan O’donnell, Prinsip-rinsip Manajemen: Suatu Analisa Mengenai Fungsi-

fungsi Managerial h. 35

Page 96: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

60

organisasi, yang dengan sungguh-sungguh mencoba mencari penjelasan

mengenai kerja manajemen. Sedangkan golongan keempat yang

disebut tumbuh dengan lambat ialah, apa yang dikarakterisir Apply sebagai

yang “terang di dalam tujuan dan sehat di dalam tindakan”. Golongan ini, tidak

hanya merasakan tanggungjawab manajemen, tetapi telah membangun,

memikirkan dan melaksanakan falsafah manajemen yang didasarkan atas

prinsip-prinsip yang dapat dilaksanakan.

Penggolongan ini memberikan gambaran yang jelas, mengenai kesadaran

yang semakin bertambah besar akan teori manajemen. Dengan terus hidupnya

kesadaran ini, dengan dipahaminya dan terus diperhalusnya prinsip-prinsip yang

ada, dan ditemukannya prinsip-prinsip baru, sebuah teori manajemen yang luas

dan vital dapatlah dipastikan. Malahan, tidaklah akan terlalu dilebih-lebihkan

untuk meyakini bahwa Abad Kedua Puluh ini, dan terutama bagian keduanya

yang terakhir, akan tercatat di dalam sejarah sebagai Zaman Manajemen.

Walaupun orang baru saja mementingkan teori manajemen perusahaan,

kita tidak boleh mengambil kesimpulan bahwa, perhatian terhadap hal tersebut

merupakan fenomena seperempat abad belakangan ini. Persoalan manajemen

dan usaha-usaha pemecahannya sudah sama tuanya dengan peradaban itu

sendiri. Namun demikian, terdapat sumbangan-sumbangan pada permulaan

perkembangan teori manajemen. Sumbangan-sumbangan itu adalah sebagai

berikut:

Tafsiran-tafsiran surat lontar Mesir Kuno, sampai sejauh tahun 1300

sebelum Isa, menunjukkan pentingnya arti organisasi dan administrasi di dalam

Page 97: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

61

negara-negara birokrasi zaman kuno. Bukti serupa dapat diperoleh di dalam

catatan-catatan Tiongkok Kuno. Perumpamaan-perumpamaan Cunfucius, juga

mengandung saran-saran yang praktis bagi pemerintahan umum yang patut,

termasuk peringatan-peringatan untuk memilih pejabat-pejabat pemerintah yang

jujur, tidak mementingkan diri sendiri dan cakap.

Walaupun catatan-catatan dan tulisan-tulisan orang Yunani tidak

memberikan banyak keterangan mengenai penggunaan dan penemuan prinsip-

prinsip semacam itu, kenyataan adanya persemakmuran Athenia, dengan dewan-

dewannya, mahkamah rakyatnya, pejabat-pejabat administratifnya, serta Dewan-

dewan Jendralnya, menunjukkan adanya penghargaan atas fungsi managerial itu.

Socrates, di dalam percakapannya dengan Nichomachides, memberikan

pandangannya tentang manajemen sebagai berikut:

“Saya mengatakan, bahwa apapun yang dipimpin oleh seorang, bila ia mengetahui apa yang dibutuhkan dan dapat mengadakannya, akan menjadi seorang presiden yang baik, apakah ia memimpin suatu rombongan, suatu keluarga, suatu kota atau balatentara, …maka, janganlah, Nichomachides melecehkan orang-orang yang cakap di dalam mengendalikan rumah tangganya, oleh karena melaksanakan urusan-urusan pribadi berbeda dari urusan-urusan umum, hanya di dalam luasnya.”59

Sebagaimana dapat diduga, beberapa prinsip dan praktek-praktek

manajemen perusahaan modern dapat diikuti jejaknya yang berasal dari

organisasi-organisasi kemiliteran. Kecuali gereja, tidak ada organisasi di dalam

sejarah peradaban Barat sepanjang masa itu, yang terpaksa menghadapi masalah-

masalah pimpinan kelompok-kelompok yang boleh dikatakan besar, sehingga

59 . Koontz dan O’donnell, Prinsip-rinsip Manajemen: Suatu Analisa Mengenai Fungsi-fungsi

Managerial h. 38

Page 98: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

62

perlu menggunakan prinsip-prinsip organisasi. Akan tetapi, walaupun terdapat

kebutuhan akan cara-cara dan prinsip-prinsip manajemen, organisasi-organisasi

militer tidak berhasil menggunakannya secara efektif sampai pada dua abad yang

belakangan ini.

Walaupun organisasi-organisasi militer nampaknya tetap masih boleh dikatakan sederhana sampai waktu belakangan ini, oleh karena dibatasi sampai sekecil-kecilnya oleh hubungan-hubungan wewenang berjenjang, militer selama berabad yang lalu telah menyempurnakan cara-cara penjurusannya. Militer di masa lalu, walaupun mereka terdiri dari serdadu-serdadu bayaran dikarekterisir oleh moril yang efektif dan hubungan yang saling mengisi, di antara maksud-maksud individual dan kelompok. Sejarah cukup banyak menceritakan, contoh-contoh pemimpin militer yang menggunakan banyak waktu mengkomunikasikan rencana-rencana dan maksud-maksud tujuannya kepada pengikutnya, untuk mencapai apa yang dinamakan “kesatuan doktrin” di dalam organisasi. Seorang panglima yang begitu otokratis seperti Napoleon sekalipun memperkuat wewenangnya, untuk memberikan komando dengan penjelasan yang cermat mengenai maksud dan tujuan perintahnya.60

Akan tetapi pada tahun-tahun belakangan ini, organisasi-organisasi

militer telah menggunakan prinsip-prinsip manajemen yang lain. Di antara yang

terpenting dari padanya ialah prinsip staf. Walaupun istilah “staf umum” terdapat

di dalam tentara Prancis di tahun 1790 dan beberapa fungsi staf telah

mengkarakterisir organisasi-organisasi militer selama berabad-abad, konsep

modern mengenai staf umum itu dapat diikuti jejaknya, yang berasal dari

balatentara Rusia dari abad ke-sembilan belas. Kelompok ini, yang diorganisasi

oleh kepala staf, memberikan nasehat khusus dan informasi serta memberikan

jasa-jasa tambahan, yang sekarang telah merupakan segi-segi yang esensial dari

usaha-usaha militer dan perdagangan.

60 . Koontz dan O’donnell, Prinsip-rinsip Manajemen: Suatu Analisa Mengenai Fungsi-

fungsi Managerial h. 39

Page 99: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

63

Kaum kameralis terdiri dari golongan pelaksana dan intelektual publik

administration Jerman dan Austria, yang pada umumnya mempunyai paham-

paham yang sama dengan kaum Merkantilis Inggris dan aliran Physiokratis dari

ekonomi politik Prancis. Mereka berkeyakinan, bahwa untuk mempertinggi

kedudukan negara, perlu pelaksanaan cara-cara menambah sebanyak-banyaknya

kekayaan material. Tetapi aliran kameralis, yang hidup subur dari abad ke-

enambelas sampai ke-delapan belas, menegaskan, berbeda dengan kaum

Merkantilis dan Physiokrat, administrasi yang sistematis sebagai sumber dari

kekuatan ini. Dan oleh karena itu, merupakan salah-satu dari golongan pertama

yang memuja sistem teknologi administratif.

Kaum kameralis, juga bertanya di dalam sifat universal dari cara-cara

manajemen, dengan mengemukakan bahwa nilai-nilai yang sama, yang

menambah kekayaan seseorang individu diperlukan di dalam administrasi yang

sewajarnya dari negara atau salah-satu bagiannya. Di dalam membangun

beberapa prinsip-prinsip dari teknologi administratif ini, mereka memberikan

titik berat pada soal-soal seperti spesialisasi dari fungsi, kecermatan di dalam

mendidik dan seleksi pegawai-pegawai bawahan untuk jabatan-jabatan

administratif, penetapan jabatan pengawas yang penting di dalam urusan-urusan

pemerintahan, penyegeraan proses-proses hukum dan penyederhanaan prosedur-

prosedur administratif.61

61 . Koontz dan O’donnell, Prinsip-rinsip Manajemen: Suatu Analisa Mengenai Fungsi-

fungsi Managerial h. 40

Page 100: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

64

Sejak zaman Fayol dan Taylor, teori manajemen yang dapat dipakai

secara secara universal telah berkembang dengan cepat. Walaupun lama kurang

diperhatikan, dari pada penelitian terhadap segi-segi teknis dan fungsional dari

pada prilaku manusia, kesadaran akan peranan yang khas dari seorang manajer

itu dan keinginan untuk menyempurnakan kemantapannya melalui seleksi,

pendidikan dan penilaian diri sendiri telah menghasilkan penelitian yang

semakin banyak di bidang ini. Walaupun tidak mengkin mengulangi di sini

segala sumbangan-sumbangan yang terpenting di dalam teori manajemen itu

beberapa di antaranya yang paling penting, dapat disebutkan di sini.

Bertepatan dengan gerakan manajemen ilmiah itu, dan dengan dorongan

olehnya, sejumlah para ahli mencoba menciptakan efesiensi yang lebih sempurna

di dalam pemerintahan dengan praktek-praktek personalia yang lebih baik dan

manajemen yang lebih mantap. Salah seorang penganjur yang terkemuka dari

gerakan ini ialah Woodrow Wilson, yang sejak tahun 1885 dan berkali-kali pada

tahun-tahun kemudiannya, menyerukan efesiensi di dalam pemerintahan. Di

dalam usaha mencapai penghematan, mereka yang menaruh minat di dalam

public administration, dengan

sendirinya memberikan arti penting anggaran belanja dan perencanaan. Bagi

bidang ini banyak pelaksanaan public administration dan sarjana-sarjana politik

yang memberikan sumbangan sangat penting. Di antara para ahli ini, terdapat

Luther Gulick, dengan pengamatan-pengamatannya mengenai organisasi

pemerintahan dan penelitiannya yang lama di dalam pemakaian metodolog

ilmiah di dalam public administration. Perintis-perintis lain, seperti White, Gaus

Page 101: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

65

dan Friedrick, Stene, Dimock, Simon dan Merriam, yang telah melakukan

pendekatan terhadap bidang ini, yang tidak hanya sebagai pelaksana public

administration yang praktis, tetapi juga sebagai para ahli yang universitas

Agaknya, sumbangan yang paling penting bagi bidang teori manajemen,

diberikan oleh para usahawan, yang di antaranya telah kita sebut Henri Fayol.62

Ada beberapa sebab bagi kenyataan ini. Pertama, kerja manajemen yang mantap

telah dirasakan amat sukar, dan akibat dari manajemen yang buruk, begitu serius

artinya bagi kedudukan manajerial atasan, sehingga usaha mencari prinsip ini

telah merupakan usaha mencari cara-cara untuk mempertahankan diri sendiri.

Kedua, masalah ini agaknya terlihat lebih tajam di bidang perusahaan dari pada

di bidang pemerintahan atau bidang-bidang lainnya. Dimana sasaran politik atau

sosial cenderung untuk lebih dipentingkan dari pada soal-soal kemantapan

administrative. Pengaruh selanjutnya, terutama di masa belakangan ini, ialah

perasaan yang benar, bahwa usaha swasta sedang menghadapi ujian, dan kunci

dari kesuksesan usaha tersebut adalah terletak pada manajemen.

Kedua ialah, merupakan salah satu di antara para penulis yang pertama,

Russell Robb, yang di tahun 1910, pada Graduate School of Bussiness

Adminstration, memberikan serangkaian tiga ceramah yang khas mengenai

organisasi, sebagai berikut:

62 . Henri Fayol dikenal sebagai “Bapak” teori manajemen operasional modern. Beliau

adalah seorang industrialis Prancis, yang pada tahun 1961 telah menerbitkan karya besarnya yang berjudul “Administration Industrielle et Generale” dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada tahun 1929. Winardi, Sejarah Perkembangan Pemikiran Dalam Bidang Manajemen,h. 145

Page 102: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

66

“organisasi ialah sebagai alat untuk mengerahkan tenaga manusia dan

bahan-bahan secara efisien, suatu alat yang harus disesuaikan dengan

keadaan setiap usaha, akan tetapi yang juga dapat digunakan secara

melewati batas.”

Ia juga mengemukakan pentingnya arti ketegasan mengenai wewengan,

begitu pula, keselarasan dan “kerjasama regu”, Robb memperingatkan akan

bahaya, bahwa terlalu banyak spesialisasi fungsional di dalam organisasi

perusahaan, akan menimbulkan persoalan-persoalan koordinasi.”

Ketiga, Oliver Sheldon. Seperti Fayol, Sheldon berusaha mencari

rumusan teori manajemen di dalam keseluruhannya. Dengan merumuskan

maksud dan tujuannya, mengikuti jejak pertumbuhannya dan mengemukakan

prinsip-prinsip yang menguasai prakteknya.63 Sheldom menanggapi hal-hal

penentuan kebijaksanaan serta pengerahan organisasi-organisasi (manajemen

secara khas), dan proses mengkombinasikan kerja seseorang atau kelompok

dengan bakat-bakat yang diperlukan bagi pelaksanaannya.

Walaupun Sheldon menggaris bawahi, hal-hal seperti tanggungjawab

sosial dari manajemen dan meneliti bidang-bidang fungsional dari manajemen,

seperti personalia (manajemen buruh) dan manajemen produksi, banyak di antara

prinsip-prinsipnya sama dengan Fayol. Akan tetapi, kita mendapat kesan dari

kerja Sheldon, bahwa ia tidak memiliki keluasan pengertian Fayol kecuali

63. Dengan usahanya untuk mencari rumusan teori manajemen di dalam keseluruhannya,

terutama di dalam mencari dan mempelajari rumusan maksud dan tujuannya, Sheldon merumuskan perencanaan sebagai “sesuatu yang menjuruskan dan mengawasi proses produksi menurut tujuan yang ditentukan”. Koontz dan O’donnell, Prinsip-rinsip Manajemen: Suatu Analisa Mengenai Fungsi-fungsi Managerial h. 57

Page 103: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

67

mengenai organisasi. Ia tidak melihat fungsi-fungsi manajer itu dapat dipakai

secara umum. Seperti, uraiannya mengenai perencanaan, terutama hanya

berputar pada sekitar pabrik saja.

Sumbangan yang penting lagi ialah Henri Dennison, seorang usahawan

bagi perkembangan permulaan teori manajemen dan merupakan seorang

industrialis dari Massachusetts yang memiliki cara-cara manajemen yang maju di

Dennison Mining Company, yang memungkinkan ia meneliti prinsip-prinsip

manajemen. Di dalam sebuah buku yang diterbitkan pada tahun 1931. Dennison

mulai mempelajari segi-segi ilmiah dari manajemen, terutama mengenai

organisasi dan menentukan apakah metode seorang insinyur dapat dikenakan

bagi lapangan ini. Di dalam berbuat demikian, Dennison mengembangkan

konsep-konsep motivasi (hal-hal yang memberikan atau merupakan alasan),

kepemimpnan serta kerjasama kelompok dan menganalisa faktor-faktor

struktural dan organisasi di dalam pengaruhnya terhadap kepribadian.

Agaknya, usaha yang paling terang oleh kaum usahawan untuk

menyusun kerangka bagi teori organisasi, terdapat di dalam kerja Mooney dan

Reiley.64 Belajar dari sejarah, terutama dari organisasi militer, pengarang-

pengarang ini berusaha mengkombinasikan prinsip-prinsip organisasi ke dalam

suatu pola prinsip, proses dan akibat (efek) yang logis. Dimulai dengan prinsip

koordinasi, mereka memasuki bidang konsepsi-konsepsi organisasi berjenjang

64. Buku karangannya yang pertama kali diterbitkan, dengan judul J.D. Mooney and

A.C. Reiley, Omward Industry. Buku ini, kemudian diterbitkan kembali dengan perubahan-perubahan kecil dengan judul yang berbeda, yaitu “ The Principles of Organization”. Koontz dan O’donnell, Prinsip-rinsip Manajemen: Suatu Analisa Mengenai Fungsi-fungsi Managerial, h. 58

Page 104: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

68

dan fungsionalisme, dengan mencapai secara rangkaian-rangkaiaan tiga

(triads), yang berjumlah sembilan prinsip organisasi. Sementara karya

Mooney dan Reiley telah dikritik sebagai terlalu doktriner. Karya itu merupakan

approach yang paling logis untuk menghubungkan satu sama lain prinsip-

prindip fundamental dari organisasi.

Salah satu karangan, yang paling berpengaruh dan lengkap di lapangan

ini ialah karangan Chester I Barnard, The Functions of the Executive, diterbitkan

tahun 1938. Di dalam karyanya yang lama sebagai seorang pemimpin

perusahaan, Barnard, terkesan oleh kebutuhan akan beberapa azas pokok yang

universal, untuk menjelaskan kerja eksekutif itu dan membantunya memperbaiki

kesanggupannya sebagai seorang manager. Banyak mengambil dari penelitian-

penelitian ilmiah para ahli sosiologi dan ilmu jiwa. Barnard menghasilkan

sebuah karangan yang sangat menggugah pikiran (propokatif). Karangannya itu,

sebagaimana yang telah dikemukakannya, sebenarnya merupakan dua buah

karangan pendek. Yang pertama mengenai teori organisasi, dan yang kedua

mengenai fungsi-fungsi seorang eksekutif. Teori organisasinya, yang berat

bersifat sosiologis di dalam pendekatannya, bertolak dari prinsip-prinsip

kerjasama kelompok dan sampai kepada prinsip-prinsip organisasi formal.

Prinsip-prinsip fungsi eksekutif yang dikemukakannya, cenderung

kepada teori organisasi. Dan selanjutnya sangat mementingkan segi

kepemimpinan dari managerial dan pentingnya komunikasi. Suatu sumbangan

yang menarik lagi ialah, penelitiannya mengenai proses pengambilan keputusan,

dengan perhatian yang khas untuk mencari faktornya yang strategis. Kaitannya

Page 105: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

69

dengan penting segi kepemimpinan dari seorang manajer, pada akhir tahun

1960-an, Mintzberg telah melakukan suatu pengamatan mendetail terhadap lima

manajer puncak yang sedang bekerja. Apa yang ditemukannya menantang

beberapa pengertian yang lama mengenai pekerjaan manajer. Misalnya berbeda

dengan pandangan-pandangan yang lazim pada waktu itu, bahwa manajer-

manajer itu merupakan pemikir-pemikir yang suka merenung dengan seksama

dan sistematis memproses informasi sebelum mengambil keputusan-keputusan,

Mintzberg menemukan bahwa manajer-manajer itu terlibat dalam sejumlah besar

kegiatan-kegiatan beragam, tidak berpola dan berjangka pendek. Seorang

manajer harus memiliki kemampuan teknis, manusiawi dan konseptual.65

Karangan Barnard begitu lengkap dan memberikan hasil, sehingga,

sumbangannya yang pokok terhadap teori manajemen yang sedang tumbuh itu

tidak dapat diringkaskan. Akan tetap, dapat dikatakan bahwa sumbangannya itu

sama nilai penggugahannya dengan isinya, karena ia banyak mengemukakan

pemandangan-pemandangannya yang baru untuk mencari prinsip-prinsip

manajemen selanjutnya.

Sumbanga lain, yaitu, seorang usahawan Alvin Brown, karangannya yang

berjudul Organization of Industry, diterbitkan tahun 1947. karangan ini pada

pokoknya, merupakan analisa delegasi wewenang, dengan usaha untuk

menyusun suatu teori organisasi dan pembagian fungsi-fungsi managerial ke

65 . Peran konseptual yaitu, seperti alokasi sumber daya, keuangan dan lain sebagainya.

Peran manusiawi, seperti menjadikan saudara kandung, sebagai karyawan, relawan.. Kemampuan teknis, seperti bagaimana caranya agar orang lain dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Stephen P Robins dan Marry Coulter, Management, Sixth Edition, (Jakarta: PT. Prenhallindo, 1999), h. 14

Page 106: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

70

dalam “fase-fase administrasi” dari perencanaan dan pengawasan. Walaupun

Brown selalu menyebut-nyebut “tanggungjawab”, bila yang dimaksudnya ialah

wewenang, atau wewenang plus kegiatan yang ditugaskan, karangannya penting

sebagai salah satu analisa yang paling dalam mengenai pendelegasian dan

wewenang dan bagi percobaannya, untuk mengkodifikasikan beberapa prinsip

manajemen.

Di antara sumbanga lain, oleh kalangan usahawan dan manajemen professional, kita tidak boleh mengabaikan uraian yang tajam dan sintese dari Lyndall Urwick, berkas-berkas dari Mary Parker Follett, dan kerja rintisan dari Ordway Tead dan Paul Holden, untuk menyebut hanya sedikit di antaranya. Begitu pula, kita tidak boleh mengabaikan dorongan yang begitu kuat, yang diberikan oleh Society for the Advancement of Management dan American Management Association. Organisasi yang disebut belakangan ini, terutama yang mempunyai akarnya di kalangan managerial atasan di Amerika, yang anggota-anggotanya sebagian besar diambil dari kelompok para manager perusahaan yang kritis, yang dengan sungguh-sungguh mencari dasar-dasar ilmiah bagi pekerjaan managerialnya. Dan banyak perhatiannya ditujukan pada segi-segi manajemen produksi dari pada masalah manajemen pada umumnya.66

Walaupun hanya sedikit dari para ahli sosiologi dan ilmu jiwa, yang

menaruh minat pada soal-soal manajemen, sumbangan-suimbangan mereka

terhadap perkembangan teori manajemen boleh dikatakan banyak. Para ahli

sosiologi telah memberikan sumbangan yang banyak di dalam masalah anatomi

organisasi dengan penelitian-penelitian mereka, mengenai kelompok, prilaku

kelompok dan kepemimpinan. Para ahli ilmu jiwa telah memberikan penerangan

mengenai segi-segi prilaku rasional di dalam hal mengambil keputusan,

mengenai mekanisme pengaruh kelompok, prilaku, sifat kepemimpinan dan

66. Koontz dan O’donnell, Prinsip-rinsip Manajemen:Suatu Analisa MengenaiFungsi-

fungsi Managerial h. 60

Page 107: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

71

masalah-masalah motives. Manajemen tidak merupakan bidang yang khas dari

seorang pemimpin perusahaan atau pamongpraja, teori manajemen perlu

menggunakan semua disiplin ilmu, yang ditujukan untuk memahami sikap dan

prilaku individu atau kelompok.

