PENELITIAN HYDROGEOLOGI TAMBANG

download PENELITIAN HYDROGEOLOGI TAMBANG

of 50

description

.

Transcript of PENELITIAN HYDROGEOLOGI TAMBANG

  • PENELITIAN HYDROGEOLOGI TAMBANG UNTUK RENCANA DRAINASE TAMBANG BATUBARA BAWAH

    TANAH

    BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

    PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA

    PROYEK PENELITIAN TEKNOLOGI PENAMBANGAN

    2010

    Budi Islam, Nendaryono, Fauzan, Hendro Supangkat, Eko Pujianto, Suhendar, Iis Hayati, Rakhmanudin, Welly Gatsmir, Jajat Komara

  • 7 - 1

    DAFTAR PUSTAKA

    1. C.W. Fetter, Applied Hydrogeology, third edition, Englewood Cliffs, New

    Jersey, p. 35 123, 1994

    2. Neven Kresic, Hydrogeology and Grounwater Modeling, second edition,

    Taylor & Francis Group, LLC, p. 3 85, p3 101 153,p. 306 339, 2007.

    3. Philip E, Enviromental Hydrogeology:, second edition, Taylor & Francis

    group, p. 29 59, p. 165 179, p. 183 205, 2009.

    4. Willis D. Weight, Hydrogeology Field Manual, The University of Montana

    Butte, Montana, p. 14 31, p. 38 120, 2008.

  • i

    KATA PENGANTAR

    Sejalan dengan perkembangan dunia pertambangan di Indonesia saat ini yang

    mengarah kepada tambang bawah tanah (underground mining), maka untuk

    mengantisipasi masalah tersebut perlu dibuat peraturan mengenai pengelolaan

    air tambang atau sistem drainase agar produktifitas tambang dapat tetap

    terjaga.

    Untuk mengatasi masalah tersebut maka, perlu dilakukan penelitian pada

    tambang bawah tanah. Karena kondisi batuan pada setiap akan tambang

    berbeda, untuk itu perlu dibuat peraturan mengenai sistem drainase yang tepat

    di setiap tambang. Sejalan dengan itu Puslitbang tekMIRA sebagai lembaga

    penelitian dan pengembangan, dirasakan perlu melakukan penelitian masalah

    pengelolaan air tambang agar dapat dibuat satu kebijakan yang akan berguna

    untuk pemerintah dalam melakukan pengawasaan pengelolaan air tambang

    secara benar.

    Bandung, Desember 2010

    Kepala

    Puslitbang Teknologi Mineral

    dan Batubara

    Ir. Hadi Nursarya. M.Sc NIP. 19540306 197803 1 001

  • ii

    S A R I

    Keberdaan air tanah di lokasi tambang batubara bawah tanah merupakan salah satu

    masalah yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah perlunya rencana dan disain

    sistem drainase. Mengingat disetiap lokasi penambangan memiliki karakteristik yang

    berbeda, maka perlu dilakukan penelitian hidrogeologi yang memadai dan detail pada

    setiap daerah, sehingga keberadaan air tanah dapat diketahui lebih dini dan tidak

    mengganggu produksi tambang.

    Kegiatan penelitian ini sesuai hasil pembicaran dengan pihak Ditjen Minerbapabum

    adalah untuk membantu dalam membuat regulasi kebijaksanaan tentang penanganan

    air tambang bawah tanah.

    Kegiatan untuk mendukung visi dan misi dari kelompok program IPTEK penambangan

    agar menjadi lembaga terdepan dalam mendorong penerapan teknologi penambangan

    berwawasan konservasi dan lingkungan serta lembaga sertifikasi sistem manajemen

    lingkungan pertambangan, dan misi untuk menghasilkan model-model, metode,

    prasarana baru dalam teknologi penambangan, geoteknologi penambangan dan

    lingkungan pertambangan

    Jumlah airtanah di daerah ini, berdasarkan hasil penghitungan dengan metode neraca

    air, sekitar 197,8 juta m3/tahun atau sekitar 16 % dari curah hujan tahunan di

    cekungan. Sebagian dari jumlah airtanah tersebut mengalir secara wajar pada sistem

    akuifer dalam sebesar 15,3 juta m3/tahun. Daerah imbuh (recharge area) sistem

    akuifer dalam itu terletak di bagian utara daerah penyelidikan dan sekitarnya.

    Berdasarkan jumlah, mutu, dan kedudukan muka airtanah pada setiap sistem akuifer

    utama, daerah penyelidikan dibagi menjadi 3 (tiga) wilayah potensi airtanah, yakni:

    a. Wilayah Potensi Airtanah Sedang pada Akuifer Dangkal dan Akuifer Dalam. Yang

    menempati daerah sepanjang pantai selatan yang membentang dari bagian barat

    sampai di timur, serta di utara yang mendekati batas pemisah air permukaan. Akuifer

    dangkal berkedudukan antara 1,0 - 20 meter di bawah muka tanah setempat (mbmt),

    kedalaman sumurgali antara 1,5 6,3 mbmt, kedudukan muka airtanah statis (MAS)

    antara 0,2 3,8 mbmt, fluktuasi muka airtanah antara 1,0 - 3,5 m, harga kelulusan (K)

    antara 1,8 x 10-3 - 2,6 x 10-3 cm/dtk, harga keterusan (T) antara 10,1 - 37,7 m2/hari,

    debit jenis (Qs) antara 0,17 - 0,21 l/dtk/m, debit optimum (Qopt) antara 2,2 3,5 l/dtk,

    mutu airtanah cukup memenuhi kriteria sebagai sumber air minum. Akuifer dalam

    berada pada kedudukan antara 25 - 250 mbmt, MAS sekitar 3,8 29 mbmt, K antara

    10-3 - 11 x 10-2 cm/dtk, T antara 10 - 750 m2/hari, Qs antara 0,54 - 0,80 l/dtk/m, Qopt

    antara 5,4 - 12 l/dtk, mutu airtanah umumnya mengandung besi dengan konsentrasi di

    atas ambang batas yang disarankan untuk air minum.

    b. Wilayah Potensi Airtanah Kecil pada Akuifer Dangkal dan Sedang pada Akuifer

    Dalam. Menempati bagian sayap Antiklin Klandasan dan Mentawir. Akuifer dangkal

    berkedudukan antara 0,9 - 17,0 mbmt, kedalaman sumurgali antara 1,5 hingga lebih

    dari 5,0 mbmt, MAS antara 0,25 13,00 mbmt, fluktuasi muka airtanah antara 1,0

    5,0 m, K antara 10-3 - 11 x 10-2 cm/dtk, T antara 0,7 - 16,7 m2/hari, Qs antara 0,17 -

  • iii

    0,21 l/dtk/m, Qopt antara 1,2 - 1,7 l/dtk, mutu airtanah akuifer ini umumnya memenuhi

    kriteria sebagai sumber air minum. Akuifer dalam berada pada kedudukan antara 30 -

    250 mbmt, MAS sekitar 3,7 - 70,0 mbmt, K antara 10-3 - 11 x 10-2 cm/dtk, T antara

    10,5 - 35,8 m2/hari, Qs antara 0,35 - 0,54 l/dtk/m, Qopt antara 3,5 - 8,1 l/dtk, mutu

    airtanah umumnya mengandung besi dengan konsentrasi di atas ambang batas yang

    tidak disarankan untuk air minum.

    c. Wilayah Potensi Airtanah Rendah pada Akuifer Dangkal dan Akuifer Dalam.

    Menempati inti Sinklin Wain dan sekitarnya yang berada di bagian tengah daerah

    penyelidikan. Akuifer dangkal diperkirakan berkedudukan antara 1,1 - 20,0 mbmt,

    kedalaman sumurgali antara 1,5 hingga lebih dari 5,0 mbmt, MAS antara 0,25

    13,00 mbmt, fluktuasi muka airtanah antara 1,0 5,0 m, K antara 10-3 - 11 x 10-2

    cm/dtk, T antara 0,7 - 1,26 m2/hari, Qs antara 0,16 - 0,21 l/dtk/m, Qopt < 2,0 l/dtk,

    mutu airtanah umumnya cukup memenuhi kriteria sebagai sumber air minum.

