Penelitian Eksperimental di Fakultas Kedokteran X
-
Upload
mirza-rizki -
Category
Documents
-
view
63 -
download
0
description
Transcript of Penelitian Eksperimental di Fakultas Kedokteran X
-
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimen menggunakan rancangan One Group
Pre- and Post- Test, sebelum penyuluhan dilaksanakan langkah awal yang dilakukan
adalah dengan melakukan pretest untuk mengetahui seberapa besar nilai pengetahuan
dan sikap siswa ibu yang memiliki anak down syndrome tentang konsumsi makanan
sehat, dalam hari yang sama setelah dilakukannya pretest dilanjutkan dengan
penyuluhan tentang konsumsi makanan sehat untuk anak down syndrome dengan
metode ceramah menggunakan alat bantu leafleat tentang konsumsi makanan sehat
untuk anak down syndrome, seminggu setelah dilakukan penyuluhan selanjutnya
dilakukan posttest. Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut
(Notoatmodjo, 2005):
Keterangan:
O1 : Pretest pada kelompok ibu yang diberi penyuluhan
X : Penyuluhan konsumsi makanan sehat untuk anak down syndrome
O2 : Posttest pada kelompok ibu yang diberi penyuluhan
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada SDLB Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam
Kabupaten Deli Serdang. Pemilihan SDLB Negeri 107708 karena selain disekolah
ini terdapat siswa yang berkebutuhan khusus down syndrome sehingga memerlukan
O1 X O2
Universitas Sumatera Utara
-
asupan gizi yang khusus pula dibandingkan anak-anak lainnya, dan karena kesibukan
ibu, sehingga kurang dapat mengawasi dan memantau apa saja yang dikonsumsi
anak sewaktu anak disekolah. Waktu penelitian dilakukan Oktober 2011.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak down
syndrome yang berjumlah 78 orang, jumlah ini didasarkan atas banyaknya anak
penderita down syndrome di SDLB Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam
Kabupaten Deli Serdang.
3.3.2 Sampel
Peneliti menetapkan sampel dengan menggunakan rumus yang terdapat pada
buku Notoatmodjo, 2005, yaitu:
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
d = Derajat ketepatan yang diinginkan (sebesar = 0,1)
Maka :
orangn 4482,43)1,0(781
782 =+
=
)(1 2dNNn
+=
Universitas Sumatera Utara
-
Alokasi sampel ibu ditetapkan dari kelas anaknya secara (proportional
allocation method) (Gaspersz, 1991) yaitu :
Keterangan :
nh = Besar sampel tiap kelas
Nh = Populasi kelas (14, 15, 11, 11, 10, 17 orang)
n = Besar sampel kelas 1, 2, 3, 4, 5, 6 (44 orang)
N = Populasi kelas 1, 2, 3, 4, 5, 6 (78 orang)
Berdasarkan perhitungan dari rumus tersebut maka alokasi ibu dari setiap kelas
anak dapat dilihat pada tabel berikut :
Kelas Jumlah Anak Down Syndrome Alokasi Ibu 1 14 8 2 15 8 3 11 6 4 11 6 5 10 6 6 17 10
TOTAL 78 44 Sampel yang dilokasikan secara proporsional, kemudian dipilih dengan cara
Simple Random Sampling.
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner yang
berisi tentang identitas responden (nama, jenis kelamin, umur) dan daftar pertanyaan
tentang pengetahuan dan sikap ibu tentang konsumsi makanan sehat.
Universitas Sumatera Utara
-
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder meliputi gambaran umum SDLB Negeri 107708 Kecamatan
Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang dan jumlah siswa yang diperoleh dari bagian
Tata Usaha.
3.5. Instrumen Penelitian
Instrumen perlakuan berupa daftar pertanyaan (kuesioner) yang disususn
secara closed ended dengan bentuk pertanyaan multiple choice. Penggunaan slide
dan leafleat yang berisikan bahan penyuluhan yang digunakan sebagai media /alat
bantu untuk mempermudah dalam melakukan penyuluhan tersebut.
3.6. Defenisi Operasional
1. Penyuluhan konsumsi makanan sehat adalah suatu proses usaha perubahan
yang dilakukan untuk memberikan informasi tentang konsumsi makanan
sehat dengan upaya untuk mmpertahankan dan meningkatkan kesehatannya
dengan menggunakan metode ceramah dan menggunakan alat bantu leafleat.
2. Pengetahuan ibu adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu tentang
konsumsi makanan sehat sebelum dan sesudah mendapatkan penyuluhan.
3. Sikap ibu adalah respon atau reaksi dari ibu tentang konsumsi makanan sehat
sebelum dan sesudah mendapatkan penyuluhan.
3.7. Aspek Pengukuran
a. Pengukuran Pengetahuan
Aspek pengukuran dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban pada
responden terhadap pernyataan dari kuesioner yang sesuai dengan skor yg
Universitas Sumatera Utara
-
ditetapkan. Nilai yang dijumlahkan dikategorikan menjadi tiga (3) tingkatan yaitu :
baik, sedang, dan kurang (Arikunto,2002).
Pengetahuan diukur melalui 10 pernyataan. Bila responden menjawab benar
diberi nilai 3, jawaban yang hampir benar diberi nilai 2 dan jawaban yang salah
diberi nilai 1. Berdasarkan jumlah tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 30.
Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan :
- Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh > 75% dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 30 yaitu >21-30
- Tingkat pengetahuan cukup, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan total yaitu 11-20 .
- Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45% dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 30 yaitu 75% dari total nilai seluruh
pertanyaan tentang sikap, dengan nilai 15-20
Universitas Sumatera Utara
-
- Kategori cukup, apabila nilai responden < 40-75% dari total nilai seluruh
pertanyaan tentang sikap, dengan nilai 9-14
- Kategori kurang, apabila nilai responden < 40% dari total nilai seluruh
pertanyaan tentang sikap,dengan nilai 0-8
3.8. Tahapan Penelitian
1. Survei pendahuluan
Survei pendahuluan dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan
untuk melakukan penelitian yang dilaksanakan di SDLB Negeri 107708
Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.
2. Menyusun rencana intervensi
Rencana intervensi berupa penyusunan proposal penelitian dan instrumen
penelitian (kuesioner, bahan penyuluhan dan leafleat mengenai konsumsi
makanan sehat bagi anak).
3. Pengumpulan data tahap pertama (pretest)
Pretest dilaksanakan pada hari yang sama sebelum dilakukan penyuluhan tentang
konsumsi mengenai konsumsi makanan sehat untuk anak down syndrome dengan
membagikan kuesioner yang telah dipersiapkan, dan semua ibu yang akan
mengikuti penyuluhan dikumpulkan di satu ruangan.
4. Pelaksanaan intervensi
Intervensi pada penelitian ini berupa penyuluhan dengan metode ceramah
menggunakan alat bantu leafleat tentang konsumsi makanan sehat bagi anak
down syndrome. Setelah dilakukan pretest dilanjutkan dengan pemberian
penyuluhan, ceramah dengan materi Konsumsi Makanan Sehat untuk Anak
Universitas Sumatera Utara
-
Down Syndrome dan penyuluhan diberikan kepada ibu yang memiliki anak
down syndrome dan disertai pembagian beberapa leafleat yang mendukung.
Selain itu, peneliti juga memberikan kesempatan tanya jawab kepada ibu yang
memiliki anak down syndrome tentang apa yang ingin mereka pertanyakan
seputar apa yang telah dijelaskan atau yang berkaitan dengan materi yang
disajikan.
5. Pengumpulan data tahap kedua (posttest)
Satu minggu setelah dilakukan penyuluhan tepatnya dilakukan posttest seperti
halnya pada pengumpulan data tahap pertama dengan menggunakan kuesioner
dan dilakukan di ruang kelas yang sama. Kuesioner yang diberikan saat posttest
adalah kuesioner yang sama dengan pretest.
6. Pengolahan data dan analisis data dan penyusunan laporan penelitian.
3.9. Pelaksanaan Penyuluhan
3.9.1 Lokasi penyuluhan
Lokasi dalam penyuluhan ini dilakukan di ruang tunggu SDLB Negeri No.
107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Adapun alasan
pemilihan lokasi disebabkan banyaknya ibu yang tidak mengetahui tentang makanan
yang sehat untuk anak down syndrome di sekolah tersebut .
3.9.2 Waktu Penyuluhan
Waktu penyuluhan dilakukan pada bulan Oktober 2011
3.9.3 Tenaga Pelaksana Penyuluhan
Tenaga pelaksana penyuluhan dilakukan oleh peneliti
Universitas Sumatera Utara
-
3.9.4 Metode Penyuluhan
Penyuluhan dengan metode ceramah dan pembagian leaflet tentang pengaruh
penyuluhan makanan sehat terhadap pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki anak
down syndrome di SDLB negeri No. 117708 kecamatan Lubuk pakam Kabupaten
Deli Serdang. Ceramah dilakukan selama 45 menit sebanyak 1 kali dengan materi
yang telah disiapkan dan disertai pembagian leaflet. Selain itu, peneliti juga
memberikan kesempatan berdiskusi dengan para ibu tentang apa yang ingin mereka
pertanyakan seputar apa yang telah dijelaskan atau yang berkaitan dengan hal
tersebut
3.10 Pengolahan dan Analisa Data
3.10.1 Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini secara manual dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing
Langkah ini bertujuan agar data yang diperoleh dapat diolah dengan baik, untuk
mendapatkan informasi yang benar. Kegiatan yang dilakukan adalah untuk
melihat dan memeriksakan apakah semua pertanyaan telah terisi, dapat dibaca
dan ada kekeliruan yang dapat menggangu proses pengolahan data.
2. Koding
Memberikan kode atau angka-angka (skor) tertentu untuk setiap jawaban.
3. Tabulasi
Untuk mempermudah analisis dan pengolahan data serta pengambilan
kesimpulan, data ditabulasi kedalam table distribusi frekuensi.
Universitas Sumatera Utara
-
3.10.2 Analisa Data
Data-data dianalisis dengan menggunakan uji paired sample t-test untuk
melihat perbedaan pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki anak down syndrome
sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan ceramah. Untuk memudahkan dalam
pengolahan maka dilakukan dengan menggunakan SPSS for Windows 11,5.
Keterangan :
t = nilai hitungan
1 = nilai pengukuran pertama
2 = nilai pengukuran kedua
SD = standar deviasi pengukuran pertama dan kedua
n = nilai populasi
Analisis hasil dilakukan juga dengan cara tabel dan grafik dan
diinterpretasikan untuk menjawab tujuan penelitian sebagai kesimpulan peneliti
(Uyanto, 2009).
=
NSD
t 21
Universitas Sumatera Utara
-
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum SDLB Negeri 107708 Lubuk Pakam
Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam
Kabupaten Deli Serdang adalah sekolah yang didirikan oleh pemerintah, yang
beralamatkan di Jalan Pantai Labu No. 177 Sekip, Kecamatan Lubuk Pakam
Kabupaten Deli Serdang.
Sekolah ini dibangun untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus, seperti
tuna netra (buta), tuna rungu (tuli), Down Syndrome, tuna daksa (cacat tubuh), tuna
ganda dan secara keseluruhan siswa berjumlah 109, untuk lebih rinci dapat dilihat
pada Tabel 4.1.
