Penelitian Hubungan Antara Penyakit Periodontal Dengan Komplikasi Kehamilan
-
Upload
galih-punya -
Category
Documents
-
view
78 -
download
6
description
Transcript of Penelitian Hubungan Antara Penyakit Periodontal Dengan Komplikasi Kehamilan
Penelitian Hubungan Antara Penyakit Periodontal dengan Komplikasi Kehamilan Oleh Yiorgos A. Bobetsis, DDS, PhD; Silvana P. Barros, DDS, PhD;Steven Offenbacher, DDS, PhD, MMScJADA 2006;137(10 supplement):7S-13S.
INTISARI
Latar Belakang. Bukti yang bertambah banyak menyatakan bahwa gingivitis dan periodontitis
maternal merupakan faktor risiko terjadinya lahir prematur dan kelainan kelahiran.
Tipe Penelitian yang Diulas. Untuk mengklarifikasi mekanisme yang memungkinkan antara
penyakit periodontal dan kelahiran prematur, peneliti meninjau penelitian mengenai efek infeksi
patogen periodontal pada hewan coba terhadap keturunannya, termasuk pertumbuhan fetus,
abnormalitas struktural plasenta dan kesehatan neonatus. Setelah laporan pertama, pada tahun
1996, mengenai hubungan potensial antara penyakit periodontal ibu dan kelahiran prematur atau
bayi lahir berat rendah pada manusia, beberapa penelitian case control dan prospektif telah
dipublikasikan. Ulasan ini mengikhtisarkan hal-hal tersebut, dan juga penelitian terdahulu
mengenai intervensi periodontal untuk mengurangi risiko.
Hasil. Meskipun terdapat penemuan yang berlawanan dan masalah potensial terhadap faktor
risiko yang mendasari yang tak terkontrol, sebagian besar penelitian klinis mengindikasikan
korelasi positif antara penyakit periodontal dan kelahiran prematur. Penelitian terbaru juga
menunjukkan bahwa penemuan mikrobiologis dan imunologis menunjang hubungan ini.
Penelitian mengindikasikan bahwa infeksi periodontal dapat mengacu pada paparan fetus-
plasenta, yang ketika dibarengkan dengan respon inflamasi fetus, dapat mengakibatkan kelahiran
prematur. Data dari studi hewan coba menaikkan kemungkinan bahwa infeksi periodontal
maternal juga memiliki efek yang merugikan jangka panjang pada perkembangan bayi.
Implikasi Klinis. Pemberian informasi dilakukan pada pasien dan pemberi jasa kesehatan
berkaitan dengan plausibilitas biologis mengenai hubungan dan risiko potensi, tetapi terdapat
bukti klinis yang kurang memadai saat ini untuk dicapainya kebijakan rekomendasi terkait
perawatan periodontal maternal dengan tujuan mengurangi risiko kelainan.
Kata Kunci: penyakit periodontal, kelahiran prematur, faktor risiko.
Dalam dua dekade terakhir, komunitas cendekia telah menunjukkan ketertarikan yang terus
berkembang untuk menentukan apakah penyakit periodontal berhubungan dengan komplikasi
kelahiran. Di sisi lain, perhatian ini muncul dari fakta bahwa meskipun perawatan prenatal terus
melaju pesat dan kewaspadaan publik terus meningkat, hasil kehamilan yang tidak diinginkan
masih menjadi masalah kesehatan publik yang utama di seluruh dunia. Fakta yang ada, di
Amerika Serikat, sekitar 12 persen kehamilan mempunyai komplikasi kelahiran prematur
(kehamilan kurang dari 37 minggu).1 Bayi prematur masih belum matang dan kecil, menjadi
faktor yang berkontribusi terhadap mortalitas dan morbiditas. Berat lahir rendah (BLR) – berat
kurang dari 5 pon 8 ouns (2,5 kilogram) – dapat digunakan sebagai pengganti kelahiran prematur
di negara-negara berkembang dimana teknologi ultrasonik yang mencukupi tidak tersedia. Bayi
juga dapat lahir kecil pada umur kehamilan, kondisi yang biasanya dinyatakan sebagai berat
kelahiran kurang dari 10 persen berat normal usia kehamilan. Demikian, bahkan bayi yang lahir
pada waktunya (full-term) dapat mengalami berat kurang, menunjukkan pertumbuhan dan
perkembangan intrauterin yang jelek. Terakhir, keguguran dan preeklampsia (kenaikan tekanan
darah ibu disertai proteinuria selama kehamilan) juga menjadi penemuan umum kelahiran yang
tidak diinginkan. Sekitar sepertiga kelahiran prematur terjadi sebagai akibat dari ruptur membran
prematur (RMP) dan sepertiga lainnya disebabkan oleh kelahiran prematur (kontraksi uterus);
sisanya termasuh semua komplikasi, termasuh kelahiran terinduksi (dimana preeklampsia
menjadi indikasi utama).
Kehamilan yang sulit membebankan risiko tidak hanya terhadap ibu saja, tetapi juga utamanya
pada keturunannya. Sebagian besar bayi kelahiran sangat prematus (usia kehamilan kurang dari
32 minggu) harus dirawat di neonatal intensive care unit (NICU) yang memperbesar risiko
mortalitas perinatal, terutama dengan perkembangan dan fungsi paru-paru yang belum sempurna.