    Akuifer dalam berkedudukan 50 - 300 mbmt namun umumnya lebih dalam dari 150

    mbmt, MAS sekitar 0,02 - 1,59 mbmt, K antara 10-3 - 11 x 10-2 cm/dtk, T sekitar 30

    m2/hari, Qs lebih kecil dari 0,3 l/dtk/m, Qopt < 2 l/dtk, mutu airtanah umumnya

    mengandung besi dengan konsentrasi di atas ambang batas yang tidak disarankan

    untuk air minum.

    Rancangan Drainase

    Berdasarkan hasil observasi lapangan dan analisis perhitungan dapat diketahui bahwa tipe material untuk saluran adalah saluran (channel) natural artinya saluran tanah/batuan yang ada (clean, winding stream) dengan bentuk trapezoidal atau rektangular. Nilai koefisien kekasaran (manning roughness coefficient) untuk natural stream channel sadalah (n) = 0.040. Perhitungan kedalaman aliran pada saluran trapezoidal mempunyai koefisien manning rughness (n) = 0,040 (untuk kanal yang alami), S = 0,07, y = 1/3 = 0.577 dan Q = 1,106 m3/s Metoda pemecahan dengan perhitungan kedalaman (d), lihat gambar dibawah

    Dimana, = 60. Berdasarkan pada aliran air (flow rate) kedalam saluran air dan perhitungan ukuran saluran air, dimana B =0,35

    m; Bw = 0,25 m; d = 0,30 m; A = 0,624 m2; = 60.

    768.10

    106.16

    25

    d

    mmBw 25.0293.0

    mmB 35.0385.0

    2624.0 mA

    md 60.0

  • iv

    d = 0.30 m

    Bw = 0.25 m

    B =0,35 m

    1

    z

    = 60

  • v

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR ................................................................................. i SARI ............................................................................................................ ii DAFTAR ISI ................................................................................................ iii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. v BAB I PENDAHULUAN 1 1 1.1. Latar belakang Masalah .... 1 1 1.2. Ruang Lingkup Kegiatan ......... 1 - 2 1.3. Tujuan ....................... 1 - 2 1.4. Sasaran .............. 1 - 2 1.5. Lokasi Kegiatan ....... 1 - 3

    BAB II KEADAAN UMUM 2 1 2.1 Tinjauan Geologi Regional Daerah Tenggarong ............. 2 1 2.2 Geologi ............................................................................. 2 1 2.2.1. Hidrologi dan Hidrogeologi ................................... 2 3

    BAB III TINJAUAN TEORI ..................................................................... 3 1 3.1. Beberapa Istilah Penting ................................................. 3 1 BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................... 4 1 4.1. Hasil Penyelidikan .......................................................... 4 1 4.2. Wilayah Potensi Airtanah Sedang pada Aquifer Dangkal dan Aquifer Dalam ............................................................ 4 2 4.3. Wilayah Potensi Airtanah Kecil pada Aquifer Dangkal dan Sedang pada Aquifer Dalam ........................................... 4 2 4.4. Wilayah Potensi Airtanah Rendah pada Aquifer Dangkal dan Aquifer Dalam .......................................................... 4 3 4.5. Rancangan Drainase ........................................................ 4 3 BAB V METODOLOGI 5 1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 6 1 6.1. Kesimpulan ....................................................................... 6 1 6.2. Saran ............................................................................... 6 1 DAFTAR PUSTAKA .

  • vi

    DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman

    1.1. Lokasi Kegiatan ............................................................................ 1 3

    3.2. Skema Untuk Menggambarkan Pengertian Permebilitas

    dan Transmisibilitas ....................................................................... 3 4

    3.3. Koefesiensi Penyimpanan ........................................................... 3 5

    3.4. Jenis-Jenis Aquifer ..................................................................... 3 6

    3.5. Gambaran Skematis Suatu Uji Pemompaan .............................. 3 9

    3.6. Penurunan Muka Air pada Aqufer Tertekan .............................. 3 10

    3.7. Penurunan Muka Air pada Aqufer Bebas .................................... 3 10

    3.8. Beberapa Penampang Saluran Air .............................................. 3 15

    4.1. Dimensi Bentuk Aliran ................................................................... 4 4

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    3.1. Beberapa Harga Permeabilitas ..................................................... 3 1

    2.1. Peta geologi Daerah Penelitian ..................................................... 2 2

    2.2. Peta Hidrogeologi Daerah Penelitian ........................................... 2 5

    3.1. Skema Percobaan Darcy .............................................................. 3 3

    4.1. Ukuran Dari Saluran Air Terbuka ................................................. 4 5

  • 1 - 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah

    Air bawah tanah pada tambang batubara sangat berpengaruh pada

    produktivitas penambangan terutama pada tambang batubara bawah tanah

    (underground mining), masalah air tanah tersebut perlu dikelola secara baik.

    Pengelolaan masalah air tanah meliputi pengawasan (monitoring), pencegahan

    dan pengendalian air bawah tanah baik jumlah aliran air tambang (debit) yang

    masuk maupun pengawasan terhadap sumber air pada tambang bawah tanah

    tersebut.

    Air bawah tanah pada lokasi tambang tanah (underground mining), biasanya

    berasal dari rembesan/bocoran (seepage/leakage) yang keluar melalui struktur

    batuan, berupa aliran pada lapisan akifer, rekahan, dan patahan. Terpotongnya

    jalur lapisan akifer karena pembuatan lubang bukaan tambang (opening) atau

    kegiatan penambangan dapat menjadi masalah tersendiri. Pada kegiatan

    penambangan bawah tanah pembuangan air merupakan suatu yang mutlak

    harus dilakukan demi menjaga keamanan, keselamatan dan produktivitas

    penambangan, terutama bila elevasi tambang tersebut berada di bawah muka

    air tanah.

    Pada tambang bawah tanah pengelolaan air tambang berupa,

    a). Pencegahan air rembesan/bocoran masuk kedalam lokasi tambang (mine

    dranage).

    b). Pengendalian air rembesan/bocoran masuk kedalam lokasi tambang (mine

    dewatering).

    c). Pengawasan air rembesan/bocoran masuk kedalam lokasi tambang

    (monitoring).

  • 1 - 2

    1.2. Ruang Lingkup Kegiatan

    Ruang lingkup kegiatan penelitian ini meliputi :

    a. Pembuatan Kerangka acuan kerja

    b. Studi literature

    c. Persiapan administrasi dan peralatan

    d. Penelitian hidrogeologi

    e. Pengambilan data sekunder

    f. Evaluasi hasil penelitian

    g. Pelaporan dan tulisan ilmiah

    1.3. Tujuan

    Melakukan penelitian secara detail tentang hidrogeologi di tambang batubara

    bawah tanah untuk mendukung dalam penyusunan rencana disain sistem

    drainase, sehingga keberadaan air tanah dapat secara optimal dapat

    ditanggulangi. Selain itu sesuai dengan pihak Ditjen Minerbapabum bahwa

    kegiatan ini untuk mendukung kebijakan Pemerintah di dalam pengembangan

    tambang batubara bawah tanah.

    Tujuan lain adalah agar sistem dan rancangan sistem drainase pada tambang

    batubara bawah tanah.dapat diterapkan dalam kegiatan penambangan.

    1.4. Sasaran

    Sasarannya dari kegiatan ini adalah diperolehnya satu perencanaan sistem

    drainase pada tambang batubara bawah tanah.yang baik pada lokasi tambang

    batubara bawah tanah. Selain itu saran dari hasil penelitian ini untuk membantu

    Ditjen Minerbapabum bahwa hasil penelitian ini bisa diterapkan atau

    dikomunikasikan dengan tambang-tambang lain sejenis yang ada di tempat lain

  • 1 - 3

    1.5. Lokasi Kegiatan

    Lokasi kegiatan penelitian dilakukan pada 2 (dua) lokasi tambang batubara

    bawah tanah yaitu PT. Fajar Bumi Sakti di Tenggarong dan PT. Indominco

    Mandiri di Bontang. Untuk mencapai kedua lokasi tersebut dapat melalui jalan

    darat dari ibukota provinsi Kalimantan Timur Samarinda. Kedua tempat tempat

    penelitian tersebut berada di provinsi Kalimantan Timur. (Gambar 1.1.)