D. Teori Manajemen Klasik

Walaupun teori manajemen ilmiah muncul sekitar1900-an, namun

tulisan-tulisan tentang manajemen sudah ada sebelumnya, sebagaimana halnya

dengan pekembangan-perkembangan kebudayaan yang lain. Prinsip manajemen

juga mengatakan, bahwa akar dari prinsip-prinsip manajemen ilmiah ditemukan

ketika timbul kebutuhan pemakaiannya. Timbulnya industri-industri besar,

pemakaian mesin-mesin yang mahal harganya dan penyempurnaan sistem-sistem

pabrik, merupakan dorongan yang memaksa untuk memberikan titik berat baru

yang kepada masalah manajemen. Akan tetapi, setidaknya ada dua tokoh

manajemen yang mengawali munculnya manajemen, yaitu:

1. Robert Owen (1771-1858)

Seperti halnya para ahli manajemen lainnya, Robert Owen juga mendapatkan

julukan Bapak Manajemen Personalia atas keberhasilan yang ia capai.67 Dimulai pada

awal tahun 1800-an, sebagai Manager Pemintalan Kapas di New Lanark, Skotlandia.

Robert Owen mencurahkan perhatiannya pada penggunaan faktor produksi mesin dan

faktor produksi tenaga kerja. Pada suatu saat sampailah ia pada suatu kesimpulan

bahwa, bilamana terhadap mesin dilakukan suatu perawatan yang baik, akan

67 . Jawahir Tanthowi, Unsur-unsur Manajemen Menurut Ajaran Al-Qur’an, h. 18

Page 108: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

72

memberikan keuntungan kepada perusahaan. Demikian pula halnya pada tenaga kerja,

apabila tenaga kerja dipelihara dan dirawat (dalam arti adanya perhatian, baik

konvensasi, kesehatan, tunjangan dan lain-lain) oleh pimpinan perusahaan, akan

memberikan keuntungan kepada perusahaan. Selanjutnya dikatakan bahwa, kuantitas

dan kuantitas hasil pekerjaan dipengaruhi oleh situasi ekstern dan intern dari

pekerjaan.68

2. Charles Babbage (1792-1871)

Charles Babbage adalah seorang profesor matematika dari Inggris yang

menaruh perhatian dan minat pada bidang manajemen. Perhatiannya pada

operasi-operasi pabrik yang dapat dilakukan secara efisien. Dia percaya bahwa

aplikasi prinsip-prinsip ilmiah pada proses kerja akan menaikkan produktivitas

dari tenaga kerja dan menurunkan biaya, karena pekerjaan-pekerjaan dilakukan

secara efektif dan efisien. Dia menganjurkan agar para manager bertukar

pengalaman dan dalam penerapan prinsip-prinsip manajemen, perhatiannya

diarahkan dalam hal pembagian kerja (devision of labour), yang mempunyai

beberapa keunggulan, yaitu:

- Waktu yang diperlukan untuk belajar dari pengalaman-pengalaman yang baru

- Banyak waktu yang terbuang bila seseorang berpindah dari satu pekerjaan ke

pekerjaan lain, dan orang tersebut harus menyesuaikan kembali pada

pekerjaan barunya, sehingga akan menghambat kemajuan dan keterampilan

pekerja, untuk itu dilakukan spesialisasi dalam pekejaannya

68 . Mohammad Abdul Mukhyi, Pengantar Manajemen Umum, (Jakarta: Gunadarma, 1991), cet.

Ke-1, h. 18

Page 109: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

73

- Kecakapan dan keahlian seseorang bertambah, karena seorang pekerja bekerja

terus-menerus dalam tugasnya

- Adanya perhatian pada pekerjaannya sehingga dapat meresapi alat-alatnya

karena perhatiannya pada itu-itu saja

Kontribusi lain dari Charles Babbage, yaitu menciptakan mesin hitung (calculator) mekanis yang pertama, mengembangkan program-program permainan untuk komputer, mengembangkan kerjasama yang saling menguntungkan antara para pekerja dengan pemilik perusahaan, juga membuat skema perencanaan pembagian keuntungan.69

E. Teori Manajemen Ilmiah

Pada awal abad ini, proses industrial sesungguhnya tidak lain dari suatu

kumpulan keterampilan-keterampilan tradisional. Di Eropa dan di Amerika

Utara, terdapat apa yang dinamakan “system pabrik” (A Factory System) yang

mengeksploitasi tenaga kerja, dan yang hanya mementingkan upaya mencapai

output semaksimal mungkin.70 Teori manajemen dan prinsip-prinsip yang

berhubungan dengannya, adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan dan sangat

penting bagi seseorang yang memimpin suatu lembaga atau organisasi-

organisasi.

Talcott Parsons, secara tajam memberikan perspektif yang tepat

mengenai peranan teori manajemen. Ia mengatakan, bahwa:

“Tidak terlalu berlebihan untuk mengatakan bahwa, indeks yang paling

penting dari kedewasaan suatu ilmu pengetahuan, ialah keadaan teorinya

69 . Koontz dan O’donnell, Prinsip-rinsip Manajemen: Suatu Analisa Mengenai Fungsi-

fungsi Managerial h. 18-1970 . Winardi, Sejarah Perkembangan Pemikiran Dalam Bidang Manajemen, h. 172

Page 110: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

74

yang sistematis. Dan termasuk di dalamnya, cara-cara dimana ia

sesungguhnya digunakan di dalam penyelidikan ilmiah secara empiris.”

Tokoh-tokoh dari teori manajemen ilmiah antara lain:

1. Frederick Winslow Taylor (1856-1915)

Pertama kali manajemen ilmiah atau manajemen yang menggunakan

ilmu pengetahuan dibahas, pada sekitar tahun 1900-an. Taylor adalah manager

dan penasehat perusahaan dan merupakan salah seorang tokoh terbesar

manajemen. Taylor dikenal pula sebagai Bapak Manajemen Ilmiah (scientifick

management).71 Walaupun ia mendapatkan pendidikan leberal yang mendalam,

di sekolah-sekolah Amerika dan Eropa, Frederick W. Taylor, mendapatkan

latihan sebagai masinis pada zaman Malaise tahun 1873, dan bekerja di tahun

1878 di pabrik Midvale Steel company di Philadelphia. Meningkat dengan cepat

ia menjadi juru mesin kepala pabrik itu di tahun 1884. Selama tahun-tahun

tersebut dan berikutnya, Taylor menggunakan banyak waktunya menganalisa

keadaan kerja pabrik, dengan mengukur secara cermat dengan menggunakan

stop watch, pita-pita pengukur dan timbangan-timbangan, kerja burih di dalam

mengerjakan bahan-bahan dan melayani mesin-mesin. Dengan diilhami oleh

kepercayaan bahwa ilmu pengetahuan keinsinyuran itu dapat dipakai di dalam

cara-cara kerja pabrik. Taylor mencari “satu jalan yang terbaik”, dan sampai

kepada kesimpulan, bahwa persentase yang amat besar dari tenaga buruh dan

71. Mohammad Abdul Mukhyi, Pengantar Manajemen Umum, h. 19. Ia disebut sebagai

“Bapak Manajemen Ilmiah”, karena beliau berhasil menciptakan revolusi-revolusi mental tentang bagaimana cara melaksanakan pekerjaan di dalam organisasi-organisasi. Winardi, Sejarah Perkembangan Pemikiran Dalam Bidang Manajemen h. 173

Page 111: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

75

bahan-bahan yang terbuang, oleh karena organisasi dan pengawasan kerja yang

tidak efesien. 72

Maka, ditetapkan beberapa prinsip yang menggantikan prinsip-prinsip lama, yaitu sistem coba-coba atau yang lebih dikenal dengan sistem Trial andError. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitiannya, yaitu bahwa perusahaan akan mendapat hasil yang memuaskan, apabila pekerjaan yang akan dilaksanakan harus direncanakan, juga memperhatikan unsur teknologinya (mesin) maupun pelaksananya dalam hal ini adalah manusianya.73

Hakekat pertama dari pada manajemen ilmiah yaitu A great Mental

Revolution, karena hal ini menyangkut manager dan karyawan. Hakekat kedua,

yaitu penerapan ilmu pengetahuan untuk menghilangkan sistem coba-coba dalam

setiap unsur pekerjaan.

Gagasan Taylor dicetuskan dalam tiga makalah, yaitu Shop Management, The Principle of Scientific Management dan Testimory Before the Special HouseCommitte. Ketiga makalah ini kemudian dirangkum dalam sebuah buku yang berjudul Scientific Management, yang diterbitkan pertama kali oleh Darmouth College, Hannover pada tahun 1911.74

Taylor mengungkapkan Empat Prinsip Scientific Management, yaitu:75

- Kembangkanlah sebuah ilmu untuk setiap pekerjaan dengan implementasi

pekerjaan yang distandarisasi, serta metode-metode efisiensi untuk diikuti

oleh semua pihak

72. Dengan pemikiran barunya tentang manajemen ini, maka pada masa itu timbul suatu

gerakan yang dikenal dengan “Gerakan Efisiensi”, yaitu suatu sistem manajemen yang memusatkan perhatiannya pada efesiensi kerja seorang manager di dalam produksi barang-barang. Koontz dan O’donnell, Prinsip-rinsip Manajemen: Suatu Analisa Mengenai Fungsi-fungsi Managerial, h. 39-41

73. Sebelum muncul karangannya, banyak terjadi kesimpang-siuran mengenai siapa yang harus mengerjakan bila perencanaan harus dilakukan. Sebagai contoh, dua orang manager yang memerintahkan bawahan yang sama. Menurutnya, bila kerja perencanaan itu dilakukan sebagai sesuatu nasehat, maka hal tersebut adalah sesuatu yang produktif. lebih lengkapnya mengenai hal tersebut, baca, Koontz dan O’donnell, Prinsip-rinsip Manajemen: Suatu Analisa Mengenai Fungsi-fungsi Managerial, h. 62

74 . Mohammad Abdul Mukhyi, Pengantar Manajemen Umum, h. 1975 . Winardi, Sejarah Perkembangan Pemikiran Dalam Bidang Manajemen, h. 175

Page 112: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

76

- Pilihlah para pekerja secara ilmiah yang memiliki keterampilan-keterampilan

dan kemampuan-kemampuan yang sesuai dengan macam-macam pekerjaan

yang ada, dan latihlah mereka dengan cara yang paling efisien untuk

melaksankan tugas-tugas mereka

- Upayakan adanya kerjasama melalui perangsang-perangsang, dan sediakan

lingkungan pekerjaan yang memperkuat hasil-hasil pekerjaan optimal dengan

cara ilmiah

- Bagilah tanggung jawab untuk melaksanakan tindakan manajemen dan mereka

yang bekerja, dan berilah dukungan kepada para individu di dalam kelompok-

kelompok, dimana mereka dapat bekerja sebaik mungkin. Ada orang yang

lebih mampu melaksanakan kegiatan managing, sedangkan ada pula pihak

lain yang lebih mampu melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepada

mereka

Hal yang menarik dari pendapat Taylor salah satunya adalah mengenai

posisi manager. Dimana manager adalah pelayan bagi bawahannya yang

bertentangan dengan pendapat sebelumnya yang mengatakan bahwa bawahan

adalah pelayan manager. Taylor mengatakan bahwa Scientific Management

merupakan tugas setiap manager untuk mengetahui hal-hal yang baik (best of the

best) melalui penganalisaan, observasi dan percobaan-percobaan. Percobaan

yang dilakukan oleh Taylor adalah mencari berat terbaik untuk muatan skor agar

tercapai hasil yang maksimal dan pekerjaan yang mudah. Mula-mula dengan

berat 38 pon, 36 pon dan seterusnya menurun, sampai diketahui berat yang ideal,

yaitu 21 pon yang dapat menghasilkan pekerjaan yang optimal dan paling

Page 113: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

77

mudah. Oleh Taylor ini dinamakan Studi Gerak dan Waktu (Time and a Motion

Study).

Observasi lainnya yaitu Sistem Organisasi yang lebih dikenal dengan

nama Organisasi Fungsional yang terbagi dalam dua bagian, yaitu perencanaan

dan pelaksanaan pada perencanaan dikenal manager yang bernama Gang Boss,

Speed Boss, Repair Boss dan Inspector. Dalam pabrik ada mandor yang diberi

nama diciplinarian.

Karya lainnya, yaitu mengenai upah perpotong minuman dan upah perpotong maksimum. Upah ini dimaksudkan untuk memotivasi karyawan sehingga mau bekerja secara maksimal. Sistem upah perpotong ini dikenal dengan nama The Taylor Differential Rate System. Upah perpotong minuman diberikan kepada pekerja yang menghasilkan sama dengan standar atau di bawah standar yang telah ditentukan, sedangkan upan perpotong maksimum diberikan kepada pekerja yang menghasilkan di atas standar. Hasil kerja standar, yaitu jumlah hasil yang dapat dicapai oleh pekerja yang berkemampuan biasa-biasa saja.76

2. Frank Bunker Gilbreth dan Lilian Gilbreth (1869-1924 dan 1878-1917)

Suami istri yang berkecimpung dalam mengembangkan manajemen

ilmiah. Frank adalah pelapor Studi Gerak dan Waktu.77 Frank Bunker Gilbreth

para usia 17 tahun menjadi seorang petugas pemasang batu bata. Kemudian ia

mencapai pangkat superintendent kepala pada sebuah perusahaan konstruksi

sepuluh tahun kemudian, dan setelah itu ia menjadi kontraktor bangunan.

Mengemukakan beberapa teknik manajemen yang diilhami oleh beberapa

76 . Koontz dan O’donnell, Prinsip-rinsip Manajemen: Suatu Analisa Mengenai Fungsi-

fungsi Managerial, h. 2077 . ia mempelajari gerakan yang tidak perlu dalam hal memasang batu bata, dan

akhirnya ia berhasil mengurangi gerakan-gerakan pekerjaan tersebut dari 18 macam gerakan hingga 5 macam gerakan, hingga produktivitas pekerjaan bangunan meningkat dua kali lipat, tanpa upaya lebih intensif. Winardi, Sejarah Perkembangan Pemikiran Dalam Bidang Manajemen, h. 144

Page 114: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

78

pendapat dari Taylor. Dia tertarik pada suatu pekerjaan yang memperoleh

efisiensi tertinggi.

Lilian Gilbreth adalah salah seorang di antara para psikologi industrial

pertama pada masa itu. Setelah suaminya meninggal dunia pada tahun 1924,

Lillian meneruskan perusahaan konsultan suaminya, dan mendapatkan nama

julukan “First lady of manajement”.78 Ia cenderung tertarik pada aspek-aspek

dalam kerja, seperti penyeleksian penerimaan tenaga kerja baru, penempatan

dan latihan bagi tenaga kerja baru. Bukunya yang berjudul The Pshicology of

Management, menyatakan bahwa tujuan akhir dari manajemen ilmiah yaitu

membantu para karyawan untuk meraih potensinya sebagai makhluk hidup.

3. Henry Laurance Gantt (1861-1919)

Henry merupakan asisten dari Taylor, dia berdiri sendiri sebagai seorang

konsultan, dimana titik perhatiannya pada unsur manusia dalam menaikkan

produktivitas kerjanya.79 Dia juga seorang insinyur yang memusatkan

perhatiannya pada sistem-sistem “pengendalian” untuk scheduling produksi di

pabrik, sistem pengawasan, bonus-bonus yang mensuplemen upah dasar,

memilih kemiripan dengan konsep “berbagi hasil” (Gainsharing concept), yang

dewasa ini dianggap sebagai metode terbaru untuk memotivasi kinerja para

pekerja.80

Adapun gagasan yang dicetuskannya yaitu:

78 . Winardi, Sejarah Perkembangan Pemikiran Dalam Bidang Manajemen, h. 144-14579 . Koontz dan O’donnell, Prinsip-rinsip Manajemen: Suatu Analisa Mengenai Fungsi-

fungsi Managerial, h. 2180 . Winardi, Sejarah Perkembangan Pemikiran Dalam Bidang Manajemen, h. 176

Page 115: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

79

- Kerjasama yang saling menguntungkan antara manager dengan tenaga kerja

untuk mencapai tujuan bersama

- Mengadakan seleksi ilmiah terhadap tenaga kerja

- Membayar upah pegawai dengan menggunakan sistem bonus

- Penggunaan instruksi kerja yang terperinci

Kiranya dapat ditarik kesimpulan bahwa, adanya manajemen sebagai

suatu ilmu pengetahuan adalah berkat hasil penelitian mereka yang sangat

mendalam pada bidang usaha, terutama yang menyangkut beberapa orang yang

terlibat di dalamnya.

Memang asal kejadian semula, pada sebuah badan usaha yang sifatnya

business, tetapi kemudian manajemen berkembang menjadi suatu ilmu

pengetahuan, yang meliputi badan-badan usaha bersama yang tergabung dalam

suatu ikatan atau kelompok tertentu, untuk mencapai sasaran dan tujuannya.

Sebab manajemen adalah mengatur, menciptakan, merencanakan dengan

melaksanakan berbagai fungsi yang sesuai untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan bersama. Dengan demikian, manajemen tidak hanya menyangkut

badan usaha tetapi juga menyangkut berbagai aspek kehidupan.

Page 116: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

80

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi dan Objek Penelitian

1. Metode Penelitian

Banyak ragam dari jenis penelitian atau tipe penelitian keagamaan yang

dapat dilakukan untuk menggali secara luas tentang hal-hal yang

mempengaruhi terjadinya sesuatu yang dapat dijelaskan secara teori dari hasil

penelitian yang telah dilaksanakan. Menurut U. Maman, Berdasarkan tujuan

yang hendak dicapai, penelitian dapat dibedakan menjadi: (a) eksploratif

(penyelidikan), (b) deskriptif (gambaran), (c) historis (sejarah), (d) korelasional

(hubungan), (e) eksperimen (percobaan). Berdasarkan sumber data penelitian

dapat dibedakan menjadi (a) penelitian lapangan dan (b) penelitian

kepustakaan. Selain itu, penelitian dapat dibedakan menurut jenis data dan

proses penelitian menjadi (a) penelitian kuantitatif dan (b) penelitian

kualitatif.1

Penelitian eksploratif dapat digunakan untuk mengamati gejala

keagamaan yang sedang terjadi, atau gejala keagamaan yang telah terjadi pada

masa lalu. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian eksploratif, dapat

dikembangkan berbagai penelitian lain, seperti penelitian historis, deskriptif,

korelasional dan eksperimen. Oleh karena itu, penelitian eksploratif sering

disebut penelitian pendahuluan. Sedangkan contoh dari penelitian ini adalah,

1 . U. Maman, et.al, Metodologi Penelitian Agama: Teori dan Praktik, (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2006), h. 25

Page 117: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

81

seperti diperbolehkannya menggunakan qaulul ulama (fatwa ulama) dalam

menjelaskan pemahaman keagamaan selama tujuan itu bernilai positif.

Penomena keagamaan tersebut dapat dieksplorasi, baik melalui telaah

kepustakaan, data lapangan maupun gabungan antara keduanya.

Penelitian deskriptif berbeda dengan penelitian eksploratif. Penelitian eksploratif belum memiliki variabel yang menjadi fokus pengamatan, karena penelitian belum banyak memperoleh informasi tentang gejala keagamaan tersebut. Sedangkan penelitian deskriptif, sudah memiliki variabel yang menjadi fokus pengamatan.2 Menurut Boy Sabarguna, penelitian deskriptif adalah membuat sesuatu yang kompleks dapat dimengerti dengan menguraikan menjadi sebuah komponen-komponen.3

Dalam penelitian deskriptif, variabel yang menjadi fokus pengamatan

boleh lebih dari satu, sesuai dengan minat peneliti. Peneliti misalnya

mempertanyakan: Sejauh mana kaum santri memiliki semangat wirausaha

Sejauh mana mereka memiliki kemampuan manajerial . Sejauh mana mereka

memiliki akses terhadap modal dan pasar . Dari mana mereka selama ini

memiliki modal usaha . Apakah mereka melakukan bekerja sama permodalan

dengan pihak lain.

Penelitian historis atau sejarah, bila gejala keagamaan telah terjadi di

masa lampau dan peneliti berminat mengetahuinya. Peneliti dapat melakukan

penelitian sejarah, yakni melakukan rekonstruksi terhadap penomena masa

lampau, baik gejala keagamaan yang terkait dengan masalah politik, sosial,

ekonomi dan budaya. Bagaimana peran pesantren dan kyai dalam melakukan

2 . Maman, et.al, Metodologi Penelitian Agama: Teori dan Praktik, h. 293 . H. Boy S. Sabarguna, MARS, Analisis Data Pada Penelitian Kualitatif, (Jakarta: UI

Press, 2006), h. 71

Page 118: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

82

perlawanan terhadap tentara Belanda dalam Agresi Militer Belanda Kedua .

Sejarah ini belum terlalu lama berlalu, sehingga masih banyak saksi hidup.

Oleh karena itu, untuk mengkonstruksinya penelitian dapat melakukan

wawancara mendalam dengan pelaku sejarah dan saksi hidup. Juga dapat

melakukan telaah kepustakaan, seperti koran, majalah, arsip, dokumen-

dokumen pribadi dan lain sebagainya.

Penelitian korelasional ialah penelitian yang berusaha menghubungkan atau mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel lain. Oleh karena itu, dalam penelitian korelasional dikenal adanya variabel bebas (variabel yang diduga mempengaruhi variabel lain) dan variabel terikat (variabel yang diduga dipengaruhi oleh variabel bebas).4

Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, dapat

dibuktikan dengan data lapangan (baik secara kualitatif maupun kuantitatif) dan

data hasil studi kepustakaan, atau gabungan antara studi lapangan dengan hasil

studi kepustakaan. Contohnya: Hubungan Pendidikan Agama dengan Ketaatan

Beragama Buruh Pabrik di Wilayah Bekasi, Bogor dan Jawa Barat.

Penelitian eksperimen, tidak hanya melihat hubungan antara satu

variabel dengan variabel lain, melainkan sejauh mana suatu variabel

berpengaruh pada variabel lain secara kausalitas. Berbagai variabel lain yang

diduga akan mengganggu hubungan sebab-akibat dikendalikan sedemikian

rupa, sehingga penelitian dapat melihat sejauh mana suatu variabel berpengaruh

secara kausalitas bagi terjadinya satu fenomena sosial. Penelitian eksperimen

adalah penelitian kuantitatif. Sekalipun penelitian kualitatif dapat melihat

4 . Maman, et.al, Metodologi Penelitian Agama: Teori dan Praktik, h. 30

Page 119: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

83

hubungan kausalitas, tetapi penelitian kualitatif dalam eksperimen sulit

dilaksanakan.

Contoh dari penelitian eksperimen. Seorang peneliti ingin mengetahui

pengaruh metode belajar terhadap peningkatan pengetahuan keagamaan.

