PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi...

60
PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI SMA NU AL MARUF KUDUS TAHUN PELAJARAN 2018/2019 SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Rina Novikasari NIM 3101415064 JURUSAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019

Transcript of PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi...

Page 1: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

KEBUDAYAAN ISLAM DI SMA NU AL MA’RUF KUDUS

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Rina Novikasari

NIM 3101415064

JURUSAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019

Page 2: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

ii

Page 3: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

iii

Page 4: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

iv

Page 5: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

“Kesuksesan berasal dari keyakinan dan kerja keras dirimu sendiri yang dilalui

dari sebuah jalan yang bernama perjuangan”.

PERSEMBAHAN:

1. Untuk kedua orangtuaku yang tercinta,

Sakiman dan Sri Purwati.

2. Kakak Kandungku, Dyah Setyarini dan Arifin

Setya Budi

3. Dosenku Terbaik, Atno, S.Pd., M.Pd.

4. Penyemangatku, Bripda Andi Prihandoyo.

Page 6: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

vi

SARI

Novikasari, Rina. 2019. “Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam Di SMA NU Al Ma’ruf Kudus Tahun Pelajaran 2018/2019”.

Skripsi. Jurusan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang.

Pembimbing: Atno, S.Pd., M.Pd.

Kata Kunci: Pendidikan Moral, Sejarah Kebudayaan Islam

Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana guru memberikan konsep pendidikan

moral serta kendala dan upaya yang dihadapi guru dalam pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam di SMA NU Al Ma’ruf Kudus. Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk

mengetahui implementasi konsep pendidikan moral yang terkandung dalam pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam di SMA NU Al Ma’ruf Kudus, (2) Kendala-kendala guru

memberikan pendidikan moral dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di SMA

NU Al Ma’ruf Kudus dan (3) Upaya untuk mengatasi kendala-kendala guru dalam

memberikan pendidikan moral dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di SMA

NU Al Ma’ruf Kudus. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan penelitian kualitatif

deskriptif. Objek yang diteliti adalah pendidikan moral dalam pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam yang berada di SMA NU Al Ma’ruf Kudus. Pengumpulan data pada

penelitian ini adalah observasi, wawancara mendalam, studi dokumen, mengamati dan

mencatat secara langsung dengan cermat dan sistematis yang berkaitan dengan fokus

pendidikan moral di sekolah tersebut dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam, serta melakukan wawancara dengan sejumlah informan ahli. Analisis data

dilakukan dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif, dengan proses reduksi data,

penyajian data, dan pengambilan kesimpulan atau verifikasi. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa: (1) Implementasi konsep pendidikan moral yang terkandung dalam

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam terdiri dari perencanaan pembelajaran dan

pelaksanaan pembelajaran yang disusun secara sistematis; (2) Kendala-kendala guru

dalam memberikan pendidikan moral dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ada

tiga yaitu dalam segi materi, kemerosotan moral, dan keterbatasan waktu; (3) Upaya

untuk mengatasi kendala-kendala guru dalam memberikan pendidikan moral dalam

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yaitu sekolah menerapkan beberapa aspek moral

diantaranya aspek sikap kesopanan, sikap kejujuran, sikap toleransi, dan tanggung jawab.

Page 7: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

vii

ABSTRACT

Novikasari, Rina. 2019. “Moral Education In Learning History of Islamic

Culture in SMA NU Al Ma’ruf Kudus for Academic Year 2018/2019. Thesis.

History Department. Faculty of Social Sciences. Universitas Negeri Semarang.

Advisor: Atno, S.Pd., M.Pd.

Keywords: Moral Education, Islamic Cultural History

The problem in this research is how the concept of moral education is contained in

the learning of Islamic Culture History, what are the obstacles the teacher

provides moral education in learning the History of Islamic Culture and efforts to

overcome teacher constraints in providing moral education in learning the History

of Islamic Culture in SMA NU Al Ma’ruf Kudus. The purpose of this study was

(1) to find out the implementation of the concept of moral education contained in

learning the History of Islamic Culture in SMA NU Al Ma’ruf Kudus, (2)

constraints of teachers providing moral education in learning Islamic Culture

History in SMA NU Al Ma’ruf Kudus and (3) efforts to overcome teacher

obstacles in providing moral education in learning the History of Islamic Culture

in SMA NU Al Ma’ruf Kudus. This research was conducted with a descriptive

qualitative research approach. The object under study is moral education in

learning the History of Islamic Culture in SMA NU Al Ma’ruf Kudus. Data

collection in this study is observation, in-depth interviews, document studies,

observing and recording carefully and systematically related to the focus of moral

education in the school in the process of learning the History of Islamic Culture,

and conducting interviews with a number of expert informants. Data analysis was

performed using qualitative descriptive techniques, with the process of data

reduction, data presentation, and conclusion or verification. The results of this

study indicate that: (1) The implementation of the concept of moral education

contained in the learning of the History of Islamic Culture consists of planning

learning and implementing learning that is arranged systematically; (2) The

constraints of the teacher in providing moral education in learning the History of

Islamic Culture are three, namely in terms of material, moral deterioration, and

time constraints; (3) Efforts to overcome teacher constraints in providing moral

education in learning the History of Islamic Culture, namely schools applying

several moral aspects including aspects of courtesy, honesty, tolerance, and

responsibility.

Page 8: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

viii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat-

Nya sehingga skripsi yang berjudul “Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam Di SMA NU Al Ma’ruf Kudus Tahun Pelajaran

2018/2019” dapat terselesaikan. Penyelesaian skripsi ini dimaksudkan untuk

melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Sejarah

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Keberhasilan penyelesaian

penelitian sampai dengan tersusunnya skripsi ini atas bantuan dari berbagai pihak.

Oleh sebab itu, dengan rendah hati penyusun menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang,

atas kesempatan yang diberikan untuk menempuh studi di kampus

Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Moh. Solehatul Mustofa, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Negeri Semarang yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.

3. Dr. Hamdan Tri Atmaja, M.Pd., Ketua Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk menyusun laporan penelitian.

4. Dr. Cahyo Budi Utomo, M.Pd & Drs. Ibnu Sodiq, M.Hum., Penguji skripsi

yang telah membantu penulis menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan baik.

5. Atno, S.Pd., M.Pd, Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan

dan pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran serta tulus ikhlas

dalam penyusunan skripsi ini.

Page 9: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

ix

6. Dosen-dosen Jurusan Sejarah yang selama ini telah memberikan ilmu kepada

penyusun.

7. Drs. Shodiqun, M.Ag, Kepala SMA NU Al Ma’ruf Kudus yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Suyono, S.Pd., M.Pd, selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum yang

telah memberikan informasi jalan nya penelitian kepada penyusun.

9. Miftah, S.Pd.I, selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas yang telah

memberikan informasi mengenai profil sekolah kepada penyusun.

10. Dra. Evi Siti Nuryati, selaku narasumber Guru Sejarah SMA NU Al Ma’ruf

Kudus yang telah memberikan arahan informasi serta ilmu kepada penyusun.

11. Achmad Latif, S.Ag, M.Pd.I, selaku narasumber guru Sejarah Kebudayaan

Islam SMA NU Al Ma’ruf Kudus.

12. Anas Ma’ruf, S.Ag, selaku narasumber guru Sejarah Kebudayaan Islam SMA

NU Al Ma’ruf Kudus.

13. Kedua orang tuaku dan kakak-kakakku, serta teman-teman Pendidikan

Sejarah Angkatan 2015 Rombel B terima kasih atas doa dan kasih sayangnya.

Semoga Allah SWT memberikan balasan dan keberkahan untuk kita semua.

Harapan penyusun, semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak, baik masa kini maupun masa yang akan datang.

Semarang, 2019

Rina Novikasari

NIM. 3101415064

Page 10: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................................... iii

PERNYATAAN .................................................................................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v

SARI .................................................................................................................... vi

ABSTRACT ........................................................................................................ vii

PRAKATA .......................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 8

E. Batasan Istilah ......................................................................................... 9

F. Sistematika Skripsi .................................................................................. 10

BAB II LANDASAN TEORETIS ...................................................................... 12

A. Pendidikan Moral .................................................................................... 12

1. Pengertian Pendidikan Moral ............................................................ 12

2. Teori Pendidikan Moral .................................................................... 16

3. Tujuan Pendidikan Moral .................................................................. 24

4. Pendekatan Pendidikan Moral........................................................... 26

5. Jenis Nilai-nilai Moral....................................................................... 27

B. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ............................................... 33

1. Pengertian Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ....................... 33

Page 11: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

xi

2. Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ............................. 36

3. Fungsi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ............................. 37

C. Kerangka Berpikir ................................................................................... 38

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 41

A. Pendekatan Penelitian ............................................................................. 41

B. Objek Penelitian ...................................................................................... 43

C. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................. 44

D. Variabel Penelitian .................................................................................. 45

E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 46

F. Teknik Analisis Data ............................................................................... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 53

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................................... 53

1. Sejarah Berdirinya SMA NU Al Ma’ruf Kudus ............................... 53

2. Visi dan Misi SMA NU Al Ma’ruf Kudus ........................................ 59

3. Letak Geografis SMA NU Al Ma’ruf Kudus .................................... 60

4. Keadaan Guru dan Karyawan SMA NU Al Ma’ruf Kudus .............. 61

5. Keadaan Sarana dan Prasarana.......................................................... 62

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan............................................................ 66