    Gambar 1.1 Lokasi Daerah Penelitian

    Gambar 1.1. Peta Lokasi Kegiatan

    Lokasi

    Kegiatan

  • 2 - 1

    BAB II

    KEADAAN UMUM

    2.1 Tinjauan Geologi Regional Daerah Tenggarong

    Terdapat dua formasi geologi yang paling penting untuk diberi perhatian di

    wilayah penelitian yaitu Formasi Balikpapan dan Pulau Balang. Formasi

    Balikpapan terdiri atas perselingan batupasir dan lempung dengan sisipan

    lanau, serpih, batugamping dan batubara. Batupasir kuarsa, putih kekuningan,

    tebal 1-3 m, sisipan seam batubara 5-10 cm. Batupasir gampingan, coklat,

    berstruktur sedimen, lapisan bersusun dan silang siur, tebal 20-40cm,

    mengandung foraminifera kecil, sisipan tipis karbon. Lempung kelabu

    kehitaman, setempat sisa tumbuhan,, oksida besi yg mengisi rekahan setempat

    mengandung lensa batupasir gampingan. Lanau gampingan, berlapis tipis,

    serpih kecoklatan, berlapis tipis. Batugamping pasiran, foraminifera besar,

    moluska, menunjukkan umur Miosen Akhir bagian bawah Miosen Tengah

    bagian atas. Lingkungan pengendapan, dataran delta, tebal 1000 1500 m.

    Formasi Pulau Balang terdiri atas perselingan antara greywacke dan batupasir

    kuarsa dengan sisipan batugamping, batulempung, batubara dan tuf dasit.

    Batupasir greywacke, kelabu kehijauan, padat, tebal 0,5-1 m. Batupasir kuarsa,

    kelabu kemerahan, setempat tufan dan gampingan, tebal 15-60cm.

    Batugamping, coklat muda kekuningan, foraminifera besar, sebagai sisipan

    atau lensa dalam batupasir kuarsa, tebal 10-40cm. Umur Miosen Tengah

    dengan lingkungan pengendapan laut dangkal. Batulempung kelabu

    kehitaman, tebal 1-2cm, setempat berselingan dengan batubara tebal sampai 4

    m. Tufa dasit merupakan sisipan dalam batupasir kuarsa.

    2.2. Geologi

    Wilayah penambangan PT. Indominco termasuk dalam cekungan Kutai. Litologi

    di wilayah ini merupakan endapan sedimen berumur Miosen da Pliosen yang

    mendasari daerah Kalimatan Timur, terlipat menjadi beberapa antiklin dan

    sinklin berarah utara hingga timur laut membentuk Antiklinorium Samarinda.

  • 2 - 2

    Daerah Bontang terletak di pinggir timur struktur ini. Secara garis besar

    terdapat lima (5) kelompok batuan.

    Satu dari lima kelompok batuan tersebut adalah Formasi Kampung Baru yang

    berumur Miosen Tengah sampai Pliosen. Kelompok iini dibedakan atas

    Formasi Tanjungbaru dan Formasi Sepinggan. Dari kelima kelompok batuan

    tersebut hanya kelompok Kampungbaru yang mempunyai peranan penting bagi

    pembentukan akifer tertekan pada daerah satuan bermorfologi dataran. Hal ini

    disebabkan oleh sifat batuan penyusunnya yang lurus air, dank arena

    penyebarannya mendominasi bagian timur daerah penyelidikan. Kelompok

    Kampungbaru ini sangat mendukung terbentuknya akifer tertekan.

    Gambar 2 - 1. Peta Geologi Daerah Penelitian

  • 2 - 3

    2.2.1. Hidrologi dan Hidrogeologi

    2.2.1.1. Tata Sungai

    Aliran sungai umumnya berasal dari daerah bermorfologi perbukitan terjal

    dibagian barat menuju ke daerah bermorfologi perbukitan landai (dan ke

    daerah di bagian timur). Sungai utama yang mengalir di daerah ini adalah

    Sungai Santan yang terdapat di bagian selatan, mengalir dari baratke timur.

    Sungai Palakan mengalir dari utara kea rah selatan bermuaa di Sungai Santan,

    Sungai Bontang terletak dibagian tengah daerah penelitian mengalir dari barat

    ke timir, sementara Sungai Kenibungan terletak di bagian utara mengalir dari

    barat ke timur.

    Permasalahan air bawah tanah dan permukaa perlu dipertimbangkan karena

    permeability rendah, curah hujan tinggi (rata-rata tahunan) dan beberapa aliran

    akan bermuara ke Sungai Bontang dan Sungai Santan dimana melewati

    kawasan permukiman sehingga perlu penanganan lebih hati-hati supaya tidak

    menimbulkan bencana di daerah aliran sungai tersebut.

    Sungai di Blok Timur berpola sub parallel dendritik terletak pada satuan

    morfologi perbukitan berlereng terjal, dengan lembah berbentuk V yang sempit

    dan arah erosi vertical, batuan penyusun homogeny yang dominan batu

    lempung berstadia muda dewasa, misalnya Sungai Palakan dan Sungai

    Bontang bagian hulu.

    Sungai Blok Barat yang berpola subparallel dendritik terletak pada satuan

    morfologi perbukitan berlereng landai, batuan penyusun homogendidominasi

    batupasir, pada umumnya mempunyai lembah yang cukup lebar termasuk

    berstadia dewasa. Sedang sungai Santan bagian hilir sudah bermeander

    dengan arah erosi ke samping dan bentuk lembah mencerminkan stadia

    dewasa tua.

  • 2 - 4

    2.2.1.2. Sistem dan Produktivitas Akuifer

    Batuan penyusun daerah penelitian atau 5 kelompok meliputi formasi

    pemaluan, formasi Pulubalang, formasi Balikpapan, formasi Kampong Baru,

    dan endapan alluvia. Tiap kelompok batuan tersebut mempunyai sistem akuifer

    yang berbeda tergantung pada komposisi batuan penyusunnya , sehingga

    produktivitasnya juga berbeda. Secara umum sistem dan produktivitas akuifer

    beberapa kelompok batuan yang penting, dapat diuraikan seperti dibawah ini :

    - Formasi Pulubalang tersusun oleh perselingan antara batupasir kuarsa

    dengan batulanau dan kadang-kadang terdapat batu gamping dan batu

    lempung. Sistem akuifer berupa ruang antar butir dan celah, kelulusan

    secara umum sedang dengan produktivitas terhadap air tanah termasuk

    sedang

    - Formasi Balikpapan tersusun oleh batu pasir, perselingan antara batu

    pasir kuarsa dengan batu lanau dan kadang-kadang terdapat batu

    gamping dan batu lempung. Sistem akuifer berupa ruang antar butir dan

    celah, kelulusan secara umum sedang tinggi dengan produktivitas

    terhadap air tanah termasuk sedang tinggi

    - Formasi Kampung Baru terdiri atas perselingan antara serpih, lempung,

    batu lanau, pasir dan baubara. Sistem akuifer berupa celah dan ruang

    antar butir dengan kelulusan rendah sampai sedang sehingga

    produktivitasnya kecil sampai sedang.

    - Endapan alluvial tersusun oleh lempung, pasir, kerikil dan sisa

    tumbuhan. Sistem akuifer termasuk ruang antar butir dengan kelulusan

    rendah sampai tinggi tetapi umunya mempunyai produktivitas kecil.

    Penyusun bahan di Bolk Timur termasuk dalam formasi Pulubalang, didominasi

    oleh batu lanau, perselingan batu pasir dengan batu lanau dan kadang-kadang

  • 2 - 5

    batu gamping. Sistem dan produktivitas akuifer di Blok Timur dengan kelulusan

    rendah sampai sedang sehingga produktivitasnya kecil sampai sedang.

