penelitian kulitatif

download penelitian kulitatif

of 39

description

kulitatif

Transcript of penelitian kulitatif

METHODS IN EDUCATIONAL RESEARCHFROM THEORY TO PRACTICESECOND EDITION (CHAPTER 2 AND 11)

Oleh:Febrina Rahayu Widya A.S15726251013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKAPROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA2015

BAB 2DESAIN PENELLITIAN PENDIDIKAN DAN KONSEP UTAMA YANG TERKAIT

Jenis-Jenis Pendekatan dalam Penelitian PendidikanFilosofi mengenai penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya akan menjadi dasar dalam membahas tentang desain penelitian lain dalam bab ini. Selain itu filosofi tersebut akan menjadi dasar bagi kita dalam memilih jenis penelitian yang nantinya akan kita gunakan. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa jenis penelitian pendidikan akan menjadi dasar dalam menerapkannya secara kontinyu. Desain penelitian dikelompokkan berdasarkan : (1) metode yang akan digunakan untuk merancang penelitian dan mengumpulkan data (contohnya penelitian kuantitatif dibandingkan dengan penelitian kualitatif), dan (2) bagaimana informasi tersebut dibagi (misalnya penyebaran terhadap hasil temuan). Metode ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam bab selanjutnya. Selain itu kami berharap agar selama membahas masalah tersebut anda dapat membuat ringkasan mengenai apa yang kami bahas yang nantinya akan anda gunakan untuk mengkritik atau menggunakannya dalam penelitian anda. Dengan demikian agar anda dapat lebih memahami tentang jenis penelitian dalam pendidikan kami membaginya menjadi tiga kelompok yaitu peneilitian kuantitatif, penelitian kualitatif dan penelitian gabungan (kuantitatif-kualitatif).1. Penelitian KuantitatifSemua penelitian kuantitatif akan menghasilkan hasil berupa angka. Penelitian ini mengacu pada prinsip scientific realisme dimana hanya ada satu realitas yang dapat dijelaskan oleh angka. Penelitian kuantitatif mengumpulkan dan menganalisis data berupa angka dan sering disebut sebagai penelitian non eksperimen dan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen dirancang untuk menentukan penyebab dan hasil dari suatu proses serta hubungan antara penyebab dan hasil sedangkan penelitian non eksperimen menggunakan nomor untuk menggambarkan kelompok yang sudah ada sebelumnya atau untuk menentukan apakah ada hubungan antara variabel. Variabel adalah karakteristik atau atribut yang bervariasi. Agar kita dapat lebih memahami apa yang dimaksud dengan variabel maka dapat dianalogikan sebagai berikut:Dalam pendidikan dan psikologi kita sering dihadapkan pada constructs (konstruksi). Dalam hal ini yang dimaksud dengan constructs (konstruksi) adalah sebuah konsep hipotetis yang tidak dapat diamati secara langsung. Sebagai contoh, kecerdasan adalah sebuah constructs (konstruksi). Dalam hal ini kita berhipotesis bahwa kecerdasan sebenarnya ada tapi kita tidak dapat melihatnya secara nyata melalui kasat mata, kita tidak akan membuka otak sesorang hanya untuk melihat kecerdasannya. Namun, berdasarkan teori intelijen adalah kata yang digunakan untuk menjelaskan mengapa orang berbeda dalam kemampuan mereka untuk berpikir dan memecahkan masalah. Penalaran dan pemecahan masalah adalah perilaku yang dapat diukur, dan disebut sebagai variabel. Jadi meskipun kita tidak bisa langsung mengukur constructs (konstruksi) seperti kecerdasan, kita dapat mengukur variabel yang secara teoritis terkait dengan hal itu. Oleh karena itu para peneliti menggunakan definisi operasional untuk membahas mengenai bagimana variabel dapat diukur. Dengan demikian secara operasional definisi dari kecerdasan adalah skor yang digunakan pada Stanford - Binet Intelligence Test, pengertian lain mengenai intelijen atau kecerdasan menyatakan bahwa intelijen dikonseptualisasikan sebagai kemampuan yang dimiliki agar dapat berhasil menyelesaikan item pada soalujian. Pengertian lain mengenai intelijen didefinisikan secara konseptual mengenai intelijen yaitu kecerdasan adalah kemampuan untuk dapat memecahkan masalah secara kompleks. Definisi operasional menganai intelijen mungkin cara yang aneh untuk mendefinisikan tentang variabel. Namun, hal tersebut akan membantu kita dalam menjelaskan secara tepat bagaimana konsep tersebut dapat diukur dan digunakan secara tepat dalam sebuah penelitian. Jika ununtuk mendefinisikan tentang intelijen para peneliti menggunakan tes atau cara yang berbeda untuk mengukur kecerdasan, maka kita dapat melihat hasilnya langsung tentang bagaimana mereka mendefinisikan tentang intelijen dengan cara yang sama atau berbeda.Sebaliknya penelitian kuantitatif mempelajari tentang variabel pada kelompok tertentu dengan harapan dapat digunakan untuk menarik kesimpulan mengenai kelompok tersebut. Dengan demikian agar dapat tercapai maka peneliti haruslah memilih peserta atau sampel secara sistematis. Sampel dipilih secara acak dari populasi yang besar. Sampel merupakan bagian terkecil dari populasi, yang merupakan kelompok yang akan digunakan oleh peneliti untuk menggenarilasi dan menarapkan hasil penelitiannya. Agar sampel dapat digeneralisasi maka sampel dalam penelitian kuantitatif harus dipilih secara acak dimana setiap anggota populasi memilki kesempatan untuk dipilih menjadi sampel penelitian dan dapat mewakili populasi. Apabila sampel tidak dipilih secara acak akan dikahwatirkan akan mempengaruhi hasil penelitian dan menimbulkan bias sampling yaitu situasi dimana sampel secara tidak akurat dapat menjelaskan atau merefleksikan populasi. Contohnya peneliti ingin mengetahui sejauh mana cyberbullying di kalangan anak perempuan di sekolah menengah. Peneliti mengambil sampel dengan cara membuat posting untuk menngajak siswa perempuan untuk menjadi bagian dalam survey secara online dari berbagai situs Web pada jejaring sosial. Seratus perempuan yang ambil bagian bagian dalam survey menyelesaikan survey tersebut, sehingga peneliti memperoleh hasil bahwa 75% dari mereka telah mengalami cyberbullied setidaknya sekali. Berdasarkan hasil survey tersebut bisakah peneliti menyimpulkan bahwa hal tersebut merupakan hasil yang akurat dari cyberbullying terhadap seluruh siswa perempuan di sekolah menengah? Mungkin tidak, karena sampel mungkin berasal dari siswa perempuan yang mengalami bully melaui telepon tidak ikut berpatisipasi dalam survey secara online. Dengan denikian angka 75% mungkin angka yang tinggi atau rendah karena mungkin siswa perempuan yang sukarela untuk mengambil survei mungkin telah mengalami cyberbullied dibandingkan siswa perempuan dalam populasi secara keseluruhan. Untuk mendapatkan sampel lebih representatif, Peneliti harus memilih secara acak sekolah menengah di wilayah geografis dan kemudian mengambil survei terhadap semua siswa perempuan di sekolah tersebut.Dengan memahami tentang konsep penting yang berhubungan dengan penelitian kuantitatif, maka kita akan membahas lebih lanjut lagi tentang pendekatan kuantitatif yang berbeda.Penelitian Deskriptif SurveyPenelitian Deskriptif Survey bertujuan untuk menggambarkan prilaku dan persepsi, pendapat, sikap, dan keyakinan tentang masalah dalam pendidikan. Deskripsi ini kemudian dirangkum berdasrkan jumlah atau persentase dari respon peserta. Survei merupakan metode atau cara yang digunakan untuk memperoleh informasi dari peserta atau orang. Seiring dengan perkembangan teknologi dan survey berbasis Web yang digunakan dalam penelitian, survey menggunakan kertas dan pensil menjadi dasar dalam mengambil data. Kesalahpahaman yang umum terjadi adalah bahwa penelitian survey deskriptif adalah metode yang relative mudah, membutuhkan pertanyaan dan jawaban sederhana. Namun hal itu jauh berbeda karena penelitian survey deskriptif membutuhkan perencanaan matang dan hati-hati.Contoh: Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian menganai administrasi siswa, yaitu tentang pelatihan pada lulusan sekolah. Pertanyaan penelitiannya adalah apakah pendapat siswa mengenai administrasi pendidikan yaitu tentang pelatihan bagi lulusan sekolah? Hal tersebut akan menjadi kerangka dalam melakukan survey. Namun yang perlu diketahui bahwa pertanyaan tersebut cangkupannya sangatlah luas. Agar peneliti dapat memperoleh kedalam tentang data dan cangkupan yang luas maka peneliti perlu mengembangkan subquestions yang dapat membantu dalam mengembangkan pertanyaan secara spesifik. Para peneliti menggunakan subquestions serta literatur untuk mengembangkan item survei. Dalam contoh sebelumnya, seorang peneliti mungkin mempertimbangkan subquestions sebagai berikut: Apa pendapat siswa mengenai hubungan mereka dengan profesornya? Apa pendapat siswa mengenai tingkat persiapan mereka saat penilaian? Bagaimana pendapat siswa mengenai kemampuan mereka untuk melakukan penelitian? Bagaimana pendapat siswa tentang kemampuan mereka untuk bernegosiasi dalam bursa kerja?Item dalam survei akan dikembangkan berdasarkan empat subquestions.Setelah survei dikembangkan, maka peneliti secara hati-hati menganalisis setiap item dan melakukan studi percontohan. Sebuah studi percontohan melibatkan survei administrasi terhadap sekelompok orang. Proses ini membantu peneliti dalam menentukan validitas dari hasil survey dan reliabilitasnyaa. Validitas dari suatu survei diartikan sebagai sejauh mana survey tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Jika peneliti secara hati-hati membuat item survei untuk mencocokkan subquestions (pertanyaan tambahan), survey tersebut seharusnya berlaku (proses lengkapnya akan dijelaskan secara rinci dalam Bab 8). Misalnya, menggunakan subquestion nomor 1, mengenai hubungan siswa dengan guru, item survei tersebut termasuk dalam hal: Sejauh manakah profesormu memberikan responsif terhadap tugas-tugas yang diberikan? Sejauh manakah professormu bersedia untuk membahas masalah yang ada selama pembelajaran? Sejauh manakah kamu merasa nyaman mendiskusikan pendapat yang kamu miliki dengan profesormu?Dalam contoh diatas Item survey berhubungan dengan subquestion mengenai hubungan siswa dengan profesor. Keandalan dari survey mengacu pada konsistensi terhadap tanggapan. Artinya, jika survey diberikan lebih dari sekali kepada sekelompok orang yang sama, akankah memberikan tanggapan yang sama? Peneliti dalam melakukan survey biasanya menggunakan banyak cara untuk meningkatkan keandalan survey tersebut. Cara-cara tersebut akan dibahas secara rinci dalam bab 8 mengenai penelitian survei deskriptif.Item dalam peneliti survei mencakup item demografi. Item demografis dirancang untuk memperoleh informasi mengenai latar belakang dari peserta. Informasi yang telah diperoleh memungkinkan peneliti untuk melaporkan temuan sehingga hasilnya dapat ditafsirkan.Setelah reliabilitas dan validitas survei telah ditentukan, Peneliti siap untuk melakukan survey terhadap kelompok sasaran. Dalam beberapa kasus, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel secara acak untuk mengidentifikasi sebagai sampel dari survey tersebut. Survey akan diberikan kepada sampel dan, jika sampel dalam jumlah besar dan cukup representatif, hasilnya akan digeneralisasi terhadapa populasi.Penelitian survey adalam pendidikan telah mencakup 70% dari penelitian. Perhatian harus diberikan terhadap tingkat respons. Tingkat respons diartikan sebagai benyaknya individu yang memberikan tanggapan terhadap survey tersebut. Biasanya, dalam penelitian survey tingkat respons sanngat rendah, hal ini akan mempengaruhi peneliti dalam menarik kesimpulan dan generalisasi dari hasil penelitian terhadap populasi.Penelitian eksperimenPenelitian ekperimen beberapa decade terakhir telah dijadikan sebagai bagian dari penelitian kuantitatif untuk menarik kesimpulan tentang penyebab dan akibat dari perlakuan yang diberikan. Berdasarkan hasil dari NCLB ditemukan bahwa terjadi peningkatan terhadap penggunaan model penelitian ini dalam penelitian sains. Terkadang ketika orang ingin tau tentang penelitian dan bertanya tentang apa yang dimaksud dengan penellitian, maka orang akan cenderung menghubungkannya dengan penelitian eksperimen. Tujuan dari penelitian eksperimen adalah untuk menentukan apakah pendekatan tertentu dalam pendidikan atau cara melakukan sesuatu yang berbeda itu lebih baik dari pada pendekatan tradisional yang sering digunakan. Hal yang perlu diperhatikan bahwa terkadang penelitian eksperimen dilakukan dengan harapan bahwa tidak ada perbedaan antara dua metode atau pendekatan yang digunakan dalam penelitian. Penelitian eksperimental mempelajari efek atau dampak dari pendekatan dengan mengontrol semua variabel yang mempengaruhinya. Salah satu caranya adalah dengan mengambil apa yang diteliti dalam penelitian secara acak dari populasi yang besar. Hal yang diambil secara acak dari populasi disebut dengan sampel. Sampel dalam populasi akan diacak dalam kelompok tertentu atau kelompok yang dikenakan perlakuan atau kelompok yang tidak diberi perlakuan (kelompok kontrol). Dalam beberapa penelitian, kelompok yang sama diberikan perlakuan dalam jangka waktu tertentu. Kondisi perlakuan disebut sebagai variabel independen, atau faktor yang diasumsikan menjadi penyebab terhadap perubahan variabel dependen. Contohnya seorang peneliti ingin meneliti tentang apakah strategi membaca (keterampilan berbasis atau pendekatan sastra, atau pendekatan yang menggabungkan keduanya) dapat mempengaruhi pencapaian keterampilan membaca siswa kelas empa? Dalam penelitian ini prestasi membaca akan menjadi variabel dependen, dan strategi pembelajaran akan menjadi variabel independen. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas empat yang dipilih secara acak dari populasi yang peneliti ingin ketahui hasil pembelajarannya (misalnya, siswa kelas empat di seluruh sekolah yang berada pada daerah tertentu). Siswa akan dipilih secara acak dan akan menerima perlakuan berupa keterampilan berbasis atau pendekatan sastra, dan prestasi dalam membaca akan menjadi hal yang akan diteliti oleh peneliti. Bagian akhir dari penelitian eksperimen adalah mengontrol semua variabel luar. Variabel luar dalam penelitian eksperimen merupakan variabel lain selain variabel independen yang mugkin mempengaruhi variabel dependen. Dalam setiap penelitian eksperimen, aka ada banyak variabel luar yang mungkin mempengaruhi. Seperti pada contoh diatas disebutkan bahwa variabel luarnya adalah guru yang berbeda dalam mengajar, selin itu waktu belajar juga menjadi varibel luar dalam penelitian tersebut. Sedangkan perbedaan kemampuan siswa sebelum perlakuan adalah variabel lain yang dikendalikan melalui tugas acak.Variabel independen biasanya dalam bentuk nominal atau kategori di alam. Misalnya, jenis intervensi (intervensi ABC terhadap non intervensi ABC) adalah variabel kategoris karena seorang individu ditugaskan menjadi bagian dari satu kelompok atau lebih atau mungkin juga menjadi anggota dari satu kelompok. Variabel dependen dapat menjadi variabel continuous. Variabel tersebut dapat mengambil beberapa tingkat yang berbeda. Hal yang perlu diperhatikan bahwa variabel untuk prestasi membaca merupakan variabel continuous karena nilai pada tes prestasi membaca dapat mengasumsikan banyak nilai yang berbeda.Selanjutnya setelah variabel dari penelitian ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan hipotesis penelitian. Hipotesis adalah pernyataan mengenai dugaan hasil yang diharapkan dari sebuah penelitian dengan kata lain hipotesis merupakan tebakan atau dugaan sementara dari peneliti mengenai penelitian atau variabel yang sedang diteliti. Hipotesis diuji melalui penggunaan statistik yang akan dibahas secara lebih jelas dalam Bab 3. Ketika mendesain rancangan penelitian, para peneliti akan menentukan validitas dari eksperimen tersebut karena keinginan mereka untuk mengetahui penyebab dan dampak atau akibat dari perlakuan yang diberikan. Agar diperoleh hasil yang diinginkan seorang peneliti mengontrol hal-hal yang mungkin mempengaruhi terhadap validitas internal dan eksternal. Sebuah penelitian dinggap sah/ benar secara internal apabila hasil merupakan pengaruh dari perlakuan bukan karena variabel luar. Katakanlah pada contoh sebelumnya bahwa aka nada kemungkinan bahwa kelompok yang diberikan pendekatan membaca kombinasi akan memiliki prestasi membaca lebih baik dibandingkan dengan kelompok yang hanya diberikan satu pendekatan membaca. Dalam hal ini sebenarnya peneliti ingin mengetahui hasil dari penggunaan dari kedua pndekatan tersebut sebagai hasil dari penelitian. Peneliti dapat mencapai tujuan penelitiannya apabila penelitian menyiapkan rencana penelitian dengan baik serta mengontrol semua variabel yang mungkin mempengaruhi hasil. Tugas acak (Random assignment) secara acak sebagai perlakuan dan kondisi yang terkontrol adalah salah satu cara untuk mengendalikan ancaman terhadap validitas internal. Cara untuk mengontrol penelitian akan dibahas lebih lanjut pada bab 9, yaitu materi penelitian eksperimenPada penelitian eksperimen selain validitas internal, ada ancaman terhadap validitas eksternal. Hal yang perlu diketahui bahwa penelitian eksperimen bertujuan untuk menggeneralisasi hasil penelitian terhadap populasi dari sampel berasal. Ada beberapa cara untuk menggeneralisasi hasil penelitian salah satunya dengan memilih sampel secara acak. Dalam penelitian harus diketahui bahwa dalam menarik sampel secara acak akan mengalami kesulitan terutama ketika penelitian dilakukan disekolah, dimana peneliti mengalami kesulitan dalam memperoleh izin untuk menggunakan sampel sebagai objek penelitian atau sebaliknya peneliti diberi izin untuk melakukan penelitian namun sampel yang akan digunakan telah ditentukan oleh sekolah. Dengan kondisi seperti itu maka peneliti tidak dapat mengambil sampel secara acak terhadap kelompok yang berbeda atau memberikan perlakuan yang berbeda. Dengan menggunakan kelompok yang telah ditentukan tanpa melakukan pengambilan secara acak maka penelitian seperti itu termasuk dalam penelitian kuasi eksperimen. Kuasi eksperimen merupakan penelitian eksperimen yang tidak dapat mengontrol sepenuhnya terhadap variabel luar namun dapat menentukan sampel secara acak.Contohnya seseorang ingin meneliti tentang prestasi belajar matematika siswa dimana peneliti diberi kesempatan untuk mengamati proses pembelajaran diantara dua kelas dengan guru matematika yang sama. Berdasarkan hasil pengamatnnya, peneliti tertarik untuk meneliti tentang apakah penggunaan kalkulator grafik mempengaruhi pemahaman siswa tentang materi kemiringan. Dengan ketentuan bahwa sebelumnya siswa belum pernah menggunakan kalkulator grafik dimana kemampuan awal siswa dinilai dan diperoleh hasil bahwa nilai tes awal dari kedua kelompok homogen. Setelah dilakukan pengambilan secara acak tentang kelompok mana yang akan diberikan perlakuan berupa penggunaan kalkulator grafik selama pembelajaran dan mana kelompok yang mendapatkan pembelajaran seperti biasanya dengan ketentuan waktu dan guru yang mengajar adalah sama. Setelah dua minggu pembelajaran siswa diberi tes akhir untuk menguji apakah penggunaan kalkulator grafik berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa baik penelitian eksperimen maupun kuasi eksperimen dapat digunakan untuk penelitian sains di bawah NCLB.Penelitian dengan subjek tunggalPenelitian dengan subjek tunggal merupakan penelitian eksperimen khusus. Berbeda dengan desain penelitian eksperimen yang telah dijelaskan sebelumnya Penelitian dengan subjek tunggal meneliti pengaruh perlakuan terhadap individu dalam kelompok kecil. Jenis penelitian ini biasanya digunakan oleh guru untuk menelitia anak berkebutuhan khusus, dimana perlakuan atau intervensi dalam penelitian ini dimanipulasi. Ahli psikologi terkenal yaitu B. F. Skinner menggunakan Penelitian dengan subjek tunggal untuk meneliti tentang perubahan individu dari waktu ke waktu sebagai dasar dalam menguatkan hasil penelitiannya.Bagian terpenti dari penelitian dengan subjek tunggal adalah mengumpulkan data penelitian diawal sebelum diberikan perlakuan. Hal ini disebut dengan fase awal karena data dikumpulkan dari berbagai bentuk dalam periode waktu tertentu. Sehingga dalam penelitian ini diperuntukan untuk mementukan kinerja atau kemampuan awal sebelum diberikan perlakuan. Kemudian perlakuan diberikan selama masa perlakuan. Kemudian beberapa lanngkah lainnya dilakukan dan dibandingkan dengan data dasar untuk menentukan apakah perlakuan menyebabkan perubahan. Contohnya seorang psikolog ingin meneliti tentang stimulasi diri anak di sekolah. Psikolog sekolah mengamati siswa di kelas dan menghitung berapa kali anak terlibat dalam perilaku seperti itu selama dua minggu. Setelah berkonsultasi dengan gurunya, membaca literature, dan orang tua anak, psikolog tersebut memutuskan bahwa aktivitas fisik akan menjadi intervensi yang tepat dan akan bertentangan stimulasi diri. Selama perlakuan ativitas fisik anak diamati ketika menggunakan bola tali. Untuk menarik kesimpulan penelitian, peneliti membandingkan data yang diperoleh dengan data dasar dan masa perlakuan.Penelitian dengan subjek tunggal menyediakan struktur untuk mengevaluasi kinerja individu bukan kelompok. Sedangkan desain mengidentifikasi kelompok-pengaruh variabel terhadap kinerja rata-ratasejumlah besar siswa, desain single-subjek mengidentifikasi pengaruh variabel di sebuah perilaku tertentu dari seorang siswa tertentu. Desain seperti ini memantau kinerja individu selama manipulasi variabel independen (s).Dalam beberapa penelitian dengan subjek tunggal, perlakuan tidak diberikan, dan sebaliknya beberapa penelitian memberikan perlakuan secara terus-menerus. Banyak faktor yang mempengaruhi peneliti dalam memilih desain subjek peneliti. Pilihan apakah untuk memberikan perlakuan tergantung pada perilaku, anak, dan jenis perlakuan.Penelitian Kausal-KomparatifPenelitian kausal-komparatif atau penelitian ex-Post Facto adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan perbedaan antara kelompok dengan memeriksa perbedaan dalam hal pengalaman anggota kelompok. Penelitian Penelitian kausal-komparatif merupakan penelitian non eksperimen. Namun, seperti penelitian eksperimen lainnya penelitian kausal-komparatif mengkaji pengaruh variabel independen (pengalaman masa lalu) terhadap variabel dependent untuk mengontrol variabel luar. Tidak seperti penelitian eksperimental peneliti ini tidak memiliki kontrol atas variabel independen. Dengan kata lain, penelitian kausal komparatif adalah penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang terjadi dan mencari faktor yang menjadi penyebab melalui data yang dikumpulkan. Dalam penelitian ini pendekatan dasarnya adalah memulai dengan adanya perbedaan dua kelompok dan kemudian mencari faktor yang mungkin menjadi penyebab atau akibat dari perbedaan tersebut.Contohnya:Sebagai contoh, kita tertarik untuk meneliti apa yang menyebabkan perbedaan kesiapan siswa TK. Setelah membaca studi literatur, kamu memutuskan untuk memeriksa kehadiran prasekolah sebagai variabel independen yang mungkin "menyebabkan" perbedaan dalam kesiapan siswa TK (variabel dependen). Kehadiran prasekolah merupakan hal yang telah terjadi dan sebagai peneliti kiita tidak dapat mengontrol atau memanipulasi hal itu. Jika kita ingin melakukan penelitian tentang hal tersebut, maka kita harus mengidentifikasi terlebih dahulu dua kelompok, satu kelompok yang menghadiri prasekolah dan satu kelompok yang tidak, dan kemudian mengukur dan membandingkan skor kesiapan sekolah siswa. Jika kelompok berbeda pada skor kesiapan mereka, maka kita dapat menyimpulkan bahwa kehadiran prasekolah mungkin mempengaruhi perbedaan skor kesiapan siswa. Namun kita harus hati-hati karena terdapat tugas acak, kedua kelompok yang dipelajari bisa sangat berbeda, yang mungkin berarti bahwa faktor-faktor lain (variabel luar) yang mungkin menyebabkan perbedaan dalam skor kesiapan. Sebagai contoh, mungkin ada perbedaan dalam hal pendapatan keluarga atau tingkat pendidikan orangtua (atau keduanya). Oleh karena itu, pastikan bahwa kedua kelompok pembanding yang semirip mungkin pada semua variabel luar (selain variabel independen)merupakan bagian terpenting dalam merancang penelitian kausal-komparatif. Ada banyak cara untuk mengontrol variabel asing. (Teknik ini dibahas secara lebih rinci dalam Bab 9.) Salah satu cara yang bias kita lakukan adalah mengontrol variabel luar yaitu tingkat pendidikan orangtua dengan menyertakan mahasiswa yang orang tuanya memiliki pendidikan tinggi atau lebih tinggi .Penelitian korelasi (correlational research)Salah satu penelitian kuantitatif lainnya yang dianggap sebagai penellitian non eksperimen adalah Penelitian korelasi (correlational research). Penelitian korelasi (correlational research)adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini dianggap sebagai penelitian non eksperimen. Penelitian ini mencakup kegiatan pengumpulan data guna menentukan hubungan antar variabel dalam subjek atau objek yang menjadi perhatian untuk diteliti. Dibidang pendidikan, studi korelasi biasanya digunakan untuk melakukan penelitian terhadap sejumlah variabel yang diperkirakan mempunyai peranan signifikan dalam mencapai keberhasilan proses pembelajaran. Sebagai contoh misalnya peneliti ingin meneliti satu kelompok siswa pada dua atau lebih variabel yang tidak dimanipulasi atau dikontrol oleh peneliti (misalnya, membaca skor dan IQ). Variabel diperiksa untuk menentukan apakah mereka terkait Buku penelitian pendidikan tradisional berpendapat bahwa penelitian korelasional sederhana tidak dapat menunjukkan bahwa satu variabel menyebabkan perubahan pada variabel lain. Sebaliknya, tujuan utama penelitian korelasional adalah untuk menentukan apakah ada hubungan antara variabel yang sedang diteliti. Penelitian tradisional menyatakan bahwa penelitian korelasional meneliti hubungan hanya satu kelompok, sedangkan penelitian komparatif kausal meneliti perbedaan antara dua atau lebih kelompok. Sebagai contoh, jika hubungan tersebut tidak ada, pengauatan dan hubungannya dilaporkan dalam bentuk numerik terhadap apa yang disebut sebagai koefisien korelasi. Skor dari analisis ini menghasilkan koefisien korelasi yang berkisar antara negatif ke positif 1,00 1,00. Perhatikan bahwa negatif dan positif tidak memiliki "nilai moral" yang menyertainya dalam konteks ini. Korelasi negatif bukanlah hal yang buruk tapi sebagai hasil dari skor pada dua variabel yang bergerak dalam arah berlawanan: peningkatan satu variabel disertai dengan penurunan variabel yang lainnya. Misalnya, tingkat absensi meningkat, prestasi siswa menurun. Korelasi positif adalah hubungan di mana kedua variabel bergerak dalam arah yang sama. Hal itu dapat terjadi jika satu variabel meningkat, maka variabel lainnya akan meningkat pula. Jika salah satu variabel menurun, maka akan terjadi penurunan variabel lainnya. Jika hasil penelitian menunjukkan bahwa kreativitas siswa meningkat, maka kecerdasan juga meningkatkan hal ini merupakan hubungan positif.Dalam melakukan penelitian baik peneliti pemula maupun peneliti berpengalaman sering mengalami kebingungan mengenai perbedaan antara penelitian komparatif dan penelitian korelasional kausal. Sebenarnya terdapat persamaan diantara kedua jenis penelitian tersebut. Keduanya merupakan penelitian non eksperimen dan tidak melibatkan manipulasi terhadap variabel independen. Selain itu, pernyataan tentang kausalitas tidak bias dijelaskan menggunakan kedua penelitian tersebut. Jadi dari segi manakah kedua penelitian tersebut berbeda? Jawaban sederhananya adalah bahwa penelitian korelasional meneliti hubungan hanya pada satu kelompok, sedangkan penelitian komparatif kausal meneliti perbedaan antara dua atau lebih kelompok. Namun, mempertimbangkan contoh penelitian berikut ini yaitu: Seorang peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai apakah jumlah jam dalam monitoring program setelah sekolah berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dia menganggap bahwa jumlah jam yang dihabiskan di mentoring sebagi variabel kontinu (misalnya, 10-60 jam). Dalam hal ini, peneliti ingin menyelidiki hubungan antara variabel mentoring dan variabel pencapaian. Sementara itu peneliti lainnya yaitu peneliti B juga tertarik dalam studi yang sama. Namun, peneliti ini memutuskan untuk mengkategorikan jumlah jam menjadi tiga kelompok berbeda yaitu (10 - 20 jam, 21 40 jam, 41 - 60 jam). Dalam hal ini, penelitiannya menjadi perbandingan kausal. Katakanlah kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin lama anak menghabiskan dalam mentoring, semakin tinggi tingkat prestasinya. Peneliti tradisional mungkin berpendapat bahwa hanya dalam kasus studi banding kausal kita dapat bahkan mulai membahas hubungan kausal antara mentoring dan prestasi. Pada kenyataannya, dengan tidak ada kelompok kontrol yang dibahas dalam kedua kasus, tidak dapat membuat pernyataan tentang kausalitas! Jadi bagaimana kedua jenis penelitian tersebut berbeda? Beberapa peneliti berpendapat bahwa terdapat sedikit perbedaan antara penelitian komparatif korelasional dan kausal. Permasalahan mengenai perbedaan dari kedua jenis penelitian tersebut akan terus diperdebatkan hingga bab berikutnya.Meta - Analisis Ketika kamu mulai melakukan penelitian untuk proposal penelitianmu, kamu mungkin akan menemukan penelitian yang termasuk dalam kategori meta analisis. Beberapa meta- analisis cenderung menimbulkan dilema bagi mahasiswa baru tentang penelitian. Meta - analisis mengajukan pertanyaan penelitian dan kemudian melakukan studi literatur untuk menemukan penelitian lain yang telah meneliti hal yang sama. Dalam meta-analisis peneliti tidak mengumpulkan data baru untuk menjawab pertanyaan penelitian. Secara statistik meta analisis merangkum hasil penelitian lain dan menggunakan analisis mereka untuk membuat kesimpulan tentang pertanyaan penelitian. Tujuan dari meta analisis adalah untuk mengajukan pertanyaan penelitian dan menggunakan studi masa lalu sebagai data untuk menjawab pertanyaan. Data dari studi ini dianalisa menggunakan analisis statistik yang sesuai, dan hasil yang khas, biasanya disebut sebagai efek ukuran, di semua studi yang dilaporkan. Efek ukuran biasanya memberikan perkiraan seberapa besar pengaruh perlakuan yang diberikan.