Peningkatan pengetahuan keagamaan siswa dapat dipengaruhi oleh berbagai

variabel, seperti metode mengajar, kontinuitas proses belajar mengajar, latar

belakang siswa, pendidikan lain di luar sekolah, dorongan orang tua, tingkat

kecerdasan siswa, suasana kelas dan lain sebagainya. Namun demikian, peneliti

hanya ingin mengetahui sejauh mana metode belajar mengajar tertentu

meningkatkan pengetahuan keagamaan siswa. Dengan kata lain, peneliti ingin

menguji sejauh mana teknik belajar-mengajar tertentu menimbulkan pengaruh

bagi peningkatan pengetahuan keagamaan siswa.

Penelitian yang telah dilakukan dalam rangka penyusunan atau

penulisan tesis ini, jika ditinjau dari tujuan yang hendak dicapai, maka

penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Karena disamping penelitian yang

mengambil judul “Penerapan Fungsi-fungsi Manajemen Dalam Kegiatan

Dakwah Pasca Reformasi (Studi Kasus Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

Provinsi Jawa Barat), disamping sudah memiliki variabel yang menjadi fokus

pengamatan dan variabel yang menjadi fokus pengamatan lebih dari satu, tetapi

juga menurut Prof. DR. Lexy J. Moleong, data yang dikumpulkan adalah

berupa kata-kata, gambar-gambar dan bukan angka-angka, seperti wawancara,

catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo dan

dokumen resmi lainnya. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode

Page 120: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

84

kualitatif. Data-data yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci

terhadap apa yang sudah diteliti. Dan pertanyaan dengan kata tanya mengapa,

alasan apa dan bagaimana terjadinya akan senantiasa dimanfaatkan oleh

peneliti. Dengan demikian, penelitian tidak akan memandang bahwa sesuatu itu

sudah memang demikian keadaannya.5

Berdasarkan sumber data penelitian sebagaimana telah disebutkan di

atas, dibagi menjadi dua bagian, pertama penelitian lapangan dan penelitian

kepustakaan. Dalam penelitian tesis ini, penulis menggunakan penelitian

lapangan atau studi kasus. Studi kasus adalah merupakan tipe pendekatan dalam

penelitian yang penelaahannya kepada satu kasus dilakukan secara intensif,

mendalam, mendetail dan komprehensif.

Pada tipe penelitian ini, seseorang atau suatu kelompok yang diteliti,

permasalahannya ditelaah secara komprehensif, mendetail dan mendalam.

Berbagai variabel ditelaah dan ditelusuri, termasuk juga kemungkinan

hubungan antara variabel yang ada. Karenanya, penelitian sesuatu kasus, bisa

jadi melahirkan pernyataan-pernyataan yang bersifat eksplanasi (keterangan).

Akan tetapi “eksplanasi” yang demikian itu, tidak dapat diangkat sebagai

sesuatu generalisasi.

Latar belakang kehidupan dan lingkungan seseorang pecandu narkotika,

kehidupan intern sebuah gang, faktor-faktor yang melatarbelakangi tingginya

5 . Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2007), cet. Ke-23, h. 11

Page 121: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

85

swadaya pembangunan di suatu desa, adalah merupakan beberapa contoh dari

topik telaahan suatu studi kasus.6

Mengenai jenis data dan proses penelitian, penelitian dapat dibedakan

menjadi (a) penelitian kuantitatif dan (b) penelitian kualitatif. Penelitian

kuantitatif adalah, lebih menekankan kepada cara berpikir yang lebih

positivistis yang bertitik tolak pada fakta sosial, yang ditarik dari realitas objek,

disamping asumsi teoritis lainnya. Maka penelitian bertitik tolak dari paradigma

fenomenologis yang objektivitasnya dibangun atas rumusan tentang situasi

tertentu sebagaimana yang dihayati oleh individu atau kelompok sosial tertentu

dan relevan dengan tujuan dari penelitian itu.

Perbedaan dengan penelitian kuantitatif, tujuan penelitian kualitatif tidak selalu

mencari sebab akibat sesuatu, tetapi lebih berupaya memahami situasi tertentu. Kalau

penelitian kuantitatif mencoba mengurangi “kesalahan” (reduce errors)

pengamatannya melalui desain eksperimental atau korelatif untuk sampai pada

kesimpulan yang objektif, maka penelitian kualitatif mencoba mendalami dan

menerobosi gejalanya dengan menginterpretasikan masalahnya atau menyimpulkan

kombinasi dari berbagai arti permasalahan sebagaimana disajikan oleh situasinya.7

Bila di lihat dari pengertian di atas, maka proses penelitian tesis ini

adalah dengan menggunakan metode kualitatif. Karena dalam penelitian ini,

tidak selalu mencari sebab-akibat sesuatu, tetapi juga berupaya memahami

situasi tertentu dan menginterpretasikan masalahnya. Perbedaan yang sangat

6 . Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, Dasar-dasar dan Aplikasi,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 227 . Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, cet. Ke-23, h. iv

Page 122: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

86

mencolok adalah, penelitian kualitatif tidak didasari pada pengamatan melalui

desain eksperimental atau korelatif. Menurut Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A,

penelitian kualitatif ini dilakukan karena beberapa pertimbangan. Pertama,

metode ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti

dengan responden. Kedua, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan

diri dengan banyak penajaman pengaruh terhadap pola-pola nilai yang

dihadapi.8

2. Objek Penelitian

Yang menjadi objek dalam penelitian tesis yang berjudul “Penerapan

Fungsi-fungsi Manajemen Dalam Kegiatan Dakwah Pasca Reformasi adalah

Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Provinsi Jawa Barat. Agar tidak

terlalu luas terhadap objek atau permasalahan yang akan dibahas dalam

penelitian dan penulisan tesis ini, maka diadakan pembatasan pasca reformasi,

yaitu dari tahun 1998-2007, didukung dengan Dewan Dakwah Islamiyah

Indonesia Provinsi Jawa Barat itu sendiri telah memiliki program khusus

dakwah pasca reformasi, terutama untuk daerah Cimahi, yang merupakan

daerah binaan dakwahnya pasca reformasi tersebut.

8 . Dari hasil penelaahan kepustakaan Lexy J. Moleong, ia menyimpulkan bahwa

metode penelitian ini adalah metode yang digunakan oleh Bogdan dan Biklen. Lebih lengkapnya, lihat Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, cet. Ke-23, h. 9-10.

Page 123: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

87

B. Teknik Pengumpulan Data

Sumber data penelitian terdiri atas tiga bagian, yakni manusia, dokumen

dan suasana. Sedangkan untuk teknik pengumpulkan data sesuai dengan fokus

penelitian, peneliti membagi menjadi dua bagian :

1. Sumber Primer

Data primer ini diperoleh dengan jalan mengadakan :

Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu. 9

Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Lincoln dan

Guba, antara lain: mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi,

perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain

Sedangkan para responden yang akan diwawancarai adalah, seperti

Wakil Ketua Umum Dewan Dakwah Propinsi Jawa Barat, Sekretaris Umum,

Ketua Dewan Dakwah Daerah Cimahi dan Ketua Koordinator da’i di lapangan

sebagai responden kelembagaan atau pengurus, para da’i dan para tokoh

masyarakat sebagai responden umum. Sebagai responden kelembagaan atau

pengurus, Ketua Umum diwawancarai dengan tujuan agar hasil yang dicapai

dalam penelitian atau penulisan tesis ini, menjadi sebuah karya tulis yang dapat

dipertanggungjawabkan dan Wakil Ketua Umum adalah merupakan cerminan

9 . Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2000), cet. Ke-13, h. 186.

Page 124: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

88

dari lembaga dakwah tersebut. Sekretaris Umum, bertujuan untuk mendapatkan

data-data, baik data-data secara tertulis, keterangan data-data tersebut dan hasil-

hasil yang telah dicapai oleh Dewan Dakwah selama menjalankan kegiatan

dakwahnya selama pasca reformasi. Ketua Dewan Dakwah Daerah Cimahi,

bertujuan untuk mendapatkan data-data, baik data-data secara tertulis,

keterangan data-data dan hasil-hasil yang telah dicapai selama malakukan

kegiatan dakwahnya, sinkronisasi data-data dan informasi-informasi yang ada

di Provinsi dengan di daerah Cimahi, yang merupakan objek dakwah dari

kegiatan dakwah yang telah dan sedang dilakukan oleh Dewan Dakwah

Provinsi pasca reformasi yang dapat dijadikan sebagai pembuktian secara

empiris, terhadap penulisan atau penelitian tesis ini. Sedangkan Ketua

Koordinator Da’i di lapangan, bertujuan untuk mendapatkan informasi-

informasi, baik yang berkenaan dengan da’i-dai yang telah ditugaskan kepada

mereka, kegiatan-kegiatan yang telah dan sedang dilakukan pasca reformasi,

serta sampai kepada proses penyeleksian atau pengangkatan da’i-da’i tersebut

dan sampai kepada hasil-hasil yang telah dicapai di lapangan.

Para da’i dan masyarakat sebagai responden umum, wawancara ini

bertujuan untuk mendapatkan kebenaran-kebenaran mengenai kegiatan-

kegiatan yang telah dan sedang dilakukan, hasil-hasil yang telah dicapai, serta

proses pelaksanaan terhadap program-program atau rencana-rencana yang telah

disepakati bersama, yang didasari pada penggunakan fungsi-fungsi manajemen

yang menjadi fokus kajian penulisan atau penelitian tesis ini. Sedangkan

Page 125: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

89

masyarakat, bertujuan sebagai pelengkap pembuktian secara empiris terhadap

kegiatan-kegiatan yang telah dan sedang dilakukan oleh Dewan Dakwah

Provinsi Jawa Barat tersebut.

Pembagian dua kelompok responden ini yakni responden lembaga atau

pengurus kantor dan umum, penulis berharap data-data secara tertulis dan

informasi-informasi yang telah didapatkan dari responden pengurus kantor

yang penulis anggap sebagai data dalam bentuk “teoritis” atau konsep, perlu

adanya pembuktian secara empiris dengan melakukan wawancara terhadap

responden umum, dan sebagai pembuktian di lapangan.

Data-data yang didapati penulis, baik yang berupa data-data tertulis

maupun yang tidak tertulis yang berupa pembuktian di lapangan ini, kemudian

dijadikan sebagai bahan untuk dianalisis terhadap penerapan fungsi-fungsi

manajemen dalam kegiatan dakwah pasca reformasi yang telah dilakukan oleh

Dewan Dakwah Provinsi, dengan menggunakan atau berdasarkan teori Georgy

R. Terry.

Angket

Disamping dengan menggunakan kuesioner, metode pengumpulan data ini juga menggunakan angket. Angket dan kuesioner pada dasarnya dibuat dengan tujuan untuk mendapatkan data dari responden. Angket dan kuesioner berisikan beberapa pertanyaan atau pernyataan yang menyangkut permasalahan yang sedang diteliti, yang diajukan kepada responden untuk mendapatkan jawabannya. Dari jawaban responden tersebut, akan terkumpul data untuk menjawab pertanyaan permasalahan dan sekaligus akan dapat menguji dan menjawab hipotesis yang diajukan dalam penelitian.10

10 . H. Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 1995), cet. Ke-7, h. 23

Page 126: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

90

Angket dalam penelitian atau penulisan tesis ini, digunakan untuk

mengetahui sikap atau respon terhadap kegiatan yang telah dan sedang

dilakukan oleh Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat, terutama mengenai

pelaksanaan atau penerapan fungsi-fungsi manajemen tersebut. Angket ini

digunakan sebagai alat tes kepribadian (personality measurement), yang

dimaksudkan untuk mendapatkan ukuran kepribadian seseorang (sikap), dengan

menggunakan teknik Skala Likert (attitude scale), yaitu teknik dengan

mengedepankan pada pernyataan “positif dan “negatif”.11

Untuk angket ini, hanya difokuskan pada responden umum yakni para da’i

dan masyarakat. Karena penulis mengganggap bahwa mereka adalah

merupakan pelaksana di lapangan, orang yang mengetahui dan “memahami

benar” tentang kondisi di lapangan serta sebagai alat penilai terhadap kegiatan-

kegiatan dakwah yang telah dan sedang dilakukan oleh Dewan Dakwah Povinsi

Jawa Barat pasca reformasi.

Disamping itu pula, angket juga dapat digunakan sebagai alat pembuktian

secara empiris dan sebagai alat untuk melakukan sinkronisasi data dengan teori

Georgy R. Terry yang akan dilakukan oleh penulis. Jadi penelitian atau

penulisan tesis ini, disamping dapat dijadikan sebagai penambah

keakurasiannya atau kebenarannya, tetapi juga dapat dijadikan perbandingan

adanya kesamaan atau tidak antara analisis yang didasari teori Geory R. Terry

yang dihasilkan dari hasil wawancara dan observasi di lapangan dengan sikap

responden umum yang dihasilkan dengan melalui angket.

11 . Faisal, Format-format Penelitian Sosial, Dasar-dasar dan Aplikasi, h. 143

Page 127: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

91

Observasi

Menurut Lexy J. Moleong, Observasi atau pengamatan dapat digolongkan menjadi dua bagian, pertama pengamatan terbuka dan kedua adalah pengamatan tertutup. Pengamatan secara terbuka adalah diketahui oleh subjek, sedangkan sebaliknya para subjek dengan sukarela memberikan kesempatan kepada pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi, dan mereka menyadari bahwa ada orang yang mengamati hal yang dilakukan oleh mereka. Sebaliknya pada pengamatan tertutup, pengamatnya beroperasi dan dan mengadakan pengamatan tanpa diketahui oleh para subjeknya. Biasanya seperti pengamatan yang terakhir ini dilakukan oleh peneliti pada tempat-tempat umum seperti bioskop, taman, lapangan olah-raga, tempat rapat umum, atau tempat hiburan lainnya.12

Bila dilihat dari dua pengertian di atas, maka observasi atau pengamatan

yang telah dilakukan oleh penulis adalah pengamatan terbuka. Karena

pengamatan yang telah dilakukan telah diketahui oleh subjek, dan mereka

memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengamati secara langsung

fenomena-fenomena yang telah dan sedang mereka kerjakan. Teknik ini

digunakan oleh penulis dengan tujuan, pertama, memungkinkan melihat dan

mengamati sendiri, kemudian mencatat prilaku dan kejadian sebagaimana yang

terjadi pada keadaan sebenarnya. Kedua, sering terjadi keraguan pada peneliti,

jangan-jangan pada data yang dijaringnya, ada yang keliru atau bias. Hal itu

dapat terjadi, karena kurang dapat mengingat peristiwa atau adanya jarak antara

peneliti dengan yang diwawancarai. Oleh karena itu, untuk mengecek

kepercayaan data tersebut, ialah dengan jalan memanfaatkan pengamatan.

Ketiga, teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-

situasi yang rumit. Situasi yang rumit mungkin terjadi, bila peneliti ingin

12 . Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, cet. Ke-13, h. 176.

Page 128: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

92

memperhatikan beberapa keperibadian atau tingkah laku. Keempat, untuk

situasi tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan,

pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.

Penelitian pada lembaga dakwah ini, sudah dilakukan pada tanggal 10

Agustus 2002 selama 2 bulan, terutama untuk data-data yang berkaitan dengan

Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Pusat dan kaitannya dengan

Dewan Dakwah Provinsi. Untuk Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII)

Provinsi Jawa Barat penelitian dilakukan selama 1 bulan. Sedangkan masalah

yang diobservasi adalah, permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan

akurasi data terhadap teori-teori yang telah diutarakan oleh Dewan Dakwah

Provinsi Jawa Barat, terurama yang berkaitan dengan fungsi-fungsi manajemen,

seperti planning, organizing, staffing, motivating dan controlling, sebagai

bahan pembuktian penerapan di lapangan.

2. Sumber Sekunder

Salah satu cara yang digunakan untuk memperoleh data yang

mendukung kegiatan penelitian ini adalah melalui tekhnik / studi dokumenter.

Menurut H. Hadari Nawawi, yang dimaksud dengan tekhnik / studi dokumenter

adalah:

“Cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa

arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori,

Page 129: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

93

dalil/hukum-hukum dan lain-lain, yang berhubungan dengan masalah

penyelidikan.”13

Dalam pengumpulan data ini, penulis juga menggunakan studi

dokumenter, yaitu penelaahan dokumen-dokumen atau karya-karya yang

berfungsi sebagai pelengkap dari penelitian ini. Dokumen-dokumen ini seperti,

surat dan diari. Sedangkan karya-karya adalah, makalah-makalah, jurnal, artikel

dan buku-buku yang membicarakan tentang Dewan Dakwah, terutama yang

diterbitkan oleh Dewan Dakwah sendiri. Dengan melalui dua sumber inilah

proses penelitian dilakukan dan kemudian dianalisis.

C. Teknik Analisis Data

Bogdan mendefinisikan analisis data adalah sebagai poses yang merinci

usaha secara formal untuk menemukan tema dan menemukan hipotesis (ide)

seperti yang disarankan oleh data.14 Secara teknis, analisis data menurutnya

adalah sebagai upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat

dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa

yang penting dan apa yang dipelajari, serta memutuskan apa yang dapat

diceriterakan kepada orang lain.15

Menurut Tatang M. Arifin, secara garis besarnya data dapat digolongkan

menjadi dua macam dan dapat dianalisis melalui dua teknik pula, yaitu “data

13 . Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, h. 2314 . Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, cet. Ke-13, h. 10315 . Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, cet. Ke-23, h. 248

Page 130: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

94

kualitatif dan data kuantitatif.16 Analisis data kualitatif, menurut P. Joko

Subagyo “dilakukan terhadap data yang berupa informasi, uraian dalam bentuk

bahasa prosa lalu dikaitkan dengan data yang lain untuk mendapatkan kejelasan

terhadap suatu kebenaran atau sebaliknya, dan bukan berupa angka-angka”.

Selanjutnya dikemukakan pula bahwa, analisis data kuantitatif yaitu “ analisis

data dalam bentuk jumlah, dituangkan untuk menerangkan suatu kejelasan dari

angka-angka atau memperbandingkan dari beberapa gambaran sehingga

memperoleh gambaran baru, kemudian dijelaskan kembali dalam bentuk

kalimat atau uraian”.17

Bila dilihat dari uraian di atas mengenai teknik analisis data, maka

dalam penelitian atau penulisan tesis ini, dilakukan analisis data dengan

menggunakan analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif yaitu berdasarkan

data-data yang didapat dari hasil wawancara (primer) dan data-data tertulis

(sekunder). Data-data tertulis itu berasal dari arsip-arsip, buku-buku tentang

pendapat, teori-teori, makalah-makalah, jurnal-jurnal dan karya-karya yang

membicarakan tentang Dewan Dakwah yang diterbitkan dari Dewan Dakwah

itu sendiri.

Mengenai data yang dihasilkan melalui angket dalam penelitian tesis ini,

data tersebut sebenarnya adalah data kuantitatif, terutama bila kita pahami

sebagai data yang berupa angka-angka. Studi kasus atau penelitian lapangan

16 . Tatang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 1995), h. 9517 . P. Jiko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 1991), h. 106

Page 131: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

95

sebagaimana telah disebutkan pada bagian sebelumnya, diharapkan

berlangsung intensif, komprehensif, rinci dan tuntas. Dalam hal ini menurut

Sanapiah Faisal, “data kuantitatif bukan ditolak, data kuantitatif dijadikan salah

satu rujukan saja dalam rangka memahami atau memperoleh pengertian yang

mendalam dan komprehensif mengenai permasalahan yang diteliti.”18

Sedangkan langkah-langkah yang diambil dalam melakukan analisis

data adalah, pertama dilakukan penyusunan data yang meliputi, penyusunan

kata-kata hasil wawancara, records (bukti catatan) dan dokumen-dokumen19

berdasarkan kategorisasi yang sesuai dengan masalah penelitian. Dalam

penelitian ini, data tidak dianggap sebagai error reality yang dipersalahkan oleh

teori yang ada, tapi dianggap sebagai another reality.20 Dalam hal ini, peneliti

mencatat data apa adanya, tanpa adanya interpretasi dari teori yang ada atau

paradigma peneliti yang selama ini dimiliki. Situasi wajar apa adanya (natural

setting) dijadikan sebagai bahan untuk memahami kelakuan tersebut dalam

konteks yang lebih luas, dipandang dari kerangka pikiran dan perasaan si

pelaku. Berdasarkan hal tersebut, maka data yang didapat merupakan data yang

langsung dari tangan pertama.

18 . Faisal, Format-format Penelitian Sosial, Dasar-dasar dan Aplikasi, h. 25519 . Dalam literatur paradigma kualitatif, terdapat perbedaan pengertian antara

“records” dan dokumen. Records diartikan sebagai segala catatan tertulis yang disiapkan seseorang atau lembaga untuk membuktikan sebuah peristiwa atau menyajikan perhitungan. Dalam hal ini berupa catatan-catatan peristiwa yang dialami oleh peneliti sendiri. Sedangkan dokumen diartikan sebagai barang yang tertulis atau terfilmkan. Lihat, A. Chaedar Alwasilah, Pokoknya Kualitatif, Dasar-dasar Merancang dan Melakukan penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 2006), cet. Ketiga, h. 155

20 . Sanusi Uwes, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), cet. Pertama, h. 78

Page 132: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

96

Kedua, yaitu berdasarkan katagorisasi dicari makna dan inferensi

(kesimpulan). Walaupun bila dilihat dari tujuan yang hendak dicapai dalam

penelitian atau penulisan tesis ini bersifat deskriptif, namun demikian analisis

data tersebut tidak hanya dideskripsikan tapi ditafisirkan. Dalam kegiatan ini,

penulis memberikan interpretasi yang bersifat inovatif yakni mengembangkan

ide-ide dengan argumen yang didasarkan pada data yang ditemukan.21 Dalam

rangka menghilangkan bias pemahaman peneliti dengan pemahaman si pelaku,

diadakan pengecekan terhadap objek lain mengenai hal yang sama.22 Tujuan hal

ini terutama adalah, membandingkan informasi yang didapat dari berbagai

pihak, agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan data. Dan hal ini,

sekaligus mencegah subjektivitas peneliti.

21 . Dalam rumusan hipotesis kualitatif, beberapa penyelidikan tidak merumuskan

hipotesis melainkan menghasilkan hipotesis sebagai kesimpulan hasil penyelidikannya. H. Boy S. Sabarguna, h. 10

22 . Langkah-langkah seperti ini dalam teknik analisis data, dinamakan dengan metode triangulasi, yaitu suatu metode yang mencocokkan (cross check) antara hasil-hasil yang telah didapat yaitu dengan melalui wawancara dengan hasil di lapangan atau pendapat lain. H.Boy S.Sabarguna,h. 66

Page 133: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

97

BAB IV GAMBARAN UMUM

DEWAN DAKWAH ISLAMIYAH INDONESIA ( DDII )

A. Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Pusat

1. Sejarah Berdirinya

Masa Orde Lama (1959-1965) tercatat sebagai masa paling gelap dalam

sejarah kehidupan kebangsaan Indonesia. Presiden mencanangkan konsepsi

Presiden yang secara operasional terwujud, dalam bentuk demokrasi terpimpin.