    Penyusun batuan di Blok Barat termasuk dalam formasi Balikpapan, didominasi

    oleh batu pasir, perselingan batu pasir dengan batu lanau dan kadang-kadang

    batu gamping. Sistem dan produktivitas akuifer di Blok Barat dengan kelulusan

    sedang tinggi sehingga produktivitasnga sedang-tinggi.

    Gambar 2 2. Peta Hidrogeologi Daerah Penelitian

  • 3 - 1

    BAB III

    TINJAUAN TEORI

    Secara hidrologis air dibawah tanah dapat dibedakan menjadi air pada daerah

    yang tak jenuh dan air pada daerah jenuh air. Daerah tak jenuh umumnya

    terdapat pada bagian teratas dari lapisan tanah dicirikan oleh gabungan antara

    material padatan, air dalam bentuk air absorpsi, air kapiler dan air infiltrasi,

    serta gas/udara daerah ini dipisahkan dari daerah jenuh oleh jaringan kapiler,

    air yang berada pada daerah jenuh disebut air tanah.

    3.1. Beberapa istilah penting:

    1. Aquifer adalah lapisan batuan/tanah yang permeable atau lulus,

    sehingga dapat meluluskan air. Tiga tipe aquifer yang dikenal adalah :

    - Aquifer pori yang kelulusannya disebabkan oleh pori-pori diantara

    butir-butir padatan; umumnya lapisan sedimen.

    - Aquifer rekahan yang kelulusannya dipengaruhi oleh rekahan-

    rekahan yang terdapat pada lapisan batuan : umumnya batuan

    beku.

    - Karst aquifer yang merupakan lapisan batu gamping.

    2. Aquifuge adalah lapisan batuan atau tanah yang impermeable/tidak

    lulus air sehingga tidak memeliki kemampuan untuk menyimpan dan

    meluluskan air

    3. Aquiclude adalah lapisan batuan atau tanah yang dapat menyimpan

    air tetapi tidak dapat mengalirkannya

    4. Aquitard merupakan aquifer yang secara regional mempengaruhi

    neraca air tetapi tidak cukup untuk dapat dimanfaatkan.

    Sifat-sifat Aquifer

    1. Porositas/kesarangan

    Lapisan tanah yang porous memiliki ruang-ruang di antara butir butir

    padatannya ruang-ruang itu disebut pori dan berisi fluida (cairan atau

    gas). Jika V adalah volume medium porous, adalah volume padatan

  • 3 - 2

    dan V F adalah volume ruang/pori, maka n = VF/V Porositas atau

    kesarangan volume dan umumnya dinyatakan dalam %.

    2. Permeabilitas/kelulusan

    Permeabilitas adalah sifat spesifik dari suatu mdium padat, dalam hal

    ini lapisan batuan untuk meluluskan fluida (cairan atau gas)

    Percobaan yang dilakukan oleh DARCY pada tahun 1856 meng-

    gambarkan aliran air tanah serta pengertian tentang permeabilitas, yang

    dikenal sebagai hukum DARCY

    Q = - K F ch/dl

    Dengan Q adalah jumlah air yang mengalir melalui suatu satuan luas f

    dengan gradean hidrolik sebesar dh/dl. Faktor proposionalitas K disebut

    permeabilitas atau konduktivitashidrolik yang memiliki satuan m/s.

    Harga permeabilitas begantungpada ruang/pora sifat cairan dan

    gravitasi berapa conto harga permeabilitas dapat di;ihat pada tabel VI

    3. Transmisibilitas

    THEIS (1935) yang pertama kali mengajukan istilah transmisivitas atau

    transmisibilitas untuk menggambarkan sifat transportasi dari aquifer.

    Transmisivitas atau transmisibilitas untuk menggambarkan sifat

    transportasi dari aquifer.

    Transmisibilitas (m2/s) pada suatu mdium porous yang isotrop dan

    cairan yang homogen menggambarkan jumlah cairan dengan viskositas

    dan gradien hidrolik tertentu yang mengalir tegak lurus melalui suatu

    bidang selebar 1 m dan setinggi ketebalan lapisan jenuh/aquifer.

  • 3 - 3

    Gambar. 10

    Skema Percobaan Darcy

    Tabel 3.1 Beberapa Harga Permeabilitas

    K [m/s]

    Kerikil 10-2 1

    Pasir 10-5 10-2

    Pasir halus/lempungan 10-6 10-5

    Kaolinit 10-8

    montmorillonit 10-10

    Jadi transmisibilitas (T) merupakan hasil perkalian dari permeabilitas K

    dengan ketebalan lapisan jenuh m :

    T = K dm = K m

    Standar

    V

    F1

    F2

    Q

    Q

    L

    h1-h2

    Z2

    P2/y

    Z1

    P1/y

    h1 h1

    Gambar 3.1 Skema Percobaan Darcy

  • 3 - 4

    4. Storage Coefficient dan Specific Yield

    Koefisien penyimpanan (storage coefficient ) adalah suatu perbandingan

    antara volumen air yang dikeluarkan dari atau dimasukkan ke dalam

    aquifer melalui suatu satuan luas sebesar 1 m2 jika terjadi perubahan

    muka air tanah sebesar 1 m dengan volumen 1 m3. Untuk aquifer bebas

    definisi diatas disebut specific yield

    Gambar 3.2 Skema untuk menggambarkan pengertian

    Permeabilitas dan transmisibilitas

    Aliran Air tanah

    1 m

    m

    Aquifer

    Untuk T : Lebar 1 m, tinggi = ketebalan aquifer

    Untuk K : Lebar 1 m, tinggi 1 m

  • 3 - 5

    Jenis-jenis Aquifer Pori

    1. Aquifer tertekan (contined aquifer)

    Aquifer tertekan (contined aquifer) merupakan lapisan permeabel yang

    sepenuhnya jeuh oleh air dandibatasi oleh lapisan-lapisan impermeabel

    (confining beds) baik dibagian atas maupun dibagian bawahnya air yang

    berada di dalam aquifer tersebut berada dalam kondisi tertekan

    sehingga jika terdapat sumur yang menembus aquifer tersebut muka air

    tanah pada sumur tersebut akan lebih tinggi dari batas aquifer. Bila air

    pada sumur tersebut lebih tinggi dari pada permukaan tanah, maka

    disebut aquifer yang artesis.

    2. Aquifer Setengah Tertekan (sami confined aquifer)

    Aquifer setengah tertekan atau disebut juga leaky aquifer merupakan

    lapisan yang jenuh air dan pada bagian atasnya dibatasi oleh lapisan

    yang semi-permeabel dan pada bagian bawah dibatasi oleh lapisan

    Gambar 3.3.

    Koefesien Penyimpanan

    Drawdow

    n

    s Drawdown

    m

    m

    s

  • 3 - 6

    impermeabel atau juga semi-permeabel . Pada aquifer ini dapat terjadi

    aliran air dengan arah vertical antara aquifer dan lapisan semi-

    permwabel di atasnya fenomena ini disebut leakage.

    3. Aquifer setengah bebas (semi-uncunfined aquifer)

    Jika lapisan sewmi-permeabel yang berada diatas aquifer memiliki

    permeabilitas yang cukup besar sehingga aliran horizontal pada lapisan

    tersebut tidak dapat diabaikan maka aquifer tersebut disebut aquifer

    setengah bebas.

    4. Aquifer Bebas (unconfined aquifer)

    Pada aquifer ini hanya sebagain dari ketebalan lapisan yang permeabel

    yang terisi oleh air atau jenuh air. Lapisan tersebut dibatasi oleh lapisan

    impermeabel di bawahnya batas atas aquifer berbentuk muka air tanah

    yang dalam keadaan setimbang dengan tekanan udara.

    Gambar 3.4

    Jenis jenis Aquifer

    Berbutir halus

    K m

    semi tertekan

    K < < K m

    K = O

    K m

    tertekan

    Semi permeabel

    Tidak permeabel

    K = K

    m

    semi bebas

    Aquifer

    Berbutir halus

    Muka air piezometrik

    K m

    semi bebas

    K < < K

    Muka air

  • 3 - 7

    Uji Aquifer

    Untuk mengetahui karakteristik hidrolik aquifer serta potensi air tanah maka

    perlu dilakukan pengujian.