1. Implementasi konsep pendidikan moral dalam pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam di SMA NU Al Ma’ruf Kudus...............66

2. Kendala-kendala guru memberikan pendidikan moral dalam

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di SMA NU Al Ma’ruf

Kudus ................................................................................................ 87

3. Upaya untuk mengatasi kendala-kendala guru dalam memberikan

pendidikan moral dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

di SMA NU Al Ma’ruf Kudus .......................................................... 99

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 105

A. Simpulan ................................................................................................. 105

B. Saran ........................................................................................................ 107

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 108

LAMPIRAN ........................................................................................................ 111

Page 12: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Status Kelembagaan SMA NU Al Ma’ruf Kudus

Tahun Pelajaran 2018/2019...................................................................58

Tabel 2. Matrik Aspek Komponen Karakter Di SMA NU Al Ma’ruf Kudus

Pada Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ....................................83

Page 13: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Nilai-nilai Murni Moral .....................................................................29

Gambar 2. Kerangka Berpikir Penelitian ............................................................40

Gambar 3. Peta Lokasi SMA NU Al Ma’ruf Kudus ...........................................61

Gambar 4. Suasana pembelajaran SKI berlangsung ...........................................72

Gambar 5. Penanaman moral yang disampaikan oleh guru ................................75

Page 14: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Guru dan Alamat Guru SMA NU Al Ma’ruf Kudus ...........111

Lampiran 2. Keadaan Sarana dan Prasarana SMA NU Al Ma’ruf Kudus ..........114

Lampiran 3. Penerapan Pendidikan Moral di SMA NU AL Ma’ruf Kudus .......115

Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ..................................................117

Lampiran 5. Silabus Pembelajaran ......................................................................119

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ....................................121

Lampiran 7. Instrumen Penelitian (Observasi) ...................................................125

Lampiran 8. Pedoman Observasi ........................................................................127

Lampiran 9. Instrumen Penelitian (Wawancara) ................................................130

Lampiran 10. Pedoman Wawancara ...................................................................131

Lampiran 11. Transkrip Hasil Wawancara 1 ......................................................133

Lampiran 12. Transkrip Hasil Wawancara 2 ......................................................136

Lampiran 13. Transkrip Hasil Wawancara 3 ......................................................139

Lampiran 14. Surat Kesediaan Informan Guru ...................................................140

Lampiran 15. Surat Kesediaan Informan Guru ...................................................141

Lampiran 16. Instrumen Penelitian (Studi Dokumen) ........................................142

Lampiran 17. Foto Tata Tertib Siswa SMA NU Al Ma’ruf Kudus ....................144

Lampiran 18. SK Dosen Pembimbing Skripsi ....................................................145

Lampiran 19. Surat Izin Penelitian Skripsi .........................................................146

Lampiran 20. Lembar Persetujuan Surat Izin Penelitian ....................................147

Lampiran 21. Surat Bukti Telah Melakukan Penelitian ......................................148

Page 15: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia.

Tanpa pendidikan kehidupan manusia tidak bisa berkembang secara wajar. Oleh

karena itu pentingnya pendidikan menjadi tolok ukur dalam kredibilitas manusia

dan peradabannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan manusia akan semakin

tinggi pula tingkat kredibilitasnya, begitu sebaliknya jika semakin rendah tingkat

pendidikan manusia akan semakin rendah pula tingkat kredibilitas

kemanusiaannya. Pendidikan hendaknya berorientasi pada proses penyiapan

siswa agar memahami konsep-konsep dasar tentang berperilaku, berfikir secara

komprehensif dan integral sebagai pijakan dalam menghadapi berbagai masalah

yang dihadapi. Pendidikan juga bertujuan agar siswa memiliki kompetensi-

kompetensi yang menyangkut ilmu pengetahuan, keterampilan motorik, dan

nilai-nilai moral yang luhur serta mencapai manusia yang memiliki kepribadian

yang baik.

Selama ini pendidikan moral termasuk di antara jenis pendidikan yang

kurang mendapatkan perhatian yang layak. Sebab pendidikan lebih menekankan

kepada ranah kognitif dan psikomotorik (cognitive and psychomotoric domain)

sehingga aspek afektif (affective domain) belum dilaksanakan secara

proporsional. Padahal ranah afektif menempati posisi penting dan signifikan bagi

normalisasi kehidupan.

Page 16: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

2

Pendidikan di Indonesia dalam praktik pembelajarannya lebih didominasi

oleh pengembangan kemampuan intelektual dan kurang memberi perhatian pada

aspek moral. Kiranya tidak seorang pun yang membantah bahwa moral

merupakan aspek penting sumber daya manusia. Seseorang dengan kemampuan

intelektual yang tinggi dapat saja menjadi orang yang tidak berguna atau bahkan

membahayakan masyarakat jika moralitasnya rendah. Sementara itu, kenyataan

sosial hingga saat ini juga menunjukkan sedemikian maraknya berbagai kasus

pelanggaran moral dalam kehidupan sehari-hari. Lebih memprihatinkan lagi,

berbagai kasus tersebut tidak sedikit melibatkan orang-orang terdidik.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional secara eksplisit dinyatakan pada Pasal 3 bahwa tujuan

Pendidikan Nasional antara lain adalah berkembangnya potensi siswa agar

menjadi manusia yang berakhlak mulia atau bermoral tinggi. Akan tetapi

rumusan yang bersifat normatif tersebut tidak secara nyata diimplementasikan

dalam kurikulum maupun kebijakan pendidikan nasional kita.

Pada hakekatnya perilaku bermoral berkaitan dengan harkat martabat

manusia itu sendiri sebagai makhluk mulia di muka bumi ini. Harkat dan

martabat yang ditunjukan dalam berbagai aspek kehidupan, diantaranya adalah

dalam pembentukan hubungan yang harmonis antar sesama dan pembangunan

tatanan masyarakat yang tertib dan beradab. Kondisi tersebut pada hakikatnya

akan berdampak terhadap kebahagiaan individu serta kesejahteraan masyarakat

luas. Dalam kehidupan bermasyarakat, aspek atau nilai-nilai moral sangat

dibutuhkan untuk digunakan sebagai panduan dalam perumusan aturan-aturan

Page 17: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

3

yang mengatur kehidupan. Pengabaian nilai moral yang menyebabkan perilaku

yang tidak bermoral, lambat laun akan membentuk budaya dan peradaban yang

menunjukkan penurunan harkat dan martabat manusia.

Sedangkan tujuan pendidikan moral yang dimaksud sebagai wahana

sosialisasi nilai moral yang patut dimiliki oleh seorang anak agar mereka

menjadikan manusia yang mulia di muka bumi. Pendidikan moral diharapkan

mampu membentuk insan pemimpin yang baik di muka bumi. Menurut Sunarti

(2005: 6-7) pendidikan moral bagi anak bertujuan agar sejak dini anak:

1. Mengetahui berbagai moral baik manusia.

2. Dapat mengartikan dan menjelaskan berbagai moral manusia.

3. Menunjukkan contoh perilaku bermoral dalam kehidupan sehari-hari.

4. Memahami sisi baik menjalankan perilaku bermoral.

5. Memahami dampak buruk bagi manusia yang tidak menjalankan moral baik.

6. Melaksanakan perilaku bermoral dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan tujuan pendidikan di atas, sekolah memiliki peran penting

dalam membentuk siswa yang bermoral. Masalah utama yang dihadapi dunia

pendidikan bukan hanya persoalan akademik saja tetapi juga masalah moral.

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan penanaman nilai-nilai moral

dikalangan para siswa yaitu dengan pendidikan moral.

Moral merupakan ajaran mengenai perbuatan yang baik atau yang tidak

baik untuk dilakukan. Menurut para ahli terdapat pandangan yang berbeda

mengenai sifat moral yaitu pertama, moral bersifat objektivistik dan kedua, moral

bersifat relativistik. Moral yang bersifat objektivistik, artinya moral itu pasti dan

Page 18: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

4

tidak berubah. Suatu bentuk tingkah laku yang dianggap baik akan tetap dianggap

baik, bukan kadang-kadang dianggap baik dan kadang-kadang dianggap buruk.

Menurut pandangan ini, moral bersifat mutlak (absolute) dan tanpa syarat.

Kemudian moral itu bersifat relativistik, artinya tergantung pada konteks ruang

dan waktu. Perbuatan yang baik di suatu tempat belum tentu dianggap baik

ditempat yang lain.

Pendidikan moral dalam hal ini, dapat dijadikan suatu tindakan untuk

membentuk moralitas bangsa. Pendidikan moral dapat ditanamkan dalam

keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan moral dalam keluarga dapat

ditanamkan oleh orang tua, tetapi hal tersebut tidak cukup untuk membentuk

moralitas anak. Oleh karena itu, pendidikan moral penting ditanamkan di sekolah

oleh guru. Guru sebagai pendidik dapat menanamkan pendidikan moral dalam

kegiatan pembelajaran siswa, sehingga guru tidak hanya mengajarkan

pengetahuan akademik tetapi juga penanaman nilai-nilai moral yang baik.