Demokrasi terpimpin memusatkan seluruh kekuasaannya di tangan Presiden.

Para pemimpin nasional, seperti Mohammad Natsir, Sutan Sjahrir, Prawoto

Mangkusasmito, M. Mohammad Roem, Mochtar Lubis, K.H. Isa Anshari, Mr.

Asaat, Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Boerhanuddin Harahap, S.H., M. Yunan

Nasution, Buya Hamka, Mr. Kasman Singodimedjo dan K.H. E.Z. Muttaqin

yang bersikap kritis terhadap demokrasi terpimpin, ditangkap dan dipenjarakan

tanpa proses peradilan.1 Puncak dari masa penuh kegelapan itu ialah pecahnya

pemberontakan berdarah G. 30.S/PKI.

Partai Masyumi dinyatakan sebagai partai yang bertentangan dengan

azas dan tujuan negara. Hal ini terbukti dengan diundangnya Prawoto

Mangkusasmito dan M. Yunan Nasution oleh Presiden Soekarno di Istana

Merdeka untuk memberikan jawaban tertulis atas pertanyaan-pertanyaan yang

harus dijawab oleh Masyumi, berkenaan dengan telah dikeluarkannya Pen-Pres

1. Lukman Hakiem dan Tamsil Linrung, Menunaikan Panggilan Risalah

Dokumentasi Perjalanan 30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, (Jakarta: Media Dakwah, 1997), h. 7

Page 134: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

98

No. 7 Tahun 1959, yang diundangkan pada tangggal 31 Desember 1959.

Pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh Masyumi adalah sebagai

berikut:

“Apakah Masyumi terkena atau tidak dengan ketentuan-ketentuan penetapan Presiden No. 7 Tahun 1959. Pasal 9 Pen-Pres No. 7/1959 itu seluruhna berbunyi sebagai berikut: “Presiden sesudah mendengarkan Mahkamah Agung, dapat melarang dan / atau membubarkan partai yang ; bertentangan dengan azas dan tujuan negara.”2

Seluruh kekuatan bangsa yang anti komunis bangkit menghancurkan

pemberontakan tersebut, datanglah zaman baru yang membawa banyak

harapan, yaitu Orde Baru yang bertekad melaksanakan pancasila dan UUD

1945 secara murni dan konsekuen. Pada masa inilah para pemimpin bangsa

yang dipenjarakan oleh Rezim Orde Lama, dibebaskan.3

Para pemimpin Nasionalisme Islami yang tidak dapat duduk berpangku

tangan, seperti Mohammad Natsir dan Prawoto Mangkusasmito, mulai

merancang gagasan untuk perpartisipasi penuh mendukung pemerintah Orde

Baru. Pada mulanya mereka mengharapkan pemerintah bersedia merehabilitasi

partai politik Masyumi yang dipaksa membubarkan diri oleh Presiden

Soekarno. Musyawarah Nasional ke III, Persatuan Sarjan Hukum Indonesia

(Persahi), menyatakan:

2. Badruzzaman Busyairi : Catatan Perjuangan H.M. Yunan Nasution, (Jakarta: PT.

Pustaka Panjimas, 1989), cet. I, h. 3973 . Hakiem dan Linrung, Menunaikan Panggilan Risalah Dokumentasi Perjalanan

30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, h. 7

Page 135: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

99

“Bahwa pembubaran Masyumi, Partai sosialis Indonesia (PSI), dan

Persatuan Ahli Mahasiswa Indonesia (KAMI), yuridis formal tidak

syah dan yuridis material tidak beralasan.”4

Namun pembubaran Masyumi ternyata bukanlah masalah hukum

semata. Pembubaran tersebut adalah masalah politik. Oleh karena itu ketika

permintaan tersebut, oleh berbagai pertimbangan tidak dapat dipenuhi oleh

pemerintah, kelompok Nasionalis Islami itu tidak ngotot, juga tidak berputus

harapan, bagi mereka aktivitas hidup ini semata-mata dalam rangka beribadat

dan berdakwah untuk meraih keridaan Ilahi.

Berkecimpung di lapangan politik, bagi mereka merupakan

bagian dari ibadah dan dakwah. Maka ketika mereka tidak lagi mendapatkan

kesempatan, untuk berkiprah di lapangan politik, jalan ibadah dan dakwah

dalam bentuk lain masih terbuka sangat lebar. Dalam kata-kata pak Natsir, dulu

berdakwah lewat jalur politik, sekarang berpolitik lewat jalur dakwah. Dan

dalam buku Catatan Perjuangan H.M. Yunan nasution, H.M. Yunan Nasution

berkata:

“Banyak cara dilakukan untuk menjalankan tugas-tugas dakwah, antara

lain dengan ucapan, nasehat, tulisan, perbuatan akhlak dan

sebagainya.”5

4. Hakiem dan Linrung, Menunaikan Panggilan Risalah Dokumentasi Perjalanan 30

Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, h. 75 . Busyairi, Catatan Perjuangan H.M. Yunan Nasution, h. 329

Page 136: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

100

Oleh karena itu, pada hari Ahad tanggal 26 Februari 1967, atas

undangan Masjid Al-Munawarah kampung Bali I No. 53 Tanah Abang Jakarta

Pusat, pada acara halal bi halal, hadir beberapa tokoh ummat seperti bapak

Mohammad Natsir, bapak Prawoto Mangkusasmito, bapak Mohammad Roem,

DR. Mohammad Rasyidi, K.H. Taufiqurrahman, Buya H. Mansyur Daud, Dt.

Palimo Kayo, K.H. Hasan Basri, Al-Ustadz H. agoes Cik.6

Mereka berkumpul untuk bermusyawarah, membahas, meneliti dan

menilai beberapa masalah, terutama yang rapat hubungannya dengan masalah

pembangunan umat, juga tentang usaha mempertahankan aqidah di dalam

kesimpang-siuran kekuatan yang ada dalam masyarakat.

Musyawarah tersebut menyimpulkan dua hal sebagai berikut:

1. Menyatakan rasa syukur atas hasil dan kemajuan yang telah dicapai hingga kini dalam usaha-usaha dakwah yang secara terus menerus dilakukan oleh berbagai kalangan umat, yakni para ulama dan para muballigh secara pribadi, serta atas usaha-usaha yang telah dicapai dalam rangka organisasi dakwah.

2. Memandang perlu (urgent) lebih ditingkatkan hasil dakwah hingga tarap yang lebih tinggi, sehingga tercipta suatu keselarasan antara banyaknya tenaga lahir yang dikerahkan dan banyaknya tenaga batin yang dicurahkan dalam rangka dakwah tersebut.7

Untuk Menindak lanjuti kesimpulan pada butir kedua di atas,

musyawarah para ulama dan zu’ama mengkonstatir terdapatnya berbagai

persoalan, antara lain:

1. Mutu dakwah yang di dalamnya tercakup persoalan penyempurnaan sistem perlengkapan peralatan, peningkatan tekhnik komunikasi, lebih-lebih lagi sangat dirasakan perlunya dalam usaha menghadapi tantangan (konfrontasi)

6 . Hasanuddin Abu Bakar Dt. Rajo Angek, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Visi dan

Missi, (Jakarta: Dewan Dakwah, 2000), h. 27 . Busyairi, Catatan Perjuangan H.M. Yunan Nasution, h. 9

Page 137: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

101

dari bermacam-macam usaha yang sekarang giat dilancarkan oleh penganut agama-agama lain dan kepercayaan-kepercayaan (antara lain paham anti Tuhan yang masih merayap di bawah tanah), Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan sebagainya terhadap masyarakat Islam.

2. Planning dan integrasi yang di dalamnya tercakup persoalan-persoalan yang diawali oleh penelitian (research) dan disusul oleh pengintegrasian segala unsur-unsur dan badan-badan dakwah yang telah ada dalam masyarakat ke dalam suatu kerjasama yang baik dan berencana.8

Dalam menampung masalah-masalah tersebut, yang mengandung

cakupan yang cukup luas dan sifatnya yang cukup kompleks, maka

musyawarah alim ulama itu memandang perlu membentuk suatu wadah yang

kemudian dijelmakan dalam sebuah yayasan yang diberi nama Dewan

Dakwah Islamiyah Indonesia disingkat Dewan Dakwah. Kata “Dewan”

dalam bahasa Arab “Diwanun”, atau dalam bahasa Inggris Executive

Committee, yang bermakna Badan Eksekutif, bahkan dapat disebut pula dengan

“government”yang bermakna Badan Eksekutif. Jadi Dewan Dakwah Islamiyah

Indonesia berarti suatu Badan Pelaksana Dakwah Islamiyah, satu Lembaga

yang aktif dalam operasional dakwah.9 Pengurus pusat yayasan ini

berkedudukan di Ibu Kota Negara, dan dimungkinkan memiliki perwakilan di

tiap-tiap Ibu Kota Daerah Tingkat I, serta pembantu perwakilan di tiap-tiap Ibu

Kota Daerah Tingkat V seluruh Indonesia.10

8 . Busyairi, Catatan Perjuangan H.M. Yunan Nasution, h. 99 . Pilihan kata “Dewan” itu adalah atas usulan H.M. Rasyidi. Dan oleh Agus Chik, DDII

diterjemahkan dengan “Al-Majlis al-A’la al-Indunisiyyi li ad-Da’wah al-Islamiyah”. Lihat Dt. Rajo Angek, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Visi dan Missi,h. 4-5

10 . Busyairi, Catatan Perjuangan H.M. Yunan Nasution, h. 9

Page 138: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

102

Dewan Dakwah dikukuhkan keberadaannya melalui Akte Notaris

Syahrin Abdul Manan NO. 4, tertanggal 9 Mei 1967, melandaskan

kebijaksanaannya kepada empat hal :

1. Yayasan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia berdasarkan taqwa dan keridhaan Allah.

2. Dalam mencapai maksud dan tujuannya, Dewan Dakwah mengadakan kerjasama yang erat dengan badan-badan yang telah ada di seluruh Indonesia.

3. Dalam hal yang bersifat kontroversial dan dalam usaha melicinkan jalan dakwah, Dewan Dakwah bersikap menghindari dan atau mengurangi pertikaian faham antara pendukung dakwah, istimewa dalam melaksanakan tugas dakwah.

4. Dimana perlu dan dalam keadaan mengizinkan, Dewan Dakwah dapat tampil mengisi kekosongan, antara lain menciptakan suatu usaha berbentuk atau bersifat dakwah, usaha mana sebelumnya yang belum pernah diadakan, seperti mengadakan Pilot Projek dalam bidang dakwah.11

Musyawarah alim ulama itu menyetujui kepengurusan Dewan Dakwah

pertama kalinya yang diketuai oleh Mohammad Natsir (1967-1993) dan

merumuskan program kerja sebagai penjabaran dari landasan kebijaksanaan di

atas. Program kerja tiga pasal itu ialah :

1. Mengadakan pelatihan-pelatihan atau membantu mengadakan pelatihan bagi muballighin dan calon muballighin.

2. Mengadakan research (penelitian) atau membantu mengadakan penelitian, yang hasilnya dapat segera dimanfaatkan bag perlengkapan usaha para muballighin pada umumnya.

3. Menyebarkan aneka macam penerbitan, antara lain buku-buku, brosur dan atau siaran lain yang terutama ditujukan untuk melengkapi para muballighin dengan ilmu pengetahuan, baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan umum lainnya, guna meningkatkan mutu dan hasil dakwah. Usaha ini diharapkan dapat mengisi kekosongan-kekosongan di bidang lektur, yang khusus diperlukan dalam masyarakat.12

11 . Busyairi, Catatan Perjuangan H.M. Yunan Nasution, h. 1012 . Busyairi, Catatan Perjuangan H.M. Yunan Nasution, h. 10-11

Page 139: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

103

2. Organisasi dan Kepengurusan DDII

Kepengurusan Dewan Dakwah, merupakan kepengurusan kolektif dari

berbagai unsur atau kalangan, para ulama, cendekiawan yang mempunyai visi

yang sama dalam perjuangan. Wadah ini menghimpun para aktifis dakwah,

yang ingin berpartisipasi dalam mendukung program dakwah secara sukarela

dan ikhlas karena Allah SWT. Kepengurusan Dewan Dakwah yang ada

sekarang adalah, pencerminan dari partisipasi aktif dari berbagai pimpinan

organisasi keagamaan terbesar di tanah air secara pribadi. Hal ini

memungkinkan mereka untuk menyatukan visi dan ide dalam menghadapi

permasalahan ummat, dan dapat mengurangi perbedaan pendapat dan

mempersempit jurang pemisah di antara para pendukung dakwah. Sebagai satu

yayasan, Dewan Dakwah tidak mempunyai anggota terdaftar. Setiap aktifis dan

para du’at di Dewan Dakwah adalah merupakan partisipan dan mitra dalam

pelaksanaan dakwah.

Dewan Dakwah, berpusat di Jakarta, di mana berkedudukan Pengurus

Pusat, dan mempunyai Cabang-cabang/Perwakilan di tiap-tiap Daerah Tingkat I

di seluruh Indonesia. Dalam membentuk dan menetapkan kepengurusan di

daerah-daerah tingkat I di seluruh tanah air, berdasarkan permintaan dari

pemuka masyarakat, ulama dan para cendekiawan setempat, dalam rangka

kerjasama dakwah dan meningkatkan mutu dakwah, menggerakkan kegiatan

dakwah dalam berbagai bidang kehidupan.

Kerjasama ini, dalam bentuk saling menunjang dan mendukung untuk kemajuan dakwah, tidak dalam bentuk sistem birokrasi ataupun intruksional. Perwakilan berhak mengembangkan program utama dakwah yang ada, sesuai

Page 140: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

104

dengan kondisi dan situasi di lapangan setempat. Dan begitu pula, perwakilan dapat membentuk Pembantu Perwakilan di Daerah Tingkat II dengan pola yang sama, dengan hubungan kerjasama, atas permintaan dan inisiatif pemuka masyarakat setempat. Selain dari itu, perwakilan dapat menunjuk seseorang, atau menempatkan seorang da’i, sebagai penggerak, menyambung informasi dan sekaligus sebagai monitor.13

Organisasi Intern Cabang/Perwakilan adalah sama dengan Organisasi Intern Pusat. Bedanya terletak pada ukuran, yang disesuaikan dengan kebutuhan setempat. Pimpinan biro-biro dan seksi-seksi di Cabang/Perwakilan dapat dirangkap, dalam melaksanakan tugas-tugas tiap bidang harus diusahakan suatu korelasi antara Pusat dan Daerah (Cabang/Perwakilan) guna kelancaran flow of job. Untuk melaksanakan efesiensi dalam melaksanakan tugas, maka struktur organisasi ini bila perlu dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang nyata.14

Untuk pertama kalinya, Dewan Dakwah diketua oleh M. Natsir. Setelah

M. Natsir Wafat pada 14 Sya’ban 1413/6 Februari 1993, berdasarkan hasil

pertemuan silaturrahmi Keluarga Besar Dewan Dakwah yang diselenggarakan

di Jakarta pada 1-2 Dzulqa’dah 1413/23-24 April 1993, maka diputuskan

komposisi kepengurusan baru yang diketuai oleh Prof. Dr. H.M. Rasjidi.15 Dan

penyegaran kepengurusan kembali dilakukan pada tahun 1997, berdasarkan SK

No. 003/A-DDIIP/1417/1997 dengan Dr. H. Anwar Harjono sebagai Ketua

Umum.16 Pengaturan mengenai masalah keorganisasian ini, terdapat dalam

Akte Notaris Syahrim Abdulmanan No. 4, tertanggal 9 Mei 1967 untuk

13 . Busyairi, Catatan Perjuangan H.M. Yunan Nasution, h. 2-314 . Dt. Rajo Angek, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Visi dan Missi,h. 2615 . Dt. Rajo Angek, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Visi dan Missi h. 1216 .Untuk periode selanjutnya, Dewan Dakwah belum mengadakan Musyawarah Besar

untuk menentukan susunan kepengurusan baru beserta ketua. Hal ini diungkapkan dengan melalui wawancara penulis dengan bapak Misbach Maalim, Kepala Biro Organisasi dan Administrasi, Wawancara pribadi, Jakarta, 10 Agustus 2002.

Page 141: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

105

Yayasan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia.17

a. Organisasi Intern:

1. Musyawarah Besar adalah merupakan instansi tertinggi dari badan ini.18

Musyawarah Besar ini terdiri dari a. Pengurus b. Badan Pekerja, c.

Anggota-anggota.

2. Badan Pekerja terdiri dari pengurus dan anggota yang bertempat tinggal

di Jakarta. Badan pekerja Pertama dari Pengurus Pusat ialah para peserta

dari musyawarah Alim Ulama se-Jakarta Raya yang diadakan pada

tanggal 26 Februari 1967 dan merupakan pendiri dari yayasan ini.

3. Pengurus adalah mereka yang bekerjasama dengan ketua yang dipilih

oleh Musyawarah Besar, Ketua Yayasan yang pertama dipilih oleh

Musyawarah Alim Ulama se-Jakarta Raya dan memiliki masa kerja

selama dua tahun.

b. Biro-biro:

Guna mendapatkan hasil usaha yang efektif, pengurus membentuk

beberapa biro sebagai berikut :

1. Biro Research dan Dokumentasi

2. Biro Organisasi dan Planning

3. Biro Operasional

4. Biro Dana dan Usaha

17 . Dt. Rajo Angek, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Visi dan Missi,h. 2418 . Musyawarah ini dilakukan lima tahun sekali, wawancara penulis dengan bapak

Misbach Maalim, Kepala Biro Organisasi dan Administrasi, Misbach Maalim, Kepala Biro Organisasi dan Administrasi, Wawancara pribadi, Jakarta, 10 Agustus 2002.

Page 142: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

106

Di bawah masing-masing biro terdapat beberapa seksi-seksi :

1. Biro Research dan Dokumentasia. Seksi Internal Researchb. Seksi External Researchc. Seksi Nasional Researchd. Seksi Special Research

2. Biro Organisasi dan Planninga. Seksi Organisasi Internb. Seksi Organisasi Luar (antar organisasi)c. Perencanaan Lokald. Perencanaan Nasioale. Perencanaan Khusus

3. Biro Operasionala. Seksi Pendidikan dan Latihanb. Seksi Komunikasic. Seksi Publicityd. Hubungan Masyarakat

4. Biro Dana dan Usahaa. Seksi Usahab. Seksi Pembukuanc. Seksi Pembiayaan dan Perencanaand. Organisasi Intern Cabang/Perwakilan19

Kepengurusan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia dari tahun ketahun

adalah sebagai berikut:

Ketua : Mohammad NatsirWakil Ketua : Dr. H. M. RasjidiSekretaris : H. Buchari TamamSekretaris II : H. Nawawi DuskiBendahara : H. Hasan BasriAnggota : K.H. TaufiqurrahmanAnggota : Muchtar LintangAnggota : H. Zainal Abidin AhmadAnggota : Prawoto MangkusasmitoAnggota : H. Mansur Daud Datuk Plimo KajoAnggota : Prof. Usman RalibyAnggota : Abdul Hamid

19 . Dt. Rajo Angek, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Visi dan Missi,h. 25-26

Page 143: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

107

Karena banyak pengurus yayasan yang telah wafat, maka dilakukan

penyegaran pengurus sehingga komposisinya menjadi sebagai berikut:

Ketua : Mohammad. NatsirWakil Ketua I : Prof. Dr. H.M. RasjidiWakil Ketua II : H.M. Yunan NasutionWakil Ketua III : Dr. Anwar Harjono, S.HSekretaris : H. Buchari TamamWakil Sekretaris : H. Nawawi DuskiBendahara : K.H. Hasan BasriAnggota : Boerhanoedin Harahap, S.HAnggota : K.H. A. Malik AhmadAnggota : Prof. Usman RalibyAnggota : Ir. Ahmad Mas’oed Lutfhi

Pada tahun 1989, kembali dilakukan penyegaran kepengurusan menjadi

sebagai berikut:

Ketua : Mohammad NatsirWakil Ketua I : Prof. Dr. H.M. RasjidiWakil Ketua II : H. M. Yunan NasutionWakil Ketua III : Dr. Anwar HarjonoSekretaris : H. Buchari TamamWakil Sekretaris : Hasanuddin Abu BakarBendahara : K.H. Hasan BasriAnggota : K.H. A. Malik AhmaAnggota : Prof. Usman RalibyAnggota : Ir. Ahmad Mas’oed LutfhiAnggota : K.H. Sholeh IskandarAnggota : K.H. M. Rusjad NurdinAnggota : Mohammad SoleimanAnggota : Drs. Saefullah Mahyuddin, M.AAnggota : Ir. Shaleh Widodo, M.EdAnggota : H. Hussein UmarAnggota : Abdul Wahid Alwy, M.A

Setelah M. Natsir wafat pada 14 Sya’ban 1413/ 6 Pebruari 1993,

berdasarkan hasil pertemuan Silaturrahmi Keluarga Besar Dewan Dakwah yang

diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 1-2 Dzulqa’dah 1413/23/24 April

1993, diputuskan komposisi kepengurusan sebagai berikut:

Page 144: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

108

Ketua : Prof. Dr. H.M. RasjidiWakil Ketua I : H.M. Yunan NasutioanWakil Ketua II : Dr. Anwar Harjono, S.HWakil Ketua III : K.H. M. Rusjad NurdinSekretaris : H. Buchari TamamWakil Sekretaris : H. Hasanuddin Abu BakarBendahara : H. Moh. Nazief, S.EAnggota : K.H. Hasan BasriAnggota : H. A. Wahid Alwy, M.AAnggota : Ir. Ahmad Mas’oed LuthfiAnggota : Drs. Saefullah Mahyuddin, M.AAnggota : Mohammad SoleimanAnggota : H. Hussein UmarAnggota : K.H. Malik AhmadAnggota : Prof. Osman RalibyAnggota : K.H. Latief Muchtar, M.AAnggota : K.H. Drs. Didin Hafidhuddin, M.ScAnggota : K.H. Affandi RidhwanAnggota : Dr. H. M. Amien Rais, M.A

Komposisi kepengurusah Dewan Dakwah Pusat pada tahun 1997,

berdasarkan SK No. 003/A-DDIIP/1417/1997, adalah sebagai berikut:

Ketua Umum : Dr. Anwar Harjono, S.HKetua : Prof. Dr. H.M. RasjidiKetua : K.H. M. Rusjad NurdinWakil Ketua : Muhammad SoleimanWakil Ketua : Drs. H.M. Chalil BadawiWakil Ketua : Ir. H.A.M. LuthfiWakil Ketua : H. Hartono Marjono, S.H.Wakil Ketua : Dr. Ir. H.M. SaefuddinSekretaris Umum : H. Hussein UmarSekretaris : H. Hasanuddin Abu BakarSekretaris : H. Mas’adi Sulthani, M.ASekretaris : H.M. Nazier, S.EWakil Bendahara : Tamsil LinrungAnggota : K.H. Hasan BasriAnggota : Prof. H. Osman RalibyAnggota : H.A. Wahid Alwy, M.AAnggota : K.H. Didin Hafidhuddin, M.ScAnggota : K.H. Affandi RidhwanAnggota : Dr. H.M. Amien Rais, M.AAnggota : H. Muzayyin Abdul Wahhab, LcAnggota : H. Wardi Kamili

Page 145: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

109

Anggota : H. Ramlan MarjoneAnggota : H. Heman KhailurrahmanAnggota : H. Amlir Syaifa Yasin, B.AAnggota : H. Syuhada BahriAnggota : H. Syaiful Alamsyah, LcAnggota : Drs. H. Misbach Malim, LcAnggota : H. Zulfi Syukur, B.AAnggota : H. Hamlika Hs Dt. MaradjoAnggota : H. Hardi M. ArifinAnggota : Ramli Hutabarat, S.H., H.HumAnggota : Drs. Muhsin, MKAnggota : H. Mazni Mohd. Yunus, LcAnggota : Prof. Dr. A. Rahman ZainuddinAnggota : H. Abdul Wahid Sahari, M.AAnggota : Prof. Dr. H. Dochak LatiefAnggota : H. Faisal Baasir, S.HAnggota : H. Fadhol Arofah, M.AAnggota : H. farid Prawiranegara, A.KAnggota : H. Geys Amar, S.HAnggota : Prof. Dr. H. Hassan LanggulungAnggota : K.H. A. Khalil Ridwan, LcAnggota : Dr. Ir. H. Imaduddin Abdul RahimAnggota : Dr. H. KuntowijoyoAnggota : Drs. H. Muhammad Siddiq, M.AAnggota : Prof. H. Daud Ali, S.HAnggota : Dr. H. Muslim NasutionAnggota : H. Moeslim Aboud Ma’ani, M.AAnggota : H. Nuhtada LabinaAnggota : Dr. H. Nurhay AbdurrahmanAnggota : Drs. H. NursalAnggota : Drs. H. Nurul HudaAnggota : H. Rais Ahmad, S.H., M.AAnggota : H. Rusydi, S.H., S.AgAnggota : Dr. H. Sohirin Mohammad SholihinAnggota : Drs. H. Taufiq IsmailAnggota : Dr. H. Yahya Muhaimin, M.AAnggota : Dr.H. Yusril Ihya Mahendra, S.H Anggota : Prof.Dr.H. Yusuf Amir Feisal 20

20 . Dt. Rajo Angek, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Visi dan Missi, h. 27. Untuk

kepungurusan yang baru periode 2005 s/d 2010 penulis letakkan pada lembaran lampiran.

