Penentuan kesenjangan ekonomi wilayah berdasarkan tipologi ... · Sebab kesenjangan antar wilayah...

5
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Abstrak Salah satu wilayah yang terkena dampak adanya urban sprawl dari Kota Surabaya adalah Kabupaten Sidoarjo. Adanya pergeseran perkembangan kawasan perkotaan ke arah pinggiran akan dapat merubah karakteristik diwilayah urban maupun peri urban yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya disparitas perkotaan dalam hal ekonomi. Oleh karena itu dibutuhkan suatu penelitian untuk dapat melihat karakteristik kesenjangan ekonomi berdasarkan tipologi peri urban yang ada, apakah semakin urban suatu wilayah maka semakin tinggi kesenjangan ekonominya ataukah malah sebaliknya. Penelitian kali ini menggunakan empat alat analisis. yaitu analisis cluster untuk mentipologikan wilayah, indeks theil untuk menghitung nilai kesenjangan dan terakhir menggunakan multivariate correlation. Hasil dari analisis tersebut menunjukkan bahwa tipologi peri urban di Kabupaten Sidoarjo selalu berubah setiap tahun dengan kesenjangan ekonomi tertinggi dimiliki oleh wilayah semi urban dan faktor penyebab terjadinya disparitas ekonomi antar tipologi antara lain perbedaan pada panjang jalan dengan kondisi baik dan rusak, besarnya produktivitas disektor primer serta penambahan kualitas sumber daya manusia. Kata Kunci Kesenjangan Ekonomi., Peri urban, Tipologi Wilayah I. PENDAHULUAN Menurut Webster dalam Desrainy (2010) menyatakan bahwa area peri-urban merupakan area yang memiliki kombinasi karakteristik perdesaan dan karakteristik perkotaan. Fenomena timbulnya area ini dikenal dengan Peri- Urbanisasi. Kawasan Gerbangkertasusila merupakan suatu kawasan yang secara administratif terpisah tetapi secara fisik, ekonomi dan sosial menyatu akibat adanya dampak resiprokal perekonomian kota Surabaya terhadap Kabupaten Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Sidoarjo dan Lamongan (Meiriya: 2010). Penyatuan kegiatan baik ekonomi maupun sosial di wilayah ini dapat mengindikasikan adanya peristiwa urban sprawl dengan Kota Surabaya sebagai Kota Intinya dan Kabupaten Sidoarjo menjadi salah satu wilayah peri urbannya. Peristiwa ini menyebabkan adanya pengalih fungsian lahan yang ada di sekitar kota (urban periphery) mengingat terbatasnya lahan yang ada di pusat kota (Rosul; 2008). Hal ini dapat terlihat dari perubahan guna lahan dari lahan tidak terbangun menjadi terbangun. Peristiwa ini hampir terjadi diseluruh kecamatan di Kabupaten Sidoarjo. Dengan prosentase rata-rata konversi perubahan guna lahan pertanian menjadi non pertanian pada tahun 2006-2009 mencapai 8,38% di seluruh kecamatan di Kabupaten Sidoarjo, dan konversi lahan yang terjadi secara drastis terjadi di Kecamatan Taman, Waru dan Buduran yang secara dministrasi berbatasan langsung dengan Kota Surabaya (Hasil analisis data Sidoarjo Dalam Angka; 2012). Menurut Koesparmadi (2005), salah satu ciri khas permasalahan di Kawasan pinggiran adalah pada wilayah ini memiliki kesenjangan hampir pada setiap aspek, hal ini dikarenakan terdapat kawasan “lama” dan kawasan “Baru”. Kesenjangan, terutama kesenjangan ekonomi di wilayah peri urban Kota Sidoarjo dapat terlihat dari kontribusi setiap kecamatan dalam menyumbang PDRB Kabupaten Sidoarjo disetiap tahunnya terdapat banyak sekali kecamatan yang prosentase PDRB-nya hanya menyumbang kurang dari 5% setiap tahunnya, kecamatan ini antara lain kecamatan Buduran, Porong, Krembung,Tulangan, Jabon, Balongbendo,Wonoayu, Tarik,Prambon dan Sukodono. Sedangkan terdapat juga beberapa kecamatan yang prosentase PDRB-nya menyumbang lebih dari 10% setiap tahunnya, antara lain Kecamatan Sidoarjo, Taman dan Sedati (hasil analisis data Sidoarjo Dalam Angka; 2012). Berdasarkan penjabaran permasalahan yang sedang terjadi dalam Kabupaten Sidoarjo inilah maka perlu adanya suatu studi untuk mengetahui gambaran tentang karakteristik, pola dan struktur kesenjangan ekonomi berdasarkan tipologi wilayah peri urban di Kabupaten Sidoarjo. Karakteristik pola maupun struktur dari daerah peri urban inilah yang nanti akan diteliti lebih lanjut, apakah daerah yang semakin menuju ke karakteristik urban menunjukkan tingkat kesenjangan semakin tinggi , ataukah malah semakin menjadi urban suatu daerah maka semakin kecil nilai kesenjangannya. II. URAIAN PENELITIAN A. Tipologi Peri Urban a. Pengertian Tipologi Peri Urban Menurut Webster dalam Desrainy (2010) menyatakan bahwa area peri-urban merupakan area yang memiliki Penentuan Kesenjangan Ekonomi Wilayah Berdasarkan Tipologi Peri Urban di Kabupaten Sidoarjo Vely Kukinul Siswanto, Eko Budi Santoso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected]