Untungnya, cara-cara baru telah dikembangkan, seperti penggunaan perawatan surfaktan paru-
paru dan ibu mendapat suntikan steroid untuk mempercepat perkembangan paru-paru bayi, telah
meningkatkan rasio kelangsungan hidup bayi-bayi prematur. Meskipun demikian, bayi prematur
dan BLR yang bertahan hidup selama periode neonatus menghadapi risiko yang lebih tinggi
terhadap masalah neurodevelopmental (cerebral palsy, kebutaan, ketulian), masalah pernafasan
(asma, infeksi saluran pernafasan bawah, displasia bronkopulmonari, penyakit paru-paru kronis),
masalah perilaku (attention deficit hyperactivity disorder), masalah kognitif, penyakit
kardiovaskuler dan abnormalitas metabolik (obesitas, diabetes mellitus tipe 2).2-8 Sebagai
akibatnya, komplikasi kandungan tidak hanya menjadikan pengeluaran perawatan kesehatan
membengkak secara signifikan (estimasi melebihi 8,5 juta dolar pertahun); tetapi juga
mempengaruhi kesejahteraan hidup bayi yang menderita selama hidupnya.
Penelitian telah dilakukan untuk memahami etiologi dan mekanisme komplikasi kehamilan yang
mengakibatkan prematuritas dan pembatasan pertumbuhan. Meskipun demikian, tidak semua
faktor yang berkontribusi dapat diidentifikasi, dan lebih dari 25 persen dari semua kehamilah
yang rumit terjadi tanpa diketahui penyebabnya. Faktor risiko kelahiran prematur yang telah
dilaporkan meliputi merokok, konsumsi alkohol, ras, paritas (jumlah kelahiran), panjang serviks
yang pendek, berat ibu kurang, usia kehamilan ibu tua (lebih dari 34 tahun) dan usia kehamilan
ibu muda (kurang dari 17 tahun), tekanan fisik dan psikologis yang berat, status sosioekonomi
dan pendidikan yang rendah dan nutrisi ibu yang jelek. Infeksi genitourinari juga turut
dipertimbangkan sebagai kontributor utama kelahiran prematur (sekitar 30 – 50 persen) dari total
semua kasus.9 Infeksi ini terjadi berdekatan dengan rahim ibu dan menginduksi pelepasan
mediator inflamasi dalam jumlah besar seperti interleukin 1 (IL-1), tumor necrosis factor alpha
(TNF-alfa) dan prostaglandin E2 (PGE2), yang memicu kelahiran prematur, ruptur membran
prematur dan berat lahir kurang. Meskpun demikian, infeksi sistemik yang umum lainnya seperti
infeksi pernafasan karena virus, diare dan malaria, dapat pula mengakibatkan kelahiran prematur.
Penyakit Periodontal : Respon Inflamasi
Penyakit periodontal juga menggambarkan penyakit infeksi yang menyerang lebih dari 23 persen
wanita berusia antara 30 – 54 tahun. 10 Dengan tiadanya kebersihan mulut yang memadai,
bakteri periodontal berakumulasi pada sulkus gingiva dan membentuk struktur terorganisisr yang
dikenal dengan nama “biofilm bakteri”. Pada biofilm yang telah matang, bakteri mempunyai
faktor virulensi, termasuk lipopolisakarida (LPS), yang dapat menyebabkan secara langsung
kerusakan pada jaringan periodontal atau menstimulasi host untuk mengaktivasi respon inflamasi
lokal yang, meskipun bertujuan mengeliminasi infeksi, juga dapat mengakibatkan kerusakan
struktur periosontal lebih jauh lagi. 11 Lebih jauh lagi, bakteri dan atau faktor virulensinya dapat
memasuki aliran darah, menyebar ke seluruh tubuh dan memicu induksi respon inflamasi
sistemik dan atau infeksi ektopik.
Kemampuan patogen periodontal dan faktor virulensinya untuk menyebar dan menginduksi baik
respon inflamasi lokal dan sistemik host telah menunjang hipotesis bahwa penyakit periodontal
mempunyai konsekuensi di luar jaringan periodontal itu senditi. Secara menarik, konsep ini
dilaporkan oleh Miller 12 pada tahun 1891 ketika ia mempublikasikan teori “fokal infeksi”.
Sebagai dasar teori ini, foci oral infeksi dianggap bertanggung jawab terhadap sejumlah penyakit
regional dan sistemik, seperti tonsilitis, pneumonia, endocarditis dan septikemia. Meskipun
demikian, kurangnya bukti ilmiah menjadikan teori ini menjadi dorman.
Seratus tahun kemudian, pada awal 1900-an, Collins dkk. 13, 14 mengajukan hipotesis bahwa
infeksi rongga mulut, sperti periodontitis, dapat bertindak sebagai sumber bakteri dan mediator
inflamasi yang dapat menyebar secara sistemik menuju fetus-plasenta, melewati aliran darah,
dan menginduksi komplikasi kehamilan.
Pada studi hewan coba berkelanjutan dimana hamster hamil diinjeksi dengan patogen
periodontal Porphyromonas gingivalis, Collins dkk13 menemukan bahwa infeksi mengakibatkan
fetus menjadi lebih kecil (sekitar 20% pengurangan berat badan) dan ditemukan adanya
peningkatan mediator inflamasi (TNF-alfa dan PGE2) pada lokasi infeksi dan cairan amnion.