Page 146: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

110

3. Visi dan Misi Dewan Dakwah

Visi berasal dari bahasa Inggris “vision”, yang memiliki arti “daya

lihat”.21 Dalam istilah Arabnya ialah “basirah” yang memiliki kesamaan arti

dengan “syahidah”, artinya “kesaksian atau pandangan”,22 yakni satu

pandangan dari seseorang yang punya akal untuk berpikir dan punya hati untuk

menimbang dalam memilih dan menentukan jalan hidupnya. Seorang muslim

yang percaya bahwa ia diciptakan oleh Allah untuk menjadi hamba-Nya,

sekaligus untuk menjadi khalifah-Nya di muka bumi ini, tentulah mempunyai

visi yang jelas, yaitu satu pandangan hidup yang tidak boleh keluar dari

ketentuan dan aturan Allah. Demikian pula pandangan dan pendirian organisasi

yang dibentuknya.

1. Maka Dewan Dakwah sebagai satu lembaga (organisasi) Islam yang didirikan oleh tokoh-tokoh ulama dan intelektul pejuang Islam mempunyai satu visi yang berorientasi kepad ajaran Islam, yang bertitik tolak dari azas taqwa dan keridhaan Allah.

2. Dewan Dakwah adalah satu lembaga Islam yang independen, tidak terikat kepada salah satu partai, tapi bersedia bekerjasama dengan semua golongan atau badan yang punya visi sama.

3. Dewan Dakwah memandang semua umat sama dalam posisinya terhadap Allah, tidak membedakan ras, daerah asal, maupun status sosialnya.

4. Dewan Dakwah berjiwa keummatan dan senantiasa “concern” terhadap nasib ummat yang lemah, terutama dalam bidang agama Islam dengan segala ajaran dan tuntunannya dan ingin sekali menolong mereka agar kembali ke jalan yang benar dan bisa menduduki posisi yang kuat dan terhormat dala hidup bermasyarakat dan bernegara, yang diridhai Allah.23

21 . John M. Echol dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia,

1990), cet. XIX., h. 63122 . Al-Munjid fi al-Lughah wa al-I’lam,(Beirut:Daaru al-Masyrik,1992),cet.XXXIII.,h. 40 23 . Dinyatakan dalam Anggaran Dasar pasal 3. Lihat, Busyairi, Catatan Perjuangan

H.M. Yunan Nasution, h. 9-10. Dan dalam rangka menanggulangi krisis atas beberapa peristiwa di tanah air, Dewan Dakwah telah mendirikan KOMPAK (Komite Penanggulangan Akibat Krisis). Baca, Dewan Dakwah Pusat, Selayang Pandang Dewan Dakwah Islamiyan Indonesia, (Jakarta: Dewan Dakwah), h. 9

Page 147: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

111

Missi dalam bahasa Inggris ialah mission, yang mengandung arti

“tugas”.24 Dalam hal ini tugas-tugas dari Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia.

Tugas-tugas tersebut bertitik tolak dari tujuan yayasan, yaitu: “Menggiatkan

dan meningkatkan mutu dakwah Islamiyah di Indonesia”.

Tugas-tugas itu dapat dibagi kepada tugas-tugas keluar (extern) dan

tugas-tugas ke dalam (intern).

Tugas-tugas keluar (Extern):

1. Menyampaikan seruan Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia dengan

bijaksana, memberi pelajaran yang baik dan dengan berdialog dalam

suasana dan dengan cara serta hujjah yang lebih baik.

3. Melakukan pendekatan (approaches) kepada individu maupun jamaah

dengan ramah tamah dan kasih sayang, sehingga terjalin silaturrahmi untuk

sama-sama berusaha mempelajari, memahami dan seterusnya bersama-sama

melaksanakan ajaran-ajaran Islam.

4. Menjalin kerjasama dengan pimpinan lembaga-lembaga Islam lainnya, baik

yang begerak dalam bidang pendidikan, bidang kesehatan, sosial, budaya

dan sebagainya.25

5. Menjalin hubungan baik dan saling pengertian dengan para elit politik, para

intelektuak dan para ulama, para kiyai dan habaib, agar dapat saling

24 . M. Echol dan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, h. 38325 . Dalam hal ini, Dewan Dakwah telah melakukan amal yang nyata, yaitu bersama para

Kiyai Pondok Pesantren telah merintis dan aktif membina BKSPPI (Badan Kerjasama Pondok Pesantren se- Indonesia), sebagai wadah pertemuan dan kerjasama antara pimpinan-pimpinan pondok pesantren. Lihat, Dewan Dakwah Pusat, Selayang Pandang Dewan Dakwah Islamiyan Indonesia, h. 9

Page 148: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

112

membantu dalam ikatan koordinasi, demi kemajuan, kecerdasan dan

kesejahteraan ummat, bangsa dan negara.

6. Menjalin kerjasama dengan pihak pemerintah dan segala jajarannya dalam

usaha meningkatkan kecerdasan, ekonomi, kesehatan dan kesejahteraan

rakyat.26

7. Berusaha melicinkan jalan dakwah, antara lain dengan menghindari dan /

atau mengurangi pertikaian faham antara pendukung dakwah dalam

melaksanakan tugas dakwah.27

Tugas-tugas ke dalam (Intern):

1. Menata organisasi secara profesional dan effesien dalam segala bidang dan

program kegiatan, dan mengatur pembagian tugas diantara pengurus secara

proporsional.

2. Berusaha melengkapi persiapan para da’i dalam melaksanakan tugasnya di

bidang ilmiah, khittah dan alat-alat, sehingga dapat mencapai hasil yang

lebih sempurna dan terwujudnya ummat penegak dakwah.

3. Mengusahakan adanya dana bagi kepentingan dakwah dan kesejahteraan

pendukung dakwah.28

26 . Mengenai kerjasama dengan pemerintah, Dewan Dakwah telah dipercaya sebagai

Dewan Pertimbangan Pengelolaan Dana Haji Departemen Agama. Dewan Dakwah Pusat, Selayang Pandang Dewan Dakwah Islamiyan Indonesia,h. 8

27 . Busyairi, Catatan Perjuangan H.M. Yunan Nasution, h. 11-1228 . Di samping telah mendirikan KOMPAK sebagai usaha untuk pengumpulan dana,

Dewan Dakwah juga telah memprakarsai berdirinya KISDI (Komite Islam untuk Solidaritas Dunia Islam), sebagai wadah untuk memperjuangkan aspirasi umat dan menggairahkan solidaritas antar umat Islam nasional, regional dan internasional. Dewan Dakwah Pusat, Selayang Pandang Dewan Dakwah Islamiyan Indonesia, h. 9

Page 149: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

113

4. Mewajibkan kepada seluruh jajaran pengurus Dewan Dakwah, baik di

Kantor Pusat, Perwakilan dan Pembantu Perwakilan, maupun para du’at di

lapangan agar supaya pertama, senantiasa berusaha membersihkan jiwa

(tazkiat al-nafs) dan mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ila Allah)

dengan melaksanakan ibadah-ibadah (terutama shalat) baik yang wajib,

maupun yang sunnah pada waktu-waktu yang ditentukan oleh syariat Islam.

Kedua, senantiasa berusaha meningkatkan ilmu dan kefahaman Islam

(tafaqquh fi al-din) dan melaksanakan ajaran-ajaran agama, sesuai dengan

petunjuk yang tersebut dalam Al-Qur’an dan Hadits-hadits yang shahih dari

Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Ketiga, senantiasa memelihara diri dan

keluarga dari ancaman neraka (perilaku, perbuatan dan perkataan yang tidak

senonoh, yang mengandung dosa). Keempat, senantiasa berjiwa besar dan

mau saling membantu dalam kebaikan dan taqwa, dan jangan sekali-kali

mendorong kepada perbuatan dosa dan permusuhan. Kelima, berlomba-

lomba dalam berbuat kebaikan. Keenam, memulai dengan diri sendiri,

berikan contoh kepada keluarga anda dan keluarga-keluarga yang lain.29

B. Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Provinsi Jawa Barat

1. Struktur Organisasi DDII Provinsi Jawa Barat

Dari segi bahasa, struktur dapat berarti cara bagaimana sesuatu disusun

atau dibangun. Sedangkan organisasi berarti susunan atau aturan dari berbagai

29 . Busyairi, Catatan Perjuangan H.M. Yunan Nasution, h. 12-14

Page 150: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

114

bagian, sehingga menjadi kesatuan yang teratur dan tersusun.30 Dengan

demikian, struktur organisasi Dewan Dakwah Islamiyah dapat diartikan sebagai

suatu kerangka, susunan atau bangunan yang menjadi wadah bagi segenap

kegiatan usaha pengelolaan organisasi dengan jalan membagi-bagikan atau

mengelompokkan pekerjaan yang harus dikerjakan, serta menetapkan dan

menyusun jalinan hubungan kerja antar satuan organisasi, sehingga menjadi

kesatuan yang teratur.

Adanya struktur organisasi tersebut mempunyai arti penting bagi

pengelolaan kegiatan atau program-program kerja, sebab dengan adanya

struktur organisasi tersebut, maka rencana kegiatan yang berkenaan dengan

pengelolaan program dapat berjalan dengan efektif dan efesien. Hal ini

disebabkan setiap tugas dapat dibagi-bagi dalam kesatuan tugas yang terperinci

dengan job description yang jelas, sehingga mencegah terjadinya akumulasi

pekerjaan pada satu bagian.

Adapun struktur organisasi Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Jawa

Barat adalah sebagai berikut:

SUSUNAN PENGURUS DEWAN DA’WAH ISLAMIYAHINDONESIA JAWA BARAT

PERIODE 2005 - 2008

A. Majelis Syuro1. Ketua : KH. Athian Aly M. Da’i, M.A2. Anggota-anggota:

1. KH. Syamsuri Siddik 2. Dr. KH. Miftah Faridl 3. Dr. KH. M. Abdurrahman, M.A

30 . Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), cet. ke-3,

h. 860

Page 151: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

115

4. Dr. Ing. Suparno Satira 5. Ir. H. Irwanda D. Nasution 6. H. Ating Alimuddin

B. Pengurus

1. Ketua Umum : Prof. Dr. H. Jusuf Amir Feisal, S.Pd. Wakil Ketua Umum : H. Moch. Daud Gunawan, S.E. Ketua : KH. Drs. Entang Muchtar Z.A. Ketua : KH. Drs. Bahrul Hayat Ketua : H. Syaifullah Rusyad Ketua : Drs. H. Agus Halimi, M.Ag.2. Sekretaris Umum : Hadiyanto A. Rachim Sekretaris : Drs.H.M. Noeh Djuremi Sekretaris : Muchsin Al-Fikry, S.Sos Sekretaris : Indra Gumilar S.T. Sekretaris : Drs. Agus Ishaq A.R.3. Bendahara Umum : Fadhlullah Rusyad, S.T.

3.1. Bidang-Bidang

3.1.1. Bidang Pendidikan dan Pelatihan : M. Roinul Balad, S.Sos.I.3.1.2. Bidang Penerbitan dan Penerangan : Asep Syamsul Romi, S.IP.3.1.3. Bidang Kerjasama antar Lembaga : Agus Safaruddin, S.Pd.3.1.4. Bidang Penelitian dan Pengembangan : Ir. Asep Najmuddin, M.P.

3.1.2. Seksi-Seksi

3.1.2.1. Sie Kaderisasi : Dadang Abdul Fatah3.1.2.2. Sie Publikasi : Mamat Rahmat3.1.2.3. Sie Percetakan : Alit Supriyana3.1.2.4. Sie Ekonomi dan UKM : Najmi Ali Imran3.1.2.5. Sie Pemetaan Da’wah : Nono Mulyana3.1.2.6. Sie Humas : Asep Kusmiadi

4. Kepala Sekretariat : Amri Sobri

C. Anggota Pleno

Dr. Hermawan K. Dipoyono Prof. dr. H. Sambas Wiradisuria Prof. Dr. Ir.H. Hidayat Salim Dr.H. Benyamin Harits

Page 152: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

116

dr. H. Sahir Ismail, S.PA H. Zainudin Burhan H. Ahmad Saelan Iman Setiawan Lathief Muchtar Drs. H. Muhsin M.K. KH. Harun Muhimmuddin H. U. Ruchayat Abdul Cholil Dedi Achyadi KH. Asep Sudrajat KH. Ahmad Baradja KH. Nana Supriatna M. Rizal Fadhillah, S.H. Drs. H. Djaja Djahari, MPd. H. Arga Lukman Abubakar

Organisasi internal cabang atau perwakilan seabagaimana telah

dikatakan sebelumnya, adalah sama dengan organisasi internal pusat, bedanya

terletak pada ukuran yang disesuaikan dengan kebutuhan setempat. Pimpinan

biro-biro dan seksi-seksi di cabang atau perwakilan dapat dirangkap dan dalam

melaksanakan tugas-tugasnya pada setiap bidang harus diusahakan suatu

korelasi antara pusat dan daerah (cabang atau perwakilan) guna kelancaran flow

of job. Untuk melaksanakan efesiensi dalam melaksanakan tugas, maka struktur

organisasi ini bila perlu dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang nyata.31

2. Tugas dan Fungsi Personalia

Tugas dan fungsi personalia pada lembaga dakwah Dewan Dakwah

Islamiyah Indonesia adalah:

a. Majelis Syura

31 . Misbach Malim, Kepala Biro Administrasi dan Organisasi / Kepala Biro

Koordinator Da’i di Lapangan DDII Pusat, Wawancara Pribadi, Jakarta, 10 Agustus 2002

Page 153: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

117

Majelis Syura bertugas untuk mempertimbangkan program-program yang

akan dilaksanakan dan memberikan nasihat-nasihat. Majelis Syura ini juga

mempertimbangkan mengenai kebijakan-kebijakan yang akan diputuskan

oleh Dewan Dakwah Provinsi dalam berbagai permasalahan.

b. Pengurus

Pengurus adalah orang-orang yang bertugas melakukan atau melaksanakan

program-program Dewan Dakwah yang akan dilakukan di lapangan, atau

dengan kata lain pengurus adalah sebagai pelaksana di lapangan.

c. Bidang-bidang

Bidang-bidang pada stuktur organisasi Dewan Dakwah Jawa Barat

mempunyai tugas, untuk melaksanakan suatu kegiatan atau program yang

telah disepakati bersama, baik yang telah atau sedang dilakukan yang lebih

terfokus pada kegiatan lapangan. Seperti pembagian pekerjaan-pekerjaan

atau pengelompokkan kegiatan-kegiatan yang dikoordinir oleh ketua pada

bidang tersebut.32

d. Seksi-seksi

Seksi-seksi ini bertugas atau berfungsi sama dengan bidang-bidang, akan

tetapi seksi-seksi ini bertujuan untuk memperkecil tugas dakwah yang akan

32 . Contoh pada Bidang Penelitian, bertugas untuk meneliti, mengantisipasi serta

memberikan informasi yang berkenaan dengan dakwah yang akan dan sedang dilakukan, agar tujuan dakwah Dewan Dakwah terlaksana dengan baik. Pada bidang Diklat, bertugas untuk meningkatkan sumberdaya manusia yang bersifat praktis. Seperti mengadakan penyuluhan, memberikan bimbingan para da’i serta dalam usahanya untuk meningkatkan wawasan para da’i tersebut. Mishbah Malim, Kepala Biro Administrasi dan Organisasi/Kepala Biro Koordinator Da’i DDII Pusat, Wawancara Pribadi, Jakarta, 23 Oktober 2006.

Page 154: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

118

dilakukan. Seperti membuat panitia pada kegiatan Maulid Nabi, membentuk

kepanitian pada acara Isra Mi’raj dan lain sebagainya.

e. Kepala Sekretariat

Bidang ini bertugas untuk membuat, memberikan serta menginpentarisir

surat-surat atau data-data yang masuk dan keluar yang berhubungan dengan

kegiatan dakwah yang akan dan telah dilakukan.33

f. Anggota Pleno

Anggota pleno adalah merupakan anggota yang terdiri dari perwakilan-

perwakilan ormas-ormas Islam yang ada, tokoh masyarakat, ketua Dewan

Dakwah Kota dan Kabupaten.

3. Sejarah Berdirinya

Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat berdiri sejak tahun 1978. Untuk

pertama kalinya Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Provinsi Jawa Barat

diketuai oleh K.H. Nursyanurdin dan Sekretaris Umum H. Moch. Daud

Gunawan. Didirikannya Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat bermula dari hasil

musyawarah yang dilaksanakan pada hari Ahad tanggal 26 Februari 1967 di

Masjid Al-Munawarah kampung Bali I No. 53 Tanah Abang Jakarta Pusat,

pada acara halal bi halal, hadir beberapa tokoh ummat seperti bapak

Mohammad Natsir, bapak Prawoto Mangkusasmito, bapak Mohammad Roem,

33 . Mishbah Malim, Kepala Biro Administrasi dan Organisasi/Kepala Biro Koordinator

Da’i DDII Pusat, Wawancara Pribadi, Jakarta, 23 Oktober 2006.

Page 155: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

119

DR. Mohammad Rasyidi, K.H. Taufiqurrahman, Buya H. Mansyur Daud, Dt.

Palimo Kayo, K.H. Hasan Basri, Al-Ustadz H. agoes Cik.34

Dalam pertemuan tersebut ada beberapa kesimpulan yang disepakati

bersama dan salah satu kesimpulan yang dihasilkan dalam musyawarah tersebut

adalah, memandang perlu (urgent) lebih ditingkatkan hasil dakwah hingga tarap

yang lebih tinggi, sehingga tercipta suatu keselarasan antara banyaknya tenaga

lahir yang dikerahkan dan banyaknya tenaga batin yang dicurahkan dalam

rangka dakwah tersebut.

Hal ini dengan melihat mutu dakwah yang di dalamnya tercakup persoalan

penyempurnaan sistem perlengkapan peralatan, peningkatan tekhnik

komunikasi, lebih-lebih lagi sangat dirasakan perlunya dalam usaha

menghadapi tantangan (konfrontasi) dari bermacam-macam usaha yang

sekarang giat dilancarkan oleh penganut agama-agama lain dan kepercayaan-

kepercayaan (antara lain paham anti Tuhan yang masih merayap di bawah

tanah), Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan sebagainya terhadap masyarakat

Islam. Dalam pertemuan itu juga, mereka memandang perlu adanya tindakan

atau kerjasama antar tokoh dan para da’i dalam masyarakat, dengan

menginstruksikan berdirinya Dewan Dakwah Provinsi dan Kabupaten yang ada

di seluruh Indonesia.

34 . H. Moch. Daud Gunawan, Wakil Ketua Umum Dewan Dakwah Provinsi Jawa

Barat, Wawancara Pribadi, Bandung, 23 Oktober 2007. Beliau adalah termasuk anggota Masyumi yang berasal dari Bandung yang aktif pada masa kepemimpinan M. Natsir.

Page 156: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

120

Dua tokoh tersebut yakni K.H. Nursyanurdin dan Sekretaris Umum H.

Moch. Daud Gunawan adalah merupakan anggota dari partai Masyumi pada

masa kepemimpinan seorang ulama besar yaitu M. Natsir. Dengan tujuan yang

sama antara K.H. Nursyanurdin denga para tokoh masyumi lainnya, yaitu ”dulu

berdakwah lewat jalur politik dan sekarang berpolitik melalui jalur dakwah”.

Dengan konsep inilah kemudian perkembangan dakwah yang akan

direncanakan mereka, tidak hanya dilakukan pada suatu tempat tertentu saja

tapi bahkan lebih dari itu, mereka mengembangkan sayap dakwahnya ke

berbagai provinsi atau daerah yang ada di Indonesia.

Bila kita melihat sejarah Dewan Dakwah, salah satu yang menyebabkan

berdirinya adalah disebabkan karena adanya satu daerah tertentu yang tadinya

masyarakat tersebut lebih banyak beragama Islam, namun perkembangan

selanjutnya kuantitas umat Islam di daerah tersebut menjadi berkurang. Hal ini

disebabkan, karena adanya kegiatan Kristenisasi, yang berusaha memanfaatkan

umat Islam pada kondisi tertentu, yakni kurang pengetahuan tentang agama

Islam dan faktor ekonomi yang kurang mendukung.