Table 4.1 Sebaran Siswa di SDLB Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
No. Jenis Ketunaan Jenis Kelamin Jumlah Perempuan Laki-laki
1. Tuna Netra 2 1 3 2. Tuna Rungu 10 10 20 3. Down Syndrome 55 23 78 4. Tuna Daksa 5 3 8 5. Tuna Ganda 0 0 0 TOTAL 70 39 109
Ada pun jumlah staf pengajar di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri
107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang sebanyak 15 orang yang
mana sebanyak 8 orang guru merupakan Pegawai Negeri Sipil dan 7 orang guru
merupakan Staf Honor, dengan pendidikan Strata 1 sebanyak 7 orang, Diploma 3
orang dan 5 orang tamatan SMA.
Universitas Sumatera Utara
-
Adapun cara belajar yang diterapkan disekolah adalah sama seperti sekolah
SD pada umumnya, dimana anak-anak diajarkan untuk membaca, berhitung dan
menulis. Ruangan kelas terdiri dari kelas 1 sampai dengan kelas 6, di SDLB ini siswa
dimasukkan ke dalam satu kelas berdasarkan ketunaan .
4.2 Gambaran Umum Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome
Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak down
syndrome di SDLB Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli
Serdang yang berada di kelas 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 yang berjumlah 44 orang. Variabel
gambaran umum ibu yang dilihat adalah umur, agama, pendidikan dan pekerjaan ibu
yang memiliki anak down syndrome.
4.2.1 Umur Ibu
Dalam penleitian ini Ibu yang memiliki anak down syndrome yang terbanyak
adalah usia 32-37 tahun yang berjumlah 15 orang (34%), dilanjutkan dengan umur
44-49 tahun sebanyak 13 orang (29,5%), lalu ibu yang berumur 38-43 tahun
sebanyak 12 orang (27,3%), dan ibu yang berumur 50-55 tahun sebanyak 14 orang
(9,2%). Adapun distribusi frekuensi berdasarkan umur Ibu dapat dilihat pada Tabel
4.2.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome Berdasarkan Kelompok Umur
No. Umur Jumlah n %
1. 32-37 tahun 15 34 2. 38-43 tahun 12 27,3 3. 44-49 tahun 13 29,5 4. 50-55 tahun 4 9,2 Total 44 100
Universitas Sumatera Utara
-
4.2.2 Agama Ibu
Dalam penleitian ini ibu yang memiliki anak down syndrome yang terbanyak
adalah beragama Islam yaitu sebanyak 37 orang (84,1%), sedangkan jumlah ibu yang
beragama Kristen 6 orang (13,6%), dan ibu yang beragama budha 1 orang (2,3%).
Adapun distribusi frekuensi berdasarkan agama Ibu dapat dilihat pada Tabel 4.3
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome Berdasarkan Kelompok Agama
No. Agama Jumlah n %
1. Islam 37 84,1 2. Kristen 6 13,6 3. Budha 1 2,3 Total 44 100
4.2.3 Pendidikan Ibu
Dalam peneleitian ini Ibu yang memiliki anak down syndrome terbanyak
memiliki pendidikan SMA yaitu sebanyak 19 orang (43,2%), sedangkan jumlah ibu
yang memiliki pendidikan SMP 18 orang (40,9%), ibu yang memiliki pendidikan SD
6 orang (13,6%), dan ibu yang memiliki pendidikan Sarjana 1 orang (2,3%). Adapun
distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan ibu dapat dilihat pada Tabel 4.4
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome Berdasarkan Kelompok Pendidikan
No. Pendidikan Jumlah n %
1. SD 6 13,6 2. SMP 18 40,9 3. SMA 19 43,2 4. Diploma 0 0 5. Sarjana 1 2,3 Total 44 100
Universitas Sumatera Utara
-
4.2.4 Pekerjaan Ibu
Pekerjaan ibu dalam penelitian ini meliputi ibu rumah tangga , buruh, pembantu,
pedagang dan guru. Dan dilihat dari jenis pekerjaan terdapat 15 orang tua dari siswa
berprofesi sebagai pedagang (34,1%), dilanjutkan dengan 12 orang ibu berprofesi
pembantu dan ibu rumah tangga (27,3%), lalu ibu yang berprofesi buruh 3 orang
(6,8%), dan ibu yang berprofesi guru sebanyak 2 orang (4,5%). Adapun distribusi
frekuensi berdasarkan pekerjaan ibu dapat dilihat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome Berdasarkan Kelompok Pekerjaan
No. Pekerjaan Jumlah n %
1. IRT 12 27,3 2. Buruh 3 6,8 3. Pembantu 12 27,3 4. Pedagang 15 34,1 5. Guru 2 4,5 Total 44 100
4.3.1 Pengetahuan Ibu tentang Makanan Sehat pada Anak Down Syndrome di SDLB Negeri 107708 Kecamatan Deli Serdang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa pengetahuan ibu pada saat
sebelum diberikan penyuluhan (pretest) masing-masing 68,1% dalam kategori baik
dan 31,9% dalam kategori cukup. Sedangkan sesudah diberikan penyuluhan lalu
dilakukan test ulang lagi (posttest) terjadi perubahan dalam pengetahuan ibu menjadi,
sebayak 84,1% ibu dalam kategori baik dan sebanyak 15.9% ibu dalam kategori
cukup. Adapun distribusi frekuensi pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
-
Table 4.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome Tentang Makanan Sehat pada Anak Down Syndrome pada saat Pre-Test dan Post-Test
No Pengetahuan Pre-test Post-test n % n %
1 Baik 30 68,1 37 84,1 2 Cukup 14 31,9 7 15,9 3 Kurang 0 0 0 0
Total 44 100,0 44 100,0
berdasarkan hasil analisis diperoleh rata-rata skor pengetahuan ibu sebelum
penyuluhan sebesar 21,73 dan sesudah diberikan penyuluhan meningkat menjadi
23,32. Hasil uji t didapatkan ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan ibu
sebelum mendapatkan penyuluhan dan sesudah mendapatkan penyuluhan (p= 0,004),
untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.7 sebagai berikut:
Tabel 4.7. Perbedaan Rata-rata Nilai Pengetahuan Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome Antara Pre-test dan Post-test
Variabel Rata-rata P
Pengetahuan Pre-test 21,73 0,004
Post-test 23,32
Pengetahuan tentang makanan sehat tidak hanya sebatas masalah makanan
yang akan dimakan si anak, tetapi juga dilihat bagaimana pengetahuan ibu tentang
pemberian makan secara khusus yang sesuai dengan diet anak down syndrome, untuk
itu peneliti memilih 10 pertanyaan pengetahuan sebagai sampel menyangkut pola
pemberian makan pada anak down syndrome. Secara rinci dapat dilihat pada Table.