Pada percobaan selanjutnya, penyakit periodontal diinduksi pada hamster hamil, peneliti
menemukan hasil yang serupa mengenai pertumbuhan fetus.14 Penemuan ini merupakan
penelitian bukti prinsip utama yang mengusulkan kemungkinan adanya hubungan antara
penyakit periodontal dengan kelahiran yang tidak diinginkan.
Semenjak saat itu, beberapa peneliti mencoba menguak apakah hubungan ini terjadi pada
manusia. Pada era kedokteran gigi berdasar bukti, beberapa desain eksperimen berbeda telah
digunakan, termasuk studi epidemiologis, studi intervensi, studi mikrobiologi dan studi dengan
hewan percobaan.
Penyakit Periodontal dan Kelainan Kehamilan dan Kelahiran
Bukti Klinis. Penelitian epidemiologis yang telah dipublikasikan dapat dikategorikan menjadi
dua kelompok: penelitian case-control dan kohort. Pada penelitian case-control, ibu dengan
kelainan kehamilan dan kelahiran dikenali dan paparan penyakit periodontal di masa lalu
dibandingkan dengan subjek kontrol yang sehat. Diantara 13 penelitian yang ada, enam
diantaranya mempunyai hubungan antara penyakit periodontal dengan komplikasi kehamilan,15-
20 tiga lainnya berkesimpulan bahwa hubungan ini mungkin ada 21-23 dan empat lainnya tidak
memiliki hubungan.24-27 Keanekaragaman hasil diantara penelitian-penelitian ini dapat terjadi
karena adanya perbedaan jumlah sampel atau perbedaan ras dan status sosioekonomi diantara
populasi. Afro-Amerika dan populasi dengan status sosioekonomi yang rendah menunjukkan
risiko komplikasi kehamilan yang lebih besar dan penyakit periodontal yang lebih parah. Lebih
jauh lagi, tidak semua populasi berisiko mengalami kelainan kehamilan dan kelahiran karena
berkaitan dengan penyakit periodontal, seperti pada penelitian pada populasi asal London
(Londoner) yang berasal dari Bangladesh.24 Lagi pula, diantara penelitian ini, terdapat variasi
signifikan pada kriteria yang digunakan untuk menentukan penyakit periodontal seperti misalnya
pengukuran paparan. Sebagai contoh, beberapa penelitian menggunakan Community Periodontal
Index of Treatment Need Score28, sedangkan lainnya menggunakan kriteria bleeding on probing
dan sebagian besar penelitian menggunakan kedalaman poket atau tingkat kehilangan perlekatan
(attachment loss); beberapa peneliti mengevaluasi hubungan antara penyakit periodontal dengan
berat lahir rendah; lainnya mengevaluasi hubungannya dengan kelahiran prematur, berat lahir
rendah prematur atau bahkan preeklampsia. Hasil penelitian yang menunjukkan hubungan positif
menyatakan bahwa wanita hamil dengan penyakit periodontal mempunyai kemungkinan 7,5 kali
lebih tinggi untuk mempunyai komplikasi kehamilan daripada ibu hamil yang sehat.
Bagaimanapun, klinisi harus berhati-hati dalam menggunakan besarnya risiko karena desain
penelitian case-control dapat menaksir terlalu tinggi odd rasio.
Pada penelitian kohort, peneliti mengikuti dari waktu ke waktu apakah wanita dengan penyakit
periodontal akan mempunyai insidensi kelainan kehamilan dan kelahiran yang lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita hamil tanpa penyakit periodontal. Dari 10 penelitian yang
dipublikasikan, enam29-34 mengindikasikan adanya hubungan antara penyakit periodontal
dengan komplikasi kehamilan, satu35 menunjukkan bahwa hubungan itu mungkin ada dan tiga
lainnya36-38 menunjukkan tidak ada hubungan. Sejalan dengan panelitian case-control,
penelitian kohort juga bervariasi pada jumlah sampel, keanekaragaman populasi, definisi kriteria
penyakit periodontal dan hasil kelahiran. Dalam penelitian ini, risiko bagi wanita dengan
penyakit periodontal akan mempunyai komplikasi kehamilan dilaporkan 20 kali lebih tinggi
dibandingkan pada wanita sehat. Yang lebih menarik lagi, karena penyakit periodontal ditandai
dengan periode eksaserbasi dan remisi, salah satu penelitian kohort terbaru mengevaluasi apakah
ada tidaknya penyakit aktif menunjukkan risiko yang lebih tinggi terhadap kehamilan.34 Peneliti
pada penelitian ini menarik kesimpulan bahwa wanita dengan penyakit periodontal aktif selama
kehamilan memang lebih memiliki pola kelahiran prematur dibandingkan dengan wanita yang
penyakit periodontalnya tidak aktif.34
Penting untuk diingat bahwa penelitian case-control dan kohort menunjukkan hubungan, pada
kondisi keduanya pada pasien yang sama. Lebih jauh lagi, penelitian kohort telah menunjukkan
bahwa penyakit periodontal dapat mendahului komplikasi kehamilan dan bukan menjadi
konsekuensi kehamilan. Hubungan ini kuat dan secara statistik signifikan, dengan faktor risiko
meningkat dua kali (termasuk riwayat kelahiran prematur sebelumnya dan merokok). Meski
penemuan ini konsisten secara kausalitas, penelitian demikian tidak dapat mengesampingkan
kemungkinan bahwa faktor risiko lain yang mendasari juga mungkin ada pada kedua kondisi –
termasuk faktor risiko yang sudah diketahui maupun yang belum diketahui – mungkin, ambil
bagian menjelaskan hubungan ini.