Pendidikan moral sekarang ini dianggap bukan menjadi perhatian yang

penting bagi semua pihak. Maksudnya, pendidikan moral bukan menjadi tujuan

utama dalam proses pembelajaran. Pengetahuan akademik yang menjadi tolak

ukur dalam pencapaian tujuan pembelajaran di kelas. Tujuan pembelajaran akan

berhasil ketika nilai akademik siswa di atas nilai rata-rata, tetapi tidak

memperhatikan mengenai sikap siswa. Oleh karena itu, perlu pengembangan

pendidikan moral di sekolah. Pendidikan moral di sekolah dapat dikembangkan

melalui kurikulum formal dan luar kurikulum formal. Di dalam kurikulum formal

pendidikan moral diintegrasikan dalam mata pelajaran, sedangkan di luar

Page 19: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

5

kurikulum formal, guru dapat menanamkan nilai-nilai moral yang penting di

dalam masyarakat seperti kejujuran, disiplin, sopan santun, dan lain sebagainya.

Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam diambil penulis dalam

penelitian ini dikarenakan merupakan salah satu rumpun mata pelajaran Sejarah.

Sejarah Kebudayaan Islam adalah peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa

lampau yang merupakan cara pandang umat muslim yang telah berjalan dan

tersusun dari kurun waktu ke waktu, satu generasi ke generasi lainnya dalam

berbagai aspek kehidupan yang cukup luas, meneladani tokoh-tokoh berprestasi

dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek,

seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam pada

masa kini dan masa yang akan datang. Sejarah Kebudayaan Islam merupakan

sendi dari pendidikan moral, kemudian mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

ini salah satu mata pelajaran dengan nilai rata-ratanya yang paling tinggi

dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Sejarah Kebudayaan Islam di SMA

salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan,

peranan kebudayaan atau peradaban Islam di masa lampau, mulai dari dakwah

Nabi Muhammad pada periode Makkah dan periode Madinah, kepemimpinan

umat setelah Rasulullah SAW wafat, sampai perkembangan Islam periode klasik

(zaman keemasan) pada tahun 650-1250 M, abad pertengahan atau zaman

kemunduran (1250 M-1800 M), dan masa modern atau zaman kebangkitan

(1800-sekarang). Serta perkembangan Islam di Indonesia dan di Dunia. Informasi

terkait asal-usul kejadian pada Pra dakwah Nabi Muhammad SAW hingga masa

Page 20: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

6

keemasan dapat dijadikan sebagai contoh untuk siswa dalam membentuk sikap,

moral, dan akhlak terpuji.

SMA NU Al Ma’ruf Kudus merupakan sekolah yang berbasis agama

Islam. Sistem pembelajaran sekolah tersebut berpegang dengan Ahlussunnah

Waljamaah. Ahlussunnah Waljamaah ini ada tujuan untuk memelihara,

melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam yang

berlandaskan NU dengan menganut salah satu empat mazhab (Hanafi, Syafi’i,

Maliki dan Hambali). SMA NU Al Ma’ruf Kudus ini suatu lembaga pendidikan

sekolah menengah yang memiliki ciri khusus keislaman sebagai identitasnya dan

bersifat umum, bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan bagi siswa, baik

untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau untuk bekal

hidup bermasyarakat agar bisa berguna bagi diri dan lingkungannya. Hal ini

sesuai dengan visi yang terdapat di SMA NU Al Ma’ruf Kudus yaitu “Maju

dalam prestasi santun dalam pekerti, terwujudnya generasi muslim ahli sunnah

waljamaah cerdas dan berkarakter, mandiri dan berakhlakul karimah.”

Berdasarkan paparan latar belakang tersebut, maka penulis ingin

mencoba untuk melakukan penelitian dengan judul “PENDIDIKAN MORAL

DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI SMA

NU AL MA’RUF KUDUS TAHUN PELAJARAN 2018/2019”.

Page 21: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka

permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi konsep pendidikan moral yang terkandung dalam

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di SMA NU Al Ma’ruf Kudus?

2. Apa saja kendala-kendala guru memberikan pendidikan moral dalam

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di SMA NU Al Ma’ruf Kudus?

3. Apa saja upaya untuk mengatasi kendala-kendala guru dalam memberikan

pendidikan moral dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di SMA

NU Al Ma’ruf Kudus?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan bahwa

tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui implementasi konsep pendidikan moral yang terkandung

dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di SMA NU Al Ma’ruf

Kudus.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala guru memberikan pendidikan moral dalam

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di SMA NU Al Ma’ruf Kudus.

3. Untuk mengetahui upaya untuk mengatasi kendala-kendala guru dalam

memberikan pendidikan moral dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

di SMA NU Al Ma’ruf Kudus.

Page 22: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

8

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritik

Secara teoritik penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi

tentang pendidikan moral yang terkandung dalam pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam. Diharapkan nantinya hasil temuan dari penelitian ini dapat

dijadikan referensi yang dapat dipertanggungjawabkan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Dapat lebih memahami arti pendidikan moral dalam pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam.

Siswa dapat mengetahui konsep pendidikan moral dalam

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

Dapat menambah wawasan siswa dalam mendalami pendidikan moral

pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

Dapat membantu mempermudah siswa dalam menguasai nilai-nilai

yang terkandung dalam pendidikan moral pada pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam.

b. Bagi Guru

Memberikan pengetahuan guru tentang pentingnya pendidikan moral

dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

Memberikan pengalaman guru dalam memberikan pendidikan moral

pada Sejarah Kebudayaan Islam selama ini.

Page 23: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

9

Meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar, sehingga kegiatan

belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

c. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai alternatif pembelajaran di

sekolah untuk mengembangkan moralitas siswa. Lalu dapat memberikan

sumbangan yang baik dalam proses pembelajaran untuk menambah

wawasan guru dan siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang

maksimal.

d. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini akan menambah pengetahuan dan keterampilan

peneliti dalam menanamkan nilai pendidikan moral dalam proses

pembelajaran sejarah.

E. Batasan Istilah

Batasan istilah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menyamakan

pandangan mengenai beberapa istilah utama yang digunakan sebagai judul

penelitian. Adapun batasan istilah yang dimaksud adalah:

1. Pendidikan Moral

Pendidikan moral merupakan suatu program pendidikan yang

mengorganisasikan dan menyederhanakan sumber-sumber moral dan disajikan

dengan pertimbangkan psikologis untuk tujuan pendidikan. Pendidikan moral

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usaha dasar dan terencana untuk

membentuk seseorang yang memiliki nilai-nilai moral. Nilai-nilai moral yang

Page 24: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

10

dimaksud dalam pendidikan moral ini yaitu nilai-nilai moral yang dikaji dalam

materi Sejarah Kebudayaan Islam.

2. Pembelajaran

Pembelajaran dapat dimaknai sebagai proses penambahan pengetahuan

dan wawasan melalui rangkaian aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh

seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya, sehingga terjadi

perubahan yang sifatnya positif, dan pada tahap akhir akan didapat

keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru.

3. Sejarah Kebudayaan Islam

Sejarah Kebudayaan Islam merupakan ilmu pengetahuan yang

membahas tentang peristiwa masa lampau umat manusia yang disusun secara

kronologis untuk menjadi pelajaran bagi manusia yang hidup masa sekarang

maupun yang akan datang. Makna Sejarah Kebudayaan Islam dimaksudkan

dalam penelitian ini adalah suatu mata pelajaran yang diajarkan di SMA NU

Al Ma’ruf Kudus yang didasarkan pada sumber nilai-nilai Islam.

F. Sistematika Skripsi

Sistematika skripsi berisi tentang gambaran atau garis besar skripsi.

Skripsi ini terdiri dari tiga bagian yaitu, bagian awal skripsi, bagian isi skripsi, dan

bagian akhir skripsi. Berikut penjabaran lebih lanjut mengenai sistematika skripsi:

Bab I. Pendahuluan

Pada bab ini akan dikemukakan latar belakang masalah, permasalahan,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi.

Page 25: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

11

Bab II. Landasan Teori

Bab ini memuat tentang landasan teori yang berisi telaah pustaka yang

berhubungan dengan masalah-masalah yang dibahas dalam penelitian.

Bab III. Metode Penelitian

Berisi tentang penentuan obyek penelitian, teknik pengumpulan data,

dan teknik analisis yang digunakan untuk mengolah data.

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab ini memuat tentang data-data yang yang diperoleh berdasarkan

hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan hasil penelitian secara

deskriptif kualitatif.

Bab V. Simpulan dan Saran

Pada bab ini akan dikemukakan simpulan yang diperoleh berdasarkan

hasil penelitian dan saran-saran yang diajukan sehubungan dengan

simpulan yang diperoleh.

Page 26: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pendidikan Moral

1. Pengertian Pendidikan Moral

Menurut Alfin Syukriyah (2017: 1) pendidikan berasal dari kata

paedagogia, berasal dari kata paedos berarti anak dan agoge berarti saya

membimbing atau menuntun. Jadi pedagogi yaitu pengetahuan dalam

menuntun anak. Sedangkan secara istilah pendidikan adalah satu sistem

pengubahan sikap serta perilaku seseorang atau kelompok dalam usaha

mendewasakan siswa lewat pengajaran.

Definisi pendidikan menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan

batin dan karakter), pikiran (intelektual), dan pertumbuhan anak. Satu hal

yang dibutuhkan manusia adalah kebutuhan akan pendidikan. Pendidikan

merupakan hal yang sangat penting, pendidikan berfungsi untuk

mengembangkan manusia, masyarakat, alam sekitarnya dan menuju kearah

yang baik.

Page 27: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

13

Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara (1967: 65) adalah daya upaya

untuk memajukan perkembangan budi pekerti, intelektual, dan jasmani anak.