2. Penelitian KualitatifMenurut Denzin dan Lincoln, seperti dikutip dalam Denzin dan Lincoln (2005): Penelitian kualitatif adalah kegiatan yang menempatkan pengamat di dunia nyata. Dalam penelitian ini mengubah dunia menjadi serangkaian representasi, termasuk catatan lapangan, wawancara, percakapan, foto, rekaman, dan memo untuk diri sendiri. Pada tingkat ini, penelitian kualitatif melibatkan sebuah interpretatif, pendekatan naturalistik. Ini berarti bahwa peneliti kualitatif mempelajari hal-hal dalam pengaturan alam, mencoba untuk memahami, atau menafsirkan, fenomena. (p. 3).Terdapat beberapa bagian penting dalam Denzin dan Lincoln Pertama, menempatkan peran peneliti dalam posisi pengamatan. Artinya, dalam rangka untuk mengungkap kenyataan, peneliti harus menggunakan kekuatan observasi untuk memperjelas dan memberikan makna terhadap fenomena yang dipelajari. Kedua, Denzin dan Lincoln menyatakan bahwa peneliti kualitatif memiliki kesempatan untuk merangsang atau mengubah (kelompok yang dipelajari). Peneliti kualitatif mengembangkan pertanyaan penelitian yang luas atau area untuk fokus penelitian, berdasarkan pengamatan, hasil membaca, atau pengalaman selama mengatur penelitian. Selain itu, peneliti kualitatif mengembangkan pertanyaan secara spesifik untuk membantu pengamatannya. Pertanyaan-pertanyaan ini juga disebut sebagai kualitatif subquestions atau dalam beberapa literatur disebut dengan pertanyaan ramalan. Penting untuk dicatat bahwa pertanyaan-pertanyaan ini dapat berubah selama penelitian berlangsung. Pertanyaan penelitian kualitatif lebih fleksibel. Para peneliti dapat menggunakan pengalaman awal mereka untuk memodifikasi atau memperluas pertanyaan penelitian. Teknik penelitian kualitatif, di luar pengamatan, membawa peneliti lebih dekat dengan para peserta untuk menangkap perspektif mereka tentang makna realitas- misalnya, wawancara dan foto-foto, dan sebagainya. Selain itu, peneliti kualitatif mempelajari peserta secara natural atau alami tanpa perlakuan ketika mencari makna dan pemahaman tentang pengalaman manusia.