Dalam lima tahun terakhir, penelitian telah dilakukan untuk menentukan apakan penyakit
periodontal menjadi penyebab reversibel yang potensial mengenai kelainan kehamilan dan
kelahiran. Desain penelitiannya adalah secara acak membagi antara wanita dengan penyakit
periodontal menjadi dua kelompok. Salah satu kelompok menerima perawatan periodontal
selama kehamilan dan lainnya tidak. Alasannya, peneliti ingin mengevaluasi apakah terapi
periodontal dapat mengurangi insidensi komplikasi kehamilan dan selanjutnya menentukan
apakah penyakit periodontal menjadi faktor risiko independen bagi komplikasi kehamilan.
Sejauh ini, hanya tiga penelitian intervensi acak yang sudah dipublikasikan.39-41 Dari semua
penelitian ini, intervensi yang dilakukan meliputi scaling dan root planing pada semua gigi
dengan atau tanpa penggunaan obat kumur klorheksidin ataupun metronidazole. Salah satu
penelitian melaporkan adanya reduksi sebesar 28 persen terhadap kelahiran berat badan kurang
prematur pada kelompok perlakuan, tetapi perbedaannya tidak signifikan secara statistik.39
Penelitian kedua mengindikasikan bahwa penyakit periodontal menjadi faktor risiko bebas untuk
berat lahir kurang prematur,40 dan penelitian ketiga menyimpulkan bahwa scaling dan root
planing mungkin dapat mengurangi risiko kelahiran prematur.41 Semua penelitian menunjuk
pada arah yang sama: bahwa perawatan periodontal mengakibatkan berkurangnya kemungkinan
kelahiran prematur secara signifikan dan bertambahnya berat kelahiran. Meskipun demikian,
hasil ini tidak selalu signifikan, kemungkinannya adalah ukuran sampel yang kecil. Sebagai
tambahan yang menarik, sebagian besar wanita yang berpartisipasi dalam penelitian ini berkulit
hitam dan atau berasal dari status sosioekonomi bawah, yang dimana keduanya merupakan
karakteristik faktor risiko signifikan untuk terjadinya penyakit periodontal dan kelahiran
prematur. Dengan demikian, data ini mungkin tidak bisa digeneralisasi untuk semua populasi
ibu-ibu seluruhnya. Tetapi, data ini tentu cukup menjanjikan bagi mereka yang berisiko tinggi,
dimana beban penyakit dan komplikasi kehamilan paling tinggi.
Penelitian Mikrobiologis. Bukti lini ketiga yang membuka kemungkinan adanya hubungan
antara penyakit periodontal dengan kelainan kehamilan dan kelahiran adalah penelitian
mikrobiologi. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penyakit periodontal adalah penyakit
infeksi yang disebabkan terutama oleh bakteri anaerob gram negatif. Socransky dkk.42 membagi
bakteri-bakteri ini menjadi kompleks atau kluster dan mengkategorikan menjadi warna untuk
mempermudah pembahasan. Kluster ‘biru’, ‘hijau’, ‘kuning’ dan ‘ungu’ meliputi sebagian besar
bakteri yang berkoloni pada sulkus periodontal pada tahap awal pembentukan plak. Bersamaan
dengan matangnya biofilm dan menjadi lebih patogenik, organisme kluster ‘hingga’
(Campylobacter rectus, Fusobacterium nucleatum, Peptostreptococcus micros, Prevotella
intermedia dan Prevotella nigrescence) muncul dan mengkondisikan habitat untuk koloni yang
berikutnya yang lebih agresif dan disebut kluster ‘merah’ (Porphyromonas gingivalis, Tannerella
forythensis dan Treponema denticola). Meskipun peranan pasti tiap-tiap spesies bakteri ini
terhadap perjalanan penyakit periodontal belum sepenuhnya dimengerti, tetapi sangat jelas
bahwa keberadaan bakteri-bakteri inin dalam jumlah besar menjadi sesuatu yang krusial dalam
keseluruhan efek patogenik.
Ketika penyakit periodontal berlangsung, sistem imun host merespon dengan menghasilkan
antibodi yang melawan spesies bakteri tersebut. Madianos dkk43 mempelajari prevalensi bakteri
periodontal yang bermacam-macam pada respon antibodi ibu dan fetus terhadap organisme ini
pada 400 subjek wanita hamil dan mencoba mengkorelasikan hasilnya dengan kelahiran bayi.