Transcript of Penentuan kesenjangan ekonomi wilayah berdasarkan tipologi ... · Sebab kesenjangan antar wilayah...

Page 1: Penentuan kesenjangan ekonomi wilayah berdasarkan tipologi ... · Sebab kesenjangan antar wilayah yaitu adanya perbedaan faktor anugerah awal (endowment faktor). Perbedaan inilah

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5

1

Abstrak Salah satu wilayah yang terkena dampak adanya urban sprawl dari Kota Surabaya adalah Kabupaten Sidoarjo. Adanya pergeseran perkembangan kawasan perkotaan ke arah pinggiran akan dapat merubah karakteristik diwilayah urban maupun peri urban yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya disparitas perkotaan dalam hal ekonomi. Oleh karena itu dibutuhkan suatu penelitian untuk dapat melihat karakteristik kesenjangan ekonomi berdasarkan tipologi peri urban yang ada, apakah semakin urban suatu wilayah maka semakin tinggi kesenjangan ekonominya ataukah malah sebaliknya. Penelitian kali ini menggunakan empat alat analisis. yaitu analisis cluster untuk mentipologikan wilayah, indeks theil untuk menghitung nilai kesenjangan dan terakhir menggunakan multivariate correlation. Hasil dari analisis tersebut menunjukkan bahwa tipologi peri urban di Kabupaten Sidoarjo selalu berubah setiap tahun dengan kesenjangan ekonomi tertinggi dimiliki oleh wilayah semi urban dan faktor penyebab terjadinya disparitas ekonomi antar tipologi antara lain perbedaan pada panjang jalan dengan kondisi baik dan rusak, besarnya produktivitas disektor primer serta penambahan kualitas sumber daya manusia.

Kata Kunci Kesenjangan Ekonomi., Peri urban, Tipologi Wilayah

I. PENDAHULUAN Menurut Webster dalam Desrainy (2010)

menyatakan bahwa area peri-urban merupakan area yang memiliki kombinasi karakteristik perdesaan dan karakteristik perkotaan. Fenomena timbulnya area ini dikenal dengan Peri-Urbanisasi.

Kawasan Gerbangkertasusila merupakan suatu kawasan yang secara administratif terpisah tetapi secara fisik, ekonomi dan sosial menyatu akibat adanya dampak resiprokal perekonomian kota Surabaya terhadap Kabupaten Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Sidoarjo dan Lamongan (Meiriya: 2010). Penyatuan kegiatan baik ekonomi maupun sosial di wilayah ini dapat mengindikasikan adanya peristiwa urban sprawl dengan Kota Surabaya sebagai Kota Intinya dan Kabupaten Sidoarjo menjadi salah satu wilayah peri urbannya. Peristiwa ini menyebabkan adanya pengalih fungsian lahan yang ada di sekitar kota (urban periphery) mengingat terbatasnya lahan yang ada di pusat kota (Rosul; 2008).