Sampel dalam Peneliti kualitatif dipilih secara Purposive Sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan alasan tertentu.Purposive sampling melibatkan seleksi peserta yang memiliki pengetahuan atau informasi kunci yang terkait dengan tujuan penelitian. misalnya, seorang peneliti ingin melakukan penelitian tentang pengalaman orang tua yang anaknya mengahadiri program prasekolah yang mencakup anak-anak disabilitis. Peneliti akan bertanya kepada orang tua, yang disebut informan kunci, yang dapat berbagi pengalaman mereka terhadap inklusi dari prasekolah.Seperti yang ditunjukkan oleh Denzin dan Lincoln (2005), peneliti kualitatif menggunakan lebih dari satu metode pengumpulan data dalam penelitian yang sama dan membandingkan hasil diperoleh melalui beberapa metode. Proses ini dikenal sebagai triangulasi, yang menambahkan ketelitian, kekayaan, dan kedalaman pemahaman untuk penelitian. Beberapa pendapat lain mengemukakan bahwa triangulasi dapat meningkat validitas penelitian kualitatif. Sebagai contoh, Peneliti mengumpulkan data observasi pada siswa penyandang cacat yang berada di kelas inklusif. Tujuannya adalah untuk menentukan cara siswa penyandang cacat berinteraksi dengan siswa pendidikan reguler. Pengamatannya membawanya ke menduga bahwa terjadi interaksi yang beragam yaitu siswa dapat berinteraksi dalam akademik dan situasi nonakademisi. Dalam rangka untuk lebih memverifikasi temuan, dia melakukan wawancara dengan guru dan dengan banyak siswa. Wawancara ini memungkinkan peneliti untuk merahasikan temuan berdasarkan pengamatannya. Selanjutnya, peneliti kualitatif meringkas temuan mereka dalam bentuk narasi atau cara lisan untuk berbagi secara mendalam dengan orang lain. Pemahaman yang komprehensif ini diperoleh melalui apa yang disebut peneliti deskripsi tebal. Deskripsi tebal melibatkan deskripsi komprehensif individu, konteks sosial, karakteristik masyarakat, moral, nilai-nilai, dan sejenisnya. Deskripsi tebal ditulis dengan bantuan catatan lapangan, rinci pengamatan yang ditulis oleh peneliti sambil belajar tentang lingkungan pesertaData yang dikumpulkan selama penelitian kualitatif secara sistematis dianalisis. Metode analisis yang sering digunakan adalah coding data. Coding melibatkan pemeriksaan data untuk melihat pola, tema, atau kategori yang muncul dari dataStudi KasusStudi Kasus adalah salah satu pendekatan kualitatif yang paling umum, beberapa peneliti studi kasus mengumpulkan baik data kuantitatif dan kualitatif. Studi kasus biasanya berfokus pada individu, kelompok-kelompok kecil, atau individu dalam kelompok dan dokumen yang kelompok itu atau pengalaman individu dalam pengaturan secara spesifik. Menurut Smith, seperti dikutip dalam Merriam (1998), studi kasus dapat dibedakan sebagai bentuk-bentuk lain dari penelitian kualitatif dengan fakta bahwa studi difokus pada "kesatuan" atau sistem yang dibatasi/ boundedness. Kamu mungkin bertanya apa yang dimaksud dengan system yang dibatasi? Menurut Merriam, boundedness dapat ditentukan dengan menanyakan "apakah ada batasan untuk jumlah orang yang terlibat/ yang dapat diwawancarai atau batasan waktu [untuk observasi]."(Hlm. 27- 28).Dalam studi kasus, informasi rinci dikumpulkan dari berbagai sumber dan dari individu yang sedang dipelajari. Sebagai contoh, pada topik keterlibatan orangtua, peneliti bisa melakukan studi kasus pada keluarga atau beberapa keluarga yang tidak menggunakan bahasa bahasa Inggris dan menentukan bagaimana mereka bekerjasama dengan sekolah dan guru untuk membantu meningkatkan kinerja akademik anak-anak mereka. Beberapa pertanyaan yang menarik mungkin akan ditanyakan oleh peneliti diantaranya: Bagaimana orang tua (yang tidak bias bahasa Inggris) berinteraksi dengan sekolah untuk mendukung dan bekerja atau berinteraksi dengan anak-anak mereka? Apakah mereka merasa bahwa sekolah dapat membantu mereka, atau apakah mereka melihat sekolah sebagai suatu penghambat? Bagaimana anggapan guru tentang upaya orang tua untuk membantu anak-anak mereka?Agar dapat memperoleh berbagai perspektif, informasi rinci dikumpulkan dari orang tua, anak-anak, dan anggota dari komunitas sekolah. Peneliti fokus pada mengeksplorasi dan mendeskripsi tentang peserta dalam penelitian ini daripada mencoba untuk menggeneralisasi atau menggunakan temuan-nya untuk populasi yang lain (seperti menjadikannya kasus untuk peneliti kuantitatif).Selain mengumpulkan berbagai perspektif, bagian terpenting dari studi kasus adalah pemeriksaan terhadap beberapa variabel. Penelitian terhadap individu adalah proses yang kompleks yang memerlukan banyak variabel. Peneliti studi kasus memiliki bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks, dan untuk mengumpulkan pemahaman secara komprehensif terhadap berbagai aspek kehidupan dari individu maka individu tersebut haru diteliti. Deskripsi tebal mengharuskan bahwa peneliti melakukan studi kasus menggunakan wawancara, observasi, dokumen, dan artefak digunakan sebagai alat untuk meneliti. Kegiatan pengumpulan data ini terjadi dalam bentuk setting alami dari peserta. Dalam studi non Bahasa Inggris, telah dibahas sebelumnya, dengan mempertimbangkan dimana peneliti kemungkinan akan mengumpulkan data untuk penelitian. Rumah, sekolah, lingkungan masyarakat, dan gereja-gereja yang mungkin pengaturan naturalistik untuk penelitian ini.Dalam penelitian studi kasus, penting untuk mempertimbangkan lamanya waktu Peneliti untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu, pengumpulan data sering membutuhkan jangka waktu yang panjang. Penelitian Etnografi Penelitian etnografi merupakan penelitian yang sama dengan studi kasus. Di mana peneliti studi kasus fokus pada interaksi individu atau kelompok-kelompok kecil dalam pengaturan secara spesifik, peneliti etnografi cenderung untuk menyelidiki orang di lingkungan asli mereka, budaya mereka, dan bagaimana interaksi mereka dalam kelompok budaya yang dipengaruhi oleh masyarakat. Spesifiknya, penelitian ini mencari makna dan "makna tersebut dipahami dari rstruktur dari budaya, dengan kolektif secara bersama dan ditransmisikan oleh simbol, pemahaman dan cara-cara "(Miller, Hengst, & Wang seperti dikutip dalam Camic, Rhodes, & Yardley, 2003, hal. 219). Penelitian etnografi mengumpulkan informasi tentang fenomena yang sedang diselidiki dari berbagai perspektif. Namun, selain pengumpulan data, peneliti etnografi menaksir informasi yang dikumpulkan melalui pengaturan. Penelitian etnografi juga menyebabkan peneliti akrab dengan lingkungan yang diteliti, dengan menjadi bagian dari kelompok yang sedang dipelajari. Sebagai contoh, seorang peneliti etnografi memutuskan untuk memeriksa sekolah dalam kabupaten kota dan mendokumentasikan bagaimana sekolah sedang mencoba untuk menangani isu-isu keragaman. Sekolah telah bekerja untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa keanekaragaman, untuk meningkatkan toleransi terhadap perbedaan individu, menciptakan komunitas belajar, dan untuk menanamkan isu multicultural ke dalam kurikulum. Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan wawancara, observasi, dan beberapa analisis dokumen. Namun, peneliti juga mengakui bahwa orang lain mungkin mempengaruhi (Misalnya: polisi, anggota gereja, masyarakat yang lebih besar, tokoh masyarakat). Sedangkan peneliti hanya memeriksa satu bangunan, yaitu sekolah yang lebih besar di kabupaten, masyarakat, dan mungkin negara dan bangsa mungkin memainkan peran terhadap apa yang terjadi di gedung tersebut.Namun bagi peneliti di bidang pendidikan sering mengalami kebingungan dalam membedakan antara penelitian studi kasus dan etnografi karena kesamaan mereka. Salah satu cara untuk membedakan dua jenis penelitian tersebut adalah dengan memeriksa ruang lingkup penelitian. Etnografi cenderung lebih besar ruang lingkupnya dan lebih besar dari studi kasus. Peneliti menghabiskan waktu yang lama dalam pengumpulan data dan berkelanjutan dalam masyarakat. Dengan terlibat dalam praktek-praktek ini, etnografer dapat meningkatkan makna budaya dan sistem sosial yang sedang diselidikiPenelitian Fenomenologis Penelitian Fenomenologis merupakan salah satu metode penelitian dalam studi kualitatif. Kata Fenomenologi (Phenomenology) berasal dari bahasa Yunani phainomenon dan logos. Phainomenon berarti tampak dan phainen berarti memperlihatkan. Sedangkan logos berarti kata, ucapan, rasio, pertimbangan. Dengan demikian, fenomenologi secara umum dapat diartikan sebagai kajian terhadap fenomena atau apa-apa yang nampak. Seperti peneliti kualitatif lainnya, fenomenologis tertarik dalam memahami dan merekam perspektif sosial dan psikologis peserta dalam penelitian ini. Dalam rangka untuk menangkap pengalaman hidup subjek penelitian, peneliti ini tregantung pada kejujuran dari subjek penelitian tentang perjalanan hidupnya. Karena kesulita itulah maka antara peneliti dan subjek penelitian harus membangun hubungan psikologis dan mengembangkan rasa percaya subjek terhadap peneliti. Beberapa peneliti fenomologis menjelaskan bahwa terdapat pengaruh hasil penelitian terhadap huungan mereka dengan subjek penelitian. Peneliti mengumpulkan informasi tentang pengalaman pribadi dari peserta terutama melalui wawancara fenomenologis. Wawancara Fenomenologis terdiri dari pertanyaan terbuka dan setelah wawancara selesai hasilnya ditulis secara tepat karena akan digunakan sebagai data mentah yang nantinya akan dianalisis untuk mendapatkan gambaran secara terperinci tentang pengelaman seseorang.Contoh:Lihatlah orang yang duduk di sebelah Anda di kelas. Anda berdua sedang duduk di kursus yang sama, di universitas yang sama, dengan profesor yang sama; namun, cara memandang realitas pengalaman di pascasarjana ini agak berbeda. Masing-masing dari anda membawa pengalaman pribadi baik itu sikap, perilaku, dan emosi, yang semuanya ikut mempengaruh bagaimana anda melihat pengalaman bersama ini.Penelitian Narasi Penelitian narasi dalam bidang pendidikan terus berkembang di sebabkan karena penelitian ini banyak menghasilkan data yang nantinya dapat digunakan selama penelitian. Dalam penelitian naratif, peneliti menggambarkan kehidupan orang-orang dalam suatu lingkungan tertentu atau konteks melalui cerita. Menurut Connelly dan Clandinin (1990), "metode Narasi, adalah deskripsi dan restorying dari berbagai pengalaman pendidikan. Menurut Connelly dan Clandinin penelitian narasi memiliki bagian-bagian yaitu : Pertama, penelitian narasi berfokus terutama pada menggambarkan pengalaman individu. Pengalaman ini dijelaskan melalui kumpulan cerita yang berisi laporan tentang pengalaman individu dan dengan membahas makna pengalaman-pengalaman itu untuk individu. Kedua, pengalaman ini akan di cari tau atau diungkap oleh peneliti. Hal ini menyebabkan peneliti mengumpulkan cerita, menganalisa cerita, menyediakan link kausal antara pikiran, dan menceritakan kembali kisah-kisah secara kronologis. Proses ini, tentu saja, memerlukan hubungan yang dekat secara pribadi dengan subjek penelitian dan interaksi dengan orang atau orang yang dapat bercerita tentang diri subjek.Seperti penelitian kualitatif lainnya, penelitian naratif melibatkan hubungan dari fenomena atau pertanyaan untuk dipelajari. Katakanlah bahwa peneliti tertarik dalam mempelajari pengalaman ayah dari remaja yang terus pergi ke sekolah. Dalam rangka untuk melakukan studi narasi, peneliti akan sengaja memiilih individu (dalam hal ini ayah dari remaja) untuk belajar tentang pengalamannya. Pertama dan terpenting, peneliti harus memilih individu yang bersedia untuk menceritakan kisahnya. Setelah peserta diperoleh, peneliti mengadakan serangkaian wawancara bila memungkinkan, dalam hal ini memeberikan kesempatan kepada ayah dari remaja tersebut untuk memberitahu ceritanya. Pertanyaan wawancara sering membantu peneliti untuk menyelidiki lebih dalam tentang fenomena yang dipelajari. Tentu saja, pertanyaan wawancara hanya kerangka, dan peserta dapat menceritakan kisahnya di luar pertanyaan yang diminta. Seperti yang kamu bayangkan, peneliti perlu mengembangkan ikatan kepercayaan dengan peserta untuk mendapatkan cerita terbaik. Semua cerita yang dicatat oleh peneliti dijadikan transkrip dan retranscription (perhatikan bahwa kebanyakan peneliti narasi menuliskan cerita lebih dari sekali menjadi informasi yang akurat). Beberapa penelitian narasi menggunakan beberapa jenis data dalam rangka memberikan gambaran lengkap dari cerita. Peneliti mungkin mewawancarai banyak orang yang tahu tentang subyek baik biografi dan juga meninjau dokumen yang berkaitan dengan / kehidupan nya seperti surat, buku harian, artikel surat kabar atau halaman web. Peneliti kemudian memeriksa semua data untuk pola atau kode untuk mengidentifikasi pengaturan, karakter utama, masalah, dan solusi potensial. Restorying melibatkan organisasi cerita menjadi urutan logis dari awal, tengah dan akhiri. Tidak seperti etnografi, penelitian narasi berfokus pada menceritakan individu dalam lingkup kecil. Ini berarti bahwa kunci untuk penelitian narasi adalah kisah individu dan pengalaman dalam konteks tertentu. Ada banyak bentuk dari penelitian naratif. Lebih detail tentang penelitian narasi akan dijelaskan dalam bab 6.