4.8.
Universitas Sumatera Utara
-
Table 4.8 Distribusi Frekuensi Jawaban Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome berdasarkan pengetahuan Tentang Konsumi Makanan Sehat pada Anak Down Syndrome pada saat pre-test dan post-test
no Pertanyaan Pre-test Post-test
n % n % 1 Menurut ibu, apakah yang dimaksud dengan
makanan sehat? a. Makanan yang kandungan gizinya kurang
lengkap (1) b. Makanan yang sudah memenuhi standart
gizi dan aman untuk dikonsumsi (3) c.Makanan yang bersih dan tertutup (2)
3
30 11
6,8
68,2 25,0
6
26 12
13,6
59,1 27,3
Total 44 100,0 44 100,0 2 Menurut ibu, apakah manfaat makanan sehat
untuk anak down syndrome? a. Mengenyangkan (1) b. Memenuhi kebutuhan gizi dan menunjang
pertumbuhan dan perkembangan anak (3) c. Menambah energy (2)
3
28 13
6,8
63,7 29,5
5
31 8
11,4
70,5 18,1
Total 44 100,0 44 100,0 3 Menurut ibu, apakah tujuan pemberian makanan
sehat bagi anak down syndrome? a. Makanan sehat yang diberikan pada ana
down syndrome untuk memenuhi kebutuhan gizinya dan ketahanan tubuh (3)
b. Makanan sehat diberikan pada anak down syndrome agar tetap sehat (2)
c. Makanan yang dapat menunda lapar (1)
14
27 3
31,9
61,3 6,8
23
21 0
52,2
47,8
0 Total 44 100,0 44 100,0 4 Menurut ibu, apa saja makanan yang harus
dihindari oleh anak down syndrome? a. Makanan yang mengandung pengawet (2) b. Makanan yang mengandung serat seperti
sayuran dan buah-buahan (1) c. Makanan yang mengandung karbohidrat,
MSG, makanan yang pedas dan glukosa (3)
19
10
15
43,2
22,7
34,1
17
7
20
38,7
15,9
45,4
Total 44 100,0 44 100,0 5 Menurut ibu, yang dimaksud dengan down
syndrome merupakan: a. Penyakit yang keturunan genetic pada
anak (1) b. Penyakit dengan keterbelakangan mental
(2) c. Penyakit genetis dan kelainan kromosom
yang terjadi pada anak dan biasanya berpengaruh terhadap mental (3)
10
21
13
22,7
47,8
29,5
2
18
24
4,5
40,9
54,6 Total 44 100,0 44 100,0
Universitas Sumatera Utara
-
Lanjutan Tabel 4.8
6 Menurut ibu, penyakit yang sering diderita oleh anak down syndrome adalah?
a. Ambeyen dan sembelit (2) b. Konstipasi (susah buang air besar) (3) c. Influenza (1)
10 21 13
22,7 47,8 29,5
7 31 6
15,9 70,5 13,6
Total 44 100,0 44 100,0 7 Menurut ibu, makanan yang dianjurkan untuk
dikonsumsi anak down syndrome adalah seperti?
a. Makanan yang mengandung karbohidrat tinggi seperti jagung, umbi-umbian (1)
b. Buah yang segar (2) c. Sayur-sayuran, buah-buahan dan makanan
yang mengandung serat tinggi (3)
13 10
21
29,5 22,7
47,8
12 4
28
27,3 9,2
63,5
Total 44 100,0 44 100,0 8 Menurut ibu, penyakit yang sering terjadi pada
anak down syndrome adalah: a. Influenza (1) b. Sariawan (2) c. Sesak nafas dan gangguan kulit (3)
12 21 11
27,3 47,8 25,0
12 15 17
27,3 34,1 38,6
Total 44 100,0 44 100,0 9 Gangguan kulit yang biasanya terjadi pada anak
down syndrome yang diakibatkan kurangnya konsumsi buah dan sayur meliputi:
a. Gangguan kulit pada bibir (1) b. Gangguan kulit pada tangan (2)
c.Gangguan kulit yang kering pada kaki, tangan dan sensitivitas pada hidung (3)
17 14
13
38,6 31,9
29,5
18 7
19
40,9 15,9
43,2
Total 44 100,0 44 100,0 10 Menurut ibu, gaya hidup atau pola hidup sehat
yang baik untuk anak down syndrome antara lain?