Hal ini dapat terlihat dari perubahan guna lahan dari lahan tidak terbangun menjadi terbangun. Peristiwa ini hampir terjadi diseluruh kecamatan di Kabupaten Sidoarjo. Dengan prosentase rata-rata konversi perubahan guna lahan pertanian menjadi non pertanian pada tahun 2006-2009 mencapai 8,38% di seluruh kecamatan di Kabupaten Sidoarjo, dan konversi lahan yang terjadi secara drastis terjadi di Kecamatan Taman, Waru dan Buduran yang secara dministrasi berbatasan langsung dengan Kota Surabaya (Hasil analisis data Sidoarjo Dalam Angka; 2012).

Menurut Koesparmadi (2005), salah satu ciri khas permasalahan di Kawasan pinggiran adalah pada wilayah ini memiliki kesenjangan hampir pada setiap aspek, hal ini dikarenakan terdapat kawasan “lama” dan kawasan “Baru”. Kesenjangan, terutama kesenjangan ekonomi di wilayah peri urban Kota Sidoarjo dapat terlihat dari kontribusi setiap kecamatan dalam menyumbang PDRB Kabupaten Sidoarjo disetiap tahunnya terdapat banyak sekali kecamatan yang prosentase PDRB-nya hanya menyumbang kurang dari 5% setiap tahunnya, kecamatan ini antara lain kecamatan Buduran, Porong, Krembung,Tulangan, Jabon, Balongbendo,Wonoayu, Tarik,Prambon dan Sukodono. Sedangkan terdapat juga beberapa kecamatan yang prosentase PDRB-nya menyumbang lebih dari 10% setiap tahunnya, antara lain Kecamatan Sidoarjo, Taman dan Sedati (hasil analisis data Sidoarjo Dalam Angka; 2012).

Berdasarkan penjabaran permasalahan yang sedang terjadi dalam Kabupaten Sidoarjo inilah maka perlu adanya suatu studi untuk mengetahui gambaran tentang karakteristik, pola dan struktur kesenjangan ekonomi berdasarkan tipologi wilayah peri urban di Kabupaten Sidoarjo. Karakteristik pola maupun struktur dari daerah peri urban inilah yang nanti akan diteliti lebih lanjut, apakah daerah yang semakin menuju ke karakteristik urban menunjukkan tingkat kesenjangan semakin tinggi , ataukah malah semakin menjadi urban suatu daerah maka semakin kecil nilai kesenjangannya.

II. URAIAN PENELITIAN

A. Tipologi Peri Urban a. Pengertian Tipologi Peri Urban

Menurut Webster dalam Desrainy (2010) menyatakan bahwa area peri-urban merupakan area yang memiliki

Penentuan Kesenjangan Ekonomi Wilayah Berdasarkan Tipologi Peri Urban di Kabupaten

Sidoarjo Vely Kukinul Siswanto, Eko Budi Santoso

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail: [email protected]

Page 2: Penentuan kesenjangan ekonomi wilayah berdasarkan tipologi ... · Sebab kesenjangan antar wilayah yaitu adanya perbedaan faktor anugerah awal (endowment faktor). Perbedaan inilah

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5

2

kombinasi karakteristik perdesaan dan karakteristik perkotaan. Fenomena timbulnya area ini dikenal dengan Peri-Urbanisasi.

Wehrwein dan Balk dalam Koesparmadi (2005), mengatakan bahwa rural-urban fringe secara geografis adalah suatu ‘no mans lands’. Suburbia atau dalam bahasa latinnya ‘suburbis’ (di bawah tembok kota) hingga sekarang secara spatial berlokasi di agricultural hinterland, tetapi pola tata guna lahannya terus mengalami perubahan. Densitas penduduk terus meningkat dan harga tanah naik terus. Adapun

secara ekologis suburbia adalah kawasan dimana terjadi invasi (menyerbu masuknya orang baru).

b. Penyebab Tumbuhnya Tipologi Peri Urban

Perluasan kota dan masuknya penduduk kota ke daerah pinggiran telah banyak mengubah tata guna lahan di daerah pinggiran terutama yang langsung berbatasan dengan kota. Banyak daerah hijau yang telah berubah menjadi permukiman dan bangunan lainnya (Bintarto, 1983). Hal ini menyebabkan terjadinya proses densifikasi permukiman di daerah pinggiran kota.