Sama halnya dengan sejarah berdirinya Dewan Dakwah Pusat dengan

Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat, yang salah satu faktornya adalah adanya

usaha kristenisasi. Paling tidak, ada tiga hal yang mendorong terjadinya

pembentukan Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat. Pertama, adanya

kesepakatan para pendiri Dewan Dakwah untuk membentuk Dewan Dakwah di

setiap Provinsi dan Kabupaten yang ada di Indonesia. Kedua, Dakwah yang

telah dilakukan oleh para da’i terutama untuk masyarakat Bandung masih

Page 157: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

121

kurang maksimal dan tidak terkoordinir dengan rapih, bahkan dengan

kepemimpinan Orde Baru dakwah yang telah dilakukan pada waktu itu

dirasakan mengalami banyak hambatan, seperti diharuskannya izin dalam

menyelenggarakan suatu kegiatan keagamaan walaupun sesederhana mungkin,

dan dipersulitnya gerakan dakwah yang telah dilakukan oleh para ulama. Dan

ketiga, adanya usaha pemurtadan aqidah yang terjadi dikalangan umat Islam

Bandung yang dikenal dengan Kristenisasi, terutama untuk di daerah Cimahi

sebagai pusat gerakan Kristenisasi.

Namun demikian, menurut Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII)

Pusat, sambutan hangat masyarakat dan pemerintah terhadap aktivitas dakwah

yang dilakukannya menyebabkan Dewan Dakwah terpacu, untuk melakukan

langkah desentralisasi.35 Seperti pelatihan da’i yang mulai dilaksanakan di

daerah, program-program lain pun mulai diserahkan pengelolaannya kepada

Dewan Dakwah perwakilan. Dewan Dakwah Pusat hanya memberikan

pengarahan global, sementara teknis operasional diserahkan sepenuhnya kepada

perwakilan. Dan Dewan Dakwah telah memantapkan perwakilannya di

berbagai Provinsi. Kini terdapat 16 perwakilan yang sudah mantap dan bahkan

sudah mulai membuka Pembantu Perwakilan di Ibu Kota Daerah Tingkat II.

Perwakilan-perwakilan yang relatif sudah mantap itu ialah:

35 . Usaha desentralisasi yang telah dilkakukan oleh Dewan Dakwah Pusat termasuk

disebabkan telah wafatnya pimpinan Dewan Dakwah yang karismatik yaitu M. Natsir. Karena pada masa kepemimpinan M. Natsir, kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Dewan Dakwah telah berjalan sangat baik, hal ini disalah satu penyebabnya disebabkan karismatik yang dimilikinya. M. Roinul Balad, Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat, Wawancara Pribadi, Bandung, 23 Oktober 2007.

Page 158: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

122

1. Daerah Istimewa Aceh

2. Sumatera Utara

3. Sumatera Barat

4. Riau

5. Bengkulu

6. Lampung

7. Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta

8. Jawa Barat

9. Jawa Tengah

10. Daerah Istimewa Yogyakarta

11. Jawa Timur

12. Sulawesi Selatan

13. Sulawesi Tengah

14. Nusa Tenggara Barat

15. Maluku

16. Kalimantan Barat

Sedangkan Dewan Dakwah Perwakilan yang masih harus ditingkatkan

dan dikembangkan eksistensinya adalah:

1. Jambi

2. Sumatera Selatan

3. Kalimantan Selatan

4. Kalimantan Tengah

5. Kalimantan Timur

Page 159: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

123

6. Sulawesi Utara

7. Sulawesi Tenggara

8. Bali

9. Nusa Tenggara Timur

10. Irian Jaya

11. Timor-Timur. 36

Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat yang diketuai oleh K.H. Nursyanurdin dan dengan Sekretaris Umum H. Moch. Daud Gunawan ketika itu, melihat bahwa tertariknya umat Islam dengan beralihnya dari agama Islam ke agama Kristen itu, disebabkan karena kurangnya Sumberdaya umat serta perekonomian masyarakat yang masih rendah.37

Maka program-program dakwah yang dijalankan oleh Dewan Dakwah

Provinsi Jawa Barat ketika itu, yaitu bagaimana mengatasi permasalahan-

permasalahan di atas. Yaitu pembentengan aqidah umat dengan mengadakan

pendekatan terhadap masyarakat dengan mengadakan bakti sosial, memberikan

sembako-sembako, memberikan pengetahuan-pengetahuan keagamaan,

mendirikan masjid-masjid, pemberdayaan perekonomian masyarakat, serta

berusaha meningkatkan mutu pendidikan umat Islam.

36 . Data ini yang telah ditulis oleh Dewan Dakwah pada tahun 1997. Lukman Hakiem

dan Tamsil Linrung, Menunaikan Panggilan Risalah: Dokumentasi Perjalanan 30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, (Jakarta: Dewan Dakwah, 1997), h. 52

37 . Setelah wafatnya M. Natsir, para pengurus Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat menyadari bahwa hal tersebut akan memberikan dampak yang lebih besar terhadap langkah-langkah atau sikap-sikap yang harus dilakukan oleh mereka. Dulu mereka melihat dengan karismatiknya M. Natsir langkah dakwah yang mereka lakukan bisa dibilang sudah cukup, namun sekarang para pengurus dan da’I Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat harus lebih giat lagi menyuarakan kegiatan dakwahnya tanpa diikuti kewibawaan M. Natsir tersebut. M. Roinul Balad, Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat, Wawancara Pribadi, Bandung, 23 Oktober 2007.

Page 160: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

124

Sampai sekarang pun, gerakan Kristenisasi masih sering ditemui oleh

para da’i dan pengurus Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat, seperti adanya

komik-komik untuk anak-anak yang materinya mengarah kepada pemurtadan

aqidah generasi Islam.

Setelah tumbangnya Orde Baru dengan suasana yang baru pula, maka

sekarang ini program-program atau kegiatan dakwah yang akan dilakukan

dirasakan lebih leluasa, dengan diberikannya kebebasan berpikir bagi kemajuan

umat. Dari sinilah, kemudian Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat

mengembangkan sayap dakwahnya, dengan membentuk perwakilan-perwakilan

di daerah-daerah atau Kabupaten-kabupaten, seperti di kota Bandung,

kabupaten Bandung, Cimahi, Cianjur, Sukabumi, Bogor, Bekasi, Depok,

Subang, Cirebon, Kuningan, Banjar, Ciamis, Tasik dan Garut. Jumlah pengurus

dan da’i pada setiap kabupaten paling sedikit 13 orang, yang terdiri dari 8 orang

pengurus dan 5 orang da’i.

Salah satu contoh dari keberhasilan Dewan Dakwah Islamiyah

Indonesia (DDII) Jawa Barat adalah, kegiatan dakwah yang telah dilakukan

oleh mereka di daerah Ujung Kulon Banten. Masyarakatnya sebagian besar

petani, banyak yang belum bisa membaca Al-Qur’an. Kemudian mereka

mengadakan Diklat Metode Iqra dan TK Al-Qur’an. Sekarang sudah berhasil

didirikan 18 kampung yang terdiri dari:

1. Kampung Sinar Laut berjumlah 23 santri

2. Kampung Marapat berjumlah 20 santri

3. Kampung Cikendak, berjumlah 23 santri

Page 161: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

125

4. Kampung Cangkudu, berjumlah 21 santri

5. Kampung Panimbang Jaya, berjumlah 41 santri

6. Kampung Babakan Kiara, berjumlah 30 santri

7. Kampung Ciwangun, berjumlah 35 santri

8. Kampung Sadang, berjumlah 60 santri

9. Kampung Ciburial, berjumlah 30 santri

10. Kampung Citeluk, berjumlah 29 santri

11. Kampung Sumur, berjumlah 46 santri

12. Kampung Cibadak, berjumlah 35 santri

13. Kampung Sindang, berjumlah 31 santri

14. Kampung Cikeusik, berjumlah 38 santri

15. Kampung Rac Seneng, berjumlah 32 santri

16. Kampung Suka Jaya, berjumlah 21 santri

17. Kamung BK Bandung, berjumlah 48 orang

18. Kampung Situ Potong, berjumlah 19 santri. 38

38 . Data ini ditulis pada bulan Juni tahun 2001. Jumlah santri di 18 kampung tersebut

jumlah totalnya adalah 565 santri anak-anak maupun remaja. Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Ukhuwah: Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, (Jakarta: Biro Penerangan Dewan Dakwah, 2001), no. 21 s/d 30, . 13

Page 162: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

126

BAB VPEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan Fungsi-fungsi Manajemen Dalam Kegiatan Dakwah

DDII Jawa Barat Pasca Reformasi

1. Perencanaan (Planning)

Pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen yang telah dilakukan oleh

Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat dalam melakukan kegiatan dakwahnya

ini, merupakan hasil temuan peneliti atau penulis dalam bentuk data natural

setting (apa adanya) tanpa adanya subjektivitas peneliti. Maka data ini disebut

juga sebagai another reality dan bukan error reality (data yang

dipersalahkan).1

Menurut Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat pengertian perencanaan

adalah, proses merencanakan suatu program atau kegiatan, yang didasarkan

kepada hasil evaluasi sebelumnya, serta adanya tuntutan kondisi aktual yang

harus segera direspon.2

Tahapan-tahapan yang dilakukan oleh Dewan Dakwah Provinsi Jawa

Barat dalam melakukan proses perencanaan adalah sebagai berikut:

a. Asesmen (Pendataan masalah atau kebutuhan)

b. Penentuan tujuan

c. Perumusan program

1 . Data Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat yang dianalisis berdasarkan teory

Georgy R. Terry diletakkan pada pembahasan selanjutnya yaitu “analisis Analisis Pelaksanaan Fungsi-fungsi Manajemen Dalam Kegiatan Dakwah DDII Jawa Barat Pasca Reformasi.”

2 . Hadiyanto A. Rachim, Sekretaris Umum DDII Jawa Barat, Wawancara Pribadi, Bandung, 04 September 2007.

Page 163: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

127

d. Penentuan kegiatan

e. Penentuan schedulling

Dalam merencanakan suatu kegiatan, Dewan Dakwah Islamiyah

Indonesia Jawa Barat telah memiliki program jangka panjang dan jangka

pendek. Program jangka panjang dan jangka pendek itu adalah sebagai

berikut:

Program jangka pendek:

a. Konsolidasi organisasi internal

b. Konsolidasi da’i

c. Penataan sarana dakwah

d. Penataan perpustakaan

e. Fund-rising

Program jangka panjang:

a. Pembuatan peta dakwah

b. Pembinaan jaringan organisasi dakwah

c. Pembangunan sistem informasi dakwah

d. Pembangunan Islamic Center Terpadu

Berdasarkan penelitian di lapangan, program-program jangka pendek

yang telah dan sedang dilakukan oleh Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat di

daerah Cimahi yang merupakan daerah binaannya, seperti mensosialisasikan

keberadaan lembaga dakwah itu sendiri, baik dari segi eksistensi maupun

pengenalan pemahaman keagamaan yang mereka pahami, dengan melalui

pemberian bulletin terhadap para jama’ah shalat Jum’at. Memberikan

Page 164: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

128

pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan anak 15 tahun.

Untuk mengatasi hal ini, Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat telah melakukan

kegiatannya seperti, mencari donatur baik dari pengurus Dewan Dakwah

sendiri maupun dari luar Dewan Dakwah.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian menurut Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat adalah,

proses menata dan mengembangkan tiap-tiap program atau kegiatan

berdasarkan kriteria, sehingga dapat diaplikasikan sesuai missi dan visi Dewan

Dakwah.3

Tahapan-tahapan yang dilakukan oleh Dewan Dakwah Provinsi Jawa

Barat dalam melakukan pengorganisasian adalah sebagai berikut:

a. Penentuan SDM yang relevan

b. Penentuan organisasi yang sesuai program

c. Penentuan sumber materi/ non materi

d. Persiapan pelaksanaan4

Ada beberapa kriteria yang menjadi landasan Dewan Dakwah Provinsi

Jawa Barat dalam melakukan pengorganisasian. Kriteria-kriteria itu adalah

sebagai berikut:

a. Disesuaikan dengan bidang garapan

3 . Hadiyanto A. Rachim, Sekretaris Umum DDII Jawa Barat, Wawancara Pribadi, Bandung, 04 September 2007.

4 . Yang ditunjuk dalam melakukan pengorganisasian adalah, setiap Ketua Bidang yang relevan di bawah koordinasi salah satu ketua yang membidangi garapan yang bersangkutan. Hadiyanto A. Rachim, Sekretaris Umum DDII Jawa Barat, Wawancara Pribadi, Bandung, 04 September 2007.

Page 165: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

129

b. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan

c. Memiliki mobilitas yang tinggi

d. Memiliki pengalaman dan dedikasi yang tinggi pada DDII Jawa Barat

Ketika akan mengadakan suatu pengorganisasian di daerah binaannya,

Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat terlebih dahulu membuat team formatur

yang beranggotakan 5 orang.5 Team formatur ini, bertugas tidak hanya

melakukan pengelompokkan atau pembagian kerja, tetapi juga menentukan

orang-orang yang akan melakukannya. Berdasarkan hasil penelitian, dalam

melakukan pembagian kerja ini tidak didasarkan pada keahliannya, dengan

alasan karena pemilihan tersebut masih bersifat umum dan belum diketahui

keahlian-keahlian pada masing-masing calon pengurus.6

3. Kepegawaian (Staffing)

Staffing menurut pengertian Dewan Dakwah Jawa Barat adalah, proses

penentuan SDM, yang ditempatkan pada bidang atau struktur organisasi sesuai

keahlian atau kecakapan yang bersangkutan sesuai dengan kebutuhan

organisasi.7

5 . Team Formatur yang beranggotakan 5 orang tersebut, yaitu berasal dari orang-

orang yang telah mendapatkan Pelatihan Muballigh yang disebut dengan istilah daurah. Daerah Cimahi adalah merupakan daerah binaan Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat Pasca Reformasi. Ayi Suhyadi Nata, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia daerah Cimahi, Wawancara Pribadi, Bandung, 01 September 2007.

6 . Ayi Suhyadi Nata, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia daerah Cimahi, Wawancara Pribadi, Bandung, 01 September 2007.

7 . Hadiyanto A. Rachim, Sekretaris Umum DDII Jawa Barat, Wawancara Pribadi, Bandung, 04 September 2007.

Page 166: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

130

Dalam melakukan rekruitmen pegawai, orang yang melakukannya

adalah langsung ditangani oleh pimpinan, yakni Ketua Umum, Wakil Ketua

Umum dan Sekretaris Umum. Sedangkan tahapan-tahapan yang dilakukan

oleh Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat dalam kepegawaian itu adalah

sebagai berikut:

a. Menentukan kriteria rekruitmen yang sesuai dengan vissi dan missi,

kebutuhan dan kemampuan DDII Jawa Barat

b. Melakukan komunikasi terbatas dengan potensi SDM hasil binaan DDII

c. Penentuan kesepakatan melaksanakan tugas atau amanah

d. Pembuatan SK penepatan

Ada kriteria-kriteria yang menjadi landasan dalam melakukan

pemilihan atau rekruitmen pegawai. Kriteria-kriteria itu adalah sebagai

berikut:

a. Memiliki jiwa berdakwah yang tinggi

b. Menerima vissi dan missi DDII Jawa Barat

c. Bersikap Islami

Berdasarkan penelitian lapangan yang telah dilakukan oleh penulis,

dari masalah kepegawaian yang telah dilakukan oleh Dewan Dakwah Provinsi

Jawa Barat terhadap kepengurusan untuk daerah Cimahi, terutama dalam

masalah perekrutan pegawai atau pengurus kantor, perekrutan dilakukan

dengan cara mengadakan Musyawarah Kerja terlebih dahulu yang dilakukan

Page 167: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

131

oleh Dewan Dakwah Provinsi secara terbuka kepada masyarakat umum,

dengan melalui team formatur.8

4. Pengarahan (Motivating)

Pengertian motivating atau pengarahan menurut Dewan Dakwah Jawa

Barat adalah, proses memberikan dorongan dalam meningkatkan kinerja

dakwah.9

Tahapan-tahapan yang diambil oleh Dewan Dakwah Jawa Barat dalam

melakukan pengarahan adalah sebagai berikut:

a. Menginventarisasi kegiatan yang intensitasnya tinggi

b. Mengevaluasi SDM yang memiliki komitmen pada program

c. Memberi pencerahan unjuk kerja

d. Memberikan stimulus atas prestasi kerja

Permasalahan-permasalahan yang harus diarahkan adalah sebagai

berikut:

a. Kembali kepada orientasi vissi dan missi

b. Motivasi dalam dakwah

c. Strategi dakwah

d. Metode dakwah

8 . Hal ini dibenarkan oleh Ayi Suhyadi Nata, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah

Indonesia daerah Cimahi, Wawancara Pribadi, Bandung, 06 September 2007.9 . Hadiyanto A. Rachim, Sekretaris Umum DDII Jawa Barat, Wawancara Pribadi,

Bandung, 04 September 2007.

Page 168: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

132

Sedangkan cara-cara yang dilakukan oleh Dewan Dakwah Jawa Barat

dalam melakukan pengarahan adalah sebagai berikut:

a. Melalui Forum Rapat Pimpinan

b. Melalui Taushiyah10

c. Melalui kerjasama antar program

5. Pengawasan (Controlling)

Dewan Dakwah Jawa Barat mengartikan pengawasan adalah, sebagai

proses mengendalikan seluruh program agar sesuai dengan vissi dan missi dan

dengan tujuan DDII Jawa Barat.11

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam mengadakan pengawasan

adalah sebagai berikut:12

a. Melakukan sinkronisasi antara program dan vissi/missi

b. Melakukan pembinaan keorganisasian

c. Melakukan evaluasi program

Cara-cara Dewan Dakwah Jawa Barat dalam melakukan pengawasan:

a. Melakukan Rapat Rutin Pimpinan

b. Melakukan pemantauan program

c. Melaksanakan evaluasi kerja

10 . Pengarahan melalui taushiyah ini, Dewan Dakwah Jawa Barat melakukannya

dengan melalui pemanggilan pengurus atau para da’i di daerah. Ayi Suhyadi Nata, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia daerah Cimahi, Wawancara Pribadi, Bandung, 01 September 2007.

11 . Hadiyanto A. Rachim, Sekretaris Umum DDII Jawa Barat, Wawancara Pribadi, Bandung, 04 September 2007.

12 . Dewan Dakwah Jawa Barat melakukan pengawasan setiap satu semester (6 bulan). Ayi Suhyadi Nata, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia daerah Cimahi, Wawancara Pribadi, Bandung, 01 September 2007.

Page 169: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

133

Cara-cara dalam mengukur performance atau pelaksanaan kerja:

a. Fasilitas memadai

b. Kualitas SDM

c. Kerjasama antar bidang

d. Komunikasi organisasi

e. Pelaksanaan atau realisasi program

f. Sesuai dengan vissi dan missi, strategi dan metode dakwah DDII Jawa

Barat

Pengawasan terhadap kegiatan dakwah yang telah dilakukan oleh

Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Provinsi Jawa Barat, terutama di wilayah

Cimahi belum dilakukan sampai sekarang ini, dan akan direncanakan pada

bulan Ramadhan yang akan dilakukan oleh Dewan Dakwah Pusat.13

B. Analisis Pelaksanaan Fungsi-fungsi Manajemen Dalam Kegiatan

Dakwah DDII Jawa Barat Pasca Reformasi

Penelitian yang dilakukan pada lembaga dakwah Dewan Dakwah

Islamiyah Indonesia Jawa Barat salah satu tujuannya adalah, untuk mengetahui

bukti empiris tentang penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam kegiatan

dakwahnya, diantaranya: Perencanaan dan perencanaan jangka panjang dan

jangka pendek, pembagian kerja dan keahliannya, koordinasi antara para

13 . Pelantikan pengurus yang berada di daerah Cimahi ini dilakukan pada tanggal 18

Pebruari 2007. Ayi Suhyadi Nata, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia daerah Cimahi, Wawancara Pribadi, Bandung, 01 September 2007.

Page 170: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

134

pegawai atau da’i, perekrutan dan seleksi para pegawai, pengarahan,

pengawasan dan tindakan korektif, dan evaluasi kegiatan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden yang

merupakan sampel dan sekaligus sebagai populasi terhadap para da’i dan

masyarakat yang berada dalam wilayah pembinaan Dewan Dakwah Islamiyah

Indonesia Provinsi Jawa Barat sebanyak 135 orang, diperoleh informasi

melalui angket sebagai berikut:

Pendapat Responden Terhadap Penerapan Fungsi-fungsi Manajemen dalam Kegiatan Dakwah Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Provinsi Jawa Barat. 14

Tabel 5.1.

No.Penerapan Fungsi-fungsi

Manajemen dalam Kegiatan Dakwah

Jawaban”Ya”

Jawaban”Tidak”

1Perencanaan, perencanaan jangka panjang dan jangka pendek

81/60% 54/40%

2 Pembagian kerja dan keahlian 59/40% 76/60%

3Koordinasi antara para pegawai atau da’i

44/30% 91/70%

4Perekrutan dan seleksi para pegawai

67/49,2% 68/50,8%

5 Pengarahan 45/30% 90/70%

6Pengawasan dan tindakan korektif

53/40% 82/60%

7 Evaluasi 60/40% 75/60% 15

14 . Metode angket ini sebagaimana telah dibahas pada teknik pengumpulan data,

digunakan sebagai alat tes yang bertujuan untuk mendapatkan ukuran keperibadian seseorang (sikap), dengan menggunakan pengukuran Skala Likert, yaitu teknik pengukuran dengan mengedepankan pada pernyataan “positif dan negatif”. Jawaban “Ya “ atau “Tidak” merupakan gambaran dari jumlah responden (pemilih).

15 . Rumus atau cara penghitungan prosentase pada table 5.1 yaitu, yang menjawab “Ya” dibagi dengan jumlah responden keseluruhan dikali dengan 100 ( 81:135 x 100 = 60%) dan begitu juga yang menjawab “Tidak”.

Page 171: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

135

Dari pendapat responden pada tabel di atas, dapat ditemukan jawaban

terhadap permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Perencanaan, perencanaan jangka panjang dan jangka pendek, sudah

berjalan dengan baik karena 60 % yang menjawab ”Ya” atau sudah

dilaksanakan dengan baik dan 40% yang menjawab ”Tidak” atau belum

dilaksanakan dengan baik.