a. Istirahat yang banyak dan mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat tinggi (1)
b. Olahraga teratur (2) c. Memakan sayuran, buah-buahan segar,
konsumsi makanan bergizi dan olahraga teratur (3)
21 10
13
47,8 22,7
29,5
21 5
18
47,8 11,3
40,9 Total 44 100,0 44 100,0
Berdasarkan Tabel 4.8 tentang distribusi pengetahuan ibu yang memiliki anak
down syndrome sebelum mendapatkan penyuluhan dan sesudah mendapatkan
penyuluhan per item pertanyaan dapat dilihat bahwa ada perbedaan jumlah ibu yang
menjawab benar pada saat pre-test dan post-test, yaitu pada pertanyaan yang
Universitas Sumatera Utara
-
menanyakan tentang penyakit yang sering diderita oleh anak down syndrome, yang
mana pada saat pre-test sebanyak 21 orang ibu (47,8%) yang menjawab konstipasi
(susah buang air besar) ini merupakan jawaban yang benar, lalu setelah dilakukan
post-test pengetahuan ibu meningkat sebanyak 31 orang ibu (70,5%) yang menjawab
konstipasi (susah buang air besar).
Tujuan pemberian makanan sehat bagi anak down syndrome merupakan
makanan sehat yang diberikan pada anak down syndrome untuk memenuhi
kebutuhan gizinya dan ketahanan tubuh, 14 orang ibu (31,9%) menjawab benar pada
saat pre-test, setelah dilakukan post-test pengetahuan ibu meningkat mengenai tujuan
pemberian makanan sehat bagi anak down syndrome menjadi 23 orang ibu (52,2%)
Makanan sehat merupakan makanan yang sudah memenuhi standart gizi dan
aman untuk dikonsumsi, 3 orang ibu (6,8%) pada saat pre-test menjawab salah yaitu
makanan sehat adalah makanan yang kandungan gizinya kurang lengkap dan setelah
dilakukan post-test ibu yang menjawab salah mengalami peningkatan menjadi 6
orang ibu (13,6%).
4.4 Sikap Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome tentang Makanan Sehat pada Anak Down Syndrome di SDLB Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa pengetahuan ibu pada saat
sebelum diberikan penyuluhan (pretest) masing-masing 2,3% dalam kategori baik
dan 97,7% dalam kategori cukup. Sedangkan sesudah diberikan penyuluhan lalu
dilakukan test ulang lagi (posttest) terjadi perubahan dalam pengetahuan ibu menjadi,
sebayak 56,8% ibu dalam kategori baik dan sebanyak 43,2% ibu dalam kategori
cukup. Adapun distribusi frekuensi sikap ibu terdapat pada Tabel 4.9
Universitas Sumatera Utara
-
Table 4.9 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome Tentang Makanan Sehat pada Anak Down Syndrome pada saat Pre-Test dan Post-Test
No Pengetahuan Pre-test Post-test
n % n % 1 Baik 1 2,3 25 56,8 2 Cukup 43 97,7 19 43,2 3 Kurang 0 0 0 0 Total 44 100,0 44 100,0
Hasil analisis diperoleh rata-rata skor sikap ibu sebelum penyuluhan sebesar
13,32 dan sesudah diberikan penyuluhan meningkat menjadi 14,52. Hasil ui t
didapatkan ada perbedaan yang signifikan antara sikap ibu sebelum mendapatkan
penyuluhan dan sesudah mendapatkan penyuluhan (p= 0,000), untuk lebih jelas
dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.10. Perbedaan Rata-rata Nilai Sikap Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome Pada Saat Pre-test dan Post-test
Variabel Rata-rata P
Sikap Pre-test 13,32 0,000
Post-test 14,52
Sikap tentang konsumsi makanan sehat tidak hanya sebatas masalah makanan
yang akan dimakan si anak, tetapi juga dilihat bagaimana sikap ibu tentang
pemberian makan secara khusus yang sesuai dengan kebutuhan anak down
syndrome, untuk itu peneliti memilih 10 pertanyaan sikap sebagai sampel
menyangkut pola pemberian makan pada anak down syndrome. Secara rinci dapat
dilihat pada Table. 4.11.
Universitas Sumatera Utara
-
Table 4.11 Distribusi Frekuensi Jawaban Ibu yang Memiliki Anak Down syndrome Berdasarkan sikap Tentang Makanan Sehat pada Anak Down Syndrome pre-test dan post-test