Pendekatan Penelitian Menggunakan Penelitian Kualitatif atau Kuantitatif (atau Keduanya)Beberapa pendekatan yang digunakan untuk penelitian lebih fleksibel dan dapat menggunakan salah jneis penelitian baik kualitatif atau pendekatan kuantitatif. Buku ini berfokus pada dua pendekatan yang paling relevan untuk memudahkan dalam melakukan penelitian.Penelitian Tindakan Penelitian tindakan dirancang untuk meningkatkan dan memperbaiki spesifik kelas, sekolah, atau kabupaten. Biasanya, itu merupakan ciri dari penelitian yang dilakukan oleh para praktisi yang memiliki masalah dalam mengidentifikasi dan memecahkan atau ingin menemukan cara untuk meningkatkan pengajaran mereka sendiri atau mahasiswa. Penelitian tindakan adalah proses siklus yang dimulai dengan peneliti yang berakhir dengan refkesi terhadap hasil pembelajaran. Refleksi dapat menyebabkan peneliti untuk memutuskan bahwa perubahan secara sistematis dibenarkan. Langkah selanjutnya peneliti melakukan studi literatur dan menentukan kolega untuk menyelidiki cara yang mungkin atau teknik untuk meningkatkan praktek. Setelah rencana ditentukan barulah penenlitian dilakukan, peneliti menggunakan teknik dan kemudian mengukur dampaknya. Penelitian ini berlanjut pada refleksi untuk menentukan apakah perubahan selama penelitian diperlukan.Sangat mungkin bahwa penelitian ini akan mengarah pada kesimpulan bahwa strategi yang digunakan sebenarnya mempengaruhi hasil. Misalnya, Pasko (2004) mempelajari siswa kelas tiga untuk melihat bagaimana pemahaman siswa terhubung konsep matematika. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan. Penelitian tindakan umumnya mencakup tiga langkah:1. Identifikasi masalah (s) melalui pengamatan yang cermat dan refleksi2. Perencanaan dan mengambil tindakan yang tepat (penelitian)3. Menggunakan temuan untuk menentukan apakah proses belajar mengajar telah membaik atau terdapat perubahan lebih lanjut