Mereka menyimpulkan bahwa kemungkinan kelahiran prematur relatif tinggi diantara ibu-ibu
tanpa respon imunoglobulin protektif (Ig) G terhadap bakteri kluster ‘merah’. Lebih lanjut,
respon IgM fetus terhadap patogen periodontal kluster ‘orange’ lebih kuat pada neonatus
prematur daripada neonatus full-term.43 Sejak adanya laporan ini, penelitian lanjutan telah
mengonfirmasi hasil ini dan lebih jauh mengungkap bahwa pada fetus dengan respon IgM kuat
terhadap patogen periodontal, risiko kelahiran prematut paling tinggi diantara semua yang juga
menunjukkan respon inflamasi, seperti yang diindikasikan oleh peningkatan kadar serum C-
reactive protein, IL-1-beta, IL-6, YNF-alfa, PGE2 dan isopropan-8 sumsum tulang belakang.44
Penelitian-penelitian ini mengindikasikan bahwa ketika terdapat paparan fetus terhadap bakteri
rongga mulut ibu dan respon inflamasi, risiko relatif kelahiran prematur tinggi, dengan rasio
risiko 4:7. Bersama-sama, penemuan ini mendukung konsep bahwa infeksi periodontal ibu
dengan ketiadaan respon antibodi ibu dihubungkan dengan penyebaran mikroorganisme yang
menuju fetus dan mengakibatkan kelahiran prematur. Hal ini juga meningkatkan kemungkinan di
masa depan, bahwa imunisasi ibu dapat membantu memberikan perlindungan terhadap paparan
fetus selama kehamilan. Sebagai tambahan, neonatus yang mempunyai antibodi IgM yang
meningkat terhadap P. gingivalis dan C. rectus mempunyai kemungkinan dua kali lebih besar
dikirim ke NICU dan tiga kali lebih besar menetap di NICU selama lebih dari 7 hari. Oleh arena
itu, prevalensi tinggi peningkatan IgM terhadap organisme ini pada bayi-bayi prematur
menaikkan kemungkinan bahwa patogen rongga mulut ibu yang spesifik ini dapat menjadi agen
infeksius fetus yang utama, yang kemudian menyebabkan komplikasi kehamilan. Penelitian
mikrobiologi dan imunologi pada manusia memberikan wawasan mengenai mekanisme dan juga
argumen yang kuat untuk plausibilitas biologis hubungan sebab akibat.
Mekanisme yang menjelaskan hubungan yang memungkinkan antara penyakut periodontal
dengan komplikasi kehamilan telah diteliti pada beberapa model penelitian mengugnakan hewan
coba. Pada hampir semua model penelitian, bakteri periodontal (P. gingivalis atau C. rectus)
disuntikkan secara subkutan pada ruangan yang sebelumnya telah diletakkan hewan coba
(hamster, mencit ataupun kelinci) yang telah hamil.13, 14, 45-49 Tujuan penelitian ini adalah
untuk menciptakan tempat infeksi yang jauh terhadap unit fetus-plasenta, menyerupai – dengan
cara sederhana dan dapat direproduksi – infeksi periodontal. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa infeksi ibu dengan patogen periodontal mempunyai efek mengganggu terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup fetus. Secara khusus, baik P. gingivalis dan C. rectus
mempunyai kapasitas untuk menyebar dari ruangan subkutan tidak hanya menuju organ-organ
ibu (hepar dan uterus), tetapi juga lebih penting lagi, pada jaringan plasenta dan fetus.
Translokasi ini dibarengi denga peningkatan mediator inflamasi dalam plasenta. Lebih jauh lagi,
infeksi patogen periodontal menginduksi perubahan signifikan konfigurasi plasenta, terutama
pada area kritis yang berhubungan dengan pertukaran nutrien antara ibu dengan fetus. Lebih jauh
lagi, paparan ibu terhadap P. gingivalis dan C. rectus mengakibatkan pengurangan ukuran fetus
(kelahiran prematur tidak terjadi pada mencit). Penyusutan ukuran fetus bukan hanya salah satu
komplikasi karena bayi yang baru lahir juga mengalami risiko tinggi kematian perinatal, mirip
dengan lahir berat normal pada bayi manusia. Terakhir, anak anjing yang bertahan pada periode
perinatal tampaknya memiliki peningkatan sitokin inflamasi (interferon IFN-gamma) pada
jaringan otak bebarengan dengan perubahan ultrastruktur pada regio hippocampus otak. Yang
menarik, perubahan ini pada otak neonatus terjadi secara analogus dengan efek infeksi ibu pada
kerusakan materi-alba seperti yang terlihat pada manusia.
Disimpulkan bersama, penemuan ini menunjukkan bahwa ancaman infeksi ibu dengan patogen
periodontal selama kehamilan tidak hanya terbatas pada durasi gestasi, tetapi juga mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan neurologik perinatal.
Pengaruh Inflamasi pada Perkembangan
Berdasarkan bukti terkini penelitian baik pada hewan coba dan manusia, sebuah model hipotesis
mengenai hubungan antara inflamasi periodontal ibu dan perkembangan fetus dapat diajukan.
Bakteri periodontal dan faktor-faktor virulensinya, yang ditemukan di poket periodontal,
menginduksi respon imun host secara lokal, terutama produksi sitokin (IL-1, PGE2, TNF-alfa
dan lainnya) dan antibodi yang melawan bakteri. Jika respon imun ini dan netrofil tidak mampu
menjaga infeksi terlokalisir (seperti respon IgG ibu terhadap bakteri rendah), kemudian bakteri
dan atau faktor-faktor virulensinya dan sitokin penyebab inflamasi mempunyai akses sistemik
melalui sirkulasi darah. Hal ini secara klinis terbukti terutama sekali dengan adanya tanda
perdarahan saat probing (bleeding on probing) dan pembentukan poket selama kehamilan.
Adanya bakteri pada sirkulasi darah akan memicu host untuk membentuk respon inflamasi ronde
kedua, kali ini sistemik, terutama melalui produksi sitokin inflamasi lebih banyak lagi dan
reaktan fase akut seperti C-reactive protein dari hepar.