Whynne Hammond dalam Koesparmadi (2005) mengemukakan lima alasan tumbuhnya pinggiran kota, sebagai berikut : ­ Peningkatan pelayanan transportasi kota. ­ Pertumbuhan penduduk. ­ Meningkatnya taraf hidup masyarakat. ­ Gerakan pendirian bangunan pada masyarakat. ­ Dorongan dari hakikat manusia sendiri.

c. Karakteristik Wilayah Peri Urban

Dirjen Penataan Ruang, (2006), mengklasifikasikan wilayah Peri urban berdasarkan penggunaan lahan serta fungsi kegiatan ekonominya menjadi tiga tipologi antara lain: ­ Predominantly Urban = kawasan yang didominasi kondisi

dan kegiatan berciri perkotaan. ­ Semi Urban = kawasan ini adalah wilayah transisi dari

perdesaan ke perkotaan. ­ Potential Urban = adalah kawasan yang pada saat ini ciri

utamanya masih rural. Berikut ini akan ditunjukkan tabel kriteria kawasan

pinggiran kota berdasarkan Dirjen Penataan Ruang.

Tabel 2.1. Kriteria Kawasan Pinggiran kota

Tipologi Karakteristik Pinggiran

Predominantly Urban

1. Perumahan berkepadatan tinggi 2. Lahan untuk perdagangan dan jasa 3. Industri ringan/ manufaktur 4. Kegiatannya lebih berciri urban 5. Akses ke kota inti relative baik 6. Tercipta karena telah ada kota-kota atau

permukiman sebelumnya di kawasan ini Semi Urban 1. Perumahan hunian berkepadatan campuran tinggi

dan rendah 2. Terdapat perukiman berskala kecil maupuun besar

dengan kepadatan campuran antara kepadatan tinggi dan rendah

Tipologi Karakteristik Pinggiran

3. Kegiatannya masih rural 4. Sebagian besar penggunaan lahan masih berupa

pertanian dan ladang 5. Industri berorientasi pada tenaga kerja 6. Guna lahan campuran antara rural dan urban 7. Akses ke kota inti terbatas

Potential Urban

1. Ciri utamanya masih berkarakteristik rural tetapi memiliki peluang untuk menjadi urban

2. Tidak berbatasan langsung dengan kota inti 3. Tersedia aksesibilitas berupa jaringan jalan atau

kereta api melalui kawasan 4. Harga lahan masih cenderung rendah 5. Kepadatan masih rendah, kegiatan cenderung ke

pertanian dan perkebunan serta masih banyak lahan belum terbangun

6. Akses ke kota inti terbatas dan hampir tidak ada Sumber : Metropolitan di Indonesia (Dirjen Penataan Ruang, 2006) B. Kesenjangan Wilayah

a. Pengertian Kesenjangan Wilayah Menurut Mudrajad Kuncoro dalam Damarjati (2010)

kesenjangan mengacu pada standar hidup relatif dari seluruh masyarakat. Sebab kesenjangan antar wilayah yaitu adanya perbedaan faktor anugerah awal (endowment faktor). Perbedaan inilah yang menyebabkan tingkat pembangunan di berbagai wilayah dan daerah berbeda-beda, sehingga menimbulkan gap atau jurang kesejahteraan di berbagai wilayah tersebut.

Ketimpangan pembangunan antar daerah dengan pusat dan antar daerah dengan daerah lain adalah merupakan suatu yang wajar, karena adanya perbedaan dalam sumber daya dan awal pelaksanaan pembangunan antar daerah (Williamson, 1997).

b. Faktor Penyebab Kesenjangan Wilayah

Menurut Anwar dalam Faisal (2011), beberapa hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan-perbedaan yang menyebabkan ketimpangan (kesenjangan), diantaranya adalah: ­ Perbedaan karakteristik limpahan sumber daya alam. ­ Perbedaan demografi. ­ Perbedaan kemampuan sumber daya manusia. ­ Perbedaan potensi lokasi. ­ Perbedaan dari aspek aksesibilitas dan kekuasaan dalam

pengambilan keputusan. ­ Perbedaan dari aspek potensi pasar.