    Jenis-jenis pengujian yang umum dilakukan

    a. Pengujian untuk menentukan permeabilitas/konduktivitas hidrolik K dari satu

    lubang bor

    (1) Falling Head Test

    Pertama-tam air di isikan pada sumur sehingga muka air dalam sumur

    lebih tinggi dari muka air tanah. Peneurunan muka air terhadap waktu

    dicatat cara perhitungan lihat lembar formulir untuk falling head

    permeability test

    (2) Constant head permeability test

    Cara pengujian ini umumnya dilakukan pada sumur-sumur yang dalam

    atau miring (inclinec) dan dianggap lebih akurat bila dibandingkan falling

    head test

    Cara ini dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :

    - Muka air pada sumur dibuat tetap pada tinggi tertentu dari tinggi

    muka air tanah awal, atau

    - Dengan merupakan air dengan tekanan, kezona yang akan dites

    menggunakan packer

    b. Uji pemompaan merupakan alat bant yang terpenting dalam penyelidikan

    hidrogeologi. Dengan cara ini dapat ditentukan karakteristik kapasitas

    sumur (well test dan parameterhidrolik) dari aquifer ( aquifer test ).

    Untuk pengujian ini diperlukan satu sumur pemompaan dan paling sedikit

    sumur pengamat. Padasaat pemompaan muka air tanah baik pada sumur

    maupun pada sumur pengamat di ukur.

  • 3 - 8

    Jika sebuah sumur yang dipompa dengan debit konstan maka akan

    terbentu sebuah kerucut penurunan muka air tanah yang pada waktu t

    mencapaijarak jarak maksimal. Pada keadaan ini terdapat 2 macam kondisi

    yang mungkin terjadi yaitu :

    - Kondisi unsteady atau tidak stasioner dimana muka air tanah

    merupakan fungsi dari waktu

    - Kondisi steady atau stasioner dimana muka air tanah konstan

    terhadap waktu.

    3. Pengujian Sumur

    Untuk suatu sumur produksi yang telah selesai perlu dilakukan well test

    yang bertujuan untuk memeriksa kondisi sumur tersebu. Dalam pengujian

    ini pemompaan umumnya dilakukan secara bertahap (step draw down test)

    well loss dapat dilakukan dengan rumus :

    Well loss = CQ2 (m)

    Dimana :

    C = konstanta well loss ( detik2/m3)

    = s / Q - /

    Q = Debit Pemompaan (m3 /detik )

    Pada sumur yang baik, sumur tersebut akan stabil dan harga C akan

    konstan selama step drawdown test jika C selalu berubah berarti sumur

    tidak stabil.

    Produktivitas sumur ditentukan oleh kapasitas spesifiknya kapasitas yang

    tinggi umumnya menunjukkan transmissibilitas yang tinggi, demikian pula

    sebaliknya.

    Kapasitas spesifik ; Q/S

    Dimana :

    Q = detik pemompaan ( m3 / s )

    S = penurunan muka air tanah (m)

  • 3 - 9

    3. Uji Aquifer

    1. Aquifer tertekan - kondisi unsteady

    a. Cara cooper Jacob

    b. Metoda recovery dari Theis & Jacob

    Gambar 3.5

    Gambaran Skematis Suatu Uji Pemompaan

    2m

    m a

    eq

    uip

    ote

    nti

    al

    Stromfaden

    P`P P`P

    Lapisan permeabel

    m a t awal F

    F`

    F

    A

    B

    F`

    F = F`

    2m

    m b

    eq

    uip

    ote

    nti

    al

    Stromfaden

    P`P P`P

    Lapisan permeabel

    m a t awal F

    F`

    F

    A

    B

    F`

    C

    Zone aufsteigender

    Wasserbewegung

    F = F`

  • 3 - 10

    2. Aquifer tertekan kondisi steady

    3. Aquifer bebas

    - Cara depuit theim

    Gambar 3.6

    Penurunan muka air pada aquifer tertekan

    m h1 h2

    m.a piezometrik

    r2

    r1

    s2

    s1

    Q

    Gambar 3.7

    Penurunan muka air pada aquifer bebas

    m h1 h2

    r2

    r1

    s2

    s1

    Q

    m.a.t

  • 3 - 11

    Penirisan Tambang

    Penanganan masalah air dalam suatu tambang dapat dibedakan :

    1. Mine Drainage yang merupakan upaya untuk mencegah masuk

    mengalirnya air ketempat pengaliran. Hal ini umumnya dilakukan untuk

    penenganan air tanah dan air yang berasal dari sumber air permukaan (

    sungai, danau, dan lain-lain)

    2. Mine Dewatering yang merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang

    telah masuk ke tempat penggalian.

    Air Permukaan

    Sumber utama air permukaan pada suatu tambang terbuka adalah air hujan

    curah hujan yang relatif tinggi pada tambang di Indonesia berakibat penting

    penanganan air hujan yang baik agar produktivitas tambang tidak menurun.

    1. Saluran Air

    Saluran air di tambang berfungsi untuk menampung lipasan permukaan

    pada suatu daerah dan mengalirkannya ke tempat pengumpulan (sumuran)

    atau tempat lainny. Untuk menghitung jumlah air/limpasan permukaan dari

    suatu daerah dapat digunakan rumus rasional yaitu :

    Q = 1,278 C I A

    Dengan

    Q = debit ( m3/s )

    C = Koefisien limpasan

    I = intensitas hujan ( mm/ h )

    A = luas daerah ( km2 )

  • 3 - 12

    Beberapa asumsi dalam penggunaan rumus ini adalah :

    - Frekkuensi hujan = frekuensi limpasan

    - Hujan terdistribusi secara merata seluruh daerah

    - Debit maksimal merupakan fungsi intensitas hujan dan tercapai pada

    akhir waktu konsentrasi

    Dengan demikian penggunaan rumus ini hanya terbatas pada suatu daerah

    yang relatif kecil dan homogen persyaratan ini umumnya di penuhi oleh daerah-

    daerah tambang terbuka waktu konsentrat dapat dihitung dengan rumusan dari

    KIRPICH, Yaitu :

    T1 = 0,0195 L

    Dengan :

    tc = waktu konsentrat ( menit )

    L = arak terjauh dalam daerah pengaliran ke titik perhitungan ( m )

    S = Gradien

    Koefisien limpasan dipengaruhi oleh faktor-faktor tutupan tanah, kemiringan,

    intersitas, dan lamanya hujan. Koefisien ini merupakan suatu konstanta yang

    menggambarkan dampak proses infiltrasi, penggunaan retention dan intersepsi

    pada daerah tersebut.

    Dalam merancang bentuk dan dimentasi saluran air, perlu dilakukan anlisis

    sehingga saluran air tersebut dapat memenuhi hal-hal berikut :

    - Dapat mengalirkan debit air yang direncanakan

    - Kecepatan air sedemikian sehingga tidak terjadi

    pengendapan/sedimentasi

    - Kecepatan air sedemikian sehingga tidak merusak saluran

    ( erosi )

    - Kemudian dalam penggalian

    Bentuk penampang saluran seluruh air umumnya dipilih berdasarkan debit air,

    tipe material pembentuk saluran serta kemudahan dalam pembuatannya

  • 3 - 13

    saluran air dengan penampang segi empat atau segi tiga umumnya untuk debit

    kecil sedangkan penampang trapesium untuk debit yang besar.