Maksudnya adalah supaya dapat memajukan kehidupan agar menuju

kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan dan penghidupan anak-anak selaras

dengan alam dan masyarakatnya. Pendidikan tersebut dapat berfungsi dengan

baik jika dilaksanakan secara berkesinambungan dari satu generasi ke generasi

berikutnya.

Moral atau moralitas berasal dari kata bahasa latin mos (tunggal), mores

(jamak), dan kata moralis bentuk jamak mores memiliki makna kebiasaan,

kelakuan, dan kesusilaan. Istilah lain yang sama dengan moral adalah etika

dan akhlak. Etika berasal dari kata ethiek (Belanda), ethics (Inggris), dan

ethos (Yunani) yang berarti kebiasaan dan kelakuan. Akhlak berasal dari

bahasa Arab khuluq, jamak dari khuluqun. Dalam bahasa Indonesia, budi

pekerti merupakan kata majemuk, berasal dari kata budi dan pekerti. Kata

budi berasal dari bahasa Sansekerta berarti yang sadar atau yang

menyadarkan, atau alat kesadaran. Sedangkan pekerti memiliki arti kelakuan.

Namun ada pengertian lain etika mempelajari kebiasaan manusia yang telah

disepakati bersama seperti; cara berpakaian, tata krama. Dengan demikian

keduanya mempunyai pengertian yang sama yaitu kebiasaan yang harus

dipatuhi. Moral yaitu suatu ajaran-ajaran atau wejangan, patokan-patokan

atau kumpulan peraturan baik lisan maupun tertulis tentang bagaimana

manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang baik.

Sedangkan pengertian etika adalah suatu pemikiran kritis tentang ajaran-

Page 28: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

14

ajaran dan pandangan moral. Etika mempunyai pengertian ilmu pengetahuan

yang membahas tentang prinsip-prinsip moralitas.

Moral selalu mengacu pada baik dan buruk manusia, sehingga moral

adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari kebaikan manusia. Norma

moral dipakai sebagai tolok ukur segi kebaikan manusia. Menurut Magnis

Suseno dalam Asri Budiningsih (2008:24) “kata moral selalu mengacu pada

baik dan buruknya manusia, sehingga bidang moral adalah bidang kehidupan

manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia”.

`Nilai atau “value” (bahasa Inggris) temasuk dalam bidang kajian

filsafat. Istilah nilai dalam filsafat dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak

yang artinya “keberhargaan” (worth) atau kebaikan “goodness”, dan kata

kerja yang artinya suatu kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan

penilaian. Jadi nilai pada hakekatnya sifat atau kualitas yang melekat pada

suatu obyek, bukan objek itu sendiri. Sesuatu yang mengandung nilai artinya

ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu. Bahkan dalam konteks

tertentu nilai dan moral sering disatukan menjadi nilai moral. Menurut

Sjarkawi (2008), nilai moral adalah segala nilai yang berhubungan dengan

konsep baik dan buruk. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan nilai moral

adalah suatu nilai yang dijunjung tinggi dalam masyarakat dan memberikan

penilaian terhadap tingkah laku manusia. Tidak semua nilai adalah nilai

moral, tetapi nilai moral berkaitan dengan perilaku manusia tentang hal yang

baik dan buruk. Hal ini dapat diperlihatkan dengan mempelajari ciri-ciri nilai

moral. Nilai moral mempunyai ciri-ciri yang terkait dengan nilai moral.

Page 29: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

15

Menurut K. Bertens (2007: 143-147) mengemukakan ciri-ciri nilai moral

sebagai berikut: 1) Berkaitan dengan tanggungjawab, 2) Berkaitan dengan

hati nurani, 3) Mewajibkan dan 4) Bersifat formal. Adapun penjelasan dari

ciri-ciri moral adalah sebagai berikut:

a) Berkaitan dengan Tanggungjawab

Nilai moral adalah bahwa nilai ini berkaitan dengan pribadi manusia

yang bertanggungjawab. Nilai-nilai moral mengakibatkan bahwa seseorang

bersalah atau tidak bersalah, karena ia bertanggungjawab.

b) Berkaitan dengan Hati Nurani

Nilai moral adalah bahwa hanya nilai ini menimbulkan “suara” dari hati

nurani yang menuduh kita bila meremehkan atau menentang nilai-nilai moral

dan memuji kita bila mewujudkan nilai-nilai moral.

c) Mewajibkan

Bahwa nilai moral mewajibkan kita secara absolut dan tidak bisa

ditawar-tawar. Nilai-nilai moral harus diakui dan harus direalisasikan. Tidak

bisa diterima, bila seseorang acuh tak acuh terhadap nilai-nilai lain.

d) Bersifat Formal

Kita merealisasikan nilai-nilai moral dengan mengikutsertakan nilai-

nilai lain dalam suatu “tingkah laku moral”. Tidak ada nilai-nilai yang

“murni”, terlepas dari nilai-nilai yang lain. Hal itulah yang kita maksudkan

dengan mengatakan bahwa nilai moral bersifat formal.

Jadi dari penjelasan diatas dapat disimpulkan yang menjadi ciri khas

dan menandai nilai moral merupakan tindakan manusia yang dilakukan secara

Page 30: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

16

sengaja, secara mau dan tahu dan tindakan itu secara langsung berkenaan

dengan nilai pribadi (person) manusia dan masyarakat manusia. Dengan

demikian perlu ditanamkan nilai moral supaya manusia mempunyai nilai

moral yang baik.

2. Teori Pendidikan Moral

Goods dalam Desiastari (2014: 17) menyatakan bahwa pendidikan

moral dapat dilakukan secara formal maupun incidental, baik di sekolah

maupun di lingkungan rumah. Tetapi, Durkheim dalam Desiastari (2014: 17)

menekankan agar pendidikan moral dipindahkan dari lingkungan rumah ke

sekolah karena sekolah mempunyai tugas khusus dalam hal moral. Melalui

pendidikan formal, pemerintah berusaha membina dan mengembangkan

pendidikan moral disekolah. Perkembangan moral dalam tinjauan paradigma

absolutistic, menurut Liebert dalam Desiastari (2014: 17) lebih

memperhatikan kemajuan dalam tingkatan atau tahapan perkembangan moral

berkaitan dengan perkembangan moral insani yang berlaku secara universal.

Menurut Lickona dalam bukunya Educating For Character ( 2013:85-

99) menekankan pentingnya memperhatikan tiga komponen unsur dalam

menanamkan nilai moral, yaitu pemahaman moral (moral knowing), perasaan

moral (moral felling), dan tindakan moral (moral action). Berdasarkan ketiga

komponen ini dapat dinyatakan bahwa perilaku yang baik didukung oleh

pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan

perbuatan kebaikan. Adapun penjelasan dari ketiga unsur tersebut adalah:

Page 31: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

17

1) Pengetahuan moral

Pengetahuan moral adalah kesadaran rasionalitas moral atau alasan

mengapa seseorang harus melakukan hal itu, suatu pengambilan keputusan

berdasarkan nilai-nilai moral. Selanjutnya pengetahuan moral ini merujuk

kepada aspek kognitif tentang moralitas (akhlak) yang melibatkan

pemahaman tentang apa yang benar dan baik. Penalaran moral sebagai unsur

pengetahuan moral (moral knowing), bahwa penalaran moral pada intinya

bersifat rasional. Suatu keputusan moral bukanlah soal perasaan atau nilai,

melainkan selalu mengandung tafsiran kognitif yang aktif dengan

memperhatikan tuntutan, hak, kewajiban, dan keterlibatan individu, atau

kelompok terhadap hal-hal yang lain. Berikut terdapat jenis pengetahuan

moral berbeda yang perlu diambil seiring berhubungan dengan perubahan

moral kehidupan. Keenam aspek ini merupakan aspek yang menonjol sebagai

tujuan pendidikan karakter yang diinginkan.

a. Kesadaran Moral

Di dalam kesadaran moral terdapat dua aspek penting. Aspek pertama

adalah menggunakan pemikiran mereka untuk melihat suatu situasi yan

memerlukan penilaian moral dan kemudian memikirkannya dengan cermat

tentang apa yang dimaksud dengan arah tindakan yang benar. Aspek kedua

adalah memahami informasi dari permasalahan yang bersangkutan. Di dalam

membuat penilaian moral sehingga dapat memutuskan apa yang benar, hal itu

harus memiliki gagasan yang paling jelas mengenai apa yan terjadi.

Page 32: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

18

b. Mengetahui Nilai Moral

Nilai-nilai moral seperti menghargai kehidupan dan kemerdekaan,

tanggung jawab terhadap orang lain, kejujuran, keadilan, toleransi,

penghormatan, disiplin diri, integritas, kebaikan, belas kasihan, dan dorongan

atau dukungan mendefinisikan seluruh cara tentang menjadi pribadi yang

baik. Ketika digabung seluruh nilai-nilai ini menjadi warisan moral yang

diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Mengetahui sebuah nilai

juga berarti memahami bagaimana caranya menerapkan nilai yang

bersangkutan dalam berbagai situasi.

c. Penentuan Perspektif

Penentuan perspektif merupakan kemampuan untuk mengambil sudut

pandang orang lain, melihat situasi sebagaimana adanya, membayangkan

bagaimana mereka akan berpikir, bereaksi, dan merasakan masalah yang ada.