Di Indonesia faktor-faktor penyebab terjadinya ketipangan ekonomi antar provinsi atau wilayah. menurut Tambunan dalam Faisal (2011), diantaranya adalah: ­ Konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah. ­ Alokasi invetasi. ­ Tingkat mobolitas faktor produksi yang rendah antar

daerah. ­ Perbedaan sumber daya alam antar provinsi. ­ Pembangunan ekonomi didaerah yang kaya sumber daya

alam akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingakan dengan daerah yang miskin sumber daya alam.

­ Perbedaan kondisi demografis antar wilayah. ­ Kurang lancarnya perdagangan antar provinsi.

Page 3: Penentuan kesenjangan ekonomi wilayah berdasarkan tipologi ... · Sebab kesenjangan antar wilayah yaitu adanya perbedaan faktor anugerah awal (endowment faktor). Perbedaan inilah

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5

3

c. Macam-macam Kesenjangan Wilayah

Kesenjangan wilayah atau yang biasa disebut dengan ketimpangan wilayah memliki berbagai jenis dan bentuk yang berbeda-beda disetiap wilayah. Menurut Handayani (2006), berbagai ketimpangan suatu wilayah dapat dibedakan menjadi lima bentuk, antara lain: ­ Ketimpangan Ekonomi ­ Ketimpangan Pengeluaran Konsumsi ­ Ketimpangan Investasi ­ Kesenjangan Sosial ­ Ketidakmerataan dan Kemiskinan

III. HASIL DAN DISKUSI Dalam penelitian kali ini dilakukan dengan menggunakan

tiga alat analisis untuk dapat menentukan kesenjangan ekonomi berdasarkan tipologi peri urban di Kabupaten Sidoarjo. Berikut hasil dan pembahasan dari setiap analisis:

A. Penentuan Tipologi Peri Urban Analisis yang digunakan untuk dapat mentipologikan 18

kecamatan di Kabupaten Sidoarjo menjadi tipologi peri urban antara lain predominantly urban,semi urban dan potential urban adalah dengan menggunakan analisis Cluster.

Hasil analisis cluster pada 18 kecamatan di Kabupaten Sidoarjo terjadi perbedaan anggota tiap kelompok disetiap tahun penelitiannya. Pengelompokan ini dilakukan dengan menggunakan variabel kepadatan terbangun, proporsi guna lahan permukiman dan industri, jarak tempuh ke pusat kota (Surabaya), proporsi penyediaan fasilitas pendidikan, air dan listrik, kepadatan penduduk, proporsi tenaga kerja pertanian dan non pertanian, PDRB perkapita, pertumbuhan PDRB dan proporsi keluarga prasejahtera. Variabel ini didapatkan dari penelaahan tinjauan pustaka, penelitian terdahulu dan dengan menggunakan analisis uji asumsi klasik dalam analisis cluster. Berikut akan ditunjukkan tabel keanggotaan kelompok disetiap tahun perencanaan di Kabupaten Sidoarjo.

Tabel 3.1.

Keanggotaan cluster di Tahun 2006, 2007 dan 2009 di Kabupaten Sidoarjo

Tahun

Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3

2006 ­ Sidoarjo ­ Taman ­ Waru ­ Gedangan

­ Buduran ­ Candi ­ Tanggulangin ­ Krian ­ Porong ­ Krembung ­ Tulangan ­ Balongbendo ­ Wonoayu ­ Tarik ­ Prambon ­ Sukodono

­ Jabon ­ Sedati

2007 ­ Sidoarjo ­ Krian ­ Taman ­ Waru ­ Gedangan ­ Sukodono

­ Buduran ­ Candi ­ Krembung ­ Tulangan ­ Tanggulangin ­ Balongbendo

­ Porong ­ Jabon

­ Wonoayu ­ Tarik ­ Prambon ­ Sedati

2009 ­ Sidoarjo ­ Taman ­ Waru ­ Gedangan

­ Krian ­ Balongbendo ­ Buduran ­ Candi ­ Tanggulangin ­ Sukodono ­ Porong ­ Krembung ­ Tulangan ­ Wonoayu ­ Tarik ­ Prambon