Segera setelahnya, bakteri dan atau faktor-faktor virulensi dan sitokin inflamasi tersebut
mencapai plasenta, tercermin pada 40 persen dari keseluruhan kehamilan dihubungkan dengan
respon antibodi IgM fetus terhadap organisme yang berasal dari rongga mulut ibu. Hal ini akan
menimbulkan tantangan bakteri di tempat lain dan kemungkinan infeksi plasenta, berakibat pada
respon inflamasi baru yang terlokalisir pada hubungan fetus-plasenta, dengan produksi sitokin
lebih banyak. Seperti pada jaringan periodontal, sitokin ini, meskipun diproduksi dengan tujuan
untuk berperang dengan infeksi, di sisi lain juga menyebabkan kerusakan jaringan. Karena
integritas struktural plasenta merupakan hal vital untuk pertukaran normal nutrien diantara ibu
dengan bayinya, kerusakan jaringan plasenta ini dapat menyebabkan pertumbuhan fetus
terganggu, yang dapat menyebabkan berat lahir kurang. Sebagai tambahan, kerusakan struktural
pada plasenta dapat mengganggu aliran darah normal antara ibu dengan fetus, mempengaruhi
tekanan darah ibu dan mengakibatkan preeklampsia. Peningkatan produksi sitokin inflamasi
seperti IL-1-beta dan PGE2 juga berkontribusi terhadap ruptur membran prematur dan kontraksi
uterus dan menyebabkan keguguran atau kelahiran prematur. Akhirnya, bakteri dan atau faktor-
faktor virulensi dan sitokin inflamasi melewati plasenta dan memasuki sirkulasi fetus. Disini,
mereka akan memicu respon imun fetus-host, yang terbukti dengan adanya kenaikan kadar IgM
fetus terhadap patogen periodontal.
Jika fetus tidak dapat mengontrol infeksi, bakteri dan atau faktor virulensinya mendapatkan
akses ke beberapa jaringan dan menginisiasi respon inflamasi lokal dan, sebagai konsekuensinya,
terjadi kerusakan struktural pada jaringan dan sistem organ fetus. Tergantung pada perluasan
kerusakan, bayi yang baru lahir mampu atau tidak mampu bertahan hidup selama periode
perinatal. Meski demikian, mereka yang bertahan dapat menderita defisiensi tertentu yang
mengorbankan kualitas hidup, bahkan selama hidupnya.
Sudah jelas bahwa beberapa bagian model ini perlu mendapat konfirmasi dan penelitian
mendalam lebih jauh lagi. Banyak pertanyaan masih tetap tidak terjawab sebagian ataupun tidak
terjawab sama sekali:
Dapatkah mencegah atau merawat penyakit periodontal menurunkan kemungkinan
komplikasi kehamilan?
Spesies bakteri manakah yang menginduksi komplikasi kehamilan dan kelahiran, atau
haruskah sekelompok bakteri tertentu ada?
Setelah terjadi infeksi oleh patogen periodontal, apakah kejadian biologis yang terjadi
pada hewan coba mirip dengan yang terjadi pada manusia, terutama sehubungan dengan efek
pada neonatus?
Perawatan terbaik apakah yang dapat diberikan pada wanita hamil dengan penyakit
periodontal, dan kapankah perawatan itu sebaiknya diberikan?
IMPLIKASI KLINIS
Walaupun volume data yang dihasilkan melalui studi manusia dan model hewan coba terus
bertambah, aplikasi klinis informasi ini terhadap praktik dental perlu dijabarkan dengan jelas.
Meskipun semua studi mengindikasikan korelasi positif, masih terlalu awal untuk
menghubungkan hubungan sebab-akibat. Pertanyaan yang muncul disini menekankan akan
adanya kebutuhan penelitian berkelanjutan, terutama percobaan intervensi pada manusia.
Hasil dari percobaan intervensi terkontrol random multipusat dipercaya memberikan bukti
terbaik untuk mendukung konsep bahwa penyakit periodontal adalah penyebab reversibel
kelainan kehamilan dan kelahiran yang memungkinkan. Jika hasil dari penelitian yang sedang
berlangsung ini mendukung, penelitian berkelanjutan diperlukan untuk menentukan strategi
perawatan yang optimal. Meskipun demikian, berhubung penyakit periodontal merupakan
kondisi yang dapat dicegah dan dapat diobati, dokter gigi mempunyai tanggung jawab untuk
mendiagnosis dan merawat wanita yang hamil atau berencana untuk hamil.
KESIMPULAN
Penting untuk dicatat bahwa semua studi yang melibatkan tindakan pengobatan penyakit
periodontal pada wanita hamil (biasanya pada trimester kedua kehamilan) menyatakan bahwa
tindakan periodontal aman terhadap ibu dan anak. Dengan demikian, tindakan dapat diberikan
secara aman selama kehamilan untuk meningkatkan kesehatan mulut ibu. Hal yang belum kita
ketahui adalah apakah tindakan ini juga secara signifikan meningkatkan hasil kehamilan ataupun
wanita hamil yang merawat kondisi gingiva mereka akan meningkatkan hasil kehamilan ataupun
bayi mereka. Kita harus menunggu hasil dari percobaan multicenter yang disponsori oleh
National Institute of Dental and Craniofacial Research yang sedang melangkah sebelum kita
memiliki kesempatan untuk menjawa pertanyaan kritis ini. Meskipun demikian, sudah
merupakan kewajiban bagi dokter gigi untuk memberikan informasi kepada pasien mengenai
plausibilitas biologis bahwa penyakit periodontal yang tidak diobati dapat meningkatkan risiko
tidak hanya hasil kelahiran yang merugikan, tetapi juga meningkatkan risiko kesejahteraan
keturunan. Belum ada bukti pada sisi lain yang menyatakan bahwa merawat ibu sebenarnya
mungkin bermanfaat bagi keduanya.