No Sikap Pre-test Post-test n % n %
1 Anak down syndrome seharusnya dijauhi dari konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat.
a. Setuju b. Tidak Setuju
0 44
0,0 100,0
0
44
0,0 100,0
Total 44 100,0 44 100,0 2 Gangguan saluran cerna sangat sering dialami
oleh anak down syndrome, biasanya disebabkan oleh reaksi simpang makanan dan kurangnya konsumsi makanan berserat
a. Setuju b. Tidak Setuju
44 0
100,0 0,0
44 0
100,0 0,0
Total 44 100,0 44 100,0 3 Makanan yang banyak mengandung serta
seperti buah-buahan dan sayur-sayuran tidak baik diberikan secara teratur kepada anak down syndrome lebih baik sebulan sekali
a. Setuju b. Tidak Setuju
0
44
0,0
100,0
0
44
0,0
100,0 Total 44 100,0 44 100,0 4 Anak down syndrome biasanya sangat aktif dan
tidak bias diam serta mempunyai kecerdasan yang lebih lamban dari anak biasanya
a. Setuju b. Tidak Setuju
44 0
100,0 0,0
44 0
100,0
0,0 Total 44 100,0 44 100,0 5 Anak down syndrome sangat baik mengonsumsi
makanan yang mengandung MSG dan makanan yang pedas karena baik untuk pencernaan anak down syndrome
a. Setuju b. Tidak Setuju
25 19
56,8 43,2
3
41
6,8
93,2 Total 44 100,0 44 100,0 6 Anak down syndrome biasanya lebih menyukai
makanan jajanan dan makan lebih dari 3x sehari, sehingga menyebabkan terjadi gannguan cerna (konstipasi) dan kegemukan (obesitas)
a. Setuju b. Tidak Setuju
44 0
100,0 0,0
44 0
100,0
0,0 Total 44 100,0 44 100,0
Universitas Sumatera Utara
-
Lanjutan Tabel 4.11
7 Gangguan kulit dan sariawan serta masalah pencernaan pada anak down syndrome tidak harus dicegah dengan mengonsumsi makanan yang tinggi serat seperti sayur dan buah-buahan hanya mengonsumsi multivitamin saja sudah cukup
a. Setuju b. Tidak Setuju
33 11
75,0 25,0
17 27
8,7 61,3
Total 44 100,0 44 100,0 8 Mengonsumsi makanan yang bersifat tinggi
serta beranekaragam dapat melengkapi zat-zat gizi yang diperlukan oleh anak down syndrome
a. Setuju b. Tidak Setuju
44 0
100,0 0,0
44 0
100,0 0,0
\ Total 44 100,0 44 100,0 9 Sulit buang air besar atau konstipasi merupakan
masalah yang tidak penting bagi penderita down syndrome
a. Setuju b. Tidak Setuju
16 28
36,3 63,7
1 43
2,3 97,7
Total 44 100,0 44 100,0 10 Makanan yang dihidangkan setiap hari untuk
dikonsumsi oleh keluarga hendaknya berbeda dengan makanan yang dikonsumsi oleh anak down syndrome
a. Setuju b. Tidak Setuju
44 0
100,0
0,0
44 0
100,0 0,0
Total 44 100,0 44 100,0
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa terjadi perubahan sikap sebelum
dan sesudah mendapatkan penyuluhan pada ibu yang memiliki anak down syndrome,
yang sebelum mendapatkan penyuluhan sebagian besar ibu masuk dalam kategori
pengetahuan yang cukup kemudian sesudah mendapatkan penyuluhan pengetahuan
ibu meningkat dari kategori cukup menjadi baik.
Berdasarkan Tabel 4.11 pada umumnya ibu setuju apabila anak down
syndrome sangat baik mengonsumsi makanan yang mengandung MSG dan makanan
yang pedas karena baik untuk pencernaan anak down syndrome sebanyak 25 orang
ibu (56,8%), sedangkan yang tidak setuju terdapat 19 orang ibu (43,2%) pada saat
Universitas Sumatera Utara
-
dilakukan pre-test, setelah dilakukan post-test sikap ibu yang menjawab setuju
menurun menjadi 3 orang ibu (6,8%) sedangkan ibu yang menjawab tidak setuju
meningkat menjadi 41 ibu (93,8%).
Sikap ibu pada saat dilakukan pre-test pada umumnya tidak setuju jika sulit
buang air besar atau konstipasi merupakan masalah yang tidak penting bagi penderita
down syndrome yaitu sebesar 28 orang ibu (63,7%) sedangkan yang setuju 16 orang
ibu (36,3%), setelah dilakukan post-test ibu yang tidak setuju meningkat sebanyak 43
orang ibu (97,7%) sedangkan yang setuju menurun menjadi 1 orang ibu (2,3%).
Universitas Sumatera Utara
-
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh Penyuluhan Makanan Sehat Terdahap Pengetahuan Ibu yang
Memiliki Anak down syndrome di SDLB Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.
Berdasarkan hasil analisis data menjelaskan bahwa penyuluhan berupa
ceramah dan dengan menggunakan alat bantu leaflet dapat meningkatkan
pengetahuan ibu yang memiliki anak down syndrome mengenai makanan sehat untuk
anak down syndrome sebelum mendapatkan penyuluhan dan sesudah mendapatkan
penyuluhan. Pada pre-test terdapat 68,1% orang ibu dengan kategori pengetahuan
baik, 31,9% orang ibu dengan kategori cukup, sedangkan ibu dengan kategori kurang
tidak ada. Pada saat post-test, terjadi perubahan pada pengetahuan ibu, sehingga
pengetahuan ibu meningkat dengan kategori pengetahuan baik sebesar 84,1% dan
kategori cukup 15,9% dan ibu dengan kategori kurang tidak ditemukan lagi.
Hasil analisis menggunakan paired sample t-test disimpulkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara pengetahuan ibu mengenai konsumsi makanan
sehat untuk anak down syndrome sebelum mendapatkan penyuluhan dan sesudah
mendapatkan penyuluhan. Sehingga dapat diartikan bahwa ada pengaruh pemberian
penyuluhan melalui metode ceramah dan dengan alat bantu leaflet terhadap
pengetahuan ibu tentang konsumsi makanan sehat untuk anak down syndrome.
Menurut Notoadmojdo, 2003, pengetahuan adalah hasil dari tahu yang akan
terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu,
seperti melihat, mendengar, mencium, merasa, dan juga meraba, sebagian besar
Universitas Sumatera Utara
-
pengetahuan itu sendiri diperoleh melalui mata dan telinga, sehingga dengan kata
lain hasil dari mendengar dan juga melihat. Pengetahuan umumnya datang dari
pengalaman, yang diperoleh dari informasi yang disampaikan oleh guru, orangtua,
teman, buku dan surat kabar dan dapat ditelusuri kebenarannya dengan bertanya atau
menggali informasi itu sendiri (WHO, 1988).