­ Jabon ­ Sedati

Sumber : Hasil Analisis, 2012

Karakteristik setiap kluster yang telah ditemukan adalah sebagai berikut : ­ Predominantly Urban : Merupakan suatu kecamatan yang

memiliki karakteristik kepadatan penduduk dan terbangun tinggi, prosentase untuk lahan permukiman dan industri cenderung tinggi. Jarak tempuh dari kota inti (Surabaya) dengan kelompok ini sangatlah dekat. Prosentase pekerja disektor non pertanian sangat besar jika dibandingkan dengan pekerja pada sekor pertanian. PDRB perkapita sangat tinggi dengan prosentase keluarga pra sejahtera yang sangat sedikit. Jumlah migrasi masuk semakin tahun semakin meningkat. Ketersediaan sarana pendidikan, prasarana listrik dan air sangat baik dan mudah untuk ditemukan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi ditahun.

­ Semi Urban : Merupakan suatu kecamatan yang memiliki karakteristik kepadatan penduduk dan terbangun sedang, prosentase untuk lahan permukiman dan industri sedang. Jarak tempuh dari kota inti (Surabaya) dengan kelompok ini cukup dekat. Prosentase pekerja disektor non pertanian dan pertanian hampir seimbang. PDRB perkapita sedang dengan prosentase keluarga pra sejahtera yang sedang. Jumlah migrasi masuk sedang. Ketersediaan sarana pendidikan, prasarana listrik dan air cukup mudah untuk ditemukan dalam kluster ini. Serta pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat.

­ Potential Urban : Merupakan suatu kecamatan yang memiliki karakteristik kepadatan penduduk dan terbangun rendah, prosentase untuk lahan permukiman dan industri sangat sedikit. Jarak tempuh dari kota inti (Surabaya) dengan kelompok ini cukup jauh. Prosentase pekerja disektor non pertanian lebih sedikit jika dibandingkan dengan prosentase pekerja disektor pertanian. PDRB perkapita cukup rendah dengan prosentase keluarga pra sejahtera yang sangat tinggi. Jumlah migrasi masuk sangat sedikit. Ketersediaan sarana pendidikan, prasarana listrik dan air cukup sulit untuk ditemukan dalam kluster ini. Dengan pertumbuhan ekonomi yang kurang pesat.

B. Penilaian Kesenjangan Ekonomi berdasarkan tipologi peri urban

Untuk menganalisis nilai kesenjangan berdasarkan karakteristik ekonomi di Kabupaten Sidoarjo tipologi peri

Cluster

Page 4: Penentuan kesenjangan ekonomi wilayah berdasarkan tipologi ... · Sebab kesenjangan antar wilayah yaitu adanya perbedaan faktor anugerah awal (endowment faktor). Perbedaan inilah

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5

4

urban yang telah terbentuk dilakukan dengan menggunakan Indeks Entropi Theil. Adapun rumus perhitungan sebagai berikut:

XxjYyjLogYyjyIi

////)(18

1

Dimana :

­ I(y) = Indeks Ketimpangan Entropi Theil ­ yj = PDRB per kapita kecamatan – i ­ Y = rata-rata PDRB per kapita di Kabupaten Sidoarjo ­ xj = jumlah penduduk Kecamatan - i ­ X = jumlah penduduk Kabupaten Sidoarjo

Berikut akan ditunjukkan hasil perhitungan nilai

kesenjangan ekonomi disetiap tipologi di Kabupaten Sidoarjo

Grafik 3.1. Nilai Kesenjangan Ekonomi di Kabupaten Sidoarjo

Berdasarkan Tipologi Peri Urban Tahun 2006, 2007 dan 2009

Sumber :Hasil Analisis, 2012

Dari hasil perhitungan nilai kesenjangan dengan

menggunakan indeks Entropi Theil terlihat bahwa dari tahun 2006 hingga tahun 2009 terlihat karektersitik kesenjangan ekonomi dimasing-masing tipologi. Tipologi semi urban memiliki kesenjangan ekonomi yang lebih tinggi dari pada tipologi lainnya. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan yang sangat mencolok antar wilayah dalam satu tipologi tersebut. Terdapat beberapa kecamatan yang karakteristik ruralnya masih sangat tinggi, tetapi beberapa kecamatan lainnya memiliki karakteristik urban yang lebih besar. Hal ini dapat mempengaruhi besarnya PDRB perkapita yang notabenenya merupakan salah satu variabel utama dalam penilaian kesenjangan perekonomian.