Hal ini merupakan prasyarat bagi penilaian moral. Kita tidak dapat

menghormati orang lain dengan sangat baik dan bertindak dengan adil

terhadap kebutuhan mereka apabila kita tidak memahami orang yang

bersangkutan. Satu sasaran fundamental pendidikan moral haruslah

membantu siswa mengalami dunia dari sudut pandang orang lain, terutama

sudut pandang orang-orang yang berbeda dari diri mereka sendiri.

d. Pemikiran Moral

Pemikiran moral melibatkan pemahaman apa yang dimaksud dengan

moral dan adanya aspek moral.

Page 33: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

19

e. Pengambilan Keputusan

Mampu memikirkan cara seseorang dalam bertindak melalui

permasalahan moral dengan cara pengambilan keputusan secara reflektif.

f. Pengetahuan Pribadi

Mengetahui diri sendiri merupakan jenis pengetahuan moral yang

paling sulit untuk diperoleh, namun hal ini perlu bagi pengembangan

karakter. Menjadi orang yang bermoral memerlukan keahlian untuk mengulas

kelakuan kita sendiri dan mengevaluasi perilaku kita tersebut secara kritis.

2) Perasaan Moral

Perasaan moral lebih pada kesadaran akan hal-hal yang baik dan tidak

baik. Perasaan mencintai kebaikan dan sikap empati terhadap orang lain

merupakan ekspresi dari perasaan moral. Perasaan moral ini sangat

mempengaruhi seseorang untuk berbuat baik. Oleh sebab itu perasaan moral

perlu diajarkan dan dikembangkan dengan memupuk perkembangan hati

nurani dan sikap empati. Berikut aspek-aspek dalam emosional moral yang

menjamin dalam mendidik karakter yang baik.

a. Hati Nurani

Hati nurani memiliki empat sisi yaitu sisi kognitif yakni mengetahui

apa yang benar, dan sisi emosional yakni merasa berkewajiban untuk

melakukan apa yang benar.

Page 34: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

20

b. Harga Diri

Harga diri yang tinggi tidak menjamin karakter yang baik, namun

sebagai pendidik ada usaha untuk membantu orang-orang dalam

mengembangkan harga diri berdasarkan pada nilai-nilai seperti tanggung

jawab, kejujuran, dan kebaikan yang berdasarkan pada keyakinan

kemampuan diri sendiri demi kebaikan.

c. Empati

Empati merupakan identifikasi dengan pengalaman yang seolah-olah

terjadi dalam keadaan orang lain. Empati memampukan kita untuk keluar dari

diri kita sendiri dan masuk ke dalam diri orang lain.

d. Mencintai Hal yang Baik

Ketika orang-orang mencintai hal yang baik, mereka senang melakukan

hal yang baik. Mereka memiliki moralitas keinginan, bukan hanya moral

tugas. Kemampuan untuk menemukan pemenuhan layanan merupakan bagian

dari potensi moral yang dikembangkan melalui program-program seperti

pendampingan orang, teman sebaya dan pelayanan masyarakat, pada sekolah

di seluruh negara.

e. Kendali Diri

Kendali diri merupakan kebaikan moral yang diperlukan untuk

menahan diri agar tidak memanjakan diri kita sendiri.

f. Kerendahan Hati

Kerendahan hati merupakan kebaikan moral yang diabaikan namun

merupakan bagian yang esensial dari karakter yang baik. Kerendahan hati

Page 35: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

21

merupakan sisi afektif pengetahuan pribadi. Hal ini merupakan keterbukaan

yang sejati terhadap kebenaran dan keinginan untuk bertindak guna

memperbaiki kegagalan.

Hati nurani, harga diri, empati, mencintai hal yang baik, kendali dan

kerendahan hati semua ini membentuk sisi emosional diri moral kita.

Perasaan tentang diri sendiri, orang lain, dan kebaikan itu sendiri yang

bergabung dengan pengetahuan moral untuk membentuk sumber motivasi

moral.

3) Tindakan moral

Tindakan moral yaitu kemampuan untuk melakukan keputusan

perasaan moral ke dalam perilaku-perilaku nyata. Tindakan-tindakan moral

ini perlu difasilitasi agar muncul dan berkembang dalam pergaulan sehari-

hari. Lingkungan sosial yang kondusif untuk memunculkan tindakan-tindakan

moral ini sangat diperlukan dalam pembelajaran moral. Berikut terdapat tiga

aspek dalam memahami seseorang untuk melakukan tindakan moral, antara

lain kompetensi, keinginan, dan kebiasaan.

a. Kompetensi

Kompetensi moral memiliki kemampuan untuk mengubah penilaian

dan perasaan moral ke dalam tindakan moral yang efektif.

b. Keinginan

Pilihan yang benar dalam suatu situasi moral biasanya merupakan

pilihan yang sulit. Menjadi orang baik seringkali memerlukan tindakan

Page 36: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

22

keinginan yan baik, suatu penggerakan energi moral untuk melakukan apa

yang kita pikir kita harus lakukan.

c. Kebiasaan

Untuk mengembangkan kebiasaan yang baik, hal ini berarti pengalaman yang

diulangi dalam melakukan apa yang membantu, apa yang jujur, apa yang

ramah, dan apa yang adil. Oleh karena itu, kebiasaan baik yang terbentuk

akan bermanfaat bagi diri sendiri bahkan ketika dalam menghadapi situasi

yang berat.

Definisi ini menggambarkan bahwa pendidikan moral bermuara pada

dua tujuan. Pertama, membantu generasi muda dalam memperoleh ilmu

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai untuk kepuasaan hidup yang lebih

baik. Kedua, membantu individu mencapai kehidupan sosial sekaligus

memberikan kontribusi kepada terciptanya masyarakat yang lebih baik

didasarkan pada kepedulian dan perasaan kasih kepada umat manusia dan

makhluk hidup serta tidak mengganggu hak-hak orang lain untuk memenuhi

nilai legitimasi dirinya.

Pendidikan moral dikatakan berhasil bila siswa mampu menghasilkan

nilai-nilai dan tingkah laku moral yang ditransmisikan, baik secara verbal

maupun perilaku. Pendidikan moral bertujuan menghasilkan individu yang

mengerti nilai-nilai moral dan konsisten dalam melaksanakannya sesuai

dengan konsep moral yang diajarkan agama, tradisi moral masyarakat, dan

kebudayaan. Pendidikan moral itu sendiri terdiri dari sejumlah komponen

Page 37: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

23

yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan tentang tradisi moral, penalaran

moral, rasa kasih dan tendensi moral.

Berdasarkan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam GBHN,

pendidikan moral di Indonesia bisa dirumuskan sebagai berikut: Pendidikan

moral adalah suatu program pendidikan (sekolah dan luar sekolah) yang

mengorganisasikan dan menyederhanakan sumber-sumber moral dan

disajikan dengan pertimbangan psikologis untuk tujuan pendidikan. Menurut

paham ahli pendidikan moral, jika tujuan pendidikan moral akan mengarah

seseorang menjadi bermoral, yang penting adalah bagaimana agar seseorang

dapat menyesuaikan diri dengan tujuan hidup bermasyarakat (Zuriah, 2015:

22).

Pendidikan moral di Indonesia dimaksudkan agar manusia belajar

menjadi bermoral, dan bukannya pendidikan tentang moral yang akan

mengutamakan penalaran moral (moral reasoning) dan pertumbuhan

inteligensi sehingga seseorang bisa melakukan pilihan dan penilaian moral

yang paling tepat (Zuriah, 2015: 21). Di Indonesia pendidikan moral lebih

tertuju bagaimana dapat menanamkan nilai-nilai moral dan membentuk sikap

moral seseorang.

Menurut Emile Durkheim, seorang ahli sosiologi moralitas Prancis,

pendidikan moral adalah bagian dari pewarisan nilai-nilai. Pandangan

demikian sering dianggap tidak relevan dengan paradigma pendidikan

modern, yakni pendidikan untuk perubahan. Paradigma pendidikan modern

yang fungsional adalah pendidikan yang mampu menjawab tantangan masa

Page 38: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

24

kini dan tantangan masa depan, bukan untuk pewarisan dan pelestarian nilai-

nilai seperti pandangan pendidikan pada paradigma lama. Meskipun,

pendidikan pada paradigma lama sebatas pada pewarisan dan pelestarian

nilai-nilai, namun hal tersebut sangat relevan untuk solusi perbaikan moralitas

bangsa (Muchson AR & Samsuri, 2013: 85).

3. Tujuan Pendidikan Moral

Suatu usaha atau kegiatan apabila tidak mempunyai tujuan jelas tidak akan

berarti apa-apa. Oleh karena itu tidak ada kegiatan yang tanpa tujuan. Sedangkan

tujuan itu sendiri telah terkandung dalam pengertian kegiatan, agar suatu

kegiatan terarah dan mencapai sesuatu yang kita harapkan, tentu saja dengan

adanya tujuan, demikian juga dengan pendidikan. Untuk dapat melihat tujuan

dan orientasi pendidikan moral, perlu kiranya menjadikan peta wacana

pendidikan moral yang berkembang sebagai parameter.

Menurut Frankena dalam Desiastari (2014: 23) mengemukakan lima tujuan

pendidikan moral sebagai berikut:

a. Mengusahakan suatu pemahaman ”pandangan moral” ataupun cara- cara

moral dalam mempertimbangkan tindakan-tindakan dan penetapan keputusan

apa yang seharusnya dikerjakan, seperti membedakan hal estetika, legalitas,

atau pandangan tentang kebijaksanaan.

b. Membantu mengembangkan kepercayaan satu atau beberapa prinsip umum

yang fundamental, ide atau nilai sebagai suatu pijakan atau landasan untuk

pertimbangan moral dalam menetapkan suatu keputusan.