Daftar Pustaka
1. Centers for Disease Control and Prevention, U.S. Department of Health and
Human Services. Healthy People 2000 final review. Available at:
“www.cdc.gov/nchs/data/hp2000/hp2k01.pdf”. Accessed June 25, 2006.
2. McCormick MC. The contribution of low birth weight to infant mortality and
childhood morbidity. N Engl J Med 1985;312(2):82-90.
3. Yu VY. Developmental outcome of extremely preterm infants. Am J Perinatol
2000;17(2):57-61.
4. Shapiro S, McCormick MC, Starfield BH. Relevance of correlates of infant deaths
for significant morbidity at 1 year of age. Am J Obstet Gynecol 1980;136(3):363-73.
5. Byrne J, Ellsworth C, Bowering E, Vincer M. Language development in low birth
weight infants: the first two years of life. J Dev Behav Pediatr 1993;14(3):21-7.
6. Hack M, Caron B, Rivers A, Fanaroff AA. The very low birth weight infant: the
border spectrum of morbidity during infancy and early childhood. J Dev Behav Pediatr
1983;4(4):243-9.
7. Christianson RE, van den Berg BJ, Milkovich L, Oechsli FW. Incidence of
congenital anomalies among white and black live births with long-term follow-up. Am J
Public Health 1981;71(12):1333-41.
8. Hattersley AT, Tooke JE. The fetal insulin hypothesis: an alternative explanation
of the association of low birthweight with diabetes and vascular disease. Lancet
1999;353(9166):1789-92.
9. Goldenberg RL, Hauth JC, Andrews WW. Intrauterine infection and preterm
delivery. N Engl J Med 2000;342(20):1500-7.
10. American Academy of Periodontology. Protecting oral health throughout your
life. Available at: “www.perio.org/consumer/women.htm”. Accessed June 26, 2006.
11. Darveau RP, Tanner A, Page RC. The microbial challenge in periodontitis.
Periodontol 2000 1997;14:12-32.
12. Miller WD. The human mouth as a focus of infection. Dental Cosmos
1891;33:689-713.
13. Collins JG, Smith MA, Arnold RR, Offenbacher S. Effects of Escherichia coli
and Porphyromonas gingivalis lipopolysaccharide on pregnancy outcome in the golden
hamster. Infect Immun 1994;62(10):4652-5.
14. Collins JG, Windley HW 3rd, Arnold RR, Offenbacher S. Effects of a
Porphyromonas gingivalis infection on inflammatory mediator response and pregnancy
outcome in hamsters. Infect Immun 1994;62(10):4356-61.
15. Offenbacher S, Katz V, Fertik G, et al. Periodontal infection as a possible risk
factor for preterm low birth weight. J Periodontol 1996;67(supplement 10):1103-13.
16. Mokeem SA, Molla GN, Al-Jewair TS. The prevalence and relationship between
periodontal disease and pre-term low birth weight infants at King Khalid University
Hospital in Riyadh, Saudi Arabia. J Contemp Dent Pract 2004;5(2):40-56.
17. Goepfert AR, Jeffcoat MK, Andrews WW, et al. Periodontal disease and upper
genital tract inflammation in early spontaneous preterm birth. Obstet Gynecol
2004;104(4):777-83.
18. Radnai M, Gorzo I, Nagy E, Urban E, Novak T, Pal A. A possible association
between preterm birth and early periodontitis: a pilot study. J Clin Periodontol
2004;31(9):736-41.
19. Canakci V, Canakci CF, Canakci H, et al. Periodontal disease as a risk factor for
pre-eclampsia: a case-control study. Aust N Z J Obstet Gynaecol 2004;44(6):568-73.
20. Jarjoura K, Devine PC, Perez-Delboy A, Herrera-Abreu M, D’Alton M,
Papapanou PN. Markers of periodontal infection and preterm birth. Am J Obstet Gynecol
2005;192(2):513-9.
21. Dasanayake AP. Poor periodontal health of the pregnant woman as a risk factor
for low birth weight. Ann Periodontol 1998;3(1):206-12.
22. Sembene M, Moreau JC, Mbaye MM, et al. Periodontal infection in pregnant
women and low birth weight babies. Odontostomatol Trop 2000;23(89):19-22.
23. Louro PM, Fiori HH, Filho PL, Steibel J, Fiori RM. Periodontal disease in
pregnancy and low birth weight. J Pediatr (Rio J) 2001;77(1):23-8.
24. Davenport ES, Williams CE, Sterne JA, Murad S, Sivapathasundram V, Curtis
MA. Maternal periodontal disease and preterm low birthweight: case-control study. J
Dent Res 2002;81(5):313-8.
25. Moore S, Randhawa M, Ide M. A case-control study to investigate an association
between adverse pregnancy outcome and periodontal disease. J Clin Periodontol
2005;32(1):1-5.