Untuk lebih memperkuat penilaian kesenjangan ekonomi antar tipologi wilayah peri urban dilakukanlah perhitungan kesenjangan ekonomi di Kabupaten Sidoarjo secara keseluruhan dengan menggunakan indeks enthropi theil.

Grafik 3.2. Nilai Kesenjangan Ekonomi di Kabupaten Sidoarjo 2006,

2007 dan 2009

Sumber :Hasil Analisis, 2012

Nilai kesenjangan ekonomi di Kabupaten Sidoarjo dari

tahun 2006 hingga tahun 2010 sekitar 1,3. Hal ini menunjukkan bahwa kesenjangan ekonomi untuk kabupaten Sidoarjo yang merupakan daerah heterogen lebih besar dari pada nilai kesenjangan ekonomi antar tipologi yang memiliki nilai tertinggi 1,11. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil analisis nilai kesenjangan ekonomi antar tipologi masih dapat ditoleransi.

Dari sini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa wilayah yang semikin cenderung berkarakteristik Semi Urban atau suatu wilayah yang memiliki karakteristik urban dan rural cenderung memiliki kesenjangan ekonomi yang semakin besar. Sedangkan untuk wilayah yang memiliki kecenderungan berkarakteristik rural memiliki nilai kesenjangan ekonomi yang semakin kecil.

C. Penetuan Faktor Yang Mempengaruhi Kesenjangan

Ekonomi Analisis yang akan digunakan untuk mengetahui faktor

penyebab terjadinya kesenjangan ekonomi antar Kecamatan di Kabupaten Sidoarjo adalah dengan menggunakan teknik analisis Multivariate Correlation.

Variable yang mempengaruhi kesenjangan ekonomi berdasarkan hasil analisis Multivariate Correlation adalah variable yang memiliki nilai signifikansi kurang dari 0,05, Variable yang mempengaruhi nilai kesenjnagan ekonomi antar tipologi di Kabupaten Sidoarjo antara lain : ­ Produktivitas Primer : memiliki hubungan positif dengan

tingkat korelasi sebesar 0,784. Hal ini berarti, peningkatan produktivitas primer disuatu wilayah dapat meningkatkan kesenjangan ekonomi antar tipologi peri urban di Kabupaten Sidoarjo. Begitu pula sebaliknya, jika terjadi penurunan produktivitas primer akan dapat menurunkan nilai kesenjangan ekonomi.

­ Lulusan SD, SMP, SMA dan SMK : memiliki hubungan positif dengan tingkat korelasi sebesar 0,677 ; 0,877; 0,676 dan 0,786. Hal ini berarti, peningkatan jumlah lulusan SD dalam hal ini yang berarti peningkatan kualitas sumber daya manusia juga diiringi dengan peningkatan nilai kesenjangan ekonomi. Begitu pula sebaliknya.

­ Panjang Jalan dengan Kondisi Baik dan rusak :memiliki hubungan korelasi yang positif dengan tingkat korelasi sebesar 0,712 dan 0,91. Hal ini berarti, semakin banyak

0.640.80

0.63

1.10 1.09 1.11

0.34 0.32 0.33

0.00

0.50

1.00

1.50

2006 2007 2009Predominantly Urban Semi Urban Potential Urban

1.32111.3176

1.31251.3175

1.3269

1.300

1.310

1.320

1.330

2006 2007 2008 2009 2010Indeks Theil

(2)

Page 5: Penentuan kesenjangan ekonomi wilayah berdasarkan tipologi ... · Sebab kesenjangan antar wilayah yaitu adanya perbedaan faktor anugerah awal (endowment faktor). Perbedaan inilah

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5

5

panjang jalan yang dalam kondisi baik dan rusak di suatu wilayah akan dapat meningkatkan kesenjangan ekonomi antar tipologi peri urban di Kabupaten Sidoarjo. Begitu pula sebaliknya.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat terlihat bahwa terdapat beberapa variable yang dapat mempengaruhi besar kecilnya nilai kesenjangan antar tipologi peri urban di Kabupaten Sidoarjo. Berdasarkan tingkat korelasi antara variabel dengan nilai kesenjangan dapat terlihat bahwa variabel yang sangat mempegaruhi nilai kesenjangan ekonomi antar tipologi peri urban di Kabupaten Sidoarjo adalah variabel panjang jalan dengan kondisi baik dan rusak, besarnya produktivitas disektor primer serta penambahan kualitas sumber daya manusia.

IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya,

dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : ­ Tipologi wilayah peri urban di Kabupaten Sidoarjo dapat

dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu Predominantly Urban, Semi Urban dan Potential Urban. Tetapi, tipologi dari peri urban ini setiap tahun selalu mengalami perubahan, antara lain : Predominantly Urban : kecamatan Sidoarjo, Taman,

Waru dan Gedangan Semi Urban : Kecamatan Porong, Krembung,

Tulangan, Balongbendo, Wonoayu, Tarik, Prambon, Sukodono, Buduran, Candi, Tanggulangin dan Kecamatan Krian.

Potential Urban : Kecamatan Jabon dan Sedati . ­ Berdasarkan hasil analisis kesenjangan ekonomi dengan

menggunakan metode analisis indeks Entropi Theil dapat terlihat bawa wilayah semi Urban cenderung memiliki kesenjangan perekonomian yang tinggi untuk setiap tahun penelitian . Dari sini dapat terlihat bahwa wilayah yang menunjukkan karakteristik urban dan rural maka kesenjangan perekonomian antar wilayah pun semakin tinggi.

­ Faktor-faktor yang mempengaruhi kesenjangan perekonomian antar tipologi wilayah peri urban di Kabupaten Sidoarjo adalah panjang jalan dengan kondisi baik dan rusak, besarnya produktivitas disektor primer serta penambahan kualitas sumber daya manusia.

UCAPAN TERIMA KASIH Penulis Vely Kukinul Siswanto mengucapkan terima kasih

kepada dosen pembimbing mata kuliah tugas akhir, Bapak Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic. Rer.Reg. dosen pembimbing mata kuliah thesis, Ibu Dr.Ir.Rima Dewi, M.I.P dan Bapak Putu Gde Ariastita ST. MT. yang telah banyak membantu memberikan bimbingan, masukan dan nasehat selama penyusunan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA [1] Badan Pusat Statistika Sidoarjo (BPS) (2009) Kabupaten Sidoarjo

dalam angka 2010, Sidoarjo [2] Bintarto, R, (1983), Interaksi Kota – Desa dan Permasalahannya, Toko

Buku Ghalia Indonesia, Yogyakarta [3] Damarjati, Annisa Ganis, (2010), Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kesenjangan Pendapatan di Proponsi Jawa Tengah, S,T tugas akhir, Universitas Diponegoro

[4] Desrainy, L, (2011), Karakteristik Wilayah Peri- Urban pada Metropolitan Jabodetabekpunjur, S,T tugas akhir, Institut Teknologi Bandung

[5] Dirjen Penataan Ruang (2006) Metropolitan di Indonesia, Indonesia [6] Faisal, B, (2011), Analisis Disparitas Pembangunan Antar Wilayah Di

Provinsi Sumatera Selatan, M,T thesis, Institut Pertanian Bogor [7] Handayani, Fitri Ami, (2006), Analisis Kesenjangan Wilayah di

GERBANGKERTASUSILA ditinjau dari aspek ekonomi, sosial dan lingkungan, S,T tugas akhir, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

[8] Koesparmadi, dkk, (2005), Peri Urban Sebagai Perhatian Kualitas Hidup: Jurnal DinamikaPeriurban, Vol,I, Halaman 2

[9] Meiriya, N, (2011), Pola Pengendalian Perkembangan Kawasan Mega-Urbanisasi Gerbangkertasusila Plus, S,T tugas akhir Institut Teknologi Sepuluh Nopember

[10] Rosul, M (2008): “Urban Sprawl (Pemekaran Kota)“ http://mrosul,edublogs,org diakses tanggal 6 Oktober 2011,

[11] Williamson, J.G. (1997) Industrialization, Inequality and Economic Growth. Edward Elgar Publishing Limited, Cheltenham, Glos, UK.