2. Pembagian kerja dan keahlian belum dilaksanakan dengan baik, karena

60% yang menjawab ”Tidak” atau belum dilaksanakan dengan baik dan

40% yang menjawab ”Ya” atau sudah dilaksanakan dengan baik

3. Koordinasi antara para pegawai atau da’i belum berjalan dengan baik

karena 70% yang menjawab ”Tidak” atau belum dilaksanakan dengan baik

dan 30% yang menjawab ”Ya” atau sudah dilaksanakan dengan baik

4. Perekrutan dan seleksi para pegawai belum terlaksana dengan baik, karena

50,8% yang mengatakan ”Tidak” atau belum dilaksanakan dengan baik

dan hanya 49,2% yang mengatakan ”Ya” atau telah dilaksanakan dengan

baik

5. Pengarahan belum berjalan dengan baik, karena 70% yang mengatakan

”Tidak” atau belum dilaksanakan dengan baik dan 30% yang mengatakan

”Ya” atau sudah dilaksanakan dengan baik

6. Pengawasan dan tindakan korektif belum dilakukan dengan baik karena

60% yang menjawab ”Tidak” atau belum dilaksanakan dengan baik, dan

40% yang mengatakan ”Ya” atau telah dilaksanakan dengan baik

Page 172: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

136

7. Evaluasi belum dilaksanakan dengan baik, karena 60% yang mengatakan

”Tidak” atau belum dilaksanakan dengan baik dan 40% yang mengatakan

”Ya” atau telah dilaksanakan dengan baik.

Dari data pada tabel 5.1., maka penerapan fungsi-fungsi manajemen

yang telah dilakukan oleh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Provinsi Jawa

Barat dalam melakukan kegiatan dakwahnya, juga dapat disimpulkan atau

diinterpretasikan sebagai berikut:

a. Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Provinsi Jawa Barat hanya

menerapkan Fungsi manajemen yang pertama yaitu planning

(perencanaan), Menurut hemat penulis, ciri-ciri dari sebuah organisasi

salah satunya adalah memiliki perencanaan baik rencana jangka

panjang dan jangka pendek. Akan tetapi kesulitan-kesulitan yang akan

dihadapi yaitu terletak pada pelaksanakan program-program yang akan

dilaksanakan, seperti halnya yang terjadi pada lembaga dakwah Dewan

Dakwah Provinsi Jawa Barat.

b. Pada penerapan fungsi-fungsi manajemen yang lainnya, seperti organizing

(pembagian kerja berdasarkan keahlian dan koordinasi antara para pegawai

atau da’i), staffing (perekrutan dan seleksi para pegawai), motivating

(pengarahan) serta controlling (pengawasan yang berupa tindakan korektif

dan evaluasi), belum dilaksanakan dengan baik.

c. Yang paling rendah nilainya di antara fungsi-fungsi manajemen yang

belum diterapkan oleh Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat dengan baik

adalah pengorganisasian (koordinasi antara para pegawai).

Page 173: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

137

d. Bila dilihat dari permasalahan yang ada di lapangan, maka akar masalah

”Tidak” atau belum dilaksanakannya fungsi-fungsi manajemen dalam

kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat

dengan baik adalah, karena para pengurus yang lebih disibukkan dengan

kegiatan masing-masing pengurus atau para da’i, seperti terlibatnya dalam

kegiatan kepartaian, adanya pengurus yang masuk anggota DPRD dan lain

sebagainya. Maka tidak mustahil, kantor Dewan Dakwah Provinsi Jawa

Barat tersebut sering terlihat ”kosong” dan hanya dihadiri oleh Kepala

Sekretariat saja. Inilah esensi dari tidak atau belum dilaksanakannya

fungsi-fungsi manajemen oleh Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat

dengan baik, sehingga terjadi perbedaan antara yang ideal dengan realisasi.

Untuk mengetahui perbedaan sikap antara para da’i dan masyarakat,

dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 135 orang tersebut,

mengenai penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam kegiatan dakwah yang

dilakukan oleh Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat pasca reformasi, diperoleh

data sebagai berikut:

Sikap yang dikemukakan 135 orang terhadap penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam kegiatan dakwah Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Provinsi Jawa Barat pasca reformasi sudah dilaksanakan dengan baik atau

belumTabel 5.2.

Status Ya (sudah)dilaksanakan

Tidak (belum)dilaksanakan

Da’i 16 19

Masyarakat 43 57

Page 174: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

138

Dari tabel 5.2. di atas dapat diinterpretasikan atau tafsirkan sebagai

berikut:

1. Masyarakat merupakan responden yang paling banyak menjawab ”Tidak”

atau belum dilaksanakan dengan baik dengan jumlah 57 responden,

sedangkan dari da’i hanya 19 responden. Hal ini disebabkan dari hasil

obsevasi di lapangan, ada sebagian responden (masyarakat) yang tidak

mengetahui sama sekali program-program atau kegiatan-kegiatan yang

akan dan telah dilakukan oleh Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat.16 Ini

menunjukkan bahwa pertama, kegiatan dakwah yang telah dilakukan oleh

Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat tidak atau belum menyentuh pada

kebutuhan atau sesuai dengan yang telah diharapkan oleh masyarakat.

Kedua, kurang adanya sosialisasi kepada masyarakat terutama mengenai

kegiatan-kegiatan dakwah yang akan dilakukan.

2. Dari tabel di atas juga menunjukkan para da’i dan masyarakat memiliki

kesamaan pendapat bahwa, penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam

kegiatan dakwah yang telah dilakukan oleh Dewan Dakwah Provinsi Jawa

Barat, ”Tidak” atau belum dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat

diketahui dari 19 responden (da’i) yang menjawab ”Tidak” atau belum

dilaksanakan dengan baik,16 responden (da’i) yang menjawab ”Ya” atau

sudah dilaksanakan dengan baik. Dan 57 responden (masyarakat) yang

16 . kebanyakan dari responden yang menjawab “Tidak” atau belum dilaksanakan

dengan baik, peneliti temui pada kegiatan pengajian tepatnya pada tanggal 25 September 2007 yang dipimpin oleh seorang Ketua Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) yang juga merangkap sebagai ketua MUI Daerah Cimahi.

Page 175: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

139

menjawab ”Tidak” atau belum dilaksanakan dengan baik, 43 responden

(masyarakat) yang menjawab ”Ya” atau sudah dilaksanakan dengan baik.

1. Analisis Fungsi Perencanaan

Penelitian yang dilakukan pada lembaga dakwah Dewan Dakwah

Provinsi Jawa Barat, memiliki tujuan juga yaitu untuk menganalisis penerapan

fungsi-fungsi manajemen dalam kegiatan dakwahnya, dengan menggunakan

teori Georgy R. Terry dan Leslie W. Rue.

Fungsi pertama dalam manajemen adalah perencanaan (planning).

Pada bab sebelumnya, telah diutarakan bahwa pengertian perencanaan

menurut Georgy R. Terry adalah proses memutuskan tujuan-tujuan apa yang

akan dicapai, apa yang akan dikejar selama suatu jangka waktu yang akan

datang, dan apa yang dilakukan agar tujuan-tujuan itu dapat tercapai.17

Bila dilihat dari pengertian Georgy R. Terry dan Leslie W. Rue dengan

pengertian yang telah diutarakan oleh Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat,

terdapat kesamaan pengertian, yakni kesemuanya berpendapat bahwa

perencanaan dalam sebuah kegiatan, merupakan proses penentuan tujuan-

tujuan yang akan dicapai pada masa yang akan datang, baik pada tujuan jangka

panjang maupun jangka pendek.

Menurut Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat, perencanaan merupakan

hasil evaluasi atau keputusan yang didasari pada observasi di lapangan yang

17 . Georgy R. Terry dan Leslie W. Rue, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2005), cet. Pertama, h. 43-44.

Page 176: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

140

berupa informasi-informasi. Menurut Georgy R. Terry pun demikian,

perencanaan yang efektif haruslah didasarkan atas fakta-fakta dan informasi

tidak atas emosi, dan dia merupakan suatu proses intelektual.

Program-program jangka pendek yang telah dan sedang dilakukan oleh

Dewan Dakwah Jawa Barat di daerah Cimahi yang merupakan daerah

binaannya, seperti mensosialisasikan keberadaan lembaga dakwah itu sendiri,

baik dari segi eksistensi maupun pengenalan pemahaman keagamaan yang

mereka pahami, dengan melalui pemberian bulletin terhadap para jama’ah

shalat Jum’at. Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang

pentingnya pendidikan anak 15 tahun. Untuk mengatasi hal ini, Dewan

Dakwah Provinsi Jawa Barat telah melakukan kegiatannya seperti, mencari

donatur baik dari pengurus Dewan Dakwah sendiri maupun dari luar Dewan

Dakwah.

Bila dilihat dari kegiatan dakwah yang telah dilakukan oleh Dewan

Dakwah Jawa Barat, fungsi manajemen yang pertama ini, telah diterapkan

dalam organisasi mereka. Hal ini terlihat dari dari program kegiatan dakwah

yang mereka lakukan berjalan secara terarah dan teratur rapi. Mereka

menentukan program-program apa saja yang akan dilakukan, baik dalam

jangka waktu pendek maupun panjang yang didahulukan dengan Asesmen

atau pendataan masalah-masalah atau kebutuhan-kebutuhan, sebelum

dilakukannya kegiatan perencanaan. Program-program jangka panjang dan

jangka pendek itu disebut dalam istilah Georgy R. Terry dengan perencanaan

taktis dan strategis.

Page 177: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

141

Dari paparan di atas, terlihat bahwa organisasi dakwah atau lembaga

dakwah yang dikenal dengan Dewan Dakwah tersebut, telah berupaya

mengaplikasikan fungsi perencanaan ini dalam pengelolaan organisasinya.

Dengan demikian, perencanaan yang mereka terapkan telah menempuh

langkah-langkah manajerial, seperti penentuan program dalam sebuah

perencanaan, dengan mendahulukan pengenalan terhadap Dewan Dakwah

terlebih dahulu. Hal ini dilakukan, karena lembaga dakwah tersebut belum

banyak dikenal di daerah Cimahi, dan perlu adanya penjelasan nama Dewan

Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) itu sendiri, yang terkadang memiliki

kesamaan nama dengan organisasi lain yang memiliki konotasi negatif.

Bila Georgy R. Terry mengatakan bahwa, perencanaan strategis adalah

menjawab pertanyaan ”kemana harusnya kita akan pergi ?”, sedangkan

perencanaan taktis adalah ”bagaimana seharusnya kita sampai ke situ ?”, maka

Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat sudah melakukannya, dengan

mensosialisasikan pertama kali lembaga dakwah itu sendiri, artinya agar

masyarakat lebih mengenal apakah Dewan Dakwah itu sebenarnya. Dan ini

termasuk dalam bentuk perencanaan strategis, dengan menjawab pertanyaan

”akan dibawa kemana seharusnya Dewan Dakwah itu ?”. Sedangkan

perencanaan taktisnya adalah, menjawab pertanyaan ”bagaimana seharusnya

Dewan Dakwah sampai kepada tujuan yang telah direncanakan itu ?”, yaitu

dengan cara mengadakan suatu kegiatan-kegiatan dengan menggunakan

bendera Dewan Dakwah, dengan menyebarkan bulletin pada usai shalat

Jum’at dan pada waktu bulan Ramadhan. Disamping sebagai usaha

Page 178: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

142

pengenalan tentang Dewan Dakwah, tetapi juga sebagai usaha pendekatan

organisasi tersebut dengan masnyarakat setempat.

2. Analisis Fungsi Pengorganisasian

Suatu rencana yang telah dirumuskan atau ditetapkan, dilaksanakan

oleh sekelompok orang yang tergabung dalam satuan-satuan kerja tertentu.

Satuan-satuan kerja tersebut merupakan bagian dari pengorganisasian. Dengan

demikian, pengorganisasian merupakan upaya mempertimbangkan susunan

organisasi, pembagian pekerjaan, yang dikelompokkan menjadi beberapa

bagian, baik berupa kegiatan-kegiatan yang dianggap penting atau pun sangat

penting.

Organizing atau pengorganisasian menurut Georgy R. Terry adalah,

proses pengelompokkan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan, dan

penugasan setiap kelompok kepada seorang manager yang mempunyai

kekuasaan, yang perlu untuk mengawasi anggota-anggota kelompok.18

Pengorganisasian menurut Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat adalah,

proses menata dan mengembangkan tiap-tiap program atau kegiatan

berdasarkan kriteria, sehingga dapat diaplikasikan sesuai missi dan visi Dewan

Dakwah.19

Bila kita lihat dari dua pengertian ini, maka tidaklah ada perbedaan

pengertian, karena kedua-duanya mengartikan pengorganisasian sebagai

18 . R. Terry dan W. Rue, Dasar-dasar Manajemen, h. 82.19 . Hadiyanto A. Rachim, Sekretaris Umum DDII Jawa Barat, Wawancara Pribadi,

Bandung, 04 September 2007.

Page 179: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

143

proses atau usaha pengelompokkan kegiatan dan orang-orang yang akan

melakukannya berdasarkan kriteria-kriteria. Dan hal ini, sesuai dengan Georgy

R. terry yang mengatakan bahwa, tujuan teratas dari organizing atau

pengorganisasian adalah, untuk membantu orang-orang dalam bekerja

bersama-sama secara efektif.

Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat dalam melakukan

pengorganisasian sudah sesuai dengan teori Georgy R. Terry, yakni telah

menggunakan fungsi pengorganisasian sebagaimana mestinya, dengan usaha

melakukan pengelompokkan baik terhadap kegiatan-kegiatan yang akan

dilakukan maupun terhadap orang-orang yang akan melakukannya, yaitu

dengan membentuk team formatur, yang ditugaskan tidak hanya

mengelompokkan kegiatan dakwah yang akan dilakukan tetapi juga

menentukan orang-orang yang akan melakukan kegiatan dakwah tersebut,

berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukannya.

Menurut Georgy R. Terry, ada empat macam komponen dalam

pengorganisasian. Empat macam itu adalah, work (pekerjaan), employes

(pegawai-pegawai), relationship (hubungan-hubungan) dan environment

(lingkungan). Kegiatan dakwah yang telah dilakukan oleh Dewan Dakwah

Provinsi Jawa Barat pasca reformasi, telah memenuhi beberapa komponen-

komponen tersebut di atas. work atau pekerjaan, sesuai dengan yang telah

mereka realisasikan adalah penentuan sumber materi yang disesuaikan dengan

bidang garapannya. Employes atau pegawai-pegawai, yaitu dengan

menentukan para pegawai dengan diikuti oleh penentuan SDM yang relevan.

Page 180: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

144

Relationships atau hubungan-hubungan, pada dasarnya secara organisasi telah

dilakukan dengan penentuan garis instruksi yang merupakan cerminan

hubungan antara pegawai dengan pekerjaannya, interaksi seorang pegawai

dengan yang lainnya, dan dari satuan unit pekerjaan dengan pekerjaan lainnya.

Namun demikian, bila dilihat dari realisasi di lapangan, terdapat suatu sikap

para da’i atau pengurus yang membawa kepada akses yang kurang

menguntungkan dalam bidang relationship atau hubungan-hubungan ini,

terutama sekali, adanya perbedaan sikap atau perbedaan pendapat oleh para

da’i atau pengurus terhadap kegiatan kepartaian. Setiap da’i atau para

pengurus dibebaskan untuk memilih partai yang akan mereka dukung.

Menurut pemantauan penulis di lapangan, telah terjadi adanya aksi

saling dukung-mendukung diatara para pengurus dan da’i itu, sehingga secara

psikologis kegiatan tersebut akan mengganggu dari tujuan relationship atau

hubungan-hubungan antar para da’i dan para pengurus, bahkan tidak menutup

kemungkinan, para da’i dan pengurus akan lebih memikirkan atau terkuras

kepada pemikiran bagaimana memajukan partainya masing-masing, yang

sudah barang tentu akan mempengaruhi tujuan-tujuan dakwah yang telah

disepakati bersama. 20

20 . Padahal sikap seperti ini, dapat dikatakan bertentangan dengan apa yang telah

dikatakan oleh Husein Umar Sekjen Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Pusat. Ia mengatakan bahwa “Dewan Dakwah akan selalu menjaga jati dirinya sebagai gerakan dakwah yang independen. Tak berafiliasi dengan salah satu parpol manapun. Bahkan DDII ingin menjadi perekat parpol-parpol yang berbasis masa Islam”. Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan, (Dewan Dakwah: Jakarta, 2000), vol. 2. no. 1 Juli, h. 65

Page 181: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

145

Yang terakhir dari komponen dalam pengorganisasian menurut Georgy

R. Terry adalah, environment atau lingkungan. Lingkungan ini termasuk di

dalamnya iklim umum, yang mana para da’i atau pengurus harus mengetahui

serta menciptakan iklim yang kondusif, agar tujuan yang telah direncanakan

dapat terlaksana dengan baik. Dengan melihat kenyataan di lapangan,

komponen terakhir ini, juga belum dilaksanakan dengan baik, karena Dewan

Dakwah Provinsi Jawa Barat lebih mengikuti suasana lingkungan yang multi

partai. Dengan pengertian lain, bahwa Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat

tidak berusaha untuk membentuk atau menciptakan suasana atau kondisi

masyarakat, tetapi justru telah ”terpengaruh” kepada kondisi masyatakat yang

multi tersebut. Jika hal ini terjadi, maka program-program yang telah

direncanakan dan diorganisasikan atau dikelompokkan dengan sedemikian

rupa, akan mengalami kesulitan ketika kegiatan dakwah akan dilaksanakan

dan sulit untuk berjalan sebagaimana mestinya. Sebaik manapun program-

program itu telah direncanakan dan diorganisasikan atau dikelompokkan,

namun bila tidak dibarengi dengan kondisi yang memungkinkan, maka

kesulitan-kesulitanlah yang akan kita dapati terutama ketika kegiatan-kegiatan

dakwah tersebut akan dilaksanakan.

3. Analisis Fungsi Kepegawaian

Staffing menurut pengertian Dewan Dakwah Jawa Barat adalah, proses

penentuan SDM, yang ditempatkan pada bidang atau struktur organisasi sesuai

keahlian atau kecakapan yang bersangkutan dan dengan kebutuhan

Page 182: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

146

organisasi.21 Sedangkan menurut Georgy R. Terry adalah, menentukan

keperluan-keperluan sumber daya manusia, pengerahan, penyaringan, latihan

dan pengembangan tenaga kerja.22

Dari dua pengertian ini, maka pengertian staffing atau kepegawaian

memiliki pengertian yang berbeda walaupun terdapat kesamaan pemahaman.

Georgy R. Terry menganggap bahwa staffing tidak hanya sebagai proses

penentuan sumber daya manusia, tetapi lebih jauh dari itu, ia merupakan

proses penyaringan, latihan dan bahkan mengarah kepada proses

pengembangan tenaga kerja atau para da’i.

Bila dilihat dari masalah kepegawaian yang telah dilakukan oleh

Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat, lembaga dakwah ini telah melakukan

sebagai mana mestinya sesuai dengan apa yang mereka pahami dari pengertian

staffing atau kepegawaian itu, yaitu dengan berusaha untuk menentukan

sumber daya manusia dalam melaksanakan kegiatan dakwahnya, sesuai

dengan kebutuhan organisasi tersebut.

Namun demikian, kegiatan dakwah yang telah dilakukan oleh Dewan

Dakwah Provinsi Jawa Barat terutama untuk daerah Cimahi sebagai daerah

binaannya pasca reformasi, ketika melakukan pengangkatan atau rekruitmen

para da’i atau pegawai tidak melaksanakan proses penyeleksian atau

penyaringan terlebih dahulu. Georgy R. Terry sendiri mengatakan bahwa

proses penyeleksian merupakan usaha untuk mengadakan pengamatan-

21 . Hadiyanto A. Rachim, Sekretaris Umum DDII Jawa Barat, Wawancara Pribadi,

Bandung, 04 September 200722 . R. Terry dan W. Rue, Dasar-dasar Manajemen, h. 10-12.

Page 183: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

147

pengamatan terhadap calon-calon yang potensial. Bahkan lebih jauh dari itu,

pemilihan tenaga pegawai atau para da’i hendaknya diikuti dengan melakukan

pendataan biografi, wawancara dan ujian.

Memang benar, pengangkatan team formatur yang beranggotakan

lima orang tersebut yang bertugas untuk mengadakan pengangkatan para da’i

dan pengurus di daerah adalah merupakan hasil dari pembinaan Dewan

Dakwah Provinsi Jawa Barat Akan tetapi hal tersebut dilakukan hanya pada

tahapan pengurus untuk tingkat Provinsi saja, dan tidak dilakukan juga untuk

para da’i dan pengurus pada tingkat daerah. Padahal, sebaik manapun rencana-

rencana yang telah kita tetapkan dan diorganisasikan, namun bila tidak

dibarengi dengan kemampuan manusia yang tidak mencukupi, maka program-

program yang telah direncanakan akan sulit untuk terlaksana dengan baik, dan

bahkan target-target dakwah yang akan dicapai akan terbuang dengan sia-sia.

4. Analisis Fungsi Pengarahan

Pengertian motivating atau pengarahan menurut Dewan Dakwah Jawa

Barat adalah, proses memberikan dorongan dalam meningkatkan kinerja

dakwah.23 Sedangkan menurut Georgy R. Terry, pengarahan adalah,

mengarahkan atau menyalurkan prilaku manusia ke arah tujuan-tujuan.24

Pengertian di atas tersebut, tidaklah ada perbedaan pemahaman yang

mendasar, keduanya sama-sama memahami, pengarahan sebagai proses

23 . Hadiyanto A. Rachim, Sekretaris Umum DDII Jawa Barat, Wawancara Pribadi,

Bandung, 04 September 2007.24 . R. Terry dan W. Rue, Dasar-dasar Manajemen, h. 14.

Page 184: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

148

memberikan dorongan yang mengarah kepada perubahan atau pengarahan

sikap manusia dalam melaksanakan suatu kegiatan, agar rencana-rencana atau

program-program yang telah ditetapkan dan telah diorganisasikan dapat

terlaksana dengan baik dan sesuai dengan yang diinginkan dan telah

direncanakan oleh organisasi.

Dari fungsi manajemen yang satu ini berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan, Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat telah melakukannya dengan

cara melakukan pemanggilan terhadap para pengurus atau para da’i di daerah

yang menjadi daerah binaannya. Pemanggilan ini telah dilakukan setiap

semester atau enam bulan sekali dalam bentuk tausiyyah atau nasihat.

Sedangkan materi yang dibicarakan adalah sekitar permasalahan kegiatan

dakwah yang sedang dilakukan oleh para da’i dan pengurus di daerah.

Menurut Georgy R. Terry fungsi pengarahan ini amatlah penting,

karena ia dapat didefinisikan sebagai suatu usaha mengarahkan prilaku

seseorang agar dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan semangat, karena

orang itu ingin melakukannya. Seorang pegawai yang tidak mendapatkan

motivasi atau pengarahan dalam melakukan suatu kegiatan, maka sulit baginya

untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya sebagaimana mestinya.