    Perhitungan kapasitas pengaliran suatu saluran air dilakukan dengan rumus

    Manning

    Q = R S A

    Q = A S

    N P

    Dengan :

    Q = debit

    R = jari-jari hidrolik = A/P

    S = Gradien

    A = luas penampang basah

    P = keliling basah

    n = koefisien kekasaran manning, yang menunjukkan kekasaran dinding

    saluran

    Dimensi penampang yang paling efisien yaitu dapat mengalirkan debit yang

    maksimum untuk suatu luas penampang basah tertentu diperoleh jika P

    mnimum dimensi penampang yang paling efisien untuk beberapa bentuk

    saluran air adalah sbb :

    1). Penampang segitiga

    Sudut tengah = 90 ------------------ z = 1

    A = h2

    P = 2 h

    h R = ---------------

    2

  • 3 - 14

    2). Penampang segi empat

    B = 2 h

    A = 2 h2

    P = 4 h

    R = h

    3). Penapang trapesium

    Q = 60o -------- z =

    B = 2 h

    A = ( B + z ) h

    R =

  • 3 - 15

    2. Sumuran ( Sump )

    Sumuran berfungsi sebagai penampung air sebelum dipompa ke luar

    tambang dengan demikian dimensi ini sangat tergantung dari jumlah air

    yang masuk serta keluar dari sumuran. Jumlah air yang masuk kedalam

    sumuran merupakan jumlah air yang dialirkan oleh saluran-saluran jumlah

    o

    A h

    1

    Z

    1

    Z

    o

    h

    B

    o

    h 1

    Z

    1

    Z B

    90

    P

    Gambar 3.8 Beberapa Penampang Saluran Air

  • 3 - 16

    limpasan permukaan yang langsung mengalir ke sumuran dan curah hujan

    yang jatuh di sumuran.

    Sedangkan jumlah air yang keluar dapat dianggap sebagai kapasitas

    pompa, karena penguapan dianggap tidak terlalu berarti. Dengan

    melakukan optimasi antar infut ( masukan ) dan output ( keluaran ) maka

    dapat ditentukan dimensi sumuran.

    B. Air Tanah

    Pengaruh air tanah pada tambang terbuka selain dari tergenangnya permukaan

    kerja karena aliran air tanah adalah pengaruhnya pada kestabilan baik lereng

    tambang maupun lantai tambang, jika terdapat aquifer tertekan. Metoda

    penirisan untuk air tanah sangat tergantung kondisi air tanah serta aquifer di

    daerah tersebut.

    Beberapa Metoda Yang Dikenal Adalah

    a. Lubang penirisan horizontal

    Keuntungan cara ini adalah :

    - Relatif dengan cepat dan mudah dibuat

    - Penirisan berdasarkan gravitasi sehingga tidak memerlukan

    pompa

    - Hanya memerlukan perawatan yangminimal

    - Fleksibel terhadap perubahan struktur geologi

    b. Sumur penirisan Vartikel

    Keuntungan cara ini adalah :

    - Dapat dibuat sebelum penggalian dimulai

    - Instalasinga tidak mengganggu kegiatan produksi

    - Pre-mining dranainage akan mengurangi biaya peledakan dan

    pengangkutan

    - Air yang yangdipompa dapat dimanfaatkan

  • 3 - 17

    Kerugian

    - Modal awal untuk perawatan

    - Jika terjadi kemacetan akan mengakibatkan tekanan air tanah.

  • 4 - 1

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Penyelidikan

    Daerah penyelidikan secara hidrogeologis dinamakan Cekungan Airtanah

    Kalimantan timur dengan batas-batas : di sebelah utara adalah pemisah air

    permukaan (surface water divide) yang kedudukannya mendekati sumbu

    antiklin Mentawir, di sebelah barat adalah Teluk Balikpapan, di sebelah selatan

    dan timur adalah Selat Makasar.

    Sistem akuifer utama cekungan Airtanah dibentuk oleh endapan aluvial,

    dengan sistem aliran airtanah melalui ruang antar butir dan gabungan antara

    celahan dan ruang antar butir. Jenisnya terdiri atas akuifer tidak tertekan

    (unconfined aquifer) atau akuifer dangkal (shallow aquifer) dan akuifer tertekan

    (confined aquifer) atau akuifer dalam (deep aquifer). Aliran airtanah pada

    sistem akuifer dangkal secara umum dikontrol oleh kondisi morfologi setempat;

    di daerah pantai menuju ke arah garis pantai. Pada sistem akuifer dalam,

    berdasarkan data sumur-sumurbor yang tersedia dan terkonsentrasikan di

    sekitar daerah penyelidikan, aliran airtanah menuju ke arah selatan.

    Jumlah airtanah di daerah ini, berdasarkan hasil penghitungan dengan metode

    neraca air, sekitar 197,8 juta m3/tahun atau sekitar 16 % dari curah hujan

    tahunan di cekungan. Sebagian dari jumlah airtanah tersebut mengalir secara

    wajar pada sistem akuifer dalam sebesar 15,3 juta m3/tahun. Daerah imbuh

    (recharge area) sistem akuifer dalam itu terletak di bagian utara daerah

    penyelidikan dan sekitarnya. Berdasarkan jumlah, mutu, dan kedudukan muka

    airtanah pada setiap sistem akuifer utama, daerah penyelidikan dibagi menjadi

    3 (tiga) wilayah potensi airtanah, yakni:

  • 4 - 2

    4.2. Wilayah Potensi Airtanah Sedang pada Akuifer Dangkal dan Akuifer

    Dalam

    Wilayah ini menempati daerah sepanjang pantai selatan yang membentang

    dari bagian barat sampai di timur, serta di utara yang mendekati batas

    pemisah air permukaan.-

    Akuifer dangkal berkedudukan antara 1,0 - 20 meter di bawah muka tanah

    setempat (mbmt), kedalaman sumurgali antara 1,5 6,3 mbmt, kedudukan

    muka airtanah statis (MAS) antara 0,2 3,8 mbmt, fluktuasi muka airtanah

    antara 1,0 - 3,5 m, harga kelulusan (K) antara 1,8 x 10-3 - 2,6 x 10-3 cm/dtk,

    harga keterusan (T) antara 10,1 - 37,7 m2/hari, debit jenis (Qs) antara 0,17 -

    0,21 l/dtk/m, debit optimum (Qopt) antara 2,2 3,5 l/dtk, mutu airtanah cukup

    memenuhi kriteria sebagai sumber air minum.

    Akuifer dalam berada pada kedudukan antara 25 - 250 mbmt, MAS sekitar 3,8

    29 mbmt, K antara 10-3 - 11 x 10-2 cm/dtk, T antara 10 - 750 m2/hari, Qs

    antara 0,54 - 0,80 l/dtk/m, Qopt antara 5,4 - 12 l/dtk, mutu airtanah umumnya

    mengandung besi dengan konsentrasi di atas ambang batas yang disarankan

    untuk air minum.

    4.3. Wilayah Potensi Airtanah Kecil pada Akuifer Dangkal dan Sedang

    pada Akuifer Dalam

    Wilayah ini menempati bagian sayap Antiklin Klandasan dan Mentawir. Akuifer

    dangkal berkedudukan antara 0,9 - 17,0 mbmt, kedalaman sumurgali antara

    1,5 hingga lebih dari 5,0 mbmt, MAS antara 0,25 13,00 mbmt, fluktuasi muka

    airtanah antara 1,0 5,0 m, K antara 10-3 - 11 x 10-2 cm/dtk, T antara 0,7 -

    16,7 m2/hari, Qs antara 0,17 - 0,21 l/dtk/m, Qopt antara 1,2 - 1,7 l/dtk, mutu

    airtanah akuifer ini umumnya memenuhi kriteria sebagai sumber air minum.

    Akuifer dalam berada pada kedudukan antara 30 - 250 mbmt, MAS sekitar 3,7 -

    70,0 mbmt, K antara 10-3 - 11 x 10-2 cm/dtk, T antara 10,5 - 35,8 m2/hari,

    Qs antara 0,35 - 0,54 l/dtk/m, Qopt antara 3,5 - 8,1 l/dtk, mutu airtanah

  • 4 - 3

    umumnya mengandung besi dengan konsentrasi di atas ambang batas yang

    tidak disarankan untuk air minum.

    4.4. Wilayah Potensi Airtanah Rendah pada Akuifer Dangkal dan Akuifer

    Dalam

    Wilayah ini menempati inti Sinklin Wain dan sekitarnya yang berada di bagian

    tengah daerah penyelidikan.