Program Evaluasi.Dunia pendidikan mengandung banyak program yang dirancang untuk meningkatkan baik hasil belajar maupun cara mengajar. Contoh program ini termasuk program membaca intervensi yang dirancang untuk membantu guru untuk terlibat dalam pelatihan yang dirancang untuk membantu guru mengintegrasikan teknologi ke dalam pelajaran. Dalam penelitian program evaluasi dirancang untuk mencoba dan menentukan tingkat keberhasilan atau kegagalan program pendidikan tersebut dan membuat keputusan tentang program-program tersebut. Meskipun evaluasi program menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif, tujuan keseluruhan berbeda dari kebanyakan jenis lain dari penelitian. Sedangkan penelitian kuantitatif dan kualitatif mempelajari program, temuan dari studi tersebut biasanya lambat untuk mengubah atau meningkatkan program itu sendiri. Kebanyakan pendekatan evaluasi program menggunakan dua jenis loop umpan balik untuk melaporkan temuan: umpan balik formatif dan umpan balik sumatif.Data formatif dikumpulkan dan diberikan kepada pengembang program dengan harapan bahwa bukti-bukti tersebut akan mendukung perubahan. Misalnya, jika salah satu sedang mengevaluasi program membaca yang baru dan instruksi tidak disampaikan sesuai dengan tujuan program, evaluator akan memberikan informasi ini kepada direktur program sehingga instruksi bias digunakan. Meskipun beberapa peneliti kuantitatif menggunakan loop umpan balik formatif, hal itu merupakan salah satu cara untuk menentukan tindakan yang akan diambil pada umpan balik yang membuat evaluasi program berbeda dari pendekatan kuantitatif. Misalnya, peneliti eksperimen atau quasi-eksperimen tidak akan mengubah program atau memperbaiki (variabel independen) seperti yang sedang dipelajari. Setelah hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan terhadap kinerja siswa, dengan apakah hasilnya dapat dikaitkan? Apakah itu program sebelum perbaikan? Program setelah perbaikan? atauKombinasi dari keduanya? Selain mengumpulkan dan memberikan umpan balik formatif, peneliti evaluasi program mencoba untuk mengumpulkan data sumatif.Data sumatif fokus pada menentukan apakah tujuan dari program. Contohnya data sumatif adalah perubahan skor membaca siswa, dan peringkat kepuasan kerja. Evaluasi Program cenderung menggunakan kedua informasi formatif dan sumatif dalam mengidentifikasi daerah yang membutuhkan perbaikan dan menentukan keberhasilan atau kegagalan program. Perhatikan bahwa studi evaluasi sering diterbitkan dalam jurnal khusus seperti American Journal of Evaluasi. Kesimpulan:Bab ini meringkas tentang masing-masing pendekatan penelitian dan hal penting atau konsep-konsep kunci terkait dengan masing-masing pendekatan tersebut. Ringkasannya berupa gambaran dari tujuan, jenis pertanyaan ditujukan, dan metode yang digunakan di masing-masing pendekatan. Hal ini akan membantumu dalam menyusun kerangka yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian. Sebagai seorang peneliti kamu haruus dapat menentukan apakah pendekatan penelitian yang kamu pilih efektif menjawab pertanyaan penelitian. Selanjutnya, pengetahuan ini akan mempersiapkanmu untuk lebih efektif membaca dan memahami bab-bab selanjutnya dalam buku ini, dimana dalam buku disediakan diskusi secara mendalam mengenai masing-masing pendekatan Bab ini melukiskan pendekatan yang berbeda yang digunakan berdasarkan kategori penelitian kualitatif dan kuantitatif. Meskipun penting untuk mengetahui jenis penelitian yang terkait dengan kualitatif dan penelitian kuantitatif, perlu dicatat bahwa banyak peneliti menggabungkan lebih dari satu pendekatan ketika melakukan penelitian. Hal ini terutama terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh praktisi karena akses yang mudah ke berbagai jenis data. Sebagai contoh, seorang guru yang melakukan penelitian tindakan dapat mengumpulkan skor dari mahasiswa dan mewawancarai mereka terhadap instruksional baru dalam matematika. Para peneliti juga mengumpulkan baik data kualitatif dan kuantitatif untuk memverifikasi data yang mereka kumpulkan. Sebagai contoh, jika seorang peneliti mengumpulkan data pengamatan pada siswa di kelas dengan menggunakan checklist (kuantitatif), dia juga dapat memutuskan untuk mewawancarai guru (kualitatif) untuk memvalidasi hasil observasi nya.