Pemberian informasi dengan metode ceramah dan alat bantu leaflet ternyata
mampu mempengaruhi pengetahuan ibu yang memiliki anak down syndrome tentang
makanan sehat untuk anak down syndrome. Dengan pendekatan edukasi dapat
merubah perilaku seseorang termasuk pengetahuan, dimana intervensi yang
diberikan merupakan proses pendidikan kesehatan yang bertujuan untuk mengubah
perilaku seseorang yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor masukan
adalah metode yang diberikan pada waktu penyuluhan seperti ceramah dan dengan
alat bantu leaflet serta tanya jawab sehingga ibu secara aktif mengikuti proses
penyuluhan tersebut. Proses perubahan perilaku sendiri yang menyangkut aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap mental sehingga mereka tahu, mau dan mampu
melaksanakan (secara sadar dan tanpa paksaan dari orang lain) perubahan-perubahan
dalam usaha peningkatan kualitas kesehatan (Luice, 2005).
Menurut pengakuan dari beberapa ibu yang menjadi sampel, penyebarluasan
informasi tentang kesehatan melalui penyuluhan sangat jarang dilakukan terlebih
mengenai tema makanan sehat untuk anak down syndrome belum pernah dilakukan
oleh petugas puskesmas. Diduga pada ibu yang memiliki pengetahuan dengan
kategori yang baik sebanyak 84,1% meskipun mereka belum terlalu paham atau
mengerti tentang konsumsi makanan sehat untuk anak down syndrome tersebut
Universitas Sumatera Utara
-
mereka peroleh dari tingginya pemanfaatan sumber informasi melalui media cetak
elektronik. Penambahan informasi melalui media cetak dan elektronik penting karena
suatu pendidikan gizi selain diperoleh dari pendidikan formal, pengetahuan gizi
sebenarnya dapat diperoleh dari sumber lain seperti buku-buku pustaka, majalah,
televisi, radio maupun surat kabar.
Perilaku yang dilakukan atas dasar pengetahuan akan bertahan lama dari pada
perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan. Jadi pengetahuan yang memadai
sangat dibutuhkan oleh para ibu yang memiliki anak down syndrome agar anak down
syndrome mau mengonsumsi makanan sehat karena mereka tahu manfaat dari buah
dan sayur bagi tubuh mereka sendiri (Anonim, 2008).
Peningkatan pengetahuan ibu sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan
dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan untuk masing-masing item pertanyaan tentang
pengetahuan ibu yang memiliki anak down syndrome mengenai makanan sehat
sebagian besar meningkat dan tidak ada item yang menurun setelah dilakukan
penyuluhan. Peningkatan terdapat pada pengetahuan tentang tujuan pemberian
makanan sehat bagi anak down syndrome, peningkatan itu terjadi mungkin
disebabkan karena ibu sudah mengerti dan mengenal makanan sehat untuk anak
down syndrome sehingga dapat diterapkan didalam keluarga dan kehidupan sehari-
hari agar anak down syndrome terjaga kesehatanya. Artinya setelah diberikan
penyuluhan pengetahuan konsumsi makanan sehat untuk anak down syndrome sudah
menjadi lebih baik dari tujuan makanan sehat, apa yang dimaksud dengn makanan
sehat dan penyakit yang sering diderita oleh anak down syndrome.
Universitas Sumatera Utara
-
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Saragih pada tahun 2010
tentang Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang
Makanan Sehat Dan Gizi Seimbang Di Desa Merak Kecamatan Raya Kabupaten
Simalungun dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian promosi kesehatan
memberikan pengaruh dalam meningkatkan pengetahuan, sikap ibu terhadap
konsumsi makanan sehat dan gizi seimbang di dalam keluarga, artinya sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Saragih dengan pemberian promosi kesehatan
dengan cara penyuluhan dan pembagian leaflet yang penulis lakukan di SDLB
Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang dapat membantu
meningkatkan pengetahuan ibu yang belum memahami mengenai makanan sehat
untuk anak down syndrome di SDLB Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam
Kabupaten Deli Serdang pada Tahun 2011.
5.2 Pengaruh Penyuluhan Makanan Sehat Terhadap Sikap Ibu yang Memiliki Anak Down Syndrome Di SDLB Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.
berdasarkan hasil analisis data menjelaskan bahwa penyuluhan berupa
ceramah dan dengan menggunakan alat bantu leaflet dapat meningkatkan sikap ibu
yang memiliki anak down syndrome mengenai makanan sehat untuk anak down
syndrome. Pada pre-test terdapat 2,3% orang ibu dengan kategori baik, 97,7% orang
ibu dengan kategori cukup, sedangkan ibu dengan kategori kurang tidak ada. Pada
saat post-test, terjadi perubahan pada sikap ibu, sehingga ibu dengan kategori sikap
baik sebesar 56,8% , dengan kategori cukup 43,2% dan kategori kurang tidak ada
lagi.
Universitas Sumatera Utara
-
Hasil analisis menggunakan pired sample t-test disimpulkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara sikap ibu sebelum mendapatkan penyuluhan dan
sesudah mendapatkan penyuluhan. Sehingga dapat diartikan bahwa ada pengaruh
pemberian penyuluhan melalui metode ceramah dan dengan alat bantu leaflet tentang
konsumsi makanan sehat umtuk anak down syndrome.
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya
dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang
dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksiyang bersifat emosional
terhadap stimulus social (Notoatmodjo, 2005).
Setelah seseorang mengetahui suatu objek atau stimulus, proses selanjutnya
adalah memiliki atau bersikap terhadap stimulus atau objek tersebut, sikap terdiri
dari tiga komponen pokok, yaitu komponen kognisi yang berhubungan dengan
kepercayaan, ide dan konsep, komponen efeksi yang menyangkut kehidupan
emosional seseorang, dan komponen kecendrungan untuk bertindak (Notoatmodjo,
2005).