Page 39: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

25

c. Membantu mengembangkan kepercayaan atau mengadopsi norma- norma

konkret, nilai-nilai, kebaikan-kebaikan seperti pada pendidikan tradisional

yang selama ini dipraktikkan.

d. Mengembangkan suatu kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang secara

moral baik dan benar.

e. Meningkatkan pencapaian refleksi otonom, pengendalian diri atau kebebasan

mental spiritual, meskipun itu disadari dapat membuat seseorang menjadi

pengkritik terhadap ide-ide dan prinsip-prinsip, dan aturan-aturan umum yang

sedang berlaku.

Disamping itu, jika masyarakat menjadi tujuan tindakan moral, maka

tujuan moral juga harus dipandang sebagai sesuatu yang diinginkan pada dirinya

dan tidak hanya karena berguna bagi individu. Dalam mengikat dirinya dengan

masyarakat setiap orang harus mempunyai kepentingan. Keterikatan hanya

mungkin terealisir bila manusia rela menjadi sesuatu yang bukan dirinya. Sebab

dalam kenyataannya mengaitkan diri dengan makhluk lain berarti sampai tingkat

bergabung atau menyatu bersamanya, bahkan siap menggantikan makhluk

tersebut apabila keterikatan memang menuntut pengorbanan. Oleh karena itu

untuk menjadi manusia yang baik, orang harus segera menyatu dengan sumber

utama kehidupan moral dan mental yang menjadi ciri manusia yaitu

masyarakat. Berasal dari masyarakat segala sesuatu yang paling baik dalam diri

manusia.

Berawal dari masyarakat, keseluruhan segala tingkah laku manusia ada

beberapa tujuan pendidikan moral yang dapat disimpulkan bahwa tujuan

Page 40: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

26

pendidikan moral membina terbentuknya perilaku moral yang baik bagi setiap

orang. Artinya, pendidikan moral bukan sekedar memahami tentang aturan benar

dan salah atau mengetahui tentang ketentuan baik dan buruk, tetapi harus benar-

benar meningkatkan perilaku moral seseorang.

4. Pendekatan Pendidikan Moral

Pendekatan dalam pendidikan moral berkaitan dengan bagaimana cara

menyampaikan nilai-nilai moral itu kepada siswa. Menurut Lickona dalam

bukunya Educating For Character (2013: 107-108) terdapat sebuah pendekatan

komprehensif terhadap nilai-nilai pendidikan yang ditujukan pada rasa hormat

atau respek dan tanggung jawab mengajar, serta perkembangan karakter

terhadap nilai-nilai tersebut dalam pelaksanaannya. Pendekatan komprehensif

menuntut sekolah untuk:

1) Memiliki sifat penyayang di luar lingkungan kelas dengan menggunakan

peran model yang inspiratif, memberikan pelayanan sekolah dan

komunitas kepada para siswa untuk membantu mereka mempelajari

bagaimana cara peduli terhadap orang lain dengan cara memberikan

kepedulian yang nyata kepada mereka.

2) Menciptakan kebudayaan moral yang positif, mengembangkan lingkungan

sekolah secara menyeluruh (melalui kepemimpinan seorang kepala

sekolahnya, disiplin dari seluruh warga sekolah, memiliki rasa

kebersamaan, pemimpin para siswa yang adil, bermoral antar orang-orang

Page 41: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

27

dewasa, dan menyediakan waktu untuk membahas tentang moral) yang

mendukung dan memperkuat nilai-nilai yang diajarkan di dalam kelas.

3) Mengikutsertakan wali murid dan masyarakat sekitar sebagai rekan kerja

untuk mengajarkan nilai-nilai pendidikan karena wali murid merupakan

guru moral pertama bagi anak, mengajak wali murid untuk mendukung

sekolah dan segala upayanya untuk menanamkan nilai-nilai yang baik, dan

mencari dukungan lain untuk mendukung sekolah untuk memperkuat nilai-

nilai tersebut yang diajarkan oleh pihak sekolah.

5. Jenis Nilai-Nilai Moral

Untuk dapat memahami moral itu sendiri, perlu memahami struktur

antropologis yang ada dalam diri manusia. Struktur antropologis manusia terdiri

atas jasad, ruh, dan akal. Hal ini selaras dengan pendapat Lickona, yang

menekankan tiga komponen moral yang baik, yaitu moral knowing (pengetahuan

tentang moral), moral feeling (perasaan tentang moral), dan moral action

(perbuatan moral), yang diperlukan agar anak mampu memahami, merasakan, dan

mengerjakan nilai-nilai kebajikan. Istilah lainnya adalah kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Untuk itu, dalam pendidikan moral harus mencakup semua struktur

antropologis manusia tersebut (Muslich, 2011:75-76).

Moral berasal dari nilai tentang sesuatu. Suatu nilai yang diwujudkan

dalam bentuk perilaku anak yang disebut moral. Jadi suatu moral melekat dengan

nilai dari perilaku tersebut. Karenanya tidak ada perilaku anak yang tidak bebas

dari nilai. Hanya barangkali sejauh mana kita memahami nilai-nilai yang

Page 42: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

28

terkandung di dalam perilaku seorang anak atau sekelompok anak memungkinkan

berada dalam kondisi tidak jelas. Dalam arti bahwa apa nilai dari suatu perilaku

amat sulit dipahami oleh orang lain daripada oleh dirinya sendiri. (Kesuma dkk,

2011:11).

Banyak nilai yang dapat menjadi perilaku atau moral dari berbagai pihak.

Di bawah ini berbagai nilai yang dapat kita identifikasi sebagai nilai-nilai yang

ada di kehidupan saat ini.

a. Nilai yang terkait dengan diri sendiri adalah (1) Jujur; (2) Kerja keras; (3)

Tegas; (4) Sabar; (5) Ulet; (6) Ceria; (7) Teguh; (8) Terbuka; (9) Visioner;

(10) Mandiri; (11) Tegar; (12) Pemberani; (13) Reflektif; (14)

Tanggungjawab; (15) Disiplin.

b. Nilai yang terkait dengan orang/ makhluk lain adalah (1) Senang membantu;

(2) Toleransi; (3) Murah senyum; (4) Pemurah; (5) Kooperatif/ mampu

bekerjasama; (6) Komunikatif; (7) Amar Ma’ruf (Menyeru Kebaikan); (8)

Nahi Munkar (Mencegah Kemunkaran); (9) Peduli (Manusia dan Alam); (10)

Adil.

c. Nilai yang terkait dengan ketuhanan adalah (1) Ikhlas; (2) Ikhsan; (3) Iman;

(4) Takwa.

Page 43: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

29

Gambar 1. Nilai-nilai Murni moral (Depdiknas, 2010: 9-10)

Menurut Depdiknas (2010: 9-10) ada 18 nilai-nilai dalam pengembangan

pendidikan budaya dan moral bangsa yang dibuat oleh Diknas. Mulai tahun ajaran

2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan

bermoral tersebut dalam proses pendidikannya. 18 nilai-nilai yang dikembangkan

dalam pendidikan budaya dan moral bangsa, yaitu:

1. Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang

dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun

dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang

selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

Page 44: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

30

3. Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,

pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4. Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai

ketentuan dan peraturan.

5. Kerja Keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas

dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru

dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam

menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban

dirinya dan orang lain.

9. Rasa Ingin Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam

dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

Page 45: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

31

10. Semangat Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan

bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta Tanah Air

Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,

kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial

budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

12. Menghargai Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu

yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan

orang lain.

13. Bersahabat/komunikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja

sama dengan orang lain.

14. Cinta Damai

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang

dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang

memberikan kebajikan bagi dirinya.

Page 46: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

32

16. Peduli lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada

lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk

memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan

masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung Jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya,

yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,

sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam konteks pendidikan moral, kemampuan yang harus dikembangkan

pada siswa melalui persekolahan adalah berbagai kemampuan yang akan

menjadikan manusia sebagai makhluk yang berketuhanan (tunduk patuh pada

konsep ketuhanan) dan mengemban amanah sebagai pemimpin di dunia.

Kemampuan yang perlu dikembangkan pada siswa Indonesia adalah kemampuan

mengabdi kepada Tuhan yang menciptakannya, kemampuan untuk menjadi

dirinya sendiri, kemampuan untuk hidup secara harmoni dengan manusia dan

makhluk lainnya, dan kemampuan untuk menjadikan dunia ini sebagai wahana

kemakmuran dan kesejahteraan bersama (Dharma Kesuma dkk, 2011:7).

Page 47: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

33

B. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

1. Pengertian Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat

individual, yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang kedalam sejumlah

informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam

bentuk ingatan yang panjang. Menurut Suprihatiningrum (2012:75)

menyatakan bahwa pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang

melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun secara terencana untuk

memudahkan siswa dalam belajar. Lingkungan yang dimaksud tidak hanya

berupa tempat ketika pembelajaran itu berlangsung, tetapi juga metode, media,

dan peralatan yang diperlukan untuk menyampaikan informasi. Pembelajaran

merupakan upaya yang dilakukan pendidik untuk membantu memudahkan

pencapaian tujuan pembelajaran.