Namun demikian menurut hemat penulis, bila dilihat dari manfaat

fungsi pengarahan ini, pengarahan tidaklah cukup dilakukan hanya dalam

waktu enam bulan sekali sebagaimana telah dilakukan oleh Dewan Dakwah

Provinsi Jawa Barat. Sebab permasalahan di lapangan biasanya sangat berbeda

dengan apa yang diprediksikan atau diperkirakan. Terutama sekali, kegiatan

Page 185: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

149

dakwah merupakan kegiatan yang selalu berhubungan dengan manusia, yang

bisa terjadi perubahan-perubahan dalam waktu yang begitu singkat, atau

mungkin kondisi-kondisi lingkungan itu sendiri yang memungkinkan

terjadinya perubahan-perubahan. Dan usaha pengarahan tidaklah selalu

dilakukan dengan cara pemanggilan para pengurus atau da’i, tetapi juga tidak

kalah pentingnya, bila pengawasan itu dilakukan dengan melihat secara

langsung atau pada tempat kegiatan dakwah tersebut dilakukan, hal ini akan

memberikan dampak psikologis yang berbeda terhadap para da’i dan

pengurus.

5. Analisis Fungsi Pengawasan

Dewan Dakwah Jawa Barat mengartikan pengawasan adalah, sebagai

proses mengendalikan seluruh program agar sesuai dengan vissi dan missi dan

dengan tujuan DDII Jawa Barat. Sedangkan pengawasan menurut Georgy R.

Terry adalah, mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan

sebab-sebab penyimpangan-penyimpangan dan mengambil tindakan-tindakan

korektif dimana perlu, untuk menjamin tercapainya hasil-hasil menurut

rencana.

Bila dilihat dari pengertian di atas, pada dasarnya memiliki pengertian

yang sama, yakni sebagai usaha pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan yang

sedang dan telah dilakukan, yang berupa penyimpangan-penyimpangan dan

dilakukannya tindakan korektif bila mana perlu. Karena dalam kegiatan

Page 186: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

150

pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Dakwah tidak hanya berupa

pemantauan program, tetapi termasuk di dalamnya evaluasi kerja.

Dari hasil wawancara dan pemantauan di lapangan, kegiatan

pengawasan yang dilakukan Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat terhadap

kegiatan dakwahnya, terutama di daerah Cimahi yang merupakan daerah

binaan pasca reformasi, yaitu belum dilakukan sampai sekarang ini, dan akan

direncanakan pada bulan Ramadhan yang akan dilakukan oleh Dewan Dakwah

Pusat dan Provinsi.

Menurut Georgy R. Terry, dalam pengawasan dilakukan kegiatan

pengukuran performance atau pelaksanaan kerja. Dalam pengukuran

performance itu, dilakukan dengan cara pengamatan-pengamatan, laporan-

laporan serta data-data. Sedangkan Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat,

mengukur pelaksanaan kerja yaitu dengan melihat fasilitas kegiatan,

pelaksanaan atau realisasi program.

Memang dalam mengukur pelaksanaan kerja, tidaklah cukup dengan

hanya melihat realisasi atau pelaksanaan program dan fasilitas dalam sebuah

kegiatan. Pengukuran itu haruslan bersifat pemantauan di lapangan, laporan-

laporan secara lisan dan data-data dalam bentuk tulisan. Ketiga cara

pengukuran ini menurut hemat penulis, adalah cara-cara pengukuran

pelaksanaan kerja yang sudah memiliki kesempurnaan. Karena pengukuran

itu, harus dengan penglihatan secara langsung terhadap kegiatan dakwah yang

sedang dan telah dilakukan, dengan mendengarkan laporan-laporan para da’i

atau pelaksana kegiatan dan dengan laporan tertulis yang telah dibuat oleh para

Page 187: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

151

pelaksana kegiatan dalam bentuk tulisan. Bila dilihat dari waktu pembentukan

pengurus Dewan Dakwah Daerah Cimahi dan dengan pemantauan di

lapangan, maka kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Dakwah

Provinsi yaitu sekitar 6 bulan sekali. Hal ini menunjukkan bahwa, selama 6

bulan setelah kegiatan dakwah itu dijalankan belum dilakukan pengukuran

pelaksanaan kerja, evaluasi pelaksanaan kegiatan dan tindakan korektif

terhadap kegiatan-kegiatan dakwah yang telah dan sedang dijalankan. Padahal,

tindakan korektif terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dan sedang dilakukan

sudah seharusnya dilakukan, mengingat kegiatan-kegiatan dakwah adalah

suatu kegiatan yang mudah akan terjadinya perubahan-perubahan. Jadi selama

itu pula, telah terjadi penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan atau di

lapangan yang tidak sesuai dengan program-program yang telah direncanakan.

Frederick Winslow Taylor, yang dikenal sebagai “Bapak Manajemen

Ilmiah, ia menganalisis tentang kinerja para pegawai pabrik, yang

mengutamakan penggunaan mesin yang efesien, dan penghitungan waktu yang

tepat dalam menjalankan suatu pekerjaan, ia sampai kepada suatu kesimpulan

bahwa, persentase yang amat besar dari tenaga buruh dan bahan-bahan yang

terbuang, oleh karena organisasi dan pengawasan kerja yang tidak efesien. 25

Sedangkan bila kita lihat pada bab sebelum telah diungkapkan bahwa, prinsip

pengawasan adalah untuk mengetahui hasil pelaksanaan, kesalahan, kegagalan

25. Dengan pemikiran barunya tentang manajemen ini, maka pada masa itu timbul

suatu gerakan yang dikenal dengan “Gerakan Efisiensi”, yaitu suatu sistem manajemen yang memusatkan perhatiannya pada efesiensi kerja seorang manager di dalam produksi barang-barang. Koontz dan O’donnell, Prinsip-rinsip Manajemen: Suatu Analisa Mengenai Fungsi-fungsi Managerial, (Jakarta: Bhrata, 1967), Jilid 1, h. 39-41

Page 188: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

152

untuk diperbaiki kemudian dan mencegah terulangnya kembali kesalahan itu,

begitu pula mencegah sehingga pelaksanaan tidak berbeda dengan rencana

yang telah ditetapkan.26 Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa, tindakan

pengawasan dalam suatu kegiatan dakwah amatlah penting, yang bila tidak

dijalankan akan mengakibatkan kesalahan yang fatal, karena tidak sesuainya

dengan program-program yang telah disepakati dan direncanakan.

C. Faktor Pendukung dan Penghambat

Berhasil atau tidaknya sebuah organisasi dalam pencapaian tujuan,

tergantung pada sejauh mana organisasi tersebut memiliki kemampuan

manajerial, terutama dalam mengatasi segala hambatan yang akan datang.

Kemampuan-kemampuan mensosialisasikan diri, termasuk juga sebagai usaha

dalam mensukseskan tujuan organisasi.

Ada beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam mencapai

kesuksesan lembaga dakwah Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Jawa Barat.

Faktor-faktor itu adalah sebagai berikut:

Faktor penghambat:

1. Faktor Manusia

Setiap para da’i dan pengurus ikut terlibat dalam masalah kepartaian. Hal

ini akan mengakibatkan kurangnya fokus pemikiran terhadap kegiatan

dakwah yang akan dan sedang dilakukan. Dan bahkan tidak menutup

26 . Jawahir Tanthowi, Unsur-unsur Manajemen Menurut Ajaran Al-Qur’an, (Jakarta:

Pustaka Al-Husna, 1983), h. 78.

Page 189: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

153

kemungkinan, akan terjadi perbedaan sikap terhadap masing-masing da’i

dan pengurus dengan membawa nama atau bendera partai masing-masing.

2. Teknik Pelaksanaan

a. Pada kegiatan rekrutimen pegawai atau para da’i terutama untuk di

daerah binaan, tidak dilakukan dengan cara penyaringan atau

penyeleksian, dan penyeleksian itu hanya dilakukan untuk tingkat

Provinsi. Padahal, rekruitmen dengan penyeleksian itu sangat penting

demi terlaksananya kegiatan dakwah dengan baik.

b. motivating atau pengarahan yang telah dilakukan oleh Dewan Dakwah

Provinsi Jawa Barat terhadap para da’i dan pengurus, masih kurang

dilakukan, karena kegiatan pengarahan tersebut dilakukan selama enam

bulan sekali. Dan pengarahan itu hendaknya dilakukan secara langsung

dan tidak hanya dengan melakukan pemanggilan-pemanggilan para

da’i dan pengurus.

c. Dalam mengukur pelaksanaan kerja, Dewan Dakwah Provinsi Jawa

Barat hanya sebatas melihat terhadap realisasi program atau kegiatan

saja. Sedangkan pengukuran tersebut, hendaknya dilakukan dengan

cara penglihatan atau pemantauan secara langsung, mendengarkan

laporan-laporan dalam bentuk lisan dan menelaah laporan-laporan

dalam bentuk tulisan atau data-data.

Walaupun ada faktor penghambat dalam melakukan kegiatan

dakwahnya, tetapi juga ada faktor pendukung yang memudahkan kegiatan

Page 190: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

154

dakwah itu dapat berjalan dengan baik, sesuai dengan yang diinginkan oleh

organisasi.

Faktor pendukung:

1. Keinginan atau motivasi dakwah para da’i dan pengurus yang cukup tinggi

2. Sumber daya manusia yang sudah cukup memadai

D. Analisis SWOT Kegiatan Dakwah DDII Jawa Barat

Agar perencanaan yang telah ditetapkan berjalan dengan baik dan

sesuai dengan sasaran suatu organisasi, maka terlebih dahulu harus

menganalisis kemungkinan apa saja yang mempengaruhi program-program

yang telah ditetapkan.

Analisis SWOT merupakan cara mengidentifikasi berbagai faktor

secara sistematis untuk merumuskan strategi organisasi atau suatu perusahaan.

Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan

(strength), dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat

meminimalisir kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).

Analisis SWOT ini biasanya digunakan oleh suatu perusahaan untuk

meramalkan masa depan perusahaan. Namun dapat juga digunakan untuk

sebuah organisasi keagamaan seperti Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia.

Analisis SWOT pada lembaga dakwah Dewan Dakwah Islamiyah

Indonesia Jawa Barat dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Strength (kekuatan), yaitu kekuatan-kekuatan yang dimiliki dan

memberikan keuntungan kepada organisasi, seperti: keinginan atau

Page 191: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

155

motivasi dakwah para da’i dan pengurus yang cukup tinggi dan sumber

daya manusia yang cukup memadai.

2. Weakness (kelemahan), yaitu keterbatasan yang terdapat pada organisasi.

Dengan mengetahui keterbatasan-keterbatasan atau kelemahan-kelemahan

yang dimiliki sebuah organisasi, maka organisasi dapat mengadakan suatu

perbaikan atau perubahan ke arah yang lebih baik. Kelemahan yang

terdapat pada lembaga dakwah Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Jawa

Barat adalah seperti: para pengurus dan da’i yang terlibat partai politik,

rekruitmen terhadap para pegawai tidak berdasarkan penyeleksian,

kurangnya melakukan kegiatan pengarahan dan kurang efektifnya

pengukuran performance atau pelaksanaan kerja. Hal ini dapat ditutupi

atau diatasi dengan kekuatan yang ada dalam organisasi tersebut, yaitu

dengan adanya keinginan atau motivasi dakwah yang tinggi terhadap para

da’i dan pengurus, serta dengan sumber daya manusia yang cukup

memadai.

3. Opportunity (kesempatan), merupakan situasi yang penting yang dapat

menguntungkan organisasi. Dengan merumuskan segala kemungkinan

peluang yang terdapat dalam organisasi, maka proses pencapaian tujuan

akan dapat dilaksanakan lebih mudah. Dalam melakukan kegiatan

dakwahnya, Dewan Dakwah Provinsi Jawa Barat pada dasarnya telah

mempunyai banyak peluang, peluang itu misalnya, sikap demokrasinya

masyarakat terhadap kegiatan keagamaan, hal ini dapat memberikan

Page 192: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

156

kesempatan atau peluang bagi Dewan Dakwah untuk terus eksis dalam

melakukan kegiatan dakwahnya.

4. Threat (ancaman), ancaman itu harus diketahui oleh sebuah organisasi

secara baik, sehingga dapat diambil langkah-langkah yang berupa

antisipasi-antisipasi agar tidak menjadi hambatan-hambatan dalam

pencapaian suatu tujuan. Ancaman-ancaman itu misalnya, sikap multi

partai para pengurus dan da’i, partai-partai politik yang merasa terganggu

terhadap kepentingan politiknya dan organisasi-organisasi keagamaan di

luar Islam.

Dengan menggunakan analisis SWOT ini, maka dapat diketahui

kekuatan dan kelemahan yang sebenarnya, baik yang datang dari internal

organisasi maupun dari luar organisasi. Sehingga hal tersebut dapat

dikendalikan dan diantisipasi dengan baik.

Page 193: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Mas’oed, H., Islam Dalam Pelukan Muhtadin Mentawai: 30 Tahun Perjalanan Dakwah Ila’llah Mentawai Menggapai Cahaya Iman. Jakarta: Biro Khusus Dakwah Mentawai DDII, 1997, cet. Ke-1.

Abu Bakar, Hasanuddin, Dt. Rajo Angek, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Visi dan Missi. Jakarta: Dewan Dakwah, 2000.

Adair, John, Menjadi Pemimpin yang Efektif. Jakarta: PT. Gramedia, 1994, cet. Ke-3.

A.F. Stoner, James., Manajemen. Jakarta: PT. Midas Surya Grafindo, 1988.

Ahmad, Amrullah, Dakwah Islam Sebagai Ilmu, Sebuah Pendekatan Epistimologi Islam, Makalah Simposium di Fakultas Dakwah IAIN Sunan Kalijaga, 14 Desember 1995.

Alijoyo, Antonius., Enterprise Risk Management Pendekatan Praktis. Jakarta: PT. Ray Indonesia, 2005, cet. Ke-I.

Alwasilah, A. Chaedar, Pokoknya Kualitatif, Dasar-dasar Merancang dan Melakukan penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 2006, cet. Ketiga.

Arifin, M, Tatang, Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995.

Busyairi, Badruzzaman : Catatan Perjuangan H.M. Yunan Nasution. Jakarta: PT. Pustaka Panjimas, 1989, cet. I.

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1993, cet.Ke-3.

Dewan Dakwah Pusat, Selayang Pandang Dewan Dakwah Islamiyan Indonesia. Jakarta: Dewan Dakwah.

, Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan. Jakarta:

Dewan Dakwah, 2000, vol. 2. no. 1 Juli.

Echols, John, M., dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia, 1990, cet. Ke-XIX.

Page 194: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

Evison, Alan, Oxford Learner’s Pocket Dictionary. Hongkong: Oxford University Press, 1987, cet. Ke-6.

Faisal, Sanapiah, Format-format Penelitian Sosial, Dasar-dasar dan Aplikasi.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.

Habib,M. Syafa’at, Buku PedomanDa’wah.Jakarta: PT.Bumirestu,1982,cet.ke-1

Hakiem, Lukman dan Tamsil Linrung, Menunaikan Panggilan Risalah Dokumentasi Perjalanan 30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia. Jakarta: Media Dakwah, 1997.

Handoko, T. Hani, Manajemen. Yogyakarta: BPFE, 1997, cet. ke-11.

Husin, Asna, “Phylosophical and Sociological Aspect of Da’wah: Study of Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia”, Disertasi, Colombia: Colombia University, 1998.

Koontz, Harold dan Cyril O’donnell, Prinsip-prinsip Manajemen: Suatu Analisa Mengenai Fungsi-fungsi Managerial. Jakarta: Bhratara, 1966, Jilid 1.

Luth, Thohir, M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya. Jakarta: Gema Insani Press, 1999, cet. Ke-1.

Ma’luf, Luwais, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-I’lam. Beirut: Daaru al-Masyrik,1992, cet. XXXIII.

Maman, U, et.al, Metodologi Penelitian Agama: Teori dan Praktik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

Maslow, H, Abraham Motivasi dan Kepribadian. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993, cet. Ke-4.

Moleong, Lexy J, Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, cet. Ke-23

, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000, cet. Ke-13.

Muchtarom, Zaini, Dasar-dasar Manajemen Dakwah. Yogyakarta: Al-Amin dan IKFA, 1996), cet. ke-1.

Mukhyi, M.A, Pengantar Manajemen Umum. Jakarta:Gunadarma,1991,cet.Ke-1

Page 195: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

Munir, M, dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah. Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2006, cet. Ke-1.

Nasution, Mulia, Pengantar Manajemen. Jakarta: Djambatan, 1996.

Nawawi, H. Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995, cet. Ke-7.

Pujaatmaka, Hadyana, Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Prenhallindo, 1996.

Rahardjo, M. Dawam, Intelektual, Inteligensia dan Prilaku Politik Bangsa: Risalah Cendekiawan Muslim. Bandung: Mizan, 1993, cet. Ke-1.

Rahmat, Jalaluddin, Islam Alternatif. Bandung: Mizan, 1986, cet.Ke-1.

Robbins, P, Stephen., dan Mary Coulter, Management, Sixth Edition. Jakarta: PT. Prenhallindo, 1999.

, Perilaku Organisasi Seventh Edition. Jakarta: PT. Prenhallindo,1996

R. Terry, Georgy., dan Leslie W. Rue, Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005, Cet. Ke-9.

Sabarguna, Boy S. MARS, Sabarguna, Analisis Data Pada Penelitian Kualitatif.Jakarta: UI Press, 2006, cet. Pertama.

Sarwoto, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1991, cet. Ke-8.

Shaleh, Abd. Rosyad, Manajemen Dakwah Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1993, cet. Ke-3.

Shihab, Alwi, Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama. Bandung: Mizan, 1997, cet. Ke-1.

Shihab, M.Quraish, Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1995,cet.Ke-10.

Subagyo, P. Jiko, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991.

Tanthowi, Jawahir, Unsur-unsur Manajemen Menurut Ajaran Al-Qur’an.Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983.

Uwes, Sanusi, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), cet. Pertama.

Page 196: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

Warman, John, Manajemen Pergudangan. Jakarta: PT. Sinar Agape Press, 1993,cet.Ke-3.

Widyatmini, Izzati Amperaningrum, Pengantar Organisasi dan Metode. Jakarta: Gunadarma, 1991.

Winardi, Sejarah Perkembangan Pemikiran Dalam Bidang Manajemen.Bandung: Mandar Maju, 2002.

Page 197: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

Pengurus Kantor

LAMPIRAN 1MATERI-MATERI WAWANCARA

1. Apakah Dewan Dakwah telah menerapkan fungsi-fungsi manajemen

dalam kegiatan dakwahnya ?

2. Apa saja fungsi-fungsi manajemen dakwah DDII Jawa Barat pasca

reformasi ?

3. Apakah planning atau perencanaan itu menurut Dewan Dakwah Jawa

Barat ?

4. Tahapan-tahapan apa saja yang dilakukan oleh Dewan Dakwah dalam

melakukan sebuah perencanaan ?

5. Adakah perencanaan jangka panjang dan jangka pendek ?

6. Apa saja perencanaan jangka panjang dan jangka pendek itu ?

7. Apakah Organizing atau pengorganisasian itu menurut Dewan

Dakwah Jawa Barat ?

8. Tahapan-tahapan apa saja yang dilakukan oleh Dewan Dakwah dalam

melakukan sebuah pengorganisasian ?

9. Siapa yang ditunjuk ?

Page 198: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

10. Kriteria-kriteria apa saja yang menjadi landasan dalam mengambil

keputusan pemilihan tersebut ?

11. Apakah Staffing atau kepegawaian menurut Dewan Dakwah Jawa

Barat itu ?

12. Tahapan-tahapan apa saja yang dilakukan oleh Dewan Dakwah dalam

merekrut para pegawai ?

13. Siapa yang ditunjuk ?

14. Kriteria-kriteria apa saja yang menjadi landasan dalam mengambil

keputusan pemilihan tersebut ?

15. Apakah Motivating atau pengarahan menurut Dewan Dakwah Jawa

Barat itu ?

16. Tahapan-tahapan apa saja yang dilakukan oleh Dewan Dakwah dalam

melakukan pengarahan ?

17. Permasalahan-permasalahan apa saja yang harus diarahkan ?

18. Bagaimana cara mengarahkannya ?

19. Apakah Controlling atau pengawasan menurut Dewan Dakwah itu ?

20. Tahapan-tahapan apa saja yang dilakukan oleh Dewan Dakwah dalam

melakukan pengawasan ?

21. Seberapa sering Dewan Dakwah melakukan pengawasan ?

22. Bagaimana cara mengawasinya ?

23. Bagaimana cara mengukur performance atau pelaksanaan kerjanya ?

Page 199: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

Responden Umum

LAMPIRAN 2ANGKET

Petunjuk Pengisian Angket !

1. Isilah angket ini dengan jujur sesuai hati nurani saudara, karena informasi

yang kami peroleh dari angket ini semata-mata kami gunakan hanya untuk

kepentingan penelitian dan akan kami jamin kerahasiaannya.

2. Saudara tidak perlu mencantumkan nama, cukup dengan melingkari status

saudara apakah saudara sebagai da’i atau masyarakat.

3. Untuk menjawab setiap pertanyaan, cukup saudara melingkari huruf “a”

jika jawabannya “Ya” atau sudah dilaksanakan dengan baik, atau huruf

“b” jika jawabannya “Tidak” atau belum dilaksanakan dengan baik.

KAMI UCAPKAN TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI SAUDARA DALAM RANGKA MEMBERIKAN INFORMASI YANG JUJUR

MELALUI ANGKET INI

Menurut pengamatan saudara, baik status saudara sebagai da’i atau

masyarakat :

1. Apakah kegiatan dakwah yang telah dilakukan oleh Dewan Dakwah

selama ini telah berjalan dengan baik sesuai dengan yang telah

direncanakan dan waktu yang telah ditentukan ?

a. Ya b. Tidak

Page 200: PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEGIATAN …

2. Apakah pembagian kerja yang telah dilakukan oleh Dewan Dakwah

terhadap para pegawainya atau para da’i telah dilaksanakan dengan baik

dan sesuai dengan keahliannya ?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah koordinasi antara para pegawai atau para da’i telah berjalan

sebagaimana mestinya ?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah Dewan Dakwah telah melakukan perekrutan para pegawai atau

da’i dari luar Dewan Dakwah dan berdasarkan seleksi ?

a. Ya b. Tidak

5. Apakah para pegawai atau da’i dalam melakukan kegiatan dakwahnya,

telah mendapatkan pengarahan yang baik ?

a. Ya b. Tidak

6. Apakah para da’i dalam melakukan pekerjaannya telah mendapatkan

pengawasan yang baik dan adanya tindakan korektif ?

a. Ya b. Tidak

7. Adakah evaluasi pekerjaan atau kegiatan terhadap kegiatan-kegiatan yang

telah dilakukan oleh para da’i ?

a. Ya b. Tidak