    Akuifer dangkal diperkirakan berkedudukan antara 1,1 - 20,0 mbmt, kedalaman

    sumurgali antara 1,5 hingga lebih dari 5,0 mbmt, MAS antara 0,25 13,00

    mbmt, fluktuasi muka airtanah antara 1,0 5,0 m, K antara 10-3 - 11 x 10-2

    cm/dtk, T antara 0,7 - 1,26 m2/hari, Qs antara 0,16 - 0,21 l/dtk/m, Qopt < 2,0

    l/dtk, mutu airtanah umumnya cukup memenuhi kriteria sebagai sumber air

    minum.

    Akuifer dalam berkedudukan 50 - 300 mbmt namun umumnya lebih dalam dari

    150 mbmt, MAS sekitar 0,02 - 1,59 mbmt, K antara 10-3 - 11 x 10-2 cm/dtk, T

    sekitar 30 m2/hari, Qs lebih kecil dari 0,3 l/dtk/m, Qopt < 2 l/dtk, mutu airtanah

    umumnya mengandung besi dengan konsentrasi di atas ambang batas yang

    tidak disarankan untuk air minum.

    4.5. Rancangan Drainase

    Berdasarkan hasil observasi lapangan dan analisis perhitungan dapat diketahui

    bahwa tipe material untuk saluran adalah saluran (channel) natural artinya

    saluran tanah/batuan yang ada (clean, winding stream). Nilai koefisien

    kekasaran (manning roughness coefficient) untuk natural stream channels

    adalah (n) = 0.040.

    Perhitungan kedalaman aliran pada saluran trapezoidal mempunyai koefisien

    manning rughness (n) = 0,040 (untuk kanal yang alami), S = 0,07, y = 1/3 =

    0.577 dan Q = 1,106 m3/s

    Dengan metoda pemecaham dengan perhitungan kedalaman (d), lihat gambar

    4 1.

  • 4 - 4

    Dimana, = 60

    Gambar 4.1 Dimensi Bentuk Aliran

    Berdasarkan kepada aliran air (flow rate) kedalam saluran air dan perhitungan

    ukuran saluran air, dimana B =1,40 m; Bw = 0,70 m; d = 0,60 m; A = 0,624 m2;

    = 60.

    Based on flow rate (Q) into channel and calculation of dimension channel, is; B

    = 1.40 m; Bw = 0.70 m; d = 0.60 m; A = 0.624 m2; = 60. If that dimension

    channel incomparable with actual dimension channel, that dimension from

    actual channel is secure from flow rate (Q). Various dimension of open channel,

    see table 12.

    d = 0.60 m

    Bw = 0.70 m

    B =1.40 m

    1

    z

    = 60

    768.10

    106.16

    25

    d

    mmBw 70.0693.0

    mmB 40.1385.1

    2624.0 mA

    md 60.0

  • 4 - 5

    TABEL 4 - 2

    Ukuran Dari Saluran Air Terbuka

    Type Channel Depth (d, m)

    Top Width (B, m)

    Bottom Width

    (Bw, m)

    Wide (A, m2)

    Slope

    Actual dimension of

    channel 0.78 1.25 0.80 0.799 60

    Natural stream channel 0.60 1.40 0.70 0.624 60

    Concrete channel 0.43 1.00 0.50 0.326 60

    Measurement 0.10 1.00 0.80 0.090 60

  • 5 - 1

    BAB V

    METODOLOGI

    5.1. Metodologi Kegiatan

    Metoda dalam kegiatan penelitian yang akan diterapkan dalam kegiatan ini

    adalah pengambilan data primer dan sekunder, kompilasi data primer dan

    data sekunder, pengolahan dan diskusi serta pembahasan untuk

    mendapatkan kesimpulan.

    1. Pengumpulan data primer :

    a. Pengukuran daerah aliran sungai sekitar tambang

    b. Pengamatan/penentuan posisi sumur sekitar tambang

    c. Survey hidrogelogi di tambang

    d. Pengambilan contoh batuan di tambang

    e. Pengujian kualitas batuan (porositas, permeabilitas dll.)

    2. Pengumpulan data sekunder :

    a. Peta topografi, geologi dan hidrogeologi daerah penelitian dan

    sekitarnya

    b. Data curah hujan

    c. Kualitas air di sekitar tambang

    d. Data tambang (luas bukaan, litologi, struktur, kemiringan akifer,

    drainase. Dll.)

    e. Data pumping test lubang bor di sekitar tambang.

    3. Pengolahan data :

    a. Potensi dan jenis akifer

  • 6 - 1

    BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Kesimpulan 1. Hasil penyelidikan hidrogeologi tahap awal menunjukkan bahwa

    akuifer cukup produktif dibentuk oleh endapan alluvial. Namun tidak di

    semua tempat yang disusun oleh ketiga satuan batuan tersebut

    dijumpai kandungan airtanah dalam jumlah yang sama karena

    tergantung dari tebal akuifer, koefisien kelulusan batuan, dan

    intensitas celahannya.

    6.2 Saran

    1. Dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan pengambilan airtanah,

    baik untuk pemanfaatannya sebagai sumber air bersih maupun

    sebagai cara untuk mengatasi masalah dalam kegiatan penambangan

    batubara (dewatering), perlu dibarengi dengan upaya-upaya pemulihan

    potensinya agar sumber daya airtanah tetap terjamin kelestariannya.

    2. Singkapan akuifer (aquifer outcrop) utama yang telah diidentifikasi

    sebagai daerah imbuh airtanah (groundwater recharge area) perlu

    dijadikan kawasan lindung, sehingga kegiatan pengambilan airtanah

    untuk tujuan apapun di kawasan tersebut harus dihindari.

    3. Penyelidikan hidrogeologi lanjutan bersifat rinci perlu dilakukan, baik

    dalam rangka upaya pengembangan pemanfaatan airtanah.

  • 3 - 1

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Cannet * 1977 ) Pit Slop Chapter 4 Grounwate

    2. Dyck & Peschke ( 1983 ) Grundlagen der Hydrolgie Ernst & Sohn,

    Berlin

    3. Langguth & Voigt ( 1980 ) Hydrogeologische Methoden Springer

    Verlag, Berlin Heidelberg, New York

    4. Matthes & Ubell ( 1983 ) Algameine Hydrologie

    Grundwasserhaushalt, Gebruader Bornttraeger, Berlin Stuttgart

    5. Rangga Raju ( 1981 ) Flow Troughh Open Channel Tata MC Graw-

    Hill Publishing Company Ltd, New Delhi

    6. Sosrodarsono & Takeda ( 1977 ) Hidrologi Untuk Pengairan PT.

    Pradnya Paramita, Jakarta

  • 3 - 2

    HIDROLOGI

    Air secara keseluruhan dibumi ini diperkirakan berjumlah 1386 juta km3 yang

    didistribusikan dapat dilihat pada tabel 1. Dari jumlah tersebut hanya sekitar

    2,5 km3. Berupa air tawar dan hanya sekitar 220 ribu km3 diantaranya yang

    dapat dimanfaatkan oleh manusia.

    Tabel. 1

    Jumlah Air Dibumi

    Suatu bagian dari jumlah air keseluruhan diatas mengalami proses yang

    membentuk daur, dimana air mengalami perubahan bentuk dan tempat.

    Melalui penguapan air berubah menjadi uap dan naik ke atmospir setelah

    mengalami transport dan kondensasi uap air tersebut akan jatuh ke bumi

    dalam bentuk presipitasi ( hujan, embun dan salju ). Air yang jatuh didaratan

    sebagaian akan menguap, sebagian lagi akan mersap ke dalam tanah dan

    bagian lainnya akan mengalir di permukaan menuju ke sungai dan seterusnya

    ke laut, daur ini disebut daur hidrologi atau daur air dan dapat digambarkan

    seperti pada Gambar. 1

    Gambar. 1

    Daur Hidrologi 3

  • 3 - 3

    Daur air dibumi ini menggambarkan suatu sistem transport yang maha besar

    dengan matahari sebagai penggerakannya dan atmosfir sebagai mesinnya.

    Disamping itu atmospir merupakan peralatan destilasi raksasa yang secara

    terus menerus menghasilkan air tawar dari air laut.