Pembelajaran merupakan suatu sistem yang kompleks yang

keberhasilannya dapat dilihat dari dua aspek, yakni aspek produktif dan aspek

proses. Keberhasilan pembelajaran dari aspek produk adalah keberhasilan

siswa mengenai hasil yang diperoleh dengan mengabaikan proses

pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi hasil memang

mudah dilihat dan ditentukan kriterianya, akan tetapi hal ini dapat mengurangi

makna proses proses pembelajaran sebagai proses yang mengandung nilai-

nilai pendidikan (Sanjaya, 2012: 13). Dengan kata lain keberhasilan

pembelajaran yang hanya meihat satu sisi sama halnya dengan mengerdilkan

makna pembelajaran itu sendiri.

Page 48: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

34

Kegiatan pembelajaran melibatkan komponen-komponen yang satu

dengan yang lainnya saling terkait dan menunjang dalam upaya mencapai

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam program pembelajaran.

Komponen-komponen,pembelajaran tersebut meliputi guru, siswa, metode,

lingkungan, media, dan sarana prasarana (Suprihatiningrum, 2012:77).

Sanjaya dalam bukunya Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran

(2011:60) menjelaskan tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk

kompetensi yang harus dicapai dan dikuasai siswa. Melalui rumusan tujuan,

guru dapat memproyeksikan apa yang harus dicapai oleh siswa dan berakhir

suatu proses pembelajaran.

Menurut Mulyasa (2005: 110) pembelajaran pada hakikatnya adalah

proses interaksi antara siswa dan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan

perilaku kearah yang lebih, dimana dalam interaksi tersebut banyak sekali

faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang berasal dari dalam

individu, maupun faktor eksternal yang berasal dari lingkungan.

Sejarah merupakan mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan,

sikap, dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan

masyarakat Indonesia dan dunia dari masa lampau hingga kini. Pengajaran

sejarah di sekolah bertujuan agar siswa memperoleh kemampuan berpikir

historis dan pemahaman sejarah. Melalui pengajaran sejarah, siswa mampu

mengembangkan kompetensi untuk berpikir secara kronologis dan memiliki

pengetahuan tentang masa lampau yang dapat digunakan untuk memahami

dan menjelaskan proses perkembangan dan perubahan masyarakat.

Page 49: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

35

Pembelajaran sejarah berfungsi untuk menyadarkan siswa akan adanya proses

perubahan dan perkembangan masyarakat dalam dimensi waktu dan untuk

membangun perspektif serta kesadaran sejarah dalam menemukan,

memahami, dan menjelaskan jati diri bangsa di masa lalu, masa kini, dan masa

depan di tengah-tengah perubahan dunia.

Ilmu sejarah juga merupakan suatu disiplin ilmu yang berusaha

menentukan pengetahuan tentang masa lampau masyarakat tertentu, sebagai

contoh adalah masa lampau masyarakat muslim. Sejalan dengan pengertian

ini, pembelajaran tentang kebudayaan sendiri meliputi cara hidup seluruh

masyarakat yang mencakup cara bersikap, menggunakan pakaian, bertutut

bahasa, ibadah, norma-norma tingkah laku, serta sistem kepercayaan.

Peradaban Islam adalah terjemahan dari kata Arab “Al-Hadharah Al-

Islamiyyah” kata ini juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan

kebudayaan Islam. Kebudayaan dalam bahasa Arab Al-Tsaqafah, di Indonesia

sebagaimana juga yang di Arab dan di Barat, masih banyak orang yang

mendefinisikan dua kata ini “kebudayaan” (Arab: Al-Tsaqafah, Inggris:

Culture) dan “peradaban” (Arab: Al-Hadharah, Inggris: Civilization).

Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu

masyarakat, kebudayaan lebih direfleksikan dalam bentuk seni, sastra, religi

(agama) dan moral, sedangkan peradaban direfleksikan dalam bentuk politik,

ekonomi, dan teknologi.

Dari beberapa pengertian tentang sejarah kebudayaan Islam di atas,

maka dalam sebuah pembelajaran sejarah kebudayaan Islam haruslah

Page 50: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

36

disampaikan dengan baik, sehingga nantinya dapat direfleksikan pada

kehidupan sehari-hari, karena hidup pada era saat ini tidak terlepas dari apa

yang pernah terjadi di masa lampau atau dalam arti lain adalah berkaca dari

kehidupan orang terdahulu untuk menuju kehidupan selanjutnya, sehingga

pembelajaran kebudayaan Islam sangatlah diperlukan ketelitian, agar

pemahaman siswa tentang sejarah kebudayaan Islam bisa teraplikasi dalam

pikiran, hati, dan perbuatan yang nantinya akan membentuk watak manusia

yang berbudi pekerti dan sadar akan menjalani kehidupan yang dijalani di

masa yang akan datang.

Karena dalam sejarah kebudayaan Islam tersimpan nilai-nilai yang

otentik, misalnya nilai moral, nilai sosial, nilai kepahlawanan, nilai

kepemimpinan, nilai agama, dan nilai-nilai positif yang perlu digali di

dalamnya.

2. Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di SMA bertujuan agar siswa

memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:

a. Membangun kesadaran siswa tentang pentingnya mempelajari landasan

ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam dalam mengembangkan

Kebudayaan dan Peradaban Islam.

b. Membangun kesadaran siswa tentang pentingnya waktu dan tempat yang

merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.

Page 51: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

37

c. Melatih daya kritis siswa untuk memahami fakta sejarah secara benar

dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.

d. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan siswa terhadap peninggalan

sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.

e. Mengembangkan kemampuan siswa dalam mengambil dari peristiwa-

peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan

mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek

dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

3. Fungsi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang diberikan di lembaga

pendidikan formal sudah sepatutnya diintegrasikan dengan kedudukan dan

posisi manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, yang

dilengkapi dengan akal dan budi guna menjalankan perannya sebagai

pemimpin dan pembuat sejarah dan kebudayaan. Agar pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam dapat memberikan nilai edukasi tinggi kepada siswa, maka

guru harus mengetahui dan memahami fungsi dari pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam. Adapun fungsi dari pembelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam antara lain sebagai berikut:

a. Fungsi Inspiratif, Sejarah Kebudayaan Islam memberikan inspirasi

mengenai gagasan-gagasan dan konsep-konsep yang dapat digunakan

untuk memecahkan persoalan-persoalan masa kini, khususnya berkaitan

dengan semangat untuk mewujudkan identitas.

Page 52: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

38

b. Fungsi rekreatif, melalui membaca dan mempelajari Sejarah Kebudayaan

Islam seakan-akan kita melakukan perlawatan Sejarah Kebudayaan Islam

karena menerobos batas waktu dan tempat menuju zaman masa lampau

untuk mengikuti setiap peristiwa yang terjadi.

c. Fungsi instruktif, Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu

bidang keilmuan yang diyakini dapat menunjang keterampilan-

keterampilan tertentu.

d. Fungsi edukatif, Sejarah Kebudayaan Islam dapat memberikan nilai

kearifan bagi siapa saja yang mempelajarinya.

C. Kerangka Berpikir

Pendidikan merupakan fase awal seseorang yang akan berlangsung dan

berpengaruh terhadap perkembangan anak. Dasar perkembangan moral anak

diawali dalam keluarga yang mana orangtua berperan sebagai pendidik yang

utama. Dalam keluarga pula anak belajar mengenal pengenalan diri, kesopanan,

kejujuran, kedisiplinan, dan kepatuhan. Keluarga mempunyai peran penting dalam

memberi pendidikan dan penyelenggaraan pendidikan yang pertama dan utama

bagi anak-anaknya. Sebab keluargalah yang dapat menentukan moral anak. Moral

yang sudah melekat pada manusia sebaiknya dimunculkan sejak dini pada anak

Pembelajaran banyak dipengaruhi ketidakmampuan guru dalam menguasai

strategi pembelajaran sehingga siswa menjadi kurang aktif dan responsif terhadap

materi pelajaran. Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi hasil memang mudah

dilihat dan ditentukan kriterianya, akan tetapi hal ini dapat mengurangi makna

Page 53: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

39

proses pembelajaran sebagai proses yang mengandung nilai-nilai pendidikan

(Sanjaya, 2012: 13). Dengan kata lain keberhasilan pembelajaran yang hanya

meihat satu sisi sama halnya dengan mengerdilkan makna pembelajaran itu

sendiri. Pembelajaran sejarah berfungsi untuk menyadarkan siswa akan adanya

proses perubahan dan perkembangan masyarakat dalam dimensi waktu dan untuk

membangun perspektif serta kesadaran sejarah dalam menemukan, memahami,

dan menjelaskan jati diri bangsa di masa lalu, masa kini, dan masa depan di

tengah-tengah perubahan dunia. Oleh karena itu, dalam sebuah pembelajaran

sejarah kebudayaan Islam haruslah disampaikan dengan baik, sehingga nantinya

dapat direfleksikan pada kehidupan sehari-hari, karena hidup pada era saat ini

tidak terlepas dari apa yang pernah terjadi di masa lampau atau dalam arti lain

adalah berkaca dari kehidupan orang terdahulu untuk menuju kehidupan

selanjutnya, sehingga pembelajaran sejarah kebudayaan Islam sangatlah

diperlukan ketelitian, agar pemahaman siswa tentang sejarah kebudayaan Islam

bisa teraplikasi dalam pikiran, hati, dan perbuatan yang nantinya akan membentuk

watak manusia yang berbudi pekerti dan sadar akan menjalani kehidupan yang

dijalani di masa yang akan datang. Yang didalam nya dapat menanamkan nilai-

nilai moral dan membentuk sikap moral seseorang.