BAB 11STATISTIK INFERENSIAL

Meskipun selama penelitian, peneliti menggunakan statistik deskriptif untuk meringkas data yang diperoleh dari sampel penelitian dan ingin menarik kesimpulan terhadap populasi dari mana sampel tersebut berasal. Namun, dalam hal ini angka yang dipereloh berdasarkan hitungan terhadap data dari sampel (misalnya, mean dan standar deviasi) disebut dengan statistik. Statistik digunakan untuk membuat perkiraan tentang kesesuaian antara nilai-nilai dalam populasi yang disebut dengan parameter. Dalam statistik inferensial, nilai sampel adalah estimasi terbaik dari parameter populasi. Studi korelasional, penelitian-kausal dan penellitian eksperimen dapat menggunakan statistik inferensial untuk menarik kesimpulan tentang parameter dari populasi. Beberapa konsep yang mendasari tentang statistik inferensial yang berkaitan dengan korelasional, kausal - komparatif, dan eksperimen. Konsep ini diterapkan di semua penelitian kuantitatif yang menggunakan teknik inferensial, dengan sedikit perbedaan tergantung pada jenis penelitian, jenis data, dan jenis alat statistik yang akan digunakan. Kami juga menyajikan sampel uji statistik inferensial yang sering digunakan dalam penelitian pendidikan.Konsep dasar Ketika para peneliti melakukan penelitian eksperimen, tujuan penelitiannya menjadi dua kali lipat. Pertama, mereka ingin menemukan bahwa adanya pelakuan menyebabkan perbedaan diantara kelompok yang dipelajari. Kedua, menggunakan pengambilan sampel secara cara acak, peneliti berharap dapat menggeneralisasi atau menarik kesimpulan yang sama tentang populasi. Oleh karena itu, menarik kesimpulan tentang populasi berdasarkan pada hasil sampel penelitian merupakan komponen penting dari penelitian eksperimen dan untuk menarik kesimpulan tersebut, peneliti harus menggunakan statistik inferensial.Perhatikan contoh berikut ini yang sebelumnya telah dibahas pada bab 9 yaitu: seorang peneliti melakukan penelitian terhadap efektivitas dari tutoring belajar menggunakan komputer terhadap prestasi matematika siswa dilihat dari skor akhir siswa kelas tujuh. Peneliti mengambil sampel secara acak dai 175 sekolah dan diperoleh 60 siswa kelas tujuh sebagai sampel penelitian dan membaginya menjadi dua kelompok yaitu tiga puluh siswa memperoleh tutoring komputer (kelompok eksperimen) dan 30 siswa untuk kelompok kontrol (tanpa tutoring komputer). Perhatikan bahwa jika tutoring komputer terbukti efektif, maka semua siswa kelas tujuh yang terdaftar dalam program sekolah akan diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam program tutoring komputer. Walaupun peneliti secara acak memilih siswa sebagai sampel, dia mengelolah data hasil pretest matematika untuk menentukan apakah kedua kelompok adalah sama (homogen) di awal penelitian dan sebelum diberikan perlakuan. Berdasarkan penelitain selama 6 bulan dengan menganalisis hasil post-test siswa diperoleh bahwa kinerja rata-rata dari kelompok eksperimen melebihi kinerja dari kelompok kontrol. Meskipun peneliti senang dengan hasil analisis terhadap data yang diperoleh (misalnya, data sampel menunjukkan bahwa perlakuan memberikan hasil yang berbeda), dia mengetahui bahwa tujuan lain dari penelitian eksperimental adalah untuk menggeneralisasi temuan terhadap populasi. Oleh sebab itu, peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut: Berapa besar kemungkinan perbedaan antara sampel? Apakah perbedaan yang ditemukan antara sampel berarti mewakili populasi? Apakah perbedaan yang diperoleh antara kedua kelompok karena perlakuan atau karena kebetulan?Satu-satunya cara untuk menjawab pertanyaan tersebut 100% tepat adalah peneliti harus melakukan penelitian menggunakan seluruh populasi. Karena sebagian besar peneliti kemungkinan tidak dapat melakukan penelitian dengan menggunakan seluruh populasi, maka mereka menggunakan statistik inferensial dan probabilitas untuk menentukan jawabannya. Jadi, dalam kasus tutorial komputer, peneliti ingin mengetahui apakah hasil yang sama akan diperoleh jika seluruh populasi digunakan dalam penelitian ini. Dengan kata lain, terdapat perbedaan antara penggunaan tutorial komputer dan non tutorial komputer atau perbedaan tersebut disebabkan karena kebetulan? Perbedaan menunjukkan bahwa hasil penelitian diperoleh dari sampel yang sebenarnya merupakan refleksi dari populasi. Hasil yang sama akan diperoleh jika kita mengukur pepulasi, memungkinkan kita untuk menggeneralisasi. Selain itu perbedaan sebagai hasil penelitian menyimpulkan bahwa perbedaan yang ditemukan antar kelompok merupakan akibat dari perlakuan (tutoring komputer) dan bukanlah sebuah kebetulan.

Sampel ErorrPertanyaan lain muncul Bagaimana hasil penelitian dapat digunakan untuk menggenarilisasi? Jawabnnya adalah karena sampel diambil secara acak maka kemungkinan bahwa setiap bagian dari populasi dapat menjadi sampel penelitian sehingga kita dapat menggenarilasi bahwa sampel-sampel tersebut telah mewakili populasi. Namun, meskipun pengacakan adalah cara terbaik untuk meningkatkan kemungkinan bahwa sampel merupakan perwakilan dari populasi, itu tidak dapat menjamin bahwa sampel mewakili populasi, mengapa demikian? Hal ini bisa saja disebabkan oleh kesalah sampling, dimana ada anggapan bahwa sampel berasal dari populasi yang sama atau antara sampel yang satu dengan lainnya adalah homogen. Namun pada kenyataan tetap aka ada variasi antara sampel dan populasi yang disebut dengan sampling error. Setiap penelitian pasti memiliki error sampling kecuali jika kita tidak mengambil sampel dari populasi, tetapi menggunakan seluruh populasi.Dengan demikian apakah ada cara lain untuk menggunakan sampel yang dapat mewakili populasi! Atau dengan kata lain bagaimanakah caranya agar kita mendapatkan rata-rata dari sampel yang mewakili populasi? Jawabannya ada yaitu dengan menghitung mean dari populasi. Rata-rata dari sampel mungkin akan menjadi perkiraan yang baik untuk rata-rata populasi. Dengan menghitung mean maka akan membuat kita lebih dekat dengan hasil atau hasilnya dapat digenerallisasi atau sama dengan populasi Cara terbaik untuk menjelaskan hal ini adalah dengan memberikan data yang sebenarnya seperti pada Tabel 11.1 yang menunjukkan distribusi skor 100, atau populasi keseluruhanTabel 11.1 Distribusi Skor76234567899098877678

34467890347823568798

80679899556769346798

76567889233576879860

45678798907656454365

76889988988765547855

45768912345687899087

67864545668899876655

34236787797557675423

97291871739174935287

Pada gambar diatas peneliti memilih sampel dari 15 skor secara acak dan menghitung rata-ratanya dimana: Sampel 1 meliputi nomor-nomor berikut: 87, 56, 99, 76, 67, 89, 56, 34, 97, 67, 71, 66, 89, 99, dan 98. Jika kita ingin menghitung mean, ada berapa kemungkinan kesalahan sampling? Setiap sampel akan memiliki erorr sampling atau variasi karena sebuah kebetulan. Bahkan, rata-rata dari sampel 1 adalah 76,73, dan rata-rata populasi adalah 68,45; perbedaan antara dua angka tersebut adalah karena sampling error. Sekarang mari kita hitung mean (rat-rata) dari dua sampel acak dari 15 skor. Sampel 2 terdiri dari: 76, 78, 90, 55, 78, 18, 90, 23, 87, 29, 34, 45, 67, 99, dan 88, dan mean adalah 63,8. Skor untuk sampel 3 mencakup 98, 35, 75, 93, 67, 98, 56, 99, 12, 88, 76, 74, 93, 52, dan 87. Mean sampel 3 adalah 73,53. Kalian dapat dengan mudah mengetahui adanya kesalahan yang berkaitan dengan sampel acak. Tak satu pun dari sampel sama persis dengan rata-rata populasi. Sekarang mari kita mengambil rata-rata dari sampel 1, 2, dan 3 Ini berarti sekitar 71,35 dan perkiraannya dekat dengan populasi.Sekarang apakah ada kesempatan bagi peneliti yang sibuk, ingin memilih beberapa sampel dan melakukan penelitian beberapa kali? Jawabannya tidak, karena ada beberapa karakteristik menarik dari sampel. Pertama, sampel dianggap terdistribusi secara normal yang berarti bahwa sampel yang dipilih harus terdistribusi normal. Distribusi sampel secara normal dalam hal ini memiliki mean dan standar deviasi. Standar deviasi memiliki nama lain yaitu standard error dari mean (SEM). Dengan menggunakan karakteristik dari kurva normal, rata-rata sampel, standar deviasi sampel, dan SEM (dihitung dengan rumus yang relatif sederhana ditunjukkan di bawah) dapat membantu peneliti untuk memperkirakan pada bagian manakah rata-rata dari populasi cenderung jatuh dengan N sama dengan jumlah subyek dalam sampel. Rumusnya dapat ditulis sebagai berikut:

Dengan memperkirakan rata-rata dari populasi mengisyaratkan bahwa peneliti menggunakan probabilitas dan karakteristik kurva normal (Gambar 11.1). Contohnya anda mengambil sampel secara acak dengan rata-rata 100 dan standar deviasi adalah sama dengan 12. Berdasarkan pembahasan sebelumnya, apa yang Anda tahu tentang hal ini? Anda tahu bahwa ada beberapa kesalahan sampling yang terkait dengan hal ini. Yang dapat kita lakukan dengan memperkiraan dibagian mana mean populasi kemungkinan jatuh karena kita akan menggunakan hanya satu sampel. Caranya yaitu dengan memperkirakan rata-rata populasi dengan menghitung SEM. Menggunakan rumus sebelumnya ditemukan bahwa standar error dari mean adalah 2. Berdasarkan hasil tersebut kita dapat membuat interval confidance dengan memprediksi probabilitas di bagian mana populasi cenderung jatuh. Dengan kata lain Confidence Intervaladalahrentang antara dua nilai di mana nilai suatu sample Mean tepat berada di tengah-tengahnya. Nilai sebuah confidence interval dapat dinyatakan dengankemungkinan (Probability) Confidance. Mengenai percentase diantara rata-rata dan standar deviasi dibawah kurva normal telah dibahas di bab 3. Sekitar 68% dari nilai jatuh di tengah-tengah kurva normal antara mean dan diantara plus atau minus satu standar deviasi. Sekitar 95% jatuh di tengah-tengah kurva normal antara mean dan plus atau minus dua standar deviasi. Akhirnya, sekitar 99% jatuh di tengah-tengah kurva normal antara mean dan plus atau minus tiga standar deviasi. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:Gambar 11. 1 Kurva normal

Jadi, dalam situasi ini, berdasarkan sampel 100 dan SEM nya 2, kita dapat memprediksi bahwa: Dengan 68% confidance, mean populasi akan jatuh antara 98 dan 102. Dengan 95% confidance, mean populasi akan jatuh antara 96 dan 104. Dengan 99% confidance, mean populasi akan jatuh antara 94 dan 106.Perhatikan bahwa sebagai seorang peneliti, anda ingin agar nilai SEM menjadi sekecil mungkin. Mengapa? Dengan SEM kecil berarti bahwa confidance interval akan semakin kecil, dan anda akan lebih mudah mengetahui dibagian mana rata-rata populasi itu jatuh. Agar memperoleh SEM kecil sangat tergantung dari ukuran sampel. Dengan demikian, jika ukuran sampel meningkatkan, ukuran SEM menurun. Ini adalah hal yang logis! Akhirnya, mungkin kita akan mengatakan bahwa jika ukuran sampel besar, maka harus lebih mencerminkan populasi, dan oleh karena itu, kesalahan sampling dan SEM akan lebih kecil.Hipotesis Nol, Taraf Signifikan, dan Kesalahan StatistikSemua prosedur statistik menguji hipotesis nol, yang dapat Anda ingat dari Bab 9 adalah pernyataan tentang populasi. Artinya, dalam penelitian eksperimen hipotesis nol adalah apakah perbedaan yang ditemukan antar sampel adalah karena kebetulan (sampling error) dan bukan pengaruh perlakuan. Tujuan dari peneliti umumnya adalah untuk menolak (tidak mendukung) hipotesis nol dan untuk menerima (mendukungan) hipotesis penelitian. Dalam contoh sebelumnya, hipotesis nolnya adalah tidak ada perbedaan prestasi antara kelompok tutoring komputer dan kelompok non tutoring komputer dan perbedaan ditemukan karena kebetulan. Dalam penelitian ini peneliti ingin menolak hipotesis nol dan menyimpulkan dua hal yaitu: (1) bahwa perlakuan menyebabkan perbedaan dan (2) bahwa perbedaan juga ada dalam populasi. Apakah mungkin peneliti membuat keputusan tentang hipotesis nol? Bagaimana peneliti mengetahui apakah hipotesis nol adalah benar (perbedaan karena kebetulan atau sampling error) atau salah (perbedaan itu akibat perlakuan)? Untuk dapat membuat kesimpulan ini, peneliti menerapkan taraf signifikan terhadap data yang dikumpulkan dalam penelitian ini. Taraf signifikan (akan dibahas lebih lanjut pada akhir bab ini) adalah alat statistik yang memungkinkan peneliti untuk membuat keputusan tentang hipotesis nol.Misalnya pada akhir penelitian eksperimen, ada kemungkinan bahwa terdapat perbedaan antara kelompok eksperimen dan kontrol dan menyimpulkan bahwa perbedaan itu disebabkan perlakuan. Untuk membuat kesimpulan, peneliti menerapkan taraf signifikan untuk data. Mengingat bahwa kesimpulan peneliti didasarkan pada data dari sampel, maka kesimpulan yang ditarik harus didasarkan pada probabilitas. Ingat bahwa kita tidak menguji seluruh populasi tetapi hanya sampel. Peneliti menetapkan probabilitas diterima pada tingkat awal penelitian, sebelum data dikumpulkan. Bahkan, tertulis ke dalam proposal penelitian dalam penelitian yang mengumpulkan data, atau setidaknya itu harus ada. Dalam pendidikan, tingkat probabilitas umumnya diterima (Pvalue) kurang dari 0,05, atau 5 dari 100. Apa artinya ini? Ini berarti bahwa peneliti tidak akan menyimpulkan bahwa ada perbedaan yang benar (menolak hipotesis nol) kecuali probabilitas memperoleh perbedaan secara kebetulan kurang dari 5% dari 100%, atau 0,05. Dengan kata lain, 95% perbedaan karena perlakuan. Oleh karena itu pada awal penelitian peneliti menetapkan taraf signifikan dengan mengatur tingkat probabilitas di 0,01; dia bersedia untuk mentolerir hanya 1% dari risiko 100% bahwa perbedaan karena kebetulan dan bukan perlakuan. Dalam kasus ini, perbedaan antara rata-rata harus besar. Contohnya: menerapkan konsep taraf signifikan untuk penelitian di mana sampel dari kelompok eksperimen adalah sama dengan 100 dan rata-rata dari kelompok kontrol adalah sama dengan 110. Peneliti ingin menentukan apakah perbedaan antara kedua sampel cukup besar untuk menyimpulkan bahwa perbedaan yang sama ada dalam populasi. Dalam rangka untuk membuat kesimpulan, peneliti menentukan taraf signifikan (misalnya, uji-t, ANOVA, dll). Taraf signifikan menghasilkan nilai (kadang-kadang disajikan pada bagian hasil seperti pada table atau nilai F) yang dibandingkan ke tabel daftar nilai-nilai kritis untuk uji itu. (Untuk satu contoh dari jenis tabel, dapat diakses di HyperStat Online di http://davidmlane.com/hyperstat/t_table.html. Kemudian dengan menggunakan tingkat probabilitas sebelum penelitian, peneliti memutuskan apakah akan menolak atau tidak menolak hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan dalam populasi. Karena kesimpulan selalu didasarkan pada probabilitas, selalu ada kemungkinan bahwa kesalahan akan dibuat. Untuk menguji kesalahan ini, mari kita lihat pada pilihan peneliti terhadap hipotesis nol:Pilihan 1: Peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis nol benar. Jika Peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis nol benar, maka ia mengatakan bahwa ada perbedaan antara sampel karena kebetulan dan bukan perlakuan. Ini berarti bahwa peneliti tersebut menyimpulkan bahwa perbedaan antara sampel terlalu kecilPilihan 2: Peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis nol adalah salah. Dengan menyimpulkan bahwa hipotesis nol salah, peneliti mengatakan bahwa perbedaan yang ditemukan karena perlakuan dan bukan sebuah kebetulan. Peneliti mengatakan bahwa perbedaan ditemukan antara sampel yang cukup besar. Selain itu, perbedaan yang sama juga ditemukan pada populasi. Pilihan 3: Peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis nol salah, namun pada kenyataannya (yaitu, dalam populasi), itu benar. Maaf, peneliti kini membuat kesalahan. Peneliti menyimpulkan tidak benar pada akhir penelitian dimana perlakuan membuat perbedaan dan karena itu menolak hipotesis nol benar-benar benar.Pilihan 4: Peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis nol benar. Perbedaan temukan karena kebetulan dan bukan merupakan akibat dari perlakuan. Tapi dalam kasus ini, keadaan sebenarnya dari populasi menunjukkan bahwa perbedaan itu di sebabkan oleh perlakuan. Sekali lagi, kesalahan telah dibuat. Peneliti gagal untuk menolak hipotesis nol dan menarik kesimpulan yang salah.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa: Dalam pilihan 3, peneliti telah membuat tipe I error: menolak hipotesis nol yang benar-benar benar. Dalam pilihan 4, peneliti telah membuat kesalahan tipe II: gagal untuk menolak hipotesis nol yang salah. Probabilitas atau taraf signifikan (p