    Pada umumnya proses-proses yang berkaitan dengan daur air merupakan

    proses yang periodic terhadap rang dan waktu yang bergantung pada

    pergerakan bumi terhadap matahari dan rotasi bumi pada porosnya. Dengan

    demikian proses-proses tersebut sangat erat kaitannya dengan sistem cuaca

    dibumi, yang secara skematis digambarkan pada gambar. 2

    Cadangan air yang penting bagi manusia adalah air-air permukaan, seperti

    sungai dan danau. dan air tanah pada zona yang aktif, hal tersebut

    disebabkan oleh pertambangan ketersediaan dan pembaharuannya, secara

    kuantitatif daur air digambarkan dalam neraca air yang merupakan fungsi dari

    ruang dan waktu. Dalamneraca air digambarkan hubungan antara presipitasi (

    P ) penguapan ( E ) limpasan R dan perubahan penyimpanan ( dS ) sbb :

    P = E + R + dS

    Sebagai gambaran, pada tabel II terlihat beberapa harga komponen hidrologi

    di bumi

    Gambar. 2

    Sistem Cuaca Dunia 5

  • 3 - 4

    Tabel. II

    Komponen Neraca Air Dunia

    A. CURAH HUJAN

    Uap air di atmosfir yang terkondensasi dan jatuh ke bumi secara umum

    disebut presipitasi, yang dapat berbentuk hujan, salju, hujan es dan embun.

    Satuan curah hujan adalah mm yang berarti jumlah air hujan yang jatuh pada

    satu satuan luas, dengan demikian 1 mm adalah 1 liter per m2. Derajat curah

    hujan dinyatakan dalam curah hujan per satuan waktu dan disebut intensitas

    hujan. Hubungan antara derajat, keadaan dan intensitas hujan terlihat pada

    tabel III dan IV.

    Tabel. III

    Derajat Dan Intensitas Hujan

    Tabel. IV

    Keadaan Dan Intensitas Curah Hujan

    Berdasarkan pergerakan udara penyebab turunnya hujan dapat di bedakan

    tiga tipe yaitu :

  • 3 - 5

    1. Hujan konvektif yang diakibatkan oleh naiknya udara panas ke daerah

    udara dingin, udara panas tersebut mendingin dan terjadi kondensitas.

    Hujan tipe ini umumnya berjangka waktu pendek, daerah tujuannya

    terbatas dan intensitasnya bervariasi dari hujan sangat ringan sampai

    sangat lebat, tipe hujan ini sering ditemui di daerah khatulistiwa.

    2. Hujan orografis yang terjadi di daerah pegunungan yang disebabkan

    oleh naiknya masa udara lemba karena punggung pegunungan.

    3. Hujan siklon yang berhubungan dengan front udara ( Front udara

    panas dan Front Udara dingin ).

    a. Pengukuran Curah Hujan

    Pengukuran curah hujan dilakukan dengan menggunakan alat penakar

    hujan, yang dapat dibedakan menjadi ( Lihat Gambar. 3 )

    - Alat penakar hujan biasa yang mempunyai luas bukaan

    sebesar 200 cm2 dan diletakkan kurang lebih 1 m dari

    permukaan tanah

    Diletakkan kurang lebih 1 m dari permukaan tanah

    - Alat penakar hujan otomatis

    Dengan alat penakar hujan biasa pengukuran umumnya dilakukan sekali

    dalam sehari, biasanya pada pukul 07.00 dengan demikian akan dihasilkan

    curah hujan harian. Alat penakar hujan otomatis melakukan pengukuran

    secara berkesinambungan, pencatatan dilakukan otomatis hingga dihasilkan

    data intensitas hujan yang akurat.

  • 3 - 6

    Gambar. 3

    Alat Penakar Hujan

    ( a = Alat penakar hujan biasa

    B = Alat penakar hujan otomatis ).

    Pertimbangan pertimbangan dalam penempatan alat penakar hujan adalah

    :

    - Alat harus diletakan di tempat yang terbuka, yang bebas dari pengaruh

    pohon dan gedung; stndar yang ditetapkan oleh WMO (World

    Meteological Organisation ). Adalah :

    d > 4 h

    dengan h = tinggi pohon atau gedung dan d = jaraknya dengan alat

    penakar hujan

    - Sedapat mungkin dihindarkan tempat dengan angin yang kencang

    - Juga dihindari daerah arus naik.

    -

    b. Analisa Data Curah Hujan

    Data curah hujan umumnya disajikan dalam data curah hujan harian,

    bulanan dan tahunan dapat dilakukan dalam bentuk label dan grafik

    Analisa data curah hujan sangat bergantung kegunaa hasil analisa, pada

    umumnya diperlukan data pengukuran jangka panjang karena komponen

    cuaca dan hidrologi mempunyai sifat periodik.

    1. Curah Hujan Suatu Daerah

  • 3 - 7

    Distribusi curah hujan di suatu daerah bergantung pada jenis hujan,

    morfologi daerah tersebut serta interval/selang waktu yang diamati

    Curah hujan suatu daerah ditentukan berdasarkan data pengukuran

    statsion-statsion pengukuran yang terdapat di daerah tersebut dan

    sekitarnya.

    Beberapa metode perhitungan curah hujan suatu daerah adalah sbb :

    a. Metode rata-rata aritmatis

    Metode ini hanya baik untuk diterapkan pada daerah yang datar

    dengan titik pengukuran yang terdistribusi baik serta perbedaan

    harga rata-ratanya tidak terlalu besar

    P = /n

    Dengan P1 = curah hujan suatu statsion pengukuran dan n =

    jumlah statsion

    b. Metode Poligon ( metode thiessen ).

    Dengan metode ini daerah yang akan dihitung curah hujannya

    dibagi menjadi daerah-daerah pengaruh setiap statsion

    pengukuran.

    P = =

    Dengan A1 = luas daerah pengaruh statsion ybs dan At = luas

    daerah total

    c. Metode Isohyet

  • 3 - 8

    Daris isohyets adalah garis yang menghubungkan titk-titik dengan

    curah hujan yang sama. Dengan metode ini luas daerah di antara

    dua garis isohyets dihitung curah hujan daerah tersebut adalah

    harga rata-rata dari kedua garis sama dengan rumus untuk metode

    polygon

    Cara ini memerlukan waktu yang cukup panjang terutama dalam

    menyiapkan peta isohyets, dilain pihak ini member kemungkinan

    untuk memperhitungkan factor-faktor yang berpengaruh pada curah

    hujan, seperti morfologi dll.

    d. Metode Kurva Hypsometri

    Metode ini dapat digunakan pada daerah dimana variasi curah

    hujan terhadapa ketinggian dapat diabaikan. Untuk metode ini

    diperlukan analis yang berpengalaman dan hanya untuk suatu

    interval/selang waktu hujan yang panjang.

    2. Periode Ulang

    Curah hujan akan menunjukkan suatu kecenderungan pengulangan.

    Hal ini akan terlihat jika data yang dianalisis mencakup suatu jangka

    waktu yang panjang misalnya 30 tahun, sehubungan dengan hal

    tersebut dalam anlisis curah hujan dikenal dengan perioda ulang

    tertentu atau curah hujan yang memiliki kemugnkinan akan terjadi

    sekali dalam suatu jangka waktu tertentu, satan perioda ulang adalah

    tahun.

    Dalam perancangan suatu bangunan air, atau dalam hal ini secara

    penirisan tambang, salah satu kriteria perancangan adalah hujan

    rencana yaitu curah hujan dengan perioda ulang tertentu atau curah

    hujan yang memiliki kemungkinan akan terjadi sekali salam suatu

    jangka waktu tertentu. Sebagai contoh suatu sumuran dirancang untuk

    hujan 10 tahunan.

  • 3 - 9

    Salah satu metoda untuk menganalisis curah hujan adalah metoda

    distribusi ekstrim I atau distribusi Gumbel contoh perhitungan dapat

    dilihat pada lampiran.

    Gambar. 4

    Metoda PerhitunganCurah Hujan Suatu Daerah

  • 3 - 10