Page 54: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

40

Kerangka berfikir ini dapat digambarkan dalam bagian berikut ini:

Gambar 2. Kerangka Berpikir Penelitian

Guru Sejarah

Pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam

Nilai-nilai Moral

Siswa

Page 55: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

105

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diteliti oleh peneliti mengenai

pendidikan moral dalam pembelajaran sejarah kebudayaan Islam di SMA NU Al

Ma’ruf Kudus diantaranya:

1. Implementasi konsep pendidikan moral dalam pembelajaran sejarah

kebudayaan Islam adalah adanya perencanaan pembelajaran dan

pelaksanaan pembelajaran yang tersusun secara sistematis. Untuk

mewujudkan hal itu perlu adanya potensi untuk penanaman nilai bagi

siswa, nilai-nilai yang ada pada Islam meliputi tiga pilar yaitu Trilogi

Iman, Islam dan Ihsan yang dalam bahasa lain adalah Aqidah, Syariah dan

Akhlak atau dalam bahasa lain adalah Aqidah, Syariah dan Akhlak. Nilai-

nilai tersebut dikembangkan dalam pembelajaran sejarah kebudayaan

Islam dengan tujuan untuk mewujudkan siswa memiliki pengetahuan dan

kepribadian yang baik.

2. Kendala guru memberikan pendidikan moral dalam pembelajaran sejarah

kebudayaan Islam diantaranya karena segi materi, kemerosotan moral, dan

keterbatasan waktu. Pada kendala yang pertama, dalam segi materi belum

memiliki nilai-nilai moral yang menjelaskan saat pembelajaran. Pada

kendala yang kedua, mengenai kemerosotan moral. Terdapat pada nilai

kejujuran yaitu siswa saat mengerjakan tugas atau ujian masih sering kali

Page 56: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

106

mencontek temannya, lalu pada nilai kedisiplinan yaitu masih banyak siswa

yang datang absen dan terlambat ke sekolah, serta pada nilai kepedulian

lingkungan yaitu masih banyak siswa yang kurang peduli dengan

lingkungan mereka belajar saat di kelas. Pada kendala yang ketiga,

mengenai keterbatasan waktu. Alokasi waktu untuk pembelajaran sejarah

kebudayaan Islam di semester dua (2) ini mencakup 2 x 45 menit yang

terjadi dalam 3 pertemuan. Hal itu dikarenakan saat pembelajaran sejarah

guru menggunakan model pembelajaran dengan ceramah untuk mengulas

lebih dalam materi pelajaran yang dipaparkan. Sehingga tidak begitu banyak

kesempatan memberikan arahan, dan guru lebih mengedepankan pelajaran

untuk memenuhi kewajiban belajar siswa.

3. Upaya untuk mengatasi kendala guru dalam memberikan pendidikan moral

dalam pembelajaran sejarah kebudayaan Islam untuk permasalahan segi

materi, guru seharusnya menerapkan nilai-nilai moral yang terkandung pada

setiap peristiwa yang dijelaskan dalam pembelajaran, lalu untuk

permasalahan kemerosotan moral dengan cara memberikan pendidikan

moral tersebut secara terus menerus dan menerapkan aspek-aspek penting,

aspek tersebut meliputi sikap kesopanan, sikap kejujuran, sikap toleransi,

dan sikap tanggung jawab. Untuk permasalahan keterbatasan waktu, guru

seharusnya memberikan pendidikan moral tidak hanya waktu pembelajaran

di kelas saja tetapi juga di luar kelas di setiap kesempatan guru saat di

sekolah.

Page 57: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

107

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas dapat disarankan sebagai berikut:

1. Guru harus berperan aktif dalam membentuk sikap siswa nya, sehingga dapat

menumbuhkan sikap atau perilaku kesopanan, kejujuran, toleransi, dan

tanggung jawabnya.

2. Untuk guru sebagai seorang pendidik yang tidak hanya menyampaikan materi,

tetapi juga mendidik siswa disekolah dengan menanamkan nilai moral agar

siswa dapat terbiasa melakukan sikap yang bermoral dengan baik disekolah

sehingga siswa dapat menerapkannya juga di luar lingkungan sekolah.

3. Bila guru belum memiliki keahlian dalam menerangkan materi saat

pembelajaran, sebaiknya pihak sekolah mengikutsertakan guru yang

bersangkutan untuk mengikuti kegiatan yang memiliki kompetensi seperti

seminar, pelatihan dsb untuk mengembangkan pengetahuan yang lebih luas.

4. Bila guru belum memiliki kesempatan memberikan pendidikan moral kepada

siswa di luar kelas, pihak keluarga harus turut serta dalam membentuk moral

anak untuk membantu pihak sekolah supaya anak di lingkungan sekolah

maupun lingkungan masyarakat dapat berperilaku baik.

5. Untuk siswa, seharusnya dibekali dengan pendidikan khusus yang membawa

misi pokok sekolah dalam pembinaan moral untuk terwujudnya akhlak atau

karakter yang mulia.

Page 58: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

108

DAFTAR PUSTAKA

Agung, L. dan S. Wahyuni. 2013. Perencanaan Pembelajaran

Sejarah.Yogyakarta: Ombak.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Budiningsih, Asri. 2004. Pembelajaran Moral. Jakarta: Rineka Cipta.

Budiyono, Kabul. 2007. Nilai-Nilai Kepribadian dan Kejuangan Bangsa

Indonesia. Bandung: Alfabeta.

Elsam. 2014. “UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional”.https://referensi.elsam.or.id/2014/11/uu-nomor-20-tahun-2003-

tentang-sistem-pendidikan-nasional/

Hastuti, R.T. 2011. “Hubungan Pendidikan Moral Dalam Keluarga Dengan

Pengambilan Keputusan Moral Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3

Kartasura Tahun Ajaran 2010/2011”. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

Hazlit, H. 2003. Dasar-dasar Moralitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jarvis, M. 2006. Teori-Teori Psikologi: Pendekatan Modern untuk Memahami

Perilaku, Perasaan dan Pikiran Manusia. Bandung: Nusamedia dan

Nuansa.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

L. McRobert dan V. Ponzio. 2016. “Character Education As The Primary Purpose

Of Schooling For The Future”. International Multidisciplinary Journal,

Volume 4, Nomor 02.

Lickona, Thomas. 2013. Educating for Character: Mendidik untuk Membentuk

Karakter, terj. Juma Wadu Wamaungu dan Editor Uyu Wahyuddin dan

Suryani. Jakarta: Bumi Aksara.

Masyhur, K. 1994. Membina Moral dan Akhlak. Jakarta: Rineka Cipta.

Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman. 2009. Analisis Data Kualitatif:

Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia

(UI-Press).

Page 59: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

109

Moleong, Lexy J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Muchson, AR. dan Samsuri. 2013. Dasar-dasar Pendidikan Moral. Yogyakarta:

Penerbit Ombak.

Mulyasa, H. E. 2013. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.

Poesponegoro, Marwati Djoened. 1993. Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta:

Balai Pustaka.

Poespoprodjo. 1999. Filsafat Moral. Bandung: CV. Pustaka Grafika.

Ratmelia, Yeni. 2018. “Nilai Moral dalam Buku Teks Pelajaran Sejarah”. Jurnal

Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 27, Nomor 01, hlm. 107-112.

Rofik. 2015. “Nilai Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Dalam Kurikulum

Madrasah”. Jurnal Pendidikan Agama Islam, Volume 12 (1).

Rukiyati. 2017. “Pendidikan Moral Di Sekolah”. Jurnal Humanika, Nomor 01.

Sejarah SMA NU AL MA’RUF KUDUS. 2017. Kudus: Tim SMA NU Al Ma’ruf

Kudus.

Sjarkawi. 2008. Pembentukan Kepribadian Anak: Peran Moral Intelektual,

Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri.

Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Suradi, A. 2016. “Nilai-nilai Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Mata

Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Di MTS Miftahul Huda Rawalo

Banyumas”. Skripsi. Purwokerto: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Pendidikan

IAIN Purwokerto.

Suwarno, J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Taher, A. 2014. “Pendidikan Moral Dan Karakter: Sebuah Panduan”. Jurnal Studi

Keislaman, Volume 14, Nomor 02.

Tsabit Azinar Ahmad. 2014. “Kendala Guru Dalam Internalisasi Karakter Pada

Pembelajaran Sejarah”. Dalam https://jurnalnasional.ump.ac.id. Diunduh 10

Februari 2019.

Page 60: PENDIDIKAN MORAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH …lib.unnes.ac.id/35439/1/3101415064_Optimized.pdfvi SARI Novikasari, Rina. 2019. ³ Pendidikan Moral Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

110

Yusuf, S. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Zailani, M., dkk. 2015. “Direction Of Moral Education Teacher To Enrich

Character Education”. International Multidisciplinary Journal, Volume 3,

Nomor 01.

Zulaeha, I., dkk. 2015. Bahasa Indonesia: Pengantar Penulisan Karya Ilmiah.

Semarang: Unnes Press.

Zuriah, N. 2015. Pendidikan moral dan budi pekerti dalam perspektif perubahan:

menggagas platform pendidikan budi pekerti secara kontekstual dan

futuristik. Jakarta: Bumi Aksara.