26. Buduneli N, Baylas H, Buduneli E, Turkoglu O, Kose T, Dahlen G. Periodontal
infections and pre-term low birth weight: a case-control study. J Clin Periodontol
2005;32(2):174-81.
27. Xiong X, Buekens P, Fraser WD, Beck J, Offenbacher S. Periodontal disease and
adverse pregnancy outcomes: a systematic review. Br J Obstet Gynaecol
2006;113(2):135-43.
28. World Health Organization. Oral health surveys: Basic methods. Geneva: World
Health Organization; 1987.
29. Jeffcoat MK, Geurs NC, Reddy MS, Cliver SP, Goldenberg RL, Hauth JC.
Periodontal infection and preterm birth: results of a prospective study. JADA
2001;132(7):875-80.
30. Offenbacher S, Lieff S, Boggess KA, et al. Maternal periodontitis and
prematurity, I: obstetric outcome of prematurity and growth restriction. Ann Periodontol
2001;6(1):164-74.
31. Lopez NJ, Smith PC, Gutierrez J. Higher risk of preterm birth and low birth
weight in women with periodontal disease. J Dent Res 2002;81(1):58-63.
32. Boggess KA, Lieff S, Murtha AP, Moss K, Beck J, Offenbacher S. Maternal
periodontal disease is associated with an increased risk for preeclampsia. Obstet Gynecol
2003;101(2):227-31.
33. Dortbudak O, Eberhardt R, Ulm M, Persson GR. Periodontitis: a marker of risk
in pregnancy for preterm birth. J Clin Periodontol 2005;32(1):45-52.
34. Offenbacher S, Boggess KA, Murtha AP, et al. Progressive periodontal disease
and risk of very preterm delivery (published correction appears in Obstet Gynecol
2006;107[5]:1171). Obstet Gynecol 2006;107(1):29-36.
35. Romero BC, Chiquito CS, Elejalde LE, Bernardoni CB. Relationship between
periodontal disease in pregnant women and the nutritional condition of their newborns. J
Periodontol 2002;73(10):1177-83.
36. Moore S, Ide M, Coward PY, et al. A prospective study to investigate the
relationship between periodontal disease and adverse pregnancy outcome. Br Dent J
2004;197:251-8; discussion 247.
37. Holbrook WP, Oskarsdottir A, Fridjonsson T, Einarsson H, Hauksson A, Geirsson
RT. No link between low-grade periodontal disease and preterm birth: a pilot study in a
healthy Caucasian population. Acta Odontol Scand 2004;62(3):177-9.
38. Rajapakse PS, Nagarathne M, Chandrasekra KB, Dasanayake AP. Periodontal
disease and prematurity among non-smoking Sri Lankan women. J Dent Res
2005;84(3):274-7.
39. Mitchell-Lewis D, Engebretson SP, Chen J, Lamster IB, Papapanou PN.
Periodontal infections and pre-term birth: early finding from a cohort of young minority
women in New York. Eur J Oral Sci 2001;109(1):34-9.
40. Lopez NJ, Smith PC, Gutierrez J. Periodontal therapy may reduce the risk of
preterm low birth weight in women with periodontal disease: a randomized controlled
trial. J Periodontol 2002;73(8):911-24.
41. Jeffcoat MK, Hauth JC, Geurs NC, et al. Periodontal disease and preterm birth:
results of a pilot intervention study. J Periodontol 2003;74(8):1214-8.
42. Socransky SS, Haffajee AD, Cugini MA, Smith C, Kent RL Jr. Microbial
complexes in subgingival plaque. J Clin Periodontol 1998;25(2):134-44.
43. Madianos PN, Lieff S, Murtha AP, et al. Maternal periodontiti and prematurity,
II: maternal infection and fetal exposure. Ann Periodontol 2001;6(1):175-82.
44. Boggess KA, Moss K, Madianos P, Murtha AP, Beck J, Offenbacher S. Fetal
immune response to oral pathogens and risk of preterm birth. Am J Obstet Gynecol
2005;193(3 part 2):1121-6.
45. Lin D, Smith MA, Champagne C, Elter J, Beck J, Offenbacher S. Porphyromonas
gingivalis infection during pregnancy increases maternal tumor necrosis factor alpha,
suppresses maternal interleukin-10, and enhances fetal growth restriction and resorption
in mice. Infect Immun 2003;71(9):5156-62.
46. Lin D, Smith MA, Elter J, et al. Porphyromonas gingivalis infection in pregnant
mice is associated with placental dissemination, an increase in the placental Th1/Th2
cytokine ratio, and fetal growth restriction. Infect Immun 2003;71(9):5163-8.
47. Boggess KA, Madianos PN, Preisser JS, Moise KJ Jr, Offenbacher S. Chronic
maternal and fetal Porphyromonas gingivalis exposure during pregnancy in rabbits. Am J
Obstet Gynecol 2005;192(2):554-7.
48. Yeo A, Smith MA, Lin D, et al. Campylobacter rectus mediates growth restriction
in pregnant mice. J Periodontol 2005;76(4):551-7.
49. Offenbacher S, Riche EL, Rabbors SP, Bobetsis YA, Lin D, Beck JD. Effects of
maternal Campylobacter rectus infection on murine placenta, fetal and neonatal survival,
and brain development. J Periodontol 2005;76(supplement 11):2133