Hasil penelitian pada Tabel 4.9 menunjukkan bahwa kategori sikap ibu
terbanyak sebelum diberikan penyuluhan tentang makanan sehat untuk anak down
syndrome menunjukkan bahwa 2,3% sikap ibu dalam kategori baik, 97,7% pada
katagori cukup. Seperti halnya pada pengetauan, dalam hal ini sikap juga semakin
baik setelah dilakukan penyuluhan makanan sehat untuk anak down syndrome berupa
ceramah dan pembagian leaflet, tentang makanan sehat untuk anak down syndrome
Universitas Sumatera Utara
-
kepada ibu. Setelah diberikan penyuluhan kemudian dilakukan pengujian kembali
(post-test) maka didapatkan hasil yaitu bahwa sikap ibu terbanyak berada pada
kategori baik sebanyak 56,8% dan kategori cukup sebanyak 43,2%.
Sedangkan dari pengujian paired sample t-test diperoleh rata-rata skor sikap
ibu sebelum penyuluhan (pre-test) tentang makanan sehat untuk anak down
syndrome sebesar 13,32 dan sesudah diberikan penyuluhan (post-test) tentang
penyuluhan makanan sehat untuk anak down syndrome meningkat menjadi 14,52.
Selain itu berdasarkan t hitung adalah -8,836 dengan nilai probabilitas (p=0,000),
oleh karena (p
-
tidak begitu paham tentang makanan sehat untuk anak down syndrome maka
pertanyaan tersebut tidak bisa dijawab, sehingga perlu dilakukan penyuluhan secara
intensif atau berkala sehingga pengetahuan mereka akan terus tertanam pada
pemikiran para ibu yang memiliki anak down syndrome di Sekolah Dasar Luar Biasa
(SDLB) Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun
2011.
Pernyataan ibu tersebut didapat dari pengalaman sendiri atau dari orang lain
sesuai dengan teori WHO, sikap menggambarkan suka atau tidak suka, setuju atau
tidak setuju seseorang terhadap objek dan sering diperoleh dari pengalaman sendiri
atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan
tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata.
Berdasarkan hasil pengumpulan data, maka hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengetahuan ibu yang memiliki anak down syndrome sudah cukup, sehingga
sikap ibu juga baik. Sikap ibu terhadap makanan sehat untuk anak down syndrome
juga penting dalam hal konsumsi makanan sehat untuk anak down syndrome dalam
kehidupan sehari-hari,karena tanpa adanya sikap yang nyata dari diri responden
maka akan percuma suatu informasi itu diberikan sebab sikap dan pengetahuan
saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Menurut Purwanto (1993), sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan
dibentuk dan dipelajari sepanjang perkembangan orang tersebut dalam hubungan
dengan objeknya. Sikap adalah pandangan yang disertai dengan kecendrungan untuk
bertindak terhadap suatu objek. Dalam penilitian ini penyuluhan merupakan stimulus
yang diharapkan dapat member pengaruh terhadap ibu untuk bersikap dan berprilaku
Universitas Sumatera Utara
-
dengan pesan atau isi penyuluhan. Dilihat berdasarkan analisis diatas ternyata
mampu mempengaruhi sikap ibu dalam konsumsi makanan sehat untuk anak down
syndrome.
Universitas Sumatera Utara
-
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan hasil pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengetahuan ibu sebelum mendapatkan penyuluhan tentang makanan sehat untuk
anak down syndrome sebagian besar baik (68,1%) dan cukup (31,9%),
Pengetahuan ibu sesudah mendapatkan penyuluhan tentang makanan sehat untuk
anak down syndrome sebagian besar baik (84,1% ) dan cukup (15,9%).
2. Sikap ibu sebelum mendapatkan penyuluhan tentang makanan sehat untuk anak
down syndrome sebagian besar baik (2,3%) dan cukup (97,7%), Sikap ibu sesudah
mendapatkan penyuluhan tentang makanan sehat untuk anak down syndrome
sebagian besar (56,8%) dan cukup (43,2%).
3. Penyuluhan makanan sehat dengan metode ceramah dan pembagian leaflet
berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang makanan sehat untuk
anak down syndrome di Sekolah Dasar Negeri 107708 Kecamatan Lubuk Pakam
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011. Hal itu berarti bahwa metode ceramah dan
pembagian leaflet dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu mengenai
makanan sehat untuk anak down syndrome di Sekolah Dasar Luar Biasa
Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011.
Universitas Sumatera Utara
-
6.2 Saran
1. Pihak penentu atau pembuat kebijakan mengenai perbaikan gizi anak
berkebutuhan khusus seperti anak down syndrome di Sekolah Dasar Luar
Biasa terutama agar lebih memperhatikan pentingnya penyuluhan gizi di
Sekolah Dasar Luar Biasa sebagai salah satu metode untuk menyebarkan
informasi untuk membantu meningkatkan pengetahuan ibu tentang
pentingnya makanan sehat untuk anak down syndrome sebagai bagian dari
upaya perbaikan mutu kesehatan anak berkebutuhan khusus.
2. Pihak sekolah hendaknya bekerjasama dengan ahli gizi, untuk memberikan
informasi kepada ibu mengenai makanan sehat untuk anak down syndrome,
misalnya seperti membuat penyuluhan berupa metode ceramah ataupun
menggelar seminar di sekolah serta pembagian leaflet.
3. Orang tua khususnya ibu untuk lebih aktif dalam mencari informasi terkait
tentang makanan sehat untuk anak down syndrome agar dapat dipraktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Ibu diharapkan menerapkan pola makan yang baik yaitu makanan sehat yang
dibutuhkan oleh anak down syndrome sesuai dengan pengetahuan yang
diperoleh melalui proses penyuluhan.
Universitas Sumatera Utara